HOTELIER JOURNAL Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2442-7934 Vol. 1 Nomor 3 Juni Tahun 2016 PENGARUH SALES VISIT DAN CARA PEMBAYARAN TERHADAP VOLUME PENJUALAN TEMPAT HUNIAN BERJENIS RESIDENCES DI SOLO DAN YOGYAKARTA (Study Kasus di Condotel Sahid Yogya Lifestyle City Yogyakarta dan Solo Paragon Hotel & Residences) Henny Kustini, S.ST., MM. Politeknik Indonusa Surakarta [email protected] Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah sales visit mempengaruhi volume penjualan tempat hunian berjenis residences di Solo dan Yogyakarta, apakah cara pembayaran mempengaruhi volume penjualan tempat hunian berjenis residences di Solo dan Yogyakarta, dan untuk mengetahui apakah sales visit dan cara pembayaran secara bersamasama mempengaruhi volume penjualan tempat hunian berjenis residences di Solo dan Yogyakarta. Metode yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini adalah observasi, studi pustaka dan metode kuisioner. Lokasi penelitian adalah di Sahid Yogya Lifestyle City Jl. Babarsari, No.2, Tambak Bayan, Kelurahan Catur Tunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Solo Paragon Hotel & Residences, Jl. Dr. Sutomo, Solo. Populasi dan teknik pengambilan sampel difokuskan terhadap konsumen berjumlah 30 orang yang telah membeli unit. Teknik pengambilan sampel dilakukan menggunakan purposive sampling. Setelah diadakan penelitian, maka didapat beberapa kesimpulan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan (nyata) antara Sales Visit terhadap Volume Penjualan. Diperoleh perhitungan dengan signifikansi sebesar 0,129, berarti lebih dari siginifikansi standar (0,050). Akan tetapi terdapat pengaruh signifikan (nyata) antara Cara Pembayaran terhadap Volume Penjualan. Diperoleh perhitungan dengan signifikansi sebesar 0,021, berarti kurang dari siginifikansi standar (0,050). Diperoleh perhitungan dalam analisis uji stimultan dengan signifikansi sebesar 0,001, berarti kurang dari siginifikansi standar (0,050). Variabel Cara Pembayaran memiliki pengaruh dominan terhadap kinerja Volume Penjualan, dengan nilai koefisien Beta sebesar 0,440. Kemudian diikuti variabel Sales Visit dengan nilai koefisien Beta sebesar 0,282. Dan diperoleh nilai dari uji determinasi (adjusted R2) sebesar 0,373 menunjukkan bahwa kedua variabel independent secara bersama-sama hanya mampu mempengaruhi Volume Penjualan sebesar 37,3% saja. Sedangkan sisanya sebesar 62,7% dipengaruhi oleh faktor lain di luar variabel penelitian. Kata kunci : sales visit, cara pembayaran, volume penjualan diharapkan dalam upaya meningkatkan volume penjualan. Berdasarkan hal tersebut salah satu yang paling menarik untuk diamati adalah tentang bagaimana cara sebuah perusahaan menjalankan strategi pemasarannya. Menurut Kotler (2000: 91), strategi adalah suatu rencana permainan untuk mencapai sasaran yang diinginkan dari suatu unit bisnis. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan perekonomian yang membantu dalam menciptakan sebuah nilai ekonomi. I. PENDAHULUAN Perkembangan dan kemajuan dunia usaha dewasa ini menjadi semakin pesat hingga menyebabkan terjadinya persaingan ketat di antara perusahaan yang bergerak di bidang usaha industri sejenis, maka setiap perusahaan dituntut mengadakan perencanaan yang matang, terarah dan efektif dalam seluruh kegiatan manajemennya terutama manajemen pemasaran agar memperoleh hasil penjualan sesuai dengan apa yang 22 HOTELIER JOURNAL Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2442-7934 Vol. 1 Nomor 3 Juni Tahun 2016 Nilai ekonomi itu sendiri menentukan barang dan jasa. Faktor terpenting dalam menciptakan nilai tersebut adalah produksi, pemasaran dan konsumsi. Promosi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengkomunikasikan manfaat dari produknya. Adapun variabel yang terkandung dalam bauran promosi adalah periklanan (advertising), penjualan secara personal (personal selling), kunjungan pribadi (sales visit), promosi penjualan (sales promotion), pemasaran langsung (direct sales) dan hubungan masyarakat (public relation). Akomodasi atau penginapan merupakan salah satu hal terpenting dalam menunjang fasilitas para wisatawan. Ratusan akomodasi yang disuguhkan di Kota Yogyakarta mulai dari spesifikasi yang standar sampai level luxury memudahkan para wisatawan untuk memilih jenis mana yang diinginkan dalam menunjang kegiatan wisata mereka, seperti villa, hotel melati, hotel berbintang hingga condotel. Condotel berasal dari condominium hotel merupakan bangunan tinggi (high risk building) yang dioperasikan sebagai hotel dan memiliki fasilitas berstandar bintang tertentu, sesuai dengan kebijakan yang berlaku (anonymous). Sahid Yogya Lifestyle City memiliki jumlah total 543 unit condotel dengan beberapa klasifikasi yang dipilah menurut ukuran luasan setiap unit maupun pangsa pasarnya seperti condotel, grand condotel dan executive condotel. Untuk menganalisa pengaruh sales visit dan cara pembayaran terhadap volume penjualan, maka permasalahannya dapat diidentifikasikan adalah apakah