(Swietenia macrophylla King) TERHADAP

advertisement
PENDAHULUAN
Kesibukan manusia dengan segala
aktivitasnya menyebabkan manusia tersebut
terbiasa dengan pola hidup yang tidak sehat.
Gaya hidup yang tidak sehat seperti
kebiasaan
merokok,
mengkonsumsi
makanan tinggi kolesterol dan purin,
mengkonsumsi alkohol, dan banyak
menghirup polusi udara ini dapat
meningkatkan jumlah radikal bebas di dalam
tubuh. Peningakatan radikal bebas sangat
berbahaya bagi tubuh karena dapat memicu
munculnya berbagai penyakit seperti kanker,
stroke, dan penyakit jantung.
Radikal bebas merupakan senyawa atau
molekul yang memiliki elektron yang tidak
berpasangan pada kulit terluarnya. Radikal
bebas dapat menyebabkan kerusakan
terhadap senyawa biomolekul seperti
karbohidrat, protein, lipid, dan DNA.
Kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh
radikal bebas seperti kerusakan protein,
membran sel dan DNA, sehingga
menimbulkan berbagai kondisi klinis seperti
gangguan ginjal dan meningkatkan resiko
penyakit jantung koroner dan stroke.
Pembentukan asam urat yang tinggi telah
dilaporkan dapat membebaskan radikal
superoksida dan hidrogen peroksida melalui
aktivasi enzim xantin oksidase (Haidari et
al. 2009).
Molekul yang sangat mudah terserang
oleh radikal bebas adalah lipid. Oksigen
reaktif radikal bebas akan menyerang asam
lemak tak jenuh dalam lipid dan
menghasilkan
lipid
peroksida
yang
merugikan bagi tubuh apabila terdapat
dalam jumlah yang berlebih. Lipid peroksida
adalah molekul lipid yang mengalami
oksidasi berlanjut secara terus menerus oleh
radikal bebas. Peroksidasi lipid merupakan
suatau rantai reaksi yang berlangsung terus
menerus,
sebab
reaksi
ini
dapat
menghasilkan radikal bebas yang lain,
sehingga peroksidasi berlangsung lebih
lanjut.
Spesies oksigen reaktif tidak selamanya
bersifat merugikan tubuh. Pada kondisi
tertentu keberadaannya sangat dibutuhkan
misalnya untuk membunuh bakteri yang
masuk ke dalam tubuh. Keberadaannya yang
masih dibutuhkan tubuh menyebabkan perlu
adanya pengendalian jumlah SOR oleh
sistem antioksidan tubuh. Proses oksidasi
yang disebabkan oleh SOR yang tak
terkendali dapat dicegah oleh senyawa
antioksidan. Senyawa ini mampu mencegah
terjadinya kerusakan terhadap berbagai
biomolekul yang disebabkan oleh radikal
bebas. Sebenarnya tubuh manusia mampu
mensintesis berbagai senyawa antioksidan
sendiri (endogen), seperti enzim superoksida
dismutase, katalase, glutation peroksidase,
dan asam urat.
Asam urat saat ini telah diketahui
sebagai antioksidan. Senyawa asam urat
diperkirakan
memiliki
kemampuan
mengurangi efek oksidasi radikal bebas.
Asam urat
merupakan salah satu
antioksidan endogen yang berperan dalam
menangkap senyawa oksigen reaktif
(Stinefelt 2003). Lavenia (2010) dan Safaati
(2007) dalam penelitiannya terhadap tikus
yang diberi perlakuan khusus melaporkan
bahwa peningkatan kadar asam urat dalam
serum darah tikus dapat menurunkan kadar
lipid peroksidanya.
Selain antioksidan endogen, terdapat
juga antioksidan eksogen yang berfungsi
untuk membantu kerja dari antioksidan
endogen. Antioksidan eksogen banyak
didapat dari makanan dan ramuan tumbuhan
obat tertentu. Dalam makanan, antioksidan
yang ada berupa vitamin A, vitamin C,
vitamin E, beta karoten, seng, mangan dan
selenium. Sedangkan pada tumbuhan
tertentu antioksidan yang didapat berasal
dari senyawa-senyawa hasil metabolit
sekunder tumbuhan tersebut, seperti
senyawa flavonoid, alkaloid, saponin, dan
terpenoid serta turunan dari senyawasenyawa tersebut.
Tumbuhan menjadi salah satu sumber
antioksidan
alami
yang
sedang
dikembangkan dan dikonsumsi oleh
masyarakat. Jenis tumbuhan yang telah
dilaporkan memiliki kandungan antioksidan
yang dan diuji khasiat antioksidasinya
adalah, daun jati belanda. Ekstrak daun jati
belanda dapat menurunkan lipid peroksida
hati tikus hiperlipidemia (Alviani 2007).
Saat ini telah diketahui juga suatu jenis
tumbuhan yang secara in vitro terbukti
memiliki kemampuan sebagai antioksidan
tumbuhan tersebut adalah
mahoni
(Swietenia macrophylla King).
Kulit kayu mahoni mengandung
senyawa
katekin,
epikatekin
dan
swietemakrofilanin yang telah diuji aktivitas
antioksidasinya (Falah et al. 2008). Lavenia
(2010) juga melaporkan bahwa ekstrak air
kulit kayu mahoni dapat menurunkan lipid
peroksida darah tikus hiperurisemia.
