BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan diagnosis kanker yang paling sering terjadi pada wanita di dunia. Angka kejadian kanker payudara meningkat lebih dari 20% sejak tahun 2008. Menurut data WHO, pada tahun 2012 terdapat 1,7 wanita dengan diagnosis kanker payudara. Kanker ini juga merupakan penyebab umum kematian pada wanita, dimana pada tahun 2012 terdapat angka kematian hingga 522.000 wanita. Kejadian kanker payudara tinggi di negara maju tetapi angka kematian tinggi di negara-negara berkembang. Hal ini disebabkan karena kurangnya deteksi dini dan akses ke fasilitas pengobatan (WHO, 2013). Di Indonesia, kanker serviks dan payudara merupakan penyakit dengan prevalensi tertinggi pada tahun 2013, yaitu kanker serviks 0,8% dan kanker payudara sebesar 0,5%. Prevalensi kanker payudara tertinggi terdapat pada provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu sebesar 2,4% (Kemenkes RI, 2015). Deteksi dini kanker payudara pada wanita-wanita yang tidak memiliki keluhan dapat menurunkan angka kematian. Wanita yang datang dengan keluhan biasanya lesi sudah membesar dan menyebar ke organ lainnya. Dengan deteksi dini dapat menemukan kanker dengan ukuran kecil dan masih terbatas pada payudara. Pemeriksaan payudara sendiri dan mamografi merupakan deteksi dini yang direkomendasikan oleh American College of Radiology (ACR). Bagi wanita yang memiliki resiko tinggi kanker payudara, ACR juga merekomendasikan MRI (American 1 Cancer Society, 2013). Deteksi dini dengan menggunakan ultrasonografi direkomendasikan pada wanita yang memiliki resiko kanker payudara menengah dan wanita dengan payudara padat (ACR, 2012). Mamografi merupakan pemeriksaan menggunakan sinar X-Ray dosis rendah. Pada pemeriksaan dilakukan kompresi payudara agar semua jaringan tervisualisasi dan dilakukan dengan dua posisi standar kraniokaudal dan mediolateral oblik. Kompresi payudara akan menyebabkan ketidaknyaman pasien (American Cancer Society, 2013; Choridah, 2013). Dengan mamografi dapat ditemukan lesi yang tidak teraba dan mikrokalsifikasi. Mikrokalsifikasi merupakan tanda adanya kanker payudara. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa deteksi dini mamografi dapat mengurangi jumlah kematian kanker payudara pada wanita berusia 40-74 tahun, namun sampai saat ini belum terdapat penelitian yang menunjukkan manfaat deteksi dini mamografi pada wanita usia kurang dari 40 tahun, hal ini disebabkan karena wanita muda memiliki payudara yang padat, dimana mamografi dapat memberikan hasil negatif palsu. Payudara mengandung jaringan fibroglandular dan lemak. Jaringan lemak tampak hitam pada mamografi dan jaringan fibroglandular tampak putih. Jaringan fibroglandular dan lesi pada payudara memiliki densitas yang sama sehingga lesi akan sulit dideteksi (NIH, 2014). Ultrasonografi memiliki peran penting dalam pencitraan payudara, yaitu sebagai deteksi dini primer, deteksi dini sekunder setelah mamografi dan diagnosis tumor payudara. Ultrasonografi dilakukan ketika dalam pemeriksaan fisik teraba massa di payudara dan ditemukan abnormalitas pada mamografi sehingga diharapkan dapat 2 menemukan lesi ganas yang terlewatkan pada mamografi dan mengurangi biopsi. Pemeriksaan ini memiliki berbagai keuntungan yaitu mudah dilakukan, tanpa radiasi dan dapat digunakan secara luas pada berbagai institusi medis (Stavros, 2011). Ultrasonografi payudara di perkenalkan sebagai sebuah metode klinis pada tahun tujuhpuluhan. Pada periode awal, penggunaan ultrasonografi payudara hanya untuk membedakan lesi kistik atau solid payudara yang teraba (Hile, 2012). Lesi solid payudara sebagian besar berupa nodul. Dilaporkan akurasi lesi kistik dengan ultrasonografi mencapai 96%-100%, namun kista hanya ditemukan 25% dari