MAKALAH FARMAKOLOGI MOLEKULER ‘FIBRAT’ Disusun oleh : Irenne Agustina Tanto (G1F014071) Alifah Itmi Mushoffa (G1F014073) Gasti Giopenra Benarqi (G1F014075) JURUSAN FARMASI FAKULTAS ILMU – ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2015 BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG Saat ini penyakit hiperlipidemia termasuk penyebab kematian pada penduduk Indonesia. Yang dapat mengakibatkan terjadinya hiperlipidemia yaitu keadaan di mana kadar lemak darah naik. Kondisi hiperlipidemia bila berkelanjutan memicu terbentuknya aterosklerosis (hilangnya elastisitas disertai penyempitan dan pengerasan pembuluh darah arteri). Pada sebagian besar penderita hiperlipidemia dapat dikontrol dengan diet dan olahraga. Namun, bisa juga dengan bantuan obat penurun kadar lipid darah atau antihiperlipidemia. Obat antihiperlipidemia sedikitnya dikelompokkan dalam tujuh golongan senyawa. Ada klofibrat, asam nikotinat, probukol, gemfibrosil, penghambat absorpsi lemak, golongan statin/mevinolin, dan hormon dekstrotirosin. Namun, penggunaan obat- obatan sintetik relatif mahal dan tak sedikit menimbulkan efek samping yang merugikan. Hiperlipidemia atau kadang-kadang disebut dislipidemia terjadi akibat jumlah lipid utama (lemak) dalam darah (kolesterol atau trigliserida) berlebih, karena gangguan metabolisme atau kelainan transportasi lipid yang dapat juga merupakan kelainan genetik (keturunan) dari penyakit lain (seperti diabetes, gangguan tiroid, penyakit hati, atau ginjal).Hiperlipidemia disebabkan adanya lemak nabati / kolesterol yang terlalu tinggi. Jika kalori dalam makanan yang dikonsumsi melebihi dari batas yang diperlukan oleh tubuh, kalori yang berlebihan akan tersimpan di dalam otak dalam bentuk trigliserida dan menjadi lemak, lalu hal tersebut menyebabkan kandungan lemak dalam darah meningkat. Dalam makalah ini akan dibahas tentang obat-obat yang digunakan untuk pengobatan antihiperlipidemia serta mekanisme kerja dari obat tersebut khususnya obat golongan fibrat. 1 II. RUMUSAN MASALAH 1. Apakah yang dimaksud dislipidemia? 2. Bagaimana mekanisme terjadinya dislipidemia? 3. Bagaimana mekanisme obat golongan fibrat? 4. Apa dan efek samping apa obat yang termasuk golongan fibrat? III. TUJUAN 1. Mengetahui arti dislipidemia 2. Mengetahui mekanisme terjadinya dislipidemia 3. Mengetahui mekanisme obat golongan fibrat 4. Mengetahui obat golongan fibrat berserta efeknya 2 BAB II ISI I. PENGERTIAN Dislipidemia merupakan suatu kelainan metabolisme lipid yang terjadi dan ditandai dengan adanya peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, kenaikan kadar trigliserida serta penurunan kadar HDL. Dislipidemia juga sering dikatakan sebagai hiperlipidemia yang bisa disebabkan oleh pola hidup di mana konsumsi makanan lemak jenuh yang berlebihan dan kurangnya aktivitas fisik, sehingga terjadi peningkatan lipid serum sebagai salah satu faktor risiko terjadinya aterosklerosis (Wahjuni, 2011). Klasifikasi dislipidemia berdasarkan patogenesis penyakit menurut Murray (2002) adalah sebagai berikut: a. Dislipidemia Primer Yaitu kelainan penyakit genetik dan bawaan yang dapat menyebabkan kelainan kadar lipid dalam darah (Murray, 2002). b. Dislipidemia Sekunder Yaitu dislipidemia yang disebabkan oleh penyakit atau suatu keadaan tertentu seperti hiperkolesterolemia disebabkan oleh hipotiroidisme, sindrom nefrotik, penyakit hatiobstruktif, kehamilan, anoreksia nervosa dan porfiria akut intermitten (Murray, 2002). Menurut Anwar (2004), dislipidemia dalam proses terjadinya aterosklerosis