Pengembangan Rancang Bangun Sistem Informasi

advertisement
3 METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan mulai bulan Maret hingga November 2010, dengan
kegiatan pengumpulan data perijinan kapal penangkap ikan yang bersumber dari
Direktorat Pelayanan Usaha Penangkapan di Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap,
pengumpulan data pengawasan perikanan dilaksanakan di Pangkalan Pengawasan
Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Jakarta, penetapan lokasi ini diharapkan dapat
mewakili lokasi Unit Pelaksana Teknis (UPT) lainnya karena tugas dan fungsi
pengawas perikanan adalah sama sehingga data yang dibutuhkan bersifat homogen,
kemudian dilanjutkan dengan analisis dan pemrosesan data dan akhirnya perancangan
sistem informasi manajemen pengawasan perikanan dengan menggunakan perangkat
lunak (software).
3.2 Tahapan Penelitian
Tahapan kegiatan penelitian untuk menghasilkan rancangan sistem informasi
manajemen pengawasan perikanan di UPT Pangkalan Pengawasan Sumberdaya
Perikanan Jakarta adalah sebagai berikut :
1) Survei di lokasi penelitian untuk menganalisis kebutuhan, mengidentifikasi dan
memformulasikan permasalahan;
2) Pengumpulan dan pengolahan data serta analisis sistem berjalan di Pangkalan
PSDKP Jakarta. Kemudian, melakukan studi pustaka untuk mendapatkan data
pendukung guna memformulasi permasalahan;
3) Perancangan sistem baru dan pengembangan serta perekayasaan perangkat lunak
komputer;
4) Uji coba sistem informasi manajemen;
5) Penulisan laporan atau penulisan ilmiah dan konsultasi.
24
Gambar 2. Diagram alir penelitian
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara yang ditujukan kepada
pengawas perikanan di pangkalan PSDKP Jakarta sedangkan data sekunder yang
diperlukan meliputi studi pustaka berupa buku-buku referensi, jurnal hasil penelitian
25
dan tulisan ilmiah bidang sistem informasi manajemen dan studi literatur berupa
peraturan dan perundang-undangan bidang pengawasan perikanan, petunjuk
pelaksanaan pengawasan perikanan, laporan pelaksanaan pengawasan perikanan, dll.
Berikut tabulasi pengelompokan data primer dan sekunder yang dibutuhkan
dalam penelitian ini.
Tabel 1. Tabel pengelompokan data primer dan sekunder
No
Jenis Data
1
Primer
2
Sekunder
3.4
Cara Pengumpulan
Data perijinan kapal perikanan
Pengumpulan data perijinan
di Direktorat Pelayanan
Usaha Perikanan, Ditjen
Perikanan Tangkap
Data pengawas perikanan di Pangkalan Wawancara kepada
PSDKP Jakarta
pengawas perikanan di
Penerapan Surat Laik Operasional Kapal Pangkalan PSDKP Jakarta
Perikanan
Penerapan Hasil Pemeriksaan Kapal oleh
pengawas perikanan
Pelaksanaan pemeriksaan kapal perikanan
oleh pengawas perikanan
Penanganan pelanggaran oleh pengawas
perikanan
Teori Sistem Manajemen Informasi
Studi Pustaka dan Literatur
Kebijakan Pengawasan Perikanan
Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan adalah metode pendekatan sistem, yaitu
metode yang memperhatikan sistem informasi sebagai satu kesatuan terintegrasi
untuk masing-masing kegiatan atau aplikasinya. Pendekatan sistem ini juga
menekankan pada pencapaian sasaran keseluruhan dari organisasi, tidak hanya
menekankan pada sasaran dari sistem informasi itu saja. Analisis data dilakukan pada
setiap tahapan pelaksanaan penelitian, antara lain : (1) Analisis kebutuhan pelaku
sistem pengawasan perikanan, (2) Analisis formulasi masalah sistem informasi
manajemen pengawasan perikanan, dan (3) Analisis perancangan sistem informasi
manajemen pengawasan perikanan meliputi pemodelan dan rekayasa perangkat
lunak.
