MIFTAHUL RAHMAH|1 AKIBAT HUKUM TERHADAP PERSEROAN TERBATAS ATAS KETERLAMBATAN PENGAJUAN PERMOHONAN PERSETUJUAN DAN PEMBERITAHUAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KEPADA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA MIFTAHUL RAHMAH ABSTRACT The role and liability of the Notary are to ensure whether the call for the RUPS (General Meeting of the Shareholders) is made which is in line with Article 82 of the Law on Limited Company, includes the agenda of the RUPS, ensures that the stakeholders attending the meeting matches the most recent list of the shareholders, makes minutes of the meeting and is responsible for the application of the addendum of the article of association to the Minister. The obstructions are caused by some factors such as the limited company incomplete data, management, application cost, unregistered addendum of the article of association, unsuitable data, Notary’s negligence and weakness in the laws. Moreover, the legal consequences to the Limited Company for its late application of the addendum of the articles of association to the Minister or that the addendum has not been recorded in the Limited Company List run by the Ministry of Law and Human Rights is that the Ministry can refuse all applications for then addendum. Consequently, it will cause difficulty for the limited company when it needs some credit from the bank because the bank will require a memorandum of association or its last addendum of articles of association. Keywords: Limited Company, Notary, Application of Addendum of Articles of Association to the Minister. I. PENDAHULUAN Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, menyebutkan : “Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya”. Pendirian perseroan berdasarkan Pasal 1313 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata), yang menyebutkan “suatu perjanjian adalah suatu perbuatan MIFTAHUL RAHMAH|2 dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”.1 Namun perjanjian tersebut harus dibuat dalam format tertentu atau harus melalui pejabat yang berwenang untuk itu. Artinya, untuk mendirikan Perseroan Terbatas tidak dapat dilakukan hanya berdasarkan kesepakatan para pihak. Pendirian Perseroan Terbatas harus dibuat berdasarkan akta Notaris yang disebut sebagai akta Pendirian. Rumusan Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menyatakan bahwa “akta pendirian memuat anggaran dasar dan keterangan lain berkaitan dengan pendirian Perseroan”. Akta pendirian yang terdiri dari anggaran dasar dan berbagai keterangan lainnya mengatur segala hak dan kewajiban dari pihak-pihak yang membuatnya. Dengan kata lain, akta pendirian adalah undang-undang yang mengikat para pihak yang membuatnya.2 Anggaran dasar Perseroan Terbatas sekurang-kurangnya memuat : a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. a. b. c. Nama dan tempat kedudukan Perseroan Terbatas; Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan Terbatas; Jangka waktu berdirinya Perseroan; Besarnya jumlah modal dasar, modal yang ditempatkan, dan modal yang disetor; Jumlah saham, jumlah klasifikasi saham apabila ada berikut jumlah saham untuk tiap klasifikasi, hak-hak yang melekat pada setiap saham, dan nilai nominal setiap saham; Susunan, jumlah dan nama anggota Direksi dan Komisaris; Penetapan tempat dan tata cara penyelesaian RUPS; Tata cara pemilihan, pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian anggota Direksi dan Komisaris; Tata cara penggunaan laba dan pembagian dividen, dan; Ketentuan-ketentuan lain menurut undang-undang ini. Anggaran dasar tidak boleh memuat ketentuan tentang : Penerimaan bunga tetap atas saham; Pemberian manfaat pribadi kepada pendiri atau pihak lain; Ketentuan lain yang tidak bertentangan dengan Undang-Undang Perseroan Terbatas.3 Apabila hendak melakukan perubahan anggaran dasar Perseroan harus 1 M.Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, (Jakarta : Sinar Grafika, 2015), hal. 162. Mulhadi, Hukum Perusahaan Bentuk-bentuk Badan Usaha di Indonesia, Ghalia Indonesia, Bogor, 2010, hal. 92. 3 M. Yahya Harahap, Op.Cit., hal. 197. 2 MIFTAHUL RAHMAH|3 memenuhi persyaratan tertentu. Perubahan anggaran dasar ditetapkan oleh RUPS. Acara mengenai perubahan anggaran dasar wajib dicantumkan dengan jelas dalam pemanggilan RUPS.4 Perseroan yang hendak melakukan perubahan anggaran dasar sebagaimana yang ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas mengharuskan Notaris berperan serta dengan terlibat dalam proses pembuatan akta dan penyampaian data perubahan kepada Menteri Hukum dan HAM. Dalam ketentuan Pasal 21 ayat (4) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menyebutkan bahwa “Perubahan anggaran dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (3) dimuat atau dinyatakan dalam akta Notaris dalam bahasa Indonesia”. Keputusan perubahan anggaran dasar yang tidak dimuat dalam akta berita acara rapat yang dibuat Notaris harus dinyatakan dalam akta Notaris paling lambat 30 ( tiga puluh) hari sejak tanggal keputusan rapat umum pemegang saham (RUPS).5 Perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas ada 2 (dua) macam, yaitu perubahan anggaran dasar yang memerlukan persetujuan Menteri Hukum dan HAM, maupun perubahan anggaran dasar yang tidak memerlukan persetujuan Menteri Hukum dan HAM. Perubahan anggaran dasar yang memerlukan persetujuan Menteri Hukum dan HAM adalah mengenai : 1. Nama Perseroan Terbatas dan/atau tempat kedudukan Perseroan Terbatas 2. Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan Terbatas 3. Jangka waktu berdirinya Perseroan Terbatas 4. Besarnya modal dasar 5. Pengurangan modal ditempatkan dan disetor, dan/atau 6. Status Perseroan terbatas yang tertutup menjadi Perseroan Terbuka atapun 4 Frans Satrio Wicaksono, Tanggung Jawab Pemegang Saham, Direksi, dan Komisaris Perseroan Terbatas (PT), Visimedia, Jakarta, 2009, hal. 48. 