semuanyamemiliki peran yang penting dan sangat berkaitan satu dengan yang lain,sehingga tidak mungkin dibahas sendiri-sendiri. Ketiganya dikenal sebagaitriad lipid, yaitu: a. Kolesterol total Banyak penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara kadar kolesterol total darah dengan resiko penyakit jantung koroner (PJK) sangat kuat, konsisten, dan tidak bergantung pada faktor resiko lain.Penelitian genetik, 3 eksperimental, epidemiologis, dan klinismenunjukkan dengan jelas bahwa peningkatan kadar kolesterol total mempunyai peran penting pada patogenesis penyakit jantung koroner (PJK) (Anwar, 2004). b. Kolesterol HDL dan kolesterol LDL Bukti epidemiologis dan klinis menunjang hubungan negatif antara kadar kolesterol HDL dengan penyakit jantung koroner. Intervensi obat atau diet dapat menaikan kadar kolesterol HDL dandapat mengurangi penyakit jantung koroner (Anwar, 2004). c. Trigliserida Kadar trigliserida diantara 250-500 mg/dl dianggap berhubungandengan penyakit jantung koroner apabila disertai adanya penurunankadar kolesterol HDL (Anwar, 2004). Menurut Katzung (2002), sintesis dan metabolisme lipoprotein yang utama antara lain: a. Kilomikron Kilomikron adalah lipoprotein yang paling besar, dibentuk di usus dan membawa trigliserida yang berasal dari makanan. Beberapa ester kolestril juga terdapat pada kilomikron. Kilomikron melewati duktus toraksikus ke aliran darah. Trigliserida dikeluarkan dari kilomikron pada jaringan ekstrahepatis melalui suatu jalur yang berhubungan dengan VLDL yang mencakup hidrolisi oleh sistem lipase lipoprotein (LPL), suatu penurunan progresif pada diameter partikel terjadi ketika trigliserida di dalam inti tersebut dikosongkan. Lipid permukaan , yakni apo-A-1, apo-A-II, dan apo-C, ditransfer ke dalam hepatosit (Katzung, 2002). b. Lipoportein berdensitas sangat rendah (VLDL) Hati mensekresikan VLDL yang berfungsi sebagai sarana untuk mengekspor trigliserida ke jaringan perifer. VLDL mengandung Apo-B100 dan Apo-C. trigliserida VLDL dihidrolisis oleh lipase lipoprotein menghasilkan asam lemak bebas untuk disimpan didalam jaringan seperti di otot jantung dan otot rangka. Hasil dari deplesi trigliserida menghasilkan sisa yang disebut lipoprotein berdensitas menengah (IDL). 4 Partikel LDL mengalami endositosis secara langsung oleh hati, sisa HDL dikonversi menjadi LDL dengan menghilangkan trigliserida yang diperantaraioleh lipase hati. Proses tersebut menjelaskan fenomena klinis pergeseran beta (beta shift). Peningkatan VLDL dalam plasma dapat disebabkan karena peningkatan sekresi precursor VLDL dan juga penurunan katabolisme LDL (Katzung, 2002). c. Lipoprotein berdensitas rendah (LDL) Katabolisme LDL terutama terjadi didalam hepatosit dan dalam sebagian besar sel bernukleus melibatkan endositosis yang diperantarai oleh reseptor berafinitas tinggi. Ester kolesteril dari inti LDL kemudian dihidrolisis, yang menghasilkan kolesterol bebas untuk sintesis membrane sel. Ses-sel juga mendapatkan kolesterol dari sintesis de-novo melalui suatu jalur yang melibatkan pembentukan asam mevalonat yang dikatalisis oleh HMG koA reduktase. Hati memainkan peran utama dalam pengolahan kolesterol tubuh. Tidak seperti sel lainnya, hepatosit mampu mengeliminasi kolesterol dari tubuh melalui sekresi kolesterol dalam empedu dan mengkonversikan kolesterol menjadi asam empedu yang juga disekresikan dalam empedu (Katzung, 2002). d. Lipoprotein Berdensitas Tinggi (HDL) Apolipoprotein disekresi oleh hati dan usus. Sebagian besar lipid dari permukaan satu lapis kilomikron