Transparansi dan Publikasi Laporan Bank DISCLAIMER Isi kodifikasi ini adalah himpunan peraturan Bank Indonesia yang disusun secara sistematis berdasarkan kelompok dan topik tertentu untuk memudahkan pembaca memahami peraturan dan menelusuri rekam jejak keberlakuan suatu peraturan Bank Indonesia. Penyusunan kodifikasi ini telah melalui proses pemeriksaan dan editing terkait keakuratan dan kelengkapan peraturan yang dikodifikasikan. Namun demikian mengingat bahwa peraturan Bank Indonesia dapat berubah dari waktu ke waktu, maka setiap akses dan penggunaan atas kodifikasi ini agar dilakukan secara bijaksana dengan memperhatikan tanggal unggah dan sumber orisinal dari masing-masing peraturan Bank Indonesia yang dirujuk.1 1 Peraturan Bank Indonesia dapat diakses pada situs resmi Bank Indonesia http://www.bi.go.id/ atau melalui fasilitas pencarian peraturan pada situs resmi Bank Indonesia (http://www.bi.go.id/web/id/Peraturan/Search/). Kodiifikasi P Peratu uran Baank Ind donesiaa Lik kuiiditas R Rup piah h Tra anspa aran nsi da an Pu ublik kasi Lap poran n Bank Tim Peny yusun Ramlan G Ginting C Chandra M Murniadi Dudy Isk kandar Gaantiah Wuryandani Zu ulkarnain S Sitompul Siti Asttiyah Wahyu Yu uwana Komala Dewi W Wirza Ayu N Novriana Riska Rossdiana S Safyra Prim madhyta Pusat Riset d dan Edukasi Bank Sentraal (PRES) Bank Indoneesia Telp: 021 29 9817321 Fax.: 021 23 311580 email: PRES@ @bi.go.id Hak Cipta © © 2013, Bank Indonesia 2013 Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank DAFTAR ISI Paragraf Daftar Isi Rekam Jejak Regulasi Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Dasar Hukum Regulasi Terkait Regulasi Bank Indonesia Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan Umum Laporan Tahunan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan Laporan Keuangan Publikasi Bulanan Laporan Keuangan Konsolidasi Laporan Keuangan Konsolidasi yang Disajikan pada Laporan Tahunan Laporan Keuangan Konsolidasi yang Disajikan pada Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan Laporan Tertentu kepada Bank Indonesia Laporan Publikasi Lain Lain‐Lain Pelaksanaan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia Pelaksanaan Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Sanksi Sanksi Laporan Tahunan Sanksi Laporan Keuangan Tahunan dan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan Sanksi Laporan Keuangan Publikasi Bulanan Sanksi Laporan Keuangan Konsolidasi Sanksi Laporan Publikasi Lain Halaman Hal. i – xiv Hal. xv Hal. xvi Hal. xvi Hal. xvi – xvii Par. 1 – 2 Par. 3 – 6 Par. 7 – 14 Par. 15 – 17 Par. 18 – 24 Hal. 1 – 5 Hal. 6 – 24 Hal. 24 – 34 Hal. 34 – 36 Hal. 36 – 42 Par. 19 – 20 Par. 21 Hal. 37 – 39 Hal. 39 – 40 Par. 22 – 24 Hal. 40 – 42 Par. 25 – 26 Par. 27 – 32 Hal. 42 – 43 Hal. 43 – 48 Par. 31 Par. 32 Hal. 44 – 45 Hal. 45 ‐ 48 Par. 33 – 39 Hal. 48 – 51 Par. 33 – 35 Hal. 48 – 49 Par. 36 Par. 37 Par. 38 Par. 39 Hal. 50 – 51 Hal. 51 Hal. 51 Hal. 51 Par. 40 – 47 Par. 48 Hal. 51 – 65 Hal. 65– 68 Par. 48 Hal. 65 ‐ 68 Par. 49 – 50 Par. 51 – 55 Par. 56 – 63 Par. 64 – 67 Par. 68 Par. 69 Par. 70 – 72 Hal. 68 – 69 Hal. 69 – 76 Hal. 76 – 83 Hal. 83 – 86 Hal. 86 Hal. 86 – 87 Hal. 87 – 94 Par. 70 – 71 Par. 72 – 73 Hal. 87 – 89 Hal. 89 – 94 Transparansi Kondisi Keuangan Bank Hubungan antara Bank, Akuntan Publik, dan Bank Indonesia Sanksi Sanksi bagi Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik Transparansi Kondisi Keuangan Bank Perkreditan Rakyat Ketentuan Umum Laporan Tahunan Laporan Keuangan Publikasi Hubungan Antara BPR, Akuntan Publik, dan Bank Indonesia Tanggung Jawab Laporan Keuangan Keadaan Memaksa Sanksi Laporan Tahunan Laporan Keuangan Publikasi i Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Hubungan antara Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik Lain‐Lain Ketentuan Penutup Par. 74 – 75 Hal. 94 Par. 76 – 78 Par. 79 – 80 Hal. 94 – 96 Hal. 96 Transparansi Kondisi Keuangan Bank Perkreditan Rakyat Syariah Ketentuan Umum Laporan Tahunan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan Hubungan antara BPRS, Akuntan Publik, Dewan Pengawas Syariah dan Bank Indonesia Laporan Keuangan Konsolidasian Tanggung Jawab Laporan Keuangan Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Sanksi Laporan Tahunan Laporan Keuangan Publikasi Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik Par. 81 – 82 Par. 83 – 86 Par. 87 – 91 Par. 92 – 95 Hal. 96 – 97 Hal. 98 – 101 Hal. 101– 105 Hal. 105– 108 Par. 96 – 97 Par. 98 Par. 99 Par. 100 – 103 Hal. 108 Hal. 108 Hal. 108 Hal. 109 –111 Par. 100 – 101 Par. 102 Par. 103 Lain‐lain Keadaan Memaksa (Force Majeure) Par. 104 – 105 Par. 106 Lampiran Lampiran 1 Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia Tahun 2013 Bagian I Pendahuluan I.1 Latar Belakang I.2 Asas dan Karakteristik Transaksi Syariah Hal. 109 Hal. 109 – 110 Hal. 110 – 111 Hal. 111 Hal. 111 – 112 Hal. 113 – 350 Hal. 114 – 122 Hal. 114 – 115 Hal. 116 – 120 A. Asas Transaksi Syariah Hal. 116 – 118 B. Karakteristik Transaksi Syariah Hal. 119 – 120 Hal. 120 ‐ 121 Hal. 120 I.3 Tujuan dan Ruang Lingkup A. Tujuan B. Ruang Lingkup I.4 Acuan Penyusunan I.5 Ketentuan Lain Bagian II Laporan Keuangan Bank Syariah II.1 Ketentuan Umum Laporan Keuangan A. Tujuan Laporan Keuangan B. Tanggung Jawab atas Laporan Keuangan C. Komponen Laporan Keuangan D. Bahasa Laporan Keuangan E. Mata Uang Fungsional dan Pelaporan F. Kebijakan Akuntansi G. Penyajian H. Konsistensi Penyajian I. Materialitas dan Agregasi J. Saling Hapus K. Periode Pelaporan L. Informasi Komparatif Hal. 121 Hal. 121 Hal. 122 Hal. 123 – 138 Hal. 123 ‐ 129 Hal. 123 Hal. 123 Hal. 123 – 124 Hal. 124 Hal. 124 Hal. 124 – 125 Hal. 125 Hal. 126 Hal. 126 Hal. 126 Hal. 127 Hal. 127 ii Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank M. Laporan Keuangan Interim Hal. 128 N. Laporan Keuangan Konsolidasian Hal. 128 – 129 II.2 Keterbatasan Laporan Keuangan Hal. 130 II.3 Metode Pencatatan Transaksi Mata Uang Asing Hal. 131 – 138 Hal. 139 – 150 Bagian III Keterterapan PSAK 50,55, dan 60 III.1 Definisi Instrumen Keuangan III.2 Klasifikasi A. Aset Keuangan B. Liabilitas Keuangan III.3 Pengakuan dan Pengukuran A. Pengakuan dan Penghentian Pengakuan B. Pengukuran C. Penurunan Nilai D. Nilai Wajar III.4 Estimasi Penurunan Nilai Kolektif dengan Keterbatasan Pengalaman Kerugian Spesifik A. Cakupan Hal. 139 – 140 Hal. 141 – 142 Hal. 141 – 142 Hal. 142 Hal. 143 – 146 Hal. 143 Hal. 143 – 144 Hal. 144 – 145 Hal. 145 – 146 Hal. 147 – 150 Hal. 147 B. Penerapan Hal. 147 – 148 C. Kondisi Keterbatasan Hal. 149 D. Periode Penerapan Estimasi Hal. 150 E. Pengungkapan Hal. 150 Hal. 151 – 177 IV.1 Murabahah Hal. 151 – 165 A. Definisi Hal. 151 B. Dasar Pengaturan Hal. 151 C. Penjelasan Hal. 151 – 157 D. Perlakuan Akuntansi Hal. 157 Hal. 157 – 159 Bagian IV Akad Jual Beli D.1. Pengakuan dan Pengukuran D.2. Penyajian Hal. 159 – 160 Hal. 160 – 164 E. Ilustrasi Jurnal F. Pengungkapan Hal. 164 – 165 Hal. 166 – 171 Hal. 168 – 169 IV.2 Istishna A. Definisi B. Dasar Pengaturan C. Penjelasan D. Perlakuan Akuntansi D.1. Pengakuan dan Pengukuran D.2. Penyajian E. Ilustrasi Jurnal F. Pengungkapan IV.3. Salam A. Definisi B. Dasar Pengaturan C. Penjelasan D. Perlakuan Akuntansi D.1. Pengakuan dan Pengukuran Hal. 166 Hal. 166 Hal. 166 – 168 Hal. 168 – 170 Hal. 169 – 170 Hal. 170 – 171 Hal. 171 Hal. 172 – 175 Hal. 172 Hal. 172 Hal. 172 – 173 Hal. 173 – 174 Hal. 173 – 174 iii Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank D.2. Penyajian E. Ilustrasi Jurnal Hal. 174 Hal. 174 – 175 E.1. Bank Sebagai Pembeli Hal. 174 E.2. Bank Sebagai Penjual Hal. 174 – 175 Hal. 175 F. Pengungkapan IV.4. Persediaan A. Definisi B. Dasar Pengaturan C. Penjelasan D. Perlakuan Akuntansi D.1. Pengakuan dan Pengukuran D.2. Penyajian E. Ilustrasi Jurnal F. Pengungkapan Bagian V Akad Bagi Hasil V.1. Pembiayaan dan Mudharabah A. Definisi B. Dasar Pengaturan C. Penjelasan D. Perlakuan Akuntansi D.1. Pengakuan dan Pengukuran D.2. Penyajian E. Ilustrasi Jurnal F. Pengungkapan V.2. Pembiayaan Musyarakah A. Definisi B. Dasar Pengaturan C. Penjelasan D. Perlakuan Akuntansi D.1. Pengakuan dan Pengukuran D.2. Penyajian E. Ilustrasi Jurnal F. Pengungkapan V.3. Dana Syirkah Temporer A. Definisi B. Dasar Pengaturan C. Penjelasan D. Perlakuan Akuntansi D.1. Pengakuan dan Pengukuran D.2. Penyajian E. Ilustrasi Jurnal F. Pengungkapan Bagian VI Akad Sewa VI.1 Ijarah atas Aset Berwujud A. Definisi B. Dasar Pengaturan Hal. 176 – 177 Hal. 176 Hal. 176 Hal. 176 Hal. 177 Hal. 177 Hal. 177 Hal. 177 Hal. 177 Hal. 178 – 192 Hal. 178 – 182 Hal. 178 Hal. 178 Hal. 178 – 179 Hal. 180 Hal. 180 Hal. 180 Hal. 181 Hal. 181 – 182 Hal. 183 – 187 Hal. 183 Hal. 183 Hal. 183 – 184 Hal. 184 – 185 Hal. 184 – 185 Hal. 185 Hal. 185 – 186 Hal. 186 – 187 Hal. 188 – 192 Hal. 188 Hal. 188 Hal. 188 – 189 Hal. 189 – 190 Hal. 189 – 190 Hal. 190 Hal. 190 – 191 Hal. 191 – 192 Hal. 193 – 202 Hal. 193 – 199 Hal. 193 Hal. 193 iv Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank C. Penjelasan D. Perlakuan Akuntansi D.1. Pengakuan dan Pengukuran D.2. Penyajian E. Ilustrasi Jurnal F. Pengungkapan VI.2 Ijarah atas Jasa A. Definisi B. Dasar Pengaturan C. Penjelasan D. Perlakuan Akuntansi D.1. Pengakuan dan Pengukuran D.2. Penyajian E. Ilustrasi Jurnal F. Pengungkapan Bagian VII Akad Pinjaman Qardh VII.1 Pinjaman Qardh yang Diberikan A. Definisi B. Dasar Pengaturan C. Penjelasan D. Perlakuan Akuntansi D.1. Pengakuan dan Pengukuran D.2. Penyajian E. Ilustrasi Jurnal F. Pengungkapan VII.2 Pinjaman Qardh yang Diterima A. Definisi B. Dasar Pengaturan C. Penjelasan D. Perlakuan Akuntansi D.1. Pengakuan dan Pengukuran D.2. Penyajian E. Ilustrasi Jurnal F. Pengungkapan Bagian VIII Surat Berharga VIII.1 Investasi pada Surat Berharga A. Definisi B. Dasar Pengaturan C. Penjelasan C.1. Investasi pada Sukuk dan Surat Berharga Lain yang Sejenis C.2. Investasi pada Reksadana Syariah C.3. Tagihan Reverse Repo Syariah D. Perlakuan Akuntansi D.1. Pengakuan dan Pengukuran D.2. Penyajian E. Ilustrasi Jurnal Hal. 193 – 195 Hal. 195 – 196 Hal. 195 – 196 Hal. 196 Hal. 197 – 198 Hal. 198 – 199 Hal. 200 – 202 Hal. 200 Hal. 200 Hal. 200 Hal. 200 – 201 Hal.200 Hal. 200 – 201 Hal. 201 – 202 Hal. 202 Hal. 203 – 207 Hal. 203 – 205 Hal. 203 Hal. 203 Hal. 203 – 204 Hal. 204 Hal. 204 Hal. 204 Hal. 204 – 205 Hal. 205 Hal. 206 – 207 Hal. 206 Hal. 206 Hal. 206 Hal. 206 Hal.206 Hal. 206 Hal. 206 – 207 Hal. 207 Hal. 208 – 225 Hal. 208 – 216 Hal. 208 Hal. 208 Hal. 208 Hal.208 – 210 Hal. 210 Hal.210 – 211 Hal. 211 – 212 Hal.211 – 212 Hal. 212 Hal. 211 – 212 v Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank E.1. Sukuk dalam Kategori ‘Diukur pada Nilai Wajar’ E.2. Sukuk dalam Kategori ‘Biaya Perolehan’ E.3. Reksadana Syariah dalam Kategori ‘Diukur pada NIlai Wajar melalui Laba Rugi’ E.4. Reksadana Syariah dalam Kategori ‘Tersedia untuk Dijual’ E.5. Tagihan Reverse Repo Syariah F. Pengungkapan VIII.2. Penyertaan A. Definisi B. Dasar Pengaturan C. Penjelasan D. Perlakuan Akuntansi D.1. Pengakuan dan Pengukuran D.2. Penyajian E. Ilustrasi Jurnal F. Pengungkapan VIII.3. Surat Berharga yang Diterbitkan A. Definisi B. Dasar Pengaturan C. Penjelasan D. Perlakuan Akuntansi D.1. Pengakuan dan Pengukuran D.2. Penyajian E. Ilustrasi Jurnal E.1. Surat Berharga dengan Akad Ijarah dan Akad Lain E.2. Surat Berharga dengan Akad Mudharabah dan Musyarakah F. Pengungkapan Bagian IX Penempatan pada Bank Indonesia dan Bank Lain IX.1. Kas A. Definisi B. Dasar Pengaturan C. Penjelasan D. Perlakuan Akuntansi D.1. Pengakuan dan Pengukuran D.2. Penyajian E. Ilustrasi Jurnal F. Pengungkapan IX.2. Penempatan pada Bank Indonesia A. Definisi B. Dasar Pengaturan C. Penjelasan D. Perlakuan Akuntansi D.1. Pengakuan dan Pengukuran D.2. Penyajian E. Ilustrasi Jurnal F. Pengungkapan Hal.212 – 213 Hal. 214 Hal.213 – 214 Hal.214 – 215 Hal. 215 Hal. 215 – 216 Hal. 217 – 221 Hal. 217 Hal. 217 Hal. 217 – 219 Hal. 219 Hal. 219 Hal. 219 Hal. 219 – 220 Hal. 220 – 221 Hal. 222 – 225 Hal. 222 Hal. 222 Hal. 222 Hal. 222 – 223 Hal. 222 – 223 Hal. 223 Hal. 223 – 224 Hal. 223 – 224 Hal. 224 Hal. 225 Hal. 226 – 236 Hal. 226– 227 Hal. 226 Hal. 226 Hal. 226 Hal. 227 Hal. 227 Hal. 227 Hal. 227 Hal. 227 Hal. 228 – 230 Hal. 228 Hal. 228 Hal. 228 – 229 Hal. 229 Hal. 229 Hal. 229 Hal. 229 ‐ 230 Hal. 230 vi Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank IX.3. Penempatan pada Bank Lain A. Definisi B. Dasar Pengaturan C. Penjelasan D. Perlakuan Akuntansi D.1. Pengakuan dan Pengukuran D.2. Penyajian E. Ilustrasi Jurnal F. Pengungkapan IX.4. Simpanan dari Bank Lain A. Definisi B. Dasar Pengaturan C. Penjelasan D. Perlakuan Akuntansi D.1. Pengakuan dan Pengukuran D.2. Penyajian E. Ilustrasi Jurnal F. Pengungkapan Bagian X Aset Tetap, Aset Tidak Berwujud, dan Aset yang Diambil‐alih X.1. Aset Tetap A. Definisi B. Dasar Pengaturan C. Penjelasan D. Perlakuan Akuntansi D.1. Pengakuan dan Pengukuran D.2. Penyajian E. Ilustrasi Jurnal F. Pengungkapan X.2. Aset Tidak Berwujud A. Definisi B. Dasar Pengaturan C. Penjelasan D. Perlakuan Akuntansi E. Ilustrasi Jurnal F. Pengungkapan X.3. Aset yang Diambil‐alih A. Definisi B. Dasar Pengaturan C. Penjelasan D. Perlakuan Akuntansi D.1. Pengakuan dan Pengukuran D.2. Penyajian E. Ilustrasi Jurnal F. Pengungkapan Bagian XI Liabilitas Lain XI.1. Simpanan Hal. 231 – 234 Hal. 231 Hal. 231 Hal. 231 Hal. 231 – 232 Hal. 231 – 232 Hal. 232 Hal. 232 – 233 Hal. 233 – 234 Hal. 235 – 236 Hal. 235 Hal. 235 Hal. 235 Hal. 235 – 236 Hal. 235 – 236 Hal. 236 Hal. 236 Hal. 236 Hal. 237 – 254 Hal. 237 – 247 Hal. 237 Hal. 237 Hal. 237 – 243 Hal. 243 – 244 Hal. 243 – 244 Hal. 244 Hal. 244 – 245 Hal. 245 – 247 Hal. 248 – 251 Hal. 248 Hal. 248 Hal. 248 – 249 Hal. 249 Hal. 249 Hal. 249 – 251 Hal. 252 – 254 Hal. 252 Hal. 252 Hal. 252 Hal. 252 – 253 Hal. 252 Hal. 253 Hal. 253 Hal. 253 ‐ 254 Hal. 255 – 269 Hal. 255 – 256 vii Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank A. Definisi B. Dasar Pengaturan C. Penjelasan D. Perlakuan Akuntansi D.1. Pengakuan dan Pengukuran D.2. Penyajian E. Ilustrasi Jurnal F. Pengungkapan XI.2. Liabilitas Segera A. Definisi B. Dasar Pengaturan C. Penjelasan D. Perlakuan Akuntansi D.1. Pengakuan dan Pengukuran D.2. Penyajian E. Ilustrasi Jurnal F. Pengungkapan XI.3. Liabilitas Lainnya A. Definisi B. Dasar Pengaturan C. Penjelasan D. Perlakuan Akuntansi D.1. Pengakuan dan Pengukuran D.2. Penyajian E. Ilustrasi Jurnal F. Pengungkapan XI.4. Hutang Pajak A. Definisi B. Dasar Pengaturan C. Penjelasan D. Perlakuan Akuntansi D.1. Pengakuan dan Pengukuran D.2. Penyajian E. Ilustrasi Jurnal F. Pengungkapan XI.5. Estimasi Kerugian Komitmen dan Kontinjensi A. Definisi B. Dasar Pengaturan C. Penjelasan D. Perlakuan Akuntansi D.1. Pengakuan dan Pengukuran D.2. Penyajian E. Ilustrasi Jurnal F. Pengungkapan G. Ketentuan Lain‐lain XI.6. Pinjaman Subordinasi Hal. 255 Hal. 255 Hal. 255 Hal. 255 – 256 Hal. 255 – 256 Hal. 256 Hal. 256 Hal. 256 Hal. 257– 259 Hal. 257 Hal. 257 Hal. 257 Hal. 257 Hal. 257 Hal. 257 Hal. 258 – 259 Hal. 259 Hal. 260 – 261 Hal. 260 Hal. 260 Hal. 260 Hal. 260 – 261 Hal. 260 – 261 Hal. 261 Hal. 261 Hal. 261 Hal. 262 – 263 Hal. 262 Hal. 262 Hal. 262 Hal. 262 Hal. 262 Hal. 262 Hal. 263 Hal. 263 Hal. 264 – 266 Hal. 264 Hal. 264 Hal. 264 Hal. 264 – 265 Hal. 264 – 265 Hal. 265 Hal. 265 – 266 Hal. 266 Hal. 266 Hal. 267 – 269 viii Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank A. Definisi B. Dasar Pengaturan C. Penjelasan D. Perlakuan Akuntansi D.1. Pengakuan dan Pengukuran D.2. Penyajian E. Ilustrasi Jurnal F. Pengungkapan G. Ketentuan Lain‐lain Bagian XII Ekspor dan Impor XII.1. Tagihan dan Kewajiban Akseptasi Hal. 267 Hal. 267 Hal. 267 – 268 Hal. 268 Hal. 268 Hal. 268 Hal. 268 – 269 Hal. 269 Hal. 269 Hal. 270 – 305 Hal. 270 – 305 A. Definisi Hal. 270 – 271 B. Dasar Pengaturan Hal. 271 – 273 C. Penjelasan Hal. 273 – 281 D. Pengakuan dan Pengukuran Hal. 281 – 287 D.1. Pengakuan dan Pengukuran Hal. 281 – 285 D.2. Penyajian Hal. 286 – 287 E. Ilustrasi Jurnal Hal. 287 – 304 F. Pengungkapan Hal. 304 – 305 G. Ketentuan Lain‐lain Hal. 305 Hal. 306 – 320 Bagian XIII Ekuitas XIII.1. Ekuitas A. Ekuitas XIII.2. Modal Disetor Hal. 306 Hal. 306 Hal. 307 – 310 Hal. 307 A. Definisi B. Dasar Pengaturan Hal. 307 C. Penjelasan Hal. 307 D. Perlakuan Akuntansi Hal. 308 – 309 D.1. Pengakuan dan Pengukuran Hal. 308 Hal. 308 – 309 E. Ilustrasi Jurnal Hal. 309 F. Pengungkapan Hal. 309 – 310 G. Ketentuan Lain‐lain Hal. 310 D.2. Penyajian Hal. 311 – 315 XIII.3. Tambahan Modal Disetor A. Definisi Hal. 311 B. Dasar Pengaturan Hal. 311 C. Penjelasan Hal. 311 – 312 D. Perlakuan Akuntansi Hal. 313 D.1. Pengakuan dan Pengukuran Hal. 313 D.2. Penyajian Hal. 313 E. Ilustrasi Jurnal Hal. 313 – 314 F. Pengungkapan Hal. 314 – 315 Hal. 316 – 317 XIII.4. Penghasilan Komprehensif Lain A. Definisi Hal. 316 B. Dasar Pengaturan Hal. 316 C. Penjelasan Hal. 316 ix Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank D. Perlakuan Akuntansi Hal. 316 E. Ilustrasi Jurnal Hal. 317 F. Pengungkapan Hal. 317 XIII.5. Saldo Laba Hal. 318 – 320 A. Definisi Hal. 318 B. Dasar Pengaturan Hal. 318 C. Penjelasan Hal. 318 D. Perlakuan Akuntansi Hal. 319 E. Ilustrasi Jurnal Hal. 319 F. Pengungkapan Hal. 319 – 320 Hal. 321 – 330 Bagian XIV Laporan Laba Rugi Komprehensif XIV.1. Pengertian Hal. 321 – 322 XIV.2. Komponen Laba Rugi Hal. 323 – 326 A. Definisi Hal. 323 B. Dasar Pengaturan Hal. 323 C. Penjelasan Hal. 323 – 324 D. Perlakuan Akuntansi Hal. 325 – 326 E. Ilustrasi Jurnal Hal. 326 F. Pengungkapan Hal. 326 Hal. 327 – 330 Hal. 327 XIV.3. Komponen Penghasilan Komprehensif Lain A. Definisi B. Dasar Pengaturan Hal. 327 C. Penjelasan Hal. 327 – 328 D. Perlakuan Akuntansi Hal. 328 – 329 E. Ilustrasi Jurnal Hal. 329 – 329 F. Pengungkapan Hal. 330 Hal. 331 – 332 Bagian XV Laporan Perubahan Ekuitas A. Definisi Hal. 331 B. Dasar Pengaturan Hal. 331 C. Penjelasan Bagian XVI Laporan Arus Kas Hal. 331 – 332 Hal. 333 – 336 A. Definisi Hal. 333 B. Dasar Pengaturan Hal. 333 C. Penjelasan Bagian XVII Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi Hasil Hal. 333 – 336 Hal. 337 – 340 A. Definisi Hal. 337 B. Dasar Pengaturan Hal. 337 C. Penjelasan Hal. 337 – 339 D. Pengungkapan Hal. 340 Hal. 341 – 343 Hal. 341 Bagian XVIII Laporan Sumber dan Penyaluran Dana Zakat A. Definisi B. Dasar Pengaturan Hal. 341 C. Penjelasan Hal. 341 – 342 D. Perlakuan Akuntansi Hal. 342 E. Ilustrasi Jurnal Hal. 342 F. Pengungkapan Hal. 342 – 343 x Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Bagian XIX Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan Hal. 344 – 346 A. Definisi Hal. 344 B. Dasar Pengaturan Hal. 344 C. Penjelasan Hal. 344 – 345 D. Perlakuan Akuntansi Hal. 345 E. Ilustrasi Jurnal F. Pengungkapan Hal. 346 Hal. 347 ‐ 350 Hal. 347 Bagian XX Catatan Atas Laporan Keuangan Hal. 345 – 346 A. Definisi B. Dasar Pengaturan Hal. 347 C. Penjelasan Hal. 347 – 350 Lampiran 2 Pedoman Penyusunan Laporan Tahunan Bank Umum dan Laporan Tertentu yang Disampaikan kepada Bank Indonesia A. Petunjuk Umum B. Petunjuk Khusus 1. Pedoman Pengisian Pengungkapan Struktur Permodalan 2. Pedoman Pengisian Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah 3. Pedoman Pengisian Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Sisa Jangka Waktu Kontrak 4. Pedoman Pengisian Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Sektor Ekonomi 5. Pedoman Pengisian Pengungkapan Tagihan dan Pencadangan Berdasarkan Wilayah 6. Pedoman Pengisian Pengungkapan Tagihan dan Pencadangan Berdasarkan Sektor Ekonomi 7. Pedoman Pengisian Pengungkapan Rincian Mutasi Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Hal. 351 – 396 8. Pedoman Pengisian Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Kategori Portofolio dan Skala Peringkat 9. Pedoman Pengisian Pengungkapan Risiko Kredit Pihak Laws (Counterparty Credit Risk) 10. Pedoman Pengisian Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Bobot Risiko setelah Memperhitungkan Dampak Mitigasi Risiko Kredit 11. Pedoman Pengisian Pengungkapan Tagihan Bersih dan Teknik Mitigasi Risiko Kredit 12. Pedoman Pengisian Pengungkapan Transaksi Sekuritisasi 13. Pedoman Pengisian Pengungkapan Ringkasan Aktivitas Transaksi Sekuritisasi dimana Bank Bertindak sebagai Kreditur Asal 14. Pedoman Pengisian Pengungkapan Perhitungan ATMR Risiko Kredit dengan Menggunakan Pendekatan Standar 15. Pedoman Pengisian Pengungkapan Risiko Pasar Menggunakan Metode Standar 16. Pedoman Pengisian Pengungkapan Risiko Pasar dengan Modal Internal (Value at Risk/VaR) 17. Pedoman Pengisian Pengungkapan Risiko Operasional 18. Pedoman Pengisian Pengungkapan Profil Maturitas Rupiah dan Valas Lampiran 3 Lampiran 3a Lampiran 4 Lampiran 4a Lampiran 5 Lampiran 5a Lampiran 6 Lampiran 7 Laporan Posisi Keuangan/ Neraca Triwulanan (Bank Umum) Laporan Posisi Keuangan/ Neraca Bulanan (Bank Umum) Laporan Laba Rugi Komprehensif Triwulanan (Bank Umum) Laporan Laba Rugi Bulanan (Bank Umum) Laporan Komitmen dan Kontinjensi Triwulanan (Bank Umum) Laporan Komitmen dan Kontinjensi Bulanan (Bank Umum) Laporan Transaksi Spot dan Derivatif Triwulanan (Bank Umum Laporan Kualitas Aset Produktif dan Infomrasi Lainnya Triwulanan (Bank Umum) Lampiran 7a Laporan Kualitas Aset Produktif dan Informasi Lainnya Bulanan (Bank Umum) Lampiran 8.1 Laporan Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Hal. 352 ‐ 353 Hal. 354 ‐ 396 Hal. 354 – 355 Hal. 356 – 357 Hal. 358 – 359 Hal. 360 – 362 Hal. 363 – 364 Hal. 364 – 366 Hal. 367 – 368 Hal. 368 – 370 Hal. 371 – 373 Hal. 374 – 376 Hal. 377 – 379 Hal. 380 – 381 Hal. 381 – 383 Hal. 383 – 389 Hal. 390 Hal. 390 – 391 Hal. 392 Hal. 393 – 396 Hal. 397 – 398 Hal. 399 – 400 Hal. 401 – 402 Hal. 403 – 404 Hal. 405 Hal. 406 – 407 Hal. 408 Hal. 409 – 410 Hal. 411 – 412 Hal. 413 – 414 xi Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Lampiran 8.a.1 Lampiran 8.2 Lampiran 8.a.2 Lampiran 9 Lampiran 10 Lampiran 10a Lampiran 11 Lampiran 11a Lampiran 12 Lampiran 13 Lampiran 14 Lampiran 15.1 Lampiran 15.2 Lampiran 16 Lampiran 17 Lampiran 17a Lampiran 18 Lampiran 18a Lampiran 19 Lampiran 19a Lampiran 20 Lampiran 20a Lampiran 20b Lampiran 20c Lampiran 21 Lampiran 21a Lampiran 22 Lampiran 23 Lampiran 24 Lampiran 25 Lampiran 26 Triwulanan Bank Umum (Bank Umum) Laporan Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bulanan Bank Umum (Bank Umum) Laporan Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Triwulanan Bank Asing (Bank Umum) Laporan Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bulanan Bank Asing (Bank Umum) Laporan Rasio Keuangan Triwulanan (Bank Umum) Pedoman Penyusunan Laporan Posisi Keuangan/ Neraca Triwulanan (Bank Umum) Pedoman Penyusunan Laporan Posisi Keuangan/ Neraca Bulanan (Bank Umum) Pedoman Penyusunan Laporan Laba Rugi Komprehensif Triwulanan (Bank Umum) Pedoman Penyusunan Laporan Laba Rugi Bulanan (Bank Umum) Pedoman Penyusunan Laporan Komitmen dan Kontinjensi (Bank Umum) Pedoman Penyusunan Laporan Transaksi Spot dan Derivatif (Bank Umum) Pedoman Penyusunan Laporan Kualitas Aset Produktif dan Informasi Lainnya (Bank Umum) Pedoman Perhitungan Modal Bank Umum (Bank Umum) Pedoman Perhitungan Modal Bank Asing (Bank Umum) Pedoman Perhitungan Rasio Keuangan (Bank Umum) Neraca (BUS dan UUS) Neraca Publikasi Bulanan (BUS dan UUS) Laporan Laba/ Rugi dan Saldo Laba (BUS dan UUS) Laporan Laba/ Rugi dan Saldo Laba – Publikasi Bulanan (BUS dan UUS) Komitmen dan Kontinjensi (BUS dan UUS) Komitmen dan Kontinjensi Publikasi Bulanan (BUS dan UUS) Kualitas Aktiva Produktif dan Informasi Lainnya (BUS dan UUS) Kualitas Aktiva Produktif dan Informasi Lainnya – Publikasi Bulanan (BUS dan UUS) Kualitas Aktiva Produktif dan Informasi Lainnya (BUS dan UUS) Pedoman Penyusunan Laporan Kualitas Aktiva Produktif dan Informasi Lainnya (BUS dan UUS) Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Tahunan (BUS dan UUS) Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (BUS dan UUS) Tabel Perhitungan Rasio Keuangan (BUS dan UUS) Pedoman Penyusunan Neraca (BUS dan UUS) Pedoman Penyusunan Laba/Rugi dan Perubahan Saldo Laba (BUS dan UUS) Pedoman Penyusunan Laporan Komitmen dan Kontinjensi (BUS dan UUS) Pedoman Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (BUS dan UUS) Hal. 414 – 415 Hal. 416 Hal. 417 Hal. 418 – 419 Hal. 420 – 421 Hal. 422 – 423 Hal. 424 – 428 Hal. 429 – 433 Hal. 434 Hal. 435 – 436 Hal. 437 – 439 Hal. 440 – 442 Hal. 443 – 444 Hal. 445 – 450 Hal. 451 – 452 Hal. 453 – 454 Hal. 455 Hal. 456 Hal. 457 Hal. 458 Hal. 459 – 460 Hal. 461 Hal. 462 – 463 Hal. 464 – 466 Hal. 467 – 468 Hal. 469 – 470 Hal. 471 – 472 Hal. 473 – 478 Hal. 479 – 482 Hal. 483 Hal. 484 – 486 xii Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Lampiran 27 Pedoman Perhitungan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) Berdasarkan LBUS (BUS dan UUS) Pedoman Perhitungan Modal (BUS dan UUS) Pedoman Perhitungan Rasio Keuangan (BUS dan UUS) Laporan Sumber dan Penggunaan Dana ZIS (BUS dan UUS) Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Qardh (BUS dan UUS) Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat (BUS dan UUS) Distribusi Bagi Hasil (BUS dan UUS) Informasi Keuangan Usaha Syariah (BUS dan UUS) Pedoman Penyusunan Neraca – UUS (BUS dan UUS) Pedoman Penyusunan Laba/Rugi – UUS (BUS dan UUS) Pedoman Penyusunan Komitmen dan Kontinjensi ‐ UUS Penyesuaian Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) 2008 Permohonan Pendaftaran Akuntan Publik sebagai Auditor Bank (BUS dan UUS) Daftar Riwayat Hidup (BUS dan UUS) Laporan Pemeriksaan atas Bank (Bank dan UUS) Permohonan Pendaftaran Akuntan Publik sebagai Auditor Bank (Bank Umum) Daftar Riwayat Hidup (Bank Umum) Laporan Pemeriksaan atas PT Bank (Bank Umum) Penyusunan Laporan Keuangan Publikasi (BPR – September 2013) Lampiran 28 Lampiran 29 Lampiran 30 Lampiran 31 Lampiran 32 Lampiran 33 Lampiran 34 Lampiran 35 Lampiran 36 Lampiran 37 Lampiran 38 Lampiran 39a Lampiran 39b Lampiran 40 Lampiran 41a Lampiran 41b Lampiran 42 Lampiran 43A Bab I Penjelasan Umum I. Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan Publikasi II. BPR Pelapor III. Penyampaian Pertanyaan Bab II Pedoman Pengisian Laporan Keuangan Publikasi Tabel 1 Neraca Penjelasan Pos‐pos Neraca Aktiva Pasiva Tabel 2 Laporan Laba Rugi Penjelasan Laporan Laba Rugi Pendapatan Beban Tabel 3 Laporan Komitmen dan Kontinjensi Penjelasan Laporan Komitmen dan Kontinjensi Komitmen Kontinjensi Tabel 4 Kualitas Aktiva Produktif dan Informasi Lainnya Penjelasan Formulir Kualitas Aktiva Produktif dan Informasi Lainnya Lampiran 43 Penyusunan Laporan Keuangan Publikasi (BPR) Bab I Penjelasan Umum Bab II Pedoman Pengisian Laporan Keuangan Publikasi Laporan Neraca Penjelasan Pos‐pos Neraca I. Aset Hal. 487 – 489 Hal. 490 – 492 Hal. 493 – 496 Hal. 497 Hal. 498 Hal. 499 Hal. 500 Hal. 501 Hal. 502 – 506 Hal. 507 – 510 Hal. 511 Hal. 512 – 516 Hal. 517 – 518 Hal. 519 – 520 Hal. 521 Hal. 522 – 524 Hal. 525 – 526 Hal. 527 Hal. 528 – 547 Hal. 529 Hal. 529 Hal. 529 Hal. 529 Hal. 530 – 547 Hal. 530 – 531 Hal. 532 – 537 Hal. 532 – 533 Hal. 534 – 537 Hal. 538 Hal. 539 – 541 Hal. 539 Hal. 539 – 541 Hal. 542 Hal. 543 Hal. 543 Hal. 543 Hal. 544 Hal. 545 – 546 Hal. 548 – 583 Hal. 549 Hal. 550 – 583 Hal. 550 – 551 Hal. 552 – 562 Hal. 552 – 557 xiii Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank II. Kewajiban III. Ekuitas Laporan Laba Rugi Penjelasan Laporan Laba/Rugi I. Pendapatan Operasional II. Beban Operasional III. Laba/Rugi Operasional IV. Pendapatan Non – Operasional V. Beban Non – Operasional VI. Laba/Rugi Non – Operasional VII. Taksiran Pajak Penghasilan VIII. Laba/ Rugi Bersih Laporan Kualitas Aktiva Produktif Penjelasan Laporan Kualitas Aktiva Produktif I. Penempatan pada Bank Lain II. Kredit yang Diberikan III. Kolektibilitas IV. Rasio‐rasio Laporan Komitmen dan Kontinjensi Penjelasan Laporan Komitmen dan Kontinjensi I. Komitmen II. Kredit yang Diberikan Laporan Informasi Lainnya Penjelasan Informasi Lainnya I. Pengurus Bank II. Pemilik Bank dan Pemegang Saham Lampiran 44 Lampiran 45 Lampiran 46 Lampiran 47 Lampiran 48 Lampiran 49 Lampiran 50 Lampiran 51 Lampiran 52 Contoh Perjanjian antar BPR dan Kantor Akuntan Publik Neraca (BPRS) Perhitungan Laba Rugi (BPRS) Daftar Komitmen dan Kontinjensi (BPRS) Kualitas Aktiva Produktif & Informasi Lainnya Publikasi (BPRS) Laporan Sumber dan Pengguna ZIS (BPRS) Laporan Sumber dan Penggunaan Qardh (BPRS) Tabel Distribusi Bagi Hasil (BPRS) Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat (Mudharabah Muqayyadah) (BPRS) Hal. 557 – 560 Hal. 560 – 562 Hal. 563 Hal. 564 – 574 Hal. 564 – 567 Hal. 567 – 571 Hal. 571 Hal. 571 – 572 Hal. 572 – 573 Hal. 573 Hal. 573 Hal. 574 Hal. 575 Hal. 576 – 578 Hal. 576 Hal. 576 Hal. 577 Hal. 577 – 578 Hal. 579 Hal. 580 – 581 Hal. 580 Hal. 580 – 581 Hal. 582 Hal. 583 Hal. 583 Hal. 583 Hal. 584 – 592 Hal. 593 Hal. 594 Hal. 595 Hal. 596 Hal. 597 Hal. 598 Hal. 599 Hal. 600 xiv Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Rekam Jejak Regulasi Transparansi dan Publikasi Laporan Bank xv Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Dasar Hukum : ‐ Undang‐Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah ‐ Undang‐Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang‐Undang Nomor 6 Tahun 2009 ‐ Undang‐Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang‐ undang Nomor 10 Tahun 1998 Regulasi Terkait : ‐ Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/12/PBI/2012 tentang Laporan Kantor Pusat Bank Umum ‐ Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/23/PBI/2010 tentang Penilaian Kemampuan dan Kepatutan ‐ Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/13/PBI/2006 tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum ‐ Peraturan Bank Indonesia Nomor 4/7/PBI/2002 tentang Prinsip Kehati‐hatian dalam Rangka Pembelian Kredit oleh Bank dari Badan Penyehatan Perbankan Nasional ‐ Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/1/DPNP 2013 perihal Transparansi Informasi Suku Bunga Dasar Kredit ‐ Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/31/DPNP 2012 perihal Laporan Kantor Pusat Bank Umum ‐ Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/26/DPNP 2011 Perubahan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/8/DPNP 2011 perihal Penilaian Kemampuan dan Kepatutan ‐ Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/14/DPNP 2005 perihal Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum Regulasi Bank Indonesia : ‐ Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/3/PBI/2013 tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank Perkreditan Rakyat ‐ Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/14/PBI/2012 tentang Transparansi Dan Publikasi Laporan Bank ‐ Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/50/PBI/2005 tentang Perubahan atas PBI 3/22/PBI/2001 tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank ‐ Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/47/PBI/2005 tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank Perkreditan Rakyat Syariah ‐ Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/22/PBI/2001 tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank ‐ Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/43/DPNP 2013 perihal Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/29/DKBU tanggal 31 Juli 2013 perihal Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan Publikasi Bank Perkreditan Rakyat ‐ Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/29/DKBU 2013 perihal Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan Publikasi Bank Perkreditan Rakyat ‐ Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/26/DPbS 2013 perihal Pelaksanaan Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia ‐ Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/30/DPNP 2011 perihal Perubahan Ketiga atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP 2001 perihal Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan dan Bulanan Bank Umum serta Laporan Tertentu yang Disampaikan kepada Bank Indonesia ‐ Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/35/DPNP Tahun 2012 tentang Laporan Tahunan Bank Umum dan Laporan Tahunan Tertentu yang Disampaikan kepada Bank Indonesia. ‐ Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/14/DKBU 2010 perihal Pelaksanaan Pedoman Akuntansi Bank Perkreditan Rakyat ‐ Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/11/DPNP 2010 perihal Perubahan Kedua atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP 2001 perihal Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan dan Bulanan Bank Umum serta Laporan Tertentu yang Disampaikan kepada Bank Indonesia ‐ Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/33/DPNP Tahun 2009 perihal Perubahan atas Surat Edaran No. 11/4/DPNP tanggal 27 Januari 2009 tentang Pelaksanaan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia. ‐ Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/4/DPNP tanggal 27 Januari 2009 perihal Pelaksanaan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia xvi Likuiditas Rupiah Transparansi dan Publikasi Laporan Bank ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/11/DPbS tahun 2006 perihal Perubahan SE No. 7/56/DPbS tahun 2005 tentang Laporan Tahunan, Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan dan Bulanan serta Laporan tertentu dari Bank yang Disampaikan kepada Bank Indonesia Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/57/DPbs 2005 Hubungan antara Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah, Kantor Akuntan Publik, Akuntan Publik, Dewan Pengawas Syariah dan Bank Indonesia Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS tahun 2005 perihal Laporan Tahunan, Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan dan Bulanan serta Laporan tertentu dari Bank yang Disampaikan kepada Bank Indonesia Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/52/DPbS tahun 2005 perihal Transparansi Kondisi Keuangan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/10/DPNP tahun 2005 perihal Perubahan atas SE 3/30/DPNP 2001 perihal Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan dan Bulanan Bank Umum serta Laporan Tertentu yang Disampaikan kepada Bank Indonesia Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/32/DPNP 2001 perihal Hubungan Antara Bank, Akuntan Publik dan Bank Indonesia Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP 2001 perihal Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan dan Bulanan Bank Umum serta Laporan Tertentu yang Disampaikan kepada Bank Indonesia xvii Likuiditas Rupiah Paragraf Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Sumber Regulasi Moneter Likuiditas Rupiah BAB I Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan Umum 1 Pasal 1 14/14/PBI/2012 Ayat 1 – 14 1. Bank adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang‐ Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang‐Undang Nomor 10 Tahun 1998, termasuk kantor cabang bank asing dan Bank Umum Syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang‐Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. 2. Pengendalian adalah perseorangan atau perusahaan/badan, baik secara langsung maupun tidak langsung yang: a. memiliki lebih dari 50% (lima puluh persen) saham yang memiliki hak suara pada suatu perusahaan/badan lain; b. memiliki 50% (lima puluh persen) atau kurang saham yang memiliki hak suara pada suatu perusahaan/badan lain, tetapi: 1) terdapat perjanjian dengan pemegang saham lain sehingga memiliki hak suara lebih dari 50 (lima puluh persen); 2) mempunyai kewenangan untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasional perusahaan/badan lain berdasarkan anggaran dasar atau perjanjian; 3) mempunyai kewenangan untuk menunjuk atau mengganti sebagian besar direksi dan dewan komisaris atau organ lainnya yang setara dan mengendalikan perusahaan/badan lain melalui direksi dan dewan komisaris atau organ lainnya tersebut; dan/atau 4) mampu menguasai suara mayoritas pada rapat direksi dan dewan komisaris atau organ lainnya yang setara dan mengendalikan perusahaan/badan melalui direksi dan dewan komisaris atau organ lainnya tersebut. 3. Perusahaan Induk (parent company/holding company) adalah badan hukum/perusahaan yang mengkonsolidasikan satu atau lebih perusahaan anak dalam suatu kelompok usaha dan melakukan Pengendalian terhadap Bank. 4. Perusahaan Induk di Bidang Keuangan (financial parent company/financial holding company) adalah badan hukum/perusahaan yang mengkonsolidasikan seluruh aktivitas satu atau lebih perusahaan anak pada kelompok usaha yang bergerak di bidang keuangan dan melakukan Pengendalian terhadap Bank. 5. Perusahaan Anak adalah badan hukum yang dimiliki atau dikendalikan oleh Bank, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang terdiri dari: a. Perusahaan Subsidiari (subsidiary company) yaitu Perusahaan Anak dengan kepemilikan Bank lebih dari 50% (lima puluh persen); dan/atau b. Perusahaan Partisipasi (participation company) adalah Perusahaan Anak dengan kepemilikan Bank 50% (lima puluh persen) atau kurang, namun Bank memiliki Pengendalian terhadap perusahaan. Ketentuan 1 Likuiditas Rupiah Paragraf 2 Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Sumber Regulasi Ketentuan 6. Perusahaan Afiliasi adalah Perusahaan Anak dari Perusahaan Induk atau dari Perusahaan Induk di Bidang Keuangan yang tergabung dalam suatu kelompok usaha yang sama dengan Bank karena dikendalikan oleh Perusahaan Induk yang sama. 7. Pihak Terkait adalah pihak yang terkait dengan Bank sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai Batas Maksimum Pemberian Kredit. 