POLA INTERAKSI ANTAR ETNIS Kadir Fatta dan Syufri

advertisement
JURNAL SOSIAL NUSANTARA (JSN)
Volume 1 No.1 Januari 2017
ISSN-p 2549-466X
ISSN-e 2549-4767
Email: [email protected]
Online Journal : http://perdekiisptn.xyz/ojsperdekiisptn/index.php/JSN/
POLA INTERAKSI ANTAR ETNIS
(Studi Sosiologis Tentang Interaksi Sosial Suku Kaili – Suku Bugis
Di Kelurahan Donggala Kodi Kecamatan Ulujadi Kota Palu)
Kadir Fatta dan Syufri
FISIP Universitas Tadulako
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan mengenai bentuk-bentuk interaksi sosial antara suku
Kaili dan Suku Bugis, serta bentuk-bentuk interaksi sosial yang terjadi antara Suku kaili dan Suku
Bugis, dan Model penyelesaian konfli. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Donggala Kodi
Kecamatan Ulujadi Kota Palu dengan sampel sebanyak 100 responden masing-masing 50
responden suku Kaili dan 50 responden suku Bugis. Teknik pengambilan sampel dilakukan
secara random tidak proposional (Non Proporsional Random Sampling) dengan dasar penelitian
bersifat survey dan tipe penelitian deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya
jumlah penduduk suku Bugis di Kelurahan Donggala Kodi sangat berpengaruh terhadap
kehidupan sosial penduduk setempat (suku Kaili). Hubungan-hubungan sosial baik yang asosiatif
maupun disosiatif seperti kerjasama, persaingan, maupun konflik terdapat dalam kehidupan
kedua etnis tersebut dan sudah berlangsung cukup lama, namun demikian persaingan dalam
bidang usaha, persaingan karena pandangan budaya yang berbeda, dan masalah pemilikan lahan
sering muncul, dan hal ini kadang kala berkembang secara negatif dan memunculkan konflik
antara kedua etnis tersebut.
Kata Kunci : Etnis, Pola Interaksi, Sosiologi
Abstract
This study aims to explain the forms of social interaction between the Kaili tribe and the Bugis tribe,
as well as the forms of social interaction that occur between the Kaili and Bugis tribes, and the model
of settlement of the conflicts. This research was conducted at Kelurahan Donggala Kodi Sub Ulujadi
Palu with sample of 100 respondents each 50 respondents Kaili tribe and 50 respondents Bugis tribe.
Technique of sampling is done by random not proportional (Non Proportional Random Sampling)
with research base is survey and descriptive research type. The results showed that the large
population of Bugis tribe in Donggala Kodi sub-district greatly influenced the social life of local
people (Kaili tribe). Social relationships, both associative and dissociative, such as cooperation,
competition, and conflict exist in the lives of both ethnic groups and have been going on for quite
some time, but competition in business, competition due to different cultural views, and land tenure
issues often arise, and It sometimes develops negatively and creates a conflict between the two ethnic
groups.
Keywords: Ethnicity, Interaction Patterns, Sociology
1
Jurnal Sosial Nusantara
Jurnal Sosial Nusantara – Volume 1 No.1 Januari 2017
A. Pendahuluan
didifusikan (proses penyebaran) adalah
Latar Belakang Masalah
budaya, yang menyebarkan (carrier)
Interaksi Sosial merupakan salah
adalah penduduk pendatang (migran)
satu kunci dari semua kehidupan sosial
dan rintangan (barrier) adalah budaya
karena tanpa interaksi sosial, tak akan
penduduk
mungkin
walaupun
ada
kehidupan
bersama
setempat. Oleh karenanya
budaya-budaya
pada
Interaksi Sosial merupakan salah satu
masyarakat pendatang datang secara
proses sosial. Bentuk interaksi sosial
bertubi-tubi, tapi pertahanan budaya
dapat berupa kerja sama (cooperation)
masyarakat lokal cukup kuat, maka
persaingan (competition)
difusi atau penyebaran budaya
dan bahkan
tidak
pertikaian (confict). Tetapi biasanya
akan terjadi. Namun yang sangat penting
konflik
penyelesaian,
dalam hal ini, adalah akan terjadinya
walaupun kadang kala hanya bersifat
budaya yang dominan dan sub ordinat
sementara,
dari kedua kelompok tersebut. Apabila
mendapatkan
yaitu
akomodasi
budaya masyarakat pendatang (migran)
(accommodation).
