PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam studi Ilmu Hubungan Internasional, negara merupakan aktor utama di dalamnya. Adanya hubungan internasional yang terjalin dapat membantu suatu negara dalam memenuhi kepentingan nasional salah satunya adalah ekonomi. Aspek ekonomi adalah aspek yang sangat krusial dan berbagai negara berusaha untuk memenuhi kebutuhannya tersebut melalui politik luar negeri sebagai dasarnya. Salah satu contohnya melalui kerjasama, sehingga kerjasama timbul menjadi salah satu agenda terpenting. Kerjasama tumbuh bukan menjadi opsi bagi negara namun berkembang menjadi kebutuhan utama negara dimana kerjasama menjanjikan sesuatu dan memiliki imbas yang positif. Adanya kebutuhan Jepang akan hal tersebut mendorong Junichiro Koizumi, Perdana Menteri Jepang tahun 2001-2006 untuk membuat suatu kebijakan yang mengacu pada kerjasama dengan negara lain. Dalam perkembangan saat itu, kerjasama dengan regionalisme merupakan hal yang sangat menjanjikan dan dapat mendorong perkembangan perekonomian yang lebih masive baik di dalam maupun di luar negeri.Perumusan kebijakan oleh Junichiro Koizumi salah satunya mengacu pada bentuk regionalisme ASEAN. Junichiro Koizumi, terpilih menjadi Perdana Menteri Jepang melalui proses pemilu menggantikan Perdana Menteri Yoshiro Moori. Koizumi terpilih pada 24 April 2001 melalui pemilu, Koizumi berhasil mengalahkan saingannya yaitu Ryutaro Hashimoto1. Keberhasilan yang diperoleh oleh Koizumi mematahkan keinginan Hashimoto meraih jabatannya kembali untuk periode kedua kalinya, dimana Hashimoto pernah menjabat sebagai perdana menteri di tahun 1996-1998. Junichiro Koizumi unggul 298 suara, sedangkan Hashimoto hanya 155 suara 2 . Adanya kemenangan ini membuat Junichiro Koizumi, secara sah diangkat sebagai Perdana Menteri Jepang pada April 2001. Dalam masa jabatannya, Koizumi menekankan pada perkembangan ekonomi dalam negeri dan juga kerjasama dengan negara lain. Hal yang sangat menonjol dalam kebijakannya adalah di dalam kebijakan luar negerinya dimana Koizumi ingin membangun rasa percaya dan kerjasama yang lebih efektif dengan aktor aktor internasional, negara. Jepang berusaha memiliki hubungan yang baik dengan negara lain salah satunya adalah dengan ASEAN. Junichiro Koizumi lebih menekankan pada kerjasama ekonomi dimana ASEAN memiliki banyak keuntungan bagi Jepang bukan hanya untuk membuktikan eksistensi Jepang namun juga dikarenakan ASEAN merupakan pasar yang menjanjikan bagi Jepang didukung pula dengan jumlah populasi ASEAN yang tinggi serta jumlah anggota yang tidak sedikit membuat ASEAN menjadi pasar yang tepat dalam penjualan produk domestik Jepang dan dapat membantu pengaplikasian kebijakan internal Koizumi di Jepang dalam hal menciptakan iklim kompetisi yang termasuk dalam tiga pilar kebijakan internalnya. Dalam usahanya mewujudkan kerjasama dengan ASEAN, Junichiro Koizumi membuat suatu statement untuk menegaskan keinginan dan tujuan kerjasama dengan 1 China Daily, Asia Pasific (online), 2006, http://www.chinadaily.com.cn/world/2006-07/01/content_630902.htm, accessed 4 April 2013Error! Reference source not found. 