faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan air

advertisement
Burhanudin AY
ISSN : 1693 - 0827
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN AIR
BERSIH DARI MASYARAKAT TERHADAP PERUSAHAAN
DAERAH AIR MINUM KABUPATEN KARANGANYAR
Burhanudin AY
(Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Batik Surakarta)
Abstrak
Air sangat berperan dalam upaya peningkatan kesejahteraan
masyarakat, konsekuensi meningkatnya kebutuhan air bersih ini berarti
bahwa permintaan agregat (Agregat Demand) pasti akan naik, sementara
penawaran agregat (Agregat Suplay) relatif konstan bahkan dapat
dikatakaa menurun jika faktor pencemaran turut diperhitungkan. Indonesia
sekarang ini sedang mengalami proses penggunaan air yang berlangsung
dengan laju kecepatan yang lebih besar dari proses penyimpanan air.
Pemanfaatan air dilakukan oleh berbagai sektor ekonomi, antara lam nmuh
tangga, industri, dan infrastruktur. Permasalahannya bagaimana cara
pendistribusian air dan persediaan yang ada ke berbagai sektor tersebut
dapat memperoleh manfaat social optimal, serta tidak digunakan secara
berlebihan. Pada kenyataannya, kuantitas air tidak mungkin dapat
ditingkatkan, sedangkan tingkat penyebarannya dalam waktu dan ruang
tidak merata sesuai dengan kebutuhan sebenarnya. Standar kebutuhan air
bersih untuk rumah tangga di daerah perkotaan didasarkan standar untuk
kebutuhan daerah yang belum relevan dengan penyesuaian terhadap
kondisi kota yang bersangkutan. Prosentase pemberian air besih dilihat
dari pendapatan perkapita, tingkat sanitasi suatu kota dan prosentase
kenaikan penduduk.
Kata kunci: Anggota Keluarga, Luas Bangunan, Kepemilikan sumur,
Jumlah permintaan
A. Latar Belakang Masalah
Air adalah sumber daya
alam yang sangat diperlukan
dalam kehidupan dan merupakan
unsur utama dalam setiap sistem
ling-kungan hidup, baik bagi
manusia, tanaman, hewan dan
juga bagi pertanian, industri dan
bagi kese-imbangan. Air angat
berperan
dalam
upaya
peningkatan
kesejah-teraan
masyarakat,
sebagai
mana
ditetapkan dalam pasal 33 ayat 3
UUD 1945 yang berbunyi: "Bumi
dan air kekayaan alam yang
terkandung didalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan
untuk
sebesar-besarnya
kemakmur-an rakyat"
Konsekuensi meningkatnya
kebutuhan air bersih ini berarti
bahwa permintaan agregat (Agregat Demand) pasti akan naik,
sementara penawaran agregat
Paradigma, Vol 05, No 02, Semester Genap 2008
77
Burhanudin AY
(Agregat Suplay) relatif konstan
bahkan dapat dikatakaa menurun
jika faktor pencemaran turut
diperhitungkan.
Indonesia
sekarang ini sedang mengalami
proses penggunaan air yang
berlangsung
dengan
laju
kecepatan yang lebih besar dari
proses penyimpanan air.
Tingkat kebutuhan akan air
bersih terutama di kota-kota besar
terus meningkat. Adanya peningkatan ini dapat diketahui dari
analisis statistik air minum yang
dikeluarkan oleh Biro Pusat
Statistik 2005 yang menunjukkan
bahwa dari tahun ke tahun
kuantitas persediaan air bersih
terus meningkat, tetapi masih
belum dapat memenuhi kebutuhan
penduduk di kota besar, yang
dibebabkan oleh adanya laju
orbanisasi dan aktivitas ekonoini
yang tinggi.
Pemanfaatan air dilakukan
oleh berbagai sektor ekonomi,
antara lam nmuh tangga, industri,
dan
infrastruktur.
Permasalahannya bagaimana cara
pendistribusian air dan persediaan
yang ada ke berbagai sektor
tersebut
dapat
memperoleh
manfaat sosial opti-mal, serta
tidak
digunakan
secara
berlebihan. Pada kenyata-annya,
kuantitas air tidak mungkin dapat
ditingkatkan, sedangkan tingkat
penyebarannya dalam waktu dan
ruang tidak merata sesuai dengan
kebutuhan sebenar-nya. Standar
kebutuhan air bersih untuk rumah
tangga di daerah perkotaan
didasar-kan
standar
untuk
kebutuhan daerah yang belum
ISSN : 1693 - 0827
relevan
dengan
penyesuaian
terhadap kondisi kota yang
bersangkutan.
Prosentase
pemberian air besih dilihat dari
pendapatan perkapita, tingkat
sani-tasi suatu kota dan prosentase
kenaikan penduduk.
Di indonesia, pennasalahan
mengenai pendistribusian air,
pemanfaatannya dikelola oleh
negara, yaitu Perusahaan Daerah
Air Minum (PDAM) tersebut
diberi wewenang oleh negara
untuk mengelola sumber daya air
yang pemanfaatannya ditunjukkan
untuk dikonsumsi masyarakat
secara merata, dan diharapkan
Perusahaan Daerah Air Minum
tersebut
mampu
menjaga
kapasitas air yang tersedia dalam
upaya
uatuk
memenuhi
permmtaan akan air besih.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
masalah di atas dapat dirumuskan
permasalahan dalam penelitian ini
yaitu :
1. Bagaimana pengaruh jumlah
anggota
keluarga,
luas
bangun-an dan kepemilikan
sumur
terhadap
jumlah
permintaan
air
bersih
Perusahaan
Daerah
Air
Minum Kabupaten Karang
anyar ?
2. Faktor apa yang berpengaruh
paling dominan terhadap jumlah permintaan air bersih
Perusahaan
Daerah
Air
Minum
Kabupaten
Karanganyar ?
Paradigma, Vol 05, No 02, Semester Genap 2008
78
Burhanudin AY
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penulis mengadakan
penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh
antara
jumlah
anggota
keluarga, luas bangunan dan
kepemilikan sumur terhadap
jumlah permin-taan air bersih
Perusahaan
Daerah
Air
Minum
Kabupaten
Karanganyar.
