Word Macro Virus.... it just fun

advertisement
MIFTAHUL RAHMAH|1
AKIBAT HUKUM TERHADAP PERSEROAN TERBATAS ATAS
KETERLAMBATAN PENGAJUAN PERMOHONAN PERSETUJUAN DAN
PEMBERITAHUAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KEPADA
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
MIFTAHUL RAHMAH
ABSTRACT
The role and liability of the Notary are to ensure whether the call for the
RUPS (General Meeting of the Shareholders) is made which is in line with Article 82
of the Law on Limited Company, includes the agenda of the RUPS, ensures that the
stakeholders attending the meeting matches the most recent list of the shareholders,
makes minutes of the meeting and is responsible for the application of the addendum
of the article of association to the Minister. The obstructions are caused by some
factors such as the limited company incomplete data, management, application cost,
unregistered addendum of the article of association, unsuitable data, Notary’s
negligence and weakness in the laws. Moreover, the legal consequences to the
Limited Company for its late application of the addendum of the articles of
association to the Minister or that the addendum has not been recorded in the
Limited Company List run by the Ministry of Law and Human Rights is that the
Ministry can refuse all applications for then addendum. Consequently, it will cause
difficulty for the limited company when it needs some credit from the bank because
the bank will require a memorandum of association or its last addendum of articles of
association.
Keywords: Limited Company, Notary, Application of Addendum of Articles of
Association to the Minister.
I.
PENDAHULUAN
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas, menyebutkan :
“Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan
hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan
perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya
terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya”.
Pendirian perseroan berdasarkan Pasal 1313 Kitab Undang-undang Hukum
Perdata (KUHPerdata), yang menyebutkan “suatu perjanjian adalah suatu perbuatan
MIFTAHUL RAHMAH|2
dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau
lebih”.1 Namun perjanjian tersebut harus dibuat dalam format tertentu atau harus
melalui pejabat yang berwenang untuk itu. Artinya, untuk mendirikan Perseroan
Terbatas tidak dapat dilakukan hanya berdasarkan kesepakatan para pihak. Pendirian
Perseroan Terbatas harus dibuat berdasarkan akta Notaris yang disebut sebagai akta
Pendirian. Rumusan Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas menyatakan bahwa “akta pendirian memuat anggaran dasar dan
keterangan lain berkaitan dengan pendirian Perseroan”. Akta pendirian yang terdiri
dari anggaran dasar dan berbagai keterangan lainnya mengatur segala hak dan
kewajiban dari pihak-pihak yang membuatnya. Dengan kata lain, akta pendirian
adalah undang-undang yang mengikat para pihak yang membuatnya.2 Anggaran dasar
Perseroan Terbatas sekurang-kurangnya memuat :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
a.
b.
c.
Nama dan tempat kedudukan Perseroan Terbatas;
Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan Terbatas;
Jangka waktu berdirinya Perseroan;
Besarnya jumlah modal dasar, modal yang ditempatkan, dan modal yang
disetor;
Jumlah saham, jumlah klasifikasi saham apabila ada berikut jumlah saham
untuk tiap klasifikasi, hak-hak yang melekat pada setiap saham, dan nilai
nominal setiap saham;
Susunan, jumlah dan nama anggota Direksi dan Komisaris;
Penetapan tempat dan tata cara penyelesaian RUPS;
Tata cara pemilihan, pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian anggota
Direksi dan Komisaris;
Tata cara penggunaan laba dan pembagian dividen, dan;
Ketentuan-ketentuan lain menurut undang-undang ini.
Anggaran dasar tidak boleh memuat ketentuan tentang :
Penerimaan bunga tetap atas saham;
Pemberian manfaat pribadi kepada pendiri atau pihak lain;
Ketentuan lain yang tidak bertentangan dengan Undang-Undang Perseroan
Terbatas.3
Apabila hendak melakukan perubahan anggaran dasar Perseroan harus
1
M.Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, (Jakarta : Sinar Grafika, 2015), hal. 162.
Mulhadi, Hukum Perusahaan Bentuk-bentuk Badan Usaha di Indonesia, Ghalia Indonesia,
Bogor, 2010, hal. 92.
3
M. Yahya Harahap, Op.Cit., hal. 197.
2
MIFTAHUL RAHMAH|3
memenuhi persyaratan tertentu. Perubahan anggaran dasar ditetapkan oleh RUPS.
Acara mengenai perubahan anggaran dasar wajib dicantumkan dengan jelas dalam
pemanggilan RUPS.4
Perseroan yang hendak melakukan perubahan anggaran dasar sebagaimana
yang ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas mengharuskan Notaris berperan serta dengan terlibat dalam proses
pembuatan akta dan penyampaian data perubahan kepada Menteri Hukum dan HAM.
Dalam ketentuan Pasal 21 ayat (4) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas menyebutkan bahwa “Perubahan anggaran dasar sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan (3) dimuat atau dinyatakan dalam akta Notaris dalam
bahasa Indonesia”. Keputusan perubahan anggaran dasar yang tidak dimuat dalam
akta berita acara rapat yang dibuat Notaris harus dinyatakan dalam akta Notaris
paling lambat 30 ( tiga puluh) hari sejak tanggal keputusan rapat umum pemegang
saham (RUPS).5
Perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas ada 2 (dua) macam, yaitu
perubahan anggaran dasar yang memerlukan persetujuan Menteri Hukum dan HAM,
maupun perubahan anggaran dasar yang tidak memerlukan persetujuan Menteri
Hukum dan HAM. Perubahan anggaran dasar yang memerlukan persetujuan Menteri
Hukum dan HAM adalah mengenai :
1. Nama Perseroan Terbatas dan/atau tempat kedudukan Perseroan Terbatas
2. Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan Terbatas
3. Jangka waktu berdirinya Perseroan Terbatas
4. Besarnya modal dasar
5. Pengurangan modal ditempatkan dan disetor, dan/atau
6. Status Perseroan terbatas yang tertutup menjadi Perseroan Terbuka atapun
4
Frans Satrio Wicaksono, Tanggung Jawab Pemegang Saham, Direksi, dan Komisaris
Perseroan Terbatas (PT), Visimedia, Jakarta, 2009, hal. 48.
5
Herliene Budiono, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang Kenotariatan Buku Kedua,
(Bandung : Citra Aditya Bakti, 2013), hal. 107.
MIFTAHUL RAHMAH|4
sebaliknya.6
Sedangkan perubahan anggaran dasar selain dari yang disebutkan pada
angka 1 sampai dengan angka 6 di atas, tidak perlu memperoleh persetujuan dari
Menteri Hukum dan HAM. Misalnya perubahan anggaran dasar yang tidak
memerlukan persetujuan Menteri Hukum dan HAM adalah perubahan susunan
direksi, komisaris atau pembukaan cabang Perseroan Terbatas di suatu daerah.
