ANALISIS KESALAHAN PENERAPAN TANDA BACA DALAM CERPEN SISWA KELAS VIII SMP DUA MEI TANGERANG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Hedy Afwan NIM 1110013000059 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEIMBIMBINC PENEMPATAN TANDA BACA DIALAM CERPEN A KELAS VIIISMIP DIUA MEI TANGERANC SELATAN SIS¬ 爾 TAIIUN PELAJARAN 2014/2015 (Pelleliti舞 独Klla壼 tatif Кhsalall韓 駐務erbtthasa Sisw負 ) 導I《IttJJttSI 摯i罐 轟韓nk彎 ぶ a Fa職 ltas 11難u Tattiyah d鑢 除 群 露機 unmk Mttenthi Syarat Mettcaptt Oeltt s轟 競a Pttdidik鑢 Disusun tteh Ntta:菫 edy A島汀all NILだ 1111001300● 059 NIP。 1970121 200122001 JURUSAN PENDIDIKAN BAttASA BAN SASTRA NDONESIA FAKULTASILIMV TARBⅣAH DAN KttGURUAN UNIVERSITASISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 / シ LEMBAR PENGESAttAN Skripsi bettudul A島 醸isis Ke,alahan PeneFapan Tanda Baca dalttm Capen Siswa Kelas VIII SMP Dua Mei TttgeFttg Selattt Tahun Pel巧 盤雛 2014/2015 disusun oleh HEDY AFWぶ ■omor II五漱 M由轟siswa ll10013000059,dittukan kep山 Fakatas IIInu Tattiytt dan ke騨 舞雛 UN SyTif Hidayatlltt J劇 臨曲 晟機 韓lah di町識 漁 餞 lulus dala臓 輔 ian munaqosah palda,23 0ktober 2015 ditta/pan dOw蹴 petti,01ell karettL iltu,penulis berhak mettroltt gelar sttana sl(S.Pd,) dalttn bid額 導Pendidikan Bahasa dtt Sastra lndon16siat J軸 ,23 01oob鍍 2015 Patttiattitt Mttaqos由 Tttggal 軸 Panitia cKema Juns観 麟欝8ram S輔 ) 海ブ 郷鰤 癬篭癬鸞瑠灘‰15 1穆l、 Pen到 lI み Dr,Elvi Susanti,ML翌 止 NIP。 19。 .姦91う 196808012008012016 PenguJi II 載F力 ばこ知 DFa.Mahmudah Fittvtt ZpL.Mi Pd._ NIP,196402121997032001 Mclttetahui: Dektt F NP.1955 2031007 む 可 ∫ ′ ′ a Putra,M.A` 198494992011011015 よ Dol建 _Ali D fL プ す 増 Sekretttis(Sekretaris Jurus錮 /Prodi) NIP。 Tmtda Tangan ABSTRAK Nama: Hedy Afwan NIM: 1110013000059, Penempatan Tanda Baca dalam Cerpen, Siswa Kelas VIII SMP Dua Mei Tangerang Selatan, Tahun Pelajaran 2014/2015 Skripsi ini membahas permasalahan mengenai bagaimana bentuk-bentuk kesalahan penerapan tanda baca dalam cerpen yang dilakukan siswa kelas VIII SMP Dua Mei Tangerang Selatan, Tahun Pelajaran 2014/2015. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan bentuk-bentuk kesalahan penempatan tanda baca dalam cerpen, siswa kelas VIII SMP Dua Mei Ciputat Timur, Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015. Pengumpulan data skripsi ini menggunakan teknik tes. Data yang didapat dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif. Hasil penelitian yang dilakukan di kelas VIII SMP Dua Mei Tangerang Selatan, menunjukan bahwa, dari 25 siswa terdapat 4,32% data persentase siswa yang belum memahami tentang penempatan tanda baca sesuai dengan buku pedoman ejaan yang disempurnakan. Kata Kunci: Tanda Baca, Cerpen, Karangan Narasi i ABSTRAK Nama: Hedy Afwan NIM: 1110013000059, The Placement of punctuation in the short story, the eighth grade students of SMP Dua Mei Tangerang Selatan 2014/2015. This thesis raises the issue of how the errors of punctuation placement in the short story done by the eighth grade of SMP Dua Mei Tangerang Selatan 2014/2015. This research is aimed to find out and describe the errors of punctuation placement in the short story, the eighth grade of SMP Dua Mei Ciputat Timur, Tangerang Selatan 2014/2015. The data collecting is done by giving test technique. Descriptive qualitative method is used for analyzing the data. The result of this research which is conducted at the eighth grade of SMP Dua Mei Tangerang Selatan shows that there are 4,32% data percentage of students from 25 students who do not understand about punctuation placement according to enhanced spelling book. Key words: Punctuation, Short Story, Narrative Essay ii KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih dan penyayang. Puji syukur kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan nikmat ke setiap umat-Nya, senantiasa memberikan petunjuk dan jalan di setiap kesulitan kepada setiap insan yang bersunguh-sungguh. Tak lupa solawat serta salam tercurah kepada pemimpin dan panutan umat Islam Nabi Muhammad Swt. Skripsi ini berjudul “Penempatan Tanda Baca dalam Cerpen, Siswa Kelas Viii Smp Dua Mei Tangerang Selatan, Tahun Pelajaran 2014/2015 (Penelitian Kualitatif Kesalahan Berbahasa Siswa)”. Sebuah karya tulis ilmiah yang ditulis untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana strata satu (SI) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan yang baik ini izinkanlah penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang dengan ikhlas memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada yang terhormat: 1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Makyun Subuki M. Hum. 3. Pembimbing skripsi Dra. Hindun, M. Pd. Terima kasih atas segala yang telah diberikan. Mulai dari semangat, waktu, pemikiran, dan salam sapa keramahan di setiap bimbingan. 4. Terimakasih kepada seluruh dosen jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang tak penulis sebutkan seluruhnya. Namun, tak mengurangi sedikitpun rasa hormat penulis. 5. Kepala SMP Dua Mei Enjang Supyan, M. Pd. 6. Untuk yang teristimewa, kepada orang tua yang sangat penulis cintai. Ayahanda H. Nasyaruddin, S. Pd. dan Ibunda Heldawati, S. Pd. Terimakasih atas dukungan moril, materil dan kasih sayang dalam setiap langkah pendidikan yang penulis lalui hingga saat ini. iii 7. Terima ksih kepada Nenek dan Adik-adik penulis. Nenek Siti Sahara, Adinda Nurul Aulia dan Ahmad Fauzan. Dengan melihat senyum mereka penulis mendapat semangat tambahan dalam menyelesaikan skripsi ini. 8. Sahabat yang selalu mendukung langkah penulis. Saudara Ridwan, Endri, Pandu, Rhezky. 9. Terima kasih kepada saudara Rizki Dwi Sumaputra, Megatari Gumilar, Rizkia Auliani yang juga turut membantu aktiv dalam proses skripsi ini. 10. Teman-teman satu angkatan PBSI A, B, dan C yang tak disebutkan satu per satu dan seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini. Semoga bantuan, bimbingan, doa dan dukungan yang diberikan kepada penulis menjadi berkah dibalas oleh Allah SWT. Penulis menyadari bahawa skripsi ini belum sempurna, dikarenakan keterbatasan ilmu dan pengalaman penulis. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penivulis dan pembaca. Jakarta, 22 Juni 2015 Hedy Afwan iv DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ABSTRAK ...................................................................................................... i KATA PENGANTAR .................................................................................... iii DAFTAR ISI ................................................................................................... v BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..................................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 4 C. Pembatasan Masalah ............................................................................ 4 D. Perumusan Masalah Masalah ............................................................... 5 E. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5 F. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5 BAB II LANDASAN TEORETIS A. Tanda Baca ........................................................................................... 7 1. Tanda Titik ............................................................................... 7 2. Tanda Koma ............................................................................. 14 3. Tanda Titik Dua ....................................................................... 19 4. Tanda Hubung .......................................................................... 20 5. Tanda Tanya ............................................................................. 23 6. Tanda Seru ............................................................................... 23 7. Tanda Petik Dua ....................................................................... 24 B. Pengertian Karangan dan Cerpen ......................................................... 25 1. Pengertian Karangan ................................................................ 25 2. Karangan Narasi ....................................................................... 26 3. Cerpen ...................................................................................... 28 4. Unsur Intrinsik ......................................................................... 29 v 5. Unsur Ekstrinsik ....................................................................... 34 C. Penelitian yang Relevan ....................................................................... 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitan ............................................................... 37 B. Subjek Penelitian.................................................................................. 37 C. Metode Penelitian................................................................................. 37 D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 38 E. Teknik Pengolahan Data ...................................................................... 39 F. Teknik Analisis Data ............................................................................ 39 G. Instrumen Penelitian............................................................................. 40 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian.................................................................. 43 B. Deskripsi dan Analisis Data ................................................................. 47 C. Pengolahan Data................................................................................... 78 BAB V PENUTUP A. Simpulan .............................................................................................. 80 B. Saran ..................................................................................................... 87 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT PENULIS vi BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Sudah selayaknya kegiatan pembelajaran berlandaskan pemikiran bahwa proses belajar harus belangsung lebih sederhana. Pada zaman dahulu ketika belum ada sekolah, seorang anak belajar berlayar dan manangkap ikan dari orang tuanya. Setiap hari Ia ikut orang tuanya ke laut untuk berlayar menangkap ikan. Belajar untuk mengenal kapal, belajar membuka dan menutup layar kapal dan bagaimana cara menjala ikan. Kegiatan pembelajaran ini melalui proses mengalami langsung. Anak nelayan itu melihat bagaimana orang tuanya menebar jala ikan, Ia memperhatikan bagaimana orang tuanya melihat arah angin agar dapat mengemudikan kapal dengan baik. Kemudian, Ia coba mengendalikan kapal seperti yang orang tuanya lakukan, Ia mencoba untuk menjala ikan. Dua bulan kemudian, setelah rutin mengikuti orangtuanya Ia berhasil pulang dengan membawa hasil tangkapan ikannya sendiri. Anak nelayan tersebut sekarang menjadi nelayan yang baik tanpa sekalipun sekolah untuk menjadi nelayan. Begitulah seharusnya proses belajar berlangsung. Peserta didik harus belajar dari pengalamannya sendiri. Kegiatan pembelajaran harus meniru pola belajar dari apa yang sudah dikemukakan di atas. Anak belajar sendiri memahami pola-pola bermakna untuk pengetahuan baru. Pembelajaran di kelas seharusnya mirip dengan gambaran tersebut. Dimana peserta didik dapat memperoleh keterampilan dengan cara alamiah. Pengajaran bahasa Indonesia pada esensinya ialah melatih siswa untuk mempunyai keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa mencakup empat segi, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan keterampilan menulis. Tugas guru adalah melatih keempat keterampilan tersebut dan mengajak peserta didik berdiskusi sebanyak-banyaknya. Pelajaran bahasa Indonesia selayaknya diarahkan pada pelatihan keterampilan berbahasa kreatif, yaitu membaca kreatif, menulis kreatif dan 1 2 berbicara kreatif. Kegiatan berbahasa kreatif ini akan meningkatkan kemampuan berbahasa siswa, sehingga setelah pembelajaran diharapkan peserta didik sudah terbiasa berdiskusi dengan baik, membuat opini, meresensi buku, menyusun iklan, membuat brosur, menyusun berita, menyusun karya ilmiah dengan baik, menulis sebuah karangan baik berbentuk narasi, deskripsi dan sebagainya. Terkait dengan kemampuan menulis, menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambanglambang grafik tersebut kalu mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa.1 Menulis juga dapat dipandang sebagai upaya untuk merekam ucapan manusia menjadi bahasa baru, yaitu bahasa tulisan. Bahasa tulisan itu tidak lain adalah suatu jenis notasi bunyi, kesenyapan, infleksi, tekanan nada, isyarat atau gerakan, dan ekspresi muka yang memindahkan arti dalam ucapan atau berbicara manusia.2 Oleh sebab itu, kemampuan menulis merupakan kemampuan yang sangat penting dalam kehidupan, tidak hanya penting dalam lingkungan pendidikan tapi juga penting untuk dimasyarakat.3 Kegiatan berbahasa menulis memiliki fungsi utama yaitu sebagai alat komunikasi secara tertulis dan tidak langsung. Namun, fungsi menulis bukan hanya untuk berkomunikasi secara tulis atau tidak langsung saja, tetapi juga berfungsi sebagai penataan, pengawetan, penciptaan, dan penyampaian.4 Menulis terlihat seperti keterampilan yang mudah, pada hakikatnya menulis adalah hal yang sulit jika kita mengacu pada kepenulisan yang baik dan benar sesuai dengan pengertian yang ada. Menulis adalah tentang mencurahkan gagasan pikiran untuk dikomunikasikan ke pembaca. Menulis 1 Henry Guntur Tarigan, Menulis: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Percetakan Angkasa, 2008), h. 22 2 Mukhsin Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar: Keterampilan Berbahasa dan Apresiasi Sastra, (Malang: Yayasan Asih Asah Asuh, 1990), h. 28 3 Budinuryanta Y. dkk, Pengajaran Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka, 2008), h. 26 4 Novi Resmini dan Dadan Juanda, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi, (Bandung: UPI Press, 2007), h. 116 3 termasuk bahasa non verbal. Oleh karena itu, menulis harus memperhatikan aspek pemilihan kata, penggunaan tanda baca, penggunaan pemenggalan kata, penggunaan afiks, penggunaan huruf kapital, penggunaan ejaan, dan kerapihan tulisann dalam karangan. Kemampuan menulis tidak serta merta mampu dikuasai oleh peserta didik. Harus ada suatu pembiasaan untuk selalu menulis agar peserta didik dapat mahir menulis karena terbiasa. Harus ada pemberian pemahaman pada diri peserta didik mengenai alasan untuk membiasakan menulis. Caryn Mirriam Goldberg dalam karya berjudul Write Where You Are How to Use Writing to Make Sesnse of Your Life, menawarkan 12 alasan mengapa harus menulis. Pertama menulis membantu menemukan siapa dirimu. Kedua, menulis dapat membantu anda percaya diri dan meningkatkan kebanggaan. Ketiga, saat menulis anda mendengarkan pendapat unikmu sendiri. Keempat, menulis menunjukan apa yang dapat anda berikan pada dunia. Kelima, dengan menulis anda mencari jawaban terhadap pertanyaan dan menemukan pertanyaan baru untuk ditanyakan. Keenam, menulis meningkatkan kreativitas. Ketujuh, anda dapat berbagi dengan orang lain melalui kegiatan menulis. Kedelapan, menulis memberikan anda tempat untuk melepaskan amarah/ketakutan, kesedihan, dan perasan menyakitkan lainnya. Kesembilan, Anda dapat membantu menyembuhkan diri dengan menulis. Kesepuluh, Menulis memberi Anda kesenangan dan cara mengungkapkannya. Kesebelas, menulis membantu Anda lebih hidup. Terakhir, Anda dapat menemukan impian Anda dengan menulis.5 Namun pada kenyataanya, banyak peserta didik yang menganggap kegiatan menulis mudah. Oleh sebab itu, peserta didik ketika menulis cenderung menghasilkan karya tulis yang kurang baik. Karya tulis yang ditulis tidak memiliki keterbacaan yang baik, karena tidak memperhatikan aspekaspek kepenulisan. Salah satu kesalahan yang paling sederhana adalah peserta didik tidak memperhatikan penggunaan tanda baca yang benar. ketidaktahuan akan tanda baca dan malasnya membuka buku pedoman ejaan yang disempurnakan, mengakibatkan banyaknya ditemukan kesalahan penggunaan 5 Andrias Harefa, Happy writing, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2010), h. 60 4 tanda baca. Kesalahan penggunaan tanda baca ini dapat mengurangi kualitas sebuah tulisan, yang mengakibatkan terhambatnya ketercapaian pesan atau gagasan yang ingin disampaikan penulis. Permasalahan ini berlaku dalam semua karya tulis, baik karya tulis ilmiah atau non ilmiah. Berdasarkan latar belakang yang sudah dikemukakan maka muncullah gagasan untuk melakukan penelitian tentang “Penempatan Tanda Baca dalam Cerpen, Siswa Kelas Viii Smp Dua Mei Tangerang Selatan, Tahun Pelajaran 2014/2015 (Penelitian Kualitatif Kesalahan Berbahasa Siswa)”. 