Ades Adiyoso - Fakultas Hukum UNSOED

advertisement
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN AIR MINUM MINERAL
GALON ISI ULANG TIRTA GOLD DI PURWOKERTO BERDASARKAN
PASAL 4 UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8
TAHUN 1999
SKRIPSI
Oleh:
Ades Adiyoso
E1A007098
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS HUKUM
PURWOKERTO
2012
1
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN AIR MINUM MINERAL
GALON ISI ULANG TIRTA GOLD DI PURWOKERTO BERDASARKAN
PASAL 4 UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8
TAHUN 1999
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana
Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Jendral Soedirman Purwokerto
Oleh:
Ades Adiyoso
E1A007098
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS HUKUM
PURWOKERTO
2012
2
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN AIR MINUM MINERAL
GALON ISI ULANG TIRTA GOLD DI PURWOKERTO BERDASARKAN PASAL 4
UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999.
Disusun oleh :
Ades Adiyoso
E1A007098
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana
Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto
Diterima dan disahkan :
Pada tanggal
Februari 2012
Menyetujui,
Pembimbing I/
Pembimbing II
Penguji I
Penguji II
Hj. Rochani Urip S, S.H.,M.S.
NIP. 195206031980032001
I Ketut K.N, S.H.,M.Hum.
NIP. 19610520198703100
Mengetahui,
Dekan Fakultas Hukum
Universitas Jenderal Soedirman
Hj. Rochani Urip Salami, S.H.,M.S.
NIP. 195206031980032001
3
Penguji III
Suyadi, S.H.,M.Hum.
NIP.196110101987031001
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan skripsi yang berjudul “Perlindungan Hukum
Terhadap Konsumen Air Minum Isi Ulang Tirta Gold di Purwokerto Berdasarkan
Undang-undang No 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen”
Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan semua sumber serta
informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa
kebenarannya
Bila pernyataan ini tidak benar maka saya bersedia menerima sanksi.
Purwokerto,
Februari 2012
Ades Adiyoso
NIM. E1A007098
4
“PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN AIR MINUM ISI
ULANG TIRTA GOLD DI PURWOKERTO BERDASARKAN UNDANGUNDANG NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN”
Oleh : Ades Adiyoso
E1A007098
ABSTRAK
Fenomena Depot isi ulang sudah sering kita jumpai dimana saja, namun
tidak semua Depot isi ulang memenuhi persyaratan yang diatur dalam Peraturan
atau pedoman pelaksanaannya. Untuk menjamin kualitas air minum yang
diproduksi memenuhi standar persyaratan kesehatan dan/atau agar tidak
membahayakan
kesehatan
konsumen,
maka
Permenkes
No.492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum
mengatur mengenai pengawasan kualitas air minum yang diselenggarakan secara
terus menerus dan berkesinambungan agar air yang digunakan oleh penduduk dari
penyediaan air minum yang ada, terjamin kualitasnya sesuai dengan persyaratan
kualitas air minum.
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran apakah perlindungan
hukum bagi konsumen pengguna air minum mineral galon isi ulang terkait pasal 4
huruf a dan h Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen telah sesuai dengan kenyataan yang ada dalam kehidupan masyarakat
terutama pengguna air minum mineral galon isi ulang. Penelitian ini
menggunakan metode yuridis normatif, Data yang dikumpulkan meliputi data
sekunder dan data primer. Metode penyajian data dalam penyusunan penulisan ini
disajikan dalam bentuk teks naratifyang disusun secara sistematis. Analisis data
dilakukan secara normatif kualitatif.
Hasil penelitian menyatakan dalam hal ini Persyaratan kualitas air yang
aman diminum meliputi persyaratan bakteriologis, kimiawi dan radioaktif dan
fisik. Faktor fisik dapat berupa benda-benda mati mulai dari yang halus sampai
yang kasar, kondisi alam seperti cuaca, suhu, getaran, benturan dan sejenisnya.
Faktor kimia adalah bahan-bahan organik dan anorganik yang mungkin terlarut
kedalam air minum ataun benda dalam sarana pengolahan, penyimpanan dan
pembagian air minum yang dapat larut kedalam air. Faktor biologis adalah
mikrobiologi seperti jasad renik pathogen seperti bakteri, virus, kapang dan jamur
yang membahayakan kesehatan. Faktor biologi juga dapat berupa manusia yang
menangani air minum dalam seluruh rangkaian proses pengolahan, karena sebagai
sumber pencemar, perilaku yang tidak sehat atau kurangnya perhatian terhadap
keamanan dan keselamatan air minum.
5
Hal tersebut dimaksudkan agar air yang diproduksi pada DAMIU Tirta Gold
memenuhi persyaratan air minum dan aman untuk dikonsumsi. Kemudian apabila
konsumen dirugikan atas air yang dikonsumsi ataupun pelayanannya, maka
konsumen bisa mendapatkan gantirugi atas barang yang sejenis atau setara
nilainya.
Kata Kunci : DAMIU, Depot Air Minum Isi Ulang.
6
"CONSUMER PROTECTION LAW OF WATER CONTENT IN TIRTA
GOLD PURWOKERTO BASED ON LAW NO 8 OF 1999 ON CONSUMER
PROTECTION”
By : Ades Adiyoso
E1A007098
ABSTRACT
Phenomenon Depot refills are often encountered anywhere, but not all refill
Depot meets the requirements set out in regulation or its implementation
guidelines. To ensure the quality of drinking water produced meets health
standards requirements and / or in order not to endanger the health of consumers,
the Health Minister No.492/MENKES/PER/IV/2010 About Drinking Water
Quality Requirements governing drinking water quality surveillance is conducted
continuously and continuous so that the water used by residents of the existing
drinking water supply, quality assured in accordance with the requirements of
drinking water quality.
This study aims to provide an overview of legal protection for consumers if
the user gallon mineral water recharge associated article 4 paragraphs a and h of
Act No.. 8 of 1999 on Consumer Protection in accordance with the existing reality
in the lives of the people, especially users of gallons of mineral water refills. This
study uses normative juridical, including data collected secondary data and
primary data. Methods of presenting data in the preparation of this paper is
presented in text form naratif whom arranged systematically. Normative analysis
of qualitative data is done.
The results stated in this Terms of safe drinking water quality requirements
include bacteriological, radioactive and chemical and physical. Physical factors
may include inanimate objects ranging from smooth to rough, natural conditions
such as weather, temperature, vibration, impact and the like. Chemical factors are
organic materials and inorganic materials that may be dissolved into the drinking
water facilities or objects in the processing, storage and distribution of drinking
water can dissolve into the water. Biological factors such as the microbiological
pathogen microorganism such as bacteria, viruses, mold and mildew are
dangerous to health. Biological factors can also be humans who handle the entire
range of drinking water treatment processes, as a source of pollutants, unhealthy
behaviors or lack of attention to security and safety of drinking water.
7
It is intended that the produced water at Tirta Gold DAMIU meets the
requirements of drinking water and safe for consumption. Then, when consumers
are injured on the water is consumed or services, so consumers can get
compensation for goods similar or equal value.
Keywords: DAMIU, Water Depot Refill.
8
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : “PERLINDUNGAN
HUKUM TERHADAP KONSUMEN AIR MINUM GALON ISI ULANG
TIRTA GOLD DI PURWOKERTO BERDASARKAN PASAL 4 UNDANGUNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999. Skripsi
ini merupakan salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Hukum
pada Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman
Berbagai kesulitan dan hambatan penulis hadapi dalam penyusunan skripsi
ini, namun berkat bimbingan, bantuan materil dan moril serta pengarahan dari
berbagai pihak maka skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik, oleh karena itu
penulis ingin menyampaikan terima kasih yang tulus kepada :
1. Ibu Hj. Rochani Urip Salami, S.H.,M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum
sekaligus Dosen Pembimbing 1 skripsi yang telah berkenan meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran serta selalu memberikan bimbingan kepada
penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
2. Bapak I Ketut Karmi Nurjaya, S.H.,M.Hum selaku Dosen Pembimbing II
yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta selalu
memberikan arahan, bimbingan dan bantuan kepada penulis sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
3. Bapak Edi Waluyo S.H.,M.H. selaku Ketua Bagian Hukum Keperdataan
Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman.
4. Bapak Drs. Antonius Shidiq Maryono, S.H., M.S. selaku Dosen
Pembimbing Akademik.
5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen, serta Staf dan Karyawan Fakultas Hukum
Universitas Jenderal Soedirman yang telah memberikan ilmu dan pelajaran
yang bermanfaat kepada penulis
9
6. Bapak Imam Subagyo, ST,M.Si selaku pegawai Dinas Kesehatan yang
telah memberikan bantuan kepada penulis dalam penelitian dan
pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini.
7. Bapak, ibu, kakak dan adik saya atas segala doa dan bantuan baik materil
maupun moril sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Buat kekasih ku Evin Utari yang selalu memberikan support,doa dan
segalanya selama penyusunan penulisan skripsi ini.
9. Seluruh teman-teman saya di Fakultas Hukum Universitas Jenderal
Soedirman Purwokerto.
10. Semua pihak-pihak yang ikut membantu penulis dalam menyusun skripsi
ini, namun tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu dalam prakata ini.
Semoga amal kebaikan dan bantuan yang telah diberikan mendapatkan
balasan dari Allah SWT.
Skripsi ini hanyalah karya manusia biasa yang memiliki banyak
kekurangan, oleh karena itu kritik dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini
sangat penulis harapkan
Wassalamu’alaikum wr. wb
Purwokerto,……Februari 2012
Penulis,
Ades Adiyoso
10
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………...………………………… i
HALAMAN PENGESAHAN….…………………………………………………...…….ii
SURAT PERNYATAAN……………………………………………………………...…iii
ABSTRAK……………………………………………………………………………..…iv
ABSTRACT………………………………………………………………………….…...vi
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………….viii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………..…..x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………….....1
B. Perumusan Masalah……………………………………………………….....11
C. Tujuan Penelitian………………………………………………………….....11
D. Manfaat Penelitian…...……………………………………………………....11
BAB II TINJAUAN PUSATAKA
A. Dasar-dasar Perlindungan Konsumen………………………………………..13
1. Perlindungan Hukum……………………………………………………13
2. Hubungan Hukum Dalam Perlindungan Konsumen……………………15
3. Pengertian Perlindungan Konsumen, Hukum Konsumen dan Hukum
Perlindungan Konsumen……………………………………..…………27
4. Pengertian Konsumen. ………………………………………………….28
5. Pengertian Pelaku Usaha………………………………………………..29
6. Asas-Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen. ……………………...30
7. Pihak-Pihak dalam Perlindungan Konsumen……………………….......34
8. Hak dan Kewajiban Konsumen................................................................36
B. Air……………………………………………………………………………41
1. Pengertian Air Minum……………………………………………….….41
2. Persyaratan Air Minum………………………………………………....43
C. Depot Air Minum Isi Ulang……………………………………………….....50
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Pendekatan…………………………………………………………..58
B. Spesifikasi Penelitian…………………………………………………….......58
C. Lokasi Penelitian………………………………………………………..........58
D. Sumber Data………………………………………………………………….58
E. Metode Pengmpulan Data …………………………………………………...59
F. Metode Penyajian Data……………………………………………………....59
G. Metode Analisis Data…………………………………………………….......60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian………………………………………………………………61
B. Pembahasan…………………………………………………………………102
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan……………………………………………………………………112
11
B. Saran………………………………………………………………………..113
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..114
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
12
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Setiap
orang
adalah
konsumen, konsumen diibaratkan seorang raja
sehingga pelaku usaha harus memberikan pelayanan yang terbaik bagi para
pelanggan atau konsumennya, tetapi kenyataannya konsumen di Indonesia
sering
menjadi
korban
akibat
tindakan
pelaku
usaha
yang
tidak
memperhatikan kenyamanan dan keselamatan konsumen. Pelaku usaha dan
konsumen adalah pihak yang saling membutuhkan, pelaku usaha perlu
menjual barang dan jasanya kepada konsumen, konsumen juga memerlukan
barang dan/atau jasa yang dihasilkan oleh pelaku usaha guna memenuhi
kebutuhannya,
sehingga
kedua
belah
pihak
saling
memperoleh
manfaat/keuntungan.
Pertambahan dan perkembangan industri barang dan/atau jasa disatu
pihak membawa dampak positif, antara lain dapat tersedianya
kebutuhan dalam jumlah yang mencukupi, mutunya lebih baik serta
adanya alternatif pilihan bagi konsumen dalam pemenuhan
kebutuhannya. Akan tetapi dilain pihak terdapat dampak negatif yaitu
dampak penggunaan teknologi itu sendiri serta prilaku bisnis yang
timbul karena makin ketatnya persaingan yang mempengaruhi
masyarakat. Pelaku usaha akan mencari keuntungan yang setinggitingginya sehingga sesama pelaku usaha harus bersaing dengan prilaku
bisnisnya sendiri-sendiri yang dapat merugikan konsumen.1
Istilah ”perlindungan konsumen” berkaitan dengan perlindungan
hukum. Oleh karena itu, perlindungan konsumen mengandung aspek
hukum. Adapun materi yang mendapatkan perlindungan itu bukan
sekedar fisik, melainkan terlebih hak-haknya yang bersifat abstrak.
1)
Janus sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, (Bandung, Aditya
Bakti, 2006), hal 2.
13
Dengan kata lain, perlindungan konsumen sesungguhnya identik
dengan perlindungan yang diberikan hukum terhadap hak-hak
konsumen.2
Masalah-masalah konsumen yang tidak mendapat perhatian dari pelaku
usaha dan pemerintah pada akhirnya akan menghilangkan kepekaan pelaku
usaha pada masalah konsumen. Ketidakpekaan ini akan menimbulkan
tindakan sewenang-wenang dari pelaku usaha sehingga semakin sulit para
konsumen mendapatkan hak-haknya. Hukum perlindungan konsumen
merupakan sarana perlindungan bagi konsumen karena dapat meningkatkan
posisi tawar konsumen ketika berhubungan dengan pelaku usaha.
Lahirnya Undang-Undang No 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen diharapkan dapat menciptakan kegiatan usaha perdagangan
yang fair, tidak hanya bagi kalangan pengusaha, melainkan secara
langsung untuk kepentingan konsumen selaku pemakai barang dan/atau
jasa yang ditawarkan oleh pelaku usaha.3
The UN Guidelines for Consumer Protection Majelis umum PBB
melalui Resolusi No A/RES/39/248 pada 16 April 1985 tentang
Perlindungan Konsumen, antara lain menggariskan, konsumen sedunia
mempunyai hak-hak dasar meliputi: hak untuk mendapatkan informasi
yang jelas, benar, jujur dan hak mendapatkan jaminan keamanan dan
keselamatan konsumen, konsumen juga mempunyai hak memilih, hak
untuk didengar, mendapatkan ganti rugi dan mendapatkan lingkungan
yang bersih.4
Masalah
perlindungan
terhadap
konsumen
sudah
sejak
lama
diperbincangkan baik di forum Nasional maupun Internasional, tetapi
kenyataanya posisi konsumen masih lemah. Umumnya konsumen belum
2)
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, (Jakarta, PT Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2006), hal 19.
3)
Gunawan Widjaya dan A.Yani, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, (Jakarta,
Gramedia, 2000), hal 1.
4)
Siahaan N.H.T, Hukum Perlindungan Konsumen dan Tanggung Jawab
Produk,.(Jakarta,Panta Rei, 2005), hal 12.
14
mengerti tentang apa yang menjadi haknya dijamin dalam peraturan
perundang-undangan.
Berkaitan dengan kedudukan konsumen dalam kegatan perekonomian,
presiden John F. Kennedy pada tahun 1962 menyampaikan pesan
didepan Congres On Protecting The Konsumer Interest tentang
pentingnya kedudukan konsumen di dalam masyarakat, karena dua
pertiga dari jumlah uang yang dipergunakan dalam kehidupan ekonomi
berasal dari konsumen.5
Air minum mineral galon isi ulang menurut SNI (Standar Nasional
Indonesia), definisi air minum dalam kemasan (AMDK) adalah air yang telah
diolah dengan perlakuan khusus dan dikemas dalam botol atau kemasan lain
dan memenuhi persyaratan air minum (Air Minum Isi Ulang), atau dengan
kata lain merupakan salah satu bentuk sediaan air mineral oleh pengusaha air
minum atau depot air minum dengan melakukan pengisian ulang air melalui
sistem reverse osmosis (osmosis terbalik) terhadap galon dan sejenisnya
dengan menggunakan media filter untuk menyaring air agar kualitasnya tetap
terjaga.
Pengusaha air minum atau depot isi ulang sudah banyak kita jumpai di
masyarakat, dimana semakin berkembangnya pengusaha air minum
atau depot isi ulang yang dijadikan sebagai salah satu sumber
penghasilan para pelaku usaha yang dapat dikatakan untuk menambah
pendapatan guna memenuhi kehidupan, namun banyak pelaku usaha
berfikir hanya bertujuan mencari keuntungan (money oriented) tetapi
tidak memperhatikan keamanan dan keselamatan bagi para pengguna
air minum mineral isi ulang yang akan mengkonsumsinya. Dewasa ini
sering dengan terjadinya money oriented pada kehidupan kita, yaitu
banyak berita yang kita lihat di media massa atau diberita lain yang
mana hasil air dari depot air minum isi ulang Reverse Osmosis adalah
kurang layak. Banyak mengandung bakteri, PH rendah, dan amat tidak
layak untuk di konsumsi. Hal tersebut akan sangat merusak kesehatan5)
Hadi Evianto, Hukum perlindungan konsumen bukanlah sekedar keinginan
melainkan suatu kebutuhan, Hukum dan Pembangunan No 6 Tahun XVI (Desember 1986)
hal.582.
15
dan kehidupan semua, sehingga kurang begitu memperhatikan
kepentingan konsumen. Hal tersebut diakibatkan karena pelaku usaha
menggunakan bahan-bahan media filter yang kurang baik dan kurang
berkualitas, juga tidak memperhatikan jangka waktu pemakaian dari
umur Media filter tersebut yang misalnya pemakaian Carbon filter,
maupun Bahan lainnya yang sudah Kadaluarsa, serta tidak tepatnya
sasaran pemakaian pada Media filter tersebut, sehingga banyak terjadi
air minum depot Reverse Osmosis yang berbakteri, rasa pahit sebab
menggunakan bahan media pada mesin filter Reverse Osmosis tersebut
yang murah, dan juga kurang menguasainya seseorang penjual mesin
air minum Reverse Osmosis pada dunia kimia dalam air yang harus
diatasi oleh para penjual mesin filter air minum Reverse Osmosis.
Disamping itu juga dari faktor penggunaan alat-alat dari mesin air
isi ulang tersebut, yang antara lain 6 :
1. Pipanisasi dari mesin tersebut yang menggunakan pipa yang
kurang baik dan salah cara perawatannya.
2. Media Treatment yang digunakan, yang dimana mereka hanya
menggunakan Carbon filter saja, dan tidak menggunakan yang
lainnya yang sesuai dengan kondisi masalah airnya, ibarat penyakit,
maka dalam air tidak semuanya sakit batuk jadi kurang bijaksana
jika semua masalah dalam air tersebut yang beraneka ragam diberi
obat batuk.
3. Pendorang air yang digunakan masuk gallon adalah pendorong
pompa yang menggunakan bahan besi yang dapat terjadinya karat
yang dimana akan terkontaminasi dalam air minumnya, padahal
semestinya pompa itu adalah dari jenis bahan yang baik dan tidak
dari bahan yang dapat korosi.
4. Sterillisasi yang digunakan untuk mensterilkan air dengan Ultra
Violet itu adalah sudah benar, tetapi harusnya yang berkwalitas
tinggi dan bukan yang asal-asalan saja yang daya tahannya amat
pendek waktunya.
5. Penjual Mesin Depot air minum RO yang Kurang menguasai pada
bidangnya dan hanya Money Oriented/Semata-mata uang saja yang
ingin didapat, sehingga kurang bisa menjaga kwalitas barang yang
diberikan, atau mungkin malah tidak menguasainya dalam bidang
yang baru ditawarkan pada orang yang mengkonsumsi sehingga
hal itu menghasilkan kerugian pada pihak pembeli mesin serta pada
khalayak masyarakat yang mengkonsumsi air minum tersebut.
6. Spech yang ditawarkan ke konsumen dirubah memakai bahan yang
lebih murah.
7. Pihak pengusaha air minum/depot air minum yang kurang diberikan
training dari penjual mesin depot air minum tersebut, sehingga
6)
Kualitas Depot Air Minum RO yang Kurang Baik http://victoria4water.com/?p=268.
Diakses pada tanggal 12 agustus 2011.
16
banyak terjadi kesalahan pada pengoperasian mesin depot air
minum tersebut, bagaimana tahap pencucian gallonnya, bagaimana
tahap pengisian gallonnya, dsb.
8. Ketelitian dari pelaksana panjualan air minum pada depot mesin air
minum tersebut yang kadang tergesa-gesa pada kondisi ramai,
sehingga pokok asal air minum tersebut sudah terisi ke gallon ya
sudah beres.
Salah satu diantaranya di Tirta Gold Purwokerto, dimana kita bisa
menjumpai ketidaktepatan sasaran pemakaian pada media filter, yang
mengakibatkan kerugian terhadap konsumen air minum gallon isi ulang.
Kondisi tersebut dapat mengakibatkan kedudukan pelaku usaha dan
konsumen menjadi tidak seimbang, dimana konsumen berada pada
posisi yang lemah karena menjadi obyek aktifitas bisnis pelaku usaha
untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya melalui
berbagai cara, baik melalui kiat promosi, cara penjualan maupun
penerapan perjanjian standard yang merugikan konsumen.7
Hal tersebut diatas sebagai contoh keadaan sekarang, dan hal itu sangat
disayangkan, karena amat berpengaruh pada kesehatan semua orang yang
mengkonsumsi air minum dari depot yang kurang baik tersebut.
Menurut Deputi Bidang Teknologi Informasi Energi, Material, dan
Lingkungan Direktorat Teknologi Lingkungan, air yang layak minum
mempunyai standar persyaratan tertentu, yakni persyaratan fisis,
kimiawi, dan bakteriologis. Jika satu parameter saja tidak memenuhi
syarat maka air tersebut tidak layak diminum. Hal itu erat kaitannya
dengan teknologi yang dipakai oleh si pelaku usaha. Jika teknologi
benar maka yang dihasilkan juga bagus.8
Sisi negatif dan bahaya air minum mineral isi ulang :
1. Dalam mendorong air menggunakan pompa atau keran besi, sehingga
adanya kemungkinan karat dalam air.
7)
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen,
(Jakarta, PT.Gramedia Pustaka Utama, 2003), hal 12.
8)
Ir. Nusa Idaman Said, M.Eng,., Waspada-Gan-Dengan-Air-Galon-Isi-Ulang,
http://www.klikunic.com/2010/09/. Diakses pada tanggal 10 agustus 2011.
17
2. Kurang bisa menjaga kualitas barang yang diberikan, atau mungkin malah
tidak menguasainya dalam bidang yang baru ditawarkan pada konsumen,
sehingga hal itu menghasilkan kerugian pada pihak yang mengkonsumsi
air tersebut.
