laporan tahunan 2016

advertisement
LAPORAN TAHUNAN 2016
PUSAT PENELITIAN OSEANOGRAFI
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA
Penyusun
Tim Perencanaan Monitoring
dan Evaluasi (PME)
2016
Kata Pengantar
Satu dari sembilan Agenda Prioritas Republik Indonesia
(Nawacita) adalah “Memperkuat Jatidiri sebagai Negara Maritim”.
Oleh karena itu, pembangunan kemaritiman dan kelautan menjadi
salah satu fokus utama pembangunan nasional Indonesia. Pusat
Penelitian Oseanografi-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2O
LIPI), sebagai satu dari sedikit lembaga pemerintah yang bergerak
di bidang pengetahuan oseanografi di Indonesia, memegang
peranan penting dalam meningkatkan efektifitas pendayagunaan
ilmu oeanografi untuk pemanfaatan sumber daya laut guna
mendukung kebijakan nasional dan kemajuan di bidang kelautan.
Laporan Tahunan P2O LIPI 2016 ini merupakan kaleidoskop
tentang kegiatan penelitian dan kelembagaan yang dilakukan oleh
P2O LIPI selama 2016. Seluruh kegiatan penelitian dan kelembagaan
tersebut merupakan tindak lanjut dari Rencana Strategis LIPI tahun
2015-2019, Rencana Koordinatif Kedeputian Ilmu Pengetahuan
Kebumian tahun 2015-2019, dan Rencana Implementatif P2O-LIPI
tahun 2015-2019 (RI P2O-LIPI 2015-2019). Di dalamnya juga dibahas
revisi kegiatan penelitian, pengembangan dan pemanfaatan Iptek
di lingkungan P2O LIPI yang dibahas melalui Rapat Kerja P2O LIPI
2016. Selain itu, Laporan Tahunan 2016 juga berisi laporan kegiatan
pengelolaan dan monitoring terumbu karang dan ekosistem terkait
di 30 lokasi yang tergabung dalam Program Pengelolaan dan
Rehabilitasi Terumbu Karang (COREMAP-CTI). Kegiatan tersebut
merupakan penugasan khusus yang diberikan langsung oleh
Pemerintah kepada P2O LIPI.
Laporan ini mash jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran
dan masukan dari pembaca yang budiman sangat dibutukan untuk
meningkatkan kinerja P2O LIPI di masa mendatang. Terakhir, atas
nama pimpinan P2O-LIPI saya ingin mengucapkan terima kasih dan
apresiasi yang sebesar-besarnya kepada Tim Penyusun Laporan
Tahunan 2016 yang telah memberikan tenaga dan pikirannya yang
telah menyelesaikan laporan ini dengan baik. Semoga Laporan
Tahunan 2016 ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua.
Jakarta, 11 Januari 2017
Kepala Pusat Penelitian Oseanografi LIPI,
Dr. Dirhamsyah, MA
ii
Daftar Isi
Kata Pengantar
ii
Daftar Isi
iii
1. Pendahuluan
1
2. Riset Kompetensi Inti P2O LIPI 2016
9
- Ekspedisi Widya Nusantara (EWIN) 2016
9
- Teripang Indonesia: Eksplorasi, Pengelolaan dan
Keterkaitannya dengan Kondisi Oseanografi di
Perairan Indonesia
10
- Keanekaragaman dan Adaptasi Biota Laut di Perairan
yang berenergi Gelombang Tinggi (Pantai Selatan
Jawa)
11
- Respon Biota Sebagai Proxy Kesehatan Ekosistem
Laut terhadap Aktivitas Antropogenik
13
- Pengembangan Pedoman Kualitas Sedimen Laut
14
- Pengembangan Teknik Bioremediasi untuk Kawasan
Tercemar Minyak di Perairan Pantai Teluk Jakarta
15
- Pengembangan Formulasi Produk Makanan Kesehatan
dari Teripang
16
- Konservasi dan Pengembangan Koleksi Kultur
Mikroalga Laut
17
- Pengembangan Basis Data produk Alam Laut untuk
Biota Laut yang berasal dari Indonesia (Indonesian
Marine Natural Product Database - IMNPD)
17
- Manajemen Koleksi Biota Laut
19
3. IPTEKDA
20
4. Program COREMAP-CTI LIPI
23
5. Riset Agenda COREMAP-CTI
29
- Retrospektif Perubahan Iklim di Kepulauan Natuna
dan Selayar via Geokimia Karang
29
- Bio-mining Metabolit Sekunder Karang Lunak
(Alcyonacea) dan Evaluasi Aktivitas Farmakologinya
30
- Potensi Stok dan Serapan Karbon di Kawasan Pesisir
Pulau Weh
30
- Dampak Perubahan Suhu dan Peng-asaman Air
Laut terhadap Stress Karang: Kajian Genetik dalam
Pengelolaan Terumbu Karang
32
- Kajian Dampak dan Adaptasi Gejala Perubahan Iklim
Global di Pulau Bintan Timur Kepulauan Riau
33
iii
6. Kegiatan Balai dan UPT
37
- UPT Loka Konservasi Biota Laut Biak
37
- UPT Loka Konservasi Biota Laut Tual
40
- UPT Loka Konservasi Biota Laut Bitung
41
- Balai Bio Industri Laut Mataram
43
- UPT Loka Pengembangan Kompetensi SDM
Oseanografi Pulau Pari
44
7. Program Penataan Kelembagaan
46
8. Program Diseminasi dan Kerjasama
50
9. P2O dalam Angka
55
- Komposisi Usia
55
- Tingkat Pendidikan
55
- Kompetensi Peneliti
56
10. Penutup
58
12. Lampiran
59
iv
1. Pendahuluan
1.1 Pusat Penelitian Oseanografi LIPI
Pusat Penelitian
Oseanografi (P2O) LIPI
merupakan instansi
pemerintah yang
memiliki tugas untuk
melakukan penelitian
bidang kelautan, di
seluruh wilayah perairan
Indonesia.
Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) LIPI merupakan instansi
pemerintah yang memiliki tugas untuk melakukan penelitian
bidang kelautan, di seluruh wilayah perairan Indonesia. Sesuai
dengan Peraturan Kepala LIPI Nomor 1 Tahun 2014 tanggal
9 Mei 2014, P2O LIPI berada di bawah Kedeputian Ilmu
Pengetahuan Kebumian (IPK) LIPI.
Sebagai implementasi dari amanat pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam bidang sumber daya
kelautan, maka P2O LIPI dalam kurun waktu 2015 – 2019
memiliki tiga kegiatan utama, yakni:
1.Penelitian, Pengembangan, dan Pemanfaatan Ilmu
Oseanografi,
2.Penguatan Sistem Inovasi Nasional,
3.Diseminasi Iptek.
Kegiatan penelitian, pengembangan dan pemanfaatan
Iptek di P2O LIPI (2015-2019) telah direvisi sesuai hasil Rapat
Kerja P2O LIPI 2016 secara rinci tersaji pada Tabel 1.
Tabel 1. Rincian sub-sub kegiatan penelitian di Pusat Penelitian Oseanografi LIPI tahun 20152019
Sub Kegiatan
Sub-Sub Kegiatan
Keanekaragaman
Hayati dan Potensi
Sumberdaya Laut
a) Eksplorasi keanekargaman hayati laut dan potensi sumbedaya laut
b) Dinamika populasi biota laut yang terancam punah
c) Pengeolaan wilayah pesisir
Kesehatan Ekosistem
laut
a) Pengembangan indeks kesehatan ekosistem pesisir (terumbu
karang, mangrove dan padang lamun)
b) Monitoring Status dan Kondisi Terumbu Karang dan Ekosistem
terkait
Pencemaran dan
Bioremediasi
a) Respon biota sebagai proxy kesehatan ekosistem laut terhadap
aktivitas antropogenik
b) Penelitian dan pengembangan teknik bioremediasi di ekosistem
pantai
c) Pengembangan panduan kualitas sedimen laut untuk Cu dan Cd
d) Kajian rekonstruksi lingkungan laut via geokimia karang
Oseanografi dan
Perubahan Iklim
Global
a) Kajian kerentanan lingkungan fisik pesisir sebagai dampak
perubahan iklim
b) Kajian dampak pengasaman air laut terhadap lingkungan pesisir
c) Kajian potensi stok dan serapan karbon di ekosistem pesisir
d) Penelitian oseanografi fisik, kimia dan biologi perairan
e) Kajian rekonstruksi perubahan iklim dan pengasaman laut dengan
arsip alam
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Sub Kegiatan
Budidaya dan
Bioprospeksi Biota
Laut
Konservasi Biota Laut
Bio Industri Laut
Sub-Sub Kegiatan
a) Pembenihan dan budidaya biota laut ekonomis penting dan/atau
yang dilindungi
b) Pengembangan suplemen, nutrasetikal dan bahan baku obat
berbasis sumberdaya hayati laut (suplemen &nutrasetikal:Teripang,
Kuda Laut,dan hiu pesisir bahan baku obat:mikroorganisme dan
invertebrata)
c) Kajian pemanfaatan alga sebagai sumber bahan bioprospeksi (pakan
dan suplemen )
d) Pemeliharaan koleksi, pengembangan basis data, karakterisasi
(morfologi, fisiologi , molekuler) mikroalga laut.
a) Pengembangan dan Pemulihan alami Teripang di perairan Sulawesi
Utara, Perairan Kei dan sekitarnya
b) Transplantasi Terumbu Karang Berbasis Masyarakat dan
Pengurangan Potensi Pencemaran di Perairan Selat Lembeh Secara
Berkesinambungan
c) Pengembangan biota hias air laut di Bitung dan Ternate
d) Biodiversitas biota di Sulawesi Utara, Perairan Biak dan sekitarnya,
Perairan Kei dan sekitarnya
a)
b)
c)
d)
e)
f)
Budidaya Teripang hitam (H. atra)Budidaya Lobster karang (Panulirus sp.)
Formulasi pakan buatan untuk teripang dan Lobster Karang
Pengembangan teknologi budidaya kepiting bakau (Scylla spp.)
Diseminasi dan alih teknologi budidaya teripang pasir, kerang
mutiara dan abalon
Pengembangan teknologi budidaya rumput laut
1.2. Ukiran Prestasi P2O LIPI Tahun 2016
LIPI sebagai pemegang
otoritas keilmuan
(scientific authority)
memiliki peranan
yang besar terhadap
penyediaan data dan
informasi tentang status
dan kondisi biota serta
ekosistemnya yang ada
di daratan dan lautan
Indonesia.
1.2.1 P2O LIPI sebagai Walidata Lamun dan Terumbu
Karang
Per tanggal 11 Febuari 2016, P2O LIPI resmi ditetapkan
sebagai Wali Data untuk bidang Ekosistem Terumbu Karang
dan Ekosistem Padang Lamun. Dasarnya adalah Keputusan
Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG) Nomor 54/2015.
Data dan informasi maritim yang akurat sangat diperlukan
untuk memaksimalkan potensi kelautan yang ada. Maka,
P2O LIPI yang diamanahkan sebagai wali data harus mampu
mengelola data dan informasi kelautan ini secara baik untuk
kepentingan bangsa dan negara Indonesia.
Hingga kini, data dan informasi mengenai sektor maritim
di Indonesia masih sangat sedikit. Padahal, sejatinya banyak
institusi pemerintah maupun swasta yang bergerak pada
sektor tersebut. Oleh karena itu, LIPI sebagai pemegang
otoritas keilmuan (scientific authority) memiliki peranan yang
besar terhadap penyediaan data dan informasi tentang status
dan kondisi biota serta ekosistemnya yang ada di daratan dan
lautan Indonesia. Khusus untuk kelautan, LIPI memiliki Pusat
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Penelitian Oseanografi yang berdiri sejak 1905. Selama 111
tahun, lembaga ini telah melakukan riset dan menyimpan data
kemaritiman, salah satunya terkait dengan terumbu karang
(coral reefs) dan padang lamun (seagrass beds).
Gambar 1.
Keputusan Badan
Informasi Geospasial
(BIG) tentang penetapan
LIPI sebagai wali data
ekosistem terumbu
karang dan padang
lamun diserahkan oleh
Deputi Bidang Informasi
Geospasial Tematik Dr.
Nurwadjedi (kiri) kepada
Kepala Pusat Penelitian
Oseanografi LIPI, Dr.
Dirhamsyah (kanan).
Pelatihan ini bertujuan
untuk meningkatkan
pengetahuan dan
keterampilan bidang
taksonomi bagi
peneliti-peneliti muda
Indonesia dan Negaranegara Asia Pasifik.
1.2.2 Peresmian Pusat Pelatihan Marine Biodiversity and
Ecosystem Health
P2O LIPI meresmikan Pusat Penelitian Regional Training and
Research on Marine Biodiversity and Ecosystem Health (RTRC
MarBEST Center) pada Senin (17 Oktober 2016) di kantor P2O
LIPI, Jakarta. Turut hadir dalam peresmian Deputi IPK-LIPI dan
Executive Secretary IOC Paris, Somkiat Khokkiattiwong (Chair
the UNESCO/IOC Sub Commision for the Western Pacific/
WESTPAC. Wenxi Zhu (Head and Programmer Specialist IOC
WESTPAC, Arief Rachman (Komite Nasional Indoneisa untuk
UNESCO/KNIU), Shabaz Khan (UNESCO Perwakilan Indonesia
di Jakarta), perwakilan kedutaan negara sahabat, serta
perwakilan kementrian dan lembaga.
Peresmian RTRC MarBEST Center dilakukan oleh Kepala
LIPI, Iskandar Zulkarnaen. Bersama acara itu, P2O LIPI juga
akan melakukan pelatihan yang berskala regional/internasional
dengan tema Crustacean Taxonomy Training. Kepala P2O LIPI,
Dr. Dirhamsyah, yang juga merupakan Direktur UNESCO/IOC
RTRC MarBEST Center, menyampaikan, pelatihan ini bertujuan
untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bidang
taksonomi bagi peneliti-peneliti muda Indonesia dan Negaranegara Asia Pasifik. Pelatihan ini diikuti oleh 25 peserta yang
berasal dari Bangladesh, Kamboja, Tiongkok, Iran, Korea Utara,
Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam. Menurut Dirhamsyah,
tingginya antusiasme para peneliti negara lain untuk mengikuti
pelatihan ini menunjukkan bahwa kapasitas peneliti Indonesia
dalam riset biodiversitas laut telah diakui dunia, khususnya
mengenai taksonomi biota laut.
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Gambar 2a.
Ketua LIPI
meresmikan
RTRC MarBEST
Center
Gambar 2b.
Buku materi
pembelajaran kelautan
untuk jenjang SD-SMA
hasil pengembangan P2O
LIPI ikut dipamerkan pada
peresmian RTRC Marbest
Center.
1.2.3 Peresmian Balai BioIndustri Laut Mataram
Balai Bio Industri Laut (BBIL) diresmikan pada Kamis
(tanggal 4 Agustus 2016) di Kabupaten Lombok Utara, NTB
oleh Kepala LIPI. Peresmian ini merupakan peningkatan status
dari Unit Pelaksana Teknis Loka Pengembangan Bio Industri
Laut yang tadinya statusnya Eselon IVa menjadi eselon IIIb.
Dalam sambutanya, Kepala LIPI menyampaikan bahwa BBIL
harus bisa menjadi ujung tombak LIPI. Tugasnya bukan hanya
penelitian, tapi juga harus bisa mendeliver hasil risetnya ke
masyarakat, serta berkiprah memberikan kontribusi khususnya
kepada warga Nusa Tenggara Barat. Kegiatan balai ini adalah
melakukan kegiatan penerapan teknologi budidaya biota laut
ekonomis penting, di antaranya adalah: sotong buluh, kerang
mutiara, teripang hitam, abalone tropis, siput matabulan,
teripang pasir dan lobster karang. Tehnologi budidaya tersebut
bukan hanya sebagai riset, namun juga mendiseminasikannya
kepada masyarakat, terutama masrakat NTB.
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Gambar 3.
Anakan teripang
di BBIL Mataram
(foto atas)
LIPI resmikan
Balai Bioindustri
Laut Mataram
(foto kanan).
1.2.4 P2O LIPI sebagai Pusat Unggulan Iptek (PUI)
Pada Kamis (22 Desember 2016), Pusat Unggulan
Bioprospeksi Biota Laut P2O LIPI lolos sebagai salah satu Pusat
Unggulan Iptek (PUI) yang dibina dengan peraihan poin di atas
700. Komitmen P2O LIPI untuk menjadi Pusat Unggulan Iptek
Bioprospeksi Biota Laut secara simbolis dilakukan oleh Kepala
Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Dr. Dirhamsyah, MA, melalui
penandatanganan master plan PUI Bioprospeksi Biota Laut.
PUI bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas
kelembagaan, sumber daya dan jaringan iptek dari lembaga
litbang dalam bidang prioritas spesifik agar terjadi peningkatan
relevansi dan produktivitas serta pendayagunaan Iptek dalam
sektor produksi untuk menumbuhkan perekonomian nasional,
yang pada gilirannya dapat berdampak pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Program PUI Bioprospeksi Biota
Laut diharapkan dapat menjadi katalisator bagi P2O untuk
mencapai visi menjadi institusi sains berkelas dunia dalam
penelitian, pengembangan dan pemanfaatan Ilmu Pengetahuan
Oseanografi untuk meningkatkan daya saing bangsa.
Gambar 4.
Pusat Unggulan
IPTEK.
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Tepat tanggal 23
Januari 2016, P2O LIPI
memasuki usia yang
ke-111 tahun. Usia
yang menunjukkan
sudah lebih dari satu
abad lembaga riset
pemerintah ini berdiri.
1.2.5 Memasuki Tahun ke-111, P2O LIPI Gelar “Oceanography
Week”
Tepat tanggal 23 Januari 2016, P2O LIPI memasuki usia
yang ke-111 tahun. Usia yang menunjukkan sudah lebih
dari satu abad lembaga riset pemerintah ini berdiri. Sejarah
panjang Puslit Oseanografi-LIPI berawal dari berdirinya stasiun
penelitian kelautan oleh Pemerintah Hindia Belanda pada
tanggal 23 Januari 1905. Untuk memperingati hari kelahiran
itu, P2O menggelar kegiatan ‘Oceanography Week’ dengan
mengangkat nilai sejarah berdirinya, masa kini dan masa depan
perjuangan Puslit Oseanografi. Nilai-nilai tersebut tertuang
dalam berbagai macam kegiatan baik bersifat internal maupun
eksternal. Kegiatan internal berupa workshop tentang ‘Etika
Peneliti’ yang dipaparkan oleh Prof. Dr. Suharsono (20/01/2016),
perlombaan olah raga antar pegawai dan perlombaan
laboratorium terbersih (21/01/2016). Selain itu, diadakan
jalan sehat sekitar kompleks Ancol yang dilepas oleh Kepala
Tata Usaha Puslit Oseanografi-LIPI dan pelaksanaan donor
darah yang diikuti oleh seluruh pegawai Puslit Oseanografi
dan partisipan dari luar (22/01/2016). Puncak ‘Oceanography
Week’ dalam rangka berlangsung pada tanggal 25 Januari
2016 yang dihadiri para Kepala Puslit periode 1969 – 2015.
Kegiatan diisi dengan diskusi panel tentang sejarah dan
tantangan masa depan untuk Puslit Oseanografi.
Gambar 5.
Rangkaian
kegiatan HUT
P2O LIPI.
