tanggung jawab profesi bidan terhadap tindakan inisiasi menyusui

advertisement
TANGGUNG JAWAB PROFESI BIDAN TERHADAP TINDAKAN INISIASI MENYUSUI DINI
DALAM UPAYA MENGURANGI ANGKA KEMATIAN BAYI
( STUDI DI DESA CIBENTANG KECAMATAN BANTARKAWUNG KABUPATEN BREBES
JAWA TENGAH )
Tisa Amalia
Program Studi Farmasi, Politeknik META Industri Cikarang
Cikarang TechnoPark Building Jalan Inti 1 Blok C1 No.7 Lippo Cikarang Bekasi
Email : [email protected]
ABSTRAK
Inisiasi menyusui dini adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan, dimana bayi dibiarkan
mencari puting susu ibunya sendiri. Pelaksanaan IMD merupakan tanggungjawab dari seluruh praktisi
kesehatan (bidan). Inisiasi Menyusui Dini (IMD) penting karena sebagai tindakan penyelamatan
kehidupan dan dapat meyelamatkan 22% dari bayi yang meninggal sebelum usia satu bulan.
Sehubungan dengan manfaat IMD yang begitu besar dalam rangka menurunkan angka kematian bayi baru
lahir di Indonesia dan sekaligus pemenuhan hak anak, kementrian kesehatan RI sudah memberikan
pedoman pelaksanaan IMD sesaat setelah bayi lahir. Pedoman ini berlaku untuk tenaga medis yang
bertugas di seluruh Puskesmas dan jaringannya dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan bayi
baru lahir di Indonesia.Pemerintah juga telah mengatur mengenai Inisiasi Menyusui Dini dalam sebuah
peraturan yaitu Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Ekslusif pada
pasal 9
Kata Kunci: Tanggung Jawab Bidan, Inisiasi Menyusui Dini, Penurunan Angka Kematian Bayi
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pemerintah Indonesia mendukung program WHO dan UNICEF yang merekomendasikan inisiasi
menyusui dini sebagai tindakan penyelamatan kehidupan karena inisiasi menyusui dini dapat
meyelamatkan 22 persen dari bayi yang meninggal sebelum usia satu bulan.
Sehubungan dengan manfaat IMD yang begitu besar dalam rangka menurunkan angka kematian bayi baru
lahir di Indonesia dan sekaligus pemenuhan hak anak, kementrian kesehatan RI sudah memberikan
pedoman pelaksanaan IMD sesaat setelah bayi lahir. Pedoman ini berlaku untuk tenaga medis yang
bertugas di seluruh Puskesmas dan jaringannya dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan bayi
baru lahir di Indonesia. Pemerintah juga telah mengatur mengenai Inisiasi Menyusui Dini dalam sebuah
peraturan yaitu Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Ekslusif pada
pasal 9.
2. Rumusan Masalah
Memperhatikan latar belakang masalah seperti tersebut di atas, maka dalam pembahasan mengenai materi
dan substansi penelitian ini penulis memusatkan dan membatasi pembahasannya pada hal-hal sebagai
berikut :
1. Bagaimanakah tanggung jawab profesi bidan terhadap tindakan inisiasi menyusui dini dalam upaya
penurunan angka kematian bayi ?
2. Bagaimanakah pelaksanaan tanggung jawab profesi bidan terhadap tindakan inisiasi menyusui dini
dalam upaya penurunan angka kematian bayi di Bidan Praktik Swasta di Desa Cibentang?
3. Bagaimanakah kendala dan solusi tanggung jawab profesi bidan terhadap tindakan inisiasi menyusui
dini dalam upaya penurunan angka kematian bayi?
3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dan menganalisis tanggung jawab profesi bidan terhadap tindakan inisiasi
menyusui dini dalam upaya penurunan angka kematian bayi
2. Untuk mengetahui dan menganalisis implementasi tanggung jawab profesi bidan terhadap tindakan
inisiasi menyusui dini dalam upaya penurunan angka kematian bayi di Bidan Praktik Swasta di Desa
Cibentang
3. Untuk mengetahui dan menganalisis kendala dan solusi tanggung jawab profesi bidan terhadap
tindakan inisiasi menyusui dini dalam upaya penurunan angka kematian bayi .
4. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
a. Memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan hukum kesehatan khususnya tanggung jawab
profesi bidan terhadap tindakan inisiasi menyusui dini dalam upaya penurunan angka kematian
bayi
b. Menjadi bahan penelitian berikutnya
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan masukan kepada pemerintah, lembaga/instansi terkait serta nasyarakat tentang
tanggung jawab profesi bidan terhadap tindakan inisiasi menyusui dini dalam upaya penurunan
angka kematian bayi
b. Memberi bahan masukan dalam pembuatan peraturan perundang-undangan baru bidang
kesehatan mengenai tanggung jawab profesi bidan terhadap tindakan inisiasi menyusui dini
dalam upaya penurunan angka kematian bayi
5. Tinjauan Pustaka
5.1 Pengertian Tanggung Jawab
Tanggung jawab menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah, keadaan wajib menanggung segala
sesuatunya (kalau terjadi apa – apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan
5.2 Pengertian Inisiasi Menyusui Dini
Inisiasi menyusui dini adalah proses menyusu bukan menyusui yang merupakan gambaran bahwa inisiasi
menyusui dini bukan program ibu menyusui bayinya tetapi bayi yang harus aktif sendiri mencari putting
susu ibu.
5.3 Aspek Yuridis Inisiasi Menyusui Dini
5.3.1 Menurut Undang-Undang Dasar 1945
Pasal 28B ayat (2): “setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak
atas perlindungan dan diskriminasi”
5.3.2 Menurut UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
a. Pasal 128 ayat (1). setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu ekslusif sejak dilahirkan selama 6
(enam) bulan, kecuali atas indikasi medis
b. Pasal 128 ayat (2), selama pemberian air susu ibu, pihak keluarga, pemerintah daerah dan masyarakat
harus mendukung ibu bayi secara penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus
c. Pasal 129 ayat (1), pemerintah bertanggung jawab menetapkan kebijakan dalam rangka menjamin
hak bayi untuk mendapatkan air susu ibu secara ekslusif
5.3.3 Menurut Undang-Undang No 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
a. Pasal 8 “setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan
kebutuhan fisik,mental,spiritual dan sosial”
b. Pasal 44 ayat 1 “pemerintah wajib menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan upaya kesehatan
yang komprehensif bagi anak, agar setiap anak memperoleh derajat kesehatan yang optimal sejak
dalam kandungan”
c. Pasal 44 ayat 2 “ penyediaan fasilitas dan penyelenggaraan upaya kesehatan secara komprehensif
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) didukung oleh peran serta masyarakat”
d. Pasal 44 ayat 3 “ upaya kesehatan yang komprehensif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi
upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative baik untuk pelayanan kesehatan dasar maupun
rujukan”
e. Pasal 45 ayat (1) “ orang tua dan keluarga bertanggungjawab menjaga kesehatan anak dan merawat
anak sejak dalam kandungan”
5.3.4 Menurut Undang-undang RI no 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
a. Pasal 9 ayat 1 “setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf
kehidupannya”
b. Pasal 9 ayat 3 “ setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat”
c. Pasal 59 ayat 1 “setiap anak berhak untuk tidak dipisahkan dari orang tuanya secara bertentangan
dengan kehendak anak sendiri, kecuali jika ada alasan dan aturan hukum yang sah yang menunjukkan
bahwa pemisahan itu adalah demi kepentingan terbaik bagi anak”.
d. Pasal 62 “ setiap anak berhak untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial secara
layak, sesuai dengan kebutuhan fisik dan mental spiritualnya”
5.3.5 Menurut Undang-Undang No 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
Pasal 4 ayat 2 : hak untuk memilih barang dan/jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut
dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan
5.3.6 Menurut PP No.33 tahun 2012 tentang Pemberian ASI Ekslusif
Pasal 9 yang berbunyi :
a. Tenaga kesehatan dan penyelenggaraan fasilitas pelayanan kesehatan wajib melakukan inisiasi
menyusui dini terhadap bayi yang baru lahir kepada ibunya paling singkat selama 1 (satu) jam
b. Inisiasi menyusui dini sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara meletakkan bayi
secara tengkurap di dada atau perut ibu sehingga kulit bayi melekat pada kulit ibu.
METODE PENELITIAN
Metode dalam penelitian ini adalah yuridis normatif. Pendekatan yuridis normatif, ini dalam menganalisa
dan meninjau masalah digunakan prinsip-prinsip dan asas hukum. Spesifikasi dalam penelitian ini adalah
deskriptif analisis. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data sekunder, baik
itu yang berupa bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder selain itu digunakan studi
kepustakaan. Metode analisis data menggunakan normatif-kualitatif
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan tindakan inisiasi menyusui dini tidak ada tanggung jawab hukum dalam penegakan hukum
untuk menindak bidan yang tidak melaksanakannya.