Perubahan semacam ini hanya cukup diberitahukan kepada Menteri Hukum dan
HAM.
Perubahan anggaran dasar Perseroan yang dimuat dalam akta Notaris dengan
mana Notaris selaku kuasa dari Direksi mengajukan permohonan kepada Menteri
Hukum dan HAM melalui internet dengan sistem online yang disebut dengan Sistem
Administrasi Badan Hukum (SABH). SABH adalah pelayanan jasa teknologi
informasi Perseroan secara elektronik yang diselenggarakan oleh Ditjen AHU.
Perubahan tersebut dilakukan dengan melakukan pengisian data pada Format Isian
Perubahan Anggaran Dasar dan/atau Data Perseroan yang selanjutnya disebut Format
Perubahan yang dilengkapi keterangan mengenai dokumen pendukung.
Permohonan persetujuan atau pemberitahuan atas perubahan anggaran dasar
Perseroan tersebut harus telah diajukan kepada Menteri Hukum dan HAM paling
lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal akta Notaris yang memuat
perubahan anggaran dasar, sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 21 ayat (7)
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Dengan
demikian perlu dicermati apabila terjadi keterlambatan dalam hal permohonan
pengajuan dan pemberitahuan perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas kepada
Menteri Hukum dan HAM karena telah lewat jangka waktunya, maka apa yang
menjadi akibat hukum terhadap Perseroan Terbatas serta bagaimana upaya untuk
menyikapi hal tersebut.
Sehubungan dengan uraian di atas, maka perlu suatu penelitian lebih lanjut
6
M. Yahya Harahap, Op.Cit., hal. 30.
MIFTAHUL RAHMAH|5
mengenai perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas yang akan dituangkan ke
dalam judul tesis “Akibat Hukum Terhadap Perseroan Terbatas atas Keterlambatan
Pengajuan Permohonan Persetujuan dan Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar
Kepada Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia”.
Rumusan masalah penelitian ini, adalah :
1. Bagaimana peran dan tanggung jawab Notaris terhadap perubahan anggaran dasar
Perseroan Terbatas?
2. Hambatan apa saja yang dihadapi oleh Notaris dalam menerapkan proses
pengajuan permohonan persetujuan dan pemberitahuan perubahan anggaran dasar
Perseroan Terbatas?
3. Bagaimana akibat hukum terhadap Perseroan Terbatas atas keterlambatan
pengajuan permohonan persetujuan dan pemberitahuan perubahan anggaran dasar
kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia serta upaya yang dapat dilakukan
untuk menyikapinya?
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian
ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis peran dan tanggung jawab Notaris terhadap
perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas;
2. Untuk mengetahui dan menganalisis hambatan yang dihadapai oleh Notaris dalam
menghadapi proses pengajuan permohonan persetujuan dan pemberitahuan
perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis akibat hukum terhadap Perseroan Terbatas
atas keterlambatan pengajuan permohonan persetujuan dan pemberitahuan
perubahan anggaran dasar kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia serta
upaya yang dapat dilakukan untuk menyikapinya.
II. Metode Penelitian
Metode (Inggris: method, Latin: methodus, Yunani: methodos-meta berarti
sesudah, diatas, sedangkan hodos, berarti suatu jalan, suatu cara). Mula-mula metode
MIFTAHUL RAHMAH|6
diartikan secara harfiah sebagai suatu jalan yang harus ditempuh, menjadi
penyelidikan atau penelitian berlangsung menurut suatu rencana tertentu.7
1. Jenis Penelitian dan Sifat Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam tesis ini adalah penelitian yuridis
normatif yaitu penelitian hukum yang menggunakan sumber data sekunder atau data
yang diperoleh melalui bahan-bahan pustaka dengan meneliti sumber-sumber bacaan
yang relevan dengan tema penelitian, meliputi penelitian terhadap asas-asas hukum,
sumber-sumber hukum, teori hukum, buku-buku, peraturan perundang-undangan
yang bersifat teoritis ilmiah serta dapat menganalisa permasalahan yang dibahas.8
Penelitian hukum normatif dikonsepkan sebagai apa yang tertulis di dalam
peraturan perundang-undangan (law in the books) atau hukum yang dikonsepkan
sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berprilaku manusia yang
dianggap pantas.9
Dalam hal ini dilakukan studi pustaka yang segala sesuatunya berkaitan
dengan pengaturan hukum mengenai Akibat Hukum Terhadap Perseroan Terbatas
atas Keterlambatan Pengajuan Permohonan Persetujuan dan Pemberitahuan
Perubahan Anggaran Dasar Pada Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia.
Penelitian ini juga bersifat deskriptif analitis, artinya bahwa penelitian ini
termasuk lingkup penelitian yang menggambarkan, menelaah dan menjelaskan secara
tepat serta menganalisis peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan akibat
hukum terhadap Perseroan Terbatas atas keterlambatan pengajuan permohonan
persetujuan dan pemberitahuan perubahan anggaran dasar pada Menteri Hukum dan
HAM.
2. Sumber Data Penelitian
Berhubung karena metode penelitian adalah penelitian hukum normatif
7
Tampil Anshari Siregar, Metodologi Penelitian Hukum Penulisan Skripsi, (Medan : Pustaka
Bangsa Press, 2005), hal. 15.
8
Johny Ibrahim, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Malang : Bayu Media
Publishing, 2008), hal. 25-26.
9
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : UI Pers, 2007), hal. 43.
MIFTAHUL RAHMAH|7
maka sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari
bahan penelitian yang berupa bahan-bahan hukum, yang terdiri dari bahan hukum
primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier, seperti:
a. Bahan Hukum Primer yaitu bahan-bahan hukum atau dokumen peraturan yang
mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang berupa bahan pustaka yang
berisikan peraturan Perundang-undangan, yang antara lain terdiri dari:
1. Kitab Undang-undang Hukum Perdata;
2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas;
3. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris;
4. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor
4 Tahun 2014 Tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan
Hukum dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar Serta Penyampaian
Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar dan Perubahan Data Perseroan
Terbatas.
b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang erat kaitannya dengan bahan
hukum primer berupa buku-buku yang berhubungan dengan objek yang diteliti.
c. Bahan hukum tersier, yakni yang memberikan informasi lebih lanjut mengenai
bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus hukum dan kamus
besar Bahasa Indonesia.10
Selain data sekunder sebagai sumber data utama, dalam penelitian ini juga
digunakan data pendukung yang diperoleh dari wawancara dengan pihak yang telah
ditentukan sebagai informan yaitu pada Kantor Notaris di Medan.
