JENIS-JENIS IKAN YANG TERTANGKAP DI SUNGAI BOLELEU

advertisement
JENIS-JENIS IKAN YANG TERTANGKAP DI SUNGAI BOLELEU
DESA SIDOMAKMUR KECAMATAN SIPORA UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI
Yulia Nova Sari, Jasmi, Ismed Wahidi
Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(STKIP) PGRI Sumatera Barat
[email protected]
ABSTRACT
This type of fish in the river Boleleu diminishing, allegedly as a result of community
activities such as fishing using putas and the opening of the fields on the riverbank that can cause
erosion. Erosion usually happens during heavy rains, causing silting of the riverbed. Boleleu river
is also used by people around to locate fish by using fishing rod and defensive and domestic
purposes such as bathing and washing water when the well is reduced. Fishing using putas can be
deadly for fish. This study aims to determine the types of fish in the River Village Boleleu
Sidomakmur District of North Sipora Mentawai Islands. The study was conducted in AugustSeptember. Descriptive survey research methods. Research using drift gill net fishing gear mesh
size of 0.5 inches and 0.8 inches, and the traps with a length of 60 cm, diameter 20 cm. Gill netting
start the morning (8:00 to 10:00 pm) and afternoon (3:00 p.m. to 17:00 pm), while the traps are
installed 18:00 pm and lifted at 06.00 pm. Identification of samples at the Laboratory of Zoology
Department of Biology PMIPA STKIP PGRI West Sumatra. The result showed as many as 13
species, including 11 families and 4 orders. Types of fish that obtained namely Anguilla bicolor
(Anguilidae), Oxygaster anomalura (Cyprinidae), Chana Lucius (Channidae), Crenimugil
heterocheilos (Mugilidae), Ophiocara porocephala (Eleotrididae), Butis humeralis (Eleotrididae),
Glossogobius intermedius (Gobiidae), Apogon hyalosoma ( Apogonidae), Caranx sexfasciatus
(Carangidae), Parambasis apogonoides, Ambassis urotaenia (Chandidae), Tilapia mossambica
(Cichlidae) and Clarias batracus (Clariidae). The results of the measurement of physical and
chemical factors of water in the river Boleleu obtained 26oC-27oC temperature, acidity (pH) 7-8
and the velocity of 0.011 m / sec-0,029 m / sec.
Keywords: Types of Fish, River Boleleu
PENDAHULUAN
Sungai adalah torehan di permukaan
bumi yang merupakan penampung dan
penyalur alamiah aliran air dan material yang
dibawanya dari bagian hulu ke bagian hilir,
suatu daerah pengaliran ke tempat yang lebih
rendah dan akhirnya bermuara kelaut.
Ditinjau dari segi hidrologi, sungai
mempunyai fungsi utama menampung curah
hujan dan mengalirkannya sampai ke laut.
Daerah dimana sungai memperoleh air
merupakan daerah tangkapan hujan yang
biasanya diebut dengan daerah pengaliran
sungai (Soewarno, 1991).
Sungai Boleleu merupakan sungai
yang terdapat di Desa Sidomakmur
Kecamatan
Sipora
Utara
Kabupaten
Kepulauan Mentawai. Desa Sidomakmur
mempunyai tiga Dusun yaitu Dusun Sinabak,
Dusun Boleleu dan Dusun Makoddiai.
Disepanjang sungai ini selain dimanfaatkan
sebagai
tempat
pemukiman
juga
dimanfaatkan untuk perladangan serta jalur
sungai bagi masyarakat yang menuju Dusun
Mapaddegat dengan alat transportasi sampan.
Disekitar sungai merupakan perladangan
masyarakat, pembukaan ladang di pinggir
sungai mengakitbatkan erosi. Erosi dapat
menyebabkan sungai menjadi sempit, dangkal
dan air menjadi keruh karena lumpur.
