Jurnal Sylva Lestari ISSN 2339-0913 Vol. 3 No. 3

advertisement
Jurnal Sylva Lestari
Vol. 3 No. 3, September 2015 (113—120)
ISSN 2339-0913
TANDA KEBERADAAN TIDAK LANGSUNG KELELAWAR PEMAKAN BUAH DI
SUB BLOK PERHUTANAN SOSIAL HUTAN PENDIDIKAN KONSERVASI
TERPADU TAHURA WAN ABDUL RACHMAN
(INDIRECT SIGNS OF FRUIT BATS IN SUB BLOK PERHUTANAN SOSIAL
HUTAN PENDIDIKAN KONSERVASI TERPADU
TAHURA WAN ABDUL RACHMAN)
Edo Firnanda1), Agus Setiawan2), Elly Lestari Rustiati 3), dan Eka Sulpin Ariyanti 4)
1)
Mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung,
Dosen dan Peneliti Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung,
3)
Dosen dan Peneliti Jurusan Biologi, Fakultas MIPA Universitas Lampung,
4)
Mahasiswa dan Peneliti Magister Ilmu Lingkungan, Universitas Lampung
Jln. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145
E-mail: [email protected]
No. Telepon 085768565688
2)
ABSTRAK
Studi tentang sisa pakan kelelawar pemakan buah telah dilaksanakan di Sub Blok Perhutanan
Sosial Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura Wan Abdul Rachman pada bulan
Desember 2014 sampai Maret 2015. Survei langsung dilakukan untuk tanda keberadaan tidak
langsung dan Jaring kabut dilakukan untuk mengetahui jenis kelelawar. Tiga jenis kelelawar
pemakan buah yang ditemukan dari famili Pteropodidae yaitu Cynopterus horsfieldii,
Cynopterus sphinx dan Macroglossus sobrinus. Tujuh jenis tumbuhan sisa pakan kelelawar
dengan enam jenis dikonsumsi daging buah dan satu jenis dikonsumsi bagian daun. Jenis
tumbuhan pakan tersebut meliputi luwingan (Ficus hispida), duku (Lancium domesticum),
jambu bol (Syzygium malaccense), jambu air (Syzygium aqueum), jambu biji (Psidium
guajava), ketapang (Terminalia cattapa), dan dadap (Erythrina lithosperma). Buah luwingan
(Ficus hispida) adalah buah yang paling banyak dijadikan kelelawar sebagai pakannya.
Kata kunci : kelelawar pemakan buah, tanda keberadaan tidak langsung, hutan pendidikan
konservasi terpadu, Tahura Wan Abdul Rachman
ABSTRACT
Study on fruit bats’ food remains was conducted in Sub Blok Perhutanan Sosial Hutan
Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura Wan Abdul Rachman in December 2014 – March
2015. Direct survey was done for indirect signs and mist net for bat species. Three bats
species found were family Pteropodidae, Cynopterus horsfieldii, Cynopterus sphinx and
Macroglossus sobrinus. Seven food remains identified were six fruits and one leaf. The food
plants are luwingan (Ficus hispida), duku (Lancium domesticum), jambu bol (Syzygium
malaccense), jambu air (Syzygium aqueum), jambu biji (Psidium guajava), ketapang
(Terminalia cattapa), and dadap (Erythrina lithosperma). Luwingan (Ficus hispida) is the
most consumed.
Keywords: Fruit bats, indirect signs, hutan pendidikan konservasi terpadu, Tahura Wan
Abdul Rachman
113
Jurnal Sylva Lestari
Vol. 3 No. 3, September 2015 (113—120)
ISSN 2339-0913
PENDAHULUAN
Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura WAR mempunyai 2 blok yang terdiri
dari Blok Lindung dan Blok Perhutanan Sosial. Sub Blok Perhutanan Sosial merupakan areal
kawasan yang dikelola oleh masyarakat dan dijadikan lahan usaha pertanian, tanaman
semusim dan pemeliharaan tanaman komoditas perkebunan seperti kopi, cokelat dan tanaman
buah-buahan (UPTD Tahura WAR, 2009).