sales visit mempengaruhi volume penjualan tempat hunian berjenis residences di Solo dan Yogyakarta, apakah cara pembayaran mempengaruhi volume penjualan tempat hunian berjenis residences di Solo dan Yogyakarta dan apakah sales visit dan cara pembayaran secara bersama-sama mempengaruhi volume penjualan tempat hunian berjenis residences di Solo dan Yogyakarta. Penulis berharap bahwa penelitian ini juga dapat bermanfaat bagi para pembaca, selain untuk menambah pengetahuan penulis sebagai bentuk dari ilmu Sales and Marketing yang diperoleh, khususnya tentang peranan marketing dalam menunjang kegiatan Sales and Marketing Department dengan menggunakan Sales Visit juga dapat sebagai salah satu bahan masukan terhadap pihak manajemen Sahid Yogya Lifestyle City dan Solo Paragon Hotel & Residences dalam meningkatkan dan mempertahankan kualitas pelayanan yang diberikan kepada konsumen dan memajukan sumber daya manusianya, serta dapat menjadi bahan referensi bagi lembaga atau akademik khususnya Politeknik Indonusa Surakarta. II. TINJAUAN PUSTKA Penjualan (sales) merupakan kegiatan yang dilakukan oleh penjual dalam menjual barang atau jasa dengan harapan akan memperoleh laba dari adanya transaksitransaksi tersebut dan penjualan dapat diartikan sebagai pengalihan atau pemindahan hak kepemilikan atas barang atau jasa dari pihak penjual ke pembeli. (Mulyadi, 2008:202) Sedangkan menurut Matz & Usry (1988), penjualan merupakan pengalihan hak milik. Menurut Phillip Kotler (1993:4), pemasaran (marketing) adalah proses sosial dan manajerial, di mana seseorang atau kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk dan nilai. Menurut William J. Stanton, pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial. Definisi pemasaran tersebut didasarkan pada konsep-konsep inti (Philip Kotler, 1993: 4), sebagai berikut: 1. Kebutuhan, Keinginan dan Permintaan Titik tolak bagi disiplin pemasaran terletak pada kebutuhan dan keinginan manusia, di samping itu manusia juga mempunyai permintaan yang kuat akan suatu hal. 23 HOTELIER JOURNAL Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2442-7934 Vol. 1 Nomor 3 Juni Tahun 2016 Kebutuhan adalah suatu keadaan dirasakannya ketiadaan kepuasan dasar tertentu. Kebutuhan tidak diciptakan oleh masyarakat atau produsen, tetapi sudah ada dan terlekat dalam tubuh manusia. Keinginan adalah kehendak yang kuat akan pemuas yang spesifik terhadap kebutuhan-kebutuhan yang lebih mendalam. Permintaan adalah keinginan akan produk yang spesifik yang didukung dengan kemampuan dan kesediaan untuk membelinya. Keinginan berubah menjadi permintaan bilamana didukung dengan daya beli. 2. Produk Produk diartikan sebagai sesuatu yang dapat ditawarkan kepada seseorang untuk memuaskan suatu kebutuhan atau keinginan. 3. Utilitas Utilitas (nilai kegunaan) adalah taksiran konsumen mengenai kapasitas keseluruhan suatu produk untuk memuaskan kebutuhan. 4. Pertukaran dan Transaksi Pertukaran adalah tindakan untuk memperoleh produk yang dikehendaki dari seseorang dengan menawarkan suatu yang lain sebagai balasannya. Pertukaran merupakan sebagai proses menciptakan nilai, artinya pertukaran biasanya membuat kedua belah pihak menjadi lebih baik daripada sebelum terjadi pertukaran. Sedangkan transaksi merupakan perdagangan nilai-nilai di antara kedua belah pihak. guna memuaskan kebutuhan dan keinginan tersebut. 6. Pemasaran dan Pemasar Pemasaran adalah semua kegiatan manusia yang dilakukan dalam hubungannya dengan pasar. Sedangkan pemasar (marketer) adalah seseorang yang mencari sumber daya dari orang lain dan bersedia menawarkan sesuatu yang bernilai sebagai imbalannya. Definisi konsep pemasaran adalah kunci untuk mencapai tujuan organisasi yang terdiri dari penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran serta memberikan kepuasan yang diharapkan secara lebih efektif dan efisien dibandingkan para pesaing (Philip Kotler 1993: 21). Sedangkan menurut Basu Swastha dan Irawan 1990: 10, menyatakan bahwa konsep pemasaran adalah pemuas kebutuhan konsumen yang merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan. Seperti halnya sistem-sistem yang lain, dalam sistem pemasaran juga terdapat beberapa faktor yang saling terkait satu dengan yang lain, faktor-faktor tersebut adalah adalah: 1. Organisasi yang melakukan kegiatan pemasaran. 2. Barang, jasa, ide atau orang yang sedang dipasarkan. 3. Pasar yang dituju. 4. Para perantara yang membantu dalam pertukaran, antara organisasi pemasaran dan pasarnya. Mereka ini adalah pengecer, pedagang besar, agen pengangkutan, lembaga keuangan, dan sebagainya. 