2. Untuk mengetahui faktor yang
berpengaruh paling dominan
terhadap jumlah permintaan
air bersih Perusahaan Daerah
Air Minum Kabupaten Karang
anyar.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan
dari penelitian ini mencakup
aspek teoritis dan praktis sebagai
berikut :
1. Manfaat Teoritis
Untuk
menambah
dan
memperluas
cakrawala
pengetahuan tentang dampak
jumlah anggota keluarga, luas
bangunan, kepemilikan sumur dan
jumlah permintaan air bersih bagi
jumlah permintaan air.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Organisasi
Sebagai masukan yang dapat
menjadi bahan pertimbangan
dalam meningkatkan kualitas
pelayanan kepada masyarakat.
b. Bagi pegawai
Diharapkan dapat membantu
dalam upaya peningkatan
pela-yanan kepada masyarakat
dengan menggunakan peralatan-peralatan yang disediakan
ISSN : 1693 - 0827
perusahaan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yang
diserahkan perusahaan.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini yang
menjadi obyek penelitian adalah
jumlah anggota keluarga, luas
bangunan dan kepemilikan sumur.
Dimana didalamnya memuat tentang
keadaan dan kondisi keseluruhan
yang berkenaan dengan jumlah
anggota keluarga, luas bangunan dan
kepe-milikan sumur. Ditinjau dari
jenisnya,
penelitian
termasuk
penelitian eksplanatory (penjelasan).
Penelitian
eksplanatory
yaitu
penelitian yang menyoroti hubungan
antara variabel-variabel penelitian
dengan
hipotesa
yang
telah
dirumuskan
sebelumnya.
Oleh
karena itu dinamakan penelitian
penguji hipotesis atau testing
research (Masri Singarimbun dan
Sofyan Effendi, 1999). Dalam
penelitian ini yang disoroti adalah
pengaruh jumlah anggota keluarga,
luas bangunan dan kepemilikan
sumur terhadap jumlah permintaan
air bersih.
G. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di
Perusahaan Daerah Air Minum
Kabu-paten Karanganyar dengan
kantor pusat beralamat Kompleks
Perkantor-an
Cangakan
Karanganyar.
H. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi
adalah
keseluruhan subyek penelitian
atau individu untuk siapa
kenyataan-kenyataan
yang
diperoleh
hendak
digeneralisasikan (Sutrisno Hadi, 1999:
257). Populasi dalam penelitian
Paradigma, Vol 05, No 02, Semester Genap 2008
79
Burhanudin AY
ini adalah semua pelanggan di
Perusahaan Daerah Air Minum
Kabupaten
Karanganyar
sebanyak 18.632 orang.
2. Sampel
Pengertian sampel adalah
sebagian individu yang diselidiki
(Suharsimi, 1993). Berdasarkan
pengertian tersebut maka sebagai
sampel dalam penelitian ini
diambil sebanyak 50 orang.
Teknik pengambilan sampel atau
sampling dalam penelitian ini
dilakukan secara quota random
sampling karena dari anggota
populasi diambil sampel secara
acak berdasarkan jumlah sampel
yang
ditentukan
penulis
sebanyak 50 orang.
I. Tinjauan Teori
Faktor utama sebagai penentu dari
permintaan adalah harga produk,
harga produk lain, penghasilan
pembeli dan selera pembeli (Basu
Swastha dan Irawan, 2002) dengan
penjelasan sebagai berikut :
1. Harga Produk
Kurve permintaan yang konvensional memperlihatkan adanya hubungan antara jumlah yang diminta
dengan harga dari produk tersebut.
Harga ini merupakan harga pasar
sesungguhnya, bukanlah harga
dalam daftar.
Harga adalah jumlah uang
yang harus konsumen bayarkan
untuk
mendapatkan
produk
tersebut (Kotler, 1985). Dari sudut
pandang
pemasaran,
harga
merupakan satuan moneter atau
ukuran lainnya (termasuk barang
dan jasa lainnya) yang ditukarkan
agar memperoleh hak kepemilikan
atau penggunaan suatu barang atau
jasa. Sementara itu dari sudut
pandang
konsumen,
harga
seringkali
digunakan
sebagai
ISSN : 1693 - 0827
indikator nilai bilamana harga
tersebut dihubungkan dengan
manfaat yang dirasakan atas suatu
barang atau jasa.
Harga yang ditawarkan
akan
sangat
dipertimbangkan
konsumen
sebelum
mereka
memutuskan
untuk
membeli,
konsumen akan memban-dingkan
dan memilih tempat mana yang
dapat memberikan harga yang
lebih murah dengan kualitas
barang yang sama. Disamping itu
harga merupakan unsur bauran
pemasaran yang bersifat fleksibel,
artinya dapat diubah dengan cepat.
Harga memiliki dua peran utama
dalam
proses
pengambilan
keputusan bagi para pembeli yaitu:
a. Peranan alokasi, yaitu fungsi
harga dalam membantu para
pembeli untuk memutuskan
cara memperoleh manfaat dari
utilitas tertinggi yang diharapkan berdasarkan kekuatan
membelinya.
b. Peranan informasi, yaitu fungsi
harga
dalam
“mendidik”
konsu-men mengenai faktorfaktor produk, seperti kualitas.
Persepsi yang sering berlaku
adalah bahwa harga yang
mahal mencerminkan kualitas
yang tinggi (Fandy Tjiptono,
1995).
Strategi penentuan harga
(pricing) sangat signifikan dalam
memberikan value kepada konsumen dan mempengaruhi image
produk, serta keputusan konsumen
untuk membeli. Hal ini terpenting
dalam keputusann pricing adalah
harus konsisten dengan strategi
pemasaran secara keseluruhan.
Bagi sebuah perusahaan, strategi
harga yang diterapkan harus benarbenar baik, harga jual barang yang
80
Paradigma, Vol 05, No 02, Semester Genap 2008
Burhanudin AY
lebih murah akan lebih disukai
konsumen.
Dalam menentukan harga
dapat dilakukan dengan berbagai
cara diantaranya adalah penetapan
harga dalam hubungan dengan
pasar, sebagai berikut :
a. Penetapan harga sama dengan
harga asing.
Cara ini merupakan cara yang
paling baik dan paling aman,
karena tidak menimbulkan
reaksi pihak lain untuk ikut
menaikkan atau menurunkan
harga, sehingga kemungkinan
perang harga tidak terjadi.
b. Menetapkan harga jual di atas
harga saingan.