5 Herliene Budiono, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang Kenotariatan Buku Kedua, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2013), hal. 107. MIFTAHUL RAHMAH|4 sebaliknya.6 Sedangkan perubahan anggaran dasar selain dari yang disebutkan pada angka 1 sampai dengan angka 6 di atas, tidak perlu memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum dan HAM. Misalnya perubahan anggaran dasar yang tidak memerlukan persetujuan Menteri Hukum dan HAM adalah perubahan susunan direksi, komisaris atau pembukaan cabang Perseroan Terbatas di suatu daerah. Perubahan semacam ini hanya cukup diberitahukan kepada Menteri Hukum dan HAM. Perubahan anggaran dasar Perseroan yang dimuat dalam akta Notaris dengan mana Notaris selaku kuasa dari Direksi mengajukan permohonan kepada Menteri Hukum dan HAM melalui internet dengan sistem online yang disebut dengan Sistem Administrasi Badan Hukum (SABH). SABH adalah pelayanan jasa teknologi informasi Perseroan secara elektronik yang diselenggarakan oleh Ditjen AHU. Perubahan tersebut dilakukan dengan melakukan pengisian data pada Format Isian Perubahan Anggaran Dasar dan/atau Data Perseroan yang selanjutnya disebut Format Perubahan yang dilengkapi keterangan mengenai dokumen pendukung. Permohonan persetujuan atau pemberitahuan atas perubahan anggaran dasar Perseroan tersebut harus telah diajukan kepada Menteri Hukum dan HAM paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal akta Notaris yang memuat perubahan anggaran dasar, sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 21 ayat (7) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Dengan demikian perlu dicermati apabila terjadi keterlambatan dalam hal permohonan pengajuan dan pemberitahuan perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas kepada Menteri Hukum dan HAM karena telah lewat jangka waktunya, maka apa yang menjadi akibat hukum terhadap Perseroan Terbatas serta bagaimana upaya untuk menyikapi hal tersebut. Sehubungan dengan uraian di atas, maka perlu suatu penelitian lebih lanjut 6 M. Yahya Harahap, Op.Cit., hal. 30. MIFTAHUL RAHMAH|5 mengenai perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas yang akan dituangkan ke dalam judul tesis “Akibat Hukum Terhadap Perseroan Terbatas atas Keterlambatan Pengajuan Permohonan Persetujuan dan Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar Kepada Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia”. Rumusan masalah penelitian ini, adalah : 1. Bagaimana peran dan tanggung jawab Notaris terhadap perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas? 2. Hambatan apa saja yang dihadapi oleh Notaris dalam menerapkan proses pengajuan permohonan persetujuan dan pemberitahuan perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas? 3. Bagaimana akibat hukum terhadap Perseroan Terbatas atas keterlambatan pengajuan permohonan persetujuan dan pemberitahuan perubahan anggaran dasar kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia serta upaya yang dapat dilakukan untuk menyikapinya? Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui dan menganalisis peran dan tanggung jawab Notaris terhadap perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas; 2. Untuk mengetahui dan menganalisis hambatan yang dihadapai oleh Notaris dalam menghadapi proses pengajuan permohonan persetujuan dan pemberitahuan perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas. 3. Untuk mengetahui dan menganalisis akibat hukum terhadap Perseroan Terbatas atas keterlambatan pengajuan permohonan persetujuan dan pemberitahuan perubahan anggaran dasar kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia serta upaya yang dapat dilakukan untuk menyikapinya. II. Metode Penelitian Metode (Inggris: method, Latin: methodus, Yunani: methodos-meta berarti sesudah, diatas, sedangkan hodos, berarti suatu jalan, suatu cara). Mula-mula metode MIFTAHUL RAHMAH|6 diartikan secara harfiah sebagai suatu jalan yang harus ditempuh, menjadi penyelidikan atau penelitian berlangsung menurut suatu rencana tertentu.7 1. Jenis Penelitian dan Sifat Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam tesis ini adalah penelitian yuridis normatif yaitu penelitian hukum yang menggunakan sumber data sekunder atau data yang diperoleh melalui bahan-bahan pustaka dengan meneliti sumber-sumber bacaan yang relevan dengan tema penelitian, meliputi penelitian terhadap asas-asas hukum, sumber-sumber hukum, teori hukum, buku-buku, peraturan perundang-undangan yang bersifat teoritis ilmiah serta dapat menganalisa permasalahan yang dibahas.8 Penelitian hukum normatif dikonsepkan sebagai apa yang tertulis di dalam peraturan perundang-undangan (law in the books) atau hukum yang dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berprilaku manusia yang dianggap pantas.9 Dalam hal ini dilakukan studi pustaka yang segala sesuatunya berkaitan dengan pengaturan hukum mengenai Akibat Hukum Terhadap Perseroan Terbatas atas Keterlambatan Pengajuan Permohonan Persetujuan dan Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar Pada Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia. Penelitian ini juga bersifat deskriptif analitis, artinya bahwa penelitian ini termasuk lingkup penelitian yang menggambarkan, menelaah dan menjelaskan secara tepat serta menganalisis peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan akibat hukum terhadap Perseroan Terbatas atas keterlambatan pengajuan permohonan persetujuan dan pemberitahuan perubahan anggaran dasar pada Menteri Hukum dan HAM. 2. Sumber Data Penelitian Berhubung karena metode penelitian adalah penelitian hukum normatif 7 Tampil Anshari Siregar, Metodologi Penelitian Hukum Penulisan Skripsi, (Medan : Pustaka Bangsa Press, 2005), hal. 15. 8 Johny Ibrahim, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Malang : Bayu Media Publishing, 2008), hal. 25-26. 9 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : UI Pers, 2007), hal. 43. MIFTAHUL RAHMAH|7 maka sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari bahan penelitian yang berupa bahan-bahan hukum, yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier, seperti: a. Bahan Hukum Primer yaitu bahan-bahan hukum atau dokumen peraturan yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang berupa bahan pustaka yang berisikan peraturan Perundang-undangan, yang antara lain terdiri dari: 1. Kitab Undang-undang Hukum Perdata; 2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas; 3. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris; 4. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar Serta Penyampaian Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar dan Perubahan Data Perseroan Terbatas. b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang erat kaitannya dengan bahan hukum primer berupa buku-buku yang berhubungan dengan objek yang diteliti. c. Bahan hukum tersier, yakni yang memberikan informasi lebih lanjut mengenai bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus hukum dan kamus besar Bahasa Indonesia.10 Selain data sekunder sebagai sumber data utama, dalam penelitian ini juga digunakan data pendukung yang diperoleh dari wawancara dengan pihak yang telah ditentukan sebagai informan yaitu pada Kantor Notaris di Medan. 3. Teknik Pengumpulan Data Adapun untuk mendapatkan data yang diperlukan, pengumpulan data dilakukan melalui tahap-tahap penelitian antara lain sebagai berikut: a. Studi Kepustakaan (Library Research) Studi kepustakaan yaitu menghimpun data dari hasil penelaahan bahan 10 Ibid., hal. 23-24. MIFTAHUL RAHMAH|8 pustaka atau data sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Untuk memperoleh data sekunder yang berupa bahan hukum primer, hukum sekunder dan hukum tersier dalam penelitian ini akan menggunakan alat penelitian studi dokumen/pustaka atau penelitian pustaka (library research) yaitu dengan cara mengumpulkan semua peraturan Perundangundangan, dokumen-dokumen hukum dan buku-buku yang berkaitan dengan rumusan masalah penelitian.11 b. Pedoman Wawancara Wawancara adalah situasi peran antar pribadi bertatap muka, ketika seseorang yakni pewawancara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian tesis ini kepada seorang responden.12 Hasil wawancara yang diperoleh akan digunakan sebagai data pendukung dalam penelitian ini. Data tersebut diperoleh dari pihak-pihak yang telah ditentukan sebagai informan yaitu Notaris Suprayitno,S.H., M.Kn di Medan, dan Notaris Indira Teratai Anniezoen Harahap, S.H di Kota Medan. 4. Analisis Data Dalam suatu penelitian sebelumnya perlu disusun secara sistematis kemudian akan dianalisis dengan menggunakan prosedur logika ilmiah yang sifatnya kualitatif. Kualitatif berarti akan dilakukan analisa data yang bertitik tolak dari penelitian terhadap asas atau prinsip sebagaimana yang diatur di dalam bahan hukum primer.13 Semua data sekunder yang diperoleh dari penelitian kepustakaan (libraryresearch) kemudian disusun secara berurutan dan sistematis dan selanjutnya dianalisa dengan menggunakan metode kualitatif sehingga diperoleh gambaran secara 11 Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010), hal. 156-159. 12 Amiruddin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2006), hal.82. 13 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Sinar Grafika, 2009), hal. 105. MIFTAHUL RAHMAH|9 menyeluruh tentang gejala dan fakta yang terdapat dalam masalah yang akan diteliti. Selanjutnya ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode deduktif, yaitu cara berpikir yang dimulai dari hal-hal yang umum untuk selanjutnya menarik hal-hal yang khusus dengan menggunakan ketentuan berdasarkan pengetahuan umum seperti teori-teori, dalil-dalil atau prinsip-prinsip dalam bentuk proposisi-proposisi untuk menarik kesimpulan terhadap fakta-fakta yang bersifat khusus.14 III. HASIL PENELITIAN Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menyebutkan, perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas dibagi menjadi 2 (dua) macam antara lain : a) Perubahan anggaran dasar yang memerlukan persetujuan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia yang di daftarkan dalam daftar perusahaan; b) Perubahan anggaran dasar yang tidak memerlukan persetujuan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas yang memerlukan persetujuan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia adalah mengenai : a) Nama Perseroan Terbatas dan/atau tempat kedudukan Perseroan Terbatas; b) Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan Terbatas; c) Jangka waktu berdirinya Perseroan Terbatas; d) Besarnya modal dasar; e) Pengurangan modal ditempatkan dan disetor, dan/atau f) Status Perseroan Terbatas yang tertutup menjadi Perseroan Terbatas yang Terbuka ataupun sebaliknya. Perubahan anggaran dasar lain selain yang disebutkan dalam Pasal 21 ayat (2), tidak perlu memperoleh persetujuan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dan hanya diberitahukan kepada Menteri, terdiri atas : 14 Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, Op.Cit., hal. 109. MIFTAHUL RAHMAH|10 a) Penggantian dan/atau pemberhentian Direktur utama dan Direksi; b) Penggantian dan/atau pemberhentian Komisaris utama dan Komisaris; c) Perubahan tata cara pengangkatan, penggantian, pemberhentian dan jumlah anggota Direksi dan Komisaris; d) Perubahan tata cara penggunaan laba dan pembagian dividen; e) Perubahan jumlah saham, klasifikasi saham apabila ada berikut jumlah saham untuk tiap klasifikasi, hak-hak yang melekat pada setiap saham, dan nilai nominal setiap saham.15 Perubahan anggaran dasar tersebut mulai berlaku semenjak tanggal diterbitkannya Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia mengenai persetujuan perubahan anggaran dasar dan untuk perubahan anggaran dasar yang hanya diberitahukan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, mulai berlaku sejak tanggal diterbitkannya surat penerimaan pemberitahuan perubahan anggaran dasar oleh menteri.16 Perubahan anggaran dasar dimuat dan dinyatakan dalam akta Notaris dalam bahasa Indonesia. Permohonan persetujuan dan pemberitahuan perubahan anggaran dasar diajukan kepada Menteri paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal akta Notaris yang memuat perubahan anggaran dasar. Apabila setelah lewat batas waktu 30 (tiga puluh) hari, permohonan persetujuan atau pemberitahuan perubahan anggaran dasar tidak dapat diajukan atau disampaikan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.17 Notaris yang dihadirkan di dalam RUPS oleh pemegang saham bertugas untuk membuat Berita Acara RUPS atau Akta Risalah Rapat dalam kedudukannya sebagai pejabat umum sebagaimana yang dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (1) UndangUndang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris serta juga berperan untuk memastikan agar sayarat-syarat pelaksanaan RUPS telah terpenuhi termasuk juga 15 M.Yahya Harahap, Op.Cit., hal.201. Pasal 23 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 17 Gunawan Widjaja, 150 Tanya Jawab Tentang Perseroan Terbatas, (Jakarta : Forum Sahabat, 2008), hal.21. 