PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

advertisement
1
PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP
PRODUKTIVITAS KARYAWAN PT. HITOS INNOVATIVE UTAMA
BATAM
TUGAS AKHIR
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh
Gelar Ahli Madya
Oleh:
FIKA ANGGRAINI
11002912
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
AKADEMI AKUNTANSI PERMATA HARAPAN
BATAM
2016
2
ABSTRAK
PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP
PRODUKTIVITAS KARYAWAN PT. HITOS INNOVATIVE UTAMA
BATAM
Fika Anggraini
11002912
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Keselamtan dan
Kesehatan baik secara parsial maupun simultan terhadap Penjualan PT. Hitos
Innovative Utama
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan merupakan penelitian
sampel. Subjek penelitian ini adalah karyawan PT. Hitos Innovative Utama
jumlah 86 orang. Pengumpulan data mengguakan kuesioner yang telah di uji
validitas dab reabilitanya.
Hasi penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh positif dan
signifikan antara Keselamatan terhadap Produktivitas Karyawan di tujukan
dengan hasil uji t. dengan nilai t hitung 3,806 lebih besar dari nilai t tabel 1,988
dengan nilai signifikan 0,00 lebih kecil dari 0,05 Terdapat pengaruh positif dan
signifikan antara kesehatan terhadap produktivitas karyawan di tujukan dengan
hasil uji t. dengan nilai t hitung 4,438 lebih besar dari t tabel 1,988 dengan nilai
signifikan 0,00 lebih kecil dari 0,05 Terdapat pengaruh keselamatan dan
kesehatan secara simultan terhadap produktivitas karyawan, hal ini di tujukan
dengan hasil uji F.dengan nilai f hitung 120,127 lebih besar dari f tabel 2,483
dengan nilai signifikan 0,000 lebih kecil dari 0,05
Kata kunci: Keselamatan, Kesehatan dan Produktivitas
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di
ASEAN. Dalam menyongsong era globalisasi Indonesia bukan saja
menjadi negara agraris tetapi telah mulai bergerak ke tujuan menjadi
negara industri. Berbagai industri berat telah dibangun di berbagai kota
Indonesia. Selain itu berbagai mega proyek seperti pembangunan PLTU,
ajungan penambangan minyak untuk lepas pantai ataupun didarat telah
mulai. Oleh karena itu, kota-kota di Indonesia telah menyesuaikan diri
untuk mengikuti perubahan ini.
Batam, Provinsi KEPRI, salah satu kota yang telah dipersiapkan
untuk semua ini. Dengan memiliki lokasi strategis pelabuhan laut bongkar
muat yang mudah di akses, dan tenaga profesional yang memadai telah
menjelma menjadi kota industri. Berbagai industri telah dibangun disini,
dari industri minyak dan gas, industri perkapalan, dan industri berat
lainnya.
Dengan adanya berbagai ragam industri di Batam, angka
kecelakaan
ketika bekerja semakin meningkat.
Oleh karena itu,
keselamatan dan kesehatan kerja telah menjadi salah satu hal yag tidak
bisa dipandang dengan sebelah mata apalagi di abaikan sama sekali,
kaerena bukan hanya merugikan pekerja tetapi juga perusahaan dan image
kota Batam.
4
Keselamatan dan kesehatan kerja yaitu suatu asas yang rasional
untuk manajemen yang mencakup kenyataan bahwa baik perencanaan
maupun keputusan-keputusan manajerial organisasi keseluruhannya tidak
terlepas dari manusia dan lingkungan kerjanya dalam arti kata jika dengan
demikian maka perbuatan dan keadaan yang tidak selamat yang berakhir
dengan kecelakaan adalah suatu gejala. Dimana keselamatan dan sehatan
kerja ini sudah di atur dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu masalah yang
penting dalam setiapn proses beroperasional, baik disector tradisional
maupun modern. Khususnya pada masyarakat yang sedang beralih dari
suatu kebiasaan pada kebiasaan lain, perubahan-perubahan pada umumnya
menimbulkan beberapa permasalahan yang tidak di tanggulangi secara
cermat dapat membawa berbagai akibat buruk bahkan fatal. Keselamatan
dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja
perusahaan dan lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya
akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang
wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan mencegah, mengurangi
bahkan menihilkan resiko kecelakaan kerja. Penerapan K3 tidak boleh
dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan keja dan penyakit akibat
kerja yang menghabiskan banyak biaya perusahaan, melainkan harus
dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang.
5
Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang benar-benar
menjaga keselamatan dan kesehatan karyawannya dengan membuat aturan
tentang keselamatan dan kesehatan kerja yang dilaksanakan oleh seluruh
karyawan dan pimpinan perusahaan. Perlindungan tenaga kerja dari
bahaya dan penyakit akibat kerja atau akibat dari lingkungan kerja sangat
dibutuhkan oleh karyawan agar karyawan merasa aman dan nyaman dalam
menyelesaikan pekerjaaannya. Tenaga kerja yang sehat akan bekerja
produktif. Sehingga diharapkan kinerja karyawan meningkat yang dapat
mendukung keberhasilan bisnis perusahaan dalam membangun dan
membesarkan usahannya.
PT. Hitos Innovative Utama merupakan salah satu Perusahaan
yang berpusat di Batam, Provinsi Kepri yang bergerak di bidang
perlakukan panas( heat treatment) pada industri minyak dan gas ataupun
bidang industri berat lainnya. PT. Hitos Innovative Utama terdiri dari 3
departemen, Operational,Administrasi, dan QHSE (Quality Health Safety
and Environment). Departemen Administrasi bertugas mengurus semua
hal yang berhubungan dengan administrasi perusahaan ataupun karyawan.
Departemen QHSE bertugas mengontrol mutu produksi dan keselamatan
selama produksi. Departemen Operational merupakan eksekutor langsung
aktivitas heat treatment di lapangan (site). Site inilah yang mengandung
berbagai sumber potensi bahaya yang dapat menyebabkann kecelakan baik
terhadap karyawan PT. Hitos Innovatie Utama ataupun property
perusahaan seperti machine dan equipment lainnya.
6
PT. Hitos Innovative Utama adalah salah satu perusahaan yang
dituntut untuk terus berupaya meningkatkan produktivitas karyawan
dengan memperhatikan aspek kenyamanan dan ketenangan karyawan saat
bekerja,
yaitu
dengan
memberikan
perlindungan
serta
jaminan
keselamatan dan kesehatan kerja bagi karyawan. Hal tersebut di buktikan
dengan adanya penggunaan alat-alat pelindung diri seperti warepack,
sepatu safety, sarung tangan, helmet, kaca mata, masker, earplug.
PT.Hitos Innovative Utama memerlukan prosedur kerja yang dapat
mempengaruhi keselamatan dan kesehatan kerja karyawan. Dalam
meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja karyawan. PT.Hitos
Innovative Utama sangat mem[erhatikan kesejahteraan karyawannya. Ini
di aplikasikan dengan mengikutsertakan karyawannya pada:
a. Program BPJS
b. Dana Pensiun
c. Pesangon bagi karyawan yang di PHK yang jumlahnya di
sesuaikan dengan peraturan ketenaga kerjaan yang berlaku.
d. Tunjangan hari raya
Fasilitas-fasilitas
tersebut
diharapkan
dapat
meningkatkan
produktivitas kerja karyawan.
Untuk mengetahui sejauh mana tingkat kecelakaan kerja yang
terjadi di PT. Hitos Innovative Utama dibatam dapat di lihat dari uraian
tabel 1 berikut ini:
7
Tabel 1.1 : Tingkat kecelakaan kerja pada PT.Hitos Innovative
Utama
Tabel Jumlah Karyawan
Tetap (orang)
Kontrak(orang)
2011
25
28
2012
25
33
2013
27
34
2014
27
29
2015
32
44
Sumber : PT.Hitos Innovative Utama
Jumlah
(orang)
53
58
61
56
76
Frekuensi
Kecelakaan (X)
4
7
9
14
17
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat tingkat kecelakaan
karyawan yang terjadi mengalami peningkatan setiap tahunnya pada PT.
Hitos Innovative Utama. Pada tahun 2011 jumlah karyawan 53 orang,
dengan frekuensi kecelakaan 4 kali. Pada tahun 2012 jumlah karyawan 58
orang dengan frekuensi kecelakaan 7 kali. Pada tahun 2013 jumlah
karyawan 61 dengan frekuensi kecelakaan 9 kali. Pada tahun 2014 jumlah
karyawan 56 dengan frekuensi kecelakaan14 kali. Pada tahun 2015 jumlah
76 karyawan orang dengan frekuensi kecelakaan 17 kali.
Dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 tingkat kecelakaan di
PT. Hitos Innovative Utama selalu mengalami kenaikan hal ini akan
merugikan
perusahaan
karena
produktivitas
akan
menurun.
Kesimpulannya semakin meningkatnya tingkat kecelakaan kerja akan
semakin menurunnya produktifitas karena akan meningkatnya hari kerja
yang
hilang,
meningkatnya
biaya-biaya
keshatan
dan
asuaransi.
Keselamatan dan kesehatan kerja yang telah terpenuhi maka akan
menyebabkan
karyan
produktifitas meningkat.
bekerja
segenap
kemampuannya,
sehigga
8
Keselamatan dan kesehatan kerja ini masih jauh dari perhatian
utama manajemen, bahkan oleh karyawan yang bersangkutan dan paling
berkepentingan dalam masalah ini. Ini bisa di lihat dari masih banyaknya
terjadi kecelakaan-kecelakaan kerja, yang sebagaian besar di antaranya
disebabkan karena kekurang perhatian berbagai pihak terkait terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja (Suma’mur, 2006:17).
Keselamatan dan kesehatan Kerja (K3) merupakan rencana usaha
yang penerapannya berguna untuk mencegah kemungkinan terjadinya
kecelakaan kerja dan penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan
lingkungan kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja memiliki tujuan yang
hendak dicapai, yaitu meningkatkan produktivitas, meningkatkan efisiensi
pekerjaan dan menurunkan biaya kesehatan. Karyawan yang memiliki
tingkat kesehatan fisik, mental dan sosial yang tinggi akan dapat bekerja
dengan pengerahan tenaga yang optimal sehingga kinerja tinggi bisa
tercapai dan kemudian bisa meningkatkan produktivitas, kemudian bisa
meningkatkan produktivitas (Rivai, 2004: 309).
Penelitian mengemukakan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja
berpengaruh signifikan terhadap produktivitas seperti yang dikemukakan
Bunn (2001) bahwa keselamatan dan kesehatan kerja mempengaruhi
produktivitas karyawan. Namun, ditemukan sebuah research gap yaitu
pada hasil penelitian Katsuro (2010) menemukan bahwa keselamatan kerja
dan kesehatan kerja berhubungan negatif dengan produktivitas dan kinerja
karyawan hal ini disebabkan oleh moral pekerja kontrak berkurang karena
9
timbul ketidakpedulian dari manajemen yang tidak memperhatikan mereka
sebagai bagian penting bagi organisasi dan keselamatan mereka di tempat
kerja.
Hamida (2006), menemukan bahwa keselamatan dan kesehatan
kerja berpengaruh signifikan secara parsial terhadap produktivitas dan
variabel yang lebih dominan berpengaruh terhadap produktivitas karyawan
adalah variabel kesehatan kerja. Namun Prayanti (2011), menemukan
bahwa keselamatan dan kesehatan kerja berpengaruh signifikan secara
parsial terhadap produktivitas dan variabel yang lebih dominan
berpengaruh terhadap produktivitas karyawan adalah variabel keselamatan
kerja.
Beberapa penelitian lain seperti Suliatuti (2011), Syafi’i (2008) dan
Prayanti
(2011)
menjelaskan
bahwa
keselamatan
lebih
dominan
berpengaruh terhadap produktivitas karyawan. Dengan demikian terdapat
research gap antara keselamatan dan kesehatan kerja terhadap
produktivitas karyawan.
Berdsarkan permasalahan yang diuraikan, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dan menjadi permasalahan yang terjadi
sebagai topik dengan pengambilan judul “ Pengaruh Keselamatan dan
Kesehatan kerja terhadap Produktifitas Karyawan pada PT. Hitos
Inovative Utama”
10
1.2.
Identifikasi Masalah
Dari uraian diatas penulis mengindentifikasikan permasalahan
sebagai berikut:
a. Keselamatan kerja bukan saja berpengaruh pada kepentingan
pengusaha saja akan tetapi mempunyai tujuan menghindarkan
pengaruh yang tidak baik terhadap pekerja. Karena apabila
keselamatan kerja karyawan terjaga akan meningkatkan produktifitas
karyawan tersebut.
b. Kesehatan keraja mempengaruhi produktifitas karyawan karena
kesehatan kerja yang sangat baik akan membuat karyawan bekerja
lebih baik karena karaywan akan merasa nyaman dalam menjlaankan
tugasnya.
c. Lingkungan kerja yang nyaman akan meningktakan produktivitas
karyawannya. Karena lingkungan kerja yang nyaman dan terbebas dari
kebisingan
akan
membuat
kayawan
dengan
mudah
untuk
menjalankankan aktivitasnya. Sehingga karyawan pun akan semangat
bekerja dan produktivitas pun akan meningkat
d. Mengikut sertakan karyawan dalam program BPJS, Tunjangan Hari
Raya dapat meningkatkan produktivitas karyawan. Karena karyawan
akan semakin semangat bekerja. Sehingga produktivitas karyawan pun
akan semakin meningkat. Oleh sebab itu mengikut sertakan karyawan
dalam program-program tersebut sangat penting.
11
1.3.
Batasan Masalah
Sehubung keterbatasan waktu, teori –teori, dana, sarana dan
prasarana, maka tidak semua masalah yang telah diidentifikasikan dapat
diteliti, untuk itu maka penulis memberi batasan masalah pada dua varibel
independent yaitu keselamatan kerja (X1) dan kesehatan kerja (X2) dan
satu variabel dependent yaitu produktivitas karyawan dengan objek
penelitian di PT. Hitos Innovative Utama.
1.4.
Rumusan masalah
1. Apakah terdapat pengaruh secara parsial keselamatam kerja tehadap
produktivitas karyawan PT. Hitos Innovative Utama
2. Apakah terdapat pengaruh secara parsial Kesehatan kerja terhadap
produktivitas karyawan PT. Hitos Innovative Utama
3. Apakah terdapat pengaruh secara simultan keselamatan dan Kesehatan
kerja terhadap produktivitas karyawan PT. Hitos Innovative Utama.
1.5.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.5.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka
tujuan penelitian ini adalah:
12
1. Untuk mengetahui pengaruh keselamatan kerja terhadap
produktivitas kerja karyawan PT. Hitos Innovative Utama.
2. Untuk
mengetahui
pengaruh
kesehatan
kerja
terhadap
produktivitas kerja karyawan PT. Hitos Innovative Utama.
3. Untuk mengetahui pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja
terhadap produktivitas kerja karyawan PT. Hitos Innovative
Utama.
1.5.2. Manfaat Penelitian
1.5.2.1. Manfaat Teoritis
Melalui penelitian yang dilakukan penulis diharapkan memberikan
mafaat sebagai berikut:
1. Bagi Penulis, penulis ini mendapatkan wawasan, pengetahuan
mengenai keselamatan dan kesehatan kerja sangat berpengaruh
terhadap produktivitas para pegawai.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya, dengan penelitian ini diharapkan
dapat menjadi referensi dalam pengembangan sistem pelayanan
bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tentang
keselamatan dan kesehatan kerja terhadap produktivitas
karyawan.
3. Bagi Akademis, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi
dokumen akademik yang berguna.
13
1.5.2.2. Manfaat Praktis
Bagi perusahaan, Perusahaan diharapkan dapat menjadi masukan
tetap menjaga keselamatan dan kesehatan kerja para karyawan.
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Produktifitas Karyawan
Produktifitas merupakan faktor mendasar yang mempengaruhi
performansi kemampuan bersaing dalam industri kontruksi. Peningkatan
tingkat produktifitas berlasi terhadap waktu yang dibutuhkan, khusunya
yang berasal dari pengurangan biaya yang di konsumsi oleh pekerja
bangunan (Ervianto,2008)
Menurut Ananta dalam (Kasnawi 2006) mengemukakan bahwa
produktifitas tenaga kerja adalah pencerminan dari mutu tenaga kerja jika
hal-hal lain dianggap tetap sama. Menurutnya, perubhan (peningkatan)
produktifitas kerja dapat tedrjadi karen pengaruh beberapa hal yaitu:
a. Sumber daya alam yang tersedia dalam jumlah yang lebih besar
atau mutu yang lebih baik.
b. Sumber daya modal fisik tersedia dalam jumlah yang lebih
banyak atau mutu yang lebih baik.
c. Mutu modal manusia itu sendiri yang meningkat.
d. Kondisi dan lingkungan keja yang lebih baik.
