PERANAN DUKUNGAN SOSIAL DALAM MANAJEMEN STRES WANITA PENDERITA KANKER PAYUDARA (Studi Kasus Pasien Rumah Sakit Polisi Pusat R.S. S1ukanto Jakarta) Oleh: Siti Nur Azizah NIM.105070002353 Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1429 H/2008 M PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul PERANAN DUKUNGAN SOSIAL DALAM MANAJEMEN STRES WANITA PENDERITA KANKEF! PAYUDARA (Studi Kasus Pasien Rumah Saki! R. S. Sukanto· Jakarta) telah diajukan dalam munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 11 Agustus 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi. Jakarta, 11 Agustus 2008 Sidang Munaqasyah, Dekan/ Ketua I , 'rangkap Anggota Pembantu Dnkan/ NIP. 1502387~73 Anggota: Penguji I, ./ "" Ha1tati, M.Si 159:38 Pembimbing II Neoeo[b~ti:M NIP. 150300679 s;, Pe; J{Ufup akg,n fe6ifi incfafi jifta 6erniaftna untuft orang Cain clan /i.g{uarfla 1(arya ini ftu . ..... persem6ahftan hanya untuft mu . .. . <Bapak.,:Mmnah ftu . ....... . 7.(f tik..r;i ftu tatap awan . .. . . . terukj.rindah se6uah nama idaman 7.(ftifta ftu Ei.hat tanah ...... tergores jefas se6uah nama nan ramah 7.(ftifta ftu tengok.,fem6aran risalah ... tertata rapi se6uah nama yang dicfam6a ... nama yang penufi k.§tau[acfanan ... nama yang telafi mengor6anftan am6ang 6atas liidup cfan matinya .. .yang merelaftan masa 6afiagianya untuftftu ... yang sefa[u mem6im6ing ftu <Dia-lah <Bapaft:Mamali ftu .. ... . ABSTRAKSI (A) Fakultas Psikologi (B) Agustus 2008 (C) Siti Nur Azizah (0) Peranan Dukungan Sosial Terhadap Manajemen Sires Pada Wanita Penderita kanker Payudara (E) 125 Halaman (termasuk lampiran) (F) Saal ini, kanker payudara merupakan jenis kanker yang banyak diderita oleh wanita di Indonesia karenanya kanker payudara sering disebut sebagai mimpi buruk bagi kaum wanita. Menerima diagnosa menderita kanker payudara merupakan suatu peristiwa yang mengejutkan, menakutkan bahkan traurnatis bagi penderita maupun orang-orang yang dekat dengan penderita. Masalah-masalah yang berkaitan dengan penyakit secara fisik, sosial dan psikologis harus dihadapi oleh penderita kanker payudara. Dalam menghadapi masalah-masalah tersebut, penderita kanker payudara umumnya mengalami sires. Sires dapat berakibat buruk apabila penderita tidak mampu berespon dengan tepat dalam mengatasi sires. Dampak dari stres pada penderita kanker payudara yang tidal< diharapkan terjadi, misalnya depresi berkepanjangan dan menarik diri. Untuk membatasi dampak negatif dari stres adalah melalui manajemen sires. Manajemen stress adalah upaya yang dilakukan individu untuk mengontrol atau mengurangi stres. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambran dukungan social yang dipersepsikan wanita penderita kanker payudara dalam menjalankan menejemen stress yang dilakukannya. Penelitian ini menggunakan teori peran dukungan sosial sebagai stress-buffer. Hasil yang diperoleh, dari pengambilan data yang dilakukan dengan metode studi kasus terhadap tiga subyek penelitian, menunjukkan bahwa wanita yang menderita kanker payudara yang menerima dukungan sosial dan mempersepsikan kebutuhan itu sesuai dengan kebutuhannya dapat membantu dalam menjalankan manajemen sires yang dilakukannya. Berdasarkan hasil penelitian disarankan hendaknya keluarga penderita sebagai lingkungan terdekat lebih meningkatkan dukungan; dokter sebelum memberitahu hasil diagnosis kepada pasien yang menderita kanker payudara harus terlebih dahulu melakukan sosialisasi tentang penyakit kanker payudara dan pengobatannya agar ketika pasien menerima dioagnosis seperti itu tidak ada rasa ketakutan atau cemas; pemerintah juga harus aktif dalam memberikan sosialisasi tentang penyakit kanker payudara dan pengobatannya serta informasi yang jelas tentang keringanan biaya bagi keluarga yang tidak mampu. Selain peran dukungan sosial, wanita yang menderita kanker , payudara memenej stresnya dengan melakukan berbagai kegiatan, sehingga mereka tidak terus menerus memikirkan penyakitnya. Hal lain yang dilakukan adalah berpikir positif dan yakin pada diri sendiri bahwa cobaan yang mereka alami dapat mereka lewati dengan baik. (G) Daftar Bacaan: 40 bacaan (1976-2008) KATA PENGANTAR Al hamdulillah, segala puji syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul "Peranan Dukungan Sosial Terhadap Manajemen Sires Pada Wanita Penderita Kanker Payudara". Shalawat dan salam penulis tujukan kepada pembawa risalah yang haq, yang telah menyeberangkan umat manusia dari lembah kHhinaan menuju alam yang penuh rahmat, beliau adalah Nabi Muhammad SAW. Skripsi ini merupakan hasil perjalanan studi penulis selama kuliah di Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan dibuat untuk memenuhi syarat akhir perkuliahan dalam rangka memperoleh gelar sarjana Strata Satu (SI) bidang Psikologi. Penulis menyadari bahwa selama penulisan skripsi ini tidak lepas dari saran, bantuan, motivasi dan bimbingan dari semua pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: 1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus merangkap sebagai dosen pembimbing I, lbu Ora. Hj. Netty Hartati, M.Si. Terima kasih ibu karena sudah meluangkan waktu dan pikirannya sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan. 2. lbu Neneng Tati Sumiati, M.Si., Psi., dosen pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya serta kesabarannya sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan. 3. Seluruh stat bagian pendidikan dan penelitian rumah sakit Polisi Pusat R.S. Sukanto Jakarta atas kerjasamanya. Pembimbing penelitian lapangan penulis, ibu Evi Miranti, S.Psi., M.Psi., terima kasih bu .. atas waktu dan kerjasamanya. 4. Kepada semua responden, penulis haturkan banyal< terima kasih karena beliau-beliau inilah akhirnya penulis dapat menyelesail~an skripsi ini. Mudah-mudahan tali silaturrahmi kita tetE1p berjalan dan penulis doakan semoga cepat sembuh dan bisa kernbali beraktifitas tanpa penyakit (amin). 5. Kepada orangtuaku bapak Muhamad Harun dan mamah Nur Hidayati, yang tiada henti-hentinya mencurahkan kasih sayang dan do'anya kepada penulis serta kucuran dana yang ta' terhitung berapa banyaknya, penulis haturkan banyak terima kasih dan mohon maaf belum bisa menjadi anak yang baik untuk kalian. Kebahagiaan bapak dan mamah adalah segalanya untuk penulis, bapak dan mamah adalah sumber motivasi yang kuat dan tujuan hidup untuk penulis ketika penulis down, I Love U Soo Much mah n pa'. 6. Kakaku Anita Harun dan bang Epo Pringadi Butar-Butar, yang selalu mencurahkan kasih sayangnya untuk penulis, mamah, bapak, dan lukman dan selalu memberikan motivasi kepada penulis, terima kasih atas semuanya, serta adikku Muhammad Lukamnul Hakim, yang selalu berdoa dan selalu sayang kepada penulis dan ta' lupa untuk keponakanku yang lucu dan imut Zalfa Putri Butar-13utar yang selalu membuat penulis merasa ceria dan bahagia, cepat besar ya sayang, semoga kelak kamu menjadi anak yang pintar dan sholehah. Untuk tanteku (Nur Laila) yang baik banget, yang selalu rnencurahkan kasih sayang dan doanya untuk penulis juga untuk om HHndri dan keluarga besar di Kola. Terima kasih yah!. Maaf penulis belum bisa memberikan yang terbaik untuk kalian semua. 7. Kepada keluarga besar bapak M. Djazim, terutama untuk mba Rini terima kasih untuk dukungan dan segala bantuannya, berkat beliau inilah penulis dapat melakukan penelitian di Rumkit R.S. Sukanto. Ta' lupa juga untuk Bhara Juli Prasetio yang selalu memberikan do'a dan sayangnya kepada penulis serta memberikan bantuan kepada penulis baik moril maupun materil demi selesainya skripsi ini. Maaf penulis belum bisa membalas semua kebaikan keluarga besar bapak. Semoga Allah SWT selalu melindungi keluarga ini (amien). 8. Kepada semua teman-teman angkatan 2004 terutarna anak B (lpeh, Agra, Diyan, Vina, Ochil, Djazim dkk), kadang dengan merekalah penulis dapat tertawa, disanalah letak keharmonisan kami dan harapan penulis tali silaturrahmi ini tidak akan pernah terputus. 9. Teman-teman yang penuh dengan kehangatan, Aniz dan Owchie. Mereka inilah sahabat yang selalu setia mendengarkan keluh kesah penulis, kebahagiaan penulis adalah jika tertawa bersama mereka. Do'a dan harapan penulis semoga Allah SWT selalu mempersatukan kami, amieenn. 10. Teman-teman baik penulis yang selalu memberikan semangatnya dan bantuannya demi selesainya skripsi ini. Terima kasih untuk Ali Akbar, Kholil, dan Imam. Terima kasih banyak alas apa yang kalian lakukan untuk skripsi ini. Semoga Allah membalas kebaikan kalian semua (Amin). 11. Seluruh staf akademik dan perpustakaan Fakultas Psikologi UIN Jakarta, terutama kepada bu Syariah, bu' Sri, bu' Faozah, dan pa' Yordanish yang telah memberikan bantuannya kepa1da penulis dalam hal nilai maupun surat menyurat. Mudah-mudahan segala bantuan dan partisipasinya mendapat imbalan dan balasan dari Allah SWT. Ahkirnya, penulis berharap semoga skripsi ini clapat bermanfaat bagi penulis khususnya clan bagi pembaca pada umumnya. Amien. Jakarta, 11 Agustus 2008 Penulis Daftar lsi HALAMAN JUDUL. ............................................................. HALAMAN PERSETUJUAN .................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN...... .................. ............... ............ iii MOTTO ............................................................................... iv DEDIKASI....... .. ... . .. ... .. . . . ..... .. ... .. . .. . . .. .. ....... .. . ... . .. ......... ..... v ABSTRAKSI.................................................................... ... vi KAT A PENGANT AR............................................................ viii DAFTAR ISi. ....................................................................... xii DAFTAR TABEL.................................................................. xv Bab I. PENDAHULUAN ........................................................ 1-18 A. Latar belakang masalah... ... ... .. . ... ... ... . .. ... .. . ... ... .. . ... ... .. 1 B. ldentifikasi masalah.... .. ... ... ... ... ... .. . . .. . .. .. . . .. . .. .. ... . ... . .. . 14 C. Batasan dan rumusan masalah... ... ...... ... ......... ... .......... 15 D. Tujuan penelitian......... ... ......... ...... ... ...... ... ... ... ... ... ..... 16 E. Manfaat penelitian...... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17 F. Sistematika penulisan... ... ...... ... ......... ... ...... ... ............. 17 Bab II. LANDASAN TEORI................................................... 19-58 A. Kanker Payudara... ...... ... ......... ......... ......... ... ... ... ....... 19-26 1. Definisi kanker Payudara...... ...... ... ... ...... ... ... ...... ..... 19 2. Faktor resiko terkena kanker payudara... ... ...... ...... ..... 20 3. Terapi kanker payudara... ... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... ...... 21 4. Reaksi-reaksi psikologis penderita kanker payudara. .. ... 23 B. Manajemen Stres... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... . .. ... ... .... 26-47 1. Pengertian stress................................................... 26 2. Penilaian terhadap stress.............................. ... .. . ... . 29 3. Sumber stress....................................................... 31 4. Dimensi stress...................................................... 35 5. Pengertian manajemen stress.................................. 38 6. Teknik manajemen stress........................................ 39 C. Dukungan Sosial...................................................... .. 48-58 1. Pengertian dukungan sosial..................................... 48 2. Bentuk-bentuk dukungan sosial.............................. .. 49 3. Sumber dukungan sosial. .. . .. .. . .. . . .. .. . .. . ... . .. .. . .. . . .. .. . .. 52 4. Pe ran dukungan sosial dalam manajemen stres.......... .. 55 Bab Ill. METODOLOGI PENELITIAN . . ..... .. ...... .. .. .. . . . ... . .. ... .... 59-67 A. Pendekatan dan metode penelitian ................................. 59 B. Metode pengumpulan data........................................... 60 1. Wawancara... ... ... ... ... ... ... ... ... . .. ... ... ... ... ... . .. . .. ... ... .. 60 2. Observasi ............................................................. 62 3. Ala! bantu pengumpulan data .................................... 62 C. Subyek Penelitian ........................................................... 63 Daftar Tabel A. 1. Keterangan identitas subyek. .... .... .... .. ..... ........ .... .. ... .... .. .. 68 A. 2. Gambaran riwayat penyakit subyek... .. .. .......... .. . .... ...... .. .. 70 a. 1. Manajemen Stres ............................................................... 98 b. 1. Dukungan Sosial...... .. ........... ... ... ........................................ 102 1 BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan kanker yang sering dijumpai dalam masyarakat Indonesia. Pada tahun 2007, penderita kanker tertinggi cli Indonesia adalah kanker payudara yang diikuti oleh kanker leher rahim. Berdasarkan data Globocan, International Agency for Research on Cancer(IARC) Th. 2002, kanker payudara menempati urutan pertama dari seluruh kanker pada perempuan (insidens rate 38 per 100.000 perempuan). lnsidens kanker di Indonesia masih belum diketahui secara pasti karena belum ada registrasi kanker berbasis populasi yang dilaksanakan. Tetapi berclasarkan data Globocan, IARC 2002, didapatkan estimasi insidens kanker payudara di Indonesia sebesar 26 per 100.000 perempuan. Yang memprihatinkan, jumlah penderitanya terus bertambah. Lembaga lnternasional Riset Kanker (IARC) rnemperkirakan, jumlah kematian akan mernbengkak jadi 17 juta per tahun pada 2030 -naik 7 juta dari angka sekarang. Sedangkan jumlah yang didiagnosis menderita kanker akan bertarnbah tiga kali lipat menjadi 75 juta jiwa (www.gatra.com). Hingga saat ini, frekuensi kanker payudara mencapai angka 20 persen dari seluruh penyakit kanker. Pada tahun 2007 menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tercatat setiap tahun terdapat tujuh 2 juta penderita kanker payudara dan lima juta orang diantaranya meninggal akibat mengidap penyakit tersebut (pdpersi.co.id). Mengutip data yang disampaikan Menteri Kesehatan Siti Fadilah, kanker payudara di Indonesia berada di urutan keenam penyebab kematian (www.pitapink.com). Karena kanker payudara merupakan jenis kanker yang banyak diderita oleh wanita di Indonesia karenanya kanker payudara sering disebut sebagai mimpi buruk bagi kaum wanita. Tetapi sebenarnya hal itu tidak perlu terjadi, apabila kita memberikan perhatian yang cukup terhadap kesehatan diri kita. Dengan deteksi dan diagnosa dini serta penanganan se!Jera, maka kanker payudara bukan lagi suatu vonis kematian ( Unit Uji Kesehatan dan Deteksi Dini kanker dan lnstalasi Radiodiagnostik). Menurut Tindarbumi (1995) pada wanita indonesia, usia rawan untuk terkena kanker payudara adalah di atas 30 tahun dan resikonya semakin tinggi sampai usia 50 tahun. Kanker payudara ditanggapi serius oleh wanita yang menderitanya, karena mengalami kerusakan bahkan kehilangan organ payudara merupakan konsekuensi yang sulit diterima. Payudara merupakan bagian tubuh yang memiliki arti khusus bagi wanita, karena mempunyai nilai estetika, merupakan simbol dari feminitas, serta menjadi pembeda antara pria dan wanita dewasa dalam penampilan atau peran di masyarakat (Aristiati Adji, 1997). 3 Melihat pada makna payudara bagi wanita, menerima diagnosis tumor ganas pada payudara merupakan suatu peristiwa yang mengejutkan, menakutkan, bahkan traumatis bagi penderita maupun orang yang dekat dengannya. Kondisi ini membutuhkan perhatian besar dalam penan~1anannya secara medis atau sosial-psikologis (dalam Aristiati Adji, 1997). Sehubungan dengan penyakitnya, penderita kanker payudara menghadapi masalah-masalah dalam menjalani kehidupannya. Masalah-masalah tersebut antara lain adalah masalah perubahan fisik yang terjadi, masalah yang berkaitan dengan seksual, masalah dampak kemoterapi (Kaplan, Sallis Jr & Patterson, 1993). Penyakit kanker dan berbagai masalah yang harus dihadapi penderita selama sakit dapat menimbulkan stres bagi penderita. Khusus bagi wanita penderita kanker payudcira, kehadiran stres tidak dapat dipungkiri lagi. Hal ini didukung oleh penelitian dari Veiwordt (dalam Stoll, 1979) bahwa penyakit yang menyebabkan perubahan fisik mengakibatkan strei> yang lebih besar bagi wanita, sedangkan penyakit ketidakberdayaan lebih berpengaruh terhadap pria. 4 Lazarus & Folkman (dalam Cohen, 1992) menyatakan bahwa individu dapat mengalami stres bila ia menilai bahwa ia tidak sanggup lagi atau tidak punya sumber daya yang cukup untuk mengatasi masalahnya. Sebagai contoh, pandangan terhadap makna payudara bagi wanita berpengaruh terhadap bagaimana penderita menilai penyakitnya sebagai stressor. Menurut Senescu (dalam Stoll, 1979), semakin penderita kanker memandang penting organ tubuh yang terserang kanker, maka semakin besar pengaruhnya terhadap melemahnya harga diri (self-esteem) bila organ tersebut rusak atau hilang. Selanjutnya, bila kondisi itu terus berlangsung maka penderita akan kehilangan harga dirinya, dan menjadi depresi. Stres dijelaskan sebagai : ........ .the process of appraising events as threatf.ming, challenging or harmful, and responding to such events on physiological emotional, cognitive, or behavioral level (Feldman 1989) Dalam definisi ini, individu dapat mengalami stres bila ia menghadapi peristiwa yang dinilainya mengancam, menentang atau membahayakan. Dalam hal ini penderita kanker payudara menghadapi peristiwa yang dinilainya dapat mengancam atau membahayakan dirinya dan keluarganya. Ancaman yang mungkin dirasakan adalah kematian, kehilangan payudara, berpenampilan tidak menarik dan aktifitas sosial lainnya rnenjadi terhambat. 5 Dalam menghadapi penyakitnya, penderita mungkin mengeluarkan reaksi takut, cemas atau depresi. Tak mengherankan, dari sebuah penelitian di Amerika Serikat yang melibatkan 236 perempuan yang didiagnosis menderita kanker payudara, ditemukan hampir 50 persen dari mereka mengalami gangguan emosional atau rnenunjukkan gejala kelainan kejiwaan, seperti depresi dan posttraumatic stres disorder (PTSD). Mayoritas mengalami problem kejiwaan menengah hingga gangguan emosional berat sebanyak 41 persen. Semua atau 100 persen pasien ketika dipaparkan hasil diagnosisnya langsung dilanda cemas. Kemudian 96 persen menyatakan khawatir memikirkan ketidakjelasan perawatan yang akan dijalaninya dan yang merasa cemas akan terjadinya perubahan fisik mencapai 81 persen (Koran Tempo, 2006). Respon orang terhadap sumber stres sangat beragam, s;uatu rentang waktu bisa tiba-tiba jadi pencetus sires yang temporer. R:eaksi kita terhadap pencetus stres dapat digolongkan dalam dua k:ategori psikologis dan fisiologis. Di tingkat psikologis, respon orang terhadap sumber sires tidak bisa diramalkan, sebagairnana perbedaan suasana hati dan emosi kita dapat menimbulkan beragam reaksi, mulai dari hanya ekspresi marah sampai akhirnya ke hal-hal lain yang lebih sulit untuk dikt~ndalikan. 