2. Identifikasi Masalah Berdasarkan penjabaran masalah yang sudah diungkapkan, maka masalah yang ingin diteliti dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Siswa kurang terbiasa menulis dengan memperhatikan tanda baca yang baik dan benar. 2. Kurangnya pemahaman penerapan tanda baca dalam kepenulisan. 3. Kurangnya buku pendukung mata pelajaran Bahasa Indonesia. 4. Rendahnya motivasi untuk membaca buku pedoman ejaan yang disempurnakan. 5. Kurangnya minat membaca cerpen. 6. Rendahnya perhatian guru dalam membimbing siswa agar mau menulis dengan baik. 7. Kurang tepatnya metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. 8. Media yang digunakan guru mata pelajaran bahasa Indonesia dalam pelajaran menulis kurang bervariasi. 9. Anggapan peserta didik terhadap pelajaran bahasa Indonesia bahwa pelajaran bahasa Indonesia merupakan pelajaran yang mudah. 3. Pembatasan Masalah Penelitian ini memiliki fokus penelitian yang akan didalami. Pemilihan fokus ini, dimaksudkan memilih informasi mana yang lebih dulu didalami, 5 karena paling mungkin untuk mendapatkan penjelasan tentang akar masalah.6 Maka penulis meneliti masalah sebagai berikut: a. Penempatan tanda baca titik (.), tanda koma (,), tanda titik dua (:), tanda seru (!), tanda tanya (?), tanda hubung (-) dan tanda petik dua (“...”). b. Cerpen yang disesuaikan berjudul Akibat Jajan Sembarangan oleh Adinta Asfiratun Husna dalam buku paket Bahasa Indonesia Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VIII terbitan Penerbit Erlangga, pada tahun 2013. c. Siswa kelas VIIIA SMP Dua Mei yang berjumlah 27 orang. 17 laki-laki dan 10 perempuan. 4. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan, maka masalah yang diteliti dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah bentuk Kesalahan Penempatan Tanda Baca dalam Cerpen, Siswa Kelas VIII SMP Dua Mei Ciputat Timur, Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015?” 5. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui dan mendeskripsikan bentuk-bentuk kesalahan penempatan tanda baca dalam cerpen siswa kelas VIII SMP Dua Mei Ciputat Timur, Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015. 6. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan pada tingkat teoritis kepada pembaca dan guru dalam mengetahui permasalahan peserta didik, khususnya pada kemampuan keterampilan menulis. 6 10 Nusa Putera, Penelitian Kualitatif: Proses dan Aplikasi, (Jakarta: PT. Indeks, 2011), h. 6 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi nyata untuk menangulangi kurangnya kemampuan menulis siswa, khususnya dari segi kesalahan penempatan tanda baca pada sebuah karya tulis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peserta didik, guru dan sekolah. 1) Manfaat Bagi Siswa Siswa dapat meningkatkan keterampilan menulis dengan memperhatikan tanda baca sehingga menghasilkan karya tulis yang baik. 2) Manfaat bagi Guru Sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi guru dalam memilih metode pembelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan hasil penelitian ini. 3) Manfaat bagi Sekolah Hasil Penelitian ini dapat digunakan sebagai pengembangan proses pengajaran Bahasa Indonesia dalam meningkatkan keterampilan menulis karangan di SMP Dua Mei Ciputat Timur, Tangerang Selatan. 4) Manfaat bagi Peneliti Sebagai bahan ilmu pengetahuan yang di ambil dari kemampuan siswa dalam menulis karya tulis khususnya cerpen. BAB II LANDASAN TEORETIS A. Kesalahan Berbahasa Kesalahan berbahasa tulis dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Mulai kesalahan penggunaan huruf kapital, kesalahan penggunaan bahasa atau kesalahan dalam penggunaan tanda baca pada sebuah karya tulis baik fiksi maupun nonfiksi. Para sarjana bahasa dan leteraturnya membedakan dua macam kesalahan berbahasa. Dalam literatur bahasa inggris dipergunakan istilah serta dibedakan antara mistake (kekeliruan) dan eror (kesalahan). Mistake adalah penyimpangan yang disebabkan oleh faktor-faktor performance (kinerja) seperti keterbatasan ingatan. Kesalahan seperti ini mudah diperbaiki jika penutur atau pembicara diingatkan. Eror adalah penyimpangan-penyimpangan yang sistematis dan konsisten serta menjadi ciri khas berbahasa siswa yang belajar bahasa pada tingkat tertentu.1 B. Tanda Baca Tanda baca adalah suatu alat kalimat yang berupa tanda-tanda ekstra lingual, seperti koma, titik, tanda seru, dan sebagainya yang sangat besar perananya dalam menentukan makna kalimat. Berikut adalah penjabaran lengkap dari penggunaan tanda baca: 1. Tanda Titik (.) a. Tanda titik dipakai pada akhir kaliamat yang bukan pertanyaan atau seruan. Misalnya: Ayah tinggal di Solo. Biarlah mereka duduk di sana. Dia menanyakan siapa yang datang. 1 Parera, Analisis Kontrastif Bahasa dan Analisis Kesalahan Berbahasa, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan IKIP Jakarta, 1997), h. 56 7 8 Catatan: Tanda titik tidak digunakan pada akhir kalimat yang unsur akhirnya sudah tanda titik. Misalnya: Buku itu disusun oleh Drs. Sudjatmiko, M. A. Dia memerlukan meja, kursi, dsb. Dia mengatakan, “kaki saya sakit.”2 b. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar. Misalnya: a. III. Departemen Dalam Negeri A. Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa B. Direktorat Jenderal Agraria b. 1. Patokan Umum 1.1 Isi Karangan 1.2 Ilustrasi 1.2.1 Gambar Tangan 1.2.2 Tabel 1.2.3 Grafik Catatan: Tanda tiik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.3 c. Tanda Titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukan waktu. Misalnya: Pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1, 35 menit, 20 detik) 2 Inoer Hidayati, Buku Pintar EYD: Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, (Yogyakarta: Indonesia Tera, 2012), h. 39 3 Mendikbud, EYD Pedoman Ejaan yang Disempurnakan, (Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2007), h. 37 9 Catatan: Penulisn waktu dengan angka dapat menikuti salah satu cara berikut. a) Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 12 dapat dilengkapi dengan keterangan pagi , siang, sore, atau malam. Mislnya: Pukul 9.00 pagi Pukul 11.00 siang Pukul 5.00 sore Pukul 8.00 malam b) Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 24 tidak memerlukan keterangan pagi, siang, atau malam. Miasalnya: Pukul 00.45 Pukul 07.30 Pukul 11.00 Pukul 22.00 d. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukan jangka waktu. Misalnya: 1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik) 0.20.30 jam (20 menit, 30 detik) 0.0.30 jam (30 detik) e. Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tannya atau tanda seru, dan tempat terbit. Misalnya: 10 Alwi, Hasan, Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, dan Anton Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka. Catatan: Urutan informasi mengenai daftar pustaka tergantung pada lembaga yang bersangkutan. f. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukan jumlah. Misalnya: Desa itu berpenduduk 24.200 orang. Siswa yang lulus masuk perguruan tinggi negeri 12.000 orang. Penduduk jakarta lebih dari 11.000.000 orang Catatan: a) Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipantannya yang tidak menunjukan jumlah. Misalnya: Dia lahir pada tahun 1956 di Bandung. Lihat halaman 2345 dan seterusnya. Nomor gironya 5645678. b) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau ilustrasi, tabel, dan sebagainya. Misalnya: Acara Kunjungan Menteri Pendidikan Nasional Bentuk dan kedaulatan (Bab I UUD 1945) Salah Asuhan 11 c) Tanda titik tidak dipakai dibelakang (a) nama dan alamat pengirim surat, dan (c) dibelakang tanggal surat. Misalnya: Yth. Kepala Kantor Penempatan Tenaga Jalan Cikini 71 Jakarta Yth. Sdr. Moh. Hasan Jalan Arif Rahmad 43 Palembang Adinda Jalan Diponegoro 82 Jakarta 21 April 2008 d) Pemisah bilangan ribuan atau kelipatannya dan desimal dilakukan sebagai berikut. Rp200.250,75 $ 50,000.50 8.750 m 8,750 m4 g. Tanda titik dipakai pada penulisan singkatan. Singkatan ialah bentuk singkat yang erdiri atas satu huruf atau lebih. a) Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik di belakang tiap-tiap singkatan itu. Misalnya: A. H. Nasution 4 Abdul Haris Nasution Inoer Hidayati, Buku Pintar EYD: Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, (Yogyakarta: Indonesia Tera, 2012), h. 42 12 H. Hamid Haji Hamid Suman Hs. Suman Hasibuan W.R. Supratman Wage Rudolf Supratman M.B.A. master of business administration M. Hum. Magister Humaniora M. Si. Magister sains Bpk. Bapak Sdr. Saudara Kol. Kolonel b) Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas gabungan huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik. Misalnya: DPR Dewan Perwakilan Rakyat PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa WHO Worl Health Organization PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia c) Singkatan kata yang berupa gabungan huruf diikuti dengan tanda titik. Misalnya: Jml. Jumlah Kpd. Kepada Tgl. Tanggal Hlm. Halaman Dl. Dalam No. Nomor 13 d) Singkatan gabungan kata yang terdiri atas tiga huruf diikuti dengan tanda titik. Misalnya: Dll. dan lain-lain Dsb. dan sebagainya. Dst. dan seterusnya Sda. sumber daya alam Ybs. yang bersangkutan Catatan: Singkatan itu dapat digunakan untuk keperluan khusus, seperti dalam perbuatan catatan rapat dan kuliah. e) Singkatan gabungan kata yang terdiri atas dua huruf (lazim dugunakan dalam surat menyurat) masing-masing diikuti oleh tanda titik. Misalnya: a.n. atas semua d.a. dengan alamat u.b. untuk beliau u.p. untuk perhatian f) Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda dengan titik. Misalnya: Cu kuprum Cm sentimeter Kg kilogram KVA kilovolt-ampere L liter Rp rupiah 14 TNT trinitrotoluene5 2. Tanda Koma (,) a. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau bilangan. Misalnya: Saya membeli kertas, pena, dan tinta. Surat biasa, surat kilat, ataupun surat kilat khusus memerlukan perangko. Satu, dua, ... tiga ! b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului dengan kata seperti tetapi, melainkan, sedangkan, dan kecuali. Misalnya: Saya akan membeli buku-buku puisi, tetapi kau yang memilihnya. Ini bukan buku saya, melainkan buku ayah saya. Dia senang membaca cerita pendek, sedangkan adiknya suka membaca puisi. Semua mahasiswa harus hadir, kecuali, yang tinggal diluar kota. c. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimat. Misalnya: Kalau ada undangan, saya akan datang. Karena tidak congkak, dia mempunyai banyak teman. Agar memiliki wawasan yang luas, kita harus banyak membaca buku. 5 Inoer Hidayati, Buku Pintar EYD: Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, (Yogyakarta: Indonesia Tera, 2012), h. 30 15 Catatan: Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya. Saya akan datang kalau ada undangan. Dia mempunyai banyak teman karena tidak congkak. Kita harus membaca banyak buku agar memiliki wawasan yang luas. d. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang ter-dapat pada awal kalimat, seperti oleh, karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu. Misalnya: Anak itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia memperoleh beasiswa belajar di luar negeri. Anak itu memang rajin membaca sejak kecil. Jadi, wajar kalu dia menjadi bintang pelajar. Meskipun begitu, dia tidak pernah berlaku sombong kepada siapapun. Catatan: Ungkapan penghubung antarkalimat, seperti oleh karena itu. jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu, tidak dipakai pada awal paragraf. e. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seru, seperti o, ya, wah, aduh, dan kasihan, atau kata-kata yang digunakan sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Mas dari kata lain yang terdapat dalam kalimat. Misalnya: O, begitu? 16 Wah, bukan main! Hati-hati, ya, jalannya licin. Mas, kapan pulang? Mengapa kamu diam, Dik? Kue ini enak, Bu. f. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dan bagian lain dalam kalimat. Misalnya: Kata Ibu, “Saya gembira sekali.” “saya gembira sekali,” kata Ibu, “karena lulus ujian.” g. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru. Misalnya: “Di mana saudara tinggal?” tanya Pak Guru. “Masuk ke kelas sekarang!” perintahnya. h. Tanda koma dipakai di antara (a) nama alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. Misalnya: Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor Dekan Fakultas Kedokteran, Universtas Indonesia, Jalan Salemba Raya 6, Jakarta Surabaya, 10 mei 1960 Tokyo, Jepang i. Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka. Misalnya: 17 Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu Agung. Halim, Amran (Ed.) 1976. Politik Bahasa Nasional. Jilid 1. Jakarta: Pusat Bahasa. Junus, H. Mahmud. 1973. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Alquran. Sugono, Dendy, 2009. Mahir Berbahasa Indonesia dengan benar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama j. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir. Misalnya: Alisjahbana, S. Takdir, Tata Bahasa Baru Bahasa Inndonesia. Jilid 2 ( Jakarta: Pustaka Rakyat, 1950), hlm. 25. Hilman, Hadikusuma, Ensiklopedi Hukum Adat dan Adat Budaya Indonesia, (Bandung: Alumni, 1977), hlm. 12 Poerwadarminta, W.J.S. Bahasa Indonesia untuk Karangmengarang (Jogjakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4. k. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga. Misalnya: B. Ratulangi, S. E. Ny. Khadijah, M.A. Bambang Irawan, S.H. Siti Aminah, S.E., M.M. Catatan: Bandingkan Siti Khadihah, M.A. dengan Siti Khadijah M.A. (Siti Khadijash Mas Agung). 18 l. Tanda koma dipakai di muka angka desimal atau diantara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka. Misalnya: 12,5 m 27,3 kg Rp500,50 Rp750.00 Catatan: Bandingkan dengan penggunaan tanda titik yang dimulai dengan angka desimal atau di antara dollar dan sen. m. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnyatidak membatasi. Misalnya: Guru saya, Pak Ahmad, Pandai sekali. Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang laiki-laki yang makan sirih. Semua siswa, baik laki-laki maupun perempuan, mengikuti latihan paduan suara. Catatan: Bandingkan dengan keterangan pewatas yang pemakaiannya tidak diapit dengan tanda koma. Misalnya Semua siswa yang lulus ujian akan mendapat ijazah. n. Tanda koma dapat dipakai untuk menghindari salah baca/salah pengertian di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat. Misalnya: 19 Dalam pengenbangan bahasa, kita dapat memamfaatkan bahasabahasa di kawasan nusantara ini. Atas perhatian saudara, kami ucapkan terima kasih. 3. Tanda Titik Dua (:) a. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti rangkaian atau pemerian. Misalnya: Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari. Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan hidup atau mati. Catatan: Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan. Misalnya: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari. Fakultas itu mempunyai jurusan Ekonomi Umum dan Jurusan Ekonomi Perusahaan. b. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian. Misalnya: Ketua : Ahmad Wijaya Sekretaris : Siti Aryani Bendahara : Aulia Arimbi Tempat : Ruang Sidang Nusantara Pembawa Acara :Bambang S. Hari, Tanggal : Selasa, 28 Oktober 2008 Waktu : 09.00-10.30 20 c. Tanda titik dua dapat dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukan pelaku dalam percakapan. Misalnya: Ibu : “Bawa kopor ini, Nak!” Amir : “Baik, Bu.” Ibu : “Jangan lupa. Letakan baik-baik!” d. Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dalam halaman, (b) bab dan ayat dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan. Misalnya: Horison, XLIII, No. 8/2008: 8 Surah Yasin: 9 Dari Pemburu ke Terapeutik: Antologi Cerpen Nusantara Pedoman Umum Pembentukan Istilah Edisi Ketiga. Jakarta: Pusat Bahasa 4. Tanda Hubung (-) a. Tanda huung menyambung suku-suku kata yang terpisah oleh pergantian baris. Misalnya: Di samping cara lama diterapkan juga cara baru. Sebagaimana kata pribahasa, tak ada gading yang tak retak. b. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata yang mengikutinya atau akhiran dengan bagian kata yang mendahuluinya pada pergantian baris. Misalnya: Kini ada cara yang baru untuk meng- 21 ukur panas. Kukuran baru ini memudahkan kita mengukur kelapa. Senjata ini merupakan sarana pertahanan yang canggih. c. Tanda hubung digunakan untuk menyambung unsur-unsur kata ulang. Misalnya: Anak-anak Berulang-ulang Kemerah-merahan Selain digunakan pada kata ulang, tanda hubung digunakan untuk merangkaikan, unsur terikat dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital singkatan yang berupa huruf kapital dengan huruf kecil ke- dengan angka, dan angka dengan akhiran –an.6 d. Tanda hubung digunakan untuk menyambung bagian-bagian tanggal dan huruf dalam kata yang dieja satu-satu. Misalnya: 8-4-2008 p-a-n-i-t-i-a e. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (a) hubungan bagianbagian kata atau ungkapan dan (b) penghilangan bagian frasa atau kelompok kata. Misalnya: 6 Asih Anggarani dkk, Mengasah Keterampilan Menulis Ilmiah di Perguruan Tinggi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), h. 53 22 Ber-evolusi Dua-puluh ribuan (20 x 1.000) Tanggung-jawab-dan-kesetiakawanan sosial ( tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial) Karyawan boleh mengajak anak-isteri ke acara pertemuan besok. Bandingkan dengan: Be-revolusi Dua-puluh-ribuan (1 x 20.000) Tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial. f. Tanda hubung dipakai untuk merangkai: a. Se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, b. Ke- dengan angka, c. Angka dengan –an, d. Kata atau imbuhan dengan singkata huruf kapital, e. Kata ganti dengan berbentuk imbuhan, dan f. Gabungan kata yang merupakan kesatuan. Misalnya: Se-Indonesia Peringkat ke-2 Tahun 1950-an Hari-H Sinar-X Mem-PHK-kan Ciptaan-Nya Atas rahmat-Mu Bandara Soekarno-Hatta 23 Alat pandang-dengar g. Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing. Misalnya: di-smash di-mark-up pen-tackle-an 5. Tanda tanya (?) a. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya. Mislanya: Kapan dia berangkat? Saudara tahu, bukan? b. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau kurang dapat dibuktikan kebenarannya. Misalnya: Dia dilahirkan pada tahun 1963 (?) Uang sebanya sepuluh juta rupiah (?) hilang. 6. Tanda seru (!) Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidak percayan, ataupun emosi yang kuat. Misalnya: Alangkah indahnya taman laut ini! Bersihkan kamar itu sekarang juga! Sampai hati benar dia meninggalkan isterinya! Merdeka! 24 7. Tanda petik (“...”) a. Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain. Misalnya: Pasal 36 UUD 1945 menyatakan, “Bahasa negara ialah bahasa Indonesia.” Ibu berkata, “Paman berangkat besok pagi.” “Saya belum siap,” kata dia, “tunggu sebentar!” b. Tanda petik dipakai untuk mengapit judul puisi, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat. Misalnya: Sajak “pahlawanku” terdapat pada halaman lima buku itu. Saya sedang membaca “Peningkatan Mutu Daya Ungkapbahasa Indonesia” dalam buku Bahasa Indonesia Menuju Masyarakat Madani. Bacalah “Penggunaan Tanda Baca” dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Makalah “Pembentukan Insan Cerdas Kompetitif” menarik perhatian peserta seminar. c. Tanda petik digunakan untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus. Misalnya: Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara “coba dan ralat” saja. Dia bercelana panjang yang dikalangan remaja dikenal dengan nama “cutbrai”. Catatan: a) Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung. Misalnya: 25 Kata dia, “saya juga minta satu.” Dia bertanya, “apakah saya boleh ikut?” b) Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat. Misalnya: Bang Komar sering disebut “pahlawan”; ia sendiri tidak tahu sebabnya. Karena warna kulitnya, dia mendapat julukan “Si Hitam”. c) Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris. d) Tanda petik (“) dapat digunakan sebagai pengganti idem atau sda. (sama dengan diatas) atau kelompok kata di atasnya dalam penyajian yang berbentuk daftar. Misalnya: Zaman bukan jaman “ Asas Plaza “ plasa Jadwal “ jadual Bus “ azas bis C. Pengertian Karangan dan Cerpen 1. Pengertian Karangan Karangan adalah pembuatan cerita dan penyusunannya. Pengarang adalah penulis cerita, karena ia yang mengarang cerita baik idenya berdasarkan 26 imajinasi sendiri maupun berasal dari tema yang sengaja dipilihnya. 7 Imajinasi ini bisa bermula dari sebuah pengalaman, perasaan, pendapat, pengetahuan, keinginan, ajakan, himbauan, penolakan, dan kegundahan batin sorang penulis. Secara teoritis lahirnya sebuah tulisan dapat dipengaruhi oleh tujuan penulisan, gaya pengungkapan, media yang digunakan, dan sebagainya. Tulisan yang berkembang dimasyarakat sangat beragam, seperti cerita fiksi, non fiksi, iklan, pengumuman, surat, catatan harian, dan sebagainya.8 Karangan terbagi menjadi empat jenis, yaitu narasi, eksposisi, deskripsi, dan argumentasi. 2. Karangan Narasi Penulisan yang sifatnya bercerita, baik berdasarkan pengamatan maupun perekaan, dan tujuannya lebih banyak menghimpun, tergolong kategori pengisahan. Hasilnya dapat disebut kisahan atau narasi.9 Secara harfiah, narasi merupakan suatu cerita. Cerita yang menuturkanatau menyajikan hal, kejadian, atau, peristiwa secara berurutan dengan menonjolkan tokoh. Didalam kejadian itu, tokoh cerita mengalami atau menghadapi suatu konflik atau pertikaian. Rangkaian kejadian, latar, tokoh dan konflik ini merupakan unsur pokok sebuah narasi, dan ketiganya, secara kesatuan biasa pula terangkai dalam satu plot atau alur. Dengan demikian, narasi adalah cerita berupa kejadian atau peristiwa berdasarkan alur.10 Munurut Keraf karangan narasi itu sasaran utamanya adalah tindakan-tindakan yang dijalin dan dirangkaiakan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu. Berikut contoh karangan narasi, sebuah penggalan cerpen karya Wahyudi S. berjudul Suamiku: Setelah selesai berpidato, kulihat wajah suamiku begitu cerah dan bersinar. Sebelumnya, aku belum pernah melihat ia begitu lega saat ia selesai 7 Abdul Aziz Abdul Majid, Mendidik Dengan Cerita, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), h. 9 8 Sukino, Menulis Itu Mudah: Panduan Praktis Menjadi Penulis Handal, (Yogyakarta: Pustaka Populer, 2010), h 56 9 Alek A. dan H. Achmad H.P., Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), h. 184 10 Sukino, Menulis Itu Mudah: Panduan Praktis Menjadi Penulis Handal, (Yogyakarta: Pustaka Populer, 2010), h. 57 27 berpidato seperti malam ini. Tidak sia-sia rasanya beberapa malam ini ia belajar berpidato. Entah mengapa, suamiku harus belajar berpidato. Untuk urusan pidato, aku tidak ingin memuji dan tidak perlu meragukannya lagi. Suamiku memang jago dalam berpidato. Tidak hanya itu. ia juga pandai meniru-niru gaya seseorang. Bahkan, pernah ia dengan persis meniru gaya bicara penyanyi dangdut terkenal. Tapi entah mengapa untuk pidato kali ini ia harus belajar segala. Kalau karena alasan yang hadir, aku lihat yang hadir malam itu relatif sama dengan saat ia berpidato yang kemarin-kemarin. Yang datang teman-teman sekantornya beserta istri-istri mereka. Hanya saja kali ini memang kepala kantornya baru. Tapi tunggu sebentar. Aku baru ingat. Selama belajar berpidato, ia berusaha keras untuk mengatakan kan dan bukan ken. Ia begitu berhati-hati mengucapkan kata-kata tekankan, instruksikan, sabarkan, salurkan, sembunyikan. Kalau dulu kalau dulu pasti yang keluar dari mulutnya adalah tekanken, instruksiken, sebarken, salurken, sembunyiken. Lima bulan setelah berpidato, kedudukan suamiku naik menjadi kepala subbagian di kantornya. Sejak itu, beban pekerjaannya bertambah-tambah. Yang semula sehabis pulang ke rumah ia bisa bermain-main dan jagongan dengan tetangga, sekarang waktu untuk itu sedikit sekali. Tidak jarang ia pulang agak malam. Biasa, alasan pekerjaan, disuruh kepala bagiannya, dipercaya kepala kantornya, atau alasan rapat, pertemuan dan tektek bengek lainnya. Aku sebagai istri sih tidak keberatan. Bagiku ini justru menaikkan gengsiku. Setiap tetangga bertanya, ke mana suamiku, aku jawab dengan jawaban yang itu tadi: ngurus pekerjaan, disuruh kepala bagiannya, dipercaya kepala kantornya, atau alasan rapat, pertemuan.mereka terheran-heran campur kagum. Kekaguman mereka juga tercampur dengan ketidakmengertian 28 mereka terhadap pekerjaan pegawai. Memang, di kampungku tidak ada seorang pun yang menjadi pegawai, kecuali suamiku.11 3. Cerpen Cerita pendek atau cerpen termasuk ke dalam kategori teks sastra. Sastra itu sendiri memiliki pengertian pengungkapan realitas kehidupan masyarakat secara imajiner atau secara fiksi. Dalam hal ini, sastra memang representasi dari cerminan masyarakat. Senada dengan apa yang diungkapkan oleh George Lukas bahwa sastra merupakan sebuah cermin yang memberikan kepada kita sebuah refleksi realitas yang lebih besar, lebih lengkap, lebih hidup, dan lebih dinamik.12 Cerpen itu sendiri adalah kisahan yang memberikan kesan tunggal dominan tentang suatu tokoh dalam satu latar dan satu situasi yang dramatik. Sumardjo dalam Sukino mengungkapkan bahwa cerita pendek adalah seni, keterampilan menyajikan cerita, yang di dalamnya merupakan satu kesatuan bentuk utuh, manunggal, dan tidak ada bagian-bagian yang tidak perlu, tetapi juga ada bagian yang terlalu banyak. Semuanya pas, integral, dan mengandung suatu arti.13 Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian cerpen adalah cerita fiksi (rekaan)yang mengisahkan tokoh dan karakternya serta memiliki cakupan ide yang tunggal. Cerpen masuk dalam kategori prosa rekaan modern. Bentuk prosa rekaan modern bisa dibedakan atas roman, novel, novelet, dan cerpen. Karena tidak ada penelitian yang mendukung, pembedaan atas bentuk tersebut lebih banyak didasarkan pada panjang-pendeknya dan luas-tidaknya masalah yang dipaparkan dalam prosa rekaan. Walaupun tidak selalu benar. Ada juga yang dasar pembedaanya ditambah dengan bahasa dan lukisannya.14 11 Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: Grasindo, 2008), h. 130 Endah Tri Priyatni, Membaca Sastra dengan Ancangan Literasi Kritis, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 12 13 Sumardjo dalam Sukino, Menulis Itu Mudah: Panduan Praktis Menjadi Penulis Handal, (Yogyakarta: Pustaka Populer, 2010), h. 142 14 Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: Grasindo, 2008), h. 140 12 29 Untuk menentukan panjang pendeknya cerpen, khususnya berkaitan dengan kata yang digunakan, berikut ini dikemukakan beberapa pendapat. Menurut Guerin cerpen biasanya menggunakan 15.000 kata atau 50 halaman. Sedangkan Nugroho Notosusanto dalam Zulfahnur menyatakan bahwa jumlah kata yang digunakan dalam cerpen 5.000 kata atau kira-kira 17 halamankuarto spasi rangkap.15 Cerpen dapat dikategorikan kembali menjadi cerpen yang panjang (cerpenpan) dan cerpen yang pendek, biasa disebut cerita mini (misalnya “Cermin” di majalah Gadis). Cerpen panjang dapat kita temui, antara lain dalam karya Budi Darma yang berjudul “Fofo” (42 halaman) dan “Kritikus Adinan” (56 halaman). Cerita mini biasanya terdiri atas satu halaman atau kurang dari itu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia cerpen diartikan sebagai kisahan pendek (kurang dari 10.000 kata) yang memberikan kesan tunggal yang dominan dan memusatkan diri pada satu tokoh di satu situasi (pada suatu ketika).16 Cerita pendek selain kependekannya ditunjukan oleh jumlah kata yang digunakan. Ternyata peristiwa dan isi cerita yang disajikan juga sangat pendek. Peristiwa ang disajikan memang singkat, tetapi mengandung kesan yang mendalam. Isi cerita memang pendek karena mengutamakan kepadatan ide. Oleh karena peristiwa dan isi cerita dalam cerpen singkat, maka pelaku-pelaku dalam cerpen pun relatif lebih sedikit jika dibandingkan dengan roman/novel.17 4. Unsur Intrinsik Aminuddin mengatakan unsur intrinsik adalah elemen-elemen fiksional yang membangun karya fiksi itu sendiri sebagai suatu wacana. Sedangkan soedjijono menyatakan bahwa unsur instrinsik adalah unsur yang berkaitan dengan eksistensi sastra sebagai struktur verbal yang otonom. 