2 M.O.Hatfield.Asian Perspective, Institute for Far Eastern Studies, Kyungnam University, 2010 ASEAN yang dalam perkembangannya lebih di kenal dengan Doktrin. Kebijakan atau doktrin yang dirumuskan oleh Koizumi bukan hal yang baru bagi Jepang, para Perdana Menteri sebelum Koizumi merumuskan doktrin dan sudah menyadari mengenai keuntungan yang didapat bila bekerjasama dengan ASEAN. Doktrin pertama dibuat oleh Perdana Menteri Shigeru Yoshida (1946-1954)3. Doktrin Yoshioda menekankan pada kerjasama ekonomi di kedua belah pihak serta dalam usaha mempertahankan keamanan Jepang. Jepang dilarang untuk memiliki pasukan militer. Adanya kerjasama yang terbentuk dapat meminimalisir adanya kemungkinan penyerangan negara anggota ASEAN terhadap Jepang. Seperti yang diketahui, Jepang pernah menjajah salah satu negara anggota ASEAN, Indonesia. Kerjasama yang terbentuk merupakan berjalan baik dan sangat membantu Jepang maupun ASEAN, Jepang memberikan bantuan ekonomi, disamping sebagai kompensasi bagi negara ASEAN yang pernah menjadi negara jajahannya, Jepang juga ingin mempersiapkan Asia Tenggara sebagai pasar di bidang tekstil Jepang4. Selain Yoshioda Doctrine, Jepang juga memiliki Fukuda Doctrine. Fukuda Doctrine di kemukakan oleh Perdana Menteri Takeo Fukuda (1976- 1978) dalam pidatonya di pertemuan Jepang dengan pemimpin ASEAN di Manila, Filipina 5 . Doktrin ini merupakan doktrin yang digunakan untuk meredam gejolak yang terjadi antara negara ASEAN dengan Jepang. Adanya pemberian bantuan dalam doktrin sebelumnya, ternyata diartikan berbeda oleh kebanyakan negara ASEAN. Adanya 3 Abdul,L(2005).Politik Domestik, Global dan Regional Jepang.Makasar: Hasanudin University Press. ibid 5 H.Sahrasad, Bisnis Indonesia (online), 2007, http:// www .unisosdem .org/ ekopol_detail.php ?aid=8911& coid=4&caid =33, accessed 4 April 2013. 4 bantuan yang diberikan oleh Jepang disinyalir merupakan salah satu cara Jepang untuk menjajah kembali negara ASEAN yang juga mendapat protes dari negara negara ASEAN. Selain itu, doktrin ini tidak hanya berjalan di tahun kepemimpinannya namun berlanjut di kepemimpinan Perdana Menteri Tanaka Kakuei. Fukuda Doctrine atau biasanya di sebut dengan Heart to Heart Diplomacy ini dirancang untuk menyembuhkan luka lama negara anggota ASEAN yang dahulu pernah menjadi negara jajahannya, menumbuhkan dan memperkuat kepercayaan negara anggota ASEAN dengan Jepang dan melanjutkan bantuan yang di berikan di doktrin sebelumnya sebanyak satu juta dollar Amerika6. Fukuda Doctrine ini juga langkah Jepang dalam menjalin kerjasama dengan ASEAN yang lebih komprehensif dimana terlebih dahulu menjalin kerjasama melalui Japan Forum on Synthetic Rubber di tahun 1973. Fukuda Doctrine menawarkan kemakmuran, perdamaian, equal partner dan penghapusan penggunaan kekuasaan militer. Dari mulai di tahun 1977 terbentuknya ASEAN-Japan Forum dan ASEAN Japan Center di tahun 1981 inilah titik awal kerjasama antara Jepang dan ASEAN bertumbuh dan dari kerjasama antar individu menjadi kerjasama regional. Terdapat kunci dari kerjasama antara Jepang dan ASEAN yaitu adanya ODA (Official Development Aid) yang telah terjadi sejak awal kerjasama Jepang dengan masing masing negara ASEAN. ODA ini mengikat ASEAN untuk terus melihat Jepang sebagai partner sedangkan di pihak ASEAN, ODA merupakan investasi tetap yang memungkinkan bertambah jumlahnya tahun ke tahun. Jepang merupakan salah satu sumber investasi terbesar bagi negara ASEAN. Di lain pihak, ASEAN merupakan mitra dagang terbesar kedua bagi Jepang dan juga kawasan 6 A. Narongchai, The Evolution of ASEAN- Japan Economic Cooperation in ASEAN Cooperation: A Foundation for East Asia Community, Japan Centre for International Exchange, Tokyo,2003. utama bagi investasi perusahaan Jepang karena menerima investasi Jepang senilai sekitar 100 