semua massa payudara yang teraba atau yang terdeteksi dengan mamografi. Hal ini menyebabkan sejumlah besar lesi payudara berada dalam kategori tak pasti. Saat ini, ultrasonografi juga dapat digunakan untuk membedakan antara nodul solid jinak dan ganas payudara dengan melihat karakteristik nodul (Stavros et al., 1995). payudara yang ditemukan pada ultrasonografi didokumentasikan Nodul dengan memperhatikan bentuk, orientasi, tepi, tipe internal eko, gambaran akustik posterior dan efek jaringan sekitarnya. Nodul solid jinak memiliki karakteristik berupa bentuk bulat atau oval, tumbuh melebar, batas tegas dan tepi reguler sedangkan nodul solid ganas memiliki karakteristik bentuk ireguler, tumbuh meninggi, batas tak tegas, angular, mikrolobulasi dan spikulasi (Stavros et al., 1995; Levy et al., 2007). Ultrasonografi payudara memiliki tingkat positif palsu yang tinggi sehingga akurasi diagnosis ultrasonografi payudara masih menjadi kontroversi. Terdapat interpretasi yang beragam antara dokter spesialis radiologi. Hal ini dipengaruhi oleh teknik pengambilan, citra ultrasonografi (noise dan speckle), tekstur jaringan dan 3 pengalaman dokter spesialis radiologi. karakteristik Selain itu, terdapat tumpang tindih antara nodul solid jinak dan ganas pada ultrasonografi, interpretasi bersifat subyektif dan tergantung kepada operator (Kuo et al., 2002; Chen et al., 2003; Huang et al., 2008). Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan alat yang dapat meminimalkan perbedaan interpretasi sehingga dapat dibedakan antara lesi jinak dan ganas payudara (Chen et al., 2003). Computer Aided Diagnosis (CAD) ultrasonografi payudara merupakan program komputer yang dapat mengubah visualisasi gambar ultrasonografi ke model matematika dan dapat menilai karakteristik nodul dengan skema klasifikasi dasar gambar matematika. Gambar matematika dibagi menjadi dua kategori yaitu gambar regional dan gambar morfologi. Gambar regional berupa peningkatan properti gambar dari distribusi intensitas (ekhogenitas, ekhostruktur) sedangkan gambar morfologi berupa penggambaran bentuk dan kontur (Chen et al., 2003). CAD sonografi berperan dalam memberikan pendapat kedua dalam interpretasi ultrasonografi dalam mendeteksi tumor payudara sehingga menimbulkan keyakinan dalam diagnosis (Kuo et al., 2002). B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Kanker payudara merupakan masalah kesehatan yang penting pada wanita karena memiliki mortalitas dan morbiditas yang tinggi. 4 2. Deteksi dini kanker payudara pada wanita-wanita yang tidak memiliki keluhan dapat menurunkan angka kematian, dapat dilakukan dengan pemeriksaan payudara sendiri, mamografi, MRI dan ultrasonografi. 3. Mamografi memiliki keterbatasan dalam mendeteksi dini kanker payudara, dimana mamografi tidak dapat dilakukan pada payudara padat dan menimbulkan rasa tidak nyaman pada saat pemeriksaan. 4. Ultrasonografi merupakan pilihan pada pasien yang tidak dapat dilakukan mamografi dan ditemukan kelainan pada mamografi. 5. Ultrasonografi dapat membedakan nodul solid jinak dan ganas payudara dengan melihat karakteristik nodul tetapi hasil pemeriksaan ultrasonografi bergantung pada operator yang melakukan sehingga subyektifitas pemeriksaan cukup tinggi. 6. CAD dapat memberikan pendapat kedua dalam interpretasi ultrasonografi tumor payudara dan dapat menimbulkan keyakinan dalam diagnosis. C. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah terdapat kesesuaian interpretasi ultrasonografi dan CAD untuk menentukan nodul solid jinak payudara? 2. Apakah terdapat kesesuaian interpretasi ultrasonografi dan CAD untuk menentukan nodul solid ganas payudara? 