lebih dominan, maka budaya masyarakat
Berbagai penelitian menemukan
setempat menjadi sub ordinat. Hal
adanya dampak-dampak sosial budaya
yang
terjadi
disebabkan
tersebut tidak menutup kemungkinan
karena
muncul benturan-benturan budaya yang
hubungan-hubungan sosial antar etnis
yang sifatnya negatif, Oleh sebab itu
lokal maupun etnis pendatang. Di
antaranya
adalah
penelitian
diperlukan
yang
untuk menyeleksi budaya-budaya luar.
menemukan bahwa ada tiga hal yang
diperhatikan
pada
ketahanan-
ketahanan budaya masyarakat setempat
dilakukan oleh Mantra (1998: 58) yang
perlu
adanya
interaksi
Hingga
saat
kini,
hubungan
budaya antara penduduk pendatang
interaksi
antar
etnis
(Kaili-Bugis)
(migran) dengan penduduk setempat
memang
masih
dalam
batas-batas
yaitu; 1) materi yang didifusikan, 2)
normal, dimana kedua etnis tersebut
siapa
dapat
yang
bagaimana
menyebarkan
pertahanan
dan
objek
3)
hidup
secara
berdampingan.
yang
Hanya saja hubungan normal tersebut
ditimpa materi itu. Dalam hal ini dapat
sangat rentan terpicu oleh proses
dijelaskan bahwa materi yang akan
munculnya
2
Jurnal Sosial Nusantara
identifikasi
sosial-etnik.
Kadir Fatta dan Syufri – Pola Interaksi Antar Etnis ….
Kecenderungan
hidup
mengelompok
tersebut
dan
berdampak
kepada
sesama etnis; pemukiman, kegiatan
terjadinya perubahan-perubahan sosial
ekonomi dan penggunaan bahasa etnis
dan perubahan budaya kedua etnis
tampak mendominasi hubungan kedua
tersebut. Sehubungan dengan uraian
etnis. Khususnya etnis Bugis, cenderung
tersebut, maka rumusan masalah dalam
memperkuat identitas etnisnya melalui
penelitian ini adalah sebagai berikut
institusi
paguyuban
yang
berbasis
Rumusan Masalah
kesamaan asal-usul daerah diantaranya
adalah Kerukunan Keluarga Sulawesi
1.
Selatan (KKSS).
interaksi
Ada beberapa kasus
Bagaimana
sosial
bentuk-bentuk
antara
penduduk
konflik yang pernah terjadi di Kota Palu
setempat dengan penduduk pendatang
dan
(Suku Bugis).
melibatkan kedua etnis tersebut
diantaranya adalah peristiwa konflik
2.
sosial pada bulan Agustus tahun 2006
mungkin dapat dilakukan dalam upaya
tergolong
meminimalkan potensi konflik sosial
besar
karena
melibatkan
Bagaimana solusi alternatif yang
antara kedua etnis tersebut.
warga masyarakat dari kedua etnik
(Kaili dan Bugis) dalam skala yang luas.
Sementara pada bulan Juli tahun 2009
Batasan Konsep
meskipun eskalasi konfliknya lebih kecil

Beberapa
namun nyaris saja peristiwa tersebut
Kelurahan Donggala Kodi
luput
dari
ahli
sosiologi
memberikan batasan tentang interaksi
terulang kembali.
tidak
Interaksi Sosial
serbuan
sosial, di antaranya adalah Wila Huki
juga
(1986:
migran,
interaksi
utamanya migran yang sifatnya spontan.
