bab ii kajian pustaka

advertisement
13
BAB I I
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi dasar peneliti untuk melakukan
penelitian tentang “Pengaruh Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Pra Jabatan
Calon Pegawai Negeri Sipil terhadap Kinerja Pegawai di Badan Kepegawaian
Daerah Kabupaten Sampang”, diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh
Ajie Saputra, H. Rasyid Thaha dan H.A Gau Kadir (2008) dalamjurnal penelitian
yang berjudul : “Hubungan Antara Pendidikan dan Pelatihan dengan Kinerja
Pegawai Badan Kepegawaian dan Diklat Kabupaten Luwu Utara”. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, untuk
mengetahui kualitas kinerja pegawai serta untuk mengetahui hubungan pelaksanaan
pendidikan dan pelatihan dengan kualitas kinerja pegawai di Kantor Badan
Kepegawaian dan Diklat Kabupaten Luwu Utara, dengan menggunakan penelitian
deskriptif kualitatif dan metode analisis data dengan model korelasi produk
moment. Hasil penelitian menunjukkan Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
yang diadakan oleh Badan Kepegawaian dan Diklat Kabupaten Luwu Utara
dikategorikan baik, dari hasil rata-rata jawaban responden yaitu : 3,4 sedangkan
kualitas kinerja pegawai badan kepegawaian dan diklat Kabupaten Luwu Utara
dikategorikan cukup baik dimana dari hasil rata-rata jawaban responden yaitu : 3,0.
Ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dan pelatihan dengan kinerja
pegawai pada Badan Kepegawaian dan Diklat Kabupaten Luwu Utara, yaitu
13
14
sebesar 49,9% hal ini berarti kinerja pegawai dipengaruhi oleh pelaksanaan
pendidikan dan pelatihan.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Dimas Agustian Eko Yusanto
(2012) dengan judul penelitian : “Manajemen Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan
Golongan II Bagi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Angkatan 642/643 Tahun
2012: Studi Kasus di Badan Pendidikan dan Pelatihan Propinsi Jawa Timur”.
Sedangkan
penilaian
untuk
penyelenggara
terdiri
atas:
1)
efektivitas
penyelenggaraan, 2) ketersediaan bahan ajar Diklat, 3) kesiapan sarana Diklat, 4)
kesesuaian pelaksanaan program dengan rencana, 5) ketersediaan dan kelengkapan
sarana dan prasarana Diklat, 6) kebersihan kelas, asrama, kafetaria, kamar mandi,
WC, dan lain-lain, dan 7) ketersediaan fasilitas olah raga dan kesehatan. Saran
penelitian ini bagi: 1) Kepala, Kabid Kepemimpinan Tingkat Dasar, dan Tim
Penyelenggara Badan Diklat Propinsi Jawa Timur perlu pengembangan berbagai
teknik program pelatihan sehingga dapat meningkatkan kualitas sumber daya
manusia sebagai aset/modal dalam organisasi maupun instansi, 2) Para peserta
Diklat, agar selalu senantiasa mengikuti program Diklat dengan sebaik- baiknya
sehingga peserta Diklat menjadi PNS yang diharapkan sebagai Aparatur
Pemerintah, 3) Para Akademisi Jurusan Administrasi Pendidikan, untuk
mengembangkan Ilmu Manajemen Diklat di dalam Jurusan Administrasi
Pendidikan yang nantinya semakin bertambahnya Subtansi Manajemen yaitu
Matakuliah Pengembangan Profesi Diklat, 4) Peneliti Lain, yang melakukan
penelitian
dengan
subjek
yang
sama
dapat
menggunakan
kuantitatif dan lebih mendalam untuk memperoleh data yang komplek.
pendekatan
15
Kemudian hasil penelitian yang dilakukan oleh Mawar Muchtar (2012)
dengan judul : “Efektivitas Pelaksanaan Diklat Prajabatan Pada Badan
Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Daerah Kabupaten Tana Toraja”, Secara
umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan diklat
prajabatan pada Badan Kepegwaian Pendidikan dan Pelatihan Daerah Kabupaten
Tana Toraja. Berdasarkan hasil penelitian menerangkan bahwa pelaksanaan diklat
prajabatan pada Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Daerah Kabupaten
Tana Toraja belum efektif karena adanya faktor Widyaswara dan sarana dan
prasarana yang krang menunjang terselenggaranya diklat tersebut.
Tabel 2.1
Perbedaan dan Persamaan Penelitian
Peneliti dan Judul
Penelitian
Ajie Saputra, H. Rasyid
Thaha dan H.A Gau Kadir
(2008) :
Hubungan Antara Pendidikan
dan Pelatihan dengan kinerja
Pegawai Badan Kepegawaian
dan Diklat Kabupaten Luwu
Utara”
Dimas Agustian Eko Yusanto
(2012) “Manajemen
Pendidikan dan Pelatihan
Prajabatan Golongan II Bagi
Calon Pegawai Negeri Sipil
(CPNS) Angkatan 642/643
Tahun 2012 : Studi Kasus di
Badan Pendidikan dan
Pelatihan Propinsi Jawa
Timur
Persamaan dengan
penelitian yang
akan dilakukan
Persamaan penelitian
ini dengan penelitian
yang akan dilakukan
yaitu sama-sama
meneliti tentang
kinerja serta
pelatihan dan
pendidikan pegawai
Persamaannya
adalah lebih menitik
beratkan pada
program pendidikan
dan pelatihan serta
dampak penelitian
Sumber : Hasil Penelitian Terdahulu
Perbedaan dengan
penelitian yang akan
dilakukan
Perbedaannya yaitu pada
jumlah sampel, lokasi
penelitian serta indicator
pengukuran variabel.
Perbedaan yaitu terletak
pada pendekatan penelitian.
Pendekatan penelitian yang
akan dilakukan lebih pada
penelitian kuantitatif,
variabel penelitian serta
responden penelitian.
Karena penelitian terdahulu
menggunakan fokus
penelitian dan informasi
penelitian dengan
pendekatan kualitatif
16
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Kinerja Pegawai
Pegawai merupakan kekayaan organisasi yang paling berharga, karena
dengan segala potensi yang dimilikinya, pegawai dapat terus dilatih dan
dikembangkan, sehingga dapat lebih berdaya guna, prestasinya menjadi semakin
optimal untuk mencapai tujuan organisasi. Sebagaimana diketahui bahwa manusia
dibekali akal dan fikiran atau potensi yang dibawa sejak lahir, dimana potensi
tersebut perlu dikembangkan dan dieksploitasi agar dapat bermanfaat bagi diri
sendiri maupun organisasi.
Musanef dalam Manajemen Kepegawaian (2003) menjelaskan tentang
pegawai sebagai berikut:
Pegawai adalah mereka yang secara langsung digerakkan oleh manajemen
untuk bertindak sebagai pelaksana yang akan menyelenggarakan pekerjaan
sehingga menghasilkan karya – karya yang diharapkan dalam usaha
pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Dari defenisi di atas dapat did tarik kesimpulan bahwa pegawai merupakan
tenaga kerja yang dalam bekerja dapat menyelengarakan pekerjaan melalui
kemampuan dan keterampilan yang bermanfaat untuk tercapainya tujuan organisasi
secara efektif.
Sedangkan dalam UU no.43 tahun 2009 tentang perubahan tentang pokok–
pokok kepegawaian pada pasal 1 ayat (1) disebutkan bahwa pegawai negeri adalah
setiap Warga Negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang telah
17
ditentukan diangkat oleh pejabat yang berwenang dalam suatu jabatan negeri atau
diserahi tugas Negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundangan.