Suyanto (2001) menyatakan bahwa 205 spesies (21%) dari seluruh spesies kelelawar
yang ada di dunia ditemukan di Indonesia. Jumlah jenis ini meliputi 72 spesies kelelawar
pemakan buah (Megachiroptera) dan 133 spesies kelelawar pemakan serangga. Kelelawar
membutuhkan tempat bertengger untuk melakukan berbagai aktifitas seperti tidur, istirahat,
makan dan reproduksi (Suyanto, 2001).
Kelelawar pemakan buah berperan dalam memencarkan biji dari buah-buahan yang
dimakannya, sedangkan kelelawar pemakan serangga berperan dalam mengatur
keseimbangan serangga pengganggu tanaman (Suyanto, 2001). Kerusakan dan fragmentasi
habitat mengakibatkan penurunan keanekaragaman dan populasi kelelawar karena sifatnya
yang peka terhadap perubahan lingkungan (Estrada, 2001).
METODE PENELITIAN
Penelitian tentang tanda keberadaan tidak langsung kelelawar pemakan buah telah
dilakukan pada bulan Desember 2014 - Maret 2015, di Sub Blok Perhutanan Sosial Hutan
Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura WAR Provinsi Lampung. Identifikasi kelelawar
menggunakan buku Seri Panduan Lapangan Kelelawar di Indonesia (Suyanto, 2001) dan Bats
of Krau Wildlife Reserve (Kingston, Lim Boo Liat and Zubait Akbar, 2006). Untuk
identifikasi sisa pakan kelelawar mengacu kepada Ariyanti (2012). Survei pendahuluan
dilakukan dengan metode Rapid Assesment, modifikasi dari habitat Assesment yang bertujuan
untuk mengetahui keadaan umum habitat sekitar (Brower and Zar, 1990).
Observasi langsung dengan menjelajahi lokasi penelitian yang diduga lokasi dan habitat
kelelawar. Sisa pakan kelelawar berupa buah, dapat dikenali berdasarkan bekas gigitan yang
khas pada daging buahnya yaitu berbentuk seperti segitiga yang merupakan bentuk gigi pada
kelelawar, sedangkan sepahan merupakan sisa pakan kelelawar berupa daging buah yang
telah dikunyah untuk diambil kandungan airnya sementara serabut buah dan bijinya dibuang
kembali, sepahan biasanya terkumpul bersama sisa pakan lainnya (Ariyanti, 2012). Jenis sisa
pakan kelelawar yang ditemukan diidentifikasi berdasarkan karakteristik sisa pakan yang
diduga menjadi pakan kelelawar.
Koleksi kelelawar dilakukan dengan menggunakan jaring kabut. Pemasangan jaring
kabut dilakukan mulai dari pukul 17.00 hingga pukul 21.00 dan dilakukan pengamatan
dengan interval waktu 15 menit. Kelelawar yang tertangkap diidentifikasi berdasarkan
morfologi kelelawar meliputi panjang lengan bawah, panjang tulang paha, panjang tulang
kering, ekor, telinga, ibu jari (mm) dan berat tubuh (gr) (Suyanto, 2001).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Di Sub Blok Perhutanan Sosial Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura WAR
ditemukan tiga jenis kelelawar pemakan buah dari famili Pteropodidae yaitu Cynopterus
horsfieldii, Cynopterus sphinx dan Macroglosus sobrinus (Gambar 1). Secara umum
kelelawar dari famili Pteropodidae mempunyai ciri wajah menyerupai anjing, mata relatif
besar, telinga kecil, moncong kuat dan hidung sederhana (Prasetyo, Noerfahmy dan Tata,
2011).
114
Jurnal Sylva Lestari
Vol. 3 No. 3, September 2015 (113—120)
A
ISSN 2339-0913
B
C
Gambar 1. A. Chinopterus horfieldii B. Chinopterus sphinx C. Macroglossus sobrinus yang
ditemukan di Sub Blok Perhutanan Sosial Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura
Wan Abdul Rachman.