3. Tergesa-gesa pada kondisi ramai, sehingga pokok asal air minum tersebut
sudah terisi ke galon yang sudah beres.
4. Tandon penampungan air baku tidak tertutup sehingga nyamuk bisa
bertelur di dalam tampungan baku.
Institute Pertanian Bogor (IPB) serta Badan Pengawasan Obat dan Makanan
(BPOM) Departemen Kesehatan telah mempublikasikan hasil penelitian mereka
terhadap depot-depot air minum isi ulang di beberapa daerah Jabodetabek.
Hasilnya, air minum isi ulang diketahui tercemar bakteri Patogen seperti
Coliform, bahkan ada yang terkontaminasi logam berat Cadmium.
Menurut Marius Widjajarta, ketua Yayasan Pemberdayaan Konsumen
Kesehatan Indonesia (YPKKI), sejatinya bakteri Coliform tidak bisa diremehkan.
Mikrobiologi ini merupakan kelompok besar dari beberapa bakteri penyakit,
seperti Escheria coli dan Enterrobahter aerogenes. Biasanya, bakteri ini berasal
dari kotoran manusia ataupun hewan, dan bila keracunan bakteri ini, pencernaan
seseorang terganggu. Bahkan orang yang dimaksud bisa terkena diare, sehingga
terus-terusan buang air besar, kalau ini terjadi, tubuh akan kekurangan cairan, dan
jelas membahayakan kesehatan. Kasus-kasus yang terjadi di tengah-tengah
masyarakat, secara kasat mata, seperti ;
18
a.
Galon yang diisi ulang kadang ditukar dengan galon yang kurang
baik, seperti galon bocor, rusak dsb;
b.
Ketika pencucian tidak maksimal, botol-botol galon kosong yang
dibawa konsumen ke depot tak mustahil pula masih kotor meskipun
botol galonnya yang kosong tadi dicuci dulu lantas digerojoki air
bersih; dan
c.
Air masih mengandung bakteri yang tidak telihat oleh mata dan
dapat membahayakan kesehatan konsumen air minum galon isi
ulang.
Dari ketiga hal diatas, tidak menutup kemungkinan bahwa masyarakat
didaerah Purwokerto pun bisa mengalami kasus-kasus serupa terhadap aktivitas
depot-depot galon isi ulang yang kurang memenuhi persyaratan.
Memang, hingga kini belum terdengar adanya kasus-kasus konsumen air
minum galon isi ulang yang kesehatannya terganggu, misal terserang penyakit
diare. Tak heran bila belum ada pengaduan semacam itu, baik ke YPKKI atau
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI). Tapi bukankah mencegah lebih
baik dari pada mengobati setelah bencana tiba?
Apabila dibandingkan, sampai saat ini kasus-kasus seperti diatas memang
belum diadukan oleh pihak konsumen. Bila hal tersebut dilihat dari kacamata
hukum sangatlah memprihatinkan, menurut beberapa pakar hukum kendala
tersebut dikarenakan :
a. Kesadaran hukum masyarakat sangat rendah;
19
b. Belum terkondisinya masyarakat (konsumen) menjadi masyarakat yang
mempunyai kemampuan menuntut hak-haknya;
c. Proses peradilan yang ruwet dan makan waktu yang lama;
d. Posisi konsumen yang sangat lemah.
Hal tersebut didukung pula dengan suatu fakta bahwa konsumen memiliki
kelemahan yaitu dari segi pendidikan, kemampuan ekonomi atau daya
tawar dan segi organisasi.9
Tiap-tiap Hubungan hukum mempunyai segi : pada satu pihak ia
merupakan hak, dan pada pihak lain ia merupakan kewajiban.10
Hubungan Hukum antara konsumen air minum galon isi ulang dengan
pelaku usaha didasari oleh perjanjian jual beli, pengertian perjanjian menurut
Pasal 1313 KUH Perdata adalah “Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan
dengan mana 1 (satu) orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap 1 (satu)
orang lain atau lebih”.
Dalam Sejarah, perlindungan konsumen pernah secara prinsipil menganut
asas the Privity of Contract. Artinya, pelaku usaha hanya dapat dimintakan
pertanggungjawaban hukumnya sepanjang ada hubungan kontraktual
antara dirinya dan konsumen. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila
ada pandangan, hukum perlindungan konsumen berkorelasi erat dengan
hukum perikatan, khususnya perikatan perdata.11
Pasal 1457 KUH Perdata menyebutkan pengertian dari jual-beli adalah
“suatu perjanjian dengan mana pihak yang 1 (satu) mengikatkan dirinya untuk
menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak lain yang membayar harga yang telah
diperjanjikan”. Maksud kalimat “menyerahkan suatu kebendaan” dalam hal ini
9)
Andriya Risdiwiyanto, Konsumerisme Peningkatan Pendidikan dan Pemberdayaan
Konsumen Menyongsong Pemberlakuan UU No 8 Tahun 1999, (Jakarta, Wahana, 2000), hal
50.
10)
Mr L.J. Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta, Pradnya Paramita, 1976),
hal 53.
11)
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta, Sinar Grafika,
Indonesia, 2009), hal 13.
20
adalah, pelaku usaha menyerahkan barang kepada konsumen yang melakukan
pembayaran dengan harga yang telah diperjanjikan, dan kebendaan yang
dimaksud adalah berupa barang yaitu galon yang telah diisi ulang.
Penyerahan barang oleh penjual kepada pembeli yang telah diperjanjikan
tadi, apabila tidak sesuai dengan yang diinginkan, maka penjual wajib
menanggungnya. Menurut Pasal 1474 KUH Perdata ada 2 (dua) kewajiban utama
penjual, yaitu
menyerahkan barangnya dan
“menanggungnya”
dijelaskan
dalam
menanggungnya. Pengertian
Pasal 1491 KUH Perdata
bahwa
penanggungan yang menjadi kewajiban si penjual terhadap si pembeli, adalah
untuk menjamin 2 (dua) hal, yaitu pertama penguasaan benda yang dijual secara
aman dan tenteram, kedua terhadap adanya cacat-cacat barang tersebut yang
tersembunyi atau yang sedemikian rupa hingga menerbitkan alasan pembatalan
pembeliannya.
Perkataan jual-beli menunjukan dari satu pihak perbuatan dinamakan
“menjual” sedangkan dari pihak lain dinamakan “membeli”. Barang yang menjadi
obyek perjanjian jual-beli, harus cukup tertentu. Setidak-tidaknya dapat
ditentukan ujud dan jumlahnya pada saat ingin diserahkan hak miliknya kepada
pembeli. Dengan demikian adalah sah menurut hukum, bahwa unsur-unsur pokok
perjanjian jual-beli adalah “barang” dan “harga”. Perjanjian jual beli itu sudah
dilahirkan pada saat terjadinya “sepakat” mengenai barang dan harga. Begitu para
pihak sudah setuju dengan barang dan harga yang telah ditentukan, maka lahirlah
perjanjian jual-beli yang sah.
21
Pernyataan timbal balik antara pelaku usaha yaitu depot air minum isi
ulang dengan konsumen
merupakan sumber untuk menetapkan hak dan
kewajiban bertimbal-balik diantara mereka. Berdasarkan pernyataan bertimbalbalik itu sudah melahirkan sepakat sekaligus melahirkan perjanjian (yang
mengikat seperti undang-undang).
Hubungan hukum yang dibentuk oleh hukum pasti mempunyai 2 sisi yaitu
hak di satu sisi dan kewajiban di sisi lainnya. Dalam pelaksanaannya, hak
memberikan kenikmatan dan kebebasan pada individu dan kewajiban lebih
mengarah pada pembatasan dan beban.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis merasa tertarik untuk membahas
permasalahan mengenai air minum mineral galon isi ulang yang mana dalam
proses pengisian ulang air mineral ke dalam gallon atau kemasan botol membawa
resiko untuk konsumen dan berbagai dampak negatif lainnya. Fokus yang menjadi
obyek dalam penelitian ini adalah mengenai perlindungan hukum bagi konsumen
air minum galon isi ulang yang dirugikan karena air yang dikonsumsinya ternyata
membahayakan kesehatan karena telah terkontaminasi. Mengenai hal tersebut
menjadi penting untuk dilakukan penelitian, mengingat disini konsumen
merupakan pihak yang sangat dirugikan karena hak-haknya sebagai konsumen
terabaikan, misalnya hak untuk mendapatkan keamanan dan kenyamanan ketika
mengkonsumsi air mineral galon isi ulang.
Berdasarkan Undang-Undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, konsumen mempunyai hak-hak yang secara eksplisit dituangkan
dalam Pasal 4 UUPK. Oleh karena itu, penulis menyusun skripsi dengan judul :
22
Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Air Minum Mineral Galon Isi Ulang
berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, dan dari pengamatan penulis masyarakat kurang mengetahui tentang
perlindungan konsumen seperti yang tersebut diatas, selanjutnya diharapkan dari
penelitian ini dapat memberikan kontribusi baik dari segi teoritis ataupun
pragmatis.
B . Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dirumuskan permasalahan
sebagai berikut :
Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap konsumen pengguna air
mineral galon isi ulang khususnya terkait dengan Pasal 4 huruf a, dan h
Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah ingin mengetahui apakah
perlindungan hukum bagi konsumen pengguna air minum mineral galon isi ulang
terkait pasal 4
huruf a dan h Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen telah sesuai dengan
kenyataan yang ada dalam
kehidupan masyarakat terutama pengguna air minum mineral galon isi ulang.
D. Manfaat Penelitian
1. Kegunaan Teoretis
Untuk konsumen pengguna air minum mineral galon isi ulang.
2. Kegunaan Praktis
23
Untuk memberikan gambaran kepada masyarakat akan hak-haknya selaku
konsumen dalam Hukum Perlindungan Konsumen yang menggunakan dan
mengkonsumsi air minum mineral galon isi ulang.
24
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar-Dasar Perlindungan Konsumen
1. Perlindungan Hukum
Hukum tercipta karena adanya kumpulan masyarakat dalam suatu
komunitas tertentu, setiap individu dalam masyarakat tersebut mempunyai
kepentingan yang berbeda-beda dan semuanya berusaha untuk memenuhi
kepentingannya. Hukum mempunyai peranan besar yaitu sebagai kaidah
untuk mengatur tingkah laku manusia dalam memenuhi kepentingannya,
dengan adanya hukum diharapkan tidak akan terjadi bentrokan kepentingan
antara individu yang satu dengan yang lain.
Hukum bukan keseluruhan peraturan yang menetapkan bagaimana
orang seharusnya bertindak satu sama lain,melainkan terdiri atas peraturanperaturan yang mengatur tingkah laku orang dalam masyarakat.
Hukum melindungi kepentingan manusia supaya semua kepentingan
manusia dapat terlindungi. Hukum dapat terlaksana secara normal namun
hukum juga dapat terjadi karena adanya pelanggaran hukum. Pelanggaran
terhadap hukum harus ditindak dan hukum yang telah dilanggar harus
ditegakkan. Terdapat 3 unsur dalam penegakan hukum yaitu kepastian
hukum, kemanfaatan, dan keadilan.
Masyarakat mengharapkan adanya kepastian hukum di berbagai aspek
kehidupan. Dengan kepastian hukum, masyarakat akan lebih tertib.
Masyarakat pun mengharapkan adanya kemanfaatan dalam pelaksanaan
25
hukum. Begitupun terhadap keadilan. Masyarakat mengharapkan adanya
keadilan di setiap aspek. Ketiga unsur penegakan hukum tersebut harus
berjalan dengan seimbang supaya penegakan hukum dapat berlangsung
dengan baik.
Hukum mempunyai peranan dalam mengatur dan menjaga ketertiban
masyarakat, yang diantaranya adalah mengatur hubungan antara sesama
warga masyarakat yang satu dengan yang lain. Hubungan tersebut harus
dilakukan menurut norma atau kaidah hukum yang berlaku. Adanya
kaidah hukum itu bertujuan untuk mengusahakan kepentingankepentingan yang terdapat dalam masyarakat sehingga dapat
dihindarkan kekacauan dalam masyarakat.12
Hukum berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia, agar
kepentingan manusia terlindungi, hukum harus dilaksanakan.
Pelaksanaan hukum dapat berlangsung secara normal, damai, tetapi
hukum juga dapat terjadi karena pelanggaran hukum. Dalam hal ini
hukum yang telah dilanggar harus ditegakan, dalam penegakan hukum
ada 3 unsur yaitu: kepastian hukum, kemanfaatan dan keadilan.
Masyarakat mengharapkan adanya kepastian hukum karena dengan
adanya kepastian hukum masyarakat akan lebih tertib, sebaliknya
masyarakat
mengharapkan
manfaat
dalam
pelaksanaan
hukum/penegakan hukum. Hukum adalah untuk manusia, maka
pelaksanaan hukum/penegakan hukum harus memberi manfaat
/kegunaan bagi masyarakat. Unsur yang ketiga adalah keadilan bahwa
dalam pelaksanaan/penegakan hukum keadilan harus diperhatikan.13
Pengertian Perlindungan adalah segala upaya yang ditujukan untuk
memberikan rasa aman bagi siapapun dan perlindungan hukum itu adalah
salah satu upaya agar tujuan hukum dapat tercapai dengan diberikannya rasa
aman bagi seseorang sehingga kepastian hukum dapat tercapai melalui
pembatasan hak dan kewajiban seseorang berdasarkan sekumpulan peraturan
yang mengatur tingkah-laku dalam masyarakat.
12)
13)
Surojo Wignojodipuro, Pengantar Ilmu Hukum ,(Bandung, Alumni, 1974), hal 1.
Iswanto, Pengantar Ilmu Hukum, (Purwokerto, Unsoed, 2004), hal 147.
26
Berdasarkan pengertian diatas dapat diambil suatu pengertian bahwa
perlindungan hukum adalah segala upaya untuk memberikan rasa aman bagi
seseorang dengan membatasi hak dan kewajiban seseorang dalam masyarakat
berdasarkan sekumpulan peraturan yang mengatur tata tertib bertingkah laku
dalam masyarakat.
Sudikno Mertokusumo memberikan gambaran terhadap pengertian
perlindungan hukum sebagai berikut :
Segala upaya yang dilakukan untuk menjamin adanya kepastian hukum
berdasarkan pada keseluruhan peraturan atau kaidah - kaidah yang ada
dalam suatu kehidupan bersama. Keseluruhan peraturan ini dapat dilihat
baik di Undang-Undang maupun Diratifikasi dan Konvensi
Internasional.14
Perlindungan hukum merupakan salah satu upaya agar tujuan hukum
dapat tercapai, tujuan hukum dimaksud yaitu terpeliharanya keamanan dan
ketertiban sehingga dapat menjamin adanya kepastian hukum, dengan
demikian dapat menghindarkan tindakan kesewenangan pihak-pihak tertentu.
2. Hubungan Hukum dalam Perlindungan Konsumen
Sebagaimana kita ketahui bahwa tantangan bangsa Indonesia dalam
pembangunan jangka panjang kedua adalah meningkatkan kesejahteraan
masyarakat untuk mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan mandiri.
Pembangunan Nasional sebagaimana diisyaratkan dalam GBHN 1998
adalah pembangunan manusia yang seutuhnya, dimana seluruh rakyat Indonesia
berhak memperoleh kesejahteraan dan keadilan. Untuk mencapai tujuan tersebut
kita dihadapkan pada kemajuan kegiatan ekonomi perdagangan yang semakin
14)
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, (Yogyakarta, Liberty,
2003), hal 20.
27
terbuka. Saat ini Indonesia dihadapkan pada berbagai tantangan sebagai akibat
keterbukaan tersebut, dan untuk itu dituntut untuk memiliki daya saing yang kuat.
Perlindungan konsumen pada hakikatnya berbicara mengenai upaya yang
dilakukan untuk melindungi hak-hak konsumen dari tindakan pelaku usaha yang
kerap merugikan konsumen. Kata “ konsumen ” pertama kali masuk dalam
substansi GBHN pada tahun 1983. Pembangunan pada umumnya dan pada
khususnya menurut GBHN harus menguntungkan konsumen. Lima tahun kedepan
kata-kata itu dirasakan tetap relevan untuk dimuat kembali sehingga dalam GBHN
1988 dinyatakan bahwa pembangunan ekonomi harus menjamin kepentingan
konsumen. Selanjutnya di tahun 1993 kembali dinyatakan bahwa pembangunan
ekonomi itu harus melindungi kepentingan konsumen.
Sebagaimana diketahui, dari keterbukaan itu akan memberikan begitu
banyak tantangan bagi sebagai konsumen, produsen/pengusaha ataupun
sebagai pemerintah. Salah satu aspeknya adalah bahwa akan semakin
meningkat permasalahan perlindungan konsumen.15
Konsumen menjadi subyek aktifitas bisnis untuk meraup keuntungan yang
sebesar-besarnya oleh pelaku usaha. Melalui kiat-kiat tertentu pelaku
usaha melakukan promosi, cara penjualan serta cara penerapan perjanjian
standar yang merugikan konsumen. Sehubungan dengan hal-hal diatas,
gunawan Wijaya dalam buku Hukum Tentang Perlindungan Konsume,
menyebutkan sebagai berikut : ”Salah satu faktor yang menjadi kelemahan
konsumen adalah tingkat kesadaran akan haknya masih sangat rendah”.16
Sejumlah peraturan yang tidak pernah disebut-sebut sebagai prioritas,
dalam kenyataannya justru banyak yang didahulukan pengesahannya daripada
UUPK. Hal ini memperkuat dugaan yang beredar selama ini, pemerintah biasanya
mendahulukan peraturan-peraturan yang menguntungkan pihaknya. Terlepas dari
15)
Erman Raja Guguk, dkk, Perlindungan Konsumen, (Bandung , Mandar Maju, 2000), hal 6.
Gunawan Wijaya dan Ahmad Yani, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen Indonesia,
(Jakarta, PT.Gramedia Pustaka Utama,, Tahun 2000), hal 12.
16)
28
kekurangan yang ada, prinsip-prinsip pengaturan perlindungan konsumen di
Indonesia bukan berarti tidak ada sama sekali sebelum UUPK. Untuk itu ada tiga
bidang hukum yang memberikan perlindungan secara umum bagi konsumen yaitu
bidang hukum perdata,pidana dan administrasi.
Hak dan kewajiban yang satu dengan yang lain tidak boleh saling
merugikan. Hak dan kewajiban terjelma dalam tindakan perorangan atau
kelompok. Salah satu tindakan tersebut adalah tindakan antara pelaku
usaha dengan konsumen dalam melakukan hubungan hukum. Demi
kelancaran hubungan hukum tersebut perlu diterapkan ketentuan-ketentuan
yang berlaku agar hukum tersebut dapat berjalan dengan tertib, lancar, dan
teratur serta mempunyai kepastian hukum, karena hubungan hukum antara
pelaku usaha dengan konsumen yang sering terjadi hanya sebatas
kesepakatan lisan mengenai harga barang dan atau jasa tanpa diikuti dan
ditindaklanjuti dengan suatu bentuk perjanjian tertulis yang ditandatangani
oleh para pihak. Alasan pokok terjadinya hubungan hukum perjanjian
antara konsumen dan pelaku usaha yaitu kebutuhan akan barang dan atau
jasa tertentu. Pelaksanaannya senantiasa harus menjaga mutu suatu produk
agar konsumen dapat menikmati penggunaan, pemanfaatan, dan
pemakaian barang dan atau jasa tersebut secara layak.17
Hubungan antara pelaku usaha dengan konsumen dapat terjadi secara
langsung maupun tidak langsung. Hubungan langsung terjadi apabila
antara pelaku usaha dengan konsumen langsung terikat karena perjanjian
yang mereka buat atau karena ketentuan undang-undang. Kalau hubung
an itu terjadi dengan perantaraan pihak lain, maka terjadi hubungan tidak
langsung. Hubungan antara pelaku usaha dengan konsumen pada dasarnya
berlangsung terus menerus dan berkesinambungan. Hubungan ini terjadi
karena keduanya saling membutuhkan dan bahkan saling interdependensi.
Hubungan pelaku usaha dengan konsumen merupakan hubungan hukum
yang melahirkan hak dan kewajiban.18
Dalam Sejarah, perlindungan konsumen pernah secara prinsipil menganut
asas the Privity of Contract. Artinya, pelaku usaha hanya dapat dimintakan
pertanggungjawaban hukumnya sepanjang ada hubungan kontraktual
antara dirinya dan konsumen. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila
17)
Subandi, Hak Dan Kewajiban Pelaku Usaha Terhadap Konsumen Domestik
Dihubungkan Dengan Pasal 6 dan Pasal 7 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen, (Mei 2010), hal 1.
18)
Lihat Yustisia Edisi Nomor 68 Mei - Agustus 2006 Perlindungan Hukum Terhadap
Konsumen, hal 7.
29
ada pandangan, hukum perlindungan konsumen berkorelasi erat dengan
hukum perikatan, khususnya perikatan perdata.19
Prinsip The Privity of Contract menyatakan bahwa, pelaku usaha
mempunyai kewajiban untuk melindungi konsumen, tetapi hal itu harus dapat jika
diantara mereka telah terjalin suatu hubungan kontraktual. Pelaku usaha tidak
dapat disalahkan atas hal-hal yang terjadi diluar apa yang diperjanjikan, artinya
konsumen bisa menggugat berdasarkan wanprestasi (contractual liability). Di
tengah minimnya peraturan perundang-undangan di bidang konsumen, sangat
sulit menggugat dengan dasar perbuatan melawan hukum (tortious liability).
Perlindungan konsumen merupakan masalah kepentingan manusia, oleh
karenanya menjadi harapan bagi semua bangsa di dunia untuk dapat
mawujudkannya. Mewujudkan perlindungan konsumen adalah mewujudkan
hubungan berbagai dimensi yang satu sama lain mempunyai keterkaitan dan
saling ketergantungan antara konsumen, pengusaha dan pemerintah.
Kendati hukum perlindungan konsumen dalam banyak aspek berkorelasi
erat dengan hukum perikatan perdata, tidak berarti hukum perlindungan
konsumen semata-mata ada dalam wilayah hukum perdata.
Perlindungan di bidang keperdataan diadakan bertitik tolak dari adanya
tarik menarik kepentingan antar sesama anggota masyarakat. Ketika seseorang
merasa dirugikan oleh warga masyarakat lain, tentu ia menggugat pihak lain itu
agar bertanggung-jawab secara hukum atas perbuatannya. Di antara mereka
mungkin saja sudah terdapat hubungan hukum berupa perjanjian hukum
19)
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta, Sinar Grafika
Indonesia, 2009), hal 13.
30
keperdataan tetapi dapat pula sebaliknya sama sekali tidak ada hubungan hukum
demikian. Bagaimanapun itu, tetap saja suatu perikatan dapat muncul dari
perjanjian atau karena undang-undang.