16 MIFTAHUL RAHMAH|11 dalam hal apabila RUPS melakukan voting, Notaris harus memastikan agar keputusan yang diambil mempunyai kekuatan hukum. Bentuk dari peranan dan tanggung jawab Notaris dalam pelaksanaan RUPS antara lain : a) Sebelum pelaksanaan RUPS 1. Memastikan pemanggilan kepada pemegang saham telah dilakukan sesuai dengan ketentuan undang-undang. Sebelum pelaksanaan RUPS, Perseroan Terbatas harus mengadakan pemanggilan kepada pemegang saham sesuai dengan ketentuan Pasal 82 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dalam hal ini Notaris harus memastikan dengan melihat tanggal pada surat pemanggilan apakah jangka waktu 14 (empat belas) hari, tidak termasuk tanggal RUPS dan tanggal surat panggilan telah terpenuhi. 2. Notaris harus mengetahui agenda dalam RUPS Sebelum pemanggilan atau pengumuman dilakukan ada baiknya agenda rapat diberitahukan terlebih dahulu kepada Notaris, karena pada saat pengumuman dan pemanggilan Perseroan harus mencantumkan apa yang hendak dilaksanakan, apakah RUPS Tahunan dan RUPS Luar Biasa atau hanya salah satunya saja. b) Saat Pelaksanaan RUPS 1. Pada hari pelaksanaan RUPS dan pada saat sebelum RUPS dimulai, Notaris harus memastikan bahwa pemegang saham yang hadir adalah nama-nama pemegang saham yang termasuk di dalam Daftar Pemegang Saham Perseroan (DPS) yang terbaru. Apabila pemegang saham adalah badan hukum, maka Notaris harus memeriksa anggaran dasarnya apakah yang hadir merupakan orang yang berhak mewakili badan hukum tersebut atau apabila yang hadir merupakan kuasanya maka Notaris harus memastikan bahwa yang memberi kuasa adalah memang orang yang berhak untuk memberikan kuasa yang mewakili badan hukum tersebut. Hal yang sama juga berlaku untuk pemegang saham perseorangan yang memberikan kuasanya kepada orang lain. Dalam hal pemberian kuasa, apabila ada pemegang saham yang memberikan kuasa kepada anggota Direksi atau Dewan Komisaris dari Perseroan yang bersangkutan, maka Notaris harus menginformasikan bahwa apabila nanti terjadi voting suara dari anggota Direksi atau Dewan Komisaris Perseroan yang bertindak sebagai penerima kuasa tidak akan diperhitungkan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 85 ayat (4) Undang-Undang Perseroan Terbatas. 2. Notaris juga harus menghitung kuorum dalam rapat, ketika rapat akan dimulai Notaris harus menghitung berapa keseluruhan saham yang hadir apakah sudah mencapai kuorum atau belum. Tercapai atau tidaknya kuorum dalam rapat juga tergantung dari agenda dalam rapat tersebut. Dalam hal terjadinya voting, maka Notaris juga ikut berperan untuk melakukan voting dalam rapat tersebut MIFTAHUL RAHMAH|12 dan hasil perhitungan voting tersebut akan menjadi acuan bagi ketua rapat untuk menentukan keputusan apa yang akan diambil berkaitan dengan agenda tersebut.18 3. Selanjutnya Notaris juga bertanggung jawab atas kuasa dari Direksi mengenai Berita Acara RUPS untuk mengajukan permohonan persetujuan perubahan anggaran dasar ataupun hanya sekedar pemberitahuan perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.19 Permohonan perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas diajukan oleh Pemohon yang dikuasakan kepada Notaris melalui SABH dengan cara mengisi Format Isian Perubahan Anggaran Dasar yang dilengkapi dengan keterangan mengenai dokumen pendukung. Prosedur pengajuan perubahan anggaran dasar kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dimulai dengan mengakses layanan AHU online pada website http://ahu.go.id, yang dimulai dengan beberapa tahap dan harus dilengkapi dengan dokumen pendukung yaitu : 1. Tahap Awal Pada tahap ini untuk dapat mengakses SABH, maka yang diperlukan yaitu user name dan password. User name merupakan nama Notaris yang bersangkutan, kemudian log in dengan menggunakan user name dan password Notaris. Masuk ke menu SIMPADHU, kemudian isi kolom pelayanan jasa hukum dengan memilih salah satu pilihan yaitu badan hukum. Setelah itu pilih persetujuan perubahan anggaran dasar Perseroan, masukan nama pemohon dalam hal ini adalah Notaris dan selanjutnya download voucher tersebut dan lakukan pembayaran pada bank BNI sesuai dengan jumlah yang tertera di voucher. 2. Tahap Pengisian Format Perubahan Setelah voucher dibayarkan dan mendapatkan slip dari bank, masuk kembali ke website layanan AHU online dan log in kembali dengan menggunakan user 18 Hasil Wawancara dengan Indira Teratai Anniezoen Harahap, selaku Notaris Kota Medan, tanggal 02 Februari 2017. 19 Pasal 1 ayat (4) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 1 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum Dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar dan Perubahan Data Perseroan Terbatas. MIFTAHUL RAHMAH|13 name dan password Notaris, kemudian pilih Perseroan Terbatas dan masuk ke halaman perubahan serta masukan nomor voucher, nama Perseroan Terbatas selanjutnya pilih cari, maka akan tampil halaman persyaratan utama perubahan. Ceklist persyaratan utama tersebut, selanjutnya celist juga jenis perubahan anggaran dasarnya. Masukan nomor dan tanggal akta Notaris yang dibuat untuk permohonan, dan ceklist kehadiran RUPS/Notulen Rapat yang disesuaikan dengan akta Perseroan Terbatas. Kemudian masuk ke halaman Format Isian Perubahan Perseroan, isi datanya yang sesuai dengan ketentuan dan setelah selesai masuk ke halaman Pra Tinjau Perubahan Data Perseroan. Masuk ke halaman Daftar Transaksi Perseroan dan klik pratinjau untuk download tagihan PNRI sebagai bukti pembayaran BNRI langsung pada pihak bank BNI. Selanjutnya upload akta, ceklist semua point persyaratan yang ada pada halaman upload akta, setelah selesai dan klik tombol saya setuju maka di Daftar Transaksi akan muncul SK Perubahan Anggaran, SP Perubahan Anggaran Dasar dan SP Perubahan Data Perseroan dan download SK/SP perubahan Perseroan tersebut.20 Adapun hambatan dalam pengajuan permohonan