Milyar Us dollars sejak berdirinya ASEAN 7 . Adanya perkembangan kerjasama antara Jepang dan ASEAN selama prosesnya tidak berjalan dengan baik, pada saat krisis ekonomi Asia dimana Jepang mengalami dampak dan keterpurukan, pada saat itulah eksistensi dan kekuatan ekonomi Jepang mulai dipertanyakan. Jepang terpuruk dan menyebabkan performa kerjasama dan kepercayaan pihak lain akan Jepang mulai melema, begitu pula ASEAN sehingga diperlukan suatu bentuk kerjasama yang lebih menguntungkan oleh Jepang terhadap ASEAN. Adanya keberhasilan doktrin doktrin Jepang sebelumnya membuat Junichiro Koizumi perlu membuat statement atau penegasan landasan kerjasama dengan ASEAN yang dalam perkembangannya lebih terkenal dengan doktrin Koizumi untuk melandasi kerjasamanya. Kerjasama yang terjalin antara Jepang dan ASEAN sudah berjalan selama kurang lebih 30 tahun dan telah menciptakan stabilitas keamanan, pembangunan dan kemakmuran di Asia Tenggara serta ASEAN telah menjadi salah satu tujuan utama dari investasi perusahaan perusahaan Jepang. Salah satu upaya meningkatkan kerjasama yang sudah terjalin adalah dengan membuat Doktrin Koizumi. Doktrin Koizumi merupakan doktrin yang dibuat untuk melandasi kerjasama yang lebih fokus pada bidang ekonomi, hal ini sedikit berbeda dan menyimpang dari doktrin yang sebelumnya yaitu Miyazawa Doctrine yang lebih mengacu pada kerjasama keamanan dan struggle of power. Doktrin Koizumi dikemukakan di tengah kunjungan Junichiro Koizumi ke ASEAN pada 14 Januari 2002 dalam pernyataannya yang berjudul “ Japan and the ASEAN in the East Asia – A 7 Kedutaan Besar Jepang untuk Indonesia, Bertindak Bersama dan Maju Bersama Japan – ASEAN Commerative Summit (online), http://www.id.emb-japan.go.jp/aj304_02.html, accessed 2 Oktober 2014. Sincere and Open Partnership”. East Asian Strategic Review tahun 2003 mengemukakan bahwa Doktrin ini berisi berbagai hal diantaranya: “ .... the Koizumi doctrine stressed the ideal of “ acting together and advancing together” as candid partners and proposed the following points of cooperation : (1) undertaking reforms and increasing prosperity ; (2) strenghtening cooperation for the sake of stability; and (3) cooperation relatedto the future . under „ cooperation related to the future “, he listed: (1) education and human resources development, (2) designation of 2003 as the “Year of Japan ASEAN Exchange”, (3) the “ initiative for Japan – ASEAN Comprehensive Economic Partnership”, (4) a proposal to convene and“ Initiative for Development in East Asia” meeting; and (5) intensifiacation of Japan and ASEAN security cooperation including “transnational issues”..8 Doktrin yang dikemukakan oleh Koizumi ini menekankan pada berbagai aspek kerjasama antar Jepang dan ASEAN. Aspek aspek yang ditawarkan dalam kerjasama mengacu pada kerjasama di bidang ekonomi, keamanan dan politik yang ditujukan pada stabilitas hubungan antara Jepang sebagai individu dengan ASEAN sebagai salah satu bentuk regionalisme serta hubungan Jepang dengan masing masing negara anggota ASEAN, serta kerjasama yang lebih komprehensive yang lebih condong pada aspek sosial, budaya dan pendidikan serta isu isu transnasional. Adanya doktrin ini, menjelaskan bahwa ASEAN merupakan aktor penting bagi Jepang. Dikeluarkannya Doktrin Koizumi yang dikemukakan oleh Koizumi pada kunjungannya pada tanggal 14 Januari 2002 di Singapura di sela-sela kunjungannya di beberapa negara anggota ASEAN, dinilai sebagai suatu respon instan