peran pemangku adat suku tengger dalam menjalankan sistem

advertisement
75
PERAN PEMANGKU ADAT SUKU TENGGER DALAM
MENJALANKAN SISTEM HUKUM ADAT
Oleh :
Fatmawati, S.H.
Abstract
Advances in science and technology has led to erosion of the values of the authenticity of the
Indonesian nation, known as the number of local wisdom. Indigenous peoples Tengger
Wonokitri Village is a village where people are obedient to the positive law in Indonesia as
well as keep the Law of indigenous patrimony. They were led by a Shaman or customary
holders who chaired the Tengger community as a big family led social life, maintain and
protect the lives of law to run it properly. Chairman of the joint indigenous people routinely
hold salvation always known by the village or ceremonial "Entas-Entas" and "Indigenous
Mayu" that has always existed existence until hereditary. Traditional authorities play a role
over the actions of the customs and worship, as well as the legal act that is a crime, marriage,
inheritance and land affairs related to the close affinity between the land and indigenous
peoples. Customary law society Tengger tribe is able to synchronize and synergize well
against positive law in Indonesia. The society is able to open up and adopt its rules of
customary law from the outside if a positive impact on society. Activities traditional
authorities aided by assistants (comprised of elderly or legen wong) the problems that occur
in the community.
Keywords: Indigenous Stakeholders, Tengger Tribe, Indigenous Legal System
76
1. PENDAHULUAN
melestarikan Hukum adat tersebut adalah
seorang pemangku adat.
A. Latar Belakang
Hukum adat tak terlepas dari
Hukum adat adalah bentuk
kebudayaan masyarakat Indonesia jauh
budaya hukum yang secara turun-temurun
sebelum penerapan hukum kolonial di
digunakan
pedoman
Indonesia, masyarakat nenek moyang kita
hidup dalam suatu masyarakat hukum
telah mengenal dan menganut sistem
adat. Kehidupan masyarakat hukum adat
hukum sendiri. Meski hukum adat yang
terikat
berlaku
untuk
oleh
kepentingan
mengatur
solidaritas,
dan
persamaan
kesadaran.
di
Indonesia
dengan
unsur
Sebagai
kebudayaan lebih bersifat lokal dibanding
budaya hukum, hukum adat merupakan
hukum kolonial yang bersifat universal.
formulasi aturan yang pembentukanya
Namun kelokalannya tersebut hukum adat
tanpa melalui legislatif, melainkan lahir
mampu mengakomodasi dan memperutuh
dari opini-opini dan diperkuat oleh sanksi
sifat kebhinekaan bangsa Indonesia.
yang bersifat kebiasaan.1
Dengan
Hukum adat merupakan refleksi
sebagai
gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai
budaya
budaya, norma dan aturan-aturan yang
hukum yang hidup dalam masyarakat adat
saling berkaitan satu sama lain yang
adalah tidak tertulis (unwritten law).
dengannya menjadi satu sistem dan
Karakter lain dari budaya hukum dalam
memiliki
suatu masyarakat hukum adalah hukum
kebudayaan menurut Koentjaraningrat,2
ynag berlaku senantiasa memperhatikan
yaitu:
dan mempertimbangkan kondisi psikologi
kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-
masyarakat sehingga subtansi fungsi dari
nilai, norma-norma dan aturan-aturan;
aplikasi ketaatan akan hukum didasari
Wujud kelakuan; sebagai suatu kompleks
rasa
dari
kebiasaan
bentuknya
tersebut,
keadilan
dan
sehingga
dibutuhkan
oleh
sanksi.
Wujud
aktivitas
Ada
idiil;
tiga
sebagai
manusia
masyarakat. Untuk itu semua dibutuhkan
bermasyarakat;
seseorang yang mampu mempengaruhi
benda hasil karya manusia.
masyarakatnya yaitu pemangku adat atau
kepala
peranan
adat.
besar
Karena
dalam
yang
memiliki
menjaga
dan
Wujud
fisik;
wujud
suatu
dalam
sebagai
Kemajuan jaman khususnya dalam
era
reformasi
telah
menyebabkan
tergerusnya nilai-nilai keaslian Bangsa
Indonesia yang dikenal dengan banyaknya
1
Soerojo Wignjodipoero.1985.Pengantar AsasAsas Hukum Adat.Jakarta: Gunung Agung.
Halaman, 2.
2
Ibid., Halaman, 5.
77
kearifan
lokal.
Hal
tersebut
telah
khas tradisi dan budaya, yang secara
menggelitik penulis untuk mengetahui
historis merupakan peninggalan nenek
apakah kearifan lokal tersebut dan diman
moyang yang sampai saat ini mampu
masih
dipakai
bertahan dari jaman Kerajaan Majapahit.
dalam tata kehidupan masyarakat. Penulis
Suku Tengger terbentuk sekitar abad ke
mengambil penelitian Skripsi pada salah
sepuluh
satu dari kearifan lokal di Indonesia yaitu
mengalami kemunduran dan Islam mulai
masyarakat
Desa
menyebar. Sejak ditetapkan pada tahun
Wonokitri Kecamatan Tosari Kabupaten
1982 sebagai daerah penyangga Taman
Pasuruan.
Nasional Bromo Tengger Semeru, selalu
mempertahankan
Suku
dan
Tengger
Masyarakat Suku Tengger yang
mendiami desa-desa di dalam enclave
(pemilikan hak-hak pihak ketiga di dalam
kawasan
hutan
yang
dapat
berupa
pemukiman dan atau lahan garapan)3
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
Tengger
yang
dilakukan
oleh
masyarakat hingga sekarang. Masyarakat
Suku Tengger mayoritas memeluk agama
Hindu Tengger, dan terdapat minoritas
memeluk agama Islam, Kristen dan
Budha. Sikap toleransi suku Tengger
sangat tinggi dan mempunyai pandangan
bahwa pada dasarnya manusia bertujuan
satu yaitu mencapai Tuhan, meskipun
jalannya beraneka ragam.
Ditinjau
secara
sosial-budaya,
masyarakat Tengger ditetapkan sebagai
pemeluk agama Hindu, dan saat ini selalu
intensif
Departemen Pendidikan Nasional RI.2008.Kamus
Besar Bahasa Indonesia..Jakarta:Pusat Bahasa.
Halaman,390.
diadakan pembinaan
keagamaan.
tentang
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
dikemukakan
uraian
dalam
latar
yang
belakang
masalah di atas, maka dapat dirumuskan
beberapa permasalahan sebagai berikut :
Bagaimana hukum adat masyarakat Suku
Tengger
Desa
Wonokitri
mengenai
hukum Pidana Adat, Perdata Adat dan
Hak-hak
atas
tanah?.