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Saat ini, LIPI telah
menyerahkan program
pembelian kapal
baru tersebut ke
Badan Perencanaan
Pembangunan
Nasional (Bappenas)
dan disetujui guna
ditawarkan kerja sama
dengan negara dan
lembaga asing.
Gambar 6.
Kapal Riset
Baruna Jaya VIII.
1.2.6 Komisi VII DPR ke P2O LIPI - Komisi VII DPR
Mengapresiasi Riset LIPI
Akhir April 2016 Komisi VII DPR berlayar dengan kapal
riset Baruna Jaya VIII milik P2O – LIPI ke Perairan Kepulauan
Seribu, DKI Jakarta. Anggota DPR yang berlayar terdiri dari
Ketua Komisi VII DPR Gus Irawan Pasaribu, Wakil Ketua
Komisi VII Tamsil Linrung, anggota Komisi VII DPR Aryo
P.S. Djojohadikusumo, S W Yudha, Peggy Patricia Pattipi,
Zulkieflimansyah, Joko Purwanto, dan Kurtubi. Kepala LIPI
Iskandar Zulkarnain yang mendampingi kunjungan tersebut
mengatakan bahwa pelayaran tersebut bagian dari program
Science Briefing for Parliament yang dimulai sejak 2015
yang bertujuan untuk mendiseminasikan hasil penelitian LIPI
kepada anggota DPR. Dalam kesempatan tersebut, Kapus
P2O menyampaikan bahwa diperlukan pembaharuan kapal
riset LIPI dengan membeli dua kapal baru. Saat ini, LIPI telah
menyerahkan program pembelian kapal baru tersebut ke
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan
disetujui guna ditawarkan kerja sama dengan negara dan
lembaga asing.
Anggota Komisi VII DPR-RI memberikan apresiasi positif
bagi hasil-hasil riset LIPI, terutama riset yang telah membantu
peningkatan taraf hidup masyarakat dan riset yang menunjang
ketahanan pangan. Apresiasi itu disampaikan saat Komisi
VII DPR-RI melakukan kunjungan kerja ke Maluku Utara
Agro-Marine Technopark Ternate yang dikelola P2O LIPI
pada 21 Maret 2016. Kunjungan kerja tersebut didampingi
beberapa wakil Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dari
propinsi Maluku Utara. Kepala P2O LIPI Dr. Dirhamsyah
mengungkapkan bahwa diseminasi hasil penelitian LIPI dapat
dimanfaatkan bagi kepentingan masyarakat dan lebih tepat
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
guna karena menggali potensi lokal. Selain itu, hasil penelitian
LIPI juga telah membantu mengangkat martabat komoditas
lokal melalui pemanfaatan tehnologi tepat guna dan budidaya
biota laut, seperti dalam budidaya dan pemanfaatan kerang
mutiara dan rumput laut. Gambar 7.
Anggota Komisi
VII mengapresiasi
hasil penelitian
LIPI.
Gambar 8.
Optimalisasi
kinerja dan
Rencana
Implementatif
Pusat Penelitian
Oseanografi LIPI.
1.2.7 Optimalisasi Kinerja dan Rencana Implementatif P2O
LIPI menuju Lembaga Riset Kelas Dunia
P2O LIPI menyelenggarakan rapat kerja (Raker) internal
selama empat hari (18 - 21 Desember 2016) di Pajajaran
Suites Hotel and Resort, Bogor. Dibuka oleh Deputi Bidang
IPK LIPI, Raker dihadiri oleh 100 peserta, terdiri dari para
pejabat struktural, Kepala Balai dan UPT di lingkungan P2O,
dan seluruh peneliti aktif. Raker P2O-LIPI akhir tahun 2016
ini bertujuan antara lain melakukan evaluasi kinerja P2O-LIPI
tahun 2016 berkaitan dengan kinerja Kelompok Penelitian dan
unit struktural sebagai pendukung kinerja lembaga, menyusun
rencana kerja dan target capaian kinerja lembaga untuk tahun
2017, menyempurnakan rencana implementatif P2O-LIPI yang
adaptif dalam menjawab permasalahan nasional dan regional.
Raker ini merupakan bagian dari upaya LIPI untuk menjadi
institusi ilmu pengetahuan berkelas dunia, sesuai dengan
tema raker kali ini adalah “Optimalisasi Kinerja dan Rencana
Implementatif Pusat Penelitian Oseanografi LIPI Menuju
Lembaga Riset Kelas Dunia.”
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
2. Riset Kompetensi Inti P2O LIPI 2016
Kegiatan Penelitian, Pengembangan, dan Pemanfaatan
Ilmu Oseanografi merupakan kegiatan tematik yang bertujuan
untuk memperkuat kompetensi inti (core competence) dari
P2O LIPI, melalui peningkatan kompetensi para penelitidi
bidangnya masing-masing. Untuk tahun 2016, terdapat 10
kegiatan tematik.
2.1. Ekspedisi Widya Nusantara-Perairan Sumba
(Koordinator: Dr. Udhie Eko Hernawan)
Ekspedisi Widya
Nusantara (E-WIN)
adalah kegiatan
riset yang bersifat
eskploratif, bertujuan
untuk menggali
data, informasi, dan
pengetahuan mengenai
sumber daya alam
hayati dan non-hayati di
Indonesia.
Ekspedisi Widya Nusantara (E-WIN) adalah kegiatan riset
yang bersifat eskploratif, bertujuan untuk menggali data,
informasi, dan pengetahuan mengenai sumber daya alam
hayati dan non-hayati di Indonesia. Sebagai program tahunan
LIPI, kegiatan E-WIN yang dilaksanakan oleh P2O LIPI berfokus
pada bidang kajian kelautan. Kegiatan ini diharapkan dapat
memberikan informasi tentang potensi suatu kawasan perairan
serta masukan terhadap masalah kelestarian lingkungan pesisir
dan laut.
E-WIN 2016 difokuskan di wilayah perairan Pulau Sumba.
Kawasan perairan Sumba diyakini memiliki sumber daya
alam laut yang tinggi dan namun minim informasi ilmiah.
Secara umum, kegiatan ini bertujuan untuk mengungkap
proses oseanografi, biogeokimia, dan potensi sumber daya
laut di kawasan perairan Sumba. Kegiatan ini mencakup lima
bidang kajian, yaitu: (a) oseanografi fisika, (b) biogeokimia, (c)
keanekaragaman hayati, (d) pencemaran, dan (e) geologi.
Berdasarkan dari hasil pengamatan dan analisa yang telah
dilakukan, tim peneliti E-WIN melaporkan temuan-temuan
penting sebagai berikut: Adanya front di perairan ujung barat
Pulau Sumba, yang berpotensi menimbulkan eddy (pusaran
air). Adanya empat massa air di sisi barat, utara dan selatan
P. Sumba, yaitu NPSW (Northern Pacific Subtropical Water),
NPIW (Northern Pacific Intermediate Water), NISW (Northern
Indian Subtropical Water) dan NIIW. Ini membuktikan bahwa
kawasan ini menjadi salah satu pintu keluar Arlindo.
Kawasan perairan di sebelah utara Pulau Sumba merupakan
kawasan yang sangat subur (kadar klorofil-a yang sangat tinggi,
mencapai 4,25 mg/m), menunjukkan adanya sumber potensi
sumber daya perikanan yang tinggi di wilayah tersebut.
Kondisi perairan Pulau Sumba dan sekitarnya dinilai masih
cukup baik berdasarkan fakta berupa rendahnya kepadatan
zooplankton yang bersifat merugikan seperti Ctenophores.
Kondisi terumbu karang bervariasi dari kategori kurang hingga
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
10
cukup, dan ditemukan banyak bekas praktek penangkapan ikan
yang merusak. Hal ini menunjukkan pentingnya penegakan
hukum dan penyadartahuan masyarakat mengenai konservasi
terumbu karang.
Pesisir Sumba Timur bagian utara memiliki hamparan
padang lamun yang relatif paling baik dibanding sisi pulau
Sumba lainnya. Padang lamun sangat penting bagi kehidupan
biota ikan sebagai daerah asuhan dan pembesaran, sehingga
perlu dijaga kelestariannya. Hasil ekspedisi ini diharapkan
dapat menjadi rujukan bagi pemanfaatan dan pengembangan
sumber daya laut yang tepat sasaran dan berkesinambungan.
Gambar 9.
E-WIN 2016 di
Perairan SumbaI.
2.2. Teripang Indonesia: Eksplorasi, Pengelolaan dan
Keterkaitannya dengan Kondisi Oseanografi di Perairan
Indonesia (Koordinator: Ana Setyastuti, M.Si)
Penelitian “Teripang Indonesia: eksplorasi, pengelolaan
dan keterkaitannya dengan oseanografi di perairan Indonesia”
dapat membuka pemikiran kita mengenai keanekaragaman
jenis timun laut yang ternyata berbeda komposisi jenis
dan kepadatannya di lokasi pengamatan yang berbeda.
Secara umum, penelitian tahun pertama bertujuan untuk:
(1) Melakukan uji metode penentuan stok teripang di alam
menggunakan GPS, (2) Mengidentifikasi jenis-jenis timun laut
yang ada di dua lokasi penelitian, (3) Memilah jenis-jenis timun
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
11
laut yang didapat dari kedua lokasi penelitian yang masuk
dalam perdagangan, baik skala lokal maupun internasional,
(4) Mengidentifikasi jenis-jenis teripang yang didapatkan dari
pengepul teripang, (5) Melakukan kajian populasi teripang di
kedua lokasi penelitian, (6) Mengkaji jaringan pasar teripang
(proses pengambilan di alam, pengolahan dan penjualannya).
Penelitian lapangan untuk kegiatan ini dilakukan di dua
lokasi, yakni Lampung dan Biak-Papua. Beberapa capaian
penting dalam kegiatan penelitian tahun pertama ini adalah
Jenis-jenis timun laut yang berhasil dieksplorasi di perairan
Biak-Papua lebih banyak daripada di perairan Lampung. Dari
hasil eksplorasi timun laut di kedua lokasi tersebut didapatkan
data bahwa sekitar 80% dari jumlah total jenis di masingmasing lokasi yang didapat merupakan jenis-jenis yang
diperdagangkan.
Hasil dari wawancara informal dengan nelayan lokal di
Lampung diketahui bahwa beberapa jenis teripang (timun
laut yang masuk perdagangan) semakin sulit didapatkan
di alam. Hal tersebut membuat nelayan Lampung banyak
beralih menjadi nelayan non-teripang dan atau berpindah
profesi menjadi petani dan peternak. Hal yang berbeda dari
hasil wawancara dengan nelayan di Biak-Papua, keberadaan
teripang di alam memang mendapat perhatian lebih dari
hukum adat setempat bersama dengan beberapa komoditas
laut lainnya yang memang masuk dalam perdagangan. Oleh
karenanya, keberadaan teripang di Biak-Papua jumlahnya
memang lebih banyak dengan variasi jenis yang lebih banyak.
2.3. Keanekaragaman dan Adaptasi Biota Laut di
Perairan Berenergi Gelombang Tinggi (Pantai Selatan
Jawa) (Koordinator: Prof. Pramudji, M.Sc)
Gambar 10.
Jenis-jenis teripang
yang umum dijumpai.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di beberapa
kawasan pesisir Kabupaten Garut, maka terkait dengan
biota yang ditemukan di daerah tersebut dibagi menjadi 3
zona, yaitu zona supratidal, zona intertidal dan zona subtidal.
Pada zona supratidal di kawasan pesisir Pameungpeuk dan
sekitarnya secara umum tidak ditemukan mangrove, kecuali
di daerah pesisir Paranje, karena kondisi lingkungan pesisir
Pameungpeuk dan sekitarnya tidak memungkinkan.
Pada zona intertidal ditemukan seagrass makroalgae,
moluska, ekhinodermata, krustasea dan ikan. Berdasarkan
hasil pengamatan padang lamun di perairan Pemeungpeuk
dan sekitarnya dapat disimpulkan keragaman jenis lamun di
perairan Pemeungpeuk dan sekitarnya ada empat jenis yaitu
Halodule pinifolia, Halodule uninervis, Cymodocea rotundata
dan Thahassiahemprichii. Sedangkan komposisi dan distribusi
jenis lamun dari masing-masing stasiun hampir sama, dan
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
12
Stasiun Pantai Sentolo
mempunyai diversitas
spons dan morfologi
paling tinggi karena
habitatnya berupa
terumbu karang di zona
sublittoral yang tidak
terpapar langsung
energi gelombang
tinggi.
didominasi oleh jenis Cymodocea rotundata. Kemudian
dari 21 marga makroalga yang ditemukan, 13 marga di
antaranya merupakan makroalga yang memiliki potensi untuk
dimanfaatkan secara ekonomis. Selanjutnya, secara umum
keragaman fauna moluska di perairan Pantai Selatan Garut,
relatif rendah.
Selama pengamatan ditemukan 37 spesies moluska
terdiri dari 33 spesies dari kelas Gastropoda dan 4 spesies
dari kelas Bivalvia. Spesies Gastropoda umumnya didominasi
oleh spesies siput yang hidup di batu-batu seperti famili
Littorinidae, famili Neritidae, famili Muricidae dan famili
Cerithiidae. Krustasea yang diperoleh di pesisir Pamengpeuk
dan sekitarnya seluruhnya berjumlah 99 individu, 16 jenis, 6
famili kepiting (brachyura) dan 4 famili udang (malacostraca). Karang lunak atau spons yang berada di pantai Pamangpeuk
dan sekitarnya cukup beragam, yaitu terdiri dari 30 species
dari 8 ordo. Hal ini juga diikuti oleh diversitas morfologi yang
cukup beragam, namun masih didominasi oleh bentuk massive,
encrusting dan globular.
Stasiun Pantai Sentolo mempunyai diversitas spons dan
morfologi paling tinggi karena habitatnya berupa terumbu
karang di zona sublittoral yang tidak terpapar langsung energi
gelombang tinggi. Pada zona intertidal berbatu di Perairan
Kabupaten Garut memiliki jenis ikan cukup beragam. Zona ini
memiliki fungsi ekologi yang sangat penting bagi ikan yaitu
sebagai habitat permanen bagi ikan-ikan penghuni tetap (suku
Blennidae dan Gobiidae) dan sebagai daerah asuhan bagi
ikan-ikan penghuni sementara. Beragam jenis ikan penghuni
sementara di zona intertidal berbatu di Perairan Kabupaten
Garut memiliki potensi sebagai ikan hias dan beberapa sebagai
ikan konsumsi. Belut laut dari suku Muraenidae merupakan
salah satu kelompok ikan hias bernilai ekonomis yang terdapat
di wilayah ini.
Gambar 11.
Biota laut yang
ditemukan di
Pamengpeuk.
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
13
2.4. Respon Biota (bioindikator) sebagai Proksi
Kesehatan Ekosistem Laut terhadap Aktivitas
Antropogenik (Koordinator: Rachma Puspitasari, M.Sc)
Pemantauan kualitas lingkungan pesisir berupa pengukuran
kontaminan baik organik dan anorganik tidak dapat dipungkiri
membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan harus dilakukan oleh
personel yang kompeten. Luasnya area pesisir Indonesia dan
beragamnya tingkat pendidikan masyarakat pesisir di Indonesia
membutuhkan suatu metode yang efisien untuk mengetahui
perubahan kualitas lingkungan. Penggunaan bioindikator
diharapkan mampu menjawab tersebut. Monitoring kualitas
lingkungan tidak hanya dengan analisis kimia saja, namun bisa
dikombinasikan dengan berbagai pendekatan diantaranya
bioindikator. Keberadaan suatu organisme pada kondisi
lingkungan tertentu dapat menjadi ‘penanda’ perubahan
kualitas lingkungan. Itulah yang disebut dengan bioindikator.
Gambar 12.
Ikan Java medaka
(O. javanicus).
Beberapa penelitian melaporkan penggunaan Ikan
Java Medaka (O. javanicus) dan foraminifera bentik sebagai
bioindikator perubahan lingkungan. Oleh karena itu,
penelitian ini bertujuan mengungkap potensi penggunaan
O. javanicus dan foraminifera bentik di Indonesia. Kegiatan
tahun ini mengkaji kandidat bioindikator yang representatif
untuk ekosistem pesisir dengan ikan Java medaka/O.
Javanicus dan Foraminifera jenis Ammonia dan Elphidium (AE). Hasilnya menunjukkan bahwa ikan O. javanicus memenuhi
beberapa kriteria sebagai bioindikator antara lain distribusi,
sensitivitas, mudah dipelihara, diidentifikasi serta dapat
mengakumulasi logam. Hasil analisis jenis foraminifera dengan
indeks A-E menunjukkan dominasi tunggal jenis Ammonia
dengan kepadatan yang rendah di pesisir Semarang. Hal ini
menunjukkan kondisi perairan sudah sampai pada kondisi
yang tidak dapat ditolerir oleh banyak biota lainnya mengingat
Ammonia adalah jenis yang oportunis.
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
14
Gambar 13.
Pengujian bioassay
ikan O. javanicus
dengan Acute
Lethality Test 96 h
2.5. Pengembangan Pedoman Kualitas Sedimen Laut:
Monitoring dan Baseline Pencemaran Cu dan PAH
Dalam Sedimen dan Uji Toksisitas (Bioassay) Sedimen
Teluk Banten (Koordinator: Dr. Dwi Hindarti)
Gambar 14.
Amphipoda yang
ditemukan di lokasi
penelitian;Anggota
dari Ampeliscidae dan
Aoridae digunakan
sebagai biota uji
dalam uji toksisitas.
Perkembangan ekonomi dan industri berpotensi
meningkatkan konsentrasi kontaminan logam berat dan
organik toksik dalam sedimen di beberapa perairan di
Indonesia. Hal ini memerlukan Pedoman Kualitas Sedimen
(Sediment Quality Guidelines/SQG) sebagaialat yang dapat
digunakan oleh manager dan ilmuwan untuk menghubungkan
konsentrasi kontaminan sedimen dengan prediksi dampaknya
terhadap biota yang hidup dalam sedimen laut, estuarin dan
perairan air tawar. SQG dapat digunakan dalam pengelolaan
wilayah pesisir dan laut secara terpadu, sehingga kualitas
lingkungan dapat terjaga. Metode ini dipilih karena relatif
lebih murah dibanding program restorasi dan
pemindahan sedimen terkontaminasi ke tempat
lain yang akan menimbukan masalah baru. Saat
ini Indonesia baru memiliki Baku Mutu Air Laut
untuk melindungi kehidupan biota akuatik,
sedangkan Pedoman Kualitas Sedimen Laut
belum tersedia.
Kegiatan tahun ini merupakan tahun
pertama yakni sebagai baseline study dalam
rangka pengumpulan data dan informasi
pencemaran logam berat dan PAH serta uji
toksisitas sedimen dari perairan di Indonesia.
Dari hasil penelitian ditemukan amphipoda
yang dapat digunakan sebagai alternatif biota
uji dalam uji toksisitas sedimen. Konsentrasi
logam berat tersebar relatif merata dan masih
di bawah ambang batas dan fraksinasi logam
didominasi oleh fraksi residual, relatif tidak
menimbulkan dampak bagi biota. Konsentrasi
PAH dalam sedimen tersebar relatif merata,
masih di bawah baku mutu SQG.
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
15
2.6. Pengembangan Teknik Bioremediasi di Kawasan
Tercemar Minyak Perairan Pesisir Teluk Jakarta
(Koordinator: Dr. Yeti Darmayati)
Penelitian sebelumnya menghasilkan 7 isolat bakteri
unggul pendegradasi minyak sudah terisolasi. Bioremediasi
mampu meningkatkan laju degradasi minyak. Bakteri yang
dapat meningkatkan laju degradasi bersifat site specific.
