Agency Theory

advertisement
BAB 1I
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Agency Theory
Teori keagenan (Agency Theory) merupakan basis teori yang mendasari
praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Teori tersebut berakar dari
sinergi teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi utama, teori
ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang
(principal) yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang (agensi) aitu
manajer, dalam bentuk kerja sama yang disebut nexus of contract.
Perbedaan kepentingan ekonomis ini bisa saja disebabkan ataupun
menyebabkan timbulnya informasi asymetri (kesenjangan informasi) antara
pemegang saham (stakeholders) dan organisasi. Deskripsi bahwa manajer adalah
agen bagi para pemegang saham atau dewan direksi adalah benar sesuai teori
agensi.
Teori agensi mengasumsikan bahwa sebuah individu bertindak atas
kepentingan mereka sendiri. Pemegang saham sebagai principal diasumsikan
hanya tertarik kepada hasil keuangan yang bertambah atau investasi mereka di
dalam perusahaan. Sedang para agen diasumsikan menerima kepuasan berupa
kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang menyertai dalam hubungan
tersebut.
Karena perbedaan kepentingan ini yang masing-masing pihak berusaha
memperbesar
keuntungan
bagi
diri
sendiri.
Principal
menginginkan
pengembalian yang sebesarnya dan secepatnya atas investasi yang salah satunya
9
10
dicerminkan dengan kenaikan porsi deviden dari tiap saham yang dimiliki. Agen
menginginkan kepentingannya diakomodir dengan pemberian kompensasi atau
bonus yang memadai atas kinerjanya. Principal menilai prestasi agen berdasarkan
kemampuannya memperbesar laba untuk dialokasikan pada pembagian deviden.
Makin tinggi laba, harga saham dan deviden makin besar, maka agen dianggap
berhasil atau berkinerja baik sehingga layak mendapat insentif yang tinggi.
Sebalikya agen pun memenuhi tuntutan principal agar mendapatkan
kompensasi yang tinggi. Sehingga bila tidak ada pengawasan yang memadai
maka sang agen dapat memainkan beberapa kondisi perusahaan agar seolah-olah
target perusahaan tercapai. Permainan tersebut bisa atas prakarsa dari principal
ataupun inisiatif agen sendiri. Maka terjadilah Creative Accounting yang
menyalahi aturan, misalnya adanya piutang yang tidak mungkin tertagih yang
tidak dihapuskan, Capitalisasi expense yang tidak semestinya, pengakuan
penjualan yang tidak semestinya yang kesemuanya berdampak pada besarnya
nilai aktiva dalam neraca yang mempercantik laporan keuangan walaupun bukan
nilai sebenarnya. Atau bisa juga dengan melakukan income smoothing (membagi
keuntungan ke periode lain) agar setiap tahun kelihatan perusahaan meraih
keuntungan, padahal kenyataannya merugi atau laba turun
Contoh nyata yang dominan terjadi dalam kegiatan perusahaan dapat
disebabkan karena pihak agensi memiliki informasi keuangan daripada pihak
principal (keunggulan informasi), sedangkan dari pihak principal bisa jadi
memanfaatkan kepentingan pribadi atau golongannya sendiri (self interest)
karena memiliki keunggulan kekuasaan (discretionary power).
11
Hubungan agensi ini memotivasi setiap individu untuk memperoleh sasaran
yang harmonis, dan menjaga kepentingan masing-masing antara agen dan
principal. Hubungan keagenan ini merupakan hubungan timbal balik dalam
mencapai tujuan dan kepentingan masing-masing pihak.
Ditegaskan oleh Watt (1992) bahwa hubungan agensi kaitannya dengan
laporan keuangan perusahaan sangat dipengaruhi oleh kepentingan pasar dan
politik.
B. Kajian Pustaka
Ada beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh peneliti
sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan, maka untuk
penulisan ini dari teori-teori yang ada.
(David N.Hurtt,2008) melakukan penelitian yang diuraikan secara garis
besar, penelitian ini tentang “Evaluasi Pengakuan Pendapatan Ketika Adanya
Retur”, dalam penelitian ini masalah yang diambil yaitu bagaimana laporan
perusahaan akan melaporkan pendapatan ketika adanya pengembalian atas
kerusakan produk. Maka metode yang digunakan yaitu pengakuan pendapatan
pada saat penjualan.
Pendapatan dari transaksi penjualan akan menjadi pengakuan pada waktu
penjualan hanya jika kondisi ditetapkan dapat memenuhi kriteria. Jika kondisi
tidak memenuhi kriteria, pengakuan pendapatan adalah menangguhkan dimana
pendapatan yang diterima dimuka timbul saat perusahaan memperoleh kas
sebelum diakui pendapatan, jika memenuhi maka pendapatan penjualan dan beban
dari penjualan melaporkan bahwa laporan penjualan harus dikurangkan retur
12
untuk mencerminkan estimasi keuntungan dan berharap beban atau kerugian
menjadi accrual dicatat saat transaksi. Apabila terdapat tingkat retur yang tinggi
dan tidak diestimasikan secara layak maka laporan yang disajikan tidak wajar.
Persamaan yang ada dalam penelitian yaitu dalam melakukan penelitian
sama-sama ingin mengetahui penerapan pengakuan pendapatan telah sesuai
dengan PSAK 23 yang berlaku, sedangkan perbedaanya yaitu penelitian terdahulu
memfokuskan pada penerapan pendapatan saja sedangkan penelitian sekarang
membahas penerapan pada beban. Yuan Zhang (2007) melakukan penelitian
tentang “Penentuan Pengakuan pada kasus industry software” dalam penelitian ini
masalah yang diambil dalam pengakuan pendapatan mempengaruhi laba.
Dalam mengakui pendapatan harus sesuai dengan transaksi yang terjadi pada
sistem penjualan yang ada pada perusahaan adalah dengan menggunakan metode
accrual basis, bahwa metode pengakuan dan pengukuran pendapatan yang
diterapkan perusahaan akan mempengaruhi laba usaha, dimana pengakuan terjadi
disaat
barang terjual meski belum menerima pembayaran tetapi perusahaan
sudah mengakui laba atas penjualan. Jika laporannya sesuai transaksi maka akan
mempengaruhi kewajaran laporan keuangan dalam penyajiannya.
Lia Marissa (2006) melakukan penelitian yang diuraikan secara garis besar,
penelitian ini tentang “Analisis Penetapan Pengakuan Pendapatan Menggunakan
Metode Point of Sale pada PT.A, dalam penelitian ini masalah yang diambil
pengakuan pendapatan dalam point of sale akan terjadi masalah praktik industry
dan metode penelitian menggunakan
pendapatannya menggunakan Point of Sale.
metode kualitatif dan
penerapan
13
Kesimpulannya bahwa dalam melakukan penjualan yang menggunakan Point
of Sale manajemen dan pemasaran sering melakukan praktik industry yang
dinamakan “Channel Stufing” dimana ketika produsen ingin memuat hasil
keuangan kelihatannya bagus maka menawarkan dengan potongan yang besar
kepada distributor menimbulkan persediaan distributor akan membengkak dan
saluran pemasaran menjadi penuh sesak tetapi laporan keuangan terlihat baik
meskipun akan merusak hasil periode mendatang, jika proses tersebut terulang
kembali, laporan keuangan yang disajikan tidak wajar karena tidak sesuai SAK.
