fungsi dan tanggung jawab dewan pengawas syariah pada

advertisement
Dewan Pengawas Syariah dalam Sistem Hukum Perbankan: Studi Tentang Pengawasan Bank Berlandaskan Pada
Prinsip-Prinsip Islam
DEWAN PENGAWAS SYARIAH DALAM SISTEM HUKUM PERBANKAN :
STUDI TENTANG PENGAWASAN BANK BERLANDASKAN PADA
PRINSIP-PRINSIP ISLAM
Oleh:
MASLIHATI NUR HIDAYATI
FH – Universitas Al – Azhar Indonesia, Jakarta
Jl. Sisingamangaraja Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12110
[email protected]
ABSTRACT
Capitalist economy decline that apply free market basis and socialist economy with country
control in economics according to centrally, be points stands on for syariah economy development.
Basis that putted in syariah economy justice or right equivalence and duty, begation all kind of
repression or penggerogotan towards other party, with has dimension sosiologis. While syariah
economics principal pillar syariah banking. finance crisis existence and banking has given lesson
that syariah banking system obvious has stamina has faced crisis and this matter has pushed more
the intensiveer sharia banking development actually begun in the year 1992 with operatives law
no. 7, 1992 about banking. Syariah banking special characteristics needs handling aloof in
arrangement and supervision, with socialization syariah supervisor council. DPS be a body that
founded and laided in bank that do business activity based on syariah principle to ascertain that
syariah bank operational doesn't deviate from syariah principles and as special supervisor in
transaction follows islam law.
Keywords: Syariah Banking, Islamic Bank, DPS
Sementara itu pada pertengahan tahun 1997
Pendahuluan
Pada dasarnya tujuan pembangunan nasio-
krisis ekonomi dan moneter telah menimpa negara
nal adalah untuk mencapai masyarakat yang adil dan
kita yang menurut para pakar diakibatkan kombi-
makmur sebagaimana ditentukan dalam alinea ke-
nasi dari dampak penularan (contagion) eksternal
empat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
dengan kelemahan internal dari struktur ekonomi,
yang menyatakan bahwa pemerintah negara Repu-
sosial dan politik. Kombinasi gejolak eksternal dan
blik Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia
kelemahan internal ini telah mendorong krisis pada
dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
sektor keuangan dan sektor riil yang keuangan yang
kesejahteraan
kemudian menimpa perbankan nasional (Syaiful
umum,
mencerdaskan
kehidupan
bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia
Watni, Suradji, Sutriya, 2003).
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
Kemunduran ekonomi kapitalis yang mene-
dan keadilan sosial. Untuk mencapai tujuan masya-
rapkan asas pasar bebas dan ekonomi sosialis de-
rakat adil dan makmur tersebut berbagai upaya di-
ngan kontrol negara dalam perekonomian secara
laksanakan oleh semua pihak termasuk perbankan
terpusat, merupakan titik pijak bagi perkembangan
nasional.(Syaiful Watni, Suradji, Sutriya, 2003)
ekonomi syariah. Asas yang dikedepankan dalam
ekonomi syariah adalah keadilan atau kesetaraan
62
Lex Jurnalica Vol. 6 No.1, Desember 2008
Dewan Pengawas Syariah dalam Sistem Hukum Perbankan: Studi Tentang Pengawasan Bank Berlandaskan Pada
Prinsip-Prinsip Islam
hak dan kewajiban, peniadaan segala bentuk penin-
dimulainya
dasan atau penggerogotan terhadap pihak lain, serta
(Syafe’i, Rachmat, 2008) Namun, Undang-undang
memiliki dimensi sosiologis. Pilar utama perekono-
tersebut belum memberikan landasan hukum yang
mian syariah adalah perbankan syariah. (Muham-
cukup kuat terhadap pengembangan bank syariah
mad, 2004). Target nasabah pada pemanfaatan pro-
karena belum secara tegas mengatur mengenai
duk perbankan syariah atau ekspektasi imbalannya
keberadaan bank berdasarkan prinsip syariah, me-
adalah nisbah bagi hasil, sehingga nasabah sering
lainkan bank bagi hasil.
disebut sebagai investor.
perbankan
syariah
di
Indonesia.
Bila dirujuk pada sejarah perkembangan
Adanya krisis keuangan dan perbankan
bank syariah, alasan pokok dari keberadaan per-
telah memberikan pelajaran bahwa sistem perban-
bankan syariah adalah munculnya kesadaran masya-
kan syariah ternyata memiliki daya tahan meng-
rakat muslim yang ingin menjalankan seluruh akti-
hadapi krisis dan hal ini mendorong semakin
vitas keuangannya sesuai dengan tuntunan agama.
intensifnya pengembangan perbankan syariah yang
Gagasan pembentukan mengenai bank yang meng-
sebenarnya telah dimulai pada tahun 1992 dengan
gunakan sistem bagi hasil ini muncul sejak lama,
diberlakukannya Undang-undang No.7 tahun 1992
yang ditandai dengan banyaknya pemikir-pemikir
tentang Perbankan. (Syaiful Watni, Suradji, Sutriya,
yang menulis gagasan mengenai bank syariah.
2003).
(Heru Sudarsono , 2004).
Di tengah ketidakstabilan ekonomi saat ini
Kelompok muslim yang ingin kaffah ini
dan masih kurangnya tingkat kepercayaan masya-
menyadari bahwa tidak seharusnya ada sekularisasi
rakat terhadap institusi moneter, bank syariah tetap
dalam kegiatan transaksi keuangan. Al-Quran dan
dapat mampu berdiri tegak di tengah berbagai ter-
hadist yang merupakan panduan bagi umat muslim
paan rintangan dan persaingan yang terjadi. Potensi
diyakini bersifat komprehensif, tidak hanya me-
yang besar tersebut, harus memacu institusi perban-
ngatur hal-hal yang bersifat ritual ibadah. Namun,
kan syariah sendiri untuk lebih kreatif, inovatif, dan
justru sebagian besar mengatur hubungan antar se-
teroganisasi dengan profesional. Bank syariah
sama manusia termasuk prinsip-prinsip dasar eko-
diharapkan mampu menjawab segala harapan dan
nomi dan keuangan yang tujuan akhirnya adalah
optimisme akan pentingnya sistem Islam diterapkan
kemaslahatan bagi semua pihak.
dalam dunia perbankan. Hal tersebut dapat diwujud-
Selain itu adanya keberatan mendasar yang
kan melalui peningkatan kualitas produk yang
dikemukakan oleh penyokong pengembangan bank
dimilikinya. (H. Karnaen Perwataadmadja,1999).