6 Di tingkat fisiologis, respon orang terhadap sumber stre~; ini tergantung pada beberapa faktor, termasuk keadaan emosi pada saat itu dan sikap orang itu dalam menanggapi stres tersebut (www.e-psikologi.com). Bukti menunjukkan bahwa penderita kanker payudara yang mempertahankan semangat juang melawan penyakit mendapatkan has ii pengobatan yang Jebih baik daripada pasien yang meny1erah dan putus asa terhadap penyakitnya (Pettingale, 1985). Penelitian terhadap pasien kanker yang ditindaklanjuti setelah 10 tahun mendapati pasien yang marah saat didiagnosis dan mempunyai semangat untuk melawan penyakit menunjukkan tingkat bertahan hidup yang lebih tinggi dibandingkan pasien yang menerima penyakit dengan menahan diri atau memendam perasaaan. Keinginan yang kuat untuk melawan penyakit dapat membantu meningkatkan katahanan hidup. Dari penjelasan di alas, maka penyakit kanker payudara dapat digolongkan sebagai stressor atau peristiwa yang menimbulkan sires pada seseorang. Dalam kondisi individu mengeluarkan respon-respon untuk mengurangi atau mengontrol slresnya, respon yang tepal dapat mengembalikan kondisi individu menjadi normal alau lebih baik, sedangkan respon yang kurang 7 tepat dapat memperburuk kondisi individu (Lazarus dan Folkman dalam Steptoe, 1991 ). Penderita kanker payudara perlu diarahkan untuk mengeluarkan responrespon yang tepat dalam menghadapi stres, sehingga ia dapat menyesuaikan diri dengan kondisinya (misalnya dengan terus menjalani pengobatan dan melakukan aktifitas yang sesuai). Kesembuhan total mungkin sulit dicapai namun penderita kanker dapat diusahakan terhindar dari akibat yang lebih fatal seperti munculnya gangguan--gangguan mental depresi, perasaan berdosa, bahkan kecenderungan untuk bunuh diri (Ahmad Muhidin, 2004). Stres yang dialami penderita kanker payudara harus dapat dibedakan jenisnya, apakah stres sebagai eustres (yang berdampal< positif) atau distres (yang berdampak negatif). Stres a!<an berarti negatif atau positif tergantung pada persepsi dan pengalaman individu terhadap stres yang dihadapi. Ada yang memandangnya sebagai tantangan (positif) sehingga membuat individu melakukan usaha dan ada pula yang menganggap sebagai hal yang negatif yang dapat mengancam dan menghambat tindakan individu tersebut (Selye dalam Rice, 1998). 8 Sebagai sumber motivasi, stres dapat memacu kreativitas individu, maka yang harus dilakukan bukanlah menghilangkan seluruh stres tetapi membatasi dampak negatif dari stres. Upaya untuk mernbatasi dampak negatif stres adalah rnelalui manajemen stres (Greenberg, 2002). Dengan menyadari bahwa stres yang dirasakan individu dapat dikontrol dan dikurangi, maka individu tidak perlu lagi menyadari masalah atau tekanan yang datang kepadanya dengan lari dari kenyataan atau menyalahkan orang lain bahkan dirinya sendiri, melainkan dapat dihadapi dengan langsung dan berusaha menguasainya dengan mengelola respon stres yang datang. Menurut Greenberg (2002), manajemen stres merupakan suatu intervensi yang dilakukan individu untuk mengontrol sumber stres agar tidak menimbulkan konsekuensi-konsekuensi negatif. Penekanan individu disini adalah karena kerusakan yang ditimbulkan pada awalnya berpengaruh pada individu, maka penyebab dan proses untuk mengatasi stres pun bermula pada tingkat individu itu sendiri untuk mengenali ragam gejala dan pola reaksi terhadap stres yang dialaminya. Untuk mempermudah manajemen stres Greenberg (2002), menggunakan suatu model stres yang terdiri dari beberapa fase yaitu situasi, persepsi, gugahan emosi dan gugahan fisiologis, serta konsekuensi. Fase-fase ini 9 terjadi secara berurutan yang berarti suatu fase baru akan terbentuk setelah fase-fase sebelumnya dialami oleh individu. Ditambahkan pula, bahwa individu dapat melakukan intervensi dalam setiap fase model stres. lntervensi yang diberikan pada salah :satu fase akan memperkecil dampak negatif dari stres, antara lain melalui intervensi terhadap situasi, intervensi terhadap persepsi, relaksasi dan olahraga rekreasi. Suatu keberhasilan dalam manajemen stres penderita kanker payudara tidak terlepas dari adanya dukungan sosial dari berbagai pihak. Dukungan sosial sangat diperlukan penderita kanker payudara untuk tetap bertahan hidup dan keluar dari penderitaannya. Dukungan yang paling utama datang dari orang-orang yang paling dekat dengannya sampai pada pemerintah. Dukungan sosial dapat berasal dari keluarga, teman, tetangga dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang terkait ataupun tokoh masyarakat maupun agama. Penelitian dari Spiegel dkk (1989) terhadap sejumlah pasien kanker payudara yang sud ah metastasis (sel-sel kanker sudah mengalami penyebaran) menunjukkan bahwa kelompok wanita yang diberi dukungan sosial dapat 10 bertahan hidup satu setengah tahun lebih lama daripada yang tidak mendapatkan dukungan. Dukungan sosial dapat dijelaskan sebagai: .. .. perceived comfort, caring, esteem or help person receives from other people or groups (Sarafino, 1990) Manurut definisi di atas, dukungan sosial adalah persepsi individu akan kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang diberikan oleh orang lain atau kelompok lain. lnteraksi yang positif bagi pasien kanker adalah adanya perhatian dan penerimaan. Dengan kedua hal ini pasien dapat beradaptasi terhadap berbagai rasa ketidaknyamanan dan ketidakmampuan yang dialaminya. Dukungan yang paling penting datang dari keluarga, Dulcungan keluarga adalah sikap tindakan, dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Keluarga terdiri atas suami, isteri, anak dan untuk Indonesia dapat meluas mencakup saudara dari kedua belah pihak (Rahcmati & Sukardi, 2002). Peran keluarga dalam hal ini adalah besar, namun tidak mudah. 11 Friedman (1998), menyatakan bahwa keluarga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Fungsi dukungan keluarga adalah; dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental, dan dukun9an emosional. Dinyatakan dalam Sheridan & Radmacher (1992), mengurus penderita kanker dapat dianggap sebagai tugas yang paling sulit, bahkan bagi orang yang paling dekat dengan pasien sekalipun. Kesulitan itu terletak pada cara memberikan respon yanfl tepat terhadap penderita. Beberapa peneliti (dalam Manne & Zaurta, 1989) menyatakan bahwa mungkin saja terjadi masalah dalam interaksi penderita dengan keluarga, teman dan tenaga medis yang mengakibatkan penderita merasa tidak rnendapatkan dukungan. Dukungan sosial dibagi menjadi dua bagian, yaitu dukungan sosial yang aktual atau nyata dan dukungan sosial yang dipersepsikan. Secara lebih jelasnya, Cobb (dalam Veil, 1992) menjelaskan dukungan sosial yang dipersepsikan adalah efek dari hubungan yang membentuk keyakinan bahwa: (1) ia merupakan anggota suatu jaringan komunilcasi dan hubungan yang saling menguntungkan, dimana ia dapat bergantuno kepada jaringan tersebut; (2) ia dicintai dan diperhatikan; (3) ia dihargai dan dinilai tinggi oleh 12 orang lain. Pada penderita kanker, jenis dukungan sosial tertentu menjadi sangat berarti dalam mengatasi masalah penyakit, pengobatan, dan kemungkinan menghadapi kematian. Pengaruh dukungan sosial sebagai sumber interpersonal yang berfungsi melindungi individu dari akibat negatif tingkat stres yan~1 tinggi, ternyata tidak selamanya memberikan dampak positif pada orang yan~1 mendapatkannya (Kulik & Mahler dalam Sheridan & Radmacher, 1992). Meskipun dukungan sosial telah diberikan kepada individu, belum tentu diper.sepsikan individu sebagai hal yang mendukung oleh penderita (Sarason, 1983; Taylor, 1999). Hal ini berkaitan dengan efektifitas dukungan sosial, kamna konsep dukungan sosial menunjukkan kualitas hubungan dan interaksi sosial yang dirasakan secara subyektif oleh penderita (Ahmad Muhiclin, 2004). Pada kasus penderita kanker payudara, faktor yang kemungkinan clapat menghambat efektivitas dukungan sosial adalah adanya reaksi penolakan (denial) pada penderita. Setelah seseorang mengetahui dirinya menderita kanker, muncul gangguan emosional dan pengembangan sikap penolakan sebagai upaya melawan tekanan psikologis akibat penyakitnya (Viney dalam Ahmad Muhidin, 2004). Para penderita tidak ber.sedia meimberitahukan keadaan dirinya pada orang lain (mages & Mendelsohn dalam Sarafino, 1994). Penderita akan berusaha menghindari dan melupakan hal-hal yang 13 berhubungan dengan penyakitnya (Morris dalam Ahmad Muhidin, 2004), termasuk menghindari kontak sosial dan keterlibatan orang-orang terdekat (anggota keluarga dan teman). Penderita merasa canggung dan kebingungan dengan kondisi yang dihadapinya, terutama jika keadaan tubuhnya menjadi sE~makin buruk dan memprihatinkan (Mages & mendelsohn dalam Sarafino, 1994), sehingga keterlibatan orang lain akan dapat memperberat keadaannya. Fenomena dukungan sosial pada penderita kanl<er payudara dalam rangka mengurangi atau mengontrol stres (manajemen stres) yang mereka lakukan menarik perhatian peneliti untuk mengetahui gambaran penerimaan dukungan sosial yang dipersepsikan penderita kanker payudara yang mereka terima dapat berperan dalam manajemen stres yang mereka lakukan. Apalagi dengan kompleksnya masalah psikologis yang dialami penderita kanker payudara terutama adanya reaksi penolakan penderita dengan menghindari kontak sosial dan keterlibatan orang-orang lterdekat seperti anggota keluarga dan teman. Hal inilah yang mendasari peneliti melakukan penelitian untuk mengetahui gambaran penerimaan dukungan sosial yang dipersepsikan oleh penderita dalam manajemen stres yang dilakukannya. Hal ini menjadi sebuah fenomena yang sangat menarik untuk ditellti, karena 14 jumlah angka kejadian kasus penderita kanker payudarn yang semakin tinggi pada wanita yang masih produktif yang selama ini menjalani penyakitnya dengan penuh kecemasan (Tjindarbumi, 2000). Akhirnya penulispun memberi judul skripsi ini dengan "Peranan Dukungan Sosial Terhadap Manajemen Stres Pada Wanita Penderita Kanker Payudara" (Studi Kasws Pasien Rumah Sakit Polisi Pusat R. S. Sukanto Jakarta) B. ldentifikasi Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut: a. Peristiwa-peristiwa apa saja yang menimbulkan stres pada penderita kanker payudara? b. Bagaimana penderita kanker payudara menilai peristiwa-peristiwa yang dialaminya sebagai stressorbagi dirinya? c. Jenis dukungan sosial apa yang diberikan oleh significant others terhadap penderita kanker payudara dalam usaha untuk mengatasi atau mengontrol stresnya? d. Bagaimana penderita kanker payudara menilai dukungan sosial sebagai sesuatu yang bermanfaat dalam mengatasi atau mengontrol stresnya? 15 C. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah Agar penelitian ini tidak mengalami pelebaran dan tetap fokus pada masalah yang diungkap, maka penelitian ini dibatasi dengan meneliti peranan dukungan sosial terhadap manajemen stres pada wanita penderita kanker payudara. Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang berkaitan dengan judul penelitian diberi batasan sebagai berikut: a. Dukungan sosial yang dimaksud adalah dukungan sosial yang dipersepsikan pasien berdasarkan interpretasinya terhadap perilakuperilaku orang lain (keluarga, teman, dokter atau lembaga-lembaga sosial yang terkait). b. Stres yang dimaksud adalah reaksi fisik dan mental dari tubuh terhadap situasi yang menakutkan, mengejutkan, membingungkan, membahayakan, dan merisaukan seseorang. c. Manajemen stres yang dimaksud adalah respon-respon yang dikeluarkan individu sebagai usaha untuk mengurangi stres atau mengonful, atau menghambat konsekuensi negatif dari stres. d. Kategori dari subyek penelitian adalah wanita penderita kanker payudara yang berusia 30-50 tahun yang sudah menikah dan mempunyai anak, dan penyakitnya berada dibawah stadium IV (sel-sel kanker belum mengalami 16 penyebaran yang meluas, masih dalam tahapan yang memungkinkan kesembuhan) pada saat didiagnosis. 2. Rumusan Masalah Adapun rumusan dalam masalah ini adalah "bagaimana peranan dukungan sosial yang dipersepsikan oleh wanita penderita kanker payudara dalam manajemen stres yang dilakukannya?" D. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini ditunjukkan untuk mendapatkan gambaran mengenai peran dukungan sosial yang dipersepsikan yang diterima penderita kanker payudara dalam manajemen stres yang dilakukannya dalam menghadapi permasalahan yang timbul akibat penyakit yang dideritanya dengan tujuan memperbaiki kualitas hidup penderita agar menjadi lebih baik. Secara khusus penelitian ini juga dilakukan untuk melihat gambaran manajemen stres yang dilakukan oleh penderita dalam menghadapi permasalahannya yang timbul akibat penyakit yang dideritanya dan melihat pula gambaran dukungan sosial yang dipersepsikan penderita kanker payudara yang mereka terima. 17 E. Manfaat Penelitian Secara akademik, menambah ilmu pengetahuan dan penelitian ini berguna untuk menambah wacana dan kajian tentang dukungan :sosial dan manajemen stres pada wanita penderita kanker payudara. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan ba.gi para pasien, keluarga, tenaga medis maupun lembaga-lembaga terka.it yang selalu berinteraksi dengan pasien, bahwa perilaku-perilaku yang muncul dalam interaksi personal dapat berpengaruh terhadap kesehata:n pasien. Dengan kemampuan membedakan antara perilaku yang berpengaruh positif dengan yang negatif, maka keluarga dan tenaga medis dapat berinteraksi secara optimal dengan penderita. Secara praktis, penelitian ini memberikan informasi dan masukan kepada seluruh pihak yang berkecimpung dalam menanggulangi penyakit kanker pc.yudara dan wanita-wanita pengidap kanker payudara untuk mengurangi atau mengontrol stresnya. F. Sistematika Penulisan Secara garis besar, penulisan penelitian ini terdiri atas lima bab dan sub-sub bab yang digambarkan sebagai berikut: Bab I : Merupakan bab pendahuluan yang didalamnya terdiri dari : latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan rumusan 19 BAB II LANDASAN TEORI A. Kanker Payudara 1. Definisi kanker payuadara Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal,cepat dan tidak terkendali. (http://www.mediasehat.com). Kanker payudara (carcinoma mammae) adalah suatu penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma. Anatomi Payudara (www.pfizerpeduli.com) Profil Payudara: A. Duktus B. Lobules C. Bagian duktus yang dilatasi untuk menahan susu D. Puting susu E. Jaringan lemak F. Otot Pektoralis mayor G. Dinding dada,Tulang rusuk (www.pfizerpeduli.com) 20 Pembesaran A. Sel-sel duktus normal B. Membran dasar C. Lumen (Pusat duktus) 2. Faktor risiko terkena kanker payudara Sampai saat ini para ahli masih belum tahu secara pasti penyebab dari kanker payudara, sehingga sulit bagi kita untuk mencegah timbulnya penyakit itu. Namun demikian, ada usaha-usaha untuk rnengidentifikasikan factorfaktor yang dimiliki oleh kelompok wanita dengan risiko tinggi terkena kanker payudara, yaitu (www.pfizerpeduli.com): a. Merniliki anggota keluarga yang menderita kanker payudara (ibu, nenek, saudara perempuan). b. Menstruasi pertama pada usia muda, menopause yang terlarnbat. c. Wanita yang tidak punya anak, atau melahirl<an anak pertama pada usia > 30 tahun. d. Pernah terdapat tumor I kanker payudara sebelumnya. e. Mendapatkan terapi pengganti hormon jangka panjang. f. Faktor-faktor lain: obesitas I konsumsi tinggi lemak, konsumsi alkohol berlebih, mutasi genetik. 21 Walaupun telah disebutkan kelompok wanita dengan risiko tinggi terhadap kanker payudara, bukan berarti kelompok wanita yang tidak termasuk di dalamnya terbebas dari penyakit kanker payudara. Seltzer (1987) mengatakan bahwa kelompok wanita yang tidal< tergolong di alas tetap memiliki risiko terserang penyakit ini, oleh karenanya penting bagi semua wanita untuk melaksanakan pemeriksaan payudara sendiri secara teratur. 3. Terapi kanker payudara Tujuan utama dari pengobatan kanker adalah untuk menyembuhkan penyakit, untuk membebaskan pasien dari kanker selamanya. Hal ini dapat terjadi apabila seluruh neoplasma berhasil ditemukan dan diangkat (Guyton; Laszlo; dalam Sarafino, 1990). Jika hanya sebagian dari kanker terangkat, gejala-gejala penyakit yang tampaknya telah hilang akan muncul lagi kemudian. Kesulitan untuk menyatakan secara pasti penyebaran sel-sel kanker menempatkan penderita dalam suasana ketidakpastian, ballkan setelah pengangkatan tumor, apakah penderita sudah terbebas sepenuhnya dari tumor atau belum terbebas. Pengobatan terhadap kanker payudara dapat mengikuti cara-cara terapi kanker pada umumnya. Dalam hal ini dikenal dengan terapi stadium dini dan terapi stadium lanjut (www.mediasehat.com). 22 a. Terapi stadium dini Stadium dini berhubungan dengan ukuran tumor yang ditemukan. Apabila ukuran tumor semakin kecil, semakin besar jaringan payudara yang dapat diselamatkan. Saat ini teknik operasi telah memungkinkan hal tersebut, yaitu yang disebut breast conserving treatment (BCT). Dengan sedikitnya jaringan payudara yang diangkat, secara kosmetik payudara dapat dipertahankan. Menilai adanya penjalaran kanker payudara pada kelenjar getah bening ketiak juga merupakan bagian dari teknik operasi ini, yang pemeriksaannya disebut prosedur sentinel. l<ekambuhan dengan metode ini 5-10 persen dalam dua tahun pertama sehingga diperlukan control teratur. Apabila terdapat kekambuhan, dilakukan pengangkatan payudara seluruhnya dalam rangka penyelamatan (salvage). Ada kecenderungan para pakar menggunakan kemoterapi pada pasien kanker payudara usia muda mengingat sifat sel yang lebih agresif. b. Terapi stauium lanjut Jika tumor sudah berukuran diatas 5cm, pilihan operasi menjadi lebih sempit, yaitu pengangkatan seluruh payudara dan ke!enjar getah bening ketiak. Penyinaran atau radiasi menjadi pilihan apabila telah terdapat Iuka yang tidak bisa kering. Pada stadium lanjut terdapat k.emungkinan sel kanker telah menyebar ke organ lain. Kemungkinan ini sebenarnya dapat diketahui dengan temuan yang disebut factor prognostic, seperti status kelenjar getah bening regional. 23 4. Reaksi-reaksi psikologis penderita kanker payuadara Reaksi psikologis yang dialami pasien kanker pada tahap lanjut umumnya sama, walaupun ada yang berkaitan khusus dengan lokasi tertentu tempat tumor itu tumbuh (Lederberg, Holland dan Massie, 1989). Hampir semua pasien kanker dihadapkan pada dampak terburuk dari penyakitnya ini. Beberapa peneliti yang mengkhususkan pada penderita kanker payudara menemui berbagai reaksi psikologis yang muncul dari pasien kanker payudara, yaitu marah, depresi, takut, perasaan bersalah, penolakan, dan kecemasan (Seltzer, 1987; Stoll, 1979). Berikut ini akan diuraikan lebih lanjut reaksi-reaksi psikologis tersebut, yaitu: a. Penolakan (Denial) pasien merasa tidak percaya dengan menolak kenyataan yang ada. "Denial" sebagai suatu reaksi psikologis memiliki dua makna, yaitu positif dan negatif. Bagi sebagian pasien kanker payudara, 'denial' dapat membantu mereka untuk mempertahankan pandangan positif terhadap situasi yang sedang dihadapi dan membantu mereka menikmati hidup (Seltzer, 1987). Beberapa peneliti (dalam Stoll, 1979) mendukung pendapat bahwa 'denial' terhadap suatu penyakit dapat berfungsi sebagai pelindung. Sisi negatifnya adalah apabila reaksi ini muncul pada tahap awal kanker, dimana pasien menyangkal menderita k;anker sehingga 24 menunda atau menolak upaya pengobatan (Seltzer, 1987; Geer, dalam Stoll, 1979). b. Kecemasan (Anxiety) Menurut Stoll (1979) kecemasan sebagai suatu reaksi terhadap penyakit biasanya dihubungkan dengan kondisi awal dalam perkembangan suatu penyakit, munculnya gejala-gejala yang tidak terduga dan dimulainya suatu pengobatan. Hal ini tampak semakin jelas ketika muncul pemikiranpemikiran akan ketidakpastian dalam penyembuhan penyakit (Lederberg, Holland & Massie, 1989; Stoll, 1979). McGuire (dalam Stoll, 1979) yang meneliti sekelompok penderita kanker payudara menyatakan, bahwa kecemasan muncul pada awal ditemukannya benjolan pada payudara pasien, semakin meningkat setelah kunjungan ke do~;ter yang menyarankan mereka untuk menjalani mastektomi. c. Marah (Anger) Reaksi umum pada penderita kanker payudara ketika menerima diagnosis adalah perasaan marah. Pasien marah atas nasib yang mereka terima, merasa tidak sepantasnya ia menerima hukuman begitu berat sedangkan orang lain tidak mengalaminya (Seltzer, 1987). Kadang-kadang kemarahan pasien menjadi tidak terkontrol dan dapat mengancam keharmonisan hubungan antara pasien dengan keluarga atau orang lain yang menjadi sasaran kemarahannya, seperti dokter atau perawat (Seltzer, 1987; Stoll, 1979). Dalam proses pengembalian stabilitas emosi 25 pasien, reaksi marah ini perlu untuk dikendalikan. Salah satu yang dianjurkan adalah dengan mengekspresikan marah ini dan berusaha untuk mengatasinya dengan dibantu oleh dokter atau psikolog (Senescu, dalam Stoll, 1979). d. Takut (Fear) Perasaan takut yang dialami pasien kanker payudara berkaitan dengan hal-hal nyata dan masalah-masalah yang harus diatasi. Perasaan takut tersebut pada penderita kanker payudara antara lain menyangkut penderitaan fisik, takut kehilangan payudara, takut kehilangan cinta dari pasangan atau teman dekat, takut dalam menjalani hubungan sosial, takut untuk bergantung pada orang lain, dan takut apabila suatu saat anak perempuannya akan mengalami hal yang sama (Seltzer, 1987; Twycross & Lack, 1990). Ada pasien yang mengatasi rasa takutnya dengan baik, narnun ada pula yang rnenjadi sernakin tenggelarn deilarn perasaan itu. Bayangan rnereka lebih buruk dari kenyataan yang mungkin dihadapi, sehingga mereka sering sulit tidur dan diganggu oleh mimpi-mimpi buruk. e. Depresi Ketakutan, kecemasan dan kemarahan menunjang munculnya depresi. Depresi ini berbeda dengan depresi kronis yang diternui pada pasienpasien psikiatri (Seltzer, 1987). Selain itu, hilangnya harga diri pada pasien kanker juga dapat menjadi indikasi dari gejala depresi (senesce dalam Stoll, 1979). Bagi pasien kanker, depresi berkaitan dengan rusak 26 atau hilangnya organ tubuh tertentu yang terserang kanker. Organ tubuh tersebut memiliki arti penting bagi pasien yang berpengaruh pada harga dirinya. Semakin besar nilai kepentingan organ tersebut maka semakin berpengaruh terhadap penurunan harga dirinya (Seniescu, dalam Stoll, 1979) f. Perasaan bersalah (Guilt) Reaksi ini sangat jarang terjadi pada penderita kanker payudara. Ada beberapa orang yang berpikir bahwa sakit yang dideritanya ini akibat dari pikiran atau perbuatannya yang buruk di masa lalu. Wanita yang menderita kanker payudara ini juga dapat merasa bersalah, bahwa dirinya sudah tidak sempurna lagi dimata suaminya (Seltzer, 1987). B. Manajemen stres Sebelum membahas tentang manajemen stres, maka akan dibahas terlebih dahulu tentang stres. 