Bagaimana
Pemangku Adat Suku Tengger Desa
Wonokitri dalam mensinkronisasi Hukum
adat dan hukum positif Indonesia dalam
masyarakat adat suku Tengger?
masyarakat Suku Tengger memiliki sifat
3
Majapahit
dalam dan luar negeri. Sejak tahun 1973
moyangnya sehingga selalu melaksanakan
Suku
Kerajaan
dikunjungi oleh banyak wisatawan dari
yang masih memegang tradisi nenek
kegiatan upacara adat dan keagamaan
saat
2. PEMBAHASAN
4
Soerojo Wignjodipuro.1985. Pengantar AsasAsas
Hukum
Adat.
Jakarta:Gunung
Agung.Halaman,12.
78
oleh Hakim diseluruh pengadilan untuk
A. Hukum Adat Dalam Masyarakat
masyarakat
Suku Tengger Desa Wonokitri
Kata “adat” berasal dari bahasa
Arab yang berarti kebiasaan, “Huk’m”
jamak dari Ahkam (Hakama yahkumu
hakaman wa mahkaman fahuwa hakimun
wadaka mahkumun “ahkam”) artinya
“suruhan”
Adah..5Adah
atau
“ketentuan”
atau
adat
dan
artinya
“kebiasaan”, yaitu perilaku masyarakat
yang selalu terjadi. Jadi “Hukum Adat”
adalah “Hukum Kebiasaan”. Terjadinya
hukum bermula dari pribadi manusia yang
menimbulkan
“kekuasaan
pribadi”
kemudian ditiru orang lain karena dinlai
sebagai sebuah kepatutan, maka lambat
laun ini menjadi “adat” yang harus
berlaku bagi semua anggota masyarakat,
sehingga menjadi “ Hukum Adat.”6
Indonesia merupakan negara yang
menganut pluralitas dibidang hukum,
yang menggunakan hukum barat, Hukum
Agama
dan
Hukum
Adat.
Dalam
prakteknya sebagian masyarakat masih
menggunakan
hukum
adat
mengenal hukum yang hidup dalam
untuk
atau pembuatan
peraturan
perundang-undangan), hukum adat secara
resmi
diakui
keberadaannya
namun
dibatasi dalam peranannya. Contohnya
adalah Undang-Undang Pokok Agraria
No.5
tahun
keberadaan
1960
yang
hukum
mengakui
adat
dalam
kepemilikan tanah yang mengandung
konsepsi komunalistik religiu7
Di
dalam
sejarah perundang-
undangan di Indonesia “hukum adat”
tidak sama dengan “hukum kebiasaan”.
“Kebiasaan”
yang
perundangan
diakui
merupakan
di
dalam
“Hukum
Kebiasaan”, sedangkan “Hukum Adat”
adalah
hukum
kebiasaan
di
luar
perundangan.“Hukum Adat” adalah adat
yang
mempunyai
sanksi,
sedangkan
istilah “adat” yang tidak mengandung
sanksi adalah “kebiasaan yang normatif”,
yaitu kebiasaan yang berwujud aturan
tingkah laku yang berlaku dimasyarakat.
Pada kenyataannya antara Hukum Adat
dan Adat Kebiasaan tidak jelas batasnya.8
ketertiban lingkungannya. Bila ditinjau
secara preskripsi (hukum adat dijadikan
landasan dalam memutuskan keputusan
7
8
KH.Maksum.
1920.
Al-Amtsilah
at
Thasrifiyya.Surabaya:Salim
Nabhan.
Halaman,36.
9
Suriya man Mustari Pide. 2014. Hukum Adat
Dahulu, kini, dan akan datang. Jakarta:Pelita.
Halaman,1.
8
Pasal 1 ayat (2) menyatakan bahwa:”seluruh
Bumi, air, dan ruang angkasa termasuk
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dalam wilayah republik Indonesia, sebagai
karunia Tuhan yang Maha Esa, adalah bumi,
air, dan ruang angkasa bangsa Indonesia dan
merupakan kekayaan Nasional.”
Hilman
Hadikusuma.2003.Pokok-pokok
Pengertian Hukum Adat.Bandung:Alumni.
Halaman,9.
79
Istilah
Hukum
Adat
juga
anggota masyarakat merupakan bagian
diterjemahkan kedalam bahasa Belanda
integral
“Adatrecht”. Snouch Hurgronye adalah
menyesuaikan
orang pertama yang memakai istilah
kepentingan masyarakat. Ada empat sifat
Adatrech tersebut, yang ia pakai dalam
umum dalam masyarakat adat, yaitu
bukunya “de Atjehers” (Orang Aceh) dan
Magis Religius, communal, concrete dan
“Alet Goyolands” . Istilah adatrecht
contan (perbuatan nyata sebagai keserta
kemudian
mertaan terutama dalam hal pemenuhan
dikutip
dan
dipakai
oleh
Cornelis van Vollenhoven sebagai istilah
dari
masyarakat
dengan
individu
kepentingan-
Prestasi). 11
teknis yuridis.9
Masyarakat adat di definisikan
Van
Vollenhoven
menyusun
sebagai
kelompok
masyarakat
yang
Hukum Adat secara sistematis, dengan
memiliki asal-usul leluhur secara turun-
data yang lengkap. Beliau dapat dikatakan
temurun di wilayah geografis tertentu
sebagai bapak Hukum Adat. Beliau
serta memiliki sistem nilai, ideologi,
menulis
van
ekonomi, politik, budaya, sosial dan
Adat
wilayah sendiri. Artinya suatu kelompok
Hindia-Belanda). Sebelum ada istilah
termasuk dalam masyarakat adat jika dia
adatrecht,
mempunyai
buku
Nederlandseh
istilah
“Het
Indie”
dipakai
tentang
diantaranya
Adatrech
(Hukum
bermacam-macam
Hukum
pertemuan
lembaga-lembaga
Adat,
sistem
sendiri
dalam
yaitu
menjalankan penghidupan (liveli-hood)
keagamaan,
mereka, yang terbentuk karena interaksi
rakyat,
kebiasaan-
terus-menerus
di
dalam
kelompok
kebiasaan, lembaga adat dan seterusnya.
tersebut dan mempunyai wilayah teritorial
Untuk pertama kalinya istilah adatrecht
sendiri, dimana sistem-sistem nilai yang
muncul
mereka yakini masih diterapkan dan
dalam
perundang-undangan
Belanda pada tahun 1920.10
berlaku bagi kelompok tersebut.12
Ada kekhasan yang membedakan
Nama
Tengger
berasal
dari
Hukum adat dengan Hukum lainnya.
legenda Rara Anteng dan Jaka Seger yang
Selain
yakni
diyakini masyarakatnya sebagai asal usul
keyakinan masyarakat tentang adanya
nama Tengger, yaitu "Teng" akhiran nama
sesuatu yang bersifat sakral, dan juga
Rara An-"teng" dan "ger" akhiran nama
beranggapan
11
9
pola
pikir
bahwa
religiusitas,
setiap
individu,
Ibid., Halaman,12.