1. Pendapatan
a. Pengertian Pendapatan
Pendapatan sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup perusahaan,
semakin besar pendapatan yang diperoleh maka semakin besar kemampuan
perusahaan untuk membiayai segala keperluan perusahaan dan kegiatan-kegiatan
yang akan dilakukan oleh perusahaan. Selain itu pula pendapatan juga
berpengaruh terhadap laba rugi perusahaan yang tersaji dalam laporan laba rugi.
Dan yang perlu diingat lagi, pendapatan adalah darah kehidupan dari suatu
perusahaan. Hal ini tentu saja tidak mungkin terlepas dari pengaruh pendapatan
dari hasil operasi perusahaan.
Pengertian dari pendapatan itu sendiri ada beberapa macam, berikut ini ada
beberapa pandangan yang menegaskan arti konseptual dari pendapatan. Sebelum
penulis lebih lanjut menelaah mengenai pengertian pendapatan, maka terlebih
dahulu perlu diketahui mengenai konsep kesatuan usaha.
14
Konsep kesatuan usaha menyatakan bahwa dalam akuntansi perusahaan
dipandang sebagai suatu kesatuan usaha atau badan usaha yang berdiri sendiri,
bertindak atas namanya sendiri dan terpisah dari pemilik dan pihak lain yang
menanamkan dana dalam perusahaan. Berdasarkan konsep kesatuan usaha diatas,
konsep tersebut mempunyai konsekuensi yaitu bahwa pendapatan dan laba harus
dipandang sebagai kenaikan kekayaan perusahaan, sedangkan biaya dan rugi
sebagai pengurang kekayaan perusahaan. Oleh karena itu, Standar Akuntansi
harus menyelesaikan pengertian pendapatan dan biaya dengan memandangnya
sebagai perubahan kekayaan bukan sebagai kanaikan atau penurunan kekayaan
pemilik atau pemegang saham.
Menurut ilmu ekonomi, pendapatan merupakan nilai maksimum yang dapat
dikonsumsi oleh seseorang dalam suatu periode dengan mengharapkan keadaan
yang sama pada akhir periode seperti keadaan semula. Pengertian tersebut
menitikberatkan pada total kuantitatif pengeluaran terhadap konsumsi selama satu
periode. Dengan kata lain, pendapatan adalah jumlah harta kekayaan awal periode
ditambah keseluruhan hasil yang diperoleh selama satu periode, bukan hanya
yang dikonsumsi.
Menurut ilmu akuntansi, konsep dasar pendapatan dapat ditelusuri dari sudut
pandang yang menekankan pada pertumbuhan atau peningkatan jumlah aktiva
yang timbul sebagai hasil dari kegiatan operasional perusahaan. Pendekatan yang
memusatkan perhatian kepada arus masuk atau inflow adalah arus masuk asset
dalam bentuk uang tunai, piutang property lain untuk pelanggan atau klien, yang
15
dihasilkan dari penjualan merchandise atau penyerahan jasa atau dari investasi
misalnya, bunga dapat diperoleh dari obligasi atau tabungan.
Eldon S H (2008:165) menjelaskan pendapatan secara umum yaitu sebagai
hasil dari suatu perusahaan yang biasanya bisa diukur dengan suatu harga
pertukaran yang berlaku. Pendapatan diakui saat kejadian penting atau saat proses
penjualan pada dasarnya dapat diselesaikan
Pendapatan timbul karena pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa dan
dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa, bunga,
deviden, royalty dan sewa. Pendapatan merupakan faktor terpenting untuk
mendapatkan laba oleh sebab itu penentuan pendapatan harus dilakukan dengan
tepat agar benar-benar mencerminkan hasil usaha dalam suatu periode
Ikatan Akuntansi Indonesia dalam pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
PSAK No.23 (revisi 2012) mendefinisikan :
“penghasilan sebagai kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi
dalam bentuk pemasukan atau penambahan asset atau penurunan liabilitas yang
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam
modal”.
Penghasilan meliputi pendapatan maupun keuntungan. pendapatan sebagai
berikut:
“ Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari pelaksanaan aktivitas entitas
yang normal dan dikenal dengan sebutan yang berbeda, seperti penjualan,
penghasilan jasa, bunga, dividen, dan sewa. Tujuan pernyataan ini adalah
mengatur perlakuan akuntansi atas pendapatan yang timbul dari transaksi dan
kejadian tertentu”.
Pendapatan hanya meliputi arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang diterima
dan Pendapatan sebagai arus masuk atau peningkatan nilai asset dari suatu entity
atau penyelesaian kewajiban dari entry atau gabungan keduanya selama periode
16
tertentu yang berasal dari penyerahan barang, pemberian jasa atas pelaksanaan
kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan utama perusahaan yang sedang
berjalan.
Menurut Stice, James D, Earl K.Stice, K.Fred Skousen (2009:493) menyatakan
bahwa :
“ Pendapatan adalah arus masuk atau peningkatan lain dari suatu asset suatu
entitas atau pelunasan utang-utangnya ( atau kombinasi dari keduanya) yang
dihasilkan dari penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa, atau aktivitasaktivitas lainnya yang merupakan operasi utama atau operasi sentral yang
berkelanjutan dari entitas tersebut”.
b. Karakteristik Pendapatan
Pendapatan
memanfaatkan
diakibatkan
faktor-faktor
oleh
kegiatan-kegiatan
produksi
untuk
perusahaan
mempertahankan
diri
dalam
dan
pertumbuhan. Seluruh kegiatan perusahaan yang menimbulkan pendapatan secara
keseluruhan disebut earning process. Secara garis besar earning process
menimbulkan dua akibat yaitu pengaruh positif atau pendapatan dan keuntungan
dan pengaruh negative atau beban dan kerugian.
Selisih dari keduanya nantinya menjadi laba atau income atau rugi atau less.
Pendapatan umumnya digolongkan atas pendapatan yang berasal dari kegiatan
normal perusahaan dan pendapatan yang bukan berasal dari kegiatan normal
perusahaan. Pendapatan dari kegiatan normal perusahaan biasanya diperoleh dari
hasil penjualan barang ataupun jasa yang berhubungan dengan kegiatan utama
perusahaan. Pendapatan yang bukan berasal dari kegiatan normal perusahaan
sering disebut hasil non operasi. Pendapatan non operasi biasanya dimasukkan ke
dalam pendapatan lain-lain, misalnya pendapatan bunga dan deviden.
17
Ada beberapa karakteristik tertentu dari pendapatan yang menentukan atau
membatasi bahwa sejumlah rupiah yang masuk keperusahaan merupakan
pendapatan yang berasal dari operasi perusahaan. Karakteristik ini dapat dilihat
berdasarkan sumber pendapatan, produk dan kegiatan utama perusahaan dan
jumlah rupiah pendapatan serta proses penandingan.
1) Sumber Pendapatan
Pada umumnya sebagian besar pendapatan yang dihasilkan oleh perusahaan
berasal dari aktivitas utama perusahaan yang bersifat rutin, namun perusahaan
juga dapat memperoleh atau menambah pendapatannya dari aktivitas-aktivitas
non-operasional yang bersifat tidak rutin. Jumlah rupiah perusahaan bertambah
melalui berbagai cara tetapi tidak semua cara tersebut mencerminkan pendapatan.
Tambahan jumlah rupiah aktiva perusahaan dapat berasal dari transaksi modal;
laba dari penjualan aktiva yang bukan barang dagangan seperti aktiva tetap; surat
berharga; ataupun penjualan anak atau cabang perusahaan; hadiah, sumbangan
atau penemuan; revaluasi aktiva tetap; dan penjualan produk saja yang dapat
dianggap sebagai sumber utama pendapatan walaupun laba atau rugi mungkin
timbul dalam hubungannya dengan penjualan aktiva selain produk utama
perusahaan.
