HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA

advertisement
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI
SMK WIDYA PRAJA UNGARAN TAHUN 2016
Awaliya Ulfa Ayu Dhita*), Yuliaji Siswanto**), Galeh Septiar Pontang***)
*) Mahasiswa Program Studi D-IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
**) Staf Pengajar Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
***) Staf Pengajar Program Studi Ilmu Gizi STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRAK
Status gizi dipengaruhi oleh anemia, Remaja dengan status gizi rendah berpeluang
untuk terjadinya anemia, Sebagian besar remaja memiliki masalah dengan susahnya
mengkonsumsi makanan gizi seimbang terutama sayuran yang mengandung zat besi sehingga
akan mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangannya, maka akan menyebabkan anemia,
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian anemia
pada siswi di SMK Widya Praja Ungaran Tahun 2016.
Desain penelitian diskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi
sebanyak 187 dan sampel 127. Hasil penelitian didapatkan bahwa siswi dengan status gizi
normal dan tidak anemia 93 siswi (93,9%) dan status gizi tidak norma dan mengalami anemia
18 siswi, ini menunjukkan bahwa semakin buruk status gizi seseorang maka akan
berpengaruh terhadap kejadian anemia. Ada hubungan atau korelasi yang bermakna antara
status gizi dengan kejadian anemia pada siswi SMK Widya Praja Ungaran dengan p=0,0001
Berdasarkan hasil penelitian disarankan bagi remaja putri agar lebih meningkatkan
dan lebih peduli terhadap status gizi yang adekuat agar terhindar dari berbagai masalah
kesehatan salah satunya anemia.
Kata kunci : Status Gizi, Anemia
ABSTRACT
The nutritional status is affected by anemia. The adolescents with low nutritional
status have a chance to suffer from anemia. Most adolescents have a problem in providing
nutritionally balanced foods, especially vegetables that contain iron, so it will affects on
growth and development which will cause anemia. The purpose of this study is to find the
correlation between nutritional status and anemia in female students at SMK Widya Praja
Ungaran in 2016.
This was a descriptive-correlative study with cross sectional approach. The
population in this study was 187 students and the samples were 127 students. The results of
this study indicate that the female students with normal nutritional status and not have
anemia as many as 93 students (93.9%) and the female students with abnormal nutritional
status and have anemia as many as 18 students. This shows that the poor the nutritional
status it will affects on the incidence of anemia. There is a significant correlation between
nutritional status and anemia in female students at SMK Widya Praja Ungaran with p value
of 0.0001.
Based on the results of study, it is recommended for female adolescents to further
improve and more concerned about the adequate nutritional status to avoid the various health
problems such as anemia.
Keywords: Nutritional status, anemia
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di Indonesia prevalensi anemia masih
cukup tinggi, dimana penderita anemia
pada remaja putri berjumlah 26,50%,
wanita usia subur 26,09%, ibu hamil
40,1%, dan anak balita 4,0%. Tidak jauh
berbeda dengan pernyataan Regional
Office SEARO yang menyatakan bahwa
25-40% remaja putri menjadi penderita
anemia defisiensi zat besi tingkat ringan
sampai
berat
di
Asia
Tenggara
(Kausin,2002).
Berdasarkan
survey
kesehatan rumah tangga (2010), prevalensi
anemia remaja putri di Indonesia adalah
57,1%. Data terakhir menunjukkan bahwa
prevalensi anemia remaja putri di
Indonesia mencapai angka hampir 50,9%.
Data survey Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) tahun 2012 menyatakan bahwa
prevalensi anemia pada balita 40,5%, ibu
hamil 50,5%, ibu nifas 45,1%, remaja putri
57,1%, wanita mempunyai resiko paling
tinggi untuk menderita anemia terutama
remaja putri (Depkes RI, 2012).