persetujuan dan pemberitahuan perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas, sehingga dapat terjadi keterlambatan dapat disebabkan berbagai macam hal, antara lain : a. Faktor ketidaklengkapan data Perseroan Ketidaklengkapan data Perseroan Terbatas, misalnya telah habis jangka waktu 5 (lima) tahun Tanda Daftar Perseroan (TDP) ketika Perseroan akan melakukan perubahan anggaran dasar pada Notaris, dan sewaktu melakukan pengurusan Perseroan Terbatas yang bersangkutan berjanji akan mengurus TDP terlebih dahulu dalam waktu yang tidak terlalu lama, namun pada kenyataan pengurusannya tidak kunjung selesai, sehingga jangka waktu 30 (tiga puluh) hari telah terlewatkan. b. Faktor dari pengurus Perseroan Keterlambatan pengajuan perubahan anggaran dasar juga dapat terjadi dikarenakan atas keinginan Perseroan itu sendiri, hal itu disebabkan karena perubahan anggaran dasar merupakan sebuah kebutuhan yang mendesak bagi Perseroan, misalnya saja perubahan susunan kepengurusan Perseroan tersebut dan 20 2017. Hasil Wawancara dengan Suprayitno, selaku Notaris di Kota Medan, tanggal 10 Maret MIFTAHUL RAHMAH|14 kemudian tidak mau meneruskannya sampai dengan tahap persetujuan kepada Menteri. Hal ini menunjukan bahwa pengurus Perseroan tersebut secara nyata sengaja tidak mau mengurus sampai pada persetujuan dari Menteri. c. Faktor Biaya Pengajuan Permohonan Faktor biaya juga dapat menjadi alasan akta perubahan anggaran dasar terlambat diajukan perubahan dan pemberitahuannya. Sebab untuk melakukan permohonan persetujuan dan pemberitahuan perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia biayanya tidaklah murah. Terkadang pengurus juga berpandangan atas keberatan dari segi biaya untuk pengurusan pemberitahuan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, biaya pengurusan perubahan anggaran dasar yang hanya membutuhkan pemberitahuan kepada Menteri sebesar Rp 5.000.000 (lima juta rupiah), sedangkan untuk biaya pengurusan perubahan anggaran dasar yang memerlukan persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia memerlukan biaya sebesar Rp 6.000.000 (enam juta rupiah). Hal ini belum termasuk biaya-biaya lainnya seperti surat izin tempat usaha, surat izin usaha perdagangan, izin gangguan dan lain-lain sebagainya. Dikarenakan biayanya yang tidak murah, biasanya Perseroan tidak membayar paket untuk mengurus permohonan persetujuannya dan kadang biasanya perubahan anggaran Perseroan dilakukan secara mendesak serta Perseroan tersebut sedang mengalami kondisi keuangan yang kurang stabil, sehingga pengurusan memberikan kuasa kepada Notaris hanya sampai pada tahap pembuatan aktanya saja. Jadi Notaris hanya menjalankan sesuai dengan kehendak Pengurus. Dan sebelumnya itu Notaris juga sudah memberikan penyuluhan kepada Pengurus tersebut. d. Faktor perubahan anggaran dasar Perseroan yang terakhir belum di daftarkan Apabila belum didaftarkannya perubahan anggaran dasar Perseroan yang terakhir, maka Perseroan Terbatas tersebut tidak dapat melakukan perubahan anggaran dasar lagi sebelum perubahan anggaran dasar terakhir diselesaikan atau didaftarkan terlebih dahulu kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Hal ini terjadi disebabkan karena pembuatan akta perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas dilakukan oleh Notaris yang berbeda dan tidak dengan Notaris yang sama. e. Faktor ketidak cocokan data Perseroan Ketidak cocokan data Perseroan dengan data yang dimiliki oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, misalnya saja ketidak cocokan nomor Surat Keputusan terakhir. Ketika akan melakukan akses untuk perubahan anggaran dasar Perseroan, sistem akan meminta agar dimasukan Surat Keputusan terakhir dari Perseroan dan bisa saja terjadi ada perbedaan data Perseroan yang dimiliki oleh Kementerin dengan yang dimiliki oleh Perseroan itu sendiri, sehingga dapat terjadi penolakan ketikan nomor Surat Keputusan terakhir diinput, apabila hal tersebut tidak cepat diklarifikasi ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia maka jangka waktu pengajuan permohonan perubahan anggaran dasar tersebut akan terlewatkan dengan sendirinya. MIFTAHUL RAHMAH|15 f. Faktor kelalaian Notaris ataupun Pegawai Notaris Keterlambatan pengajuan permohonan perubahan anggaran dasar Perseroan baik itu yang memerlukan persetujuan ataupun hanya sekedar diberitahukan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dapat terjadi dikarenakan kelalaian Notaris ataupun Pegawai Notaris, misalnya saja Notaris atau Pegawai notaris melakukan kesalahan akses, kesalahan input data yang tidak segera dilakukan klarifikasi ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia maupun lupa untuk mengajukan perubahan tersebut.21 Ataupun dikarenakan kurangnya saran dan arahan langsung Notaris kepada pengurus Perseroan juga dapat mempengaruhinya keterlambatan tersebut. Dan hal-hal yang diluar prediksi Perseroan Terbatas, misalnya saja dalam hal Notaris yang mengurus persetujuan tersebut terlibat dalam kasus tindak pidana ringan, sehingga juga dapat berakibat buruk terhadap terhadap permohonan-permohonan yang telah dimohonkan para pihak kepada Notaris. e. Faktor karena kelemahan undang-undang karena tidak adanya sanksi dan hukuman yang tegas terhadap permohonan persetujuan dan pemberitahuan perubahan anggaran dasar kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas secara tegas tidak mencantumkan sanksi terhadap pengajuan permohonan persetujuan dan pemberitahuan perubahan anggaran dasar Perseroan kepada Menteri, hal ini yang dapat membuat subjek hukum tidak taat terhdap hukum yang berlaku.22 Sesuai dengan Pasal 21 ayat (7) Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, permohonan persetujuan perubahan anggaran dasar paling lambat diajukan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal akta, hal ini juga berlaku untuk perubahan anggaran dasar yang hanya cukup diberitahukan kepada Menteri, sebagimana disebutkan dalam Pasal 21 ayat (8) Undang-Undang Perseroan Terbatas yang menyatakan “Ketentuan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (7) mutatis mutandis berlaku bagi pemberitahuan perubahan anggaran dasar kepada Menteri”. Apabila ternyata jangka waktu tersebut tidak terpenuhi, maka sistem akan secara otomatis menolak untuk melanjutkan proses atas akta tersebut, dengan kata lain akta tersebut tidak dapat diproses kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. 