5. Faktor-faktor lingkungan, seperti faktor demografi, kondisi perekonomian, faktor sosial dan kebudayaan, kekuatan politik dan hukum, teknologi dan persaingan. Menurut Basu Swastha (2005), sistem pemasaran adalah kumpulan lembaga-lembaga yang melakukan tugas pemasaran, barang jasa, ide, orang dan faktor-faktor lingkungan yang saling memberikan pengaruh dan membentuk serta mempengaruhi hubungan perusahaan dan pasarnya. Sedangkan menurut Kotler (2003), strategi marketing mix atau bauran 5. Pasar Pada mulanya istilah pasar diartikan sebagai tempat dimana pembeli dan penjual bertemu untuk mempertukarkan barang-barang mereka, namun kemudian para ahli ekonomi menggunakan istilah pasar untuk menyatakan sekumpulan pembeli dan penjual yang melakukan transaksi atas suatu produk atau kelas produk tertentu. Pasar terdiri dari semua pelanggan potensial yang memiliki kebutuhan atau keinginan tertentu yang mungkin bersedia dan mampu melibatkan diri dalam suatu pertukaran 24 HOTELIER JOURNAL Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2442-7934 Vol. 1 Nomor 3 Juni Tahun 2016 pemasaran, dapat diartikan sebagai sekumpulan dari variabel-variabel yang dapat dikendalikan yang digunakan oleh perusahaan untuk mengejar tingkat penjualan yang diinginkan dalam pasar sasaran atau dengan kata lain 4P merupakan kombinasi dari variabelvariabel pemasaran yang merupakan faktor internal yang berada dalam jangkauan yang dapat dikendalikan oleh perusahaan. Adapun variabel-variabel 4P, yaitu: Product (produk), Price (harga), Place (tempat distribusi) dan Promotion (promosi). Dalam penjelasan tersebut terdapat variabel promosi yang merupakan salah satu variabel di dalam marketing mix yang sangat penting dilakukan oleh sebuah perusahaan dalam menjual dan memasarkan produk atau jasanya. Menurut Martin L. Bell dalam Basu Swata dan Irawan (1990:349), promosi adalah semua jenis kegiatan pemasaran yang ditujukan untuk mendorong permintaan. Sedangkan menuru William G. Nikels dalam bukunya Basu Swastha dan Irawan (1990:349), promosi adalah arus informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan untuk menciptakan pertukaran dalam pemasaran. Definisi pertama lebih menitikberatkan pada dorongan permintaan. Sedangkan definisi kedua lebih menitikberatkan pada penciptaan pertukaran. Pertukaran akan terjadi karena adanya permintaan dan penawaran, dengan adanya permintaan akan mendorong terciptanya pertukaran. Jadi promosi merupakan salah satu aspek yang penting dalam menajemen pemasaran dan sering dikatakan sebagai proses berlanjut. Dengan promosi menyebabkan orang yang sebelumnya tidak tertarik untuk membeli suatu produk kan tertarik membeli dan mencoba produk sehingga konsumen melakukan pembelian. Jenis promosi atau promotional mix menurut William J. Stanton dalam Basu Swastha dan Irawan (1990:349) adalah kombinasi strategi yang paling baik dari variabel-variabel periklanan, personal selling, dan alat promosi yang lain, yang semuanya direncanakan untuk mencapai tujuan program penjualan. Definisi tersebut tidak menyebutkan secara jelas beberapa variabel promotional mix selain periklanan dan personal selling. Variabelvariabel promosi menurut Kotler dan Amstrong yang ada dalam promotional mix ada 5 (lima), yaitu: a. Periklanan (advertising) Segala biaya yang harus dikeluarkan sponsor untuk melakukan resentasi dan promosi non pribadi dalam bentuk gagasan, barang atau jasa. b. Hubungan Masyarakat (public relation) Membangun hubungan dengan publik terkait untuk memperoleh dukungan, membangun “citra perusahaan” yang baik dan menangani atau menyingkirkan gosip, cerita dan peristiwa yang dapat merugikan. c. Pemasaran Langsung (direct marketing) Komunikasi langsung dengan pelanggan yang diincar secara khusus untuk memperoleh tanggapan langsung. d. Promosi Penjualan (sales promotion) Insentif jangka pendek untuk mendorong pembelian atau penjualan suatu produk atau jasa. e. Penjualan Personal (personal selling) Presentasi pribadi oleh para marketing perusahaan dalam rangka mensukseskan penjualan dan membangun hubungan dengan pelanngan. Selanjutnya muncul istilah Sales Visit (kunjungan pribadi) dalam lingkungan hospitality industry yang menjadi bagian dari kegiatan promosi di Condotel Sahid Yogya Lifestyle City dan Solo Paragon Hotel & Residences. Sales visit merupakan cara yang dilakukan untuk memperkenalkan produk secara langsung kepada instansi-instansi perusahaan yang potensial (Anonymous). Kegiatan ini hampir mirip dengan personal selling. Namun lebih ditekankan pada prospecting terhadap calon konsumen, hingga penawaran mengenai cara atau metode pembayaran yang boleh dan akan dilakukan oleh konsumen. Hal ini dilakukan agar calon konsumen dapat memprediksi pembayaran sesuai dengan kemampuannya. Prospecting bisa diartikan mencari dan melihat calon konsumen yang 25 HOTELIER JOURNAL Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2442-7934 Vol. 1 Nomor 3 Juni Tahun 2016 diperkirakan memiliki kemampuan kuat untuk membeli produk. Sedangkan orangnya disebut prospek, yaitu orang yang membutuhkan jasa kita dan memiliki kemampuan untuk membeli. Meskipun prospek belum membeli, biasanya mereka telah mengetahui jasa kita. Mereka mengenal kita bisa dari promosi yang kita lakukan atau ada orang lain yang merekomendasikan. Dalam SK Menteri Negara Perumahan Rakyat No. 05/KPTS/BK4PN/1995 tanggal 23 Juni 1995, “Properti (real property) adalah tanah hak dan atau bangunan permanen yang menjadi objek