analisis pengaruh npm, quick ratio, der, sales growth

advertisement
1
ANALISIS PENGARUH NPM, QUICK RATIO, DER, SALES GROWTH DAN
SIZE TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN NONFINANSIAL YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE
TAHUN 2005-2009
Galuh Kusumo probosari
Drs. Wisnu Mawardi, MM
ABSTRACT
This study is performed to examine the effect of Net Profit Margin (NPM), Quick
Ratio (Quick), Debt to Equity Ratio (DER), Sales Growth and Size toward Dividend
Payout Ratio (DPR) in non-financial company that is listed in BEI. The objective of
this study is to analyze the effect of the company financial ratios performance (Net
Profit Margin (NPM), Quick Ratio (Quick), Debt to Equity Ratio (DER), Sales Growth
and Size toward DPR in non-financial company that is listed in BEI over period 20052009.
Purposive sampling is used on this research with criterion (1) the company that
represents their financial report per December 2005-2009; (2) the company that
continually share their dividend over period 2005-2009. The data is obtained based on
Indonesian Capital Market Directory (ICMD 2007, 2008, 2009 and 2010) publication.
Sample of this research amount of 8 companies from 321 companies those are listed in
BEI. Multiple regression and hypothesis test using t-statistic is used to examine partial
regression coefficient and f-statistic to examine the mean of mutual effect with level of
significance 5%. In addition, classical assumption test also performed including
normality test, multicolinearity test, heteroscedasticity test and autocorrelation test.
This research results that Net Profit Margin gives significantly positive effect on
Dividend Payout Ratio (DPR), while Quick Ratio and Sales Growth give significantly
negative effect on Dividend Payout Ratio. It also funds that the other variables which is
Debt to Equity Ratio (DER) and Size are not significant to DPR. Suggested for investors
in Indonesian Stock Exchange whose purpose to gain dividend should be pay attention
for informations that issued by the company, because with those information they can
make the best decision for their investments. On this research, NPM shows the most
influencing variable toward DPR that pointed by the amount of beta standardized
coefficients value 0.369, Quick is 0.353, Growth is 0.332, Size is 0.197 and DER 0.028.
Keywords: Net Profit Margin (NPM), Quick Ratio (Quick), Debt to Equity Ratio (DER),
Sales Growth, Size and Dividend Payout Ratio (DPR)
2
1.
Pendahuluan
Manajemen perusahaan dihadapkan pada tiga masalah penting yaitu keputusan
investasi, keputusan struktur modal dan kebijakan dividen. Kebijakan dividen
merupakan hal yang penting karena bukan hanya menyangkut kepentingan perusahaan,
namun juga menyangkut kepentingan pemegang saham. Dalam kebijakan dividen ini
diambil keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada
pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna
pembiayaan investasi di masa yang akan datang.
Masing-masing perusahaan menetapkan kebijakan dividen yang berbeda-beda.
Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) menentukan jumlah laba yang dapat
ditahan dalam perusahaan sebagai sumber pendanaan. Akan tetapi, dengan menahan
laba saat ini dalam jumlah yang lebih besar dalam perusahaan juga berarti lebih sedikit
uang yang akan tersedia bagi pembayaran dividen saat ini (Horne dan Wachowicz,
2005).
Menurut Brigham (2006) menyebutkan ada tiga teori dari preferensi investor
yaitu:
1) Dividend irrelevance theory adalah suatu teori yang menyatakan bahwa
kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh baik terhadap nilai perusahaan
maupun biaya modalnya. Teori ini mengikuti pendapat Modigliani dan Miller
(M-M) yang menyatakan bahwa nilai suatu perusahaan tidak ditentukan oleh
besar kecilnya Dividend payout ratio (DPR) tetapi ditentukan oleh laba bersih
sebelum pajak (EBIT) dan risiko bisnis.
2) Bird-in-the-hand theory, sependapat dengan Gordon dan Lintner yang
menyatakan bahwa biaya modal sendiri akan naik jika dividend payout ratio
(DPR) rendah. Hal ini dikarenakan investor lebih suka menerima dividen
daripada capital gains.
3) Tax preference theory adalah suatu teori yang menyatakan bahwa karena adanya
pajak terhadap keuntungan dividen dan capital gains maka para investor lebih
menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak.
Besar kecilnya dividen yang akan dibayarkan oleh perusahaan tergantung pada
kebijakan dividen masing-masing perusahaan, sehingga pertimbangan manajemen
sangat
diperlukan.
Dengan
demikian
perlu
bagi
pihak
manajemen
untuk
3
mempertimbangkan faktor-faktor apa saja yang akan mempengaruhi kebijakan dividen
yang ditetapkan oleh perusahaan (Hatta dalam Chasanah, 2008).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen antara lain:
1) Kebijakan dividen dipengaruhi oleh posisi likuiditas, kebutuhan untuk
melunaskan hutang, undang-undang, larangan dalam perjanjian hutang, tingkat
ekspansi laba, tingkat laba, stabilitas laba, peluang ke pasar modal, kendali
(control) dan pajak atas laba (Weston dan Copeland, 1996)
2) Faktor-faktor kebutuhan dana bagi perusahaan, likuiditas, kemampuan untuk
meminjam, pengendalian perusahaan (Martono dan Harjito, 2008)
3) Bahwa kebijakan dividen itu dipengaruhi oleh posisi likuiditas, kebutuhan dana
untuk membayar hutang, tingkat pertumbuhan perusahaan dan pengawasan
perusahaan. (Riyanto dalam Hartadi, 1995)
Damayanti dan Achyani (2006) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi kebijakan dividen pada industry manufaktur yang terdaftar di BEJ.
Variable independen yang digunakan adalah investasi, likuiditas, pertumbuhan
perusahaan dan ukuran perusahaan. Dari kelima variable tersebut, semuanya tidak
berpengaruh yang signifikan dengan dividend payout ratio.
Sutrisno (2001) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend payout
ratio pada perusahaan public di Indonesia. Variabel independen yang digunakan adalah
Cash Position, Growth, Firm Size, Debt to Equity Ratio, Profitability dan Holding.
