MODUL PERKULIAHAN Psikologi Sosial 1 Pengantar Fakultas Program Studi Psikologi Psikologi Tatap Muka 01 Kode MK Disusun Oleh 61017 Filino Firmansyah, M.Psi Abstract Kompetensi Materi tentang akal sehat dan ilmu pengetahuan, definisi, batasan dan ruang lingkup, tingkat analisis, sejarah psikologi sosial, perkembangan psikologi sosial di Indonesia, perkembangan jurnal psikologi sosial. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan kembali mengenai akal sehat dan ilmu pengetahuan, definisi, batasan dan ruang lingkup, tingkat analisis, sejarah psikologi sosial, perkembangan psikologi sosial di Indonesia, perkembangan jurnal psikologi sosial. Pengantar Psikologi sosial adalah cabang yang relative muda dibandingkan dengan cabangcabang psikologi lainnya. Di Indonesia, sudah banyak orang yang mengetahui tentang psikologi klinis yang diterapkan untuk membantu orang-orang dengan gangguan jiwa atau psikologi sumber daya manusia yang banyak dipraktikkan di dunia industri dan organisasi. Akan tetapi, psikologi sosial masih terdengar asing. Bahkan ada yang mengira psikologi sosial adalah psikologi massa (yang mempelajari kerumunan orang yang sedang berunjuk rasa atau tawuran). Padahal, psikologi massa hanya sebagian kecil saja dari psikologi sosial, sama dengan turunan psikologi sosial lainnya, seperti psikologi komunitas, psikologi pemasaran, psikologi konflik, psikologi politik, psikologi lalu lintas dan sebagainnya. Penelitian Warnaen di atas menjadi salah satu bukti bahwa ruang lingkup psikologi sosial amat luas. Bagian pendahuluan ini akan mengantarkan kita kepada pengertian atau definisi psikologi sosial, sebagaimana yang diterima di dunia ilmu pengetahuan. Batasan ilmu pengetahuan ini penting sekali karena psikologi sosial adalah ilmu terapan. Sebagai ilmu, psikologi sosial harus taat kepada disiplin ilmu dan tidak bisa hanya mengandalkan diri pada akal sehat (common sense) semata. Hanya dengan mengikuti disiplin ilmu secara ketat, psikologi sosial dapat memenuhi fungsinya sebagai ilmu terapan, yaitu bisa mendeskripsikan perilaku, meramalkan atau memperkirakan perilaku yang akan timbul dan mengintervensi perilaku, sehingga perilaku-perilaku yang tidak dikehendaki dapat dihindari serta terjadi perilaku-perilaku yang dikehendaki. Setelah terbentuk definisi, selanjutnya akan digambarkan batasan-batasan dan ruang lingkup psikologi sosial, serta bagaimana hubungan psikologi sosial dengan ilmu-ilmu yang terkait, sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pemahaman atau terapan yang tidak perlu. Sejarah perkembangan psikologi sosial juga dijelaskan secara singkat, termasuk perkembangannya di Indonesia. Terakhir akan diuraikan metode-metode penelitian yang biasa dipakai dalam psikologi sosial. Setelah mempelajari bagian ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami pengertian psikologi sosial, membedakannya dari ilmu-ilmu lain dan mengetahui penerapan psikologi sosial yang tepat. ‘13 2 Psikologi Sosial 1 Filino Firmansyah, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Antara Akal Sehat dan Ilmu Pengetahuan Psikologi adalah ilmu tentang perilaku manusia. Oleh karena itu, psikologi adalah ilmu yang paling dekat dengan diri kita semua. Tidak mengherankan kalau banyak orang yang merasa tahu tentang psikologi. Pasalnya, seakan-akan perilaku itu mudah saja dijelaskan dengan menggunakan pengetahuan umum atau akal sehat saja. Misalnya ketika ramai terjadi tawuran dan kasus aborsi, banyak orang percaya bahwa penyebabnya adalah karena pelajar-pelajar sekarang tidak lagi diberikan pelajaran tentang budi pekerti atau karena pendidikan agama yang sangat kurang. Kenyataannya, penelitian psikologi sosial justru membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan budi pekerti atau agama dengan perilaku beresiko pada remaja. Bahkan, salah satu penelitian di Indonesia membuktikan bahwa perkumpulan olahraga dan kelompok-kelompok pengajian tertentu justru bisa membawa remaja pada perilaku