II. TINJUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Salak Gula Pasir Salak merupakan tanaman asli Indonesia, yang sampai saat ini belum diketahui secara pasti sejak kapan tanaman tersebut dibudidayakan pertama kali. Tanaman salak tak dapat hidup sembarangan, dalam artian harus tumbuh di lahan yang cocok. Lahan tersebut ialah tanah yang subur nan gembur, bila perlu pada tanah yang memiliki pori-pori banyak. Kondisi seperti ini membuat tanaman tersebut dapat tumbuh dengan optimal dan berbuah dengan mudah dalam jumlah yang banyak. Tanaman salak merupakan tanaman tropis yang hanya terdapat di wilayah Asia (Ashari, 1992). Indonesia memiliki beberapa jenis tanaman salak ungul diantaranya adalah tanaman Salak Gula Pasir dari Bali. Bali memiliki 12 jenis salak diantaranya : Salak Gula Pasir, Nyuh, Cengkeh, Boni, Sepet, Gondok, Putih, Maong, Nangka, Nenas, Pada dan Injin. (Darmadi dkk.,2002). Salak Gula Pasir merupakan salak yang digemari oleh masyarakat karena memiliki rasa yang sangat manis walaupun daging masih muda. Tingkat kemanisan Salak Gula Pasir mendekati tingkat kemanisan gula pasir, karena itu salak ini dinamakan Salak Gula Pasir. (Agromedia, 2007). Tanaman salak adalah sejenis palma dengan buah yang biasa dimakan, termasuk serumpun dengan kelapa, kelapa sawit, aren (enau), palem, pakis yang bercabang rendah dan tegak, dalam bahasa Inggris disebut salak atau snake fruit, karena kulitnya mirip dengan sisik ular, sementara nama ilmiahnya adalah Salacca zalacca. (https://ml.scribd.com/doc/208645079/Biologi-Tugas-Salak) 5 6 Klasifikasi ilmiah tanaman salak, yaitu : Kerajaan : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Ordo : Arecales Famili : Arecaceae Genus : Salacca Spesies : S. zalacca Nama binomial :Salacca zalacca Tanaman salak memiliki akar serabut dengan sistem perakaran dangkal sampai sedang, atau dengan kata lain bahwa penetrasi akar salak hanya mencapai kedalaman 10 cm hingga 50 cm (Purnomo, 2010). Tanaman salak termasuk memiliki batang pendek dan hampir tidak kelihatan secara jelas, karena selain ruas-ruasnya padat juga tertutup oleh pelepah daun yang tumbuh memanjang. Salak menyerupai pohon palem yang seolah-olah tidak berbatang, rendah dan tegak dengan tinggi tanaman salak antara 1,5-7 meter, tergantung dari jenisnya. (Steenis, 1975 dalam Sulastri, 1986; dan Harsoyo, 1999). Batang tanaman salak lemah dan mudah rebah batangnya hampir tidak kelihatan karena tertutup oleh pelepah daun yang tersusun rapat, pelepah dan tangkai daunnya berduri panjang pada batangnya dapat tumbuh tunas yang berakar sendiri, bila dibiarkan tumbuh di batang, tunas-tunas tersebut dapat tumbuh menjadi rumpun tanaman salak yang besar. Salak memiliki daun majemuk menyirip, panjang 3-7 m, tangkai daun, pelepah dan anak daun berduri panjang, tipis dan banyak, warna duri kelabu 7 sampai kehitaman. Anak daun berbentuk lanset dengan ujung meruncing, berukuran sampai 8 x 85 cm, sisi bawah keputihan oleh lapisan lilin. Kebanyakan berumah dua (dioesis), karangan bunga terletak dalam tongkol majemuk yang muncul diketiak daun, bertangkai. Tongkol bunga jantan 50–100 cm panjangnya, terdiri atas 4-12 bulir silindris yang masing-masing panjangnya antara 7–15 cm, dengan banyak bunga kemerahan terletak diketiak sisik-sisik yang tersusun rapat. Tongkol bunga betina 20-30 cm, bertangkai panjang, terdiri atas 1-3 bulir yang panjangnya mencapai 10 cm.(https://id.wikipedia.org/wiki/Salak.) Salak memiliki buah tipe buah batu berbentuk segitiga agak bulat atau bulat telur terbalik, runcing dipangkalnya dan membulat di ujungnya, panjang 2,510 cm, terbungkus oleh sisik-sisik berwarna kuning coklat sampai coklat merah mengkilap yang tersusun seperti genting, dengan banyak duri kecil yang mudah putus diujung masing-masing sisik. Biji 1-3 butir, coklat hingga kehitaman, keras, 2-3 cm panjangnya. Setelah terbungkus oleh kulit coklat nan agak kasar ini terdapat selaput tipis yang menutupi buah inti dimana pada selaput tersebut bisa dimakan secara langsung tanpa harus mengelupas kulit tipisnya. Karena memiliki kandungan serat yang tinggi. (https://id.wikipedia.org/wiki/Salak.) 