Cynopterus horfieldii merupakan kelelawar berukuran sedang yaitu panjang lengan
bawah 70-78 mm. Kelelawar ini mempunyai cici-ciri penampakan tubuh bagian atas berwarna
coklat keabu-abuan, bagian bawah berwarna coklat kekuningan, disekitar bahu dan
tenggorokan berwarna oranye hingga merah. Telinga dan tulang jari pada kelelawar ini
mempunyai garis tepi berwarna putih. Kelelawar ini pada umumnya berlimpah dan mendiami
semua tipe habitat maupun semua ketinggian. Dapat ditemukan dari dataran rendah, hutan
mangrove, bukit hingga pegunungan, hutan pegunungan dan perkebunan. Menurut
International Union for Conservation of Nature (IUCN) menempatkan jenis kelelawar
Cynopterus horsfieldii dari famili Pteropodidae pada Least Concern/ risiko rendah.
Cynopterus sphinx merupakan kelelawar berukuran sedang yaitu panjang lengan lengan
bawah 59-74 mm. Kelelawar ini mempunyai ciri penampakan moncong terlihat tebal dan
gemuk. Kelelawar ini mempunyai tulang langit-langit lebih panjang jika dibandingkan dengan
Cynopterus brahyotis (Prasetyo dkk., 2011). Kelelawar ini mendiami semua tipe habitat
maupun semua ketinggian. Dapat ditemukan dari dataran rendah, hutan mangrove, bukit
hingga pegunungan, hutan pegunungan dan perkebunan. Menurut International Union for
Conservation of Nature (IUCN) menempatkan jenis kelelawar Cynopterus sphinx dari famili
Pteropodidae pada Least Concern/ risiko rendah.
Macroglossus sobrinus mempunyai penampakan tubuh yang berwarna cokelat muda,
moncong yang ramping dan memanjang. Kelelawar ini memiki lidah yang sangat panjang
digunakan untuk mencapai nektar dalam bunga untuk dimakan (Prasetyo dkk., 2011). Hal ini
membuktikan bahwa kelelawar ini mempunyai peranan yang penting dalam membantu
penyerbukan. Kelelawar ini dapat ditemukan di semua tipe habitat dari hutan dataran rendah
hingga hutan pegunungan. Menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN)
menempatkan jenis kelelawar Macroglossus sobrinus dari famili Pteropodidae pada Least
Concern/ risiko rendah.
Tumbuhan pakan kelelawar yang ditemukan di Sub Blok Perhutanan Sosial Hutan
Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura WAR meliputi buah dan daun dari 7 jenis tumbuhan.
Tujuh jenis tumbuhan pakan kelelawar terdiri dari 6 jenis dikonsumsi buahnya dan 1 jenis
tumbuhan dikonsumsi daunnya yaitu dadap (Erythrina lithosperma, n=2). Enam jenis pakan
lainnya meliputi luwingan (Ficus hispida), duku (Lancium domesticum), jambu bol (Syzygium
malaccense), jambu air (Syzygium aqueum), jambu biji (Psidium guajava), ketapang
(Terminalia cattapa) (Tabel 1).
115
Jurnal Sylva Lestari
Vol. 3 No. 3, September 2015 (113—120)
ISSN 2339-0913
Tabel 1. Jenis tumbuhan pakan kelelawar di Sub Blok Perhutanan Sosial Hutan Pendidikan
Konservasi Terpadu Tahura Wan Abdul Rachman.
No
1
2
3
4
5
6
7
Spesies
Nama lokal
Nama ilmiah
Luwingan
Ficus hispida
Duku
Lancium domesticum
Jambu bol
Syzygium malaccense
Jambu air
Syzygium aqueum
Jambu biji
Psidium guajava
Ketapang
Terminalia cattapa
Dadap
Erythrina lithosperma
Buah
9
6
2
3
3
2
Bentuk sisa pakan
Sepahan Biji Kulit
15
3
6
6
1
1
2
1
Daun
2
Luwingan ditemukan dalam bentuk buah (n=9) dan sepahan (n=15). Duku ditemukan
dalam bentuk buah (n=6), biji (n=6), kulit (n=6) dan sepahan (n=3). Jambu bol ditemukan
dalam bentuk buah (n=2) dan sepahan (n=1). Jambu air ditemukan dalam bentuk buah (n=3)
dan sepahan (n=1). Jambu biji ditemukan dalam bentuk buah (n=3) dan sepahan (n=2).
