Kemenangan Shell dalam Kompetisi Pasar Industri Energi Global melalui Strategi Internasionalisasi Joint Venture dengan Kompetitor Siti Nur Hasanah Departemen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Airlangga ABSTRACT In the current era of globalization, internationalization has become an inevitable strategy for companies intending to keep existing and maintaining continuity of the business in the international market. Royal Dutch Shell (RDS) or Shell as one of the leading oil and gas companies in the world also do the internationalization strategy. One option that selected by Shell is joint venture (JV). JV of Shell's strategy was applied to make a deal with another giant oil and gas company. Exxon was chosen to deal a JV by Shell in 1997. This decision was surprising, especially since Shell was willing to gain partnership with Exxon again for Aera Energy LLC Joint Venture after many failed cooperation between companies. This study then attempts to explain the reasons underlying logical decisions Shell, which for the umpteenth time to do a JV with Exxon as part of the internationalization strategy and analyze the results that have been obtained so far Shell this linked the decision. Keywords: Shell, Exxon, internationalization, joint venture, competitor. Di era globalisasi ini, internasionalisasi telah menjadi strategi bisnis yang marak dilakukan oleh banyak perusahaan untuk menjaga eksistensi dan kontiuitas bisnisnya dalam pasar internasional. Royal Dutch Shell (RDS) atau Shell merupakan salah satu perusahaan minyak dan gas terbesar di dunia yang melakukan strategi internasionalisasi. Salah satu opsi yang dipilih oleh Shell adalah joint venture (JV). Strategi JV yang diterapkan oleh Shell bertujuan untuk membuat kesepakatan dengan perusahaan gas dan minyak besar lainnya. Exxon menjadi pilihan Shell untuk melakukan JV pada tahun 1997. Keputusan tersebut mengejutkan, terutama ketika Shell berkehendak untuk meningkatkan kerjasama dengan Exxon lagi terkait Aera Energy LLC Joint Venture setelah terjadi banyak kerjasama yang gagal diantara keduanya. Tulisan ini mencoba menjelaskan alasanalasan yang ada di balik keputusan Shell melakukan beberapa kali JV bersama Exxon sebagai bagian dari strategi internasionalisasinya dan menganalisis hasil yang telah diraih oleh Shell setelah keputusannya tersebut. Kata-Kata Kunci: Shell, Exxon, internasionalisasi, joint venture, kompetitor. 167 Siti Nur Hasanah Sejak dibentuk pada 1907, Royal Dutch Shell (Shell) telah memainkan peran penting dalam industri minyak global. Royal Dutch Shell merupakan salah satu MNC migas terbesar di abad 20, setelah Standard Oil/Exxon dan tercatat sebagai 1 dari 6 perusahaan raksasa migas dunia. Shell juga merupakan perusahaan energi terbesar kedua dunia dan perusahaan terbesar peringkat 5 dunia versi Forbes 2011. Dengan pendapatan $470 miliar dan memperkerjakan 90 ribu karyawan yang tersebar di seluruh dunia, Shell adalah perusahaan migas paling established saat ini (Gaspar et.al. 2013). Jaringan pemasaran Shell dibentuk di seluruh Eropa dan di beberapa wilayah di Asia. Eksplorasi dan produksi dimulai di Rusia, Rumania, Venezuela, Meksiko, dan Amerika Serikat. Shell mengalami perkembangan pesat ketika menjadi satu-satunya pemasok utama bahan bakar untuk mobilitas transportasi pasukan sekutu pada Perang Dunia I. Pemasok avtur tunggal hingga 80% dari total kebutuhan British Expeditionary Force, TNT Angkatan Darat dan Angkatan Laut Inggris. Posisi Shell tetap mendominasi ketika menjadi pemasok tunggal di wilayah konflik seperti Venezuela, Meksiko dan Sarawak. Selain track record penjualan minyaknya, Shell dikenal dengan struktur organisasi perusahaan yang unik, sehingga dinyatakan sebagai perusahaan dengan pola pengorganisasian internasional peringkat ketiga setelah Roman Chatholic Church dan PBB (Gaspar 2013). Shell memiliki komposisi organisasi lebih kompleks tidak hanya dalam struktur kepemilikan namun juga legal hukumnya. Shell mencakup 4 jenis perusahaan, yakni; perusahaan induk, holding company, perusahaan jasa dan perusahaan operasional. Susunan struktur manajemen matrik 3 dimensi ini bertahan sejak 1960 sampai awal 90-an. Kontrol manajerial Shell dipegang oleh Committee of Managing Directors (CMD) atau struktur dewan pengawas (Gaspar 2013). Strategi Internasionalisasi Shell Internasionalisasi merupakan salah satu strategi perusahaan untuk meningkatkan keterlibatan perusahaan secara global di pasar internasional (Susman 2007). Johanson dan Vahlne (2005) mengemukakan bahwa perusahaan akan melewati 4 tahap internasionalisasi. Pertama, tahap pasar lokal/domestik, pasar luar negeri baru yang mulai dirambah hanya berfungsi sebagai tempat pemasaran produk-produk yang dihasilkan perusahaan tersebut. Kedua, tahap ekspor dengan jalur agen. Ketiga, tahap 168 | Jurnal Hubungan Internasional □ Tahun VII, No.2, Juli – Desember 2014 Kemenangan Shell dalam Kompetisi Pasar Industri Energi Global ekspor dari dan melalui kantor cabang sendiri. Keempat, tahap terakhir, dimana perusahaan akan mendirikan wholly-owned subsidiary dan memulai aktivitas produksinya di host country. Di tahap ini, perusahaan akan memiliki kontrol penuh atas rangkaian kerja yang dilakukan di host country. Jauh sebelum teori ini dikemukakan, Vernon (1966 dalam Gaspar 2013) mencetuskan teori siklus hidup produk internasional (international product lifecycle theory). Teori ini menggolongkan siklus hidup produk dalam 3 tahap. Pertama, tahap produk baru yang diperkenalkan dan dipasarkan di dalam negeri. Kedua, tahap produk dewasa. Setelah produk baru mendapat respon positif, maka akan diproduksi dalam jumlah besar. Pada tahap ini, mulai diekspor ke pasar luar negeri. Ketiga, tahap produk yang memiliki standar. Kompetisi terhadap produk tersebut mulai bermunculan sehingga produsen semakin agresif dalam mengeksplorasi pasar, bahkan memindahkan seluruh aktivitas produksinya ke luar negeri (Johanson & Wiedersheim 1975). Sebagai perusahaan besar, Shell kerap melakukan strategi internasionalisasi. Terkait strategi internasionalisasinya, Royal Dutch Shell selalu mengaplikasikan entry mode yang berbeda. Hasilnya membuktikan bahwa sebagian besar pilihan mode masuk yang diterapkannya berdasarkan situasi yang berbeda. Strategi ini efektif dan sukses, sehingga memperkokoh posisi Shell sebagai pemimpin dalam industri minyak dan gas dunia (Gaspar et.al. t.t). Salah satu contohnya, pada 1980-an Shell memperluas pasar luar negeri dengan menggunakan strategi akuisisi. Sebagai upaya konsolidasi pasar migas di AS, Shell mengakuisisi 30 % saham Shell Oil pada 1985. Sambil terus mengembangkan sayap bisnis teknologi eksplorasi dan membuka proyek lepas pantai Troll di Norwegia dan Teluk Meksiko 137. Runtuhnya rezim komunis di Eropa Timur pada 1989, mempermulus akses pasar Shell di wilayah Eropa, khususnya Eropa Timur dan Rusia. Beberapa proyek eksplorasi dan eksploitasi migas didirikan di Salym, Rusia (salympetroleum.com 2014). Shell juga tak luput menyasar pasar Asia dengan mendirikan pabriknya di Bintulu, Malaysia. Dari Malaysia, Shell mulai merambah bisnis di China dengan membangun CNOOC, proyek JV antara China National Petroleum Corp (CNPA) dan Shell Petrokimia Ltd (The Moscow Times 2013). Selain itu, Shell juga mengakuisisi Queensland Coal Seam Gas untuk proyek jangka panjang (cnooc.com.cn 2013). Strategi lain adalah Joint Venture. Di Teluk Meksiko, Shell telah memulai produksi minyak dan gas alam di Proyek Pengembangan Perdido, yang ditandai dengan pengoperasian platform minyak lepas pantai. Di saat yang Jurnal Hubungan Internasional □ Tahun VII, No.2, Juli – Desember 2014 | 169 Siti Nur Hasanah sama, Shell memperoleh izin untuk kegiatan eksplorasi di Pakistan, Mesir, Tunisia, dan Guyana, Prancis (Oil and Gas Journal 2013). Di Brazil, proyek internasionalisasi Shell menggunakan strategi JV. Ini diwujudkan misalnya dengan cara menggandeng Cosan SA untuk mengembangkan produksi Etanol terbesar dengan kapasitas produksi terbesar di dunia di Sao Paulo Brazil. Shell sekaligus menjadi distributor BBM No 3 di negara terbesar di Amerika Latin (Bloomberg 2011). Globalisasi dan Internasionalisasi Industri Migas Fenomena globalisasi ditandai dengan semakin meluasnya ruang gerak perusahaan-perusahaan multinasional dalam melebarkan sayap operasinya secara global. Indikasi internasionalisasi meningkat sangat tajam pada dua dekade terakhir. Ini bisa kita lihat pada dari beberapa perusahaan industri migas dunia dari Amerika, Inggris, dan Rusia. John H. Dunning (1995) dalam bukunya Theories and Paradigms of International Businnes Activities menyampaikan salah satu ciri khas dari proses globalisasi adalah pertumbuhan aktivitas lintas batas perusahaan dan meningkatnya saling ketergantungan ekonomi secara berkelanjutan. Peningkatan kegiatan perusahaan domestik maupun internasional ini, melalui apa yang dinamakan ―aliansi kapitalisme‖. Secara khusus, aliansi kapitalisme yang dimaksud mengacu pada strategi perusahaan yang tidak sepenuhnya menginternalisasi nilai produk mereka dengan menambahkan kegiatan di internal perusahaan, tapi memanfaatkan berbagai kolaborasi dan kerjasama dengan perusahaan lain untuk mencapai tujuan yang sama, terutama untuk menambah keunggulan kompetitif mereka sendiri (Dunning 1995). Di era globalisasi, kapitalisme aliansi merupakan fenomena endemik. Diperkirakan ada 500 korporasi bisnis global yang masing-masing mengembangkan sayap bisnis dengan memiliki 60 aliansi strategis utama (Dyer et al. 2001). Agar korporasi sukses menjadikan aliansi sebagai kunci keberhasilan yang kompetitif, maka penting untuk mengembangkan kompetensi yang diperlukan dalam mengelola aliansi. Pengembangan aliansi menuntut