Cara ini dapat dilakukan
apabila kualitas barang yang
dihasilkan lebih baik, biasanya
dilakukan oleh perusahaan
yang
sedang
mempunyai
reputasi menghasil-kan barangbarang yang pres-tise.
c. Penetapan harga jual di bawah
harga saingan.
Cara ini dilakukan bilamana
kemungkinan
timbulnya
perang harga tidak ada dan
perusahaan mampu menekan
harga pokok.
2. Harga Produk Lain
Permintaan untuk suatu produk
tertentu dipengaruhi oleh harga
dari produk lain yang dapat dibeli
oleh konsumen. Untuk mengurangi
sensitivitas
pembeli
terhadap
perubahan harga, perusahaan dapat
melakukan kegiatan promosi.
a. Jika kenaikan harga dari suatu
produk
mengakibatkan
kenaikan permintaan untuk
produk lain, maka kedua
produk tersebut dapat saling
menggantikan (substitusi);
ISSN : 1693 - 0827
b. Jika kenaikan harga dari suatu
produk
mengakibatkan
turunnya permintaan untuk
produk yang lain, maka
produk-produk terse-but adalah
saling
melengkapi
(komplementary);
c. Jika permintaan untuk suatu
produk diturunkan dari permintaan produk lain, maka kedua
produk tersebut adalah saling
melengkapi.
3. Penghasilan Pembeli
Permintaan untuk suatu produk
dapat dipengaruhi oleh penghasilan konsumen. Jika penghasilan
konsumen meningkat maka permintaan produknya juga meningkat. Pengertian penghasilan atau
pendapatan dalam Kamus Umum
Bahasa Indonesia adalah hasil
berupa uang atau material lain
yang dicapai dari penggunaan
kekayaan atau jasa manusia.
4. Selera Pembeli
Selera atau kesukaan pembeli
juga
dapat
mempengaruhi
permintaan.
Selera
ini
merupakan suatu konsep yang
meliputi beberapa faktor penentu
seperti:
faktor-faktor
sosio
ekonomi,
faktor-faktor
non
demografi, faktor keuangan,
pengharapan dan sebagainya.
Selera ini cenderung untuk stabil
dalam jangka pendek, tetapi akan
berubah dalam jangka waktu
lama.
Inti daripada teori permintaan dan
penawaran adalah terjadinya harga
keseimbangan
sebagai
akibat
daripada permainan bersama gayagaya permintaan dan penawaran itu.
Dalam grafik yang sangat sederhana
dapat digambarkan terjadinya harga
keseimbangan
sebagai
akibat
Paradigma, Vol 05, No 02, Semester Genap 2008
81
Burhanudin AY
perpotongan kurva permintaan dan
penawaran
ISSN : 1693 - 0827
menipis dan harga akan naik lagi.
Oleh karena itu dikenal adanya
prinsip elastisitas sebagai berikut :
1. Elastisitas Harga
Untuk
mengukur
besar
kecilnya perubahan jumlah barang
yang diminta konsumen sebagai
akibat perubahan harga, dipakai
konsep elastisitas. Suatu konsep yang
sangat berguna dan banyak sekali
dipakai dalam ilmu ekonomi. Konsep
ini menyatakan perbandingan antara
persentase perubahan jumlah barang
yang diminta dengan persentase
perubahan harga.
Apabila harga berada di atas
harga keseimbangan maka jumlah
barang yang ditawarkan lebih besar
daripada jumlah barang yang
diminta, barang-barang tidak laku
dan menumpuk sehingga terpaksa
harga diturunkan oleh penjual.
Sebaliknya kalau harga pada suatu
ketika berada di bawah harga
keseimbangan maka jumlah barang
yang diminta melebihi jumlah yang
ditawarkan sehingga pembeli saling
berebut, persediaan barang segera
%perubahan jumlah barang yang diminta
e
%perubahan harga
Karena elastisitas ini merupakan
rasio dari dua ukuran maka dengan
persentase perubahan harga tertentu
elastisitas akan besar atau kecil
tergantung pada besar kecilnya
persentase perubahan jumlah barang
yang diminta. Makin besar e berarti
permintaan makin elastis dan
sebalinya tidak atau kurang elastis
bila e kecil. Biasanya orang
mengatakan permintaan elastis bila e
lebih besar dari satu dan tidak elastis
bila kurang dari satu. Namun begitu
harus selalu diingat bahwa konsep ini
selalu dipakai dalam pengertian
relatif.
Dalam menuliskan angka
elastisitas ini sering dilihat tanda
negative
di
mukanya.
Ini
menunjukkan bahwa harga naik
diikuti oleh penurunan jumlah yang
diminta dan sebaliknya harga turun
dengan kenaikan jumlah yang
diminta.
Pengukuran
angka
elastisitas dalam praktek dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu :
a. Elastisitas para satu titik di dalam
kurva
permintaan
(point
elasticity)
b. Elastisitas di antara dua titik pada
kurva (arc elasticity) (Mubyarto,
1998: 121).
Elastisitas harga atas permintaan
pada titik A atau dapat dituliskan
sebagai :
dQ P
e
x
dP Q
Dimana Q adalah jumlah barang
yang diminta dan P adalah harga.
Kadang-kadang orang ingin lebih
sempurna untuk menulisken sebagai
diferensiasi persiil.
DQ P
e
x
DP Q
Karena perubahan jumlah dan harga
dihitung dengan anggapan variabelvariabel lain-klainnya tetap.
