BAB 1I KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Agency Theory Teori keagenan (Agency Theory) merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Teori tersebut berakar dari sinergi teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi utama, teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang (principal) yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang (agensi) aitu manajer, dalam bentuk kerja sama yang disebut nexus of contract. Perbedaan kepentingan ekonomis ini bisa saja disebabkan ataupun menyebabkan timbulnya informasi asymetri (kesenjangan informasi) antara pemegang saham (stakeholders) dan organisasi. Deskripsi bahwa manajer adalah agen bagi para pemegang saham atau dewan direksi adalah benar sesuai teori agensi. Teori agensi mengasumsikan bahwa sebuah individu bertindak atas kepentingan mereka sendiri. Pemegang saham sebagai principal diasumsikan hanya tertarik kepada hasil keuangan yang bertambah atau investasi mereka di dalam perusahaan. Sedang para agen diasumsikan menerima kepuasan berupa kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang menyertai dalam hubungan tersebut. Karena perbedaan kepentingan ini yang masing-masing pihak berusaha memperbesar keuntungan bagi diri sendiri. Principal menginginkan pengembalian yang sebesarnya dan secepatnya atas investasi yang salah satunya 9 10 dicerminkan dengan kenaikan porsi deviden dari tiap saham yang dimiliki. Agen menginginkan kepentingannya diakomodir dengan pemberian kompensasi atau bonus yang memadai atas kinerjanya. Principal menilai prestasi agen berdasarkan kemampuannya memperbesar laba untuk dialokasikan pada pembagian deviden. Makin tinggi laba, harga saham dan deviden makin besar, maka agen dianggap berhasil atau berkinerja baik sehingga layak mendapat insentif yang tinggi. Sebalikya agen pun memenuhi tuntutan principal agar mendapatkan kompensasi yang tinggi. Sehingga bila tidak ada pengawasan yang memadai maka sang agen dapat memainkan beberapa kondisi perusahaan agar seolah-olah target perusahaan tercapai. Permainan tersebut bisa atas prakarsa dari principal ataupun inisiatif agen sendiri. Maka terjadilah Creative Accounting yang menyalahi aturan, misalnya adanya piutang yang tidak mungkin tertagih yang tidak dihapuskan, Capitalisasi expense yang tidak semestinya, pengakuan penjualan yang tidak semestinya yang kesemuanya berdampak pada besarnya nilai aktiva dalam neraca yang mempercantik laporan keuangan walaupun bukan nilai sebenarnya. Atau bisa juga dengan melakukan income smoothing (membagi keuntungan ke periode lain) agar setiap tahun kelihatan perusahaan meraih keuntungan, padahal kenyataannya merugi atau laba turun Contoh nyata yang dominan terjadi dalam kegiatan perusahaan dapat disebabkan karena pihak agensi memiliki informasi keuangan daripada pihak principal (keunggulan informasi), sedangkan dari pihak principal bisa jadi memanfaatkan kepentingan pribadi atau golongannya sendiri (self interest) karena memiliki keunggulan kekuasaan (discretionary power). 11 Hubungan agensi ini memotivasi setiap individu untuk memperoleh sasaran yang harmonis, dan menjaga kepentingan masing-masing antara agen dan principal. Hubungan keagenan ini merupakan hubungan timbal balik dalam mencapai tujuan dan kepentingan masing-masing pihak. Ditegaskan oleh Watt (1992) bahwa hubungan agensi kaitannya dengan laporan keuangan perusahaan sangat dipengaruhi oleh kepentingan pasar dan politik. B. Kajian Pustaka Ada beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan, maka untuk penulisan ini dari teori-teori yang ada. (David N.Hurtt,2008) melakukan penelitian yang diuraikan secara garis besar, penelitian ini tentang “Evaluasi Pengakuan Pendapatan Ketika Adanya Retur”, dalam penelitian ini masalah yang diambil yaitu bagaimana laporan perusahaan akan melaporkan pendapatan ketika adanya pengembalian atas kerusakan produk. Maka metode yang digunakan yaitu pengakuan pendapatan pada saat penjualan. Pendapatan dari transaksi penjualan akan menjadi pengakuan pada waktu penjualan hanya jika kondisi ditetapkan dapat memenuhi kriteria. Jika kondisi tidak memenuhi kriteria, pengakuan pendapatan adalah menangguhkan dimana pendapatan yang diterima dimuka timbul saat perusahaan memperoleh kas sebelum diakui pendapatan, jika memenuhi maka pendapatan penjualan dan beban dari penjualan melaporkan bahwa laporan penjualan harus dikurangkan retur 12 untuk mencerminkan estimasi keuntungan dan berharap beban atau kerugian menjadi accrual dicatat saat transaksi. Apabila terdapat tingkat retur yang tinggi dan tidak diestimasikan secara layak maka laporan yang disajikan tidak wajar. Persamaan yang ada dalam penelitian yaitu dalam melakukan penelitian sama-sama ingin mengetahui penerapan pengakuan pendapatan telah sesuai dengan PSAK 23 yang berlaku, sedangkan perbedaanya yaitu penelitian terdahulu memfokuskan pada penerapan pendapatan saja sedangkan penelitian sekarang membahas penerapan pada beban. Yuan Zhang (2007) melakukan penelitian tentang “Penentuan Pengakuan pada kasus industry software” dalam penelitian ini masalah yang diambil dalam pengakuan pendapatan mempengaruhi laba. Dalam mengakui pendapatan harus sesuai dengan transaksi yang terjadi pada sistem penjualan yang ada pada perusahaan adalah dengan menggunakan metode accrual basis, bahwa metode pengakuan dan pengukuran pendapatan yang diterapkan perusahaan akan mempengaruhi laba usaha, dimana pengakuan terjadi disaat barang terjual meski belum menerima pembayaran tetapi perusahaan sudah mengakui laba atas penjualan. Jika laporannya sesuai transaksi maka akan mempengaruhi kewajaran laporan keuangan dalam penyajiannya. Lia Marissa (2006) melakukan penelitian yang diuraikan secara garis besar, penelitian ini tentang “Analisis Penetapan Pengakuan Pendapatan Menggunakan Metode Point of Sale pada PT.A, dalam penelitian ini masalah yang diambil pengakuan pendapatan dalam point of sale akan terjadi masalah praktik industry dan metode penelitian menggunakan pendapatannya menggunakan Point of Sale. metode kualitatif dan penerapan 13 Kesimpulannya bahwa dalam melakukan penjualan yang menggunakan Point of Sale manajemen dan pemasaran sering melakukan praktik industry yang dinamakan “Channel Stufing” dimana ketika produsen ingin memuat hasil keuangan kelihatannya bagus maka menawarkan dengan potongan yang besar kepada distributor menimbulkan persediaan distributor akan membengkak dan saluran pemasaran menjadi penuh sesak tetapi laporan keuangan terlihat baik meskipun akan merusak hasil periode mendatang, jika proses tersebut terulang kembali, laporan keuangan yang disajikan tidak wajar karena tidak sesuai SAK. 1. Pendapatan a. Pengertian Pendapatan Pendapatan sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup perusahaan, semakin besar pendapatan yang diperoleh maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk membiayai segala keperluan perusahaan dan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh perusahaan. Selain itu pula pendapatan juga berpengaruh terhadap laba rugi perusahaan yang tersaji dalam laporan laba rugi. Dan yang perlu diingat lagi, pendapatan adalah darah kehidupan dari suatu perusahaan. Hal ini tentu saja tidak mungkin terlepas dari pengaruh pendapatan dari hasil operasi perusahaan. Pengertian dari pendapatan itu sendiri ada beberapa macam, berikut ini ada beberapa pandangan yang menegaskan arti konseptual dari pendapatan. Sebelum penulis lebih lanjut menelaah mengenai pengertian pendapatan, maka terlebih dahulu perlu diketahui mengenai konsep kesatuan usaha. 