dan VLDL selama liposis. HDL juga mendapatkan kolesterol dari jaringan perifer dari suatu jalur yang melindungi homeostasis kolesterol sel. HDL juga dapat membawa ester kolestril langsung ke hati melalui suatu reseptor pengait / docking (reseptor scavenger, SR-BI) yang tidak melakukan endositosis terhadap lipoprotein (Katzung, 2002). Semua PPAR diaktifkan oleh asam lemak (fatty acid = FA), sedangkan berbagai eicosanoid merupakan aktifator PPAR yang lebih spesifik. Aktifator yang lebih selektif untuk PPAR alpha adalah leukotrien B4 (LTB4), 8(S) hydroxyeicosatetranoic acid, 8(S) hydroxyeicosapentanoic acid, sedangkan untuk PPAR gamma adalah, 5 prostaglandin J2, 9hydroxyoctadecadienoic hyfroxyoctadecadienoic. terutama berikatan acid, 13- Lebih lanjut diketahui bahwa asam fibrat dan mengaktifkan PPAR thiazolidinedione terutama untuk PPAR gamma. alpha, sedangkan PPAR gamma 2 diekspresikan terutama di adiposit, dan sedangkan PPAR gamma 1 selain diekspresikan di adiposit, juga di jaringan non adiposit otot skeletal, jantung, hati, tubulus proksimal ginjal, usus besar, sel stroma susmsum tulang, netrofil, makrofag, dan sel karsinoma payudara (Staels, et al, 1998). (Staels, et al, 1998). PPAR-α PPAR-α diidentifikasi sebagai kunci pengaturan gen-gen yang terlibat dalam oksidasi asam lemak yang terjadi di mitokondria, peroksisom, mikrosom di hati. Transkripsi dan level protein enzim kritis dalam jalur oksidasi-β dan oksidasi-ω adalah target langsung PPAR-α termasuk acyl mitochondrial CoA oxidase, carnitine hydroxymethylglutaryl-CoA palmitoyl synthase, transferase dan I, enzim cytochrome P450 4A (CYP4A). Dengan meningkatkan ekspresi gen-gen, ligan PPAR-α mengaktifkan secara signifikan oksidasi asam lemak hati, sedangkan inaktivasi genetik gen PPAR-α menghasilkan akumulasi besar lipid di hati, hipoketonemia parah, hipoglikemia, hipotermia, dan plasma tinggi bebas asam lemak. Data ini jelas menunjukkan bahwa PPAR-α 6 merupakan faktor kunci dalam mengatur adaptasi metabolik meningkat asam lemak (Guan, 2004) PPAR-α juga memainkan peran penting dalam metabolisme lipid. Ini dikenal gen target yang terlibat dalam hampir semua aspek metabolisme lipid, termasuk penyerapan, pengikatan, dan oksidasi asam lemak; perakitan lipoprotein; dan transportasi lipid. Aktivasi PPAR-α juga meningkatkan pengambilan asam lemak, menurunkan level trigliserida, dan meningkatkan lipolisis trigliserida-VLDL. Secara bersama-sama, PPAR-α mungkin sebuah sensor lipid dan dapat memberi efek metabolik menguntungkan pada metabolisme lemak (Guan,2004). II. MEKANISME HIPERLIPIDEMIA DAN RESEPTOR FIBRAT Dalam mekanisme orang normal metabolisme asam lemak yoitu terjadi di nukleus, dengan tahap awal yaitu ligan menempel pada PPAR (Peroxisome proliferation activated receptor). Ekspresi gen dimulai ketika PPAR yang di aktifkifkan oleh ligan mengadakan heterodimerisasi dengan retinoid x receptor (RXR). Herodimerisasi tersebut akan sangat meningkatkan kemampuan PPAR berikatandengan urutan DNA yang spesifik di gen sasaran (DNA binding domain) yang dikenal PPRE’s (Proliferator reactive elements). Akibat dari heterodimerisasi PPAR dengan RXR yang di aktifkan ligan membuat represor yang pada awalnya menempel jadi lepas, dan mengubah bentuk konformasi. Pengubahan bentuk konformasi tersebut mengaktifkan ko-aktivator agar menempel dengan reseptor tersebut, sehingga terjadi transkripsi gen yang mengatur metabolisme asam lemak dan homeostasis lipid (Zullies, 2014). Dislipidemia terjadi jika reseptor PPAR-α terjadi mutasi atau kerusakan