3. Teknik Pengumpulan Data
Adapun untuk mendapatkan data yang diperlukan, pengumpulan data
dilakukan melalui tahap-tahap penelitian antara lain sebagai berikut:
a.
Studi Kepustakaan (Library Research)
Studi kepustakaan yaitu menghimpun data dari hasil penelaahan bahan
10
Ibid., hal. 23-24.
MIFTAHUL RAHMAH|8
pustaka atau data sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum
sekunder dan bahan hukum tersier. Untuk memperoleh data sekunder yang berupa
bahan hukum primer, hukum sekunder dan hukum tersier dalam penelitian ini akan
menggunakan alat penelitian studi dokumen/pustaka atau penelitian pustaka
(library research) yaitu dengan cara mengumpulkan semua peraturan Perundangundangan, dokumen-dokumen hukum dan buku-buku yang berkaitan dengan
rumusan masalah penelitian.11
b.
Pedoman Wawancara
Wawancara adalah situasi peran antar pribadi bertatap muka, ketika
seseorang yakni pewawancara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dirancang
untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian tesis
ini kepada seorang responden.12
Hasil wawancara yang diperoleh akan digunakan sebagai data pendukung
dalam penelitian ini. Data tersebut diperoleh dari pihak-pihak yang telah
ditentukan sebagai informan yaitu Notaris Suprayitno,S.H., M.Kn di Medan, dan
Notaris Indira Teratai Anniezoen Harahap, S.H di Kota Medan.
4. Analisis Data
Dalam suatu penelitian sebelumnya perlu disusun secara sistematis
kemudian akan dianalisis dengan menggunakan prosedur logika ilmiah yang sifatnya
kualitatif. Kualitatif berarti akan dilakukan analisa data yang bertitik tolak dari
penelitian terhadap asas atau prinsip sebagaimana yang diatur di dalam bahan hukum
primer.13
Semua data sekunder yang diperoleh dari penelitian kepustakaan
(libraryresearch) kemudian disusun secara berurutan dan sistematis dan selanjutnya
dianalisa dengan menggunakan metode kualitatif sehingga diperoleh gambaran secara
11
Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris,
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010), hal. 156-159.
12
Amiruddin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2006),
hal.82.
13
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Sinar Grafika, 2009), hal. 105.
MIFTAHUL RAHMAH|9
menyeluruh tentang gejala dan fakta yang terdapat dalam masalah yang akan diteliti.
Selanjutnya ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode deduktif, yaitu cara
berpikir yang dimulai dari hal-hal yang umum untuk selanjutnya menarik hal-hal
yang khusus dengan menggunakan ketentuan berdasarkan pengetahuan umum seperti
teori-teori, dalil-dalil atau prinsip-prinsip dalam bentuk proposisi-proposisi untuk
menarik kesimpulan terhadap fakta-fakta yang bersifat khusus.14
III. HASIL PENELITIAN
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
menyebutkan, perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas dibagi menjadi 2 (dua)
macam antara lain :
a) Perubahan anggaran dasar yang memerlukan persetujuan Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia yang di daftarkan dalam daftar perusahaan;
b) Perubahan anggaran dasar yang tidak memerlukan persetujuan Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia.
Perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas yang memerlukan persetujuan
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia adalah mengenai :
a) Nama Perseroan Terbatas dan/atau tempat kedudukan Perseroan Terbatas;
b) Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan Terbatas;
c) Jangka waktu berdirinya Perseroan Terbatas;
d) Besarnya modal dasar;
e) Pengurangan modal ditempatkan dan disetor, dan/atau
f) Status Perseroan Terbatas yang tertutup menjadi Perseroan Terbatas yang Terbuka
ataupun sebaliknya.
Perubahan anggaran dasar lain selain yang disebutkan dalam Pasal 21 ayat
(2), tidak perlu memperoleh persetujuan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dan
hanya diberitahukan kepada Menteri, terdiri atas :
14
Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, Op.Cit., hal. 109.
MIFTAHUL RAHMAH|10
a) Penggantian dan/atau pemberhentian Direktur utama dan Direksi;
b) Penggantian dan/atau pemberhentian Komisaris utama dan Komisaris;
c) Perubahan tata cara pengangkatan, penggantian, pemberhentian dan jumlah
anggota Direksi dan Komisaris;
d) Perubahan tata cara penggunaan laba dan pembagian dividen;
e) Perubahan jumlah saham, klasifikasi saham apabila ada berikut jumlah saham
untuk tiap klasifikasi, hak-hak yang melekat pada setiap saham, dan nilai nominal
setiap saham.15
Perubahan anggaran dasar tersebut mulai berlaku semenjak tanggal
diterbitkannya Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia mengenai
persetujuan perubahan anggaran dasar dan untuk perubahan anggaran dasar yang
hanya diberitahukan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, mulai berlaku
sejak tanggal diterbitkannya surat penerimaan pemberitahuan perubahan anggaran
dasar oleh menteri.16
Perubahan anggaran dasar dimuat dan dinyatakan dalam akta Notaris dalam
bahasa Indonesia. Permohonan persetujuan dan pemberitahuan perubahan anggaran
dasar diajukan kepada Menteri paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak
tanggal akta Notaris yang memuat perubahan anggaran dasar. Apabila setelah lewat
batas waktu 30 (tiga puluh) hari, permohonan persetujuan atau pemberitahuan
perubahan anggaran dasar tidak dapat diajukan atau disampaikan kepada Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia.17
Notaris yang dihadirkan di dalam RUPS oleh pemegang saham bertugas
untuk membuat Berita Acara RUPS atau Akta Risalah Rapat dalam kedudukannya
sebagai pejabat umum sebagaimana yang dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (1) UndangUndang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris serta juga berperan untuk
memastikan agar sayarat-syarat pelaksanaan RUPS telah terpenuhi termasuk juga
15
M.Yahya Harahap, Op.Cit., hal.201.
Pasal 23 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
17
Gunawan Widjaja, 150 Tanya Jawab Tentang Perseroan Terbatas, (Jakarta : Forum
Sahabat, 2008), hal.21.
16
MIFTAHUL RAHMAH|11
dalam hal apabila RUPS melakukan voting, Notaris harus memastikan agar keputusan
yang diambil mempunyai kekuatan hukum. Bentuk dari peranan dan tanggung jawab
Notaris dalam pelaksanaan RUPS antara lain :
a) Sebelum pelaksanaan RUPS
1. Memastikan pemanggilan kepada pemegang saham telah dilakukan sesuai
dengan ketentuan undang-undang.
Sebelum pelaksanaan RUPS, Perseroan Terbatas harus mengadakan
pemanggilan kepada pemegang saham sesuai dengan ketentuan Pasal 82 ayat
(1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dalam
hal ini Notaris harus memastikan dengan melihat tanggal pada surat
pemanggilan apakah jangka waktu 14 (empat belas) hari, tidak termasuk
tanggal RUPS dan tanggal surat panggilan telah terpenuhi.