Sumber-sumber
pendapatan
suatu
perusahaan
menurut
M.Munandar
(2006:17) dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu :
1) Pendapatan Operasional, pendapatan yang berasal dari kegiatan normal atau
kegiatan utama yang dijalankan perusahaan penyajiannya didalam income
statement sebesar bruto yang diterima atas seluruh perolehannya. Jenis-jenis
dari pendapatan operasional antara lain :
18
a) Penjualan sales, hasil penjualan barang atau jasa yang menjadi objek usaha
pokok/utama dalam perusahaan, dapat dibedakan menjadi penjualan bruto
(gross profit) dan penjualan bersih (net profit).
b) Potongan pembelian tunai (purchase discount), pendapatan yang diterima
oleh perusahaan karena pembelian barang secara tunai.
c) Penerimaan tambahan dari pembelian, tambahan barang (extra) yang diterima
oleh pihak penjual karena perusahaan membeli barang-barang dalam jumlah
besar.
2) Pendapatan Diluar Operasi, merupakan pendapatan yang berasal dari transaksi
di luar kegiatan utama perusahaan, penyajian di dalam income statement
adalah sebesar netto yang diperoleh. Jenis-jenis pendapatan bukan operasional
antara lain :
a. Normal revenue activities (pendapatan bunga, pendapatan sewa, pendapatan
deviden kas).
b. Non revenue activities, pendapatan penjualan atau pertukaran yang bukan
barang dagangan yang terkenal dengan istilah Gain. Yang mana Gain ini in
flow dari asset.
3) Pendapatan Luar Biasa, pendapatan biasa atau normal dan sering terjadi yang
mempunyai sifat luar biasa (transaksi yang bersangkutan tidak diharapkan
akan terulang kembali di masa yang akan datang). Pendapatan ini selalu
disajikan secara netto di dalam income statement dan sebelum dikurangi
pajak penghasilan.
2) Produk dan kegiatan utama perusahaan
Produk perusahaan mungkin berupa barang ataupun dalam bentuk
jasa.Perusahaan tertentu mungkin sekali menghasilkan berbagai macam produk
baik berupa barang atau jasa atau keduanya yang sangat berlainan jenis maupun
arti pentingnya bagi perusahaan.
Terkadang, produk yang dihasilkan secara incidental bila dihubungkan
dengan kegiatan utama perusahaan atau yang timbul tidak tetap, sering dipandang
sebagai elemen pendapatan non operasi, maka pemberian batasan tentang
pendapatan sangat perlu, untuk itu produk perusahaan harus diartikan meliputi
seluruh jenis barang atau jasa yang disediakan atau diserahkan kepada konsumen
19
tanpa memandang jumlah rupiah relatif tiap jenis produk tersebut atau sering
tidaknya produk tersebut dihasilkan.
3) Jumlah rupiah pendapatan dan proses penandingan
Pendapatan merupakan jumlah rupiah dari harga jual per satuan kali kuantitas
terjual. Perusahaan umumnya akan mengharapkan terjadinya laba yaitu jumlah
rupiah pendapatan lebih besar dari jumlah biaya yang dibebankan. Laba atau rugi
yang terjadi baru akan diketahui setelah pendapatan dan beban dibandingkan.
Setelah biaya yang dibebankan secara layak dibandingkan dengan pendapatan
maka tampaklah jumlah rupiah laba atau pendapatan netto.
c. Pengukuran Pendapatan
Pembahasan mengenai konsep pendapatan seringkali dihubungkan dengan
masalah pengukuran (measurement) dan pada saat pengakuan (timing)
pendapatan. Salah satu kriteria yang penting dalam pendapatan adalah
measureability, dimana pendapatan itu dapat ditentukan besarnya dengan wajar
agar didalam laporan keuangan itu tidak tercermin pendapatan yang terlalu tinggi
(overstated) dan terlalu rendah (understated). Pengukuran adalah proses
penetapan jumlah uang untuk mengetahui dan memasukkan setiap unsur laporan
keuangan dalam neraca dan laporan laba rugi ( Ikatan Akuntan Indonesia,
2009:23). Pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat
diterima ( PSAK No.23, 2012). Jumlah pendapatan yang timbul dari transaksi
biasanya ditentukan oleh persetujuan antara yang diterima atau dapat diterima
oleh perusahaan dikurangi jumlah diskon dagang dan rabat volume yang
diperbolehkan perusahaan.
20
Dasar pengukuran pendapatan adalah suatu unsur diakui secara formal yamg
memenuhi elemen laporan keuangan. Sebuah unsur juga dapat diukur dalam
satuan uang untuk diakui pengungkapan merupakan pengakuan yang lebih tepat
dalam situasi dimana yang relevan tidak dapat diukur dengan handal. Cara terbaik
untuk pengukuran pendapatan adalah dengan menggunakan nilai tukar barang
atau jasa.
Jumlah pendapatan yang timbul dari suatu transaksi biasanya ditentukan oleh
persetujuan antara perusahaan penjualan dengan pembeli atau konsumennya.
Jumlah tersebut harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat
diterima perusahaan dikurangi dengan jumlah potongan harga yang disepakati
bersama. Nilai wajar yang dimaksud dalam PSAK No.23 adalah jumlah dimana
suatu asset dapat dipertukarkan atau suatu liabilitas diselesaikan antara pihak yang
memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar (arm’s length
transaction).
Pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat
diterima. Ketika arus kas penerimaan ditangguhkan, perbedaan nilai wajar dan
jumlah nominal imbalan diakui sebagai pendapatan bunga sesuai PSAK 23 (revisi
2012) dan PSAK 55 ( revisi 2012). Dalam transaksi pertukaran jika nilai wajar
barang atau jasa yang diterima tidak dapat diukur dengan andal, maka pendapatan
diukur pada nilai wajar barang atau jasa yang diserahkan, disesuaikan dengan
jumlah kas atau setara kas yang ditransfer.
Barang atau jasa yang dijual atau barter dengan barang atau jasa yang sifat
dan nilainya tidak sama, dianggap sebagai transaksi yang mengakibatkan
21
pendapatan. Tetapi apabila barang atau jasa yang dipertukarkan dengan barang
atau jasa lainnya yang sifat dan nilai yang sama maka pertukaran tersebut tidak
dianggap sebagai transaksi yang mengakibatkan pendapatan.
d. Pengakuan Pendapatan
Kaidah pengakuan pendapatan merupakan ketentuan pada level penetapan
standar. Agar dapat dilaksanakan pada level perusahaan maka kaidah tersebut
harus dijabarkan secara teknis dan prosedur dalam bentuk kebijakan akuntansi
perusahaan. Kebijakan
akuntansi perusahaan yang menetapkan kapan suatu
penjualan dianggap secara teknis telah terjadi sehingga memicu pencatatan jumlah
rupiah penjualan tersebut.
Pengakuan merupakan proses secara formal pencatatan jumlah rupiah
pendapatan dan memasukan suatu pos dalam akun serta laporan keuangan entitas.
