10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Perubahan yang

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Komunikasi
Perubahan yang cepat dalam tatanan masyarakat akibat adanya
keanekaragaman yang ditandai dengan globalisasi informasi menyebabkan
kedudukan komunikasi menjadi sangat penting. Hal ini ditandai dengan
perkembangan yang pesat dalam teknologi informasi dan kemunculan dunia maya
atau era digital. Ilmu komunikasi menjadi sebuah kebutuhan terutama untuk
mengatasi problematik hubungan antar manusia. Perubahan sosial selalu dibarengi
oleh permasalahan-permasalahan yang menyangkut hubungan antar manusia dan
juga
hubungan
dengan
lingkungannya,
karena
manusia
membutuhkan
penyesuaian dengan lingkungan di mana dia berada.
Bidang komunikasi adalah bidang yang tidak akan pernah kering karena
bidang tersebut berfungsi memenuhi kebutuhan dasar manusia, yakni kebutuhan
akan informasi dan pengetahuan. Bahkan pada masa mendatang, bidang
komunikasi akan berkembang jauh lebih pesat, sejalan dengan laju perkembangan
teknologi komunikasi.
Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah “Upaya yang sistematis
untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta
10
11
pembentukan pendapat dan sikap".8 Definisi Hovland ini menunjukkan bahwa
yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi,
melainkan juga merupakan pembentukan pendapat umum (public opinion) dan
sikap public (public attitude) yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik
memainkan peranan yang amat penting.
Menurut Kincaid dan Schramm, komunikasi sebenarnya bukan suatu ilmu
pengetahuan, tapi juga seni bergaul. Agar kita dapat berkomunikasi efektif, kita
dituntut tidak hanya memahami prosesnya, tapi juga mampu menerapkan
pengetahuan kita secara kreatif. 9
Harold D. Lasswell menyatakan bahwa cara yang terbaik untuk
menerangkan kegiatan komunikasi ialah menjawab pertanyaan “Who Says What
In Which Channel To Whom With What Effect?”10 Berdasarkan dari rumus
Lasswell tersebut dapat menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur
sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni: Who? (Siapakah
komunikatornya?), Says What? (Pesan apa yang dinyatakan?), In Which Channel?
(Media apa yang digunakannya?), To Whom? (Siapa komunikannya?), With What
Effect? (Efek apa yang diharapkannya?). Jadi, menurut Lasswell, “Komunikasi
adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui
media yang menimbulkan efek tertentu”.11
8
Onong U. Effendi, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, PT Remaja Rosdakarya, Bandung,
2001, hal. 10
9
Deddy Mulyana, Human Communication, Konteks-konteks Komunikasi, PT Remaja
Rosdakarya, Bandung, 2005, hal. viii.
10
Onong U. Effendi, Dinamika Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004, hal. 29
11
Ibid.
12
2.1.1
Definisi Komunikasi
Bermacam-macam definisi komunikasi yang dikemukakan para pakar
untuk memberikan batasan terhadap apa yang dimaksud dengan komunikasi,
sesuai dari sudut mana mereka memandangnya.
Sebelum membahas mengenai definisi komunikasi dari berbagai pakar
hendaknya perlu diketahui terlebih dahulu arti kata komunikasi itu sendiri ditinjau
dari asal katanya. “Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication
berasal dari kata latin communication, dan bersumber dari kata communis yang
berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna”.12
William
Albig
dalam
bukunya
yang
berjudul
Public
Opinion
mendefinisikan komunikasi sebagai “Communication is the process of
transmitting meaningful symbols between individuals.”13 Komunikasi adalah
proses penyampaian dan penerimaan lambang-lambang yang mengandung makna
diantara individu-individu.
Brent D. Ruben memberikan definisi mengenai komunikasi manusia yang
lebih komprehensif sebagai berikut: komunikasi manusia adalah suatu proses
melalui mana individu dalam hubungannya, dalam kelompok, dalam organisasi
dan dalam masyarakat menciptakan, mengirimkan, dan menggunakan informasi
untuk mengkoordinasi lingkungannya dan orang lain.14
12
Ibid, hal. 9
T. May Rudy, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat Internasional, PT Refika Aditama,
Bandung, 2005, hal. 1
14
Ami Muhammad, Komunikasi Organisasi, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2004, hal. 3
13
13
Sementara itu Kincaid mengemukakan, “Komunikasi adalah proses saling
berbagi atau menggunakan informasi secara bersama dan pertalian antara para
peserta dalam proses informasi”. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Siporin
bahwa, “Komunikasi adalah proses pertukaran informasi antara dua orang atau
lebih, dan dalam proses itu terjadi kegiatan-kegiatan memberi atau mengirim,
menerima,
dan
menanggapi
pesan-pesan
diantara
orang-orang
yang
berinteraksi”.15
2.1.2
Tujuan Komunikasi
R. Wayne Pace, Brent D. Peterson, M. Dallas Burnet dalam bukunya
Techniques for Effective Communication menyatakan bahwa kegiatan komunikasi
mempunyai tiga tujuan sentral yang utama yaitu:
1. To secure understanding (memastikan atau menjamin pemahaman).
2. To establish acceptance (membina atau membentuk penerimaan atau
kesepakatan).
3. To motivation action (memotivasi kegiatan atau tindakan).16
2.1.3. Proses Komunikasi
Proses komunikasi terdiri dari enam tahapan sebagai berikut:
1. Pengirim mempunyai ide yang ingin disampaikan kepada pihak lain.
2. Pengirim mengubah idenya menjadi pesan.
3. Pengirim menyampaikan pesan.
15
16
Erliana Hasan, Komunikasi Pemerintahan, PT Refika Aditama, Bandung, 2005, hal. 17
T. May Rudy, op.cit., 63
14
4. Pihak penerima menerima pesan.
5. Penerima menafsirkan pesan.
6. Penerima memberikan reaksi dan mengirimkan umpan balik.17
Gambar 1
Proses Komunikasi
Tahap 6
Penerima mengirim
umpan balik
Tahap 2
Pengirim mengubah ide
menjadi pesan
SALURAN DAN MEDIA
Tahap 1
Pengirim mempunyai ide
Tahap 3
Pengirim mengirimkan
pesan
Tahap 5
Penerima menafsirkan
pesan
Tahap 4
Penerima menerima
pesan
Sumber: Machfoedz, 2004: 7
2.1.4. Fungsi Komunikasi
Pengalaman komunikasi dapat membantu mengungkapkan kepribadian
dan membangun hubungan yang baik, serta mengubah sikap dan perilaku. Fungsi
komunikasi ialah untuk memahami sikap dan perilaku manusia.
