1 ANALISIS PENGARUH NPM, QUICK RATIO, DER, SALES GROWTH DAN SIZE TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN NONFINANSIAL YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE TAHUN 2005-2009 Galuh Kusumo probosari Drs. Wisnu Mawardi, MM ABSTRACT This study is performed to examine the effect of Net Profit Margin (NPM), Quick Ratio (Quick), Debt to Equity Ratio (DER), Sales Growth and Size toward Dividend Payout Ratio (DPR) in non-financial company that is listed in BEI. The objective of this study is to analyze the effect of the company financial ratios performance (Net Profit Margin (NPM), Quick Ratio (Quick), Debt to Equity Ratio (DER), Sales Growth and Size toward DPR in non-financial company that is listed in BEI over period 20052009. Purposive sampling is used on this research with criterion (1) the company that represents their financial report per December 2005-2009; (2) the company that continually share their dividend over period 2005-2009. The data is obtained based on Indonesian Capital Market Directory (ICMD 2007, 2008, 2009 and 2010) publication. Sample of this research amount of 8 companies from 321 companies those are listed in BEI. Multiple regression and hypothesis test using t-statistic is used to examine partial regression coefficient and f-statistic to examine the mean of mutual effect with level of significance 5%. In addition, classical assumption test also performed including normality test, multicolinearity test, heteroscedasticity test and autocorrelation test. This research results that Net Profit Margin gives significantly positive effect on Dividend Payout Ratio (DPR), while Quick Ratio and Sales Growth give significantly negative effect on Dividend Payout Ratio. It also funds that the other variables which is Debt to Equity Ratio (DER) and Size are not significant to DPR. Suggested for investors in Indonesian Stock Exchange whose purpose to gain dividend should be pay attention for informations that issued by the company, because with those information they can make the best decision for their investments. On this research, NPM shows the most influencing variable toward DPR that pointed by the amount of beta standardized coefficients value 0.369, Quick is 0.353, Growth is 0.332, Size is 0.197 and DER 0.028. Keywords: Net Profit Margin (NPM), Quick Ratio (Quick), Debt to Equity Ratio (DER), Sales Growth, Size and Dividend Payout Ratio (DPR) 2 1. Pendahuluan Manajemen perusahaan dihadapkan pada tiga masalah penting yaitu keputusan investasi, keputusan struktur modal dan kebijakan dividen. Kebijakan dividen merupakan hal yang penting karena bukan hanya menyangkut kepentingan perusahaan, namun juga menyangkut kepentingan pemegang saham. Dalam kebijakan dividen ini diambil keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang. Masing-masing perusahaan menetapkan kebijakan dividen yang berbeda-beda. Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) menentukan jumlah laba yang dapat ditahan dalam perusahaan sebagai sumber pendanaan. Akan tetapi, dengan menahan laba saat ini dalam jumlah yang lebih besar dalam perusahaan juga berarti lebih sedikit uang yang akan tersedia bagi pembayaran dividen saat ini (Horne dan Wachowicz, 2005). Menurut Brigham (2006) menyebutkan ada tiga teori dari preferensi investor yaitu: 1) Dividend irrelevance theory adalah suatu teori yang menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh baik terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Teori ini mengikuti pendapat Modigliani dan Miller (M-M) yang menyatakan bahwa nilai suatu perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnya Dividend payout ratio (DPR) tetapi ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak (EBIT) dan risiko bisnis. 2) Bird-in-the-hand theory, sependapat dengan Gordon dan Lintner yang menyatakan bahwa biaya modal sendiri akan naik jika dividend payout ratio (DPR) rendah. Hal ini dikarenakan investor lebih suka menerima dividen daripada capital gains. 3) Tax preference theory adalah suatu teori yang menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan capital gains maka para investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak. Besar kecilnya dividen yang akan dibayarkan oleh perusahaan tergantung pada kebijakan dividen masing-masing perusahaan, sehingga pertimbangan manajemen sangat diperlukan. Dengan demikian perlu bagi pihak manajemen untuk 3 mempertimbangkan faktor-faktor apa saja yang akan mempengaruhi kebijakan dividen yang ditetapkan oleh perusahaan (Hatta dalam Chasanah, 2008). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen antara lain: 1) Kebijakan dividen dipengaruhi oleh posisi likuiditas, kebutuhan untuk melunaskan hutang, undang-undang, larangan dalam perjanjian hutang, tingkat ekspansi laba, tingkat laba, stabilitas laba, peluang ke pasar modal, kendali (control) dan pajak atas laba (Weston dan Copeland, 1996) 2) Faktor-faktor kebutuhan dana bagi perusahaan, likuiditas, kemampuan untuk meminjam, pengendalian perusahaan (Martono dan Harjito, 2008) 3) Bahwa kebijakan dividen itu dipengaruhi oleh posisi likuiditas, kebutuhan dana untuk membayar hutang, tingkat pertumbuhan perusahaan dan pengawasan perusahaan. (Riyanto dalam Hartadi, 1995) Damayanti dan Achyani (2006) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen pada industry manufaktur yang terdaftar di BEJ. Variable independen yang digunakan adalah investasi, likuiditas, pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan. Dari kelima variable tersebut, semuanya tidak berpengaruh yang signifikan dengan dividend payout ratio. Sutrisno (2001) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend payout ratio pada perusahaan public di Indonesia. Variabel independen yang digunakan adalah Cash Position, Growth, Firm Size, Debt to Equity Ratio, Profitability dan Holding. Hasil dari penelitian ini yaitu hanya variable Cash Position dan DER sedangkan variable lainnya tidak berpengaruh secara signifikan. Rini Dwiyani H (2007) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Dividend payout ratio. Ia menggunakan variable Cash Ratio, DER, NPM, ROI dan Tax Rate sebagai variable independen. