22 pengaruh sales visit dan cara pembayaran terhadap volume

advertisement
HOTELIER JOURNAL Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2442-7934 Vol. 1 Nomor 3 Juni Tahun 2016
PENGARUH SALES VISIT DAN CARA PEMBAYARAN TERHADAP VOLUME
PENJUALAN TEMPAT HUNIAN BERJENIS RESIDENCES
DI SOLO DAN YOGYAKARTA
(Study Kasus di Condotel Sahid Yogya Lifestyle City Yogyakarta
dan Solo Paragon Hotel & Residences)
Henny Kustini, S.ST., MM.
Politeknik Indonusa Surakarta
[email protected]
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah sales visit mempengaruhi
volume penjualan tempat hunian berjenis residences di Solo dan Yogyakarta, apakah cara
pembayaran mempengaruhi volume penjualan tempat hunian berjenis residences di Solo dan
Yogyakarta, dan untuk mengetahui apakah sales visit dan cara pembayaran secara bersamasama mempengaruhi volume penjualan tempat hunian berjenis residences di Solo dan
Yogyakarta.
Metode yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini adalah observasi, studi
pustaka dan metode kuisioner. Lokasi penelitian adalah di Sahid Yogya Lifestyle City Jl.
Babarsari, No.2, Tambak Bayan, Kelurahan Catur Tunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten
Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Solo Paragon Hotel & Residences, Jl. Dr.
Sutomo, Solo. Populasi dan teknik pengambilan sampel difokuskan terhadap konsumen
berjumlah 30 orang yang telah membeli unit. Teknik pengambilan sampel dilakukan
menggunakan purposive sampling.
Setelah diadakan penelitian, maka didapat beberapa kesimpulan bahwa tidak terdapat
pengaruh signifikan (nyata) antara Sales Visit terhadap Volume Penjualan. Diperoleh
perhitungan dengan signifikansi sebesar 0,129, berarti lebih dari siginifikansi standar
(0,050). Akan tetapi terdapat pengaruh signifikan (nyata) antara Cara Pembayaran terhadap
Volume Penjualan. Diperoleh perhitungan dengan signifikansi sebesar 0,021, berarti kurang
dari siginifikansi standar (0,050). Diperoleh perhitungan dalam analisis uji stimultan dengan
signifikansi sebesar 0,001, berarti kurang dari siginifikansi standar (0,050). Variabel Cara
Pembayaran memiliki pengaruh dominan terhadap kinerja Volume Penjualan, dengan nilai
koefisien Beta sebesar 0,440. Kemudian diikuti variabel Sales Visit dengan nilai koefisien
Beta sebesar 0,282. Dan diperoleh nilai dari uji determinasi (adjusted R2) sebesar 0,373
menunjukkan bahwa kedua variabel independent secara bersama-sama hanya mampu
mempengaruhi Volume Penjualan sebesar 37,3% saja. Sedangkan sisanya sebesar 62,7%
dipengaruhi oleh faktor lain di luar variabel penelitian.
Kata kunci : sales visit, cara pembayaran, volume penjualan
diharapkan dalam upaya meningkatkan
volume penjualan.
Berdasarkan hal tersebut salah satu
yang paling menarik untuk diamati adalah
tentang bagaimana cara sebuah perusahaan
menjalankan
strategi
pemasarannya.
Menurut Kotler (2000: 91), strategi adalah
suatu rencana permainan untuk mencapai
sasaran yang diinginkan dari suatu unit
bisnis.
Pemasaran merupakan salah satu
kegiatan perekonomian yang membantu
dalam menciptakan sebuah nilai ekonomi.
I.
PENDAHULUAN
Perkembangan dan kemajuan dunia usaha
dewasa ini menjadi semakin pesat hingga
menyebabkan terjadinya persaingan ketat
di antara perusahaan yang bergerak di
bidang usaha industri sejenis, maka setiap
perusahaan
dituntut
mengadakan
perencanaan yang matang, terarah dan
efektif
dalam
seluruh
kegiatan
manajemennya
terutama
manajemen
pemasaran agar
memperoleh
hasil
penjualan sesuai dengan apa yang
22
HOTELIER JOURNAL Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2442-7934 Vol. 1 Nomor 3 Juni Tahun 2016
Nilai ekonomi itu sendiri menentukan
barang dan jasa. Faktor terpenting dalam
menciptakan
nilai
tersebut
adalah
produksi, pemasaran dan konsumsi.
Promosi merupakan kegiatan yang
dilakukan
oleh
perusahaan
untuk
mengkomunikasikan
manfaat
dari
produknya.
Adapun variabel
yang
terkandung dalam bauran promosi adalah
periklanan (advertising), penjualan secara
personal (personal selling), kunjungan
pribadi (sales visit), promosi penjualan
(sales promotion), pemasaran langsung
(direct sales) dan hubungan masyarakat
(public relation).
Akomodasi
atau
penginapan
merupakan salah satu hal terpenting dalam
menunjang fasilitas para wisatawan.
Ratusan akomodasi yang disuguhkan di
Kota Yogyakarta mulai dari spesifikasi
yang standar sampai level luxury
memudahkan para wisatawan untuk
memilih jenis mana yang diinginkan dalam
menunjang kegiatan wisata mereka, seperti
villa, hotel melati, hotel berbintang hingga
condotel. Condotel
berasal dari
condominium hotel merupakan bangunan
tinggi (high risk building) yang
dioperasikan sebagai hotel dan memiliki
fasilitas berstandar bintang tertentu, sesuai
dengan
kebijakan
yang
berlaku
(anonymous).
Sahid
Yogya
Lifestyle City
memiliki jumlah total 543 unit condotel
dengan beberapa klasifikasi yang dipilah
menurut ukuran luasan setiap unit maupun
pangsa pasarnya seperti condotel, grand
condotel dan executive condotel.
Untuk menganalisa pengaruh sales
visit dan cara pembayaran terhadap volume
penjualan, maka permasalahannya dapat
diidentifikasikan adalah apakah sales visit
mempengaruhi volume penjualan tempat
hunian berjenis residences di Solo dan
Yogyakarta, apakah cara pembayaran
mempengaruhi volume penjualan tempat
hunian berjenis residences di Solo dan
Yogyakarta dan apakah sales visit dan cara
pembayaran
secara
bersama-sama
mempengaruhi volume penjualan tempat
hunian berjenis residences di Solo dan
Yogyakarta.
