BAB IV - Jurnal UHO

advertisement
Ecogreen Vol. 2 No. 2, Oktober 2016
Halaman 123 – 129
ISSN 2407 - 9049
ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA
PROVINSI SULAWESI TENGGARA
Umar Ode Hasani
Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan UHO
Email : [email protected]
ABSTRAK
Perubahan penggunaan lahan dan bentang alam akan mengakibatkan pencemaran sungai
yakni menurunnya kualitas air. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas air sungai
Konaweha baik secara fisika (terkait dengan kadar pH, TSS, BOD, COD dan DO), sifat kimia (terkait
dengan kadar NO3, Fe,dan Cl), dan sifat biologi (terkait kadar Coli Form) berdasarkan baku mutu
kualitas air sungai (PP Nomor 82 Tahun 2001) dan menganalisis beban pencemaran yang masuk ke
sungai menggunakan metode indeks pencemaran (KeMenLH Nomor 115 Tahun 2003). Hasil
penelitian kualitas air sungai Konaweha menunjukkan bahwa : (1) Kadar BOD, COD, dan Coli Tinja
air air sungai yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan kategori kriteria mutu air berdasarkan PP.
Nomor 82 Tahun 2001 masuk kategori cemar ringan berdasarkan análisis storet (KepMenLH Nomor
115 tahun 2003), dan (2) Keberadaan konsentrasi TDS, TSS, DO, NO 3, Fe, Cl, dan Coli Form cenderung
meningkat di dalam air walaupun berdasarkan criteria mutu air (PP. Nomor 82 Tahun 2001) masih
berada dibawah nilai kisaran baku mutu air sehingga masuk kategori kelas I dan memenuhi baku
mutu air berdasarkan análisis storet (KepMenLH Nomor 115 tahun 2003).
PENDAHULUAN
Pertumbuhan penduduk dan kegiatan
pembangunan yang cukup tinggi di beberapa
Kabupaten yang ada di DAS Konaweha akan
menekan daya dukung sumberdaya lahan yang
menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan dan
perubahan bentang alam untuk penggunaan
lain. Berbagai aktivitas
manusia
dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya yang berasal
dari kegiatan industri, rumah tangga, dan
pertanian akan menghasilkan limbah yang
memberi sumbangan pada penurunan kualitas
air sungai (Suriawiria, 2003).
Peningkatan kebutuhan lahan untuk
kegiatan pembangunan infrastruktur dan
pemukiman berdampak pada perubahan
kualitas lingkungan. Perubahan penggunaan
lahan dan bentang alam di DAS Konaweha,
yang diduga akan berakibat pada pencemaran
air sungai Konaweha. Salah satu sumber
pencemaran air adalah peningkatan sedimen
dan limbah domestik pada badan air sungai
konaweha yang berasal aliran permukan (run
off) dan erosi tanah yang terjadi di DAS
Konaweha dan menyebabkan air sungai
Konaweha tercemar.
Perubahan penggunaan lahan dan
bentang
alam
tersebut
diduga
akan
mengakibatkan
pencemaran
air
sungai
Konaweha yakni menurunnya kualitas air
secara signifikan sehingga dapat menyebabkan
lingkungan sekitarnya tercemar.
Menurut
Bahtiar (2007) lingkungan dapat dikatakan
tercemar jika dimasuki atau kemasukan bahan
pencemar yang dapat mengakibatkan gangguan
pada makhluk hidup yang ada didalamnya.
Dengan demikian, kualitas air sungai Konaweha
diduga telah tercemar baik secara fisika, kimia
dan biologi.
Dengan demikian, jika lingkungan air
tercemar akan menyebabkan perubahan sifat
fisika, kimia dan biologi air tersebut yang
berakibat pada perubahan mutu kualitas air
tersebut. Penilaian perubahan sifat fisika, kimia
dan biologi air tersebut perpedoman pada : (1)
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air dan (2)
Keputusan Menteri Negara lingkungan Hidup
Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman
Penentuan Status Mutu Air. Perubahan kualitas
air pada suatu sungai mengindikasikan bahwa
air sungai tersebut telah tercemar, sehingga
perlu dilakukan upaya-upaya pengelolaannya
sehingga kualitas air sungai tetap pada suatu
standar baku yang dapat manfaatkan untuk
kebutuhan domestic dan penggunaan lainnya.