adanya unsur kepercayaan terkait masalah aset, manajemen, kontrak, dan menjalin komunikasi dua arah yang efektif sehingga memungkinkan mitra untuk bertukar manfaat serta membangun hubungan informasi. Pengelolaan aliansi juga erat kaitannya dengan perhatian terhadap pola hubungan kerjasama dengan mitra aliansi. Kerjasama didefinisikan sebagai koordinasi antara dua pihak atau lebih yang dipengaruhi oleh 170 | Jurnal Hubungan Internasional □ Tahun VII, No.2, Juli – Desember 2014 Kemenangan Shell dalam Kompetisi Pasar Industri Energi Global berimbangnya kesabaran (Buckley & Casson 1988). Sabar dalam hal ini berarti bahwa mitra menahan diri dari bertindak oportunis. Kerjasama menjadi penting ketika dua agen terlibat dalam suatu kegiatan bersama untuk mencapai suatu hasil. Penting dicatat bahwa dalam model kerjasama, salah satu aktor tidak berada di bawah kendali lain (Williamson 1988). Hal ini penting karena dalam kerjasama, yang diperlukan adalah membangun komunikasi efektif sehingga dapat mengembangkan keyakinan kepada pihak lain bahwa mereka tidak akan dieksploitasi. Kerja sama semacam ini meniscayakan masing-masing pihak untuk saling bersabar sehingga dapat menumbuhkan rasa saling percaya satu sama lain (Buckley & Casson 1988). Joint Venture sebagai Strategi Internasionalisasi Globalisasi semakin menyuburkan fenomena international joint venture (IJV). Kebutuhan untuk mendapatkan sumber-sumber daya serta pasar yang berada di luar kawasan operasi tradisionalnya. Bagi perusahaan yang memiliki kelemahan dalam hal infrastruktur, sumber daya, pengalaman, dan manajemen, aliansi dengan perusahaan lain dalam bentuk JV merupakan alternatif yang efektif untuk untuk memasuki pasar internasional. Selain itu, JV bisa menjadi pilihan paling ideal ketika hendak memasuki wilayah yang memiliki perbedaan politik, aturan undang undang, hukum, budaya, bahasa, dan mata uang. JV juga merupakan cara efektif memasuki pasar baru dengan cepat, di samping juga untuk bermitra, berbagi risiko sembari mengambil manfaat pengetahuan yang menyangkut keahlian dari perusahaan lokal (Journal of Business Studies t.t). Dari sini tujuan dan motif utama JV sebagai langkah penguatan bisnis yang sudah ada, restrukturisasi serta pengembangan kemampuan baru perusahaan. Keuntungannya termasuk pertimbangan skala ekonomi dan sinergi, akses peluang dan sumber daya yang lebih besar, penghapusan pesaing dan memasuki pasar luar negeri (Stewart & Maughn t.t). Dalam konsesp JV, kedua belah pihak akan melakukan penelitian secara bersamasama, terutama untuk target memasuki pasar di wilayah baru (RuizMoreno et al. 2007). Strategi Joint Venture Shell-Exxon Dalam kasus Shell, keuntungan dari pendekatan joint venture ini jelas. Secara internal, upaya ini memungkinkan Shell membangun kekuatan perusahaan, berbagi biaya operasional dan risiko, meningkatkan akses ke sumber daya keuangan, menawarkan teknologi baru dan pelanggan, yang Jurnal Hubungan Internasional □ Tahun VII, No.2, Juli – Desember 2014 | 171 Siti Nur Hasanah pada akhirnya meningkatkan profitabilitas. Joint venture juga seringkali digunakan untuk menyiasati persaingan dengan menciptakan unit-unit kompetitif yang lebih kuat dengan nilai lebih, mutu yang lebih baik, akses percepatan ke pasar. Shell menggandeng ExxonMobile, kompetitor utama yang selama ini sukses dalam industri minyak dan gas. Langkah internasionalisasi Shell dengan menggunakan strategi JV dengan Exxon tersebut diterjemahkan dalam 5 elemen utama, yakni sebagai strategi pengembangan usaha/diversifikasi industri migas secara kreatif, akses ke sumber sharing knowledge dan alih tehnologi bisnis migas termutakhir, mendapatkan peluang proyek migas berskala besar, jaminan kestabilan pasokan migas dan memenangkan persaingan pasar industri migas global (Muller & Schnittzer 2004). Elemen pertama adalah strategi diversifikasi produk. Dalam bisnis migas, diversifikasi adalah mengambil risiko dan mencoba produk-produk baru untuk mencari keunggulan kompetitif yang lebih besar serta keuntungan yang lebih tinggi. Dalam kasus Royal Dutch Shell, selama bertahun-tahun Shell berusaha mendiversifikasi produk lain di luar produk inti yakni, migas dan zat kimia (futureofenergy 2014). Diversifikasi ini termasuk merambah energi tenaga nuklir (Gulf Oil di Amerika Serikat), batubara (Coal Shell), produksi biofuel (Cosan SA), pengolahan logam dengan mengakuisisi Billiton, proyek pembangkit tenaga listrik intergen (Shell dengan Bechtel), pelumas (Infenium & Paramins). Pertumbuhan produksi migas yang sudah tidak mampu lagi menjangkau tingkat proyeksi pertumbuhan dan menyebabkan degradasi lingkungan pada akhirnya menuntut perubahan produk energi pendukung. Sumber energi alternatif seperti biofuel, bisa menjadi alternatif untuk menutup kesenjangan antara supply dan demand. Shell berusaha memenuhi tuntutan global sekaligus