Peranan sumber daya alam dalam meningkatkan produktifitas baik
dilihat dari jumlah maupun mutunya memang sangat penting. Namun
kenyataan memperlihatkan bahwa faktor peranan tersebut tidak selalu
sama disetiap negara. Sebagai ilustrasi, singapura adalah sebuah negara
15
kecil yang memiliki sumber daya alam yang sangat minim, namun di kenal
dengnan negara yang telah berhasil memperlihatkan keterbatasan sumber
daya alam bukan penghalang untuk menigkatkan produktifitasnya.
Wiyono,
dalam
(
kasnawi
2006)
mengemukakan
bahwa
produktifitas tenaga kerja dipengaruhi enam hal, yaitu:
a. Perkembangan barang modal pekerja.
b. Perbaikan tingkat keterampian, pendidikan dan kesehatan kerja.
c. Meningkatnya skala usaha
d. Perpindahan pekerja antara jenis kegiatan.
e. Perubahan komposisi output dari tiap sektor atau sub sektor.
f. Perubahan teknik produksi.
Basri, dalam (kansawi, 2006) mengemukakan bahwa tinggi
rendahnya produktifitas tenaga kerja juga dipengaruhi oleh pemanfaatan
kapasitas dari berbagai sektor produksi guna mencapai pertumbuhan
ekonomi. Karena pemanfaatan kapasitas rendah, maka produktifitas
rendah, jadi dengan demikian, produktifitas tenaga kerja secara umum
ditentukan oleh beberapa komponen, yaitu:
a. Unsur tenaga kerja itu sendiri, termasuk metode kerjanya,
kesehatannya, tingkatv pendidikannya, kebiasannya, dan
pemahaman
terhadap
pelaksanaan
kegiatan
usahanya,
kompensasi kerja (upah dan gaji) dan lain sebagainya yang
bersumber dari diri tenaga kerjanya.
b. Kapasitas produksi dari setiap bsektor produksi.
16
c. Peralatan atau fasilitas penunjang tenaga kerja (teknologi)
Produktifitas tenaga kerja snagat vdipengaruhi oleh faktor dari
dalam dan luar lingkungan perusahaan.
Hal ini disebabkan oleh interaksi yang kuat antara organisasi
perusahaan dengan lingkungan, faktor-faktor tersebut biasanya saling
berkaitan dan berpengaruh satu dengan yang lain.
Menurut
hasibuan
(2010:128)
produktifitas
merupakan
perbandingan antara keluaran dan msukan serta mengutarakan cara
pemanfaatan baik terhadap sumber-sumber dalam memproduksi suatu
barang atau jasa. Dari pemahaman diatas dapat dikatakan bahwa
produktifitas menyentuh berbagai aspek dalam diri manusia sepeti sikap,
mental, etika dan keahlian sehingga dapat dijadikan sebagai pendorong
dalam meningkatkan mutu untuk menjadi lebih baik setiap harinya.
Menuurt Wibowo (2011:109) produktifitas adalah hubungan antara
keluaran atau hasil organisasi dengan masukan yang diperlukan. Sutrisno
(2011:207) produktifitas merupakanb outputv per unit, atau output dibagi
input, atau rasio antara output dengan input. Ardana (2012:270)
menyatakan bahwab
produktifitas merupakan perbandingan efektifitas
menghasilkan keluaran (output) dengan efisiensi penggunaan sumbersumberb masukan (input).
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pengertian produktifitas
memiliki dua dimensi, yakni efektifitas dan efisiensi. Dimensi yang
pertama berkaitan dengan pencapaian untuk kerja yang maksimal, dalam
17
arti kualitas, kuantitas dan waktu. Sedangkan dimensi berkaitan dengan
upaya membandingkan masukan dengan realisasi penggunaanya atau
bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan (Umar, 2004).
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pengertian produktifitas
memiliki dua dimensi, yakni efektifitas dan efisiensi. Dimensi yang
pertama berkaitan dengan pencapaian untuk kerja yang maksimal, dalam
arti kualitas, kuantitas dan waktu. Sedangkan dimensi berkaitan dengan
upaya membandingkan masukan dengan realisasi penggunaanya atau
bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan (Umar, 2004).
Produktifitas adalah perbandingan antara hasil yang dicapai dengan
sumber daya yang digunakan persatuan waktu. Produktifitas merupakan
faktor penting yang menentukan standar hidup seseorang. Menurut
Mankiw (2006:57) produktifitas ditentukan oleh empat hal yaitu:
a. Modal fisik
Pekerjaan yang akan lebih produktif jika mereka mempunyai
ala-alat untuk bekerja/ peralatan untuk bekerja. Peralatan dan
infrastruktur yang dignakan untuk menghasilkan barang dan
jasa yang disebut modal fisik atau modal saja. Sebagai contoh,
ketika tukang kayu membuat peralatan rumah, mereka
menggunakan gergaji, mesin bubut dan bor. Alat-alat tersebut
membuat pekerjaan lebih cepat untuk diselesaikan, karena itu
tukang kayu yang menggunakan peralatan sederhana akan
menghasilkan lebih sedikit peralatan rumah per minggu
18
dibandingkan tukang kayu yang menggunkan peralatan
canggih.
b. Modal manusia
Modal manusia adalah istilah yang digunakan oleh para
ekonom untuk mengacu pada pengetahuan dan keahlian yang
diperoleh para pekerja melalui pendidikan, pelatihan dan
pengalaman. Modal manusia mecakup keahlian-keahlian yang
diperoleh sejak TK, SD, SMP, SMU hingga masa kuliah dan
pelatihan kerja.
c. Sumber daya alam
Sumber daya alam merupakan input produksi yang dihasilkan
oleh alam, seprti tanah, sungai dan sumber mineral. Sumber
daya alam mempunyai dua bentuk yang bisa diperbaharui dan
yang tidak bisa diperbaharui.
d. Pengetahuan teknilogi
Pengetahuan teknologi adalah pemehan tentang cara-cara
terbaik untuk memproduksi barang-barang. Dahulu pekerja di
pabrik memerlukan tenaga manusia yang banyak, sekarang
banyak diganti dengan tenaga mesin lebih cepat dan murah.
Pamuji (2008), dalam skripsinya yang berjudul pengukuran
produktifitas pekerja sebagai dasar perhitungan upah kerja pada anggran
biaya
mengemukakan
bahwa
produktifitas pekerja antara lain:
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
19
a. Tingkat upah
b. Pengalaman dan keterampilan para pekerja
c. Pendidikan keahlian
d. Usia pekerja
e. Pengadaan barang
f. Cuaca
g. Jarak material
h. Hubungan kerja sama antar pekerja
i. Faktor managerial
j. Efektifitas jam kerja.
Soedarmayanti (2009:71) mengemukakan beberapa faktor yang
mempengaruhi produktifitas kerja sebagai berikut:
a. Sikap mental, yaitu berupa:
1. Motivasi kerja
2. Disiplin kerja
3. Etika kerja
b. Pendidikan, pada umumnya orang memiliki pendidkan lebih
tinggi akan mempunyai wawasan yang lebih luas yang
berpengaruh terhadap produktifitas.
c. Keterampilan, apabila pegawai semakin terampil maka akan
lebih mampu bekrja serta menggunakan fasilitas kerja dengan
baik.
20
d. Manajemen, berkaitan dengan sistem yang diterapkan oleh
pimpinan untuk memimpin serta mengendalikan staf karena
manajemen yang tepat dapat menimbulkan semangat kerja yang
tinggi pada pegawai.
e. Tingkat penghasilan, dapat menimbulkan konsentrasi kerja,
manimbulkan
semangat
kerja,
dan
karyawan
dapat
memanfaatkan kemampuan yang ia miliki untuk meningkatkan
produktifitas kerja.
f. Gizi dan kesehatan, apabila hal ini dapat di penuhi maka
pegawai akan dapat bekerja lebih kuatv dan lebih semangat.
g. Jaminan sosial, untuk meningkatkan pengabdian karyawan
pada organisasi.
h. Lingkungan dan iklim kerja, akan mendorong pegawai senang
bekerja dan meningkatkan rasa tanggung jawab untuk
melakukan pekerjaan dengan baik menuju ke arah peningkatan
produktifitas.
i. Sarana produktifitas, sarana yang digunakan harus baik agar
dapat menunjang produktifitas kerja
j. Teknologi, apabila teknologi yang digunakan tepat dan lebih
maju, maka hasil yang dicapai akan tepat waktu dan lebih
bermutu.
21
k. Kesempatan
berprestasi,
akan
menimbulkan
dorongan
psikologis untuk meningkatkan dedikasi serta pemanfaatan
potensi yang dimiliki.
