BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kinerja Keuangan Analisa Laporan keuangan tidak terlepas dari permasalahan manajemen bisnis. Dalam dunia bisnis perusahaan selalu dihadapkan pada berbagai persoalan yang memerlukan keputusan yang cepat dan tepat, Setiap permasalahan akan berdampak ekonomis, kerugian atau keuntungan. Agar mampu menghasilkan keputusan yang tepat maka diperlukan kualitas informasi yang memadai. Kondisi suatu perusahaan dapat dilihat melalui laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Seperti misalnya untuk mengetahui profitabilitas suatu perusahaan. Profit suatu perusahaan dapat dilihat melalui jumlah laba perusahaan tersebut dan dikaitkan dengan aset yang digunakan dalam bisnis dimana setiap perusahaan yang terdaftar di BEI harus melaporkan aktifitas keuangannya. Laporan Posisi Keuangan (Neraca) berisikan ringkasan aset, liabilitas dan ekuitas pemilik pada titik waktu tertentu. Laporan ini menunjukkan keadaan keuangan suatu perusahaan pada tanggal tertentu. Sedangkan laporan laba atau rugi Komprehensif berisikan ringkasan pendapatan dan beban perusahaan selama periode waktu tertentu. Selisih antara pendapatan dan biaya merupakan laba yang diperoleh atau rugi yang diderita oleh perusahaan. 10 Pengertian laporan keuangan Menurut Warren et,al (2005:24) Laporan Keuangan adalah Laporan Akuntansi yang menghasilkan informasi tentang keadaan suatu perusahaan sekaligus merupakan alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas perusahaan dengan pihak – pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Sementara Menurut Kieso et.al (2012:4) “Financial statements are the principal means through which a company communicates its financial information to those outside it. These statements provide a company’s history quantified in money terms”. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban perusahaan berupa informasi keuangan dan aktifitas perusahaan terhadap pihak – pihak yang berkepentingan dalam menilai kondisi keuangan perusahaan. Pengertian dan tujuan dari analisis laporan keuangan. Menurut Wild et al (2005:3) yang dimaksud analisis laporan keuangan (financial statement analysis) adalah aplikasi dari alat dan teknik analitis untuk laporan keuangan bertujuan umum dan data – data yang berkaitan, untuk menghasilkan estimasi dan kesimpulan yang bermanfaat. Berdasarkan pengertian tersebut, secara khusus dapat dikatakan analisis laporan keuangan adalah penggunaan teknik analitis untuk laporan keuangan demi menganalisis posisi dan kinerja keuangan perusahaan, dan untuk menilai kinerja keuangan di masa depan. Tujuan analisis laporan keuangan suatu perusahaan jika dilihat dari Sudut pandang investor, analisis laporan keuangan digunakan untuk memprediksi masa depan, sedangkan dari sudut pandang manajemen, analisis laporan keuangan digunakan untuk membantu mengantisipasi kondisi dimasa depan dan, yang lebih 11 penting, sebagai titik awal untuk perencanaan tindakan yang akan mempengaruhi peristiwa di masa depan (Brigham dan Houston 2010:78). Analisis rasio dalam banyak hal mampu memberikan indikator dan gejalagejala yang muncul di sekitar kondisi yang melingkupinya. Melalui analisis terhadap laporan keuangan, akan dapat diketahui posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan yang bersangkutan, dimana dari hasil analisis laporan keuangan tersebut dapat digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengambil suatu keputusan. Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk menganalisis laporan keuangan perusahaan tetapi analisis rasio merupakan teknik analisis laporan keuangan yang paling banyak dipakai dalam praktik. Dalam analisis rasio, hal yang perlu ditekankan adalah arti dan kegunaan dari masing-masing angka rasio tersebut. Garrison et.al (2009:320) misalnya mengklasifikasikan analisis rasio menjadi tiga, yaitu rasio investor, rasio jangka pendek, dan rasio kreditor jangka panjang. Agar diperoleh hasil yang optimal, maka analisis terhadap laporan keuangan harus mempunyai fokus yang jelas. Hal ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan umum para pemakai laporan keuangan, analisis laporan keuangan harus difokuskan pada lima area analisis, yaitu menilai likuiditas, struktur modal, return on investment, pemanfaatan aktiva, dan kinerja operasi. Analisis terhadap laporan kinerja keuangan dengan berbagai metode dan teknik analisis serta telah memfokuskan pada area analisis yang jelas akan menghasilkan informasi penting, yaitu informasi mengenai kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan. 12 Kieso et al (2012:1548) mengklasifikasikan rasio keuangan dalam empat rasio, yaitu: 1). Liquidity Ratios. Measures of the company’s short-run ability to pay its maturing obligations. 