1 PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KARYAWAN PT. HITOS INNOVATIVE UTAMA BATAM TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Oleh: FIKA ANGGRAINI 11002912 PROGRAM STUDI AKUNTANSI AKADEMI AKUNTANSI PERMATA HARAPAN BATAM 2016 2 ABSTRAK PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KARYAWAN PT. HITOS INNOVATIVE UTAMA BATAM Fika Anggraini 11002912 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Keselamtan dan Kesehatan baik secara parsial maupun simultan terhadap Penjualan PT. Hitos Innovative Utama Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan merupakan penelitian sampel. Subjek penelitian ini adalah karyawan PT. Hitos Innovative Utama jumlah 86 orang. Pengumpulan data mengguakan kuesioner yang telah di uji validitas dab reabilitanya. Hasi penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara Keselamatan terhadap Produktivitas Karyawan di tujukan dengan hasil uji t. dengan nilai t hitung 3,806 lebih besar dari nilai t tabel 1,988 dengan nilai signifikan 0,00 lebih kecil dari 0,05 Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara kesehatan terhadap produktivitas karyawan di tujukan dengan hasil uji t. dengan nilai t hitung 4,438 lebih besar dari t tabel 1,988 dengan nilai signifikan 0,00 lebih kecil dari 0,05 Terdapat pengaruh keselamatan dan kesehatan secara simultan terhadap produktivitas karyawan, hal ini di tujukan dengan hasil uji F.dengan nilai f hitung 120,127 lebih besar dari f tabel 2,483 dengan nilai signifikan 0,000 lebih kecil dari 0,05 Kata kunci: Keselamatan, Kesehatan dan Produktivitas 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di ASEAN. Dalam menyongsong era globalisasi Indonesia bukan saja menjadi negara agraris tetapi telah mulai bergerak ke tujuan menjadi negara industri. Berbagai industri berat telah dibangun di berbagai kota Indonesia. Selain itu berbagai mega proyek seperti pembangunan PLTU, ajungan penambangan minyak untuk lepas pantai ataupun didarat telah mulai. Oleh karena itu, kota-kota di Indonesia telah menyesuaikan diri untuk mengikuti perubahan ini. Batam, Provinsi KEPRI, salah satu kota yang telah dipersiapkan untuk semua ini. Dengan memiliki lokasi strategis pelabuhan laut bongkar muat yang mudah di akses, dan tenaga profesional yang memadai telah menjelma menjadi kota industri. Berbagai industri telah dibangun disini, dari industri minyak dan gas, industri perkapalan, dan industri berat lainnya. Dengan adanya berbagai ragam industri di Batam, angka kecelakaan ketika bekerja semakin meningkat. Oleh karena itu, keselamatan dan kesehatan kerja telah menjadi salah satu hal yag tidak bisa dipandang dengan sebelah mata apalagi di abaikan sama sekali, kaerena bukan hanya merugikan pekerja tetapi juga perusahaan dan image kota Batam. 4 Keselamatan dan kesehatan kerja yaitu suatu asas yang rasional untuk manajemen yang mencakup kenyataan bahwa baik perencanaan maupun keputusan-keputusan manajerial organisasi keseluruhannya tidak terlepas dari manusia dan lingkungan kerjanya dalam arti kata jika dengan demikian maka perbuatan dan keadaan yang tidak selamat yang berakhir dengan kecelakaan adalah suatu gejala. Dimana keselamatan dan sehatan kerja ini sudah di atur dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu masalah yang penting dalam setiapn proses beroperasional, baik disector tradisional maupun modern. Khususnya pada masyarakat yang sedang beralih dari suatu kebiasaan pada kebiasaan lain, perubahan-perubahan pada umumnya menimbulkan beberapa permasalahan yang tidak di tanggulangi secara cermat dapat membawa berbagai akibat buruk bahkan fatal. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja perusahaan dan lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan mencegah, mengurangi bahkan menihilkan resiko kecelakaan kerja. Penerapan K3 tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan keja dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang. 5 Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang benar-benar menjaga keselamatan dan kesehatan karyawannya dengan membuat aturan tentang keselamatan dan kesehatan kerja yang dilaksanakan oleh seluruh karyawan dan pimpinan perusahaan. Perlindungan tenaga kerja dari bahaya dan penyakit akibat kerja atau akibat dari lingkungan kerja sangat dibutuhkan oleh karyawan agar karyawan merasa aman dan nyaman dalam menyelesaikan pekerjaaannya. Tenaga kerja yang sehat akan bekerja produktif. Sehingga diharapkan kinerja karyawan meningkat yang dapat mendukung keberhasilan bisnis perusahaan dalam membangun dan membesarkan usahannya. PT. Hitos Innovative Utama merupakan salah satu Perusahaan yang berpusat di Batam, Provinsi Kepri yang bergerak di bidang perlakukan panas( heat treatment) pada industri minyak dan gas ataupun bidang industri berat lainnya. PT. Hitos Innovative Utama terdiri dari 3 departemen, Operational,Administrasi, dan QHSE (Quality Health Safety and Environment). Departemen Administrasi bertugas mengurus semua hal yang berhubungan dengan administrasi perusahaan ataupun karyawan. Departemen QHSE bertugas mengontrol mutu produksi dan keselamatan selama produksi. Departemen Operational merupakan eksekutor langsung aktivitas heat treatment di lapangan (site). Site inilah yang mengandung berbagai sumber potensi bahaya yang dapat menyebabkann kecelakan baik terhadap karyawan PT. Hitos Innovatie Utama ataupun property perusahaan seperti machine dan equipment lainnya. 6 PT. Hitos Innovative Utama adalah salah satu perusahaan yang dituntut untuk terus berupaya meningkatkan produktivitas karyawan dengan memperhatikan aspek kenyamanan dan ketenangan karyawan saat bekerja, yaitu dengan memberikan perlindungan serta jaminan keselamatan dan kesehatan kerja bagi karyawan. Hal tersebut di buktikan dengan adanya penggunaan alat-alat pelindung diri seperti warepack, sepatu safety, sarung tangan, helmet, kaca mata, masker, earplug. PT.Hitos Innovative Utama memerlukan prosedur kerja yang dapat mempengaruhi keselamatan dan kesehatan kerja karyawan. Dalam meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja karyawan. PT.Hitos Innovative Utama sangat mem[erhatikan kesejahteraan karyawannya. Ini di aplikasikan dengan mengikutsertakan karyawannya pada: a. Program BPJS b. Dana Pensiun c. Pesangon bagi karyawan yang di PHK yang jumlahnya di sesuaikan dengan peraturan ketenaga kerjaan yang berlaku. d. Tunjangan hari raya Fasilitas-fasilitas tersebut diharapkan dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat kecelakaan kerja yang terjadi di PT. Hitos Innovative Utama dibatam dapat di lihat dari uraian tabel 1 berikut ini: 7 Tabel 1.1 : Tingkat kecelakaan kerja pada PT.Hitos Innovative Utama Tabel Jumlah Karyawan Tetap (orang) Kontrak(orang) 2011 25 28 2012 25 33 2013 27 34 2014 27 29 2015 32 44 Sumber : PT.Hitos Innovative Utama Jumlah (orang) 53 58 61 56 76 Frekuensi Kecelakaan (X) 4 7 9 14 17 Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat tingkat kecelakaan karyawan yang terjadi mengalami peningkatan setiap tahunnya pada PT. Hitos Innovative Utama. Pada tahun 2011 jumlah karyawan 53 orang, dengan frekuensi kecelakaan 4 kali. Pada tahun 2012 jumlah karyawan 58 orang dengan frekuensi kecelakaan 7 kali. Pada tahun 2013 jumlah karyawan 61 dengan frekuensi kecelakaan 9 kali. Pada tahun 2014 jumlah karyawan 56 dengan frekuensi kecelakaan14 kali. Pada tahun 2015 jumlah 76 karyawan