Berdasarkan rumusan diatas, maka seorang pegawai negeri apabila telah
menjadi syarat – syarat yang telah ditentukan yang meliputi kepribadian, ketaatan,
kecakapan dan budi pekerti yang baik, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan
diserahi tugas dalam jabatan negeri atau tugas Negara lainnya yang ditetapkan
berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dan digaji menurut perundang –
undangan yang berlaku.
Meskipun pegawai tersebut telah memenuhi syarat akan tetapi belum dapat
dikatakan bahwa mereka berada dalam status kepegawaian.sebagaimana yang
dijabarkan dalam pasal 2 UU no.43 tahun 2009 yang mengatakan bahwa pegawai
negeri terdiri dari pegawai negeri sipil, pegawai negeri sipil daerah dan pegawai
tidak tetap.
1.
Pegawai Negeri Sipil adalah pegawai negeri yang gajinya dibebankan
pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBD) dan belanja
pada
departemen,
lembaga,
pemerintah
non-departemen,
kesekertariatan lembaga tertinggi dan lembaga tinggi Negara. Instansi
vertikal di daerah provinsi atau kabupaten/kota atau dipekerjakan untuk
menjalankan tugas Negara lainnya.
2.
Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah pegawai negeri dearah provinsi,
kabupaten/kota yang gajinya dibebankan pada APBD dan bekerja pada
pemerintah atau dipekerjakan diluar instansi induknya.
18
3.
Pegawai tidak tetap adalah pegawai yang diangkat untuk jangka waktu
tertentu guna melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan
yang bersifat teknis, profesioanal, adminstratif dan sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan organisasi, namun kedudukannya tetap
sebagai pegawai negeri.
2.2.2. Pendidikan dan Pelatihan
2.2.2.1. Pengertian dan Pentingnya Pendidikan dan Pelatihan
Pendidikan dan Pelatihan bagi sumber daya manusia merupakan topic yang
sangat penting dalam rangka menajemen sumber daya manusia, yaitu dalam usaha
meningkatkan keunggulan bersaing dalam organisasi. Adanya berbagai perubahan
did lingkungan kerja menghendaki organisasi harus melakukan pendidikan dan
pelatihan bagi sumber daya manusia secara proaktif demi mencapai produktivitas
kerja yang lebih baik.
Jhon Kendrick dalam Simanjuntak (2009) mengatakan bahwa pendidikan
dan pelatihan tidak saja menambah pengetahuan akan tetapi juga meningkatkan
keterampilan bekerja, sehingga akan meningkatkan produktivitas kerja organisasi.
Dalam konteks pengembangan sumber daya manusia, pendidikan dan
pelatihan merupakan upaya untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan
kepribadian manusia. Pendidikan (formal) dalam suatu organisasi adalah suatu
proses pengembangan kemampuan kearah yang diinginkan oleh organisasi yang
bersangkutan, sedangkan pelatihan (Training) merupakan bagian dari suatu proses
19
pendidikan yang tujuannya untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan
khusus seseorang atau kelompok orang.
Menurut Jan Bella yang di kutip oleh Hasibuan (2009) mengartikan
Pendidikan dam Pelatihan sama dengan pengembangan, yaitu:
Pendidikan dan Pelatihan sama dengan pengembangan yang merupakan
proses peningkatan keterampilan kerja baik teknis maupun manajerial.
Pendidikan berorientasi pada teori, dilakukan dalam kelas, berlangsung
lama dan biasanya menjawab why, sedangkan pelatihan berorientasi pada
praktek, dilakukan dilapangan, berlangsung singkat dan biasanya menjawab
how.
Subagyo (2005) “Pendidikan dan Pelatihan pegawai adalah aktivitas yang
meliputi usaha memberikan pengetahuan dan ketrampilan kepada para pegawai
dengan maksud agar pelaksanaan tugas lebih efektif.”
Menurut Notoatmodjo (2003) “Pendidikan dan Pelatihan adalah merupakan
upaya
untuk
mengembangkan
sumber
daya
manusia,
terutama
untuk
mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian masyarakat”
Pendidikan dan pelatihan biasanya sulit dibedakan karena sama-sama
bertujuan untuk mengembangkan potensi seseorang tetapi antara pendidikan dan
pelatihan mempunyai perbedaan yang sangat signifikan dalam hal proses
pelaksanaan dan orientasinya.
Pendidikan pada umumnya berkaitan dengan mempersiapkan calon tenaga
yang diperlukan oleh suatu instansi atau organisasi, sedangkan pelatihan lebih
20
berkaitan dengan peningkatan kemampuan atau keterampilan karyawan yang sudah
menduduki suatu pekerjaan atau tugas tertentu.
Adapun perbandingan atau perbedaan antara pendidikan dan pelatihan
menurut Notoatmodjo (2009) sebagai berikut :
Tabel 2.1
Perbandingan antara Pendidikan dan Pelatihan
Perbandingan
Pengembangan
Pendidikan
Pelatihan
Menyeluruh (overall)
Mengkhususkan (specific)
Area kemampuan
Kognitif, afektif,
Psikomotor dan
(penekanan)
Psychomotoric
keterampilan
Jangka waktu
Panjang (long term)
Pendek (short term)
Materi yang diberikan
Lebih umum
Lebih khusus
Penekanan penggunaan
Conventional
Inconventional
Gelar (degree)
Sertifikat (non degree)
kemampuan
pelaksanaan
belajar mengajar
Penghargaan akhir proses
(sumber : Notoatmodjo (2009)
Perbedaan–perbedaan tersebut tidaklah seperti hitam dan putih. Tetapi
prakteknya sangat fleksibel dimana batas pelaksanaan antara pendidikan dan
pelatihan tidak mempunyai garis yang tegas.
Robert L. Kaltz dalam Sedarmayanti (2007) mengutarakan perbedaan antara
pelatihan dan pengembangan terletak pada bobot materi program. Berdasarkan
asumsi bahwa dalam organisasi terdapat tiga kemampuan yang harus dimiliki
21
karyawan, yaitu kemampuan atau keterampilan teknis, kemampuan untuk
melakukan interaksi dengan orang lain dan kemampuan teori atau konsepsi.
Dengan demikian dalam program pendidikan dan pelatihan, materi yang diberikan
akan meliputi ketiga kemampuan dengan intensitas bobot yang berbeda.
Sastro (2003) mengenai pengertian pendidikan dan pelatihan sebagai
berikut:
Pendidikan adalah segala sesuatu untuk membina kepribadian dan
mengembangkan kemampuan manusia, jasmaniah, dan rohaniah yang
berlangsung seumur hidup, baik di dalam maupun di luar sekolah, untuk
pembangunan persatuan dan masyarakat adil dan makmur dan selalu ada
dalam keseimbangan. Sedangkan pelatihan adalah bagian pendidikan yang
menyangkut
proses
belajar untuk
memperoleh dan meningkatkan
keterampilan diluar system pendidikan yang berlaku dalam waktu yang
relatif singkat, dan dengan metode yang lebih mengutamakan praktek dari
pada teori.
Edwin B. Flippo dalam Hasibuan (2009) mengenai pendidikan dan
pelatihan sebagai berikut :
“Education is concerned with increasing general knowledge and
understanding of our environment”. (Pendidikan hubungan dengan
peningkatan kemampuan umun dan pemahaman atas lingkungan kita secara
menyeluruh). “Training is the act of increasing the knowledge and skill of
an employee for doing a particular job”. (latihan merupakan suatu
22
peningkatan pengetahuan dan keahlian seseorang karyawan untuk
mengerjakan suatu pekerjaan tertentu).
