TUGAS AKHIR Alat Pengontrol Suhu Air Otomatis Menggunakan

advertisement
TUGAS AKHIR
Alat Pengontrol Suhu Air Otomatis Menggunakan
ATMega 8535 Untuk Membunuh Bakteri E.Coli
Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat
Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Disusun Oleh :
Nama
: Era Oktaviani
NIM
: 41407120064
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UIVERSITAS MERCUBUANA
JAKARTA
2009
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama
: Era Oktaviani
N.I.M
: 41407120064
Jurusan
: Teknik Elektro
Fakultas
: Teknologi Industri
Judul Skripsi : Alat Pengontrol Suhu Air Otomatis Menggunakan
ATMega 8535 Untuk Membunuh Bakteri E.Coli
Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan Skripsi yang telah saya buat
ini merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata
dikemudian hari penulisan Skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan
terhadap karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan
sekaligus bersedia menerima sanksi berdasarkan aturan tata tertib di Universitas
Mercu Buana.
Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak
dipaksakan.
Penulis,
( Era Oktaviani )
LEMBAR PENGESAHAN
Alat Pengontrol Suhu Air Otomatis Menggunakan
ATMega 8535 Untuk Membunuh Bakteri E.Coli
Disusun Oleh :
Nama
: Era Oktaviani
NIM
: 41407120064
Program Studi
: Teknik Elektro
Peminatan
: Teknik Elektronika
Mengetahui,
Pembimbing
Ketua Program Studi/
Koordinator TA
( Dr. Ir. Andi Adriansyah, M. Eng)
(Ir. Yudhi Gunardi, MT)
ABSTRAKS
WATER TEMPERATURE CONTROL AUTOMATIC WITH
ATMEGA 8535 THAT CAN KILL E.COLI BACTERIA
Microorganism is expanded in a nature, and for the food is rarely sterilize,
but generally the food was soiled with many microorganism. Food can changes
physically or chemically because of the gowth of microorganism, that never we
think before. The food is not suitable to be consume, one of ways to avoid the
growth of microorganism food and water is accurately heating.
The heatingcan certify the microba was gone, so need some elements
knowledge to influences the growth of microorganism that is the temperature. The
skripsi is explaining about the design of water temperature control automatic with
ATMega 8535 that can pregnant and kill pathogrn microba that is E.Coli bacteria.
Water temperature contro automatic is 60°C dan 75°C. ADC wil be read the
temperature sensor then if the temperature that we choosed is lower, the heater
will be ON. The heater will ON through until rising the temperature that we
choosed after that will be OFF automatically and timer will count down until the
time is over. During the timer still higher than 0 the temperature will be held.
From this speciement ,is known that the error of measuring the
temperature is ±0,97°C or 2,630%. So with this percentage can be told this
appliance is well done.
Key word : E.Coli, temperature
ABSTRAKS
ALAT PENGONTROL SUHU AIR OTOMATIS
MENGGUNAKAN ATMEGA 8535 UNTUK MEMBUNUH
BAKTERI E.COLI
Mikroorganisme tersebar luas di alam dan sebagai akibatnya produk
pangan jarang sekali yang steril, tetapi umumnya tercemar oleh berbagai jenis
mikroorganisme. Pertumbuhan mikroorganisme dalam bahan pangan dapat
mengakibatkan perubahan fisik atau kimia yang tidak diinginkan , sehingga bahan
pangan tidak layak dikonsumsi. Salah satu cara untuk mencegah pertumbuhan
mikroorganisme pada bahan makanan dan minuman yaitu dengan pemanasan
yang tepat.
Agar proses pemanasan dapat menjamin mikroba target dibunuh, maka
perlu pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhannya
salah satunya adalah suhu. Tugas Akhir ini, merancang alat otomatis pengontrol
suhu air dengan menggunakan ATMega 8535 yang dapat mencegah dan
membunuh mikroba pathogen yaitu bakteri E. coli. Alat pengontrol suhu air
otomatis ini dirancang menggunakan 2 pilihan mode suhu kerja yaitu 60ºC dan 75
ºC. ADC akan membaca sensor suhu, kemudian jika suhunya kurang dari yang
dipilih maka heater akan “ON”. Heater akan “ON” terus sampai mencapai suhu
yang dipilih tersebut, kemudian jika suhunya sudah lebih dari suhu yang dipilih,
maka heater akan “OFF” dan timer akan aktif menghitung mundur sampai
waktunya habis dan buzzer akan aktif. Selama waktu timer masih lebih besar dari
0, maka suhu akan tetap dipertahankan.
Dari hasil percobaan, diketahui bahwa kesalahan rata-rata pengukuran
suhu adalah ± 0.97 ºC atau 2.630 %. Sehingga dengan nilai tersebut dapat
dikatakan alat bekerja dengan baik.
Kata kunci : E. coli, suhu
KATA PENGANTAR
Segala puji dan rasa cinta penuh kesyukuran hanya bagi Allah yag maha
tinggi. Shalawat dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada Rasulullah SAW,
keluarga dan para sahabatnya. Alhamdulillah atas hidayah, rahmat dan karunia
dari Allah SWT penulis dapat meyelesaikan Tugas Akhir ini.
Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Alat Pengontrol Suhu Air
Otomatis Menggunakan ATMega 8535 Untuk Membunuh Bakteri E. Coli”
adalah tugas mata kuliah akhir semester 4 program pendidikan Strata I jurusan
Teknik Elektro peminatan Teknik Elektronika Universitas Mercu Buana.
Dalam pembuatan Tugas Akhir ini penulis banyak mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu, yaitu :
1.
Bapak Ir. Torik Husein, MT, sebagai Dekan Fakultas Teknologi Industri
Universitas Mercu Buana;
2.
Bapak Ir. Yudhi Gunardi, MT, sebagai Ketua Program Studi Teknik
Elektro;
3.
Bapak Dr. Ir. Andi Adriansyah, M. Eng, sebagai dosen pembimbing yang
telah banyak
membantu penulis dan meluangkan waktunya dalam
pembuatan dan penyelesaian Tugas Akhir ini;
4.
Seluruh dosen Jurusan Teknik Elektro dan pegawai di Universitas Mercu
Buana;
5.
Kedua orang tua (Papa dan Mama) atas doa, kasih sayang, dukungan, dan
bantuannya selama penulis menempuh pendidikan S1 ini.
6.
Kakak tercinta (Abang Iwan) atas doa, dukungan dan materi yang telah
banyak membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini;
7.
Adik-adikku,
Yosi
Diana
buat
dukungannya
dan
Raihan
buat
senyumannya.
8.
Astraworld, perusahaan tempat penulis bekerja yang sudah memberikan
kesempatan dan mendukung dalam penyelesaian Tugas Akhir ini;
9.
Kak Yudi, terimkasih banyak buat bantuannya dari awal penulis
merancang alat hingga penyelesaikan Tugas Akhir ini;
10.
Teman – teman seperjuangan T. Elektro angkatan 12 yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu, terimakasih buat kebersamaannya selama
menuntut ilmu di kampus Mercu Buana;
11.
Teman – teman kostan (Mba Nita, Dela, Mba Dwi, Erina) buat perhatian
dan dukungannya selama penulis menyelesaikan Tugas Akhir ini;
12.
Rekan – rekan lain yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.
Dalam pembuatan tugas akhir ini penulis menyadari begitu banyak
kekurangan dan kesalahan dalam penyajian maupun penulisan. Untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan
Tugas Akhir ini.
Akhirnya penulis kembali mengucapkan terimakasih kepada orang – orang
yang telah membantu dalam penulisan Tugas Akhir ini semoga dapat bermanfaat
bagi siapapun yang membacanya.