Pupuk lepas lambat produk lokal potensial untuk digunakan
sebagai stimulan. Kombinasi penambahan bakteri dan pupuk
adalah metode terbaik. Bakteri exogenous dari lingkungan
yang tidak terlalu berbeda tetap efektif untuk digunakan.
Melalui kegiatan ini diharapkan diperoleh tehnik yang paling
efektif dalam memulihkan pesisir Teluk Jakarta yang tercemar
minyak dengan memanfaatkan agen bioremediasi, tersusunnya
panduan untuk melakukan remediasi di lingkungan pesisir dan
terbentuknya jejaring stakeholder bioremediasi laut.
Gambar 15.
Seleksi pupuk
potensial untuk
bioremediasi.
Hasil penelitian menunjukkan hubungan positif yang
kuat antara ketersediaan fosfat dengan kelimpahan bakteri
pendegradasi PAH teramati di kolom air. Untuk meningkatkan
proses biodegradasi di kolom air jika terjadi tumpahan minyak,
maka peningkatan ketersediaan fosfat dibutuhkan. Faktor
lingkungan di kolom air yang potensial akan menjadi kendala
tidak teramati. Jika terjadi tumpahan minyak yang mengendap
ke sedimen dan bioremediasi in situ akan diterapkan
maka faktor-faktor yang berkorelasi positif (ketersediaan
logam Cu, nitrat, nitrit, amoniak, oksigen dan suhu) harus
ditingkatkan atau paling tidak dipertahankan. Sedangkan
faktor-faktor yang berkorelasi negatif (ketersediaan logam
Cd dan Ni) perlu dikendalikan kalau tidak bisa diturunkan.
Dengan mempertimbangkan karakteristik sedimen di lokasi
pengamatan, Aplikasi bioremediasi in-situ bisadigunakan
untuk perairan Ancol dan Pulau Pari, sedangkan ex-situ untuk
perairan Muara Gembong.
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
16
2.7. Pengembangan Formulasi Produk Makanan
Kesehatan dari Teripang
(Koordinator: Abdullah Rasyid, S.Si)
Gambar 16.
Pengembangan
produk pangan
fungsional dari
teripang.
Teripang atau timun laut termasuk dalam filum
Echinodermata merupakan salah satu biota laut yang telah
dipanen dan diperdagangkan di lebih dari 70 negara di
dunia, termasuk Indonesia. Teripang banyak ditemukan di
perairan Indonesia, sebab secara geografis perairan Indonesia
terletak di antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia yang
merupakan habitat terbaik untuk hewan teripang.
Secara esterika, meskipun teripang memiliki bentuk yang
kurang menarik, teripang tetap diminati untuk dikonsumsi. Hal
ini dipengaruhi oleh peningkatan kesadaran akan pentingnya
makanan kesehatan yang menggunakan produk alami dengan
manfaat fisiologis untuk mencapai tingkat kesehatan yang
optimal serta mengurangi resiko terjadinya berbagai penyakit
kronis. Dalam dunia perdaganagn teripang Stichopus vastus
dan Holothuria atra tergolong teripang murah. Namun
demikian, kedua jenis terpang tersebut memiliki potensi untuk
dikembangkan menjadi produk obat dan makanan kesehatan
yang bernilai ekonomi tinggi. Hal ini berdasarkan kandungan
nutrisi dan bioaktif yang telah dilaporkan pada penelitian
sebelumnya.
Hasil ekstraksi sampel teripang Stichopus vastus
menunjukkan bahwa rendemen ekstrak etanol yang diperoleh
sebesar 2,54% sedangkan teripang Holothuria atra memiliki
rendemen sebesar 0,11%. Diameter zona hambat ekstrak
teripang Holothuria atra terhadap bakteri uji Bacillus subtilis,
Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan Vibrio cholera
berturut-turut sebesar 11 mm, 11 mm, 12 mm dan 9 mm.
Sebagai pembanding digunakan antibiotic ampisilin.
Hasil analisa kadar mineral yang terkandung dalam
prototipe sediaan cair/jelly makanan kesehatan yang
dihasilkan menunjukkan bahwa kadar besi (Fe) sebesar 8,4
mg/100g,fosfor (P) 36,6 mg/100g, kalium (K) 28,73 mg/100g,
kalsium 1,8 g/100g dan natrium (Na) 139,99%. Prototipe yang
dihasilkan tidak mengandung logam berat (Pb, Cd, Hg dan As)
yang merupakan salah satu kriteria tingkat keamanan suatu
produk makanan kesehatan.
Dalam penelitian ini juga dilakukan analisa kadar glukosamin
dan kondroitin sulfat yang merupakan komponen terpenting
dalam teripang. Glukosamin dan kondroitin sulfat biasanya
doigunakan untuk mengatasi penyakit osteoarthritis. Hasil
analisa kadar glukosamin yang terkandung dalam prototipe
yang dihasilkan sebesar 3,996 g/100g, sedangkan kondroitin
sulfat sebesar 2,019 g/100g.
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
17
2.8. Konservasi dan Pengembangan Koleksi Kultur
Mikroalga Laut (Koordinator: Sandi Permadi, S.ST)
Tujuan dari kegiatan ini
adalah untuk merawat,
mengidentifikasi,
dan menata koleksi
kultur mikroalga di
P2O LIPI agar menjadi
kultur yang terstandar
dikenal, menjadi
rujukan (referensi) dan
dapat dimanfaatkan
dalam skala nasional
dan internasional.
Saat ini P2O LIPI mempunyai koleksi kultur mikroalga
laut terbanyak di Indonesia, terutama Bacillariophyceae.
Namun, pengelolaan koleksi kultur masih dilakukan secara
sederhana. Kultur belum teridentifikasi secara molekuler,
yang sangat diperlukan untuk pemanfaatan selanjutnya; bar
coding; penanda bahwa strain tersebut milik P2O LIPI; Belum
terdapat citra dari setiap koleksi; Belum terkarakterisasi secara
morfologi dengan lebih terperinci; dan Belum semua koleksi
telah memiliki informasi lengkap mengenai pola pertumbuhan,
medium spesifik, protein, karbo hidrat, lemak, pigmen,
kandungan metabolit,, dll. Tujuan dari kegiatan ini adalah
untuk merawat, mengidentifikasi, dan menata koleksi kultur
mikroalga di P2O LIPI agar menjadi kultur yang terstandar
dikenal, menjadi rujukan (referensi) dan dapat dimanfaatkan
dalam skala nasional dan internasional. Seluruh kultur (75
kultur) hidup, pada tahun 2016 ini tidak ada yang mati/hilang.
Keterangan setiap kultur menjadi lebih terorganisir. Semua
data lengkap, mulai dari data pertumbuhan, biomassa, klorofil,
lipid, fatty acid, citra dari mikroskop cahaya, dan citra dari SEM
dari 18 isolat kultur
Gambar 17.
Koleksi kultur murni
di rak dengan
pencahayaan.
2.9. Pengembangan Basis Data Produk Alam
Lautuntuk Biota Laut yang Berasal dari Indonesia
(Indonesian Marine Natural Product Database IMNPD) (Joko Tri WIbowo, M.Sc)
Spons merupakan salah satu organisme laut sumber
penghasil senyawa isolate bioaktif baru yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku obat. Senyawa yang
diisolasi dari spons beberapa diantaranya telah berhasil
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
18
Dari hasil telaah
pada sistem tersebut
didapatkan total
senyawa isolat dari
biodiversitas spons
Indonesia adalah 430
senyawa. Sebanyak
56,74% dari senyawa
tersebut adalah
senyawa baru.
disintesis dan berada pada fase uji klinik serta siap dipasarkan.
Indonesia sebagai negara dengan tingkat biodiversitas spons
yang tinggi memiliki potensi yang tinggi dalam hal penemuan
senyawa bioaktif baru. Hasil-hasil penelitian senyawa bioaktif
dari biodiversitas spons Indonesia telah kami rangkum dalam
system informasi basis data yaitu Indonesian Marine Natural
product Database (IMNPD).
Dari hasil telaah pada sistem tersebut didapatkan total
senyawa isolat dari biodiversitas spons Indonesia adalah 430
senyawa. Sebanyak 56,74% dari senyawa tersebut adalah
senyawa baru. Senyawa tersebut diperoleh dari spons yang
dikoleksi di berbagai titik yang sebagian besar terdapat di
wilayah Indonesia Tengah dan Timur.
Terdapat total 40 genus spons Indonesia yang telah
dipublikasi mengenai senyawa isolat bioaktifnya. Teknik
pendekatan isolasi senyawa dilakukan secara bioassay
guided isolation, chemical guided isolation, atau campuran
keduanya. Uji bioaktivitasnya berupa antiinfeksi, antikanker,
imunostimulan, anti-fouling, dan pada model penyakit
degeneratif. Beberapa di antaranya telah disintesis dengan
perubahan struktur samping untuk meningkatkan aktifitas
biologis.
Hasil ini menunjukkan bahwa masih terdapat peluang
yang besar untuk menemukan senyawa baru dari biodiversitas
di perairan Indonesia. Selain itu, dari isolat yang sudah
ditemukan dapat dikembangkan untuk ditelusuri lebih jauh
mikroorganisme yang berperan, sintesis senyawa, maupun
untuk dilakukan pemodelan terhadap potensi bioaktifitas dari
senyawa tersebut.
Gambar 18.
Jumlah penemuan
senyawa baru dari
spons Indonesia.
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
19
Gambar 19.
Manajemen Koleksi
P2O LIPI.
2.10. Manajemen Koleksi (Koordinator: Indra Bayu V, M.Sc)
Isu terkait penurunan biodiversitas di perairan Indonesia
sudah semakin gencar disuarakan, hal ini terlihat dari hasilhasil penelitian yang menyatakan semakin tingginya tingkat
eksploitasi biota laut dan banyaknya peristiwa degradasi
ekosistem akibat kegiatan manusia dan faktor antropogenik.
Oleh karenanya keberadaan Koleksi Rujukan menjadi sangat
penting dengan ditunjang oleh manajemen pengelolaan yang
baik. Manajemen koleksi biota laut yang baik dan informatif
akan berguna dalam memberikan informasi kepada pengguna
informasi, baik peneliti maupun stake holder. Koleksi biota laut
dalam pengaturan yang baik diharapkan menjadi peninggalan
yang bermanfaat baik dalam skala nasional maupun
internasional (’world heritage’).
Recording dan penyimpanan bukti biota laut dalam bentuk
spesimen sangat dibutuhkan untuk sebagai bukti keberadaan
biota laut yang ada di perairan Indonesia. Koleksi biota laut
dapat digunakan sebagai indikator yang menggambarkan
biodiversitas perairan Indonesia pada umumnya dan
menggambarkan biodiversitas serta sebaran biota ekonomis
penting pada khususnya. Sebaran biota laut, terutama yang
memiliki nilai ekonomi tinggi, merupakan target penangkapan
dan cenderung mengalami penurunan populasi. Record
tentang keberadaan biota laut bernilai ekonomi di suatu lokasi
sangat penting sebagai data base. Alasan ini merupakan
landasan diperlukannya database dari biota laut, terutama
yang bernilai ekonomi.
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
20
3. IPTEKDA
3.1. Pengembangan Unit Usaha Diversifikasi Olahan
Rumput Laut (Euchemma cottonii) di Pari-Kepulauan
Seribu (Koordinator : Hilda Novianty, M.Si)
Gambar 20.
Budidaya rumput laut.
Kegiatan IPTEKDA LIPI khusus UPT LPKSDMO Pulau Pari
telah berjalan sejak tahun 2015. Tujuan yang ingin dicapai
pada tahun kedua (2016) adalah pengembangan packaging
untuk produk olahan rumput laut dan penambahan jumlah
unit usaha budidaya rumput laut. Pada tahapI, kegiatan
yang telah dilakukan yaitu survey perekrutan penambahan
petani budidaya rumput laut, FDG dengan pelaku unit usaha,
pembelanjaan kebutuhan budidaya rumput laut dan pasca
panennya, pengembangan packaging produk olahan rumput
laut dan pemasaran produk olahan rumput laut terhadap
masyarakat.
Pada tahap II kegiatan IPTEKDA Pulau Pari yang dilakukan
adalah perluasan tanam bibit rumput laut, panen rumput
laut, treatment pasca panen rumput laut, pengolahan hasil
budidaya, dan FGD (labeling dan kemasan, higenitas kemasan,
keamanan pangan, kiat berusaha, proses PIRT produk, dan
pengadministrasian kegiatan).
Kegiatan IPTEKDA Pulau Pari pada tahap III (akhir) adalah
pembibitan kembali budidaya rumput laut menjadi 5 kelompok
unit usaha budidaya rumput laut (sampai dengan tahap ke 2
hanya berjumlah 3 unit usaha budidaya rumput laut) dengan
wilayah tanam adalah Pulau Kudus, Barat Pulau Pari, Pulau
Burung, dan Selatan Pulau Pari, pengolahan hasil budidaya dan
FGD (evaluasi kegiatan IPTEKDA tahun 2016). Menjelang akhir
kegiatan para pelaku unit usaha sudah menjual hasil budidaya
dan olahannya.
Gambar 21.
Pemanenan rumput laut.
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
21
Gambar 22.
Tampilan fisik
kemasan baru.
3.2. Usaha Pembesaran Teripang Pasir (Holothuria
scabra), secara Alami di Perairan Tual-Maluku
Tenggara (Koordinator: Drs. Eddy Yusron, M.Si)
Kegiatan IPTEKDA - LIPI Khusus XIX tahun 2016 di P2O
LIPI kerjasama dengan UPT Loka Konservasi Biota Laut LIPI
Tual bertujuan untuk mengembangkan usaha budidaya
pembesaran teripang pasir (Holothuria scabra), yang meliputi
budidaya pembesaran di Keramba Jaring Tancap (KJT) dan
penebaran benih di alam (Restocking) di Perairan Lairngangas
Desa Lairngangas Kecamatan Manyeuw - Kabupaten Maluku
Tenggara. Dana alih teknologi tahap I lebih banyak digunakan
untuk pembuatan sarana budidaya keramba jaring tancap,
pengadaan benih, pembuatan pakan.Pada tahap I dipelihara
anakan teripang pasir (Holothuria scabra) yang mempunyai
ukuran berat basah 50 gram sampai 100 gram sebanyak 1000
ekor yang dipelihara dalam dua keramba Jaring tancap dan baru
bisa dipanen dua tahun kemudian.Dana alih teknologi tahap
II lebih banyak digunakan untuk pembuatan sarana budidaya
keramba jaring tancap, pengadaan benih, pengiriman benih.
Pada tahap II sudah dipelihara dalam dua keramba jaring
tancap dengan luas 2 x 5 meter dengan anakan teripang pasir
yang mempunyai ukuran berat basah 50 – 100 gram sejumlah
700 ekor adalah milik dua kelompok nelayan budidaya
teripang pasir nelayan Desa Lairngangas. Teknik budidaya
yang diterapkan adalah sistem keramba jaring tancap di
Perairan Lairngangas Desa Lairngangas, Kecamatan Manyeuw
- Kabupaten Maluku Tenggara. Hasil budidaya ini baru di
harapkan bisa dipanen dua tahun kemudian. Sedangkan pada
tahap III melakukan penebaran benih di alam (Restocking)
di ditebar di dalam Goba Perairan Lairngangas sebanyak
800 benih teripang pasir bersama masyarakat nelayan Desa
Lairngangas, Kecamatan Manyeuw - Kabupaten Maluku
Tenggara.Pada akhir kegiatan dipelihara anakan teripang pasi
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
22
yang mempunyai ukuran berat basah 50 gram sampai 100
gram sebanyak 1700 ekor dalam empat keramba jaring
tancap.
3.3. Usaha Budidaya Ikan Capungan Banggai
(Pterapogon kauderni) di Bitung, Sulawesi Utara
(Ir. Petrus Makatipu, M.Si)
Gambar 23.
Anakan teripang yang
ditebar di Goba perairan
Lairngangas.
Kegiatan IPTEKDA ini bertujuan untuk memproduksi
benih ikan hias Capungan Banggai dan meningkatkan
pendapatan nelayan dalam kegiatan pembesaran anakan
ikan Capungan Banggai di alam. Kegiatan sampai dengan
pengamatan pada akhir bulan November 2016 lebih di
titik beratkan pada pemeliharaan bakal calon induk ikan
hias Banggai Cardinalfish yang diperoleh pengusaha ikan
hias dari Manado dan beberapa induk yang diperoleh dari
nelayan lokal.
Dari hasil pengamatan berkembangbiak dan
kemampuan bertahan hidup ikan hias Banggai Cardinalfish
di laboratorium, terlihat bahwa juvenil yang dihasilkan oleh
seekor induk jantan yang mengerami telur dalam rongga
mulut dapat mencapai 45 – 58 ekor dan kemampuan
bertahan hidup (survival rate) pada minggu pertama dan
kedua cukup tinggi mencapai 67% - 80% pada minggu I
dan 70% - 84% pada minggu kedua.
Gambar 24.
Pemeliharaan induk ikan hias
Banggai Cardinalfish dengan
menggunakan keramba
jaring apung di perairan
Tandurusa, selat Lembeh,
Bitung Sulawesi Utara.
Gambar 25.
Pemeliharaan Juvenile/
anakan kan hias Banggai
Cardinalfish hasil penetasan
induk di akuarium ukuran 0,4
x 0,5 x 0,6 m di laboratorium
UPT LKBL Bitung.
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
23
4. Program COREMAP-CTI LIPI
Gambar 26.
Tutupan karang hidup
di lokasi ADB.
Kegiatan Monitoring Kesehatan Terumbu Karang dan
Ekosistem Terkait yang dilakukan pada tahun 2016 ini umumnya
merupakan pengamatan untuk yang kedua kalinya sejak
COREMAP-CTI dimulai. Kecuali untuk lokasi Buton dan lokasi
KKPN SAP Aru bagian Tenggara merupakan pengamatan yang
pertama kalinya pada COREMAP-CTI. Sedangkan untuk lokasi
Nias Utara, Mentawai dan Bintan merupakan pengamatan
yang ketiga kalinya. Untuk Lokasi ADB, hampir di semua lokasi
mengalami penurunan persentase tutupan karang.
Penurunan terbesar terjadi di kabupaten Tapanuli
Tengah yaitu dari 44,46% tahun 2015, menjadi 18,82% di
tahun 2016 atau terjadi penurunan sebesar 25,64 %. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh kenaikan suhu yang terjadi di
Perairan Samudera Hindia, sesuai dengan bleaching alert yang
dikeluarkan oleh NOAA 2016.
Untuk lokasi WB, tutupan karang hidup di beberapa
lokasi ada yang tidak berubah secara signifikan dibanding
pengamatan tahun sebelumnya, sedangkan di beberapa lokasi
lainnya mengalami penurunan. Adanya penurunan tutupan
karang hidup di beberapa lokasi antara lain disebabkan oleh
peningkatan suhu air laut yang memutihkan karang.
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
24
Gambar 27.
Tutupan karang hidup
di lokasi WB.
Gambar 28.
Pemutihan karang
yang diakibatkan
peningkatan suhu air
laut.