1. Pengertian stres Setiap individu mengalami berbagai peristiwa atau situasi dalam kehidupannya. Peristiwa-peristiwa tersebut dapat ditanggapi secara berbedabeda oleh individu tergantung pada makna peristiwa itu baginya atau konsekuensi yang mungkin diterima individu dari adanya peristiwa itu. Suatu peristiwa mungkin dapat berarti positif, tapi dapat juga berarti negatif bagi diri 27 individu. Sesuatu yang bersifat negatif tentunya tidak diharapkan dan dapat berdampak kurang menyenangkan bagi individu sehing~1a dapat menimbulkan stres pada individu tersebut (Aristiati Adji, 1997). Stres merupakan efek (hasil) dari proses stres yang terjadi, sedangkan yang menyebabkan stres disebut stressor (Selye, dalam Sheridan & radmacher, 1992). Jadi stressoradalah segala sesuatu dalam lingkungan yang memberikan tuntutan terhadap individu (Feldman, 1989; Sheridan & Radmacher, 1992). Stressordapat bersifat fisik, psikososial atau yang sifatnya umum seperti bencana alam, kebakaran atau pmang (Lazarus, 1976). Untuk dapat menjadi stressor, suatu peristiwa harus dipersepsi dan dievaluasi melalui proses penilaian (Patterson & Neufeld, 1989). Lebih lanjut stres dapat dijelaskan dengan menggunakan konsep penilaian terhadap peristiwa di lingkungan yang berpotensi menimbulkan stres karena dapat mengancam atau membahayakan individu. Berikult ini definisi stres yang menggambarkan hal di atas: Stress is the process of appraising events as threatening, challenging or harmful, and responding to such events on physiological emotional, cognitive, or behavioral /eve/ (Feldman 1989) 28 Penilaian menjadi suatu yang penting dalam keseluruhan proses stres, karena melalui proses persepsi dan evaluasi ini individu mampu berespon secara emosi, serta menentukan bagaimana penyesuaian terhadap situasi. Sedangkan stres menurut Lazarus dan Folkman adalah: Psychological stress is: particular relationship between the person and the environment that is appraised by the person as taxing or exceeding his or her resources and endangering his or her well-being (Lazan1s dan Folkman, 1984). Mc Nerney dan Greenberg (1984), menyebutkan stres s13bagai reaksi fisik, mental dan kimiawi dari tubuh terhadap situasi yang menakutkan, mengejutkan, membingungkan, membahayakan, dan meirisaukan seseorang. Sedangkan Menurut Hardjana (1994) stres sebagai keaclaan atau kondisi yang tercipta bila transaksi seseorang yang mengalami s;tres membuat orang yang bersangkutan melihat ketidaksepadanan antara keadaan atau kondisi dan sistem sumber daya biologis, psikologis, dan sosial yang ada padanya. Kesimpulan yang dapat diambil dari definisi di atas adalah bahwa stres merupakan suatu kondisi ketika individu mempersepsikairi adanya tuntutan lingkungan yang tidak sesuai dengan sumber daya yang dimiliki dan proses ketika individu berespon untuk menyesuaikan dengan tuntutan tersebut. 29 2. Penilaian terhadap stres Penilaian dalam proses stres dapat melalui dua tahapan yaitu penilaian primer dan penilaian sekunder. Penilaian primer merupakan proses kognitif dalam mengevaluasi stressordan bagaimana kondisi kesejahteraan individu ketika menghadapi stressor tersebut. Penilaian sekunder merupakan proses kognitif dalam mengevaluasi kemampuan individu dan bagaimana menggunakan sumber daya yang ada untuk mengatasi atau mengontrol sires (Lazarus; dalam Kutash dkk, 1981; dalam Sheridan & Radmacher, 1992). a. Penilaian primer Dalam penilaian primer, peristiwa dievaluasi sebagai sesuatu yang tidak relevan, lemah-positif atau menekan (Lazarus & Folkman, dalam Sheridan & Radmacher, 1992). Suatu peristiwa dinilai tidak releivan dalam menimbulkan stres individu bila peristiwa itu tidak berdampak terhadap kesejahteraan individu. Peristiwa yang lemah-positif, dapat digolongkan sebagai peristiwa yang memiliki nilai menantang bagi individu karena pada peristiwa itu ada kesempatan untuk mempertahankan kesejahteraan atau meningkatkan kemammpuan individu (Lazarus 8, Folkman, dalam Patterson & Neufeld, 1989; dalam Sheridan & Radmacher, 1992). Contohnya, seseorang yang akan menjalani operasi menilai situasi itu mengancam dan dapat membahayakan jiwanya bila operasi tidak berhasil namun jika operasi itu berhasil berarti ia dapat menunjukkan 31 mengahadapi masalah penampilan, ia mencoba untuk mencari pemecahannya dengan berusaha sendiri atau minta nasihat dari orang lain bagaimana mengatasi masalahnya itu. 3. Sumber stres Ada banyak hal yang menimbulkan stres, baik itu berupa tuntutan lingkungan fisik ataupun sosial yang dapat menimbulkan stres. Atwater (1998), menjelaskan yang termasuk sumber stres psikologis ada1lah frustasi, konflik, anxietas, dan tuntutan. Hanya saja Atwater tidak membedakan antara frustasi dan ancaman. Berikut ini akan dijelaskan berbagai sumber stres menurut Atwater (1998): a. Konflik Stres dapat muncul akibat individu berada dibawah tekanan, dan harus berespon secara simultan terhadap dua atau lebih incompatible force, seperti konflik untuk mengekspresikan atau menekan dorongan seksual atau dorongan agresi. Kurt Lewin (1935) (dalam Atwater, 1988; dan dalam Lazarus, 1969) membagi tipe-tipe konflik ini menjadi: 1) Approach-approach conflict Konflik ini melibatkan dua altematif yang sama-sama menyenangkan atau positif. 32 Contohnya adalah penderita kanker payudara harus memilih apakah akan menjalani operasi pembedahan atau tidak. Konflik ini biasanya mudah dan cepat diselesaikan. 2) Avoidance- approach conflict Konflik ini melibatkan dua altrernatif yang sama-sama tidak menyenangkan. Konflik ini lebih sulit dari approach-approach conflict dan biasanya memakan waktu lama dan membutuhkan banyak energi untuk menyelesaikannya. Contohnya adalah seorang wanita yang masih produktif menderita kanker payudara harus memutuskan apakah akan melakukan pengangkatan organ tubuh yang menjadi identitasnya (payudara) atau mempertahankan organ tubuhnya itu dengan risiko penyakit kanker tersebut menyebar pada bagian tubuh yang lain. 3) Approach- avoidance conflict Konflik yang mempunyai tujuan menyenangkan dan tidak menyenangkan. Contohnya adalah ingin menyembuhkan penyakit kanker dengan kemoterapi tetapi pengobatan itu dapat menyebabkan rambut rontok serta rasa tidak nyaman pada tubuh karena mual atau ingin muntah. 33 4) Double approach-avoidance conflict lndividu dihadapkan pada dua alternatif yang salath satunya harus dipilih, masing-masing alternatif memiliki konsekuensi positif dan negatif. Contohnya adalah pasangan yang baru menikah harus memutuskan akan mempunyai anak atau tidak. Mempunyai anak, konsekuensi positifnya adalah tidak kesepian. Sedangkan kom1ekuensi negatifnya adalah anak dapat mengurangi keintiman suami-isteri, waktu luang berkurang. Tidak memiliki anak juga memiliki kom;ekuensi, yaitu positif, karir tidak terganggu, waktu untuk bersama pasangan lebih banyak, sedangkan konsekuensi negatifnya adalah dianggap tidak sempurna. b. Frustrasi Atwater (1988) mengemukakan bahwa frustrasi merupakan salah satu sumber stres psikologis. Frustrasi terjadi karena terhalangnya motif atau tujuan, atau terhalangnya usaha yang sedang dilakuk;an. c. Anc:aman Lazarus (1969) membedakan istilah frustasi dengan ancaman. Ancaman hampir sama dengan frustrasi, namun ancaman belum terjadi. Ancaman adalah antisipasi terhadap sesuatu yang membahayakan, yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Contohnya adalah ketakutan menderita kanker, karena sejarah keluarga ada yang rnenderita kanker. 34 Ancaman menyebabkan stres karena individu membayangkan akan mengalami frustrasi pada masa yang akan datang, atau akan adanya suatu ancaman atau tuntutan yang tidak dapat ia atasi pada masa yang akan datang. d. Anxietas (anxiety) Lazarus (1969) menbedakan axiety sebagai reaksi terhadap stres, dan axiety sebagai intervening variable yaitu suatu keadaan hipotesis yang mengarahkan pada suatu kondisi. Anxiety sebagai intervening variable, berperan penting karena merupakan signal, yang memperingatkan individu akan adanya bahaya. Contoh, individu mungkin membaca, bahwa banyak makanan yang diproses dengan menggunakan zat kimia tertentu, hal ini akan membuat individu lebih berhati-hati dalam memilih makanan karena zat tersebut dapat mempengaruhi kesehatannya dimasa datang. Sebenarnya tidak ada bahaya langsung yang akan mengancam kesehatan fisik, tapi cenderung membuat individu menjadi anxious, dan self protective. Anxiety pada tahap ringan hingga sedang, dapat membuat indivu menjadi lebih dewasa dan responsive terhadap situasi yang dapat membahayakannya, tapi anxiety yang berlebihan dapat merusak performance individu (Atwater, 1988). 35 e. Tuntutan Tuntutan dapat berasal dari dalam diri atau dari luar diri atau kombinasi keduanya. Tuntutan dari dalam dapat berupa ambisi pribadi, sebagai contoh seorang penderita kanker payudara berambisi ia ingin sembuh dari penyakitnya agar dapat kembali hidup normal. Sedangakn tuntutan dari luar, adalah bahwa individu harus mengikuti aturan terapi secara benar dan teratur. 4. Dimensi stres Pandangan orang terhadap stres berbeda-beda, tergantung pada persepsi dan pengalaman mereka terhadap stres yang dihadapi. Ada yang melihatnya sebagai tantangan (positif) sehingga rnembuat individu rnelakukan suatu usaha, dan adapula yang melihatnya sebagai hal yang negatif yang dapat mengancam dan menghambat tindakan individu tersebuft (Selye, dalam Sheridan & Radmac11er, 1992). Oleh karena itu, stres me1miliki dimensi positif dan negatif. Benhard (dalam Atwater, 1983), Sheridan & Radmacher (1992), dan Turner & Helms (dalam Anindyajati, 2001), mengemukakan dimensi positif dan negatif dari stres, yaitu eustress dan distress. 36 a. Eustress Merupakan stres yang positif. Eustress ini muncul pada saat ada perubahan reaksi tubuh untuk menghasilkan sesuatu yang berguna. Menurut Selye (dalam Sheridan & Radmacher, 1992) stres seperti ini dapat mendorong fungsi seseorang dalam area-area tertentu. Pada kondisi eustress, suatu situasi yang potensial menimbulkan stres (stress opportunity) menimbulkan respons pada diri individu untuk menghindari stres dengan cara membangun pertahanan diri individu, sehingga ia mampu bertahan terhadap sumber stres, dan tidak menjadi tertekan, bahkan siap menghadapi kemungkinan sumber stres yang lain. Sebagai contoh, seorang pasien didiagnosis menderita kanker payudara dan ia menuntut dirinya harus sembuh dari penyakitnya. Tuntutan tersebut mendorongnya untuk menjalani berbagai macam pengobatan, memperhatikan kondisi tubuhnya agar tidak kelelahan sehingga dapat menjalani pengobatan. Usahanya tersebut menambah kepercayaan dirinya untuk sembuh dari penyakitnya, sehingga kehidupan yang dijalaninya tidak membuatnya tertekan atau cemas bElrlebihan. 38 kanker, dan kondisinya sangat tertekan. Kondisi yan!~ demikian menjadi rentan terhadap sumber stres lainnya dan mudah mengalami stres. Selain dua dimensi stres di atas, Dohrenwend (dalam Sheridan & Radmacher, 1992) menyatakan bahwa banyak peristiwa yang penuh dengan stres (stressful event) yang dapat diatasi tanpa banyak menimbulkan pengaruh yang disebut sebagai efek netral (neutral effect). 5. Pengertian manajemen stres Telah dibahas sebelumnya stres memiliki tidak hanya dimensi negatif tetapi juga dimensi positif, maka yang harus dilakukan bukanlah menghilangkan seluruh stres tetapi membatasi dampak negatif dari stres. Upaya untuk membatasi dampak negatif dari stres adalah melalui manajemen stres (Greenberg, 2002) Hal di atas sejalan dengan pengertian manajemen stres menurut Davidson & Neale (1997) mendefinisikan stres sebagai "A rang of psychological procedures that help people control and reduce theirs stress or anxiety". 39 Dari pengertian di atas, manajemen stres diartikan seba9ai serangkaian prosedur psikologis untuk mengontrol dan mengurangi stres. Kemampuan seseorang untuk melakukan manajemen stres sangat dibutuhkan sehingga dapat mengubah stres yang berdampak negatif menjadi stres yang berdampak positif bagi dirinya sendiri dan pada akhirnya akan menimbulkan kualitas hidup yang lebih baik. Selanjutnya menurut Greenberg (2002), manajemen stres merupakan suatu intervensi yang dilakukan individu untuk mengontrol sumber stres agar tidak menimbulkan konsekuensi-konsekuensi negatif. Disamping individu dapat melakukan intervensi dalam setiap fase dalam model stn'ls. lntervensi yang diberikan pada salah satu fase akan memperkecil dampaik negatif dari stres. 6. Telmik manajemen stres Dari berbagai teknik manajemen stres, penelitian ini akan menggunakan teknik manajemen stres yang diajukan oleh Greenberg (1;999) dengan pertimbangan lebih terperinci dalam mengkategorikan manajemen stres. Menurut Greenberg (2002), teknik manajemen stres merupakan intervensi yang dilakukan pada model stres. Greenberg (2002) menjelaskan mengenai model stres untuk mempermudah pemahaman mengenai terjadinya stres, 40 yang terdiri dari beberapa fase, yaitu situasi, persepsi, gugahan emosi, gugahan fisiologis, dan konsekuensi. Fase-fase ini terjadi secara berurutan, yang dimulai den!Jan suatu situasi yang mengganggu keseimbangan kehidupan individu. Setiap individu belum tentu memberikan respon yang sama terhadap situasi yang sama. Hal ini terjadi karena setiap orang mempersepsikan situasi yan1i sama secara berbeda-beda. Perbedaan individu dalam berespon terhadap stres tergantung pada banyak hal seperti keadaan emosi pada saat individu menerima stressor. Jika individu mempersepsikan semua situasi sebagai keadaan yang dapat menimbulkan stres, maka yang terjadi kemudian adalah munculnya respon dalam bentuk gugahan (arousal). Gugahan ini pertama-t3ma muncul dalam bentuk gugahan emosional seperti takut, marah, perasaan tidak aman, frustrasi, dan mudah tersinggung. Gugahan emosi ini akan diikuti dengan timbulnya gugahan fisiologis pada individu, seperti otot menjadi tegang, sakit kepala, peningkatan tekanan darah dan gula darah, detak jantung menjadi lebih cepat dan gangguan pencernaan. Apabila gugahan fisiologis ini terjadi berkepanjangan, akan menjadi krosnis dan pada akhirnya akan menyebabkan penyakit yang diderita menjadi lebih parah. Gugahan-gugahan tersebut akan membawa berbagai konsekuensi dalam kehidupan individu. 41 Memburuknya hubungan interpersonal adalah konsekuensi negatif stres, selain bertambah parahnya penyakit yang dideritanya. lntervensi menurut Greenberg (2002) adalah upaya yan11 dilakukan untuk menghambat konsekuensi negatif dari stres. lntervensi dapat dibagi menjadi intervensi situasi, intervensi persepsi, ralaksasi dan olahraga rekreasi (Greenberg,2002). a. lntervensi terhadap situasi (life-situasion intervention) Langkah pertama yang dapat dilakukan oleh individu adalah melalui intervensi terhadap situasi yang merupakan sumber s;tres. Manajemen stres yang baik dimulai dengan mengontrol sumber stres seminim mungkin. Jika sumber stress dapat dikontrol, individu tidak mempersepsikan situasi tersebut sebagai sesuatu yang mengancamnya, sehingga individu dapat terhindar dari efek negatif stres. lntervensi terhadap situasi merupakan sumber stres dengan me,lakukan berbagai kegiatan. b. lntervensi terhadap persepsi (perception intervention) Ketika individu tidak mampu mengontrol sumber stres dan mempunyai persepsi bahwa situasi tersebut mengancam dirinya, maka yang harus dilakukannya adalah intervensi terhadap persepsinya, agar tidak muncul gugahan emosional yang negatif yang ada pada dirinya. Upaya ini 42 dinamakan intervensi terhadap persepsi (perception intervension). Melalui intervensi terhadap persepsi ini, individu diharapkan dapat mengubah persepsi buruknya terhadap suatu situasi yang merupakan sumber stres, sehingga dampak negatif stres dapat dikurangi. lntervensi ini terdiri dari berbagai teknik, antara lain memilih perhatian, menggunakan humor, meningkatkan keyakinan diri, rnengurangi kecemasan, dan menikmati hidup (Greenberg, 2002) . 1) Memilih perhatian Teknik ini dimulai dengan menyadari bahwa tiap situasi mempunyai dua sisi, yaitu sisi negatif dan positif. Perhatian kemudian lebih difokuskan hanya pada sisi positif dari situasi ters1ebut, tanpa berusaha menyangkal adanya sisi negatif. 2) Menggunakan humor Humor dapat dianggap rnembawa perubahan psikologis dan fisiologis. Melalui tertawa terjadi peningkatan aktifitas otot, sistem pernafasan, detak jantung, dan sirkulasi udara. Perubahan ini akan diikuti oleh keadaan relaks yang menyebabkan sistem pemafasan, detak jantung, dan otot kembali normal. Sementara secara psikoiogis, humor akan mengurangi ketegangan, stres dan kemarahan yang dialami oleh individu. Melalui humor, situasi yang merupakan sumber stres tidak dipersepsikan sebagai situasi yang mengancam dan membahayakan tetapi merupakan suatu hal yang lucu dan menggeilikan. 43 3) Meningkatkan keyakinan diri Jika seseorang tidak yakin kepada dirinya, maka ia akan lebih mudah dipengaruhi oleh orang lain atau pemikiran negatif dari dalam dirinya. Karena itu keyakinan seseorang bahwa ia mampu mengontrol sumber stres akan membantunya mengurangi dampak negatif stres. Keyakinan pada dirinya erat kaitannya dengan harga diri (self-esteem). Harga diri merupakan hal yang esensial dalam manajemen stres. Harga diri mengacu pada seberapa besar seseorang menghargai dirinya sendiri. lndividu yang memiliki harga diri yang rendah mudah mengalami stres karena ia tidak memiliki pemikiran yang positif terhadap dirinya sendiri, dan tidak bertindak tegas. Harga diri dapat dipelajari dan diubah. Dalam intervensi ini, individu pertama-tama harus menyadari kekurangan atau kelemahan yang ada pada dirinya telah dapat diatasi, maka akan lebih mampu men~1atasi masalah yang ada. 4) Mengurangi kecemasan Kecemasan (anxiety) merupakan ketakutan yang tidak realistis yang dapat mengakibatkan gugahan fisiologis dan diikuti gejala-gejala perilaku menghindar. Untuk mengatasi kecemasan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Cara yang paling sederhana untuk mengatasi kecemasan, antara lain: 44 a) Reliabeling, yaitu memberikan lebel baru yang lebih positif terhadap stimulus yang dianggap sumber stre1:;. b) Self-talk, yaitu upaya meyakinkan diri sendiri bahwa konsekuensi dari situasi tersebut tidak seburuk yang diduga. c) Thought stopping, yaitu menghentikan pemikiran negatifterhadap suatu stimulus dilingkungan yang dianggap sumber stres secara tiba-tiba. d) Rational thinking, yaitu berusaha berpikir secara rasional tentang sumber stres dan segala konsekuensinya. e) Systematic desensitization, yaitu berusaha berpikir secara rasional tentang sumber stres dan segala konsekuensinya. 