BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Strategis Perusahaan

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.
Manajemen Strategis
Perusahaan-perusahaan yang berada di dalam era persaingan yang semakin lama semakin
sengit dewasa ini, memerlukan fungsi manajemen strategis untuk mengarahkan gerak
perusahaan. Mengacu pada tugas pokok manajemen strategis menurut Pearce dan Robinson
(2008:5), didefinisikan bahwa manajemen strategis sebagai satu set keputusan dan tindakan yang
menghasilkan formulasi dan implementasi rencana yang dirancang untuk meraih tujuan suatu
perusahaan. Manajemen strategis terdiri atas sembilan tugas penting yaitu:
1) merumuskan misi perusahaan, termasuk pernyataan yang luas mengenai maksud,
filosofi dan sasaran perusahaan.
2) mengembangkan suatu analisis yang mencerminkan kondisi kapabilitas internal
perusahaan.
3) menilai lingkungan eksternal perusahaan, termasuk faktor persaingan dan konstektual
umum lainnya.
4) menganalisis pilihan pilihan yang dimiliki oleh perusahaan dengan cara
menyesuaikan sumber dayanya dengan lingkungan eksternal.
5) mengidentifikasi pilihan paling menguntungkan dengan cara mengevaluasi setiap
pilihan berdasarkan misi perusahaan.
6) memilih satu set tujuan jangka panjang dan strategi umum (grand strategy) yang akan
menghasilkan pilihan paling menguntungkan tersebut.
7) mengembangkan tujuan tahunan dan strategi jangka pendek yang sesuai dengan
tujuan jangka panjang dan strategi utama yang telah ditentukan.
8) mengimplementasikan strategi yang telah dipilih melalui alokasi sumber daya yang
dianggarkan, di mana penyesuaian antara tugas kerja, manusia, struktur, teknologi
dan sistem penghargaan.
9) mengevaluasi keberhasilan proses strategi sebagai masukan pengambilan keputusan
dimasa mendatang.
Manajemen strategis meliputi formulasi, implementasi, pengendalian dan evaluasi atas
keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan perusahaaan yang berkaitan dengan strategi. Jadi
strategi dapat diartikan oleh para manajer sebagai rencana mereka yang berskala besar dan
berorientasi pada masa depan untuk berinteraksi dengan lingkungan persaingan guna mencapai
tujuan perusahaan. Apabila dikaitkan dengan perusahaan, maka strategi adalah rencana suatu
perusahaan, meskipun rencana ini tidak secara persis merinci semua pemanfaatan SDM,
keuangan, dan bahan dimasa depan. Strategi memberi kerangka untuk keputusan-keputusan
manajerial.
2.2.
Visi dan Misi Perusahaan
Hal pertama yang menjadi perhatian dalam proses manajemen strategis adalah visi dan
misi perusahaan. Suyanto (2007:11) menyatakan bahwa visi adalah tujuan unik perusahaan yang
membedakan perusahaan tersebut dengan perusahaan lain yang sejenis dan mengidentifikasikan
cakupan umum yang luas dan bersifat tahan lama tentang keinginan atau tujuan perusahaan. Visi
kemudian dijabarkan lebih lanjut melalui misi. Misi akan menjelaskan konsumen atau pasar
mana yang dilayani oleh perusahaan serta produk atau layanan apa saja yang diberikan oleh
perusahaan untuk melayani pasar sasarannya itu (Box,2010).
Menurut Suwarsono (2008),
pernyataan misi setidaknya mencakup komponen-komponen sebagai berikut :
1) Komponen pokok, meliputi :
a) Spesifikasi kebutuhan konsumen yang hendak dipuaskan oleh perusahaan dalam
bentuk riilnya berupa barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan
b) Spesifikasi segmen pasar yang dituju sebagai kelompok sasaran dan wilayah
pemasaran yang hendak dijangkau
c) Spesifikasi teknologi dan fungsi manajerial yang dipergunakan untuk memenuhi
kebutuhan konsumen
2) Komponen pelengkap, meliputi :
a) Komitmen untuk bertahan hidup, pertumbuhan dan laba
b) Perumusan falsafah perusahaan
c) Konsep jati diri
d) Citra perusahaan yang diinginkan
e) Komitmen terhadap karyawan
f) Tanggung jawab sosial terhadap masyarakat
2.3.
Pemahaman Lingkungan Perusahaan
Lingkungan perusahan terdiri dari lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Faktor
lingkungan eksternal memberikan memberikan sejumlah peluang dan ancaman bagi perusahaan,
sementara faktor lingkungan internal memberikan sejumlah kekuatan dan kelemahan bagi
perusahaan. Faktor lingkungan eksternal dan internal ini perlu dimonitor agar perusahaan
mendapatkan input yang berguna dalam proses penyusunan strategi (Lim et al, 1996).
Hasil studi literatur menunjukkan bahwa keadaan lingkungan mempengaruhi strategi
yang akan diadopsi perusahaan (Lotayif, 2010). Sejumlah hasil penelitian menunjukkan bahwa
faktor lingkungan eksternal dan internal memiliki hubungan signifikan dengan kinerja
perusahaan (Wood, 2006). Oleh karenanya, perusahaan perlu memahami kondisi lingkungannya,
baik lingkungan eksternal maupun internal.
2.3.1
Lingkungan Eksternal
Lingkungan eksternal akan mempengaruhi pilihan arah dan tindakan suatu perusahaan,
dan akhirnya struktur organisasi perusahaan tersebut. Lingkungan eksternal bisa secara cepat
berubah yang mana perubahan ini bisa menghadirkan menjadi peluang bagi sejumlah perusahaan
dan menjadi ancaman bagi perusahaan lainnya (Tadepalli and Avila,1999). Murray (1988)
menyatakan bahwa lingkungan eksternal akan banyak mempengaruhi strategi yang diadopsi
perusahaan dalam upaya untuk mendapatkan keunggulan kompetitif. Lingkungan eksternal
terdiri atas tiga sub katagori yang saling berkaitan yaitu faktor-faktor dalam lingkungan jauh
(remote), faktor-faktor dalam lingkungan industri dan faktor - faktor dalam lingkungan
operasional (Pierce dan Robinson, 2008:112). Penjelasan dari ketiga faktor tersebut adalah
sebagai berikut:
1) Lingkungan jauh
Lingkungan jauh terdiri dari faktor-faktor yang bersumber dari luar dan tidak
berhubungan dengan situasi operasional suatu perusahaan tertentu seperti ekonomi, sosial
budaya, politik, teknologi dan hukum. Perubahan yang sering terjadi pada lingkungan akan
akan menimbulkan peluang dan ancaman.
a. Faktor Ekonomi.
