PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Laporan Keuangan

advertisement
BABl
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Laporan Keuangan merupakan salah satu media yang menghubungkan
pihak;.pihak yang berkepentingan seperti investor dan para pemilik dari
perusahaan itu sendiri. Laporan keuangan yang dikeluarkan perusahaan
memberikan infonnasi tentang kondisi keuangan perusahaan kepada pembaca
laporan keuangan, sedangkan bagi pemilik perusahaan merupakan sarana
pertanggungjawaban
man~emen
atas pengelolaan sumber daya yang dimiliki
perusahaan. Komponen-komponen yang terdapat dalam laporan keuangan beserta
penjelasan atas laporan keuangan tersebut diharapkan dapat memberikan input
tersendiri bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Salah satu
yang terpenting dan menjadi fokus para pembaca laporan keuangan tentang hasil
kinerja operasional perusahaan yang tercennin dari laba yang dilaporkan.
Perhatian yang besar terhadap pelaporan laba sering kali membuat pembaca
laporan keuangan tidak memperhatikan prosedur atau proses yang digunakan
untuk menghasilkan laporan keuangan.
Sistem pelaporan keuangan khususnya di Indonesia pada saat ini rnasih
kurang baik dan perlu diperbaiki untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan
itu sendiri. Salah satu faktor penting untuk rnemperbaiki dan meningkatkan
kualitas laporan keuangan adalah rnenyangkut perilaku dan sikap positif dari
manajer keuangan itu sendiri dan juga para akuntan.
1
2
Di dalam penyusunan laporan keuangan, manajer keuangan selalu dituntut
untuk bertindak sesuai dengan etika yang telah ditetapkan. dalam jurnal Shantanu
eta!. (2014) menyebutkan terdapat 4 (empat) unsur perilaku yang sesuai dalam
penyusunan laporan keuangan, diantaranya: (1) kemungkinan slaah saji didalam
proses penyusunan laporan keuangan, yang dalam penyusunannya kondisi dan
perllaku menentuka kualitas yang akan disajikan dalam laporan keuangan; (2)
pengungkapan laporan keuangan, dalam hal ini informasi yang disediakan harus
sesuai dengan kebutuhan dan dapat digunakan sebagai informasi dalam
pengambilan kebijakan; (3) dalam resiko pengeluaran biaya dapat sebanding
dengan manfaat yang akan diterima oleh perusahaan, dalam hal ini manfaat yang
diterima dapat mampu memperpanjang kelangsungan hidup
perusahaan
kedepannya; (4) tanggung jawab kepadda pengguna informasimdari laporan
keuangan yang disajikan, dalam penyajiannya harus sesuai dengan realita
dilapangan sehingga dapat memberikan kepercayaan dan keyakinan yang
memadai kepada para pengguna informasi.
Pada dasarnya suatu etika akan lahir dan mampu diaplikasikan oleh
individu-individu karena individu mampu merefleksikan beberapa hal yang terkait
dengan perilaku dan ucapan yang spontanitas sesuai dengan keadaaan yang kita
terima. Etika merupakan suatu batasan yang didalamnya terdapat norma dan nilai
mengenai perilaku individu terhadap individu lainnya. Sesuai dengan dibentuknya
etika sebagai suatu ilmu, individu-individu di tuntut untuk selalu berperilaku yang
tidak merugikan orang lain dan dirinya sendiri, serta tidak melakukan perilaku
yang menyimpang dari etika yang telah ditetapkan sesuai dengan kondisi
3
lingkungan dimana individu itu berada. Di era globalisasi ini etika dituntut
dimiliki oleh semua individu baik dalam menjalankan profesi sebagai pekerja
yang dituntut untuk selalu mampu beretika yang baik sehingga tidak merugikan
lingkungan dan tempat individu tersebut bekerja sesuai dengan profesinya.
(Shantanu et al. 2014).