JB.
Daliyo.2001.
Pengantar
Ilmu
Hukum.Jakarta:PT.Prenhalindo. Halaman,38.
10
12
Djojodigoeno.1995.Pengantar dan Asas-asas
Hukum
Adat.
Jakarta:Gunung
Agung.
Halaman,7.
http//hukum.unigo.ac.id/berita-29/hukum-adatdi-Indonesia.html (diakses pada tgl 16 Maret
2016 pada pukul:01.45WIB)
80
dari Jaka Se-"ger paduan dua suku kata
Mereka
terakhir dari nama nenek moyang mereka,
bahasa yaitu ngoko, bahasa sehari-hari
yaitu Rara Anteng (teng) dan Jaka Seger
terhadap sesamanya, dan krama untuk
(ger). Rara Anteng dipercaya sebagai
komunikasi terhadap orang yang lebih tua
putri Raja Brawijaya V dari Kerajaan
atau
Majapahit dan Jaka Seger adalah putra
Wilayah Adat Suku Tengger terbagi
seorang brahmana yang bertapa di dataran
menjadi dua wilayah yaitu Sabrang Kulon
tinggi Tengger. Di samping itu, orang
(diwakili oleh Desa Tosari Kecamatan
Tengger juga menegaskan bahwa kata
Tosari Kabupaten Pasuruan) dan Sabrang
Tengger
pengertian
Wetan (diwakili oleh Desa Ngadisari,
Tengering Budi Luhur (Tanda Keluhuran
Wanantara, Jetak Kecamatan Sukapura
Budi Pekerti).13 Perasaan sebagai satu
Kabupaten
saudara dan satu keturunan Rara Anteng-
lingkungan suku Tengger yang berada di
Jaka Seger ini menjadikan suku Tengger
kaki gunung mempengaruhi kepercayaan
tidak menerapkan sistem kasta seperti
penduduknya terhadap makna sebuah
mengacu
kepada
pada pemeluk agama Hindu umumnya.
14
menggunakan
orang
tua
dua
yang
tingkatan
dihormati.
Probolinggo).
Kondisi
gunung. Bagi suku Tengger, Gunung
Suku Tengger berasal dari kerajaan
Brahma atau yang biasa masyarakat adat
Majapahit saat mengalami kemunduran.
Tengger sebut dengan Bromo dipercaya
Setelah tahun 1364 wafatnya Maha Patih
sebagai gunung yang suci. Penduduk suku
Gajah Mada, Majapahit tetap jaya di
Tengger
bawah pemerintahan Hayam Wuruk dan
moyang mereka berada di dalam Gunung
berhasil mempertahankan kejayaannya
Bromo tersebut.
sampai ia wafat tahun 1389. Kekuasaan
Majapahit
kemudian
Wikramawardana,
diperintah
menantu
mempercayai
bahwa
nenek
Kehidupan adat masyarakat Tengger
oleh
tidak lepas dari agama yang mereka anut.
Hayam
Sebelum tahun 1973, masih belum jelas
Wuruk.15
agama yang dianut masyarakat Tengger16,
Bahasa yang digunakan masyarakat
Suku Tengger adalah bahasa Jawa Kuno.
13
Hasil wawancara dengan Kepala Desa
Wonokitri, pada tanggal 15 Juli 2016.
14
Wawancara dengan Bapak Supayadi, pada
tanggal 16 Juli 2016.
15
M. Junaedi Al Anshori. 2007. Sejarah Nasional:
Masa Pra Sejarah Sampai Masa Proklamasi
Kemerdekaan.Jakarta:PT.Mitra
Aksara
Panaitan,Halaman.34.
16
Awal tahun 1965 adalah masa kebingungan
orang Tengger “mencari” agama sehingga
orang luar menganggap Suku Tengger adalah
Atheis. Hal ini disebabkan, agama “Buddha
Tengger” tidak pernah diakui pemerintah.
Sehingga memeluk agama adalah pilihan yang
tidak bisa ditawar lagi agar sebutan ateis tidak
lagi disandangkan orang Tengger. Lihat Wiwit
Mujiastuti, Jk, “Teguh Tegar Hindu Tengger
(Synopsis Buku Saya Orang Tengger, Saya
Punya Agama, Penulis Ayu Sutarto),
81
kecuali
mereka
secara
patuh
dengan sebutan “Dukun”. Dan seluruh
melaksanakan berbagai upacara adat,
perkampungan dipimpin oleh seorang
antara lain: Karo, Kasodo, Entas-entas17,
kepala adat.
Unan-unan, dan beberapa upacara lainnya
Masyarakat suku Tengger sangat
yang bersifat tradisional. Mereka masih
percaya dan menghormati dukun di
belum
agama
wilayah mereka karena dukun sangat
sebagaimana ditentukan oleh agama-
berpengaruh dalam kehidupan masyarakat
agama besar. Masyarakat Adat Tengger
Tengger. Masyarakat tengger menjunjung
mempunyai
yang
tinggi nilai persamaan, demokrasi, dan
dan
kehidupan masyarakat, sosok seorang
samping
dukun lebih disegani dari pada pemimpin
melaksanakan
dipimpin
organisasi
oleh
Desa
mempunyai
sendiri
Pemangku
pembantu-pembantunya
Kepala
ibadah
Adat
di
(Pemerintah)
norma
sendiri
dan
dalam
administratif.
Masyarakat
tengger
mempunyai hukum sendiri diluar hukum
menjalankan kehidupan bermasyarakat
formal
adatnya.
Dengan hukum tersebut mereka sudah
Pada masyarakat
tengger, tingkat
yang
berlaku
persoalan
kepada
masyarakatnya.19
Kepatuhan
Kepada
negara.
bisa mengatur dan mengendalikan berbagi
kepatuhan diwujudkan melalui kepatuhan
Tuhan,
dalam
dalam
kehidupan
Negara, Kepatuhan kepada pimpinan adat,
Seorang kepala adat memiliki fungsi
dan kepatuhan kepada orang tua. Oleh
spiritual dan fungsi sosial. Fungsi spiritual
karena
dukun adat yaitu memimpin upacara adat.
itu
setiap
kebijakan
yang
dikeluarkan oleh tetua Adat maupun
Sedangkan
Negara selalu dipatuhi oleh mereka.18
sebagai mediator antara masyarakat dan
Masyarakat suku Tengger terdiri atas
urusan
kelompok-kelompok desa yang masing-
pemerintahan. Selain itu, dukun adat juga
masing kelompok tersebut dipimpin oleh
memiliki kewenangan tertentu dalam
sesepuh (tetua). Kepala Adat atau tetua
pengambilan keputusan, aturan, sanksi,
pada
atau denda sosial bagi pelanggar peraturan
17
18
masyrakat
Tengger
diistilahkan
http://saradbali.com/edisi109/pustaka.htm,
Diakses pada tanggal 01 juli 2016.