21 Hasil Wawancara dengan Suprayitno, selaku Notaris di Kota Medan, tanggal 10 Maret 2017. 22 Hasil Wawancara dengan Indira Teratai Anniezoen Harahap, selaku Notaris di Kota Medan, tanggal 02 Februari 2017. MIFTAHUL RAHMAH|16 Hambatan yang terjadi apabila kesalahan yang dilakukan disebabkan karena ketidakcocokan data, maka kesalahan tersebut tidak serta merta dapat di koreksi oleh Notaris, prosedur yang harus dijalani adalah Notaris harus mengajukan surat permohonan perbaikan data kepada Ditjen AHU. Dalam hal hambatan yang terjadi dikarenakan faktor pengurus yang sering kali mengakibatkan keterlambatan dalam proses pengajuan perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas, maka Notaris harus mengatasinya dengan melengkapi dokumen-dokumen terlebih dahulu dan mengetahui data-data apa saja yang harus disediakan oleh pengurus sebelum dilakukannya pengaksesan pada SABH agar pada saat mengakses ke SABH tidak terjadi hambatan. Demikian halnya juga apabila hambatan tersebut disebabkan karena faktor Notaris, maka hambatan tersebut menyangkut tentang tanggung jawab Notaris. Tanggung jawab Notaris sebagai pejabat umum yang membuat akta Perseroan Terbatas, jika terjadi kesalahan dalam proses pengajuan perubahan anggaran dasar dilihat dari 2 (dua) segi, yaitu kesalahan dalam pembuatan akta dan kesalahan dalam melakukan prosedur pengajuan perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas.23 Pertanggung jawaban Notaris tersebut adalah memberi ganti kerugian kepada Perseroan Terbatas berupa dalam hal terjadi keterlambatan permohonan perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas yang disebabkan oleh Notaris, maka Notaris akan memberi ganti rugi berupa membuat akta penegasan kembali dengan tanpa diminta biaya kembali kepada Perseroan tersebut. Dalam hal pemberitahuan penggantian susunan Direksi maupun susunan Dewan Komisaris wajib diberitahukan perubahannya kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk dicatat dalam daftar Perseroan. Sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 94 ayat (7) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang mengatur bahwa : “Dalam hal terjadi pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian anggota Direksi, Direksi wajib memberitahukan perubahan anggota Direksi kepada 23 Lumbang Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, (Jakarta : Erlangga, 1996), hal.301. MIFTAHUL RAHMAH|17 Menteri untuk dicatat dalam daftar Perseroan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal keputusan RUPS tersebut”. Pasal 111 ayat (7) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menyatakan bahwa : “Dalam hal terjadi pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian anggota Dewan Komisaris, Direksi wajib memberitahukan perubahan tersebut kepada Menteri untuk dicatat dalam daftar Perseroan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal keputusan RUPS tersebut”. Dalam Pasal 1 ayat (4) Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri dan HAM Nomor 4 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar dan Perubahan Data Perseroan Terbatas menyatakan : “Pemohon adalah pendiri bersama-sama atau Direksi Perseroan yang telah memperoleh status badan hukum atau Likuidator Perseroan bubar atau Kurator Perseroan pailit yang memberikan kuasa kepada Notaris untuk mengajukan permohonan melalui SABH”. Berdasarkan pasal-pasal tersebut diatas dalam hal pemberitahuan perubahan anggaran dasar harus dilakukan oleh Direksi ataupun dapat dikuasakan kepada Notaris untuk dilakukan permohonan perubahan anggaran dasar Perseroan kepada Menteri Hukum dan HAM. Setiap permohonan perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas harus dicatatkan dalam daftar Perseroan mengingat bahwa data yang dimuat dalam data Perseroan seperti yang diatur dalam Pasal 29 ayat (2) huruf d dan g Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas adalah nomor dan tanggal akta perubahan anggaran dasar dan persetujuan Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1), serta nama lengkap dan alamat pemegang saham, anggota Direksi, dan anggota Dewan Komisaris Perseroan. MIFTAHUL RAHMAH|18 Akibat hukum dari keterlambatan dilakukannya permohonan persetujuan dan pemberitahuan perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi manusia adalah tidak diakuinya eksistensi dan tindakan Perseroan yang dilakukan bagi aktivitas yang secara tidak langsung akan menganggu perkembangan dan pencapaian tujuan dari Perseroan yang bersangkutan. Dan akibat hukum yang dapat ditimbulkan dari tidak dipenuhinya jangka waktu terhadap permohonan persetujuan dan pemberitahuan perubahan anggaran dasar dapat mengakibatkan adanya pemberian sanksi yang bersifat administratif oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia yang berupa ditolaknya setiap permohonan maupun pemberitahuan perubahan anggaran dasar atau data Perseroan tersebut. Akibat hukum lainnya adalah ketika permohonan pemberitahuan anggaran dasar Perseroan Terbatas mengenai perubahan anggota Direksi maupun Dewan Komisaris terlambat diberitahukan akan berakibat pada tanggung jawab yang kolektif dari Direksi yang lama dan Direksi yang baru atas kerugian yang mungkin timbul karena terjadinya stagnasi perkembangan dan pertumbuhan Perseroan. Hal ini secara tidak langsung akan berdampak pada keuntungan Perseroan., sebab Direksi pada dasarnya memiliki kewajiban yang sangat esensial untuk memaksimalkan keuntungan guna mewujudkan kepentingan pemegang saham.24 Dalam hal ini, jika terjadi stagnansi Perseroan yang mengakibatkan tidak maksimalnya perolehan keuntungan Perseroan maka yang paling dirugikan adalah pemegang saham yang paling berkepentingan dengan keuntungan Perseroan. Atas kerugian atau hilangnya keuntungan yang seharusnya didapat oleh pemegang saham, jika Perseroan tidak berkembang sebagaimana mestinya, maka pemegang saham berhak untuk menggugat Direksi secara langsung atas kerugian pribadinya atas nama Perseroan. Dengan kata lain, berakibat akan