Ketapang ditemukan dalam bentuk buah (n=2) dan biji (n=1). Sisa pakan kelelawar (N=62)
ditemukan dalam bentuk buah (n=25), sepahan (n=22), biji (n=7), kulit (n=6) dan daun (n=2)
(Gambar 2).
30
25
Jumlah
20
15
10
5
0
Buah
Sepahan
Biji
Kulit
Daun
Gambar 2. Bentuk sisa pakan kelelawar yang ditemukan di Sub Blok Perhutanan
Sosial Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura Wan Abdul Rachman.
Pada umumnya kelelawar lebih memilih buah sebagai pakan dibandingkan bagian
tumbuhan yang lain seperti daun. Kunz and Parson (2009) menyatakan bahwa buah
mengandung senyawa metabolisme sekunder yang menjadi faktor penarik kelelawar pemakan
buah. Selain itu buah mengandung unsur-unsur penting yang dibutuhkan kelelawar sebagai
sumber energi untuk melakukan aktifitasnya. Kelelawar membutuhkan karbohidrat sebagai
sumber energi dan kalsium sebagai penyeimbang kalsium dalam tubuh (Alberecht and Kalko,
2010).
Kelelawar cenderung membawa, memakan, dan menelan makanannya di tempat yang
dianggap aman. Kelelawar mengkonsumsi dan memuntahkan kembali makanannya. Kunz and
Parson (2009) menyatakan bahwa buah pakan kelelawar yang mempunyai ukuran melebihi
116
Jurnal Sylva Lestari
Vol. 3 No. 3, September 2015 (113—120)
ISSN 2339-0913
ukuran rahang kelelawar akan dimuntahkan. Kelelawar juga akan mensekresikan dalam
bentuk feses, sehingga sisa pakan kelelawar dapat ditemukan terkumpul pada suatu tempat.
Tujuh jenis tumbuhan sisa pakan kelelawar yang ditemukan mempunyai ciri penampakan
terdapat bekas gigitan kelelawar (Gambar 3).
A
B
Bekas gigitan kelelawar
Bekas gigitan kelelawar
D
C
Bekas gigitan kelelawar
Gambar 3. A. Buah luwingan B. Buah jambu air C. Buah jambu biji D. Daun dadap
sisa pakan kelelawar yang ditemukan di Sub Blok Perhutanan Sosial Hutan Pendidikan
Konservasi Terpadu Tahura Wan Abdul Rachman.
Luwingan (Ficus hispida) dari famili Moraceae. Tumbuhan ini merupakan jenis
tumbuhan perdu sampai pohon dengan tinggi 5-10 meter, diameter pohon dapat mencapai 40
cm dan tumbuh di bawah ketinggian 1000 mdpl. Buah luwingan yang masih muda berwarna
hijau sedangkan berwarna kuning kecoklatan jika sudah masak. Buah ini berbentuk bulat
dengan diameter berkisar 39,22 – 44,2 mm, bijinya kecil pipih berbentuk oval. Buah luwingan
yang ditemukan diketahui sebagai sisa pakan kelelawar karena adanya bekas gigitan
kelelawar pada daging buah. Buah Luwingan adalah buah yang paling banyak dikonsumsi
kelelawar.
Duku (Lancium domesticum) adalah jenis buah yang termasuk dalam famili Meliaceae.
Buah duku tergolong ke dalam buah buni yang berbentuk jorong, bulat atau bulat memanjang
berdiameter 2-4 cm × 1,5–5 cm dengan bulu halus kekuning-kuningan serta daun kelopak
yang tidak rontok. Kulit buah tipis hingga tebal berukuran sekitar 6,6 mm. Berbiji 1-3
berbentuk pipih berwarna hijau. Biji terbungkus oleh daging buah yang menyerupai salut biji
yang putih bening, berair dan tebal mempunyai rasa manis hingga masam. Buah duku
diketahui sebagai salah satu pakan kelelawar karena terdapat bekas gigitan kelelawar pada
kulit buah sisa pakan kelelawar. Selain itu juga ditemukan sisa pakan dari kelelawar dalam
bentuk buah, biji, maupun kulit.