Pengakuan meliputi penjelasan suatu pos baik dengan kata-kata maupun angka
serta jumlah itu termasuk dalam angka total laporan keuangan. Oleh karena itu
secara konseptual pendapatan dapat diukur jika memenuhi kualitas pengukuran
dan keandalan maka kualitas tersebut harus dioperasikan dalam bentuk kriteria
pengakuan pendapatan. Pembentukan pendapatan merupakan konsep yang
berkaitan dengan masalah kapan dan bagaimana sesungguhnya pendapatan itu
timbul dan menjadi ada, konsep ini menyatakan bahwa pendapatan terbentuk
bersamaan dengan melekat pada totalitas proses berlangsungnya operasi
perubahan sedangkan konsep realisasi menjelaskan pendapatan terjadi pada saat
produk selesai dikerjakan dan terjual langsung atas dasar kontrak penjualan.
22
Berkaitan dengan pernyataan diatas dan menurut Donal E.Kiesso dkk
(2007:3) ada beberapa yang perlu diketahui tentang prinsip pengakuan pendapatan
yang menyatakan pendapatan harus diakui dalam laporan keuangan ketika :
1) Pendapatan dihasilkan (earned), apabila entitas bersangkutan pada hakikatnya
telah menyelesaikan apa yang seharusnya dilakukan untuk mendapat hak atas
manfaat yang dimiliki oleh pendapatan itu, yakni apabila proses menghasilkan
laba telah selesai atau sebenarnya telah selesai.
2) Pendapatan di realisasi apabila barang dan jasa ditukar dengan kas atau klaim
atas kas (piutang).
3) Pendapatan dapat direalisasi apabila aktiva yang diterima dalam pertukaran
segera dapat dikonversi menjadi kas atau klaim atas kas dengan jumlah yang
diketahui.
Hal tersebut secara umum dipenuhi pada saat penjualan, yang sering kali
terjadi ketika barang terlah dikirimkan atau ketika jasa telah diberikan ke
pelanggan.Biasanya aktiva dan pendapatan diakui bersamaan, dengan demikiam
penjualan persediaan menghasilkan peningkatan dalam kas dan piutang usaha dan
peningkatan dalam pendapatan dipenuhi.Misalnya, jika seorang klien membayar
untuk jasa konsultasi dimuka, suatu aktiva yaitu kas dicatat dalam pembukuan,
meskipun belum diperoleh.Ketika pengakuan pendapatan diakui seluruhnya,
pendapatan diakui dan akun kewajiban dikurangi.
Secara khusus, IAI (2010) mengatur pengakuan pendapatan kedalam
kelompok penjualan, yakni penjualan barang dan penjualan jasa. Menurut IAI
dalam PSAK No.23, bila hasil sutu transaksi yang meliputi penjualan jasa dapat
diestimasi dengan andal, pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut harus
diakui dengan acuan pada tingkat penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca.
Menurut IAI (2010) dalam PSAK No.23 (revisi 2012) hasil suatu transaksi
dapat diestimasi dengan andal bila memenuhi kondisi sebagai berikut:
23
1) Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal.
2) Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut
akan diperoleh perusahaan.
3) Entitas Tingtelah memindahkan risiko dan manfaat kepemilikan barang secara
signifikan kepada pembeli.
4) Entitas tidak lagi melanjutkan pengelolaan yang biasanya terkait dengan
kepemilikan atas barang ataupun melakukan pengendalian efektif atas barang
yang dijual.
5) Biaya yang terjadi untuk transaksi tersebut dan biaya untuk menyelesaikan
transakis tersebut dapat diukur dengan andal.
Menurut PSAK No.23, beberapa transaksi pendapatan yang dapat direalisasi
dan telah diakui sesuai dengan prinsip sebagai berikut :
1) Pendapatan atas jasa yang diberikan oleh perusahaan jasa diakui pada saat jasa
tersebut telah diakui.
2) Pendapatan dari transaksi penjualan produksi diakui pada tanggal penjualan
produksi kepada pelanggan
3) Imbalan yang diperoleh atas penggunaan aktiva atau sumber ekonomi
perusahaan oleh pihak lain.
4) Pendapatan dari penjualan aktiva selain produk diakui pada tanggal penjualan.
Pendapatan dapat diukur dalam satuan nilai tukar produk atau jasa yang
dipertukarkan dalam transaksi wajar. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia juga
menganut prinsip mengukur pendapatan dimana pendapatan harus diukur secara
wajar yang dapat diterima umum berbentuk kas dan setara kas.
24
Menurut Kieso dkk (2007:5) secara teoritik titik waktu dari pengakuan
pendapatan dapat dilakukan pada berbagai saat, yaitu sebagai berikut :
1) Pengakuan pendapatan sebelum penyerahan, pengakuan pendapatan diakui
sebelum penyerahan biasanya dilakukan kontrak yang terjadi dalam jumlah
besar dan sudah ditetapkan saat pelaksanaan produksi dimulai. Disini harga
kontrak akan direalisasi bukan dengan kegiatan penjualan melainkan dengan
pelaksanaan produksi sesuai dengan kontrak yang telah disepakati, adapun
laba diakui secara periodik atas dasar presentase penyelesaian pekerjaan.
Ada dua metode akuntansi yang sangat berbeda untuk kontrak jangka panjang
dalam pengakuan pendapatan yang diakui sebagai berikut :
a. Metode persentase penyelesaian
Menurut Alan Jayatmaja (2010:8-2) metode penyelesaian kontrak adalah:
“Pendapatan dan laba kotor diakui setiap penyelesaian berdasarkan
kemajuan proses konstruksi”.
Dalam metode ini, suatu perusahaan mengakui pendapatan dan biaya dari
suatu kontrak tersebut bergerak menuju penyelesaian dan bukannya
menangguhkan pengakuan dari unsur-unsur ini sampai kontrak selesai.
Jumlah dari pendapatan yang akan diakui setiap periodenya didasarkan
pada suatu pengukuran kemajuan menuju penyelesaiannya. Hal ini
memerlukan estimasi biaya yang akan dikeluarkan. Perubahan dalam
estimasi dari biaya masa depan biasanya timbul dan penyesuaian yang
diperlukan dibuat di tahun ketika estimasi tersebut direvisi. Dengan
demikian, pendapatan dan biaya yang akan diakui pada suatu tahun
dipengaruhi oleh pendapatan dan biaya yang telah diakui.
25
Mengakui pendapatan, biaya dan laba kotor sesuai dengan tercapainya
kemajuan ke arah penyelesaian kontrak jangka panjang.Merupakan
metode taksiran atas persentase pekerjaan yang telah diselesaikan.
Syarat
yang
harus
dipenuhi
apabila
estimasi
kemajuan
kearah
penyelesaian, pendapatan serta biaya secara layak dapat dipercaya sebagai
berikut :
1) Estimasi yang dapat diandalkan dapat dibuat atas pendapatan kontrak
biaya kontrak dan sejauh mana kemajuan kea rah penyelesaian.
2) Kontrak secara jelas menetapkan hak-hak yang dapat dilaksanakan
mengenai barang atau jasa yang akan disediakan dan diterima oleh
kedua belah pihak, pertimbangan untuk menukar, and sifat serta
persyaratan penyelesaian..
3) Pembeli dapat diharapkan untuk memenuhi semua kewajibannya
dalam kontrak.
4) Kontraktor diharapkan untuk melaksanakan kewajiban kontraktual
tersebut.
Secara serupa dengan metode persentase penyelesaian, terdapat metode
kinerja proporsional (proportional performance method), yaitu: “ Kontrak
itu secara jelas menetapkan hak-hak ide kinerja proporsional adalah
metode akuntansi untuk mencatat pendapatan jasa dan beban-beban terkait
sebelum penyelesaian suatu kontrak jasa”.
