12. makalah fibrat

advertisement
MAKALAH FARMAKOLOGI MOLEKULER
‘FIBRAT’
Disusun oleh :
Irenne Agustina Tanto
(G1F014071)
Alifah Itmi Mushoffa
(G1F014073)
Gasti Giopenra Benarqi
(G1F014075)
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS ILMU – ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2015
BAB I
PENDAHULUAN
I.
LATAR BELAKANG
Saat ini penyakit hiperlipidemia termasuk penyebab kematian
pada penduduk Indonesia. Yang dapat mengakibatkan terjadinya
hiperlipidemia yaitu keadaan di mana kadar lemak darah naik. Kondisi
hiperlipidemia bila berkelanjutan memicu terbentuknya aterosklerosis
(hilangnya elastisitas disertai penyempitan dan pengerasan pembuluh
darah arteri). Pada sebagian besar penderita hiperlipidemia dapat
dikontrol dengan diet dan olahraga. Namun, bisa juga dengan bantuan
obat penurun kadar lipid darah atau antihiperlipidemia. Obat
antihiperlipidemia sedikitnya dikelompokkan dalam tujuh golongan
senyawa. Ada klofibrat, asam nikotinat, probukol, gemfibrosil,
penghambat absorpsi lemak, golongan statin/mevinolin, dan hormon
dekstrotirosin. Namun, penggunaan obat- obatan sintetik relatif mahal
dan tak sedikit menimbulkan efek samping yang merugikan.
Hiperlipidemia atau kadang-kadang disebut dislipidemia
terjadi akibat jumlah lipid utama (lemak) dalam darah (kolesterol atau
trigliserida) berlebih, karena gangguan metabolisme atau kelainan
transportasi lipid yang dapat juga merupakan kelainan genetik
(keturunan) dari penyakit lain (seperti diabetes, gangguan tiroid,
penyakit hati, atau ginjal).Hiperlipidemia disebabkan adanya lemak
nabati / kolesterol yang terlalu tinggi. Jika kalori dalam makanan yang
dikonsumsi melebihi dari batas yang diperlukan oleh tubuh, kalori
yang berlebihan akan tersimpan di dalam otak dalam bentuk
trigliserida dan menjadi lemak, lalu hal tersebut menyebabkan
kandungan lemak dalam darah meningkat. Dalam makalah ini akan
dibahas tentang obat-obat yang digunakan untuk pengobatan
antihiperlipidemia serta mekanisme kerja dari obat tersebut khususnya
obat golongan fibrat.
1
II.
RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dislipidemia?
2. Bagaimana mekanisme terjadinya dislipidemia?
3. Bagaimana mekanisme obat golongan fibrat?
4. Apa dan efek samping apa obat yang termasuk golongan fibrat?
III.
TUJUAN
1. Mengetahui arti dislipidemia
2. Mengetahui mekanisme terjadinya dislipidemia
3. Mengetahui mekanisme obat golongan fibrat
4. Mengetahui obat golongan fibrat berserta efeknya
2
BAB II
ISI
I.
PENGERTIAN
Dislipidemia merupakan suatu kelainan metabolisme lipid yang terjadi dan
ditandai dengan adanya peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam
plasma. Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah kenaikan kadar kolesterol
total, kolesterol LDL, kenaikan kadar trigliserida serta penurunan kadar HDL.
Dislipidemia juga sering dikatakan sebagai hiperlipidemia yang bisa disebabkan
oleh pola hidup di mana konsumsi makanan lemak jenuh yang berlebihan dan
kurangnya aktivitas fisik, sehingga terjadi peningkatan lipid serum sebagai salah
satu faktor risiko terjadinya aterosklerosis (Wahjuni, 2011).
Klasifikasi dislipidemia berdasarkan patogenesis penyakit menurut Murray (2002)
adalah sebagai berikut:
a. Dislipidemia Primer
Yaitu kelainan penyakit genetik dan bawaan yang dapat menyebabkan
kelainan kadar lipid dalam darah (Murray, 2002).
b. Dislipidemia Sekunder
Yaitu dislipidemia yang disebabkan oleh penyakit atau suatu keadaan
tertentu seperti hiperkolesterolemia disebabkan oleh hipotiroidisme, sindrom
nefrotik, penyakit hatiobstruktif, kehamilan, anoreksia nervosa dan porfiria akut
intermitten (Murray, 2002).
