38 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah

advertisement
38
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang Masalah
Optimisme merupakan suatu sikap positif yang diperlukan setiap
orang untuk mencapai suatu tujuan. Dengan memiliki sikap optimis
seseorang dapat memiliki daya dalam mengusahakan agar tujuan yang
telah ditetapkan tercapai. Tidak hanya itu, dengan bersikap optimis
seseorang akan memiliki daya tahan tubuh maupun mental yang lebih baik
dibandingkan dengan orang-orang yang bersikap pesimis. Sikap optimis
penting untuk diterapkan setiap orang dalam tiap aspek kegiatan, tidak
terkecuali dalam kegiatan akademik mahasiswa seperti mengerjakan
skripsi.
Sikap optimis dapat menjadi asupan daya bagi mahasiswa dalam
proses mengerjakan tugas akhir. Penelitian yang dilakukan oleh Puri dan
Robinson (2007) menjelaskan bahwa orang-orang yang lebih optimis
cenderung dapat bekerja dalam waktu yang relatif lebih lama, dapat
mengantisipasi karir dalam jangka waktu yang lebih panjang, serta
berpikir bahwa tidak akan merasa lelah sama sekali. Hal ini dikarenakan
dengan sikap optimis, maka seorang mahasiswa akan mampu menetapkan
tujuan
dalam
proses
mengerjakan
tugas
akhir
dan
juga
akan
mengupayakan usaha menjadi lebih maksimal guna mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Srivastava dan Angelo (2009) mengungkapkan bahwa
39
optimisme membawa hasil yang positif dalam sebuah hubungan dengan
menganjurkan ekspektasi yang disenangi, yang mana ekspektasi tersebut
menyebabkan seseorang terbujuk untuk membuat sebuah tujuan dalam
suatu hubungan menjadi lebih fleksibel dan lebih gigih dalam mencapai
tujuan tersebut. Selain itu bersikap optimis dapat memberikan dampak
baik terhadap mood yang bersifat situasional (Segestorm, C. S., Taylor, S.
E., Kemeny, M. E., dan Fahey, J. L., 1998)
Tugas akhir atau biasa juga lebih dikenal dengan sebutan skripsi
merupakan salah satu syarat bagi mahasiswa untuk mendapatkan derajat
kesarjanaan. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), skripsi
dapat diartikan sebagai karangan ilmiah yang wajib ditulis oleh mahasiswa
sebagai bagian dari persyaratan akhir dalam pendidikan akademis. Skripsi
pada umumnya akan dapat selesai dalam kurun waktu yang singkat
ataupun untuk waktu yang lama. Hal ini disebabkan tiap mahasiswa akan
menghadapi tantangan dan proses yang berbeda dalam pengerjaan, entah
itu rasa malas, menunda pengerjaan, mood, godaan lingkungan, dan lainlain. Tentu saja hal-hal tersebut dapat menghambat dan mempengaruhi
pengerjaan skripsi.
Banyak sekali jenis permasalahan yang dialami mahasiswa dalam
mengerjakan skripsi. Seperti yang telah dilansir dalam situs Okezone.com
(2013), dalam pengerjaan skripsi tidak dapat dipungkiri bahwa mahasiswa
akan menghadapi beberapa kendala, seperti perasaan malas, waktu, dan
terkendala permasalahan administrasi. Bagi sebagian mahasiswa mungkin
40
memiliki permasalahan yang berbeda. Namun, bukan berarti jika
mengalami kendala membuat seorang mahasiswa menjadi bersikap negatif
dalam mengerjakan skripsi. Justru dengan bersikap optimis yang mana
berarti bersikap positif dapat membuat segala kendala yang dihadapi
mahasiswa menjadi terasa lebih ringan.
Mengerjakan skripsi merupakan hal yang pasti akan dilalui oleh
mahasiswa sebagai salah satu rangkaian program studi. Proses
mengerjakan skripsi itu sendiri juga dipengaruhi oleh cara mahasiswa
dalam memandang tugas akhir itu sendiri. Jika mahasiswa memandang
skripsi dengan pesimis atau negatif, sesuatu yang bersifat menghambat
atau menyusahkan, maka hal tersebut akan membuat proses pengerjaan
skripsipun
menjadi kurang mantap. Namun, apabila mahasiswa
memandang optimis dan positif bahwa skripsi adalah suatu hal yang baik
dan merupakan kewajiban sebagai seorang mahasiswa, maka pengerjaan
skripsipun akan dapat berjalan dengan optimal. Hal ini dikarenakan
bagaimana seseorang memandang suatu masalah akan memiliki imbas
dalam usaha mencapai tujuan.