26
Metode ini digunakan untuk mencerminkan pendapatan yang diperoleh
untuk kontrak jasa ketika banyak tindakan jasa akan dilaksanakan sebelum
kontrak tersebut dianggap selesai.
b. Metode kontrak selesai
Mengakui pendapatan, laba kotor hanya pada saat penjualan yaitu padad
saat kontrak diselesaikan.
Metode kontrak selesai harus digunakan hanya :
1) Jika suatu entitas terutama mempunyai kontrak jangka pendek.
2) Jika syarat-syarat yang menggunakan metode persentase penyelesaian
tidak dapat dipenuhi.
3) Jika terdapat bahaya yang melekat dalam kontrak itu diluar risiko
bisnis yang normal dan berulang.
2) Pengakuan pendapatan setelah penyerahan, untuk pengakuan pendapatan pada
saat setelah penyerahan umumnya harga pokok produksi ditentukan secara
layak pada saat barang telah diselesaikan diproduksi. Kegiatan produksi
merupakan faktor penentu dalam menghasilkan pendapatan dan bukan
kegiatan penjualan. Dengan demikian pendapatan dapat diakui berdasarkan
banyaknya
barang
yang
benar-benar
terjual.
Kriteria
utama
untuk
menggunakan metode ini adalah kemampuan realisasi yang handal dimana
produk harus dapat dipasarkan segera pada harga tertentu.
3) Pengakuan Pendapatan pada saat penjualan (penyerahan), pengakuan pada
saat penjualan sering digunakan karena sebagian besar ketidakpastian
mengenai proses menghasilkan laba dan harga pertukaran sudah diketahui.
27
Untuk perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi atau barang
dagangan, kegiatan penjualan merupakan hal yang paling menentukan dan
mempunyai arti keuangan sebab transaksi penjualan mengakibatkan aktiva
baru kedalam perusahaan berupa kas atau piutang.
Dalam menilai hasil suatu transaksi dapat estimasi dengan andal bila
memenuhi kondisi sebagai berikut:
1) Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut
akan diperoleh perusahaan.
Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur
dengan andal.
Dalam pengakuan pendapatan pada saat penjualan terkadang bisa timbul
masalah yaitu :
a. Penjualan
dengan
perjanjian
beli
kembali
merupakan
perjanjian
pembiayaan produk. Jika mendapat perjanjian beli kembali dengan harga
tertentu dan harga ini dapat menutup semua biaya sediaan ditambah biaya
kepemilikan yang terkait, maka sediaan dan kewajiban yang terkait itu
tetap ada pada pembukuan penjual. Dengan kata lain tidak terjadi
penjualan.
b. Penjualan dengan hak retur, tersedia metode pengakuan pendapatan
alternatif
apabila
penjual
menanggung
risiko
berkepanjangan karena pengembalian produk
kepemilikan
yang
yaitu tidak mencatat
penjualan sampai seluruh hak retur habis masa berlakunya, mencatat
penjualan tetapi mengurangi penjualan dengan estimasi retur di masa
28
depan dan mencatat penjualan serta memperhitungkan retur saat
terjadinya.
FASB menyimpulkan bahwa jika suatu perusahaan menjual produknya
tetapi memberikan pembeli hak untuk mengembalikan produk itu, maka
pendapatan dari penjualan ini akan diakui pada saat penjualan hanya jika
semua dari enam kondisi berikut terpenuhi:
1. Harga penjual kepada pembeli pada hakikatnya tetap atau dapat
ditentukan pada tanggal penjualan.
2. Pembeli sudah membayar penjual, atau pembeli berkewajiban untuk
membayar penjual, dan kewajiban itu tidak tergantung pada penjualan
kembali produk tersebut.
3. Kewajiban pembeli kepada penjual tidak akan berubah jika terjadi
pencurian atau kerusakan atau rusaknya fisik produk.
4. Pembeli yang memperoleh produk untuk dijual kembali memiliki
substansi ekonomi yang terpisah dari yang diberikan oleh penjual.
5. Penjual tidak memiliki kewajiban yang signifikan atas kinerja masa
depan yang secara langsung menyebabkan penjualan kembali produk
itu oleh pembeli.
6. Jumlah retur di masa depan dapat diestimasi secara layak.
c. Trade loading & channel stuffing
Trade loading merupakan praktik yang ekonomis dan curang dimana
melalui praktik ini mencoba menunjukkan penjualan, laba dan pangsa
pasar yang sebenarnya tidak mereka miliki. Perusahaan membujuk para
pedagang besar yang menjadi pelanggan mereka untuk membeli lebih
banyak produk dari pada yang dapat mereka, Sedangkan Chanel stuffing
adalah praktek yang sama tetapi dalam industry perangkat lunak computer.
Ketika sebuah produsen perangkat lunak ingin memperbaiki hasil-hasil
keuangannya menjadi lebih bagus maka mereka menjual barangnya
29
dengan menawarkan potongan yang besar-besaran agar dapat membeli
lebih banyak.
4) Pengakuan pendapatan diakui pada saat penerimaan kas, penerimaan kas
merupakan hal yang signifikan dalam pengukuran pendapatan. Penerapan
dasar penerimaan kas paling banyak dijumai dalam perusahaan sebagai
berikut :
a. Perusahaan jasa
Untuk perusahaan jasa yang diberikan itu dalam waktu yang relative
pendek, seperti angkitan dan bioskop. Saat penerimaan uang dari
konsultan / pelanggan biasanya terjadi hamper bersamaan dengan
pemberian jasa. Dapat dijadikan dasar pengukuran dan pengakuan
pendapatan.
b. Penjualan angsuran
Penjualan angsuran adalah penjualan yang dilakukan dengan perjanjian
dimana pembayaran dilaksanakan secara bertahap, yaitu pada saat barang
diserahkan ke pembeli, penjual menerima sebagian harga penjualan (down
payment), sisanya dibayar dengan beberapa kali angsuran.
e. Hubungan Metode Pengakuan Pendapatan Terhadap Laporan Keuangan
Salah satu prinsip akuntansi yang berlaku umum menyatakan bahwa salah
satu dasar penyajian laporan keuangan adalah prinsip penandingan (matching
principles). Beban harus ditandingkan dengan pendapatan yang dihasilkan untuk
menentukan laba bersih suatu periode akuntansi.
30
Kieso, Weygandt, dan Warfield yang diterjemahkan oleh Emil Salin (2017:2)
menjelaskan bahwa “Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian
informasi keuangan utama kepada pihak-pihak di luar perusahaan. Laporan ini
menampilkan sejarah perusahaan yang dikuantifikasi dalam nilai moneter.
Laporan keuangan (financial statements) menurut IFRS yang sering disajikan
adalah (1) laporan posisi keuangan, (2) laporan laba-rugi komprehensif, (3)
laporan perubahan ekuitas atau pemegang saham, (4) laporan arus kas.Selain itu,
catatan atas laporan keuangan atau pengungkapan juga merupakan bagian integral
dari setiap laporan keuangan”.
Tujuan umum dari laporan keuangan yaitu untuk menediakan infornasi yang
dapat dipercaya tentang:
a. Sumber daya ekonomi dan kewajiban suatu usaha bisnis, untuk
mengevaluasi kekuatan dan kelemahan, menunjukkan pendanaan dan
investasi, mengevaluasi kemampuan perusahaan memenuhi komitmen,
menunjukkan basis sumber daya untuk pertumbuhan.
b. Perubahan sumber daya bersih sebagai hasil aktivitas perusahaan,
c. Informasi keuangan yang dapat digunakan untuk mengestimasi earning
potensial perusahaan.
d. Informasi lain yang dibutuhkan tentang perubahan sumber daya dan
kewajiban.
e. Informasi yang relevan dengan kebutuhan pemakai.