Hasil dari penelitian ini yaitu hanya variable Cash Position dan DER sedangkan variable
lainnya tidak berpengaruh secara signifikan.
Rini Dwiyani H (2007) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap Dividend payout ratio. Ia menggunakan variable Cash Ratio,
DER, NPM, ROI dan Tax Rate sebagai variable independen. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa ROI dan Tax Rate berpengaruh signifikan terhadap DPR dan
variable CR, DER dan NPM tidak perpengaruh secara signifikan terhadap DPR.
Melalui pemahaman faktor yang berpengaruh pada DPR, pihak manajemen
perusahaan lebih mudah menjaga dan berusaha meningkatkan nilai perusahaannya.
Karena dengan membagikan dividen akan menarik investor baru agar melakukan
aktivitas investasinya sekaligus mempertahankan investor lama.
4
2.
Tinjauan Pustaka
Teori Kebijakan Dividen
Menurut Martono dan Harjito (2008), kebijakan dividen merupakan keputusan
apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang
saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna
pembiayaan investasi di masa yang akan datang. Laba ditahan (retained earning)
merupakan salah satu dari sumber dana yang paling penting untuk membiayai
pertumbuhan perusahaan sedangkan dividen merupakan arus kas yang disisihkan untuk
pemegang saham.
Dalam kebijakan dividen terdapat suatu permasalahan yaitu apakah laba
perusahaan akan dibagikan sebagai dividen ataukah ditahan sebagai laba ditahan dan
jika laba tersebut akan dibagikan, berapakah porsi yang akan diberikan oleh perusahaan
kepada pemegang saham. Meskipun demikian, perusahaan harus tetap memperhatikan
tujuan perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaan. Adanya alternative-alternatif
pendanaan eksternal (dari luar) akan menjadikan permasalahan ini semakin rumit.
Dengan demikian, dimungkinkan membagi laba sebagai dividen dan pada saat yang
sama menerbitkan saham baru. Masalah lain adalah bahwa perusahaan bisa
membagikan dividen bukan dalam bentuk uang tunai namun dalam bentuk saham (stock
dividend). Demikian juga perusahaan bisa membagikan dana ke pemegang saham
dengan cara membeli kembali saham (repurchase of stocks) (Husnan dan Pudjiastuti,
2002).
Ada tiga pandangan dasar atau teori tentang kepedulian investor terhadap
dividen yang dibagikan perusahaan. Beberapa teori yang dikemukakan para ahli
tersebut dan asumsi-asumsinya adalah sebagai berikut (Robert Ang, 1997):
1) Teori Dividend Irrelevant
Menurut Modigliani dan Miller (MM) (1961), nilai suatu perusahaan tidak
ditentukan oleh besar kecilnya DPR, tapi ditentukan oleh laba bersih sebelum
pajak ( EBIT ) dan kelas risiko perusahaan. Jadi menurut MM, dividen adalah
tidak relevan. Pernyataan MM ini didasarkan pada beberapa asumsi penting yang
“lemah” seperti:
a.
Pasar modal sempurna dimana semua investor adalah rasional
5
b. Tidak ada biaya emisi saham baru jika perusahaan menerbitkan saham
baru
c.
Tidak ada pajak
d. Kebijakan investasi perusahaan tidak berubah.
Teori Dividend Irrelevant adalah suatu teori yang mengemukakan bahwa
investor tidak peduli terhadap besar kecilnya dividen yang diberikan perusahaan
kepada para pemegang saham. Teori Dividend Irrelevant ini diasumsikan bilamana
tidak ada biaya transaksi dan pajak sehingga sulit untuk diterapkan dalam dunia
nyata. Pada praktiknya, pasar modal yang sempurna sulit ditemui, biaya emisi
saham baru pasti ada, pajak pasti ada dan kebijakan investasi perusahaan tidak
mungkin tidak berubah.
2) Teori The Bird in the Hand
Gordon dan Lintner (1956) menyatakan
bahwa
biaya
modal
sendiri
perusahaan akan naik jika DPR rendah karena investor lebih suka menerima
dividen dari pada capital gains. MM berpendapat, investor memandang dividend
lebih pasti dari pada capital gains. Tidak ada perbedaan menerima dividen saat ini
atau menerima capital gains di masa mendatang. Pendapat Gordon dan Lintner oleh
MM diberi nama The Bird in the Hand Theory. Teori The Bird in the Hand adalah
teori yang menjelaskan bahwa investor menghendaki pembayaran dividen yang
tinggi atau dikatakan kebijakan dividen adalah relevan. Alasan yang sering
dikemukakan dalam memilih teori dividen relevan ini karena ada anggapan bahwa
mendapat dividen tinggi saat ini resikonya lebih kecil daripada mendapat capital
gain di masa yang akan datang. Salah satu keuntungan bila menerapkan Teori
dividen relevan ini adalah dengan memberikan dividen yang tinggi, maka harga
saham perusahaan juga akan semakin tinggi pula. Tetapi perlu dicatat bahwa investor
diharuskan membayar pajak yang besar akibat dari dividen yang tinggi. Gordon dan
Litner beranggapan bahwa satu burung di tangan akan lebih berharga daripada seribu
burung di udara. Menurut
MM,
pada
akhirnya
investor
akan
kembali
menginvestasikan dividen yang diterima pada perusahaan yang sama atau
perusahaan yang memiliki risiko yang hampir
sama. Oleh sebab itu tingkat
resiko pendapatan mereka di masa yang akan datang bukannya ditentukan oleh
dividen payout ratio tetapi ditentukan oleh tingkat resiko investasi baru.
6
3) Teori Tax Preference
Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy (1979). Mereka
menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan
capital gains, para investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda
pembayaran pajak.