syariah terhadap sistem perbankan konvensional
Sejak diberlakukannya UU Nomor 7 Tahun
cukup mempengaruhi perkembangan dunia perban-
1992 Tentang Perbankan, keberadaan bank syariah
kan syariah itu sendiri. Keberatan mendasar itu
dalam sistem perbankan di Indonesia sebenarnya te-
antara lain adalah sebagai berikut:
lah diakui dan dikenal. Bahkan, dapat dikatakan UU
1. Terkait dengan masalah struktur akad yang
Nomor 7 Tahun 1992 ini merupakan pintu gerbang
menggunakan sistem bunga yang diyakini atau
Lex Jurnalica Vol. 6 No.1, Desember 2008
63
Dewan Pengawas Syariah dalam Sistem Hukum Perbankan: Studi Tentang Pengawasan Bank Berlandaskan Pada
Prinsip-Prinsip Islam
setidaknya dianggap menyerupai riba yang
tuan dan ketaatan pada prinsip syariah dalam se-
mutlak dilarang secara syariah
luruh aktivitas, khususnya pelarangan bunga yang
2. Ketiadaan jaminan bahwa aktivitas investasi
yang dilaksanakan oleh bank konvensional
diganti dengan instrumen nisbah bagi hasil. (Moh.
Rifa’i, 2002)
mempertimbangkan aspek kehalalan obyek dan
Pengembangan perbankan syariah tidak
cara pengelolaannya, dengan kata lain nilai dan
hanya dikaitkan dengan masalah tuntutan peme-
moral agama tidak menjadi faktor penting dalam
nuhan ketentuan agama. Akan tetapi lebih ditekan-
kegiatan usaha bank. Oleh karena itulah jaminan
kan pada keunggulan komparatif yang dapat dita-
mengenai keabsahan secara syariah (syariah
warkan baik secara mikro bagi pengguna jasa dan
compliance) dari seluruh aktivitas pengelolaan
investor maupun secara makro bagi sistem pereko-
dana nasabah oleh bank merupakan hal yang
nomian secara keseluruhan.
sangat penting dalam kegiatan usaha bank
syariah. (H. Karnaen, 1999).
Bukti empiris menunjukkan ketika Indonesia mengalami krisis multidimensi bank syariah
tetap eksis karena lewat sistem nisbah (persentase
Berdasarkan dengan pertimbangan-pertimbangan di
bagi hasil) tidak hanyut oleh tingkat suku bunga
atas menjadi landasan bagi berbagai pihak untuk
simpanan yang melonjak sehingga beban opera-
melakukan upaya-upaya terpadu terhadap pengem-
sional lebih rendah dari bank konvensional. Wujud
bangan bank berdasarkan pada prinsip-prinsip sya-
nyata keseriusan mengembangkan dan menjaga
riah.
agar produk bank syariah tetap dalam koridor
syariah di Indonesia adalah melalui lembaga pendukung, antara lain Badan Arbitrase Syariah, De-
Bank Syariah
Secara umum fungsi dasar bank syariah sa-
wan Syariah Nasional yang beranggota ulama MUI,
ma dengan bank konvensional, sehingga prinsip-
dan pewajiban ada Dewan Pengawas Syariah di
prinsip umum pengaturan dan pengawasan sistem
setiap bank syariah. (Muhammad Syafi’i Antonio,
perbankan berlaku pula bagi bank syariah. Namun,
2001).
karena ada ciri khas dan karakteristik yang cukup
Menurut ensiklopedi Islam, Bank Islam
mendasar pada bank syariah, struktur pengaturan
adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya
dan pengawasannya dilakukan tersendiri, akan tetapi
memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas
tetap dalam kerangka sistem perbankan nasional.
pembayaran serta peredaran uang yang pengo-
Karakteristik khusus perbankan syariah
perasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip sya-
memerlukan penanganan tersendiri dalam penga-
riat Islam (Warkum Sumitro, 2002). Istilah lain
turan dan pengawasan, dengan diperkenalkannya
yang digunakan untuk sebutan Bank Islam adalah
Dewan Pengawas Syariah (Muhammad Syafi’i
Bank Syariah. Secara akademik, istilah Islam de-
Antonio, 2001). Karakteristik perbedaan lain dapat
ngan syariah memang mempunyai pengertian yang
terlihat dari mengenai jaminan pemenuhan keten-
berbeda, namun secara teknis untuk penyebutan
64
Lex Jurnalica Vol. 6 No.1, Desember 2008
Dewan Pengawas Syariah dalam Sistem Hukum Perbankan: Studi Tentang Pengawasan Bank Berlandaskan Pada
Prinsip-Prinsip Islam
Bank Islam dan Bank Syariah mempunyai penger-
dan pemilik modal. Pemusatan kekuatan ekono-
tian yang sama.
mi tersebut akanmengakibatkan benturan-ben-
Berdasarkan pengertian di atas, Bank Islam
turan bahkan konflik-konflik antar kelas sosial,
berarti bank yang tata cara pengoperasiannya di-
yang pada akhirnya keadaan tersebut berpotensi
dasarkan pada tata cara bermuamalat secara islam,
mengganggu stabilitas perekonomian nasional
yaitu mengacuk kepada ketentuan-ketentuan yang
maupun duni internasional.
terkandung dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits. Adapun
3. Sistem perbankan yang menerapkan bunga
yang disebut dengan muamalat adalah ketentuan-
dapat menimbulkan laju inflasi yang tinggi,
ketentuan yang mengatur hubungan manusia dengan
dimana hal tersebut disebabkan oleh kecen-
manusia, baik hubungan secara pribadi maupun an-
derungan bank-bank untuk menyalurkan kredit
tara perorangan dengan masyarakat (Warkum
secara berlebihan. Disisi lain, seringkali tingkat
Sumitro, 2002).
suku bunga dan laju inflasi berkaitan erat, se-
Berdasarkan rumusan tersebut di atas, pengoperasian Bank Islam harus mengikuti dan atau
hingga merupakan pilihan yang dilematis bagi
penentu kebijakan pembangunan.
berpedoman kepada prinsip-prinsip usaha yang
4. Sistem perbankan yang menerapkan bunga se-
dikembangkan pada zaman Rasulullah SAW, yakni
karang dirasakan kurang berhasil dalam mem-
mengikuti prinsip-prinsip usaha dan bentuk-bentuk
bantu memerangi kemiskinan.
usaha yang tidak dilarang oleh Rasulullah SAW,
5. Pada era pembangunan ekonomi saat ini,
atau bentuk-bentuk usaha baru sebagai hasil ijtihad
peranan lembaga perbankan sangat menentukan
para ulama atau cendekiawan muslim yang tidak
dan mempengaruhi pembangunan di suatu ne-
menyimpang dari ketentuan Al-Qur’an dan Al-
gara.