beresiko, seperti penyalahgunaan seks dan narkoba (Damayanti, 2008). Sekarang marilah kita perhatikan bagaimana masalah-masalah atau pertanyaanpertanyaan dibawah ini dijawab oleh akal sehat dan ilmu pengetahuan. Pertanyaan Jawaban Akal Sehat Jawaban Ilmu Pengetahuan Bagaimana pengaruh Agama merupakan faktor Faktor penentu langgengnya agama dalam perkawinan? utama dalam keutuhan perkawinan adalah perkawinan. Perkawinan komunikasi dan penyesuaian beda agama dipastikan tidak diri antara sumai dan istri. bahagia. Banyak perkawinan seiman gagal karena komunikasi yang buruk. Bagaimana pengaruh TV TV adalah penyebab utama Orang yang terpengaruh pada kekerasan? kekerasan dan seks dalam langsung oleh TV hanya masyarakat. Perilaku sebagian kecil (baik dalam hal kekerasan dan seks kekerasan dan seks maupun kebanyakan meniru dalam hal perilaku positif yang langsung dari TV. dianjurkan dalam acara-acara keagamaan). Masih diperlukan sejumlah variable lain untuk mendorong orang meniru TV. ‘13 3 Psikologi Sosial 1 Filino Firmansyah, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Mengapa orang tidak Disebabkan oleh : berhenti merokok walaupun - Kecanduan nikotin mengetahui bahayanya? - Iklan rokok yang gencar Disebabkan oleh : - Pengaruh teman sebaya - Budaya/lingkungan sosial (Brotowasisto, 2004) Mengapa orang percaya Faktor tradisi turun menurun tahuyul? Pengaruh konformitas, sebagian besar orang cenderung sepakat dengan pendapat orang banyak, walaupun mereka mengetahui bahwa pandangan tersebut salah. Apa yang menyebabkan Interogator kejam, tidak Sebagaian besar orang interrogator tega menyiksa berperikemanusiaan, cenderung taat pada perintah tahanannya sampai mati? psikopat, mempunyai atasan/otoritas. kelainan kepribadian, dan mengalami gangguan jiwa. Dari table di atas, tampak bahwa kesimpulan berdasarkan akal sehat saja bisa berujung kepada kesalahan-kesalahan dan kesalahan pula dalam tindakan. Banyak orang tua yang pusing dengan anak-anaknya yang menyalahgunakan narkoba dan mengirim anak-anak mereka ke pesantren dengan harapan anak itu akan sembuh setelah diberikan pendidikan agama yang banyak. Akan tetapi mereka tidak habis piker, mengapa anak mereka kambuh lagi setelah pulang dari pesantren. Contoh lainnya, siswa-siswa yang tawuran di jalanan, ditangkapi, digunduli, dimasukkan asrama dan dididik militer, ternyata selepas pendidikan tersebut mereka tawuran lagi. Para Pembina itu, dengan akal sehatnya saja, tidak melihat bahwa ada faktorfaktor lain yang membuat anak-anak itu tawuran, selain faktor disiplin. Akal sehat memang ada kegunaannya daripada tidak memakai akal sama sekali. Konon, waktu Colombus berpetualang mencari benua yang hilang, dokter-dokter kapal menemukan bahwa banyak pelaut yang terserang sariawan selama perjalanan, kecuali di kapal-kapal yang membawa buah jeruk untuk makan pencuci mulutnya. Oleh karena itu, ‘13 4 Psikologi Sosial 1 Filino Firmansyah, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dokter kapal pun memerintahkan agar semua kapal dilengkapi dengan buah jeruk. Waktu itu, ilmu kedokteran belum menemukan vitamin C, sehingga keputusan dokter didasarkan pada pengetahuan yang ada pada saat itu. Sekarang, tentunya kapal-kapal menyediakan pil-pil vitamin C untuk dikonsumsi oleh para awaknya. Akan tetapi, akal sehat mengandung banyak kendala. Kendala yang pertama adalah confirmation bias (membenarkan pendapat sendiri). Contohnya, dukun cilik Ponari. Awal tahun 2008, disebuah desa di Kabupaten Jombang ada dukun cilik yang sakti, yang konon setelah tersambar petir mampu mengobati orang sakit dengan hanya mencelupkan sebuah batu ke ari untuk diminum. Tentu saja hal ini sama seklai tidak ilmiah, tetapi masih banyak orang yang percaya ketika mereka melihat ada oarng-orang berkurang penyakitnya, bahkan sembuh sama sekali. Fakta ini mengonfirmasi pendapat sendiri bahwa Ponari memang sakti. Banyaknya pasien lain yang tidak sembuh, bahkan meninggal dunia, dianggap tidak signifikan