Upacara Entas-Entas hanya dilakukan oleh
masyarakat adat Desa Wonokitri karena
upacara selamatan Desa tersebut membutuhkan
banyak biaya. Hasil wawancara dengan
beberapa masyarakat.
Hasil wawancara dengan Bapak Supayadi, pada
tanggal 15 Juli 2016.
fungsi
yang
sosialnya
berhubungan
adalah
dengan
dan hukum adat. Contoh kewenangan
dukun adat dalam pengambilan keputusan
adalah pada waktu terjadi bencana, dukun
19
Hasil wawancara dengan Kepala Desa
Wonokitri, Ibu Aidamirwati pada tanggal 10
Juli 2016.
82
adat
berhak
menentukan
kapan
Secara terperinci tugas Pemangku adat
masyarakatnya harus mengungsi atau
adalah21:
tetap mendiami desa.20 Namun hingga
tindakan
saat ini Dukun adat Desa Wonokitri tidak
berhubungan dengan adanya pertalian
pernah menginstruksikan warganya untuk
yang erat antara tanah dengan masyarakat
mengungsi dalam situasi bencana apapun
adat yang menguasai tanah itu. b. Sebagai
dengan berdasar pada keyakinan pada
penegak pelanggaran hukum (preventieve
Tuhan dan unsur magis pada alamnya,
rechzorg) supaya hukum dapat berjalan
sehingga Desa Wonokitri oleh Pemerintah
semestinya. c. Menyelenggarakan hukum
setempat
sebagai pembetulan hukum dilanggar
mendapatkan
sebutan
Desa
Tangguh Bencana.
Memperhatikan
a.
Melaksanakan
mengenai
tindakan-
urusan
tanah
(repressieve rechtzorg).
pentingnya
Pada kehidupan masyarakat Suku
peran dukun bagi Masyarakat Tengger,
Tengger Desa Wonokitri terdapat konsep
maka ditetapkan setiap desa dikepalai
yang menjadi
seorang Dukun. Dukun dipilih oleh warga
masyarakat yaitu konsep anteng-seger
dengan persyaratan tertentu, yaitu : Laki-
(Tengger)
laki sudah menikah; Keturunan Dukun /
makmur. Selain itu, juga terdapat konsep
titisan darah; dapat menguasai semua
yang mendasari hubungan tiga arah yaitu
mantra dan adat istiadat. Ujian calon
hubungan
Dukun dilakukan di Poten di kaki gunung
hubungan manusia dengan manusia, dan
Bromo
hubungan manusia dengan lingkungan
dan
betapa
dilaksanakan
bertepatan
dilakukan
pemilihan
melalui
yang
berarti
manusia
damai
dengan
dan
Tuhan,
alam (tryadic relationship): Konsep Tri
dengan Yadnya Kasada.
Proses
landasan sikap hidup
Dukun
beberapa
Adat
tahapan-
Sandya, konsep karma pahala, dan hukum
tumimbal
lahir
mengatur
hubungan
tahapan (menyangkut diri pribadi calon
manusia dengan Tuhan. Konsep Tri
Dukun) yang pada akhirnya diuji melalui
Sandya diaplikasikan dengan melakukan
ujian Mulunen (ujian pengucapan mantra
sembahyang tiga kali sehari (pagi, sore,
yang tidak boleh terputus ataupun lupa).
malam).
Dan seorang Dukun harus menyadari
menyatakan bahwa hidup atau nasib
bahwa yang dijabatnya adalah suatu
manusia
perjalanan
sedangkan hukum tumimbal lahir adalah
sejarah
kepemimpinan
Tengger.
hukum
20
21
Hasil wawancara dengan Bapak Supayadi pada
tanggal 15 Juli 2016.
Konsep
tergantung
hidup
yang
karma
dari
harus
pahala
pahalanya,
dipatuhi,
Soepomo.1983.Bab-bab Tentang Hukum Adat.
Jakarta:Pradnya Paramita. Halaman,66.
83
berbunyi ”Sapa nandur kebecikan bakal
donya iki diarani sagodhong kelor iku wis
ngundhuh
nandur
katene ana rejane jaman, artinya apabila
ngundhuh
pasar sudah kehilangan gemanya, apabila
barang
kabecikan.
ora
becik
Sapa
bakal
kacilaka”;
kedhung kehilangan airnya, apabila dunia
Sikap hidup sesanti panca setia,
tinggal selebar daun kelor, itu pertanda
guyub rukun, sanjan-sinanjan (saling
kesejahteraan
mengunjungi), sayan (gotong royong,
Genten kuwat artinya saling membantu.
sudah
mendatang;
dan
saling bantu membantu) yang didasari
Selain itu masih terdapat kepercayaan
semboyan “sepi ing pamrih, rame ing
bahwa tanah “angker” sehingga muncul
gawe”, dan genten kuat (saling tolong
sikap dilarang sembarangan menebang
menolong) merupakan dasar ketentuan
pohon, kecuali apabila pohon tersebut
yang mengatur hubungan manusia dengan
dianggap
manusia;
yang
Hubungan
alam
diwujudkan dalam suatu slogan yang
(air,tanah,hutan,tegalan) sebagai sumbere
berbunyi “tebang satu tanam dua”, artinya
panguripan mengatur hubungan manusia
jika masyarakat menebang satu pohon,
dengan lingkungan alam.
maka dia harus menanam minimal dua
dan
menganggap
Sikap
hidup
lingkungan
mengganggu
manusia
lingkungan.
dengan
alam
Pada adat istiadat Masyarkat Tengger
pohon yang jenisnya sama. “Jangankan
juga terdapat kata-kata mutiara (sesanti)
mencuri, menginjak tanah orang lain
sebagai pedoman pembentukan sikap, dan
sudah ada hukumannya”. Dengan kata
sangat
lain sekecil apapun perbuatan pelanggaran
berpengaruh
terhadap
ciri
kepribadian manusia.22 Antara lain :
dalam
Dalam adat ada japa mantra dalam agama
adalah sebuah pelanggaran yang berakibat
ada puja mantra; Tat twam asi artinya aku
hukum luas bagi Suku Tengger sendiri.23
adalah engkau dan engkau adalah aku;
sebuah
Untuk
masyarakat
pengukuhan
kesukuan,
Hukum
adat
Kalau masih mentah sama adil, kalau
tersebut di Desa Wonokitri terdapat
sudah masak tidak ada harga; Titi luri
upacara selamatan yang disebut “Mayu
artinya meneruskan adat istiadat nenek
Adat”.24 Dan Masyarakat adat Tengger
moyang; Mikul dhuwur mendhem jero
Desa
artinya menghormati orang tua; Yen wis
masyarakatnya
ana pasar ilang kumandharige, yen wis
positif yang berlaku di Indonesia selain
Wonokitri
adalah
taat
Desa
terhadap
yang
hukum
ana kedhung ilang banyune, yen wis
23
22
Hasil wawancara dengan Bapak Supayadi pada
tanggal 18 Juli 2016.