Oleh
karena
itu investor
mensyaratkan
suatu
tingkat
keuntungan yang lebih tinggi pada saham yang memberikan dividend tinggi,
capital gains rendah dari pada saham dengan dividend yield rendah, capital
gains yield tinggi. Jika pajak atas dividend lebih besar dari pajak atas capital
gains, perbedaan ini akan makin terasa. Teori Tax Preference adalah teori yang
mengemukakan bahwa investor menghendaki pembayaran dividen yang rendah. Hal
ini dikarenakandividen
dikenakan pajak, sehingga banyak investor tidak
menghendaki pembayaran dividen yang tinggi. Capital gain selanjutnya dipilih
karena pajak capital gain relatif lebih rendah daripada dividen.
Bagaimana Menentukan Kebijakan Dividen
Husnan (1997) menyatakan bahwa dalam menentukan kebijakan dividen perlu
memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:
a.
Tidak benar bahwa perusahaan seharusnya membagikan dividen sebesarbesarnya. Apabila dana operasi dari perusahaan bisa dipergunakan dengan
menguntungkan, dividen tidak perlu dibagikan terlalu besar (bahkan secara
teoritis tidak perlu membagi dividen).
b. Karena ada keengganan untuk menurunkan pembayaran dividen per lembar
saham, ada baiknya kalau perusahaan menentukan dividen dalam jumlah (dan
rasio payout) yang tidak terlalu besar. Dengan demikian memudahkan
perusahaan untuk meningkatkan pembayaran dividen kalau laba perusahaan
meningkat dan tidak perlu segera menurunkan pembayaran dividen kalau laba
menurun.
c.
Apabila
memang perusahaan
menghadapi
kesempatan
investasi
yang
menguntungkan, lebih baik perusahaan mengurangi pembayaran dividen dari
pada menerbitkan saham baru. Penurunan pembayaran dividen mungkin akan
diikuti dengan penurunan harga saham, tetapi apabila pasar modal efisien harga
akan menyesuaikan kembali dengan informasi yang sebenarnya (yaitu adanya
investasi yang menguntungkan).
7
d. Dalam keadaan tidak terdapat biaya transaksi, tambahan kekayaan karena
kenaikan harga saham sama menariknya dengan tambahan kekayaan karena
pembayaran dividen. Masalahnya adalah bahwa untuk merealisir uang kas,
pemegang saham perlu menjual (sebagian) saham sedangkan pembayaran
dividen berarti menerima kas (yang tidak perlu menjual saham). Sayangnya
kalau pemodal menjual saham, mereka akan terkena biaya transaksi. Dengan
demikian, kalau tidak ada faktor pajak, menerima dividen lebih menguntungkan
dari pada memperoleh capital gains. Karena itulah sekelompok pemodal
mungkin memilih saham yang membagikan dividen secara teratur.
e.
Karena pemodal juga membayar pajak penghasilan (personal tax), maka bagi
pemodal yang sudah berada dalam tax bracket yang tinggi (di Indonesia tax
bracket tertinggi adalah 30%), mungkin akan lebih menyukai untuk tidak
menerima dividen (karena harus membayar pajak) dan memilih menikmati
capital gains. Kalau sebagian besar pemegang saham merupakan pemodal yang
mempunyai tax bracket tinggi, pembagian dividen tidak akan terlalu besar.
f.
Apabila terdapat bias in favour of capital gains, maka pemodal akan lebih
menyukai untuk menerima dividen dalam jumlah yang lebih kecil.
Langkah-langkah Pembayaran Dividen
Langkah-langkah atau prosedur pembayaran dividen adalah pengumuman
emiten atas dividen yang akan dbayarkan kepada pemegang saham yang disebut juga
dengan tanggal pengumuman dividen (Ang, 1997).
Tanggal-tanggal yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1) Tanggal pengumuman (Declaration date)
Merupakan tanggal resmi pengumuman oleh perusahaan tentang bentuk dan
besarnya serta jadwal pembayaran dividen yang akan dilakukan.
2) Tanggal cum-dividen (Cum-dividend date)
Merupakan tanggal hari terakhir perdagangan saham yang masih melekat hak
untuk mendapatkan dividen baik dividen tunai maupun dividen saham.
3) Tanggal ex-dividen (Ex-dividend date)
Merupakan tanggal dimana perdagangan saham tersebut sudah tidak melekat
lagi hak untuk memperoleh dividen. Investor yang membeli saham pada tanggal
8
ini atau sesudahnya maka investor tersebut tidak dapat mendaftarkan namanya
untuk mendapatkan dividen.
4) Tanggal pencatatan dalam daftar pemegang saham (Date of record)
Tanggal ini adalah tanggal terakhir dimana seorang investor harus terdaftar
sebagai pemegang saham perusahaan publik sehingga ia mempunyai hak yang
diperuntukkan bagi pemegang saham. Jadi setelah membeli saham, pemegang
saham harus mendaftarkan kepada Biro Administrasi Efek yang ditunjuk oleh
emiten untuk meregistrasi nama sebagai pemegang saham yang berhak sebelum
atau pada saat date of record.
5) Tanggal pembayaran (Payment date)
Pada tanggal ini investor yang telah terdaftar dalam daftar pemegang saham
yang berhak dapat mengambil dividen sesuai dengan bentuk dividen yang
diumumkan oleh emiten.
Dividend Payout Ratio
Salah satu indikator yang menunjukkan besarnya nilai dividen yang dibagikan
oleh perusahaan kepada investor adalah Dividend Payout Ratio (DPR). Dividend Payout
Ratio merupakan perbandingan antara Dividend per share dengan earning per share.
Dividen merupakan salah satu tujuan investor melakukan investasi saham, sehingga
apabila besarnya dividen tidak sesuai dengan yang diharapkan maka ia akan cenderung
tidak membeli suatu saham atau menjual saham tersebut apabila telah memilikinya
(Ang, 1997).
NPM
Menurut Riyanto (2007) dalam Rini (2007), tingkat efisiensi dan efektivitas
pengelolaan perusahaan dapat dilakukan dengan membandingkan laba yang diperoleh
dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Menurut Husnan dan
Pudjiastuti (1994), Net Profit Margin (NPM) adalah rasio yang mengukur seberapa
banyak keuntungan operasional bisa diperoleh dari setiap rupiah penjualan.
