EFEKTIVITAS PENDEKATAN PEMBELAJARAN SCIENTIFIC TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X TKJ SMK NEGERI 3 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Dyah Oktaviani1, Hj. Nurhayati, M.Pd.2, J. Albert Barus, M.Pd3 1 Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Alam, STKIP-PGRI Lubuklinggau, Jl. Mayor Toha Lubuklinggau, Indonesia ABSTRAK Skripsi ini berjudul “Efektivitas Pendekatan Pembelajaran Scientific Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X TKJ SMK Negeri 3 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar fisika siswa kelas X TKJ SMK Negeri 3 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016 setelah diterapkan pendekatan pembelajaran scientific secara signifikan meningkat. Jenis penelitian ini adalah eksperimen, dengan desain yang digunakan adalah one-group Pre-test and Post-test. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X TKJ SMK Negeri 3 Lubuklinggau yang berjumlah 98 siswa. Satu kelas diambil sebagai sampel secara acak, yaitu kelas X TKJ 3 berjumlah 33 siswa sebagai kelas eksperimen. Hasil penelitian yang diperoleh data skor tes akhir dianalisis dengan menggunakan uji t. Berdasarkan hasil analisis data dengan taraf kepercayaan α = 0,05 didapat thitung (32,35) dan ttabel (1,69) karena thitung ห ttabel, dengan rata-rata hasil belajar post-test siswa sebesar 87,18 sedangkan rata-rata hasil pre-test siswa sebesar 33,45. Berdasarkan perbandingan hasil pre-test dan post-test dapat diketahui adanya peningkatan rata-rata nilai sebesar 53,73 dan setelah dilakukan perbandingan hasil pre-test dan post-test dengan gain skor ada peningkatan sebesar 1,32, sedangkan aktivitas belajar siswa meningkat dengan persentase rata-rata 72,66%, maka diperoleh simpulan bahwa efektivitas pendekatan pembelajaran scientific pada pelajaran fisika siswa kelas X TKJ SMK Negeri 3 Lubuklinggau tahun pelajaran 2015/2016 secara signifikan meningkat. Kata Kunci: Pendekatan Pembelajaran Scientific, Hasil Belajar. A. Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat menuntut sumber daya manusia yang berkualitas untuk mencapai tujuan pembangunan, salah satu faktor untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah pendidikan yang berkualitas. Kualitas pendidikan dapat terlihat dari keberhasilan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Keberhasilan pembelajaran tersebut dipengaruhi oleh peranan seorang guru, pemahaman guru terhadap materi pelajaran. Salah satu mata pelajaran yang membutuhkan peranan guru adalah fisika. Berdasarkan hasil wawancara dan obervasi yang dilakukan peneliti dengan guru fisika TKJ SMK Negeri 3 Lubuklinggau, diperoleh permasalahan yang dapat diidentifikasi sebagai berikut : (1) kegiatan pembelajaran yang berlangsung kurang mengajak siswa untuk dapat melakukan kegiatan mengamati permasalahan yang berkaitan dengan materi yang dipelajari, baik secara langsung maupun melalu media, (2) siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran, seperti kurang memberikan respon terhadap penjelasan guru, jarang bertanya maupun mengemukakan atau mengkomunikasikan pendapatnya karena terbiasa hanya mendengarkan penjelasan dari guru, (3) siswa belum diarahkan untuk menggunakan kemampuan berpikirnya dalam menyelesaikan suatu permasalahan secara sistematik. Dalam hal ini, peneliti mencoba mencari solusi dan melihat teori-teori yang mendukung untuk mengatasi permasalahan tersebut. Solusi yang dapat ditempuh yaitu dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang efektif sehingga memungkinkan terciptanya pembelajaran yang berpusat pada siswa sehingga pembelajaran terasa menyenangkan, tidak membosankan. Salah satu pendekatan yang bisa diterapkan untuk dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa adalah dengan menggunakan pendekatan pembelajaran scientific. Majid (2014:95) menyatakan bahwa “pendekatan pembelajaran scientific