Fakultas Psikologi Jakarta - UIN Repository

advertisement
PERANAN DUKUNGAN SOSIAL DALAM
MANAJEMEN STRES WANITA PENDERITA
KANKER PAYUDARA
(Studi Kasus Pasien Rumah Sakit Polisi Pusat R.S. S1ukanto Jakarta)
Oleh:
Siti Nur Azizah
NIM.105070002353
Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah
Jakarta
1429 H/2008 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi
yang
berjudul
PERANAN
DUKUNGAN
SOSIAL
DALAM
MANAJEMEN STRES WANITA PENDERITA KANKEF! PAYUDARA (Studi
Kasus Pasien Rumah Saki! R. S. Sukanto· Jakarta) telah diajukan dalam
munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta pada tanggal 11 Agustus 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.
Jakarta, 11 Agustus 2008
Sidang Munaqasyah,
Dekan/
Ketua
I
, 'rangkap Anggota
Pembantu Dnkan/
NIP.
1502387~73
Anggota:
Penguji I,
./
""
Ha1tati, M.Si
159:38
Pembimbing II
Neoeo[b~ti:M
NIP. 150300679
s;, Pe;
J{Ufup akg,n fe6ifi incfafi jifta 6erniaftna untuft
orang Cain clan /i.g{uarfla
1(arya ini ftu . ..... persem6ahftan hanya untuft mu . .. .
<Bapak.,:Mmnah ftu . ....... .
7.(f tik..r;i ftu tatap awan . ..
. . . terukj.rindah se6uah nama idaman
7.(ftifta ftu Ei.hat tanah ...... tergores jefas se6uah nama nan ramah
7.(ftifta ftu tengok.,fem6aran risalah
... tertata rapi se6uah nama yang dicfam6a
... nama yang penufi k.§tau[acfanan
... nama yang telafi mengor6anftan am6ang 6atas liidup cfan matinya
.. .yang merelaftan masa 6afiagianya untuftftu
... yang sefa[u mem6im6ing ftu
<Dia-lah <Bapaft:Mamali ftu .. ... .
ABSTRAKSI
(A) Fakultas Psikologi
(B) Agustus 2008
(C) Siti Nur Azizah
(0) Peranan Dukungan Sosial Terhadap Manajemen Sires Pada Wanita
Penderita kanker Payudara
(E) 125 Halaman (termasuk lampiran)
(F) Saal ini, kanker payudara merupakan jenis kanker yang banyak
diderita oleh wanita di Indonesia karenanya kanker payudara sering
disebut sebagai mimpi buruk bagi kaum wanita. Menerima diagnosa
menderita kanker payudara merupakan suatu peristiwa yang
mengejutkan, menakutkan bahkan traurnatis bagi penderita maupun
orang-orang yang dekat dengan penderita. Masalah-masalah yang
berkaitan dengan penyakit secara fisik, sosial dan psikologis harus
dihadapi oleh penderita kanker payudara.
Dalam menghadapi masalah-masalah tersebut, penderita kanker
payudara umumnya mengalami sires. Sires dapat berakibat buruk
apabila penderita tidak mampu berespon dengan tepat dalam
mengatasi sires. Dampak dari stres pada penderita kanker payudara
yang tidal< diharapkan terjadi, misalnya depresi berkepanjangan dan
menarik diri. Untuk membatasi dampak negatif dari stres adalah
melalui manajemen sires. Manajemen stress adalah upaya yang
dilakukan individu untuk mengontrol atau mengurangi stres.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambran dukungan social yang
dipersepsikan wanita penderita kanker payudara dalam menjalankan
menejemen stress yang dilakukannya.
Penelitian ini menggunakan teori peran dukungan sosial sebagai
stress-buffer. Hasil yang diperoleh, dari pengambilan data yang
dilakukan dengan metode studi kasus terhadap tiga subyek penelitian,
menunjukkan bahwa wanita yang menderita kanker payudara yang
menerima dukungan sosial dan mempersepsikan kebutuhan itu sesuai
dengan kebutuhannya dapat membantu dalam menjalankan
manajemen sires yang dilakukannya.
Berdasarkan hasil penelitian disarankan hendaknya keluarga
penderita sebagai lingkungan terdekat lebih meningkatkan dukungan;
dokter sebelum memberitahu hasil diagnosis kepada pasien yang
menderita kanker payudara harus terlebih dahulu melakukan
sosialisasi tentang penyakit kanker payudara dan pengobatannya agar
ketika pasien menerima dioagnosis seperti itu tidak ada rasa ketakutan
atau cemas; pemerintah juga harus aktif dalam memberikan sosialisasi
tentang penyakit kanker payudara dan pengobatannya serta informasi
yang jelas tentang keringanan biaya bagi keluarga yang tidak mampu.
Selain peran dukungan sosial, wanita yang menderita kanker
,
payudara memenej stresnya dengan melakukan berbagai kegiatan,
sehingga mereka tidak terus menerus memikirkan penyakitnya. Hal
lain yang dilakukan adalah berpikir positif dan yakin pada diri sendiri
bahwa cobaan yang mereka alami dapat mereka lewati dengan baik.
(G) Daftar Bacaan: 40 bacaan (1976-2008)
KATA PENGANTAR
Al hamdulillah, segala puji syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT
yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul "Peranan Dukungan Sosial Terhadap
Manajemen Sires Pada Wanita Penderita Kanker Payudara".
Shalawat dan salam penulis tujukan kepada pembawa risalah yang haq,
yang telah menyeberangkan umat manusia dari lembah kHhinaan menuju
alam yang penuh rahmat, beliau adalah Nabi Muhammad SAW.
Skripsi ini merupakan hasil perjalanan studi penulis selama kuliah di Fakultas
Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan dibuat untuk memenuhi syarat
akhir perkuliahan dalam rangka memperoleh gelar sarjana Strata Satu (SI)
bidang Psikologi. Penulis menyadari bahwa selama penulisan skripsi ini tidak
lepas dari saran, bantuan, motivasi dan bimbingan dari semua pihak. Untuk
itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus
merangkap sebagai dosen pembimbing I, lbu Ora. Hj. Netty Hartati,
M.Si. Terima kasih ibu karena sudah meluangkan waktu dan
pikirannya sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan.
2. lbu Neneng Tati Sumiati, M.Si., Psi., dosen pembimbing II yang telah
banyak meluangkan waktu dan pikirannya serta kesabarannya
sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan.
3. Seluruh stat bagian pendidikan dan penelitian rumah sakit Polisi Pusat
R.S. Sukanto Jakarta atas kerjasamanya. Pembimbing penelitian
lapangan penulis, ibu Evi Miranti, S.Psi., M.Psi., terima kasih bu .. atas
waktu dan kerjasamanya.
4. Kepada semua responden, penulis haturkan banyal< terima kasih
karena beliau-beliau inilah akhirnya penulis dapat
menyelesail~an
skripsi ini. Mudah-mudahan tali silaturrahmi kita tetE1p berjalan dan
penulis doakan semoga cepat sembuh dan bisa kernbali beraktifitas
tanpa penyakit (amin).
5. Kepada orangtuaku bapak Muhamad Harun dan mamah Nur Hidayati,
yang tiada henti-hentinya mencurahkan kasih sayang dan do'anya
kepada penulis serta kucuran dana yang ta' terhitung berapa
banyaknya, penulis haturkan banyak terima kasih dan mohon maaf
belum bisa menjadi anak yang baik untuk kalian. Kebahagiaan bapak
dan mamah adalah segalanya untuk penulis, bapak dan mamah
adalah sumber motivasi yang kuat dan tujuan hidup untuk penulis
ketika penulis down, I Love U Soo Much mah n pa'.
6. Kakaku Anita Harun dan bang Epo Pringadi Butar-Butar, yang selalu
mencurahkan kasih sayangnya untuk penulis, mamah, bapak, dan
lukman dan selalu memberikan motivasi kepada penulis, terima kasih
atas semuanya, serta adikku Muhammad Lukamnul Hakim, yang
selalu berdoa dan selalu sayang kepada penulis dan ta' lupa untuk
keponakanku yang lucu dan imut Zalfa Putri Butar-13utar yang selalu
membuat penulis merasa ceria dan bahagia, cepat besar ya sayang,
semoga kelak kamu menjadi anak yang pintar dan sholehah. Untuk
tanteku (Nur Laila) yang baik banget, yang selalu rnencurahkan kasih
sayang dan doanya untuk penulis juga untuk om HHndri dan keluarga
besar di Kola. Terima kasih yah!. Maaf penulis belum bisa memberikan
yang terbaik untuk kalian semua.
7. Kepada keluarga besar bapak M. Djazim, terutama untuk mba Rini
terima kasih untuk dukungan dan segala bantuannya, berkat beliau
inilah penulis dapat melakukan penelitian di Rumkit R.S. Sukanto. Ta'
lupa juga untuk Bhara Juli Prasetio yang selalu memberikan do'a dan
sayangnya kepada penulis serta memberikan bantuan kepada penulis
baik moril maupun materil demi selesainya skripsi ini. Maaf penulis
belum bisa membalas semua kebaikan keluarga besar bapak. Semoga
Allah SWT selalu melindungi keluarga ini (amien).
8. Kepada semua teman-teman angkatan 2004 terutarna anak B (lpeh,
Agra, Diyan, Vina, Ochil, Djazim dkk), kadang dengan merekalah
penulis dapat tertawa, disanalah letak keharmonisan kami dan
harapan penulis tali silaturrahmi ini tidak akan pernah terputus.
9. Teman-teman yang penuh dengan kehangatan, Aniz dan Owchie.
Mereka inilah sahabat yang selalu setia mendengarkan keluh kesah
penulis, kebahagiaan penulis adalah jika tertawa bersama mereka.
Do'a dan harapan penulis semoga Allah SWT selalu mempersatukan
kami, amieenn.
10. Teman-teman baik penulis yang selalu memberikan semangatnya dan
bantuannya demi selesainya skripsi ini. Terima kasih untuk Ali Akbar,
Kholil, dan Imam. Terima kasih banyak alas apa yang kalian lakukan
untuk skripsi ini. Semoga Allah membalas kebaikan kalian semua
(Amin).
11. Seluruh staf akademik dan perpustakaan Fakultas Psikologi UIN
Jakarta, terutama kepada bu Syariah, bu' Sri, bu' Faozah, dan pa'
Yordanish yang telah memberikan bantuannya kepa1da penulis dalam
hal nilai maupun surat menyurat.
Mudah-mudahan segala bantuan dan partisipasinya mendapat imbalan
dan balasan dari Allah SWT. Ahkirnya, penulis berharap semoga skripsi
ini clapat bermanfaat bagi penulis khususnya clan bagi pembaca pada
umumnya. Amien.
Jakarta, 11 Agustus 2008
Penulis
Daftar lsi
HALAMAN JUDUL. .............................................................
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN...... .................. ............... ............ iii
MOTTO ............................................................................... iv
DEDIKASI....... .. ... . .. ... .. . . . ..... .. ... .. . .. . . .. .. ....... .. . ... . .. ......... ..... v
ABSTRAKSI.................................................................... ... vi
KAT A PENGANT AR............................................................ viii
DAFTAR ISi. ....................................................................... xii
DAFTAR TABEL.................................................................. xv
Bab I. PENDAHULUAN ........................................................ 1-18
A. Latar belakang masalah... ... ... .. . ... ... ... . .. ... .. . ... ... .. . ... ... .. 1
B. ldentifikasi masalah.... .. ... ... ... ... ... .. . . .. . .. .. . . .. . .. .. ... . ... . .. . 14
C. Batasan dan rumusan masalah... ... ...... ... ......... ... .......... 15
D. Tujuan penelitian......... ... ......... ...... ... ...... ... ... ... ... ... ..... 16
E. Manfaat penelitian...... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17
F. Sistematika penulisan... ... ...... ... ......... ... ...... ... .............
17
Bab II. LANDASAN TEORI................................................... 19-58
A. Kanker Payudara... ...... ... ......... ......... ......... ... ... ... .......
19-26
1. Definisi kanker Payudara...... ...... ... ... ...... ... ... ...... ..... 19
2. Faktor resiko terkena kanker payudara... ... ...... ...... ..... 20
3. Terapi kanker payudara... ... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... ......
21
4. Reaksi-reaksi psikologis penderita kanker payudara. .. ... 23
B. Manajemen Stres... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... . .. ... ... .... 26-47
1. Pengertian stress................................................... 26
2. Penilaian terhadap stress.............................. ... .. . ... . 29
3. Sumber stress....................................................... 31
4. Dimensi stress......................................................
35
5. Pengertian manajemen stress.................................. 38
6. Teknik manajemen stress........................................ 39
C. Dukungan Sosial...................................................... .. 48-58
1. Pengertian dukungan sosial..................................... 48
2. Bentuk-bentuk dukungan sosial.............................. ..
49
3. Sumber dukungan sosial. .. . .. .. . .. . . .. .. . .. . ... . .. .. . .. . . .. .. . .. 52
4. Pe ran dukungan sosial dalam manajemen stres.......... .. 55
Bab Ill. METODOLOGI PENELITIAN . . ..... .. ...... .. .. .. . . . ... . .. ... .... 59-67
A. Pendekatan dan metode penelitian ................................. 59
B. Metode pengumpulan data........................................... 60
1. Wawancara... ... ... ... ... ... ... ... ... . .. ... ... ... ... ... . .. . .. ... ... .. 60
2. Observasi ............................................................. 62
3. Ala! bantu pengumpulan data .................................... 62
C. Subyek Penelitian ........................................................... 63
Daftar Tabel
A. 1. Keterangan identitas subyek. .... .... .... .. ..... ........ .... .. ... .... .. .. 68
A. 2. Gambaran riwayat penyakit subyek... .. .. .......... .. . .... ...... .. .. 70
a. 1. Manajemen Stres ............................................................... 98
b. 1. Dukungan Sosial...... .. ........... ... ... ........................................ 102
1
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker payudara merupakan kanker yang sering dijumpai dalam masyarakat
Indonesia. Pada tahun 2007, penderita kanker tertinggi cli Indonesia adalah
kanker payudara yang diikuti oleh kanker leher rahim. Berdasarkan data
Globocan, International Agency for Research on Cancer(IARC) Th. 2002,
kanker payudara menempati urutan pertama dari seluruh kanker pada
perempuan (insidens rate 38 per 100.000 perempuan). lnsidens kanker di
Indonesia masih belum diketahui secara pasti karena belum ada registrasi
kanker berbasis populasi yang dilaksanakan. Tetapi berclasarkan data
Globocan, IARC 2002, didapatkan estimasi insidens kanker payudara di
Indonesia sebesar 26 per 100.000 perempuan. Yang memprihatinkan, jumlah
penderitanya terus bertambah. Lembaga lnternasional Riset Kanker (IARC)
rnemperkirakan, jumlah kematian akan mernbengkak jadi 17 juta per tahun
pada 2030 -naik 7 juta dari angka sekarang. Sedangkan jumlah yang
didiagnosis menderita kanker akan bertarnbah tiga kali lipat menjadi 75 juta
jiwa (www.gatra.com). Hingga saat ini, frekuensi kanker payudara mencapai
angka 20 persen dari seluruh penyakit kanker. Pada tahun 2007 menurut
data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tercatat setiap tahun terdapat tujuh
2
juta penderita kanker payudara dan lima juta orang diantaranya meninggal
akibat mengidap penyakit tersebut (pdpersi.co.id). Mengutip data yang
disampaikan Menteri Kesehatan Siti Fadilah, kanker payudara di Indonesia
berada di urutan keenam penyebab kematian (www.pitapink.com).
Karena kanker payudara merupakan jenis kanker yang banyak diderita oleh
wanita di Indonesia karenanya kanker payudara sering disebut sebagai
mimpi buruk bagi kaum wanita. Tetapi sebenarnya hal itu tidak perlu terjadi,
apabila kita memberikan perhatian yang cukup terhadap kesehatan diri kita.
Dengan deteksi dan diagnosa dini serta penanganan se!Jera, maka kanker
payudara bukan lagi suatu vonis kematian ( Unit Uji Kesehatan dan Deteksi
Dini kanker dan lnstalasi Radiodiagnostik). Menurut Tindarbumi (1995) pada
wanita indonesia, usia rawan untuk terkena kanker payudara adalah di atas
30 tahun dan resikonya semakin tinggi sampai usia 50 tahun.
Kanker payudara ditanggapi serius oleh wanita yang menderitanya, karena
mengalami kerusakan bahkan kehilangan organ payudara merupakan
konsekuensi yang sulit diterima. Payudara merupakan bagian tubuh yang
memiliki arti khusus bagi wanita, karena mempunyai nilai estetika, merupakan
simbol dari feminitas, serta menjadi pembeda antara pria dan wanita dewasa
dalam penampilan atau peran di masyarakat (Aristiati Adji, 1997).
3
Melihat pada makna payudara bagi wanita, menerima diagnosis tumor ganas
pada payudara merupakan suatu peristiwa yang mengejutkan, menakutkan,
bahkan traumatis bagi penderita maupun orang yang dekat dengannya.
Kondisi ini membutuhkan perhatian besar dalam penan~1anannya secara
medis atau sosial-psikologis (dalam Aristiati Adji, 1997).
Sehubungan dengan penyakitnya, penderita kanker payudara menghadapi
masalah-masalah dalam menjalani kehidupannya. Masalah-masalah tersebut
antara lain adalah masalah perubahan fisik yang terjadi, masalah yang
berkaitan dengan seksual, masalah dampak kemoterapi (Kaplan, Sallis Jr &
Patterson, 1993).
Penyakit kanker dan berbagai masalah yang harus dihadapi penderita
selama sakit dapat menimbulkan stres bagi penderita. Khusus bagi wanita
penderita kanker payudcira, kehadiran stres tidak dapat dipungkiri lagi. Hal ini
didukung oleh penelitian dari Veiwordt (dalam Stoll, 1979) bahwa penyakit
yang menyebabkan perubahan fisik mengakibatkan strei> yang lebih besar
bagi wanita, sedangkan penyakit ketidakberdayaan lebih berpengaruh
terhadap pria.
4
Lazarus & Folkman (dalam Cohen, 1992) menyatakan bahwa individu dapat
mengalami stres bila ia menilai bahwa ia tidak sanggup lagi atau tidak punya
sumber daya yang cukup untuk mengatasi masalahnya. Sebagai contoh,
pandangan terhadap makna payudara bagi wanita berpengaruh terhadap
bagaimana penderita menilai penyakitnya sebagai stressor. Menurut
Senescu (dalam Stoll, 1979), semakin penderita kanker memandang penting
organ tubuh yang terserang kanker, maka semakin besar pengaruhnya
terhadap melemahnya harga diri (self-esteem) bila organ tersebut rusak atau
hilang. Selanjutnya, bila kondisi itu terus berlangsung maka penderita akan
kehilangan harga dirinya, dan menjadi depresi.
Stres dijelaskan sebagai :
........ .the process of appraising events as threatf.ming, challenging or
harmful, and responding to such events on physiological emotional, cognitive,
or behavioral level (Feldman 1989)
Dalam definisi ini, individu dapat mengalami stres bila ia menghadapi
peristiwa yang dinilainya mengancam, menentang atau membahayakan.
Dalam hal ini penderita kanker payudara menghadapi peristiwa yang
dinilainya dapat mengancam atau membahayakan dirinya dan keluarganya.
Ancaman yang mungkin dirasakan adalah kematian, kehilangan payudara,
berpenampilan tidak menarik dan aktifitas sosial lainnya rnenjadi terhambat.
5
Dalam menghadapi penyakitnya, penderita mungkin mengeluarkan reaksi
takut, cemas atau depresi.
Tak mengherankan, dari sebuah penelitian di Amerika Serikat yang
melibatkan 236 perempuan yang didiagnosis menderita kanker payudara,
ditemukan hampir 50 persen dari mereka mengalami gangguan emosional
atau rnenunjukkan gejala kelainan kejiwaan, seperti depresi dan posttraumatic stres disorder (PTSD). Mayoritas mengalami problem kejiwaan
menengah hingga gangguan emosional berat sebanyak 41 persen. Semua
atau 100 persen pasien ketika dipaparkan hasil diagnosisnya langsung
dilanda cemas. Kemudian 96 persen menyatakan khawatir memikirkan
ketidakjelasan perawatan yang akan dijalaninya dan yang merasa cemas
akan terjadinya perubahan fisik mencapai 81 persen (Koran Tempo, 2006).
Respon orang terhadap sumber stres sangat beragam, s;uatu rentang
waktu bisa tiba-tiba jadi pencetus sires yang temporer. R:eaksi kita
terhadap pencetus stres dapat digolongkan dalam dua k:ategori psikologis
dan fisiologis. Di tingkat psikologis, respon orang terhadap sumber sires
tidak bisa diramalkan, sebagairnana perbedaan suasana hati dan emosi
kita dapat menimbulkan beragam reaksi, mulai dari hanya ekspresi marah
sampai akhirnya ke hal-hal lain yang lebih sulit untuk dikt~ndalikan.
6
Di tingkat fisiologis, respon orang terhadap sumber
stre~;
ini tergantung
pada beberapa faktor, termasuk keadaan emosi pada saat itu dan sikap
orang itu dalam menanggapi stres tersebut (www.e-psikologi.com).
Bukti menunjukkan bahwa penderita kanker payudara yang
mempertahankan semangat juang melawan penyakit mendapatkan has ii
pengobatan yang Jebih baik daripada pasien yang meny1erah dan putus asa
terhadap penyakitnya (Pettingale, 1985). Penelitian terhadap pasien kanker
yang ditindaklanjuti setelah 10 tahun mendapati pasien yang marah saat
didiagnosis dan mempunyai semangat untuk melawan penyakit
menunjukkan tingkat bertahan hidup yang lebih tinggi dibandingkan pasien
yang menerima penyakit dengan menahan diri atau memendam
perasaaan. Keinginan yang kuat untuk melawan penyakit dapat membantu
meningkatkan katahanan hidup.
Dari penjelasan di alas, maka penyakit kanker payudara dapat digolongkan
sebagai stressor atau peristiwa yang menimbulkan sires pada seseorang.
Dalam kondisi individu mengeluarkan respon-respon untuk mengurangi
atau mengontrol slresnya, respon yang tepal dapat mengembalikan kondisi
individu menjadi normal alau lebih baik, sedangkan respon yang kurang
7
tepat dapat memperburuk kondisi individu (Lazarus dan Folkman dalam
Steptoe, 1991 ).
Penderita kanker payudara perlu diarahkan untuk mengeluarkan responrespon yang tepat dalam menghadapi stres, sehingga ia dapat
menyesuaikan diri dengan kondisinya (misalnya dengan terus menjalani
pengobatan dan melakukan aktifitas yang sesuai). Kesembuhan total
mungkin sulit dicapai namun penderita kanker dapat diusahakan terhindar
dari akibat yang lebih fatal seperti munculnya gangguan--gangguan mental
depresi, perasaan berdosa, bahkan kecenderungan untuk bunuh diri
(Ahmad Muhidin, 2004).