Dalam laporan keuangan, selalu dikaitkan dengan pembebanan biaya
terhadap pendapatan yang diterima pada saat periode yang sama. Pendapatan baru
31
dicatat pada saat timbulnya keyakinan bahwa pendapatan tersebut direalisasi
sehingga dalam hal ini diperlukan cut off (pisah batas) agar dapat tercapai
ketetapan dalam mempertemukan pendapatan dan biaya, cut off harus dilakukan
secara konsisten dan teratur.
Pengakuan pendapatan merupakan penentuan yangs sangat kritis, mengingat
kesalahan dalam penentuan akan berakibat pada kewajaran laba setiap periodenya.
Penyebab utama yang menyulitkan dalam menentukan saat diakuinya pendapatan
secara tepat adalah penjangnya proses dalam memperoleh pendapatan itu sendiri,
selain itu juga karena adanya berbagai macam kegiatan usaha.
Menurut Moermahadi S. Djanegara (2005), hubungan antara pengakuan
pendapatan dengan laporan keuangan dapat kita lihat dari salah satu fungsi utama
laporan keuangan itu sendiri. Yaitu sebagai informasi dan cerminan mengenai
kondisi keuangan perusahaan.Yang dalam pemenuhan fungsi tersebut dituntut
beberapa faktor yang tergabung dalam karakteristik kualitatif. Karakteristik
kualitatif adalah dapat dipenuhi jika laporan keuangan yang disajikan
mengandung karakteristik dapat dipahami, relevan, keandalan dan berdaya
banding.
Pengakuan pendapatan merupakan faktor yang menentukan dalam terciptanya
kondisi tersebut. Karena dengan pengakuan pendapatan akan menentukan
besarnya suatu pendapatan dalam suatu periode pelaporan. Apakah suatu
pendapatan benar-benar merupakan pendapatan diakui pada suatu periode
pelaporan.Sehingga tidak menimbulkan salah tafsir bagi para pengguna.Analisis
32
laporan keuangan harus meneliti metode akuntansi untuk memastikan apakah
metode tersebut mencerminkan realitas ekonomi secara layak.
2. Beban
a. Pengertian beban
Terkait dengan manfaat pengorbanan sumber daya, ada dua istilah yang
seringkali diterjemahkan sebagai ”biaya”. Kedua istilah itu adalah ”cost” dan
”expense”. Cost adalah pengorbanan sumber daya yang pemanfaatannya multi
period, sedangkan expense adalah pengorbanan sumber daya yang manfaatnya
dinikmati dalam periode yang sama dengan periode pengorbanannya. Dalam
perspektif akuntansi keuangan cost merupakan aktiva yang dilaporkan dalam
neraca, sedangkan expense dilaporkan dalam laporan laba rugi.
Beban merupakan konsep arus yang menggambarkan perubahan yang tidak
menguntungkan sumber daya perusahaan. Beban timbul akibat adanya aktivitas
perusahaan yang biasanya tebentuk pada arus kas atau berkurangnya asset seperti
kas dan setara kas, persediaan serta fixed asset. Definisi beban berkaitan dengan
kerugian, karena beban merupakan arus keluar harta atau timbulnya hutang atau
keduanya selama satu periode sebagai akibat dari penyerahan atau produksi
barang, pemberian jasa, aktivitas yang mendatangkan keuntungan lainnya yang
merupakan operasi utama satu entitas. Karakteristik utama beban terjadi di dalam
proses pembentukan pendapatan.
Menurut IAI dalam bukunya “Standar Akuntansi Keuangan” (2007:19)
mendefinisikan beban sebagai berikut : “Beban atau expenses adalah penurunan
33
manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau
berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan
ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal”.
Menurut Financial Accounting Standard Board (FASB) dalam Statement
Financial Accounting Concepts (SFAC) no.6 yang dikutip oleh Hendriksen,
Eldon S dan Michael F. Van Breda dan diterjemahkan oleh Herman Wibowo
menyatakan bahwa : ” Beban adalah arus kas keluar atau penggunaan lain aktiva
atau terjadinya kewajiban (atau keduanya) dari penyerahan atau produksi barang,
pemberian jasa, atau pelaksanaan kegiatan lain yang merupakan operasi terbesar
atau utama yang berkelanjutan dari perusahaan tersebut”.
Menurut Donald E Kiesso,dkk (2011:153) mendefinisikan beban adalah
“Arus keluar penurunan lainnya dalam aktivitas sebuah entitas atau penambahan
kewajiban selamasuatu periode yang ditimbulkan oleh pengiriman dan produksi
barang.”
Sedangkan menurut Standart Akuntansi Keuangan (2008) mendefinisikan
beban merupakan ”Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu
periode akuntansidalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau
terjadinya kewajiban yangmengakibatkan penurunan ekuitas
yang tidak
menyangkut pembagian kepada penanaman modal”.
Menurut
Charles
T
Horngren
(2009:54)
menyatakan
beban
akan
menghabiskan ataumenimbulkan kewajiban dalam jalur operasi bisnis serta
memiliki pengaruh yang terbalikdari pendapatan.
34
b. Kalsifikasi Beban
Menurut Henry Simamora (2007:25) dalam bukunya “ Akuntansi Basis
Pengambilan Keputusan Bisnis” beban terdiri dari biaya pokok penjualan
(cost of good sales), beban operasi (operating expenses) dan beban lain-lain
(other expenses).
1. Biaya pokok penjualan, rekening biaya pokok penjualan merupakan
perolehan dari pos-pos persediaan (harga pembelian atau biaya pabrikasi)
yang dijual untuk menghasilkan pendapatan penjualan. Biaya pokok
barang yang tersedia untuk dijual (Cost Of Good Available for Sale)
adalah persediaan awal ditambah pembelian (biaya pokok barang yang
diproduksi). Biaya pokok penjualan ditentukan dengan mengurangkan
persediaan akhir dari biaya pokok barang yang tersedia untuk dijual.
2. Beban operasi, Beban operasi adalah beban berkala dan lazim yang
dikeluarkan perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan. Bebanbeban
ini
biasanya
diklasifikasikan
berdasarkan
kategori-kategori
fungsional. Klasifikasi yang lazim dipakai adalah dengan memisahkan
beban penjualan (selling expenses) dari beban umum dan administratif
(general administrative expenses). Contoh beban operasi adalah beban
iklan, beban pemeliharaan, beban penyusutan, beban gaji, dan lain-lain.
3. Beban lain-lain, Beban lain-lain pada pokoknya mengandung beban-beban
yang dikeluarkan dari aktivitas-aktivitas yang bukan merupakan kegiatan
pokok perusahaan sehinnga nilai rupiah dari aktivitas ini biasanya
35
terhitung kecil. Contoh beban lain-lain adalah biaya bunga dari pinjaman
perusahaan.
c. Pengakuan Beban
Menurut IAI (2007:23) dalam bukunya “Standar Akuntansi Keuangan”
pengakuan beban adalah ”Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar
hubungan langsung antara biaya yang timbul dan pos penghasilan tertentu yang
diperoleh. Kalau manfaat ekonomi diharapkan timbul selama beberapa periode
akuntansi dan hubungannya dengan penghasilan hanya dapat ditentukan secara
luas atau tak langsung, beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar prosedur
alokasi yang rasional dan sistematis. Hal ini sering diperlukan dalam pengakuan
beban yang berkaitan dengan penggunann aktiva seperti aktiva tetap, goodwill,
paten, merk dagang. Prosedur alokasi ini dimaksudkan untuk mengakui beban
dalam periode akuntansi yang menikmati manfaat ekonomi aktiva yang
bersangkutan”.