Menurut Nasution (2000), kekeruhan sungai
karena adanya lumpur yang menumpuk
berasal dari tanah yang terhanyut di dalam
sungai, dan juga sampah-sampah yang
terdapat di sungai. Kekeruhan tinggi
mengganggu insang ikan dalam menyerap
oksigen.
Sungai Boleleu juga dimanfaatkan
oleh penduduk sekitar untuk mencari ikan
dengan menggunakan pancing dan putas serta
keperluan rumah tangga seperti mandi dan
mencuci saat air sumur berkurang.
Penangkapan ikan dengan menggunakan
putas dapat menyebabkan kematian bagi ikan.
Akibat faktor lingkungan jenis ikan jadi
berkurang, jika hal ini terus berlanjut tentu
beberapa jenis ikan di sungai Boleleu akan
berkurang bahkan bisa punah. Berdasarkan
informasi dari masyarakat penangkap ikan,
jenis ikan yang terdapat di Sungai Boleleu
dari tahun sebelumnya, terdapat 19 jenis ikan
antara lain kalajat (Channa lucius), butek
baga (Crenimugil heterocheilos), kolomot
(Butis humeralis), pamemelak (Siganus
vermiculatus),
ngau-ngau
mata/tomina
(Anguilla
bicolor),
mujair
(Tilapia
mossambica), gegge (Apogon hyalosoma),
labo (Lutjanus argentimaculatus), roddot
(Terapon
jarbua),
kobut
(Anabas
testudineus), golak (Clarias batracus),
bruggai (Clarias meladerma), bue (Toxotes
microlepis),
bakkat
utek/gurami
(Osphronemus goramy), gai-gai (Ophiocara
porocephala), tuk-tuk be’be’ (Pristolepis
fasciata),
bulu
bailat
(Trichogaster
trichopterus), lakkanai (Ambassis urotaenia),
dan ilek (Anguilla marmorata). Namun jenis
ikan sekarang yang terdapat sebelum
dilakukan penelitian di Sungai Boleleu sekitar
8 jenis ikan yaitu kobut, butek baga, ilek, gaigai, kalajat, pamemelak, lakkanai dan
kolomot.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode survey
deskriptif,
yaitu
pengamatan
dan
pengambilan sampel langsung di lokasi
penelitian. Penelitian dilakukan dengan
menggunakan alat tangkap tradisional berupa
jaring insang hanyut dengan ukuran mata
jaring 0,5 inci untuk ikan yang berukuran
kecil dan mata jaring 0,8 inci untuk ikan yang
berukuran besar dan bubu panjang 50 cm,
berdiameter 20 cm. Penangkapan yang
dilakukan menggunakan jaring insang mulai
pagi hari (08.00-10.00 WIB) dan sore hari
(15.00-17.00 WIB), sedangkan bubu dipasang
18.00 WIB dan diangkat pukul 06.00 WIB.
Teknik pengambilan sampel adalah purposive
sampling
yaitu
pengambilan
sampel
dilakukan berdasarkan kondisi substrat
sungai. Stasiun I dengan kondisi sungai
berbatu, stasiun II dengan kondisi sungai
berpasir dan stasiun III dengan kondisi sungai
berlumpur.
Penelitian ini dilakukan pada 3 stasiun
yang berada disepanjang aliran sungai
Boleleu. Penentuan stasiun berdasarkan
kondisi sungai yang berbeda. Panjang
keseluruhan sungai dari dasar yang berbatu
hingga berlumpur adalah lebih kurang 12 km.
Stasiun I berlokasi dibagian dasar sungai
yang berbatu dengan jarak lebih kurang 3 km,
lebar sungai lebih kurang 5 meter, kedalaman
lebih kurang 0,70 meter, berair jernih tetapi
bila turun hujan air menjadi keruh, mengalir
cepat, pinggir sungai ditumbuhi pepohonan
besar dan juga terdapat lahan perladangan.