menyelaraskan kebutuhan akan produk energi dengan standar termutakhir yang rendah emisi, ramah lingkungan dan efisien. Beberapa contoh proyek diversifikasi produk Shell di antaranya melalui proyek produksi zat aditif; proyek perbaikan ekosistem; diversifikasi bahan utama nuklir (uranium); produksi batu bara; serta produksi timah, kalium dan pupuk. Tingginya persaingan produk energi yang semakin variatif yang menjadi tuntutan teknologi abad 20 serta fakta kebutuhan minyak aditif (zat kimia) dunia yang mencapai estimasi total lebih dari $6 miliar, menjadi alasan utama Shell untuk menggandeng kompetitor utamanya, ExxonMobile (thefreelibrary.com 2014). JV antara Shell International Chemicals Limited dan Exxon Chemical Company untuk mendirikan proyek Paramins secara 172 | Jurnal Hubungan Internasional □ Tahun VII, No.2, Juli – Desember 2014 Kemenangan Shell dalam Kompetisi Pasar Industri Energi Global resmi pada 10 Juli 1996 adalah untuk merebut pasar zat aditif mesin pelumas (NYTimes 1996). Dengan kemitraan 50/50 ini Shell berharap pihaknya akan berhasil keuntungan tinggi dengan omset minimal $1,5 miliar dan merebut dominasi Lubrizol Corporation, yang berbasis di Wickliffe, Ohio (lubrizol.com 2014). Shell tidak hanya berkomitmen meningkatkan penjualan International Ltd dan Exxon Paramins, yang berbasis di Linden, New Jersey tetapi juga melakukan restrukturisasi besarbesaran terhadap 2000 karyawan yang dipekerjakan di 20 pabrik, tujuh fasilitas penelitian Paramins. Diversifikasi Shell berikutnya adalah pengelolan alam terbuka hijau dan pengembangan produk perumahan di daerah yang rusak akibat proyek eksplorasi dan eksplorasi migas. Target ini dieksplorasi Shell dengan menggandeng Exxon untuk pengerjaan proyek JV Aera Energy LLC (Aera), perusahaan gas alam, eksplorasi dan produksi migas, serta proyek perlindungan alam dengan komposisi patungan (52/48). Proyek Aera berhasil dalam mengelola pelestarian lahan Coles Levee Ecosystem Preserve seluas 34 km yang rusak akibat pencemaran eksplorasi migas Occidental Petroleum di wilayah Bakerfield. Lahan yang dulunya gersang mampu disulap menjadi proyek real estate Vista del Verde dan lahan terbuka alami ini dapat dihuni secara aman. Lahan ini dikelola Aera sejak 1998 setelah mengakuisisinya dari ARCO. Wilayah ini akhirnya berkembang menjadi lahan perumahan, komersial, ruang rekreasi, sekolah dan lapangan golf milik kota, Black Gold Golf Club dan ruang terbuka hijau untuk pemulihan dan pemeliharaan habitat asli dalam taman. Selain pengembangan ekosistem, Shell menggandeng Chevron Texaco untuk mengembangkan usaha patungan membangun reaktor nuklir. Adapun komposisi saham dalam proyek ini adalah Exxon Mobil - 54 % , Chevron Texaco - 74 % , Shell- 52 % dan BP Amoco - 54 %. Pembangunan reactor nuklir dilakukan dengan mengeksplorasi sumur kaya cadangan gas alam di Rusia dan Asia Tengah. Shell telah memimpin jalan eksplorasi cadangan tersebut, yang dikerjakan oleh Uganskneftegasin, proyek JV Shell dengan kepemilikan saham 24,5 % dengan BP Amoco (Henderson 2014). Selanjutnya adalah produksi batubara. Exxon Mobil yang merupakan produsen batubara terkemuka di Amerika Serikat, memiliki cadangan ladang batubara terbesar kedua setelah Burlington Resources (globalresearch 2007). Royal Dutch Shell pun mengakuisisi 2 tambang batubara strategis di Amerika, satu di Wyoming yang dikelola Encoal, dan di Virginia Barat melalui Evergreen Mining. Tujuh dari lima belas produsen batubara di Amerika Serikat adalah perusahaan minyak, sementara 80% Jurnal Hubungan Internasional □ Tahun VII, No.2, Juli – Desember 2014 | 173 Siti Nur Hasanah dari cadangan minyak AS dikendalikan oleh sembilan perusahaan terbesar. Hal ini lalu melatarbelakangi keputusan Royal Dutch Shell dan Exxon Mobil bermitra untuk membeli cadangan batubara dan sebagai upaya menguasai seluruh spektrum energi tidak terbatas di AS. Shell dan Exxon bersama Big Oil terlibat dalam investasi proyek riset cadangan batubara ke seluruh dunia dengan mengalokasikan $674 triliun. Shell juga merambah proyek pengembangan Rio Tinto, untuk pengembangan industri Timah. Shell mulai terobsesi untuk menjajaki bisnis produksi Kalium/Potasium. Upaya ini diwujudkan dengan mengambil alih Canada Potash Corp, produsen Potasium terbesar di Kanada sekaligus BHP Billiton, produsen bibit utama Kalium. Sesudah pengambil-alihan, Shell dan ExxonMobil mendirikan JV Shell Expro, untuk memproduksi pupuk penyubur industri pertanian serta mengembangkan produksi kalium yang menguasai 30 persen pasar kalium global (fundinguniverse 2014). Pembukaan pabrik di Bintulu, Malaysia menandai babak baru Shell merambah produksi gas alam cair dengan mengakuisisi 30% saham dari Shell Oil. Shell merealisasikan keseriusannya untuk merambah produk LNG (liquid natural gas) melalui NAM (Nederlandse Aardolie Maatschappij BV), perusahaan JV/patungan