pemilik dan bangunan”. Sedangkan menurut peraturan perundang-undangan di Indonesia, pengertian mengenai industri real estate tercantum dalam PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) No. 5 Tahun 1974 yang mengatur tentang industri real estate. Real estate adalah perusahaan properti yang bergerak di bidang penyediaan, pengadaan serta pematangan tanah bagi keperluan usahausaha industri termasuk industri pariwisata. Kemudian muncul istilah mixedused building dalam pembahasan mengenai konsep bangunan dalam properti. Mixed-used building adalah bangunan multifungsi yang terdiri dari satu atau beberapa masa bangunan yang terpadu dan saling berhubungan secara langsung dengan peruntukan yang berbeda, mixed-used building menggabungkan antara fasilitas hunian, fasilitas bisnis, fasilitas rekreasi (mall) dan biasanya dimiliki oleh satu pengembang (Indonesia Apartment, Esti Savitri, 2007). Dalam dunia pariwisata, akomodasi atau penginapan menjadi bagian terpenting di dalamnya. Sedangkan hotel merupakan jenis akomodasi yang dibangun untuk memberikan jasa pelayanan dan produk kepada wisatawan (I Gusti Rai Utama dan Ni Made Eka Mahadewi, 2012: 9). Selain hotel, ada beberapa jenis akomodasi atau penginapan lain di antaranya seperti villa dan motel. Seiring perkembangan jaman, muncul istilah condominium dalam jenis akomodasi maupun jenis hunian atau tempat tinggal. Condominium, istilah yang berasal dari bahasa Inggris ini memiliki arti dalam bahasa Indonesia yaitu rumah susun (rusun). Condominium ini dalam UU RI No. 16 Tahun 1985, tentang rumah susun memberikan pengertian bahwa: “Kondominium/rumah susun adalah gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam arah horisontal dan atau vertikal dan merupakan satua-satuan yang masing-masing dapat memiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk hunian yang dilengkapi dengan apa yang disebut bagian bersama, tanah bersama dan benda bersama. Sedangkan sebuah kondominium hotel yang juga dikenal sebagai condotel, adalah sebuah bangunan yang secara hukum merupakan kondominium tetapi yang dioperasikan sebagai hotel yang menawarkan sewa jangka pendek (Anonymous). Condotel adalah sebuah bentuk kepemilikan dalam investasi murni berupa suatu unit hunian atau ruangan dalam sebuah gedung high risk building di mana pemilik hanya memiliki sebatas status kepemilikan dan nilai beserta hasil investasinya, karena setelah resmi berganti status kepemilikan dari developer atau pengembang ke konsumen, unit tersebut kembalikan lagi untuk dikelola developer sebagai unit hotel yang disewakan dan nantinya ada perhitungan atau bagi hasil secara khusus antara kedua belah pihak (Anonymous). Setiap hari transaksi pembayaran selalu terjadi, pembayaran-pembayaran ini terjadi karena adanya bermacam-macam transaksi ekonomi seperti jual beli barang dan jasa, pembelian dan pelunasan kredit, alat pembayaran yang digunakan bermacammacam antara lain tunai, cheque dan bilyet giro. Pengertian pembayaran menurut H. Melayu S.P. Hasibuan yaitu; ”Berpindahnya hak pemilikan atas sejumlah uang atau dan dari pembayar kepada penerimanya, baik langsung maupun melalui media jasa-jasa perbankan”. (Hasibuan, 2001:117). Dalam hal ini perlu ditegaskan bahwa cara pembayaran bukanlah sebagai suatu proses yang berdiri sendiri, yang terjadi secara spontan tanpa ada kaitannya 26 HOTELIER JOURNAL Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2442-7934 Vol. 1 Nomor 3 Juni Tahun 2016 dengan transaksi lain, sebab setiap pembayaran merupakan pelaksanaan atau realisasi dari suatu transaksi ekonomi. Selain itu, dalam penulisan difokuskan pada pembayaran yang dilakukan secara berkala atau kredit, dengan kesepakatan antara penjual dan pembeli. Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti kepercayaan, atau credo yang berarti saya percaya (Firdaus dan Ariyanti, 2009:1). Mac Leod mendefinisikan pengertian kredit sebagai berikut (Firdaus dan Ariyanti, 2009: 2); Kredit adalah suatu reputasi yang dimiliki seseorang yang memungkinkan ia bisa memperoleh uang, barang-barang atau tenaga kerja, dengan jalan menukarkannya dengan suatu perjanjian untuk membayarnya di suatu waktu yang akan datang. Dalam Undang-Undang No. 10/1998 (pasal 21 ayat 11), kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak yang lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998 (pasal 21 ayat 11) Tentang Perubahan UndangUndang No. 7/1992 Tentang Perbankan, Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Dari pengertian-pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa kredit adalah penyediaan uang berdasarkan ketentuan atau perjanjian tertentu yang telah disepakati oleh pihak Bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk membayar utangnya pada jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut (Firdaus dan Ariyanti, 2009: 3); 1. Adanya badan atau orang yang memiliki uang, barang atau jasa yang bersedia untuk meminjamkan kepada pihak lain. orang atau barang demikian lazim disebut kreditur, 2. Adanya fihak yang