158)
sosial
mengatakan
merupakan
bahwa
saling
pengaruh mempengaruhi secara dinamis
Suku-suku bangsa seperti Suku Bugis,
antara kekuatan-kekuatan dalam mana
Makassar, Gorontalo, Jawa dan Minahasa
kontak di antara pribadi dan kelompok
adalah migran- migran spontan yang
menghasilkan perubahan sikap tingkah
banyak bermukim di wilayah tersebut
laku dari pada partisipan. Begitupun
dan salah satu suku bangsa yang cukup
pengertian yang diberikan oleh Lawang
dominan adalah suku Bugis. Pola-pola
(1989: 26) bahwa interaksi sosial adalah
interaksi akan terjadi antara kedua etnis
proses di mana orang-orang yang
3
Jurnal Sosial Nusantara
Jurnal Sosial Nusantara – Volume 1 No.1 Januari 2017
berkomunikasi
mempengaruhi
saling
pengaruh
dalam
fikiran
besar unsur-unsur kebudayaan materil
dan
terhadap unsur-unsur non material.
tindakan. Dari defenisi-defenisi di atas
Pendekatan
diketahui bahwa yang paling penting
bagaimana
dalam interaksi adalah adanya pengaruh
terjadi dalam lingkup keluarga. Ternyata
secara timbal balik antara pelbagai segi
hasil analisa menemukan bahwa salah
kehidupan masyarakat baik kehidupan
satu akibat dari penemuan tehnologi
sosial, budaya, politik, maupun ekonomi
adalah melemahnya ikatan kekeluargaan
suatu etnis dengan etnis lainnya.
dalam keluarga yang sifatnya modern.
Secara
umum
ini
adalah
melihat
perubahan-perubahan
bentuk-bentuk
Hal ini karena terjadinya migrasi atau
interaksi sosial dapat berupa kerja sama,
perpindahan penduduk, yang berakibat
persaingan,
kepada terjadinya perpisahan secara
konflik
dan
akomodasi
(Soerjono Soekanto, 1990: 76). Keempat
jarak
bentuk-bentuk interaksi sosial tersebut
keluarga.
dapat membentuk suatu kontinuitas
Menurut beberapa ahli diantaranya
dalam kehidupan suatu masyarakat,
adalah (Hourton, 1989: 212; Abdulsyani,
dalam artian bahwa dalam proses
1994: 164; S. Soekanto, 1990: 352)
kehidupan masyarakat dapat dimuali
menyatakan
dengan adanya kerjasama yang berlanjut
perubahan sosial dan budaya dapat
kepada
dan
terjadi karena beberapa faktor antara
memuncak kepada munculnya konflik
lain 1) Timbunan kebudayaan. Hal ini
dan berakhir kepada akomodasi.
terjadi karena ditemukannya beberapa
adanya
persaingan
fisik
antara
bahwa
penemuan-penemuan
Perubahan Sosial

Perubahan
anggota-anggota
faktor-faktor
baru
dalam
kehidupan masyarakat, oleh karena
menurut
budaya - budaya masyarakat semakin
Ogburn (Soekanto, 1990: 336) bahwa
lama semakin bertambah, 2) Difusi yaitu
perubahan-perubahan
suatu penyebaran unsur - unsur budaya
meliputi
sosial
sosial adalah
yang
dari suatu kelompok masyarakat atau
unsur
suatu etnis kepada kelompok atau etnis
kebudayaan baik yang sifatnya materil
lainnya. Difusi atau penyebaran budaya
maupun
material,
ini terjadi karena adanya interaksi yang
penekanannya adalah pada pengaruh
terjadi antara kelompok atau etnis
terjadi
perubahan-perubahan
terhadap
yang
unsur
non
-
4
Jurnal Sosial Nusantara
Kadir Fatta dan Syufri – Pola Interaksi Antar Etnis ….
masyarakat,
3)
Perubahan
jumlah
Effendy dalam Liliweri (2001)
penduduk, faktor kependudukan ini juga
yang
sangat
prasangka dalam hubungannya dengan
berpengaruh
kepada
terjadi
mengemukakan
pengertian
perubahan sosial maupun budaya suatu
komunikasi
masyarakat. Perubahan penduduk ini,
merupakan salah satu rintangan dan
dapat terjadi secara alamiah yang
hambatan berat bagi suatu kegiatan
disebabkan
angka
komunikasi oleh karena orang-orang
kelahiran (fertilitas) maupun kematian
yang mempunyai prasangka belum apa-
(mortalitas) dan juga dapat terjadi
apa
secara non alamiah yang disebabkan
menentang
oleh tingginya arus migrasi masuk (in
melancarkan komunikasi. Pandangan
migration) maupun migrasi keluar (out
senada dikemukankan oleh Mulyana
migration) di suatu wilayah.