Jambu bol (Syzygium malaccense) merupakan jenis buah yang termasuk dalam famili
Myrtaceae. Jambu bol tergolong kedalam buah buni yang berbentuk bulat sampai menjorong,
117
Jurnal Sylva Lestari
Vol. 3 No. 3, September 2015 (113—120)
ISSN 2339-0913
dengan ukuran diameter buah 5–8 cm, penampakan luar berwarna merah tua, kuning
keunguan, atau keputihan. Daging buah padat, tebal 0,5-2,5 cm, putih dengan banyak sari
buah yang mempunyai rasa asam manis hingga manis dan wanginya yang khas. Sedangkan
bijinya berbentuk bulat berwarna kecoklatan dan hanya mempunyai 1 biji berukuran besar
dan berdiamater 2,5-3,5 cm. Buah jambu bol ini ditemukan terdapat bekas gigitan kelelawar
pada daging buah.
Jambu air (Syzygium aqueum) merupakan jenis buah yang termasuk dalam famili
Myrtaceae. Jambu air tergolong dalam buah bertipe buah buni yaitu berbentuk gasing dengan
pangkal kecil dan ujung yang sangat melebar (sering dengan lekukan sisi yang memisahkan
antara bagian pangkal dengan ujung) berukuran 1,5-2 x 2,5-3,5 cm, bermahkota kelopak yang
berdaging dan melengkung. Pada penampakan sisi luar berwarna putih sampai kehijauan dan
merah. Daging buah putih, berair, hampir tidak beraroma dan mempunyai rasa asam atau
asam manis, kadang-kadang agak sepat. Biji berukuran kecil 1-2 butir. Buah jambu air ini
ditemukan terdapat bekas gigitan kelelawar pada daging buah.
Jambu biji (Psidium guajava) merupakan jenis buah yang termasuk dalam famili
Myrtaceae. Buah ini tergolong dalam buah bertipe buah buni berbentuk bulat dan mempunyai
banyak biji. Buah jambu biji termasuk buah sejati tunggal yang berdaging, karena biji-bijinya
diselimuti oleh daging buahnya. Buah ini berwarna hijau dan berwarna kekuningan apabila
telah masak, sedangkan daging buahnya berwarna putih kekuningan atau merah muda. Buah
Jambu biji diketahui sebagai salah satu pakan kelelawar karena terdapat bekas gigitan
kelelawar pada buah sisa pakan kelelawar.
Ketapang (Termenalia cattapa) termasuk dalam famili Combrettaceae. Buah ini
tergolong dalam tipe buah batu yang berbentuk bulat telur gepeng, bersegi atau bersayap
sempit berukuran 2,5–7 x 4–5,5 cm berwarna hijau kuning kemerahan dan atau ungu
kemerahan jika masak. Buah ini ditemukan di lokasi survei sebagai sisa pakan kelelawar,
karena terdapat bekas gigitan kelelawar pada daging buahnya.
Dadap (Erythrina lithosperma) termasuk dalam famili Fabaceae. Tinggi pohon dadap
berukuran mencapai tinggi 15–20 m dan berdiameter 50–60 cm. Tajuknya serupa payung atau
membulat renggang dan akan menggugurkan daunnya di musim kemarau. Daun majemuk
beranak daun tiga, berwarna hijau hingga hijau muda, poros daun dengan tangkai panjang 10–
40 cm. Kelelawar mengkonsumsi daun dari tumbuhan ini sebagai pakannya. Sisa daun yang
telah dimakan kelelawar ditemukan berupa daun yang telah robek. Menurut Kunz and Parson
(2009), kelelawar memakan bagian daun yang tinggi protein kemudian memuntahkan kembali
daun berupa sepahan yang rendah protein.