NPM berfungsi untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba bersih dari aktivitas penjualan. Semakin besar nilai NPM menunjukkan tingginya
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih. NPM yang tinggi memberikan
sinyal keberhasilan perusahaan dalam mengemban misi dari pemiliknya.
9
Quick
Perusahaan untuk membayar dividen memerlukan aliran kas keluar sehingga
harus tersedia likuiditas yang cukup. Semakin tinggi likuiditas yang dimiliki perusahaan
semakin mampu membayar dividen. Likuiditas adalah kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek (Damayanti dan Achyani, 2006).
Salah satu alat ukur likuiditas adalah Quick atau Acid Test Ratio. Rasio Cepat
sering juga disebut quick ratio yaitu perbandingan antara aktiva lancar setelah dikurangi
persediaan dengan hutang lancar. Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan
karena persediaan merupakan rekening yang paling lama untuk berubah menjadi kas
(yaitu harus melewati bentuk piutang terlebih dahulu) dan tingkat kepastian nilainya
rendah (harga persediaan mungkin tidak seperti yang dicantumkan dalam neraca,
terutama untuk persediaan barang dalam proses), maka rekening persediaan mungkin
dikeluarkan dari perhitungan (Husnan dan Pudjiastuti, 2002).
DER
Debt Equity Ratio adalah ukuran proporsi ekuitas terhadap hutang yang
digunakan untuk membiayai berbagai bagian operasi perusahaan. Hal ini digunakan
sebagai standar untuk menilai kondisi keuangan perusahaan. Sebuah DER dihitung
dengan mengambil jumlah kewajiban dan membaginya dengan ekuitas pemegang
saham. DER merupakan indikator struktur modal dan risiko finansial, yang merupakan perbandingan
antara hutang dan modal sendiri. Bertambah besarnya DER suatu perusahaan menunjukkan
risikodistribusi laba usaha perusahaan akan semakin besar terserap untuk melunasi kewajiban
perusahaan (Purwanto dan Haryanto, 2004).
Sales Growth
Suatu perusahaan yang memiliki pertumbuhan yang tinggi harus menyediakan
modal yang cukup untuk membiayai belanja perusahaan (Weston dan Brigham, 1994).
Modal sendiri yang menggunakan laba menempati urutan pertama sebagai sumber
pembiayaan mengingat biaya modal menggunakan laba ditahan lebih murah. Rozeff
(1982) dalam Suherli dan Harahap (2004) berpendapat bahwa bilamana faktor lain tetap
konstan sedangkan perusahaan mengalami pertumbuhan yang pesat maka perusahaan
membutuhkan dana investasi untuk menciptakan angka penjualan.
10
Size
Suatu perusahaan yang sudah mapan akan memiliki akses yang mudah menuju
pasar modal, sementara perusahaan yang baru dan yang masih kecil akan mengalami
banyak kesulitan untuk memiliki kases ke pasar modal. Karena kemudahan aksesbilitas
ke pasar modal cukup berarti untuk fleksibilitas dan kemampuannya untuk memperoleh
dana yang lebih besar, sehingga perusahaan mampu memiliki rasio pembayaran dividen
lebih tinggi daripada perusahaan kecil (Damayanti dan Achyani, 2006).
Perumusan Hipotesis
1) Pengaruh NPM terhadap DPR
Menurut Crutcheley dan Hansen (1989) dalam Suhartono (2004) apabila tingkat
keuntungan perusahaan semakin stabil maka perusahaan dapat memprediksi
keuntungan-keuntungan di masa yang akan datang dengan ketepatan yang lebih
tinggi. NPM berfungsi untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba bersih dari aktivitas penjualan. Semakin besar nilai NPM menunjukkan
tingginya kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih. Semakin tinggi
rasio ini mengindikasikan bahwa semakin baik perusahaan menghasilkan laba
sehingga semakin tinggi pula porsi dividen yang dapat dibayarkan oleh perusahaan.
H1 : Terdapat pengaruh positif Net Profit Margin (NPM) terhadap Dividend
Payout Ratio (DPR)
2) Pengaruh Quick terhadap DPR
Menurut Damayanti dan Achyani (2006), perusahaan untuk membayar dividen
memerlukan aliran kas keluar sehingga harus tersedia likuiditas yang cukup.
Semakin tinggi likuiditas yang dimiliki perusahaan semakin mampu membayar
dividen. Salah satu alat ukur likuiditas adalah Quick atau Acid Test Ratio.
H2 : Terdapat pengaruh positif Quick Acid Ratio (Quick) terhadap Dividend
Payout Ratio (DPR)
3) Pengaruh DER terhadap DPR
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio hutang terhadap modal. Rasio ini
mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang, dimana semakin tinggi
nilai rasio ini menggambarkan gejala yang kurang baik bagi perusahaan (Sartono,
2001). Oleh karena itu, semakin rendah DER akan semakin tinggi kemampuan
perusahaan untuk membayar semua kewajibannya. Jika beban hutang tinggi, maka
11
kemampuan perusahaan untuk membagi dividen akan semakin rendah, sehingga
DER mempunyai hubungan negatif dengan Dividend Payout Ratio
H3 : Terdapat pengaruh negatif Debt Equity Ratio (DER) terhadap Dividend
Payout Ratio (DPR)
4) Pengaruh Sales Growth terhadap DPR
Menurut Damayanti dan Achyani (2006), semakin tinggi tingkat pertumbuhan
suatu perusahaan, akan semakin besar kebutuhan dana untuk membiayai ekspansi
perusahaan. Semakin besar kebutuhan dana di masa yang akan datang, akan semakin
memungkinkan perusahaan menahan keuntungan dan tidak membayarkannya
sebagai dividen. Perusahaan membutuhkan dana investasi untuk menciptakan angka
penjualan.