2
Adapun
faktor-faktor
penyebab
anemia yaitu perdarahan, sosial ekonomi,
kehilangan darah yang disebabkan
menstruasi, status gizi, absorbsi makan,
dan gangguan penyerapan (Proverawati,
2011). Secara teori faktor status gizi
mempengaruhi terjadinya anemia remaja,
karena gizi merupakan suatu komponen
yang sangat penting dalam pembangunan,
yang dapat memberikan kontribusi dalam
mewujudkan sumber daya manusia yang
berkualitas sehingga mampu berperan
secara optimal dalam pembangunan.
Program perbaikan gizi bertujuan untuk
meningkatkan mutu gizi konsumsi pangan
sehingga berdampak pada perbaikan
keadaan
status
gizi
masyarakat.
Peningkatan status gizi diarahkan pada
peningkatan intelektualitas, produktivitas
dan prestasi belajar serta penurunan angka
gizi terutama gizi kurang (Widayanti,
2005).
Remaja dengan status gizi rendah
berpeluang untuk terjadinya anemia,
karena remaja merupakan golongan rawan
gizi yang diakibatkan salah satunya oleh
konsumsi makanan. Sebagian besar remaja
Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Anemia di SMK Widya Praja Ungaran Tahun 2016
memiliki masalah dengan susahnya
mengkonsumsi makanan gizi seimbang
terutama sayuran yang mengandung zat
besi karena maraknya makanan siap saji
atau
junk
food
sehingga
akan
mempengaruhi
pertumbuhan
serta
perkembangannya.
Terhambatnya
pertumbuhan atau perkembangan yang
diikuti dengan masalah konsumsi makanan
(zat besi) maka akan menyebabkan anemia
karena berkurangnya produksi sel darah
merah (Departemen gizi & Kesmas, 2011:
Proverawati, 2011), Pada remaja putri
setiap bulannya mengalami menstruasi dari
situ dapat memicu terjadinya anemia
(Proverawati, 2011).
Menurut data sumber SMK Widya
Praja Ungaran tahun 2015. Di SMK Widya
Praja Ungaran kabupaten Semarang tahun
2015, sebanyak 10 pelajar siswi, 5 siswi
dengan status gizi baik mengalami anemia,
4 siswi dengan status gizi kurang 2
mengalami anemia, dan 2 tidak
mengalami, dan 1 siswi dengan status gizi
lebih dengan anemia normal, dengan
rincian 5 siswi IMT 18,5-20,00, dan
masing-masing memiliki HB rendah di
<11.
Perumusan Masalah
“Apakah ada hubungan status gizi
dengan kejadian anemia pada remaja puteri
di SMK Widya Praja Ungaran tahun 2015?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan status gizi dengan
anemia pada siswi di SMK Widya Praja
Ungaran tahun 2015.
Manfaat Penelitian
Di harapkan dapat menjadi masukan
dan tambahan pengetahuan bagi siswi di
SMK Widya Praja dapat memperhatikan
kesehatan tidak terjadi anemia dan status
gizi normal demi masa pertumbuhan dan
meningkatkan prestasi belajar.
Diharapkan hasil penelitian ini dapat
memberikan informasi dan menambah
wawasan
sehingga
dapat
merekomendasikan penelitian lebih lanjut
mengenai status gizi dan anemia pada
remaja puteri untuk memperluas wawasan
mahasiswi STIKES Ngudi Waluyo
Ungaran.
METODOLOGI PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain
diskriptif korelatif yaitu suatu metode
penelitian yang dilakukan dengan tujuan
utama untuk memuat gambaran dan
deskriptif tentang suatu keadaan secara
objektif kemudian dianalisa untuk mencari
hubungan antara dua variabel. Penelitian
ini dilaksanakan dengan pendekatan
kuantitatif dengan rancangan penelitian
cross sectional.
Waktu dan Tempat Penelitian
Pengumpulan data dilaksanakan pada
tanggal 18-22 Januari 2016 di SMK Widya
Praja Ungaran.
Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah
semua siswi SMK Widya Praja Ungaran
usia 15-17 tahun sejumlah 187.
Sampel
Setelah dilakukan penghitungan maka
didapatkan
hasil
besarnya
sampel
penelitian ini sebanyak 127 respondent.