(2000) prejudice adalah suatu preseden,
oleh
tingginya
sudah
atau

Prasangka (Prejudice)
bersikap
curiga
komunikator
suatu
penilaian
dan
yang
berdasarkan
Bagaimana
proses
lahirnya
pengertian
prasangka ? Ada dua pendapat ahli yang
mengalami
dikutip oleh Liliweri (2001) tentang
transformasi sejak dahulu sampai kini.
penyebab prasangka sebagai berikut :
Pada mulanya prasangka merupakan
(1)
pernyataan yang hanya didasarkan pada
disebabkan oleh 4 hal yaitu; gambaran
pengalaman keputusan yang tidak diuji
perbedaan antara kelompok; nilai yang
terlebih dahulu. Pernyatan itu bergerak
dimiliki oleh kelompok lain nampaknya
pada suatu skala suka tidak suka,
sangat menguasai kelompok minoritas;
mendukung dengan tidak mendukung
karena
terhadap sifat-sifat tertentu. Namun
perasaan
pengertian
prasangka
bahwa
prasangka
keputusan dan pengalaman terdahulu.
Allport dalam Liliweri (2001)
mengemukakan
bahwa
telah
prasangka
Menurut
adanya
Johnson,
prasangka
stereotipe;
superior
pada
karena
kelompok
kini
lebih
sendiri. (2) Menurut Poortingan, ada tiga
yang
faktor penentu prasangka yang diduga
negative
mempengaruhi komunikasi yaitu : (1)
diarahkan
pada
pandangan
emosional
dan
bersifat
terhadap seseorang atau kelompok
stereotipe,
sebagai
sikap
negatif
orang tertentu.
terhadap orang lain yang lahir dari overgeneralisasi dalam mengidentifikasikan
5
Jurnal Sosial Nusantara
Jurnal Sosial Nusantara – Volume 1 No.1 Januari 2017
seseorang dengan kelompoknya dan
Seperti
yang
dijelaskan
pada
bahwa
dalam
mengabaikan ciri individualnya yang
metode
bersifat unik; (2) jarak sosial, berkaitan
penelitian ini dipilihi 100 responden
dengan
dan
dengan rincian 50 responden suku Kaili
penerimaan seseorang terhadap orang
dan 50 responden suku Bugis dengan
lain dalam hubungan yang terjadi di
karakteristik responden dari segi umur
antara
umumnya
tingkat
mereka;
kedekatan
(3)
diskriminasi,
penelitian,
responden
berumur
30
merupakan faktor yang merusak kerja
hingga 59 tahun dan berpendidikan rata-
sama
Diskriminasi
rata tamat SD hingga tamat SLTA serta
sebagai sebuah perilaku yang ditujukan
pekerjaan yang variatif dari petani
untuk mencegah suatu kelompok atau
hingga jasa.
antar
manusia.
membatasi kelompok lain yang berusaha
memiliki atau mendapatkan sumber
2. Bentuk-bentuk
daya.
Interaksi
Sosial
Antara Suku Kaili dengan Suku
Bugis.
B. Metode Penelitian
Hasil penelitian ini menunjukkan
Dasar penelitian ini adalah survey
bahwa
hubungan-hubungan
sosial
dengan tipe penelitian diskriptif. Jumlah
antara suku Bugis sebagai penduduk
sampel 100 responden (suku Kaili 50
pendatang dengan penduduk setempat
responden dan suku Bugis 50 responden
dalam hal ini Suku Kaili, adalah meliputi
yang ditentukan secara random tidak
hubungan sosial yang asosiatif seperti
proporsional (Non proportional random
kerjasama
sampling). Teknik pengumpulan data
hubungan sosial yang sifatnya disosiatif
yang
seperti
digunakan
adalah;
kuisioner,
dan
akomodasi
persaingan
dan
serta
konflik.
observasi, dan wawancara mendalam,
Penyebaran kuisioner terhadap 100
dengan analisis data deksriptif dengan
responden, baik Suku Kaili maupun Suku
pemaparan
Bugis di Kelurahan Donggala Kodi,
data-data
melalui
tabel
frekuensi.