Penulis berharap bahwa penelitian ini juga
dapat bermanfaat bagi para pembaca,
selain untuk menambah pengetahuan
penulis sebagai bentuk dari ilmu Sales and
Marketing yang diperoleh, khususnya
tentang
peranan
marketing
dalam
menunjang kegiatan Sales and Marketing
Department dengan menggunakan Sales
Visit juga dapat sebagai salah satu bahan
masukan terhadap pihak manajemen Sahid
Yogya Lifestyle City dan Solo Paragon
Hotel & Residences dalam meningkatkan
dan mempertahankan kualitas pelayanan
yang diberikan kepada konsumen dan
memajukan sumber daya manusianya,
serta dapat menjadi bahan referensi bagi
lembaga atau akademik khususnya
Politeknik Indonusa Surakarta.
II.
TINJAUAN PUSTKA
Penjualan (sales) merupakan kegiatan yang
dilakukan oleh penjual dalam menjual
barang atau jasa dengan harapan akan
memperoleh laba dari adanya transaksitransaksi tersebut dan penjualan dapat
diartikan
sebagai
pengalihan
atau
pemindahan hak kepemilikan atas barang
atau jasa dari pihak penjual ke pembeli.
(Mulyadi, 2008:202) Sedangkan menurut
Matz & Usry (1988), penjualan merupakan
pengalihan hak milik.
Menurut Phillip Kotler (1993:4),
pemasaran (marketing) adalah proses
sosial dan manajerial, di mana seseorang
atau kelompok memperoleh apa yang
mereka butuhkan dan inginkan melalui
penciptaan dan pertukaran produk dan
nilai.
Menurut William J. Stanton,
pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan
dari kegiatan-kegiatan bisnis
yang
ditujukan
untuk
merencanakan,
menentukan harga, mempromosikan dan
mendistribusikan barang dan jasa yang
memuaskan kebutuhan baik kepada
pembeli yang ada maupun pembeli
potensial.
Definisi
pemasaran
tersebut
didasarkan pada konsep-konsep inti (Philip
Kotler, 1993: 4), sebagai berikut:
1. Kebutuhan, Keinginan dan Permintaan
Titik tolak bagi disiplin pemasaran
terletak pada kebutuhan dan keinginan
manusia, di samping itu manusia juga
mempunyai permintaan yang kuat akan
suatu hal.
23
HOTELIER JOURNAL Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2442-7934 Vol. 1 Nomor 3 Juni Tahun 2016
Kebutuhan adalah suatu keadaan
dirasakannya ketiadaan kepuasan dasar
tertentu. Kebutuhan tidak diciptakan
oleh masyarakat atau produsen, tetapi
sudah ada dan terlekat dalam tubuh
manusia.
Keinginan adalah kehendak yang
kuat akan pemuas yang spesifik
terhadap kebutuhan-kebutuhan yang
lebih mendalam.
Permintaan adalah keinginan akan
produk yang spesifik yang didukung
dengan kemampuan dan kesediaan
untuk membelinya. Keinginan berubah
menjadi permintaan bilamana didukung
dengan daya beli.
2. Produk
Produk diartikan sebagai sesuatu
yang
dapat
ditawarkan
kepada
seseorang untuk memuaskan suatu
kebutuhan atau keinginan.
3. Utilitas
Utilitas (nilai kegunaan) adalah
taksiran konsumen mengenai kapasitas
keseluruhan suatu produk untuk
memuaskan kebutuhan.
4. Pertukaran dan Transaksi
Pertukaran adalah tindakan untuk
memperoleh produk yang dikehendaki
dari seseorang dengan menawarkan
suatu yang lain sebagai balasannya.
Pertukaran merupakan sebagai proses
menciptakan nilai, artinya pertukaran
biasanya membuat kedua belah pihak
menjadi lebih baik daripada sebelum
terjadi pertukaran. Sedangkan transaksi
merupakan perdagangan nilai-nilai di
antara kedua belah pihak.
guna memuaskan kebutuhan dan
keinginan tersebut.
6. Pemasaran dan Pemasar
Pemasaran adalah semua kegiatan
manusia yang dilakukan dalam
hubungannya dengan pasar. Sedangkan
pemasar (marketer) adalah seseorang
yang mencari sumber daya dari orang
lain dan bersedia menawarkan sesuatu
yang bernilai sebagai imbalannya.
Definisi konsep pemasaran adalah
kunci untuk mencapai tujuan organisasi
yang terdiri dari penentuan kebutuhan dan
keinginan pasar sasaran serta memberikan
kepuasan yang diharapkan secara lebih
efektif dan efisien dibandingkan para
pesaing (Philip Kotler 1993: 21).
Sedangkan menurut Basu Swastha
dan Irawan 1990: 10, menyatakan bahwa
konsep
pemasaran
adalah
pemuas
kebutuhan konsumen yang merupakan
syarat
ekonomi
dan sosial bagi
kelangsungan hidup perusahaan.
Seperti halnya sistem-sistem yang lain,
dalam sistem pemasaran juga terdapat
beberapa faktor yang saling terkait satu
dengan yang lain, faktor-faktor tersebut
adalah adalah:
1. Organisasi yang melakukan kegiatan
pemasaran.
2. Barang, jasa, ide atau orang yang
sedang dipasarkan.
3. Pasar yang dituju.
4. Para perantara yang membantu dalam
pertukaran, antara organisasi pemasaran
dan pasarnya. Mereka ini adalah
pengecer, pedagang besar, agen
pengangkutan, lembaga keuangan, dan
sebagainya.
5. Faktor-faktor lingkungan, seperti faktor
demografi, kondisi perekonomian,
faktor sosial dan kebudayaan, kekuatan
politik dan hukum, teknologi dan
persaingan.
Menurut Basu Swastha (2005),
sistem pemasaran adalah kumpulan
lembaga-lembaga yang melakukan tugas
pemasaran, barang jasa, ide, orang dan
faktor-faktor lingkungan yang saling
memberikan pengaruh dan membentuk
serta mempengaruhi hubungan perusahaan
dan pasarnya.