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ROI dan Tax Rate berpengaruh signifikan terhadap DPR dan variable CR, DER dan NPM tidak perpengaruh secara signifikan terhadap DPR. Melalui pemahaman faktor yang berpengaruh pada DPR, pihak manajemen perusahaan lebih mudah menjaga dan berusaha meningkatkan nilai perusahaannya. Karena dengan membagikan dividen akan menarik investor baru agar melakukan aktivitas investasinya sekaligus mempertahankan investor lama. 4 2. Tinjauan Pustaka Teori Kebijakan Dividen Menurut Martono dan Harjito (2008), kebijakan dividen merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang. Laba ditahan (retained earning) merupakan salah satu dari sumber dana yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan sedangkan dividen merupakan arus kas yang disisihkan untuk pemegang saham. Dalam kebijakan dividen terdapat suatu permasalahan yaitu apakah laba perusahaan akan dibagikan sebagai dividen ataukah ditahan sebagai laba ditahan dan jika laba tersebut akan dibagikan, berapakah porsi yang akan diberikan oleh perusahaan kepada pemegang saham. Meskipun demikian, perusahaan harus tetap memperhatikan tujuan perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaan. Adanya alternative-alternatif pendanaan eksternal (dari luar) akan menjadikan permasalahan ini semakin rumit. Dengan demikian, dimungkinkan membagi laba sebagai dividen dan pada saat yang sama menerbitkan saham baru. Masalah lain adalah bahwa perusahaan bisa membagikan dividen bukan dalam bentuk uang tunai namun dalam bentuk saham (stock dividend). Demikian juga perusahaan bisa membagikan dana ke pemegang saham dengan cara membeli kembali saham (repurchase of stocks) (Husnan dan Pudjiastuti, 2002). Ada tiga pandangan dasar atau teori tentang kepedulian investor terhadap dividen yang dibagikan perusahaan. Beberapa teori yang dikemukakan para ahli tersebut dan asumsi-asumsinya adalah sebagai berikut (Robert Ang, 1997): 1) Teori Dividend Irrelevant Menurut Modigliani dan Miller (MM) (1961), nilai suatu perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnya DPR, tapi ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak ( EBIT ) dan kelas risiko perusahaan. Jadi menurut MM, dividen adalah tidak relevan. Pernyataan MM ini didasarkan pada beberapa asumsi penting yang “lemah” seperti: a. Pasar modal sempurna dimana semua investor adalah rasional 5 b. Tidak ada biaya emisi saham baru jika perusahaan menerbitkan saham baru c. Tidak ada pajak d. Kebijakan investasi perusahaan tidak berubah. Teori Dividend Irrelevant adalah suatu teori yang mengemukakan bahwa investor tidak peduli terhadap besar kecilnya dividen yang diberikan perusahaan kepada para pemegang saham. Teori Dividend Irrelevant ini diasumsikan bilamana tidak ada biaya transaksi dan pajak sehingga sulit untuk diterapkan dalam dunia nyata. Pada praktiknya, pasar modal yang sempurna sulit ditemui, biaya emisi saham baru pasti ada, pajak pasti ada dan kebijakan investasi perusahaan tidak mungkin tidak berubah. 2) Teori The Bird in the Hand Gordon dan Lintner (1956) menyatakan bahwa biaya modal sendiri perusahaan akan naik jika DPR rendah karena investor lebih suka menerima dividen dari pada capital gains. MM berpendapat, investor memandang dividend lebih pasti dari pada capital gains. Tidak ada perbedaan menerima dividen saat ini atau menerima capital gains di masa mendatang. Pendapat Gordon dan Lintner oleh MM diberi nama The Bird in the Hand Theory. Teori The Bird in the Hand adalah teori yang menjelaskan bahwa investor menghendaki pembayaran dividen yang tinggi atau dikatakan kebijakan dividen adalah relevan. Alasan yang sering dikemukakan dalam memilih teori dividen relevan ini karena ada anggapan bahwa mendapat dividen tinggi saat ini resikonya lebih kecil daripada mendapat capital gain di masa yang akan datang. Salah satu keuntungan bila menerapkan Teori dividen relevan ini adalah dengan memberikan dividen yang tinggi, maka harga saham perusahaan juga akan semakin tinggi pula. Tetapi perlu dicatat bahwa investor diharuskan membayar pajak yang besar akibat dari dividen yang tinggi. Gordon dan Litner beranggapan bahwa satu burung di tangan akan lebih berharga daripada seribu burung di udara. Menurut MM, pada akhirnya investor akan kembali menginvestasikan dividen yang diterima pada perusahaan yang sama atau perusahaan yang memiliki risiko yang hampir sama. Oleh sebab itu tingkat resiko pendapatan mereka di masa yang akan datang bukannya ditentukan oleh dividen payout ratio tetapi ditentukan oleh tingkat resiko investasi baru. 6 3) Teori Tax Preference Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy (1979). Mereka menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan capital gains, para investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak. Oleh karena itu investor mensyaratkan suatu tingkat keuntungan yang lebih tinggi pada saham yang memberikan