Analisis Kualitas Air Sungai Konaweha – Umar Ode Hasani
Menurut Azwar (2006) bahwa pengelolaan
kualitas air dilakukan
dengan
upaya
pengendalian pencemaran air berupa upaya
memelihara fungsi air sehingga kualitas air
memenuhi baku mutu.
Indikasi pencemaran kualitas air dapat
diketahui dengan perubahan kualitas air secara
fisika, kimia dan biologi. Parameter penilaian
kualitas dapat berupa : fisika ((pH, Residu
tersuspensi (TSS), Biochemical oxygen demand
(BOD), Chemical Oxygen demand (COD) dan
Oksigen terlarut (DO)), kimia (kadar Nitrit (NO3
), Besi (Fe) dan Clorida (Cl)) dan biologi
(bakteri Coli form dan Coli Tinja)).
Berbagai kegiatan pembangunan di
Daerah Aliran Sungai (DAS) Konaweha
berimplikasi pada berubahan kualitas air sungai
konaweha sebagai sumber air bagi kegiatan
pertanian, industri dan domestik di Kabupaten
Konawe, kabupaten Kolaka Timur dan Kota
Kendari. Oleh karena itu, perlu dilakukan
analisis kualitasi air sungai Konaweha untuk
dijadikan dasar dalam pengelolaan Sumberdaya
Air di DAS Konaweha secara berkelanjutan.
METODE PENELITIAN
Metode pengambilan sampel dilakukan
secara proporsional mewakili daerah hulu,
tengah dan hilir dengan pola penggunaan lahan
berbeda
seperti
kehutanan,
pertanian,
perkebunan, petrmukiman dan penggunaan
lainnya.
Acuan
pengambilan
sampel
air
disesuaikan dengan Standar Nasional Indonesia
(SNI
06-2421-1991)
tentang
metode
pengambilan sampel air sungai. Pelaksanaan
pengambilan sampel dilakukan sebanyak 5
(lima) kali yaitu mewakili musim hujan,
peralihan dan kemarau dan analisis kualitas air
sungai
Konaweha
dilaksanakan
di
Laboratorium Kesehatan Provinsi Sulawesi
Tenggara.
Pengolahan data pemantauan kualitas air
sungai
Konaweha
dilakukan
secara
komputerisasi dengan menggunakan metode
Storet. Metode STORET ini merupakan salah
satu metode untuk menentukan status mutu air
yang umum digunakan KepMen LH Nomor 115
Tahun (2003)). Penentuan kualitas air y a n g
dinilai berdasarkan ketentuan sistem STORET
124
yang dikeluarkan oleh EPA (Environmental
Protection Agency) diklasifikasikan menjadi
empat kelas, yaitu:
1. Kelas A: baik sekali, skor = 0 memenuhi
baku mutu
2. Kelas B : baik, skor = -1 s/d -10 cemar
ringan
3. Kelas C : sedang, skor = -11 s/d -30 cemar
sedang
4. Kelas D: buruk, skor > - 31 cemar berat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Keadaan pH dan Residu Tersuspensi TSS
Hasil analisis pH air dan Residu Tersuspensi
sungai konaweha disajikan dalam Tabel 1 dan
2.
Tabel 1. Menunjukkan bahwa kisaran
nilai rata-rata pH air sungai Konaweha lebih
tinggi dibandingkan dengan nilai baku mutu
berdasarkan
PP. Nomor 82 Tahun 2001,
sehingga pH air konaweha masuk dalam
kategori kelas II. Dan kisaran nilai rata-rata pH
air sungai konaweha lebih tinggi dibandingan
dengan skor storet dengan menggunakan
system nilai US-EPA, sehingga kondisi pH air
sungai konaweha masuk klasifikasi status mutu
air kelas B dalam kondisi cemar ringan.
Tabel 2. menunjukkan bahwa kisaran
nilai rata-rata TSS air sungai Konaweha lebih
rendah dibandingkan dengan nilai baku TSS
berdasarkan
PP. Nomor 82 Tahun 200,
sehingga TSS air sungai Konaweha dengan
metode Storet (KepMen LH Nomor 115 tahun
2003) menunjukkan bahwa kisaran nilai ratarata TSS air sungai konaweha lebih rendah
dibandingkan dengan skor storet yang
menggunakan system nilai US-EPA, sehingga
nilai TSS air sungai Konaweha
masuk
klasifikasi status mutu kelas A dalam kondisi
memenuhi baku mutu.