Peneliti
menggunakan
teknik
pengambilan sampel simple random
sampling yaitu pengambilan sampel secara
acak sederhana dimana setiap anggota atau
unit dari populasi mempunyai kesempatan
yang sama untuk di seleksi secara sampel.
Pengumpulan Data
Data primer
Data primer dalam penelitian ini
adalah data status gizi siswi remaja SMK
Widya Praja Ungaran dan data anemia
siswi remaja SMK Widya Praja Ungaran.
Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Anemia di SMK Widya Praja Ungaran Tahun 2016
3
Data Sekunder
Data sekunder yang digunakan adalah
jumlah siswi dari daftar nama dan tanggal
lahir siswi SMK Widya Praja Ungaran
sehingga di dapatkan nama, tanggal lahir.
Instrumen Penelitian
Anemia di ukur dengan menggunakan
uji kadar Hb untuk mengetahui kadar Hb
siswi yang dilakukan oleh peneliti
sedangkan status gizi diukur menggunakan
IMT/Umur, dengan cara menimbang
dengan timbangan, dan tinggi badannya
dengan microtoce, kemudian menghitung
IMT-nya terlebih dahulu dengan rumus
BB/TBm2 kemudian dicocokkan dengan
tabel sesuai umur.
Analisis Data
Analisa Univariat
Analisis univariat dilakukan bertujuan
untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian.
Data Anemia dan status gizi disajikan
dengan menggunakan tabel distribusi
frekuensi.
Analisa Bivariat
Analisis bivariat dalam penelitian ini
menggunakan uji Chi Square. Pada
analisis ini dilihat hubungan antara 2
variabel yaitu variabel independen dan
variabel dependen.
HASIL PENELITIAN
Status Gizi
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status
Gizi pada Remaja Putri di SMK Widya
Praja Ungaran, 2016
Status Gizi
f
%
Tidak Normal
Normal
Jumlah
28
99
127
22,0
78,0
100,0
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status
Gizi pada Remaja Putri di SMK Widya
Praja Ungaran, 2016
Kejadian Anemia
f
%
Anemia
24
18,9
Tidak Anemia
103
81,1
Jumlah
127
100,0
Analisis Bivariat
Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Anemia pada Siswi SMK Widya Praja Ungaran 2016
Tabel 3
Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri di SMK Widya Praja
Ungaran
Kejadian Anemia
Status
Anemia Tidak Anemia
Total
p-value
2
Gizi
f
%
f
%
f
%
Tidak normal
18
64,3
10
35,7
28
100
44,556 P<0,00001
Normal
6
6,1
93
93,9
99
100
Total
24
18,9
103 81,1
127
100
PEMBAHASAN
Gambaran Status Gizi pada Siswi
Puteri di SMK Widya Praja Ungaran
Status
gizi
seseorang
sangat
dipengaruhi oleh pola makannya. Jika pola
makan seseorang baik maka akan memiliki
status gizi yang baik. Remaja putri di SMK
Widya Praja Ungaran ini sebagian besar
tinggal di kota Ungaran atau daerah
perkotaan yang merupakan wilayah
Kabupaten Semarang dengan rata-rata
4
tingkat ekonomi yang cukup, sehingga
kebutuhan makanan dan pemenuhan gizi
banyak yang tercukupi oleh orangtua
mereka di rumah. Lagi pula, makanan
yang bergizi di kota Ungaran cukup mudah
untuk di dapat misalnya sayuran, buah,
lauk-pauk, dan daging, atau yang lainnya
dapat dengan mudah didapat baik di pasar
atau di tempat-tempat lainnya, sehingga
para ibu tidak merasa kesulitan untuk
memenuhi kebutuhan gizi para anggota
keluarganya terutama remaja putri. Jadi,
Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Anemia di SMK Widya Praja Ungaran Tahun 2016
wajar jika sebagian besar remaja di SMK
Widya Praja Ungaran ini memiliki status
gizi yang normal.
