efektivitas pendekatan pembelajaran scientific terhadap hasil

advertisement
EFEKTIVITAS PENDEKATAN PEMBELAJARAN SCIENTIFIC
TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X TKJ SMK
NEGERI 3 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Dyah Oktaviani1, Hj. Nurhayati, M.Pd.2, J. Albert Barus, M.Pd3
1
Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika
dan Ilmu Alam, STKIP-PGRI Lubuklinggau,
Jl. Mayor Toha Lubuklinggau, Indonesia
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Efektivitas Pendekatan Pembelajaran Scientific Terhadap Hasil
Belajar Fisika Siswa Kelas X TKJ SMK Negeri 3 Lubuklinggau Tahun Pelajaran
2015/2016”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar fisika siswa
kelas X TKJ SMK Negeri 3 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016 setelah
diterapkan pendekatan pembelajaran scientific secara signifikan meningkat. Jenis
penelitian ini adalah eksperimen, dengan desain yang digunakan adalah one-group
Pre-test and Post-test. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X
TKJ SMK Negeri 3 Lubuklinggau yang berjumlah 98 siswa. Satu kelas diambil
sebagai sampel secara acak, yaitu kelas X TKJ 3 berjumlah 33 siswa sebagai kelas
eksperimen. Hasil penelitian yang diperoleh data skor tes akhir dianalisis dengan
menggunakan uji t. Berdasarkan hasil analisis data dengan taraf kepercayaan α =
0,05 didapat thitung (32,35) dan ttabel (1,69) karena thitung หƒ ttabel, dengan rata-rata hasil
belajar post-test siswa sebesar 87,18 sedangkan rata-rata hasil pre-test siswa sebesar
33,45. Berdasarkan perbandingan hasil pre-test dan post-test dapat diketahui adanya
peningkatan rata-rata nilai sebesar 53,73 dan setelah dilakukan perbandingan hasil
pre-test dan post-test dengan gain skor ada peningkatan sebesar 1,32, sedangkan
aktivitas belajar siswa meningkat dengan persentase rata-rata 72,66%, maka
diperoleh simpulan bahwa efektivitas pendekatan pembelajaran scientific pada
pelajaran fisika siswa kelas X TKJ SMK Negeri 3 Lubuklinggau tahun pelajaran
2015/2016 secara signifikan meningkat.
Kata Kunci: Pendekatan Pembelajaran Scientific, Hasil Belajar.
A. Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat menuntut sumber
daya manusia yang berkualitas untuk mencapai tujuan pembangunan, salah satu
faktor untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah pendidikan yang
berkualitas. Kualitas pendidikan dapat terlihat dari keberhasilan kegiatan
pembelajaran
yang
dilaksanakan.
Keberhasilan
pembelajaran
tersebut
dipengaruhi oleh peranan seorang guru, pemahaman guru terhadap materi
pelajaran. Salah satu mata pelajaran yang membutuhkan peranan guru adalah
fisika.
Berdasarkan hasil wawancara dan obervasi yang dilakukan peneliti dengan
guru fisika TKJ SMK Negeri 3 Lubuklinggau, diperoleh permasalahan yang
dapat diidentifikasi sebagai berikut : (1) kegiatan pembelajaran yang berlangsung
kurang
mengajak
siswa
untuk
dapat
melakukan kegiatan
mengamati
permasalahan yang berkaitan dengan materi yang dipelajari, baik secara langsung
maupun melalu media, (2) siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran, seperti
kurang memberikan respon terhadap penjelasan guru, jarang bertanya maupun
mengemukakan atau mengkomunikasikan pendapatnya karena terbiasa hanya
mendengarkan penjelasan dari guru, (3) siswa belum diarahkan untuk
menggunakan kemampuan berpikirnya dalam menyelesaikan suatu permasalahan
secara sistematik.
Dalam hal ini, peneliti mencoba mencari solusi dan melihat teori-teori yang
mendukung untuk mengatasi permasalahan tersebut. Solusi yang dapat ditempuh
yaitu dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang efektif sehingga
memungkinkan terciptanya pembelajaran yang berpusat pada siswa sehingga
pembelajaran terasa menyenangkan, tidak membosankan. Salah satu pendekatan
yang bisa diterapkan untuk dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa
adalah dengan menggunakan pendekatan pembelajaran scientific.
Majid (2014:95) menyatakan bahwa “pendekatan pembelajaran scientific
dimaksud untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal,
memahami
berbagai
materi
menggunakan
pendekatan
ilmiah.