Dalam pernyataan di atas beban merupakan arus keluar atas penggunaan lain
dari harta selama periode dari penyerahan atas produksi barang atau kegiatankegiatan lain yang merupakan operasi utama perusahaan. Beban diakui dalam
laporan laba rugi berdasarkan hal-hal sebagai berikut :
1. Adanya penurunan aktiva tetap yang digunakan oleh perusahaan misalnya
aktiva tetap.
2. Adanya proses produksi untuk menghasilkan barang-barang atau jasa.
3. Adanya kewajiban perusahaan terhadap karyawan misalnya pembayaran
gaji dan upah.
36
4. Adanya kewajiban perusahaan tanpa diiringi dengan perolehan aktiva,
misalnya garansi produk dan pembayaran bunga pinjaman.
Dengan demikian dapat disimpulkan beban yang berkaitan dengan proses
memperoleh pendapatan, harus diakui pada saat pendapatan tersebut diperoleh,
sedangkan beban yang berkaitan secara langsung dengan proses dan untuk
memperoleh pendapatan harus diakui pada saat beban tersebut dimanfaatkan
Menurut Eldon S. Hendriksen beban terjadi karena barang atau jasa
dikonsumsi atau digunakan dalam proses memperoleh pendapatan. Saat peleporan
beban
dilakukan
dengan
mencatat
kegiatan
di
dalam
perkiraan
atau
memasukkannya di dalam laporan keuangan.Beban diakui dalam laporan laba rugi
dimana laporan laba rugi atas dasar hubungan langsung antara biaya yang timbul
dan pos penghasilan tertentu yang diperoleh.
Dalam pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2009) bahwa beban diakui
dalam laporan laba rugi jika memenuhi kriteria sebagai berikut :
1) Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar hubungan langsung antara
biaya yang timbul dan poas penghasilan diperoleh.
2) Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar prosedur alokasi yang
rasional dan sistematis. Ini berarti jika manfaat ekonomi masa depan
diharapkan timbul selama beberapa periode akuntansi dan hubungannya
dengan penghasilan hanya dapat diterima secara luas atatu tidak langsung.
3) Beban diakui dalam laporan laba rugi atas jika pengeluaran tidak
menghasilkan manfaat ekonomi masa depan atau jika tidak memenuhi syarat
maka diakui dalam neraca sebagai asset.
37
4) Beban diakui dalam laporan laba rugi atas adanya pengakuan asset.
d. Pengukuran Beban
Sejalan dengan penilaian aktiva dapat diukur atas dasar jumlah rupiah yang
digunakan untuk penilaian aktiva dan hutang. Oleh karena itu, pengukuran biaya
dapat didasarkan pada :
1) Cost historis, merupakan jumlah kas atau setara kas yang dikorbankan untuk
memperoleh aktiva. Pengukuran biaya atau cost historis dapat digunakan
untuk jenis aktiva seperti gedung, peralatan dan sebagainya.
2) Cost Pengganti / cost masukan terkini (replacement cost / current input cost),
menunjukkan jumlah rupiah harga pertukaran yang harus dikorbankan
sekarang oleh suatu entitas untuk memperoleh aktiva yang sejenis dalam
kondisi yangsama, contohnya penilaian untuk persediaan.
3) Setara kas (cash equivalent), jumlah rupiah kas yang dapat direalisir dengan
cara menjual setiap jenis aktiva di pasar bebas dalam kondisi perusahaan
normal. Nilai ini biasanya didasarkan pada catatan harga pasar barang bebas
yang sejenis dalam kondisi yang sama. Pos aktiva berwujud biasanya
menggunakan dasar penilaian ini.
e. Penyajian Beban
Penyajian ini tidak dapat dilepaskan dari penyajian pendapatan dan saran un
tuk itu adala laporan laba rugi. Laporan laba rugi dapat disusun dalam dua
langkah.
1) Single Step, penyajiannya yaitu semua pendapatan dijumlahkan menjadi satu
dikurangi seluruh beban yang ada pada periode laporan.
38
2) Multi Step ( langkah ganda), penyajiannya yaitu pendapatan dikelompokkan
menjadi pendapatan usaha dan pendapatan di luar usaha. Sedangkan beban
dikelompokkan menjadi ebban usaha dan diluar usaha. Penyajiannya dengan
langkah ganda akan dapat dilihat laba yang dipeeoleh dari usaha dan laba yang
diperoleh dari luar usaha.
f. Pengungkapan Beban
Pengungkapan beban terdiri dari :
1) Di dalam neraca, jumlah kewajiban yang timbul sebagai akibat perbedaab
abtara jumlah pendanaan yang telah dilakukan oleh pemberi kerja sejak
pembentuk program dengan jumlah yang diakui sebagai beban selama periode
yang sama.
2) Di dalam laporan laba rugi, jumlah diakui sebagai beban selama periode yang
bersangkutan.
3. Laporan Laba Rugi
Menurut Charles T.Horngren (209:20) mendefinisikan laporan laba rugi
adalah “ Laporan laba rugi merupakan ikhtisar atau yang menyajikan rangkuman
pendapatan, beban, penghasilan bersih atau kerugian suatu entitas periode tertentu
disebut juga laporan pendapatan atau operasi”.
Donal E.Kiesso (2007:150) mendefinisikan Laporan laba rugi adalah “
Merupakan laporan utama untuk melaporkan kinerja dari suatu perusahaan selama
periode tertentu. Informasi tentang kinerja perusahaan, terutama tentang
profitabilitas, dibutuhkan untukmengambil keputusan tentang sumber ekonomi
39
yang akan dikelola oleh suatu perusahaandi masa yang akan datang. Informasi
tersebut juga seringkali digunakan untukmemperkirakan kemampuan suatu
perusahaan untuk menghasilkan kas dan aktiva yangdisamakan dengan kas di
masa yang akan datang”.
Dalam laporan laba rugi diperlukan penggolongan, pengungkapan dan
perlakuanatas unsur tertentu sehingga semua perusahaan menyusun dan
menyajikan laporan labarugi berdasar pada basis tertentu. Hal ini akan
meningkatkan daya banding laporankeuangan antar periode perusahaan. Standar
tentang penggolongan dan pengungkapanpos – pos luar biasa, pengungkapan
tentang unsur – unsur tertentu sehubungan denganlaba rugi aktivitas normal,
perubahan estimasi akuntansi, kebijakan akuntansi danperlakuan akuntansi atas
kesalahan yang mendasar. (SAK, 2008).
Laporan laba rugi membantu memprediksi arus kas masa depan dengan
berbagai caraagar investor dan kreditor dapat diinformasikan tersebut untuk :
1) Mengevaluasi kinerja masa lalu perusahaan.
2) Memberikan dasar untuk memprediksi kinerja masa depan.
3) Membantu menilai resiko atau ketidakpastian pencapaian arus kas masa
depan.
4.
Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang akurat dapat menghasilkan suatu kejadian atau
aktivitas bisnis yang dapat dicatat dengan baik. Kejadian – kejadian tertentu
40
dikenal dengan transaksi yang melibatkan pemindahan dan pertukaran barang atau
jasa antara dua entitas atau lebih.