Hadits.
Pada awalnya tidak ada pengaturan yang
Selain berdasarkan pada ketentuan Al-
tegas tentang lembaga perbankan Islam, yang diatur
Qur’an dan Al-Hadits, berdirinya Bank Islam juga
dalam peraturan perundang-undangan nasional.
didasari oleh kenyataan-kenyataan sebagai berikut
Peraturan perundang-undanganan perbankan na-
(Warkum Sumitro, 2002):
sional hanya mengenal pengertian tentang pem-
1. Praktek sistem bunga dan akibatnya.
biayaan berdasarkan prinsip syariah. Adapun pe-
Sistem bunga yang dimaksud adalah tambahan
ngertian tentang pembiayaan berdasarkan prinsip
pembayaran atas pokok pinjaman, yang besar-
syariah menurut peraturan perundang-undangan
nya telah ditetapkan di muka, biasanya diten-
adalah:
tukan dalam bentuk presentase (%) dan terus
”Penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan
dikenakan selama masih ada sisa pinjaman.
dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepa-
2. Sistem Perbankan yang ada sekarang memiliki
katan antara bank dengan pihak lain yang mewa-
kecenderungan terjadinya konsentrasi kekuatan
jibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan
ekonomi di tangan kelompok elit, para bankir
Lex Jurnalica Vol. 6 No.1, Desember 2008
65
Dewan Pengawas Syariah dalam Sistem Hukum Perbankan: Studi Tentang Pengawasan Bank Berlandaskan Pada
Prinsip-Prinsip Islam
uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu
tertentu dengan imbalan atau bagi hasil”.
Pada dasarnya kegiatan usaha bank konvensional berbeda dengan kegiatan usaha bank
syariah dimana perbedaan tersebut dapat dilihat dari
Selanjutnya peraturan perundang-undangan
prinsip-prinsip dasar yang digunakan dalam mela-
nasional memberikan penjelasan tentang pengertian
kukan kegiatan usaha perbankan. Adapun perbe-
prinsip syariah tersebut, adapun pengertian dari
daan kegiatan usaha Bank Konvensional dengan
prinsip syariah menurut peraturan perundang-unda-
Bank Syariah antara lain (Lukman Denda Wijaya,
ngan adalah sebagai berikut:
2004):
”Aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara
1. Bank Syariah dalam melakukan kegiatan usaha
bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan
dibidang perbankan menganut prinsip bagi hasil
atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan
sedangkan bank konvensional menganut prinsip
lainnya yang dinyatakan sesuai dengan prinsip-prin-
bunga uang.
sip syariah, antara lan pembiayaan berdasarkan
2. Prinsip perjanjian yang dianut oleh Bank
prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan ber-
syariah adalah prinsip jual beli sedangkan Bank
dasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah),
Konvensional menganut prinsip pinjam memin-
prinsip jual beli barang dengan memperoleh keun-
jam.
tungan (murabahah), atau pembiayaan barang mo-
3. Bentuk
hubungan
Bank
Syariah
dengan
dal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan
nasabah merupakan hubungan kemitraan se-
(ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan
dangkan Bank Konvensional berbentuk hubu-
kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak
ngan debitur dengan kreditur.
bank oleh pihak lain”.
4. Dari sisi operasional, dalam Bank Syariah dana
Perbankan syariah di Indonesia, berkem-
masyarakat berpa titipan dan investasi yang
bang dengan pesat sejak dikeluarkannya berbagai
baru akan mendapat hasil jika ”diusahakan”
kebijakan tentang Bank Syariah. Data statistik Bank
terlebih dahulu dan penyaluran pada usaha yang
Indonesia
di
halal dan menguntungkan sedangkan pada bank
Indonesia sudah terdapat 3 Bank Umum Syariah, 26
konvensional dana masyarakat berupa simpanan
Bank Unit Usaha Syariah dan 114 Bank Perkreditan
yang harus dibayar bunganya pada saat jatuh
Rakyat Syariah dengan jumlah aset dalam juta
tempo dan penyaluran pada sektor yang me-
rupiah sebesar 36,719,603 (tidak termasuk Bank
nguntungkan, aspek halal tidak menjadi pertim-
Perkreditan Rakyat Syariah).
bangan utama.
Desember
2007,
menunjukkan
Selain itu, perkembangan aset yang dimiliki
5. Dari aspek sosial, pada bank syariah dinyatakan
oleh bank syariah menunjukkan bahwa potensi ber-
secara eksplisit dan tegas yang tertuang dalam
kembang yang dimiliki oleh Bank Syariah menuntut
Misi dan Visi, sedangkan pada bank konven-
pengelolaan yang baik secara sistem.
sional tidak dapat diketahui secara tegas.
66
Lex Jurnalica Vol. 6 No.1, Desember 2008
Dewan Pengawas Syariah dalam Sistem Hukum Perbankan: Studi Tentang Pengawasan Bank Berlandaskan Pada
Prinsip-Prinsip Islam
6. Dari aspek organisiasi, pada bank syariah harus
Berdasarkan perbedaan itulah dibutuhkan sistem
memiliki Dewan Pengawas Syariah sedangkan
pengawasan yang terpadu dalam sistem perbankan
pada bank Konvensional tidak memiliki DPS.
syariah itu sendiri agar tetap berada dalam prinsipprinsip syariah yang telah digariskan.
Sumber: Statistik Perbankan Syariah
memenuhi berbagai ketentuan perbankan yang
Pengawasan Bank Syariah
Sebagaimana yang telah disebutkan di atas
berlaku, melindungi kepentingan masyarakat peng-
bahwa pada prinsipnya, terdapat perbedaan men-
guna jasa perbankan dan konsisten menjalankan
dasar antara bank syariah dengan bank konven-
prinsip syariah. Pendekatan pengawasan bank
sional, yaitu bank syariah dalam kegiatan usahanya
syariah menggunakan pola terpadu yang meng-
berdasarkan ketentuan syariah dan bank konven-
integrasikan pengawasan tidak langsung (off-site
sional kegiatan usahanya berdasarkan prinsip bunga.
supervision) dan pengawasan langsung atau peme-
Perbedaan ini mengakibatkan perbedaan yang
riksaan lapangan (on-site supervision) dan meng-
mendasar dalam struktur corporate governance dan
adopsi pendekatan pengawasan bank berbasis
sistem pengawasan dalam kegiatan syariah.
risiko.