Menurut
Anwar
(2004),
dislipidemia
dalam
proses
terjadinya
aterosklerosis semuanyamemiliki peran yang penting dan sangat berkaitan satu
dengan yang lain,sehingga tidak mungkin dibahas sendiri-sendiri. Ketiganya
dikenal sebagaitriad lipid, yaitu:
a. Kolesterol total
Banyak penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara kadar kolesterol
total darah dengan resiko penyakit jantung koroner (PJK) sangat kuat,
konsisten, dan tidak bergantung pada faktor resiko lain.Penelitian genetik,
3
eksperimental, epidemiologis, dan klinismenunjukkan dengan jelas bahwa
peningkatan kadar kolesterol total mempunyai peran penting pada
patogenesis penyakit jantung koroner (PJK) (Anwar, 2004).
b. Kolesterol HDL dan kolesterol LDL
Bukti epidemiologis dan klinis menunjang hubungan negatif antara kadar
kolesterol HDL dengan penyakit jantung koroner. Intervensi obat atau diet
dapat menaikan kadar kolesterol HDL dandapat mengurangi penyakit
jantung koroner (Anwar, 2004).
c. Trigliserida
Kadar trigliserida diantara 250-500 mg/dl dianggap berhubungandengan
penyakit jantung koroner apabila disertai adanya penurunankadar
kolesterol HDL (Anwar, 2004).
Menurut Katzung (2002), sintesis dan metabolisme lipoprotein
yang utama antara lain:
a. Kilomikron
Kilomikron adalah lipoprotein yang paling besar, dibentuk di usus dan
membawa trigliserida yang berasal dari makanan. Beberapa ester kolestril
juga terdapat pada kilomikron. Kilomikron melewati duktus toraksikus ke
aliran darah. Trigliserida dikeluarkan dari kilomikron pada jaringan
ekstrahepatis melalui suatu jalur yang berhubungan dengan VLDL yang
mencakup hidrolisi oleh sistem lipase lipoprotein (LPL), suatu penurunan
progresif pada diameter partikel terjadi ketika trigliserida di dalam inti
tersebut dikosongkan. Lipid permukaan , yakni apo-A-1, apo-A-II, dan
apo-C, ditransfer ke dalam hepatosit (Katzung, 2002).
b. Lipoportein berdensitas sangat rendah (VLDL)
Hati mensekresikan VLDL yang berfungsi sebagai sarana untuk
mengekspor trigliserida ke jaringan perifer. VLDL mengandung Apo-B100 dan Apo-C. trigliserida VLDL dihidrolisis oleh lipase lipoprotein
menghasilkan asam lemak bebas untuk disimpan didalam jaringan seperti
di otot jantung dan otot rangka. Hasil dari deplesi trigliserida
menghasilkan sisa yang disebut lipoprotein berdensitas menengah (IDL).
4
Partikel LDL mengalami endositosis secara langsung oleh hati, sisa HDL
dikonversi menjadi LDL dengan menghilangkan trigliserida yang
diperantaraioleh lipase hati. Proses tersebut menjelaskan fenomena klinis
pergeseran beta (beta shift). Peningkatan VLDL dalam plasma dapat
disebabkan karena peningkatan sekresi precursor VLDL dan juga
penurunan katabolisme LDL (Katzung, 2002).
c. Lipoprotein berdensitas rendah (LDL)
Katabolisme LDL terutama terjadi didalam hepatosit dan dalam sebagian
besar sel bernukleus melibatkan endositosis yang diperantarai oleh
reseptor berafinitas tinggi. Ester kolesteril dari inti LDL kemudian
dihidrolisis, yang menghasilkan kolesterol bebas untuk sintesis membrane
sel. Ses-sel juga mendapatkan kolesterol dari sintesis de-novo melalui
suatu jalur yang melibatkan pembentukan asam mevalonat yang dikatalisis
oleh HMG koA reduktase. Hati memainkan peran utama dalam
pengolahan kolesterol tubuh. Tidak seperti sel lainnya, hepatosit mampu
mengeliminasi kolesterol dari tubuh melalui sekresi kolesterol dalam
empedu dan mengkonversikan kolesterol menjadi asam empedu yang juga
disekresikan dalam empedu (Katzung, 2002).
d.
Lipoprotein Berdensitas Tinggi (HDL)
Apolipoprotein disekresi oleh hati dan usus. Sebagian besar lipid dari
permukaan satu lapis kilomikron dan VLDL selama liposis. HDL juga
mendapatkan kolesterol dari jaringan perifer dari suatu jalur yang
melindungi homeostasis kolesterol sel. HDL juga dapat membawa ester
kolestril langsung ke hati melalui suatu reseptor pengait / docking
(reseptor scavenger, SR-BI) yang tidak melakukan endositosis terhadap
lipoprotein (Katzung, 2002).