orang dengan frekuensi kecelakaan 17 kali. Dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 tingkat kecelakaan di PT. Hitos Innovative Utama selalu mengalami kenaikan hal ini akan merugikan perusahaan karena produktivitas akan menurun. Kesimpulannya semakin meningkatnya tingkat kecelakaan kerja akan semakin menurunnya produktifitas karena akan meningkatnya hari kerja yang hilang, meningkatnya biaya-biaya keshatan dan asuaransi. Keselamatan dan kesehatan kerja yang telah terpenuhi maka akan menyebabkan karyan produktifitas meningkat. bekerja segenap kemampuannya, sehigga 8 Keselamatan dan kesehatan kerja ini masih jauh dari perhatian utama manajemen, bahkan oleh karyawan yang bersangkutan dan paling berkepentingan dalam masalah ini. Ini bisa di lihat dari masih banyaknya terjadi kecelakaan-kecelakaan kerja, yang sebagaian besar di antaranya disebabkan karena kekurang perhatian berbagai pihak terkait terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (Suma’mur, 2006:17). Keselamatan dan kesehatan Kerja (K3) merupakan rencana usaha yang penerapannya berguna untuk mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja memiliki tujuan yang hendak dicapai, yaitu meningkatkan produktivitas, meningkatkan efisiensi pekerjaan dan menurunkan biaya kesehatan. Karyawan yang memiliki tingkat kesehatan fisik, mental dan sosial yang tinggi akan dapat bekerja dengan pengerahan tenaga yang optimal sehingga kinerja tinggi bisa tercapai dan kemudian bisa meningkatkan produktivitas, kemudian bisa meningkatkan produktivitas (Rivai, 2004: 309). Penelitian mengemukakan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja berpengaruh signifikan terhadap produktivitas seperti yang dikemukakan Bunn (2001) bahwa keselamatan dan kesehatan kerja mempengaruhi produktivitas karyawan. Namun, ditemukan sebuah research gap yaitu pada hasil penelitian Katsuro (2010) menemukan bahwa keselamatan kerja dan kesehatan kerja berhubungan negatif dengan produktivitas dan kinerja karyawan hal ini disebabkan oleh moral pekerja kontrak berkurang karena 9 timbul ketidakpedulian dari manajemen yang tidak memperhatikan mereka sebagai bagian penting bagi organisasi dan keselamatan mereka di tempat kerja. Hamida (2006), menemukan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja berpengaruh signifikan secara parsial terhadap produktivitas dan variabel yang lebih dominan berpengaruh terhadap produktivitas karyawan adalah variabel kesehatan kerja. Namun Prayanti (2011), menemukan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja berpengaruh signifikan secara parsial terhadap produktivitas dan variabel yang lebih dominan berpengaruh terhadap produktivitas karyawan adalah variabel keselamatan kerja. Beberapa penelitian lain seperti Suliatuti (2011), Syafi’i (2008) dan Prayanti (2011) menjelaskan bahwa keselamatan lebih dominan berpengaruh terhadap produktivitas karyawan. Dengan demikian terdapat research gap antara keselamatan dan kesehatan kerja terhadap produktivitas karyawan. Berdsarkan permasalahan yang diuraikan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan menjadi permasalahan yang terjadi sebagai topik dengan pengambilan judul “ Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan kerja terhadap Produktifitas Karyawan pada PT. Hitos Inovative Utama” 10 1.2. Identifikasi Masalah Dari uraian diatas penulis mengindentifikasikan permasalahan sebagai berikut: a. Keselamatan kerja bukan saja berpengaruh pada kepentingan pengusaha saja akan tetapi mempunyai tujuan menghindarkan pengaruh yang tidak baik terhadap pekerja. Karena apabila keselamatan kerja karyawan terjaga akan meningkatkan produktifitas karyawan tersebut. b. Kesehatan keraja mempengaruhi produktifitas karyawan karena kesehatan kerja yang sangat baik akan membuat karyawan bekerja lebih baik karena karaywan akan merasa nyaman dalam menjlaankan tugasnya. c. Lingkungan kerja yang nyaman akan meningktakan produktivitas karyawannya. Karena lingkungan kerja yang nyaman dan terbebas dari kebisingan akan membuat kayawan dengan mudah untuk menjalankankan aktivitasnya. Sehingga karyawan pun akan semangat bekerja dan produktivitas pun akan meningkat d. Mengikut sertakan karyawan dalam program BPJS, Tunjangan Hari Raya dapat meningkatkan produktivitas karyawan. Karena karyawan akan semakin semangat bekerja. Sehingga produktivitas karyawan pun akan semakin meningkat. Oleh sebab itu mengikut sertakan karyawan dalam program-program tersebut sangat penting. 11 1.3. Batasan Masalah Sehubung keterbatasan waktu, teori –teori, dana, sarana dan prasarana, maka tidak semua masalah yang telah diidentifikasikan dapat diteliti, untuk itu maka penulis memberi batasan masalah pada dua varibel independent yaitu keselamatan kerja (X1) dan kesehatan kerja (X2) dan satu variabel dependent yaitu produktivitas karyawan dengan objek penelitian di PT. Hitos Innovative Utama. 1.4. Rumusan masalah 1. Apakah terdapat pengaruh secara parsial keselamatam kerja tehadap produktivitas karyawan PT. Hitos Innovative Utama 2. Apakah terdapat pengaruh secara parsial Kesehatan kerja terhadap produktivitas karyawan PT. Hitos Innovative Utama 3. Apakah terdapat pengaruh secara simultan keselamatan dan Kesehatan kerja terhadap produktivitas karyawan PT. Hitos Innovative Utama. 1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah: 12 1. Untuk mengetahui pengaruh keselamatan kerja terhadap produktivitas kerja karyawan PT. Hitos Innovative Utama. 2. Untuk mengetahui pengaruh kesehatan kerja terhadap produktivitas kerja karyawan PT. Hitos Innovative Utama. 3. Untuk mengetahui pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja terhadap produktivitas kerja karyawan PT. Hitos Innovative Utama. 1.5.2. Manfaat Penelitian 1.5.2.1. Manfaat Teoritis Melalui penelitian yang dilakukan penulis diharapkan memberikan mafaat sebagai berikut: 1. Bagi Penulis, penulis ini mendapatkan wawasan, pengetahuan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja sangat berpengaruh terhadap produktivitas para pegawai. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya, dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam pengembangan sistem pelayanan bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tentang keselamatan dan kesehatan kerja terhadap produktivitas karyawan. 3. Bagi Akademis, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi dokumen akademik yang berguna. 13 1.5.2.2. Manfaat Praktis Bagi perusahaan, Perusahaan diharapkan dapat menjadi masukan tetap menjaga keselamatan dan kesehatan kerja para karyawan. 