Fungsi pengawasan bank syariah sebagai-
Kegiatan pengawasan yang dilakukan se-
mana diamanahkan dalam Undang-undang bertujuan
cara off-site dan on-site tersebut, diarahkan untuk
untuk mendukung upaya mewujudkan perbankan
menjaga tingkat kesehatan bank serta mendukung
syariah yang sehat, beroperasi secara prudent,
pencapaian rencana bisnis bank dengan tetap mem-
Lex Jurnalica Vol. 6 No.1, Desember 2008
67
Dewan Pengawas Syariah dalam Sistem Hukum Perbankan: Studi Tentang Pengawasan Bank Berlandaskan Pada
Prinsip-Prinsip Islam
perhatikan prinsip kehati-hatian dan kepatuhan
2. Sistem pengawasan eksternal, yang terdiri atas
terhadap prinsip syariah. Kegiatan pengawasan off-
unsur Bank Indonesia, Akuntan Publik, Dewan
site dilakukan dengan menganalisa kondisi keua-
Syariah Nasional(DSN) dan Stake Holder.
ngan melalui Sistem Informasi Manajemen Penga-
Sedangkan pengawasan eksternal pada dasarnya
wasan (SIMWAS) dan laporan-laporan yang disam-
untuk memenuhi kepentingan nasabah dan
paikan bank, serta menilai kepatuhan bank terhadap
kepentingan publik secara umum
ketentuan yang berlaku.
Pengawasan perbankan syariah pada dasar-
Secara umum peran dan tanggung jawab BI
nya memiliki dua sistem yaitu sebagai berikut:
lebih kepada pengawasan aspek keuangan sedang-
1. Pengawasan dari aspek keuangan, kepatuhan
kan jaminan pemenuhan prinsip syariah adalah
pada perbakan secara umum dan prinsip kehati-
tanggung jawab dan kewenangan DSN dengan DPS
hatian bank.
sebagai perpanjangan tangannya. Dalam hal ini
2. Pengawasan prinsip syariah dalam kegiatan
operasional bank.
kompetensi dan kemampuan pemahaman syariah
tetap wajib dimiliki oleh pengawas Bank dari BI.
Ketentuan pengawasan merupakan bagian
Kegiatan usaha bank syariah yang meli-
dari ketentuan operasional bank yang menjadi
batkan aspek operasional dan aspek syariah seperti
benteng perlindungan publik agar pegawai bank,
dua sisi mata uang yang merupakan satu kesatuan
pengurus bank dan pihak terafiliasi mentaati
yang tidak terpisahkan. Berdasarkan Undang-Un-
berbagai ketentuan kehati-hatian yang telah dite-
dang No.10 tahun 1998 penjelasan pasal 6 huruf m
tapkan sehingga apabila terdapat pelanggaran maka
dijelaskan bahwa pengawasan operasional berupa
dalam rangka melaksanakan pengawasan, otoritas
penerapan ketentuan kehati-hatian dilakukan oleh
pengawas akan mengenakan sanksi.
Bank Indonesia sedangkan pengawasan aspek sya-
(Syaiful
Watni, Suradji dan Sutriya,2003)
riah dilakukan oleh DPS.
Oleh karena itu, struktur pengawasan dalam
perbankan syariah terdiri atas hal berikut ini:
Dewan Pengawas Syariah (DPS): Fungsi
1. Sistem pengawasan internal, yang terdiri atas
Pengawasan Terpadu Berlandaskan Syariah
unsur-unsur Rapat Umum Pemegang Saham
Salah satu ciri yang membedakan antara
(RUPS), Dewan Komisaris, Dewan Audit,
bank Islam dengan bank konvensional adalah keha-
Dewan Pengawas Syariah (DPS), Direktur
rusan adanya Dewan Pengawas Syariah (DPS) pada
Kepatuhan dan SKAI-Internal Syariah Review.
bank islam. DPS bertugas mengawasi segala
Sistem pengawasan internal lebih bersifat
aktivitas bank agar selalu sesuai dengan prinsip-
mengatur ke dalam dan dilakukan agar ada me-
prinsip syariah. Dengan kata lain, DPS bertanggung
kanisme dan sistem kontrol untuk kepentingan
ja-wab atas produk dan jasa yang ditawarkan
manajemen
kepada masyarakat agar sesuai dengan prinsip
syariah; investasi atau proyek yang ditangani oleh
68
Lex Jurnalica Vol. 6 No.1, Desember 2008
Dewan Pengawas Syariah dalam Sistem Hukum Perbankan: Studi Tentang Pengawasan Bank Berlandaskan Pada
Prinsip-Prinsip Islam
bank harus juga sesuai dengn prinsip syariah, dan
tertinggi yang memiliki otoritas pada masalah-
tentu saja bank itu sendiri harus di kelola sesuai
masalah agama.
dengan prinsip syariah.
Mekanisme penentuan anggota Dewan
Terdapat perbedaan istilah yang digunakan
Pengawas Syariah berbeda pada setiap negara. Pada
masing-masing negara. Apapun terminologi yang
beberapa negara yang sudah mengatur secara sentral
digunakan, secara umum anggota pengawas syariah
keberadaan dan operasional bank islam, seperti
tentulah harus merupakan orang yang memiliki
Malaysia,
otoritas di bidang syariah. Kasus yang menarik ter-
Indonesia. Mekanismenya sudah diatur dalam un-
dapat di Islamic Bank Bangladesh, dimana ang-
dang-undang atau peraturan negara. Filosofi dari
gotanya tidak saja ulama tetapi juga para ahli dari
mekanisme ini adalah untuk menjaga independensi
berbagai disiplin seperti para bankir yang punya
Dewan Pengawas Syariah.
Mesir, Jordania, Kuwait, Pakistan,
reputasi bagus, para ahli hukum, serta para ekonom.
Berikut ini adalah istilah yang digunakan
Sedangkan di Tunisia, semua permasalahan yang
untuk Dewan Pengawas Syariah di beberapa ne-
berkenaan dengan tanggung jawab Dewan Penga-
gara:
was Syariah diserahkan kepada Mufti, jabatan ulama
Bank Islam
Al-Baraka Islamic Investment Bank
Bank Islam Malaysia Berhad
Belt Ettanwil Tounsi Saudi, Tunisia
Dubai Islamic Bank
El-Gharb Islamic Bank of Sudan
Faisal Islamic Bank of Kibris Ltd.