2. Notaris harus mengetahui agenda dalam RUPS
Sebelum pemanggilan atau pengumuman dilakukan ada baiknya
agenda rapat diberitahukan terlebih dahulu kepada Notaris, karena pada saat
pengumuman dan pemanggilan Perseroan harus mencantumkan apa yang
hendak dilaksanakan, apakah RUPS Tahunan dan RUPS Luar Biasa atau hanya
salah satunya saja.
b) Saat Pelaksanaan RUPS
1. Pada hari pelaksanaan RUPS dan pada saat sebelum RUPS dimulai, Notaris
harus memastikan bahwa pemegang saham yang hadir adalah nama-nama
pemegang saham yang termasuk di dalam Daftar Pemegang Saham Perseroan
(DPS) yang terbaru. Apabila pemegang saham adalah badan hukum, maka
Notaris harus memeriksa anggaran dasarnya apakah yang hadir merupakan
orang yang berhak mewakili badan hukum tersebut atau apabila yang hadir
merupakan kuasanya maka Notaris harus memastikan bahwa yang memberi
kuasa adalah memang orang yang berhak untuk memberikan kuasa yang
mewakili badan hukum tersebut. Hal yang sama juga berlaku untuk pemegang
saham perseorangan yang memberikan kuasanya kepada orang lain. Dalam
hal pemberian kuasa, apabila ada pemegang saham yang memberikan kuasa
kepada anggota Direksi atau Dewan Komisaris dari Perseroan yang
bersangkutan, maka Notaris harus menginformasikan bahwa apabila nanti
terjadi voting suara dari anggota Direksi atau Dewan Komisaris Perseroan
yang bertindak sebagai penerima kuasa tidak akan diperhitungkan
sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 85 ayat (4) Undang-Undang
Perseroan Terbatas.
2. Notaris juga harus menghitung kuorum dalam rapat, ketika rapat akan dimulai
Notaris harus menghitung berapa keseluruhan saham yang hadir apakah sudah
mencapai kuorum atau belum. Tercapai atau tidaknya kuorum dalam rapat
juga tergantung dari agenda dalam rapat tersebut. Dalam hal terjadinya voting,
maka Notaris juga ikut berperan untuk melakukan voting dalam rapat tersebut
MIFTAHUL RAHMAH|12
dan hasil perhitungan voting tersebut akan menjadi acuan bagi ketua rapat
untuk menentukan keputusan apa yang akan diambil berkaitan dengan agenda
tersebut.18
3. Selanjutnya Notaris juga bertanggung jawab atas kuasa dari Direksi mengenai
Berita Acara RUPS untuk mengajukan permohonan persetujuan perubahan
anggaran dasar ataupun hanya sekedar pemberitahuan perubahan anggaran
dasar Perseroan Terbatas ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.19
Permohonan perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas diajukan oleh
Pemohon yang dikuasakan kepada Notaris melalui SABH dengan cara mengisi
Format Isian Perubahan Anggaran Dasar yang dilengkapi dengan keterangan
mengenai dokumen pendukung.
Prosedur pengajuan perubahan anggaran dasar kepada Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia dimulai dengan mengakses layanan AHU online pada website
http://ahu.go.id, yang dimulai dengan beberapa tahap dan harus dilengkapi dengan
dokumen pendukung yaitu :
1. Tahap Awal
Pada tahap ini untuk dapat mengakses SABH, maka yang diperlukan yaitu
user name dan password. User name merupakan nama Notaris yang bersangkutan,
kemudian log in dengan menggunakan user name dan password Notaris. Masuk ke
menu SIMPADHU, kemudian isi kolom pelayanan jasa hukum dengan memilih
salah satu pilihan yaitu badan hukum. Setelah itu pilih persetujuan perubahan
anggaran dasar Perseroan, masukan nama pemohon dalam hal ini adalah Notaris
dan selanjutnya download voucher tersebut dan lakukan pembayaran pada bank
BNI sesuai dengan jumlah yang tertera di voucher.
2. Tahap Pengisian Format Perubahan
Setelah voucher dibayarkan dan mendapatkan slip dari bank, masuk kembali
ke website layanan AHU online dan log in kembali dengan menggunakan user
18
Hasil Wawancara dengan Indira Teratai Anniezoen Harahap, selaku Notaris Kota Medan,
tanggal 02 Februari 2017.
19
Pasal 1 ayat (4) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 1 Tahun 2016
tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum Dan Persetujuan Perubahan
Anggaran Dasar dan Perubahan Data Perseroan Terbatas.
MIFTAHUL RAHMAH|13
name dan password Notaris, kemudian pilih Perseroan Terbatas dan masuk ke
halaman perubahan serta masukan nomor voucher, nama Perseroan Terbatas
selanjutnya pilih cari, maka akan tampil halaman persyaratan utama perubahan.
Ceklist persyaratan utama tersebut, selanjutnya celist juga jenis perubahan
anggaran dasarnya. Masukan nomor dan tanggal akta Notaris yang dibuat untuk
permohonan, dan ceklist kehadiran RUPS/Notulen Rapat yang disesuaikan dengan
akta Perseroan Terbatas. Kemudian masuk ke halaman Format Isian Perubahan
Perseroan, isi datanya yang sesuai dengan ketentuan dan setelah selesai masuk ke
halaman Pra Tinjau Perubahan Data Perseroan. Masuk ke halaman Daftar
Transaksi Perseroan dan klik pratinjau untuk download tagihan PNRI sebagai
bukti pembayaran BNRI langsung pada pihak bank BNI. Selanjutnya upload akta,
ceklist semua point persyaratan yang ada pada halaman upload akta, setelah selesai
dan klik tombol saya setuju maka di Daftar Transaksi akan muncul SK Perubahan
Anggaran, SP Perubahan Anggaran Dasar dan SP Perubahan Data Perseroan dan
download SK/SP perubahan Perseroan tersebut.20
Adapun
hambatan
dalam
pengajuan
permohonan
persetujuan
dan
pemberitahuan perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas, sehingga dapat terjadi
keterlambatan dapat disebabkan berbagai macam hal, antara lain :
a. Faktor ketidaklengkapan data Perseroan
Ketidaklengkapan data Perseroan Terbatas, misalnya telah habis jangka
waktu 5 (lima) tahun Tanda Daftar Perseroan (TDP) ketika Perseroan akan
melakukan perubahan anggaran dasar pada Notaris, dan sewaktu melakukan
pengurusan Perseroan Terbatas yang bersangkutan berjanji akan mengurus TDP
terlebih dahulu dalam waktu yang tidak terlalu lama, namun pada kenyataan
pengurusannya tidak kunjung selesai, sehingga jangka waktu 30 (tiga puluh) hari
telah terlewatkan.
b. Faktor dari pengurus Perseroan
Keterlambatan pengajuan perubahan anggaran dasar juga dapat terjadi
dikarenakan atas keinginan Perseroan itu sendiri, hal itu disebabkan karena
perubahan anggaran dasar merupakan sebuah kebutuhan yang mendesak bagi
Perseroan, misalnya saja perubahan susunan kepengurusan Perseroan tersebut dan
20
2017.