Pendidikan
profesionalisme
dan
dan
pelatihan
keterampilan
bertujuan
para
untuk
pegawai
meningkatkan
atau
karyawan
kualitas
dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya secara optimal yang dimaksudkan sebagai usaha
dari pimpinanan untuk menambah keahlian dan pengetahuan, sehingga di dalam
melaksanakan tugas-tugasnya dapat lebih efisien dan produktif.
Pendidikan dan pelatihan dipandang sebagai bentuk investasi bagi
organisasi. Oleh karena itu perlu dikembangkan agar pegawai memperoleh
perhatian yang besar. Pentingnya program pendidikan dan pelatihan bagi suatu
organisasi adalah sebagai berikut :
1.
Sumber daya manusia atau karyawan yang menduduki suatu jabatan
tertentu dalam organisasi, belum tentu mempunyai kemampuan yang
sesuai dengan persyaratanyang diperlukan dalam jabatan tersebut. Hal
ini terjadi karena biasanya seseorang memduduki jabatan tertentu
bukan karna factor kemampuan, melainkan karena tersedianya
informasi. Oleh sebab itu karyawan atau staff baru perlu meningkatkan
kemampuan yang diperlukan.
2.
Dengan adanya kemajuan ilmu teknologi, jelas akan mempengaruhi
suatu organisasi atau instansi. Oleh sebab itu jabatan-jabatan yang dulu
belum diperlukan, sekarang sudah diperlukan. Dengan demikian,
diperlukan penambahan atau peningkatan kemampuan yang diperlukan
oleh jabatan tersebut.
23
3.
Promosi dalam suatu organisasi atau institusi adalah suatu keharusan
apabila organisasi itu ingin berkembang. Biasanya kemampuan seorang
karyawan yang akan dipromosikan untuk menduduki jabtan tertentu
masih belum cukup. Untuk itulah diperlukan pendidikan dan pelatihan
tambahan.
4.
Dalam masa pembangunan ini organisasi-organisasi atau instansiinstansi, baik pemerintah maupun swasta merasa terpanggil untuk
menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi karyawannya agar
diperoleh efektivitas dan efisiensi kerja sesuai dengan masa
pembangunan.
Pentingnya pendidikan dan pelatihan yang telah did uraikan diatas bukan
hanya memberi mamfaat bagi karyawan atau pegawai yang bersangkutan, tetapi
juga keuntungan bagi oraganisasi atau institusi. Karena dengan adanya peningkatan
kemampuan melalui pelaksanaan pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan
produktivitas kerja karyawan. Karena jika produktivitas kerja meningkat, maka
organisasi yang bersangkutan memperoleh keuntungan.
Pentingnya pendidikan dan pelatihan bagi pegawai tercantum pada pasal 31
ayat 1 Undang-undang No. 43 Tahun 2009 tentang pokok-pokok kepegawaian
yaitu untuk mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya diadakan
pengaturan dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan jabatan Pegawai Negeri
Sipil yang bertujuan untuk meningkatkan pengabdian, mutu, keahlian, kemampuan
dan keterampilan.
24
Diklat meliputi dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi pendidikan dan fungsi
pelatihan yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Sasaran diklat
adalah terwujudnya PNS yang memiliki kompetensi yang sesuai dengan
persyaratan jabatan masing-masing.
2.2.2.2.
Tujuan Pendidikan dan Pelatihan
Dalam buku Sistem Administrasi Negara RI (2004), tujuan Diklat yaitu:
1.
Membina, memelihara, dan meningkatkan dedikasi pegawai negeri
sebagai unsur aparatur Negara, abdi Negara dan abdi masyarakat
kepada pancasila, UUD 1945, Negara dan pemerintah Republik
Indonesia.
2.
Meningkatkan mutu pegawai negeri agar lebih mampu dan lebih
termotivasi dalam menjalankan tugas–tugas yang dipercayakan
kepadanya secara berdaya guna dan berhasil guna.
3.
Membina pegawai negeri agar menjadi manusia yang mampu dan
tinggi dedikasinya serta memotivasinya dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa untuk mencapai tujuan nasional.
Pendidikan dan pelatihan pegawai negeri sipil menurut, PP Nomor 101
tahun 2000 adalah proses penyelenggaraan belajar mengajar dalam rangka
meningkatkan kemampuan pegawai negeri sipil. Diklat bagi PNS bertujuan :
25
1.
Meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan sikap untuk
dapat melaksanakan tugas jabatan secara profesional dengan dilandasi
kepribadian dan etika PNS sesuai dengan kebutuhan instansi.
2.
Menciptakan aparatur yang mampu berperan sebagai pembaharu dan
perekat persatuan dan kesatuan bangsa.
3.
Memantapkan sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi pada
pelayanan, pengayoman, dan pemberdayaan masyarakat.
4.
Menciptakan visi dan dinamika pola pikir dalam melaksanakan tugas
pemerintahan
umum
dan
pengembangan
demi
terwujudnya
kepemerintahan yang baik.
Dasar pemikiran kebijaksaan Diklat yang ditetapkan dalam Peraturan
Pemerintah ini adalah sebagai berikut :
1.
Diklat merupakan bagian integral dari sistem pembinaan PNS.
2.
Diklat mempunyai keterkaitan dengan pengembangan karier PNS.
3.
Sistem Diklat meliputi proses identifikasi kebutuhan, perencanaan,
penyelenggaraan, dan evaluasi Diklat.
4.
Diklat diarahkan untuk mempersiapkan PNS
agar memenuhi
persyaratan jabatan yang ditentukan dan kebutuhan organisasi,
termasuk pengadaan kader pimpinan dan staf.
2.2.2.3. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pendidikan dan Pelatihan
Pembangunan aparatur daerah diarahkan pada peningkatan kualitas,
produktifitas, efesiensi dan efektifitas seluruh tatanan administrasi pemerintahan,
26
termasuk peningkatan kemampuan dan disiplin. Semua ini ditunjukan kepada
terwujutnya aparatur negara yang semakin mampu melaksanakan seluruh tugas
pemerintahan, pembangunan dan pembinaan dan kemasyarakatan. Semua bidang
pendidikan dan pelatihan prajabatan di arahkan ke dalam bentuk pendidikan dan
pelatihan berjenjang, hal ini dalam rangka menanggapi dan mengantisipasi
kemajuan masyarakat serta pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi.
Dalam teori pendidikan dan pelatihan prajabatan faktor-faktor yang
mempengaruhi proses pelaksanaannya dapat di golongkan ke dalam dua bagian,
pertama dikenal sebagai perangkat lunak (Soft ware) dan kedua berupa perangkat
keras (Hart ware). Perangkat lunak dalam proses pendidikan dan pelatihan
prajabatan terdiri dari penyempurnaan dan penyusunan kurikulum, silabi, analisa
kebutuhan pendidikan dan pelatihan prajabatan, peraturan-peraturan, metode
pengajaran dan tenaga pengajar itu sendiri. Sedangkan perangkat keras terdiri dari
gedung tempat dilaksanakannya proses belajar mengajar (Notoadmodjo,2002).
Sebagian pendidikan dan pelatihan prajabatan yang langsung berkaitan
dengan pembinaan karier, pendidikann dan pelatihan penjenjangan mempunyai
fungsi yang sangat strategis yakni mempersiapkan dan membekali para Calon
Pegawai Negeri Sipil dari tingkat yang paling bawah sampai yang paling atas.