Jepang terhadap langkah Cina yang mempelopori China-ASEAN Free Trade Area (CAFTA) sebelumnya yang dibuat pada 8 The National Institute for Defense Studies, East Asia Strategic Review2003, Japan Times, Tokyo,2003. November 2001 9 . Doktrin ini terkenal dengan sebutan heart to heart relations dikarenakan banyak aspek kerjasama didalamnya, dan adanya banyak bentuk kerjasama bidang ekonomi mendorong pembuatan suatu program atau bentuk nyata yang disebut dengan Economic Partnership Agreement (EPA) Jepang dan ASEAN. Adanya kerjasama EPA ini tidak hanya dijadikan sebagai wacana namun mulai digalakkan dengan seksama melalui Japan ASEAN Comprehensive Economic Partnership (JCEP). Pendeklarasian pembuatan JCEP ini dirancang pada pertemuan Japan – ASEAN Summit yang diselenggarakan pada 5 November 2002 di Phonm Penh, Kamboja dan ditandatangani di pertemuan selanjutnya yang diadakan di Bali, Indonesia pada 8 Oktober 2003 10 . JCEP ini terjalin dengan menjadikan ekonomi sebagai dasar kerjasama seperti perdagangan barang, jasa dan investasi sedangkan aspek lain seperti budaya, pendidikan, tekonologi dan sosial dijadikan aspek pendukung dalam kerjasama ini. Kerjasama yang terbangun ini memiliki beberapa fokus utama diantaranya adalah peningkatan kekuatan integrasi ekonomi antara Jepang dan ASEAN, membangun lingkungan yang kompetitif dalam proses kerjasama ekonomi sehingga menimbulkan motivasi di kedua belah pihak untuk mengembangkan produk, meningkatkan intensitas perdagangan antara Jepang dan ASEAN maupun dengan negara anggota ASEAN secara individu, serta memfasilitasi adanya kerjasama ekonomi yang lebih maju dan berusaha untuk membantu kemajuan antar negara ASEAN sehingga gap internal yang terjadi dapat diminimalisir. 9 S.Hadi, Checkbook Diplomacy Jepang dalam Hubungan dengan ASEAN: Relevansi dan Tantangan Bagi Indonesia, Lembaga Pengkaji Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta,2009. 10 Japan Ministry of Foreign Affairs, Japan – ASEAN Summit Meeting, MOFA, Tokyo, 8 Oktober 2003. Error! Reference source not found. 2. Rumusan Masalah Sebagai fokus penulisan skripsi, penulis berusaha menjawab pertanyaan: 1. Bagaimana implementasi Doktrin Koizumi dalam hubungan antara Jepang dengan ASEAN ? 2. Apa kelebihan dan kekurangan implementasi Doktrin Koizumi dalam hubungan Jepang dan ASEAN? 3. Batasan Masalah Fokus skripsi ini adalah pada analisis keberhasilan Doktrin Koizumi pada perkembangan ekonomi dan politik luar negeri Jepang dengan ASEAN dari tahun 2001- 2006. Selain itu juga mengacu pada perkembangan ekonomi di Jepang dan implementasi Doktrin Koizumi sebagai usaha pemenuhan kebutuhan Jepang akan sumber daya alam maupun sumber daya manusia yang didapat dari kerjasama yang berlangsung dengan ASEAN serta sebagai usaha melanjutkan tujuan pembuktian eksistensi dan peran Jepang di ASEAN yang sudah dilakukan oleh doktrin sebelumnya 4. Kerangka Konseptual Liberalisme “A political philosophy based on belief in progress, the essential goodness of the human race, and the autonomy of the individual and standing for the protection of political and civil liberties11” 11 W. Merriam, Dictionary : Liberalism http://www.merriam-webster.com/dictionary/liberalism, accessed 30 April 2013. (online), 2013, Liberalisme merupakan suatu ideologi politik yang mengedepankan kebebasan individu dan masyarakat. Ideologi ini dijalankan dan mulai diterapkan oleh Thomas Hobbes dan John Locke pada tahun 1600an12. Dalam perkembangan