Stres yang dialami penderita kanker payudara harus dapat dibedakan
jenisnya, apakah stres sebagai eustres (yang berdampal< positif) atau distres
(yang berdampak negatif). Stres a!<an berarti negatif atau positif tergantung
pada persepsi dan pengalaman individu terhadap stres yang dihadapi. Ada
yang memandangnya sebagai tantangan (positif) sehingga membuat individu
melakukan usaha dan ada pula yang menganggap sebagai hal yang negatif
yang dapat mengancam dan menghambat tindakan individu tersebut (Selye
dalam Rice, 1998).
8
Sebagai sumber motivasi, stres dapat memacu kreativitas individu, maka
yang harus dilakukan bukanlah menghilangkan seluruh stres tetapi
membatasi dampak negatif dari stres. Upaya untuk mernbatasi dampak
negatif stres adalah rnelalui manajemen stres (Greenberg, 2002).
Dengan menyadari bahwa stres yang dirasakan individu dapat dikontrol dan
dikurangi, maka individu tidak perlu lagi menyadari masalah atau tekanan
yang datang kepadanya dengan lari dari kenyataan atau menyalahkan orang
lain bahkan dirinya sendiri, melainkan dapat dihadapi dengan langsung dan
berusaha menguasainya dengan mengelola respon stres yang datang.
Menurut Greenberg (2002), manajemen stres merupakan suatu intervensi
yang dilakukan individu untuk mengontrol sumber stres agar tidak
menimbulkan konsekuensi-konsekuensi negatif. Penekanan individu disini
adalah karena kerusakan yang ditimbulkan pada awalnya berpengaruh pada
individu, maka penyebab dan proses untuk mengatasi stres pun bermula
pada tingkat individu itu sendiri untuk mengenali ragam gejala dan pola reaksi
terhadap stres yang dialaminya.
Untuk mempermudah manajemen stres Greenberg (2002), menggunakan
suatu model stres yang terdiri dari beberapa fase yaitu situasi, persepsi,
gugahan emosi dan gugahan fisiologis, serta konsekuensi. Fase-fase ini
9
terjadi secara berurutan yang berarti suatu fase baru akan terbentuk setelah
fase-fase sebelumnya dialami oleh individu.
Ditambahkan pula, bahwa individu dapat melakukan intervensi dalam setiap
fase model stres. lntervensi yang diberikan pada salah :satu fase akan
memperkecil dampak negatif dari stres, antara lain melalui intervensi
terhadap situasi, intervensi terhadap persepsi, relaksasi dan olahraga
rekreasi.
Suatu keberhasilan dalam manajemen stres penderita kanker payudara tidak
terlepas dari adanya dukungan sosial dari berbagai pihak. Dukungan sosial
sangat diperlukan penderita kanker payudara untuk tetap bertahan hidup
dan keluar dari penderitaannya. Dukungan yang paling utama datang dari
orang-orang yang paling dekat dengannya sampai pada pemerintah.
Dukungan sosial dapat berasal dari keluarga, teman, tetangga dan lembaga
swadaya masyarakat (LSM) yang terkait ataupun tokoh masyarakat maupun
agama.
Penelitian dari Spiegel dkk (1989) terhadap sejumlah pasien kanker payudara
yang sud ah metastasis (sel-sel kanker sudah mengalami penyebaran)
menunjukkan bahwa kelompok wanita yang diberi dukungan sosial dapat
10
bertahan hidup satu setengah tahun lebih lama daripada yang tidak
mendapatkan dukungan.
Dukungan sosial dapat dijelaskan sebagai:
.. .. perceived comfort, caring, esteem or help person receives from
other people or groups (Sarafino, 1990)
Manurut definisi di atas, dukungan sosial adalah persepsi individu akan
kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang diberikan oleh
orang lain atau kelompok lain. lnteraksi yang positif bagi pasien kanker
adalah adanya perhatian dan penerimaan. Dengan kedua hal ini pasien
dapat beradaptasi terhadap berbagai rasa ketidaknyamanan dan
ketidakmampuan yang dialaminya.
Dukungan yang paling penting datang dari keluarga, Dulcungan keluarga
adalah sikap tindakan, dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang
sakit. Keluarga terdiri atas suami, isteri, anak dan untuk Indonesia dapat
meluas mencakup saudara dari kedua belah pihak (Rahcmati & Sukardi,
2002). Peran keluarga dalam hal ini adalah besar, namun tidak mudah.
11
Friedman (1998), menyatakan bahwa keluarga berfungsi sebagai sistem
pendukung bagi anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang
yang bersifat mendukung, selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan
jika diperlukan. Fungsi dukungan keluarga adalah; dukungan informasional,
dukungan penilaian, dukungan instrumental, dan dukun9an emosional.
Dinyatakan dalam Sheridan & Radmacher (1992), mengurus penderita
kanker dapat dianggap sebagai tugas yang paling sulit, bahkan bagi orang
yang paling dekat dengan pasien sekalipun.
Kesulitan itu terletak pada cara memberikan respon yanfl tepat terhadap
penderita. Beberapa peneliti (dalam Manne & Zaurta, 1989) menyatakan
bahwa mungkin saja terjadi masalah dalam interaksi penderita dengan
keluarga, teman dan tenaga medis yang mengakibatkan penderita merasa
tidak rnendapatkan dukungan.
Dukungan sosial dibagi menjadi dua bagian, yaitu dukungan sosial yang
aktual atau nyata dan dukungan sosial yang dipersepsikan. Secara lebih
jelasnya, Cobb (dalam Veil, 1992) menjelaskan dukungan sosial yang
dipersepsikan adalah efek dari hubungan yang membentuk keyakinan
bahwa: (1) ia merupakan anggota suatu jaringan komunilcasi dan hubungan
yang saling menguntungkan, dimana ia dapat bergantuno kepada jaringan
tersebut; (2) ia dicintai dan diperhatikan; (3) ia dihargai dan dinilai tinggi oleh
12
orang lain. Pada penderita kanker, jenis dukungan sosial tertentu menjadi
sangat berarti dalam mengatasi masalah penyakit, pengobatan, dan
kemungkinan menghadapi kematian.
Pengaruh dukungan sosial sebagai sumber interpersonal yang berfungsi
melindungi individu dari akibat negatif tingkat stres yan~1 tinggi, ternyata tidak
selamanya memberikan dampak positif pada orang
yan~1
mendapatkannya
(Kulik & Mahler dalam Sheridan & Radmacher, 1992). Meskipun dukungan
sosial telah diberikan kepada individu, belum tentu diper.sepsikan individu
sebagai hal yang mendukung oleh penderita (Sarason, 1983; Taylor, 1999).
Hal ini berkaitan dengan efektifitas dukungan sosial, kamna konsep
dukungan sosial menunjukkan kualitas hubungan dan interaksi sosial yang
dirasakan secara subyektif oleh penderita (Ahmad Muhiclin, 2004).
Pada kasus penderita kanker payudara, faktor yang kemungkinan clapat
menghambat efektivitas dukungan sosial adalah adanya reaksi penolakan
(denial) pada penderita. Setelah seseorang mengetahui dirinya menderita
kanker, muncul gangguan emosional dan pengembangan sikap penolakan
sebagai upaya melawan tekanan psikologis akibat penyakitnya (Viney dalam
Ahmad Muhidin, 2004). Para penderita tidak ber.sedia meimberitahukan
keadaan dirinya pada orang lain (mages & Mendelsohn dalam Sarafino,
1994). Penderita akan berusaha menghindari dan melupakan hal-hal yang
13
berhubungan dengan penyakitnya (Morris dalam Ahmad Muhidin, 2004),
termasuk menghindari kontak sosial dan keterlibatan orang-orang terdekat
(anggota keluarga dan teman).
Penderita merasa canggung dan kebingungan dengan kondisi yang
dihadapinya, terutama jika keadaan tubuhnya menjadi sE~makin buruk dan
memprihatinkan (Mages & mendelsohn dalam Sarafino, 1994), sehingga
keterlibatan orang lain akan dapat memperberat keadaannya.
Fenomena dukungan sosial pada penderita kanl<er payudara dalam rangka
mengurangi atau mengontrol stres (manajemen stres) yang mereka lakukan
menarik perhatian peneliti untuk mengetahui gambaran penerimaan
dukungan sosial yang dipersepsikan penderita kanker payudara yang mereka
terima dapat berperan dalam manajemen stres yang mereka lakukan.
Apalagi dengan kompleksnya masalah psikologis yang dialami penderita
kanker payudara terutama adanya reaksi penolakan penderita dengan
menghindari kontak sosial dan keterlibatan orang-orang lterdekat seperti
anggota keluarga dan teman. Hal inilah yang mendasari peneliti melakukan
penelitian untuk mengetahui gambaran penerimaan dukungan sosial yang
dipersepsikan oleh penderita dalam manajemen stres yang dilakukannya. Hal
ini menjadi sebuah fenomena yang sangat menarik untuk ditellti, karena
14
jumlah angka kejadian kasus penderita kanker payudarn yang semakin tinggi
pada wanita yang masih produktif yang selama ini menjalani penyakitnya
dengan penuh kecemasan (Tjindarbumi, 2000). Akhirnya penulispun
memberi judul skripsi ini dengan "Peranan Dukungan Sosial Terhadap
Manajemen Stres Pada Wanita Penderita Kanker Payudara" (Studi
Kasws Pasien Rumah Sakit Polisi Pusat R. S. Sukanto Jakarta)
B. ldentifikasi Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka masalah dalam
penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:
a. Peristiwa-peristiwa apa saja yang menimbulkan stres pada penderita
kanker payudara?
b. Bagaimana penderita kanker payudara menilai peristiwa-peristiwa yang
dialaminya sebagai stressorbagi dirinya?
c. Jenis dukungan sosial apa yang diberikan oleh significant others terhadap
penderita kanker payudara dalam usaha untuk mengatasi atau
mengontrol stresnya?
d. Bagaimana penderita kanker payudara menilai dukungan sosial sebagai
sesuatu yang bermanfaat dalam mengatasi atau mengontrol stresnya?
15
C. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Agar penelitian ini tidak mengalami pelebaran dan tetap fokus pada masalah
yang diungkap, maka penelitian ini dibatasi dengan meneliti peranan
dukungan sosial terhadap manajemen stres pada wanita penderita kanker
payudara.
Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang berkaitan dengan judul penelitian
diberi batasan sebagai berikut:
a. Dukungan sosial yang dimaksud adalah dukungan sosial yang
dipersepsikan pasien berdasarkan interpretasinya terhadap perilakuperilaku orang lain (keluarga, teman, dokter atau lembaga-lembaga sosial
yang terkait).
b. Stres yang dimaksud adalah reaksi fisik dan mental dari tubuh terhadap
situasi yang menakutkan, mengejutkan, membingungkan,
membahayakan, dan merisaukan seseorang.
c. Manajemen stres yang dimaksud adalah respon-respon yang dikeluarkan
individu sebagai usaha untuk mengurangi stres atau mengonful, atau
menghambat konsekuensi negatif dari stres.
d. Kategori dari subyek penelitian adalah wanita penderita kanker payudara
yang berusia 30-50 tahun yang sudah menikah dan mempunyai anak, dan
penyakitnya berada dibawah stadium IV (sel-sel kanker belum mengalami
16
penyebaran yang meluas, masih dalam tahapan yang memungkinkan
kesembuhan) pada saat didiagnosis.
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan dalam masalah ini adalah "bagaimana peranan dukungan
sosial yang dipersepsikan oleh wanita penderita kanker payudara dalam
manajemen stres yang dilakukannya?"
D. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini ditunjukkan untuk mendapatkan gambaran
mengenai peran dukungan sosial yang dipersepsikan yang diterima penderita
kanker payudara dalam manajemen stres yang dilakukannya dalam
menghadapi permasalahan yang timbul akibat penyakit yang dideritanya
dengan tujuan memperbaiki kualitas hidup penderita agar menjadi lebih baik.
Secara khusus penelitian ini juga dilakukan untuk melihat gambaran
manajemen stres yang dilakukan oleh penderita dalam menghadapi
permasalahannya yang timbul akibat penyakit yang dideritanya dan melihat
pula gambaran dukungan sosial yang dipersepsikan penderita kanker
payudara yang mereka terima.
17
E. Manfaat Penelitian
Secara akademik, menambah ilmu pengetahuan dan penelitian ini berguna
untuk menambah wacana dan kajian tentang dukungan :sosial dan
manajemen stres pada wanita penderita kanker payudara. Selain itu hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan ba.gi para pasien,
keluarga, tenaga medis maupun lembaga-lembaga terka.it yang selalu
berinteraksi dengan pasien, bahwa perilaku-perilaku yang muncul dalam
interaksi personal dapat berpengaruh terhadap kesehata:n pasien. Dengan
kemampuan membedakan antara perilaku yang berpengaruh positif dengan
yang negatif, maka keluarga dan tenaga medis dapat berinteraksi secara
optimal dengan penderita.
Secara praktis, penelitian ini memberikan informasi dan masukan kepada
seluruh pihak yang berkecimpung dalam menanggulangi penyakit kanker
pc.yudara dan wanita-wanita pengidap kanker payudara untuk mengurangi
atau mengontrol stresnya.
F. Sistematika Penulisan
Secara garis besar, penulisan penelitian ini terdiri atas lima bab dan sub-sub
bab yang digambarkan sebagai berikut:
Bab I :
Merupakan bab pendahuluan yang didalamnya terdiri dari : latar
belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan rumusan
19
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kanker Payudara
1. Definisi kanker payuadara
Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak
normal,cepat dan tidak terkendali. (http://www.mediasehat.com).
Kanker payudara (carcinoma mammae) adalah suatu penyakit neoplasma
yang ganas yang berasal dari parenchyma.
Anatomi Payudara (www.pfizerpeduli.com)
Profil Payudara:
A. Duktus
B. Lobules
C. Bagian duktus yang dilatasi untuk menahan susu
D. Puting susu
E. Jaringan lemak
F. Otot Pektoralis mayor
G. Dinding dada,Tulang rusuk
(www.pfizerpeduli.com)
20
Pembesaran
A. Sel-sel duktus normal
B. Membran dasar
C. Lumen (Pusat duktus)
2. Faktor risiko terkena kanker payudara
Sampai saat ini para ahli masih belum tahu secara pasti penyebab dari
kanker payudara, sehingga sulit bagi kita untuk mencegah timbulnya penyakit
itu. Namun demikian, ada usaha-usaha untuk rnengidentifikasikan factorfaktor yang dimiliki oleh kelompok wanita dengan risiko tinggi terkena kanker
payudara, yaitu (www.pfizerpeduli.com):
a. Merniliki anggota keluarga yang menderita kanker payudara (ibu, nenek,
saudara perempuan).
b. Menstruasi pertama pada usia muda, menopause yang terlarnbat.
c. Wanita yang tidak punya anak, atau melahirl<an anak pertama pada usia >
30 tahun.
d. Pernah terdapat tumor I kanker payudara sebelumnya.
e. Mendapatkan terapi pengganti hormon jangka panjang.
f.
Faktor-faktor lain: obesitas I konsumsi tinggi lemak, konsumsi alkohol
berlebih, mutasi genetik.
21
Walaupun telah disebutkan kelompok wanita dengan risiko tinggi terhadap
kanker payudara, bukan berarti kelompok wanita yang tidak termasuk di
dalamnya terbebas dari penyakit kanker payudara. Seltzer (1987)
mengatakan bahwa kelompok wanita yang tidal< tergolong di alas tetap
memiliki risiko terserang penyakit ini, oleh karenanya penting bagi semua
wanita untuk melaksanakan pemeriksaan payudara sendiri secara teratur.
3. Terapi kanker payudara
Tujuan utama dari pengobatan kanker adalah untuk menyembuhkan
penyakit, untuk membebaskan pasien dari kanker selamanya. Hal ini dapat
terjadi apabila seluruh neoplasma berhasil ditemukan dan diangkat (Guyton;
Laszlo; dalam Sarafino, 1990). Jika hanya sebagian dari kanker terangkat,
gejala-gejala penyakit yang tampaknya telah hilang akan muncul lagi
kemudian. Kesulitan untuk menyatakan secara pasti penyebaran sel-sel
kanker menempatkan penderita dalam suasana ketidakpastian, ballkan
setelah pengangkatan tumor, apakah penderita sudah terbebas sepenuhnya
dari tumor atau belum terbebas.
Pengobatan terhadap kanker payudara dapat mengikuti cara-cara terapi
kanker pada umumnya. Dalam hal ini dikenal dengan terapi stadium dini dan
terapi stadium lanjut (www.mediasehat.com).
22
a. Terapi stadium dini
Stadium dini berhubungan dengan ukuran tumor yang ditemukan. Apabila
ukuran tumor semakin kecil, semakin besar jaringan payudara yang dapat
diselamatkan. Saat ini teknik operasi telah memungkinkan hal tersebut,
yaitu yang disebut breast conserving treatment (BCT). Dengan sedikitnya
jaringan payudara yang diangkat, secara kosmetik payudara dapat
dipertahankan. Menilai adanya penjalaran kanker payudara pada kelenjar
getah bening ketiak juga merupakan bagian dari teknik operasi ini, yang
pemeriksaannya disebut prosedur sentinel. l<ekambuhan dengan metode
ini 5-10 persen dalam dua tahun pertama sehingga diperlukan control
teratur. Apabila terdapat kekambuhan, dilakukan pengangkatan payudara
seluruhnya dalam rangka penyelamatan (salvage). Ada kecenderungan
para pakar menggunakan kemoterapi pada pasien kanker payudara usia
muda mengingat sifat sel yang lebih agresif.
b. Terapi stauium lanjut
Jika tumor sudah berukuran diatas 5cm, pilihan operasi menjadi lebih
sempit, yaitu pengangkatan seluruh payudara dan ke!enjar getah bening
ketiak. Penyinaran atau radiasi menjadi pilihan apabila telah terdapat Iuka
yang tidak bisa kering. Pada stadium lanjut terdapat k.emungkinan sel
kanker telah menyebar ke organ lain. Kemungkinan ini sebenarnya dapat
diketahui dengan temuan yang disebut factor prognostic, seperti status
kelenjar getah bening regional.
23
4. Reaksi-reaksi psikologis penderita kanker payuadara
Reaksi psikologis yang dialami pasien kanker pada tahap lanjut umumnya
sama, walaupun ada yang berkaitan khusus dengan lokasi tertentu tempat
tumor itu tumbuh (Lederberg, Holland dan Massie, 1989). Hampir semua
pasien kanker dihadapkan pada dampak terburuk dari penyakitnya ini.
Beberapa peneliti yang mengkhususkan pada penderita kanker payudara
menemui berbagai reaksi psikologis yang muncul dari pasien kanker
payudara, yaitu marah, depresi, takut, perasaan bersalah, penolakan, dan
kecemasan (Seltzer, 1987; Stoll, 1979).
Berikut ini akan diuraikan lebih lanjut reaksi-reaksi psikologis tersebut, yaitu:
a. Penolakan (Denial)
pasien merasa tidak percaya dengan menolak kenyataan yang ada.
"Denial" sebagai suatu reaksi psikologis memiliki dua makna, yaitu positif
dan negatif. Bagi sebagian pasien kanker payudara, 'denial' dapat
membantu mereka untuk mempertahankan pandangan positif terhadap
situasi yang sedang dihadapi dan membantu mereka menikmati hidup
(Seltzer, 1987). Beberapa peneliti (dalam Stoll, 1979) mendukung
pendapat bahwa 'denial' terhadap suatu penyakit dapat berfungsi sebagai
pelindung. Sisi negatifnya adalah apabila reaksi ini muncul pada tahap
awal kanker, dimana pasien menyangkal menderita k;anker sehingga
24
menunda atau menolak upaya pengobatan (Seltzer, 1987; Geer, dalam
Stoll, 1979).
b. Kecemasan (Anxiety)
Menurut Stoll (1979) kecemasan sebagai suatu reaksi terhadap penyakit
biasanya dihubungkan dengan kondisi awal dalam perkembangan suatu
penyakit, munculnya gejala-gejala yang tidak terduga dan dimulainya
suatu pengobatan. Hal ini tampak semakin jelas ketika muncul pemikiranpemikiran akan ketidakpastian dalam penyembuhan penyakit (Lederberg,
Holland & Massie, 1989; Stoll, 1979). McGuire (dalam Stoll, 1979) yang
meneliti sekelompok penderita kanker payudara menyatakan, bahwa
kecemasan muncul pada awal ditemukannya benjolan pada payudara
pasien, semakin meningkat setelah kunjungan ke
do~;ter
yang
menyarankan mereka untuk menjalani mastektomi.
c. Marah (Anger)
Reaksi umum pada penderita kanker payudara ketika menerima diagnosis
adalah perasaan marah. Pasien marah atas nasib yang mereka terima,
merasa tidak sepantasnya ia menerima hukuman begitu berat sedangkan
orang lain tidak mengalaminya (Seltzer, 1987). Kadang-kadang
kemarahan pasien menjadi tidak terkontrol dan dapat mengancam
keharmonisan hubungan antara pasien dengan keluarga atau orang lain
yang menjadi sasaran kemarahannya, seperti dokter atau perawat
(Seltzer, 1987; Stoll, 1979). Dalam proses pengembalian stabilitas emosi
25
pasien, reaksi marah ini perlu untuk dikendalikan. Salah satu yang
dianjurkan adalah dengan mengekspresikan marah ini dan berusaha
untuk mengatasinya dengan dibantu oleh dokter atau psikolog (Senescu,
dalam Stoll, 1979).
d. Takut (Fear)
Perasaan takut yang dialami pasien kanker payudara berkaitan dengan
hal-hal nyata dan masalah-masalah yang harus diatasi. Perasaan takut
tersebut pada penderita kanker payudara antara lain menyangkut
penderitaan fisik, takut kehilangan payudara, takut kehilangan cinta dari
pasangan atau teman dekat, takut dalam menjalani hubungan sosial,
takut untuk bergantung pada orang lain, dan takut apabila suatu saat anak
perempuannya akan mengalami hal yang sama (Seltzer, 1987; Twycross
& Lack, 1990). Ada pasien yang mengatasi rasa takutnya dengan baik,
narnun ada pula yang rnenjadi sernakin tenggelarn deilarn perasaan itu.
Bayangan rnereka lebih buruk dari kenyataan yang mungkin dihadapi,
sehingga mereka sering sulit tidur dan diganggu oleh mimpi-mimpi buruk.
e. Depresi
Ketakutan, kecemasan dan kemarahan menunjang munculnya depresi.
Depresi ini berbeda dengan depresi kronis yang diternui pada pasienpasien psikiatri (Seltzer, 1987). Selain itu, hilangnya harga diri pada
pasien kanker juga dapat menjadi indikasi dari gejala depresi (senesce
dalam Stoll, 1979). Bagi pasien kanker, depresi berkaitan dengan rusak
26
atau hilangnya organ tubuh tertentu yang terserang kanker. Organ tubuh
tersebut memiliki arti penting bagi pasien yang berpengaruh pada harga
dirinya. Semakin besar nilai kepentingan organ tersebut maka semakin
berpengaruh terhadap penurunan harga dirinya (Seniescu, dalam Stoll,
1979)
f.