5) Menikmati hidup Hidup akan terasa lebih indah jika dinikmati. Untul< dapat menikmati hidup yang harus dilakukan adalah menghayati setiap kegiatan yang dilakukan dengan keyakinan bahwa suatu kegiatan atau peristiwa tidak akan terulang lagi dimasa yang akan datang . Dengan demikian, akan timbul pula kesadaran bahwa setiap kegiatan yang berharga akan melakukan kegiatan tersebut sebaik mungkin. Pada akhirnya, suatu kegiatan atau peristiwa yang merupakan surnber stres tidak akan membawa konsekuensi negatif. 46 segala sesuatu yang terjadi ditempat tersebut melalui perumpamaan, maka ia akan semakin relaks. 2) Meditasi, bertujuan untuk mengontrol perhatian sehingga individu dapat memfokuskan perhatiannya. Meditasi pada dasarnya adalah pemusatan perhatian, perasaan, dan kemampuan disertai pernafasan yang diatur dan sistematis. 3) Relaksasi progresif (progressif relaxation). Merupakan teknik yang menggunakan perenggangan otot-otot untuk mencapai keadaan santai. Dalam teknik ini oto-otot dikontraksi, kemudian membuatnya menjadi relaks. Kemudian bergerak secara progre:ssif dari satu kelompok otot kekelompok lain. Tujuan dari latiha1n kontraksi otot-otot adalah untuk mengenai bagaimana rasanya jika otot mengalami ketegangan. Sementara latihan relaksasi bertujuan untuk dapat menggunakannya dengan tepat ketika dirasakan munculnya ketegangan pada otot tertentu. lntinya adalah individu menjadi peka terhadap otot yang tegang dan dapat melakukan relaksasi terhadap otot yang tegang tersebut. 4) Biofeedback, merupakan teknik yang dapat memberikan informasi secara langsung tentang apa yang terjadi pada tubuh. Teknik ini dilakukan jika individu kurang memiliki kepekaaan terhadap perubahan fisiologis yang terjadi pada tubuhnya, sehingga dibutuhkan alat bantu untuk meningkatkan kepekaannya. Dalam teknik ini diukur respon 47 fisiologis tubuh terhadap stres dan memungkinkan individu untuk melakukan relaksasi yang tepat untuk membantu tubuh kembali ke kondisi normal. Akan tetapi teknik ini masih sangat jarang digunakan karena membutuhkan tenaga ahli dan peralatan yang tidak murah, sehingga melakukan teknik ini dibutuhkan biaya yang cukup mahal. 5) Teknik relaksasi lainnya, terdapat pula jenis relaksasi selain yang disebutkan diatas, seperti yoga dan latihan pernafasan. d. Olahraga rekreasi Gugahan fisiologis yang terjadi terus menerus akan menimbulkan dampak negatif bagi individu. Untuk dapat menghindari dampak negatif dari stres, sangat perlu suatu upaya mempertahankan kebugara1n tubuh, antara lain melalui olahraga rekreasi atau olahraga yang dilakukan sekedar untuk menjaga kebugaran tubuh, bukan olahraga untuk mencapai suatu prestasi. Berbagai jenis olahraga rekreasi yang dapat dilakukan, seperti jogging dan jalan pagi. Olahraga dapat meningkatkan kesehatan fisil< dan ps!kologis. Untuk kesehatan fisik, olahraga dapat meningkatkan paru-paru dan jantung, menjaga tekanan darah dan meningkatkan ketahanan tubuh. Sedangakan untuk psikologis, olahraga dapat membuat pil<iran menjadi fres sehingga dapat berpikir positif. 48 C. Dukungan Sosial 1. Pengertian dukungan sosial Banyak ahli yang mendefinisikan dukungan sosial, diantaranya adalah Sarafino (1990) yang menyatakan bahwa adanya dukun9an sosial berarti adanya penerimaan dari orang atau sekelompok orang terhadap individu yang menimbulkan persepsi dalam dirinya bahwa ia disayangi, diperhatikan, dihargai dan ditolong (dalam Smet, 1994) . Definisi serupa juga diutarakan oleh Sarason (1983), ia menekankan adanya orang lain yang dapat diandalkan kemampuan dan kehadirannya jika individu dalam keadaan yang memerlukan bantuan dan orang tersebut menunjukkan bahwa ia peduli, menyayangi dan menghargai individu. Gottlieb (dalam Smet, 1994) mendefinisikan dukungan sosial secara operasional yaitu bahwa dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasehat verbal dan non verbal yang diberikan oleh suatu jaringan sosial tersebut dan mernpunyai manfaat perilaku bagi pihak penerirna. Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan dukungan sosial adalah pernberian bantuan dalam berbagai bentuk seperti perhatian, kasih sayang, penilaian, dan nasehat yang berdampak positif bagi individu. Dukungan sosial didapatkan individu dari hubungannya dengan orang lain dalam suatu jaringan sosial yang dapat diandalkannya. 49 Dukungan terbagi menjadi dua bagian, yaitu dukungan sosial yang aktual atau nyata dan dukungan sosial yang dipersepsikan. Secara lebih jelasnya, Cobb (dalam Veiel, 1992) menjelaskan dukungan sosial yang dipersepsikan adalah efek dari hubungan yang membentuk keyakinan bahwa: (1) ia merupakan anggota suatu jaringan komunikasi dan hubungan yang sating menguntungkan, dimana ia dapat bergantung kepada jaringan tersebut; (2) ia dicintai dan diperhatikan; (3) ia dihargai dan dinilai tinggi oleh orang lain 2. Bentuk-bentuk dukungan sosial Selain memberikan definisi, para ahli juga menguraikan bentuk-bentuk dari dukungan sosial diantaranya adalah House (dalam Smet, 1994) dan Cobb (dalam Veiel, 1992). Pembagian bentuk dukungan sosial dari para ahli ini mirip satu sama lain dan sating melengkapi. Berdasarkan pembagian bentuk-bentuk dukungan sosial yang telah mereka uraikan, ada lima bentuk umum, yaitu (Cobb, dalam Veil, 1992): a. Dul<Ungan emosi (emotional support) Dul<ungan emosi mengacu pada bantuan yang berbentuk dorongan yang membesarkan hati, kehangatan dan kasih sayang. Dukungan ini dikatakan melibatkan perhatian, rasa percaya dan empati. Beberapa ahli 50 rnelihatnya sebagai suatu bentuk tingkah laku yang rnenurnbuhkan perasaan nyarnan dan rnernbuat individu percaya bahwa ia dihorrnati, dihargai, dicintai dan rnerasa arnan. House (dalarn smet, 1994) rnenyatakan bahwa dukungan ernosi rnencakup ungkapan ernpati, kepedulian dan perhatian terhadap individu. Oapat disirnpulkan bahwa dukungan ernosi lebih rnenitikberatkan pada dukunga1n yang berupa ungkapan perasaan seorang individu terhadap orang lain. b. Dukungan penghargaan (esteem support) House rnenyatakan bahwa dukungan penghargaan terjadi lewat ungkapan penghargaan atau penilaian positif untuk individu, dorongan maju dan semangat, atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu, dan perbandingan positif individu dengan orang lain (dalam Smet, 1994). Pada dukungan penghargaan dititikberatkan pada adanya ungkapan penilaian yang positif atas individu dan penerimaan individu apa adanya. Bentuk dukungan ini membentuk perasaan dalam diri individu bahwa ia berharga, mampu dan berarti. c. Dukungan instrumental/material (instrumentaVmaterial support) Dul<Ungan material ini mengacu pada penyediaan barang dan jasa yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah yang secara praktis. Tennasuk bennacam-macam aktifitas seperti menyediakan bantuan, meminjamkan atau memberikan uang. Wills (dalam Orford, 51 1992) menyimpulkan bahwa dukungan ini sangat releivan untuk orang dengan pendapatan rendah. d. Dukungan informasi (informational support) Menurut House (dalam Smet 1994) dukungan informasi memilki dua bentuk, yaitu dukungan informasi atau mengajarkan suatu keterampilan yang dapat memberikan solusi atas suatu masalah, misalnya berupa petunjuk, nasehat atau penghargaan. Bentuk lainnya yaitu dukungan informasi yang berupa dukungan penilaian (appraisal support) yang melibatkan informasi sehingga dapat membantu seseiorang dalam menilai kemampuan dirinya seperti dengan memberikan umpan balik atas keterampilan yang dimiliki individu. Jadi dukungan informasi adalah dukungan yang diberikan dengan cara memberikan informasi baik berupa nasehat, saran, umpan balik atau cara-cara yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah. e. Dukungan persahabatan (companionship support) Dukungan persahabatan merupakan suatu interaksi sosial yang positif dengan orang lain dimana individu dapat menghabiskan waktu dengan individu lain dalam suatu akitivitas sosial dan hiburan. Menurut Orford (1992) hal ini dapat menurunkan stres karena dapat memenuhi kebutuhan individu akan afiliasi dan kontak dengan orang lain sehingga tidak membuatnya terlarut dalam kekhawatiran atas masalah yang dihadapi serta dapat membantu menciptakan suasana hati yang positif. 52 Bentuk dukungan yang diperlukan dan diterima individu tergantung pada keadaan dan situasi stres yang dihadapinya. Misalnya, dukungan instrumental akan lebih efektif untuk masalah yang membutuhkan bantuan nyata seperti kemiskinan. Sedangkan dukungan informatif akan lebih bermanfaat jika individu memiliki kekurangan pengetahuan atau keterampilan dan dalam keadaan yang sangat tidak pasti tentang persoalan yang dihadapi individu seperti prognosis penyakit yang be rat (dalam Smet, 1994) 3. Sumber dukungan sosial Sumber-sumber dukungan sosial dikelompokkan oleh Gottlieb (1993) berdasarkan penelitian para ahli mengenai dukungan sosial, yaitu dukungan sosial dapat berasal dari: a. Orang-orang sekitar individu yang termasuk kalangan non-profesional (significant others), seperti: keluarga, teman dekat atau rekan kerja. b. Professional, seperti psikolog atau dokter. c. Kelompok-kelompok dukungan sosial (social support group). Hubungan dengan kalangan non-profesional merupakan hubungan yang menempati bagian terbesar dari kehidupan seorang individu dan menjadi sumber dukungan sosial yang sangat potensial. Menurut Gottlieb (1983) konstribusi yang mereka berikan terhadap kesejahteraan individu berbeda dengan konstribusi dari kalangan professional. Hal ini dikarenakan antara 53 individu dengan kalangan non-profesional lebih mudah diperoleh, bebas dari biaya finansial dan berakar pada keakraban yang cukup lama. Selain itu dukungan ini dapat terjadi melalui cara pemberian yang bervariasi, mulai dari pemberian berupa material sampai hanya sekedar menjadi pendengar yang baik. Kalangan professional juga dapat menjadi dukungan sosial bagi individu. Suatu penelitian yang dilakukan Carey (dalam Taylor, 1986) terungkap bahwa dokter dan perawat dapat menjadi sumber dukungan sosial bagi pasien kanker menghadapi ambiguitas dan ketakutan yang dirasakannya. Sumber dukungan sosial lain yang juga bermanfaat bagi individu adalah kelompok-kelompok dukungan sosial (Taylor dkk, 1996). Kelompok pendukung (support group) merupakan suatu kelompok kecil yang melibatkan interaksi langsung dari para anggotanya, menekankan pada partisipasi individual yang hadir secara sukarela yang bertujuan untuk secara bersama-sama mendapatkan pemecahan masalah dalarn menolong anggota-anggota kelompok menghadapi masalahnya se11a menyediakan dukungan emosi kepada para anggotanya. Pada umumnya para anggota dari sebuah kelompok pendukung memiliki masalah yang serupa, misalnya sama-sama menderita kanker payudara. Hal ini menjadi alasan tersendiri bagi individu yang memiliki rnasalah serupa 54 untuk bergabung dalam kelompok tersebut. lndividu-individu yang berada dalam keadaan yang sama atau pernah mengalami keadaan yang serupa dengan yang dialami oleh target penerima dukungan sosial, dipersepsikan lebih mampu untuk rnemberikan dukungan sosial yang dibutuhkan. Keadaan ini terjadi karena mereka lebih dapat menunjukkan sikap empati kepada target penerima dukungan sosial. Hal di atas diperkuat oleh hasil penelitian Dakof dan Taylor (dalam Cohen, 1992) menunjukkan bahwa pada kelompok individu yangi mengalami trauma atau penderitaan seperti pasien kanker, dukungan emos~ dan harga diri sangatlah dipertukan dalam mengurangi atau mengontrol sires sedangkan dukungan informasi dan materi dianggap kurang mampu. Walaupun dernikian, Cohen juga rnenyatakan bahwa penelitian lain ditemukan bahwa pada sebagian pasien kanker dukungan informasi dari pihak medis (dokter) sangatlah dihargai. Hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa adanya dukungan sosial terutama dukungan emosional yang diterima pada saat penderita menjalani diagnosis dan pengobatan dapat mernbantu penyesuaian diri penderita terhadap penyakit kanker payudara (Meyerowitz's dalam Gottlieb, 1983). Meyerowitz's dalam buku yang sama mengemukakan balhwa sumber-sumber dukungan pada penderita kanker payudara diperoleh dani dokter dan profesi 55 kesehatan lainnya, dari suami dan keluarga, serta dari p1~nderita lain yang mempunyai permasalahan yang sama dengan penderita. Pada penderita kanker, jenis dukungan berarti yang paling banyak dikemukakan adalah dukungan emosional yang mencakup pernyataan cinta kasih sayang, keprihatinan, membesarkan hati, dan pennertian (Dunkel & Schetter dalam Ahmad Muhidin, 2004). Sedangkan bantuan informasi tentang penyakitnya membantu bila yang memberikannya adalah profesi ahli di bidangnya. Dukungan lain berupa dukungan materil dan harga diri dari anggota keluarga, terutama yang berhubungan dekat se1::ara emosional seperti suami, anak, ibu, dan bapak akan sangat dibutuhkannya. 4. Peran dukungan sosial terhadap manajemen stres Kebanyakan ahli psikologi akan setuju bahwa dukungan sosial merupakan faktor penting dalam manajemen sires. Dukungan sosial dianggap peran positif dalam usaha mengurangi atau mengontrol sires. Beberapa peneliti mengemukakan pandangan bahwa dukungan sosial dapat meringankan dampak negatif stres pada individu. Pandangan ini dikenal dengan istilah the stress-bufffering model (Cohen & Wills, dalam Sheridan<!. Radmacher, 1992). Dalam pendangan ini dinyatakan bahwa stres dapat mengakibatkan kesehatan individu memburuk, namun dengan adanya hubungan sosial yang 56 dijalin individu dengan orang disekitarnya, maka dampak stres itu dapat dikurangi (Kaplan, Sallis Jr. & Patterson, 1993). Hal di atas dijelaskan oleh Thoits {dalam Cutrona & Russel, 1990) yang menyatakan bahwa ada interaksi-interaksi interpersonal tertentu yang dapat memaksimalkan usaha individu dalam mengurangi atau mengontrol stres. lnteraksi interpersonal yang dipersepsikan individu dapait meringankan atau membantu mengatasi masalah, akan sangat berarti bagi individu tersebut. Wethington & Kessler (dalam Kessler, 1992) menyatakan bahwa apabila individu merasa bahwa ia mendapat dukungan sosial, maka ia akan menganggap bahwa situasi yang menekan sesuatu tidak mengancam atau menekan dirinya. Jadi persepsi akan tersedianya dukungan sosial berperan penting dalam manajemen stres individu (Cohen, 1992). Model dukungan sebagai stress-buffer dapat dijelaskan rnelalui konsep kesesuaian antara kebutuhan dan dukungan sosial. PenE~litian terdahulu dari Cohen & McKay dan Cohen & Willis (dalam Cohen, 1992) mengungkapkan bahwa stress-buffering hanya akan terjadi apabila terdapat kesesuaian antara kebutuhan, yang dibutuhkan individu dalam situasi stres, dengan tersedianya dukungan sosial tertentu (dalam fungsi/ bentuk tertentu) yang dipersepsikan oleh individu. Misalnya memiliki seseorang yang dapat 57 memahami kesedihan dan kekhawatiran, akan sangat berarti bagi individu yang baru saja kehilangan pasangannya. Penjelasan di atas menunjukkan bahwa mengetahui hal-hal yang menjadi kebutuhan individu dalam menghadapi sires adalah hal yang sangat penting. Hobfoll, Stroebe (dalam Cohen, 1992) menyatakan bahwa stressoradalah suatu peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian atau kehilangan. Selanjutnya, muncul tuntutan dalam diri individu untuk mengatasi atau mengganti kerugian atau kehilangan tersebut. Cutrona (dalam Cohen, 1992: Cutrona & Russel, 1990) melihat sifat peristiwa yang menimbulkan stres (stressor) sebagai acuan untuk menentukan dukungan sosial yang sesuai. Peristiwa yang dapat dikontrol membutuhkan dukungan nyata atau informasi, agar individu dapat mengendalikan kemunculannya dan akibat yang ditimbulkannya. Peristiwa yang tidak dapat dikontrol lebih membutuhkan dukungan emosi, untuk membantu individu mengatasi perasaan-perasaan emosi negatif (tidak menyenangkan) yang muncul dari peristiwa tersebut. Contoh dari peristiwa yang tidak dapat dikontrol adalah menderita penyakit kronis, seperti kanker. Dukungan sosial yang dipersepsikan denganobaik dan mampu memenuhi kebutuhan yang dituntut dalam situasi stres, akan membanltu mengurangi dan mengontrol dampak negatif stres tersebut. Sikap lingkungan yang selalu 58 memberi dukungan sosial akan memberikan kesan positif dalam diri individu. Dalam hal ini akan terbentuk persepsi bahwa di lingkungannya tersedia dukungan sosial bilamana individu membutuhkan dukun9an tersebut bisa didapatkan. Persepsi berdasarkan pengalaman masa lalu ini akan membantu individu ketika mengahadapi situasi yang menekan, ia merasa siap dan cukup memiliki sumber daya untuk mengatasi atau men9ontrol stres itu (Cohen, 1992). Dukungan sosial yang diterima secara positif oleh individu dapat dirasakan pengaruhnya secara langsung oleh individu sehingga ernosinya dapat stabil kembali, juga harga dirinya kembali menguat dengan berkurangnya pandangan atau perasaan negatif tentang diri sendiri. Namun, dukungan sosial dapat diterima secara negatif bila perilaku atau sikap dari lingkungan tidak dipersepsikan sebagai sesuatu yang mendukung oleh individu, maka stres akan dirasakan lebih berat (Cohen, 1992). 59 BAB Ill METODOLOGI PENELITIAN Dalam melaksanakan suatu penelitian, metode penelitian merupakan bagian yang sangat penting dan sangat menentukan sukses atau tidaknya suatu penelitian tersebut, sebab metode penelitian merupakan panduan bagi peneliti dalam melaksanakan suatu penelitian. A. Pendekatan dan Metode Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peranan dukungan sosial yang dipersepsikan yang diterima pendi~rita kanker payudara dalam manajemen stres yang dilakukannya. Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini digunakan pendekata1ri kualitatif, dirnana dengan pendekatan ini akan rnernungkinkan peneliti rnempelajari isu-isu secara mendalam dan rnendetail yang dirasakan individu rnengenai topik yang diangkat. Bodgan dan Taylor (1975) rnendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang rnenghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis rnaupun lisan dari orang-orang yang perilakunya diarnati. 60 Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan studi kasus. Metode penelitian deskriptif sebagai kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yan£1 sedang berjalan dari pokok penelitian. Studi kasus dipandang sebagai strategi yang cocok untuk jenis penelitian yang menempatkan peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki dan fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer (masa kini) di dalam kehidupan nyata (Yin, 2003) B. Metode Pengumpulan Data Metode kunci yang umumnya banyak dipakai dalam pem:ilitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus adalah wawancara dan observasi. Dengan wawancara dan observasi diharapkan peneliti mendapatkan data yang mendalam sehingga dapat memberikan gambaran mengenai apa yang dirasakan oleh individu berhubungan dengan topik yang diangkat. 1. Wawancara Kerlinger (1986) mendefinisikan wawancara sebagai berikut ''A face to face interpersonal role situation which one person, the interviewer, ask a person being interviewed, the respondent, question designed to obtain answerpertinent to the research pmblem". 