tinjauan pustaka

advertisement
3
TINJAUAN PUSTAKA
Pengetahuan
Definisi pengetahuan menurut Supriyadi (1993) merupakan sekumpulan
informasi yang difahami, yang diperoleh melalui proses belajar selama hidup dan
dapat digunakan sewaktu-waktu sebagai alat penyesuaian diri sendiri maupun
lingkungan. Pengetahuan seorang individu dapat tumbuh dan berkembang
sesuai dengan kemampuan, keperluan, pengalaman, dan tingkat mobilitas materi
informasi dalam lingkungannya. Pengetahuan didapatkan individu baik melalui
proses belajar, pengalaman, atau media elektronika yang kemudian disimpan
dalam memori individu.
Menurut Walgito (2002), pengetahuan adalah mengenal suatu obyek baru
yang selanjutnya menjadi sikap terhadap obyek tersebut apabila pengetahuan itu
disertai oleh kesiapan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan tentang objek
itu. Bila seseorang mempunyai sikap tertentu terhadap suatu obyek, itu berarti
orang
tersebut
telah
mengetahui
tentang
obyek
tersebut.
Sedangkan
Notoatmodjo (2003) menyebutkan bahwa pengetahuan merupakan hasil “tahu”
dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu yang mana penginderaan ini terjadi melalui panca-indera manusia yakni
indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba yang sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Sikap
Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap
suatu stimulus atau objek (Notoatmojo 2007). Menurut Rahayuningsih (2008)
bahwa sikap merupakan bagaimana individu suka atau tidak suka terhadap
sesuatu dan pada akhirnya menentukan perilaku individu tersebut. Sikap
menyukai cenderung mendekat, mencari tahu dan bergabung. Sementara sikap
tidak menyukai cenderung menghindar atau menjauhi.
Feldman
(1985)
menyatakan
bahwa
pengertian
sikap
harus
dipertimbangkan dari segi komponen-komponen penyusunnya. Ketiga komponen
utama ini meliputi komponen kognisi, afeksi, dan perilaku. Komponen afeksi
mencakup arah dan intensitas dari penilaian individu atau macam perasaan yang
dialami terhadap obyek sikap, komponen kognisi berkenaan dengan sistem
keyakinan individu mengenai obyek sikap, sedangkan komponen perilaku
4
merupakan kecenderungan untuk bertindak menurut cara tertentu terhadap objek
sikap.
Beberapa pengertian sikap yang dikemukakan oleh beberapa ahli yang
dirangkum dalam Rakhmat (2001) adalah sebagai berikut: (1) sikap adalah
kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir dan merasa dalam menghadapi
objek, ide, situasi atau nilai, (2) sikap mempunyai daya dorong dan motivasi, (3)
sikap relatif lebih menetap, (4) sikap mengandung aspek evaluatif, (5) sikap
timbul dari pengalaman, tidak dibawa sejak lahir merupakan hasil belajar,
sehingga sikap dapat diperteguh atau diubah. Oleh karena itu menurut Gerungan
(1996) menyatakan bahwa: (1) sikap bukan dibawa orang sejak ia dilahirkan,
melainkan dibentuk atau dipelajarinya sepanjang perkembangan orang itu dalam
hubungannya dengan objeknya, (2) sikap dapat mengalami perubahan, karena
itu sikap dapat dipelajari orang, (3) objek sikap dapat merupakan satu hal
tertentu, tetapi juga dapat merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut, (4) sikap
mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, inilah yang membedakan
sikap dari kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki
seseorang, (5) sikap itu tidak berdiri sendiri, tetapi mengandung relasi tertentu
terhadap suatu objek.
Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan
merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan
atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan/praktik atau perilaku.
Suatu sikap belum tentu terwujud dalam suatu tindakan. Untuk terwujudnya sikap
menjadi suatu perbuatan nyata/praktik diperlukan faktor pendukung atau suatu
kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas (Ali 2003).