Faisal Islamic Bank of Bahrain
Islamic Bank Bangladesh Limited
Islamic Bank of Bahrain
Islamic Co-op Dev.Bank of Sudan
Jordan Islamic Bank
Kuwait Finance House
Qatar International Islamic Bank
Tadamon Islamic Bank of Sudan
Bank-bank Islam di Indonesia
Istilah Yang Digunakan
Shariah Commitee
Shariah Supervisory Cuncil
Shariah Advisor
Shariah Supervisory Board
Shariah Supervisory Board
Religius Supervisory Board
Religius Supervisory Board
Shariah Council
Religious Control Commitee
Shariah Supervisory Board
Shariah Advisory Board
Fatwa and Shariah Supervisory Authority
Board
Religious Supervisory Committee
Fatwa and Research Department
Dewan Pengawas Syariah
Di Indonesia, otoritas masalah keagamaan
berada di bawah Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Dengan berkembangnya lembaga keuangan Islam di
Jumlah Anggota
3
6
1
3
3
3
4
10
6
2
3
6
3
No Daa
Vary
dan membawahi seluruh lembaga keuangan (Syafi’i
Antonio, 2005).
Pada
bulan
Juli
1997
dalam
acara
Indonesia, maka berkembang pula jumlah DPS. Un-
Lokakarya Reksadana Syariah dihasilkan retomen-
tuk mengantisipasi agar tidak terjadi kebingungan di
dasi pembentukan Dewan Syariah Nasional (DSN).
kalangan umat akibat banyak dan beragamnya DPS,
Lembaga ini didirikan pada tahun yang sama dan
MUI sebagai payung dari lembaga dan organisasi
merupakan badan otonom MUI yang diketuai
ke-Islam-an di Indonesia menganggap perlu diben-
secara eks-officio oleh Ketua MUI. Sedangkan un-
tuknya suatu dewan syariah yang bersifat nasional
tuk kegiatan sehari-hari DSN dilaksanakan oleh
Lex Jurnalica Vol. 6 No.1, Desember 2008
69
Dewan Pengawas Syariah dalam Sistem Hukum Perbankan: Studi Tentang Pengawasan Bank Berlandaskan Pada
Prinsip-Prinsip Islam
Badan Pelaksana Harian DSN. Bagi perusahaan
yang akan membuka bank islam atau cabang dari
bank konvensional atau lembaga keuangan syariah
lainnya, mereka harus mengajukan rekomendasi
anggota DPS kepada DSN.
DPS merupakan suatu badan yang didirikan
dan ditempatkan pada bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah untuk memastikan bahwa operasional bank syariah tidak
menyimpang dari prinsip-prinsip syariah. Bank
Indonesia selanjutnya menetapkan bahwa keanggotaan DPS harus mendapatkan rekomendasi dari
DSN yang didirikan oleh Majelis Ulama Indonesia.
Dengan demikian peranan DPS dan DSN menjadi
sangat penting dari aspek pengawasan syariah. DPS
memastikan kegiatan operasional, produk dan jasa
bank syariah senantiasa sesuai prinsip syariah sedangkan DSN merupakan lembaga yang memberikan rekomendasi anggota DPS yang memiliki
keahlian dan kompetensi syariah yang memadai
serta menerbitkan fatwa produk dan jasa bank
syariah yang bersifat nasional sehingga dapat
dijadikan pedoman yang seragam bagi DPS (Syaiful
Watni, Suradji, Sutriya, 2003). Secara jelas posisi
DPS dapat dilihat pada gambar berikut (Moh. Rifai,
2002):
Anggota DPS harus terdiri dari pakar di
bidang syariah muamalah yang juga memiliki pengetahuan umum bidang perbankan. Persyaratan
anggota DPS diatur dan ditetapkan oleh DSN. Hal
ini karena transaksi-transaksi yang berlaku dalam
bank syariah sangat khusus jika dibanding bank
konvensional.
Selain itu DPS juga mempunyai fungsi
(Abdurrahman Raden Aji Haqqi, 2007) :
1. sebagai penasehat dan pemberi saran kepada
direksi, pemimpin unit usaha syariah dan
pimpinan kantor cabang syariah mengenai halhal yang terkait dengan aspek syariah;
2. sebagai mediator antara bank dan DSN dalam
mengkomunikasikan usul dan saran pengembangan prduk dan jasa dari bank yang memerlukan kajian dan fatwa dari DSN;
3. sebagai perwakilan DSN yang ditempatkan
pada bank, DPS wajib melaporkan kegiatan
usaha serta perkembangan bank syariah yang
diawasinya kepada DSN sekurang-kurangnya
satu kali dalam satu tahun.
70
Lex Jurnalica Vol. 6 No.1, Desember 2008
Dewan Pengawas Syariah dalam Sistem Hukum Perbankan: Studi Tentang Pengawasan Bank Berlandaskan Pada
Prinsip-Prinsip Islam
Tugas lain DPS adalah meneliti dan membuat
kan masukan bagi pengawas dalam melakukan
rekomendasi produk baru dari bank yang diawa-
pemeriksaan bank.
sinya. Dengan demikian, DPS bertindak sebagai pe-
Guna meminimalkan risiko terjadinya per-
nyaring pertama sebelum suatu produk diteliti
masalahan dalam sistem perbankan, dilakukan upa-
kembali dan difatwakan oleh DSN. Mekanisme DPS
ya pengawasan dengan menggunakan pola dan
dapat digambarkan sebagai berikut (Syafii Antonio,
mekanisme yang semakin baik dan bersifat kompre-
2001):
hensif. Bentuk nyata dari implementasi pola pengawasan tersebut adalah dengan diberlakukannya konsep pengawasan berbasis risiko. Implementasi konsep pengawasan berbasis risiko, pada pelaksanaannya membutuhkan dukungan teknologi dan sistem
informasi yang dapat digunakan dalam mengukur
tingkat risiko operasional secara akurat dan tepat
waktu.
Oleh karena itu dalam kaitan pengembangan sistem pengawasan, pada tahun 2006 Bank
Indonesia telah melakukan berbagai upaya yang
Berdasarkan laporan dari DPS pada masing-
merupakan bagian dari program jangka panjang
masing lembaga keuangan syariah, DSN dapat
pengembangan sistem pengawasan bank berbasis
memberikan teguran jika lembaga yang bersang-
risiko dari tahun sebelumnya. Salah satu upayanya
kutan menyimpang dari garis panduan yang telah
adalah penyempurnaan organisasi pengawasan yang
ditetapkan. Jika lembaga yang bersangkutan tidak
sesuai dengan perkembangan bank syariah dan
mengindahkan teguran yang diberikan, DSN dapat
upaya peningkatan kompetensi pengawasan. Dari
mengajukan rekomendasi kepada lembaga yang
aspek pengawasan terhadap pelaksanaan prinsip
memiliki otoritas, seperti Bank Indonesia dan
syariah, dimana DPS memiliki peran penting seba-
Departemen Keuangan, untuk memberikan sangsi.
gai mitra Bank Indonesia dalam pengawasan terpa-
(Sigit Triandaru, Totok Budi Santoso, 2006)
du bank syariah.