Secara yuridis sering dinyatakan, antara pelaku usaha dan konsumen
sering dikatakan berkedudukan sama, tetapi faktanya konsumen merupakan pihak
yang selalu di dikte menurut kemauan si pelaku usaha. Fenomena kontrak-kontrak
standard yang banyak beredar di masyarakat merupakan petunjuk yang jelas
betapa tidak berdayanya konsumen menghadapi dominasi pelaku usaha. Dalam
kontrak yang demikian si pelaku usaha dapat dengan sepihak menghilangkan
kewajiban-kewajiban yang seharusnya dipikulnya.
Seseorang yang bertindak sebagai konsumen mempunyai hubungan
hukum berupa perjanjian dengan pihak lain, ketika pihak lain itu melanggar
perjanjian yang disepakati bersama, maka konsumen berhak menggugat lawannya
berdasarkan dalih melakukan wanprestasi (cedera janji). Apabila sebelumnya
tidak ada perjanjian, konsumen tetap saja memiliki hak untuk menuntut secara
perdata, yakni melalui ketentuan perbuatan melawan hukum. Mengingat konsepsi
perbuatan melawan hukum, seseorang diberi kesempatan untuk menggugat
sepanjang terpenuhi tiga unsur, yaitu ada kesalahan (yang dilakukan pihak lain
atau tergugat), ada kerugian (yang diderita si penggugat), dan ada hubungan
kausalitas antara kesalahan dan kerugian itu.
Transaksi antara konsumen dengan pelaku usaha cenderung bersifat tidak
balance. Konsumen terpaksa
menandatangani
telah disiapkan oleh pelaku usaha.
31
perjanjian yang sebelumnya
Tahapan transaksi antara konsumen dan pelaku usaha,
1. Pratransaksi.
Adalah tahapan yang terjadi sebelum konsumen memutuskan untuk
membeli dan memakai produk yang ditawarkan oleh pelaku usaha.
Pada tahap ini pelaku usaha melakukan penawaran (offer) kepada
konsumen. Penawaran ini dapat dilakukan secara langsung kepada
konsumen.
2. Transaksi yang sesungguhnya.
Bila calon konsumen menerima penawaran, maka terjadilah transaksi
atau dalam bahasa hukum terjadi perjanjian.
Pada tahap ini para pihak menyepakati apa yang menjadi hak dan
kewajiban masing-masing pihak. Kesepakatan ini kemudian dapat di
tuangkan kedalam suatu perjanjian tertulis
3. Purnatransaksi.
Tahap ini merupakan realisasi dari tahap transaksi, pada tahap ini para
pihak harus melaksanakan semua kewajiban yang telah disepakati
sebelumnya. Menurut bahasa hukum kewajiban yang harus dipenuhi
adalah prestasi dan pihak yang tidak memenuhi kewajibannya
dianggap melakukan wanprestasi.
Sebagaimana dipaparkan diatas, maka dapat digambarkan bahwa
hubungan hukum antara konsumen air minum galon isi ulang dengan Tirta Gold
sebagai pelaku usaha didasari oleh suatu perjanjian jual beli. Perjanjian menurut
Pasal 1313 KUH Perdata adalah “Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan
32
dengan mana 1 (satu) orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap 1 (satu)
orang lain atau lebih”.
Syarat terjadinya perjanjian menurut Pasal 1320 KUH Perdata adalah:
a. Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya.
b. Kecakapan untuk membuat perikatan.
c. Ada suatu hal tertentu.
d. Kausa yang halal.
Suatu kesepakatan menjadi tidak ada sah apabila diberikan karena
kekhilafan, paksaan, atau penipuan. Selanjutnya untuk mengikatkan diri
secara sah menurut hukum ia harus cakap untuk berbuat menurut hukum,
dan oleh karenanya maka ia bertanggung jawab atas apa yang dilakukan.
Akibatnya apabila syaratsyarat atau salah satu syarat sebagaimana
disebutkan di dalam Pasal 1320 KUH Perdata tersebut tidak dipenuhi,
maka berakibat batalnya perikatan yang ada atau bahkan mengakibatkan
tuntutan penggantian kerugian bagi pihak yang tidak memenuhi
persyaratan tersebut.20
Pasal 1457 KUH Perdata menyebutkan pengertian dari jual-beli adalah
“suatu perjanjian dengan mana pihak yang 1 (satu) mengikatkan dirinya untuk
menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak lain yang membayar harga yang telah
diperjanjikan”. Maksud kalimat “menyerahkan suatu kebendaan” dalam hal ini
adalah, pelaku usaha menyerahkan barang kepada konsumen yang melakukan
pembayaran dengan harga yang telah diperjanjikan, dan kebendaan yang
dimaksud adalah berupa barang yaitu galon yang telah diisi ulang.
Perkataan jual-beli menunjukan dari satu pihak perbuatan dinamakan
“menjual” sedangkan dari pihak lain dinamakan “membeli”. Barang yang menjadi
obyek perjanjian jual-beli, harus cukup tertentu. Setidak-tidaknya dapat
20)
Subekti, Hukum Perjanjian, ( Jakarta, Pradnya Paramita, 1992), hal 35.
33
ditentukan ujud dan jumlahnya pada saat ingin diserahkan hak miliknya kepada
pembeli. Dengan demikian adalah sah menurut hukum, bahwa unsur-unsur pokok
perjanjian jual-beli adalah “barang” dan “harga”. Perjanjian jual beli itu sudah
dilahirkan pada saat terjadinya “sepakat” mengenai barang dan harga. Begitu para
pihak sudah setuju dengan barang dan harga yang telah ditentukan, maka lahirlah
perjanjian jual-beli yang sah.
Penyerahan barang oleh penjual kepada pembeli yang telah diperjanjikan
tadi, apabila tidak sesuai dengan yang diinginkan, maka penjual wajib
menanggungnya. Menurut Pasal 1474 KUH Perdata ada 2 (dua) kewajiban utama
penjual, yaitu
menyerahkan barangnya dan
“menanggungnya”
dijelaskan
dalam
Pasal
menanggungnya. Pengertian
1491
KUH
Perdata
bahwa
penanggungan yang menjadi kewajiban si penjual terhadap si pembeli, adalah
untuk menjamin 2 (dua) hal, yaitu pertama penguasaan benda yang dijual secara
aman dan tenteram, kedua terhadap adanya cacat-cacat barang tersebut yang
tersembunyi atau yang sedemikian rupa hingga menerbitkan alasan pembatalan
pembeliannya.
Pernyataan timbal balik antara pelaku usaha yaitu depot air minum isi
ulang dengan konsumen merupakan sumber untuk menetapkan hak dan kewajiban
bertimbal-balik diantara mereka. Berdasarkan pernyataan bertimbal-balik itu
sudah melahirkan sepakat sekaligus melahirkan perjanjian (yang mengikat seperti
undang-undang).
Adapun dalam hal penyerahan (levering) itu berlaku ketentuan-ketentuan
sebagai berikut :
34
“Biaya
penyerahan”
dipikul
oleh
si penjual,
sedangkan
“biaya
pengambilan” dipikul oleh si pembeli, jika telah tidak diperjanjikan
sebaliknya (Pasal 1476 KUH Perdata).
Pengertian biaya penyerahan adalah segala biaya yang diperlukan untuk
membuat barangnya siap untuk diangkut kerumah si pembeli, jadi misalnya
ongkos pengepakan atau pengisian air minum isi ulang kedalam galon, sedangkan
biaya pengambilan merupakan biaya yang harus dikeluarkan untuk mengangkut
kerumah barang si pembeli air minum isi ulang.
Kewajiban utama si pembeli ialah membayar harga pembelian pada waktu
dan ditempat sebagaimana ditetapkan menurut perjanjian. Harga tersebut harus
berupa sejumlah uang dan harga itu harus ditetapkan oleh kedua belah pihak. Jika
si pembeli tidak membayar harga pembelian, maka dianggap merupakan suatu
wanprestasi yang memberikan alasan kepada si penjual untuk menuntut ganti rugi
dan pembatalan pembelian menurut ketentuan-ketentuan Pasal 1266 dan 1267
KUH Perdata.
Persetujuan jual-beli sebagai perjanjian yang dibuat antara konsumen air
minum isi ulang dengan pelaku usaha depot air minum isi ulang meletakan hak
dan kewajiban pada kedua belah pihak dan berlaku mengikat bagi masing-masing
pihak. Dalam hubungan hukum antara pelaku usaha dengan konsumen tadi timbul
kepentingan-kepentingan diantara kedua belah pihak yaitu kepentingan konsumen
dan kepentingan pelaku usaha. Kepentingan itu berhubungan dengan hak-hak
yang ada dalam hubungan tersebut, baik hak konsumen maupun hak pelaku usaha.
35
Hak konsumen merupakan kewajiban produsen, dan kewajiban produsen
merupakan hak konsumen.
Secara normatif pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi
atas kerusakan, pencemaran dan atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi
barang dan atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan. Ganti rugi tersebut
dapat berupa pengembalian uang atau penggantian barang dan atau jasa yang
sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan atau pemberian
santunan yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku ( Pasal
19 ayat 1, 2 UUPK ). Ketentuan ini merupakan upaya untuk memberikan
perlindungan kepada konsumen. Dengan demikian dapat ditegaskan apabila
konsumen menderita kerugian sebagai akibat mengkonsumsi barang dan atau jasa
yang dihasilkan oleh pelaku usaha, berhak untuk menuntut tanggung jawab secara
perdata kepada pelaku usaha atas kerugian yang timbul tersebut.
Dengan demikian, secara normatif telah ada ketentuan yang mengatur
tanggung jawab pelaku usaha, sebagai upaya melindungi pihak konsumen.
Secara teoritik, di dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen
( UUPK ) diatur beberapa macam tanggung jawab ( liability) sebagai
berikut21:
1. Contractual Liability.
Dalam hal terdapat hubungan perjanjian (privity of contract) antara pelaku
usaha (barang atau jasa) dengan konsumen, maka tanggung jawab pelaku
usaha didasarkan pada Contractual Liability (Pertanggungjawaban
Kontraktual), yaitu tanggung jawab perdata atas dasar perjanjian/kontrak
dari pelaku usaha, atas kerugian yang dialami konsumen akibat
mengkonsumsi barang yang dihasilkannya atau memanfaatkan jasa yang
diberikannya.
2. Product Liability.
Dalam hal tidak terdapat hubungan perjanjian (no privity of contract)
21)
Johannes Gunawan, Tanggungjawab Pelaku Usaha Menurut Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Jurnal Hukum Bisnis. Volume 8
Tahun 1999 ( Jakarta, Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis, 1999), hal 45-46.
36
antara pelaku usaha dengan konsumen, maka tanggung jawab pelaku usaha
didasarkan pada Product Liability (Pertanggungjawaban Produk), yaitu
tanggung jawab perdata secara langsung (Strict Liability ) dari pelaku
usaha atas kerugian yang dialami konsumen akibat mengkonsumsi barang
yang dihasilkannya.
Ada aspek-aspek hukum perlindungan konsumen yang berada dalam
bidang hukum publik, terutama hukum pidana dan hukum administrasi Negara.
Jadi, tepatnya hukum perlindungan konsumen ada di wilayah hukum privat
(perdata) dan di wilayah hukum publik.
Perlindungan Konsumen secara garis besar dapat ditempuh dua model
kebijakan. Pertama, kebijakan yang bersifat komplementer, yaitu kebijakan yang
mewajibkan pelaku usaha memberikan informasi yang memadai kepada
konsumen (hak atas informasi). Kedua, kebijakan kompensatoris, yaitu kebijakan
yang berisikan perlindungan terhadap kepentingan ekonomi konsumen (hak atas
keselamatan dan keamanan). Berbagai kasus, konsumen tidak cukup dilindungi
hanya berdasarkan kebijakan komplementer tetapi juga harus ditindaklanjuti
dengan kebijakan kompensatoris.
Informasi-informasi tersebut meliputi tentang ketersediaan barang atau
jasa
yang
dibutuhkan
keamanannya,
harganya,
masyarakat konsumen,
tentang
berbagai
tentang kualitas produk,
persyaratan
dan/atau
cara
memperolehnya, tentang jaminan dan garansi produk, persediaan suku cadang,
tersedianya pelayanan jasa purna-jual, dan lain-lain yang berkaitan dengan itu.
Bagi konsumen, informasi tentang barang dan/atau jasa merupakan
kebutuhan pokok sebelum ia menggunakan dananya (gaji, upah, honor
atau apapun nama lainnya) untuk mengadakan transaksi konsumen tentang
barang atau jasa tersebut. Dengan transaksi, konsumen dimaksudkan
diadakannya hubungan hukum (jual-beli, beli-sewa, sewa-menyewa,
37
pinjam-meminjam dan sebagainya) tentang produk konsumen dengan
pelaku usaha itu.22
Secara pidana, tuntutannya tidak lagi semata-mata karena pihak lain
melanggar perjanjian. Filosofi dari penuntutan secara pidana lebih luas daripada
itu yaitu untuk melindungi masyarakat dari tindak pidana tertentu. Perlindungan
demikian diberikan oleh Negara kepada warga masyarakatnya. Untuk itu
penuntutan secara pidana tidak dibebankan kepada perorangan tetapi kepada suatu
instansi pemerintah, tepatnya kejaksaan. Aparat kejaksaan berkedudukan sebagai
penuntut umum yang berarti ia mewakili Negara dan masyarakat luas melindungi
hak-hak warga Negara dan warga masyarakat yang dirampas oleh pihak lain.
Perlindungan Konsumen dalam lapangan Hukum Adminsitrasi Negara,
perlindungan yang diberikan biasanya lebih bersifat tidak langsung, preventif dan
proaktif. Pemerintah biasanya mengeluarkan berbagai ketentuan normatif yang
membebani pelaku usaha dengan kewajiban tertentu. Sebagai contoh, hasil
produksi harus memenuhi standar kualitas yang ditetapkan, limbah (polutan)nya
harus di bawah ambang batas, harga jual dikendalikan oleh pemerintah dengan
melakukan operasi pasar. Semua itu, kebijakan yang bersifat administrative.
Walaupun sasaran langsungnya kepada pelaku usaha, dampak positif dari
kebijakan itu sebenarnya ditujukan kepada konsumen sebagai warga masyarakat
terbesar.
Hubungan hukum yang dibentuk oleh hukum pasti mempunyai 2 sisi yaitu
hak di satu sisi dan kewajiban di sisi lainnya. Dalam pelaksanaannya, hak
22)
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta, Sinar Grafika
Indonesia, 2009), hal 70.
38
memberikan kenikmatan dan kebebasan pada individu dan kewajiban lebih
mengarah pada pembatasan dan beban.
3. Pengertian Perlindungan Konsumen, Hukum Konsumen dan Hukum
Perlindungan Konsumen
Hukum perlindungan konsumen merupakan bagian dari hukum
konsumen yang memuat asas-asas atau kaidah-kaidah yang bersifat
mengatur, dan juga mengandung sifat melindungi konsumen 23
AZ Nasution Mendefinisikan Hukum Konsumen Sebagai berikut:
Keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur
hubungan hukum dan masalah antara berbagai pihak satu sama lain
berkaitan dengan barang dan / atau jasa konsumen didalam pergaulan
hidup.
Hukum konsumen yaitu keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang
mengatur hubungan dan masalah penyediaan dan penggunaan produk
barang dan atau jasa antara penyedia dan penggunanya dalam
kehidupan bermasyarakat.24
Hukum konsumen memiliki skala yang lebih luas meliputi berbagai
aspek hukum yang didalamnya terdapat kepentingan pihak konsumen, ini
adalah aspek perlindungannya, misalnya bagaimana cara mempertahankan
hak-hak konsumen terhadap gangguan pihak lain.
Hukum perlindungan konsumen merupakan bagian dari hukum
konsumen yang lebih luas. Hukum perlindungan konsumen yang memuat
asas-asas atau kaidah-kaidah bersifat mengatur dan juga mengandung sifat
yang melindungi kepentingan konsumen.
23)
24)
Shidartha, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, (Jakarta, Grasindo, 2004), hal 11.
Suyadi, Dasar-Dasar Hukum Perlindungan Konsumen, (Purwokerto, Unsoed, 2007), hal 5.
39
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen disebutkan bahwa perlindungan konsumen adalah
segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum diharapkan sebagai
sebagai benteng untuk meniadakan tindakan sewenang-wenang pelaku usaha
yang merugikan konsumen.
4. Pengertian Konsumen
Istilah konsumen berasal dari alih bahasa dari kata consumer (InggrisAmerika), atau consume/konsumet ( Belanda). Pengertian consumer atau
consument itu bergantung dalam posisi mana ia berada.25
Kata konsument (Belanda) oleh para ahli hukum telah disepakati
sebagai pemakai terakhir dari benda dan jasa (uitenindelijk gebruiker
van gordern en diesten) yang diserahkan kepada mereka oleh
pengusaha (ondernemer).26
Berdasarkan Undang-Undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, konsumen diartikan sebagai setiap orang pemakai barang dan
/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri,
keluarga orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan.
Penjelasan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen bahwa pengertian konsumen adalah konsumen akhir.
Konsumen adalah pengguna terkahir (end user) dari suatu produk yaitu
setiap pemakai barang dan jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik
bagi kepentingan sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup
lain dan tidak untuk diperdagangkan.27
25)
AZ .Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, (Jakarta, Diadit
Media, 2006), hal 21.
26)
Prasetyo Hadi Purwandoko, Penegakan Hukum Perlindungan Konsumen , (Solo,
UNS, 1997), hal 4.
27)
Munir Fuady,Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di Era Pasar Global,
(Bandung, Citra Aditya Bakti, 2002), hal 227.
40
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo berpendapat, apabila badan hukum,
keluarga dan orang lain diberi hak untuk menuntut ganti kerugian maka
rumusan pengertian konsumen sebaiknya menentukan bahwa:
Konsumen adalah setiap orang atau badan hukum yang memperoleh
dan/atau memakai barang dan/atau jasa yang berasal dari pelaku usaha
dan tidak untuk diperdagangkan.28
Distributor maupun trailer tidak termasuk dalam pengertian konsumen,
karena tujuan mereka memperoleh barang tidak bagi kepentingan diri sendiri,
keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan bermaksud untuk
diperdagangkan. Hak dan kewajiban mereka tidak sama sepereti yang
tercantum dalam Pasal 4 dan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen, kedua Pasal tersebut hanya berlaku bagi
konsumen akhir. Pada prinsipnya kewajiban tersebut bermaksud agar
konsumen sendiri dapat memperoleh hasil yang optimum atas perlindungan
dan atau kepastian hukum baginya.
5. Pengertian Pelaku Usaha
UUPK dalam Pasal I butir 3, memberikan definisi tentang pelaku usaha
sebagai berikut:
Adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang
berbentuk badan hukum maupun yang bukan berbadan hukum yang dididrikan
dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara
Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian
menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.
28)
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta, PT
Sinar Grafika, 2007), hal 6-7.
41
Sedangkan dalam penjelasan UUPK yang termasuk pelaku usaha yaitu
perusahaan, korporasi, BUMN, koprasi, importir, pedagang, distributor, dan
lain-lain. Jadi pengertian pelaku usaha dalam Undang-Undang Perlindungan
Konsumen tersebut luas sekali, karena pengertiannya tidak dibatasi hanya
pabrikan saja, melainkan juga para distributor (dan jaringannya), serta
termasuk para importir.
Pelaku usaha yang dimaksud dalam UUPK sama dengan cakupan
produsen yang dikenal di Belanda, karena produsen dapat berupa perorangan
atau badan hukum. Pengertian pelaku usaha tersebut, tidaklah mencakup
eksportir atau pelaku usaha di luar negeri, karena UUPK membatasi orang
perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun
bukan yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam
wilayah hukum Negara Republik Indonesia. Luasnya pengertian mengenai
pelaku usaha akan lebih memudahkan konsumen dalam menuntut ganti
kerugian karena konsumen yang dirugikan akibat penggunaan produk
membuat konsumen lebih mudah dalam menemukan kepada siapa tuntutan
diajukan sebab banyak pihak yang dapat digugat.
6. Asas-Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen
Asas hukum bukan merupakan hukum yang konkrit melainkan sebagai
pikiran dasar yang umum dan abstrak atau merupakan latar belakang
peraturan konkrit yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan
putusan hakim yang merupakan hukum positif dan dapat diketemukan
42
denngan mencari sifat-sifat atau ciri-ciri yang umum dalam peraturan konkrit
tersebut.
Penjelasan umum Undang-Undang No 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen (UUPK) pada alinea delapan menyebutkan undangundang ini mengacu pada filosofi pembangunan nasional, termasuk
pembangunan hukum didalamnya yang memberikan perlindungan terhadap
konsumen yang ditetapkan dalam Pasal 2 UUPK.
Asas-Asas tersebut meliputi:
a. Asas Manfaat
Perlindungan Konsumen harus memberikan manfaat semaksimal
mungkin, baik bagi kepentingan konsumen maupun bagi pelaku
usaha secara keseluruhan.
b. Asas Keadilan
Memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk
untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara
adil.
c. Asas Keseimbangan
Memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku
usaha dan pemerintah dalam arti materil maupun spiritual.
d. Asas Keamanan dan Keselamatan Konsumen
Memberikan jaminan keamanan dan keselamatan konsumen atas
barang dan jasa yang digunakan.
e. Asas Kepastian Hukum
43
Para pelaku usaha dan konsumen harus harus mentaaati hukum dan
memperoleh keadilan, dimana negara menjamin kepastian hukum.
Kelima asas yang disebutkan dalam pasal tersebut bila diperhatikan
substansinya, dapat dibagi menjadi 3 (tiga) asas yaitu:
2. Asas Kemanfaatan yang didalamnya meliputi asas keamanan dan
keselamatan konsumen
3. Asas Keadilan yang didalamnya meliputi asas keseimbangan
4. Asas Kepastian Hukum.29
Asas-asas Hukum Perlindungan Konsumen yang dikelompokan dalam
3 (tiga) kelompok diatas, dalam hukum ekonomi keadilan disejajarkan
dengan keseimbangan, kemanfaatan disejajarkan dengan asas
maksimalisasi, dan kepastian hukum disejajarkan dengan asas efisiensi
karena menurut Himawan bahwa”Hukum yang berwibawa berarti
hukum yang efisien”, di bawah naungan mana seseorang dapat
melaksanakan kewajibanya tanpa penimpangan”.30
Asas-asas hukum perlindungan konsumen dipadankan dengan tujuan
perlindungan konsumen. Pasal 3 Undang-Undang Perlindungan Konsumen
menetapkan 6 tujuan perlindungan konsumen, yakni:
a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen
untuk melindungi diri;
b. Mengangkat harkat dan martabatkonsumen supaya terhindar dari
dampak negatif pemakaian barang dan jasa;
c. Meningkatkan pemerdayaan konsumen dalam mengambil keputusan
mengenai hak-hak konsumennya;
d. Menciptakan sistem perlindungan yang berkepastian hukum,
keterbukaan informasi serta akses mendapatkan informasi;
29)
30)
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Op.Cit, hal 26
Ibid, hal 33
44
e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha untuk bersikap jujur dan
bertanggung jawab supaya konsumennya dapat terlindungi
f. Meningkatkan
kualitas
produksi
dengan
jaminan
kesehatan,
kenyamanan dan keselamatan konsumen.