Stasiun ini dekat
dengan pemukiman
penduduk. Sehingga banyak ditemui kegiatan
masyarakat seperti menangkap ikan, mandi
dan mencuci.
Stasiun II berlokasi dibagian dasar
sungai yang berpasir dengan jarak lebih
kurang 2 km. Lebar sungai lebih kurang 5
meter, kedalaman lebih kurang 1,20 meter,
keruh, mengalir lambat, banyak ditumbuhi
pepohonan besar. Di seberang sungai
merupakan lahan perladangan masyarakat.
Untuk menuju perladangan, masyarakat dapat
melewati sungai dengan jembatan yang sudah
ada. Jarak antara sungai dengan tempat
penduduk tidak begitu jauh. Banyak ditemui
kegiatan mayarakat seperti menangkap ikan
dengan menggunakan pancing, bubu dan ada
juga yang menggunakan putas. Pada daerah
sungai yang bertebing, sering terjadi erosi
yang dapat mengakibatkan pendangkalan
pada dasar sungai. Erosi biasanya terjadi pada
saat hujan lebat.
Stasiun III berlokasi di bagian dasar
sungai yang berlumpur dengan jarak lebih
kurang 7 km. Lebar sungai lebih kurang 6
meter, kedalaman lebih kurang 2,50 meter,
keruh, airnya tenang, terdapat lahan
perladangan dan banyak ditumbuhi pohon
besar dan pinggir sungai bersemak. Jarak
antara sungai dengan tempat penduduk jauh.
Masyarakat juga sering menangkap ikan
dengan jaring.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian tentang Jenisjenis ikan di Sungai Boleleu Desa
Sidomakmur Kecamatan Sipora Utara
Kabupaten Kepulauan Mentawai, ditemukan
13 jenis ikan dalam 11 famili dan 4 ordo,
seperti yang tertera pada Tabel 1. Jumlah ikan
yang terbanyak ditemukan adalah dari jenis
Ophieleotris aporos dengan jumlah individu
78 dan yang sedikit adalah Anguilla bicolor
dan Oxygaster anomalura dengan jumlah 1
individu.
Tabel 1. Jenis - jenis ikan Sungai Boleleu Desa Sidomakmur Kecamatan Sipora Utara Kabupaten
Kepulauan Mentawai
Ordo/Sub
Ordo
Anguilliformis
Cypriniformes
Perciformes
a. Channoidei
b. Mugiloidei
c. Gobioidei
d. Percoidei
Siluriformis
Famili
1. Anguilidae
2. Cyprinidae
3. Channidae
4. Mugilidae
Spesies
1. Anguilla bicolor
2. Oxygaster anomalura
3. Channa lucius
4. Crenimugil
heterocheilos
5. Eleotrididae 5. Ophiocara
porocephala
6. Butis humeralis
6. Gobiidae
7. Glossogobius
intermedius
7. Apogonida 8. Apogon hyalosoma
8. Carangidae 9. Caranx sexfasciatus
9. Chandidae
10. Ambassis urotaenia
11. Parambasis
apogonoides
10. Cichlidae
12. Tilapia mossambica
11. Clariidae
13. Clarias batracus
Jumlah
Nama
lokal
Tomina
Tala talak
Jumlah
Individu
Ja
Bu
ring bu
0
1
1
0
To
tal
1
1
Kalajat
Bute’ baga
77
4
1
0
78
4
Gai-gai
50
3
53
Kolomot
Poroipoi
14
4
7
0
21
4
Gegge
Let-let
Lakkanai
Sogga
8
8
60
38
0
0
0
2
8
8
60
40
Ibat sareu
Golak
18
0
282
0
6
20
18
6
302
Tabel 2. Ikan-ikan yang tertangkap berdasarkan alat tangkap selama penelitian pada masingmasing stasiun penangkapan di Sungai Boleleu Desa Sidomakmur Kecamatan Sipora