Apabila berdasarkan hasil pengawasan ter-
Mengingat pentingnya keberadaan DPS un-
dapat permasalahan yang dipandang serius dan me-
tuk memastikan operasional bank syariah sesuai
merlukan tindak lanjut yang lebih intensif, maka
dengan prinsip syariah, upaya peningkatan kompe-
bank diminta segera menyampaikan rencana tin-
tensi Dewan Pengawas Syariah (DPS) terus diting-
dakan penyelesaian permasalahan dan juga me-
katkan, antara lain melalui penetapan persyaratan
nyampaikan laporan realisasi perbaikan dimaksud.
untuk menjadi anggota DPS. Pengaturan tersebut
Informasi hasil pengawasan tersebut juga merupa-
mencakup persyaratan uji kelayakan dan kepatutan
bagi calon anggota DPS yang mencakup aspek
Lex Jurnalica Vol. 6 No.1, Desember 2008
71
Dewan Pengawas Syariah dalam Sistem Hukum Perbankan: Studi Tentang Pengawasan Bank Berlandaskan Pada
Prinsip-Prinsip Islam
pengetahuan dan pengalaman di bidang ke-syariah-
konsep komisaris syariah yang akan menggantikan
an dan di bidang perbankan dan atau keuangan seca-
peran DPS karena dalam Anggaran Dasar dan
ra umum.
Anggaran Rumah Tangga (AD/ART), komisaris
Selain itu untuk lebih meningkatkan peran
mempunyai akses yang lebih besar ke bank
DPS dalam pengawasan syariah maka DPS diwa-
daripada DPS. Sebab komisaris menyatu dengan
jibkan untuk menyampaikan laporan pelaksanaan
institusi perbankan, sehingga ia bisa melakukan
pengawasan syariah setiap semester kepada Bank
penyelaman yang lebih dalam untuk mengetahui
Indonesia dan DSN sesuai dengan ketentuan yang
apakah kebijakan yang dilakukan oleh para direksi
telah ditetapkan oleh Bank Indonesia.
dan bawahannya bertentangan dengan prinsip
syariah atau tidak.
Rancangan
DPS Dalam Rancangan Undang-Undang
Undang-Undang
Perbankan
Syariah atau peraturan turunannya perlu untuk
Perbankan Syariah
Dalam Rancangan Undang-Undang Perban-
mempertegas calon-calon yang bisa menjadi komi-
kan Syariah diatur bahwa dalam Dewan komisaris,
saris di perbankan syariah yakni setidak-tidaknya
terdapat sekurang-kurangnya satu (1) orang komi-
mempunyai wawasan yang mendalam tentang
saris yang melakukan tugas pengawasan terhadap
ekonomi Islam, hukum Islam, dan ekonomi umum
pelaksanaan prinsip-prinsip syariah. Klausul ini
sehingga secara akademis ia sejajar dengan
secara eksplisit akan menghapus peran Dewan
komisaris dan direksi lainnya. Hal ini penting agar
Pengawas Syariah (DPS) yang selama ini menjadi
pengawasan menqenai implementasi prinsip syariah
pengawas di perbankan syariah. Selanjutnya, peran
yang dilakukannya lahir atas dasar pemahaman
pengawasan prinsip syariah dilakukan o1eh salah
agama dan ekonomi yang komperhensif.
Selain itu, untuk menjadi komisaris syariah
satu komisaris.
Klausula ini menimbulkan pro dan kontra
seseorang harus mempunyai sertifikat kelulusan
tersendiri. Ada yang menolaknya, dengan alasan
pendidikan khusus dan fit and proper test dari
akan mengurangi efektifitas pengawasan prinsip
Bank Indonesia (BI), DSN MUI, disamping tidak
syariah di perbankan syariah. Ada yang mendu-
mempunyai cela secara pidana maupun perdata. Hal
kungnya, dengan alasan jika pengawas syariah di
ini penting untuk menjamin integritas komisaris
perbankan syariah berbentuk dewan yang terdiri
syariah dalam menjalankan tugas-tugas penga-
dari beberapa orang maka secara tidak langsung
wasan.
akan menambah beban perbankan syariah. Selain
Untuk menghindari benturan kepentingan
itu, DPS tidak diperlukan karena mempunyai
dan meningkatkan derajat pengawasannya, komi-
konsekuensi pembebanan biaya spesifik di tiap
saris syariah tidak diperbolehkan untuk menjadi
perbankan syariah.
direktur atau komisaris di perusahaan lain atau
Menurut Rizal Ismail seorang anggota
menduduki jabatan publik yang akan banyak
DSN MUI secara pribadi mengaku setuju dengan
menyita banyak waktu. Perlu diingat bahwa
72
Lex Jurnalica Vol. 6 No.1, Desember 2008
Dewan Pengawas Syariah dalam Sistem Hukum Perbankan: Studi Tentang Pengawasan Bank Berlandaskan Pada
Prinsip-Prinsip Islam
komisaris syariah tidak hanya bertanggung jawab
Adapun ketentuan mengenai syarat-syarat,
kepada pemegang saham melainkan juga harus
jumlah, tugas, kewenangan dan tanggung jawab,
bertanggung jawab kepada Allah SWT, sehingga
dan hal-hal lain yang menyangkut komisaris syariah
ia tidak diperbolehkan menjadikannya pekerjaan
diatur dalam anggaran dasar bank sesuai dengan
sampingan ataupun pekerjaan sambilan.
ketentuan peraturan perundang-undangan yang
Untuk dapat diangkat sebagai komisaris
berlaku.
syarih, calon yang bersangkutan harus memenuhi
syarat sebagai berikut.