Faktor ekonomi berkaitan dengan sifat dan arah sistem ekonomi tempat suatu perusahaan
beroperasi baik ekonomi nasional maupun internasional. Perencanaan strategi setiap
perusahaan harus mempertimbangkan kecenderungan ekonomi datam segmen pasar yang
mempengaruhi industrinya.
b. Faktor Sosial Budaya.
Faktor sosial budaya tampak pada bentuk interaksi yang terjadi antara perusahaan dengan
aneka ragam kelompok masyarakat yang dilayaninya. Berbagai faktor ada di dalamnya
seperti keyakinan, sistem nilai yang dianut, sikap, opini dan bahkan gaya hidup. Para anggota
masyarakat dalam berinteraksi dengan perusahaan sering tidak konsisten dalam perilakunya
sebagai akibat kondisi keagamaan, pendidikan, kultur, moral, etika yang mengalami
pergeseran.
c. Faktor Politik dan Hukum.
Arah dan stabilitas politik merupakan pertimbangan utama bagi pengusaha dalam
memformulasikan strategi perusahaan. Faktor-faktor politik mendefinisikan parameterparameter dan pengaturan perusahaan bagaimana harus beroperasi. Kendala-kendala politik
diperlakukan terhadap perusahaan melalui keputusan perdagangan yang wajar, program
perpajakan, perundangan gaji minimum, kebijakan polusi, harga dan tindakan lain yang
bertujuan untuk melindungi karyawan, konsumen dan masyarakat umum.
d. Faktor Teknologi.
Untuk menghindari keusangan dan meningkatkan inovasi, perusahaan harus sadar
mengenai perubahan teknologi yang dapat mempengaruhi industrinya. Adaptasi teknologi
yang kreatif dapat mengusulkan kemungkinan untuk produk baru, untuk perbaikan produk
yang sudah ada, atau dalam teknik pemasaran.
e. Faktor Ekologi.
Hubungan timbal balik antara usaha dan masyarakat, yang menyangkut hubungan antara
manusia dan mahiuk hidup lain, termasuk juga udara, tanah serta air yang menyokongnya.
2) Lingkungan Industri
Sifat dan derajat persaingan dalam suatu industri bergantung pada lima kekuatan atau faktor.
Porter (dalam Pearce dan Robinson, 2008) membagi lima kekuatan persaingan yaitu :
a. Ancaman pendatang baru
Pendatang baru ke suatu industri membawa masuk kapasitas baru, keinginan untuk
merebut bagian pasar (market share), dan seringkali sumber daya yang cukup besar.
Besarnya ancaman masuk dalam industri tergantung pada rintangan masuk yang ada, dengan
reaksi dari para pesaing yang sudah ada menurut perkiraan calon pendatang baru. Hambatan
masuk yang tinggi dan jika calon pendatang baru memperkirakan akan menghadapi
perlawanan keras dari peserta persaingan yang sudah ada, pendatang baru ini jelas tidak
merupakan ancaman yang serius.
b. Kekuatan tawar menawar pemasok.
Pemasok dapat menggunakan kekuatan tawar menawar terhadap para peserta industri
dalam mengancam akan menaikkan harga atau menukarkan mutu produk atau jasa yang
dibeli. Pemasok yang kuat dapat menekan kemampulabaan industri yang tidak mampu
mengimbangi kenaikan harganya.
c. Persaingan diantara industri yang ada.
Persaingan di kalangan anggota industri terjadi bila mereka berebut posisi dengan
menggunakan taktik seperti persaingan harga, pengenalan produk, dan perang iklan. Adanya
persaingan yang sengit bisa menyebabkan turunnya profitabilitas organisasi. Schafer et al.
(2005) menemukan bahwa persaingan berkorelasi negatif dengan profitabilitas. Metts (2007)
juga mengemukakan hal yang kurang lebih sama yaitu ketatnya persaingan dalam lingkungan
industri akan berpengaruh negatif terhadap kinerja organisasi.
d. Kekuatan tawar menawar pembeli.
Pembeli menekan industri dengan cara memaksa harga turun, tawar menawar untuk mutu
yang lebih tinggi dan pelayanan yang lebih baik serta berperan sebagai pesaing satu sama
lain, dengan mengorbankan kemampulabaan industri. Kekuatan dari tiap-tiap kelompok
pembeli tergantung pada situasi pasarnya dan relatif pada kepentingan pembelinya dan
industri yang bersangkutan dibandingkan dengan keseluruhan bisnis pembeli tersebut.
e. Ancaman produk substitusi.
Perusahaan dalam suatu industri bersaing dalam arti luas, dengan industri yang
menghasilkan produk pengganti. Produk pengganti membatasi laba potensial dan industri
dengan menetapkan harga jual (ceiling price) yang dapat diberikan oleh perusahaan. Makin
menarik harga yang diberikan, maka makin ketat pembatasan laba industri.
Kelima hal di atas merupakan lima kekuatan dalam sebuah industri yang oleh Porter
digambarkan sebagai berikut:
Ancaman Masuknya
Pendatang Baru
Pesaing Industri
Kekuatan Tawar
Kekuatan Tawar
Persaingan diantara
Menawar Pemasok
Menawar Pembeli
perusahaan yang ada
Ancaman Produk
Pengganti
Gambar 2.1 Kekuatan Persaingan Porter
Sumber : Pearce dan Robinson (2008: 125)
Setelah kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi persaingan dalam industri serta sebab
pokoknya didiagnosis, perusahaan berada dalam posisi untuk mengenali kekuatan dan
kelemahan secara relatif terhadap industri.
3) Lingkungan operasional.
Lingkungan operasional terdiri dan faktor-faktor dalam persaingan yang mempengaruhi
suksesnya perusahaan dalam memanfaatkan sumber dayanya dan memasarkan produknya.