Jakarta, November 2009
Hormat saya,
Era Oktaviani
DAFTAR ISI
Halaman Judul.......................................................................................................... i
Halaman Pernyataan................................................................................................ ii
Halaman Pengesahan ............................................................................................. iii
Abstraksi ................................................................................................................ iv
Kata Pengantar ....................................................................................................... vi
Daftar Isi............................................................................................................... viii
Daftar Tabel ........................................................................................................... xi
Daftar Gambar....................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 2
1.3 Batasan Masalah.................................................................................... 2
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................. 2
1.5 Metode Penelitian....................................................................................
..................................................................................................................... 2
1.6 Sistematika Penulisan ........................................................................... 3
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Teori Dasar Eschericia Coli .............................................................................. 4
2.1.1 Suhu ................................................................................................... 4
2.2 Sensor Suhu LM 35............................................................................... 7
2.3 Konsep Dasar Op-Amp ......................................................................... 9
2.3.1 Rangkaian Penguat Non Inverting ................................................... 10
2.4 Mikrokontroler ATMega 8535............................................................ 11
2.4.1 Mikrokontroler AVR........................................................................ 11
2.4.2 Arsitektur ATMega 8535 ................................................................. 13
2.4.3 Fitur ATMega 8535 ......................................................................... 14
2.4.4 Konfigurasi PIN AVR ATMega 8535 ............................................ 15
2.4.5 Peta Memory ATMega 8535............................................................ 16
2.4.6 Status Register (SREG) .................................................................. 17
2.5 Display (LCD 2x16) .......................................................................... 19
2.6 Opto Triac MOC 3041 ........................................................................ 21
2.7 Transistor ............................................................................................ 21
2.8 Triac BT 136 ....................................................................................... 24
2.8.1 Prinsip Kerja Dimmer ...................................................................... 25
BAB III RANCANG BANGUN
3.1 Prinsip Kerja Sistem............................................................................ 26
3.1.1 Blok Diagram dan Fungsinya .......................................................... 26
3.2 Perangkat Keras .................................................................................. 28
3.2.1 Perancangan LM 35 ......................................................................... 29
3.2.2 Rangkaian Penguat Tegangan .......................................................... 30
3.2.3 Rangkaian Kontroler ........................................................................ 31
3.2.4 Rangkaian Driver ............................................................................. 32
3.2.5 Rangkaian Buzzer ............................................................................ 33
3.3 Perangkat Lunak.................................................................................. 34
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM
4.1 Hasil Rancang Bangun........................................................................ 36
4.2 Pengujian............................................................................................. 37
4.2.1 Pengujian Blok LM 35..................................................................... 37
4.2.2 Pengujian Sistem Keseluruhan......................................................... 38
4.3 Analisa Sistem..................................................................................... 42
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 43
5.2 Saran.................................................................................................... 43
Daftar Pustaka
Lampiran
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1
Nilai Sasaran dan Batas Kritis
6
Tabel 2.2
Jenis Mikrokontroler AVR
12
Tabel 2.3
Pin LCD dan Fungsinya
20
Tabel 4.1
Pengujian Blok LM 35
37
Tabel 4.2(a)
Pengujian Sistem Keseluruhan (mode 60ºC)
40
Tabel 4.2(b)
Pengujian Sistem Keseluruhan (mode 75ºC)
41
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1
Pengaruh Suhu pada Pertumbuhan Bakteri
7
Gambar 2.2
Rangkaian LM 35
8
Gambar 2.3
Bentuk fisik LM 35
8
Gambar 2.4
Simbol Komponen Standar Op-Amp
9
Gambar 2.5
Penguat Kontrol
9
Gambar 2.6
Rangkaian Penguat Non Inverting
10
Gambar 2.7
Alur Program CodeVision
13
Gambar 2.8
Blok Diagram Fungsional ATMega 8535
13
Gambar 2.9
Konfigurasi kaki (pin) ATMega 8535
15
Gambar 2.10 Memori Data AVR ATMega 8535
16
Gambar 2.11 Memori Program AVR ATMega 8535
17
Gambar 2.12 Status Register ATMega 8535
17
Gambar 2.13 Blok Diagram LCD
19
Gambar 2.14 Hubungan Port B dengan LCD
19
Gambar 2.15 Susunan Kaki Opto Triac MOC 3041
21
Gambar 2.16 Simbol Sirkit untuk Transistor
21
Gambar 2.17 Karakteristik arus kolektor terhadap Vce pada transistor
22
Gambar 2.18 Transistor Sebagai Saklar
23
Gambar 2.19 Rangkaian Triac
24
Gambar 2.20 Daerah Kerja Triac
25
Gambar 2.21 Sinyal ramp yang sinkron dengan fasa jala-jala PLN
25
Gambar 3.1
Blok Diagram Sistem
26
Gambar 3.2
Skematik Diagram Perangkat Keras
28
Gambar 3.3
Rangkaian LM 35
29
Gambar 3.4
Rangkaian Penguat Non Inverting 2x
30
Gambar 3.5
Rangkaian Kontroler ATMega 8535
31
Gambar 3.6
Rangkaian Driver
32
Gambar 3.7
Rangkaian Buzzer
33
Gambar 3.8
Diagram Alir Program Mikrokontroler
34
Gambar 4.1(a) Tampak Depan Perangkat Keras Sistem
36
Gambar 4.1(b) Tampak Belakang Perangkat Keras Sistem
36
Gambar 4.2
Blok Diagram Letak Pengujian Sistem
38
Gambar 4.3
Pengujian Sistem Secara Keseluruhan
39
Gambar 4.4(a) Grafik Hasil Pengujian Sistem Keseluruhan (mode 60ºC)
40
Gambar 4.4(b) Grafik Hasil Pengujian Sistem Keseluruhan (mode 75 ºC) 41
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Mikroorganisme tersebar luas di alam dan sebagai akibatnya produk
pangan jarang sekali yang steril, tetapi umumnya tercemar oleh berbagai jenis
mikroorganisme. Pertumbuhan mikroorganisme dalam bahan pangan dapat
mengakibatkan perubahan fisik atau kimia yang tidak diinginkan, sehingga bahan
pangan tersebut tidak layak dikonsumsi. Salah satu cara untuk mencegah
pertumbuhan mikroorganisme pada bahan makanan dan minuman yaitu dengan
pemanasan yang tepat.
Escherichia coli (E.coli) merupakan salah salah satu mikroorganisme
pathogen hidup yang mematikan yang terdapat dalam makanan dan minuman.
Apabila ikut termakan oleh manusia akan menimbulkan gejala-gejala penyakit.
Bakteri E. coli penyebarannya melalui air, makanan, dan manusia. Pengaruh suhu
berperan penting dalam pertumbuhan mikroba tersebut. Apabila kondisi
lingkungan tidak sesuai, maka mikroba pun tidak dapat hidup.
Hasil penelitian pada makanan dan minuman jajanan terhadap kontaminasi
mikroba ini telah banyak dilakukan seperti di Bogor dan diperoleh hasil bahwa
pada minuman jajanan yang mengandung total bakteri yang cukup tinggi, rata-rata
sebesar 105 CFU (Colony Forming Unit)/ml, dan diantaranya ada yang
mengandung 105 coliform MPN/ml dan 103 faecal coliform MPN/ml. Tingginya
kontaminasi tersebut menunjukkan air yang tidak bersih dan tidak adanya
perlakuan pemanasan sebelumnya (Winarno, 1997).
Agar proses pemanasan dapat menjamin mikroba target dibunuh, maka
perlu pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhannya
salah satunya adalah suhu. Tugas Akhir ini, akan merancang alat otomatis
pengontrol suhu air dengan menggunakan ATMega 8535 yang dapat mencegah
dan membunuh mikroba pathogen yaitu bakteri E.coli.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Tugas Akhir ini akan menjawab pertanyaan, bagaimana merencanakan
dan membuat suatu alat otomatis yang dapat mengontrol suhu air sehingga dapat
membunuh bakteri E. coli yang merugikan manusia. Dimana jangkauan suhu yang
akan diolah oleh sistem ini adalah 10oC - 100 oC.
1.3 BATASAN MASALAH
Mengingat banyaknya permasalahan yang akan timbul, maka sistem ini
dirancang hanya untuk mengontrol suhu air yang dapat membunuh E. coli secara
fisiknya saja yang didasarkan pada teori dasar yang sudah ada tanpa harus
melakukan pengecekan di laboratorium biologi.
1.4 TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai adalah agar dapat membuat alat otomatis
pengontrol suhu air untuk pembunuh bakteri E. coli dimana nilai derajat suhunya
dapat disetting sesuai dengan bahan makanan atau minuman yang akan dimasak
dan setiap kenaikan derajat suhunya dapat terlihat/ terbaca.