61 Sedangakan rnenurut Marshall dan Rossman (1989) wawancara adalah "... a method of data collection that may describe as an interaction involving the interviewee, the purpose of which is to obtain valid and reliable information". Mengacu kepada dua definisi di atas, wawancara dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang rnengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang rnernberikan jawaban atas pertanyaan dalarn penelitian tersebut guna rnendapatkan inforrnasi tentang perrnasalahan yang diteliti. Wawancara dianggap sebagai salah satu sumber informasi yang sangat penting dan esensial bagi pendekatan studi kasus, karena dapat rnengangkat pengalarnan, pendapat, perasaan, pengetahuan individu yang khas sehubungan dengan topik yang diangkat (Yin, 2003). Dengan rnenggunakan wawancara peneliti dapat berhubungan langsung dengan subyek penelitian yang diarahkan untuk mernaharni perspektif subyek tersebut terhadap kehidupan, pengalarnan atau situasi yang seperti rnereka ungkapkan dengan kata-kata rnereka sendiri. Jadi data yang didapat rnerupakan data yang benar-benar natural dan tidak dibuat- 62 buat, yang digunakan untuk mengerti tingkah laku yang kompleks dari subyek tanpa adanya praduga terlebih dahulu. 2. Observasi Untuk memperkaya data-data yang didapat dari wawancara dilakukan observasi sebagai metode penunjang. Observasi merupakan metode pengumpulan data esensial dalam penelitian, terutama pada penelitian kualitatif. Observasi sering kali bermanfaat memberikan informasi tambahan (Yin, 2003) yaitu dengan mendapatkan gambaran terperinci mengenai kegiatan, perilaku, tindakan individu serta proses interaksi sosial selama wawancara. Tujuan observasi dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan setting atau situasi lingkungan pada saat wawancara dan juga mendeskripsikan sikap dan tingkah laku subyek selama wawancara itu sendiri. Peneliti melakukan observasi kepada setiap subyek selama berjalannya wawancara untuk memperoleh data yang lebih kaya akan topik yang diteliti. 3. Alat bantu pengumpulan data Dalam penelitian ini, peneliti menyiapkan sebuah pedoman wawancara yang disusun berdasarkan teori atau konsep yang telah peneliti 63 ungkapkan pada bab landasan teori. Pedoman wawa1ncara ini berfungsi untuk mengingatkan peneliti akan aspek-aspek yang harus dibahas, sekaligus sebagai daftar pengecek apakah aspek-aspek tersebut telah dibahas dan ditanyakan. Pedoman wawancara ini ju£1a berguna untuk menjamin tercapainya tujuan dari wawancara dan untuk memastikan peneliti memperoleh semua informasi yang dibutuhkan dari setiap obyek. Pedoman wawancara ini bersifat umum, mencantumkan aspek-aspek yang perlu ditanyakan tanpa menentukan urutannya secara baku, dan dapat berkembang selama berjalannya wawancara. Selain pedoman wawancara, alat bantu lainnya adalah tape recorder, untuk merekam hasil pembicaraan selama wawancara. Hal ini dilakukan tentunya dengan izin dari setiap subyek. Tape recorderdigunal<an untuk memastikan peneliti dapat mendengarkan kembali dan kemudian menganalisis seluruh hasil pembicaraan tanpa ada yang terlewat sehingga didapatkan informasi yang utuh dari setiap subyel<. C. Suli>yek Penelitian 1. Karakteristik subyek Mengingat penelitian ini mempunyai masalah dan tujuan seperti yang telah diuraikan sebelumnya, maka karakteristik subyek yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: 64 a. Usia subyek penelitian Batasan usia yang digunakan dalam penelitian ini adalah usia antara 30-50 tahun. Alasan peneliti menggunakan batasan usia ini karena seorang wanita dalam usia ini masih produktif. b. Stadium penyakit kanker payudara yang diderita Subyek yang digunakan adalah wanita yang penyakit kanker payudaranya berada pada stadium dibawah IV, artinya pada saat penelitian penyakit subyek berada pada stadium I, II, atau Ill. Hal ini dikarenakan sel-sel kanker belum mengalami penyebaran yang meluas, masih dalam tahapan yang memungkinka1n kesembuhan. c. Pendidikan Subyek minimal lulus SMA atau sederajat. Hal ini agar memudahkan peneliti dalam berkomunikasi dengan subyek. d. Sudah berkeluarga Subyek yang digunakan adalah wanita penderita kanker payudara yang sudah berkeluarga, alasan ini ditetapkan karena segala tindakan yang akan dilakukannya, terlebih dahulu akan mempertimbangkan kebahagiaan keluarga. Dukungan keluarga merupakan hal paling penting untuk memanajemenkan stresnya. penderita kanker payudara yang dalam 65 2. Jumlah subyek Menurut Strauss (1990) dalam penelitian dengan pendekatan kualitatif, tidak ada aturan yang pasti mengenai jumlah subyek yang harus dipenuhi. Jumlah subyek sangat bergantung pada apa yang ingin diketahui peneliti, tujuan peneliti, konteks saat itu, apa yang dianggap bermanfaat dan dapat dilakukan dengan waktu dan sumber daya yang tersedia. Sulitnya mendapatkan orang yang bersedia menjadi subyek penelitian, karena masalah penelitian yang cukup sensitif, membuat jumlah subyek menjadi terbatas, yaitu 3 (tiga) subyek. Diharapkan ketiga subyek cukup dapat menggambarkan peran dukungan sosial dalam mengurangi atau mengontrol stres pada penderita kanker payudara. 3. Teknik pengambilan sampel Penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling. Dalam purposive sampling pemilihan sekelompok subyek didasarkan atas ciri-ciri atau sifatsifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Ciri-ciri atau sifat-sifat tersebut telah ditetapkan, seperti yann telah dibahas pada sub bab karakteristik subyek yaitu wanita yang usianya 30-50 tahun, stadium penyakit dibawah stadium IV, sudah berkeluarga, dan pendidikan minimal SMA atau sederajat. 66 D. Prosedur Penelitian 1. T ahap persiapan Persiapan dalam penelitian ini meliputi persiapan pedoman wawancara dan sumber data. a. Membuat pedoman wawancara yang digunakan sebagai acuan dalam melakukan wawancara. b. Membuat lembar observasi. c. Membuat lembar kesediaan sebagai subyek penelitian. d. Menyediakan tape recorder dan kaset kosong untuk merekam hasil wawancara. 2. Tahap pelaksanaan a. Penelitian ini dimulai pada pertengahan .Juni 2008 sampai pertengahan Juli 2008. b. Membuat kesepakatan dengan subyek mengenai kesediaan subyek untuk diwawancara. c. Menggunakan pedoman wawancara yang telah dibuat dan disetujui oleh dosen pembimbing sebagai acuan dalam melakukan wawancara. d. Melakukan wawancara sesuai dengan tanggal dain tempat yang telah disepakati bersama. 67 e. Berdasarkan hasil wawancara kemudian dibuat laporannya secara verbatim untuk mempermudah proses analisa dan dilakukan analisis deskripstif. E. Prosedur Analisa Data Data yang diperoleh dari penelitian yang menggunakan metode kualitatif merupakan kata-kata. Untuk itulah dibutuhkan ke hati-hatian dalam melakukan analisis agar tidak menyimpang dari tujuan p1enelitian. Analisis data menurut Patton (Moloeng, 2001) adalah proses pengatur urutan data, mengorganisasikan kedalam satu pola, kategori dan uraian dasar. Untuk melakukan analisis terhadap data hasil penelitiain ini, akan dilakukan cara-cara sebagai berikut: 1. Mengubah hasil wawancara dari bentuk rekaman suara menjadi bentuk tertulis secara verbatim. 2. Mengkategorikan data yang relevan dengan permasalahan. 3. Membuat analisis antar subyek secara keseluruhan dan membandingkan tiap subyek untuk masing-masing kategori. 4. Membuat kesimpulan dari seluruh data yang merupakan jawaban dari pertanyaan penelitian. 68 BABIV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Subyek Dalam bagian ini akan dijelaskan data-data mengenai identitas pribadi dan riwayat penyakit subyek yang berkaitan dengan permasalahan penelitian, sehingga dapat diperoleh gambaran yang lebih baik mengenai subyeksubyek dalam penelitian ini. T abel. A. 1. Keterangan ldentitas Pribadi Subyek Kasus I Kasus II Kasus Ill Nam a NH AH MH Usia 47 tahun 37 tahun 32 tahun Agama Islam Islam Islam Suku Bangsa Indonesia Indonesia Indonesia Pendidikan SPG SMK SMK Aktifita/Pekerjaan lbu rumah tangga Usia Perkawinan Pegawai Negeri Sipil (PNS) 21 tahun 17 lahun Tenaga Kerja WAnita (TKW) 12 tahun Pekerjaan Suami Karyawan Swasta Buruh Buruh Jumlah Anak 2; perempuan dan laki-laki Akademi (2) 3; laki-laki (1), perempuan (2) SMK(1), SMP(2), 2; Laki-laki dan perempuan SD Pendidikan Anak 69 j Hobby/Kegemaran I Membaca J Memasak I Memasak Kedua subyek penelitian yang diwawancarai sudah mernasuki masa dewasa tengah, sedangkan satu orang subyek berada pada masa dewasa awal. Ketiga subyek menganut agama yang sama. Tingkat pendidikan ketiga subyek yang lulus sekolah menengah atas (SMA) atau sekolah menengah kejuruan (SMK) cukup berpengaruh positif dalam kelancaran jalannya wawancara. NH lulusan sekolah pendidikan guru, sedan9akan AH dan MH lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK). Ketiga subyek mempunyai pekerjaan yang berbeda, NH sebagai pegawai negeri sipil (PNS) yang ditugaskan mengajar taman kanak-kanak (TK) di perumahan polri di daerah Tanjung Priuk, AH seorang ibu rumah tangga selain itu ia berjualan gado-gado didepan rumahnya, sedangkan MH seorang tenaga kerja wanita (TKW) sebagai pembantu rumah tangga yang bekerja di Singapura. Semenjak payudara MH membesar, MH sudah tidak bekerja lagi sebagai TKW di Singapura. MH diberhentikan oleh majikannya karena penyaldt yang ia derita. Masing-masing subyek memiliki kegemaran atau hobi yang dilakukan untuk mengisi waktu luang. NH senang membaca karena ia berprofesi sebagai guru maka ia harus rajin membaca sehingga informasi yang ia peroleh dari 70 membacanya bisa disampaikan kepada anak didiknya. /\H dan MH senang memasak untuk keluarga, AH juga setiap hari diharuskan memasak sayursayuran untuk campuran gado-gadonya, sedangkan MH selain memasak untuk keluarga, sebagai pembantu rumah tangga diwajibkan memasak setiap hari untuk majikannya. Tabel. A. 2. Gambaran Riwayat Penyakit Gubyek Kasus Iii Kasus I Nama Kasus Ill NH AH MH Usia Subyek 45 tahun 37tahun 31 tahun Usia Suami 49tahun 43 tahun 40 tahun Usia Anak-anak 17 tahun (1), 16 tahun (2) 10 tahun (1), 8 tahun (2) Stadium II 16 tahun (1), 12 tahun (2), 2 tahun (3) II Sejarah Keluarga Tidakad<i Tidakada Ada 2006 (1), September 2007(2), 2008 (3) Obat-obat Herbal (sampai sekarang) Mei 2008 Juli 2008 Obat Tradisio111al (sampai sekarana) Obat Tradisional Cukuo baik 1 bulan sekali Cukuo baik - Awai diagnosis Ill A Terapi Medis pembedahan Alternatif Pasca teraoi Kondisi sekarana Kontrol Rutin Cukuo baik 1 bulan sekali 71 Kedua subyek pada awal menerima diagnosis kanker payudara berada pada masa dewasa tengah, sedangkan satu orang subyek berada pada dewasa awal. Ketiganya sedang dalam masa aktif menjalani kegiatan-kegiatan disamping sebagai ibu rumah tangga. Anak NH berusia 17 tahun dan 16 tahun, anak AH berusia 16 tahun, 12 tahun, dan 2 tahun, sedangkan anak MH berusia 10 tahun dan 8 tahun. NH dan AH ketika didiagnosis dokter menderita kanker payudara berada pada stadium II, sedangkan MH berada pada stadium Ill A. Nenek MH juga menderita kanker payudara yang karena penyakit itu akhirnya beliau meninggal. NH dan AH tidak mempunyai sejarah keluarga yang menderita penyakit tersebut. Terapi medis yang dijalani ketiga subyek adalah operasi pembedahan. Setelah pembedahan mereka tidak mengalami terapi medis lainnya seperti penyinaran atau kemoterapi. Mereka hanya menggunakan terapi non medis, NH meminum obat-obatan herbal sedangkan AH dan MH meminum obat-obatan tradisional. Selain mereka rnelakukan terapi secara alamiah dengan meminum obat-obatan tradisional dan herbal, mereka juga secara rutin untuk kontrol kesehatan diri mereka ke dokter sesuai dengan anjuran dokter, NH dan AH kontrol 1 bulan sekali sedangkan MH belum melakukan kontrol karena MH bam tercatat sebagai pasien di rumah sakit tersebut dan baru menjalani pengobatan secara medis. 72 Efek dari NH meminum obat-obat herbal adalah dapat rnelunakkan benjolan di payudaranya. Sebelum minum obat-obat herbal itu, benjolan yang ada di payudara NH terasa nyeri, setelah minum obat herbal itu rasa nyerinya berkurang, sedangkan AH setelah minum obat tradisional, benjolan di payudara yang sebelumnya keras kini sudah tidak keras lagi. Namun, MH belum merasakan efek menghilangkan rasa nyeri dari obat-obatan tradisional yang diminumnya. Ketiga kondisi subyek pada saat ini masih belum baik. Dari hasil pemeriksaan dokter belum dapat memastikan apakah sel kanker payudara akan tumbuh lagi atau tidak. Masing-masing subyek masih tetap menjaga kesehatannya dengan menjaga gizi makanan maupun hal-hal yang dianggap menjadi pantang bagi mereka. B. Gambaran dan Analisis Hasil Per Kasus a. Kasus I (NH) 1. Gambaran Kasus NH NH seorang ibu dengan 2 orang anak, anak pertama berusia 20 tahun berjenis kelamin perempuan sedangkan anak kedua laki-laki yang berusia 19 tahun. Latar belakang pendidikan NH adalah SPG (sekolah pendidikan guru), pekerjaan suaminya saat ini sebagai karyawan swasta disebuah perusahaan yang bergerak dibidang pelayaran. Menurut NH, dia sangat menikmati 73 pekerjaannya sebagai guru taman kanak-kanak di sebuah komplek perumahan polri di daerah Tanjung Priuk. Awai pertama ia mengetahui bahwa ada kelainan di payudaranya adalah pada setiap menstruasi, payudara NH terasa nyeri sekali. NH mengompres payudaranya dengan handuk dan air hangat, ketika NH mandi, NH menyabuni payudaranya, sejak itulah NH tahu bahwa di payudaranya ada benjolan sebesar bola bekel yang kecil. NH pun bergegas lari kerumah orang tuanya yang tidak jauh dari rumahnya. NH mengatakan k:epada ibunya, "ma di payudaraku ada benjolan, coba mama pegang .... (ibunya memegang payudara NH), ini benjolan apa yah ma? (tanya NH pada ibunya) mudah-mudahan si ga apa-apa" lbu NH langsung menyuruh NH periksa ke dokter hari itu juga. Mereka pun bersiap ke dokter di daerah Cilincing. Dokter mengatakan "ini tumor yang secepatnya harus diangkaf'. Pada tahun 2006 NH menjalani operasi pengangkatan tumor (pembedahan) yang pertama di RS Sukanto. Setahun kemudian di daerah yang sama tumbuh benjolan lagi, untuk kali ini benjolannya sebesar bola kasti lebih besar dari yang pertama. Pada saat inilah dokter mendiagnosis bahwa NH menderita kanker payudara stadium II. Pada saat benjolan ini tumbuh kembali pada daerah yang sama NH merasa takut dan cemas sekali, NH bingung apa sebenarnya penyakit ini, apakah ini 74 tumor atau kanker, NH pun tidak tahu persis perbedaan antara tumor dengan kanker. NH bergegas memeriksakan dirinya ke dokter seorang diri. Sesarnpainya di rumah sakit NH langsung bertanya pada dokter apa sesungguhnya penyakit yang ia derita, dokter hanya menjawab "ini tidak apa- apa, ini penyakit yang bisa diobati dan dihi/angkan", tetapi NH tahu bahwa dokter hanya ingin membesarkan hatinya. NH berpikir bahwa penyakit yang ia derita sangat serius, tidak mungkin kalau hanya biasa saja. Keluar dari ruangan dokter, muka NH terlihat pucat dan sesekali ia menghapus air matanya. Sesampainya di rumah NH lalu mengumpulkan seluruh keluarga dan menceritakan hasil diagnosis dokter kepada keluarganya. "Keluarga pada nangis semua, padahal pada waktu itu saya sudah berusaha untuk tidak nangis, saya mencoba untuk terlihat tenang dan saya berusaha untuk tidak membuat mereka sedih. Karena saya melihat mereka nangis dan memeluk saya akhimya air mafo ini ke/uar juga bahkan jadi saya yang paling kejer mungkin karena saya ka/i yah yang menga/ami penyakit ini"' Pada bulan September 2007 pembedahan yang kedua dilaksanakan di RS. Sukanto. Setahun kemudian tahun 2008 ditempat yang sama pula benjolan itu muncul kembali, kini benjolan itu sebesar bola sepak takraw. Dan akan dioperasi kembali pada juli 2008. Saat-saat inilah NH merasa benar-benar pasrah dan bersyukur pada Allah karena ia diberikan cobaan seberat ini. 75 " ... apapun yang Allah berikan untuk saya, saya ikhlas menerimanya. Apapun yang terjadi, entah itu sembuh atau saya kembali kepada-Nya. lnnalillahi Wa Inna llahi Rajiun .... Segala sesuatu akan kembali kepadaNya. Saya hanya berharap mudah-mudahan keturunan saya tidak ada yang menderita penyakit ini, cukup Allah beril<an ke'Pada saya saja (NH menangis tersenggul<-senggul<) ". Pada saat seperti ini dukungan dari anak-anak sangat membantu. Anak-anak NH selalu berkata, "mamah pasti sembuh ko ..... asa/kan mamah rajin sho/at, berdoa dan sela/u periksa ke dokter, aku juga al<an minta sama Allah untuk angkat penyakit mamah, supaya kita tetap berkumpu/. Pokoknya mamah pasti sembuh ..... aku yakin baget mamah bisa sembuh ..... mamah yang semangat dan harus sabar .... " Ketika NH didiagnosis menderita tumor hingga kanker payudara stadium II, ia merasakan dukungan sosial dari semuanya, yang disebutnya sebagai dukungan moril, yang kuat dari keluarga dan lingkungan sosialnya. Seluruh keluarga sangat mendukung sekali NH untuk kembali menjalani pembedahan untuk yang ketiga kalinya. Dukungan anak-anak sangat bernilai sekali untuk NH, karena suami NH bekerja di pelayaran jadi beliau jarang pulang, operasi pertama yang dijalani NH, suaminya tidak mendampingi, hanya anak-anak yang selalu berada dekat disampingnya. Untuk operasi yang kedua suaminya juga tidak mendampinginya karena kesibukan pekerjaan. Waiau demikian NH tetap merasa bahwa suaminya sangat mendukungnya, b;3gi NH walaupun suaminya tidak berada disampingnya beliau (suami NH) tetap memberikan 76 dukungan yang luar biasa baik moril maupun materil. Dukungan dari anakanak dipersepsikan oleh NH sebagai ungkapan kasih sayang, cinta kasih dan bantuan yang nyata dari seorang anak untuk ibunya. "Anak-anak sangat mengerti kondisi saya, mereka tidak ma/u dengan kondisi saya ini. Mereka selalu menjaga saya, menyayangi saya dan merawat saya dengan kasih sayangnya bahkan jika saya ingin mencuci pakaian mereka sela/u bi/ang mamah jangan nyuci, mamah istirahat aja biar aku yang nyuci. Saya sangat bersyukur punya anak-anak seperti mereka (NH menghapus air matanya) ........ ". Bagi NH, peran keluarga sangat penting untuk memberikan motivasi baginya. Dukungan dari keluarga tidak perlu diungkapkan dengan kata-kata, namun NH dapat merasakannya dalam sikap dan perilaku yang mereka tunjukkan kepada NH pada saat ini. Pemahaman yang jelas tentang penyakit dan pengobatannya sangat membantu terciptanya dukungan sosial dari keluarga yang dapat diterima posistif oleh penderita. Menurut NH, keluarga harus bersatu dalarn menghadapi masalah saya ini. Oleh karena itu, NH rnerasa tidak rnengerti ketika suatu hari anaknya berbicara bahwa penyakit kanker payudara dapat mernatikan orang. lnforrnasi ini didapat anak NH dari teman sekolahnya. "Ketika anak saya bilang seperti itu saya /angsung marah, saya bilang orang yang ngomong ke kamu itu Allah atau dokter yang bisa memvonis seperti itu ..... " 77 NH langsung memberikan pengertian kepada anaknya, "bahwa takdir ibunya berada di tangan Allah" dan anak NH mengerti, ia pun langsung meminta maaf pada NH, dengan adanya pemahaman tentang penyakit ini maka akan tercipta kondisi yang saling menguatkan. Sehingga NH tidak merasa takut. "Tapi sebenamya saya tidak takut sih dengan penyakit ini. Perasaan takut udah saya Jewati saat dokter mendiagnosis saya du/u dan saya menjalani pembedahan yang kedua. Pokoknya saya hanya bisa berusaha dan berdoa dan segala sesuatunya saya kembalikan Jagi sama Allah. Operasi atau pembedahan yang saya lakukan dan saya mau ke dokter aja namanya udah usaha sekarang tingga/ ikhtiar.... " NH mengahargai sekali perhatian keluarganya yang tanpa diminta mau bersusah payah memberikan segenap jiwa raganya untuk merawat NH. NH tidak mempedulikan penampilannya, walaupun payudaranya saat ini besar sebelah, ia seolah-olah tidak merasakan itu. Untuk masalah pakaian NH selalu mencari pakaian yang besar agar payudaranya tid;3k nampak besar sebelah. Kalaupun terlihat payudaranya besar sebelah jik:a ada orang yang bertanya maka NH akan menjawabnya sesimpel mungkin. Berkat dukungan dari semuanya, masalah-masalah yang dihadapi NH bisa teratasi semuanya. "Saya nih kalau Jagi stres jalan-jalan aja sama anak. Kemana aja yang penting sama anak, pokonya saya berusaha ini juga demi keluarga terutama anak-anak. Anak-anak juga sela/u bikin saya bahagia. Biasanya setiap minggu pagi saya dan anak-anak jalan santai disekitar komplek aja. Tapi kalau lagi merenung sendirian sa,va mikir aja Allah Maha Tahu ko ...... orang sehat aja bisa meninggal apa/agi saya .... tidak ada yang bisa berkehendak selain Allah" 78 Lingkungan sosial NH juga sangat berperan dalam memberikan dukungan, terutama dukungan informasi dan moril . "mereka tuh semuanya pada ngasih informasi pengobatan altematif untuk saya, saya minum obat herbal ini juga ditunjukin sama teman, kebetulan teman juga ada yang punya penyakit yang sama seperti saya, sekarang dia juga masih menjalani pengobatan tetapi dibantu juga sama obat-obatan herbal ini ( rumput mutiara, keladi tikus, bidara upas, dan kunir putih), katanya sih ini untuk menghilangkan nyeri, jadi saya minum obat ini 2 jam setelah minum obat dari dokter". NH sangat beruntung punya lingkungan keluarga dan lin!;ikungan sosial yangdimilikinya. Teman-teman di kantor selalu memberik:an informasi pengobatan alternatif dan mereka semua selalu bikin NH tertawa, ketemu sama anak-anak didik di sekolah juga membuat hati NH bahagia. Menurut NH, tingkah anak-anak didiknya itu lucu, jadi NH suka tertawa sendiri. Teman-teman di kantor NH juga sering mengajak NH untuk jalan-jalan, ketika pulang mengajar, mereka mengajak NH belanja, "biasa ibu-ibu kerjaannya pu/ang ngajar belanja dulu, tapi saya senang, saya anggap itu penghilang stres". NH sangat menghindari sekali pikiran yang mengarah kepada nasibnya dan tentang penyakitnya. Ketika ada terlintas di pikiran NH tentang penyakit, maka NH akan bergegas bergerak mengerjakan sesuatu, menonton TV atau membersihkan rumah. Paling sulit ketika NH ingin tidur, selalu saja ada 79 terlintas di pikiran NH tentang penyakitnya tetapi biasanya NH selalu berpikir positif bahwa NH akan sembuh dari penyakitnya," Allah pasti tau apa yang saya inginkan dan rasakan". Anak-anak NH juga sangat membantu, setiap NH sedang sendiri maka anak-anak NH langsung mendt:!kati NH dan mengajak NH berbicara. Anak-anak NH tidak akan membiarkan NH melamun sendiri. NH tidak pernah mengalami putus asa untuk tetap sembuh dari penyakitnya. NH sangat membutuhkan dukungan sosial dari berbagai pihak agar citacitanya sembuh dari penyakitnya ini dapat terwujud. "Saya ingin sekali keluar dari penderitaan ini dan ke•mba/i hidup normal seperti du/u. Bercanda dan beraktifitas tanpa beban dan tanpa kehatihatian". NH seorang yang sangat pekerja keras. Dalam kondisi s:akit pun NH tetap berusaha mengajar, walaupun NH sebagai PNS yang setiap bulannya menerima gaji pokok tetapi NH tidak pernah melalaikan waktu mengajamya. Bagi NH, "..... ... mengajar ada/ah penting, tidak ada waktu untuk santai. Demi anak-anak murid di seko/ah dan demi pekerjaan selama saya mampu untuk berangkat saya akan berangkat untuk mengajar...... waktu sangat berarti untuk saya. Mengajar juga penghi/ang stres l>agi saya /<arena 80 disana saya akan ketemu dengan teman-teman dan anak-anak yang /ucu-/ucu." NH mengungkapkan bahwa sebagai seorang yang punya penyakit kanker payudara inginnya masalahnya tidak ingin diketahui oleh orang lain. Tetapi itu mustahil karena tanpa kita bicarapun orang akan tahu bahwa kita punya penyakit di payudara. Secara fisik orang yang menderita kanker payudara akan terlihat. Payudara kita tidak normal melainkan besar sebelah. Tetapi ia berusaha menerima dan tidak memikirkan perkataan dan perbuatan orang lain. Walaupun ada kekecewaan jika orang lain bertindak dan berkata kurang enak, ia tidak membawanya kedalam pikiran yang menyusahkan dirinya. NH tidak ingin diistimewakan karena sakitnya ini. Kalau segala sesuatu masih dapat dikerjakannya sendiri, maka NH akan mengerjakannya sendiri. Bahkan pada saat ini anak NH sedang ujian di kampusnya NH be~rada di ruang perawatan seorang diri tanpa ditemani siapapun. Menurut NH, orang dengan penyakit seperti ini seharusnya banyak kegiatan, jangan banyak melamun, sehingga pikirannya tidal< ke penyakitnya, nanti lagi sakit begini tambah sakit kalau selalu memikirkan penyakit ini. 81 2. Analisis Kasus NH Manajemen stres yang NH lakukan adalah dengan melakukan berbagai kegiatan. NH menilai bahwa dengan mengajar setiap hari, itu membuat NH lupa akan penyakit yang ia derita. Hal yang dilakukan NH sesuai dengan apa yang dikemukan oleh Greenberg (2002) bahwa dengan melakukan kegiatan maka sumber stres dapat dikontrol seminim mungkin. NH menyadari bahwa penyakit yang diderita sangat serius dan penyakit itu dapat mematikan, tetapi NH selalu berpikir positif bahwa apa yang dialami adalah bagian dari ujian yang diberikan Allah. NH merasa bahwa ini adalah cobaan yang dikemudian hari akan selesai dengan baik, /nna/ilahi wa Inna /lahi rajiun, segala ssuatu akan kembali kepada Allah SWT. NH merasakan dukungan yang begitu luar biasa dari anak-anaknya terutama dukungan emosi. Anak-anak NH sangat membantu NH dalam melakukan aktifitas yang tidak dapat NH lakukan. Kasih sayang dan cinta kasih yang diberikan anak-anak NH sangat bernilai positif untuk penyembuhan penyakitnya, NH menganggap bahwa ini adalah cinta kasih anak terhadap ibu yang telah mengandung dan membesarkannya. Dukungan penghargaan serta informasi juga NH rasakan yang datang dari rekan-rekan NH dimana NH mengajar. Semua dukungan yang NH terima dapat b(~rpengaruh positif dalam penyembuhan penyakit NH terutama penyembuhan mental NH yang sedang dalam keadaan down karena penyakit yang NH derita. 82 b. Kasus II (AH) 1. Gambaran Kasus AH AH seorang ibu yang mempunyai 3 orang anak yang masih membutuhkan perhatiannya. Anak AH yang pertama kini mau menginjak SMA, anak kedua mau menginjak SMP sedangkan anak bungsunya baru berusia 2 tahun. Suami AH seorang supir angkutan umum, dulu suami AH bekerja di perusahaan swasta karena sakit akhirnya suami AH memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya. Suami AH menderita penyakit Hernia akut, setiap 1O menit sekali ia pasti buang air kecil. Hingga sekarang penyakitnya belum pernah diobati, hanya obat-obat tradisional saja yang ia rninum. kehidupan ekonomi AH sederhana, AH dan suami serta ketiga anaknya masih tinggal bersama orangtua suami AH. Pekerjaan AH sehari-hari adalah berjualan gado-gado di depan rumahnya. AH mulai menyadari bahwa ada benjolan di payudaranya, ketika ia sedang menyusui anak bungsunya tiba-tiba payudara AH terasa nyeri. AH langsung mengambil uang dan dikeriklah bagian yang terasa nyeri itu. Tiba-tiba AH merasakan ada yang aneh dari payudaranya. Payudara AH ada benjolan sebesar kelereng. Pada saat itu AH mengira itu hanya benjolan karena AH sedang menyusui dan mungkin kecapean. Lalu AH memt>eri benjolan itu dengan beras kencur dan setiap ingin diolesi beras kencur sebelumnya dikompres memakai handuk dan air hangat. 83 Semakin hari benjolan itu semakin besar. AH panik dan takut, ia bingung benjolan apa ini. Selama 2 bulan AH tidak menceritakan tentang benjolan itu, karena semakin besar maka AH memutuskan untuk menceritakan tentang benjolan itu kepada suaminya. Suami AH langsung menyuruh AH untuk periksa ke dokter tetapi AH tidak mau karena AH masih takut dan ragu. Setiap hari suaminya terus membujuknya untuk ke dokte•r, suaminya selalu memberi masukan dan terus memberi semangat, Ayo bu ...periksa ke dokter, demi anak-anak perjalanan hidup ibu masih panjang, ibu ga kenapa-kenapa ko, itu hanya penyakit biasa. /bu percaya sama saya". Sebelum tidur suami AH selalu mengatakan seperti itu. Setelah 4 bulan akhirnya AH memutuskan untuk periksa ke dokter. Awalnya AH periksa ke puskesmas terdekat lalu puskesmas menyuruh AH untuk: periksa ke RS. Dharmais. Esok harinya AH pergi ke RS Dharmais diantar sang suami serta anak bungsunya. Dokter RS Darmais hanya bilang bahwa, "di payudara saya ada benjolan karena air susu yang tersumbat, saya percaya saja sama dokter. Akhimya saya pun diperiksa dan diambil darahnya serta jaringan payudara saya". Satu minggu laporan penyakit AH baru dapat dilihat hasilnya. AH dan suami kembali ke RS Dharmais untuk mengambil hasil penyakit AH. Suami AH 84 meminta penjelasan dokter tentang hasil itu. Dokter hanya bilang bahwa itu memang penyumbatan yang harus segera diangkat. AH tidak mau untuk dioperasi, AH hanya minum obat-obatan tradisional (lidah buaya dan kunyit). Semakin hari semakin besar benjolan itu, AH masih ragu tentang diagnosis dokter RS Dharmais. AH dan suaminya lalu pergi berobat di RS. Sukanto dan membawa hasil laporan penyakit AH ke RS tersebut. Terkejut AH mendengarkan penjelasan dokter itu. Awalnya dokter RS. Sukanto juga bilang bahwa di payudara AH ada benjolan karena penyumbatan air susu, namun setelah berbicara lama akhirnya dokter pun sampai pada pembicaraan hasil laporan penyakit AH. Dokter itu bilang AH menderita penyakit kanker payudara stadium II. "Pada waktu itu saya pucat, mau nangis ga bisa, perasaannya takut, bingung pokonya campur aduk deh .... bener-bener mimpi buruk banget buat saya, saya berharap ini mimpi tapi eh temyata beneran (AH terlawa). Saya tidak mengerli maksud dokter apa, kenapa dokter bi/ang penyakit ini terla/u berbelit-belit, ya tapi saya maklum, mungkin begitu cara dokter menyampaikan berita kepada pasiennya, supaya psiennya itu juga ga terlalu takut kali yah". Dukungan dari suami AH ketika itu benar-benar luar biasa, suami AH tiada henti-hentinya memberikan dukungan moril, dokter pun demikian. Dokter memberikan penjelasan tentang penyakit kanker payudara ini. Didalam ruagan dokter, suami AH dan dokter terus memberikan semangat untuk AH. 85 "Saya ga tau tuh mereka semuanya ngomong apa. Saya ga nyambung diajak ngomong, namanya juga lagi panik. Jadi pikirannya ga fokus". Pulang dari RS dalam perjalanan AH mengngis terus, sesampainya di rumah, orangtua AH menanyakan tentang penyakit AH, karena AH masih dalam keadaan down maka suami AH yang menjelaskannya. Keluarga AH memberikan semangat yang luar biasa, "mereka nangis dan satu-persatu memeluk saya, dimu/ai dari ibu saya, saudara-saudara sampai pada anak-anak saya, dan setiap orang berkata pasti saya sembuh, karena ributnya di rumah saya, akhimya tetangga-tetangga pada datang ke rumah, dan meneka semua juga pada empati sama saya. Mereka juga bilang "yang sabar ya bu .... pasti sembuh ko". Alhamdu/il/ah semuanya pada berespon positif untuk saya". Malam harinya setelah diagnosis dokter, AH tidak bisa tidur. AH menangis terus, selalu memikirkan nasib dirinya ke depan, "saya bilang waktu itu sama Allah, "Ya Allah apa dosa saya, ka/au Engkau memberikan ini pada saya, ambil saja nyawa saya, jangan membuat saya menderita di dunia". Semua rasa pada waktu itu saya rasakan". AH benar-benar merasa putus asa sekali pada waktu itu. Suami AH yang selalu ada untuknya. Dukungan moril dari segenap keluarga AH sangat AH rasakan. Semuanya menyarankan agar AH segera dioperasi. Selama 2 bulan suami dan keluarga membujuk AH untuk melakukan operasi. 86 "saya tuh mikir, bukannya saya ga mau operasi, tetapikan saya orang yang ga mampu, duit dari mana saya operasi. Di RS Dhannais kata dokter untuk biaya operasi kira-kira Rp. 13.000.000 be/um kamar dan obat-obatan. Uang dari mana, anak-anak mau pada daftar sekolah, suami kerjanya juga cuma supir dan dia sakit aja ga pemah berobat, masa saya tiba-tiba sakit begini langsung berobat. Selain itu juga saya ga mau payudara saya di apa-apain, saya takut payudara saya diambi/". Tanpa sepengetahuan AH suami AH berinisiatif meminta1 surat keterangan tidak mampu dari RT setempat dan dari Departemen Kei;ehatan RI. Suratsurat l<eterangan tidak mampu sudah siap semuanya, suami AH membicaraka masalah ini pada AH bahwa AH operasi tidak dipungut biaya tetapi untuk obat-obat tertentu yang harus mengeluarkan biaya. Tak diduga keluarga AH pun diam-diam mengumpulkan biaya untuk pengobatan AH. "semuanya A/hamduli//ah, mereka membantu saya sekali, ketika saya sedang susah semuanya mengu/urkan tangan. Bukan hanya ke/uarga, tetangga-tetangga pun ikut memberikan sumbangan berupa duit untuk pengobatan saya, kalau ada tetangga yang dateng ke rumah saya, bukannya ngasih buah atau makanan ini ma/ah duit. Alhamdulilah setelah di hitung-hitung dapet banyakjuga (AH tersipu malu)". Sebelum operasi dimulai, AH perlu memeriksakan diri ke dokter. Selama AH eek up ke dokter payudara AH yang satu selalu diganjal memakai celana anak AH yang bungsu agar terlihat sama. "setiap saya eek up pasti saya ganjel payudara yang• satu pake celana anak saya. Pas saya sampai ke dokter, saya bilang ke dokter sambil malu-ma/u. Tetapi doktemya ngertiin banget, sedikitpun dia tidak terlawa 87 dengan apa yang saya lakukan itu. Mungkin karena dia dokter jadi udah ngerti kali yah". Suami AH tidak pernah mempermasalahkan apapun yang AH lal<ukan, demi kesehatan AH suami AH rela mengorbankan apa saja yang ia punya. Setiap kali AH berobat suami AH selalu menemaninya. "Bersyukur banget saya punya suami kaya dia, biarpun tampangnya ga/ak tapi hatinya baik banget. Saya pengin ngabdi sama dia seumur hidup saya, membalas semua kebaikannya. Ka/au l>isa, setelah saya sembuh total, saya pengin banget dia l>erobat, gantian saya yang urus semuanya". 6 bulan kemudian tepatnya mei 2008, AH menjalani operasi pembedahan di RS. Sul<anto. Karena pertimbangan biaya dan jarak anta1ra rumah AH dan rumah sal<it del<at serta AH sudah mengantongi surat l<eterangan tidak mampu maka AH dan suami memutuskan untuk menjala11i pembedahan di rumah sakit tersebut. Payudara AH ketika itu sebesar bola l<asti. Suami dan keluarga setia menunggu AH di luar ruang operasi. Kini AH sedang menjalani terapi non rnedis, banyak informasi yang AH peroleh dari tetangga-tetangga AH tentang pengobatan herbal. Setelah menjalani operasi pembedahan AH rutin eek up ke RS. Sukanto dan RS. Dharmais. AH berniat ingin menjalani terapi medis seperti l<emoterapi di RS Dharmais, untuk itu AH juga sering eel< up kondisinya di rumah sal<it tersebut. Di RS. Dharmais AH rnenjalani terapi 88 dan eek up juga tidak dipungut biaya karena terdaftar seloagai keluarga kurang mampu. Anak-anak AH menjadi penyemangat hidup AH, setiap kali bercanda dan berkumpul dengan mereka menjadi obat penghibur hati. Setiap kali AH memikirkan penyakitnya, ia langsung bangkit dan mengerjakan sesuatu. Lingkungan AH juga selalu mendukung AH untuk selalu lberpikir positif. Setiap kali AH memikirkan penyakit dan nasibnya, ia selalu berkata "pasti akan sembuh". Setiap pagi suami AH selalu mengajaknya jalan-jalan di sekitar kampung tempat mereka tinggal. "setiap pagi saya jalan sama suami keli/ing kampung, setiap saya ketemu tetangga pasti mereka bilang 'Jalan-ja/an bu, syukur deh biar badannya tambah sehaf'. Tetangga saya mah baik-baik, terus ga pemah ngejauhin saya wa/aupun saya punya penyakit begini atau ngomongin saya, mereka ma/ah ngebantu saya". Kondisi fisik AH sekarang turun hingga 10 kg. Kini setelah pembedahan AH ingin berat badannya kembali seperti dulu. Namun AH pesimis karena mungkin itu tidak akan terjadi. AH sembuh saja sudah mEirasa bersyukur. AH sekarang lebih optimis menjalani hidup dan rajin minum obat-obatan tradisional. Keluarga dan tetangga AH selalu mengingatkan AH untuk terus 89 minum obatan-obatan itu, bahkan mereka semua yang mencarikan lidah buaya dan memarut kunyitnya agar air kunyit itu dapat diminum AH. Menurut AH, ia sangat bersyukur karena ia masih diberikan kesempatan hidup dan nikmat yang belum tentu orang mendapatkannya. AH berharap penyakit itu tidak muncul kembali setelah ia menjalani p•embedahan dan terapi tradisional serta eek up yang rutin ke dokter. AH tidak ingin menyusahkan keluarga dan tetangga-tetangga yang suclah membantunya baik moril maupun materil. Dalam hal ini yang sangat berperan adalah suami AH, yang selalu menjadi penyemangat ketika AH dalam keadaan down. Suami f\.H juga selalu berkata bahwa tanpa payudara pun ia siap menerima apa adanya asalkan AH sembuh dan menemani sepanjang hidupnya. Disamping suami, keluarga clan tetangga-tetangganya, AH merasakan kenyamanan dalam hidup tanpa beban karena mereka semua mempunyai hati yang baik dan selalu menghibur serta membantu AH ketika sedang kesusahan. Sesungguhnya AH masih khawatir tentang penyakitnya ini karena dokter RS Dharmais mengatakan payudara AH harus diangkat agar sel kankernya mati, tetapi AH tidak mau, menurut AH payuclara sangat penting baginya. AH ingin 90 mencoba obat-obatan yang ia minum sekarang. AH berharap ia sembuh total dan tidak muncul lagi benjolan itu sehingga payudaranya tidak perlu diangkat. 2. Analisis Kasus AH Manajemen yang AH lakukan adalah dengan tetap berjualan gado-gado. AH menganggap bahwa dengan berjualan gado-gado maka ia akan bertemu dengan banyak orang dan lupa akan penyakitnya itu, selain itu juga AH berharap akan mendapatkan informasi tentang pengobatan alternatif untuk penyembuhan penyakitnya itu tanpa harus menjalani pengobatan medis. Jalan-jalan santai dipagi hari dengan maksud berbelanja ke pasar juga AH manfaatkan sebagai olah raga agar AH menghirup udara pagi dan membantu penyembuhan penyakitnya. AH akan melakukan segala macam aktifitas sehingga lupa bahwa ia menderita penyakit yang serius. Setiap kali terlintas dipikiran AH tentang penyakitnya itu, ia selalu bergegas rnelakukan sesuatu dan memikirkan hal-hal lain yang tidak berhubungan den!Jan penyakitnya itu. Dukungan materi sangat AH harapkan dalam penyembuhan penyakitnya. Dukungan materi AH dapatkan dari pernerintah karena AH termasuk dalam daftar keluarga yang tidak rnarnpu. Selain dari pemerintah, tetangga-tetangga sekitar ternpat AH tinggal juga sangat mernberikan dukungan berupa rnateri. Selain materi AH juga rnerasakan bahwa dukungan penghargaaan sangat bernilai positif untuknya, dengan tetangga-tetangga AH tidak rnenjauhinya 91 dan selalu membeli gado-gadonya, bagi AH itu merupak:an suatu penghargaan yang sangat tinggi, dengan mereka bersikap seperti itu berarti mereka tidak merasa jijik dengan gado-gado buatannya. c. Kasus Ill (MH) 1. Gambaran kasus MH MH bekerja sebagai tenaga kerja wanita (TKW) di Singapura. la sudah bekerja hampir 3 tahun, karena kebutuhan ekonomi maka MH bekerja sebagai TKW, suami MH hanya sebagai buruh pabrik. Penghasilan suami MH tidak mencukupi kebutuhan hidup mereka. Anak-anak MH tinggal bersama suami dan sesekali tinggal bersama orangtua IVIH yang tinggal berada dekat di rumah MH. Setiap bulannya MH mengirimkan uang untuk kebutuhan suami dan anak-anak. Pertengahan tahun 2007, payudara MH terasa nyeri pada saCJt menstruasi, MH pikir ini hanya hal biasa. Ketika payudara tersenggol rasanya sangat nyeri sekali. MH mandi, tidak disengaja pada saat MH membasuh payudaranya, ia menemukan benjolan sebesar kelereng. MH tidak menghiraukan benjolan itu tetapi ketika disentuh terasa sakit, MH pikir itu hanya benjolan biasa. 92 Semakin hari benjolan itu semakin membesar dan semakin sakit bila disenggol. MH menceritakan hal ini kepada teman seperjuangannya yang bekerja satu rumah dengannya, temannya pun menyarankan MH untuk memeriksakan diri ke dokter. ketika itu MH bingung karena itu dinegeri orang dan MH tidak fasih menggunakan bahasa di sana. Kebingungan ini MH ceritakan kepada temannya itu. Teman MH menyuruh MH untuk bilang kepada majikan mereka tentang penyakit MH itu. MH takut karena majikannya sangat galak, walaupun tidak pernah main tangan (mukul) tetapi bicaranya sangat kasar. Akhirnya teman MH yang berbic:ara kepada majikannya itu. MH pun diantar kerumah sakit, "mungkin dasar orang pelit kali ya dan itu orang kej;~m banget sama saya, saya ga tau dokter ngomong apa sama dia tentang hasi/ penyakit saya ini, karena waktu itu saya disuruh dia untuk nunggu diluar ruangan. Saya cuma dikasih obat untuk diminum supaya nyeri saya ilang". Obat yang diberikan itu MH minum setiap hari, hasilnya rnemang rasa nyeri itu berkurang tetapi benjolan itu makin besar. Selain minum obat dari dokter saya selalu makan sayur, karena keterbatasan bahasa maka MH tidak mengerti apa yang sebenarnya ada dalam payudaranya dan obat tradisional apa yang harus MH minum. 