karena pasien-pasien itu hanya mengonfirmasi temuan yang sesuai dengan pendapatnya sendiri. Kendala lain adalah berpikir heuristic, yaitu mengikuti pikiran yang pertama kali muncul dalam benak. Pemikiran semacam ini disebut juga berpikir jalan pintas. Contohnya, orang tua yang tidak setuju anak gadisnya berpacaran dengan pemuda yang berambut gondrong dan memakai anting. Mereka teringat pada para pemusik rock sejenis Slank yang merupakan mantan pecandu narkoba. Padahal, band rock yang popular di tahun 2008, The Changcuters, selalu berpakaian rapid an berdasi. Bahkan, saat ini, tidak jarang manajer yang berambut gondrong atau memakai anting. Selain itu, ada kendala lain dari akal sehat, yaitu pengaruh perasaan atau mood effect. Emosi manusia selalu memengaruhi akalnya. Kalau seseorang sedang riang atau bahagia, maka akalnya memandang segala sesuatu secara positif. Akan tetapi, kalau seseorang sedang murung atau marah, segala sesuatu, dilihat secara negative. Misalnya, seorang ibu diminta uang untuk membeli es, padahal ia sedang pusing menghitung utangutangnya yang belum terbayar, sehingga ibu tersebut akan langusng menolak permintaan anaknya dengan alasan es di pinggir jalan banyak kumannya dan bisa menyebabkan penyakit. Akan tetapi, keesokan harinya, ketika ibu sedang asik ngerumpi dengan tetangga sebelah, sang anak kembali minta uang untuk membeli es. Kali ini sang ibu langsung member uang dengan pesan. “Sana-sana belie s gih, jangan ganggu Bunda”. ‘13 5 Psikologi Sosial 1 Filino Firmansyah, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Akibat dari kendala-kendala tersebut, akal sehat saja sangat rentan terhadap sesat piker (salah kesimpulan) dan inkonsistensi pikiran (kesimpulan berubah-ubah). Oleh karena itu, sebagai ilmu, psikologi sosial tidak mendasarkan diri pada pemikiran atau akal sehat semata, melainkan mengikuti kaidah-kaidah ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pengetahuan sosial, yaitu : 1. Berdasarkan pada data empiris, terukur dan terverifikasi 2. Menggunakan teori-teori dan prosedur analisis yang sudah baku/teruji 3. Berusaha memahami penyebab dari perilaku dan pemikiran sosial seseorang 4. Mempelajari proses kognitif 5. Memperhitungkan faktor lingkungan fisik 6. Memperhatikan faktor budaya Oleh karena itu, penelitian-penelitian psikologi sosial dan psikologi pada umumnya, seperti juga penelitian-penelitian ilmiah lainnya, selalu hanya bisa mengungkapkan atau menjelaskan satu atau dua gejala kecil saja. Misalnya pada tahun 1898, Norman Tripplet mengamati bahwa anak-anak yang sedang bersepeda, semakin kencang mengayuh pedal sepedanya ketika ada kawan-kawannya yang juga bersepeda bersama. Dalam psikologi sosial, temuan sederhana ini akan menjadi dasar dari teori social facilitation dan telah dikembangkan dengan penelitian-penelitian lainnya, menjadi cikap bakal dari psikologi olahraga, terutama mengenai waktu reaksi (http:/www.accessmylibrary.com/coms2/summary+0286-29704206_ITM, diunduh pada 31 Maret 2009). Demikian pula penelitian Stanley Milgram tentang Obedience (ketaatan pada otoritas) dan Salomon Asch tentang konformitas. Masing-masing hanya bisa menjelaskan satu gejalan saja tetapi hasil eksperimennya berkembang menjadi teori yang sangat ampuh untuk menjelaskan masalah-masalah tentang kekerasan seperti tawuran, penyiksaan tahanan oleh polisi, bahkan kekejaman Nazi ketika membunuh orang-orang Yahudi pada masa Perang Dunia II dan kekejaman tentara Amerika ketika menginterograsi tawanan AlQaeda dan Taliban di penjara Guantanamo di Kuba (http://id.wikipedia.org/wiki/Kamp_Tahanan_Teluk Guant%C3A1namo, diunduh pada medio 2004). Sementara itu, dengan memperhatikan faktor budaya. Detasemen 88/Anti Teror Polri (Kepolisian Republik Indonesia) berhasil mengembangkan teknik interogasi yang mampu mengorek informasi dari hamper semua tahanan teroris di Indonesia, sehingga sejak tahun ‘13 6 Psikologi Sosial 1 Filino Firmansyah, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 