pengembangan hubungan interpresonal dan - E

advertisement
ISSN 1693-7945
Vol.VII No.2 November 2015
PENGEMBANGAN HUBUNGAN INTERPRESONAL DAN KEMATANGAN
EMOSIONAL MAHASISWA PENDIDIKAN BIOLOGI DENGAN ADANYA
PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW II
Oleh:
Eka Vasia Anggis
FKIP Universitas Wiralodra, Jawa Barat
ABSTRAK
Diera pembelajaran abad 21, diperlukan adanya ketercapaian pembelajaran baik dari segi
pengetahuan, keterampilan, dan afektif. Keterampilan yang akan dicapai tidak hanya pada
keterampilan hard skill tetapi juga soft skill yang akan berpengaruh terhadap ketercapaian
pembelajaran baik pengetahuan, keterampilan dan afektif. Keterampilan hard skill
berhubungan dengan akademik sedangkan soft skill berhubungan dengan karakter dari
peserta didik sebagai bekal dalam memasuki dunia kerja (guru biologi dll) dan menjalani
kehidupan di masyarakat, contohnya pengendalian emosi dan interpesonal itu sendiri. Oleh
karena itu, dosen sebaiknya melakukan tindakan pengajaran yang tidak hanya membekali
ilmu saja tetapi juga memiliki model pembelajaran yang dapat mengembangan psikologis
mahasiswa menjadi bermanfaat untuk dirinya sendiri dan orang lain. Salah satu model
pembelajaran yang dapat diaplikasikan yaitu Jigsaw tipe II.
Kata Kunci: Interpresonal, Kematangan Emosional, Pembelajaran Kooperatif Jigsaw II
PENDAHULUAN
Berdasarkan Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 terdapat tujuan nasional
pendidikan nasional Indonesia. Tujuan pendidikan Indonesia mengandung makna berupaya
mencerdaskan generasi muda, beriman dan takwa pada TME, berpengetahuan,
berketerampilan, berkarakter dalam menghadapi tantangan globalisasi, terutama dalam
pembelajaran abad 21. Salah satu tujuan pembelajaran abad 21 adalah menciptakan
ketercapaian pembelajaran untuk mengembangkan keterampilan sosial (keterampilan soft
skill). Keterampilan soft skill diperlukan peserta didik seperti mahasiswa pendidikan biologi
agar dapat ilmu ketika terjun ke dunia kerja (guru biologi) dan masyarakat. Contoh
keterampilan soft skill adalah pengendalian emosi dan hubungan interpresonal. Oleh karena itu
diperlukan adanya keterampilan pedagogik dari dosen biologi sehingga dapat menghasilkan
lulusan mahasiswa seperti yang diharapkan.
Dalam sebuah kelas, terkadang terdapat mahasiswa yang kurang konsentrasi
taerhadapa materi pembelajaran karena jenuh terhadap pola pembelajaran, adanya sifat
individualistis terutama mahasiswa yang memiliki kemampuan akademik yang bagus.
Adanya ketidakpedulian mahasiswa dalam tanggung jawab dalam kelompok. Karakter
karakter tersebut jika dibiarkan akan menjadi kebiasaan yang akan terbawa samapai lulus dan
akan berkibat buruk. Contohnya ada mahasiswa biologi yang memiliki IPK 3,5, tetapi pada
waktu memasuki dunia kerja, tidak bisa bekerja secara profesional, karena tidak memiliki soft
skill yang bagus, seperti kematangan emosi, hubungan interpersonal terhadap dirinya sendiri.
Salah satu solusi dalam memecahkan permasalahan tersebut dengan adanya aplikasi
pembelajaran kooperatif jigsaw tipe II dari dosen biologi. Jigsaw tipe II merupakan
pembelajaran dari Aronson.
102
ISSN 1693-7945
Vol.VII No.2 November 2015
PEMBELAJARAN JIGSAW TIPE II
Menurut Art dan Newman (dalam Andhanasari, 2004:10) menyebutkan bahwa
pembelajaran kooperatif merupakan suatu pendekatan yang melibatkan kelompok-kelompok
kecil untuk belajar secara bersama sebagai tim untuk menyelesaikan permasalahan,
mengerjakan tugas, ataupun mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Nurhadi,dkk (2004:61)
menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang secara sadar dan
sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan
kesalahpahaman yang menimbulkan permusuhan.
Pembelajaran kooperatif dilaksanakan melalui adanya kelompok-kelompok kecil
supaya para siswa dapat berkerjasama dalam kelompok untuk memahami pelajaran sekaligus
keterampilan sosial. Pada model ini, guru meminta siswa dari kelompok ahli mengajarkan
keahlian mereka pada kelompok asal hanya beberapa menit, sebagian besar mengajarkan
keahlian mereka kepada seluruh kelas. Model ini bisa dilakukan juga pada pembelajaran
dengan membahas topik yang berbeda dalam satu pertemuan.