2). Activity Ratios. Measures of how effectively the company is using the assets employed. 3). Profitability Ratios. Measures of the degree of success or failure of a given company or division for a given period of time. 4). Coverage Ratios. Measures of the degree of protection for long-term creditors and investors. Kinerja keuangan dapat dirumuskan sebagai perbandingan antara nilai yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dengan menggunakan asetnya yang produktif dan nilai yang diharapkan dari pemilik asset tersebut. Untuk menilai kinerja perusahaan perlu dikaitkan dengan kinerja keuangan kualitatif dan ekonomi. Analisis kinerja keuangan didasarkan pada data keuangan yang dipublikasikan. Seperti tercermin dalam laporan keuangan yang dibuat sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim digunakan. 2.2 Aset Aset dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan Standar Akuntansi Keuangan (SAK, 2012:9) dijelaskan sebagai “sumberdaya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dimasa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan”. 13 Sementara Kieso et.al (2012:216) mendefinisikan aset ialah, “Probable future economic benefits obtained or controlled by a particular entity as a result of past transactions or events”. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa aset merupakan kemungkinan keuntungan secara ekonomi dimasa depan yang diperoleh atau dikendalikan perusahaan atas peristiwa masa lalu. Kieso et. al (2012:216) mengklasifikasikan aset menjadi dua bagian utama yaitu : 1). Current Assets Current assets are cash and other assets a company expects to convert into cash, sell, or consume either in one year or in the operating cycle, whichever is longer Current assets are presented in the balance sheet in order of liquidity. a). Cash is generally considered to consist of currency and demand deposits (monies available on demand at a financial institution). Cash equivalents are short-term highly liquid investments that will mature within three months or less. b). Short-Term Investments Companies group investments in debt and equity securities into three separate portfolios for valuation and reporting purposes: • Held-to-maturity: Debt securities that a company has the positive intent and ability to hold to maturity. 14 • Trading: Debt and equity securities bought and held primarily for sale in the near term to generate income on short-term price differences. • Available-for-sale: Debt and equity securities not classified as held-to-maturity or trading securities. c). Receivables d). Inventories e). Prepaid Expenses 2). Noncurrent Assets a). Long-Term Investments Long-term investments, often referred to simply as investments, normally consist of one of four types: • Investments in securities, such as bonds, common stock, or longterm notes. • Investments in tangible fi xed assets not currently used in operations, such as land held for speculation. • Investments set aside in special funds such as a sinking fund, pension fund, or plant expansion fund. This includes the cash surrender value of life insurance. • Investments companies. in nonconsolidated subsidiaries or affiliated 15 b). Property, Plant, and Equipment Property, plant, and equipment are tangible long-lived assets used in the regular operations of the business. These assets consist of physical property such as land, buildings, machinery, furniture, tools, and wasting resources (timberland, minerals). With the exception of land, a company either depreciates (e.g., buildings) or depletes (e.g., timberlands or oil reserves) these assets. c). Intangible Assets Intangible assets