2.1.1.1. Aspek-aspek Dalam Produktifitas
Dua aspek yang menurut Stefanus dan Rahmat (2007) hal
terpenting dalam produktifitas adalah:
a. Efisiensi, merupakan suatu ukuran dalam membandingkan
penggunaan masukan yang direncanakan denngan masukan
yang sebenarnya terlaksana. Kalau masukan yang sebenarnya
digunakan semakin besar penghematannya, maka tingkat
efisiensi semakin tinggi.
b. Efektivitas, merupakan suatu ukuran yang memberikan
gambaran seberapa jauh target dapat dicapai, baik secara
kualitas maupun waktu. Jika presentase target yang dapat
tercapai itu semakin besar, maka tingkat efektivitas itu semakin
tinggi, demikian pula sebaliknya.
2.1.1.2. Indikator Produktifitas Kerja
Menurut Husein (2004 produktifitas menggunkan indikatorindikator dibawah ini:
a.
Efektivitas kerja
Efektivitas kerja meliputi:
1) Kualitas pekerjaan
22
Kualitas pekerjaan menyangkut mutu yang dihasilkan. Serang
pegawai
di
melaksanakan
tuntut
untuk
tugas-tugasnya.
mengutamakan
Kualitas
kualitas
dalam
semua
orang
bagi
tampanya berarti kualitas tinggi. Kualitas semakin tinggi berarti
semakin baik. Lalu timbul pertanyaan, apakah orang-orang
sesungguuhnya menginginkan segala sesuatu berkualitas setinggi
mungkin.
Seorang
pegawai
sebagai
sumber
daya
yang
menjalankan dan melaksanakan manajemen disuatu organisasi
harus memiliki kehidupan kerja yang berkualitas. Kehidupan kerja
yang berkualitas yaitu keadaan dimana para pegawai dapat
memenuhi kebutuhan dengan bekerja di dalam organisasi.
Kemampuan untuk hasil tersebut menurut Garry Desler
yang di kutip oleh Agus Dharma bergantung apakah terdapat
adanya:
a) Perlakukan yang fair, adil an sportif terhadap pegawai.
b) Kesempatan bagi pegawai untuk menggunakan kemampuan
secara penuh dan kesempatan untuk mewujudkan diri yaitu
untuk menjadi orang yang mereka rasa mampu mewujudkan.
c) Komunikasi terbuka dan saling mempercayai diantara sesama
pegawai.
d) Kesempatan bagi semua pegawai untuk berperan secara aktiv
dalam
pengambilan
keputusan-keputusan
melibatkan pekerjaan-pekerjaan mereka.
penting
yang
23
e) \kompensasi yang cukup fair.
f) Lingkungan yang aman dan sehat.
2) Kuantitas pekerjaan
Perkembanan
organisasi
menuntut
adanya
kualitas
pekerjaan. Kualitas pekerjaan menyangkut penyampaian target.
Hasil keja yang sesuai dengan rencana organisasi.
Rasio kuantitas pegawai harus seimbang dengan kuantitas
pekerjaan sehingga dengan perimbangan tersebut dapat menjadi
tenaga kerja yan produktif untuk meningkatkan produktivitas kerja
didalam organisasi tersebut.
3) Ketepatan waktu
Masyarakat berbeda-beda dalam menilai waktu, isalnya
budaya barat mengangap waktu sebagai sumber daya yang langka,
“ waktu adalah uang” dan harus digunakan secara efisien.
Beberapa budaya lain mengambil sesuatu pendekatan yang lain
lagi terhadap waktu. Mereka memfokuskan pada masa lalu
misalnya mengikuti tradisi mereka dan berusaha melestarikan
praktek-praktek histrinya. Pengetahuan akan orientasi waktu yang
berlainan
dari
budaya-budaya
wawasan
kedalam
pentingnya
tersebut
dapat
tenggang
memberikan
waktu,
apakah
perencanaan jangka panjang dan dipraktekkan secara meluas,
pentinggnya pengawasan kerja dan apakah yang menyebabkan
keterlambatan-keterlambatan.
24
Berangkat dari hal diatas, seorang pegawai harus memiliki
paham tersebut yang memandang waktu sebagai sumber daya
yang
harus
benar-benar
dipergunakan
dengan
tepat
dan
mempraktekan pada tugas-tugasnya yaitu menyelesaikan tugastugas yang diberikan orang tepat pada waktu yang ditentukan serta
mengutamakan prinsip efisien.disini peran pimpinan melakukan
pengawasan dan mengkoordinasi pegawainya ketika dalam
melaksankan tugas serta harus peka terhadap penyebab kendalakendala jika pegawainya melaksanakan tugas tidak tepat pada
waktunya yang telah ditentukan.
b.
Efisiensi kerja
Efisiensi kerja merupakan salah satu pendorong utama dalam
kelancaran manajemen dan ini tidak pernah terlepas dari kultur suatu
organisasi manapun budaya didalam masyarakat tertentu. Efisiensi
kerja pada umumnya merupakan perwujudan dari cara-cara bekerja
yang efisien, dilihat dari segi organisasi efisiensi kerja meliputi 3
unsur yaitu:
a) Banyak atau sedikitnya kesalahan yang dilakukan dalm
bekerja.
b) Penggunaan sarana dan prasarana yang tersedia denga baik.
c) Penghematan dalam menjalankan tugas/ pekerjaan.
Suatu cara bekerja efisien yang dipraktekkan pada suatu satuan
usaha
tertentu
akan
mengakibatkan
tercapainya
hasil
yang
25
dikehendaki, bahkan dalam derajat yang tinggi mengenai mutu dan
hasil yang dikehendaki, bahkan dalam derajat yang tinggi mengenai
mutu dan hasilnya. Jadi hasil yang maksimal dalam setiap pekerjaan
tergantung pada cara bekerja yang efisien.
c.
Semangat kerja
Semangat kerja menggambarkan perasaan berhubungan dengan
jiwa, semangat kelompok, kegembiraan dan kegiatan. Apabila
pekerjaan tampak merasa senang, optimis mengenai kegiatan dan
tugas, serta ramah satu sama lain, maka pegawai itu dikatakan
mempunyai semangat yang tinggi. Sebaliknya, apabila pegawai
tampak tidak puas, lekas marah, sering sakit,
suka membantah,
gelisah, dan pesimis dan reaksi ini dikatakan sebagai bukti semangat
yang rendah.
Semangat kerja sangat penting bagi organisasi kerena semangat
kerja yang tinggi tentu dapat mengurangi angka absensi atau tidak
bekerja karena malas, dengan semangat kerja yang tinggi maka
pekerjaan yang diberikan atau ditugaskan kepadanya akan dapat
diselesaikan dengan waktu yang lebih singkat atau lebih cepat,
semangat kerja yang tinggi otomatis membuat pegawai akan merasa
senang bekerja sehingga kecil kemungkinan pegawai akan pindah
bekerja ketempat lain, semangat kerja yang tinggi akan mengurangi
angka kecelakaan karena pegawai yang mempunyai semangat kerja
26
tinggi cenderung bekerja dengan hati-hati dan teliti sehingga bekerja
sesuai dengan prosedur yang ada.
d.
Disiplin kerja.
Dalam melaksanakan disiplin kerja, disiplin yang baik dapat di ukur
dalam wujud:
a) Pimpinan atau pegawai datang dan pulang kantor tepat pada waktu
yang ditentukan.
b) Menghasilkan pekerjaan baik kuantitas maupun kualitas yang
memuaskan.
c) Melaksanakan tugas penuh dengan semangat
d) Mematuhi semua peraturan yang ada.
2.1.1.3 Pengukuran Produktivitas
Pengukuran produktifitas
berfungsi
untuk
mengetahui dan
membandingkan efisiensi produksi perusahaan dari tahun ke tahun. Seperti
di
kemukakan
oleh
Muchdrasyah
Sinungan
(2008:25)
bahwa
“Produktivitas secara umum berarti perbandingan antara pelaksanaan secra
historis”. Dengan menggunankan sumber daya yang sama pelaksanaan
produktivitas akan meningkat atau tidak, menggunakan sumber daya yang
kurang pelaksanaan produktivitas akan meningkat atau sama, pertambahan
sumber daya yang relatif kecil akan meningkatkan produktivitas atau tidak.
Pengukuran seperti ini menunjukan pencapaian yang relatif, perbandingan
pelaksanaan sekarng dengan target.