H4 : Terdapat pengaruh negatif Sales Growth terhadap Dividend Payout
Ratio (DPR)
5) Pengaruh Size terhadap DPR
Menurut Damayanti dan Achyani (2006), suatu perusahaan yang sudah mapan
akan memiliki akses yang mudah menuju pasar modal, sementara perusahaan yang
baru dan yang masih kecil akan mengalami banyak kesulitan untuk memiliki kases
ke pasar modal. Karena kemudahan akses ke pasar modal cukup berarti untuk
fleksibilitas dan kemampuannya untuk memperoleh dana yang lebih besar, maka
perusahaan mampu memiliki rasio pembayaran yang lebih tinggi.
H5 : Terdapat pengaruh positif Size terhadap Dividend Payout Ratio (DPR)
12
3. Metode Penelitian
a. Variabel Dependen
Dividen Payout Ratio. Dividend payout ratio (DPR) merupakan perbandingan
antara Dividend per share dengan earning per share. Dividen payout ratio dapat
dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Dividend Payout Ratio =
b. Variabel Independen
NPM. Net Profit Margin (NPM) adalah rasio yang mengukur seberapa banyak
keuntungan operasional bisa diperoleh dari setiap rupiah penjualan. NPM dapat
dicari dengan menggunakan rumus:
Net Profit Margin =
Quick. Quick acid ratio adalah pengukuran kemampuan likuiditas dalam waktu
yang cepat atau pendek. Yaitu mengukur kemampuan perusahaan membayar
hutang lancar, berdasarkan aktiva lancar selain persediaan. Quick dapat dicari
dengan menggunakan rumus:
Quick =
DER. Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio hutang terhadap modal.
DER dapat dihitung menggunakan rumus:
Debt Equity Ratio =
Sales Growth. Pertumbuhan perusahaan (Growth) adalah gambaran tolak ukur
keberhasilan perusahaan. Growth dapat diukur dengan menggunakan rumus:
Growth =
Size. Ukuran perusahaan adalah skala besar kecilnya perusahaan yang ditentukan
oleh beberapa hal antara lain total penjualan, total aktiva, dan rata-rata tingkat
penjualan perusahaan. Firm Size dapat diukur dengan menggunakan rumus:
Size = Natural Log of Total Assets
13
c. Populasi dan Sampel
Data yang digunakan adalah data perusahaan-perusahaan non-finansial yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2009. Jumlah populasi dari
penelitian ini adalah 321 perusahaan dengan sampel yang dipilih menggunakan
purposive sample sebanyak 8 perusahaan.
d. Perumusan Model
Jika dalam penelitian terdapat dua atau lebih variabel independen, maka untuk
melihat pengaruh hubungan antara variabel dependen
terhadap variabel
independennya digunakan metode analisis regresi linier berganda (Ghozali, 2005).
Pengujian akan dilakukan dengan model regresi berganda sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e
Keterangan:
Y = DPR
X1 = NPM
X2 = Quick
X3 = DER
X4 = Growth
X5 = Size
a = konstanta
b1, b2, b3, b4, b5
= koefisien perubahan nilai tiap variable independen
e = error
Sebelum melakukan analisis regresi berganda maka terlebih dahulu dilakukan
uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolinieritas, uji autokorelasi
dan uji heteroskedastisistas. Pengujian hipotesis secara simultan menggunakan uji F
dan secara parsial menggunakan uji t.
14
4. Hasil dan Analisis
Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan suatu data secara statistik.
Deskriptif statistik dari seluruh sampel yang digunakan dalam penelitian disajikan
dalam tabel 4.1.
Tabel 4.1
Sampel, Rata-rata Sampel (Mean), Nilai Maksimum, Nilai Minimum dan Standar
Deviasi
Descriptive Statistics
N
Minimum Maximum Mean Std. Deviation
NPM
40
.01
5.94
.5187
1.31826
Quick
40
.31
2.37 1.0275
.56142
DER
40
.14
2.88 1.0762
.61714
Growth
40
-.17
.85
.2742
.19083
Size
40
11.59
17.11 14.3673
1.64083
DPR
40
.06
50.91 23.4698
13.26827
Valid N (listwise)
40
Sumber: Data sekunder yang diolah
Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui adanya korelasi antar
variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi di antara variabel
independen. Model regresi dianggap
bebas
multikolinieritas jika tidak ada variabel bebas yang memiliki nilai Tolerance di
bawah 0,1 dan nilai VIF lebih dari 10. Hasil dari uji multikolinieritas dapat dilihat
pada tabel 4.2.
Tabel 4.2
Hasil Uji Multokolinieritas
Variabel
Independen
NPM
Quick
DER
Growth
Size
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
.608
1.644
.664
1.507
.751
1.331
.960
1.042
.768
1.302
Sumber: Data sekunder yang diolah
b. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada
15
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan periode t-1
(sebelumnya). Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi (Ghozali,
2005). Data yang digunakan untuk uji autokorelasi ini adalah data dari variabel
independen. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi kita harus melihat nilai uji DW.
Model
R
Tabel 4.3
Hasil Uji Durbin-Watson
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
R Square
Square
Estimate Durbin-Watson
1
.375
.283
11.23304
.612a
a. Predictors: (Constant), Size, Growth, DER, Quick, NPM
b. Dependent Variable: DPR
Sumber: Data sekunder yang diolah
1.681
Dalam tabel uji Durbin-Watson didapatkan nilai DW sebesar 1.681, nilai ini
akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan signifikansi 5%, jumlah
sampel 40 (n) dan jumlah variabel independen 5 (k=5), maka di tabel Durbin- Watson
akan didapatkan nilai dL sebesar 1,230, dan dU sebesar 1,786. Oleh karena nilai dL ≤ dw
≤ du, maka tidak ada autokorelasi positif antar nilai residual yang terjadi sehingga
model regresi belum bisa diputuskan apakah diterima atau ditolak. Untuk itu digunakan
Run Test untuk menentukan lolos atau tidaknya uji autokorelasi. Hasil dari Run Test
dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.4
Hasil Run Test
Standardized
Residual
-.07906
Test Valuea
Cases < Test Value
20
Cases >= Test Value
20
Total Cases
40
Number of Runs
15
Z
-1.762
Asymp. Sig. (2-tailed)
.078
a. Median
Sumber: Data sekunder yang diolah
Hasil output SPSS pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa Nilai test adalah 0.07906 dengan probabilitas 0.078 signifikan pada 0.05 yang berarti hipotesis nol
16
diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa residual random atau tidak terjadi
autokorelasi antar nilai residual.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah model yang tidak terjadi
heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan grafik
scatterplot di tunjukan pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1
Grafik Scatterplot
Sumber: Data sekunder yang diolah
Dari grafik scatterplots terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta
tersebar di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi
layak dipakai untuk memprediksi Dividend Payout Ratio (DPR) berdasarkan
masukan variabel independen NPM, Quick, DER, Growth dan Size.
d. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah variabel pengganggu atau
residual mempunyai distribusi data yang normal atau tidak. Gambar 4.2 dan 4.3
menunjukkan hasil uji normalitas dengan analisis grafik.