Keadaan BOD, COD dan DO
Analisis Biochemical oxygen demand
(BOD), Chemical Oxygen demand (COD) dan
Oksigen terlarut (DO) air sungai Konaweha
dapat dilihat pada Tabel 3, 4 dan 5.
Tabel 3. menunjukkan bahwa kisaran nilai
rata-rata BOD air sungai Konaweha lebih tinggi
dibandingan dengan nilai baku mutu BOD
berdasarkan
PP. Nomor 82 Tahun 2001,
sehingga BOD air sungai Konaweha masuk
Ecogreen Vol. 2(2) Oktober 2016, Hal 123 - 129
dalam kategori kelas II.
Analisis Storet
menunjukkan bahwa kisaran nilai rata-rata
BOD air sungai konaweha masuk klasifikasi
Tabel 1. Analisis pH air sungai Konaweha
Titik Pemantauan
Max
Data Analisis
pH Meter
Min
Arg
Standev
7.23
0.26
Uluiwoi
7.80
7.40
7.60
Bondoala
7.50
6.80
7.07
Wawotobi
7.60
7.00
0.16
0.27
status mutu kelas A dalam kondisi memenuhi
baku mutu.
Mutu Air
(PP No.82/2001)
Nilai
Kelas
7
II
7
II
7
Min
6
II
6
6
BM
Maks
8.5
8.5
0.90
0.30
0.60
0.28
Bondoala
1.50
1.10
1.34
0.22
Wawotobi
1.50
1.00
1.22
50
I
50
0.22
I
50
I
-10
-10
8.5
Tabel 2. Data Analisis Residu Tersuspensi (TSS) air sungai Konaweha
Pengukuran dan
Mutu Air
Titik
Skor
Analisis TSS (mg/L)
(PP No.82/2001)
Pemantauan
Storet
Max Min Arg Standev Nilai
Kelas
Uluiwoi
Skor
Storet
-10
0
0
0
Tabel 3. Data Analisis Biochemical oxygen demand (BOD) air sungai Konaweha
Pengukuran dan
Mutu Air
Titik
Skor
Analisis BOD (mg/L)
(PP No.82/2001)
Pemantauan
Storet
Max
Min
Arg
Standev Nilai
Kelas
Uluiwoi
28.10 19.00 22.97 4.46
2
II
-10
Wawotobi
31.51 15.00 23.22 7.56
2
II
-10
Bondoala
26.20 15.00 20.86 5.42
2
II
-10
Tabel 4. Data Analisis Chemical Oxygen demand (COD) air sungai Konaweha
Titik
Pengukuran dan
Mutu Air
Skor
Pemantauan
Analisis COD (mg/L)
(PP No.82/2001)
Storet
Max
Min
Arg
Standev Nilai
Kelas
Uluiwoi
53.23 30.42 40.90 10.14
25
II
-10
Wawotobi
55.15 30.70 41.01 11.13
25
II
-10
Bondoala
50.99 30.02 36.84 9.65
25
II
-10
Tabel 5. Data Analisis Oksigen Terlarut (DO) Air Sungai Konaweha
Titik
Pengukuran dan
Mutu Air
Skor
Pemantauan
Analisis DO (mg/L)
(PP No.82/2001)
Storet
Max Min Arg Standev Nilai
Kelas
Uluiwoi
Wawotobi
Bondoala
4.20
4.10
4.47
3.20
3.30
3.10
3.80
3.74
3.77
0.43
0.40
0.63
6
6
6
Tabel 4. menunjukkan bahwa kisaran
nilai rata-rata
COD lebih tertinggi
dibandingkan dengan nilai baku mutu COD
berdasarkan
PP. Nomor 82 Tahun 2001,
I
I
I
-10
-10
-10
sehingga COD air sungai konaweha masuk
dalam kategori kelas II. Dan hasil analisis
Storet menunjukkan bahwa kisaran nilai ratarata
COD air sungai konaweha masuk
125
Analisis Kualitas Air Sungai Konaweha – Umar Ode Hasani
klasifikasi status mutu kelas B dalam kondisi
cemar ringan.