14 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Produktifitas Karyawan Produktifitas merupakan faktor mendasar yang mempengaruhi performansi kemampuan bersaing dalam industri kontruksi. Peningkatan tingkat produktifitas berlasi terhadap waktu yang dibutuhkan, khusunya yang berasal dari pengurangan biaya yang di konsumsi oleh pekerja bangunan (Ervianto,2008) Menurut Ananta dalam (Kasnawi 2006) mengemukakan bahwa produktifitas tenaga kerja adalah pencerminan dari mutu tenaga kerja jika hal-hal lain dianggap tetap sama. Menurutnya, perubhan (peningkatan) produktifitas kerja dapat tedrjadi karen pengaruh beberapa hal yaitu: a. Sumber daya alam yang tersedia dalam jumlah yang lebih besar atau mutu yang lebih baik. b. Sumber daya modal fisik tersedia dalam jumlah yang lebih banyak atau mutu yang lebih baik. c. Mutu modal manusia itu sendiri yang meningkat. d. Kondisi dan lingkungan keja yang lebih baik. Peranan sumber daya alam dalam meningkatkan produktifitas baik dilihat dari jumlah maupun mutunya memang sangat penting. Namun kenyataan memperlihatkan bahwa faktor peranan tersebut tidak selalu sama disetiap negara. Sebagai ilustrasi, singapura adalah sebuah negara 15 kecil yang memiliki sumber daya alam yang sangat minim, namun di kenal dengnan negara yang telah berhasil memperlihatkan keterbatasan sumber daya alam bukan penghalang untuk menigkatkan produktifitasnya. Wiyono, dalam ( kasnawi 2006) mengemukakan bahwa produktifitas tenaga kerja dipengaruhi enam hal, yaitu: a. Perkembangan barang modal pekerja. b. Perbaikan tingkat keterampian, pendidikan dan kesehatan kerja. c. Meningkatnya skala usaha d. Perpindahan pekerja antara jenis kegiatan. e. Perubahan komposisi output dari tiap sektor atau sub sektor. f. Perubahan teknik produksi. Basri, dalam (kansawi, 2006) mengemukakan bahwa tinggi rendahnya produktifitas tenaga kerja juga dipengaruhi oleh pemanfaatan kapasitas dari berbagai sektor produksi guna mencapai pertumbuhan ekonomi. Karena pemanfaatan kapasitas rendah, maka produktifitas rendah, jadi dengan demikian, produktifitas tenaga kerja secara umum ditentukan oleh beberapa komponen, yaitu: a. Unsur tenaga kerja itu sendiri, termasuk metode kerjanya, kesehatannya, tingkatv pendidikannya, kebiasannya, dan pemahaman terhadap pelaksanaan kegiatan usahanya, kompensasi kerja (upah dan gaji) dan lain sebagainya yang bersumber dari diri tenaga kerjanya. b. Kapasitas produksi dari setiap bsektor produksi. 16 c. Peralatan atau fasilitas penunjang tenaga kerja (teknologi) Produktifitas tenaga kerja snagat vdipengaruhi oleh faktor dari dalam dan luar lingkungan perusahaan. Hal ini disebabkan oleh interaksi yang kuat antara organisasi perusahaan dengan lingkungan, faktor-faktor tersebut biasanya saling berkaitan dan berpengaruh satu dengan yang lain. Menurut hasibuan (2010:128) produktifitas merupakan perbandingan antara keluaran dan msukan serta mengutarakan cara pemanfaatan baik terhadap sumber-sumber dalam memproduksi suatu barang atau jasa. Dari pemahaman diatas dapat dikatakan bahwa produktifitas menyentuh berbagai aspek dalam diri manusia sepeti sikap, mental, etika dan keahlian sehingga dapat dijadikan sebagai pendorong dalam meningkatkan mutu untuk menjadi lebih baik setiap harinya. Menuurt Wibowo (2011:109) produktifitas adalah hubungan antara keluaran atau hasil organisasi dengan masukan yang diperlukan. Sutrisno (2011:207) produktifitas merupakanb outputv per unit, atau output dibagi input, atau rasio antara output dengan input. Ardana (2012:270) menyatakan bahwab produktifitas merupakan perbandingan efektifitas menghasilkan keluaran (output) dengan efisiensi penggunaan sumbersumberb masukan (input). Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pengertian produktifitas memiliki dua dimensi, yakni efektifitas dan efisiensi. Dimensi yang pertama berkaitan dengan pencapaian untuk kerja yang maksimal, dalam 17 arti kualitas, kuantitas dan waktu. Sedangkan dimensi berkaitan dengan upaya membandingkan masukan dengan realisasi penggunaanya atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan (Umar, 2004). Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pengertian produktifitas memiliki dua dimensi, yakni efektifitas dan efisiensi. Dimensi yang pertama berkaitan dengan pencapaian untuk kerja yang maksimal, dalam arti kualitas, kuantitas dan waktu. Sedangkan dimensi berkaitan dengan upaya membandingkan masukan dengan realisasi penggunaanya atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan (Umar, 2004). Produktifitas adalah perbandingan antara hasil yang dicapai dengan sumber daya yang digunakan persatuan waktu. Produktifitas merupakan faktor penting yang menentukan standar hidup seseorang. Menurut Mankiw (2006:57) produktifitas ditentukan oleh empat hal yaitu: a. Modal fisik Pekerjaan yang akan lebih produktif jika mereka mempunyai ala-alat untuk bekerja/ peralatan untuk bekerja. Peralatan dan infrastruktur yang dignakan untuk menghasilkan barang dan jasa yang disebut modal fisik atau modal saja. Sebagai contoh, ketika tukang kayu membuat peralatan rumah, mereka menggunakan gergaji, mesin bubut dan bor. Alat-alat tersebut membuat pekerjaan lebih cepat untuk diselesaikan, karena itu tukang kayu yang menggunakan peralatan sederhana akan menghasilkan lebih sedikit peralatan rumah per minggu 18 dibandingkan tukang kayu yang menggunkan peralatan canggih. b. Modal manusia Modal manusia adalah istilah yang digunakan oleh para ekonom untuk mengacu pada pengetahuan dan keahlian yang diperoleh para pekerja melalui pendidikan, pelatihan dan pengalaman. Modal manusia mecakup keahlian-keahlian yang diperoleh sejak TK, SD, SMP, SMU hingga masa kuliah dan pelatihan kerja. c. Sumber daya alam Sumber daya alam merupakan input produksi yang dihasilkan oleh alam, seprti tanah, sungai dan sumber mineral. Sumber daya alam mempunyai dua bentuk yang bisa diperbaharui dan yang tidak bisa diperbaharui. d. Pengetahuan teknilogi Pengetahuan teknologi adalah pemehan tentang cara-cara terbaik untuk memproduksi barang-barang. Dahulu pekerja di pabrik memerlukan tenaga manusia yang banyak, sekarang banyak diganti dengan tenaga mesin lebih cepat dan murah. Pamuji (2008), dalam skripsinya yang berjudul pengukuran produktifitas pekerja sebagai dasar perhitungan upah kerja pada anggran biaya mengemukakan bahwa produktifitas pekerja antara lain: faktor-faktor yang mempengaruhi 19 a. Tingkat upah b. Pengalaman dan keterampilan para pekerja c. Pendidikan keahlian d. Usia pekerja e. Pengadaan barang f. Cuaca g. Jarak material h. Hubungan kerja sama antar pekerja i. Faktor managerial j. Efektifitas jam kerja. Soedarmayanti (2009:71) mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi produktifitas kerja sebagai berikut: a. Sikap mental, yaitu berupa: 1. Motivasi kerja 2. Disiplin kerja 3. Etika kerja b. Pendidikan, pada umumnya orang memiliki pendidkan lebih tinggi akan mempunyai wawasan yang lebih luas yang berpengaruh terhadap produktifitas. c. Keterampilan, apabila pegawai semakin terampil maka akan lebih mampu bekrja serta menggunakan fasilitas kerja dengan baik. 20 d. Manajemen, berkaitan dengan sistem yang diterapkan oleh pimpinan untuk memimpin serta mengendalikan staf karena manajemen yang tepat dapat menimbulkan semangat kerja yang tinggi pada pegawai. e. Tingkat penghasilan, dapat menimbulkan konsentrasi kerja, manimbulkan semangat kerja, dan karyawan dapat memanfaatkan kemampuan yang ia miliki untuk meningkatkan produktifitas kerja. f. Gizi dan kesehatan, apabila hal ini dapat di penuhi maka pegawai akan dapat bekerja lebih kuatv dan lebih semangat. g. Jaminan sosial, untuk meningkatkan pengabdian karyawan pada organisasi. h. Lingkungan dan iklim kerja, akan mendorong pegawai senang bekerja dan meningkatkan rasa tanggung jawab untuk melakukan pekerjaan dengan baik menuju ke arah peningkatan produktifitas. i. Sarana produktifitas, sarana yang digunakan harus baik agar dapat menunjang produktifitas kerja j. Teknologi, apabila teknologi yang digunakan tepat dan lebih maju, maka hasil yang dicapai akan tepat waktu dan lebih bermutu. 21 k. Kesempatan berprestasi, akan menimbulkan dorongan psikologis untuk meningkatkan dedikasi serta pemanfaatan potensi yang dimiliki. 