JURNAL SOSIAL NUSANTARA (JSN) Volume 1 No.1 Januari 2017 ISSN-p 2549-466X ISSN-e 2549-4767 Email: [email protected] Online Journal : http://perdekiisptn.xyz/ojsperdekiisptn/index.php/JSN/ POLA INTERAKSI ANTAR ETNIS (Studi Sosiologis Tentang Interaksi Sosial Suku Kaili – Suku Bugis Di Kelurahan Donggala Kodi Kecamatan Ulujadi Kota Palu) Kadir Fatta dan Syufri FISIP Universitas Tadulako Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan mengenai bentuk-bentuk interaksi sosial antara suku Kaili dan Suku Bugis, serta bentuk-bentuk interaksi sosial yang terjadi antara Suku kaili dan Suku Bugis, dan Model penyelesaian konfli. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Donggala Kodi Kecamatan Ulujadi Kota Palu dengan sampel sebanyak 100 responden masing-masing 50 responden suku Kaili dan 50 responden suku Bugis. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara random tidak proposional (Non Proporsional Random Sampling) dengan dasar penelitian bersifat survey dan tipe penelitian deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya jumlah penduduk suku Bugis di Kelurahan Donggala Kodi sangat berpengaruh terhadap kehidupan sosial penduduk setempat (suku Kaili). Hubungan-hubungan sosial baik yang asosiatif maupun disosiatif seperti kerjasama, persaingan, maupun konflik terdapat dalam kehidupan kedua etnis tersebut dan sudah berlangsung cukup lama, namun demikian persaingan dalam bidang usaha, persaingan karena pandangan budaya yang berbeda, dan masalah pemilikan lahan sering muncul, dan hal ini kadang kala berkembang secara negatif dan memunculkan konflik antara kedua etnis tersebut. Kata Kunci : Etnis, Pola Interaksi, Sosiologi Abstract This study aims to explain the forms of social interaction between the Kaili tribe and the Bugis tribe, as well as the forms of social interaction that occur between the Kaili and Bugis tribes, and the model of settlement of the conflicts. This research was conducted at Kelurahan Donggala Kodi Sub Ulujadi Palu with sample of 100 respondents each 50 respondents Kaili tribe and 50 respondents Bugis tribe. Technique of sampling is done by random not proportional (Non Proportional Random Sampling) with research base is survey and descriptive research type. The results showed that the large population of Bugis tribe in Donggala Kodi sub-district greatly influenced the social life of local people (Kaili tribe). Social relationships, both associative and dissociative, such as cooperation, competition, and conflict exist in the lives of both ethnic groups and have been going on for quite some time, but competition in business, competition due to different cultural views, and land tenure issues often arise, and It sometimes develops negatively and creates a conflict between the two ethnic groups. Keywords: Ethnicity, Interaction Patterns, Sociology 1 Jurnal Sosial Nusantara Jurnal Sosial Nusantara – Volume 1 No.1 Januari 2017 A. Pendahuluan didifusikan (proses penyebaran) adalah Latar Belakang Masalah budaya, yang menyebarkan (carrier) Interaksi Sosial merupakan salah adalah penduduk pendatang (migran) satu kunci dari semua kehidupan sosial dan rintangan (barrier) adalah budaya karena tanpa interaksi sosial, tak akan penduduk mungkin walaupun ada kehidupan bersama setempat. Oleh karenanya budaya-budaya pada Interaksi Sosial merupakan salah satu masyarakat pendatang datang secara proses sosial. Bentuk interaksi sosial bertubi-tubi, tapi pertahanan budaya dapat berupa kerja sama (cooperation) masyarakat lokal cukup kuat, maka persaingan (competition) difusi atau penyebaran budaya dan bahkan tidak pertikaian (confict). Tetapi biasanya akan terjadi. Namun yang sangat penting konflik penyelesaian, dalam hal ini, adalah akan terjadinya walaupun kadang kala hanya bersifat