1.5 METODE PENULISAN
Adapun metode penulisan yang digunakan dalam menyusun dan
menganalisa tugas akhir ini adalah:
a. Studi literatur yang berhubungan dengan teori dasar pada perancangan dan
pembuatan alat ini
b. perencanaan dan pembuatan alat
c. Merencanakan peralatan baik software maupun hardware untuk diujikan
pada bahan makanan sebagai objeknya.
1.6 SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan dalam tugas akhir ini terdiri dari 5 bab, yaitu:
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi latar belakang masalah, batasan masalah, tujuan pembahasan, metodologi
pembahasan, sistematika penulisan dan relevansi dari penulisan tugas akhir ini.
BAB II : TEORI PENDUKUNG
Membahas tentang teori dasar dari sensor LM 35 dan teori dasar dari bakteri E.
coli, rangkaian penguat tegangan, mikrokontroller ATMega 8535, hardware dan
teori dasar alat-alat pendukung lainnya.
BAB III : PERENCANAAN DAN PEMBUATAN ALAT
Membahas tentang perencanaan dan pembuatan sistem secara keseluruhan.
BAB IV : PENGUJIAN ALAT
Berisi tentang uji coba alat yang telah dibuat, pengoperasian dan spesifikasi alat.
BAB V : PENUTUP
Merupakan kesimpulan dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya dan
kemungkinan pengembangan alat.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 TEORI DASAR ESCHERICIA COLI (E.coli)
Bakteri E. coli secara normal terdapat pada alat pencernaan manusia dan
hewan (feses). Beberapa galur atau strain dari bakteri ini tidak berbahaya, namun
ada
yang
menyebabkan
penyakit
diare
pada
manusia
yang
disebut
Enteropatogenik E. coli (EEC/EPEK). Ada 2 golongan EEC, yang pertama adalah
EEC yang memproduksi racun pada usus kecil dan menimbulkan sakit seperti
kolera dengan gejala diare, muntah-muntah dan dehidrasi. Golongan kedua adalah
EEC yang menyebabkan infasiv, colitis seperti disentri, dengan gejala infeksi
seperti demam, dingin, sakit kepala, kejang perut dan diare berair. Bakteri ini
relatif sangat sentitif terhadap panas dan dapat diinaktifkan pada suhu pasteurisasi
atau selama pemasakanan makanan.
Awalnya Eschericia disebut Aerobacter yang merupakan bakteri koliform
yaitu bakteri yang sering digunakan dalam uji sanitasi air dan susu. Jenis
Eschericia hanya mempunyai satu spesies yaitu E. coli, dan secara normal
terdapat pada alat pencernaan manusia dan hewan (feses).
2.1.1 Suhu
Suhu adalah salah satu faktor lingkungan terpenting yang mempengaruhi
pertumbuhan dan kehidupan mikroorganisme. Berdasarkan suhu optimum pertumbuhannya, mikroorganisme dapat dibedakan atas tiga grup, yaitu:
o
(a) Psikrofilik: adalah mikroba yang dapat tumbuh pada suhu 0 C, dengan suhu
o
o
optimum 5-15 C, dan suhu maksimum sekitar 20 C
o
(b) Mesofilik: adalah mikroba yang tumbuh baik pada suhu 20-45 C. Kapang dan
Khamir pada umumnya tergolong dalam mikroba mesofilik.
(c) Termofilik: adalah mikroba yang dapat tumbuh pada suhu yang relatif tinggi
o
o
dengan suhu minimum 25 C, suhu optimum 45-55 C, dan suhu maksimum 55-60
o
C. Beberapa bakteri termofilik bahkan masih dapat hidup dan tumbuh pada suhu
o
o
75 C dan bakteri ini sangat resisten terhadap pemanasan (121 C selama 60 menit).
Contoh bakteri dari kelompok ini adalah Bacillus thermosaccharolyticum.
E. coli tumbuh pada suhu antara 10 – 40 oC, dengan suhu optimum 37 oC.
pH optimum untuk pertumbuhannya adalah 7.0 – 7.5, dengan pH minimum 4.0,
maksimum 9.0. Bakteri ini relatif sangat sentitif terhadap panas dan dapat
diinaktifkan pada suhu pasteurisasi atau selama pemasakanan makanan. Menurut
Forsythe dan Hayes (1998), suhu untuk aspek pemasakan merupakan batas kritis
sejak dapat diketahui dapat membunuh bakteri vegetatif yang patogen. Makanan
dianjurkan untuk dimasak sampai suhu 72 oC sekurang – kurangnya selama 2
menit agar dapat mengurangi mikroba pathogen sampai tingkat aman/ tidak
berarti. Makanan yang sering terkontaminasi adalah susu, air minum, daging
ayam, daging sapi, daging babi selama penyembelihan, ikan dan makanan –
makanan hasil laut lainnya, telur dan produk lahannya, sayuran, buah – buahan,
dan sari buah.
Sebagian besar mikroba patogen bawaan makanan masuk dalam kelas
mesofilik dengan suhu pertumbuhan optimum sekitar suhu tubuh 37 oC. Di negara
berkembang yang beriklim tropis, makanan bisa disimpan pada suhu paling tinggi
37 oC. Mikroba patogen mesofilik akan tumbuh dengan cepat pada suhu ini,
meskipun juga dapat tumbuh pada suhu dibawah 20
o
C. Umumnya suhu
pertumbuhan mikroba pathogen ini sekitar 8 oC, jika makanan disimpan dibawah
10 oC maka mikroba akan tumbuh sangat lambat atau tidak sama sekali.
Berbagai bakteri pertumbuhannya sangat dipengaruhi oleh suhu, dan
gambar 2.1 menyajikan pengaruh suhu pada pertumbuhan bakteri.
Tabel 2.1 Nilai Sasaran dan Batas Kritis
Bahaya
Tindakan
Nilai Sasaran
Batas Kritis
Pencegahan
Pertumbuhan
Pengendalian suhu Bekukan daging -17 oC sampai -20
o
mikroba
dalam
pada suhu -18 oC
C
daging mentah
Bertahannya
mikroba
pangan
Waktu dan suhu Proses pemanasan 74 oC sampai 76
dalam pemanasan
tepat
yang harus
menjamin
o
C
suhu bagian pusat
dari pangan adalah
75 oC
Selain batas kritis, digunakan juga batas operasional untuk memberikan
zona penahan atau zona tindakan untuk manajemen proses. Batas tersebut
didesain agar saat memastikan bahwa keamanan makanan tidak berpengaruh,
hanya sedikit penyimpangan dalam pelaksanaan proses pemanasan adalah 72 oC
selama 2 menit, maka batas operasional dapat ditetapkan 75 oC selama 10 menit.
Sumber lain menyatakan bakteri E. coli adalah mikroba pathogen hidup
yang dapat berkembang biak pada suhu kamar 22o – 37o C dan mati pada suhu 60o
C selama 30 menit.
Gambar 2.1 Pengaruh suhu pada Pertumbuhan Bakteri
2.2 SENSOR SUHU LM 35
LM 35 adalah sensor temperatur yang paling banyak digunakan untuk
praktek, karena selain harganya yang cukup murah, linieritasnya lumayan bagus
karena memiliki tegangan keluaran yang linier terhadap suhu dalam satuan
Celcius. LM 35 memiliki keuntungan lebih daripada sensor suhu yang linier
terhadap satuan Kelvin, karena tidak perlu mengurangi tagangan outputnya untuk
memperoleh skala satuan Celcius yang tepat.
LM 35 tidak membutuhkan kalibrasi eksternal yang menyediakan akurasi
±¼oC pada temperatur ruangan dan ¾oC pada kisaran -55 sampai +150oC. LM 35
dimaksudkan untuk beroperasi pada -55 hingga +150oC. Sensor LM 35 umumnya
akan naik sebesar 10mV setiap kenaikan 1oC (300mV pada 30oC).