24
Ibid.
Hasil wawancara dengan Bapak Supayadi pada
tanggal 18 Juli 2016.
84
juga
mentaati
warisan
teguh hukum adat dari nenek moyang
leluhurnya. Hal tersebut dapat dilihat dari
mereka dan tradisi atau kebiasaan yang
tertibnya masyarakat Desa Wonokitri
masih
dalam membayar pajak dan persyaratan
penyelesaian
administrasi lainnya yang harus dipenuhi
berdasarkan
sebagai warga negara Indonesia. Di desa
kolonial
Wonokitri terdapat petugas khusus untuk
mengenalkan
membantu atau mendampingi urusan sipil
beserta
masyarakatnya
Indonesia sudah memiliki hukum adat dan
kepentingan
Hukum
adat
yang
hukum
mempunyai
petugas
tersebut
dinamakan “Parisade”.
Tengger
seolah seperti suku yang terasing yaitu
wong Gunung yang berbeda dengan orang
dataran rendah (Wong Ngare), namun saat
ini menjadi terbuka untuk menerima
modernisasi. Pada tahun 1970-an dan
awal
1980-an,
masyarakat
Tengger
terbebani oleh masalah identitas dan
kemasyarakatan di tengah perubahan
ekonomi. Hal tersebut menyebabkan suatu
perubahan terhadap hukum adat suku
Tengger yang diwariskan oleh para
leluhurnya misalnya pada Sistem Hukum
Perkawinan, Hukum Perdata Adat, Delik
Adat dan pengaturan hukum adat Tengger
lainnya.
Dalam
permasalahan
tradisional
perkara
hukum
masuk
yang
adat.
di
tentang
dalam
terjadi
Sebelum
Indonesia
produk
penyelesaiannya.
dan
hukum
Bangsa
penyelesaian secara adat atau dengan kata
lain sebelum masa kolonial Indonesia
B. Peran Pemangku Adat Suku
Tengger dalam Mensinkronisasi
Hukum Adat dan Hukum Positif
dalam Masyarakat Adat Suku
Tengger
Pada awalnya Suku
bersifat
hukum,
masyarakat Tengger masih memegang
sudah memiliki produk hukum beserta
penyelesaiannya
yang
biasa
disebut
peradilan adat. Peradilan adat sudah sejak
lama ada sebelum masyarakat mengenal
cara penyelesaian sengketa melalui jalur
litigasi di Pengadilan. Sebelum mengenal
hukum acara tertulis, masyarakat sudah
melakukan praktek acara peradilan untuk
menyelesaikan sengketa (baik terhadap
sengketa-sengketa
perdata
maupun
pidana) melalui sistem peradilan adat
yang berdasar pada peraturan
hukum
tidak tertulis yang lahir dari kesepakatan
bersama.
Masyarakat adat suku Tengger
khususnya Desa Wonokitri sangat yakin
bahwa wilayahnya adalah wilayah paling
aman dan kondusif daripada di luar
wilayah Tengger, bahkan menurut Dukun
Pandhita, Kantor Kepolisian Sektor Tosari
adalah Polsek yang memiliki sedikit
aktifitas untuk menangani kasus delik
pidana, karena hampir jarang terjadi
85
peristiwa hukum pidana. Dikarenakan
pencurian yang tergolong ringan. Sanksi
masyarakat
adalah
ini diberikan oleh semua masyarakat asli
masyarakatnya
suku tengger dengan kesepakatan. Di desa
memiliki budi pekerti yang luhur dan
Wonokitri, apabila perkara delik pidana
memegang prinsip sebagaimana yang
sudah
telah
Pihak
diselesaikan secara adat maka perkara
Kepolisian tidak pernah ikut campur
tersebut dilimpahkan kepada yang pihak
dalam permasalahan yang menyangkut
berwenang.25
Suku
kecamatan
Tengger
yang
dibahas
kepentingan
Tosari
sebelumnya.
Suku
berat
dan
tidak
bisa
Karena
Masyarakat suku Tengger yang
menjaga
‘kekeh’ memelihara adat istiadat sebagai
yang
warisan nenek moyangnya, mempunyai
berhubungan dengan masyarakat luar
aturan tersendiri tentang perkawinan.
yang memanfaatkan keramaian untuk
Seiring
melakukan kejahatan dalam wilayah Suku
kemajuan teknologi dan arus modernisasi
Tengger.
ynag sangat cepat di kalangan masyarakat
kepolisian
hanya
keamanan
Suku
Tengger.
dirasa
bertugas
Tengger
perkembangan
zaman
dan
Apabila terjadi pencurian mereka
Tengger sekaligus wilayah tujuan utama
sangat yakin bahwa yang melakukan delik
wisata Jawa Timur sehingga membuat
pencurian adalah bukan dari warga Suku
masyarakat
Tengger.
menerima dan terbuka dengan informasi
Namun
permasalahan
apabila
misalnya
terdapat
lebih
mudah
delik
luar. Dan ada lagi terjadi adanya warga
pencurian maka untuk menyelesaikan
Tengger menuntut ilmu ke kota dan
permasalahan
Adat
sebagian lagi ada bekerja di kota. Dengan
melakukan sidang untuk mendengarkan
demikian tidak menutup kemungkinan
kesaksian dan keterangan kedua belah
adanya hal yang mengakibatkan adanya
pihak. Dan segera diperiksa benar dan
perkawinan campuran antar adat Tengger
salahnya, lalu ditentukan hukumannya
dengan adat luar yang sedikit banyak
dan atau dendanya. Karena sifat dari
berpengaruh
Hukum Pidana Adat atau Hukum Adat
hukum, dan adat istiadat masyarakat
Suku Tengger adalah mengedepankan
Tengger sendiri. Fenomena sosial tersebut
rasa kekeluargaan, maka penyelesaian
terjadi akibat pola pikir masyarakat yang
dilakukan secara bertahap, mulai dari
semakin maju dengan latar belakang
tingkat yang terendah hingga tingkat yang
keilmuan, ketrampilan dan kebendaan
tersebut
adalah
Tengger
Kepala
tertinggi. Yaitu mulai dari tingkat RT,
RW, hingga tingkat Desa. Karena kasus
25
pada
kehidupan
sosial,
Hasil wawancara dengan Bapak Supayadi pada
tanggal 18 Juli 2016.