yang membuat asam lemak tidak dapat berikatan dengan reseptor tersebut dan dapat terjadi juga karena terlalu banyaknya asam lemak sehingga reseptor tidak mampu mengikat seluruh asam lemak tersebut, akhirnya terjadi penumpukan asam lemak (Guan,2004). Menurut Katzung (2002), mekanisme hiperlipidemia dapat terjadi karena adanya mutaasi pada PPAR-alpha yang tidak dapat mengatur metabolisme asamlemak homeostasis lipid, sehingga 7 LDL meningkat melebihi batas normal dan HDL menurun. Hal ini menyebabkan kolesterol. (sumber: Staels, et al, 1998) Obat golongan fibrat memiliki mekanisme yaitu meningkatkan hidrolisis trigliserida oleh lipoprotein lipase menjadi asam lemak, sehingga kadar trigliserida di dalam serum akan menurun, serta menurunkan LDL dan meningkatkan HDL (Nugroho, 2012). Menurut National Cholesterol Education Program (2002), mekanisme golongan obat asam fibrat seperti clofibrate, fenofibrate, gemfibrozil,ciprofibrate dan bezafibrate adalah fibrat sebagai agonis untuk faktor transkripsi nuclear peroxisome proliferator-activated receptor alpha (PPAR-alpha), melalui mekanisme ini, fibrat mengurangi apolipoprotein C-III dan meningkatkan apolipoprotein A-I, transport protein asam lemak, dan lipoprotein lipase. Dampaknya pada lipoprotein lipase dan apolopoprotein C-III (inhibitor dari lipoprotein lipase) meningkatkan katabolisme dari TGRLP, sedangkan 8 dengan meningkatkan oksidasi asam lemak akan mengurangi pembentukan VLDL trigliserida. Dengan kata lain dampak ini adalah mengurangi serum trigliserida, yang merupakan kerja utama dari fibrat. Penurunan serum trigliserida dikombinasikan dengan meningkatnya sintesis apolipoprotein A-I dan A-II cenderung meningkatkan kadar HDL. Menurut Staels,. et al (1998), 5 mekanisme utama yang mendasari modulasi fenotipe lipoprotein oleh fibrat: 1. Induksi lipoprotein lipolisis. Peningkatan TRL lipolisis bisa menjadi cerminan dari perubahan intrinsik lipoprotein lipase (LPL) aktivitas atau meningkat aksesibilitas TRLs untuk lipolisis oleh LPL karena pengurangan konten TRL APOC-III. 2. Induksi asam lemak hati (FA) dan pengurangan serapanproduksi trigliserida hati. Pada hewan pengerat, fibrat meningkatkan serapan FA dan konversi ke asil-CoA oleh hati karena induksi FA protein transporter (FAT) dan asil-CoA sintetase (ACS) aktivitas. Induksi jalur b-oksidasi dengan penurunan bersamaan dalam sintesis FA oleh hasil fibrat dalam ketersediaan yang lebih rendah dari fatty acid untuk sintesis trigliserida, suatu proses yang diperkuat oleh penghambatan hormon-sensitif lipase dalam jaringan adiposa oleh fibrat. 3. Peningkatan penghapusan partikel LDL. Pengobatan fibratehasil dalam pembentukan LDL dengan afinitas yang lebih tinggi untuk reseptor LDL, yang demikian dikatabolisme lebih cepat. 4. Pengurangan lipid netral (kolesterol ester dan trigliserida)pertukaran antara VLDL dan HDL mungkin hasil dari kadar plasma menurun dari TRL. 5. Peningkatan produksi dan stimulasi terbalik HDLtransportasi kolesterol. Fibrat meningkatkan produksiapoA-I dan apoA-II di hati, yang dapat berkontribusi padapeningkatan konsentrasi HDL plasma dan lebih efisien transportasi kolesterol terbalikan. 