Kondisi
pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik
dalam mencari tahu dari berbagai sumber observasi, bukan diberi tahu”. Melalui
pendekatan pembelajaran scientific ini, siswa mampu merumuskan masalah
dengan banyak bertanya, bukan hanya sekedar menyelesaikan masalah dengan
menjawab saja. Pendekatan pembelajaran scientific ini diarahkan untuk melatih
siswa berpikir kritis dan bukan hanya mendengarkan dan menghapal semata.
Pendekatan ini juga mengedepankan kondisi siswa yang berperilaku ilmiah
dengan bersama-sama diajak mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
mengasosiasikan, menyimpulkan dan kemudian mengkomunikasikan apa yang
diperoleh.
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Apakah penggunaan pendekatan pembelajaran scientific efektif meningkatkan
hasil belajar fisika siswa kelas X TKJ SMK Negeri 3 Lubuklinggau?.
2. Bagaimana aktivitas belajar siswa kelas X TKJ SMK Negeri 3 Lubuklinggau
dengan pendekatan pembelajaran scientific ?.
Sejalan dengan rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui keefektifan hasil belajar fisika siswa kelas X TKJ SMK
Negeri 3 Lubuklinggau setelah menggunakan pendekatan pembelajaran
scientific.
2. Untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa kelas X TKJ SMK
Negeri 3 Lubuklinggau dengan pendekatan pembelajaran scientific.
B. Landasan Teori
1) Efektivitas Pembelajaran
Menurut Sadiman (dalam Trianto, 2009:20), keefektifan adalah hasil
guna yang diperoleh setelah pelaksanaan proses belajar mengajar. Menurut
Tim Pembina Mata Kuliah Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya
(dalam Trianto, 2009:20), keefektifan mengajar dalam proses interaksi
belajar yang baik adalah segala daya upaya guru untuk membantu para siswa
agar bisa belajar dengan baik. Untuk mengetahui keefektifan mengajar,
dengan memberikan tes, sebab hasil tes dapat dipakai untuk mengevaluasi
berbagai
aspek
proses
pengajaran (Trianto,
2009:20).
Keefektifan
pembelajaran dapat dilihat secara klasikal jika 85% siswa mencapai KKM,
dan jika siswa yang tuntas hanya mencapai 75% maka siswa akan diberikan
remidi, siswa mencapai ketuntasan 85% diberikan pengayaan dan jika 85%
secara individual siswa sudah tuntas diberikan izin akselerasi/percepatan.
2) Pengertian Belajar
Menurut Slameto (2003:2), bahwa belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
interaksi dengan lingkungannya.
Menurut Gagne (dalam Suprijono, 2009:2) belajar adalah perubahan
disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas.
Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses
pertumbuhan seseorang secara alamiah. Menurut Traves (dalam Suprijono,
2009:2) belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku.
Dari beberapa pendapat yang diuraikan dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah proses interaksi antara manusia dengan lingkungan yang
dilakukan secara terencana untuk mencapai pemahaman, keterampilan, dan
sikap yang diinginkan. Sehingga terjadi perubahan pada diri seseorang dari
hasil belajar tersebut.
3) Pengertian Hasil Belajar
Menurut Bloom (dalam Suprijono,2009:6) hasil belajar mencangkup
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Jadi dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar merupakan hasil perubahan tingkah laku siswa secara
keseluruhan.
Hasil belajar merupakan suatu ukuran berhasil atau tidaknya seseorang
siswa dalam proses belajar mengajar. Hamalik (2008:30) menyatakan bahwa
hasil belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut,
misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi
mengerti. Perubahan perilaku dalam belajar mencakup seluruh aspek pribadi
peserta didik, yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil perubahan
tingkah laku siswa, perubahan tingkah laku ini meliputi segenap ranah
kognitif, afektif dan psikomotorik. Bloom dalam (Suprijono, 2009: 6)
menyatakan bahwa hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Pada penelitian ini, penulis hanya akan mengungkapkan hasil
belajar pada ranah kogitif saja.
4) Pendekatan Pembelajaran Scientific
Menurut Daryanto (2014:51) pendekatan pembelajaran scientific
dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam
mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah,
bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak tergantung
pada informasi searah dari guru.
Menurut
Majid
(2014:95)
menyatakan
bahwa
“pendekatan
pembelajaran scientific dimaksud untuk memberikan pemahaman kepada
peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan
pendekatan ilmiah. Kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta
diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai
sumber observasi, bukan diberi tahu”.