26
3.4.1 Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan dilakukan untuk mengetahui kebutuhan dari pihak yang
terlibat dalam sistem informasi manajemen pengawasan perikanan. Pihak yang
terlibat dalam sistem informasi manajemen pengawasan perikanan antara lain :
1) Analisis kebutuhan informasi bagi Ditjen Pengawasan Sumber Daya Kelautan
dan Perikanan dan Direktorat Pengawasan Sumber Daya Perikanan mengenai
hasil-hasil pelaksanaan tugas pengawas perikanan di lapangan khususnya
dalam hal pelaksanaan pengawasan terhadap ketaatan dan kepatuhan kapal
perikanan;
2) Analisis kebutuhan informasi Pengawas Perikanan;
3) Analisis kebutuhan informasi bagi Pangkalan Pengawasan Sumber Daya
Kelautan dan Perikanan Jakarta;
3.4.2 Formulasi Masalah
Formulasi masalah adalah pendefinisian masalah secara spesifik, agar
memudahkan langkah dan usaha kearah pemecahannya. Berkaitan dengan kegiatan
pengawasan perikanan yang dilaksanakan oleh pengawas perikanan di lapangan,
permasalahan yang seringkali dijumpai adalah pengawas perikanan di unit pelaksana
teknis (UPT) pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan Jakarta adalah belum
dapat menyajikan laporan hasil pengawasan terhadap kapal perikanan secara cepat,
lengkap dan akurat baik pada saat kapal datang ke pelabuhan perikanan (ketaatan
kapal berpangkalan) maupun pada saat kapal akan berangkat dari pelabuhan. Selain
itu kebutuhan data perijinan kapal perikanan terkini (up to date) juga susah diperoleh,
kondisi tersebut mempengaruhi pelaksanaan kegiatan pengawasan perikanan. Oleh
karena itu, sistem informasi manajemen pengawasan perikanan berbasis komputer
menjadi salah satu kunci jawabannya.
27
3.5
Batasan Sistem
Batasan sistem informasi manajemen pengawasan perikanan pada Pangkalan
PSDKP Jakarta diarahkan pada pemanfaatan teknologi informasi berbasis komputer.
Desain sistem yang akan disusun adalah berdasarkan kebutuhan pengelolaan data di
Ditjen PSDKP dan Pangkalan PSDKP dan sebagai gambaran ruang lingkup sistem
informasi yang dibangun di Pangkalan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan
Perikanan Jakarta, meliputi:
1) Data perijinan kapal perikanan;
2) Pengawasan kapal perikanan pada saat datang di pelabuhan;
3) Pengawasan kapal perikanan pada saat berangkat dari pelabuhan;
4) Laporan hasil pelaksanaan pengawasan terhadap kapal perikanan.
3.6 Perancangan Sistem
Setelah kebutuhan informasi teridentifikasi dan ditetapkan maka dilakukan
analisis dan perancangan dengan pendekatan relasional database. Seperti telah diulas
oleh Listiyo,I.S. (2000), bahwa ada beberapa jenis relasi antar entitas di dalam
relasional database, yaitu:
1) Relasi satu ke satu (one to one). Satu kolom dalam relasi A dihubungkan dengan
paling banyak satu kolom pada relasi B, dan satu kolom pada relasi B
dihubungkan dengan paling banyak satu kolom di relasi A.
2) Relasi satu ke banyak (one to many). Satu kolom pada relasi A dihubungkan
dengan sejumlah kolom pada relasi B. Kolom pada relasi B hanya dihubungkan
dengan paling banyak satu kolom relasi A.
3) Relasi banyak ke banyak (many to many). Satu kolom di dalam relasi A
dihubungkan dengan sejumlah kolom di relasi B, dan kolom di relasi B
dihubungkan dengan sejumlah kolom di relasi A.
Setelah perancangan database selesai, selanjutnya dilakukan perancangan
proses
sistem
informasi
melalui
pendekatan
data
flow
diagram
(DFD).