Praktik
Praktik adalah kebiasaan bertindak yang menunjukkan tabiat seseorang
yang terdiri dari pola-pola tingkah laku yang digunakan oleh individu dalam
melakukan kegiatannya. Lebih jauh dikatakan bahwa tindakan itu terjadi karena
adanya penyebab (stimulus), motivasi, dan tujuan dari tindakan itu. Tindakan
dianggap sebagai hasil interaksi antara faktor-faktor yang terdapat di dalam diri
sendiri (karakteristik individu) dan faktor luar (faktor eksternal). Proses interaksi
itu sendiri terjadi pada kesadaran atau pengetahuan seseorang (Sarwono 2002).
Suparta (2002) menyatakan bahwa dalam pendekatan interaksionis,
perilaku individu secara umum dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor luar.
5
Kondisi situasional luar mempengauhi sikap “dalam” dan selanjutnya sikap ini
dapat mempengaruhi perilaku terbuka. Perilaku dianggap sebagai hasil interaksi
antara faktor-faktor yang terdapat di dalam diri sendiri (karakteristik individu) dan
faktor luar.
Hubungan antara Pengetahuan, Sikap dan Praktik
Gerungan (1996) menyatakan bahwa pengetahuan mengenai suatu objek
akan menjadi attitude terhadap objek tersebut apabila pengetahuan itu disertai
dengan kesiapan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan terhadap objek
tersebut. Selanjutnya dikatakan bahwa, sikap mempunyai motivasi, yang berarti
ada segi kedinamisan untuk mencapai suatu tujuan. Terbentuknya sikap karena
adanya interaksi manusia dengan objek tertentu (komunikasi), serta interaksi
sosial di dalam kelompok maupun di luar kelompoknya. Interaksi di luar
kelompok bisa dilakukan melalui media komunikasi seperti surat kabar, radio,
televisi, buku dan majalah.
Sarwono (2002) menyatakan bahwa sikap terbentuk dari pengalaman
melalui proses belajar. Proses belajar itu sendiri dapat terjadi melalui proses
kondisioning klasik atau melalui proses belajar sosial atau karena pengalaman
langsung.
Hasil penelitian para ahli menunjukkan terdapat hubungan yang kuat
antara sikap dengan tindakannya (Azwar 2003). Menurut Taryoto (1991) dalam
Harihanto (2001), sikap (attitude) sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan
manusia. Sikap sangat menentukan tindakan (behavior) seseorang. Sikap juga
sangat mempengaruhi tanggapan seseorang terhadap masalah kemasyarakatan
termasuk masalah lingkungan. Seseorang mempunyai sikap positif terhadap
suatu objek, besar kemungkinan mempunyai niat untuk bertindak positif juga
terhadap objek tersebut, dan timbulnya sikap positif tersebut didasari oleh
adanya pemikiran dan pengetahuan terhadap objek tersebut.
Tindakan
individu
sangat
dipengaruhi
oleh
sikap
maupun
pengetahuannya. Seseorang bersikap suka atau tidalk suka, baik atau tidak baik,
senang atau tidak senang terhadap suatu objek sangat dipengaruhi oleh
pengalamannya atau pengetahuannya (Harihanto 2001)
6
Karakteristik
Menurut Rakhmat (2001), karakteristik terbentuk oleh faktor-faktor
biologis dan sosiopsikologis. Faktor biologis meliputi genetik, sistem syaraf dan
sistem hormonal, sedangkan faktor sosiopsikologis terdiri dari komponenkomponen kognitif (intelektual), konatif yang berhubungan dengan kebiasaan dan
kemauan bertindak, serta afektif (faktor emosional). Untuk mengetahui perilaku
masyarakat terhadap objek tertentu, karakteristik individu merupakan salah satu
faktor yang penting untuk diketahui karena pada hakekatnya perilaku manusia itu
digerakkan oleh faktor dari dalam diri individu sendiri (Azwar 2003).