Penegakan hukum yang bertanggung jawab dapat diartikan sebagai suatu upaya pelaksanaan penegakan
hukum yang dapat dipertanggungjawabkan kepada publik, bangsa dan negara yang berkaitan terhadap
adanya kepastian hukum dan sistem hukum yang berlaku, juga berkaitan dengan kemanfaatan hukum dan
keadilan bagi masyarakat.
Proses penegakan hukum tidak dapat dipisahkan dengan sistem hukum itu sendiri. Sudah menjadi rahasia
umum bahwa penegakan hukum di Indonesia sangat memprihatinkan. Padahal sudah sangat jelas sekali
terdapat sanksi bagi bidan yang tidak melaksanakan tindakan inisiasi menyusui dini yaitu berdasarkan
Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012 pada pasal 14.
Sanksi yang di dapat oleh bidan bagi yang tidak melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan yaitu Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1464/Menkes/Per/X/2010 Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan yaitu terdapat dalam pasal 23
mengatur bahwa Menteri, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat
memberikan tindakan administratif kepada bidan yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan
penyelenggaraan praktik dalam peraturan tersebut. Tindakan administratif yang dimaksud dapat berupa:
a. Teguran lisan;
b. Teguran tertulis;
c. Pencabutan SIKB/SIPB untuk sementara paling lama 1 (satu) tahun; atau
d. Pencabutan SIKB/SIPB selamanya
Tanggung jawab dari segi hukum administratif, tenaga kesehatan dapat dikenai sanksi apabila seorang
tenaga kesehatan melalaikan kewajiban, melakukan sesuatu hal yang seharusnya tidak boleh diperbuat
oleh seorang tenaga kesehatan, baik mengingat sumpah jabatannya maupun sumpah sebagai tenaga
kesehatan, mengabaikan sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh tenaga kesehatan dan melanggar suatu
ketentuan menurut atau berdasarkan undang-undang.
Tanggung jawab yang diemban oleh seorang bidan tidak ringan karena mengandung resiko yang sangat
berat. Resiko yang harus dihadapi bidan dalam melaksanakan tugasnya adalah berhadapan langsung
dengan masyarakat yang tidak puas dengan pelayanannya dan berhadapan dengan sanksi yang
mengaturnya apabila bidan melakukan kesalahan atau pelanggaran dalam tugasnya. Sanksi ini berlaku
bagi bidan yang melaksanakan tugas di instansi – instansi kesehatan swasta maupun pemerintah.
Sanksi moral adalah sanksi yang timbul dari masyarakat sebagai akibat dari perbuatan bidan yang tidak
sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku dalam masyarakat dalam memberikan pelayanan kesehatan
kepada pasien. Sehingga perbuatan yang telah dilakukan oleh bidan terhadap masyarakat bertentangan
dengan sumpah yang telah diucapkan bidan pada saat telah dinyatakan lulus sebagai bidan untuk dapat
memberikan asuhan kebidanan tanpa membedakan status pasien dalam masyarakat.
Sanksi etis adalah sanksi yang diberikan kepada bidan oleh organisasi profesi karena mengabaikan dalam
setiap tugas untuk memberikan asuhan kepada masyarakat. Sehingga sanksi etis ini muncul berdasarkan
atas kode etik kebidanan sebagai peraturan yang mengatur tentang bidan sebagai tenaga profesional untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Sanksi hukum yang diberlakukan kepada bidan apabila bidan melakukan kesalahan atau kelalaian dalam
setiap tugasnya sehingga pasien merasa pelayanan yang diberikan oleh bidan tidak sesuai dengan standar
kebidanan. Sanksi yang berlaku adalah sanksi pidana dan sanksi perdata. Sanksi pidana berjalan apabila
sudah ada keputusan bersalah dari pengadilan atau hakim untuk dilakukan hukuman penjara terhadap
bidan. Sanksi perdata juga berlaku apabila sudah ada keputusan dari hakim atau pengadilan untuk
membayar ganti kerugian dari akibat yang telah ditimbulkan dari bidan yang melaksanakan praktik
mandiri.
Mekanisme pemberian sanksi terhadap bidan yang melakukan kesalahan atau kelalaian sehingga bidan
harus bertanggung jawab secara pidana atau perdata adalah pihak pasien atau korban melaporkan
kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh bidan kepada penyidik, kemudian penyidik membuat
laporan untuk diteruskan kepada jaksa penuntut umum, kemudian berkas akan dilanjutkan dipengadilan
untuk diperiksa dan diputuskan berdasarkan fakta – fakta yang ada. Mekanisme ini berdasar pada
ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana ( KUHP ) untuk permasalahan pidana dan Kitab
Undang – Undang Hukum Acara Perdata ( KUHA Perdata ) untuk permasalahan secara perdata.