14 Konsep kesatuan usaha menyatakan bahwa dalam akuntansi perusahaan dipandang sebagai suatu kesatuan usaha atau badan usaha yang berdiri sendiri, bertindak atas namanya sendiri dan terpisah dari pemilik dan pihak lain yang menanamkan dana dalam perusahaan. Berdasarkan konsep kesatuan usaha diatas, konsep tersebut mempunyai konsekuensi yaitu bahwa pendapatan dan laba harus dipandang sebagai kenaikan kekayaan perusahaan, sedangkan biaya dan rugi sebagai pengurang kekayaan perusahaan. Oleh karena itu, Standar Akuntansi harus menyelesaikan pengertian pendapatan dan biaya dengan memandangnya sebagai perubahan kekayaan bukan sebagai kanaikan atau penurunan kekayaan pemilik atau pemegang saham. Menurut ilmu ekonomi, pendapatan merupakan nilai maksimum yang dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam suatu periode dengan mengharapkan keadaan yang sama pada akhir periode seperti keadaan semula. Pengertian tersebut menitikberatkan pada total kuantitatif pengeluaran terhadap konsumsi selama satu periode. Dengan kata lain, pendapatan adalah jumlah harta kekayaan awal periode ditambah keseluruhan hasil yang diperoleh selama satu periode, bukan hanya yang dikonsumsi. Menurut ilmu akuntansi, konsep dasar pendapatan dapat ditelusuri dari sudut pandang yang menekankan pada pertumbuhan atau peningkatan jumlah aktiva yang timbul sebagai hasil dari kegiatan operasional perusahaan. Pendekatan yang memusatkan perhatian kepada arus masuk atau inflow adalah arus masuk asset dalam bentuk uang tunai, piutang property lain untuk pelanggan atau klien, yang 15 dihasilkan dari penjualan merchandise atau penyerahan jasa atau dari investasi misalnya, bunga dapat diperoleh dari obligasi atau tabungan. Eldon S H (2008:165) menjelaskan pendapatan secara umum yaitu sebagai hasil dari suatu perusahaan yang biasanya bisa diukur dengan suatu harga pertukaran yang berlaku. Pendapatan diakui saat kejadian penting atau saat proses penjualan pada dasarnya dapat diselesaikan Pendapatan timbul karena pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa, bunga, deviden, royalty dan sewa. Pendapatan merupakan faktor terpenting untuk mendapatkan laba oleh sebab itu penentuan pendapatan harus dilakukan dengan tepat agar benar-benar mencerminkan hasil usaha dalam suatu periode Ikatan Akuntansi Indonesia dalam pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK No.23 (revisi 2012) mendefinisikan : “penghasilan sebagai kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan asset atau penurunan liabilitas yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal”. Penghasilan meliputi pendapatan maupun keuntungan. pendapatan sebagai berikut: “ Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari pelaksanaan aktivitas entitas yang normal dan dikenal dengan sebutan yang berbeda, seperti penjualan, penghasilan jasa, bunga, dividen, dan sewa. Tujuan pernyataan ini adalah mengatur perlakuan akuntansi atas pendapatan yang timbul dari transaksi dan kejadian tertentu”. Pendapatan hanya meliputi arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang diterima dan Pendapatan sebagai arus masuk atau peningkatan nilai asset dari suatu entity atau penyelesaian kewajiban dari entry atau gabungan keduanya selama periode 16 tertentu yang berasal dari penyerahan barang, pemberian jasa atas pelaksanaan kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan utama perusahaan yang sedang berjalan. Menurut Stice, James D, Earl K.Stice, K.Fred Skousen (2009:493) menyatakan bahwa : “ Pendapatan adalah arus masuk atau peningkatan lain dari suatu asset suatu entitas atau pelunasan utang-utangnya ( atau kombinasi dari keduanya) yang dihasilkan dari penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa, atau aktivitasaktivitas lainnya yang merupakan operasi utama atau operasi sentral yang berkelanjutan dari entitas tersebut”. b. Karakteristik Pendapatan Pendapatan memanfaatkan diakibatkan faktor-faktor oleh kegiatan-kegiatan produksi untuk perusahaan mempertahankan diri dalam dan pertumbuhan. Seluruh kegiatan perusahaan yang menimbulkan pendapatan secara keseluruhan disebut earning process. Secara garis besar earning process menimbulkan dua akibat yaitu pengaruh positif atau pendapatan dan keuntungan dan pengaruh negative atau beban dan kerugian. Selisih dari keduanya nantinya menjadi laba atau income atau rugi atau less. Pendapatan umumnya digolongkan atas pendapatan yang berasal dari kegiatan normal perusahaan dan pendapatan yang bukan berasal dari kegiatan normal perusahaan. Pendapatan dari kegiatan normal perusahaan biasanya diperoleh dari hasil penjualan barang ataupun jasa yang berhubungan dengan kegiatan utama perusahaan. Pendapatan yang bukan berasal dari kegiatan normal perusahaan sering disebut hasil non operasi. Pendapatan non operasi biasanya dimasukkan ke dalam pendapatan lain-lain, misalnya pendapatan bunga dan deviden. 17 Ada beberapa karakteristik tertentu dari pendapatan yang menentukan atau membatasi bahwa sejumlah rupiah yang masuk keperusahaan merupakan pendapatan yang berasal dari operasi perusahaan. Karakteristik ini dapat dilihat berdasarkan sumber pendapatan, produk dan kegiatan utama perusahaan dan jumlah rupiah pendapatan serta proses penandingan. 