yang dibentuk bersama Exxon. Proyek ini digagas setelah Big Oil (BP, BG, Chevron, Pertamina, Petronas) menjadi pemain utama yang menguasai pangsa pasar LNG global (Bussinessweek t.t). JV NAM, merupakan proyek Shell-Exxon yang sukses karena berhasil menemukan lahan sumur migas cair berkapasitas 4 miliar meter kubik gas yang cukup untuk memasok sekitar 2,5 juta rumah tangga selama setahun. Shell berhasil menguasai pasar LNG Asia-Pasifik, Eropa, dan Amerika Utara, serta menjadi pemasok LNG pertama ke India, Meksiko, Brunei, dan China pada 2005, sementara jaringan kapal/kargo Shell International LNG Supply (SILS) melalui Dubai, Singapura dan Houston (Strategies for Reaching Global Markets t.t). Elemen selanjutnya adalah sharing knowledge dan akses teknologi bisnis migas termutakhir. Shell dalam situs resminya mengklaim bahwa pihaknya merupakan satu satunya perusahaan MNC migas yang cukup intensif melakukan berbagai penelitian dan pengembangan dan inovasi teknologi terbaru. Upaya mewujudkan itu, Shell berinvestasi dalam jumlah besar tidak hanya untuk proyek penelitian, tetapi juga proyek-proyek JV yang mengaplikasikan sharing knowledge teknologi terbaru, membayar para ahli dan ilmuwan untuk melakukan serangkaian riset dan menciptakan produk terbaru yang lebih efisien (shell.com t.t). Beberapa proyek JV telah 174 | Jurnal Hubungan Internasional □ Tahun VII, No.2, Juli – Desember 2014 Kemenangan Shell dalam Kompetisi Pasar Industri Energi Global menghadirkan produk inovasi baru misalnya, JV Paramins dan Shell Expro melahirkan produk pelumas hasil teknologi terbaru yang ramah lingkungan, produk irit BBM untuk Mercedes Benz, pelumas mesin Airbus A380, pesawat penumpang terbesar di planet ini, pelumas mesin diesel, produk pelumas Aeroshell Turbine Oil dan pelumas untuk mesin pesawat lainnya. Selain pelumas, Shell juga rutin mensuplai BBM untuk 7000 pesawat komersial di 800 bandara yang ada di 40 negara (shell.com t.t). JV sifatnya adalah sharing keahlian bisnis, teknologi, dan pengetahuan yang saling menguntungkan, sehingga dipandang sebagai aliansi strategis. Keuntungannya, kedua perusahaan menggabungkan teknologi dan penelitian yang membantu untuk memotong biaya penelitian dan meningkatkan kualitas, menyatukan bakat dan keahlian SDM juga membantu meningkatkan efisiensi bisnis, berbagi teknologi, dan inovasi produk terbaru. Ini bisa dilihat dari upaya Shell menggandeng Exxon dalam proyek pengembangan bisnis pertambangan batubara. Ini juga sekaligus menjadi alasan mengapa Exxon selalu menjadi target kemitraan Shell. Dari beberapa kerja sama patungan dengan Exxon, mulai Paramins, Invenium, Aera, Exxon berhasil melakukan diversifikasi produk berteknologi tinggi, mulai produk pelumas, gas alam cair, dan produk energi ramah lingkungan lainnya (shell.com t.t). Elemen ketiga adalah peluang proyek berskala besar. Total revenue senilai $1,5 miliar dari penjualan pelumas pasar global adalah jumlah yang diincar Shell International Chemical Ltd. ketika diversifikasi produk pelumas melalui JV dengan ExxonMobile. JV 50/50 yang dikembangkan dari divisi Paramins ini fokus di bisnis pelumas dan bahan aditif di seluruh dunia. Total pendapatan dari bisnis Paramins dan Shell Aditif adalah lebih dari $1,5miliar dari total estimasi permintaan industri senilai lebih dari $6 miliar (thefreelibrary.com t.t). Paramins merupakan produsen global utama sekaligus perusahaan skala besar yang memproduksi dan memasarkan pelumas dan bahan bakar aditif untuk mesin kapal laut dan mesin diesel. Pabrik skala besar ini ada 16 negara, meliputi AS (Bayway, New Jersey dan Baytown, Texas), Kanada, Argentina, Brazil, Meksiko, Venezuela, Jerman, Perancis, Italia, Jepang, Singapura, Cina, dan Arab Saudi. Pusat pengembangan teknologi Paramins di Linden, Abingdon, Tsurumi, Jepang, dan Singapura. Dari proyek JV Paramins ini, Shell tidak hanya diuntungkan dengan proyek berskala besar yang melibatkan operasional perusahaan di 16 negara, tetapi juga pengalaman handal sebagai industri pelumas no 1 dunia. Posisi Paramins saat ini sudah merajai industri aditif selama 60 tahun meskipun baru memasarkan dengan merek dagang Paramins 3 dekade lalu (NYTimes 1996). Jurnal Hubungan Internasional □ Tahun VII, No.2, Juli – Desember 2014 | 175 Siti Nur Hasanah Alasan sama pula yang melatarbelakangi Shell melakukan JV kembali dengan Exxon untuk melepas Infenium International pada 1 Januari 1999 untuk memproduksi zat pelumas aditif. Kemitraan antara Shell International Chemicals Ltd. dan Shell Chemical Company dan Exxon Chemical, adalah proyek berskala besar yang memiliki pabrik di 19 negara dengan mempekerjakan 2.000 karyawan di seluruh dunia dan jaringan distribusi dan pemasaran di lebih dari 50 negara di dunia (infineum.com t.t). JV Shell dimaksudkan untuk bisa meraih proyek-proyek baru berskala besar. Target awal Shell ketika