2.2 Salak Gula Pasir dan Keunggulannya Era globalisasi ditandai oleh semakin terbukanya perdagangan komoditas antar negara, termasuk komoditas buah-buahan. Disatu sisi buah-buahan Indonesia berpeluang untuk berperan di pasar dunia, dan disisi lain pasar dalam negeri Indonesia juga menjadi semakin terbuka untuk pasaran komoditas buahbuahan dari luar negeri. Kondisi tersebut dapat dianggap sebagai tantangan dan 8 sekaligus ancaman karena ketertinggalan teknologi pengembangan buah-buahan di Indonesia (Poerwanto, 2003). Peluang untuk mengekspor buah tropika terbuka luas, tetapi peran Indonesia masih sangat kecil disamping karena tingginya permintaan pasar dalam negeri, juga disebabkan oleh mutu buah yang relatif rendah dan belum terjaminnya kontinyuitas produksi. Pengembangan buah-buahan nasional sangat potensial karena konsumsi buah per kapita masyarakat Indonesia masih relatif rendah (40,06 kg/kapita/tahun) dibandingkan konsumsi anjuran FAO (65,7 kg/kapita/tahun) (Poerwanto, 2003). Salak Gula Pasir merupakan salah satu varietas tanaman salak yang menghasilkan buah berkualitas tinggi. Pengembangan Salak Gula Pasir di Bali, khususnya di Kabupaten Karangasem, meningkat pesat sejak 20 tahun terakhir. Salak Gula Pasir mempunyai keunggulan daging buahnya tebal, rasanya manis layaknya gula pasir walaupun umur buah masih muda, bijinya kecil-kecil, warna daging buahnya putih bersih dan daging buah tidak melekat pada biji (Wijana dkk., 1997). Salak Gula Pasir mirip seperti salak Pondoh. Perbedaannya, walaupun Salak Pondoh rasanya juga manis sejak buah masih muda tetapi rasa manis tersebut disertai masir, daging buah Salak Pondoh lebih tipis dan agak melekat pada biji. Disamping itu, keunggulan lain Salak Gula Pasir dibandingkan dengan Salak Pondoh terletak pada kemudahannya dalam membudidayakan. Salak Gula Pasir tergolong varietas salak yang berumah satu (monoceous) sehingga dapat dengan mudah dikembangkan dengan menggunakan biji, karena biji yang dihasilkan sama dengan induknya. Salak Gula Pasir memiliki keunggulan karena tergolong varietas andromonoesis, sehingga tidak perlu 9 dilakukan penyerbukan buatan dengan bantuan serangga ataupun manusia (Darmadi dkk, 2002). Kelebihan ini akan mengefisienkan punggunaan tenaga kerja karena tidak perlu diadakan penyerbukan secara buatan. Dengan sifat-sifat yang dimiliki Salak Gula Pasir maka sesungguhnya biaya input produksi untuk membudidayakan Salak Gula Pasir dengan luasan yang sama akan jauh lebih murah dibandingkan dengan Salak Pondoh sehingga daya saing pasarnya akan lebih tinggi. Tanaman Salak Gula Pasir merupakan salah satu varietas tanaman salak yang menghasilkan buah salak yang berkualitas tinggi, tuntutan pasar untuk komoditas Salak saat ini dan juga kedepan adalah : (1) buahnya tidak cepat busuk, (2) buahnya berdaging tebal, (3) buahnya memiliki rasa manis, (4)kulit buahnya mudah dikupas, (5)buahnya segar dan tidak masir. Keadaan ini membuat permintaan terhadap Salak Gula Pasir di pasaran meningkat, sehingga Salak Gula Pasir memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan salak bali yang lainnya. 2.3 Syarat Tumbuh Faktor lingkungan tumbuh mempengaruhi aktifitas fisiologi dalam tanaman yang berdampak terhadap fase-fase pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Unsur-unsur iklim yang dapat mempengaruhi proses fisiologi antara lain suhu udara, kelembaban udara, curah hujan dan intensitas cahaya. Menurut Pidkowich (1999) kegagalan fruit-set disebabkan oleh faktor lingkungan tumbuh yang kurang mendukung atau karena kurang optimalnya proses-proses fisiologi tanaman karena ketidak cukupan hara, air, dan kandungan karbohidrat. 