Pada tahun anggaran 2016 ini, kegiatan survey sosial
ekonomi hanya dilakukan di Buton, satu lokasi COREMAP yang
mengalami pemekaran wilayah administratif. Oleh karena itu,
kegiatannya merupakan studi baseline sosial ekonomi dengan
lokasi penelitian berada di lokasi pemekaran Buton yaitu di
Kabupaten Buton, Buton Tengah dan Buton Selatan. Kegiatan
pengambilan data lapangan untuk studi baseline ini telah
dilakukan di awal September.
Hasil dari survey tahun 2016 rata-rata pendapatan per kapita
di Kabupaten Buton sekitar Rp 415.900 per bulan, sedangkan
rata-rata pendapatan rumah tangga di lokasi COREMAP
Kabupaten Buton sebesar Rp 2.043.560. Untuk Kabupaten
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
25
Buton Tengah, pendapatan per kapitanya Rp. 534.658 per
bulan, sedangkan rata-rata pendapatan rumah tangga sampel
per bulan sebesar Rp 2.488.139. Untuk Kabupaten Buton
Selatan, pendapatan per kapitanya Rp. 550,570 perbulan,
sedangkan rata-rata pendapatan rumah tangga per bulannya
sebesar Rp 2,231,551.
Gambar 29.
Kegiatan pelatihan
pengumpulan data
kuantitatif (atas) dan
pengecekan hasil
survei enumerator
(bawah).
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
26
Gambar 30.
Kegiatan wawancara
terbuka (atas) dan
observasi (bawah)
terkait kegiatan
nelayan dan
perdagangan hasil
perikanan di lokasi
kajian.
Training dan Sertifikasi
Sepanjang tahun 2016 telah dilakukan sebanyak sembilan
kegiatan yang terkait dengan training dan sertifikasi di
antaranya:
1. Workshop perumusan standar kompetensi kerja khusus
dan penyusunan skema sertifikasi yang dilaksanakan
pada tanggal 6-10 Juni. Workshop ini menghasilkan draft
dokumen SKK khusus penilai kondisi terumbu karang,
penilai biodiversitas ikan karang, penilai kondisi mega
benthos, penilai kondisi mangrove dan penilai kondisi
lamun.
2. Public Hearing rancangan standar kompetensi kerja khusus
monitoring kesehatan terumbu karang dan ekosistem terkait
lainnya diaksanakan pada tangggal 15 Juni di Jakarta. Hasil
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
27
kegiatan ini adalah rumusan rancangan standar kompetensi
kerja khusus dari public hearing.
3. Konvensi Rancangan Standar Kompetensi Kerja Khusus
(SKK Khusus) untuk jabatan kerja Penilai Kondisi Terumbu
Karang dan Ekosistem Terkait pada tanggal 14 Juli di
Jakarta. Kegiatan ini menghasilkan rancangan standar
kompetensi kerja khusus untuk jabatan kerja Penilai Kondisi
Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait.
Gambar 31.
Kegiatan Training
dan Sertifikasi yang
diselenggarakan pada
tahun 2016.
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
28
4. Pelatihan Asesor Kompetensi Penilai Kondisi Terumbu
Karang dan Ekosistem Terkait pada tanggal 7-13 Agustus di
Bogor. Berdasarkan proses assesmen yang dilakukan dihari
terakhir, sebanyak 15 orang direkomendasikan kompeten
sebagai asesor kompetensi dan diusulkan mendapatkan
sertifikat sebagai seorang asesor kompetensi dari Badan
Nasional Sertifikasi Profesi.
5. Workshop pengembangan materi uji kompetensi telah
dilaksanakan pada tanggal 30 Agustus sampai dengan 3
September 2016 di Bali. Kegiatan ini menghasilkan draft
final SKK Khusus dan skema sertifikasi Penilai Kondisi
Terumbu Karang dan ekosistem terkait, serta database
perangkat asesmen (materi uji kompetensi).
6. Sosialisasi skema sertifikasi Penilai Kondisi Terumbu Karang
dan Ekosistem Terkait wilayah ADB pada tanggal 30
September 2016 di Batam. Kegiatan sosialisasi diikuti oleh
24 peserta yang berasal dari Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten/Kota/Provinsi di wilayah COREMAP-CTI ADB,
Universitas/Perguruan Tinggi, LSM dan instansi terkait.
7. Sosialisasi skema sertifikasi Penilai Kondisi Terumbu
Karang dan Ekosistem Terkait wilayah WB pada tanggal 4
Oktober 2016 di Makassar. Kegiatan sosialisasi diikuti oleh
36 peserta yang berasal dari Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten/ Kota/Provinsi di wilayah COREMAP-CTI ADB,
Universitas/Perguruan Tinggi, LSM dan instansi terkait.
8. Sosialisasi nasional skema sertifikasi penilai kondisi terumbu
karang dan ekosistem terkait Program COREMAP-CTI LIPI
pada tanggal 27 Oktober 2106 di Jakarta..
9. Workshop finalisasi dokumen sertifikasi Program
COREMAP-CTI LIPI telah terlaksana pada tanggal 14-16
November 2016 di Bogor.
10.Validasi Sistem Sertifikasi Penilai Kondisi Terumbu Karang
dan Ekosistem Terkait dilaksanakan tanggal 22-24
Desember 2016 yang dilaksanakan di Pulau Pari dengan
diikuti oleh 27 orang peserta.
11.Pengembangan Dokumen Sistem Mutu Calon Lembaga
Sertifikasi Profesi ( CL SP) telah diselesaikan sampai akhir
Desember 2016.
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
29
5. Riset Agenda
Gambar 32.
Data Proksi SST
(putih) dan pH air laut
(oranye) di Natuna
untuk periode (a)
2007-2011, (b) 19701974; (c) 1924-1928.
5.1. Retrospektif Perubahan Iklim di Kepulauan Natuna
dan Selayar via Geokimia Karang (Koordinator: Dr. Intan S
Nurhati)
Penelitian ini bertujuan untuk merekonstruksi perubahan
iklim dan pengasaman laut; serta mengevaluasi dampaknya
terhadap kalsifikasi karang selama abad yang lampau di
Kepulauan Natuna dan Selayar.Rekonstruksi SST dan salinitas
via dual-analisis Sr/Ca dan 18O di Natuna sebagai representatif
lokasi di Indonesia bagian barat menunjukkan trend pemanasan
suhu dan penurunan salinitas permukaan laut serta kenaikan
curah huhan selama abad yang lampau. Rekonstruksi pH
air laut via analisis 11B di Natuna menunjukkan variasi yang
tinggi dan membutuhkan studi lanjutan untuk menghasilkan
data yang kontinuu. Kalsifikasi karang di Natuna menujukkan
kondisi yang sehat.
Kalsififikasi karang cenderung menurun pada periode
dengan pH air laut lebih asam seperti di sekitar tahun 1920an.
Secara umum, telah tejadi kenaikan kalsifikasi karang yang
kemungkinan adalah respon sementara dari tren kenaikan SST
yang tengah terjadi di Natuna, sebelum efek kenaikan SST
dan pengasaman laut mulai membawa pengaruh negatif. Data
geokimia karang di Kep. Selayar/Taka Bonerate
menunjukkan kontribusi faktor non-iklim
berdasarkan environmental setting-nya yang
beragam. Korelasi yang tinggi antara proksi
SST dan laju pertumbuhan karang di salah satu
lokasi di Kep. Taka Bonerate mengingatkan akan
pentingnya mengevalusi faktor biologi atau vital
effect di sample karang Indonesia. Pengaruh
pesisir juga dapat mengurangi fidelitas proksi
iklim, dimana evaluasi akan faktor lingkungan
non-iklim seperti sedimentasi dapat memberikan
informasi tambahan.
Pengukuran proksi sedimentasi di ujung
selatan Pulau Selayar menunjukkan kenaikan
namun masih dalam nilai yang umum di
temukan. Namun, proksi sedimentasi di Kep.
Seribu sebagai lokasi pembanding menunjukkan
angka yang tinggi. Kegiatan riset agenda ini
mengaplikasikan proksi iklim dan perubahan
pH air laut serta dampakanya pada kalsifikasi
karang via metode state-of-the-art geokimia
dan tomografi.
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
30
Gambar 33.
Pengeboran sampel
karang untuk mendapatkan
skeleton karang.
Gambar 34.
Profil sampel karang
lunak yang disampling
dari periran Sabang
dan Buton.
5.2. Bio-mining Metabolit Sekunder Karang Lunak
(Alcyonacea) dan Evaluasi Aktivitas Farmakologinya.
(Koordinator: Dr. Tutik Murniasih)
Eksplorasi senyawa aktif atau sering disebut “biomining” dari karang lunak Indonesia sangat penting dilakukan,
mengingat potensi keanekaragaman jenisnya yang cukup
tinggi. Dengan berkembangnya teknik budidaya karang
lunak, merupakan suatu terobosan baru dalam pemanfaatan
berkelanjutan sebagai bahan baku obat. Penderita penyakit
infeksi di Indonesia masih sangat tinggi.
Eksplorasi bahan baku obat antibiotik dan antimalaria
sangat perlu dilakukan, mengingat tingginya kebutuhan
akan obat tersebut. Penelitian tentang pengaruh alelopati
pada Lobophytum sp. terhadap biota karang Acropora sp
dan potensi farmakologis (TA.2015) menghasilkan data-data
metabolit sekunder durumulide M (1), durumulide F (2),
hydroperoxy sarcophine (3) dan lobophytone O (4), menelloide
E (5), crassumsterol (6), lobophytone O (7) yang berperan
sebagai pertahanan diri dan mempunyai aktifitas sebagai anti
bakteri, antioksidan dan antimalaria.
Hasil penelitian tahun ke-2 (2016) diantaranya adalah
didapatkannya fraksi aktif dan teridentifikasi adanya senyawa
Sarcophytoxide pada karang lunak Sarcophyton glaucum asal
kep. Selayar. Sarcophytoxide mempunyai aktifitas antibakteri
dengan nilai MIC terhadap Staphylococcus aureus 100 ppm,
terhadap Bacillus subtilis 125 ppm dan terhadap Vibrio eltor
sebesar 125 ppm.
5.3. Potensi Stok dan Serapan Karbon di Kawasan Pesisir
Pulau Weh
Pengetahuan mengenai peran ekosistem alami dalam
penyerapan dan penyimpanan CO2 merupakan salah satu
komponen alami dalan mitigasi perubahan iklim. Oleh karena
itu sangatlah penting untuk mengidentifikasi ekosistemekosistema alami yang memiliki kemampuan besar dalam
mengikat emisi CO2 antropogeni yang meningkat secara
terus menerus.
Pemetaan potensi ini menjadi langkah awal yang penting
di dalam menyusun strategi mengurangi dampak perubahan
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
31
iklim global. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan
assesment terhadap kondisi saat ini khususnya untuk
mengetahui stok karbon mangrove dan lamun serta potensi
serapannya (sequestration), potensi aliran (flux) CO2 atmosfer
dan kolom air, potensi aliran (flux) karbon di dalam sistem
lingkungan dan kondisi fisika, kimia, biologi perairan.
Gambar 35.
Dinamika karbon
pada komunitas
mangrove di
kawasan pesisir
Pulau Weh.
Hasil observasi menunjukkan, serapan karbon komunitas
mangrove di Pulau Weh dan Aceh Besar tergolong dalam
kategori yang rendah (~0.13 3.11 MgC/ha/tahun). Kondisi
komunitas, umur tegakan dan ratio berat basah berat kering
sangat mempengaruhi poten serapan karbon. Pada komunitas
mangrove yang masih anakan/seedling di seluruh stasiun
penelitian yang merupakan lokasi rehabilitasi, menunjukkan
serapan karbon yang sangat rendah.
Cadangan karbon di ekosistem mangrove tertinggi
ditemukan pada stasiun SBGM04 (total cadangan karbon:
218,03 Mg/ha) dan memiliki perbedaan yang tipis dengan
ACBM04 (216,64 Mg/ha).
Kedua stasiun ini memiliki kondisi komunitas mangrove
yang masih sangat alami, dengan tegakan yang berukuran
diameter cukup lebar, kerapatan tinggi serta kondisi
habitat yang rendah takanan antropogenik. Estimasi cadangan
karbon paling rendah ditemukan di seluruh kawasan rehabilitasi
seperti: ACBM01 (13,61 Mg/ha); ACBM02 (41,97 Mg/ha) serta
di kawasan yang terdampak tsunami ACBM06 (24.36 Mg/ha).
Komunitas padang lamun di Pulau Nasi, yang hanya
memiliki luas 0,83 km2, juga memiliki potensi stok karbon
yang relative rendah yaitu sebesar 0,53 MgC/ha dan potensi
penyerapan karbon sebanyak 2,09 MgC/ha/tahun.
Nilai standing stock tertinggi dimiliki oleh Cymodocea
serrulata sebesar 50,87 gC/m2, jauh lebih besar dibandingkan
Halodule pinifolia sebesar 1,43 gC/m2. Lamun berukuran lebih besar memiliki biomassa yang besar untuk satu tegakannya,
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
32
Gambar 36.
Neraca karbon pada komunitas
lamun di pulau Nasi.
Gambar 37.
Pola fluks CO2 (mmol/m2/hari) di
perairan Pulau Aceh (AgustusSeptember 2016) dan Pulau Weh
(Mei-Juni 2016).
sehingga dengan kerapatan yang lebih besar
maka biomassanya semakin besar dibanding jenis
lainnya yang berukuran kecil.
5. 4. Dampak Perubahan Suhu dan Pengasaman Air Laut terhadap Stress Karang: Kajian
Genetik dalam Pengelolaan Terumbu Karang
(Koordinator: Dr. Irma S Arlyza)
Secara luas tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh perubahan iklim dan
dampak antropogenik dalam merubah dinamika
ekosistem pesisir (ekosistem karang). Sasaran
penelitian ini adalah untuk memperkirakan
proses adaptasi spesies karang dalam mengatasi
perubahan suhu, keasaman dan salinitas dalam
skala lapangan dan laboratorium. Selain itu, untuk
melihat bagaimana spesies karang secara fisiologi
beradaptasi dengan menyesuaikan diri pada
perubahan tersebut.
Hasil menunjukkan suhu berpengaruh
pada kemampuan karang untuk bertahan hidup.
Kondisi ini terlihat jelas pada survei pertama
bulan Mei-Juni akhir, pemulihan pemutihan
karang berlangsung cukup lama hingga Oktober
masih ada beberapa lokasi di Bali seperti Manta
point, Manta Bay belum mengalami pemulihan
total. Perubahan suhu yang cukup ekstrim dapat
menyebabkan karang kehilangan zooxanthellae
dalam jaringan dalam waktu yang singkat.
Perlakuan suhu tinggi dalam kurun waktu
tertentu dapat menyebabkan terjadinya stress,
bleaching dan berakhir dengan kematian.
Kehadiran gen stress dapat diamati dengan melihat
perubahan organisme secara fisik, sedangkan
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
33
secara molekuler akan ditunjukkan dengan munculnya gen
stress yaitu HSP70. Paparan panas yang cukup lama pada
karang ternyata dapat diekspresikan melalui munculnya gen
tersebut.
Sampel dengan kode CBBL02 telah menunjukkan
kemunculan gen HSP70,
artinya karang tersebut telah
mengalami cekaman panas pada rentang waktu tertentu akan
tetapi masih bertahan hidup. Sedangkan sampel CBBL58
kemungkinan telah mengalami stress yang jauh lebih lama dari
CBBL02 sehingga tidak berhasil diamplifikasi seperti CBBL07
yang mengalami pemutihan menyeluruh.
Hasil menunjukkan
bahwa Meningkatnya
lahan terbuka dan
juga dipicu dengan
pola puncak curah
hujan (bimodal)
yaitu puncak curah
hujan terjadi pada
Mei dan Desember
selama setahun telah
berdampak terhadap
kekeruhan di perairan
timur pulau Bintan.
5.5. Kajian Dampak dan Adaptasi Gejala Perubahan Iklim
Global di Pulau Bintan Timur Kepulauan Riau (Ir. Happy
Indarto, M.Si)
Tujuan kegiatan penelitian ini antara lain, 1). Mempelajari
gejala dan indikasi perubahan iklim pada skala lokal (daerah)
dengan pengamatan dan pengolahan data masa lalu (Data
MBKG 1976-2015 atau selama 39 tahun), 2). Mempelajari suhu
permukan laut (SPL), 3). Mempelajari perubahan penggunaan
atau tutupan lahan (1990-2016), 4). Melakukan assesment
terhadap kondisi lamun dengan membandingkan data kondisi
lamun (2006) dan (2016), 5). Mempelajari kualitas perairan (zat
hara, kekeruhan, klorofil-a) pada musim hujan dan kemarau, 6).
Mempelajari kondisi masyarakat nelayan tradisional di pesisir
pulau Bintan.
Hasil menunjukkan bahwa Meningkatnya lahan terbuka
dan juga dipicu dengan pola puncak curah hujan (bimodal)
yaitu puncak curah hujan terjadi pada Mei dan Desember
selama setahun telah berdampak terhadap kekeruhan di
perairan timur pulau Bintan.
Selama sepuluh tahun terakhir 2006-2016 dampak yang
nyata telah terjadi yaitu degradasi presentase tutupan lamun
dan di prediksikan akan berdampak pada kondisi semakin
‘jelek’ dari kondisi semula ‘sedang’. Keanekaragaman spesies
Gambar 38.
Kecenderungan
jumlah hari hujan
ekstrim >100 mm
di stasiun Tanjung
Pinang 1976-2015.
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
34
lamun hanya ditemukan tujuh spesies dari 10 spesies yang
pernah ditemukan dalam kurun waktu 10 tahun (2006-2016).
Upaya pemulihan kondisi lamun dan dampak dari
perubahan tutupan lahan serta diduga kerusakan lamun akibat
penggunaan alat pukat siput gonggong, maka sosialisasi dan
pengawasan terhadap masyarakat dan stakeholder terus
ditingkatkan.
Gambar 39.
Kecenderungan
suhu di stasiun
Tanjung Pinang
1976-2015.
Pada 2016 telah terjadi fenomena Lanina atau curah hujan
cukup tinggi, suhu permukaan laut kecenderungan menurun,
Chlorofil-a dan demikian halnya dengan Oksigen terlarut
relatif tinggi hal ini telah berdampak terhadap produksi ikan
bilis sangat melimpah, sebaliknya tahun 2014-2015 terjadi
Lanino atau kemarau panjang dimana produksi ikan bilis sangat
berkurang.
Berdasarkan penggalian secara mendalam informasi baik
secara langsung atau data sekunder, dapat diketahui bahwa
kelima desa Tanjung Berakit, Sei Kawal, Sei Enam, Batu Licin
dan Dompak termasuk masyarakat nelayan tradisional. Hal
ini dapat dicirikan dengan sarana yang dipergunakan dengan
kapasitas terbatas serta jarak jelajah dekat. Alat tangkap yang
dipergunakan masih bersifat daya eksploitasi rendah dan
tingkat ketergantungan terhadap sumberdaya laut tinggi.
Kesemuanya itu telah berdampak semakin tidak pastinya
masyarakat nelayan dalam melakukan aktifitas sebagai
nelayan.
Strategi dengan mengoptimalkan potensi keluarga,
memanfaatkan sumberdaya alam yang ada merupakan cara
untuk menghadapi situasi ketidakapstian pendapatan dan
situasi darurat dalam menghadapi perubahan cuaca ekstrim.
Semakin banyak ketrampilan berbagai matapencaharian dan
variasi alat tangkap yang digunakan menjadi cara atau strategi
dan adaptasi dalam menghadapi perubahan cuaca yang
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
35
Gambar 40.