Dalam praktek orang banyak
menghitung ini dengan cara kedua
yaitu elastisitas busur seperti dalam
gambar elastisitas di antara dua titik
B dan C, elastisitas yang dihitung
merupakan angka rata-rata dari
elastisitas titik sepanjang kurva di
antara dua titik tersebut. Dalam cara
perhitungan ini akan terdapat
Paradigma, Vol 05, No 02, Semester Genap 2008
82
Burhanudin AY
perbedaan hasil apakah perubahan
harga itu diangga sebagai kenaikan
atau penurunan harga. Untuk
mengatasi persoalan ini Allen
mengajukan rumus :
Q P1  P2
e
x
P Q1  Q2
Di mana
Q = perubahan jumlah yang
diminta
P = perubahan harga
P1 = harga yang pertama
P2 = harga yang kedua
Q1 = jumlah yang pertama
Q2 = jumlah yang kedua
Karena
angka
elastisitas
ini
menunjukkan rata-rata dari dua
angka maka berarti elastisitasnya
akan sama apakah harganya naik
atau turun
Angka elastisitas 1 atau unitary
elasticity mempunyai arti ekonomi
penting yaitu setiap perubahan harga
membawa perubahan proporsionil
dalam jumlah yang diminta. Kalau
ditinjau dari sudut penjual maka
kurva
permintaan
seperti
ini
memberikan
penerimaan
yang
konstan apakah harganya tinggi atau
rendah.
es 
ISSN : 1693 - 0827
Angka elastisitas nol atau tak
terhingga maka kurva permintaannya
merupakan garis vertical yang berarti
bahwa berapapun harga barang,
jumlah yang diminta tidak akan
terpengaruh.
Sebaliknya
pada
elastisitas tak terhingga, perubahan
harga barang hanya mempunyai dua
akibat yaitu jumlah yang diminta tak
terhingga atau sama dengan nol dan
kurvanya berbentuk garis horizontal.
2. Elastisitas Silang atas Permintaan
Dalam kehidupan nyata suatu barang
konsumsi biasanya tidak berdiri
sendiri tetapi mempunyai huungan
yang erat dengan barang yang lain
dalam fungsinya untuk memenuhi
kebutuhan manusia. Karena sifatnya
yang ini maka harga-harganya
masing-masing juga berhubungan
erat. Dalam keadaan yang demikian
maka perubahan harga barang yang
satu tidak saja mempengaruhi jumlah
yang diminta atas barang itu, tetapi
juga mempengaruhi jumlah yang
diminta atas barang lainnya. Dalam
hal ini berarti terjadi elastisitas silang
(cross elasticity) yang diberi definisi
sebagai:
Persentase perubahan jumlah yang diminta atas barang X
e
Persentase perubahan harga barang Y
Dengan pengertian bahwa perubahan
jumlah barang X yang diminta
tersebut
adalah
semata-mata
diakibatkan oleh perubahan harga
barang Y. Dalam arti ekonomi maka
selain
besar
kecilnya
angka
elastisityas silang yang lebih penting
adalah tandanya. Tanda yang positif
berarti barang X dan Y adalah
merupakan
barang
pengganti
sedangkan bila tandanya negative
maka barang X dan Y adalah
:
komplementer (saling melengkapi).
Makin besar angka elastisitas makin
dekat hubungan antara kedua barang
yang bersangkutan.
3. Elastisitas Pendapatan atas Permintaan
Dalam elastisitas pendapatan ini
perubahan jumlah yang diminta
disebabkan oleh perubahan pendapatan dari konsumen. Definisinya
dapat diberikan sebagai berikut
Paradigma, Vol 05, No 02, Semester Genap 2008
83
Burhanudin AY
e
ISSN : 1693 - 0827
Persentase perubahan jumlah barang yang diminta
Persentase perubahan pendapatan
Dengan pengertian bahwa pandapatan adalah merupakan satu-satunya
faktor pengubah dan faktor-faktor
lainnya terutama harga barang yang
bersangkutan adalah tetap tidak
mengalami perubahan. Pada elastisitas pendapatan atas permintaan
tandannya hamper selalu positif.
Konsumen yang menjadi lebih kaya
karena naik pendapatannya, maka
daya belinya naik dan ia akan
membeli barang-barang konsumsi
lebih banyak. Untuk barang-barang
yang elastis maka angka elastisitasnya lebih dari satu sedangkan
yang tidak elastis lebih kecil dari
satu.
Konsep elastisitas pendapatan atas
permintaan penting sekali dalam
ilmu ekonomi karena mampu
menerangkan perbedaan perilaku
ekonomi dari berbagai golongan
pendapatan
masyarakat
dalam
pembelian barang-barang.
4. Elastisitas Harga dan Fleksibilitas Harga
Dalam menghitung elastisitas harga
maka harga dianggap sebagai faktor
penyebab perubahan dan jumlah
barang yang diminta berubah naik
atau turun karena perubahan harga.
Baik bagi seorang pengusaha maupun bagi Negara maka kebijaksanaan
harga yang tepat harus didasarkan
atas pengetahuan yang mendalam
tentang elastisitas harga (di samping
elastisitas pendapatan). Penetapan
tingkat
harga
tertentu
akan
menentukan jumlah barang yang
dapat diserap atau akan ditampung
oleh pasar. Namun disamping
penggunaan pengetahuan elastisitas
harga untuk kebijaksanaan maka
pemerintah dapat pula menerapkan
teori ini dari segi lain yaitu melihat
pengaruh perubahan jumlah barang
yang ditawarkan di pasar dengan
harga yang terjadi. Inilah yang
disebut fleksibilitas harga dimana
harga menjadi variabel yang tidak
bebas yang tergantung pad ajumlah
barang sebagai variabel bebas.
I. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Keberadaan PDAM Kabupaten
Karanganyar
Perusahaan
Daerah
Air
Minum Tirta Dharma di wilayah
Karanganyar berasal dari dua unit
pengelolaan air bersih yaitu unit
Perumnas Palur dan unit kota
Karanganyar. Kedua unit pengelolaan air bersih itu pada akhirnya
bergabung menjadi satu sejak 1
Januari 1986 sehingga apabila
sebelumnya unit pengelolaan air
bersih Karanganyar yang semula
merupakan salah satu kegiatan dan
bagian dari perusahaan daerah
melebur diri masuk ke dalam PDAM
Kabupaten Daerah Tingkat II
Karanganyar. Tidak seperti PDAM
lainnya, PDAM Karanganyar berdiri
tanpa melalui Badan Pengelolaan Air
Minum atau Dinas Air Minum.
Dasar hukum pengelolaan Perusahaan Daerah Air Minum tercantum
dalam Peraturan Daerah Tingkat II
Karanganyar Nomor 5 Tahun 1983
tanggal 23 Februari 1983 tentang
pendirian Perusahaan Daerah Air
Minum Kabupaten Daerah Tingkat II
Karanganyar.