Perasaan bersalah (Guilt)
Reaksi ini sangat jarang terjadi pada penderita kanker payudara. Ada
beberapa orang yang berpikir bahwa sakit yang dideritanya ini akibat dari
pikiran atau perbuatannya yang buruk di masa lalu. Wanita yang
menderita kanker payudara ini juga dapat merasa bersalah, bahwa dirinya
sudah tidak sempurna lagi dimata suaminya (Seltzer, 1987).
B. Manajemen stres
Sebelum membahas tentang manajemen stres, maka akan dibahas terlebih
dahulu tentang stres.
1. Pengertian stres
Setiap individu mengalami berbagai peristiwa atau situasi dalam
kehidupannya. Peristiwa-peristiwa tersebut dapat ditanggapi secara berbedabeda oleh individu tergantung pada makna peristiwa itu baginya atau
konsekuensi yang mungkin diterima individu dari adanya peristiwa itu. Suatu
peristiwa mungkin dapat berarti positif, tapi dapat juga berarti negatif bagi diri
27
individu. Sesuatu yang bersifat negatif tentunya tidak diharapkan dan dapat
berdampak kurang menyenangkan bagi individu sehing~1a dapat
menimbulkan stres pada individu tersebut (Aristiati Adji, 1997).
Stres merupakan efek (hasil) dari proses stres yang terjadi, sedangkan yang
menyebabkan stres disebut stressor (Selye, dalam Sheridan & radmacher,
1992). Jadi stressoradalah segala sesuatu dalam lingkungan yang
memberikan tuntutan terhadap individu (Feldman, 1989; Sheridan &
Radmacher, 1992). Stressordapat bersifat fisik, psikososial atau yang
sifatnya umum seperti bencana alam, kebakaran atau pmang (Lazarus,
1976). Untuk dapat menjadi stressor, suatu peristiwa harus dipersepsi dan
dievaluasi melalui proses penilaian (Patterson & Neufeld, 1989).
Lebih lanjut stres dapat dijelaskan dengan menggunakan konsep penilaian
terhadap peristiwa di lingkungan yang berpotensi menimbulkan stres karena
dapat mengancam atau membahayakan individu. Berikult ini definisi stres
yang menggambarkan hal di atas:
Stress is the process of appraising events as threatening, challenging or
harmful, and responding to such events on physiological emotional, cognitive,
or behavioral /eve/ (Feldman 1989)
28
Penilaian menjadi suatu yang penting dalam keseluruhan proses stres,
karena melalui proses persepsi dan evaluasi ini individu mampu berespon
secara emosi, serta menentukan bagaimana penyesuaian terhadap situasi.
Sedangkan stres menurut Lazarus dan Folkman adalah:
Psychological stress is: particular relationship between the person and the
environment that is appraised by the person as taxing or exceeding his or her
resources and endangering his or her well-being (Lazan1s dan Folkman,
1984).
Mc Nerney dan Greenberg (1984), menyebutkan stres s13bagai reaksi fisik,
mental dan kimiawi dari tubuh terhadap situasi yang menakutkan,
mengejutkan, membingungkan, membahayakan, dan meirisaukan seseorang.
Sedangkan Menurut Hardjana (1994) stres sebagai keaclaan atau kondisi
yang tercipta bila transaksi seseorang yang mengalami s;tres membuat orang
yang bersangkutan melihat ketidaksepadanan antara keadaan atau kondisi
dan sistem sumber daya biologis, psikologis, dan sosial yang ada padanya.
Kesimpulan yang dapat diambil dari definisi di atas adalah bahwa stres
merupakan suatu kondisi ketika individu mempersepsikairi adanya tuntutan
lingkungan yang tidak sesuai dengan sumber daya yang dimiliki dan proses
ketika individu berespon untuk menyesuaikan dengan tuntutan tersebut.
29
2. Penilaian terhadap stres
Penilaian dalam proses stres dapat melalui dua tahapan yaitu penilaian
primer dan penilaian sekunder. Penilaian primer merupakan proses kognitif
dalam mengevaluasi stressordan bagaimana kondisi kesejahteraan individu
ketika menghadapi stressor tersebut. Penilaian sekunder merupakan proses
kognitif dalam mengevaluasi kemampuan individu dan bagaimana
menggunakan sumber daya yang ada untuk mengatasi atau mengontrol sires
(Lazarus; dalam Kutash dkk, 1981; dalam Sheridan & Radmacher, 1992).
a. Penilaian primer
Dalam penilaian primer, peristiwa dievaluasi sebagai sesuatu yang tidak
relevan, lemah-positif atau menekan (Lazarus & Folkman, dalam Sheridan
& Radmacher, 1992). Suatu peristiwa dinilai tidak releivan dalam
menimbulkan stres individu bila peristiwa itu tidak berdampak terhadap
kesejahteraan individu. Peristiwa yang lemah-positif, dapat digolongkan
sebagai peristiwa yang memiliki nilai menantang bagi individu karena
pada peristiwa itu ada kesempatan untuk mempertahankan kesejahteraan
atau meningkatkan kemammpuan individu (Lazarus 8, Folkman, dalam
Patterson & Neufeld, 1989; dalam Sheridan & Radmacher, 1992).
Contohnya, seseorang yang akan menjalani operasi menilai situasi itu
mengancam dan dapat membahayakan jiwanya bila operasi tidak
berhasil namun jika operasi itu berhasil berarti ia dapat menunjukkan
31
mengahadapi masalah penampilan, ia mencoba untuk mencari
pemecahannya dengan berusaha sendiri atau minta nasihat dari orang
lain bagaimana mengatasi masalahnya itu.
3. Sumber stres
Ada banyak hal yang menimbulkan stres, baik itu berupa tuntutan lingkungan
fisik ataupun sosial yang dapat menimbulkan stres. Atwater (1998),
menjelaskan yang termasuk sumber stres psikologis ada1lah frustasi, konflik,
anxietas, dan tuntutan. Hanya saja Atwater tidak membedakan antara frustasi
dan ancaman. Berikut ini akan dijelaskan berbagai sumber stres menurut
Atwater (1998):
a. Konflik
Stres dapat muncul akibat individu berada dibawah tekanan, dan harus
berespon secara simultan terhadap dua atau lebih incompatible force, seperti
konflik untuk mengekspresikan atau menekan dorongan seksual atau
dorongan agresi. Kurt Lewin (1935) (dalam Atwater, 1988; dan dalam
Lazarus, 1969) membagi tipe-tipe konflik ini menjadi:
1) Approach-approach conflict
Konflik ini melibatkan dua altematif yang sama-sama menyenangkan
atau positif.
32
Contohnya adalah penderita kanker payudara harus memilih apakah
akan menjalani operasi pembedahan atau tidak. Konflik ini biasanya
mudah dan cepat diselesaikan.
2) Avoidance- approach conflict
Konflik ini melibatkan dua altrernatif yang sama-sama tidak
menyenangkan. Konflik ini lebih sulit dari approach-approach conflict
dan biasanya memakan waktu lama dan membutuhkan banyak energi
untuk menyelesaikannya.
Contohnya adalah seorang wanita yang masih produktif menderita
kanker payudara harus memutuskan apakah akan melakukan
pengangkatan organ tubuh yang menjadi identitasnya (payudara) atau
mempertahankan organ tubuhnya itu dengan risiko penyakit kanker
tersebut menyebar pada bagian tubuh yang lain.
3) Approach- avoidance conflict
Konflik yang mempunyai tujuan menyenangkan dan tidak
menyenangkan.
Contohnya adalah ingin menyembuhkan penyakit kanker dengan
kemoterapi tetapi pengobatan itu dapat menyebabkan rambut rontok
serta rasa tidak nyaman pada tubuh karena mual atau ingin muntah.
33
4) Double approach-avoidance conflict
lndividu dihadapkan pada dua alternatif yang salath satunya harus
dipilih, masing-masing alternatif memiliki konsekuensi positif dan
negatif.
Contohnya adalah pasangan yang baru menikah harus memutuskan
akan mempunyai anak atau tidak. Mempunyai anak, konsekuensi
positifnya adalah tidak kesepian. Sedangkan kom1ekuensi negatifnya
adalah anak dapat mengurangi keintiman suami-isteri, waktu luang
berkurang. Tidak memiliki anak juga memiliki kom;ekuensi, yaitu
positif, karir tidak terganggu, waktu untuk bersama pasangan lebih
banyak, sedangkan konsekuensi negatifnya adalah dianggap tidak
sempurna.
b. Frustrasi
Atwater (1988) mengemukakan bahwa frustrasi merupakan salah satu
sumber stres psikologis. Frustrasi terjadi karena terhalangnya motif atau
tujuan, atau terhalangnya usaha yang sedang dilakuk;an.
c. Anc:aman
Lazarus (1969) membedakan istilah frustasi dengan ancaman. Ancaman
hampir sama dengan frustrasi, namun ancaman belum terjadi. Ancaman
adalah antisipasi terhadap sesuatu yang membahayakan, yang akan
terjadi pada masa yang akan datang. Contohnya adalah ketakutan
menderita kanker, karena sejarah keluarga ada yang rnenderita kanker.
34
Ancaman menyebabkan stres karena individu membayangkan akan
mengalami frustrasi pada masa yang akan datang, atau akan adanya
suatu ancaman atau tuntutan yang tidak dapat ia atasi pada masa yang
akan datang.
d. Anxietas (anxiety)
Lazarus (1969) menbedakan axiety sebagai reaksi terhadap stres, dan
axiety sebagai intervening variable yaitu suatu keadaan hipotesis yang
mengarahkan pada suatu kondisi. Anxiety sebagai intervening variable,
berperan penting karena merupakan signal, yang memperingatkan
individu akan adanya bahaya.
Contoh, individu mungkin membaca, bahwa banyak makanan yang
diproses dengan menggunakan zat kimia tertentu, hal ini akan membuat
individu lebih berhati-hati dalam memilih makanan karena zat tersebut
dapat mempengaruhi kesehatannya dimasa datang. Sebenarnya tidak
ada bahaya langsung yang akan mengancam kesehatan fisik, tapi
cenderung membuat individu menjadi anxious, dan self protective.
Anxiety pada tahap ringan hingga sedang, dapat membuat indivu menjadi
lebih dewasa dan responsive terhadap situasi yang dapat
membahayakannya, tapi anxiety yang berlebihan dapat merusak
performance individu (Atwater, 1988).
35
e. Tuntutan
Tuntutan dapat berasal dari dalam diri atau dari luar diri atau kombinasi
keduanya. Tuntutan dari dalam dapat berupa ambisi pribadi, sebagai
contoh seorang penderita kanker payudara berambisi ia ingin sembuh
dari penyakitnya agar dapat kembali hidup normal. Sedangakn tuntutan
dari luar, adalah bahwa individu harus mengikuti aturan terapi secara
benar dan teratur.
4. Dimensi stres
Pandangan orang terhadap stres berbeda-beda, tergantung pada persepsi
dan pengalaman mereka terhadap stres yang dihadapi. Ada yang melihatnya
sebagai tantangan (positif) sehingga rnembuat individu rnelakukan suatu
usaha, dan adapula yang melihatnya sebagai hal yang negatif yang dapat
mengancam dan menghambat tindakan individu tersebuft (Selye, dalam
Sheridan & Radmac11er, 1992). Oleh karena itu, stres me1miliki dimensi positif
dan negatif. Benhard (dalam Atwater, 1983), Sheridan & Radmacher (1992),
dan Turner & Helms (dalam Anindyajati, 2001), mengemukakan dimensi
positif dan negatif dari stres, yaitu eustress dan distress.
36
a. Eustress
Merupakan stres yang positif. Eustress ini muncul pada saat ada
perubahan reaksi tubuh untuk menghasilkan sesuatu yang berguna.
Menurut Selye (dalam Sheridan & Radmacher, 1992) stres seperti ini
dapat mendorong fungsi seseorang dalam area-area tertentu. Pada
kondisi eustress, suatu situasi yang potensial menimbulkan stres (stress
opportunity) menimbulkan respons pada diri individu untuk menghindari
stres dengan cara membangun pertahanan diri individu, sehingga ia
mampu bertahan terhadap sumber stres, dan tidak menjadi tertekan,
bahkan siap menghadapi kemungkinan sumber stres yang lain.
Sebagai contoh, seorang pasien didiagnosis menderita kanker payudara
dan ia menuntut dirinya harus sembuh dari penyakitnya. Tuntutan
tersebut mendorongnya untuk menjalani berbagai macam pengobatan,
memperhatikan kondisi tubuhnya agar tidak kelelahan sehingga dapat
menjalani pengobatan. Usahanya tersebut menambah kepercayaan
dirinya untuk sembuh dari penyakitnya, sehingga kehidupan yang
dijalaninya tidak membuatnya tertekan atau cemas bElrlebihan.
38
kanker, dan kondisinya sangat tertekan. Kondisi
yan!~
demikian menjadi
rentan terhadap sumber stres lainnya dan mudah mengalami stres.
Selain dua dimensi stres di atas, Dohrenwend (dalam Sheridan &
Radmacher, 1992) menyatakan bahwa banyak peristiwa yang penuh dengan
stres (stressful event) yang dapat diatasi tanpa banyak menimbulkan
pengaruh yang disebut sebagai efek netral (neutral effect).
5. Pengertian manajemen stres
Telah dibahas sebelumnya stres memiliki tidak hanya dimensi negatif tetapi
juga dimensi positif, maka yang harus dilakukan bukanlah menghilangkan
seluruh stres tetapi membatasi dampak negatif dari stres. Upaya untuk
membatasi dampak negatif dari stres adalah melalui manajemen stres
(Greenberg, 2002)
Hal di atas sejalan dengan pengertian manajemen stres menurut
Davidson & Neale (1997) mendefinisikan stres sebagai "A rang of
psychological procedures that help people control and reduce theirs stress or
anxiety".
39
Dari pengertian di atas, manajemen stres diartikan seba9ai serangkaian
prosedur psikologis untuk mengontrol dan mengurangi stres. Kemampuan
seseorang untuk melakukan manajemen stres sangat dibutuhkan sehingga
dapat mengubah stres yang berdampak negatif menjadi stres yang
berdampak positif bagi dirinya sendiri dan pada akhirnya akan menimbulkan
kualitas hidup yang lebih baik.
Selanjutnya menurut Greenberg (2002), manajemen stres merupakan suatu
intervensi yang dilakukan individu untuk mengontrol sumber stres agar tidak
menimbulkan konsekuensi-konsekuensi negatif. Disamping individu dapat
melakukan intervensi dalam setiap fase dalam model stn'ls. lntervensi yang
diberikan pada salah satu fase akan memperkecil dampaik negatif dari stres.
6. Telmik manajemen stres
Dari berbagai teknik manajemen stres, penelitian ini akan menggunakan
teknik manajemen stres yang diajukan oleh Greenberg (1;999) dengan
pertimbangan lebih terperinci dalam mengkategorikan manajemen stres.
Menurut Greenberg (2002), teknik manajemen stres merupakan intervensi
yang dilakukan pada model stres. Greenberg (2002) menjelaskan mengenai
model stres untuk mempermudah pemahaman mengenai terjadinya stres,
40
yang terdiri dari beberapa fase, yaitu situasi, persepsi, gugahan emosi,
gugahan fisiologis, dan konsekuensi.
Fase-fase ini terjadi secara berurutan, yang dimulai den!Jan suatu situasi
yang mengganggu keseimbangan kehidupan individu. Setiap individu belum
tentu memberikan respon yang sama terhadap situasi yang sama. Hal ini
terjadi karena setiap orang mempersepsikan situasi yan1i sama secara
berbeda-beda. Perbedaan individu dalam berespon terhadap stres
tergantung pada banyak hal seperti keadaan emosi pada saat individu
menerima
stressor.
Jika individu mempersepsikan semua situasi sebagai keadaan yang dapat
menimbulkan stres, maka yang terjadi kemudian adalah munculnya respon
dalam bentuk gugahan (arousal). Gugahan ini pertama-t3ma muncul dalam
bentuk gugahan emosional seperti takut, marah, perasaan tidak aman,
frustrasi, dan mudah tersinggung. Gugahan emosi ini akan diikuti dengan
timbulnya gugahan fisiologis pada individu, seperti otot menjadi tegang, sakit
kepala, peningkatan tekanan darah dan gula darah, detak jantung menjadi
lebih cepat dan gangguan pencernaan. Apabila gugahan fisiologis ini terjadi
berkepanjangan, akan menjadi krosnis dan pada akhirnya akan
menyebabkan penyakit yang diderita menjadi lebih parah. Gugahan-gugahan
tersebut akan membawa berbagai konsekuensi dalam kehidupan individu.
41
Memburuknya hubungan interpersonal adalah konsekuensi negatif stres,
selain bertambah parahnya penyakit yang dideritanya.
lntervensi menurut Greenberg (2002) adalah upaya yan11 dilakukan untuk
menghambat konsekuensi negatif dari stres. lntervensi dapat dibagi menjadi
intervensi situasi, intervensi persepsi, ralaksasi dan olahraga rekreasi
(Greenberg,2002).
a. lntervensi terhadap situasi (life-situasion intervention)
Langkah pertama yang dapat dilakukan oleh individu adalah melalui
intervensi terhadap situasi yang merupakan sumber s;tres. Manajemen
stres yang baik dimulai dengan mengontrol sumber stres seminim
mungkin. Jika sumber stress dapat dikontrol, individu tidak
mempersepsikan situasi tersebut sebagai sesuatu yang mengancamnya,
sehingga individu dapat terhindar dari efek negatif stres. lntervensi
terhadap situasi merupakan sumber stres dengan me,lakukan berbagai
kegiatan.
b. lntervensi terhadap persepsi (perception intervention)
Ketika individu tidak mampu mengontrol sumber stres dan mempunyai
persepsi bahwa situasi tersebut mengancam dirinya, maka yang harus
dilakukannya adalah intervensi terhadap persepsinya, agar tidak muncul
gugahan emosional yang negatif yang ada pada dirinya. Upaya ini
42
dinamakan intervensi terhadap persepsi (perception intervension). Melalui
intervensi terhadap persepsi ini, individu diharapkan dapat mengubah
persepsi buruknya terhadap suatu situasi yang merupakan sumber stres,
sehingga dampak negatif stres dapat dikurangi.
lntervensi ini terdiri dari berbagai teknik, antara lain memilih perhatian,
menggunakan humor, meningkatkan keyakinan diri, rnengurangi
kecemasan, dan menikmati hidup (Greenberg, 2002) .
1) Memilih perhatian
Teknik ini dimulai dengan menyadari bahwa tiap situasi mempunyai
dua sisi, yaitu sisi negatif dan positif. Perhatian kemudian lebih
difokuskan hanya pada sisi positif dari situasi ters1ebut, tanpa berusaha
menyangkal adanya sisi negatif.
2) Menggunakan humor
Humor dapat dianggap rnembawa perubahan psikologis dan fisiologis.
Melalui tertawa terjadi peningkatan aktifitas otot, sistem pernafasan,
detak jantung, dan sirkulasi udara. Perubahan ini akan diikuti oleh
keadaan relaks yang menyebabkan sistem pemafasan, detak jantung,
dan otot kembali normal. Sementara secara psikoiogis, humor akan
mengurangi ketegangan, stres dan kemarahan yang dialami oleh
individu. Melalui humor, situasi yang merupakan sumber stres tidak
dipersepsikan sebagai situasi yang mengancam dan membahayakan
tetapi merupakan suatu hal yang lucu dan menggeilikan.
43
3) Meningkatkan keyakinan diri
Jika seseorang tidak yakin kepada dirinya, maka ia akan lebih mudah
dipengaruhi oleh orang lain atau pemikiran negatif dari dalam dirinya.
Karena itu keyakinan seseorang bahwa ia mampu mengontrol sumber
stres akan membantunya mengurangi dampak negatif stres.
Keyakinan pada dirinya erat kaitannya dengan harga diri (self-esteem).
Harga diri merupakan hal yang esensial dalam manajemen stres.
Harga diri mengacu pada seberapa besar seseorang menghargai
dirinya sendiri. lndividu yang memiliki harga diri yang rendah mudah
mengalami stres karena ia tidak memiliki pemikiran yang positif
terhadap dirinya sendiri, dan tidak bertindak tegas. Harga diri dapat
dipelajari dan diubah. Dalam intervensi ini, individu pertama-tama
harus menyadari kekurangan atau kelemahan yang ada pada dirinya
telah dapat diatasi, maka akan lebih mampu men~1atasi masalah yang
ada.
4) Mengurangi kecemasan
Kecemasan (anxiety) merupakan ketakutan yang tidak realistis yang
dapat mengakibatkan gugahan fisiologis dan diikuti gejala-gejala
perilaku menghindar. Untuk mengatasi kecemasan dapat dilakukan
dengan berbagai cara. Cara yang paling sederhana untuk mengatasi
kecemasan, antara lain:
44
a) Reliabeling, yaitu memberikan lebel baru yang lebih positif
terhadap stimulus yang dianggap sumber stre1:;.
b) Self-talk, yaitu upaya meyakinkan diri sendiri bahwa konsekuensi
dari situasi tersebut tidak seburuk yang diduga.
c) Thought stopping, yaitu menghentikan pemikiran negatifterhadap
suatu stimulus dilingkungan yang dianggap sumber stres secara
tiba-tiba.
d) Rational thinking, yaitu berusaha berpikir secara rasional tentang
sumber stres dan segala konsekuensinya.
e) Systematic desensitization, yaitu berusaha berpikir secara rasional
tentang sumber stres dan segala konsekuensinya.
5) Menikmati hidup
Hidup akan terasa lebih indah jika dinikmati. Untul< dapat menikmati
hidup yang harus dilakukan adalah menghayati setiap kegiatan yang
dilakukan dengan keyakinan bahwa suatu kegiatan atau peristiwa
tidak akan terulang lagi dimasa yang akan datang . Dengan demikian,
akan timbul pula kesadaran bahwa setiap kegiatan yang berharga
akan melakukan kegiatan tersebut sebaik mungkin. Pada akhirnya,
suatu kegiatan atau peristiwa yang merupakan surnber stres tidak
akan membawa konsekuensi negatif.
46
segala sesuatu yang terjadi ditempat tersebut melalui perumpamaan,
maka ia akan semakin relaks.
2) Meditasi, bertujuan untuk mengontrol perhatian sehingga individu
dapat memfokuskan perhatiannya. Meditasi pada dasarnya adalah
pemusatan perhatian, perasaan, dan kemampuan disertai pernafasan
yang diatur dan sistematis.