Secara umum ada dua jenis pengukuran produktivitas , yaitu:
27
a. Produktivitas total (Multiple Factor Productivity)
Produktivitas dari berbagai faktor penyusun. Dapat diukur dari faktor
penyusunnya seperti tanah, modal, teknologi, tenaga kerja dan bahan
baku. Produktivitas total secara umum adalah perbandingan antara total
output dengan total input, semua input yang digunakan dalam proses
produksi. Rumus produktivitas secara umum menurut Mucdrasyah
Sinungan (2008:23) adalah sebagai berikut:
b. Produktivitas Parsial (Single Factor Productivity)
Produktivitas yang diukur dari satu faktor. Biasanya yang sering
menggunakan produktivitas parsial ini adalah produktivitas tenaga kerja
atau produktivitas individu. Rumus Produktivitas parsial adalah sebagai
berikut:
2.1.2. Keselamatan Kerja
Menurut
Mangkunegara
(2011:161),
keselamatan
kerja
menunjukkan pada kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan,
kerusakan atau kerugian di tempat kerja.
Menurut Ramlan Dj, (2006) pelaksanaan keselamatan kerja adalah
berkaitan dengan upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja yang disebabkan oleh berbagai faktor bahaya, baik berasal dari
pengguna mesin-mesin produksi maupun lingkungan kerja serta tindakan
28
pekerja sendiri. Jadi yang dimaksud dengan keselamatan kerja adalah yang
berkaitan dengan kecelakaan kerja, yaitu kecelakaan yang terjadi ditempat
kerja.
Menurut Rivai (2006) tujuan dan pentingnya dari keselamatan
kerja meliputi:
1. Meningkatnya produktifitas karena menurunnya jumlah hari
kerja yang hilang
2. Meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih
berkomitmen.
3. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi.
4. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang
lebih rendah karena menurunya pengajuan klaim
5. Fleksibilitas dan adaptasibilitas yang lebih besar sebagai akibat
dari meningkatnya partisipasi dan rasa kepemilikan.
6. Rasio
seleksi
tenaga
kerja
yang
elbih
baik
karena
meningkatnya citra perusahaan.
Keselamatan kerja menurut Mondy (2008) adalah perlindungan
karyawan dari cidera yang disebabkan oleh kecelakaan yang berkaitan
dengan pekerjaan Keselamatan kerja berkaitanjugadengan mesin, pesawat,
alat kerja, bahan dan proses pengolahan, landasan kerja danlingkungan
kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses produksi.
29
Triyusliyanti (2007:245) menyatakan bahwa keselamatan adalah
merujuk pada perlindungan terhadap fisik seseorang terhadap cedera yang
terkait dengan pekerjaan.
Menurut swasto (2011:107) keselamatan kerja menyangkut
segenap proses perlindungan tenaga kerja terhadap kemungkinan adanya
bahaya yang timbul dalam lingkungan pekerjaan. Swasto (2011:108) juga
mengatakan ada faktor yang mempengaruhi keselamatan kerja sehingga
berakibat terhadap kecelakaan kerja.
Keselamatan
kerja
berarti
proses
merencanakan
dan
mengendalikan situasi yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja
melalui persiapan prosedur operasi standar yang menjadi acuan dalam
bekerja (Rika Ampuh Hadiguna, 2009).
Menurut Ernawati (2009), keselamatan kerja adalah keselamatan
yang berhubungan dengan peralatan, tempat kerja dan lingkungan, serta
cara-cara melakukan pekerjaan.
Muhammad Sabir (2009) mendifinisikan, keselamatan kerja adalah
keselamatan yang berhubungan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan
dan proses pengelolanya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta
cara-cara melakukan pekerjaan.
Menurut sholihah dan kuncoro (2014:27) keselamatan kerja
diartikan sebagai kondisi yang bebas dari resiko kecelakaan atau
kerusakan atau kondisi dengan resiko yang relatif sangat kecil, dibawah
tingkat tertentu
30
Keselamatan kerja pada dasarnya adalah kebutuhan setiap manusia
menjadi nalurui dari setiap makhluk hidup. Sejak manusia bermukim di
muka bumi, secara tidak sadar mereka telah mengenal aspek keselamatan
untuk mengantisipasi berbagai bahaya disekitar lingkungan hidupnya
(Ramli,2010 :6)
2.1.2.1. Indikator Keselamatan Kerja
Menurut mangkunegara (2011:163) ada beberapa indikator
keselamatan kerja yaitu:
1. Keadaan Tempat Lingkungan Kerja.
a. Penyusunan dan penyimpanan barang-barang berbahaya
kurang di perhitungkan keamanannya.
b. Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak
2. Pengaturan Udara.
a. Pergantian udara di ruang kerja yang tidak baik (ruang
kerja yang kotor, berdebu, dan berbau tidak enak).
b. Suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya.
3. Pengaturan penerangan
a. Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak
tepat.
b. Ruang kerja yang kurang cahaya, remang-remang
4. Pemakaian Peralatan Kerja
a. Pengamanan peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.
31
b. Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang
baik.
5. Kondisi Fisik dan Mental Pegawai
a. Kerusakan alat indera, stamina karyawan yang tidak stabil.
b. Emosi karyawan yang tidak stabil, kepribadian karyawan
yang rapuh, cara berpikir dan kemampuan persepsi yang
lemah, motivasi kerja rendah, sikap karyawan yang
ceroboh, kurang cermat, dan kurang pengetahuan dalam
penggunaan
fasilitas
terutama
fasilitas
kerja
yang
membawa resiko bahaya.
2.1.2.2. Faktor-Faktor Keselamatan Kerja
Sesuai dengan pengertian keselamatan kerja yang dikemukakan
diatas maka menurut syafi’i (2008:36), menyebutkan faktor-faktor dari
keselamatan kerja adalah:
a. Lingkungan kerja secara fisik.
1. Penempatan benda atau barang sedemikian rupa sehingga
tidak membahayakan atau mencelakakan orang-orang yang
berada ditemoat kerja atau sekitarnya. Penempatan dapat
pula dilakukan dengan diberi tanda, batas-batas dan
peringatan yang cukup.
2. Perlindungan para pegawai atau pekerja yang melayani
alat-alat kerja yang dapat menyebabkan kecelakaan, dengan
cara memberika alat perlindungan yang sesuai dan baik.
32
Perlengkapan perlindungan misalnya helm pengaman (helm
safety) rompi keselamatan (safety vest) sepatu keselamatan
(safety boots), masker, penutup telinga dan sebagainya.
3. Penyediaan perlengkapan yang mampu untuk digunakan
sebagai alat pencegahan pertolongan dan perlindungan
perlengkapan
pencegahan
misalnya:
pintu/terowongan
darurat, pertolongan apabila terjadi kecelakaan seperti
tabungan oksigen, mobil ambulan dan sebagainya.
b. Lingkungan sosial psikologis
Sedangkan jaminan keselamatan kerja secara psikologis dapat
dilihat pada aturan organisasi sepanjang mengenai berbagai jaminan lihat
pada aturan organisasi sepanjang mengenai berbagai jaminan organisasi
atas pegawai atau pekerja menurut syafi’i (2008:36) yang meliputi:
1. Perlakuan yang adil terhadap semua pegawai atau pekerja tanpa
membedakan agama, suku, kewarganegaraan, turunan dan
lingkungan sosial.
2. Perawatan atau pemberian asuransi terhadap para pegawai yang
melakukan
pekerjaan
berbahaya
dan
beresiko,
yang
kemungkinan terjadi kecelakaan kerja sangat besar.
3. Masa depan pegawai terutama dalam keadaan tidak mampu
lagi melakukan pekerjaan akibat suatu kecelakaan baik fisik
maupun mental.
33
4. Keastian kedudukan dalam pekerjaan, hal ini merupakan salah
satu jaminan bahwa orang-orang dalam organisasi itu
dilindungi hak dan kedudukannya oeh praturan. Faktor pegawai
dijamin secara seimbang dengan kewajiban.
2.1.2.3. Syarat-Syarat Keselamatan Kerja
Pada dasarnya syarat-syarat keselamatan kerja seperti tersebut pada
pasal 3 (1) UU Keselamatan kerja yang di kutip oleh Tarkawa (2008) di
maksud untuk:
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
3. Memberi kesempatan atau jalan penyelamatan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang membahayakan.
4. Memberi pertolongan pada kecelakaan.
5. Memberi alat pelindung diri pada para pekerja.
6. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya
suhu, kelembahan, debu, kotoran, asap, uap, gas, aliran udara
cuaca, sinar radiasi, kebisingan dan getaran.
7. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja
baik, fisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan,
memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
8. Menyelenggarakan suhu kan kelembahan udara yang baik.
9. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
10. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
34
11. Menerapkan ergonomi di tempat kerja.
12. .Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang dan
barang.
13. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
14. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat,
perlakuan dan penyimpanan barang.
15. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
16. Menyesuaikan
dan
menyempurnakan
pengamanan
pada
pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah
tinggi.
2.1.3
Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja merupakan suatu hal yang penting dan perlu
diperhatikan oleh perusahaan, karena dengan adanya program keshatan
kerja yang baik akan menguntungkan para karyawan secara material,
karena karywan akan lebih jarang absen dikarenakan sakit tertular teman
sekerja atau luar teman sekerja. Bekerja dengan lingkungan yang lebih
nyaman dan menyenangkan, sehingga secara keseluruhan karyawan akan
mampu bekerja lebih lama dan meningkatkan produktivitas lebih baik lagi.
Menurut Padminingsih (2007:19) kesehatan kerja diartikan sebagai
aturan-aturan dan usaha untuk menjaga buruh dari kejadian dan keadaan
perburuhan yang merugikan kesehatan dan kesesuaian dalam seseorang itu
melakukan atau karena ia melakukan pekerjaan dalam satu hubungan
kerja.
35
Menurut Moenir (2006:207) yang dimaksud kesehatan kerja adalah
suatu usaha dan keadaan yang memungkinkan seseorang mempertahankan
kondisi kesehatan dalam pekerjaan.
Mathis dan Jacson (2006) menerangkan bahwa masalah kesehatan
kerja pada karyawan yang beraneka jenis sangatlah susah untuk dihindari.
Masalah-masalah tersebut dapat berupa masalah kesehatan yang kecil
sampai pada keadaan sakit parah atau serius yang berhubungan dengan
pekerjaan yang mereka lakukan. Beberapa diantara maslah tersebut seperti
masalah pada kesehatan emosional sampai dengan karyawan yang
memiliki kecenderungan mengkonsumsi obat-obatan terlarang atau
alkohol.
Program kesehatan kerja merupakan hal yang sangat penting dan
perlu diperhatikan oleh pihak pengusaha. Karena dengan adanya program
kesehatan yang baik akan memberikan keuntungan bagi para karyawan
secara material, karena karyawan kaan lebih jarang absen, bekerja dengan
lingkungan yang lebih menyenangkan, sehingga secara keseluruhan
karyawan akan mampu untuk bekerja lebih lama (Gravel, Rhcaume &
Legendre, 2011 : 166)
Menurut Yusuf (2009) adapun karakteristik pribadi yang
kesehatannya juga dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Fisik, yaitu dapat dijelaskan melalui pengembangannya
normal, berfungsi untuk melakukan tugas-tugasnya, sehat serta
tidak sakit-sakitan.
36
b. Psikis, yaitu aspek terhadap diri sendiri dan orang lain,
memiliki Insight dan rasa humor, memiliki respon emosional
yang wajar, mampu berfikir realistik dan objektif, terhindar
dari gangguan psikologis, bersifat kreatif dan inovatif, bersifat
terbuka dan fleksibel, tidak diferensif dan memiliki perasaan
bebas untuk memilih, menyatkan pendapat dan bertindak.
c. Sosial, yaitu memiliki perasaan empati dan rasa kasih sayang
terhadap orang lain, serta mampu berhubungan dengan orang
lain secara sehat, penih cinta kasih dan persahabatan dan
bersifat toleren dan mau menerima tanpa memandang kelas
sosial, tingkat pendidikan, politik, agama, suku, ras, atau warna
kulit.
d. Moral-religius,
yaitu
beriman
kepada
Allah
dan
taat
mengamalkan ajarannya, jujur, amanah dan ikhlas dalam
beramal.
Uraian diatas menurut Yusuf (2009) menunjukan ciri-ciri mental
yang sehat, sedangkan yang tidak sehat cirinya antara lain perasaan tidak
nyaman, perasaan tidak aman, kurang memiliki rasa percaya diri, kurang
mendapat kepuasan dalam berhubungan sosial, ketidakmatangan emosi,
kepribadian terganggu, mengalami patologi dalam struktur sistem syaraf.
Menurut Mangkunegara (2005), bekerja diperlukan usaha-usaha
untuk meningkatkan kesehatan kerja. Adapun usaha-usaha untuk
meningkatkan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
37
1. Mengatur suhu, kelembaban, kebersihan udara, penggunaan warna
ruangan kerja, penerangan yang cukup terang dan menyejukkan, dan
mencegah kebisingan.
2. Mencegah dan memberikan perawatan terhadap timbulnya penyakit.
3. Memelihara kebersihan, ketertiban dan keserasian lingkungan kerja.
Menurut Mangkunegara (2011:161), kesehatan kerja menunjukkan
pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit
yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Resiko kesehatan merupakan
faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu
yang ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stress emosi atau
gangguan fisik.
Bekerja diperlukan usaha-usaha untuk meningkatkan kesehatan
kerja,
adapun
usaha-usaha
untuk
meningkatkan
kesehatan
kerja
(Mangkunegara, 2011 : 162) adalah sebagai berikut:
1. Mengatur suhu, kelembaban, kebersihan udara, penghgunaan
warna ruang kerja, penerangan yang cukup terang dan
menyejukkan, dan mencegah kebisingan.
2. Mencegah dan memberikan perawatan terhadap timbulnya
penyakit.
3. Memelihara kebersihan dan ketertiban, serta keserasian
lingkungan kerja.
38
Husni (2005:132) kesehatan kerja adalah Bagian dari ilmu
kesehatan yang bertujuan agar tenaga kerja memperoleh keadaan
kesehatan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial.
Kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan yang bertujuan
agar tenaga kerja memperoleh keadaan kesehatan yang sempurna baik
fisik, mental maupun sosial (Asmui, Hussin & Paino, 2012 : 290)
2.1.3.1 Faktor-faktor kesehatan kerja
Menurut Syafi’i (2008:38) adapun faktor-faktor dari kesehatan
kerja adalah:
a. Lingkungan kerja secara medis
Sarana dalam hal ini lingkungan kerja secara medis dapat
dilihat dari sikap perusahaan dalam menangani hak-hal sebagai
berikut:
1. Kebersihan lingkungan kerja
2. Suhu udara dan ventilasi ditempat kerja
3. Sistem pembuangan sampah dan limbah industri.
b. Sarana kesehtan tenaga kerja
Upaya-upaya dari perusahaan untuk meningkatkan kesehatan
dari tenaga kerjanya hal ini dilihat dari :
1. Penyediaan air bersiih’
2. Sarana olahraga dan kesempatan rekreasi
3. Sarana kamar mandi dan WC
4. Pemeliharaan kesehtan kerja
39
c. Sarana pemeliharaan kesehatan
1. Pemeliharaan makanan yanng bergizi
2. Pekayaan kesehatan tenaga kerja
3. Pemeriksa kesehatan tenaga kerja
2.1.3.2 Indikator Kesehatan kerja
Menrut Manullang (2008) indikator kesehatan kerja terdapat beberapa
indikator yaitu:
a. Lingkungan kerja seacara medis
Dalam hal ini lingmungan kerja secara medis dapat diihat dari sikap
perusahaan dalam menangani hal-hal sebagai berikut:
1. Kebersihan lingkungan kerja
2. Suhu udara dan ventilasi ditempat kerja
3. Sistem pembuangan sampah dan limbah industri
b. Sarana kesehatan tenaga kerja
Upaya-upaya dari perusahaan untuk meningkatkan kesehatan dari
tenaga kerjanya. Hal ini dapat dilihat dari penyediaan air bersih dan
sarana kamar mandi.
c. Pemeliharaan kesehatan tenaga kerja yaitu pelayanan kesehatan tenaga
kerja
2.2.
Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu di antaranya adalah:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No
Nama
Judul
Hasil
1
Oki Suli Astuti Pengaruh Keselamatan Terdapat pengaruh yang
40
(2011)
dan kesehatan kerja
terhadap produktivitas
kerja karyawan bagian
produksi PT. Indmira
citra tani nusantara di
saleman Yogyakarta
Analisis
keselamatan
kerja, kesehatan kerja
dan
kompensasi
terhadap produktivitas
karyawan
bagian
sadapan
pada
perusahaan
daerah
perkebunan jember.
2
Dewi
Istiqomah
(2014)
3
Rizqy Murody pengaruh
Kesehatan
Anwar (2012). dan Keselamatan Kerja
Terhadap Produktivitas
Karyawan Pada PT.