2.1.1.1. Aspek-aspek Dalam Produktifitas Dua aspek yang menurut Stefanus dan Rahmat (2007) hal terpenting dalam produktifitas adalah: a. Efisiensi, merupakan suatu ukuran dalam membandingkan penggunaan masukan yang direncanakan denngan masukan yang sebenarnya terlaksana. Kalau masukan yang sebenarnya digunakan semakin besar penghematannya, maka tingkat efisiensi semakin tinggi. b. Efektivitas, merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target dapat dicapai, baik secara kualitas maupun waktu. Jika presentase target yang dapat tercapai itu semakin besar, maka tingkat efektivitas itu semakin tinggi, demikian pula sebaliknya. 2.1.1.2. Indikator Produktifitas Kerja Menurut Husein (2004 produktifitas menggunkan indikatorindikator dibawah ini: a. Efektivitas kerja Efektivitas kerja meliputi: 1) Kualitas pekerjaan 22 Kualitas pekerjaan menyangkut mutu yang dihasilkan. Serang pegawai di melaksanakan tuntut untuk tugas-tugasnya. mengutamakan Kualitas kualitas dalam semua orang bagi tampanya berarti kualitas tinggi. Kualitas semakin tinggi berarti semakin baik. Lalu timbul pertanyaan, apakah orang-orang sesungguuhnya menginginkan segala sesuatu berkualitas setinggi mungkin. Seorang pegawai sebagai sumber daya yang menjalankan dan melaksanakan manajemen disuatu organisasi harus memiliki kehidupan kerja yang berkualitas. Kehidupan kerja yang berkualitas yaitu keadaan dimana para pegawai dapat memenuhi kebutuhan dengan bekerja di dalam organisasi. Kemampuan untuk hasil tersebut menurut Garry Desler yang di kutip oleh Agus Dharma bergantung apakah terdapat adanya: a) Perlakukan yang fair, adil an sportif terhadap pegawai. b) Kesempatan bagi pegawai untuk menggunakan kemampuan secara penuh dan kesempatan untuk mewujudkan diri yaitu untuk menjadi orang yang mereka rasa mampu mewujudkan. c) Komunikasi terbuka dan saling mempercayai diantara sesama pegawai. d) Kesempatan bagi semua pegawai untuk berperan secara aktiv dalam pengambilan keputusan-keputusan melibatkan pekerjaan-pekerjaan mereka. penting yang 23 e) \kompensasi yang cukup fair. f) Lingkungan yang aman dan sehat. 2) Kuantitas pekerjaan Perkembanan organisasi menuntut adanya kualitas pekerjaan. Kualitas pekerjaan menyangkut penyampaian target. Hasil keja yang sesuai dengan rencana organisasi. Rasio kuantitas pegawai harus seimbang dengan kuantitas pekerjaan sehingga dengan perimbangan tersebut dapat menjadi tenaga kerja yan produktif untuk meningkatkan produktivitas kerja didalam organisasi tersebut. 3) Ketepatan waktu Masyarakat berbeda-beda dalam menilai waktu, isalnya budaya barat mengangap waktu sebagai sumber daya yang langka, “ waktu adalah uang” dan harus digunakan secara efisien. Beberapa budaya lain mengambil sesuatu pendekatan yang lain lagi terhadap waktu. Mereka memfokuskan pada masa lalu misalnya mengikuti tradisi mereka dan berusaha melestarikan praktek-praktek histrinya. Pengetahuan akan orientasi waktu yang berlainan dari budaya-budaya wawasan kedalam pentingnya tersebut dapat tenggang memberikan waktu, apakah perencanaan jangka panjang dan dipraktekkan secara meluas, pentinggnya pengawasan kerja dan apakah yang menyebabkan keterlambatan-keterlambatan. 24 Berangkat dari hal diatas, seorang pegawai harus memiliki paham tersebut yang memandang waktu sebagai sumber daya yang harus benar-benar dipergunakan dengan tepat dan mempraktekan pada tugas-tugasnya yaitu menyelesaikan tugastugas yang diberikan orang tepat pada waktu yang ditentukan serta mengutamakan prinsip efisien.disini peran pimpinan melakukan pengawasan dan mengkoordinasi pegawainya ketika dalam melaksankan tugas serta harus peka terhadap penyebab kendalakendala jika pegawainya melaksanakan tugas tidak tepat pada waktunya yang telah ditentukan. b. Efisiensi kerja Efisiensi kerja merupakan salah satu pendorong utama dalam kelancaran manajemen dan ini tidak pernah terlepas dari kultur suatu organisasi manapun budaya didalam masyarakat tertentu. Efisiensi kerja pada umumnya merupakan perwujudan dari cara-cara bekerja yang efisien, dilihat dari segi organisasi efisiensi kerja meliputi 3 unsur yaitu: a) Banyak atau sedikitnya kesalahan yang dilakukan dalm bekerja. b) Penggunaan sarana dan prasarana yang tersedia denga baik. c) Penghematan dalam menjalankan tugas/ pekerjaan. Suatu cara bekerja efisien yang dipraktekkan pada suatu satuan usaha tertentu akan mengakibatkan tercapainya hasil yang 25 dikehendaki, bahkan dalam derajat yang tinggi mengenai mutu dan hasil yang dikehendaki, bahkan dalam derajat yang tinggi mengenai mutu dan hasilnya. Jadi hasil yang maksimal dalam setiap pekerjaan tergantung pada cara bekerja yang efisien. c. Semangat kerja Semangat kerja menggambarkan perasaan berhubungan dengan jiwa, semangat kelompok, kegembiraan dan kegiatan. Apabila pekerjaan tampak merasa senang, optimis mengenai kegiatan dan tugas, serta ramah satu sama lain, maka pegawai itu dikatakan mempunyai semangat yang tinggi. Sebaliknya, apabila pegawai tampak tidak puas, lekas marah, sering sakit, suka membantah, gelisah, dan pesimis dan reaksi ini dikatakan sebagai bukti semangat yang rendah. Semangat kerja sangat penting bagi organisasi kerena semangat kerja yang tinggi tentu dapat mengurangi angka absensi atau tidak bekerja karena malas, dengan semangat kerja yang tinggi maka pekerjaan yang diberikan atau ditugaskan kepadanya akan dapat diselesaikan dengan waktu yang lebih singkat atau lebih cepat, semangat kerja yang tinggi otomatis membuat pegawai akan merasa senang bekerja sehingga kecil kemungkinan pegawai akan pindah bekerja ketempat lain, semangat kerja yang tinggi akan mengurangi angka kecelakaan karena pegawai yang mempunyai semangat kerja 26 tinggi cenderung bekerja dengan hati-hati dan teliti sehingga bekerja sesuai dengan prosedur yang ada. d. Disiplin kerja. Dalam melaksanakan disiplin kerja, disiplin yang baik dapat di ukur dalam wujud: a) Pimpinan atau pegawai datang dan pulang kantor tepat pada waktu yang ditentukan. b) Menghasilkan pekerjaan baik kuantitas maupun kualitas yang memuaskan. c) Melaksanakan tugas penuh dengan semangat d) Mematuhi semua peraturan yang ada. 2.1.1.3 Pengukuran Produktivitas Pengukuran produktifitas berfungsi untuk mengetahui dan membandingkan efisiensi produksi perusahaan dari tahun ke tahun. Seperti di kemukakan oleh Muchdrasyah Sinungan (2008:25) bahwa “Produktivitas secara umum berarti perbandingan antara pelaksanaan secra historis”. Dengan menggunankan sumber daya yang sama pelaksanaan produktivitas akan meningkat atau tidak, menggunakan sumber daya yang kurang pelaksanaan produktivitas akan meningkat atau sama, pertambahan sumber daya yang relatif kecil akan meningkatkan produktivitas atau tidak. Pengukuran seperti ini menunjukan pencapaian yang relatif, perbandingan pelaksanaan sekarng dengan target. Secara umum ada dua jenis pengukuran produktivitas , yaitu: 27 a. Produktivitas total (Multiple Factor Productivity) Produktivitas dari berbagai faktor penyusun. Dapat diukur dari faktor penyusunnya seperti tanah, modal, teknologi, tenaga kerja dan bahan baku. Produktivitas total secara umum adalah perbandingan antara total output dengan total input, semua input yang digunakan dalam proses produksi. Rumus produktivitas secara umum menurut Mucdrasyah Sinungan (2008:23) adalah sebagai berikut: b. Produktivitas Parsial (Single Factor Productivity) Produktivitas yang diukur dari satu faktor. Biasanya yang sering menggunakan produktivitas parsial ini adalah produktivitas tenaga kerja atau produktivitas individu. Rumus Produktivitas parsial adalah sebagai berikut: 2.1.2. Keselamatan Kerja Menurut Mangkunegara (2011:161), keselamatan kerja menunjukkan pada kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja. Menurut Ramlan Dj, (2006) pelaksanaan keselamatan kerja adalah berkaitan dengan upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh berbagai faktor bahaya, baik berasal dari pengguna mesin-mesin produksi maupun lingkungan kerja serta tindakan 28 pekerja sendiri. Jadi yang dimaksud dengan keselamatan kerja adalah yang berkaitan dengan kecelakaan kerja, yaitu kecelakaan yang terjadi ditempat kerja. Menurut Rivai (2006) tujuan dan pentingnya dari keselamatan kerja meliputi: 1. Meningkatnya produktifitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang hilang 2. Meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih berkomitmen. 3. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi. 4. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah karena menurunya pengajuan klaim 5. Fleksibilitas dan adaptasibilitas yang lebih besar sebagai akibat dari meningkatnya partisipasi dan rasa kepemilikan. 6. Rasio seleksi tenaga kerja yang elbih baik karena meningkatnya citra perusahaan. Keselamatan kerja menurut Mondy (2008) adalah perlindungan karyawan dari cidera yang disebabkan oleh kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan Keselamatan kerja berkaitanjugadengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan, landasan kerja danlingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses produksi. 29 Triyusliyanti (2007:245) menyatakan bahwa keselamatan adalah merujuk pada perlindungan terhadap fisik seseorang terhadap cedera yang terkait dengan pekerjaan. Menurut swasto (2011:107) keselamatan kerja menyangkut segenap proses perlindungan tenaga kerja terhadap kemungkinan adanya bahaya yang timbul dalam lingkungan pekerjaan. Swasto (2011:108) juga mengatakan ada faktor yang mempengaruhi keselamatan kerja sehingga berakibat terhadap kecelakaan kerja. Keselamatan kerja berarti proses merencanakan dan mengendalikan situasi yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja melalui persiapan prosedur operasi standar yang menjadi acuan dalam bekerja (Rika Ampuh Hadiguna, 2009). Menurut Ernawati (2009), keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan peralatan, tempat kerja dan lingkungan, serta cara-cara melakukan pekerjaan. Muhammad Sabir (2009) mendifinisikan, keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengelolanya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Menurut sholihah dan kuncoro (2014:27) keselamatan kerja diartikan sebagai kondisi yang bebas dari resiko kecelakaan atau kerusakan atau kondisi dengan resiko yang relatif sangat kecil, dibawah tingkat tertentu 30 Keselamatan kerja pada dasarnya adalah kebutuhan setiap manusia menjadi nalurui dari setiap makhluk hidup. Sejak manusia bermukim di muka bumi, secara tidak sadar mereka telah mengenal aspek keselamatan untuk mengantisipasi berbagai bahaya disekitar lingkungan hidupnya (Ramli,2010 :6) 2.1.2.1. Indikator Keselamatan Kerja Menurut mangkunegara (2011:163) ada beberapa indikator keselamatan kerja yaitu: 1. Keadaan Tempat Lingkungan Kerja. a. Penyusunan dan penyimpanan barang-barang berbahaya kurang di perhitungkan keamanannya. b. Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak 2. Pengaturan Udara. a. Pergantian udara di ruang kerja yang tidak baik (ruang kerja yang kotor, berdebu, dan berbau tidak enak). b. Suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya. 3. Pengaturan penerangan a. Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat. b. Ruang kerja yang kurang cahaya, remang-remang 4. Pemakaian Peralatan Kerja a. Pengamanan peralatan kerja yang sudah usang atau rusak. 31 b. Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang baik. 5. Kondisi Fisik dan Mental Pegawai a. Kerusakan alat indera, stamina karyawan yang tidak stabil. b. Emosi karyawan yang tidak stabil, kepribadian karyawan yang rapuh, cara berpikir dan kemampuan persepsi yang lemah, motivasi kerja rendah, sikap karyawan yang ceroboh, kurang cermat, dan kurang pengetahuan dalam penggunaan fasilitas terutama fasilitas kerja yang membawa resiko bahaya. 2.1.2.2. Faktor-Faktor Keselamatan Kerja Sesuai dengan pengertian keselamatan kerja yang dikemukakan diatas maka menurut syafi’i (2008:36), menyebutkan faktor-faktor dari keselamatan kerja adalah: a. Lingkungan kerja secara fisik. 1. Penempatan benda atau barang sedemikian rupa sehingga tidak membahayakan atau mencelakakan orang-orang yang berada ditemoat kerja atau sekitarnya. Penempatan dapat pula dilakukan dengan diberi tanda, batas-batas dan peringatan yang cukup. 2. Perlindungan para pegawai atau pekerja yang melayani alat-alat kerja yang dapat menyebabkan kecelakaan, dengan cara memberika alat perlindungan yang sesuai dan baik. 32 Perlengkapan perlindungan misalnya helm pengaman (helm safety) rompi keselamatan (safety vest) sepatu keselamatan (safety boots), masker, penutup telinga dan sebagainya. 3. Penyediaan perlengkapan yang mampu untuk digunakan sebagai alat pencegahan pertolongan dan perlindungan perlengkapan pencegahan misalnya: pintu/terowongan darurat, pertolongan apabila terjadi kecelakaan seperti tabungan oksigen, mobil ambulan dan sebagainya. b. Lingkungan sosial psikologis Sedangkan jaminan keselamatan kerja secara psikologis dapat dilihat pada aturan organisasi sepanjang mengenai berbagai jaminan lihat pada aturan organisasi sepanjang mengenai berbagai jaminan organisasi atas pegawai atau pekerja menurut syafi’i (2008:36) yang meliputi: 1. Perlakuan yang adil terhadap semua pegawai atau pekerja tanpa membedakan agama, suku, kewarganegaraan, turunan dan lingkungan sosial. 2. Perawatan atau pemberian asuransi terhadap para pegawai yang melakukan pekerjaan berbahaya dan beresiko, yang kemungkinan terjadi kecelakaan kerja sangat besar. 3. Masa depan pegawai terutama dalam keadaan tidak mampu lagi melakukan pekerjaan akibat suatu kecelakaan baik fisik maupun mental. 33 4. Keastian kedudukan dalam pekerjaan, hal ini merupakan salah satu jaminan bahwa orang-orang dalam organisasi itu dilindungi hak dan kedudukannya oeh praturan. Faktor pegawai dijamin secara seimbang dengan kewajiban. 2.1.2.3. Syarat-Syarat Keselamatan Kerja Pada dasarnya syarat-syarat keselamatan kerja seperti tersebut pada pasal 3 (1) UU Keselamatan kerja yang di kutip oleh Tarkawa (2008) di maksud untuk: 1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan. 2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran. 3. Memberi kesempatan atau jalan penyelamatan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang membahayakan. 4. Memberi pertolongan pada kecelakaan. 5. Memberi alat pelindung diri pada para pekerja. 6. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembahan, debu, kotoran, asap, uap, gas, aliran udara cuaca, sinar radiasi, kebisingan dan getaran. 7. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik, fisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan, memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai. 8. Menyelenggarakan suhu kan kelembahan udara yang baik. 9. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup. 10. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban. 34 11. Menerapkan ergonomi di tempat kerja. 12. .Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang dan barang. 13. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan. 14. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang. 15. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya. 16. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi. 2.1.3 Kesehatan Kerja Kesehatan kerja merupakan suatu hal yang penting dan perlu diperhatikan oleh perusahaan, karena dengan adanya program keshatan kerja yang baik akan menguntungkan para karyawan secara material, karena karywan akan lebih jarang absen dikarenakan sakit tertular teman sekerja atau luar teman sekerja. Bekerja dengan lingkungan yang lebih nyaman dan menyenangkan, sehingga secara keseluruhan karyawan akan mampu bekerja lebih lama dan meningkatkan produktivitas lebih baik lagi. Menurut Padminingsih (2007:19) kesehatan kerja diartikan sebagai aturan-aturan dan usaha untuk menjaga buruh dari kejadian dan keadaan perburuhan yang merugikan kesehatan dan kesesuaian dalam seseorang itu melakukan atau karena ia melakukan pekerjaan dalam satu hubungan kerja. 35 Menurut Moenir (2006:207) yang dimaksud kesehatan kerja adalah suatu usaha dan keadaan yang memungkinkan seseorang mempertahankan kondisi kesehatan dalam pekerjaan. Mathis dan Jacson (2006) menerangkan bahwa masalah kesehatan kerja pada karyawan yang beraneka jenis sangatlah susah untuk dihindari. Masalah-masalah tersebut dapat berupa masalah kesehatan yang kecil sampai pada keadaan sakit parah atau serius yang berhubungan dengan pekerjaan yang mereka lakukan. Beberapa diantara maslah tersebut seperti masalah pada kesehatan emosional sampai dengan karyawan yang memiliki kecenderungan mengkonsumsi obat-obatan terlarang atau alkohol. Program kesehatan kerja merupakan hal yang sangat penting dan perlu diperhatikan oleh pihak pengusaha. Karena dengan adanya program kesehatan yang baik akan memberikan keuntungan bagi para karyawan secara material, karena karyawan kaan lebih jarang absen, bekerja dengan lingkungan yang lebih menyenangkan, sehingga secara keseluruhan karyawan akan mampu untuk bekerja lebih lama (Gravel, Rhcaume & Legendre, 2011 : 166) Menurut Yusuf (2009) adapun karakteristik pribadi yang kesehatannya juga dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Fisik, yaitu dapat dijelaskan melalui pengembangannya normal, berfungsi untuk melakukan tugas-tugasnya, sehat serta tidak sakit-sakitan. 36 b. Psikis, yaitu aspek terhadap diri sendiri dan orang lain, memiliki Insight dan rasa humor, memiliki respon emosional yang wajar, mampu berfikir realistik dan objektif, terhindar dari gangguan psikologis, bersifat kreatif dan inovatif, bersifat terbuka dan fleksibel, tidak diferensif dan memiliki perasaan bebas untuk memilih, menyatkan pendapat dan bertindak. c. Sosial, yaitu memiliki perasaan empati dan rasa kasih sayang terhadap orang lain, serta mampu berhubungan dengan orang lain secara sehat, penih cinta kasih dan persahabatan dan bersifat toleren dan mau menerima tanpa memandang kelas sosial, tingkat pendidikan, politik, agama, suku, ras, atau warna kulit. d. Moral-religius, yaitu beriman kepada Allah dan taat mengamalkan ajarannya, jujur, amanah dan ikhlas dalam beramal. Uraian diatas menurut Yusuf (2009) menunjukan ciri-ciri mental yang sehat, sedangkan yang tidak sehat cirinya antara lain perasaan tidak nyaman, perasaan tidak aman, kurang memiliki rasa percaya diri, kurang mendapat kepuasan dalam berhubungan sosial, ketidakmatangan emosi, kepribadian terganggu, mengalami patologi dalam struktur sistem syaraf. Menurut Mangkunegara (2005), bekerja diperlukan usaha-usaha untuk meningkatkan kesehatan kerja. Adapun usaha-usaha untuk meningkatkan kesehatan kerja adalah sebagai berikut: 37 1. Mengatur suhu, kelembaban, kebersihan udara, penggunaan warna ruangan kerja, penerangan yang cukup terang dan menyejukkan, dan mencegah kebisingan. 2. Mencegah dan memberikan perawatan terhadap timbulnya penyakit. 3. Memelihara kebersihan, ketertiban dan keserasian lingkungan kerja. Menurut Mangkunegara (2011:161), kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Resiko kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stress emosi atau gangguan fisik. Bekerja diperlukan usaha-usaha untuk meningkatkan kesehatan kerja, adapun usaha-usaha untuk meningkatkan kesehatan kerja (Mangkunegara, 2011 : 162) adalah sebagai berikut: 1. Mengatur suhu, kelembaban, kebersihan udara, penghgunaan warna ruang kerja, penerangan yang cukup terang dan menyejukkan, dan mencegah kebisingan. 2. Mencegah dan memberikan perawatan terhadap timbulnya penyakit. 3. Memelihara kebersihan dan ketertiban, serta keserasian lingkungan kerja. 38 Husni (2005:132) kesehatan kerja adalah Bagian dari ilmu kesehatan yang bertujuan agar tenaga kerja memperoleh keadaan kesehatan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial. Kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan yang bertujuan agar tenaga kerja memperoleh keadaan kesehatan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial (Asmui, Hussin & Paino, 2012 : 290) 2.1.3.1 Faktor-faktor kesehatan kerja Menurut Syafi’i (2008:38) adapun faktor-faktor dari kesehatan kerja adalah: a. Lingkungan kerja secara medis Sarana dalam hal ini lingkungan kerja secara medis dapat dilihat dari sikap perusahaan dalam menangani hak-hal sebagai berikut: 1. Kebersihan lingkungan kerja 2. Suhu udara dan ventilasi ditempat kerja 3. Sistem pembuangan sampah dan limbah industri. b. Sarana kesehtan tenaga kerja Upaya-upaya dari perusahaan untuk meningkatkan kesehatan dari tenaga kerjanya hal ini dilihat dari : 1. Penyediaan air bersiih’ 2. Sarana olahraga dan kesempatan rekreasi 3. Sarana kamar mandi dan WC 4. Pemeliharaan kesehtan kerja 39 c. Sarana pemeliharaan kesehatan 1. Pemeliharaan makanan yanng bergizi 2. Pekayaan kesehatan tenaga kerja 3. Pemeriksa kesehatan tenaga kerja 2.1.3.2 Indikator Kesehatan kerja Menrut Manullang (2008) indikator kesehatan kerja terdapat beberapa indikator yaitu: a. Lingkungan kerja seacara medis Dalam hal ini lingmungan kerja secara medis dapat diihat dari sikap perusahaan dalam menangani hal-hal sebagai berikut: 1. Kebersihan lingkungan kerja 2. Suhu udara dan ventilasi ditempat kerja 3. Sistem pembuangan sampah dan limbah industri b. Sarana kesehatan tenaga kerja Upaya-upaya dari perusahaan untuk meningkatkan kesehatan dari tenaga kerjanya. Hal ini dapat dilihat dari penyediaan air bersih dan sarana kamar mandi. c. Pemeliharaan kesehatan tenaga kerja yaitu pelayanan kesehatan tenaga kerja 2.2. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu di antaranya adalah: Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Nama Judul Hasil 1 Oki Suli Astuti Pengaruh Keselamatan Terdapat pengaruh yang 40 (2011) dan kesehatan kerja terhadap produktivitas kerja karyawan bagian produksi PT. Indmira citra tani nusantara di saleman Yogyakarta Analisis keselamatan kerja, kesehatan kerja dan kompensasi terhadap produktivitas karyawan bagian sadapan pada perusahaan daerah perkebunan jember. 