3) Relaksasi progresif (progressif relaxation). Merupakan teknik yang
menggunakan perenggangan otot-otot untuk mencapai keadaan
santai. Dalam teknik ini oto-otot dikontraksi, kemudian membuatnya
menjadi relaks. Kemudian bergerak secara progre:ssif dari satu
kelompok otot kekelompok lain. Tujuan dari latiha1n kontraksi otot-otot
adalah untuk mengenai bagaimana rasanya jika otot mengalami
ketegangan. Sementara latihan relaksasi bertujuan untuk dapat
menggunakannya dengan tepat ketika dirasakan munculnya
ketegangan pada otot tertentu. lntinya adalah individu menjadi peka
terhadap otot yang tegang dan dapat melakukan relaksasi terhadap
otot yang tegang tersebut.
4) Biofeedback, merupakan teknik yang dapat memberikan informasi
secara langsung tentang apa yang terjadi pada tubuh. Teknik ini
dilakukan jika individu kurang memiliki kepekaaan terhadap perubahan
fisiologis yang terjadi pada tubuhnya, sehingga dibutuhkan alat bantu
untuk meningkatkan kepekaannya. Dalam teknik ini diukur respon
47
fisiologis tubuh terhadap stres dan memungkinkan individu untuk
melakukan relaksasi yang tepat untuk membantu tubuh kembali ke
kondisi normal. Akan tetapi teknik ini masih sangat jarang digunakan
karena membutuhkan tenaga ahli dan peralatan yang tidak murah,
sehingga melakukan teknik ini dibutuhkan biaya yang cukup mahal.
5) Teknik relaksasi lainnya, terdapat pula jenis relaksasi selain yang
disebutkan diatas, seperti yoga dan latihan pernafasan.
d. Olahraga rekreasi
Gugahan fisiologis yang terjadi terus menerus akan menimbulkan dampak
negatif bagi individu. Untuk dapat menghindari dampak negatif dari stres,
sangat perlu suatu upaya mempertahankan kebugara1n tubuh, antara lain
melalui olahraga rekreasi atau olahraga yang dilakukan sekedar untuk
menjaga kebugaran tubuh, bukan olahraga untuk mencapai suatu
prestasi. Berbagai jenis olahraga rekreasi yang dapat dilakukan, seperti
jogging dan jalan pagi.
Olahraga dapat meningkatkan kesehatan fisil< dan ps!kologis. Untuk
kesehatan fisik, olahraga dapat meningkatkan paru-paru dan jantung,
menjaga tekanan darah dan meningkatkan ketahanan tubuh. Sedangakan
untuk psikologis, olahraga dapat membuat pil<iran menjadi fres sehingga
dapat berpikir positif.
48
C. Dukungan Sosial
1. Pengertian dukungan sosial
Banyak ahli yang mendefinisikan dukungan sosial, diantaranya adalah
Sarafino (1990) yang menyatakan bahwa adanya dukun9an sosial berarti
adanya penerimaan dari orang atau sekelompok orang terhadap individu
yang menimbulkan persepsi dalam dirinya bahwa ia disayangi, diperhatikan,
dihargai dan ditolong (dalam Smet, 1994) . Definisi serupa juga diutarakan
oleh Sarason (1983), ia menekankan adanya orang lain yang dapat
diandalkan kemampuan dan kehadirannya jika individu dalam keadaan yang
memerlukan bantuan dan orang tersebut menunjukkan bahwa ia peduli,
menyayangi dan menghargai individu. Gottlieb (dalam Smet, 1994)
mendefinisikan dukungan sosial secara operasional yaitu bahwa dukungan
sosial terdiri dari informasi atau nasehat verbal dan non verbal yang diberikan
oleh suatu jaringan sosial tersebut dan mernpunyai manfaat perilaku bagi
pihak penerirna.
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan dukungan sosial adalah pernberian bantuan dalam berbagai bentuk
seperti perhatian, kasih sayang, penilaian, dan nasehat yang berdampak
positif bagi individu. Dukungan sosial didapatkan individu dari hubungannya
dengan orang lain dalam suatu jaringan sosial yang dapat diandalkannya.
49
Dukungan terbagi menjadi dua bagian, yaitu dukungan sosial yang aktual
atau nyata dan dukungan sosial yang dipersepsikan. Secara lebih jelasnya,
Cobb (dalam Veiel, 1992) menjelaskan dukungan sosial yang dipersepsikan
adalah efek dari hubungan yang membentuk keyakinan bahwa: (1) ia
merupakan anggota suatu jaringan komunikasi dan hubungan yang sating
menguntungkan, dimana ia dapat bergantung kepada jaringan tersebut; (2) ia
dicintai dan diperhatikan; (3) ia dihargai dan dinilai tinggi oleh orang lain
2. Bentuk-bentuk dukungan sosial
Selain memberikan definisi, para ahli juga menguraikan bentuk-bentuk dari
dukungan sosial diantaranya adalah House (dalam Smet, 1994) dan Cobb
(dalam Veiel, 1992).
Pembagian bentuk dukungan sosial dari para ahli ini mirip satu sama lain dan
sating melengkapi. Berdasarkan pembagian bentuk-bentuk dukungan sosial
yang telah mereka uraikan, ada lima bentuk umum, yaitu (Cobb, dalam Veil,
1992):
a. Dul<Ungan emosi (emotional support)
Dul<ungan emosi mengacu pada bantuan yang berbentuk dorongan yang
membesarkan hati, kehangatan dan kasih sayang. Dukungan ini
dikatakan melibatkan perhatian, rasa percaya dan empati. Beberapa ahli
50
rnelihatnya sebagai suatu bentuk tingkah laku yang rnenurnbuhkan
perasaan nyarnan dan rnernbuat individu percaya bahwa ia dihorrnati,
dihargai, dicintai dan rnerasa arnan. House (dalarn smet, 1994)
rnenyatakan bahwa dukungan ernosi rnencakup ungkapan ernpati,
kepedulian dan perhatian terhadap individu. Oapat disirnpulkan bahwa
dukungan ernosi lebih rnenitikberatkan pada dukunga1n yang berupa
ungkapan perasaan seorang individu terhadap orang lain.
b. Dukungan penghargaan (esteem support)
House rnenyatakan bahwa dukungan penghargaan terjadi lewat
ungkapan penghargaan atau penilaian positif untuk individu, dorongan
maju dan semangat, atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan
individu, dan perbandingan positif individu dengan orang lain (dalam
Smet, 1994). Pada dukungan penghargaan dititikberatkan pada adanya
ungkapan penilaian yang positif atas individu dan penerimaan individu
apa adanya. Bentuk dukungan ini membentuk perasaan dalam diri
individu bahwa ia berharga, mampu dan berarti.
c. Dukungan instrumental/material (instrumentaVmaterial support)
Dul<Ungan material ini mengacu pada penyediaan barang dan jasa yang
dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah yang secara
praktis. Tennasuk bennacam-macam aktifitas seperti menyediakan
bantuan, meminjamkan atau memberikan uang. Wills (dalam Orford,
51
1992) menyimpulkan bahwa dukungan ini sangat releivan untuk orang
dengan pendapatan rendah.
d. Dukungan informasi (informational support)
Menurut House (dalam Smet 1994) dukungan informasi memilki dua
bentuk, yaitu dukungan informasi atau mengajarkan suatu keterampilan
yang dapat memberikan solusi atas suatu masalah, misalnya berupa
petunjuk, nasehat atau penghargaan. Bentuk lainnya yaitu dukungan
informasi yang berupa dukungan penilaian (appraisal support) yang
melibatkan informasi sehingga dapat membantu seseiorang dalam menilai
kemampuan dirinya seperti dengan memberikan umpan balik atas
keterampilan yang dimiliki individu. Jadi dukungan informasi adalah
dukungan yang diberikan dengan cara memberikan informasi baik berupa
nasehat, saran, umpan balik atau cara-cara yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah.
e. Dukungan persahabatan (companionship support)
Dukungan persahabatan merupakan suatu interaksi sosial yang positif
dengan orang lain dimana individu dapat menghabiskan waktu dengan
individu lain dalam suatu akitivitas sosial dan hiburan. Menurut Orford
(1992) hal ini dapat menurunkan stres karena dapat memenuhi kebutuhan
individu akan afiliasi dan kontak dengan orang lain sehingga tidak
membuatnya terlarut dalam kekhawatiran atas masalah yang dihadapi
serta dapat membantu menciptakan suasana hati yang positif.
52
Bentuk dukungan yang diperlukan dan diterima individu tergantung pada
keadaan dan situasi stres yang dihadapinya. Misalnya, dukungan
instrumental akan lebih efektif untuk masalah yang membutuhkan bantuan
nyata seperti kemiskinan. Sedangkan dukungan informatif akan lebih
bermanfaat jika individu memiliki kekurangan pengetahuan atau keterampilan
dan dalam keadaan yang sangat tidak pasti tentang persoalan yang dihadapi
individu seperti prognosis penyakit yang be rat (dalam Smet, 1994)
3. Sumber dukungan sosial
Sumber-sumber dukungan sosial dikelompokkan oleh Gottlieb (1993)
berdasarkan penelitian para ahli mengenai dukungan sosial, yaitu dukungan
sosial dapat berasal dari:
a. Orang-orang sekitar individu yang termasuk kalangan non-profesional
(significant others), seperti: keluarga, teman dekat atau rekan kerja.
b. Professional, seperti psikolog atau dokter.
c. Kelompok-kelompok dukungan sosial (social support group).
Hubungan dengan kalangan non-profesional merupakan hubungan yang
menempati bagian terbesar dari kehidupan seorang individu dan menjadi
sumber dukungan sosial yang sangat potensial. Menurut Gottlieb (1983)
konstribusi yang mereka berikan terhadap kesejahteraan individu berbeda
dengan konstribusi dari kalangan professional. Hal ini dikarenakan antara
53
individu dengan kalangan non-profesional lebih mudah diperoleh, bebas dari
biaya finansial dan berakar pada keakraban yang cukup lama. Selain itu
dukungan ini dapat terjadi melalui cara pemberian yang bervariasi, mulai dari
pemberian berupa material sampai hanya sekedar menjadi pendengar yang
baik.
Kalangan professional juga dapat menjadi dukungan sosial bagi individu.
Suatu penelitian yang dilakukan Carey (dalam Taylor, 1986) terungkap
bahwa dokter dan perawat dapat menjadi sumber dukungan sosial bagi
pasien kanker menghadapi ambiguitas dan ketakutan yang dirasakannya.
Sumber dukungan sosial lain yang juga bermanfaat bagi individu adalah
kelompok-kelompok dukungan sosial (Taylor dkk, 1996). Kelompok
pendukung (support group) merupakan suatu kelompok kecil yang
melibatkan interaksi langsung dari para anggotanya, menekankan pada
partisipasi individual yang hadir secara sukarela yang bertujuan untuk secara
bersama-sama mendapatkan pemecahan masalah dalarn menolong
anggota-anggota kelompok menghadapi masalahnya se11a menyediakan
dukungan emosi kepada para anggotanya.
Pada umumnya para anggota dari sebuah kelompok pendukung memiliki
masalah yang serupa, misalnya sama-sama menderita kanker payudara. Hal
ini menjadi alasan tersendiri bagi individu yang memiliki rnasalah serupa
54
untuk bergabung dalam kelompok tersebut. lndividu-individu yang berada
dalam keadaan yang sama atau pernah mengalami keadaan yang serupa
dengan yang dialami oleh target penerima dukungan sosial, dipersepsikan
lebih mampu untuk rnemberikan dukungan sosial yang dibutuhkan. Keadaan
ini terjadi karena mereka lebih dapat menunjukkan sikap empati kepada
target penerima dukungan sosial.
Hal di atas diperkuat oleh hasil penelitian Dakof dan Taylor (dalam Cohen,
1992) menunjukkan bahwa pada kelompok individu yangi mengalami trauma
atau penderitaan seperti pasien kanker, dukungan
emos~
dan harga diri
sangatlah dipertukan dalam mengurangi atau mengontrol sires sedangkan
dukungan informasi dan materi dianggap kurang mampu. Walaupun
dernikian, Cohen juga rnenyatakan bahwa penelitian lain ditemukan bahwa
pada sebagian pasien kanker dukungan informasi dari pihak medis (dokter)
sangatlah dihargai.
Hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa adanya dukungan sosial
terutama dukungan emosional yang diterima pada saat penderita menjalani
diagnosis dan pengobatan dapat mernbantu penyesuaian diri penderita
terhadap penyakit kanker payudara (Meyerowitz's dalam Gottlieb, 1983).
Meyerowitz's dalam buku yang sama mengemukakan balhwa sumber-sumber
dukungan pada penderita kanker payudara diperoleh dani dokter dan profesi
55
kesehatan lainnya, dari suami dan keluarga, serta dari
p1~nderita
lain yang
mempunyai permasalahan yang sama dengan penderita.
Pada penderita kanker, jenis dukungan berarti yang paling banyak
dikemukakan adalah dukungan emosional yang mencakup pernyataan cinta
kasih sayang, keprihatinan, membesarkan hati, dan pennertian (Dunkel &
Schetter dalam Ahmad Muhidin, 2004). Sedangkan bantuan informasi
tentang penyakitnya membantu bila yang memberikannya adalah profesi ahli
di bidangnya. Dukungan lain berupa dukungan materil dan harga diri dari
anggota keluarga, terutama yang berhubungan dekat se1::ara emosional
seperti suami, anak, ibu, dan bapak akan sangat dibutuhkannya.
4. Peran dukungan sosial terhadap manajemen stres
Kebanyakan ahli psikologi akan setuju bahwa dukungan sosial merupakan
faktor penting dalam manajemen sires. Dukungan sosial dianggap peran
positif dalam usaha mengurangi atau mengontrol sires. Beberapa peneliti
mengemukakan pandangan bahwa dukungan sosial dapat meringankan
dampak negatif stres pada individu. Pandangan ini dikenal dengan istilah the
stress-bufffering model (Cohen & Wills, dalam Sheridan<!. Radmacher, 1992).
Dalam pendangan ini dinyatakan bahwa stres dapat mengakibatkan
kesehatan individu memburuk, namun dengan adanya hubungan sosial yang
56
dijalin individu dengan orang disekitarnya, maka dampak stres itu dapat
dikurangi (Kaplan, Sallis Jr. & Patterson, 1993).
Hal di atas dijelaskan oleh Thoits {dalam Cutrona & Russel, 1990) yang
menyatakan bahwa ada interaksi-interaksi interpersonal tertentu yang dapat
memaksimalkan usaha individu dalam mengurangi atau mengontrol stres.
lnteraksi interpersonal yang dipersepsikan individu dapait meringankan atau
membantu mengatasi masalah, akan sangat berarti bagi individu tersebut.
Wethington & Kessler (dalam Kessler, 1992) menyatakan bahwa apabila
individu merasa bahwa ia mendapat dukungan sosial, maka ia akan
menganggap bahwa situasi yang menekan sesuatu tidak mengancam atau
menekan dirinya. Jadi persepsi akan tersedianya dukungan sosial berperan
penting dalam manajemen stres individu (Cohen, 1992).
Model dukungan sebagai stress-buffer dapat dijelaskan rnelalui konsep
kesesuaian antara kebutuhan dan dukungan sosial. PenE~litian terdahulu dari
Cohen & McKay dan Cohen & Willis (dalam Cohen, 1992) mengungkapkan
bahwa stress-buffering hanya akan terjadi apabila terdapat kesesuaian
antara kebutuhan, yang dibutuhkan individu dalam situasi stres, dengan
tersedianya dukungan sosial tertentu (dalam fungsi/ bentuk tertentu) yang
dipersepsikan oleh individu. Misalnya memiliki seseorang yang dapat
57
memahami kesedihan dan kekhawatiran, akan sangat berarti bagi individu
yang baru saja kehilangan pasangannya.
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa mengetahui hal-hal yang menjadi
kebutuhan individu dalam menghadapi sires adalah hal yang sangat penting.
Hobfoll, Stroebe (dalam Cohen, 1992) menyatakan bahwa stressoradalah
suatu peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian atau kehilangan.
Selanjutnya, muncul tuntutan dalam diri individu untuk mengatasi atau
mengganti kerugian atau kehilangan tersebut.
Cutrona (dalam Cohen, 1992: Cutrona & Russel, 1990) melihat sifat peristiwa
yang menimbulkan stres (stressor) sebagai acuan untuk menentukan
dukungan sosial yang sesuai. Peristiwa yang dapat dikontrol membutuhkan
dukungan nyata atau informasi, agar individu dapat mengendalikan
kemunculannya dan akibat yang ditimbulkannya. Peristiwa yang tidak dapat
dikontrol lebih membutuhkan dukungan emosi, untuk membantu individu
mengatasi perasaan-perasaan emosi negatif (tidak menyenangkan) yang
muncul dari peristiwa tersebut. Contoh dari peristiwa yang tidak dapat
dikontrol adalah menderita penyakit kronis, seperti kanker.
Dukungan sosial yang dipersepsikan denganobaik dan mampu memenuhi
kebutuhan yang dituntut dalam situasi stres, akan membanltu mengurangi
dan mengontrol dampak negatif stres tersebut. Sikap lingkungan yang selalu
58
memberi dukungan sosial akan memberikan kesan positif dalam diri individu.
Dalam hal ini akan terbentuk persepsi bahwa di lingkungannya tersedia
dukungan sosial bilamana individu membutuhkan dukun9an tersebut bisa
didapatkan. Persepsi berdasarkan pengalaman masa lalu ini akan membantu
individu ketika mengahadapi situasi yang menekan, ia merasa siap dan
cukup memiliki sumber daya untuk mengatasi atau men9ontrol stres itu
(Cohen, 1992).
Dukungan sosial yang diterima secara positif oleh individu dapat dirasakan
pengaruhnya secara langsung oleh individu sehingga ernosinya dapat stabil
kembali, juga harga dirinya kembali menguat dengan berkurangnya
pandangan atau perasaan negatif tentang diri sendiri. Namun, dukungan
sosial dapat diterima secara negatif bila perilaku atau sikap dari lingkungan
tidak dipersepsikan sebagai sesuatu yang mendukung oleh individu, maka
stres akan dirasakan lebih berat (Cohen, 1992).
59
BAB Ill
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam melaksanakan suatu penelitian, metode penelitian merupakan bagian
yang sangat penting dan sangat menentukan sukses atau tidaknya suatu
penelitian tersebut, sebab metode penelitian merupakan panduan bagi
peneliti dalam melaksanakan suatu penelitian.
A. Pendekatan dan Metode Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peranan
dukungan sosial yang dipersepsikan yang diterima
pendi~rita
kanker
payudara dalam manajemen stres yang dilakukannya. Untuk menjawab
permasalahan dalam penelitian ini digunakan pendekata1ri kualitatif, dirnana
dengan pendekatan ini akan rnernungkinkan peneliti rnempelajari isu-isu
secara mendalam dan rnendetail yang dirasakan individu rnengenai topik
yang diangkat.
Bodgan dan Taylor (1975) rnendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang rnenghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
rnaupun lisan dari orang-orang yang perilakunya diarnati.
60
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode deskriptif
dengan studi kasus. Metode penelitian deskriptif sebagai kegiatan yang
meliputi pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis atau menjawab
pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yan£1 sedang berjalan
dari pokok penelitian. Studi kasus dipandang sebagai strategi yang cocok
untuk jenis penelitian yang menempatkan peneliti hanya memiliki sedikit
peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki dan fokus
penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer (masa kini) di dalam
kehidupan nyata (Yin, 2003)
B. Metode Pengumpulan Data
Metode kunci yang umumnya banyak dipakai dalam pem:ilitian kualitatif
dengan pendekatan studi kasus adalah wawancara dan observasi. Dengan
wawancara dan observasi diharapkan peneliti mendapatkan data yang
mendalam sehingga dapat memberikan gambaran mengenai apa yang
dirasakan oleh individu berhubungan dengan topik yang diangkat.
1. Wawancara
Kerlinger (1986) mendefinisikan wawancara sebagai berikut
''A face to face interpersonal role situation which one person, the
interviewer, ask a person being interviewed, the respondent, question
designed to obtain answerpertinent to the research pmblem".
61
Sedangakan rnenurut Marshall dan Rossman (1989) wawancara adalah
"... a method of data collection that may describe as an interaction
involving the interviewee, the purpose of which is to obtain valid and
reliable information".
Mengacu kepada dua definisi di atas, wawancara dilakukan oleh dua
pihak yaitu pewawancara yang rnengajukan pertanyaan dan yang
diwawancarai yang rnernberikan jawaban atas pertanyaan dalarn
penelitian tersebut guna rnendapatkan inforrnasi tentang perrnasalahan
yang diteliti.
Wawancara dianggap sebagai salah satu sumber informasi yang sangat
penting dan esensial bagi pendekatan studi kasus, karena dapat
rnengangkat pengalarnan, pendapat, perasaan, pengetahuan individu
yang khas sehubungan dengan topik yang diangkat (Yin, 2003).
Dengan rnenggunakan wawancara peneliti dapat berhubungan langsung
dengan subyek penelitian yang diarahkan untuk mernaharni perspektif
subyek tersebut terhadap kehidupan, pengalarnan atau situasi yang
seperti rnereka ungkapkan dengan kata-kata rnereka sendiri. Jadi data
yang didapat rnerupakan data yang benar-benar natural dan tidak dibuat-
62
buat, yang digunakan untuk mengerti tingkah laku yang kompleks dari
subyek tanpa adanya praduga terlebih dahulu.
2. Observasi
Untuk memperkaya data-data yang didapat dari wawancara dilakukan
observasi sebagai metode penunjang. Observasi merupakan metode
pengumpulan data esensial dalam penelitian, terutama pada penelitian
kualitatif. Observasi sering kali bermanfaat memberikan informasi
tambahan (Yin, 2003) yaitu dengan mendapatkan gambaran terperinci
mengenai kegiatan, perilaku, tindakan individu serta proses interaksi
sosial selama wawancara.
Tujuan observasi dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
setting atau situasi lingkungan pada saat wawancara dan juga
mendeskripsikan sikap dan tingkah laku subyek selama wawancara itu
sendiri. Peneliti melakukan observasi kepada setiap subyek selama
berjalannya wawancara untuk memperoleh data yang lebih kaya akan
topik yang diteliti.
3. Alat bantu pengumpulan data
Dalam penelitian ini, peneliti menyiapkan sebuah pedoman wawancara
yang disusun berdasarkan teori atau konsep yang telah peneliti
63
ungkapkan pada bab landasan teori. Pedoman wawa1ncara ini berfungsi
untuk mengingatkan peneliti akan aspek-aspek yang harus dibahas,
sekaligus sebagai daftar pengecek apakah aspek-aspek tersebut telah
dibahas dan ditanyakan. Pedoman wawancara ini ju£1a berguna untuk
menjamin tercapainya tujuan dari wawancara dan untuk memastikan
peneliti memperoleh semua informasi yang dibutuhkan dari setiap obyek.
Pedoman wawancara ini bersifat umum, mencantumkan aspek-aspek
yang perlu ditanyakan tanpa menentukan urutannya secara baku, dan
dapat berkembang selama berjalannya wawancara. Selain pedoman
wawancara, alat bantu lainnya adalah tape recorder, untuk merekam hasil
pembicaraan selama wawancara. Hal ini dilakukan tentunya dengan izin
dari setiap subyek. Tape recorderdigunal<an untuk memastikan peneliti
dapat mendengarkan kembali dan kemudian menganalisis seluruh hasil
pembicaraan tanpa ada yang terlewat sehingga didapatkan informasi
yang utuh dari setiap subyel<.