1) Sumber Pendapatan Pada umumnya sebagian besar pendapatan yang dihasilkan oleh perusahaan berasal dari aktivitas utama perusahaan yang bersifat rutin, namun perusahaan juga dapat memperoleh atau menambah pendapatannya dari aktivitas-aktivitas non-operasional yang bersifat tidak rutin. Jumlah rupiah perusahaan bertambah melalui berbagai cara tetapi tidak semua cara tersebut mencerminkan pendapatan. Tambahan jumlah rupiah aktiva perusahaan dapat berasal dari transaksi modal; laba dari penjualan aktiva yang bukan barang dagangan seperti aktiva tetap; surat berharga; ataupun penjualan anak atau cabang perusahaan; hadiah, sumbangan atau penemuan; revaluasi aktiva tetap; dan penjualan produk saja yang dapat dianggap sebagai sumber utama pendapatan walaupun laba atau rugi mungkin timbul dalam hubungannya dengan penjualan aktiva selain produk utama perusahaan. Sumber-sumber pendapatan suatu perusahaan menurut M.Munandar (2006:17) dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu : 1) Pendapatan Operasional, pendapatan yang berasal dari kegiatan normal atau kegiatan utama yang dijalankan perusahaan penyajiannya didalam income statement sebesar bruto yang diterima atas seluruh perolehannya. Jenis-jenis dari pendapatan operasional antara lain : 18 a) Penjualan sales, hasil penjualan barang atau jasa yang menjadi objek usaha pokok/utama dalam perusahaan, dapat dibedakan menjadi penjualan bruto (gross profit) dan penjualan bersih (net profit). b) Potongan pembelian tunai (purchase discount), pendapatan yang diterima oleh perusahaan karena pembelian barang secara tunai. c) Penerimaan tambahan dari pembelian, tambahan barang (extra) yang diterima oleh pihak penjual karena perusahaan membeli barang-barang dalam jumlah besar. 2) Pendapatan Diluar Operasi, merupakan pendapatan yang berasal dari transaksi di luar kegiatan utama perusahaan, penyajian di dalam income statement adalah sebesar netto yang diperoleh. Jenis-jenis pendapatan bukan operasional antara lain : a. Normal revenue activities (pendapatan bunga, pendapatan sewa, pendapatan deviden kas). b. Non revenue activities, pendapatan penjualan atau pertukaran yang bukan barang dagangan yang terkenal dengan istilah Gain. Yang mana Gain ini in flow dari asset. 3) Pendapatan Luar Biasa, pendapatan biasa atau normal dan sering terjadi yang mempunyai sifat luar biasa (transaksi yang bersangkutan tidak diharapkan akan terulang kembali di masa yang akan datang). Pendapatan ini selalu disajikan secara netto di dalam income statement dan sebelum dikurangi pajak penghasilan. 2) Produk dan kegiatan utama perusahaan Produk perusahaan mungkin berupa barang ataupun dalam bentuk jasa.Perusahaan tertentu mungkin sekali menghasilkan berbagai macam produk baik berupa barang atau jasa atau keduanya yang sangat berlainan jenis maupun arti pentingnya bagi perusahaan. Terkadang, produk yang dihasilkan secara incidental bila dihubungkan dengan kegiatan utama perusahaan atau yang timbul tidak tetap, sering dipandang sebagai elemen pendapatan non operasi, maka pemberian batasan tentang pendapatan sangat perlu, untuk itu produk perusahaan harus diartikan meliputi seluruh jenis barang atau jasa yang disediakan atau diserahkan kepada konsumen 19 tanpa memandang jumlah rupiah relatif tiap jenis produk tersebut atau sering tidaknya produk tersebut dihasilkan. 3) Jumlah rupiah pendapatan dan proses penandingan Pendapatan merupakan jumlah rupiah dari harga jual per satuan kali kuantitas terjual. Perusahaan umumnya akan mengharapkan terjadinya laba yaitu jumlah rupiah pendapatan lebih besar dari jumlah biaya yang dibebankan. Laba atau rugi yang terjadi baru akan diketahui setelah pendapatan dan beban dibandingkan. Setelah biaya yang dibebankan secara layak dibandingkan dengan pendapatan maka tampaklah jumlah rupiah laba atau pendapatan netto. c. Pengukuran Pendapatan Pembahasan mengenai konsep pendapatan seringkali dihubungkan dengan masalah pengukuran (measurement) dan pada saat pengakuan (timing) pendapatan. Salah satu kriteria yang penting dalam pendapatan adalah measureability, dimana pendapatan itu dapat ditentukan besarnya dengan wajar agar didalam laporan keuangan itu tidak tercermin pendapatan yang terlalu tinggi (overstated) dan terlalu rendah (understated). Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengetahui dan memasukkan setiap unsur laporan keuangan dalam neraca dan laporan laba rugi ( Ikatan Akuntan Indonesia, 2009:23). Pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima ( PSAK No.23, 2012). Jumlah pendapatan yang timbul dari transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan antara yang diterima atau dapat diterima oleh perusahaan dikurangi jumlah diskon dagang dan rabat volume yang diperbolehkan perusahaan. 20 Dasar pengukuran pendapatan adalah suatu unsur diakui secara formal yamg memenuhi elemen laporan keuangan. Sebuah unsur juga dapat diukur dalam satuan uang untuk diakui pengungkapan merupakan pengakuan yang lebih tepat dalam situasi dimana yang relevan tidak dapat diukur dengan handal. Cara terbaik untuk pengukuran pendapatan adalah dengan menggunakan nilai tukar barang atau jasa. Jumlah pendapatan yang timbul dari suatu transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan antara perusahaan penjualan dengan pembeli atau konsumennya. Jumlah tersebut harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima perusahaan dikurangi dengan jumlah potongan harga yang disepakati bersama. Nilai wajar yang dimaksud dalam PSAK No.23 adalah jumlah dimana suatu asset dapat dipertukarkan atau suatu liabilitas diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar (arm’s length transaction). Pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima. Ketika arus kas penerimaan ditangguhkan, perbedaan nilai wajar dan jumlah nominal imbalan diakui sebagai pendapatan bunga sesuai PSAK 23 (revisi 2012) dan PSAK 55 ( revisi 2012). Dalam transaksi pertukaran jika nilai wajar barang atau jasa yang diterima tidak dapat diukur dengan andal, maka pendapatan diukur pada nilai wajar barang atau jasa yang diserahkan, disesuaikan dengan jumlah kas atau setara kas yang ditransfer. Barang atau jasa yang dijual atau barter dengan barang atau jasa yang sifat dan nilainya tidak sama, dianggap sebagai transaksi yang mengakibatkan 21 pendapatan. Tetapi apabila barang atau jasa yang dipertukarkan dengan barang atau jasa lainnya yang sifat dan nilai yang sama maka pertukaran tersebut tidak dianggap sebagai transaksi yang mengakibatkan pendapatan. d. Pengakuan Pendapatan Kaidah pengakuan pendapatan merupakan ketentuan pada level penetapan standar. Agar dapat dilaksanakan pada level perusahaan maka kaidah tersebut harus dijabarkan secara teknis dan prosedur dalam bentuk kebijakan akuntansi perusahaan. Kebijakan akuntansi perusahaan yang menetapkan kapan suatu penjualan dianggap secara teknis telah terjadi sehingga memicu pencatatan jumlah rupiah penjualan tersebut. Pengakuan merupakan proses secara formal pencatatan jumlah rupiah pendapatan dan memasukan suatu pos dalam akun serta laporan keuangan entitas. Pengakuan meliputi penjelasan suatu pos baik dengan kata-kata maupun angka serta jumlah itu termasuk dalam angka total laporan keuangan. Oleh karena itu secara konseptual pendapatan dapat diukur jika memenuhi kualitas pengukuran dan keandalan maka kualitas tersebut harus dioperasikan dalam bentuk kriteria pengakuan pendapatan. Pembentukan pendapatan merupakan konsep yang berkaitan dengan masalah kapan dan bagaimana sesungguhnya pendapatan itu timbul dan menjadi ada, konsep ini menyatakan bahwa pendapatan terbentuk bersamaan dengan melekat pada totalitas proses berlangsungnya operasi perubahan sedangkan konsep realisasi menjelaskan pendapatan terjadi pada saat produk selesai dikerjakan dan terjual langsung atas dasar kontrak penjualan. 