Berdasarkan kedua pendapat yang diuraikan dapat disimpulkan
pendekatan
pembelajaran
scientific
merupakan
pembelajaran
yang
dimaksudkan agar peserta didik mengenal, memahami berbagai materi
menggunakan pendekatan ilmiah dan mendorong peserta didik dalam
mencari tahu berbagai materi dari berbagai sumber.
a) Langkah-Langkah Pembelajaran Scientific
Langkah-langkah pembelajaran scientific menurut Majid (2014: 100-116)
(1) Mengamati
Kegiatan mengamati mengutamakan kebermaknaan proses
pembelajaran (meaningfull learning). Dengan metode ini siswa dapat
menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis
dengan materi pembelajaran yang diberikan oleh guru. Dalam proses
mengamati ini, siswa melibatkan seluruh panca indra yang
dimilikinya.
(2) Menanya
Pada kegiatan menanya guru membuka kesempatan secara luas
peserta didik bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak,
dibaca atau dilihat. Guru harus mampu menginspirasi peserta didk
untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan,
dan pengetahuannya.
(3) Mengolah
Pada tahapan mengolah ini peserta didik sedapat mungkin
dikondisikan belajar secara kolaboratif. Peserta didiklah yang harus
lebih aktif dan guru lebih bersifat direktif atau manajer belajar. Pada
tahapan mengolah ini peserta didik secara bersama-sama, saling
bekerjasama, saling membantu mengerjakan hasil tugas terkait dengan
materi yang sedang dipelajari.
(4) Mencoba
Dalam memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta
didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk
materi atau substansi yang sesuai.
(5) Menyimpulkan
Kegiatan menyimpulkan merupakan kelanjutan dari kegiatan
mengolah, bisa dilakukan bersama-sama dalam satu kesatuan
kelompok, atau bisa juga dikerjakan sendiri setelah mendengarkan
hasil kegiatan mengolah informasi.
(6) Menyajikan
Hasil tugas yang telah dikerjakan bersama-sama secara
kolaboratif dapat disajikan dalam bentuk laporan tertulis dan dapat
dijadikan sebagai salah satu bahan untuk portofolio kelompok atau
individu.
(7) Mengkomunikasikan
Pada
kegiatan
akhir
diharapkan
peserta
didik
dapat
mengkomunikasikan hasil pekerjaan yang telah disusun baik secara
bersama-sama dalam kelompok atau secara individu dari hasil
kesimpulan yang telah dibuat bersama.
Langkah-langkah pembelajaran scientific menurut Sani (2014: 54-71)
(1) Melakukan pengamatan atau observasi
Mengamati atau observasi adalah menggunakan panca indra
untuk memperoleh informasi. Pengamatan yang cermat sangat
dibutuhkan untuk dapat menganalisis suatu permasalahan.
(2) Mengajukan pertanyaan
Siswa perlu dilatih untuk merumuskan pertanyaan terkait dengan
topik yang akan dipelajari. Aktivitas belajar ini sangat penting untuk
meningkatkan keingintahuan dalam diri siswa dan mengembangkan
kemampuan mereka untuk belajar sepanjang hayat. Guru perlu
mengajukan pertanyaan dalam upaya memotivasi siswa untuk
mengajukan pertanyaan.
(3) Melakukan eksperimen atau percobaan atau memperoleh informasi
Guru dapat menugaskan siswa untuk mengumpulkan data atau
informasi dari berbagai sumber. Guru perlu mengarahkan siswa dalam
merencanakan aktivitas, melaksanakan aktivitas, dan melaporkan
aktivitas yang telah dilakukan.
(4) Mengasosiasikan atau menalar
Kemampuan mengolah informasi melalui penalaran dan berpikir
rasional merupakan kompetensi penting yang harus dimiliki oleh
siswa. Informasi yang diperoleh dari pengamatan atau percobaan yang
dilakukan harus diproses untuk menemukan keterkaitan satu informasi
dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi,
dan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan.
(5) Membangun atau mengembangkan jaringan dan berkomunikasi
Kemampuan untuk membangun jaringan dan berkomunikasi
perlu dimiliki oleh siswa karena kompetensi tersebut sama pentingnya
dengan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman. Bekerja sama
dalam sebuah kelompok merupakan salah satu cara membentuk
kemampuan
siswa
untuk
dapat
membangun
jaringan
dan
berkomunikasi.