9 Efek dari turunan asam fibrat pada lipid plasma dan lipoprotein bervariasi tergantung pada profil mulai lipoprotein, faktor genetik dan lingkungan yang mendasari hiperlipidemia, dan obat yang digunakan. Fibrat adalah obat pilihan untuk pengobatan individu dengan hipertrigliseridemia berat (TG> 1000 mg / dL) atau sindrom chylomicronemia, kondisi yang berhubungan dengan peningkatan risiko pankreatitis. Fibrat efektif dalam memproduksi pengurangan yang sering lebih besar dari 50% dalam serum TG. Orang-orang ini biasanya memiliki kadar kolesterol LDL yang rendah, tetapi pengobatan dengan fibrat dapat meningkatkan substan tially kadar kolesterol LDL mereka (10% sampai 30%) dengan meningkatkan lypolysis dari sangat rendah density lipoprotein (VLDL). Pada individu dengan hipertrigliseridemia lebih moderat (TG <400 mg / dL), fibrat menghasilkan 30% sampai 50 pengurangan% dalam serum TG, 15% sampai 25% peningkatan kolesterol HDL, dan penurunan, tidak ada perubahan, atau peningkatan kolesterol LDL tingkat. Agen generasi kedua, seperti fenofibrate, mungkin lebih efektif dalam menurunkan kolesterol LDL, memberikan 17% sampai 35% pengurangan kolesterol LDL pada individu dengan hiperkolesterolemia dan hipertrigliseridemia sederhana. Dengan mengurangi kecil, partikel LDL padat mendukung, partikel LDL lebih ringan lebih besar, fenofibrate mempromosikan perubahan komposisi dalam LDL yang meningkatkan afinitas untuk clearance oleh reseptor LDL. Pada subyek dengan jenis IIa dan IIb hiperlipidemia, studi perbandingan 200 mg fenofibrate 10 micronized dengan simvastatin (20 mg) dan 300 mg fenofibrate micronized dengan lovastatin (20 mg) menunjukkan penurunan serupa dalam kolesterol total dan kolesterol LDL dengan fenofibrate atau statin. Namun, penurunan TG yang unggul dengan fenofibrate. Fibrat sangat efektif dalam mengurangi kadar VLDL aterogenik dan chylomicron sisa-sisa dan merupakan obat pilihan dalam pengobatan Tipe-III hyperlipoproteinemia. Fibrat juga digunakan dalam pengobatan pasien dengan kolesterol HDL rendah (Linton dan Sergio, 2000). Fibrat juga dapat mempengaruhi faktor risiko non-tradisional. Sebagai contoh, sebuah lipoprotein (Lp [a]) menurun 7% menjadi 23% pada pasien dengan tipe-II dislipidemia diobati dengan fenofibrate. Selain itu, fenofibrate mengurangi fibrinogen pada individu dengan dislipidemia, sedangkan gemfibrozil telah menghasilkan hasil yang kurang konsisten (Linton dan Sergio, 2000). III. OBAT GOLONGAN FIBRAT (sumber gambar: Stael, et al, 1998) 11 Nama Generik Nama Dagang Sediaan Produsen Gemfibrozil Lopid Kapsul/Tablet 300, 450,600, 900 mg Park Davis Lipidan Kapsul/Tablet 300,600 mg Dankos Lapibroz Kapsul/Tablet 300,600 mg Lapi Evothyl Kapsul 100, 300 mg Guardian Hipolip Kapsul 100, 300 mg Mecosin Hyperchol Kapsul 100, 300 mg Ikapharmindo Klofibrat Arterol Kapsul 250, 500 mg Pharos Chemie Bezafibrat Bezalip Tablet 200 mg Boebringer M. Fenofibrat (ISFI, 2008) EFEK SAMPING OBAT GOLONGAN FIBRAT Efek samping yang terkait penggunaan obat golongan fibrat yang sering dilaporkan adalah digestive, gastric atau intestinal disorders (seperti abdominal pain, mual, muntah, diare, dan perut kembung) yang terjadi pada 10% pasien. Gangguan umumnya berkurang setelah beberapa waktu. Efek samping lainnya adalah skin reactions (seperti rash, pruritus, urticarial dan photosensitivity, dan beberapa pasien dapat mengalami cutaneous photosensitivity dengan manifestasi eritema, vesiculation atau nodulation pada bagian kulit yang terpapar matahari) (Badan POM RI, 2011). Efek samping yang paling umum adalah gastrointestinal, yang terjadi pada sekitar 5% pasien. Fenofibrate menyebabkan lebih sedikit efek samping gastrointestinal dari gemfibrozil. Fibrat dapat menyebabkan myositis, terutama pada individu dengan gagal ginjal. Semua fibrat penyebab peningkatan konsentrasi kolesterol bilier dan dapat menyebabkan batu empedu. Peningkatan kecil dalam transaminase hati dan penurunan alkali fosfatase telah dilaporkan [1]. Efek samping lain termasuk ruam, urtikaria, rambut rontok, kelelahan, sakit kepala, dan anemia (Linton dan Sergio, 2000). 