C. Suli>yek Penelitian
1. Karakteristik subyek
Mengingat penelitian ini mempunyai masalah dan tujuan seperti yang
telah diuraikan sebelumnya, maka karakteristik subyek yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah:
64
a. Usia subyek penelitian
Batasan usia yang digunakan dalam penelitian ini adalah usia antara
30-50 tahun. Alasan peneliti menggunakan batasan usia ini karena
seorang wanita dalam usia ini masih produktif.
b. Stadium penyakit kanker payudara yang diderita
Subyek yang digunakan adalah wanita yang penyakit kanker
payudaranya berada pada stadium dibawah IV, artinya pada saat
penelitian penyakit subyek berada pada stadium I, II, atau Ill. Hal ini
dikarenakan sel-sel kanker belum mengalami penyebaran yang
meluas, masih dalam tahapan yang memungkinka1n kesembuhan.
c. Pendidikan
Subyek minimal lulus SMA atau sederajat. Hal ini agar memudahkan
peneliti dalam berkomunikasi dengan subyek.
d. Sudah berkeluarga
Subyek yang digunakan adalah wanita penderita kanker payudara
yang sudah berkeluarga, alasan ini ditetapkan karena segala tindakan
yang akan dilakukannya, terlebih dahulu akan mempertimbangkan
kebahagiaan keluarga. Dukungan keluarga merupakan hal
paling
penting
untuk
memanajemenkan stresnya.
penderita
kanker
payudara
yang
dalam
65
2. Jumlah subyek
Menurut Strauss (1990) dalam penelitian dengan pendekatan kualitatif,
tidak ada aturan yang pasti mengenai jumlah subyek yang harus dipenuhi.
Jumlah subyek sangat bergantung pada apa yang ingin diketahui peneliti,
tujuan peneliti, konteks saat itu, apa yang dianggap bermanfaat dan dapat
dilakukan dengan waktu dan sumber daya yang tersedia. Sulitnya
mendapatkan orang yang bersedia menjadi subyek penelitian, karena
masalah penelitian yang cukup sensitif, membuat jumlah subyek menjadi
terbatas, yaitu 3 (tiga) subyek. Diharapkan ketiga subyek cukup dapat
menggambarkan
peran
dukungan
sosial
dalam
mengurangi
atau
mengontrol stres pada penderita kanker payudara.
3. Teknik pengambilan sampel
Penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling. Dalam purposive
sampling pemilihan sekelompok subyek didasarkan atas ciri-ciri atau sifatsifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan
ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Ciri-ciri
atau sifat-sifat tersebut telah ditetapkan, seperti yann telah dibahas pada
sub bab karakteristik subyek yaitu wanita yang usianya 30-50 tahun,
stadium penyakit dibawah stadium IV, sudah berkeluarga, dan pendidikan
minimal SMA atau sederajat.
66
D. Prosedur Penelitian
1. T ahap persiapan
Persiapan dalam penelitian ini meliputi persiapan pedoman wawancara dan
sumber data.
a. Membuat pedoman wawancara yang digunakan sebagai acuan dalam
melakukan wawancara.
b. Membuat lembar observasi.
c. Membuat lembar kesediaan sebagai subyek penelitian.
d. Menyediakan tape recorder dan kaset kosong untuk merekam hasil
wawancara.
2. Tahap pelaksanaan
a. Penelitian
ini
dimulai
pada
pertengahan
.Juni
2008
sampai
pertengahan Juli 2008.
b. Membuat kesepakatan dengan subyek mengenai kesediaan subyek
untuk diwawancara.
c. Menggunakan pedoman wawancara yang telah dibuat dan disetujui
oleh dosen pembimbing sebagai acuan dalam melakukan wawancara.
d. Melakukan wawancara sesuai dengan tanggal dain tempat yang telah
disepakati bersama.
67
e. Berdasarkan hasil wawancara kemudian dibuat laporannya secara
verbatim untuk mempermudah proses analisa dan dilakukan analisis
deskripstif.
E. Prosedur Analisa Data
Data yang diperoleh dari penelitian yang menggunakan metode kualitatif
merupakan
kata-kata.
Untuk
itulah
dibutuhkan
ke
hati-hatian
dalam
melakukan analisis agar tidak menyimpang dari tujuan p1enelitian.
Analisis data menurut Patton (Moloeng, 2001) adalah proses pengatur urutan
data, mengorganisasikan kedalam satu pola, kategori dan uraian dasar.
Untuk melakukan analisis terhadap data hasil penelitiain ini, akan dilakukan
cara-cara sebagai berikut:
1. Mengubah hasil wawancara dari bentuk rekaman suara menjadi bentuk
tertulis secara verbatim.
2. Mengkategorikan data yang relevan dengan permasalahan.
3. Membuat analisis antar subyek secara keseluruhan dan membandingkan
tiap subyek untuk masing-masing kategori.
4. Membuat kesimpulan dari seluruh data yang merupakan jawaban dari
pertanyaan penelitian.
68
BABIV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Subyek
Dalam bagian ini akan dijelaskan data-data mengenai identitas pribadi dan
riwayat penyakit subyek yang berkaitan dengan permasalahan penelitian,
sehingga dapat diperoleh gambaran yang lebih baik mengenai subyeksubyek dalam penelitian ini.
T abel. A. 1. Keterangan ldentitas Pribadi Subyek
Kasus I
Kasus II
Kasus Ill
Nam a
NH
AH
MH
Usia
47 tahun
37 tahun
32 tahun
Agama
Islam
Islam
Islam
Suku Bangsa
Indonesia
Indonesia
Indonesia
Pendidikan
SPG
SMK
SMK
Aktifita/Pekerjaan
lbu rumah tangga
Usia Perkawinan
Pegawai Negeri
Sipil (PNS)
21 tahun
17 lahun
Tenaga Kerja
WAnita (TKW)
12 tahun
Pekerjaan Suami
Karyawan Swasta
Buruh
Buruh
Jumlah Anak
2; perempuan
dan laki-laki
Akademi (2)
3; laki-laki (1),
perempuan (2)
SMK(1), SMP(2),
2; Laki-laki dan
perempuan
SD
Pendidikan Anak
69
j Hobby/Kegemaran
I Membaca
J
Memasak
I Memasak
Kedua subyek penelitian yang diwawancarai sudah mernasuki masa dewasa
tengah, sedangkan satu orang subyek berada pada masa dewasa awal.
Ketiga subyek menganut agama yang sama. Tingkat pendidikan ketiga
subyek yang lulus sekolah menengah atas (SMA) atau sekolah menengah
kejuruan (SMK) cukup berpengaruh positif dalam kelancaran jalannya
wawancara. NH lulusan sekolah pendidikan guru, sedan9akan AH dan MH
lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK).
Ketiga subyek mempunyai pekerjaan yang berbeda, NH sebagai pegawai
negeri sipil (PNS) yang ditugaskan mengajar taman kanak-kanak (TK) di
perumahan polri di daerah Tanjung Priuk, AH seorang ibu rumah tangga
selain itu ia berjualan gado-gado didepan rumahnya, sedangkan MH seorang
tenaga kerja wanita (TKW) sebagai pembantu rumah tangga yang bekerja di
Singapura. Semenjak payudara MH membesar, MH sudah tidak bekerja lagi
sebagai TKW di Singapura. MH diberhentikan oleh majikannya karena
penyaldt yang ia derita.
Masing-masing subyek memiliki kegemaran atau hobi yang dilakukan untuk
mengisi waktu luang. NH senang membaca karena ia berprofesi sebagai
guru maka ia harus rajin membaca sehingga informasi yang ia peroleh dari
70
membacanya bisa disampaikan kepada anak didiknya. /\H dan MH senang
memasak untuk keluarga, AH juga setiap hari diharuskan memasak sayursayuran untuk campuran gado-gadonya, sedangkan MH selain memasak
untuk keluarga, sebagai pembantu rumah tangga diwajibkan memasak setiap
hari untuk majikannya.
Tabel. A. 2. Gambaran Riwayat Penyakit Gubyek
Kasus Iii
Kasus I
Nama
Kasus Ill
NH
AH
MH
Usia Subyek
45 tahun
37tahun
31 tahun
Usia Suami
49tahun
43 tahun
40 tahun
Usia Anak-anak
17 tahun (1), 16
tahun (2)
10 tahun (1), 8
tahun (2)
Stadium
II
16 tahun (1), 12
tahun (2), 2 tahun
(3)
II
Sejarah Keluarga
Tidakad<i
Tidakada
Ada
2006 (1),
September
2007(2), 2008 (3)
Obat-obat Herbal
(sampai sekarang)
Mei 2008
Juli 2008
Obat Tradisio111al
(sampai
sekarana)
Obat Tradisional
Cukuo baik
1 bulan sekali
Cukuo baik
-
Awai diagnosis
Ill A
Terapi Medis
pembedahan
Alternatif
Pasca teraoi
Kondisi sekarana
Kontrol Rutin
Cukuo baik
1 bulan sekali
71
Kedua subyek pada awal menerima diagnosis kanker payudara berada pada
masa dewasa tengah, sedangkan satu orang subyek berada pada dewasa
awal. Ketiganya sedang dalam masa aktif menjalani kegiatan-kegiatan
disamping sebagai ibu rumah tangga. Anak NH berusia 17 tahun dan 16
tahun, anak AH berusia 16 tahun, 12 tahun, dan 2 tahun, sedangkan anak
MH berusia 10 tahun dan 8 tahun. NH dan AH ketika didiagnosis dokter
menderita kanker payudara berada pada stadium II, sedangkan MH berada
pada stadium Ill A. Nenek MH juga menderita kanker payudara yang karena
penyakit itu akhirnya beliau meninggal. NH dan AH tidak mempunyai sejarah
keluarga yang menderita penyakit tersebut. Terapi medis yang dijalani ketiga
subyek adalah operasi pembedahan. Setelah pembedahan mereka tidak
mengalami terapi medis lainnya seperti penyinaran atau kemoterapi. Mereka
hanya menggunakan terapi non medis, NH meminum obat-obatan herbal
sedangkan AH dan MH meminum obat-obatan tradisional. Selain mereka
rnelakukan terapi secara alamiah dengan meminum obat-obatan tradisional
dan herbal, mereka juga secara rutin untuk kontrol kesehatan diri mereka ke
dokter sesuai dengan anjuran dokter, NH dan AH kontrol 1 bulan sekali
sedangkan MH belum melakukan kontrol karena MH bam tercatat sebagai
pasien di rumah sakit tersebut dan baru menjalani pengobatan secara medis.
72
Efek dari NH meminum obat-obat herbal adalah dapat rnelunakkan benjolan
di payudaranya. Sebelum minum obat-obat herbal itu, benjolan yang ada di
payudara NH terasa nyeri, setelah minum obat herbal itu rasa nyerinya
berkurang, sedangkan AH setelah minum obat tradisional, benjolan di
payudara yang sebelumnya keras kini sudah tidak keras lagi. Namun, MH
belum merasakan efek menghilangkan rasa nyeri dari obat-obatan tradisional
yang diminumnya.
Ketiga kondisi subyek pada saat ini masih belum baik. Dari hasil pemeriksaan
dokter belum dapat memastikan apakah sel kanker payudara akan tumbuh
lagi atau tidak. Masing-masing subyek masih tetap menjaga kesehatannya
dengan menjaga gizi makanan maupun hal-hal yang dianggap menjadi
pantang bagi mereka.
B. Gambaran dan Analisis Hasil Per Kasus
a. Kasus I (NH)
1. Gambaran Kasus NH
NH seorang ibu dengan 2 orang anak, anak pertama berusia 20 tahun
berjenis kelamin perempuan sedangkan anak kedua laki-laki yang berusia 19
tahun. Latar belakang pendidikan NH adalah SPG (sekolah pendidikan guru),
pekerjaan suaminya saat ini sebagai karyawan swasta disebuah perusahaan
yang bergerak dibidang pelayaran. Menurut NH, dia sangat menikmati
73
pekerjaannya sebagai guru taman kanak-kanak di sebuah komplek
perumahan polri di daerah Tanjung Priuk.
Awai pertama ia mengetahui bahwa ada kelainan di payudaranya adalah
pada setiap menstruasi, payudara NH terasa nyeri sekali. NH mengompres
payudaranya dengan handuk dan air hangat, ketika NH mandi, NH
menyabuni payudaranya, sejak itulah NH tahu bahwa di payudaranya ada
benjolan sebesar bola bekel yang kecil. NH pun bergegas lari kerumah orang
tuanya yang tidak jauh dari rumahnya. NH mengatakan k:epada ibunya,
"ma di payudaraku ada benjolan, coba mama pegang .... (ibunya
memegang payudara NH), ini benjolan apa yah ma? (tanya NH pada
ibunya) mudah-mudahan si ga apa-apa"
lbu NH langsung menyuruh NH periksa ke dokter hari itu juga. Mereka pun
bersiap ke dokter di daerah Cilincing. Dokter mengatakan "ini tumor yang
secepatnya harus diangkaf'. Pada tahun 2006 NH menjalani operasi
pengangkatan tumor (pembedahan) yang pertama di RS Sukanto. Setahun
kemudian di daerah yang sama tumbuh benjolan lagi, untuk kali ini
benjolannya sebesar bola kasti lebih besar dari yang pertama. Pada saat
inilah dokter mendiagnosis bahwa NH menderita kanker payudara stadium II.
Pada saat benjolan ini tumbuh kembali pada daerah yang sama NH merasa
takut dan cemas sekali, NH bingung apa sebenarnya penyakit ini, apakah ini
74
tumor atau kanker, NH pun tidak tahu persis perbedaan antara tumor dengan
kanker. NH bergegas memeriksakan dirinya ke dokter seorang diri.
Sesarnpainya di rumah sakit NH langsung bertanya pada dokter apa
sesungguhnya penyakit yang ia derita, dokter hanya menjawab "ini tidak apa-
apa, ini penyakit yang bisa diobati dan dihi/angkan", tetapi NH tahu bahwa
dokter hanya ingin membesarkan hatinya. NH berpikir bahwa penyakit yang
ia derita sangat serius, tidak mungkin kalau hanya biasa saja. Keluar dari
ruangan dokter, muka NH terlihat pucat dan sesekali ia menghapus air
matanya. Sesampainya di rumah NH lalu mengumpulkan seluruh keluarga
dan menceritakan hasil diagnosis dokter kepada keluarganya.
"Keluarga pada nangis semua, padahal pada waktu itu saya sudah
berusaha untuk tidak nangis, saya mencoba untuk terlihat tenang dan
saya berusaha untuk tidak membuat mereka sedih. Karena saya melihat
mereka nangis dan memeluk saya akhimya air mafo ini ke/uar juga
bahkan jadi saya yang paling kejer mungkin karena saya ka/i yah yang
menga/ami penyakit ini"'
Pada bulan September 2007 pembedahan yang kedua dilaksanakan di RS.
Sukanto. Setahun kemudian tahun 2008 ditempat yang sama pula benjolan
itu muncul kembali, kini benjolan itu sebesar bola sepak takraw. Dan akan
dioperasi kembali pada juli 2008. Saat-saat inilah NH merasa benar-benar
pasrah dan bersyukur pada Allah karena ia diberikan cobaan seberat ini.
75
" ... apapun yang Allah berikan untuk saya, saya ikhlas menerimanya.
Apapun yang terjadi, entah itu sembuh atau saya kembali kepada-Nya.
lnnalillahi Wa Inna llahi Rajiun .... Segala sesuatu akan kembali kepadaNya. Saya hanya berharap mudah-mudahan keturunan saya tidak ada
yang menderita penyakit ini, cukup Allah beril<an ke'Pada saya saja (NH
menangis tersenggul<-senggul<) ".
Pada saat seperti ini dukungan dari anak-anak sangat membantu. Anak-anak
NH selalu berkata,
"mamah pasti sembuh ko ..... asa/kan mamah rajin sho/at, berdoa dan
sela/u periksa ke dokter, aku juga al<an minta sama Allah untuk angkat
penyakit mamah, supaya kita tetap berkumpu/. Pokoknya mamah pasti
sembuh ..... aku yakin baget mamah bisa sembuh ..... mamah yang
semangat dan harus sabar .... "
Ketika NH didiagnosis menderita tumor hingga kanker payudara stadium II, ia
merasakan dukungan sosial dari semuanya, yang disebutnya sebagai
dukungan moril, yang kuat dari keluarga dan lingkungan sosialnya. Seluruh
keluarga sangat mendukung sekali NH untuk kembali menjalani pembedahan
untuk yang ketiga kalinya. Dukungan anak-anak sangat bernilai sekali untuk
NH, karena suami NH bekerja di pelayaran jadi beliau jarang pulang, operasi
pertama yang dijalani NH, suaminya tidak mendampingi, hanya anak-anak
yang selalu berada dekat disampingnya. Untuk operasi yang kedua suaminya
juga tidak mendampinginya karena kesibukan pekerjaan. Waiau demikian NH
tetap merasa bahwa suaminya sangat mendukungnya, b;3gi NH walaupun
suaminya tidak berada disampingnya beliau (suami NH) tetap memberikan
76
dukungan yang luar biasa baik moril maupun materil. Dukungan dari anakanak dipersepsikan oleh NH sebagai ungkapan kasih sayang, cinta kasih dan
bantuan yang nyata dari seorang anak untuk ibunya.
"Anak-anak sangat mengerti kondisi saya, mereka tidak ma/u dengan
kondisi saya ini. Mereka selalu menjaga saya, menyayangi saya dan
merawat saya dengan kasih sayangnya bahkan jika saya ingin mencuci
pakaian mereka sela/u bi/ang mamah jangan nyuci, mamah istirahat aja
biar aku yang nyuci. Saya sangat bersyukur punya anak-anak seperti
mereka (NH menghapus air matanya) ........ ".
Bagi NH, peran keluarga sangat penting untuk memberikan motivasi baginya.
Dukungan dari keluarga tidak perlu diungkapkan dengan kata-kata, namun
NH dapat merasakannya dalam sikap dan perilaku yang mereka tunjukkan
kepada NH pada saat ini.
Pemahaman yang jelas tentang penyakit dan pengobatannya sangat
membantu terciptanya dukungan sosial dari keluarga yang dapat diterima
posistif oleh penderita. Menurut NH, keluarga harus bersatu dalarn
menghadapi masalah saya ini. Oleh karena itu, NH rnerasa tidak rnengerti
ketika suatu hari anaknya berbicara bahwa penyakit kanker payudara dapat
mernatikan orang. lnforrnasi ini didapat anak NH dari teman sekolahnya.
"Ketika anak saya bilang seperti itu saya /angsung marah, saya bilang
orang yang ngomong ke kamu itu Allah atau dokter yang bisa memvonis
seperti itu ..... "
77
NH langsung memberikan pengertian kepada anaknya, "bahwa takdir ibunya
berada di tangan Allah" dan anak NH mengerti, ia pun langsung meminta
maaf pada NH, dengan adanya pemahaman tentang penyakit ini maka akan
tercipta kondisi yang saling menguatkan. Sehingga NH tidak merasa takut.
"Tapi sebenamya saya tidak takut sih dengan penyakit ini. Perasaan
takut udah saya Jewati saat dokter mendiagnosis saya du/u dan saya
menjalani pembedahan yang kedua. Pokoknya saya hanya bisa
berusaha dan berdoa dan segala sesuatunya saya kembalikan Jagi
sama Allah. Operasi atau pembedahan yang saya lakukan dan saya
mau ke dokter aja namanya udah usaha sekarang tingga/ ikhtiar.... "
NH mengahargai sekali perhatian keluarganya yang tanpa diminta mau
bersusah payah memberikan segenap jiwa raganya untuk merawat NH. NH
tidak mempedulikan penampilannya, walaupun payudaranya saat ini besar
sebelah, ia seolah-olah tidak merasakan itu. Untuk masalah pakaian NH
selalu mencari pakaian yang besar agar payudaranya tid;3k nampak besar
sebelah. Kalaupun terlihat payudaranya besar sebelah jik:a ada orang yang
bertanya maka NH akan menjawabnya sesimpel mungkin. Berkat dukungan
dari semuanya, masalah-masalah yang dihadapi NH bisa teratasi semuanya.
"Saya nih kalau Jagi stres jalan-jalan aja sama anak. Kemana aja yang
penting sama anak, pokonya saya berusaha ini juga demi keluarga
terutama anak-anak. Anak-anak juga sela/u bikin saya bahagia.
Biasanya setiap minggu pagi saya dan anak-anak jalan santai disekitar
komplek aja. Tapi kalau lagi merenung sendirian sa,va mikir aja Allah
Maha Tahu ko ...... orang sehat aja bisa meninggal apa/agi saya .... tidak
ada yang bisa berkehendak selain Allah"
78
Lingkungan sosial NH juga sangat berperan dalam memberikan dukungan,
terutama dukungan informasi dan moril .
"mereka tuh semuanya pada ngasih informasi pengobatan altematif
untuk saya, saya minum obat herbal ini juga ditunjukin sama teman,
kebetulan teman juga ada yang punya penyakit yang sama seperti saya,
sekarang dia juga masih menjalani pengobatan tetapi dibantu juga sama
obat-obatan herbal ini ( rumput mutiara, keladi tikus, bidara upas, dan
kunir putih), katanya sih ini untuk menghilangkan nyeri, jadi saya minum
obat ini 2 jam setelah minum obat dari dokter".
NH sangat beruntung punya lingkungan keluarga dan lin!;ikungan sosial
yangdimilikinya. Teman-teman di kantor selalu memberik:an informasi
pengobatan alternatif dan mereka semua selalu bikin NH tertawa, ketemu
sama anak-anak didik di sekolah juga membuat hati NH bahagia. Menurut
NH, tingkah anak-anak didiknya itu lucu, jadi NH suka tertawa sendiri.
Teman-teman di kantor NH juga sering mengajak NH untuk jalan-jalan, ketika
pulang mengajar, mereka mengajak NH belanja,
"biasa ibu-ibu kerjaannya pu/ang ngajar belanja dulu, tapi saya senang,
saya anggap itu penghilang stres".
NH sangat menghindari sekali pikiran yang mengarah kepada nasibnya dan
tentang penyakitnya. Ketika ada terlintas di pikiran NH tentang penyakit,
maka NH akan bergegas bergerak mengerjakan sesuatu, menonton TV atau
membersihkan rumah. Paling sulit ketika NH ingin tidur, selalu saja ada
79
terlintas di pikiran NH tentang penyakitnya tetapi biasanya NH selalu berpikir
positif bahwa NH akan sembuh dari penyakitnya," Allah pasti tau apa yang
saya inginkan dan rasakan". Anak-anak NH juga sangat membantu, setiap
NH sedang sendiri maka anak-anak NH langsung mendt:!kati NH dan
mengajak NH berbicara. Anak-anak NH tidak akan membiarkan NH melamun
sendiri.