5. Tinjauan Materi Besaran dan Satuan
a. Besaran Pokok
Besaran pokok merupakan besaran sangat mendasar yang diperoleh
melalui pengukuran (Giancoli, 2001:11).
b. Besaran Turunan
Besaran turunan adalah besaran yang diperoleh atau gabungangabungan dari besaran pokok. Perbedaan besaran pokok dengan besaran
turunan adalah besaran turunan diperoleh dari penggabungan besaran –
besaran pokok sedangkan besaran pokok sudah ditetapkan oleh para
ilmuwan.
c. Satuan Sistem Internasional
Sistem Satuan Internasional (SI) adalah suatu sistem yang telah
diolah dan dikembangkan oleh komisi teknik dan ISO (International
Organization for Standardization) (Daryanto, 2001:2).
1) Mengukur panjang dengan mistar
Karena satu bagian skala terkecil mistar adalah mm atau 0,1
cm maka ketelitian mistar adalah 1 mm atau 0,1 cm.
2) Mengukur panjang dengan jangka sorong
Jangka sorong digunakan untuk mengukur diameter dalam
suatu benda, ketebalan atau kedalaman suatu benda, digunakan untuk
suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit, untuk mengukur sisi
dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang (pada pipa, maupun
lainnya) dengan cara diulur, untuk mengukur kedalamanan
celah/lubang
pada
"menancapkan/menusukkan"
suatu
bagian
benda
pengukur
dengan
cara
Jangka
sorong
(Daryanto, 2001:14).
3) Mengukur panjang dengan mikrometer sekrup
Mikrometer sekrup digunakan untuk mengukur dimensi
(diameter) luar suatu benda yang sangat pendek atau kecil, seperti
diameter kawat atau ketebalan suatu benda yang tipis. Pada batang
suatu mikrometer terdapat ukuran 25 mm ( 0 – 25 mm) dibagi
menjadi 25 bagian, maka 1 bagian 1 mm. Tiap-tiap strip yang berjarak
1 mm dibagi menjadi 2 bagian yang sama yaitu 0,5 mm. Pada sarung
mikrometer terdapat skala pembagian sejumlah 50 strip sehingga satu
keliling lingkaran pada sarung dibagi mnjadi 50 bagian yang sama.
Jika sarung diputar satu kali atau 50 strip, spindle bergerak maju atu
mundur satu strip (0,5 mm), maka satu strip pada sarung besarnya =
0,5 : 50 = 0,01 mm.
C. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan yaitu penelitian kuantitatif menggunakan
metode penelitian eksperimen dengan one-group pretest – posttest design. Pada
penelitian ini terdapat dua variabel yang diteliti, yaitu satu variabel bebas dan
satu variabel terikat. Pendekatanpembelajaran scientific merupakan variabel
bebas, sedangkan untuk variabel terikat yaitu hasil belajar siswa.
Populasi penelitian meliputi seluruh siswa kelas X SMK Negeri 3
Lubuklinggau tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 98 siswa. Sampel
penelitian terdiri dari dua kelas yang dilakukan secara simple random sampling.
Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu menggunakan tes dan
observasi. Tes diberikan sebanyak dua kali yaitu tes kemampuan awal (pre-test)
dan tes kemampuan akhir (post-test). Pre-test digunakan untuk mencari sampel
apakah sampel diterima atau ditolak. Data hasil pre-test selanjutnya dianalisis
dengan mencari nilai rata-rata dan simpangan baku, uji normalitas, uji hipotesis,
dan uji-gain.
1. Deskripsi dan Analisis Data Observasi
Observasi ini dilakukan sebanyak 2 kali oleh peneliti dan Andri Gustiana
sebagai observer dengan menggunakan lembar observasi, terdiri dari 5
indikator yang berjumlah lima belas deskriptor. Berdasarkan hasil observasi
aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung diperoleh data hasil
observasi
aktivitas
belajar
siswa
dengan
menggunakan
pendekatan
pembelajaran scientific. Dapat dilihat bahwa data rata-rata aktivitas siswa
pada pertemuan pertama adalah 64,00%, dan pada pertemuan kedua rata-rata
aktivitas siswa diperoleh sebesar 81,33%, jadi rata-rata aktivitas belajar siswa
pada kelas X TKJ 3 SMK Negeri 3 Lubuklinggau dengan menggunakan
pendekatan pembelajaran scientific dapat dikatakan cukup.
