1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir merupakan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banjir merupakan salah satu permasalahan yang terjadi pada saat musim
hujan. Hal ini terjadi hampir di seluruh kota di Indonesia. Peristiwa ini hampir
setiap tahun berulang, namun permasalahan ini sampai saat ini belum
terselesaikan, bahkan cenderung makin meningkat, baik dari aspek frekuensinya,
luasan, kedalaman maupun durasinya.
Berdasarkan hasil kajian Direktorat Pengairan dan Irigasi (Wahyundari,
2009), banjir pada dasarnya disebabkan tiga hal. Pertama adalah kegiatan manusia
yang menyebabkan terjadinya perubahan tata ruang sehingga berdampak pada
daur hidrologi/tata air. Kedua, peristiwa alam seperti curah hujan yang tinggi,
kenaikan permukaan air laut, badai, dan sebagainya. Ketiga adalah degradasi
lingkungan, seperti hilangnya tumbuhan penutup tanah pada cacthment area,
pendangkalan sungai akibat sedimentasi, penyempitan alur sungai dan sebagainya.
Jika dilihat akar permasalahannya, banjir disebabkan oleh pertambahan
jumlah penduduk yang sangat pesat akibat urbanisasi, baik migrasi musiman
maupun permanen. Hal ini mengakibatkan perubahan kawasan terbangun dengan
cepat sehingga tata guna lahan pun mengalami perubahan. Pertambahan penduduk
ini tidak diimbangi dengan penyediaan sarana prasarana yang memadai
mengakibatkan pemanfaatan lahan perkotaan menjadi tidak teratur. Pemanfaatan
lahan yang tidak terarah dapat menyebabkan persoalan penyaluran air di
perkotaan menjadi sangat kompleks serta memerlukan penanganan yang terpadu
dan berkelanjutan.
Beberapa wilayah di Kota Denpasar seringkali terjadi banjir dan genangan
air, terutama di ruas-ruas jalan. Hal ini berdampak pada terganggunya aktivitas
masyarakat, terganggunya arus lalu lintas (kemacetan) dan kerugian material.
Berbagai permasalahan muncul sebagai akibat dari perkembangan pembangunan
yang sangat pesat dan tidak terkontrol yang berdampak pada penyempitan area
resapan sehingga pada musim hujan limpasan permukaan langsung menuju
saluran drainase. Berkurangnya daerah resapan mengakibatkan terbatasnya
1
kapasitas saluran drainase yang ada saat ini sehingga fungsi dari saluran tersebut
kurang optimal.
Salah satu kawasan yang sering mengalami banjir di Kota Denpasar adalah
di kawasan Desa Pemecutan. Kawasan ini merupakan kawasan yang sangat
strategis karena lokasinya di pusat kota. Perkembangannya pun sangat pesat
sebagai kawasan pemukiman, kawasan perdagangan dan juga akomodasi wisata.
Penyebab terjadinya banjir pada kawasan ini adalah meluapnya air dari Tukad
Teba yang merupakan sungai yang mengalir di tengah-tengah kawasan ini.
Tukad Teba merupakan Sub Sistem Saluran Pembuangan III dari Tukad
Mati. Sistem ini berhulu di Bendung Mertagangga di Kelurahan Ubung sabagai
saluran irigasi. Saluran Tukad Teba memiliki panjang 15,5 km melintasi Jalan
Gatot Subroto, Gunung Agung dan Jalan Subur, mengalir di pinggir Jalan Imam
Bonjol bagian selatan dan bermuara di Tukad Mati di sebelah selatan Sentral
Parkir di Kelurahan Kuta, Kabupaten Badung. Beberapa titik banjir yang terdapat
di sepanjang Tukad Teba antara lain di Jalan Pura Demak, daerah Monang
Maning, Jalan Gunung Subur, Jalan Gunung Agung dan seputaran Jalan Imam
Bonjol.