membutuhkan/meminjam uang, barang atau jasa. Pihak ini lazim disebut debitur, 3. Adanya kepercayaan dari kreditur terhadap debitur, 4. Adanya janji dan kesanggupan membayar dari debitur kepada kreditur, 5. Adanya perbedaan waktu yaitu perbedaan antara saat penyerahan uang, barang atau jasa oleh kreditur dengan pada saat pembayaran kembali dari debitur, 6. Adanya resiko yaitu sebagai akibat dari adanya perbedaan waktu seperti di atas, di mana masa yang akan datang merupakan suatu yang belum pasti, maka kredit itu pada dasarnya mengandung resiko, termasuk penurunan nilai uang karena inflasi dan sebagainya, 7. Adanya bunga yang harus dibayar oleh debitur kepada kreditur (walaupun ada kredit yang tidak berbunga). Tujuan dari kredit adalah untuk memenuhi kebutuhan yang beraneka ragam sesuai dengan harkatnya, selalu meningkat. Sedangkan kemampuan manusia mempunyai suatu batasan tertentu, memaksakan seseorang untuk berusaha memperoleh bantuan permodalan untuk pemenuhan hasrat dan cita-citanya guna peningkatan usaha dan peningkatan daya guna sesuatu barang/jasa. Harga merupakan komponen yang berpengaruh langsung terhadap laba perusahaan. Secara tidak langsung, harga mempengaruhi biaya, karena kuantitas yang terjual terpengaruh pada biaya yang ditimbulkan dalam kaitannya dengan efesiensi produksi. Harga sering kali digunakan sebagai indikator nilai bilamana harga tersebut dihubungkan dengan manfaat yang dirasakan atas suatu barang atau jasa. Di samping itu harga merupakan unsur yang bersifat fleksibel, yang artinya dapat diubah dengan cepat. dimensi harga terdiri atas: 27 HOTELIER JOURNAL Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2442-7934 Vol. 1 Nomor 3 Juni Tahun 2016 a. Daftar harga (Price List) adalah informasi mengenai harga produk yang ditawarkan agar konsumen mempertimbangkan untuk membeli. b. Rabat/Diskon (Discount) adalah tingkat diskon/potongan harga yang diberikan penjual kepada konsumen. c. Potongan harga khusus (Allowance) adalah potongan harga khusus oleh potongan harga yang diberikan produsen/penjual kepada konsumen pada saat event tertentu. d. Periode pembayaran (Payment Period) adalah kemudahan pembayaran yang diberikan penjual terhadap konsumennya berupa kelonggaran jangka waktu pembayaran yang dilakukan konsumen dalam transaksi pembelian. e. Syarat kredit (Credit Term) adalah siystem pembayaran secara kredit yang diberikan produsen/penjual terhadap konsumen dalam jangka waktu yang telah ditentukan dengan tambahan pembayaran berupa bunga yang harus dibayarkan. Keberhasilan suatu perusahaan pada umumnya dinilai berhasil dilihat dari kemampuannya dalam memperoleh laba. Dengan laba yang diperoleh, perusahaan akan dapat mengembangkan berbagai kegiatan, meningkatkan jumlah aktiva dan modal serta dapat mengembangkan dan memperluas bidang usahanya. Untuk mencapai tujuan tersebut, perusahaan mengandalkan kegiatannya dalam bentuk penjualan, semakin besar volume penjualan semakin besar pula laba yang akan diperoleh perusahaan. Perusahaan pada umumnya mempunyai tiga tujuan dalam penjualan yaitu mencapai volume penjualan, mendapatkan laba tertentu, dan menunjukan pertumbuhan perusahaan. Menurut Joel G. Siegel dan Joe K. Shim yang diterjemahkan oleh Moh. Kurdi; “Penjualan adalah penerimaan yang diperoleh dari pengiriman barang dagangan atau dari penyerahan pelayanan dalam bursa sebagai barang pertimbangan. Pertimbangan ini dapat dalam benuk tunai peralatan kas atau harta lainnya. Pendapatan dapat diperoleh pada saat penjualan, karena terjadi pertukaran, harga jual dapat ditetapkan dan bebannya diketahui”. Dalam kegiatan ini penjualan akan melibatkan debitur atau disebut juga pembeli serta barang-barang atau jasa yang diberikan dan dibayar oleh debitur tersebut dengan cara tunai ataupun kredit. Konsumen menurut Phillip Kotler (2000) dalam bukunya Priciples Of Marketing, konsumen adalah semua individu dan rumah tangga yang membeli atau memperoleh barang atau jasa untuk dikonsumsi pribadi. Hal utama yang dilakukan di setiap perusahaan yang bergerak di bidang jasa adalah memberikan pelayanan yang terbaik untuk para konsumennya. Dan menurut Soetopo (1999) dalam Dr. Pimin Napitulu, M.Si. memberikan pengertian pelayanan sebagai sebuah usaha untuk membantu mengurus apa yang diperlukan orang lain. Di tengah masyarakat yang semakin peduli akan kualitas, layanan prima menjadi salah satu kunci dalam keberhasilan bisnis. Apabila konsumen diberikan layanan yang baik maka konsumen akan puas dan apabila puas mereka akan menjadi konsumen yang loyal. Kotler (2000); Parasuraman (1990) menyatakan bahwa kepuasan konsumen adalah tingkat perasaan seseorang setelah ia membandingkan antara kinerja yang dirasakan dibandingkan dengan harapannya. Parasuraman (1990) juga memberikan lima dimensi analisis kualitas layanan yaitu tangible, reliability, responsiveness, assurance dan empathy. Saat ini banyak bisnis jasa yang mulai memperhatikan kualitas layanan. Dengan adanya service quality ini dapat dipantau, apakah kualitas layanan yang diberikan