Persepsi menurut Robbins (2008) dalam Rukmawati (2011) adalah proses
dimana individu mengatur dan menginterprestasikan kesan sensoris mereka guna
memberikan arti bagi lingkungan mereka. Namun, apa yang diterima seseorang
pada dasarnya dapat berbeda dari realitas objektif. Penelitian Shantanu et al. 2014
dimaksudkan untuk mengetahui persepsi Mahasiswa mengenai penyusunan
laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan pengguna laporan keuangan.
Sementara itu perkembangan teknologi komputer telah memicu lembaga
bisnis untuk menerapkan sistem infonnasi disegala bidang, tennasuk bidang
akuntansi . penerapan komputer dibidang akuntansi ini semakin luas berkembang
dikarenakan banyaknya software aplikasi komputer akuntansi yang tersedia di
masyarakat. Justru pennasalahan pokok yang dihadapi oleh lembaga bisnis adalah
kurang tersedianya tenaga kerja yang kompeten dalam mengoperasian
komputerisasi akuntansi.
Tidak jarang lembaga bisnis harus mengeluarkan biaya pelatihan yang
cukup besar untuk menyiapkan tenaga operator komputer akuntansi. Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) sebagai salah saatu lembaga penyedia calon lembaga
kerja tingkat menengah tanggap terhadap tuntutan industri.
4
Dalam kurikulum 2013 khususnya untuk paket keahlian akuntansi peserta
didik dituntut memiliki kemampuan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan
sikap yang konsistenndari waktu ke waktu dalam pengoperasian aplikasi
komputer akuntansi. Sebagian kompetensi dasar dalam mata pelajaran komputer
akuntansi menuntut peserta diklat untuk menguasai kompetensi secara utuh
mengoperasikan aplikasi komputer akuntansi pada perusahaan jasa. Apakah
perusahaan jasa itu? Perusahaan jasa adalah perusahaan yang usaha pokoknya
ditujukan untuk memperoleh pendapatan atau penghasilan melalui pelayanan jasa
tertentu (Suyono, 2013).
Aktivitas komputer akuntansi peerusahaan jasa mengarah pada data entri
transaksi keuangan yang terjadi pada perusahaan jasa sejak awal periode sampai
dengan proses penyiapan laporan keuangan pada akhir periode akuntansi.
Aktivitas ini secara keseluruhan meliputi:
1. Menyiapkan data awal
2. Membuat daftar akun
3. Menyesuaikan pajak
4. Meng-entry saldo awal
5. Mencatat Kas Keluar
6. Mencatat Kas Masuk
7. Mencatat entry penyesuaian
8. Menampilkan laporan keuangan
9. Membuat backup file
5
Salah satu upaya penyelesaian permasalahan pendidikan nasional yang
hingga kini masih dihadapi bangsa Indonesia adalah rendahnya tingkat relevansi,
disamping masalah mutu, pemerataan, efisiensi dan efektivitas pendidikan. Setiap
lulusan lembaga pendidikan baik formal maupun non formal akan terjun dalam
masyarakat atau dunia kerja dan menghadapi dunia nyata dengan segala tuntutan
dan prasyarat yang diperlukan agar dapat memainkan perannya dengan baik.
Tuntutan dan prasyarat tersebut terus mengalami perkembangan seiring dengan
berkembangnya tuntutan kemajuan. Oleh karena itu, pendidikan dalam
perencanaan, pengelolaan dan pelaksanaannya harus senantiasa berorientasi pda
lingkungan hidup yang selalu berubah.
Menurut Joseph Schumpeter Entrepreneur (dalam Alam, 2001) wirausaha
adalah orang yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan memperkenalkan
barang dan jasa yang baru, dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau
mengolah bahan baku baru. Jadi sikap wirausaha adalah gambaran kepribadian
seseorang yang terlahir melalui gerakan fisik dan tanggapan pikiran seseorang
terhadap aspek wirausaha, utamanya bisnis (Purnomo, 2005).