Sedangkan menurut Kotler (2003),
strategi marketing mix atau bauran
5. Pasar
Pada mulanya istilah pasar
diartikan sebagai tempat dimana
pembeli dan penjual bertemu untuk
mempertukarkan
barang-barang
mereka, namun kemudian para ahli
ekonomi menggunakan istilah pasar
untuk menyatakan sekumpulan pembeli
dan penjual yang melakukan transaksi
atas suatu produk atau kelas produk
tertentu. Pasar terdiri dari semua
pelanggan potensial yang memiliki
kebutuhan atau keinginan tertentu yang
mungkin
bersedia
dan
mampu
melibatkan diri dalam suatu pertukaran
24
HOTELIER JOURNAL Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2442-7934 Vol. 1 Nomor 3 Juni Tahun 2016
pemasaran, dapat diartikan sebagai
sekumpulan dari variabel-variabel yang
dapat dikendalikan yang digunakan oleh
perusahaan untuk mengejar tingkat
penjualan yang diinginkan dalam pasar
sasaran atau dengan kata lain 4P
merupakan kombinasi dari variabelvariabel pemasaran yang merupakan faktor
internal yang berada dalam jangkauan
yang dapat dikendalikan oleh perusahaan.
Adapun variabel-variabel 4P, yaitu:
Product (produk), Price (harga), Place
(tempat
distribusi)
dan
Promotion
(promosi).
Dalam penjelasan tersebut terdapat
variabel promosi yang merupakan salah
satu variabel di dalam marketing mix yang
sangat penting dilakukan oleh sebuah
perusahaan
dalam
menjual
dan
memasarkan produk atau jasanya.
Menurut Martin L. Bell dalam Basu
Swata dan Irawan (1990:349), promosi
adalah semua jenis kegiatan pemasaran
yang
ditujukan
untuk
mendorong
permintaan. Sedangkan menuru William
G. Nikels dalam bukunya Basu Swastha
dan Irawan (1990:349), promosi adalah
arus informasi atau persuasi satu arah yang
dibuat untuk mengarahkan seseorang atau
organisasi
kepada
tindakan
untuk
menciptakan pertukaran dalam pemasaran.
Definisi
pertama
lebih
menitikberatkan
pada
dorongan
permintaan. Sedangkan definisi kedua
lebih menitikberatkan pada penciptaan
pertukaran. Pertukaran akan terjadi karena
adanya permintaan dan penawaran, dengan
adanya permintaan akan mendorong
terciptanya pertukaran.
Jadi promosi merupakan salah satu
aspek yang penting dalam menajemen
pemasaran dan sering dikatakan sebagai
proses
berlanjut.
Dengan
promosi
menyebabkan orang yang sebelumnya
tidak tertarik untuk membeli suatu produk
kan tertarik membeli dan mencoba produk
sehingga konsumen melakukan pembelian.
Jenis promosi atau promotional mix
menurut William J. Stanton dalam Basu
Swastha dan Irawan (1990:349) adalah
kombinasi strategi yang paling baik dari
variabel-variabel periklanan, personal
selling, dan alat promosi yang lain, yang
semuanya direncanakan untuk mencapai
tujuan program penjualan. Definisi
tersebut tidak menyebutkan secara jelas
beberapa variabel promotional mix selain
periklanan dan personal selling. Variabelvariabel promosi menurut Kotler dan
Amstrong yang ada dalam promotional
mix ada 5 (lima), yaitu:
a. Periklanan (advertising)
Segala biaya yang harus dikeluarkan
sponsor untuk melakukan resentasi dan
promosi non pribadi dalam bentuk
gagasan, barang atau jasa.
b. Hubungan Masyarakat (public relation)
Membangun hubungan dengan publik
terkait untuk memperoleh dukungan,
membangun “citra perusahaan” yang
baik
dan
menangani
atau
menyingkirkan gosip, cerita dan
peristiwa yang dapat merugikan.
c. Pemasaran Langsung (direct marketing)
Komunikasi
langsung
dengan
pelanggan yang diincar secara khusus
untuk memperoleh tanggapan langsung.
d. Promosi Penjualan (sales promotion)
Insentif
jangka
pendek
untuk
mendorong pembelian atau penjualan
suatu produk atau jasa.
e. Penjualan Personal (personal selling)
Presentasi pribadi oleh para marketing
perusahaan
dalam
rangka
mensukseskan
penjualan
dan
membangun
hubungan
dengan
pelanngan.
Selanjutnya muncul istilah Sales
Visit
(kunjungan
pribadi)
dalam
lingkungan hospitality industry yang
menjadi bagian dari kegiatan promosi di
Condotel Sahid Yogya Lifestyle City dan
Solo Paragon Hotel & Residences. Sales
visit merupakan cara yang dilakukan untuk
memperkenalkan produk secara langsung
kepada instansi-instansi perusahaan yang
potensial (Anonymous). Kegiatan ini
hampir mirip dengan personal selling.
Namun lebih ditekankan pada prospecting
terhadap
calon
konsumen,
hingga
penawaran mengenai cara atau metode
pembayaran yang boleh dan akan
dilakukan oleh konsumen. Hal ini
dilakukan agar calon konsumen dapat
memprediksi pembayaran sesuai dengan
kemampuannya.
Prospecting bisa diartikan mencari
dan melihat calon konsumen yang
25
HOTELIER JOURNAL Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2442-7934 Vol. 1 Nomor 3 Juni Tahun 2016
diperkirakan memiliki kemampuan kuat
untuk membeli produk. Sedangkan
orangnya disebut prospek, yaitu orang
yang membutuhkan jasa kita dan memiliki
kemampuan untuk membeli. Meskipun
prospek belum membeli, biasanya mereka
telah mengetahui jasa kita. Mereka
mengenal kita bisa dari promosi yang kita
lakukan atau ada orang lain yang
merekomendasikan.
Dalam SK Menteri Negara Perumahan
Rakyat
No.
05/KPTS/BK4PN/1995
tanggal 23 Juni 1995, “Properti (real
property) adalah tanah hak dan atau
bangunan permanen yang menjadi objek
pemilik dan bangunan”. Sedangkan
menurut peraturan perundang-undangan di
Indonesia, pengertian mengenai industri
real estate tercantum dalam PMDN
(Penanaman Modal Dalam Negeri) No. 5
Tahun 1974 yang mengatur tentang
industri real estate. Real estate adalah
perusahaan properti yang bergerak di
bidang penyediaan, pengadaan serta
pematangan tanah bagi keperluan usahausaha
industri
termasuk
industri
pariwisata.