Sanksi administrasi berlaku apabila bidan dalam melaksanakan praktik mandiri tidak sesuai dengan
peraturan yang sudah ada yaitu Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan. Pihak yang berwenang dalam
pemberian sanksi administrasi adalah Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sedangkan organisasi
profesi kebidanan ( IBI ) hanya memberikan rekomendasi kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dalam hal pencabutan SIPB. Sanksi ini timbul apabila bidan dalam melaksanakan praktik
mandiri tidak sesuai dengan standard an kewenangan yang telah ditetapkan. Bentuk sanksi yang
diterapkan oleh bidan yang melanggar dari ketentuan adalah sanksi secara lisan atau tertulis sampai
dengan pencabutan izin praktik.
Pelaksanaan tindakan inisiasi menyusui dini agar bermanfaat dan memberikan keadilan dan kepastian
hukum seharusnya mengakomodir keadaan sulit bagi bidan. Dikatakan Lon L. Fuller, bahwa untuk
mengukur adanya sistem hukum diantaranya : peraturan-peraturan harus disusun dalam rumusan yang
dapat dimengerti dan harus ada kesesuaian antara peraturan dan pelaksanaannya sehari-hari1.
Jika institusi hukum dipahami sebagai suatu sistem, maka seluruh tata aturan yang berada di dalamnya
tidak boleh saling bertentangan. Menurut stufenbau theory dari Kelsen, norma hukum yang lebih rendah
tidak boleh bertentangan dengan norma hukum yang lebih tinggi. Bahkan lebih dari itu, dalam
pembentukan dan penegakan hukum sebagai suatu sistem ia selalu menerima masukan dari bidang-bidang
lain yang selanjutnya menghasilkan keluaran yang disalurkan ke dalam masyarakat. L.M. friedman
menggambarkan keterpautan itu dengan mengatakan , The heart of the system is the way in turning input
into output. The structure of the legal like system is like some gigantic computer program, ended to deal
with million of problems that are fed dialing into the machine. Jika dipahami sebagai suatu sistem norma,
maka setiap peraturan perundang-undangan yang paling tinggi sampai pada yang paling rendah haruslah
merupakan suatu jalinan system yang tidak boleh saling bertentangan satu sama lain. Proses pembentukan
norma – norma itu dimulai dari yang paling tinggi sampai paling rendah itu disebut sebagai proses
konkritisasi2.
Masalah penegakan hukum di Indonesia merupakan masalah yang sangat serius dan akan terus
berkembang jika unsur di dalam sistem itu sendiri tidak ada perubahan, tidak ada reformasi di bidang itu
sendiri. Perlu banyak evaluasi-evaluasi yang harus dilakukan dan perlu adanya ketegasan tersendiri serta
kesadaran yang hierarki dari individu atau kelompok yang terlibat di dalamnya.
Kesadaran hukum bersifat relatif dalam isinya maupun kekuatannya terhadap waktu dan tempat, dan
berlangsung dalam proses pembentukannya, perkembangan dan kestabilan untuk kemudian berubah
dengan pembaharuan lagi. Sebagai batasan yang khusus dapat diartikan tentang kesadaran hukum itu
sebagai potensi atau daya yang mengandung :
1. Persepsi, pengenalan, ketahuan, ingatan dan pengertian tentang hukum, termasuk konsekuensikonsekuensinya
2. Harapan, kepercayaan bahwa hukum dapat member sesuatu kegunaan serta member perlindungan
dan jaminannya dengan kepastian dan rasa keadilan
3. Perasaan perlu dan butuh akan jasa-jasa hukim, dan karena itu sedia menghormatinya
4. Perasaan khawatir dan takut melanggar hukum, karena jika dilanggar maka sanksi-sanksinya dapat
dipaksakan
1
Ilyas, Berbagai konsep tentang hukum sebagai suatu sistem, Jurnal Amanna Gappa Volume 18 Nomor 2, Juni
2010
2
Esmi Warasih, opcit,hlm. 38
5. Orientasi, perhatian, kesanggupan, kemauan, baik, sikap dan kesediaan serta keberanian mentaati
hukum dalam hak maupun kewajibannya karena kebenaran, keadilan dan kepastian hukum itu adalah
kepentingan umum3.