Untuk itu dalam rangka pelaksanaan, perlu di lakukan :
1.
Pengkajian, penyempurnaan dan penyusunan kurikulum, silabi, metode
pengajaran dan materi pelajaran dalam bentuk modul untuk tenaga pengajar
maupun untuk peserta.
2.
Peningkatan pembinaan, monitoring dan evaluasi penyelenggaraan.
27
3.
Penyempurnaan dan pengembangan pelaksanaan seleksi calon peserta dan
pembinaan peserta.
4.
Peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga pengajar.
Sedangkan yang berhubungan dengan sarana dan prasarana pendidikan dan
pelatihan prajabatan di penuhi adalah:
1.
Organisasi.
2.
Dana yang memadai
3.
Sarana yang sesuai
4.
Personalia yang memenuhi persyaratan (Warsowiwoho,2006).
Sedangkan Manulang (2004), mengemukakan bahwa faktor-faktor yang
perlu diperhatikan pada setiap program training “pelatihan” adalah sebagai berikut:
1.
Background (latar belakang) pekerjaan termasuk pendidikan formal dan
training serta pengalaman.
2.
Kebutuhan pekerjaan.
Perkembangan-perkembangan pekerjaan di masa depan dalam rangka
memberikan pelayanan yang di harapkan, termasuk keperluankeperluan ilmu teknik dan pertumbuan organisasi.
Menurut Mangkunegara (2008) faktor–faktor yang perlu di perhatikan
dalam pendidikan dan pelatihan adalah sebagai berikut :
1.
Perbedaan individu pegawai.
2.
Hubungan dengan analisis jabatan.
3.
Motivasi.
28
4.
Partisipasi aktif.
5.
Seleksi peserta penataran.
6.
Metode pelatihan dan pengembangan.
Sedangkan
untuk
mengetahui
faktor–faktor
yang
mempengaruhi
keberhasilan Diklat, maka harus diketahui hal–hal yang berhubungan dengan
Diklat tersebut. Moekijat (2001) memaparkan kunci keberhasilan pendidikan dan
pelatihan itu terdiri dari faktor – faktor sebagai berikut ;
1.
The trainee (Peserta Pendidikan dan Pelatihan)
Peserta Pendidikan dan Pelatihan hendaknya dilatih untuk berbagai
macam pekerjaan atau hal–hal yang bersifat mendidik dan cocok untuk
pekerjaan mereka agar setelah kembali ke instansi mereka dapat
menerapkan ilmunya di instansi masing–masing.
2.
The instructor (instruktur)
Hal yang sangat penting dalam penyelenggaraan Diklat yang baik
adalah instruktur. Seorang instruktur yang cakap dan berpengalaman
memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap program pendidikan dan
pelatihan.
3.
The training period (Masa pendidikan dan pelatihan)
Lamanya
masa
pendidikan
dan
pelatihan
tergantung
kepada
kemampuan belajar dan daya tangkap peserta Diklat dan media yang
digunakan dalam hal ini sarana dan prasarana.
29
4.
The training material (materi pendidikan dan pelatihan)
Materi yang digunakan dalam proses Diklat biasanya dalam bentuk
tertulis maupun lisan yang digunakan sebagai refrensi dan dasar
intruksi.
5.
The training process (proses pendidikan dan pelatihan)
Proses yang dimaksud adalah aktivitas – aktivitas peserta Diklat yang
akan dilakukan sebagai bagian dari transformasi ilmu dan praktek,
dimana peserta dapat leluasa mengemukakan pendapatnya. Dalam
pelaksanaan Diklat juga peserta membutuhkan ketenangan dalam
belajar dan keleluasaan untuk berdiskusi yang merupakan hal yang
tidak terpisahkan dari proses Diklat.
Sedangkan menurut Saydam (2006), apabila ditinjau dari hasil yang ingin
dicapai pada proses pelatihan, maka kurikulum merupakan faktor pendukung
utama, disamping adanya peserta, pengajar dan tempat. Kurikulum merupakan
sumber dan penentu bagi kegiatan–kegiatan Diklat.
2.2.2.4. Jenis-jenis Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)
Diklat meliputi dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi pendidikan dan fungsi
pelatihan yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Sasaran diklat
adalah terwujudnya PNS yang memiliki kompetensi yang sesuai dengan
persyaratan jabatan masing - masing. Jenis-jenis diklat PNS terdiri dari :
30
1.
Diklat Prajabatan:
Diklat Prajabatan dilaksanakan untuk memberikan pengetahuan dalam
rangka pembentukan wawasan kebangsaan, kepribadian dan etika PNS,
disamping pengetahuan dasar tentang sistem penyelenggaraan pemerintahan
negara, bidang tugas, dan budaya organisasinya agar mampu melaksanakan
tugas dan perannya sebagai pelayan masyarakat. Diklat prajabatan merupakan
syarat pengangkatan CPNS menjadi PNS. CPNS wajib diikutsertakan dalam
Diklat Prajabatan selambat-lambatnya 2 (dua) tahun setelah pengangkatannya
sebagai CPNS. CPNS wajib mengikuti dan lulus Diklat Prajabat untuk
diangkat sebagai PNS. Diklat Prajabatan terdiri dari :
a.
Diklat Prajabatan Golongan I untuk menjadi PNS Golongan I ;
b.
Diklat Prajabatan Golongan II untuk menjadi PNS Golongan II ;
c.
Diklat Prajabatan Golongan III untuk menjadi PNS Golongan III
Dalam Peraturan Pemerintah No. 101 tahun 2000 tentang Pendidikan
dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil, antara lain ditetapkan jenis-jenis
Diklat PNS. Salah satu jenis Diklat adalah Diklat Pra-Jabatan (Gol. I, II atau
III) yang merupakan syarat pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS)
untuk menjadi PNS sesuai golongan tersebut diatas.
Diklat Prajabatan dimaksudkan dilaksanakan untuk memberikan
pengetahuan dalam rangka pembentukan wawasan kebangsaan, kepribadian
dan etika PNS, disamping pengetahuan dasar tentang sistem penyelenggaraan
pemerintahan Negara, bidang tugas dan budaya organisasinya agar mampu
melaksanakan tugas dan peranannya sebagai pelayan masyarakat.
31
Sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun
2000, Diklat Prajabatan Golongan (I, II,dan III) bertujuan:
a. Meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan dan sikap
untuk dapat melaksanakan tugas secara professional dengan
dilandasi kepribadian dan etika PNS sesuai dengan kebutuhan
instansi;
b. Menciptakan aparatur yang mampu berperan sebagai pembaharu
dan perekat persatuan dan kesatuan bangsa;
c. Memantapkan sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi
pada pelayanan pengayoman dan pemberdayaan masyarakat;
d. Menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola pikir dalam
melaksanakan tugas pemerintahan umum dan pembangunan demi
terwujudnya kepemerintahan yang baik.
Untuk dapat membentuk sosok PNS seperti tersebut di atas perlu
dilaksanakan pembinaan melalui jalur Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) yang
mengarah kepada upaya peningkatan :
a.
Sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi pada kepentingan
masyarakat, bangsa, Negara dan tanah air;
b.
Kompentensi teknis, manajerial, dan atau kepemimpinannya;
c.
Efisiensi , efektifitas dan kualitas pelaksanaan tugas yang dilakukan
dengan semangat kerja sama dan tanggung jawab sesuai dengan
lingkungan kerja dan organisasinya.
32
Kurikulum dan mata pelajaran Diklat meliputi :
a.
Dinamika Kelompok
b.
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia
c.
Manajemen Kepagawaian Negara
d.