2005 sampai dengan awal 2009 tidak terjadi lagi pembonan seperti yang pernah terjadi di tahan-tahun sebelumnya (bom Bali I dan II, bom Marriott, bom Kedutaan Besar Australia dan sebagainya). Teknik yang digunakan “Interogasi dengan Pendekatan Budaya” ini disudah dikaji secara ilmiah dan dijadikan disertasi (Benny Mamoto, 2008). Di sisi lain, karena ketatnya kaidah-kaidah ilmiah, seperti harus terukur dan terverifikasi, sehingga psikologi sosial tidak bisa menjangkau hal-hal yang memang tidak bisa diukur dan diverifikasi seperti Spiritual Quotient atau menguji hal-hal yang memang tidak bisa diuji, seperti pembagian fungsi otak kiri (rasio) dan otak kanan (emosi dan kreasi) serta aplikasi turunannya seperti brain gum (olahraga otak). Sayangnya, hal-hal spektakuler yang tidak bisa dibuktikan secara ilmiah ini (hanya berdasarkan akal sehat) justru sangat menarik bagi orang banyak, sehingga ada pihak-pihak yang mengemas ilmu semu ini menjadi pelatihan-pelatihan yang bertarif sangat mahal dan member keuntungan luar biasa bagi penyelenggaranya. Definisi Psikologi Sosial Apakah yang dimaksud dengan psikologi sosial? Jawabannya mudah, tentu saja psikologi sosial adalah psikologi dalam konteks sosial. Psikologi, seperti yang telah kita ketahui, adalah ilmu tentang perilaku, sedangkan sosial di sini berarti interaksi antarindividu atau antar kelompok dalam masyarakat. Jadi psikologi sosial adalah psikologi yang dapat diterapkan dalam konteks keluarga, sekolah, teman, kantor, politik, negara, lingkungan, organisasi dan sebagainya. Dengan demikian, psikologi sosial sangat bermanfaat dalam membantu praktik psikologi klinis, psikologi anak, psikologi industri dan organisasi, psikologi pendidikan, psikologi olahraga, psikologi criminal, psikologi pemasaran dan berbagai cabang psikologi terapan lainnya. Walaupun demikian, sebelumnya kita melanjutkan, mari kita simak dulu beberapa definisi yang diberikan oleh beberapa pakar psikologi sosial. Dari berbagai definisi tersebut akan terlihat bahwa tidak mudah untuk mencapai kesepakatan dalam pendefinisian karena masing-masing pakar menekankan pada aspek yang berbeda dalam merumuskan definisinya. 1. Menurut Sherif & Muzfer (1956), psikologi adalah ilmu tentang pengalaman dan perilaku individu dalam kaitannya dengan situasi stimulus sosial. Dalam definisi ini, stimulus sosial diartikan bukan hanya manusia, tetapi juga bendabenda dan hal-hal lain yang diberikan makna sosial. Misalnya, sebuah mobil bertanda Palang Merah tidak boleh diserang dalam medan pertempuran atau celana renang wajar dipakai saat berada di kolam renang, tetapi tidak pantas ‘13 7 Psikologi Sosial 1 Filino Firmansyah, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id untuk dipakai di masjid atau sekolah. Di Ho Chi Minh City, rakyat Vietnam berduyun-duyun setiap hari untuk member hormat kepada jenazah pemimpin besar revolusi mereka, Ho Chi Minh, tetapi para turis hanya bersikap ingin tahu bagaimana caranya jenazah yang sudah bertahun-tahun tidak bernyawa masih tetap segar seperti orang sedang tidur saja. 2. Menurut Allport (1968), psikologi sosial adalah upaya untuk memahami dan menjelaskan bagaimana pikiran, perasaan dan perilaku individu terpengaruh oleh kehadiran orang lain. Pengaruh tersebut dapat bersifat actual, dalam imajinasi, maupun secara tidak langsung. Definisi ini tidak mementingkan stimulus (rangsangan dari luar), melainkan berusaha memahami apa yang terjadi dalam pikiran seseorang ketika ia terkena stimulus tertentu dan perasaan serta perilaku apa yang akan timbul setelah itu. 3. Menurut Shaw dan Constanzo (1970), psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku individu sebagai fungsi stimulusstimulus sosial. Definisi ini tidak menekankan stimulus ekstenal maupun proses internal, melainkan mementingkan hubungan timbal balik antara keduanya. Stimulus diberi makna tertentu oleh manusia dan selanjutnya manusia bereaksi sesuai dengan makna yang diberikannya itu. Misalnya, pantai Ancol dulu adalah tempat yang sama sekali tidak menarik. Akan tetapi, setelah Ir. Ciputra menyulapnya menjadi tempat rekreasi, Ancol menjadi tempat rekreasi yang popular. 