Vol.VII No.4 Nov 2016 ISSN 1693-7945 MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT Oleh: Aloisius L. Son dan Demetriana Tanines Universitas Timor, Nusa Tenggara Timur ABSTRAK Matematika merupakan sarana untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Namun dalam praktek pembelajarannya di sekolah saat ini masih jauh dari apa yang diharapkan, matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang menakutkan dan tidaklah menarik dimata siswa sehingga berakibat pada rendahnya motivasi dan prestasi belajar matematika. Karena itu dilakukan penelitian ini dengan tujuan untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament pada siswa kelas VIIIBSMP Satap Negeri Fatunisuan tahun ajaran 2015/2016.Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIIBdi SMP Satap Negeri Fatunisuan pada semester genap Tahun Ajaran 2015/2016 yang berjumlah 20 orang.Alat pengumpulan data dalam penelitian ini berupa lembar observasi, soal tes dan angket motivasi. Penelitian ini berlangsung dalam dua siklus dengan setiap siklus melewati tahapan planning, action, observation, dan reflection.Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar matematika siswa kelas VIIIB SMP Satap Negeri Fatunisuan tahun ajaran 2015/2016. Hal ini dilihat dari persentase motivasi dan persentase ketuntasan kelas, yakni pada siklus I persentase motivasi belajar sebesar 51,75% dengan ketuntasan kelasnya mencapai 60%, sedangkan pada siklus II persentase motivasi belajar siswa 61, 9% dengan ketuntasan kelasnya 80%. Kata Kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament, Motivasi Belajar, Prestasi Belajar PENDAHULUAN Matematika merupakan suatu ilmu yang ada di setiap aspek kehidupan. Dalam kehidupan nyata, matematika digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi sehari-hari. Namun dalam praktek pembelajarannya, khususnya pelajaran matematika saat ini masih jauh dari apa yang diharapkan, matematika dianggap sebagai suatu ilmu yang abstrak, menakutkan dan tidaklah menarik dimata peserta didik. Anggapan demikian menunjukkan bahwa motivasi belajar matematika siswa rendah sehingga berakibat pada rendahnya prestasi matematika siswa. Menanggapi persoalan di atas, guru yang merupakan salah satu factor penentu kebehasilan belajar siswa, dituntut untuk mencarikan alternative solusi pemecahannya. Guru sebagai tenaga kependidikan harus mampu menerapkan strategi pembelajaran inovatif yang senantiasa dapat meningkatkan atau membangkitkan motivasi belajar siswa. Oleh karena itu dalam pembelajaran matematika guru harus memilih dari berbagai variasi pendekatan, strategi, model yang sesuai dengan situasi sehingga tujuan dari suatu pembelajaran yang direncanakan dapat dicapai. Salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe “Teams Games Tournament” atau biasa disingkat TGTPembelajaran TGT memberi peluang kepada peserta didik untuk belajar lebih rileks di samping menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar (Sani, 2013: 135). TGT menggunakan turnamen akademik dan kuis-kuis serta sistem skor kemajuan individu. 32 ISSN 1693-7945 Vol.VII No.4 Nov 2016 Rumusan masalah dalam penulisan ini adalah bagaimana meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaraan kooperatif tipe Teams Games Tournament pada siswa kelas VIII SMP Satap Negeri Fatunisuan tahun ajaran 2015/2016? Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa dengan menerapkan model kooperatif tipe Teams Games Tournament pada siswa kelas VIII SMP Satap Negeri Fatunisuantahun ajaran 2015/2016. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang dilaksanakan selama kurang lebih dua minggu. Penelitian ini berlangsung dalam 2 siklus dimana setiap siklus selalu melalui 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi. Untuk mengumpulkan data hasil penelitian, peneliti menggunakan soal tes dan lembar observasi. HASIL PENELITIAN 1. Deskripsi lokasi penelitian SMP Satap Negeri Fatunisuan merupakan salah satu lembaga pendidikan yang berlokasi di Desa Fatunisuan, Kecamatan Miomaffo Barat, Kabupaten Timor Tengah Utara. Kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pada tahun ajaran 2015/2016 jumlah siswa pada SMP Satap Negeri Fatunisuan 99 orang yang dibagi dalam 4 rombongan belajar. 