2. Deskripsi dan Analisis Data Kemampuan Awal Siswa
Pelaksanaan pre-test dilaksanakan pada pertemuan pertama yaitu pada
tanggal 13 Agustus dan diikuti oleh 33 siswa pada kelas X TKJ 3 SMK Negeri
3 Lubuklinggau. Pelaksanaan
pre-test
bertujuan untuk mengetahui
kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa terhadap suatu materi yang belum
dipelajari. Soal pre-test yang digunakan adalah berbentuk essay sebanyak lima
soal. Rekapitulasi hasil pre-test dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1
Rekapitulasi hasil pre-test
No
1
2
3
4
5
6
Uraian
Jumlah Siswa
๐‘ฅ rata-rata nilai
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Rentang Nilai
Standar Deviasi
Eksperimen
33
33,45
41
24
17
4,58
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa siswa yang mendapat nilai
lebih dari atau sama dengan KKM yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 75
dalam pre-test ini sebanyak 0 siswa (0%) dan mendapat nilai kurang dari
KKM adalah sebanyak 33 siswa (100%). Nilai tertinggi pada pre-test ini
adalah 41 dan yang terendah adalah 24. Rata-rata (๐‘ฅ) nilai secara
keseluruhan adalah 33,45.
3. Deskripsi dan Analisis Data Kemampuan Akhir Siswa
Pelaksanaan post-test dilaksanakan pada tanggal 3 September dan
diikuti oleh 33 siswa pada kelas X TKJ 3 SMK Negeri 3 Lubuklinggau. Dari
hasil perhitungan dapat dikemukakan rekapitulasi hasil dari post-test dapat
dilihat pada tabel 2.
No
1
2
3
4
5
6
Uraian
Jumlah Siswa
๐‘ฅ rata-rata nilai
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Rentang Nilai
Standar Deviasi
Tabel 2
Rekapitulasi hasil post-test
Eksperimen
33
87.18
72
100
28
7,88
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang diperoleh
siswa adalah 87.18. Siswa yang mendapat nilai lebih dari 72 atau di atas
KKM sebanyak 29 (87,87%) orang, sedangkan siswa yang mendapat nilai
kurang dari 72 atau di bawah KKM adalah 4 (12,12%) orang.
Untuk mengetahui kenormalan data pre-test dan post-test, maka
digunakan uji normalitas dengan uji kecocokan ๐œ’ 2 (Chi kuadrat). Berdasarkan
ketentuan perhitungan statistik mengenai uji normalitas data dengan taraf
2
2
signifikansi ๐›ผ = 0,05, jika ๐œ’โ„Ž๐‘–๐‘ก๐‘ข๐‘›๐‘”
< ๐œ’๐‘ก๐‘Ž๐‘๐‘’๐‘™
, maka dinyatakan bahwa data
berdistribusi normal dan dalam hal lainnya tidak berdistribusi normal. Uji
normalitas dapat dilihat pada Tabel 3.
2
๐œ’โ„Ž๐‘–๐‘ก๐‘ข๐‘›๐‘”
6,2288
Tabel 3
Uji Normalitas Pre-test dan Post-test
2
Dk
Kesimpulan
๐œ’๐‘ก๐‘Ž๐‘๐‘’๐‘™
5
11,070
Normal
Berdasarkan ketentuan pengujian uji normalitas dengan menggunakan
uji ๐œ’ 2 (chi-kuadrat) dapat disimpulkan bahwa masing-masing data baik tes
awal maupun tes akhir berdistribusi normal pada taraf signifikansi ๐›ผ = 0,05
dengan derajat kebebasan (dk) = 5.
4. Uji Gain Skor
Untuk
menguji
keefektifan
penggunaan
pendekatan
pembelajaran
scientific dicari dengan menggunakan perhitungan gain skor. Kategori
perolehan gain skor adalah adalah (<g>) > 0,7 = tinggi; 0,7 > (<g>) <0,3 =
sedang; (<g>) < 0,3 = rendah. Dari hasil perhitungan nilai gain sebesar 1,32
yang berarti kategori yang dihasilkan pada taraf tinggi dapat diartikan bahwa
penggunaan pendekatan pembelajaran scientific efektif dapat meningkatkan
hasil belajar fisika siswa kelas X TKJ SMK Negeri 3 Lubuklinggau tahun
pelajaran 2015/2016.
5. Pengujian Hipotesis
Untuk menarik kesimpulan data hasil post-test, maka dilakukan
pengujian hipotesis secara statistik. Adapun hipotesis dalam penelitian ini
adalah “hasil belajar fisika dengan menggunakan pendekatan pembelajaran
scientific siswa kelas X TKJ SMK Negeri 3 Lubuklinggau Tahun Pelajaran
2015/2016 secara signifikan efektif meningkat”. Setelah diketahui data pretest dan post-test berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji hipotesis.
Data perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C. Uji hipotesis
dari data pre-test dan post-test dapat dilihat pada Tabel 4.