Beberapa faktor penting tersebut adalah posisi bersaing perusahaan, komposisi / profile
konsumen, reputasi konsumen, reputasi perusahaan terhadap pemasok dan kreditur serta
kemampuan perusahaan untuk menarik serta memelihara karyawannya. Faktor-faktor dalam
lingkungan operasional Iebih berpengaruh langsung terhadap perusahaan daripada
lingkungan jauh (remote environment). Oleh sebab itu, apabila terjadi perubahan pada
tingkatan ini, perusahaan hanya bereaksi secara relatif karena jauh diluar kontrol. Terhadap
faktor-faktor yang ada pada lingkungan operasional diharapkan perusahaan dapat bertindak
secara tepat dan positif (Pearce dan Robinson, 2008).
2.3.2. Lingkungan Internal
Pemahaman kondisi lingkungan internal adalah faktor penting dalam penyusunan strategi
yang efektif. Perumusan strategi perusahaan juga harus mempertimbangkan faktor internal yaitu
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan. Kekuatan dan kelemahan perusahaan
dapat diketahui dengan melihat fungsi pokok teknikal yang dilakukan oleh manajemen dalam
membangun perusahaan yaitu sejak dari fungsi perencanaan, implementasi dan pengendalian
pada berbagai jenis manajemen fungsional yaitu : pemasaran, sumber daya manusia, keuangan
dan operasi (Suwarsono, 2008:134)
Perusahaan dapat mengenal lebih jauh beberapa kekuatan dan kelemahan dalam dirinya
dengan melakukan analisis lingkungan internal. Perusahaan yang melakukan analisis ini, dapat
mengetahui apa yang menjadi kompetensinya yang mana dari kompetensi ini dapat
menghasilkan keunggulan kompetitif bagi perusahaan tersebut (Juttner and Wherli, 1994).
Setiap perusahaan perlu mempunyai sumber daya dan kemampuan khusus yang tidak dimiliki
perusahan lain.
Pearce dan Robinson (2008:215) mengarahkan keunggulan strategis perusahaan pada
pemahaman tentang pandangan berbasis sumber daya. Pandangan yang mendasari adalah bahwa
setiap perusahaan berbeda secara fundamental karena setiap perusahaan memiliki sumber daya
yang unik yang berupa:
1) Aset berwujud
Merupakan sumber daya yang mudah diidentifikasi dam sering ditemukan pada laporan
neraca perusahaan. Aset berwujud meliputi aktiva perusahaan yang dapat dilihat, disentuh
ataupun dihitung.
2) Aset tidak berwujud
Merupakan sumber daya tidak berwujud yang meliputi hak properti intelektual seperti
hak paten, merek dagang dan hak cipta hingga sumber daya manusia dalam kaitannya
sebagai
bagian
dan
masyarakat
dan
subyektif
seperti
jaringan kerja, budaya organisasi dan reputasi perusahaan.
3) Kapabilitas organisasi
Kapabilitas perusahaan adalah kapasitas perusahaan dalam menggunakan sumber daya
yang terintegrasi untuk mencapai apa yang diharapkan. Sejumlah pengetahuan manusia dan
modal merupakan kemampuan perusahaan yang paling signifikan dan akar dari segala
keunggulan bersaing. Pengetahuan manusia dipandang sebagai penjumlahan segala sesuatu
yang diketahui setiap orang dalam perusahaan yang memberikan perusahaan kemampuan
bersaing dalam pasar.
2.4.
Konsep Strategi
Strategi menjadi penting dibicarakan terkait hubungannya dengan upaya pencapaian
tujuan perusahaan. Chandler pada tahun 1962 (dalam Rangkuti, 2008:3) mengemukakan
pengertian strategi sebagai alat untuk mencapai tujuan perusahaan, dalam kaitannya dengan
tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya. Sementara
menurut Pearce dan Robinson (2008: 6), strategi adalah rencana berskala besar dengan orientasi
masa depan guna berinteraksi dengan kondisi persaingan untuk mencapai tujuan perusahaan.
Definisi strategi yang telah dikemukakan tersebut memberikan pemahaman bahwa
strategi merupakan sebuah alat untuk mencapai tujuan perusahaan, dalam hal ini yaitu
mewujudkan visi dan misinya. Strategi merupakan alat yang digunakan perusahaan untuk
merespon peluang dan ancaman yang berasal dari lingkungan eksternalnya dengan mengunakan
kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya untuk dapat menyusun tindakan melalui kebijakankebijakan perusahaan baik jangka panjang maupun jangka pendek. Strategi menjadi alat yang
digunakan perusahaan untuk memperoleh keunggulan kompetitif (Hax, 1990).
Perencanaan strategi selalu dimulai dengan “apa yang dapat terjadi”, bukan dimulai
dengan “apa yang terjadi” dalam lingkungan perusahaan. Terjadinya kecepatan inovasi pasar
baru dan perubahan pola konsumen di sisi lain menuntut perusahaan untuk merespon perubahan
tersebut dan menyiapkan kompetensi inti (Core Competencies) yang dimilikinya.
2.5.
Tingkatan Strategi
Strategi dalam suatu perusahaan terbagi atas tiga tingkat strategi yaitu: korporat, unit
bisnis dan fungsional (Siagian, 2000 : 21). Strategi dibutuhkan oleh perusahaan secara
keseluruhan mulai dari tingkatan korporat sampai dengan fungsional. Ketiga tingkat strategi
tersebut biasanya dipakai oleh perusahaan besar yang memiliki lebih dari satu unit bisnis.
Perusahaan dalam menyusun ketiga macam strategi ini perlu memperhatikan konsistensi antara
ketiganya. Strategi bisnis harus konsisten dengan strategi korporat, sementara strategi fungsional
harus konsisten dengan strategi bisnis (Hrebiniak, 1990).
Penjelasan mengenai tiap tingkatan strategi adalah sebagai berikut :
1) Strategi tingkat korporat (Corporate Strategy)
Penyusun strategi di tingkat korporat biasanya terdiri atas dewan direksi dan eksekutif
kepala, Mereka bertanggung jawab atas kinerja keuangan perusahaan dan atas pencapaian
tujuan-tujuan bukan keuangan, seperti memperkuat citra perusahaan dan memenuhi tanggung
jawab sosial perusahaan.
Andrews dalam Rangkuti (2008 : 10) menyatakan strategi korporat sebagai strategi yang
disusun dalam suatu bisnis, dimana perusahaan akan bersaing dengan cara mengubah
distinctive competence menjadi competitive competence. Masalah yang krusial pada tingkat
korporat ini adalah menentukan bisnis apa yang akan dikembangkan, bisnis apa yang
dipertahankan dan bisnis apa yang dilepaskan. Strategi pada tingkat korporat ini adalah
landasan penyusunan strategi di tingkat-tingkat yang lebih rendah (strategi bisnis dan strategi
fungsional).