diketahui
bahwa
beberapa
bentuk
kerjasama yang melibatkan kedua etnis
C. Pembahasan
tersebut antara lain kerjasama dalam
1. Karakteristik responden.
bentuk gotong royong, bidang usaha,
serta tolong menolong atau saling
6
Jurnal Sosial Nusantara
Kadir Fatta dan Syufri – Pola Interaksi Antar Etnis ….
mengunjungi dalam pelaksanaan pesta
menonjolkan
hajatan maupun kedukaan. Kegiatan
memakai
gotong royong kadang kala bersifat
serba berlebihan. Ini sangat kontras
spontan
oleh
dengan kehidupan orang-orang Kaili
masyarakat dan kadang kala pula ada
yang sangat sederhana, mereka tidak
himbauan
pemerintah
suka memakai perhiasan-perhiasan yang
misalnya
berlebihan. Oleh sebab itu kebiasaan-
drainase,
kebiasaan tersebut menurut anggapan
membersihkan tempat-tempat ibadah,
orang-orang Kaili seolah-olah orang-
pembangunan sarana pendidikan, dan
orang
sebagainya.
Kekayaan”, dan ini sangat berdampak
yang
dilaksanakan
dari
kelurahan,
aparat
seperti
memperbaiki
saluran
Semua ini dapat tercipta
diri,
yaitu
dengan
perhiasan-perhiasan
Bugis
melakukan
yang
“Pamer
karena adanya saling mempercayai dan
kepada
saling membutuhkan antara anggota
masyarakat Suku Kaili untuk tidak mau
kelompok
yang
kalah dengan apa yang diperlihatkan
yang
oleh orang-orang Bugis. Persaingan ini
dapat
semakin jadi karena dibarengi dengan
tercipta suatu rasa solidaritas diantara
munculnya prasangka-prasangka buruk
anggota-anggota masyarakat tersebut.
antara kedua etnis tersebut.
masyarakat
dilatarbelakangi
berbeda.
Karena
oleh
Dengan
dilatar
budaya
demikian
belakangi
oleh
prilaku-prilaku
sebagian
Persaingan-persaingan
yang
perbedaan-perbedaan budaya antara
terjadi antara kedua etnis tersebut,
kedua etnis ini, maka solidaritas yang
sepertinya menjadi suatu potensi konflik
tercipta adalah solidaritas yang sifatnya
yang sifatnya latent yang apabila tidak
organik.
terantisipasi maka akan berkembang
Dalam
hal
budaya
ataupun
secara
negatif
dan
kebiasaan-kebiasaan dalam pergaulan,
disorganisasi
sikap penonjolan diri dari salah satu
masyarakat.
kelompok masyarakat merupakan salah
Perbedaan kehidupan sosial ekonomi
satu
dan
faktor
persaingan.
Ini
pemicu
dapat
terjadinya
dilihat
dari
hidup
perbedaan
terutama
dalam
menimbulkan
kehidupan
kebiasaan-kebiasaan
pada
Suku
Bugis,
kebiasaan-kebiasan orang-orang Bugis
menjadi potensi-potensi konflik yang
terutama kaum perempuan pada setiap
sewaktu-waktu
pesta perkawinan yang seakan-akan
pertikaian
7
Jurnal Sosial Nusantara
baik
dapat
secara
menimbulkan
perorangan
Jurnal Sosial Nusantara – Volume 1 No.1 Januari 2017
maupun kelompok. oleh sebab itu
karena kedua belah pihak dilibatkan
banyak masalah-masalah yang sepeleh
secara
ataupun masalah-masalah perseorangan
pemuka masyarakat dari etnis Kaili dan
(tindak kriminal perseorangan) dapat
Etnis
memicu persoalan yang lebih besar
musyawarah
seperti sentimen etnis yang mengarah
tersebut melibatkan orang-orang ketiga
kepada
atau
terjadinya
pertikaian
antar
kelompok.
langsung terutama
Bugis.
Kadang-kadang
ataupun
mediator
pemuka-
dari
pada
kompromi
pihak
tokoh
masyarakat. Dalam wawancara yang
Pemilikan lahan yang tak terbatas,
dilakukan
kepada beberapa orang
penguasaan, dan juga karakter beberapa
Informan baik dari Suku Kaili maupun
orang-orang Bugis seperti sikap angkuh,
Suku
sombong dan sikap suka menonjolkan
penyelesaian
diri yang seolah-olah menjadi “merk”
sebaiknya
dan melekat pada kehidupan orang-
penyelesaian secara hukum. Dalam hal
orang Bugis di Kelurahan Donggala Kodi,
ini mereka yang terlibat ataupun yang
juga bagaikan konflik yang bersifat latent
memicuh terjadinya konflik terbuka
dan ini akan
tersebut harus diproses secara hukum.
berpengaruh kepada
interaksi-interaksi kedua etnis tersebut.