sepakat melakukan kemitraan JV dengan ExxonMobile dalam proyek Aera Energy LLC (Aera) adalah proyek berskala besar dengan kapasitas produksi terbesar di wilayah Amerika. Aera adalah perusahaan gas alam, eksplorasi dan produksi minyak raksasa di Bakersfield California, Amerika, dengan revenue pada 2013 sebesar $5 miliar (ogfj.com t.t). Dengan 130.000 barel minyak dan 37 juta gas alam dan cadangan onshore dan offshore sekitar 720 juta barel setara minyak, Aera memproduksi sekitar 30% dari total produksi California. Diversifikasi Aera yang merambah real estate dengan Toll Brothers telah menguasai bisnis real estate di AS. Sebagai pemegang rangking 1 untuk peringkat produksi, perusahaan afiliasi Exxon Mobil (yang memiliki 48%) dan Royal Dutch Shell (52%), merupakan JV Shell paling sukses, berdasarkan barel oil equivalent (boe) PDA 2005. Sejak operasi awal Aera Energy LLC pada 1997, total produknya telah berhasil mengalahkan Merit Energy Co, Dallas yang mencapai 45,5 mmboe dan Hilcorp Energy Co, Houston dengan 23,3 mmboe (thefreelibrary.com t.t). Pada tahap berikutnya, upaya mengincar proyek-proyek migas berskala besar dilakukan Shell dengan bersedia masuk dalam perusahaan patungan untuk menggarap proyek eksplorasi migas Kashagan, lepas pantai Kazakhstan yang berkapasitas produksi 370.000 barel per hari. Pemegang saham The Kashagan adalah Exxon Mobil, Royal Dutch Shell, Eni dan Total Perancis dan perusahaan minyak negara Kazakh Kazmunaigas, masingmasing dengan 16,8 %, serta mitra junior dari Asia yakni Inpex Jepang dan China National Petroleum Corp (CNPC) (rigzone.com t.t). Elemen keempat adalah jaminan stok dan pasokan energi yang stabil. Berbagai terobosan JV disepakati Shell dan Exxon untuk menggarap energi alternatif. Salah satu proyek Shell untuk mendukung terjaminnnya pasokan energi di masa masa mendatang adalah menggandeng ExxonMobil, kompetitor yang sekaligus produsen gas alam terbesar dunia dalam joint venture Teluk Persia, Qatar yang berkapasitas produksi gas alam 9,9 miliar kaki kubik per hari. Kerjasama ini akan meningkatkan total produksi 176 | Jurnal Hubungan Internasional □ Tahun VII, No.2, Juli – Desember 2014 Kemenangan Shell dalam Kompetisi Pasar Industri Energi Global minyak dan gas ekuivalen 4,3 juta barel per hari (Bloomberg t.t). Sementara, untuk kebutuhan energi di wilayah Belanda, Shell mengandalkan dari produksi NAM yang merupakan JV Shell-Exxon di Belanda. NAM atau Nederlandse Aardolie Maatschappij BV berhasil menemukan sumber migas strategis mengandung 4 miliar meter kubik gas, cukup untuk memasok sekitar 2,5 juta rumah tangga selama setahun. Ladang migas tersebut terletak di kawasan The Metslawier-Zuid di Dokkum dan Gronigen, Amsterdam (NAM.nl t.t). September 2009, JV Shell dengan Exxon menggarap eksplorasi gas alam di Barrow Island, lepas pantai Australia dengan Chevron 50%, Shell dan Exxon masing-masing 25% (Exxonmobile t.t). Fasilitas ini menghasilkan dua kali lipat produksi gas alam cair di Australia dengan kapasitas produksi tahunan sebesar 15 juta ton per tahun (Shell.com t.t). Sebelumnya, JV Shell-Exxon berhasil merebut proyek JV Sakhalin, Rusia timur. ShellExxon berniat menjadi investor jangka panjang tetap di Rusia. Ladang Rosneft memproduksi sekitar 10 juta dari sekitar 90 juta barel minyak dipompa setiap hari ke seluruh dunia. Stok energi jangka panjang Shell untuk komsumen wilayah Amerika dan sekitarnya dipasok dari JV Aera LLC di wilayah Amerika Utara yang berhasil memasok kebutuhan energi gas alam global sampai 100 tahun ke depan. Cadangan pasokan migas yang berusaha diincar dari proyek JV terbaru Shell dan Exxon adalah proyek eksplorasi lepas pantai Mozambik, Afrika Selatan yang memiliki cadangan gas alam berkapasitas 100 triliun kaki kubik (Bussinessweek t.t). Elemen kelima adalah memenangkan persaingan pasar industri energi global. Strategi JV dimaksudkan Shell tidak hanya mampu merambah pangsa pasar strategis migas di wilayah baru, tetapi juga meredam tingginya tingkat persaingan industri migas dengan para kompetitornya. Seiring waktu, kompetisi industri migas tidak hanya semakin terjal tetapi daya saing pasar internasional juga semakin tajam. Ini yang menjadi alasan utama bahwa pola dan strategi merger, aliansi strategis dengan joint venture menjadi kebutuhan dan keharusan untuk menjaga lingkungan kompetisi tetap stabil. Investasi Shell-Exxon untuk beberapa proyek LNG didorong oleh tingginya permintaan Asia yang tumbuh 50 % selama 3 dekade terakhir dan posisi LNG sebagai bahan bakar alternatif yang akan menggantikan batubara. Dari Qatar, Shell mampu menjadi salah satu produsen LNG global terbesar, dengan kapasitas pencairan sekitar 65 juta ton per tahun. Shell berharap bisa menarik peningkatan konsumen dua kali lipat pada 2025 menjadi sekitar 500 juta ton per tahun, yang akan membuatnya menjadi sumber bahan bakar