75 PERAN PEMANGKU ADAT SUKU TENGGER DALAM MENJALANKAN SISTEM HUKUM ADAT Oleh : Fatmawati, S.H. Abstract Advances in science and technology has led to erosion of the values of the authenticity of the Indonesian nation, known as the number of local wisdom. Indigenous peoples Tengger Wonokitri Village is a village where people are obedient to the positive law in Indonesia as well as keep the Law of indigenous patrimony. They were led by a Shaman or customary holders who chaired the Tengger community as a big family led social life, maintain and protect the lives of law to run it properly. Chairman of the joint indigenous people routinely hold salvation always known by the village or ceremonial "Entas-Entas" and "Indigenous Mayu" that has always existed existence until hereditary. Traditional authorities play a role over the actions of the customs and worship, as well as the legal act that is a crime, marriage, inheritance and land affairs related to the close affinity between the land and indigenous peoples. Customary law society Tengger tribe is able to synchronize and synergize well against positive law in Indonesia. The society is able to open up and adopt its rules of customary law from the outside if a positive impact on society. Activities traditional authorities aided by assistants (comprised of elderly or legen wong) the problems that occur in the community. Keywords: Indigenous Stakeholders, Tengger Tribe, Indigenous Legal System 76 1. PENDAHULUAN melestarikan Hukum adat tersebut adalah seorang pemangku adat. A. Latar Belakang Hukum adat tak terlepas dari Hukum adat adalah bentuk kebudayaan masyarakat Indonesia jauh budaya hukum yang secara turun-temurun sebelum penerapan hukum kolonial di digunakan pedoman Indonesia, masyarakat nenek moyang kita hidup dalam suatu masyarakat hukum telah mengenal dan menganut sistem adat. Kehidupan masyarakat hukum adat hukum sendiri. Meski hukum adat yang terikat berlaku untuk oleh kepentingan mengatur solidaritas, dan persamaan kesadaran. di Indonesia dengan unsur Sebagai kebudayaan lebih bersifat lokal dibanding budaya hukum, hukum adat merupakan hukum kolonial yang bersifat universal. formulasi aturan yang pembentukanya Namun kelokalannya tersebut hukum adat tanpa melalui legislatif, melainkan lahir mampu mengakomodasi dan memperutuh dari opini-opini dan diperkuat oleh sanksi sifat kebhinekaan bangsa Indonesia. yang bersifat kebiasaan.1 Dengan Hukum adat merupakan refleksi sebagai gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai budaya budaya, norma dan aturan-aturan yang hukum yang hidup dalam masyarakat adat saling berkaitan satu sama lain yang adalah tidak tertulis (unwritten law). dengannya menjadi satu sistem dan Karakter lain dari budaya hukum dalam memiliki suatu masyarakat hukum adalah hukum kebudayaan menurut Koentjaraningrat,2 ynag berlaku senantiasa memperhatikan yaitu: dan mempertimbangkan kondisi psikologi kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai- masyarakat sehingga subtansi fungsi dari nilai, norma-norma dan aturan-aturan; aplikasi ketaatan akan hukum didasari Wujud kelakuan; sebagai suatu kompleks rasa dari kebiasaan bentuknya tersebut, keadilan dan sehingga dibutuhkan oleh sanksi. Wujud aktivitas Ada idiil; tiga sebagai manusia masyarakat. Untuk itu semua dibutuhkan bermasyarakat; seseorang yang mampu mempengaruhi benda hasil karya manusia. masyarakatnya yaitu pemangku adat atau kepala peranan adat. besar Karena dalam yang memiliki menjaga dan Wujud fisik; wujud suatu dalam sebagai Kemajuan jaman khususnya dalam era reformasi telah menyebabkan tergerusnya nilai-nilai keaslian Bangsa Indonesia yang dikenal dengan banyaknya 1 Soerojo Wignjodipoero.1985.Pengantar AsasAsas Hukum Adat.Jakarta: Gunung Agung. Halaman, 2. 2 Ibid., Halaman, 5. 77 kearifan lokal. Hal tersebut telah khas tradisi dan budaya, yang secara menggelitik penulis untuk mengetahui historis merupakan peninggalan nenek apakah kearifan lokal tersebut dan diman moyang yang sampai saat ini mampu masih dipakai bertahan dari jaman Kerajaan Majapahit. dalam tata kehidupan masyarakat. Penulis Suku Tengger terbentuk sekitar abad ke mengambil penelitian Skripsi pada salah sepuluh satu dari kearifan lokal di Indonesia yaitu mengalami kemunduran dan Islam mulai masyarakat Desa menyebar. Sejak ditetapkan pada tahun Wonokitri Kecamatan Tosari Kabupaten 1982 sebagai daerah penyangga Taman Pasuruan. Nasional Bromo Tengger Semeru, selalu mempertahankan Suku dan Tengger Masyarakat Suku Tengger yang mendiami desa-desa di dalam enclave (pemilikan hak-hak pihak ketiga di dalam kawasan hutan yang dapat berupa pemukiman dan atau lahan garapan)3 Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Tengger yang dilakukan oleh masyarakat hingga sekarang. Masyarakat Suku Tengger mayoritas memeluk agama Hindu Tengger, dan terdapat minoritas memeluk agama Islam, Kristen dan Budha. Sikap toleransi suku Tengger sangat tinggi dan mempunyai pandangan bahwa pada dasarnya manusia bertujuan satu yaitu mencapai Tuhan, meskipun jalannya beraneka ragam. Ditinjau secara sosial-budaya, masyarakat Tengger ditetapkan sebagai