8. Pihak‐pihak Berelasi adalah pihak‐pihak berelasi sebagaimana dimaksud dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan tentang Pengungkapan Pihak‐pihak Berelasi. 9. Akuntan Publik adalah akuntan publik sebagaimana dimaksud dalam Undang‐Undang tentang Akuntan Publik. 10. Laporan Tahunan adalah laporan lengkap mengenai kinerja suatu Bank dalam kurun waktu 1 (satu) tahun. 11. Laporan Keuangan Tahunan adalah laporan keuangan akhir tahun Bank yang disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan. 12. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan dan dipublikasikan setiap triwulan, sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. 13. Laporan Keuangan Publikasi Bulanan adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan Laporan Bulanan Bank Umum dan dipublikasikan setiap bulan, sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. 14. Tahun Buku adalah tahun takwim atau tahun yang dimulai dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember. SE 7/56/DPbS 15. Unit Usaha Syariah, yang selanjutnya disebut UUS, adalah unit kerja di 2005 kantor pusat bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha secara Romawi I. 7 konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang syariah dan atau unit syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari bank yang berkedudukan diluar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan atau unit syariah. Dalam rangka transparansi kondisi keuangan, Bank wajib menyusun dan Pasal 2 14/14/PBI/2012 menyajikan laporan keuangan, yang terdiri atas: a. Laporan Tahunan; Huruf a A. Bank Umum Konvensional SE 14/35/DPNP 1. Publikasi Laporan Tahunan Bank dimaksudkan untuk 2012 memberikan informasi berkala mengenai kondisi Bank secara Romawi I.1 – I.6 menyeluruh, termasuk perkembangan usaha dan kinerja Bank serta kelompok usaha. Seluruh informasi tersebut diharapkan dapat meningkatkan transparansi kondisi keuangan Bank kepada publik dan menjaga kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan 2. Laporan Tahunan selain disampaikan kepada pemegang saham, wajib disampaikan paling kurang kepada Bank Indonesia dan lembaga lain yang berkepentingan terhadap perkembangan usaha Bank, seperti Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), lembaga pemeringkat di Indonesia, asosiasi perbankan di 2 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi SE 7/56/DPbS 2005 Romawi I .1 – I.3, I.6, I.11 3. 4. 5. 6. Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan Indonesia, Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), 2 (dua) lembaga penelitian di bidang ekonomi dan keuangan, dan 2 (dua) majalah ekonomi dan keuangan. Sedangkan laporan tahunan tertentu hanya wajib disampaikan kepada Bank Indonesia. Batas waktu penyampaian Laporan Tahunan dan laporan tahunan tertentu paling lama 5 (lima) bulan setelah Tahun Buku berakhir. Laporan Tahunan wajib disusun untuk 1 (satu) Tahun Buku dan disajikan paling kurang dengan perbandingan 1 (satu) Tahun Buku sebelumnya. Laporan Tahunan wajib dicantumkan dalam website Bank paling lama 1 (satu) hari kerja setelah batas waktu penyampaian Laporan Tahunan, dan dipelihara dalam website Bank paling kurang untuk 2 (dua) periode laporan berturut‐ turut. Laporan Tahunan Bank harus disusun dalam Bahasa Indonesia. Dalam hal Laporan Tahunan juga dibuat selain dalam Bahasa Indonesia, baik dalam dokumen yang sama maupun terpisah, maka Laporan Tahunan dimaksud harus memuat informasi yang sama. Mata uang yang digunakan dalam Laporan Tahunan adalah Rupiah. B. Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah 1. Sesuai dengan Undang‐Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang‐undang Nomor 10 Tahun 1998, Bank diwajibkan untuk menyampaikan keterangan dan penjelasan yang berkaitan dengan kegiatan usaha Bank dalam rangka pemantauan keadaan usaha Bank oleh publik dan Bank Indonesia. 2. Dalam rangka pemenuhan informasi yang disampaikan Bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah (Bank) dan UUS untuk mencapai dan memelihara kepercayaan investasi masyarakat terhadap Bank serta upaya meningkatkan transparansi kondisi keuangan Bank kepada publik, maka informasi dalam laporan tersebut harus bisa menyajikan hak dan kewajiban dari pihak terkait, memberikan kontribusi untuk melindungi aset Bank dan pemenuhan prinsip syariah dalam semua transaksi, serta dapat memberikan informasi yang berguna tentang perkembangan usaha dan kinerja Bank kepada para pihak terkait (stakeholders) dalam hubungannya dengan Bank. 3. Bentuk penyampaian keterangan dan pengumuman atau publikasi kegiatan usaha Bank dalam rangka pemantauan oleh publik dan Bank Indonesia adalah berupa Laporan Tahunan, Laporan Keuangan Publikasi, dan Laporan Informasi Tertentu yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.; 4. Apabila Laporan Tahunan, Laporan Keuangan Publikasi dan Laporan Informasi Tertentu juga dibuat selain dalam Bahasa Indonesia, baik dalam dokumen yang sama maupun terpisah, maka Laporan dimaksud harus memuat informasi yang sama. 3 Likuiditas Rupiah Paragraf Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Sumber Regulasi Ketentuan 5. Angka‐angka dalam Laporan wajib disajikan dalam mata uang Rupiah. b. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan; Pasal 2 14/14/PBI/2012 Huruf b A. Bank Umum Konvensional SE 3/30/DPNP 2001 1. Sesuai dengan Undang‐undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Romawi I Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang‐undang Nomor 10 Tahun 1998, Bank diwajibkan untuk menyampaikan keterangan dan penjelasan yang berkaitan dengan kegiatan usaha Bank dalam rangka pemantauan keadaan usaha Bank oleh publik dan Bank Indonesia. 2. Bentuk penyampaian dan pengumuman atau publikasi keterangan dan informasi sebagaimana dimaksud pada angka 1 yang ditetapkan Bank Indonesia adalah laporan keuangan tahunan dan laporan berkala lainnya dengan waktu penyampaian dan pengumuman secara tahunan, semesteran, triwulanan maupun bulanan. 3. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan disusun antara lain untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja atau hasil usaha Bank serta informasi keuangan lainnya kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan perkembangan usaha Bank. Agar laporan keuangan Bank dapat diperbandingkan, perlu ditetapkan bentuk dan cakupan penyajian yang didasarkan pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang relevan untuk industri perbankan, Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI), serta ketentuan dan pedoman yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 4. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan yang wajib disajikan adalah laporan keuangan untuk posisi akhir Maret, Juni, September dan Desember. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan ini selain wajib diumumkan dalam surat kabar juga akan diumumkan dalam home page Bank Indonesia. Bank Indonesia juga akan mengumumkan Laporan Bulanan Bank Umum dalam bentuk Laporan Keuangan Publikasi Bulanan pada home page Bank Indonesia. SE 12/11/DPNP 5. Perlakuan akuntansi untuk pos‐pos dalam Laporan Keuangan 2010 Publikasi Triwulanan dan Laporan Keuangan Publikasi Bulanan Nomor 6 didasarkan pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang berlaku, Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) serta ketentuan dan pedoman terkait yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. SE 7/56/DPbS B. Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah 2005 1. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan disusun untuk Romawi I.4, I.5, memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja atau I.8, I.9, I.10, I.11 hasil usaha Bank dan UUS serta informasi keuangan lainnya kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan perkembangan usaha Bank dan UUS. Agar Laporan Keuangan 4 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi Pasal 2 14/14/PBI/2012 Huruf c – e 2. 3. 4. 5. 6. Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan Publikasi dapat diperbandingkan, perlu ditetapkan bentuk dan cakupan penyajian yang didasarkan pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang relevan untuk perbankan syariah, Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI), serta ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan yang wajib disajikan oleh Bank adalah laporan keuangan untuk posisi akhir Maret, Juni, September dan Desember. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan ini selain wajib diumumkan dalam surat kabar juga akan diumumkan dalam home page Bank Indonesia. Bank Indonesia juga akan mengumumkan Laporan Bulanan dalam bentuk Laporan Keuangan Publikasi Bulanan pada homepage Bank Indonesia. Unit Usaha Syariah harus menyajikan informasi keuangan syariah secara triwulanan untuk posisi Maret, Juni, September dan Desember berupa neraca, laba rugi, komitmen dan kontinjensi sebagaimana tercantum dalam lampiran 16, informasi perhitungan bagi hasil sebagaimana tercantum dalam Lampiran 15, dan pedoman penyusunan neraca, laba rugi dan komitmen dan kontinjensi sebagaimana tercantum dalam Lampiran 17, Lampiran 18 dan Lampiran 19 (Lampiran 34, Lampiran 33, Lampiran 35, Lampiran 36 dan Lampiran 37 dalam kodifikasi ini). Informasi kegiatan usaha syariah tersebut harus ditanda tangani oleh Dewan Pengawas Syariah dan Pimpinan Unit Usaha Syariah. Khusus untuk pelaporan publikasi UUS posisi bulan Juni dan Desember, selain menyajikan laporan , harus pula menyajikan Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS) sebagaimana tercantum dalam Lampiran 12 (Lampiran 30 dalam kodifikasi ini); Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Qardh sebagaimana tercantum dalam Lampiran 13 (Lampiran 31 dalam kodifikasi ini) ; serta Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat, jika ada sebagaimana tercantum dalam Lampiran 14 (Lampiran 32 dalam kodifikasi ini). UUS melalui kantor pusatnya harus menyajikan laporan publikasi triwulanan, termasuk juga akan diumumkan kedalam home page Bank Indonesia. Angka‐angka dalam Laporan wajib disajikan dalam mata uang Rupiah. c. Laporan Keuangan Publikasi Bulanan; Penjelasan tentang ini untuk Bank Umum Konvesional dapat dilihat pada Paragraf 2 butir b.A.4 dan butir b.A.5 di atas, sedangkan untuk Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dapat dilihat pada Paragraf 2 butir b.B.2 dan butir b.B.6. d. Laporan Keuangan Konsolidasi; dan e. Laporan Publikasi Lain. 5 Likuiditas Rupiah Paragraf 3 Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Sumber Regulasi Ketentuan BAB II Laporan Tahunan (1) Bank wajib menyusun Laporan Tahunan yang paling kurang Pasal 3 mencakup: 14/14/PBI/2012 a. Informasi umum yang meliputi: 1. kepengurusan; 2. kepemilikan; 3. perkembangan usaha Bank dan kelompok usaha Bank termasuk perkembangan usaha Unit Usaha Syariah (UUS); 4. strategi dan kebijakan manajemen termasuk strategi dan kebijakan manajemen UUS; dan 5. laporan manajemen termasuk laporan manajemen UUS; b. Laporan Keuangan Tahunan yang meliputi: 1. Laporan Posisi Keuangan (Neraca); 2. Laporan Laba Rugi Komprehensif; 3. Laporan Perubahan Ekuitas; 4. Laporan Arus Kas; 5. catatan atas laporan keuangan, termasuk informasi mengenai komitmen dan kontinjensi; c. opini dari Akuntan Publik; d. jenis risiko dan potensi kerugian (risk exposures) yang dihadapi Bank serta praktek manajemen risiko yang diterapkan Bank; e. seluruh asperk transparansi dan informasi yang diwajibkan untuk Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan; f. aspek pengungkapan (disclosure) lain sebagaimana diwajibkan dalam Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku, dalam hal belum tercakup dalam huruf a sampai dengan huruf e di atas; dan g. informasi lain. (2) Bagi Bank Umum Konvensional, selain pengungkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib dilakukan pengungkapan mengenai: a. permodalan bank; dan b. jenis risiko, potensi kerugian, dan penerapan manajemen risiko, paling kurang untuk risiko kredit, risiko pasar, risiko operasional, risiko likuiditas, risiko strategic, risiko reputasi; risiko kepatuhan; dan risiko hukum. (3) Bagi Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Umum Konvensional yang memiliki UUS, selain laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, wajib menyampaikan: a. laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat, Infaq, dan Shadaqah (ZIS); b. laporan Sumber dan Penggunaan Dana Qardh; dan c. laporan Perubahan Dana Investasi Terikat. (4) Laporan Keuangan Tahunan wajib diaudit oleh Akuntan Publik. (5) Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3) wajib disusun untuk 1 (satu) Tahun Buku dan disajikan paling kurang dengan perbandingan 1 (satu) Tahun Buku sebelumnya. (6) Dalam hal terdapat perubahan cakupan Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 (Paragraf 3 dalam kodifikasi ini) akan diatur lebih lanjut dengan Surat Edaran Bank Indonesia. 6 Likuiditas Rupiah Paragraf Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Sumber Regulasi Ketentuan A. Bank Umum Konvensional SE 14/35/DPNP Cakupan Laporan Tahunan 2012 Laporan Tahunan paling kurang mencakup hal‐hal sebagai berikut: Romawi II 1. Informasi Umum Informasi Umum dalam Laporan Tahunan paling kurang memuat: a. kepengurusan, yang meliputi susunan anggota Dewan Komisaris, Direksi, dan pejabat eksekutif beserta jabatan dan ringkasan riwayat hidupnya; b. rincian kepemilikan, berupa nama pemilik dan persentase kepemilikan saham; c. perkembangan usaha Bank dan kelompok usaha Bank, yang memuat data mengenai: 1) ikhtisar data keuangan penting, yang paling kurang mencakup pendapatan bunga bersih, laba operasional, laba sebelum pajak, laba bersih, laba bersih per saham, aset produktif, dana pihak ketiga, pinjaman diterima, total biaya dana (cost of fund), modal sendiri, jumlah lembar saham yang ditempatkan dan disetor; dan 2) rasio keuangan yang wajib disajikan, yang paling kurang mencakup rasio keuangan sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai transparansi dan publikasi laporan Bank. d. strategi dan kebijakan manajemen dalam pengembangan usaha Bank; e. laporan manajemen yang memuat informasi mengenai pengelolaan Bank oleh pengurus dalam rangka good corporate governance, dan paling kurang mencakup: 1) struktur organisasi; 2) aktivitas utama; 3) teknologi informasi; 4) jenis produk dan jasa yang ditawarkan, termasuk penyaluran kredir kepada debitur Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM); 5) tingkat suku bunga penghimpunan dan penyediaan dana; 6) perkembangan perekonomian dan target pasar; 7) jaringan kerja dan mitra usaha baik di dalam dan/atau di luar negeri; 8) jumlah, jenis, dan lokasi kantor; 9) kepemilikan Direksi, Komisaris, dan pemegang saham dalam kelompok usaha Bank; 10) perubahan‐perubahan penting yang terjadi di Bank dan kelompok usaha Bank dalam tahun yang bersangkutan; 11) hal‐hal penting yang diperkirakan terjadi di masa mendatang; dan 12) sumber daya manusia, meliputi jumlah, struktur pendidikan, pelatihan, dan pengembangan sumber daya manusia. 2. Laporan Keuangan Tahunan Laporan Keuangan Tahunan paling kurang mencakup: a. Laporan Keuangan Bank yang telah diaudit oleh Akuntan 7 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan Publik, yang meliputi: 1) Laporan Posisi Keuangan (Neraca); 2) Laporan Laba Rugi Komprehensif; 3) Laporan Perubahan Ekuitas; 4) Laporan Arus Kas; dan 5) Catatan atas Laporan Keuangan, termasuk informasi mengenai Komitmen dan Kontinjensi. b. Bagi Bank yang memiliki Perusahaan Anak, selain Laporan Keuangan Bank secara individual sebagaimana dimaksud pada huruf a, Laporan Keuangan Tahunan juga mencakup Laporan Keuangan Konsolidasi yang telah diaudit oleh Akuntan Publik, yang merupakan konsolidasi Laporan Keuangan Bank dan Perusahaan Anak, yang paling kurang terdiri atas: 1) Laporan Posisi Keuangan (Neraca); 2) Laporan Laba Rugi Komprehensif; 3) Laporan Perubahan Ekuitas; dan 4) Komitmen dan Kontinjensi. c. Bagi Bank yang merupakan bagian dari suatu kelompok usaha, selain laporan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, Bank juga wajib menyampaikan Laporan Keuangan Tahunan yang terdiri atas: 1) Laporan Keuangan Perusahaan Induk yang telah diaudit oleh Akuntan Publik, yang merupakan hasil konsolidasi dari seluruh perusahaan di dalam kelompok usaha sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku, yang paling kurang meliputi: a) Laporan Posisi Keuangan (Neraca); b) Laporan Laba Rugi Komprehensif; c) Laporan Perubahan Ekuitas; dan d) Komitmen dan Kontinjensi; 2) Laporan Keuangan Perusahaan Induk di Bidang Keuangan, yang telah diaudit oleh Akuntan Publik, yang merupakan hasil konsolidasi dari seluruh perusahaan di dalam kelompok bidang keuangan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku, dan paling kurang meliputi: a) Laporan Posisi Keuangan (Neraca); b) Laporan Laba Rugi Komprehensif; c) Laporan Perubahan Ekuitas; dan d) Komitmen dan Kontinjensi. Dalam hal kelompok usaha tidak memiliki Perusahaan Induk di Bidang Keuangan maka laporan keuangan yang disampaikan adalah Laporan Keuangan Perusahaan Induk yang telah diaudit oleh Akuntan Publik. 3. Opini dari Akuntan Publik Opini dari Akuntan Publik antara lain memuat pendapat atas Laporan Keuangan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam angka 2. 4. Pengungkapan Permodalan serta Pengungkapan Eksposur Risiko dan Penerapan Manajemen Risiko Bank 8 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan a. Pengungkapan permodalan serta pengungkapan eksposur risiko dan penerapan manajemen risiko bertujuan untuk meningkatkan transparansi kepada publik dengan menetapkan persyaratan pengungkapan minimum, sehingga publik dapat menilai profil risiko dan kecukupan permodalan Bank. b. Bank harus memiliki kebijakan tertulis yang disetujui oleh Direksi mengenai pengungkapan sebagaimana diatur dalam angka ini. Kebijakan antara lain terkait dengan isi pengungkapan yang akan dilaporkan dan pengendalian internal dalam proses pengungkapan. c. Pengungkapan dilakukan dengan mengacu pada Pedoman pengungkapan sebagaimana tercantum dalam lampiran, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini. Pengungkapan informasi sebagaimana dimaksud pada huruf a, terdiri atas: a. Pengungkapan Permodalan Pengungkapan paling kurang mencakup: 1) Pengungkapan kualitatif, yang antara lain memuat informasi tentang: a) Struktur permodalan yang memuat penjelasan mengenai instrumen modal yang diterbitkan oleh Bank antara lain: karakteristik, jangka waktu instrumen, fitur opsi beli, fitur step‐up, tingkat imbal hasil, dan peringkat (apabila tersedia); dan b) Kecukupan permodalan yang berisi penjelasan mengenai pendekatan yang digunakan Bank dalam menilai kecukupan modal untuk mendukung aktivitas yang dilakukan, baik saat ini maupun yang akan datang. 2) Pengungkapan kuantitatif mengenai struktur permodalan Bank sebagaimana dimaksud pada Tabel 1.a dan Tabel 1.b. (pada Lampiran 2 dalam kodifikasi ini) b. Pengungkapan Eksposur Risiko dan Penerapan Manajemen Risiko Pengungkapan paling kurang mencakup: 1) Pengungkapan mengenai penerapan Manajemen Risiko Bank secara umum, yang mencakup informasi mengenai: a) Pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi; b) Kecukupan kebijakan, prosedur, dan penetapan limit; c) Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko, serta Sistem Informasi Manajemen Risiko; dan d) Sistem pengendalian intern yang menyeluruh. 2) Pengungkapan mengenai eksposur risiko dan penerapan Manajemen Risiko Bank secara khusus, yang terdiri dari: a) Risiko Kredit, yang mencakup: (1) Pengungkapan kualitatif, yang mencakup antara lain: 9 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan (a) Pengungkapan kualitatif, yang mencakup antara lain: i. Informasi mengenai penerapan manajemen risiko untuk risiko kredit, termasuk: i.1. organisasi manajemen risiko kredit; i.2. strategi manajemen risiko kredit untuk aktivitas yang memiliki eksposur risiko kredit yang signifikan; i.3. kebijakan pengelolaan risiko konsentrasi kredit; dan i.4. mekanisme pengukuran dan pengendalian risiko kredit. ii. definisi tagihan yang telah jatuh tempo dan tagihan yang mengalami penurunan nilai/ impairment; dan iii. penjelasan mengenai pendekatan yang digunakan untuk pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) individual dan kolektif, serta metode statistik yang digunakan dalam perhitungan CKPN. (b) Pengungkapan kuantitatif sebagaimana dimaksud pada Tabel 2.1.a sampai dengan Tabel 2.6.b (pada Lampiran 2 dalam kodifikasi ini), yang mencakup: i. Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah sebagaimana Tabel 2.1.a dan Tabel 2.1.b (pada Lampiran 2 dalam kodifikasi ini); ii. Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Sisa Jangka Waktu Kontrak sebagaimana Tabel 2.2.a dan Tabel 2.2.b (pada Lampiran 2 dalam kodifikasi ini); iii. Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Sektor Ekonomi sebagaimana Tabel 2.3.a dan Tabel 2.3.b (pada Lampiran 2 dalam kodifikasi ini); iv. Pengungkapan Tagihan dan Pencadangan Berdasarkan Wilayah sebagaimana Tabel 2.4.a dan Tabel 2.4.b (pada Lampiran 2 dalam kodifikasi ini); v. Pengungkapan Tagihan dan Pencadangan Berdasarkan Sektor Ekonomi sebagaimana Tabel 2.5.a dan Tabel 2.5.b (pada Lampiran 2 dalam kodifikasi ini); dan vi. Pengungkapan Rincian Mutasi Cadangan Kerugian Penurunan Nilai sebagaimana 10 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan Tabel 2.6.a dan Tabel 2.6.b (pada Lampiran 2 dalam kodifikasi ini). (2) Pengungkapan Risiko Kredit dengan Pendekatan Standar, yang terdiri dari: (a) Pengungkapan kualitatif, yang mencakup: i. informasi mengenai kebijakan penggunaan peringkat dalam perhitungan Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) untuk risiko kredit; ii. kategori portofolio yang menggunakan peringkat; iii. lembaga pemeringkat yang digunakan; dan iv. pengungkapan risiko kredit pihak lawan (counterparty credit risk), termasuk jenis instrumen mitigasi yang lazim diterima/diserahkan oleh Bank. (b) Pengungkapan kuantitatif sebagaimana dimaksud pada Tabel 3.1.a sampai dengan Tabel 3.2.c.2 (pada Lampiran 2 dalam kodifikasi ini), yang mencakup: i. Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Kategori Portofolio dan Skala Peringkat sebagaimana Tabel 3.1.a dan Tabel 3.1.b (pada Lampiran 2 dalam kodifikasi ini); dan ii. Pengungkapan Risiko Kredit Pihak Lawan (Counterparty Credit Risk) sebagaimana Tabel 3.2.a, Tabel 3.2.b.1, Tabel 3.2.b.2, Tabel 3.2.c.1, dan Tabel 3.2.c.2. (pada Lampiran 2 dalam kodifikasi ini) (3) Pengungkapan Mitigasi Risiko Kredit dengan menggunakan Pendekatan Standar, yang terdiri dari: (a) Pengungkapan kualitatif, yang mencakup: i. informasi mengenai kebijakan Bank untuk jenis agunan utama yang diterima; ii. kebijakan, prosedur, dan proses untuk menilai dan mengelola agunan; iii. pihak‐pihak utama pemberi jaminan/garansi dan kelayakan kredit (credit worthiness) dari pihak‐pihak tersebut; dan iv. informasi tingkat konsentrasi yang ditimbulkan dari penggunaan teknik mitigasi risiko kredit. (b) Pengungkapan kuantitatif sebagaimana dimaksud pada Tabel 4.1.a sampai dengan Tabel 4.2.b (pada Lampiran 2 dalam kodifikasi ini), yang mencakup: 11 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan i. Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Bobot Risiko setelah Memperhitungkan Dampak Mitigasi Risiko Kredit sebagaimana Tabel 4.1.a dan Tabel 4.1.b (pada Lampiran 2 dalam kodifikasi ini); dan ii. Pengungkapan Tagihan Bersih dan Teknik Mitigasi Risiko Kredit sebagaimana Tabel 4.2.a dan Tabel 4.2.b (pada Lampiran 2 dalam kodifikasi ini). (4) Pengungkapan Sekuritisasi Aset, yang terdiri dari: (a) Pengungkapan kualitatif, yang mencakup antara lain: i. pengungkapan umum manajemen risiko, yang mencakup hal‐hal seperti tujuan Bank melakukan aktivitas sekuritisasi aset, sejauh mana aktivitas sekuritisasi aset yang dilakukan dapat memindahkan risiko kredit dari Bank ke pihak lain atas transaksi yang menjadi underlying aktivitas sekuritisasi aset, fungsi yang dijalankan Bank dalam aktivitas sekuritisasi aset, dan penjelasan mengenai keterlibatan Bank dalam setiap fungsi; ii. ringkasan kebijakan akuntansi untuk aktivitas sekuritisasi aset, yang mencakup antara lain transaksi yang diperlakukan sebagai penjualan atau pendanaan, pengakuan keuntungan dari aktivitas sekuritisasi, dan asumsi yang digunakan untuk menilai ada tidaknya keterlibatan berkelanjutan dari aktivitas sekuritisasi, termasuk perubahan dari periode sebelumnya dan dampak dari perubahan dimaksud; dan iii. nama lembaga pemeringkat yang digunakan dalam aktivitas sekuritisasi aset dan eksposur sekuritisasi aset yang diperingkat oleh lembaga pemeringkat dimaksud. (b) Pengungkapan kuantitatif sebagaimana dimaksud pada Tabel 5.1.a sampai dengan Tabel 5.2.b (pada Lampiran 2 dalam kodifikasi ini), yang mencakup: i. Pengungkapan Transaksi Sekuritisasi sebagaimana Tabel 5.1.a dan Tabel 5.1.b (pada Lampiran 2 dalam kodifikasi ini); dan 12 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan ii. Ringkasan Aktivitas Transaksi Sekuritisasi dimana Bank Bertindak sebagai Kreditur Asal sebagaimana Tabel 5.2.a dan Tabel 5.2.b (pada Lampiran 2 dalam kodifikasi ini). (5) Pengungkapan kuantitatif Perhitungan ATMR Risiko Kredit Pendekatan Standar sebagaimana dimaksud pada Tabel 6.1.1 sampai dengan Tabel 6.2.7 (pada Lampiran 2 dalam kodifikasi ini). b) Risiko Pasar, yang mencakup: (1) Perhitungan risiko pasar dengan menggunakan Metode Standar, yang antara lain terdiri atas: (a) Pengungkapan kualitatif, yang mencakup antara lain: i. Informasi mengenai penerapan manajemen risiko termasuk: i.1. Organisasi manajemen risiko pasar; i.2. Pengelolaan portofolio trading book dan banking book serta metodologi valuasi yang digunakan; dan i.3. Mekanisme pengukuran risiko pasar untuk keperluan pemantauan risiko secara periodik maupun untuk perhitungan kecukupan modal, baik pada banking book maupun trading book. ii. cakupan portofolio (trading dan banking book) yang diperhitungkan dalam Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM); dan iii. langkah‐langkah dan rencana dalam mengantisipasi risiko pasar atas transaksi mata uang asing baik karena perubahan kurs maupun fluktuasi suku bunga, termasuk penjelasan mengenai semua penyediaan dana dan ikatan tanpa proteksi atau lindung nilai, serta utang yang suku bunganya berfluktuasi atau yang tidak ditentukan terlebih dahulu. (b) Pengungkapan kuantitatif yang paling kurang mencakup pengungkapan risiko pasar menggunakan metode standar sebagaimana dimaksud pada Tabel 7.1 (pada Lampiran 2 dalam kodifikasi ini). (2) Perhitungan risiko pasar dengan menggunakan Model Internal, yang terdiri atas: (a) Pengungkapan kualitatif, yang mencakup antara lain: i. Informasi mengenai penerapan manajemen risiko, termasuk: 13 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan i.1. organisasi manajemen risiko pasar; i.2. pengelolaan portofolio trading book serta metodologi valuasi yang digunakan; dan i.3. mekanisme pengukuran risiko pasar untuk keperluan pemantauan risiko secara periodik maupun untuk perhitungan kecukupan modal pada trading book. ii. portofolio yang tercakup dalam Model Internal dan kebijakan valuasi yang digunakan untuk menghitung posisi dalam trading book; iii. untuk setiap portofolio yang dicakup oleh Model Internal diungkapkan karakteristik model yang digunakan, deskripsi stress testing yang digunakan terhadap portofolio dan deskripsi pendekatan yang digunakan untuk backtesting/validasi terhadap akurasi dan konsistensi Model Internal dan proses pengembangan model; iv. portofolio yang menggunakan Model Internal yang telah disetujui oleh Bank Indonesia; dan v. jumlah frekuensi penyimpangan antara Value at Risk (VaR) dan kerugian aktual selama periode laporan. (b) Pengungkapan kuantitatif, yang paling kurang mencakup pengungkapan risiko pasar dengan menggunakan model internal (Value at Risk/ VaR) sebagaimana Tabel 7.2.a dan Tabel 7.2.b (pada Lampiran 2 dalam kodifikasi ini). c) Risiko Operasional, yang mencakup: (1) Pengungkapan kualitatif, yang antara lain mencakup informasi mengenai penerapan manajemen risiko untuk risiko operasional, termasuk: (a) organisasi manajemen risiko operasional; (b) mekanisme yang digunakan Bank untuk mengidentifikasi dan mengukur risiko operasional; dan (c) mekanisme untuk memitigasi risiko operasional. (2) Pengungkapan kuantitatif mengenai risiko operasional, sebagaimana dimaksud pada Tabel 8.1.a dan Tabel 8.1.b (pada Lampiran 2 dalam kodifikasi ini). 14 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan d) Risiko Likuiditas, yang mencakup: (1) Pengungkapan kualitatif, yang antara lain mencakup informasi mengenai penerapan manajemen risiko untuk risiko likuiditas, termasuk: (a) organisasi manajemen risiko likuiditas; (b) indikator peringatan dini permasalahan likuiditas; dan (c) mekanisme pengukuran dan pengendalian risiko likuiditas. (2) Pengungkapan kuantitatif mengenai risiko likuiditas, yang paling kurang mencakup: (a) Pengungkapan Profil Maturitas Rupiah sebagaimana dimaksud pada Tabel 9.1.a dan Tabel 9.1.b (pada Lampiran 2 dalam kodifikasi ini); dan (b) Pengungkapan Profil Maturitas Valas sebagaimana dimaksud pada Tabel 9.2.a dan Tabel 9.2.b (pada Lampiran 2 dalam kodifikasi ini). e) Risiko Hukum, yang berisi pengungkapan kualitatif mengenai penerapan manajemen risiko untuk risiko hukum yang antara lain mencakup: (1) organisasi manajemen risiko hukum; dan (2) mekanisme pengendalian risiko hukum. f) Risiko Stratejik, yang mengungkapan informasi kualitatif mengenai penerapan manajemen risiko untuk risiko stratejik yang antara lain mencakup: (1) organisasi manajemen risiko stratejik; (2) kebijakan yang memungkinkan Bank untuk dapat mengidentifikasi dan merespon perubahan lingkungan bisnis, baik eksternal maupun internal; dan (3) mekanisme untuk mengukur kemajuan yang dicapai dari rencana bisnis yang ditetapkan. g) Risiko Kepatuhan, yang mengungkapkan informasi kualitatif mengenai penerapan manajemen risiko untuk risiko kepatuhan yang mencakup: (1) organisasi manajemen risiko kepatuhan; (2) strategi manajemen risiko dan efektivitas penerapan manajemen risiko untuk risiko kepatuhan, terutama dalam rangka memastikan penyusunan kebijakan dan prosedur telah sesuai dengan standar yang berlaku secara umum, ketentuan, dan/atau peraturan perundangundangan yang berlaku; dan (3) mekanisme pemantauan dan pengendalian risiko kepatuhan. 15 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan h) Risiko Reputasi, yang mengungkapkan informasi kualitatif mengenai penerapan manajemen risiko reputasi yang antara lain mencakup: (1) organisasi manajemen risiko reputasi, termasuk pelaksanaan manajemen risiko untuk risiko reputasi oleh unit‐unit terkait (Corporate Secretary, Humas, dan unit bisnis terkait); (2) kebijakan dan mekanisme dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kepada nasabah dan pemangku kepentingan lainnya (stakeholders) untuk mengendalikan risiko reputasi; dan (3) pengelolaan risiko reputasi pada saat krisis. 5. Aspek Transparansi sesuai Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan Laporan Keuangan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam butir 2.a dan butir 2.b wajib dilengkapi dengan seluruh aspek pengungkapan (disclosure) sebagaimana dipersyaratkan untuk laporan keuangan publikasi triwulanan. Pengungkapan tersebut paling kurang mencakup: a. transaksi spot dan transaksi derivatif; b. jumlah dan kualitas aset produktif dan informasi lainnya, antara lain untuk: 1) penyediaan dana kepada pihak terkait; 2) penyediaan dana kepada debitur Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM); 3) kredit yang memerlukan perhatian khusus (antara lain kredit yang direstrukturisasi dan kredit properti); dan 4) jumlah cadangan penyisihan kerugian; c. rasio keuangan Bank, antara lain: 1) persentase pelanggaran dan pelampauan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK); dan 2) rasio Posisi Devisa Neto (PDN); dan d. perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM). 6. Aspek Pengungkapan yang terkait dengan Kelompok Usaha a. struktur kelompok usaha Bank, yang paling kurang terdiri atas: 1) struktur kelompok usaha Bank, yang disajikan mulai dari Bank, perusahaan anak, perusahaan afiliasi, perusahaan induk di bidang keuangan, dan/atau perusahaan induk sampai dengan pemegang saham pengendali terakhir (ultimate shareholder); 2) struktur keterkaitan kepengurusan dalam kelompok usaha Bank; dan 3) pemegang saham yang bertindak atas nama pemegang saham lain (shareholders acting in concert). Pengertian pemegang saham yang bertindak atas nama pemegang saham lain adalah pemegang saham perorangan atau perusahaan/badan hukum yang memiliki tujuan bersama 16 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi SE 7/56/DPbs B. 2005 Romawi II Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan yaitu mengendalikan Bank, berdasarkan atau tidak berdasarkan suatu perjanjian. b. transaksi antara Bank dengan pihak‐pihak berelasi dalam kelompok usaha Bank, dengan memperhatikan hal‐hal sebagai berikut: 1) informasi transaksi dengan pihak‐pihak berelasi disajikan baik yang dilakukan Bank maupun yang dilakukan oleh setiap perusahaan atau badan hukum di dalam kelompok usaha Bank yang bergerak di bidang keuangan; 2) pihak‐pihak yang berelasi adalah pihak‐pihak sebagaimana diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang berlaku; 3) jenis transaksi dengan pihak‐pihak yang berelasi, antara lain meliputi: a) kepemilikan silang (cross shareholdings); b) transaksi dari suatu kelompok usaha yang bertindak untuk kepentingan kelompok usaha yang lain; c) pengelolaan likuiditas jangka pendek dalam kelompok usaha; d) penyediaan dana yang diberikan atau diterima oleh perusahaan lain dalam satu kelompok usaha; e) eksposur kepada pemegang saham mayoritas antara lain dalam bentuk pinjaman, komitmen dan kontinjensi; dan f) pembelian, penjualan dan/atau penyewaan aset dengan perusahaan lain dalam suatu kelompok usaha, termasuk yang dilakukan dengan repurchase agreement. c. pemberian penyediaan dana, komitmen maupun fasilitas lain yang dapat dipersamakan dengan itu dari setiap perusahaan atau badan hukum yang berada dalam satu kelompok usaha dengan Bank kepada debitur yang telah memperoleh penyediaan dana dari Bank. 7. Aspek Pengungkapan sesuai Standar Akuntansi Keuangan Aspek pengungkapan (disclosure) lain sebagaimana diwajibkan dalam Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku, dalam hal belum tercakup dalam angka 1 sampai dengan angka 6 di atas. 8. Informasi Lain Cakupan dalam informasi lain terdiri dari: a. aset Bank yang dijaminkan; b. transaksi‐transaksi penting lainnya dalam jumlah yang signifikan; dan c. informasi kejadian penting setelah tanggal laporan Akuntan Publik (subsequent event). Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Laporan Tahunan Bank paling sedikit mencakup: 1. Informasi Umum Informasi Umum dalam Laporan Tahunan paling sedikit berisi: a. kepengurusan, meliputi susunan Dewan Komisaris, Direksi, 17 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi b. c. d. e. Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan Dewan Pengawas Syariah dan pejabat eksekutif beserta jabatan dan ringkasan riwayat hidupnya ; rincian Kepemilikan Saham, berupa nama pemilik dan besaran kepemilikan ; perkembangan usaha Bank dan kelompok usaha Bank, yang memuat data mengenai : 1) Ikhtisar data keuangan penting paling sedikit mencakup pendapatan penyaluran dana, laba rugi bersih, laba operasi, laba sebelum pajak, aktiva produktif, sumber dana dan komposisinya, pembiayaan dan komposisinya, modal sendiri, jumlah lembar saham yang ditempatkan dan disetor ; dan 2) Rasio keuangan yang wajib disajikan paling sedikit mencakup rasio keuangan sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank khususnya Bab tentang Laporan Keuangan Publikasi Bank Umum sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. sasaran, strategi dan kebijakan manajemen yang digunakan dalam pengembangan usaha Bank laporan manajemen yang menyajikan informasi mengenai pengelolaan Bank oleh pengurus atau manajemen dalam rangka good corporate governance, dan paling sedikit mencakup: 1) stuktur organisasi; 2) aktivitas utama; 3) teknologi informasi; 4) jenis produk dan jasa yang ditawarkan, termasuk penyaluran Kredit Usaha Kecil (KUK); 5) tanggung jawab sosial perusahaan; 6) realisasi bagi hasil/imbalan dan metode penghitungan distribusi bagi hasil; 7) perkembangan perekonomian dan target pasar; 8) jaringan kerja dan mitra usaha baik di dalam dan atau di luar negeri; 9) jumlah, jenis dan lokasi kantor; 10) kepemilikan Direksi, Komisaris dan pemegang saham dalam kelompok usaha Bank, dan perubahan dari tahun sebelumnya; 11) perubahan‐perubahan penting yang terjadi di Bank dan kelompok usaha Bank dalam tahun yang bersangkutan; 12) hal‐hal penting yang diperkirakan terjadi di masa mendatang; 13) sumber daya manusia, meliputi jumlah, struktur pendidikan, pelatihan dan pengembangan SDM; 14) pengungkapan remuneration policy yang mencakup fees and salaries dan fasilitas yang diterima lainnya termasuk bonus dan tantiem untuk direksi sampai dengan satu level di bawah direksi, komisaris, dan Dewan Pengawas Syariah; dan 18 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan 15) pemeringkatan oleh perusahaan pemeringkat yang diakui, jika ada. f. UUS melalui kantor pusatnya harus menyajikan informasi kegiatan UUS yang mencakup paling sedikit: 1) sasaran, strategi dan kebijakan manajemen yang digunakan dalam pengembangan Unit Usaha Syariah ; 2) perkembangan usaha syariah, yaitu penyaluran dana beserta komposisinya, laba bersih, Return on Asset (ROA), Non Performing Financing (NPF), sumber dana beserta komposisinya, jumlah aset dan informasi lainnya yang relevan ; 3) jenis produk dan jasa yang ditawarkan ; 4) tanggung jawab sosial perusahaan ; dan 5) realisasi bagi hasil/imbalan dan metode penghitungan distribusi bagi hasil. 2. Laporan Keuangan Laporan Keuangan Tahunan ini paling sedikit mencakup hal‐hal sebagai berikut; a. Laporan Keuangan, yang terdiri dari: 1) Neraca; 2) Laporan Laba Rugi; 3) Laporan Arus Kas; 4) Laporan Perubahan Ekuitas; 5) Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat; 6) Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat, Infaq, dan Shadaqah (ZIS); 7) Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Qardh; dan 8) Catatan atas Laporan Keuangan, termasuk informasi mengenai Komitmen dan kontinjensi serta hak minoritas. b. Laporan Keuangan Konsolidasi yang telah diaudit yang merupakan konsolidasi Laporan Keuangan Bank dan Perusahaan Anak, yang terdiri dari: 1) Neraca ; 2) Laporan Laba Rugi ; 3) Laporan Perubahan Ekuitas ; 4) Laporan Arus Kas ; 5) Catatan atas Laporan Keuangan, termasuk informasi mengenai komitmen dan kontinjensi serta hak minoritas. Laporan keuangan konsolidasi ini disertai dengan opini dari Akuntan Publik. c. Laporan Keuangan Perusahaan Induk di bidang keuangan yang telah diaudit oleh Akuntan Publik, yang terdiri dari: 1) Laporan Keuangan Perusahaan Induk di bidang keuangan merupakan hasil konsolidasi dari seluruh perusahaan di dalam kelompok bidang keuangan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku, dan meliputi: a) Neraca ; b) Laporan Laba Rugi ; c) Laporan Perubahan Ekuitas ; dan d) Daftar Komitmen dan Kontinjensi; 19 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan 2) Dalam hal kelompok usaha tidak memiliki Perusahaan Induk di bidang keuangan maka laporan keuangan yang disampaikan adalah Laporan Keuangan Perusahaan Induk. d. Laporan Keuangan Perusahaan Induk yang telah diaudit oleh Akuntan Publik, yang merupakan hasil konsolidasi dari seluruh perusahaan di dalam kelompok usaha sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku, yang terdiri dari: 1) Neraca ; 2) Laporan Laba Rugi ; 3) Laporan Perubahan Ekuitas ; dan 4) Daftar Komitmen dan Kontinjensi. 3. Opini dari Akuntan Publik Opini dari Akuntan Publik antara lain memuat pendapat Akuntan Publik atas laporan keuangan konsolidasi sebagaimana dimaksud dalam angka 2. huruf b. 4. Aspek Transparansi yang Terkait dengan Kelompok Usaha Sesuai dengan Pasal 25 Peraturan Bank Indonesia No. 3/22/PBI/2001 tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank (PBI), dinyatakan bahwa Laporan Tahunan yang disampaikan oleh Bank wajib memuat pula informasi yang terkait dengan kegiatan di dalam kelompok usaha, yang terdiri dari : a. Struktur kelompok usaha Bank, yang disajikan sampai dengan pemilik terakhir (ultimate shareholder), serta struktur keterkaitan kepengurusan dan pemegang saham yang bertindak atas nama pemegang saham lain (shareholders acting in concert). Pengertian pemegang saham yang bertindak atas nama pemegang saham lain adalah pemegang saham perorangan atau perusahaan/badan hukum yang memiliki tujuan bersama yaitu mengendalikan Bank, berdasarkan atau tidak berdasarkan suatu perjanjian. b. Transaksi dengan pihak‐pihak yang mempunyai hubungan istimewa (related party transaction), dengan memperhatikan hal ‐ hal sebagai berikut : 1) informasi transaksi dengan pihak‐pihak yang mempunyai hubungan istimewa disajikan baik yang dilakukan Bank maupun yang dilakukan oleh setiap perusahaan atau badan hukum di dalam kelompok usaha Bank yang bergerak di bidang keuangan ; 2) pihak‐pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah pihak‐pihak sebagaimana diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang berlaku ; 3) jenis transaksi dengan pihak‐pihak yang mempunyai hubungan istimewa, antara lain meliputi; a) kepemilikan silang (cross shareholders) ; b) transaksi dari suatu kelompok usaha yang bertindak untuk kepentingan kelompok usaha yang lain; c) pengelolaan likuiditas jangka pendek yang dipusatkan dalam kelompok usaha; 20 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan d) penyediaan dana yang diberikan atau diterima oleh perusahaan lain dalam satu kelompok usaha ; e) eksposur kepada pemegang saham mayoritas antara lain dalam bentuk pinjaman, komitmen dan garansi ; f) pembelian atau penjualan aset dengan perusahaan lain dalam suatu kelompok usaha, termasuk yang dilakukan dengan repurchase agreement. c. Pemberian penyediaan dana, komitmen maupun fasilitas lain yang dapat dipersamakan dengan itu dari setiap perusahaan atau badan hukum yang berada dalam satu kelompok usaha dengan Bank kepada debitur yang telah memperoleh penyediaan dana dari Bank. 5. Aspek Transparansi sesuai PSAK yang berlaku,dan Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia Laporan Keuangan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam angka 2 huruf a dan angka 2 huruf b wajib memenuhi seluruh aspek pengungkapan (disclosure) sebagaimana ditetapkan dalam Pernyataan Standar Akuntasi Keuangan untuk perbankan syariah dan PAPSI yang berlaku. Pengungkapan tersebut paling sedikit terdiri dari: a) Laporan Keuangan yang meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, laporan perubahan dana investasi terikat jika ada, laporan sumber dan penggunaan dana zakat, infaq dan shadaqah (ZIS) , serta laporan sumber dan penggunaan dana qardh ; b) Komitmen dan Kontinjensi ; c) Jumlah aktiva produktif yang diberikan kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa ; d) Jumlah aktiva produktif yang telah direstrukturisasi dan informasi lain tentang aktiva produktif yang direstrukturisasi selama periode berjalan ; e) Klasifikasi aktiva produktif menurut jangka waktu, dan kualitas aktiva produktif ; f) Persentase pelanggaran dan pelampauan Batas Maksimum Pemberian Kredit ; g) Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) yang telah dibentuk dibandingkan dengan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) yang wajib dibentuk ; h) Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM); i) Rasio Posisi Devisa Neto ; j) Aktiva Bank yang dijaminkan; k) Beberapa rasio keuangan Bank; dan l) Kredit Usaha Kecil (KUK). 6. Ekposur dan Manajemen Risiko Informasi mengenai eksposur dan manajemen risiko paling sedikit mencakup informasi mengenai identifikasi risiko (risk identification) dan pengukuran terhadap risk exposure yang dihadapi bank (risk measurement) serta praktek manajemen 21 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi 4 Pasal 4 14/14/PBI/2012 SE 14/35/DPNP 2013 Romawi IV Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan risiko lainnya yaitu pemantauan (risk monitoring) dan pengendalian risiko (risk controlling). 7. Informasi Lain Cakupan dalam informasi lain terdiri dari: a. Langkah‐langkah dan rencana dalam mengantisipasi risiko pasar atas transaksi mata uang asing karena perubahan kurs. b. Transaksi‐transaksi penting lainnya dalam jumlah yang signifikan. c. Informasi kejadian penting setelah tanggal laporan Akuntan Publik (subsequent event). d. Karakteristik kegiatan usaha Bank dan jasa utama yang disediakan. e. Peranan, tugas dan kewenangan Dewan Pengawas Syariah dalam melakukan pengawasan syariah atas operasional Bank berdasarkan fatwa dan ketentuan hukum lainnya. (1) Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 (Paragraf 3 dalam kodifikasi ini), selain disampaikan kepada pemegang saham, wajib disampaikan paling kurang kepada: a. Bank Indonesia; b. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI); c. Lembaga Pemeringkat di Indonesia; d. Asosiasi perbankan di Indonesia; e. Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI); f. 2 (dua) Lembaga Penelitian di bidang ekonomi dan keuangan; g. 2 (dua) Majalah ekonomi dan keuangan, paling lama 5 (lima) bulan setelah Tahun Buku berakhir. (2) Penyampaian laporan kepada Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a disampaikan dengan disertai surat pengantar penyampaian Laporan Tahunan yang memuat informasi mengenai penyampaian Laporan Tahunan kepada pihak‐pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b sampai dengan huruf g. A. Bank Umum Konvensional Batas Waktu Penyampaian Laporan Tahunan Dan Laporan Tahunan Tertentu 1. Laporan Tahunan wajib disampaikan paling lama 5 (lima) bulan setelah Tahun Buku berakhir. 2. Bank dinyatakan terlambat menyampaikan Laporan Tahunan, apabila Bank menyampaikan Laporan Tahunan kepada Bank Indonesia setelah batas akhir waktu penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada angka 1 sampai dengan paling lama 1 (satu) bulan sejak batas akhir waktu penyampaian laporan. 3. Bank dinyatakan tidak menyampaikan Laporan Tahunan apabila: a. Bank belum menyampaikan Laporan Tahunan; dan/atau b. Bank belum menyampaikan Laporan Keuangan Tahunan yang diaudit oleh Akuntan Publik yang terdaftar di Bank Indonesia sampai dengan berakhirnya batas waktu keterlambatan sebagaimana dimaksud pada angka 2. 22 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan Contoh: Untuk Laporan Tahunan yang berakhir pada bulan Desember 2012: a. batas akhir waktu penyampaian : 31 Mei 2013 b. terlambat menyampaikan : 1 Juni s.d. 30 Juni 2013 c. tidak menyampaikan : 1 Juli 2013 seterusnya. dan 4. Bank yang dinyatakan tidak menyampaikan Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud pada angka 3 tetap wajib menyampaikan Laporan Tahunan. 5. Batas waktu penyampaian laporan tahunan tertentu mengacu pada ketentuan angka 1 sampai dengan angka 4. SE 14/35/DPNP 2013 Romawi V SE 7/56/DPbS 2005 Romawi IV Alamat Penyampaian Laporan Laporan Tahunan Bank dan laporan tahunan tertentu disampaikan kepada Bank Indonesia dengan alamat: a. Departemen Pengawasan Bank, Jl. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta 10350, bagi Bank yang berkantor pusat atau Kantor Cabang Bank Asing yang berada di wilayah kerja kantor pusat Bank Indonesia; atau b. Kantor Perwakilan Bank Indonesia setempat, bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah kerja kantor pusat Bank Indonesia. B. Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Batas Waktu Dan Alamat Penyampaian Laporan Tahunan Bank Syariah 1. Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan Tahunan Bank sebagaimana dimaksud dalam Angka II (Paragraf 3 Huruf B dalam kodifikasi ini) wajib disampaikan selambat‐lambatnya 5 (lima) bulan setelah Tahun Buku berakhir. 2. Bank dianggap terlambat menyampaikan laporan, apabila Bank menyampaikan Laporan Tahunan melampaui batas akhir waktu penyampaian laporan, tetapi belum melampaui 1 (satu) bulan sejak batas akhir waktu penyampaian laporan. Selanjutnya Bank dianggap tidak menyampaikan laporan apabila lebih dari 1 (satu) bulan sejak batas akhir waktu penyampaian, Bank tidak menyampaikan Laporan Tahunan atau Laporan Keuangan Tahunan tidak diaudit oleh Akuntan Publik yang terdaftar di Bank Indonesia. Contoh : Untuk Laporan Tahunan yang berakhir pada bulan Desember 2005 : a. batas akhir waktu penyampaian : 31 Mei 2006 b. terlambat menyampaikan : 1 Juni s.d. 30 Juni 2006 c. tidak menyampaikan : 1 Juli 2006 dan seterusnya, atau Laporan Keuangan Tahunan tidak 23 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan diaudit oleh Akuntan Publik yang Terdaftar di Bank Indonesia. 3. Laporan Tahunan dan Laporan Tahunan Tertentu Bank disampaikan kepada Bank Indonesia dengan alamat : a. Direktorat Perbankan Syariah, Jl.M.H.Thamrin No.2 Jakarta 10110, bagi Bank yang berkantor pusat atau Kantor Cabang Bank Asing yang berada diwilayah kerja kantor pusat Bank Indonesia; atau b. Kantor Bank Indonesia setempat, bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah kerja kantor pusat Bank Indonesia. (1) Bank dinyatakan terlambat menyampaikan Laporan Tahunan apabila Bank menyampaikan Laporan Tahunan kepada Bank Indonesia setelah batas akhir waktu penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 (Paragraf 4 dalam kodifikasi ini) sampai dengan paling lama 1 (satu) bulan sejak batas akhir waktu penyampaian laporan. (2) Bank dinyatakan tidak menyampaikan Laporan Tahunan apabila: a. Bank belum menyampaikan Laporan Tahunan; dan/atau b. Bank belum menyampaikan Laporan Keuangan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b (Paragraf 3 ayat (1) huruf b dalam kodifikasi) yang diaudit oleh Akuntan Publik yang terdaftar di Bank Indonesia, sampai dengan berakhirnya batas waktu keterlambatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) Bank yang dinyatakan tidak menyampaikan Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tetap wajib menyampaikan Laporan Tahunan. (1) Bank wajib mengumumkan Laporan Tahunan dalam website Bank. Yang dimaksud dengan website Bank adalah website berdomain Indonesia yang bukan merupakan bagian dari website perusahaan induk atau kelompok usaha Bank. (2) Pengumuman Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lama dilakukan 1 (satu) hari kerja setelah batas waktu penyampaian Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 (Paragraf 4 dalam kodifikasi ini). (3) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib dipelihara dalam website Bank paling kurang untuk 2 (dua) periode laporan berturut‐turut. 5 Pasal 5 14/14/PBI/2012 6 Pasal 6 14/14/PBI/2012 BAB III Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan 7 Pasal 7 14/14/PBI/2012 (1) Bank wajib menyusun Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan dalam mata uang rupiah, yang paling kurang mencakup: a. Laporan keuangan, yang terdiri atas: 1. Laporan Posisi Keuangan (Neraca); dan 2. Laporan Laba Rugi Komprehensif; 24 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi SE 3/30/DPNP 2001 Romawi II.1.a – II.1.c Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan b. komitmen dan kontinjensi; c. transaksi spot dan transaksi derivatif; d. jumlah dan kualitas aset produktif dan informasi lainnya, antara lain untuk: 1. penyediaan dana kepada pihak terkait; 2. penyediaan dana kepada debitur Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM); 3. kredit yang memerlukan perhatian khusus (antara lain kredit yang direstrukturisasi dan kredit properti); dan 4. jumlah cadangan penyisihan kerugian; e. rasio keuangan Bank, antara lain: 1. persentase pelanggaran dan pelampauan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK); dan 2. rasio Posisi Devisa Neto (PDN). f. perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM); dan g. informasi mengenai komposisi pemegang saham dan susunan pengurus. (2) Bagi Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Umum Konvensional yang memiliki UUS, dalam Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a wajib pula memuat: a. laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS); b. laporan Sumber dan Penggunaan Dana Qardh; dan c. Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat, untuk pelaporan publikasi posisi bulan Juni danDesember. (3) Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) wajib disajikan paling kurang dalam bentuk perbandingan dengan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan tahun sebelumnya. (4) Ketentuan mengenai penetapan periode pembanding untuk Laporan Publikasi Triwulanan diatur dengan Surat Edaran Bank Indonesia. A. Bank Umum Kovensional Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan Posisi Akhir Maret dan September 1. Pedoman Umum a. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan yang disajikan terdiri dari laporan keuangan Bank secara individu dan laporan keuangan Bank secara konsolidasi dengan anak perusahaan. b. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan wajib disusun dalam bahasa Indonesia dan angka‐angka yang disajikan dalam jutaan Rupiah. c. Format Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan merupakan standar minimal yang wajib dipenuhi. Apabila terdapat pos yang jumlahnya material dan tidak terdapat dalam format tersebut, Bank dapat menyajikan pos tersebut secara tersendiri, namun apabila pos dimaksud jumlahnya tidak material dapat digabungkan dengan pos lain yang sejenis. 25 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi SE 12/11/DPNP 2010 Romawi II.1.d SE 3/30/DPNP 2001 Romawi II.1.e – II.1.g SE 13/30/DPNP 2011 Romawi II.2 Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan d. Pos‐pos yang memiliki saldo nihil dalam format Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan yang diumumkan di surat kabar tetap harus dicantumkan dengan member garis pendek (‐) pada pos yang bersangkutan, kecuali ditetapkan secara khusus dalam Lampiran. e. Penyajian Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan 1) Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan wajib disajikan sekurang‐kurangnya dalam bentuk perbandingan dengan laporan pada periode yang sama tahun sebelumnya; 2) Posisi pembanding hendaknya disajikan sesuai format yang sama dengan posisi Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan yang diumumkan; 3) Khusus untuk perlakuan akuntansi yang baru berlaku dalam posisi laporan maka penyajian posisi pembanding hendaknya mengacu kepada PSAK Nomor 25 tentang Laba atau Rugi Bersih untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar dan Perubahan Kebijakan Akuntansi; f. Bagi bank yang tidak memiliki anak perusahaan, kolom konsolidasi dapat ditiadakan. g. Untuk pengisian pemilik Bank dalam format Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan, nama pemegang saham yang wajib dicantumkan adalah perorangan atau perusahaan yang memiliki saham sebesar 5% (lima perseratus) atau lebih dari modal Bank, baik melalui atau tidak melalui Pasar Modal. 2. Cakupan a. Laporan yang wajib disajikan dalam Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan paling kurang terdiri atas: 1) Posisi Keuangan/ Neraca; 2) Laba Rugi Komprehensif; 3) Komitmen dan Kontinjensi; 4) Transaksi Spot dan Derivatif; 5) Kualitas Aset Produktif dan Informasi lainnya; 6) Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum, dan 7) Rasio Keuangan. Format laporan sebagaimana butir II.2.a.1) sampai dengan butir II.2.a.7) (butir A.2.a.1) sampai dengan butir A.2.a.7) dalam kodifikasi ini) masing‐masing menggunakan format sebagaimana dimaksud pada Lampiran 1, Lampiran 2, Lampiran 3, Lampiran 4, Lampiran 5, Lampiran 6, dan Lampiran 7 (Lampiran 3, Lampiran 4, Lampiran 5, Lampiran 6, Lampiran 7, Lampiran 8, Lampiran 9 dalam kodifikasi ini). b. Dalam penyusunan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, Bank wajib berpedoman pada: 1) Pedoman Penyusunan Laporan Posisi Keuangan/ Neraca; 2) Pedoman Penyusunan Laporan Laba Rugi Komprehensif; 3) Pedoman Penyusunan Laporan Komitmen dan Kontinjensi; 4) Pedoman Penyusunan Laporan Transaksi Spot dan Derivatif; 5) Pedoman Penyusunan Laporan Kualitas Aset Produktif dan Informasi lainnya; 26 Likuiditas Rupiah Paragraf Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Sumber Regulasi Ketentuan 6) Pedoman Perhitungan Modal; dan 7) Pedoman Perhitungan Rasio Keuangan. Pedoman penyusunan laporan sebagaimana butir II.2.b.1) sampai dengan butir II.2.b.7) (butir A.2.b.1) sampai dengan butir A.2.b.7) dalam kodifikasi ini) masing‐masing adalah sebagaimana pada Lampiran 8, Lampiran 9, Lampiran 10, Lampiran 11, Lampiran 12, Lampiran 13, dan Lampiran 14 (Lampiran 10, Lampiran 11, Lampiran 13, Lampiran 15, Lampiran 16 dalam kodifikasi ini). SE 7/56/DPbS B. Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah 2005 Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan Posisi Akhir Bulan Maret Dan Romawi V September 1. Pedoman Umum a. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan yang disajikan terdiri dari laporan keuangan Bank secara individu dan laporan keuangan Bank secara konsolidasi dengan anak perusahaan. b. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan wajib disusun dalam bahasa Indonesia dan angka‐angka yang disajikan dalam jutaan Rupiah. c. Format Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan merupakan standar minimal yang wajib dipenuhi. Apabila terdapat pos yang jumlahnya material dan tidak terdapat dalam format tersebut, Bank dapat menyajikan pos tersebut secara tersendiri, namun apabila pos dimaksud jumlahnya tidak material dapat digabungkan dengan pos lain yang sejenis. d. Pos‐pos yang memiliki saldo nihil dalam format Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan yang diumumkan di surat kabar tetap harus dicantumkan dengan memberi garis pendek (‐) pada pos yang bersangkutan. e. Penyajian Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan 1) Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan wajib disajikan paling sedikit dalam bentuk perbandingan dengan laporan pada periode yang sama tahun sebelumnya. 2) Posisi pembanding hendaknya disajikan sesuai format yang sama dengan posisi Laporan Keuangan Publikasi Triwulan yang diumumkan. 3) Khusus untuk perlakuan akuntansi yang baru berlaku dalam posisi Laporan, maka penyajian posisi pembanding hendaknya 4) mengacu kepada PSAK Nomor 25 tentang Laba atau Rugi Bersih untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar dan Perubahan Kebijakan Akuntansi. f. Bagi Bank yang tidak memiliki anak perusahaan, kolom konsolidasi dapat ditiadakan. g. Untuk pengisian pemilik Bank dalam format Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan, nama pemegang saham yang wajib dicantumkan adalah perorangan atau perusahaan yang memiliki saham sebesar 5% (lima perseratus) atau lebih dari modal Bank, baik melalui atau tidak melalui Pasar Modal. 27 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan 8 Pasal 8 14/14/PBI/2012 Ayat (1) Transparansi dan Publikasi Laporan Bank 2. Cakupan a. Laporan yang wajib disajikan dalam Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan paling sedikit terdiri dari : 1) Lampiran 1 : Neraca (Lampiran 17 dalam kodifikasi ini) 2) Lampiran 2 : Laporan Laba Rugi dan Saldo Laba (Lampiran 18 dalam kodifikasi ini) 3) Lampiran 3 : Komitmen dan Kontinjensi (Lampiran 19 dalam kodifikasi ini) 4) Lampiran 4 : Kualitas Aktiva Produktif dan Informasi Lainnya (Lampiran 20 dalam kodifikasi ini) 5) Lampiran 5 : Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (Lampiran 21 dalam kodifikasi ini) 6) Lampiran 6 : Rasio Keuangan (Lampiran 22 dalam kodifikasi ini) 7) Lampiran 15 : Tabel Distribusi Bagi hasil (Lampiran 33 dalam kodifikasi ini) b. Dalam penyusunan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, untuk kolom laporan keuangan Bank secara individu, Bank wajib berpedoman pada pedoman penyusunan sebagai berikut : 1) Lampiran 4b : Pedoman Penyusunan KAP berdasarkan LBUS (Lampiran 20b dalam kodifikasi ini) 2) Lampiran 4c : Pedoman Penyusunan Laporan Kualitas Aktiva Produktif dan Informasi lainnya (Lampiran 20c dalam kodifikasi ini) 3) Lampiran 7 : Pedoman Penyusunan Neraca (Lampiran 23 dalam kodifikasi ini) 4) Lampiran 8 : Pedoman Penyusunan Laporan Laba Rugi dan Perubahan Saldo Laba (Lampiran 24 dalam kodifikasi ini) 5) Lampiran 9 : Pedoman Penyusunan Komitmen dan Kontinjensi (Lampiran 25 dalam kodifikasi ini) 6) Lampiran 10 : Pedoman Perhitungan Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (Lampiran 26 dalam kodifikasi ini) 7) Lampiran 10a : Pedoman Perhitungan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (Lampiran 27 dalam kodifikasi ini) 8) Lampiran 10b : Pedoman Perhitungan Modal (Lampiran 28 dalam kodifikasi ini) 9) Lampiran 11 : Pedoman Perhitungan Rasio Keuangan (Lampiran 29 dalam kodifikasi ini) (1) Bank wajib mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 (Paragraf 7 dalam kodifikasi ini) paling kurang 4 (empat) kali dalam 1 (satu) tahun yaitu laporan posisi akhir bulan Maret, bulan Juni, bulan September, dan bulan Desember. 28 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi SE 3/30/DPNP 2001 Romawi III, IV Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan posisi akhir bulan Maret, bulan Juni, dan bulan September menyajikan laporan keuangan interim sedangkan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan posisi akhir bulan Desember menyajikan laporan keuangan akhir tahun. A. Bank Umum Konvensional 1. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan Posisi Juni Format dan cakupan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan untuk posisi Juni adalah sama dengan format dan cakupan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan untuk posisi Maret dan September (Paragraf 7 ayat (4) huruf A dalam kodifikasi ini) dengan beberapa tambahan yang ditetapkan sebagai berikut: 1. Bagi Bank yang merupakan bagian dari suatu kelompok usaha, selain menyajikan laporan keuangan Bank secara individu dan laporan keuangan Bank secara konsolidasi dengan anak perusahaan, Bank wajib menyajikan Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Daftar Komitmen dan Kontinjensi perusahaan induk di bidang keuangan yang merupakan hasil konsolidasi dari seluruh perusahaan di dalam kelompok bidang keuangan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku. Dalam hal kelompok usaha tidak memiliki perusahaan induk di bidang keuangan, Bank wajib menyajikan Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Daftar Komitmen dan Kontinjensi perusahaan induk yang merupakan hasil konsolidasi dari seluruh perusahaan di dalam kelompok usaha sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku. 2. Neraca dan Laporan Laba Rugi perusahaan induk di bidang keuangan atau perusahaan induk wajib disajikan dalam bentuk perbandingan dengan posisi yang sama pada tahun sebelumnya. 2. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan Posisi Akhir Desember Format dan cakupan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan untuk posisi Desember adalah sama dengan format dan cakupan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan untuk posisi Maret, Juni dan September (Paragraf 7 ayat (4) huruf A dalam kodifikasi ini) dengan beberapa tambahan sebagai berikut: 1. Bagi Bank yang merupakan bagian dari suatu kelompok usaha, selain menyajikan laporan keuangan Bank secara individu dan laporan keuangan Bank secara konsolidasi dengan anak perusahaan, Bank wajib menyajikan Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Daftar Komitmen dan Kontinjensi perusahaan induk di bidang keuangan yang merupakan hasil konsolidasi dari seluruh perusahaan di dalam kelompok bidang keuangan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku. Dalam hal kelompok usaha tidak memiliki perusahaan induk di bidang keuangan, Bank wajib menyajikan Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Daftar Komitmen 29 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi SE 7/56/DPbs 2005 Romawi VI Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan dan Kontinjensi perusahaan induk yang merupakan hasil konsolidasi dari seluruh perusahaan di dalam kelompok usaha sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku. 2. Laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 wajib diaudit oleh Akuntan Publik. Dalam penyajian Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan wajib dicantumkan nama Akuntan Publik yang bertanggung jawab (partner in charge), nama Kantor Akuntan Publik dan opini yang diberikan. 3. Format Neraca dan Laporan Laba Rugi perusahaan induk di bidang keuangan atau perusahaan induk disesuaikan dengan Neraca dan Laporan Laba Rugi yang disajikan dalam laporan audit (audit report). 4. Neraca dan Laporan Laba Rugi perusahaan induk di bidang keuangan atau perusahaan induk wajib disajikan dalam bentuk perbandingan dengan posisi yang sama pada tahun sebelumnya. B. Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan Posisi Juni dan Posisi Akhir Desember Format dan cakupan Laporan Keuangan Publikasi untuk posisi Juni dan posisi akhir Desember adalah sama dengan format dan cakupan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan untuk posisi Maret dan September (Paragraf 7 ayat (4) huruf B dalam kodifikasi ini) dengan beberapa tambahan laporan dan informasi yang ditetapkan sebagai berikut : 1. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana ZIS sebagaimana tercantum dalam Lampiran 12 (Lampiran 30 dalam kodifikasi ini), Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Qardh sebagaimana tercantum dalam Lampiran 13 (Lampiran 31 dalam kodifikasi ini), dan Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat jika ada sebagaimana tercantum dalam Lampiran 14 (Lampiran 32 dalam kodifikasi ini). 2. Bagi Bank yang merupakan bagian dari suatu kelompok usaha, selain menyajikan laporan keuangan Bank secara individu dan laporan keuangan Bank secara konsolidasi dengan anak perusahaan, Bank wajib menyajikan neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, serta daftar komitmen dan kontinjensi perusahaan induk di bidang keuangan yang merupakan hasil konsolidasi dari seluruh perusahaan didalam kelompok bidang keuangan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku. Dalam hal kelompok usaha tidak memiliki perusahaan induk di bidang keuangan, Bank wajib menyajikan neraca, laporan laba rugi, dan daftar komitmen dan kontinjensi perusahaan yang merupakan hasil konsolidasi dari seluruh perusahaan di dalam kelompok usaha sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku. 3. Neraca dan Laporan laba rugi perusahaan induk di bidang keuangan atau perusahaan induk wajib disajikan dalam bentuk 30 Likuiditas Rupiah Paragraf 9 10 Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Sumber Regulasi Ketentuan perbandingan dengan posisi yang sama pada tahun sebelumnya. 4. Khusus untuk posisi akhir Desember, a. Laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam angka 2 wajib diaudit oleh Akuntan Publik, dan wajib mencantumkan nama Akuntan Publik yang bertanggung jawab (partner in charge), serta nama Kantor Akuntan Publik dan opini yang diberikan. b. Format Neraca dan Laporan Laba Rugi perusahaan induk di bidang keuangan atau perusahaan induk disesuaikan dengan Neraca dan Laporan Laba Rugi yang disajikan dalam laporan audit (audit report). Pasal 8 (2) Dalam hal diperlukan, selain mengumumkan laporan sebagaimana 14/14/PBI/2012 dimaksud pada ayat (1), Bank Indonesia dapat meminta Bank untuk Ayat (2) mengumumkan: a. laporan keuangan publikasi selain periode sebagaimana dimaksud pada ayat (1); dan/atau b. informasi lain yang akan ditentukan oleh Bank Indonesia. Pertimbangan Bank Indonesia untuk meminta Bank mengumumkan laporan keuangan publikasi selain periode sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau informasi lain yang ditentukan Bank Indonesia antara lain pertimbangan transparansi publik dalam rangka tindakan penyehatan Bank, transparansi mengenai produk/jasa tertentu yang diterbitkan/dilaksanakan oleh Bank, serta proses merger, konsolidasi, dan akuisisi Bank. Pasal 9 (1) Pengumuman Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan sebagaimana 14/14/PBI/2012 dimaksud dalam Pasal 8 (Paragraf 8 dalam kodifikasi ini) wajib ditandatangani oleh paling kurang 2 (dua) orang anggota Direksi Bank. Penandatanganan oleh Direksi Bank dilakukan dengan mencantumkan namanya secara jelas. (2) Pengumuman Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan untuk posisi akhir bulan Desember sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 8 ayat (1) wajib mencantumkan nama Kantor Akuntan Publik yang melakukan audit Laporan Keuangan Tahunan berikut nama Akuntan Publik yang bertanggung jawab dalam audit (partner in charge) serta opini yang diberikan. (1) Pengumuman Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan sebagaimana Pasal 10 dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) (Paragraf 7 ayat (1) dalam kodifikasi 14/14/PBI/2012 ini) wajib dilakukan paling kurang dalam 1 (satu) surat kabar harian berbahasa Indonesia yang mempunyai peredaran luas di tempat kedudukan kantor pusat Bank atau di tempat kedudukan Kantor Cabang Bank Asing. 31 Likuiditas Rupiah Paragraf 11 Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Sumber Regulasi Ketentuan Pengumuman pada surat kabar harian yang mempunyai peredaran luas dimaksudkan agar informasi dalam laporan keuangan dapat diketahui oleh masyarakat luas. (2) Pengumuman Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lambat pada: a tanggal 15 bulan kedua setelah berakhirnya bulan laporan untuk laporan posisi akhir bulan Maret, bulan Juni, dan bulan September; b tanggal 15 April tahun berikutnya untuk laporan posisi akhir bulan Desember. (1) Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia: Pasal 11 a. bukti pengumuman berupa fotokopi atau guntingan surat kabar 14/14/PBI/2012 yang memuat pengumuman Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) (Paragraf 10 ayat (1) dalam kodifikasi ini) paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah pengumuman di surat kabar; dan b. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan secara on‐line melalui Laporan Kantor Pusat Bank Indonesia (LKPBU) sesuai tata cara, format, dan jangka waktu yang ditetapkan Bank Indonesia dalam ketentuan mengenai laporan kantor pusat bank umum. (2) Selama penyampaian laporan secara on‐line sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b belum dapat dilakukan, Bank harus menyampaikan softcopy laporan secara off‐line kepada Bank Indonesia dalam bentuk compact disc. (3) Penyampaian softcopy laporan dalam bentuk compact disc kepada Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan paling lama 5 (lima) hari kerja sejak tanggal pengumuman di surat kabar. SE 3/30/DPNP A. Bank Umum Konvensional 2001 Alamat Penyampaian Laporan Romawi VII 1. Guntingan surat kabar atau fotokopi Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan disampaikan kepada Bank Indonesia dengan alamat: a. Direktorat Pengawasan Bank, Jl. M.H. Thamrin No.2 Jakarta 10110, sesuai dengan Direktorat yang mengawasi Bank yang bersangkutan, dengan tembusan kepada Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan, bagi Bank yang berkantor pusat atau Kantor Cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri, di wilayah kerja kantor pusat Bank Indonesia; atau b. Kantor Bank Indonesia setempat, dengan tembusan kepada Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan, bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah kerja kantor pusat Bank Indonesia. 2. Disket yang berisi informasi Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan disampaikan kepada Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan, Jl. M.H. Thamrin No.2 Jakarta 10110, atau melalui e‐mail dengan alamat [email protected]. 32 Likuiditas Rupiah Paragraf 12 Sumber Regulasi SE 7/56/DPbs 2005 Romawi IX Pasal 12 14/14/PBI/2012 Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan 3. Laporan tertentu sebagaimana dimaksud dalam angka VI (Paragraf 23 dalam kodifikasi ini) disampaikan kepada Bank Indonesia dengan alamat : a. Direktorat Pengawasan Bank, Jl. M.H. Thamrin No.2 Jakarta 10110, sesuai dengan Direktorat yang mengawasi Bank yang bersangkutan, bagi Bank yang berkantor pusat atau Kantor Cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri, di wilayah kerja kantor pusat Bank Indonesia; atau b. Kantor Bank Indonesia setempat, bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah kerja kantor pusat Bank Indonesia. B. Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah 1. Fotokopi atau guntingan surat kabar Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan, serta Laporan Tertentu disampaikan kepada Bank Indonesia dengan alamat : a. Direktorat Perbankan Syariah, Jl. M.H. Thamrin No.2 Jakarta 10110, dengan tembusan kepada Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan, bagi Bank yang berkantor pusat atau Kantor Cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri, di wilayah kerja kantor pusat Bank Indonesia; atau b. Kantor Bank Indonesia setempat, dengan tembusan kepada Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan, bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah kerja kantor pusat Bank Indonesia. 