Tabel 5. menunjukkan bahwa kisaran
nilai rata-rata DO lebih rendah dibandingkan
dengan nilai baku mutu DO berdasarkan PP.
Nomor 82 Tahun 2001, sehingga, DO air sungai
Konaweha masuk dalam kategori kelas I.
Analisis Storet Menunjukkan bahwa kisaran
nilai rata-rata COD air sungai konaweha masuk
klasifikasi status mutu kelas B masuk dalam
kondisi cemar ringan.
Keadaan Nitrit (NO3 ), Besi (Fe) dan Clorida (Cl)
Hasil pemantauan keadaan NO3 air
sungai Konaweha dapat dilihat pada Tabel 6, 7
dan 8.
Tabel 6. menunjukkan bahwa kisaran
nilai rata-rata
NO3 rendah dibandingkan
dengan nilai baku mutu NO3 berdasarkan PP.
Nomor 82 Tahun 2001 masuk dalam kategori
kelas I. Analisis Storet menunjukkan bahwa
keadaan NO3 air sungai konaweha NO3 air
sungai Konaweha masuk klasifikasi status
mutu kelas A kategori memenuhi baku mutu.
Tabel 7. menunjukkan bahwa kisaran
nilai rata-rata Fe tertinggi dibandingkan nilai
baku mutu Fe berdasarkan PP. Nomor 82
Tahun 2001 kategori kelas I. Analisis Storet
menunjukkan bahwa keadaan Fe air sungai
konaweha masuk klasifikasi status mutu kelas B
kategori cemar ringan.
Tabel 8. menunjukkan bahwa kisaran
nilai rata-rata Cl terendah dibandingkan nilai
baku mutu Cl berdasarkan PP. Nomor 82
Tahun 2001 masuk kategori kelas I. nilai ratarata Cl air sungai konaweha bila dikaji
berdasarkan
metode
Storet
dengan
menggunakan system nilai US-EPA, maka Cl air
sungai Konaweha masuk klasifikasi status mutu
kelas A memenuhi baku mutu air.
Keadaan Coli Form dan Coli Tinja
Hasil analisis laboratorium keadaan Coli
Form dan Coli Tinja air sungai Konaweha dapat
di lihat pada Tabel-tabel berikut :
Tabel 6. Data Analisis Nitrit (NO3) air sungai Konaweha
Titik
Mutu Air
Pengukuran dan Analisis NO3 (mg/L)
Pemantauan
(PP No.82/2001)
Max
Min
Arg
Standev
Nilai
Kelas
Uluiwoi
1.05
0.42
0.78
0.30
10
I
Wawotobi
1.30
0.10
0.79
0.50
10
I
Bondoala
0.51
0.40
0.44
0.06
10
I
Tabel 7. Data Analisis Besi (Fe) air sungai Konaweha
Titik
Pengukuran dan
Mutu Air
Pemantauan
Analisis Fe (mg/L)
(PP No.82/2001
Max Min Arg Standev Nilai
Kelas
Uluiwoi
Wawotobi
Bondoala
1.06
1.02
1.63
0.05
0.04
0.35
0.30
0.28
1.14
0.44
0.42
0.50
0.30
0.30
0.30
I
I
I
Tabel 8. Data Analisis Klorida (Cl) air sungai Konaweha
Titik
Pengukuran dan
Mutu Air
Pemantauan
Analisis Cl (mg/L)
(PP No.82/2001
Max
Min Arg Standev Nilai
Kelas
Uluiwoi
12.24 3.69 6.39 3.57
600.00 I
Wawotobi
18.36 0.92 7.86 6.46
600.00 I
Bondoala
24.60 1.84 8.86 9.10
600.00 I
126
Skor
Storet
-2
-2
-2
Skor
Storet
0
0
0
Skor
Storet
0
0
0
Ecogreen Vol. 2(2) Oktober 2016, Hal 123 - 129
Tabel 9. menunjukkan bahwa kisaran
nilai rata-rata
Coli Form
terendah bila
dibandingkan dengan baku mutu Col Form
2003) Coli Form air sungai Konaweha masuk
klasifikasi status mutu kelas A memenuhi baku
mutu air.