Tujuan Perlindungan Konsumen yang telah dituangkan dalam Pasal 3
UUPK tersebut merupkan sasaran akhir yang harus dicapai dalam pelaksanaan
pembangunan dibidang hukum. Menurut Ahmad Ali masing-masing UndangUndang memiliki tujuan khusus, begitu pula dengan ketentuan yang ada dalam
Pasal 3 UUPK yang mengatur tujuan khusus perlindungan. Keenam tujuan
khusus perlindungan konsumen bisa dikelompokan menjadi 3 tujuan hukum
secara umum, yaitu:
a. Tujuan hukum untuk mendapatkan keadilan, hal tersebut dirumuskan
dalam rumusan huruf c dan huruf e.
b. Tujuan hukum untuk memberikan kemanfaatan, hal tersebut dirumuskan
dalam rumusan a, b, c dan d serta huruf f.
c. Tujuan khusus diarahkan untuk tujuan kepastian hukum hal tersebut
dirumuskan dalam rumusan huruf d
Adanya tujuan yang telah ditetapkan dalam UUPK, maka hal tersebut dapat
dijadikan landasan hukum yang kuat bagi pemerintah dan lembaga perlindungan
konsumen untuk melakukan upaya pemberdayaan konsumen. Agar tujuan yang
tercantum dalam Pasal 3 UUPK tersebut tercapai secara maksimal, maka harus
didukung dengan keseluruhan subsistem perlindungan yang diatur dalam UUPK
tanpa mengabaikan fasilitas penunjang dan kondisi masyarakat.
45
7. Pihak-Pihak dalam Perlindungan Konsumen
Di dalam UUPK antara lain ditegaskan, pelaku usaha berkewajiban untuk
menjamin mutu barang dan atau jasa yang diproduksi dan atau diperdagangkan
berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan atau jasa yang berlaku. Pelaku
usaha dilarang memproduksi dan atau memperdagangkan barang dan atau jasa
yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan.
Ketentuan tersebut semestinya ditaati dan dilaksanakan oleh para pelaku usaha.
Namun dalam realitasnya banyak pelaku usaha yang kurang atau bahkan tidak
memberikan perhatian yang serius terhadap kewajiban maupun larangan tersebut,
sehingga berdampak pada timbulnya permasalahan dengan konsumen.
Secara umum pihak-pihak yang berkaitan dengan perlindungan konsumen
dapat dibedakan menjadi tiga pihak utama antara lain:
a.
Konsumen
Konsumen sebagai pihak yang harus dilindungi juga memiliki peranan
dalam rangka melindungi kepentingannya. Perlu diketahui bahwa konsumen
juga dituntut untuk mencari apa dan bagaimana informasi yang dianggap relevan
yang dapat dipergunakannya untuk membuat suatu keputusan tentang
penggunaan, pemanfaatan, maupun pemakaian barang dan/jasa tertentu.
Pendidikan tentang perlindungan konsumen menjadi suatu hal yang
signifikan, tidak hanya untuk memberikan bergaining position yang
lebih kuat pada konsumen untuk menegakan hak-haknya, melainkan
juga agar dapat tercipta aturan main yang lebih fair bagi semua pihak.31
31)
Gunawan widjaya dan Ahmad Yani, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen,
(Jakarta, Gramedia, 2000), hal 4.
46
Bagi masyarakat konsumen, aneka permasalahan yang diungkapkan
menyadarkan bahwa hanya mereka sendiri yang dapat memperjuangkan
nasibnya menghadapi para produsen,
dengan demikian akan mampu
memberikan respons atau tanggapan yang baik bagi pengusaha.Tanggapan yang
baik itu secara langsung ataupun tidak langsung menjadi sarana “pendidikan”
dan tekanan bagi pengusaha untuk bertanggung jawab dan memiliki integritas
dalam pekerjaan dan perbuatan mereka.
b.
Pelaku Usaha
Pelaku usaha juga mempunyai peranan yang besar sebagai pihak yang
ikut andil dalam perlindungan konsumen, disamping harus menghormati hakhak konsumen, pelaku usaha juga harus bisa bersikap fair dengan menunjukan
integritasnya kepada konsumen, berupa pertanggung jawaban atau moralitas
ketika terjadi kerugian yang dialami konsumen.
Tanggungjawab pelaku usaha dalam Undang-Undang No.8 Tahun 1999
tentang
Perlindungan
Konsumen
merupakan
tanggung-jawab
dalam
melaksanakan kewajiban-kewajiban pelaku usaha. Tanggungjawab tersebut
tidak hanya ada dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen saja namun juga untuk melindungi kepentingan konsumen yang
antara lain kewajiban-kewajiban yang seharusnya dilakukan sebagaimana
mestinya sebagai pelaku usaha, dapat berdasarkan undang-undang selain
Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, ketentuanketentuan lain, kebiasaan, doktrin, dan sebagainya.
c. Pemerintah
47
Pemerintah adalah pihak yang mempunyai wewenang untuk membuat
peraturan
kebijaksanaan, melaksanakan dan menjalankan pelaksanaan
peraturan yang dibuatnya agar ditaati oleh para pihak yang ada dalam daerah
pemerintahannya yaitu seluruh penduduk Indonesia, artinya Jika dikaitkan
dengan bidang perlindungan konsumen, kegiatan antara konsumen dan pelaku
usaha tidak akan dapat berlangsung dengan baik bila tidak didukung dengan
peraturan yang bersangkutan. Pemerintah disini, bertugas untuk mengawasi
berjalannya peraturan serta Undang-Undang tersebut dengan baik, meskipun
selama ini permasalahan yang dihadapi konsumen tersebut pada dasarnya dis
ebabkan oleh kurang adanya tanggungjawab pengusaha dan juga
lemah
nya pengawasan pemerintah.
8.
Hak dan Kewajiban Konsumen
a. Hak Konsumen
Konsumen sebagai pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat memiliki hak-hak dan kewajiban yang dilindungi oleh UndangUndang. Pasal 4 dan 5 Undang-Undang No 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen merumuskan sejumlah hak dan kewajiban penting konsumen antara
lain:
a) Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang dan/atau jasa ;
b) Hak untuk memilih dan mendapatkan barang dan/atau jasa sesuai
dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
48
c) Hak atas informasi yang benar, jelas, jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa;
d) Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa;
e) Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya
penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;
f) Hak untuk mendapatkan pendidikan dan pembinaan konsumen;
g) Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar, jujur, serta tidak
diskriminatif berdasarkan suku, agama, budaya, daerah, pendidikan,
kaya miskin, dan status sosial lainnya;
h) Hak untuk kompensasi, ganti rugi, dan atau penggantian apabila barang
dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya
i) Hak-hak diatur dalam ketentuan peraturan perundangan lainnya.
Shidarta menambahkan dengan hak untuk dilindungi dari akibat
negatif persaingan curang. Hal ini berangkat dari pertimbangan, kegiatan
bisnis yang dilakukan pengusaha sering dilakukan dengan tidak jujur, yang
dalam buku hukum dikenal dengan terminologi ”persaingan curang”.
Berdasarkan sembilan butir hak konsumen diatas, terlihat bahwa
masalah keamanan, kenyamanan, keselamatan konsumen pada huruf a,
masalah kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau
jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana
mestinya pada huruf h, dan hak-hak diatur dalam ketentuan peraturan
perundangan lainnya pada huruf i, merupakan hal yang paling pokok dan
49
utama dalam hukum perlindungan konsumen. Barang dan/atau jasa yang
penggunaanya tidak memberikan kenyamanan, terlebih lagi yang tidak aman
atau membahayakan keselamatan konsumen jelas tidak layak untuk diedarkan
dalam masyarakat. Jika terdapat penyimpangan yang merugikan, konsumen
berhak untuk didengar, memperoleh advokasi, pembinaan, perlakuan yang
adil, kompensasi sampai ganti rugi, sehingga hak-hak konsumen sebagai
pemakai barang dan/jasa dapat ditegakkan.
Penjelasan Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo mengenai hak atas
keamanan dan keselamatan pada huruf a, dimana hak atas keamanan dan
keselamatan ini dimaksudkan untuk menjamin keamanan dan keselamatan
konsumen dalam penggunaan barang atau jasa yang diperolehnya, sehingga
konsumen dapat terhindar dari kerugian (fisik maupun psikis) apabila
mengkonsumsi suatu produk. Kemudian mengenai hak untuk memperoleh
ganti kerugian pada huruf h, dimana hak atas ganti kerugian ini dimaksudkan
untuk memulihkan keadaan yang telah menjadi rusak (tidak seimbang) akibat
adanya penggunaan barang dan/atau jasa yang tidak memenuhi harapan
konsumen. Hak ini sangat terkait dengan penggunaan produk yang telah
merugikan konsumen baik yang merupakan kerugian materi, maupun
kerugian yang menyangkut diri (sakit, cacat, bahkan kematian) konsumen.
Untuk merealisasikan hak ini tentu saja harus memenuhi prosedur tertentu,
baik yang diselesaikan secara damai (diluar pengadilan) maupun yang
diselesaikan melalui pengadilan.
50
Sebagai konsekuensi hukum dari pelanggaran yang diberikan oleh
Undang-undang tentang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999, dan
sifat perdata dari hubungan hukum antara pelaku usaha dan konsumen, maka
demi hukum, setiap pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha yang
merugikan konsumen memberikan hak kepada konsumen yang dirugikan
tersebut untuk meminta pertanggungjawaban dari pelaku usaha yang
merugikannya, serta untuk menuntut ganti rugi atas kerugian yang diderita
oleh konsumen tersebut.
Hak-hak konsumen dalam Undang-undang Perlindungan Konsumen
Nomor 8 Tahun 1999 bisa dikatakan diseimbangi dengan tanggung jawab
pelaku usahanya dimana pelaku usaha wajib memberikan ganti rugi atas
kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi
barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan dengan ketentuan
bahwa ganti rugi tersebut dapat dilakukan dalam bentuk : pengembalian uang
atau penggantian barang atau perawatan kesehatan dan/atau pemberian
santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
b. Kewajiban konsumen :
a) Membaca atau mengikuti informasi dan prosedur pemakaian atau
pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamtan;
b) Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang
dan/atau jasa;
c) Membayar dengan nilai tukar yang disepakati;
51
d) Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan
konsumen secara patut.
Kewajiban-kewajiban konsumen tersebut sebagai penyeimbang hak
konsumen untuk mendapatkan upaya penyelesaian sengketa perlindungan
konsumen secara patut.
Sebagai konsekuensi dari hak konsumen yang telah disebutkan di atas,
maka kepada pelaku usaha dibebankan kewajiban–kewajiban sebagaimana
dirumuskan dalam Pasal 7 UUPK, yaitu:
a) Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;
b) Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi
dan jaminan barang dan/jasa, serta memberikan penjelasan
penggunaan, perbaikan, dan pemeliharaan;
c) Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur,
serta tidak diskriminatif;
d) Menjamin
mutu
barang
dan/jasa
yang
diproduksi
dan/atau
diperdagangkan;
e) Memberi konpensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian
akibat penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan/jasa
yang diperdagangkan;
f) Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila
barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai
dengan perjanjian.
52
Undang-Undang Perlindungan Konsumen selain mengatur kewajibankewajiban pelaku usaha juga mengatur mengenai hak-hak untuk pelaku usaha
seperti yang diatur dalam Pasal 6 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 yaitu :
1) Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan
mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan atau jasa yang
diperdagangkan.
2) Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang
beritikad tidak baik.
3) Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian
hukum sengketa konsumen.
4) Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa
kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan atau jasa yang
diperdagangkan.
5) Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
lainnya.
B. AIR
1. Pengertian Air Minum
Kebutuhan yang paling utama bagi manusia adalah air minum.
Menurut ilmu kesehatan setiap orang memerlukan air minum hidup 2-3
minggu tanpa makan tetapi hanya dapat bertahan 2-3 hari tanpa air minum.
Air merupakan faktor penting dalam pemenuhan kebutuhan vital bagi
mahluk hidup diantaranya sebagai air minum atau keperluan rumah tangga
53
lainnya. Air yang digunakan harus bebas dari kuman penyakit dan tidak
mengandung bahan beracun. Sumber air minum yang memenuhi syarat
sebagai air baku air minum jumlahnya makin lama makin berkurang sebagai
akibat ulah manusia sendiri baik sengaja maupun tidak disengaja.
Selain berguna untuk manusia, airpun diperlukan oleh makhluk hidup
lain misalnya hewan dan tumbuh-tumbuhan. Bagi manusia, air diperlukan
untuk menunjang kehidupan, antara lain dalam kondisi yang layak untuk
diminum tanpa menggangu kesehatan.
Pengertian Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi
semua bentuk kehidupan. Air yang bersih sangat penting bagi
kehidupan manusia dan alam sekitar, dapat berwujud padatan (es),
cairan (air) dan gas (uap air). Dimana air merupakan satu-satunya zat
yang secara alami terdapat di permukaan bumi dalam ketiga wujudnya
tersebut.32
Pengertian Air Minum adalah: “air yang diperlukan untuk kebutuhan
hidup rumah tangga, yang meliputi air untuk masak, minum, air
mandi, air cuci dan air untuk membersihkan rumah”.33
Pengertian air minum menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No.492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air
Minum, Pasal 1 adalah: “air yang melalui proses pengolahan atau tanpa
proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum”.
Air mineral adalah air yang diperoleh langsung dari sumbernya,
dikemas di dekat lokasi sumber air, memiliki syarat kandungan mineral
tertentu, dan juga dikemas dalam botol ataupun kemasan lainnya.
32)
33)
Definisi Air, http://etnize.wordpress.com/2009/07/01/. Diakses tanggal 30 Juni 2011.
Ibid. hal 9.
54
2. Persyaratan Air Minum
Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang
dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu. Sedangkan kuantitas
menyangkut jumlah air yang dibutuhkan manusia dalam kegiatan tertentu. Air
adalah materi esensial didalam kehidupan, tidak ada satupun makhluk hidup
di dunia ini yang tidak membutuhkan air. Sebagian besar tubuh manusia itu
sendiri terdiri dari air. Tubuh manusia rata-rata mengandung air sebanyak
90% dari berat badannya. Tubuh orang dewasa, sekitar 55-60%, berat badan
terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65% dan untuk bayi sekitar 80% . Air
bersih dibutuhkan dalam pemenuhan kebutuhan manusia untuk melakukan
segala kegiatan mereka. Sehingga perlu diketahui bagaimana air dikatakan
bersih dari segi kualitas dan bisa digunakan dalam jumlah yang memadai
dalam kegiatan sehari-hari manusia. Ditinjau dari segi kualitas, ada bebarapa
persyaratan yang harus dipenuhi, di antaranya kualitas fisik yang terdiri atas
bau, warna dan rasa, kulitas kimia yang terdiri atas pH, kesadahan, dan
sebagainya serta kualitas biologi dimana air terbebas dari mikroorganisme
penyebab penyakit. Agar kelangsungan hidup manusia dapat berjalan lancar,
air bersih juga harus tersedia dalam jumlah yang memadai sesuai dengan
aktifitas manusia pada tempat tertentu dan kurun waktu tertentu.
Bagi manusia air minum adalah salah satu kebutuhan utama. Mengingat
bahwa berbagai penyakit dapat dibawah oleh air kepada manusia
memanfaatkannya, maka tujuan utama penyediaan air bersih/air minum bagi
masyarakat adalah untuk mencegah penyakit yang dibawah oleh air.
55
Penyediaan air bersih selain kuantitas kualitasnya pun harus memenuhi
standar yang berlaku. Air minum yang memenuhi baik kuantitas maupun
kualitas sangat membantu menurunkan angka kesakitan penyakit perut
terutama penyakit diare.
Beberapa sumber air minum alternative yang dapat diproses lebih lanjut
sehingga layak minum, antara lain :
a. Air hujan yang ditampung dalam bak penampungan.
Secara teoritis air hujan adalah air yang bersih yang tidak
mengandung kuman, dapat diminum, tetapi tidak mengandung
mineral-mineral guna bagi kesehatan. Air hujan pada umumnya
sudah tercemar oleh debu di udara, gas-gas dan asap
pabrik/industry.
b. Air permukaan tanah.
Antara lain air danau, sungai, tambak dan lain-lain. Air permukaan
tanah ini umumnya mudah tercemar oleh kotoran yang ada di
dalam atau permukaan tanah, sehingga perlu adanya penjernihan.
c. Mata air.
Terdapat di daerah pegunungan yang bnayak pepohonannya, mata
air ini keluar dari sela-sela akar pohon yang rindang. Air ini
biasanya bersih dan jernih. Oleh karena itu air ini tidak
memerlukan penjernihan ataupun penyaringan dan bisa langsung
diminum.
d. Air dari dalam tanah dengan kedalaman 3 m.
56
Biasanya air ini cukup bersih, misalnya air sumur, ada 2 (dua)
macam sumur yaitu sumur dangkal dan sumur dalam (sumur
artesis). Kedalaman sumur artesis dapat mencapai lebih dari 50 m
dari permukaan tanah, yang semakin dalam semakin bersih airnya.
Persyaratan air minum meliputi syarat fisik, kimia, biologi dan
radioaktif. Standard mutu air minum atau air untuk kebutuhan rumah tangga
ditetapkan berdasarkan keputusan menteri kesehatan No.492/MENKES/PER/
IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Standard baku air minum
tersebut di sesuaikan dengan standard internasioanal yang dikeluarkan WHO.
standarisasi
tersebut
bertujuan
untuk
memelihara,
melindungi
dan
mempertinggi derajat kesehatan masyarakat terutama terhadap konsumen air
minum isi ulang, yaitu pelaku usaha harus memperhatikan dalam pengolahan
air atau kegiatan usaha mengolah dan mendistribusikan air minum untuk
masyarakat umum. Dengan adanya standarisasi tersebut dapat dinilai
kelayakan pendistribusian sumber air untuk keperluan rumah tangga. Kualitas
air yang digunakan sebagai air minum sebaiknya memenuhi persyaratan
secara fisik, kimia dan mikrobiologi.
1). Persyaratan fisik
Menurut Ir Nusa Idaman Said dalam bukunya Teknologi Pengolahan Air
Minum (Teori dan Pengalaman Praktis) air yang berkualitas baik harus
memenuhi persyaratan fisik sebagai berikut:
57
a. Jernih atau tidak keruh, air yang keruh disebabkan oleh adanya
butiran-butiran koloid dari bahan tanah liat. Semakin banyak
kandungan koloid, maka air semakin keruh.
b. Tidak berwarna, air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air
yang berwarna berarti mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya
bagi kesehatan.
c. Rasanya tawar, secara fisik air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang
terasa asam, pahit, atau asin menunjukan bahwa kualitas air tersebut
tidak baik. Rasa asin disebabkan adanya garam-garam tertentu yang
larut dalam air, sedangkan rasa asam disebabkan adanya
asam
organik maupun asam anorganik.
d. Tidak berbau, air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari
jauh maupun dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan
organik yang sedang mengalami dekomposisi (penguraian) oleh
mikroorganisme air.
e. Temperaturnya normal, suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas
terutama agar tidak terjadi pelarutan zat kimia yang ada pada
saluran/pipa, yang dapat membahayakan kesehatan dan menghambat
pertumbuhan mikro organisme.
f. Tidak mengandung zat padatan, air minum mengandung zat padatan
yang terapung di dalam air. Walaupun jernih, tetapi air mengandung
zat padatan yang terapung maka tidak baik digunakan sebagai air
58
minum. Apabila dididihkan maka zat padatan tadi bisa larut dalam air
dan mengurangi kualitas air.
2). Persyaratan kimia
Kualitas air tergolong baik apabila memenuhi persyaratan kimia
sebagai berikut:
a. pH (derajat keasaman) netral.
Penting dalam proses penjernihan air karena keasaman air pada
umumnya disebabkan gas Oksida yang larut dalam air terutama
karbondioksida. Pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan dari
pada penyimpangan standar kualitas air minum dalam hal pH yang
lebih kecil 6,5 dan lebih besar dari 9,2 akan tetapi dapat menyebabkan
beberapa senyawa kimia berubah menjadi racun yang sangat
mengganggu kesehatan.
b. Tidak mengandung ion-ion logam.
Air yang mengandung banyak besi akan berwarna kuning dan
menyebabkan rasa logam besi dalam air, serta menimbulkan korosi
pada bahan yang terbuat dari metal. Besi merupakan salah satu unsur
yang merupakan hasil pelapukan batuan induk yang banyak
ditemukan diperairan umum. Batas maksimal yang terkandung
didalam air adalah 1,0 mg/l
c. Kesadahan.
Kesadahan ada dua macam yaitu kesadahan sementara dan kesadahan
nonkarbonat (permanen). Kesadahan sementara akibat keberadaan
59
Kalsium dan Magnesium bikarbonat yang dihilangkan dengan
memanaskan air hingga mendidih atau menambahkan kapur dalam air.
Kesadahan nonkarbonat (permanen) disebabkan oleh sulfat dan
karbonat, Chlorida dan Nitrat dari Magnesium dan Kalsium disamping
Besi dan Alumunium. Konsentrasi kalsium dalam air minum yang
lebih rendah dari 75 mg/l dapat menyebabkan penyakit tulang rapuh,
sedangkan konsentrasi yang lebih tinggi dari 200 mg/l dapat
menyebabkan korosifitas pada pipa-pipa air. Dalam jumlah yang lebih
kecil magnesium dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan tulang,
akan tetapi dalam jumlah yang lebih besar 150 mg/l dapat
menyebabkan rasa mual.
d. Alumunium.
Batas maksimal yang terkandung didalam air menurut Peraturan
Menteri Kesehatan No.82/2001 yaitu 0,2mg/l. Air yang mengandung
banyak aluminium menyebabkan rasa yang tidak enak apabila
dikonsumsi
e.
Tidak mengandung bahan organik.
Larutan zat organik yang bersifat kompleks ini dapat berupa unsur
hara makanan maupun sumber energi lainnya bagi flora dan fauna
yang hidup di perairan.
f. Tidak mengandung Sulfat berlebihan.
Kandungan sulfat yang berlebihan dalam air dapat mengakibatkan
kerak air yang keras pada alat merebus air (panci / ketel)selain
60
mengakibatkan bau dan korosi pada pipa. Sering dihubungkan dengan
penanganan dan pengolahan air bekas.
g. Nitrat dan nitrit.
Pencemaran air dari nitrat dan nitrit bersumber dari tanah dan
tanaman. Nitrat dapat terjadi baik dari NO2 atmosfer maupun dari
pupuk-pupuk yang digunakan dan dari oksidasi NO2 oleh bakteri dari
kelompok Nitrobacter. Jumlah Nitrat yang lebih besar dalam usus
cenderung untuk berubah menjadi Nitrit yang dapat bereaksi langsung
dengan hemoglobine dalam daerah membentuk methaemoglobine
yang dapat menghalang perjalanan oksigen didalam tubuh.
h. Chlorida.
Dalam konsentrasi yang layak, tidak berbahaya bagi manusia.