4. Menurun Baron & Byrne (2006), psikologi sosial adalah bidang ilmu yang mencari pemahaman tentang asal mula dan penyebab terjadinya pikiran serta perilaku individu dalam situasi-situasi sosial. Definisi ini menekankan pada pentingnya pemahaman terhadap asal mula dan penyebab terjadinya perilaku dan pikiran. Batasan dan Ruang Lingkup Setelah kita dirumitkan oleh definisi yang memang sulit untuk dicari titik temunya, marilah kita melangkah ke objek studi dan terapan dari psikologi sosial serta kaitannya dengan ilmu-ilmu lain. Boleh jadi kita akan lebih mudah untuk memahami apa batas dan ruang lingkup psikologi sosial daripada kita berkutat mencari kesepakatan definisi. Batasan dan ruang lingkup psikologi sosial adalah sebagai berikut : 1. Psikologi sosial mempelajari perilaku manusia, bukan perilaku hewan karena hewan tidak mempunyai interaksi seperti yang ada pada manusia (misalnya bahasa, norma dan sebagainya) ‘13 8 Psikologi Sosial 1 Filino Firmansyah, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 2. Perilaku itu haruslah yang teramati dan terukur, bisa berupa aktivitas motorik yang besar (misalnya meloncat), bisa juga kecil (misalnya gerakan mengangkat alis), bicara atau menulis. 3. Sebagai konsekuensi dari objek studi yang teramati dan terukur, psikologi sosial harus bisa diverifikasi oleh siapa saja (publicly verifiable), walaupun tentu saja maknanya sangat bergantung pada perspektif teori, latar belakang budaya dan intepretasi pribadi. 4. Psikologi sosial tidak mempelajari perilaku yang tidak kasat mata dan tidak terukur- beriman, kejujuran, bersifat culas, berjiwa besar, berideologi Pancasila dan sebagainya, harus tetap terukur dan disimpulkan (inferred) dari perilaku yang kasat mata. 5. Dengan demikian, psikologi sosial menghubungkan aspek-aspek psikologi sosial dari perilaku sosial dengan proses dan struktur kognitif yang lebih mendasar. Ilmu ini juga terkait dengan sosiologi, antropologi, budaya, lunguistik, psikologi kognitif dan neurosains (ilmu syaraf). Walaupun demikian, ilmu ini tetap merupakan bidang ilmu yang “distinctive” (khas, lain dari yang lain). Neuroscience Budaya Psikologi Kognitif Psikologi Sosial Linguistik Antropologi Sosiologi ‘13 9 Psikologi Sosial 1 Filino Firmansyah, M.Psi Psikologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Jadi, apa yang membedakan psikologi sosial dari ilmu lainnya? Faktor yang membedakan psikologi sosial dari disiplin ilmu yang lain adalah kombinasi antara apa yang dipelajarinya, bagaimana mempelajarinya dan tingkat analisisnya. Tingkat Analisis Psikologi Sosial Dalam menjawab gejela psikologis, khususnya psikologi sosial, peneliti perlu memperhatikan sampai dimana tingkatan analisisnya. Tentunya, hal ini biasanya terkait dengan isu-isu yang dikerjakan. Menurut Vaughan dan Hogg (2002), dalam psikologi sosial setidaknya dikenal empat tingkatan analisis : 1. Intrapersonal 2. Interpersonal dan situasional 3. Posisional 4. Ideologis Intrapersonal. Proses psikologis yang terjadi di dalam diri terhadap pengorganisasian pengalamannya dalam lingkungan sosial. Hal ini bisa terlihat pada penelitian tentang keseimbangan kognitif (cognitive balance) dan skema kognitif. Interpersonal dan situasional. Analisis ini dilakukan pada interaksi antarindividu dalam situasi tertentu. Faktor-faktor possisional di luar faktor situasi tidak perlu diperhatikan. Objek penelitiannya adalah satu situasi dan kondisi yang terjadi pada masing-masing individu. Penelitian yang memperlihatkan analisis ini adalah atribusi dan penggunaan matriks permainan. Posisional. Analisis yang dilakukan terhadap interaksi antarindividu dala situasi tertentu. Hal yang perlu diperhatikan adalah peran dari posisi sosial yang ada (misalnya status, identitas). Gejalanya bisa terlihat pada penelitian-penelitian