Tabel 10. menunjukkan bahwa kisaran
nilai rata-rata Coli Tinja air sungai konaweha
lebih tinggi dibandingkan nilai baku mutu Coli
Tabel 9. Keadaan Coli Form air sungai Konaweha
Titik
Pengukuran dan
Pemantauan
Analisis Coli Form (Jml/100 ml)
Max
Min
Arg
Standev
Uluiwoi
240.00 240.00 240.00 0.00
Wawotobi
240.00 240.00 240.00 0.00
Bondoala
240.00 240.00 240.00 0.00
berdasarkan PP. Nomor 82 Tahun 2001 masuk
kategori kelas I, Dan berdasarkan hasil analisis
metode Storet (KepMenLH Nomor 115 tahun
Tinja berdasarkan PP. Nomor 82 Tahun masuk
kategori kelas II. Dan bila dikaji berdasarkan
hasil analisis metode Storet (KepMenLH Nomor
115 tahun 2003)
Coli Tinja air sungai
Konaweha masuk klasifikasi status mutu kelas
C kategori cemar sedang.
Mutu Air
(PP No.82/2001
Nilai
Kelas
1.000.00 I
1.000.00 I
1.000.00 I
Skor
Storet
0
0
0
Tabel 10. Keadaan Coli Tinja air sungai Konaweha
Titik
Pengukuran dan
Pemantauan
Analisis Coli Tinja (Jml/100 ml)
Max
Min Arg
Standev
Uluiwoi
240.00 2.00 147.60 126.62
Wawotobi
240.00 2.00 192.40 106.44
Bondoala
240.00 2.00 192.40 106.44
Mutu Air
(PP No.82/2001
Nilai
Kelas
100.00 II
100.00 II
100.00 II
Pembahasan
Nilai indeks pencemaran dari hulu ke
hilir DAS Konaweha cenderung mengalami
peningkatan. Kondisi cuaca dan iklim pada saat
penelitian khususnya di sekitar DAS Konaweha
memiliki curah hujan yang tinggi. Kondisi
hujan tersebut menyebabkan terjadinya aliran
permukaan (run off) yang cukup tinggi pada
setiap penggunaan lahan mengakibatkan tanah
yang tererosi masuk ke badan sungai menjadi
sedimen menyebabkan tingkat kekeruhan air
sungai semakin tinggi. Tingkat kekeruhan air
yang tinggi mengindikasikan akan kemampuan
air dalam meloloskan cahaya semakin kecil,
sehingga vegetasi akuatik dalam melakukan
proses fotosintentis terhambat. Hal ini diduga
menyebabkan persediaan oksigen di dalam air
menjadi rendah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tingkat residu tersuspensi (TSS) dari hulu ke
hilir sungai konaweha meningkat (Tabel 2.),
sedangkan kadar oksigen terlarut (DO)
menurun (Tabel 5). Indikasi penurunan kadar
oksigen dalam air sungai tersebut disebabkan
oleh
adanya
peningkatan
jumlah
mikroorganisme yang menguraikan zat organik
yang terdapat pada air limbah terbuang masuk
ke badan sungai mengikuti aliran sungai dari
hulu ke hilir. Kondisi tersebut sesuai hasil
bereapa penelitian yang dilansir oleh APHA
(1989) bahwa kandungan DO air sungai
cenderung lebih besar dibagian hulu
dibandingkan dengan bagian hilir sungai.
Semakin kecil nilai oksigen terlarut (DO) di
dalam perairan, maka kondisi perairan tersebut
dikatakan tercemar. Menurunnya kadar oksigen
terlarut (DO) dapat mengurangi efisiensi
pengambilan O2 oleh biota air, sehingga dapat
menurunkan kemampuan biota tersebut untuk
hidup normal dalam lingkungan tersebut.
Kandungan gas oksigen dalam air dilihat
dari aspek biologi merupakan salah satu unsur
penentu karakteristik kualitas air yang
terpenting dalam lingkungan kehidupan
akuatik.