22 Berkaitan dengan pernyataan diatas dan menurut Donal E.Kiesso dkk (2007:3) ada beberapa yang perlu diketahui tentang prinsip pengakuan pendapatan yang menyatakan pendapatan harus diakui dalam laporan keuangan ketika : 1) Pendapatan dihasilkan (earned), apabila entitas bersangkutan pada hakikatnya telah menyelesaikan apa yang seharusnya dilakukan untuk mendapat hak atas manfaat yang dimiliki oleh pendapatan itu, yakni apabila proses menghasilkan laba telah selesai atau sebenarnya telah selesai. 2) Pendapatan di realisasi apabila barang dan jasa ditukar dengan kas atau klaim atas kas (piutang). 3) Pendapatan dapat direalisasi apabila aktiva yang diterima dalam pertukaran segera dapat dikonversi menjadi kas atau klaim atas kas dengan jumlah yang diketahui. Hal tersebut secara umum dipenuhi pada saat penjualan, yang sering kali terjadi ketika barang terlah dikirimkan atau ketika jasa telah diberikan ke pelanggan.Biasanya aktiva dan pendapatan diakui bersamaan, dengan demikiam penjualan persediaan menghasilkan peningkatan dalam kas dan piutang usaha dan peningkatan dalam pendapatan dipenuhi.Misalnya, jika seorang klien membayar untuk jasa konsultasi dimuka, suatu aktiva yaitu kas dicatat dalam pembukuan, meskipun belum diperoleh.Ketika pengakuan pendapatan diakui seluruhnya, pendapatan diakui dan akun kewajiban dikurangi. Secara khusus, IAI (2010) mengatur pengakuan pendapatan kedalam kelompok penjualan, yakni penjualan barang dan penjualan jasa. Menurut IAI dalam PSAK No.23, bila hasil sutu transaksi yang meliputi penjualan jasa dapat diestimasi dengan andal, pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut harus diakui dengan acuan pada tingkat penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca. Menurut IAI (2010) dalam PSAK No.23 (revisi 2012) hasil suatu transaksi dapat diestimasi dengan andal bila memenuhi kondisi sebagai berikut: 23 1) Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal. 2) Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan. 3) Entitas Tingtelah memindahkan risiko dan manfaat kepemilikan barang secara signifikan kepada pembeli. 4) Entitas tidak lagi melanjutkan pengelolaan yang biasanya terkait dengan kepemilikan atas barang ataupun melakukan pengendalian efektif atas barang yang dijual. 5) Biaya yang terjadi untuk transaksi tersebut dan biaya untuk menyelesaikan transakis tersebut dapat diukur dengan andal. Menurut PSAK No.23, beberapa transaksi pendapatan yang dapat direalisasi dan telah diakui sesuai dengan prinsip sebagai berikut : 1) Pendapatan atas jasa yang diberikan oleh perusahaan jasa diakui pada saat jasa tersebut telah diakui. 2) Pendapatan dari transaksi penjualan produksi diakui pada tanggal penjualan produksi kepada pelanggan 3) Imbalan yang diperoleh atas penggunaan aktiva atau sumber ekonomi perusahaan oleh pihak lain. 4) Pendapatan dari penjualan aktiva selain produk diakui pada tanggal penjualan. Pendapatan dapat diukur dalam satuan nilai tukar produk atau jasa yang dipertukarkan dalam transaksi wajar. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia juga menganut prinsip mengukur pendapatan dimana pendapatan harus diukur secara wajar yang dapat diterima umum berbentuk kas dan setara kas. 24 Menurut Kieso dkk (2007:5) secara teoritik titik waktu dari pengakuan pendapatan dapat dilakukan pada berbagai saat, yaitu sebagai berikut : 1) Pengakuan pendapatan sebelum penyerahan, pengakuan pendapatan diakui sebelum penyerahan biasanya dilakukan kontrak yang terjadi dalam jumlah besar dan sudah ditetapkan saat pelaksanaan produksi dimulai. Disini harga kontrak akan direalisasi bukan dengan kegiatan penjualan melainkan dengan pelaksanaan produksi sesuai dengan kontrak yang telah disepakati, adapun laba diakui secara periodik atas dasar presentase penyelesaian pekerjaan. Ada dua metode akuntansi yang sangat berbeda untuk kontrak jangka panjang dalam pengakuan pendapatan yang diakui sebagai berikut : a. Metode persentase penyelesaian Menurut Alan Jayatmaja (2010:8-2) metode penyelesaian kontrak adalah: “Pendapatan dan laba kotor diakui setiap penyelesaian berdasarkan kemajuan proses konstruksi”. Dalam metode ini, suatu perusahaan mengakui pendapatan dan biaya dari suatu kontrak tersebut bergerak menuju penyelesaian dan bukannya menangguhkan pengakuan dari unsur-unsur ini sampai kontrak selesai. Jumlah dari pendapatan yang akan diakui setiap periodenya didasarkan pada suatu pengukuran kemajuan menuju penyelesaiannya. Hal ini memerlukan estimasi biaya yang akan dikeluarkan. Perubahan dalam estimasi dari biaya masa depan biasanya timbul dan penyesuaian yang diperlukan dibuat di tahun ketika estimasi tersebut direvisi. Dengan demikian, pendapatan dan biaya yang akan diakui pada suatu tahun dipengaruhi oleh pendapatan dan biaya yang telah diakui. 25 Mengakui pendapatan, biaya dan laba kotor sesuai dengan tercapainya kemajuan ke arah penyelesaian kontrak jangka panjang.Merupakan metode taksiran atas persentase pekerjaan yang telah diselesaikan. Syarat yang harus dipenuhi apabila estimasi kemajuan kearah penyelesaian, pendapatan serta biaya secara layak dapat dipercaya sebagai berikut : 1) Estimasi yang dapat diandalkan dapat dibuat atas pendapatan kontrak biaya kontrak dan sejauh mana kemajuan kea rah penyelesaian. 2) Kontrak secara jelas menetapkan hak-hak yang dapat dilaksanakan mengenai barang atau jasa yang akan disediakan dan diterima oleh kedua belah pihak, pertimbangan untuk menukar, and sifat serta persyaratan penyelesaian.. 3) Pembeli dapat diharapkan untuk memenuhi semua kewajibannya dalam kontrak. 