2. Hasil Penelitian Deskripsi Siklus 1 Proses pembelajaran siklus I terdiri dari 2 kali pertemuan. pertemuan pertama untuk proses pembelajaran dan pertemuan kedua untuk mengadakan tes. Setelah tes dilakukan (Pertemuan 2) siswa diberikan angket untuk diisi sesuai dengan keadaan siswa sebenarnya. Langkah-langkah penelitian pada siklus I sebagai berikut: (a)Perencanaan; (b) Pelaksanaan. Tabel 1. Perhitungan Poin dalam TGT dan Predikat Kelompok Siklus I Kode Nilai Nilai Rerata Predikat KEL Siswa Game Tournament Kelompok Kel. AR 10 AYWS KURANG I 10 7, 5 BAIK AB 10 TKP HES 10 RK 10 II 10 10 HEBAT YS 10 SK 10 MIS 10 EML 10 KURANG III 10 8, 75 BAIK IAK DB 10 NS 10 MO 20 IV 10 12, 5 SUPER MNK 20 MH 10 33 ISSN 1693-7945 Vol.VII No.4 Nov 2016 Dari Tabel 1 terlihat bahwa kelompok I dan III mendapat predikat kelompok kurang baik, kelompok II mendapat predikat kelompok hebat sedangkan kelompok IV mendapat predikat kelompok super. Pertemuan kedua berlangsung selama 2 jam pelajaran (2x40 menit) pada hari Jumat, tanggal 08 April 2016 pukul 07.15-08.35 WITA. Banyaknya siswa yang hadir pada pertemuan ini 20 orang. Pertemuan ini digunakan untuk mengadakan tes siklus I. Dalam tes siklus I jumlah soal yang diberikan sebanyak 2 butir soal. a. Observasi Proses Pembelajaran Proses belajar mengajar pada siklus Ibelum berjalan dengan lancar. Hal ini terlihat pada aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung yakni: belum serius dalam mengikuti pelajaran sehingga kurang memahami materi yang diajarkan, kurang aktif dalam kerja kelompok (acuh dan mengerjakan aktivitas lain),menyampaikan pendapat jika diperintah, belum berani bertanya, ribut sendiri jika ada teman yang menjelaskan, dalam menjawab soal game dan tournament siswa terlihat terburu-buru, dalam proses pembelajaran peneliti juga belum menggunakan alokasi waktu dengan baik. Hasil Belajar Hasil belajar siswa diperoleh setelah mengikuti proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan mengadakan tes pada siklus I. Data hasil tes dapat dilihat pada Tabel 2 berikut: Tabel2. Data Hasil Tes Siklus I No Kode Nilai Ket No Kode Nilai Ket Siswa Siswa 1 AB 73 T 11 MH 70 T 2 AYWS 70 T 12 MO 83 T 3 AR 70 T 13 MIS 70 T 4 DYS 65 TT 14 MNK 73 T 5 DB 68 TT 15 NO 68 TT 6 EML 73 T 16 NS 92 T 7 HES 70 T 17 RK 68 TT 8 IAK 55 TT 18 SK 73 T 9 IMT 58 TT 19 TKP 58 TT 10 IB 63 TT 20 YS 73 T Ketuntasan = 60,00% Ketidaktuntasan = 40, 00% Keterangan: Siswa yang tuntas adalah siswa yang mendapat nilai 70 atau lebih sesuai KKM yang ditetapkan di sekolah. Berdasarkan data hasil tes siklus I pada Tabel 2 di atas, terdapat 12 orang yang tuntasdan 8 orang tidak tuntas dengan persentase ketuntasan kelas sebesar60,00% dan persentase ketidaktuntasan sebesar 40, 00%. Motivasi belajar Motivasi belajar siswa diamati selama proses pembelajaran berlangsung dan didukung dengan data hasil angket motivasi. Dari data hasil angket motivasi diperoleh rata-rata motivasi dari 20 siswa sebesar 51,75 dengan persentasenya 51, 75%. Persentase motivasi belajar dalam kategori rendah sebesar 50% atau 10 orang, persentase motivasi belajar dalam kategori sedang sebesar 45% atau 9 orang, dan persentase dalam kategori tinggi sebesar 5% atauu 1 orang. Berdasarkan data hasil angket motivasi tersebut menunjukan bahwa motivasi siswa masih rendah dan belum mecapai kriteria yang ditentukan. 34 ISSN 1693-7945 Vol.VII No.4 Nov 2016 b. Refleksi Berdasarkan hasil analisis data hasil angket motivasi menunjukan persentase rata-ratanya 51,75% dan hasil tes menunjukan ketuntasan klasikal sebesar 60,00% belum mencapai indikator yang ditentukan yaitu motivasi belajar 52% dan hasil tes 70% maka Peneliti perlu melanjutkan ke siklus II dengan memperbaiki hal-hal sebagai berikut: 1. Peneliti harus memotivasi siswa untuk tidak takut memberi pendapat dan berani bertanya. 2. Peneliti harus lebih memperhatikan siswa agar lebih serius dalam mengikuti pelajaran. 3. Siswa harus berpartisipasi aktif dan bekerja sama dalam belajar kelompok. 