Chlorida dalam jumlah kecil dibutuhkan untuk desinfektan namun
apabila
berlebihan
dan
berinteraksi dengan ion
Na+
dapat
menyebabkan rasa asin dan korosi pada pipa air.
i. Zink atau Zn.
Batas maksimal Zink yang terkandung dalam air adalah 15 mg/l.
penyimpangan terhadap standar kualitas ini menimbulkan rasa pahit,
sepet dan rasa mual. Dalam jumlah kecil, Zink merupakan unsur yang
penting
untuk
metabolisme,
karena
kekurangan
menyebabkan hambatan pada pertumbuhan anak.
3). Persyaratan mikrobiologi
61
Zink
dapat
Persyaratan mikrobiologis yang harus dipenuhi oleh air adalah sebagai
berikut:
1. Tidak mengandung bakteri patogen, misalnya: bakteri golongan coli;
Salmonella typhi, Vibrio cholera dan lain-lain. Kuman-kuman ini
mudah tersebar melalui air.
2. Tidak mengandung bakteri non patogen seperti: Actinomycetes,
Phytoplankton coliform, Cladocera dan lain-lain.
Masih belum bisa dipastikan tingkat bahaya berbagai bakteri penyakit
yang terdeteksi dalam air minum isi ulang. Demikian pula asal-muasalnya.
Ia bisa berasal dari perjalanan air minum itu dari sumber airnya, baik di
sumber mata air, air ledeng dari perusahaan daerah air minum, ataupun
sumber air tanah. Atau proses pengolahan yang kurang tepat.34
C. Depot Air Minum Isi Ulang
Meningkatnya kebutuhan penduduk terhadap air minum terutama di
perkotaan telah mendorong tumbuhnya Perusahaan Air Minum (PAM) di kotakota besar. PAM ini melayani kebutuhan penduduk terutama kelompok ekonomi
menegah keatas namum belum menjangkau seluruh penduduk. Kemudian dengan
memanfaatkan sumber air permukaan, PAM mengembangkan lebih lanjut
instalasi pengolahan air minum, sehingga dewasa ini jangkauan system
perpipaannya makin mencapai pelosok kota. PAM di kota-kota kemudian diikuti
pula oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di ibukota propinsi dan
kabupaten. Namum adanya PAM dan PDAM tersebut belum muga menjangkau
seluruh lapisan masyarakat secara merata dan kualitas airnya ketika mencapai
34)
Kualitas-dan-kuantitas-air-bersih-untuk-pemenuhan-kebutuhan-manusia/
http://uripsantoso.wordpress.com, Diakses pada tangaal 30 Juni 2011.
62
konsumen pun sering belum memenuhi syarat air minum, sehingga merangsang
pertumbuhan perusahaan pengemas air minum yang siap melayani masyarakat.
Adapun mengandalkan sumber air dari mata air, maka perusahaan
pengemasan ini melakukan pengemasan air ke dalam wadah-wadah air yang
terbuat dari bahan plastik dan gelas. Perusahaan itu disebut perusahaan Air
Minum Dalam Kemasan (AMDK). Pertumubuhan usaha AMDK cukup
menjanjikan, sehingga jumlah perusahaan bertambah dan meluas bukan saja di
kota tetapi juga desa. Konsumen AMDK berhasil menjangkau seluruh lapisan
masyarakat, karena praktis dan estetis dibandingkan dengan air minum tradisional.
Khusus AMDK gallon, perusahaan menyediakan pelayan isi ulang dengan
cara mengembalikan botol lama (satu merek) dengan botol kemasan baru yang
terisi penuh. Sejauh ini, pemakaian AMDK telah menjadi budaya dan kehidupan
masyarakat luas. Makin banyaknya minat masyarakat terhadap AMDK ksususnya
untuk pengisian ulang/kembali, telah mendorong pertumbuhan Depot Air Minum
(DAM) isi ulang di berbagai tempat.
Depot ini dimulai pada tahun 1997 oleh 400 pengusaha kecil dan
jumlahnya terus meningkat sehingga di awal tahun 2002 telah mencapai
1200 pengusaha yang tersebar di berbagai kota.35
Dalam buku Pedoman Pengawasan Hygiene Sanitasi depot air minum isi
ulang kabupaten banyumas, disebutkan bahwa pengertian depot air
minum isi ulang (DAMIU) adalah: “badan usaha, perorangan yang
mengelola air minum untuk keperluan masyarakat dalam bentuk curah dan
tidak dikemas”.36
Air minum mineral galon isi ulang menurut SNI (Standar Nasional
Indonesia), definisi air minum dalam kemasan (AMDK) adalah air yang telah
35)
Ibid.hal 2.
Dinas Kesehatan Kab. Banyumas, Pedoman Pelaksanaan Penyelenggaraan Hygiene
Sanitasi Depot Air Minum Isi Ulang, (Kab. Banyumas, 2010), hal 4.
36)
63
diolah dengan perlakuan khusus dan dikemas dalam botol atau kemasan lain dan
memenuhi persyaratan air minum (Air Minum Isi Ulang).
Sesuai pasal 109 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan,
dikatakan bahwa setiap orang/badan hukum yang memproduksi, mengolah serta
mendistribusikan makanan dan minuman yang diperlakukan sebagai makanan dan
minuman hasil teknologi yang diedarkan harus menjamin agar aman bagi
manusia, karena yang dibahas dalam hal ini mengenai airnya, Sehingga jangan
sampai membawa resiko buruk terhadap kesehatan masyarakat. Selain itu dalam
bagian ke 16 Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 di pertegas lagi di pasal 111
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009, bahwa makanan dan minuman yang
dipergunakan untuk masyarakat harus didasarkan pada standard dan/atau
persyaratan kesehatan, sehingga apabila ada makanan dan minuman yang tidak
memenuhi ketentuan standard persyaratan kesehatan dan/atau membahayakan
kesehatan, dilarang untuk diedarkan, dan pemerintah berwenang dan bertanggung
jawab mengatur dan mengawasi produksi, pengolahan serta pendistribusian
minuman di masyarakat.
Selain
keputusan
apa
menteri
yang
kesehatan
telah
dipaparkan
diatas,
menurut
No.492/MENKES/PER/IV/2010
Tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum, pengelola penyediaan air minum juga harus
dapat menjamin air yang diproduksinya memenuhi syarat kesehatan dengan
melakukan pemeriksaan berkala melalui berbagai tahap. Hal tersebut meliputi :
64
a. Menjamin air minum yang diproduksinya memenuhi syarat kesehatan
dengan melaksanakan pemeriksaan secara berkala memeriksa kualitas
air yang diproduksi mulai dari:
- pemeriksaan instalasi pengolahan air;
- pemeriksaan pada jaringan pipa distribusi;
- pemeriksaan pada pipa sambungan ke konsumen;
- pemeriksaan pada proses isi ulang dan kemasan;
b. Melakukan pengamanan terhadap sumber air baku yang dikelolanya dari
segala bentuk pencemaran berdasarkan peraturan perundangan yang
berlaku.
Untuk menjamin kualitas air minum yang diproduksi memenuhi standar
persyaratan kesehatan dan/atau agar tidak membahayakan kesehatan konsumen,
maka No.492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum
mengatur mengenai pengawasan kualitas air minum yang diselenggarakan secara
terus menerus dan berkesinambungan agar air yang digunakan oleh penduduk dari
penyediaan air minum yang ada, terjamin kualitasnya, sesuai dengan persyaratan
kualitas air minum yang tercantum dalam Keputusan ini. Pengawasan kualitas air
minum dalam hal ini meliputi :
a. Air minum yang diproduksi oleh suatu perusahaan, baik pemerintah
maupun swasta yang didistribusikan ke masyarakat dengan sistem
perpipaan.
65
b. Air minum yang diproduksi oleh suatu perusahaan, baik pemerintah
maupun swasta, didistribusikan kepada masyarakat dengan kemasan
dan atau kemasan isi ulang.
Kegiatan
pengawasan
ini
dilakukan
oleh
Dinas
Kesehatan
Kabupaten/Kota, yang meliputi:
1) Pengamatan lapangan atau inspeksi sanitasi:
Pada air minum perpipaan maupun air minum kemasan, dilakukan
pada seluruh unit pengolahan air minum, mulai dari sumber air baku,
instalasi pengolahan, proses pengemasan bagi air minum kemasan,
dan jaringan distribusi sampai dengan sambungan rumah bagi air
minum perpipaan.
2) Pengambilan sampel:
Jumlah, frekuensi, dan titik sampel air minum harus dilaksanakan
sesuai kebutuhan, dengan ketentuan minimal sebagai berikut:
Untuk Penyediaan Air Minum Kemasan dan atau Kemasan isi ulang.
Jumlah dan frekuensi sampel air minum harus dilaksanakan sesuai kebutuhan,
dengan ketentuan mimimal sebagai berikut:
1) Pemeriksaan kualitas Bakteriologi:
Jumlah minimal sampel air minum pada penyediaan air minum
kemasan dan atau kemasan isi ulang adalah sebagai berikut:
-
Air baku diperiksa minimal satu sampel tiga bulan satu kali.
-
Air yang siap dimasukan kedalam kemasan minimal satu
sample sebulan sekali.
66
-
Air dalam kemasan minimal dua sampel satu bulan satu kali.
2) Pemeriksaan Kualitas Kimiawi:
Jumlah minimal sampel air minum adalah sebagai berikut:
-
Air baku diperiksa minimal satu sampel tiga bulan sekali
-
Air yang siap dimasukan kedalam kemasan minimal satu
sample sebulan sekali.
-
Air dalam kemasan minimal satu sampel satu bulan sekali.
3) Pemeriksaan kualitas air minum
Dilakukan di lapangan, dan di Laboratorium Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, atau laboratorium lainnya yang ditunjuk.
4) Hasil pemeriksaan laboratorium harus disampaikan kepada pemakai
jasa, selambat-lambatnya 7 hari untuk pemeriksaan mikrobiologik
dan 10 hari untuk pemeriksaan kualitas kimiawi.
5) Pengambilan dan pemeriksaan sampel air minum dapat dilakukan
sewaktu-waktu bila diperlukan karena adanya dugaan terjadinya
pencemaran air minum yang menyebabkan terjadinya gangguan
kesehatan atau kejadian luar biasa pada para konsumen.
6) Parameter kualitas air yang diperiksa:
Dalam rangka pengawasan kualitas air minum secara rutin yang
dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, maka parameter
kualitas air minimal yang harus diperiksa di Laboratorium adalah
sebagai berikut:
-
Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan:
67
a. Parameter Mikrobiologi:
1) E. Koli
2) Total Koliform
b. Kimia an-organik:
1. Arsen
2. Fluorida
3. Kromium-val.6
4. Kadmium
5. Nitrit, sbg-N
6. Nitrat, sbg-N
7. Sianida
8. Selenium
-
Parameter yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan:
a. Parameter Fisik:
(1) Bau
(2) Warna
(3) Jumlah zat padat terlarut (TDS)
(4) Kekeruhan
(5) Rasa
(6) Suhu
b. Parameter Kimiawi:
(1) Aluminium
(2) Besi
68
(3) Kesadahan
(4) Khlorida
(5) Mangan
(6) pH
(7) Seng
(8) Sulfat
(9) Tembaga
(10) Sisa Khlor
(11) Amonia
Dengan kata lain tindakan pengawasan terhadap kualitas air minum harus
dilakukan secara berkala, karena air yang digunakan untuk kepentingan umun
harus diuji kualitas airnya, sehingga dalam hal ini perlu adanya pengawasan
terhadap air minum yang akan di konsumsi oleh masyarakat, dimana pengawasan
kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air
yang dapat mengganggu dan membahayakan kesehatan, serta meningkatkan
kualitas air.
69
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Pendekatan
Metode pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode
pendekatan yuridis normatif, yaitu :
Pendekatan yang menggunakan konsepsi legistis positivis, yaitu
mengemukakan bahwa hukum identik dengan norma-norma
tertulis yang dibuat dan diundangkan oleh lembaga atau pejabat
yang berwenang. Konsepsi ini juga melihat hukum sebagai suatu
sistem normatif yang mandiri, bersifat tertutup dan terlepas dari
kehidupan masyarakat dan mengabaikan norma yang ada selain
norma hukum.37
B. Spesifikasi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif, yaitu :
Suatu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan
atau gejala dari obyek yang akan diteliti tanpa bermaksud
mengambil kesimpulan yang berlaku umum. Suatu penelitian
deskriptif dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti
mungkin tentang manusia , keadaan atau gejala-gejala lainnya
dengan membatasi permasalahan dan pendekatannya.38
C. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) Tirta Gold,
Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas dan Perpustakaan Fakultas Hukum
Universitas Jenderal Soedirman.
D. Sumber Data
1. Data Sekunder
37)
Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta, PT Ghalia
Indonesia, 1985), Hal 11.
38)
Ibid, Hal 166
70
Data sekunder adalah data yang bersumber dari peraturan perundangundangan yang berlaku, buku-buku literatur dan dokumen-dokumen yang
relevan dengan obyek penelitian.
2. Data Primer
Penunjang data sekunder berupa keterangan-keterangan secara langsung
diperoleh dari Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) Tirta Gold dan
pihak-pihak atau staf Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas.
E. Metode Pengumpulan Data
1. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dengan cara melakukan studi pustaka terhadap
peraturan perundang-undangan, buku-buku literatur dan dokumendokumen yang berhubungan dengan obyek penelitian yang selanjutnya
dipelajari sebagai satu kesatuan yang utuh.
2. Data Primer
Data primer merupakan penunjang data sekunder diperoleh dengan cara
mengadakan
wawancara
bebas
terpimpin
yaitu
dengan
cara
mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan terlebih dahulu yang sesuai dengan
masalah tersebut secara relevan dimana unsur kebebasan masih
dipertahankan sehingga kewajaran dapat dicapai.
F. Metode Penyajian Data
Metode penyajian data dalam penyusunan penelitian ini akan disajikan
dalam bentuk uraian yang disusun secara sistematis. Artinya adalah kesuluruhan
data yang diperoleh akan dihubungkan satu dengan yang lainnya, disesuaikan
71
dengan pokok permasalahan sehingga tercipta satu kesatuan yang utuh tentang
masalah yang diteliti.
G. Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
normatif kualitatif, yaitu data yang telah diperoleh dianalisis berdasarkan pada
teori-teori dan peraturan perundang-undangan berlaku dan berkaitan dengan
permasalahan yang diteliti.
72
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang diadakan, maka dapat diuraikan mengenai
data yang diperoleh sebagai berikut :
a. Data Sekunder
1.1. Pengertian.
1. Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa
proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum Pasal 1 ayat (1) Keputusan Menteri Kesehatan
No.492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air
Minum.
2. Pengguna air minum isi ulang adalah setiap orang yang
mengkonsumsi produk air minum isi ulang di Depot Air Minum Isi
Ulang (DAMIU).
3. Depot air minum isi ulang adalah badan usaha yang mengelola air
minum untuk keperluan masyarakat dalam bentuk curah.
4. Sampel air adalah air yang diambil sebagai contoh yang digunakan
untuk keperluan pemeriksaan laboratorium yang dapat terdiri dari air
minum dan atau air baku Pasal 1 ayat (2) Keputusan Menteri
Kesehatan No.492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum.
73
5. Bangunan adalah tempat atau ruangan yang digunakan untuk
melakukan kegiatan produksi, penyimpanan dan pembagian air
minum.
6. Hygiene sanitasi adalah usaha yang dilakukan untuk mengendalikan
faktor-faktor air minum, penjamah, tempat dan perlengkapan yang
dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau ganguan
kesehatan lainnya.
7. Dinas kesehatan adalah dinas kesehatan kabupaten/kota dan khusus
di daerah pelabuhan oleh kantor kesehatan pelabuhan.
1.2. Transaksi Air Minum Isi Ulang
Ada sebuah tahapan yang terjadi sebelum konsumen memutuskan
untuk membeli dan memakai produk yang ditawarkan oleh pelaku usaha.
Pada tahap ini pelaku usaha yaitu DAMIU Tirta Gold melakukan
penawaran (offer) kepada konsumen. Penawaran ini dapat dilakukan
secara langsung kepada konsumen. Bila calon konsumen menerima
penawaran, maka terjadilah transaksi atau dalam bahasa hukum terjadi
perjanjian. Pihak-pihak yang dimaksud yaitu penjual dan pembeli dalam
hal ini adalah mahasiswa dan warga sekitar. Pada tahap ini para pihak
menyepakati apa yang menjadi hak dan kewajiban masing-masing pihak,
dimana air yang dibeli oleh konsumen harus sudah memenuhi persyaratan
kesehatan yang diatur pemerintah. Kesepakatan ini kemudian dapat di
tuangkan kedalam suatu perjanjian tertulis yaitu penjual memberikan
semacam bukti pembayaran kepada pembeli dalam bentuk nota. Setelah itu
74
barulah para pihak harus melaksanakan semua kewajiban yang telah
disepakati sebelumnya.
1.3. Persyaratan Kualitas Air Minum
Menurut
Pasal
3
Permenkes
No.492/MENKES/PER/IV/2010
Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, Persyaratan kualitas air yang
aman diminum meliputi persyaratan bakteriologis, kimiawi dan radioaktif
dan fisik.
Faktor fisik dapat berupa benda-benda mati mulai dari yang halus
sampai yang kasar, kondisi alam seperti cuaca, suhu, getaran, benturan dan
sejenisnya.
Faktor kimia adalah bahan-bahan organik dan anorganik yang
mungkin terlarut kedalam air minum ataun benda dalam sarana
pengolahan, penyimpanan dan pembagian air minum yang dapat larut
kedalam air.
Faktor biologis adalah mikrobiologi seperti jasad renik pathogen
seperti bakteri, virus, kapang dan jamur yang membahayakan kesehatan.
Faktor biologi juga dapat berupa manusia yang menangani air minum
dalam seluruh rangkaian proses pengolahan, karena sebagai sumber
pencemar, perilaku yang tidak sehat atau kurangnya perhatian terhadap
keamanan dan keselamatan air minum.
Pasal 3 ayat (4) menyebutkan bahwa peryaratan kesehatan air minum
sebagaimana disebutkan pada ayat (1) tercantum dalam lampiran 1
keputusan ini. Dalam pemeriksaan air nya harus memenuhi persyaratan
75
wajib parameter kualitas air minum, persyaratan tersebut adalah sebagai
berikut:
1.3.1. Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan.
1.3.1.1. Mikrobiologi
Parameter
Satuan
Air minum
E Coli atau Fecal
Coli
Total bakteri
Coliform
Jumlah per
100ml
sample
Jumlah per
100ml
sample
Kadar maksimum yang
diperbolehkan
ket
0
0
1.3.1.2. Kimia an-organik
Parameter
Satuan
Arsenik
Flouride
Total kromium
Cadmium
Borom
Nitrit (sbgNO2)
Nitrat (sbgNO3)
Sianida
Selenium
(mg/liter)
(mg/liter)
(mg/liter)
(mg/liter)
(mg/liter)
(mg/liter)
(mg/liter)
(mg/liter)
(mg/liter)
Kadar
maksimum yang
diperbolehkan
0,01
1,5
0,05
0,003
0,3
3
50
0,07
0,01
ket
1.3.2. Parameter yang tidak langsung berhubungan dengan
kesehatan.
1.3.2.1. Parameter Fisik.
Parameter
1.
Parameter fisik
Satuan
2.
76
Kadar
maksimum yang
diperbolehkan
3.
Ket
4.
Warna
Rasa dan bau
TCU
15
-
0
Temperatur
Kekeruhan
Total zat padat
terlarut (TDS)
Tidak berbau
dan berasa
Suhu udara +30
5
500
C
NTU
(mg/liter)
1.3.2.2. Parameter Kimiawi.
Parameter
Ammonia
Alumunium
Chloride
Kesadahan
Besi
Mangan
PH
Sulfat
Seng
Tembaga
Satuan
(mg/liter)
(mg/liter)
(mg/liter)
(mg/liter)
(mg/liter)
(mg/liter)
(mg/liter)
(mg/liter)
(mg/liter)
kadar
maksimum
yang
diperbolehkan
1,5
0,2
250
500
0,3
0,4
6,5-8,5
250
3
2
Ket
Dari persyaratan parameter wajib diatas, kualitas air minum
sebagaimana disebutkan dalam Permenkes No.492/MENKES/PER/I
V/2010, yang meliputi persyaratan Mikrobiologi, Kimia, dan fisik,
dapat
dikatakan
parameter
tersebut
wajib
dilakukan
pula
pemeriksaannya kepada pengelola penyedia air minum isi ulang
khususnya Tirta Gold.
Sama halnya dengan pemeriksaan persyaratan kualitas air
DAMIU Tirta Gold yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan dibantu
Puskesmas II Purwokerto utara. Pengecekan persyaratan kualitas air
77
minum tersebut dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat
dengan tahapan sebagai berikut ;
Parameter
Kadar Maksimum Hasil
yang
Pemeriksa
diperbolehkan
an
Satuan
A. Bakteriologis
1. E Coli atau Fecal Coli
2. Total bakteri Coliform
B. Kimia
1.Ph
2. Nitrat
3. Nitrit
4. Zat organic
5. Mangan
6. Besi
7. Kesadahan
8. Klorida
9.Flouride
10. Sisa Chlor
C. Fisik
1.Temperatur
2. Bau
3. Rasa
4. Warna
5. Kekeruhan
6. TDS
Jumlah per 100
ml sampel
Jumlah per 100
ml sampel
0
0
0
0
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
6,5-8,5
50
3
10
0,1
0,3
500
250
1,5
0,2-1,0
6,8
*)
*)
*)
*)
*)
*)
*)
*)
**)
Suhu udara ±30C
Tidak berbau
Tidak berasa
15
5
500
*)
*)
*)
*)
*)
*)
o
C
TCU
NTU
mg/l
Pertimbangan
(kelas
kualitas air)
Memenuhi
syarat A
Memenuhi
syarat A
Memenuhi
syarat
Keterangan :
*) . Tidak diperiksa
**). Tidak terdeteksi
1.4. Pengawasan kualitas air minum
Berdasarkan
Permenkes
No . 907 / Menkes / SK / VII / 2002,
pengawasan kualitas air minum dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota Pasal 4 ayat (1), meliputi :
1.4.1. Inspeksi sanitasi dan pengambilan sampel air.
78
Dalam hal ini pihak Dinas Kesehatan Kabupaten purwokerto
yang dibantu oleh puskesmas II purwokerto utara telah
melaksanakan inspeksi sanitasi dan pengambilan sampel air ke
DAMIU Tirta Gold, mengenai pemeriksaan laboratorium dan
pengambilan sampel didasarkan pada ketentuan Permenkes ini.
Penyelenggaraan pengawasan yang dimaksud dalam pasal 4 ayat
(1) tercantum dalam lampiran Keputusan. Pengambilan sampel
air minum isi ulang Tirta Gold untuk jumlah, frekuensi dan titik
sampel guna penyediaan air minum kemasan dan atau kemasan
isi ulang harus dilaksanakan sesuai kebutuhan, dengan ketentuan
minimal sebagai berikut :
1. Pemeriksaan kualitas bakteriologi
Jumlah minimal sample air minum pada penyediaan air
minum kemasan dan atau kemasan isi ulang adalah sebgai
berikut :
-
Air baku diperiksa minimal satu sampel tiga bulan
sekali.