Kusuma Dipa Nugraha.
Gisma ilfani Analisis Pengaruh
(2013)
Kesehatan
Dan
Keselamatan
Kerja
Terhadap kinerja Kerja
Karyawan
pada
karyawan PT. Apac inti
corpora bawen jawa
4
signifikan dari masinmasin variabel terhadap
produktivitas karyawan.
pengaruh keselamatan
kerja, kesehatan kerja
dan kompensasi secara
simultan dan parsial
terdapat Produktivitas
karyawan bagian sadap
pada
Perusahaan
Daerah
Perkebunan
Jember dengan arah
positif.
keselamatan kerja dan
kesehatan
kerja
memberikan kontribusi
terhadap produktivitas
karyawan.
Keselamatan
dan
kesehatan kerja sangat
berpengaruh
secara
silmultan
terhadap
produktivitas karywan
PT. Apac Inti Corpora
bawen Jawa.
Pada tabel 2.1 penulis memaparkan lima penelitian terdahulu yang
relevan dengan dengan permasalahan yang akan di teliti tentang pengaruh
Keselamatan dan Kesehatan kerja Terhadap produktivitas karyawan
2.3.Kerangka Konseptual
Kemajuan teknologi dan informasi di era modern ini, menuntut
karyawan untuk memperisapkan diri baik dari segi pendidikan maupun
keterampilan dan juga alat pelindung
kerja agar dapat bekerja dengan
aman. Keamanan dalam bekerja akan membuat karyawan merasa nyaman
41
dan betah dalam bekerja. Hal ini dapat menimbulkan semangat karyawan
dalam bekerja sehingga dapat meningkatkan produktivitas karyawan.
Banyaknya sumber daya manusia yang akan bekerja untuk peusahaan,
amak perlunya keselamatan,
kesehatan kerja dan semngat kerja untuk
meningkatkan produktivitas karyawam. Karena apabila adanya jaminan
tersebut maka, keryawan akan lebih meningkatkan produktivitasnya.
Berdasarkan penjelasan dia atas, amak kerangka pemikiran dalam
penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Keselamatan Kerja
H1
(X1)
Produktivitas Karyawan
H3
Kesehatan Kerja
2.4
Hipotesis
(Y)
H2
(X2)
Menurut Oki Suli Astuti (2011). Keselamtan berpengaruh terhadap
produktivitas karyawan. Maka dari itu dapat di tarik kesimpulan sebagai
berikut:
H1:
Adanaya
pengaruh
keslamatan
terhadap
produktivitas
karyawan.
Menurut Dwi Istiqomah (2014), Kesehatan berpengaruh terhadap
prodiuktivitas karyawan. Maka dari itu dapat di tarik kesimpulan sebagai
berikut:
42
H2: Adanaya pengaruh kesehatan kerja
terhadap\produktivitas
karyawan
Menurut Rizqy Murody Anwar (2012), keselamatan dan kesehatan
berpengaruh secara bersama-sama terhadap produktivitas karyawan. Maka
dari itu dapat di tarik kesimpulan:
H3: Adanya pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja secara
bersama-sama terhadap produktivitas karyawan.
43
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.1.1
Lokasi Penelitian
Guna menyelesaikan penelitian ini terutama untuk memperoleh
data-data yang di perlukan, dalam hal ini penulis berusaha mendapatkan
data-data yang akurat langsung ke lokasi penelitian yaitu pada PT.
Hitos Innovative Utama batu ampar Batam.
3.1.2
Waktu Penelitian.
Tabel 3.1
Waktu penelitian
No
I
1
2
3
4
5
6
7
Pengajuan
judul
Pengajuan
izin
Survey
lapangan
Pengumpulan
data
Bimbingan
BAB 1
Bimbingan
BAB II
Bimbingan
BAB III
8
Penyebaran
Kuesioner
9
Bimbingan
BAB IV
Bimbingan
BABV
Pengumpulan
TA
10
11
Mei
Apr
keterangan
II
III
IV
I
II
III
Jun
IV
I
II
III
IV
I
II
Jul
III
IV
44
3.2
Identifikasi Variabel
3.2.1 Variabel Terikat
Variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi atau menjadi
akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat (Y) dalam penelitia ini
adalah Produktifitas karyawan pada PT. Hitos Innovative Utama.
3.2.2 Variabel Bebas
Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab
perubahan atau timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian
ini adalah Keselamatan kerja (X1) dan Kesehatan kerja (X2).
3.3
Devinisi Operasional Variabel
Devinisi operasional dan variabel-variabel penelitian dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Tabel Operasional Variabel
No
Variabel
1
Keselamatan
kerja (X1)
1.
2.
3.
4.
5.
2
Kesehatan
kerja (X2)
Indikator
Keadaan tempatr
lingkungan kerja.
Pengaturan udara
Pengaturan
penerangan.
Pemakaian
peralatan kerja
Kondisi
fisik
mental dan pegawai
(Mangkunegara
(2011:163)
Alat Ukur
Skala liker
1. Lingkungan kerja Skala Liker
secara medis.
2. Sarana kesehatan
tenaga kerja
3. Pemeliharaan
kesehatan
tenaga
45
3
Produktivitas
karyawan
(Y)
1.
2.
3.
4.
kerja
(Manullang 2008)
Efektivitas kerja
Efisiensi kerja
Semangat kerja
Disilin kerja
(Husein 2005)
Skala liker
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen ini berguna untuk mengumpulkan data dalam penelitina
yaitu dengan menggunakan beberapa pernyataan yang disusun dengan
menggunakan skala liker. Skala liker adalah skala yang digunakan secara
luas yang meminta responden menandai derajat persetujuan atau ketidak
setujuan terhadap masing-masing serangkaian pernyataan mengenai objek
situmulus ( Malhotra 2006:298).
Setiap butir pernyataan mempunyai 5 alternatif sebagai berikut:
a.
SS ( Sangat Setuj ) diberi Skor
=5
b.
S (Setuju) diberi skor
=4
c.
KS (Kurang Setuju ) diberi skor
=3
d.
TS ( Tidak Setuju ) diberi skor
=2
e. STS (Sangat Tidak Setuju ) diberi skor =1
1.5
Populasi dan Sampel
1.5.1
Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto 2010:173)
populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek, yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan (Sugiono). Dalam
46
penelitian ini yang menjadi populasi adalah karyawan PT. Hitos
Innovative Utama yang berjumlah 109 orang.
1.5.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2012 :116). Penelitian ini juga di sebut
penelitian (populasi=sampel) karena peneliti ingin mengambi kuesioner
dari populasi tersebut.
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode Total Random
Smpling adalah proses pengambilan sampel dengan memberikan
kesempatan yang sama pada setiap angota populasi untuk menjadi anggota
sampel. Jumlah sampel dengan menggunakan rumus slovin (umar 2007
:78):
n= 86 Responden
Dimana :
N
= Ukuran Sampel
N
= Ukuran Populasi
e
= Persen kelonggaran ketidak telitian karen kesalahan pengambilan
kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat di tolerir atau
diinginkan, diambil contoh 5%
Jadi sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah 86 respomden.
47
1.6
Sumber dan Metode Pengumpulan Data
3.6.1 Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1.6.1.1 Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan.
Data primer dari penelitian ini adalah data yang dikumpulkan secara
langsung berupa hasil kuesioner responden berupa pengaruh keselamatan
dan kesehatan kerja terhadap produktifitas karyawan PT. Hitos Innovative
Utama
1.6.1.2 Data skunder
Data skunder adalah data yang diperoleh dari perusahaan yang
dapat dilihat dari dokumentasi perusahaan, buku-buku referensi dan
informasi lainnya yang berhubungan dengan penelitian.
3.6.2. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.6.2.1 Kuesioner
Pengumpulan data dengan cara ini dilakukan dengan menyebarkan
kuesioner kepada responden yang telah ditentukan sebelumnya mengenai
keselamatan dan kesehatan kerja terhadap produktifitas karyawan PT.
Hitos Innovative Utama. Dengan tujuan untuk memperoleh jawabanjawaban yang digunakan sebagai data dalam penelitian.
48
3.6.2.2
Survey dan obeservasi
Pengunpulan data dengan cara ini dilakukan dengan cara
pengamatan langsung ke objek tersebut.
3.6.2.3
Wawancara
Melakukan wawancara dengan kepala bagian dan karyawan PT.
Hitos Innovative
3.7
Uji Instrumen Data
3.7.1
Uji Validitas
Vailiditas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat ke
validan atau sesahihan suatu instrumen, suatu instrumen yang valid atau
sahih mempunyai validitas tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid
mempunyaivaliditas rendah. (Arikunto, 2010:211).