Menurut Supariasa, dkk (2002),
menyatakan bahwa status gizi adalah hasil
akhir dari keseimbangan antara makanan
yang masuk ke dalam tubuh dengan
kebutuhan tubuh akan suatu zat gizi. Status
gizi
adalah
yang
menggambarkan
kecukupan gizi pada remaja yang
diperoleh dari makanan sehari hari remaja
dapat diukur dengan antropometri.
Hasil penelitian juga memperoleh
temuan bahwa remaja yang memiliki status
gizi tidak normal sejumlah 28 remaja
(22,0%). Hal ini disebabkan ada beberapa
remaja yang memiliki masalah untuk
mengkonsumsi gizi seimbang. Walaupun
dari orangtua telah menyediakan makanan
yang bergizi, namun tidak sedikit remaja
putri yang menyukai makanan cepat saji.
Konsumsi makanan cepat saji akan
mempengaruhi
pertumbuhan
dan
perkembangannya. Selain itu, beberapa
remaja putri juga melakukan diet makanan
dengan harapan bisa langsing dan tampil
menarik. Kebiasaan diet ini akan
berpengaruh terhadap status gizinya,
terutama jika diet yang dilakukannya ini
salah maka akan berakibat status gizinya.
Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan
oleh Story and Stang (2005) bahwa diet
yang tidak adekuat adalah terjadi pada
remaja bagi mereka yang melewatkan
sarapan daripada mereka yang makan
sarapan. Asupan yang tidak adekuat dan
rendahnya asupan energi, protein dan
nutrisi lainnya akan menyebabkan remaja
mengalami kekurangan gizi dan pada
akhirnya akan mempengaruhi konsentrasi,
belajar, dan kinerja sekolah.
Gambaran Kejadian Anemia pada
Remaja Puteri di SMK Widya Praja
Ungaran
Sebagian
besar
remaja
tidak
mengalami anemia ini dikarenakan
sebagian besar remaja putri di SMK Widya
Praja Ungaran memiliki siklus menstruasi
normal baik periode maupun lamanya.
Sebagaimana hasil isian kuesioner dari
responden dimana pada item nomor 1
tentang siklus menstruasi normal (28 hari),
sebagian besar responden 83 remaja
(65,4%) menjawab ya. Selain itu, pada
item nomor 2 tentang lama menstruasi
lebih dari 7 hari, sebagian besar responden
menjawab tidak sejumlah 92 remaja
(72,4%). Siklus menstruasi yang normal
membuat remaja terhindar dari kehilangan
terlalu banyak darah sehingga kejadian
anemia dapat dihindari. Berbeda jika saat
menstruasi, remaja kehilangan terlalu
banyak darah tentu berakibat remaja dapat
mengalami anemia (Proverawati, 2010)
Hal di atas juga didukung oleh hasil
penelitian yang dilakukan oleh Prastika
yang menyimpulkan bahwa ada hubungan
negatif antara lama menstruasi dengan
kadar haemoglobin, artinya semakin lama
menstruasi maka akan semakin rendah
kadar haemoglobin, sebaliknya jika lama
menstruasi semakin normal maka kadar
haemoglobin semakin tinggi, dengan kata
lain jika lama menstruasi dalam batas
normal maka akan terhindar dari kejadian
anemia (Prastika, 2011).
Hasil penelitian juga menunjukkan
bahwa remaja yang mengalami kejadian
anemia sejumlah 24 remaja (18,9%).
Sebagian besar remaja putri di SMK
Widya Praja saat menstruasi juga tidak
mengkonsumsi tablet Fe. Hal ini terbukti
dari hasil isian kuesioner pada item nomor
4 tentang mengkonsumsi Suplemen
mengandung Fe (Zat besi), sebagian besar
responden menjawab tidak sejumlah 114
remaja (89,8%). Ini artinya para remaja
memang banyak yang tidak menyadari
bahwa saat menstruasi mereka kehilangan
banyak darah sehingga mereka tidak
melakukan usaha untuk mengatasi hal
tersebut.