Konflik-konflik
ini
akan
Bugis,
menyatakan
secara
dibarengi
Pelibatan
sangat
bahwa
musyawarah
juga
dengan
lembaga-lembaga
sosial dan lembaga-lembaga adat seta
berpotensi kepada munculnya sentimen
tokoh-tokoh masyarakat
etnis secara permanen yang bermuarah
etnis yang bertikai tersebut untuk
kepada
benih-benih
meredam konflik, adalah suatu hal yang
disintegrasi. Oleh sebab itu untuk
sangat efektif dan ini sejalan dengan
menghindari ataupun meredam konflik-
pemikiran Coser (Lawang, 1985: 194)
konflik tersebut diperlukan adanya sikap
bahwa untuk meredam konflik atau
akomodatif dari tiap-tiap kelompok
ketegangan-ketegangan
dalam
masyarakat.
masyarakat
katup
munculnya
perlu
dari kedua
diciptakan
Dari jawaban-jawaban responden
pengaman (safety valve) sebagai wadah
maupun informan, bahwa penyelesaian
untuk mengungkapkan aspirasi bagi
konflik
masyarakat yang berbeda pandangan.
dengan
cara
melalui
musyawarah atau kompromi-kompromi
sosial adalah hal yang sangat efektif,
8
Jurnal Sosial Nusantara
Kadir Fatta dan Syufri – Pola Interaksi Antar Etnis ….
3. Model Penyelesaian Konflik yang
upaya melihat fenomena konflik dalam
Pernah dilakukan
konteks peta hubungan antaretnis yang
Ketika suatu permasalahan sosial
lebih luas dan kompleks, dimana kasus
terjadi secara berulang, berarti terdapat
individual hanya menjadi cerminan dari
kekeliruan dalam penyelesaian masalah
kesadaran kolektif masyarakat. Sehingga
tersebut. Kesalahan pertama terletak
langkah
pada cara pandang para pihak yang
menyeluruh
terlibat sebagai problem solver yang
menyentuh
menilai riak-riak ketegangan hanya
sesungguhnya. Para pemuka masyarakat
bersifat
ada
dari kedua etnis tersebut cenderung
kaitannya dengan kesadaran kolektif
lebih fokus pada solusi praktis dan
antaretnis.
Ada
reaktif dibandingkan menemukan akar
penyebab
lahirnya
insidental
dan
dua
tidak
kemungkinan
dan
akar
pun
tidak
persoalan
tidak
pernah
yang
pandang
persoalan yang lebih mendasar. Suatu
tersebut; 1) terdapat kekhawatiran
solusi yang hanya menyentuh masalah
berlebihan dalam memandang akar
pada level permukaan, sementara akar
persoalan
setiap
masalah tidak terselesaikan. Solusi yang
peristiwa konflik antaretnis di masa lalu.
pernah dilakukan cenderung reaktif dan
Para
yang
elit
cara
penyelesaian
mendasari
masyarakat
merasa
hanya bersifat insidental. Ketika masalah
enggan dan cemas jika pengungkapan
akan muncul atau sedang berlangsung,
secara terbuka tentang kemungkinan
maka segera dibentuk wadah antisipatif
adanya semangat etnosentrisme di balik
yang dioperasikan secara praktis. Tidak
setiap
justeru
ada upaya yang lebih serius untuk
memancing munculnya luka lama yang
mendesain sebuah program penyadaran
bersifat kontra-produktif. 2) tidak ada
(proses kultural) berjangka panjang.
peristiwa
konflik
upaya berkesinambungan untuk secara
serius menyikapi akar potensi konflik.