Pendirian Perusahaan Daerah
Air Minum Karanganyar menggunakan bantuan modal yang berasal
paket air bersih bantuan Asian
Development Bank dan Dirjen Cipta
Karya dalam bentuk Grant. Dalam
Paradigma, Vol 05, No 02, Semester Genap 2008
84
Burhanudin AY
pengelolaan sampai sekaang terus
ditingkatkan agar lebih profesional
lagi dengan jalan mengikutsertakan
mengirim karyawan PDAM untuk
ikut serta dalam training dan
pelatihan baik yang diselenggarakan
oleh pemerintah atau organisasi
profesi maupun lembaga-lembaga
yang lain. Perusahaan Daerah Air
Minum Karanganyar berada pada
Tipe A dengan pembagian PDAM
dalam tiga golongan berdasarkan
dari jumlah pelanggannya yaitu :
a. Tipe A adalah PDAM yang
memiliki pelanggan sampai
dengan 50.000.
b. Tipe B adalah PDAM yang
memiliki pelanggan 50.001 100.000.
c. Tipe C adalah PDAM yang
memiliki
pelanggan
yang
berjumlah diatas 100.000.
Perusahaan
Daerah
Air
Minum Karanganyar memiliki tugas
pokok yaitu mengusahakan pengadaan atau penyediaan air bersih dan
sehat untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat serta menyelenggarakan
pengolahan air minum untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang mencakup aspek sosial,
kesehatan dan pelayanan umum.
Selain mempunyai tugas pokok
tersebut maka perusahaan juga
berfungsi dalam:
a. Pengusahaan pengadaan atau
penyediaan air bersih dan
sehat.
b. Penyelenggaraan pengolahan
air minum yang bersih dan
sehat.
c. Pelayanan umum di bidang air
bersih.
2. Lokasi Perusahaan
Perusahaan
Daerah
Air
Minum Tirta Dharma Karanganyar
ISSN : 1693 - 0827
berada di kota Karanganyar terletak
tepat di kawasan perkantoran
Cangakan, Karanganyar.
3. Proses Produksi
Proses produksi air bersih
atau air minum di perusahaan tidak
melalui berbagai tingkatan atau
penggunaan mesin yang bertahap.
Pengolahan air dilakukan dengan
menambahkan bahan-bahan kimia
yang dilakukan di tiap penampungan
sumber air. Hal ini dikarenakan
kualitas air di wilayah Karanganyar
setelah diteliti melalui pemeriksaan
laboratorium masih relatif baik
sehingga tidak diperlukan penambahan bahan yang terlalu banyak.
Berawal dari sumber air baku,
baik yang diperoleh dari sumber
mata air dan sumur artesis, kemudian
dimasukkan dalam penampungan air
dimana
terdapat
bahan
yang
dirtambahkan pada bahan baku air
diantaranya yaitu kaporit, perusi dan
gas chlor sebagai disinfektan air.
Sebelum masuk ke tempat penampungan atau reservoir air maka
terlebih dahulu air diturunkan
tekanan airnya, melalui bagian BPT
(Bak Pelepas Tekanan) karena air
yang diambil dari sumber mata air
sehingga ketika dialirkan masih
terpengaruh gravitasi tekanan airnya
masih tinggi. Setelah proses tersebut
air bersih telah siap untuk dialirkan
kepada
masyarakat
konsumen.
Sumber mata air baku yang
digunakan oleh PDAM Karanganyar
berasal dari beberapa tempat. Secara
lengkap sumber air PDAM dan
kapasitas produksi dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :
Paradigma, Vol 05, No 02, Semester Genap 2008
85
Burhanudin AY
ISSN : 1693 - 0827
TABEL 1
SUMBER AIR BAKU PDAM KARANGANYAR
NO
SUMBER
JENIS
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Semiri, Karang
Semenjing
Sijarak
Sikempong
Semprong
Gempolan
Kerjo
Sumber Gedhe
Gumeng, Jenawi
Telogo Mulyo, Jatiyoso
Kedung Gupi, Jatiyoso
Kambangan, Jatiyoso
Colomadu
Colomadu
Perumnas Palur
Mata air
Mata air
Mata air
Mata air
Mata air
Mata air
Sumur Artesis
Mata air
Mata air
Mata air
Mata air
Mata air
Sumur Artesis
Sumur Artesis
Sumur Artesis
Kapasitas Terpasang Kapasitas Produksi
(liter/detik)
(Liter/Detik)
100
50
50
100
40
2,5
5
70
13
15
5
3
10
10
40
50
30
50
30
10
2.5
5
40
5
10
4
2
10
10
40
Sumber data : PDAM Karanganyar
4. Aspek Pemasaran
Dari segi pemasaran Perusahaan Daerah Air Minum Karang
anyar memiliki jasa utamanya yaitu
dengan menyediakan air kepada
masyarakat yang menjadi pelanggannya. Air yang didistribusikan
tersebut masih berupa air bersih dan
bukan air minum sebab air bersih
mensyaratkan air tersebut tidak
berwarna, tidak berasa dan tidak
berbau sedangkan air minum
mensyaratkan air yang disediakan
bebas dari bakteri coli. Selain dari
penyediaan
air
bersih
untuk
pelanggan PDAM juga memiliki
pendapatan dari jasa lain seperti jasa
penyambungan pipa air dan juga jasa
pemeriksaan air.
Untuk daerah distribusinya,
perusahaan melayani daerah Karang
anyar secara keseluruhan meliputi
wilayah Perumnas Palur, Karang
anyar kota, Jaten, Bejen dan sebagian
wilayah kabupaten Karanganyar.
Sebagai perusahaan yang bergerak
dalam bidang jasa penyediaan air
bersih, perusahaan ini sangat
diharapkan dapat memenuhi semua
permintaan masyarakat.
Deskripsi Responden
Deskripsi responden dimaksudkan untuk memberikan gambaran
tentang latar belakang dan karakteristik responden yang merupakan
pelanggan PDAM karanganyar.