Biasanya remaja banyak yang hanya
suka untuk mengkonsumsi makanan
tertentu,
sehingga
tubuhnya
tidak
mendapatkan asupan gizi yang bervariasi.
Dengan ketidakberagaman makanan yang
Anda konsumsi, maka akan memicu untuk
terjadinya penurunan produksi sel darah
Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Anemia di SMK Widya Praja Ungaran Tahun 2016
5
merah, sehingga mudah untuk terjadi
anemia.
Hal
senada
juga
dinyatakan
Soetjiningsih bahwa remaja putri mudah
terserang anemia karena pada umumnya
masyarakat indonesia (termasuk remaja
putri) lebih banyak mengkonsumsi
makanan nabati yang kandungan zat
besinya sedikit, dibandingkan dengan
makanan hewani, sehingga kebutuhan
tubuh akan zat besi tidak terpenuhi.
Remaja putri biasanya ingin tampil
langsing, sehingga membatasi asupan
makanan. Setiap hari manusia kehilangan
zat besi 0,6 mg yang diekskresi, khususnya
melalui feses (tinja). Remaja putri
mengalami haid setiap bulan, dimana
kehilangan zat besi ± 1,3 mg per hari,
sehingga kebutuhan zat besi lebih banyak
dari pada pria (Soetjiningsih 2004) .
Hubungan antara Status Gizi dengan
Anemia pada Remaja Puteri di SMK
Widya Praja Ungaran
Remaja yang memiliki status gizi
normal sebagian besar tidak mengalami
kejadian anemia sejumlah 93 remaja
(93,9%). Hal ini karena remaja dengan
status gizi normal tentu memiliki
kandungan zat besi yang cukup di dalam
tubuhnya, yang mana zat besi ini
merupakan salah satu unsur bagi
pembentukan haemoglobin, sehingga
remaja dengan status gizi normal
cenderung tidak mengalami anemia. Hasil
penelitian juga ditemukan bahwa remaja
dengan status gizi tidak normal tetapi tidak
mengalami anemia sejumlah 10 remaja
(35,7%). Hal ini bisa terjadi karena
pengaruh dari perilaku dan tindakan
remaja untuk mencegah anemia, dimana
apabila remaja rajin dan berusaha untuk
mencegah anemia seperti mengkonsumsi
tablet Fe, maka remaja akan terhindar dari
anemia.
Selain itu, dari hasil penelitian juga
diperoleh bahwa remaja dengan status gizi
normal tetapi mengalami anemia sejumlah
6 remaja (6,1%). Hal ini karena anemia
bisa disebabkan oleh faktor lain selain
6
status gizi, misalnya kehilangan banyak
darah saat menstruasi dan gangguan
penyerapan zat besi.
Hal ini disebabkan karena kandungan
zat gizi dalam makanan terutama zat besi
yang dikonsumsi oleh remaja putri
merupakan faktor yang mempengaruhi
peningkatan penyerapan zat gizi terutama
zat besi dalam tubuh. Zat besi merupakan
salah satu komponen yang terpenting
dalam pembentukan hemoglobin atau sel
darah merah dalam tubuh. Besi atau heme
disini adalah bagian dari hemoglobin dan
mioglobin dimana keduanya banyak
terdapat pada makanan-makanan yang
berasal dari protein hewani yang
mempunyai kandungan gizi banyak dan
mudah menyerap zat besi dibandingkan
dengan besi non heme, yang berasal dari
makanan-makanan yang banyak terdapat
pada protein nabati (Agus R, 2009).
Status gizi kurang pada remaja dapat
menyebabkan zat-zat besi di dalam tubuh
juga ikut kurang. Kekurangan zat besi
dapat menurunkan kadar hemoglobin yang
terikat pada sel eritrosit atau jumlah
erytrosit yang mengikat hemoglobin
kurang.
Penyebabnya
oleh
karena
kegagalan proses sintesis atau kualitas
hemoglobin dan erytrosit di hasilkan tidak
sempurna, sehingga menyebabkan kadar
hemoglobin dalam darah kurang dari
normal, sehingga terjadi anemia. Jika
remaja terkena anemia, maka daya tahan
tubuh akan menurun dan dapat mengurangi
dalam prestasi belajar (Tarwoto, 2013).
