A. Identitas Nama Pasien : An F.S Jenis kelamin : Laki-laki Umur : 3 tahun 9 bulan Tanggal masuk UGD : 8 Desember 2016 B. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien masuk dengan keluhan demam sejak satu hari yang lalu , kejang seluruh tubuh sebanyak 3 kali dan lama masing-masing kejang lebih kurang 2 menit. Kejang pertama terjadi di rumah sekitar 3 menit. Setelah kejang pasien sadar sekitar 10 menit. Kemudian kejang timbul lagi dalam perjalanan ke Rumah Sakit dan pada saat pasien di UGD setelah pemasangan infus. C. Riwayat penyakit sebelumnya Pasien menderita epilepsi sejak 2 tahun yang lalu dan sering dirawat di Rumah Sakit karena penyakit yang sama. Pasien sedang dalam pengobatan epilepsi yang dikontrol secara rutin ke Rumah Sakit. Terapi yang diberikan phenobarbital dan carbamazepin untuk pengobatan epilepsinya. D. Diagnosa Epilepsi E. SOAP 1. Subyektif Keluhan Utama : kejang dan demam Anamnesis: Pasien masuk dengan keluhan demam sejak satu hari yang lalu , kejang seluruh tubuh sebanyak 3 kali dan lama masing-masing kejang lebih kurang 2 menit. 2. Obyektif a. Pemeriksaan Fisik: BB : 19 kg. Suhu : 40,2 0C Keadaan Umum : Sedang Tingkat Kesadaran : kompos Mentis b. Pemeriksaan Penunjang • Pemeriksaan laboratorium (8 Desember 2016) Nilai Normal Hemoglobin : 12 g/dl (13-16 g/dl) Leukosit : 11.300 / mm (5.000 – 10.000) Trombosit : 373.000 / mcl (200.000-400.000/mcl) Hematokrit : 36,1 vol% (37-47 vol%) c. Penatalaksanaan 1) Terapi yang diberikan di IGD jam 20.50 : Dumin Suppositoria (parasetamol 250 mg) Stesolid suppositoria (diazepam 10 mg) Ottopan syrup 4 x 2 cth (parasetamol 120 mg/5 ml) 2) Terapi yang diberikan di Ruang Rawat Anak : Parasetamol sirup 4 x 2 cth Amoxil sirup 3 x 2 cth (amoksisilin 125 mg/5 ml) Luminal (Phenobarbital) 2 x 60 mg (hari I dan II) Luminal 2 x 30 mg (hari III dan seterusnya) Carbamazepin 3 x 50 mg 3. Asessment 1) Terapi yang diberikan di IGD Stesolid suppositoria (diazepam 10 mg) DRPs: Terapi sudah tepat Stesolid mengandung diazepam, dimana untuk penatalaksanaan pengobatan fase akut, diazepam merupakan obat pilihan yang diberikan secara intravena atau intrarektal. Dosis diazepam intravena yang digunakan adalah 0,3-0,5 mg/kgBB/kali dengan kecepatan 1-2 mg permenit dengan dosis maksimal 20 mg, bila kejang berhenti sebelum diazepam habis, hentikan penyuntikan, tunggu sebentar dan bila tidak timbul kejang lagi jarum dicabut1. Tetapi disini pasien diberikan stesolid suppositoria untuk menangani fase akut pasien, dimana untuk diazepam yang diberikan melalui intrarektal dosis yang diberikan untuk anak dengan berat badan lebih dari 10 kg adalah 10 mg. Berat badan pasien adalah 19 kg. Dumin suppositoria 250 mg dan ottopan sirup 2 cth (240 mg) DRPs: Terapi kurang tepat Di IGD pasien diberikan dumin suppositoria 250 mg dan ottopan sirup 2 cth (240 mg) yang mengandung parasetamol untuk menurunkan suhu pasien. Menurut kami pemberian duplikasi terapi kurang tepat karena dr beberapa jurnal yang kami temukan misalnya pada jurnal (Drug Related Problems (DRP) dalam pengobatan Dengue Hemoraggic Fever (DHF) pada pasien