Untuk mempermudah pembahasan dalam penelitian ini, Tukad Teba akan
dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian hulu, tengah dan hilir. Bagian hulu
dimulai dari Bendung Mertagangga sampai dengan jalan Gunung Agung. Untuk
bagian tengah Tukad Teba, dimulai dari jalan Gunung Agung sampai di Jalan
Imam Bonjol, selatan Jalan Gunung Soputan. Sedangkan bagian hilir dimulai dari
Jalan Imam Bonjol (selatan Jalan Gunung Soputan) sampai di Tukad Mati.
Terdapat beberapa permasalahan yang terjadi pada Tukad Teba sehingga
menyebabkan seringnya terjadi luapan di beberapa kawasan. Permasalahan
tersebut antara lain :
1. Endapan sedimen dan sampah di sepanjang saluran, bahkan sampai
menutup alur sungai.
2. Terbatasnya jalan inspeksi sepanjang saluran.
3. Banjir terjadi akibat saluran tertutup sedimen dan sampah serta
empangan (back water) dari bendung irigasi.
2
4. Di bagian hulu (Jalan Katalia) saluran telah tertutup bangunan (kantor
Pengadilan Agama) sehingga aliran berbelok menuju Jalan Kargo dan
Jalan Pidada 3.
5. Di bagian tengah sering terjadi banjir seperti di kawasan MonangManing, Jalan Batukaru, seputaran jalan Imam Bonjol dan di beberapa
titik lainnya karena sebagian besar di daerah tersebut merupakan
kawasan terbangun. Sedangkan di bagian hilir, terjadi penyempitan
saluran sehingga berpotensi terjadinya banjir yang terus menerus.
6. Belum semua saluran dinormalisasi/disender.
Berdasarkan kondisi tersebut, Pemerintah Kota Denpasar merencanakan
untuk membuat sodetan di bagian tengah Tukad Teba yang akan dialirkan ke
Tukad Badung. Lokasi sodetan berada di Jalan Kertapura, memotong Jalan Imam
Bonjol menuju Dam Badung. Lokasi untuk penelitian ini sama dengan lokasi
tersebut karena terdapat perbedaan elevasi yang cukup tinggi antara Tukad Teba
dengan Tukad Badung. Perencanaan sodetan ini dimaksudkan untuk mengurangi
debit aliran Tukad Teba bagian tengah dan hilir dengan melakukan penyodetan ke
Tukad Badung agar volume air dari Tukad Teba bisa dikurangi. Perencanaan
sodetan ini diharapkan dapat mengurangi daerah genangan air dan banjir yang
menjadi permasalahan pada musim hujan setiap tahunnya.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, dapat di rumuskan beberapa pokok
permasalahan sebagai berikut :
1. Faktor apa yang menyebabkan terjadinya banjir di sepanjang Tukad Teba
hulu dan tengah?
2. Bagaimana solusi mengatasi banjir yang terjadi di Tukad Teba?
3. Bagaimana efektifitas perencanaan sodetan ke Tukad Badung?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, tujuan yang
ingin dicapai adalah :
1. Mengetahui kondisi dan permasalahan pada saluran drainase Tukad Teba
hulu dan tengah.
3
2. Mengetahui solusi dalam mengatasi banjir.
3. Mengetahui apakah perencanaan sodetan ke Tukad Badung efektif dalam
mengurangi debit banjir.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang bisa didapat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui dan memahami kondisi sistem drainase yang ada saat ini
sehingga mampu merencanakan sistem drainase yang lebih optimal.
2. Bagi pemerintah yaitu instansi yang berwenang, studi ini dapat sebagai
alternatif atau bahan masukan dalam perencanaan sistem drainase di
wilayah Tukad Teba.
1.5 Batasan Masalah
Batasan-batasan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pada penelitian ini tidak menganalisis kapasitas saluran di Tukad Badung
yang akan dialiri oleh sodetan dari Tukad Teba.
2. Analisis dimensi saluran primer Tukad Teba Hulu hingga Tukad Teba
Tengah dimulai dari Jalan Wibisana sampai dengan di selatan Central
Parkir Kuta.
4
Gambar 1.1 Peta Kota Denpasar dan Lokasi Tukad Teba
5
Download