D. Kesimpulan
Cara pandang simplistik yang hanya
Dalam rangkaian proses penelitian
melihat kasus pada tingkat manifesnya
yang telah dilakukan mengenai “Pola
dan cenderung melokalisir fenomena
Interaksi Antar Etnis (Studi Sosiologis
konflik pada tingkat individual semata,
Tentang Interaksi Sosial Suku Kaili – Suku
sehingga bentuk solusi yang dilakukan
Bugis di Kelurahan Donggala Kodi
bersifat instan dan reaktif. Tidak ada
Kecamatan Ulujadi Kota Palu) yang
9
Jurnal Sosial Nusantara
Jurnal Sosial Nusantara – Volume 1 No.1 Januari 2017
mengkaji
mengenai
bentuk-bentuk
mempermudah terjadinya asimilasi
interaksi sosial yang terjadi antara Suku
dan adaptasi antara kedua etnis
kaili dan Suku Bugis, dan Model
tersebut, di samping adanya faktor -
penyelesaian
faktor yang menunjukkan bahwa
konflik),
maka
dapat
disimpulkan bahwa :

banyak orang-orang Kaili adalah
keturunan Suku Bugis.
Besarnya jumlah penduduk Suku

Bugis di Kelurahan Donggala Kodi
sangat

berpengaruh
terhadap
antara kedua etnis tersebut, maka
kehidupan sosial dan budaya, baik
perubahan-perubahan dalam sistem
pada masyarakat pendatang (suku
perkawinan nampak nyata adanya
Bugis) maupun pada masyarakat
penyesuaian-penyesuaian
setempat (Suku Kaili). Hal ini karena
kedua etnis tersebut, begitu juga pada
interaksi-interaksi sosial yang terjadi
aspek bahasa ada perubahan dialek
baik berupa kerjasama, persaingan,
pada beberapa Suku Kata dalam
maupun pertentangan atau konflik.
bahasa Bugis yang berbeda dengan
Kendati interaksi sosial dalam bentuk
bahasa Bugis yang digunakan oleh
kerjasama telah berlangsung cukup
orang-orang Bugis pada umumnya.

lama, namun persaingan-persaingan
Untuk
meredam
antara
konflik-konflik
antara kedua etnis tersebut juga
tersebut dan tetap mempertahankan
sering
kestabilan
terjadi.
persaingan
Persaingan
-
masyarakat,
dapat
saja
lembaga-lembaga
secara
negatif
dan
halnya Kerukunan Keluarga Sulawesi
memunculkan konflik-konflik sosial,
Selatan (KKSS) dari Suku Bugis dan
apabila tidak tertangani dengan baik.
lembaga adat Suku Kaili mempunyai
Konflik tersebut bisa berbentuk tidak
fungsi yang sangat penting sebagai
nampak (Konflik latent) maupun
katup pengaman (safety valve) untuk
konflik-konflik yang terbuka (Konflik
menekan terjadinya konflik-konflik
manifest).
sosial yang melibatkan kedua etnis
Adanya kemauan saling menerima
tersebut.
sebagai anggota kerabat keluarga
melalui suatu jalinan perkawinan
campuran
(amalgamasi)
akan
10
Jurnal Sosial Nusantara
sosial
maka
tersebut
berkembang

Akibat-akibat interaksi yang terjadi
seperti
Kadir Fatta dan Syufri – Pola Interaksi Antar Etnis ….
E.
Saran
pengenalan
 Berdasarkan hasil penelitian di

budaya-
budaya masyarakat setempat, agar
lapangan, maka ada beberapa saran
supaya
yang perlu dipertimbang baik oleh
menyesuaikan
pemerintah setempat maupun oleh
kehidupan
masyarakat
Donggala
masyarakat Suku Kaili. Dilain pihak
Kodi pada umumnya. Saran-saran
diharapkan pula bagi penduduk
tersebut adalah sebagai berikut :
setempat (suku Kaili) mengambil
Diharapkan pemerintah setempat
alih
untuk memprakarsai pertemuan-
pendatang
pertemuan yang melibatkan kedua
mereka.
etnis

mengenai
Kelurahan
tersebut.