LM 35 memiliki karakteristik antara lain :
1. Kalibrasi langsung dalam satuan Celcius
2. Tegangan keluaran linier + 10,0 mV/ oC
3. Supply tegangan 4 – 30 Volt
4. Jangkauan suhu -55 oC sampai + 155 oC
5. Impedansi output rendah 0,1 Ω untuk beban 1 mA.
Gambar 2.2 Rangkaian LM 35
Gambar 2.3 Bentuk Fisik LM 35
2.3 KONSEP DASAR OP-AMP
Op-Amp merupakan piranti solid state yang mampu mengindera dan
memperkuat sinyal masukan baik AC maupun DC. Untuk menghasilkan suatu
sinyal yang kuat dalam peralatan tarnsducer maupun sensor biasanya juga
dipergunakan sebuah rangkaian penguat Op-Amp. Bentuk Op-Amp standar adalah
seperti gambar dibawah ini :
Gambar 2.4 Simbol Kompoenen Standar Op-Amp
Seperti yang tampak pada gambar bahwa sejumlah besar Op-Amp terdiri dari;
Masukan diferensial dengan dua terminal. Terminal masukan membalik
(inverting) yang dinyatakan dengan tanda (-). Tegangan DC atau AC yang
diberikan pada masukan ini akan digeser fasanya 180° pada keluaran. Dan,
terminal masukan tak membalik (non inverting) yang dinyatakan dengan tanda
(+).Tegangan DC atau AC yang diberikan pada masukan ini akan sefasa dengan
keluaran. Sebuah terminal keluaran dan terminal catu daya rangkap (+) dan (-).
Kegunaan Op-Amp dibuktikan dalam penerapannya pada berbagai tipe
rangkaian, salah satunya untuk rangkaian penguat terkontrol seperti yang
diperlihatkan dalam gambar 2.5.
Gambar 2.5 Penguat terkontrol
Penguatan tegangan op-amp terkontrol, perbandingan Rf terhadap Rin
menentukan penguatan tegangan rangkaian yang mana besarnya dapat dihitung
dengan persamaan rumus:
Av = −
Rf
Rin
........................ (2.1)
Salah satu fungsi yang penting dalam rangkaian op-amp adalah hubungan
polaritas masukan terhadap keluaran, yaitu: bila masukan inverting lebih positif
dibandingkan dengan masukan noninverting, maka keluaran akan negative dan
bila masukan inverting lebih negative dari masukan noninverting maka keluaran
akan menjadi positif.
2.3.1 Rangkaian Penguat Non Inverting
Seperti yang terlihat dalam rangkaian penguat inverting gambar 2.6, pada
rangkaian ini umpan balik yang digunakan untuk mengatur penguatan tetap
diberikan pada masukan inverting, tapi Vin diberikan pada masukan non
inverting. Hal ini menyebabkan tegangan keluaran akan sefasa dengan tegangan
masukannya.
Dalam rangkaian tersebut Rf dan Rin membentuk jaringan pembagi resistif
guna memberikan tegangan umpan balik (Vi) yang diperlukan pada masukan
inverting. Dalam hal ini tegangan umpan balik (Vi) dibentuk pada Rin.
Gambar 2.6 Rangkaian Penguat Non Inverting
Persamaan matematik untuk rangkaian diatas dapat dinyatakan sebagai berikut:
VIN = −
Rin
Vout
Rf + Rin
Vout = [1+
Av =
Rf
] Vin
Rin
Vout
Rf
= [1+
]
VIin
Rin
dimana:
Vi = tegangan masukan
Vo = tegangan keluaran
Av = penguatan tegangan
.................... (2.2)
.................... (2.3)
.................... (2.4)
2.4 MIKROKONTROLER ATMEGA 8535
2.4.1 Mikrokontroler AVR
Atmel
sebagai
salah satu
vendor
yang mengembangankan dan
memasarkan produk mikroelektronika telah menjadi suatu teknologi standar bagi
para desainer system elektronika masa kini. Dengan perkembangan terakhir, yaitu
generasi AVR (Alf and Vegard’s Risc Processor), para desainer sistem elektronika
telah diberi suatu teknologi yang memiliki kapabilitas yang amat maju, tetapi
dengan biaya ekonomis yang cukup minimal.
Mikrokontroler AVR memiliki arsitektur RISC 8 bit, dimana semua
instruksi dikemas dalam kode 16-bit (16-bit word) dan sebagian besar instruksi
dieksekusi dalam 1 (satu) siklus klock, berbeda dengan instruksi MCS51 yang
membutuhkan 12 siklus klock. Tentu saja itu terjadi karena kedua jenis
mikrokontroler tersebut memiliki arsitektur yang berbeda. AVR berteknologi
RISC (Reduced Intruktion Set Computing), sedangkan seri MCS51 berteknologi
CISC (Complex Intruktion Set Computing). Secara umum, AVR dapat
dikelompokkan menjadi 4 kelas, yaitu keluarga ATtiny, keluarga AT90Sxx,
keluarga ATmega, dan AT86RFxx. Pada dasarnya yang membedakan masingmasing kelas adalah memori, peripheral, dan fungsinya. Dari segi arsitektur dan
instruksi yang dipergunakan, mereka bisa dikatakan hampir sama.
Tabel 2.2 Jenis Mikrokontroler AVR
Mikrokontroler AVR
Memori
Tipe
Jumlah Pin
Flash
EEPROM
SRAM
TinyAVR
8 - 32
1 - 2K
64 - 128
0 - 128
AT90Sxx
20 - 44
1 – 8k
128 - 512
0 – 1k
ATMega
32 - 64
8 – 128k
512 – 4k
512 – 4k
Pemograman mikrokontroler AVR dapat menggunakan low level language
(assembly) dan high level language (C, Basic, Pascal, JAVA, dll) tergantung
compiler yang digunakan. Bahasa Assembler mikrokontroler AVR memiliki
kesamaan instruksi, sehingga jika pemograman satu jenis mikrokontroler AVR
sudah dikuasai, maka akan dengan mudah mengusai pemograman keseluruhan
mikrokontroler jenis AVR, namun bahasa assembler relatif lebih sulit dipelajari
dari pada bahasa C, untuk pembuatan suatu proyek yang besar akan memakan
waktu yang lama, serta penulisan programnya akan panjang. Sedangkan Bahasa C
memiliki keunggulan dibandingkan bahasa assembler yaitu independent terhadap
hardware serta lebih mudah untuk menangani project yang besar. Bahasa C
memiliki keuntungan – keuntungan yang dipunyai oleh bahasa mesin (assembly),
hampir semua operasi yang dapat dilakukan oleh bahasa mesin, dapat dilakukan
oleh bahasa C dengan penyusunan program yang lebih sederhana dan mudah.
Bahasa C sendiri sebenarnya terletak diantara bahasa pemrograman tingkat tinggi
dan assembly.
Pada praktik pemrograman, mikrokontroler AVR yang digunakan yaitu
ATMega 8535 dan software compiler-nya menggunakan CodeVisionAVR dapat
dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 2.7 Alur Program CodeVision
2.4.2 Arsitektur ATMEGA 8535
ATMega 8535 mempunyai arsitektur seperti yang diperlihatkan pada
gambar 2.8 berikut.
Gambar 2.8 Blok Diagram Fungsional ATMega8535
Dari gambar 2.8 tersebut dapat dilihat bahwa ATMega8535 memiliki
bagian sebagai berikut:
1. Saluran I/O sebanyak 32 buah yaitu Port A, Port B, Port C, dan Port D.
2. ADC 10 bit sebanyak 8 saluran.
3. Tiga buah timer/Counter dengan kemampuan perbandingan.
4. CPU yang terdiri atas 32 buah register.
5. Watchdog Timer dengan osilator internal.
6. SRAM sebesar 512 byte.
7. Memori Flash sebesar 8 kb dengan kemampuan Read While Write.
8. Unit interupsi internal dan eksternal.
9. Port antarmuka SPI
10. EEPROM sebesar 512 byte yang dapat diprogram saat operasi.
11. Antarmuka komparator analog.
12. Port USART untuk komunikasi serial.
2.4.3 Fitur ATMEGA 8535
Fitur – fitur yang dimiliki 8535 sebagai berikut :
1. Mikrokontroler AVR 8 bit yang memiliki kemampuan tinggi, dengan daya
rendah.
2. Arsitektur RISC dengan throughput mencapai 16 MIPS pada frekuensi
16MHz.