4. Peneliti harus menggunakan alokasi waktu dengan baik. Deskripsi Siklus II Proses pembelajaran siklus I terdiri dari 2 kali pertemuan. pertemuan pertama untuk proses pembelajaran dan pertemuan kedua untuk mengadakan tes. Setelah tes dilakukan (Pertemuan 2) siswa diberikan angket untuk diisi sesuai dengan keadaan siswa sebenarnya. Langkah-langkah penelitian pada siklus I sebagai berikut: (a) Perencanan; (b) Pelaksanaan Tabel 3. Perhitungan poin dalam TGT dan Predikat KelompokSiklus II Kode Nilai Nilai Rerata Predikat KEL Siswa Game Tournament Kelompok Kel. AR 10 AYWS I IMT 10 10 9 BAIK AB 10 TKP 10 HES 10 DYS 10 II RK 10 10 10 HEBAT YS 10 SK 10 MIS 10 EML III IAK 10 10 9 BAIK DB 10 MNK 10 NS 10 MO 10 IV IB 10 10 10 HEBAT NO 10 MH 10 Dari Tabel 3 terlihat bahwa kelompok I dan III mendapat predikat kelompok baik, kelompok II dan IV mendapat predikat kelompok hebat. Pertemuan kedua berlangsung selama 2 jam pelajaran (2x40 menit) pada hari Selasa, tanggal 19 April 2016 pukul 08.35-09.55 WITA. Banyaknya siswa yang hadir pada pertemuan ini 20 orang. Pertemuan ini digunakan untuk mengadakan tes siklus I. Dalam tes siklus I jumlah soal yang diberikan sebanyak 2 butir soal. a. Observasi Proses Pembelajaran 35 ISSN 1693-7945 Vol.VII No.4 Nov 2016 Proses belajar mengajar pada siklus IIberjalan dengan sesuai apa yang diharapkan. Hal ini terlihat pada saat pembelajaran siswa sudah mulai berpartisipasi aktif dalam berdiskusi dengan teman kelompok meskipun ada yang belum bisa bekerja sama dengan baik, bertanya kepada guru jika ada hal-hal yang belum atau tidak mengerti dan serius dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan meskipun ada yang belum sepenuhnya benar. Hasil Belajar Hasil belajar siswa diperoleh setelah mengikuti proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan mengadakan tes pada siklus II. Data hasil tes dapat dilihat pada Tabel 4 berikut. Tabel 4. Data Hasil Tes Siklus II No Kode Nilai Ket No Kode Nilai Ket Siswa Siswa 1 AB 75 T 11 MH 80 T 2 AYWS 75 T 12 MO 90 T 3 AR 83 T 13 MIS 82 T 4 DYS 70 T 14 MNK 73 T 5 DB 75 T 15 NO 75 T 6 EML 68 TT 16 NS 90 T 7 HES 73 T 17 RK 68 TT 8 IAK 75 T 18 SK 80 T 9 IMT 68 TT 19 TKP 75 T 10 IB 60 TT 20 YS 73 T Ketuntasan = 80, 00% Ketidaktuntasan = 20,00% Keterangan: Siswa yang tuntas adalah siswa yang mendapat nilai 70 atau lebih sesuai KKM yang ditetapkan di sekolah. Berdasarkan data hasil tes siklus II pada Tabel 8 di atas terdapat 16 orang yang tuntasdan 4 orang tidak tuntas dengan persentase ketuntasan kelas pada tes siklus I sebesar80,00% dan persentase ketidaktuntasan sebesar 20, 00%. Motivasi belajar Motivasi belajar siswa diamati selama proses pembelajaran berlangsung dan didukung dengan data hasil angket. Dari data hasil angket motivasi siklus II diperoleh rata-rata motivasi 61, 9 dengan persentasenya 61, 9%. Persentase motivasi belajar dalam kategori sedang sebesar 65%, dan persentase motivasi belajar dalam kategori tinggi sebesar 35%. Dengan demikian motivasi belajar siswa pada siklus II menunjukan kategori sedang. b. Refleksi Berdasarkan hasil pengamatan, hasil angket motivasi dan hasil tes terhadap siswa pada siklus II dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, maka proses pembelajaran dikatakan berhasil. Sesuai dengan analisis hasil tes pada siklus II, ketuntasan perorangan mengalami peningkatan pada siklus I yakni dari 12 orang menjadi 16 orang maka persentase ketuntasan klasikal 60,00%, menjadi 80,00%, sedangkan analisis angket motivasi juga mengalami peningkatan dengan persentase rata-rata pada siklus I 51,75% menjadi 61, 9% dengan kategori sedang. Oleh karena itu proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dikatakan berhasil, maka penelitian tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya. Hasil refleksi sebagai berikut: 1) siswa sudah mulai memberi pendapat atau bertanya jika ada yg belum dipahami, 2) kerjasama dalam kelompok sudah baik, walaupun ada kelompok yang belum bisa bekerjasama dengan baik, 3) semangat dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan, 4) Hasil belajar dan motivasi belajarpun sudah terlihat bagus. 