dimaksud untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah. Kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber observasi, bukan diberi tahu”. Melalui pendekatan pembelajaran scientific ini, siswa mampu merumuskan masalah dengan banyak bertanya, bukan hanya sekedar menyelesaikan masalah dengan menjawab saja. Pendekatan pembelajaran scientific ini diarahkan untuk melatih siswa berpikir kritis dan bukan hanya mendengarkan dan menghapal semata. Pendekatan ini juga mengedepankan kondisi siswa yang berperilaku ilmiah dengan bersama-sama diajak mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan, menyimpulkan dan kemudian mengkomunikasikan apa yang diperoleh. Berdasarkan latar belakang penelitian, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah penggunaan pendekatan pembelajaran scientific efektif meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas X TKJ SMK Negeri 3 Lubuklinggau?. 2. Bagaimana aktivitas belajar siswa kelas X TKJ SMK Negeri 3 Lubuklinggau dengan pendekatan pembelajaran scientific ?. Sejalan dengan rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui keefektifan hasil belajar fisika siswa kelas X TKJ SMK Negeri 3 Lubuklinggau setelah menggunakan pendekatan pembelajaran scientific. 2. Untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa kelas X TKJ SMK Negeri 3 Lubuklinggau dengan pendekatan pembelajaran scientific. B. Landasan Teori 1) Efektivitas Pembelajaran Menurut Sadiman (dalam Trianto, 2009:20), keefektifan adalah hasil guna yang diperoleh setelah pelaksanaan proses belajar mengajar. Menurut Tim Pembina Mata Kuliah Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya (dalam Trianto, 2009:20), keefektifan mengajar dalam proses interaksi belajar yang baik adalah segala daya upaya guru untuk membantu para siswa agar bisa belajar dengan baik. Untuk mengetahui keefektifan mengajar, dengan memberikan tes, sebab hasil tes dapat dipakai untuk mengevaluasi berbagai aspek proses pengajaran (Trianto, 2009:20). Keefektifan pembelajaran dapat dilihat secara klasikal jika 85% siswa mencapai KKM, dan jika siswa yang tuntas hanya mencapai 75% maka siswa akan diberikan remidi, siswa mencapai ketuntasan 85% diberikan pengayaan dan jika 85% secara individual siswa sudah tuntas diberikan izin akselerasi/percepatan. 2) Pengertian Belajar Menurut Slameto (2003:2), bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri interaksi dengan lingkungannya. Menurut Gagne (dalam Suprijono, 2009:2) belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah. Menurut Traves (dalam Suprijono, 2009:2) belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku. Dari beberapa pendapat yang diuraikan dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses interaksi antara manusia dengan lingkungan yang dilakukan secara terencana untuk mencapai pemahaman, keterampilan, dan sikap yang diinginkan. Sehingga terjadi perubahan pada diri seseorang dari hasil belajar tersebut. 3) Pengertian Hasil Belajar Menurut Bloom (dalam Suprijono,2009:6) hasil belajar mencangkup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil perubahan tingkah laku siswa secara keseluruhan. Hasil belajar merupakan suatu ukuran berhasil atau tidaknya seseorang siswa dalam proses belajar mengajar. Hamalik (2008:30) menyatakan bahwa hasil belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Perubahan perilaku dalam belajar mencakup seluruh aspek pribadi peserta didik, yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil perubahan tingkah laku siswa, perubahan tingkah laku ini meliputi segenap ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Bloom dalam (Suprijono, 2009: 6) menyatakan bahwa hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pada penelitian ini, penulis hanya akan mengungkapkan hasil belajar pada ranah kogitif saja. 4) Pendekatan Pembelajaran Scientific Menurut Daryanto (2014:51) pendekatan