2. Disket yang berisi informasi Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan disampaikan kepada Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan, Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10110, atau dengan melalui e‐mail dengan [email protected]. (1) Bank dinyatakan terlambat mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan apabila Bank mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan setelah batas akhir waktu pengumuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) (Paragraf 10 ayat (2) dalam kodifikasi ini) sampai dengan paling lama 1 (satu) bulan sejak batas akhir waktu pengumuman laporan. (2) Bank dinyatakan terlambat menyampaikan bukti pengumuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf (Paragraf 11 ayat (1) dalam kodifikasi ini) apabila bukti pengumuman disampaikan setelah batas akhir waktu penyampaian sampai dengan paling lama 1 (satu) bulan sejak batas akhir waktu penyampaian bukti pengumuman. (3) Selama belum dimungkinkan pelaporan secara on‐line, Bank dinyatakan terlambat menyampaikan softcopy Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan dalam bentuk compact disc sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) (Paragraf 11 ayat (2) dalam kodifikasi ini) apabila disampaikan setelah batas akhir waktu penyampaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) (Paragraf 11 ayat (3) dalam kodifikasi ini) sampai dengan paling lama 1 (satu) bulan sejak batas akhir waktu penyampaian laporan. 33 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi 13 Pasal 13 14/14/PBI/2012 14 Pasal 14 14/14/PBI/2012 Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan (4) Bank dinyatakan tidak mengumumkan atau tidak menyampaikan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan apabila Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan belum diumumkan atau belum disampaikan sampai dengan berakhirnya batas waktu keterlambatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3). Bank Indonesia mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan yang disampaikan oleh Bank sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf b atau ayat (2) (Paragraf 11 ayat (1) huruf b atau ayat (2) dalam kodifikasi ini), pada website Bank Indonesia. Ketentuan dalam Pasal ini dimaksudkan untuk lebih mempermudah dan memperluas akses masyarakat dalam memperoleh informasi mengenai kondisi keuangan Bank. (1) Bank wajib mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan dalam website Bank. (2) Pengumuman Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lama 1 (satu) hari kerja setelah batas waktu pengumuman Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan dalam surat kabar. (3) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib dipelihara dalam website Bank paling kurang untuk 2 (dua) periode laporan berturut‐turut. 15 BAB IV Laporan Keuangan Publikasi Bulanan Pasal 15 14/14/PBI/2012 (1) Bank wajib mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi Bulanan melalui website Bank Indonesia. (2) Laporan Keuangan Publikasi Bulanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling kurang memuat: a. laporan keuangan, yang terdiri atas: 1. Laporan Posisi Keuangan (Neraca); dan 2. Laporan Laba Rugi; b. komitmen dan kontinjensi; c. Perhitungan KPMM; dan d. kualitas aset produktif dan informasi lainnya, antara lain: 1. jumlah penyediaan dana; 2. kredit kepada debitur UMKM; 3. kredit yang memerlukan perhatian khusus (antara lain kredit yang direstrukturisasi dan kredit properti); dan 4. cadangan penyisihan kerugian. SE 3/30/DPNP 2001 Romawi V A. Bank Umum Konvensional 1. Laporan Bulanan Bank Umum yang disampaikan oleh Bank kepada Bank Indonesia untuk posisi bulan Januari sampai dengan Desember akan diumumkan pada home page Bank Indonesia. 2. Format yang digunakan untuk Laporan Keuangan Publikasi Bulanan tersebut ditetapkan sesuai format pada Lampiran 1a, Lampiran 2a, Lampiran 3a, Lampiran 5a, dan Lampiran 6a (Lampiran 3a, Lampiran 4a, Lampiran 5a, Lampiran 7a, Lampiran 8.a.1, dan Lampiran 8.a.2 dalam kodifikasi ini). 34 Likuiditas Rupiah Paragraf 16 Sumber Regulasi SE 7/56/DPbs 2005 Romawi VII Pasal 16 14/14/PBI/2012 Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan 3. Penyusunan penyajian publikasi berpedoman pada Lampiran 8, Lampiran 9, Lampiran 10, Lampiran 12 dan Lampiran 13 (Lampiran 10, Lampiran 11, Lampiran 12, Lampiran 14, dan Lampiran 15 dalam kodifikasi ini). Laporan Keuangan Publikasi Bulanan merupakan laporan keuangan Bank secara individu yang merupakan gabungan antara kantor pusat Bank dengan seluruh kantor Bank. B. Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah 1. Laporan Bulanan yang disampaikan oleh Bank kepada Bank Indonesia untuk posisi bulan Januari sampai dengan Desember akan diumumkan pada home page Bank Indonesia. 2. Format yang digunakan untuk Laporan Keuangan Publikasi Bulanan tersebut sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1a, Lampiran 2a, Lampiran 3a, Lampiran 4a, Lampiran 5a (Lampiran 17a, Lampiran 18a, Lampiran 19a, Lampiran 20a, dan Lampiran 21a dalam kodifikasi ini). 3. Penyusunan penyajian publikasi sebagaimana tercantum dalam Lampiran 4b, Lampiran 4c, Lampiran 7, Lampiran 8, Lampiran 9, Lampiran 10 (Lampiran 20b, Lampiran 20c, Lampiran 23, Lampiran 24, Lampiran 25 dalam kodifikasi ini). 4. Laporan keuangan Publikasi Bulanan merupakan laporan keuangan Bank secara individu yang merupakan gabungan antara kantor pusat Bank dengan seluruh kantor Bank. (1) Laporan Keuangan Publikasi Bulanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) (Paragraf 15 ayat (1) dalam kodifikasi ini) disusun berdasarkan data Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) yang telah direklasifikasi oleh Bank Indonesia dengan berpedoman pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan dan ketentuan Bank Indonesia. Pengumuman Laporan Keuangan Publikasi Bulanan oleh Bank melalui Bank Indonesia didasarkan pada LBU dengan maksud agar terdapat kesesuaian informasi yang diterima oleh Bank Indonesia dan publik serta untuk menghindari duplikasi pelaporan oleh Bank mengingat Bank telah menyampaikan LBU kepada Bank Indonesia. Tujuan reklasifikasi LBU adalah untuk memfasilitasi pelaku pasar (market participant) dalam menilai laporan keuangan dan laporan lainnya dari Bank. LBU yang dipergunakan sebagai dasar reklasifikasi merupakan laporan keuangan gabungan antara kantor pusat Bank dengan seluruh kantor Bank. (2) Sebelum dilakukan pengumuman, LBU yang telah direklasifikasi oleh Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan kepada Bank secara on‐line melalui Laporan Kantor Pusat Bank Umum (LKPBU) untuk dilakukan penelitian dan penyesuaian mengenai akurasi laporan serta penambahan informasi yang diperlukan dalam rangka penyusunan Laporan Keuangan Publikasi Bulanan. 35 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan (3) Bank wajib menyampaikan Laporan Keuangan Publikasi Bulanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Bank Indonesia secara on‐line melalui Laporan Kantor Pusat Bank Umum (LKPBU). (4) Bank Indonesia mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi Bulanan yang disampaikan oleh Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (3) melalui website Bank Indonesia. (5) Tata cara, format, dan jangka waktu penyampaian Laporan Keuangan Publikasi Bulanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) melalui Laporan Kantor Pusat Bank Umum (LKPBU) berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia mengenai laporan kantor pusat bank umum. 17 Pasal 17 14/14/PBI/2012 (1) Selama penyampaian LBU yang telah direklasifikasi kepada Bank secara on‐line sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) (Paragraf 16 ayat (2) dalam kodifikasi ini) belum dapat dilakukan, Bank Indonesia menyampaikan laporan dimaksud kepada Bank secara off‐line. (2) Selama penyampaian Laporan Keuangan Publikasi Bulanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3) (Paragraf 16 ayat (3) dalam kodifikasi ini) belum dapat dilakukan secara on‐line, Bank harus menyampaikan laporan dimaksud secara off‐line dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja setelah Bank menerima LBU yang telah direklasifikasi. (3) Bank Indonesia mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi Bulanan berdasarkan Laporan Keuangan Publikasi Bulanan yang disampaikan Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling lama 60 (enam puluh) hari setelah bulan laporan. 18 BAB V Laporan Keuangan Konsolidasi Pasal 18 14/14/PBI/2012 (1) (2) (3) (4) Bank yang merupakan bagian dari suatu kelompok usaha dan/atau Bank yang memiliki Perusahaan Anak wajib menyampaikan laporan keuangan konsolidasi yang disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan. Laporan keuangan konsolidasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disajikan pada Laporan Keuangan Tahunan dan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan. Bank Indonesia berwenang menetapkan cakupan perusahaan yang laporan keuangannya wajib dikonsolidasikan dengan laporan keuangan Bank selain yang telah ditetapkan dalam standar akuntansi keuangan. Penyertaan Bank yang mengakibatkan timbulnya Pengendalian namun hanya bersifat sementara dikecualikan dari penyusunan laporan keuangan konsolidasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Yang dimaksud dengan bersifat sementara antara lain Pengendalian yang akan dilepaskan dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak posisi laporan keuangan pada tahun perolehan Pengendalian atau penyertaan modal sementara dalam rangka restrukturisasi kredit. 36 Likuiditas Rupiah Paragraf 19 20 Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Sumber Regulasi Ketentuan Bagian Kesatu Laporan Keuangan Konsolidasi yang Disajikan pada Laporan Tahunan Pasal 19 14/14/PBI/2012 Pasal 20 14/14/PBI/2012 (1) Bank yang merupakan bagian dari suatu kelompok usaha dan/atau Bank yang memiliki Perusahaan Anak dalam menyusun Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 (Paragraf 3 dalam kodifikasi ini), selain menyajikan Laporan Keuangan Tahunan secara individual, juga wajib menyajikan Laporan Keuangan Tahunan secara konsolidasi. (2) Laporan Keuangan Tahunan secara konsolidasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang telah diaudit oleh Akuntan Publik, terdiri atas: a. Laporan Keuangan Konsolidasi Bank; b. Laporan Keuangan Konsolidasi Perusahaan Induk di Bidang Keuangan; dan Yang dimaksud dengan ”laporan keuangan konsolidasi Perusahaan Induk di Bidang Keuangan” adalah hasil konsolidasi dari laporan keuangan seluruh perusahaan di dalam kelompok usaha di bidang keuangan sesuai dengan standar akuntansi. c. Laporan Keuangan Konsolidasi Perusahaan Induk. Yang dimaksud dengan “laporan keuangan konsolidasi Perusahaan Induk” adalah hasil konsolidasi dari seluruh laporan keuangan perusahaan di dalam kelompok usaha sesuai dengan standar akuntansi. (3) Dalam hal kelompok usaha tidak memiliki Perusahaan Induk di Bidang Keuangan maka cukup disajikan Laporan Keuangan Konsolidasi Perusahaan Induk sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c. (4) Dalam hal audit Laporan Keuangan Tahunan perusahaan lain di luar Bank dilakukan oleh Akuntan Publik yang berbeda dengan Akuntan Publik yang mengaudit Laporan Keuangan Tahunan Bank maka Bank dalam menyajikan Laporan Keuangan Tahunan secara Konsolidasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib mencantumkan nama Kantor Akuntan Publik yang melakukan audit Laporan Keuangan Tahunan berikut nama Akuntan Publik yang bertanggung jawab dalam audit (partner in charge) serta opini yang diberikan. (5) Laporan Keuangan Konsolidasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), paling kurang meliputi: a. Laporan Posisi Keuangan (Neraca); b. Laporan Laba Rugi Komprehensif; c. Laporan Perubahan Ekuitas; dan d. komitmen dan kontinjensi. Bank yang merupakan bagian dari suatu kelompok usaha dan/atau Bank yang memiliki Perusahaan Anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) (Paragraf 19 ayat (1) dalam kodifikasi ini), dalam Laporan Tahunan selain wajib menyajikan Laporan Keuangan Tahunan secara konsolidasi, juga wajib menyampaikan informasi sebagai berikut: a. struktur kelompok usaha Bank; 37 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan Struktur kelompok usaha Bank disajikan sebagai berikut: 1. mulai dari Bank, Perusahaan Anak, Perusahaan Afiliasi, Perusahaan Induk di Bidang Keuangan, dan/atau Perusahaan Induk sampai dengan pemegang saham pengendali terakhir (ultimate shareholder). 2. struktur keterkaitan kepengurusan dan pemegang saham yang bertindak atas nama pemegang saham lain (shareholder acting in concert). Pemegang saham yang bertindak atas nama pemegang saham lain adalah pemegang saham perorangan atau perusahaan yang memiliki tujuan bersama untuk mengendalikan Bank yang didasarkan atau tidak didasarkan atas suatu perjanjian. b. transaksi antara Bank dengan Pihak‐pihak Berelasi; Contoh transaksi dengan Pihak‐pihak Berelasi meliputi: 1. kepemilikan silang (cross shareholdings); 2. transaksi dimana suatu kelompok usaha bertindak untuk kepentingan kelompok usaha yang lain; 3. pengelolaan likuiditas jangka pendek yang dipusatkan dalam kelompok usaha; 4. penyediaan dana yang diberikan atau diterima oleh perusahaan lain dalam satu kelompok usaha; 5. eksposur kepada pemegang saham mayoritas antara lain dalam bentuk pinjaman, komitmen dan kontinjensi; dan 6. pembelian, penjualan, dan penyewaan aset dengan perusahaan lain dalam suatu kelompok usaha, termasuk yang dilakukan dengan repurchase agreement. c. transaksi dengan Pihak‐pihak Berelasi yang dilakukan oleh setiap perusahaan di dalam kelompok usaha Bank yang bergerak di bidang keuangan; Contoh transaksi dengan Pihak‐pihak Berelasi yang dilakukan oleh setiap perusahaan di dalam kelompok usaha Bank yang bergerak di bidang keuangan meliputi: 1. kepemilikan silang (cross shareholdings); 2. transaksi dimana suatu kelompok usaha bertindak untuk kepentingan kelompok usaha yang lain; 3. pengelolaan likuiditas jangka pendek yang dipusatkan dalam kelompok usaha; 4. penyediaan dana yang diberikan atau diterima oleh perusahaan lain dalam satu kelompok usaha; 5. eksposur kepada pemegang saham mayoritas antara lain dalam bentuk pinjaman, komitmen dan kontinjensi; dan 6. pembelian, penjualan, dan penyewaan aset dengan perusahaan lain dalam suatu kelompok usaha, termasuk yang dilakukan dengan repurchase agreement. 38 Likuiditas Rupiah Paragraf 21 Sumber Regulasi Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan d. penyediaan dana, komitmen maupun fasilitas lain yang dapat dipersamakan dengan itu dari setiap perusahaan yang berada dalam satu kelompok usaha dengan Bank kepada debitur yang telah memperoleh penyediaan dana dari Bank; dan e. pengungkapan mengenai permodalan, jenis risiko, potensi kerugian, dan manajemen risiko sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) (Paragraf 3 ayat (2) dalam kodifikasi ini) secara konsolidasi, bagi Bank Umum Konvensional. Bagian Kedua Laporan Keuangan Konsolidasi yang Disajikan pada Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan Pasal 21 14/14/PBI/2012 ayat (1)‐(3) SE 7/10/DPNP 2005 Nomor 4.b (1) Bank yang merupakan bagian dari suatu kelompok usaha dan/atau Bank yang memiliki Perusahaan Anak dalam menyusun Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 (Paragraf 7 dalam kodifikasi ini), selain menyajikan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan secara individual, juga wajib menyajikan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan secara konsolidasi. (2) Bank yang memiliki Perusahaan Anak, dalam menyusun Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 (Paragraf 7 dalam kodifikasi ini) wajib menyajikan: a. laporan keuangan Bank secara individual; dan b. laporan keuangan Bank secara konsolidasi. (3) Bank yang merupakan bagian dari kelompok usaha, dalam menyusun Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 (Paragraf 7 dalam kodifikasi ini) untuk posisi akhir bulan Juni dan Desember, wajib menyajikan: a. laporan keuangan Bank secara individual; dan b. laporan keuangan Perusahaan Induk di Bidang Keuangan; atau c. laporan keuangan Perusahaan Induk apabila tidak terdapat laporan keuangan Perusahaan Induk di Bidang Keuangan. Sesuai pasal 26 ayat (2) Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/22/2001 tanggal 13 Desember 2001 tentang Transparansi kondisi Keuangan Bank (sebagaimana telah dicabut oleh PBI Nomor 14/14/PBI/2012 tentang Transparansi dan Publikasi Laporan Bank pada tanggal 18 Oktober 2012 dan diatur kembali oleh Pasal 21 ayat (3) PBI 14/14/PBI/2012 / Paragraf 21 ayat (3) dalam kodifikasi ini), dalam hal Bank merupakan bagian dari kelompok usaha, selain menyajikan laporan keuangan Bank secara individual serta Laporan keuangan konsolidasi Bank yang merupakan hasil konsolidasi dari laporan keuangan Bank dan Perusahaan Anak, untuk posisi akhir bulan Juni dan Desember, Bank diwajibkan pula menyajikan : 1) Laporan keuangan perusahaan induk di bidang keuangan; atau 2) Laporan keuangan perusahaan induk apabila tidak terdapat laporan keuangan perusahaan induk di bidang keuangan. Laporan yang wajib disajikan meliputi Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas serta Daftar Komitmen dan Kontinjensi. Penyajian disesuaikan dengan transaksi yang dilakukan oleh perusahaan induk. 39 Likuiditas Rupiah Paragraf Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Sumber Regulasi Ketentuan (4) Dalam hal Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (3) juga memiliki Pasal 21 perusahaan anak, dalam menyusun Laporan Triwulanan, juga wajib 14/14/PBI/2012 menyajikan laporan keuangan triwulanan Bank secara konsolidasi ayat (4)‐(6) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b. (5) Laporan Keuangan Konsolidasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, paling kurang meliputi: a. Laporan Posisi Keuangan (Neraca); b. Laporan Laba Rugi Komprehensif; c. Laporan Perubahan Ekuitas; dan d. komitmen dan kontinjensi. (6) Laporan keuangan triwulanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) untuk posisi akhir bulan Desember wajib diaudit oleh Akuntan Publik. Bagian Ketiga Laporan Tertentu kepada Bank Indonesia 22 Pasal 22 14/14/PBI/2012 (1) (2) (3) (4) (5) (6) Bank yang merupakan bagian dari kelompok usaha dan/atau Bank yang memiliki Perusahaan Anak, selain menyampaikan Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 (Paragraf 4 dalam kodifikasi ini) kepada Bank Indonesia, Bank wajib menyampaikan laporan tahunan tertentu. Laporan tahunan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), paling kurang mencakup: a. Laporan tahunan Perusahaan Induk dan laporan tahunan Perusahaan Induk di Bidang Keuangan; b. Laporan tahunan pemegang saham langsung yang memiliki saham mayoritas atau laporan tahunan perusahaan yang melakukan Pengendalian langsung kepada Bank; dan c. Laporan tahunan Perusahaan Anak. Apabila kelompok usaha tidak memiliki Perusahaan Induk di Bidang Keuangan, maka laporan tahunan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a yang wajib disampaikan oleh Bank adalah laporan tahunan Perusahaan Induk. Apabila kelompok usaha tidak memiliki laporan tahunan Perusahaan Induk dan laporan tahunan Perusahaan Induk di Bidang Keuangan, maka laporan tahunan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a yang wajib disampaikan oleh Bank adalah laporan keuangan tahunan Perusahaan Induk dan laporan keuangan tahunan Perusahaan Induk di Bidang Keuangan. Apabila kelompok usaha tidak memiliki perusahaan induk di bidang keuangan dan tidak memiliki laporan tahunan Perusahaan Induk maka laporan tahunan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a yang wajib disampaikan oleh Bank adalah laporan keuangan tahunan Perusahaan Induk. Batas waktu penyampaian laporan tahunan atau laporan keuangan tahunan Perusahaan Induk dan Perusahaan Induk di Bidang Keuangan kepada Bank Indonesia mengacu pada Pasal 4 (Paragraf 4 dalam kodifikasi ini). 40 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi SE 14/35/DPNP 2013 Romawi III Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan A. Bank Konvensional Umum 1. Selain menyampaikan Laporan Tahunan, Bank yang merupakan bagian dari kelompok usaha dan/atau Bank yang memiliki Perusahaan Anak, wajib menyampaikan laporan tahunan tertentu kepada Bank Indonesia yang paling kurang mencakup: a. Laporan tahunan Perusahaan Induk dan laporan tahunan Perusahaan Induk di Bidang Keuangan; b. Laporan tahunan pemegang saham langsung yang memiliki saham mayoritas atau laporan tahunan perusahaan yang melakukan pengendalian langsung kepada Bank; dan c. Laporan tahunan Perusahaan Anak. 2. Apabila kelompok usaha tidak memiliki Perusahaan Induk di Bidang Keuangan, maka laporan tahunan tertentu yang wajib disampaikan oleh Bank adalah laporan tahunan Perusahaan Induk. 3. Apabila kelompok usaha tidak memiliki laporan tahunan Perusahaan Induk dan laporan tahunan Perusahaan Induk di Bidang Keuangan, maka laporan tahunan tertentu yang wajib disampaikan oleh Bank adalah laporan keuangan tahunan Perusahaan Induk dan laporan keuangan tahunan Perusahaan Induk di Bidang Keuangan. 4. Apabila kelompok usaha tidak memiliki perusahaan induk di bidang keuangan dan tidak memiliki laporan tahunan Perusahaan Induk maka laporan tahunan tertentu yang wajib disampaikan oleh Bank adalah laporan keuangan tahunan Perusahaan Induk. 5. Batas waktu penyampaian laporan tahunan atau laporan keuangan tahunan Perusahaan Induk dan Perusahaan Induk di Bidang Keuangan kepada Bank Indonesia mengacu pada angka IV (Paragraf 4 Huruf A dalam kodifikasi ini). SE 7/56/DPbS 2005 Romawi III B. Pasal 23 14/14/PBI/2012 Ayat (1) (1) Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Selain menyampaikan Laporan Tahunan, dalam hal Bank merupakan bagian dari kelompok usaha dan atau Bank memiliki Perusahaan Anak, wajib menyampaikan Laporan Tahunan (annual report) dari : 1. Perusahaan Induk; 2. Perusahaan Induk di bidang keuangan; dan 3. Perusahaan Anak, Kepada Bank Indonesia selambat‐lambatnya 5 (lima) bulan setelah Tahun Buku terakhir. 23 Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia laporan secara triwulanan mengenai transaksi antara Bank dengan Pihak‐Pihak Berelasi. Yang dimaksud dengan ”Bank” dalam ayat ini adalah selain Bank yang merupakan bagian dari kelompok usaha dan/atau Bank yang mempunyai Perusahaan Anak, juga termasuk Bank yang tidak merupakan bagian dari kelompok usaha dan/atau tidak mempunyai Perusahaan Anak. 41 Likuiditas Rupiah Paragraf 24 25 Sumber Regulasi SE 3/30/DPNP 2001 Romawi VI.1 (Bank Umum); SE 7/56/DPbs 2005 Romawi VIII.1 (BUS dan UUS) (2) Pasal 23 14/14/PBI/2012 Ayat (2) SE 3/30/DPNP 2001 Romawi VI.2 (Bank Umum); SE 7/56/DPbs 2005 Romawi VIII.2 (BUS dan UUS) Pasal 23 (3) 14/14/PBI/2012 Ayat (3) Pasal 24 14/14/PBI/2012 Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan Transaksi antara Bank dengan Pihak‐pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa Hal‐hal yang wajib dilaporkan, sekurang‐kurangnya meliputi: a. nama pihak yang memiliki hubungan istimewa dengan Bank; b. hubungan keterkaitan dengan Bank; c. jenis transaksi; d. jumlah atau nominal transaksi; dan e. Kualitas Aktiva Produktif untuk transaksi penyedian dana. Bagi Bank yang merupakan bagian dari kelompok usaha selain wajib menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), juga wajib menyampaikan laporan mengenai pemberian penyediaan dana, komitmen maupun fasilitas lain yang dapat dipersamakan dengan itu dari setiap perusahaan yang berada dalam satu kelompok usaha dengan Bank kepada debitur yang telah memperoleh penyediaan dana dari Bank. Pemberian penyediaan dana, komitmen maupun fasilitas lain yang dapat dipersamakan dengan itu dari setiap perusahaan yang berada dalam setiap kelompok usaha dengan Bank kepada debitur yang telah memperoleh penyediaan dana dari Bank, bagi Bank yang merupakan bagian dari kelompok usaha. Hal‐hal yang wajib dilaporkan, sekurang‐kurangnya meliputi: a. nama debitur; b. jumlah dan kualitas penyediaan dana yang diberikan oleh Bank; c. nama kelompok usaha pemberi penyediaan dana serta hubungan keterkaitan dengan Bank; dan d. jenis penyediaan dana dan jumlah penyediaan dana yang diberikan oleh kelompok usaha. Batas waktu penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) mengacu pada ketentuan dalam Pasal 10 ayat (2) dan Pasal 12 (Paragraf 10 ayat (2) dan Paragraf 12 dalam kodifikasi ini). Dalam hal terdapat perubahan cakupan Laporan Konsolidasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, Pasal 19, Pasal 20, Pasal 21, Pasal 22, dan Pasal 23 (Paragraf 18, Paragraf 19, Paragraf 20, Paragraf 21, Paragraf 22, dan Paragraf 23 dalam kodifikasi ini) akan diatur lebih lanjut dengan Surat Edaran Bank Indonesia. BAB VI Laporan Publikasi Lain Pasal 25 14/14/PBI/2012 (1) Laporan Publikasi Lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf e (Paragraf 2 huruf e dalam kodifikasi ini) meliputi: a. Laporan Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK); dan Yang dimaksud dengan “Laporan Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK)” adalah laporan yang menyajikan perhitungan suku bunga dasar kredit yang antara lain mencakup harga pokok dana untuk 42 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan kredit (HPDK), biaya overhead, dan marjin keuntungan (profit margin) yang ditetapkan Bank dalam kegiatan perkreditan. b. Laporan Publikasi Lainnya. Laporan Publikasi Lainnya yang wajib disampaikan oleh Bank diatur lebih lanjut dalam Surat Edaran Bank Indonesia. (2) Bank wajib mengumumkan Laporan Publikasi Lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara berkala. (3) Bank Indonesia berwenang meminta Bank untuk menyampaikan Laporan Publikasi Lainnya sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan industri perbankan diluar periode penyampaian sebagaimana dimaksud pada ayat (2). 26 Pasal 26 14/14/PBI/2012 (1) Laporan Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) sebagaimana dimaksud pada Pasal 25 ayat (1) (Paragraf 25 ayat (1) dalam kodifikasi ini) huruf a wajib diumumkan di surat kabar yang memiliki peredaran luas paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah akhir bulan Maret, Juni, September, dan Desember. (2) Bank dinyatakan terlambat mengumumkan Laporan SBDK apabila Bank mengumumkan Laporan SBDK setelah batas akhir waktu pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan paling lama 1 (satu) bulan sejak batas akhir waktu pengumuman laporan. (3) Bank dinyatakan tidak mengumumkan Laporan SBDK apabila Laporan SBDK belum diumumkan sampai dengan berakhirnya batas waktu keterlambatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2). (4) Format, cakupan, dan tata cara penyampaian serta persyaratan Bank yang wajib mengumumkan laporan SBDK berpedoman pada Surat Edaran Bank Indonesia mengenai transparansi informasi suku bunga dasar kredit. BAB VII Lain – Lain 27 Pasal 27 14/14/PBI/2012 (1) Bagi Bank yang belum memiliki website untuk memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 14 (Paragraf 6 dan Paragraf 14 dalam kodifikasi ini), wajib memenuhi kewajiban tersebut paling lambat pada akhir bulan Desember 2012. (2) Bank wajib mencantumkan alamat website Bank pada Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan yang dicetak. 28 Pasal 28 14/14/PBI/2012 Laporan Tahunan, Laporan Keuangan Tahunan, Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan, Laporan Keuangan Publikasi Bulanan, Laporan Keuangan Konsolidasi, dan Laporan Publikasi Lain yang diwajibkan kepada Bank sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengurus Bank. Tanggung jawab pengurus Bank termasuk Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan dan Laporan Keuangan Publikasi Bulanan yang disajikan pada website Bank Indonesia berdasarkan data dan informasi yang disampaikan oleh Bank kepada Bank Indonesia. 43 Likuiditas Rupiah Paragraf 29 30 31 Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Sumber Regulasi Ketentuan Pasal 29 Kantor Cabang Bank Asing wajib menyusun laporan keuangan 14/14/PBI/2012 sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia ini dengan menggabungkan laporan keuangan Kantor Cabang Bank Asing dan seluruh laporan keuangan dari setiap kantor di Indonesia. Bagi Kantor Cabang Bank Asing tidak diwajibkan untuk melaporkan dan menyajikan laporan keuangan kantor pusat Bank, Perusahaan Induk dan Perusahaan Induk di Bidang Keuangan dari bank asing tersebut. Bagi Bank Umum yang melakukan pembelian kredit dari BPPN, tetap SE 7/10/DPNP wajib mencantumkan informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 2005 Peraturan Bank Indonesia Nomor 4/7/PBI/2002 tanggal 27 September Nomor 4.a 2003 tentang Prinsip Kehati‐hatian dalam Rangka Pembelian Kredit oleh Bank dari Badan Penyehatan Perbankan Nasional. Pelaksanaan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia A. Dalam rangka peningkatan transparansi kondisi keuangan Bank dan SE 11/4/DPNP penyusunan laporan keuangan yang relevan, komprehensif, andal 2009 dan dapat diperbandingkan, Bank wajib menyusun dan menyajikan Nomor 1‐4 laporan keuangan berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang relevan bagi Bank, Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI), dan ketentuan lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. B. PAPI merupakan petunjuk pelaksanaan yang berisi penjabaran lebih lanjut dari beberapa Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang relevan bagi industri perbankan. C. Penyesuaian PAPI 2001 menjadi PAPI 2008 diperlukan terkait dengan diterbitkannya PSAK No. 50 (Revisi 2006) tentang Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan, dan PSAK No. 55 (Revisi 2006) tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran. D. PAPI 2008 merupakan acuan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan Bank. Mengingat sifat PAPI merupakan petunjuk pelaksanaan dari PSAK maka untuk hal‐hal yang tidak diatur dalam PAPI tetap mengacu kepada PSAK yang berlaku. SE 11/33/DPNP E. Penyesuaian PAPI 2008 2009 1) Menyikapi berbagai tantangan dan permasalahan yang Nomor 4A dihadapi Bank dalam melakukan persiapan penerapan PSAK No. 55 (Revisi 2006) mengenai Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran yang merupakan standar akuntansi yang kompleks dan sejalan dengan standar akuntansi yang berlaku secara internasional, maka dipandang perlu untuk melakukan penyesuaian terhadap PAPI 2008, khususnya pada Bab III Penjelasan Umum angka 2 mengenai Ketentuan Transisi dengan menambahkan huruf D. 2) Penyesuaian PAPI 2008 yang memuat estimasi penurunan nilai kredit secara kolektif dengan keterbatasan pengalaman kerugian spesifik sebagaimana tercantum dalam Lampiran merupakan acuan bagi Bank dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan serta menjadi acuan bagi Akuntan Publik dalam melakukan pemeriksaan laporan keuangan Bank. 44 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan Pemeriksaan Oleh Akuntan Publik Atas Estimasi Penurunan Nilai Kolektif a) Dalam pelaksanaan audit, Akuntan Publik bertanggung jawab untuk: i. menilai kewajaran penilaian sendiri (self‐assessment) yang dilakukan oleh manajemen dalam rangka menetapkan keberadaan kondisi keterbatasan Bank sebagaimana dimaksud dalam penyesuaian PAPI 2008; dan ii. menilai kewajaran estimasi manajemen dalam menentukan penurunan nilai kredit secara kolektif. b) Apabila dalam pelaksanaan audit, Akuntan Publik menemukan bahwa Bank tidak berada dalam kondisi keterbatasan tetapi tetap menerapkan estimasi penurunan nilai kredit secara kolektif sebagaimana dimaksud dalam penyesuaian PAPI 2008, maka Bank dinilai tidak menerapkan PSAK No. 55 (Revisi 2006) dan PAPI 2008, serta melanggar Surat Edaran ini. c) Akuntan Publik yang menemukan Bank yang tidak menerapkan PSAK No. 55 (Revisi 2006) dan PAPI 2008, serta melanggar Surat Edaran ini sebagaimana dimaksud pada angka 2) harus memberitahukan mengenai temuan tersebut dalam laporan hasil audit dan Surat Komentar (Management Letter) yang wajib disampaikan kepada Bank Indonesia sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia mengenai transparansi kondisi keuangan bank. Transparansi Penerapan Estimasi Penurunan Nilai Kolektif Dalam rangka memberikan informasi yang lebih transparan kepada masyarakat dan pengguna laporan keuangan Bank, Bank yang menerapkan estimasi penurunan nilai kredit secara kolektif sebagaimana diatur dalam penyesuaian PAPI 2008 wajib mengungkapkan informasi tersebut dalam Catatan atas Laporan Keuangan dalam Laporan Tahunan sebagaimana diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia mengenai laporan tahunan bank umum. Sanksi Pelanggaran dalam penerapan Surat Edaran ini dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia mengenai transparansi kondisi keuangan bank. 3) 4) 5) 32 SE 15/26/DPbs 2013 Pelaksanaan Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Pelaksanaan Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah I. Ketentuan Umum A. Dalam rangka peningkatan transparansi kondisi keuangan bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, selanjutnya disebut Bank Syariah, dan penyusunan laporan keuangan yang relevan, komprehensif, andal dan dapat diperbandingkan, Bank Syariah menyusun dan menyajikan laporan keuangan berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang relevan bagi Bank Syariah, Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI), dan ketentuan lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 45 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan B. PAPSI merupakan petunjuk pelaksanaan yang berisi penjabaran lebih lanjut dari beberapa Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang relevan bagi industri perbankan syariah. C. Dengan diterbitkannya antara lain PSAK khusus tentang transaksi syariah, PSAK No. 50 (Revisi 2010) tentang Instrumen Keuangan: Penyajian, PSAK No. 55 (Revisi 2011) tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran, dan PSAK No. 60 tentang Instrumen Keuangan: Pengungkapan, serta PSAK No.48 (Revisi 2009) tentang Penurunan Nilai Aset maka perlu dilakukan penyesuaian atas PAPSI 2003 menjadi PAPSI 2013 sebagaimana dimaksud pada Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini. D. PAPSI 2013 merupakan pedoman dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan Bank Syariah. Untuk hal‐hal yang tidak diatur dalam PAPSI 2013 tetap berpedoman kepada PSAK yang berlaku beserta pedoman pelaksanaannya sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. II. Pengakuan Pendapatan Pendapatan dalam Transaksi Jual Beli A. Sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 84/DSN‐ MUI/XII/2012 tanggal 21 Desember 2012 tentang Metode Pengakuan Pendapatan Murabahah di Lembaga Keuangan Syariah (LKS) maka pengakuan pendapatan murabahah untuk Bank Syariah dapat dilakukan dengan menggunakan metode anuitas atau metode proporsional. B. Pengakuan pendapatan dengan menggunakan metode anuitas atau metode proporsional hanya dapat digunakan untuk pengakuan pendapatan pembiayaan atas dasar jual beli. C. Dalam hal Bank Syariah menggunakan metode anuitas maka pencatatan transaksi murabahah wajib menggunakan: 1. PSAK 55 (Revisi 2011): Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran, selanjutnya disebut PSAK 55; 2. PSAK 50 (Revisi 2010): Instrumen Keuangan: Penyajian, selanjutnya disebut PSAK 50; 3. PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan, selanjutnya disebut PSAK 60; dan 4. PSAK lain yang relevan. D. Dalam hal Bank Syariah menggunakan metode proporsional maka pencatatan transaksi murabahah wajib menggunakan PSAK 102 : Akuntansi Murabahah. E. Penggunaan salah satu metode pengakuan pendapatan wajib digunakan untuk seluruh jenis portofolio pembiayaan murabahah dan diungkapkan dalam kebijakan akuntansi serta dilakukan secara konsisten. III. Pendapatan dan Beban Terkait dengan Transaksi Murabahah A. Dalam praktik penyaluran pembiayaan murabahah, Bank Syariah dapat: 1. menerima pendapatan di luar marjin keuntungan seperti pendapatan administrasi; dan/atau 2. mengeluarkan biaya yang terkait langsung dengan transaksi murabahah seperti biaya komisi, biaya survei, dan biaya lain. 46 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan B. Dalam hal Bank Syariah menerapkan pengakuan pendapatan dengan metode anuitas, maka pendapatan dan biaya sebagaimana dimaksud dalam huruf A digabungkan dengan nilai pembiayaan murabahah. Selanjutnya nilai tersebut diamortisasi selama masa akad dengan menggunakan metode effective rate sebagaimana diatur dalam PSAK 55, PSAK 50, dan PSAK 60 serta PSAK lain yang relevan. C. Dalam hal Bank Syariah menerapkan pengakuan pendapatan dengan metode proporsional maka pendapatan dan biaya sebagaimana dimaksud dalam huruf A diakui selaras dengan pengakuan pendapatan murabahah secara proporsional selama masa akad. D. Pendapatan dan biaya sebagaimana dimaksud dalam huruf A menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pendapatan murabahah sehingga wajib dibagihasilkan kepada pemilik dana pihak ketiga (shahibul maal). IV. Pembentukan Cadangan Kerugian A. Bank Syariah wajib membentuk cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) atas aset keuangan dan aset non keuangan sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku. B. Dalam rangka menerapkan prinsip kehati‐hatian, Bank Syariah wajib mempertimbangkan CKPN yang dibentuk berdasarkan ketentuan Bank Indonesia pada saat memperhitungkan cadangan kerugian aset keuangan dan aset non keuangan. C. Dalam hal terdapat selisih kurang antara CKPN yang dibentuk oleh Bank Syariah dengan kewajiban pembentukan cadangan kerugian sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia maka kekurangan CKPN tersebut akan diperhitungkan sebagai pengurang faktor modal inti dalam perhitungan rasio kewajiban pemenuhan modal minimum (KPMM). V. Estimasi Penurunan NIlai Pembiayaan secara Kolektif dengan Keterbatasan Pengalaman Kerugian Spesifik A. Dalam hal Bank Syariah tidak memiliki ketersediaan data kerugian pembiayaan secara spesifik untuk melakukan perhitungan estimasi penurunan nilai secara kolektif sebagaimana yang diatur dalam PSAK 55 bagi Bank Syariah yang menerapkan metode anuitas dalam pengakuan pendapatan murabahah maka tata cara perhitungan estimasi penurunan nilai secara kolektif berpedoman pada butir III.4 Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia ini. B. Bank Syariah dapat menerapkan estimasi penurunan nilai pembiayaan secara kolektif sebagaimana dimaksud dalam huruf A paling lama sampai dengan tanggal 31 Desember 2014. Terhitung sejak 1 Januari 2015, Bank Syariah harus mengukur penurunan nilai pembiayaan dan membentuk CKPN atas pembiayaan secara kolektif dengan menggunakan data pengalaman kerugian spesifik atau kerugian historis dari peer group atas pembiayaan secara kolektif. 