Perubahan penggunaan
lahan 2003 di pesisir
Timur Pulau Bintan
berdasarkan Analisa data
citra Landsat.
berubah ubah setiap saat. Berdasarkan atas analisa awal maka
Kampung Panglong, Batu Licin, Sei Enam dan Dompak dapat
dikategorikan nelayan tingkat kerentanannnya ‘rendah’ dan
Kampung Semelor, Nelayan Kelong di Tanjung Berakit serta
Sei Kawal dikategorikan memiliki kerentanan ‘tinggi”.
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
36
Gambar 41. Perubahan penggunaan lahan 2014 di pesisir Timur Pulau Bintan berdasarkan Analisa data citra Landsat.
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
37
6. Balai dan UPT
P2O LIPI membawahi 5 (lima) Unit Pelayanan Teknis
selevel IVa dan satu unit Balai selevel eselon IIIb, masingmasing dipimpin oleh Kepala Satuan Kerja. Adapun kelima
UPT tersebut adalah :
1.UPT Loka Konservasi Biota Laut Biak
2.UPT Loka Konservasi Biota Laut Tual
3.UPT Loka Konservasi Biota Laut Bitung
4.Balai Bio Industri Laut Lombok
5.UPT Loka Pengembangan Kompetensi SDM Oseanografi
Pulau Pari.
Kegiatan ini bertujuan
untuk mengetahui
kondisi ekosistem
pesisir di Teluk
Wondama Papua
dan potensi sumber
daya yang ada di
dalam ekosistem
lamun, mangrove,
terumbu karang, (ikan,
moluska, dan jenisjenis biota lainnya yang
ditemui) dan tingkat
pemanfaatannya saat
ini.
1. UPT Loka Konservasi Biota Laut Biak
Pada tahun 2016, UPT LKBL Biak melaksanakan tiga
kegiatan penelitian tematik, satu kegiatan IPTEKDA LIPI, dan
kegiatan diseminasi meliputi kegiatan sosialisasi pengenalan
dan peranan ekosistem pesisir, kegiatan sahabat bahari,
kegiatan pembinaan kelompok konservasi dan kegiatan
pelatihan usaha wisata bahari.
a. Potensi Pesisir Teluk Wondama Papua Barat.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi ekosistem
pesisir di Teluk Wondama Papua dan potensi sumber daya
yang ada di dalam ekosistem lamun, mangrove, terumbu
karang, (ikan, moluska, dan jenis-jenis biota lainnya yang
ditemui) dan tingkat pemanfaatannya saat ini.
Hasil yang didapatkan antara lain; (a) Kondisi ekosistem
mangrove dalam kawasan tergolong sangat baik, dibuktikan
dengan rata – rata persentase tutupan kanopi diatas 75%
(64.06% - 89.87%). (b) Nilai rata-rata tutupan lamun sebesar
41.94%, termasuk lamun yang kurang kaya.
Secara umum, telah teridentifikasi 9 jenis lamun di pesisir
Teluk Wondama. (c) Hasil identifikasi biota moluska yang
ditemukan di perairan lamun, ditemukan 158 jenis moluska,
dari 44 family. (d) Keanekaragaman jenis karang batu perairan
Teluk Wondama, ditemukan 98 spesies (jenis) karang batu
yang termasuk dalam 30 genera (marga) dari 13 family
(suku). (e) Kelompok ikan target dijumpai sebanyak 65 jenis
mewakili 11 suku (1810 individu).
Untuk kategori ikan indikator dari suku Chaetodontidae yang
digunakan sebagai indikator kesehatan terumbu karang
dalam penelitian ini termasuk cukup tinggi yakni ditemukan
sebanyak 20 jenis. Kelompok major ditemukan sebanyak 82
jenis mewakili 13 suku. (f) Video ekspedisi Teluk Wondama
berkerjasama dengan BIT LIPI Bandung.
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
38
Berdasarkan
hasil pengamatan
ditemukan 8 jenis
lamun atau
66.7 % dari 12
jenis lamun yang
ada di Indonesia.
Tujuan dari
kegiatan ini
adalah untuk
menjadikan
koleksi biota laut
terutama moluska
laut sebagai
bukti material
keanekaragaman
biota dan
menyediakan
media berupa
informasi dan
material tentang
keragaman biota
lautmoluska.
b.Keefektifan Daerah Perlindungan Padang Lamun di Pulau
Pai, Distrik Padaido Kabupaten Biak Numfor sebagai
Daerah Konservasi dan Pemulihan Stok Biota Terancam
Tahun ke III
Tujuan umum dari penelitian ini adalah menyusun rencana
zonasi ekosistem lamun di Pulau Pai berbasiskan data dan
infomasi ilmiah yang relevan dan akurat. Berdasarkan hasil
pengamatan ditemukan 8 jenis lamun atau 66.7 % dari 12
jenis lamun yang ada di Indonesia. Pada bulan Maret 2016
dilakukan monitoring yang ketiga (T3) terhadap kerang
Anadara sp. dan berhasil mendapatkan 386 individu dengan
yang bertanda 85 individu dan 301 individu tidak bertanda.
Berdasarkan data monitoring 1 – 3 maka jumlah kerang
Anadara sp. yang sudah diberi tanda dan dilepas kembali
ke habitatnya adalah sebanyak 1072 individu dan dengan
demikian maka populasi duga dari kerang Anadara sp. di
lokasi DPL Pulau Pai sampai dengan monitoring ke tiga (T3)
sebesar 3501 individu.
c.Perawatan dan Penataan Referensi Rujukan UPT LKBL
Biak – LIPI
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menjadikan
koleksi biota laut terutama moluska laut sebagai bukti
material keanekaragaman biota dan menyediakan media
berupa informasi dan material tentang keragaman biota
lautmoluska. Dilihat dari total spesies yang telah terkumpul
di ruang koleksi rujukan biota laut LKBL Biak didapatkan
bahwa jumlah jenis total moluska yang telah terkumpul
dari berbagai kegiatan penelitian maupun survey Loka
Konservasi Biota Laut Biak sampai saat ini adalah 807
yang terdiri dari 637 gastropoda dan 170 bivalvia. Jumlah
jenis yang mendominasi dari kelas gastropoda adalah dari
famili conidae yaitu 62 jenis disusul oleh Nassariidae (49),
Cerithiidae (49), Mitiridae (40), Naticidae (40) dan Neritidae
(38). Sedangkan dari kelas bivalvia jumlah jenis yang paling
banyak terdapat di ruang referensi rujukan adalah dari famili
Veneridae yaitu 36 jenis diikuti oleh famili Tellinidae (18) dan
Cardiidae (14). Sedangkan untuk famili lainnya dari bivalvia
jumlah jenis yang terkumpul kurang dari 10. Adapun jumlah
total famili dari kelas gastropoda sebanyak 64 dan dari kelas
bivalvia sebanyak 32 famili.
d.IPTEKDA
Pada program IPTEKDA 2016, dilakukan pengembangan
usaha kelompokusaha ekowisata bahari di Distrik Biak
Timur, yang menerapkan prinsip-prinsipekowisata dalam
bentuk paket wisata bahari, yang mengajak pengunjung
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
39
dalam melakukan aktifitas wisata dapat sekaligus melakukan
upaya pelestarian terumbu karang melalui inisiasi paket
wisata tanam karang, paket wisata snorkeling, paketwisata
pengamatan biota laut di spot bia dan terumbu karang.
Sejauh ini, hasil pengembangan yang dilakukan telah
memberikanpeningkatan ekonomi setiap kelompok, serta
diminati oleh pengunjung.Walaupun untuk paket wisata
menanam karang belum banyak dibeli pengunjung, namun
upaya promosi terus dilakukan bersama Koperasi Insarkyu,
sebagai mitra usaha, yang telah berkomitmen untuk bersamasama saling mendukung dan membantu pengembangan
usaha yang lebih maju dan profesional.
e.Kegiatan Diseminasi
Kegiatan ini bertujuan untuk memasyarakatkan iptek kelautan
dan hasil-hasil kegiatan UPTLKBL Biak kepada masyarakat.
Pelaksanaan kegiatan sosialisasi peranan dan fungsi
ekosistem pesisir dalam bentuk kunjungan dilaksanakan
Gambar 42.
Kegiatan pelatihan
IPTEKDA LIPI dan
kegiatan sosialisasi
kegiatan LKBL Biak
kepada masyarakat
tahun 2016.
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
40
di SMU Negeri 1 (40 peserta) dan Akademi Perikanan (47
peserta) Kab. Biak Numfor pada tanggal 6 September
2016. Kegiatan sahabat bahari dilaksanakan pada tanggal
27-28 Juli 2016, bertempat di kantor UPT Loka Konservasi
Biota Laut Biak LIPI dan untuk sesi lapangan dilakukan di
pesisir Biak Timur. Pelatihan IPTEKDA LIPI tentang usaha
wisata bahari dilaksanakan pada tanggal 25-26 Juli 2016,
bertempat di Kantor LKBL Biak LIPI dan di Pantai Segara
Indah Bosnik dengan peserta terdiri dari kelompok UKM
binaan LKBL Biak sejumlah 30 peserta.
Hasil penelitian
ini nantinya
diharapkan
bisa menjadi
pertimbangan
untuk
mengembangkan
lebih lanjut
rumput laut
yang ada di
Maluku Tenggara
sehingga
memberikan
alternatif
pengolahan
rumput laut yang
memiliki nilai jual
yang lebih tinggi
daripada dijual
langsung dalam
bentuk kering.
2. UPT Loka Konservasi Biota Laut Tual
Penelitian UPTLKBL Tual
pada tahun 2016 terdiri
dari3topik penelitian dengan sumber pendanaan berasal dari
DIPA tematik yaitu ;
(a) Penelitian Biodiversitas Biota Laut Di Perairan Pulau
Dullah Laut Kota Tual dan Sekitarnya, terdiri dari: (i)
Keanekaragaman Lamun. Hasil yang diperoleh tercatat
sembilan jenis lamun yang teridentifikasi pada beberapa
titik lokasi. Secara kesuluruhan tutupan lamun di perairan
Pulau Dullah Laut berkisar antara 21-51%. (ii) Jenis-Jenis
Mollusca, (iii) Biodiversitas Makroalga. Berdasarkan hasil
pengamatan jenis makroalga terdapats ebanyak 35 spesies
di 5 lokasi yang tersebar di kawasan pulau Dullah Laut.
(iv) Kepadatan Kima. Dari 10 spesies kima yang ada di
dunia, ditemukan 4 spesies selama survey penelitian antar
lain T.crocea, T.maxima, T.squamosa, dan H.hippopus (v)
Inventarisasi Sumberdaya Ikan Pada Ekosistem Lamun,
Jenis ikan padang lamun yang ditangkap di Pulau Dullah
Laut berjumlah total 695 individu, yang mewakili 64
jenis dari 31 familia dan kelas, yaitu Osteichthyes dan
Chondrichthyes ( v i ) K u a l i t a s a i r. Nitrat pada keenam
lokasi melebihi ambang batas baku mutu menurut
Keputusan KMNLH No.51 Tahun 2004. Jika meningkat
2-3mg/l dapat menyebabkan terjadinya blooming
plankton.
(b) Optimalisasi ekstraksi karaginan dari rumput laut
Eucheumacottonii pada lokasi berbeda dan konsentrasi
NaCl berbeda di perairan Maluku Tenggara. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui seberapa baik kualitas
karaginan yang dihasilkan dari budidaya rumput laut
yang ada di Maluku Tenggara. Hasil penelitian ini
nantinya diharapkan bisa menjadi pertimbangan untuk
mengembangkan lebih lanjut rumput laut yang ada
di Maluku Tenggara sehingga memberikan alternatif
pengolahan rumput laut yang memiliki nilai jual yang lebih
tinggi daripada dijual langsung dalam bentuk kering.
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
41
(c) Kajian struktur populasi teripang di Maluku Tenggara.
Kegiatan kajian ini dilakukan untuk mengetahui struktur
komunitas teripang saat ini sebagai salah satu acuan
informasi
pendukung
upaya
pemanfaatan
dan
pengelolaan konservasi sumberdaya teripang di Maluku
Tenggara. Dari keenam lokasi ditemukan sebanyak tiga
genus dan delapan spesies teripang, yaitu: jenis H.scabra,
H. albiventer, H. atra, H. hilla, S. vastus, S. chloronatus, S.
monotuberculatus dan B. marmorata.
Gambar 43.
Kegiatan survey
teripang.
3. UPT Loka Konservasi Biota Laut Bitung
LKBL Bitung - LIPI melakukan usaha-usaha dengan
melakukan kegiatan di bidang penelitian, penerapan dan
pengembangan. kegiatan yang dilakukan lebih diarahkan
dalam mengungkapkan keanekaragaman sumber daya hayati
laut di Sulawesi Utara dan sekitarnya, melakukan upaya-upaya
konservasi ekosistem pesisir seperti melakukan perbaikan
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
42
rehabilitasi ekosistem terumbu karang di Selat Lembeh
dengan jalan transplantasi karang batu, mengembangkan
biota laut yang terancam populasinya di alam seperti teripang
pasir. Mengirimkan beberapa pegawai untuk mengikuti diklat,
workshop, pertemuan-pertemuan ilmiah untuk mendorong
peningkatan kualitas sumberdaya manusia. LKBL Bitung - LIPI
juga telah melakukan berbagai kerjasama dengan institusi baik
dalam negeri seperti: Universitas Sam Ratulangi - Manado,
Pemerintah Kota Bitung, Yayasan Lestari Indonesia (UNI)
maupun luar negeri seperti Third Institute Oseanography
(TIO) China dan Aquamarine Fukushima (AMF) Jepang.
Beberapa capaian kinerja penting yang dicapai Loka
Konservasi Biota Laut Bitung - di tahun 2016 antara lain dalam
sasaran strategis Meningkatnya kontribusi LIPI terhadap daya
saing industri dengan indikator jumlah publikasi terbit di
jurnal nasional dari 5 artikel yang ditargetkan realisasinya
5 artikel (100 %), indikator jumlah publikasi terbit di jurnal
Gambar 44.
Kegiatan sampling
pertumbuhan lamun dan
terumbu karang.
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
43
Untuk sasaran
strategis
Terwujudnya
tatakelola
pemerintahan
yang baik untuk
indikator jumlah
peneliti yang
terdaftar di
indeks global
dari 2 orang
yang ditargetkan
realisasinya 2
orang (100 %),
dan indikator
jumlah publikasi
yang dapat
diakses secara
online dari 1
dokumen yang
ditargetkan
realisasinya 1
dokumen (100
%), sedangkan
indikator jumlah
peneliti UPI
terindeks global
dari 2 orang
yang ditargetkan
realisasinya 1
orang (50 %).
internasional dari 1 artikel yang ditargetkan realisasinya 2
artikel (200 %), indikator jumlah pengguna jasa UPI dari 2
pengguna yang ditargetkan realisasinya 2 pengguna (100
%), indikator jumlah layanan bimbingan magang dari 2 orang
yang ditargetkan realisasinya 2 orang (100 %), dan indikator
jumlah layanan sebagai reviewer pada jurnal ilmiah dari 1 orang
yang ditargetkan realisasinya 4 orang (400 %), sedangkan
untuk indikator jumlah sitasi atas publikasi dari 10 sitasi yang
ditargetkan realisasinya 8 sitasi (80 %). Sasaran strategis
Meningkatnya jejaring dan kerja sama ilmiah nasional dan
internasional yang berkualitas dan saling menguntungkan
dengan indikator jumlah dan jenis koleksi yang dimanfaatkan
dari 2 spesimen yang ditargetkan realisasinya 2 spesimen (100
%), indikator jumlah koleksi yang dihasilkan dari 130 spesimen
yang ditargetkan realisasinya 145 spesimen (11,5 %), indikator
jumlah koleksi yang disosialisasikan dari 10 spesimen yang
ditarqetkan realisasinya 10 spesimen (100 %).
Untuk sasaran strategis Meningkatnya pengembangan
kompetensi SOM penelitian Indonesia dengan indikator jumlah
diseminasi yang dilakukan dari 1 kali ditargetkan terealisasi 1
kali (100 %), dan indikator jumlah peserta yang ikut dalam
pemasaran iptek dari 50 orang yang ditargetkan realisasinya
50 orang (100 %), sedangkan indikator jumlah peserta
pemasyarakatan iptek dari 50 orang yang ditargetkan tidak
terealisasi (0 %).
Untuk
sasaran
strategis
Terwujudnya
tatakelola
pemerintahan yang baik untuk indikator jumlah peneliti yang
terdaftar di indeks global dari 2 orang yang ditargetkan
realisasinya 2 orang (100 %), dan indikator jumlah publikasi
yang dapat diakses secara online dari 1 dokumen yang
ditargetkan realisasinya 1 dokumen (100 %), sedangkan
indikator jumlah peneliti UPI terindeks global dari 2 orang
yang ditargetkan realisasinya 1 orang (50 %).
4. Balai Bio Industri Laut Mataram
Kegiatan penelitian penguasaan dan pemanfaatan IPTEK
terdiri atas budidaya teripang hitam. Kegiatan penelitian
penguasaan dan pemanfaatan IPTEK terdiri atas budidaya
teripang hitam (Holothuria atra) dan budidaya lobster (Penulirus
sp.).
Budidaya lobster merupakan tahun kedua dengan
menitikberatkan pada aspek penguasaan teknik pembesaran,
sementara budidaya teripang hitam merupakan tahun pertama
dengan fokus pada usaha rekayasa reproduksi seksual.Untuk
penelitian budidaya teripang hitam, diperoleh pengembangan
metode pemijahan, pemeliharaan, dan pemberian pakan.
Sementara itu, hasil yang diperoleh dari budidaya lobster
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
44
antara lain pengembangan teknik pemeliharaan induk lobster,
teknik perawatan larva lobster, dan teknik penyediaan pakan
larva lobster.
Gambar 45.
Pemeliharaan induk
teripang hitam dan
lobster.
5. UPT Loka Pengembangan Kompetensi SDM Oseanografi
Pulau Pari
Capaian kinerja UPT LPKSDM Oseanografi, Pulau Pari
LIPI selama kurun waktu 2016 dapatterlihat dari capaian
realisasi anggaran belanja dan kinerja. Realisasi anggaran
belanja pada menunjukkan capaian yang tidak melampui
target realisasi yang ditetapkan namun masih diatastarget
persentase serapan LIPI. Dari sisi capaian kinerja menunjukkan
bahwa UPT LPKSDMOPulau Pari selama kurun waktu 2016
telah mencapai kinerja yang ditetapkan bahkan kebanyakan
melampui targetnya. Capaian kinerja yang melampui target
tersebut berasal dari
kegiatan yang secara umum tidak bersumber dari Rupiah
Murni APBN 2016. Capaian kinerja yang melampui target
tersebut umumnya dihasilkan dari kegiatan kerjasama yang
sebagian besar merupakan permintaan dari mitra UPT LPKSDM
Oseanografi terkait dengan pendidikan lingkungan pesisir,
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
45
Kedepan dengan
kinerja yang
melampaui
target tersebut
akan menjadi
base line untuk
menetapkan
kinerja secara
optimis di tahun
depan.
pelatihan kelautan serta penggunaan sarana dan prasarana
yang ada di Pulau Pari. Meskipun telah menetapkan target
di awal tahun 2016, namun sebagai bentuk tanggungjawab
sebagai unit pelaksana teknis yang mempunyai tugas utama
memberikan layanan kelautan, maka UPT LPKSDM Oseanografi
tidak dapat menolak terhadap permintaan mitra terkait
layanan kelautan. Oleh karenanya capaian kinerja melebihi
target yang ditetapkan. Hal ini menunjukkan pula bahwa UPT
LPKSDM Oseanografi semakin mendapat kepercayaan dari
stakeholder untuk melaksanakan layanan kelautan. Di sisi lain,
hal tersebut juga berkaitan dengan target penerimaan negara
bukan pajak (PNBP) yang ditetapkan. Kedepan dengan kinerja
yang melampaui target tersebut akan menjadi base line untuk
menetapkan kinerja secara optimis di tahun depan. Programprogram strategis dan implementatif telah disusun melalui 4
(empat) kedivisian yang ada. Divisi riset terapan melaksanakan
penelitian dan kajian bidang kelautan terapan yang berdampak
penting bagi masyarakat. Divisi pendidikan pelatihan dan divisi
wisata edukasi melakukan penguatan kapasitas masyarakat
secara substantif dengan menggunakan metode terstandar.