telah sesuai dengan yang diharapkan oleh konsumen. Selain itu, dalam usaha menghadapi persaingan, perusahaan harus memiliki strategi yang lebih baik dibanding pesaing yang ada. Untuk perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa salah satu alat untuk mendukung strategi bersaing agar lebih baik adalah dengan memiliki kualitas layanan yang baik. 28 HOTELIER JOURNAL Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2442-7934 Vol. 1 Nomor 3 Juni Tahun 2016 III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan design penelitian survey yang menggunakan beberapa variable sebagai pusat pengkajian datya yang berkaitan dengan pengaruh sales visit dan cara penjualan terhadap volume penjualan yang dilakukan dengan melalui penyebaran kuisioner yang diambil dan oleh penulis dijadikan sebagai bahan analisa dan pembahasan penelitian. Penelitian ini difokuskan terhadap konsumen berjumlah 30 orang yang telah membeli unit properti. Secara spesifik, teknik pengambilan sampel dilakukan menggunakan purposive sampling, di mana ciri-ciri atau sifat-sifat yang spesifik yang ada atau dilihat dalam populasi dijadikan kunci pengambilan sampel. Teknik Pengumpulan Data Pada penelitian ini data yang dikumpulkan langsung diperoleh peneliti dengan menyebarkan kuesioner ke 30 responden. Cara pengumpulan data dilakukan peneliti dengan menyediakan daftar pertanyaan kepada responden yang memberikan respon tentang produk yang ada. Penentuan skor dan kategori kuesioner menggunakan rating scale di mana setiap pernyataan diukur dengan angka 4 – 1. Sedangkan observasi dilakukan dengan langsung mengamati situasi dan kondisi terkait dengan keadaan yang sebenarnya terjadi di tempat penelitian mengenai kinerja karyawan. Kerangka Pemikiran Dalam rangka memudahkan memperoleh pemahaman tentang arah penelitian yang dilakukan, maka perlu ditentukan kerangka pemikirannya. Sales Visit dan Cara Pembayaran sebagai variabel independen dan Volume Penjualan sebagai variabel dependen. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dideskripsikan sebagai berikut: Keterangan : Dari kerangka pemikiran tersebut di atas dijelaskan bahwa Sales Visit dan Cara Pembayaran berperan sangat penting demi tercapainya Volume Penjualan. Berangkat dari hubungan antara Sales Visit dan Cara Pembayaran yang baik diharapkan dapat meningkatkan Volume Penjualan sesuai dengan tujuan manajemen. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Kelayakan Instrumen Uji Validitas Item adalah uji statistik yang digunakan guna menentukan seberapa valid suatu item pertanyaan mengukur variabel yang diteliti. Uji Reliabilitas item adalah uji statistik yang digunakan guna menentukan reliabilitas serangkaian item pertanyaan dalam kehandalannya mengukur suatu variabel. Uji Validitas Angket atau kuesioner dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Uji validitas dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor masing-masing butir pertanyaan dengan total skor variabel. Berdasarkan hasil perhitungan dengan program SPSS 16.0 for Windows untuk masing-masing variabel adalah sebagai berikut: Tabel 4.1. Pengujian Validitas Variabel Sales Visit Berdasarkan Tabel 4.1., hasil penghitungan dibandingkan dengan tabel signifikansi dengan tabel signifikansi standar. Diketahui jika signifikansi diperoleh di bawah signifikansi standar (0,050) maka pernyataan tersebut memiliki validitas konstruk yang baik. Dari hasil perhitungan di atas, ternyata signifikansi dari semua indikator di bawah signifikansi Gambar Kerangka Pemikiran 29 HOTELIER JOURNAL Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2442-7934 Vol. 1 Nomor 3 Juni Tahun 2016 standar, maka pernyataan untuk variabel Sales Visit dapat dikatakan valid. data yang konsisten dan bebas dari kesalahan. Teknik yang digunakan untuk menentukan reliabilitas penelitian ini alat pengukurnya adalah teknik Alpha Cronbach, di mana indeks reliabilitas dinyatakan reliabel jika nilai Alpha Cronbach (harga r) yang diperoleh paling tidak 0,60 (standar nilai Alpha Cronbach). Nilai-nilai yang ada dimasukkan ke dalam rumus dengan program SPSS 16.0 for Windows, dan menghasilkan nilai koefisien reliabilitas. Tabel 4.2. Pengujian Validitas Variabel Cara Pembayaran Tabel 4.4. Pengujian Reliabilitas Variabel Berdasarkan Tabel diatas, hasil penghitungan dibandingkan dengan tabel signifikansi dengan tabel signifikansi standar. Diketahui jika signifikansi diperoleh di bawah signifikansi standar (0,050) maka pernyataan tersebut memiliki validitas konstruk yang baik. Dari hasil perhitungan di atas, ternyata signifikansi dari semua indikator di bawah signifikansi standar, maka pernyataan untuk variabel Cara Pembayaran dapat dikatakan valid. Berdasarkan tabel diatas, perhitungan dengan menggunakan program SPSS versi 16.0 for Windows, masing-masing variabel mempunyai nilai Alpha Cronbach lebih besar dari 6,0, maka kuesioner dalam penelitian ini adalah konsisten atau reliabel. Tabel 4.3. Pengujian Validitas Variabel Volume Penjualan Teknik Analisis Data Regresi