lack physical substance and are not financial instruments. They include patents, copyrights, franchises, goodwill, trademarks, trade names, and customer lists. A company writes off (amortizes) limited-life intangible assets over their useful lives. It periodically assesses indefinite-life intangibles (such as goodwill) for impairment. Intangibles can represent significant economic resources, yet financial analysts often ignore them, because valuation is difficult. d). Other Assets The items included in the section “Other assets” vary widely in practice. Some include items such as long-term prepaid expenses, prepaid pension cost, and noncurrent receivables. Other items that might be included are assets in special funds, deferred income taxes, property held for sale, and restricted cash or securities. A company should limit this section to include only unusual items sufficiently different from assets included in specific categories. Sementara Keown et.al (2008:82) mengklasifikasikan aktiva / aset kedalam tiga kategori yaitu : 16 1. Aktiva lancar (Current assets) terdiri dari kas, surat berharga yang mudah di jual, piutang dagang, persediaan serta beban di terima di muka. 2. Aktiva tetap (Fixed atau long_term assets) terdiri atas peralatan, bangunan, tanah dan 3. Aktiva lain – lain (Other assets) aktiva yang tidak termasuk dalam kelompok aktiva lancar maupun aktiva tetap perusahaan seperti hak paten, investasi jangka panjang dalam surat berharga dan good will. Jadi aset dapat di klasifikasikan menjadi aktiva yang memiliki wujud atau bentuk fisik dan aset tidak berwujud atau tidak memiliki bentuk fisik. 2.3 Liabilitias Pengertian Liabilitas dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan Standar Akuntansi Keuangan (SAK, 2012:9) “merupakan utang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu. Penyelesaianya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi”. Sementara Menurut Kieso et.al (2012:216) Libilitas adalah : “Probable future sacrifices of economic benefits arising from present obligations of a particular entity to transfer assets or provide services to other entities in the future as a result of past transactions or events”. Dari beberapa pengertian diatas liabilitas dapat dikatakan sebagai kemungkinan pengorbanan kekayaan ekonomis dimasa yang akan datang yang timbul akibat kewajiban perusahaan sekarang untuk memberikan harta atau 17 memberikan jasa kepada pihak lain di masa yang akan datang sebagai akibat suatu transaksi atau kejadian masa lalu. Kieso et. al (2012:216) mengklasifikasikan liabilitas menjadi dua bagian utama yaitu : 1). Current Liabilities Current liabilities are the obligations that a company reasonably expects to liquidate either through the use of current assets or the creation of other current liabilities. This concept includes: • Payables resulting from the acquisition of goods and services: accounts payable, wages payable, taxes payable, and so on. • Collections received in advance for the delivery of goods or performance of services, such as unearned rent revenue or unearned subscriptions revenue. • Other liabilities whose liquidation will take place within the operating cycle, such as the portion of long-term bonds to be paid in the current period or short-term obligations arising from the purchase of equipment. 2). Long-Term Liabilities Long-term liabilities are obligations that a company does not reasonably expect to liquidate within the normal operating cycle. Instead, it expects to pay them at some date beyond that time. The most common examples are bonds 18 payable, notes payable, some deferred income tax amounts, lease obligations, and pension obligations. Companies classify long-term liabilities that mature within the current operating cycle as current liabilities if payment of the obligation requires the use of current assets. Generally, long-term liabilities are of three types: • Obligations arising from specific financing situations, such as the issuance of bonds, long-term lease obligations, and long-term notes payable. • Obligations arising from the ordinary operations of the company, such as pension obligations and deferred income tax liabilities. • Obligations that depend on the occurrence or non-occurrence of one or more future events to confi rm the amount payable, or the payee, or the date payable, such as service or product warranties and other contingencies. Seperti halnya Kieso, Stice et. al (2011 : 126) mengklasifikasikan liabilitas atau kewajiban juga dibagi menjadi dua bagian utama yaitu liabilitas lancar dan liabilitas tidak lancar. 