Tes
thitung
Tabel 4
Uji Hipotesis Post-test
dk
ttabel
Akhir
32,35
32
1,69
Kesimpulan
Ha diterima
Adapun hipotesis statistik yang diujikan adalah:
Ha = Capaian hasil belajar siswa setelah menggunakan pendekatan
pembelajaran scientific signifikan meningkat (๐œ‡1 > µ2 ).
H0 = Capaian hasil belajar siswa setelah menggunakan pendekatan
pembelajaran scientific tidak meningkat (๐œ‡1 ≤ µ2 ).
Selanjutnya thitung dibandingkan dengan t tabel dengan derajat kebebasan
(dk) = n-1 = 32, ๐›ผ = 5% diperoleh ttabel 1,69. Jika thitung ≥ ttabel berarti Ha
diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian berdasarkan perhitungan hasil
belajar siswa, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat
diterima kebenarannya, sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan
pendekatan pembelajaran scientific signifikan efektif meningkatkan hasil
belajar fisika siswa kelas X TKJ SMK Negeri 3 Lubuklinggau.
D. Pembahasan
Kegiatan inti dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran
scientific, dengan lima aktivitas ilmiah sebagai berikut: (1) Mengamati, kegiatan
mengamati merupakan kegiatan yang dilakukan dengan menggunakan panca
indera. Berdasarkan pada observasi yang dilakukan, dalam pendekatan
pembelajaran scientific guru telah menerapkan aktivitas mengamati ini dengan
baik.
Kegiatan mengamati yang dilakukan antara lain mengamati gambar,
mengamati percobaan dan mengamati lingkungan sekitar sekolah. Aktivitas
mengamati merupakan aktivitas yang paling mudah dilaksanakan dari kelima
aktivitas ilmiah dalam pendekatan pembelajaran scientific karena aktivitas
mengamati dapat dilakukan dengan mengamati gambar dari buku, benda – benda
di lingkungan. Rata-rata aktivitas mengamati mencapai 76,67 % dengan kriteria
baik dan berdasarkan aktivitas yang lain mengamati memperoleh capaian ratarata paling besar karena siswa sangat menikmati kegiatan melihat media yang
disediakan guru.
(2) Menanya, aktivitas menanya dalam pendekatan
pembelajaran scientific sudah terlaksana walaupun tidak semua siswa aktif dalam
kegiatan menanya. Hal ini sesuai dengan hasil observasi yang telah dilaksanakan
selama pembelajaran berlangsung, dimana saat pembelajaran berlangsung terlihat
ada beberapa siswa yang aktif bertanya kepada guru, namun juga masih terdapat
siswa yang kurang aktif dalam aktivitas menanya ini. Sementara itu, untuk
melaksanakan aktivitas menanya ini guru juga memberikan umpan kepada siswa
agar siswa lebih tertarik terhadap pembelajaran dan menumbuhkan rasa ingin
tahu siswa sehingga siswa dapat lebih aktif bertanya kepada guru. Meskipun
belum dilaksanakan secara maksimal. Siswa sering bertanya tentang sesuatu hal
yang belum mereka ketahui. Bahkan, terkadang siswa bertanya tentang sesuatu
hal yang tidak terdapat dalam buku namun masih berhubungan dengan materi
yang diajarkan.
Guru juga memberikan pertanyaan yang sama kepada siswa untuk
memberikan penguatan kepada siswa terkait dengan materi yang dipelajari.
Beberapa siswa mengatakan bahwa mereka akan bertanya kepada guru apabila
mereka tidak dapat memahami materi yang diajarkan oleh guru. Siswa juga akan
bertanya kepada guru saat siswa kesulitan dalam mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru.
Dapat
disimpulkan
bahwa
aktivitas
menanya
dalam
pendekatan
pembelajaran scientific sudah terlaksana dengan cukup baik. Hal ini dapat dilihat
saat guru dapat meningkatkan rasa ingin tahu siswa meskipun belum semua
siswa yang bertanya kepada guru saat mengalami kendala dalam pembelajaran.
Rata-rata yang diperoleh dalam aktivitas menanya mencapai 70,00% dengan
kriteria
cukup.
(3)
Mencoba,
aktivitas
mencoba
dalam
pembelajaran
dilaksanakan setiap pertemuan. Pada percobaan ini, siswa sangat terlihat
antusias. Selama kegiatan percobaan berlangsung, guru membimbing siswa
dalam pelaksanaan kegiatan percobaan. Guru memberikan penjelasan
penjelasan kepada siswa tentang percobaan yang dilakukan. Hal ini dapat
dilihat dari hasil rata-rata aktivitasnya mencapai 73,33% dengan kriteria cukup.