Hasil Wawancara dengan Suprayitno, selaku Notaris di Kota Medan, tanggal 10 Maret
MIFTAHUL RAHMAH|14
kemudian tidak mau meneruskannya sampai dengan tahap persetujuan kepada
Menteri. Hal ini menunjukan bahwa pengurus Perseroan tersebut secara nyata
sengaja tidak mau mengurus sampai pada persetujuan dari Menteri.
c. Faktor Biaya Pengajuan Permohonan
Faktor biaya juga dapat menjadi alasan akta perubahan anggaran dasar
terlambat diajukan perubahan dan pemberitahuannya. Sebab untuk melakukan
permohonan persetujuan dan pemberitahuan perubahan anggaran dasar Perseroan
Terbatas kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia biayanya tidaklah
murah. Terkadang pengurus juga berpandangan atas keberatan dari segi biaya
untuk pengurusan pemberitahuan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia,
biaya pengurusan perubahan anggaran dasar yang hanya membutuhkan
pemberitahuan kepada Menteri sebesar Rp 5.000.000 (lima juta rupiah), sedangkan
untuk biaya pengurusan perubahan anggaran dasar yang memerlukan persetujuan
dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia memerlukan biaya sebesar Rp
6.000.000 (enam juta rupiah). Hal ini belum termasuk biaya-biaya lainnya seperti
surat izin tempat usaha, surat izin usaha perdagangan, izin gangguan dan lain-lain
sebagainya. Dikarenakan biayanya yang tidak murah, biasanya Perseroan tidak
membayar paket untuk mengurus permohonan persetujuannya dan kadang
biasanya perubahan anggaran Perseroan dilakukan secara mendesak serta
Perseroan tersebut sedang mengalami kondisi keuangan yang kurang stabil,
sehingga pengurusan memberikan kuasa kepada Notaris hanya sampai pada tahap
pembuatan aktanya saja. Jadi Notaris hanya menjalankan sesuai dengan kehendak
Pengurus. Dan sebelumnya itu Notaris juga sudah memberikan penyuluhan kepada
Pengurus tersebut.
d. Faktor perubahan anggaran dasar Perseroan yang terakhir belum di daftarkan
Apabila belum didaftarkannya perubahan anggaran dasar Perseroan yang
terakhir, maka Perseroan Terbatas tersebut tidak dapat melakukan perubahan
anggaran dasar lagi sebelum perubahan anggaran dasar terakhir diselesaikan atau
didaftarkan terlebih dahulu kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Hal
ini terjadi disebabkan karena pembuatan akta perubahan anggaran dasar Perseroan
Terbatas dilakukan oleh Notaris yang berbeda dan tidak dengan Notaris yang
sama.
e. Faktor ketidak cocokan data Perseroan
Ketidak cocokan data Perseroan dengan data yang dimiliki oleh Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia, misalnya saja ketidak cocokan nomor Surat
Keputusan terakhir. Ketika akan melakukan akses untuk perubahan anggaran dasar
Perseroan, sistem akan meminta agar dimasukan Surat Keputusan terakhir dari
Perseroan dan bisa saja terjadi ada perbedaan data Perseroan yang dimiliki oleh
Kementerin dengan yang dimiliki oleh Perseroan itu sendiri, sehingga dapat terjadi
penolakan ketikan nomor Surat Keputusan terakhir diinput, apabila hal tersebut
tidak cepat diklarifikasi ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia maka
jangka waktu pengajuan permohonan perubahan anggaran dasar tersebut akan
terlewatkan dengan sendirinya.
MIFTAHUL RAHMAH|15
f. Faktor kelalaian Notaris ataupun Pegawai Notaris
Keterlambatan pengajuan permohonan perubahan anggaran dasar Perseroan
baik itu yang memerlukan persetujuan ataupun hanya sekedar diberitahukan
kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dapat terjadi dikarenakan
kelalaian Notaris ataupun Pegawai Notaris, misalnya saja Notaris atau Pegawai
notaris melakukan kesalahan akses, kesalahan input data yang tidak segera
dilakukan klarifikasi ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia maupun
lupa untuk mengajukan perubahan tersebut.21 Ataupun dikarenakan kurangnya
saran dan arahan langsung Notaris kepada pengurus Perseroan juga dapat
mempengaruhinya keterlambatan tersebut. Dan hal-hal yang diluar prediksi
Perseroan Terbatas, misalnya saja dalam hal Notaris yang mengurus persetujuan
tersebut terlibat dalam kasus tindak pidana ringan, sehingga juga dapat berakibat
buruk terhadap terhadap permohonan-permohonan yang telah dimohonkan para
pihak kepada Notaris.
e. Faktor karena kelemahan undang-undang
karena tidak adanya sanksi dan hukuman yang tegas terhadap permohonan
persetujuan dan pemberitahuan perubahan anggaran dasar kepada Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia. Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas secara tegas tidak mencantumkan sanksi terhadap pengajuan
permohonan persetujuan dan pemberitahuan perubahan anggaran dasar Perseroan
kepada Menteri, hal ini yang dapat membuat subjek hukum tidak taat terhdap
hukum yang berlaku.22
Sesuai dengan Pasal 21 ayat (7) Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas, permohonan persetujuan perubahan anggaran dasar
paling lambat diajukan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia 30 (tiga
puluh) hari terhitung sejak tanggal akta, hal ini juga berlaku untuk perubahan
anggaran dasar yang hanya cukup diberitahukan kepada Menteri, sebagimana
disebutkan dalam Pasal 21 ayat (8) Undang-Undang Perseroan Terbatas yang
menyatakan “Ketentuan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (7) mutatis mutandis
berlaku bagi pemberitahuan perubahan anggaran dasar kepada Menteri”. Apabila
ternyata jangka waktu tersebut tidak terpenuhi, maka sistem akan secara otomatis
menolak untuk melanjutkan proses atas akta tersebut, dengan kata lain akta tersebut
tidak dapat diproses kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.
21
Hasil Wawancara dengan Suprayitno, selaku Notaris di Kota Medan, tanggal 10 Maret
2017.