Diseminasi hasil-hasil penelitian dan kajian untuk alih teknologi
ke masyarakat serta membangun kerjasama dengan berbagai
stakeholder menjadi tanggung jawab program kegiatan di
divisi Jasa IPTEK Kelautan.
Gambar 46.
Pelatihan kelautan
yang diselenggarakan
oleh UPT LPKSDM
Oseanografi.
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
46
7. Program Penataan Kelembagaan
Dari delapan
area perubahan
Reformasi
Birokrasi, tiga
area perubahan
yang menjadi
faktor pengungkit
Reformasi
Birokrasi yaitu
Penataan dan
Penguatan
Organisasi,
Penataan Tata
Laksana, dan
Penataan Sistem
Manajemen SDM
Aparatur Puslit
Oseanografi LIPI.
Program Penataan Kelembagaan adalah salah satu area
perubahan dari 8 (delapan) area Perubahan Reformasi Birokrasi
yang harus dilakukan di setiap kementerian/lembaga sesuai
amanat pemerintah Peraturan Presiden Nomor 81 tahun 2010
tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014, maka
Puslit Oseanografi LIPI telah menyusun Road Map Reformasi
Birokrasi 2011-2015.
Dari delapan area perubahan Reformasi Birokrasi, tiga
area perubahan yang menjadi faktor pengungkit Reformasi
Birokrasi yaitu Penataan dan Penguatan Organisasi, Penataan
Tata Laksana, dan Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur
Puslit Oseanografi LIPI. Ketiga leverage area perubahan
tersebut akan berpengaruh ke perubahan di area-area yang
lain. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa dari hasil
evaluasi pelaksanaan Reformasi Birokrasi Puslit Oseanografi
LIPI pada tahun 2016 pada delapan area perubahan sebagai
berikut:
1. Manajemen Perubahan.Secara perlahan dan bertahapP2O
LIPI telah telah maksimal melakukan perubahanperubahan baik pola piker maupun budaya kerja.
2. Penataan Peraturan Perundang-Undangan. Terkait
dengan Penataan Peraturan Perundang-undangan, Puslit
Oseanografi LIPI tidak memiliki wewenang untuk menyusun
Peraturan Perundang-undangan tetapi hanya mempunyai
wewenang untuk mengusulkan dan memberikan kebijakan
dan rekomendasi di bidang oseanografi (bidang ilmu
kelautan).
3. Penataan dan Penguatan Organisasi Puslit Oseanografi LIPI
adalah sebagai berikut :
- Peresmian peningkatan status dari eselon IVa menjadi
eselon IIIb: Pengembangan Bio Industri Laut Mataram
menjadi Balai Bio Industri Laut Lombok (4 Agustus
2016).
- Peresmian Regional Training and Research Center on
Marine Biodiversity and Ecosystem Health (Hereinafter
referred to as “MarBEST Center) tanggal 17 Oktober
2016
- Penyusunan Dokumen Lembaga Sertifikasi Profesi
- Belum ada tindak lanjut usulan Nomenklatur dan fungsi
Naskah Akademik ke empat UPT LKBL Biak, LKBL
Bitung, LKBL Tual dan UPT Loka Kompetensi dan SDM
Oseanografi P. Pari dari LIPI.
- Tahun 2017 akan diusulkan dan dibuat Naskah Akademik
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
47
2017 MarBEST ditambahkan di dalam Fungsi UPT Loka
Pengembangan SDM Oseanografi P. Pari sedangkan
Lembaga Sertifikasi Profesi diusulkan di Bidang
Pengelolaan dan Diseminasi Hasil Penelitian LIPI.
Gambar 47.
Kepala LIPI meresmikan
Balai Bio Industri Laut
Lombok.
4. Penataan Tata Laksana. Pusat Penelitian Oseanografi LIPI
telah berhasil melakukan hal-hal sbb :
- Penyusunan dan penyempurnaan prosedur kerja, instruksi
kerja, formulir-formulir dan melengkapi Data Pendukung
Prosedur Kerja;
- Pengadaan barang/jasa secara elektronik (e-procurement) sudah dilakukan;
Gambar 48. Foto sertifikat SMM ISO 9001:2008.
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
48
- Sertifikasi Sistem Manajemen
Mutu ISO 9001:2008;
- Sertifikat Laboratorium Pengujian ISO 17025 Laboratorium Kimia dan ditambah Lab
Product Alam
- Sertifikat ISM Code terdiri dari
Document of Compliance
(dokumen kantor) dan
Sistem Manajemen Kapal
5.
Gambar 49. Foto sertifikat SMM ISO 17025.
Gambar 50. Foto sertifikat ISM CODE.
Penataan Sistem Manajemen
SDM Aparatur. Kegiatan telah
terlaksana di Puslit Oseanografi
LIPI sbb :
- Penundaan
penerimaaan
formasi 2016.
- Evaluasi Peta Jabatan 2016
- Dokumen Evaluasi Jabatan
Struktural dan JFU sesuai
Kamus Jabatan Kementrian
PAN dan RB.;
- Penempatan pegawai dan
kebutuhan formasi pegawai.
- Pelaksanaan SKP sesuai
dengan PP 46/2011 tentang
Penilaian Prestasi Kerja PNS
dan Pelaksanaan Perka LIPI
Nomor: 10/E/2016 tentang
Tunjangan Kinerja Pegawai
di Lingkungan Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia;
- Pemutakhiran data pegawai,
update dan entry data
pegawai ke aplikasi http://
www.simpeg.bok.lipi.go.id;
- Peningkatan pendidikan dan
pelatihan pegawai dan awak
kapal Puslit Oseanografi
LIPI pada tahun 2015.
Pegawai Puslit Oseanografi
LIPI dalam tahun 2015
yang melaksanakan Diklat
Fungsional Peneliti dan Diklat
Penunjang Lainnya. Diklatpim
IV 2 orang, Diklat Fungsional
Peneliti Tingkat Pertama
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
49
sebanyak 9 orang, Diklat Prajabatan Gol II sebanyak 2
orang. Diklat Penunjang Lainnya seperti Diklat Penulisan
Ilmiah Non Peneliti 2 orang, Diklat Bahasa Inggris 2
orang, Diklat Penginderaan Jauh 2 orang, Training Of
Trainer 1 orang, orang serta Diklat Teknis Kapal 8 orang.
- Penguatan Pengawasan. Pengendalian Intern Pemerintah
(SPIP) P2O LIPI telah dilakukan Pembuatan Peta Resiko
Penelitian dan melakukan Pengawasan implementasi
pekerjaan lapangan 3 lokasi (Nias, Belitung, dan
Kendari).
Untuk menjamin
kepercayaan
pelanggan, Puslit
Oseanografi LIPI
pada tahun 2016
menambah tiga
unsur pengujian
laboratorium
yang tahun
sebelumnya
telah menerima
sertifikat ISO
17025.
6. Penguatan Akuntabilitas Kinerja.
Capaian terbitan nasional sebesar 65,7% (23 terbit dari
rencana 35), terbitan internasional sebesar 210 % (21 terbit
dari rencana 10). Total dari rencana 35 Publikasi Nasional
tidak tercapai karena banyak peneliti yang menulis di Jurnal
Internasional.
7. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik.
Untuk menjamin kepercayaan pelanggan, Puslit Oseanografi
LIPI pada tahun 2016 menambah tiga unsur pengujian
laboratorium yang tahun sebelumnya telah menerima
sertifikat ISO 17025. Yang semula 3 unsur (yaitu Cd, Zn,
Fe) menjadi 6 unsur dengan ditambahnya Pb, Cu, Ni
dan telah mendapat pengesahan dari KAN. Selain ISO
17025, Puslit Oseanografi LIPI pada tanggal 26 Agustus
2015 telah memperoleh Sertifikasi SMM ISO 9001:2008.
Sedangkan untuk nilai kelaikkan kapal pada tahun 2015
sudah dilakukan verifikasi Sertifikat dan Audit External.
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
50
8. Program Diseminasi dan Kerjasama
Hasil-hasil penelitian
dan koleksi spesimen
yang telah dilakukan
oleh para peneliti
di Pusat Penelitian
Oseanografi-LIPI
merupakan material
yang seharusnya
dapat menjadi
konsumsi publik dalam
hal pemanfaatan
secara ilmiah dan
bertanggung jawab
serta memperluas
cakrawala wawasan
anak bangsa Indonesia.
Hasil-hasil penelitian dan koleksi spesimen yang telah
dilakukan oleh para peneliti di Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI
merupakan material yang seharusnya dapat menjadi konsumsi
publik dalam hal pemanfaatan secara ilmiah dan bertanggung
jawab serta memperluas cakrawala wawasan anak bangsa
Indonesia. Untuk mendukung penyebaran informasi mengenai
biota laut dan keanekaragamannya, hasil-hasil riset budidaya,
dan ekosistem pesisir dan kondisi oseanografi di lautan NKRI,
Pusat Penelitian Oseanografi, melalui kegiatan diseminasi
dan kerjasama, berusaha untuk merangkul berbagai stake
holder terkait untuk kepentingan nasional. Hal ini sangat
penting karena P2O memberikan arti dan kemanfaatan
bagi riset-risetnya kepada masyarakat untuk dimanfaatkan
secara bertanggungjawab dan memberikan kontribusi bagi
pengkayaan iptek di masyarakat. Dalam melakukan tugas
diseminasi dan kerjasama, P2O memiliki capaian yang terukur
dan tertuang dalam indikator kinerja.
Tabel 2. Indikator Kinerja yang Mencakup Kegiatan Diseminasi dan Kerjasama.
Indiktor Kinerja
Satuan
Kinerja 2016
Target
Capaian
%
Jumlah pengguna jasa LIPI
orang
87
108
124.1
Jumlah Layanan bimbingan mahasiswa (S1,S2 dan S3)
orang
20
39
195
Jumlah kerjasama dengan industri
kerja sama
5
6
120
Jumlah Industri yang memanfaatkan pelayanan ilmiah
institusi
5
6
120
Jumlah institusi eksternal yang memanfaatkan insfrastruktur riset LIPI
institusi
10
9
90
Jumlah MoU dengan institusi eksternal
dokumen
0
0
0
Infrastruktur riset yang siap untuk digunakan oleh institusi eksternal
jenis
60
60
100
Jumlah dan jenis koleksi yang dimanfaatkan
koleksi
50
298
596
Jumlah koleksi yang dihasilkan
koleksi
545
944
173.2
Jumlah koleksi yang disosialisasikan
koleksi
25
26
104
Rasio kerjasama yang terlaksana dibandingkan total MoU yang dibuat
(persen)
persen
100
100
100
Jumlah Dokumen MOU dan PKS yang dihasilkan
dokumen
11
10
90.9
Jumlah MOU yang masih berjalan
dokumen
4
5
125
Jumlah kerjasama yang terlaksana
dokumen
22
34
154.5
Jumlah posisi strategis yang dijabat dalam organisasi - pertemuan nasional
- internasional
orang
5
5
100
Jumlah peserta pemasyarakatan iptek
orang
2000
3095
Jumlah diseminasi yang dilakukan
kali
1
2
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
154.8
200
51
Pada tahun 2016, jumlah pengguna jasa yang meliputi
Analisis Laboratorium adalah sebanyak 67 Orang, sisanya
adalah jasa yang digunakan sebagai narasumber, reviewer,
penguji Tugas Akhir, dll. Institusi yang memanfaat kan jasa
Analisis Laboratorium antara lain adalah: 1) Universitas
Pancasila, 2) Univ. Lambung Mangkurat, 3) ITB, 4) IPB, 5)
UNPAD, 6) Universitas Hang Tuah, 7) Universitas Cendrawasih,
8) Universitas Pakuan, 9) UNIBRAW, 10) UNEJ, 11) UNMUH
Malang, 12) USU, 13) Univ. Muhamadiyah Prof. Dr. Hamkah,
14)Univ. Nusa Bangsa, 15) Univ. Pasundan, 16) Univ. Muslim
Nusantara Al Wasilah Medan, 17) Univ. Pelita Harapan, 18)
Institut SAins dan Teknologi Al Kamal, sehingga total adalah
18 institusi dengan mahasiswa sebanyak 67 orang.
Gambar 51.
Jumlah stake holder
P2O dalam dunia
Pendidikan dan
Profesional.
Tercatat sebanyak 104 orang mahasiswa dari berbagai
perguruan tinggi membutuhkan P2O sebagai ajang belajar
melalui Praktek Kerja lapangan (PKL), magang dan bimbingan
skripsi/thesis/disertasi. Selain itu, sebanyak 545 orang
mahasiswa, dosen siswa dan guru serta wali murit mengunjungi
P2O dalam rangka kunjungan untuk mendapat wawasan
mengenai penelitian kelauta, terutama yang dilakukan oleh
P2O. Untuk jasa bimbingan tugas akhir S1/S2di tahun 2016
mencapai 44 orang dengan 39 orang tercatat dalam surat
bimbingan di DK, sisanya mahasiswa asing melalui komunikasi
personal. Tingginya anemo masyarakat tersebut, terutama dari
kalangan akademisi dan siswa sekolah kepada P2O, merupakan
cerminan atas apresiasi masyarkat terhadap P2O-LIPI.
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
52
Gambar 52.
Kunjungan Siswa dan
Guru ke P2O-LIPI.
Sepanjang tahun 2016, P2O melakukan bantuan
pelayanan ilmiah dengan industri, baik berupa jasa analisis
maupun pemantauan lainnya. Hingga akhir tahun, tercatat 6
industri yang memanfaatkan jasa ilmiah P2O, yaitu: UD. SInar
Bahari pada Januari 2016, Asosiasi Koral Kerang dan Ikan Hias
Indonesia pada April 2016, PT Cahaya Alami Lestari pada
Oktober 2016, CV. Cahaya Sukses pada Oktober 2016, PT.
Dinar Darum Lestari pada Oktober 2016 dan PT. Trisentosa
Intra Buana Niaga pada November 2016. Pelayanan ilmiah
tersebut juga termasuk studi dan penentuan kota dagang
dalam regulasi The Convention on International Trade in
Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES).
Jumlah koleksi yang dimanfaatkan merupakan koleksi
yang digunakan peneliti/akademisi berdasarkan logbook
peminjaman spesimen. Tingginya minat akademisi terhadap
spesimen biota laut tercermin dari tingginya pemanfaatan
spesimen di Ruang koleksi Rujukan.
Koleksi yang dihasilkan P2O sebanyak 404 spesimen
dan sisanya merupakan koleksi dari UPT pada tahun 2016.
Sebanyak 26 koleksi disosialisasikan melalui pameran maupun
media belajar pada kunjungan.
P2O-LIPI merupakan institusi riset yang menjalin
kerjasama dengan berbagai instansi, baik Nasional maupun
internasional. Kerjasama riset didasarkan pada dokumen
perjanjian yang berupa MoU, Perjanjian Kerjasama (PKS) dan
Plan of Operasional (PO). Pada bulan Maret 2016 dilakukan
penandatangan PKS dengan UNRAM, UNSRAT dan UNDIP.
Surat perjanjian kerjasama teknis dalam kerjasama juga
meliputi PO, di antaranya adalah 2 PO dengan TIO, 1 PO
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
53
Gambar 53.
Workshop dan
symposium dari
kerjasama P2O-LIPI
dengan Aquamarine
Fukushima, jepang
mengenai ikan
Coelacanth..
dengan IOCAS, dan 1 PO dengan UCLA. Adapun Kerjasama
dengan institusi dalam negeri juga dilakukan melalui MoU baru
dengan KLHK dan PKS dengan KKP. Pada Bulan Desember
ditandatangani satu agreement bersama IOCAS dalam
menyepakati perluasan kerjasama yang mencakup ShinoIndonesia Project.
Total dokumen perjanjian dalam kerjasama adalah 10
dokumen MoU dan Perjanjian Kerjasama. Hasil kerjasama
berupa data dan hasil penelitian juga diatur dalam kegiatan
workshop baik secara nasional maupun internasional. Diantara
workshop yang dilakukan adalah workshop dan simposium
mengenai coelacanth dalam kerangka Ichthyofauna Survey
In Indonesia di Iwaki-Jepang pada Bulan November 2016
dan International Symposium On Western Pacific Ocean And
Indonesian troughflow di Bali pada Bulan Desember 2016.
Gambar 54.
Jumlah institusi mitra
asing dalam kerjasama
riset dengan P2O-LIPI.
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
54
Tabel 3.Institusi mitra kerjasama Riset P2O-LIPI dan kegiatan
kerjasama yang dilakukan tahun 2016.
Dampak posistif
kegiatan diseminasi
yang dilakukan oleh
P2O-LIPI ditahuntahun sebelumnya,
terlihat dari tingginya
minat dan perhatian
masyarakat, terutama
mahasiswa yang tertarik
pada penelitian sektor
kelautan dan datang
ke P2O untuk belajar
melalui kegiatan
magang/PKL dan
bimbingan Skripsi.
No Institusi, Negara/kota
Kegiatan
1
Aquamarine Fukushima (AMF), Jepang
Workshop dan simposium
2
Third Institute of Oceanography-State
Oceanic Administration (TIO-SOA),
Republik Rakyat Tiongkok
Penelitian lapangan dan
capacity building
3
Institute of Oceanology Chinese Academy
of Sciences (IOCAS), Republik Rakyat
Tiongkok
Penelitian lapangan dan
capacity building
4
German-Indonesian antiinfective
cooperation (GINAICO), Jerman
capacity building
5
University of California, Los Angels (UCLA),
Amerika
Penelitian lapangan
6
Universitas Negeri Mataram, Mataram
Pemantauan ekosistem pesisir
COREMAP
7
Universitas Sam Ratlangi, Manado
Pemantauan ekosistem pesisir
COREMAP
8
Universitas Diponegoro, Semarang
Pemantauan ekosistem pesisir
COREMAP
9
Kementrian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan
Penandatanganan MoU
10
Kementrian Kelautan dan Perikanan
Penelitian lapangan
Kegiatan diseminasi meliputi pameran dan aktivitas
coremap. Pelibatan peserta masyarakat iptek diantaranya
adalah: Coremap 857 orang, Pameran Indonesian Biodiversity
Expo 460 orang, Pameran youth science fair dilakukan di
LIPI pusat dan proyek perubahan 285 orang, Pengunjung
perpustakaan 513 orang, dan sisnya dilakukan melalui
workshop, training dan kegiatan lainnya. Dampak posistif
kegiatan diseminasi yang dilakukan oleh P2O-LIPI ditahuntahun sebelumnya, terlihat dari tingginya minat dan perhatian
masyarakat, terutama mahasiswa yang tertarik pada penelitian
sektor kelautan dan datang ke P2O untuk belajar melalui
kegiatan magang/PKL dan bimbingan Skripsi.