pemeluk agama Hindu, dan saat ini selalu intensif Departemen Pendidikan Nasional RI.2008.Kamus Besar Bahasa Indonesia..Jakarta:Pusat Bahasa. Halaman,390. diadakan pembinaan keagamaan. tentang 4 B. Rumusan Masalah Berdasarkan dikemukakan uraian dalam latar yang belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut : Bagaimana hukum adat masyarakat Suku Tengger Desa Wonokitri mengenai hukum Pidana Adat, Perdata Adat dan Hak-hak atas tanah?. Bagaimana Pemangku Adat Suku Tengger Desa Wonokitri dalam mensinkronisasi Hukum adat dan hukum positif Indonesia dalam masyarakat adat suku Tengger? masyarakat Suku Tengger memiliki sifat 3 Majapahit dalam dan luar negeri. Sejak tahun 1973 moyangnya sehingga selalu melaksanakan Suku Kerajaan dikunjungi oleh banyak wisatawan dari yang masih memegang tradisi nenek kegiatan upacara adat dan keagamaan saat 2. PEMBAHASAN 4 Soerojo Wignjodipuro.1985. Pengantar AsasAsas Hukum Adat. Jakarta:Gunung Agung.Halaman,12. 78 oleh Hakim diseluruh pengadilan untuk A. Hukum Adat Dalam Masyarakat masyarakat Suku Tengger Desa Wonokitri Kata “adat” berasal dari bahasa Arab yang berarti kebiasaan, “Huk’m” jamak dari Ahkam (Hakama yahkumu hakaman wa mahkaman fahuwa hakimun wadaka mahkumun “ahkam”) artinya “suruhan” Adah..5Adah atau “ketentuan” atau adat dan artinya “kebiasaan”, yaitu perilaku masyarakat yang selalu terjadi. Jadi “Hukum Adat” adalah “Hukum Kebiasaan”. Terjadinya hukum bermula dari pribadi manusia yang menimbulkan “kekuasaan pribadi” kemudian ditiru orang lain karena dinlai sebagai sebuah kepatutan, maka lambat laun ini menjadi “adat” yang harus berlaku bagi semua anggota masyarakat, sehingga menjadi “ Hukum Adat.”6 Indonesia merupakan negara yang menganut pluralitas dibidang hukum, yang menggunakan hukum barat, Hukum Agama dan Hukum Adat. Dalam prakteknya sebagian masyarakat masih menggunakan hukum adat mengenal hukum yang hidup dalam untuk atau pembuatan peraturan perundang-undangan), hukum adat secara resmi diakui keberadaannya namun dibatasi dalam peranannya. Contohnya adalah Undang-Undang Pokok Agraria No.5 tahun keberadaan 1960 yang hukum mengakui adat dalam kepemilikan tanah yang mengandung konsepsi komunalistik religiu7 Di dalam sejarah perundang- undangan di Indonesia “hukum adat” tidak sama dengan “hukum kebiasaan”. “Kebiasaan” yang perundangan diakui merupakan di dalam “Hukum Kebiasaan”, sedangkan “Hukum Adat” adalah hukum kebiasaan di luar perundangan.“Hukum Adat” adalah adat yang mempunyai sanksi, sedangkan istilah “adat” yang tidak mengandung sanksi adalah “kebiasaan yang normatif”, yaitu kebiasaan yang berwujud aturan tingkah laku yang berlaku dimasyarakat. Pada kenyataannya antara Hukum Adat dan Adat Kebiasaan tidak jelas batasnya.8 ketertiban lingkungannya. Bila ditinjau secara preskripsi (hukum adat dijadikan landasan dalam memutuskan keputusan 7 8 KH.Maksum. 1920. Al-Amtsilah at Thasrifiyya.Surabaya:Salim Nabhan. Halaman,36. 9 Suriya man Mustari Pide. 2014. Hukum Adat Dahulu, kini, dan akan datang. Jakarta:Pelita. Halaman,1. 8 Pasal 1 ayat (2) menyatakan bahwa:”seluruh Bumi, air, dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dalam wilayah republik Indonesia, sebagai karunia Tuhan yang Maha Esa, adalah bumi, air, dan ruang angkasa bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan Nasional.” Hilman Hadikusuma.2003.Pokok-pokok Pengertian Hukum Adat.Bandung:Alumni. Halaman,9. 79 Istilah Hukum Adat juga anggota masyarakat merupakan bagian diterjemahkan kedalam bahasa Belanda integral “Adatrecht”. Snouch Hurgronye adalah menyesuaikan orang pertama yang memakai istilah kepentingan masyarakat. Ada empat sifat Adatrech tersebut, yang ia pakai dalam umum dalam masyarakat adat, yaitu bukunya “de Atjehers” (Orang Aceh) dan Magis Religius, communal, concrete dan “Alet Goyolands” . Istilah adatrecht contan (perbuatan nyata sebagai keserta kemudian mertaan terutama dalam hal pemenuhan dikutip dan dipakai oleh Cornelis van Vollenhoven sebagai istilah dari masyarakat dengan individu kepentingan- Prestasi). 11 teknis yuridis.9 Masyarakat adat di definisikan Van Vollenhoven menyusun sebagai kelompok masyarakat yang Hukum Adat secara sistematis, dengan memiliki asal-usul leluhur secara turun- data yang lengkap. Beliau dapat dikatakan temurun di wilayah geografis tertentu sebagai bapak Hukum Adat. Beliau serta memiliki sistem nilai, ideologi, menulis van ekonomi, politik, budaya, sosial dan Adat wilayah sendiri. Artinya suatu kelompok Hindia-Belanda). Sebelum ada istilah termasuk dalam masyarakat adat jika dia adatrecht, mempunyai buku Nederlandseh istilah “Het Indie” dipakai tentang diantaranya Adatrech (Hukum bermacam-macam Hukum pertemuan lembaga-lembaga Adat, sistem sendiri dalam yaitu menjalankan penghidupan (liveli-hood) keagamaan, mereka, yang terbentuk karena interaksi rakyat, kebiasaan- terus-menerus di dalam kelompok kebiasaan, lembaga adat dan seterusnya. tersebut dan mempunyai wilayah teritorial Untuk pertama kalinya istilah adatrecht sendiri, dimana sistem-sistem nilai yang muncul mereka yakini masih diterapkan dan dalam perundang-undangan Belanda pada tahun 1920.10 berlaku bagi kelompok tersebut.12 Ada kekhasan yang membedakan Nama Tengger berasal dari Hukum adat dengan Hukum lainnya. legenda Rara Anteng dan Jaka Seger yang Selain yakni diyakini masyarakatnya sebagai asal usul keyakinan masyarakat tentang adanya nama Tengger, yaitu "Teng" akhiran nama sesuatu yang bersifat sakral, dan juga Rara An-"teng" dan "ger" akhiran nama beranggapan 11 9 pola pikir bahwa religiusitas, setiap individu, Ibid., Halaman,12. JB. Daliyo.2001. Pengantar Ilmu Hukum.Jakarta:PT.Prenhalindo. Halaman,38. 