4) Kontraktor diharapkan untuk melaksanakan kewajiban kontraktual tersebut. Secara serupa dengan metode persentase penyelesaian, terdapat metode kinerja proporsional (proportional performance method), yaitu: “ Kontrak itu secara jelas menetapkan hak-hak ide kinerja proporsional adalah metode akuntansi untuk mencatat pendapatan jasa dan beban-beban terkait sebelum penyelesaian suatu kontrak jasa”. 26 Metode ini digunakan untuk mencerminkan pendapatan yang diperoleh untuk kontrak jasa ketika banyak tindakan jasa akan dilaksanakan sebelum kontrak tersebut dianggap selesai. b. Metode kontrak selesai Mengakui pendapatan, laba kotor hanya pada saat penjualan yaitu padad saat kontrak diselesaikan. Metode kontrak selesai harus digunakan hanya : 1) Jika suatu entitas terutama mempunyai kontrak jangka pendek. 2) Jika syarat-syarat yang menggunakan metode persentase penyelesaian tidak dapat dipenuhi. 3) Jika terdapat bahaya yang melekat dalam kontrak itu diluar risiko bisnis yang normal dan berulang. 2) Pengakuan pendapatan setelah penyerahan, untuk pengakuan pendapatan pada saat setelah penyerahan umumnya harga pokok produksi ditentukan secara layak pada saat barang telah diselesaikan diproduksi. Kegiatan produksi merupakan faktor penentu dalam menghasilkan pendapatan dan bukan kegiatan penjualan. Dengan demikian pendapatan dapat diakui berdasarkan banyaknya barang yang benar-benar terjual. Kriteria utama untuk menggunakan metode ini adalah kemampuan realisasi yang handal dimana produk harus dapat dipasarkan segera pada harga tertentu. 3) Pengakuan Pendapatan pada saat penjualan (penyerahan), pengakuan pada saat penjualan sering digunakan karena sebagian besar ketidakpastian mengenai proses menghasilkan laba dan harga pertukaran sudah diketahui. 27 Untuk perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi atau barang dagangan, kegiatan penjualan merupakan hal yang paling menentukan dan mempunyai arti keuangan sebab transaksi penjualan mengakibatkan aktiva baru kedalam perusahaan berupa kas atau piutang. Dalam menilai hasil suatu transaksi dapat estimasi dengan andal bila memenuhi kondisi sebagai berikut: 1) Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan. Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan andal. Dalam pengakuan pendapatan pada saat penjualan terkadang bisa timbul masalah yaitu : a. Penjualan dengan perjanjian beli kembali merupakan perjanjian pembiayaan produk. Jika mendapat perjanjian beli kembali dengan harga tertentu dan harga ini dapat menutup semua biaya sediaan ditambah biaya kepemilikan yang terkait, maka sediaan dan kewajiban yang terkait itu tetap ada pada pembukuan penjual. Dengan kata lain tidak terjadi penjualan. b. Penjualan dengan hak retur, tersedia metode pengakuan pendapatan alternatif apabila penjual menanggung risiko berkepanjangan karena pengembalian produk kepemilikan yang yaitu tidak mencatat penjualan sampai seluruh hak retur habis masa berlakunya, mencatat penjualan tetapi mengurangi penjualan dengan estimasi retur di masa 28 depan dan mencatat penjualan serta memperhitungkan retur saat terjadinya. FASB menyimpulkan bahwa jika suatu perusahaan menjual produknya tetapi memberikan pembeli hak untuk mengembalikan produk itu, maka pendapatan dari penjualan ini akan diakui pada saat penjualan hanya jika semua dari enam kondisi berikut terpenuhi: 1. Harga penjual kepada pembeli pada hakikatnya tetap atau dapat ditentukan pada tanggal penjualan. 2. Pembeli sudah membayar penjual, atau pembeli berkewajiban untuk membayar penjual, dan kewajiban itu tidak tergantung pada penjualan kembali produk tersebut. 3. Kewajiban pembeli kepada penjual tidak akan berubah jika terjadi pencurian atau kerusakan atau rusaknya fisik produk. 4. Pembeli yang memperoleh produk untuk dijual kembali memiliki substansi ekonomi yang terpisah dari yang diberikan oleh penjual. 5. Penjual tidak memiliki kewajiban yang signifikan atas kinerja masa depan yang secara langsung menyebabkan penjualan kembali produk itu oleh pembeli. 6. Jumlah retur di masa depan dapat diestimasi secara layak. c. Trade loading & channel stuffing Trade loading merupakan praktik yang ekonomis dan curang dimana melalui praktik ini mencoba menunjukkan penjualan, laba dan pangsa pasar yang sebenarnya tidak mereka miliki. Perusahaan membujuk para pedagang besar yang menjadi pelanggan mereka untuk membeli lebih banyak produk dari pada yang dapat mereka, Sedangkan Chanel stuffing adalah praktek yang sama tetapi dalam industry perangkat lunak computer. Ketika sebuah produsen perangkat lunak ingin memperbaiki hasil-hasil keuangannya menjadi lebih bagus maka mereka menjual barangnya 29 dengan menawarkan potongan yang besar-besaran agar dapat membeli lebih banyak. 4) Pengakuan pendapatan diakui pada saat penerimaan kas, penerimaan kas merupakan hal yang signifikan dalam pengukuran pendapatan. Penerapan dasar penerimaan kas paling banyak dijumai dalam perusahaan sebagai berikut : a. Perusahaan jasa Untuk perusahaan jasa yang diberikan itu dalam waktu yang relative pendek, seperti angkitan dan bioskop. Saat penerimaan uang dari konsultan / pelanggan biasanya terjadi hamper bersamaan dengan pemberian jasa. Dapat dijadikan dasar pengukuran dan pengakuan pendapatan. b. Penjualan angsuran Penjualan angsuran adalah penjualan yang dilakukan dengan perjanjian dimana pembayaran dilaksanakan secara bertahap, yaitu pada saat barang diserahkan ke pembeli, penjual menerima sebagian harga penjualan (down payment), sisanya dibayar dengan beberapa kali angsuran. e. Hubungan Metode Pengakuan Pendapatan Terhadap Laporan Keuangan Salah satu prinsip akuntansi yang berlaku umum menyatakan bahwa salah satu dasar penyajian laporan keuangan adalah prinsip penandingan (matching principles). Beban harus ditandingkan dengan pendapatan yang dihasilkan untuk menentukan laba bersih suatu periode akuntansi. 