selanjutnya, Liberalisme digunakan pula dalam menganalisis dan menerapkan ekonomi di dalam masyarakat, hal ini didukung oleh salah satu karya Adam Smith “The Wealth of Nations” tahun 1776 13 . Liberalisme dalam ekonomi merupakan penerapan definisi liberalisme dalam ranah ekonomi internasional. Liberalisme ekonomi mengacu kepada kebebasan tiap individu dalam masyarakat dimana individu tersebut dapat menjadi aktor dalam ekonomi internasional yang diimplementasikan dalam perdagangan bebas yang mengacu pada pembuatan Free Trade Agreement (FTA) dan persaingan yang kompetitif. Liberalisme juga berkembang dan diterapkan oleh negara negara demokrasi di dunia. Poin poin penting dalam liberalisme yaitu kebebasan individu (aktor), masyarakat yang bebas dan perdagangan bebas serta negara demokrasi, juga dimiliki di dalam kerjasama antara Jepang dan ASEAN. Doktrin Koizumi yang dirancang pada tahun 2002 dan diimplementasikan di tahun 2003 ini merupakan sarana dalam penerapan liberalisme dalam hubungan tersebut. Poin poin penting dalam liberalisasi dapat terlihat di setiap program program dalam kerjasama Jepang ASEAN (2002 – 2006). Poin poin seperti kebebasan individu dan perdagangan bebas dapat dilihat disetiap pilar doktrin Koizumi, terlebih pada pilar pertama dan 12 D.S Danske, Biography of Adam Smith (online), 2009,http:// www.denstoredanske.dk /Samfund,_jura_og_politik/C3%98konomi/%C3%98konomi,_biografier/Adam_Smith? highlight=adam%20smith , accessed 30 April 2013 13 D.SDanske,Liberalism(online),2009,http://www.denstoredanske.dk/Samfund,_jura_og_politik/ Samfund/Moderne_demokrati_og_konstitutionelt_monarki/liberalisme, accessed 30 April 2013. Error! Reference source not found. kedua yaitu Undertaking Reforms and Increasing Prosperity dan Strenghtening Cooperation for the Sake of Stability. Selain itu adanya aspek demokrasi di liberalisme dapat dilihat dari struktur politik Jepang maupun beberapa negara anggota ASEAN yang sebagian besar menjalankan demokrasi. Liberalisme sangat terlihat dalam kerjasama Jepang – ASEAN dan adanya doktrin Koizumi yang diterapkan mendukung liberalisasi ekonomi dan membawa keuntungan di kedua belah pihak terlebih bagi Jepang selain di bidang ekonomi juga dibidang politik dimana adanya kerjasama ini dapat dijadikan bukti bahwa Jepang masih memiliki pengaruh yang besar di salah satu bentuk regionalisasi besar di Asia Tenggara. Teori Interdepedensi Teori ini merupakan perngembangan dari pandangan liberalisme. Interdepedensi kekurangan merupakan masing-masing saling ketergantungan negara melalui yang mempertemukan keunggulan komparatif masyarakat14.Independensi dalam hubungannya dengan Jepang dan ASEAN sangat terlihat bahkan sebelum adanya doktrin Koizumi. Hubungan antara Jepang dan ASEAN telah berlangsung selama lebih dari 30 tahun, doktrin ini digunakan untuk mengikat satu sama lain dengan bentuk kerjasama yang lebih komprehensif. Hubungan Jepang dengan ASEAN dahulu hanya berupa hubungan antara Jepang dengan masing masing anggota ASEAN, namun di dalam doktrin Koizumi, Jepang melihat ASEAN sebagai suatu aktor besar yang dapat memberikan keuntungan yang lebih daripada hubungan bilateral dengan salah satu anggota ASEAN. 14 Jackson, Robert & Sorensen, Georg. 