Sebelumnya ada jigsaw II, terdapat adanya jigsaw I. Perbedaan aspek jigsaw I dan II
adalah adanya jigsaw II, siswa dapat membaca keseluruhan materi dari bab biologi yang
disampaikan karena dapat membantu untuk mendapatkan pengetahuan awal sebelum
mahasiswa mempelajari informasi pengetahuan biologi yang baru sehingga diharapkan
pembelajaram dapat adanya interkasi yang saling merespon.
Jigsaw I, siswa menerima pengetahuan baru dari penjelasan potongan materi dari
teman (kelompok asal) sehingga peserta didik bisa adanya peluang kurang pahamnya akan
materi. Jigsaw II digunakan pada materi dalam bentuk narasi seperti sosial, sastra, beberapa
sains. Kelebihan Jigsaw II adalah sebelum peserta didik mendapatkan pengetahuan baru,
sudah memahami pengetahuan awal dari materi/bab yang akan dipelajari karena sudah
membaca sebelumnya. Adapun sintaks dari pembelajaran jigsaw II (Aronson) sebagai berikut:
Sintaks Model Pembelajaran Jigsaw II (Aronson, 1978)
1. Peserta didik dikelompokkan, masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang
2. Tiap peserta didik dalam tim untuk mendapatkan materi yang sama, dan membaca semua
materi.
3. Tiap peserta didik dalam tim mendapatkan materi yang sama, dan membaca semua materi.
4. Tiap peserta didik dalam tiap tim berbagi tugas untuk membagi materi (sub bab mereka)
5. Setelah selesai diskusi, tim ahli dalam tiap kelompok kembali ke kelompok asalm dan
bergantian untuk mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang akan dikuasai dan
tiap anggota lainnya.
6. Tiap tim mempresentasikan hasil diskusi
7. Dosen memberikan evaluasi
8. Penutup.
KEMATANGAN EMOSIONAL
Kematangan emosional merupakan kemampuan seseorag dalam mengendalikan atau
mengontrol emosi dalam menghadapi berbagai hal sehingga tidak merugikan dirinya sendiri
dan orang lain, mampu berpikir jangka panjang dan segala konsekwensinya. Indikator
seseorang telah mencapai kematangan emosi meliputi mampu beradaptasi dengan perubahan
atau dinamika dalam kehidupan, mampu menerima perbedaan pemikiran dan mengatasinya
dengan bijaksana, dalam mengambil keputusan selalu berpikir dahulu apa saja konsekwensi
yang akan dihadapi baik jangka panjang maupun jangkan pendek (Hurlock, 2002).
Emosi dapat membuatseseorang menjadi pasif dalam melakukan sesuatu hal dalam kehidupan
dan emosi juga dapat membuat seseorang terlalu bersemangat dalam mencapai target dalam
hidup. Pengontrolan emosi dilakukan dengan mengendalikan emosi yang dimiliki sehingga
103
ISSN 1693-7945
Vol.VII No.2 November 2015
dapat menghasilkan keputusan yang tepat yaitu dapat menguntungkan diri sendiri dan sosial
dalam jangka panjang (Lugo dalam Haryono, 1996). Kematangan emosional seseorang
dipengaruhi oleh pola asuh pendidik.
HUBUNGAN INTERPERSONAL
Hubungan interpersonal merupakan hubungan antara individu satu dengan individu
yang lain dalam jaringan sosial, saling berinteraksi. Menurut Rakhmat (2005), diperlukan
adanya tiga sikap dalam menciptakan hubungan interpersonal yaitu suportif, percaya dan
saling terbuka terhadap sesama.
Suportif berarti menerima dari masukan dan kritikan dari orang lain demi
pengembangan dirinya, memberi masukan kepada orang lain tanpa menyinggung perasaan
ketika terjadi perbedaan pendapat, tidak mempermasalahakan adanya perbedaan, mengaak
kerjasama dengan ornag lain diawali dengan komunikasi atas permasalahan yang akan
didiskusikan .Percaya berarti menerima bahwa tidak ada manusia yang sempurna dan setiap
manusia menginginkan untuk diharagai, memiliki rasa empati yaitu mencoba merasakan apa
yang diarasakan oleh orang lain jika berada pada posisi orang tersebut. Sifat terbuka meliputi
(Brooks dan Emmert, 1997) yaitu adanya penilaian obyektif dan transparan, memfokuskan
pada kasus yang diperbincangkan bukan pembicaranya dan berusaha untuk merespon secara
kritis, sudah mengetahui mana yang benar dan salah, mencari sumber dari berbagai satu
sumber untuk dikaitkan dan dia nalisis mana titik temunya sehingga tidak percaya hanya pada
satu sumber. Berdasarkn Wisnu (2012), hubungan interpersonal terjadi dengan tahapan
kontak, keterlibatan, dan kerjasama.
APLIKASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW DALAM PENGEMBANGAN
KEMATANGAN EMOSI DAN HUBUNGAN INTERPERSONAL MAHASISWA
PENDIDIKAN BIOLOGI
Penerapan model kooperatif jigsaw dapat dilaksanakan pada materi biologi. Salah satu
contoh sistem pencernaan manusia. Indikator meliputi mampu memahami struktur organ
sistem pencernaan, mampu memahami fungsi dari setiap struktur organ manusia, mampu
menganalisis keterkaitan antara struktur dan fungsi organ perncernaan, mampu menganalisis,
mengevaluasi proses pennceranaan manusia. Mampu mengaitkan kerusakan struktur organ
atau enzim enzim tertentu terhadap jalannnya proses penceranaan manusia.