bertema kekuasaan (power) dan identitas sosial. ‘13 10 Psikologi Sosial 1 Filino Firmansyah, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Ideologis. Analisis interaksi antarindividu yang mempertimbangkan keyakinan sosial dan hubungan sosial antarkelompok. Hal ini bisa terlihat pada kasus representasi sosial, identitas sosial, pengaruh dari kelompok minoritas serta peran kebudayaan dan norma. Topik-topik yang dibahas dalam psikologi sosial antara lain konformitas, persuasi, kekuasaan, pengaruh, ketaatan, prasangka, diskriminasi, stereotip, seksisme, rasisme, agresi, kelompok kecil, hubungan antarkelompok, perilaku kelompok, konflik sosial, kepemimpinan, komunikasi, bahasa, pembuatan keputusan, frustasi, keluaga, cinta, dan masih banyak lagi. Sangat bervariasi bukan? Akan tetapi, topic-topik tersebut bukan monopoli psikologi sosial. Kesalahan penekanan bisa mengubah psikologi sosial menjadi sosiologi, ilmu komunikasi atau yang lainnya. Kita dapat mengambil contoh, misalnya penelitian tentang konflik antar etnik di Kalimantan Barat. Psikologi sosial meninjaunya sebagai gejala prasangka atau stereotip (Sarwono, 1999; Prawasti, 1999), tetapi sosiologi bisa melihatnya sebagai hubungan yang tidak adil dalam pembagian rezeki yang terbatas, dan ilmu komunikasi bisa melihatnya dari sudut hambatan komunikasi sebagai dampak dari kendala bahasa serta budaya dan seterusnya. Oleh karena itu, untuk tetapi berada dalam pakem psikologi sosial, kita tetap harus mengacu kepada paradigm yang paling dasar, yaitu bahwa psikologi sosial mempelajari perilaku manusia dalam hubungan dengan lingkungan sosialnya. Sejarah Psikologi Sosial A. Masa Pra-lahir dan Tahun-tahun Awal Psikologi Sosial Ternyata, perkembangan psikologi sosial juga tidak lepas dari publikasi dan masyarkat ilmiah. Hal ini terlihat bahwa pada awalnya, konsep psikologi sosial disebut sebagai folk psychologist. Sebutan ini berlaku bagi ilmuwan Jerman pada pertengahan abad ke-19. Pada tahun 1980, terbentuk sebuah jurnal yang mengupas maslaah teoritis dan factual. Adapun sebutan untuk jurnal yang dimaksud oleh Lazarus dan Steinthal ini adalah Volkerpsychologie (Vaughan dan Hogg, 2002). Menariknya, jika ditilik dari tahun kelahirannya, psikologi sosial bisa jadi lebih dulu lahir daripada psikologi itu sendiri (yang dianggap berdiri sejak percobaan laboratorium psikologi oleh Wundt 1989). ‘13 11 Psikologi Sosial 1 Filino Firmansyah, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Sebagian besar naskah-naskah awal dari psikologi sosial tidak begitu dikenal, tetapi naskah yang ada di tahun-tahun awal kelahiran berasal dari Bunge (1903), Orano (1901). Tarde (1898) dan Baldwin (1897). Kedua penulis awal bukanlah orang Inggris, sehingga kurang mendapat perhatian dari kalangan ilmuwan, yang kebetulan Inggris adalah pusat ilmuwan pada saat itu (Vaughan dan Hoog, 2002). Tulisan yang paling sering dikatakan sebagai cikal bakal dari psikologi sosial adalah tulisan “kembar” psikologi sosial dari dua orang yang berbeda. Dikatakan kembar karena memiliki judul yang sama dan terbit pada tahun yang sama, yaitu tahun 1908. Penulis pertama adalah William McDougall dan yang kedua adalah Ross. Hal yang berbeda dari kedua tulisan tersebut adalah cara pandangnya terhadap psikologi sosial. McDougall menekankan bahwa tingkah laku sosial merupakan perwujudan insting. Sementara itu, Ross melihat tingkah laku sosial dalam pandangan sosiologi (Vauhgan dan Hogg, 2002, Baron dan Byrne, 1994)). Publikasi lain yang dianggap fenomenal adalah tulisan dari Floyd Allport pada tahun 1924. Dalam tulisannya, Allport terlihat berorientasi modern, setidaknya dalam pandangan saat ini. Argumentasinya terbukti, bahwa tingkah laku sosial berakar dari berbagai faktor, mulai dari kehadiran orang lain hingga penggunaan metode eksperimental untuk penelitian psikologi sosial. Ia juga mengangkat isu-isu yang ternyata di kemudian hari masih diperbincangkan dan didiskusikan, misalnya konformitas dan emosi