30 Kieso, Weygandt, dan Warfield yang diterjemahkan oleh Emil Salin (2017:2) menjelaskan bahwa “Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan utama kepada pihak-pihak di luar perusahaan. Laporan ini menampilkan sejarah perusahaan yang dikuantifikasi dalam nilai moneter. Laporan keuangan (financial statements) menurut IFRS yang sering disajikan adalah (1) laporan posisi keuangan, (2) laporan laba-rugi komprehensif, (3) laporan perubahan ekuitas atau pemegang saham, (4) laporan arus kas.Selain itu, catatan atas laporan keuangan atau pengungkapan juga merupakan bagian integral dari setiap laporan keuangan”. Tujuan umum dari laporan keuangan yaitu untuk menediakan infornasi yang dapat dipercaya tentang: a. Sumber daya ekonomi dan kewajiban suatu usaha bisnis, untuk mengevaluasi kekuatan dan kelemahan, menunjukkan pendanaan dan investasi, mengevaluasi kemampuan perusahaan memenuhi komitmen, menunjukkan basis sumber daya untuk pertumbuhan. b. Perubahan sumber daya bersih sebagai hasil aktivitas perusahaan, c. Informasi keuangan yang dapat digunakan untuk mengestimasi earning potensial perusahaan. d. Informasi lain yang dibutuhkan tentang perubahan sumber daya dan kewajiban. e. Informasi yang relevan dengan kebutuhan pemakai. Dalam laporan keuangan, selalu dikaitkan dengan pembebanan biaya terhadap pendapatan yang diterima pada saat periode yang sama. Pendapatan baru 31 dicatat pada saat timbulnya keyakinan bahwa pendapatan tersebut direalisasi sehingga dalam hal ini diperlukan cut off (pisah batas) agar dapat tercapai ketetapan dalam mempertemukan pendapatan dan biaya, cut off harus dilakukan secara konsisten dan teratur. Pengakuan pendapatan merupakan penentuan yangs sangat kritis, mengingat kesalahan dalam penentuan akan berakibat pada kewajaran laba setiap periodenya. Penyebab utama yang menyulitkan dalam menentukan saat diakuinya pendapatan secara tepat adalah penjangnya proses dalam memperoleh pendapatan itu sendiri, selain itu juga karena adanya berbagai macam kegiatan usaha. Menurut Moermahadi S. Djanegara (2005), hubungan antara pengakuan pendapatan dengan laporan keuangan dapat kita lihat dari salah satu fungsi utama laporan keuangan itu sendiri. Yaitu sebagai informasi dan cerminan mengenai kondisi keuangan perusahaan.Yang dalam pemenuhan fungsi tersebut dituntut beberapa faktor yang tergabung dalam karakteristik kualitatif. Karakteristik kualitatif adalah dapat dipenuhi jika laporan keuangan yang disajikan mengandung karakteristik dapat dipahami, relevan, keandalan dan berdaya banding. Pengakuan pendapatan merupakan faktor yang menentukan dalam terciptanya kondisi tersebut. Karena dengan pengakuan pendapatan akan menentukan besarnya suatu pendapatan dalam suatu periode pelaporan. Apakah suatu pendapatan benar-benar merupakan pendapatan diakui pada suatu periode pelaporan.Sehingga tidak menimbulkan salah tafsir bagi para pengguna.Analisis 32 laporan keuangan harus meneliti metode akuntansi untuk memastikan apakah metode tersebut mencerminkan realitas ekonomi secara layak. 2. Beban a. Pengertian beban Terkait dengan manfaat pengorbanan sumber daya, ada dua istilah yang seringkali diterjemahkan sebagai ”biaya”. Kedua istilah itu adalah ”cost” dan ”expense”. Cost adalah pengorbanan sumber daya yang pemanfaatannya multi period, sedangkan expense adalah pengorbanan sumber daya yang manfaatnya dinikmati dalam periode yang sama dengan periode pengorbanannya. Dalam perspektif akuntansi keuangan cost merupakan aktiva yang dilaporkan dalam neraca, sedangkan expense dilaporkan dalam laporan laba rugi. Beban merupakan konsep arus yang menggambarkan perubahan yang tidak menguntungkan sumber daya perusahaan. Beban timbul akibat adanya aktivitas perusahaan yang biasanya tebentuk pada arus kas atau berkurangnya asset seperti kas dan setara kas, persediaan serta fixed asset. Definisi beban berkaitan dengan kerugian, karena beban merupakan arus keluar harta atau timbulnya hutang atau keduanya selama satu periode sebagai akibat dari penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa, aktivitas yang mendatangkan keuntungan lainnya yang merupakan operasi utama satu entitas. Karakteristik utama beban terjadi di dalam proses pembentukan pendapatan. Menurut IAI dalam bukunya “Standar Akuntansi Keuangan” (2007:19) mendefinisikan beban sebagai berikut : “Beban atau expenses adalah penurunan 33 manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal”. Menurut Financial Accounting Standard Board (FASB) dalam Statement Financial Accounting Concepts (SFAC) no.6 yang dikutip oleh Hendriksen, Eldon S dan Michael F. Van Breda dan diterjemahkan oleh Herman Wibowo menyatakan bahwa : ” Beban adalah arus kas keluar atau penggunaan lain aktiva atau terjadinya kewajiban (atau keduanya) dari penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa, atau pelaksanaan kegiatan lain yang merupakan operasi terbesar atau utama yang berkelanjutan dari perusahaan tersebut”. Menurut Donald E Kiesso,dkk (2011:153) mendefinisikan beban adalah “Arus keluar penurunan lainnya dalam aktivitas sebuah entitas atau penambahan kewajiban selamasuatu periode yang ditimbulkan oleh pengiriman dan produksi barang.” Sedangkan menurut Standart Akuntansi Keuangan (2008) mendefinisikan beban merupakan ”Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansidalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yangmengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanaman modal”. Menurut Charles T Horngren (2009:54) menyatakan beban akan menghabiskan ataumenimbulkan kewajiban dalam jalur operasi bisnis serta memiliki pengaruh yang terbalikdari pendapatan. 34 b. Kalsifikasi Beban Menurut Henry Simamora (2007:25) dalam bukunya “ Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis” beban terdiri dari biaya pokok penjualan (cost of good sales), beban operasi (operating expenses) dan beban lain-lain (other expenses). 1. Biaya pokok penjualan, rekening biaya pokok penjualan merupakan perolehan dari pos-pos persediaan (harga pembelian atau biaya pabrikasi) yang dijual untuk menghasilkan pendapatan penjualan. Biaya pokok barang yang tersedia untuk dijual (Cost Of Good Available for Sale) adalah persediaan awal ditambah pembelian (biaya pokok barang yang diproduksi). Biaya pokok penjualan ditentukan dengan mengurangkan persediaan akhir dari biaya pokok barang yang tersedia untuk dijual. 2. Beban operasi, Beban operasi adalah beban berkala dan lazim yang dikeluarkan perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan. Bebanbeban ini biasanya diklasifikasikan berdasarkan kategori-kategori fungsional. Klasifikasi yang lazim dipakai adalah dengan memisahkan beban penjualan (selling expenses) dari beban umum dan administratif (general administrative expenses). Contoh beban operasi adalah beban iklan, beban pemeliharaan, beban penyusutan, beban gaji, dan lain-lain. 3. Beban lain-lain, Beban lain-lain pada pokoknya mengandung beban-beban yang dikeluarkan dari aktivitas-aktivitas yang bukan merupakan kegiatan pokok perusahaan sehinnga nilai rupiah dari aktivitas ini biasanya 35 terhitung kecil. Contoh beban lain-lain adalah biaya bunga dari pinjaman perusahaan. c. Pengakuan Beban Menurut IAI (2007:23) dalam bukunya “Standar Akuntansi Keuangan” pengakuan beban adalah ”Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar hubungan langsung antara biaya yang timbul dan pos penghasilan tertentu yang diperoleh. Kalau manfaat ekonomi diharapkan timbul selama beberapa periode akuntansi dan hubungannya dengan penghasilan hanya dapat ditentukan secara luas atau tak langsung, beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar prosedur alokasi yang rasional dan sistematis. Hal ini sering diperlukan dalam pengakuan beban yang berkaitan dengan penggunann aktiva seperti aktiva tetap, goodwill, paten, merk dagang. Prosedur alokasi ini dimaksudkan untuk mengakui beban dalam periode akuntansi yang menikmati manfaat ekonomi aktiva yang bersangkutan”. Dalam pernyataan di atas beban merupakan arus keluar atas penggunaan lain dari harta selama periode dari penyerahan atas produksi barang atau kegiatankegiatan lain yang merupakan operasi utama perusahaan. Beban diakui dalam laporan laba rugi berdasarkan hal-hal sebagai berikut : 1. Adanya penurunan aktiva tetap yang digunakan oleh perusahaan misalnya aktiva tetap. 