Istilah motivasi, dalam kehidupan sehari-hari memiliki pengertian yang
beragam baik yang berhubungan dengan perilaku individu maupun perilaku
organisasi. Namun, apapun pengertiannya motivasi merupakan unsur penting
dalam diri manusia, yang berperan mewujudkan keberhasilan dalam usaha atau
pekeijaan manusia. Dasar utama pelaksanaan motivasi oleh seorang pimpinan
adalah pengetahuan dan perhatian terhadap perilaku manusia yang dipimpinnya
sebagai suatu faktor penentu keberhasilan organisasi (Lubis, 2008).
6
Motivasi menurut Hasibuan. (2001) adalah pemberian daya penggerak
yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mau bekerja sama, bekerja
efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan.
Pengertian motivasi menurut Handoko (1992), yaitu suatu tenaga atau faktor yang
terdapat
didalam
diri
manusia,
yang menimbulkan,
mengarahkan
dan
mengorganisasikan tingkah lakunya.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan globalisasi
secara bersama-sama telah mengakibatkan persingan yang semakin ketat dalam
penyediaan
sumber
daya
manusia
yang
unggul.
Untuk
dapat
terns
mempertahankan daya saingnya, sumber daya manusia yang ada dituntut untuk
terns meningkatkan pengetahuan, ketermpilan, sikap dan nilai-nilai atau
kompetensinya, sehingga setiap orang hams mampu menjadi pembelajar
sepanjang hayat. Dengan tingkat kompetensi yang tinggi, seseorang akan
memiliki fleksibilitas yang tinggi pula dalam menyikapi pernbahan ynga ada di
sekitarnya, termasuk dalam pergaulan, dalam pekerjaan, maupun dalam organisasi
(Dirwanto, 2008).
Penyediaan sumber daya manusia yang unggul dapat dimulai sejak
seseorang belajar di sekolah. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal
memiliki peran penting dalam penyiapan lulusan sebagai tenaga kerja yang siap
pakai sesuai dengan bidang dan jenjang pendidikannya. Disamping itu, sekolah
juga berperan dalam mempersiapkan peserta didik untuk mampu beradaptasi
dengan lingkungannya. Harapan tersebut temyata belum dapat terpenuhi
7
sebagaimana mestinya, tingkat keterampilan dan kepribadian yang dimiliki para
lulusan temyata masih lemah dalam menghadapi tantangan kehidupan yang ada.
Tingginya jumlah angka pengangguran dalam beberapa tahun terakhir
merupakan implikasi dari kondisi tersebut diatas, sebagaimana terlihat dalam tabel
dibawah ini :
Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan di Kota Surabaya
Pendidikan
2013
Tahun
2014
2015
< SD
3.280.000
3.553.688
3.524.884
SMTP
2.691.000
2.680.810
2.860.007
SMTA
3.696.000
3.911.502
4.047.016
Diploma/
Akademi
237.000
322.836
297.185
Universitas
348.000
385.418
375.601
10.252.000
10.854.254
Jumlah
Sumber: httQ://www.nakertrans.go.id.
11.104.693
8
Angkatan Kerja Menurut Pendidikan di Kota Surabaya
2013
Tahun
2014
2015
<SD
56.248.000
56.944.886
56.469.918
SMTP
21.264.000
21.239.448
21.903.556
SMTA
20.984.000
21.760.000
21.932.743
Diploma/
Akademi
2.295.000
2.496.059
2.444.563
Universitas
3.182.000
3.361.797
3.531.015
Jumlah
103.973.000
105.802.190
106.281.795
Pendidikan
Sumber : http://W\Vw.nakertrans.go.id.