15 Zulfahnur dalam Endah Tri Priyatni, Membaca Sastra dengan Ancangan Literasi Kritis, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 126 16 Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: Grasindo, 2008), h. 142 17 Endah Tri Priyatni, Membaca Sastra dengan Ancangan Literasi Kritis, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 126 30 Jokob sumardjo dan saini K.M. mengungkapkan bahwa unsur intrinsik prosa fiksi meliputi: alur, tema, tokoh dan penokohan, suasana, latar, sudut pandang, dan gaya.pendapat ini selaras dengan pernyataan William Kenney bahwa unsur intrinsik itu mencakup: plot, karakter, setting, point of view, gaya, tone, dan tema. Dari berbagai pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa unsur instrinsik prosa fiksi ada tujuh, yaitu tema, tokoh dan penokohan, alur atau plot, gaya, setting atau latar, point of view dan suasana (mood and atmosphere)18 a. Tokoh, Watak dan Perwatakan a) Tokoh Yang dimaksud dengan tokoh adalah para pelaku atau subjek lirik dalam karya fiksi. Tokoh, berdasarkan bentuknya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: tokoh fiksi dan tokoh imajiner. Suyitno mengatakan Tokoh fiksi adalah tokoh yang ditampilkan pengarang sebagai manusia yang hidup di alam nyata. Dalam karya fiksi, tokoh semacam ini dapat dilihat pada karya prosa fiksi konvensional. Sedangkan tokoh imajiner adalah tokoh yang ditampilkan sebagai manusia yang hidup dalam fantasi. Dari tokoh imajiner ini kita tidak akan menjumpai sifat-sifat manusia secara wajar. Biasanya tokohnya berupa manusia yang serba super, tokoh tidak memiliki watak, sifat dan perangai seperti layaknya manusia biasa. Berdasarkan sifat dan watak tokoh, tokoh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Menurut pendapat Aminuddin Tokoh protagonis adalah tokoh yang berwatak baik sehingga disukai oleh pembaca. Sedangkan tokoh antagonis adalah tokoh yang berwatak jelek, tidak sesuai dengan apa yang diidamkan oleh pembaca. 18 Endah Tri Priyatni, Membaca Sastra dengan Ancangan Literasi Kritis, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 110 31 Berdasarkan fungsinya, tokoh dibedakan atas tokoh utama dan tokoh bawahan/pembantu. Tokoh utama adalah tokoh yang memega peran utama, frekuensi kemunculannya sangat tinggi, menjadi pusat penceritaan. Sedangkan tokoh bawahan adalah tokoh yang mendukung tokoh utama yang membuat cerita lebih hidup. Berdasarkan kompleksitas masalah yang dihadapi, tokoh dibedakan atas tokoh simple dan tokoh kompleks. Tokoh simple adalah tokoh yang tidak banyak dibebani masalah, sedangkan tokoh kompleks adalah tokoh yang banyak dibebani masalah. Berdasarkan perkembangan watak tokoh, tokoh yang dibedakan atas tokoh statis dan tokoh dinamis. Tpkoh statis adalah tokoh yang wataknya tidak mengalami perubahan mulai dari awal hingga akhir cerita. Sedangkan tokoh dinamis adalah tokoh yang mengalami perubahan dan perkembangan watak. b) Watak Watak adalah sifat dasar, ahklak, atau budi pekerti yang dimiliki oleh tokoh. Setiap tokoh dalam karya fiksi memiliki sifat, sikap, dan tingkah laku atau watak-watak tertentu. Yang memperkenalkan watakwatak tersebut adalah pengarang dengan tujuan untuk memperjelas tema yang ingin disampaikan. c) Perwatakan Cara pengarang menampilkan watak para tokoh dalam cerita ada bermacam-macam. M. Saleh dan Stephen Minot mengungkapkan bahwa ada dua cara perwatakan, yakni secara langsung atau analitik, secara dramatik (tidak langsung). Cara analitik adalah cara pengungkapan watah tokoh secara langsung. Pengarang secara langsung mengungkapkan sifat, sikap, dan perangai dari tokoh-tokoh yang ditampilkannya. Sedangkan cara dramati adalah pelukisan watak tokoh secara tidak langsung, misalnya melalui lingkunganhidup pelaku, monolog, percakapan para 32 pelaku, jalan pikiran pelaku, reaksi pelaku terhadap peristiwa, dan komentar orang lain terhadap pelaku. b. Setting atau latar Peristiwa dalam prosa fiksi dilatari oleh tempat, waktu, dan situasi tertentu. Sebenernya setting tidak hanya berupa tempat, waktu, yang bersifat fisikal semata, tetapi juga setting yang bersifat psikologis. Setting fisik berkaitan dengan tempat, waktu, situasi dan benda- benda/lingkungan hidup yang fungsinya membuat cerita menjadi logis. Sedangkan pada setting psikologis di samping benda, waktu, tempat, dan situasi tersebut mampu membuat cerita menjadi logis juga mampu menggerakan emosi atau jiwa pembaca. c. Alur/Plot Alur adalah rangkaian peristiwa yang dimiliki hubungan sebabakibat. Dari definisi ini dapat disimpulkan bahwa peristiwa adalah unsur utama alur. Keterampilan pengarang dalam memgarap peristiwa menjadi jalinan cerita yang menarik ikut menentukan kualitas cerita yang ditampilkan pengarang. Sudjiman membagi tahapan alur dengan menggunakan bagan sebagai berikut: 1. Paparan (eksposition) Awal 2. Rangsangan (inciting force) 3. Gawatan (rising action) 4. Tikaian (conflict) Tengah 5. Rumitan (complication) 6. Klimaks (climacx) Akhir 7. Leraian (falling action) 8. Selesaian (denoument) 33 d. Gaya (Style) Dalam istilah sastra gaya mengandung pengertian cara seorang pengarang menyampaikan gagasanya dengan menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta mampu menuansakan makna dan suasana yang dapat menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca. Jakob Sumardjo dan Saini K. M. mengartikan gaya gaya sebagai cara khas yang dipakai pengarang untuk mengungkapkan dan meninjau persoalan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian gaya lebih luas dari pada gaya bahasa. Gaya merupakan cermin pribadi pengarang. e. Sudut Pandang Pengarang/Point of View Seorang pengarang dalam memaparkan ceritanya dapat memilih sudut pandang tertentu. Pengarang dapat memilih satu atau lebih narator/pencerita yang bertugas memaparkan ide, peristiwa-peristiwa dalam prosa fiksi. Secara garis besar, pengarang dapat memlih pencerita AKUAN atau DIAAN. Seorang pencerita dapat dikatakan sebagai pencerita akuan apabila pencerita tersebut dalam bercerita menggunakan kata ganti orang pertama: aku atau saya. Pencerita akuan dapat menjadi salah seorang pelaku atau disebut narrator acting. Sebagai narrator acting, ia bisa mengetahui semua gerak fisik maupun psikisnya. Narrator acting yang demikian ini biasanya bertindak sebagai pelaku utama serba tahu. Tidak semua narrator acting sebagai pencerita serba tahu. Terdapat kemungkinan narrator acting ini hanya mengetahui gerak-gerik fisik dari para pelaku yang bertindak sebagai pelaku bawahan. Di samping bertindak sebagai pencerita yang terlibat atau narrator acting, seorang pencerita juga bisa bertindak sebagai pengamat. Pencerita semacam ini biasanya disebut pencerita DIAAN. Pencerita diaan dalam bercerita biasanya menggunakan kata ganti orang ketiga. Adapun penunjuk kebahasaan yang digunakan biasanya: dia, ia, atau mereka. 34 AKUAAN DIAAN Kata ganti otang I Kata ganti orang III Narrator acting serba tahu Observer serba tahu Narrator acting terbatas Observe terbatas (objektif) (objektif) f. Suasana Cerita Dalam cerita fiksi terdapat suasana batin dari individu pengarang. Di samping itu juga terdapat suasana cerita yang ditimbulkan oleh penataan setting. Suasana cerita yang ditimbulkan oleh suasana batin individual pengarang disebut mood, sedangkan suasana cerita yang timbul karena penataan setting disebut atmosphere. g. Tema Tema dalam prosa fiksi memiliki kedudukan yang sangat penting karena semua elemen dalam prosa fiksi dalam sistem oprasionalnya akan memacu dan menunjang tema. Tema tersebut juga menjadi ide sentral atau makna sentral suatu cerita. Tema merupakan jiwa cerita dalam karya fiksi. Pendapat ini selaras dengan pendapat Aminuddin yang menyatakan bahwa tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya.19 5. Unsur Ekstrinsik Pengkajian unsur ekstrinsik prosa fiksi mencakup: aspek historis, sosiologis, psikologis, filsafat dan religius.20 19 Endah Tri Priyatni, Membaca Sastra dengan Ancangan Literasi Kritis, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 110 20 Ibid. h. 119 35 D. Penelitian yang Relevan Analisis kesalahan Penggunaan Huruf Kapital dan Tanda Baca dalam Karangan Narasi pada Siswa Kelas IX Mts Nurul Ihkwan Tahun Pelajaran 2011/2012 oleh Ahmad Razik Irawan. Dari hasil penelitiannya kesalahan terbanyak ditemukan pada tataran penggunaan tanda baca, yaitu 67% siswa melakukan kesalahan dalam menggunakan tanda baca. Nur Rochman Prabowo (2010), mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta, melakukan penelitian tanda baca mengenai “Peningkatan Kemampuan Tanda Baca dalam Paragraf Narasi dengan Metode Berlatih Menulis Kelompok pada Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah 7 Banyudono, Boyolali”. Penerapan metode berlatih menulis ini diharapkan siswa mampu menulis dengan baik. Salah satu kesulitan siswa adalah penggunaan ejaan bahasa Indonesia yang kurang tepat, yaitu tanda baca. Kesulitan ini disebabkan siswa tidak paham bagaimana pengunaan tanda baca yang tepat. Kurangnya pelatihan dan juga metode yang digunakan guru dalam pembelajaran menulis. Oleh karena itu, diperlukan suatu metode pembelajaran dalam keterampilan menulis. Salah satu dari metode ini siswa diharapkan melakukan percobaan dengan tujuan memperoleh pemecahan masalah yang telah dihadapinya secara berkelompok. Melalui model pembelajaran ini diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif dan memberikan kesempatan untuk berkomunikasi sehingga pemahaman dan kemampuan tentang tanda baca yang dimiliki siswa serta prestasi belajar siswa dapat meningkat. Khalimi (2012), mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, telah melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kesalahan Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan pada Karangan Siswa Kelas VI di Madrasah Ibtidaiyah Al-Ihsan Palmerah Jakarta Barat. Perbedaan penelitian tersebut dengan skripsi ini adalah skripsi ini lebih fokus kepada permasalahan 36 penempatan tanda baca, tidak mencakup penggunaan huruf besar seperti yang tercantum dalam EYD. Berbagai penelitian di atas, telah dilakukan berbagai penelitian tentang kesalahan berbahasa dengan metode yang berbeda. Hasilnya dapat disimpulkan bahwa kesalahan berbahasa masih banyak dilakukan. Oleh karena itu, penelitian yang menyangkut kesalahan berbahasa ini masih layak untuk dilakukan. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Smp Dua Mei Ciputat Timur, Tangerang Selatan. Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan. Terhitung mulai dari proposal penelitian diajukan. 18 Desember 2014 sampai 6 Agustus 2015 B. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIIIA Semester genap tahun pelajaran 2014/2015, dengan jumlah siswa 27 orang. Pertimbangan dipilihnya kelas tersebut adalah berdasarkan hasil rundingan dengan guru kelas dan guru bagian kurikulum. C. Metode Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif adalah pendekatan penelitian yang menekankan pada analisis non numerik dan analisis interpretatif terhadap fenomena sosial.1 Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural/setting). Kualitatif disebut juga sebagai metode etnografi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya. Disebut sebagai metode kualiatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.2 Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya.3 1 Sulistyaningsih, Metodelogi Penelitian Kebidanan: Kuantitatif-Kualitatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h. 107 2 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi, (Bandung: Alfabeta, 2013), h.12 3 Aselm Strauss dan Juliet Corbin, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 4 37 38 Penelitian kualitatif menurut para ahli di antaranya Bogdan dan Tylor mendefinisikan “metodelogi kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan prilaku yang dapat diamati.4 Sejalan dengan itu kirk dan miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.5 Penelitian deskripsi berusaha memberikan dengan sistematis dan cermat fakta-fakta aktual dan sifat populasi tertentu.6 Sedangan inti dari pengertian Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan untuk melukiskan dan menafsirkan keadaan yang ada sekarang. Penelitian ini berkenaan dengan kondisi atau hubungan yang ada, praktek-praktek yang sedang berlaku, keyakinan, sudut pandang, atau sikap yang dimiliki, prosesproses yang sedang berlangsung, pengaruh-pengaruh yang sedang dirasakan, atau kecenderungan-kecenderungan yang sedang berkembang.7 Dalam melakukan penelitian deskriptif tak boleh hanya memindahkan fakta dari lapangan ke laporan penelitian, tanpa mencari makna.8 D. Teknik Pengumpulan Data Penelitian yang target datanya berupa keterampilan, kompetensi, intelegensi, dan bakat, lebih tepat menggunakan teknik tes.9 Mengingat target data yang ingin didapat dan pernyataan tersebut, maka teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah tes. 4 Bogdan dan Tylor dalam Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), h. 3 5 Ibid. h. 3 6 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 2010), h. 8 7 Donal Ary Dkk, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, ( Surabaya: Usaha Nasional, 1982), h. 51 8 Tatang M. Amirin, Menyusun Rencara Penelitian, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), h. 124 9 H.M. Musfiqon, Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2012), h. 131 39 Penggunaan teknik tes ini disesuaikan dengan masalah yang diteliti, sehingga alat tes yang dipilih sesuai dengan masalah penelitian sehingga format tes dapat dikembangan sendiri oleh peneliti. Oleh karena itu, peneliti menggunakan alat tes berupa cerpen yang berjudul Akibat Jajan Sembarangan oleh Adinta Asfiratun Husna. Peneliti menyajikan cerpen tersebut tanpa dilengkapi tanda baca agar siswa melengkapi tanda baca yang hilang sesuai dengan kaidah EYD. E. Teknik Pengolahan Data Berdasarkan teknik pengambilan data maka data yang dihasilkan berupa data teks, maka teknik pengolahan data sebagai berikut: a. Mengumpulkan data kesalahan, yaitu berupa kesalahan berbahasa yang dibuat oleh sisswa, misalnya hasil ulangan, karangan atau percakapan. b. Mengidentifikasi dan mengklasifikasi kesalahan, yaitu mengenali dan memilah-milah kesalahan berdasarkan kategori kebahasaan. Misalnya kesalahan-kesalahan pelafalan, pembentukan kata, penggunaan kata dan penyusunan kalimat. c. Memperingkat kesalahan,yaitu mengurutkan kesalahan berdasarkan frekuensi atau keseringannya. d. Menjelaskan kesalahan, yaitu menggambarkan letak kesalahan, penyebab kesalahan, dan memberikan contoh yang benar. e. Memperkirakan daerah rawan kesalahan, yaitu meramalkan tataran bahasa yang dipelajari yang potensial mendatangkan kesalahan. f. Mengoreksi kesalahan, yaitu memperbaiki dan bila dapat menghilangkan kesalahan melalui penyusunan bahan yang tepat, buku pegangan yang baik, dan teknik pengajaran yang serasi. F. Teknik Analisis Data Teknik analisis yang penulis gunakan yaitu teknik analisis kualitatif deskriptif. Langkah pertama adalah membuat tabel frekuensi kemudian 40 dilengkapi dengan presentase. Dalam hal ini, penulis menggunakan rumus sebagai berikut: F P= ______ X 100% N Keterangan: P = Angka Persentase (%) F = Frekuensi yang sedang dicari presentasenya (jumlah kesalahan) N = Number of Case (jumlah frekuensi/banyaknya individu).10 Setelah mendapatkan hasil presentase, maka untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam menggunakan tanda baca dengan benar dapat dilihat berdasarkan kriteria dibawah ini: G. Instrumen Penelitian Berikut ini adalah instrumen yang penulis gunakan dalam mengolah data penelitian. Ada tiga tabel analisis. Format tabel yang digunakan sebagai berikut: Tabel 1 No Nama Kls Kode Cerpen Keterangan: No : Nomor urut tabel Nama : Nama siswa Kls : Kelas Kode Cerpen : Nomor urut cerpen 10 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Drafindo Persada, 2012) h. 43 41 Tabel 2 No Kode Data Data Ke- Hasil Temuan Keterangan: No : Nomor urut tabel Kode : Kode nomor urut cerpen Data ke- : Nomor urut data temuan Hasil temuan : Data temuan Tabel 3 Kode Data Ke- Analisis Kesalahan Keterangan: Kode : Kode nomor urut cerpen Data ke- : Nomor urut data temuan Analisis kesalahan : analisis dan perbaikan kesalahan Tabel 4 No Kode Komponen (.) (,) (:) (?) TKTB Keterangan: No : Nomor urut tabel Kode : Kode nomor urut cerpen (.) : Tanda titik (,) : Tanda koma (:) : Tanda titik dua (?) : Tanda tanya (!) (-) (“...”) Jumlah 42 (!) : Tanda seru (-) : tanda hubung (“...”) : Tanda petik Jumlah : Jumlah Kesalahan TKTB : Total kesalahan tanda baca BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Dentitas Sekolah a. Nama Sekolah : SMP Dua Mei Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan b. Nomor Statitik Sekolah (NSS): 20 2 280310 014 c. Alamat Sekolah : Jalan H. Abdul Gani No. 135 : Kecamatan Ciputat Timur : Kota Tangerang Selatan : Provinsi Banten d. Nomor Telepon : (021) 7490034 e. Status Sekolah : Swasta f. Nilai Akreditasi Sekolah : A g. Tahun Didirikan : 1986 h. Tahun Beroperasi : 1986 i. Kepemilikan Tanah : Yayasan Pendidikan Dua Mei a) Status Tanah : Tanah Milik Yayasan b) Luas Tanah : 3000 m2 j. Status Bangunan : Yayasan a) Surat Izin Bangunan : No. b) Luas Seluruh Bangunan :1000 M2 43 44 2. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan a. Kepala Sekolah Jenis No. Nama 1 2 kelamin Jabatan L P L - Enjang Kepala Supyan, M.Pd. Sekolah Saptono, S.Pd. Wakil Kepala L 44 Pendidikan Masa terakhir kerja S.2 12 Th S.2 12 Th Th Sekolah a. Usia - 41 Th Guru a) Kualifikasi Pendidikan, Status, Jenis kelamin, dan jumlah Jumlah dan status guru Tingkat No. Pendidikan GT/PNS GTT/Guru Bantu L P L Jumlah P 1 S3/S2 1 1 2 2 S1 6 6 10 3 D-4 4 D3/Sarmud 5 D2 6 D1 7 SMA/Sederajat Jumlah 2 7 7 45 b) Jumlah Guru dengan tugas mengajar sesuai dengan latar belakang pendidikan (keahlian) Jumlah guru dengan latar Jumlah dengan latar belakang pendidikan sesuai belakang pendidikan dengan tugas mengajar yang Tidak sesuai dengan Juml ah tugas mengajar N Guru o. D1/D D3/ S1/D S2/S D1/D D3 S1/D S2/S 2 4 4 Sarm 3 2 ud / 3 Sar mu d 1 2 3 4 IPA Matemati ka Bahasa Indonesia Bahasa Inggris 2 2 1 1 2 1 3 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 Pendidik 5 an Agama 6 7 8 IPS Penjaske s Seni Budaya 9 PKn 1 1 10 TIK 1 1 11 BK 1 1 46 12 Lainnya Jumlah 13 2 1 1 1 16 b) Data Ruang Belajar Jumla Jenis h Ruangan (buah ) 1. Perpustak aan 2. Lab. IPA 3. Keterampi lan 1 1 1 Ukura n (p x l) 7x9 10 x 12 9x9 4. Multimedi a Jumla Kondi si *) 7x9 (buah ) Baik Baik Baik Rsk 1 Jenis Ruangan h Ringa 6. Lab. Bahasa 7.Lab. Komputer 1.PTD Ukura n (p x l) Kondi si - - - 1 7x9 Baik - - - - - - - - - 2. Serbaguna/A ula n 5. Kesenian - - - 6. - b. Visi, Misi dan Tujuan a) Visi Visi sekolah Menengah Pertama (SMP) Dua Mei Ciputat yaitu mewujudkan SMP Dua Mei Ciputat sebagai sekolah “Bermutu, Berakhlak dan Berbudi Pekerti Luhur” b) Misi Misi SMP Dua Mei Ciputat yaitu : 1. Bermutu dalam mewujudkan pengembangan pendidikan yang berdasarkan akhlak mulia 2. Bermutu dalam mewujudkan pengembangan tenaga pendidik dan kependidikan yang berbudi pekerti luhur, jujur, profesional, terampil, tangguh dan berkompeten di bidangnya 47 3. Bermutu dalam mewujudkan pengembangan standar proses pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan 4. Bermutu dalam mewujudkan pengembangan fasilitas pendidikan yang lengkap, up to date dan canggih 5. Bermutu dalam mewujudkan peningkatan standar kelulusan dan prestasi non akademik 6. Bermutu dalam mewujudkan peningkatan kelembagaan serta manajemen 7. Bermutu dalam mewujudkan pengembangan standar pembiayaan 8. Bermutu dalam mewujudkan pengembangan standar penilaian pendidikan. c. Tujuan Tujuan pendidikan di SMP Dua Mei Ciputat Timur adalah: a) Mendidik siswa menjadi insan yang berakhlak mulia b) Mendidik siswa menjadi insan yang berbudi pekerti luhur c) Mendidik siswa menjadi insan yang jujur d) Mendidik siswa menjadi insan yang trampil e) Mendidik siswa menjadi insan yang disiplin f) Mengembangkan bakat siswa dalam bidang akademik g) Mengembangkan bakat siswa dalam bidang non akademik h) Meningkatkaan pembelajaran yang efektif i) Meningkatkan mutu pendidikan j) Mengantarkan siswa ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. B. Analisis Data Berikut adalah tabel data siswa yang menjadi sempel penelitian. Sempel penelitian kelas VIII A dengan jumlah siswa 27 orang. 48 No Nama Siswa Kelas 1 Ahmad Bachza Baimahdi VIIIA 2 2 Alfa San VIIIA 12 3 Anita Sari VIIIA 24 4 Bayu Cesario Tri Kumorodjati VIIIA 17 5 Berlian Tri Cahayana Putri VIIIA 11 6 Bima Antares Alashar VIIIA - 7 Boby Kriscahyanto VIIIA 1 8 Daffa Aria Putra VIIIA 5 9 Diana VIIIA 8 10 Fahri Supriyatna VIIIA 23 11 Farhan Sovi Bawazir VIIIA 14 12 Fauzan Aryatsha VIIIA 6 13 Feny Rahmawati VIIIA 18 14 Ilham Adeputra VIIIA 22 15 Intan Nuryahya saputri VIIIA 10 16 Khoirul Mawaddah VIIIA 9 17 Muhammad Aditya Nanang Nasrullah VIIIA 20 18 Muhammad Alif Raihansyah Sudiman VIIIA 16 19 Muhammad Ar Razzaq Rafi VIIIA 25 20 Muhammad Arvansyah S VIIIA 7 21 Muhammad Fikri Akhrizan VIIIA - 22 Novita Murtiani VIIIA 4 23 Puput Nurjanah VIIIA 3 24 Siti Bunga Nurjanah VIIIA 19 25 Syahdad Afdalash VIIIA 21 26 Tanika Candida Karin VIIIA 13 27 Ubaidillah VIIIA 15 Keterangan: No : Nomor urut tabel Kode Cerpen 49 Nama : Nama siswa Kls : Kelas Kode Cerpen : Nomor urut cerpen Data kesalahan penempatan tanda baca sebagai berikut: No Kode Data Data Ke- Hasil Temuan 1 1 1 Sudah dua hari ini Imah tidak Masuk sekolah. Padahal dia itu anak yang rajin 2 Oleh karena itu Aku, Ana, dan Afga berencana mengunjunginya sepulang sekolah. 2 3 2 3 3 Tiba-tiba mereka mengejutkan ku dan berteriak 1 Tidak lama Imah keluar. 2 Dia berkata “Afga 3 “Afga jajanya dijaga. 4 Jangan jajan sembarangan gitu” 5 “Tahu apa” 6 “ya ampun” 1 Sebab itu, lebih bersih dan terhindar 2 “Astaga. Aku belum mau jadi mayat!” 3 “iya, aku juga ga mau” sahutku. 4 “kalau gitu, besok aku bawa bekal dari rumah” ucap Afga. 4 4 1 Silahkan masuk dan duduk dulu ya,” 2 Dia berkata “Afga, jajannya dijaga. 3 Imah menjelaskan Ia sakit karena jajan sembarangan, Ia juga minum es seperti yang sedang dibawa afga. 5 5 4 “ya, ampun” 5 Kata Afga berikut menjauhkan sedotan dari bibirnya 1 Siang harinya sesuai rencana, kami aku pun menunggu 50 2 Menunggu teman temanku disamping pintu gerbang sekolah. 6 6 3 Mereka mengejutkanku dan berteriak “Dor! 4 “Dor! Kaget ya?” 1 Lagi pula lebih baik bawa bekal dari rumah, 2 “imah lekas sembuh ya” ucap kami sebelum pulang. 3 “Amin, makasih ya teman-teman” jawab Imah. 4 “siap, bos! Semoga kita dapat seratus lagi ya” jawab Imah. 7 7 5 “Pasti. Semangat!” seru kami. 1 Sebab itu lebih bersih dan terhindar dari zat berbahaya bagi tubuh. 2 “Astaga! Aku belum mau jadi mayat” seru Afga. 3 “iya, aku juga gak mau” sahutku. 4 “kalau gitu, besok aku bawa bekal aja dari rumah” ucap Afga. 8 9 8 9 1 “Imah, lekas sembuh ya” ucap kami sebelum pulang. 2 “Amin, makasih ya teman-teman,” 3 “pasti! Semangat” seru kami. 1 Oleh karena itu, Aku, Ana, dan Afga, berencana mengunjunginya sepulang sekolah. 10 11 10 11 2 “kemana ya mereka?” gumamku. 3 “dor. Kaget 4 Kaget ya?” 1 “Imah lekas sembuh ya” ucap kami sebelum pulang. 2 “Amin, makasih ya teman-teman 3 Teman-teman” jawab Imah. 4 Belajar juga buat ulangan matematika, 5 Semangat” kata Ana. 1 “Astaga! Aku belum mau jadi mayat” seru Afga. 51 2 “Iya, aku juga ga mau” sahutku. 3 “Kalau gitu, besok aku bawa bekal aja dari rumah” ucap Afga. 12 12 1 “Adi, Ana, dan Afga rupanya. Silahkan masuk dan duduk dulu ya” 2 Dia berkata “Afga jajannya dijaga. Jangan sembarangan 3 “Afga jajanya dijaga. Jangan sembarangan gitu” sembari menunjuk ke arah kantong es yang dibawa Afga. 4 “kenapa? Aku haus” jawab Afga dengan polosnya. 5 “ya ampun” kata Afga berikut menjauhkan sedotan dari bibirnya. 13 13 1 “Adi, Ana, dan Afga rupanya. Silahkan masuk dan duduk dulu ya” 14 14 2 Dia berkata, “Afga! Jajannya di jaga jangan sembarangan 3 “kenapa? Aku haus” jawab Afga dengan polosnya. 4 “tahu. Apa?” tanyaku. 1 “kemana ya mereka?” gumamku. 2 Tiba-tiba, mereka mengejutkanku dan berteriak “dor! 3 “dor! Kaget ya?” 4 “apaan sih kalian? Mengagetkanku saja. Kalau aku jantungan gimana?” seruku. 5 “maaf, maaf, soalnya tadi kami mampir dulu ke ruang guru untuk mengumpulkan tugas dari Pak Marno” pinta Ana dan Afga. 15 15 1 “kemana ya mereka?” gumamku. 2 Tiba-tiba, mereka mengejutkanku dan berteriak “dor! 3 “apaan sih kalian? Mengagetkanku saja. Kalau aku jantungan gimana?” seruku. 16 16 1 “astaga! Aku belum mau jadi mayat” 2 “iya aku juga gak mau” 52 17 17 3 “iya aku juga gak mau” 1 “Adi Ana dan Afga rupanya. Silahkan masuk dan duduk dulu ya” 2 “Adi Ana dan Afga rupanya. Silahkan masuk dan duduk dulu ya” 3 Dia berkata “Afga jajanya dijaga. Jangan jajan sembarangan gitu” 4 Dia berkata “Afga jajanya dijaga. Jangan jajan sembarangan gitu” 5 Dia berkata “Afga jajanya dijaga. Jangan jajan sembarangan gitu” 18 18 6 Ia juga minum es seperti yang sedang dibawa Afga 7 “ya ampun” tanyaku. 1 “kemana ya mereka?” gumamku. 2 Tiba-tiba, mereka mengejutkanku dan berteriak “dor! Kaget ya?” 3 Tiba-tiba mereka mengejutkanku dan berteriak “dor! Kaget ya?” 4 “Maaf, maaf, soalnya tadi kami mampir dulu ke ruang guru untuk mengumpulkan tugas dari Pak Marno” 19 19 1 “Imah, lekas sembuh ya” ucap kami sebelum pulang. 2 “Amin, makasih ya teman-teman,” 3 “besok kamu jadi masuk sekolah? Belajar juga buat ulangan matematika. Semangat.” Kata Ana. 20 20 1 “Adi, Ana, dan Afga rupanya. Seilahkan masuk dan duduk dulu ya” Bu Ina Ibu Imah mempersilahkan kami masuk. 2 “Adi, Ana, dan Afga rupanya. Seilahkan masuk dan duduk dulu ya” Bu Ina Ibu Imah mempersilahkan kami masuk. 53 3 Dia berkata “Afga, jajanya dijaga. Jangan jajan sembarangan gitu” 4 Dia berkata “Afga, jajanya dijaga. Jangan jajan sembarangan gitu” 21 21 1 Sebelum kerumah Imah, kami sempat mampir ke warung untuk membeli roti, Bahkan Afga juga sempat membeli es karena kehausan. 2 “Adi, Ana, dan Afga rupanya. Silahkan masuk dan duduk dulu ya” Bu Ina, ibu Imah, mempersilahkan kami masuk. 3 Tidak lama Imah keluar. Dia terlihat kurus dan wajahnya tampak pucat. 4 Dia berkata “Afga, jajanya dijaga. Jangan jajan sembarangan gitu” sembari menunjuk ke arah kantong es yang dibawa Afga. 5 Dia berkata “Afga, jajanya dijaga. Jangan jajan sembarangan gitu” sembari menunjuk ke arah kantong es yang dibawa Afga. 22 22 6 “Kenapa? Aku haus” jawab Afga dengan polosnya. 1 Oleh karena itu, Aku, Ana, dan Afga, berencana mengunjunginya usai pulang sekolah. 2 “Ke mana ya mereka?” gumamku. 3 Tiba-tiba, mereka mengejutkanku dan berteriak “Dor! Kaget ya?” 4 Tiba-tiba, mereka mengejutkanku dan berteriak “Dor! Kaget ya?” 23 23 1 “Kemana ya mereka?” Gumamku. 2 Tiba-tiba, mereka mengejutkanku dan berteriak “Dor. Kaget ya?” 3 Tiba-tiba, mereka mengejutkanku dan berteriak “Dor. Kaget ya?” 54 4 Tiba-tiba, mereka mengejutkanku dan berteriak “Dor. Kaget ya?” 5 “Apaan sih kalian? Mengagetkanku saja. Kalau aku jantungan gimana?” seruku. 6 “Maaf, maaf, soalnya tadi kami Mampir dulu ke ruang guru untuk mengumpulkan tugas dari Pak Marno,” pinta Ana dan Afga. 24 24 1 “Astaga. Aku belum mau jadi mayat” seru Afga. 2 “Astaga. Aku belum mau jadi mayat” seru Afga. 3 “Iya, aku juga gak mau” sahutku. 4 “Kalau gitu, besok aku bawa bekal aja dari rumah” ucap Afga. 25 25 1 “Adi, Ana, dan Afga rupanya. Silahkan masuk dan duduk dulu ya” 2 Bu Ina, ibu Imah mempersilahkan kami masuk. 