1. Kewajiban lancar, yaitu terdiri atas Utang usaha dan wesel bayar, beban yang harus dibayar, bagian lancar kewajiban jangka panjang, dan kewajiban lancar lain seperti pendapatan diterima dimuka. 2. Kewajiban tidak lancar a. Kewajiban jangka panjang seperti wesel bayar, obligasi dan utang hipotek b. Kewajiban sewa guna usaha jangka panjang 19 c. Kewajiban pajak penghasilan tangguhan d. Kewajiban tidak lancar lain, seperti kewajiban dana pensiun 2.4 Profitabilitas Profitabilitas suatu perusahaan akan mempengaruhi kebijakan para investor atas investasi yang dilakukan. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba akan dapat menarik para investor untuk menanamkan dananya guna memperluas usahanya, sebaliknya tingkat profitabilitas yang rendah akan menyebabkan para investor menarik dananya. Sedangkan bagi perusahaan itu sendiri profitabilitas dapat digunakan sebagai evaluasi atas efektivitas pengelolaan badan usaha tersebut. Oleh sebab itu profitabilitas mempunyai arti penting dalam usaha mempertahankan kelangsungan perusahaan dalam jangka panjang (going concern), karena profitabilitas menunjukkan apakah badan usaha tersebut mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang. Dengan demikian setiap badan usaha akan selalu berusaha meningkatkan profitabilitasnya, karena semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu badan usaha maka kelangsungan hidup badan usaha tersebut (going concern) akan lebih terjamin. Profitabilitas keuangan perusahaan dideskripsikan dalam bentuk laporan laba-rugi yang merupakan bagian dari laporan keuangan korporasi, yang dapat digunakan oleh semua pihak yang berkepentingan untuk membuat keputusan ekonomi. Berdasarkan laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan, selanjutnya dapat digali informasi mengenai posisi keuangan perusahaan, struktur 20 permodalan, aliran kas, kinerja keuangan dan informasi lain yang mempunyai relevansi dengan laporan keuangan perusahaan. Profitabilitas merupakan alat yang digunakan untuk menganalisis kinerja manajemen. Para investor di pasar modal sangat memperhatikan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan dan meningkatkan profit, hal ini menjadi daya tarik bagi investor dalam melakukan jual beli saham, oleh karena itu manajemen harus mampu memenuhi target yang telah ditetapkan. Tingkat profitabilitas akan menggambarkan posisi laba perusahaan. Profitabilitas keuangan perusahaan merupakan kinerja perusahaan yang ditinjau dari kondisi keuangan perusahaan. Profitabilitas keuangan perusahaan tercermin dari laporan keuangannya, maka untuk mengukur profitabilitas keuangan perusahaan diperlukan analisis terhadap laporan keuangannya. Menurut Keown et.al (2008:102) menyebutkan bahwa “profitabilitas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari seluruh modal yang dialokasikan dalam perusahaan”. Sedangkan menurut Wild et.al (2005: 3) Rasio Profitabilitas adalah perbandingan jumlah laba bersih dengan ukuran kegiatan atau kondisi financial lainnya (Misalnya : penjualan aktiva, ekuitas pemegang saham) untuk menilai kinerja sebagai suatu presentase dari beberapa tingkat aktivifitas dan investasi. Jadi rasio ini menjelaskan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Pada dasarnya penggunaan rasio ini yakni menunjukkan tingkat efesiensi suatu perusahaan. 21 Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara berbagai komponen yang ada di laporan keuangan, terutama laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi. Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa periode operasi. Tujuannya adalah agar terlihat perkembangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan, sekaligus mencari penyebab perubahan tersebut. Penggunaan seluruh atau sebagian rasio profitabilitas tergantung dari kebijakan manajemen. Jelasnya, semakin lengkap jenis rasio yang digunakan, semakin sempurna hasil yang akan dicapai, artinya posisi dan kondisi tingkat profitabilitas perusahaan dapat diketahui secara sempurna Ada tiga jenis rasio profitabilitas menurut Keown et.al (2008 : 86) yang digunakan, yaitu: 1) Net Profit Margin (NPM) Merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak dengan penjualan yang mengukur laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah penjualan. Profit margin digunakan untuk menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. NPM dihitung dengan menggunakan rumus : NPM = laba bersih setelah pajak penjualan 22 2) Return On Assets (ROA) Merupakan rasio keuangan yang menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Analisis ROA mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada masa lalu. Kegunaan ini dapat diproyeksikan ke masa depan untuk melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba di masa mendatang. ROA = laba bersih setelah pajak total aktiva 3) Return On Equity (ROE) Merupakan rasio laba bersih setelah pajak terhadap modal sendiri yang digunakan untuk mengukur kemampuan laba perusahaan yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Rumusnya ialah: ROE = laba bersih setelah pajak total ekuitas Tingkat pengembalian atas ekuitas atau Return on Equity (ROE) dapat juga ditentukan dengan menggunakan sistem Du pont. Kinerja manajemen yang baik dengan Return On Invesment (ROI) diatas rata-rata akan menghasilkan tingkat pengembalian yang tinggi kepada para pemegang saham (ROE). Akan tetapi suatu perusahaan yang dikelola secara jelek yang memberikan ROI dibawah rata-rata, bisa menghasilkan ROE yang baik. Hal ini disebabkan oleh leverage 23 (dana pinjaman) yang dapat memperbesar tingkat pengembalian kepada pemilik modal. Du pont formula diturunkan dari rumus ROE sebagai berikut: Menurut Keown et.al (2008:103) Analisa Du pont merupakan pendekatan lain yang yang digunakan mengevaluasi tingkat pengembalian equitas atau Return on equity yang dihitung dengan membagi ROI dengan hasil pengurangan 1 (satu) dan rasio utang. Hal ini dapat dinyatakan dalam bentuk rasio keuangan yaitu: • Return On Equity =Return On Investment / (1 - Debt Rasio) • ROI= Net Profit Margin x Perputaran Aset • Net Profit Margin= Laba Sesudah Pajak / Penjualan • Laba = Penjualan- Biaya Operasi • Perputaran Aset = Penjualan / Total Aset • Debt Ratio = Total Utang / Total Aset Dengan menggunakan sistem Du pont diatas memungkinkan manajemen melihat dengan jelas faktor pemicu ROE serta hubungan antara profit margin, perputaran total aset, dan rasio utang. Manajemen dipandu dalam menentukan efektivitas pengelolaan sumber daya perusahaan untuk memaksimumkan ROI para pemilik. Untuk mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai dengan utang salah satunya dapat dilihat melalui debt to equity ratio. Debt to Equity Ratio mencerminkan besarnya proporsi antara total debt (total utang) dengan total shareholder’s equity (total modal sendiri). Total debt merupakan total liabilities (baik utang jangka 24 pendek maupun jangka panjang): sedangkan total shaareholder’s equity merupakan total modal sendiri (total modal saham yang di setor dan laba yang ditahan) yang dimiliki perusahaan. Rasio ini menunjukkan komposisi dari total utang terhadap total ekuitas. Semakin tinggi DER menunjukkan komposisi total utang semakin besar di banding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur). Untuk mengembangkan perusahaan dalam mengahadapi persaingan, maka diperlukan adanya suatu pendanaan yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Sumber-sumber pendanaan perusahaan dapat diperoleh dari dalam perusahaan (internal) dan dari luar perusahaan (eksternal). Pada prakteknya danadana yang dikelola perusahaan harus dikelola dengan baik, karena masing-masing sumber dana tersebut mengandung kewajiban pertanggung jawaban kepada pemilik dana. Proporsi antara modal sendiri (internal) dengan modal pinjaman (eksternal) harus diperhatikan, sehingga dapat diketahui beban perusahaan terhadap para pemilik modal tersebut. Dalam manajemen keuangan proporsi antara jumlah dana dari luar lazim disebut sebagai struktur pendanaan atau struktur modal (capital structure). 