Etika Organisasi
e.
Pelayanan Prima
f.
Budaya Kerja Organisasi Pemerintah
g.
Manajemen Perkantoran Modern
h.
Membangun Kerjasama Tim (Team Building)
i.
Komunikasi yang Efektif
j.
Wawasan Kebangsaan dalam Kerangka Negara Kesatuan RI
k.
Program Ko-Kurikuler : Latihan Kesegaran jasmani, baris-berbaris, tata
upacara sipil, ceramah.
2.
Diklat dalam Jabatan
Diklat
dalam
Jabatan
dilaksanakan
untuk
mengembangkan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap PNS agar dapat melaksanakan tugastugas pemerintahan dalam pembangunan dengan sebaik-baiknya. Diklat dalam
Jabatan terdiri dari :
a.
Diklat Kepemimpinan
Diklat Kepemimpinan yang selanjutnya disebut Diklatpim dilaksanakan
untuk
mencapai
persyaratan
kompetensi
kepemimpinan
aparatur
33
pemerintah yang sesuai dengan jenjang jabatan struktural. Diklatpim
terdiri dari :
1) Diklatpim Tingkat IV adalah Diklatpim untuk jabatan Struktual
Eselon IV;
2) Diklatpim Tingkat III adalah Diklatpim untuk jabatan Struktual
Eselon III;
3) Diklatpim Tingkat II adalah Diklatpim untuk jabatan Struktual Eselon
II;
4) Diklatpim Tingkat I adalah Diklatpim untuk jabatan Struktual Eselon
I;
Peserta Diklatpim adalah PNS yang akan atau telah menduduki
jabatan struktual. PNS yang akan mengikuti Diklatpim Tingkat tertentu
tidak dipersyaratkan mengikuti Diklatpim Tingkat di bawahnya.
b.
Diklat Fungsional
Diklat fungsional dilaksanakan untuk mencapai persyaratan
kompetensi yang sesuai dengan jenis dan jenjang jabatan fungsionsl
masing-masing. Peserta Diklat fungsional adalah PNS yang akan atau
telah menduduki jabatan fungsional tertentu. Yang dimaksud dengan
jabatan
fungsional
tertentu,
adalah
jabatan-jabatan
fungsional
sebagaimana ditetapkan dengan keputusan Menteri yang bertanggung
jawab di bidang pendayagunaan aparatur Negara.
PNS yang perlu mengikuti Diklat fungsional adalah PNS yang
telah
di
evaluasi
oleh
pejabat
Pembina
kepegawaian
dengan
34
memperhatikan pertimbangan baperjakat dan Tim seleksi Diklat instansi.
PNS yang telah memenuhi persyaratan kompetensi jabatan fungsional
tertentu dapat diberikan sertifikat sesuai dengan pedoman yang ditetapkan
oleh instansi Pembina dan instansi pengendali.
c.
Diklat Teknis
Diklat
Teknis
dilaksanakan
untuk
mencapai
persyaratan
kompetensi teknis yang diperlukan untuk melaksanakan tugas PNS.
Peserta Diklat Teknis adalah PNS yang membutuhkan peningkatan
kompetensi teknis dalam pelaksanaan tugasnya. Pemantapan sistem
pendidikan dan latihan, meliputi:
1) Pengembangan standar pendidikan dan pelatihan sesuai dengan
persyaratan jabatan.
a) DIKLAT
Manajemen
berjenjang
terutama
untuk
jabatan
struktural
b) DIKLAT Teknis dan fungsional terutama untuk jabatan
fungsional
2) Pengembangan sistem identifikasi kebutuhan akan DIKLAT (IKAID)
dikaitkan dengan pemenuhan persyaratan jabatan dari/atau pembinaan
karier.
3) Pengembangan sistem evaluasi pasca DIKLAT (EPAD) yang
berkaitan dengan evaluasi:
a) Kesesuaian DIKLAT dengan penempatan
b) Kesesuaian kurikulum dengan kebutuhan pelaksanaan pekerjaan
35
c) Kemampuan pegawai dalam menyerap materi Diklat dikaitkan
dengan pelaksanaan tugas.
4) Pengembangan
sistem
Manajemen
penyelenggaraan
DIKLAT
terpadu.
2.2.2.5. Perencanaan dan Identifikasi Kebutuhan Diklat Prajabatan
1.
Perencanaan Diklat Prajabatan
Perencanaan akan kebutuhan pendidikan dan pelatihan prajabatan
Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) merupakan salah satu kegiatan pembinaan
dan pengembangan Calon Pegawai Negeri Sipil yang berorientasi dan
didasarkan pada :
a.
Usaha peningkatan kompetensi kinerja dari seorang Calon Pegawai Negeri
Sipil
b.
Pemenuhan kebutuhan akan pendidikan dan pelatihan serta perencanaan
dalam rangka pembinaan dan pengembangan karier seorang Calon
Pegawai Negeri Sipil.
c.
Perencanaan dan penetapan peserta sesuai dengan standar kompetensinya,
penentuan tujuan dan sasaran spesifik program pendidikan dan pelatihan,
penentuan jenis dan jenjang diklat, agenda/jadwal pembelajaran,
penyiapan dan penetapan widyaiswara, penyediaan sarana dan prasarana,
rencana pembiayaan, surat keterangan diklat prajabatan, evaluasi serta
pelaporan pelaksanaan diklat prajabatan.
2.
Identifikasi Kebutuhan Diklat Prajabatan
36
Identifikasi kebutuhan Diklat Prajabatan CPNS dilakukan melalui
analisa kebutuhan diklat yang dilakukan dengan:
a.
Mengungkapkan gambaran ketimpangan/kesenjangan kompetensi yang
dimiliki oleh Calon Pegawai Negara Sipil pada umumnya dalam
pelaksanaan tugas umum pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan
pemberdayaan kepada masyarakat
b.
Dasar untuk merancang program pendidikan pelatihan Calon Pegawai
Negeri Sipil sebagaimana yang diatur oleh Kepala Badan Pendidikan dan
pelatihan selaku Pembina Diklat.
Pentingnya analisis kebutuhan Diklat prajabatan erat kaitannya dengan
penyusunan program-program Pendidikan dan Pelatihan prajabatan sesuai
dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh Calon Pegawai Negeri Sipil.
Kelancaran dan keberhasilan program pendidikan dan pelatihan sangat erat
kaitannya dengan kegiatan analisis program pendidikan dan pelatihan yang
dilakukan secara teliti.
Hasil dari kegiatan identifikasi kebutuhan akan pendidikan dan
pelatihan prajabatn Calon Pegawai Negeri Sipil dapat digunakan untuk:
a.
Mewujudkan tujuan organisasi secara efektif, efisien, dan ekonomis
b.
Mengidentifikasikan kesenjangan antara keterampilan/kompetensi Calon
Pegawai Negeri Sipil dengan standar kompetensi yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya
37
c.
Mengidentifikasikan
kesenjangan
kompetensi
masa
kini
dengan
kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas secara
efektif dan efisien
d.
Unit organisasi mana saja yang perlu dilakukan pengembangan pegawai
e.
Mengantisipasi perubahan yang tidak menentu di masa yang akan datang
(perubahan intern maupun perubahan global).
Analisis kebutuhan diklat prajabatan ini apabila dilakukan dengan
benar dan sungguh-sungguh maka akan menghasilkan:
a.
Data, fakta tentang kompetensi yang diharapkan dengan kompetensi yang
dimiliki oleh Calon Pegawai Negeri Sipil masa kini
b.