93 Makin hari benjolan itu makin besar, sebesar bola kasti, lalu besar sebesar labu. Setiap obat dari dokter habis, MH selalu diberikan majikannya obat yang sama tanpa tindakan medis apapun. Tepatnya awal 2008 MH dipulangkan ke tempat yayasan dimana pada waktu itu rnajikan MH meminta MH bekerja sebagai pembantu rumah tangga di rumahnya. Pada waktu itu benjolan itu sudah besar, sebesar labu. MH pergi ke Sin9apura dengan jalur legal maka dari itu ketika MH dipulangkan ke pihak yayasan, pihak tersebut bertanggung jawab atas diri MH dengan memberikan MH pengobatan secara gratis. Sebelum MH dipulangkan ke Indonesia, MH menjalani pemeriksaan di sebuah rumah sakit di Singapura, hasil disgnosis dokter menyatakan MH menderita kanker payudara stadium Ill A. Sangat terkejut sekali MH mendengarkan hasil diagnosis dokter. MH membayangkan bahwa ia tidak akan selamat seperti neneknya dulu. Nenek MH juga menderita penyakit yang sama, informasi itu MH dapatkan dari ibunya, karena pada saat sang nenek meninggal MHI masih kecil, jadi MH tidak mengetahui apa-apa. MH menangis sepanjang perjalanan, hanya pihak yayasan yang menghibur hatinya. MH tidak tahu nasibnya ke depan akan seperti apa, yang ada dipikiran MH hanya keluarga di kampung halaman tercinta. Saat-saat seperti ini MH merasa sendiri, tidal< ada keluarga yang menemaninya, MH merasa sangat membutuhkan k.eluarga untuk menguatkan hati dan menemaninya. 94 MH terbang dari Singapura ke Indonesia, setibanya di Indonesia ia langsung di bawa ke RS. Sukanto untuk menjalani perawatan medis dan operasi pembedahan secepatnya. Keluarga MH belum mengetahui bahwa MH berada di Indonesia dan menderita penyakit mematikan itu. "keluarga saya be/um tau ka/au saya ada di Indonesia. Saya bingung ngasih tau mereka, saya takut nanti mereka panik. Saya memutuskan untuk menjalani ini seorang diri saja. Saya ga mau merepotkan mereka, kasian mereka". Seluruh pengobatan MH ditanggung pemerintah. MH merasa bersyukur karena pemerintah mau menanggung seluruh pengobatannya. Hal ini yang dibutuhkan MH, selain moril, materil juga sangat dibutuhl<an MH karena MH tidak rnampu untuk membayar semua pengobatan ini. ''Alhamduli/ah pemerintah masih peduli sama orang keciJ' seperti saya ini". Kini MH bingung memikirkan bagaimana selanjutnya kehidupan nantinya, "saya bingung dan saya ga tau apa yang akan tetjadi dengan saya, apakah saya akan meninggal atau hidup dan ketemu sama ke/uarga saya di kampung. Saya juga bingung, jika saya masih hidup terus saya pulang tanpa payudara gimana saya menceritakan sama keluarga saya terutama suami apakah ia akan menerima saya atau nanti saya ma/ah dituduh yang bukan-bukan, waduh pokonya binguna banget deh". MH sangat pesimis ia bisa sembuh total dan dapat bertahan hidup lebih lama, karena pengalaman yang ia punya ketika waktu sang nenek menderita 95 penyakit yang sama dan tidak dapat diselamatkan, maka kecil sekali MH dapat bertahan hidup lebih lama. Besarnya payudara MH membuat MH merasa sangat minder ketika ia harus berhadapan dengan orang, MH malu karena kekurangannya itu. Payudara MH juga membuat MH pusing, karena bebarmya yang berat dan besar sehingga untuk melakukan kegiatan juga terharnbat dan jika tersentuh rasanya sakit sekali, "ini (menunjukkan payudaranya) ka/au kesenggol kenceng aja, bisa pecah niy, mangkanya saya hati-hati banget. Ka/au sekiranya saya mau melakukan sesuatu susah saya minta bantuan sama suster di rumah sakit ini. A/hamdulillah sustemya baik-baik jadi memka sering menolong saya". MH rajin sekali sholat, sholat lima waktu dan sholat sunnah. Menurut MH sholat tempat ia mengeluarkan keluh kesahnya sama Allah dan sekaligus penyegar hati. Sehabis MH sholat, MH selalu merasakan hidupnya tidak seberat beban (berat payudaranya) yang ia bawa. Hidup terasa indah dan nikmat untuk MH, sholatjuga penghilang stres untuk MH . Sesungguhnya gerakan sholat membuat payudara MH teirasa sakit karena pasti tersenggol, tetapi MH yakin "Allah tidak akan memberikan cobaan diluar batas kemampuannya". "setiap wudhu saya ditemenin sama suster, suster juga sering ngajak saya ngobrol, saya kan bosen disini sendirian jadi saya ngobrol saja sama suster atau sama pasien yang /ainnya, tuker-tuker pikiran". 96 Dari setiap obrolan yang dilakukan MH dengan suster, dokter ataupun pasien yang lainnya membuat semangat hidup MH bertambah clan menambah kepercayaan diri MH bahwa ketika pulang nanti kelurga akan menerima MH apa adanya. "enak tuker pikiran sama mereka, setiap hari mereka kasih semangat untuk saya. Saya seneng ketemu sama mereka-ms•reka semua. Ketika mereka tau saya sedang nangis pasti mereka memberikan pikiran yang positif untuk saya, paling sering ketika saya sedang shofat, setiap saya berdoa pasti saya nangis, terus pasien yang sebelah saya se/afu baik banget sama saya". Dukungan moril, harga diri, persahabatan, dan informasi yang MH rasakan hanya MH dapatkan dari suster, dokter dan pasien rumah sakit lainnya. Sedangkan pemerintah banyak memberikan dukungan berupa materi, sedangkan keluarga MH tidak memberikan dukungan apa-apa karena ketidaktahuan mereka. Setiap kali MH mengeluh sakit di payudaranya yang pertama kali ia panggil adalah suster, sedangkan untuk sekarang MH menjalani perawatan di rumah sakit ketika MH sedang dalam keadaan down maka yang: pertama lcali ia ajak bicara adalah pasien di sebelah tempat tidurnya. MH melakukan ini agar ia terlepas dari beban hatinya dan tetap berpikir positif. MH meminum obat- 97 obatan tradisional (kunyit) yang diberikan oleh keluarga pasien di sebelah tempat tidurnya. MH merasa bersyukur berada dekat mereka semua. "Keluarga yang disebe/ah saya ini (sambil menunjuk ke arah pasien yang berada tepat di samping tempat tidumya) bail<~baik banget, setiap dia ngejengukin ibunya, pasti saya juga dibawakan makanan dan setiap hari mereka bawa kunyit untuk saya minum". 2. Analisis kasus MH Apapun yang MH lakukan dalam memenej stresnya adalah dengan sholat lima waktu. Menurut MH, sholat adalah tempat MH mencurahkan segala keluh l<esah yang ada sehingga MH selalu ikhlas menerima apapun yang terjadi dan selalu berpikir bahwa Allah itu maha adil dan sayang pada dirinya. Selain itu juga, sholat adalh olah raga baginya, karena gerakan-gerakan sholat membuat fisiknya terasa sehat tanpa penyakit. Dukungan mc.teri sangat dibutuhkan, MH mendapatkan diukungan itu dari pemerintah. Dukungan emosi, penghargaan, informasi, dan persahabatan MH rasakan hanya dari orang-orang yang baru MH kenal. Dukungan itu tidak banyak berpengaruh pada MH, MH sangat membutuhkan dukungan dari keluarganya dalam memecahkan masalah yang sedang dihadapinya. Walaupun harapan MH tidak terpenuhi (dukungan dari keluarga) namun MH tetap bersyukur karena orang-orang yang baru dikenalnya sangat 98 membantunya dalam menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya (penyakit kanker payudara). C. Analisis Hasil Antar Kasus a. Manajemen Stres Setiap peristiwa memberikan arti tertentu pada masing-masing subyek. Pada penelitian ini, peristiwa-peristiwa yang menimbulkan stres (stressor) bagi subyek diawali sejak dirasakannya benjolan pada payudara subyek yang kemudian menjadi lebih nyata setelah menerima diagnosis dokter bahwa ia mengidap penyakit kanker payudara. Banyak cara yang dilakukan subyek untuk mengontrol stres yang dirasakannya. Berikut ini gambaran yang dilakukan para subyek dalam memenej stresnya. Tabel. a. 1. Manajemen Stres Kasus I (NH) lntervensi terhadap situasi Melakukan berbagai kegiatan (mengajar, membersihkan rumah) I Olah raga lntervensi terhada1> oerseosi . Setiap pagi hari, Berpikir positif bahwa ia akan NH berjalan mengelilingi sembuh dari penyakit yang komplek rumahnya dengan dideritanya ditemani anakanak NH I 100 "sholat ada/ah obat hati yang paling mujarab, sholc1t se/a/u memberi ketenangan untuk batinnya sehingga ia juga selalu bersyukur atas karunia yang diberikan Allah untuknya. Sholatjuga o/ahraga untuk dirinya yang semakin hari semakin kurus saja. Sebrmamya gerakan sholat menyiksa dirinya karena psti payudaranya akan tersentuh dan itu membuatnya merasa sakit. Tapi MH yakin, al/ah tidak akan menguji dirinya diatas kemampuannya". Manajemen stres yang dilakukan NH dan AH adalah dengan melakukan berbagai kegitan sedangkan MH dengan sholat. Selain dengan berbagai kegiatan, ketiga subyek selalu berpikir positif tentang dirinya bahwa "mereka akan sembuh". Untuk tetap menjaga kebugaran fisik, setiap hari NH dan AH selalu jalan santai dipagi hari dengan ditemani keluarga, sedagkan rnenurut MH, hanya sholatlah yang bisa ia lakukan untuk tetap menjaga kebugaran hati, pikiran, dan fisiknya. Berikut ini kutipan yang terus diungkapkan dari para s.:.ib~1ek dalam menjalani kehidupannya setelah didiagnosis dokter, "setiap ada terlintas dipikiran saya tentang penyakit ini maka saya harus mengalihkan pikiran itu ke ha/-hal lain sepelti memikirkan pekeljaan atau saya langsung bergerak melakukan aktifitas lainnya". (NH) "dalam kondisi sakit saya tetap beljua/an gado-gado agar setiap hari saya berinteraksi dengan tetangga agar tidak memikirkan penyakit itu. 101 Banyak melakukan kegiatan merupakan a/at yang saya anda/kan untuk menghilangkan pikiran-pikiran tentang penyakit itu". (AH) " dengan sholatlah saya lebih merasa tenang, dan ciengan sholatlah saya bisa menge/uarkan seluruh apa yang ada dihati ini." (MH) Dari data yang diperoleh dalam penelitian ini dapat disirnpulkan bahwa rnelakukan berbagai kegiatan serta selalu berpikir positif tentang penyakitnya akan rnendorong tirnbulnya rasa percaya diri (optimis) pada penderita kanker payudara bahwa mereka akan kernbali hidup sehat tanpa beban apapun (kanker payudara) dan memperbaiki kualitas hidup mereka rnenjadi lebih baik. b. Dukungan Sosial Dalarn kasus penderita kanker payudara dalam penelitian ini, peran dukungan sosial dapat dirasakan juga oleh rnasing-rnasing subyek walaupun dalam kondisi yang ber!:>eda-beda. Dukungan sosial dirai;akan sebagai sesuatu yang memberikan perasaan yang positif, pengakuan atau bantuan terhadap diri seseorang sehingga ia merasa dicintai atau diperhatikan oleh lingkungannya (Gottlieb, 1984). Dukungan sosial dapat dirasakan atau diterima oleh seseorang dalam beberapa bentuk (emosi, penghargaan, materi, informasi, dan rnateri). Pada 102 pasien penderita kanker dukungan emosi ternyata dirasakan lebih efektif. Dukungan emosi yang diterima seseorang dapat menimbulkan rasa nyaman, rasa aman karena ia merasa diperhatikan atau dikasihi. Tabel. b. 1. Dukungan Sosial Emosi Penghargaan Materi Kasus I Didapat NH (NH) dari anakanak Didapatkan dari seluruh keluarga, tetangga dan teman-teman ditempat NH mengajar, dan dokter Didapat dari suami Kasus II (AH) Didapat kanAH dari suami Kasus Ill (MH) DidapatMH dari orang yang baru MH kenal (suster, Didapatkan AH dari seluruh keluarga dan tetanggatetangga dimanaAH tinggal, dan dokter Didapatkan MH dari pasien yang berada dekat disebelah MH, lnformasi Persahabatan Didapatkan dari dokter ten tang pengobat an medis seclangkan obat-obatan traclisional didapatkan NH dari teman NH yang mengalami penyakit yang sama denaan NH Did apat Didapatkan kanAH dari AH dari pemerintah dokterdan dan tetangga lingkungan AH AH Didapatkan NH dari teman-teman NH dimana NH mengajar Pemerintah Orang-orang yang baru MH kenal Dokter Didapatkan AH dari lingkungan AH tinggal 103 dokter dan pasien sebelah MH suster, dan dokter I Pada penelitian ini nampak dukungan emosi berperan penting pada kasus ketiga subyek. Perasaan aman dan nyaman itu datangnya dari keluarga, dari suami, anak atau orang lain yang baru dikenal. Seperti dalam kutipan berikut: "yang sangat membantu saya adalah anak-anak, anak-anak siap menerima saya apa adanya dan tidak malu dengan kondisi sya itu merupakan kebahagiaan yang /uar biasa. Mereka sangat membantu saya da/am ha/ apapun, setiap saya membutuhkan mereka, mereka dengan kasih sayangnya siap membantu saya, ini adalah ungkapan kasih sayang anak kepada ibunya". (Subyek NH) "Suami adalah sega/anya bagi saya, dia penyemangat hidup saya, demi saya dia relakan jiwa raganya yang sebenamya juga memerlukan perhatian. Dia tidak pemah mengeluh sama saya tentang penyakitnya, padahal saya tahu bahwa penyakitnya itu sangat mtmyiksa untuknya. Hidup, kasih sayangnya semuanya dia serahkan untuk saya demi kesembuhan saya ini". (subyek AH) Suami dan anak sebagai orang terdekat bagi subyek, menjadikan dukungan sosial yang diberikan sangat berpengaruh bagi peningkatan harga diri atau kepercayaan diri subyek. -i 104 MH dengan jelas menyatakan bahwa: "Suami atau anak itu memang sangat berarti memberikan dukungan, tapi kalau seperti saya ini, suami, anak-anak dan keluarga besar ada dikampung semua dan mereka ga tahu kalau saya sakit, mau gimana lagi?. Orang-orang yang cinta sama saya wa/aupun bukan keluarga, mereka sangat membantu. Terutama dokter, karena beliau inilah saya nanti betharap akan sembuh, harapan hidup saya, saya serahkan sama Allah dan juga dokter. pasien yang lain juga suster juga sangat membantu saya, mereka ada ketika saya sedang kesusahan melakukan sesuatu dan sedang dalam kondisi yang tidak baik". (Subyek MH) Perhatian dan penghargaan dapat juga datang dari orang yang tadinya tidak memiliki hubungan kedekatan dengan kita, seperti dokte1r atau suster. Seorang pasien, apalagi dengan penyakit berat seperti kanker tentunya mengharapkan ada perhatian dari doktemya. Hail ini bisa membuat tenang dan percaya pada pengobatan yang dijalani, seperti yang dialami oleh ketiga subyek. "Dokter-dokter di rumah sakit sini (RS. Sukanto) baik-baik semuanya" Dukungan dari teman-teman dapat membantu seseoran~1 merasa nyaman dan dihargai atau merasa dianggap sebagian dairi kelompoknya. "Dukungan dari temen-temen ditempat kerja yang saya rasakan paling besar ada/ah dukungan infonnasi dan moril. Sampa.i sekarang pun setiap saya ketemu sama mereka, mereka se/a/u bilang 'bagaimana kondisi ibu, kami semua se/a/u mendoakan ibu, mereka se/alu membantu saya jika saya kesulitan dalam me/akukan aldifdas, selain itu 105 juga mereka selalu memberikan informasi tentang pengobatan altematif yang baik." (Subyek NH) "Da/am keadaan sakit saya masih jualan gado-gado, bayangin saya ngulek dengan payudara besar sebelah, tetapi tetangga-tetangga ga jifik beli gado-gado saya, gado-gado saya ramai seperti biasanya, ma/ahan mereka kadang yang membantu saya. Tetangga-tetangga juga tidak menjauhi saya ma/ahan mereka semua sering membantu saya dalam pengobatan ini, mereka memberikan sumbangan untuk saya, dan pada akhimya saya bisa operasi juga berkat mereka". (Subyek AH) "Alhamdulilah saya masuk rumah sakit ini ketemu sama orang-orang baik, dokter yang baik dan juga suster yang se/a/u menolong saya. Wa/aupun mereka tau saya ga bayar di rumah sakit ini dan mereka tau saya TKW tapi mereka semuanya memperlakukan :saya dengan baik, setiap ada ke/uhan pasti saya ditanggapi oleh dokter dengan ramah". (SubyekMH) Dukungan informasi akan lebih baik jika didapatkan dari orang yang ahli dibidangnya. Selain itu, subyek juga mendapatkan dukungan nyata dari orang-orang dalam jaringan sosialnya. Dukungan nyata ini membantu subyek dalam menjalani perannya di rumah tangga, aktifitas lainnya ataupun dalam pengobatan. Dukungan ini bisa didapatkan dari saudara kandung, anak-anak, suami atau bahkan orang yang tak dikenal sekalipun. "Anak-anak sangat mengerti sekali, ketika saya ingin mencuci pakaian, mereka tidak mengizinkan saya, justru saya disuruh istirahat sama mereka, saya tidak bo/eh mengeljakan pekeljaan rumah". (Subyek NH) 106 "waktu saya operasi suami yang menunggu saya siang ma/am, waktu se/esai operasi saya tidak boleh banyak bergerak, jadi dia (suami) yang melayani saya". (Subyek AH) "Setiap saya ingin sho/at, suster selalu membantu saya untuk mengambil air wudhunya dan setiap saya susah ingin melakukan sesuatu suster atau pasien disebelah saya selalu membantu saya". (Subyek MH) Dalam menjalankan peran di rumah atau di masyarakat, penderita kanker payudara dalam penelitian ini tidak ingin diistimewakan. Sikap orang lain dalam menunjukkan empati tidak harus tampil secara berlebihan. Mereka justru lebih senang bila sikap orang lain biasa-biasa saja, tidak menganggap mereka seperti orang sakit, "sebenamya saya ga mau ada orang lain tau kalau saya sakit, nanti saya dikasianin sama orang. Mangkanya selagi saya mampu mengerjakan saya kerjakan aja sendiri tanpa bantuan orang lain". (SubyekNH) "saya ga mau orang tau kalau saya sakit, mangkanya setiap saya periksa ke dokter, payudara saya, saya ganjel biar sama besamya. Saya ga mau nanti dimobil atau ketemu orang seo/ah-olah saya minta dikasianin, kaya dikasih tempat duduk yang /ega atau diistimewakan". (SubyekAH) Pada kasus NH ada dukungan sosial yang dapat menambah beban atau stres. Hal ini tampak pada pemberian informasi dan emoi>i dari keluarga atau 107 orang lain yang ditakutkan ataupun tidak membantu pemecahan masalah yang dihadapinya, seperti yang dituturkannya, "tiba-tiba anak saya begitu masuk ruangan dimana saya dirawat langsung ngomong 'ka/au penyakit kanker bisa mematikan, mangkanya mamah harus ja/ani terapi yang dibilangin dokter, biar cepet sembuh', yang tadinya saya optimis jadi takut deh, saya tau anak saya sebenarnya pengin menyemangati saya supaya saya harus tetap sembuh dan hidu buat mereka, cuma saya ga suka cara bicara dia yang seperti itu, ibu saya juga kalo datang kerumah sakit terus nangis saya paling benci sekali, kadang itu yang membuat saya lemah ... " Jadi, perilaku atau sikap yang diberikan orang lain tidak selamanya dipersepsikan positif oleh penderita kanker payudara dalam penelitian ini. D. Peran Dukungan Sosial Dalam Manajemen Stres Penderita Kanker Payudara Peran positif yang dimiliki dukungan sosial dalam proses stres adalah sebagai stress-buffer. Seseorang yang menerima dukun11an sosial dan rnernpersepsikan kebutuhan itu sesuai dengan kebutuhannya dapat rnengontrol atau mengurangi stresnya atau tidak lagi menilai suatu peristiwa sebagai suatu stressor. Dukungan sosial sebagai stress-.buffer akan rnelindungi penderita kanker payudara dari darnpak stres yang lebih berat, dibandingkan bila ia tidak mendapatkan dukungan sosiat Efek langsung dukungan sosial yang dapat dirasakan oleh penderita kanker payudara dalarn 108 penelitian ini adalah meningkatnya harga diri, rasa percaya diri, mengurangi perasaan sedih, takut, cemas dan sebagai sumber infom1asi. Pada NH peran dukungan tampak ketika anak-anaknya selalu membantunya pada saat ia mengalami kesulitan untuk beraktifitas, dan selalu memberikan keceriaan ketika ia sedih, juga tidak membiarkannya melamun sendirian. Dengan anak-anak NH bersikap seperti itu NH merasa lebih tenang dan selalu berpikir positif karena menurut NH itu membantunya dalam penyembuhan mentalnya akibat penyakit yang dideritanya. Begitu juga dengan AH yang mendapatkan dukungan dari suaminya ketika ia merasa takut akan penyakitnya, suami AH selalu setia mendampingi untuknya. Dukungan itu juga diberikan suami AH ketika AH memutuskan tetap ingin berjualan gado-gado agar ia tidak larut dalam kesedihan dan selalu bertemu dengan orang banyak sehingga ia lupa dengan penyakit yang ia derita. AH merasa dicintai dan dibutuhkan. Sedangkan MH mendapatkan dukungan dari orang-orang yang baru ia kenal pada saat ia menjalani perawatan di rumah sakit Sukanto. Dukungan yang paling tampak adalah ketika ia ingin ke kamar mandi atau wudhu, suster atau pasien yang lainnya selalu membantunya, dan itu membuatnya merasa tidak sendirian. 