2) Strategi di tingkat unit bisnis (Business Strategy)
Penyusun strategi pada tingkat unit bisnis biasanya terdiri dari manajer unit bisnis dan
korporat. Para manajer harus menerjemahkan rumusan arah dan keinginan yang dihasilkan di
tingkat korporat ke dalam sasaran dan strategi yang kongkrit untuk masing-masing divisi
usaha. Para manajer akan menentukan bagaimana perusahaan akan bersaing dalam pasar
tertentu.
Strategi pada tingkat unit bisnis lebih diarahkan pada pengelolaan kegiatan dan operasi
unit bisnis tertentu. Gagasan intinya adalah bagaimana unit bisnis perusahaan bersaing
dalam pasarnya, produk atau jasa apa yang ditawarkan, konsumen mana yang dilayani dan
bagaimana mendistribusikan sumber daya dalam unit bisnis tersebut. Strategi umum (generic
strategy) adalah istilah umum dari gagasan inti tersebut. Skema yang dikembangkan oleh
Michael Porter menunjukkan bahwa usaha perusahaan untuk mencari keunggulan kompetitif
Jangkauan Bersaing
bisa didasarkan pada salah satu dari tiga strategi umum (Gambar 2.2)
Target Luas
Target Sempit
Biaya Rendah
Diferensiasi
Kepemimpinan
Biaya
Diferensiasi
Fokus
Gambar 2.2 Strategi Bersaing dari Porter
Sumber : Hunger and Wheelen, 2003: 247
Michael Porter (dalam Pearce dan Robinson, 2008, 256) menyatakan terdapat tiga
strategi umum (generic strategy) yang dapat dipilih dalam strategi pada tingkat unit bisnis
yaitu :
a. Diferensiasi
Strategi diferensiasi pada dasarnya mengambil pelanggan sebagai titik perhatian
utama. Strategi ini menitikberatkan pada pembangunan persepsi pembeli akan
keunggulan kualitas, desain produk, teknologi, jaringan distribusi, image, bahan atau
pelayanan. Perusahaan dapat menaikkan harga setinggi mungkin, tapi di sisi lainnya
harus menciptakan produk yang bagi konsumen tampak berbeda dibandingkan produk
pesaing. Perbedaan atau ciri khas dari produk inilah yang akan dibayar mahal dan
menjadi suatu persepsi tersendiri bagi pembeli.
b. Kepemimpinan biaya menyeluruh (low cost)
Strategi ini lebih memperhitungkan pesaing daripada pelanggan. Perusahaan yang
menerapkan strategi ini memfokuskan pada harga jual yang lebih murah kepada
pembeli. Perusahaan melakukan hal tersebut dengan cara membuat rendah biaya
produksi. Strategi ini menghindarkan perusahaan dari pengeluaran yang besar pada
R&D dan biaya promosi. Kadang-kadang mereka lebih pada meniru model produk
yang sudah dikembangkan perusahaan lain dengan tujuan mengurangi biaya risetnya.
c. Fokus
Strategi ini dipakai oleh bisnis yang ingin menghindarkan diri dari konfrontasi
langsung dengan para pesaingnya dengan cara berkonsentrasi pada pangsa pasar yang
lebih kecil (niche). Prinsip dasarnya adalah strategi kepemimpinan biaya (low cost)
atau diferensiasi untuk melayani pasar sasaran lebih baik daripada pesaing.
3) Strategi tingkat fungsional (Functional Strategy)
Penyusun strategi pada tingkat ini terdiri atas manajer – manajer produk wilayah dan
fungsional. Mereka menyusun sasaran tahunan dan strategi jangka pendek di bidang – bidang
seperti produksi, riset dan pengembangan, keuangan, pemasaran dan hubungan karyawan.
Tanggung jawab mereka adalah mengimplementasikan rencana strategi perusahaan.
Strategi fungsional merupakan strategi dalam kerangka fungsi-fungsi manajemen yang
terdiri atas fungsi manajemen produksi atau operasi, fungsi manajemen pemasaran, fungsi
manajemen keuangan dan fungsi manajemen sumber daya manusia. Strategi pada tingkat ini
lebih bersifat operasional karena akan langsung diimplementasikan oleh fungsi-fungsi
manajemen.
2.6.
Proses Perencanaan Strategis
Kotler dan Amstrong (2007) memberikan definisi perencanaan strategis sebagai proses
untuk mengembangkan strategi yang cocok antara tujuan serta kemampuan organisasi dan
peluang pemasaran yang berubah-ubah. Proses perencanaan strategis mencakup di dalamnya
analisis lingkungan eksternal untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman serta analisis
lingkungan internal untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan perusahaan (Dincer et al,
2006). Proses perencanaan strategis akan membuat perusahaan mampu menyesuaikan
kompetensi internalnya dengan perubahan kondisi lingkungan eksternalnya (Johnston, 2008).
Menentukan strategi dilakukan melalui tiga tahap pelaksanaan sebagai berikut :
TAHAP 1
PENGUMPULAN DATA
TAHAP 2
ANALISIS
TAHAP 3
PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
Gambar 2.3 Kerangka Formulasi Strategi
Sumber : Rangkuti (2008)
1) Tahap pengumpulan data
Tahap ini merupakan kegiatan pengumpulan dan pengklasifikasian data baik data
eksternal maupun data internal. Data eksternal diperoleh dari lingkungan luar perusahaan
seperti analisis pasar, analisis kompetitor dan analisis pemasok. Data internal diperoleh di
dalam perusahaan itu sendiri seperti laporan kegiatan pemasaran, laporan kegiatan SDM dan
laporan keuangan. Pengamatan lingkungan adalah tahap awal bagi perumusan strategi yang
mampu merespon perubahan keadaan lingkungan (Analoui and Karami, 2001).
2) Tahap analisis
Setelah pengumpulan semua informasi yang berpengaruh terhadap kelangsungan
perusahaan, tahap selanjutnya adalah memasukkan semua informasi tersebut dalam analisis
perencanaan strategis. Alat analisis yang dapat digunakan diantaranya adalah:
a. Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threath)
b. Matrik BCG (Boston Consulting Group)
c. Matrik GE (General Electric)
d. Matrik IE (Internal External)
3) Tahap pengambilan keputusan
Setelah melewati tahap analisis, selanjutnya akan diambil sebuah keputusan yaitu berupa
perumusan sebuah strategi dengan melihat posisi perusahaan yang diidentifikasi dari hasil
analisis faktor-faktor eksternal dan internal.