Kemudian muncul istilah mixedused
building
dalam
pembahasan
mengenai konsep bangunan dalam
properti. Mixed-used building adalah
bangunan multifungsi yang terdiri dari satu
atau beberapa masa bangunan yang
terpadu dan saling berhubungan secara
langsung dengan peruntukan yang berbeda,
mixed-used building menggabungkan
antara fasilitas hunian, fasilitas bisnis,
fasilitas rekreasi (mall) dan biasanya
dimiliki oleh satu pengembang (Indonesia
Apartment, Esti Savitri, 2007).
Dalam dunia pariwisata, akomodasi atau
penginapan menjadi bagian terpenting di
dalamnya. Sedangkan hotel merupakan
jenis akomodasi yang dibangun untuk
memberikan jasa pelayanan dan produk
kepada wisatawan (I Gusti Rai Utama dan
Ni Made Eka Mahadewi, 2012: 9).
Selain hotel, ada beberapa jenis
akomodasi atau penginapan lain di
antaranya seperti villa dan motel. Seiring
perkembangan jaman, muncul istilah
condominium dalam jenis akomodasi
maupun jenis hunian atau tempat tinggal.
Condominium, istilah yang berasal dari
bahasa Inggris ini memiliki arti dalam
bahasa Indonesia yaitu rumah susun
(rusun). Condominium ini dalam UU RI
No. 16 Tahun 1985, tentang rumah susun
memberikan
pengertian
bahwa:
“Kondominium/rumah
susun
adalah
gedung bertingkat yang dibangun dalam
suatu lingkungan yang terbagi dalam arah
horisontal dan atau vertikal dan merupakan
satua-satuan yang masing-masing dapat
memiliki dan digunakan secara terpisah,
terutama untuk hunian yang dilengkapi
dengan apa yang disebut bagian bersama,
tanah bersama dan benda bersama.
Sedangkan sebuah kondominium
hotel yang juga dikenal sebagai condotel,
adalah sebuah bangunan yang secara
hukum merupakan kondominium tetapi
yang dioperasikan sebagai hotel yang
menawarkan
sewa
jangka
pendek
(Anonymous).
Condotel adalah sebuah bentuk
kepemilikan dalam investasi murni berupa
suatu unit hunian atau ruangan dalam
sebuah gedung high risk building di mana
pemilik hanya memiliki sebatas status
kepemilikan dan nilai beserta hasil
investasinya, karena setelah resmi berganti
status kepemilikan dari developer atau
pengembang ke konsumen, unit tersebut
kembalikan lagi untuk dikelola developer
sebagai unit hotel yang disewakan dan
nantinya ada perhitungan atau bagi hasil
secara khusus antara kedua belah pihak
(Anonymous).
Setiap hari transaksi pembayaran selalu
terjadi, pembayaran-pembayaran ini terjadi
karena adanya bermacam-macam transaksi
ekonomi seperti jual beli barang dan jasa,
pembelian dan pelunasan kredit, alat
pembayaran yang digunakan bermacammacam antara lain tunai, cheque dan bilyet
giro.
Pengertian pembayaran menurut H.
Melayu
S.P.
Hasibuan
yaitu;
”Berpindahnya hak pemilikan atas
sejumlah uang atau dan dari pembayar
kepada penerimanya, baik langsung
maupun
melalui
media
jasa-jasa
perbankan”. (Hasibuan, 2001:117).
Dalam hal ini perlu ditegaskan
bahwa cara pembayaran bukanlah sebagai
suatu proses yang berdiri sendiri, yang
terjadi secara spontan tanpa ada kaitannya
26
HOTELIER JOURNAL Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2442-7934 Vol. 1 Nomor 3 Juni Tahun 2016
dengan transaksi lain, sebab setiap
pembayaran merupakan pelaksanaan atau
realisasi dari suatu transaksi ekonomi.
Selain itu, dalam penulisan difokuskan
pada pembayaran yang dilakukan secara
berkala atau kredit, dengan kesepakatan
antara penjual dan pembeli.
Kata dasar kredit berasal dari bahasa
Latin credere yang berarti kepercayaan,
atau credo yang berarti saya percaya
(Firdaus dan Ariyanti, 2009:1). Mac Leod
mendefinisikan pengertian kredit sebagai
berikut (Firdaus dan Ariyanti, 2009: 2);
Kredit adalah suatu reputasi yang dimiliki
seseorang yang memungkinkan ia bisa
memperoleh uang, barang-barang atau
tenaga kerja, dengan jalan menukarkannya
dengan
suatu
perjanjian
untuk
membayarnya di suatu waktu yang akan
datang.
Dalam
Undang-Undang
No.
10/1998 (pasal 21 ayat 11), kredit adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara bank dengan pihak yang
lain yang mewajibkan pihak peminjam
untuk melunasi utangnya setelah jangka
waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Menurut
Undang-Undang
Perbankan Nomor 10 tahun 1998 (pasal 21
ayat 11) Tentang Perubahan UndangUndang No. 7/1992 Tentang Perbankan,
Kredit adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu,
berdasarkan
persetujuan
atau
kesepakatan pinjam meminjam antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam melunasi utangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan pemberian
bunga.