2 Dewi Istiqomah (2014) 3 Rizqy Murody pengaruh Kesehatan Anwar (2012). dan Keselamatan Kerja Terhadap Produktivitas Karyawan Pada PT. Kusuma Dipa Nugraha. Gisma ilfani Analisis Pengaruh (2013) Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Terhadap kinerja Kerja Karyawan pada karyawan PT. Apac inti corpora bawen jawa 4 signifikan dari masinmasin variabel terhadap produktivitas karyawan. pengaruh keselamatan kerja, kesehatan kerja dan kompensasi secara simultan dan parsial terdapat Produktivitas karyawan bagian sadap pada Perusahaan Daerah Perkebunan Jember dengan arah positif. keselamatan kerja dan kesehatan kerja memberikan kontribusi terhadap produktivitas karyawan. Keselamatan dan kesehatan kerja sangat berpengaruh secara silmultan terhadap produktivitas karywan PT. Apac Inti Corpora bawen Jawa. Pada tabel 2.1 penulis memaparkan lima penelitian terdahulu yang relevan dengan dengan permasalahan yang akan di teliti tentang pengaruh Keselamatan dan Kesehatan kerja Terhadap produktivitas karyawan 2.3.Kerangka Konseptual Kemajuan teknologi dan informasi di era modern ini, menuntut karyawan untuk memperisapkan diri baik dari segi pendidikan maupun keterampilan dan juga alat pelindung kerja agar dapat bekerja dengan aman. Keamanan dalam bekerja akan membuat karyawan merasa nyaman 41 dan betah dalam bekerja. Hal ini dapat menimbulkan semangat karyawan dalam bekerja sehingga dapat meningkatkan produktivitas karyawan. Banyaknya sumber daya manusia yang akan bekerja untuk peusahaan, amak perlunya keselamatan, kesehatan kerja dan semngat kerja untuk meningkatkan produktivitas karyawam. Karena apabila adanya jaminan tersebut maka, keryawan akan lebih meningkatkan produktivitasnya. Berdasarkan penjelasan dia atas, amak kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Keselamatan Kerja H1 (X1) Produktivitas Karyawan H3 Kesehatan Kerja 2.4 Hipotesis (Y) H2 (X2) Menurut Oki Suli Astuti (2011). Keselamtan berpengaruh terhadap produktivitas karyawan. Maka dari itu dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut: H1: Adanaya pengaruh keslamatan terhadap produktivitas karyawan. Menurut Dwi Istiqomah (2014), Kesehatan berpengaruh terhadap prodiuktivitas karyawan. Maka dari itu dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut: 42 H2: Adanaya pengaruh kesehatan kerja terhadap\produktivitas karyawan Menurut Rizqy Murody Anwar (2012), keselamatan dan kesehatan berpengaruh secara bersama-sama terhadap produktivitas karyawan. Maka dari itu dapat di tarik kesimpulan: H3: Adanya pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja secara bersama-sama terhadap produktivitas karyawan. 43 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Guna menyelesaikan penelitian ini terutama untuk memperoleh data-data yang di perlukan, dalam hal ini penulis berusaha mendapatkan data-data yang akurat langsung ke lokasi penelitian yaitu pada PT. Hitos Innovative Utama batu ampar Batam. 3.1.2 Waktu Penelitian. Tabel 3.1 Waktu penelitian No I 1 2 3 4 5 6 7 Pengajuan judul Pengajuan izin Survey lapangan Pengumpulan data Bimbingan BAB 1 Bimbingan BAB II Bimbingan BAB III 8 Penyebaran Kuesioner 9 Bimbingan BAB IV Bimbingan BABV Pengumpulan TA 10 11 Mei Apr keterangan II III IV I II III Jun IV I II III IV I II Jul III IV 44 3.2 Identifikasi Variabel 3.2.1 Variabel Terikat Variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat (Y) dalam penelitia ini adalah Produktifitas karyawan pada PT. Hitos Innovative Utama. 3.2.2 Variabel Bebas Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Keselamatan kerja (X1) dan Kesehatan kerja (X2). 3.3 Devinisi Operasional Variabel Devinisi operasional dan variabel-variabel penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: Tabel Operasional Variabel No Variabel 1 Keselamatan kerja (X1) 1. 2. 3. 4. 5. 2 Kesehatan kerja (X2) Indikator Keadaan tempatr lingkungan kerja. Pengaturan udara Pengaturan penerangan. Pemakaian peralatan kerja Kondisi fisik mental dan pegawai (Mangkunegara (2011:163) Alat Ukur Skala liker 1. Lingkungan kerja Skala Liker secara medis. 2. Sarana kesehatan tenaga kerja 3. Pemeliharaan kesehatan tenaga 45 3 Produktivitas karyawan (Y) 1. 2. 3. 4. kerja (Manullang 2008) Efektivitas kerja Efisiensi kerja Semangat kerja Disilin kerja (Husein 2005) Skala liker 3.4 Instrumen Penelitian Instrumen ini berguna untuk mengumpulkan data dalam penelitina yaitu dengan menggunakan beberapa pernyataan yang disusun dengan menggunakan skala liker. Skala liker adalah skala yang digunakan secara luas yang meminta responden menandai derajat persetujuan atau ketidak setujuan terhadap masing-masing serangkaian pernyataan mengenai objek situmulus ( Malhotra 2006:298). Setiap butir pernyataan mempunyai 5 alternatif sebagai berikut: a. SS ( Sangat Setuj ) diberi Skor =5 b. S (Setuju) diberi skor =4 c. KS (Kurang Setuju ) diberi skor =3 d. TS ( Tidak Setuju ) diberi skor =2 e. STS (Sangat Tidak Setuju ) diberi skor =1 1.5 Populasi dan Sampel 1.5.1 Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto 2010:173) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek, yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan (Sugiono). Dalam 46 penelitian ini yang menjadi populasi adalah karyawan PT. Hitos Innovative Utama yang berjumlah 109 orang. 1.5.2 Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2012 :116). Penelitian ini juga di sebut penelitian (populasi=sampel) karena peneliti ingin mengambi kuesioner dari populasi tersebut. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode Total Random Smpling adalah proses pengambilan sampel dengan memberikan kesempatan yang sama pada setiap angota populasi untuk menjadi anggota sampel. Jumlah sampel dengan menggunakan rumus slovin (umar 2007 :78): n= 86 Responden Dimana : N = Ukuran Sampel N = Ukuran Populasi e = Persen kelonggaran ketidak telitian karen kesalahan pengambilan kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat di tolerir atau diinginkan, diambil contoh 5% Jadi sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah 86 respomden. 47 1.6 Sumber dan Metode Pengumpulan Data 3.6.1 Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1.6.1.1 Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan. Data primer dari penelitian ini adalah data yang dikumpulkan secara langsung berupa hasil kuesioner responden berupa pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja terhadap produktifitas karyawan PT. Hitos Innovative Utama 1.6.1.2 Data skunder Data skunder adalah data yang diperoleh dari perusahaan yang dapat dilihat dari dokumentasi perusahaan, buku-buku referensi dan informasi lainnya yang berhubungan dengan penelitian. 3.6.2. Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.6.2.1 Kuesioner Pengumpulan data dengan cara ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada responden yang telah ditentukan sebelumnya mengenai keselamatan dan kesehatan kerja terhadap produktifitas karyawan PT. Hitos Innovative Utama. Dengan tujuan untuk memperoleh jawabanjawaban yang digunakan sebagai data dalam penelitian. 48 3.6.2.2 Survey dan obeservasi Pengunpulan data dengan cara ini dilakukan dengan cara pengamatan langsung ke objek tersebut. 3.6.2.3 Wawancara Melakukan wawancara dengan kepala bagian dan karyawan PT. Hitos Innovative 3.7 Uji Instrumen Data 3.7.1 Uji Validitas Vailiditas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat ke validan atau sesahihan suatu instrumen, suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid mempunyaivaliditas rendah. (Arikunto, 2010:211). Rumus yang digunakan untuk mengukur validitasinstrumen dalam penelitian ini adalah rumus korelaso product moment, sebagai berikut: Keterangan : rxy : Koefisien Korelasi N : Jumlah Responden / Subjek X : Skor Butir Y : Skor total (Arikunto, 2010) Pengambilan keputusan : 49 Jika r hitung positif dan r hitung ˃ 0,300, maka butir pertanyaan a. valid b. Jika r hitung negatif dan r hitung ˂ 0,300, maka butir pernyataam tidak valid c. r hitung dapat dilihat pada kolom corrected item-total correlation. 