Rumus yang digunakan untuk mengukur validitasinstrumen dalam
penelitian ini adalah rumus korelaso product moment, sebagai berikut:
Keterangan :
rxy
: Koefisien Korelasi
N
: Jumlah Responden / Subjek
X
: Skor Butir
Y
: Skor total (Arikunto, 2010)
Pengambilan keputusan :
49
Jika r hitung positif dan r hitung ˃ 0,300, maka butir pertanyaan
a.
valid
b.
Jika r hitung negatif dan r hitung ˂ 0,300, maka butir pernyataam
tidak valid
c.
r
hitung dapat
dilihat pada kolom corrected item-total
correlation.
3.7.2
Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah uji untuk menunjukan sejauh mana suatu
hasil pengukuran suatu relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua
kali atau lebih. tujuan utama pengujian reabilitas adalah untuk mengetahui
konsistensi atau keteraturan hasil pengukuran suatu instrumen apabila
instrumen digunakan lagi sebagai alat ukur suatu objek atau responden
(Sarwono, 2006 dalam Hermawan 2012). Dalam penelitian ini
menggunakan teknik Alpha cronbach yang dikerjakan dengan paket
statistik
software
product
and
service
solution
(SPSS)
menggunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
K
: Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑αb²
: Jumlah varians butir
αt²
: Varians total (Arikunto, 2010)
dengan
50
Pengambilan keputusan :
a. Jika r alpha positif dan r alpha ˃ 0,600, maka pertanyaan reliabel
b. Jika r
alpha
negatif dan r
alpha
˂ 0,600, maka pertanyaan tidak
reliabel.
c. r alpha dapat dilihat pada bagian reliabiliti coefficient.
3.8
Metode Analisis Data
3.8.1
Uji Asumsi Klasik
Metode ini mempunyai kriteria bahwa pengamatan harus mewakili
variasi minimum, konstanta dan efisien. Asumsi BLUE yang harus
dipenuhi
antara
lain:
tidak
ada
multikoloneritas,
tidak
terjadi
heteroskedastistas dan data berdistribusi normal.
3.8.1.1. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas merupakan uji keadaan dimana terjadi
hubungan linier yang sempurna atau mendekati sempurna antar variabel
bebas dalam model regresi (Dwi Priyanto, 2010). Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variable bebas. Multikolineritas
dapat dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya (2) Variance Inflation
Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variable bebas
manakah
yang dijelaskan oleh variable bebas lainnya. Tolerance
mengukur varibilitas variable bebas yang terpilih yang tidak dijelaskan
oleh variable bebas lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan
nilai VIF yang tinggi. Nilai cut off yang umum dipilih untuk menunjukkan
51
adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0.10 atau sama dengan
niali F > 10 (Ghozali, 2005 dalam Hermawan,2012).
3.8.1.2 Uji Heteroskedastisitas
Uji
Heteroskedastisitas
adalah
keadaan
dimana
terjadi
ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model
regresi. Uji ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya ketidaksamaan
varian dari residual pada model regrsi (Dwi Priyanto, 2010) jika varian
dari residual satu pengamatan kepengamatan lain tetap maka disebut
Homoskedastisitas dan jika varian berbeda disebut Heteroskedastisitas.
Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat juga dilakukan dengan
melihat ada tidaknya pola tertentu (bergelombang, melebar
kemudian
menyempit) pada grafik plot (Scatterplot) antara nilai prediksi variabel
terkait (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Ghozali (2009). Model
regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi
Heteroskedastisitas.
3.8.1.3 Uji Normalitas
Uji normalitas bdata di lakukan untuk mengetahui apakah data
yang di peroleh normal atau tidak. Uji normalitas yang dilakukan terhadap
sampel dilakukan dengan menggunakan kolmogorov-smirnov test dengan
menetapkan derajat keyakinan (α) sebesar 5%. Uji ini dilakukan pada
setiap variabel dengan ketentuan bahwa jika secara individual masingmasing variabel memenuhi asumsi normalitas, maka secara simultan
variabel-variabel tersebut juga bisa dinyatakan memenuhi asumsi
52
normalitas ( Latan, 2013:56). Kriteria pengujian dengan meliihat bersama
kolmogorov-smirnov test adalah:
a. Jika signifikasi >0,05 maka data tersebut berdistribusi normal.
b. Jika signifikasi <0,05 maka data tersebut tidak berdistribusi
normal..
3.8.2
Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis Regresi Linear Berganda merupakan salah satu analisis
yangbertujuan untuk mngetahui pengaruh suatu variabel terhadap variabel
lain. Dalamanalisis regresi variabel
yang mempengaruhi disebut
independent variable (variabel bebas) dan variabel yang mempengaruhi
disebut dependent variable(variabel terikat). Jika dalam persamaan regresi
hanya terdapat salah satuvariabel bebas dan satu variabel terikat, maka
disebut sebagai regresi sederhana, sedangkan jika variabelnya bebasnya
lebih dari satu, maka disebut sebagai persamaan regresi berganda
(Prayitno, 2010). Untuk mengetahui menganalisis pengaruh keselamatan
kerja dan kesehatan kerja terhadap produktivitas karyawan yang dilakuka
PT. Hitos Innovative Utama, digunakan analisis regresi linier berganda
(Prayitno, 2010) ;
Y= a +b1X1+b2X2+e
Keterangan :
Karakteristik pada masing-masing variabel
a = konstanta atau besarnya koefisien masing-masing variabel
sama dengan nol
53
b1 = besarnya pengaruh keselamatan
b2 = besarnya pengaruh kesehatan
X1 = variabel keselamatanX2 = variabel kesehatan
Y = kinerja
e = faktor gangguan
3.8.3
Uji Hipotesis
Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui signifikasi dari
masingmasing variabel bebas terhadap variabel terikat yang terdapat
dalam model. Uji hipotesis yang dilakukan adalah ;
3.8.3.1 Uji t
Analisis ini digunakan untuk membuktikan signifikan tidaknya
antara variabel menganalisis pengaruh keselamatan kerja dan kesehatan
kerja terhadap Produktifitas karyawan oleh PT. Hitos Innovative Utama
adalah (Prayitno, 2010:68) :
Keterangan :
t = test signifikan dengan angka korelasi
bi = koefisien regresi
Se (bi) = standard error dari koefisien korelasi
Formulasi hipotesis uji t ;
1) Ho : bi 0, i = 1, 2
54
H0 diterima dan Ha ditolak, tidak ada pengaruh secara
parsial (individu) antara variabel bebas (X) terhadap variabel
terikat (Y)
2) Ha : bi 0, i = 1, 2
H0 ditolak dan Ha diterima, ada pengaruh secara parsial
(individu) antara variabel bebas (X) terhadap variabel terikat
(Y)
3)
Level of significane 5% (Uji 2 sisi, 5% : 2 = 2,5% atau
0,025)
3.8.3.2 Uji F
Uji F digunakan untuk melihat signifikansi pengaruh dari variabel
bebas
secara
simultan
(serentak)
terhadap
variabel
terikat
(Prayitno,2010:67). Dalam penelitian ini uji F digunakan untuk melihat
signifikansi pengaruh dari variabel X1, X2 secara simultan terhadap
variabel Y. Rumus yang akan digunakan adalah :
Keterangan:
F = pengujian secara simultan
R2= koefisien determinasi
k = banyaknya variabel
n = banyaknya sampel
Formulasi hipotesis uji F ;
1) Ho : b1, b2, 0
55
H0 ditolak dan Ha diterima, ada pengaruh secara simultan
antara varibel bebas (X1, X2) terhadap varibel terikat (Y)
2) Ha : b1, b2, = 0
H0 diterima dan Ha ditolak, tidak ada pengaruh
simultan antara varibel bebas (X1, X2) terhadap varibel
terikat (Y)
3) Level of significane 5%.
3.8.3.3 Uji R2 Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi adalah data untuk mengetahui seberapa
besar prosentase pengaruh langsung variabel bebas yang semakin dekat
hubungannya dengan variabel terikat atau dapat dikatakan bahwa
penggunaan model tersebut bisa dibenarkan. Dari koefisiensi determinasi
(R2) dapat diperoleh suatu nilai untuk mengukur besarnya sumbangan dari
beberapa variabel X terhadap variasi naik turunnya variabel Y (Prayitno,).
Y
Keterangan:
R2 = Koefisien determinasi berganda
Y = Variabel terikat (dependent)
X = Variabel bebas (Independent
Download