10 12 Djojodigoeno.1995.Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat. Jakarta:Gunung Agung. Halaman,7. http//hukum.unigo.ac.id/berita-29/hukum-adatdi-Indonesia.html (diakses pada tgl 16 Maret 2016 pada pukul:01.45WIB) 80 dari Jaka Se-"ger paduan dua suku kata Mereka terakhir dari nama nenek moyang mereka, bahasa yaitu ngoko, bahasa sehari-hari yaitu Rara Anteng (teng) dan Jaka Seger terhadap sesamanya, dan krama untuk (ger). Rara Anteng dipercaya sebagai komunikasi terhadap orang yang lebih tua putri Raja Brawijaya V dari Kerajaan atau Majapahit dan Jaka Seger adalah putra Wilayah Adat Suku Tengger terbagi seorang brahmana yang bertapa di dataran menjadi dua wilayah yaitu Sabrang Kulon tinggi Tengger. Di samping itu, orang (diwakili oleh Desa Tosari Kecamatan Tengger juga menegaskan bahwa kata Tosari Kabupaten Pasuruan) dan Sabrang Tengger pengertian Wetan (diwakili oleh Desa Ngadisari, Tengering Budi Luhur (Tanda Keluhuran Wanantara, Jetak Kecamatan Sukapura Budi Pekerti).13 Perasaan sebagai satu Kabupaten saudara dan satu keturunan Rara Anteng- lingkungan suku Tengger yang berada di Jaka Seger ini menjadikan suku Tengger kaki gunung mempengaruhi kepercayaan tidak menerapkan sistem kasta seperti penduduknya terhadap makna sebuah mengacu kepada pada pemeluk agama Hindu umumnya. 14 menggunakan orang tua dua yang tingkatan dihormati. Probolinggo). Kondisi gunung. Bagi suku Tengger, Gunung Suku Tengger berasal dari kerajaan Brahma atau yang biasa masyarakat adat Majapahit saat mengalami kemunduran. Tengger sebut dengan Bromo dipercaya Setelah tahun 1364 wafatnya Maha Patih sebagai gunung yang suci. Penduduk suku Gajah Mada, Majapahit tetap jaya di Tengger bawah pemerintahan Hayam Wuruk dan moyang mereka berada di dalam Gunung berhasil mempertahankan kejayaannya Bromo tersebut. sampai ia wafat tahun 1389. Kekuasaan Majapahit kemudian Wikramawardana, diperintah menantu mempercayai bahwa nenek Kehidupan adat masyarakat Tengger oleh tidak lepas dari agama yang mereka anut. Hayam Sebelum tahun 1973, masih belum jelas Wuruk.15 agama yang dianut masyarakat Tengger16, Bahasa yang digunakan masyarakat Suku Tengger adalah bahasa Jawa Kuno. 13 Hasil wawancara dengan Kepala Desa Wonokitri, pada tanggal 15 Juli 2016. 14 Wawancara dengan Bapak Supayadi, pada tanggal 16 Juli 2016. 15 M. Junaedi Al Anshori. 2007. Sejarah Nasional: Masa Pra Sejarah Sampai Masa Proklamasi Kemerdekaan.Jakarta:PT.Mitra Aksara Panaitan,Halaman.34. 16 Awal tahun 1965 adalah masa kebingungan orang Tengger “mencari” agama sehingga orang luar menganggap Suku Tengger adalah Atheis. Hal ini disebabkan, agama “Buddha Tengger” tidak pernah diakui pemerintah. Sehingga memeluk agama adalah pilihan yang tidak bisa ditawar lagi agar sebutan ateis tidak lagi disandangkan orang Tengger. Lihat Wiwit Mujiastuti, Jk, “Teguh Tegar Hindu Tengger (Synopsis Buku Saya Orang Tengger, Saya Punya Agama, Penulis Ayu Sutarto), 81 kecuali mereka secara patuh dengan sebutan “Dukun”. Dan seluruh melaksanakan berbagai upacara adat, perkampungan dipimpin oleh seorang antara lain: Karo, Kasodo, Entas-entas17, kepala adat. Unan-unan, dan beberapa upacara lainnya Masyarakat suku Tengger sangat yang bersifat tradisional. Mereka masih percaya dan menghormati dukun di belum agama wilayah mereka karena dukun sangat sebagaimana ditentukan oleh agama- berpengaruh dalam kehidupan masyarakat agama besar. Masyarakat Adat Tengger Tengger. Masyarakat tengger menjunjung mempunyai yang tinggi nilai persamaan, demokrasi, dan dan kehidupan masyarakat, sosok seorang samping dukun lebih disegani dari pada pemimpin melaksanakan dipimpin organisasi oleh Desa mempunyai sendiri Pemangku pembantu-pembantunya Kepala ibadah Adat di (Pemerintah) norma sendiri dan dalam administratif. Masyarakat tengger mempunyai hukum sendiri diluar hukum menjalankan kehidupan bermasyarakat formal adatnya. Dengan hukum tersebut mereka sudah Pada masyarakat tengger, tingkat yang berlaku persoalan kepada masyarakatnya.19 Kepatuhan Kepada negara. bisa mengatur dan mengendalikan berbagi kepatuhan diwujudkan melalui kepatuhan Tuhan, dalam dalam kehidupan Negara, Kepatuhan kepada pimpinan adat, Seorang kepala adat memiliki fungsi dan kepatuhan kepada orang tua. Oleh spiritual dan fungsi sosial. Fungsi spiritual karena dukun adat yaitu memimpin upacara adat. itu setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh tetua Adat maupun Sedangkan Negara selalu dipatuhi oleh mereka.18 sebagai mediator antara masyarakat dan Masyarakat suku Tengger terdiri atas urusan kelompok-kelompok desa yang masing- pemerintahan. Selain itu, dukun