3 Dia berkata “Afga, jajanya dijaga. Jangan jajan sembarangan gitu” 4 Dia berkata “Afga, jajanya dijaga. Jangan jajan sembarangan gitu” 5 “Ya ampun” kata Afga berikut menjauhkan sedotan dari bibirnya. Keterangan: No : Nomor urut tabel Kode : Kode nomor urut cerpen Data ke- : Nomor urut data temuan Hasil temuan : Data temuan 55 Analisis kesalahan penempatan tanda baca: Kode Data Ke- Analisis Kesalahan 1 Data: Sudah dua hari ini Imah tidak masuk sekolah. Padahal 1 dia itu anak yang rajin Analisis: pada kalimat tersebut terdapat kekurangan dalam penerapan tanda baca “koma”. Jika melihat EYD, tanda koma harus diterapkan setelah kata “padahal”. Karena, kata tersebut adalah ungkapan penghubung antar kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Perbaikan: Sudah dua hari ini Imah tidak Masuk sekolah. Padahal, dia itu anak yang rajin 2 Data: Oleh karena itu Aku, Ana, dan Afga berencana mengunjunginya sepulang sekolah. Analisis: pada data tersebut terdapat kekurangan penerapan tanda baca “koma”. Dalam EYD, tanda koma harus diterapkan setelah kalimat “oleh karena itu”. karena kalimat tersebut adalah ungkapan penghubung antar kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Perbaikan: Oleh karena itu, Aku, Ana, dan Afga berencana mengunjunginya sepulang sekolah. 3 Data: Tiba-tiba mereka mengejutkanku dan berteriak Analisis: pada data tersebut ada kekurangan penerapan tanda baca “koma”. setelah kata “tiba-tiba” diberi tanda koma untuk menghindari salah baca. Perbaikan: Tiba-tiba, mereka mengejutkanku dan berteriak. 2 1 Data: Tidak lama Imah keluar. Analisis: pada kalimat tersebut ditemukan kekurangan penerapan tanda baca “koma”. mengacu pada EYD, kalimat tersebut harus dilengkapi tanda koma setelah kalimat “tidak lama”. Ini dimaksudkan untuk menghindari salah baca/salah 56 pengertian. Perbaikan: Tidak lama, Imah keluar. 2 Data: Dia berkata “Afga Anaisis: kalimat di atas kurang tanda koma setelam kalimat “dia berkata”. Seharunya diberi tanda “koma” untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. Perbaikan: Dia berkata, “Afga jajannya dijaga. Jangan jajan sembarangan gitu,” 3 Data: “Afga jajannya dijaga. Analisis: Pada data tersebut, kalimat harus dilengkapi tanda “koma” setelah kata “Afga” untuk menghindari salah baca atau pengertian. Perbaikan: “Afga, jajannya dijaga. Jangan jajan sembarangan gitu,” 4 Data: “Tahu apa” Analisis: kalimat tersebut harus dilengkapi dengan tanda “tanya” diakhir kalimat tersebut. Karena, kalimat tersebut kalimat tanya. Perbaikan: “Tahu apa?” 5 Data: “Ya ampun” Analisis: kalimat di atas harus diakhiri dengan tanda “koma” sebelum tanda “petik dua tutup” untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. Perbaikan: “Ya ampun,” 3 1 Data: Sebab itu, lebih bersih dan terhindar Analisis: Kalimat tersebut dalam penempatan tanda baca “koma” kurang tepat. Perbaikan: Sebab, itu lebih bersih dan terhindar dari zat berbahaya bagi tubuh. 2 Data: “Astaga. Aku belum mau jadi mayat!” 57 Analisis: kalimat di atas kurang tepat dalam pemberian tanda baca. Setelah kata “Astaga” seharusnya bukan diberi tanda “titik” tetapi “seru”. Salah satu fungsi tanda seru dipakai untuk ungkapan yang menggambarkan emosi yang kuat. Perbaikan: “Astaga! Aku kan belum mau jadi mayat!” 3 Data: “Iya, aku juga ga mau” sahutku. Analisis: ada kekurangan penerapan tanda baca “koma” dalam kalimat tersebut. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. Diakhir kalimat harus diberi tanda baca koma sebelum diberi tanda “petik tutup”. Perbaikan: “Iya, aku juga ga mau,” sahutku. 4 Data: “Kalau gitu, besok aku bawa bekal dari rumah” ucap Afga. Analisis: kesalahan pada data keempat dicerpen ketiga ini sama seperti data ketiga. Perbaikan: “Kalau gitu, besok aku bawa bekal dari rumah,” ucap Afga. 4 1 Data: Silahkan masuk dan duduk dulu ya,” Analisis: pada kalimat tersebut, kurang pemberian tanda “koma” setelah kata “dulu”. Karena, kata “ya” adalah kata seru yang harus dipisahkan dengan tanda “koma”. Perbaikan: Silah kan masuk dan duduk dulu, ya,” 2 Data: Dia berkata “Afga, jajannya dijaga. Analisis: kalimat di atas kurang pemberian tanda “koma” untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. Perbaikan: Dia berkata, “Afga, Jajannya dijaga. Jangan jajan sembarangan gitu,” 3 Data: Imah menjelaskan Ia sakit karena jajan sembarangan, Ia 58 juga minum es seperti yang sedang dibawa afga. Analisis: perberian tanda “koma” pada kalimat diatas kurang tepat. Lebih tepat jika diberi tanda “titik”, untuk mengakhiri kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Perbaikan: Imah menjelaskan Ia sakit karena jajan sembarangan. Ia juga minum es seperti yang sedang dibawa afga. 4 Data: “ya, ampun” Analisis: kalimat tersebut harus dilengkapi dengan “koma” setelah kata “ampun”, untuk memisahkan petikan langsung. Perbaikan: “ya, ampun,” 5 Data: Kata Afga berikut menjauhkan sedotan dari bibirnya Analisis: kalimat di atas kurang sempurna, karena tidak diakhiri dengan tanda “titik”. Tanda tersebut untuk menandai akhir kalimat bukan pertanyaan atau seruan. Perbaikan: Kata Afga berikut menjauhkan sedotan dari bibirnya. 5 1 Data: Siang harinya sesuai rencana, kami akupun menunggu Analisis: Dalam kalimat tersebut terdapat kekeliruan dalam penempatan tanda baca “koma”. Penempatan koma tidak seharunya setelah kata “rencana” melainkan setelah kata “kami” untuk menghindari salah baca/pengertian. Perbaikan: Siang harinya sesuai rencana kami, aku pun menunggu teman-temanku disamping pintu gerbang sekolah. 2 Data: Menunggu teman temanku di samping pintu gerbang sekolah. Analisis: data tersebut memiliki kesalahan tanda baca. Kesalahan terdapat pada unsur tanda baca “hubung”. Kata hubung digunakan untuk menyambung unsur-unsur kata ulang. Kesalahan terjadi pada kata “tema temanku” 59 Perbaikan: Menunggu teman-temanku di samping pintu gerbang sekolah. 3 Data: Mereka mengejutkanku dan berteriak “Dor! Analisis: data tersebut memiliki kesalaha tanda baca “koma”. setelah kata “berteriak” seharunya diberi “koma” untuk memisahkan petikan langsung. Perbaikan: Mereka mengejutkanku dan berteriak, “Dor! Kaget, ya?” 4 Data: “Dor! Kaget ya?” Analisis: kalimat tersebut memiliki kesalahan tanda baca “koma”. setelah kata “kaget” harus diberi tanda koma untuk memisahkan kata seru “ya”. Perbaikan: “Dor! Kaget, ya?” 6 1 Data: Lagi pula lebih baik bawa bekal dari rumah, Analisis: data tersebut kurang dalam penerapan tanda “koma”. setelah “lagi pula” harus diberi tanda koma, karena itu adalah ungkapan penghubung antar kalimat. Perbaikan: Lagi pula, lebih baik bawa bekal dari rumah, 2 Data: “imah lekas sembuh ya” ucap kami sebelum pulang. Analisis: kalimat di atas kurang dilengkapi tanda “koma”. seharusnya kata “ya” harus dipisahkan dengan koma, karena itu adalah kata seru menurut EYD. Perbaikan: “Imah lekas sembuh, ya,” ucap kami sebelum pulang. 3 Data: “Amin, makasih ya teman-teman” jawab Imah. Analisis: kalimat di atas kurang tepat. Kata “ya” harus dipisahkan dengan “koma”. tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seru. Perbaikan: “Amin, makasih, ya, teman-teman” jawab Imah. 4 Data: “siap, bos! Semoga kita dapat seratus lagi ya” jawab 60 Imah. Analisis: data tersebut memiliki kesalahan tanda baca. Kata “ya” harus dipisahkan dengan tanda “koma”. karena “ya” adalah kata seru. Perbaikan: “Siap, bos! Semoga kita dapat seratus lagi, ya,” jawab Imah. 5 Data: “Pasti. Semangat!” seru kami. Analisis: data di atas penerapan tanda bacanya kurang tepat. Setelah kata “pasti” lebih tepat menggunakan tanda “seru”. Tanda seru digunakan untuk mengakhiri ungkapan yang berupa seruan atau emosi yang kuat. Perbaikan: “Pasti! Semangat!” seru kami. 7 1 Data: Sebab itu lebih bersih dan terhindar dari zat berbahaya bagi tubuh. Analisis: Terjadi kekurangan dalam penerapan tanda baca “koma” dalam kalimat tersebut. Setelah kata “sebab” diberi tanda koma, untuk menandakan itu ungkapan penghubung antarkalimat. Perbaikan: Sebab, itu lebih bersih dan terhindar dari zat berbahaya bagi tubuh. 2 Data: “Astaga! Aku belum mau jadi mayat” seru Afga. Analisis: Data tersebut kurang tanda “koma” setelah kata “mayat”. Lebih tepat jika ditambah tanda koma untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. Perbaikan: “Astaga! Aku belum mau jadi mayat” seru Afga. 3 Data: “iya, aku juga gak mau” sahutku. Analisis: Dalam kalimat ini juga memiliki masalah yang sama dengan data kedua. Setelah kata “mau” harus diberi tanda “koma” agar memisahkan petikan langsung dengan kalimat lain. 61 Perbaikan: “Iya, aku juga gak mau” sahutku. 4 Data: “kalau gitu, besok aku bawa bekal aja dari rumah” ucap Afga. Analisis: dalam kalimat ini juga memiliki kekurangan yang sama. Tanda “koma” harus disisipkan setelah kata “rumah”, untuk memisahkan petikan langsung dengan kalimat. Perbaikan: “Kalau gitu, besok aku bawa bekal aja dari rumah,” ucap Afga. 8 1 Data: “Imah, lekas sembuh ya” ucap kami sebelum pulang. Analisis: Pada data tersebut, pada kata “ya” harus dilengkapi dengan tanda “koma”. dimaksudkan untuk memisahkan kata seru. Perbaikan: “Imah, lekas sembuh, ya,” ucap kami sebelum pulang. 2 Data: “Amin, makasih ya teman-teman,” Analisis: kalimat di atas harus dilengkapi tanda “koma” pada kata “ya”, karena itu adalah kata seru. Perbaikan: “Amin, makasih, ya, teman-teman,” 3 Data: “pasti! Semangat” seru kami. Analisis: kalimat tersebut harus dilengkapi dengan tanda “seru” setelah kata “semangat”, untuk menandakan ungkapan emosi yang kuat. Perbaikan: “Pasti! Semangat!” seru kami. 9 1 Data: Oleh karena itu, Aku, Ana, dan Afga, berencana mengunjunginya sepulang sekolah. Analisis: ada yang harus diperbaiki dalam kalimat tersebut. Tanda “koma” setelah “Afga” tidak diperlukan. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian. Namun, pada perincian terakhir tanda koma tak diperlukan. Perbaikan: Oleh karena itu, Aku, Ana, dan Afga berencana 62 mengunjunginya sepulang sekolah. 2 Data: “ke mana ya mereka?” gumamku. Analisis: pada kata “ya” dalam kalimat tersebut harus dilengkapi tanda “koma”. karena, kata “ya” adalah kata seru. Perbaikan: “Ke mana, ya, mereka?” gumamku. 3 Data: “dor. Kaget Analisis: pada data tersebut terdapat kekeliruan penerapan tanda baca. Pada kata “dor” lebih tepat menggunakan tanda “seru”. Hal ini untuk menunjukan kata itu adalah sebuah ungkapan yang menggambarkan kesungguhan atau emosi yang kuat. Perbaikan: “Dor! Kaget, ya?” 4 Data: Kaget ya?” Analisis: data di atas harus dilengkapi dengan tanda baca “koma” pada kata “ya”. Karena, itu adalah kata seruan. Perbaikan: “Dor! Kaget, ya?” 10 1 Data: “Imah lekas sembuh ya” ucap kami sebelum pulang. Analisis: kalimat di atas terdapat kekurangan. Pada kata “ya” harus dilengkapi dengan tanda “koma”. karena kata tersebut adalah kata seru. Perbaikan: “Imah lekas sembuh, ya,” ucap kami sebelum pulang. 2 Data: “Amin, makasih ya teman-teman Analisis: pada kata “ya” di kalimat tersebut harus diiringi dengan tanda “koma”. kata tersebut adalah kata seru. Perbaikan: “Amin, makasih, ya, teman-teman,” 3 Data: Teman-teman” jawab Imah. Analisis: pada data tersebut setelah “teman-teman harus diikuti tanda “koma” untuk memisahkan petikan langsung dengan kalimat selanjutnya. 63 Perbaikan: Teman-teman,” jawab Imah. 4 Data: Belajar juga buat ulangan matematika, Analisis: kalimat tersebut lebih tepat jika diakhiri dengan tanda “titik”. Kalimat tersebut adalah kalimat bukan pertanyaan atau seruan. Perbaikan: Belajar juga buat ulangan matematika. 5 Data: Semangat” kata Ana. Analisis: diakhir kata semangat harus diikuti tanda “seru”, untuk menggambarkan ungkapan kesungguhan. Perbaikan: Semangat!” kata Ana. 11 1 Data: “Astaga! Aku belum mau jadi mayat” seru Afga. Analisis: Terlihat ada kekurangan dalam penerapan tanda baca “seru” dalam kalimat tersebut. Setelah kata “mayat” harus diberi tanda seru untuk menggambarkan ungkapan emosi atau kesungguhan yang kuat. Perbaikan: “Astaga! Aku belum mau jadi mayat!” seru Afga. 2 Data: “Iya, aku juga ga mau” sahutku. Analisis: kalimat di atas kurang tepat, seharusnya setelah kata “mau” harus diberi “koma” untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. Perbaikan: “Iya, aku juga gak mau,” sahutku. 3 Data: “Kalau gitu, besok aku bawa bekal aja dari rumah” ucap Afga. Analisis: Dalam kalimat tersebut, setelah kata “rumah” harus diberi “koma”, untuk memisahkan petikan langsung dengan kalimat lain. Perbaikan: “Kalau gitu, besok aku bawa bekal aja dari rumah,” ucap Afga. 12 1 Data: “Adi, Ana, dan Afga rupanya. Silahkan masuk dan duduk dulu ya” 64 Analisis: akhir kalimat tersebut terdapat kekurangan tanda baca “koma” yang seharunya ditempatkan setelah kata “ya”. kata “ya” di sini adalah kata seru. Perbaikan: “Adi, Ana, dan Afga rupanya. Silah kan masuk dan duduk dulu ya,” 2 Data: Dia berkata “Afga jajannya dijaga. Jangan sembarangan Analisis: dalam data tersebut terjadi kekurangan penerapan tanda baca “koma”. tanda koma harus diterapkan setelah kata “berkata”, untuk memisahkan petikan langsung dari kalimat. Perbaikan: Dia berkata “Afga jajannya dijaga. Jangan sembarangan gitu,” 3 Data: “Afga jajanya dijaga. Jangan sembarangan gitu” sembari menunjuk ke arah kantong es yang dibawa Afga. Analisis: Kurangnya penerapan tanda koma juga terjadi pada kalimat diatas. Setelah kata “gitu” harus diiringi tanda “koma”, untuk memisahkan petikan langsung dengan kalimat. Perbaikan: “Afga jajanya dijaga. Jangan sembarangan gitu,” sembari menunjuk ke arah kantong es yang dibawa Afga. 4 Data: “kenapa? Aku haus” jawab Afga dengan polosnya. Analisis: pada kalimat di atas harus dilengkapi tanda “titik” setelah kata “haus”. Karena, tanda titik tersebut berperan untuk mengakhiri kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Perbaikan: “Kenapa? Aku haus.” 5 Data: “ya ampun” kata Afga berikut menjauhkan sedotan dari bibirnya. Analisis: kalimat diatas kurang sempurna dalam pemaikaian tanda baca. Setelah kata “ampun” harus dilengkapi dengan tanda “koma”, untuk memisahkan petikan langsung dengan bagian kalimat lainnya. Perbaikan: “Ya ampun,” kata Afga berikut menjauhkan 65 sedotan dari bibirnya. 