17
Gambar 4.2
Normal Probability Plot
Gambar 4.3
Grafik Histogram
Sumber: Data sekunder yang diolah
Data pada grafik Normal Probability Plot dan grafik Histogram menyebar
disekitar garis diagonal dan mengikuti arah diagonal maka model regresi memenuhi
asumsi normalitas.
18
Tabel 4.6
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Standardized
Residual
40
N
.0000000
Normal Parametersa
Mean
Std. Deviation
.93369956
Most
Extreme Absolute
.099
Differences
Positive
.099
Negative
-.057
Kolmogorov-Smirnov Z
.627
Asymp. Sig. (2-tailed)
.826
a. Test distribution is Normal.
Sumber: Data sekunder yang diolah
Cara untuk mengetahui normalitas yang lain adalah dengan menggunakan
uji Kolmogorov-Smirnov. Kriteria Pengujian Uji Kolmogorov – Smirnov adalah:
1. Angka signifikansi (Asymp. Sig) > 0,05, maka data berdistribusi normal.
2. Angka signifikansi (Asymp. Sig) < 0,05, maka data tidak berdistribusi normal.
Dari tabel 4.6 dapat dikatakan bahwa secara statistik, variabel pengganggu atau
residual memiliki data
yang terdistribusi secara normal
karena tingkat
signifikansinya berada diatas 0,05. Hal ini dapat diliht pada baris Asymp. Sig. (2tailed) yang menunjukkan nilai 0,826.
Analisis Regresi Linier Berganda
Berdasarkan output SPSS tersebut serta secara parsial pengaruh dari kelima
variabel independen yaitu NPM, Quick, DER, Sales Growth dan Size terhadap
DPR ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 4.7
Hasil Perhitungan Regresi Berganda
Model
1 (Constant)
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
12.938
21.095
3.711
NPM
-8.312
Quick
.605
DER
-23.117
Growth
1.589
Size
a. Dependent Variable: DPR
1.749
3.934
3.362
9.621
1.251
Sumber: Data sekunder yang diolah
Coefficientsa
Standardized
Coefficie
nts
Beta
.369
-.352
.028
-.332
.197
t
Sig.
.613
.544
2.121
-2.113
.180
-2.403
1.271
.041
.042
.857
.022
.212
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
.608
.664
.751
.960
.768
1.644
1.507
1.331
1.042
1.302
19
Dengan melihat tabel 4.7, dapat disusun persamaan regresi linear berganda
sebagai berikut :
DPR = 0,369 NPM – 0,352 Quick + 0,028 DER – 0,332 Growth + 0,197 Size + e
Tanda positif pada koefisien regresi ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan
yang terjadi pada variabel independen akan mengakibatkan peningkatan pada
variabel dependen begitu juga sebaliknya tanda negatif menunjukkan bahwa setiap
peningkatan yang terjadi pada variabel independen akan mengakibatkan penurunan
pada variabel dependen.
Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependennya. Nilai R2
yang mendekati satu berarti variabel-variabel independennya memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen
(Ghozali, 2005). Hasil perhitungan koefisien determinasi penelitian ini dapat
terlihat pada tabel 4.8:
Tabel 4.8
Hasil perhitungan koefisien determinasi (R2)
Model
1
R
.612
R Square
a
.375
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
.283
11.23366
Durbin-Watson
1.681
a. Predictors: (Constant), Size, Growth, DER, Quick, NPM
b. Dependent Variable: DPR
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan tabel 4.8 besarnya Adjusted R Square adalah 0,283. Hal ini
memiliki arti bahwa sebesar 28,3%, variabel independen yaitu NPM, Quick, DER,
Growth, dan Size dapat digunakan untuk menerangkan variabel dependen (DPR)
sedangkan sisanya sebesar 71,7% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak
simasukkan dalam model regresi penelitian ini.
Uji Simultan (Uji F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersamasama terhadap variabel dependennya (Ghozali, 2005). Hasil perhitungan Uji F ini
dapat dilihat pada tabel 4.9.
20
Tabel 4.9
Hasil Uji Simultan
Model
1
Regression
Residual
Sum of Squares
2575.205
Total
ANOVAb
df
Mean Square
5
515.041
4290.631
34
6865.836
39
F
4.081
Sig.
a
.005
126.195
a. Predictors: (Constant), Size, Growth, DER, Quick, NPM
b. Dependent Variable: DPR
Sumber: Data sekunder yang diolah
Dari hasil analisis regresi dapat diketahui bahwa secara bersama-sama
variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependen. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai F hitung sebesar 4.083 dengan
probabilitas 0,005. Karena probabilitas jauh lebih kecil dari tingkat signifikansi
yang digunakan yaitu 5%, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi
Dividend Payout Ratio (DPR) atau dapat dikatakan bahwa variabel meliputi NPM,
Quick, DER, Growth dan Size secara bersama-sama berpengaruh terhadap
Dividend Payout Ratio (DPR).
Uji Parsial (Uji t)
Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen
secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2005).