adat juga masing kelompok tersebut dipimpin oleh memiliki kewenangan tertentu dalam sesepuh (tetua). Kepala Adat atau tetua pengambilan keputusan, aturan, sanksi, pada atau denda sosial bagi pelanggar peraturan 17 18 masyrakat Tengger diistilahkan http://saradbali.com/edisi109/pustaka.htm, Diakses pada tanggal 01 juli 2016. Upacara Entas-Entas hanya dilakukan oleh masyarakat adat Desa Wonokitri karena upacara selamatan Desa tersebut membutuhkan banyak biaya. Hasil wawancara dengan beberapa masyarakat. Hasil wawancara dengan Bapak Supayadi, pada tanggal 15 Juli 2016. fungsi yang sosialnya berhubungan adalah dengan dan hukum adat. Contoh kewenangan dukun adat dalam pengambilan keputusan adalah pada waktu terjadi bencana, dukun 19 Hasil wawancara dengan Kepala Desa Wonokitri, Ibu Aidamirwati pada tanggal 10 Juli 2016. 82 adat berhak menentukan kapan Secara terperinci tugas Pemangku adat masyarakatnya harus mengungsi atau adalah21: tetap mendiami desa.20 Namun hingga tindakan saat ini Dukun adat Desa Wonokitri tidak berhubungan dengan adanya pertalian pernah menginstruksikan warganya untuk yang erat antara tanah dengan masyarakat mengungsi dalam situasi bencana apapun adat yang menguasai tanah itu. b. Sebagai dengan berdasar pada keyakinan pada penegak pelanggaran hukum (preventieve Tuhan dan unsur magis pada alamnya, rechzorg) supaya hukum dapat berjalan sehingga Desa Wonokitri oleh Pemerintah semestinya. c. Menyelenggarakan hukum setempat sebagai pembetulan hukum dilanggar mendapatkan sebutan Desa Tangguh Bencana. Memperhatikan a. Melaksanakan mengenai tindakan- urusan tanah (repressieve rechtzorg). pentingnya Pada kehidupan masyarakat Suku peran dukun bagi Masyarakat Tengger, Tengger Desa Wonokitri terdapat konsep maka ditetapkan setiap desa dikepalai yang menjadi seorang Dukun. Dukun dipilih oleh warga masyarakat yaitu konsep anteng-seger dengan persyaratan tertentu, yaitu : Laki- (Tengger) laki sudah menikah; Keturunan Dukun / makmur. Selain itu, juga terdapat konsep titisan darah; dapat menguasai semua yang mendasari hubungan tiga arah yaitu mantra dan adat istiadat. Ujian calon hubungan Dukun dilakukan di Poten di kaki gunung hubungan manusia dengan manusia, dan Bromo hubungan manusia dengan lingkungan dan betapa dilaksanakan bertepatan dilakukan pemilihan melalui yang berarti manusia damai dengan dan Tuhan, alam (tryadic relationship): Konsep Tri dengan Yadnya Kasada. Proses landasan sikap hidup Dukun beberapa Adat tahapan- Sandya, konsep karma pahala, dan hukum tumimbal lahir mengatur hubungan tahapan (menyangkut diri pribadi calon manusia dengan Tuhan. Konsep Tri Dukun) yang pada akhirnya diuji melalui Sandya diaplikasikan dengan melakukan ujian Mulunen (ujian pengucapan mantra sembahyang tiga kali sehari (pagi, sore, yang tidak boleh terputus ataupun lupa). malam). Dan seorang Dukun harus menyadari menyatakan bahwa hidup atau nasib bahwa yang dijabatnya adalah suatu manusia perjalanan sedangkan hukum tumimbal lahir adalah sejarah kepemimpinan Tengger. hukum 20 21 Hasil wawancara dengan Bapak Supayadi pada tanggal 15 Juli 2016. Konsep tergantung hidup yang karma dari harus pahala pahalanya, dipatuhi, Soepomo.1983.Bab-bab Tentang Hukum Adat. Jakarta:Pradnya Paramita. Halaman,66. 83 berbunyi ”Sapa nandur kebecikan bakal donya iki diarani sagodhong kelor iku wis ngundhuh nandur katene ana rejane jaman, artinya apabila ngundhuh pasar sudah kehilangan gemanya, apabila barang kabecikan. ora becik Sapa bakal kacilaka”; kedhung kehilangan airnya, apabila dunia Sikap hidup sesanti panca setia, tinggal selebar daun kelor, itu pertanda guyub rukun, sanjan-sinanjan (saling kesejahteraan mengunjungi), sayan (gotong royong, Genten kuwat artinya saling membantu. sudah mendatang; dan saling bantu membantu) yang didasari Selain itu masih terdapat kepercayaan semboyan “sepi ing pamrih, rame ing bahwa tanah “angker” sehingga muncul gawe”, dan genten kuat (saling tolong sikap dilarang sembarangan menebang menolong) merupakan dasar ketentuan pohon, kecuali apabila pohon tersebut yang mengatur hubungan manusia dengan dianggap manusia; yang Hubungan alam diwujudkan dalam suatu slogan yang (air,tanah,hutan,tegalan) sebagai sumbere berbunyi “tebang satu tanam dua”, artinya panguripan mengatur hubungan manusia jika masyarakat menebang satu pohon, dengan lingkungan alam. maka dia harus menanam minimal dua dan menganggap Sikap hidup lingkungan mengganggu manusia lingkungan. dengan alam Pada adat istiadat Masyarkat Tengger pohon yang jenisnya sama. “Jangankan juga terdapat kata-kata mutiara (sesanti) mencuri, menginjak tanah orang lain sebagai pedoman pembentukan sikap, dan sudah ada hukumannya”. Dengan kata sangat lain sekecil apapun perbuatan pelanggaran berpengaruh terhadap ciri kepribadian manusia.22 Antara lain : dalam Dalam adat ada japa mantra dalam agama adalah sebuah pelanggaran yang berakibat ada puja mantra; Tat twam asi artinya aku hukum luas bagi Suku Tengger sendiri.23 adalah engkau dan engkau adalah aku; sebuah Untuk masyarakat pengukuhan kesukuan, Hukum adat Kalau masih mentah sama adil, kalau tersebut di Desa Wonokitri terdapat sudah masak tidak ada harga; Titi luri upacara selamatan yang disebut “Mayu artinya meneruskan adat istiadat nenek Adat”.24 Dan Masyarakat adat Tengger moyang; Mikul dhuwur mendhem jero Desa artinya menghormati orang tua; Yen wis masyarakatnya ana pasar ilang kumandharige, yen wis positif yang berlaku di Indonesia selain Wonokitri adalah taat Desa terhadap yang hukum ana kedhung ilang banyune, yen wis 23 22 Hasil wawancara dengan Bapak Supayadi pada tanggal 18 Juli 2016. 