Semua PPAR diaktifkan oleh asam lemak (fatty acid = FA),
sedangkan berbagai eicosanoid merupakan aktifator PPAR yang lebih
spesifik. Aktifator yang lebih selektif untuk PPAR alpha adalah leukotrien
B4
(LTB4),
8(S)
hydroxyeicosatetranoic
acid,
8(S)
hydroxyeicosapentanoic acid, sedangkan untuk PPAR gamma adalah,
5
prostaglandin
J2,
9hydroxyoctadecadienoic
hyfroxyoctadecadienoic.
terutama
berikatan
acid,
13-
Lebih lanjut diketahui bahwa asam fibrat
dan
mengaktifkan
PPAR
thiazolidinedione terutama untuk PPAR gamma.
alpha,
sedangkan
PPAR gamma 2
diekspresikan terutama di adiposit, dan sedangkan PPAR gamma 1 selain
diekspresikan di adiposit, juga di jaringan non adiposit otot skeletal,
jantung, hati, tubulus proksimal ginjal, usus besar, sel stroma susmsum
tulang, netrofil, makrofag, dan sel karsinoma payudara (Staels, et al,
1998).
(Staels, et al, 1998).
PPAR-α
PPAR-α diidentifikasi sebagai kunci pengaturan gen-gen yang
terlibat dalam oksidasi asam lemak yang terjadi di mitokondria,
peroksisom, mikrosom di hati. Transkripsi dan level protein enzim kritis
dalam jalur oksidasi-β dan oksidasi-ω adalah target langsung PPAR-α
termasuk
acyl
mitochondrial
CoA
oxidase,
carnitine
hydroxymethylglutaryl-CoA
palmitoyl
synthase,
transferase
dan
I,
enzim
cytochrome P450 4A (CYP4A). Dengan meningkatkan ekspresi gen-gen,
ligan PPAR-α mengaktifkan secara signifikan oksidasi asam lemak hati,
sedangkan inaktivasi genetik gen PPAR-α menghasilkan akumulasi besar
lipid di hati, hipoketonemia parah, hipoglikemia, hipotermia, dan plasma
tinggi bebas asam lemak. Data ini jelas menunjukkan bahwa PPAR-α
6
merupakan faktor kunci dalam mengatur adaptasi metabolik meningkat
asam lemak (Guan, 2004)
PPAR-α juga memainkan peran penting dalam metabolisme lipid.
Ini dikenal gen target yang terlibat dalam hampir semua aspek
metabolisme lipid, termasuk penyerapan, pengikatan, dan oksidasi asam
lemak; perakitan lipoprotein; dan transportasi lipid. Aktivasi PPAR-α juga
meningkatkan pengambilan asam lemak, menurunkan level trigliserida,
dan meningkatkan lipolisis trigliserida-VLDL. Secara bersama-sama,
PPAR-α mungkin sebuah sensor lipid dan dapat memberi efek metabolik
menguntungkan pada metabolisme lemak (Guan,2004).
II.
MEKANISME HIPERLIPIDEMIA DAN RESEPTOR FIBRAT
Dalam mekanisme orang normal metabolisme asam lemak yoitu terjadi
di nukleus, dengan tahap awal yaitu ligan menempel pada PPAR (Peroxisome
proliferation activated receptor). Ekspresi gen dimulai ketika PPAR yang di
aktifkifkan oleh ligan mengadakan heterodimerisasi dengan retinoid x receptor
(RXR). Herodimerisasi tersebut akan sangat meningkatkan kemampuan PPAR
berikatandengan urutan DNA yang spesifik di gen sasaran (DNA binding
domain) yang dikenal PPRE’s (Proliferator reactive elements). Akibat dari
heterodimerisasi PPAR dengan RXR yang di aktifkan ligan membuat represor
yang pada awalnya menempel jadi lepas, dan mengubah bentuk konformasi.
Pengubahan bentuk konformasi tersebut mengaktifkan ko-aktivator agar
menempel dengan reseptor tersebut, sehingga terjadi transkripsi gen yang
mengatur metabolisme asam lemak dan homeostasis lipid (Zullies, 2014).