3.7.2 Uji Reliabilitas Uji reliabilitas adalah uji untuk menunjukan sejauh mana suatu hasil pengukuran suatu relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih. tujuan utama pengujian reabilitas adalah untuk mengetahui konsistensi atau keteraturan hasil pengukuran suatu instrumen apabila instrumen digunakan lagi sebagai alat ukur suatu objek atau responden (Sarwono, 2006 dalam Hermawan 2012). Dalam penelitian ini menggunakan teknik Alpha cronbach yang dikerjakan dengan paket statistik software product and service solution (SPSS) menggunakan rumus sebagai berikut : Keterangan : K : Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal ∑αb² : Jumlah varians butir αt² : Varians total (Arikunto, 2010) dengan 50 Pengambilan keputusan : a. Jika r alpha positif dan r alpha ˃ 0,600, maka pertanyaan reliabel b. Jika r alpha negatif dan r alpha ˂ 0,600, maka pertanyaan tidak reliabel. c. r alpha dapat dilihat pada bagian reliabiliti coefficient. 3.8 Metode Analisis Data 3.8.1 Uji Asumsi Klasik Metode ini mempunyai kriteria bahwa pengamatan harus mewakili variasi minimum, konstanta dan efisien. Asumsi BLUE yang harus dipenuhi antara lain: tidak ada multikoloneritas, tidak terjadi heteroskedastistas dan data berdistribusi normal. 3.8.1.1. Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas merupakan uji keadaan dimana terjadi hubungan linier yang sempurna atau mendekati sempurna antar variabel bebas dalam model regresi (Dwi Priyanto, 2010). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variable bebas. Multikolineritas dapat dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya (2) Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variable bebas manakah yang dijelaskan oleh variable bebas lainnya. Tolerance mengukur varibilitas variable bebas yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variable bebas lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi. Nilai cut off yang umum dipilih untuk menunjukkan 51 adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0.10 atau sama dengan niali F > 10 (Ghozali, 2005 dalam Hermawan,2012). 3.8.1.2 Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana terjadi ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Uji ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya ketidaksamaan varian dari residual pada model regrsi (Dwi Priyanto, 2010) jika varian dari residual satu pengamatan kepengamatan lain tetap maka disebut Homoskedastisitas dan jika varian berbeda disebut Heteroskedastisitas. Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat juga dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu (bergelombang, melebar kemudian menyempit) pada grafik plot (Scatterplot) antara nilai prediksi variabel terkait (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Ghozali (2009). Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. 3.8.1.3 Uji Normalitas Uji normalitas bdata di lakukan untuk mengetahui apakah data yang di peroleh normal atau tidak. Uji normalitas yang dilakukan terhadap sampel dilakukan dengan menggunakan kolmogorov-smirnov test dengan menetapkan derajat keyakinan (α) sebesar 5%. Uji ini dilakukan pada setiap variabel dengan ketentuan bahwa jika secara individual masingmasing variabel memenuhi asumsi normalitas, maka secara simultan variabel-variabel tersebut juga bisa dinyatakan memenuhi asumsi 52 normalitas ( Latan, 2013:56). Kriteria pengujian dengan meliihat bersama kolmogorov-smirnov test adalah: a. Jika signifikasi >0,05 maka data tersebut berdistribusi normal. b. Jika signifikasi <0,05 maka data tersebut tidak berdistribusi normal.. 3.8.2 Analisis Regresi Linear Berganda Analisis Regresi Linear Berganda merupakan salah satu analisis yangbertujuan untuk mngetahui pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain. Dalamanalisis regresi variabel yang mempengaruhi disebut independent variable (variabel bebas) dan variabel yang mempengaruhi disebut dependent variable(variabel terikat). Jika dalam persamaan regresi hanya terdapat salah satuvariabel bebas dan satu variabel terikat, maka disebut sebagai regresi sederhana, sedangkan jika variabelnya bebasnya lebih dari satu, maka disebut sebagai persamaan regresi berganda (Prayitno, 2010). Untuk mengetahui menganalisis pengaruh keselamatan kerja dan kesehatan kerja terhadap produktivitas karyawan yang dilakuka PT. Hitos Innovative Utama, digunakan analisis regresi linier berganda (Prayitno, 2010) ; Y= a +b1X1+b2X2+e Keterangan : Karakteristik pada masing-masing variabel a = konstanta atau besarnya koefisien masing-masing variabel sama dengan nol 53 b1 = besarnya pengaruh keselamatan b2 = besarnya pengaruh kesehatan X1 = variabel keselamatanX2 = variabel kesehatan Y = kinerja e = faktor gangguan 3.8.3 Uji Hipotesis Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui signifikasi dari masingmasing variabel bebas terhadap variabel terikat yang terdapat dalam model. Uji hipotesis yang dilakukan adalah ; 3.8.3.1 Uji t Analisis ini digunakan untuk membuktikan signifikan tidaknya antara variabel menganalisis pengaruh keselamatan kerja dan kesehatan kerja terhadap Produktifitas karyawan oleh PT. Hitos Innovative Utama adalah (Prayitno, 2010:68) : Keterangan : t = test signifikan dengan angka korelasi bi = koefisien regresi Se (bi) = standard error dari koefisien korelasi Formulasi hipotesis uji t ; 1) Ho : bi 0, i = 1, 2 54 H0 diterima dan Ha ditolak, tidak ada pengaruh secara parsial (individu) antara variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) 2) Ha : bi 0, i = 1, 2 H0 ditolak dan Ha diterima, ada pengaruh secara parsial (individu) antara variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) 3) Level of significane 5% (Uji 2 sisi, 5% : 2 = 2,5% atau 0,025) 3.8.3.2 Uji F Uji F digunakan untuk melihat signifikansi pengaruh dari variabel bebas secara simultan (serentak) terhadap variabel terikat (Prayitno,2010:67). Dalam penelitian ini uji F digunakan untuk melihat signifikansi pengaruh dari variabel X1, X2 secara simultan terhadap variabel Y. Rumus yang akan digunakan adalah : Keterangan: F = pengujian secara simultan R2= koefisien determinasi k = banyaknya variabel n = banyaknya sampel Formulasi hipotesis uji F ; 1) Ho : b1, b2, 0 55 H0 ditolak dan Ha diterima, ada pengaruh secara simultan antara varibel bebas (X1, X2) terhadap varibel terikat (Y) 2) Ha : b1, b2, = 0 H0 diterima dan Ha ditolak, tidak ada pengaruh simultan antara varibel bebas (X1, X2) terhadap varibel terikat (Y) 3) Level of significane 5%. 3.8.3.3 Uji R2 Koefisien Determinasi Koefisien determinasi adalah data untuk mengetahui seberapa besar prosentase pengaruh langsung variabel bebas yang semakin dekat hubungannya dengan variabel terikat atau dapat dikatakan bahwa penggunaan model tersebut bisa dibenarkan. Dari koefisiensi determinasi (R2) dapat diperoleh suatu nilai untuk mengukur besarnya sumbangan dari beberapa variabel X terhadap variasi naik turunnya variabel Y (Prayitno,). Y Keterangan: R2 = Koefisien determinasi berganda Y = Variabel terikat (dependent) X = Variabel bebas (Independent