3. Memiliki kapasitas Flash memori 16 Kbyte, EEPROM 512 Byte dan
SRAM 1 KByte
4. Saluran I/O sebanyak 32 buah, yaitu Port A, Port B, Port C, dan Port D.
5. CPU yang terdiri dari atas 32 buah register.
6. Unit interupsi internal dan eksternal.
7. Port USART untuk komunikasi serial.
8. Fitur Peripheral.
2.4.4 Konfigurasi Pin AVR ATMEGA 8535
Konfigurasi pin ATMEGA 8535 dengan kemasan 40 pin DIP (Dual Inline
Package) dapat dilihat pada gambar 2-8. Dari gambar dibawah dapat dijelaskan
fungsi dari masing – masing pin ATMEGA 8535 sebagai berikut :
1. VCC merupakan Pin yang berfungsi sebagai pin masukan catudaya
2. GND merupakan Pin Ground
3. Port A (PA0...PA7) merupakan pin I/O dan pin masukan ADC
4. Port B (PB0...PB7) merupakan pin I/O dan pin yang mempunyai fungsi
khusus yaitu Timer/Counter, komparator Analog dan SPI
5. Port C (PC0...PC7) merupakan port I/O dan pin yang mempunyai fungsi
khusus, yaitu komparator analog dan Timer Oscillator
6. Port D (PD0...PD1) merupakan port I/O dan pin fungsi khusus yaitu
komparator analog dan interrupt eksternal serta komunikasi serial
7. RESET merupakan pin yang digunakan untuk mereset mikrokontroler
8. XTAL1 dan XTAL2 merupakan pin masukan clock eksternal
9. AVCC merupakan pin masukan untuk tegangan ADC
10. AREF merupakan pin masukan tegangan referensi untuk ADC
Gambar 2.9 Konfigurasi kaki (pin) ATMEGA 8535
2.4.5 Peta Memory ATMEGA 8535
AVR ATMega8535 memiliki ruang pengalamatan memori data dan
memori program yang terpisah.
Memori data terbagi menjadi 3 bagian, yaitu 32 buah register umum, 64
buah register I/O, dan 512 byte SRAM Internal.
Register keperluan umum menempati space data pada alamat terbawah,
yaitu $00 sampai $1F. Sementara itu, register khusus untuk menangani I/O dan
kontrol terhadap mikrokontroler mempati 64 alamat berikutnya, yaitu mulai dari
$20 hingga $5F. Register tersebut merupakan register yang khusus digunakan
untuk mengatur fungsi terhadap berbagai peripheral mikrokontroler, seperti
control register, timer/counter, fungsi-fungsi I/O, dan sebaginya. Alamat memori
berikutnya digunakan untuk SRAM 512 byte, yaitu pada lokasi $60 sampai
dengan $25F. Konfigurasi memori data ditunjukan pada Gambar 2.10 dibawah ini.
Register Umum
Alamat
R0
$0000
R1
$0001
….
……
R30
$001E
R31
$001F
Register I/O
$00
$0020
$01
$0021
….
……
$3E
$005E
$3F
$005F
SRAM Internal
$0060
$0061
……
$025E
$025F
(RAMEND)
Gambar 2.10 Memori Data AVR ATMega 8535
Memori program yang terletak pada Flash Perom tersusun dalam word
atau 2 byte karena setiap instruksi memiliki lebar 16-bit atau 32bit. AVR
ATMega8535 memiliki 4KByte x 16 Bit Flash Perom dengan alamat mulai dari
$000 sampai $FFF. AVR tersebut memiliki 12 bit Program Counter (PC) sehingga
mampu mengalamati isi Flash.
Gambar 2.11 Memori Program AVR ATMega8535
Selain itu AVR ATmega 8535 juga memiliki memori data berupa
EEPROM 8-bit sebanyak 512 byte. Alamat EEPROM dimulai dari $000 sampai
$1FF.
2.4.6 Status Register (SREG)
Status Register adalah register berisi status yang dihasilkan pada setiap
operasi yang dilakukan ketika suatu instruksi dieksekusi. SREG merupakan
bagian dari inti CPU mikrokontroler.
Bit
7
6
I
5
T
H
4
3
S
2
V
1
N
0
Z
C
SREG
ReadWrite
Initial Value
A/W
A/W
0
0
A/W
0
A/W
0
A/W
A/W
0
0
A/W
0
A/W
0
Gambar 2.12 Status Register Atmega 8535
a. Bit 7 – 1: Global Interrupt Enable
Bit harus diset untuk meng-enable interupsi. Setelah itu, Anda dapat
mengaktifkan interupsi mana yang akan Anda gunakan dengan cara mengenable bit control register yang bersangkutan secara individu. Bit akan di-clear
apabila tetrjadi suatu interupsi yang dipicu oleh hardware, dan bit tidak akan
mengizinkan terjadinya interupsi, serta akan diset kembali olah instruksi
RETI.
b. Bit 6 – T: Bit Copy Storage
Instruksi BLD dan BST menggunakan bit –T sebagi sumber atau tujuan dalam
operasi bit. Suatu bit dalam sebuah register GPR dapat disalin ke bit T
menggunakan instruksi BST, dan sebaliknya bit-T dapat disalin kembali
kesuatu bit dalam register GPR menggunakan instruksi BLD.
c. Bit 5 – H: Half Carry Flag
d. Bit 4 – S: Sign Bit
Bit-S merupakan hasil operasi EOR antar falag-N (negatif) dan flag V
(komplemen dua overflow).
e. Bit 3 – V: Two’s Complement Overflow Flag
Bit berguna untuk mendukung operasi aritmatika.
f. Bit 2 – N: Negative Flag
Apabila suatu operasi menghasilkan bilangan negative, maka falg-N akan
diset.
g. Bit 1 – Z: Zero Flag
Bit akan diset bila hasil operasai yang diperolah adalah nol.
h. Bit 0 – C: Carry Flag
Apabila suatu operasi menghasilkan carry, maka bit akan diset
2.5 DISPLAY (LCD 2x16)
LCD adalah suatu display dari bahan cairan kristal yang pengoperasiannya
menggunakan sistem dot matriks. LCD banyak digunakan sebagai display dari
alat-alat elektronika seperti kalkulator, multitester digital, jam digital dan
sebagainya.
Gambar 2.13 Blog Diagram LCD
LCD dapat dengan mudah dihubungkan dengan mikrokontroler AVR ATmega
8535. LCD yang digunakan dalam percobaan adalah LCD 2x16, lebar display 2
baris 16 kolom, yang mempunyai 16 pin konektor, yang didefinisikan sebagai
berikut :
Gambar 2.14 Hubungan Port B dengan LCD
Tabel 2.3 Pin LCD dan Fungsinya
PIN
Nama Pin
Fungsi
1
VSS
Ground voltage
2
VCC
+5V
3
VEE
Contast voltage
4
RS
Register Select
0 = Instruction Register
1 = Data Register
5
R/W
Read/White,
0 = write mode
1 = read mode
6
E
Enable
0 = start to lacht data to LCD character
1 = disable
7
DB0
Data bit ke-0 (LSB)
8
DB1
Data bit ke-1
9
DB2
Data bit ke-2
10
DB3
Data bit ke-3
11
DB4
Data bit ke-4
12
DB5
Data bit ke-5
13
DB6
Data bit ke-6
14
DB7
Data bit ke-7 (MSB)
15
BPL
Back Plane Light
16
GND
Ground voltage
2.6 OPTO TRIAC MOC 3041
Sebuah kopling elektronik opto (atau kopel secara optik), pada dasarnya
terdiri dari transistor foto dan dioda emisi cahaya (LED) yang dikemas dalam satu
kemasan. Kopling elektronik opto MOC 3041 tersusun dari dioda emisi cahaya
dengan sebuah TRIAC, dan dilengkapi dengan detektor pelintas nol (Zero
crossing detector).
Gambar 2.15 Susunan Kaki Opto Triac MOC 3041
2.7 TRANSISTOR
Transistor merupakan alat dengan tiga terminal seperti yang diperlihatkan
oleh simbol sirkit pada gambar 2.16. Setelah bahan semikonduktor diolah,
terbentuklah bahan semikonduktor jenis p dan n. Walaupun proses pembuatannya
sangat banyak, pada dasarnya transistor merupakan tiga lapis gabungan kedua
jenis bahan tadi, yaitu PNP dan NPN. Transistor PNP Jenis PNP diperlihatkan
dalam gambar 2.16(a) dan jenis NPN diperlihatkan dalam gambar 2.16(b). Prinsip
kerja kedua tipe ini sama, perbedaannya hanyalah keberadaannya dalam kondisi
panjaran DC.