Responden dalam penelitian ini
berjumlah 50 orang dari berbagai
latar belakang kelompok usia,
pendidikan, dan pekerjaan. Adapun
karakteristik responden tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Usia
Usia merupakan batasan
umur responden pelanggan PDAM
Karanganyar. Adapun keadaan usia
responden dapat ditihat pada tabel
berikut :
Paradigma, Vol 05, No 02, Semester Genap 2008
86
Burhanudin AY
ISSN : 1693 - 0827
Usia
TABEL 2
USIA RESPONDEN
Jumlah Responden
Prosentase
21 – 30 tahun
5
10%
31 – 40 tahun
30
60%
41 - ke atas
15
30%
50
100%
Jumlah
Sumber: Data diolah
Berdasarkan tabel di atas diketahui
bahwa 10% responden terdiri dari
usia 21-30 tahun, sedangkan 60 %
responden termasuk usia 31-40
tahun. sedangkan 30 % lainnya
berusia di atas 40 tahun.
2. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan pekerjaan
responden.
Karakteristik
status
pekerjaan responden dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
TABEL 3
PEKERJAAN RESPONDEN
Status Pekerjaan
Jumlah Responden
Pegawai Swasta
Pegawai Negeri
Lain-lain
Jumlah
Prosentase
21
24
5
42%
48%
10%
50
100%
Sumber : Data diolah
Berdasarkan tabel di atas diketahui
bahwa dari 30 responden yang
menjadi subjek penelitian terdiri dari
42 % atau 21 orang responden
memiliki status pekerjaan sebagai
pegawai swasta, 48 % atau 24 orang
sebagai pegawai negeri sedangkan
sisanya sebanyak 5 orang atau 10%
bekerja dalam bidang lain-lain
seperti pedagang, petani dan
sebagainya.
3. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan merupa-kan
jenjang pendidikan yang ditempuh
oleh masing-masing responden.
Adapun
karakteristik
jenjang
pendidikan responden dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
TABEL 4
TINGKAT PENDIDIKAN RESPONDEN
Tingkat Pendidikan
Jumlah Responden
Prosentase
SD
14
28%
SLTP
18
36%
SLTA
7
14%
Tidak Tamat SD
11
22%
Jumlah
50
100%
Sumber : Data diolah
Paradigma, Vol 05, No 02, Semester Genap 2008
87
Berdasarkan tabel di atas diketahui
bahwa sebanyak 14 responden atau
28% merupakan tamatan SD,
sebanyak 18 orang responden atau
36% lulusan SLTP, lulusan SLTA
sebanyak 7 orang atau 14 % dan
responden yang tidak tamat SD
sebanyak 22% atau 11 orang
responden.
J. Analisis Data
1. Analisis
Regresi
Linier
Berganda
Analisis ini digunakan untuk
mengetahui pengaruh antara variabel
independen (jumlah anggota keluarga, luas bangunan, kepemilikan
sumur, penyusunan anggaran dasar)
terhadap variabel dependen (jumlah
permintaan air bersih). Persamaan
rumusnya adalah :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 +
e
Dari hasil analisis regresi
linear
berganda
dengan
menggunakan program SPSS pada
tabel Coefficients dapat diperoleh
nilai a, b1, b2, b3, b4 sebagai berikut :
Nilai a
= 6,154
Nilai b1
= 0,335
Nilai b2
= 0,253
Nilai b3
= 0,177
Kalau nilai-nilai ini dimasukkan ke
dalam rumus, bentuk persamaan
regresi linear berganda menjadi :
Y = 6,154 + 0,335 X1 + 0,253 X2 +
0,177 X3 + e
Dari hasil persamaan regresi linear
berganda tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut :
a = 6,154 artinya apabila jumlah
anggota
keluarga,
luas
bangunan,
kepemilikan
sumur atau variabel bebas
sebesar 0, maka jumlah
permintaan air bersih akan
Paradigma, Vol 04, No 01, April 2008
berada para kondisi konstan
sebesar 6,154 m3.
b1 = 0,335, berarti apabila jumlah
anggota keluarga meningkat
1
orang,
maka
akan
meningkatkan
jumlah
permintaan air bersih sebesar
0,335 m3, dengan asumsi
luas bangunan, kepemilikan
sumur dianggap tetap.
b2 = 0,253, berarti apabila luas
bangunan meningkat 1 m2,
maka akan meningkatkan
jumlah permintaan air bersih
sebesar 0,253 m3, dengan
asumsi
jumlah
anggota
keluarga, kepemilikan sumur
dianggap tetap.
b3 = 0,177,
berarti
apabila
kepemilikan sumur meningkat 1 buah, maka akan
mengurangi jumlah permintaan air bersih sebesar 0,177
m3, dengan asumsi jumlah
anggota keluarga dan luas
bangunan dianggap tetap.
Dari angka-angka standardized
coefficients beta tersebut dapat
disimpulkan bahwa variabel yang
pengaruh paling dominan adalah
jumlah anggota keluarga (b1) dengan
nilai standardized coefficients beta
sebesar 0,502 dibandingkan dengan
nilai standardized coefficients beta
variabel luas bangunan (b2) sebesar
0,376, nilai standardized coefficients
beta variable kepemilikan sumur (b3)
sebesar 0,115. Dengan demikian
maka hipotesis kedua yang berbunyi:
“Jumlah anggota keluarga mempunyai pengaruh paling signifikan
terhadap jumlah permintaan air
bersih PDAM Karanganyar” dapat
dibuktikan.
2. Koefisien determinasi
Digunakan untuk mengetahui
seberapa besar sumbangan variabel
independen (jumlah anggota keluarga, luas bangunan, kepemilikan
88
Burhanudin AY
sumur) terhadap variabel dependen
(jumlah permintaan air bersih).
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan SPSS pada tabel
Model Summary bagian R square
diperoleh angka 0,724. Hal itu berarti
72,40 % jumlah permintaan air
bersih dipengaruhi oleh jumlah
anggota keluarga, luas bangunan,
dan kepemilikan sumur. Sedangkan
sisanya (100%-72,40 %) = 27,60 %
dipengaruhi oleh faktor lain di luar
model penelitian yaitu misalnya tarif
yang diberlakukan.
3.
Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh yang signifikan
variabel independen (jumlah anggota
keluarga, luas bangunan, kepemilikan sumur) secara bersama-sama
terhadap variabel dependen (jumlah
permintaan air bersih). Adapun
langkah-langkah yang ditempuh
dalam Uji F adalah sebagai berikut :
a. Menentukan Ho dan Ha
Ho : 1 = 2 = 3 = 4 = 0,
artinya
tidak
terdapat
pengaruh jumlah anggota
keluarga, luas bangunan,
kepemilikan sumur secara
bersama-sama
terhadap
jumlah permintaan air
bersih.