Utara Kabupaten Kepulauan Mentawai
Stasiun
Famili
Spesies
Nama
To
I
II
III
lokal
tal
Ja
Bu
Ja
Bu
Ja
Bu
ring
bu
ring
bu
ring
bu
Anguilla bicolor
Tomina
0
0
0
0
0
1
1
Anguilidae
Oxygaster
Tala talak
1
0
0
0
0
0
1
Cyprinidae
anomalura
Kalajat
9
0
12
1
56
0
78
Channoidei Channa lucius
Crenimugil
Bute’ baga
0
0
0
0
4
0
4
Mugilidae
heterocheilos
Gai-gai
2
1
9
2
39
0
53
Eleotrididae Ophiocara
porocephala
Butis humeralis
Kolomot
3
2
5
3
6
2
21
Glossogobius
Poroipoi
0
0
3
0
1
0
4
Gobiidae
intermedius
Apogon
Gegge
0
0
3
0
5
0
8
Apogonida
hyalosoma
Let-let
0
0
2
0
6
0
8
Carangidae Caranx
sexfasciatus
Ambassis
Lakkanai
5
0
20
0
35
0
60
Chandidae
urotaenia
Cichlidae
Clariidae
Parambasis
apogonoides
Tilapia
mossambica
Clarias batracus
Sogga
32
2
1
0
5
0
40
Ibat sareu
0
0
3
0
15
0
18
Golak
0
0
0
0
0
6
6
5
58
6
172
Jumlah berdasarkan alat tangkap
Jumlah total
52
57
64
181
9
302
Parameter fisika dan kimia yang dapat mendukung kehidupan ikan selama pengambilan
sampel dapat dilihat pada Tabel 3. Pengukuran meliputi suhu air, pH air dan kecepatan arus.
Tabel 3. Parameter Fisika dan Kimia air di Sungai Boleleu Desa Sidomakmur Kecamatan Sipora
Utara Kabupaten Kepulauan Mentawai
Parameter
Stasiun 1
Stasiun II
Stasiun III
Suhu (°C)
26
26,5
26,5
Ph
8
7
7
Kecepatan Arus (m/dtk)
0,13
0,24
0,26
Substrat
Batu
Pasir
Lumpur
Keadaan air
Jernih
Keruh
Keruh
Selama
periode
penangkapan
diperoleh 13 jenis ikan dengan jumlah total
302 individu. Pada stasiun I (berbatu)
ditemukan sebanyak 6 jenis (Oxygaster
anomalura, Butis humeralis, Ophiocara
porocephala, Chana lucius, Parambasis
apogonoides dan Ambassis
urotaenia)
dengan jumlah 57 individu. Sedikitnya
spesies dan jumlah ikan yang didapatkan
karena adanya aktivitas penduduk yang dapat
mengganggu keberadaan ikan, seperti mandi
dan mencuci. Di mana di stasiun I terdapat
pemukiman penduduk, ladang penduduk yang
ada di pinggiran aliran sungai. Jenis ikan
yang paling banyak ditemukan pada stasiun I
adalah Ambassis
urotaenia, dikarenakan
faktor substrat yang mendukung keberadaan
jenis ikan tersebut berkembang biak dan
merupakan ikan konsumsi yang kurang
diminati masyarakat. Sedangkan jenis ikan
yang tidak ditemukan pada stasiun I ini
adalah 7 jenis ikan (Anguilla bicolor,
Crenimugil heterocheilos, Glossogobius
intermedius, Clarias batracus, Caranx
sexfasciatus, Tilapia mossambica dan Apogon
hyalosoma), tidak tertangkapnya jenis ikan
ini diduga disebabkan kondisi sungai yang
tidak mendukung kebiasaan ikan tersebut
karena banyak aktivitas penduduk seperti
mandi dan mencuci, sehingga sungai tercemar
dan banyak sampah, seperti yang di
ungkapkan Widagdo (1996) dalam Juwito
(2011) menyatakan kebiasaan ikan air tawar
menyukai air yang tidak banyak sampahnya
seperti kaleng-kaleng bekas, plastik, kertas
dan lainnya.