NH tidak pernah mengalami putus asa untuk tetap sembuh dari penyakitnya.
NH sangat membutuhkan dukungan sosial dari berbagai pihak agar citacitanya sembuh dari penyakitnya ini dapat terwujud.
"Saya ingin sekali keluar dari penderitaan ini dan ke•mba/i hidup normal
seperti du/u. Bercanda dan beraktifitas tanpa beban dan tanpa kehatihatian".
NH seorang yang sangat pekerja keras. Dalam kondisi s:akit pun NH tetap
berusaha mengajar, walaupun NH sebagai PNS yang setiap bulannya
menerima gaji pokok tetapi NH tidak pernah melalaikan waktu mengajamya.
Bagi NH,
"..... ... mengajar ada/ah penting, tidak ada waktu untuk santai. Demi
anak-anak murid di seko/ah dan demi pekerjaan selama saya mampu
untuk berangkat saya akan berangkat untuk mengajar...... waktu sangat
berarti untuk saya. Mengajar juga penghi/ang stres l>agi saya /<arena
80
disana saya akan ketemu dengan teman-teman dan anak-anak yang
/ucu-/ucu."
NH mengungkapkan bahwa sebagai seorang yang punya penyakit kanker
payudara inginnya masalahnya tidak ingin diketahui oleh orang lain. Tetapi itu
mustahil karena tanpa kita bicarapun orang akan tahu bahwa kita punya
penyakit di payudara. Secara fisik orang yang menderita kanker payudara
akan terlihat. Payudara kita tidak normal melainkan besar sebelah. Tetapi ia
berusaha menerima dan tidak memikirkan perkataan dan perbuatan orang
lain. Walaupun ada kekecewaan jika orang lain bertindak dan berkata kurang
enak, ia tidak membawanya kedalam pikiran yang menyusahkan dirinya. NH
tidak ingin diistimewakan karena sakitnya ini. Kalau segala sesuatu masih
dapat dikerjakannya sendiri, maka NH akan mengerjakannya sendiri. Bahkan
pada saat ini anak NH sedang ujian di kampusnya NH be~rada di ruang
perawatan seorang diri tanpa ditemani siapapun. Menurut NH, orang dengan
penyakit seperti ini seharusnya banyak kegiatan, jangan banyak melamun,
sehingga pikirannya tidal< ke penyakitnya, nanti lagi sakit begini tambah sakit
kalau selalu memikirkan penyakit ini.
81
2. Analisis Kasus NH
Manajemen stres yang NH lakukan adalah dengan melakukan berbagai
kegiatan. NH menilai bahwa dengan mengajar setiap hari, itu membuat NH
lupa akan penyakit yang ia derita. Hal yang dilakukan NH sesuai dengan apa
yang dikemukan oleh Greenberg (2002) bahwa dengan melakukan kegiatan
maka sumber stres dapat dikontrol seminim mungkin. NH menyadari bahwa
penyakit yang diderita sangat serius dan penyakit itu dapat mematikan, tetapi
NH selalu berpikir positif bahwa apa yang dialami adalah bagian dari ujian
yang diberikan Allah. NH merasa bahwa ini adalah cobaan yang dikemudian
hari akan selesai dengan baik, /nna/ilahi wa Inna /lahi rajiun, segala ssuatu
akan kembali kepada Allah SWT.
NH merasakan dukungan yang begitu luar biasa dari anak-anaknya terutama
dukungan emosi. Anak-anak NH sangat membantu NH dalam melakukan
aktifitas yang tidak dapat NH lakukan. Kasih sayang dan cinta kasih yang
diberikan anak-anak NH sangat bernilai positif untuk penyembuhan
penyakitnya, NH menganggap bahwa ini adalah cinta kasih anak terhadap
ibu yang telah mengandung dan membesarkannya. Dukungan penghargaan
serta informasi juga NH rasakan yang datang dari rekan-rekan NH dimana
NH mengajar. Semua dukungan yang NH terima dapat b(~rpengaruh positif
dalam penyembuhan penyakit NH terutama penyembuhan mental NH yang
sedang dalam keadaan down karena penyakit yang NH derita.
82
b. Kasus II (AH)
1. Gambaran Kasus AH
AH seorang ibu yang mempunyai 3 orang anak yang masih membutuhkan
perhatiannya. Anak AH yang pertama kini mau menginjak SMA, anak kedua
mau menginjak SMP sedangkan anak bungsunya baru berusia 2 tahun.
Suami AH seorang supir angkutan umum, dulu suami AH bekerja di
perusahaan swasta karena sakit akhirnya suami AH memutuskan untuk
keluar dari pekerjaannya. Suami AH menderita penyakit Hernia akut, setiap
1O menit sekali ia pasti buang air kecil. Hingga sekarang penyakitnya belum
pernah diobati, hanya obat-obat tradisional saja yang ia rninum. kehidupan
ekonomi AH sederhana, AH dan suami serta ketiga anaknya masih tinggal
bersama orangtua suami AH. Pekerjaan AH sehari-hari adalah berjualan
gado-gado di depan rumahnya.
AH mulai menyadari bahwa ada benjolan di payudaranya, ketika ia sedang
menyusui anak bungsunya tiba-tiba payudara AH terasa nyeri. AH langsung
mengambil uang dan dikeriklah bagian yang terasa nyeri itu. Tiba-tiba AH
merasakan ada yang aneh dari payudaranya. Payudara AH ada benjolan
sebesar kelereng. Pada saat itu AH mengira itu hanya benjolan karena AH
sedang menyusui dan mungkin kecapean. Lalu AH memt>eri benjolan itu
dengan beras kencur dan setiap ingin diolesi beras kencur sebelumnya
dikompres memakai handuk dan air hangat.
83
Semakin hari benjolan itu semakin besar. AH panik dan takut, ia bingung
benjolan apa ini. Selama 2 bulan AH tidak menceritakan tentang benjolan itu,
karena semakin besar maka AH memutuskan untuk menceritakan tentang
benjolan itu kepada suaminya. Suami AH langsung menyuruh AH untuk
periksa ke dokter tetapi AH tidak mau karena AH masih takut dan ragu.
Setiap hari suaminya terus membujuknya untuk ke dokte•r, suaminya selalu
memberi masukan dan terus memberi semangat,
Ayo bu ...periksa ke dokter, demi anak-anak perjalanan hidup ibu masih
panjang, ibu ga kenapa-kenapa ko, itu hanya penyakit biasa. /bu
percaya sama saya".
Sebelum tidur suami AH selalu mengatakan seperti itu. Setelah 4 bulan
akhirnya AH memutuskan untuk periksa ke dokter. Awalnya AH periksa ke
puskesmas terdekat lalu puskesmas menyuruh AH untuk: periksa ke RS.
Dharmais. Esok harinya AH pergi ke RS Dharmais diantar sang suami serta
anak bungsunya. Dokter RS Darmais hanya bilang bahwa,
"di payudara saya ada benjolan karena air susu yang tersumbat, saya
percaya saja sama dokter. Akhimya saya pun diperiksa dan diambil
darahnya serta jaringan payudara saya".
Satu minggu laporan penyakit AH baru dapat dilihat hasilnya. AH dan suami
kembali ke RS Dharmais untuk mengambil hasil penyakit AH. Suami AH
84
meminta penjelasan dokter tentang hasil itu. Dokter hanya bilang bahwa itu
memang penyumbatan yang harus segera diangkat. AH tidak mau untuk
dioperasi, AH hanya minum obat-obatan tradisional (lidah buaya dan kunyit).
Semakin hari semakin besar benjolan itu, AH masih ragu tentang diagnosis
dokter RS Dharmais. AH dan suaminya lalu pergi berobat di RS. Sukanto dan
membawa hasil laporan penyakit AH ke RS tersebut.
Terkejut AH mendengarkan penjelasan dokter itu. Awalnya dokter RS.
Sukanto juga bilang bahwa di payudara AH ada benjolan karena
penyumbatan air susu, namun setelah berbicara lama akhirnya dokter pun
sampai pada pembicaraan hasil laporan penyakit AH. Dokter itu bilang AH
menderita penyakit kanker payudara stadium II.
"Pada waktu itu saya pucat, mau nangis ga bisa, perasaannya takut,
bingung pokonya campur aduk deh .... bener-bener mimpi buruk banget
buat saya, saya berharap ini mimpi tapi eh temyata beneran (AH
terlawa). Saya tidak mengerli maksud dokter apa, kenapa dokter bi/ang
penyakit ini terla/u berbelit-belit, ya tapi saya maklum, mungkin begitu
cara dokter menyampaikan berita kepada pasiennya, supaya psiennya
itu juga ga terlalu takut kali yah".
Dukungan dari suami AH ketika itu benar-benar luar biasa, suami AH tiada
henti-hentinya memberikan dukungan moril, dokter pun demikian. Dokter
memberikan penjelasan tentang penyakit kanker payudara ini. Didalam
ruagan dokter, suami AH dan dokter terus memberikan semangat untuk AH.
85
"Saya ga tau tuh mereka semuanya ngomong apa. Saya ga nyambung
diajak ngomong, namanya juga lagi panik. Jadi pikirannya ga fokus".
Pulang dari RS dalam perjalanan AH mengngis terus, sesampainya di rumah,
orangtua AH menanyakan tentang penyakit AH, karena AH masih dalam
keadaan down maka suami AH yang menjelaskannya. Keluarga AH
memberikan semangat yang luar biasa,
"mereka nangis dan satu-persatu memeluk saya, dimu/ai dari ibu saya,
saudara-saudara sampai pada anak-anak saya, dan setiap orang
berkata pasti saya sembuh, karena ributnya di rumah saya, akhimya
tetangga-tetangga pada datang ke rumah, dan meneka semua juga pada
empati sama saya. Mereka juga bilang "yang sabar ya bu .... pasti
sembuh ko". Alhamdu/il/ah semuanya pada berespon positif untuk saya".
Malam harinya setelah diagnosis dokter, AH tidak bisa tidur. AH menangis
terus, selalu memikirkan nasib dirinya ke depan,
"saya bilang waktu itu sama Allah, "Ya Allah apa dosa saya, ka/au
Engkau memberikan ini pada saya, ambil saja nyawa saya, jangan
membuat saya menderita di dunia". Semua rasa pada waktu itu saya
rasakan".
AH benar-benar merasa putus asa sekali pada waktu itu. Suami AH yang
selalu ada untuknya. Dukungan moril dari segenap keluarga AH sangat AH
rasakan. Semuanya menyarankan agar AH segera dioperasi. Selama 2 bulan
suami dan keluarga membujuk AH untuk melakukan operasi.
86
"saya tuh mikir, bukannya saya ga mau operasi, tetapikan saya orang
yang ga mampu, duit dari mana saya operasi. Di RS Dhannais kata
dokter untuk biaya operasi kira-kira Rp. 13.000.000 be/um kamar dan
obat-obatan. Uang dari mana, anak-anak mau pada daftar sekolah,
suami kerjanya juga cuma supir dan dia sakit aja ga pemah berobat,
masa saya tiba-tiba sakit begini langsung berobat. Selain itu juga saya
ga mau payudara saya di apa-apain, saya takut payudara saya diambi/".
Tanpa sepengetahuan AH suami AH berinisiatif meminta1 surat keterangan
tidak mampu dari RT setempat dan dari Departemen Kei;ehatan RI. Suratsurat l<eterangan tidak mampu sudah siap semuanya, suami AH
membicaraka masalah ini pada AH bahwa AH operasi tidak dipungut biaya
tetapi untuk obat-obat tertentu yang harus mengeluarkan biaya. Tak diduga
keluarga AH pun diam-diam mengumpulkan biaya untuk pengobatan AH.
"semuanya A/hamduli//ah, mereka membantu saya sekali, ketika saya
sedang susah semuanya mengu/urkan tangan. Bukan hanya ke/uarga,
tetangga-tetangga pun ikut memberikan sumbangan berupa duit untuk
pengobatan saya, kalau ada tetangga yang dateng ke rumah saya,
bukannya ngasih buah atau makanan ini ma/ah duit. Alhamdulilah
setelah di hitung-hitung dapet banyakjuga (AH tersipu malu)".
Sebelum operasi dimulai, AH perlu memeriksakan diri ke dokter. Selama AH
eek up ke dokter payudara AH yang satu selalu diganjal memakai celana
anak AH yang bungsu agar terlihat sama.
"setiap saya eek up pasti saya ganjel payudara yang• satu pake celana
anak saya. Pas saya sampai ke dokter, saya bilang ke dokter sambil
malu-ma/u. Tetapi doktemya ngertiin banget, sedikitpun dia tidak terlawa
87
dengan apa yang saya lakukan itu. Mungkin karena dia dokter jadi udah
ngerti kali yah".
Suami AH tidak pernah mempermasalahkan apapun yang AH lal<ukan, demi
kesehatan AH suami AH rela mengorbankan apa saja yang ia punya. Setiap
kali AH berobat suami AH selalu menemaninya.
"Bersyukur banget saya punya suami kaya dia, biarpun tampangnya
ga/ak tapi hatinya baik banget. Saya pengin ngabdi sama dia seumur
hidup saya, membalas semua kebaikannya. Ka/au l>isa, setelah saya
sembuh total, saya pengin banget dia l>erobat, gantian saya yang urus
semuanya".
6 bulan kemudian tepatnya mei 2008, AH menjalani operasi pembedahan di
RS. Sul<anto. Karena pertimbangan biaya dan jarak anta1ra rumah AH dan
rumah sal<it del<at serta AH sudah mengantongi surat l<eterangan tidak
mampu maka AH dan suami memutuskan untuk menjala11i pembedahan di
rumah sakit tersebut. Payudara AH ketika itu sebesar bola l<asti. Suami dan
keluarga setia menunggu AH di luar ruang operasi. Kini AH sedang menjalani
terapi non rnedis, banyak informasi yang AH peroleh dari tetangga-tetangga
AH tentang pengobatan herbal. Setelah menjalani operasi pembedahan AH
rutin eek up ke RS. Sukanto dan RS. Dharmais. AH berniat ingin menjalani
terapi medis seperti l<emoterapi di RS Dharmais, untuk itu AH juga sering eel<
up kondisinya di rumah sal<it tersebut. Di RS. Dharmais AH rnenjalani terapi
88
dan eek up juga tidak dipungut biaya karena terdaftar seloagai keluarga
kurang mampu.
Anak-anak AH menjadi penyemangat hidup AH, setiap kali bercanda dan
berkumpul dengan mereka menjadi obat penghibur hati. Setiap kali AH
memikirkan penyakitnya, ia langsung bangkit dan mengerjakan sesuatu.
Lingkungan AH juga selalu mendukung AH untuk selalu lberpikir positif.
Setiap kali AH memikirkan penyakit dan nasibnya, ia selalu berkata "pasti
akan sembuh". Setiap pagi suami AH selalu mengajaknya jalan-jalan di
sekitar kampung tempat mereka tinggal.
"setiap pagi saya jalan sama suami keli/ing kampung, setiap saya
ketemu tetangga pasti mereka bilang 'Jalan-ja/an bu, syukur deh biar
badannya tambah sehaf'. Tetangga saya mah baik-baik, terus ga
pemah ngejauhin saya wa/aupun saya punya penyakit begini atau
ngomongin saya, mereka ma/ah ngebantu saya".
Kondisi fisik AH sekarang turun hingga 10 kg. Kini setelah pembedahan AH
ingin berat badannya kembali seperti dulu. Namun AH pesimis karena
mungkin itu tidak akan terjadi. AH sembuh saja sudah mEirasa bersyukur. AH
sekarang lebih optimis menjalani hidup dan rajin minum obat-obatan
tradisional. Keluarga dan tetangga AH selalu mengingatkan AH untuk terus
89
minum obatan-obatan itu, bahkan mereka semua yang mencarikan lidah
buaya dan memarut kunyitnya agar air kunyit itu dapat diminum AH.
Menurut AH, ia sangat bersyukur karena ia masih diberikan kesempatan
hidup dan nikmat yang belum tentu orang mendapatkannya. AH berharap
penyakit itu tidak muncul kembali setelah ia menjalani p•embedahan dan
terapi tradisional serta eek up yang rutin ke dokter. AH tidak ingin
menyusahkan keluarga dan tetangga-tetangga yang suclah membantunya
baik moril maupun materil.
Dalam hal ini yang sangat berperan adalah suami AH, yang selalu menjadi
penyemangat ketika AH dalam keadaan down. Suami f\.H juga selalu berkata
bahwa tanpa payudara pun ia siap menerima apa adanya asalkan AH
sembuh dan menemani sepanjang hidupnya. Disamping suami, keluarga clan
tetangga-tetangganya, AH merasakan kenyamanan dalam hidup tanpa
beban karena mereka semua mempunyai hati yang baik dan selalu
menghibur serta membantu AH ketika sedang kesusahan.
Sesungguhnya AH masih khawatir tentang penyakitnya ini karena dokter RS
Dharmais mengatakan payudara AH harus diangkat agar sel kankernya mati,
tetapi AH tidak mau, menurut AH payuclara sangat penting baginya. AH ingin
90
mencoba obat-obatan yang ia minum sekarang. AH berharap ia sembuh total
dan tidak muncul lagi benjolan itu sehingga payudaranya tidak perlu diangkat.
2. Analisis Kasus AH
Manajemen yang AH lakukan adalah dengan tetap berjualan gado-gado. AH
menganggap bahwa dengan berjualan gado-gado maka ia akan bertemu
dengan banyak orang dan lupa akan penyakitnya itu, selain itu juga AH
berharap akan mendapatkan informasi tentang pengobatan alternatif untuk
penyembuhan penyakitnya itu tanpa harus menjalani pengobatan medis.
Jalan-jalan santai dipagi hari dengan maksud berbelanja ke pasar juga AH
manfaatkan sebagai olah raga agar AH menghirup udara pagi dan membantu
penyembuhan penyakitnya. AH akan melakukan segala macam aktifitas
sehingga lupa bahwa ia menderita penyakit yang serius. Setiap kali terlintas
dipikiran AH tentang penyakitnya itu, ia selalu bergegas rnelakukan sesuatu
dan memikirkan hal-hal lain yang tidak berhubungan den!Jan penyakitnya itu.
Dukungan materi sangat AH harapkan dalam penyembuhan penyakitnya.
Dukungan materi AH dapatkan dari pernerintah karena AH termasuk dalam
daftar keluarga yang tidak rnarnpu. Selain dari pemerintah, tetangga-tetangga
sekitar ternpat AH tinggal juga sangat mernberikan dukungan berupa rnateri.
Selain materi AH juga rnerasakan bahwa dukungan penghargaaan sangat
bernilai positif untuknya, dengan tetangga-tetangga AH tidak rnenjauhinya
91
dan selalu membeli gado-gadonya, bagi AH itu merupak:an suatu
penghargaan yang sangat tinggi, dengan mereka bersikap seperti itu berarti
mereka tidak merasa jijik dengan gado-gado buatannya.
c. Kasus Ill (MH)
1. Gambaran kasus MH
MH bekerja sebagai tenaga kerja wanita (TKW) di Singapura. la sudah
bekerja hampir 3 tahun, karena kebutuhan ekonomi maka MH bekerja
sebagai TKW, suami MH hanya sebagai buruh pabrik. Penghasilan suami
MH tidak mencukupi kebutuhan hidup mereka. Anak-anak MH tinggal
bersama suami dan sesekali tinggal bersama orangtua IVIH yang tinggal
berada dekat di rumah MH. Setiap bulannya MH mengirimkan uang untuk
kebutuhan suami dan anak-anak.
Pertengahan tahun 2007, payudara MH terasa nyeri pada saCJt menstruasi,
MH pikir ini hanya hal biasa. Ketika payudara tersenggol rasanya sangat
nyeri sekali. MH mandi, tidak disengaja pada saat MH membasuh
payudaranya, ia menemukan benjolan sebesar kelereng. MH tidak
menghiraukan benjolan itu tetapi ketika disentuh terasa sakit, MH pikir itu
hanya benjolan biasa.
92
Semakin hari benjolan itu semakin membesar dan semakin sakit bila
disenggol. MH menceritakan hal ini kepada teman seperjuangannya yang
bekerja satu rumah dengannya, temannya pun menyarankan MH untuk
memeriksakan diri ke dokter. ketika itu MH bingung karena itu dinegeri orang
dan MH tidak fasih menggunakan bahasa di sana. Kebingungan ini MH
ceritakan kepada temannya itu. Teman MH menyuruh MH untuk bilang
kepada majikan mereka tentang penyakit MH itu. MH takut karena
majikannya sangat galak, walaupun tidak pernah main tangan (mukul) tetapi
bicaranya sangat kasar. Akhirnya teman MH yang berbic:ara kepada
majikannya itu. MH pun diantar kerumah sakit,
"mungkin dasar orang pelit kali ya dan itu orang kej;~m banget sama
saya, saya ga tau dokter ngomong apa sama dia tentang hasi/ penyakit
saya ini, karena waktu itu saya disuruh dia untuk nunggu diluar ruangan.
Saya cuma dikasih obat untuk diminum supaya nyeri saya ilang".
Obat yang diberikan itu MH minum setiap hari, hasilnya rnemang rasa nyeri
itu berkurang tetapi benjolan itu makin besar. Selain minum obat dari dokter
saya selalu makan sayur, karena keterbatasan bahasa maka MH tidak
mengerti apa yang sebenarnya ada dalam payudaranya dan obat tradisional
apa yang harus MH minum.
93
Makin hari benjolan itu makin besar, sebesar bola kasti, lalu besar sebesar
labu. Setiap obat dari dokter habis, MH selalu diberikan majikannya obat
yang sama tanpa tindakan medis apapun. Tepatnya awal 2008 MH
dipulangkan ke tempat yayasan dimana pada waktu itu rnajikan MH meminta
MH bekerja sebagai pembantu rumah tangga di rumahnya. Pada waktu itu
benjolan itu sudah besar, sebesar labu. MH pergi ke Sin9apura dengan jalur
legal maka dari itu ketika MH dipulangkan ke pihak yayasan, pihak tersebut
bertanggung jawab atas diri MH dengan memberikan MH pengobatan secara
gratis. Sebelum MH dipulangkan ke Indonesia, MH menjalani pemeriksaan di
sebuah rumah sakit di Singapura, hasil disgnosis dokter menyatakan MH
menderita kanker payudara stadium Ill A. Sangat terkejut sekali MH
mendengarkan hasil diagnosis dokter.
MH membayangkan bahwa ia tidak akan selamat seperti neneknya dulu.
Nenek MH juga menderita penyakit yang sama, informasi itu MH dapatkan
dari ibunya, karena pada saat sang nenek meninggal MHI masih kecil, jadi
MH tidak mengetahui apa-apa. MH menangis sepanjang perjalanan, hanya
pihak yayasan yang menghibur hatinya. MH tidak tahu nasibnya ke depan
akan seperti apa, yang ada dipikiran MH hanya keluarga di kampung
halaman tercinta. Saat-saat seperti ini MH merasa sendiri, tidal< ada keluarga
yang menemaninya, MH merasa sangat membutuhkan k.eluarga untuk
menguatkan hati dan menemaninya.