Guru juga memberikan umpan – umpan kepada siswa berupa pertanyaan
yang berkaitan dengan percobaan yang dilaksanakan agar siswa lebih aktif
selama kegiatan percobaan berlangsung. Dalam aktivitas mencoba ini, siswa
telah mengembangkan kemampuan yang dimiliki. (4) Mengasosiasikan, dari
penelitian yang telah dilaksanakan diperoleh data dari observasi bahwa aktivitas
menalar sudah dilaksanakan namun masih belum terlihat maksimal mengingat
siswa masih belum bisa menalar tanpa bantuan dari guru. Aktivitas menalar
siswa dilaksanakan berdasarkan kegiatan mengamati gambar dari buku dari
percobaan yang dilaksanakan, seperti saat guru dan siswa melakukan percobaan
alat ukur. Selain dari pengamatan gambar, dan pengamatan pada percobaan,
kegiatan menalar siswa juga dilaksanakan berdasarkan pada teks bacaan dalam
buku.
Aktivitas menalar dalam pembelajaran masih belum maksimal dikarenakan
perbedaan kemampuan daya tangkap siswa terhadap materi yang belum mampu
diakomodasi seluruhnya oleh guru. Selain itu, kurangnya pengkondisian siswa
terhadap pembelajaran juga menjadi salah satu kendala dalam penerapan
aktivitas menalar ini. Dalam penerapan kegiatan menalar ini guru masih harus
membantu siswa dengan memberikan umpan berupa pertanyaan kepada siswa
yang berkaitan dengan materi yang dipelajari. Guru juga memberikan contoh
permasalahan dan solusi untuk memancing aktivitas menalar siswa. Diharapkan,
dengan umpan – umpan tersebut siswa lebih mudah melakukan penalaran
terhadap materi yang dipelajari. Dilihat dari kendalanya, rata-rata aktivitas
menalar
masih
mencapai
73,33%
dengan
kriteria
cukup.
(5)
Mengkomunikasikan, berdasarkan pada penelitian yang telah dilaksanakan,
aktivitas yang dilaksanakan antara lain dengan mengkomunikasikan hasil tugas,
hasil diskusi, hasil percobaan, serta menyampaikan pendapat dan kesimpulan
yang terkait dengan materi yang telah dipelajari. Berdasarkan pada fakta di
lapangan, saat kegiatan – kegiatan tersebut dilaksanakan, guru meminta siswa
untuk maju ke depan dan membacakan hasil tugasnya. Rata-rata aktivitasnya
cukup dengan capaian 70,00%.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan pada pertemuan I, dapat
dilihat bahwa penerapan pendekatan pembelajaran scientific belum secara
optimal dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Penyebab utama adalah
siswa yang kurang aktif pada saat pembelajaran dan belum berani untuk bertanya
pada saat proses pembelajaran. Hal tersebut berdampak pada persentase aktivitas
siswa, pada aktivitas mengamati, menanya dan mencoba
hanya 66,67%,
sedangkan mengosiasikan dan mengkomunikasikan hanya 60,00%. Secara
keseluruhan jika dirata-ratakan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
dengan
pendekatan
pembelajaran
scientific
pada
pertemuan
pertama
persentasenya masih 64,00% dengan kriteria cukup. Hasil kerja yang diperoleh
pada masig-masing kelompok pada kegiatan
LKS 1 adalah kelompok 1,
mendapatkan nilai 62, kelompok 2 bernilai 38, kelompok 3 bernilai 52,
kelompok 4 bernilai 62 dan kelompok 5 bernilai 52. Adapun kesimpulannya
adalah terdapat kelompok yang masih belum mampu membuat kesimpulan akhir
pada LKS, ada kelompok yang kurang teliti.
Pada pertemuan II, terlihat aktivitas siswa mengalami peningkatan. Secara
klasikal, rata-rata aktivitas siswa sudah mencapai 81,33% . Aktivitas siswa
didominasi oleh aktivitas mengamati 86,67%, aktivitas menanya 73,33%. Pada
aktivitas menanya siswa semakin berani bertanya dan berpendapat atau
menjawab pertanyaan temannya atau guru ataupun mengungkapkan ide-idenya.