Dari tabel 1 dan 2, tampak bahwa tingkat pengangguran pada berbagai
jenjang pendidikan masih menunjukk:an angka yang cukup tinggi, yaitu rata-rata
10% dari jumlah angkatan kerja. Jumlah pengangguran tenaga terdidik tertinggi
terjadi pada angkatan kerja dengan jenjang pendidikan SMTA dengan tingkat
penganggguran rata-rata 18%, sedangkan terendah terjadi pada jenkang
pendidikan SD dengan tingkat pengangguran rata-rata 6%. Dari tabel tersebut
dapat pula disimpulkan bahwa tidak sedikit lulusan lembaga pendidikan formal
baik dari jenjang sekolah dasar, sekolah menegnga, bahkan lulusan perguruan
tinggi yang mengalami kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan karena rendahnya
9
kualitas dan relevansi lulu~an, disamping disebabkan oleh faktor-faktor lain,
seperti terbatasnya kesempatan kerja yang ada.
Tetjadi mismatch antara lulusan dengan dunia ketja yang terlihat dengan
trus meningkatnya jumlah pengangguran tenaga terdidik tersebut merupakan
cermin bahwa strategi dalam pembangunan sumber daya manusia masih perlu
diperbaiki dan disempurnakan, tetapi tidak boleh terjebak pada kebijakan bahwa
pendidikan semata-mata hanya untuk memenuhi tuntuta dunia ketja. Fullan &
Stiegelbauer dalam Soetamo Joyoatmojo (2003) menyatakan bahwa, "Tidak akan
ada kemajuan pendidikan tanpa inovasi, pembaharuan pendidikan yang membawa
ke arah kesuksesan memerlukan inovasi". Berdasaarkan pendaapat tersebut, untuk
dapat menyediakan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
diperlukan inovasi-inovasi pendidikan, sehingga diperoleh cara-cara belajar yang
baru, cara-cara belajar yang baik, cara-cara mengelola sumbersumber belajar, dan
sebagainya.
Sekolah menengah kejuruan (SMK) merupakan salah satu institusi
pendidikan yang secara khusus bertujuan mempersiapkan peserta didik agar siap
bekerja, baik bekerja secara mandiri maupun mengisi lowongan peketjaan yang
ada. Sebagaimana dinyatakan dalam Penjelasan atas UU No. 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 15 bahwa, "Pendidikan kejuruan
merupakan pendidikan menengahyang mempersiapkan peserta didik untuk
beketja dalam bidang tertentu". (Hasbullah, 1997). Oleh karena itu SMK dituntut
mampu menghasilkan lulusan dengan kompetensi standar yang diharapkan oleh
dunia ketja. Tenaga ketja yang dibutuhkan adalah sumter daya manusia yang
10
memiliki kompetensi sesuai dengan bidang pekerjaannya, memiliki daya daptasi
dan daya saing tinggi. Atas dasar itulah penyelenggaraan pendidikan di SMK
senantiasa disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan dunia kerja.
Inovasi/pembaharuan pola penyelenggaraan pendidikan di SMK dimulai
sejak diterapkannya prinsip link and match (keterkaitan dan kesepadanan) dalam
bentuk pelaksanaan program Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Tujuan dari konsep
tersebut adalah untuk mendekatkan antara supply dan demand mutu SDM,
terutama yang berhubungan dengan kualitas ketenagakerjaan, dimana dunia
pendidikan (SMK) sebagai penyedia SDM dan dunia kera serta masyarakat
sebagai pihak yang membutuhkan (Badeni, 2009).
Pendidikan Sistem Ganda (PSG) merupakan model penyelenggraan
pendidikan kejuruan dengan perencanaan dan pelaksanaan pendidikan diwujudkan
melalui kemitraan antara sekolah dan dunia kerja. Proses pembelajaran di sekolah
dimaksudkan untuk mengembangkan potensi akademis dan kepribadian siswa,
meguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, sesuai dengan kebuttuhan dan
perkembangan dunia kerja. Sedangkan proses pembelejaran/pelatihan di dunia
kerja dimaksudkan agar siswa menguasai kompetensi terstandar, mengembangkan
dan menginternalisasi sikap dan nilai profesional sebagai tenaga kerja yang
berkualitas unggul, baik bekerja pada pihak lain maupun bekerja sebagai pekerja
mandiri.