budaya yang dominan dan sub ordinat sementara, dari kedua kelompok tersebut. Apabila mendapatkan yaitu akomodasi budaya masyarakat pendatang (migran) (accommodation). lebih dominan, maka budaya masyarakat Berbagai penelitian menemukan setempat menjadi sub ordinat. Hal adanya dampak-dampak sosial budaya yang terjadi disebabkan tersebut tidak menutup kemungkinan karena muncul benturan-benturan budaya yang hubungan-hubungan sosial antar etnis yang sifatnya negatif, Oleh sebab itu lokal maupun etnis pendatang. Di antaranya adalah penelitian diperlukan yang untuk menyeleksi budaya-budaya luar. menemukan bahwa ada tiga hal yang diperhatikan pada ketahanan- ketahanan budaya masyarakat setempat dilakukan oleh Mantra (1998: 58) yang perlu adanya interaksi Hingga saat kini, hubungan budaya antara penduduk pendatang interaksi antar etnis (Kaili-Bugis) (migran) dengan penduduk setempat memang masih dalam batas-batas yaitu; 1) materi yang didifusikan, 2) normal, dimana kedua etnis tersebut siapa dapat yang bagaimana menyebarkan pertahanan dan objek 3) hidup secara berdampingan. yang Hanya saja hubungan normal tersebut ditimpa materi itu. Dalam hal ini dapat sangat rentan terpicu oleh proses dijelaskan bahwa materi yang akan munculnya 2 Jurnal Sosial Nusantara identifikasi sosial-etnik. Kadir Fatta dan Syufri – Pola Interaksi Antar Etnis …. Kecenderungan hidup mengelompok tersebut dan berdampak kepada sesama etnis; pemukiman, kegiatan terjadinya perubahan-perubahan sosial ekonomi dan penggunaan bahasa etnis dan perubahan budaya kedua etnis tampak mendominasi hubungan kedua tersebut. Sehubungan dengan uraian etnis. Khususnya etnis Bugis, cenderung tersebut, maka rumusan masalah dalam memperkuat identitas etnisnya melalui penelitian ini adalah sebagai berikut institusi paguyuban yang berbasis Rumusan Masalah kesamaan asal-usul daerah diantaranya adalah Kerukunan Keluarga Sulawesi 1. Selatan (KKSS). interaksi Ada beberapa kasus Bagaimana sosial bentuk-bentuk antara penduduk konflik yang pernah terjadi di Kota Palu setempat dengan penduduk pendatang dan (Suku Bugis). melibatkan kedua etnis tersebut diantaranya adalah peristiwa konflik 2. sosial pada bulan Agustus tahun 2006 mungkin dapat dilakukan dalam upaya tergolong meminimalkan potensi konflik sosial besar karena melibatkan Bagaimana solusi alternatif yang antara kedua etnis tersebut. warga masyarakat dari kedua etnik (Kaili dan Bugis) dalam skala yang luas. Sementara pada bulan Juli tahun 2009 Batasan Konsep meskipun eskalasi konfliknya lebih kecil Beberapa namun nyaris saja peristiwa tersebut Kelurahan Donggala Kodi luput dari ahli sosiologi memberikan batasan tentang interaksi terulang kembali. tidak Interaksi Sosial serbuan sosial, di antaranya adalah Wila Huki juga (1986: migran, interaksi utamanya migran yang sifatnya spontan. 158) sosial mengatakan merupakan bahwa saling pengaruh mempengaruhi secara dinamis Suku-suku bangsa seperti Suku Bugis, antara kekuatan-kekuatan dalam mana Makassar, Gorontalo, Jawa dan Minahasa kontak di antara pribadi dan kelompok adalah migran- migran spontan yang menghasilkan perubahan sikap tingkah banyak bermukim di wilayah tersebut laku dari pada partisipan. Begitupun dan salah satu suku bangsa yang cukup pengertian yang diberikan oleh Lawang dominan adalah suku Bugis. Pola-pola (1989: 26) bahwa interaksi sosial adalah interaksi akan terjadi antara kedua etnis proses di mana orang-orang yang 3 Jurnal Sosial Nusantara Jurnal Sosial Nusantara – Volume 1 No.1 Januari 2017 berkomunikasi mempengaruhi saling pengaruh dalam fikiran besar unsur-unsur kebudayaan materil dan terhadap unsur-unsur non material. tindakan. Dari defenisi-defenisi di atas Pendekatan diketahui bahwa yang paling penting bagaimana dalam interaksi adalah adanya