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
55
9. P2O dalam Angka
Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) Pusat Penelitian
Oseanografi LIPI dapat dilihat dari empat faktor yaitu
komposisi usia pegawai, tingkat pendidikan, bidang tugas, dan
kompetensi atau keahlian peneliti. Keempat faktor tersebut
sangat menentukan kinerja lembaga penelitian dan menjadi
perhatian utama.
Komposisi Usia
SDM Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, termasuk Unit
Pelaksanaan Teknis (UPT) di bawahnya, per 30 Juni 2016
berjumlah 359 pegawai dengan kelompok usia ≤ 35 tahun
berjumlah sebanyak 127 pegawai (35,38 %), 36-50 tahun
sebanyak 122 pegawai (33,98%) dan 51-65 tahun sebanyak
110 pegawai (30,64 %)
Gambar 55.
Jumlah Pegawai
Pusat Penelitian
Oseanografi LIPI dan
UPT Berdasarkan Usia
(per30 Juni 2016).
Tingkat Pendidikan
Kekuatan SDM Pusat Penelitian Oseanografi LIPI beserta
UPT berdasarkan pendidikan per 30 Juni 2016 masih didominasi
oleh lulusan SLTA, yaitu sebanyak 104 pegawai (28,97%), diikuti
oleh Sarjana (S1) dengan jumlah 96 pegawai (26,74%), Pasca
Sarjana (S2) 87 pegawai (24,23%), S3 19 pegawai (5,29%), SD
10 pegawai (2,79%) dan SLTP 6 pegawai (1,67%). Hal ini akan
menjadi perhatian khusus dalam rencana pengembangan SDM,
yaitu dengan meningkatkan standard pendidikan formal calon
pegawai Pusat Penelitian OseanografiLIPI dan memberikan
kesempatan dan dukungan kepada pegawai yang ingin
melanjutkan pendidikan formal.
Kegiatan peningkatan dan pengembangan SDM akan
terus dilakukan selain melalui pendidikan formal, juga melalui
pendidikan non formal seperti pendidikan dan pelatihan
(DIKLAT), workshop, seminar dan dalam bentuk pelatihanpelatihan teknis lainnya. Pendidikan formal dapat melalui
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
56
beasiswa baik dari LIPI, Kementerian RISTEK maupun sponsor
lainnya (Tugas Belajar) dan dapat pula dengan ijin belajar atas
biaya sendiri.
Gambar 56.
Jumlah Pegawai
Pusat Penelitian
Oseanografi LIPI dan
UPT Berdasarkan
Pendidikan per 30
Juni 2016.
Kompetensi Peneliti
Jabatan fungsional peneliti di Pusat Penelitian Oseanografi
Jakarta LIPI, per 30 Juni 2016 didominasi oleh Penata Teknis
Penelitian berjumlah 36 pegawai (23,84%), Peneliti Pertama-IIIb
dan Peneliti Muda-IIIc berjumlah 22 pegawai (14,57%), Peneliti
Utama-VIe berjumlah 14 pegawai (9,27%), Peneliti Muda-IIId
dan Peneliti Madya-Vib berjumlah 12 pegawai (7,95%), Peneliti
Utama-VId berjumlah 11 pegawai (7,28%), Peneliti Madya-VIa
berjumlah 8 pegawai (5,30%) dan Peneliti Pertama-IIIa serta
Peneliti Madya-VIc berjumlah 7 pegawai (4,64%).
Gambar 57.
Komposisi Jabatan
Fungsional Peneliti
Pusat Penelitian
Oseanografi per 30
Juni 2016.
Pusat PenelitianOseanografiLIPI memiliki sarana dan
prasarana yang memadai yang dapat menunjang tugas
pokok dan fungsinya sebagaimana diamanatkan dalam Surat
Keputusan Kepala LIPI No. 1 Tahun 2014 tanggal 9 Mei 2014
tentang Organisasi dan Tata Kerja LIPI Pasal 76, bahwa “Bidang
Sarana Penelitian mempunyai tugas melaksanakan penyiapan,
pengelolaan dan pemanfaatan, pengoperasian kapal penelitian
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
57
dan peralatan penelitian, laboratorium dan sarana teknis
lainnya, pemantauan dan evaluasi, serta penyusunan laporan.
Lebih dari 50 % Penggunaan Anggarandigunaka untuk layanan
perkantoran.
Gambar 58.
Komposisi
Penggunaan
Anggaran(dalam
milyar Rupiah).
Gambar 59.
Pagu dan Realisasi
Anggaran (dalam
milyar rupiah).
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
58
PENUTUP
Total kegiatan
penelitian yang
dilaksanakan di
P2O adalah sebagai
berikut: 10 penelitian
Tematik; 5 kegiatan
Iptekda; tiga
kegiatan Technopark;
dan 5 penelitian Riset
Agenda.
Sepanjang tahun 2016, kegiatan penelitian dan
kelembagaan yang dilaksanakan oleh P2O-LIPI telah
dilaksanakan dengan baik. Kegiatan penelitian yang berjalan
menggunakan beberapa sumber anggaran, di antaranya
adalah Tematik, Iptekda dan Technopark dari DIPA P2O, dan
Riset Agenda dari Coremap CTI. Total kegiatan penelitian yang
dilaksanakan di P2O adalah sebagai berikut: 10 penelitian
Tematik; 5 kegiatan Iptekda; tiga kegiatan Technopark; dan 5
penelitian Riset Agenda.
Output yang dihasilkan dari seluruh kegiatan penelitian
yang dilaksanakan dalam tahun 2016 merupakan luaran yang
bernilai ilmiah, di antaranya adalah buku; publikasi ilmiah baik
dalam skala internasional, nasional dan popular; laporan dan
poster hasil penelitian; petunjuk teknis kegiatan pemantauan
dan budidaya biota tertentu. Luaran lainnya adalah hasil dari
kegiatan kelembagaan berupa penganugerahan penghargaan
pengelolaan SDM terbaik tahun 2016 tingkat Kedeputian
LIPI.
Capaian penting P2O LIPI 2016 mencatat beberapa special
event, di antaranya adalah: ditetapkannya P2O sebagai
Walidata Lamun dan Terumbu Karang Indonesia oleh Badan
Informasi dan Geospasial (BIG); diresmikannya Pusat Pelatihan
Regional Training and Research Center onMarine Biodiversity
and Ecosystem Health (RTRC MarBEST), termasuk di dalamnya
pelaksanaan training regional untuk pertama kalinya yang
bertajuk Crustacean Taxonomy Training; Peresmian UPT Loka
Bio Industri Laut Mataram menjadi Balai Bio Industri Laut
(BBIL); dan ditetapkannya P2O sebagai Pusat Unggulan IPTEK
(PUI) Bioprospeksi Biota Laut oleh Kemenristek.
Selanjutnya, dari kegiatan diseminasi yang dilakukan oleh
P2O-LIPI ditahun-tahun sebelumnya, terlihat dari tingginya
minat dan perhatian masyarakat, terutama mahasiswa yang
tertarik pada penelitian sektor oseanografi.
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
59
LAMPIRAN
1. Kelompok Penelitian 2015-2019 P2O LIPI
Di tahun 2016, dilantik 5 orang Ketua Kelompok
Penelitian yang baru di P2O LIPI
Keanekaragaman Hayati dan
Potensi Sumberdaya Laut
Kesehatan Ekosistem Laut
Ketua : Dr. Nurul Dhewani M. Sjafrie
Ketua : Dr. Giyanto, M.Sc
Pencemaran dan Bioremediasi
Ketua: Dra. Ricky Rositasari
Oseanografi dan Perubahan
Iklim Global
Budidaya dan Bioprospeksi Laut
Ketua : Ir. Suyarso
Ketua : Dr. Tutik Murniasih, M.Si
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
60
2. Peneliti P2O LIPI Terindeks Global
No Name
Sitasi
H-index
(All)
i10-index
Verified
(All)
1
A’an J. Wahyudi
7
2
0
o
2
Abdullah Rasyid
77
5
3
o
3
Adi Purwandana
4
1
0
o
4
Afdal
5
2
0
o
5
Ahmad Bayhaqi
0
0
0
o
6
Ana Setyastuti
25
3
0
o
7
Ardi Ardiansyah
0
0
0
o
8
Arief Rachman
3
1
0
o
9
Dede Falahudin
17
3
0
o
10
Dewi Surinati
10
2
0
o
11
Diah Radini Noerdjito
3
1
0
o
12
Dirhamsyah
29
2
1
o
13
Dwi Eny Djoko Setyono
103
5
1
o
14
Dwi Hindarti
27
3
0
o
15
Ernawati Widyastuti
0
0
0
o
16
Fahmi
179
5
3
o
17
Fitri Budiyanto
2
1
0
o
18
Giyanto
54
3
2
o
19
Hagi Yulia Sugeha
245
8
7
o
20
Iin Inayat Al Hakim
75
6
3
o
21
Indra B. Vimono
2
1
0
o
22
Intan Suci Nurhati
186
5
5
o
23
Irma S. Arlyza
104
7
5
o
24
Ismiliana Wirawati
26
3
1
o
25
Lies Indah Sutiknowati
26
3
0
o
26
M. Hasanudin
7
1
0
o
27
M. Reza Cordova
30
4
1
o
28
Masteria Y. Putra
53
5
2
o
29
Marindah Yulia Iswari
0
0
0
o
30
Mochamad Riza Iskandar
0
0
0
o
31
Nur Fitri Afianti
0
0
0
o
32
Nurhayati
113
4
3
x
33
Nurul Fitriya
8
2
0
o
34
Oksto Ridho Sianturi
0
0
0
o
35
Onny Nurrahman Marwayana
0
0
0
o
36
Rachma Puspitasari
25
2
1
o
37
Ratih Pangestuti
744
9
8
o
38
Rianta Pratiwi
72
5
2
o
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
61
39
Safar Dody
19
3
0
o
40
Sasanti Retno Suharti
187
8
7
o
41
Selvia Oktaviyani
0
0
0
o
42
Suratno
0
0
0
o
43
Susi Rahmawati
5
1
0
o
44
Tri Aryono Hadi
23
3
1
o
45
Tri Handayani
11
1
1
o
46
Triyoni Purbonegoro
11
2
0
o
47
Tumpak Sidabutar
65
6
3
o
48
Tutik Murniasih
58
5
3
o
49
Udhi Eko Hernawan
52
4
1
o
50
Wahyu Budi Setyawan
5
2
0
o
51
Wanwan Kurniawan
0
0
0
o
52
Yaya Ihya U.
47
4
2
o
53
Yeti darmayati
68
4
1
o
54
Zainal Arifin
418
11
14
o
Total
3230
3. Daftar Publikasi P2O Tahun 2016
Jurnal Internasional
1. Allen, G.R., M.V. Erdmann, W.T. White, Fahmi & C.L. Dudgeon.
2016. Review of the Bamboo Shark Genus Hemiscyllium
(Orectolobiformes: Hemiscyllidae). Journal of the Ocean
Science Foundation, 23: 51-97. DOI: http://dx.doi.org/10.5281/
zenodo.164197
2. Arsianti, A., Fadilah, Fatmawaty, L.K. Wibisono, Kusmardi,
N.N. Azizah, R. Putrianingsih, T. Murniasih, A. Rasyid&R.
Pangestuti. 2016. Phytochemical Composition and Anticancer
Activity of Seaweeds Ulva lactuca and Eucheuma cottonii
against Breast MCF-7 and Colon HCT-116 Cells. Asian Journal
of Pharmaceutical and Clinical Research, 9(6). DOI: http://
dx.doi.org/10.22159/ajpcr.2016.u9i6.13798
3. Artanti, N., F. Maryani, H. Mulyani, R.T. Dewi, V. Saraswati &T.
Murniasih. 2016. Bioactivities Screening of Indonesian Marine
Bacteria Isolated from Sponges. Annales Bogoriensis. DOI:
http://dx.doi.org/10.14203/mri.v40i2.63
4. Baohonh, C., M. Muchtar, F. Tingting, C. Hongzhe, W. Jigang,
D. Jiangou, L. Hui, C. Bin & Z. Kaiwen. 2016. A baseline
study of coastal water quality in the Lembeh Strait of North
Sulawesi,Indonesia,in 2013. Marine Pollution Bulletin, 104:
364-370.
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
62
5. Baum, G., P. Kegler, B.M. Scholz-Bottcher, Y.R. Alfiansyah, M.
Abrar& A. Kunzmann. 2016. Metabolic Performance of the
Coral Reef Fish Siganus guttatus Exposed to Combinations
of Water Borne Diesel, an Anionic Surfactant and Elevated
Temperature in Indonesia. Marine Pollution Bulletin.
6. Borsa, P., K-N. Shen, I.S. Arlyza& T.B. Hoareau. 2016. Multiple
Cryptic Species in the Blue-Spotted Maskray (Myliobatoidei:
Dasyatidae: Neotrygon spp): An update. Comptes Rendus
Biologies, 339: 417-426. DOI: http://dx.doi.org/10.1016/
j.crvi.2016.07.004 7. Cahyarini, S.Y., J. Zinke, S. Troelstra, Suharsono, E. Aldrian,
B. W. Hoeksema. 2016. Coral Sr/Ca-based sea surface
temperature and air temperature variability from the inshore
and offshore corals in the Seribu Islands, Indonesia. Marine
Pollution Bulletin. DOI: 10.1016/j.marpolbul.2016.04.052
8. Chen, M., E.A. Boyle, J-M. Lee, I.S. Nurhati, C. Zurbrick, A.D.
Switzer & G. Carrasco. 2016. Lead Isotope Excharge between
Dissolved and Fluvial Particulate Matter: a Laboratory Study
from the Johor River Estuary. Philosophical Transactions of
the Royal Society A: Mathematical, Physical & Engineering
Sciences.
9. Cordova, M.R. &A.J. Wahyudi. 2016. Microplastic in the
Deep-Sea Sediment of Southwestern Sumateran Water. Marine
Research in Indonesia, 41(1): 27-35.
10. Dassie, E., K. DeLong, H. Kilbourne, B. Williams, N. Abram, L.
Brenner, C. Brahmi, K. Cobb, T. Correge, D. Dissard, J. EmileGeay, H. Evangelista, M. Evans, J. Farmer, T. Felis, M. Gagan,
D. Galikin, N. Goodkin, M. Khodri, A.C. Lavagnino, M. LaVigne,
C. Lazareth, B. Linsley, J. Lough, H. McGregor, I.S. Nurhati, G.
Ouellette, L. Perrin, M. Raymo, B. Rosenheim, M. Sanstrom, B.
Schone, A. Sifeddine, S. Stevenson, D. Thompson, A. Waite, A.
Wanamaker & H. Wu. 2016. Save Our marine Annually-Resolved
Proxy Archives (MARPA)!. American Geophysical Union EOS.
11. Dirhamsyah. 2016. Setbacks in the Development of Marine
Protected Areas in Indonesia. Australian Journal of Maritime &
Ocean Affairs. DOI: 10.1080/18366503.2016.1187781
12. Murniasih, T&A. Bayu. 2016. Carbon Source Optimization
for Antibiotic Production from Aaptos-Associated Bacteria
Rhodobacteracea bacterium SP.2.11. Marine Research
Indonesia. DOI: http://dx.doi.org/10.14203/mri.v40i2.63
13. Murniasih, T., E.A. Indriany, M.Y. Putra&F. Untari. 2016. The
Antibacterial Capacity of Marine Bacteria Isolated from Sponge
Acanthella cavernosa collected from Lombok Island. Journal of
Coastal Life Medicine. DOI: 10.12980/jclm.4.2016J6-189
14. Ong, J.Y., I. Wirawati & H.P-S. Wong. 2016. Sea Cucumbers
(Echinodermata: Holothuridae) collected from the Singapore
Strait. Raffles Bulletin of Zoology, Supplement No 34: 666717.
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
63
15. Pangestuti, R. 2016. Free Radical Scavenging Activity
of Selected Area Sea Cucumber Species from Lombok.
Jurnal Teknologi Malaysia, 4: 179-185. DOI: http://dx.doi.
org/10.11113/jt.v78.8202 16. Pollastro, F., S. Golin, G. Chianese, M.Y. Putra, A.S. Moriello, L.D.
Petrocellis, V. Garcia, E. Munoz, O.T. Scafati & G. Appendino.
2016. Neuroactive and Anti-inflammatory Frankincense
Cembranes: A Structure–Activity Study. J. Nat. Prod, 79(7):
1762-1768. DOI: 10.1021/acs.jnatprod.6b00141 17. Putra, M.Y. &T. Murniasih. 2016. Distribution and Diversity of
Marine Natural Products from Indonesian Marine Organism.
Journal of Coastal Life Medicine, 4(2): 104-107. DOI:10.12980/
jclm.4.2016j5-236
18. Putra, M.Y. &T. Murniasih. 2016. Marine Soft Corals as Source
of Lead Compounds for Anti-Inflammatories. Journal of Coastal
Life Medicine, 4(1): 73-77. DOI:10.12980/jclm.4.2016j5-226
19. Putra, M.Y., T. Murniasih, J.T. Wibowo, T.A. Hadi, F. Untari,
A.C. Nisa &R.T. Swasono. 2016. Phenolic Content, AntiOxidant, Anti-Plasmodium and Cytotoxic Properties of the
Sponge Acanthella cavernosa. Asian Pacific Journal of Tropical
Disease, 6(10): 811-815. DOI:10.1016/S2222-1808(16)61136-2
20. Putra, M.Y., T. Murniasih, R.T. Swasono, J.T. Wibowo,
A.C. Saputri, M.R. Widhiana &I.S. Arlyza. 2016. Secondary
Metabolites and Their Biological Activities in Indonesia Soft
Coral of the Genus Lobophytum. Asian Pacific Journal of
Tropical Biomedicine, 6(11): 909-913. DOI: http://dx.doi.
org/10.1016/j.apjtb.2016.08.011 21. Putra, M.Y., T.A. Hadi &T. Murniasih. 2016. In Vitro Antibacterial
and Antifungal Activities of Twelve Sponges Collected from the
Anambas Islands, Indonesia. Asian Pacific Journal of Tropical
Disease, 6(9): 732-735. DOI: 10.1016/S2222-1808(16)61119-2 22. Sugeha, H.Y. 2016. Book Review: Biology and Ecology of
Anguillid Eel. Marine Biology Reserach. DOI: http://dx.doi.
org/10.1080/17451000.2016.1249488
23. Wahyudi, A.J., S. Rahmawati, B. Prayudha, M.R. Iskandar &T.
Arfianti. 2016. Vertical Carbon Flux of Marine Snow in Enhalus
acroides-dominated Seagrass Meadows. Regional Studies in
Marine Science, 5: 24-34. DOI: 10.1016/j.rsma.2016.01.003 24. Widyastuti, E & D.L. Rahayu. 2016. New Record of Parasesarma
raouli Rahayu and Ng, 2009 (Crustacea: Brachyura: Sesarmidae)
from the Riau Archipelago, Indonesia. Marine Research
Indonesia, 41(1): 13-17.
25. Nurhati, I.S. 2016. Spectrophotometry analysis of deepsea sediments along the main pathway of the Indonesian
Throughflow: Spatial view. Marine Research Indonesia, 41(2).