Perkembangan rasa percaya diri ditentukan oleh kecakapan komunikasi
Thomas Hora, seorang ahli teori komunikasi berpendapat bahwa orang yang dapat
17
Mas’ud Machfoedz, Komunikasi Bisnis Modern Untuk Mahasiswa dan Profesi, BPFE,
Yogyakarta, 2004, hal. 7
15
memahami dirinya dapat dipahami oleh orang lain. Apabila dua pihak
menginginkan untuk dapat saling memahami, keduanya harus saling kenal.
Dengan demikian tingkat hubungan dapat diketahui.18
2.1.5. Unsur-unsur Dalam Proses Komunikasi
Unsur-unsur dalam proses komunikasi adalah sebagai berikut:19
1. Sender
Komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau
sejumlah orang.
2. Encoding
Penyandian, yakni proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk
lambang.
3. Message
Pesan yang merupakan seperangkat lambing bermakna yang
disampaikan oleh komunikator.
4. Media
Saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada
komunikan.
5. Decoding
Pengawasan sandi, yaitu proses di mana komunikan menetapkan
makna pada lambang yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.
18
Ibid, hal. 4
Onong U. Effendi, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, PT Remaja Rosdakarya, Bandung,
2001, hal. 18
19
16
6. Receiver
Komunikan yang menerima pesan dari komunikator.
7. Response
Tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah diterpa pesan.
8. Feedback
Umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau
disampaikan kepada komunikator.
9. Noise
Gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai
akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan
pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.
2.1.6. Model Komunikasi
Gambar 2
Model Komunikasi Shannon dan Wever
Sumber
Informasi
Penyandian
pesan
Transmitter
Penerima
Signal
Penerimaan
signal
Sumber Gangguan
Sumber: Muhammad, 2004: 7
Tujuan
Penginterpretasian
pesan
17
Salah satu model komunikasi yang sering digunakan adalah model
komunikasi dari Claude Shannon atau lebih terkenal dengan model Shannon
Wever. Berikut keterangan dari gambar model di atas:
1. Sumber Informasi (Information Source)
Dalam komunikasi manusia yang menjadi sumber informasi adalah otak.
Pada otak ini terdapat kemungkinan message/pesan tidak terbatas
jumlahnya. Tugas utama dari otak adalah menghasilkan suatu pesan dari
berjuta-juta pesan yang ada. Dalam setiap kejadian, otak harus memilih
pesan yang tepat dengan situasi. Proses pemilihan ini seringkali
merupakan perbuatan yang tidak disadari manusia.
2. Transmitter
Langkah kedua dari model Shannon adalah memilih transmitter. Pemilihan
transmitter ini tergantung pada jenis komunikasi yang digunakan. Kita
dapat membedakan dua macam komunikasi yaitu komunikasi tatap muka
(alat-alat pembentuk suara dan dihubungkan dengan otot-otot serta organ
tubuh lain) dan komunikasi menggunakan mesin (telepon, radio, televisi,
foto dan film).
3. Penyandian (Encoding) Pesan
Penyandian pesan diperlukan untuk mengubah ide dalam otak ke dalam
suatu sandi yang cocok dengan transmitter. Dalam komunikasi tatap muka
signal yang cocok dengan alat-alat suara adalah berbicara, signal yang
cocok dengan otot-otot tubuh dan indera adalah anggukan kepala, sentuhan
dan kontak mata. Pada komunikasi yang menggunakan mesin misalnya
18
radio adalah perluasan dari suara manusia, televisi perluasan dari mata,
dan begitu juga dengan alat komunikasi lainnya.
4. Tujuan (Destination)
Komponen terakhir adalah destination (tujuan) yang dimaksud oleh si
komunikator. Destination ini adalah otak manusia yang menerima pesan
yang berisi bermacam-macam hal, ingatan atau pemikiran mengenai
kemungkinan dari arti pesan. Penerima pesan telah menerima signal
melalui pendengaran, penglihatan, penciuman kemudian signal itu
diuraikan dan diinterpretasikan dalam otak.
5. Sumber Gangguan (Noise)
Dalam model Shannon ini terlihat adanya faktor sumber gangguan pada
waktu memindahkan signal dari transmitter kepada si penerima. Gangguan
ini selalu ada dalam tiap-tiap komunikasi. Oleh sebab itu kita harus
menetralkan gangguan dan tidak terkejut dengan kehadirannya. Untuk
menetralkan gangguan ini ada empat cara seperti berikut:
a. Menambah Kekuatan (power) dari signal.
b. Mengarahkan signal dengan persis.
c. Menggunakan signal lain.
d. Redudansi
19
2.17.
Efek dan Umpan Balik
Ralph Webb membagi jenis-jenis umpan balik (feedback) dalam 4 (empat)
bagian atau penggolongan, yaitu:20
1. Positive feedback (umpan balik atau tanggapan positif)
Umpan balik atau tanggapan yang diterima komunikator dari komunikan
dapat dimengerti dan mencapai saling pengertian, sehingga komunikan
mendukung, menyepakati, mengiyakan, menyetujui pesan atau bersedia
memenuhi ajakan seperti yang termuat dalam pesan yang diterimanya.
2. Negative feedback (umpan balik atau tanggapan negatif)
Pesan (umpan-balik) yang disampaikan kembali oleh komunikan kepada
komunikator tidak mendukung, malah sebaliknya menyanggah atau
menentang, yang berarti terjadinya protes, kritikan atau ketidaksetujuan.
3. Neutral feedback (umpan balik/tanggapan netral atau tidak memihak)
Pesan (umpan-balik) yang disampaikan kepada komunikator oleh
komunikan,
yang
tidak
menentang/menyanggah
dan
tidak
pula
mendukung/mengiyakan. Artinya tanggapan dari komunikan hanya
bersifat datar atau biasa-biasa saja.
4. Zero feedback (umpan balik nol atau nihil)
Umpan balik yang diterima oleh komunikator dari komunikan tidak
relevan atau tidak ada hubungannya dengan masalah atau isi pesan yang
disampaikan oleh komunikator. Tanggapan dari komunikan tidak
“nyambung” alias berbeda atau menyimpang dari pesan yang
20
T. May Rudy, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat Internasional, PT Refika Aditama,
Bandung, 2005, hal. 5
20
diterimanya,
yang
mungkin
diakibatkan
oelh
ketidakmengertian
komunikan terhadap hal yang dimaksudkan oleh komunikator.
2.2
Public Relations
2.2.1
Definisi Public Relations
Istilah Public Relations baru dikenal pertama kalinya pada tahun 1897
oleh American Association of Railroads. Tetapi, banyak perusahaan justru tidak
mempergunakan kata itu, karena mereka lebih senang mempergunakan istilah
publisitas (publicity Bureau).
Pelopor Public Relations yang banyak dikenal adalah Ivy Ledbetter Lee.