47 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi C. D. E. F. 33 Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan Dalam rangka penerapan estimasi penurunan nilai pembiayaan secara kolektif dengan menggunakan data pengalaman kerugian spesifik, Bank wajib menyampaikan rencana tindak (action plan) yang akan dilakukan. Ketentuan mengenai estimasi penurunan nilai pembiayaan secara kolektif sebagaimana dimaksud dalam huruf B, merupakan acuan bagi Bank Syariah dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan serta menjadi acuan bagi Akuntan Publik dalam melakukan pemeriksaan laporan keuangan Bank Syariah. Hal‐hal yang harus dilakukan oleh Akuntan Publik dalam pemeriksaan atas estimasi penurunan nilai kolektif adalah sebagai berikut: 1. Dalam pelaksanaan audit, Akuntan Publik bertanggung jawab untuk: a. menilai kewajaran penilaian sendiri (self‐assessment) yang dilakukan oleh manajemen Bank Syariah dalam menetapkan keberadaan kondisi keterbatasan pengalaman kerugian spesifik sebagaimana dimaksud dalam Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia ini; dan b. menilai kewajaran estimasi oleh manajemen Bank Syariah dalam menentukan penurunan nilai pembiayaan secara kolektif. 2. Apabila dalam pelaksanaan audit, Akuntan Publik menemukan bahwa Bank Syariah tidak berada dalam kondisi keterbatasan pengalaman kerugian spesifik namun menerapkan estimasi penurunan nilai pembiayaan secara kolektif maka Bank Syariah dinilai tidak menerapkan PSAK 55 beserta pedoman pelaksanaannya dan melanggar Surat Edaran Bank Indonesia ini. 3. Temuan Akuntan Publik sebagaimana dimaksud dalam angka 2 harus diungkapkan oleh Akuntan Publik dalam laporan hasil audit dan Surat Komentar (Management Letter) dan wajib disampaikan kepada Bank Indonesia sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai transparansi kondisi keuangan bank. Dalam rangka memberikan informasi yang lebih transparan kepada masyarakat dan pengguna laporan keuangan Bank, Bank Syariah yang menerapkan estimasi penurunan nilai pembiayaan secara kolektif wajib mengungkapkan informasi tersebut dalam Catatan atas Laporan Keuangan dalam Laporan Tahunan sebagaimana diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia mengenai laporan tahunan bank umum. BAB VIII Bagian Kesatu Sanksi Sanksi Laporan Tahunan Pasal 30 14/14/PBI/2012 (1) Bank yang terlambat menyampaikan Laporan Tahunan kepada Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) (Paragraf 5 ayat (1) dalam kodifikasi ini), dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) per hari keterlambatan. 48 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi 34 Pasal 31 14/14/PBI/2012 35 Pasal 32 14/14/PBI/2012 Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan (2) Bank yang tidak menyampaikan Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) (Paragraf 5 ayat (2) dalam kodifikasi ini) kepada pihak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) (Paragraf 4 ayat (1) dalam kodifikasi ini) dikenakan sanksi: a. kewajiban membayar sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah; dan b. pengumuman nama yang dikenakan sanksi dan alasan pengenaan sanksi pada website Bank Indonesia. Bank yang tidak mengumumkan Laporan Tahunan pada website Bank sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 (Paragraf 6 dalam kodifikasi ini) dikenakan sanksi administratif berupa: (1) teguran tertulis; dan (2) kewajiban membayar sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) per hari, paling banyak sebesar Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). Penerapan sanksi tidak diberlakukan dalam hal terjadi kerusakan sistem teknologi informasi Bank yang disertai dengan bukti dan dokumen pendukung yang disampaikan kepada Bank Indonesia. (1) Apabila menurut penilaian Bank Indonesia, Laporan Tahunan yang disampaikan kepada Bank Indonesia dan/atau yang diumumkan di dalam website Bank secara material tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya dan/atau tidak disajikan sesuai ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia ini dan/atau Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku, dikenakan: a. sanksi teguran tertulis paling banyak 2 (dua) kali dengan tenggang waktu 2 (dua) minggu untuk setiap teguran; b. sanksi kewajiban membayar paling sedikit sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak sebesar Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) apabila setelah diberi teguran tertulis 2 (dua) kali, Bank tidak memperbaiki dan/atau mengumumkan kembali laporan dimaksud pada website Bank; dan c. sanksi administratif lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 Undang‐undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang‐undang Nomor 10 Tahun 1998 dan Pasal 58 Undang‐undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, berupa: 1. penurunan tingkat kesehatan Bank; 2. pencantuman anggota pengurus, pegawai Bank, pemegang saham dalam daftar orang‐orang yang dilarang menjadi pemilik dan pengurus Bank; dan/atau 3. pembekuan kegiatan usaha tertentu. (2) Nama Bank yang dikenakan sanksi dan alasan pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), akan diumumkan oleh Bank Indonesia melalui website Bank Indonesia berdasarkan data yang tersedia di Bank Indonesia. 49 Likuiditas Rupiah Paragraf 36 Sumber Regulasi Bagian Kedua Pasal 33 14/14/PBI/2012 Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan Sanksi Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan (1) Bank yang terlambat mengumumkan dan/atau terlambat menyampaikan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) (Paragraf 12 ayat (1) dalam kodifikasi ini), dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) per hari keterlambatan untuk setiap laporan. (2) Bank yang tidak mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) (Paragraf 12 ayat (2) dalam kodifikasi ini), dikenakan sanksi: a. kewajiban membayar sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah); dan b. pengumuman nama Bank yang dikenakan sanksi dan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan berdasarkan data yang tersedia di Bank Indonesia pada website Bank Indonesia. Ketentuan dalam ayat ini dimaksudkan untuk tujuan kelangsungan informasi yang diterima oleh masyarakat dalam rangka peningkatan transparansi perbankan Indonesia. (3) Bank yang mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan namun tidak menyampaikan fotokopi atau guntingan surat kabar yang memuat Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan kepada Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf a (Paragraf 11 ayat (1) huruf a dalam kodifikasi ini), dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah). (4) Apabila menurut penilaian Bank Indonesia, Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan secara material tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya dan/atau tidak disajikan sesuai ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia ini dan/atau Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku, atau Surat Komentar (Management Letter) dari Akuntan Publik menyatakan adanya kelemahan mendasar dari sistem pelaporan data Bank ke Bank Indonesia, dikenakan: a. sanksi teguran tertulis sebanyak 2 (dua) kali oleh Bank Indonesia dengan tenggang waktu 2 (dua) minggu untuk setiap teguran; b. sanksi kewajiban membayar paling sedikit sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak sebesar Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) apabila setelah diberi teguran tertulis 2 (dua) kali, Bank tidak memperbaiki dan/atau mengumumkan kembali laporan dimaksud; dan c. sanksi administratif lain sebagaimana dimaksud dalam Paragraf 52 Undang‐undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang‐undang Nomor 10 Tahun 1998 dan Paragraf 58 Undang‐undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, berupa: 1. penurunan tingkat kesehatan Bank; 2. pencantuman anggota pengurus, pegawai Bank, pemegang saham dalam daftar orang‐orang yang dilarang menjadi pemilik dan pengurus Bank; dan/atau 3. pembekuan kegiatan usaha tertentu. 50 Likuiditas Rupiah Paragraf Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Sumber Regulasi Ketentuan (5) Nama Bank yang dikenakan sanksi dan alasan pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (4), akan diumumkan oleh Bank Indonesia melalui website Bank Indonesia berdasarkan data yang tersedia di Bank Indonesia. Bagian Ketiga Sanksi Laporan Keuangan Publikasi Bulanan 37 Pasal 34 14/14/PBI/2012 Sanksi atas keterlambatan penyampaian dan koreksi atas Laporan Keuangan Publikasi Bulanan berpedoman pada ketentuan mengenai Laporan Kantor Pusat Bank Umum (LKPBU). Bagian Keempat Sanksi Laporan Keuangan Konsolidasi 38 Pasal 35 14/14/PBI/2012 (1) Bank yang terlambat menyampaikan Laporan Keuangan Konsolidasi kepada Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) dan Pasal 21 ayat (2) (Paragraf 19 ayat (2) dan Paragraf 21 ayat (2) dalam kodifikasi ini) dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) per hari keterlambatan. (2) Bank yang tidak menyampaikan Laporan Keuangan Konsolidasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) dan Pasal 21 ayat (2) (Paragraf 19 ayat (2) dan Paragraf 21 ayat (2) dalam kodifikasi ini), dikenakan sanksi sebagai berikut: a. sanksi kewajiban membayar sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah); dan b. pengumuman nama Bank dan/atau perusahaan yang tidak menyampaikan Laporan Keuangan Konsolidasi. Pengumuman nama Bank atau perusahaan dapat dilakukan melalui website Bank Indonesia. Bagian Kelima Sanksi Laporan Publikasi Lain Pasal 36 14/14/PBI/2012 (1) Bank yang terlambat mengumumkan Laporan SBDK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2) (Paragraf 26 ayat (2) dalam kodifikasi ini), dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) per hari keterlambatan. (2) Bank yang tidak mengumumkan Laporan SBDK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (3) (Paragraf 26 ayat (3) dalam kodifikasi ini), dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). BAB V Transparansi Kondisi Keuangan Bank Hubungan antara Bank, Akuntan Publik, dan Bank Indonesia 39 40 Pasal 16 3/22/PBI/2001 (1) Dalam memberikan penugasan audit terhadap Laporan Keuangan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2), Bank wajib menunjuk Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik yang telah terdaftar di Bank Indonesia. (2) Penunjukan Akuntan Publik dan atau Kantor Akuntan Publik yang sama oleh Bank paling lama dilakukan untuk periode audit 5 (lima) Tahun Buku berturut‐turut. 51 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan Pengaturan ini dimaksudkan agar terdapat penilaian dari pihak yang berbeda dalam rangka meningkatkan independensi profesi Akuntan Publik. Perhitungan jangka waktu 5 (lima) tahun dimulai sejak berlakunya Peraturan Bank Indonesia ini atau sejak Tahun Buku 2001. SE 3/32/DPNP 2001 Romawi I SE 7/57/DPbs 2005 Romawi I Transparansi dan Publikasi Laporan Bank A. Bank Umum Konvensional 1. Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia tersebut di atas, dikemukakan bahwa dalam rangka turut serta menciptakan disiplin pasar (market discipline) perlu diupayakan transparansi kondisi keuangan dan kinerja Bank sehingga dapat lebih memudahkan penilaian bagi kepentingan publik dan peserta pasar melalui publikasi laporan kepada masyarakat luas. 2. Dalam rangka meningkatkan integritas laporan keuangan Bank maka Laporan Keuangan Tahunan Bank wajib diaudit oleh Akuntan Publik dan untuk memperoleh keyakinan yang memadai tentang kemampuan dan kesesuaian tugasnya, Akuntan Publik yang mengaudit Bank harus independen, kompeten, profesional dan objektif serta menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama (due professional care) 3. Dalam rangka meningkatkan kualitas hasil audit, perlu ditetapkan persyaratan Akuntan Publik yang diperkenankan melakukan audit terhadap Bank. Akuntan Publik yang diperkenankan untuk mengaudit Bank adalah Akuntan Publik yang terdaftar di Bank Indonesia. Oleh karena itu dalam melakukan penunjukan Akuntan Publik, Bank hendaknya memperhatikan daftar Akuntan Publik yang diumumkan Bank Indonesia pada home page Bank Indonesia. 4. Sesuai dengan Pasal 16 ayat (2) Peraturan Bank Indonesia tersebut di atas (Paragraf 40 ayat (2) dalam kodifikasi ini), penunjukan Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik yang sama oleh Bank paling lama dilakukan untuk periode audit 5 (lima) tahun buku berturut‐turut dan mulai berlaku sejak dikeluarkannya ketentuan Bank Indonesia dimaksud, yaitu sejak laporan keuangan untuk Tahun Buku 2001. 5. Agar dari audit yang dilakukan Akuntan Publik diperoleh informasi kondisi keuangan Bank yang optimal, perlu adanya komunikasi yang aktif dan transparan antara Akuntan Publik dan Bank Indonesia. B. Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah di Indonesia 1. Pengertian Bank dalam Surat Edaran ini adalah Bank sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/22/PBI/2001 tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/50/PBI/2005 (sebagaimana telah dicabut dan diatur kembali oleh PBI 14/14/PBI/2012 tentang Transparansi dan Publikasi Laporan Bank) dan BPRS sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/47/PBI/2005. 52 Likuiditas Rupiah Paragraf 41 Sumber Regulasi Pasal 17 3/22/PBI/2001 Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan 2. Dalam rangka turut serta menciptakan disiplin pasar (market discipline) perlu diupayakan transparansi kondisi keuangan dan kinerja Bank sehingga dapat lebih memudahkan penilaian bagi kepentingan publik dan peserta pasar melalui publikasi laporan kepada masyarakat luas. 3. Dalam rangka meningkatkan integritas laporan keuangan Bank maka laporan Keuangan Tahunan Bank wajib diaudit oleh Akuntan Publik, dimana khusus untuk BPRS yang wajib diaudit adalah BPRS yang beraset diatas Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah). Untuk memperoleh keyakinan yang memadai atas kualitas hasil audit, maka Akuntan Publik yang mengaudit Bank harus terdaftar di Bank Indonesia serta dalam melakukan audit harus independen, kompeten, profesional dan objektif. 4. Komunikasi aktif dan transparan antara Akuntan Publik dengan pihak‐pihak yang melakukan pengawasan yaitu Bank Indonesia dan Dewan Pengawas Syariah perlu dilakukan agar dapat dihasilkan informasi kondisi keuangan Bank yang optimal. Komunikasi dengan Dewan Pengawas Syariah diperlukan mengingat Dewan Pengawas Syariah adalah dewan yang melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan prinsip syariah yang ada di Bank. (1) Laporan Keuangan Tahunan Kantor Cabang Bank Asing atau Bank yang sebagian sahamnya dimiliki oleh pihak asing dapat diaudit secara konsolidasi oleh Kantor Akuntan Publik yang sama dengan Kantor Akuntan Publik yang mengaudit kantor pusat Bank atau Perusahaan Induk Bank. Yang dimaksud dengan audit secara konsolidasi oleh Kantor Akuntan Publik adalah audit terhadap kantor pusat dari Kantor Cabang Bank Asing atau audit terhadap perusahaan induk dari bank yang sebagian sahamnya dimiliki pihak asing yang dilaksanakan oleh Kantor Akuntan Publik yang sama, yang ditunjuk oleh kantor pusat atau perusahaan induk. Pengaturan dalam ayat ini berpedoman juga pada ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan. (2) Kantor Cabang Bank Asing atau Bank yang sebagian sahamnya dimiliki oleh pihak asing sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat mengajukan permohonan kepada Bank Indonesia untuk dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2). (Paragraf 40 ayat (2) dalam kodifikasi ini) Pengecualian sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) wajib disertai alasan yang jelas. Alasan untuk dapat diberikan pengecualian dalam ayat ini antara lain adanya ketentuan di negara asal maupun kebijakan internal yang menjamin adanya independensi yang cukup dari Akuntan Publik yang melakukan audit laporan keuangan. (3) 53 Likuiditas Rupiah Paragraf 42 Sumber Regulasi Pasal 18 (1) 3/22/PBI/2001 (2) Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan Penunjukan Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik dalam rangka audit Laporan Keuangan Tahunan Bank wajib didasarkan pada perjanjian kerja. Perjanjian kerja antara Bank dan Kantor Akuntan Publik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), sekurang‐kurangnya mencakup: Bagi beberapa Bank yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku wajib diaudit oleh instansi pemerintah seperti Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, istilah perjanjian kerja disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku. a. nama Kantor Akuntan Publik; b. Akuntan Publik yang bertanggung jawab terhadap audit (partner in charge); c. kewajiban Akuntan Publik untuk melaksanakan audit sesuai Standar Profesional Akuntan Publik; d. ruang lingkup audit; e. jangka waktu penyelesaian audit; Jangka waktu penyelesaian audit disesuaikan dengan batas akhir penyampaian Laporan Keuangan Tahunan ke Bank Indonesia. f. pernyataan dari Bank mengenai izin kepada Kantor Akuntan Publik dan kewajiban Kantor Akuntan Publik untuk menyampaikan pula secara langsung kepada Bank Indonesia: 1) laporan hasil audit; 2) Surat Komentar (Management Letter); 3) informasi lainnya yang dibutuhkan oleh Bank Indonesia dari Akuntan Publik yang dilakukan setiap saat apabila diperlukan; Yang dimaksud dengan informasi lainnya yang dibutuhkan oleh Bank Indonesia meliputi informasi yang diberikan secara tertulis maupun melalui pertemuan dengan Akuntan Publik. (3) (4) 4) informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf b (Paragraf 43 ayat (2) dalam kodifikasi ini); g. Kewajiban Akuntan Publik untuk memberitahukan kepada Bank Indonesia sebelum pelaksanaan audit. Laporan hasil audit dan Surat Komentar (Management Letter) sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf f angka 1) dan angka 2) wajib disampaikan kepada Bank Indonesia selambat‐lambatnya 4 (empat) bulan setelah Tahun Buku. Ruang lingkup audit sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf d sekurang‐kurangnya mencakup: a. penggolongan Kualitas Aktiva Produktif dan kecukupan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang dibentuk Bank, yang didasarkan atas penilaian sekurang‐sekurangnya mencakup 70% (tujuh puluh perseratus dari setiap jenis aktiva produktif Bank dengan sekurang‐kurangnya mencakup 25 (dua puluh lima) 54 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan debitur terbesar atau berdasarkan hasil komunikasi antara Bank Indonesia dengan Akuntan Publik; b. penilaian terhadap rupa‐rupa aktiva termasuk namun tidak terbatas pada agunan yang diambil alih oleh Bank; c. hal‐hal lain yang diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan dan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia yang berlaku, termasuk catatan atas Laporan Keuangan; d. pendapat terhadap kewajaran atas transaksi dengan Pihak‐pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa maupun transaksi yang dilakukan dengan perlakuan khusus; Pihak‐pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa adalah pihak‐ pihak sebagaimana diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku. e. jumlah dan kualitas penyediaan dana kepada Pihak Terkait; f. rincian pelanggaran Batas Maksimum Pemberian Kredit yang meliputi nama debitur, kualitas penyediaan dana, persentase dan jumlah pelanggaran Batas Maksimum Pemberian Kredit; g. rincian pelampauan Batas Maksimum Pemberian Kredit yang meliputi persentase dan jumlah pelampauan Batas Maksimum Pemberian Kredit; h. perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum; i. hal‐hal lain yang ditentukan berdasarkan hasil komunikasi Bank Indonesia dengan Kantor Akuntan Publik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 (Paragraf 44 dalam kodifikasi ini); Penetapan hal‐hal lain pada huruf ini akan disusun oleh Bank Indonesia bersama‐sama dengan Kantor Akuntan Publik dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ruang lingkup audit. j. transaksi Spot dan transaksi Derivatif; k. rasio Posisi Devisa Neto; dan l. keandalan sistem pelaporan Bank kepada Bank Indonesia dan pengujian terhadap keandalan laporan‐laporan yang disampaikan oleh Bank kepada Bank Indonesia. Perubahan cakupan perjanjian kerja dan ruang lingkup audit sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (4) akan ditetapkan dengan Surat Edaran Bank Indonesia. (5) 43 Pasal 19 7/50/PBI/2005 (1) Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik yang melakukan audit terhadap Laporan Keuangan Tahunan Bank wajib : a. melakukan audit sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik, serta perjanjian kerja dan ruang lingkup audit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 (Paragraf 42 dalam kodifikasi ini) ; 55 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan b. memberitahukan kepada Bank Indonesia selambat‐lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak ditemukannya : 1) pelanggaran peraturan perundang‐undangan di bidang keuangan dan perbankan ; dan 2) keadaan atau perkiraan keadaan yang dapat membahayakan kelangsungan usaha Bank ; Keadaan atau perkiraan keadaan yang dapat membahayakan kelangsungan usaha Bank termasuk namun tidak terbatas pada : 1. kekurangan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum; 2. kekurangan pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang material; 3. pelanggaran Batas Maksimum Pemberian Kredit; 4. kewajiban Giro Wajib Minimum; 5. kecurangan (fraud) yang bernilai material. c. menyampaikan laporan hasil audit dan Management letter sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf f angka 1) dan angka 2) (Paragraf 42 ayat (2) huruf f angka 1) dan angka 2) dalam kodifikasi ini) kepada Bank Indonesia ; dan d. memenuhi ketentuan rahasia Bank sebagaimana diatur dalam Undang‐Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang‐Undang Nomor 10 Tahun 1998. Bagi Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik yang melakukan audit terhadap Bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, selain memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), juga wajib memperoleh pendapat dari Dewan Pengawas Syariah mengenai ketaatan Bank terhadap pelaksanaan prinsip syariah sebelum menerbitkan Laporan Audit atas Laporan Keuangan Bank. Dewan Pengawas Syariah harus memberikan pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Akuntan Publik. (2) (3) 44 Pasal 20 3/22/PBI/2001 (1) SE 3/32/DPNP 2001 Romawi III A. (2) Dalam rangka persiapan dan pelaksanaan audit Akuntan Publik dapat meminta informasi kepada Bank Indonesia mengenai kondisi Bank yang akan diaudit. Bank Indonesia dapat meminta informasi kepada Akuntan Publik meskipun perjanjian kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) (Paragraf 42 ayat (1) dalam kodifikasi ini) telah berakhir. Bank Umum Konvensional: Komunikasi Bank Indonesia dengan Akuntan Publik 1. Sesuai dengan Pasal 20 Peraturan Bank Indonesia tersebut di atas (Paragraf 44 dalam kodifikasi ini), Akuntan Publik dapat meminta informasi dari Bank Indonesia mengenai kondisi Bank yang diaudit dalam rangka persiapan dan pelaksanaan audit. Selain itu Bank Indonesia dapat meminta informasi dari Akuntan Publik meskipun perjanjian kerja antara Akuntan Publik dan Bank telah berakhir. 56 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi SE 7/57/Dpbs B. 2005 Romawi III Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan 2. Apabila dalam pelaksanaan audit, Akuntan Publik menemukan pelanggaran peraturan perundang‐undangan yang berlaku di bidang keuangan dan perbankan serta keadaan dan perkiraan keadaan yang dapat membahayakan kelangsungan usaha Bank, Akuntan Publik wajib menyampaikan pemberitahuan kepada Bank Indonesia selambat‐lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak ditemukan. Keadaan dan atau perkiraan keadaan yang dapat membahayakan kelangsungan usaha Bank, antara lain keadaan dan atau perkiraan keadaan tentang: a. kekurangan Kewajiban Penyisihan Penyediaan Modal Minimum; b. kekurangan pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang material; c. pelanggaran Batas Maksimum Pemberian Kredit; d. Kekurangan Giro Wajib Minimum; atau e. kecurangan (fraud) yang bernilai material. 3. Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam angka 2 tersebut di atas, harus disusun dengan menggunakan formulir sesuai format pada Lampiran 2 (Lampiran 42 dalam kodifikasi ini). Pemberitahuan tersebut bersifat rahasia sampai dengan ditetapkan lebih lanjut oleh Bank Indonesia. Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah di Indonesia Komunikasi antara Kantor Akuntan Publik, Akuntan Publik, Dewan Pengawas Syariah dan Bank Indonesia 1. Akuntan Publik dapat meminta informasi dari Bank Indonesia mengenai kondisi Bank yang diaudit dalam rangka persiapan dan pelaksanaan audit. Selain itu, Bank Indonesia dapat meminta informasi dari Kantor Akuntan Publik dan Akuntan Publik meskipun perjanjian kerja antara Akuntan Publik dan Bank telah berakhir. 2. Bank harus memberikan kesempatan kepada Bank Indonesia agar dapat memiliki akses informasi langsung terhadap Kantor Akuntan Publik dan Akuntan Publik dalam hal Bank Indonesia menganggap bahwa hal tersebut adalah dalam rangka melindungi integritas keuangan Bank atau dalam keadaan lain yang dianggap perlu dalam rangka pengawasan. 3. Dalam hal adanya perjanjian kerjasama antara Bank dengan pihak luar (outsourcing agreement), Bank harus memberikan kesempatan kepada Akuntan Publik yang bertugas sebagai auditor eksternal Bank untuk memperoleh akses terhadap informasi yang relevan yang diperlukan untuk memenuhi tanggung jawab pihak luar tersebut. Apabila diperlukan akses tersebut, antara lain adalah melakukan pemeriksaan ditempat penyedia outsourcing (outsourcing provider), serta melaporkan hasilnya kepada Bank Indonesia, jika diminta. 4. Akuntan Publik sebelum menerbitkan laporan audit atas laporan keuangan Bank wajib memperoleh pendapat dari Dewan Pengawas Syariah (DPS) mengenai ketaatan Bank terhadap 57 Likuiditas Rupiah Paragraf 45 Sumber Regulasi Pasal 21 3/22/PBI/2001 SE 3/32/DPNP 2001 Romawi II Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan pelaksanaan prinsip syariah. Dalam mengeluarkan pendapat mengenai ketaatan terhadap prinsip syariah harus mengacu kepada ketentuan Bank Indonesia tentang Tugas dan Peran Dewan Pengawas Syariah (DPS). 5. Apabila dalam pelaksanaan audit, Akuntan Publik menemukan pelanggaran peraturan perundang‐undangan yang berlaku di bidang keuangan dan perbankan serta keadaan dan perkiraan keadaan yang dapat membahayakan kelangsungan usaha Bank, Akuntan Publik wajib menyampaikan pemberitahuan kepada Bank Indonesia selambat‐lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak ditemukan. Keadaan dan atau perkiraan keadaan yang dapat membahayakan kelangsungan usaha Bank antara lain : a. Kekurangan Kewajiban Penyisihan Penyediaan Modal Minimum ; b. Kekurangan pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang material ; c. Pelanggaran Batas Maksimum Pemberian Kredit ; d. Kecurangan (fraud) yang bernilai material. 6. Pemberitahuan sebagaimana dimaksud angka 5 tersebut diatas, harus disusun dengan menggunakan formulir sebagaimana diatur dalam Lampiran 2 (Lampiran 40 dalam kodifikasi ini). Pemberitahuan tersebut bersifat rahasia, sampai dengan ditetapkan lebih lanjut oleh Bank Indonesia. (1) Kantor Akuntan Publik dan Akuntan Publik (partner in charge) yang melakukan audit Bank wajib terdaftar di Bank Indonesia. (2) Kantor Akuntan Publik dan Akuntan Publik yang akan mendaftar ke Bank Indonesia wajib memenuhi persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam Surat Edaran Bank Indonesia. Pokok‐pokok ketentuan yang diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia antara lain mengenai bukti kompetensi dan pengalaman. A. Persyaratan Akuntan Publik yang Melakukan Audit Bank (Bank Umum Konvensional) 1. Laporan Keuangan Tahunan Bank wajib diaudit oleh Akuntan Publik. Kantor Akuntan Publik serta Akuntan Publik (partner in charge) yang melakukan audit Bank wajib terdaftar di Bank Indonesia dengan memenuhi persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam Surat Edaran ini. 2. Persyaratan bagi Kantor Akuntan Publik dan Akuntan Publik yang terdaftar di Bank Indonesia ditetapkan sebagai berikut: a. Mempunyai izin praktek dari Menteri Keuangan; b. tidak pernah melakukan perbuatan tercela dan atau dihukum karena terbukti melakukan tindak pidana di bidang keuangan serta tidak termasuk dalam daftar kredit macet; c. memiliki akhlak dan moral yang baik; d. memiliki pengalaman dan kompetensi audit di bidang perbankan; 58 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan e. sanggup secara terus menerus mengikuti program pendidikan di bidang akuntansi dan perbankan; f. sanggup melakukan audit sesuai Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dan Kode Etik Profesi; g. bersikap independen dan profesional dalam penugasan audit; h. bersedia memberitahukan kepada Bank Indonesia apabila ditemukan pelanggaran terhadap peraturan perundang‐ undangan di bidang keuangan dan perbankan serta kondisi atau perkiraan kondisi yang dapat membahayakan kelangsungan usaha Bank; dan i. berkedudukan sebagai Rekan (partner in charge) pada Kantor Akuntan Publik dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1) dalam melakukan audit, Akuntan Publik menerapkan sekurang‐kurangnya 2 (dua) jenjang pengendalian atau supervisi yaitu Akuntan Publik yang bertanggung jawab (partner in charge), dan pengawas menengah yang melakukan pengawasan terhadap staf pelaksana; 2) bersedia untuk menjalani review eksternal oleh Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Publik (IAI‐ KAP) tentang pengendalian mutu di Kantor Akuntan Publik yang bersangkutan. 3. Permohonan pendaftaran Kantor Akuntan Publik dan Akuntan Publik yang akan melakukan audit terhadap Bank diajukan secara tertulis kepada Bank Indonesia dengan menggunakan formulir sesuai format pada Lampiran 1a (Lampiran 41a dalam kodifikasi ini) dan disertai dengan dokumen: a. dokumen yang menyangkut Akuntan Publik: 1) daftar riwayat hidup sesuai dengan fomulir sesuai format pada Lampiran 1b (Lampiran 41b dalam kodifikasi ini); 2) izin praktik dari Menteri Keuangan; 3) ijasah pendidikan formal di bidang akuntansi; 4) Nomor Pokok Wajib Pajak; 5) Sertifikat program pelatihan di bidang perbankan; 6) surat pernyataan yang menyatakan bahwa Akuntan Publik tidak pernah melakukan perbuatan tercela dan atau dihukum karena terbukti melakukan tindak pidana di bidang keuangan serta tidak memiliki kredit macet di Bank; 7) surat pernyataan kesanggupan untuk mengikuti secara terus menerus program pendidikan di bidang akuntansi dan perbankan; 8) surat pernyataan yang menyatakan bahwa Akuntan Publik sanggup melakukan audit sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik dan Kode Etik Profesi, serta senantiasa bersikap independen dan profesional dalam melakukan penugasan audit; 59 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi SE 3/32/DPNP 2001 Romawi VI 4. 5. 6. 7. 8. 9. Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan 9) surat pernyataan yang menyatakan bahwa Akuntan Publik yang bersangkutan bersedia memberitahukan kepada Bank Indonesia apabila ditemukan pelanggaran terhadap peraturan perundang‐undangan yang berlaku di bidang keuangan dan perbankan, serta keadaan dan perkiraan keadaan yang dapat membahayakan kelangsungan usaha Bank; dan 10) rekomendasi untuk pendaftaran di Bank Indonesia dari Ikatan Akuntan Indonesia ‐ Kompartemen Akuntan Publik (IAI‐KAP). b. dokumen yang berkaitan dengan Kantor Akuntan Publik: 1) Nomor Pokok Wajib Pajak; 2) izin praktik dari Menteri Keuangan Republik Indonesia bagi Akuntan Publik yang bertindak sebagai pimpinan Kantor Akuntan Publik yang bersangkutan; 3) bagan organisasi yang menunjukkan bahwa dalam melakukan audit, Akuntan Publik menerapkan sekurang‐ kurangnya 2 (dua) jenjang pengendalian atau supervisi yaitu Akuntan Publik yang bertanggung jawab (partner in charge), dan pengawas menengah yang melakukan pengawasan terhadap staf pelaksana; 4) surat pernyataan bahwa Kantor Akuntan Publik Bersedia untuk menjalani review eksternal oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) tentang pengendalian mutu di Kantor Akuntan Publik yang bersangkutan. Dalam rangka memberikan persetujuan atau penolakan sebagaimana dimaksud dalam angka 3, Bank Indonesia melakukan: a. penelitian atas kelengkapan dan kebenaran dokumen; dan b. wawancara terhadap Akuntan Publik, apabila diperlukan. Persetujuan atau penolakan atas permohonan sebagaimana dimaksud dalam angka 4, diberikan dalam jangka waktu selambat‐lambatnya 45 (empat puluh lima) hari sejak diterimanya permohonan tersebut secara lengkap. Nama Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik yang terdaftar di Bank Indonesia dicantumkan dalam homepage Bank Indonesia. Setiap perubahan yang berkenaan dengan data dan informasi dari Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik sebagaimana dimaksud dalam angka 3 wajib dilaporkan secara tertulis oleh Akuntan Publik dan atau Kantor Akuntan Publik kepada Bank Indonesia selambat‐lambatnya 14 (empat belas) hari sejak terjadinya perubahan tersebut. Untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan Akuntan Publik dalam melakukan audit terhadap Bank, Bank Indonesia akan melakukan program pendidikan dan pelatihan bagi Akuntan Publik. Berdasarkan penilaian terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik, sesuai dengan ketentuan pada angka IV (Huruf A angka 1 s.d angka 7 dalam 60 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi B. SE 7/57/DPNP 2005 Romawi II Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan kodifikasi ini), Bank Indonesia dapat mengajukan usul kepada Menteri Keuangan dan Ikatan Akuntan Indonesia untuk pencabutan izin Kantor Akuntan Publik dan Akuntan Publik. Persyaratan dan Tata Cara Permohonan Pendaftaran Kantor Akuntan Publik dan Akuntan Publik (Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah di Indonesia) 1. Kantor Akuntan Publik serta Akuntan Publik (partner in charge) yang melakukan audit Bank wajib terdaftar di Bank Indonesia dengan memenuhi persyaratan sebagaimana yang ditetapkan. 