110 BABV KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN A. Kesimpulan Pada umumnya wanita yang menderita kanker payudara yang menerima dukungan sosial dan mempersepsikan kebutuhan itu sesuai dengan kebutuhannya dapat membantu dalam menjalankan manajemen stres yang dilakukannya. Semua subyek merasakan dukungan sebagai sesuatu yang membantu mereka dalam menghadapi masalah-masalah yang berkaitan dengan penyakit kanker payudara. Dukungan sosial yang diberikan dari lingkungan berupa dukungan emosi, harga diri, informasi, materi, percaya diri atau memunculkan semangat atau keinginan yang kuat untuk dapat mengatasi penyakitnya dengan usaha dan tekad dalam diri sendiri. Selain peran dukungan sosial wanita yang menderita kanker payudara memenej stresnya dengan melakukan berbagai kegiatan, sehingga mereka tidak terus menerus memikirkan penyakitnya. Hal lain yang dilakukan adalah berpikir positif dan yakin pada diri sendiri bahwa cobaan yang mereka alami dapat mereka lewati dengan baik. 111 B. Diskusi Hasil penelitian ini menggambarkan mengenai fase-fase penderita dalam menghadapi penyakitnya, perilaku yang dapat mengarahkan penderita mencari jalan pemecahan masalah yang terbaik bagi dirinya dalam usaha untuk mengurangi beban atau stres yang dihadapinya, dan dukungan informasi dari orang yang berkompeten. Penderita kanker payudara dengan kondisi sakit parah yang bisa mengakibatkan kematian awalnya akan 'denial', menolak keberadaan penyakit yang dideritanya. Awalnya penderita ingin mengelak dan tidak mau mempercayai bahwa dirinya sakit yang serius. Penghayatan penderita pada fase penerimaan, mereka mulai mendekatkan diri dalam hal-hal yang bersifat religius. Kecemasan dan ketakutan akan masa depan diramalkan, serta melemahnya harga diri sebagai dampak dari penyakit yang dialaminya, menempatkan pende.-ita ke dalam fase depresi. Pada fase ini (depresi) penderita dapat melakukan berbagai aktifitas agar depresi tidak terjadi secara berlebihan. Sedangkan fase marah tidak tampak pada ketiga subyek, mereka menyadari bahwa apa yang dideritanya merupakan sesuatu yang harus dihadapi. Hal ini dipengaruhi oleh pemahaman dan penghayatan akan kekuasaan Tuhan. Faktor religius inilah yang mendorong penderita untuk sampai pada fase penerimaan dan kepasrahan. 112 Dukungan keluarga penting dalam pemulihan mental penderita kanker payudara. Namun, pada salah satu subyek merasakan bahwa kehadiran keluarga menambah sires yang dirasakannya. Dukungan informasi yang jelas dari orang yang berkompeten, sangat membantu penderita dalam menghadapi penyakitnya yang dirasakan berat. Oleh karena itu peran dokter yang mau menjelaskan penyakit dan bersikap mendukung dalam menghadapi problematik penderita terhadap penyakit yang dideritanya menjadi sangat penting, disamping dukungan sosial yang bersifat nyata, seperti pelayanan. Hal ini berkaitan dengan kesediaan pasien untuk mengikuti keseluruhan pengobatan yang harus dijalaninya. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Seltzer dkk (1987) tentang reaksi psikologis yang muncul dari pasien saat didiagnosis menderita kanker payudara yaitu, adanya pemolakan "denial", kecemasan, takut, dan depresi. Manajemen stres yang clikemukan oleh Greenberg (2002) juga sesuai dengan hasil penelitian ini yang rnenyatakan bahwa dengan rnelakukan berbagai kegiatan rnaka stres dapat dikontrol seminirn mungkin dan berpikir positif dapat rnengurangi dampak negatif dari stres. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Cohen (1992) bahwa dukungan sosial yang dipersepsikc:1n dengan baik dan mampu mernnuhi kebutuhan yang dituntut dalam situasi stres, akan mernbantu mengurangi dan mengontrol dampak negatif tstres tersebut. 18 masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan penelitian ini Bab II : Merupakan kajian teori yang terdiri dari : Kanker payudara, definisi kanker payudara, faktor resiko terkena kanker payudara, terapi, reaksi-reaksi psikologi penderita kanker payudara. Stres, pengertian, Penilaian terhadap stres, sumber·-sumber stres, dimensi stres; Manajemen stres, pengertian, teknik manajemen stres (intervensi); Dukungan Sosial; pengertian, bentuk-bentuk dukungan sosial, sumber dukungan sosial; Peran dukungan sosial dalam manajemen stres. Bab Ill : Menerangkan metodologi penelitian yang terdiri dari: pendekatan dan metode penelitian, metode pengumpulan data, subyek penelitian, prosedur penelitian, dan prosedur analisa data. Bab IV : Hasil penelitian yang terdiri dari: gambaran urnum subyek penelitian, gambaran dan anlisa kasus, kasus I, II, Jll, dan analisis hasil antar kasus. Bab V : Penutup yang berisi: Kesimpulan, diskusi, dan saran. 114 DAFTAR PUSTAKA Afidatul, Khairiah. (2006). Manajemen Stres Pada Janda Akibat Perceraian (Skripsi). Jakarta: Fakultas Psikologi UIN. Aristiati, Adji. (1997). Dukungan Sosial Pada Penderita Kanker Payudara (Studi Kasus pada Beberapa Penderita di Jakarta) (Skripsi), Depok: Fakultas Psikologi UI. Ahmad, Muhidin. (2004). Hubungan Dukungan Sosial d€mgan Kecemasan Pada Penderita Kanker Payudara Dalam menjalani Pengobatan (Skripsi). Depok: Fakultas Psikologi UI. Atwater, E. (1983). Psychology Of Adjusment: Personal Growth In A Changing World. New Jersey: Prentice-Hall. Inc. Baron, R. S. & Cutrona, C. E. (1990). Social Support and Immune Function Among Spouse of Cancer Patients. Journal of Personality and Social Psychology. Vol 59. (2). Cohen, S. (1992). Stress, Social Support, and Disorder. In. H. 0. F. Veiril & lJ. Baumann. (eds). Meaning and Measurement of Social Support. New York: Hemisphere Publish Corp. Dakof, G. A. & Taylor, S. E. (1990). Victims' Perceptions of Social Support: What Is Helpful From Whom?. Journal of Personality and Social Support Psychology. Vol. 58. (1). Davison, C. Gerald. (2006). Psikologi Abnormal Edisi Ke-9. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Gottlieb, B. H. (1984). Social Support Strategies, Guidelines for Mental Health Practice. London: Sage Publications. Greenberg, J. S. (2002). Compherensive Stress Management. Boston: WCB McGraw-Hill. Helena, Rosmauli. (2005). Kondisi Stres Emosional & Penyesuaian Diri Pada Wanita Penderita Kanker Payudara (skripsi). Depok: Fakultas Psikologi UI. l15 Kaplan, R. M. Sallis Jr, J. F. & Patterson, T. L. (1993). Health and Human Behavior. New York: McGraw-Hill.Inc. Karlinger, F. N. (1990). Asas-asas Penelitian Behavioral.. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Kristi, Poerwandari. (1998). Pendekatan Kua/itatif Oaa/am Penelitian Psikologi. Jakarta: LPSP3 UI. Lazarus, R. S. (1976). Patterns of Adjustment. Tokyo: McGraw-Hill Kogakusha, Ltd. Moleong, Lexy. (1998). Metodelogi Penelitian Kua/itatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Off Set. Nevid, S. Jeffrey. Rathus, A. Spencer & Greene, Beverly. (2003). Psikologi Abnormal. Jakarta: Erlangga. Niven, Neil. (2002). Psikologi Kesehatan Pengantar Untuk Perawat & Profesional Lain. Jakarta: Buku Kedokteran. Patterson, R. J. & Neufeld, R. W. J. 1989. The Stress Response and Parameters of Stressful Situation. New York: John Wiley & Sons. Ramli, M. (1989). Kanker Payudara dan Permasa/ahannya. Maka/ah dipresentasikan pada Simposium Umum: Masalah Kanker dalam Keluarga. FKUI. Jakarta. Russell, L. Michael. (1988). Stress Management For Chronic Disease. Toronto: Pergamon Press. Sarafino, E. P. (1990). Health Psychology: Biophysical Interactions. Toronto: John Willey & Sons. Santrock, W. John. (1995). Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup Edisi Ke-5 Ji/id II. Jakarta: Erlangga. Sarason, B. R. Sarason, I. G. & Piere, G. R. (1990). Social Support: An lnteractional View. New York: John Willey & Sons. Siti, Soraya. (2006). Peranan Dukungan Sosial terhadap Peri/aku Coping Pada /bu Yang Memi/iki Anak HIV/AIDS (Skripasi) .•Jakarta: Fakultas Psikologi UIN. 116 Smeth, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT. Grnsindo. Smith, W. Timothy & Micassio, M. Perry. (1995). Managing Chronic Illness, A Biopsychosocial Perpective. Washington De: American Psychological Assosiation. Stoll, B. A. (1979). Mind and Cancer Prognosis. New York: John Willey & Sons. Sumadi, Suryabrata. (1992). Metodelogi Penelitian. Edisi Ke7. Jakarta: Rajawali Press. Tjindarbumi, D. (1994). Reevaluasi Faktor-faktor Prognostik yang Mempengaruhi Harapan Hidup (Expectancy of Life) dan Ketahanan Hidup (Survival of Life) Penderita Kanker Payudara Stadium Operabe/. Makalah. Jakarta. Yin, Robert K. (2003). Studi Kasus (Design & Metode) Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Press. Yosep, lyus. (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. R~efika Aditama. Brosur Rumah Sakit Kanker Dharmais tentang Kanker Payudara. 2008 Koran Tempo, Senin, 20 November 2006 Sinar Harapan. 2007 www.pitapink.com www.e-psikologi.com www.mediasehat.com www.pfizerpeduli.com www.gatra.com DEPARTEMEN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARI F lllDA YATULLAll .JAKARTA FAKULTAS PSJKOLOGI Kcrta fVJ11k1i No.5 Lircndcu Jakarta Scl:itau 15419 Tclp. (021) 7433060 Fax. 74714714 nor lp .. Un.Ol/F7/KM.OJ.3/ 7(] 12008 .Jakart:i, 17 .!uni 2008 : Perrnoho11aJ1 lzin J>enelilian Kepada Yth. Kepala Rumah Sakit Pol Pus RS. Sukanto Brig. Jen Pol. Dr. M. Aidi Rawas Jakarta Timur Assa/amu 'a/aikum Wr. Wb. Dengan hormat, kami sampaikan bahwa : Na n1 a Siti Nur Azizah 105070002353 VIII (Delapan) 2007/2008 Strata 1 (S-1) Nomor Pokok Semester Tahun Akademik Program Mahasiswa tersebut sedang menulis skripsi yang be1judul : "Pcranan Dukungan Sosilll Tcrhadap Manajcmcn Sires P:1da Wanita Pcndcrita Kankcr Payuclara" yang bersangkutan perlu melakukan Penelitian di lembaga yang Bapalc/Ibu/Saudara pimpin. Sehubungan dengan itu kami mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/ Saudara untuk memberikan data maupun informasi yang diperlukan oleh mahasiswa tersebut. Demikian atas perhatian dan kerja sama yang baik kami ucapkan terima kasih. Wassalamu'a/aikum Wr. Wb. A.n. Dekan Jlembantu Dekan . <Bidang~nik 4R" ~~"'ili NIP. 15023*7;h Tembusan: l .Dekan Fakultas Psikologi TTTl.T C'1 •• _ ••!.L"TT!.1- •• -~--11-L y_i__ M.Sif. db PUSAT KEDOKTERAN DAN KESEllATAN POLJd RUMAH SAK!T KEPOLJSJAN PUSAT R.S. SUKANTO JI. Raya Bogar Kramat Jati Jakarta Timur 13510 Jakarta, No.Pol. Klasifikasi Lampiran Perihal 2c. Juni 2008 13 I 4'~ I VI I 2008 I Rspolpus BIA SA : Jawaban Pcrmohonan Izin Penelitian Kepada Yth. DEKAN FAK. PSIKOLOGJ UIN SY ARIF HIDAYATULLAH JAKARTA di Jakarta. I. Rujukan Surat Dckan Fakullas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor: Un.0 I I F7 I KM.O 1.3 I 7 I 7 I 2008 tanggal I 7 Juni 2008 pcrihal perm<)honan izin ~clifian. ' 2. Sehubungan dcngan hal tersebut di atas, pihak Rumkitpolpus R.S.Sukanto memberikan izin penelitian Mahasiswa Semester VIII Fakultas Psikologi Univcrsitas Islam Ncgcri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta a.n. Siti Nur Azizah/ NP 105070002353 untuk melakukan observasi dan wawancara di Ruang Mahoni I Rumkitpolpus R.S. Sukanto dalam rangka pcnyusunan Skripsi dengan judul: "Peranan Dukungan Sosial Terhadap Manajemcn Stres Pada Wanita Penderita Kankcr Payudara", pada bulan Juni 2008, dcngan bimbingan Evi Miranti, S.Psi., M.Psi., Psikolog. 3. Demikian untuk menjadi maklum. Tembusan: Karumkitoolpus R.S. Sukanto RUMA I I SAKIT KEPOLISIAN PU SAT R.S.SUK -\NTO DEPARTEMEN SUM8ER DAY A MANUSIA DAN Pl: NELITIA]': NO. POL I. NOTA-DINAS : BI ND - %l:z_ I VI/ 2008 /Dept SDMT Kc pad a Yth. Kalak. Mahoni I Dari Kadcp SDMT Perihal Izin Observasi dan Wawancara Rujukan: a. Surat Dekan Fakultas Psikologi UIN SyarifHidayatullah Jakarta Nomor: Un.01 I F7 I KM.01.3 I 717 I 2008 tanggal 17 Juni 2008 pcrihal permohonan izin penelitian. b. Disposisi Karumkitpolpus R.S. Sukanto No. Agenda: B/498/VI/2008/Rspolpus tanggal 25 Juni 2008 perihal Acc. Schuhu11ga11 dcngan hal tcrschut di alas, kami mohon kcsediaannya memberikan izin kcpada Mahasiswa Semester VIII Fakultas p,ikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarii' Ilidayatullah Jakarta a.n. Siti Nur Aziz.ih/ NP 105070002353 untuk melakukan obscrvasi dan wawancara di Ruang Mahoni I Rumkitpolpus R.S. Sukanto dalam rangka pcnyusunan Skripsi dengan judul: "Peranan Dukungan Sosial Terhadap Manajemen Stres Pada Wanita Penderita Kankcr Payudara", pad:, bulan Juni 2008, dengan bimbingan Evi Miranti. S.Psi., M.Psi., Psilwlog. 3. lk111ikian 11n111k 111cnjatli ni;1kl11nl. Jakarta, '26 Juni 2008 KADEPfuMT YA MW, Sp.BS, DFM, MM ES POL NRP 53030 I J3 LAMPIRAN I DATA KONTROL A. IDENTITAS PRIBADI !. Usia 2. Suku Bangsa 3. Agama 4. Pendidikan Terakhir 5. Pekerjaan a. Lama bekerja b. Penghasilan 6. Pernikahan a. Lama menikah b. Pendidikan terakhir suami c. Pekerjaan suami d. Penghasilan suami perbulan e. Jumlah anak f. Pendidikan anak 7. Latar Belakang Keluarga Subyek a. Jumlah saudara b. pekerjaan orang tua 8. Aktifitas I kegemaran Subyek B. RIWAYAT PENYAKIT 1. a. Usia pada awal diagnosis b. Usia suami c. Usia anak-anak 2. Stadium a. Pada saat diagnosis b. Saat ini 3. Terapi yang dijalani, kapan dan lamanya 4. Pengobatan lain (non-medis) yang pernah dijalani, kapan dan lamanya 5. Kondisi setelah menjalani terapi 6. RS tempat menjalani terapi dan terakhir kontrol LAMPIRAN II PEDOMAN WAWANCARA A. WAWANCARA AWAL 1. Bagaimana anda mengetahui ada kelainan dipayudara anda? 2. Bagaimana reaksi (emosi, fisik, tindakan) anda setelah mengetahui ada kelainan tersebut? 3. Siapa orang yang anda percaya untuk pertma kali mengetahui masalah ini? Bagaimana reaksinya? 4. Bagaimana anda memutuskan untuk memeriksak:an diri ke dokter atau rumah sakit? 5. Apa yang anda ketahui tentang penyakit kanker, khususnya kanker payudara saat itu? 6. Bagaimana reaksi anda ketika mendengar diagnosa kanker dari dokter? 7. Bagaimana anda memberitahu pasangan atau keluarga anda mengenai penyakit ini? Dan bagaimana reaksi mereka? 8. Bagaimana anda memutuskan untuk menjalani perawatan secara medis? 9. Apa yang anda ketahui tentang perawatan penyakit kanker payudara saat itu? B. STRES & MANAJEMEN STRES 1. Apa pandangan anda tentang payudara bagi seorang wanita? 2. Bagaimana menurut anda pandangan rnasyarakat tentang payudara bagi seorang wanita? 3. Bagaimana pandangan anda tentang perawatan rnedis yang harus dijalani sehubungan dengan penyakit ini? (penyinaran, sitostatika, pernbedahan) 4. Bagaimana perasaan anda dalarn menghadapi penyakit dan proses perawatannya? 5. Apa yang anda bayangkan akan terjadi pada diri anda sehubungan dengan penyakit ini? 6. Kesulitan-kesulitan apa yang rnenurut anda akan terjadi dan mengganggu anda sehubungan dengan penyakit ini? (probe: dalarn hubungan dengan suarni, anak, rurnah tangga, pekerjaan, di lingkungan tetangga atau oragnisasi sosial) 7. Bagaimana anda menilai kesulitan-kesulitan itu dapat rnengganggu perasaan atau aktifitas anda? 8. Apakah anda merasa dapat mengatasi kesulitan-kesulitan itu? Mengapa dan bagaimana? 9. Bagaimanakah sikap dari lingkungan, ketika anda dalam kesulitan? 10.Apakah anda merasa lingkungan anda dapat diandalkan untuk membantu masalah-masalah anda? Bagaimana pengalaman anda sebelumnya dalam peristiwa lain? 11. Bagaimana perasaan anda terhadap peristiwa-peristiwa yang muncul sehubungan dengan penyakit ini? 12.Apakah ada perasaan marah, kecewa, tidak percaya, sangat tertekan, sangat sedih, menarik diri dari lingkungan, atau anda merasa tidak memiliki penyakit berat? (probe) 13.Apakah ada perasaan tidak dicintai, tidak diperhatikan, mudah tersinggung, atau tidak berharga? (probe) 14.Apakah ada perasaan tertantang, terancam, atau takut kehilangan? (terhadap apa? (probe) 15. Bagaimana and a mengatasi perasaan-perasaan tersebut? Apakah ada usaha untuk mencari bantuan atau dukungan dari luar? 16. Bagaimanakah perasaan atau kondisi anda setelah berusaha dan mendapatkan dukungan? 17. Dari semua kesulitan-kesulitan yang anda rasakan karena penyakit ini apa yang anda lakukan untuk mengontrol semuanya agar tidak berdampak negatif untuk anda? 18.Apa kegiatan yang sekarang anda lakukan untuk mengurangi atau mengontrol stres yang datang karena penyakit ini?(probe) C. DUKUNGAN SOSIAL 1. siapa saja yang anda anggap memiliki hubungan kedekatan (intim, akrab, sayang) dengan anda? 2. Siapa yang anda percaya bila anda ingin membicarkan masalahmasalah anda atau hal-hal yang sifatnya pribadi anda? 3. Seberapa sering anda merasa membutuhkan mereka untuk membicarakan masalah-masalah anda? 4. Seberapa sering anda membicarakan masalah anda-anda dengan mereka? 5. Bagaimanakah respon mereka saat itu? (probe: mendengarkan, mengerti, empati, simpati, disayang atau diperhatikan) 6. respon-respon seperti apakah yang dapat membuat anda merasa dimengerti, diperhatikan, disayang? 7. Pernahkah anda merasa kecewa terhadap sikap atau tindakan mereka? Sikap atau tindakan yang seperti apa? 8. Dalam menghadapi penyakit ini, bantuan dan dukungan apa yang anda harapkan? (probe: materi, informasi, emosi, esteem, kedekatan dengan orang lain) 9. Siapa saja yang anda harapakan untuk memberikan bantuan atau dukungan terhadap apa? (pasangan, anak, teman, dokter, perawat, LSM terkait, keluarga lain) 10. Bagaimanakah pandangan anda terhadap bantuan atau dukungan yang diberikan? Apakah anda merasa puas/ terpEmuhi? 11. Bagaimanakah anda mendapatkan bantuan atau dukungan? (probe: diberikan atau diminta) 12.Bagaimana perasaan anda bila mendapatkan dukungan dengan meminta terlebih dahulu dibandingkan dengan diberikan dukungan tanpa harus meminta? 13.Bagaimanakah perasaan anda, berada diantara keluarga, temen, lingkungan? (probe: dihargai, disayang, diperhatilcan,tenang, dekat atau sebaliknya) 14.Adakah yang lebih penting diantara perasaan-perasaan itu? Yang mana dan mengapa? 15. Adakah saat-saat yang tepat atau tidak tepat bagi1 anda untuk menerima bantuan orang lain? 16.Apakah ada orang yang paling tepat untuk memberikan bantuan tertentu? 17. Siapa yang memberikan semangat kepada anda ketika anda dalam keadaan lemah tak berdaya? 18.Siapa yang mendukung anda ketika anda menjalani pengobatan untuk penyembuhan penyakit anda? 19. Siapa yang memberikan informasi kepada anda tE~ntang pengobatan yang anda jalani? 20. Siapa yang membiayai seluruh pengobatan anda? LAMPIRAN Ill Surat Pengantar Penelitian Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan kasih sayang-Nya sehingga kita masih diberikan kelancaran dalam beraktifitas. Sebagai mahasiswi Psikologi, saya Siti Nur Azizah berrnaksud mengadakan penelitian tentang "Peranan Dukungan Sosial Terhadap Manajemen Stres Pada Wanita Penderita Kanker Payudara". Penelitian yang saya lakukan ini adalah hanya untuk memenuhi tugas akhir guna memperoleh gelar sarjana Stara Satu (SI) dalam bidang psikologi. Sehubungan dengan itu saya membutuhkan pa1tisipasi ibu untuk menjawab pertanyaan sesuai dengan apa yang ibu alami dan rasakan. Data pribadi dan jawaban ibu akan dijaga kerahasiaann)'a, tidak akan disebarluaskan dan hanya akan dipergunakan untuk keperluan penelitian saja tanpa menyebutkan nama. Atas kerjasama dan partisipasinya saya ucapkan terima kasih. Wassalamu'alaikum Warahmatul/ahi Wabarakatuh. Jakarta, Juni 2008 Siti Nur Azizah LAMPIRAN IV Surat Pernyataan Kesediaa1!! Nama lnisial Jenis Kelamin Usia Pekerjaan Stadium Penyakit Menyatakan kesediaannya menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan saudari Siti Nur Azizah, mahasiswi Fakultas IPsikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul "Peranan Dukungan Sosial Terhadap Manajemen Stres Pada Wanita Penderita Kanker Palrudara". Jakarta, ..........................2008 (Tanda Tangan)