yang paling cepat berkembang. Jurnal Hubungan Internasional □ Tahun VII, No.2, Juli – Desember 2014 | 177 Siti Nur Hasanah Sumber lain LNG Shell adalah dari proyek-proyek JV Shell di Australia, Brunei, Malaysia, Nigeria, Oman, dan Rusia (Bloomberg t.t). Shell terus menjalin proyek-proyek JV secara masif dan terus berkembang di Cina dan Timur Tengah untuk menguatkan posisinya sebagai eksportir produk olahan dan memimpin ekspansi secara mayoritas dan kapasitas di wilayah Amerika. Tekanan besar yang dihadapi Shell saat ini adalah memenangkan pasar migas global. Untuk memenangkan peluang bisnis, Shell berkomitmen meningkatkan inovasi dan teknologi bisnis. Upaya memenangkan persaingan pasar energi adalah dengan mengoptimalisasi melalui kerja sama kemitraan JV di seluruh dunia. Bagi Peter Voser, investasi tunai di proyek proyek patungan akan memberikan pertumbuhan dalam jangka panjang dan memperkuat posisi kompetitif Shell. Pada intinya, upaya untuk memenangkan kompetisi perusahaan energi internasional dilakukan Shell dengan memproduksi energi alternatif pengganti energi migas yang dihasilkan dari perusahaan JV yang belum banyak diproduksi oleh kompetitor lain. Kesimpulan Berdasarkan data-data yang terkumpul di atas, telah berhasil ditemukan alasan-alasan yang mendasari keputusan Shell untuk melakukan JV dengan Exxon, meskipun beberapa kesepakatan yang telah dijalin sebelumnya telah gagal. Pernyataan bahwa merangkul kompetitor sesama perusahaan multinasional yang bergerak di bidang energi ke dalam sebuah kemitraan telah memberikan peluang strategis pada tujuan pokok pengembangan bisnis migas dan strategi internasionalisasi Royal Dutch Shell. Kelima alasan yang mendasari keputusan JV Shell dengan Exxon, seperti dikemukakan di atas, membuktikan bahwa strategi internasionalisasi Royal Dutch Shell berhasil dengan baik. Ini bisa dibuktikan dengan posisi Shell yang tetap menjadi produsen utama pasar industri energi global. 178 | Jurnal Hubungan Internasional □ Tahun VII, No.2, Juli – Desember 2014 Kemenangan Shell dalam Kompetisi Pasar Industri Energi Global Daftar Pustaka Buku dan Artikel dalam Buku Dunning, J. H., 1999. Globalization and the Theory of MNE activity. Gaspar, Julian, et al., 2013. Introduction to Global Business: Understanding the International Environment and global business functions, 1st Edition, Ch. 10. ______________________, 2013, Introduction to Global Business: Understanding the International Environment & Global Business Functions, Cengage Learning, 1 Jan 2013 – p.256 (google:Royal Dutch Shell, oldest Joint Venture company). Artikel Jurnal dan Jurnal Elektronik Buckley, P. J. & Mark C. Casson, 1998. ―Analyzing Foreign Market Entry Strategies; Extending the Internalization Approach.‖, Journal of International Business Studies, 29 (3) : 539–562 Dunning, J. H., 1995. ―Reappraising the Eclectic Paradigm in the Age of Alliance Capitalism.‖, Journal of International Business Studies, 26 : 449– 461. Johanson, J. & Fin Wiedersheim‐Paul, 1975. ―The Internationalization of the Firm—Four Swedish Cases 1.‖, Journal of Management Studies, 12 (3) : 305323. __________________________________, 1975. ―International Studies in Global Change 2: Managing Networks in International Business‖, Journal of Management Studies 12 (1975): 305-22. Johanson, J. & Jan-Erik Vahlne, 1977. The Internationalization Process of the Firm-A Model of Knowledge Development and Increasing Foreign Market Commitments‖, Journal of International Business Studies, 8 (1) : 2332. Müller, Thomas, & Monika Schnitzer, 2006. ―Technology Transfer and Spillovers in International Joint Ventures‖, Journal of International Economics, 68 : 456-468 Ruiz-Moreno, Felipe, et al., 2007. ―Two-Stage Choice Process of FDI: Ownership Structure and Diversivcation Mode‖, Journal of Business Research, 60 (7) : 795-805. Jurnal Hubungan Internasional □ Tahun VII, No.2, Juli – Desember 2014 | 179 Siti Nur Hasanah Artikel Online Business Week, t.t, Company Overview of Aera Energy LLC [online]. Dalam:http://investing.businessweek.com/research/stocks/private /snapshot.asp?privcapId=4163037 [diakses 15 Juli 2014] Funding Universe, 2014, BHP Billiton History [online]. Dalam : http://www.fundinguniverse.com/company-histories/bhp-billitonhistory/ [diakses 6 Juni 2014] __________________, t.t, Lubrizol Corporation History [online] http://www.fundinguniverse.com/company-histories/the-lubrizolcorporation-history/ [diakses 16 Juni 2014] Fisheries Research Service, t.t, Brent Spar [pdf]. Dalam : http://www.scotland.gov.uk/Uploads/Documents/AE07Brent2004 .pdf [diakses 14 Juli 2014] Golf the United States, t.t, Black Gold Golf Club - Southern California's Oil for Golf Program [online]. Dalam : http://www.golftheunitedstates.com/story/284 [diakses 17 Juni 2014]. Infineum, t.t, Infineum Worldwide Joint Venture Open for Business [online]. Dalam : http://www.infineum.com/Pages/news19990115.aspx [diakses 14 Juni 2014]. Lubrizol, 2014, Lubrizol [online]. Dalam : http://www.lubrizol.com/OurCompany/About-Lubrizol.html [diakses 11 Juni 2014]. Reuters, t.t, Can We Really Do Without Coal? [online]. Dalam : http://in.reuters.com/article/2014 /06/ 23 /climatechange-coalkemp-idINL6N0P13ST20140623 [diakses 15 Juli 2014] Rigzone, 2014, Kashagan Appoints Exxon Executive To Run Troubled Oil Venture [online]. Dalam : http://www.rigzone.com/news/oil_gas/a/133458/Kashagan_App oints_Exxon_Executive_To_Run_Troubled_Oil_Venture#sthash.gJ66 hSMD.dpuf [diakses 18 Juli 2014] Shell Global, t.t, Future of Energy [online]. Dalam: http://www.shell.com/global/future-energy.html [diakses 7 Juni 2014]. Stewart, Milton R. & Ryan D. Maughn, t.t, International Joint Ventures, A Practical Approach [online]. Dalam : http://www.dwt.com/files/Publication/1b841dbe-3453-4983-97cdd6f5b44e5b2f/Presentation/ PublicationAttachment/.d38fc0-1cc34c3e-b91f-d8aacd2ce6d1/International%20Joint%20 Ventures%20Article_Stewart.pdf [diakses 8 Juli 2014] Oil and Gas Financial Journal, t.t, California’s Aera Energy Again No. 1 Among Private Producers [online]. Dalam : 180 | Jurnal Hubungan Internasional □ Tahun VII, No.2, Juli – Desember 2014 Kemenangan Shell dalam Kompetisi Pasar Industri Energi Global http://www.ogfj.com/articles/print/volume-3/issue7/features/californiarsquos-aera-energy-again-no-1-among-privateproducers-in-ogfj100p.html [diakses 6 Februari 2013] Shell, t.t, Research Centers [online]. Dalam : http://www.shell.com/global/products-services/solutions-forbusinesses/commercial-fuels/fuels-innovation/researchcentres.html [diakses 9 Juni 2014] _____, t.t. Shaping the Energy Future Through Ivonation [online]. Dalam : http://www.shell.com/global/future-energy/shaping-future.html [diakses 7 Juni 2014] _____, t.t. Shell Energy Scenarios to 2050 [pdf]. Dalam : http://s00.staticshell.com/content/dam/shell/static/futureenergy/downloads/shell-scenarios/shell-energy-scenarios2050.pdf [diakses 20 Juli 2014] ______, t.t, Technology Innovation [online]. Dalam : http://www.shell.com/global/products-services/solutions-forbusinesses/lubes/technology-leadership/technologyinnovation.html [diakses 8 Juni 2014] Susman, Gerald I., 2007. Small and Medium-sized Enterprises and the Global Economy. Cheltenham : Edward Elgar Publishing. The Free Library, t.t, Exxon and Shell to Form Petroleum Additives Joint Venture [online]. Dalam : http://www.thefreelibrary.com/Exxon+and+Shell+to+form+petrol eum+additives+joint+venture.-a018489860 [diakses pada 7 Juni 2014]. The Library of Congress, t.t, Business Reference Services, History of the Oil and Gas Industry [online]. Dalam : http://www.loc.gov/rr/business/BERA/issue5/history.html [diakses pada 16 Juni 2014] Vernon, Raymond, 1966. The Product Life Cycle [pdf]. Dalam http://db.lib.uidaho.edu/ereserve/courses/b/business/380_01/lif e.pdf [diakses 15 Juni 2014] Journal from The Norwegian Petoleum Directorate http://www.npd.no/ Global/Engelsk/3Publications/Norwegian-Continental-Shelf/No-22012/NCS_no_2_2012.pdf [diakses 4 February 2014] Aera Energy and Toll Brothers Partnership to Develop 1,035 More Homesites In California's Orange County. dalam http://www.thefreelibrary.com/Aera+Energy +and+ Toll +Brothers+Partnership+to+Develop+1,035+More...-a082550471 [diakses 13 Juli 2014] Jurnal Hubungan Internasional □ Tahun VII, No.2, Juli – Desember 2014 | 181 Siti Nur Hasanah Situs Resmi Online NAM Aardolie Maatschappij BV, t.t, http://www.nam.nl/en.html [diakses 23 Juni 2014] Media Massa Online Bloomberg, 2011, BP Buys Control of CNAA Ethanol Producer to Expand in Brazil [online]. Dalam : http://www.bloomberg.com/news/2011-0311/bp-buys-control-of-cnaa-ethanol-producer-to-expand-inbrazil.html [diakses 17 Juni 2014]. __________, 2005, Shell, Exxon Tap Oil Sands, Gas as Reserves Dwindle [online].Dalam:http://www.bloomberg.com/apps/news?pid=news archive&sid=a3Iz1vRFvXuI [diakses 22 Juni 2014] Bloomberg Business Week, 2012, Shell-Exxon Venture Reports Natural Gas Discovery [online]. Dalam : http://www.businessweek.com/ap/financialnews/D9S5K7PO0.ht m [diakses 22 Juli 2014] NY Times, 1996, Shell and Exxon Plan Merger of Fuel Additives Businesses http://www.nytimes.com/1996/07/11/business/shell-and-exxonplan-merger-of-fuel-additives-businesses.html [diakses 16 Juni 2014] Telegraph, t.t, Shell and ExxonMobile Drop Plans for Infineum Sale [online]. Dalam:http://www.telegraph.co.uk/finance/newsbysector/energy /2793970/Shell-and-ExxonMobil-drop-plans-for-Infineum-sale.html [diakses 16 Juni 2014] The Moscow Times, 2013, Nederland Rusland 2013 [online]. Dalam : http://www.nlrf2013.nl/wp-content/uploads/2013/11/MoscowTimes-bijlage.pdf?ee66d4 [diakses 6 February 2014] 182 | Jurnal Hubungan Internasional □ Tahun VII, No.2, Juli – Desember 2014