Hubungan Antara DPS dengan DSN
1. Warga Negara Indonesia dan tidak pernah men-
Dalam melakukan kegiatan usaha sebagai-
jadi warga negara lain atas kehendaknya sendiri.
mana diatur dalam pasal 28 dan 29 Keputusan
Memiliki integritas, ahlak dan moral yang
Direksi Bank Indonesia No. 32/34/KEP/DIR Tahun
t:inggi. serta tidak masuk daftar orang tercela
1999 tentang Bank Umum Berdasarkan Syariah,
secara pidana dan perdata sebagaimana yang
bank wajib memperhatikan fatwa Dewan Syariah
dibuktikan secara t.ertulis dan hasil fit and
Nasional (DSN) sebelum melaksanakan kegiatan-
proper test dari aparat yang kepolisian dan
nya. Namun apabila dalam hal bank akan mela-
kejaksaan.
kukan kegiatan usahanya ternyata kegiatan atau
Memiliki pengetahuan, keahlian, dan atau
produk tersebut belum difatwakan oleh DSN, maka
pengalaman di bidang ekonomi, keuangan,
bank wajib meminta persetujuan DSN sebelum
perbankan dan hukurn yang setidak-tidaknya
melaksanakan kegiatannya.
2.
3.
4.
ditandai dengan ijazah strata-2 (S2) dan penga-
DSN merupakan lembaga otonom dibawah
laman kerja dal-am bidang yang terkait keua-
Majelis Ulama Indonesia dan didirikan secara resmi
ngan minimal 5 tahun kerja.
pada tahun 1997 sebagai rekomendasi dari Loka-
Mempunyai konsep pengawasan yang efektif
karya Ulama tentang Reksadana Syariah pada bulan
dan efisien serta siap untuk mengimplemen-
juli 1997.
tasikannya.
DSN mempunyai tugas:
5. Bersedia untuk bekerja secara profesional dan
1.
penuh waktu.
Menumbuhkembangkan penerapan nilai-nilai
syariah dalam kegiatan perekonomian pada
umumnya dan sektor keuangan pada khusus-
Menurut Pasal 26 ayat (2) RUU Perbankan Syariah
usulan komisi XI dalam sidang paripurna DPR-RI
nya;
2.
13 September 2005, jumlah komisaris syariah sekurang-kurangnya satu (1) orang yang tugasnya mela-
keuangan;
3.
kukan pengawasan tertladap pelaksanaan prinsipprinsip syariah.
Mengeluarkan fatwa atas jenis-jenis kegiatan
Mengeluarkan fatwa atas produk dan jasa keuangan syariah;
4.
Mengawasi penerapan fatwa yang telah dikeluarkan.
Lex Jurnalica Vol. 6 No.1, Desember 2008
73
Dewan Pengawas Syariah dalam Sistem Hukum Perbankan: Studi Tentang Pengawasan Bank Berlandaskan Pada
Prinsip-Prinsip Islam
Berdasarkan
tugas
tersebut
DSN
mempunyai
kewenangan untuk:
1.
2.
produknya.
Mengeluarkan fatwa yang mengikat DPS di
masing-masing
LKS
dan
menjadi
dasar
4.
6.
produk-produk yang dikembangkan oleh LKS.
Produk-produk baru tersebut harus diajukan oleh
Mengeluarkan fatwa yang menjadi landasan
manajemen setelah direkomendasikan oleh DPS
bagi ketentuan atau peraturan yang dikeluarkan
pada lembaga yang bersangkutan.
Sehingga dengan demikian DSN-MUI ini
men Keuangan dan Bank Indonesia;
merupakan satu-satunya badan yang mempunyai
Memberikan rekomendasi dan atau mencabut
kewenangan mengeluarkan fatwa atas jenis-jenis
rekomendasi nama-nama yang akan duduk
kegiatan, produk dan jasa keuangan syariah sebagai
sebagai DPS pada suatu lembaga keuangan sya-
payung bagi lembaga dan organisasi keislaman di
riah;
Indonesia untuk menghindari kemungkinan timbul-
Mengundang para ahli untuk menjelaskan suatu
nya fatwa-fatwa yang berbeda-beda dari masing-
masalah yang diperlukan dalam pembahasan
masing DPS yang pada gilirannya dapat membi-
ekonomi syariah, termasuk otoritas moneter/
ngungkan umat dan nasabah.
lembaga keuangan dalam maupun luar negeri;
5.
DSN juga meneliti dan memberi fatwa bagi
tindakan hukum pihak terkait;
oleh instansi yang berwenang, seperti Departe-
3.
syariah dan menjadi dasar pengembangan produk-
Anggota DSN terdiri dari para ulama,
Memberikan peringatan kepada lembaga keua-
praktisi dan pakar dalam bidang-bidang yang terkait
ngan syariah untuk menghentikan penyim-
dengan perekonomian dan syariah muamalah. Ang-
pangan dari fatwa yang telah dikeluarkan oleh
gota DSN ditunjuk dan diangkat untuk masa bakti
DSN;
lima tahun, sama dengan periode masa bakti
Mengusulkan kepada instansi yang berwenang
pengurus MUI pusat.
untuk mengambil tindakan apabila peringatan
tidak diindahkan.
Dalam pelaksanaan tugasnya, DSN dibantu
oleh Badan Pelaksana Harian (BPH) DSN yang
Dengan demikian fungsi utamanya DSN
melaksanakan langsung tugas DSN sehari-hari.
adalah mengawasi produk-produk lembaga keua-
BPH melakukan penelitian, penggalian dan peng-
ngan syariah (LKS) agar sesuai dengan syariah
kajian. Kemudian setelah dianggap memadai, hasil
Islam dan juga mengawasi lembaga-lembaga lain
pengkajian tersebut dituangkan dalam bentuk Ran-
seperti asuransi, reksadana, modal ventura dan
cangan Fatwa DSN. Rancangan fatwa ini selan-
sebagainya. Untuk keperluan tersebut, DSN mem-
jutnya dibawa dalam rapat pleno DSN untuk diba-
buat garis panduan produk syariah yang diambil dari
has kemudian diputuskan menjadi Fatwa DSN.
sumber-sumber hukum Islam. Garis panduan ini
Tantangan yang dihadapi DSN adalah
menjadi dasar pengawasan bagi Dewan Pengawas
bagaimana menyatukan berbagai pandangan dari
Syariah (DPS) pada lembaga-lembaga keuangan
ulama yang berbeda satu sama lain, baik intern
74
Lex Jurnalica Vol. 6 No.1, Desember 2008
Dewan Pengawas Syariah dalam Sistem Hukum Perbankan: Studi Tentang Pengawasan Bank Berlandaskan Pada
Prinsip-Prinsip Islam
DSN maupun para ulama dan ahli yang ada di DPSDPS.
a. Peranan DSN sebagai lembaga penerbit fatwa
dan pendapat syariah mengenai produk dan
Saat ini pengaturan tentang kedudukan,
jasa perbanakan syariah;
tugas dan wewenang DSN tidak diatur dalam UU
b. Koordinasi antara Bank Indonesia sebagai
No.10 tahun 1998, sehingga secara yuridis formal
otoritas perbankan dan DSN sebagai otoritas
tidak memiliki legitimasi hukum, dilain pihak
fatwa;
peranan DSN sebagai otoritas fatwa memiliki posisi
c. Persyaratan anggota DSN dan DPS (fit and
yang penting dalam sistem pengawasan perbankan
proper requirement) dalam upaya membentuk
syariah (Syaiful Watni, Suradji, Sutriya, 2003).