36 ISSN 1693-7945 Vol.VII No.4 Nov 2016 Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, motivasi dan bimbingan dari peneliti kepada siswa dalam pembelajaran dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa pada pokok kubus dan balok. PEMBAHASAN Penelitian tindakan siklus I berlangsung selama dua kali pertemuan dan diakhir pertemuan kedua mengadakan tes siklus I. Persentase ketuntasan kelas pada siklus I sebesar 60,00%. Sedangkan motivasi belajar peserta didik pada siklus I kurang optimal.Ini terlihat dari pengamatan dan diperkuat dengan hasil angket motivasi belajar yang telah diisi pada siklus I. Persentase motivasi belajar dalam kategori rendah sebesar 50%, persentase motivasi belajar dalam kategori sedang sebesar 45%, dan persentase dalam kategori tinggi sebesar 5%, dengan persentase rata-ratanya 51,75%. Hal ini disebabkan karena penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan hal baru bagi siswa sehingga siswa mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri. Suasana yang terjadi saat itu adalah tidak ada keseriusan dalam pembelajaran, kurangnya kerjasama dalam kelompok, takut memberikan pendapat atau bertanya dan ketidaksesuaian waktu yang digunakan, sehingga pemahaman akan materi yang dipelajari rendah.Setelah diadakan refleksi pada siklus I, peneliti berusaha memperbaiki kekurangan tersebut pada siklus berikut. Pelaksanaan pada siklus II sudah dikatakan lebih baik dari pada siklus I. Ini dapat dilihat dari ketuntasan klasikal yang meningkat sebesar 80,00% dan peningkatan persentase motivasi belajar peserta didik. Persentase motivasi belajar dalam kategori sedang sebesar 65%, dan persentase motivasi belajar dalam kategori tinggi sebesar 35% dengan persentase rata–rata motivasi belajar pada siklus II sebesar 61, 9% Dari data tersebut dapat dilihat bahwa hasil belajar dan motivasi belajar peserta didik meningkat dan sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan sehingga siklus II dipandang sudah cukup. Hal ini terlihat dari siswa sudah mulai memberikan pendapat dan berani untuk bertanya, kerjasama dalam kelompok sudah baik meskipun ada kelompok yang belum bisa bekerjasama dengan baik, semangat dan berusaha dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Hal ini disebabkan karena adanya kerjasama antar anggota kelompok, dimana teman yang berkemampuan lebih memotivasi teman yang berkemampuan rendah untuk belajar agar lebih meningkatkan hasil belajarnya karena belajar dengan teman kelompok membuat siswa tidak merasa takut. Menurut Sani (2013: 135) Model pembelajaran TGT melibatkan aktivitas seluruh peserta didik tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran peserta didik sebagai tutor teman sebaya, mengandung unsur permainan dan penguatan (reinforcement). Pembelajaran TGT memberi peluang kepada peserta didik untuk belajar lebih rileks di samping menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar. Sesuai dengan analisis data motivasi belajar dan hasil tes pada siklus I dan siklus II menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar pada siswa kelas VIIIB SMP Satap Negeri Fatunisuan. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, peneliti dapat menyimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TeamsGames Tournament dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar siswa kelas VIIIB SMP Satap Negeri Fatunisuan tahun ajaran 2015/2016. Hal ini terlihat dari meningkatnya motivasi dan hasil belajar tiap siklus yaitu pada siklus I persentase rata-rata motivasi belajar peserta didik sebesar 51,75% dan ketuntasan kelas sebesar 60,00%. 37 ISSN 1693-7945 Vol.VII No.4 Nov 2016 Sedangkan pada siklus II terjadi peningkatan persentase rata-rata motivasi belajar menjadi 61, 9% dan ketuntasan kelasnya sebesar 80,00%. DAFTAR PUSTAKA Irham, M. & Wiyani, N. 2013. Psikologi Pendidikan, Teori dan Aplikasi dalam proses pembelajaran. Jogjakarta: AR-Ruzzmedia Nawi, M. 2012. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Kemampuan Penalaran Formal Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Sekolah Menengah Atas (Swasta) Al Ulum Medan. Jurnal Tabularasa Pps Unimed.Volume 9, No. 1, Juni 2012. Hal. 84. http://journal.uniera.ac.id/pdf. Diakses, pada 11 Maret 2016 Nasichah, D. 2009. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournaments) Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Materi Persegi Panjang Di Kelas VII SMP Buana Waru. Skripsi. Surabaya: Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel. http://digilib.uinsby.ac.id/id/eprint/7898 di akses 01 juni 2015 Wijayanti, W. 2010. Usaha Guru Dalam Membangkitkan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA Negeri 1 Godean. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. https://core.ac.uk/download/files/335/11060577.pdf diakses 11 Maret 2016 Sani, R. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara 38