Pertemuan

ini
warga
aspek
Bugis
dapat
diri
terhadap
sosial
budaya
positif
terutama
kebudayaan
etos
kerja
Diharapkan pengusaha-pengusaha
sifatnya berkala dan membicarakan
Bugis,
hal-hal yang menyangkut hubungan
kesempatan atau merekrut orang-
kedua etnis tersebut.
orang mudah Suku Kaili untuk
Diharapkan
pula
masyarakat,
memberikan
aparat
dipekerjakan dalam usaha yang
tokoh-tokoh
mereka laksanakan, agar supaya
toko-toko
dapat meminimalisir kesenjangan di
dari
pemerintah,
untuk
maupun
bidang ekonomi antar kedua etnis.
pemuda dari kedua etnis tersebut
untuk Mengoptimalkan aktivitasaktivitas
sosial,
apakah
DAFTAR PUSTAKA
dalam
Abustam, Idrus. 1975. Tukang sepatu Toraja
Di Ujung Pandang, Suatu Studi
Mengenai Proses Perpindahan
Dan Penyesuian Cara Hidup Di
Kota, Laporan Penelitian. Pusat
Latihan Penelitian Ilmu-ilmu
Sosial. Ujung Pandang.
bentuk kegiatan-kegiatan olahraga,
aktivitas-aktivitas
kemasyarakatan
organisasi
baik
pemuda
maupun remaja ataupun kegiatankegiatan pengajian-pengajian yang
------------------. 1989. Gerak Penduduk,
Pembangunan dan Perubahan
Sosial; Seri Tesis, UI-Press,
Jakarta.
melibatkan kedua etnis tersebut.

Mengoptimalkan fungsi-fungsi dan
selalu berkoordinasi antara lembaga
Abdulsyani, 1994. Sosiologi (skematika,
teori dan terapan). Penerbit: Bumi
Aksara, Jakarta.
adat Suku Kaili dan lembaga sosial
KKSS dari warga Bugis untuk selalu
memberikan
pemahaman
dan
11
Jurnal Sosial Nusantara
Jurnal Sosial Nusantara – Volume 1 No.1 Januari 2017
Adam. 2001. Dampak Modernisasi Pertanian
Terhadap
Kehidupan
Sosial
Budaya Masyarakat Di Desa
Baralau
Kecamatan
Monta
Kabupaten Bima; Thesis, Program
Pascasarjana UNM Makassar
Manggarai, Flores Barat. Tesis :
Universitas Indonesia
Lee, Everet. S. 1991. Teori Migrasi; PPK-UGM,
Yogyakarta.
Liliweri, Alo. 1994. Prasangka Sosial dan
Komunikasi
Antaretnik.
PT
Pustaka LP3ES Indonesia
Aswan, Helmi. 1995. Proses dan Strategi
Adaptasi Warga Masyarakat
Transmigrasi di Desa Makarti Jaya
Sumatera Selatan, Departemen
Pendidikan dan kebudayaan.
------------------------. 2001.
Gatra-Gatra
Komunikasi
Antarbudaya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Baso, Gani, 1990. Dampak Migrasi Sirkuler
Pada
Kehidupan
Sosial
Masyarakat Pantai. (Studi Kasus
pada empat tipe Desa Pantai di
Sulawesi
Selatan,
Tesis,
Pascasarjana, Ujung Pandang.
------------------------. 2007.
Dasar-Dasar
Komunikasi
Antarbudaya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Mantra,
Horton, Paul B. 1989. Sosiologi. Jakarta :
Erlangga.
Ida. Bagus. 1998. Mobilitas
Penduduk Sirkuler dari Desa Ke
Kota di Indonesia; PPK-UGM,
Yogyakarta.
------------------------. 2000. Demograsi Umum;
Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Junus, Melalatoa. (penyunting). 1997. Sistem
Budaya Indonesia;
PT.
Pamator, Jakarta.
John Rex. 1985. Analisa Sistim Sosial; PT.
Bina Aksara, Jakarta.
Mulyana, Deddy. 2000 . Ilmu Komunikasi
Suatu Pengantar. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Lawang, Robert. MZ. 1985 Sistim Sosial
Indonesia; Materi Kuliah Univ.
Terbuka, Karunia, jakarta.
Soekanto, Soejono. 1990. Sosiologi Suatu
Pengantar. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.
------------------------.
Stratifikasi
Wila Huky, D.A. 1986. Pengantar Sosiologi.
Surabaya : Usaha Nasional
sosial
di
1989
Cancar-
12
Jurnal Sosial Nusantara
Download