BAB II Landasan Teori 2.1 Prinsip Kerja Perangkat Fourier Sumber cahaya laser menghasilkan berkas cahaya berdiameter kecil dengan distribusi intensitas mendekati Gaussian. Untuk mendapatkan diameter berkas yang besar dan intensitas yang merata, berkas laser tersebut dilalukan melalui perangkat optik objektif mikoskop dan ditapis pinhole tepat pada fokus mikroskop. Pinhole berfungsi untuk menapis frekuensi ruang tinggi dan meloloskan frekuensi ruang rendah dari pola intensitas laser dan menyediakan berkas laser yang bersih. Cahaya yang keluar dari pinhole merupakan sumber cahaya berdiameter sangat kecil namun intensitasnya merata. Sumber cahaya ini dapat dianggap sebagai sumber titik, gelombang bola yang ditimbulkan sumber cahaya titik tersebut disejajarkan oleh lensa pensejajar, Lc pada jarak tertentu, Laser HeNe f Pinhole 10 µm f0 Objektif Mikroskop f f f fc Lc Objek L1 Filter L2 Citra Gambar 2-1. Perangkat Percobaan. tertentu sehingga jarak fokus obyektif mikroskop (f0) dan lensa penyejajar (fc) berhimpit pada sumbu optik seperti tampak pada gambar 2-1. Gabungan objektif mikroskop dan 2-1 lensa colimator akan memperbesar diameter dan menyejajarkan berkas menjadi diameter tertentu. Bila suatu obyek dua dimensi semi transparan yang ditempatkan pada bidang fokus depan lensa L1 dikenai oleh berkas cahaya laser yang sejajar, terjadi difraksi yang disebabkan oleh obyek tersebut. Cahaya ditampung dan dibiaskan oleh lensa positif L1, dan menghasilan pada bidang fokus belakang lensa tersebut suatu sebaran intensitas yang khas. Pola sebaran intensitas cahaya yang khas adalah pola difraksi dari obyek. Pola ini merupakan alih-ragam Fourier dari fungsi transmisi obyek yang bersangkutan (fungsi transmisi suatu obyek dua dimensi sebagai fungsi koordinat ruang pada bidang obyek). Sebagai bagian dari pola difraksi terdapat bintik terang dan tajam di pusatnya yang merupakan hasil difraksi cahaya dari bagian transparan lensa. Dalam penelitian ini digunakan obyek berupa barisan karakter (huruf dan angka) dengan mengambil salah satu karakter sebagai acuan. Acuan direkam di bidang fokus dengan perangkat kamera fotografi menggunakan film kontras tinggi. Melalui proses pengembangan film, didapat rekaman positif dari sebaran intensitas khas acuan tersebut. Selanjutnya dengan proses contact print didapatkan kebalikan dari rekaman di atas. Rekaman ini dijadikan filter (tapis) pada perangkat Fourier. Penapisan karakter dirancang berdasarkan adanya perbedaan pola alih-ragam Fourier dari berbagai fungsi transmisi obyek yang bertumpuk di bidang fokus. Dengan meloloskan dan menapis karakter tertentu di bidang fokus menggunakan filter ruang di atas, diharapkan di bidang citra (sesudah inversi alih-ragam Fourier) tampak perbedaan keluaran akibat penapisan tersebut. 2-2 2.2 Fenomena Cahaya Modifikasi gelombang cahaya secara optik dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu melalui refleksi, hamburan, transmisi, absorpsi, refraksi, interferensi, polarisasi, dan difraksi. Lima bagian awal merupakan bagian dari fenomena optik geometri dan tiga bagian akhir merupakan fenomena optik fisik. Pada sub bab selanjutnya akan dijelaskan secara mendetil mengenai difraksi sebagai fenomena optik geometri sekaligus optik fisik berdasarkan prinsip HuygensFresnel. Penjelasan difraksi dilanjutkan dengan difraksi Fresnel dan difraksi Fraunhofer menggunakan lensa. 2.3 Difraksi Peristiwa difraksi dapat dijelaskan sebagai suatu fenomena penyimpangan (pelenturan) berkas cahaya oleh bentukan-bentukan garis yang tidak dapat diartikan sebagai pemantulan (refleksi) ataupun pembiasan (refraksi) [1]. Hal ini akan terjadi bila kita melalukan seberkas cahaya pada tepi sebuah obyek dan menempatkan selembar layar dibelakangnya. Pada layar tersebut dapat kita lihat pola difraksi yang terbentuk gambar (2-2). Dasar dari peristiwa difraksi adalah prinsip Huygens. Prinsip ini menyatakan bahwa setiap titik pada muka gelombang merupakan sumber gelombang baru, yaitu gelombang sekunder yang berbentuk bola dan menyebar ke segala arah dan mempunyai sifat yang sama dengan gelombang utama. Ilustrasi dapat dilihat pada gambar (2-3) untuk gelombang bola dan gelombang datar yang merambat pada suatu medium. 