pengaruh terjadi dalam lingkup keluarga. Ternyata secara timbal balik antara pelbagai segi hasil analisa menemukan bahwa salah kehidupan masyarakat baik kehidupan satu akibat dari penemuan tehnologi sosial, budaya, politik, maupun ekonomi adalah melemahnya ikatan kekeluargaan suatu etnis dengan etnis lainnya. dalam keluarga yang sifatnya modern. Secara umum ini adalah melihat perubahan-perubahan bentuk-bentuk Hal ini karena terjadinya migrasi atau interaksi sosial dapat berupa kerja sama, perpindahan penduduk, yang berakibat persaingan, kepada terjadinya perpisahan secara konflik dan akomodasi (Soerjono Soekanto, 1990: 76). Keempat jarak bentuk-bentuk interaksi sosial tersebut keluarga. dapat membentuk suatu kontinuitas Menurut beberapa ahli diantaranya dalam kehidupan suatu masyarakat, adalah (Hourton, 1989: 212; Abdulsyani, dalam artian bahwa dalam proses 1994: 164; S. Soekanto, 1990: 352) kehidupan masyarakat dapat dimuali menyatakan dengan adanya kerjasama yang berlanjut perubahan sosial dan budaya dapat kepada dan terjadi karena beberapa faktor antara memuncak kepada munculnya konflik lain 1) Timbunan kebudayaan. Hal ini dan berakhir kepada akomodasi. terjadi karena ditemukannya beberapa adanya persaingan fisik antara bahwa penemuan-penemuan Perubahan Sosial Perubahan anggota-anggota faktor-faktor baru dalam kehidupan masyarakat, oleh karena menurut budaya - budaya masyarakat semakin Ogburn (Soekanto, 1990: 336) bahwa lama semakin bertambah, 2) Difusi yaitu perubahan-perubahan suatu penyebaran unsur - unsur budaya meliputi sosial sosial adalah yang dari suatu kelompok masyarakat atau unsur suatu etnis kepada kelompok atau etnis kebudayaan baik yang sifatnya materil lainnya. Difusi atau penyebaran budaya maupun material, ini terjadi karena adanya interaksi yang penekanannya adalah pada pengaruh terjadi antara kelompok atau etnis terjadi perubahan-perubahan terhadap yang unsur non - 4 Jurnal Sosial Nusantara Kadir Fatta dan Syufri – Pola Interaksi Antar Etnis …. masyarakat, 3) Perubahan jumlah Effendy dalam Liliweri (2001) penduduk, faktor kependudukan ini juga yang sangat prasangka dalam hubungannya dengan berpengaruh kepada terjadi mengemukakan pengertian perubahan sosial maupun budaya suatu komunikasi masyarakat. Perubahan penduduk ini, merupakan salah satu rintangan dan dapat terjadi secara alamiah yang hambatan berat bagi suatu kegiatan disebabkan angka komunikasi oleh karena orang-orang kelahiran (fertilitas) maupun kematian yang mempunyai prasangka belum apa- (mortalitas) dan juga dapat terjadi apa secara non alamiah yang disebabkan menentang oleh tingginya arus migrasi masuk (in melancarkan komunikasi. Pandangan migration) maupun migrasi keluar (out senada dikemukankan oleh Mulyana migration) di suatu wilayah. (2000) prejudice adalah suatu preseden, oleh tingginya sudah atau Prasangka (Prejudice) bersikap curiga komunikator suatu penilaian dan yang berdasarkan Bagaimana proses lahirnya pengertian prasangka ? Ada dua pendapat ahli yang mengalami dikutip oleh Liliweri (2001) tentang transformasi sejak dahulu sampai kini. penyebab prasangka sebagai berikut : Pada mulanya prasangka merupakan (1) pernyataan yang hanya didasarkan pada disebabkan oleh 4 hal yaitu; gambaran pengalaman keputusan yang tidak diuji perbedaan antara kelompok; nilai yang terlebih dahulu. Pernyatan itu bergerak dimiliki oleh kelompok lain nampaknya pada suatu skala suka tidak suka, sangat menguasai kelompok minoritas; mendukung dengan tidak mendukung karena terhadap sifat-sifat tertentu. Namun perasaan pengertian prasangka bahwa prasangka keputusan dan pengalaman terdahulu. Allport dalam Liliweri (2001) mengemukakan bahwa telah prasangka Menurut adanya Johnson, prasangka stereotipe; superior pada karena kelompok kini lebih