pembelajaran scientific dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak tergantung pada informasi searah dari guru. Menurut Majid (2014:95) menyatakan bahwa “pendekatan pembelajaran scientific dimaksud untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah. Kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber observasi, bukan diberi tahu”. Berdasarkan kedua pendapat yang diuraikan dapat disimpulkan pendekatan pembelajaran scientific merupakan pembelajaran yang dimaksudkan agar peserta didik mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah dan mendorong peserta didik dalam mencari tahu berbagai materi dari berbagai sumber. a) Langkah-Langkah Pembelajaran Scientific Langkah-langkah pembelajaran scientific menurut Majid (2014: 100-116) (1) Mengamati Kegiatan mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Dengan metode ini siswa dapat menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang diberikan oleh guru. Dalam proses mengamati ini, siswa melibatkan seluruh panca indra yang dimilikinya. (2) Menanya Pada kegiatan menanya guru membuka kesempatan secara luas peserta didik bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru harus mampu menginspirasi peserta didk untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. (3) Mengolah Pada tahapan mengolah ini peserta didik sedapat mungkin dikondisikan belajar secara kolaboratif. Peserta didiklah yang harus lebih aktif dan guru lebih bersifat direktif atau manajer belajar. Pada tahapan mengolah ini peserta didik secara bersama-sama, saling bekerjasama, saling membantu mengerjakan hasil tugas terkait dengan materi yang sedang dipelajari. (4) Mencoba Dalam memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. (5) Menyimpulkan Kegiatan menyimpulkan merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah, bisa dilakukan bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau bisa juga dikerjakan sendiri setelah mendengarkan hasil kegiatan mengolah informasi. (6) Menyajikan Hasil tugas yang telah dikerjakan bersama-sama secara kolaboratif dapat disajikan dalam bentuk laporan tertulis dan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan untuk portofolio kelompok atau individu. (7) Mengkomunikasikan Pada kegiatan akhir diharapkan peserta didik dapat mengkomunikasikan hasil pekerjaan yang telah disusun baik secara bersama-sama dalam kelompok atau secara individu dari hasil kesimpulan yang telah dibuat bersama. Langkah-langkah pembelajaran scientific menurut Sani (2014: 54-71) (1) Melakukan pengamatan atau observasi Mengamati atau observasi adalah menggunakan panca indra untuk memperoleh informasi. Pengamatan yang cermat sangat dibutuhkan untuk dapat menganalisis suatu permasalahan. (2) Mengajukan pertanyaan Siswa perlu dilatih untuk merumuskan pertanyaan terkait dengan topik yang akan dipelajari. Aktivitas belajar ini sangat penting untuk meningkatkan keingintahuan dalam diri siswa dan mengembangkan kemampuan mereka untuk belajar sepanjang hayat. Guru perlu mengajukan pertanyaan dalam upaya memotivasi siswa untuk mengajukan pertanyaan. (3) Melakukan eksperimen atau percobaan atau memperoleh informasi Guru dapat menugaskan siswa untuk mengumpulkan data atau informasi dari berbagai sumber. Guru perlu mengarahkan siswa dalam merencanakan aktivitas, melaksanakan aktivitas, dan melaporkan aktivitas yang telah dilakukan. (4) Mengasosiasikan atau menalar Kemampuan mengolah informasi melalui penalaran dan berpikir rasional merupakan kompetensi penting yang harus dimiliki oleh siswa. Informasi yang diperoleh dari pengamatan atau percobaan yang dilakukan harus diproses untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi, dan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan. (5) Membangun atau mengembangkan jaringan dan berkomunikasi Kemampuan untuk membangun jaringan dan berkomunikasi perlu dimiliki oleh siswa karena kompetensi tersebut sama pentingnya dengan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman. Bekerja sama dalam sebuah kelompok merupakan salah satu cara membentuk kemampuan siswa untuk dapat membangun jaringan dan berkomunikasi. 