2. Persyaratan bagi Kantor Akuntan Publik dan Akuntan Publik yang terdaftar di Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada angka 1 ditetapkan sebagai berikut : a. mempunyai izin praktek dari Menteri Keuangan ; b. tidak pernah melakukan perbuatan tercela dan atau dihukum karena terbukti melakukan tindak pidana di bidang keuangan serta tidak termasuk dalam daftar kredit macet ; c. memiliki akhlak dan moral yang baik ; d. memiliki pengalaman dan kompetensi audit di bidang perbankan ; e. sanggup secara terus menerus mengikuti program pendidikan di bidang akuntansi dan perbankan ; f. sanggup melakukan audit sesuai Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dan Kode Etik Profesi ; g. bersikap independen dan profesional dalam penugasan audit ; h. bersedia memberitahukan kepada Bank Indonesia apabila ditemukan pelanggaran terhadap peraturan perundang‐ undangan di bidang keuangan dan perbankan serta kondisi atau perkiraan kondisi yang dapat membahayakan kelangsungan usaha Bank ; dan i. berkedudukan sebagai rekan (partner in charge) pada Kantor Akuntan Publik dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1) dalam melakukan audit, Akuntan Publik menerapkan sekurang‐kurangnya 2 (dua) jenjang pengendalian atau supervisi yaitu Akuntan Publik yang bertanggung jawab (partner in charge), dan pengawas menengah yang melakukan pengawasan terhadap staf pelaksana ; 2) bersedia untuk menjalani review eksternal oleh Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Publik (IAI‐ KAP) tentang pengendalian mutu di Kantor Akuntan Publik yang bersangkutan. 3. Akuntan Publik yang dapat melakukan audit terhadap Bank, selain terdaftar di BI dengan memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam angka 2, juga harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : a. memiliki pengetahuan dan atau pengalaman serta kompetensi audit dibidang perbankan dan atau keuangan syariah ; 61 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan b. mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang memadai tentang operasional perbankan dan atau keuangan syariah ; Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, dibuktikan dengan adanya sertifikat atau surat tertentu, atau yang dapat dipersamakan dengan itu dari lembaga yang kredibel dibidangnya. 4. Permohonan pendaftaran Kantor Akuntan Publik dan Akuntan Publik yang akan melakukan audit terhadap Bank diajukan secara tertulis kepada Bank Indonesia dengan menggunakan formulir sesuai format pada Lampiran 1a (Lampiran 39a dalam kodifikasi ini) dan disertai dengan dokumen : a. dokumen yang menyangkut Akuntan Publik ; 1) daftar riwayat hidup sesuai dengan formulir sesuai format pada Lampiran 1b (Lampiran 39b dalam kodifikasi ini); 2) izin praktik dari Menteri Keuangan ; 3) ijazah pendidikan formal di bidang akuntansi ; 4) Nomor Pokok Wajib Pajak ; 5) Sertifikat program pelatihan di bidang perbankan, termasuk sertifikat di bidang keuangan dan perbankan syariah; 6) surat pernyataan yang menyatakan bahwa Akuntan Publik tidak pernah melakukan perbuatan tercela dan atau dihukum karena terbukti melakukan tindak pidana di bidang keuangan serta tidak memiliki kredit macet di Bank ; 7) surat pernyataan kesanggupan untuk mengikuti secara terus menerus program pendidikan di bidang akuntansi dan perbankan ; 8) surat pernyataan yang menyatakan bahwa Akuntan Publik sanggup melakukan audit sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik dan Kode Etik Profesi, serta senantiasa bersikap independen dan profesional dalam melakukan penugasan audit ; 9) surat pernyataan yang menyatakan bahwa Akuntan Publik yang bersangkutan bersedia memberitahukan dan melaporkan kepada Bank Indonesia apabila ditemukan pelanggaran terhadap peraturan perundang‐ undangan yang berlaku di bidang keuangan dan perbankan, serta keadaan dan perkiraan keadaan yang dapat membahayakan kelangsungan usaha Bank ; dan 10) rekomendasi untuk pendaftaran di Bank Indonesia dari Ikatan Akuntan Indonesia – Kompartemen Akuntan Publik (IAI‐KAP) b. dokumen yang berkaitan dengan Kantor Akuntan Publik : 1) Nomor Pokok Wajib Pajak ; 2) izin praktik dari Menteri Keuangan Republik Indonesia bagi Akuntan Publik yang bertindak sebagai pimpinan Kantor Akuntan Publik yang bersangkutan ; 62 Likuiditas Rupiah Paragraf 46 Sumber Regulasi SE 7/57/DPNP 2005 Romawi VI SE 7/57/DPNP 2005 Romawi VII Pasal 22 3/22/PBI/2001 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan 3) bagan organisasi yang menunjukkan bahwa dalam melakukan audit, Akuntan Publik menerapkan sekurang‐ kurangnya 2 (dua) jenjang pengendalian atau supervisi yaitu Akuntan Publik yang bertanggung jawab (partner in charge), dan pengawas menengah yang melakukan pengawasan terhadap staf pelaksana ; dan 4) surat pernyataan bahwa Kantor Akuntan Publik bersedia untuk menjalani review eksternal oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) tentang pengendalian mutu di Kantor Akuntan Publik yang bersangkutan. Dalam rangka memberikan persetujuan atau penolakan atas permohonan sebagaimana dimaksud dalam angka 4, Bank Indonesia melakukan : a. Penelitian atas kelengkapan dan kebenaran dokumen; dan b. Wawancara terhadap Akuntan Publik, apabila diperlukan. Persetujuan atau penolakan atas permohonan sebagaimana dimaksud dalam angka 5, diberikan dalam jangka waktu selambat‐lambatnya 45 (empat puluh lima) hari kalender sejak diterimanya permohonan tersebut secara lengkap. Nama Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik yang terdaftar di Bank Indonesia dicantumkan dalam homepage Bank Indonesia. Setiap perubahan yang berkenaan dengan data dan informasi dari Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik sebagaimana dimaksud dalam angka 4 wajib dilaporkan secara tertulis oleh Akuntan Publik dan atau Kantor Akuntan Publik kepada Bank Indonesia selambat‐lambatnya 14 (empat belas) hari kalender sejak terjadinya perubahan tersebut. Untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan Akuntan Publik dalam melakukan audit terhadap Bank, Kantor Akuntan Publik dan Akuntan Publik harus meningkatkan kemampuan dan mengikuti program pendidikan dan pelatihan perbankan dan atau keuangan syariah yang diselenggarakan baik oleh Bank Indonesia atau pihak ketiga lainnya. Berdasarkan penilaian terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik, Bank Indonesia dapat mengajukan usul kepada Menteri Keuangan dan Ikatan Akuntan Indonesia untuk pencabutan izin Kantor Akuntan Publik dan Akuntan Publik. Bagi Kantor Akuntan Publik dan Akuntan Publik yang telah terdaftar di Bank Indonesia, apabila akan melaksanakan pemeriksaan terhadap Bank harus memenuhi persyaratan terlebih dahulu sebagaimana dimaksud dalam angka II.3 (butir B. 3 dalam kodifikasi ini). Dokumen yang berkaitan dengan persyaratan dimaksud adalah sertifikat program pelatihan keuangan dan perbankan syariah yang telah diikuti dari lembaga yang kredibel di bidangnya. Bank Indonesia mengumumkan Kantor Akuntan Publik dan Akuntan Publik yang terdaftar di Bank Indonesia pada home page Bank Indonesia. 63 Likuiditas Rupiah Paragraf Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Sumber Regulasi Ketentuan Alamat home page Bank Indonesia adalah http://www.bi.go.id. A. Bank Konvensional SE 3/32/DPNP Alamat Pendaftaran Akuntan Publik dan Pelaporan 2001 1. Pendaftaran Akuntan Publik ditujukan kepada Bank Indonesia Romawi V Up. Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan, Jl. M.H. Thamrin No.2, Jakarta 10010 dengan menggunakan formulir sesuai format dalam Lampiran 1a (Lampiran 41a dalam kodifikasi ini). Bagi Akuntan Publik yang berkedudukan di luar Jabotabek, tembusan pendaftaran disampaikan kepada Kantor Bank Indonesia setempat. 2. Laporan keuangan yang telah diaudit (audit report) disertai dengan Surat Komentar (Management Letter) disampaikan kepada Bank Indonesia Up. Direktorat Pengawasan Bank, bagi Bank yang berkantor pusat di wilayah kerja kantor pusat Bank Indonesia atau Kantor Bank Indonesia setempat, bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah kerja kantor pusat Bank Indonesia. 3. Laporan temuan mengenai pelanggaran peraturan perundang‐ undangan yang berlaku di bidang keuangan dan perbankan atau keadaan atau perkiraan keadaan yang dapat membahayakan kelangsungan usaha Bank disampaikan kepada Bank Indonesia Up. Direktorat Pengawasan Bank, bagi Bank yang berkantor pusat di wilayah kerja kantor pusat Bank Indonesia atau Kantor Bank Indonesia setempat bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah kantor pusat Bank Indonesia. SE 7/57/DPNP 2005 Romawi V B. Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah di Indonesia Alamat Pendaftaran Akuntan Publik dan Pelaporan 1. Pendaftaran Akuntan Publik dilakukan dengan menggunakan formulir sesuai format dalam Lampiran 1a (Lampiran 39a dalam kodifikasi ini). dan ditujukan kepada Bank Indonesia dengan alamat : a. Up. Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan, Jl.M.H.Thamrin No.2, Jakarta 10110, bagi Akuntan Publik yang berkedudukan di Jabotabek ; atau b. Up. Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan, Jl.M.H.Thamrin No.2, Jakarta 10110, bagi Akuntan Publik yang berkedudukan di luar Jabotabek dengan tembusan pendaftaran disampaikan kepada Kantor Bank Indonesia setempat. 2. Laporan keuangan yang telah diaudit (audit report) disertai dengan Surat Komentar (Management Letter) dan Laporan temuan mengenai pelanggaran peraturan perundang‐undangan yang berlaku di bidang keuangan dan perbankan atau keadaan atau perkiraan keadaan yang dapat membahayakan kelangsungan usaha Bank disampaikan kepada Bank Indonesia : a. Up. Direktorat Perbankan Syariah, Jl. M.H.Thamrin No.2, Jakarta 10110, bagi Bank yang berkantor pusat di wilayah kerja kantor pusat Bank Indonesia ; atau 64 Likuiditas Rupiah Paragraf 47 48 Sumber Regulasi Pasal 23 3/22/PBI/2001 Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan b. Kantor Bank Indonesia setempat bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah kantor pusat Bank Indonesia. Bagi Bank yang berdasarkan ketentuan yang berlaku wajib dilakukan audit laporan keuangan tahunan oleh instansi pemerintah, dikecualikan dari ketentuan Pasal 16 dan Pasal 22. (Paragraf 40 dan Paragraf 46 dalam kodifikasi ini) Yang dimaksud dengan instansi pemerintah antara lain adalah Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). BAB IX Sanksi Bagian Ketiga Pasal 39 7/50/PBI/2005 Sanksi bagi Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik (1) Akuntan Publik atau Kantor Akuntan Publik yang secara material melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dan ayat (2) (Paragraf 43 ayat (1) dan ayat (2) dalam kodifikasi ini) dikenakan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 Undang‐undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang‐undang No. 10 Tahun 1998 berupa : a. penghapusan nama Akuntan Publik dari Daftar Akuntan Publik di Bank Indonesia ; b. penghapusan Kantor Akuntan Publik dari daftar Kantor Akuntan Publik di Bank Indonesia, apabila pelanggaran dilakukan oleh 2 (dua) orang Akuntan Publik yang bertanggung jawab (partner in charge) dalam audit Bank dari Kantor Akuntan Publik yang sama, kecuali untuk instansi pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 (Paragraf 47 dalam kodifikasi ini); dan Perhitungan pelanggaran ketentuan oleh 2 (dua) orang Akuntan Publik yang bertanggung jawab (partner in charge) dapat dilakukan pada periode yang sama maupun pada periode yang berbeda. c. penyampaian usul kepada instansi yang berwenang untuk mencabut atau membatalkan izin usaha sebagai pemberi jasa bagi Bank sesuai dengan ketentuan atau kode etik yang berlaku. Instansi yang berwenang dalam ayat ini adalah Departemen Keuangan dan Ikatan Akuntan Indonesia. (2) Akuntan Publik atau Kantor Akuntan Publik yang tidak memenuhi ketentuan rahasia Bank sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) huruf d (Paragraf 43 ayat (1) huruf d dalam kodifikasi ini), selain dikenakan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), juga dapat dikenakan sanksi pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (2) Undang‐undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang‐undang Nomor 10 Tahun 1998. 65 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi A. SE 3/32/DPNP 2001 Romawi IV Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan Bank Umum Konvensional 1. Dalam Pasal 39 Peraturan Bank Indonesia tersebut di atas (Paragraf 48 dalam kodifikasi ini), Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik dapat dihapuskan dari daftar Akuntan Publik di Bank Indonesia apabila tidak memenuhi ketentuan yang ditetapkan dalam Pasal 19. (Paragraf 43 dalam kodifikasi ini) 2. Nama Akuntan Publik dihapuskan dari daftar Akuntan Publik di Bank Indonesia apabila berdasarkan penilaian Bank Indonesia, diketahui bahwa Akuntan Publik: a. tidak memberitahukan temuan pelanggaran sebagaimana dimaksud pada angka III.2 (Paragraf 44 ayat 2 Butir A.2 dalam kodifikasi ini) kepada Bank Indonesia dalam jangka waktu selambat‐lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak ditemukannya pelanggaran peraturan perundang‐undangan yang berlaku di bidang keuangan dan perbankan atau keadaan atau perkiraan keadaan yang dapat membahayakan kelangsungan usaha Bank; b. tidak menyampaikan tembusan Laporan Keuangan yang telah diaudit (audit report) kepada Bank Indonesia yang disertai dengan Surat Komentar (Management Letter) selambat‐lambatnya 4 (empat) bulan setelah Tahun Buku; c. tidak memenuhi ketentuan rahasia Bank sebagaimana diatur dalam Undang‐undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang‐ undang Nomor 10 Tahun 1998; d. Akuntan Publik telah terbukti melakukan perbuatan tercela dan atau dihukum karena terbukti melakukan tindak pidana di bidang keuangan, baik di Indonesia maupun di negara lain atau memiliki kredit macet; e. Akuntan Publik melakukan audit tidak sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik dan Kode Etik Profesi, serta tidak bersikap independen dan profesional dalam melakukan penugasan audit; f. Akuntan Publik melakukan audit tidak sesuai dengan perjanjian kerja sebagaimana diatur dalam Pasal 18 Peraturan Bank Indonesia tersebut di atas (Paragraf 42 dalam kodifikasi ini); atau g. Akuntan Publik yang merupakan anggota Kantor Akuntan Publik yang tidak lagi memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam angka II.2. huruf i angka 1 (Paragraf 45 ayat (2) Butir A.2.i.1) dalam kodifikasi ini). 3. Sesuai Pasal 39 ayat (1) Peraturan Bank Indonesia tersebut di atas (Paragraf 48 ayat (1) dalam kodifikasi ini), nama Kantor Akuntan Publik dihapuskan dari daftar Kantor Akuntan Publik di Bank Indonesia apabila terdapat 2 (dua) orang atau lebih Akuntan Publik yang bertanggung jawab (partner in charge) dari Kantor Akuntan Publik yang sama dikenakan sanksi dan dihapuskan dari daftar Akuntan Publik di Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam angka 2. 66 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi B. SE 7/57/DPbs 2005 Romawi IV Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan 4. Penghapusan nama Kantor Akuntan Publik dan Akuntan Publik dari daftar di Bank Indonesia diberitahukan oleh Bank Indonesia kepada Kantor Akuntan Publik dan Akuntan Publik yang bersangkutan serta dilaporkan kepada Ikatan Akuntan Indonesia dan Menteri Keuangan. Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah 1. Nama Akuntan Publik dihapuskan dari daftar Akuntan Publik di Bank Indonesia apabila berdasarkan penilaian Bank Indonesia, diketahui bahwa Akuntan Publik : a. tidak memberitahukan temuan pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam dalam Butir II.2.h dan atau Angka III. 5 (Paragraf 45 ayat (2) Butir B.2.h dan atau Paragraf 44 ayat (2) Butir B.5 dalam kodifikasi ini) kepada Bank Indonesia dalam jangka waktu selambat‐lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak ditemukannya pelanggaran peraturan perundang‐ undangan yang berlaku di bidang keuangan dan perbankan atau keadaan atau perkiraan keadaan yang dapat membahayakan kelangsungan usaha Bank ; b. tidak menyampaikan tembusan Laporan Keuangan yang telah diaudit (audit report) kepada Bank Indonesia yang disertai dengan Surat Komentar (Management Letter) selambat‐lambatnya 4 (empat) bulan setelah Tahun Buku ; c. tidak memenuhi ketentuan rahasia Bank sebagaimana diatur dalam Undang‐Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang‐ Undang Nomor 10 Tahun 1998 ; d. Akuntan Publik telah terbukti melakukan perbuatan tercela dan atau dihukum karena terbukti melakukan tindak pidana di bidang keuangan, baik di Indonesia maupun di Negara lain atau memiliki kredit macet ; e. Akuntan Publik melakukan audit tidak sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik dan Kode Etik Profesi, serta tidak bersikap independen dan professional dalam melakukan penugasan audit ; f. Sebelum mengeluarkan pendapat atas laporan audit Bank, Akuntan Publik tidak meminta pendapat dan atau memperoleh pendapat dari Dewan Pengawas Syariah mengenai ketaatan Bank terhadap prinsip syariah ; g. Akuntan Publik melakukan audit tidak sesuai dengan perjanjian kerja sebagaimana diatur dalam Pasal 18 Peraturan Bank Indonesia tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank dan Pasal 13 Peraturan Bank Indonesia tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (Paragraf 18 dan Paragraf 93 dalam kodifikasi ini) ; h. Akuntan Publik yang merupakan anggota Kantor Akuntan Publik yang tidak lagi memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam angka II.2 huruf i angka 1) (Paragraf 45 ayat 67 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan (2) Butir B.2.i.1) dalam kodifikasi ini) ; atau i. Izin praktek dari Menteri Keuangan telah dicabut. 2. Nama Kantor Akuntan Publik dihapuskan dari daftar Kantor Akuntan Publik di Bank Indonesia apabila terdapat 2 (dua) orang atau lebih Akuntan Publik yang bertanggung jawab (partner in charge) dari Kantor Akuntan Publik yang sama dikenakan sanksi dan dihapuskan dari daftar Akuntan Publik di Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam angka 1. 3. Penghapusan nama Kantor Akuntan Publik dan Akuntan Publik dari daftar di Bank Indonesia diberitahukan oleh Bank Indonesia kepada Kantor Akuntan Publik dan Akuntan Publik yang bersangkutan serta dilaporkan kepada Ikatan Akuntan Indonesia dan Menteri Keuangan. BAB I 49 Pasal 1 15/3/PBI/2013 50 Pasal 2 15/3/PBI/2013 Transparansi Kondisi Keuangan Bank Perkreditan Rakyat Ketentuan Umum 1. Bank Perkreditan Rakyat yang selanjutnya disingkat BPR adalah Bank Perkreditan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang‐Undang tentang Perbankan. 2. Laporan Tahunan adalah laporan lengkap mengenai kinerja suatu BPR dalam kurun waktu 1 (satu) tahun yang berisi Laporan Keuangan Tahunan dan informasi umum. 3. Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku bagi BPR adalah Standar Akuntansi Keuangan bagi Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) dan Pedoman Akuntansi BPR (PA BPR). 4. Laporan Keuangan Tahunan adalah laporan keuangan akhir tahun BPR yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku bagi BPR. 5. Laporan Keuangan Publikasi adalah laporan keuangan BPR yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku bagi BPR dan dipublikasikan setiap triwulan sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. 6. Akuntan Publik adalah Akuntan Publik sebagaimana dimaksud dalam Undang‐Undang tentang Akuntan Publik. 7. Kantor Akuntan Publik adalah Kantor Akuntan Publik sebagaimana dimaksud dalam Undang‐Undang tentang Akuntan Publik. 8. Tahun Buku adalah tahun takwim atau tahun yang dimulai dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember. 9. Surat Komentar (Management Letter) adalah komentar tertulis dari Akuntan Publik kepada manajemen bank mengenai hasil kaji ulang terhadap struktur pengendalian intern, pelaksanaan Standar Akuntansi Keuangan atau masalah lain yang ditemui dalam pelaksanaan audit, beserta saran‐saran perbaikannya. (1) BPR wajib menyusun dan menyajikan laporan keuangan dengan bentuk dan cakupan sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Bank Indonesia ini, yang terdiri dari: a. Laporan Tahunan; dan b. Laporan Keuangan Publikasi 68 Likuiditas Rupiah Paragraf 51 Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Sumber Regulasi Ketentuan (2) Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan Publikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib disusun dalam Bahasa Indonesia. A. Dalam rangka pemantauan keadaan usaha Bank Perkreditan SE 15/29/DKBU Rakyat (BPR) oleh publik, BPR diwajibkan untuk menyampaikan 2013 laporan dan/ atau informasi sesuai dengan waktu dan bentuk Romawi I yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. B. Jenis laporan dan/atau informasi yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam huruf A adalah Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan Publikasi. C. Laporan Tahunan disusun antara lain untuk memberikan gambaran lengkap mengenai kinerja BPR dalam kurun waktu satu tahun. D. Laporan Keuangan Publikasi disusun antara lain untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan, informasi lainnya, susunan Pengurus dan komposisi Pemegang Saham termasuk Pemegang Saham Pengendali secara triwulanan kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan perkembangan usaha BPR. E. Agar Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan Publikasi dapat diperbandingkan, penyajian laporan tersebut wajib didasarkan pada Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku bagi BPR yaitu Standar Akuntansi Keuangan bagi Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP), Pedoman Akuntansi bagi BPR (PA BPR), dan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. F. Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan Publikasi wajib disusun dalam Bahasa Indonesia. G. Laporan Keuangan Tahunan bagi BPR dengan total aset lebih besar dari atau sama dengan Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) wajib diaudit oleh Akuntan Publik yang terdaftar di Bank Indonesia. H. Angka dalam Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan Publikasi disajikan dalam mata uang Rupiah dan dalam ribuan Rupiah. I. Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan Publikasi disampaikan oleh kantor pusat BPR. BAB II Laporan Tahunan Pasal 3 15/3/PBI/2013 (1) Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a (Paragraf 50 ayat (1) huruf a dalam kodifikasi ini) paling kurang memuat: a. informasi umum yang meliputi antara lain: 1. kepengurusan; 2. kepemilikan; 3. perkembangan usaha BPR; 4. strategi dan kebijakan manajemen; dan 5. laporan manajemen; b. Laporan Keuangan Tahunan yang terdiri dari: 1. Neraca; 2. Laporan Laba Rugi; 3. Laporan Perubahan Ekuitas; 69 Likuiditas Rupiah Paragraf Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Sumber Regulasi Ketentuan 4. Laporan Arus Kas; dan 5. Catatan atas laporan keuangan, termasuk informasi tentang Komitmen dan Kontinjensi; c. opini dari Akuntan Publik atas Laporan Keuangan Tahunan BPR yang diaudit oleh Akuntan Publik; d. seluruh aspek transparansi dan informasi yang diwajibkan untuk Laporan Keuangan Publikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) huruf b (Paragraf 56 ayat (3) huruf b dalam kodifikasi ini); e. seluruh aspek pengungkapan (disclosure) sebagaimana diwajibkan dalam Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku bagi BPR. (2) Laporan Keuangan Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b wajib disusun untuk 1 (satu) Tahun Buku dan disajikan dengan perbandingan 1 (satu) Tahun Buku sebelumnya. (3) Cakupan Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan diatur lebih lanjut dalam Surat Edaran Bank Indonesia. A. Laporan Tahunan memuat paling kurang: SE 15/29/DKBU 1. Informasi Umum yang meliputi antara lain: 2005 a. Susunan kepengurusan yang meliputi anggota Direksi dan Romawi II Dewan Komisaris, dan Pejabat Eksekutif, dengan informasi mencakup jabatan dan ringkasan riwayat hidup; b. Kepemilikan, berupa nama Pemegang Saham termasuk Pemegang Saham Pengendali dan komposisi serta persentase kepemilikan saham; c. Perkembangan usaha BPR yang antara lain memuat: 1) Riwayat ringkas pendirian BPR meliputi antara lain: a) nomor dan tanggal akta pendirian serta perubahan terakhir, pengesahan dari instansi yang berwenang; b) tanggal mulai beroperasi; c) bidang usaha sesuai anggaran dasar; dan d) tempat kedudukan dan lokasi utama kegiatan usaha; 2) Ikhtisar data keuangan penting, paling kurang mencakup pendapatan dan beban operasional, pendapatan dan beban non operasional, laba sebelum Pajak Penghasilan (PPh), taksiran PPh dan laba bersih. 3) Rasio keuangan, disajikan paling kurang mencakup Kualitas Aktiva Produktif (KAP), Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM), kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL), Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP), Return on Asset (ROA), Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Cash Ratio, dan Loan to Deposit Ratio (LDR); 4) Perbandingan jumlah kredit bermasalah terhadap total kredit yang diberikan dan penyebab utama kredit bermasalah; dan 5) Perkembangan usaha yang berpengaruh secara signifikan terhadap BPR pada periode laporan seperti ekspansi atau penciutan kegiatan usaha dan/atau jaringan kantor. d. Strategi dan kebijakan manajemen dalam mengelola dan mengembangkan usaha BPR, termasuk informasi mengenai 70 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan manajemen risiko yang paling kurang mencakup identifikasi dan pengendalian risiko; e. Laporan manajemen yang menyajikan informasi mengenai pengelolaan BPR dalam rangka tata kelola yang baik, paling kurang mencakup antara lain: 1) Struktur organisasi; 2) Bidang usaha sesuai anggaran dasar dan kegiatan utama pada periode pelaporan; 3) Teknologi informasi, meliputi antara lain sistem operasional, sistem keamanan, dan penyedia teknologi informasi; 4) Perkembangan dan target pasar; 5) Jumlah, jenis, dan lokasi kantor; 6) Kerjasama BPR dengan baik atau lembaga lain dalam rangka pengembangan usaha; 7) Kepemilikan oleh anggota Direksi, Dewan Komisaris dan Pemegang Saham dalam kelompok usaha BPR, dan perubahan kepemilikan dari tahun sebelumnya, jika ada; 8) Keterikatan antar pemilik, antar pengurus, dan antara pemilik dengan pengurus BPR; 9) Sumber Daya Manusia (SDM), meliputi jumlah, tingkat pendidikan, dan kegiatan pengembangan SDM selama periode yang bersangkutan; 10) Kebijakan pemberian gaji, tunjangan, dan fasilitas bagi anggota Direksi dan Dewan Komisaris termasuk bonus, tantiem, dan fasilitas lainnya; dan 11) Perubahan penting lainnya yang terjadi di BPR dan/atau di kelompok usaha BPR yang mempengaruhi operasional BPR dalam tahun yang bersangkutan. 2. Laporan Keuangan Tahunan yang disusun untuk 1 (satu) Tahun Buku dan disajikan dengan perbandingan 1 (satu) Tahun Buku sebelumnya paling kurang terdiri dari: a. Neraca; b. Laporan Laba Rugi dari tahun buku yang bersangkutan; c. Laporan Perubahan Ekuitas; d. Laporan Arus Kas; dan e. Catatan atas laporan keuangan, termasuk informasi mengenai Komitmen dan Kontijensi. 3. Opini dari Akuntan Publik apabila Laporan Keuangan Tahunan diaudit oleh Akuntan Publik; 4. Selain pengungkapan sebagaimana dimaksud pada angka 1 dan angka 2, BPR wajib pula melakukan pengungkapan (disclosure) informasi lainnya yang meliputi: a. Ikhtisar kebijakan akuntansi, mencakup: 1) pernyataan bahwa BPR menggunakan SAK ETAP; 2) dasar pengukuran dan penyusunan laporan keuangan; dan 3) kebijakan akuntansi BPR yang antara lain meliputi kebijakan konsep dasar pengukuran, kredit yang diberikan, penyisihan kerugian kredit, investasi di Sertifikat Bank Indonesia, agunan yang diambil alih, kas dan setara kas, 71 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan aset tetap dan inventaris serta penyusutan, pengakuan pendapatan bunga, pengakuan beban bunga, pajak penghasilan, dan imbalan kerja. b. Penjelasan atas pos‐pos laporan keuangan yang disusun dengan memperhatikan urutan penyajian neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas dan laporan perubahan ekuitas serta informasi tambahan sesuai dengan ketentuan pengungkapan pada setiap pos pada bagian yang terkait, ditambah dengan pengungkapan mengenai: 1) Transaksi hubungan istimewa, yang meliputi: a) rincian jumlah masing‐masing pos aset, kewajiban, penghasilan, dan beban kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa beserta persentasenya terhadap total aset, kewajiban, penghasilan dan beban; b) penjelasan transaksi yang tidak berhubungan dengan kegiatan usaha utama dan jumlah utang atau jumlah piutang sehubungan dengan transaksi hubungan istimewa; c) sifat hubungan, jenis, dan unsur transaksi hubungan istimewa termasuk pernyataan apakah BPR menerapkan kebijakan persyaratan yang sama bagi pihak lain yang tidak memiliki hubungan istimewa dengan BPR; dan d) alasan serta dasar pembentukan penyisihan kerugian piutang yang terkait dengan hubungan istimewa. 2) Perubahan akuntansi dan koreksi kesalahan, yang meliputi: a) perubahan estimasi akuntansi: i. hakikat dan alas an perubahan estimasi akuntansi; ii. jumlah perubahan estimasi yang mempengaruhi periode berjalan; dan/atau iii. pengaruh estimasi terhadap periode mendatang; b) perubahan kebijakan akuntansi, antara lain meliputi: i. hakikat, alasan dan tujuan dilakukannya perubahan kebijakan akuntansi; ii. dampak perubahan kebijakan akuntansi terhadap periode berjalan dan periode sebelumnya yang perlu disajikan kembali secara komparatif; dan iii. pernyataan bahwa informasi komparatif telah dinyatakan kembali atau pernyataan bahwa informasi komparatif tidak disajikan karena dianggap tidak praktis; c) kesalahan: i. hakikat kesalahan; ii. jumlah nilai koreksi untuk periode berjalan dan periode‐periode sebelumnya; iii. jumlah nilai koreksi yang terkait dengan periode‐ periode sebelum periode yang tercakup dalam informasi komparatif; 72 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan iv. pernyataan bahwa informasi komparatif telah dinyatakan kembali atau pernyataan bahwa informasi komparatif tidak disajikan karena dianggap tidak praktis. Komitmen dan Kontinjensi, yang meliputi: 1) pengungkapan komitmen, terdiri dari: a) pengungkapan kontrak atau perjanjian yang menimbulkan komitmen penggunaan dana pada masa yang akan datang, misalnya perjanjian pemberian kredit atau pinjaman. Hal‐hal yang perlu diungkapkan antara lain terdiri dari komitmen kepada pihak yang terkait, periode berlakunya komitmen, nilai keseluruhan dan bagian yang telah terealisasi, serta sanksi; dan b) uraian mengenai sifat, jenis, jumlah dan persyaratan komitmen; 2) pengungkapan kontijensi, terdiri dari: a) pengungkapan perkara atau sengketa hukum yang berpotensi menimbulkan perngeluaran dana pada masa yang akan datang. Hal‐hal yang perlu diungkapkan antara lain meliputi pihak yang terkait, nilai gugatan (perkara atau sengketa), latar belakang perkara, pokok dan status perkara, putusan pengadilan, dan probabilitas risiko dari peristiwa kontinjensi yang diungkapkan berdasarkan prinsip manajemen risiko; b) uraian singkat mengenai peraturan pemerintah yang mengikat dan dampaknya, seperti masalah ketenagakerjaan; dan c) uraian kemungkinan kewajiban pajak tambahan yang meliputi jenis ketetapan atau tagihan pajak, jenis pajak, tahun pajak, jumlah pokok, denda, dan sikap BPR terhadap ketetapan atau tagihan pajak, misalnya: mengajukan keberatan, banding, dan lain‐lain; Perkembangan terakhir SAK ETAP dan peraturan lainnya, meliputi penjelasan mengenai SAK ETAP dan peraturan baru yang akan diterapkan dan mempengaruhi aktivitas BPR serta estimasi dampak penerapan SAK ETAP dan peraturan lama tersebut; Reklasifikasi, terdiri dari sifat, jumlah dan alasan reklasifikasi untuk setiap pos dalam tahun buku sebelum tahun buku terakhir yang disajikan dalam rangka laporan keuangan komparatif; Informasi penting lainnya, antara lain sifat, jenis, jumlah dan dampak dari peristiwa atau keadaan tertentu yang mempengaruhi kinerja BPR; Peristiwa setelah tanggal neraca (subsequent event), meliputi urutan peristiwa serta jumlah moneter yang mempengaruhi akun‐akun laporan keuangan. c. d. e. f. g. 73 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi B. 52 Pasal 4 15/3/PBI/2013 SE 15/29/DKBU 2013 Romawi V.A (1) (2) (3) (4) Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan Pengungkapan sebagaimana dimaksud dalam huruf A angka 1, huruf A angka 2, dan huruf A angka 4 berpedoman pada Standar Akuntansi Keuangan bagi Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) dan Pedoman Akuntansi BPR (PA BPR). BPR wajib menyampaikan Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a (Paragraf 50 ayat (1) huruf a dalam kodifikasi ini) kepada Bank Indonesia. Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib ditandatangani paling kurang oleh 1 (satu) anggota Direksi BPR dengan mencantumkan nama secara jelas. Dalam hal seluruh anggota Direksi berhalangan, Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib ditandatangani oleh anggota Dewan Komisaris atau Pejabat yang ditunjuk oleh Rapat Umum Pemegang Saham atau sesuai Anggaran Dasar, dengan mencantumkan nama dan jabatan secara jelas. Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib disampaikan paling lambat akhir bulan April setelah Tahun Buku berakhir. Alamat Penyampaian Laporan Laporan Tahunan dan bukti pengumuman Laporan Keuangan Publikasi disampaikan kepada Bank Indonesia dengan alamat: 53 Pasal 5 15/3/PBI/2013 a. Kantor Regional Bank I Indonesia, Gedung D, Lantai 7, Jalan M.H. Thamrin Nomor 2 Jakarta Pusat 10350, bagi BPR yang berkedudukan di wilayah DKI Jakarta, Banten, Bogor, Depok, Karawang, dan Bekasi. b. Kantor Perwakilan Dalam Negeri Bank Indonesia yang mewilayahi kantor pusat BPR, bagi BPR yang kantor pusatnya berkedudukan di luar wilayah sebagaimana dimaksud dalam huruf a. (1) Bagi BPR yang mempunyai total aset lebih besar dari atau sama dengan Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah), Laporan Keuangan Tahunan yang disampaikan dalam Laporan Tahunan wajib diaudit terlebih dahulu oleh Akuntan Publik. (2) Bagi BPR yang mempunyai total aset lebih kecil dari Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah), Laporan Keuangan Tahunan yang disampaikan dalam Laporan Tahunan adalah Laporan Keuangan Tahunan yang telah dipertanggungjawabkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham atau Rapat Anggota. Laporan Keuangan Tahunan yang telah dipertanggungjawabkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham atau Rapat Anggota dibuktikan dengan penyampaian risalah Rapat Umum Pemegang Saham atau Rapat Anggota. (3) Dalam hal Laporan Keuangan Tahunan BPR sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diaudit oleh Akuntan Publik, Laporan Keuangan 74 Likuiditas Rupiah Paragraf Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Sumber Regulasi Ketentuan Tahunan yang disampaikan dalam Laporan Tahunan adalah Laporan Keuangan Tahunan yang diaudit. (4) Dalam hal pelaksanaan audit oleh Akuntan Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan melewati batas waktu penyampaian Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (4) (Paragraf 52 ayat (4) dalam kodifikasi ini), maka selain menyampaikan Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), BPR tetap menyampaikan Laporan Keuangan Tahunan yang telah diaudit oleh Akuntan Publik paling lambat 1 (satu) bulan setelah diterimanya hasil audit atas Laporan Keuangan. (5) Laporan Keuangan Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) disusun sesuai Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku bagi BPR. SE 12/14/DKBU 2010 No. 1 – 5 1. Dalam rangka peningkatan transparansi kondisi keuangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan penyusunan laporan keuangan yang relevan, komprehensif, andal dan dapat diperbandingkan, BPR wajib menyusun dan menyajikan laporan keuangan berdasarkan standar akuntansi keuangan yang relevan bagi BPR, pedoman akuntansi bagi BPR dan ketentuan lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 2. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) merupakan Standar Akuntansi Keuangan yang relevan bagi BPR dan Pedoman Akuntansi BPR (PA‐BPR) merupakan petunjuk pelaksanaan yang berisi penjabaran lebih lanjut dari SAK ETAP. 3. Penyusunan dan penyajian laporan keuangan BPR wajib berpedoman pada PA‐BPR. 4. Perlakuan akuntansi keuangan BPR sejak 1 Januari 2010 yang masih mengacu pada Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia 2001 (PAPI), dengan diberlakukannya Surat Edaran ini agar disesuaikan dengan berpedoman pada Bab II PA‐BPR. 5. Penyesuaian sebagaimana dimaksud pada angka 4 hanya dilakukan dalam rangka penyajian laporan keuangan per 31 Desember 2010 untuk tujuan umum (general purposes). 54 Pasal 6 15/3/PBI/2013 55 Pasal 7 15/3/PBI/2013 BPR yang telah menyampaikan Laporan Tahunan namun: a. Laporan Keuangan Tahunan BPR tidak diaudit oleh Akuntan Publik dan/atau Kantor Akuntan Publik yang terdaftar di Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) (Paragraf 53 ayat (1) dalam kodifikasi ini); atau b. Laporan Keuangan Tahunan BPR belum dipertanggungjawabkan oleh Direksi atau Pengurus kepada Rapat Umum Pemegang Saham atau Rapat Anggota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) (Paragraf 53 ayat (2) dalam kodifikasi ini), dinyatakan belum menyampaikan Laporan Tahunan. (1) BPR dinyatakan terlambat menyampaikan Laporan Tahunan, apabila BPR menyampaikan Laporan Tahunan kepada Bank Indonesia setelah batas akhir waktu penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (4) (Paragraf 52 ayat (4) dalam kodifikasi ini), sampai dengan paling lama 1 (satu) bulan sejak batas akhir waktu penyampaian laporan. 