22
Hasil Wawancara dengan Indira Teratai Anniezoen Harahap, selaku Notaris di Kota
Medan, tanggal 02 Februari 2017.
MIFTAHUL RAHMAH|16
Hambatan yang terjadi apabila kesalahan yang dilakukan disebabkan karena
ketidakcocokan data, maka kesalahan tersebut tidak serta merta dapat di koreksi oleh
Notaris, prosedur yang harus dijalani adalah Notaris harus mengajukan surat
permohonan perbaikan data kepada Ditjen AHU. Dalam hal hambatan yang terjadi
dikarenakan faktor pengurus yang sering kali mengakibatkan keterlambatan dalam
proses pengajuan perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas, maka Notaris harus
mengatasinya dengan melengkapi dokumen-dokumen terlebih dahulu dan mengetahui
data-data apa saja yang harus disediakan oleh pengurus sebelum dilakukannya
pengaksesan pada SABH agar pada saat mengakses ke SABH tidak terjadi hambatan.
Demikian halnya juga apabila hambatan tersebut disebabkan karena faktor Notaris,
maka hambatan tersebut menyangkut tentang tanggung jawab Notaris. Tanggung
jawab Notaris sebagai pejabat umum yang membuat akta Perseroan Terbatas, jika
terjadi kesalahan dalam proses pengajuan perubahan anggaran dasar dilihat dari 2
(dua) segi, yaitu kesalahan dalam pembuatan akta dan kesalahan dalam melakukan
prosedur pengajuan perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas.23 Pertanggung
jawaban Notaris tersebut adalah memberi ganti kerugian kepada Perseroan Terbatas
berupa dalam hal terjadi keterlambatan permohonan perubahan anggaran dasar
Perseroan Terbatas yang disebabkan oleh Notaris, maka Notaris akan memberi ganti
rugi berupa membuat akta penegasan kembali dengan tanpa diminta biaya kembali
kepada Perseroan tersebut.
Dalam hal pemberitahuan penggantian susunan Direksi maupun susunan
Dewan Komisaris wajib diberitahukan perubahannya kepada Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia untuk dicatat dalam daftar Perseroan. Sebagaimana yang
dimaksud dalam Pasal 94 ayat (7) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas yang mengatur bahwa :
“Dalam hal terjadi pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian anggota
Direksi, Direksi wajib memberitahukan perubahan anggota Direksi kepada
23
Lumbang Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, (Jakarta : Erlangga, 1996), hal.301.
MIFTAHUL RAHMAH|17
Menteri untuk dicatat dalam daftar Perseroan dalam jangka waktu 30 (tiga
puluh) hari terhitung sejak tanggal keputusan RUPS tersebut”.
Pasal 111 ayat (7) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas menyatakan bahwa :
“Dalam hal terjadi pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian anggota
Dewan Komisaris, Direksi wajib memberitahukan perubahan tersebut
kepada Menteri untuk dicatat dalam daftar Perseroan dalam jangka waktu
paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal keputusan RUPS
tersebut”.
Dalam Pasal 1 ayat (4) Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 1
Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri dan HAM Nomor 4 Tahun
2014 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum dan
Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar dan Perubahan Data Perseroan Terbatas
menyatakan :
“Pemohon adalah pendiri bersama-sama atau Direksi Perseroan yang telah
memperoleh status badan hukum atau Likuidator Perseroan bubar atau
Kurator Perseroan pailit yang memberikan kuasa kepada Notaris untuk
mengajukan permohonan melalui SABH”.
Berdasarkan pasal-pasal tersebut diatas dalam hal pemberitahuan perubahan
anggaran dasar
harus dilakukan oleh Direksi ataupun dapat dikuasakan kepada
Notaris untuk dilakukan permohonan perubahan anggaran dasar Perseroan kepada
Menteri Hukum dan HAM. Setiap permohonan perubahan anggaran dasar Perseroan
Terbatas harus dicatatkan dalam daftar Perseroan mengingat bahwa data yang dimuat
dalam data Perseroan seperti yang diatur dalam Pasal 29 ayat (2) huruf d dan g
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas adalah nomor
dan tanggal akta perubahan anggaran dasar dan persetujuan Menteri sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1), serta nama lengkap dan alamat pemegang saham,
anggota Direksi, dan anggota Dewan Komisaris Perseroan.
MIFTAHUL RAHMAH|18
Akibat hukum dari keterlambatan dilakukannya permohonan persetujuan dan
pemberitahuan perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas kepada Menteri Hukum
dan Hak Asasi manusia adalah tidak diakuinya eksistensi dan tindakan Perseroan
yang dilakukan
bagi aktivitas
yang secara tidak langsung akan menganggu
perkembangan dan pencapaian tujuan dari Perseroan yang bersangkutan. Dan akibat
hukum yang dapat ditimbulkan dari tidak dipenuhinya jangka waktu terhadap
permohonan persetujuan dan pemberitahuan perubahan anggaran dasar dapat
mengakibatkan adanya pemberian sanksi yang bersifat administratif oleh Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia yang berupa ditolaknya setiap permohonan maupun
pemberitahuan perubahan anggaran dasar atau data Perseroan tersebut. Akibat hukum
lainnya adalah ketika permohonan pemberitahuan anggaran dasar Perseroan Terbatas
mengenai perubahan anggota Direksi maupun Dewan Komisaris terlambat
diberitahukan akan berakibat pada tanggung jawab yang kolektif dari Direksi yang
lama dan Direksi yang baru atas kerugian yang mungkin timbul karena terjadinya
stagnasi perkembangan dan pertumbuhan Perseroan. Hal ini secara tidak langsung
akan berdampak pada keuntungan Perseroan., sebab Direksi pada dasarnya memiliki
kewajiban yang sangat esensial untuk memaksimalkan keuntungan guna mewujudkan
kepentingan pemegang saham.24
Dalam hal ini, jika terjadi stagnansi Perseroan yang mengakibatkan tidak
maksimalnya perolehan keuntungan Perseroan maka yang paling dirugikan adalah
pemegang saham yang paling berkepentingan dengan keuntungan Perseroan. Atas
kerugian atau hilangnya keuntungan yang seharusnya didapat oleh pemegang saham,
jika Perseroan tidak berkembang sebagaimana mestinya, maka pemegang saham
berhak untuk menggugat Direksi secara langsung atas kerugian pribadinya atas nama
Perseroan. Dengan kata lain, berakibat akan timbulnya hak menggugat dari pemegang
saham kepada Direksi atas keuntungannya yang hilang. Untuk itu melalui putusan
Pengadilan anggota Direksi bertanggung jawab secara pribadi atau anggota Direksi
24
2017.