Hasil uji statistik t dapat dilihat pada tabel 4.7:
Dari hasil analisis regresi, dapat diketahui bahwa terdapat tiga variabel
independen yang berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Ketiga
variabel tersebut adalah NPM, Quick dan Growth dengan tingkat signifikansi
masing-masing sebesar 0,041; 0,042; dan 0,022. Sedangkan dua variabel lainnya
yaitu DER dan Size tidak memiliki pengaruh yang signifikan karena nilai
signifikansinya lebih besar dari tingkat signifikansi 5%.
a. Pengujian Hipotesis 1
Hipotesis pertama yang diajukan menyatakan bahwa NPM berpengaruh
positif terhadap Dividend Payout Ratio. Dari hasil penelitian ini diperoleh nilai
koefisien regresi untuk variabel NPM sebesar 0,369 dengan nilai signifikansi
sebesar 0,041, dimana nilai ini signifikan pada tingkat signifikansi 0,05 karena
lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian hipotesis pertama yang menyatakan
21
bahwa NPM berpengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio dapat diterima
karena nilai signifikannya lebih kecil dari 0.05.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa apabila tingkat keuntungan
perusahaan semakin stabil maka perusahaan dapat memprediksi keuntungankeuntungan di masa yang akan datang dengan ketepatan yang lebih tinggi.
b. Pengujian Hipotesis 2
Hipotesis kedua yaitu variabel Quick Ratio berpengaruh positif terhadap
Dividend Payout Ratio. Dari output SPSS dapat dilihat besarnya nilai
signifikansi adalah 0,042 pada tingkat signifikansi 0,05. Koefisien yang tertera
pada tabel hasil uji parsial adalah -0,353. Hai ini berarti variabel Quick Ratio
berpengaruh negatif terhadap DPR. Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesis yang
telah ditentukan. Hipotesis kedua tidak dapat diterima karena tidak sesuai
dengan hipotesis yang ditentukan meskipun berpengaruh signifikan.
Meskipun perusahaan telah memiliki kemampuan untuk melunasi kewajiban
jangka pendek, namun hal itu tidak menjadi alasan untuk siap membagikan
deviden dengan porsi besar, bilamana perusahaan masih memerlukan dana (yang
berasal dari laba) untuk ekspansi dan memperkokoh fundamental perusahaan.
Likuiditas dalam penelitian ini bernilai negatif karena perusahaan tidak
menggunakan likuiditas untuk membayar dividen tapi dialokasikan pada
pembelian aktiva lancar guna memanfaatkan investasi serta biaya operasional.
Perusahaan-perusahaan yang menggunakan teknik manajemen kas yang modern
akan menginvestasikan kelebihan kas yang bersifat sementara pada aktiva yang
sangat likuid (yang dapat dijual setiap saat pada harga pasar yang berlaku).
c. Pengujian Hipotesis 3
Hipotesis ketiga menyatakan bahwa DER berpengaruh negatif terhadap
Dividen Payout Ratio. Dari tabel 4.20 dapat dilihat koefisien variabel DER
adalah 0,028. Hal ini menunjukkan bahwa DER tidak berpengaruh negatif
terhadap DPR sehingga hipotesis ketiga ditolak. Ini diperkuat dengan nilai
signifikansi DER yaitu 0,857 yang jauh lebih besar daripada tingkat signifikansi
0,05 sehingga DER tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR.
Semakin besar proporsi hutang yang digunakan untuk struktur modal suatu
perusahaan, maka akan semakin besar pula jumlah kewajibannya. Peningkatan
22
hutang pada gilirannya akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang
tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividend yang akan diterima,
karena kewajiban tersebut lebih diprioritaskan daripada pembagian dividen. Jika
beban hutang semakin tinggi, maka kemampuan perusahaan untuk membagi
dividen akan semakin rendah. Akan tetapi perlu diingat bahwa sumber
pembiayaan perusahaan tidak hanya berasal dari hutang saja melainkan juga dari
sumber internal perusahaan terutama untuk perusahaan-perusahaan besar.
d. Pengujian Hipotesis 4
Hipotesis ketiga yang diajukan menyatakan bahwa Growth berpengaruh
negatif terhadap Dividend Payout Ratio. Dari hasil penelitian ini diperoleh nilai
koefisien regresi untuk variabel Growth sebesar -0,332 dengan nilai signifikansi
sebesar 0,022, dimana nilai ini signifikan pada tingkat signifikansi 0,05 karena
lebih rendah dari 0,05. Dengan demikian hipotesis keempat yang menyatakan
bahwa Growth berpengaruh negatif terhadap Dividend Payout Ratio dapat dapat
diterima.
Dalam hal ini, perusahaan seharusnya lebih menyadari bahwa semakin
meningkatnya pertumbuhan penjualan dibutuhkan dana yang lebih besar untuk
membiayai pertumbuhan tersebut. Dengan demikian, pertumbuhan perusahaan
tidak akan terganggu dan mampu bertahan serta menghadapi persaingan yang
ada.
e. Pengujian Hipotesis 5
Hipotesis keempat yang diajukan menyatakan bahwa Size berpengaruh positif
terhadap dividend payout ratio. Dari hasil penelitian ini diperoleh nilai koefisien
regresi untuk variabel Size sebesar 0,197 dengan nilai signifikansi sebesar 0,212,
dimana nilai ini tidak signifikan pada tingkat signifikansi 0,05 karena jauh lebih
besar dari 0,05. Dengan demikian hipotesis kelima yang menyatakan bahwa Size
berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio tidak dapat diterima.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa semakin besar
ukuran perusahaan maka semakin besar dividen yang dibayarkan. Hal ini
dikarenakan semakin besar ukuran perusahaan maka kemampuan perusahaan
untuk mendapatkan dana akan semakin besar.
23
5. Simpulan
Model penelitian ini cukup layak karena telah lolos dalam pengujian asumsi
klasik
yang
terdiri
dari
uji
normalitas,
autokorelasi,
multikolinieritas
dan
heteroskedastisitas. Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi
berganda dengan lima variabel independen yaitu NPM, Quick, DER, Growth dan Size
dan satu variabel dependen dividend payout ratio pada perusahaan non-finansial yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2009 menunjukkan bahwa :
a.