Bekerjanya hukum dapat ditentukan oleh beberapa factor penting, yaitu :
1. Peraturan – peraturan hukumnya
2. Badan pembuat undang-undang
3. Badan pelaksana hukum
4. Masyarakat sebagai sasaran pengaturan
5. Proses penerapan hukum
6. Komunikasi hukumnya
7. Kompleks kekuatan social-politik dan lain-lain yang bekerja atas diri pembuat undang-undang,
birokrat ( pelaksana hukum ) maupun masyarakat sendiri sebagai pemegang peran
KESIMPULAN
Tindakan inisiasi menyusui dini merupakan tanggung jawab yang diemban oleh seorang bidan. Bidan
adalah tenaga profesional sehingga harus mematuhi etika yang berlaku dalam pelaksanaan profesinya. Di
samping itu bidan juga harus memiliki kemampuan sesuai dengan kewenangannya dan harus
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan kewenangan.
Kewenangan melakukan tindakan inisiasi menyusui dini tertuang dalam Peraturan Pemerintah No 33
Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Ekslusif pasal 9 dan juga Peraturan Mentri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan
pasal 11. Bidan dalam perannya sebagai tenaga kesehatan dikenal sebagai professional yang bertanggung
jawab yang bekerja sebagai mitra perempuan. Tanggung jawab profesi bidan tertuang dalam kode etik
kebidanan yang memuat 7 bab.
DAFTAR PUSTAKA
Endang Sutrisno, 2013, Rekontruksi Budaya Hukum Masyarakat Nelayan Untuk Membangun
Kesejahteraan Nelayan, Genta Press, Yogyakarta
Esmi warassih, 2011, Pranata Hukum Sebuah Telaah Sosiologis, Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, Semarang
Hanum Marimbi, 2009, Etika Dan Kode Etik Profesi Kebidanan, Mitra Cendikia Press, Yogyakarta
Jimly Asshiddiqie, 2006, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum, Sekretariat Jendral dan Kepaniteraan
Mahkamah Konstitusi RI, Jakarta
Ilyas, 2010, Berbagai konsep tentang hukum sebagai suatu sistem, Jurnal Amanna Gappa Volume 18
Nomor 2
Siti Ismijati Jenie, 2006, Tanggung Jawab Perdata di Dalam Pelayanan Medis ( Suatu tinjauan dari Segi
Hukum Perdata Materil), Mimbar Hukum, Volume 18, Nomor 3
Anonim. Inisiasi Menyusui Dini.Selasa 20 juli 2010 di akses tanggal 9 maret 2013 di dapat dari
http//:www.dinkes.kulonprogokab.go.id/?pilih=news.
Anonim, Pekan Asi Sedunia (WBW) 2012 dan Realisasinya di Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.Di
akses
tanggal
9
Mei
2013
di
dapat
dari
http://www.
dinkes.jatimprov.go.id/.../WBW%202012%20dan%20...
Anonim, Inisiasi Menyusui Dini. 13 agustus 2009, di akses tanggal 9 Mei 2013 di dapat dari: http://www.
innanoorinayati.blogspot.com/.../inisiasi-menyusu-dini..
Asosiasi Ibu Menyusui, Indonesia,Undang-Undang bagi Ibu Menyusui dan Anak Menyusu ASI,__diakses
tanggal 9 Mei 2013 didapat dari : http://www. petitiononline.com/aimi/
Badan Pusat statistik, Proporsi Imunisasi campak, di akses tanggal 24 Agustus 2013 di dapat dari
http://www.mdgs-dev.bps.go.id/main.php?link...
Catur.Pengertian,manfaat dan pelaksanaan inisiasi menyusui dini.21 februari 2012 di akses tanggal 10
Maret 2013 di dapat dari http://namanakbayi.com/pengertian-manfaat-dan-pelaksanaan-inisiasimenyusu-dini-imd
Dinas Kesehatan Bondowoso, Kabar Gembira Bagi Ibu Menyusui Pemerintah Sahkan PP ASI.18 April
2012 diakses tanggal 10 Mei 2013 di dapat dari :http://www. dinkesbondowoso.web.id/.../87kabar-gembira-bagi-i...
3
Endang Sutrisno, opcit,hlm.99
Fifi Indramukti,Faktor yang berhubungan dengan praktik inisiasi menyusui dini (IMD) pada ibu pasca
bersalin normal. 3 Februari 2013 diakses tanggal 15 Mei 2013 didapat dari: http://www.
journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph/article/.../1093
USU Institutional Repository,______. Diakses tanggal 10 Mei 2013 didapat dari : http ://www.
repository.usu.ac.id/bitstream/.../5/Chapter%20I.pdf
Download