5. Tinjauan Materi Besaran dan Satuan a. Besaran Pokok Besaran pokok merupakan besaran sangat mendasar yang diperoleh melalui pengukuran (Giancoli, 2001:11). b. Besaran Turunan Besaran turunan adalah besaran yang diperoleh atau gabungangabungan dari besaran pokok. Perbedaan besaran pokok dengan besaran turunan adalah besaran turunan diperoleh dari penggabungan besaran – besaran pokok sedangkan besaran pokok sudah ditetapkan oleh para ilmuwan. c. Satuan Sistem Internasional Sistem Satuan Internasional (SI) adalah suatu sistem yang telah diolah dan dikembangkan oleh komisi teknik dan ISO (International Organization for Standardization) (Daryanto, 2001:2). 1) Mengukur panjang dengan mistar Karena satu bagian skala terkecil mistar adalah mm atau 0,1 cm maka ketelitian mistar adalah 1 mm atau 0,1 cm. 2) Mengukur panjang dengan jangka sorong Jangka sorong digunakan untuk mengukur diameter dalam suatu benda, ketebalan atau kedalaman suatu benda, digunakan untuk suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit, untuk mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang (pada pipa, maupun lainnya) dengan cara diulur, untuk mengukur kedalamanan celah/lubang pada "menancapkan/menusukkan" suatu bagian benda pengukur dengan cara Jangka sorong (Daryanto, 2001:14). 3) Mengukur panjang dengan mikrometer sekrup Mikrometer sekrup digunakan untuk mengukur dimensi (diameter) luar suatu benda yang sangat pendek atau kecil, seperti diameter kawat atau ketebalan suatu benda yang tipis. Pada batang suatu mikrometer terdapat ukuran 25 mm ( 0 – 25 mm) dibagi menjadi 25 bagian, maka 1 bagian 1 mm. Tiap-tiap strip yang berjarak 1 mm dibagi menjadi 2 bagian yang sama yaitu 0,5 mm. Pada sarung mikrometer terdapat skala pembagian sejumlah 50 strip sehingga satu keliling lingkaran pada sarung dibagi mnjadi 50 bagian yang sama. Jika sarung diputar satu kali atau 50 strip, spindle bergerak maju atu mundur satu strip (0,5 mm), maka satu strip pada sarung besarnya = 0,5 : 50 = 0,01 mm. C. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang dilakukan yaitu penelitian kuantitatif menggunakan metode penelitian eksperimen dengan one-group pretest – posttest design. Pada penelitian ini terdapat dua variabel yang diteliti, yaitu satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Pendekatanpembelajaran scientific merupakan variabel bebas, sedangkan untuk variabel terikat yaitu hasil belajar siswa. Populasi penelitian meliputi seluruh siswa kelas X SMK Negeri 3 Lubuklinggau tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 98 siswa. Sampel penelitian terdiri dari dua kelas yang dilakukan secara simple random sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu menggunakan tes dan observasi. Tes diberikan sebanyak dua kali yaitu tes kemampuan awal (pre-test) dan tes kemampuan akhir (post-test). Pre-test digunakan untuk mencari sampel apakah sampel diterima atau ditolak. Data hasil pre-test selanjutnya dianalisis dengan mencari nilai rata-rata dan simpangan baku, uji normalitas, uji hipotesis, dan uji-gain. 1. Deskripsi dan Analisis Data Observasi Observasi ini dilakukan sebanyak 2 kali oleh peneliti dan Andri Gustiana sebagai observer dengan menggunakan lembar observasi, terdiri dari 5 indikator yang berjumlah lima belas deskriptor. Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung diperoleh data hasil observasi aktivitas belajar siswa dengan menggunakan pendekatan pembelajaran scientific. Dapat dilihat bahwa data rata-rata aktivitas siswa pada pertemuan pertama adalah 64,00%, dan pada pertemuan kedua rata-rata aktivitas siswa diperoleh sebesar 81,33%, jadi rata-rata aktivitas belajar siswa pada kelas X TKJ 3 SMK Negeri 3 Lubuklinggau dengan menggunakan pendekatan pembelajaran scientific dapat dikatakan cukup. 