Berganda Teknik analisis data yang digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel bebas (Independent) terhadap variabel terikat (Dependent) adalah teknik analisis regresi berganda dengan bantuan program SPSS versi 16.0 for Windows. Dalam hal ini adalah Sales Visit dan Cara Pembayaran terhadap Volume Penjualan secara parsial/terpisah maupun stimultan/bersama, dapat dilihat pada tabel berikut ini: Berdasarkan Tabel diatas, hasil penghitungan dibandingkan dengan tabel signifikansi dengan tabel signifikansi standar. Diketahui jika signifikansi diperoleh di bawah signifikansi standar (0,050) maka pernyataan tersebut memiliki validitas konstruk yang baik. Dari hasil perhitungan di atas, ternyata signifikansi dari semua indikator di bawah signifikansi standar, maka pernyataan untuk variabel Volume Penjualan dapat dikatakan valid. Uji Reliabilitas Pengujian reliabilitas bertujuan untuk mengukur tingkat kemampuan suatu instrumen sehingga dapat menghasilkan Tabel 4.5. Rangkuman Hasil Analisis Secara Uji Parsial (Uji t) Sumber: Data Primer yang diolah (2015) 30 HOTELIER JOURNAL Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2442-7934 Vol. 1 Nomor 3 Juni Tahun 2016 Tabel 4.6. Rangkuman Hasil Analisis Uji Stimultan (Uji F) Penjualan adalah variabel Cara Pembayaran, dengan nilai koefisien sebesar 0,440. Hal ini dikarenakan dengan adanya Cara Pembayaran dilakukan sesuai keinginan calon customer, maka calon customer dapat melakukan pembayaran sesuai dengan kemampuan dengan syarat dan ketentuan yang berlaku yang telah ditetapkan oleh pihak manajemen. Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Koefisien Determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Sales Visit (X1) dan Cara Pembayaran (X2) dapat menjelaskan variasi perubahan pada variabel Volume Penjualan (Y). Sumber: Data Primer yang diolah (2015) Berdasarkan tabel diatas, hasil analisis uji stimultan diperoleh nilai Fhitung = 9.631, dengan signifikansi = 0,001. Sedangkan tabel 4.5., hasil analisis uji parsial (uji t) untuk nilai koefisien regresi variabel Sales Visit = 0,180 dan thitung sebesar 0,282 untuk signifikansi = 0,129. Koofisiensi regresi untuk variabel Cara Pembayaran = 0,202 dan thitung sebesar 0,440 untuk signifikansi = 0,021. Hasil estimasi menunjukkan bahwa koefisien memberikan konstribusi yang positif. Interprestasi dari persamaan di atas adalah sebagai berikut: a. Jika nilai variabel Sales Visit (X1), berubah dan nilai variabel lain tetap, maka nilai variabel Volume Penjualan (Y) akan berubah sebesar 0,180 dengan signifikansi = 0,129, berarti berada di atas siginifikansi standar (0,050). Hal ini menunjukkan adanya pengaruh negatif antara Sales Visit dengan Volume Penjualan. Jadi apabila Sales Visit diterapkan maka tidak akan meningkatkan Volume Penjualan secara signifikan. b. Jika nilai variabel Cara Pembayaran (X2), berubah dan nilai variabel lain tetap, maka nilai variabel Volume Penjualan (Y) akan berubah sebesar 0,282 dengan signifikansi = 0,021, berarti berada di bawah siginifikansi standar (0,050).. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh positif antara Cara Pembayaran dengan Volume Penjualan. Jadi apabila Cara Pembayaran dilakukan sesuai keinginan calon customer, maka akan meningkatkan Volume Penjualan. Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa variabel yang dominan mempengaruhi Volume Tabel4.6 Rangkuman Hasil Analisis Adjusted R2 Sumber: Data Primer yang diolah (2015) Berdasarkan tabel di atas, perhitungan dengan menggunakan program SPSS versi 16 for Windows diperoleh nilai Adjusted R2 sebesar 0,373. Artinya besarnya pengaruh Sales Visit (X1) dan Cara Pembayaran (X2) terhadap variabel Volume Penjualan (Y) sebesar 37,3%, sedang sisanya 62,7% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. V. PENUTUP Setelah dilakukan pembahasan pada babbab di atas terhadap hasil penelitian yang dilakukan pada unit condotel Sahid Yogya Lifestyle City dan Solo Paragon Hotel & Residences, maka didapat beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Tidak terdapat pengaruh signifikan (nyata) antara Sales Visit terhadap Volume Penjualan. Diperoleh perhitungan dengan signifikansi sebesar 0,129, berarti lebih dari siginifikansi standar (0,050). 2. Terdapat pengaruh signifikan (nyata) antara Cara Pembayaran terhadap Volume Penjualan. Diperoleh perhitungan dengan signifikansi sebesar 31 HOTELIER JOURNAL Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2442-7934 Vol. 1 Nomor 3 Juni Tahun 2016 0,021, berarti kurang dari siginifikansi standar (0,050). 3. Terdapat pengaruh bersama signifikan (nyata) antara Cara Pembayaran terhadap Volume Penjualan. Diperoleh perhitungan dalam analisis uji stimultan dengan signifikansi sebesar 0,001, berarti kurang dari siginifikansi standar (0,050). Variabel Cara Pembayaran memiliki pengaruh dominan terhadap kinerja Volume Penjualan, dengan nilai koefisien Beta sebesar 0,440. Kemudian diikuti variabel Sales Visit dengan nilai koefisien Beta sebesar 0,282. Dan diperoleh nilai dari uji determinasi (adjusted R2) sebesar 0,373 menunjukkan bahwa kedua variabel independent secara bersama-sama hanya mampu mempengaruhi Volume Penjualan sebesar 37,3% saja. Sedangkan sisanya sebesar 62,7% dipengaruhi oleh faktor lain di luar variabel penelitian. pemberian nilai (jumlah uang) dan jangka waktu kredit, tanpa mengesampingkan keringanan dalam pembayaran. 