86
sehingga
menumbuhkan
rasionalisme
misalnya menikah dengan gadis Islam,
berfikir pada masyarakat Tengger sendiri.
maka perkawinan boleh menurut agama
“Perkawinan
campuran
menurut
Islam atau sebaliknya. Meskipun mereka
pengertian hukum adat yaitu perkawinan
telah
yang terjadi antar suami dan isteri yang
mereka
adat
berlainan”26.
istiadatnya
Jadi
perkawinan antar adat adalah perkawinan
menikah
masih
secara
non
Tengger,
tetap
diakui
sebagai
“sedulur” (keluarga) dan tetap dianggap
sebagai warga Tengger.27
yang dilakukan oleh dua pasangan yang
Sebelum
acara
perkawinan
latar belakang adatnya berbeda baik
berlangsung orang tua meminta nasihat
dalam kesatuan masyarakat hukum adat
kepada pemangku adat (Dukun) mengenai
dari
kapan
suatu daerah,
anggota
maupun diantara
masyarakat
yang
daerah
asal/suku bangsanya berlainan.
Perkawinan
sebaiknya
hari
perkawinan
dilaksanakan. Dukun akan memberikan
saran (dengan menetapkan) hari yang baik
Masyarakat
Tengger
dan
tepat,
tempat
umumnya masih berlaku antara kalangan
perkawinan,
mereka sendiri (endogami). Dalam adat
perkawinan tidak lepas dari perhitungan
Tengger
Wonokitri
weton28 (hari kelahiran) calon mempelai
perkawinan yang dilakukan oleh orang-
seperti dalam adat perkawinan Jawa.
orang Tengger berlaku juga perkawinan
Jumlah neptu kelahiran mempelai dibagi
antara orang Tengger dengan orang
tiga dan hasil tidak boleh habis dan yang
Tengger, namun jika terjadi perkawinan
terbaik adalah apabila sisa dua.
khususnya
Desa
antara orang Tengger dengan orang luar
Tengger
maka
orang
tersebut
diharuskan
luar
Tengger
sebagainya.
selanjutnya
apabila
Hari
kedua
orang tua telah setuju, maka calon
adat
mempelai laki-laki sendiri yang datang
istiadat Tengger dan harus tinggal di Desa
melamar, dengan diantar oleh orang
Wonokitri selama-lamanya. Bila calon
tuanya. Dalam lamaran tidak ada barang
mempelai wanita Tengger akan menikah
“peningset”
dengan
Jawa,
pria
pelaksanaanya
mengikuti
Tahap
dan
pelaksanaan
non
Tengger,
harus
mengikuti
maka
seperti
sebab
pada
masyarakat
menurut
anggapan
adat
masyarakat Desa Wonokitri, peningset
Tengger dan menikah dengan acara
merupakan barang pinjaman atau hutang.
agama Hindu. Jika laki-laki Tengger
27
menikah dengan gadis luar (non Tengger),
28
26
Hadikusuma, 2007 :15.
Hasil wawancara dengan beberapa masyarakat
Tengger.
Misalnya weton Si A adalah 10 (hasil dari
penjumlahan hari dan pasaran Jum’at
(6)+Wage(4)=10). Hasil wawancara dengan
Bapak Supayadi pada tanggal 18 Juli 2016.
87
Sebelum hari perkawinan, pihak keluarga
laki maupun wali menirukan ucapan
mempelai laki-laki datang lagi ke rumah
dukun.
calon besan dengan membawa beras dan
bahan-bahan
mentah
lainnya.
Perkawinan harus dibatalkan, apabila:
Pada
a). Karena hubungan keturunan yang
upacara pasrah pengantin, masing-masing
masih dekat, misalnya satu canggah
pihak diwakili oleh seorang utusan. Tugas
(neneknya nenek). b). Dadung kepuntir.
seorang utusan ini adalah sesampainya
Contoh, A, B dan C masing-masing
ditempat
mempunyai anak laki-laki dan juga anak
mempelai
pembicaraan
mengadakan
dan
perempuan. Mereka bukan keturunan satu
kewajiban dalam perkawinan dengan
canggah. Namun jika anak laki-laki A
disaksikan oleh seorang dukun.
kawin mendapat anak perempuan B, anak
Pada
mengenai
setiap
hak
upacara
pernikahan
lakilaki B kawin dengan anak perempuan
berlangsung pada selalu dibuatkan petra
C dan anak laki-laki C kawin dengan anak
(petara: boneka yang terbuat dari alang-
perempuan A, maka perkawinan semacam
alang sebagai tempat roh nenek moyang)
ini tidak diperbolehkan. c). Papakan Wali.
supaya roh nenek moyangnya bisa hadir
Contohnya, A dan B masing-masing
menyaksikan
keturunannya
mempunyai
melaksanaan
pernikahan.
sedang
anak
laki-laki
dan
Sehingga
perempuan. Anak laki-laki A kawin
upacara pernikahan adat Tengger disebut
mendapat anak perempuan B dan anak
pula Pernikahan “Welogoro” . Di depan
laki-laki
mereka tersedia seperangkat sesaji terdiri
perempuan
dari 5 piring jenang merah-putih, 1 piring
demikian disebut papagan wali dan tidak
arang-arang kambang, 7 piring nasi dan
diijinkan. d). Kesandung watang atau
telur, satu sisir pisang ayu (pisang raja), 7
kerubuhan gunung, bila akan dilakukan
buah nasi godhong dan telur, serta uang
perkawinan ada keluarga dekat yang
secukupnya.
meninggal dunia, maka perkawinan harus
Proses akad nikah yaitu Mempelai
laki-laki duduk di sebelah kanan dukun,
B
kawin
A.
mendapat
Maka
anak
perkawinan
dibatalkan.