(a) Transistor Jenis PNP
(b) Transistor Jenis NPN
http://1.bp.blogspot.com/_Tc7xKjEn0c/RuELLfwcNBI/AAAAAAAAAKI/CiuXlzsM77w/s1600-h/gbr+1.JPGGambar 2.16
Simbol Sirkit untuk Transistor
Gambar
dibawah
memperlihatkan
karakteristik
keluaran
yang
menghubungkan arus Ic dengan tegangan Vce untuk harga arus Ib tertentu. Kurva
ini menyajikan hubungan antara arus masukan di satu sisi dan arus serta tegangan
keluaran di sisi yang lain. Parameter yang sangat penting bagi transistor adalah
penguat arus DC, yang dikenal sebagai penguat arus statis hfe. Ini adalah
penguatan transistor pada keadaan stasioner, yaitu tanpa sinyal masukan. Tidak
mempunyai satuan (karena suatu perbandingan).
Gambar 2.17 Karakteristik arus kolektor terhadap Vce pada transistor
Transistor NPN Kolektor dan emitter merupakan bahan semikonduktor
jenis n dan lapisan diantaranya merupakan semikonduktor jenis p. Transistor
bekerja dalam satu arah, yaitu dari kolektor menuju emitter, karena kedua terminal
tersebut terbuat dari bahan yang sama. Pada dasarnya transistor dapat dianggap
sebagai suatu piranti yang beroperasi karena adanya arus. Kalau alat mengalir ke
dalam basis dan melewati sambungan basis emitter, suatu suplai positif pada
kolektor akan menyebabkan arus mengalir antara kolektor dan emitter. Dua hal
yang harus diperhatikan pada arus kolektor ini adalah:
a. Untuk arus basis nol, arus kolektor turun sampai pada tingkat arus
kebocoran, yaitu kurang dari 1 mikro Ampere dalam kondisi normal
(untuk transistor dengan bahan dasar silicon).
b. Untuk arus basis tertentu, arus kolektor yang mengalir akan jauh lebih
besar daripada arus basis itu. Arus kolektor tersebut dicapai dengan: Ic =
hfe x Ib.
Cara yang termudah untuk menggunakan sebuah transistor adalah sebagai
sebuah saklar, artinya bahwa kita mengoperasikan transistor pada salah satu dari
saturasi atau titik sumbat, tetapi tidak di tempat-tempat sepanjang garis beban.
Jika sebuah transistor berada dalam keadaan saturasi, transistor tersebut seperti
sebuah saklar yang tertutup dari kolektor ke emitter. Jika transistor tersumbat
(cutoff), transistor seperti sebuah saklar yangterbuka.
Gambar 2.18. Transistor Sebagai Saklar Gambar
Gambar 2.18(a) menunjukkan rangkaian switching transistor. Penjumlahan
tegangan sekitar loop input memberikan:
………………………..
(2.5)
Jika arus basis lebih besar atau sama dengan Ib (sat), titik kerja Q berada
pada ujung atas garis beban (gambar 2.18. (b)). Dalam hal ini transistor bekerja
pada ujung bawah dari garis beban, dan transistor terlihat seperti sebuah switch
yang terbuka.
2.8 TRIAC BT 136
Triac merupakan komponen 3 elektroda: MT1, MT2, dan gate. Triac
biasanya digunakan pada rangkaian pengendali, penyakelaran, dan rangkian
pemicu/trigger. Oleh karena aplikasi triac yang demikian luas maka komponen
triac biasanya mempunyai dimensi yang besar dan mampu diaplikasikan pada
tegangan 100V sampai 800V dengan arus beban dari 0.5A sampai 40A.
Gambar 2.19 Rangkaian Triac
Jika terminal MT1 dan MT2 diberi tegangan jala-jala PLN dan gate dalam
kondisi mengambang maka tidak ada arus yang dilewatkan oleh triac (kondisi
idel) sampai pada tegangan ‘break over’ triac tercapai. Kondisi ini dinamakan
kondisi off triac. Apabila gate diberi arus positif atau negatif maka tegangan
‘break over’ ini akan turun. Semakin besar nilai arus yang masuk ke gate maka
semakin rendah pula tegangan ‘break over’nya. Kondisi ini dinamakan sebagai
kondisi on triac. Apabila triac sudah ‘on’ maka triac akan dalam kondisi on
selama tegangan pada MT1 dan MT2 di atas nol volt. Apabila tegangan pada
MT1 dan MT2 sudah mencapai nol volt maka kondisi kerja triac akan berubah
dari on ke off. Apabila triac sudah menjadi off kembali, triac akan selamanya off
sampai ada arus trigger ke gate dan tegangan MT1 dan MT2 melebihi tegangan
‘break over’nya.
Gambar 2.20 Daerah Kerja Triac
2.8.1 Prinsip Kerja Dimmer
Rangkaian Dimmer disajikan dalam 4 bagian utama. Bagian Ramp
Generator, Bagian Pulse Control, Bagian Power Supply Triac, dan Bagian Triac.
Bagian Ramp Generator berfungsi untuk menghasilkan pulsa-pulsa gigi gergaji
(sinyal ramp) dengan frekuensi 120Hz dan sinkron dengan fasa tegangan jala-jala
PLN.
Gambar 2.21 Sinyal Ramp yang Sinkron Dengan Fasa Jala-Jala PLN
Sinkronisasi mutlak diperlukan karena untuk memicu/men-trigger triac
harus pada saat triac dalam kondisi off dan tegangan PLN mulai tidak sama
dengan nol VAC. Pada Bagian Ramp Generator ini diperlukan rangkaian zero
crossing detector yang mendeteksi keadaan tegangan PLN = nol volt. Pada
keadaan ini dihasilkan pulsa ramp yang akan turun secara linier selama 10ms.
BAB III
RANCANG BANGUN
3.1 PRINSIP KERJA SISTEM
Prinsip kerja sistem secara keseluruhan yaitu dimulai dari sensor LM 35
mendeteksi suhu dimana besaran derajat diubah menjadi besaran tegangan dan
tegangan tersebut dikuatkan untuk mendapatkan besaran yang dapat diolah.
Kemudian output penguatan tersebut dikondisikan sehingga outputnya dapat
diolah oleh pengubah analog ke digital dalam mikrokontroler. Pengubah analog ke
digital berfungsi mengubah besaran analog kebesaran digital dimana besaran
digital dapat diolah oleh mikrokontroler. Mikrokontroler mengolah besaran input
digital untuk mengendalikan output dan menampilkannya di display. Output yang
dimaksud adalah heater dan tampilannya menggunakan LCD 2x16. Tampilan
akan memberikan keterangan pada suhu 60 °C dan 75 °C.
3.1.1 Blok Diagram dan Fungsinya
Diagram blok sistem keseluruhan pada perancangan alat ini dapat dilihat
pada gambar 3.1 sebagai berikut :
Gambar 3.1 Blok Diagram Sistem
Secara keseluruhan, sistem dibagi menjadi tujuh bagian yaitu LM 35,
rangkain penguat tegangan, input 1 dan input 2, kontroler, display, driver dan
heater, serta buzzer. Setiap bagian terdiri atas komponen-komponen utama dan
pendukungnya.
1) LM 35
LM 35 adalah sebuah sensor yang berfungsi untuk mendeteksi suhu air.
2) Rangkaian penguat
Rangkaian penguat pada system ini berfungsi untuk menguatkan tegangan
yang dihasilkan oleh LM 35 agar memudahkan pembacaan pada input
ADC sehingga pada 1 bit mewakili 1°C.
3) Input 1 dan input 2
Input 1 dan input 2 terdiri atas dua buah saklar push button yang berfungsi
untuk memilih mode suhu kerja.
4) Kontroler
Kontroler yang digunakan adalah mikrokontroler ATMega 8535 yang
didalamnya sudah terdapat 8 kanal ADC dimana fungsinya untuk
mengkonversi sinyal analog ke digital dari penguat dan memproses sinyal
digital tersebut untuk ditampilkan pada LCD.