seseorang yang terlihat dari ekspresi wajahnya. B. Era Peperangan : Perang Dunia II sampai Tahun 1960 Kemajuan manusia terkadang justru muncul dari keadaan yang tidak menguntungkan, dalam hal ini peperangan. Banyak gejala yang menimbulkan pertanyaan teoritis. Tidaklah mengherankan pasca Perang Dunia II bermunculan penelitian-penelitian yang didasarkan pada kejadian PD II. Beberapa tokoh yang lahir pada masa-masa ini adalah Leon Festinger, yang dikenal dengan teori disonansi kognitif oleh (Festinger), Kurt Lewin dengan teori lapangannya serta Milgram dan Salomon serta Asch. Kurt Lewin sebagai salah satu tokoh psikologi sosial terkenal dengan rumusan teoritis tingkah laku. Pendapatnya adalah tingkah laku (B : behavior) merupakan hasil dari fungsi (f) individu (P) dan lingkungan (E : environment), secara singkat rumusnya adalah B = f(P,E). Lewin melakukan eksperimen mengenai pengaruh gaya kepemimpinan yang terwujud dalam otoritarian, demokratis, dan laissez-faire. Lewin juga memperkenalkan nilai praktis dari psikologi sosial. ‘13 12 Psikologi Sosial 1 Filino Firmansyah, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Pada tahun 1960-1970 muncul kekhawatiran bahwa psikologi sosial menjadi terlalu reduksionis dan positivistic (Vaughan dan Hogg, 2002). Reduksionis sendiri merupakan upaya untuk menjelaskan gejala dalam terminology bahasa dan konsep pada tingkatan terendah dalam analisis (Vaughan dan Hogg, 2002). Dampak dari reduksionis adalah menghilangkan esensi pengalaman sosial menusia. Hal yang menarik, ini terjadi karena psikologi berangkat dari psikologi individual. Hal yang mengkhawatirkan dari reduksionis ini adalah ketika tidak bisa menjawab pertanyaan awal. Misalnya, ketika seseorang berteriak, kita mempertanyakan apa yang terjadi. Jawaban yang muncul bisa dari penjelasan tentang adanya kerja syaraf dan otot di tenggorokan dan kerongkongan serta pita suara. Akan tetapi, kita juga dapat menjawabnya bahwa dengan adanya norma-norma tertentu yang harus diikuti oleh semua pihak, berteriak adalah hal yang wajar. Oleh karena itu, ketika tingkat analisisnya kurang tepat atau salah, maka pertanyaan awal tidak terjawab. Psikologi sosial juga kemudian dianggap terlalu positivistic, yaitu penerimaan nonkritis sebagai satu pengetahuan yang didapatkan sebagai kebenaran tunggal tanpa adanya gugatan (Vaughan dan Hogg, 2002). Hal ini bisa menimbulkan distorsi dan salah arah (misleading) dalam menjelaskan berbagai hal tentang psikologi sosial. C. Masa Pendewasaan dan Masa Depan Tahun 1970 dan 1980-an merupakan puncak masa pendewasaan psikologi sosial. Ragam topik penelitiannya juga meluas. Misalnya, kita temui atribusi, sikap, perbedaan gender, psikologi lingkungan, psikologi massa, psikologi politik, dan masih banyak lainnya. Di masa depan, penelitian akan mengarahkan pada kognisi dan penerapan psikologi sosial dengan menggunakan perspektif kebudayaan. Faktor kognisi yang berupa atribusi, sikap, stereotip, prasangka dan disonansi kognitif (Baron dan Byrne, 1994; Glassman dan Hadad, 2004) adalah konsep dari tingkah laku sosial manusia. Ketertarikan untuk mengembangkan faktor ini dalam psikologi sosial berkembang pada tahun 1970-an. Perspektif kebudayaan dan sosial sebagai tingkat analisis utama. Hal ini terlihat pada perkembangan identitas sosial, representasi sosial dan sebagainya. ‘13 13 Psikologi Sosial 1 Filino Firmansyah, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Sekilas Perkembangan Psikologi Sosial di Indonesia Kelahiran psikologi di Indonesia menjadi awal dari keberadaan psikologi sosial di Indonesia. Diawali dengan munculnya bagian psikologi sosial di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia pada tahun 1967. Kelahirannya di Indonesia bersamaan dengan masa-masa berkembangnya psikologi sosial di dunia. Selanjutnya, di tahun yang sama, Fakultas Psikologi Universitas Indonesia mengembangkan bagian psikologi sosial yang kemudian menghasilakn para peneliti-peneliti awal psikologi