2.7.
Matrik Internal –Eksternal (IE)
Matrik Internal - Eksternal dikembangkan karena adanya ketidakpuasan terhadap
pendekatan matrik BCG (Boston Consulting Group) yang hanya didasarkan pada dua faktor
yaitu pangsa pasar relatif dan pertumbuhan pasar. Matrik Internal–Eksternal, suatu pendekatan
multifaktor, kemudian dikembangkan mengatasi keterbatasan dan memberikan pendekatan yang
lebih fleksibel. Tujuan penggunaan matrik ini adalah untuk memperoleh strategi di tingkat
korporat (strategi perusahaan) yang lebih detail.
Matrik Internal Eksternal terdiri dari IFAS dan EFAS dimana IFAS (Internal Factors
Analysis Summary) merupakan analisis faktor-faktor internal yang terdiri dari kekuatan
(strength) serta kelemahan (weakness) dan EFAS (External Factors Analysis Summary)
merupakan analisis faktor-faktor eksternal yang terdiri dari peluang (opportunity) serta ancaman
(threat). Berikut adalah langkah-langkah dalam menyusun matrik Internal Eksternal.
1) Melakukan Evaluasi Faktor Eksternal (External Factor Evaluation /EFE)
Metode EFE digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal perusahaan. Data yang
dikumpulkan adalah yang berkaitan dengan peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan,
antara lain : faktor ekonomi, sosial budaya, hukum, teknologi, persaingan di industri dimana
perusahaan berada dan data eksternal relevan lainnya.
Tabel 2.1
External Factors Analysis Summary (EFAS)
Faktor Faktor Strategi Eksternal
Bobot Rating Bobot x Rating Komentar
Peluang
Ancaman
Total
Sumber : Rangkuti (2008)
2) Melakukan Evaluasi Faktor Internal (Internal Factor Evaluation /IFE)
Metode IFE digunakan untuk mengetahui faktor-faktor internal perusahaan yang
berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap penting. Data dan informasi
perusahaan dapat digali dan beberapa fungsional perusahaan, misalnya dan aspek manajemen,
keuangan, SDM, pemasaran, sistem infomasi dan produksi.
Tabel 2.2
Internal Factors Analysis Summary (IFAS)
Faktor-faktor Strategi Internal
Bobot Rating Bobot x Rating Komentar
Kekuatan
Kelemahan
.
Total
Sumber : Rangkuti (2008)
3) Matrik Internal - Eksternal (IE)
Parameter yang digunakan yaitu lingkungan kekuatan internal perusahaan dan pengaruh
eksternal yang dihadapi perusahaan. Matrik IE bermanfaat untuk memposisikan suatu
perusahaan ke dalam matrik yang terdiri 9 sel. Matrik IE terdiri atas dua dimensi yaitu total skor
dari IFE pada sumbu X dan total skor dari EFE matrik pada sumbu Y.
Faktor Internal (IFE)
Sedang
Kuat
4
Lemah
3
2
1
3
1
al (EFE)
Kuat
2
Penciutan
Pertumbuhan
Turn Around
Pertumbuhan
Konsentrasi melalui
Konsentrasi melalui
Integrasi Horizontal
Integrasi vertikal
3
5
Sedang
4
Pertumbuhan
6
Konsentrasi melalui
Penciutan
Integrasi Horizontal
Divestasi
Stabilitas
Hati-Hati
Stabilitas, Hati-Hati
2
Lemah
7
8
9
Pertumbuhan
Pertumbuhan
Likuidasi
Diversifikasi
Diversifikasi
Bangkrut atau
Konsentrik
Konglomerat
Likuidasi
1
.
Gambar 2.4 Matrik Internal Eksternal
Sumber : Rangkuti (2008:42)
Gambar 2.4 dapat mengidentifikasi sembilan sel strategi perusahaan, tetapi pada
prinsipnya kesembilan sel itu dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi utama, yaitu:
1. Tumbuh dan Bina, yaitu sel 1, 2, dan 4. Strategi yang digunakan adalah strategi intensif.
Dalam strategi ini tindakan yang dapat dilakukan adalah penetrasi pasar, yaitu mencari
pangsa pasar yang lebih besar untuk produk atau jasa yang sudah ada sekarang, lewat usaha
pemasaran yang lebih gencar. Atau melakukan pengembangan pasar dalam pengertian
memperkenalkan produk atau jasa yang sudah ada ke wilayah geografis baru.
2. Pertahankan dan pelihara yaitu sel 3, 5 dan 7. Tindakan yang dapat diambil dalam strategi ini
adalah melakukan penetrasi pasar dan pengembangan produk
3. Panen atau divestasi, yang termasuk dalam strategi ini adalah sel 6, 8 dan 9. Tindakan yang
dapat ditempuh dalam strategi panen atau divestasi ini adalah menjual suatu bagian atau
seluruhnya dari suatu perusahaan
Secara lebih detail tindakan dari kesembilan sel strategi tersebut di atas dijelaskan pada bagian
berikut ini:
1. Strategi pertumbuhan (Growth Strategy)
Strategi ini adalah usaha untuk mendesain pertumbuhan, baik dalam penjualan, aset,
keuntungan atau kombinasi dari ketiganya. Hal ini dapat dicapai dengan cara menurunkan
harga, mengembangkan produk baru, menambah kualitas produk atau jasa atau
meningkatkan akses ke pasar yang lebih luas. Usaha yang dapat dilakukan adalah dengan
cara meminimalkan biaya sehingga dapat meningkatkan keuntungan. Cara ini merupakan
strategi terpenting apabila kondisi perusahaan berada dalam pertumbuhan cepat dan terdapat
kecenderungan pesaing untuk melakukan perang harga.
2. Strategi pertumbuhan melalui konsentrasi dan diversifikasi
Dua strategi dasar pertumbuhan pada tingkat korporat yaitu konsentrasi pada satu industri
atau diversifikasi ke industri lain. Perusahaan bila memilih strategi konsentrasi, akan dapat
tumbuh melalui integrasi vertikal maupun horizontal, baik secara internal melalui sumber
dayanya sendiri atau secara eksternal dengan menggunakan sumber daya dari luar.