Parameter biologi yang dapat
dijadikan indicator adalah Coli Tinja air sungai
konaweha (Tabel 10.) berdasarkan kriteria
mutu air (PP. Nomor 82 Tahun 2001) masuk
Skor
Storet
-12
-12
-12
127
Analisis Kualitas Air Sungai Konaweha – Umar Ode Hasani
kelas II menunjukkan kualitas air sungai
konaweha cenderung menurun diduga karena
adanya sumber-sumber pencemaran yang
berasal dari limbah domestik, pertanian dan
perkebunan serta sumber pencemaran lain
akibat pesatnya pembangunan di sekitar DAS
Konaweha. Keberadaan Coli Tinja air tersebut
terkait dengan kadar DO air sungai Konaweha
semakin menurun yang berarti muatan oksigen
di dalam air semakin kecil sehingga kondisi air
sungai masuk dalam kategori tercemar.
Peningkatan atau penurunan kandungan
BOD dan atau COD pada perairan tergantung
pada besarnya kandungan senyawa karbon,
hidrogen, oksigen dan nitrogen dari bahan
pencemar yang bersumber dari bahan organik.
Menurut Metcall dan Eddy (1979) bahwa
bahan organik tersusun dari senyawa karbon,
hidrogen, oksigen dan ada pula yang
mengandung senyawa nitrogen. Bahan buangan
yang berasal dari bahan organik yang
umumnya berupa limbah dapat membusuk atau
terdegradasi oleh mikroorganisme, sehingga
bila dibuang ke perairan akan menaikkan kadar
BOD. Hasil analisis kadar BOD dan COD air
sungai konaweha (Tabel 3 dan 4) berdasarkan
kriteria mutu air (PP. Nomor 82 Tahun 2001)
masuk kelas II menunjukkan kualitas air sungai
konaweha cenderung menurun diduga karena
adanya sumber-sumber pencemaran yang
berasal dari limbah domestic, pertanian dan
perkebunan serta sumber pencemaran lain
akibat pesatnya pembangunan di sekitar DAS
Konaweha
Indikator nilai pH air sungai Konaweha
yang berkisar 6.8 – 7.8 (Tabel 1.) ini masih
sangat cocok dengan kehidupan mikroba
perairan seperti plankton dan ikan air tawar.
Kisaran pH air yang dibutuhkan untuk
kebanyakan plankton dan ikan air tawar
berkisar antara 6,5-8.4 (APHA, 1989). Kadar
pH yang baik adalah kadar pH dimana masih
memungkinkan kehidupan biologis di dalam air
berjalan baik. pH yang baik untuk air limbah
adalah netral (pH 7) (Sugiharto, 1987).
Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap
perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7
– 8,5 (Hefni Effendi, 2003)
Berdasarkan indicator BOD, COD, dan
Coli Tinja air sungai konaweha (Tabel 3, 4
dan 10) berdasarkan kriteria mutu air (PP.
128
Nomor 82 Tahun 2001) masuk kelas II
menunjukkan kualitas air sungai konaweha
cenderung menurun diduga karena adanya
sumber-sumber pencemaran yang berasal dari
limbah domestik, pertanian dan perkebunan
serta sumber pencemaran lain akibat pesatnya
pembangunan di sekitar DAS Konaweha.
Priyambada et al (2008) bahwa perubahan
tata guna lahan yang ditandai dengan
meningkatnya aktivitas domestik, pertanian
dan industri akan mempengaruhi dan
memberikan dampak terhadap kondisi kualitas
air sungai penyumbang terbesar konsentrasi
BOD ke badan a t a u a i r sungai.
Keberadaan konsentrasi TSS, DO, NO3,
Fe, Cl, dan Coli Form air sungai Konaweha
cenderung meningkat di dalam air walaupun
berdasarkan criteria mutu air (PP. Nomor 82
Tahun 2001) masih berada dibawah nilai
kisaran baku mutu air sehingga masuk
kategori kelas I. Kondisi ini berarti buangan
limbah domestic, pertanian dan industri yang
masuk ke badan air sungai Konaweha belum
mempengaruhi secara signifikan kualitas air
sungai Konaweha, sebagaimana dikatakan oleh
Suriawiria (2003) bahwa berbagai aktivitas
manusia
dalam
memenuhi
kebutuhan
hidupnya yang seperti kegiatan industri,
rumah tangga, dan pertanian berdampak
pada perubahan tata guna lahan yang dapat
menyebabkan penurunan kualitas air sungai.