2. Deskripsi dan Analisis Data Kemampuan Awal Siswa Pelaksanaan pre-test dilaksanakan pada pertemuan pertama yaitu pada tanggal 13 Agustus dan diikuti oleh 33 siswa pada kelas X TKJ 3 SMK Negeri 3 Lubuklinggau. Pelaksanaan pre-test bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa terhadap suatu materi yang belum dipelajari. Soal pre-test yang digunakan adalah berbentuk essay sebanyak lima soal. Rekapitulasi hasil pre-test dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Rekapitulasi hasil pre-test No 1 2 3 4 5 6 Uraian Jumlah Siswa ๐ฅ rata-rata nilai Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rentang Nilai Standar Deviasi Eksperimen 33 33,45 41 24 17 4,58 Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa siswa yang mendapat nilai lebih dari atau sama dengan KKM yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 75 dalam pre-test ini sebanyak 0 siswa (0%) dan mendapat nilai kurang dari KKM adalah sebanyak 33 siswa (100%). Nilai tertinggi pada pre-test ini adalah 41 dan yang terendah adalah 24. Rata-rata (๐ฅ) nilai secara keseluruhan adalah 33,45. 3. Deskripsi dan Analisis Data Kemampuan Akhir Siswa Pelaksanaan post-test dilaksanakan pada tanggal 3 September dan diikuti oleh 33 siswa pada kelas X TKJ 3 SMK Negeri 3 Lubuklinggau. Dari hasil perhitungan dapat dikemukakan rekapitulasi hasil dari post-test dapat dilihat pada tabel 2. No 1 2 3 4 5 6 Uraian Jumlah Siswa ๐ฅ rata-rata nilai Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rentang Nilai Standar Deviasi Tabel 2 Rekapitulasi hasil post-test Eksperimen 33 87.18 72 100 28 7,88 Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 87.18. Siswa yang mendapat nilai lebih dari 72 atau di atas KKM sebanyak 29 (87,87%) orang, sedangkan siswa yang mendapat nilai kurang dari 72 atau di bawah KKM adalah 4 (12,12%) orang. Untuk mengetahui kenormalan data pre-test dan post-test, maka digunakan uji normalitas dengan uji kecocokan ๐ 2 (Chi kuadrat). Berdasarkan ketentuan perhitungan statistik mengenai uji normalitas data dengan taraf 2 2 signifikansi ๐ผ = 0,05, jika ๐โ๐๐ก๐ข๐๐ < ๐๐ก๐๐๐๐ , maka dinyatakan bahwa data berdistribusi normal dan dalam hal lainnya tidak berdistribusi normal. Uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 3. 2 ๐โ๐๐ก๐ข๐๐ 6,2288 Tabel 3 Uji Normalitas Pre-test dan Post-test 2 Dk Kesimpulan ๐๐ก๐๐๐๐ 5 11,070 Normal Berdasarkan ketentuan pengujian uji normalitas dengan menggunakan uji ๐ 2 (chi-kuadrat) dapat disimpulkan bahwa masing-masing data baik tes awal maupun tes akhir berdistribusi normal pada taraf signifikansi ๐ผ = 0,05 dengan derajat kebebasan (dk) = 5. 4. Uji Gain Skor Untuk menguji keefektifan penggunaan pendekatan pembelajaran scientific dicari dengan menggunakan perhitungan gain skor. Kategori perolehan gain skor adalah adalah (<g>) > 0,7 = tinggi; 0,7 > (<g>) <0,3 = sedang; (<g>) < 0,3 = rendah. Dari hasil perhitungan nilai gain sebesar 1,32 yang berarti kategori yang dihasilkan pada taraf tinggi dapat diartikan bahwa penggunaan pendekatan pembelajaran scientific efektif dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas X TKJ SMK Negeri 3 Lubuklinggau tahun pelajaran 2015/2016. 5. Pengujian Hipotesis Untuk menarik kesimpulan data hasil post-test, maka dilakukan pengujian hipotesis secara statistik. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah “hasil belajar fisika dengan menggunakan pendekatan pembelajaran scientific siswa kelas X TKJ SMK Negeri 3 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016 secara signifikan efektif meningkat”. Setelah diketahui data pretest dan post-test berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji hipotesis. Data perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C. Uji hipotesis dari data pre-test dan post-test dapat dilihat pada Tabel 4. Tes thitung Tabel 4 Uji Hipotesis Post-test dk ttabel Akhir 32,35 32 1,69 Kesimpulan Ha diterima Adapun hipotesis statistik yang diujikan adalah: Ha = Capaian hasil belajar siswa setelah menggunakan pendekatan pembelajaran scientific signifikan meningkat (๐1 > µ2 ). H0 = Capaian hasil belajar siswa setelah menggunakan pendekatan pembelajaran scientific tidak meningkat (๐1 ≤ µ2 ). Selanjutnya thitung dibandingkan dengan t tabel dengan derajat kebebasan (dk) = n-1 = 32, ๐ผ = 5% diperoleh ttabel 1,69. Jika thitung ≥ ttabel berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian berdasarkan perhitungan hasil belajar siswa, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima kebenarannya, sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan pembelajaran scientific signifikan efektif meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas X TKJ SMK Negeri 3 Lubuklinggau. D. Pembahasan Kegiatan inti dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran scientific, dengan lima aktivitas ilmiah sebagai berikut: (1) Mengamati, kegiatan mengamati merupakan kegiatan yang dilakukan dengan menggunakan panca indera. Berdasarkan pada observasi yang dilakukan, dalam pendekatan pembelajaran scientific guru telah menerapkan aktivitas mengamati ini dengan baik. Kegiatan mengamati yang dilakukan antara lain mengamati gambar, mengamati percobaan dan mengamati lingkungan sekitar sekolah. Aktivitas mengamati merupakan aktivitas yang paling mudah dilaksanakan dari kelima aktivitas ilmiah dalam pendekatan pembelajaran scientific karena aktivitas mengamati dapat dilakukan dengan mengamati gambar dari buku, benda – benda di lingkungan. Rata-rata aktivitas mengamati mencapai 76,67 % dengan kriteria baik dan berdasarkan aktivitas yang lain mengamati memperoleh capaian ratarata paling besar karena siswa sangat menikmati kegiatan melihat media yang disediakan guru. (2) Menanya, aktivitas menanya dalam pendekatan pembelajaran scientific sudah terlaksana walaupun tidak semua siswa aktif dalam kegiatan menanya. Hal ini sesuai dengan hasil observasi yang telah dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung, dimana saat pembelajaran berlangsung terlihat ada beberapa siswa yang aktif bertanya kepada guru, namun juga masih terdapat siswa yang kurang aktif dalam aktivitas menanya ini. Sementara itu, untuk melaksanakan aktivitas menanya ini guru juga memberikan umpan kepada siswa agar siswa lebih tertarik terhadap pembelajaran dan menumbuhkan rasa ingin tahu siswa sehingga siswa dapat lebih aktif bertanya kepada guru. Meskipun belum dilaksanakan secara maksimal. Siswa sering bertanya tentang sesuatu hal yang belum mereka ketahui. Bahkan, terkadang siswa bertanya tentang sesuatu hal yang tidak terdapat dalam buku namun masih berhubungan dengan materi yang diajarkan. Guru juga memberikan pertanyaan yang sama kepada siswa untuk memberikan penguatan kepada siswa terkait dengan materi yang dipelajari. Beberapa siswa mengatakan bahwa mereka akan bertanya kepada guru apabila mereka tidak dapat memahami materi yang diajarkan oleh guru. Siswa juga akan bertanya kepada guru saat siswa kesulitan dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Dapat disimpulkan bahwa aktivitas menanya dalam pendekatan pembelajaran scientific sudah terlaksana dengan cukup baik. Hal ini dapat dilihat saat guru dapat meningkatkan rasa ingin tahu siswa meskipun belum semua siswa yang bertanya kepada guru saat mengalami kendala dalam pembelajaran. Rata-rata yang diperoleh dalam aktivitas menanya mencapai 70,00% dengan kriteria cukup. (3) Mencoba, aktivitas mencoba dalam pembelajaran dilaksanakan setiap pertemuan. Pada percobaan ini, siswa sangat terlihat antusias. Selama kegiatan percobaan berlangsung, guru membimbing siswa dalam pelaksanaan kegiatan percobaan. Guru memberikan penjelasan penjelasan kepada