Penggambaran aliran proses melalui pendekatan DFD dapat dilakukan secara
bertahap. Pada tahap awal dilakukan penggambaran proses sistem informasi dan
28
lingkungan yang mempengaruhi secara umum yang dikenal dengan konteks diagram
atau DFD level 0. Selanjutnya, dapat dilakukan penggambaran proses ke tingkat
yang lebih detil sesuai dengan kebutuhan sistem informasi yang sedang
dikembangkan, yang dikenal dengan DFD level 1, DFD level 2 dst.
3.7
Pengembangan Sistem
Suatu sistem informasi memiliki sifat dapat terus dikembangkan, Mcleod.Jr.R
dan Schell (2010), menyatakan bahwa salah satu metode yang direkomendasikan
dalam melakukan pemecahan berbagai permasalahan dalam mengembangkan sistem
informasi adalah melalui siklus hidup pengembangan sistem (System Developmemt
Life Cycle – SDLC). Secara umum, tahapan dalam SDLC meliputi: perencanaan,
analisis, desain, implementasi dan penggunaan.
Metode pengembangan SDLC mengikuti pola berurutan, SDLC sering dikenal
sebagai pendekatan air terjun (water fall) aliran aktivitas berjalan satu arah.
Permasalahan didefinisikan pada tahap perencanaan dan analisis, kemudian solusi
alternatif diidentifikasi dan dievaluasi dalam tahap desain. Solusi terbaik
diimplementasikan dan kemudian digunakan.
Selama tahap penggunaan, umpan
balik informasi dicatat untuk melihat seberapa baik sistem memecahkan masalah
operasional yang dihadapi.
Metode SDLC dalam perjalanannya banyak diminati karena relatif sederhana
dan mudah. Namun, para pengembang menjumpai beberapa masalah, untuk
mengatasi hal tersebut, pada metode SDLC dikembangkan teknik prototyping,
tujuannya adalah untuk menghasilkan rancangan sistem secara cepat dengan harapan
mendapatkan umpan balik dari pengguna. Proses ini dapat diulang beberapa kali
untuk mendapatkan prototipe yang dianggap sempurna sebelum mengembangkan
sistem secara keseluruhan.
3.8 Perancangan tampilan antar muka (user interface)
Desain tampilan yang dimaksud meliputi perancangan menu form data transaksi
(input) dan form keluaran (output). Rancangan tampilan masukan data bertujuan
29
untuk menyediakan fasilitas proses mencakup add, edit, delete data sesuai kebutuhan.
Sedangkan form laporan menyediakan fasilitas untuk menampilkan daftar atau
rekapitulasi data yang dibutuhkan untuk evaluasi, analisa dan langkah pengambilan
keputusan bagi penggunanya.
3.9 Perangkat Pembuat Sistem Informasi
Untuk pembuatan rancangan sistem pengawasan perikanan pada Pangkalan
PSDKP Jakarta diperlukan fasilitas dan bahan peralatan sebagai berikut : 1. Perangkat
keras dengan spesifikasi sebagai berikut : prosessor pentium Dual Core, Hardisk 120
GB, memory 1 GB, monitor, tetikus, keyboard dan Printer; 2. Perangkat lunak
(software), antara lain Visual Basic. net dan DotNetFramwork sebagai software untuk
merancang sistem informasi dan merancang database, Development Visual Basic
sebagai software untuk mengirimkan data dari UPT/satker ke Pusat pengendali
(Ditjen PSDKP), Microsoft Word sebagai software penunjang dalam penyusunan
proposal maupun tesis, microsoft visio sebagai software penunjang dalam pembuatan
diagram-diagram.
3.10 Rancangan Kontrol Sistem Informasi Yang Diusulkan
Rancangan kontrol mempunyai tujuan meyakinkan data yang terkumpul
terbebas dari kesalahan sebelum dilakukan proses pengolahannya. Kontrol masukan
(input) merupakan kontrol aplikasi yang penting karena masukan (input) yang salah
akan menghasilkan output yang salah juga. Masukan (input) yang salah akan sulit
terdeteksi apabila telah melewati pengolahan data. Rancangan kontrol proses adalah
untuk mencegah kesalahan-kesalahan yang terjadi selama proses pengolahan data
yang dilakukan setelah data di-entry atau dimasukan ke dalam sistem.
Download