Dia adalah lulusan Universitas Princeton dan dialah yang menyuarakan
“Declaration of Principles” yang pada intinya mengungkapkan bahwa publik
tidak bisa lagi diabaikan. Atas keberhasilannya maka namanya diangkat sebagai
“Bapak Hubungan Masyarakat” abad ini. Sejak itulah masyarakat menjadi tahu
keberadaan dan manfaat profesi kehumasan melalui hasil karya gemilangnya di
bidang Public Relations, seperti istilah publisitas (publicity), publikasi
(publication), periklanan (advertising), promosi (promotion), hubungan dengan
pers (press relations), dan sebagainya.
Public Relations merupakan fungsi manajemen untuk mencapai target
tertentu yang sebelumnya harus mempunyai program kerja yang jelas dan rinci,
mencari fakta, merencanakan, mengkomunikasikan, hingga mengevaluasi hasilhasil apa yang telah dicapainya. Hal inilah secara umum dikatakan oleh John E.
21
Marston dalam bukunya Modern Public Relations sebagai berikut: “Public
Relations is planned, persuasive communication designed to influence significant
public”.21
Menurut Frank Jefkins, “Public Relations adalah suatu rangkaian kegiatan
yang terdiri dari semua bentuk komunikasi berencana (baik ke
dalam/internal maupun ke luar/eksternal) antara organisasi dengan
masyarakat, dengan maksud untuk mencapai tujuan-tujuan khusus
mengenai pencapaian pengertian bersama (common understanding).”22
Menurut J.C. Seidel, “Public Relations adalah proses yang
berkesinambungan dari usaha-usaha pihak manajemen untuk memperoleh
sokongan (goodwill)
dan pengertian dari para pelanggan,
pegawai/karyawan dan publik umumnya. Ke dalam dengan melakukan
analisa dan perbaikan-perbaikan terhadap diri sendiri, dan ke luar dengan
mengadakan atau menyampaikan pernyataan-pernyataan.”23
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa Public Relations adalah
fungsi manajemen yang membentuk dan memelihara relasi yang saling
menguntungkan antara organisasi dengan publiknya, di mana publik inilah yang
menentukan berhasil atau gagalnya perusahaan.
2.2.2
Fungsi Public Relations
Dalam konsepnya, fungsi Public Relations Officer ketika menjalankan
tugas dan operasionalnya, baik sebagai komunikator dan mediator, maupun
organisator, menurut Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, M.A. dalam bukunya,
Hubungan Masyarakat Suatu Komunilogis adalah sebagai berikut: 24
21
Rosady Ruslan, Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2002, hal. 5
22
T. May Rudy, op.cit., 78
23
T. May Rudy, op.cit., 77
24
Rosady Ruslan, op.cit., 9
22
1. Menunjang kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan organisasi
2. Membina hubungan harmonis antara organisasi dengan publik internal dan
publik eksternal.
3. Menciptakan komunikasi dua arah dengan menyebarkan informasi dari
organisasi kepada publiknya dan menyalurkan opini publik kepada
organisasi.
4. Melayani publik dan menasehati pimpinan organisasi demi kepentingan
umum.
5. Operasionalisasi dan organisasi Public Relations adalah bagaimana
membina hubungan harmonis antara organisasi dengan publiknya, untuk
mencegah terjadinya rintangan psikologis, baik yang ditimbulkan dari
pihak publiknya.
2.2.3
Peran Public Relations
Peran praktisi Public Relations merupakan salah satu kunci penting untuk
pemahaman fungsi Public Relations dan komunikasi organisasi. Peranan Public
Relations, lebih jauh diuraikan menjadi empat peran, yaitu:25
1. Expert Preciber Commnunication
Praktisi Public Relations sebagai ahli komunikasi, yang dapat memberi
masukan dan nasihat kepada pimpinannya.
2. Problem Solving Process Facilitator
Praktisi Public Relations sebagai fasilitator dalam menyelesaikan masalah.
25
Frida Kusumastuti, Dasar-dasar Hubungan Masyarakat, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2002, hal. 24
23
3. Communications Fasilitator
Praktisi Public Relations sebagai fasilitator komunikasi antara organisasi
dan publiknya.
4. Technician Facilitator
Praktisi Public Relations sebagai pelaksanaan teknis komunikasi.
2.2.4
Kegiatan dan Sasaran Public Relations
Menurut H. Fayol, beberapa kegiatan dan sasaran Public Relations adalah
sebagai berikut:26
1. Membangun Identitas dan Citra Perusahaan (Building corporate identity
and image)
a. Menciptakan identitas dan citra perusahaan yang positif.
b. Mendukung kegiatan komunikasi timbal balik dua arah dengan
berbagai pihak.
2. Menghadapi Krisis (Facing of Crisis)
Menangani keluhan (complaint) dan menghadapi krisis yang terjadi
dengan membentuk manajemen krisis dan Public Relations Recovery of
Image yang bertugas memperbaiki lost of image and damage (untuk
jelasnya masalah manajemen krisis).
3. Mempromosikan Aspek Kemasyarakatan (Promotion public causes)
a. Mempromosikan yang menyangkut kepentingan publik.
26
Rosady Ruslan, Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi, Konsep dan Aplikasi, PT
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, hal. 23
24
b. Mendukung
kegiatan
kampanye
sosial
anti
merokok,
serta
menghindari obat-obatan terlarang, dan sebagainya.
2.3
Citra
2.3.1
Definisi Citra
Citra adalah tujuan utama, dan sekaligus merupakan reputasi dan prestasi
yang hendak dicapai bagi dunia public relations. Pengertian citra itu sendiri
abstrak (intangible) dan tidak dapat diukur secara matematis, tetapi wujudkan bisa
dirasakan dari hasil penilaian baik atau buruk. Seperti penerimaan dan tanggapan
baik positif maupun negatif yang khususnya datang dari publik (khalayak sasaran)
dan masyarakat luas pada umumnya. Terciptanya suatu citra perusahaan
(corporate image) yang baik di mata khalayak atau publiknya akan banyak
menguntungkan.
Pengertian citra itu sendiri menurut Ruslan, merupakan abstrak atau
intragible, tetapi wujudnya bisa dirasakan dari hasil penilaian, penerimaan,
kesadaran, dan pengertian, baik semacam tanda respek dan rasa hormat, dari
publik sekelilingnya atau masyarakat luas terhadap perusahaan sebagai sebuah
badan usaha atau pun terhadap personelnya (dipercaya, professional dan dapat
diandalkan dalam pemberian pelayanan yang baik).27
27
Rusady Ruslan, Praktik dan Solusi Public Relations Dalam Situasi Krisis dan Pemulihan Citra,
Ghalia Indonesia, Jakarta 1999, hal. 50
25
Lawrence L. Steinmetz, Ph.D, penulis buku Managing Small Business
mengartikan citra sebagai “Pancaran atau reproduksi jati diri atau bentuk orang
perorangan, benda, atau organisasi”28
Jadi citra dapat diartikan kesan yang diperoleh seseorang berdasarkan
pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta atau kenyataan. Untuk
mengetahui citra seseorang terhadap suatu obyek dapat diketahuai dari sikapnya
terhadap obyek tersebut. Citra terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasiinformasi yang diterima seseorang. Komunikasi tidak secara langsung
menimbulkan perilaku tertentu, tetapi cenderung mempengaruhi citra kita
mengorganisasikan citra tentang lingkungan.