DOI: 10.14203/mri.v41i2.115
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
64
Balai Pengembangan Bio Industri Laut
1. Hamzah, M.S., Y.H, Endang, Marsoedi & M. Fadjar. 2016.
Protease Enzyme Reactability Effect of Pearl Oyster (Pinctada
maxima) Flesh Shell Growth at Different Water Temperature
and Salinity. International Journal of Biosciences, 9(1): 124137. DOI: http://dx.doi.org/10.12692/ijb/9.1.121-137 2. Kamyab, E., H. Kunhold, S.S. Novais, L.M.F. Alves, L. Indriana,
A. Kunzmann, M. Slater & M.F.L. Lemos. 2016. Effects of
Thermal Stress on the Immune and Oxidative Stress Responses
of Juvenile Sea Cucumber Holothuria scabra. J. Comp. Physiol.
DOI: 10.1007/s00360-016-1015-z
3. Ng, P.K.I &D.L. Rahayu. 2016. On the genera Selwynia
Borradaile, 1903, and Gandoa Kammerer, 2006, with
Descriptions of Two New Species from Papua New Guinea
and French Polynesia (Crustacea: Decapoda: Brachyura:
Aphanodactylidae). Zootaxa, 4092(3): 339-370. DOI: http://
doi.org/10.11646/zootaxa.4092.3.2 4. Ng, P.K.I., D.L. Rahayu& H-T. Shih. 2016. Ankerius aenigmaticus,
a new genus and new species of Aphanodactylid Crab Symbiotic
with Polychaetes from the Red Sea Coast of Saudi Arabia,
Zootaxa, 4179(2): 271-278. DOI: http://doi.org/10.11646/
zootaxa.4179.2.7 5. Rahayu, D.L., H-T. Shih & P.K.I. Ng. 2016. A New Species of
Land Hermit Crab in the Genus Caenobita Latreille 1829 from
Singapore, Malaysia, and Indonesia, previously Confused with
C. cavipes Stimpson, 1858 (Crustacea: Decapoda: Anomura:
Coenobitidae). Raffles Bulletin of Zoology, Supplement No 34:
470-488.
6. Ridwanudin, A., M. Firdaus, I.S. Pratama &S.A.P. Dwiono.
2016. Effect of Various Dietary Seaweeds on the Growth of
Gold-mouth Turban (Turbo chrysostomus L., 1758) at Lombok,
Indonesia. Marine Research in Indonesia, 40(1): 21-26.
UPT LKBL Bitung
1. Dua, J., X. Zheng, T. Peristiwady, J. Liao, P. Ch. Makatipu, X.
Yin, W. Hu, W. Koagouw& B. Chen. 2016. Food Sources and
Trophic Structure of Fishes and Benthic Macroinvertebrates
in a Tropical Seagrass Meadow Revealed by Stable Isotope
Analysis. Marine Biology Research. DOI: http://dx.doi.org/10
.1080/17451000.2016.1183791 2. Kimura, S., T. Peristiwady& R. Fricke. 2016. Taxonomic review
of the genus Leptobrama Steindachner 1878 (Perciformes:
Leptobramidae), with the resurrection of Leptobrama
pectoralis (Ramsay and Ogilby 1887). Ichtyological Research.
DOI: Ichthyol Res DOI 10.1007/s10228-016-0511-1 Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
65
UPT LPKSDMO Pulau Pari
1. Corvianawatie, C., S.Y. Cahyarini & M.R. Putri. 2016.
Reconstruction of Sea Surface Temperature Data based on the
Sr/Ca of Porites Coral in Ambon Bay. Journal of Mathematical
and Fundamental Sciences, 48 (2). DOI: 10.5614/j.math.fund.
sci.2016.48.2.3 2. Miller, M.J., S. Wouthuyzen, H.Y. Sugeha, M. Kuroki, A.
Tawa, S. Watanabe, A. Syahailatua, S.R. Suharti, F.Y. Tantu, T.
Otake, K. Tsukamoto & J. Aoyama. 2016. High Biodiversity of
Leptocephali in Tomini Bay Indonesia in the center of the Coral
Triangle. Regional Studies in Marine Science, 8: 99-113. DOI:
http://dx.doi.org/10.1016/j.rsma.2016.09.006.
Jurnal Nasional
1. Afdal. 2016. CO2 Flux in the Coastal Waters of Lombok, West
Nusa Tenggara. Jurnal Oseanologi dan Limnologi di Indonesia,
1(2): 91-103.
2. Ardiansyah, A. 2016. Ekstraksi dan Formulasi Suspensi Oral
Teripang Holothuria scabra. Jurnal Oseanologi dan Limnologi
di Indonesia, 1(1): 29-37.
3. Cappenberg, H.A.W. 2016. Moluska di Pulau Kabaena,
Muna, dan Buton, Sulawesi Tenggara. Jurnal Oseanologi dan
Limnologi di Indonesia 1(2): 61-72.
4. Dody, S. & D. La Rae. 2016. Laju Pertumbuhan Ikan Kerapu
Bebek Cromileptes altivelis yang Dipelihara dalam Keramba
Jaring Apung. Jurnal Oseanologi dan Limnologi di Indonesia
1(1): 11-17.
5. Edward. 2016. Bioakumulasi Senyawa Pestisida Organchlorin
(POC) dalam Kerang Hijau (Perna viridis) di Teluk Jakarta. Jurnal
Ilmu Kelautan Tropis, 1: 85-97.
6. Kusmanto, E., M.Hasanudin & W.B. Setiawan. 2016.
Amplifikasi PAsang Surut dan Dampaknya terhadap Perairan
Pesisir Probolinggo. Jurnal Oseanologi dan Limnologi di
Indonesia 1(3): 69-80.
7. Kusmato, E &D. Surinati. 2016. Stratifikasi Massa Air di Teluk
Lasolo, Sulawesi Tenggara. Jurnal Oseanologi dan Limnologi
di Indonesia, 1(2): 17-29.
8. Nurhati, I.S. 2016. Spectrophotometry analysis of deepsea sediments along the main pathway of the Indonesian
Throughflow: Spatial view. Marine Research in Indonesia,
41(2):50-57. doi: 10.14203/mri.v41i2.115
9. Oktaviyani, S., M. Boer & Yonvitner. 2016. Aspek Biologi Ikan
Kurisi (Nemipterus japonicus) di Perairan Teluk Banten. Jurnal
BAWAL, 8(1): 21-28.
10. Permadi, S. &S. Juwana. 2016. Penetapan Kebutuhan Harian
Pakan Ikan Rucah untuk Penggemukan Kepiting Bakau Scylla
paramamosain di Keramba Jaring Dasar. Jurnal Oseanologi
dan Limnologi di Indonesia, 1(1): 75-83.
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
66
11. Pramudji & I.W.E. Dharmawan. 2016. Analisis Pertumbuhan
Bibit Bakau Rhizopora stylosa Griff. di Kawasan Rehabilitasi
Mangrove Tanjung Pasir Tanggerang. Jurnal Oseanologi dan
Limnologi di Indonesia 1(3): 91-100.
12. Puspitasari, R. 2016. Evaluasi Penggunaan Ekstrak Lamun
sebagai Bahan Aktif Antifouling terhadap Produsen Perairan.
Jurnal Segara, 12(1): 45-51.
13. Setyastuti, A. 2016. Timun Laut Teluk Ambon, Maluku. Jurnal
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 1(3): 11-22.
14. Setyawan, W.B. & S.D. Nuryana. 2016. Rekaman Posisi Muka
Laut pada Akhir Masa Deglasial di Perairan Kepulauan Matasiri
Laut Jawa. Jurnal Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 1(1):
67-74.
15. Suyarso. 2016. Dinamika dan Evolusi Pantai Probolinggo, Jawa
Timur. Jurnal Oseanologi dan Limnologi di Indonesia, 1(1): 1927.
16. Wirawati, I & P. Purwati. 2016. Filogeni Timun Laut (Holothuridae:
Stichopodidae) berdasarkan Karakteristik morfologis. Jurnal
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia, 1(2): 1-14.
17. Wobowo, K., M. Abrar & R.M. Siringoringo. 2016. Status
Trofik Ikan Karang dan Hubungan Ikan Herbivora dengan
Rekrutmen Karang di Perariran Pulau Pari, Teluk Jakarta. Jurnal
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 1(2): 91-103.
18. Yusron, E. 2016. Struktur Komunitas Ekhinodermata
(Asteroidea, Ophiuroidea, Echinoidea dan Holothuroidea) di
Perairan Taman Nasional Wakatobi Sulawesi Tenggara. Jurnal
Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 8(1): 357-366.
19. Pramudji &I.W.E. Dharmawan. 2016. Analisis Pertumbuhan
Bibit Bakay Rhizophora stylosa Griff. Di Kawasan Rehabilitasi
Mangrove Tanjung Pasir, Tangerang. Jurnal Oseanologi dan
Limnologi di Indonesia 1(3): 91-100.
Balai Pengembangan Bio Industri Laut
1. Hamzah, M.S. 2016. The Effect of Golden-Mouth Turban
(Turbo chysostomus, L.) Stocking Density on Their Survival and
Growth under Air Water Lift System. Jurnal Ilmu dan Teknologi
Kelautan Tropis, 8(1): 289-297.
2. Pratama, I.S., S. Juwana & S. Permadi. 2016. Penetapan Kadar
Kalsium dalam Pakan Formulasi untuk Zoea Awal Kepiting Scylla
paramamosin. Jurnal Oseanologi dan Limnologi di Indonesia
1(3): 81-90.
UPT LKBL Bitung
1. Arfah, H &S.I. Patty. 2016. Kualitas Air dan Komunitas
Makroalga di Perairan Pantai Jikumerasa, Pulau Buru. Jurna
Ilmiah Platax, 4(2).
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
67
2. Arbi, U.Y. 2016. Populasi dan Sebaran Jenis Moluska dilindungi
di Perairan Selat Lembeh, Kota Bitung, Sulawesi Utara. Journal
of Tropical Biodiversity and Biotechnology.
UPT LKBL Biak
1. Andriani, W & L.P. Aji. 2016. Beberapa Aspek Reproduksi
Siput Lambis lambis di Pesisir Perairan Yenusi, Biak. Jurnal
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 1 (3): 1-9.
2. Dharmawan, I.W.E., N.P. Zamani & H. Madduppa.2016. Laju
Dekomposisi Serasah Daun di Ekosistem Bakau Pulau Kelong,
Kabupaten Bintan. Jurnal Oseanologi dan Limnologi di
Indonesia, 1(1): 1-10.
Prodising Internasional
1. Wouthuyzen, S., S.M.C. Herandarudewi & T. Komatsu. 2016.
Stock Assessment Of Brown Seaweeds (Phaeophyceae) Along
The Bitung-Bentena Coast, North Sulawesi Province, Indonesia
For Alginate Product Using Satelitte Remote Sensing. Procedia
Environmental Sciences, 33: 553 – 561.
Prosiding Nasional
1. A. Rasyid&A. Ardiansyah. 2016. Analisa Kadar Nutrisi dan
Komposisi Kimia Senyawa yang terkandung dalam Ekstrak
Teripang Stichopus vastus. Prosiding Pertemuan Ilmiah Nasional
Tahunan XII ISOI 2015.
2. Ahmad, F. 2016. Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di
Teluk Weda, Pulau Halmahera. Prosiding Seminar Nasional
Perikanan Indonesia tahun 2015.
3. Ahmad, F. 2016. Kondisi Komunitas Mangrove di Teluk Ambon,
Maluku. Prosiding Seminar Nasional Perikanan Indonesia tahun
2015.
4. Alkadri, S.I.T., D.E. Prasetiyo, N. Sulistyowati, A. Saputra, S.
Wardono &W. Kiswara. Sebaran duyung (Dugong dugon
Muller) di Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan
Tengah. Prosiding Forum Nasional Pemulihan dan Konservasi
Sumberdaya Ikan Ke-5.
5. Ardiansyah, A&A. Rasyid. 2016. Evaluasi Kandungan Nutrisi
dan Logam Berat Teripang Segar Stichopus vastus. Prosiding
Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan XII ISOI 2015: 168-171.
6. Corvianawatie, C. 2016. Tidal Data Analysis and Prediction in
Pari Island, Jakarta. Prosising Seminar Nasional Perikanan dan
Kelautan VI Tahun 2016: 380-384.
7. Doddy, S. 2016. Pemijahan Alami Siput Gonggong (Strombus
turturella). Prosiding Seminar Nasional Perikanan Indonesia
Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan Tahun 2015, Jilid 2:
132-136.
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
68
8. Doddy, S. Laju Pertumbuhan Kerang Mutiara (Pinctada maxima)
yang dipelihara pada Rakit Apung di Perairan Teluk Bayat,
Kepulauan Anambas. Prosiding Seminar Nasional Perikanan
Indonesia Tahun 2015, jilid 2: 125-131.
9. Fahmi. 2016. Potensi Hiu dan Pari sebagai Komoditi Ikan Hias
dan Aspek Konservasinya. Prosiding Simposium Nasional Ikan
Hias, Balitbang Budidaya Ikan Hias, Kementrian Kelautan dan
Perikanan.
10.Marasabessy, M.D. 2016. Budidaya fitoplankton Chaetoceros
gracilis di Laboratorium. Prosiding Sekolah Tinggi Perikanan,
Volume I: 101-109.
11.Marasabessy, M.D. 2016. Penambahan Logam Seng (Zn)
terhadap Pertumbuhan Fitoplankton jenis Nanochloropsis sp
1. Prosiding Sekolah Tinggi Perikanan, Volume III: 163-168.
12.Marasabessy, M.D. 2016. Pertumbuhan Pyhtoplankton Jenis
Pavlova sp. yang diberi Penambahan Logam Seng (Zn) untuk
Kepentingan Manajemen Pakan. Prosiding Sekolah Tinggi
Perikanan, Volume III: 169-173.
13.Pratiwi, R&. E. Widyastuti. Komunitas Krustasea di Perairan
Selatan Jawa. Prosiding Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan
XII ISOI 2015.
14.Rasyid, A. 2016. Analisa Kadar Logam Berat dan Total Basa
Menguap Teripang Holothuria sp. Holothuria atra, Holothuria
leucospilota dan Holothuria miliaris. Prosiding Seminar nasional
Perikanan Indonesia Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan
Tahun 2015.
15.Rugebregt, M.J. 2016. Kualitas Air untuk Pembesaran Lola
(Trochus niloticus) dalam Kurungan Jaring di Perairan Ohoi
Ngilngof, Kabupaten Maluku Tenggara. Prosiding Seminar
Nasional Perikanan Indonesia: 364-369.
16.Supriyadi, I.H., R. Rositasari, Nurhayati, W. Kiswara, M.
Muchtar. T. Sidabutar, S. Tarigan & M.Y. Iswari. 2016. Kajian
Dampak Gejala Perubahan iklim: Studi Kasus Pesisir Pulau
Bintan Timur-Kepulauan Riau. Prosiding Pertemuan Ilmiah
Nasional Tahunan XII ISOI 2015.
17.Triandiza, T., R.N. Pesilette, D.Y. Walewowan & A. Ainarwowan.
2016. Biodiversitas Ikan Padang Lamun di Perairan Pulau Kur.
Prosiding Seminar Nasional Perikanan Indonesia Tahun 2015.
18.Wahyudi, A.J &U.E. Hernawan. 2016. New Integrative
Research Group: a Proposal for the 110 years old Marine
Research Center in Indonesia. Prosiding Pertemuan Ilmiah
Nasional Tahunan XII ISOI 2015.
19.Wibowo, J.T &T. Murniasih. 2016. Potensi Bakteri Penghasil
Antibiotik dari Sedimen di Selat Makassar. Prosiding Pertemuan
Ilmiah Nasional Tahunan XII ISOI 2015: 182-192.
Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
69
20.Yusron, E&Jasmadi. 2016. Usaha Pembesaran Teripang Pasir
(Holothuria scabra), secara alami di Perairan Tual, Maluku
Tenggara. Prosiding Peningkatan Pemanfaatan Teknologi Tepat
Guna untuk Mendukung Penguatan Inovasi Dartah, KSNTTG III
Tahun 2016.
Buku Internasional
1. Pangestuti, R. 2016. Pharmaceutical Importance of Marine
Algal-Derived Carbohydrates. Marine Glycobiology: Priciples
and Appllications: 227-233.
Buku Lokal
1. Rahmawati, S., A. Irawan, I.H. Supriyadi &M.H. Azkab. 2016.
Panduan Monitoring Padang Lamun. Jakarta: Coremap CTI
LIPI.
2. Wahyudi, A.J., M. Reza Cordova, Oksto R. Sianturi, Hanny
Meirinawati, Nur F. Afianti, Ismiliana Wirawati (Eds: Intan Suci
Nurhati). 2016. Ekspedisi Widya Nusantara 2015: Kontribusi
Indonesia untuk Ekspedisi Internasional Samudra Hindia.
Jakarta: Pusat Penelitian Oseanografi LIPI. 39 pp.
3. Rositasari, R.,R. Puspitasari, T. Purbonegoro, Lestari, F.
Budiyanto, D. Surinati, E. Kusmato, H.B. Prayitno, S. Lastrini,
Y. Witasari, D.R. Noerdjito, Sutomo &A. Kadi. 2016. Kualitas
Lingkungan untuk Menunjang Budidaya di Perairan Lombok
Barat. Jakarta: LIPI Press. 201 pp.
Majalah Semi Populer
1. Pratiwi, R. 2016. Mengenal Kepiting Huenia spp. (Crustacea:
Decapoda: Majidae). Oseana, XVI (1): 9-17.
2. Prayitno, H.B. 2016. Pore Water Sampling: An Introduction To
The Four Common Techniques. Oseana XLI (2).
3. Purbonegoro, T. 2016. Penggunaan Toksikan Rujukan
(Reference Toxicants) Dalam Uji Toksisitas Perairan. Oseana XLI
(2).
4. Sari, N.W.P. 2016. Coral Reef: Penyerap atau Penghasil
Karbon?. Oseana XLI (2).
5. Setyastuti, A. 2016. Archaster typicus (Asteroidea,
Echinodermata): Sistematika, Pergeseran Habitat, perilaku
Membenamkan Diri dan Perkawinan. Oseana XLI (2).
6. Surinati, D. 2016. Pemanfaatan Sistem Bouy untuk Keluatan.
Oseana, XLI (1): 39-49.
Poster
1. Nurhati, I.S., J.M. Lee, E.A. Boyle, J.J.I. Tanzil & R. Shah. Coral
records of sedimentation and its impacts to coral reefs in the
eastern Malacca Strait. International Coral Reefs Symposium Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
70
2. Peristiwady, T., S. Kimura, K. Matsuura, H. Motomura, W.
Koagouw, P. C. Makatipu, W. N. Satrioajie & K. Wibowo.
2016. New records of anthiine fishes (Teleostei, Perciformes,
Serranidae) from North Sulawesi, Indonesia. Asian CORECOMSEA. Seminar on Coastal Ecosystems in Southeast
Asia. Atmosphere and Ocean Research Institute University of
Tokyo.
Orasi Ilmiah
1. LaVigne, M., K.M. Cobb, K. DeLong, M. Freiberger, A.G.
Grotolli, T.M. Hill, H. Miller, I.S. Nurhati, J. Richey, G.S. Marks &
R.M. Sherrell. 2016. Using Coral Ba/Ca Records to Investigate
Seasonal to Decadal Scale Biogeochemical Cycling in the
Surface and Intermediate Ocean. AGU Fall Meeting 2016 Laporan Tahunan 2016
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Download