Dari pengertian-pengertian tersebut
di atas, dapat disimpulkan bahwa kredit
adalah penyediaan uang berdasarkan
ketentuan atau perjanjian tertentu yang
telah disepakati oleh pihak Bank dan pihak
lain yang mewajibkan pihak peminjam
untuk membayar utangnya pada jangka
waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Unsur-unsur yang terkandung dalam
pemberian suatu fasilitas kredit adalah
sebagai berikut (Firdaus dan Ariyanti,
2009: 3);
1. Adanya badan atau orang yang
memiliki uang, barang atau jasa yang
bersedia untuk meminjamkan kepada
pihak lain. orang atau barang demikian
lazim disebut kreditur,
2. Adanya
fihak
yang
membutuhkan/meminjam uang, barang
atau jasa. Pihak ini lazim disebut
debitur,
3. Adanya kepercayaan dari kreditur
terhadap debitur,
4. Adanya
janji
dan
kesanggupan
membayar dari debitur kepada kreditur,
5. Adanya perbedaan waktu yaitu
perbedaan antara saat penyerahan uang,
barang atau jasa oleh kreditur dengan
pada saat pembayaran kembali dari
debitur,
6. Adanya resiko yaitu sebagai akibat dari
adanya perbedaan waktu seperti di atas,
di mana masa yang akan datang
merupakan suatu yang belum pasti,
maka kredit itu pada dasarnya
mengandung
resiko,
termasuk
penurunan nilai uang karena inflasi dan
sebagainya,
7. Adanya bunga yang harus dibayar oleh
debitur kepada kreditur (walaupun ada
kredit yang tidak berbunga).
Tujuan dari kredit adalah untuk
memenuhi kebutuhan yang beraneka
ragam sesuai dengan harkatnya, selalu
meningkat.
Sedangkan
kemampuan
manusia mempunyai suatu batasan
tertentu, memaksakan seseorang untuk
berusaha memperoleh bantuan permodalan
untuk pemenuhan hasrat dan cita-citanya
guna peningkatan usaha dan peningkatan
daya guna sesuatu barang/jasa.
Harga merupakan komponen yang
berpengaruh langsung terhadap laba
perusahaan. Secara tidak langsung, harga
mempengaruhi biaya, karena kuantitas
yang terjual terpengaruh pada biaya yang
ditimbulkan dalam kaitannya dengan
efesiensi produksi. Harga sering kali
digunakan sebagai indikator nilai bilamana
harga tersebut dihubungkan dengan
manfaat yang dirasakan atas suatu barang
atau jasa.
Di samping itu harga merupakan
unsur yang bersifat fleksibel, yang artinya
dapat diubah dengan cepat. dimensi harga
terdiri atas:
27
HOTELIER JOURNAL Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2442-7934 Vol. 1 Nomor 3 Juni Tahun 2016
a. Daftar harga (Price List) adalah
informasi mengenai harga produk yang
ditawarkan
agar
konsumen
mempertimbangkan untuk membeli.
b. Rabat/Diskon (Discount) adalah tingkat
diskon/potongan harga yang diberikan
penjual kepada konsumen.
c. Potongan harga khusus (Allowance)
adalah potongan harga khusus oleh
potongan harga yang diberikan
produsen/penjual kepada konsumen
pada saat event tertentu.
d. Periode pembayaran (Payment Period)
adalah kemudahan pembayaran yang
diberikan
penjual
terhadap
konsumennya berupa kelonggaran
jangka waktu pembayaran yang
dilakukan konsumen dalam transaksi
pembelian.
e. Syarat kredit (Credit Term) adalah
siystem pembayaran secara kredit yang
diberikan produsen/penjual terhadap
konsumen dalam jangka waktu yang
telah ditentukan dengan tambahan
pembayaran berupa bunga yang harus
dibayarkan.
Keberhasilan suatu perusahaan pada
umumnya dinilai berhasil dilihat dari
kemampuannya dalam memperoleh laba.
Dengan laba yang diperoleh, perusahaan
akan dapat mengembangkan berbagai
kegiatan, meningkatkan jumlah aktiva dan
modal serta dapat mengembangkan dan
memperluas bidang usahanya.
Untuk mencapai tujuan tersebut,
perusahaan mengandalkan kegiatannya
dalam bentuk penjualan, semakin besar
volume penjualan semakin besar pula laba
yang
akan
diperoleh
perusahaan.
Perusahaan pada umumnya mempunyai
tiga tujuan dalam penjualan yaitu
mencapai volume penjualan, mendapatkan
laba
tertentu,
dan
menunjukan
pertumbuhan perusahaan.
Menurut Joel G. Siegel dan Joe K.
Shim yang diterjemahkan oleh Moh.
Kurdi; “Penjualan adalah penerimaan yang
diperoleh
dari
pengiriman
barang
dagangan atau dari penyerahan pelayanan
dalam bursa sebagai barang pertimbangan.
Pertimbangan ini dapat dalam benuk tunai
peralatan kas atau harta lainnya.
Pendapatan dapat diperoleh pada saat
penjualan, karena terjadi pertukaran, harga
jual dapat ditetapkan dan bebannya
diketahui”.
Dalam kegiatan ini penjualan akan
melibatkan debitur atau disebut juga
pembeli serta barang-barang atau jasa yang
diberikan dan dibayar oleh debitur tersebut
dengan cara tunai ataupun kredit.
Konsumen menurut Phillip Kotler (2000)
dalam bukunya Priciples Of Marketing,
konsumen adalah semua individu dan
rumah tangga yang membeli atau
memperoleh barang atau jasa untuk
dikonsumsi pribadi.
Hal utama yang dilakukan di setiap
perusahaan yang bergerak di bidang jasa
adalah memberikan pelayanan yang terbaik
untuk para konsumennya. Dan menurut
Soetopo (1999) dalam Dr. Pimin Napitulu,
M.Si. memberikan pengertian pelayanan
sebagai sebuah usaha untuk membantu
mengurus apa yang diperlukan orang lain.
Di tengah masyarakat yang semakin
peduli akan kualitas, layanan prima
menjadi salah satu kunci dalam
keberhasilan bisnis. Apabila konsumen
diberikan layanan yang baik maka
konsumen akan puas dan apabila puas
mereka akan menjadi konsumen yang
loyal. Kotler (2000); Parasuraman (1990)
menyatakan bahwa kepuasan konsumen
adalah tingkat perasaan seseorang setelah
ia membandingkan antara kinerja yang
dirasakan
dibandingkan
dengan
harapannya.
Parasuraman
(1990)
juga
memberikan lima dimensi analisis kualitas
layanan
yaitu
tangible,
reliability,
responsiveness, assurance dan empathy.
Saat ini banyak bisnis jasa yang mulai
memperhatikan kualitas layanan. Dengan
adanya service quality ini dapat dipantau,
apakah kualitas layanan yang diberikan
telah sesuai dengan yang diharapkan oleh
konsumen. Selain itu, dalam usaha
menghadapi persaingan, perusahaan harus
memiliki strategi yang lebih baik
dibanding pesaing yang ada. Untuk
perusahaan yang bergerak dalam bidang
jasa salah satu alat untuk mendukung
strategi bersaing agar lebih baik adalah
dengan memiliki kualitas layanan yang
baik.