Perusahaan bila memilih strategi diversifikasi, akan dapat tumbuh melalui konsentrasi atau
diversifikasi konglomerat, baik secara internal melalui pengembangan produk baru atau
eksternal melalui akuisisi.
3. Konsentrasi melalui integrasi vertikal (Sel 1)
Pertumbuhan melalui konsentrasi dapat dicapai baik melalui integrasi vertikal dengan
cara backward integration (mengambil alih fungsi supplier) atau dengan cara forward
integration (mengambil alih fungsi distributor). Hal ini merupakan strategi utama untuk
perusahaan yang memiliki posisi kompetitif pasar yang kuat (high market share) dalam
industri yang berdaya tarik tinggi. Perusahaan harus melakukan upaya meminimalkan biaya
dan operasi yang tidak efisien untuk dapat meningkatkan kekuatan bisnisnya,
4. Konsentrasi melalui integrasi horizontal (Sel 2 dan 5)
Strategi pertumbuhan melalui integrasi horizontal adalah suatu kegiatan untuk
memperluas perusahaan dengan cara membangun di lokasi lain dan meningkatkan jenis
produk serta jasa. Jika perusahaan tersebut berada dalam industri yang sangat menarik (sel
2), tujuannya adalah untuk meningkatkan penjualan dan keuntungan. Sementara jika
perusahaan ini berada dalam moderate attractive industry, strategi yang diterapkan adalah
konsolidasi (sel 5). Tujuannya adalah untuk menghindari kehilangan penjualan dan
kehilangan keuntungan
5. Diversifikasi konsentris (sel 7)
Strategi pertahankan dan pelihara melalui diversifikasi konsetris umumnya dilakukan
oleh perusahaan dengan posisi kompetitif sangat kuat tetapi nilai daya tarik pasar rendah.
Perusahaan tersebut berusaha memanfaatkan kekuatannya untuk membuat produk baru
secara efisien karena perusahaan sudah memiliki kemampuan produksi dan pemasaran yang
baik. Prinsipnya adalah menciptakan sinergi dengan harapan bahwa dua bisnis secara
bersama dapat menciptakan lebih banyak keuntungan daripada jika melakukannya sendirisendiri.
6. Diversifikasi konglomerat (Sel 8)
Strategi pertahankan dan pelihara melalui kegiatan bisnis yang tidak saling berhubungan
dapat dilakukan jika perusahaan memiliki posisi kompetitif yang tidak begitu kuat dan nilai
daya tarik industri sangat rendah. Kedua faktor tersebut memaksa perusahaan melakukan
usahanya ke dalam perusahaan lain. Tetapi pada saat pemisahan tersebut mencapai tahap
matang, perusahaan yang hanya memiliki posisi kompetitif rata-rata cenderung akan
menurun kinerjanya. Strategi diversifikasi konglomerat oleh karenanya sangat diperlukan.
2.9
Strategi Bauran Pemasaran
Perusahaan perlu mengembangkan strategi pemasaran untuk melayani pasar sasarannya.
Strategi pemasaran akan membantu perusahaan dalam mendapatkan keunggulan kompetitif
dalam jangka panjang (Tadepalli and Avila, 1999). Salah satu elemen dari strategi pemasaran
adalah bauran pemasaran.
Kotler (2005:68) menyatakan bahwa : “Bauran pemasaran adalah satu kesatuan alat
pemasaran yang digunakan sebagai jembatan kepada pasar sasaran atau konsumen potensial.
Bauran pemasaran bisa digunakan sebagai alat untuk mengatur alokasi upaya-upaya pemasaran
(Constantinedes, 2006). Produk perusahaan yang merupakan jasa, variabel bauran pemasaran
yang digunakan adalah delapan P, yaitu : Product, Price, Promotion, Place, People, Physical
Evidence, Productivity and Quality dan Process (Lovelock dan Wright, 2007 : 18)
2.9.1
Product (Produk)
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk memuaskan
keinginan atau kebutuhan (Kotler dan Keller, 2009:4). Pemasar perlu memikirkan mengenai
tingkatan produk dalam merencanakan tawaran pasarnya. Terdapat lima tingkatan produk
sebagai berikut :
1) Manfaat Inti (Core Benefit)
Manfaat inti adalah layanan atau manfaat mendasar yang sesungguhnya dibeli konsumen.
Sebagai contoh : tamu hotel membeli “istirahat dan tidur”. Disini pemasar harus memandang
dirinya sebagai penyedia manfaat.
2) Produk Dasar (Basic Product)
Pemasar harus mengubah manfaat inti menjadi produk dasar. Dengan demikian, kamar hotel
yang menjadi contoh di atas akan meliputi tempat tidur, kamar mandi, meja dan lemari
pakaian
3) Produk yang Diharapkan (Expected Product)
Produk yang diharapkan berkaitan dengan atribut dan kondisi yang biasanya diharapkan
pembeli ketika mereka membeli produk. Contohnya, tamu hotel mengharapkan tempat tidur
yang bersih dan tingkat ketenangan tertentu
4) Produk yang Ditingkatkan (Augmented Product)
Produk dipersiapkan untuk melampui harapan konsumen. Contohnya, tamu hotel dewasa ini
mengharapkan ada televisi kabel yang menggunakan remote control
berkecepatan tinggi
dan internet
5) Produk Potensial (Potential Product)
Produk potensial meliputi segala kemungkinan peningkatan dan perubahan yang dialami
produk atau tawaran di masa yang akan datang
2.9.2
Price (Harga)
Secara tradisional, harga telah diperlakukan sebagai penentu utama pilihan pembeli.
Konsumen memiliki perspektif bahwa harga adalah apa yang diberikan atau apa dikorbankan
untuk mendapatkan sebuah produk (Zeithaml, 1988). Walaupun faktor non harga makin berperan
dalam beberapa dasawarsa terakhir dalam penentuan pembelian suatu produk atau jasa, harga
tetap merupakan salah satu unsur penting bagi perusahaan dalam menentukan pangsa pasar dan
profitabilitas.
2.9.2.1 Penetapan Harga
Menurut Kotler dan Keller (2009:84) , ada enam langkah penetapan harga yang diikuti
yaitu:
1) Memilih tujuan penetapan harga
Perusahaan dapat mengharapkan salah satu dari lima tujuan utama penetapan harga:
kelangsungan hidup, laba maksimum sekarang, pangsa pasar maksimum, menguasai pasar
secara maksimum atau kepemimpinan mutu produk
2) Menentukan permintaan
Setiap harga akan menghasilkan permintaan yang berbeda dan karena itu mempunyai
pengaruh yang berbeda terhadap tujuan pemasaran suatu perusahaan. permintaan dan harga
pada umumnya berbanding terbalik; makin tinggi harganya, makin rendah permintaannya.