dividend tinggi, capital gains rendah dari pada saham dengan dividend yield rendah, capital gains yield tinggi. Jika pajak atas dividend lebih besar dari pajak atas capital gains, perbedaan ini akan makin terasa. Teori Tax Preference adalah teori yang mengemukakan bahwa investor menghendaki pembayaran dividen yang rendah. Hal ini dikarenakandividen dikenakan pajak, sehingga banyak investor tidak menghendaki pembayaran dividen yang tinggi. Capital gain selanjutnya dipilih karena pajak capital gain relatif lebih rendah daripada dividen. Bagaimana Menentukan Kebijakan Dividen Husnan (1997) menyatakan bahwa dalam menentukan kebijakan dividen perlu memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut: a. Tidak benar bahwa perusahaan seharusnya membagikan dividen sebesarbesarnya. Apabila dana operasi dari perusahaan bisa dipergunakan dengan menguntungkan, dividen tidak perlu dibagikan terlalu besar (bahkan secara teoritis tidak perlu membagi dividen). b. Karena ada keengganan untuk menurunkan pembayaran dividen per lembar saham, ada baiknya kalau perusahaan menentukan dividen dalam jumlah (dan rasio payout) yang tidak terlalu besar. Dengan demikian memudahkan perusahaan untuk meningkatkan pembayaran dividen kalau laba perusahaan meningkat dan tidak perlu segera menurunkan pembayaran dividen kalau laba menurun. c. Apabila memang perusahaan menghadapi kesempatan investasi yang menguntungkan, lebih baik perusahaan mengurangi pembayaran dividen dari pada menerbitkan saham baru. Penurunan pembayaran dividen mungkin akan diikuti dengan penurunan harga saham, tetapi apabila pasar modal efisien harga akan menyesuaikan kembali dengan informasi yang sebenarnya (yaitu adanya investasi yang menguntungkan). 7 d. Dalam keadaan tidak terdapat biaya transaksi, tambahan kekayaan karena kenaikan harga saham sama menariknya dengan tambahan kekayaan karena pembayaran dividen. Masalahnya adalah bahwa untuk merealisir uang kas, pemegang saham perlu menjual (sebagian) saham sedangkan pembayaran dividen berarti menerima kas (yang tidak perlu menjual saham). Sayangnya kalau pemodal menjual saham, mereka akan terkena biaya transaksi. Dengan demikian, kalau tidak ada faktor pajak, menerima dividen lebih menguntungkan dari pada memperoleh capital gains. Karena itulah sekelompok pemodal mungkin memilih saham yang membagikan dividen secara teratur. e. Karena pemodal juga membayar pajak penghasilan (personal tax), maka bagi pemodal yang sudah berada dalam tax bracket yang tinggi (di Indonesia tax bracket tertinggi adalah 30%), mungkin akan lebih menyukai untuk tidak menerima dividen (karena harus membayar pajak) dan memilih menikmati capital gains. Kalau sebagian besar pemegang saham merupakan pemodal yang mempunyai tax bracket tinggi, pembagian dividen tidak akan terlalu besar. f. Apabila terdapat bias in favour of capital gains, maka pemodal akan lebih menyukai untuk menerima dividen dalam jumlah yang lebih kecil. Langkah-langkah Pembayaran Dividen Langkah-langkah atau prosedur pembayaran dividen adalah pengumuman emiten atas dividen yang akan dbayarkan kepada pemegang saham yang disebut juga dengan tanggal pengumuman dividen (Ang, 1997). Tanggal-tanggal yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1) Tanggal pengumuman (Declaration date) Merupakan tanggal resmi pengumuman oleh perusahaan tentang bentuk dan besarnya serta jadwal pembayaran dividen yang akan dilakukan. 2) Tanggal cum-dividen (Cum-dividend date) Merupakan tanggal hari terakhir perdagangan saham yang masih melekat hak untuk mendapatkan dividen baik dividen tunai maupun dividen saham. 3) Tanggal ex-dividen (Ex-dividend date) Merupakan tanggal dimana perdagangan saham tersebut sudah tidak melekat lagi hak untuk memperoleh dividen. Investor yang membeli saham pada tanggal 8 ini atau sesudahnya maka investor tersebut tidak dapat mendaftarkan namanya untuk mendapatkan dividen. 4) Tanggal pencatatan dalam daftar pemegang saham (Date of record) Tanggal ini adalah tanggal terakhir dimana seorang investor harus terdaftar sebagai pemegang saham perusahaan publik sehingga ia mempunyai hak yang diperuntukkan bagi pemegang saham. Jadi setelah membeli saham, pemegang saham harus mendaftarkan kepada Biro Administrasi Efek yang ditunjuk oleh emiten untuk meregistrasi nama sebagai pemegang saham yang berhak sebelum atau pada saat date of record. 5) Tanggal pembayaran (Payment date) Pada tanggal ini investor yang telah terdaftar dalam daftar pemegang saham yang berhak dapat mengambil dividen sesuai dengan bentuk dividen yang diumumkan oleh emiten. Dividend Payout Ratio Salah satu indikator yang menunjukkan besarnya nilai dividen yang dibagikan oleh perusahaan kepada investor adalah Dividend Payout Ratio (DPR). Dividend Payout Ratio merupakan perbandingan antara Dividend per share dengan earning per share. Dividen merupakan salah satu tujuan investor melakukan investasi saham, sehingga apabila besarnya dividen tidak sesuai dengan yang diharapkan maka ia akan cenderung tidak membeli suatu saham atau menjual saham tersebut apabila telah memilikinya (Ang, 1997). NPM Menurut Riyanto (2007) dalam Rini (2007), tingkat efisiensi dan efektivitas pengelolaan perusahaan dapat dilakukan dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Menurut Husnan dan Pudjiastuti (1994), Net Profit Margin (NPM) adalah rasio yang mengukur seberapa banyak keuntungan operasional bisa diperoleh dari setiap rupiah penjualan. NPM berfungsi untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktivitas penjualan. Semakin besar nilai NPM menunjukkan tingginya kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih. NPM yang tinggi memberikan sinyal keberhasilan perusahaan dalam mengemban misi dari pemiliknya. 