28
HOTELIER JOURNAL Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2442-7934 Vol. 1 Nomor 3 Juni Tahun 2016
III. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah penelitian kuantitatif dengan
design
penelitian
survey
yang
menggunakan beberapa variable sebagai
pusat pengkajian datya yang berkaitan
dengan pengaruh sales visit dan cara
penjualan terhadap volume penjualan yang
dilakukan dengan melalui penyebaran
kuisioner yang diambil dan oleh penulis
dijadikan sebagai bahan analisa dan
pembahasan penelitian.
Penelitian ini difokuskan terhadap
konsumen berjumlah 30 orang yang telah
membeli unit properti. Secara spesifik,
teknik pengambilan sampel dilakukan
menggunakan purposive sampling, di
mana ciri-ciri atau sifat-sifat yang spesifik
yang ada atau dilihat dalam populasi
dijadikan kunci pengambilan sampel.
Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini data yang dikumpulkan
langsung diperoleh peneliti dengan
menyebarkan kuesioner ke 30 responden.
Cara pengumpulan data dilakukan peneliti
dengan menyediakan daftar pertanyaan
kepada responden yang memberikan
respon tentang produk yang ada.
Penentuan skor dan kategori kuesioner
menggunakan rating scale di mana setiap
pernyataan diukur dengan angka 4 – 1.
Sedangkan observasi dilakukan dengan
langsung mengamati situasi dan kondisi
terkait dengan keadaan yang sebenarnya
terjadi di tempat penelitian mengenai
kinerja karyawan.
Kerangka Pemikiran
Dalam rangka memudahkan memperoleh
pemahaman tentang arah penelitian yang
dilakukan, maka perlu ditentukan kerangka
pemikirannya. Sales Visit dan Cara
Pembayaran sebagai variabel independen
dan Volume Penjualan sebagai variabel
dependen.
Kerangka
pemikiran
dalam
penelitian ini dapat dideskripsikan sebagai
berikut:
Keterangan :
Dari kerangka pemikiran tersebut
di atas dijelaskan bahwa Sales Visit dan
Cara Pembayaran berperan sangat penting
demi tercapainya Volume Penjualan.
Berangkat dari hubungan antara Sales Visit
dan Cara Pembayaran yang baik
diharapkan dapat meningkatkan Volume
Penjualan
sesuai
dengan
tujuan
manajemen.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Kelayakan Instrumen
Uji Validitas Item adalah uji statistik yang
digunakan guna menentukan seberapa
valid suatu item pertanyaan mengukur
variabel yang diteliti. Uji Reliabilitas item
adalah uji statistik yang digunakan guna
menentukan reliabilitas serangkaian item
pertanyaan
dalam
kehandalannya
mengukur suatu variabel.
Uji Validitas
Angket atau kuesioner dikatakan valid
apabila mampu mengukur apa yang
diinginkan dan dapat mengungkap data
dari variabel yang diteliti secara tepat. Uji
validitas dilakukan dengan menghitung
korelasi antara skor masing-masing butir
pertanyaan dengan total skor variabel.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan
program SPSS 16.0 for Windows untuk
masing-masing variabel adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.1. Pengujian Validitas Variabel
Sales Visit
Berdasarkan Tabel 4.1., hasil
penghitungan dibandingkan dengan tabel
signifikansi dengan tabel signifikansi
standar. Diketahui jika signifikansi
diperoleh di bawah signifikansi standar
(0,050) maka pernyataan tersebut memiliki
validitas konstruk yang baik. Dari hasil
perhitungan di atas, ternyata signifikansi
dari semua indikator di bawah signifikansi
Gambar Kerangka Pemikiran
29
HOTELIER JOURNAL Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2442-7934 Vol. 1 Nomor 3 Juni Tahun 2016
standar, maka pernyataan untuk variabel
Sales Visit dapat dikatakan valid.
data yang konsisten dan bebas dari
kesalahan.
Teknik yang digunakan untuk menentukan
reliabilitas penelitian ini alat pengukurnya
adalah teknik Alpha Cronbach, di mana
indeks reliabilitas dinyatakan reliabel jika
nilai Alpha Cronbach (harga r) yang
diperoleh paling tidak 0,60 (standar nilai
Alpha Cronbach). Nilai-nilai yang ada
dimasukkan ke dalam rumus dengan
program SPSS 16.0 for Windows, dan
menghasilkan nilai koefisien reliabilitas.
Tabel 4.2. Pengujian Validitas Variabel
Cara Pembayaran
Tabel 4.4. Pengujian Reliabilitas Variabel
Berdasarkan Tabel diatas, hasil
penghitungan dibandingkan dengan tabel
signifikansi dengan tabel signifikansi
standar. Diketahui jika signifikansi
diperoleh di bawah signifikansi standar
(0,050) maka pernyataan tersebut memiliki
validitas konstruk yang baik. Dari hasil
perhitungan di atas, ternyata signifikansi
dari semua indikator di bawah signifikansi
standar, maka pernyataan untuk variabel
Cara Pembayaran dapat dikatakan valid.
Berdasarkan
tabel
diatas,
perhitungan
dengan
menggunakan
program SPSS versi 16.0 for Windows,
masing-masing variabel mempunyai nilai
Alpha Cronbach lebih besar dari 6,0, maka
kuesioner dalam penelitian ini adalah
konsisten atau reliabel.
Tabel 4.3. Pengujian Validitas Variabel
Volume Penjualan
Teknik Analisis Data
Regresi Berganda
Teknik analisis data yang digunakan untuk
mengetahui besarnya pengaruh variabel
bebas (Independent) terhadap variabel
terikat (Dependent) adalah teknik analisis
regresi berganda dengan bantuan program
SPSS versi 16.0 for Windows. Dalam hal
ini adalah Sales Visit dan Cara Pembayaran
terhadap Volume Penjualan secara
parsial/terpisah
maupun
stimultan/bersama, dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Berdasarkan Tabel diatas, hasil
penghitungan dibandingkan dengan tabel
signifikansi dengan tabel signifikansi
standar. Diketahui jika signifikansi
diperoleh di bawah signifikansi standar
(0,050) maka pernyataan tersebut memiliki
validitas konstruk yang baik. Dari hasil
perhitungan di atas, ternyata signifikansi
dari semua indikator di bawah signifikansi
standar, maka pernyataan untuk variabel
Volume Penjualan dapat dikatakan valid.
Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas bertujuan untuk
mengukur tingkat kemampuan suatu
instrumen sehingga dapat menghasilkan
Tabel 4.5. Rangkuman Hasil Analisis
Secara Uji Parsial (Uji t)
Sumber: Data Primer yang diolah (2015)
30
HOTELIER JOURNAL Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2442-7934 Vol. 1 Nomor 3 Juni Tahun 2016
Tabel 4.6. Rangkuman Hasil Analisis Uji
Stimultan (Uji F)
Penjualan
adalah
variabel
Cara
Pembayaran, dengan nilai koefisien
sebesar 0,440. Hal ini dikarenakan dengan
adanya Cara Pembayaran dilakukan sesuai
keinginan calon customer, maka calon
customer dapat melakukan pembayaran
sesuai dengan kemampuan dengan syarat
dan ketentuan yang berlaku yang telah
ditetapkan oleh pihak manajemen.
Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Koefisien Determinasi digunakan untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh Sales
Visit (X1) dan Cara Pembayaran (X2) dapat
menjelaskan variasi perubahan pada
variabel Volume Penjualan (Y).
Sumber: Data Primer yang diolah (2015)
Berdasarkan tabel diatas, hasil
analisis uji stimultan diperoleh nilai Fhitung
= 9.631, dengan signifikansi = 0,001.
Sedangkan tabel 4.5., hasil analisis uji
parsial (uji t) untuk nilai koefisien regresi
variabel Sales Visit = 0,180 dan thitung
sebesar 0,282 untuk signifikansi = 0,129.
Koofisiensi regresi untuk variabel Cara
Pembayaran = 0,202 dan thitung sebesar
0,440 untuk signifikansi = 0,021.
Hasil estimasi menunjukkan bahwa
koefisien memberikan konstribusi yang
positif. Interprestasi dari persamaan di atas
adalah sebagai berikut:
a. Jika nilai variabel Sales Visit (X1),
berubah dan nilai variabel lain tetap,
maka nilai variabel Volume Penjualan
(Y) akan berubah sebesar 0,180 dengan
signifikansi = 0,129, berarti berada di
atas siginifikansi standar (0,050). Hal
ini menunjukkan adanya pengaruh
negatif antara Sales Visit dengan
Volume Penjualan. Jadi apabila Sales
Visit diterapkan maka tidak akan
meningkatkan Volume Penjualan secara
signifikan.
b. Jika nilai variabel Cara Pembayaran
(X2), berubah dan nilai variabel lain
tetap, maka nilai variabel Volume
Penjualan (Y) akan berubah sebesar
0,282 dengan signifikansi = 0,021,
berarti berada di bawah siginifikansi
standar (0,050).. Hal ini menunjukkan
adanya pengaruh positif antara Cara
Pembayaran dengan Volume Penjualan.
Jadi
apabila
Cara
Pembayaran
dilakukan sesuai keinginan calon
customer, maka akan meningkatkan
Volume Penjualan.
Berdasarkan
tabel
diatas
menunjukkan bahwa variabel yang
dominan
mempengaruhi
Volume
Tabel4.6 Rangkuman Hasil Analisis
Adjusted R2
Sumber: Data Primer yang diolah (2015)
Berdasarkan
tabel
di
atas,
perhitungan
dengan
menggunakan
program SPSS versi 16 for Windows
diperoleh nilai Adjusted R2 sebesar 0,373.
Artinya besarnya pengaruh Sales Visit (X1)
dan
Cara Pembayaran (X2) terhadap
variabel Volume Penjualan (Y) sebesar
37,3%, sedang sisanya 62,7% dipengaruhi
oleh variabel lain yang tidak diteliti.
V.
PENUTUP
Setelah dilakukan pembahasan pada babbab di atas terhadap hasil penelitian yang
dilakukan pada unit condotel Sahid Yogya
Lifestyle City dan Solo Paragon Hotel &
Residences, maka didapat beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Tidak terdapat pengaruh signifikan
(nyata) antara Sales Visit terhadap
Volume
Penjualan.
Diperoleh
perhitungan dengan signifikansi sebesar
0,129, berarti lebih dari siginifikansi
standar (0,050).
2. Terdapat pengaruh signifikan (nyata)
antara Cara Pembayaran terhadap
Volume
Penjualan.
Diperoleh
perhitungan dengan signifikansi sebesar
31
HOTELIER JOURNAL Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2442-7934 Vol. 1 Nomor 3 Juni Tahun 2016
0,021, berarti kurang dari siginifikansi
standar (0,050).
3. Terdapat pengaruh bersama signifikan
(nyata) antara Cara Pembayaran
terhadap Volume Penjualan. Diperoleh
perhitungan dalam analisis uji stimultan
dengan signifikansi sebesar 0,001,
berarti kurang dari siginifikansi standar
(0,050). Variabel Cara Pembayaran
memiliki pengaruh dominan terhadap
kinerja Volume Penjualan, dengan nilai
koefisien
Beta
sebesar
0,440.
Kemudian diikuti variabel Sales Visit
dengan nilai koefisien Beta sebesar
0,282. Dan diperoleh nilai dari uji
determinasi (adjusted R2) sebesar 0,373
menunjukkan bahwa kedua variabel
independent
secara
bersama-sama
hanya mampu mempengaruhi Volume
Penjualan
sebesar
37,3%
saja.
Sedangkan sisanya sebesar 62,7%
dipengaruhi oleh faktor lain di luar
variabel penelitian.
pemberian nilai (jumlah uang) dan
jangka
waktu
kredit,
tanpa
mengesampingkan keringanan dalam
pembayaran.
3. Menemukan cara atau formula lain
agar dapat turut serta mengatasi
permasalahan di bagian Sales and
Marketing Department di Sahid Yogya
Lifestyle City dan Solo Paragon Hotel
& Residences, seperti memanfaatkan
media iklan untuk branding dan
menggencarkan kegiatan promotion
seperti expo.