DPS yang independen dan kompeten;
pemberdayaan
d. Peranan DPS sebagai perwakilan dari DSN
peranan DPS dan DSN dalam sistem pengawasan
dlam hal pertanggungjawaban, pelaksanaan pe-
perbankan syariah terutama dalam hal kejelasan
ngawasan dan remunerasi.
Dengan
demikian
perlu
tugas dan wewenang serta meningkatkan aspek
independensi dan dan kompetensi dalam menjalan-
Kesimpulan
kan tugasnya. Disamping itu, mengingat bentuk
Dewan Pengawas Syariah adalah lembaga
hukum bank pada umumnya adalah Perseroan
independen sebagai pengawas khusus dalam tran-
Terbatas (PT) maka bank syariah yang berbadan
saksi menurut hukum islam. Selain itu, keanggotaan
hukum PT tunduk pada Undang-Undang No. 40
DPS memiliki lebih dari satu disiplin ilmu bahkan
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Undang-
mengharuskan adanya seorang ahli dalam satu
Undang tersebut mengatur bahwa organ PT hanya
bidang tertentu dalam bidang lembaga keuangan
tiga yaitu Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi
Islam dan memiliki pemahaman mendalam tentang
dan Dewan Komisaris sehingga untuk mengakomo-
aspek muamalah. Tugas DPS adalah secara lang-
dasi Dewan Pengawas Syariah (DPS) harus terdapat
sung, melakukan pengawasan dan kontrol terhadap
pengaturan (amandemen) dalam undang-undang
segala kegiatan dari suatu lembaga keuangan Islam
tersebut atau diatur secara lex specialis dalam un-
dalam rangka memastikan ditegakkan prinsip-
dang-undang yang mengatur perbankan syariah atau
prinsip Islam dalam suatu lembaga keuangan Islam.
DPS menjadi anggota dari Dewan Komisaris atau
Peran pengawas syariah menjadi sangat
tugasnya ditambahkan sebagai bagian dari tugas
penting dalam rangka perkembangan industri
Direktur Kepatuhan pada bank syariah tentunya
lembaga keuangan Islam. Fungsi dan tanggung
yang memahami hukum syariah. (Syaiful Watni,
jawab yang dimiliki tidak hanya berkenaan dengan
Suradji, Sutriya, 2003).
akuntabilitas dari suatu lembaga keuangan Islam,
Beberapa hal penting dalam pengawasan
tetapi juga dalam hal pengelolaannya yang tidak
aspek syariah yang belum dicakup dalam undang-
hanya dipertanggungjawabkan ke masyarakat, tetapi
undang perbankan adalah:
juga kepada Allah SWT sebagai pemilik segalanya.
Lex Jurnalica Vol. 6 No.1, Desember 2008
75
Dewan Pengawas Syariah dalam Sistem Hukum Perbankan: Studi Tentang Pengawasan Bank Berlandaskan Pada
Prinsip-Prinsip Islam
Muhammad Syafi’i Antonio, “Bank Syariah Dari
Daftar Pustaka
Abdurrahman Raden Aji Haqqi, “Shariah Advisory
Board in Islamic Financial Institutions In
Teori ke Praktek”, Gema Insani, Jakarta,
2001.
The Eye of Asian Islamic Banks Laws: A
Muhammad, ”Manajemen Dana Bank Syariah”,
Must?”, (Makalah yang disampaikan pada
Penerbit Ekonisia, ogyakarta, 2004.
ASLI Conference, Fakultas Hukum UI,
Republik Indonesia, Undang-Undang No.10 Tahun
1998 Perubahan Atas Undang-Undang No.
Jakarta, 2007.
Data Statistik Perbankan Syariah, “Direktorat
Perbankan
Syariah
Bank
Indonesia”,
Heru Sudarsono, ”Bank dan Lembaga Keuangan
Edisi
2,
Penerbit
Ekonisia,
Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso, ”Bank dan
Lembaga
Keuangan
Lain”,
Penerbit
Salemba Empat, Jakarta, 2006.
Yogyakarta, 2004.
Karnaen Perwataadmadja, ”Bank Syariah Sebagai
Alternatif
No.182 Tahun 1998, TLN No.3790, pasal 1
angka 12.
Desember 2007.
Syariah”,
7 Tahun 1992, Tentang Perbankan, LN
Pemecahan
Masalah
Yang
Syafe’i, Rachmat, ”Tinjauan Yuridis Terhadap
Perbankan Syariah”. http://www.pikiranrak
dihadapi Bank Konvensional”, (makalah
yat.com/cetak/2005/0305/21/0802.htm.
pada Diskusi Perbankan Syariah, Fakultas
diakses 23 Mei 2008.
Hukum
Universitas
Indonesia,
Jakarta,
Syaiful Watni, Suradji dan Sutriya, ”Analisis Dan
Evaluasi
1999.
Hukum
Tentang
Perbankan
Kep. Direksi BI No.32/34/KEO/Dir Tahun 1999.
Syariah Di Indonesia”, Badan Pembinaan
Keputusan Dewan Syariah Nasional No : 01 Tahun
Hukum Nasional, Jakarta, 2003.
2000 Tentang Pedoman Dasar Dewan
Majelis Ulama Indonesia (PD DSN-MUI).
Laporan Perkembangan Perbankan Syariah Bank
Tim Pengembangan Perbankan Syariah, ”Konsep,
Produk
Bank
dan
Implementasi
Syariah”,
Penerbit
Operasional
Djambatan,
Jakarta, 2003.
Indonesia Tahun 2006
Lukman Denda Wijaya, “Lima Tahun Penyehatan
Warkum Sumitro, ”Asas-Asas Perbankan Islam dan
Perbankan Nasional”, Ghalia Indonesia,
Lembaga Terkait BMI dan Takaful di
Bogor, 2004.
Indonesia”, PT Raja Grafindo Persada,
M. Syafi’I Antonio, “Bank Syariah: Dari Teori ke
Jakarta, 2002.
Praktek”, Gema Insani Press, Yakarta, 2005.
Moh Rifai, “Konsep Perbankan Syariah”, CV.
Wicaksana, Semarang, 2002.
76
Lex Jurnalica Vol. 6 No.1, Desember 2008
Download