Hasil penelitian di atas didukung oleh
hasil penelitian yang dilakukan oleh Dyah
Permatasari (2013) yang menyimpulkan
bahwa ada hubungan antara status gizi
dengan kejadian anemia pada ibu hamil
trimester III.
Berdasarkan
hasil
penelitian
sebagaimana ditunjukkan pada tabel 4.4
didapatkan bahwa remaja putri di SMK
Widya Praja Ungaran status gizi tidak
normal tetapi terjadi anemia sejumlah 10
remaja (35,7%). Ini menunjukkan bahwa
sebagian remaja mengalami anemia.
Anemia didefinisikan sebagai penurunan
Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Anemia di SMK Widya Praja Ungaran Tahun 2016
jumlah sel darah merah atau penurunan
konsentrasi hemoglobin di dalam sirkulasi
darah. Definisi anemia yang di terima
secara umum adalah kadar Hb kurang dari
11 gr/dl. Anemia biasanya disebabkan
kekurangan zat besi mencapai kurang lebih
95% terjadinya peningkatan volume darah
mengakibatkan
hemodilusi
atau
pengenceran darah sehingga kadar Hb
mengalami penurunan dan terjadi anemia.
Hal ini didukung oleh hasil penelitian
yang dilakukan oleh Prastika (2011) yang
menyimpulkan bahwa ada hubungan
negatif antara lama menstruasi dengan
kadar haemoglobin, artinya semakin lama
menstruasi maka akan semakin rendah
kadar haemoglobin, sebaliknya jika lama
menstruasi semakin normal maka kadar
haemoglobin semakin tinggi, dengan kata
lain jika lama menstruasi dalam batas
normal maka akan terhindar dari kejadian
anemia (Prastika, 2011)
Hasil penelitian juga menunjukkan
bahwa remaja yang mengalami kejadian
anemia sejumlah 24 remaja (18,9%). Hal
ini dapat terjadi karena para remaja putri
sedang berada pada masa pubertas maka
kebutuhan zat besi untuk menyeimbangkan
perkembangan tubuh semakin besar. Selain
itu, beban ganda yang diemban remaja
putri adalah mengalami menstruasi, berarti
juga
memiliki
kebutuhan
untuk
menggantikan zat besi hilang bersama
darah haid. Setiap bulan remaja putri akan
mengeluarkan darah kotor saat mengalami
haid. Ini merupakan salah satu hal yang
dapat menyebabkan anemia. Mungkin
sebagian dari remaja putri tidak menyadari
bahwa telah kehilangan darah dengan
jumlah yang tidak sedikit. Kehilangan
sejumlah darah ini akan menjadi penyebab
anemia. Sedangkan sebagian besar remaja
putri di SMK Widya Praja saat menstruasi
juga tidak mengkonsumsi tablet Fe. Hal ini
terbukti dari hasil isian kuesioner pada
item nomor 4 tentang mengkonsumsi
Suplemen mengandung Fe (Zat besi),
sebagian besar responden menjawab tidak
sejumlah 114 remaja (89,8%). Ini artinya
para remaja memang banyak yang tidak
menyadari bahwa saat menstruasi mereka
kehilangan banyak darah sehingga mereka
tidak melakukan usaha untuk mengatasi
hal tersebut.
Keterbatasan Penelitian
Selama proses penelitian, peneliti
menyadari ada beberapa keterbatasan yang
membuat hasil penelitian kurang maksimal
yaitu sampel penelitian ini adalah siswi
yang masih mengikuti kegiatan belajar
sehingga peneliti baru bisa melakukan
proses pengumpulan data pada saat jam
pelajaran
akan
berakhir
sehingga
responden dalam mengisi kuesioner
terpengaruh oleh waktu ingin pulang. Hal
ini sesuai dengan isi buku yang
menyatakan bahwa salah satu masalah
pada pengumpulan data diantaranya yaitu
karena yaitu karena pengaruh dari luar
(Nursalam, 2003)
KESIMPULAN
Sebagian besar siswi di SMK Widya
Praja Ungaran memiliki status gizi normal
sejumlah 99 remaja (78,0%).