Menurut Azwar (2003) bahwa karakteristik individu meliputi variabel
seperti motif, nilai-nilai, sifat kepribadian dan sikap yang saling berinteraksi satu
sama lain dan kemudian berinteraksi pula dengan faktor-faktor lingkungan dalam
menentukan tindakan. Dalam penelitian ini karakteristik individu yang dilihat
adalah: umur, pendidikan, pelatihan, pengalaman dan skala usaha.
Kesejahteraan Hewan
Kesejahteraan hewan pertama sekali diidentifikasi sebagai prioritas dalam
Rencana Strategis OIE tahun 2001-2005. Negara-negara anggota OIE dalam
sidang internasional membahas tentang kesejahteraan hewan dan membuat
referensi tentang kesehatan hewan dengan menguraikan rekomendasi dan
penjelasan yang mencakup pedoman praktek kesejahteraan hewan, dengan
menegaskan kembali bahwa kesehatan hewan adalah komponen kunci dari
kesejahteraan hewan (OIE 2011).
Konsep kesejahteraan dapat diterjemahkan dalam tiga definisi. Para
ilmuwan bidang kesejahteraan hewan cenderung merefleksikan ke dalam aspekaspek yang dipandang penting dalam mendefinisikan kesejahteraan, seperti:
 Status fisik (kebugaran)
Kesejahteraan didefinisikan sebagai status dari seekor hewan dengan
usaha-usahanya untuk menyelaraskan diri dengan lingkungan. Hewan mampu
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan dimana ia hidup. Menyesuaikan
adalah suatu refleksi dari kondisi fisik hewan (Fraser and Broom 1990).
 Status mental (perasaan)
Kesejahteraan adalah tergantung dari bagaimana perasaan si hewan
(Duncan 1993). Menurut Duncan bahwa status mental (perasaan) hewan sangat
kritikal dan tidak perlu dihubungkan dengan hal kesehatan ataupun kebugaran.
7
 Alami (kealamiahan ciptaan Tuhan)
Menurut Rollin (1993) bahwa status mental (kesakitan dan penderitaan)
adalah relevan dengan kesejahteraan. Memenuhi kealamian (telos) juga relevan
dengan kesejahteraan. Ia mendefinisikan telos sebagai perbedaan-perbedaan
genetik yang terlihat pada jenis/ras hewan dan temperamennya.
Beberapa definisi mengkombinasikan tiga aspek (mental, fisik atau
alami), sebagaimana terlihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Diagram tiga aspek kesejahteraan hewan
Kesejahteraan adalah mengenai sejauh mana seekor hewan sehat dan
segar/bugar serta merasa nyaman/baik (Webster 2005). Aspek Lima Kebebasan
telah diadvokasi oleh banyak kelompok sebagai suatu kerangka acuan kerja
untuk mengukur kesejahteraan hewan dan termasuk tiga elemen, diantaranya:
(a) Kesejahteraan seekor hewan dinyatakan dengan kapasitas kemampuannya
menghindari penderitaan dan mempertahankan kebugarannya (Webster
2005)
(b) Hewan-hewan tumbuh dan berkembang sangat baik ketika kebutuhan secara
fisiologis dan psikologis untuk kehidupannya dipenuhi secara terus menerus
dan faktor-faktor yang tidak menyenangkan dapat dikendalikan agar tidak
terjadi atau bahkan tidak ada (Seamer 1993)
8
(c) Kesejahteraan seekor hewan terganggu ketika kesehatan fisiologis dan
kondisi
kejiwaannya
(psikologis)
yang
berkaitan
dengan
kapasitas
kemampuan mengetahui/mengenali mengalami gangguan (Morton 2000).
Kesejahteraan hewan harus memperhitungkan lima kebutuhan dasar
(AWAC 1993), yang meliputi:
• Bebas dari kehausan, kelaparan dan kekurangan gizi;
• Penyediaan kenyamanan pada tempat tinggal yang sesuai;
• Pencegahan atau diagnosis cepat dan perawatan cedera, penyakit atau
infestasi parasit;
• Bebas dari stress;
• Kemampuan untuk menampilkan pola-pola perilaku normal.