Citra berkaitan erat dengan persepsi, sikap dan opini orang perorangan di
dalam kelompok-kelompok stakeholders. Semua itu untuk terbentuknya opini
publik, dimana opini ini tidak terbentuk seketika melainkan memerlukan proses
dan waktu. Dengan memahami hal seperti ini PR dapat menegakkan citra
organisasi atau perusahaan dengan baik. Citra yang baik dimaksudkan agar dapat
tetap hidup dan orang-orang di dalamnya dapat terus mengembangkan
kreativitasnya dan bahkan dapat memberi manfaat dengan lebih berarti bagi orang
lain.
Citra humas yang ideal adalah impresi atau kesan yang benar, yakni
sepenuhnya berdasarkan pengalaman, pengetahuan serta pemahaman atas
kenyataan yang sesungguhnya citra tidak “seyogyanya” dipoles agar lebih indah
28
Siswano Sutojo, Membangun Citra Perusahaan, PT Damar Mulia Pustaka, Jakarta, 2004, hal. 1
26
dari warna aslinya, karena hal itu justru dapat mengacaukannya.29 Namun dengan
menjelaskan secara jujur apa yang menjadi penyebabnya baik informasi yang
salah atau suatu perilaku yang keliru dengan ini akan terbentuk kredibilitas
humas, maka segala macam usaha pemolesan citra harus dihindar karena kalaupun
ada keuntungan jangka panjang yang akan ditimbulkannya.
Citra-citra di atas mempunyai inti yang sama, yang dapat disimpulkan
yaitu bahwa citra adalah kesan yang timbul karena pemahaman akan suatu
kenyataan, pemahaman yang muncul karena adanya informasi melalui media dan
tugas humas adalah menegakkan citra organisasi atau perusahaan yang
diwakilinya agar tidak menimbulkan kesalahpahaman dan tidak melahirkan isuisu yang dapat merugikan. Kerugian yang fatal tentunya adalah muncul atau
timbulnya benih-benih ketidakpuasan yang dapat menimbulkan ketidakpercayaan
dan dapat diwujudkan dalam bentuk penarikan diri, penarikan pinjaman dan
kerjasama, tak mau jadi pelanggan lagi, sampai pada bentuk fisik seperti
pemogokan, perusakan dan hal-hal lain yang sifatnya merugikan.
2.3.2
Jenis-jenis Citra
Ada beberapa jenis citra yang dikenal oleh hubungan masyarakat, tetapi
yang akan dibahas di sini hanya lima jenis saja. Jenis-jenis citra itu adalah sebagai
berikut:30
1. Citra bayangan (mirror image)
29
Frank Jeffkins. Public Relations edisi kelima. Erlangga, Jakarta, 2004, hal. 24
M. Linggar Anggoro, Teori dan Profesi Kehumasan, PT Ikrar Mandiri Abadi, Jakarta, 2002, hal.
59-68
30
27
Citra bayangan adalah citra yang dianut oleh orang dalam mengenai
pandangan luar terhadap organisasinya. Citra ini cenderung positif, bahkan
terlalu positif, karena kita biasa membayangkan hal yang serba hebat
mengenai diri sendiri sehingga kita pun percaya bahwa orang-orang lain
juga memiliki pandangan yang tidak kalah hebatnya atas diri kita.
2. Citra yang berlaku (current image)
Kebalikan dari citra bayangan, citra yang berlaku adalah suatu citra atau
pandangan yang melekat pada pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi.
Citra ini amat ditentukan oleh banyak sedikitnya informasi yang dimiliki
oleh penganut atau mereka yang mempercayainya.
3. Citra harapan (wish image)
Citra harapan adalah suatu citra yang diinginkan oleh pihak manajemen.
Biasanya citra harapan lebih baik atau lebih menyenangkan daripada citra
yang ada, walaupun dalam kondisi tertentu, citra yang terlalu baik juga
bisa merepotkan. Namun secara umum, yang disebut sebagai citra harapan
itu memang sesuatu yang berkonotasi yang lebih baik.
4. Citra perusahaan (corporate image)
Yang dimaksud dengan citra perusahaan adalah citra dari suatu organisasi
secara keseluruhan, jadi bukan citra atas produk atau pelayanan saja. Halhal positif yang dapat meningkatkan citra suatu perusahaan antara lain
adalah
sejarah
atau
riwayat
hidup
perusahaan
yang
gemilang,
keberhasilan-keberhasilan di bidang keuangan yang pernah diraihnya,
sukses ekspor, hubungan industri yang baik, reputasi sebagai pencipta
28
lapangan kerja dalam jumlah yang besar, kesediaan turut memikul
tanggung jawab sosial, komitmen mengadakan riset, dan sebagainya.
5. Citra majemuk (multiple image)
Setiap perusahaan atau organisasi pasti memiliki banyak unit dan pegawai
(anggota). Masing-masing unit dan individu tersebut memiliki perangai
dan perilaku tersendiri, sehingga secara sengaja atau tidak mereka pasti
memunculkan suatu citra yang belum tentu sama dengan citra organisasi
atau perusahaan secara keseluruhan.
2.3.3
Manfaat Citra Baik
Citra perusahaan yang baik dan kuat mempunyai manfaat-manfaat yang
berikut:31
1. Daya saing jangka menengah dan panjang yang mantap (Mid and Long
term sustainable competitive position).
2. Menjadi perisai selama masa krisis (An insurance for adverse times)
3. Menjadi daya tarik eksekutif handal (Attracting the best executive
available)
4. Meningkatkan efektifitas strategi pemasaran (increasing the effectiveness
of marketing instruments)
5. Penghematan biaya operasional (Cost savings)
31
Siswano Sutojo, op.cit., 3
29
2.3.4
Proses Pembentukan Citra
Proses pembentukan citra dalam struktur kognitif yang sesuai dengan
pengertian sistem komunikasi dijelaskan oleh John S. Nimpoeno sebagai berikut:
Gambar 3
Model Pembentukan Citra32
Pengalaman mengenai Stimulus
Kognisi
Stimulus
Perangsang
Persepsi
Sikap
Respon
Perilaku
Persepsi
Motivasi
Empat komponen persepsi-kognisi-motivasi-sikap disebut “picture in our
head” oleh Water Lippman yang merupakan citra individu terhadap rangsang.