24 Ibid. Hasil wawancara dengan Bapak Supayadi pada tanggal 18 Juli 2016. 84 juga mentaati warisan teguh hukum adat dari nenek moyang leluhurnya. Hal tersebut dapat dilihat dari mereka dan tradisi atau kebiasaan yang tertibnya masyarakat Desa Wonokitri masih dalam membayar pajak dan persyaratan penyelesaian administrasi lainnya yang harus dipenuhi berdasarkan sebagai warga negara Indonesia. Di desa kolonial Wonokitri terdapat petugas khusus untuk mengenalkan membantu atau mendampingi urusan sipil beserta masyarakatnya Indonesia sudah memiliki hukum adat dan kepentingan Hukum adat yang hukum mempunyai petugas tersebut dinamakan “Parisade”. Tengger seolah seperti suku yang terasing yaitu wong Gunung yang berbeda dengan orang dataran rendah (Wong Ngare), namun saat ini menjadi terbuka untuk menerima modernisasi. Pada tahun 1970-an dan awal 1980-an, masyarakat Tengger terbebani oleh masalah identitas dan kemasyarakatan di tengah perubahan ekonomi. Hal tersebut menyebabkan suatu perubahan terhadap hukum adat suku Tengger yang diwariskan oleh para leluhurnya misalnya pada Sistem Hukum Perkawinan, Hukum Perdata Adat, Delik Adat dan pengaturan hukum adat Tengger lainnya. Dalam permasalahan tradisional perkara hukum masuk yang adat. di tentang dalam terjadi Sebelum Indonesia produk penyelesaiannya. dan hukum Bangsa penyelesaian secara adat atau dengan kata lain sebelum masa kolonial Indonesia B. Peran Pemangku Adat Suku Tengger dalam Mensinkronisasi Hukum Adat dan Hukum Positif dalam Masyarakat Adat Suku Tengger Pada awalnya Suku bersifat hukum, masyarakat Tengger masih memegang sudah memiliki produk hukum beserta penyelesaiannya yang biasa disebut peradilan adat. Peradilan adat sudah sejak lama ada sebelum masyarakat mengenal cara penyelesaian sengketa melalui jalur litigasi di Pengadilan. Sebelum mengenal hukum acara tertulis, masyarakat sudah melakukan praktek acara peradilan untuk menyelesaikan sengketa (baik terhadap sengketa-sengketa perdata maupun pidana) melalui sistem peradilan adat yang berdasar pada peraturan hukum tidak tertulis yang lahir dari kesepakatan bersama. Masyarakat adat suku Tengger khususnya Desa Wonokitri sangat yakin bahwa wilayahnya adalah wilayah paling aman dan kondusif daripada di luar wilayah Tengger, bahkan menurut Dukun Pandhita, Kantor Kepolisian Sektor Tosari adalah Polsek yang memiliki sedikit aktifitas untuk menangani kasus delik pidana, karena hampir jarang terjadi 85 peristiwa hukum pidana. Dikarenakan pencurian yang tergolong ringan. Sanksi masyarakat adalah ini diberikan oleh semua masyarakat asli masyarakatnya suku tengger dengan kesepakatan. Di desa memiliki budi pekerti yang luhur dan Wonokitri, apabila perkara delik pidana memegang prinsip sebagaimana yang sudah telah Pihak diselesaikan secara adat maka perkara Kepolisian tidak pernah ikut campur tersebut dilimpahkan kepada yang pihak dalam permasalahan yang menyangkut berwenang.25 Suku kecamatan Tengger yang dibahas kepentingan Tosari sebelumnya. Suku berat dan tidak bisa Karena Masyarakat suku Tengger yang menjaga ‘kekeh’ memelihara adat istiadat sebagai yang warisan nenek moyangnya, mempunyai berhubungan dengan masyarakat luar aturan tersendiri tentang perkawinan. yang memanfaatkan keramaian untuk Seiring melakukan kejahatan dalam wilayah Suku kemajuan teknologi dan arus modernisasi Tengger. ynag sangat cepat di kalangan masyarakat kepolisian hanya keamanan Suku Tengger. dirasa bertugas Tengger perkembangan zaman dan Apabila terjadi pencurian mereka Tengger sekaligus wilayah tujuan utama sangat yakin bahwa yang melakukan delik wisata Jawa Timur sehingga membuat pencurian adalah bukan dari warga Suku masyarakat Tengger. menerima dan terbuka dengan informasi Namun permasalahan apabila misalnya terdapat lebih mudah delik luar. Dan ada lagi terjadi adanya warga pencurian maka untuk menyelesaikan Tengger menuntut ilmu ke kota dan permasalahan Adat sebagian lagi ada bekerja di kota. Dengan melakukan sidang untuk mendengarkan demikian tidak menutup kemungkinan kesaksian dan keterangan kedua belah adanya hal yang mengakibatkan adanya pihak. Dan segera diperiksa benar dan perkawinan campuran antar adat Tengger salahnya, lalu ditentukan hukumannya dengan adat luar yang sedikit banyak dan atau dendanya. Karena sifat dari berpengaruh Hukum Pidana Adat atau Hukum Adat hukum, dan adat istiadat masyarakat Suku Tengger adalah mengedepankan Tengger sendiri. Fenomena sosial tersebut rasa kekeluargaan, maka penyelesaian terjadi akibat pola pikir masyarakat yang dilakukan secara bertahap, mulai dari semakin maju dengan latar belakang tingkat yang terendah hingga tingkat yang keilmuan, ketrampilan dan kebendaan tersebut adalah Tengger Kepala tertinggi. Yaitu mulai dari tingkat RT, RW, hingga tingkat Desa. Karena kasus 25 pada kehidupan sosial, Hasil wawancara dengan Bapak Supayadi pada tanggal 18 Juli 2016. 