Pertunangan dan Perkawinan pada
sedangkan wali mempelai perempuan
masyarakat
duduk di sebelah kirinya. Dukun Sambil
pendirian yang bermoral atas perkawinan.
membaca mantra, tangan kiri dukun
Poligami dan perceraian tidak pernah
memegang tangan kanan wali, tangan
terjadi. Perkawinan di bawah umur juga
kanannya
jarang
memegang
tangan
kanan
mempelai laki-laki. Baik mempelai laki-
Tengger
terjadi.
mempunyai
Perkawinan
dalam
masyarakat ini akan dibicarakan tentang
88
Pra Perkawinan yaitu melalui proses
hukum
Pertunangan/
melarang untuk beristri lebih dari satu
Pacangan
dan
Prosesi/Upacara Perkawinan itu sendiri.
dan
perempuan
yang
mengakibatkan hamil, maka pelaku akan
dikenakan sanksi bersih desa yaitu berupa
selametan bersih desa, maka kedua
keluarga dikumpulkan terlebih dahulu bila
kedua
pelaku
masih
dibawah
umur
kemudian dilakukan upacara selametan
bersih desa, apabila kedua pelaku tersebut
Orang Tengger
remaja
putri
Kelompok
bentuk kekerabatan. Yaitu:
a. Kelompok kekerabatan terkecil terdiri
dari keluarga inti atau keluarga batih,
bahasa Tenggernya disebut sa’omah.
yang
Orang Tengger yang hidup sa’omah
terdiri dari pasangan suami isteri
dengan
nenek dan beberapa anak angkatnya.
Keluarga ini bernaung di bawah satu
nikah karena menghindari pengotoran
atap dengan Kepala Keluarga yang
desa.29
memikul tanggung jawab kehidupan
masyarakat
keluarga tersebut. Hal ini tidak berarti
Tengger juga dilakukan terhadap sesama
suami saja yang bekerja mencari
umat muslim, agama, kebudayaan, adat
nafkah.
kebiasaan sehingga dilema perkawinan
bukanlah
masalah
walaupun
agamanya
berbeda.
Hal
merupakan
keistimewaan
b. Kekerabatan
dasar
Selain
kakek, nenek, juga mengenal kerabat-
masyarakat
kerabat
lainnya
seperti
saudara-
saudara sepupu dari pihak ayah atau
lainnya di Indonesia. Dan pada peraturan
30
Hasil wawancara dengan beberapa masyarakat
suku Tengger.
sa’dulur.
mengenal ayah, ibu, kakak, adik,
tersebut
Tengger dibandingkan dengan daerah adat
29
biasanya
kelompok terdekat seperti kakek atau
antisipasi agar tidak terjadi hamil diluar
toleransi
anak-anaknya
ditambah dengan beberapa anggota
pelakunya.
Demikian cara pemerintah desa untuk
Sikap
yang terkecil
Tengger Wonokitri mengenal tiga macam
menghamili dan akan mempertemukan
keluarga
kekerabatan
suami, istri, dan anak-anak. Masyarakat
dilanjutkan dengan investigasi siapa yang
belah
garis
adalah keluarga inti yang terdiri dari
berhenti haid terbukti hamil maka akan
kedua
menarik
yaitu garis keturunan pihak ayah dan ibu.
sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1974.
terdapat
Tengger
keturunan berdasarkan prinsip bilateral
sudah dewasa maka akan di nikahkan
Apabila
Adat
(poligami).30
Mengenai penyimpangan hubungan
laki-laki
perkawinan
Hasil wawancara dengan Kepala Desa
Wonokitri, Ibu Aidamirwati pada tanggal 18
Juli 2016.
89
ibu, kerabat dari tingkatan satu
tersebut dikatakan apabila perkawinan
tingkat ke atas dari orang tua, saudara
putus, maka harta bersama tersebut diatur
sepupu sederajat kedua dari pihak
menurut hukumnya masing-masing yaitu
ayah atau ibu saudara-saudara orang
hukum agama, hukum adat dan hukum-
tua dari pihak ayah atau ibu, kerabat
hukum lainnya.
dari satu tingkat ke bawah dan
Menurut
hukum
adat,
harta
seterusnya yang biasanya kerabat-
perkawinan adalah semua harta yang
kerabat tersebut berkumpul dalam
dikuasai suami istri selama mereka terikat
suatu aktifitas tertentu sekitar rumah
dalam ikatan perkawinan baik harta
tangga
saat
kerabat yang dikuasai maupun harta
selamatan
perseorangan yang berasal dari harta
misalkan
mengadakan
pada
acara
keluarga.
warisann, harta hibah, harta penghasilan
c. Kelompok
terbesar
sendiri, harta pencaharian harta dari suami
wong
istri dan barang-barang hadiah. Hukum
Tengger. Bisa dilihat pada penataan
Waris Adat adalah meliputi norma-norma
rumah yang jaraknya rapat dan tidak
yang
berjauhan
tersebut
meneruskan serta mengoperkan barang-
menanyimbolkan bahwa masyarakat
barang harta benda dan barang-barang
Tengger
gotong
yang tidak terwujud benda (immateriels
royong dan merasa sama, karena
goderen) dan suatu angkatan manusia
sesama Tengger adalah saudara.
(generatie) kepada keturunannya. 31
adalah
kekerabatan
yang
dinamakan
hal
adalah
guyub,
Menurut Undang Undang Nomor 1
Tahun
1974
tentang
Perkawinan,
khususnya Pasal 35 menyatakan bahwa
harta
benda
yang
diperoleh
dalam
perkawinan selama perkawinan menjadi
harta bersama, sedangkan harta bawaan
dari masing-masing suami istri dan harta
benda yang diperoleh masing-masing
sebagai hadiah atau warisan adalah di
bawah
penguasaan
masing-masing
sepanjang para pihak tidak menentukan.
Sedangkan di dalam penjelasan pasal
mengatur
mengenai
proses
Berkaitan dengan masalah tanah
yang ada di dalam wilayah Tengger,
seluruh Pemangku Adat memerintahkan
agar masyarakat adat Tengger mempunyai
prinsip yang kokoh pendirian dalam
urusan
tanah
agar
terpengaruh
untuk
menyewakan
pada
tidak
menjual
orang
luar
mudah
atau
suku
Tengger dan meskipun kepada sesama
Suku Tengger harus masih memiliki
31
Hadikusuma, Hilman.1993. Hukum Waris Adat.
Cetakan V, Citra Aditya Bhakti, Bandung.,
Halaman,56.
90
hubungan kekerabatan. Terdapat aturan-
menjaga keberlanjutan fungsinya. Dan
aturan yang melarang hal tersebut, karena
terdapat
norma-norma
tanah-tanah yang ada di daerah Tengger
mengatur
bagaimana
harus diwariskan secara turun temurun
pertanian dan sumber daya air dikelola,
Masyarakat Tengger sangat memegang
yaitu dengan melaksanakan ritual-ritual
teguh
karena
yang dilakukan pada saat pembukaan
tanah-tanah yang ada di kawasan Tengger
menanam (upacara keliwet) sampai panen
merupakan warisan leluhur yang nantinya
(upacara jopomantera) selalu konsisten
akan diwaris secara turun temurun pada
dijalankan. Masyarakat Adat Tengger
generasi mendatang agar tidak dikuasai
menggarap
oleh masyarakat pendatang.
dengan
aturan-aturan
tersebut,
Luas kepemilikan lahan tegalan
lahan
model
Adat
hutan,
yang
ladang,
pertanian
mereka
terassering
vertical
(gegulut) sebagaimana diajarkan turun
yang boleh dimiliki adalah rata-rata antara
temurun dari
1 sampai 2 hektar, lahan tersebut dikenal
Namun oleh pemerintah pusat maupun
dengan
kerukunan”.
daerah dianggap mengakibatkan tanah
Dalam perkembangannya, tanah-tanah ini
mudah longsor dan merusak kesuburan
dibagikan kepada individu-individu yang
tanah.32
istilah
“tempat
kemudian menjadi tanah dengan status
nenek moyang mereka.