75 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi (2) Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan Contoh: Penyampaian Laporan Tahunan 2012 yang wajib diaudit oleh Akuntan Publik dinyatakan terlambat apabila disampaikan dalam kurun waktu 1 Mei sampai dengan 31 Mei 2013. BPR dinyatakan tidak menyampaikan Laporan Tahunan, apabila BPR belum menyampaikan Laporan Tahunan dalam kurun waktu keterlambatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Contoh: Laporan Tahunan 2012 yang wajib diaudit oleh Akuntan Publik dinyatakan tidak disampaikan apabila disampaikan setelah tanggal 31 Mei 2013. (3) BPR yang tidak menyampaikan Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tetap diwajibkan untuk menyampaikan Laporan Tahunan sebelum tahun buku berikutnya. 56 BAB III Laporan Keuangan Publikasi Pasal 8 15/3/PBI/2013 (1) BPR wajib mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi triwulanan untuk posisi akhir bulan Maret, Juni, September dan Desember sesuai dengan bentuk dan tata cara yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. (2) Laporan Keuangan Publikasi untuk posisi bulan Desember disusun berdasarkan Laporan Keuangan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 (Paragraf 53 dalam kodifikasi ini). (3) Laporan Keuangan Publikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b (Paragraf 50 ayat (1) huruf b dalam kodifikasi ini) paling kurang memuat: a. laporan keuangan yang terdiri dari: 1. Neraca; 2. Laporan Laba Rugi; 3. Laporan Komitmen dan Kontinjensi b. informasi lainnya yang paling kurang terdiri dari: 1. Kualitas Aktiva Produktif (KAP) untuk: a) penempatan pada bank lain; b) kredit yang diberikan, baik kepada pihak terkait maupun pihak tidak terkait; 2. rasio keuangan, yang terdiri dari: a) Kewajiban Penyediaan Modal Minimum; b) Non Performing Loans (NPL) dan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif; c) Return on Asset (ROA) dan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO); d) Cash Ratio; dan e) Loan to Deposit Ratio (LDR) c. Susunan Pengurus dan komposisi Pemegang Saham, termasuk Pemegang Saham Pengendali. (4) Laporan Keuangan Publikasi triwulanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib disajikan dalam bentuk perbandingan dengan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan tahun sebelumnya. 76 Likuiditas Rupiah Paragraf Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Sumber Regulasi Ketentuan SE 15/29/DKBU Laporan Keuangan Publikasi 2013 A. Laporan Keuangan Publikasi yang diumumkan untuk laporan keuangan posisi akhir bulan Maret, Juni, September dan Romawi III Desember disusun dengan mengacu pada Penyusunan Laporan Keuangan Publikasi sebagaimana dimaksud pada Lampiran I (Lampiran 43 dalam kodifikasi ini) yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini. B. Laporan Keuangan Publikasi merupakan gabungan dari laporan kantor pusat BPR dan seluruh kantor cabang BPR yang bersangkutan. C. Laporan Keuangan Publikasi harus disusun dan disajikan dalam bentuk perbandingan dengan laporan pada periode yang sama tahun sebelumnya. Posisi pembanding wajib disajikan sesuai format yang sama dengan posisi Laporan Keuangan Publikasi yang diumumkan. D. Khusus untuk perlakuan akuntansi yang baru diterapkan dalam posisi Laporan maka penyajian posisi pembanding mengacu pada Pedoman Standar Akuntansi Keuangan Nomor 25 Tahun 2009 tentang Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan. E. Untuk memenuhi aspek transparansi, Laporan Keuangan Publikasi memuat pengungkapan (disclosure) sesuai dengan SAK ETAP dan PA BPR. Pengungkapan tersebut paling kurang terdiri dari: 1. Laporan keuangan yang meliputi Neraca, Laporan Laba Rugi, serta Laporan Komitmen dan Kontinjensi; dan 2. Informasi lainnya yang paling kurang terdiri dari: j. Kualitas Aktiva Produk (KAP) untuk: 1) Penempatan pada bank lain; 2) Kredit yang diberikan, baik kepada pihak terkait maupun pihak yang tidak terkait; k. Rasio keuangan, yang terdiri dari: 1) KPMM; 2) NPL (neto) dan PPAP; 3) ROA dan BOPO; 4) Cash Ratio; dan 5) LDR 3. Susunan Pengurus dan komposisi Pemegang Saham, termasuk Pemegang Saham Pengendali; 4. Nama Kantor Akuntan Publik yang mengaudit dan nama Akuntan Publik yang bertanggung jawab dalam audit BPR (partner in charge), bagi BPR yang diaudit oleh Akuntan Publik. F. Aplikasi Laporan Keuangan Publikasi terintegrasi dalam aplikasi Laporan Bulanan BPR. G. Prosedur pengoperasian aplikasi Laporan Keuangan Publikasi berpedoman pada Petunjuk Teknis Aplikasi Laporan Berkala BPR, yang merupakan lampiran dari Surat Edaran Bank Indonesia perihal Laporan Bulanan BPR. 77 Likuiditas Rupiah Paragraf 57 Sumber Regulasi SE 15/43/DPNP 2013 Romawi III.H Pasal 9 15/3/PBI/2013 H. (1) (2) (3) Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan Khusus Laporan Keuangan Publikasi yang diumumkan untuk posisi akhir bulan September 2013 diatur sebagai berikut: 1. Penyusunan Laporan Keuangan Publikasi mengacu pada format sebagaimana pada Lampiran IA (Lampiran 43A dalam kodifikasi ini) yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini. 2. Rekaman data Laporan Keuangan Publikasi yang disampaikan kepada Bank Indonesia secara on‐line tidak mencakup rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP), rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), dan Cash Ratio sebagaimana dimaksud pada angka 8, angka 9, dan angka 10 pada Tabel 4 mengenai Kualitas Aktiva Produktif dan Informasi Lainnya (pada Lampiran 43A dalam kodifikasi ini). 3. Bukti pengumuman atas Laporan Keuangan Publikasi sebagaimana dimaksud dalam angka 1 disampaikan kepada Bank Indonesia dalam bentuk: a. halaman surat kabar yang memuat Laporan Keuangan Publikasi; dan/atau b. fotokopi Laporan Keuangan Publikasi yang ditempelkan pada papan pengumuman atau media lainnya. BPR yang mempunyai total aset lebih besar dari atau sama dengan Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) wajib: a. mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi posisi akhir bulan Maret, Juni, dan September dalam surat kabar harian lokal atau menempelkannya pada papan pengumuman atau media lainnya yang mudah dibaca oleh publik; dan b. mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi posisi akhir bulan Desember dalam surat kabar harian lokal dan menempelkannya pada papan pengumuman atau media lainnya yang mudah dibaca oleh publik. Yang dimaksud dengan “surat kabar harian lokal” adalah surat kabar yang mempunyai peredaran di wilayah kedudukan BPR. Yang dimaksud dengan “media lainnya” termasuk segala sarana yang digunakan oleh BPR untuk menempelkan laporan keuangan, misalnya dinding depan gedung BPR. Yang dimaksud dengan “mudah dibaca oleh publik” adalah Laporan Keuangan Publikasi yang ditempelkan pada papan pengumuman atau media lain di kantor BPR yang langsung dapat dilihat dan dibaca oleh masyarakat umum. BPR yang mempunyai total aset lebih kecil dari Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) wajib mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi posisi akhir bulan Maret, Juni, September, dan Desember pada surat kabar lokal atau menempelkannya pada papan pengumuman atau media lainnya yang mudah dibaca oleh publik. Pengumuman Laporan Keuangan Publikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) wajib dilakukan paling lambat: a. akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya bulan laporan untuk 78 Likuiditas Rupiah Paragraf 58 59 Sumber Regulasi (1) Pasal 10 15/3/PBI/2013 Pasal 11 15/3/PBI/2013 Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan Laporan Keuangan Publikasi posisi akhir bulan Maret, Juni, dan September; dan b. akhir bulan keempat setelah berakhirnya bulan laporan untuk Laporan Keuangan Publikasi posisi akhir bulan Desember. Dalam hal BPR mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi dengan menempelkan pada papan pengumuman atau media lainnya yang mudah dibaca oleh publik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 (Paragraf 57 dalam kodifikasi ini) maka Laporan Keuangan Publikasi wajib: a. ditempelkan di seluruh kantor BPR; dan b. terus menerus ditempelkan sampai dengan jangka waktu pelaporan berikutnya. Contoh: Laporan Keuangan Publikasi bulan Maret 2013 ditempelkan pada papan pengumuman/media lainnya hingga masuk periode pengumuman Laporan Keuangan Publikasi bulan Juni 2013 Yang dimaksud dengan kantor BPR adalah Kantor Pusat, Kantor Cabang dan Kantor Kas (2) BPR yang tidak mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan belum mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi. Contoh: Pada saat Pemeriksaan bulan Agustus 2013, BPR tidak menempelkan Laporan Keuangan Publikasi pada papan pengumuman/media lainnya yang mudah dibaca oleh Publik pada salah satu kantor BPR untuk posisi akhir Juni 2013, maka BPR akan dikenakan sanksi tidak mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi pada periode Laporan Keuangan Publikasi posisi akhir Juni 2013. (1) BPR dinyatakan terlambat mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi, apabila mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi setelah batas akhir waktu pengumuman laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) (Paragraf 57 ayat (3) dalam kodifikasi ini) sampai dengan paling lama 1 (satu) bulan sejak batas akhir pengumuman laporan. Contoh: Untuk Laporan Keuangan Publikasi bulan Maret 2013, BPR dinyatakan terlambat mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi jika diumumkan dalam kurun waktu 1 Mei sampai dengan 31 Mei 2013. (2) BPR dinyatakan tidak mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi, apabila BPR belum mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi dalam kurun waktu keterlambatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). 79 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi 60 Pasal 12 15/3/PBI/2013 61 Pasal 13 15/3/PBI/2013 Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan Contoh: Untuk Laporan Keuangan Publikasi bulan Maret 2013, BPR dinyatakan tidak mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi jika diumumkan setelah tanggal 31 Mei 2013. (3) Apabila BPR telah mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi posisi bulan Desember, namun: a. Laporan Keuangan Tahunan untuk Laporan Publikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) (Paragraf 53 ayat (1) dalam kodifikasi ini) tidak diaudit oleh Akuntan Publik dan/atau Kantor Akuntan Publik yang terdaftar di Bank Indonesia; atau b. Laporan Keuangan Tahunan untuk Laporan Publikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) (Paragraf 53 ayat (2) dalam kodifikasi ini) belum dipertanggungjawabkan oleh Direksi atau Pengurus kepada Rapat Umum Pemegang Saham atau Rapat Anggota, BPR dinyatakan belum mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi posisi bulan Desember. (1) Laporan Keuangan Publikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 (Paragraf 56 dalam kodifikasi ini) wajib ditandatangani paling kurang oleh 1 (satu) anggota Direksi BPR dengan mencantumkan nama secara jelas. (2) Dalam hal seluruh anggota Direksi berhalangan, Laporan Keuangan Publikasi ditandatangani oleh anggota Dewan Komisaris atau Pejabat yang ditunjuk oleh Rapat Umum Pemegang Saham atau sesuai Anggaran Dasar, dengan mencantumkan nama dan jabatan secara jelas. (3) Bagi BPR yang laporan keuangannya di audit oleh Akuntan Publik, Laporan Keuangan Publikasi posisi akhir bulan Desember, selain wajib memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) juga wajib mencantumkan nama Akuntan Publik yang bertanggung jawab dalam audit (partner in charge) dan nama Kantor Akuntan Publik yang mengaudit Laporan Keuangan Tahunan. BPR wajib menyampaikan bukti pengumuman kepada Bank Indonesia, berupa: a. halaman surat kabar yang memuat Laporan Keuangan Publikasi; dan/atau b. fotokopi Laporan Keuangan Publikasi yang ditempelkan pada papan pengumuman atau media lainnya, paling lambat tanggal 14 setelah batas akhir pengumuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) (Paragraf 57 ayat (3) dalam kodifikasi ini). Contoh: Laporan Keuangan Publikasi posisi akhir Maret 2013 wajib diumumkan paling lambat tanggal 30 April 2013. 80 Likuiditas Rupiah Paragraf 62 Sumber Regulasi SE 15/29/DKBU 2013 Romawi VI.A Pasal 14 15/3/PBI/2013 Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan Selanjutnya, BPR wajib menyampaikan guntingan surat kabar dan/atau fotokopi Laporan Keuangan Publikasi dan rekaman data Laporan Publikasi paling lambat tanggal 14 Mei 2013. Alamat Penyampaian Laporan Laporan Tahunan dan bukti pengumuman Laporan Keuangan Publikasi disampaikan kepada Bank Indonesia dengan alamat: 1. Kantor Regional Bank I Indonesia, Gedung D, Lantai 7, Jalan M.H. Thamrin Nomor 2 Jakarta Pusat 10350, bagi BPR yang berkedudukan di wilayah DKI Jakarta, Banten, Bogor, Depok, Karawang, dan Bekasi. 2. Kantor Perwakilan Dalam Negeri Bank Indonesia yang mewilayahi kantor pusat BPR, bagi BPR yang kantor pusatnya berkedudukan di luar wilayah sebagaimana dimaksud dalam huruf a. (1) BPR wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia rekaman data Laporan Keuangan Publikasi secara on‐line, paling lambat tanggal 14, setelah batas akhir pengumuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) (Paragraf 57 ayat (3) dalam kodifikasi ini). Penyampaian rekaman data Laporan Keuangan Publikasi secara online dilakukan dengan cara mengirim atau mentransfer rekaman data secara langsung melalui fasilitas ekstranet Bank Indonesia atau sarana teknologi lainnya. (2) Dalam hal BPR tidak dapat menyampaikan rekaman data Laporan Keuangan Publikasi secara on‐line sebagaimana dimaksud pada ayat (1) karena: Penyampaian rekaman data Laporan Keuangan Publikasi secara off‐ line dilakukan dengan cara antara lain seperti mengirimkan USB, compact disk, atau sarana rekaman atau transfer data lainnya. a. BPR berkedudukan di daerah yang belum tersedia fasilitas jaringan telekomunikasi; Yang dimaksud dengan “daerah yang belum tersedia fasilitas jaringan telekomunikasi” adalah daerah yang tidak mempunyai sarana jaringan telekomunikasi sesuai dengan sarana jaringan telekomunikasi yang digunakan untuk sistem Laporan Keuangan Publikasi kepada Bank Indonesia. b. BPR baru beroperasi dengan batas waktu paling lama 2 (dua) bulan setelah melakukan kegiatan operasional; c. BPR mengalami gangguan teknis; dan/atau Yang dimaksud dengan “gangguan teknis” adalah gangguan yang mengakibatkan BPR pelapor tidak dapat menyampaikan Laporan Keuangan Publikasi secara on‐line, antara lain gangguan pada jaringan telekomunikasi, kebakaran atau pemadaman listrik. 81 Likuiditas Rupiah Paragraf 63 Sumber Regulasi SE 15/29/DKBU 2013 Romawi V.B Pasal 15 15/3/PBI/2013 Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan d. terjadi kerusakan dan/atau gangguan pada database atau jaringan telekomunikasi di Bank Indonesia, BPR menyampaikan rekaman data Laporan Keuangan Publikasi secara off‐line. Laporan Keuangan Publikasi secara on‐line dilakukan melalui fasilitas jaringan ekstranet Bank Indonesia. Dalam hal laporan disampaikan secara off‐line dalam bentuk rekaman data (soft copy) berupa compact disk atau media perekam data elektronik lainnya maka laporan disampaikan kepada Bank Indonesia dengan alamat: a. Departemen Pengelolaan dan Kepatuhan Laporan, Gedung Syafruddin Prawiranegara, Lantai 16‐17, Jalan M.H. Thamrin Nomor 2, Jakarta Pusat 10350, bagi BPR yang berkedudukan di wilayah DKI Jakarta, Banten, Bogor, Depok, Karawang, dan Bekasi; dan b. Kantor Perwakilan Dalam Negeri Bank Indonesia yang mewilayahi kantor pusat BPR, bagi BPR yang kantor pusatnya berkedudukan di luar wilayah sebagaimana dimaksud dalam huruf a. (1) BPR dinyatakan terlambat menyampaikan bukti pengumuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 (Paragraf 61 dalam kodifikasi ini) dan rekaman data Laporan Keuangan Publikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) (Paragraf 62 ayat (1) dalam kodifikasi ini), apabila BPR menyampaikan bukti pengumuman atau rekaman data Laporan Keuangan Publikasi setelah batas akhir waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan Pasal 14 ayat (1) (Paragraf 61 dan Paragraf 62 ayat (1) dalam kodifikasi ini) sampai dengan paling lama 1 (satu) bulan sejak batas akhir penyampaian. Contoh: Untuk Laporan Keuangan Publikasi bulan Maret 2013, BPR dinyatakan terlambat menyampaikan halaman surat kabar dan/atau fotokopi Laporan Keuangan Publikasi dan rekaman data Laporan Keuangan Publikasi, jika disampaikan dalam kurun waktu 15 Mei sampai dengan 14 Juni 2013. (2) BPR dinyatakan tidak menyampaikan bukti pengumuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 (Paragraf 61 dalam kodifikasi ini) atau rekaman data Laporan Keuangan Publikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) (Paragraf 62 ayat (1) dalam kodifikasi ini), apabila BPR belum menyampaikan bukti pengumuman atau rekaman data Laporan Keuangan Publikasi dalam kurun waktu keterlambatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Contoh: Untuk Laporan Keuangan Publikasi bulan Maret 2013, BPR dinyatakan tidak menyampaikan halaman surat kabar atau fotokopi Laporan Keuangan Publikasi yang ditempelkan pada papan 82 Likuiditas Rupiah Paragraf 64 Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Sumber Regulasi Ketentuan pengumuman dan rekaman data Laporan Keuangan Publikasi, jika disampaikan setelah tanggal 14 Juni 2013. (3) Apabila BPR telah menyampaikan rekaman data Laporan Keuangan Publikasi namun datanya tidak sesuai dengan Laporan Keuangan Publikasi yang diumumkan maka BPR dinyatakan belum menyampaikan rekaman data Laporan Keuangan Publikasi. BAB IV Hubungan Antara BPR, Akuntan Publik Dan Bank Indonesia Pasal 16 15/3/PBI/2013 (1) Dalam memberikan penugasan audit terhadap Laporan Keuangan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 (Paragraf 52 dalam kodifikasi ini), BPR wajib menunjuk Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik yang memenuhi kriteria: a. terdaftar di Bank Indonesia; dan b. tidak memiliki keterkaitan dengan BPR. Yang dimaksud dengan “keterkaitan dengan BPR” adalah keterkaitan kepemilikan, kepengurusan dan/atau keuangan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit BPR. (2) Penugasan atau penunjukan Akuntan Publik dan/atau Kantor Akuntan Publik yang sama oleh BPR hanya dapat dilakukan untuk paling lama 3 (tiga) tahun buku berturut‐turut. 65 Pasal 17 15/3/PBI/2013 Pembatasan penugasan atau penunjukan dimaksudkan dalam rangka meningkatkan independensi dalam pelaksanaan audit Laporan Keuangan Tahunan BPR. (1) Penunjukan atau penugasan Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik dalam rangka audit Laporan Keuangan Tahunan BPR wajib dilakukan dengan perjanjian kerja. (2) Perjanjian kerja antara BPR dan Kantor Akuntan Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling kurang mencakup: a. nama Kantor Akuntan Publik; b. Akuntan Publik yang bertanggung jawab terhadap audit (partner in charge); c. kewajiban Akuntan Publik untuk melakukan audit sesuai Standar Profesional Akuntan Publik, kode etik profesi dan peraturan perundang‐undangan yang mengatur mengenai Akuntan Publik; d. pernyataan dari BPR untuk mengizinkan Kantor Akuntan Publik menyampaikan secara langsung kepada Bank Indonesia: 1) laporan hasil audit; 2) Surat Komentar (Management Letter); 3) informasi yang dibutuhkan oleh Bank Indonesia setiap saat apabila diperlukan; dan 4) informasi mengenai temuan audit terkait dengan pelanggaran terhadap ketentuan perundang‐undangan di bidang keuangan dan/atau perbankan yang dapat membahayakan kelangsungan usaha BPR; 83 Likuiditas Rupiah Paragraf Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Sumber Regulasi Ketentuan 5) ruang lingkup audit; 6) Jangka waktu penyelesaian audit; 7) kewajiban Akuntan Publik yang bertanggung jawab dalam melakukan audit untuk melapor kepada Bank Indonesia sebelum pelaksanaan audit; dan 8) kewajiban Kantor Akuntan Publik dan Akuntan Publik untuk tidak menggunakan atau mengungkapkan data atau informasi kepada pihak lain tanpa seizin BPR sesuai dengan ketentuan perundang‐undangan yang berlaku. (3) Ruang lingkup audit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d paling sedikit mencakup: a. penilaian atas penggolongan kualitas aktiva produktif dan kecukupan penyisihan penghapusan aktiva produktif yang dibentuk BPR; b. penilaian terhadap aset lain‐lain dan agunan yang diambil alih BPR; c. pendapat mengenai kewajaran atas transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa maupun transaksi yang dilakukan dengan perlakuan khusus; Pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah pihak‐pihak sebagaimana dimaksud dalam Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku bagi BPR. d. jumlah dan kualitas penyediaan dana kepada pihak terkait; e. rincian pelanggaran batas maksimum pemberian kredit yang meliputi nama nasabah, kualitas penyediaan dana, persentase dan jumlah pelanggaran batas maksimum pemberian kredit; f. rincian pelanggaran batas maksimum pemberian kredit yang meliputi nama nasabah, kualitas penyediaan dana, persentase dan jumlah pelanggaran batas maksimum pemberian kredit; g. perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM); h. Loan to Deposit Ratio (LDR); Yang dimaksud dengan penyebab kredit bermasalah adalah kredit yang berpengaruh secara signifikan terhadap NPL BPR. i. Perbandingan jumlah kredit bermasalah terhadap total kredit yang diberikan serta penyebab utamanya. j. Return on Asset (ROA) dan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO). Pengujian terhadap keandalan laporan termasuk penilaian Akuntan Publik mengenai laporan yang disampaikan ke Bank Indonesia telah disusun dan sesuai dengan data yang ada di BPR. Laporan sebagaimana dimaksud dalam huruf ini termasuk laporan bulanan BPR dan laporan batas maksimum pemberian kredit. 84 Likuiditas Rupiah Paragraf 66 67 Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Sumber Regulasi Ketentuan k. keandalan sistem pelaporan BPR kepada Bank Indonesia dan pengujian terhadap keandalan laporan‐laporan yang disampaikan oleh BPR kepada Bank Indonesia; dan l. hal‐hal lain yang diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku, termasuk catatan atas Laporan Keuangan. (4) Fotokopi perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib disampaikan BPR kepada Bank Indonesia paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum pelaksanaan audit. SE 15/29/DKBU Hubungan Kerja antara BPR dan Akuntan Publik 2013 A. Penugasan Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik dalam rangka Romawi IV audit Laporan Keuangan Tahunan BPR wajib dilakukan dengan perjanjian kerja; B. Perjanjian kerja antara BPR dan Kantor Akuntan Publik berpedoman pada Lampiran II (Lampiran 44 dalam kodifikasi ini) yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini. Akuntan Publik dan/atau Kantor Akuntan Publik wajib memberikan data Pasal 18 dan informasi yang diminta Bank Indonesia terkait dengan BPR yang 15/3/PBI/2013 diaudit, meskipun perjanjian kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) (Paragraf 65 ayat (1) dalam kodifikasi ini) telah berakhir. Akuntan Publik yang melakukan audit terhadap Laporan Keuangan Pasal 19 Tahunan BPR wajib: 15/3/PBI/2013 a. melakukan audit sesuai dengan standar profesional Akuntan Publik, kode etik profesi, dan ketentuan perundang‐undangan yang mengatur mengenai Akuntan Publik, serta perjanjian kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 (Paragraf 65 dalam kodifikasi ini). b. memberitahukan adanya pelanggaran terhadap ketentuan perundang‐undangan di bidang keuangan dan/atau perbankan yang dapat membahayakan kelangsungan usaha BPR kepada Bank Indonesia paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak ditemukannya pelanggaran; Yang dimaksud dengan “pelanggaran terhadap ketentuan perundang‐ undangan di bidang keuangan dan/atau perbankan yang dapat membahayakan kelangsungan usaha BPR”, antara lain: a. kekurangan kewajiban penyediaan modal minimum; b. kekurangan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif yang material; c. pelanggaran batas maksimum pemberian kredit; dan/atau d. kecurangan (fraud) yang bernilai material. c. menyampaikan laporan hasil audit dan Surat Komentar (Management Letter) kepada Bank Indonesia paling lambat 4 (empat) bulan setelah berakhirnya tahun buku yang bersangkutan; dan Laporan Hasil Audit dan Surat Komentar (Management Letter) yang disampaikan kepada Bank Indonesia adalah Laporan Hasil Audit dan 85 Likuiditas Rupiah Paragraf 68 69 Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Sumber Regulasi Ketentuan Surat Komentar yang telah ditandatangani oleh Akuntan Publik yang in charge. d. mematuhi ketentuan rahasia bank sebagaimana diatur dalam Undang‐Undang tentang Perbankan dan kerahasiaan informasi sebagaimana diatur dalam Undang‐Undang mengenai Akuntan Publik dan ketentuan perundang‐undangan lainnya serta perjanjian kerja sebagaimana diatur dalam Pasal 17 ayat (2) huruf h (Paragraf 65 ayat (2) huruf h dalam kodifikasi ini). BAB V Tanggung Jawab Laporan Keuangan Pasal 20 15/3/PBI/2013 BAB VI Laporan Keuangan Tahunan dan Laporan Keuangan Publikasi sepenuhnya menjadi tanggung jawab Direksi atau pengurus BPR. Pasal 21 15/3/PBI/2013 (1) BPR yang mengalami keadaan memaksa yang dampaknya terhadap BPR melampaui batas waktu seharusnya mengumumkan dan/atau menyampaikan laporan, dikecualikan dari kewajiban mengumumkan dan/atau menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (4), Pasal 9 ayat (3), Pasal 13, Pasal 14 ayat (1) (Paragraf 52 ayat (4), Paragraf 57 ayat (3), Paragraf 61 dan Paragraf 62 ayat (1) dalam kodifikasi ini). Yang dimaksud dengan keadaan memaksa (force majeure) adalah keadaan yang secara nyata‐nyata menyebabkan BPR tidak dapat mengumumkan dan/atau menyampaikan laporan, antara lain kebakaran, kerusuhan massa, perang, sabotase, serta bencana alam seperti gempa bumi dan banjir, yang dibenarkan oleh penguasa atau pejabat dari instansi terkait di daerah setempat. Contoh: Apabila BPR mengalami kebakaran di bulan Februari 2013 yang menyebabkan BPR mengalami kerusakan infrastruktur dan kehilangan data dan/atau informasi secara permanen, sehingga tidak dapat menyampaikan laporan atau mengumumkan laporan posisi Desember 2012 sampai dengan batas waktu penyampaian Laporan Tahunan dan pengumuman Laporan Keuangan Publikasi, dikecualikan dari penyampaian pelaporan/pengumuman. (2) Untuk memperoleh pengecualian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BPR harus menyampaikan permohonan secara tertulis kepada Bank Indonesia disertai penjelasan mengenai penyebab terjadinya keadaan memaksa yang dialami dan disertai keterangan pejabat yang berwenang dari instansi terkait di daerah setempat. (3) BPR yang memperoleh pengecualian sebagaimana dimaksud pada ayat wajib mengumumkan dan/atau menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (4), Pasal 9 ayat (3), Pasal 13 dan Pasal 14 ayat (1) (Paragraf 52 ayat (4), Paragraf 57 ayat (3), Paragraf 61 dan Paragraf 62 ayat (1) dalam kodifikasi ini), setelah BPR kembali melakukan kegiatan operasional secara normal. Keadaan Memaksa 86 Likuiditas Rupiah Paragraf Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Sumber Regulasi Ketentuan (4) Pengecualian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) hanya diberikan hingga keadaan memaksa atau berdasarkan pertimbangan Bank Indonesia telah dapat teratasi. BAB VII Bagian Kesatu Sanksi Laporan Tahunan 70 Pasal 22 15/3/PBI/2013 Ayat (1) SE 15/29/DKBU 2013 Romawi V.B.1.a Pasal 22 15/3/PBI/2013 Ayat (2) SE 15/29/DKBU 2013 Romawi V.B.1.b Pasal 22 15/3/PBI/2013 Ayat (3) (1) BPR yang terlambat menyampaikan Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) (Paragraf 55 ayat (1) dalam kodifikasi ini), dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) per hari keterlambatan. BPR yang terlambat mengumumkan Laporan Tahunan dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) per hari keterlambatan. Contoh: BPR paling lambat menyampaikan Laporan Tahunan posisi akhir Desember 2013 pada tanggal 30 April 2014. Apabila BPR menyampaikan Laporan Tahunan tersebut pada tanggal 10 Mei 2014 maka BPR dikenakan sanksi keterlambatan selama 10 (sepuluh) hari sebesar Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). (2) BPR yang tidak menyampaikan Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) (Paragraf 55 ayat (2) dalam kodifikasi ini), dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp 3.000.000,00 (tiga juta rupiah). BPR yang tidak menyampaikan Laporan Tahunan kepada Bank Indonesia, dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah). Contoh: BPR paling lambat menyampaikan Laporan Tahunan posisi akhir Desember 2013 pada tanggal 30 April 2014. Apabila BPR menyampaikan Laporan Tahunan tersebut setelah tanggal 31 Mei 2014 maka BPR dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah). (3) BPR yang tidak menyampaikan Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hingga periode penyampaian Laporan Tahunan berikutnya dikenakan sanksi administratif sebagaimana diatur dalam Pasal 52 Undang‐Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang‐Undang Nomor 10 Tahun 1998, antara lain : a. penurunan tingkat kesehatan bank; dan/atau b. pencantuman pengurus dan/atau pemegang saham dalam daftar pihak‐pihak yang memperoleh predikat tidak lulus dalam penilaian kemampuan dan kepatutan BPR sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai uji kemampuan dan kepatutan. 87 Likuiditas Rupiah Paragraf 71 Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Sumber Regulasi Ketentuan (1) BPR yang menyampaikan Laporan Tahunan yang penyusunan dan Pasal 23 penyajiannya tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud 15/3/PBI/2013 dalam Pasal 3 dan Pasal 4 (Paragraf 51 dan Paragraf 52 dalam Ayat (1) kodifikasi ini) dan/atau Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku bagi BPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (5) (Paragraf 53 ayat (5) dalam kodifikasi ini) dikenakan: a. sanksi kewajiban membayar sebesar Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) apabila setelah diberi surat peringatan sebanyak 2 (dua) kali oleh Bank Indonesia dengan tenggang waktu 2 (dua) minggu untuk setiap surat peringatan, BPR tidak memperbaiki dan tidak menyampaikan laporan dimaksud; dan b. sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 Undang‐Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang‐Undang Nomor 10 Tahun 1998, antara lain: 1) penurunan tingkat kesehatan bank; dan/atau 2) pencantuman pengurus dalam daftar pihak yang memperoleh predikat tidak lulus dalam penilaian kemampuan dan kepatutan BPR sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai uji kemampuan dan kepatutan. SE 15/29/DKBU 2013 Romawi V.B.1.c BPR yang telah menyampaikan Laporan Tahunan, namun penyusunan dan penyajiannya tidak sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia mengenai transparansi kondisi keuangan BPR dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) apabila setelah diberi surat peringatan sebanyak 2 (dua) kali oleh Bank Indonesia dengan tenggang waktu 2 (dua) minggu untuk setiap surat peringatan, BPR tidak memperbaiki dan tidak menyampaikan laporan dimaksud. Contoh: 1) BPR menyampaikan Laporan Tahunan pada tanggal 30 April 2014, namun laporan dimaksud tidak menyajikan perbandingan Laporan Keuangan Tahunan dengan tahun sebelumnya dan tidak ditandatangani oleh Pejabat yang berwenang sesuai Anggaran Dasar. Apabila setelah Bank Indonesia memberikan surat peringatan sebanyak 2 (dua) kali untuk memperbaiki namun tidak ditindaklanjuti dengan perbaikan serta penyampaian Laporan dimaksud maka BPR yang bersangkutan dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah). 2) BPR menyampaikan Laporan Tahunan pada tanggal 30 April 2014, namun laporan dimaksud tidak sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan bagi Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) dan Pedoman Akuntansi BPR (PA BPR). Apabila setelah Bank Indonesia memberikan surat peringatan sebanyak 2 (dua) kali kepada BPR namun tidak ditindaklanjuti dengan perbaikan serta penyampaian Laporan dimaksud maka BPR yang bersangkutan dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah). 88 Likuiditas Rupiah Paragraf 72 Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Sumber Regulasi Ketentuan Pasal 23 (2) BPR yang menyampaikan Laporan Tahunan yang isinya secara 15/3/PBI/2013 material tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya sebagaimana Ayat (2) dimaksud dalam Pasal 3 (Paragraf 51 dalam kodifikasi ini) selain dikenakan sanksi kewajiban membayar dan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terhadap anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, pegawai BPR maupun pihak terafiliasi lainnya dapat dikenakan sanksi pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (1) dan Pasal 50 Undang‐ Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang‐ Undang Nomor 10 Tahun 1998. Bagian Kedua Laporan Keuangan Publikasi Pasal 24 15/3/PBI/2013 Ayat (1) SE 15/29/DKBU 2013 Romawi V.B.2.a (1) BPR yang terlambat mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi pada surat kabar lokal dan/atau menempelkannya pada papan pengumuman atau media lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) (Paragraf 59 ayat (1) dalam kodifikasi ini), masing‐ masing dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) per hari keterlambatan. Contoh: a. Apabila BPR mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi sesuai ketentuan untuk posisi Maret 2013 pada tanggal 7 Mei 2013, maka BPR tersebut dikenakan denda keterlambatan selama 6 hari senilai Rp300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah) b. Untuk BPR dengan total aset lebih besar atau sama dengan RP10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) wajib mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi posisi akhir bulan Desember 2012 pada papan pengumuman atau media lainnya dan surat kabar lokal. Apabila BPR mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi posisi akhir bulan Desember 2012 pada tanggal 6 Mei 2013 baik di surat kabar lokal maupun pada papan pengumuman, maka BPR tersebut dikenakan denda sebesar Rp 500,000,00 (lima ratus ribu rupiah) dengan rincian sebagai berikut: 1) Keterlambatan mengumumkan pada papan pengumuman selama 5 hari sebesar Rp 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah); dan 2) Keterlambatan mengumumkan pada surat kabar lokal selama 5 hari sebesar Rp 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) BPR yang terlambat mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi pada surat kabar lokal dan/atau menempelkannya pada papan pengumuman atau media lainnya, masing‐masing dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) per hari keterlambatan. Contoh: 1) Untuk posisi Juni 2014, BPR wajib mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi paling lambat tanggal 31 Juli 2014. Apabila 89 Likuiditas Rupiah Paragraf Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Sumber Regulasi Ketentuan BPR mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi tersebut pada tanggal 7 Agustus 2014, maka BPR tersebut dikenakan sanksi keterlambatan selama 7 (tujuh) hari sebesar Rp350.000,00 (tiga ratus lima puluh ribu rupiah). 2) Untuk posisi Desember 2013, bagi BPR dengan total aset lebih besar atau sama dengan Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) wajib mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi pada papan pengumuman atau media lainnya dan surat kabar lokal, paling lambat 30 April 2014. Apabila BPR mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi tersebut pada tanggal 10 Mei 2014 maka BPR dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) dengan rincian sebagai berikut: a) sanksi keterlambatan mengumumkan pada papan pengumuman selama 10 (sepuluh) hari sebesar Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah); dan b) sanksi keterlambatan mengumumkan pada surat kabar lokal selama 10 hari sebesar Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). Pasal 24 (2) BPR yang tidak mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi pada 15/3/PBI/2013 surat kabar lokal dan/atau menempelkannya pada papan Ayat (2) pengumuman atau media lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) (Paragraf 59 ayat (2) dalam kodifikasi ini), masing‐ masing dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah). Contoh: a. Apabila BPR mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi sesuai ketentuan untuk posisi akhir bulan Maret 2013 pada tanggal 5 Juni 2013, maka BPR tersebut dikenakan denda tidak mengumumkan laporan keuangan publikasi posisi akhir bulan Maret 2013 sebesar Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah) b. Untuk BPR dengan total aset lebih besar atau sama dengan Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) wajib mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi posisi akhir bulan Desember 2012 pada papan pengumuman atau media lainnya dan surat kabar lokal. Apabila BPR mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi posisi akhir bulan Desember 2012 pada tanggal 20 Juni 2013, maka BPR tersebut dikenakan denda sebesar Rp6.000.000,00 (enam juta rupiah) dengan rincian sebagai berikut: 1) Denda tidak mengumumkan pada papan pengumuman sebesar Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah); dan 2) Denda tidak mengumumkan pada surat kabar lokal sebesar Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah). SE 15/29/DKBU 2013 Romawi V.B.2.b BPR yang tidak mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi pada surat kabar lokal dan/atau menempelkannya pada papan pengumuman atau media lainnya, masing‐masing dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah). 