9 Quick Perusahaan untuk membayar dividen memerlukan aliran kas keluar sehingga harus tersedia likuiditas yang cukup. Semakin tinggi likuiditas yang dimiliki perusahaan semakin mampu membayar dividen. Likuiditas adalah kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek (Damayanti dan Achyani, 2006). Salah satu alat ukur likuiditas adalah Quick atau Acid Test Ratio. Rasio Cepat sering juga disebut quick ratio yaitu perbandingan antara aktiva lancar setelah dikurangi persediaan dengan hutang lancar. Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan karena persediaan merupakan rekening yang paling lama untuk berubah menjadi kas (yaitu harus melewati bentuk piutang terlebih dahulu) dan tingkat kepastian nilainya rendah (harga persediaan mungkin tidak seperti yang dicantumkan dalam neraca, terutama untuk persediaan barang dalam proses), maka rekening persediaan mungkin dikeluarkan dari perhitungan (Husnan dan Pudjiastuti, 2002). DER Debt Equity Ratio adalah ukuran proporsi ekuitas terhadap hutang yang digunakan untuk membiayai berbagai bagian operasi perusahaan. Hal ini digunakan sebagai standar untuk menilai kondisi keuangan perusahaan. Sebuah DER dihitung dengan mengambil jumlah kewajiban dan membaginya dengan ekuitas pemegang saham. DER merupakan indikator struktur modal dan risiko finansial, yang merupakan perbandingan antara hutang dan modal sendiri. Bertambah besarnya DER suatu perusahaan menunjukkan risikodistribusi laba usaha perusahaan akan semakin besar terserap untuk melunasi kewajiban perusahaan (Purwanto dan Haryanto, 2004). Sales Growth Suatu perusahaan yang memiliki pertumbuhan yang tinggi harus menyediakan modal yang cukup untuk membiayai belanja perusahaan (Weston dan Brigham, 1994). Modal sendiri yang menggunakan laba menempati urutan pertama sebagai sumber pembiayaan mengingat biaya modal menggunakan laba ditahan lebih murah. Rozeff (1982) dalam Suherli dan Harahap (2004) berpendapat bahwa bilamana faktor lain tetap konstan sedangkan perusahaan mengalami pertumbuhan yang pesat maka perusahaan membutuhkan dana investasi untuk menciptakan angka penjualan. 10 Size Suatu perusahaan yang sudah mapan akan memiliki akses yang mudah menuju pasar modal, sementara perusahaan yang baru dan yang masih kecil akan mengalami banyak kesulitan untuk memiliki kases ke pasar modal. Karena kemudahan aksesbilitas ke pasar modal cukup berarti untuk fleksibilitas dan kemampuannya untuk memperoleh dana yang lebih besar, sehingga perusahaan mampu memiliki rasio pembayaran dividen lebih tinggi daripada perusahaan kecil (Damayanti dan Achyani, 2006). Perumusan Hipotesis 1) Pengaruh NPM terhadap DPR Menurut Crutcheley dan Hansen (1989) dalam Suhartono (2004) apabila tingkat keuntungan perusahaan semakin stabil maka perusahaan dapat memprediksi keuntungan-keuntungan di masa yang akan datang dengan ketepatan yang lebih tinggi. NPM berfungsi untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktivitas penjualan. Semakin besar nilai NPM menunjukkan tingginya kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih. Semakin tinggi rasio ini mengindikasikan bahwa semakin baik perusahaan menghasilkan laba sehingga semakin tinggi pula porsi dividen yang dapat dibayarkan oleh perusahaan. H1 : Terdapat pengaruh positif Net Profit Margin (NPM) terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) 2) Pengaruh Quick terhadap DPR Menurut Damayanti dan Achyani (2006), perusahaan untuk membayar dividen memerlukan aliran kas keluar sehingga harus tersedia likuiditas yang cukup. Semakin tinggi likuiditas yang dimiliki perusahaan semakin mampu membayar dividen. Salah satu alat ukur likuiditas adalah Quick atau Acid Test Ratio. H2 : Terdapat pengaruh positif Quick Acid Ratio (Quick) terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) 3) Pengaruh DER terhadap DPR Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio hutang terhadap modal. Rasio ini mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang, dimana semakin tinggi nilai rasio ini menggambarkan gejala yang kurang baik bagi perusahaan (Sartono, 2001). Oleh karena itu, semakin rendah DER akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajibannya. Jika beban hutang tinggi, maka 11 kemampuan perusahaan untuk membagi dividen akan semakin rendah, sehingga DER mempunyai hubungan negatif dengan Dividend Payout Ratio H3 : Terdapat pengaruh negatif Debt Equity Ratio (DER) terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) 4) Pengaruh Sales Growth terhadap DPR Menurut Damayanti dan Achyani (2006), semakin tinggi tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, akan semakin besar kebutuhan dana untuk membiayai ekspansi perusahaan. Semakin besar kebutuhan dana di masa yang akan datang, akan semakin memungkinkan perusahaan menahan keuntungan dan tidak membayarkannya sebagai dividen. Perusahaan membutuhkan dana investasi untuk menciptakan angka penjualan. H4 : Terdapat pengaruh negatif Sales Growth terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) 5) Pengaruh Size terhadap DPR Menurut Damayanti dan Achyani (2006), suatu perusahaan yang sudah mapan akan memiliki akses yang mudah menuju pasar modal, sementara perusahaan yang baru dan yang masih kecil akan mengalami banyak kesulitan untuk memiliki kases ke pasar modal. Karena kemudahan akses ke pasar modal cukup berarti untuk fleksibilitas dan kemampuannya