Nammun sampai saat ini belum ada
pembuktian secara ilmiah mengenai
2
efektivitas ekstrak mahoni (Swietenia
macrophylla King) sebagai antioksidan
secara in vivo pada hati tikus, terutama pada
kondisi hiperurisemia. Penelitian mengenai
potensi antioksidasi ekstrak kulit kayu
mahoni dan efek peningkatan konsentrasi
asam urat terhadap konsentrasi lipid
peroksida hati tikus secara in vivo perlu
dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah
menguji pengaruh ekstrak kulit pohon
mahoni (Swietenia macrophylla King)
terhadap konsentrasi lipid peroksida di hati
tikus hiperurisemia. Hipotesis yang diuji
pada penelitian ini adalah pemberian ekstrak
kulit pohon mahoni (Swietenia macrophylla
King) dapat menurunkan konsentrasi lipid
peroksida hati tikus pada kondisi
hiperurisemia. Manfaat dari penelitian ini
adalah memberikan informasi kepada
masyarakat mengenai khasiat ekstrak kulit
kayu
mahoni (Swietenia macrophylla)
sebagai antioksidan dalam peroksidasi lipid
di hati dan meningkatkan pemanfaatan
limbah kulit kayu mahoni sebagai
antioksidan.
TINJAUAN PUSTAKA
Radikal Bebas dan Peroksidasi Lipid
Radikal bebas merupakan senyawa atau
molekul yang pada kulit terluarnya terdapat
elektron yang tidak berpasangan. Radikal
bebas akan menyerang atau menarik
elektron di sekelilingnya. Di dalam tubuh,
radikal bebas juga dihasilkan melalui proses
metabolisme sel normal, peradangan atau
inflamasi, kekurangan gizi, akibat polusi,
asap rokok, dan lingkungan. Keadaan
hiperurisemia, yaitu kondisi asam urat dalam
darah meningkat juga dapat menyebabkan
kenaikan sejumlah radikal bebas atau spesies
oksigen reaktif (SOR) di tubuh (Winarsi
2007).
Pembentukan radikal bebas terjadi
dalam beberapa tahap reaksi. Pertama adalah
tahapan inisiasi yang merupakan tahapan
awal pembentukan radikal bebas. Tahap
kedua adalah tahap propagasi atau
pemanjangan rantai radikal. Propagasi akan
terjadi secara terus-menerus sebab reaksi ini
menghasilkan radikal bebas (R•) lainnya
yang akan bereaksi dengan senyawa lainnya.
Tahap akhir atau terminasi yaitu tahap
bereaksinya senyawa radikal dengan radikal
lain atau dengan penangkal radikal, sehingga
potensi propagasinya rendah (Gambar 1).
Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid
terjadi ketika senyawa radikal bebas
bereaksi dengan senyawa asam lemak tak
jenuh majemuk (poly unsaturated fatty acid
atau PUFA) yang disebut juga peroksidasi
lipid. Peroksidasi lipid berlangsung secara
terus
menerus,
sebab
reaksi
ini
menghasilkan adikal bebas yang lain,
sehingga peroksidasi belangsung secara
lebih lanjut. Pada umumnya peroksidasi
lipid dapat dibagi menjadi tiga tahapan yaitu
inisiasi, propagasi dan terminasi (Murray et
al. 2003).
Reaksi radikal bebas dengan PUFA
akan menghasilkan lipid bebas (R•). Lipid
bebas yang bereaksi dengan oksigen akan
membentuk radikal peroksi lipid (ROO•).
Apabila radikal peroksi lipid tersebut
bereaksi dengan PUFA lain maka akan
membentuk lipid hidroperoksida (ROOH)
dan lipid bebas yang baru dan reaksi ini
berlansung terus menerus. Hal ini
disebabkan adanya lipid bebas baru yang
terbentuk sehingga reaksi berlanjut. Faktor
perkembangan peroksdasi lipid yaitu
pembentukan radikal oksigen bebas,
keberadaan substrat lipid, dan aktivitas
antioksidan (Miller et al. 1998).
Reaksi peroksidasi lipid dimulai dari
pengambilan pengambian sebuah atom
hydrogen dari gugus metilena pada PUFA
yang dilakukan oleh radikal bebas. Tahap ini
merupakan proses pembentukan radikal
bebas karbon (-*CH-) yang disebabkan
adanya penghilangan satu atom H pada
CH2. Hal tersebut terjadi karena adanya
ikatan rangkap pada asam lemakyang dapat
melemahkan ikatan antara atom C dan H
yang berdekatan dengan ikatan rangkap,
menyebabkan atom H mudah berikatan
dengan radikal bebas.
Tahap
berikutnya
merupakan
penstabilan radikal bebas karbon melalui
penataan ulang ikatan rangkap, sehingga
terbentuknya senyawa diena terkonjugasi.
Jika diena terkonjugasi ini berikatan dengan
O2 maka akan terbentuk radikal lipid
peroksida (ROO*). Radikal lipid peroksida
ini akan memudahkan pengambilan atom
hidrogen
dari
molekul lipid lain.
Selanjutnya.
Radikal
peroksida
ini
bergabung dengan atom H yang lain
membentuk Lipid Hidroperoksida dan
radikal bebas yang baru. Selain itu, radikal
peroksida ini dapat membentuk peroksida
siklik yang disebut endoperoksida (Gambar
2). Proses ini akan berhenti jika radikal lipid
peroksida bereaksi dengan radikal bebas
yang lain seperti senyawa antioksidan atau
senyawa biologi seperti protein.
Download