Pada stasiun II (berpasir) ditemukan
sebanyak 9 jenis (Chana lucius, Ophiocara
porocephala, Butis humeralis, Glossogobius
intermedius, Apogon hyalosoma, Caranx
sexfasciatus,
Parambasis
apogonoides,
Ambassis
urotaenia
dan
Tilapia
mossambica) dengan jumlah 64 individu.
Jumlah jenis ikan di stasiun II lebih banyak
ditemukan daripada stasiun I dan lebih sedikit
dari stasiun III. Jumlah ikan pada stasiun II
masih tergolong rendah, disebabkan karena
dekat dengan lahan perladangan masyarakat,
terdapat potongan kayu dan bambu yang
dibuang disungai, sehingga menggangu
aktivitas ikan, erosi dipinggir sungai
menyebabkan pendangkalan pada sungai,
karena menimbulkan sedimentasi dan partikel
padat tersuspensi. Peningkatan sedimentasi
dapat menghambat pergerakan ikan, yang
akan mengurangi ketersediaan makanan bagi
ikan. Konsekuensinya, proses sedimentasi
mengurangi ketersediaan habitat untuk
bertelur mengurangi aktivitas bertelur dan
meningkatkan kematian telur dan larva
(anakan) (Wagiman, 2008) dalam Juliati
(2015). Cara penangkapan ikan yang
masyarakat lakukan juga memperkecil jumlah
ikan yang bertahan pada stasiun ini, cara
penangkapan yang dimaksud seperti dengan
menggunakan putas. Penangkapan seperti ini
dapat
menyakibatkan
gangguan
bagi
organisme yang ada disungai.
Sedangkan jenis ikan yang tidak
ditemukan pada stasiun II adalah 4 jenis ikan
(Anguilla
bicolor,
Clarias
batracus,
Oxygaster anomalura dan Crenimugil
heterocheilos), tidak tertangkapnya jenis ikan
ini diduga disebabkan sifat ikan itu sendiri
yakni ikan yang suka hidup didasar sungai
sehingga tergolong ikan liar. Ikan yang paling
banyak ditemukan pada stasiun II adalah
Parambasis apogonoides. Banyak jenis ikan
tersebut
ditemukan
diduga
karena
(Parambasis apogonoides) masih dapat
beradaptasi pada kondisi perairan ini, selain
itu ikan Parambasis apogonoides kurang
diminati masyarakat karena memiliki nilai
ekonomis yang rendah sehingga jarang
melakukan penangkapan.
Pada stasiun III (berlumpur) jenis ikan
yang ditemukan 12 jenis (Anguilla bicolor,
Chana lucius, Crenimugil heterocheilos,
Ophiocara porocephala, Butis humeralis,
Glossogobius
intermedius,
Apogon
hyalosoma, Caranx sexfasciatus, Parambasis
apogonoides, Ambassis urotaenia, Tilapia
mossambica dan Clarias batracus) dengan
total 181 individu. Banyaknya jumlah ikan
yang ditemui di stasiun III karena didukung
oleh faktor lingkungan yang mendukung,
seperti kondisi sungai yang jauh dari
pemukiman penduduk sehingga ekosistem
sungai belum terganggu oleh aktivitas
masyarakat, suhu yang relatif normal (tabel 3)
karena masih banyak terdapat pohon-pohon
besar dan semak-semak tempat berlindung
ikan yang menutupi pinggiran sungai.
Menurut Widagdo (1996) dalam Juwito
(2011) menyatakan ikan air tawar sangat
senang dengan tumbuhan air bisa digunakan
untuk berlindung bila sinar matahari terlalu
panas menerpa permukaan air dan tumbuhan
air
bisa digunakan sebagai tempat
bersembunyi jika merasa terganggu atau
takut.