DAFTAR PUSTAKA
H. Oka A. Yoeti, Drs., M.B.A., Hotel
Marketing, Perca, Jakarta, 2003
H. Oka A. Yoeti, Drs., M.B.A., Sales &
Marketing For Hotel Motels and
Resort, Perca, Jakarta, 2007
Adi Soenanrno, Dr., M.B.A., Kamus
Istilah Pariwisata dan Perhotelan, Edisi
Revisi, Angkasa, Bandung, 2011
I Gusti Bagus Rai Utama dan Nie Made
Eka Mahadewi, Metodologi Penelitian
Pariwisata dan Perhotelan, Edisi
I, Andi, Yogyakarta, 2012
Alan Fairweather, How To Make Sales
When You Don’t Like Selling,
Metagraf, Solo, 2013
Susatyo Herlambang, SE., MM., Basic
Marketing (Dasar – Dasar Pemasaran)
Cara Mudah Memahami Ilmu
Pemasaran, Gosyen Publishing,
Yogyakarta, 2014
Sufren dan Yonathan Natanael, Belajar
Otodidak SPSS Pasti Bisa, PT
Elex Media Komputindo, Jakarta,
2014
Jurnal-ekonomi, 14 Februari 2008,
https://paul02583.wordpress.com/20
08/ 05/14/faktor-faktor-kepuasanpelanggan-dan-loyalitas-pelanggan/,
Trisno Musanto, Faktor-Faktor
Kepuasan
Pelanggan
dan
Loyalitas Pelanggan : Studi Kasus
pada
CV.
Sarana
Media,
Advertising Surabaya,
Jurnal
Ekonomi, 2008, 12:00, 4 Januari
2016
Jurnal-manajemen, 14 Februari 2008,
https://paul02583.wordpress.com/2
008
/05/14/analisis-kinerjakualitas-pelayanan-terhadap-
Saran
Sebagaimana hasil penelitian yang
telah peneliti lakukan dan kesimpulan yang
didapat,
maka
peneliti
mencoba
memberikan beberapa saran pada unit
condotel Sahid Yogya Lifestyle City dan
Solo Paragon Hotel & Residences, sebagai
berikut:
1. Dimungkinkan adanya cara atau
formula dalam kegiatan Sales Visit
yang
tidak
efektif,
sehingga
menimbulkan tidak adanya pengaruh
secara signifikan terhadap Volume
Penjualan. Untuk itu diperlukan
penyusunan suatu cara atau formula
dari Sales Visit yang lebih baik, efektif
dan efisien. Dengan demikian dapat
diharapkan kegiatan Sales Visit dapat
ikut mengatasi permasalahan di bagian
Sales and Marketing Department di
Sahid Yogya Lifestyle City dan Solo
Paragon Hotel & Residences secara
signifikan.
2. Cara Pembayaran yang ditawarkan
kepada
calon
customer
perlu
dipertahankan. Dikarenakan hal ini
sudah cukup efektif, dibuktikan dengan
pengaruhnya yang signifikan terhadap
Volume Penjualan. Dimungkinkan
lebih
banyak
alternatif
dalam
32
HOTELIER JOURNAL Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2442-7934 Vol. 1 Nomor 3 Juni Tahun 2016
kepuasan-pelanggan/, Sri Hadiati,
Sarwi Ruci, Analisis Kinerja
Kualitas Pelayanan Terhadap
Kepuasan
Pelanggan
pada
Telkomsel Malang Area, Jurnal
Ekonomi, 2008, 15:00, 30 Januari
2016
Jurnal-ekonomi,
2005,
http://jurnalmanajemen.petra.ac.id/
index.php/man/
article/view/
16133, Hatane Samuel, Foedjiwati,
Pengaruh Kepuasan Konsumen
Terhadap Kesetiaan Merek,
Jurnal Ekonomi Volume VII,
Nomor I, 2005, 28 April 2016
Jurnal-manajemen,
2014,
http://studentjournal.petra.ac.id/ind
ex.php/manajemen
pemasaran/article/view/1386,
Debby
Tania
dan
Diah
Dharmayanti, S.E., M.Si, Market
Segmentation, Targeting, dan
Brand Positioning dari Winston
Premier
Surabaya,
Jurnal
Manajemen Pemasaran Volume 2,
Nomor II , 2014, 17:00, 1 Mei
2016
Jurnal-ekonomi, 28 Februari 2014,
http://www.scribd.com/mobile/doc
/
209705913/formulasi-strategipemasaran-simpang-inn-hotelkuta-bali, I Ketut Aryanata,
Formulasi Strategi Pemasaran
Simpang Inn Hotel Kuta-Bali,
Jurnal Ekonomi, Jurnal Ekonomi,
2014, 13:30, 11 Mei 2016
pengertian
apartemen,
2013,
http://www.rumahku.com/berita/re
ad/perbedaan-apartemen-dengankondominium40771#.VSz8cfBESKE,
2013,
18:00, 14 Februari 2016
pengertian promotional mix, 19 Februari
2013, http: //muhdikurnianto.
wordpress.com/2013/02/19/promot
ional-mix/, 2013, 13:00, 17 Maret
2016
pengertian konsumen, 8 Agustus 2010,
http:
//aditnobaka.wordpress
.com/2010//10/08/pengertiankonsumen/, 2010, 14:00, 17 Maret
2016
pengertian customer, Maret 2013,
http://fanystipram.blogspot.com/2012/03/
makalah-customer.html,
2013,
14:45, 17 Maret 2016
pengertian
klien,
2010,
http://dictionary.reference.com/browse/clie
nt,2010,
14:50, 17 Maret 2016
pengertian
real
estate,
2011,https://www.academia.edu/9
764219/Pengertian_ Real_Estate,
2011, 14:00, 15 Juni 2016
pengertian
properti,
2
Februari
2014,http://www.djagokavling.co
m/2014/
02/berbagai-jenisinvestasi-dalamproperty_5919.html, 2014, 15:00,
1 Agustus 2016
pengertian mixed-use development, 25
Juni
2014,
https://www.scribd.com/doc/
231281530/Mix-UseDevelopment, 2014, 16:00, 20
Agustus 2016
33
Download