Hasil penelitian diperoleh nilai adjusted R2 sebesar 0,283 yang berarti bahwa
28,3% variasi dividend payout ratio dapat dijelaskan oleh kelima variabel
independen yaitu NPM, Quick, DER, Sales Growth dan Size. Sedangkan
sisanya sebesar 71,7% dijelaskan oleh variabel lain di luar model.
b. Hasil analisis menggunakan analisis regresi didapatkan bahwa NPM
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada
perusahaan non-finansial yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 20052009 . Hal ini ditunjukkan dengan besarnya nilai probabilitas NPM sebesar
0,041 yang berada di bawah 0.05 (tingkat signifikansi α=5%). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa hipotesis pertama yang menyatakan bahwa NPM
berpengaruh signifikan positif terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) diterima.
c.
Hasil analisis menggunakan analisis regresi didapatkan bahwa Quick Ratio
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR)
pada perusahaan non-finansial yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2005-2009 . Hal ini ditunjukkan dengan besarnya nilai Quick Ratio sebesar
0,042 yang berada di bawah 0.05 (tingkat signifikansi α=5%) namun koefisien
menunjukkan nilai negatif yaitu -0,352. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
hipotesis kedua yang menyatakan bahwa Quick Ratio berpengaruh signifikan
positif terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) ditolak.
d. Hasil analisis menggunakan analisis
regresi didapatkan bahwa DER
berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Dividend Payout Ratio
(DPR) pada perusahaan non-finansial yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2005-2009. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya nilai probabilitas
DER sebesar 0,028 yang berada jauh di atas 0.05 (tingkat signifikansi α=5%).
24
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa
DER berpengaruh negatif terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) ditolak.
e.
Hasil analisis menggunakan analisis regresi didapatkan bahwa Growth
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR)
pada perusahaan non-finansial yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2005-2009. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya nilai probabilitas Growth
sebesar 0,022 yang berada di bawah 0.05 (tingkat signifikansi α=5%).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis keempat yang menyatakan bahwa
Growth berpengaruh signifikan negatif terhadap Dividend Payout Ratio (DPR)
diterima.
f.
Hasil analisis menggunakan analisis
regresi
didapatkan bahwa
Size
berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Dividend Payout Ratio
(DPR) pada perusahaan non-finansial yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2005-2009 . Hal ini ditunjukkan dengan besarnya nilai probabilitas
Size sebesar 0,212 yang berada di atas 0.05 (tingkat signifikansi α=5%).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis kelima yang menyatakan bahwa
Size berpengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) ditolak.
g. Dari koefisien beta standardized dapat terlihat faktor yang paling berpengaruh
adalah NPM dengan beta standardize terbesar yaitu 0,369. Kemudian Quick
ratio dengan beta standardize sebesar 0,353 dan diikuti variabel Growth
sebesar 0,332 lalu variabel Size dengan koefisien sebesar 0,197 dan yang
terakhir adalah DER dengan koefisien beta standardize sebesar 0,028.
25
Daftar Pustaka
Ang, robert (Terj). 1997. Pasar Modal Indonesia (The Intelligent to Indonesian capital
Market). Jakarta: Mediasoft
Brigham, Eugene F & Joel F. Houston. 2006. Fundamentals Of Financial Management,
Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat
Chasanah, Amalia Nur. 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout
Ratio (DPR) pada Perusahaan yang Listed di Bursa Efek Indonesia
(Perbandingan pada Perusahaan yang Sebagian Sahamnya Dimiliki oleh
Manajemen dan yang Tidak Dimiliki oleh Manajemen). Tesis yang tidak
dipublikasikan
Damayanti, Susana dan Fatchan Achyani. 2006. Analisis Pengaruh Investasi,
Likuiditas, Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan dan Ukuran Perusahaan
terhadap Kebijakan Dividen Payout Ratio (Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEJ). JURNAL AKUNTANSI DAN
KEUANGAN, Vol. 5 (1). h. 51-62
Dwiyani H, Rini. 2007. Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend Payout
Ratio pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. Tesis yang tidak
dipublikasikan
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Ed 3.
Semarang: BP UNDIP
Hartadi, Happy S. 2006. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Deviden Payout
Ratio pada Perusahaan Go Public Yang Listed di Bursa Efek Jakarta Periode
Tahun 2001-2003 . www.google.com
Horne, James Van dan John M. Wachowicz (Terj). 2005. Prinsip-prinsip Manajemen
Keuangan (Fundamentals of Financial Management). Jakarta: Salemba Empat
Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti. 2002. Dasar-dasar Manajemen Keuangan.
Yogyakarta: UPP AMP YKPN
Husnan, Suad. 1997. Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan. Yogyakarta: BPFE
Martono dan Agus Harjito. 2008. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Ekonomika
Purwanto, Agus dan Haryanto. 2004. Pengaruh Perkembangan Informasi Rasio
Laporan Keuangan Terhadap Fluktuasi Harga Saham Dan Tingkat Keuntungan
Saham .JURNAL AKUNTANSI DAN AUDITING, Vol. 1, No. 1, p. 17-33
Sartono, Agus. 2001. Manajemen Keuangan: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: BP FE
Suhartono. 2004. Pengujian thdp keterkaitan antara Kebijakan Dividen dan Kebijakan
Hutang scr Simultan pd Perusahaan Manufaktur yg Terdaftar di Bursa Efek
Jakarta. VENTURA, Vol. 7, No. 1
26
Suherli dan Sofyan S Harahap, 2004. Studi Empiris terhadap Faktor Penentu Kebijakan
Jumlah Dividen. MEDIA RISET AKUNTANSI AUDITING DAN
INFORMASI, Vol. 4, No. p. 223-245
Sutrisno. 2001. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio
pada Perusahaan Publik di Indonesia. TEMA, Vol. II, No. 1. www.google.com
, 2006 IDX Statistic
, 2007 IDX Statistic
, 2008 IDX Statistic
, 2009 IDX Statistic
, 2007, Indonesian Capital Market Directory
, 2008, Indonesian Capital Market Directory
, 2009, Indonesian Capital Market Directory
_, 2010, Indonesian Capital Market Directory
Download