PEN BAB 1 PENDAHULUAN SKRIPSI EVALUASI KEKUATAN DAN DETAILING TULANGAN KOLOM BETON BERTULANG SESUAI SNI 2847:2013 DAN SNI 1726:2012 (STUDI KASUS : HOTEL 7 LANTAI DI WILAYAH PEKALONGAN) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan daerah yang rawan gempa, hal ini dikarenakan Kepulauan Indonesia terletak pada pertemuan 3 lempeng utama dunia yaitu Lempeng Australia, Eurasia, dan Pasifik. Lempeng Eurasia dan Australia bertumbukan di lepas pantai barat Pulau Sumatera, lepas pantai selatan pulau Jawa, lepas pantai Selatan kepulauan Nusatenggara, dan berbelok ke arah utara ke perairan Maluku sebelah selatan. Antara lempeng Australia dan Pasifik terjadi tumbukan di sekitar Pulau Papua. Sementara pertemuan antara ketiga lempeng itu terjadi di sekitar Sulawesi. Dengan kondisi tatanan tektonik seperti inilah negara ini selalu dan selalu dilanda gempa tektonik. Gempa tektonik ini terkadang menjadi pemicu terjadinya gempa vulkanik,yang diakibatkan oleh pergeseran lempeng bumi. Pekalongan merupakan salah satu kota yang rawan dilanda akan gempa tersebut. Gambar 1.1. Indonesia (lingkaran hijau) terletak pada pertemuan lempeng Australia, Pasifik dan Eurasia 1 2 Pekalongan Gambar 1.2. Zona Gempa dan Letak Kota Pekalongan Berdasarkan hal tersebut di atas, di kota Pekalongan harus direncakan bangunan dengan struktur yang kuat dan tahan gempa terutama pada struktur kolomnya. Apabila bangunan tidak direncanakan dengan baik dapat mengakibatkan kerugian jiwa dan materi yang sangat besar, sehingga bangunan gedung harus direncanakan sesuai peraturan yang berlaku seperti SNI gempa dan SNI beton. Sering terjadinya perkembangan ilmu dan teknologi dikarenakan kondisi di lapangan, maka peraturan-peraturan bangunan seperti SNI gempa dan SNI beton juga sering terjadi perubahan. Berdasarkan hal tersebut, evaluasi gedung-gedung yang direncanakan menurut SNI terdahulu perlu di evaluasi ulang untuk mengetahui bagaimana perbedaan dengan munculnya peraturan terbaru apakah masih aman atau tidak. Dalam hal ini diharapkan seorang perancang struktur bangunan dapat merancang dan mengevaluasi sebuah sistem perancangan struktur dengan mengacu peraturan terbaru yaitu pada Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung (SNI 1726:2012) dan untuk persyaratan detailing bangunan beton bertulang tahan gempa mengacu pada Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung (SNI 2847:2013). Aturan detailing pada dasarnya diatur dalam SNI Beton Pasal 21. Berdasarkan aturan ini, detailing dibedakan berdasarkan kategori desain seismik (KDS) yang dikenakan pada struktur bangunan. Tabel 1.1 memperlihatkan korelasi terminologi kegempaan dalam beberapa aturan SNI yang ada, termasuk SNI yang baru. 3 Tabel 1.1. Korelasi Terminologi Kegempaan dalam Beberapa Aturan yang Ada Standar / Aturan SNI 2847-2002 Tingkat Resiko Seismik atau Kategori Desain Seismik Resiko Seismik Resiko Seismik Resiko Seismik Rendah Menengah Tinggi SNI 1726-2002 Zona 1,2 Zona 3,4 Zona 5,6 SNI 1726-2012 dan KDS A,B KDS C KDS D,E,F SNI 2847:2013 Catatan : KDS = Kategori desain Seismik Menurut (SNI 1726:2012) gempa dan (SNI 2847:2013) beton, struktur bangunan beton bertulang yang dikenakan KDS D,E atau F harus direncanakan dengan menggunakan detailing Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) atau memiliki tingkat daktilitas penuh. Bangunan yang dikenakan KDS C harus direncanakan minimum dengan menggunakan sistem struktur yang memenuhi persyaratan detailing Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM) atau memiliki paling tidak tingkat daktilitas sedang. Pada skripsi ini gedung yang diteliti merupakan salah satu gedung 7 lantai yang terletak di Pekalongan. Adapun fungsi bangunan adalah sebagai hotel dengan kondisi tanahnya adalah tanah lunak, hanya memodifikasi gedung tersebut di wilayah gempa KDS D, dengan konstruksi beton bertulang tahan gempa dengan konsep desain kapasitas dimana nantinya perencanaan ini diharapkan dapat memberikan keruntuhan yang aman apabila terjadi gempa. Gedung akan dievaluasi Kekuatan dan Detailing tulangan kolom dengan memasukkan lokasi gedung kedalam wilayah ”gempa tinggi”, maka hitungan struktur gedung harus menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK). Dari hasil evaluasi komponen struktur akan terlihat bagaimana perbedaan detailing tulangan elemen struktur kolom beton yang dievaluasi menurut (SNI 1726:2012) gempa dan (SNI 2847:2013) beton dengan elemen struktur kolom yang sudah terpasang di lapangan, sehingga dari evaluasi ini akan menghasilkan 4 sesuatu yang sangat penting bagi terlaksananya pembangunan infrastruktur gedung bertingkat tahan gempa yang efektif dan efisien terutama di daerah Pekalongan. Dan sebagai informasi untuk masyarakat secara umum dalam pembangunan gedung tahan gempa. Gambar 1.3. Tampak salah satu gedung Hotel di Pekalongan 1.2. Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu: 1. Dengan memperhitungkan simpangan antar tingkat pada setiap lantai, mampukah gedung hotel 7 lantai di pekalongan ini menahan defleksi maksimum yang diakibatkan oleh beban gempa ? 2. Apakah kuat lentur axial dari kolom eksisting mampu menahan beban rencana? 3. Apakah kuat geser dari kolom eksisting mampu menahan beban rencana? 4. Apakah detailing tulangan elemen kolom beton bertulang yang terpasang di hotel 7 lantai di Pekalongan sesuai dengan persyaratan SNI 1726:2012 dan SNI 2847:2013 ? 5 1.3. Batasan Masalah Dalam penulisan skripsi ini perlu batasan masalah agar lebih fokus. Adapun batasan masalah tersebut antara lain : 1. Struktur bangunan yang dievaluasi di daerah Pekalongan, struktur gedung terdiri dari 7 lantai dengan fungsi bangunan sebagai hotel. 2. Analisis beban gempa dilakukan dengan metode statik ekuivalen. 3. Pada evaluasi struktur gedung hotel ini menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK). 4. Elemen struktur yang dievaluasi adalah struktur atas yaitu kolom. 5. Prosedur evaluasi mengacu pada Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung (SNI 1726:2012) dan untuk persyaratan detailing bangunan beton bertulang tahan gempa mengacu pada Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung (SNI 2847:2013). 1.4. Tujuan Penelitian Dari permasalahan yang dikemukakan di atas, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui simpangan antar tingkat pada setiap lantai ketika gedung hotel 7 lantai di pekalongan ini menahan defleksi maksimum yang diakibatkan oleh beban gempa. 2. Untuk mengetahui kekuatan tulangan lentur axial dari kolom eksisting apakah mampu menahan beban rencana. 3. Untuk mengetahui kekuatan tulangan geser dari kolom eksisting apakah mampu menahan beban rencana. 4. Untuk mengetahui detailing tulangan elemen kolom beton bertulang yang terpasang di hotel 7 lantai di Pekalongan apakah sesuai dengan persyaratan SNI 1726:2012 dan SNI 2847:2013. 6 1.5. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diperoleh dari pengerjaan penelitian ini adalah : 1. Dapat menghitung kekuatan suatu struktur bangunan gedung bertingkat yang sudah dibangun khususnya pada kolom yang dievaluasi menggunakan dengan sistem Struktur Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) (SNI 1726:2012) gempa dan (SNI 2847:2013) beton. 2. Dapat belajar memecahkan masalah ketika terjadi perbedaan antara desain rencana dengan bangunan yang dievaluasi. 3. Dapat membedakan hasil detailing tulangan elemen struktur kolom yang dievaluasi menurut (SNI 1726:2012) gempa dan (SNI 2847:2013) beton dengan elemen struktur kolom yang sudah terpasang di proyek hotel di daerah Pekalongan. 4. Dari hasil evaluasi detailing tulangan struktur kolom beton bertulang tahan gempa 7 lantai pada bangunan hotel pekalongan, maka diharapkan dapat menggambar detail penulangan kolom dari hasil evaluasi sesuai dengan peraturan yang berlaku. 5. Mendapat pengalaman dalam perancangan dan evaluasi struktur bangunan gedung. Selain itu juga bermanfaat untuk belajar mengaplikasikan semua ilmu yang berkaitan dengan teori dan perancangan struktur bangunan gedung selama masa kuliah dengan data gedung yang nyata. 6. Diharapkan dapat dipakai sebagai salah satu referensi atau pedoman dalam merencanakan dan mengevaluasi struktur bangunan gedung tahan gempa, khususnya di wilayah gempa di wilayah gempa tinggi seperti di Pekalongan. Penelitian ini juga diharapkan dapat membuka wawasan dan menjadi dasar bagi pengembangan penelitian lainnya.