Bersikap optimis dalam mengerjakan skripsi atau tugas akhir dapat
membuat mahasiswa membangun sebuah tujuan dan dapat memperkirakan
hal-hal yang diperlukan guna mencapai tujuan. Hasil dari penelitian yang
dilakukan oleh Cohen dan McKay (dalam Rochmatika dan Darminto,
2013) menguatkan asumsi bahwa orang terdekat mahasiswa, yakni teman
sebaya akan menguatkan sikap optimis dalam mengerjakan tugas akhir.
41
Hasil penelitian tersebut adalah ditemukan bahwa ketika individu
meyakini akan adanya bantuan yang diberikan oleh orang terdekatnya,
maka perhatian mereka yang semula tercurahkan pada tuntutan-tuntutan
yang muncul akan teralihkan pada upaya penyelesaian masalah. Hal ini
diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan Segerstorm, S. C.,
Taylor, S. E., Kemeny, M. E., dan Fahey, J. L., (1998) dalam jurnal
psikologi sosial dan kepribadian yang menjelaskan bahwa optimisme telah
dikaitkan dengan keadaan fisik dan psikologis yang lebih baik terkait
kejadian-kejadian yang dapat menimbulkan stres. Sama seperti halnya
dalam mengerjakan skripsi, mahasiswa membutuhkan sikap optimis untuk
menghadapi tuntutan-tuntutan yang ada dalam pengerjaan skripsi. Sikap
optimis ini juga dapat dipengaruhi oleh kehadiran teman-teman terdekat
sesama mahasiswa ataupun yang bukan.
Santosa (1999) menjelaskan bahwa teman-teman sebaya dapat
memberi beberapa pengaruh positif terhadap individu. Dengan adanya
teman-teman sebaya, individu akan lebih siap untuk menghadapi
kehidupan yang akan datang, individu akan mampu mengembangkan rasa
solidaritas, setelah masuk kelompok teman sebaya individu dapat
membentuk masyarakat dengan kebudayaan yang dianggap baik, dan juga
individu tentu akan mendapatkan pengetahuan, kecakapan, serta melatih
bakat, selain itu individu juga dapat melatih diri untuk bersikap mandiri,
menyalurkan perasaan dan juga pendapat yang dimiliki.
42
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dukungan dari
teman sebaya sangat berpengaruh besar bagi mahasiswa dalam
menghadapi suatu permasalahan, termasuk dalam keberhasilan mahasiswa
menghadapi dan mengerjakan tugas akhir yang menjadi suatu syarat
menyelesaikan studi. Dengan adanya teman, seseorang akan lebih
bersemangat karena mengetahui akan ada teman yang menemani, saling
berbagi, dan menerima segala kesulitan yang dialami, bahkan bersedia
untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang bersifat psikologis
ataupun materiil. Selain itu, teman sebaya memiliki kontribusi dalam
mengembangkan kemampuan, dapat menjadi wadah untuk menyalurkan
dan berbagi pengalaman yg bersifat emosionil, melatih kemandirian, serta
menjadi tempat untuk menyalurkan aspirasi dari pikiran individu. Sama
halnya dengan mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas akhir, dengan
adanya teman sebaya, maka mahasiswa dapat menumbuhkan dan
membangun sikap optimis dalam menghadapi tuntutan-tuntutan yang
didapat selama mengerjakan skripsi.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
dukungan teman sebaya dan optimisme mahasiswa tingkat akhir dalam
mengerjakan tugas akhir.