Suatu kawasan hutan dapat berfungsi menjadi habitat suatu satwaliar apabila dapat
berfungsi sebagai tempat berlindung dan mencari makan. Pada kawasan Hutan Pendidikan
Konservasi Terpadu Tahura WAR khususnya di Sub Blok Perhutanan Sosial banyak
ditemukan tanaman pertanian yang merupakan tanaman Multi Purpose Tress Species
(MPTS). Tanaman MPTS adalah tanaman yang memiliki manfaat selain dapat diambil kayu,
juga dapat dimanfaatkan bagian tanaman lainnya seperti buah. Kawasan ini merupakan titik
ditemukannya sisa pakan kelelawar (Gambar 4). Area ini dimungkinkan sebagai tempat
kelelawar mencari makan. Kelelawar terbang keluar kawasan yang jaraknya dapat puluhan
kilometer dari tempat bertengger hanya untuk mencari makan (Maryati, 2008).
118
Jurnal Sylva Lestari
Vol. 3 No. 3, September 2015 (113—120)
ISSN 2339-0913
Gambar 4. Titik sebaran penemuan sisa pakan kelelawar di Sub Blok Perhutanan Sosial Hutan
Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura WAR.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan:
1. Jenis kelelawar yang terdapat di Sub Blok Perhutanan Sosial Hutan Pendidikan Konservasi
Terpadu Tahura WAR adalah Cynopterus horsfieldii, Cynopterus sphinx dan Macroglossus
sobrinus.
2. Sisa pakan kelelawar yang ditemukan dalam bentuk buah, biji, kulit dan sepahan dari 6
jenis tumbuhan meliputi luwingan (Ficus hispida), duku (Lancium domesticum), jambu bol
(Syzygium malaccense), jambu air (Syzygium aqueum), jambu biji (Psidium guajava),
ketapang (Terminalia cattapa), dan berupa bentuk daun dari tumbuhan dadap (Erythrina
lithosperma).
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih disampaikan kepada Abah Adik yang telah mendampingi selama
penelitian dan pihak UPTD Tahura Wan Abdul Rachman yang telah memberi izin penelitian
serta memfasilitasi penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Albrecht, KL, Kalko EKV. 2010.Invasive Plant Ecology. Journal of Zoology, London
230:221-230.
119
Jurnal Sylva Lestari
Vol. 3 No. 3, September 2015 (113—120)
ISSN 2339-0913
Ariyanti, ES.2012. Pemanfaatan buah sebagai pakan kelelawar fitofagus dengan metode
survey roost di perkebunan kopi Lampung Barat Sumatera. Jurnal Biologi Fakultas
MIPA Unila. Lampung. ISBN No. 978-602-98559-1-3.
Brower JE, Zar JH. 1990. Field and Laboratory Methods for General Ecology. Third Editon.
Dubuque, Lowa: C. Brown Publisher.
Corbert, G. B and J. E Hill. 1992. The Mamals of the Indomalayan Region: A Systematic
Review. Oxford: Oxford University Press.
Estrada, A. 2001. Food hardness and feeding behavior in old world fruit bats (Pteropodidae).
Journal of Mammalogy 85(1):8-14.
Kingston, T., Lim Boo Liat and Zubait Akbar. 2006. Bat of Krau Wildlife Reserve. University
Kebanggaan Malaysia Press. Malaysia.
Kunz, TH. and Parson, S. 2009. Ecological behavioral methods for the study of bats. The
Johns Hopkins University Press. Baltimore, United Stated of America. Journal of
Tropical Forest Science 28(2): 212–215 (2009).
Maryati. 2008. Identifikasi sumber pakan kelelawar pemakan buah dan nektar sub ordo
Megachiroptera berdasarkan analisis pollen di kawasan Taman Nasional Gunung
Cermai. Journal of Repository IPB. 23-24.
Prasetyo PN, Noerfahmy S dan Tata HL. 2011. Jenis-jenis Kelelawar Agroforest Sumatera.
Bogor, Indonesia. World Agroforestry Centre - ICRAF, SEA Regional Office. 75p.
UPTD Tahura WAR, 2009. Rencana Detail Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu
TAHURA WAR. UPTD Tahura WAR. Lampung.
120
Download