Ha : 12 3  4 > 0, artinya
terdapat pengaruh jumlah
anggota keluarga, luas
bangunan,
kepemilikan
sumur secara bersamasama terhadap jumlah
permintaan air bersih.
b. Level of significance = 0,05
F0,05; (k) ; (n-1-k)
F0,05; 4 ; 50-1-4
F0,05 ; 4 ; 45
2,57
c. Nilai F Hitung
ISSN : 1693 - 0827
SSR / k
SSE / (n  1  k)
14.287/4
F
32.833/45
 4,895
d. Menentukan Keputusan
Berdasarkan hasil perhitungan
diperoleh nilai F hitung 4,895 >
dari F tabel 2,57, sehingga Ho
ditolak. Dengan demikian maka
variabel jumlah anggota keluarga, luas bangunan, kepemilikan
sumur secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap
jumlah permintaan air bersih.
Sesuai dengan hasil tersebut
maka semakin besar jumlah
anggota keluarga, luas bangunan,
kepemilikan sumur maka akan
semakin memperbesar peluang
jumlah permintaan air bersih.
Sebaliknya
apabila
jumlah
anggota keluarga, luas bangunan,
kepemilikan sumur mengalami
penurunan
maka
jumlah
permintaan air bersih juga akan
berkurang.
F
4.
Uji t
Uji t digunakan untuk
mengetahui signifikansi pengaruh
variabel jumlah anggota keluarga,
luas bangunan, kepemilikan sumur
secara parsial terhadap jumlah
permintaan air bersih.
a. Uji t jumlah anggota keluarga
terhadap jumlah permintaan air
bersih
Langkah-langkah pengujian :
1) Menentukan Ho dan Ha
Ho : 1 = 0, artinya tidak ada
pengaruh yang signifikan
jumlah anggota keluarga
terhadap
jumlah
permintaan air bersih
Ha : 1  0, artinya ada pengaruh
yang signifikan jumlah
Paradigma, Vol 05, No 02, Semester Genap 2008
89
Burhanudin AY
anggota keluarga terhadap
jumlah permintaan air
bersih
2) Level of significance = 0,05
(0,05/2; n-k)
0,025; 50-4
0,025; 46
1,960
3) Nilai t hitung
b
t
Sb
0,335  0
t
0,087
t  3,837
4) Menentukan Keputusan
Dari hasil perhitungan diperoleh
nilai t hitung (3,837) > nilai t tabel
(1,960), maka Ho ditolak. Berarti
terdapat pengaruh yang signifikan
jumlah anggota keluarga terhadap
jumlah permintaan air bersih.
Sesuai dengan hasil tersebut maka
semakin besar jumlah anggota
keluarga maka jumlah permintaan
air bersih akan semakin meningkat.
Sebaliknya apabila jumlah anggota
keluarga berkurang maka jumlah
permintaan air bersih juga akan
berkurang. Apalagi jumlah anggota
keluarga merupakan faktor yang
paling dominan maka pengaruhnya
signifikan
terhadap
jumlah
permintaan air bersih.
b. Uji t luas bangunan terhadap
jumlah permintaan air bersih
Langkah-langkah pengujian :
1) Menentukan Ho dan Ha
Ho : 2 = 0, artinya tidak ada
pengaruh yang signifikan
luas bangunan terhadap
jumlah permintaan air
bersih
Ha : 2  0, artinya ada
pengaruh yang signifikan
luas bangunan terhadap
jumlah permintaan air
bersih
ISSN : 1693 - 0827
2) Level of significance = 0,05
(0,05/2; n-k)
0,025; 50-4
0,025; 46
1,960
3) Nilai t hitung
b
t
Sb
0,253  0
t
0,086
t  2,943
4)
Menentukan Keputusan
Dari hasil perhitungan diperoleh
nilai t hitung (2,943) > nilai t tabel
(1,960), maka Ho ditolak. Berarti
terdapat pengaruh yang signifikan
luas bangunan terhadap jumlah
permintaan air bersih. Sesuai
dengan hasil tersebut maka
semakin luas bangunan maka
semakin besar jumlah permintaan
air bersih. Sebaliknya apabila luas
bangunan berkurang maka jumlah
permintaan air bersih juga akan
berkurang. Sama seperti halnya
jumlah anggota keluarga, luas
bangunan juga berdampak terhadap
permintaan air bersih kepada
PDAM. Hal itu mengingat dengan
semakin luasnya bangunan maka
kebutuhan untuk mengurus rumah
seperti mengepel atau membersihkan rumah dengan air juga akan
semakin besar,
c. Uji t kepemilikan sumur terhadap
jumlah permintaan air bersih
Langkah-langkah pengujian :
1) Menentukan Ho dan Ha
Ho : 3 = 0, artinya tidak ada
pengaruh
yang
signifikan
kepemilikan sumur terhadap
jumlah permintaan air bersih
Ha : 3  0, artinya ada pengaruh
yang signifikan kepemilikan
sumur
terhadap
jumlah
permintaan air bersih
2) Level of significance = 0,05
Paradigma, Vol 05, No 02, Semester Genap 2008
90
Burhanudin AY
(0,05/2; n-k)
0,025; 50-4
0,025; 46
1,960
4) Nilai t hitung
b
t
Sb
0,177  0
t
0.065
t  2,723
5) Menentukan Keputusan
Dari hasil perhitungan diperoleh
nilai t hitung (2,723) > nilai t tabel
(1,960), maka Ho ditolak. Berarti
terdapat pengaruh yang signifikan
kepemilikan
sumur
terhadap
jumlah permintaan air bersih.
Sesuai dengan hasil tersebut maka
semakin
banyak
kepemilikan
sumur maka jumlah permintaan air
bersih akan semakin berkurang.
Sebaliknya apabila kepemilikan
sumur berkurang maka jumlah
permintaan air bersih juga akan
berkurang. Kepemilikan sumur
dapat menjadi indicator bagi naik
turunnya permintaan air bersih
kepada
PDAM
Kabupaten
Karanganyar.