94
MH terbang dari Singapura ke Indonesia, setibanya di Indonesia ia langsung
di bawa ke RS. Sukanto untuk menjalani perawatan medis dan operasi
pembedahan secepatnya. Keluarga MH belum mengetahui bahwa MH
berada di Indonesia dan menderita penyakit mematikan itu.
"keluarga saya be/um tau ka/au saya ada di Indonesia. Saya bingung
ngasih tau mereka, saya takut nanti mereka panik. Saya memutuskan
untuk menjalani ini seorang diri saja. Saya ga mau merepotkan mereka,
kasian mereka".
Seluruh pengobatan MH ditanggung pemerintah. MH merasa bersyukur
karena pemerintah mau menanggung seluruh pengobatannya. Hal ini yang
dibutuhkan MH, selain moril, materil juga sangat dibutuhl<an MH karena MH
tidak rnampu untuk membayar semua pengobatan ini.
''Alhamduli/ah pemerintah masih peduli sama orang keciJ' seperti saya ini".
Kini MH bingung memikirkan bagaimana selanjutnya kehidupan nantinya,
"saya bingung dan saya ga tau apa yang akan tetjadi dengan saya,
apakah saya akan meninggal atau hidup dan ketemu sama ke/uarga
saya di kampung. Saya juga bingung, jika saya masih hidup terus saya
pulang tanpa payudara gimana saya menceritakan sama keluarga saya
terutama suami apakah ia akan menerima saya atau nanti saya ma/ah
dituduh yang bukan-bukan, waduh pokonya binguna banget deh".
MH sangat pesimis ia bisa sembuh total dan dapat bertahan hidup lebih
lama, karena pengalaman yang ia punya ketika waktu sang nenek menderita
95
penyakit yang sama dan tidak dapat diselamatkan, maka kecil sekali MH
dapat bertahan hidup lebih lama. Besarnya payudara MH membuat MH
merasa sangat minder ketika ia harus berhadapan dengan orang, MH malu
karena kekurangannya itu. Payudara MH juga membuat MH pusing, karena
bebarmya yang berat dan besar sehingga untuk melakukan kegiatan juga
terharnbat dan jika tersentuh rasanya sakit sekali,
"ini (menunjukkan payudaranya) ka/au kesenggol kenceng aja, bisa
pecah niy, mangkanya saya hati-hati banget. Ka/au sekiranya saya mau
melakukan sesuatu susah saya minta bantuan sama suster di rumah
sakit ini. A/hamdulillah sustemya baik-baik jadi memka sering menolong
saya".
MH rajin sekali sholat, sholat lima waktu dan sholat sunnah. Menurut MH
sholat tempat ia mengeluarkan keluh kesahnya sama Allah dan sekaligus
penyegar hati. Sehabis MH sholat, MH selalu merasakan hidupnya tidak
seberat beban (berat payudaranya) yang ia bawa. Hidup terasa indah dan
nikmat untuk MH, sholatjuga penghilang stres untuk MH .
Sesungguhnya gerakan sholat membuat payudara MH teirasa sakit karena
pasti tersenggol, tetapi MH yakin "Allah tidak akan memberikan cobaan diluar
batas kemampuannya".
"setiap wudhu saya ditemenin sama suster, suster juga sering ngajak
saya ngobrol, saya kan bosen disini sendirian jadi saya ngobrol saja
sama suster atau sama pasien yang /ainnya, tuker-tuker pikiran".
96
Dari setiap obrolan yang dilakukan MH dengan suster, dokter ataupun pasien
yang lainnya membuat semangat hidup MH bertambah clan menambah
kepercayaan diri MH bahwa ketika pulang nanti kelurga akan menerima MH
apa adanya.
"enak tuker pikiran sama mereka, setiap hari mereka kasih semangat
untuk saya. Saya seneng ketemu sama mereka-ms•reka semua. Ketika
mereka tau saya sedang nangis pasti mereka memberikan pikiran yang
positif untuk saya, paling sering ketika saya sedang shofat, setiap saya
berdoa pasti saya nangis, terus pasien yang sebelah saya se/afu baik
banget sama saya".
Dukungan moril, harga diri, persahabatan, dan informasi yang MH rasakan
hanya MH dapatkan dari suster, dokter dan pasien rumah sakit lainnya.
Sedangkan pemerintah banyak memberikan dukungan berupa materi,
sedangkan keluarga MH tidak memberikan dukungan apa-apa karena
ketidaktahuan mereka.
Setiap kali MH mengeluh sakit di payudaranya yang pertama kali ia panggil
adalah suster, sedangkan untuk sekarang MH menjalani perawatan di rumah
sakit ketika MH sedang dalam keadaan down maka yang: pertama lcali ia ajak
bicara adalah pasien di sebelah tempat tidurnya. MH melakukan ini agar ia
terlepas dari beban hatinya dan tetap berpikir positif. MH meminum obat-
97
obatan tradisional (kunyit) yang diberikan oleh keluarga pasien di sebelah
tempat tidurnya. MH merasa bersyukur berada dekat mereka semua.
"Keluarga yang disebe/ah saya ini (sambil menunjuk ke arah pasien
yang berada tepat di samping tempat tidumya) bail<~baik banget, setiap
dia ngejengukin ibunya, pasti saya juga dibawakan makanan dan setiap
hari mereka bawa kunyit untuk saya minum".
2. Analisis kasus MH
Apapun yang MH lakukan dalam memenej stresnya adalah dengan sholat
lima waktu. Menurut MH, sholat adalah tempat MH mencurahkan segala
keluh l<esah yang ada sehingga MH selalu ikhlas menerima apapun yang
terjadi dan selalu berpikir bahwa Allah itu maha adil dan sayang pada dirinya.
Selain itu juga, sholat adalh olah raga baginya, karena gerakan-gerakan
sholat membuat fisiknya terasa sehat tanpa penyakit.
Dukungan mc.teri sangat dibutuhkan, MH mendapatkan diukungan itu dari
pemerintah. Dukungan emosi, penghargaan, informasi, dan persahabatan
MH rasakan hanya dari orang-orang yang baru MH kenal. Dukungan itu tidak
banyak berpengaruh pada MH, MH sangat membutuhkan dukungan dari
keluarganya dalam memecahkan masalah yang sedang dihadapinya.
Walaupun harapan MH tidak terpenuhi (dukungan dari keluarga) namun MH
tetap bersyukur karena orang-orang yang baru dikenalnya sangat
98
membantunya dalam menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya
(penyakit kanker payudara).
C. Analisis Hasil Antar Kasus
a. Manajemen Stres
Setiap peristiwa memberikan arti tertentu pada masing-masing subyek. Pada
penelitian ini, peristiwa-peristiwa yang menimbulkan stres (stressor) bagi
subyek diawali sejak dirasakannya benjolan pada payudara subyek yang
kemudian menjadi lebih nyata setelah menerima diagnosis dokter bahwa ia
mengidap penyakit kanker payudara.
Banyak cara yang dilakukan subyek untuk mengontrol stres yang
dirasakannya. Berikut ini gambaran yang dilakukan para subyek dalam
memenej stresnya.
Tabel. a. 1. Manajemen Stres
Kasus I (NH)
lntervensi terhadap
situasi
Melakukan berbagai
kegiatan (mengajar,
membersihkan rumah)
I
Olah raga
lntervensi
terhada1> oerseosi .
Setiap pagi hari,
Berpikir positif
bahwa ia akan
NH berjalan
mengelilingi
sembuh dari
penyakit yang
komplek
rumahnya dengan
dideritanya
ditemani anakanak NH
I
100
"sholat ada/ah obat hati yang paling mujarab, sholc1t se/a/u memberi
ketenangan untuk batinnya sehingga ia juga selalu bersyukur atas
karunia yang diberikan Allah untuknya. Sholatjuga o/ahraga untuk
dirinya yang semakin hari semakin kurus saja. Sebrmamya gerakan
sholat menyiksa dirinya karena psti payudaranya akan tersentuh dan itu
membuatnya merasa sakit. Tapi MH yakin, al/ah tidak akan menguji
dirinya diatas kemampuannya".
Manajemen stres yang dilakukan NH dan AH adalah dengan melakukan
berbagai kegitan sedangkan MH dengan sholat. Selain dengan berbagai
kegiatan, ketiga subyek selalu berpikir positif tentang dirinya bahwa "mereka
akan sembuh".
Untuk tetap menjaga kebugaran fisik, setiap hari NH dan AH selalu jalan
santai dipagi hari dengan ditemani keluarga, sedagkan rnenurut MH, hanya
sholatlah yang bisa ia lakukan untuk tetap menjaga kebugaran hati, pikiran,
dan fisiknya.
Berikut ini kutipan yang terus diungkapkan dari para s.:.ib~1ek dalam menjalani
kehidupannya setelah didiagnosis dokter,
"setiap ada terlintas dipikiran saya tentang penyakit ini maka saya harus
mengalihkan pikiran itu ke ha/-hal lain sepelti memikirkan pekeljaan
atau saya langsung bergerak melakukan aktifitas lainnya". (NH)
"dalam kondisi sakit saya tetap beljua/an gado-gado agar setiap hari
saya berinteraksi dengan tetangga agar tidak memikirkan penyakit itu.
101
Banyak melakukan kegiatan merupakan a/at yang saya anda/kan untuk
menghilangkan pikiran-pikiran tentang penyakit itu". (AH)
" dengan sholatlah saya lebih merasa tenang, dan ciengan sholatlah
saya bisa menge/uarkan seluruh apa yang ada dihati ini." (MH)
Dari data yang diperoleh dalam penelitian ini dapat disirnpulkan bahwa
rnelakukan berbagai kegiatan serta selalu berpikir positif tentang penyakitnya
akan rnendorong tirnbulnya rasa percaya diri (optimis) pada penderita kanker
payudara bahwa mereka akan kernbali hidup sehat tanpa beban apapun
(kanker payudara) dan memperbaiki kualitas hidup mereka rnenjadi lebih
baik.
b. Dukungan Sosial
Dalarn kasus penderita kanker payudara dalam penelitian ini, peran
dukungan sosial dapat dirasakan juga oleh rnasing-rnasing subyek walaupun
dalam kondisi yang ber!:>eda-beda. Dukungan sosial dirai;akan sebagai
sesuatu yang memberikan perasaan yang positif, pengakuan atau bantuan
terhadap diri seseorang sehingga ia merasa dicintai atau diperhatikan oleh
lingkungannya (Gottlieb, 1984).
Dukungan sosial dapat dirasakan atau diterima oleh seseorang dalam
beberapa bentuk (emosi, penghargaan, materi, informasi, dan rnateri). Pada
102
pasien penderita kanker dukungan emosi ternyata dirasakan lebih efektif.
Dukungan emosi yang diterima seseorang dapat menimbulkan rasa nyaman,
rasa aman karena ia merasa diperhatikan atau dikasihi.
Tabel. b. 1. Dukungan Sosial
Emosi
Penghargaan
Materi
Kasus I Didapat NH
(NH)
dari anakanak
Didapatkan
dari seluruh
keluarga,
tetangga dan
teman-teman
ditempat NH
mengajar, dan
dokter
Didapat dari
suami
Kasus
II (AH)
Didapat
kanAH dari
suami
Kasus
Ill (MH)
DidapatMH
dari orang
yang baru
MH kenal
(suster,
Didapatkan
AH dari
seluruh
keluarga dan
tetanggatetangga
dimanaAH
tinggal, dan
dokter
Didapatkan
MH dari
pasien yang
berada dekat
disebelah MH,
lnformasi
Persahabatan
Didapatkan
dari dokter
ten tang
pengobat
an medis
seclangkan
obat-obatan
traclisional
didapatkan
NH dari
teman NH
yang
mengalami
penyakit
yang sama
denaan NH
Did apat
Didapatkan
kanAH dari
AH dari
pemerintah
dokterdan
dan tetangga lingkungan
AH
AH
Didapatkan
NH dari
teman-teman
NH dimana
NH mengajar
Pemerintah
Orang-orang
yang baru MH
kenal
Dokter
Didapatkan
AH dari
lingkungan AH
tinggal
103
dokter dan
pasien
sebelah MH
suster, dan
dokter
I
Pada penelitian ini nampak dukungan emosi berperan penting pada kasus
ketiga subyek. Perasaan aman dan nyaman itu datangnya dari keluarga, dari
suami, anak atau orang lain yang baru dikenal. Seperti dalam kutipan berikut:
"yang sangat membantu saya adalah anak-anak, anak-anak siap
menerima saya apa adanya dan tidak malu dengan kondisi sya itu
merupakan kebahagiaan yang /uar biasa. Mereka sangat membantu
saya da/am ha/ apapun, setiap saya membutuhkan mereka, mereka
dengan kasih sayangnya siap membantu saya, ini adalah ungkapan
kasih sayang anak kepada ibunya". (Subyek NH)
"Suami adalah sega/anya bagi saya, dia penyemangat hidup saya, demi
saya dia relakan jiwa raganya yang sebenamya juga memerlukan
perhatian. Dia tidak pemah mengeluh sama saya tentang penyakitnya,
padahal saya tahu bahwa penyakitnya itu sangat mtmyiksa untuknya.
Hidup, kasih sayangnya semuanya dia serahkan untuk saya demi
kesembuhan saya ini". (subyek AH)
Suami dan anak sebagai orang terdekat bagi subyek, menjadikan dukungan
sosial yang diberikan sangat berpengaruh bagi peningkatan harga diri atau
kepercayaan diri subyek.
-i
104
MH dengan jelas menyatakan bahwa:
"Suami atau anak itu memang sangat berarti memberikan dukungan,
tapi kalau seperti saya ini, suami, anak-anak dan keluarga besar ada
dikampung semua dan mereka ga tahu kalau saya sakit, mau gimana
lagi?. Orang-orang yang cinta sama saya wa/aupun bukan keluarga,
mereka sangat membantu. Terutama dokter, karena beliau inilah saya
nanti betharap akan sembuh, harapan hidup saya, saya serahkan sama
Allah dan juga dokter. pasien yang lain juga suster juga sangat
membantu saya, mereka ada ketika saya sedang kesusahan melakukan
sesuatu dan sedang dalam kondisi yang tidak baik". (Subyek MH)
Perhatian dan penghargaan dapat juga datang dari orang yang tadinya tidak
memiliki hubungan kedekatan dengan kita, seperti dokte1r atau suster.
Seorang pasien, apalagi dengan penyakit berat seperti kanker tentunya
mengharapkan ada perhatian dari doktemya. Hail ini bisa membuat tenang
dan percaya pada pengobatan yang dijalani, seperti yang dialami oleh ketiga
subyek.
"Dokter-dokter di rumah sakit sini (RS. Sukanto) baik-baik semuanya"
Dukungan dari teman-teman dapat membantu
seseoran~1
merasa nyaman
dan dihargai atau merasa dianggap sebagian dairi kelompoknya.
"Dukungan dari temen-temen ditempat kerja yang saya rasakan paling
besar ada/ah dukungan infonnasi dan moril. Sampa.i sekarang pun
setiap saya ketemu sama mereka, mereka se/a/u bilang 'bagaimana
kondisi ibu, kami semua se/a/u mendoakan ibu, mereka se/alu
membantu saya jika saya kesulitan dalam me/akukan aldifdas, selain itu
105
juga mereka selalu memberikan informasi tentang pengobatan altematif
yang baik." (Subyek NH)
"Da/am keadaan sakit saya masih jualan gado-gado, bayangin saya
ngulek dengan payudara besar sebelah, tetapi tetangga-tetangga ga jifik
beli gado-gado saya, gado-gado saya ramai seperti biasanya, ma/ahan
mereka kadang yang membantu saya. Tetangga-tetangga juga tidak
menjauhi saya ma/ahan mereka semua sering membantu saya dalam
pengobatan ini, mereka memberikan sumbangan untuk saya, dan pada
akhimya saya bisa operasi juga berkat mereka". (Subyek AH)
"Alhamdulilah saya masuk rumah sakit ini ketemu sama orang-orang
baik, dokter yang baik dan juga suster yang se/a/u menolong saya.
Wa/aupun mereka tau saya ga bayar di rumah sakit ini dan mereka tau
saya TKW tapi mereka semuanya memperlakukan :saya dengan baik,
setiap ada ke/uhan pasti saya ditanggapi oleh dokter dengan ramah".
(SubyekMH)
Dukungan informasi akan lebih baik jika didapatkan dari orang yang ahli
dibidangnya. Selain itu, subyek juga mendapatkan dukungan nyata dari
orang-orang dalam jaringan sosialnya. Dukungan nyata ini membantu subyek
dalam menjalani perannya di rumah tangga, aktifitas lainnya ataupun dalam
pengobatan. Dukungan ini bisa didapatkan dari saudara kandung, anak-anak,
suami atau bahkan orang yang tak dikenal sekalipun.
"Anak-anak sangat mengerti sekali, ketika saya ingin mencuci pakaian,
mereka tidak mengizinkan saya, justru saya disuruh istirahat sama
mereka, saya tidak bo/eh mengeljakan pekeljaan rumah". (Subyek NH)
106
"waktu saya operasi suami yang menunggu saya siang ma/am, waktu
se/esai operasi saya tidak boleh banyak bergerak, jadi dia (suami) yang
melayani saya". (Subyek AH)
"Setiap saya ingin sho/at, suster selalu membantu saya untuk
mengambil air wudhunya dan setiap saya susah ingin melakukan
sesuatu suster atau pasien disebelah saya selalu membantu saya".
(Subyek MH)
Dalam menjalankan peran di rumah atau di masyarakat, penderita kanker
payudara dalam penelitian ini tidak ingin diistimewakan. Sikap orang lain
dalam menunjukkan empati tidak harus tampil secara berlebihan. Mereka
justru lebih senang bila sikap orang lain biasa-biasa saja, tidak menganggap
mereka seperti orang sakit,
"sebenamya saya ga mau ada orang lain tau kalau saya sakit, nanti
saya dikasianin sama orang. Mangkanya selagi saya mampu
mengerjakan saya kerjakan aja sendiri tanpa bantuan orang lain".
(SubyekNH)
"saya ga mau orang tau kalau saya sakit, mangkanya setiap saya
periksa ke dokter, payudara saya, saya ganjel biar sama besamya.
Saya ga mau nanti dimobil atau ketemu orang seo/ah-olah saya minta
dikasianin, kaya dikasih tempat duduk yang /ega atau diistimewakan".
(SubyekAH)
Pada kasus NH ada dukungan sosial yang dapat menambah beban atau
stres. Hal ini tampak pada pemberian informasi dan emoi>i dari keluarga atau
107
orang lain yang ditakutkan ataupun tidak membantu pemecahan masalah
yang dihadapinya, seperti yang dituturkannya,
"tiba-tiba anak saya begitu masuk ruangan dimana saya dirawat
langsung ngomong 'ka/au penyakit kanker bisa mematikan, mangkanya
mamah harus ja/ani terapi yang dibilangin dokter, biar cepet sembuh',
yang tadinya saya optimis jadi takut deh, saya tau anak saya
sebenarnya pengin menyemangati saya supaya saya harus tetap
sembuh dan hidu buat mereka, cuma saya ga suka cara bicara dia yang
seperti itu, ibu saya juga kalo datang kerumah sakit terus nangis saya
paling benci sekali, kadang itu yang membuat saya lemah ... "
Jadi, perilaku atau sikap yang diberikan orang lain tidak selamanya
dipersepsikan positif oleh penderita kanker payudara dalam penelitian ini.
D. Peran Dukungan Sosial Dalam Manajemen Stres Penderita Kanker
Payudara
Peran positif yang dimiliki dukungan sosial dalam proses stres adalah
sebagai stress-buffer. Seseorang yang menerima dukun11an sosial dan
rnernpersepsikan kebutuhan itu sesuai dengan kebutuhannya dapat
rnengontrol atau mengurangi stresnya atau tidak lagi menilai suatu peristiwa
sebagai suatu stressor. Dukungan sosial sebagai stress-.buffer akan
rnelindungi penderita kanker payudara dari darnpak stres yang lebih berat,
dibandingkan bila ia tidak mendapatkan dukungan sosiat Efek langsung
dukungan sosial yang dapat dirasakan oleh penderita kanker payudara dalarn
108
penelitian ini adalah meningkatnya harga diri, rasa percaya diri, mengurangi
perasaan sedih, takut, cemas dan sebagai sumber infom1asi.
Pada NH peran dukungan tampak ketika anak-anaknya selalu membantunya
pada saat ia mengalami kesulitan untuk beraktifitas, dan selalu memberikan
keceriaan ketika ia sedih, juga tidak membiarkannya melamun sendirian.
Dengan anak-anak NH bersikap seperti itu NH merasa lebih tenang dan
selalu berpikir positif karena menurut NH itu membantunya dalam
penyembuhan mentalnya akibat penyakit yang dideritanya. Begitu juga
dengan AH yang mendapatkan dukungan dari suaminya ketika ia merasa
takut akan penyakitnya, suami AH selalu setia mendampingi untuknya.
Dukungan itu juga diberikan suami AH ketika AH memutuskan tetap ingin
berjualan gado-gado agar ia tidak larut dalam kesedihan dan selalu bertemu
dengan orang banyak sehingga ia lupa dengan penyakit yang ia derita. AH
merasa dicintai dan dibutuhkan. Sedangkan MH mendapatkan dukungan dari
orang-orang yang baru ia kenal pada saat ia menjalani perawatan di rumah
sakit Sukanto. Dukungan yang paling tampak adalah ketika ia ingin ke kamar
mandi atau wudhu, suster atau pasien yang lainnya selalu membantunya,
dan itu membuatnya merasa tidak sendirian.
110
BABV
KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN
A. Kesimpulan
Pada umumnya wanita yang menderita kanker payudara yang menerima
dukungan sosial dan mempersepsikan kebutuhan itu sesuai dengan
kebutuhannya dapat membantu dalam menjalankan manajemen stres yang
dilakukannya.
Semua subyek merasakan dukungan sebagai sesuatu yang membantu
mereka dalam menghadapi masalah-masalah yang berkaitan dengan
penyakit kanker payudara. Dukungan sosial yang diberikan dari lingkungan
berupa dukungan emosi, harga diri, informasi, materi, percaya diri atau
memunculkan semangat atau keinginan yang kuat untuk dapat mengatasi
penyakitnya dengan usaha dan tekad dalam diri sendiri.
Selain peran dukungan sosial wanita yang menderita kanker payudara
memenej stresnya dengan melakukan berbagai kegiatan, sehingga mereka
tidak terus menerus memikirkan penyakitnya. Hal lain yang dilakukan adalah
berpikir positif dan yakin pada diri sendiri bahwa cobaan yang mereka alami
dapat mereka lewati dengan baik.
111
B. Diskusi
Hasil penelitian ini menggambarkan mengenai fase-fase penderita dalam
menghadapi penyakitnya, perilaku yang dapat mengarahkan penderita
mencari jalan pemecahan masalah yang terbaik bagi dirinya dalam usaha
untuk mengurangi beban atau stres yang dihadapinya, dan dukungan
informasi dari orang yang berkompeten.