Sebagian besar siswi putri di SMK
Widya Praja Ungaran tidak mengalami
kejadian anemia sejumlah 103 remaja
(81,1%).
Ada hubungan secara bermakna status
gizi dengan anemia pada siswi di SMK
Widya Praja Ungaran dengan p-value
0,000 < 0,05.
SARAN
Diharapkan bagi remaja putri untuk
menambah wawasan tentang gizi pada
remaja, dan anemia sehingga akan
menambah wawasan dan pengetahuan
tentang status gizi dan anemia.
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan
dapat melakukan penelitian lebih lanjut
baik itu tentang status gizi remaja putri
maupun tentang kejadian anemia pada
remaja putri, misalnya dengan meneliti
lebih banyak faktor seperti pola makan,
tingkat ekonomi, dan lingkungan.
Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Anemia di SMK Widya Praja Ungaran Tahun 2016
7
DAFTAR PUSTAKA
[1] Agoes, R., Djaenudin, N. 2009.
Parasitologi Kedokteran Ditinjau dari
Organ Tubuh yang Diserang. Jakarta:
EGC
[2] Almatser, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu
Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama
[3] Arikunto,
S.
2006.
Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Yogyakarta: Renika Cipta
[4] Arumsari, E. 2008. “Faktor Risiko
Anemia Pada emaja Putri Peserta
Program
Pencegahan
dan
Penanggulangan Anemia Gizi Besi
(PPAGB) di Kota Bekasi”. Bogor :
Skripsi GMSK IPB
[5] Badan
Pusat
Statistik.2010.Data
Remaja Indonesia
[6] Bobak, Lowdermik, & Jensen. (2004).
Buku Ajar Keperawatan Maternitas.
Jakarta : EGC.
[7] Dinkes. 2012. Profil Dinas Kesehatan
Kabupaten
Semarang
Tahun
2012.Semarang
[8] Effendy. 2001. Ilmu Komunikasi Teori
dan Praktek. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya
[9] Fitriana, Ella. 2010. Hubungan Status
Gizi dengan anemia Remaja di SMK
Muhammadiyah Semarang. Akbid
Karsa Mulya
[10] Isnanti. 2007. Analisis factor-faktor
yang berhubungan dengan anemia di
8
SMK Muhammadiyah Madiun. Akbid
Muhammadiyah Madiun
[11] Kusmiran, E. 2012. Kesehatan
Reprodksi dan Wanita. Jakarta:
Salemba Medika
[12] Manuaba, 2010. Memahami kesehatan
reproduksi wanita.Jakarta: Arcan
[13] Notoatmodjo.
2010.
Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta
[14] Nursalam.
2008.
Konsep
dan
Penerapan Metodologi Penelitian
Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika
[15] Proverawati, Atikah. 2011. Anemia
dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta:
Nuha Medika
[16] Sarwono. 2012. Ilmu Kebidanan.
Jakarta: Pustaka Rihama
[17] Sayogo, S. 2006. Gizi Remaja Putri.
Jakarta: FKUI
[18] Soetjiningsih.
(2004).
Tumbuh
Kembang
Remaja
dan
Permasalahannya.
Jakarta:
CV.
Sagung Seto
[19] Sugiyono. (2010). Statistik Untuk
Penelitian. Bandung: Alfabeta
[20] Supariasi, dkk. 2012. Penilaian Status
Gizi. Jakarta : EGC
[21] Tarwoto, dkk,2013. Anemia Pada Ibu
Hamil. Trans Info Media: Jakarta
[22] Waryana. (2010). Gizi Reproduksi.
Yogyakarta : Pustaka Rihama
[23] Wiknojosastro. 2005. Ilmu Kebidanan.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Rihama
Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Anemia di SMK Widya Praja Ungaran Tahun 2016
Download