Adapun tahap tahapan pembelajaran jigsaw tipe II diaplikasikan materi biologi sebagai
berikut:
No
Jigsaw Tipe 2 (Aronson)
Jigsaw tipe 2 diaplikasikan ke materi biologi
1
Peserta didik dikelompokkan, masing-masing
kelompok terdiri dari 4 orang
Peserta didik dikelompokkan menjadi 6 kelompok
2
Tiap peserta didik mendapatkan materi yang
sama, dan membaca semua materi.
Tiap peserta didik mendapatkan materi biologi yang sama
yaitu sistem pencernaan manusia dan membaca materi
3
Tiap peseta didik dalam tiap tim berbagi tugas
untuk membagi materi (sub bab mereka)
Tiap peserta didik dalam tiap tim berbagi tugas untuk
membagi sub bab mereka, misalnya dalam 1 kelompok
teradapat 4 anggota , anggota ke 1 mendapat sub bab
struktur organ pencernaan manusia, anggota ke 2 mendapat
sub bab fungsi dari organ pencernaan, anggota ke 3
mendapatkan sub bab proses pencernaan, anggota ke 4
mendapatkan sub bab kelainan atu penyakit pada sistem
pencernaan.
4
Setelah selesai diskusi, tim ahli dalam
kelompok kembali ke kelompok asal
bergantian untuk mengajar teman satu
mereka tentang sub bab yang akan dikuasai
Setelah selesai diskusi, tim ahli dalam tiap kelompok
kembali ke kelompok asal dan bergantian untuk mengajar
teman satu tim mereka tentang sub bab yang akan dikuasai
tiap
dan
tim
dan
104
ISSN 1693-7945
Vol.VII No.2 November 2015
tiap anggota lainnya.
dan tiap anggota lainnya.
5
Tiap tim mempresentasikan hasil diskusi
Tiap tim mempresentasikan hasil diskusi
6
Dosen melakukan evaluasi
Dosen melakukan evaluasi
7
Penutup
Penutup
Tahap pembelajaran jigsaw tersebut dapat mengembangkan hubungan kematangan
emosional yaitu timbulnya rasa tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan untuk dirinya
sendiri dan kelompoknya. Hal ini dicerminkan pada sintaks jigsaw yaitu adanya kelompok
asal dan kelompok ahli.
Tahap pembelajaran jigsaw tersebut dapat mengembangkan hubungan interpersonal.
Hal ini dikarekan adanya tahap kegiatan jigsaw yang melatih mahasiswa agar dapat saling
berdiskusi, saling bekerja sama agar mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan bersama.
Karakter-karakter tesebut dapat mengembangkan hubungan interpersonal terdiri suportif
(menerima dari masukan dari orang lain demi pengembangan dirinya, memberi masukan
kepada orang lain tanpa menyinggung perasaan ketika terjadi perbedaan pendapat, tidak
mempermasalahakan adanya perbedaan, mengaak kerjasama dengan ornag lain diawali
dengan komunikasi atas permasalahan yang akan didiskusikan), terbuka penilaian obyektif
dan transparan, memfokuskan pada kasus yang diperbincangkan bukan pembicaranya dan
berusaha untuk merespon secara kritis, mencari sumber dari berbagai satu sumber untuk
dikaitkan dan dianalisis mana titik temunya sehingga tidak percaya hanya pada satu sumber.
Berdasarkan Wisnu (2012), hubungan interpersonal terjadi dengan tahapan kontak,
keterlibatan, dan kerjasama yang mana dapat ditemui pada langkah-langkah pembelajaran
jigsaw tipe II.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan pembahasan yang sudah dijelaskan, maka dapat disimpukan
bahwa pengembangan hubungan interpresonal dan kematangan emosional mahasiswa biologi
dapat dikembangkan dengan adanya penerapan jigsaw. Hal ini diharapkan dapat menjadi bekal
ketika memasuki dunia kerja sebagai guru biologi dll dan terjun ke dunia masyarakat nantinya.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi Alsa. 2010. Pengaruh Metode Belajar Jigsaw Terhadap Ketrampilan Hubungan
Interpersonal dan kerjasama kelompok. Journal of Phsyology, Vol. 37, No. 2, pp. 165 –
175.
Gillies, R.M. 2003. The behaviors, inte‐ractions, and participations of junior high
school
students
during
small‐group
learning.
Journal
of
Educational Psychology, Vol. 95, No. 1, pp. 137‐147.
Jalaluddin Rakhmat. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya
Siregar, LYS. 2009. Pengaruh metode belajar kooperatif terhadap efikasi diri. Tesis (Tidak
diterbitkan). Program Magister Psikologi Fakultas Psikologi UGM.
Wisnuwardhani, et al. 2012. Hubungan Interpersonal. Jakarta: Salemba Humanika.
105
Download