Dislipidemia terjadi jika reseptor PPAR-α terjadi mutasi atau
kerusakan yang membuat asam lemak tidak dapat berikatan dengan reseptor
tersebut dan dapat terjadi juga karena terlalu banyaknya asam lemak sehingga
reseptor tidak mampu mengikat seluruh asam lemak tersebut, akhirnya terjadi
penumpukan asam lemak (Guan,2004). Menurut Katzung (2002), mekanisme
hiperlipidemia dapat terjadi karena adanya mutaasi pada PPAR-alpha yang
tidak dapat mengatur metabolisme asamlemak homeostasis lipid, sehingga
7
LDL meningkat melebihi batas normal
dan HDL menurun. Hal ini
menyebabkan kolesterol.
(sumber: Staels, et al, 1998)
Obat golongan fibrat memiliki mekanisme yaitu meningkatkan
hidrolisis trigliserida oleh lipoprotein lipase menjadi asam lemak, sehingga
kadar trigliserida di dalam serum akan menurun, serta menurunkan LDL
dan meningkatkan HDL (Nugroho, 2012). Menurut National Cholesterol
Education Program (2002), mekanisme golongan obat asam fibrat seperti
clofibrate, fenofibrate, gemfibrozil,ciprofibrate dan bezafibrate adalah
fibrat sebagai
agonis untuk faktor transkripsi nuclear peroxisome
proliferator-activated receptor alpha (PPAR-alpha), melalui mekanisme
ini,
fibrat
mengurangi
apolipoprotein
C-III
dan
meningkatkan
apolipoprotein A-I, transport protein asam lemak, dan lipoprotein lipase.
Dampaknya pada lipoprotein lipase dan apolopoprotein C-III (inhibitor
dari lipoprotein lipase) meningkatkan katabolisme dari TGRLP, sedangkan
8
dengan
meningkatkan
oksidasi
asam
lemak
akan
mengurangi
pembentukan VLDL trigliserida. Dengan kata lain dampak ini adalah
mengurangi serum trigliserida, yang merupakan kerja utama dari fibrat.
Penurunan serum trigliserida dikombinasikan dengan meningkatnya
sintesis apolipoprotein A-I dan A-II cenderung meningkatkan kadar HDL.
Menurut Staels,. et al (1998), 5 mekanisme utama yang mendasari
modulasi fenotipe lipoprotein oleh fibrat:
1. Induksi lipoprotein lipolisis. Peningkatan TRL lipolisis bisa menjadi
cerminan dari perubahan intrinsik lipoprotein lipase (LPL) aktivitas
atau meningkat aksesibilitas TRLs untuk lipolisis oleh LPL karena
pengurangan konten TRL APOC-III.
2. Induksi asam lemak hati (FA) dan pengurangan serapanproduksi
trigliserida hati. Pada hewan pengerat, fibrat meningkatkan serapan FA
dan konversi ke asil-CoA oleh hati karena induksi FA protein
transporter (FAT) dan asil-CoA sintetase (ACS) aktivitas. Induksi jalur
b-oksidasi dengan penurunan bersamaan dalam sintesis FA oleh hasil
fibrat dalam ketersediaan yang lebih rendah dari fatty acid untuk
sintesis trigliserida, suatu proses yang diperkuat oleh penghambatan
hormon-sensitif lipase dalam jaringan adiposa oleh fibrat.
3. Peningkatan penghapusan partikel LDL. Pengobatan fibratehasil dalam
pembentukan LDL dengan afinitas yang lebih tinggi untuk reseptor
LDL, yang demikian dikatabolisme lebih cepat.
4. Pengurangan lipid netral (kolesterol ester dan trigliserida)pertukaran
antara VLDL dan HDL mungkin hasil dari kadar plasma menurun dari
TRL.
5. Peningkatan
produksi
dan
stimulasi
terbalik
HDLtransportasi
kolesterol. Fibrat meningkatkan produksiapoA-I dan apoA-II di hati,
yang dapat berkontribusi padapeningkatan konsentrasi HDL plasma dan
lebih efisien transportasi kolesterol terbalikan.