2. Analisis Kualitatif
Dari hasil analisis data dan
pembahasan tersebut di atas dapat
diketahui bahwa :
a. Jumlah anggota keluarga, luas
bangunan, kepemilikan sumur
memiliki pengaruh terhadap
jumlah permintaan air bersih di
PDAM Karanganyar dan ketiga
faktor tersebut secara bersamasama berpengaruh terhadap
jumlah permintaan air bersih.
Hasil
koefisien
determinasi
menunjukkan bahwa sebesar
72,40 % jumlah permintaan air
bersih dipengaruhi oleh jumlah
anggota keluarga, luas bangunan,
kepemilikan sumur. Sisanya
ISSN : 1693 - 0827
dijelaskan oleh faktor lain di luar
model penelitian.
b. Jumlah
anggota
keluarga
merupakan faktor yang paling
dominan mempengaruhi jumlah
permintaan air bersih di PDAM
Karanganyar. Artinya bahwa
semakin banyak jumlah anggota
keluarga
masyarakat
maka
jumlah permintaan air bersih
cenderung akan meningkat.
K. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
yang telah diuraikan dimuka, maka
dapat disimpulkan bahwa :
1. Dari angka-angka koefisien
regresi berganda dapat disimpulkan bahwa variabel yang
memiliki
pengaruh
paling
dominan adalah jumlah anggota
keluarga (b1). Dengan demikian
maka hipotesis yang berbunyi
“Jumlah anggota keluarga lebih
dominant berpngaruh terhadap
jumlah permintaan air bersih
pada PDAM Kabupaten Karang
anyar” dapat dibuktikan.
2. Berdasarkan hasil perhitungan
menggunakan SPSS pada tabel
Model Summary bagian R square
diperoleh angka 0,724. Hal itu
berarti
72,40
%
jumlah
permintaan air bersih dipengaruhi oleh jumlah anggota
keluarga, luas bangunan, dan
kepemilikan sumur. Sedangkan
sisanya (100%-72,40 %)= 27,60
% dipengaruhi oleh faktor lain di
luar model penelitian yaitu
misalnya tarif yang diberlakukan.
3. Jumlah anggota keluarga, luas
bangunan
dan
kepemilikan
sumur secara bersama-sama
maupun
parsial
signifikan
berpengaruh terhadap jumlah
permintaan air bersih pada
Paradigma, Vol 05, No 02, Semester Genap 2008
91
Burhanudin AY
PDAM Kabupaten Karanganyar
terbukti dengan uji F (F hitung =
4,895 > F tabel = 2,57) dan uji t
(uji t jumlah anggota keluarga
terhadap jumlah permintaan air
bersih diperoleh t hitung = 3,837
> t tabel = 1,960; uji t luas
bangunan
terhadap
jumlah
permintaan air bersih diperoleh t
hitung = 2,943 > t tabel = 1,960
sedangkan uji t kepemilikan
sumur
terhadap
jumlah
permintaan air bersih diperoleh t
hitung = 2,724 > t tabel = 1,960).
Dengan demikian hipotesis yang
berbunyi : “Terdapat pengaruh
yang signifikan baik antara
jumlah anggota keluarga, luas
bangunan, dan kepemilikan
sumur terhadap jumlah permintaan air bersih pada PDAM
ISSN : 1693 - 0827
Kabupaten Karanganyar” dapat
dibuktikan.
L. Saran
Saran yang dapat penulis
sampaikan berdasarkan hasil
penelitian yang menunjukkan
adanya variabel bebas terhadap
variabel terikat adalah :
1. Hendaknya
PDAM
lebih
meningkatkan jumlah produksi
air sehingga dapat menjangkau
konsumen lebih luas lagi
sehingga akan meningkatkan
permintaan air.
2. Hendaknya
PDAM
lebih
meningkatkan kualitas pelayanan, sehingga meskipun
masyarakat memiliki sumur
sendiri namun akan lebih
memilih air PDAM.
Paradigma, Vol 05, No 02, Semester Genap 2008
92
Burhanudin AY
ISSN : 1693 - 0827
DAFTAR PUSTAKA
Ahyari, Agus, 1979. Manajemen Produksi. BPFE, Yogyakarta.
Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek.
Penerbit Rineka Cipta.
Djarwanto PS, 1993, Statistik Induktif. BPFE, Yogyakarta
Hadi, Sutrisno. 1999. Statistik I. Penerbit Andi Offset, Yogyakarta.
Harjanta, Jana. 2001. Perilaku Organisasi. BPFE, Yogyakarta.
Kusriyanto, Bambang 1994. Meningkatkan Produktivitas Karyawan, PT Pustaka
Binomian Presindo, Jakarta.
Manullang, M. 1991. Pokok-pokok Personalia. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Meokijat. 1999. Manajemen Kepegawaian. Mandar Maju, Bandung.
Prawirosentono, Suyadi, 1999, Kebijakan Jumlah permintaan air bersih
Karyawan. BPFE, Yogyakarta.
Siagian, Sondang P, 1991. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT. Bumi Aksara,
Jakarta.
______. 1999. Filsafat Administrasi. Gunung Agung, Jakarta.
Sumidjo, Wahyo. 1995. Kepemimpinan dan Jumlah anggota keluarga. Ghalia
Indonesia, Jakarta.
Sunyoto, Munandar Ashar, 1995. Disiplin, Jumlah anggota keluarga dan Etika
Dalam Rangka Peningkatan Produktivitas dan Masa Kehidupan, SIUP,
Jakarta.
Surono, Ig. 1991. Disiplin Jumlah anggota keluarga Semangat Kerja. Intan
Pariwara, Klaten.
Toha, Mifthah. 1994. Perilaku Organisasi. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Triguna. 1996. Budaya Kerja Menciptakan Lingkungan Kerja Yang Kondusif
Untuk Meningkatkan Jumlah permintaan air bersih. Golden Teroyan
Press, Jakarta.
Tuwu, Alimudin. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Penerbit Universitas
Indonesia, Jakarta.
Westra, Pariata. 1999. Ensiklopedia Administrasi. Mas Agung, Jakarta.
Wursanto, I.G, 1995. Dasar – Dasar Manajemen Personalia. Pustaka Dian,
Jakarta
Zainun, Buchari. 1991. Manajemen dan Jumlah anggota keluarga. Balai Aksara,
Jakarta.
Paradigma, Vol 05, No 02, Semester Genap 2008
93
Download