Informasi mengenai rumpun-rumpun ilmu, pengetahuan apa yang harus
diperlukan untuk menyusun kurikulum serta jenis diklat yang akan
diperlukan dalam rangka mendukung tugas pokok dan fungsinya.
2.2.3. Kinerja Pegawai
2.2.3.1. Pengertian Kinerja
Pada dasarnya kebutuhan hidup manusia tersebut tidak hanya berupa
material, tetapi bersifat non material, seperti kebanggaan dan kepuasan kerja. Tiap
individu cenderung akan di hadapkan pada hal-hal yang mungkin tidak di duga
sebelumnya di dalam proses mencapai kebutuhan yang di inginkan sehingga
melalui bekerja dan pertumbuhan pengalaman, seseorang akan memperoleh
kemajuan dalam hidupnya. Seseorang dapat di lihat bagaimana kinerjanya adalah
dalam proses bekerja tersebut.
38
Kinerja berasal dari kata Job performance yaitu prestasi kerja yang dicapai
seseorang. Performance diterjemahkan menjadi kinerja, juga berarti prestasi kerja,
pelaksanaan kerja,pencapaian kerja atau hasil kerja, penampilan kerja (Lembaga
Administrasi Negara ; 2002)
Sedangkan menurut anwar prabu (2004) pengertian kinerja (prestasi kerja)
adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitias yang dicapai oleh seorang pegawai
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Dalam melakukan suatu pekerjaan, seorang pegawai hendaknya memiliki
kinerja yang tinggi. Akan tetapi hal tersebut sulit untuk dicapai, bahkan banyak
pegawai yang memiliki kinerja yang rendah atau semakin menurun walaupun telah
banyak memiliki pengalaman kerja dan lembaga pun telah banyak melakukan
pelatihan maupun pengembangan terhadap sumber daya manusianya, untuk dapat
meningkatkan kemampuan dan motivasi kerja pegawainya. Kinerja pegawai yang
rendah akan menjadi sutau permasalahan bagi sebuah organisasi atau lembaga,
karena kinerja yang dihasilkan pegawai tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh
organisasi. Untuk memberikan gambaran tentang kinerja pegawai, berikut ini
adalah beberapa penjelasan yang berkaitan dengan kinerja pegawai.
Dalam kamus bahasa inggris (Melinda ; 2005) kinerja diartikan sebagai
“Performance is ability to perform, capacity achieve and desired result (Webster
third”.
39
Kinerja didalam kamus bahasa Indonesia (2004) dikatakan bahwa kinerja
merupakan :
1.
Sesuatu yang dicapai
2.
Prestasi yang diperlihatkan
3.
Kemampuan kerja.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan hasil kerja yang
dihasilkan oleh pegawai atau karyawan dalam melakukan tugas dan tanggung
jawabnya.
Grounlud dalam bukunya “human competence engineering worthly
performance” memberikan pendapatnya seperti yang dikutip oleh arif rahman
(2007) “kinerja adalah penampilan perilaku kerja yang ditandai oleh keluwesan
gerak, ritme atau urutan kerja yang sesuai dengan prosedur sehingga diperoleh hasil
yang memenuhi syarat berkualitas, kecepatan dan jumlah”.
Kinerja juga dapat diartikan sebagai prestasi yang dapat dicapai organisasi
dalam suatu periode tertentu. Prestasi yang dimaksud adalah efektifitas operasional
organisasi baik dari segi manajerial maupun ekonomis operasional. Dengan kinerja
kita dapat mengetahui sampai seberapa besar peringkat prestasi keberhasilan atau
bahkan mungkin kegagalan seseorang karyawan dalam menjalankan amanah yang
diterimanya.
Sedangkan kinerja sumber daya manusia merupakan istilah yang bersal dari
kata Job Performance atau Actual Performance artinya prestasi kerja atau prestasi
sesungguhnya
yang
dicapai
seseorang.
definisi
kinerja
karyawan
yang
dikemukakan oleh Bambang Kusriyanto (2001) dalam Evaluasi Kinerja Sumber
40
Daya Manusia (Mangkunegara, 2005) adalah “Perbandingan hasil yang dicapai
dengan peran serta tenaga kerja persatuan waktu (lazimnya per jam)”.
Selanjutnya Mangkunegara (2005), mengemukakan bahwa : “Kinerja
karyawan (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kulaitas dan kuantitas yang
dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya”.
Mascon, Abert dan Khendor (2008) memandang bahwa kinerja seorang
pegawai dapat dilihat dari dimensi konstekstual , dimana dimensi konstekstual ini
melihat kinerja seseorang dari mampu tidaknya menjaga keutuhan dirinya dalam
pekerja terlepas dari hasil kerja yang capai. Dimensi proses melihat baik atau
buruknya seseorang dari bagimana orang tersebut melaksanakan tahapan-tahapan
pekerjaan yang tanpa memandang hasilnya, kemudian, dimensi keluaran yang
dilihat adalah hasilnya tanpa melihat bagimana pegawai
melaksanakan
pekerjaannya.
Lebih lanjut, Irwan (2004) mendefinisikan kinerja sebagai hasil kerja
seseorang pekerja, sebuah proses manajemen, atau organisasi secara keseluruhan,
dimana hasil kerja harus dapat ditunjukan buktinya secara konkret dan dapat diukur
dengan tolak ukur yang telah ditentukan.
Berdasarkan pengertian-pengertian kinerja di atas, maka dapat dinyatakan
bahwa kinerja adalah kemampuan untuk merealisasikan kemampuan kerja pegawai
sesuai dengan tugas dan tanggung jawab dari pekerjaan yang diembannya. Maka
peningkatan kinerja pegawai adalah proses untuk meningaktkan kemampuan kerja,
41
penampilan kerja atau performance kerja seseorang yang dapat dilakukan dengan
berbagai cara.
2.2.3.2. Faktor-faktor Pencapaian Kerja
Faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor
kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation). Hal ini sesuai dengan
pendapat Keith Davis dalam Mangkunegara (2000) yang merumuskan bahwa:
Ability
Motivation
Performance
(Mangkunegara, 2005)
Gambar 2.1
Human Performance menurut Keith Davis
1.
Faktor Kemampuan (Ability)
Secara psikologis, kemampuan (ability) terdiri dari kemampuan potensi
(IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill). Artinya, pemimpin
dan karyawan yang memiliki IQ di atas rata-rata (IQ 110 – 120) apalagi
42
IQ superior, very superior, gifted dan genius dengan pendidikan yang
memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan
sehari-hari, maka akan lebih mudah mencapai kinerja maksimal.
2.
Faktor Motivasi (Motivation)
Motivasi diartikan suatu sikap (attitude) pimpinan dan karyawan
terhadap situasi kerja (situation0 di lingkungan organisasinya. Mereka
yang bersikap positif (pro) terhadap situasi kerjanya akn menunjukkan
motivasi kerja tinggi dan sebaliknya jika mereka bersikap negative
(kontra) terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja
rendah. Situasi kerja yang dimaksud mencakup antara lain hubungan
kerja,
fasilitas
kerja,
iklim
kerja,
kebijakan
pimpinan,
pola
kepemimpinan kerja dan kondisi kerja.
Menurut Timple (2002) dalam Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia
(Mangkunegara, 2005mengemukakan faktor-faktor kinerja yaitu :
1) Faktor Internal
Faktor Internal (disposisional) yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifatsifat seseorang, misalnya kinerja seseorang baik disebabkan karena mempunyai
kemampuan tinggi dan seseorang itu tipe pekerja keras, sedangkan seseorang
mempunyai kinerja jelek disebabkan orang tersebut tidak memiliki upaya-upaya
untuk memperbaiki kemampuannya.