Kennel Terkait Kesejahteraan Hewan
Para ilmuwan kesejahteraan hewan dan peneliti psikologis (Gosling 2001;
Gosling dan John 1999; Gosling dan Vazire 2002; Gosling, Kwan dan John 2003;
Ledger 2004) telah melakukan penelitian untuk lebih memahami emosi hewan.
Menurut Ledger (2004), kecemasan, frustrasi, takut dan depresi adalah bentuk
yang paling umum dari gangguan emosi pada hewan di kennel. Perilaku
kecemasan adalah penghentian perilaku normal termasuk makan, minum, dan
bersosialisasi,
bersamaan
dengan
upaya
menarik
perhatian
melalui
menggonggong atau menghindari perhatian dengan mempertahankan sikap
waspada (hipersensitif terhadap rangsangan lingkungan yang ditandai dengan
pupil melebar, mencondongkan telinga dan sikap kaku) di mana lingkungan
sekitarnya terus dievaluasi.
Ketakutan adalah menunjukkan sikap mencoba untuk melarikan diri,
bersembunyi, berkerumun, dan gemetar sebagai akibat dari kurangnya akses
terhadap rangsangan. Banyak hewan dapat menjadi frustrasi dan mondar-mandir
dengan menampilkan perilaku perpindahan tersebut, berputar-putar, dan
melompat-lompat ke dinding. Setelah usaha yang gagal dalam mengatasi kondisi
lingkungan, banyak hewan mungkin menampilkan perilaku depresi seperti lesu
dan tidak adanya respon.
Pada tempat penampungan, anjing sering ditempatkan dalam kandang
tunggal dengan pagar kawat yang memungkinkan untuk kontak visual, auditori
dan stimulasi penciuman dengan anjing di sebelahnya. Desain seperti ini dapat
9
merangsang perilaku menggonggong dan agresif (Fox 1965; Wells 2004) dan
memberikan kontribusi untuk menjaga makanan dan kandangnya (Reid et al.
2004). Sikap agresif anjing antar kandang dapat meningkatkan perilaku agresif
pada manusia yang melewati batas-batas wilayahnya (Lindsay 2000).
Meskipun upaya untuk memperbaiki perilaku anjing selama di kennel
sering diarahkan pada memperkaya sarana dan prasarana lingkungan (misalnya
dengan meningkatkan ukuran kandang, menyediakan meubel dan mainan),
pengayaan juga difokuskan pada menyediakan lebih banyak kontak dengan
manusia (Hetts et al. 1992; Hubrecht 1993; Hubrecht et al. 1992; Wells and
Hepper 2000). Keragaman dalam kualitas perawatan yang diberikan kepada
anjing di kennel, kemungkinan besar berkontribusi terhadap stres yang dialami
oleh banyak anjing di lingkungan kennel (Beerda et al. 2000).
Selama di penampungan pada umumnya anjing menerima interaksi
dengan manusia tergolong kecil (0,3-2,5%) dari waktu yang diamati (Hubrecht et
al. 1992). Suatu situasi yang mungkin sangat sulit untuk anjing yang terbiasa
kontak dengan manusia (Fox 1986). Hubrecht (1993) mengemukakan bahwa
anjing yang diberikan peningkatan penanganan sehari-hari selama 30 detik,
menunjukkan penurunan perilaku merusak dan lebih mudah bergaul dengan
orang asing.