2.5 Teori Terkait Dengan Penelitian 2.5.1 Pengaruh Liabilitas Terhadap ROE Debt to Total Assets Ratio menurut Keown et.al yaitu: “ Rasio total hutang dengan total aktiva yang biasa disebut rasio hutang (debt ratio), mengukur besarnya 25 persentase utang baik utang jangka pendek maupun jangka panjang untuk mendanai aktiva perusahaan.” (2008:98) Jadi semakin tinggi rasio ini semakin tinggi resiko keuangan perusahaan, atau dengan kata lain tingginya utang menyebabkan tingkat pengembalian atas ekuitas rendah dikarenakan laba yang dihasilkan oleh perusahaan digunakan untuk membayar utang – utangnya. Debt to Total Assets Ratio dihitung dengan rumus: Debt to Total Assets Ratio = Total Kewajiban x 100% Total Aset Keown et.al (2008: 98) Debt to equity ratio merupakan rasio yang memuat informasi mengenai perbandingan antara total utang dengan total ekuitas perusahaan yang digunakan sebagai sumber pendanaan. Dengan kata lain, rasio ini menggambarkan tentang struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan yang berasal dari utang dan modal yang berasal dari ekuitas. Semakin besar rasio ini menunjukkan bahwa semakin besar struktur modal yang berasal dari utang digunakan untuk mendanai ekuitas yang ada. Seperti yang dikemukakan oleh Warren et.al (2004:29) bahwa “semakin kecil rasio DER, semakin baik kemampuan perusahaan untuk dapat bertahan dalam kondisi yang buruk”. Rasio DER yang kecil menunjukkan bahwa perusahaan masih mampu memenuhi kewajibannya kepada kreditur. Hak kreditur terhadap aktiva perusahaan lebih besar dibandingkan dengan hak pemegang saham. Jika perusahaan mengalami kebangkrutan, maka pembayaran kewajiban kepada kreditur lebih didahulukan daripada membagikan hak pemegang saham. 26 Oleh karena itu, pemegang saham lebih menyukai debt to equity ratio yang lebih rendah, karena semakin rendah angka rasionya maka semakin kecil tingkat kerugian yang akan dialami oleh investor jika terjadi likuidasi atau kebangkrutan. Rumus untuk menghitung debt to equity ratio menurut Wild et.al (2005:41) adalah sebagai berikut: Debt to Equity Ratio = Total Kewajiban Total Ekuitas 2.5.2 Pengaruh Aset Terhadap ROE Working Capital To Total Assets Ratio (WCTT), Rasio ini menunjukan pentingnya sumber modal pinjaman dan tingkat keamanan yang dimiliki oleh kreditor. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin kecil jumlah modal pinjaman yang digunakan untuk membiayai aset perusahaan. Dengan demikian semakin besar tingkat pengembalian ekuitas atas modal sendiri terhadap laba yang dihasilkan oleh perusahaan. Rasio ini disebut juga proprietory ratio yang menunjukan tingkat solvabilitas perusahaan dengan anggapan bahwa semua aset dapat direalisir sesuai dengan yang dilaporkan dalam neraca. WCTT dihitung dengan menggunakan formula : Working Capital To Total Assets Ratio = Modal Sendiri = X 100% Total Aset Wild et.al (2005:45) 27 Rasio modal sendiri dengan Aset tetap (Ratio of Owner’s Equity to Fixed Assets) Jika rasio ini lebih dari 100 % berarti modal sendiri melebihi total aset tetap dan menunjukan aset tetap seluruhnya dibiayai oleh pemilik perusahaan dan sebagian dari aset lancar juga dibiayai oleh pemilik perusahaan. Sebaliknya jika rasio dibawah 100 % berarti sebagian aset tetapnya dibiayai dengan modal pinjaman jangka pendek atau jangka panjang sedang aset lancarnya seluruhnya dibiayai dengan modal pinjaman. Working Capital To Total Assets Ratio = Modal Sendiri = X 100% Aset Tetap Wild et.al (2005:45) 2.5.3 Pengaruh Liabilitas dan Aset Terhadap ROE Dari pemaparan di atas maka faktor yang mempengaruhi tingkat ROE salah satunya adalah tingkat utang perusahaan. Tingkat utang perusahaan yang tinggi maka rasio pengembalian akan tinggi pula. Ini dikarenakan kemampuan perusahaan untuk memberikan keuntungan yang besar kepada parapemegang saham. Karena alasan dana yang tersedia cukup besar yaitu dana daripinjaman pihak luar, maka perusahaan mampu memberikan keuntungan yang tinggi bagi para pemegang saham Tinggi rendahnya ROE dapat berubah sesuai dengan perubahan ROI Tinggi rendahnya ROI dapat berubah sesuai dengan perubahan profit margin dan atau perputaran aset. Dengan menambah aset lancar atau aset tetap (total