sosial di Indonesia. Para peneliti psikologi sosial inilah yang kemudian melakukan telaah terhadap kondisi Indonesia. Perspektif multikultur dalam psikologi sosial di Indonesia, sebuah keniscayaan psikologi sosial, seperti psikologi, dapat dikatakan memiliki pandangan universal atas tingkah laku. Temuaan teori psikoanalisis dari Sigmund Freud dan teori belajar dari Pavlov, Skinner dan Bandura seakan menunjukkan adanya pola universalitas psikologi. Psikologi sosial juga memiliki gejala yang sama, tapi penelitian-penelitian selanjutnya memperhatikan adanya pola yang tidak universal. Contoh gugatan universitalitas teori dalam psikologi sosial adalah temuan B. Malinoski, antropolog yang melakukan penelitian di kepulauan Trobriand di Samudera Pasifik, yang mulai memperhatikan peran budaya. Ketika berada di kepulauan Trobriand, Malinowski memperhatikan hubungan antara anak laki dan ayahnya. Dalam pemahamannya, sesuai pendapat Freud, seharusnya anak-anak lelaki di sana mengalami Oedipus kompleks. Pada kenyataannya , tidak ditemukan gejala itu. Oleh karena itu, ia mempunyai argumentasi untuk tidak menerima universitalitas Oedipus kompleks (Kottak, 2006). Sebelum memperhatikan kebudayaan, faktor fisik berupa lingkungan hidup manusia juga perlu diperhatikan. Hal yang sering didengarkan di Indonesia adalah bahwa masyarakat pesisir lebih ekspresif dalam emosi dan tingkah laku dibandingkan masyarakat yang tinggal di pedalaman. Tampaknya, pandangan ini juga menjadi dasar pemikiran Diamond (1997, dalam Harrison, 2006) yang menyebutkan perbedaan antarbangsa bukan dikarenakan perbedaan kodrati dari bangsa-bangsa itu sendiri, tetapi juga dipengaruhi oleh perbedaan lingkungan (Segall, Dasen, Berry dan Poortinga, 1999). Hasil penelitian terhadap berbagai Negara, dengan melihat faktor kesejahteraan dan kemiskinan sebagai faktor utama, menyimpulkan bahwa terdapat suatu pola tertentu. Negara yang miskin umumnya berada di wilayah beriklim tropis, sedangkan negara maju berada di wilayah beriklim sedang. Namun, terdapat catatan yang menyebutkan bahwa terdapat beberapa negara maju berada di wilayah beriklim tropis. Sebagai kelanjutannya, yang merupakan bentuk dari adaptasi dan ‘13 14 Psikologi Sosial 1 Filino Firmansyah, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id kemampuan pikirnya, maka karakter manusianya juga berbeda (Meinarno dan Widianto, 2008) Peran kebudayaan dan keanekaragaman manusia (human diversity) terhadap tingkah laku dan pemikiran sosial juga muncul pada berbagai kasus di dunia. Isu ini berkembang sejak tahun 1940-an. Saat dunia menghadapi Perang Dunia II. Beberapa tokoh ilmuwan yang memperhatikan kebudayaan dan keanekaragaman manusia adalah Margaret Mead, Ruth Benedict, David McCleland, Alex Inkeles dan Sidney Verba (Huntington, 2006). Hal yang penting adalah bahwa psikologi sosial perlu melihat kebudayaan yang berbeda dari masing-masing kelompok sosial dalam menerapkan atau memperlakukan satu teori dasar, terlebih jika diterapkan di Indonesia yang penuh dengan keanekaragaman yang luar biasa. Perkembangan Jurnal Psikologi Sosial Sekitar 1950-an, muncul berbagai jurnal psikologi sosial modern. Beberapa jurnal ternama muncul di Eropa, misalnya European Journal of Social Psychology, European Review of Social Psychology dan British Journal of Social Psychology. Di Amerika Serikat, jurnal ternama psikologi sosial adalah Journal of Abnormal and Social Psychology. Namun, dalam perkembangannya, jurnal tersebut terbagi menjadi dua, yaitu jurnal psikologi abnormal dan Journal of Personality and Social Psychology (1965). Indonesia pun tidak ketinggalan. Sekitar awal 1990-an (walaupun terlambat nyaris satu abad dari kelahiran psikologi sosial), psikologi sosial di Indonesia mengenalkan Jurnal Psikologi Sosial. Daftar Pustaka Sarwono, S.W., & Meinarno, E.A. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika ‘13 15 Psikologi Sosial 1 Filino Firmansyah, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id