3. PENUTUP
kepemilikan pribadi. Dalam kaitannya
dengan pemilikan lahan tanah khususnya
Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik
tegal atau tegalan terdapat ketentuan
kesimpulan sebagai berikut :
bahwa
1. Masyarakat
tanah
milik
pribadi
tidak
adat
adalah
Tengger
Desa
Desa
yang
diperbolehkan untuk dijual kepada orang
Wonokitri
lain. Bila terpaksa harus menjual tanah,
masyarakatnya taat terhadap hukum
hanya diperkenankan untuk dijual kepada
positif yang berlaku di Indonesia
sesama warga desa dan dusun yang sama
selain juga mentaati Hukum adat
yang berada dalam Desa Wonokitri.
warisan leluhurnya. Mereka dipimpin
oleh Dukun atau Pemangku
Masyarakat Adat Tengger melihat
adat
bahwa tanah sebagai induk kehidupan
Tengger yang mengetuai masyarakat
untuk setiap makhluk, jika tidak ada
sebagai
tanah, maka akan terputuslah rantai
memimpin
kehidupan
memelihara dan menjaga kehidupan
masyarakat
Tengger
itu
sendiri. Masyarakat Tengger sangat hatihati dalam memanfaatkan tanah untuk
32
suatu
keluarga
pergaulan
besar
hidup,
Hasil Wawancara dengan beberapa masyarakat
Tengger.
91
hukum
agar
selayaknya.
berjalan
dengan
dalam
adat
bersama
pada
selalu
rutin
Ketua
masyarakatnya
permasalahan yang terjadi
masyarakat.
Tidak
hanya
menyangkut tentang upacara atau
mengadakan selamatan Desa atau
ritual
dikenal dengan upacara “Entas-Entas”
Desa), namun berperan aktif dalam
dan “Mayu Adat” agar selalu eksis
penyelesaian delik adat, masalah
keberadaanya hingga turun temurun.
perkawinan, kewarisan hak atas tanah
Pemangku
dan
adat
berperan
atas
tindakan-tindakan
mengenai
adat-
adat
saja
(gawe/selamatan
permasalahan
lainnya
karena
hukum
yang
Pemangku
Adat
istiadat dan ibadah, serta perbuatan
merupaan mediator dan konsultan
hukum
bagi masyarakatnya.
yaitu
perbuatan
pidana,
pernikahan, kewarisan, dan urusan
tanah berhubungan dengan adanya
pertalian
yang erat
dengan
masyarakat
menguasai
antara tanah
adat
tanah,
yang
penyelenggara
hukum sebagai usaha untuk mencegah
adanya
pelanggaran
hukum
(preventieve rechzorg) supaya hukum
dapat
berjalan
semestinya,
menyelenggarakan
pembetulan
hukum
hukum
sebagai
dilanggar
(repressieve rechtzorg).
2. Hukum adat
masyarakat suku
tengger mampu bersinkronisasi dan
bersinergi
dengan
hukum positif
Indonesia.
baik
terhadap
yang berlaku di
Masyarakatnya
mampu
membuka diri dan mengadopsi aturan
dari luar hukum adatnya apabila
memberikan dampak positif bagi
masyarakatnya. Aktivitas pemangku
adat
dibantu
oleh
pembantunya
(terdiri atas wong sepuh atau legen)
DAFTAR PUSTAKA
Departemen
Pendidikan
Nasional
RI.2008.Kamus
Besar
Bahasa
Indonesia.. Jakarta: Pusat Bahasa.
Djojodigoeno.1995.Pengantar dan Asasasas Hukum Adat. Jakarta:Gunung
Agung.
DR.Purwadi.2013. Prabu Brawijaya Raja
Agung Binathara Ambeg Adil
Paramerta. Yogyakarta: Oriza.
Endang Turmudi.2008. Pendidikan Islam
Seteleah
Seabad
Kebangkitan
Nasional. Bandung: Rosda Karya
Hadikusuma, Hilman.1993. Hukum Waris
Adat. Cetakan V, Citra Aditya
Bhakti, Bandung.,
Hilman Hadikusuma.2003.Pokok-pokok
Pengertian Hukum Adat. Bandung:
Alumni.
JB. Daliyo.2001. Pengantar Ilmu Hukum.
Jakarta: PT.Prenhalindo.
KH.Maksum. 1920. Al-Amtsilah at
Thasrifiyya. Surabaya: Salim Nabhan.
92
M. Junaedi Al Anshori. 2007. Sejarah
Nasional: Masa Pra Sejarah Sampai
Masa Proklamasi Kemerdekaan.
Jakarta: PT.Mitra Aksara Panaitan,
Soerojo Wignjodipoero.1985.Pengantar
Asas-Asas
Hukum
Adat.Jakarta:
Gunung Agung.
Suriyaman Mustari Pide. 2014. Hukum
Adat Dahulu, kini, dan akan datang.
Jakarta: Pelita.
Perundang-undangan
Undang-Undang Dasar 1945;
Undang-Undang No.1 Tahun 1974
Tentang Perkawinan;
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP);
Undang-Undang Pokok Agraria;
Undang-Undang Tentang Kekuasaan
Pokok Kehakiman;
Undang-Undang No.48/2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman;
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa
Internet
http//hukum.unigo.ac.id/berita-29/hukumadat-di-Indonesia.html (diakses pada
tgl
16
Maret
2016
pada
pukul:01.45WIB)
Hasil Wawancara
1.
2.
3.
4.
Bapak Supayadi, Pemangku Adat
Suku Tengger Desa Wonokitri;
Ibu Aidamirwati, Kepala Desa
Wonokitri beserta staf;
Mas Edi, fasilitator Pariwisata
Bromo.dkk
Pak Harno dan Mbak.Luluk, warga
masyarakat Desa Wonokitri.
BIODATA SINGKAT PENULIS
FATMAWATI,
S.H.,
Menyelesaikan
pendidikan sarjana pada Fakultas Hukum
Universitas Islam Jember tahun 2016.
Download