5) Driver dan Heater
Driver yang digunakan pada system ini adalah triac BT 136 dan opto triac
MOC 3041 sebagai pengkondisi sinyal untuk mengaktifkan heater.
Heater berfungsi sebagai tempat/media pengukuran air.
6) Display
Display berfungsi untuk menampilkan data-data yang telah diproses oleh
mikrokontroler yaitu berupa nilai suhu, timer, dan status heater.
7) Buzzer
Buzzer berfungsi sebagai penanda jika waktu telah habis.
3.2 PERANGKAT KERAS
Perangkat keras secara keseluruhan dibuat dengan menggunakan
komponen-komponen sesuai dengan fungsi dari blok-blok system yang
digambarkan pada gambar 3.1. Sensor suhu LM 35 sebagai pendeteksi suhu yang
dihubungkan dengan rangkaian penguat Op-Amp. Kontroler yang digunakan
adalah IC ATMega 8535 yang memiliki 32 bit terminal I/O. Kemudian pada
bagian output digunakan sebuah Triac BT 136 dan opto triac MOC 3041 sebagai
pengkondisi sinyal untuk mengaktifkan heater. Gambar 3.2 memperlihatkan
skematik diagram dari perangkat keras sistem.
Gambar 3.2 Skematik Diagram Perangkat Keras Sistem
3.2.1 Perancangan LM 35
Sensor ini dirangkai Full-Centrigade Temperature Sensor agar bisa
mendeteksi suhu dengan range maksimal yaitu dari -55 °C sampai 150 °C, seperti
yang ditunjukkan pada gambar 3.3. Fungsi led 1 pada gambar dibawah hanya
sebagai indikator.
Gambar 3.3 Rangkaian LM 35
Dicari R2?
Diketahui :
Vcc = 5 volt
V led = 1.4 – 2 volt
I led = 20 mA
Jawab :
R2 =
Vcc − Vled 5 − 2V
=
= 150 Ω
Iled
20mA
Pada rangkaian diatas nilai Rs yang dipergunakan adalah 220 Ω
Range suhu yang digunakan : 0 – 100 °C
Dari persamaan Vout = 10 mV/°C
Suhu = 0 °C ; Vout = 10 mV/°C x 0 °C = 0 V
Suhu = 100 °C ; Vout = 10 mV/°C x 100 °C = 1000 mV = 1 V
Jadi kita dapatkan rentang tegangan keluarannya adalah Vout = 0 – 1 V.
Fungsi dari variabel resistor 10K adalah untuk menyesuaikan tegangan yang
dihasilkan oleh rangkaian dengan suhu sebenarnya (kalibrasi).
3.2.2 Rangkaian Penguat Tegangan
Fungsi dari penguat ini adalah untuk menguatkan sinyal analog keluaran
dari sensor LM 35 sehingga dapat diperoleh ketelitian yang lebih pada Analog to
Digital Converter (ADC) yang terdapat dalam mikrokontroller ATMega 8535.
Dari rentang tegangan Vout = 0 – 1V, akan dikuatkan dalam rentang Vout = 0 –
2V. Sinyal dikuatkan sebesar 2 kali.
Rf
+V
Rin
Vo
Vi
-V
Gambar 3.4 Rangkaian Penguat non Inverting 2 kali
Dicari : Rf?
Jawab :
Av =
2=
Rf
+ 1 ; diset Rin = 1 KΩ
Rin
Rf
+1
1
Rf = 2 – 1
R f = 1 KΩ
Jadi nilai Rf yang dipergunakan pada rangkain ini adalah 1 KΩ.
3.2.3 Rangkaian Kontroler
Kontroler yang digunakan adalah mikrokontroler ATMega 8535 yang
didalamnya sudah terdapat 8 kanal ADC dimana fungsinya untuk mengkonversi
sinyal analog ke digital dari penguat dan memproses sinyal digital tersebut untuk
ditampilkan pada LCD.
Gambar 3.5 Rangkaian Kontroler dengan ATMega 8535
3.2.4 Rangkaian Driver
Rangkaian output pada sistem ini terdiri dari dua bagian yaitu rangkaian
opto triac, rangkaian triac dan snubber.
Gambar 3.6 Rangkaian Driver
Dicari : R3?
Diketahui :
Vin
= 1,4 – 2 Volt
Iin
= 14 – 20 mA
Vs = Vcc = 5 Volt
Jawab :
R3 =
Vs − Vled 5 − 2V
=
= 150 Ω
Iled
20mA
Pada rangkaian diatas nilai Rs yang dipergunakan adalah 220 Ω
3.2.5 Rangkain Buzzer
Buzzer pada system ini digunakan sebagai penanda jika waktu telah habis,
dimana rangkaiannya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 3.8 Rangkaian Driver Buzzer
Dicari : R6?
Berdasarkan data dari datasheet, diketahui:
Ic Saturasi = 10 mA
β = 100
Dihitung: Rb ?
Jawab:
1) β =
Ic
Ib
Ib =
2) Rb =
Ic 10mA
=
= 0.1 mA
B
100
Vbb − Vbe
Ib
=
5V − 0.7V
0.1mA
= 43kΩ
Pada rangkaian Rd= R6 yang digunakan adalah 1 k Ω.
3.3 PERANGKAT LUNAK
Pemrograman pada mikrokontroler dilakukan dengan membuat subrutinsubrutin sebagai berikut: inisialisasi port input dan output, inisialisasi ADC,
inisialisasi LCD, pemilihan mode suhu kerja, mode suhu 60ºC, mode suhu 75ºC,
pembaca suhu, penampil waktu pada LCD,
dan lain-lain.
Algoritma
pemprosesan data secara keseluruhan menggunakan mikrokontroler digambarkan
pada gambar 3.9 Diagram alir program mikrokontroler .
Gambar 3.9 Diagram alir program mikrokontroler
Penjelasan dari flowchart :
Algoritma pemprosesan data secara keseluruhan adalah sebagai berikut:
1. Pertama, Inisialisasi port input dan output mikrokontroler yang
dihubungkan dengan perangkat input maupun perangkat output, yaitu
saklar push-button, buzzer, dan driver heater.
2. Menampilkan judul pada LCD dan menampilkan perintah untuk memilih
mode suhu yang diinginkan.
3. Membaca input mode yang dipilih, jika mode 60ºC, maka ADC akan
membaca sensor suhu, kemudian jika suhunya kurang dari 60ºC, maka
heater akan “ON” . Heater akan “ON” terus sampai suhu mencapai 60ºC,
kemudian jika suhunya suhunya sudah lebih dari 60ºC, maka heater akan
“OFF” dan timer selama 10 menit akan aktif dan menghitung mundur
sampai waktunya habis dan buzzer akan aktif. Selama waktu timer masih
lebih besar dari 0, maka suhu akan tetap dipertahankan. Proses yang sama
akan dilakukan untuk mode suhu 75ºC juga, hanya perbedaannya pada
lamanya waktu yaitu 5 menit.
4. Setelah buzzer berbunyi, maka program akan berhenti.
BAB IV
PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM
4.1 HASIL RANCANG BANGUN
Berdasarkan rancang bangun pada Bab 3, maka dibuatlah sistem secara
keseluruhan, dan hasilnya pada gambar 4.1(a) dan (b) memperlihatkan perangkat
keras sistem tersebut.
Gambar 4.1 (a). Tampak Depan Perangkat keras sistem
Gambar 4.1(b). Tampak Belakang Perangkat keras sistem
4.2 PENGUJIAN
Pada sistem yang sudah dibuat kemudian dilakukan pengujian dengan
mengamati hasil pengukuran dan mencatatnya pada tabel untuk dianalisa dan
ditampilkan dalam bentuk grafik. Berikut adalah beberapa pengujian sistem, yaitu:
1. Mengukur tegangan keluaran sensor suhu LM35
2. Mengukur tegangan keluaran rangkaian penguat Op-Amp
3. Mengamati suhu yang terukur oleh sistem dan dilihat pada display LCD
4. Menguji sistem pada mode 1 yaitu dengan suhu kerja 60 ˚C, dan
memperhatikan kondisi heater
5. Menguji sistem pada mode 2 yaitu dengan suhu kerja 75 ˚C, dan
memperhatikan kondisi heater.