2. Adanya proses produksi untuk menghasilkan barang-barang atau jasa. 3. Adanya kewajiban perusahaan terhadap karyawan misalnya pembayaran gaji dan upah. 36 4. Adanya kewajiban perusahaan tanpa diiringi dengan perolehan aktiva, misalnya garansi produk dan pembayaran bunga pinjaman. Dengan demikian dapat disimpulkan beban yang berkaitan dengan proses memperoleh pendapatan, harus diakui pada saat pendapatan tersebut diperoleh, sedangkan beban yang berkaitan secara langsung dengan proses dan untuk memperoleh pendapatan harus diakui pada saat beban tersebut dimanfaatkan Menurut Eldon S. Hendriksen beban terjadi karena barang atau jasa dikonsumsi atau digunakan dalam proses memperoleh pendapatan. Saat peleporan beban dilakukan dengan mencatat kegiatan di dalam perkiraan atau memasukkannya di dalam laporan keuangan.Beban diakui dalam laporan laba rugi dimana laporan laba rugi atas dasar hubungan langsung antara biaya yang timbul dan pos penghasilan tertentu yang diperoleh. Dalam pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2009) bahwa beban diakui dalam laporan laba rugi jika memenuhi kriteria sebagai berikut : 1) Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar hubungan langsung antara biaya yang timbul dan poas penghasilan diperoleh. 2) Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar prosedur alokasi yang rasional dan sistematis. Ini berarti jika manfaat ekonomi masa depan diharapkan timbul selama beberapa periode akuntansi dan hubungannya dengan penghasilan hanya dapat diterima secara luas atatu tidak langsung. 3) Beban diakui dalam laporan laba rugi atas jika pengeluaran tidak menghasilkan manfaat ekonomi masa depan atau jika tidak memenuhi syarat maka diakui dalam neraca sebagai asset. 37 4) Beban diakui dalam laporan laba rugi atas adanya pengakuan asset. d. Pengukuran Beban Sejalan dengan penilaian aktiva dapat diukur atas dasar jumlah rupiah yang digunakan untuk penilaian aktiva dan hutang. Oleh karena itu, pengukuran biaya dapat didasarkan pada : 1) Cost historis, merupakan jumlah kas atau setara kas yang dikorbankan untuk memperoleh aktiva. Pengukuran biaya atau cost historis dapat digunakan untuk jenis aktiva seperti gedung, peralatan dan sebagainya. 2) Cost Pengganti / cost masukan terkini (replacement cost / current input cost), menunjukkan jumlah rupiah harga pertukaran yang harus dikorbankan sekarang oleh suatu entitas untuk memperoleh aktiva yang sejenis dalam kondisi yangsama, contohnya penilaian untuk persediaan. 3) Setara kas (cash equivalent), jumlah rupiah kas yang dapat direalisir dengan cara menjual setiap jenis aktiva di pasar bebas dalam kondisi perusahaan normal. Nilai ini biasanya didasarkan pada catatan harga pasar barang bebas yang sejenis dalam kondisi yang sama. Pos aktiva berwujud biasanya menggunakan dasar penilaian ini. e. Penyajian Beban Penyajian ini tidak dapat dilepaskan dari penyajian pendapatan dan saran un tuk itu adala laporan laba rugi. Laporan laba rugi dapat disusun dalam dua langkah. 1) Single Step, penyajiannya yaitu semua pendapatan dijumlahkan menjadi satu dikurangi seluruh beban yang ada pada periode laporan. 38 2) Multi Step ( langkah ganda), penyajiannya yaitu pendapatan dikelompokkan menjadi pendapatan usaha dan pendapatan di luar usaha. Sedangkan beban dikelompokkan menjadi ebban usaha dan diluar usaha. Penyajiannya dengan langkah ganda akan dapat dilihat laba yang dipeeoleh dari usaha dan laba yang diperoleh dari luar usaha. f. Pengungkapan Beban Pengungkapan beban terdiri dari : 1) Di dalam neraca, jumlah kewajiban yang timbul sebagai akibat perbedaab abtara jumlah pendanaan yang telah dilakukan oleh pemberi kerja sejak pembentuk program dengan jumlah yang diakui sebagai beban selama periode yang sama. 2) Di dalam laporan laba rugi, jumlah diakui sebagai beban selama periode yang bersangkutan. 3. Laporan Laba Rugi Menurut Charles T.Horngren (209:20) mendefinisikan laporan laba rugi adalah “ Laporan laba rugi merupakan ikhtisar atau yang menyajikan rangkuman pendapatan, beban, penghasilan bersih atau kerugian suatu entitas periode tertentu disebut juga laporan pendapatan atau operasi”. Donal E.Kiesso (2007:150) mendefinisikan Laporan laba rugi adalah “ Merupakan laporan utama untuk melaporkan kinerja dari suatu perusahaan selama periode tertentu. Informasi tentang kinerja perusahaan, terutama tentang profitabilitas, dibutuhkan untukmengambil keputusan tentang sumber ekonomi 39 yang akan dikelola oleh suatu perusahaandi masa yang akan datang. Informasi tersebut juga seringkali digunakan untukmemperkirakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan kas dan aktiva yangdisamakan dengan kas di masa yang akan datang”. Dalam laporan laba rugi diperlukan penggolongan, pengungkapan dan perlakuanatas unsur tertentu sehingga semua perusahaan menyusun dan menyajikan laporan labarugi berdasar pada basis tertentu. Hal ini akan meningkatkan daya banding laporankeuangan antar periode perusahaan. Standar tentang penggolongan dan pengungkapanpos – pos luar biasa, pengungkapan tentang unsur – unsur tertentu sehubungan denganlaba rugi aktivitas normal, perubahan estimasi akuntansi, kebijakan akuntansi danperlakuan akuntansi atas kesalahan yang mendasar. (SAK, 2008). Laporan laba rugi membantu memprediksi arus kas masa depan dengan berbagai caraagar investor dan kreditor dapat diinformasikan tersebut untuk : 1) Mengevaluasi kinerja masa lalu perusahaan. 2) Memberikan dasar untuk memprediksi kinerja masa depan. 3) Membantu menilai resiko atau ketidakpastian pencapaian arus kas masa depan. 