43
2)
Faktor Eksternal
Faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kinrja seseorang
yang berasal dari lingkungan. Seperti perilaku, sikap, tindakan-tindakan rekan
kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja dan iklim organisasi.
Sedangkan menurut Henry Simamora (Mangkunegara, 2005 : 14), kinerja
dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu :
a)
Faktor Individual yang terdiri dari :
(1)
Kemampuan dan keahlian
(2)
Latar belakang
(3)
Demografi
b)
(1)
Faktor Psikologis yang terdiri :
Persepsi
(2) Attitude
(3) Personality
(4)
Pembelajaran
(5)
Motivasi
c)
Faktor Organisasi yang terdiri dari :
(1)
Sumber daya
(2)
Kepemimpinan
(3)
Penghargaan
(4)
Struktur
(5) Job design
44
Mangkunegara (2005 ; 160 mengemukakan bahwa faktor-faktor penentu
kinerja (prestasi kerja individu) dalam organisasi adalah faktor individu dan faktor
lingkungan kerja organisasi.
a.
Faktor Individu
Secara psikologis, individu yang mormal adalah individu yang memiliki
integritas yang tinggi antara fungsi psikis (rohani) dan fisiknya (jasmaniah).
Dengan adanya integritas yang tinggi antara fungsi psikis dan fisik, maka individu
tersebut memiliki konsentrasi diri yang baik. Konsentrasi yang baik ini merupakan
modal utama individu manusia untuk mampu mengelola dan mendayagunakan
potensi dirinya secara optimal dalam melaksanakan kegiatan atau aktivitas kerja
sehari-hari dalam mencapai tujuan organisasi.
b.
Faktor Lingkungan Organisasi
Faktor lngkungan kerja organisasi sangat menunjang bagi individu dalam
mencapai prestasi kerja. Faktor lingkungan organisasi yang dimaksud antara lain
uraian jabatan yang jelas, autoritas yang memadai, target kerja yang menantang,
pola komunikasi kerja efektif, hubungan kerja harmonis, iklim kerja respek dan
dinamis, peluang berkarier dan fasilitas kerja yang relatif memadai.
Sedangkan John Locke dalam teori lingkungan berpandangan bahwa hanya
faktor lingkungan yang sangat menentukan seorang individu mampu berprestasi
baik atau tidak. menentukan kinerja pegawai juga dapat dilihat dari kreatifitas
pegawai. Kreatifitas adalah kemampuan untuk mengolah informasi sehingga
informasi tersebut bisa bermakna, bermanfaat, dan menjadi sesuatu hal yang baru.
45
Kreativitas seseorang akan bermanfaat jika didukung oleh lingkungan
sekitarnya.jadi kreatifitas yang didukung oleh organisasi dan lingkungan sekitarnya
akan dapat meningkatkan kinerja seseorang dan secara langsung juga dapat
menciptakan efektivitas organisasi. (Dubrin, 1984 : 217).
b.
Aspek-aspek Standar Kinerja
Adapun aspek-aspek kinerja adalah sebagai berikut : (1) Quality of work
(kualitas kerja), Promptness (ketepatan waktu), Initiative (inisiatif diri), (4)
Capability (kemampuan), (5) Comunication (komunikasi) (T.R Mitchell dalam
Melinda; 2005).
Malayu S. P. Hasibuan mengemukakan bahwa aspek-aspek kinerja
mencakup sebagai berikut :
1.
Kesetiaan
2.
Hasil Kerja
3.
Kejujuran
4.
Kedisiplinan
5.
Kreativitas
6.
Kerja sama
7.
Kepemimpinan
8.
Kepribadian
9.
Prakarsa
10. Kecakapan.
46
Sedangkan Husein Umar (2007 : 266) membagi aspek-aspek kinerja sebagai
berikut
1.
Mutu Pekerjaan
2.
Kejujuran Karyawan
3.
Inisiatif
4.
Kehadiran
5.
Sikap
6.
Kerjasama
7.
Keandalan
8.
Pengetahuan tentang pekerjaan
9.
Tanggung jawab
10. Pemanfaatan waktu kerja
c.
Unsur-unsur Kinerja
Selanjutnya B Sastrohardiwiryo (2002) menjelaskan bahwa umumnya
unsur-unsur kinerja adalah sebagai berikut :
1.
Kesetiaan
Kesetiaan yang dimaksud adalah tekad dan kesanggupan didalam mentaati,
melaksanakan dan mengamalkan sesuatu yang ditaati dengan penuh kesadaran dan
tanggung jawab. Tekad dan kesanggupan tersebut harus dibuktikan dengan sikap
dan tingkah laku tenaga kerja yang bersangkutan dengan kegiatan sehari-hari serta
dalam perbuatan melaksanakan tugas dan pekerjaan yang dibebankan kepadanya.
Kesetiaan tenaga kerja terhadap suatu perusahaan sangat berhubungan dengan
47
pengabdiannya. Pengabdian yang dimaksud adalah sumbangan pikiran dan tenaga
yang ikhlas dengan mengutamakan kepentingan publik diatas kepentingan pribadi.
2.
Prestasi kerja
Prestasi kerja merupakan hasil kerja yang dicapai oleh seorang tenaga kerja
dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Pada
umumnya prestasi kerja seorang tenaga kerja dipengaruhi oleh kecakapan,
keterampilan pengalaman, dan kesanggupan tenaga kerja yang bersangkutan.
3.
Tanggung jawab
Tanggung jawab adalah kesanggupan seorang tenaga kerja dalam
menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaikbaiknya dan tepat waktu. Serta dapat mengambil resiko atas keputusan yang
diambilnya atau tindakan yang dilakukannya.
4.
Ketaatan
Ketaatan adalah kesanggupan seorang tenaga kerja untuk mentaati segala
aturan dan ketentuan serta pertauran perundang-undangan yang berlaku, mentaati
peraturan kedinasan yang diberikan oleh atasan yang berwenang, serta
kesanggupan untuk tidak melanggar larangan yang telah ditentukan oleh
perusahaan maupun pemerintah, baik secara tertulis maupun tidak tertulis.
5.
Kejujuran
Merupakan ketulusan hati tenaga kerja dalam melaksanakan tugas dan
pekerjaan serta kemampuan untuk tidak menyalah gunakan wewenang yang telah
dibebankan kepadanya.
48
6.
Kerjasama
Merupakan kemamuan tenaga kerja untuk bekerja sama dengan orang lain
dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang telah diamanatkan, sehingga
mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya.
7.
Prakarsa
Adalah kemampuan seorang tenaga kerja untuk mengambil suatu keputusan
ataupun tindakan yang diperlukan tanpa diperintah oleh manajemen lainnya
8.
Kepemimpinan
Adalah kemampuan yang dimiliki seorang tenaga kerja untuk meyakinkan
orang lain ( tenaga kerja lain ) sehingga dapat dikerahkan secara maksimal untuk
melaksanakan tugas pokok. Penilaian unsure kepemimpinan bagi tenaga kerja yang
mempunyai keyakinan dalam perusahaan, bagi top manajemen. Middle manajemen
maupun lower manajemen.
a.
Standar Pengukuran Kinerja
Berbicara mengenai penilaian kerja, erat kaintannya dengan standar kinerja,
karena standar kinerja perlu dirumuskan untuk dijadikan acuan dalam comparative
standar (standar perbandingan). Standar perbandingan terhadap apa yang dicapai
dengan apa yang diharapkan. Dengan kata lain standar tersebut dapat dijadikan
patokan dalam menilai tanggung jawab terhadap apa yang dilakukan.