86 sehingga menumbuhkan rasionalisme misalnya menikah dengan gadis Islam, berfikir pada masyarakat Tengger sendiri. maka perkawinan boleh menurut agama “Perkawinan campuran menurut Islam atau sebaliknya. Meskipun mereka pengertian hukum adat yaitu perkawinan telah yang terjadi antar suami dan isteri yang mereka adat berlainan”26. istiadatnya Jadi perkawinan antar adat adalah perkawinan menikah masih secara non Tengger, tetap diakui sebagai “sedulur” (keluarga) dan tetap dianggap sebagai warga Tengger.27 yang dilakukan oleh dua pasangan yang Sebelum acara perkawinan latar belakang adatnya berbeda baik berlangsung orang tua meminta nasihat dalam kesatuan masyarakat hukum adat kepada pemangku adat (Dukun) mengenai dari kapan suatu daerah, anggota maupun diantara masyarakat yang daerah asal/suku bangsanya berlainan. Perkawinan sebaiknya hari perkawinan dilaksanakan. Dukun akan memberikan saran (dengan menetapkan) hari yang baik Masyarakat Tengger dan tepat, tempat umumnya masih berlaku antara kalangan perkawinan, mereka sendiri (endogami). Dalam adat perkawinan tidak lepas dari perhitungan Tengger Wonokitri weton28 (hari kelahiran) calon mempelai perkawinan yang dilakukan oleh orang- seperti dalam adat perkawinan Jawa. orang Tengger berlaku juga perkawinan Jumlah neptu kelahiran mempelai dibagi antara orang Tengger dengan orang tiga dan hasil tidak boleh habis dan yang Tengger, namun jika terjadi perkawinan terbaik adalah apabila sisa dua. khususnya Desa antara orang Tengger dengan orang luar Tengger maka orang tersebut diharuskan luar Tengger sebagainya. selanjutnya apabila Hari kedua orang tua telah setuju, maka calon adat mempelai laki-laki sendiri yang datang istiadat Tengger dan harus tinggal di Desa melamar, dengan diantar oleh orang Wonokitri selama-lamanya. Bila calon tuanya. Dalam lamaran tidak ada barang mempelai wanita Tengger akan menikah “peningset” dengan Jawa, pria pelaksanaanya mengikuti Tahap dan pelaksanaan non Tengger, harus mengikuti maka seperti sebab pada masyarakat menurut anggapan adat masyarakat Desa Wonokitri, peningset Tengger dan menikah dengan acara merupakan barang pinjaman atau hutang. agama Hindu. Jika laki-laki Tengger 27 menikah dengan gadis luar (non Tengger), 28 26 Hadikusuma, 2007 :15. Hasil wawancara dengan beberapa masyarakat Tengger. Misalnya weton Si A adalah 10 (hasil dari penjumlahan hari dan pasaran Jum’at (6)+Wage(4)=10). Hasil wawancara dengan Bapak Supayadi pada tanggal 18 Juli 2016. 87 Sebelum hari perkawinan, pihak keluarga laki maupun wali menirukan ucapan mempelai laki-laki datang lagi ke rumah dukun. calon besan dengan membawa beras dan bahan-bahan mentah lainnya. Perkawinan harus dibatalkan, apabila: Pada a). Karena hubungan keturunan yang upacara pasrah pengantin, masing-masing masih dekat, misalnya satu canggah pihak diwakili oleh seorang utusan. Tugas (neneknya nenek). b). Dadung kepuntir. seorang utusan ini adalah sesampainya Contoh, A, B dan C masing-masing ditempat mempunyai anak laki-laki dan juga anak mempelai pembicaraan mengadakan dan perempuan. Mereka bukan keturunan satu kewajiban dalam perkawinan dengan canggah. Namun jika anak laki-laki A disaksikan oleh seorang dukun. kawin mendapat anak perempuan B, anak Pada mengenai setiap hak upacara pernikahan lakilaki B kawin dengan anak perempuan berlangsung pada selalu dibuatkan petra C dan anak laki-laki C kawin dengan anak (petara: boneka yang terbuat dari alang- perempuan A, maka perkawinan semacam alang sebagai tempat roh nenek moyang) ini tidak diperbolehkan. c). Papakan Wali. supaya roh nenek moyangnya bisa hadir Contohnya, A dan B masing-masing menyaksikan keturunannya mempunyai melaksanaan pernikahan. sedang anak laki-laki dan Sehingga perempuan. Anak laki-laki A kawin upacara pernikahan adat Tengger disebut mendapat anak perempuan B dan anak pula Pernikahan “Welogoro” . Di depan laki-laki mereka tersedia seperangkat sesaji terdiri perempuan dari 5 piring jenang merah-putih, 1 piring demikian disebut papagan wali dan tidak arang-arang kambang, 7 piring nasi dan diijinkan. d). Kesandung watang atau telur, satu sisir pisang ayu (pisang raja), 7 kerubuhan gunung, bila akan dilakukan buah nasi godhong dan telur, serta uang perkawinan ada keluarga dekat yang secukupnya. meninggal dunia, maka perkawinan harus Proses akad nikah yaitu Mempelai laki-laki duduk di sebelah kanan dukun, B kawin A. mendapat Maka anak perkawinan dibatalkan. Pertunangan dan Perkawinan pada sedangkan wali mempelai perempuan masyarakat duduk di sebelah kirinya. Dukun Sambil pendirian yang bermoral atas perkawinan. membaca mantra, tangan kiri dukun Poligami dan perceraian tidak pernah memegang tangan kanan wali, tangan terjadi. Perkawinan di bawah umur juga kanannya jarang memegang tangan kanan mempelai laki-laki. Baik mempelai laki- Tengger terjadi. mempunyai Perkawinan dalam masyarakat ini akan dibicarakan tentang 88 Pra Perkawinan yaitu