13 1 Data: “Adi, Ana, dan Afga rupanya. Silahkan masuk dan duduk dulu ya” Analisis: pada data tersebut terdapat kekurangan tanda baca “koma” yang seharunya ditempatkan setelah kata “ya”. kata “ya” disini adalah kata seru. Perbaikan: “Adi, Ana, dan Afga rupanya. Silah kan masuk dan duduk dulu, ya,” 2 Data: Dia berkata, “Afga! Jajannya dijaga jangan sembarangan Analisis: dalam kalimat tersebut terdapat kekeliruan dalam penerapan tanda baca. Setelah kata “Afga” lebih tepat jika menggunakan tanda “koma”. tanda itu digunakan untuk menghindari salah baca atau pengertian. Perbaikan: Dia berkata, “Afga! Jajannya dijaga jangan sembarangan gitu,” 3 Data: “kenapa? Aku haus” jawab Afga dengan polosnya. Analisis: pada kalimat di atas harus dilengkapi tanda “titik” setelah kata “haus”. Karena, tanda titik tersebut berperan untuk mengakhiri kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Perbaikan: “kenapa? Aku haus.” 4 Data: “tahu. Apa?” tanyaku. Analisis: jika melihat struktur kalimat, setelah kata “tahu” kurang tepat jika diberikan tanda “titik”. Karena kalimat tersebut satu kesatuan utuh kalimat tanya. Jika diberi titik akan terjadi kesalahan baca atau pengertian kalimat dan tidak relevan dengan kalimat sebelumnya. Perbaikan: “tahu apa?” tanyaku. 14 1 Data: “kemana ya mereka?” gumamku. Analisis: dalam kalimat tersebut terdapat kata “ya”. kata itu 66 harus diberi tanda “koma”. karena, kata itu adalah kata seru. Perbaikan: “Ke mana, ya, mereka?” gumamku. 2 Data: Tiba-tiba, mereka mengejutkanku dan berteriak “dor! Analisis: setelah kata “berteriak” harus diberi tanda “koma”, untuk menandakan atau memisahkan petikan langsung dari bagian kalimat lain. Perbaikan: Tiba-tiba, mereka mengejutkanku dan berteriak, “dor! 3 Data: “dor! Kaget ya?” Analisis: kata “ya” adalah kata seru, maka harus dipisah dengan tanda “koma”. Perbaikan: “Dor! Kaget, ya?” 4 Data: “apaan sih kalian? Mengagetkanku saja. Kalau aku jantungan gimana?” seruku. Analisis: dalam kalimat tanya “apaan sih kalian?” terdapat kata “sih”. Jika mengacu pada EYD, kata tersebut harus dipisah dengan tanda “koma”. Perbaikan: “Apaan, sih, kalian? Mengagetkanku saja. Kalau aku jantungan gimana?” seruku. 5 Data: “maaf, maaf, soalnya tadi kami mampir dulu ke ruang guru untuk mengumpulkan tugas dari Pak Marno” pinta Ana dan Afga. Analisis: di akhir kata “marno” harus diberi tanda “koma” untuk memisahkan petikan langsung dengan kalimat selanjutnya. Perbaikan: “Maaf, maaf, soalnya tadi kami mampir dulu ke ruang guru untuk mengumpulkan tugas dari Pak Marno,” pinta Ana dan Afga. 15 1 Data: “kemana ya mereka?” gumamku. Analisis: didata tersebut terdapat kata “ya”. kata itu harus 67 diberi tanda “koma”. karena, kata itu adalah kata seru. Perbaikan: “Ke mana, ya, mereka?” gumamku. 2 Data: Tiba-tiba, mereka mengejutkanku dan berteriak “dor! Analisis: dalam kalmat tersebut, setelah kata “berteriak” harus diberi tanda “koma”, untuk menandakan atau memisahkan petikan langsung dari bagian kalimat lain. Perbaikan: Tiba-tiba, mereka mengejutkanku dan berteriak, “dor! Kaget, ya?” 3 Data: “apaan sih kalian? Mengagetkanku saja. Kalau aku jantungan gimana?” seruku. Analisis: dalam kalimat tanya “apaan sih kalian?” terdapat kata “sih”. Jika mengacu pada EYD, kata tersebut harus dipisah dengan tanda “koma”. Perbaikan: “Apaan, sih, kalian? Mengagetkanku saja. Kalau aku jantungan gimana?” seruku. 16 1 Data: “astaga! Aku belum mau jadi mayat” Analisis: setelah kata “mayat” harus diiringi tanda “seru”. Menandakan kalimat itu ungkapan seruan yang menggambarkan kesungguhan. Perbaikan: “Astaga! Aku belum mau jadi mayat!” 2 Data: “iya aku juga gak mau” Analisis: setelah kata “iya” harus diberi tanda “koma”, untuk menghindari salah baca atau pengertian. Perbaikan: “Iya, aku juga gak mau” 3 Data: “iya aku juga gak mau” Analisis: masih dalam kalimat yang sama dengan data kedua di cerpen ke-16, terdapat kekurangan penerapan tanda baca. Setelah kata “mau” harus dilengkapi tanda “koma”, untuk memisahkan petikan langsung dengan bagian lain dalam kalimat. 68 Perbaikan: “Iya, aku juga gak mau,” 17 1 Data: “Adi Ana dan Afga rupanya. Silahkan masuk dan duduk dulu ya” Analisis: terdapat kekuragan dalam penerapan tanda baca “koma”. dalam kalimat “Adi Ana dan Afga rupanya” harus dipisah dengan koma, untuk menandakan unsur perincian. Perbaikan: “Adi, Ana, dan Afga rupanya.” 2 Data: “Adi Ana dan Afga rupanya. Silahkan masuk dan duduk dulu ya” Analisis: masih dalam kalimat yang sama. Terjadi kekurangan penerapa tanda baca. Pada kata “ya” harus diberi tanda “koma”. Kata “ya” adalah kata seru. Perbaikan: Silah kan masuk dan duduk dulu, ya,” 3 Data: Dia berkata “Afga jajanya dijaga. Jangan jajan sembarangan gitu” Analisis: setelah “berkata” harus diberi “koma”, untuk memisahkan petikan langsung. Perbaikan: Dia berkata, “Afga jajanya dijaga. Jangan jajan sembarangan gitu,” 4 Data: Dia berkata “Afga jajanya dijaga. Jangan jajan sembarangan gitu” Analisis: masih dalam kalimat yang sama, terjadi kesalahan penerapan tanda baca “koma”. setelah kata “Afga” harus diberi “koma”, untuk menghindari salah baca. Perbaikan: “Afga, jajanya dijaga. 5 Data: Dia berkata “Afga jajanya dijaga. Jangan jajan sembarangan gitu” Analisis: masih dalam kalimat yang sama, terjadi kesalahan penerapan tanda baca “koma”. setelah “gitu” harus diberi “koma” untuk memisahkan petikan langsung dari bagian 69 kalimat lainnya. Perbaikan: Jangan jajan sembarangan gitu,” 6 Data: Ia juga minum es seperti yang sedang dibawa Afga Analisis: dari data kali ini, kesalahan terjadi pada tanda “titik”. Diakhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan, harus diberi “titik”. Perbaikan: Ia juga minum es seperti yang sedang dibawa Afga. 7 Data: “ya ampun” tanyaku. Analisis: setelah kata “ampun” harus diberi “koma”, agar memisahkan petikan langsung dengan kalimat selanjutnya. Perbaikan: “Ya ampun,” tanyaku. 18 1 Data: “kemana ya mereka?” gumamku. Analisis: kata “ya” adalah kata seru. Oleh sebab itu, harus dipisah dengan “koma”. Perbaikan: “Ke mana, ya, mereka?” gumamku. 2 Data: Tiba-tiba, mereka mengejutkanku dan berteriak “dor! Kaget ya?” Analisis: setelah kata berteriak harus diberi “koma”, agar memisahkan petikan langsung dengan bagian lain dalam kalimat. Perbaikan: Tiba-tiba, mereka mengejutkanku dan berteriak, “dor! Kaget, ya?” 3 Data: Tiba-tiba, mereka mengejutkanku dan berteriak “dor! Kaget ya?” Analisis: masih dalam kalimat yang sama, juga terjadi kesalahan penerapa tanda baca “koma”. Kata “ya” harus diberi tanda koma. Karena, kata “ya” adalah kata seru. Perbaikan: Tiba-tiba, mereka mengejutkanku dan berteriak “dor! Kaget, ya?” 70 4 Data: “Maaf, maaf, soalnya tadi kami mampir dulu ke ruang guru untuk mengumpulkan tugas dari Pak Marno” Analisis: diakhir kalimat harus diakhiri dengan “titik”. Diterapkan setelah kata “Marno”, untuk memisahkan petikan langsung. Perbaikan: “Maaf, maaf, soalnya tadi kami mampir dulu ke ruang guru untuk mengumpulkan tugas dari Pak Marno.” 19 1 Data: “Imah, lekas sembuh ya” ucap kami sebelum pulang. Analisis: kata “ya” adalah kata seru. Oleh sebab itu, harus dilengkapi dengan “koma”. Perbaikan: “Imah, lekas sembuh, ya,” ucap kami sebelum pulang. 2 Data: “Amin, makasih ya teman-teman,” Analisis: data di atas kurang sempurna. Kata “ya” adalah kata seru. Oleh sebab itu, harus dilengkapi dengan “koma”. Perbaikan: “Amin, makasih, ya, teman-teman,” 3 Data: “besok kamu jadi masuk sekolah? Belajar juga buat ulangan matematika. Semangat.” Kata ana. Analisis: tanda “titik” setelah kata”semangat” kurang tepat. Lebih tepat menggunakan tanda “seru”, untuk menandakan sebuah ungkapan seruan. Perbaikan: “besok kamu jadi masuk sekolah? Belajar juga buat ulangan matematika. Semangat!” Kata ana. 20 1 Data: “Adi, Ana, dan Afga rupanya. Seilahkan masuk dan duduk dulu ya” Bu Ina Ibu Imah mempersilahkan kami masuk. Analisis: kalimat tersebut memiliki kekurangan tanda baca. Pada kata “ya”, harus diberi “koma”. kata tersebut adalah kata seru. Perbaikan: “Adi, Ana, dan Afga rupanya. Silah kan masuk dan duduk dulu, ya,” 71 2 Data: “Adi, Ana, dan Afga rupanya. Seilahkan masuk dan duduk dulu ya” Bu Ina Ibu Imah mempersilahkan kami masuk. Analisis: masih dalam kalimat yang sama juga terjadi kekurangan penerapan tanda baca. “Bu Ina Ibu Imah” harus dilengkapi dengan “koma” untuk menghindari salah baca. Perbaikan: Bu Ina, Ibu Imah, mempersilahkan kami masuk. 3 Data: Dia berkata “Afga, jajanya dijaga. Jangan jajan sembarangan gitu” Analisis: setelah kata “berkata” harus diakhiri dengan “koma” untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. Perbaikan: Dia berkata, “Afga, jajanya dijaga. Jangan jajan sembarangan gitu,” 4 Data: Dia berkata “Afga, jajanya dijaga. Jangan jajan sembarangan gitu” Analisis: masih dalam kalimat yang sama, juga terjadi kesalahan diakhir kalimat. Setelah kata “gitu” harus diberi “koma” utuk memisahkan petikan langsung dengan kalimat lain dari kalimat. Perbaikan: Dia berkata, “Afga, jajanya dijaga. Jangan jajan sembarangan gitu,” 21 1 Data: Sebelum ke rumah Imah, kami sempat mampir ke warung untuk membeli roti, Bahkan Afga juga sempat membeli es karena kehausan. Analisis: pemaikaian “koma” setelah kata “roti” kurag tepat. Lebih tepat menggunakan “titik”, untuk mengakhiri kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Perbaikan: Sebelum ke rumah Imah, kami sempat mampir ke warung untuk membeli roti. Bahkan Afga juga sempat membeli es karena kehausan. 72 2 Data: “Adi, Ana, dan Afga rupanya. Silahkan masuk dan duduk dulu ya” Bu Ina, ibu Imah, mempersilahkan kami masuk. Analisis: kata “ya” dalam kalimat tersebut adalah kata “seru”. Maka harus dipisah dengan “koma” Perbaikan: “Adi, Ana, dan Afga rupanya. Silahkan masuk dan duduk dulu, ya,” Bu Ina, ibu Imah, mempersilahkan kami masuk. 3 Data: Tidak lama Imah keluar. Dia terlihat kurus dan wajahnya tampak pucat. Analisis: di awal kalimat setelah kata “lama” harus diberi “koma” untuk menghundari salah baca atau pengertian. Perbaikan: Tidak lama Imah keluar. Dia terlihat kurus dan wajahnya tampak pucat. 4 Data: Dia berkata “Afga, jajanya dijaga. Jangan jajan sembarangan gitu” sembari menunjuk ke arah kantong es yang dibawa Afga. Analisis: setelah “kata berkata harus diberi “koma”. fungsinya adalah untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dari kalimat. Perbaikan: Dia berkata, “Afga, jajanya dijaga. Jangan jajan sembarangan gitu” sembari menunjuk ke arah kantong es yang dibawa Afga. 5 Data: Dia berkata “Afga, jajanya dijaga. Jangan jajan sembarangan gitu” sembari menunjuk ke arah kantong es yang dibawa Afga. Analisis: masih dalam kalimat yang sama, setelah kata “gitu” juga harus diberi “koma”. agar memisahkan petikan langsung dengan kalimat selanjutnya. Perbaikan: Dia berkata, “Afga, jajanya dijaga. Jangan jajan 73 sembarangan gitu,” sembari menunjuk ke arah kantong es yang dibawa Afga. 6 Data: “Kenapa? Aku haus” jawab Afga dengan polosnya. Analisis: setelah kata “haus” harus diberi “titik”. Untuk mengakhiri kaimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Perbaikan: “Kenapa? Aku haus.” jawab Afga dengan polosnya. 22 1 Data: Oleh karena itu, Aku, Ana, dan Afga, berencana mengunjunginya usai pulang sekolah. Analisis: kalimat tersebut terdapat penggunaan tanda baca “koma” yang sebenarnya sudah benar, tapi menjadi kurang tepat jika setelah kata “Afga” tetap diberi “koma”. untuk memisahkan sebuah perician dirincian terakhir tak perlu diberi “koma” Perbaikan: Oleh karena itu, Aku, Ana, dan Afga berencana mengunjunginya usai pulang sekolah. 2 Data: “Ke mana ya mereka?” gumamku. Analisis: kata “ya” adalah kata seru. Oleh sebab itu, harus diberikan tanda “koma” Perbaikan: “Ke mana, ya, mereka?” gumamku. 3 Data: Tiba-tiba, mereka mengejutkanku dan berteriak “Dor! Kaget ya?” Analisis: petikan langsung harus dipisah dengan bagian dari kalimat lain dengan “koma”. Jadi, setelah kata “berteriak” harus diikuti “koma” Perbaikan: Tiba-tiba, mereka mengejutkanku dan berteriak, “Dor! Kaget, ya?” 4 Data: Tiba-tiba, mereka mengejutkanku dan berteriak “Dor! Kaget ya?” Analisis: masih dalam kalimat yang sama, juga terjadi 74 kekurangan penerapan tanda baca. Kata “ya” harus diiringi dengan “koma” Perbaikan: Tiba-tiba, mereka mengejutkanku dan berteriak, “Dor! Kaget, ya?” 23 1 Data: “Ke mana ya mereka?” Gumamku. Analisa: kata “ya” termasuk kata seru. Jadi, kalimat diatas kurang sempurna. Perbaikan: “Ke mana, ya, mereka?” Gumamku. 2 Data: Tiba-tiba, mereka mengejutkanku dan berteriak “Dor. Kaget ya?” Analisa: petikan langsung harus dipisah dengan “koma”. oleh sebab itu, setelah kata “berteriak” harus diberi “koma”. Perbaikan: Tiba-tiba, mereka mengejutkanku dan berteriak, “Dor! Kaget, ya?” 3 Data: Tiba-tiba, mereka mengejutkanku dan berteriak “Dor. Kaget ya?” Analisa: masih dalam kalimat yang sama, setelah kata “dor” lebih tepat menggunakan tanda “seru”. Karena itu adalah tanda untuk ungkapan seruan yang menggambarkan kesungguhan atau emosi yang kuat. Perbaikan: Tiba-tiba, mereka mengejutkanku dan berteriak, “Dor! Kaget, ya?” 4 Data: Tiba-tiba, mereka mengejutkanku dan berteriak “Dor. Kaget ya?” Analisa: masih dalam kalimat yang sama, diakhir kalimat pada kata “ya” harus dipisah dengan “koma”. Perbaikan: Tiba-tiba, mereka mengejutkanku dan berteriak, “Dor! Kaget, ya?” 5 Data: “Apaan sih kalian? Mengagetkanku saja. Kalau aku jantungan gimana?” seruku. 75 Analisa: kata “sih” termasuk kata seru. Oleh sebab itu, harus dipisah dengan tanda “koma”. Perbaikan: “Apaan, sih, kalian? Mengagetkanku saja. Kalau aku jantungan gimana?” seruku. 6 Data: “Maaf, maaf, soalnya tadi kami Mampir dulu ke ruang guru untuk mengumpulkan tugas dari Pak Marno” pinta Ana dan Afga. Analisa: setelah kata “Marno” harus diberi “koma”, untuk memisahkan petikan langsung dengan bagian lain dari kalimat. Perbaikan: “Maaf, maaf, soalnya tadi kami Mampir dulu ke ruang guru untuk mengumpulkan tugas dari Pak Marno,” pinta Ana dan Afga. 24 1 Data: “Astaga. Aku belum mau jadi mayat” seru Afga. Analisis: pada data tersebut terdapat kekeliruan penggunaan tanda baca. Setelah “astaga” bukan diberi “titik”, lebih tepat menggunakan tanda “seru”. Dimaksudkan untuk menunjukan ungkapan yangberupa seruanyang menggambarkan kesungguhan atau emosi yang kuat. Perbaikan: “Astaga! Aku belum mau jadi mayat” seru Afga. 2 Data: “Astaga. Aku belum mau jadi mayat” seru Afga. Analisis: masih dalam kalimat yang sama, juga terjadi kesalahan di akhir kalimat. Setelah kata “mayat” harus diberi tanda “seru”, untuk ungkapan seruan yang menggambarkan emosi yang kuat atau kesungguhan. Perbaikan: “Astaga! Aku belum mau jadi mayat!” seru Afga. 3 Data: “Iya, aku juga gak mau” sahutku. Analisis: petikan langsung harus dipisah dari bagia lain dalam kalimat dengan “koma”. oleh sebab itu, pada kalimat tersebut setelah kata “mau” harus diberi “koma”. Perbaikan: “Iya, aku juga gak mau,” sahutku. 