aset) sampai tingkat tertentu diusahakan tercapainya tambahan penjualan relatif besar 28 dari tambahan total aset, sehingga perputaran aset akan meningkat. Dengan meningkatnya perputaran aset berarti ROI juga mengalami peningkatan. Selain itu faktor yang menentukan tingkat ROE adalah jumlah laba bersih setelah pajak dan jumlah total modal sendiri. Jika jumlah laba bersih yang didapat perusahaan tinggi sementara jumlah total modal sendiri perusahaan rendah maka tingkat ROE akan tinggi. Namun sebaliknya apabila jumlah laba bersih yang didapat perusahaan rendah sementara jumlah total modal sendiri perusahaan tinggi maka tingkat ROE akan rendah. 2.6 Penelitian – Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian telah dilakukan tentang faktor – faktor yang mempengaruhi Profitabilitas, beberapa diantaranya dapat dilihat pada tabel 2.1. 2.7 Kerangka Pemikiran ROE merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan. Analisa Du Pont menghitung ROE dari pembagian ROI dengan hasil penguarangan 1 (satu) dan debt ratio. Tinggi rendahnya ROE dapat berubah sesuai dengan perubahan ROI dan debt ratio. Tinggi rendahnya ROI dapat berubah sesuai dengan perubahan profit margin dan atau perputaran aset. Dengan menambah aset lancar atau aset tetap ( total aset) sampai tingkat tertentu diusahakan tercapainya tambahan penjualan relatif besar dari tambahan total aset, sehingga perputaran aset akan meningkat. Dengan meningkatnya 29 perputaran aset berarti ROI juga mengalami peningkatan. Sedangkan tinggi rendahnya debt ratio ditentukan oleh besar kecilnya total utang atau total aset perusahaan. Jadi tinggi rendahnya ROE dapat ditentukan oleh aset dan utang atau liabilitas. Total Aset (X1) ROE (Y) Total Liabilitias (X2) Gambar 2.1 Bagan Hubungan Antara Total Aset dan Total Liabilitas Dengan ROE 30 Tabel 2.1 Hasil Penelitian–penelitian Terdahulu No. Nama Peneliti Judul Penelitian Sampel & Periode Waktu Penelitian 19 Perusahaan Tekstil Dan Garmen Pada Tahun 19992001 Yang Terdaftar Di BEJ 9 Proxy Industri Yang Go Public Di BEJ Tahun 1994 – 1997 Metode Penelitian Hasil Penelitian 1. Astori dan Atik Widiarti (2002) Pengaruh Aktiva dan Hutang Terhadap ROE Pada Perusahaan Tekstil Dan Garmen Go Public Di Bursa Efek Jakarta Analisis Regresi Linier Berganda Profitabilitas Ekuitas Dan Beberapa Faktor Yang Mempengaruhinya (Studi Pada Beberapa KUD Di Kota Ambon) 13 KUD Di Kota Ambon Analisis Regresi Berganda Michell Suharli Dan Megawati Oktorina (2005) Memprediksi Tingkat Pengembalian Investasi Pada Equity Securities Melalui Rasio Profitabilitas, Liquiditas Dan Hutang Pada Perusahaan Publik Di Jakarta Analisis Regresi Linier 5. Dedi Kusmayadi (2008) Analisis Profit Margin, Total Assets Turnover, Dan Equity Multiplier Terhadap Return On Equity Seluruh Perusahaan Di Indonesia Yang Listing Di BEJ Dan Membagikan Deviden Pada Masa Setelah Krisis Ekonomi 17 Perusahaan Food & Baverages Yang Terdaftar Di BEI Terdapat Pengaruh Positif dan Signifikan Antara Total Aktiva Dan Total Utang Terhadap ROE ROE Industri dan Pangsa Pasar Berpengaruh Secara Positif terhadap ROE Perusahaan Dan Rasio Leverage Keuangan Tertimbang Berpengaruh Negatif Dan Signifikan Terhadap ROE Variabel Profit Margin, Investmen Turnover Dan Equity Multiplier Berpengaruh Terhadap ROE Dalam Arah Yang Positif Tingkat Profitabilitas Dan Likuiditas Memiliki Hubungan Yang Searah / Positif Dengan Kebijakan Deviden 2. Cyrillius Martono (2002) Analisis Pengaruh Profitabilitas Industri, Rasio Leverage Keuangan Tertimbang Dan Intesitas Modal Tertimbang Serta Pangsa Pasar Terhadap ROA Dan ROE Perusahaan Manufaktur Yang GO Public Di Indonesia 3. Pieter Leunupun (2003) 4. 6. Elyzabeth Indrawati Marpaung (2010) Pengaruh Pertumbuhan Penjualan, Leverage Operasi Dan Profitabilitas Terhadap Struktur Keuangan 15 Perusahaan Dalam Indeks LQ45 Tahun 2006-2008 Explanatory Research Analisis Regresi Berganda Metode Deskriptif Analitis Dengan Pendekatan Sensus Profit Margin, Total Aset Turnover, Equity Multiplier Berpengaruh Kearah yang Positif Baik Secara Simultan Maupun Parsial Pertumbuhan Penjualan, Leverage Operasi Dan Profitabilitas Secara Simultan Pengaruh Yang Positif dan Signifikan Terhadap Struktur Keuangan 31