Penderita kanker payudara dengan kondisi sakit parah yang bisa
mengakibatkan kematian awalnya akan 'denial', menolak keberadaan
penyakit yang dideritanya. Awalnya penderita ingin mengelak dan tidak mau
mempercayai bahwa dirinya sakit yang serius. Penghayatan penderita pada
fase penerimaan, mereka mulai mendekatkan diri dalam hal-hal yang bersifat
religius. Kecemasan dan ketakutan akan masa depan diramalkan, serta
melemahnya harga diri sebagai dampak dari penyakit yang dialaminya,
menempatkan pende.-ita ke dalam fase depresi. Pada fase ini (depresi)
penderita dapat melakukan berbagai aktifitas agar depresi tidak terjadi secara
berlebihan. Sedangkan fase marah tidak tampak pada ketiga subyek, mereka
menyadari bahwa apa yang dideritanya merupakan sesuatu yang harus
dihadapi. Hal ini dipengaruhi oleh pemahaman dan penghayatan akan
kekuasaan Tuhan. Faktor religius inilah yang mendorong penderita untuk
sampai pada fase penerimaan dan kepasrahan.
112
Dukungan keluarga penting dalam pemulihan mental penderita kanker
payudara. Namun, pada salah satu subyek merasakan bahwa kehadiran
keluarga menambah sires yang dirasakannya. Dukungan informasi yang
jelas dari orang yang berkompeten, sangat membantu penderita dalam
menghadapi penyakitnya yang dirasakan berat. Oleh karena itu peran dokter
yang mau menjelaskan penyakit dan bersikap mendukung dalam
menghadapi problematik penderita terhadap penyakit yang dideritanya
menjadi sangat penting, disamping dukungan sosial yang bersifat nyata,
seperti pelayanan. Hal ini berkaitan dengan kesediaan pasien untuk
mengikuti keseluruhan pengobatan yang harus dijalaninya.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Seltzer dkk (1987) tentang reaksi psikologis yang muncul dari pasien saat
didiagnosis menderita kanker payudara yaitu, adanya pemolakan "denial",
kecemasan, takut, dan depresi. Manajemen stres yang clikemukan oleh
Greenberg (2002) juga sesuai dengan hasil penelitian ini yang rnenyatakan
bahwa dengan rnelakukan berbagai kegiatan rnaka stres dapat dikontrol
seminirn mungkin dan berpikir positif dapat rnengurangi dampak negatif dari
stres. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh
Cohen (1992) bahwa dukungan sosial yang dipersepsikc:1n dengan baik dan
mampu mernnuhi kebutuhan yang dituntut dalam situasi stres, akan
mernbantu mengurangi dan mengontrol dampak negatif tstres tersebut.
18
masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan
penelitian ini
Bab II :
Merupakan kajian teori yang terdiri dari : Kanker payudara, definisi
kanker payudara, faktor resiko terkena kanker payudara, terapi,
reaksi-reaksi psikologi penderita kanker payudara. Stres,
pengertian, Penilaian terhadap stres, sumber·-sumber stres,
dimensi stres; Manajemen stres, pengertian, teknik manajemen
stres (intervensi); Dukungan Sosial; pengertian, bentuk-bentuk
dukungan sosial, sumber dukungan sosial; Peran dukungan sosial
dalam manajemen stres.
Bab Ill : Menerangkan metodologi penelitian yang terdiri dari: pendekatan
dan metode penelitian, metode pengumpulan data, subyek
penelitian, prosedur penelitian, dan prosedur analisa data.
Bab IV : Hasil penelitian yang terdiri dari: gambaran urnum subyek
penelitian, gambaran dan anlisa kasus, kasus I, II, Jll, dan analisis
hasil antar kasus.
Bab V : Penutup yang berisi: Kesimpulan, diskusi, dan saran.
114
DAFTAR PUSTAKA
Afidatul, Khairiah. (2006). Manajemen Stres Pada Janda Akibat Perceraian
(Skripsi). Jakarta: Fakultas Psikologi UIN.
Aristiati, Adji. (1997). Dukungan Sosial Pada Penderita Kanker Payudara
(Studi Kasus pada Beberapa Penderita di Jakarta) (Skripsi), Depok:
Fakultas Psikologi UI.
Ahmad, Muhidin. (2004). Hubungan Dukungan Sosial d€mgan Kecemasan
Pada Penderita Kanker Payudara Dalam menjalani Pengobatan
(Skripsi). Depok: Fakultas Psikologi UI.
Atwater, E. (1983). Psychology Of Adjusment: Personal Growth In A
Changing World. New Jersey: Prentice-Hall. Inc.
Baron, R. S. & Cutrona, C. E. (1990). Social Support and Immune Function
Among Spouse of Cancer Patients. Journal of Personality and Social
Psychology. Vol 59. (2).
Cohen, S. (1992). Stress, Social Support, and Disorder. In. H. 0. F. Veiril &
lJ. Baumann. (eds). Meaning and Measurement of Social Support. New
York: Hemisphere Publish Corp.
Dakof, G. A. & Taylor, S. E. (1990). Victims' Perceptions of Social Support:
What Is Helpful From Whom?. Journal of Personality and Social Support
Psychology. Vol. 58. (1).
Davison, C. Gerald. (2006). Psikologi Abnormal Edisi Ke-9. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Gottlieb, B. H. (1984). Social Support Strategies, Guidelines for Mental Health
Practice. London: Sage Publications.
Greenberg, J. S. (2002). Compherensive Stress Management. Boston: WCB
McGraw-Hill.
Helena, Rosmauli. (2005). Kondisi Stres Emosional & Penyesuaian Diri Pada
Wanita Penderita Kanker Payudara (skripsi). Depok: Fakultas Psikologi
UI.
l15
Kaplan, R. M. Sallis Jr, J. F. & Patterson, T. L. (1993). Health and Human
Behavior. New York: McGraw-Hill.Inc.
Karlinger, F. N. (1990). Asas-asas Penelitian Behavioral.. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
Kristi, Poerwandari. (1998). Pendekatan Kua/itatif Oaa/am Penelitian
Psikologi. Jakarta: LPSP3 UI.
Lazarus, R. S. (1976). Patterns of Adjustment. Tokyo: McGraw-Hill
Kogakusha, Ltd.
Moleong, Lexy. (1998). Metodelogi Penelitian Kua/itatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Off Set.
Nevid, S. Jeffrey. Rathus, A. Spencer & Greene, Beverly. (2003). Psikologi
Abnormal. Jakarta: Erlangga.
Niven, Neil. (2002). Psikologi Kesehatan Pengantar Untuk Perawat &
Profesional Lain. Jakarta: Buku Kedokteran.
Patterson, R. J. & Neufeld, R. W. J. 1989. The Stress Response and
Parameters of Stressful Situation. New York: John Wiley & Sons.
Ramli, M. (1989). Kanker Payudara dan Permasa/ahannya. Maka/ah
dipresentasikan pada Simposium Umum: Masalah Kanker dalam
Keluarga. FKUI. Jakarta.
Russell, L. Michael. (1988). Stress Management For Chronic Disease.
Toronto: Pergamon Press.
Sarafino, E. P. (1990). Health Psychology: Biophysical Interactions. Toronto:
John Willey & Sons.
Santrock, W. John. (1995). Life-Span Development: Perkembangan Masa
Hidup Edisi Ke-5 Ji/id II. Jakarta: Erlangga.
Sarason, B. R. Sarason, I. G. & Piere, G. R. (1990). Social Support: An
lnteractional View. New York: John Willey & Sons.
Siti, Soraya. (2006). Peranan Dukungan Sosial terhadap Peri/aku Coping
Pada /bu Yang Memi/iki Anak HIV/AIDS (Skripasi) .•Jakarta: Fakultas
Psikologi UIN.
116
Smeth, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT. Grnsindo.
Smith, W. Timothy & Micassio, M. Perry. (1995). Managing Chronic Illness, A
Biopsychosocial Perpective. Washington De: American Psychological
Assosiation.
Stoll, B. A. (1979). Mind and Cancer Prognosis. New York: John Willey &
Sons.
Sumadi, Suryabrata. (1992). Metodelogi Penelitian. Edisi Ke7. Jakarta:
Rajawali Press.
Tjindarbumi, D. (1994). Reevaluasi Faktor-faktor Prognostik yang
Mempengaruhi Harapan Hidup (Expectancy of Life) dan Ketahanan
Hidup (Survival of Life) Penderita Kanker Payudara Stadium Operabe/.
Makalah. Jakarta.
Yin, Robert K. (2003). Studi Kasus (Design & Metode) Edisi Revisi. Jakarta:
Rajawali Press.
Yosep, lyus. (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT.
R~efika
Aditama.
Brosur Rumah Sakit Kanker Dharmais tentang Kanker Payudara. 2008
Koran Tempo, Senin, 20 November 2006
Sinar Harapan. 2007
www.pitapink.com
www.e-psikologi.com
www.mediasehat.com
www.pfizerpeduli.com
www.gatra.com
DEPARTEMEN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARI F lllDA YATULLAll .JAKARTA
FAKULTAS PSJKOLOGI
Kcrta fVJ11k1i No.5 Lircndcu Jakarta Scl:itau 15419 Tclp. (021) 7433060 Fax. 74714714
nor
lp ..
Un.Ol/F7/KM.OJ.3/
7(]
12008
.Jakart:i, 17 .!uni 2008
: Perrnoho11aJ1 lzin J>enelilian
Kepada Yth.
Kepala Rumah Sakit Pol Pus RS. Sukanto
Brig. Jen Pol. Dr. M. Aidi Rawas
Jakarta Timur
Assa/amu 'a/aikum Wr. Wb.
Dengan hormat, kami sampaikan bahwa :
Na n1 a
Siti Nur Azizah
105070002353
VIII (Delapan)
2007/2008
Strata 1 (S-1)
Nomor Pokok
Semester
Tahun Akademik
Program
Mahasiswa tersebut sedang menulis skripsi yang be1judul : "Pcranan
Dukungan Sosilll Tcrhadap Manajcmcn Sires P:1da Wanita Pcndcrita
Kankcr Payuclara" yang bersangkutan perlu melakukan Penelitian di lembaga
yang Bapalc/Ibu/Saudara pimpin.
Sehubungan dengan itu kami mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/
Saudara untuk memberikan data maupun informasi yang diperlukan oleh
mahasiswa tersebut.
Demikian atas perhatian dan kerja sama yang baik kami ucapkan terima
kasih.
Wassalamu'a/aikum Wr. Wb.
A.n. Dekan
Jlembantu Dekan
. <Bidang~nik
4R"
~~"'ili
NIP. 15023*7;h
Tembusan:
l .Dekan Fakultas Psikologi
TTTl.T C'1 •• _ ••!.L"TT!.1- •• -~--11-L
y_i__
M.Sif.
db
PUSAT KEDOKTERAN DAN KESEllATAN POLJd
RUMAH SAK!T KEPOLJSJAN PUSAT R.S. SUKANTO
JI. Raya Bogar Kramat Jati Jakarta Timur 13510
Jakarta,
No.Pol.
Klasifikasi
Lampiran
Perihal
2c.
Juni 2008
13 I 4'~ I VI I 2008 I Rspolpus
BIA SA
: Jawaban Pcrmohonan
Izin Penelitian
Kepada
Yth. DEKAN FAK. PSIKOLOGJ
UIN SY ARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
di
Jakarta.
I. Rujukan Surat Dckan Fakullas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor:
Un.0 I I F7 I KM.O 1.3 I 7 I 7 I 2008 tanggal I 7 Juni 2008 pcrihal perm<)honan izin
~clifian.
'
2. Sehubungan dcngan hal tersebut di atas, pihak Rumkitpolpus R.S.Sukanto
memberikan izin penelitian Mahasiswa Semester VIII Fakultas Psikologi Univcrsitas
Islam Ncgcri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta a.n. Siti Nur Azizah/ NP
105070002353 untuk melakukan observasi dan wawancara di Ruang Mahoni I
Rumkitpolpus R.S. Sukanto dalam rangka pcnyusunan Skripsi dengan judul:
"Peranan Dukungan Sosial Terhadap Manajemcn Stres Pada Wanita Penderita
Kankcr Payudara", pada bulan Juni 2008, dcngan bimbingan Evi Miranti, S.Psi.,
M.Psi., Psikolog.
3. Demikian untuk menjadi maklum.
Tembusan:
Karumkitoolpus R.S. Sukanto
RUMA I I SAKIT KEPOLISIAN PU SAT R.S.SUK -\NTO
DEPARTEMEN SUM8ER DAY A MANUSIA DAN Pl: NELITIA]':
NO. POL
I.
NOTA-DINAS
: BI ND - %l:z_ I VI/ 2008 /Dept SDMT
Kc pad a
Yth. Kalak. Mahoni I
Dari
Kadcp SDMT
Perihal
Izin Observasi dan Wawancara
Rujukan:
a. Surat Dekan Fakultas Psikologi UIN SyarifHidayatullah Jakarta Nomor: Un.01 I F7 I
KM.01.3 I 717 I 2008 tanggal 17 Juni 2008 pcrihal permohonan izin penelitian.
b. Disposisi Karumkitpolpus R.S. Sukanto No. Agenda: B/498/VI/2008/Rspolpus
tanggal 25 Juni 2008 perihal Acc.
Schuhu11ga11 dcngan hal tcrschut di alas, kami mohon kcsediaannya memberikan izin
kcpada Mahasiswa Semester VIII Fakultas p,ikologi Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarii' Ilidayatullah Jakarta a.n. Siti Nur Aziz.ih/ NP 105070002353 untuk melakukan
obscrvasi dan wawancara di Ruang Mahoni I Rumkitpolpus R.S. Sukanto dalam rangka
pcnyusunan Skripsi dengan judul: "Peranan Dukungan Sosial Terhadap Manajemen Stres
Pada Wanita Penderita Kankcr Payudara", pad:, bulan Juni 2008, dengan bimbingan Evi
Miranti. S.Psi., M.Psi., Psilwlog.
3.
lk111ikian 11n111k 111cnjatli ni;1kl11nl.
Jakarta,
'26
Juni
2008
KADEPfuMT
YA MW, Sp.BS, DFM, MM
ES POL NRP 53030 I J3
LAMPIRAN I
DATA KONTROL
A. IDENTITAS PRIBADI
!. Usia
2. Suku Bangsa
3. Agama
4. Pendidikan Terakhir
5. Pekerjaan
a. Lama bekerja
b. Penghasilan
6. Pernikahan
a. Lama menikah
b. Pendidikan terakhir suami
c. Pekerjaan suami
d. Penghasilan suami perbulan
e. Jumlah anak
f. Pendidikan anak
7. Latar Belakang Keluarga Subyek
a. Jumlah saudara
b. pekerjaan orang tua
8. Aktifitas I kegemaran Subyek
B. RIWAYAT PENYAKIT
1. a. Usia pada awal diagnosis
b. Usia suami
c. Usia anak-anak
2. Stadium
a. Pada saat diagnosis
b. Saat ini
3. Terapi yang dijalani, kapan dan
lamanya
4. Pengobatan lain (non-medis)
yang pernah dijalani, kapan dan
lamanya
5. Kondisi setelah menjalani terapi
6. RS tempat menjalani terapi dan
terakhir kontrol
LAMPIRAN II
PEDOMAN WAWANCARA
A. WAWANCARA AWAL
1. Bagaimana anda mengetahui ada kelainan dipayudara anda?
2. Bagaimana reaksi (emosi, fisik, tindakan) anda setelah mengetahui
ada kelainan tersebut?
3. Siapa orang yang anda percaya untuk pertma kali mengetahui
masalah ini? Bagaimana reaksinya?
4. Bagaimana anda memutuskan untuk memeriksak:an diri ke dokter atau
rumah sakit?
5. Apa yang anda ketahui tentang penyakit kanker, khususnya kanker
payudara saat itu?
6. Bagaimana reaksi anda ketika mendengar diagnosa kanker dari
dokter?
7. Bagaimana anda memberitahu pasangan atau keluarga anda
mengenai penyakit ini? Dan bagaimana reaksi mereka?
8. Bagaimana anda memutuskan untuk menjalani perawatan secara
medis?
9. Apa yang anda ketahui tentang perawatan penyakit kanker payudara
saat itu?
B. STRES & MANAJEMEN STRES
1. Apa pandangan anda tentang payudara bagi seorang wanita?
2. Bagaimana menurut anda pandangan rnasyarakat tentang payudara
bagi seorang wanita?
3. Bagaimana pandangan anda tentang perawatan rnedis yang harus
dijalani sehubungan dengan penyakit ini? (penyinaran, sitostatika,
pernbedahan)
4. Bagaimana perasaan anda dalarn menghadapi penyakit dan proses
perawatannya?
5. Apa yang anda bayangkan akan terjadi pada diri anda sehubungan
dengan penyakit ini?
6. Kesulitan-kesulitan apa yang rnenurut anda akan terjadi dan
mengganggu anda sehubungan dengan penyakit ini? (probe: dalarn
hubungan dengan suarni, anak, rurnah tangga, pekerjaan, di
lingkungan tetangga atau oragnisasi sosial)
7. Bagaimana anda menilai kesulitan-kesulitan itu dapat rnengganggu
perasaan atau aktifitas anda?
8. Apakah anda merasa dapat mengatasi kesulitan-kesulitan itu?
Mengapa dan bagaimana?
9. Bagaimanakah sikap dari lingkungan, ketika anda dalam kesulitan?
10.Apakah anda merasa lingkungan anda dapat diandalkan untuk
membantu masalah-masalah anda? Bagaimana pengalaman anda
sebelumnya dalam peristiwa lain?
11. Bagaimana perasaan anda terhadap peristiwa-peristiwa yang muncul
sehubungan dengan penyakit ini?
12.Apakah ada perasaan marah, kecewa, tidak percaya, sangat tertekan,
sangat sedih, menarik diri dari lingkungan, atau anda merasa tidak
memiliki penyakit berat? (probe)
13.Apakah ada perasaan tidak dicintai, tidak diperhatikan, mudah
tersinggung, atau tidak berharga? (probe)
14.Apakah ada perasaan tertantang, terancam, atau takut kehilangan?
(terhadap apa? (probe)
15. Bagaimana and a mengatasi perasaan-perasaan tersebut? Apakah
ada usaha untuk mencari bantuan atau dukungan dari luar?
16. Bagaimanakah perasaan atau kondisi anda setelah berusaha dan
mendapatkan dukungan?
17. Dari semua kesulitan-kesulitan yang anda rasakan karena penyakit ini
apa yang anda lakukan untuk mengontrol semuanya agar tidak
berdampak negatif untuk anda?
18.Apa kegiatan yang sekarang anda lakukan untuk mengurangi atau
mengontrol stres yang datang karena penyakit ini?(probe)
C. DUKUNGAN SOSIAL
1. siapa saja yang anda anggap memiliki hubungan kedekatan (intim,
akrab, sayang) dengan anda?
2. Siapa yang anda percaya bila anda ingin membicarkan masalahmasalah anda atau hal-hal yang sifatnya pribadi anda?
3. Seberapa sering anda merasa membutuhkan mereka untuk
membicarakan masalah-masalah anda?
4. Seberapa sering anda membicarakan masalah anda-anda dengan
mereka?
5. Bagaimanakah respon mereka saat itu? (probe: mendengarkan,
mengerti, empati, simpati, disayang atau diperhatikan)
6. respon-respon seperti apakah yang dapat membuat anda merasa
dimengerti, diperhatikan, disayang?
7. Pernahkah anda merasa kecewa terhadap sikap atau tindakan
mereka? Sikap atau tindakan yang seperti apa?
8. Dalam menghadapi penyakit ini, bantuan dan dukungan apa yang
anda harapkan? (probe: materi, informasi, emosi, esteem, kedekatan
dengan orang lain)
9. Siapa saja yang anda harapakan untuk memberikan bantuan atau
dukungan terhadap apa? (pasangan, anak, teman, dokter, perawat,
LSM terkait, keluarga lain)
10. Bagaimanakah pandangan anda terhadap bantuan atau dukungan
yang diberikan? Apakah anda merasa puas/ terpEmuhi?
11. Bagaimanakah anda mendapatkan bantuan atau dukungan? (probe:
diberikan atau diminta)
12.Bagaimana perasaan anda bila mendapatkan dukungan dengan
meminta terlebih dahulu dibandingkan dengan diberikan dukungan
tanpa harus meminta?
13.Bagaimanakah perasaan anda, berada diantara keluarga, temen,
lingkungan? (probe: dihargai, disayang, diperhatilcan,tenang, dekat
atau sebaliknya)
14.Adakah yang lebih penting diantara perasaan-perasaan itu? Yang
mana dan mengapa?
15. Adakah saat-saat yang tepat atau tidak tepat bagi1 anda untuk
menerima bantuan orang lain?
16.Apakah ada orang yang paling tepat untuk memberikan bantuan
tertentu?
17. Siapa yang memberikan semangat kepada anda ketika anda dalam
keadaan lemah tak berdaya?
18.Siapa yang mendukung anda ketika anda menjalani pengobatan untuk
penyembuhan penyakit anda?
19. Siapa yang memberikan informasi kepada anda tE~ntang pengobatan
yang anda jalani?
20. Siapa yang membiayai seluruh pengobatan anda?
LAMPIRAN Ill
Surat Pengantar Penelitian
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan kasih
sayang-Nya sehingga kita masih diberikan kelancaran dalam beraktifitas.
Sebagai mahasiswi Psikologi, saya Siti Nur Azizah berrnaksud mengadakan
penelitian tentang "Peranan Dukungan Sosial Terhadap Manajemen Stres
Pada Wanita Penderita Kanker Payudara". Penelitian yang saya lakukan
ini adalah hanya untuk memenuhi tugas akhir guna memperoleh gelar
sarjana Stara Satu (SI) dalam bidang psikologi.
Sehubungan dengan itu saya membutuhkan pa1tisipasi ibu untuk menjawab
pertanyaan sesuai dengan apa yang ibu alami dan rasakan.
Data pribadi dan jawaban ibu akan dijaga kerahasiaann)'a, tidak akan
disebarluaskan dan hanya akan dipergunakan untuk keperluan penelitian
saja tanpa menyebutkan nama.
Atas kerjasama dan partisipasinya saya ucapkan terima kasih.
Wassalamu'alaikum Warahmatul/ahi Wabarakatuh.
Jakarta, Juni 2008
Siti Nur Azizah
LAMPIRAN IV
Surat Pernyataan Kesediaa1!!
Nama lnisial
Jenis Kelamin
Usia
Pekerjaan
Stadium Penyakit
Menyatakan kesediaannya menjadi responden dalam penelitian yang
dilakukan saudari Siti Nur Azizah, mahasiswi Fakultas IPsikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dengan judul "Peranan Dukungan Sosial Terhadap
Manajemen Stres Pada Wanita Penderita Kanker Palrudara".
Jakarta, ..........................2008
(Tanda Tangan)
Download