siswa tentang percobaan yang dilakukan. Hal ini dapat dilihat dari hasil rata-rata aktivitasnya mencapai 73,33% dengan kriteria cukup. Guru juga memberikan umpan – umpan kepada siswa berupa pertanyaan yang berkaitan dengan percobaan yang dilaksanakan agar siswa lebih aktif selama kegiatan percobaan berlangsung. Dalam aktivitas mencoba ini, siswa telah mengembangkan kemampuan yang dimiliki. (4) Mengasosiasikan, dari penelitian yang telah dilaksanakan diperoleh data dari observasi bahwa aktivitas menalar sudah dilaksanakan namun masih belum terlihat maksimal mengingat siswa masih belum bisa menalar tanpa bantuan dari guru. Aktivitas menalar siswa dilaksanakan berdasarkan kegiatan mengamati gambar dari buku dari percobaan yang dilaksanakan, seperti saat guru dan siswa melakukan percobaan alat ukur. Selain dari pengamatan gambar, dan pengamatan pada percobaan, kegiatan menalar siswa juga dilaksanakan berdasarkan pada teks bacaan dalam buku. Aktivitas menalar dalam pembelajaran masih belum maksimal dikarenakan perbedaan kemampuan daya tangkap siswa terhadap materi yang belum mampu diakomodasi seluruhnya oleh guru. Selain itu, kurangnya pengkondisian siswa terhadap pembelajaran juga menjadi salah satu kendala dalam penerapan aktivitas menalar ini. Dalam penerapan kegiatan menalar ini guru masih harus membantu siswa dengan memberikan umpan berupa pertanyaan kepada siswa yang berkaitan dengan materi yang dipelajari. Guru juga memberikan contoh permasalahan dan solusi untuk memancing aktivitas menalar siswa. Diharapkan, dengan umpan – umpan tersebut siswa lebih mudah melakukan penalaran terhadap materi yang dipelajari. Dilihat dari kendalanya, rata-rata aktivitas menalar masih mencapai 73,33% dengan kriteria cukup. (5) Mengkomunikasikan, berdasarkan pada penelitian yang telah dilaksanakan, aktivitas yang dilaksanakan antara lain dengan mengkomunikasikan hasil tugas, hasil diskusi, hasil percobaan, serta menyampaikan pendapat dan kesimpulan yang terkait dengan materi yang telah dipelajari. Berdasarkan pada fakta di lapangan, saat kegiatan – kegiatan tersebut dilaksanakan, guru meminta siswa untuk maju ke depan dan membacakan hasil tugasnya. Rata-rata aktivitasnya cukup dengan capaian 70,00%. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan pada pertemuan I, dapat dilihat bahwa penerapan pendekatan pembelajaran scientific belum secara optimal dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Penyebab utama adalah siswa yang kurang aktif pada saat pembelajaran dan belum berani untuk bertanya pada saat proses pembelajaran. Hal tersebut berdampak pada persentase aktivitas siswa, pada aktivitas mengamati, menanya dan mencoba hanya 66,67%, sedangkan mengosiasikan dan mengkomunikasikan hanya 60,00%. Secara keseluruhan jika dirata-ratakan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran scientific pada pertemuan pertama persentasenya masih 64,00% dengan kriteria cukup. Hasil kerja yang diperoleh pada masig-masing kelompok pada kegiatan LKS 1 adalah kelompok 1, mendapatkan nilai 62, kelompok 2 bernilai 38, kelompok 3 bernilai 52, kelompok 4 bernilai 62 dan kelompok 5 bernilai 52. Adapun kesimpulannya adalah terdapat kelompok yang masih belum mampu membuat kesimpulan akhir pada LKS, ada kelompok yang kurang teliti. Pada pertemuan II, terlihat aktivitas siswa mengalami peningkatan. Secara klasikal, rata-rata aktivitas siswa sudah mencapai 81,33% . Aktivitas siswa didominasi oleh aktivitas mengamati 86,67%, aktivitas menanya 73,33%. Pada aktivitas menanya siswa semakin berani bertanya dan berpendapat atau menjawab pertanyaan temannya atau guru ataupun mengungkapkan ide-idenya. Keberanian siswa untuk mengemukakan pendapat juga semakin meningkat. Para siswa berlomba-lomba untuk memperoleh pertanyaan dan menjawab pertanyaannya dengan tepat. Aktivitas mencoba 80,00%, mengasosiasikan 86,67% dan mengkomunikasikan 80,00%. Mengkomunikasikan hasil diskusi di depan kelas yang dilakukan siswa pada pertemuan pertama masih kurang optimal, karena siswa masih merasa malu, takut salah, tidak percaya diri dan masih saling tunjuk dengan teman yang lainnya. Dari data hasil LKS menunjukkan bahwa kelompok 1 mendapat nilai 77, kelompok 2 mendapat nilai 71, kelompok 3 mendapat nilai 68, kelompok 4 mendapat nilai 83, dan kelompok 5 mendapat nilai 74. Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa setiap kelompok sudah mampu mengisi kegiatan dalam LKS dengan baik. Pada pertemuan kedua siswa sudah terlibat aktif, siswa lebih merasa senang dan antusias menggunakan alat yang disediakan guru untuk menyelesaikan masalah, terlebih lagi pada saat siswa menunjukkan hasil diskusi dengan menggunakan media tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterlaksanaan pendekatan pembelajaran scientific mengalami peningkatan. Rata-rata ( x ) nilai pre-test berdasarkan hasil perhitungan diperoleh ( x ) = 33,45, s = 4,58. Rata-rata ( x ) nilai secara keseluruhan dari hasil post-test berdasarkan hasil perhitungan diperoleh ( x ) = 87,18, s = 7,88 ๐๐๐ ๐ 2 โ๐๐ก๐ข๐๐ (6,2288), ๐ 2 ๐ก๐๐๐๐ (11,070) , sehingga ๐ 2 โ๐๐ก๐ข๐๐ < ๐ 2 ๐ก๐๐๐๐ , maka dapat dikatakan data berdistribusi normal. Setelah dilakukan perbandingan hasil pre-test dan post-test dengan gain skor maka dapat diketahui bahwa adanya peningkatan sebesar 1,32 yang diperoleh siswa setelah menggunakan pendekatan pembelajaran scientific. Hasil ini menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar fisika siswa kelas X TKJ 3 SMK Negeri 3 Tahun Pelajaran 2015/2016 setelah pembelajaran scientific dapat dikatakan meningkat. diterapkan pendekatan Setelah dilaksanakan tes akhir diperoleh data pada kelas eksperimen, Hasil penelitian setelah dilakukan uji hipotesis yaitu uji t, diperoleh t hitung (32,35) sedangkan ttabel (1,69) dengan t hitung > ttabel maka H0 ditolak dan hipotesis dalam penelitian ini diterima dengan taraf signifikansi 0,05 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan pendekatan pembelajaran scientific signifikan efektif meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas X TKJ SMK Negeri 3 Lubuklinggau. E. PENUTUP 1. Kesimpulan Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh bahwa ๐กโ๐๐ก๐ข๐๐ 32,35 > ๐ก๐ก๐๐๐๐ (1,69) dengan rata-rata hasil belajar post-test siswa sebesar 87,18 sedangkan rata-rata hasil pre-test siswa sebesar 33,45. Berdasarkan perbandingan hasil pre-test dan post-test dapat diketahui adanya peningkatan rata-rata nilai sebesar 53,73 dan setelah dilakukan perbandingan hasil pre-test dan post-test dengan gain skor ada peningkatan sebesar 1,32, sedangkan aktivitas belajar siswa meningkat dengan persentase rata-rata 72,66%, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan pembelajaran scientific signifikan efektif meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas X TKJ SMK Negeri 3 Lubuklinggau. 2. Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat disampaikan sebagai berikut: a. Guru menggunakan pendekatan pembelajaran scientific sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran fisika di kelas. b. Dengan menggunakan pendekatan pembelajaran scientific, guru hendaklah lebih kreatif berinovasi terhadap metode pembelajaran modern yang ada. c. Dalam menggunakan pendekatan pembelajaran scientific dibutuhkan perencanaan yang baik dengan pengelolaan waktu yang tepat. DAFTAR PUSTAKA Trianto. 2009. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. Slameto. 2003. Belajar Jakarta:Rineka Cipta. dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Majid, Abdul. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Kajian Teoritis dan Praktis. Bandung: Interes Media. Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Jilid 1. Jakarta: Erlangga Sani, Ridwan Abdullah. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta : Bumi Aksara