4. Laporan Keuangan Laporan keuangan yang akurat dapat menghasilkan suatu kejadian atau aktivitas bisnis yang dapat dicatat dengan baik. Kejadian – kejadian tertentu 40 dikenal dengan transaksi yang melibatkan pemindahan dan pertukaran barang atau jasa antara dua entitas atau lebih. Menurut Donald E Kiesso (2007:56) mendefinisikan laporan keuangan : ”Merupakan cara mengkomunikasikan informasi yang format dan terstruktur agar bisaditempatkan dalam bagian utama laporan keuangan suatu item harus memenuhi definisiunsur dasar dapat diukur dengan tingkat kepastian yang memadahi dan relevan sertahandal”. Slamet Sugiri dan Bogat A Riyono (2010:21) mendefinisikan laporan keuanganmerupakan ”Hasil akhir dari proses akuntansi yang menyajikan informasi yang bergunauntuk pengambilan keputusan berbagai pihak”. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan sebagianbesar pemakai.Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasiyang mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karenalaporan keuangan secara umum menggambarkan keuangan dari kejadian di masa laludan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi nonkeuangan. Laporan keuanganjuga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), ataupertanggungjawaban atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. (Standar Akuntansi Keuangan,2008). Informasi lain biasanya disertakan dalam laporan keuangan termasuk schedule daninformasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan perubahan harga. Tujuandari laporan keuangan menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerjaserta perubahan posisi keuangan suatu 41 perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besarpemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Dari beberapa definisi dan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan hasil akhir dari akuntansiumum dapat dikatakan lengkap jika yang terdiri dari neraca, laporan perhitungan laba-rugi, laporan perubahan posisi keuangan dan catatan atas laporan keuangan, laporan lainserta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. 5. Kewajaran Kewajaran merupakan hal penting dalam akuntansi karena memberikan jaminankepada pengguna dan dasar laporan keuangan yang disajikan sudah memadai.Karenaarti utama dari kewajaran adalah penyajian secara wajar maka konsep kewajaran kearah pemikiran yang progresif. (Ahmed R Belkaui 2008:201). Menurut Arthur Andersen dan Co dalam Agus (2008:122) mendefinisikan Kewajaran Laporan Keuangan sebagai berikut : salah satu dalil akuntansi yang mendasari prinsip – prinsip akuntansi dapat dinyatakan sebagai kewajaran – kewajaran bagi seluruh segmen dari masyarakat bisnis (manajemen, tenaga kerja, pemegang saham kreditor, konsumen, publik) ditentukan dan diukur dari segi ekonomi serta mode – mode pemikiran dan kebiasaan dari segmen tersebut sampai akhirnya prinsip – prinsip akuntansi dapat menghasilkan akuntansi keuangan bagi hak dan kepentingan ekonomi yang telah diterbitkan secara resmi yang menjadi wajar untuk semua segmen. 42 Terdapat anggapan bahwa kewajaran adalah merupakan hal yang objektif karena memiliki dua arti, dan tidak dapat menjadi dasar dari pengembangan teori akuntansi namun ternyata menjadi salah satu tujuan dasar dari akuntansi. Bukti pentingnya hal ini adalah referensi oleh Committee on Auditing Procedures dari American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) sehubungan dengan kewajaran laporan keuangan kriterianya : penyajian secara wajar dimana sesuai dengan prinsip – prinsip akuntansi yang berlaku umum, pengungkapan, konsisten, dan dapat diperbandingkan serta dalam laporan yang wajar tanpa pengecualian menyajikan secara wajar memiliki konotasi telah mengikuti prinsip – prinsip akuntansi yang berlaku dan standar audit yang berlaku. (Ahmed R Belkaoui,2008). Dalam menilai kewajaran laporan keuangan dapat menentukan apakah laporan keuangan sebagai keseluruhan yaitu informasi yang akan dinyatakan sesuai dengan kriteria tertentu yang telah ditetapkan. Kewajaran laporan keuangan meliputi : Kepatuhan terhadap Standar akuntansi yang berterima umum (SAK), Laporan keuangan disajikan secara konsisten, tidak ada salah saji material. Kriteria dalam menilai kewajaran laporan keuangan perlu adanya pertimbangan bahwa: 1. Prinsip akuntansi yang dipilih dan dilaksanakan telah berlaku umum. 2. Prinsip akuntansi yang dipilih tepat untuk keadaan yang bersangkutan. 3. Laporan keuangan beserta catatannya memberikan informasi yang cukup dan dapat mempengaruhi penggunaannya, pemahamannya dan penafsiran. 43 4. Informasi diklasifikasikan dan diikhitisarkan dengan semestinya, tidak terlalu rinci ataupun terlalu ringkas. 5. Laporan keuangan mencerminkan peristiwa dan transaksi yang mendasarinya dalam suatu cara yang dapat diterima, yaitu batas-batas yang rasional dan praktis untuk dicapai dalam laporan keuangan. C. Kerangka Pemikiran TRANSAKSI PENGAKUAN BEBAN PENDAPATAN LAPORAN KEUANGAN Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Pada perusahaan akan terjadi transaksi – transaksi, dari transaksi tersebut akan diperoleh adanya pengakuan baik pengakuan pendapatan maupun pengakuan beban. Pengakuan pendapatan terjadi jika perusahaan menjual produksinya maka akan diakui sebagai pendapatan. Sedangkan pengakuan beban terjadi jika perusahaan telah merasakan manfaat dari aktiva maka diakui sebagai beban. Setelah adanya pengklasifikasian sesuai jenisnya maka akan diringkas pada laporan keuangan agar mencerminkan kinerja serta posisi keuangan perusahaan. 44 D. Penelitian Terdahulu Pengakuan pendapatan dan beban pada setiap perusahaan satu dengan perusahaan yang lain tidak selalu sama penerapan metodenya, mengakibatkan metode yang digunakan pada setiap perusahaan berbeda – beda. Karena hal ini disebabkan adanya perbedaan berbagai jenis umum transaksi dalam setiap perusahaan yang berbeda – beda. Beriku Penelitian terdahulu. TABEL 2.1 PENELITIAN TERDAHULU Nama Peneliti Judul Penelitian Alat Analisis Hasil Penelitian Bayinun Fadilah Tinjauan atas Analisis Laporan 2013 penerapan PSAK Pendapatan Tol 23 tentang pengakuan pendapatan pada PT.Jasa Marga Penerapan pengakuan menggunakan metode cash basis, dimana pendapatan diakui pada saat direalisasi dan dihasilkan Budi Mulia 2007 Perusahaan melakukan melakukan pengakuan pendapatan mengacu pada konsep realisasi(pengakuan tidak dilakukan pada saat penerimaan kas) Menguji Pendapatan dan Biaya menggunakan metode persentase penyelesaian Tri 2003 Pengakuan dan pengukuran pendapatan menurut PSAk 23 Pada PT.Raya Utama Travel Medan Wahyudi Pengakuan Pendapatan dan Biaya pada PT. Pembangunan Perumahan Analisis pendapatan penjualan jasa tour transportasi dari tiket, dan Analisis Laporan Keuangan