2-3 difraksi S Layar Pengamatan Celah Gbr. 2-2 Pengamatan fenomena difraksi oleh Grimaldi Prinsip Huygens untuk gelombang bola Prinsip Huygens untuk gelombang datar Gbr. 2-3 Prinsip muka gelombang Huygens 2-4 Thomas Young pada tahun 1804 melakukan percobaan yang menakjubkan. Dua sumber cahaya sekunder dari sumber utama dipisahkan pada jarak tertentu, kemudian cahaya ditangkap pada sebuah layar. Pada layar akan tampak bayangan gelap dan terang. Bayangan gelap terjadi karena keterlambatan fasa kelipatan ganjil λ/2 dari salah satu sumber sekunder, sedangkan bayangan terang terjadi karena sumber sekunder saling kontruksi positif (superposisi) disebabkan keterlambatan fasa kelipatan λ (λ adalah panjang gelombang sumber cahaya yang digunakan). Ilustrasi interferensi Young dapat dilihat pada gambar (2-4). Fenomena interferensi Young menunjukan adanya fasa dari gelombang cahaya yang kemudian menjadi kajian dari optik fisik. Secara fisik, sulit dibedakan peristiwa difraksi dengan interferensi, tetapi kebanyakan digunakan istilah interferensi untuk interaksi (superposisi) antara sedikit gelombang cahaya dan istilah difraksi untuk gelombang-gelombang yang lebih banyak. Pada kondisi praktis, umum digunakan istilah interferensi untuk peristiwa antar gelombang dan difraksi untuk gelombang melalui suatu celah. Bila kita menempatkan celah dekat dengan sumber cahaya dan melakukan pengamatan cukup jauh akan nampak medan jauh difraksi Fresnel. Sedangkan bila layar pengamatan sangat jauh, akan terbentuk medan jauh difraksi Fraunhoufer. Medan jauh difraksi Faunhofer dapat pula didapatkan pada jarak dekat dengan menggunakan bantuan lensa. Medan difraksi ini dikenal dengan medan dekat Fraunhofer. 2-5 Α C d S1 θ θ Β konstruktif S2 destruktif Destruktif Konstruktif beda fasa λ/2 beda fasa λ beda fasa (ϕ) + + 0 0 = S1-S2 = AC = m λ = d sin θ (2n+1) λ/2 Destruktif mλ 2n/2 Cahaya + Cahaya = gelap ! λ Konstruktif n = 0, 1, 2, 3, ... Gbr. 2-4 Perangkat dan prinsip interferensi Thomas Young 2-6 2.4. Prinsip Difraksi Huygens-Fresnel. Fenomena gelombang sekunder Huygens dan komponen fasa cahaya pada interferensi Young mendasari Augustine Jean Fresnel untuk menjelaskan fenomena difraksi. Bila suatu sumber cahaya jatuh pada suatu celah kemudian ditangkap layar pada jarak yang cukup jauh akan terjadi bayangan gelap-terang di daerah bayangan. Bayangan gelap-terang pada daerah bayangan tersebut disebabkan adanya interferensi dari gelombang sekunder yang berasal dari celah. Ilustrasi fenomena ini dapat dilihat pada gambar (2-5). Melalui teori difraksi skalar Rayleigh-Sommerfeld dibuktikan bahwa gelombang sekunder mempunyai fasa π yang mendahului terhadap gelombang asal. Ini berbeda dengan prinsip Huygens yang menyatakan gelombang sekunder dan gelombang asal merupakan gelombang yang identik. Perbedaan fasa gelombang difraksi ini selanjutnya dibuktikan oleh Frits Zernike seabad sesudah Fresnel dengan ditemukannya metoda fasa kontras untuk pengamatan obyek renik di bidang mikroskopi. Prinsip Huygens-Fresnel menyatakan bahwa perambatan suatu muka gelombang dapat dilihat melalui timbulnya gelombang-gelombang sekunder berbentuk bola, dan amplitudo setiap titik dari muka gelombang tersebut adalah hasil superposisi gelombang-gelombang sekundernya, gelombang sekunder tersebut mempunyai fasa π yang mendahului, faktor kemiringan arah cos θ, dan amplituda mempunyai faktor 1/λ terhadap gelombang asal. Ilustasi dapat dilihat pada gambar (2-5) untuk difraksi dari sumber gelombang bola dan gelombang datar. 2-7 Terjadi pola terang-gelap karena interferensi gelombang sekunder Faktor sudut Fresnel ( θ) Pola difraksi sumber titik Destruktif Konstruktif beda fasa λ/2 beda fasa λ + + 0 0 Cahaya + Cahaya = gelap ! Faktor sudut Fresnel ( θ) Terjadi pola terang-gelap karena interferensi gelombang sekunder Pola difraksi sumber sejajar Gbr. 2-5 Prinsip Difraksi Huygens-Fresnel 2-8 2-9