sendiri. (2) Menurut Poortingan, ada tiga yang faktor penentu prasangka yang diduga negative mempengaruhi komunikasi yaitu : (1) diarahkan pada pandangan emosional dan bersifat terhadap seseorang atau kelompok stereotipe, sebagai sikap negatif orang tertentu. terhadap orang lain yang lahir dari overgeneralisasi dalam mengidentifikasikan 5 Jurnal Sosial Nusantara Jurnal Sosial Nusantara – Volume 1 No.1 Januari 2017 seseorang dengan kelompoknya dan Seperti yang dijelaskan pada bahwa dalam mengabaikan ciri individualnya yang metode bersifat unik; (2) jarak sosial, berkaitan penelitian ini dipilihi 100 responden dengan dan dengan rincian 50 responden suku Kaili penerimaan seseorang terhadap orang dan 50 responden suku Bugis dengan lain dalam hubungan yang terjadi di karakteristik responden dari segi umur antara umumnya tingkat mereka; kedekatan (3) diskriminasi, penelitian, responden berumur 30 merupakan faktor yang merusak kerja hingga 59 tahun dan berpendidikan rata- sama Diskriminasi rata tamat SD hingga tamat SLTA serta sebagai sebuah perilaku yang ditujukan pekerjaan yang variatif dari petani untuk mencegah suatu kelompok atau hingga jasa. antar manusia. membatasi kelompok lain yang berusaha memiliki atau mendapatkan sumber 2. Bentuk-bentuk daya. Interaksi Sosial Antara Suku Kaili dengan Suku Bugis. B. Metode Penelitian Hasil penelitian ini menunjukkan Dasar penelitian ini adalah survey bahwa hubungan-hubungan sosial dengan tipe penelitian diskriptif. Jumlah antara suku Bugis sebagai penduduk sampel 100 responden (suku Kaili 50 pendatang dengan penduduk setempat responden dan suku Bugis 50 responden dalam hal ini Suku Kaili, adalah meliputi yang ditentukan secara random tidak hubungan sosial yang asosiatif seperti proporsional (Non proportional random kerjasama sampling). Teknik pengumpulan data hubungan sosial yang sifatnya disosiatif yang seperti digunakan adalah; kuisioner, dan akomodasi persaingan dan serta konflik. observasi, dan wawancara mendalam, Penyebaran kuisioner terhadap 100 dengan analisis data deksriptif dengan responden, baik Suku Kaili maupun Suku pemaparan Bugis di Kelurahan Donggala Kodi, data-data melalui tabel frekuensi. diketahui bahwa beberapa bentuk kerjasama yang melibatkan kedua etnis C. Pembahasan tersebut antara lain kerjasama dalam 1. Karakteristik responden. bentuk gotong royong, bidang usaha, serta tolong menolong atau saling 6 Jurnal Sosial Nusantara Kadir Fatta dan Syufri – Pola Interaksi Antar Etnis …. mengunjungi dalam pelaksanaan pesta menonjolkan hajatan maupun kedukaan. Kegiatan memakai gotong royong kadang kala bersifat serba berlebihan. Ini sangat kontras spontan oleh dengan kehidupan orang-orang Kaili masyarakat dan kadang kala pula ada yang sangat sederhana, mereka tidak himbauan pemerintah suka memakai perhiasan-perhiasan yang misalnya berlebihan. Oleh sebab itu kebiasaan- drainase, kebiasaan tersebut menurut anggapan membersihkan tempat-tempat ibadah, orang-orang Kaili seolah-olah orang- pembangunan sarana pendidikan, dan orang sebagainya. Kekayaan”, dan ini sangat berdampak yang dilaksanakan dari kelurahan, aparat seperti memperbaiki saluran Semua ini dapat tercipta diri, yaitu dengan perhiasan-perhiasan Bugis melakukan yang “Pamer karena adanya saling mempercayai dan kepada saling membutuhkan antara anggota masyarakat Suku Kaili untuk tidak mau kelompok yang kalah dengan apa yang diperlihatkan yang oleh orang-orang Bugis. Persaingan ini dapat semakin jadi karena dibarengi dengan tercipta suatu rasa solidaritas diantara munculnya prasangka-prasangka buruk anggota-anggota masyarakat tersebut. antara kedua etnis tersebut. masyarakat dilatarbelakangi berbeda. Karena oleh Dengan dilatar budaya demikian belakangi oleh prilaku-prilaku sebagian Persaingan-persaingan