Keberanian siswa untuk mengemukakan pendapat juga semakin meningkat. Para
siswa
berlomba-lomba
untuk
memperoleh
pertanyaan
dan
menjawab
pertanyaannya dengan tepat. Aktivitas mencoba 80,00%, mengasosiasikan
86,67% dan mengkomunikasikan 80,00%. Mengkomunikasikan hasil diskusi di
depan kelas yang dilakukan siswa pada pertemuan pertama masih kurang
optimal, karena siswa masih merasa malu, takut salah, tidak percaya diri dan
masih saling tunjuk dengan teman yang lainnya. Dari data hasil LKS
menunjukkan bahwa kelompok 1 mendapat nilai 77, kelompok 2 mendapat nilai
71, kelompok 3 mendapat nilai 68, kelompok 4 mendapat nilai 83, dan kelompok
5 mendapat nilai 74. Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa setiap kelompok
sudah mampu mengisi kegiatan dalam LKS dengan baik.
Pada pertemuan kedua siswa sudah terlibat aktif, siswa lebih merasa
senang dan antusias menggunakan alat
yang disediakan guru untuk
menyelesaikan masalah, terlebih lagi pada saat siswa menunjukkan hasil diskusi
dengan menggunakan media tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
keterlaksanaan pendekatan pembelajaran scientific mengalami peningkatan.
Rata-rata ( x ) nilai pre-test berdasarkan hasil perhitungan diperoleh ( x ) =
33,45, s = 4,58. Rata-rata ( x ) nilai secara keseluruhan dari hasil post-test
berdasarkan hasil perhitungan diperoleh ( x ) = 87,18, s = 7,88 ๐‘‘๐‘Ž๐‘› ๐œ’ 2 โ„Ž๐‘–๐‘ก๐‘ข๐‘›๐‘”
(6,2288), ๐œ’ 2 ๐‘ก๐‘Ž๐‘๐‘’๐‘™ (11,070) , sehingga ๐œ’ 2 โ„Ž๐‘–๐‘ก๐‘ข๐‘›๐‘” < ๐œ’ 2 ๐‘ก๐‘Ž๐‘๐‘’๐‘™ , maka dapat dikatakan
data berdistribusi normal.
Setelah dilakukan perbandingan hasil pre-test dan post-test dengan gain
skor maka dapat diketahui bahwa adanya peningkatan sebesar 1,32 yang
diperoleh siswa setelah menggunakan pendekatan pembelajaran scientific. Hasil
ini menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar fisika siswa kelas X TKJ 3 SMK
Negeri
3
Tahun
Pelajaran
2015/2016
setelah
pembelajaran scientific dapat dikatakan meningkat.
diterapkan
pendekatan
Setelah dilaksanakan tes akhir diperoleh data pada kelas eksperimen, Hasil
penelitian setelah dilakukan uji hipotesis yaitu uji t, diperoleh t hitung (32,35)
sedangkan ttabel (1,69) dengan t hitung > ttabel maka H0 ditolak dan hipotesis dalam
penelitian ini diterima dengan taraf signifikansi 0,05 sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa penggunaan pendekatan pembelajaran scientific signifikan
efektif meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas X TKJ SMK Negeri 3
Lubuklinggau.
E. PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh bahwa
๐‘กโ„Ž๐‘–๐‘ก๐‘ข๐‘›๐‘”
32,35 > ๐‘ก๐‘ก๐‘Ž๐‘๐‘’๐‘™ (1,69) dengan rata-rata hasil belajar post-test
siswa sebesar 87,18 sedangkan rata-rata hasil pre-test siswa sebesar 33,45.
Berdasarkan perbandingan hasil pre-test dan post-test dapat diketahui
adanya peningkatan rata-rata nilai sebesar 53,73 dan setelah dilakukan
perbandingan hasil pre-test dan post-test dengan gain skor ada peningkatan
sebesar 1,32, sedangkan aktivitas belajar siswa meningkat dengan persentase
rata-rata 72,66%, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan
pembelajaran scientific signifikan efektif meningkatkan hasil belajar fisika
siswa kelas X TKJ SMK Negeri 3 Lubuklinggau.
2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat disampaikan
sebagai berikut:
a. Guru menggunakan pendekatan pembelajaran scientific sebagai salah satu
alternatif dalam pembelajaran fisika di kelas.
b. Dengan menggunakan pendekatan pembelajaran scientific, guru hendaklah
lebih kreatif berinovasi terhadap metode pembelajaran modern yang ada.
c. Dalam menggunakan pendekatan pembelajaran scientific dibutuhkan
perencanaan yang baik dengan pengelolaan waktu yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Trianto. 2009. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Slameto. 2003. Belajar
Jakarta:Rineka Cipta.
dan
Faktor-faktor
yang
Mempengaruhinya.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Majid, Abdul. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Kajian Teoritis dan Praktis.
Bandung: Interes Media.
Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta:
Gava Media
Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Sani, Ridwan Abdullah. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum
2013. Jakarta : Bumi Aksara
Download