Kandang berkelompok dapat memperbaiki beberapa efek isolasi dengan
memungkinkan
anjing
untuk
berperilaku
sosial,
dengan
meningkatkan
kompleksitas fisik dan ukuran kennel (Hubrecht 1995). Kandang ini juga bisa
digunakan sebagai strategi awal intervensi untuk mencegah tindakan agresif,
misalnya anjing lebih tua mengajarkan hubungan antar anjing keterampilan sosial
(Loveridge 1998). Namun, kandang berkelompok mungkin tidak praktis untuk
tempat penampungan karena dapat meningkatkan resiko penularan penyakit,
dan tidak cocok karena takut pada anjing yang agresif (Hubrecht 1995).
Upaya dalam menjaga kualitas hidup anjing peliharaan di Inggris yang
mengacu pada Undang-Undang Kesejahteraan Hewan no. 9 Tahun
2006
(Animal Welfare Act 2006 no. 9), sebagai berikut:
(a) kebutuhan akan lingkungan yang sesuai;
(b) kebutuhan diet makanan yang cocok;
(c) kebutuhan untuk dapat menunjukkan pola perilaku yang normal;
(d) kebutuhan harus ditempatkan dengan, atau terpisah dari hewan lain,
(e) kebutuhan perlindungan dari rasa sakit, penderitaan, cidera dan penyakit.
10
Menurut Undang-Undang Kesejahteraan Hewan No. 9 Tahun 2006
bahwa pemilik harus selalu bertanggung jawab terhadap kebutuhan anjing. Jika
pemilik tidak dapat merawat anjingnya, maka harus mempersiapkan orang lain
yang cocok dengan pekerjaan tersebut. Orang yang dipercaya untuk merawat
anjing oleh pemiliknya, maka ia juga akan bertanggung jawab secara hukum
untuk kesejahteraan anjing tersebut. Jika pemilik atau yang bertanggung jawab
terhadap anjing tersebut gagal dalam memenuhi kebutuhan kesejahteraan yang
menyebabkan penderitaan, maka mereka akan dituntut berdasarkan UndangUndang yang berlaku.
Undang-Undang Kesejahteraan Hewan No. 9 Tahun 2006 dapat dipenuhi
apabila adanya suatu aturan sebagai penjelasan. Berdasarkan hal ini maka
dibuat suatu standar yaitu Code of practice for the welfare of dogs 2009 (DEFRA
2009). Kode/standar ini bertujuan untuk memberikan bimbingan praktis dalam
membantu pemilik memenuhi ketentuan tersebut. Standar ini tidak menjelaskan
secara spesifik bagaimana cara merawat anjing, namun meringkas hal-hal
penting yang harus dipertimbangkan ketika membuat keputusan tentang cara
terbaik merawat anjing. Standar ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.
Kebutuhan akan lingkungan yang nyaman
Lingkungan yang nyaman sangat diperlukan oleh anjing, maka ketersediaan
tempat yang cocok untuk hidup anjing dapat diupayakan dengan cara:
•
Menyediakan lingkungan yang aman dan bersih dengan memberikan
perlindungan yang memadai
•
Menyediakan tempat yang nyaman, bersih, kering, tenang dan bebas dari
aliran udara sisa
•
Menyediakan tempat yang cukup agar anjing dapat bergerak untuk
menghindari hal-hal yang menakutinya
•
Jika anjing di kennel atau diikat, maka harus sering diperiksa dan
dipastikan tidak dalam bahaya atau tertekan
•
Menyediakan akses tempat yang jauh dari area istirahat yang bisa
digunakan sebagai tempat membuang kotoran
•
Pastikan bahwa setiap kandang cukup besar, nyaman dengan ventilasi
yang efektif dengan pengontrol suhu dan anjing dapat bergerak untuk
menghindari suhu terlalu panas atau terlalu dingin
•
Ketika akan menempatkan anjing, kandang dipastikan sudah nyaman dan
aman setiap saat
11
•
Jangan biarkan anjing tanpa pengawasan dalam situasi atau periode
waktu yang mungkin dapat menyebabkan kesulitan.
b.