Hasil wawancara dengan Suprayitno, selaku Notaris di Kota Medan, tanggal 10 Maret
MIFTAHUL RAHMAH|19
bertanggung jawab secara renteng atas kerugian yang diderita oleh pemegang saham,
karena terjadinya keterlambatan atas tindakan administratif yang berupa permohonan
pemberitahuan perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas.25
Akibat hukum yang lainnya, yaitu misalnya saja dalam hal tindakan merger
(penggabungan) Perseroan yang berdampak pada perubahan maksud dan tujuan dari
Perseroan itu sendiri yang juga merupakan bagian pokok dari perubahan anggaran
dasar, sehingga nantinya akan diperlukan adanya perubahan anggaran dasar ataupun
pemberitahuan kepada Menteri mengenai proses penggabungan yang dilakukan oleh
Perseroan tersebut. Dalam kondisi tersebut sudah pasti Perseroan akan wanprestasi
terhadap pihak ketiga, dikarenakan perubahan anggaran dasar tidak dapat dilakukan
sebelum adanya pemberitahuan kepada Menteri mengenai perubahan anggaran dasar
yang memuat perubahan anggota Direksi maupun Dewan Komisaris. Pihak ketiga
dapat melakukan gugatan terhadap Perseroan atas kondisi tersebut, maka Perseroan
tidak akan bertanggung jawab akan hal itu, sebaliknya Direksilah yang akan memikul
tanggung jawab tersebut secara renteng atau secara pribadi.26
Akibat dari lewatnya jangka waktu terhadap permohonan persetujuan dan
pemberitahuan perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas, berdampak juga bagi
jalannya usaha Perseroan itu, terutama dalam hal Perseroan Terbatas membutuhkan
tambahan modal dari pihak Perbankan, sebab biasanya pihak Perbankan akan
memberi persyaratan kepada Perseroan Terbatas untuk kelengkapan mengenai akta
Perseroan maupun perubahan anggaran dasar terakhir Perseroan Terbatas tersebut
dengan surat terdaftarnya dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Dan terhadap akta perubahan anggaran dasar yang terlambat diajukan
permohonan persetujuan dan pemberitahuan perubahan anggaran dasar masih tetap
memiliki kedudukan sebagai akta autentik yang menjamin adanya kepastian hukum,
menjamin perlindungan terhadap hak dan kewajiban para subjek hukum. Dengan
25
Hasil wawancara dengan Indira Teratai Anniezoen Harahap, selaku Notaris di Kota Medan,
pada tanggal 02 Februari 2017.
26
Hasil wawancara dengan Suprayitno, Op.Cit.
MIFTAHUL RAHMAH|20
demikian perikatan yang dilahirkan dengan perjanjian yang dimuat dalam akta
autentik masih tetap berlaku, dan tidak batal demi hukum karena tidak dimilikinya
persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Batalnya suatu akta
autentik dikarenakan 2 (dua) hal, yaitu akta tersebut dibatalkan oleh pihak-pihak yang
membuatnya dan dibatalkan oleh putusan Pengadilan yang memiliki kekuatan hukum
tetap disebabkan karena terdapat kecacatan dalam akta tersebut. Oleh karena itu
akibat hukum bagi akta tersebut tetap merupakan akta autentik karena dibuat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan, namun dikarenakan akta perubahan itu telah
lewat jangka waktu 30 (tiga puluh) hari untuk dilakukannya permohonan persetujuan
dan pemberitahuan perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas kepada Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia sebagaimana dimaksudkan pada Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Peraturan Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia yang telah dipaparkan sebelumnya, maka akta tersebut tidak
dapat dipergunakan untuk pengesahan ataupun pemeberitahuan kepada pihak
Kementerian.27
Upaya yang dapat dilakukan oleh Perseroan yaitu
pemegang saham
meminta pertanggung jawaban dari Direksi melalui mekanisme RUPS dengan
mempertanyakan permasalahan yang terjadi kenapa tidak dipenuhinya ketentuan
Pasal 21 Undang-Undang Perseroan Terbatas dan kepada Direksi diberikan
kesempatan untuk membela dirinya, serta hasil keputusan RUPS dapat ditentukan
apakah
Direksi
tersebut
dapat
diberikan
kesempatan
untuk
memperbaiki
kesalahannya, menghukum atas kerugian yang ditimbulkan akibat kelalaiannya
dengan membayar kerugian tersebut yang berdasarkan ketentuan Pasal 97 ayat (3)
bahwa setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian
Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya sesuai
dengan ketetuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
27
Hasil wawancara dengan Suprayitno, Ibid.
MIFTAHUL RAHMAH|21
Dan upaya yang dapat dilakukan oleh Notaris agar Perseroan Terbatas
mendapatkan persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia adalah dengan
cara membuat akta baru yaitu akta pengukuhan atau akta penegasan kembali terhadap
akta yang sebelumnya dan diadakannya kembali mekanisme RUPS ulang agar akta
pengukuhan atau akta penegasan kembali dapat dibuat. Akta penegasan ini dapat
dibuat, apabila di dalam akta perubahan tersebut tidak mengalami perubahan, dan
masih tetap sama isi serta bunyinya dengan akta perubahan sebelumnya yang tidak
memiliki persetujuan dari Menteri. Dengan kata lain disebutnya akta penegasan
kembali karena isi dari akta tersebut adalah berupa penegasan terhadap akta terdahulu
yang mana isi keputusan RUPS dalam akta terdahulu dicantumkan kembali pada akta
penegasan.28
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Peran dan tanggung jawab Notaris terhadap perubahan anggaran dasar Perseroan
Terbatas adalah sebagai berikut :
a. Notaris yang dihadirkan dalam RUPS oleh pemegang saham mempunyai peran
untuk membuat Berita Acara RUPS atau Akta Risalah rapat. Dan selain RUPS
yang dihadirkan langsung oleh Notaris, pemegang saham juga dapat
mengadakan RUPS tanpa dihadirkannya Notaris. Dengan mana hasil
keputusan RUPS yang dibuat dibawah tangan harus juga dinyatakan dan
dimuat dalam bentuk akta Notaris dengan jangka waktu yang telah ditetapkan
oleh undang-undang, akta selanjutnya disebut dengan Akta Pernyataan
Keputusan Rapat.
b. Bentuk lain dari peran Notaris selain pembuatan akta perubahan anggaran
dasar yaitu sebelum penyelenggaraan RUPS Notaris berperan untuk
memastikan pemanggilan kepada pemegang saham telah dilakukan sesuai
28
Hasil wawancara dengan Suprayitno, Op.Cit.