Namun, dalam kasus barang mewah, kurva permintaan tersebut kadang-kadang melandai ke
atas.
3) Memperkirakan biaya
Permintaan menentukan batas harga tertinggi yang dapat dikenakan perusahaan untuk
produknya, sementara biaya menentukan batas terendahnya. Perusahaan ingin menetapkan
harga yang menutupi biaya produksi, distribusi dan penjualan produk termasuk laba yang
lumayan untuk upaya dan resikonya
4) Menganalisis biaya, harga dan tawaran pesaing
Perusahaan perlu mempertimbangkan biaya, harga dan kemungkinan reaksi harga
pesaing dalam rentang kemungkinan harga yang ditentukan,. Perusahaan seharusnya
pertama-tama mempertimbangkan harga pesaing terdekat. Jika tawaran perusahaan
mengandung ciri-ciri diferensiasi positif yang tidak ditawarkan pesaing terdekat, harga ke
konsumen seharusnya dievaluasi dan ditambahkan pada harga pesaing tersebut. Jika tawaran
pesaing tadi mengandung beberapa ciri yang tidak ditawarkan perusahaan tersebut, nilainya
bagi konsumen seharusnya dievaluasi dan dikurangkan dari harga produk perusahaan
tersebut.
5) Memilih metode penetapan harga
Setelah mengetahui bagaimana permintaan konsumen, fungsi biaya dan harga pesaing,
perusahaan kini siap menentukan harga. Ada tujuh metode penetapan harga yaitu:
a) Penetapan harga mark up (Mark Up Pricing)
Metode penetapan harga yang paling sederhana adalah menambahkan mark-up
standar pada biaya produk tersebut. Perusahaan-perusahaan konstruksi menyerahkan
tender pekerjaan dengan memperkirakan biaya total proyek tersebut dan menambahkan
mark up standar untuk laba
b) Penetapan harga sasaran pengembalian (Target Return Pricing)
Perusahaan menentukan harga yang akan menghasilkan tingkat pengembalian atas
investasi (Return On Investment / ROI ) yang dibidiknya. Penetapan harga sasaran yang
digunakan General Motors, yang menetapkan harga mobilnya untuk mencapai lima belas
hingga dua puluh % ROI.
c) Penetapan harga persepsi nilai (Perceived Value Pricing)
Ada perusahaan yang mendasarkan harganya pada persepsi nilai (perceived value)
konsumen. Perusahaan tersebut harus menyerahkan nilai yang dijanjikan melalui
pernyataan nilai mereka dan konsumen harus mempersepsikan nilai ini. Perusahaan
menggunakan unsur-unsur bauran pemasaran seperti iklan dan tenaga penjualan, untuk
mengkomunikasikan nilai yang dipersepsikan dalam benak pembeli.
d) Penetapan harga nilai (Value Pricing)
Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa perusahaan telah menggunakan penetapan
harga nilai (value pricing) dimana perusahaan tersebut memikat hati pelanggan yang
loyal dengan menetapkan harga yang lumayan rendah untuk tawaran yang bermutu
tinggi. Penetapan harga nilai bukan sekedar menetapkan harga yang lebih rendah.
Langkah tersebut adalah persoalan merekayasa ulang kegiatan-kegiatan perusahaan
tersebut untuk menjadi produsen yang berbiaya rendah tanpa mengorbankan mutu, dan
menurunkan harga guna menarik sejumlah besar pelanggan yang sadar nilai.
e) Penetapan harga umum (Going Rate Pricing)
Dalam penetapan harga umum, perusahaan terutama mendasarkan harga pada harga
pesaing. Perusahaan mungkin mengenakan harga yang sama, lebih tinggi atau lebih
rendah dari pesaing utamanya. Harga umum lumayan populer. Apabila biaya sulit diukur,
perusahaan merasa bahwa harga umum merupakan jalan keluar yang baik, karena hal itu
dianggap mencerminkan kebijaksanaan bersama industri tersebut.
f) Penetapan harga tipe lelang (Auction Type Pricing)
Penetapan harga tipe lelang mulai populer, seiring dengan pertumbuhan internet.
Terdapat lebih dari 2000 pasar elektronik (e-market) yang menjual aneka macam produk.
Salah satu manfaat utama lelang adalah membuang persediaan yang berlebihan atau
barang bekas.
6) Memilih Harga Akhir
Metode-metode penetapan harga mempersempit ruang gerak yang harus digunakan
perusahaan dalam memilih harga akhirnya. Perusahaan harus mempertimbangkan faktorfaktor tambahan dalam memilih harga akhir ini, yang meliputi dampak dari kegiatan
pemasaran lain, penetapan harga yang berbagi laba dan resiko dan dampak harga terhadap
pihak lain.
2.9.2.2 Penyesuaian Harga
Perusahaan-perusahaan biasanya tidak hanya menetapkan satu harga, melainkan
struktur penetapan harga yang mencerminkan perbedaan dalam permintaan, tuntutan segmen
pasar, waktu pembelian, tingkat pemesanan, frekuensi pengiriman dan faktor-faktor lainnya.
Beberapa strategi penyesuaian harga diantaranya: penetapan harga geografis, diskon dan
potongan harga, penetapan harga promosi dan penetapan harga diskriminatif (Kotler dan Keller
,2009:102)
1) Penetapan harga geografis
Penetapan harga geografis melibatkan perusahaan tersebut memutuskan bagaimana
cara menetapkan harga produknya untuk konsumen yang berbeda lokasi. Perusahaan
mungkin mengenakan harga yang lebih tinggi untuk konsumen yang jauh untuk menutupi
biaya pengiriman yang lebih tinggi.
2) Diskon dan potongan harga
Kebanyakan perusahaan akan menyesuaikan daftar harganya dan memberikan diskon
dan potongan harga untuk pembayaran yang lebih cepat, pembelian dalam jumlah besar dan
pembelian di luar musim.
3) Penetapan harga promosi
Perusahaan-perusahaan dapat menggunakan beberapa teknik penetapan harga untuk
merangsang pembelian awal diantaranya strategi penetapan harga pemimpin rugi, penetapan
harga peristiwa khusus, rabat tunai, pembiayaan bunga rendah, masa pembayaran yang lebih
lama, garansi dan kontrak perbaikan dan diskon psikologis.
