BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini menyebabkan kegiatan perekonomian dunia mengalami perkembangan yang pesat. Hal tersebut mendorong transaksi jual-beli yang dilakukan antara produsen dan konsumen menjadi lebih luas (global) yakni tidak hanya terjadi dalam pasar domestik, tetapi juga dalam pasar internasional. Indonesia merupakan salah satu negara yang ikut berperan serta dalam perdagangan internasional. Pasar modal merupakan salah satu contoh adanya kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih modern di bidang ekonomi. Pasar modal merupakan media yang sangat efektif untuk dapat menyalurkan dan menginvestasikan dana yang berdampak produktif dan menguntungkan investor. Perusahaan dapat memperoleh dana untuk membiayai kegiatan operasional dan perluasan perusahaan melalui kegiatan pasar modal. Perusahaan manufaktur adalah salah satu perusahaan yang ada dalam pasar modal (Suciptayasa, 2013). Pasar modal Indonesia memegang peranan penting dalam memobilisasi dana dari investor yang ingin berinvestasi di pasar modal. Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai macam risiko dan ketidakpastian oleh para investor. Investor memerlukan berbagai macam informasi lain yang relevan seperti kondisi ekonomi dan politik dalam suatu negara untuk mengurangi kemungkinan risiko dan ketidakpastian yang akan 1 2 terjadi. Informasi yang diperoleh dari perusahaan umumnya didasarkan pada kinerja perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan, seperti analisis rasio keuangan (Sunarko, 2003:67). Sebuah perusahaan didirikan tentunya mempunyai tujuan yang jelas. Tujuan perusahaan yang pertama adalah untuk mencapai keuntungan maksimal atau laba yang sebesar-besarnya. Tujuan perusahaan yang kedua adalah ingin memakmurkan pemilik perusahaan atau para pemilik saham, sedangkan tujuan perusahaan yang ketiga adalah memaksimalkan nilai perusahaan yang tercermin pada harga sahamnya (Martono, 2005:2). Setiap perusahaan memiliki tujuan utama yaitu memaksimalkan nilai atau harga saham perusahaan. Keberhasilan atau kegagalan keputusan manajemen hanya dapat dinilai berdasarkan pada harga saham biasa perusahaan, di mana manajemen mempengaruhi harga saham perusahaan melalui kebijakan dividen (Keown et al, 2005). Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2004) kebijakan dividen menyangkut tentang masalah penggunaan laba yang menjadi hak para pemegang saham. Pada dasarnya, laba tersebut bisa dibagi sebagai dividen atau ditahan untuk diinvestasikan kembali. Laporan keuangan menyediakan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan laporan arus kas suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi atau siapapun yang tidak dalam posisi dapat meminta laporan keuangan khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi tertentu. Laporan keuangan harus menyajikan informasi 3 yang dapat memperkirakan jumlah waktu dan ketidakpastian penerimaan kas di masa yang akan datang yang berasal dari pembagian dividen (Rudianto, 2012). Kebijakan dividen merupakan keputusan untuk menentukan berapa banyak dividen yang harus dibagikan kepada para pemegang saham (Riyanto, 2001:266). Kebijakan dividen berawal dari perusahaan yang memperoleh keuntungan. Keuntungan yang dimaksud adalah keuntungan dari penghasilan bersih setelah pajak, kemudian dibagikan kepada para investor dalam bentuk dividen dan sebagian lagi diinvestasikan kembali ke perusahaan dalam bentuk laba ditahan. Persentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai dividen (laba yang dibagikan) disebut dividend payout ratio. Cash dividend merupakan bagian laba yang dibagikan kepada pemegang saham. Ada dua jenis dividen, yaitu dividen saham prefern yang dibayarkan secara tetap dalam jumlah tertentu, dan dividen saham biasa yang dibayarkan kepada pemegang saham apabila perusahaan mendapatkan laba (Sutrisno, 2012). Besarnya dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham akan memperkecil sisa dana yang dapat digunakan untuk mengembangkan perusahaan, karena laba ditahan tersebut digunakan untuk membelanjai perusahaan. Semakin rendah laba ditahan akibatnya akan memperkecil pertumbuhan dividen. Perusahaan yang memperoleh keuntungan cenderung akan membayar porsi keuntungan yang lebih besar sebagai dividen. Semakin besar keuntungan yang diperoleh, maka akan semakin besar pula kemampuan perusahaan dalam membayar dividen (Brigham, 2006). Perusahaan yang memiliki kemampuan membayar dividen diasumsikan masyarakat sebagai perusahaan yang 4 menguntungkan. Kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba merupakan indikator dari kemampuan perusahaan untuk membayar dividen, sehingga rasio profitabilitas dapat dianalisis sebagai faktor penentu terpenting terhadap dividen. Profitabilitas merupakan rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah perusahaan memenuhi seluruh kewajiban tetapnya yaitu beban bunga dan pajak. Dengan demikian, tingkat pengembalian investasi berupa dividen bagi investor dapat diprediksi salah satunya melaui rasio profitabilitas dari perusahaan. Likuiditas merupakan salah satu rasio keuangan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya. Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam kebanyakan kebijakan dividen. Dividen bagi perusahaan merupakan kas keluar, maka semakin tinggi tingkat likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen (Sartono, 2010). Pemegang saham dan calon pemegang saham memiliki harapan pada tingkat keuntungan, baik yang sekarang maupun kemungkinan tingkat keuntungan pada masa yang akan datang. Hal ini sangat penting bagi para pemegang saham dan calon pemegang saham, karena keuntungan ini akan mempengaruhi harga saham-saham yang mereka miliki. Di samping tingkat keuntungan, para pemegang saham dan calon pemegang saham juga berkepentingan dengan tingkat leverage sebagai faktor lain dalam penilaian kelanjutan hidup perusahaan serta proyeksi terhadap distribusi income pada masa-masa yang akan datang. Leverage 5 merupakan salah satu rasio keuangan untuk mengetahui komposisi utang pada perusahaan, atau untuk mengetahui seberapa besar perusahaan tersebut didanai oleh utang dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Perusahaan yang memiliki tingkat leverage yang tinggi, maka dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham cenderung akan rendah. (Syamsuddin, 2007). Market to book value ratio merupakan rasio untuk mengetahui seberapa besar harga saham yang ada di pasar dibandingkan dengan nilai buku sahamnya. Tingkat market to book value ratio yang tinggi menunjukkan perusahaan semakin dipercaya, artinya nilai perusahaan menjadi lebih tinggi. Apabila nilai perusahaan tinggi, maka dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham cenderung tinggi (Sutrisno, 2012). Ukuran perusahaan adalah skala besar kecilnya perusahaan, suatu perusahaan besar yang sudah mapan akan memiliki akses yang mudah menuju pasar modal (Handayani, 2009:66). Kemudahan ini cukup berarti untuk fleksibilitas dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh dana yang lebih besar, sehingga perusahaan mampu memiliki dividend payout ratio lebih tinggi daripada perusahaan kecil. Jadi, semakin besar ukuran perusahaan maka dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham cenderung semakin besar. Fenomena yang terjadi di BEI adalah pembagian dividen tidak hanya didominasi oleh perusahaan berkinerja-kinerja. Emiten dari sektor yang sedang terpuruk pun akan melakukan pembagian dividen, seperti sektor pertambangan dan perkebunan. Dengan kata lain, pembagian dividen bukan lagi monopoli perusahaan berfundamental dan berkinerja baik. Suatu emiten yang memiliki 6 kinerja buruk, bahkan mengalami kerugian, akan tetap mengagendakan pembagian dividen kepada para pemegang sahamnya. Sektor properti mencapai puncak keberhasilan setidaknya untuk dua tahun terakhir, seperti PT. Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau disebut juga Metland. Pertumbuhan laba perusahaan tersebut pada tahun 2012 mencapai 30% menjadi Rp 204 miliar. Pencapaian tersebut didukung oleh peningkatan pendapatan sebesar 25% pada tahun 2012, yaitu sebesar Rp 679 miliar dari perolehan 2011 senilai Rp 542 miliar. PT. Metropolitan Land Tbk menganggarkan Rp 40,74 miliar untuk pembayaran dividen dari perolehan laba bersih yang diterima. Kebutuhan ekspansi perusahaan tahun 2013 senilai Rp 850 miliar telah aman. Dana sebesar Rp 300 miliar diperoleh dari utang bank, lalu dana sebesar Rp 136 miliar berasal dari sisa dana IPO, kemudian sisanya dari kas internal. Metland menargetkan penjualan properti sebesar Rp 1,1 triliun pada tahun 2013 atau tumbuh sebesar 37,5% dari pencapaian tahun lalu. Namun, investor perlu mencermati dampak inflasi terhadap bunga kredit. Daya beli masyarakat akan menurun apabila bunga kredit rumah tinggi. Emiten sektor perkebunan yang mengalami masa sulit, PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) mengalami penurunan laba sebesar 34%. Pendapatan LSIP turun 10% dari Rp 4,86 triliun pada tahun 2011, menjadi Rp 4,21 triliun pada tahun 2012. Kinerja buruk tersebut terus berlanjut pada tahun 2013, namun LSIP tetap membagikan dividen sebesar Rp 450,3 miliar atau Rp 66 per saham. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) yang merupakan salah satu perusahaan manufaktur besar di Indonesia memperoleh laba bersih Rp 3,26 triliun pada tahun 2012, dengan penjualan bersih mencapai Rp 50,05 miliar. INDF 7 menyetujui pembagian 50% laba bersih sebagai dividen yaitu sebesar Rp 1,63 triliun atau Rp 185 per saham. Dividen INDF tersebut lebih besar daripada dividen pada tahun buku 2011 sebesar Rp 175 per saham, dan tahun 2010 senilai Rp 133 per saham. Porsi dividen yang besar dipastikan tak mengganggu arus kas, di mana untuk belanja modal tahun 2013 yang dianggarkan senilai Rp 7 triliun, INDF mempunyai dukungan dari kas internal dan pinjaman bank (Kontan.co.id). Fenomena tersebut menunjukkan bahwa tingkat dividend payout ratio (DPR) perusahaan tidak stabil dan tidak sesuai dengan teori. Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang baik melakukan pembayaran dividen lebih besar dari perusahaan yang memiliki profitabilitas yang kurang baik. Tingkat likuiditas perusahaan pun harus menjadi perhatian penting bagi pemegang saham, karena pembagian dividen didominasi oleh cash dividend, maka perusahaan tersebut harus memiliki ketersediaan kas yang cukup atau tingkat likuiditas yang baik. Komposisi kepemilikan utang perusahaan merupaka salah satu faktor perusahaan dalam menentukan besarnya dividen. Fenomena di atas menunjukkan bahwa perusahaan dengan komposisi utang yang tinggi dapat melakukan pembayaran dividen yang tinggi, bahkan melebihi perusahaan dengan komposisi utang yang rendah. Faktor lainnya adalah harga pasar saham perusahaan dan ukuran perusahaan. Perusahaan dengan harga saham yang tinggi, maka akan memprioritaskan kebutuhan pemegang saham dalam bentuk pembagian dividen agar citra perusahaan di mata pemegang saham semakin meningkat. Pada fenomena tersebut, harga pasar saham perusahaan dan ukuran perusahaan tidak dijelaskan, sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut. 8 Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Franklin (2010), Rehman (2012), Nurraiman (2014), dan Agus (2014). Studi yang dilakukan oleh Franklin (2010) menunjukkan bahwa profitabilitas, likuiditas, dan leverage berpengaruh negatif terhadap dividend payout ratio. Menurut Rehman (2012) menunjukkan bahwa profitabilitas, leverage, likuiditas berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio dan market to book value ratio berpengaruh negatif terhadap dividend payout ratio. Sedangkan menurut penelitian Nurraiman (2014) menunjukkan bahwa profitabilitas dan likuiditas berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio, sedangkan leverage tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio. Kemudian menurut penelitian Agus (2014) menunjukkan bahwa profitabilitas dan leverage berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio, sedangkan likuiditas berpengaruh negatif terhadap dividend payout ratio, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio. Hasil penelitian terdahulu dan fenomena di atas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi dividend payout ratio menunjukkan perbedaan dan ketidakpastian, oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan manufaktur merupakan sektor yang cukup memiliki prospek untuk kegiatan berinvestasi karena harga saham perusahaan manufaktur stabil bahkan bergerak naik sejak tahun 2009. Hal ini menunjukan bahwa peran serta perusahaan manufaktur dalam perekonomian di Indonesia menempati posisi yang dominan. 9 Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Market to Book Value Ratio, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Dividend Payout Ratio (Studi Pada Perusahan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013).” Identifikasi Masalah 1. 2 Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dikemukakan sebelumnya, bahwa dividend payout ratio yang tidak stabil, maka yang menjadi pertanyaan penelitian ini adalah : Apakah Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Market to Book Value Ratio serta 1. Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio secara simultan. 2. Apakah Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Market to Book Value Ratio serta Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio secara parsial. 1. 3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk menjelaskan dan mengetahui pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Market to Book Value Ratio serta Ukuran Perusahaan terhadap Dividend Payout Ratio secara simultan. 2. Untuk menjelaskan dan mengetahui pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Market to Book Value Ratio serta Ukuran Perusahaan terhadap Dividend Payout Ratio secara parsial. 10 1. 4 Manfaat Penelitian Peneltian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terkait, berkepentingan, dan memiliki perhatian yang besar terhadap faktorfaktor yang mempengaruhi dividend payout ratio. 1. Bagi manajemen perusahaan dapat dijadikan pertimbangan dalam penentuan dividend payout ratio. Perusahaan-perusahaan khususnya perusahaan manufaktur diharapkan dapat menunjukkan pengaruh faktor-faktor seperti profitabilitas, likuiditas, leverage, market to book value ratio, serta ukuran perusahaan terhadap dividend payout ratio. Faktor-faktor tersebut diharapkan dapat membantu manajer dalam pengambilan keputusan untuk menentukan besarnya dividen yang akan dibagikan, agar dapat memaksimumkan nilai perusahaan. 2. Bagi pemegang saham maupun calon investor diharapkan bisa menjadi masukan dalam mempertimbangkan pembuatan keputusan investasi terkait dengan tingkat pengembalian berupa dividen kas di suatu perusahaan khususnya di masa depan. 3. Bagi penulis semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai faktor yang mempengaruhi dividend payout ratio. 4. Bagi peneliti lain dapat menjadi sumbangan pemikiraan dan dijadikan masukan terhadap isu tentang faktor-faktor yang mempengaruhi dividend payout ratio. 11 1. 5 Lokasi dan Waktu Penelitian Peneliti melakukan penelitian dengan melakukan observasi data di Bandung. Dengan menggunakan data laporan keuangan yang diunduh dari www.idx.co.id. Penelitian dilaksanakan selama bulan Januari 2015 sampai dengan selesai.