timbulnya hak menggugat dari pemegang saham kepada Direksi atas keuntungannya yang hilang. Untuk itu melalui putusan Pengadilan anggota Direksi bertanggung jawab secara pribadi atau anggota Direksi 24 2017. Hasil wawancara dengan Suprayitno, selaku Notaris di Kota Medan, tanggal 10 Maret MIFTAHUL RAHMAH|19 bertanggung jawab secara renteng atas kerugian yang diderita oleh pemegang saham, karena terjadinya keterlambatan atas tindakan administratif yang berupa permohonan pemberitahuan perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas.25 Akibat hukum yang lainnya, yaitu misalnya saja dalam hal tindakan merger (penggabungan) Perseroan yang berdampak pada perubahan maksud dan tujuan dari Perseroan itu sendiri yang juga merupakan bagian pokok dari perubahan anggaran dasar, sehingga nantinya akan diperlukan adanya perubahan anggaran dasar ataupun pemberitahuan kepada Menteri mengenai proses penggabungan yang dilakukan oleh Perseroan tersebut. Dalam kondisi tersebut sudah pasti Perseroan akan wanprestasi terhadap pihak ketiga, dikarenakan perubahan anggaran dasar tidak dapat dilakukan sebelum adanya pemberitahuan kepada Menteri mengenai perubahan anggaran dasar yang memuat perubahan anggota Direksi maupun Dewan Komisaris. Pihak ketiga dapat melakukan gugatan terhadap Perseroan atas kondisi tersebut, maka Perseroan tidak akan bertanggung jawab akan hal itu, sebaliknya Direksilah yang akan memikul tanggung jawab tersebut secara renteng atau secara pribadi.26 Akibat dari lewatnya jangka waktu terhadap permohonan persetujuan dan pemberitahuan perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas, berdampak juga bagi jalannya usaha Perseroan itu, terutama dalam hal Perseroan Terbatas membutuhkan tambahan modal dari pihak Perbankan, sebab biasanya pihak Perbankan akan memberi persyaratan kepada Perseroan Terbatas untuk kelengkapan mengenai akta Perseroan maupun perubahan anggaran dasar terakhir Perseroan Terbatas tersebut dengan surat terdaftarnya dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Dan terhadap akta perubahan anggaran dasar yang terlambat diajukan permohonan persetujuan dan pemberitahuan perubahan anggaran dasar masih tetap memiliki kedudukan sebagai akta autentik yang menjamin adanya kepastian hukum, menjamin perlindungan terhadap hak dan kewajiban para subjek hukum. Dengan 25 Hasil wawancara dengan Indira Teratai Anniezoen Harahap, selaku Notaris di Kota Medan, pada tanggal 02 Februari 2017. 26 Hasil wawancara dengan Suprayitno, Op.Cit. MIFTAHUL RAHMAH|20 demikian perikatan yang dilahirkan dengan perjanjian yang dimuat dalam akta autentik masih tetap berlaku, dan tidak batal demi hukum karena tidak dimilikinya persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Batalnya suatu akta autentik dikarenakan 2 (dua) hal, yaitu akta tersebut dibatalkan oleh pihak-pihak yang membuatnya dan dibatalkan oleh putusan Pengadilan yang memiliki kekuatan hukum tetap disebabkan karena terdapat kecacatan dalam akta tersebut. Oleh karena itu akibat hukum bagi akta tersebut tetap merupakan akta autentik karena dibuat sesuai dengan peraturan perundang-undangan, namun dikarenakan akta perubahan itu telah lewat jangka waktu 30 (tiga puluh) hari untuk dilakukannya permohonan persetujuan dan pemberitahuan perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia sebagaimana dimaksudkan pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia yang telah dipaparkan sebelumnya, maka akta tersebut tidak dapat dipergunakan untuk pengesahan ataupun pemeberitahuan kepada pihak Kementerian.27 Upaya yang dapat dilakukan oleh Perseroan yaitu pemegang saham meminta pertanggung jawaban dari Direksi melalui mekanisme RUPS dengan mempertanyakan permasalahan yang terjadi kenapa tidak dipenuhinya ketentuan Pasal 21 Undang-Undang Perseroan Terbatas dan kepada Direksi diberikan kesempatan untuk membela dirinya, serta hasil keputusan RUPS dapat ditentukan apakah Direksi tersebut dapat diberikan kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, menghukum atas kerugian yang ditimbulkan akibat kelalaiannya dengan membayar kerugian tersebut yang berdasarkan ketentuan Pasal 97 ayat (3) bahwa setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya sesuai dengan ketetuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2). 27 Hasil wawancara dengan Suprayitno, Ibid. MIFTAHUL RAHMAH|21 Dan upaya yang dapat dilakukan oleh Notaris agar Perseroan Terbatas mendapatkan persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia adalah dengan cara membuat akta baru yaitu akta pengukuhan atau akta penegasan kembali terhadap akta yang sebelumnya dan diadakannya kembali mekanisme RUPS ulang agar akta pengukuhan atau akta penegasan kembali dapat dibuat. Akta penegasan ini dapat dibuat, apabila di dalam akta perubahan tersebut tidak mengalami perubahan, dan masih tetap sama isi serta bunyinya dengan akta perubahan sebelumnya yang tidak memiliki persetujuan dari Menteri. Dengan kata lain disebutnya akta penegasan kembali karena isi dari akta tersebut adalah berupa penegasan terhadap akta terdahulu yang mana isi keputusan RUPS dalam akta terdahulu dicantumkan kembali pada akta penegasan.28 IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Peran dan tanggung jawab Notaris terhadap perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas adalah sebagai berikut : a. Notaris yang dihadirkan dalam RUPS oleh pemegang saham mempunyai peran untuk membuat Berita Acara RUPS atau Akta Risalah rapat. Dan selain RUPS yang dihadirkan langsung oleh Notaris, pemegang saham juga dapat mengadakan RUPS tanpa dihadirkannya Notaris. Dengan mana hasil keputusan RUPS yang dibuat dibawah tangan harus juga dinyatakan dan dimuat dalam bentuk akta Notaris dengan jangka waktu yang telah ditetapkan oleh undang-undang, akta selanjutnya disebut dengan Akta Pernyataan Keputusan Rapat. b. Bentuk lain dari peran Notaris selain pembuatan akta perubahan anggaran dasar yaitu sebelum penyelenggaraan RUPS Notaris berperan untuk memastikan pemanggilan kepada pemegang saham telah dilakukan sesuai 28 Hasil wawancara dengan Suprayitno, Op.Cit. MIFTAHUL RAHMAH|22 dengan Pasal 82 Undang-Undang Perseroan Terbatas dan Notaris juga harus mengetahui agenda yang akan disampaikan dalam RUPS. Sedangkan pada saat pelaksanaan RUPS Notaris berperan untuk memastikan bahwa pemegang saham yang hadir adalah nama-nama pemegang saham yang termasuk di dalam Daftar Pemegang Saham Perseroan (DPS) yang terbaru. Notaris juga harus menghitung kuorum dalam rapat, ketika rapat akan dimulai Notaris harus menghitung berapa keseluruhan saham yang hadir apakah sudah mencapai kuorum atau belum. c. Notaris juga mempunyai tanggung jawab atas perannya terhadap akta perubahan anggaran dasar untuk dilakukannya permohonan pengajuan dan pemberitahuan perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas kepada Meteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, mengingat dalam hal pengajuan permohonan tersebut dilakukan secara online menggunakan SABH dan hanya Notaris yang dapat memiliki akses tersebut. 