-
Air dalam kemasan minimal dua sampel satu bulan
sekali
2. Pemeriksaan kualitas kimiawi
Jumlah minimal sampel air minum adalah sebagai berikut :
-
Air baku diperiksa minimal satu sampel enam bulan
satu kali.
79
-
Air dalam kemasan minimal satu sampel tiga bulan satu
kali.
3. Pemeriksaan kualitas air minum
Dilakukan di lapangan dan di laboratorium Dinas Kesehatan
Kabupaten/kota atau laboratorium lainnya yang ditunjuk.
Sesuai dengan Pasal 6 Keputusan Menteri Kesehatan
No.907/MENKES/SK/2002
pemeriksaan
sampel
air
yang
menyebutkan
minum
bahwa
dilaksanakan
di
laboratorium pemeriksaan kualitas air minum yang ditunjuk
oleh pemerintah kabupaten/kota.
4. Hasil pemeriksaan laboratorium harus disampaikan kepada
pemakai
jasa,
pemeriksaan
selambat-lambatnya
mikrobiologi
dan
tujuh
hari
untuk
sepuluh
hari
untuk
pemeriksaan kimiawi
5. Pemeriksaan dan pengambilan sampel air minum dapat
dilakukan sewaktu-waktu bila diperlukan karena adanya
dugaan adanya pencemaran air minum yang menyebabkan
terjadinya ganguan kesehatan atau kejadian luar biasa pada
para konsumen.
Dari paparan mengenai pengawasan air minum diatas, Pengambilan
sampel air minum isi ulang Tirta Gold untuk jumlah, frekuensi dan titik
sampel guna penyediaan air minum kemasan dari pemeriksaan
bakteriologi, kimiawi dan kualitas air minum masing-masing diperiksa
80
untuk bakteriologi 1 (satu) bulan sekali, kimiawi dan fisik 6 (enam) bulan
sekali setiap pengambilan sampel, untuk menetukan kandungankandungan yang ada dalam setiap parameter. Rinciannya adalah sebagai
berikut :
a. Dalam pemeriksaan parameter bakteriologi air bakunya diperiksa
setiap pengisian satu sampel 1 (satu) tahun sekali yang mana
seharusnya minimal harus 2 (dua) kali dalam setahun setiap
pengambilan air baku dan air dalam kemasan diperiksa satu sampel
1 (satu) bulan sekali namun pada bulan Juni 2011 Tirta Gold tidak
memenuhi syarat bakteriologis pemeriksaan air produknya.
b. Parameter kimiawi air bakunya juga diperiksa satu tahun satu kali,
dan air dalam kemasannya 1 (satu) tahun sekali yang mana
seharusnya harus 2 (dua) kali dalam setahun.
Penjelasan
tersebut
berdasarkan
data
hasil
Pemeriksaan
Laboratorium air baku dan air produk wilayah Puskesmas II Purwokerto
Utara, Yaitu termasuk dalam pengawasan berkala oleh Dinas Kesehatan
yang dibantu oleh Puskesmas II Purwokerto Utara pada tahun 2011.
Dapat dikatakan idealnya suatu DAMIU apabila telah memenuhi
persyaratan setiap tahunnya dengan tabel sebagai berikut :
Jenis
Pemeriksaan
1
2
3
81
Waktu
pemeriksaan
4
6
5
7
8
Laboratorium
9
10
11
12
I. Air baku
Fisika
√
Kimia
√
Bakteriologi
√
II. Air produk
Fisika
√
√
Kimia
√
√
Bakteriologi
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
1.4.2. Analisis hasil laboratorium dan pemberian rekomendasi.
Setelah dilakukan pemeriksaan atas pengambilan sampel yang
diuji di laboratorium, ketika hasil pemeriksaan tersebut
kandungan airnya diketahui berbahaya untuk dikonsumsi, maka
tindakan
selanjutnya
dari
Dinas
kesehatan
memberikan
rekomendasi semacam pembinaan langsung dalam bentuk
kunjungan lapangan guna mengatasi masalah yang ditemui dari
hasil kegiatan laboratorium, dan hasil rekomendasi ini ditujukan
pada pengelola atau penyedia air minum, dan hal ini dapat
dilakukan sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan dahulu kepada
pemilik DAMIU.
1.4.3. Tindak lanjut upaya penanggulangan
Apabila sudah dipastikan dalam pemeriksaan laboratorium air
yang diperiksa berbahaya untuk dikonsumsi, maka Dinas
kesehatan akan melakukan upaya penanggulangan di lapangan
atau ditempat DAMIU tersebut dalam bentuk diadakannya
82
√
pemeriksaan kesehatan dengan menggunakan pendekatan serta
penyelidikan atas dampak yang dihasilkan air minum tersebut
terhadap konsumen DAMIU.
1.4.4. Pengawasan kualitas air oleh kepala Dinas Kesehatan.
Hasil pemeriksaan kualitas air wajib dilaporkan secara berkala
oleh kepala Dinas Kesehatan setempat kepada pemerintah
kabupaten/kota setempat secara rutin, minimal setiap tiga bulan
sekali, dan apabila terjadi kejadian luar biasa karena terjadinya
penurunan kualitas air minum dari penyediaan air minum
tersebut, maka pelaporannya wajib langsung dilakukan dengan
tembusan kepada Dinas Kesehatan Propinsi dan Direktur
Jenderal.
Menurut Pasal 5 ayat (1) Keputusan Menteri Kesehatan
No.907/MENKES/SK/2002, menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan
pengawasan kualitas air minum, Dinas Kesehatan kabupaten/kota dapat
menentukan parameter kualitas air minum yang akan diperiksa, sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi daerah tangkapan air, instansi pengolahan
air dan jaringan perpipaan.
1.4.5. Jenis-jenis pengawasan kualitas air.
1.4.5.1. Pengawasan eksternal meliputi :
1.4.5.1.1. Pengawasan berkala.
a. Pemeriksaan lapangan dengan melakukan kunjungan ke
perusahaan Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) paling
83
sedikit dua kali dalam setahun yang dilakukan oleh
petugas sanitasi dari organisasi asosiasi atau organisasi
yang
terdaftar
lainnya.
Petugas
kesehatan
yang
menangani HSMM (Hygiene Sanitasi Makanan dan
Minuman) Dinas
dibantu
Kesehatan
sanitarian
kabupaten Banyumas
puskesmas.
Pengawasan
rutin
menggunakan formulir DAM 2 sebagai pemantau
kualitas Hygiene Sanitasi depot yang telah mendapat
Sertifikat Laik Hygiene Sanitasi (SLHS) dan mempunyai
izin usaha.
b. Pengambilan
contoh
dan
specimen
dikirim
ke
laboratorium untuk menganalisa tingkat pemcemaran
minuman pada suatu waktu, atau dalam rangka uji petik
pengawasan atau pada saat terjadi peristiwa Kejadian
Luar Biasa (KLB) keracunan
c. Pemeriksaan
contoh
dan
spesimen
dilakukan
di
laboratorium yang telah mendapatkan akreditasi sesuai
peraturan perundangan yang berlaku.
Berdasarkan data yang ditemukan dalam hasil penelitian,
Pengawasan dan pemeriksaan berkala yang dilakukan oleh pihak Dinas
Kesehatan, berupa Data Tabel Rekapitulasi Pemeriksaan Sampel DAMIU
di Kabupaten Banyumas bulan Januari-Desember Tahun 2011 adalah
sebagai berikut :
84
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
Puskesmas
Lumbir
Wangon 1
Wangon 2
Jatilawang
Rawalo
Kebasen
Kemranjen
1
Kemranjen
2
Sumpiuh 1
Sumpiuh 2
Tambak 1
Tambak 2
Somagede
Kalibagor
Banyumas
Patikraja
Purwojati
Ajibarang 1
Ajibarang 2
Gumelar
Pekuncen
Cilongok 1
Cilongok 2
Karang
lewas
Pwt barat
Pwt timur 1
Pwt timur 2
Pwt selatan
Pwt utara 1
Pwt utara 2
Sokaraja 1
Sokaraja 2
Kembaran 1
Kembaran 2
Sumbang 1
Sumbang 2
Kedung
banteng
Jmlh
DAM
Pemeriksaan air baku
Pemeriksaan air produk
2
9
0
0
1
1
Bakteri
MS TM
2
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
Kimia
MS TM
2
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
Bakteri
MS TM
3
0
11 1
0
0
0
0
1
0
2
0
kimia
MS TM
2
0
1
0
0
0
0
0
0
0
2
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
7
0
1
0
0
1
5
6
9
0
3
1
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
5
1
3
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
1
0
1
0
2
0
0
0
0
0
5
2
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
1
27
0
1
0
0
1
8
5
22
0
3
2
0
6
0
1
4
0
0
0
0
0
0
2
6
0
1
4
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
5
4
6
0
0
0
0
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4
2
8
2
25
4
14
7
4
9
4
6
2
2
1
2
2
3
0
1
2
0
4
0
0
0
0
0
0
1
1
0
3
1
1
1
0
2
0
2
1
2
2
4
1
1
1
1
4
0
2
0
4
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
7
5
46
2
68
2
107
11
20
28
7
33
16
4
0
1
0
6
2
8
2
3
3
4
4
2
3
3
2
2
7
2
1
4
1
5
1
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
5
0
3
1
2
5
3
3
1
85
Ket
38
39
Baturaden 1 1
Baturaden 2 0
jumlah
146
%
65,7
• Keterangan
1
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
30
18
40
11
451 61
66
34
78,7 21,3 88
12
: Jumlah DAMIU yang mempunyai izin
1
0
61
96,5
adalah
0
0
2
3,5
213 DAMIU.
Dari keterangan rekapitulasi tersebut, Tirta Gold termasuk dalam
wilayah
dari
pengawasan Puskesmas Purwokerto Utara II, yaitu
berdasarkan Laporan Peningkatan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum
Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas Tahun 2011, DAMIU yang
terdaftar dan menjadi sampel uji petik di wilayah Puskesmas II Purwokerto
Utara ada 6 (enam) dari 14 DAMIU, dan ke enam DAMIU tersebut
khususnya Tirta Gold memenuhi persyaratan kualitas air minum yang
baik. Perincian hasil data uji petiknya sebagai berikut :
Puskesmas
Nama
DAMIU
Purwokerto
II Utara
Bio Water
Q-TA
OXI-PLUS
Tirta Gold
UVITA
TIRTA
SARI
Alamat
Juml
ah
sam
pel
Jl.Kampus No 3 1
Grendeng
Jl.HR.Bunyamin 1
Grendeng
Jl.Madrani No.14 1
Grendeng
Jl.Kenanga No. 1
24 Grendeng
Jl.dr Suparno No. 1
24 Kr.Wangkal
Jl.Riyanto No.32 1
Sumampir
86
Hasil Pemeriksaaan
Bakteri Kimia
Penyimpang
0
-
0
-
0
-
0
-
0
-
0
-
1.4.5.1.2.
Penyuluhan
a. Penyuluhan dalam bentuk kursus penjamah bagi pegawai
depot Tirta Gold dan karyawan Tirta Gold yang melayani
langsung produk air minum.
b. Penyelenggaraan penyuluhan dan atau kursus dilakukan
oleh asosiasi atau organisasi lain yang telah terakreditasi
sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
c. Pertemuan
berkala,
pengembangan
usaha
seminar
atau
dilaksanakan
sarasehan
oleh
untuk
organisasi
asosiasi.
1.4.5.1.3.
Uji petik.
Uji petik adalah pengawasan yang dilaksanakan untuk
menilai kondisi fisik bangunan, fasilitas dan lingkungan
DAMIU Tirta Gold, tingkat pencemaran air baku dan air
minum secara insidental yang dilakukan oleh petugas Dinas
Kesehatan Kabupaten Banyumas. Setiap saat dilakukan
pengambilan sampel air produk isi ulang oleh tenaga sanitarian
dari Dinas Kesehatan kabupaten Banyumas tanpa atau dengan
pemberitahuan terlebih dahulu untuk diperiksa di laboratorium
terakreditasi. Uji petik ini meliputi:
1. Lokasi
Bangunan harus ada dilokasi yang bebas dari pencemaran,
seperti:
87
a. Daerah tergenang air dan rawa, tempat pembuangan
kotoran dan sampah, penumpukan barang-barang bekas
atau bahan berbahaya dan beracun termasuk daerah lain
yang diduga dapat menimbulkan pencemaran terhadap air
minum.
b. Perusahaan lain yang menimbulkan pencemaran seperti
bengkel.
c. Tempat pembuangan kotoran limbah umum, terminal bus
atau daerah padat pencemaran lainnya.
2. Bangunan
a. Bangunan harus kuat, aman dan mudah dibersihkan dan
mudah pemeliharaannya.
b. Tata ruang usaha DAMIU paling sedikit terdiri dari:
-
Ruangan proses pengolahan.
-
Ruangan tempat penyimpanan.
-
Ruangan tempat pembagian penyediaan.
-
Ruang tunggu pengunjung.
c. Lantai
-
Bahan kedap air.
-
Permukaan rata, halus tetapi tidak licin, tidak
menyerap debu dan mudah dibersihkan.
-
Kelandaiannya
pembersihan.
88
cukup
untuk
memudahkan
-
Selalu dalam keadaan bersih dan tidak berdebu.
d. Dinding
-
Bahan kedap air.
-
Permukaan rata, halus, tidak menyerap debu dan
mudah dibersihkan.
-
Warna dinding cerah dan terang.
-
Selalu dalam keadaan bersih, tidak berdebu dan
bebas dari pakaian tergantung.
-
Khusus
dinding
yang
berhubungan
dengan
semprotan air harus rapat air setinggi minimal 2
meter dari lantai.
e. Atap dan langit-langit
-
Atap bangunan harus halus, menutup sempurna,
tahan terhadap air dan tidak bocor.
-
Kontruksi atap dibuat anti tikus.
-
Langit-langit harus menutup sempurna seluruh
ruangan.
-
Bahan langit-langit harus kuat, tahan lama dan
mudah dibersihkan dan tidak menyerap debu.
-
Permukaan langit-langit rata dan berwarna terang
-
Selalu dalam keadaan bersih dan tidak berdebu.
-
Tinggi langit-langit minimal 3 meter dari lantai
89
f. Pintu
-
Bahan pintu harus kuat, taha lama dan tidak
mengeluarkan zat beracun.
-
Permukaan
rata,
halus,
terang
dan
mudah
dibersihkan.
-
Pemasangan rapih sehingga dapat menutup dengan
baik.
-
Membuka kedua arah.
-
Selalu dalam keadaan bersih dan tidak berdebu.
g. Jendela
-
Jendela depot harus terbuat dari bahan yang tembus,
sehingga proses pengolahan dapat terlihat jelas.
-
Dibuat dari bahan yang tahan lama.
-
Permukaan rata, halus, berwarna terang dan mudah
dibersihkan.
-
Tinggi sekurang-kurangnya 1 meter diatas lantai.
-
Luasnya disesuaikan dengan kegunaan.
h. Pencahayaan
Permukaan tempat kerja dan ruangan pengolahan dan
penyimpanan
mendapat penyinaran cahaya baik alam
maupun buatan.
i. Ventilasi
-
Menjamin terjadinya peredaran udara dengan baik.
90
-
Tidak mencemari proses pengolahan dan air minum.
-
Menjaga suhu tetap nyaman dan sesuai kebutuhan.
j. Sekat pemisah
-
Setiap sekat bangunan depot untuk pencucian,
pengisian dan pengolahan harus dari bahan yang
kuat
tidak
melarutkan
bahan
serta
mudah
dibersihkan.
-
Kontruksi sekat pemisah harus menjamin tidak dapat
dimasuki serangga atau tikus.
k. Dampak radiasi
-
Setiap proses memungkinkan terjadinya dampak
radiasi
harus
dilakukan
perlindungan
yang
dibutuhkan.
-
Untuk mengatur dampak radiasi, harus dilakukan
pengujian secar berkala sesuai kebutuhan.
3. Fasilitas sanitasi
Depot sedikitnya harus menyediakan fasilitas sanitasi sebagai
berikut :
a. Tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun
pembersih dan saluran limbah.
b. Menyediakan satu unit dispenser untuk air minum contoh
bagi pengunjung.
91
Dari definisi dan penjabaran uji petik di atas, dapat kita
deskripsikan bahwasanya kegiatan ini merupakan salah satu
bentuk Inspeksi sanitasi semacam kroscek ulang yang
dilakukan sewaktu-waktu oleh Dinas terkait untuk melihat
perkembangan dari kualitas DAMIU secara keseluruhan,
apakah masih layak atau tidak dalam menyelenggarakan
produksi air minum. Kegiatan uji petik yang dilakukan di Tirta
Gold mengenai ketentuan mengenai fisik bangunan, fasilitas
dan lingkungan DAMIU sebagian besar persyaratan sudah
terpenuhi. Data perincian uji petiknya pada tanggal 16 Januari
2012 sebagai berikut :
1. Mengenai data keadaan umum depot air minum nya,
hanya
masalah
pembilasan
galon
Tirta
Gold
menggunakan air biasa tidak dengan Ozon dan di Tirta
Gold belum menyediakan adanya dispenser.
2. Pemeriksaan fisik Depot air minum isi ulangnya Tirta
Gold tidak mempunyai alat bukti tertulis/sertifikat air
baku berasal dari sumber air tertentu, tidak memiliki
penunjuk alat penunjuk tekanan air dan tidak memiliki
contoh prodak air minum sebagai sampel.
3. Saran perbaikan dari atas hasil Inspeksi Sanitasi ini
adalah :
a. Disediakan tempat cuci tangan
92
b. Tidak menyediakan galon lebih dari 24 buah.
c. Perilaku hidup bersih ditingkatkan.
d. Kawasan bebas asap rokok.
e. Disediakan sampel air minum untuk konsumen.
f. Disediakan tempat sampah yang tertutup.
g. Tidak berkuku panjang dan tidak merokok saat
melayani konsumen.
1.4.5.1.4.
Pembinaan.
Hasil pemeriksaan berkala DAMIU dilaporkan oleh
organisasi/lembaga
kepada
kepala
Dinas
Kesehatan
Kabupaten Banyumas untuk selanjutnya dibuatkan laporan
pengawasan dan pemeriksaan DAMIU kepada Bupati dengan
umpan balik kepada organisasi/lembaga yang mengeluarkan
sertifikat/plakat Laik Hygiene Sanitasi (SLHS). Berkaitan
dengan hal ini pembinaan yang dilakukan oleh pihak Dinas
Kesehatan
1.4.5.2. Pengawasan internal.
Pengawasan
yang
dilakukan
oleh
pemilik
atau
penanggung jawab operator Depot Air Minum Isi Ulang terhadap
kualitas bakteriologi, kimia maupun air bakunya, Pengusaha dan
atau penanggung jawab usaha DAMIU wajib melaksanakan
pengawasan internal dengan menggunakan jaminan mutu/produk,
cara produksi yang baik atau menerapkan Analisa Bahaya Titik
93
Kendali Kritis. Selain itu membantu kelancaran pelaksanaan
pengawasan
oleh
petugas
sanitarian
dari
Dinas
atau
lembaga/asosiasi yang datang melakukan pemeriksaan. Setiap
pengiriman air baku harus diperiksa kebenaran sumber air dan
kualitas sumber air baku dengan pemeriksaan cepat lapangan.
Artinya DAMIU Tirta Gold harus selalu melakukan pengawasan
internal dengan memeriksa secara berkala jaringan perpipaanya
misalnya dikhawatirkan terjadinya korosif pada pipa, namun
sampai saat ini data untuk pengawasan internal secara berkala di
Tirta Gold belum belum ditemukan, artinya belum dilaksanakan
sepenuhnya oleh Tirta Gold. Pengawasan internalnya hanya
dilakukan dalam bentuk perintah lisan oleh pemilik DAMIU
kepada karyawan atau operator DAMIU Tirta Gold untuk
melakukan pengawasan internal secara berkala dalam bentuk
pengecekan-pengecekan mulai dari instalasi sampai pada
pengisian air produk (galon).
1.4.5.3. Pengawasan organisasi
Pengawasan DAMIU dapat dilaksanakan oleh Asosiasi
Profesi bersamaan dengan Dinas atau Lembaga yang telah terdaftar
di pemda yang mengeluarkan sertifikat/plakat Hygiene Sanitasi
atau mitra lainnya dengan melakukan pengawasan terhadap
kualitas fisik bangunan dan instalasi depot air minum isi ulang
(form DAM 4) secara berkala setiap 6 bulan sekali dan melaporkan
94
hasilnya ke Dinas Kesehatan. Asosiasi depot mengusakan
pengadaan peralatan laboratorium sederhana untuk pengawasan
mutu produk secara regular oleh masing-masing pengusaha.
Berkaitan dengan ini Asosiasi DAMIU di Kabupaten Banyumas
sudah tidak aktif lagi sejak dibentuknya pengurus Asosiasi Air
minum isi ulang Kabupaten Banyumas tahun 2008 dengan melihat
data terakhir yang diterima Dinas Kesehatan mengenai pengawasan
berkala DAMIU oleh Asosiasi pada tahun 2009.
1.4.6. Pemantauan kualitas.
1.4.6.1. Pemeriksaan kualitas air DAMIU.
Air minum produksi depot harus sesuai dengan persyaratan
kesehatan air minum yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan RI.
Pemeriksaan dilakukan secara periodik dan teratur sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan yang berlaku di daerah.
Konsumen dapat melakukan pengujian biologis di DAMIU untuk
menambah keyakinan akan kualitas air minumnya. Sementara
pengusaha melakukan uji bakteriologis (E-Coli) dan kimia terbatas
secara rutin.
1.4.6.2. Pemeriksaan pakaian karyawan.
Karyawan harus memakai pakaian kerja yang bersih
berseragam, memakai tutup rambut dan khusus dipakai pada saat
bertugas, serta memakai tanda pengenal sehingga hanya petugas
95
resmi yang berkerja. Karyawan yang dimaksud disini adalah
karyawan yang bertugas mengambil sampel secara berkala.
1.4.6.3. Proses produksi di Tirta Gold.
Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, proses produksi
air minum isi ulang di Tirta Gold berlandaskan pada buku pedoman
pelaksanaan penyelenggaraan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum.
Berhubung DAMIU Tirta Gold menggunakan air jaringan
perpipaan dari PDAM, maka setelah air masuk kedalam tandon
penampungan air baku, selanjutnya air menuju stainless water
pump yang nantinya di tunjukan tekanan air dalam penyaringan
melalui tahap active sand, anthracite filter, granular active carbon
media filter berjalan terus sampai kepada tahap micro filter dengan
pengukuran otomatis dari flow meter dan yang terkahir disinari
dengan Ultra violet/ozon kemudian dilakukan pembilasan barulah
pengsian air minum isi ulangnya.