Model pembentukan citra di atas menunjukkan bagian stimulus yang berasal dari
luar diorganisasikan dan mempengaruhi responden.33
Berikut penjelasan mengenai keempat komponen tersebut:
1. Persepsi: hasil pengamatan terhadap unsur lingkungan yang dikaitkan dengan
suatu proses pemaknaan individu atau memberikan makna terhadap rangsang
berdasarkan pengalamannya mengenai rangsang.
32
Elvinaro Ardianto, Soleh dan Soemirat, Dasar-Dasar Public Relations, PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung, 2004, hal. 115
33
Ibid hal. 115
30
2. Kognisi: suatu keyakinan diri dari individu terhadap stimulus. Keyakinan
akan timbul apabila individu telah mengerti rangsangan tersebut. Individu
harus diberikan informasi-informasi yang cukup yang dapat mempengaruhi
perkembangan kognisinya.
3. Motivasi: keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan
individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu
tujuan.
4. Sikap kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, merasa dalam
menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap bukan perilaku, namun
merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu.
2.4
Konsep Corporate Social Responsibility (CSR)
2.4.1
Definisi Corporate Social Responsibility
Bila berbicara CSR belum ada batasan atau definisi yang secara pasti. Ada
banyak pihak atau ahli yang mendefinisikan CSR dan tentunya masing-masing
memberikan penekanan-penekanan yang beragam pula. Namun kita tidak pelu
mencari perbedaan dan definisi-definisi tersebut karena pada dasarnya CSR
memiliki tujuan yang jauh berbeda. Untuk lebih memberikan pemahaman
mengenai CSR, berikut akan diuraikan beberapa definisi CSR yang berkaitan
dengan penelitian ini.
Berdasarkan pada Trinidad dan Tobaco Bureau of Standards (TTBS)
menyatakan bahwa Corporate Social Responsibility diartikan sebagai komitmen
usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk
31
peningkatan ekonomi bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari
karyawan dan keluarganya, komuniti lokal dan masyarakat secara lebih luas.34
Mark Goyder, membagi dua bentuk Corporate Social Responsibility, yaitu
yang berbentuk tindakan atas program yang diberikan terhadap komuniti dan nilai
yang menjadi acuan dan Corporate Social Responsibility. Pertama, merupakan
tindakan terhadap lingkungan di luar korporat seperti komuniti-komuniti dan
lingkungan alam dalam menerapkan atau memenuhi kebutuhan-kebutuhan
komuniti sekitarnya. Kedua, cenderung ke arah tipe ideal berupa nilai yang
dipakai untuk menerapkan atau mewujudkan tindakan-tindakan yang sesuai
dengan keadaan sosial terhadap komuniti sekitarnya.35
Konsep Corporate Social Responsibility melibatkan tanggung jawab
kemitraan antara pemerintah, lembaga sumberdaya masyarakat, juga komuniti
setempat (lokal). Kemitraan ini tidaklah bersifat pasif dan statis. Kemitraan ini
merupakan tanggung jawab secara sosial antara stakeholders. Tanggung jawab
sosial (Social Responsibility) diperlukan untuk menciptakan keseimbangan dan
keberlanjutan hidup dan hubungan kemitraan yang saling timbal balik antara
perusahaan dengan rekanannya (stakeholders lainnya).36
Menurut Green Paper, suatu lembaga Komisi Masyarakat Eropa,
pengertian Corporate Social Responsibility adalah: “Tanggung jawab sosial
korporat pada sebuah konsep tentang pengintegrasian kepedulian terhadap
34
Arif Budimanta, Adi Prasetijo dan Bambang Rudito, Corporate Social Responsibility, Indonesia
Center for Sustainable Development (ICSD), Jakarta, 2004, hal. 72
35
Ibid, hal. 77
36
Ibid, hal. 77
32
masalah sosial dan lingkungan hidup ke dalam operasi bisnis perusahaan dan
interaksi sukarela antara perusahaan dan para stakeholdersnya”.37
Menurut Untung, pengertian Corporate Social Responsibility adalah
komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan
ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial
perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap
aspek ekonomis, sosial dan lingkungan.38
Sebagaimana juga telah diatur dalam UUD 1945 pasal 47 dan pasal No.
20-40 dipahami bahwa dalam menjalankan usahanya perusahaan harus
melaksanakan tanggung jawab sosialnya, dalam arti tidak hanya sekedar mencari
keuntungan yang diperoleh untuk masyarakat, terutama masyarakat yang tinggal
disekitar lokasi kegiatan perusahaan. Hal ini dapat dipahami karena merupakan
fakta bahwa sebagai sebuah organisasi (apapun bentuknya) tidak akan dapat hidup
tanpa dukungan dan peran serta masyarakat sekitar perusahaan.39
Berdasarkan beberapa definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan
bahwa Corporate Social Responsibility adalah suatu kegiatan sosial yang bersifat
sukarela yang dilaksanakan oleh suatu perusahaan yang ditujukan kepada
masyarakat sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan dalam menjalin
hubungan yang baik dengan masyarakat.
37
Yosal Iriantara, Community Relations, Konsep dan Aplikasinya, Simbiosa Rekatama Media,
Bandung, 2004, hal. 49
38
Hendrik Budi Untung, Corporate Social Responsibiltiy, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hal. 1
39
B.N. Marbun, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dan Kaitannya dengan UUD 1945 dalam
Kwiek Kian Gie dan B.N., edisi konglomerat Indonesia, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, 1997
33
2.4.2
Program Corporate Social Responsibility
Implementasi program Corporate Social Responsibility (CSR) berkaitan
dengan keterlibatan perusahaan dan masyarakat, untuk itu PR bekerja bersamasama dengan masyarakat demi tercapainya tujuan bersama.
Beberapa perusahaan melakukan CSR dengan berbagai cara. Ada
perusahaan yang memberikan sumbangannya kepada yayasan sosial atau bagi
perusahaan besar mereka membentuk yayasan sosial yang digunakan sebagai
kontribusi mereka dalam program Corporate Social Responsibility (CSR).
Namun yang banyak terjadi dalam Corporate Social Responsibility (CSR)
yang dilakukan perusahaan adalah mereka membuat mitra kerja dengan Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) yang mereka sanggup untuk membantu mereka
melakukan CSR. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sangat diharapkan
banyak perusahaan untuk membantu perusahaan dalam melaksanakan Corporate
Social Responsibility (CSR).
Kemitraan
dalam
Corporate
Social
Responsibility
(CSR)
antara
perusahaan dan LSM sangatlah sederhana, perusahaan menyediakan dana, LSM
yang menjadi pelaksanaannya. Namun memang untuk kenyataannya banyak
sekali aturan main yang harus ditaati kedua belah pihak.
Perdebatan lain tentang Corporate Social Responsibility (CSR) adalah
definisi kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) dengan marketing.