melalui proses hukum Pertunangan/ melarang untuk beristri lebih dari satu Pacangan dan Prosesi/Upacara Perkawinan itu sendiri. dan perempuan yang mengakibatkan hamil, maka pelaku akan dikenakan sanksi bersih desa yaitu berupa selametan bersih desa, maka kedua keluarga dikumpulkan terlebih dahulu bila kedua pelaku masih dibawah umur kemudian dilakukan upacara selametan bersih desa, apabila kedua pelaku tersebut Orang Tengger remaja putri Kelompok bentuk kekerabatan. Yaitu: a. Kelompok kekerabatan terkecil terdiri dari keluarga inti atau keluarga batih, bahasa Tenggernya disebut sa’omah. yang Orang Tengger yang hidup sa’omah terdiri dari pasangan suami isteri dengan nenek dan beberapa anak angkatnya. Keluarga ini bernaung di bawah satu nikah karena menghindari pengotoran atap dengan Kepala Keluarga yang desa.29 memikul tanggung jawab kehidupan masyarakat keluarga tersebut. Hal ini tidak berarti Tengger juga dilakukan terhadap sesama suami saja yang bekerja mencari umat muslim, agama, kebudayaan, adat nafkah. kebiasaan sehingga dilema perkawinan bukanlah masalah walaupun agamanya berbeda. Hal merupakan keistimewaan b. Kekerabatan dasar Selain kakek, nenek, juga mengenal kerabat- masyarakat kerabat lainnya seperti saudara- saudara sepupu dari pihak ayah atau lainnya di Indonesia. Dan pada peraturan 30 Hasil wawancara dengan beberapa masyarakat suku Tengger. sa’dulur. mengenal ayah, ibu, kakak, adik, tersebut Tengger dibandingkan dengan daerah adat 29 biasanya kelompok terdekat seperti kakek atau antisipasi agar tidak terjadi hamil diluar toleransi anak-anaknya ditambah dengan beberapa anggota pelakunya. Demikian cara pemerintah desa untuk Sikap yang terkecil Tengger Wonokitri mengenal tiga macam menghamili dan akan mempertemukan keluarga kekerabatan suami, istri, dan anak-anak. Masyarakat dilanjutkan dengan investigasi siapa yang belah garis adalah keluarga inti yang terdiri dari berhenti haid terbukti hamil maka akan kedua menarik yaitu garis keturunan pihak ayah dan ibu. sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1974. terdapat Tengger keturunan berdasarkan prinsip bilateral sudah dewasa maka akan di nikahkan Apabila Adat (poligami).30 Mengenai penyimpangan hubungan laki-laki perkawinan Hasil wawancara dengan Kepala Desa Wonokitri, Ibu Aidamirwati pada tanggal 18 Juli 2016. 89 ibu, kerabat dari tingkatan satu tersebut dikatakan apabila perkawinan tingkat ke atas dari orang tua, saudara putus, maka harta bersama tersebut diatur sepupu sederajat kedua dari pihak menurut hukumnya masing-masing yaitu ayah atau ibu saudara-saudara orang hukum agama, hukum adat dan hukum- tua dari pihak ayah atau ibu, kerabat hukum lainnya. dari satu tingkat ke bawah dan Menurut hukum adat, harta seterusnya yang biasanya kerabat- perkawinan adalah semua harta yang kerabat tersebut berkumpul dalam dikuasai suami istri selama mereka terikat suatu aktifitas tertentu sekitar rumah dalam ikatan perkawinan baik harta tangga saat kerabat yang dikuasai maupun harta selamatan perseorangan yang berasal dari harta misalkan mengadakan pada acara keluarga. warisann, harta hibah, harta penghasilan c. Kelompok terbesar sendiri, harta pencaharian harta dari suami wong istri dan barang-barang hadiah. Hukum Tengger. Bisa dilihat pada penataan Waris Adat adalah meliputi norma-norma rumah yang jaraknya rapat dan tidak yang berjauhan tersebut meneruskan serta mengoperkan barang- menanyimbolkan bahwa masyarakat barang harta benda dan barang-barang Tengger gotong yang tidak terwujud benda (immateriels royong dan merasa sama, karena goderen) dan suatu angkatan manusia sesama Tengger adalah saudara. (generatie) kepada keturunannya. 31 adalah kekerabatan yang dinamakan hal adalah guyub, Menurut Undang Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, khususnya Pasal 35 menyatakan bahwa harta benda yang diperoleh dalam perkawinan selama perkawinan menjadi harta bersama, sedangkan harta bawaan dari masing-masing suami istri dan harta benda yang diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan adalah di bawah penguasaan masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan. Sedangkan di dalam penjelasan pasal mengatur mengenai proses Berkaitan dengan masalah tanah yang ada di dalam wilayah Tengger, seluruh Pemangku Adat memerintahkan agar masyarakat adat Tengger mempunyai prinsip yang kokoh pendirian dalam urusan tanah agar terpengaruh untuk menyewakan pada tidak menjual orang luar mudah atau suku Tengger dan meskipun kepada sesama Suku Tengger harus masih memiliki 31 Hadikusuma, Hilman.1993. Hukum Waris Adat. Cetakan V, Citra Aditya Bhakti, Bandung., Halaman,56. 