1.5. Ruang lingkup pengawasan Air Minum.
1.5.1. Pengawasan pengisian air baku meliputi :
a. Desinfeksi dilakukan terhadap keran pengeluaran air pada air
tangki maupun pada kran pengisian depot air, serta pipa penyalur
air baik pada mobil tangki maupun pada depot air. Desinfeksi
dilakukan dengan cara antara lain :
b. Menyiram dengan ozon selama 5 detik.
96
c. Sebelum dilakukan desinfeksi, dilakukan pencucian terlebih
dahulu dengan air minum untuk membersihkan kotoran fisik dan
debu.
d. Untuk mencegah pencemaran baik pada kran pengeluaran air
pada tangki maupun kran pengisian air baku pada depot harus
selalu tertutup dan terlindung dari pencemaran.
e. Sebelum air dialirkan pada kran pengisian depot harus dilakukan
pembilasan pipa penyalur dengan cara membiarkan air terbuang,
baru pipa dimasukan kedalam kran pengisian depot.
f. Bahan kran, pipa penyalur dan peralatan lainnya harus terbuat
dari bahan yang tidak dapat melepaskan zat-zat yang beracun
kedalam air seperti food grade staienlessteel atau wadah berlapis
poly carbonat.
1.5.2. Pengawasan proses pengolahan meliputi :
a. Tandon air baku
1.
Tandon air baku sebagai penyimpan air pertama harus
terlindung dari sinar matahri, jamahan serangga dan tikus
dan tidak menjadi tempat perindukan nyamuk (jentik).
2.
Bahan tandon harus terbuat dari bahan yang dapat
melepaskan zat-zat yang beracun kedalam air seperti food
grade staienlessteel atau wadah berlapis poly carbonat
atau poly vinyl carbonat.
3.
Tandon tidak diisi selain air baku.
97
4.
Lamanya waktu penyimpanan maksimal 1 (satu) bulan
setelah itu air harus dikuras untuk dibersihkan.
5.
Mempunyai saluran pembuangan untuk pembilasan/
pencucian yang dihubungkan kesaluran limbah yang
tertutup.
6.
Pengawasan fisik air baku yaitu harus terlihat/transparan
sampai kebagian dasar tandon.
b. Tabung filter
1.
Tabung filter harus terbuat dari bahan yang mudah
peliharaannya.
2.
Filter memiliki indikator untuk kepentingan pemantauan
dan perbaikan.
3.
Kualitas
filter
harus
mendapat
rekomendasi
dari
departemen kesehatan.
4. Bahan wadah tabung filter harus terbuat dari food grade.
c. Tandon air bersaring
1.
Tandon air tersaring sebagai penyimpanan air yang kedua
harus terlindungi dari jamahan serangga dan tikus dan
tidak menjadi tempat perindukan nyamuk.
2.
Bahan tandon harus terbuat dari bahan yang dapat
melepaskan zat-zat yang beracun kedalam air seperti food
grade staienlessteel atau wadah berlapis poly carbonat
atau poly vinyl carbonat.
98
3.
Tandon tidak diisi selain air tersaring.
4.
Lamanya waktu untuk penyimpanan maksimal
adalah
5x24 jam per pengisian setalah itu air harus dikuras untuk
dibersihkan.
5.
Mempunyai saluran pembuangan untuk pembilasan/
pencucian yang dihubungkan kesaluran limbah yang
tertutup.
d. Micro filter
1.
Micro filter dimaksudkan untuk penyaringan kedua agar
bakteri virus dan partikel halus lainnya dapat tersaring
dengan baik.
2.
Micro filter memiliki indicator untuk pemantauan dan
perbaikan.
3.
Kualitas
filter
harus
mendapat
rekomendasi
dari
departemen kesehatan.
4.
Bahan wadah micro filter harus dari bahan foodgrade.
e. Peralatan sterilisasi / disinfeksi
Peralatan sterilisasi / desinfeksi harus mampu membunuh
kuman pathogen dalam air minum, tetapi tidak menimbulkan
perubahan pada struktur air minum. Kuman yang harus
dibebashamakan adalah E-coli, coliform dan kuman pathogen
lainnya termasuk jamur dan virus.
f. Peralatan pompa dan pipa penyalur air
99
1.
Semua pipa dan bahan penyalur air harus terbuat dari
bahan yang dapat melepaskan zat-zat yang beracun
kedalam air seperti food grade staienlessteel atau wadah
berlapis poly carbonat atau poly vinyl carbonat.
2.
Semua peralatan harus terpasang dalam keadaan tertutup
sehingga tidak ada rembesan atau bocoran yang dapat
menimbulkan pencemaran terhadap kualitas air ataupun
tekanan balik.
3.
Dianjurkan menggunakan peralatan yang tembus pandang
sehingga mudah dilakukan pemantauan.
Berdasarkan pengawasan proses pengolahan, baik dari tahap
tandon air baku, tabung filter, tandon air bersaring, micro filter,
peralatan sterilisasi / disinfeksi peralatan pompa dan pipa penyalur air,
pengawasan dari DAMIU Tirta Gold sudah memenuhi persyaratan
dan selalu mengacu pada buku pedoman hygienitas dan sanitasi depot
air minum isi ulang.
1.5.3. Pengawasan Pelayanan Penjualan Air Minum.
a. Pencucian botol
1.
Botol yang diperbolehkan di isi adalah botol yang
dijamin dalam keadaan bersih dan steril.
2.
Pencucian dilakukan pada semua bagian botol, yaitu
bagian permuakaan dalam, leher dan mulut botol
100
3.
Setelah botol dibersihkan barulah dilakukan sterilisasi
bagian dalam botol dengan cara semprotkan larutan air
mengandung ozon atau penyinaran dengan ultra violet.
4.
Botol yang setelah di sterilkan harus langsung diisi
dengan air minum dari kran pengisian.
b. Cara Pengisian
1.
Petugas yang melakukan pengisian harus bersih, sehat,
tidak batuk, korengan, luka atau berprilaku yang tidak
hygienis lainnya.
2.
Tangan petugas harus dicuci bersih dengan sabun dan
tidak sambil memegang rokok atau makanan.
3.
Pengisian botol dilakukan pada ruangan tertutup yang
tembus pandang sehingga terlihat dari luar.
4.
Pengisian botol dilakukan sedemikian rupa hanya
sampai pundak botol, sehingga tidak terjadi tumpahan
air yang berlebihan yang akan mencemari air minum.
5.
Botol yang sudah terisi penuh segera ditutup dengan
penutup botol yang baru dan steril (dalam kemasan
tertutup)
Mengenai pengawasan proses pengolahan dan pengawasan
pelayanan penjualan air minum, proses pencucian botol-botol galon
DAMIU
Tirta
Gold
melakukan
pencuciannya
masih
belum
berdasarkan pada ketentuan yang tercakup dalam pengawasan dan
101
penjualan air minum, karena terkadang karyawan Tirta Gold tidak
mencuci bagian luar dari wadah galon tetapi hanya bagian dalamnya
saja, kalaupun mau konsumen bisa membersihkan sendiri bagian
luarnya dengan tisu yang diberikan pada saat pengisian ulang air
minum. Berkaitan dengan itu, dalam proses pengisian terkadang
karyawan Tirta Gold memegang makanan yang dikhawatirkan ada zat
dari makanan yang masuk ke dalam air yang telah di isi ulang dan
menyebabkan menurunya kualitas air yang akan diminum.
1.5.4. Pengawasan kebersihan.
a. Tempat cuci tangan
Yang dilengkapi dengan air bersih dan sabun, bagi
karyawan setiap kali melakukan pelayanan penjualan air
minum harus dipelihara kebersihan setiap saat.
b. Kebersihan ruang pengolahan.
1.
Tidak ada sampah yang berserakan dan disediakan
tempat sampah yang tertutup.
2.
Lantai kedap air dan mudah dibersihkan.
3.
Suhu udara cukup sejuk dan tidak pengap.
4.
Cahaya cukup terang sehingga dapat melihat air
dengan jelas.
c. Kebersihan Ruang Pengisian
1.
Tidak ada sampah berserakan dan lingkungannya
bersih.
102
2.
Tidak ada celah yang menjadi sarang tikus.
3.
Lantai kedap air dan mudah dibersihkan.
4.
Semua sambungan pipa atau selang terlihat rapih dan
tidak bocor.
d. Pembuangan sampah dan limbah
1.
Sampah setiap hari dikumpulkan dan dibuang keluar
dari depot air minum.
2.
Limbah dialirkan kesaluran pembuangan limbah yang
tertutup.
3.
Setiap hari lantai selalu dicuci dan dibersihkan.
Berbicara mengenai kebersihan, baik mengenai tempat cuci
tangan, kebersihan ruang pengolahan, kebersihan ruang pengisian dan
pembuangan sampah, Tirta Gold telah melakukan pola hidup bersih
dan sehat dengan selalu melaksanakan saran perbaikan dari hasil uji
petik dan terus memperhatikan lingkungan tempat kegiatan usahanya
yaitu DAMIU Tirta Gold, misalnya dengan memberikan tempat cuci
tangan, menyediakan tempat sampah dan peralatan kebersihan yang
lainnya.
1.5.5. Pengawasan kebersihan dispenser.
a. Dispenser air minum harus selalu dijaga bersih, siap pakai
dan tidak bocor.
103
b. Dianjurkan penyediaan gelas sekali pakai (disposable) yang
terbuat dari poly vinyl carbonat atau gelas. Jika tidak maka
gelas harus selalu dicuci dan selalu dalam keadaan bersih.
Berhubung di DAMIU Tirta Gold belum tersedia
dispenser
sebagai salah satu syarat pengawasan air minum, maka untuk hal
pengawasan kebersihan dispenser belum ada tindakan lebih lanjut dari
DAMIU Tirta Gold.
1.6. Pelayanan dan Penentuan Harga
Pelayanan yang diberikan berupa pemberian informasi layanan
masyarakat dalam bentuk brosur yang dibagikan pada pelanggan atau
konsumen pada DAMIU Tirta Gold.
Berdasarkan brosur yang dikeluarkan atau disebarkan kepada
konsumen, dapat diketahui hal-hal sebagai berikut :
1. Pilihan harga murah dengan variabel yang digunakan dalam
penghitungan harga jual produk air minum isi ulang.
a. Lokasi mata air yang digunakan (jarak dari mata air sampai
depot)
b. Filter-filter yang digunakan dan frekuensi penggantiannya
(sesuai lifetime filter)
c. Layanan-layanan yang diberikan kepada konsumen.
d. Sistem pengawasan kualitas air minum.
2. Penjualan air minum isi ulang dengan system tunggu dan sistem
langganan yaitu dengan layanan antar gratis.
104
3. Keramahan pelayanan.
Konsumen berhak mendapatkan kenyamanan pelayanan saat
melakukan pengisian dan berhak mendapatkan informasi yang
benar seputar produk air minum isi ulang DAMIU Tirta Gold.
1.7. Pencatatan dan pelaporan keluhan konsumen
Adanya keluhan, pengaduan atau tuntutan dari konsumen merupakan
hal penting yang mempengaruhi penilaian pengawasan. Menurut Pedoman
Pengawasan Hygiene Sanitasi DAMIU kabupaten Banyumas, penilaian
pengawasan meliputi :
a. Jumlah DAMIU yang telah terdata, jumlah penjamah, jumlah
penduduk yang dilayani dan sebaran pelayanan DAMIU.
b. Jumlah DAMIU yang telah diberikan Laik Hygiene sanitasi
terhadap depot air minum yang ada.
c. Perkembangan tingkat cemaran DAMIU.
d. Frekuensi pengawasan DAMIU per daerah/wilayah kerja.
e. Jumlah pengusaha dan penjamah yang telah mengikuti kursus
Hygiene Sanitasi.
f. DAMIU dan kapasitas terpasang dalam setahun.
g. Jumlah dan frekuensi kejadian Keadaan Luar Biasa (KLB) akibat
depot air minum di setiap wilayah atau daerah pengawasan.
h. Jumlah keluhan atau pengaduan dari konsumen.
105
Berdasarkan Pedoman Pengawasan Hygiene Sanitasi DAMIU
kabupaten Banyumas, ada beberapa hal yang terkait dengan
adanya pengajuan keluhan dari konsumen, diantaranya yaitu :
1.7.1. Pencatatan
Pencatatan dalam hal ini meliputi pendataan pengusaha air
minum isi ulang dan asosiasi, meliputi :
1. Pemilik/penanggung jawab dan asosiasi Depot air minum
isi ulang.
a.
Pengusaha dan penanggung jawab berkewajiban
melaporkan
kepada
Kabupaten/kota
atau
kepala
Dinas
Kesehatan
kepala
Kantor
Kesehatan
Pelabuhan setempat bilamana diduga terjadi KLB
penyakit akibat air minum isi ulang. Laporan
disampaikan kepada petugas kesehatan terdekat
dengan mengisi formulir.
b.
Pelanggaran terhadap ketentuan yang tercantum di
dalam keputusan ini dikenakan tindakan sesuai
dengan perundang-undangan yang berlaku, seperti :
1. Tindakan
penghentian/penutupan
sementara
kegiatan DAMIU.
2. Tuntutan
pengadilan,
bilamana
diduga
telah
menimbulkan bahaya kesehatan masyarakat seperti
106
Kejadian Luar Biasa / keracunan air minum isi
ulang dan atau kematian.
3. Pencabutan
Laik
Hygiene
Sanitasi
setelah
mendapat pertimbangan organisasi profesi/Asosiasi
DAMIU disertai berita acara pemeriksaan.
2. Petugas kesehatan.
a. Meregister (mencatat) Surat Keterangan Laik Hygiene
Sanitasi Depot Air Minum di wilayah kerjanya dengan
menggunakan format register Laik Hygiene Sanitasi
Depot Air Minum (Form DAM 17).
b. Petugas
pengawas
harus
mencatat
semua
KLB
keracunan secara tertib dan teratur.
c. Petugas menyampaikan laporan berkala berupa
•
Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan dan
tindakan yang dilakukan.
•
Kegiatan lain yang perlu dilaporkan.
d. Pengiriman
tembusan
laporan
dikirim
dilakukan
kepada
berjenjang
Direktorat
dengan
Penyehatan
Lingkungan (Direktorat PL), Ditjen, PP & PL,
Departemen Kesehatan.
3. Masyarakat atau konsumen
Masyarakat
dan/atau
konsumen
pelanggan
dapat
menyampaikan laporan atau keluhan atas pelayanan depot
107
air minum dan atau meminta konfirmasi tentang depot air
minum yang laik hygiene sanitasi kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten atau Kota atau Asosiasi Depot air minum yang
telah terdaftar di Pemerintah Daerah setempat.
1.8. Sanksi
Sanksi yang dikenakan atas perbuatan yang melanggar ketentuan
perundang-undangan,
berdasarkan
pasal
11,
Permenkes
No
907/Menkes/SK/VII/2002 disebutkan bahwa :
“Setiap pengelola penyedia air minum yang melakukan perbuatan
bertentangan dengan ketentuan-ketentuan dalam dalam keputusan ini yang
dapat mengakibatkan gangguan kesehatan masyarakat dan merugikan
kepentingan umum dapat dikenakan sanksi administratif dan/atau sanksi
pidana berdasarkan peraturan yang berlaku.
b. Data Primer
Salah satu cara yang dilakukan penulis dalam pengumpulan data,
yaitu dengan melakukan wawancara kepada pemilik DAMIU Tirta Gold
serta badan atau instansi terkait dalam hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten
Banyumas untuk memperoleh keterangan mengenai tanggung jawab
DAMIU Tirta Gold terhadap konsumen berkaitan dengan kualitas air
minum.
1. Hasil wawancara dengan Pihak Tirta Gold
Penelitian ini dilakukan di Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)
Tirta Gold. DAMIU ini didirikan di atas tanah milik Ibu Rakem yang
108
beralamat Jl. Kenanga No 24 Grendeng Purwokerto Utara atas nama
pemilik saudara Dra Hj Kartini sebagaimana pemegang izin ganguan
berdasarkan
surat
keputusan
Bupati
Banyumas
Nomor
503/1254/BPM/X/2008 dan mulai beroperasi pada tanggal 17 September
2008.
Sumber mata air yang digunakan berasal dari PDAM Purwokerto,
yang terletak ± 5 km dari DAMIU Tirta Gold. Untuk melakukan proses
pengisian dan pengolahan air minum isi ulang diperlukan peralatan sebagai
berikut :
1. Tandon air baku.
2. Stainless water pump.
3. Back washing sistem (active sand media filter, anthracitie meter,
granular active carbon media filter).
4. Micro filter.
5. Flow meter
6. Sinar UV/Ozon
7. Tempat pembilasan
Depot air minum isi ulang (DAMIU) Tirta Gold dalam 1 (satu) hari
rata-rata melakukan pengisian sebanyak ± 40-50 galon, untuk mendapatkan
volume pengisian sebanyak itu perharinya, diperlukan usaha-usaha yang
keras dari pengusaha DAMIU. Salah satunya melalui brosur dan stiker yang
disebarkan kepada masyarakat atau konsumen, yang isinya berupa petunjuk-
109
petunjuk pilihan air yang berkualitas yang layak untuk di konsumsi
konsumen dengan harga Rp.4000,- per galonnya.
Upaya-upaya yang dilakukan untuk menarik konsumen dalam
pelayanan dan penetuan harga berdasarkan brosur tersebut sesuai dengan
komitmen dari DAMIU Tirta Gold yaitu untuk memberikan jaminan
kualitas dan pelayanan yang terbaik. Untuk itu di buktikan pula dengan
terpenuhinya izin-izin dan pengecekan kualitas air minum, sehingga
konsumen lebih mendapat keyakinan akan keamanan dalam mengkonsumsi
air minum isi ulang tersebut.
Diperolehnya izin yang digunakan untuk usaha tersebut didapat
dengan terlebih dahulu dilakukan pengujian laik hygienis sanitasi DAMIU,
berdasarkan intruksi dan surat edaran bupati sebagai rekomendasi untuk
dikeluarkannya surat izin usaha DAMIU oleh pemerintah kabupaten. Hasil
dari pengujian laboratorium baik pemeriksaaan bakteriologis dan kimiawi
itu dipasang di DAMIU Tirta Gold agar konsumen dapat mengetahui
apakah air minum isi ulang produksi DAMIU Tirta Gold telah memenuhi uji
Laik hygienis atau tidak.
DAMIU Tirta Gold sendiri melakukan pengujian bakteriologi secara
rutin yaitu setiap 1 (satu) bulan sekali dan untuk uji laboratorium fisika dan
kimia setiap 6 (enam) bulan sekali.
Selama menjalankan usahanya, DAMIU Tirta Gold sendiri belum
pernah mendapatkan pengaduan dari konsumen mengenai kualitas air
minum isi ulang tersebut, atau pun bentuk tuntutan ganti rugi yang di ajukan
110
oleh konsumen atau pelanggaran air minum isi ulang yang diproduksi oleh
DAMIU Tirta Gold. Namun pemilik DAMIU sendiri telah mengantisipasi
apabila terjadi adanya komplain dari konsumen karena adanya kerugian atau
Keadaan Luar Biasa (KLB), dengan melihat dulu kasusnya apakah kerugian
yang
ditimbulkan
itu
memang
benar-benar
diakibatkan
karena
mengkonsumsi air minum yang di produksi oleh DAMIU Tirta Gold atau
tidak, jika memang terbukti dari hasil penyelidikan dan pemeriksaan Dinas
kesehatan terkait kerugian itu diakibatkan karena mengkonsumsi air minum
yang di produksi oleh DAMIU Tirta Gold, maka pelaku usaha dalam hal ini
yaitu Tirta Gold akan memberikan ganti kerugian berupa pengembalian
uang atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau yang setara
dengan nilainya, atau apabila terjadi KLB maka ganti rugi yang yang
diberikan dalam bentuk perawatan kesehatan atau pemberian santunan yaitu
dengan membayar biaya perawatan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
2. Hasil wawancara dengan pihak Dinas Kesehatan dan Puskesmas.
Berdasarkan keterangan
hasil wawancara dengan pihak Dinas
Kesehatan Kabupaten Banyumas diketahui bahwa pemeriksaan yang
dilakukan tersebut sudah sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dalam
peraturan yang berlaku.
Dilakukannya pengawasan itu sendiri didasarkan pada pedoman
pengawasan Laik Hygiene Sanitasi, sebagai acuan bagi petugas kesehatan
untuk melakukan pembinaan dan pengawasan depot air minum isi ulang
serta acuan bagi pengusaha dan masyarakat dalam meningkatkan kondisi
111
hygiene sanitasi yang diperlukan dalam usaha depot air minum isi ulang.
Selain itu juga tujuan khusus dari adanya pedoman ini adalah agar
terlindungnya
masyarakat
dari
potensi
pengaruh
buruk
akibat
mengkonsumsi air minum yang berasal dari depot. Dengan demikian
masyarakat akan terhindar dari kemungkinan terkena resiko penyakit
bawaan dari air yang dikonsumsi.
Diketahui bahwa setiap pemeriksaan sampel air yang menggunakan
parameter mikrobiologi, kimia dan fisik yang dilakukan oleh Dinas
Kesehatan yang dibantu puskesmas itu tidak gratis begitu saja, artinya biaya
pemeriksaan tersebut dibebankan kepada pelaku usaha. Diketahui
perinciannya untuk pemeriksaan mikrobiologi saja Rp.42.500,- yang harus
dikeluarkan setiap bulan sedangkan untuk satu paket pemeriksaan
mikrobiologi, kimia dan fisik itu Rp.275.000,- untuk biaya setiap 6 (enam)
bulan sekali. Berdasarkan wawancara dari pihak Dinas Kesehatan bagian
P2PL, selain mahalnya harga untuk melakukan pemeriksaan sampel air di
laboratorium, kesadaran pelaku usaha untuk memeriksakan kualitas airnya
semakin rendah, hal ini dibuktikan dengan catatan pelaporan pengambilan
sampel yang masuk di laboratorium Dinas Kesehatan semakin menurun,
sehingga pihak Dinas Kesehatan menyimpulkan dari hasil pemeriksaan
Laboratorium air baku dan air produk wilayah Puskesmas II purwokerto
Utara, dari 14 DAMIU 3 (tiga) diantaranya tidak memenuhi persyaratan
pemeriksaan bakteriologi, namun Tirta Gold tidak termasuk ketiga DAMIU
yang tidak memenuhi persyaratan tersebut, hanya saja dibulan Juni tahun
112
2011 Tirta Gold pernah tidak memenuhi persyaratan bakteriologinya.
Maksud dari tidak memenuhi syarat disini bukan berarti berbahaya atau
tidak layak konsumsi, melainkan ada kemungkinan kandungan air tersebut
punya pengaruh langsung terhadap tubuh, sehingga dibutuhkan upaya
penanggulangan oleh pihak Dinas Kesehatan.