Kebutuhan diet yang sesuai
Anjing memerlukan pola makan yang teratur dan gizi seimbang. Kebutuhan
diet yang sehat dapat diupayakan dengan cara:
•
Menyediakan air minum yang bersih dan segar setiap saat. Apabila air
minum anjing tidak tersedia, maka memberi air minum yang sama dengan
air minum pemiliknya
•
Anjing harus dapat menjangkau makanan dan air dengan mudah dalam
segala situasi
•
Memberikan makanan yang memiliki diet seimbang dan sesuai bagi
kebutuhan individu, yang dapat menjaga kestabilan berat badan.
Kebutuhan diet harus disesuaikan dengan usia, tingkat aktivitas, jenis
kelamin,
kondisi
mengandung
dan
menyusui,
serta
keadaan
kesehatannya. Makanan yang diberikan tidak terlalu banyak atau dapat
menyebabkan anjing menjadi gemuk dan tidak memberi makan terlalu
sedikit atau menyebabkan kekurangan berat badan
•
Setiap perubahan jumlah makan atau minum merupakan tanda dari
kesehatan yang buruk
•
Mengikuti aturan makan sesuai petunjuk pada setiap makanan anjing
yang digunakan
•
Menyediakan semua kebutuhan asupan (termasuk untuk anak anjing)
yang memiliki kebutuhan khusus dengan kebutuhan diet
•
Makanan anjing yang direkomendasikan oleh dokter hewan atau spesialis
perawatan anjing atau sumber lainnya yang akurat
•
Memberi makan anjing dewasa sekurang-kurangnya satu kali setiap hari,
kecuali adanya anjuran lain dari dokter hewan
•
Tidak mengubah program diet anjing secara tiba-tiba. Perubahan harus
dilakukan secara bertahap selama beberapa hari
•
Memberi makan anjing, tidak dilakukan sesaat sebelum atau setelah
latihan berat
12
c.
Mampu menunjukkan pola perilaku normal
Anjing peliharaan dapat menunjukkan perilaku normal, apabila pemilik
memperhatikan dan memenuhi syarat sebagai berikut:
•
Memastikan anjing cukup mampu berekspresi sehingga tidak merasa
tertekan atau bosan
•
Memastikan anjing memiliki akses terhadap mainan yang aman dan objek
yang cocok untuk bermain dan mengunyah
•
Anjing dapat beristirahat tanpa adanya gangguan. Anak anjing dan anjing
tua mungkin perlu istirahat lebih banyak
•
Menyediakan waktu untuk latihan dan bermain dengan orang lain secara
teratur
•
Memberikan latihan yang dibutuhkan, sekurang-kurangnya setiap hari
kecuali jika dokter hewan tidak merekomendasikan. Rangsangan aktif
dari latihan diperlukan untuk menjaga kesehatan
•
Kebutuhan akan olahraga diperlukan saran dari dokter hewan atau
spesialis perawatan anjing
•
Setiap perubahan perilaku yang ditunjukkan oleh anjing, diperlukan saran
dari dokter hewan. Seperti anjing mungkin merasa tertekan, bosan, sakit
atau cedera
•
Semua anjing harus dilatih untuk berperilaku baik. Usia ideal anjing untuk
dilatih, dimulai dari umur anjing sangat muda. Menggunakan metode
pelatihan rewardbased dengan menghindari kekerasan yang berpotensi
menyakitkan atau menakutkan.
d.
Kebutuhan kebersamaan dengan pemilik
Anjing peliharaan memerlukan suasana kebersamaan dengan pemilik. Hal
ini dapat dilakukan dengan cara:
•
Memberikan kesempatan untuk bersama dengan anjing, sehingga
cenderung tidak menjadi kesepian atau bosan
•
Memastikan anjing peliharaan tidak ditinggalkan sendiri dalam waktu
cukup lama. Karena dapat menyebabkan anjing tertekan
•
Melatih anjing untuk bersikap bersahabat dan berinteraksi dengan anjing
lainnya secara teratur
•
Anak anjing perlu diberi kesempatan secara berkala untuk bersosialisasi
dengan anjing lain dan manusia.