90 hubungan kekerabatan. Terdapat aturan- menjaga keberlanjutan fungsinya. Dan aturan yang melarang hal tersebut, karena terdapat norma-norma tanah-tanah yang ada di daerah Tengger mengatur bagaimana harus diwariskan secara turun temurun pertanian dan sumber daya air dikelola, Masyarakat Tengger sangat memegang yaitu dengan melaksanakan ritual-ritual teguh karena yang dilakukan pada saat pembukaan tanah-tanah yang ada di kawasan Tengger menanam (upacara keliwet) sampai panen merupakan warisan leluhur yang nantinya (upacara jopomantera) selalu konsisten akan diwaris secara turun temurun pada dijalankan. Masyarakat Adat Tengger generasi mendatang agar tidak dikuasai menggarap oleh masyarakat pendatang. dengan aturan-aturan tersebut, Luas kepemilikan lahan tegalan lahan model Adat hutan, yang ladang, pertanian mereka terassering vertical (gegulut) sebagaimana diajarkan turun yang boleh dimiliki adalah rata-rata antara temurun dari 1 sampai 2 hektar, lahan tersebut dikenal Namun oleh pemerintah pusat maupun dengan kerukunan”. daerah dianggap mengakibatkan tanah Dalam perkembangannya, tanah-tanah ini mudah longsor dan merusak kesuburan dibagikan kepada individu-individu yang tanah.32 istilah “tempat kemudian menjadi tanah dengan status nenek moyang mereka. 3. PENUTUP kepemilikan pribadi. Dalam kaitannya dengan pemilikan lahan tanah khususnya Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik tegal atau tegalan terdapat ketentuan kesimpulan sebagai berikut : bahwa 1. Masyarakat tanah milik pribadi tidak adat adalah Tengger Desa Desa yang diperbolehkan untuk dijual kepada orang Wonokitri lain. Bila terpaksa harus menjual tanah, masyarakatnya taat terhadap hukum hanya diperkenankan untuk dijual kepada positif yang berlaku di Indonesia sesama warga desa dan dusun yang sama selain juga mentaati Hukum adat yang berada dalam Desa Wonokitri. warisan leluhurnya. Mereka dipimpin oleh Dukun atau Pemangku Masyarakat Adat Tengger melihat adat bahwa tanah sebagai induk kehidupan Tengger yang mengetuai masyarakat untuk setiap makhluk, jika tidak ada sebagai tanah, maka akan terputuslah rantai memimpin kehidupan memelihara dan menjaga kehidupan masyarakat Tengger itu sendiri. Masyarakat Tengger sangat hatihati dalam memanfaatkan tanah untuk 32 suatu keluarga pergaulan besar hidup, Hasil Wawancara dengan beberapa masyarakat Tengger. 91 hukum agar selayaknya. berjalan dengan dalam adat bersama pada selalu rutin Ketua masyarakatnya permasalahan yang terjadi masyarakat. Tidak hanya menyangkut tentang upacara atau mengadakan selamatan Desa atau ritual dikenal dengan upacara “Entas-Entas” Desa), namun berperan aktif dalam dan “Mayu Adat” agar selalu eksis penyelesaian delik adat, masalah keberadaanya hingga turun temurun. perkawinan, kewarisan hak atas tanah Pemangku dan adat berperan atas tindakan-tindakan mengenai adat- adat saja (gawe/selamatan permasalahan lainnya karena hukum yang Pemangku Adat istiadat dan ibadah, serta perbuatan merupaan mediator dan konsultan hukum bagi masyarakatnya. yaitu perbuatan pidana, pernikahan, kewarisan, dan urusan tanah berhubungan dengan adanya pertalian yang erat dengan masyarakat menguasai antara tanah adat tanah, yang penyelenggara hukum sebagai usaha untuk mencegah adanya pelanggaran hukum (preventieve rechzorg) supaya hukum dapat berjalan semestinya, menyelenggarakan pembetulan hukum hukum sebagai dilanggar (repressieve rechtzorg). 2. Hukum adat masyarakat suku tengger mampu bersinkronisasi dan bersinergi dengan hukum positif Indonesia. baik terhadap yang berlaku di Masyarakatnya mampu membuka diri dan mengadopsi aturan dari luar hukum adatnya apabila memberikan dampak positif bagi masyarakatnya. Aktivitas pemangku adat dibantu oleh pembantunya (terdiri atas wong sepuh atau legen) DAFTAR PUSTAKA Departemen Pendidikan Nasional RI.2008.Kamus Besar Bahasa Indonesia.. Jakarta: Pusat Bahasa. Djojodigoeno.1995.Pengantar dan Asasasas Hukum Adat. Jakarta:Gunung Agung. DR.Purwadi.2013. Prabu Brawijaya Raja Agung Binathara Ambeg Adil Paramerta. Yogyakarta: Oriza. Endang Turmudi.2008. Pendidikan Islam Seteleah Seabad Kebangkitan Nasional. Bandung: Rosda Karya Hadikusuma, Hilman.1993. Hukum Waris Adat. Cetakan V, Citra Aditya Bhakti, Bandung., Hilman Hadikusuma.2003.Pokok-pokok Pengertian Hukum Adat. Bandung: Alumni. JB. Daliyo.2001. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: PT.Prenhalindo. KH.Maksum. 1920. Al-Amtsilah at Thasrifiyya. Surabaya: Salim Nabhan. 92 M. Junaedi Al Anshori. 2007. Sejarah Nasional: Masa Pra Sejarah Sampai Masa Proklamasi Kemerdekaan. Jakarta: PT.Mitra Aksara Panaitan, Soerojo Wignjodipoero.1985.Pengantar Asas-Asas Hukum Adat.Jakarta: Gunung Agung. Suriyaman Mustari Pide. 2014. Hukum Adat Dahulu, kini, dan akan datang. Jakarta: Pelita. Perundang-undangan Undang-Undang Dasar 1945; Undang-Undang No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan; Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP); Undang-Undang Pokok Agraria; Undang-Undang Tentang Kekuasaan Pokok Kehakiman; Undang-Undang No.48/2009 tentang Kekuasaan Kehakiman; Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Internet http//hukum.unigo.ac.id/berita-29/hukumadat-di-Indonesia.html (diakses pada tgl 16 Maret 2016 pada pukul:01.45WIB) Hasil Wawancara 1. 2. 3. 4. Bapak Supayadi, Pemangku Adat Suku Tengger Desa Wonokitri; Ibu Aidamirwati, Kepala Desa Wonokitri beserta staf; Mas Edi, fasilitator Pariwisata Bromo.dkk Pak Harno dan Mbak.Luluk, warga masyarakat Desa Wonokitri. BIODATA SINGKAT PENULIS FATMAWATI, S.H., Menyelesaikan pendidikan sarjana pada Fakultas Hukum Universitas Islam Jember tahun 2016.