Idealnya seetelah mengalami proses pembelajaran di sekolah dan proses
pelatihan di dunia kerja lulusan SMK akan mampu menjadi tenaga kerja dengan
tingkat kompetensi atau tingkat kesiapan kerja yang tinggi. Kesiapan kerja siswa
11
merupakan suatu kondisi yang memungkinkan para siswa dapat langsung bekerja
setamat sekolah tanpa memerlukan masa penyesuaian diri yang memakan waktu.
Tinggi rendahnya tingkat kesiapan kerja SMK secara umum dapat dilihat dari
masa tunggu untuk memperoleh pekerjaan dan kemampuannya untuk bekerja
sesuai dengan bidang keahlian dan tuntutan dunia kerja yang dihadapinya.
Untuk melengkapi pengetahuan yang telah di peroleh selama belajar di
sekolah, sebelum lulus siswa SMK diwajibkan untuk melakukan praktik kerja
dengan tujuan agar siswa megenal dunia kerja dengan segala karakteristiknya
serta mendapatkan pengalaman bagaimana bekerja dalam
bidang yang
ditekuninya. Dalam realitanya, untuk memperoleh tempat praktek siswaa
dihadapkan pada persoalan terbatasnya jumlah dan jenis dunia usaaha/industri
yang mau menerimanya sebagai siswa praktikan. Persoalan tersebut seringkali
membuka peluang bagi siswa untuk hanya sekedar melewatinya sebagai bagian
dari proses pendidikannya. Banyak siswa yang tidak peduli bahwa praktik kerja
yang dijalani sesuai atau tidak dengan program keahlian, bahkan praktik kerja
yang dilakukan ada yang hanya terkesan formalitas saja.
Adanya perbedaan tingkat kesiapan dan tingkat kemajuan SMK juga
menjadi salah saatu penyebab tidak optimalnya tingkat kesiapan kerja lulusan
SMK, dalam pengertian tingkat kesiapan kerja lulusaan tidak merata. Secara
umum SMK yang secara gografis berada di kota-kota besar akan relatif lebih
mudah untuk menghasilkan lulusan yang siap kerja karena didukung oleh fasilitas
(sarana dan prasaarana) yang memadai dan luasnya jaringan dengan dunia
12
usaha/industri yang 9imilikinya. Kondisi tersebut berbanding terbalik dengan
SMK yang berada di daerah-daerah pelosok.
Tinggi rendahnya tingkat kesiapan kerja yang dimiliki oleh siswaa
sebenamya ditentukan oleh diri siswa itu sendiri. Faktor-faktor yang ada di luar
diri siswa hanyalah bersifat sebagai pendukung. Meskipun hanya sebagai
pendukung tetap harus diperhatikan. Siswa sebagai calon tenaga kerja yang
dinyatakan siap untuk bekerja biasanya sudah mengalamilmelalui berbagai proses,
baik secara teoritis maupun secara praktis. Banyak faktor atau variabel-variabel
yang bisa mempengaruhi kesiapan kerja, baik yang berasal dari dalam diri siswa
sendiri maupun luar (Dirwanto, 2008).
Usaha sekolah dalam menyampaikan materi-materi dalam bentuk saatuan
mata pelajaran baik yang tercakup dalam kelompok program normatif, adaptif
maupun produktif merupakan usaha sekolah dalam mempersiapkan siswa untuk
siap kerja ditinjau dari segi teori. Teori dalam hal ini adalah sebagai bekal dasar
bagi siswa sebelum melaksanakan praktek di dunia kelja. Kemudian usaha-usaaha
sekolah dalam menempatkan para siswanya di dunia usaha/industri dalam
kegiatan praktek kelja lapangan merupakan riil sekolah dalam menciptakan siswa
siap kelja ditinjau dari segi prakteknya Usaha-usaha sekolah tersebut adalah suatu
upaya dalam menciptakan tenaga kelja yang memiliki kompetensi berupa
pengetahuan, keterampikan dan sikap kelja sesuai dengan kebutuhan dunia kelja
atau masyarakat
SMK Ma'arif NU Kesesi Kabupaten Pekalongan merupakan salah satu
SMK Swasta Bidang Bisnis Manajemen yang ada di Kabupaten Pekalongan.