10 Salak akan tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan 200-400 mm/bulan (Anonim, 1992). Apabila curah hujan tinggi melebihi 400 mm/bulan akan merugikan tanaman karena banyaknya bunga dan buah busuk akibat curah hujan yang tinggi. Salak membutuhkan kelembaban tinggi tetapi tidak tahan genagan air, apabila tanaman kekurangan air maka tanaman akan layu, pertumbuhan kurus dan tanaman bisa mati Tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman salak yaitu; tipe tanah podsolik, dan regosol atau latosol dan tanah yang kaya dengan bahan organik, gembur, lembab dapat menyimpan air, tidak tergenag air, dengan derajat keasaman tanah (pH) berkisar antara 4,5–7,5 (Ahad, 2010). Tanaman salak akan tumbuh baik pada ketinggian 0-700m di atas permukaan laut. (Ashari, 1992) tanaman salak tidak menyukai sinar matahari langsung (100%), hanya membutuhkan sinar matahari 50-70%. Untuk itu tanaman salak membutuhkan pohon penau. Tanaman salak yang tumbuh tanpa naungan daunya akan terbakar, pertumbuhanya sangat lambat, atau produksi buahnya yang sedikit. Suhu yang paling baik untuk tanaman salak diantara 20-30c. 2.4 Pengaruh Bekas Tandan Bunga dan Tunas Air Terhadap Pertumbuhan Bunga Rendahnya fotosintat yang diterima oleh bunga pada pertanaman Salak Gula Pasir berkaitan dengan tingginya kompetisi dalam memperebutkan hasil fotosintesis antar berbagai organ. Hal tersebut terjadi karena jumlah tandan bunga yang tumbuh terlalu banyak tidak dilakukan penjarangan oleh petani, tandan bunga yang bunganya gagal mengalami fruit-setjuga tetap dibiarkan/tidak dipangkas. Demikian pula anakan yang tumbuh pada pangkal pohon tidak segera 11 dibuang. Semua organ-organ tersebut saling berkompetisi sehingga secara fisiologis mengurangi kemampun bunga untuk mendapatkan fotosintat : (1) besar/klas A (10-12 buah) per kg, (2) sedang/klas B (13-15 buah) per kg, (3) kecil/klas C (>16 buah) per kg (Direktorat Budidaya Tanaman Buah, 2007). Bunga salak yang berlokasi dipangkal pohon dan pangkal cabang lebih peka mengalami gugur daripada bunga yang tumbuh pada bagian tengah dan atas pohon atau cabang. Rai (2007) Hal tersebut terjadi karena bunga yang tumbuh pada bagian pangkal pohon dan cabang merupakan bunga yang didukung oleh daun-daun ternaungi, (Bonghi et al.,2000). Menyatakan bahwa ketidak cukupan fotosintat tidak secara langsung menentukan absisi bunga, karena hal tersebut juga sangat ditentukan oleh tingkat persaingan antar “sink” bunga atau antar bunga dengan organ lainya 2.5 Pembungaan dan Fruit-Set Pembungaan merupakan suatu tahap kejadian kompleks yang secara morfologi terjadi perubahan dari fase vegetatif kefase generatif. Induksi bunga berkaitan dengan hubungan karbohidrat dan nitrogen atau nisbah C/N pada tanaman. Jika nisbah C/N tinggi, makan tanaman dapat menginduksi bunga dan bila nisbah C/N rebdah tanaman dipacu kearah pertumbuhan vegetatif (Rai,2004). Saat pembentukan dimulainya pembungaan, terjadi peralihan setruktur daun menjadi struktur bunga. Meningkatnya laju pertumbuhan secara temporer pada aspek merupakan karakteristik transisi dari pembentukan daun kepembentukan bunga. Secara umum proses pembungaan tanaman terdiri atas 4 tahap, yaitu : (1) induksi bunga atau evokasi, (2) diferensiasi bunga, (3) pendewasaan bagian- 12 bagian bunga dan (4) antesis. Setelah stadium anthesisi, maka bunga akan siap untuk melakukan penyerbukan dan akan dilanjutkan dengan proses pembuahan. Pembuahan akan berhasil bila inti sperma dari serbuk sari dan inti sel telur melebur menjadi satu. Kemudian bakal buah akan membesar dan berkembang menjadi buah bersamaan dengan pembentukan biji (Rai dan Poerwanto, 2008). Pertumbuhan dan perkembangan buah yang biasanya dimulai dengan fertilisasi disebut Fruit-set (Gardner dkk., 1991). Fruit-set ditunjukkan dengan bagian bunga yang mengalami perubahan menjadi buah. Buah muda yang mati atau gugur setelah pembuahan disebabkan oleh endosperm dan embrio yang tidak normal dan berhenti tumbuh, tanaman mengalami stres ataupun terjadi persaingan dalam memperoleh asimilat (Sumi, 2009). Secara alami munculnya bunga salak terjadi setiap 2-3 bulan (Rahayu dan Soethama,1997). Pernyataan ini dinyatakan juga oleh Rai dkk. (2010), yang menyatakan bahwa secara alami munculnya bunga Salak Gula Pasir terjadi empat kali dalam setahun, yaitu pada bulan April, Juli, Oktober, dan Januari. Namun musim panen maksimun hanya mencapai dua kali dalam setahun, yaitu pada panen raya (Januari-Februari). Darmadi dkk.(2002) menyatakan, pembentukan buah dan biji salak diduga melalui apomiksis atau sistem reproduksi aseksual. Masa pembuahan dari bunga sampai menghasilkan buah masak siap panen berlangsung selama 6 bulan.