9
Efek dari turunan asam fibrat pada lipid plasma dan lipoprotein bervariasi
tergantung pada profil mulai lipoprotein, faktor genetik dan lingkungan yang
mendasari hiperlipidemia, dan obat yang digunakan. Fibrat adalah obat pilihan
untuk pengobatan individu dengan hipertrigliseridemia berat (TG> 1000 mg / dL)
atau sindrom chylomicronemia, kondisi yang berhubungan dengan peningkatan
risiko pankreatitis. Fibrat efektif dalam memproduksi pengurangan yang sering
lebih besar dari 50% dalam serum TG. Orang-orang ini biasanya memiliki kadar
kolesterol LDL yang rendah, tetapi pengobatan dengan fibrat dapat meningkatkan
substan tially kadar kolesterol LDL mereka (10% sampai 30%) dengan
meningkatkan lypolysis dari sangat rendah density lipoprotein (VLDL). Pada
individu dengan hipertrigliseridemia lebih moderat (TG <400 mg / dL), fibrat
menghasilkan 30% sampai 50 pengurangan% dalam serum TG, 15% sampai 25%
peningkatan kolesterol HDL, dan penurunan, tidak ada perubahan, atau
peningkatan kolesterol LDL tingkat. Agen generasi kedua, seperti fenofibrate,
mungkin lebih efektif dalam menurunkan kolesterol LDL, memberikan 17%
sampai
35%
pengurangan
kolesterol
LDL
pada
individu
dengan
hiperkolesterolemia dan hipertrigliseridemia sederhana. Dengan mengurangi
kecil, partikel LDL padat mendukung, partikel LDL lebih ringan lebih besar,
fenofibrate
mempromosikan
perubahan
komposisi
dalam
LDL
yang
meningkatkan afinitas untuk clearance oleh reseptor LDL. Pada subyek dengan
jenis IIa dan IIb hiperlipidemia, studi perbandingan 200 mg fenofibrate
10
micronized dengan simvastatin (20 mg) dan 300 mg fenofibrate micronized
dengan lovastatin (20 mg) menunjukkan penurunan serupa dalam kolesterol total
dan kolesterol LDL dengan fenofibrate atau statin. Namun, penurunan TG yang
unggul dengan fenofibrate. Fibrat sangat efektif dalam mengurangi kadar VLDL
aterogenik dan chylomicron sisa-sisa dan merupakan obat pilihan dalam
pengobatan Tipe-III hyperlipoproteinemia. Fibrat juga digunakan dalam
pengobatan pasien dengan kolesterol HDL rendah (Linton dan Sergio, 2000).
Fibrat juga dapat mempengaruhi faktor risiko non-tradisional. Sebagai
contoh, sebuah lipoprotein (Lp [a]) menurun 7% menjadi 23% pada pasien dengan
tipe-II dislipidemia diobati dengan fenofibrate. Selain itu, fenofibrate mengurangi
fibrinogen pada individu dengan dislipidemia, sedangkan gemfibrozil telah
menghasilkan hasil yang kurang konsisten (Linton dan Sergio, 2000).
III.
OBAT GOLONGAN FIBRAT
(sumber gambar: Stael, et al, 1998)
11
Nama Generik
Nama Dagang
Sediaan
Produsen
Gemfibrozil
Lopid
Kapsul/Tablet 300, 450,600, 900 mg
Park Davis
Lipidan
Kapsul/Tablet 300,600 mg
Dankos
Lapibroz
Kapsul/Tablet 300,600 mg
Lapi
Evothyl
Kapsul 100, 300 mg
Guardian
Hipolip
Kapsul 100, 300 mg
Mecosin
Hyperchol
Kapsul 100, 300 mg
Ikapharmindo
Klofibrat
Arterol
Kapsul 250, 500 mg
Pharos Chemie
Bezafibrat
Bezalip
Tablet 200 mg
Boebringer M.
Fenofibrat
(ISFI, 2008)
EFEK SAMPING OBAT GOLONGAN FIBRAT
Efek samping yang terkait penggunaan obat golongan fibrat yang sering
dilaporkan adalah digestive, gastric atau intestinal disorders (seperti abdominal
pain, mual, muntah, diare, dan perut kembung) yang terjadi pada 10% pasien.
Gangguan umumnya berkurang setelah beberapa waktu. Efek samping lainnya
adalah skin reactions (seperti rash, pruritus, urticarial dan photosensitivity, dan
beberapa pasien dapat mengalami cutaneous photosensitivity dengan manifestasi
eritema, vesiculation atau nodulation pada bagian kulit yang terpapar matahari)
(Badan POM RI, 2011).
Efek samping yang paling umum adalah gastrointestinal, yang terjadi pada
sekitar 5% pasien. Fenofibrate menyebabkan lebih sedikit efek samping
gastrointestinal dari gemfibrozil. Fibrat dapat menyebabkan myositis, terutama
pada individu dengan gagal ginjal. Semua fibrat penyebab peningkatan
konsentrasi kolesterol bilier dan dapat menyebabkan batu empedu. Peningkatan
kecil dalam transaminase hati dan penurunan alkali fosfatase telah dilaporkan [1].