Menurut Donald E Kiesso (2007:56) mendefinisikan laporan keuangan :
”Merupakan cara mengkomunikasikan informasi yang format dan terstruktur agar
bisaditempatkan dalam bagian utama laporan keuangan suatu item harus
memenuhi definisiunsur dasar dapat diukur dengan tingkat kepastian yang
memadahi dan relevan sertahandal”.
Slamet Sugiri dan Bogat A Riyono (2010:21) mendefinisikan laporan
keuanganmerupakan ”Hasil akhir dari proses akuntansi yang menyajikan
informasi yang bergunauntuk pengambilan keputusan berbagai pihak”.
Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan
sebagianbesar pemakai.Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan
semua informasiyang mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan
keputusan ekonomi karenalaporan keuangan secara umum menggambarkan
keuangan dari kejadian di masa laludan tidak diwajibkan untuk menyediakan
informasi nonkeuangan. Laporan keuanganjuga menunjukkan apa yang telah
dilakukan manajemen (stewardship), ataupertanggungjawaban atas sumber daya
yang dipercayakan kepadanya. (Standar Akuntansi Keuangan,2008).
Informasi lain biasanya disertakan dalam laporan keuangan termasuk
schedule daninformasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut,
misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan
perubahan harga. Tujuandari laporan keuangan menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerjaserta perubahan posisi keuangan suatu
41
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besarpemakai dalam pengambilan
keputusan ekonomi. Dari beberapa definisi dan pendapat diatas dapat disimpulkan
bahwa laporan keuangan merupakan hasil akhir dari akuntansiumum dapat
dikatakan lengkap jika yang terdiri dari neraca, laporan perhitungan laba-rugi,
laporan perubahan posisi keuangan dan catatan atas laporan keuangan, laporan
lainserta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan
keuangan.
5. Kewajaran
Kewajaran merupakan hal penting dalam akuntansi karena memberikan
jaminankepada pengguna dan dasar laporan keuangan yang disajikan sudah
memadai.Karenaarti utama dari kewajaran adalah penyajian secara wajar maka
konsep kewajaran kearah pemikiran yang progresif. (Ahmed R Belkaui
2008:201).
Menurut Arthur Andersen dan Co dalam Agus (2008:122) mendefinisikan
Kewajaran Laporan Keuangan sebagai berikut : salah satu dalil akuntansi yang
mendasari prinsip – prinsip akuntansi dapat dinyatakan sebagai kewajaran –
kewajaran bagi seluruh segmen dari masyarakat bisnis (manajemen, tenaga kerja,
pemegang saham kreditor, konsumen, publik) ditentukan dan diukur dari segi
ekonomi serta mode – mode pemikiran dan kebiasaan dari segmen tersebut
sampai akhirnya prinsip – prinsip akuntansi dapat menghasilkan akuntansi
keuangan bagi hak dan kepentingan ekonomi yang telah diterbitkan secara resmi
yang menjadi wajar untuk semua segmen.
42
Terdapat anggapan bahwa kewajaran adalah merupakan hal yang objektif
karena memiliki dua arti, dan tidak dapat menjadi dasar dari pengembangan teori
akuntansi namun ternyata menjadi salah satu tujuan dasar dari akuntansi. Bukti
pentingnya hal ini adalah referensi oleh Committee on Auditing Procedures dari
American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) sehubungan dengan
kewajaran laporan keuangan kriterianya : penyajian secara wajar dimana sesuai
dengan prinsip – prinsip akuntansi yang berlaku umum, pengungkapan, konsisten,
dan dapat diperbandingkan serta dalam laporan yang wajar tanpa pengecualian
menyajikan secara wajar memiliki konotasi telah mengikuti prinsip – prinsip
akuntansi yang berlaku dan standar audit yang berlaku. (Ahmed R
Belkaoui,2008).
Dalam menilai kewajaran laporan keuangan dapat menentukan apakah
laporan keuangan sebagai keseluruhan yaitu informasi yang akan dinyatakan
sesuai dengan kriteria tertentu yang telah ditetapkan. Kewajaran laporan keuangan
meliputi : Kepatuhan terhadap Standar akuntansi yang berterima umum (SAK),
Laporan keuangan disajikan secara konsisten, tidak ada salah saji material.
Kriteria dalam menilai kewajaran laporan keuangan perlu adanya
pertimbangan bahwa:
1. Prinsip akuntansi yang dipilih dan dilaksanakan telah berlaku umum.
2. Prinsip akuntansi yang dipilih tepat untuk keadaan yang bersangkutan.
3. Laporan keuangan beserta catatannya memberikan informasi yang cukup dan
dapat mempengaruhi penggunaannya, pemahamannya dan penafsiran.
43
4. Informasi diklasifikasikan dan diikhitisarkan dengan semestinya, tidak terlalu
rinci ataupun terlalu ringkas.
5. Laporan keuangan mencerminkan peristiwa dan transaksi yang mendasarinya
dalam suatu cara yang dapat diterima, yaitu batas-batas yang rasional dan
praktis untuk dicapai dalam laporan keuangan.
C. Kerangka Pemikiran
TRANSAKSI
PENGAKUAN
BEBAN
PENDAPATAN
LAPORAN KEUANGAN
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Pada perusahaan akan terjadi transaksi – transaksi, dari transaksi tersebut
akan diperoleh adanya pengakuan baik pengakuan pendapatan maupun pengakuan
beban. Pengakuan pendapatan terjadi jika perusahaan menjual produksinya maka
akan diakui sebagai pendapatan. Sedangkan pengakuan beban terjadi jika
perusahaan telah merasakan manfaat dari aktiva maka diakui sebagai beban.
Setelah adanya pengklasifikasian sesuai jenisnya maka akan diringkas pada
laporan keuangan agar mencerminkan kinerja serta posisi keuangan perusahaan.
44
D. Penelitian Terdahulu
Pengakuan pendapatan dan beban pada setiap perusahaan satu dengan
perusahaan yang lain tidak selalu sama penerapan metodenya, mengakibatkan
metode yang digunakan pada setiap perusahaan berbeda – beda. Karena hal ini
disebabkan adanya perbedaan berbagai jenis umum transaksi dalam setiap
perusahaan yang berbeda – beda. Beriku Penelitian terdahulu.
TABEL 2.1 PENELITIAN TERDAHULU
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Alat Analisis
Hasil Penelitian
Bayinun Fadilah Tinjauan
atas Analisis Laporan
2013
penerapan PSAK Pendapatan Tol
23
tentang
pengakuan
pendapatan pada
PT.Jasa Marga
Penerapan pengakuan
menggunakan metode
cash basis, dimana
pendapatan diakui pada
saat direalisasi dan
dihasilkan
Budi Mulia 2007
Perusahaan melakukan
melakukan pengakuan
pendapatan
mengacu
pada
konsep
realisasi(pengakuan
tidak dilakukan pada
saat penerimaan kas)
Menguji
Pendapatan
dan
Biaya
menggunakan metode
persentase penyelesaian
Tri
2003
Pengakuan dan
pengukuran
pendapatan
menurut PSAk
23 Pada PT.Raya
Utama
Travel
Medan
Wahyudi Pengakuan
Pendapatan dan
Biaya pada PT.
Pembangunan
Perumahan
Analisis
pendapatan
penjualan
jasa
tour
transportasi
dari
tiket,
dan
Analisis Laporan
Keuangan
Download