Banyak yang menganggap Corporate Social Responsibility (CSR) adalah salah
34
satu usaha pemasaran baru perusahaan menginginkan Corporate Social
Responsibility (CSR) dilakukan sebagai salah satu cara menjaga citra yang dapat
mendatangkan keuntungan dan secara tidak langsung menjaga kelangsungan
perusahaannya namun dilain pihak juga banyak perusahaan yang menentang hal
tersebut dengan berpendapat bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) adalah
murni kontribusi dunia usaha kepada lingkungannya.
Pada saat sebuah perusahaan atau sektor swasta mempunyai tanggung
jawab sosial maka sebetulnya dia telah menginvestasikan sumber daya
perusahaannya untuk mendapatkan keuntungan jangka panjang yang akan
menjaga perkembanga perusahaan tersebut.
Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) berkaitan dengan
keterlibatan perusahaan dalam komunitasnya dan mendorong praktisi Public
Relations (PR) untuk bisa bekerja bersama-sama dengan komunitasnya demi
kemaslahatan bersama. Hubungan komunitas tidak lagi dibangun dengan
membagi-bagikan sekadar sumbangan atau melakukan sponsorship belaka
melainkan bisa bentuk keterlibatan dalam program atau kegiatan pengembangan
masyarakat (community development).
Peran PR bukan hanya menjalin hubungan dengan publik eksternal saja,
melainkan juga menjalin hubungan dengan publik internal organisasi. Staf PR
mesti terlibat aktif dalam transformasi pandangan dan sikap baru organisasi yang
lebih menunjukkan Corporate Social Responsibility (CSR) sehingga manajer dan
35
karyawan pun mengambil keputusan bisnis berdasarkan pendekatan Corporate
Social Responsibility (CSR) itu.40
Dalam
konteks
PR,
Corporate
Social
Responsibility
(CSR)
diimplementasikan dalam program dan kegiatan community relations. Bisa juga
community relations merupakan Corporate Social Responsibility (CSR). Wajar
bila berbagai perusahaan di Indonesia kini sudah menjalankan tanggung jawab
sosialnya itu dalam berbagai bentuk program dan kegiatan community relations.
Ada yang memberikan beasiswa, memberikan bantuan buku, merehabilitasi
lingkungan hidup, atau membantu usaha kerajinan masyarakat.41
Adapun bidang-bidang program Corporate Social Responsibility (CSR),
sebagai berikut:
1. Program Komunitas dan Masyarakat Luas
2. Program Pelanggan
3. Program Lingkungan
Berikut ini adalah tabel mengenai area yang tepat untuk melakukan
Corporate Social Responsibility (CSR), sebagai berikut:
Tabel 1
Area dalam Melakukan Corporate Social Responsibility (CSR) bagi
Perusahaan
Aktivitas bisnis untuk memperbaiki
Prioritas bagi Keterlibatan CSR
kesejahteraan sosial masyarakat
Perusahaan terhadap Komunitas
Lingkungan
40
41
Ibid, hal.60-62
Ibid, hal. 47
36
1. Peningkatan ekonomi dan
1. Program pengembangan usaha
efisiensi.
kecil dan menengah (UKM).
2. Pelatihan serta peningkatan
2. Peduli terhadap karyawan usia
kemampuan pekerja.
lanjut.
3. Pembaruan dan pengembangan
lingkungan perusahaan.
4. Program
daur
3. Kesehatan dan kesejahteraan.
4. Perumahan.
ulang
dan
pengolahan sampah.
5. Konservasi
alam
dalam
pelestarian sumber air.
6. Peduli kesehatan dalam program
pendidikan kesehatan masyarakat.
7. Hubungan dengan pemerintah.
Melihat uraian-uraian di atas, maka dapat dilihat penerapan Corporate
Social Responsibility (CSR) adalah sebuah konsep tentang pengintegrasian
kepedulian terhadap masalah sosial dan lingkungan hidup pada bisnis perusahaan,
dan juga dapat menimbulkan dampak positif terhadap perusahaan maupun
masyarakat atau komunitas sekitar. Konsep Corporate Social Responsibility
(CSR) juga diimplementasikan dalam program dan kegiatan community relations
dengan melakukan kontribusi ke masyarakat.
Tingkatan kegiatan CSR dalam usaha memperbaiki kesejahteraan
masyarakat, yaitu:42
1. Kegiatan program CSR yang bersifat “charity”.
Bentuk kegiatan seperti ini ternyata dampaknya terhadap masyarakat hanyalah
“menyelesaikan masalah sesaat” hampir tidak ada dampak pada peningkatan
42
Website, http://goodesr.wordpress.com/about/tiga-tingkat-kegiatan-program-csr
37
kesejahteraan masyarakat, selain lebih mahal, dampak jangka panjang tidak
optimal untuk membentuk citra perusahaan, dari sisi biaya, promosi kegiatan
sama mahalnya dengan biaya publikasi kegiatan. Walaupun masih sangat
relevan, tetapi untuk kepentingan perusahaan dan masyarakat dalam jangka
panjang lebih dibutuhkan pendekatan CSR yang berorientasi pada peningkatan
produktifitas dan mendorong kemandirian masyarakat.
2. Kegiatan program CSR yang membantu usaha kecil secara parsial.
Saat ini makin banyak perusahaan yang menyadari pentingnya pendekatan
CSR yang berorientasi pada peningkatan produktifitas dan mendorong
kemandirian masyarakat, salah satu bentuk kegiatannya adalah membantu
usaha kecil,
memisahkan
tetapi bentuk kegiatan perkuatan tersebut masih parsial,
kegiatan
program
yang
bersifat
pendidikan,
ekonomi,
infrastruktur dan kesehatan. Walaupun lebih baik ternyata pada tingkat
masyarakat kegiatan ini tidak dapat diharapkan berkelanjutan, bahkan
cenderung meningkatkan kebergantungan masyarakat pada perusahaan,
sehingga efek pada pembentukan citra ataupun usaha untuk menggalang
kerjasama dengan masyarakat tidak didapat secara optimal.
3. Kegiatan program CSR yang berorientasi membangun daya saing masyarakat.
Program CSR akan memberi dampak ganda untuk perusahaan dan masyarakat
karena:
a. Dari awal dirancang untuk meningkatkan produktifitas (sebagai ukuran
daya saing) guna meningkatkan daya beli sehingga meningkatkan akses
pada pendidikan dan kesehatan jangka panjang. Untuk itu perlu diberikan
38
penekanan ada keberlanjutan penguatan ekonomi secara mandiri
(berjangka waktu yang jelas/mempunyai exit policy yang jelas).
b. Untuk memberikan ungkitan besar pada pendapatan masyarakat maka
kegiatan perkuatan dilakukan ada rumpun usaha spesifik yang saling
terkait dalam rantai nilai, setiap pelaku pada mata rantai nilai pada
dasarnya adalah organ ekonomi yang hidup, perkuatan dilakukan untuk
meningkatkan metabolisme (aliran barang, jasa, uang, informasi dan
pengetahuan) dalam sistem yang hidup tersebut yang pada gilirannya akan
meningkatkan performance setiap organ. Pendekatan CSR yang smart
adalah dengan mengambil peran sebagai fasilitatif-katalistik sehingga
kegiatan CSR lebih efesien memberikan dampak pada rumpun usaha
dalam satu rantai nilai.
c. Program pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur dirancang sinergis
dengan penguatan ekonomi sehingga mampu meningkatan indeks
pembangunan manusia pada tingkat lokal.