Jenis ikan yang paling banyak
ditemukan adalah Anguilla bicolor dan
Clarias batracus. Banyak jenis ikan tersebut
ditemukan merupakan jenis ikan yang
hidupnya pada dasar sungai yang berlumpur.
Sedangkan jenis ikan yang tidak tertangkap
pada stasiun III hanyalah 1 jenis (Oxygaster
anomalura). Menurut masyarakat penangkap
ikan, jenis ikan ini memang sulit untuk
didapatkan karena sifat ikan yang suka
bersembunyi didasar sungai seperti kayu dan
batu yang melintang didasar sungai.
Selama penelitian jumlah spesies yang
paling banyak ditemukan adalah Chana
lucius yang dapat ditemukan pada semua
stasiun yaitu 25,82% dari jumlah total ikan
yang didapatkan, diikuti oleh Ambassis
urotaenia 19,86%, Ophiocara porocephala
17,54% dan Parambasis apogonoides
13,24%. Bila dibandingkan ketiga stasiun
maka jenis ikan yang paling banyak adalah
stasiun III.
Berdasarkan hasil wawancara jenisjenis ikan yang jarang ditemukan oleh
masyarakat Boleleu, selama penelitian juga
tidak ditemukan, karena selama penelitian
alat yang digunakan hanya alat yang
direkomendasikan
oleh
pemerintah
berdasarkan Undang-Undang Nomor 45
Tahun 2009 Kementrian Kelautan dan
Perikanan. Sedangkan warga setempat yang
pernah menemukan ikan yang jarang
ditemukan tersebut menggunakan bahan dan
alat yang berbahaya bagi kehidupan ikan
seperti putas. Namun jenis ikan yang lama
telah ditemukan saat penangkapakan ikan
dengan menggunakan jaring dan bubu, jenis
ikan tersebut seperti tomina, gegge, golak dan
gai-gai. Bahkan juga ditemukan spesies baru
dengan nama lokalnya tala talak, poroipoi,
sogga, ibat sareu dan let-let.
Faktor abiotik juga dapat mendukung
kehidupan ikan di perairan seperti suhu, pH
dan kecepatan arus (tabel 3). Suhu air pada
stasiun I 26°C, stasiun II 26,5°C dan stasiun
III 26,5°C jadi rata-rata suhu yang diperoleh
ketiga stasiun yaitu 26,3°C. Suhu pada setiap
stasiun relatif baik untuk perkembangan ikan
karena didukung oleh tumbuh-tumbuhan
disekitar sungai, seperti yang diungkapkan
Djuahanda (1981) bahwa faktor abiotik (pH,
suhu, cahaya dan lain sebagainya) seperti
dengan adanya naungan berupa pohon dan
semak yang ada di pinggiran sungai dapat
menghambat naiknya suhu, habitat seperti ini
sangat disukai ikan. Selain itu juga perairan
sungai yang luas akan memberikan bentuk
kondisi yang lebih banyak, sehingga dapat
mempunyai banyak ragam jenis ikan, lebih
luas suatu perairan sungai memungkinkan
dapat didatangi oleh banyak macam ikan dan
memberikan ikan lebih leluasa bergerak
bebas di dalamnya. Mengacu pada Cahyono
(2001) pada temperatur yang rendah, proses
pencernaan makanan pada ikan akan
berlangsung lambat, sedangkan pada suhu
yang hangat, proses pencernaan ikan
berlangsung cepat. Dengan demikian suhu
akan mempengaruhi nafsu makan ikan,
bahwa suhu yang baik untuk pertumbuhan
ikan berkisar antara 25°C-29°C.
Derajat keasaman (pH) yang diukur
pada stasiun I adalah 8, stasiun II dan Stasiun
III pH 7. Menurut Arie (2003) dalam Juwito
(2011) ukuran nilai pH adalah 1-14 dengan
angka 7 merupakan angka normal.