pediatri tahun 2009 menjelaskan bahwa: Pemberian duplikasi terapi selain pemborosan juga dapat menyebabkan meningkatkan resiko toksisitas pasien pediatrik, terutama hepatotksik.) didalam beberapa literatur pun menjelaskan untuk usia anak2 dosis maksimal sekali minum adalah 15mg/KB jd jika pasien berat badannya 19 kg dosis sekali minumnya sekitar 285mg. Walaupun tujuan pemberian parasetamol bersamaan ini bertujuan untuk menurunkan suhu pasien yang sangat tinggi. Saat awal masuk suhu pasien adalah 40,2 0C dan ketika pasien dipindahkan ke ruang rawat anak suhu pasien turun menjadi 39 0C. 2) Terapi yang diberikan di Ruang Rawat Anak : Luminal 2 x 60 mg (hari I dan II) Luminal 2 x 30 mg (hari III dan seterusnya) DRPs: Terapi sudah tepat Setelah kejang berhenti dengan pemberian diazepam, dilanjutkan dengan pemberian fenobarbital (luminal) langsung setelah kejang berhenti. Dosis yang digunakan untuk pemeliharaan, untuk 2 hari pertama dosis 8-10 mg/kgBB dibagi dalam 2 dosis, untuk hari-hari berikutnya dengan dosis 4-5 mg/kgBB/ hari. Anak dengan berat badan 19 kg seharusnya mendapatkan dosis untuk hari pertama dan kedua 152-190 mg, hari berikutnya 76-95 mg. Sedangkan dosis yang diterima pasien adalah 2 x 60 mg (120 mg) untuk hari pertama dan kedua, 2 x 30 mg (60 mg) untuk hari berikutnya. Untuk penentuan dosis fenobarbital yang tepat adalah dengan melihat kadar obat dalam plasma. Karena tidak tersedianya alat, cara lain bisa dengan mentitrasi dosis yaitu dengan memberikan dosis secara bertahap dan dilihat perkembangannya (apakah efek yang dikehendaki telah tercapai dan efek samping minimal). Parasetamol sirup 4 x 2 cth DRPs: Terapi sudah tepat Parasetamol sirup diberikan pada pasien untuk mengatasi demam. Tiap 5 ml sirup paracetamol mengandung paracetamol 120 mg, dosis yang diterima oleh pasien adalah 4 x 2 cth (960 mg) sehari pakai, sementara dosis lazim paracetamol adalah 10 mg-15 mg/kgBB untuk sekali pakai, untuk pasien dengan berat badan 19 kg dosis yang diterima oleh pasien adalah 19 kg ( 10-15) mg /kgBB, yaitu 190 – 285 mg sekali pakai dan 760 mg-1140 mg untuk sehari pakai. Dosis yang diterima oleh pasien masuk dalam rentang dosis yang seharusnya. Pada rawatan hari ke-2 (9/12/11) suhu badan pasien kembali meningkat menjadi 40°C, tetapi tidak disertai kejang. Amoxil sirup 3 x 2 cth (amoksisilin 125 mg/5 ml) DRPs: Terapi sudah tepat Pasien juga mendapatkan terapi Amoxicillin, hal ini berdasarkan kepada kemungkinan adanya infeksi pada pasien, dilihat dari tingginya suhu tubuh pasien dan berdasarkan pemeriksaan laboratorium pasien, dimana nilai leukosit pasien 11.300/mm, angka tersebut diatas nilai normal 5.000-10.000/mm. Tiap 5 ml sirup Amoxicillin mengandung amoxicillin 125 mg. Dosis yang diterima pasien sekali pakai adalah 2 cth (250 mg), sehari pakai adalah 750 mg. Sedangkan dosis amoxicillin adalah 50 mg-100mg/ kg BB/hari, untuk anak dengan berat badan 19 kg adalah 950 mg-1900 mg. Carbamazepin 3 x 50 mg DRPs: Terapi sudah tepat Karbamazepin yang merupakan obat rutin yang dikonsumsi oleh pasien masih tetap dilanjutkan dengan dosis 3 x 50 (150) mg sehari. Dosis lazim karbamazepin adalah 10-20 mg/KgBB/hari, untuk anak dengan berat badan 19 kg maka dosis yang diberikan adalah 190-380 mg per hari. Dosis sebaiknya ditentukan dengan melihat kadar plasma pasien, atau dengan mentitrasi dosis (lihat efek yang terapi yang diinginkan dan efek samping yang muncul). Salah satu efek samping penggunaan CBZ jangka lama adalah efek hiponatrium. Pada hari kelima dirawat berat badan pasien turun satu kilogram dari 19 kg menjadi 18 kg. pada hari tersebut pasien juga mengalami buang air kecil yang sangat banyak dan juga suhu pasien yang masih tinggi. 4. Plan Saran : a. Sebaiknya pada saat pasien di IGD pasien tidak diberikan duplikasi terapi paracetamol selain pemborosan juga dapat menyebabkan meningkatkan resiko toksisitas pasien pediatrik, terutama hepatotksik sebaiknya menggunakan salah satu saja jika memang efek paracetamol yang diharapkan memberikan efek terapi yang cepat maka gunakan lah suppo tp penggunaan suppo sebaiknya jangan sering digunakan karen efek samping yang akan ditimbulkan. b. Karena efek samping CBZ hiponatrium maka kenali sejak dini tanda2 terjadinya hiponatrium pada pasien jika tanda2 ituu mulai muncul Dianjurkan pasien ini untuk diukur kadar elektrolitnya dan juga tekanan darahnya untuk melihat efek samping yang akan muncul sehingga kemungkinan munculnya efek samping dapat ditangani dengan baik. Pertanyan : 1. Kenapa penggunaan suppositoria dibatasi?apa efek sampingnya? Karena dapat melukai anus, sebaiknya diganti dengan sirup. 2. Diazepam digunakan bersamaan dengan karbamazepin dan phenobarbital , apakah tidak menyebabkan polifarmasi? Tidak, Karena mekanisme nya berbeda. Diazepam suppositoria itu hanya sebagai penolongan pertama, karena pasien sudah mengalami kejang sehingga langsung diberikan obat golongan narkotik. Kemudian untuk terapi selanjutnya diberikan karbamazepin dan Phenobarbital, mekanisme keduanya berbeda yaitu pada karbamazepin memiliki mekanisme inaktivasi kanal ion Na dan menurunkan kemampuan syaraf untuk menghantarkan muatan listrik. sedangkan Phenobarbital mekanismenya sebagai agonis reseptor GABA 3. Apakah epilepsy idiopatik dapat kambuh? Pencegahannya bagaimana? Apakah bias sembuh total? Bisa kambuh, pencegahannya dengan menggunakan karbamazepin jika dalam satu tahun keadaan membaik maka dosis diturunkan, jika setelah dua tahun tidak ada gejala kekambuhan maka epilepsy dianggap sembuh. Pencegahan dini apabila anak mengalami demam tinggi > 40 degrees maka harus segera diwaspadai dan diberikan penurun panas, dikompres pada bagian tubuh yg mempunyiai kelenjar keringat (ketiak, lipatan antara paha dan lutut) 4. Terapi epilepsy pada ibu hamil? Apakah mungkin terjadi saat kehamilan? Mungkin terjadi,drug of choice yaitu fenitoin. Efek samping yang paling rendah untuk ibu hamil yaitu pada fenitoin. Sedangkan penggunaan karbamazepin digunakan dengan dosis kecil kombinasi asam folat namun efeknya terlalu tinggi. 5. Epilepsi apa yang terjadi pada kasus anda?drug of choice? Epiepsi idiopatik. Terapi yang digunakan karbamazepin (monoterapi) Karena masih anak kecil.