13
•
Memelihara beberapa ekor anjing, diperlukan tempat untuk dapat
bersama-sama. Anjing-anjing tersebut akan saling memerlukan satu
sama lain. Namun diperlukan ruangan yang cukup luas
•
Anjing yang hidup bersama pemilik, harus disediakan sumber daya ekstra
(misalnya mainan, tempat tidur, makanan dan mangkuk air dan tempattempat dimana mereka merasa aman)
•
Jika anjing merasa takut atau agresif terhadap anjing lain, maka harus
menghindari situasi yang dapat menyebabkan perilaku takut dan meminta
nasehat pada dokter hewan atau spesialis perawatan anjing
•
Perawatan dan penanganan anjing dilakukan dengan benar, tidak stres
atau terancam oleh orang dewasa, anak-anak atau hewan lain termasuk
orang yang menjaga anjing ketika pemilik jauh dari rumah
•
Pemilik, keluarga dan teman konsisten dalam cara bereaksi terhadap
anjing dan tidak mendorong untuk menjadi agresif atau perilaku antisosial
•
Memastikan anjing dirawat dengan baik oleh orang yang bertanggung
jawab ketika anjing tersebut jauh dari pemilik. Perawat anjing juga
memiliki tanggung jawab hukum untuk menjamin kesejahteraan dan
pemilik harus memastikan bahwa mereka memahami kebutuhan dan
persyaratan khusus yang mungkin ada
•
Menghindari anjing tanpa pengawasan saat bersama dengan hewan lain
atau orang lain yang mungkin sengaja atau tidak sengaja menyakiti atau
menakut-nakutinya
e.
Terlindung dari kesakitan, penderitaan, cidera dan penyakit
Anjing memerlukan perlidungan dari rasa kesakitan, penderitaan, cidera
dan penyakit dengan memberikan jaminan agar tetap sehat. Langkah-langkah
yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
•
Mengambil tindakan pencegahan untuk menjaga anjing agar tetap aman
dari cedera
•
Mengikuti saran doker hewan apabila munculnya perubahan perilaku
•
Memeriksakan kesehatan anjing secara teratur dan melihat apabila ada
tanda-tanda cedera, penyakit atau sakit. Perawat anjing juga harus dapat
memastikan gejala-gejala tidak normal
•
Memeriksa kesehatan kulit dan bulu anjing secara teratur
14
•
Mengenali tanda-tanda dan gejala penyakit atau menduga bahwa anjing
sakit atau cedera, dengan segera menghubungi dokter hewan dan
mengikuti anjuran tentang pengobatannya
•
Melakukan pemeriksaan kesehatan anjing secara teratur pada dokter
hewan, dengan mengikuti saran yang diberikan
•
Dokter hewan adalah orang terbaik untuk berkonsultasi secara rutin
tentang kesehatan, vaksinasi dan perawatan untuk mengendalikan
parasit (misalnya kutu dan cacing)
•
Jika anjing dipelihara di luar rumah, maka lingkungan sekitarnya harus
dibersihkan secara teratur untuk menghindari penularan penyakit
•
Anjing hanya diberi obat dengan obat-obatan yang secara khusus
diresepkan atau disarankan oleh dokter hewan
•
Kekhawatiran akan kemungkinan anjing telah memakan suatu benda atau
kontak dengan bahan berbahaya, dapat diatasi dengan memeriksakan
pada dokter hewan
•
Anjing diharuskan untuk memakai tali leher dan identitas sebagai tanda
saat di tempat umum. Ukuran tali leher tidak boleh menyebabkan rasa
sakit atau ketidaknyamanan. Jika menggunakan microchip sebagai
bentuk identifikasi, maka harus menjaga agar database microchip selalu
up to date dengan perubahan
•
Konsultasikan dengan dokter hewan sebelum anjing dikawinkan dan
memastikan tempat yang cocok untuk anak anjing.
Download