76 4 Data: “Kalau gitu, besok aku bawa bekal aja dari rumah” ucap Afga. Analisa: setelah kata “rumah” harus diberi “koma”. Dimaksudkan untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain kalimat. Perbaikan: “Kalau gitu, besok aku bawa bekal saja dari rumah,” ucap Afga. 25 1 Data: “Adi, Ana, dan Afga rupanya. Silahkan masuk dan duduk dulu ya” Analisis: kata “ya” dalam kalimat tersebut adalah kata seru. Sehingga, harus diberikan tanda “koma”. Perbaikan: “Adi, Ana, dan Afga rupanya. Silahkan masuk dan duduk dulu, ya,” 2 Data: Bu Ina, ibu Imah mempersilahkan kami masuk. Analisis: kalimat di atas kurang sempurna. Setelah “Imah” harus diberi “koma”. dimaksudkan untuk menghindari salah baca atau pengertian. Perbaikan: Bu Ina, ibu Imah, mempersilahkan kami masuk. 3 Data: Dia berkata “Afga, jajanya dijaga. Jangan jajan sembarangan gitu” Analisis: petikan langsung harus dipisah dengan tanda “koma”. Oleh sebab itu, setelah “berkata” harus ada “koma”. Perbaikan: Dia berkata, “Afga, jajanya dijaga. Jangan jajan sembarangan gitu” 4 Data: Dia berkata “Afga, jajanya dijaga. Jangan jajan sembarangan gitu” Analisis: masih dalam kalimat yang sama, juga terjadi kesalahan yang sama. Setelah kata “gitu” harus diberi “koma”, untuk memisahkan petikan langsung dengan bagia lain kalimat. 77 Perbaikan: Dia berkata, “Afga, jajanya dijaga. Jangan jajan sembarangan gitu,” 5 Data: “Ya ampun” kata Afga berikut menjauhkan sedotan dari bibirnya. Analisis: setelah kata “ampun” harus diberi “koma”. karena itu adalah petikan langsung. Perbaikan: “Ya ampun,” kata Afga berikut menjauhkan sedotan dari bibirnya. Keterangan: Kode : Kode nomor urut cerpen Data ke- : Nomor urut data temuan Analisis kesalahan : analisis dan perbaikan kesalahan No Kode Komponen (.) (,) (:) (?) (!) (-) (“...”) Jumlah 1 1 - 3 - - - - - 3 2 2 - 4 - 1 - - - 5 3 3 - 3 - - 1 - - 4 4 4 2 3 - - - - - 5 5 5 - 3 - - - 1 - 4 6 6 - 4 - - 1 - - 5 7 7 - 4 - - - - - 4 8 8 - 2 - - 1 - - 3 9 9 - 3 - - 1 - - 4 10 10 1 3 - - 1 - - 5 11 11 - 2 - - 1 - - 3 12 12 1 4 - - - - - 5 13 13 2 2 - - - - - 4 14 14 - 5 - - - - - 5 15 15 - 3 - - - - - 3 78 16 16 - 2 - - 1 - - 2 17 17 1 6 - - - - - 7 18 18 1 3 - - - - - 4 19 19 - 2 - - 1 - - 3 20 20 - 4 - - - - - 4 21 21 2 4 - - - - - 6 22 22 - 4 - - - - - 4 23 23 - 5 - - 1 - - 6 24 24 1 2 - - 1 - - 5 25 25 - 5 - - - - - 5 11 85 - 1 10 1 - 108 TKTB Keterangan: No : Nomor urut tabel Kode : Kode nomor urut cerpen (.) : Tanda titik (,) : Tanda koma (:) : Tanda titik dua (?) : Tanda tanya (!) : Tanda seru (-) : tanda hubung (“...”) : Tanda petik Jumlah : Jumlah Kesalahan TKTB : Total kesalahan tanda baca C. Pengolahan data Dalam pengolahan data ini, untuk mengetahui kesalahan penempatan tanda baca dalam cerpen oleh siswa SMP Dua Mei kelas VIII, peneliti menggunakan rumus persentase sebagai berikut: F P= ______ X 100% N 79 Keterangan: P = Angka Persentase (%) F = Frekuensi yang sedang dicari presentasenya (jumlah kesalahan) N = Number of Case (jumlah frekuensi/banyaknya individu).1 Dari tabel pengelompokan antara data temuan dan analisis yang sudah dipaparkan sebelumnya, maka kesalahan tersebut dapat dipersentasikan sebagai berikut: 108 P= ______ X 100% = 4,32 25 1 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Drafindo Persada, 2012), h. 43 BAB V PENUTUP A. Simpulan Kesalahan penerapan tanda baca yang dilakukan siswa-siswi SMP Dua Mei Tangerang Selatan tahun pelajaran 2014/2015. Terdapat kesalahankesalahan penerapan tanda baca sebanyak 108 tanda baca dari 25 penggalan cerpen. Pada umumnya terjadi pada tanda baca “koma”. Kesalahan yang terjadi pada tanda baca koma sebanyak 85 temuan. Keslahan yang terjadi pada tanda titik sebanyak 11 temuan. Kesalahan yang terjadi pada tanda baca seru sebanyak 10 temuan. Keslahan tanda baca tanya hanya satu. Kesalahan pada tanda hubung juga hanya satu. Secara keseluruhan persentase kesalahan 4,32%. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kesalahan penempatan tanda baca dalam cerpen, kesalahan terbanyak terjadi pada tanda baca koma. B. Saran Peningkatan kemampuan siswa dalam menerapkan tanda baca dalam sebuah karangan menjadi hal yang sangat penting. Oleh sebab itu, guru bahasa Indonesia harus meningkatkan kreativitas dalam kegiatan belajar-mengajar khususnya pada materi penggunaan tanda baca. Guru harus memberikan pemahaman akan pentingnya membaca disempurnakan. 80 buku pedoman ejaan yang DAFTAR PUSTAKA A, Alek dan H. Achmad H.P. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, Jakarta: Prenada Media Group, 2010. Abdul Majid, Abdul Aziz. Mendidik Dengan Cerita. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002. Ahmadi, Mukhsin. Strategi Belajar-Mengajar: Keterampilan Berbahasa dan Apresiasi Sastra. Malang: Yayasan Asih Asah Asuh, 1990. Amirin, Tatang M. Menyusun Rencara Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995. Anggarani, Asih dkk. Mengasah Keterampilan Menulis Ilmiah di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006. Ary, Donal Dkk. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional, 1982. Harefa, Andrias. Happy writing. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2010. Hidayati, Inoer. Buku Pintar EYD: Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Yogyakarta: Indonesia Tera, 2012. J. Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001. Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 2010. Mendikbud. EYD Pedoman Ejaan yang Disempurnakan.Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2007. Musfiqon, H.M. Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2012 81 82 Parera. Analisis Kontrastif Bahasa dan Analisis Kesalahan Berbahasa. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan IKIP Jakarta, 1997. Priyatni, Endah Tri. Membaca Sastra dengan Ancangan Literasi Kritis. Jakarta: Bumi Aksara, 2010. Putera, Nusa. Penelitian Kualitatif: Proses dan Aplikasi. Jakarta: PT. Indeks, 2011. Resmini, Novi dan Dadan Juanda. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Bandung: UPI Press. 2007. Siswanto,Wahyudi. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo, 2008. Strauss, Aselm dan Juliet Corbin. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009. Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Drafindo Persada, 2012. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi. Bandung: Alfabeta, 2013. Sukino. Menulis Itu Mudah: Panduan Praktis Menjadi Penulis Handal. Yogyakarta: Pustaka Populer, 2010. Sulistyaningsih. Metodelogi Penelitian Kebidanan: Kuantitatif-kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011. Tarigan, Henry Guntur. Menulis: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Percetakan Angkasa, 2008. Y. Budinuryanta, dkk, Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka, 2008. Namな Muレ am“ ad Arv ansgah Kelas:8a 不?d': ■ (S′ Lu) Akibat Jttan SC Sudah dua ha五 ini lmah tidak yang rttin dan sebelumya tidak pё r A_na)dan Afga berenctta mengunJunginya usai pulang sekolah. Siang ha餞 nya sesuai rencana kanli)aku pun menunggu teman― temanku di samping pintu gerbang sekolah. CCKe mana)ya、 merek■ 』 kll. ダロ ロ 1七 Uロ nttIロ Tila― til(il)ereka lnengttutkattku dan b,rteriakギ こ こ ヽ ノ 4paan)silh)kalian7 Menga唖 3etkanku珂 att 町 〕 0型 IKaget)yalJ) Kalau aku jantungaは 1 gimanarteruku. CtMaaf》 maaち Di Soahya tadi katti Mampir dulu ke ruttg gum untuk menguttulh tugas d轟 Pak M凛 oギ a Ana dan Afga, “ ヽ ト Nam azAhrnod gorlrta R Kelas:8ノ Kod∝ 9 Sebelum kerumah lm山 ′ kanisempat mamptt ke wttmg membeli roti.Bahkan AfgaJtta sempat membeli es karena kehausan. Tak terasa kami telah sampai di depan pintu rurn乏 山 I:m山 .Kaimi pun mengetuk serta mengucttktt sal狙 。 ′ Adi′ Ana′ dtt Atta rupanya′ Silahktt masuk d狙 油nd燎 山 lu′ ya′ 句 Bu lna,ibulmahiMempersil副 bl kami masuk. Tidよ I単 1 山 keluar.Dia“ rlihtt kurus dan w電 流nya tampak pucat. g e E)ia berka ″ Kenarp二 鳳ふ 1耗 Iiふ 7月b kan haus."jaw由 ″ pol,snya′ h面i penasaran. Kamu tahu'々 ucap hah yang me血 bu滋 11ahu裏 =: ハfga“ ngan 轟 aku・ Im山 瓢珂 elttkan bahwa dia sJttt krena河 独 semb=a/ngttθ la Nama:Pu?υ し ヽuf3anふ Kelas:v■■lA Koda b ni kiau lebih bank kita membawa bih bersh dan terhindtt dari盆 adalJl Ztt pewana y=lg tidよ │“ ditturkan untuk makan狙 ;borよ S′ 誠鋤 b激鑢 fomalino bttdin itu digmよ 狙 untuk mengawetkan ma.y滋 “ As ヽ 町山 1′ Padttal . kan belum mttjadi may就 ゞseru Afga. jtta gよ mθ sahutku. 轟 小轟 Ba. 噂 A懃 . Nama:Ⅳ o、 tte l■ ortO雨 Kelas:Sa Kode:4 Sebelum kerumah lmah′ kami semp〔 純InaII)ir ke w membeli rOti.B AfgaJuga semptt membeli es karena kehausttθ Tak tertta lclni tel〔 量l sampai di dcpan pintu rumah lmahθ Kanli pun mengetuk serta lnengucapkan salam θ 褻 Adi,AnaJ dm Afga rupanyaθ ` ya′ ]Bu lna′ ibu lm山 ′ Mempersil」 ロヒ 〔 Tidak l〔 ma′ Imtt kelu額 .Dia ttrlihtt kurus dtt w可 山 nya ta/mpよ puc誠 laga.Jangan JaJan sembttangan gitu′ ゛ ng es yang dibttva Atta′ ` Kbnapa7Aku ktt hasFjarab Afga dengttpolosnya・ ゛ Kttu装山ul″ ucap hah yang血 embutt kani penasamn. lTahuttaγ tanyaku Iコ直 h menJel猟 〕 kan bttwa dia sakitl賤 凛班haJaJan sembar電 jugamlnum es seperti yang sё dttlg dibawaAfga. ゛ .. 1一 ¨ ■■■一一 ■︱ 一 ︰ ︱ ︲ ︰■ 一 一 一 一一一 ・ . bい 供 ` 供 や Nama:▲ aT平 へ 釈ヽ Keh=ゝ ヘ Kode: Б AMbat Jttan Sembarangan sudah dua hari ini lmah tidak ke sekolaho PadahalD dia itu anak yang ralln dan sebelumya tidttk pemah beglnio C)leh kttena itul AIkul Ana rdan Afga berencana mengunjunginya usai pulang sekolah . Siang harinya sesuai ,"n Su,kami pun l■tenunggu te temanku di samping pintu gerbang sekolah. ‖ Kle manalyatmerekttTgumamku. TibantibalJttterekamingttutk山 t■ Ь 〕 OrlKa貿 ll) 'anb le:1 paanl sht kalianlMettagetkm珂 a.Kaltt aku i gmanal)is . an `l,と Ц ttf、 maaftI〕i Soalnya tadi kami Mampir‐ dulu ke ruang guru untuk mengumpulkm tugas dari Pak Mamof〕 kata Ana dan Afga. ふ 卜ヽ ︱.t a uJ A= F Namaz IlaU?gn Kelas: 0A Kode: 6 me bekal dari rulnahi terus uang sakunya bisa ditabung untuk keperluan yang lebih beman■ M疵 . Lp kami sebelum pulttg. manl Jawab lmah. ゝesok kamuj配i masuk sekol瑚 〕 Bettarjuga butt ulang鑢 mttemttika.S颯 鑢gぶ kata Ana. ゛ Si■ ′ bosISemOga kita d叩 試seratus ゛ Fa 'sen emanttatゞ h崎 獅あぃ血 . ュkami. Pttalanan kmi di h薇 itu berJmir dengan senyuman d鑢 semngatuttkmengrhaⅢ l ulangan diesOk hi. UJI REFERENSI Judul Buku Pengarang Penerbit, Menulis: Henry Gunfur Tarig&n, Pcrcetakan Ceto Tahun Sebagai Suatu Halaman Skripsi 2 Footnote 2 2 Angkasa, Bandung, Keterampilan Edisi Berbahasa. Revisi, Paraf Dtl No 2008. 2 Mukhsin Ahmadi. Strategi Belaj ab Asuh, Malang, Cetakan Pertama, MengaJar Keterampilan Berbahasa dan Apresiasi 1990. Keterampilan Berbahasa. Sastra No宙 Resmlnl dan Dadan hdonesla di Juanda, Pendidikan Bahasa dan KelaS Tinggi. 5 Happy writing. Penerbit Universitas Terbuka, Jakarta, Cetakan Pertama 2008. UPI Press Bandung, Cetakan Pertama, 2007 And五 as Grmedia Harefa. Pustaka Utama, 3 3 4 4 5 5 6 0 ヽ 4 Budinurya nta Y. Dkk. 9 一 astra. Pengaj aran S 3 Yayasan Asih Asah Jakarta, Cetakan Pertana, 2010。 6 Peneliti狙 Nusa Putera. Kualitati食 Proses dan PT.Indeks, Jakarta, Cetakan 2011。 7 Buku Pintar EYD: Pedoman Umum Ejaan Bahasa │1111■ ‐ ││■ ■ ││ ■●1■ ■■ │ hoer Indonesia 耳idaytti. Tera, JakaFta, Cetよ 狙 Pertana 9, 13,16, 8,11, 12, い/1 Keha Aplkasi. 2012. 8 9 10 Mendikbu Pustaka Pedoman d Widyatanra, Asih Anggttanl ,dkk. Ce五 ta。 Abdul Mttid Aziz Panduan Praktis Mettadi Penulis Untuk Perguruan PT. Rernaja Rosdakaryz, Bandung, Cetakan Kedua, 2002. Pustaka Populer, Yogyakarta, Cetakan Pertama, 2010. 29 14 Alek A. dan H. Achttnad H.P. Prenada 29 16 Tinggi 31,32, 18,21, 33 23 32,33 34,39 22,24, 25,26,27 29,30, 32 ヽ 0 2 Sukino. : Handale Bahasa Indonesia 13 Yogyakarta, Cetakan Pertama, 2006. 7 ltu 24 Graha llmu, 5 1 Mud山 9 Cetakan Abdul Men■ llis 10 Ketiga 2447. Mendidik Dengan Bandung 12 ヘ EYD Ejaan yang Disempurnak all. Mengasah Keterampilan Menulis Ilmiah di Perguruan Tinggi. ■ ζ ト ヽ Oχ■ Indonesia yang Disempurnak all. Media Group, Rawamangu n, Cetakan 201 0. 13 Pengantar Wahyudi Teori Sastra. Siswanto, Graslndo, Jaktta, Cetakan Pertttmta, Membaca Endah T五 Sastra dengan P五 yatni. Ancangan Literasi Kritis. ■ Bumi Aksara, Jakarta, Cetakan Pertama, 2010. IF ノ や▼ヽ ︲・ ︲ 2008. 14 0ドヽ Pertama 15 Metodelogi Penelitian Sulistyani ngsih. Kё bidanan: 16 Metode Sugiyono, Penelitian Kuantitatit Kualitatit dan Kombinasl. 17 Dasar― dasar Aselm Penelitian Strauss Kualitatil dan Juliё Pustaka Pelajar, t Corbin. 18 Metodologi Penelitian Lexy J. Moleong. 41 28 41 29 42 30, 42 31,32 42 33 42 34 42 35 43 36 IFや K:uantitatif― kualitatif Graha llmu, Yogyakarta, Cetakan Kedua, 2011. Alfabeta, Bandutrg, Cetakan ketiga, 2013. Yogyakarta, Cetakan Ketiga, 2009. PT.RemaJa Rosdakarya, Bnadung, Cetakan Kualitatif Ke-15, 2001. 19 Metodologi Penelitian Pendidikan. S. PT.Rineka Margono. Cipta, Jakarta, Cetakan Kedelapan 2010。 20 Donal Usaha Penelitian dalam Pendidikan. Menyusun Rencara Penelitian. AFy,Dkk. Nasional, SIabaya, 1982. Tatang M, Ami五 n. PTe Rtta GraflndO Persada, Jaktta, Cetよan 22 Pandu狙 Lёnょ 叩 MetOd01oJ Ketiga,1995 H.M. Musfiqon. Prestasi Pustattla Publisher, Peneliti狙 Jakarta, Pendidikan. Cetよan Pertama, 2012 ハr ヽ 21 Pengantar 23 P叫 鑢 t額 S装 泣istik P雛壷dikane Anas Sudijono. PT.Rtta 44 37 Draflndo Persadち J Cdttkan Ke-24, 2012. dun,M.Pd. 012152009122001 RIWAYAT PENULIS Seorang insan akademisi yang sangat menggemari traveling dan musik ini lahir pada tanggal 3 April 1993 di Tangerang. Anak pertama dari tiga bersaudara atas pernikahan Bapak H. Nasyaruddin S. Pd. Heldawati S. Pd. dan Ibu memiliki riwayat pendidikan dan organisasi yang cukup. Mulai tamat sekolah di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ahksan, kemudian melanjutkan sekolah menegah pertama di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Parung, dalam menjalani pendidikan di MTsN tersebut penulis masuk dalam Organisasi Siswa Intra Sekolah. Berlanjut pada pendidikan selanjutnya di SMAN 1 Parung, di sekolah ini, penulis juga aktif dalam OSIS dan menjadi pengurus dalam Organisasi ekstrakurikuler seni musik. Dalam ekstrakurikuler ini penuis berhasil menorehkan prestasi dalam menjuarai berbagai festival musik siswa. Diantaranya adalah menjuarai festival musik SMA Kabupaten Bogor yang di selengarakan di SMAN 1 Rumpin dan menjadi juara ke-2 dalam festival musik yang di adakan SMAN 5 Depok. Merasa belum cukup ilmu yang diperoleh untuk mewujudkan cita-cita yang hakiki, penulis melanjutkan studi kejenjang perguruan tinggi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah menjadi pilihan. Masuk melalui jalur ujian mandiri, penulis memantapkan diri untuk mengais butir-butir pengetahuan dalam naungan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Inilah selayang pandang riwayat penulis yang dapat dipaparkan, semoga setiap karya tulis yang tercipta oleh penulis dapat bermanfaat bagi pembaca.