5 D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk mengetahui nilai kesesuaian interpretasi ultrasonografi dengan analisa CAD ultrasonografi dalam penentuan nodul solid jinak dan ganas payudara. E. Keaslian Penelitian Dari penelusuran kepustakaan yang peneliti lakukan, di Instalasi Radiologi RSUP Dr. Sardjito belum ditemukan penelitian yang sama dengan penelitian ini. Terdapat sejumlah penelitian yang berkaitan dengan CAD ultrasonografi payudara. Penelitian-penelitian tersebut berbeda dengan penelitian yang diusulkan penulis. Beberapa penelitian tersebut menjadi acuan dalam penulisan penelitian ini, tercantum dalam tabel 1. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini menggunakan program CAD yang ditulis dengan bahasa pemprograman Matlab, didesain sesederhana mungkin, sehingga dapat digunakan untuk menentukan nodul solid jinak dan ganas payudara. 6 Tabel 1. Penelitian CAD pada lesi payudara Peneliti, Tahun Chen et al., 2003 Subjek Citra 160 soft copy dan 111 hard copy lesi payudara. Topik Penelitian algoritma CAD dengan setting independen dan ANN. Hasil Algoritma CAD yang diusulkan efektif dan handal dalam membedakan lesi jinak dan ganas. Drukker et al., 2005 Citra 1740 dari 458 pasien dan 458 citra dari 151 pasien. Penelitian CAD pada platform USG yang berbeda. Kinerja deteksi dan klasifikasi lesi menggunakan komputer dengan USG yang berbeda sangat baik. Drukker et al., 2008 Pada 508 pasien dengan 1046 kelainan payudara. Penelitian CAD sonografi payudara pada populasi yang besar. Sensitiftas 100% dan spesifitas 26% untuk kurva AUC 0,88. Sensistifitas 100% dan spesifitas 30% untuk kurva AUC 0,9. Gruszaukauskas et al., 2008 Pada 344 citra lesi payudara. Penilaian performa CAD berdasarkan seleksi citra. Perbedaan Kurva AUC berbagai protokol tidak melebihi 0,02. Horsch et al., 2006 Pada 97 citra USG dan mamografi payudara. Klasifikasi Lesi payudara dengan multimodalitas CAD. Penggunaan multimodalitas CAD dapat meningkatkan kinerja ahli radiologi dalam membedakan lesi ganas dan jinak pada mamografi dan ultrasonografi. Huang et al., 2008 Pada 118 citra ultrasonografi berupa lesi payudara (34 ganas dan 84 jinak). CAD dengan menggunakan fitur morfologi untuk mengklasifikasikan lesi payudara pada USG. Area di bawah kurva ROC CAD menggunakan fitur morfologi dan vektor utama dimensi rendah masing-masing 0,91 dan 0,9. Joo et al., 2004 Citra 584 lesi payudara. Penelitian CAD berdasar ANN untuk penetuan karakteristik lesi jinak dan ganas. Algoritma CAD yang dikembangkan meningkatkan spesifisitas dalam menentukan lesi payudara. Kuo et al., 2002 Pada 243 citra ultrasonografi. CAD pada tumor payudara dengan sistem ultrasonografi yang berbeda. Resolusi yang berbeda, kondisi pengaturan yang berbeda, dan usia scanner yang berbeda menghambat penerapan CAD. Wu WJ, Moon WK. 2008 Pada 210 citra USG tumor payudara. CAD USG Tumor payudara dengan menggunakan tekstur dan morfologi. Sistem CAD berdasarkan tekstur dan analisis morfologi dapat membedakan jinak dan ganas dengan akurasi yang tinggi dan waktu pelatihan singkat. 7 F.Manfaat Penelitian 1. Dari segi pasien & pelayanan kesehatan Pemeriksaan ultrasonografi payudara merupakan pemeriksaan yang relatif murah, mudah didapatkan dan bebas radiasi. Ultrasonografi dengan didukung CAD ultrasonografi dapat meningkatkan akurasi diagnosis dalam menentukan nodul solid jinak dan ganas payudara. Sehingga pasien mendapatkan terapi yang tepat dan menghindari tindakan biopsi yang tidak diperlukan. 2. Dari segi pendidikan Merupakan sarana proses pendidikan, penelitian dan pengembangan potensi diri. Program CAD ultrasonografi payudara membuka wawasan lebih lanjut akan metode penegakan diagnosis. 3. Dari segi pengembangan penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai salah satu dasar untuk melanjutkan penelitian selanjutnya. 8