untuk memperoleh dana yang lebih besar, maka perusahaan mampu memiliki rasio pembayaran yang lebih tinggi. H5 : Terdapat pengaruh positif Size terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) 12 3. Metode Penelitian a. Variabel Dependen Dividen Payout Ratio. Dividend payout ratio (DPR) merupakan perbandingan antara Dividend per share dengan earning per share. Dividen payout ratio dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Dividend Payout Ratio = b. Variabel Independen NPM. Net Profit Margin (NPM) adalah rasio yang mengukur seberapa banyak keuntungan operasional bisa diperoleh dari setiap rupiah penjualan. NPM dapat dicari dengan menggunakan rumus: Net Profit Margin = Quick. Quick acid ratio adalah pengukuran kemampuan likuiditas dalam waktu yang cepat atau pendek. Yaitu mengukur kemampuan perusahaan membayar hutang lancar, berdasarkan aktiva lancar selain persediaan. Quick dapat dicari dengan menggunakan rumus: Quick = DER. Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio hutang terhadap modal. DER dapat dihitung menggunakan rumus: Debt Equity Ratio = Sales Growth. Pertumbuhan perusahaan (Growth) adalah gambaran tolak ukur keberhasilan perusahaan. Growth dapat diukur dengan menggunakan rumus: Growth = Size. Ukuran perusahaan adalah skala besar kecilnya perusahaan yang ditentukan oleh beberapa hal antara lain total penjualan, total aktiva, dan rata-rata tingkat penjualan perusahaan. Firm Size dapat diukur dengan menggunakan rumus: Size = Natural Log of Total Assets 13 c. Populasi dan Sampel Data yang digunakan adalah data perusahaan-perusahaan non-finansial yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2009. Jumlah populasi dari penelitian ini adalah 321 perusahaan dengan sampel yang dipilih menggunakan purposive sample sebanyak 8 perusahaan. d. Perumusan Model Jika dalam penelitian terdapat dua atau lebih variabel independen, maka untuk melihat pengaruh hubungan antara variabel dependen terhadap variabel independennya digunakan metode analisis regresi linier berganda (Ghozali, 2005). Pengujian akan dilakukan dengan model regresi berganda sebagai berikut : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e Keterangan: Y = DPR X1 = NPM X2 = Quick X3 = DER X4 = Growth X5 = Size a = konstanta b1, b2, b3, b4, b5 = koefisien perubahan nilai tiap variable independen e = error Sebelum melakukan analisis regresi berganda maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolinieritas, uji autokorelasi dan uji heteroskedastisistas. Pengujian hipotesis secara simultan menggunakan uji F dan secara parsial menggunakan uji t. 14 4. Hasil dan Analisis Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan suatu data secara statistik. Deskriptif statistik dari seluruh sampel yang digunakan dalam penelitian disajikan dalam tabel 4.1. Tabel 4.1 Sampel, Rata-rata Sampel (Mean), Nilai Maksimum, Nilai Minimum dan Standar Deviasi Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation NPM 40 .01 5.94 .5187 1.31826 Quick 40 .31 2.37 1.0275 .56142 DER 40 .14 2.88 1.0762 .61714 Growth 40 -.17 .85 .2742 .19083 Size 40 11.59 17.11 14.3673 1.64083 DPR 40 .06 50.91 23.4698 13.26827 Valid N (listwise) 40 Sumber: Data sekunder yang diolah Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Model regresi dianggap bebas multikolinieritas jika tidak ada variabel bebas yang memiliki nilai Tolerance di bawah 0,1 dan nilai VIF lebih dari 10. Hasil dari uji multikolinieritas dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.2 Hasil Uji Multokolinieritas Variabel Independen NPM Quick DER Growth Size Collinearity Statistics Tolerance VIF .608 1.644 .664 1.507 .751 1.331 .960 1.042 .768 1.302 Sumber: Data sekunder yang diolah b. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada 15 korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi (Ghozali, 2005). Data yang digunakan untuk uji autokorelasi ini adalah data dari variabel independen. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi kita harus melihat nilai uji DW. Model R Tabel 4.3 Hasil Uji Durbin-Watson Model Summaryb Adjusted R Std. Error of the R Square Square Estimate Durbin-Watson 1 .375 .283 11.23304 .612a a. Predictors: (Constant), Size, Growth, DER, Quick, NPM b. Dependent Variable: DPR Sumber: Data sekunder yang diolah 1.681 Dalam tabel uji Durbin-Watson didapatkan nilai DW sebesar 1.681, nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan signifikansi 5%, jumlah sampel 40 (n) dan jumlah variabel independen 5 (k=5), maka di tabel Durbin- Watson akan didapatkan nilai dL sebesar 1,230, dan dU sebesar 1,786. Oleh karena nilai dL ≤ dw ≤ du, maka tidak ada autokorelasi positif antar nilai residual yang terjadi sehingga model regresi belum bisa diputuskan apakah diterima atau ditolak. Untuk itu digunakan Run Test untuk menentukan lolos atau tidaknya uji autokorelasi. Hasil dari Run Test dapat dilihat pada tabel 4.5. Tabel 4.4 Hasil Run Test Standardized Residual -.07906 Test Valuea Cases < Test Value 20 Cases >= Test Value 20 Total Cases 40 Number of Runs 15 Z -1.762 Asymp. Sig. (2-tailed) .078 a. Median Sumber: Data sekunder yang diolah Hasil output SPSS pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa Nilai test adalah 0.07906 dengan probabilitas 0.078 signifikan pada 0.05 yang berarti hipotesis nol 16 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa residual random atau tidak terjadi autokorelasi antar nilai residual. c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah model yang tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan grafik scatterplot di tunjukan pada Gambar 4.1. Gambar 4.1 Grafik Scatterplot Sumber: Data sekunder yang diolah Dari grafik scatterplots terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi Dividend Payout Ratio (DPR) berdasarkan masukan variabel independen NPM, Quick, DER, Growth dan Size. d. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi data yang normal atau tidak. Gambar 4.2 dan 4.3 menunjukkan hasil uji normalitas dengan analisis grafik. 17 Gambar 4.2 Normal Probability Plot Gambar 4.3 Grafik Histogram Sumber: Data sekunder yang diolah Data pada grafik Normal Probability Plot dan grafik Histogram menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. 18 Tabel 4.6 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Standardized Residual 40 N .0000000 Normal Parametersa Mean Std. Deviation .93369956 Most Extreme Absolute .099 Differences Positive .099 Negative -.057 Kolmogorov-Smirnov Z .627 Asymp. Sig. (2-tailed) .826 a. Test distribution is Normal. Sumber: Data sekunder yang diolah Cara untuk mengetahui normalitas yang lain adalah dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Kriteria Pengujian Uji Kolmogorov – Smirnov adalah: 1. Angka signifikansi (Asymp. Sig) > 0,05, maka data berdistribusi normal. 2. Angka signifikansi (Asymp. Sig) < 0,05, maka data tidak berdistribusi normal. Dari tabel 4.6 dapat dikatakan bahwa secara statistik, variabel pengganggu atau residual memiliki data yang terdistribusi secara normal karena tingkat signifikansinya berada diatas 0,05. Hal ini dapat diliht pada baris Asymp. Sig. (2tailed) yang menunjukkan nilai 0,826. Analisis Regresi Linier Berganda Berdasarkan output SPSS tersebut serta secara parsial pengaruh dari kelima variabel independen yaitu NPM, Quick, DER, Sales Growth dan Size terhadap DPR ditunjukkan pada tabel berikut: Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Regresi Berganda Model 1 (Constant) Unstandardized Coefficients B Std. Error 12.938 21.095 3.711 NPM -8.312 Quick .605 DER -23.117 Growth 1.589 Size a. Dependent Variable: DPR 1.749 3.934 3.362 9.621 1.251 Sumber: Data sekunder yang diolah Coefficientsa Standardized Coefficie nts Beta .369 -.352 .028 -.332 .197 t Sig. .613 .544 2.121 -2.113 .180 -2.403 1.271 .041 .042 .857 .022 .212 Collinearity Statistics Tolerance VIF .608 .664 .751 .960 .768 1.644 1.507 1.331 1.042 1.302 19 Dengan melihat tabel 4.7, dapat disusun persamaan regresi linear berganda sebagai berikut : DPR = 0,369 NPM – 0,352 Quick + 0,028 DER – 0,332 Growth + 0,197 Size + e Tanda positif pada koefisien regresi ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan yang terjadi pada variabel independen akan mengakibatkan peningkatan pada variabel dependen begitu juga sebaliknya tanda negatif menunjukkan bahwa setiap peningkatan yang terjadi pada variabel independen akan mengakibatkan penurunan pada variabel dependen. Analisis Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependennya. Nilai R2 yang mendekati satu berarti variabel-variabel independennya memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2005). Hasil perhitungan koefisien determinasi penelitian ini dapat terlihat pada tabel 4.8: Tabel 4.8 Hasil perhitungan koefisien determinasi (R2) Model 1 R .612 R Square a .375 Adjusted R Square Std. Error of the Estimate .283 11.23366 Durbin-Watson 1.681 a. Predictors: (Constant), Size, Growth, DER, Quick, NPM b. Dependent Variable: DPR Sumber: Data sekunder yang diolah Berdasarkan tabel 4.8 besarnya Adjusted R Square adalah 0,283. Hal ini memiliki arti bahwa sebesar 28,3%, variabel independen yaitu NPM, Quick, DER, Growth, dan Size dapat digunakan untuk menerangkan variabel dependen (DPR) sedangkan sisanya sebesar 71,7% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak simasukkan dalam model regresi penelitian ini. Uji Simultan (Uji F) Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersamasama terhadap variabel dependennya (Ghozali, 2005). Hasil perhitungan Uji F ini dapat dilihat pada tabel 4.9. 20 Tabel 4.9 Hasil Uji Simultan Model 1 Regression Residual Sum of Squares 2575.205 Total ANOVAb df Mean Square 5 515.041 4290.631 34 6865.836 39 F 4.081 Sig. a .005 126.195 a. Predictors: (Constant), Size, Growth, DER, Quick, NPM b. Dependent Variable: DPR Sumber: Data sekunder yang diolah Dari hasil analisis regresi dapat diketahui bahwa secara bersama-sama variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai F hitung sebesar 4.083 dengan probabilitas 0,005. Karena probabilitas jauh lebih kecil dari tingkat signifikansi yang digunakan yaitu 5%, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi Dividend Payout Ratio (DPR) atau dapat dikatakan bahwa variabel meliputi NPM, Quick, DER, Growth dan Size secara bersama-sama berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio (DPR). Uji Parsial (Uji t) Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2005). Hasil uji statistik t dapat dilihat pada tabel 4.7: Dari hasil analisis regresi, dapat diketahui bahwa terdapat tiga variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Ketiga variabel tersebut adalah NPM, Quick dan Growth dengan tingkat signifikansi masing-masing sebesar 0,041; 0,042; dan 0,022. Sedangkan dua variabel lainnya yaitu DER dan Size tidak memiliki pengaruh yang signifikan karena nilai signifikansinya lebih besar dari tingkat signifikansi 5%. a. Pengujian Hipotesis 1 Hipotesis pertama yang diajukan menyatakan bahwa NPM berpengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio. Dari hasil penelitian ini diperoleh nilai koefisien regresi untuk variabel NPM sebesar 0,369 dengan nilai signifikansi sebesar 0,041, dimana nilai ini signifikan pada tingkat signifikansi 0,05 karena lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian hipotesis pertama yang menyatakan 21 bahwa NPM berpengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio dapat diterima karena nilai signifikannya lebih kecil dari 0.05. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa apabila tingkat keuntungan perusahaan semakin stabil maka perusahaan dapat memprediksi keuntungankeuntungan di masa yang akan datang dengan ketepatan yang lebih tinggi. b. Pengujian Hipotesis 2 Hipotesis kedua yaitu variabel Quick Ratio berpengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio. Dari output SPSS dapat dilihat besarnya nilai signifikansi adalah 0,042 pada tingkat signifikansi 0,05. Koefisien yang tertera pada tabel hasil uji parsial adalah -0,353. Hai ini berarti variabel Quick Ratio berpengaruh negatif terhadap DPR. Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesis yang telah ditentukan. Hipotesis kedua tidak dapat diterima karena tidak sesuai dengan hipotesis yang ditentukan meskipun berpengaruh signifikan. Meskipun perusahaan telah memiliki kemampuan untuk melunasi kewajiban jangka pendek, namun hal itu tidak menjadi alasan untuk siap membagikan deviden dengan porsi besar, bilamana perusahaan masih memerlukan dana (yang berasal dari laba) untuk ekspansi dan memperkokoh fundamental perusahaan. Likuiditas dalam penelitian ini bernilai negatif karena perusahaan tidak menggunakan likuiditas untuk membayar dividen tapi dialokasikan pada pembelian aktiva lancar guna memanfaatkan investasi serta biaya operasional. Perusahaan-perusahaan yang menggunakan teknik manajemen kas yang modern akan menginvestasikan kelebihan kas yang bersifat sementara pada aktiva yang sangat likuid (yang dapat dijual setiap saat pada harga pasar yang berlaku). c. Pengujian Hipotesis 3 Hipotesis ketiga menyatakan bahwa DER berpengaruh negatif terhadap Dividen Payout Ratio. Dari tabel 4.20 dapat dilihat koefisien variabel DER adalah 0,028. Hal ini menunjukkan bahwa DER tidak berpengaruh negatif terhadap DPR sehingga hipotesis ketiga ditolak. Ini diperkuat dengan nilai signifikansi DER yaitu 0,857 yang jauh lebih besar daripada tingkat signifikansi 0,05 sehingga DER tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR. Semakin besar proporsi hutang yang digunakan untuk struktur modal suatu perusahaan, maka akan semakin besar pula jumlah kewajibannya. Peningkatan 22 hutang pada gilirannya akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividend yang akan diterima, karena kewajiban tersebut lebih diprioritaskan daripada pembagian dividen. Jika beban hutang semakin tinggi, maka kemampuan perusahaan untuk membagi dividen akan semakin rendah. Akan tetapi perlu diingat bahwa sumber pembiayaan perusahaan tidak hanya berasal dari hutang saja melainkan juga dari sumber internal perusahaan terutama untuk perusahaan-perusahaan besar. d. Pengujian Hipotesis 4 Hipotesis ketiga yang diajukan menyatakan bahwa Growth berpengaruh negatif terhadap Dividend Payout Ratio. Dari hasil penelitian ini diperoleh nilai koefisien regresi untuk variabel Growth sebesar -0,332 dengan nilai signifikansi sebesar 0,022, dimana nilai ini signifikan pada tingkat signifikansi 0,05 karena lebih rendah dari 0,05. Dengan demikian hipotesis keempat yang menyatakan bahwa Growth berpengaruh negatif terhadap Dividend Payout Ratio dapat dapat diterima. Dalam hal ini, perusahaan seharusnya lebih menyadari bahwa semakin meningkatnya pertumbuhan penjualan dibutuhkan dana yang lebih besar untuk membiayai pertumbuhan tersebut. Dengan demikian, pertumbuhan perusahaan tidak akan terganggu dan mampu bertahan serta menghadapi persaingan yang ada. e. Pengujian Hipotesis 5 Hipotesis keempat yang diajukan menyatakan bahwa Size berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio. Dari hasil penelitian ini diperoleh nilai koefisien regresi untuk variabel Size sebesar 0,197 dengan nilai signifikansi sebesar 0,212, dimana nilai ini tidak signifikan pada tingkat signifikansi 0,05 karena jauh lebih besar dari 0,05. Dengan demikian hipotesis kelima yang menyatakan bahwa Size berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio tidak dapat diterima. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar dividen yang dibayarkan. Hal ini dikarenakan semakin besar ukuran perusahaan maka kemampuan perusahaan untuk mendapatkan dana akan semakin besar. 23 5. Simpulan Model penelitian ini cukup layak karena telah lolos dalam pengujian asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, autokorelasi, multikolinieritas dan heteroskedastisitas. Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi berganda dengan lima variabel independen yaitu NPM, Quick, DER, Growth dan Size dan satu variabel dependen dividend payout ratio pada perusahaan non-finansial yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2009 menunjukkan bahwa : a. Hasil penelitian diperoleh nilai adjusted R2 sebesar 0,283 yang berarti bahwa 28,3% variasi dividend payout ratio dapat dijelaskan oleh kelima variabel independen yaitu NPM, Quick, DER, Sales Growth dan Size. Sedangkan sisanya sebesar 71,7% dijelaskan oleh variabel lain di luar model. b. Hasil analisis menggunakan analisis regresi didapatkan bahwa NPM berpengaruh positif dan signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan non-finansial yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 20052009 . Hal ini ditunjukkan dengan besarnya nilai probabilitas NPM sebesar 0,041 yang berada di bawah 0.05 (tingkat signifikansi α=5%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama yang menyatakan bahwa NPM berpengaruh signifikan positif terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) diterima. c. Hasil analisis menggunakan analisis regresi didapatkan bahwa Quick Ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan non-finansial yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2009 . Hal ini ditunjukkan dengan besarnya nilai Quick Ratio sebesar 0,042 yang berada di bawah 0.05 (tingkat signifikansi α=5%) namun koefisien menunjukkan nilai negatif yaitu -0,352. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua yang menyatakan bahwa Quick Ratio berpengaruh signifikan positif terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) ditolak. d. Hasil analisis menggunakan analisis regresi didapatkan bahwa DER berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan non-finansial yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2009. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya nilai probabilitas DER sebesar 0,028 yang berada jauh di atas 0.05 (tingkat signifikansi α=5%). 24 Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa DER berpengaruh negatif terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) ditolak. e. Hasil analisis menggunakan analisis regresi didapatkan bahwa Growth berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan non-finansial yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2009. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya nilai probabilitas Growth sebesar 0,022 yang berada di bawah 0.05 (tingkat signifikansi α=5%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis keempat yang menyatakan bahwa Growth berpengaruh signifikan negatif terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) diterima. f. Hasil analisis menggunakan analisis regresi didapatkan bahwa Size berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan non-finansial yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2009 . Hal ini ditunjukkan dengan besarnya nilai probabilitas Size sebesar 0,212 yang berada di atas 0.05 (tingkat signifikansi α=5%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis kelima yang menyatakan bahwa Size berpengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) ditolak. g. Dari koefisien beta standardized dapat terlihat faktor yang paling berpengaruh adalah NPM dengan beta standardize terbesar yaitu 0,369. Kemudian Quick ratio dengan beta standardize sebesar 0,353 dan diikuti variabel Growth sebesar 0,332 lalu variabel Size dengan koefisien sebesar 0,197 dan yang terakhir adalah DER dengan koefisien beta standardize sebesar 0,028. 25 Daftar Pustaka Ang, robert (Terj). 1997. Pasar Modal Indonesia (The Intelligent to Indonesian capital Market). Jakarta: Mediasoft Brigham, Eugene F & Joel F. Houston. 2006. Fundamentals Of Financial Management, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat Chasanah, Amalia Nur. 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio (DPR) pada Perusahaan yang Listed di Bursa Efek Indonesia (Perbandingan pada Perusahaan yang Sebagian Sahamnya Dimiliki oleh Manajemen dan yang Tidak Dimiliki oleh Manajemen). Tesis yang tidak dipublikasikan Damayanti, Susana dan Fatchan Achyani. 2006. Analisis Pengaruh Investasi, Likuiditas, Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen Payout Ratio (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ). JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, Vol. 5 (1). h. 51-62 Dwiyani H, Rini. 2007. Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. Tesis yang tidak dipublikasikan Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Ed 3. Semarang: BP UNDIP Hartadi, Happy S. 2006. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Deviden Payout Ratio pada Perusahaan Go Public Yang Listed di Bursa Efek Jakarta Periode Tahun 2001-2003 . www.google.com Horne, James Van dan John M. Wachowicz (Terj). 2005. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan (Fundamentals of Financial Management). Jakarta: Salemba Empat Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti. 2002. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Yogyakarta: UPP AMP YKPN Husnan, Suad. 1997. Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan. Yogyakarta: BPFE Martono dan Agus Harjito. 2008. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Ekonomika Purwanto, Agus dan Haryanto. 2004. Pengaruh Perkembangan Informasi Rasio Laporan Keuangan Terhadap Fluktuasi Harga Saham Dan Tingkat Keuntungan Saham .JURNAL AKUNTANSI DAN AUDITING, Vol. 1, No. 1, p. 17-33 Sartono, Agus. 2001. Manajemen Keuangan: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: BP FE Suhartono. 2004. Pengujian thdp keterkaitan antara Kebijakan Dividen dan Kebijakan Hutang scr Simultan pd Perusahaan Manufaktur yg Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. VENTURA, Vol. 7, No. 1 26 Suherli dan Sofyan S Harahap, 2004. Studi Empiris terhadap Faktor Penentu Kebijakan Jumlah Dividen. MEDIA RISET AKUNTANSI AUDITING DAN INFORMASI, Vol. 4, No. p. 223-245 Sutrisno. 2001. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Publik di Indonesia. TEMA, Vol. II, No. 1. www.google.com , 2006 IDX Statistic , 2007 IDX Statistic , 2008 IDX Statistic , 2009 IDX Statistic , 2007, Indonesian Capital Market Directory , 2008, Indonesian Capital Market Directory , 2009, Indonesian Capital Market Directory _, 2010, Indonesian Capital Market Directory