Efek samping lain termasuk ruam, urtikaria, rambut rontok, kelelahan, sakit
kepala, dan anemia (Linton dan Sergio, 2000).
12
BAB III
PENUTUP
I.
KESIMPULAN

Dislipidemia merupakan suatu kelainan metabolisme lipid yang terjadi
dan ditandai dengan adanya peningkatan maupun penurunan fraksi
lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah
kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, kenaikan kadar
trigliserida serta penurunan kadar HDL.

Obat fibrat sebagai agonis untuk faktor transkripsi nuclear peroxisome
proliferator-activated receptor alpha (PPAR-alpha).

Efek samping yang terkait penggunaan obat golongan fibrat yang
sering dilaporkan adalah digestive, gastric atau intestinal disorders,
dan skin reactions.
13
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Bahri T., 2004, Dislipidemia sebagai Faktor Resiko Penyakit Jantung
Koroner, USU, Medan.
Badan POM RI, 2011, Buletin Berita MESO, Buletin Berita MESO Vol. 29,
No. 1: 1-6.
Guan, Youfei. 2004. Peroxisome Proliferator-Activated Receptor Family and
Its Relationship to Renal Complications of the Metabolic Syndrome.
Journal of the American Society of Nephrology.
ISFI, 2008, Informasi Spesialite Obat Indonesia, Volume 43, Ikatan Sarjana
Farmasi Indonesia, Jakarta.
Linton, M. F., dan Sergio F., 2000, Re-emergence of Fibrates in the
Management of Dyslipidemia and Cardiovascular Risk, Current
Science Inc., Vol. 2:29–35
Murray, Robert K, 2002, Biokimia Harper, Edisi 25, EGC, Jakarta.
NCEP, 2002, Third report of the national cholesterol Education Programe
(NCEP) expert panel on detection, evaluation and treatment of high
blood cholesterol in adults (Adults treatment panel III), NIH
Publication, II-1 s.d II-2, V-2, VI-1.
Nugroho, Agung Endro, 2012, Farmakologi: Obat-Obat Penting dalam
Pembelajaran Ilmu Farmasi dan Dunia Kesehatan, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Staels B., Jean Dallongeville, Johan Auwerx, Kristina Schoonjans, Eran
Leitersdorf,
Jean-Charles Fruchart,1998, Mechanism of Action of
Fibrate on Lipid Adn Lipoprotein Metabolism, Journal Of American
Heart Association, Vol. 98:2088-2093.
Wahjuni, S., 2011, Pemberian Minyak Ikan Lemuru (Sardinella longiceps)
sebagai anti dislipidemia melalui penigkatan HDL pada Tikus Wistar,
Jurnal Kimia, Vol. 5 (2): 156-162.
Zullies, Ikawati, 2014,
Farmakologi Molekuler (Target Aksi Obat dan
Mekanisme Molekulernya), UGM Press, Yogyakarta.
14
LAMPIRAN
Hasil Diskusi
1. Dendy (G1F014047)
Bagaimana cara mengatur keseimbangan HDL dan LDL?
Meningkatkan ikatan antara Peroxisome proliferation activated receptor
dan enzimnya sehingga transkripsi gen yang mengatur keseimbangan HDL
dan LDL dalam tubuh tetap berjalan dengan baik.
2. Mega (G1F014029)
Obat yang disebutkan, dosis secara per apa?
Dosis peroral, ada yang dalam bentuk kapsul dan tablet.
3. Alim (G1F014039)
Bagaimana mekanisme obat golongan fibrat? Kenapa efek samping obat
tersebut diare?
Mekanisme obat : obat tersebut akan menduduki tempat ikatan asam
lemak di PPAR, sehingga efek yang seharusnya dihasilkan yaitu
transkripsi gen yang mengatur keseimbangan asam lemak pun bisa
tercipta. Obat golongan fibrat membuat LDL seseorang akan menurun dan
HDL meningkat. Hal tersebut membuat lemak yang tadinya terakumulasi
di jaringan dapat dibawa oleh HDL ke hati untuk di metabolisme.
Efek samping diare : Salah satu penyebab diare adalah malabsorbsi lemak.
Malabsorbsi ini disebabkan ketidakseimbangan transkripsi gen yang
mengatur keseimbangan lemak. Hal ini yang menyebabkan terjadinya efek
diare apabila mengkonsumsi obat golongan fibrat.
15
Download