yang perbedaan-perbedaan budaya antara terjadi antara kedua etnis tersebut, kedua etnis ini, maka solidaritas yang sepertinya menjadi suatu potensi konflik tercipta adalah solidaritas yang sifatnya yang sifatnya latent yang apabila tidak organik. terantisipasi maka akan berkembang Dalam hal budaya ataupun secara negatif dan kebiasaan-kebiasaan dalam pergaulan, disorganisasi sikap penonjolan diri dari salah satu masyarakat. kelompok masyarakat merupakan salah Perbedaan kehidupan sosial ekonomi satu dan faktor persaingan. Ini pemicu dapat terjadinya dilihat dari hidup perbedaan terutama dalam menimbulkan kehidupan kebiasaan-kebiasaan pada Suku Bugis, kebiasaan-kebiasan orang-orang Bugis menjadi potensi-potensi konflik yang terutama kaum perempuan pada setiap sewaktu-waktu pesta perkawinan yang seakan-akan pertikaian 7 Jurnal Sosial Nusantara baik dapat secara menimbulkan perorangan Jurnal Sosial Nusantara – Volume 1 No.1 Januari 2017 maupun kelompok. oleh sebab itu karena kedua belah pihak dilibatkan banyak masalah-masalah yang sepeleh secara ataupun masalah-masalah perseorangan pemuka masyarakat dari etnis Kaili dan (tindak kriminal perseorangan) dapat Etnis memicu persoalan yang lebih besar musyawarah seperti sentimen etnis yang mengarah tersebut melibatkan orang-orang ketiga kepada atau terjadinya pertikaian antar kelompok. langsung terutama Bugis. Kadang-kadang ataupun mediator pemuka- dari pada kompromi pihak tokoh masyarakat. Dalam wawancara yang Pemilikan lahan yang tak terbatas, dilakukan kepada beberapa orang penguasaan, dan juga karakter beberapa Informan baik dari Suku Kaili maupun orang-orang Bugis seperti sikap angkuh, Suku sombong dan sikap suka menonjolkan penyelesaian diri yang seolah-olah menjadi “merk” sebaiknya dan melekat pada kehidupan orang- penyelesaian secara hukum. Dalam hal orang Bugis di Kelurahan Donggala Kodi, ini mereka yang terlibat ataupun yang juga bagaikan konflik yang bersifat latent memicuh terjadinya konflik terbuka dan ini akan tersebut harus diproses secara hukum. berpengaruh kepada interaksi-interaksi kedua etnis tersebut. Konflik-konflik ini akan Bugis, menyatakan secara dibarengi Pelibatan sangat bahwa musyawarah juga dengan lembaga-lembaga sosial dan lembaga-lembaga adat seta berpotensi kepada munculnya sentimen tokoh-tokoh masyarakat etnis secara permanen yang bermuarah etnis yang bertikai tersebut untuk kepada benih-benih meredam konflik, adalah suatu hal yang disintegrasi. Oleh sebab itu untuk sangat efektif dan ini sejalan dengan menghindari ataupun meredam konflik- pemikiran Coser (Lawang, 1985: 194) konflik tersebut diperlukan adanya sikap bahwa untuk meredam konflik atau akomodatif dari tiap-tiap kelompok ketegangan-ketegangan dalam masyarakat. masyarakat katup munculnya perlu dari kedua diciptakan Dari jawaban-jawaban responden pengaman (safety valve) sebagai wadah maupun informan, bahwa penyelesaian untuk mengungkapkan aspirasi bagi konflik masyarakat yang berbeda pandangan. dengan cara melalui musyawarah atau kompromi-kompromi sosial adalah hal yang sangat efektif, 8 Jurnal Sosial Nusantara Kadir Fatta dan Syufri – Pola Interaksi Antar Etnis …. 3. Model Penyelesaian Konflik yang upaya melihat fenomena konflik dalam Pernah dilakukan konteks peta hubungan antaretnis yang Ketika suatu permasalahan sosial lebih luas dan kompleks, dimana kasus terjadi secara berulang, berarti terdapat individual hanya menjadi cerminan dari kekeliruan dalam penyelesaian masalah kesadaran kolektif masyarakat. Sehingga tersebut. Kesalahan pertama terletak langkah pada cara pandang para pihak yang menyeluruh terlibat sebagai problem solver yang menyentuh menilai riak-riak ketegangan hanya sesungguhnya. Para pemuka masyarakat bersifat ada dari kedua etnis tersebut cenderung