12 BAB III PENUTUP I. KESIMPULAN Dislipidemia merupakan suatu kelainan metabolisme lipid yang terjadi dan ditandai dengan adanya peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, kenaikan kadar trigliserida serta penurunan kadar HDL. Obat fibrat sebagai agonis untuk faktor transkripsi nuclear peroxisome proliferator-activated receptor alpha (PPAR-alpha). Efek samping yang terkait penggunaan obat golongan fibrat yang sering dilaporkan adalah digestive, gastric atau intestinal disorders, dan skin reactions. 13 DAFTAR PUSTAKA Anwar, Bahri T., 2004, Dislipidemia sebagai Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner, USU, Medan. Badan POM RI, 2011, Buletin Berita MESO, Buletin Berita MESO Vol. 29, No. 1: 1-6. Guan, Youfei. 2004. Peroxisome Proliferator-Activated Receptor Family and Its Relationship to Renal Complications of the Metabolic Syndrome. Journal of the American Society of Nephrology. ISFI, 2008, Informasi Spesialite Obat Indonesia, Volume 43, Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, Jakarta. Linton, M. F., dan Sergio F., 2000, Re-emergence of Fibrates in the Management of Dyslipidemia and Cardiovascular Risk, Current Science Inc., Vol. 2:29–35 Murray, Robert K, 2002, Biokimia Harper, Edisi 25, EGC, Jakarta. NCEP, 2002, Third report of the national cholesterol Education Programe (NCEP) expert panel on detection, evaluation and treatment of high blood cholesterol in adults (Adults treatment panel III), NIH Publication, II-1 s.d II-2, V-2, VI-1. Nugroho, Agung Endro, 2012, Farmakologi: Obat-Obat Penting dalam Pembelajaran Ilmu Farmasi dan Dunia Kesehatan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Staels B., Jean Dallongeville, Johan Auwerx, Kristina Schoonjans, Eran Leitersdorf, Jean-Charles Fruchart,1998, Mechanism of Action of Fibrate on Lipid Adn Lipoprotein Metabolism, Journal Of American Heart Association, Vol. 98:2088-2093. Wahjuni, S., 2011, Pemberian Minyak Ikan Lemuru (Sardinella longiceps) sebagai anti dislipidemia melalui penigkatan HDL pada Tikus Wistar, Jurnal Kimia, Vol. 5 (2): 156-162. Zullies, Ikawati, 2014, Farmakologi Molekuler (Target Aksi Obat dan Mekanisme Molekulernya), UGM Press, Yogyakarta. 14 LAMPIRAN Hasil Diskusi 1. Dendy (G1F014047) Bagaimana cara mengatur keseimbangan HDL dan LDL? Meningkatkan ikatan antara Peroxisome proliferation activated receptor dan enzimnya sehingga transkripsi gen yang mengatur keseimbangan HDL dan LDL dalam tubuh tetap berjalan dengan baik. 2. Mega (G1F014029) Obat yang disebutkan, dosis secara per apa? Dosis peroral, ada yang dalam bentuk kapsul dan tablet. 3. Alim (G1F014039) Bagaimana mekanisme obat golongan fibrat? Kenapa efek samping obat tersebut diare? Mekanisme obat : obat tersebut akan menduduki tempat ikatan asam lemak di PPAR, sehingga efek yang seharusnya dihasilkan yaitu transkripsi gen yang mengatur keseimbangan asam lemak pun bisa tercipta. Obat golongan fibrat membuat LDL seseorang akan menurun dan HDL meningkat. Hal tersebut membuat lemak yang tadinya terakumulasi di jaringan dapat dibawa oleh HDL ke hati untuk di metabolisme. Efek samping diare : Salah satu penyebab diare adalah malabsorbsi lemak. Malabsorbsi ini disebabkan ketidakseimbangan transkripsi gen yang mengatur keseimbangan lemak. Hal ini yang menyebabkan terjadinya efek diare apabila mengkonsumsi obat golongan fibrat. 15