2.4.3
Manfaat Corporate Social Responsibility
Menurut Kotler dan Lee, Corporate Social Responsibility memiliki
beberapa manfaat sebagai berikut:43
1. Increased sales and market share (meningkatkan penjualan dan pangsa pasar)
2. Strengthened brand positioning (menguatkan penempatan merek dan benak
konsumen)
43
Philip Kotler and Nancy Lee, Corporate Social Responsibility: Doing The Most Good for Your
Company and Your Cause, John Willey &Sonso Inc., New Jersey, 2005, hal. 10-11
39
3. Enhanced corporate image and clout (meningkatkan citra perusahaan dan
pengaruh)
4. Increased ability to attract, motivate, and retain employees (meningkatkan
ketertarikan, motivasi, dan menguasai pegawai)
5. Decreasing operating cost (mengurangi biaya operasional)
6. Increased appeal to investors and financial analysts (meningkatkan minat
penanam saham dan penganalisa keuangan)
2.4.4
Faktor
Yang
Mempengaruhi
Implementasi
Corporate
Social
Responsibility (CSR)
Menurut Princes of Wales Foundation ada lima hal penting yang dapat
mempengaruhi implementasi Corporate Social Responsibility:
1.
Menyangkut Human Capital atau pemberdayaan manusia.
2.
Environments yang berbicara tentang lingkungan.
3.
Good Corporate Governance.
4.
Social
Cohesion,
artinya
dalam
melaksanakan
Corporate
Social
Responsibility jangan sampai menimbulkan kecemburuan sosial.
5.
Economic Strength atau memberdayakan lingkungan menuju kemandirian
di bidang ekonomi.
40
2.5
Community Relations
2.5.1 Definisi Community Relations
Istilah Community (komunitas) adalah kelompok masyarakat luas yang
berada di dalam dan di luar lingkungan organisasi baik di pusat ataupun disetiap
daerah-daerah operasi dan kantor cabang yang ada di Indonesia.44 .
Community Relations menurut Jefkins adalah komunitas sekitar lokasi
kegiatan organisasi, seperti pabrik, bengkel, atau kantor sebagai tetangga. Bila
diperlakukan dengan baik maka akan menjadi kawan dan bila diperlakukan
dengan buruk bisa menjadi lawan. Politik bertetangga tentu menjadi solusi untuk
menjaga agar tetangga organisasi itu baik atau menjadi kawan.45
Adapun definisi Community Relations yang dikemukakan oleh Jerold,
“Community Relations adalah peningkatan partisipasi dan posisi organisasi di
dalam sebuah komunitas melalui berbagai upaya untuk kemaslahatan bersama
bagi organisasi dan komunitas”.46
2.5.2 Manfaat Community Relations
Tabel 2
Manfaat Keterlibatan Komunitas Organisasi47
44
Rhenald Kasali, Public Relations Konsep dan Aplikasi di Indonesia, PT Pustaka Utama Grafik,
Jakarta, 2005, hal. 89
45
Yosal Iriantara, Commuity Relations, Konsep dan Aplikasinya, Simbiosa Rekatama Media,
Bandung, 2004, hal.24
46
Ibid, hal.20
47
Ibid, hal.70
41
Komunitas pada Organisasi
Organisasi pada Komunitas
1. Reputasi dan citra organisasi yang lebih
1. Peluang penciptaan kesempatan
kerja, pengalaman kerja dan
baik
pelatihan
2. ‘Lisensi untuk beroperasi’ secara sosial
2. Pendanaan investasi komunitas,
3. Memanfaatkan pengetahuan dan tenaga
kerja lokal
pengembangan infrastruktur
3. Keahlian komersial
4. Kompetensi teknis dan personal
4. Keamanan yang lebih besar
5. Infrastruktur dan lingkungan sosio-ekonomi
individual pekerja yang terlibat
5. Representatif bisnis sebagai juru
yang lebih baik
promosi bagi prakarsa-prakarsa
komunitas
6. Menarik dan menjaga personel berkaliber
tinggi untuk memiliki komitmen yang tinggi
7. Menarik tenaga kerja, pemasok, pemberi
Rogovsky menyusun sebuah tabel tentang manfaat keterlibatan komunitas
organisasi bisnis seperti tampak pada Tabel 1 diatas. Rogovsky juga menunjukkan
manfaat program ini sebagai berikut:48
1.
Manfaat bagi individu pegawai
a.
Belajar metode alternatif dalam berbisnis
b.
Menghadapi tantangan pengembangan dan bisa berprestasi dalam
lingkungan baru
c.
48
Ibid.
Mengembangkan ketrampilan yang ada dan ketrampilan yang baru
42
d.
Memperbaiki pengetahuan perusahaan atas komunitas lokal dan
memberi kontribusi bagi komunitas lokal.
e.
2.
Mendapatkan persepsi baru atas bisnis
Manfaat bagi organisasi penerima program
a.
Mendapatkan keahlian dan ketrampilan profesional yang tidak
dimiliki organisasi atau tak memiliki dana untuk mengadakannya
b.
Mendapatkan ketrampilan manajemen yang membawa pendekatan
yang segar dan kreatif dalam memecahkan masalah
c.
Memperoleh pengalaman dari organisasi besar sehingga melahirkan
pengelolaan organisasi seperti menjalankan bisnis
3.
Manfaat bagi perusahaan
a.
Memperkaya kapabilitas karyawan yang telah menyelesaikan tugas
bekerja bersama komunitas
b.
Peluang untuk menanamkan bantuan praktis pada komunitas
c.
Meningkatkan pengetahuan tentang komunitas lokal
d.
Meningkatkan citra dan profil perusahaan karena para karyawan
menjadi ‘duta besar’ bagi perusahaan.
43
2.6
Publik
2.6.1 Definisi Publik
Menurut Jefkins mendefinisikan “khalayak (public) adalah kelompok atau
orang-orang yang berkomunikasi dengan suatu organisasi, baik secara internal
maupun eksternal”. 49
Menurut Kasali, definisi public, internal dan eksternal adalah:
“Publik internal adalah publik yang berada di dalam perusahaan.