Berdasarkan hal tersebut nilai pH pada
stasiun I masih dalam keadaan kurang baik
karena menyebabkan produktifitas ikan
menurun, sedangkan pada stasiun II dan III
dalam kisaran yang sesuai untuk kehidupan
ikan.
Kecepatan arus di perairan sungai
Boleleu
pada
setiap
stasiun
tidak
memperlihatkan perbedaan yang besar,
kecepatan arus selama pengamatan ketiga
stasiun berkisar antara 0,13-0,26 m/dtk.
Menurut Effendi (2003) kecepatan
arus, erosi dan sedimentasi merupakan
fenomena yang biasa terjadi di sungai
sehingga kehidupan flora dan fauna sangat
dipengaruhi oleh ketiga variabel tersebut.
Salah satu ciri stasiun I berarus cepat,
sehingga jenis yang ditemukan adalah jenis
ikan yang menyukai air sungai yang berarus
cepat. Stasiun II dapat dicirikan adanya erosi
di tebing sungai yang mungkin terjadi karena
peristiwa alam atau karna aktivitas
masyarakat seperti pembukaan ladang di
pinggir sungai. Kondisi arus stasiun III masih
mendukung keberadaan jenis dan jumlah ikan
di sungai.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan ditemukan ikan di sungai
Boleleu sebanyak 13 jenis termasuk 10 famili
dan 4 ordo. Jumlah ikan yang didapat selama
periode penelitian yaitu 203 individu dan
terbanyak didapatkan adalah dari Ordo
Perciformes yang terdiri dari 7 famili dengan
10 jenis ikan. Jumlah individu yang paling
banyak ditemukan adalah Ophieleotris
aporos dan ditemukan pada semua stasiun
(25,82% dari jumlah total ikan yang
didapatkan), diikuti oleh Ambassis urotaenia
(19,86%), Ophiocara porocephala (17,54%)
dan Parambasis apogonoides (13,24%). Jenis
ikan yang paling banyak ditemukan pada
stasiun III.
Berdasarkan pengalaman dan hasil
yang diperoleh melalui penelitian ini,
ditemukan jenis ikan dengan jumlah individu
sedikit seperti Anguilla bicolor, Oxygaster
anomalura,
Crenimugil
heterocheilos,
Glossogobius
intermedius,
Apogon
hyalosoma, Caranx sexfasciatus dan Clarias
batracus, Sehubungan dengan itu disarankan
masyarakat perlu mengurangi aktivitas yang
dapat mengganggu kehidupan ikan di sungai
Boleleu.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Cahyono, B. 2001. Budidaya Ikan Di
Perairan
Umum.
Yogyakarta:
Kanisius.
Djuhanda, T. 1981. Dunia Ikan. Bandung:
Armico.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi
Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan
Perairan.
Kasinus.
Yogyakarta.
Juliati, Eka. 2015. Jenis-jenis Ikan yang
Tertangkap
di
Batang
Salido
Kecamatan IV Kabupaten Pesisir
Selatan. Skripsi. STKIP PGRI
Sumatera Barat.
Juwito, Hendrikus. 2011. Jenis-jenis Ikan
yang Tertangkap di Sungai Simalulua
Desa Maileppet Kecamatan Siberut
Selatan
Kabupaten
Kepulauan
Mentawai. Skripsi. STKIP PGRI
Sumatera Barat.
Nasution, Syahroma Husni. 2000. Ikan Hias
Air Tawar: Rainbow. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Permen Kelautan dan Perikanan. 2010.
Tentang Penggunaan Alat Tangkap
Ikan
Tahun
2010.
(http://infohukum.kkp.go.id/files_kepm
en/KEP%2006%20
MEN%
2020101.pdf, dikases tanggal 1 Mei
2015).
Soewarno. 1991. Hidrologi Pengukuran dan
Pengolahan Data Aliran Sungai
(Hidrometrik). Bandung: Nova.
Download