13
SMK Ma'arif NU kesesi Kabupaten Pekalongan salah satunya dipengaruhi oleh
kurang optimalnya proses pembelajaran. Sangat terbatasnya jumlah dunia usaha I
industri
di
Kabupaten
Pekalongan
menyulitkan
pihak
sekolah
dalam
menempatkan siswanya untuk praktik kerja. Banyak dari siswa yang melakuk:an
praktek kerja di tempat yang tidak sesuai dengan program keahliannya, sehingga
tingkat kesiapan kezja/kompetensi siswa cenderung rendah. Selain itu, rendahnya
tingkat kesiapan kerja siswa SMK juga dipengaruhi oleh kualitas masukan/input
siswa SMK yang merupakan lulusan SMP/MTs yang secara umum berkualitas
rendah. Lulusan SMP/MTs yang memiliki prestasi tinggi cenderung lebih memilih
untk masuk SMA dari pada SMK , sehingga dapat dikatakan bahwa
masukan/input siswa SMK merupakan kualitas kelas dua (Dirwanto, 2008).
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian Shantanu et al.
Oleh karena banyaknya variabel-variabel yang bisa mempengaruhi kesiapan kerja
siswa SMK, khususnya siswa SMK Ma' arif NU kesesi Kabupaten Pekalongan,
maka perlu adanya pembahasan dan analisis yang mendalam tentang
permasalahan tersebut, sehingga akan diperoleh beberapa faktor yang benar =
benar mempengaruhi kesiapan keija.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, penelitian ini diajukan dengan
judul "Pengaruh Kompetensi Keahlian Penyusunan Laporan Keuangan,
Kompetensi Keahlian Komputer Akuntansi, Sikap Kewirausahaan, dan
Motivasi Kerja Terhadap Kesiapan Kerja Siswa SMKN Surabaya".
14
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang dijelaskan diatas, dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah kompetensi keahlian penyusunan laporan keuangan berpengaruh
terhadap kesiapan kerja siswa akuntansi SMKN Kota Surabaya ?
2. Apakah kompetensi keahlian komputer akuntansi berpengaruh terhadap
kesiapan kerja siswa akuntansi SMKN Kota Surabaya ?
3. Apakah sikap kewirausahaan berpengaruh terhadap kesiapan kerja siswa
akuntansi SMKN Kota Surabaya ?
4. Apakah motivasi kerja berpengaruh terhadap kesiapan kerja siswa akuntansi
SMKN Kota Surabaya ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan mendapatkan bukti
empirik sebagai berikut :
1. Pengaruh kompetensi keahlian penyusunan laporan keuangan terhadap
kesiapan ke:tja siswa akuntansi SMKN Kota Surabaya.
2. Pengaruh kompetensi keahlian komputer ak:untansi terhadap kesiapan ketja
siswa akuntansi SMKN Kota Surabaya
3. Pengaruh sikap kewirausahaan terhadap kesiapan ke:tja s1swa akuntansi
SMKN Kota Surabaya ?
4. Pengaruh motivasi kerja terhadap kesiapan kerja siswa akuntansi SMKN Kota
Surabaya?
15
1.4 Manfaat Penelitian
Secara garis besar, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat memberikan bukti empiris mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi kesiapan kerja siswa SMKN jurusan akuntansi, sehingga
diharapkan siswa SMKN siap untuk bekerja setelah menyelesaikan
sekolahnya.
2. Manfaat Praktek
Bagi akuntan pengajar, penelitian ini dapat mengembangkan materi yang
dapat menambah kompetensi siswa SMKN jurusan akuntansi.
1.5 Ruang Lingkup
Berdasarkan uraian tersebut diatas, penelitian ini mencakup beberapa
faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja siswa SMKN Akuntansi di kota
Surabaya.
Download