Misalnya: para karyawan, satpam, penerima telepon, supervisor, manajer,
para pemegang saham, dan sebagainya. Sedangkan publik eksternal
adalah mereka yang berkepentingan terhadap perusahaan dan berada di
luar perusahaan. Misalnya: penyalur, pemasok, bank, pemerintah,
komunitas dan pers”.50
Publik adalah sasaran utama Public Relations, dan publik juga dibagi
menjadi dua macam, yaitu:51
1.
Internal Public, yang terdiri dari orang-orang yang berada dalam lingkungan
organisasi atau badan usaha.
2.
External Public, yaitu orang-orang atau kelompok-kelompok orang yang
berada di luar organisasi, namun mempunyai kepentingan dan masalah dalam
hubungannya dengan organisasi tersebut.
2.6.2
Jenis-jenis Publik
Mengutip pernyataan dari buku How to Pass Public Relations third level,
bahwa terdapat delapan jenis public dari Public Relations, antara lain:
1.
49
Community (komunitas)
Frank Jefkins, Public Relations edisi kelima, Erlangga, Jakarta, 2004, hal. 80
Rhenald Kasali, Op. Cit., hal. 11
51
Soenarko Setiodarmodjo, Public Relations: Pengertian, Fungsi dan Peranannya, Papyrus,
Surabaya, hal. 9
50
44
2.
Potential Employee (pekerja yang berpotensi)
3.
Employees (pekerja)
4.
Supliers (pemasok)
5.
Money Market (pasar uang)
6.
Distributors (distributor)
7.
Consumer (konsumen)
8.
Opinion Leader (pemuka pendapat)
2.7
Enam Tahapan Model Perencanaan Program Public Relations (Six
Stages Public Relations Planning Program)
Gambar 4
Models of Public Relations Planning Program52
Situation analysis
Objectives(s)
Publics
Media
Budget
Evaluation
52
LCCI, Examinations Boards,How To Pass Public Relations, third level, United Kingdom, 1999,
hal. 121
45
Tahapan-tahapan dalam model perencanaan program Public Relations
adalah sebagai berikut:53
1.
Situation Analysis (Pengenalan situasi)
Pengenalan situasi merupakan tumpuan perencanaan logis. Artinya, segenap
prosedur penyusunan rencana harus didasarkan pada tujuan. Tentu saja,
keberhasilan akhir tidaklah ditentukan semata-mata oleh baik-tidaknya
perencanaan,
melainkan
juga
pada
keahlian
dan
efisiensi
proses
pelaksanaanya. Kunci pertama dalam menyusun suatu rencana secara logis
adalah pemahaman terhadap situasi yang ada. Hal ini bisa diperoleh dengan
mengajukan dan menjawab pertanyaan seperti berikut ini.
a.
Di mana posisi kita sekarang?
b.
Apa saja yang sudah diketahui dan yang tidak diketahui oleh masyarakat
tentang organisasi kita?
2.
c.
Apakah ada kesalahan dalam pandangan atau sikap mereka?
d.
Apakah ada kesalahpahaman antara organisasi ini dengan khalayaknya?
Objectives (Penetapan tujuan)
Setiap tujuan organisasi dalam pengertian yang luas akan jauh lebih mudah
dijangkau apabila usaha mencapainya juga disertai dengan kegiatan-kegiatan
Public Relations, baik itu yang dilakukan oleh unit atau departemen Public
Relations internal maupun oleh lembaga konsultasi Public Relations
eksternal.
53
M. Linggar Anggoro, Teori dan Profesi Kehumasan, PT Ikrar Mandiri Abadi, Jakarta, 2002, hal.
76
46
3.
Publics (Definisi khalayak)
Suatu organisasi harus mengenali dan membatasi khalayaknya. Sebesar
apapun suatu organisasi ia tidak mungkin menjangkau semua orang. Ia harus
menentukan sebagian diantara yang sekiranya paling sesuai atau yang paling
dibutuhkannya. Dengan jenis dan jumlah khalayak yang lebih terbatas, suatu
organisasi akan lebih efisien dalam menggarapnya, apalagi jika ini dikaitkan
dengan kelangkaan sumber daya.
4.
Media (Pemilihan media dan teknik-teknik Public Relations)
Media dan teknik Public Relations itu sendiri sangat bervariasi. Terdapat
beberapa jenis-jenis media diantaranya:
a. Media pers (press)
b. Audio-visual
c. Radio
d. Televisi
e. Pameran (exhibition)
f. Bahan-bahan cetakan (printed material)
g. Penerbitan buku khusus (sponsored books)
h. Surat langsung (direct mail)
i. Pesan-pesan lisan (spoken word)
j. Pemberian sponsor (sponsorship)
k. Jurnal organisasi (house journals)
l. Ciri khas (house style)
m. Bentuk-bentuk media Public Relations lainnya
47
5.
Budget (Pengaturan anggaran)
Para perencana media Public Relations harus memperhitungkan media mana
yang harus digunakan untuk menjangkau khalayak yang telah dipilih,
tentunya sesuai dengan keterbatasan anggaran yang ada. Anggaran tersebut
terkadang dijadikan faktor kelima dalam model perencanaan Public
Relations, tetapi juga tidak jarang hal itu dipisahkan dan ditentukan lebih
dahulu sebelum keseluruhan proses perencanaan dimulai.
6.
Evaluation (Pengukuran hasil kerja kegiatan Public Relations)
Apabila anggaran dapat dipandang sebagai faktor kelima dari model
perencanaan Public Relations maka pengukuran hasil merupakan faktor
keenam. Ada tiga hal terpenting berkenaan dengan pengukuran hasil ini:
a. Teknik-teknik yang digunakan untuk mengenali situasi sering kali juga
dimanfaatkan guna mengevaluasi berbagai hasil yang telah dicapai dari
segenap kegiatan-kegiatan Public Relations yang telah dilaksanakan.
Metode pengumpulan pendapat atau uji sikap (attitude test) merupakan
dua metode yang paling lazim digunakan.
b. Metode-metode evaluasi hasil biasanya diterapkan pada tahapan
perencanaan. Namun bila perlu, penyesuaian bisa pula dilakukan selama
berlangsungnya proses pelaksanaan dari program Public Relations yang
bersangkutan.
c. Setiap program Public Relations harus memiliki tujuan yang pasti. Untuk
itu pertama-tama perlu ditetapkan target-target tertentu. Target ini pada
gilirannya akan dapat digunakan sebagai tolok perbandingan atas hasil riil
48
yang telah dicapai. Unsur lain yang bisa digunakan sebagai tolok ukur
adalah liputan oleh media massa. Sikap media massa yang lebih simpatik
terhadap suatu organisasi bisa pula dipandang sebagai salah satu bukti
keberhasilan atas segenap kegiatan Public Relations yang telah
dilaksanakan oleh organisasi itu.
Download