kaitannya dengan kesadaran kolektif lebih fokus pada solusi praktis dan antaretnis. Ada reaktif dibandingkan menemukan akar penyebab lahirnya insidental dan dua tidak kemungkinan dan akar pun tidak persoalan tidak pernah yang pandang persoalan yang lebih mendasar. Suatu tersebut; 1) terdapat kekhawatiran solusi yang hanya menyentuh masalah berlebihan dalam memandang akar pada level permukaan, sementara akar persoalan setiap masalah tidak terselesaikan. Solusi yang peristiwa konflik antaretnis di masa lalu. pernah dilakukan cenderung reaktif dan Para yang elit cara penyelesaian mendasari masyarakat merasa hanya bersifat insidental. Ketika masalah enggan dan cemas jika pengungkapan akan muncul atau sedang berlangsung, secara terbuka tentang kemungkinan maka segera dibentuk wadah antisipatif adanya semangat etnosentrisme di balik yang dioperasikan secara praktis. Tidak setiap justeru ada upaya yang lebih serius untuk memancing munculnya luka lama yang mendesain sebuah program penyadaran bersifat kontra-produktif. 2) tidak ada (proses kultural) berjangka panjang. peristiwa konflik upaya berkesinambungan untuk secara serius menyikapi akar potensi konflik. D. Kesimpulan Cara pandang simplistik yang hanya Dalam rangkaian proses penelitian melihat kasus pada tingkat manifesnya yang telah dilakukan mengenai “Pola dan cenderung melokalisir fenomena Interaksi Antar Etnis (Studi Sosiologis konflik pada tingkat individual semata, Tentang Interaksi Sosial Suku Kaili – Suku sehingga bentuk solusi yang dilakukan Bugis di Kelurahan Donggala Kodi bersifat instan dan reaktif. Tidak ada Kecamatan Ulujadi Kota Palu) yang 9 Jurnal Sosial Nusantara Jurnal Sosial Nusantara – Volume 1 No.1 Januari 2017 mengkaji mengenai bentuk-bentuk mempermudah terjadinya asimilasi interaksi sosial yang terjadi antara Suku dan adaptasi antara kedua etnis kaili dan Suku Bugis, dan Model tersebut, di samping adanya faktor - penyelesaian faktor yang menunjukkan bahwa konflik), maka dapat disimpulkan bahwa : banyak orang-orang Kaili adalah keturunan Suku Bugis. Besarnya jumlah penduduk Suku Bugis di Kelurahan Donggala Kodi sangat berpengaruh terhadap antara kedua etnis tersebut, maka kehidupan sosial dan budaya, baik perubahan-perubahan dalam sistem pada masyarakat pendatang (suku perkawinan nampak nyata adanya Bugis) maupun pada masyarakat penyesuaian-penyesuaian setempat (Suku Kaili). Hal ini karena kedua etnis tersebut, begitu juga pada interaksi-interaksi sosial yang terjadi aspek bahasa ada perubahan dialek baik berupa kerjasama, persaingan, pada beberapa Suku Kata dalam maupun pertentangan atau konflik. bahasa Bugis yang berbeda dengan Kendati interaksi sosial dalam bentuk bahasa Bugis yang digunakan oleh kerjasama telah berlangsung cukup orang-orang Bugis pada umumnya. lama, namun persaingan-persaingan Untuk meredam antara konflik-konflik antara kedua etnis tersebut juga tersebut dan tetap mempertahankan sering kestabilan terjadi. persaingan Persaingan - masyarakat, dapat saja lembaga-lembaga secara negatif dan halnya Kerukunan Keluarga Sulawesi memunculkan konflik-konflik sosial, Selatan (KKSS) dari Suku Bugis dan apabila tidak tertangani dengan baik. lembaga adat Suku Kaili mempunyai Konflik tersebut bisa berbentuk tidak fungsi yang sangat penting sebagai nampak (Konflik latent) maupun katup pengaman (safety valve) untuk konflik-konflik yang terbuka (Konflik menekan terjadinya konflik-konflik manifest). sosial yang melibatkan kedua etnis Adanya kemauan saling menerima tersebut. sebagai anggota kerabat keluarga melalui suatu jalinan perkawinan campuran (amalgamasi) akan 10 Jurnal Sosial Nusantara sosial maka tersebut berkembang Akibat-akibat interaksi yang terjadi seperti Kadir Fatta dan Syufri – Pola Interaksi Antar Etnis …. E. Saran pengenalan