4) Penetapan harga diskriminatif
Diskriminasi harga terjadi apabila suatu perusahaan menjual produk atau jasa dengan 2
harga atau lebih yang tidak mencerminkan biaya secara proporsional. Misalnya, penjual
mengenakan harga yang lebih murah kepada pembeli yang membeli dalam jumlah yang lebih
besar atau mengenakan harga yang berbeda untuk kelompok pembeli yang berbeda.
Contohnya, museum sering mengenakan harga tiket masuk yang lebih murah untuk pelajar.
2.9.3
Promotion (Promosi)
Promosi atau ada yang menyebutnya komunikasi adalah sarana yang digunakan
perusahaan dalam
membujuk dan mengingatkan konsumen, langsung atau tidak langsung
tentang produk dan merek yang dijual perusahaan. Komunikasi pemasaran menggambarkan
merek dan menjadi sarana untuk membangun dialog dan hubungan dengan konsumen (Kotler
dan Keller : 2009)
Bauran komunikasi pemasaran terdiri atas enam cara utama yaitu:
1) Iklan
Setiap bentuk presentasi yang bukan dilakukan oleh orang dan berupa promosi gagasan,
barang atau jasa oleh sponsor yang telah ditentukan.
2) Promosi penjualan
Berbagai jenis insentif jangka pendek untuk mendorong orang mencoba atau membeli suatu
produk atau jasa.
3) Acara khusus dan pengalaman
Perusahaan mensponsori kegiatan dan program-program yang dirancang untuk menciptakan
interaksi setiap hari atau interaksi yang berkaitan dengan merek
4) Hubungan masyarakat dan pemberitaan
Berbagai program yang dirancang untuk mempromosikan atau melindungi citra perusahaan
atau masing-masing produknya.
5) Pemasaran langsung
Penggunaan surat, telpon, faksimili atau e-mail untuk berkomunikasi langsung atau meminta
tanggapan atau berdialog dengan konsumen.
6) Penjualan pribadi
Interaksi tatap muka dengan satu atau beberapa calon pembeli dengan maksud untuk
melakukan presentasi, menjawab pertanyaan dan mendapat pemesanan.
2.9.4
Place (Tempat)
Tempat dalam hal ini adalah tempat lokasi dari daerah penjualan, saluran penjualan,
saluran distribusi, tingkat persediaan dan juga alat transportasi. Distribusi produk mengacu
kepada metode-metode yang digunakan oleh perusahaan dalam rangka membuat produknya
tersedia di pasar sasaran (Rosenbloom, 2001 dalam Golob and Podnar, 2007). Distribusi produk
terkait tentang kapan dan bagaimana caranya produk diantarkan ke konsumen (Golob and
Podnar, 2007). Produk bisa diletakkan mendekati ataupun menjauhi konsumen (Kotler dan
Keller : 2009).
Mendekati konsumen berarti bahwa perusahaan meletakkan produk atau jasanya di
tempat yang dekat atau mudah dijangkau oleh konsumennya. Sebagai contoh: rumah sakit
sekarang ini menyediakan layanan home care dimana dokter dan perawat datang ke rumah
pasien untuk memberikan perawatan kepada pasien.
Menjauhi konsumen berarti perusahaan meletakkan produk atau jasanya pada suatu
tempat tertentu dan konsumen perlu datang ke lokasi tersebut dalam rangka mendapatkan produk
atau jasa tersebut. Sebagai contoh : konsumen yang ingin mencukur rambutnya harus datang ke
salon atau tempat cukur rambut.
2.9.5
People (Orang)
Orang disini mengacu kepada karyawan yang terlibat dalam proses produksi jasa.
Interaksi antara karyawan dengan konsumen sangat mempengaruhi persepsi konsumen terhadap
kualitas jasa. Konsumen sering menilai kualitas jasa yang mereka terima berdasarkan penilaian
terhadap orang-orang yang menyediakan jasa tersebut. Perusahaan perlu mengelola interaksi
antara karyawan dan konsumen dengan efektif bila output yang diinginkan adalah konsumen
yang puas (Craig, 1989). Perusahaan jasa yang berhasil adalah perusahaan yang menyediakan
upaya yang cukup besar untuk merekrut, melatih dan memotivasi karyawannya.
2.9.6
Physical evidence (Bukti fisik)
Bukti fisik mengacu kepada petunjuk visual atau berwujud lainnya yang memberi bukti
atas kualitas jasa. Gedung, kendaraan, perabotan interior, seragam karyawan dan petunjuk
terlihat lainnya yang memberi bukti atas kualitas jasa. Perusahaan jasa perlu mengelola bukti
fisik dengan hati-hati karena dapat mempengaruhi kesan konsumen. Dalam jasa yang hanya
memiliki sedikit elemen berwujud seperti misalnya asuransi, iklan sering digunakan sebagai
media penciptaan makna tertentu. Misalkan payung melambangkan perlindungan dan benteng
yang kokoh melambangkan keamanan.
2.9.7
Productivity and quality (Produktivitas dan kualitas)
Produktivitas mengacu kepada seberapa efisien pengubahan input jasa menjadi output
yang menambah nilai bagi konsumen. Sementara kualitas mengacu kepada sejauh mana suatu
jasa memuaskan konsumen dengan memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapan mereka.
Produktivitas dan kualitas ibarat dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain.
Peningkatan produktivitas adalah hal yang penting, tetapi perusahaan harus berhati-hati agar
jangan sampai hal tersebut mengurangi kualitas jasa yang diberikan kepada konsumen.
2.9.8
Process (Proses)
Proses mengacu kepada metode pengoperasian atau serangkaian tindakan tertentu, yang
umumnya berupa langkah-langkah yang diperlukan dalam suatu urutan yang telah ditetapkan.
Penciptaan dan penyampaian jasa kepada konsumen memerlukan desain dan implementasi dari
proses yang efektif. Proses yang desainnya buruk akan menggangu konsumen karena kelambatan
dan penyampaian jasa yang tidak efektif. Sama halnya, proses yang buruk akan menyulitkan
staff di garis depan untuk melakukan tugasnya dengan baik, yang berakibat pada rendahnya
produktivitas dan meningkatkan kemungkinan terjadinya kesalahan.
Download