Priyambada et al (2008) bahwa perubahan
tata guna lahan yang ditandai dengan
meningkatnya aktivitas domestik, pertanian
dan industri akan mempengaruhi dan
memberikan dampak terhadap kondisi kualitas
air sungai penyumbang limbah padat atau
limbah cair ke badan a t a u a i r sungai.
Berdasarkan uraian tersebut, perlu
dilakukan
berbagai
upaya
untuk
menanggulangi pencemaran yang terjadi
secara dini, salah satunya adalah dengan
pengelolaan sumberdaya air. Hefni Effendi
(2003) mengemukakan bahwa pengelolaan
sumberdaya air sangat penting, agar dapat
dimanfaatkan secara berkelanjutan dengan
tingkat mutu yang diinginkan, salah satu
langkah pengelolaan yang dilakukan adalah
pemantauan dan interpretasi data kualitas
air, mencakup kualitas fisika, kimia, dan biologi
Ecogreen Vol. 2(2) Oktober 2016, Hal 123 - 129
PENUTUP
1.
2.
3.
4.
Kualitas air sungai Konaweha masih masuk
dalam kategori kriteria mutu air
berdasarkan PP. Nomor 82 Tahun 2001
(berkisar antara kelas I – II), walaupun ada
kecenderungan terjadi penurunan kualitas
air sungai secara signifikan.
Indikasi penurunan kualitas air sungai
Konaweha tersebut adalah kadar BOD,
COD, dan Coli Tinja air sungai yang cukup
tinggi bila dibandungkan dengan kategori
kriteria mutu air berdasarkan PP. Nomor
82 Tahun 2001 masuk kategori cemar
ringan
berdasarkan análisis storet
(KepMenLH Nomor 115 tahun 2003).
Kadar BOD, COD, dan Coli Tinja air sungai
yang cukup tinggi karena dari kegiatan
pembangunan atau penggunaan lahan yang
tidak sesuai dengan kelas kemampuannnya
di DAS Konaweha yang semakin meluas
dari tahun ke tahun.
Keberadaan konsentrasi TSS, DO, NO3, Fe,
Cl, dan Coli Form cenderung meningkat di
dalam air walaupun berdasarkan criteria
mutu air (PP. Nomor 82 Tahun 2001)
masih berada dibawah nilai kisaran baku
mutu air sehingga masuk kategori kelas I
dan memenuhi baku mutu air berdasarkan
análisis storet (KepMenLH Nomor 115
tahun 2003).
DAFTAR PUSTAKA
American Public Health Association (APHA);
(1989); “Standard Methods for The
Examination
Of
Water
and
Wastewater”.
Azwir. 2006. Analisa Pencemaran Air Sungai
Tapung Kiri Oleh Limbah Industri
Kelapa
Sawit
PT.
Peputra
Masterindo di Kabupaten Kampar.
Tesis. MIL Undip.
Bahtiar, Ayi. 2007. Polusi Air Tanah Akibat
Limbah Industri dan Rumah Tangga
Serta
Pencegahannya.
Makalah
Disampaikan Pada Pemberdayaan
Masyarakat Tentang Konservasi Air
Tanah
di
Wilayah
Rancaekek
Kabupaten Bandung.
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air : Bagi
Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta,
Penerbit KANISIUS
Keputusan Menteri Negara lingkungan Hidup
Nomor 115 Tahun 2003 tentang
Pedoman Penentuan Status Mutu Air
Metcalf and Eddy. 1979. Wastewater
Engineering Treatment and Reuse.
Fourth Edition. Mc. Graw-Hill. New
York
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
Priyambada, I, B, Oktiawan, W, Suprapto,R,P,E,
2008, Analisa Pengaruh Perbedaan
Fungsi Tata Guna Lahan terhadap
Beban Cemaran BOD Sungai (Studi
Kasus Sungai Serayu Jawa Tengah),
Jurnal Presipitasi, Vol. 5, No. 2, pp 5562, diakses 20 November 2011
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal
/52085562.pdf
Sugiharto. 1987. Pengelolaan Air Limbah.
Jakarta : Universitas Indonesia.
Suriawiria, Unus. 2003. Air dalam Kehidupan
dan Lingkungan yang Sehat. Penerbit
Alumni. Bandung
129
Analisis Kualitas Air Sungai Konaweha – Umar Ode Hasani
130
Download