Ditambah pihak asosiasi DAMIU sekarang sudah tidak aktif, yang
diketahui dahulunya Asosiasi ini saling mendukung antar sesame DAMIU,
namun sekarang antar DAMIU tersebut saling bersaing untuk mendapatkan
keuntungan masing-masing dengan secara tidak sehat, justru ini yang
menimbulkan kepasifan dari Asosiasi, sehingga hal itu dapat berpengaruh
pula terhadap tindakan pengawasan mengenai kualitas air minum yang
dilakukan Asosiasi tersebut. Diketahui data terakhir yang diterima Dinas
Kesehatan oleh Asosiasi adalah pada tahun 2009 sampai 2010, setelah itu
tidak ada pengawasan kembali oleh Asosiasi DAMIU. Artinya setelah tahun
2010 sudah tidak ada bentuk pengawasan lagi dari Asosiasi, padahal Sejauh
ini
pihak
Dinas
Kesehatan
selalu
memfasilitasi
terselenggaranya
pengawasan DAMIU oleh Asosiasi di Kabupaten Banyumas.
Pihak Dinas Kesehatan dan Pengusaha atau asosiasi depot air minum
isi ulang sampai saat ini belum pernah mendapatkan pengaduan seperti KLB
(kejadian luar biasa) dari konsumen akibat mengkonsumsi air minum isi
ulang dan berdasarkan pantauan belum pernah ada kasus KLB yang terjadi
akibat mengkonsumsi air minumm isi ulang di Kabupaten Banyumas.
113
Pihak Dinas Kesehatan pun mengakui bahwa selama ini pengawasan
yang dilakukan belum optimal, masalahnya selain kurangnya kesadaran
pelaku usaha untuk memeriksakan karena faktor money oriented juga untuk
standar pengawasan dan kualitas air minum secara internal yang diatur
dalam buku pedoman Hygiene dan Sanitasi belum dilaksanakan sepenuhnya
oleh pihak pelaku usaha.
B. Pembahasan
Perlindungan Hukum Konsumen Air Minum Mineral Galon Isi Ulang
Tirta Gold.
Antara konsumen dengan pelaku usaha terdapat suatu hubungan yang
erat yang timbul pada saat konsumen membutuhkan barang dan/atau jasa
guna memenuhi kebutuhan hidupnya, begitu pula halnya dengan DAMIU
Tirta Gold sebagai pelaku usaha yang memiliki hubungan dengan konsumen
secara langsung.
Hubungan hukum antara konsumen air minum galon isi ulang dengan
DAMIU Tirta Gold sebagai pelaku usaha didasari oleh suatu perjanjian jual
beli. Perjanjian menurut Pasal 1313 KUH Perdata disebut Suatu persetujuan
adalah suatu perbuatan dengan mana 1 (satu) orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap 1 (satu) orang lain atau lebih”.
Syarat terjadinya perjanjian menurut Pasal 1320 KUH Perdata adalah:
e. Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya.
f. Kecakapan untuk membuat perikatan.
g. Ada suatu hal tertentu.
114
h. Kausa yang halal.
Menurut Pasal 1321 KUH Perdata yang berbunyi “Tiada sepakat
yang sah apabila sepakat itu diberikan karena kekhilafan, atau diperolehnya
dengan paksaan atau penipuan” dan melihat pendapat Abdulkadir
Muhammad bahwa yang dimaksud dengan kesepakatan adalah persetujuan
kehendak seia sekata antara pihak-pihak mengenai pokok perjanjian yang
dibuat itu. Apabila kita kaitkan dengan data No 1.2 tentang Transaksi air
minum isi ulang, maka dapat dideskripsikan bahwa transaksi yang terjadi di
DAMIU Tirta Gold sudah didasari oleh suatu kesepakatan.
Menurut Pasal 1329 KUH Perdata “setiap orang adalah cakap untuk
membuat perikatan-perikatan, jika ia oleh undang-undang tidak dinyatakan
tak cakap” maksud tidak cakap dijelaskan pada Pasal 1330 KUH Perdata
yang berbunyi “Tak cakap untuk membuat suatu perjanjian adalah orangorang yang belum dewasa, mereka yang ditaruh dibawah pengampuan dan
orang-orang perempuan dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undang-undang”,
kemudian melihat pendapat Abdulkadir Muhammad bahwa orang itu
dikatakan cakap melakukan perbuatan hukum apabila ia sudah dewasa artinya
sudah mencapai umur 21 tahun atau sudah kawin walaupun belum 21 tahun.
Apabila kita kaitkan dengan data No 1.2 tentang Transaksi air minum isi
ulang maka dapat dideskripsikan bahwa transaksi yang terjadi di DAMIU
Tirta Gold tidak selamanya memenuhi syarat kecakapan mengingat
konsumennya bersifat heterogen dalam arti ada yang umurnya 21 tahun
keatas dan 21 tahun kebawah.
115
Menurut Pasal 1332 KUH Perdata “hanya barang-barang yang dapat
diperdagangkan saja dapat menjadi pokok suatu perjanjian” dan berdasarkan
pendapat Abdulkadir Muhammad bahwa suatu hal tertentu merupakan pokok
perjanjian, obyek perjanjian dan apa yang diperjanjikan harus cukup jelas
dengan ditentukan jenisnya. Apabila kita kaitkan dengan data No 1.2 tentang
Transaksi air minum isi ulang maka dapat dideskripsikan bahwa yang
menjadi obyek transaksi di DAMIU Tirta Gold adalah air isi ulang yang
sudah diwadahi galon, dimana sebelumnya melalui proses pengolahan
berdasarkan persyaratan peraturan pemerintah.
Menurut Pasal 1335 KUH Perdata “suatu perjanjian tanpa sebab atau
yang telah dibuat karena sesuatu sebab yang palsu atau terlarang, tidak
mempunyai kekuatan” dan melihat pendapat Abdulkadir Muhammad bahwa
causa bukanlah sebab dalam arti yang menyebabkan atau yang mendorong
orang membuat perjanjian melainkan sebab dalam arti “isi perjanjian itu
sendiri”, yang mengambarkan tujuan yang aka dicapai, apakah dilarang oleh
undang-undang, ketertiban umum atau kesusilaan. Apabila kita kaitkan
dengan data No 1.2 tentang Transaksi air minum isi ulang maka dapat
dideskripsikan bahwa dasar terjadinya transaksi di DAMIU Tirta Gold
bukanlah sesuatu yang melanggar undang-undang, ketertiban umum dan
kesusilaan, melainkan isi daripada perjanjian itu merupakan tujuan atas
penjual dan pembeli yang sah menurut hukum.
Menurut Pasal 1457 KUH Perdata yang menyebutkan pengertian
dari jual-beli adalah “suatu perjanjian dengan mana pihak yang 1 (satu)
116
mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak lain
yang membayar harga yang telah diperjanjikan”,apabila dikaitkan dengan
data No 1.2. tentang Transaksi air minum isi ulang, dan data No 1.3. tentang
Persyaratan kualitas air minum. Maka dapat dideskripsikan bahwa pelaku
usaha yaitu DAMIU Tirta Gold menyerahkan suatu kebendaan dalam hal ini
adalah air minum galon isi ulang yang telah memenuhi persyaratan
berdasarkan peraturan pemerintah. Yang kemudian timbul suatu kewajiban
dari konsumen untuk melakukan pembayaran dengan harga yang telah
diperjanjikan.
Hubungan hukum antara pelaku usaha dengan konsumen tadi
menimbul kepentingan-kepentingan diantara kedua belah pihak yaitu
kepentingan konsumen dan kepentingan pelaku usaha. Kepentingan itu
berhubungan dengan hak-hak yang ada dalam hubungan tersebut, baik hak
konsumen maupun hak pelaku usaha. Hak konsumen merupakan kewajiban
produsen, dan kewajiban produsen merupakan hak konsumen.
Menurut Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang No 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen, konsumen diartikan sebagai setiap orang pemakai
barang dan /atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan
diri sendiri, keluarga orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan dan menurut pendapat Ahmadi miru dan Sutarman yodo
Konsumen adalah setiap orang atau badan hukum yang memperoleh dan/atau
memakai barang dan/atau jasa yang berasal dari pelaku usaha dan tidak untuk
diperdagangkan. Apabila dikaitkan dengan data No 1.1 angka (2) tentang
117
pengertian konsumen (pengguna produk air minum isi ulang) dan data No 1.1
angka (3) tentang pengertian depot air minum isi ulang (DAMIU) maka dapat
dideskripsikan bahwa konsumen adalah mereka yang menggunakan produk air
minum isi ulang DAMIU Tirta Gold, dan mereka ini adalah orang yang
menggunakan atau mengkonsumsi air minum isi ulang di DAMIU Tirta Gold
yang didasari adanya hubungan jual-beli antara pelaku usaha dengan
konsumen.
Menurut
Shidarta
perlindungan
konsumen berkaitan
dengan
perlindungan hukum. Oleh karena itu, perlindungan konsumen mengandung
aspek hukum. Adapun materi yang mendapatkan perlindungan itu bukan
sekedar fisik, melainkan terlebih hak-haknya yang bersifat abstrak. Dengan
kata lain, perlindungan konsumen sesungguhnya identik dengan perlindungan
yang diberikan hukum terhadap hak-hak konsumen.
Hak-hak konsumen sebagaimana tercantum dalam Pasal 4 Undangundang perlindungan konsumen adalah :
a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang dan/atau jasa ;
b. Hak untuk memilih dan mendapatkan barang dan/atau jasa sesuai
dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
c. Hak atas informasi yang benar, jelas, jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa;
d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau
jasa;
118
e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya
penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;
f. Hak untuk mendapatkan pendidikan dan pembinaan konsumen;
g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar, jujur, serta tidak
diskriminatif berdasarkan suku, agama, budaya, daerah, pendidikan,
kaya miskin, dan status sosial lainnya;
h. Hak untuk kompensasi, ganti rugi, dan atau penggantian apabila
barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian
atau tidak sebagaimana mestinya
i. Hak-hak diatur dalam ketentuan peraturan perundangan lainnya.
Dalam skripsi ini yang dibahas oleh penulis hanya hak-hak konsumen
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf (a) dan (h) Undang-undang
perlindungan konsumen.
Pasal 4 huruf (a) Undang-undang Perlindungan Konsumen mengenai
hak konsumen :
“Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi
barang dan/atau jasa”.
Dalam Pasal 7 huruf (d) Undang-undang Perlindungan Konsumen
mengatur mengenai kewajiban pelaku usaha yaitu “Menjamin mutu barang
dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan
ketentuan standard mutu barang dan/atau jasa yang berlaku” dan berdasarkan
Pasal 1474 KUH Perdata ada 2 (dua) kewajiban utama penjual, yaitu
menyerahkan barangnya dan menanggungnya. Pengertian “menanggungnya”
119
dijelaskan dalam Pasal 1491 KUH Perdata bahwa penanggungan yang
menjadi kewajiban si penjual terhadap si pembeli, adalah untuk menjamin 2
(dua) hal, yaitu pertama penguasaan benda yang dijual secara aman dan
tenteram, kedua terhadap adanya cacat-cacat barang tersebut yang
tersembunyi atau yang sedemikian rupa hingga menerbitkan alasan
pembatalan pembeliannya, kemudian menurut Shidarta konsumen berhak
mendapatkan keamanan dan barang atau jasa yang ditawarkan kepadanya
tidak boleh membahayakan jika dikonsumsi, sehingga konsumen tidak
dirugikan baik secara jasmani maupun rohani. Apabila kita kaitkan dengan
data No 1.3. tentang Persyaratan kualitas air minum dan data No 1.4.
mengenai Pengawasan kualitas air minum maka dapat kita deskripsikan
bahwa hak konsumen yang tercantum dalam bunyi Pasal 4 huruf (a) dapat
terwujud apabila pelaku usaha dapat menjamin mutu barang dan/atau jasa
yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standard
mutu barang dan/jasa yang berlaku yang tercantum dalam Pasal 7 huruf (d).
Tirta Gold dalam menjalankan usahanya telah memberikan jaminan
keamanan dan keselamatan air yang dikonsumsi oleh konsumen, sehingga
konsumen dalam mengkonsumsi air minum isi ulang dapat merasakan
kenyamanan, keamanan dan keselamatan terhadap air yang di konsumsinya.
Hal tersebut dibuktikan dengan adanya sertifikat Laik Hygiene dan telah
memenuhi syarat-syarat kualitas air yang baik dengan melalui pemeriksaan
atau uji laboratorium. Dimana air dikatakan aman untuk dikonsumsi apabila
telah memenuhi standar persyaratan yaitu telah diuji di laboratorium dengan
120
parameter bakteriologis, fisik dan kimiawi secara berkala dengan mengikuti
ketentuan-ketentuan didalam peraturan pemerintah.
Pasal 4 huruf (h) Undang-undang Perlindungan Konsumen mengenai
hak konsumen :
“Hak untuk kompensasi, ganti rugi, dan atau penggantian apabila barang
dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya”
Berkaitan
dengan
kompensasi, ganti rugi, dan atau penggantian
barang sebagaimana dalam Pasal 4 huruf (h), di DAMIU Tirta Gold secara
normatif belum ada ketentuannya secara tertulis, namun dalam prakteknya
berdasarkan hasil wawancara apabila terjadi adanya komplain dari konsumen
karena adanya kerugian yang ditimbulkan akibat karena mengkonsumsi air
minum yang di produksi oleh DAMIU Tirta Gold, maka pelaku usaha dalam
hal ini yaitu DAMIU Tirta Gold akan memberikan ganti kerugian berupa
pengembalian uang atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau
yang setara dengan nilainya.
Dalam
Pasal
19
Undang-undang
Perlindungan
konsumen
menyebutkan mengenai tanggung jawab pelaku usaha adalah :
(1). Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas
kerusakan,
pencemaran
dan/atau
kerugian
konsumen
akibat
mengkonsumsi barang dan/jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan.
(2). Ganti rugi yang dimaksud pada ayat (1) dapat berupa
pengembalian uang atau penggantian barang dan/jasa yang sejenis
121
atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan atau pemberian
santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Ditambah menurut pendapat Shidarta, ketika konsumen merasakan
kuantitas dan kualitas barang dan/atau jasa yang dikonsumsinya tidak sesuai
dengan nilai tukar yang diberikannya, ia berhak mendapatkan ganti kerugian
yang pantas. Apabila kita kaitkan dengan hasil wawancara dengan pihak
DAMIU Tirta Gold maka dapat kita deskripsikan bahwa DAMIU Tirta Gold
baik sebagai penjual maupun pelaku usaha sudah berupaya melaksanakan
ketentuan dalam Pasal 4 huruf (h) Undang-undang Perlindungan Konsumen
yaitu dengan memberikan kompensasi, ganti rugi, dan atau penggantian
apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian.
Secara normatif pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti
rugi atas kerusakan, pencemaran dan atau kerugian konsumen akibat
mengkonsumsi barang dan atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan.
Ganti rugi tersebut dapat berupa pengembalian uang atau penggantian barang
dan atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan
atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku ( Pasal 19 ayat (1), (2) UUPK ). Ketentuan ini merupakan upaya
untuk memberikan perlindungan kepada konsumen, dengan demikian dapat
ditegaskan
apabila
konsumen
menderita
kerugian
sebagai
akibat
mengkonsumsi barang dan atau jasa yang dihasilkan oleh pelaku usaha,
122
berhak untuk menuntut tanggung jawab secara perdata kepada pelaku usaha
atas kerugian yang timbul tersebut.
123
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di DAMIU Tirta Gold dapat di
simpulkan sebagai berikut :
Bentuk perlindungan hukum kepada konsumen DAMIU terhadap kualitas
air minum yang dikelola atau di produksi oleh pelaku usaha Tirta Gold
diwujudkan dalam bentuk :
a. Pelaku
usaha
yaitu
DAMIU
Tirta
Gold
telah
memberikan
kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi air
minum isi ulang, dengan dibuktikan adanya sertifikat Laik Hygiene
yang telah memenuhi syarat-syarat kualitas air yang baik berdasarkan
Permenkes No. 492/MENKES/PER /IV / 2010 tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum. Hal ini sesuai dengan Pasal 4 huruf a Undangundang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
b. DAMIU Tirta Gold belum mengatur secara tertulis hak konsumen
yang berkaitan dengan kompensasi dan ganti rugi, namun konsumen
DAMIU Tirta Gold bisa mendapatkan kompensasi, ganti rugi,
dan/atau penggantian apabila barang yang diterima tidak sesuai
dengan keinginan konsumen atau tidak sebagaimana mestinya. Hal ini
sesuai dengan Pasal 4 huruf h Undang-undang No 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen.
Hubungan antara konsumen dan pelaku usaha pada dasarnya berlang
sung
terus menerus dan
berkesinambungan. Hubungan ini terjadi karena
124
keduanya saling membutuhkan dan bahkan saling interdependensi. Hubungan
pelaku usaha dengan konsumen merupakan hubungan hukum yang melahirkan
hak dan kewajiban. Secara normatif pelaku usaha bertanggung jawab memberikan
ganti rugi atas kerusakan, pencemaran dan atau kerugian konsumen akibat
mengkonsumsi barang dan atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan. Hal ini
terkait pada ketentuan Pasal 4 huruf (a) dan (h) Undang-undang Perlindungan
Konsumen.
B. SARAN
a. Agar konsumen merasa aman dalam mengkonsumsi air minum isi ulang yang
di produksi DAMIU Tirta Gold, maka Tirta Gold harus meningkatkan
kualitas dan menjamin air minum isi ulangnya dengan cara melakukan
pemeriksaan rutin terhadap air yang diproduksi, sesuai persyaratan
sebagaimana diatur dalam Permenkes No. 492/ MENKES /PER /IV / 2010
tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
b. Melakukan pemeriksaan internal secara berkala terhadap kualitas air yang
diproduksi dan dibutuhkan pula peran serta dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/kota dengan melaksanakan pengecekan secara berkala terhadap
DAMIU agar kualitas air minum isi ulang yang dikonsumsi terjamin
kemanannya, sehingga membuat konsumen percaya, merasa aman serta
terlindungi dalam mengkonsumsi air minum isi ulang.
125
DAFTAR PUSTAKA
Apeldoorn, L.J Van . 1976. “Pengantar Ilmu Hukum”, Jakarta: Pradnya Paramita.
Fuady, Munir.2002.”Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di Era
Pasar Global”. Bandung : Citra Aditya Bakti.
Guguk, Erman Raja,dkk.2000. “Perlindungan Konsumen”, Bandung : Mandar
Maju.
Iswanto. 2004. “Pengantar Ilmu Hukum”. Purwokerto : Universitas Jenderal
Soedirman.
Kristiyanti, Celina Tri Siwi. 2009. “Hukum Perlindungan Konsumen”,Jakarta:
Sinar Grafika, Indonesia.
Mertokusumo, Sudikno. 2003. “Mengenal Hukum Suatu Pengantar”. Yogyakarta
: Liberty.
Muhammad, Abdulkadir. 1982. “Hukum Perikatan”. Bandung : Alumni.
Miru, Ahmadi, dkk. 2007. “ Hukum Perlindungan Konsumen ”. Jakarta : PT Sinar
Grafika.
Nasution, A.Z. 2006. “ Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar ”.
Jakarta : Diadit Media.
N.H.T, Siahaan.2005. “Hukum Perlindungan Konsumen dan Tanggung Jawab
Produk”. Jakarta : Panta Rei.
Purwandoko, Prasetyo Hadi .1997. “Penegakan Hukum Perlindungan Konsumen”
.Solo: Universitas Negeri Sebelas Maret.
Risdiwiyanto, Andriya, 2000. “Konsumerisme Peningkatan Pendidikan dan
Pemberdayaan Konsumen Menyongsong Pemberlakuan UU No 8 Tahun
1999”. Jakarta: Wahana.
Said, Nusa Idaman.2008.”Teknologi Pengolahan Air Minum (Teori dan
Pengalaman Praktis)”.
Shidartha.2004. ”Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia”. Jakarta: Grasindo.
Shidhartha.2006. “Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia”. Jakarta :
Grasindo.
126
Sidabalok, Janus. 2006. “ Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia”.
Bandung : Aditya Bakti.
Soekanto, Sardjono, dkk. 1985. “ Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat ”. Jakarta : Rajawali.
Soemitro, Ronny Hanitjo. 1985. “ Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri ”.
Jakarta : PT Ghalia Indonesia.
Subekti.1992. “Hukum Perjanjian”. Jakarta: Pradnya Paramita.
Waluyo, Bambang . 2002. “ Penelitian Hukum Dalam Praktek”, Jakarta : Sinar
grafika.
Widjaya, Gunawan, dkk. 2000. “ Hukum Tentang Perlindungan Konsumen”.
Jakarta : Gramedia.
Wignojodipuro, Surojo. 1974. “ Pengantar Ilmu Hukum”. Bandung : Alumni
Wijaya, Gunawan, dkk. 2003. “ Hukum Tentang Perlindungan Konsumen ”.
Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Sumber Lain :
Dinas kesehatan Kab. Banyumas. 2010. “Buku Pedoman Pelaksanaan
Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi depot air minum isi ulang”, kab.
Banyumas
Evianto, Hadi. 1999. ”Hukum perlindungan konsumen bukanlah sekedar
keinginan melainkan suatu kebutuhan, Hukum dan Pembangunan No 6
Tahun XVI”. Jakarta: Universitas Indonesia.
Gunawan, Johannes. 1999. “Tanggungjawab Pelaku Usaha Menurut UndangUndang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen”, Jurnal
Hukum Bisnis. Volume 8. Jakarta: Yayasan Pengembangan Hukum
Bisnis.
Subandi.2010.” Hak Dan Kewajiban Pelaku Usaha Terhadap Konsumen
Domestik Dihubungkan Dengan Pasal 6 dan Pasal 7 Undang-Undang No.
8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen”.Cirebon : Universitas
Muhammadiyah Cirebon,.
Suyadi,2007. “Dasar-Dasar Hukum Perlindungan Konsumen”. Purwokerto :
Universitas Jenderal Soedirman.
127
Yustisia Edisi Nomor 68 Mei - Agustus 2006 “ Perlindungan Hukum Terhadap
Konsumen”.
Definisi Air ( http : //etnize.wordpress.com/2009/07/01).
Kualitas-dan-kuantitas-air-bersih-untuk-pemenuhan-kebutuhan-manusia/
http://uripsantoso.wordpress.com,
Kualitas Depot Air Minum RO yang Kurang Baik ( http : // victoria4water. com/
?p= 268).
.
Waspada Gan Dengan Air Galon Isi Ulang ( http : // www. klikunic. com/ 2010/
09).
Peraturan Perundang-undangan :
Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
Permenkes No.492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan kualitas air
minum.
Permenkes No.907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan pengawasan
kualitas air minum.
128
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tangerang pada tanggal 09 Desember 1989 sebagai
anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Anhadi dan Ibu Siti Aula Utami.
Saat ini penulis bertempat tinggal di Perum Total Persada Raya JL.Purwakarta
Blok E1/34 RT 06 RW 07 Tangerang. Penulis memulai pendidikan Tingkat Dasar
di SD Doyong 3 Tangerang lulus tahun 2001, kemudian melanjutkan ke jenjang
tingkat menengah pertama di SMPN 15 Tangerang lulus tahun 2004, selanjutnya
jenjang tingkat menengah atas di SMA Muhammadiyah 1 Wonosobo lulus tahun
2007. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan Strata 1 pada Program Studi
Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman pada Tahun 2007
dan lulus tahun 2012.
129
Download