43
C. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat memberikan sedikit sumbangan informasi bagi
dunia psikologi sosial tentang bagaimana pengaruh dukungan dari
teman sebaya
kepada seorang mahasiswa untuk bersikap optimis
dalam menghadapi kendala-kendala ketika mengerjakan tugas akhir.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini bermanfaat untuk semua jenjang pendidikan dimana
seseorang membutuhkan sikap optimis yang ditimbulkan dari
lingkungan pertemanan berupa dukungan dari teman sebaya untuk
melewati segala kendala dalam permasalahan akademis. Dengan
adanya dukungan dari teman sebaya maka sikap optimis seseorang
dapat muncul sehingga membuat seseorang akan lebih bersemangat
untuk mencapai target akademis yang diharapkan. Selain itu, dengan
penelitian ini diharapkan bagi mahasiswa dapat membangun kelompok
teman-teman sebaya yang positif agar dalam menghadapi segala
permasalahan menjadi lebih ringan.
D. Keaslian Penelitian
Optimisme merupakan salah satu variabel psikologi yang dapat
mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam mencapai tujuan, seperti
halnya mahasiswa dalam mengerjakan tugas akhir. Segerstorm, S. C.,
Taylor, S. E., Kemeny, M. E., dan Fahey, J. L., (1998) dalam jurnal
44
psikologi sosial dan kepribadian yang berjudul “Optimism Is
Associated With Mood, Coping, and Immune Change in Response to
Stress” menjelaskan bahwa optimisme telah dikaitkan dengan keadaan
fisik dan psikologis yang lebih baik terkait kejadian-kejadian yang
dapat menimbulkan stres. Dalam penelitian tersebut, optimisme
dikaitkan dengan beberapa variabel lain seperti mood, coping,
perubahan sistem imun, dan stres. Hasil dari penelitian yang dilakukan
menunjukkan bahwa optimisme mungkin juga berhubungan dengan
perubahan dalam sistem imun selama masa-masa stres.
Penelitian lain juga dilakukan oleh Nurtjahjanti dan Ratnaningsih
(2011) dengan judul “Hubungan Kepribadian Hardiness Dengan
Optimisme Pada Calon Tenaga Kerja Indonesia (CTKI) Wanita di
BLKLN DISNAKERTRANS Jawa Tengah”. Penelitian tersebut
meneliti tentang bagaimana kepribadian hardiness mempengaruhi
optimisme calon tenaga kerja wanita Indonesia. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kepribadian hardiness merupakan faktor yang
menentukan munculnya optimisme pada calon tenaga kerja wanita
Indonesia. Kesimpulan dari penelitian ini adalah semakin tinggi
kepribadian hardiness seseorang maka semakin tinggi pula optimisme
yang dimiliki calon tenaga kerja wanita Indonesia.
Penelitian yang dilakukan oleh Adilia (2010) dalam skripsi yang
berjudul “Self-Esteem Dengan Optimisme Meraih Kesuksesan Karir
Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”
45
mencoba
mengaitkan
self-esteem
dengan
optimisme
terhadap
kesuksesan karir pada mahasiswa psikologi UIN Syarif Hidayatullah di
Jakarta. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa ada hubungan
yang positif antara self-esteem dengan optimisme terhadap kesuksesan
karir.
Berdasarkan
beberapa
sebelumnya mengenai
penelitian
yang
telah
dilakukan
optimisme belum ada penelitian yang
mengaitkan variabel dukungan sosial teman sebaya dengan optimisme
pada mahasiswa yang mengerjakan tugas akhir.
1. Keaslian topik
Topik pada penelitian ini adalah Hubungan Dukungan Sosial
Teman Sebaya Dengan Optimisme Mahasiswa Tingkat Akhir
Dalam Mengerjakan Tugas Akhir.
2. Keaslian Teori
Teori yang digunakan sebagai acuan variabel optimisme adalah
teori yang diungkapkan oleh Seligman (2005). Sedangkan untuk
variabel dukungan sosial teman sebaya menggunakan teori yang
diungkapkan oleh Sarafino (2012).
3. Keaslian alat ukur
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini merupakan alat ukur
disesuaikan dengan variabel optimisme yang diungkapkan oleh
Seligman (2005) dan Sarafino (2012) untuk variabel dukungan
sosial teman sebaya.
46
4. Keaslian subjek penelitian
Subjek pada peneitian ini adalah mahasiswa jurusan Psikologi
Universitas Islam Indonesia Yogyakarta dan beberapa mahasiswa
dari jurusan lain dengan spesifikasi telah memasuki semester
delapan hingga seterusnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Optimisme
Download