4.2.1 Pengujian Blok LM 35
Berdasarkan hasil pengujian dari blok LM 35 didapatlah nilai seperti yang
diperlihatkan pada tabel 4.1 dibawah.
Tabel 4.1Pengujian Blok LM 35
Hasil
pembacaan
termometer
(˚C)
Output
LM35
(mV)
40.05
Hasil
pembacaan
LCD (˚C)
Kesalahan
(˚C)
Kesalahan
(%)
400
40
0.05
0.125
38.9
387
38
0.90
2.314
38.5
377
37
1.50
3.896
36.8
368
36
0.80
2.174
35.9
357
35
0.90
2.507
35.7
354
34
1.70
4.762
Jumlah
5.85
15.777
Rata-rata
0.97
2.630
Jadi dari data hasil pengujian diatas didaptlah nilai kesalahan sebesar
±0.97˚C atau 2.630%.
4.2.2 Pengujian Sistem Keseluruhan
Gambar 4.2 berikut adalah gambar skema pengujian sistem secara
keseluruhan.
Gambar 4.2 Blok Diagram Letak Pengujian Sistem
Dengan melihat blok diagram pengujian sistem tersebut, kemudian dilakukan
pengujian secara langsung pada sistem, seperti yang diperlihatkan pada gambar
4.3 berikut yang memperlihatkan proses pengujian sistem, dimana untuk objek air
yang diukur ditempatkan pada gelas dan sensor LM 35 serta heater dimasukan
secara bersama sama. Volt meter pada gambar tersebut digunakan untuk
mengukur tegangan keluaran dari LM35 dan tegangan keluaran pada Penguat Op-
Amp. Sedangkan termometer digunakan untuk mengkalibrasi suhu yang diukur
oleh LM 35.
Gambar 4.3 Pengujian Sistem Secara Keseluruhan
Dari hasil pengujian sistem didapat data yang dapat dibaca pada tabel
dibawah serta grafik fungsi suhu terhadap waktu pada pengujian suhu 60˚C dan
75˚C. Tabel 4.2 (a) dan (b) serta gambar 4.4(a) dan (b) merupakan hasil pengujian
sistem secara keseluruhan.
Tabel 4.2(a) Pengujian Sistem Keseluruhan
(mode:60°C)
Waktu
(menit)
Suhu
(˚C)
Heater
Timer
Buzzer
0.0
32
ON
OFF
OFF
1.0
34
ON
OFF
OFF
2.0
36
ON
OFF
OFF
3.0
37
ON
OFF
OFF
4.0
39
ON
OFF
OFF
5.0
41
ON
OFF
OFF
6.0
43
ON
OFF
OFF
7.0
53
ON
OFF
OFF
8.0
67
OFF
ON
OFF
9.0
69
OFF
ON
OFF
10.0
70
OFF
ON
OFF
11.0
71
OFF
ON
OFF
12.0
70
OFF
ON
OFF
13.0
71
OFF
ON
OFF
14.0
70
OFF
ON
OFF
15.0
70
OFF
ON
OFF
16.0
70
OFF
ON
OFF
17.0
70
OFF
ON
ON
Gambar 4.4(a) Grafik hasil pengujian sistem secara keseluruhan.
Tabel 4.1(b) Pengujian Sistem Keseluruhan
(mode: 75 ˚C)
Waktu
(menit)
Suhu
(˚C)
Heater
Timer
Buzzer
0.0
31
ON
OFF
OFF
1.0
32
ON
OFF
OFF
2.0
33
ON
OFF
OFF
3.0
34
ON
OFF
OFF
4.0
36
ON
OFF
OFF
5.0
38
ON
OFF
OFF
6.0
40
ON
OFF
OFF
7.0
42
ON
OFF
OFF
8.0
44
ON
OFF
OFF
9.0
52
ON
OFF
OFF
10.0
67
ON
OFF
OFF
11.0
77
OFF
ON
OFF
12.0
77
OFF
ON
OFF
13.0
77
OFF
ON
OFF
14.0
76
OFF
ON
OFF
15.0
76
OFF
ON
ON
Gambar 4.4(b) Grafik hasil pengujian sistem secara keseluruhan.
4.3 ANALISA SISTEM
Dari hasil pengujian sistem secara keseluruhan dapat dianalisa sebagai
berikut :
1. Mode 60˚C
Untuk mencapai suhu sebesar 60˚C diperlukan waktu ± 7.5 menit
kemudian heater akan OFF dan timer mulai bekerja (hitung mundur
selama 10 menit).
2. Mode 75˚C
Untuk mencapai suhu sebesar 75˚C diperlukan waktu ± 10 menit
kemudian heater akan OFF lalu timer mulai bekerja (hitung mundur
selama 5 menit).
3. Dari data hasil pengujian didapatlah nilai kesalahan sebesar ±0.97 ˚C atau
2.630 %.
4. Alat ini berkerja dengan baik sesuai dengan spesifikasinya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Dari hasil pengujian alat pengontrol suhu air ini, didapatlah beberapa
kesimpulan, yaitu:
1. Alat pengontrol suhu air otomatis ini dirancang menggunakan dua
pilihanmode suhu yaitu 60ºC dengan settling timenya (Ts) selama 10
menit dan 75 ºC dengan settling timenya (Ts) selama 5 menit.
2. Dari hasil analisa system, untuk mencapai suhu sebesar 60 ºC diperlukan
waktu ± 7.5 menit setelah itu heater akan OFF dan timer mulai bekerja
(hitung mundur selama 10 menit). Sedangkan untuk mencapai suhu
sebesar 75 ºC diperlukan waktu ±10 menit kemudian heater akan OFF lalu
timer mulai bekerja (hitung mundur selama 5 menit).
3. Alat pengontrol suhu air ini dapat bekerja sesuai dengan spesifikasi dan
teori pendukungnya yang digunakan untuk membunuh bakteri E.coli.
5.2 SARAN
Alat pengontrol suhu air ini sudah berfungsi secara otomatis dimana
suhunya sudah bias dikontrol amun sistemnya masing menggunakan system
control ON/OFF. Sehingga dalam perkembangannya nanti alat pengontrol suhu
air ini dapat dikembangkan dan dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan zaman.
DAFTARA PUSTAKA
Andrianto, Heri,. Juli 2008 Pemograman Mikrocontroller AVR ATMega 16.
Bandung :Informatika Bandung.
Coughlin, Robert,. 2004. Penguat Operasional dan Rangkaian Terpadu Linea.
Jakarta : Erlangga
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Depkes. Bakteriologi Klinik. Jakarta
http:///MicroholicManiaSekilasTentangMikrokontrolerATMEGA8535.htm,
diakses pada tanggal 28 Juli 2009
http:///OptotriacMOC3041Belajarelektronika.komputer,mikrokontroler,pemogram
anetc.htm, diakses pada tanggal 8 Juni 2009
http:///duniaelektronika.blogspot.com/2007/09/transistor.html,
diakses
pada
tanggal 8 Juni 2009
http:///MicroholicManiaDimmerLampCircuit(MenambahKeindahanPencahayaand
iMalamhari).htm, diakses pada tanggal 8 Juni 2009
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Era Oktaviani, dilahirkan di Lampung, 16 Oktober
1984. Pendidikan yang telah ditempuh adalah SD
Negeri 2 B. Kemuning Lampung Utara berijazah
tahun 1996, SLTPN 4 B. Kemuning Lampung Utara
berijazah tahun 1999, SMUN1 Natar Lampung
Selatan berijazah tahun 2002. Politeknik Negeri
Jakarta, Jurusan Teknik Elektro, Program Studi
Teknik Elektronika Industri tahun (2002 -2005)
dengan judul Tugas Akhir Programmable Water
Level Controller Menggunakan Mikrocontroller AT89S51 “Untuk Aplikasi 11 I/O
(8 Input 3 Output). Kemudian penulis melanjutkan kuliah S1 di Universitas
Mercubuana Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Elektronika dari (Maret
2008 – Desember 2009). Penulis menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul Alat
Pengontrol Suhu Air Otomatis Menggunakan ATMega 8535 Untuk
Membunuh Bakteri E.Coli.
LAMPIRAN A
LISTING PROGRAM
LAMPIRAN B
RANGKAIAN SKEMATIK DAN
LAYOUT PCB
LAMPIRAN C
DATA SHEET
Download