2. Hambatan yang terjadi dalam pengajuan permohonan persetujuan dan pemberitahuan perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas disebabkan karena beberapa faktor, antara lain : a. Faktor ketidaklengkapan data Perseroan; b. Faktor dari pengurus Perseroan; c. Faktor biaya pengajuan permohonan; d. Faktor perubahan anggaran dasar yang terakhir belum didaftarkan; e. Faktor ketidak cocokan data Perseroan; f. Faktor kelalaian Notaris; g. Faktor kelemahan undang-undang. 3. Akibat hukum terhadap Perseroan Terbatas atas keterlambatan pengajuan permohonan persetujuan dan pemberitahuan perubahan anggaran dasar kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia adalah perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas belum tercatat dalam daftar Perseroan yang diselenggarakan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia sehingga Menteri dapat MIFTAHUL RAHMAH|23 menolak semua permohonan perubahan anggaran dasar yang diajukan kepadanya, tidak diakuinya eksistensi dan tindakan Perseroan yang dilakukan bagi aktivitas yang secara tidak langsung akan menganggu perkembangan dan pencapaian tujuan dari Perseroan yang bersangkutan, dan jika Perseroan membutuhkan modal dari pihak perbankan untuk pengajuan kredit kemungkinan akan sulit mendapatkannya sebab pihak perbankan akan meminta persyaratan mengenai akta pendirian maupun akta perubahan anggaran dasar terakhir. Upaya yang dapat dilakukan untuk penyelesaian tersebut dilakukan dengan 2 (dua) hal yaitu : a. Upaya yang dilakukan oleh Perseroan Terbatas, antara lain membenahi sistem yang menyebabkan kerugian terhadap Perseroan dikarenakan kelalaian oleh Direksi selaku pengurus Perseroan Terbatas yaitu meminta pertanggung jawaban Direksi melalui mekanisme RUPS, dan dari hasil keputusan tersebut dapat ditentukan apakah Direksi tersebut dapat diberikan kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya atau kelalaian yang diperbuat dengan memberikan kesempatan kepada Direksi untuk membela dirinya atau bahkan dapat memberhentikan Direksi tersebut. b. Upaya yang dilakukan oleh Notaris, antara lain dengan cara membuat akta baru yaitu akta pengukuhan atau akta penegasan kembali terhadap akta yang sebelumnya dan diadakannya kembali mekanisme RUPS ulang agar akta pengukuhan atau akta penegasan kembali dapat dibuat. B. Saran 1. Mengingat pengajuan permohonan persetujuan dan pemberitahuan perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas memiliki jangka waktu, ada baiknya untuk dapat menguatkan dalam peraturan perundang-undangan khususnya pada Pasal 21 Undang-Undang Perseroan Terbatas untuk dapat memuatkan sanksi yang tegas terhadap perubahan anggaran dasar tersebut. 2. Mengingat bahwa dalam hal permohonan perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas kepada Menteri mempunyai jangka waktu selama 30 (tiga puluh) hari jika terjadinya kesalahan akses penginputan data Perseroan pada SABH, maka MIFTAHUL RAHMAH|24 harus segera diklarifikasikan ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia agar jangka waktu tersebut tidak terlewatkan. 3. Sebelum melakukan permohonan perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas kepada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, ada baiknya sebelum membuat akta perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas para Notaris dapat mengetahui data-data terakhir Perseroan baik itu berupa perubahan anggaran dasar terakhir yang dibuat oleh Perseroan, susunan perubahan anggota Direksi maupun Dewan Komisaris Perseroan. V. DAFTAR PUSTAKA Ali, Zainuddin, 2009. Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Sinar Grafika. Askin, Zainal dan Amiruddin, 2014. Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta, RajaGrafindo Persada. Budiono, Herlien, 2013, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata dibidang Kenotariatan edisi kedua, Citra Aditya Bakti, Bandung. _______________, 2015, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata dibidang Kenotariatan, Citra Aditya Bakti, Bandung. _______________, 2010, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di BidangKenotariatan, Citra Aditya, Bandung. Harahap, M.Yahya, 2015, Hukum Perseroan Terbatas Cetakan Ketika, Sinar Grafika, Jakarta. Ibrahim, Johny, 2008. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang, Bayu Media Publishing. Indrajaya, Rudi dan Muhammad Azhari, 2001, Mengenal Sisminbakum, Cetakan II, Bandung, Cv Dinamikan Putra. Khairandy, Ridwan, 2009, Perseroan Terbatas : Doktrin, Peraturan Perundangundangan dan Yurisprudensi, Edisi Revisi, Yogyakarta, Total Media. Margono, Sujud, 2008. Hukum Perusahaan Indonesia Catatan atas Undnag-undang Perseroan Terbatas, Jakarta, Novindo Pustaka Mandiri. MIFTAHUL RAHMAH|25 Mulhadi, 2010, Hukum Perusahaan Bentuk-bentuk Badan Usaha di Indonesia, Ghalia Indonesia, Bogor. Prasetya, Rudhi, 1998, Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas, Cetakan Kedua, Bandung, Citra Aditya Bakti. Siregara, Tampil Anshari, 2005. Metodologi Penelitian Hukum Penulisan Skripsi, Medan, Pustaka Bangsa Press. Soekanto, Soerjono, 2007. Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI Press. Tobing, Lumbang, 1996, Peraturan Jabatan Notaris, Jakarta, Erlangga. Wicaksono, Frans Satrio, 2009, Tanggung Jawab Pemegang Saham, Direksi, dan Komisaris Perseroan Terbatas (PT), Jakarta, Visimedia.