1999. Introduction to Internation Relations, Oxford University Press Inc., New York, 1999 Jepang sangat membutuhkan ASEAN dimana ASEAN memiliki semua yang dibutuhkan oleh Jepang baik di sisi sumber daya alam, sumber daya manusia dan pasar yang besar. Dengan latar belakang perekonomian Jepang masa perdana menteri terdahulu sebelum Koizumi, ASEAN jelas merupakan jawaban dan harus ditindak lanjuti. Adanya penggunaan liberalisme dalam kerjasama ini sangat mendorong terbentuknya interdepedensi. Interdepedensi yang terjadi dalam kerjasama ini tidak berjalan seimbang di kedua belah pihak, Jepang sebagai negara yang lebih dibanding negara anggota ASEAN mengalami keuntungan dari doktrin ini, namun tidak dapat dipungkiri bahwa adanya kelemahan dan kelebihan yang terjadi dalam implementasi doktrin ini yang akan dipaparkan dalam skripsi ini 5. Hipotesis Hipotesis yang diajukan adalah Doktrin Koizumi berhasil menjadi landasan dalam kepemerintahan Junichiro Koizumi (2001-2006) dan membawa perkembangan yang signifikan di kedua belah pihak terutama Jepang bukan hanya di aspek ekonomi namun di aspek aspek lainnya diantaranya adalah sosial, politik, keamanan dan pariwisata. Namun dalam pelaksanaan doktrin ini tidak terlepas dari kekurangan dan kelebihan dari doktrin ini. Kelebihan yang akan dibahas didasari oleh perkembangan yang terjadi baik di segi penungkatan FDI, frekuensi ekspor impor Jepang terhadap ASEAN dan sebaliknya serta pertumbuhan hubungan kedua belah pihak seperti peningkatan pergerakan manusia di antara Jepang dan ASEAN, sedangkan kekurangan doktrin ini dilihat dari segi waktu pelaksanaan dan upaya lebih Jepang yang dilakukan dalam hubungan kedua belah pihak. 6. Metode Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif dan bersifat deskriptif dengan berdasarkan teori Liberalism dan teori Interdepedency, serta menganilisis setiap program atau bentuk kerjasama di bawah Doktrin Koizumi terhadap ASEAN dan posisi Jepang dalam kerjasama ini. Dalam skripsi ini juga memaparkan hasil hasil penelitian berupa fakta fakta yang berkaitan dengan topik yang berguna untuk memperkuat analisa indikator indikator implementasi Doktrin Koizumi serta akan memaparkan mengenai kelebihan dan kekurangan dari Doktrin ini sebagai dampak implementasi Doktrin Koizumi terhadap kerjasamanya dengan ASEAN. Data data yang dikumpulkan berupa artikel, berita, gambar, skema, tabel dan dokumen dokumen kerjasama Jepang ASEAN dibawah Doktrin Koizumi tahun 2002-2006. Data data tersebut dikumpulkan melalui studi pusaka, baik berupa buku, jurnal, atau artikel dari internet yang dapat dipertanggung jawabkan. 7. Sistematika Penulisan Skripsi ini berisi penjabaran yang dirinci dalam 4 bagian utama diantaranya: ● Bab I adalah bagian pendahuluan, yang isisnya menjabarkan beberapa bagian diantaranya adalah latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, kerangka konseptual, hipotesis, metode penelitian, jangkauan penelitian dan sistematika penulisan. ● Bab II adalah bagian yang berisi penjabaran yang lebih mendalam mengenai definisi dan hal hal yang terkandung di dalam doktrin Koizumi yang melandasi hubungannya dengan ASEAN dan implementasi tiap aspek dalam doktrin Koizumi dalam ekonomi dan politik luar negeri Jepang pada tahun 2001- 2006. ● Bab III adalah bagian yang berisi penjabaran mengenai hal hal yang telah dicapai dengan doktrin Koizumi di aspek politik luar negeri dan ekonomi Jepang serta analisis masalah berdasarkan teori Liberalism dan teori indepedensi serta menjelaskan mengenai kekurangan dan kelebihan doktrin ini bagi Jepang. ● Bab IV adalah bagian penutup yang menjabarkan mengenai konklusi atau kesimpulan dari keseluruhan pembahasan yang telah dipaparkan dalam skripsi ini.