Agus Dharman (2001) mengungkapkan pengukuran kinerja dapat berfungsi
sebagai target / sasaran, sebagai informasi yang dapat diguanakan para pegawai
dalam mengarahkan usaha-usaha mereka melalui serangkaian prioritas tertentu.
49
Dengan demikian peningkatan kinerja yang efektif dapat mempengaruhi sekaligus
dua hal yaitu : kualitas kerja dan produktifitasDalam melakukan penilaian terhadap
kinerja pegawai ada beberapa hal yang dijadikan sebagai tolak ukur atau standar
yang sering digunakan dalam melakukan penilaian kinerja. Standar kinerja itu
sendiri dirumuskan sebagai tolak ukur untuk mengadakan perbandingan antara apa
yang telah dilakukan dengan apa yang diharapkan dan kaitannya dengan pekerjaan
atau jabatan yang telah dipercayakan kepada seseorang. Standar tersebut dapat
dijadikan ukuran dalam mengadakan pertanggungjawaban terhadap apa yang
dilakukan.
Eckel etal dalam tim penyusun pengembangan sistem akuntabilitas kinerja
pemerintah (200;16) menyatakan bahwa kerangka pengukuran kinerja adalah
sebagai berikut :
1.
Membangun kebijakan korporasi termasuk sasaran umum
2.
Menciptakan ukuran kinerja
3.
Menciptakan sistem untuk pengumpulan dan melaporkan informasi
4.
Menerapkan program, pemantauan, menciptakan dan menerapkan
tanggapan-tanggapan korporasi terhadap hasil kerja.
Selain itu ada beberapa peryaratan yang mesti dipenuhi dalam standar
pengukuran kinerja diantaranya adalah :
1.
Standar kinerja haruslah relevan dengan individu dan organisasi
2.
Standar kinerja haruslah membedakan antara pelaksana pekerjaan
yang baik, sedang dan buruk.
3.
Standar kinerja haruslah dinyatakan dengan angka-angka
50
4.
Standar kinerja haruslah mudah diukur
5.
Standar kinerja haruslah dipahami oleh karyawan atas pengawas
Standar kinerja haruslah memberikan penafsiran tidak mendua.
Adapun kriteria penilaian kinerja yang baik menurut Payaman C.
Simanjuntak (2005 : 115) memiliki sejumlah cirri, yaitu :
a.
Harus mampu diukur dengan cra yang dapat dipercaya
b.
Harus mampu membedakan individu-individu sesuai dengan kinerja
c.
Harus sensitif terhadap masukan dan tindakan dari pemegang jabatan
d.
Harus dapat diterima oleh individu yang mengetahui kinerjanya
mereka
sendiri dinilai.
Dengan kriteria yang dapat dijadikan tolak ukur, maka penilaian terhadap
kinerja pegawai akan dirasakan akurat, karana didasarkan pada standar-standar
yang sudah jelas.
a.
Karakteristik Individu Dengan Kinerja Tinggi
Berdasarkan hasil penelitian David Mc. Clelland (Mangkunegara, 2005 :
28) tentang pencapaian kinerja, dapat disimpulkan bahwa individu-individu yang
memiliki motivasi berprestasi tinggi untuk mencapai kinerja dapat dibedakan
dengan yang lainnya dalam ciri seperti yang disadur oleh R. Wayne Pace (2002 :
434) :
51
a.
Individu yang senang bekerja dan menhadapi tantangan yang
moderat.
b.
Individu yang memperoleh sedikit kepuasan jika pekerjaannya sangat
mudah dan jika terlalu sulit cenderung kecewa.
c.
Individu yang senang memperoleh umpan balik yang konkrit
mengenai keberhasilan pekerjaannya.
d.
Individu yang cenderung tidak menyenangi tugas tersebut jika tidak
mencapai prestasi sesuai dengan yang diinginkan.
e.
Individu yang lebih senang bertanggung jawab secara personal atas
tugas yang dikerjakan.
f.
g.
Individu yang puas dengan hasil bila pekerjaan dilakukan sendiri.
Individu yang kurang istrahat, cenderung inovatif dan banyak
bepergian.
h.
Individu yang selalu kemungkinan pekerjaan yang lebih menantang,
meninggalkan sesuatu yang lama dan menjadi rutinitas serta berusaha untuk
menemukan sesuatu yang baru.
b.
Manfaat Pengukuran Kinerja
Pengukuranmerupakan hal yang penting dalam manajemen program secara
keseluruhan, karena kinerja yang dapat diukur akan mendorong pencapaian kinerja
tersebut.
Pengukuran
kinerja
yang
dilakukan
secara
berkesinambungan
memberikan umpan balik (Feedback) yang merupakan hal penting dalam upaya
perbaikan secara terus-menerus dan mencapai keberhasilan dimasa yang akan
dating. Melalui pengukuran kinerja diharapkan instansi atau lembaga manapun
52
dapat mengetahui kinerja dalam suatu periode tertentu. Beberapa manfaat
pengukuran kinerja adalah sebagai berikut :
1.
Meningkatkan kualitas jasa dan produk
2.
Memastikan akuntabilitas dan pengendalian
3.
Meningkatkan kualitas praktek manajemen
4.
Memformulasikan kebijakan
5.
Merencanakan dan menggerakan
6.
Meyakinkan ekuitas dalam distribusi dan eksesibilitas atas jasa.
2.3. Kerangka Pikir Penelitian
Sesuai dengan judul dan permasalahan yang dihadapi, maka model
kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Kinerja Pegawai
(Y)
Diklat Prajabatan (X)
a.
b.
c.
d.
e.
The trainee (Peserta
Pendidikan dan Pelatihan)
The instructor (instruktur)
The training period (Masa
pendidikan dan pelatihan)
The training material
(materi pendidikan dan
pelatihan)
The training process (proses
pendidikan dan pelatihan)
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Kesetiaan
Prestasi Kerja
Tanggung Jawab
Ketaatan
Kejujuran
Kerjasama
Prakarsa
Kepemimpinan
Gambar 2.2
Model Kerangka Pikir Penelitian
53
Dalam hal ini Diklat Prajabatan (X) sebagai variabel bebas (independent)
adalah diklat sedangkan variabel (Y) sebagai variabel terikat (dependent) adalah
kinerja pegawai dengan indikator – indikatornya.
2.4. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian kuantitatif. Terdapat
tiga alasan utama yang mendukung pandangan ini, di antaranya: Pertama,
Hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini dapat dilihat
dari teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang akan diteliti.
Misalnya, sebab dan akibat dari konflik dapat dijelaskan melalui teori mengenai
konflik. Kedua, Hipotesis dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan benar atau
tidak benar atau difalsifikasi. Ketiga, hipotesis adalah alat yang besar dayanya
untuk memajukan pengetahuan karena membuat ilmuwan dapat keluar dari dirinya
sendiri. Artinya, hipotesis disusun dan diuji untuk menunjukkan benar atau
salahnya dengan cara terbebas dari nilai dan pendapat peneliti yang menyusun dan
mengujinya.
Berdasar pada rumusan masalah dalam bab sebelumnya, hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah :
1.
Tidak ada pengaruh antara pelatihan Diklat Prajabatan CPNS terhadap kinerja
pegawai.
2.
Ada pengaruh antara pelaksanaan Diklat Prajabatan CPNS terhadap kinerja
pegawai.
Download