Berdasarkan hasil penelitian di budaya- budaya masyarakat setempat, agar lapangan, maka ada beberapa saran supaya yang perlu dipertimbang baik oleh menyesuaikan pemerintah setempat maupun oleh kehidupan masyarakat Donggala masyarakat Suku Kaili. Dilain pihak Kodi pada umumnya. Saran-saran diharapkan pula bagi penduduk tersebut adalah sebagai berikut : setempat (suku Kaili) mengambil Diharapkan pemerintah setempat alih untuk memprakarsai pertemuan- pendatang pertemuan yang melibatkan kedua mereka. etnis mengenai Kelurahan tersebut. Pertemuan ini warga aspek Bugis dapat diri terhadap sosial budaya positif terutama kebudayaan etos kerja Diharapkan pengusaha-pengusaha sifatnya berkala dan membicarakan Bugis, hal-hal yang menyangkut hubungan kesempatan atau merekrut orang- kedua etnis tersebut. orang mudah Suku Kaili untuk Diharapkan pula masyarakat, memberikan aparat dipekerjakan dalam usaha yang tokoh-tokoh mereka laksanakan, agar supaya toko-toko dapat meminimalisir kesenjangan di dari pemerintah, untuk maupun bidang ekonomi antar kedua etnis. pemuda dari kedua etnis tersebut untuk Mengoptimalkan aktivitasaktivitas sosial, apakah DAFTAR PUSTAKA dalam Abustam, Idrus. 1975. Tukang sepatu Toraja Di Ujung Pandang, Suatu Studi Mengenai Proses Perpindahan Dan Penyesuian Cara Hidup Di Kota, Laporan Penelitian. Pusat Latihan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial. Ujung Pandang. bentuk kegiatan-kegiatan olahraga, aktivitas-aktivitas kemasyarakatan organisasi baik pemuda maupun remaja ataupun kegiatankegiatan pengajian-pengajian yang ------------------. 1989. Gerak Penduduk, Pembangunan dan Perubahan Sosial; Seri Tesis, UI-Press, Jakarta. melibatkan kedua etnis tersebut. Mengoptimalkan fungsi-fungsi dan selalu berkoordinasi antara lembaga Abdulsyani, 1994. Sosiologi (skematika, teori dan terapan). Penerbit: Bumi Aksara, Jakarta. adat Suku Kaili dan lembaga sosial KKSS dari warga Bugis untuk selalu memberikan pemahaman dan 11 Jurnal Sosial Nusantara Jurnal Sosial Nusantara – Volume 1 No.1 Januari 2017 Adam. 2001. Dampak Modernisasi Pertanian Terhadap Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Di Desa Baralau Kecamatan Monta Kabupaten Bima; Thesis, Program Pascasarjana UNM Makassar Manggarai, Flores Barat. Tesis : Universitas Indonesia Lee, Everet. S. 1991. Teori Migrasi; PPK-UGM, Yogyakarta. Liliweri, Alo. 1994. Prasangka Sosial dan Komunikasi Antaretnik. PT Pustaka LP3ES Indonesia Aswan, Helmi. 1995. Proses dan Strategi Adaptasi Warga Masyarakat Transmigrasi di Desa Makarti Jaya Sumatera Selatan, Departemen Pendidikan dan kebudayaan. ------------------------. 2001. Gatra-Gatra Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Baso, Gani, 1990. Dampak Migrasi Sirkuler Pada Kehidupan Sosial Masyarakat Pantai. (Studi Kasus pada empat tipe Desa Pantai di Sulawesi Selatan, Tesis, Pascasarjana, Ujung Pandang. ------------------------. 2007. Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Mantra, Horton, Paul B. 1989. Sosiologi. Jakarta : Erlangga. Ida. Bagus. 1998. Mobilitas Penduduk Sirkuler dari Desa Ke Kota di Indonesia; PPK-UGM, Yogyakarta. ------------------------. 2000. Demograsi Umum; Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Junus, Melalatoa. (penyunting). 1997. Sistem Budaya Indonesia; PT. Pamator, Jakarta. John Rex. 1985. Analisa Sistim Sosial; PT. Bina Aksara, Jakarta. Mulyana, Deddy. 2000 . Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Lawang, Robert. MZ. 1985 Sistim Sosial Indonesia; Materi Kuliah Univ. Terbuka, Karunia, jakarta. Soekanto, Soejono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. ------------------------. Stratifikasi Wila Huky, D.A. 1986. Pengantar Sosiologi. Surabaya : Usaha Nasional sosial di 1989 Cancar- 12 Jurnal Sosial Nusantara