3. Menemukan cara atau formula lain agar dapat turut serta mengatasi permasalahan di bagian Sales and Marketing Department di Sahid Yogya Lifestyle City dan Solo Paragon Hotel & Residences, seperti memanfaatkan media iklan untuk branding dan menggencarkan kegiatan promotion seperti expo. DAFTAR PUSTAKA H. Oka A. Yoeti, Drs., M.B.A., Hotel Marketing, Perca, Jakarta, 2003 H. Oka A. Yoeti, Drs., M.B.A., Sales & Marketing For Hotel Motels and Resort, Perca, Jakarta, 2007 Adi Soenanrno, Dr., M.B.A., Kamus Istilah Pariwisata dan Perhotelan, Edisi Revisi, Angkasa, Bandung, 2011 I Gusti Bagus Rai Utama dan Nie Made Eka Mahadewi, Metodologi Penelitian Pariwisata dan Perhotelan, Edisi I, Andi, Yogyakarta, 2012 Alan Fairweather, How To Make Sales When You Don’t Like Selling, Metagraf, Solo, 2013 Susatyo Herlambang, SE., MM., Basic Marketing (Dasar – Dasar Pemasaran) Cara Mudah Memahami Ilmu Pemasaran, Gosyen Publishing, Yogyakarta, 2014 Sufren dan Yonathan Natanael, Belajar Otodidak SPSS Pasti Bisa, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2014 Jurnal-ekonomi, 14 Februari 2008, https://paul02583.wordpress.com/20 08/ 05/14/faktor-faktor-kepuasanpelanggan-dan-loyalitas-pelanggan/, Trisno Musanto, Faktor-Faktor Kepuasan Pelanggan dan Loyalitas Pelanggan : Studi Kasus pada CV. Sarana Media, Advertising Surabaya, Jurnal Ekonomi, 2008, 12:00, 4 Januari 2016 Jurnal-manajemen, 14 Februari 2008, https://paul02583.wordpress.com/2 008 /05/14/analisis-kinerjakualitas-pelayanan-terhadap- Saran Sebagaimana hasil penelitian yang telah peneliti lakukan dan kesimpulan yang didapat, maka peneliti mencoba memberikan beberapa saran pada unit condotel Sahid Yogya Lifestyle City dan Solo Paragon Hotel & Residences, sebagai berikut: 1. Dimungkinkan adanya cara atau formula dalam kegiatan Sales Visit yang tidak efektif, sehingga menimbulkan tidak adanya pengaruh secara signifikan terhadap Volume Penjualan. Untuk itu diperlukan penyusunan suatu cara atau formula dari Sales Visit yang lebih baik, efektif dan efisien. Dengan demikian dapat diharapkan kegiatan Sales Visit dapat ikut mengatasi permasalahan di bagian Sales and Marketing Department di Sahid Yogya Lifestyle City dan Solo Paragon Hotel & Residences secara signifikan. 2. Cara Pembayaran yang ditawarkan kepada calon customer perlu dipertahankan. Dikarenakan hal ini sudah cukup efektif, dibuktikan dengan pengaruhnya yang signifikan terhadap Volume Penjualan. Dimungkinkan lebih banyak alternatif dalam 32 HOTELIER JOURNAL Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2442-7934 Vol. 1 Nomor 3 Juni Tahun 2016 kepuasan-pelanggan/, Sri Hadiati, Sarwi Ruci, Analisis Kinerja Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pelanggan pada Telkomsel Malang Area, Jurnal Ekonomi, 2008, 15:00, 30 Januari 2016 Jurnal-ekonomi, 2005, http://jurnalmanajemen.petra.ac.id/ index.php/man/ article/view/ 16133, Hatane Samuel, Foedjiwati, Pengaruh Kepuasan Konsumen Terhadap Kesetiaan Merek, Jurnal Ekonomi Volume VII, Nomor I, 2005, 28 April 2016 Jurnal-manajemen, 2014, http://studentjournal.petra.ac.id/ind ex.php/manajemen pemasaran/article/view/1386, Debby Tania dan Diah Dharmayanti, S.E., M.Si, Market Segmentation, Targeting, dan Brand Positioning dari Winston Premier Surabaya, Jurnal Manajemen Pemasaran Volume 2, Nomor II , 2014, 17:00, 1 Mei 2016 Jurnal-ekonomi, 28 Februari 2014, http://www.scribd.com/mobile/doc / 209705913/formulasi-strategipemasaran-simpang-inn-hotelkuta-bali, I Ketut Aryanata, Formulasi Strategi Pemasaran Simpang Inn Hotel Kuta-Bali, Jurnal Ekonomi, Jurnal Ekonomi, 2014, 13:30, 11 Mei 2016 pengertian apartemen, 2013, http://www.rumahku.com/berita/re ad/perbedaan-apartemen-dengankondominium40771#.VSz8cfBESKE, 2013, 18:00, 14 Februari 2016 pengertian promotional mix, 19 Februari 2013, http: //muhdikurnianto. wordpress.com/2013/02/19/promot ional-mix/, 2013, 13:00, 17 Maret 2016 pengertian konsumen, 8 Agustus 2010, http: //aditnobaka.wordpress .com/2010//10/08/pengertiankonsumen/, 2010, 14:00, 17 Maret 2016 pengertian customer, Maret 2013, http://fanystipram.blogspot.com/2012/03/ makalah-customer.html, 2013, 14:45, 17 Maret 2016 pengertian klien, 2010, http://dictionary.reference.com/browse/clie nt,2010, 14:50, 17 Maret 2016 pengertian real estate, 2011,https://www.academia.edu/9 764219/Pengertian_ Real_Estate, 2011, 14:00, 15 Juni 2016 pengertian properti, 2 Februari 2014,http://www.djagokavling.co m/2014/ 02/berbagai-jenisinvestasi-dalamproperty_5919.html, 2014, 15:00, 1 Agustus 2016 pengertian mixed-use development, 25 Juni 2014, https://www.scribd.com/doc/ 231281530/Mix-UseDevelopment, 2014, 16:00, 20 Agustus 2016 33