MIFTAHUL RAHMAH|22
dengan Pasal 82 Undang-Undang Perseroan Terbatas dan Notaris juga harus
mengetahui agenda yang akan disampaikan dalam RUPS. Sedangkan pada saat
pelaksanaan RUPS Notaris berperan untuk memastikan bahwa pemegang
saham yang hadir adalah nama-nama pemegang saham yang termasuk di
dalam Daftar Pemegang Saham Perseroan (DPS) yang terbaru. Notaris juga
harus menghitung kuorum dalam rapat, ketika rapat akan dimulai Notaris harus
menghitung berapa keseluruhan saham yang hadir apakah sudah mencapai
kuorum atau belum.
c. Notaris juga mempunyai tanggung jawab atas perannya terhadap akta
perubahan anggaran dasar untuk dilakukannya permohonan pengajuan dan
pemberitahuan perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas kepada Meteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia, mengingat dalam hal pengajuan permohonan
tersebut dilakukan secara online menggunakan SABH dan hanya Notaris yang
dapat memiliki akses tersebut.
2. Hambatan
yang
terjadi
dalam
pengajuan
permohonan
persetujuan
dan
pemberitahuan perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas disebabkan karena
beberapa faktor, antara lain :
a. Faktor ketidaklengkapan data Perseroan;
b. Faktor dari pengurus Perseroan;
c. Faktor biaya pengajuan permohonan;
d. Faktor perubahan anggaran dasar yang terakhir belum didaftarkan;
e. Faktor ketidak cocokan data Perseroan;
f.
Faktor kelalaian Notaris;
g.
Faktor kelemahan undang-undang.
3. Akibat hukum terhadap Perseroan Terbatas atas keterlambatan pengajuan
permohonan persetujuan dan pemberitahuan perubahan anggaran dasar kepada
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia adalah perubahan anggaran dasar
Perseroan Terbatas belum tercatat dalam daftar Perseroan yang diselenggarakan
oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia sehingga Menteri dapat
MIFTAHUL RAHMAH|23
menolak semua permohonan perubahan anggaran dasar yang diajukan kepadanya,
tidak diakuinya eksistensi dan tindakan Perseroan yang dilakukan bagi aktivitas
yang secara tidak langsung akan menganggu perkembangan dan pencapaian tujuan
dari Perseroan yang bersangkutan, dan jika Perseroan membutuhkan modal dari
pihak perbankan untuk pengajuan kredit kemungkinan akan sulit mendapatkannya
sebab pihak perbankan akan meminta persyaratan mengenai akta pendirian
maupun akta perubahan anggaran dasar terakhir. Upaya yang dapat dilakukan
untuk penyelesaian tersebut dilakukan dengan 2 (dua) hal yaitu :
a. Upaya yang dilakukan oleh Perseroan Terbatas, antara lain membenahi sistem
yang menyebabkan kerugian terhadap Perseroan dikarenakan kelalaian oleh
Direksi selaku pengurus Perseroan Terbatas yaitu meminta pertanggung
jawaban Direksi melalui mekanisme RUPS, dan dari hasil keputusan tersebut
dapat ditentukan apakah Direksi tersebut dapat diberikan kesempatan untuk
memperbaiki kesalahannya atau kelalaian yang diperbuat dengan memberikan
kesempatan kepada Direksi untuk membela dirinya atau bahkan dapat
memberhentikan Direksi tersebut.
b. Upaya yang dilakukan oleh Notaris, antara lain dengan cara membuat akta
baru yaitu akta pengukuhan atau akta penegasan kembali terhadap akta yang
sebelumnya dan diadakannya kembali mekanisme RUPS ulang agar akta
pengukuhan atau akta penegasan kembali dapat dibuat.
B. Saran
1. Mengingat pengajuan permohonan persetujuan dan pemberitahuan perubahan
anggaran dasar Perseroan Terbatas memiliki jangka waktu, ada baiknya untuk
dapat menguatkan dalam peraturan perundang-undangan khususnya pada Pasal 21
Undang-Undang Perseroan Terbatas untuk dapat memuatkan sanksi yang tegas
terhadap perubahan anggaran dasar tersebut.
2. Mengingat bahwa dalam hal permohonan perubahan anggaran dasar Perseroan
Terbatas kepada Menteri mempunyai jangka waktu selama 30 (tiga puluh) hari
jika terjadinya kesalahan akses penginputan data Perseroan pada SABH, maka
MIFTAHUL RAHMAH|24
harus segera diklarifikasikan ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia agar
jangka waktu tersebut tidak terlewatkan.
3. Sebelum melakukan permohonan perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas
kepada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, ada baiknya sebelum
membuat akta perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas para Notaris dapat
mengetahui data-data terakhir Perseroan baik itu berupa perubahan anggaran dasar
terakhir yang dibuat oleh Perseroan, susunan perubahan anggota Direksi maupun
Dewan Komisaris Perseroan.
V. DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zainuddin, 2009. Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Sinar Grafika.
Askin, Zainal dan Amiruddin, 2014. Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta,
RajaGrafindo Persada.
Budiono, Herlien, 2013, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata dibidang Kenotariatan
edisi kedua, Citra Aditya Bakti, Bandung.
_______________, 2015, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata dibidang Kenotariatan,
Citra Aditya Bakti, Bandung.
_______________, 2010, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di
BidangKenotariatan, Citra Aditya, Bandung.
Harahap, M.Yahya, 2015, Hukum Perseroan Terbatas Cetakan Ketika, Sinar Grafika,
Jakarta.
Ibrahim, Johny, 2008. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang,
Bayu Media Publishing.
Indrajaya, Rudi dan Muhammad Azhari, 2001, Mengenal Sisminbakum, Cetakan II,
Bandung, Cv Dinamikan Putra.
Khairandy, Ridwan, 2009, Perseroan Terbatas : Doktrin, Peraturan Perundangundangan dan Yurisprudensi, Edisi Revisi, Yogyakarta, Total Media.
Margono, Sujud, 2008. Hukum Perusahaan Indonesia Catatan atas Undnag-undang
Perseroan Terbatas, Jakarta, Novindo Pustaka Mandiri.
MIFTAHUL RAHMAH|25
Mulhadi, 2010, Hukum Perusahaan Bentuk-bentuk Badan Usaha di Indonesia,
Ghalia Indonesia, Bogor.
Prasetya, Rudhi, 1998, Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas, Cetakan Kedua,
Bandung, Citra Aditya Bakti.
Siregara, Tampil Anshari, 2005. Metodologi Penelitian Hukum Penulisan Skripsi,
Medan, Pustaka Bangsa Press.
Soekanto, Soerjono, 2007. Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI Press.
Tobing, Lumbang, 1996, Peraturan Jabatan Notaris, Jakarta, Erlangga.
Wicaksono, Frans Satrio, 2009, Tanggung Jawab Pemegang Saham, Direksi, dan
Komisaris Perseroan Terbatas (PT), Jakarta, Visimedia.
Download