90 Likuiditas Rupiah Paragraf 73 Sumber Regulasi Pasal 25 15/3/PBI/2013 Ayat (1) Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan Contoh: 1) Untuk posisi akhir bulan September 2013, BPR wajib mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi paling lambat pada tanggal 31 Oktober 2013. Apabila BPR mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi tersebut setelah tanggal 31 Oktober 2013, maka BPR dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah). 2) Untuk posisi akhir bulan Desember 2013, bagi BPR dengan total aset lebih besar atau sama dengan Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) wajib mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi pada papan pengumuman atau media lainnya dan surat kabar lokal, paling lambat tanggal 30 April 2014. Apabila BPR mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi tersebut setelah tanggal 31 Mei 2014 maka BPR tersebut dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp6.000.000,00 (enam juta rupiah) dengan rincian sebagai berikut: a) sanksi tidak mengumumkan pada papan pengumuman sebesar Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah); dan b) sanksi tidak mengumumkan pada surat kabar lokal sebesar Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah). (1) BPR yang terlambat menyampaikan bukti pengumuman dan/atau rekaman data Laporan Keuangan Publikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) (Paragraf 63 ayat (1) dalam kodifikasi ini), masing‐masing dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) per hari keterlambatan. Contoh: a. Untuk Laporan Keuangan Publikasi bulan Maret 2013, BPR menyampaikan bukti pengumuman laporan keuangan publikasi atau guntingan surat kabar dan rekaman data sesuai ketentuan untuk pada tanggal 21 Mei 2013, maka BPR tersebut dikenakan denda keterlambatan menyampaikan bukti pengumuman fotokopi Laporan Keuangan Publikasi dan rekaman data senilai Rp600.000,00 (enam ratus ribu rupiah) yang terdiri dari: 1) Denda keterlambatan penyampaian bukti pengumuman Laporan Keuangan Publikasi selama 6 hari senilai Rp300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah); dan 2) Denda keterlambatan menyampaikan rekaman data selama 6 hari senilai Rp300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah) b. Khusus untuk BPR dengan total aset lebih besar atau sama dengan RP10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) wajib menyampaikan bukti pengumuman Laporan Keuangan Publikasi posisi akhir bulan Desember 2012 pada papan pengumuman atau media lainnya, surat kabar lokal dan rekaman data. Apabila BPR menyampaikan bukti pengumuman Laporan Keuangan Publikasi, guntingan surat kabar, dan rekaman data posisi akhir bulan Desember 2012 pada tanggal 21 Mei 2013, maka BPR tersebut dikenakan denda 6 hari keterlambatan sebesar Rp 900,000,00 (sembilan ratus ribu rupiah) dengan rincian sebagai berikut : 91 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi SE 15/29/DKBU 2013 Romawi V.B.2.c Contoh 1) dan 2) Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan 1) Denda keterlambatan penyampaian bukti pengumuman Laporan Keuangan Publikasi selama 6 hari senilai Rp300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah); 2) Denda keterlambatan penyampaian guntingan halaman surat kabar selama 6 hari senilai Rp300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah); 3) Denda keterlambatan menyampaikan rekaman data selama 6 hari senilai Rp300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah) BPR yang terlambat menyampaikan bukti pengumuman dan/atau rekaman data Laporan Keuangan Publikasi, masing‐masing dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) per hari keterlambatan. Contoh: 1) Untuk posisi akhir bulan September 2013, BPR wajib menyampaikan bukti pengumuman Laporan Keuangan Publikasi atau guntingan halaman surat kabar dan rekaman data paling lambat tanggal 14 November 2013. Apabila BPR menyampaikan bukti pengumuman Laporan Keuangan Publikasi atau guntingan surat kabar dan rekaman data tanggal 21 November 2013, maka BPR tersebut dikenakan sanksi keterlambatan selama 7 (tujuh) hari sebesar Rp700.000,00 (tujuh ratus ribu rupiah), dengan rincian sebagai berikut: a) sanksi keterlambatan penyampaian bukti pengumuman Laporan Keuangan Publikasi selama 7 (tujuh) hari sebesar Rp350.000,00 (tiga ratus lima puluh ribu rupiah); dan b) sanksi keterlambatan menyampaikan rekaman data selama 7 (tujuh) hari sebesar Rp350.000,00 (tiga ratus lima puluh ribu rupiah). 2) Untuk posisi akhir bulan Desember 2013, bagi BPR dengan total aset lebih besar atau sama dengan Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) wajib menyampaikan bukti pengumuman Laporan Keuangan Publikasi pada papan pengumuman atau media lainnya dan guntingan halaman surat kabar lokal serta menyampaikan rekaman data, paling lambat tanggal 14 Mei 2014. Apabila BPR menyampaikan bukti pengumuman Laporan Keuangan Publikasi, guntingan surat kabar, dan rekaman data tersebut pada tanggal 24 Mei 2014, maka BPR dikenakan sanksi keterlambatan selama 10 (sepuluh) hari sebesar Rp 1.500.000,00 (satu juta lima ratus ribu rupiah), dengan rincian sebagai berikut: a) sanksi keterlambatan penyampaian bukti pengumuman Laporan Keuangan Publikasi selama 10 hari senilai Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah); b) sanksi keterlambatan penyampaian guntingan halaman surat kabar selama 10 hari senilai Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah); dan c) sanksi keterlambatan menyampaikan rekaman data selama 10 hari senilai Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). 92 Likuiditas Rupiah Paragraf Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Sumber Regulasi Ketentuan (2) BPR yang tidak menyampaikan bukti pengumuman dan/atau Pasal 25 rekaman data Laporan Keuangan Publikasi sebagaimana dimaksud 15/3/PBI/2013 dalam Pasal 15 ayat (2) (Paragraf 63 ayat (2) dalam kodifikasi ini), Ayat (2) masing‐masing dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah). Contoh: a. Untuk Laporan Keuangan Publikasi bulan Maret 2013, apabila BPR menyampaikan bukti pengumuman Laporan Keuangan Publikasi atau guntingan surat kabar pada tanggal 20 Juni 2013, maka BPR tersebut dikenakan denda tidak menyampaikan bukti pengumuman fotokopi Laporan Keuangan Publikasi atau guntingan surat kabar dan rekaman data senilai Rp6.000.000,00 (enam juta rupiah) yang terdiri dari: 1) Denda tidak menyampaikan bukti pengumuman Laporan Keuangan Publikasi senilai Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah); dan 2) Denda tidak menyampaikan rekaman data senilai Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah). b. Khusus BPR dengan total aset lebih besar atau sama dengan RP10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) untuk Laporan Keuangan Publikasi bulan Desember 2012, apabila BPR menyampaikan bukti pengumuman laporan keuangan publikasi, guntingan halaman surat kabar, dan rekaman data sesuai ketentuan untuk posisi Desember 2012 pada tanggal 20 Juni 2013 maka BPR tersebut dikenakan denda sebesar Rp9.000.000,00 (Sembilan juta rupiah) yang terdiri dari: 1) Denda tidak menyampaikan bukti pengumuman Laporan Keuangan Publikasi senilai Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah); 2) Denda tidak menyampaikan guntingan halaman surat kabar senilai Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah); dan 3) Denda tidak menyampaikan rekaman data senilai Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah). SE 15/29/DKBU BPR yang tidak menyampaikan bukti pengumuman dan/atau rekaman 2013 data Laporan Keuangan Publikasi, masing‐masing dikenakan sanksi Romawi V.B.2.c kewajiban membayar sebesar Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah). Contoh 3) Contoh: a) Untuk posisi bulan September 2013, BPR wajib menyampaikan bukti pengumuman Laporan Keuangan Publikasi atau guntingan surat kabar dan rekaman data, paling lambat tanggal 14 November 2013. Apabila BPR menyampaikan bukti pengumuman Laporan Keuangan Publikasi atau guntingan halaman surat kabar dan rekaman data setelah tanggal 14 November 2013, maka BPR tersebut dikenakan sanksi tidak menyampaikan bukti pengumuman Laporan Keuangan Publikasi atau guntingan halaman surat kabar dan rekaman data senilai Rp6.000.000,00 (enam juta rupiah) dengan rincian sebagai berikut: (1) sanksi tidak menyampaikan bukti pengumuman Laporan Keuangan Publikasi senilai Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah); dan 93 Likuiditas Rupiah Paragraf Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Sumber Regulasi Ketentuan (2) sanksi tidak menyampaikan rekaman data senilai Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah). b) Untuk posisi akhir bulan Desember 2013, bagi BPR dengan total aset lebih besar atau sama dengan Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) wajib menyampaikan bukti pengumuman Laporan Keuangan Publikasi paling lambat tanggal 14 Mei 2014. Apabila BPR menyampaikan bukti pengumuman Laporan Keuangan Publikasi, guntingan halaman surat kabar, dan rekaman data setelah tanggal 14 Juni 2014 maka BPR tersebut dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp9.000.000,00 (sembilan juta rupiah) yang terdiri dari: (1) sanksi tidak menyampaikan bukti pengumuman Laporan Keuangan Publikasi sebesar Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah); (2) sanksi tidak menyampaikan guntingan halaman surat kabar sebesar Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah); dan (3) sanksi tidak menyampaikan rekaman data sebesar Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah). Bagian Ketiga Hubungan Antara BPR, Akuntan Publik dan Bank Indonesia 74 Pasal 26 15/3/PBI/2013 75 Pasal 27 15/3/PBI/2013 BPR yang tidak menyampaikan fotokopi perjanjian kepada Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (4) (Paragraf 65 ayat (4) dalam kodifikasi ini) dikenakan sanksi administratif sesuai dengan Pasal 52 Undang‐Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang‐Undang Nomor 10 Tahun 1998, berupa teguran tertulis. Akuntan Publik dan/atau Kantor Akuntan Publik yang melanggar ketentuan dalam Pasal 18 dan/atau Pasal 19 (Paragraf 66 dan/atau Paragraf 65 dalam kodifikasi ini) dikenakan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 Undang‐Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang‐ Undang Nomor 10 Tahun 1998, berupa: a. penghapusan nama Akuntan Publik dan/atau Kantor Akuntan Publik dari daftar Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik yang terdaftar di Bank Indonesia; dan/atau b. penyampaian usulan kepada instansi yang berwenang untuk mencabut atau membatalkan izin usaha sebagai pemberi jasa bagi bank sesuai dengan peraturan perundang‐undangan yang berlaku. BAB VII Lain – Lain 76 Pasal 28 15/3/PBI/2013 77 Pasal 29 15/3/PBI/2013 BPR yang telah dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22, Pasal 23, Pasal 24 dan Pasal 25 (Paragraf 70, Paragraf 71, Paragraf 72 dan Paragraf 73 dalam kodifikasi ini), tetap diwajibkan untuk memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bank Indonesia . Pembebanan sanksi kewajiban membayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22, Pasal 23, Pasal 24 dan Pasal 25 (Paragraf 70, Paragraf 71, Paragraf 72 dan Paragraf 73 dalam kodifikasi ini), dilakukan dengan cara transfer atau tunai kepada Bank Indonesia. 94 Likuiditas Rupiah Paragraf Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Sumber Regulasi Ketentuan SE 15/29/DKBU A. Pemenuhan sanksi kewajiban membayar kepada Bank Indonesia dilakukan oleh kantor pusat BPR Pelapor secara tunai atau non tunai. 2013 Romawi V.A SE 15/29/DKBU B. Tata cara pembayaran secara tunai, dilakukan sebagai berikut: 1. Pembayaran pada setiap hari kerja dengan waktu layanan kas 2013 Romawi V.C – V.E pukul 08.00 sampai dengan 12.00 waktu setempat (hari Senin sampai dengan Kamis) atau pukul 08.00 sampai dengan 11.30 waktu setempat (hari Jumat), untuk untung rekening nomor 566.000447.XXX (sesuai sandi satuan kerja Bank Indonesia) – “Rekening antara sehubungan dengan penerimaan sanksi administratif BPR”. 2. Bagi BPR Pelapor yang berkedudukan di wilayah DKI Jakarta, Banten, Bogor, Depok, Karawang, dan Bekasi, menyetor kepada Departemen Pengedaran Uang c.q. Divisi Pengelolaan Uang Keluar (PgUK). 3. Bagi BPR Pelapor yang kantor pusatnya berkedudukan di luar wilayah sebagaimana dimaksud dalam angka 2, menyetor kepada Kantor Perwakilan Bank Indonesia yang mewilayahi kantor pusat BPR Pelapor. C. Tata cara pembayaran secara non tunai, dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Pembayaran melalui kliring Transfer ditujukan ke rekening nomor 566.000447.XXX (sesuai sandi satuan kerja Bank Indonesia) – “Rekening antara sehubungan dengan penerimaan sanksi administratif BPR”, dengan mencantumkan “pembayaran sanksi kewajiban membayar dari BPR XXX untuk Laporan Bulanan periode XXX” pada kolom keterangan. 2. Pembayaran melalui BI‐RTGS Transfer ditujukan ke rekening nomor 566.000447.XXX (sesuai sandi satuan kerja Bank Indonesia) – “Rekening antara sehubungan dengan penerimaan sanksi administratif BPR”, dengan mencantumkan Transaction Reference Number (TRN) BIRBK566 dan pada kolom keterangan dicantumkan “pembayaran sanksi kewajiban membayar dari BPR XXX untuk Laporan Bulanan periode XXX”. D. BPR Pelapor menyampaikan salinan bukti pembayaran sanksi kepada satuan kerja di Bank Indonesia yang melakukan pengenaan sanksi, dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Penyampaian bukti pembayaran atas sanksi terkait penyampaian laporan secara on‐line atau off‐line, untuk BPR yang berada diwilayah Jabodetabek, ditujukan kepada Divisi Pengelolaan dan Pengawasan 2 (DPP 2) ‐ Departemen Pengelolaan dan Kepatuhan Laporan (DPKL), Gedung Syafrudin Prawira Negara Lantai 16 ‐ 17, Komplek Perkantoran Bank Indonesia, Jl. M.H. Thamrin No.2, Jakarta – 10350. 2. Penyampaian bukti pembayaran atas sanksi terkait penyampaian laporan secara hard copy untuk BPR yang berada diwilayah Jabodetabek, ditujukan kepada Kantor Regional Bank 1 (KR‐1), Gedung D, Lantai 7, Komplek Perkantoran Bank Indonesia, Jl. M.H. 95 Likuiditas Rupiah Paragraf 78 Sumber Regulasi Pasal 30 15/3/PBI/2013 BAB IX 79 Pasal 33 15/3/PBI/2013 80 Pasal 34 15/3/PBI/2013 BAB I 81 Pasal 1 7/47/PBI/2005 Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan Thamrin No.2, Jakarta – 10350 bagi BPR yang berkedudukan di wilayah DKI Jakarta, Banten, Bogor, Depok, Karawang, dan Bekasi. 3. Penyampaian bukti pembayaran atas sanksi terkait penyampaian laporan secara hard copy dan laporan laporan secara on‐line atau off‐ line, untuk untuk BPR yang berada di luar wilayah Jabodetabek, ditujukan kepada Kantor Perwakilan Dalam Negeri Bank Indonesia yang mewilayahi kantor pusat BPR. Apabila batas waktu kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (4), Pasal 5 ayat (4), Pasal 7 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 9 ayat (3), Pasal 11 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 13, Pasal 14 ayat (1), Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 17 ayat (4), dan Pasal 19 (Paragraf 52 ayat (4), Paragraf 53 ayat (4), Paragraf 55 ayat (1) dan ayat (2), Paragraf 57 ayat (3), Paragraf 59 ayat (1) dan ayat (2), Paragraf 61, Paragraf 62 ayat (1), Paragraf 63 ayat (1) dan ayat (2), Paragraf 65 ayat (4), dan Paragraf 67 dalam kodifikasi ini) jatuh pada hari Sabtu atau hari libur, maka batas waktu kewajiban jatuh pada hari kerja berikutnya. Ketentuan Penutup Peraturan Bank Indonesia ini tidak diberlakukan bagi Bank Perkreditan Rakyat eks Badan Kredit Desa (BKD) yang didirikan berdasarkan Staatsblad Tahun 1929 Nomor 357 dan Rijksblad Tahun 1937 Nomor 9. Peraturan Bank Indonesia ini mulai berlaku sejak Laporan Keuangan Publikasi posisi akhir bulan September 2013 dan Laporan Tahunan posisi akhir tahun 2013. Transparansi Kondisi Keuangan Bank Perkreditan Rakyat Syariah Ketentuan Umum 1. Bank Perkreditan Rakyat Syariah yang selanjutnya disebut BPRS adalah Bank Perkreditan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang‐undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang‐undang Nomor 10 Tahun 1998, yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. 2. Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah adalah kegiatan usaha perbankan yang dilakukan berdasarkan Prinsip Syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang‐undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang‐undang Nomor 10 Tahun 1998. 3. Laporan Tahunan adalah laporan lengkap mengenai kinerja suatu BPRS dalam kurun waktu satu tahun yang berisi Laporan Keuangan Tahunan dan informasi umum. 4. Laporan Keuangan Tahunan adalah laporan keuangan akhir tahun BPRS yang disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan yang berlaku. 5. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan yang berlaku 96 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi 6. 7. 8. 9. 82 Pasal 2 7/47/PBI/2005 SE 7/52/DPbS 2005 Romawi I No. 1 – 7 Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan dan dipublikasikan setiap triwulan sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. Akuntan Publik adalah akuntan yang memiliki izin usaha untuk melakukan kegiatan pemberian jasa audit yang dikeluarkan oleh Menteri Keuangan. Tahun Buku adalah tahun takwim atau tahun yang dimulai dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember. Surat Komentar (Management Letter) adalah komentar tertulis dari Akuntan Publik kepada manajemen bank mengenai hasil kaji ulang terhadap struktur pengendalian intern, pelaksanaan standar akuntansi keuangan atau masalah lain yang ditemui dalam pelaksanaan audit, beserta dengan saran‐saran perbaikannya. Dewan Pengawas Syariah adalah dewan yang melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Prinsip Syariah dalam kegiatan usaha BPRS. Dalam rangka transparansi kondisi keuangan, BPRS wajib membuat dan menyajikan laporan keuangan dengan bentuk dan cakupan sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Bank Indonesia ini, yang terdiri dari: a. Laporan Tahunan; b. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan. 1. Dalam rangka pemantauan keadaan usaha Bank termasuk BPRS oleh publik, BPRS diwajibkan untuk menyampaikan laporan dan atau informasi sesuai dengan waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 2. Bentuk penyampaian laporan dan atau informasi yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam angka 1 adalah Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan. 3. Laporan Tahunan disusun antara lain untuk memberikan gambaran lengkap mengenai kinerja BPRS dalam kurun waktu satu tahun. 4. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan disusun antara lain untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja atau hasil usaha BPRS serta informasi keuangan lainnya secara triwulanan kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan perkembangan usaha BPRS. 5. Penyajian Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan BPRS didasarkan pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang relevan untuk perbankan syariah, Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI), serta ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, agar dapat diperbandingkan. 6. Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan disusun dalam Bahasa Indonesia, dalam hal laporan dimaksud juga dibuat selain dalam Bahasa Indonesia baik dalam dokumen yang sama atau terpisah, maka Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan tersebut harus memuat informasi yang sama. 7. Angka‐angka dalam laporan disajikan dalam mata uang rupiah dan dalam ribuan rupiah. 97 Likuiditas Rupiah Paragraf 83 Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Sumber Regulasi Ketentuan BAB II Laporan Tahunan (1) BPRS wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia Laporan Tahunan Pasal 3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a (Paragraf 82 dalam 7/47/PBI/2005 kodifikasi ini), yang paling sedikit mencakup: a. informasi umum yang terdiri dari: 1. kepengurusan; 2. kepemilikan; 3. perkembangan usaha BPRS dan perkembangan kelompok usaha BPRS, jika ada; 4. strategi dan kebijakan manajemen; dan 5. laporan manajemen. b. Laporan Keuangan Tahunan yang terdiri dari : 1) Neraca; 2) Laporan Laba Rugi; 3) Laporan Arus Kas; 4) Laporan Perubahan Ekuitas; 5) Catatan atas laporan keuangan, termasuk informasi tentang Komitmen dan Kontinjensi; 6) Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat, jika ada; 7) Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat, Infaq dan Shadaqah; dan 8) Laporan Sumber dan Penggunaaan Dana Qardh. (2) Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b bagi BPRS yang mempunyai total aset diatas Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) wajib diaudit oleh Akuntan Publik. (3) Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dibuat untuk 1 (satu) Tahun Buku dan disajikan paling sedikit dengan perbandingan 1 (satu) tahun buku sebelumnya. SE 7/52/DPbS A. Laporan Tahunan mencakup: 2005 a. Infomasi umum Romawi II.1 Informasi umum paling sedikit mencakup: 1) kepengurusan, meliputi susunan Komisaris, Direksi dan Dewan Pengawas Syariah beserta jabatan dan ringkasan riwayat hidupnya; 2) rincian kepemilikan saham, berupa nama pemilik dan besaran kepemilikan; 3) perkembangan usaha BPRS, dalam hal terdapat kelompok usaha BPRS maka termasuk perkembangannya yang memuat data mengenai : a) Ikhtisar data keuangan penting paling sedikit mencakup pendapatan penyaluran dana, laba rugi bersih, laba operasi, laba sebelum pajak, aktiva produktif, sumber dana dan komposisinya, pembiayaan dan komposisinya, modal sendiri, jumlah lembar saham yang ditempatkan dan disetor ; dan b) Rasio keuangan yang wajib disajikan paling sedikit mencakup Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM), Non Performing Financing (NPF), Return On Equity (ROE), dan Return On Asset (ROA). 98 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi SE 7/52/DPbS 2005 Romawi II.2 Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan 4) strategi dan kebijakan manajemen yang digunakan dalam pengelolaan dan pengembangan usaha BPRS, termasuk informasi mengenai manajemen risiko yang paling sedikit mencakup identifikasi risiko (risk identification) dan pengendalian risiko (risk controlling); 5) yang menyajikan informasi mengenai pengelolaan BPRS oleh pengurus atau manajemen dalam rangka good corporate governance, dan paling sedikit mencakup : a) struktur organisasi ; b) aktivitas utama ; c) teknologi informasi, jika ada ; d) jenis produk dan jasa yang ditawarkan, termasuk penyaluran Kredit Usaha Kecil (KUK) ; e) realisasi bagi hasil/imbalan ; f) perkembangan dan target pasar ; g) jaringan kerja dan mitra usaha ; h) jumlah, jenis dan lokasi kantor ; i) kepemilikan Direksi, Komisaris dan pemegang saham dalam kelompok usaha BPRS, dan perubahan dari tahun sebelumnya, jika ada ; j) perubahan‐perubahan penting yang terjadi di BPRS dan kelompok usaha BPRS dalam tahun yang bersangkutan, jika ada ; k) sumber daya manusia, meliputi jumlah, kegiatan pendidikan, pelatihan dan pengembangan SDM ; dan l) Pengungkapan kebijakan yang mencakup fees and salaries/gaji bagi Komisaris, Direksi dan Dewan Pengawas Syariah (DPS) di BPRS termasuk bonus, tantiem dan atau fasilitas lainnya. Laporan Keuangan Tahunan Laporan Keuangan Tahunan meliputi: 1) Neraca; 2) Laporan Laba Rugi; 3) Laporan Arus Kas; 4) Laporan Perubahan Ekuitas; 5) Catatan atas laporan keuangan, termasuk informasi tentang Komitmen dan Kontinjensi; 6) Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat, jika ada; 7) Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat, Infaq dan Shadaqah; dan 8) Laporan Sumber dan Penggunaaan Dana Qardh. b. B. Aspek Transparansi sesuai PSAK untuk perbankan syariah, PAPSI dan ketentuan Bank Indonesia. Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam angka 1, wajib memenuhi seluruh aspek pengungkapan (disclosure) sebagaimana ditetapkan dalam PSAK untuk perbankan syariah, PAPSI dan ketentuan Bank Indonesia. 99 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi 84 Pasal 4 7/47/PBI/2005 85 Pasal 5 7/47/PBI/2005 Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan Pengungkapan tersebut paling sedikit terdiri dari : a) Laporan Keuangan yang meliputi Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas, Catatan atas laporan keuangan, termasuk informasi tentang Komitmen dan Kontijensi , Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat, jika ada , Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat, Infak dan Shadaqah (ZIS) , serta Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Qardh ; b) Jumlah aktiva produktif yang diberikan kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa ; c) Jumlah aktiva produktif yang telah direstrukturisasi dan informasi lain tentang aktiva produktif yang direstrukturisasi selama periode berjalan; d) Klasifikasi aktiva produktif menurut jangka waktu, kualitas aktiva Produktif ; e) Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) yang telah dibentuk dibandingkan dengan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) yang wajib dibentuk ; f) Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) ; g) Beberapa rasio keuangan BPRS ; h) Karakteristik kegiatan usaha BPRS dan jasa utama yang disediakan; i) Tugas dan wewenang Dewan Pengawas Syariah dalam melakukan pengawasan Syariah atas operasional BPRS berdasarkan fatwa dan ketentuan lainnya ; dan j) Informasi Lain yang mencakup : a. Transaksi‐transaksi penting lainnya dalam jumlah yang signifikan; b. Informasi kejadian penting setelah tanggal laporan Akuntan Publik (subsequent event), khusus bagi BPRS yang memenuhi persyaratan untuk diaudit oleh Akuntan Publik. (1) Bagi BPRS yang mempunyai total aset sampai dengan Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) Laporan Keuangan Tahunan yang disampaikan adalah laporan keuangan yang dipertanggungjawabkan Direksi atau Pengurus kepada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) atau Rapat Anggota. Yang dimaksud dengan “Pengurus” adalah Pengurus bagi BPRS yang berbadan hukum Koperasi. (2) Dalam hal laporan keuangan BPRS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diaudit oleh Akuntan Publik, maka laporan yang disampaikan adalah laporan yang diaudit. (1) Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) dan Pasal 4 ayat (2) (Paragraf 83 ayat (2) dan Paragraf 84 ayat (2) dalam kodifikasi ini), wajib disampaikan kepada Bank Indonesia paling lambat akhir bulan April tahun berikutnya. 100 Likuiditas Rupiah Paragraf 86 87 Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Sumber Regulasi Ketentuan (2) Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) (Paragraf 84 ayat (1) dalam kodifikasi ini) wajib disampaikan kepada Bank Indonesia paling lambat akhir bulan Februari tahun berikutnya. Alamat Penyampaian Laporan SE 7/52/DPbS Laporan Keuangan Tahunan, serta guntingan surat kabar yang berisikan 2005 Laporan Keuangan Publikasi atau fotokopi Laporan Keuangan Publikasi Romawi V yang ditempelkan pada papan pengumuman serta disket yang berisi Laporan Keuangan Publikasi disampaikan kepada Bank Indonesia dengan alamat : a. Direktorat Perbankan Syariah, Jl. M.H. Thamrin No.2 Jakarta 10110, bagi BPRS yang berkantor pusat di wilayah kerja kantor pusat Bank Indonesia; atau b. Kantor Bank Indonesia setempat, bagi BPRS yang berkantor pusat di luar wilayah kerja kantor pusat Bank Indonesia. (1) BPRS dianggap terlambat menyampaikan Laporan Tahunan apabila Pasal 6 BPRS menyampaikan Laporan Tahunan kepada Bank Indonesia 7/47/PBI/2005 melampaui batas akhir waktu penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 (Paragraf 85 dalam kodifikasi ini) tetapi belum melampaui 1 (satu) bulan sejak batas akhir penyampaian laporan. (2) BPRS dianggap tidak menyampaikan Laporan Tahunan apabila BPRS belum menyampaikan Laporan Tahunan dalam batas waktu keterlambatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau Laporan Keuangan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) dan Pasal 4 ayat (2) (Paragraf 83 ayat (2) dan Paragraf 84 ayat (2) dalam kodifikasi ini) tidak diaudit oleh Akuntan Publik yang terdaftar di Bank Indonesia. BAB III Laporan Keuangan Publikasi Triwulan Pasal 7 7/47/PBI/2005 Ayat (1) (1) BPRS wajib mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi secara triwulanan untuk posisi pelaporan akhir bulan Maret, Juni, September dan Desember sesuai dengan bentuk dan tatacara yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. (2) Laporan Keuangan Publikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk posisi pelaporan akhir bulan Maret dan September paling sedikit terdiri dari: a. Laporan Keuangan yang terdiri dari : 1) Neraca; 2) Laporan Laba Rugi ; 3) Komitmen dan Kontinjensi. b. Kualitas Aktiva Produktif dan Informasi lainnya yang terdiri dari: 1. Aktiva Produktif kepada pihak terkait; 2. Kolektibilitas Aktiva Produktif; 3. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang wajib dibentuk; 101 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi SE 7/52/DPbS 2005 Romawi III.1 Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan 4. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang telah dibentuk; dan 5. Komposisi pemegang saham, susunan pengurus dan Dewan Pengawas Syariah. c. Tabel Distribusi Bagi Hasil. Yang dimaksud dengan Tabel Distribusi Bagi Hasil adalah tabel yang menyajikan informasi tentang jumlah dana penyimpan dan jumlah investor berdasarkan produk beserta jumlah bagi hasil dan bonus yang dibagikan dengan dilengkapi informasi indicative rate of return. (3) Laporan Keuangan Publikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk posisi pelaporan akhir bulan Juni dan Desember, selain paling sedikit disajikan sama dengan posisi akhir bulan Maret dan September sebagaimana dimaksud pada ayat (1), juga wajib menyajikan informasi yang terdiri dari: a. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana ZIS dan Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Qardh; dan Yang dimaksud dengan : ‐ Laporan Sumber dan Penggunaan Dana ZIS adalah laporan yang menunjukkan sumber dan penggunaan dana ZIS selama suatu jangka waktu tertentu, serta saldo ZIS pada tanggal tertentu. ‐ Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Qardh adalah laporan yang menunjukkan sumber dan penggunaan dana Qardh selama suatu jangka waktu tertentu, serta saldo Qardh pada tanggal tertentu. b. Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat, jika ada. Yang dimaksud dengan Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat (Mudharabah muqayyadah) adalah laporan yang menunjukkan penyaluran dana Mudharabah muqayyadah yang dilakukan bank syariah, dimana bank syariah tidak menanggung risiko atas dana yang disalurkan tersebut (channeling agent). (4) Laporan Keuangan Publikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib disajikan dalam bentuk perbandingan dengan laporan pada periode yang sama tahun sebelumnya. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan 1. Umum a. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan diumumkan untuk laporan keuangan keuangan posisi akhir bulan Maret, Juni, September dan Desember. b. Format Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan merupakan standar minimal yang wajib dipenuhi. Apabila terdapat pos yang jumlahnya material dan tidak terdapat dalam format tersebut, 102 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi SE 7/52/DPbS 2005 Romawi III.2 Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan BPRS dapat menyajikan pos tersebut secara tersendiri, namun apabila pos dimaksud jumlahnya tidak material dapat digabungkan dengan pos lain yang sejenis. c. Pos‐pos yang memiliki saldo nihil dalam format Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan tetap harus dicantumkan dengan memberi garis pendek (‐) pada pos yang bersangkutan. d. Untuk pengisian pemilik BPRS dalam format Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan posisi akhir bulan Juni dan Desember, nama pemegang saham yang wajib dicantumkan adalah perorangan atau perusahaan yang memiliki saham sebesar 10 % (sepuluh perseratus) atau lebih dari modal BPRS. e. Penyajian Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan : 1) Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan merupakan laporan gabungan antara kantor pusat BPRS dengan seluruh kantor BPRS yang bersangkutan. 2) Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan disajikan paling sedikit dalam bentuk perbandingan dengan laporan pada periode yang sama tahun sebelumnya. 3) Posisi pembanding hendaknya disajikan sesuai format yang sama dengan posisi Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan yang diumumkan. 4) Khusus untuk perlakuan akuntansi yang baru berlaku dalam posisi Laporan, maka penyajian posisi pembanding hendaknya mengacu kepada PSAK Nomor 25 tentang Laba atau Rugi Bersih untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar dan Perubahan Kebijakan Akuntansi. 5) Angka‐angka dalam laporan disajikan dalam mata uang rupiah dan dalam ribuan rupiah. 2. Aspek Transparansi sesuai PSAK untuk perbankan syariah, PAPSI dan ketentuan Bank Indonesia. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan wajib memenuhi seluruh aspek pengungkapan (disclosure) sebagaimana ditetapkan dalam PSAK untuk perbankan syariah, PAPSI dan ketentuan Bank Indonesia. Pengungkapan tersebut paling sedikit terdiri dari : a. Laporan Keuangan yang meliputi Neraca , Laporan Laba Rugi serta Komitmen dan Kontinjensi ; b. Kualitas Aktiva Produktif dan informasi lainnya yang terdiri dari : 1) Aktiva produktif kepada pihak terkait. 2) Kolektibilitas aktiva produktif. 3) Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang wajib dibentuk. 4) Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang telah dibentuk. 5) Komposisi pemegang saham, susunan pengurus dan Dewan Pengawas Syariah. c. Tabel Distribusi Bagi Hasil ; d. Khusus laporan keuangan publikasi triwulanan posisi akhir bulan Juni dan Desember, Laporan Keuangan yang disajikan selain paling sedikit sama dengan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan c, juga wajib menyajikan Laporan Sumber dan 103 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi 88 Pasal 8 7/47/PBI/2005 89 Pasal 9 7/47/PBI/2005 90 Pasal 10 7/47/PBI/2005 Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan Penggunaan Dana Zakat Infak dan Shadaqah (ZIS), Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Qardh, serta Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat, jika ada. (1) Pengumuman Laporan Keuangan Publikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) (Paragraf 87 ayat (1) dalam kodifikasi ini) dapat dilakukan pada surat kabar lokal atau ditempelkan pada papan pengumuman di kantor BPRS yang bersangkutan. Yang dimaksud dengan surat kabar lokal adalah surat kabar yang mempunyai peredaran diwilayah BPRS tersebut berada. Papan pengumuman diletakkan pada tempat yang mudah terlihat dan dapat terbaca. (2) Pengumuman Laporan Keuangan Publikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan selambat‐lambatnya: a. 1 (satu) bulan setelah berakhirnya bulan laporan untuk laporan keuangan posisi akhir bulan Maret dan Juni; b. 2 (dua) bulan setelah berakhirnya tahun laporan untuk laporan keuangan posisi akhir bulan Desember yang tidak diaudit oleh Akuntan Publik; c. 4 (empat) bulan setelah berakhirnya tahun laporan untuk laporan keuangan posisi akhir bulan Desember yang diaudit oleh Akuntan Publik. (3) Dalam hal pengumuman dilakukan dengan cara menempelkan pada papan pengumuman, pengumuman dimaksud dilakukan sampai dengan pengumuman Laporan Keuangan Publikasi berikutnya. (1) Laporan Keuangan Publikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 (Paragraf 87 dalam kodifikasi ini) wajib ditandatangani oleh Direksi BPRS dengan mencantumkan namanya secara jelas. (2) Dalam hal Direksi berhalangan, Laporan Keuangan Publikasi ditandatangani oleh pejabat yang diberi wewenang oleh Direksi dengan mencantumkan namanya secara jelas. (3) Bagi BPRS yang laporan keuangannya diaudit oleh Akuntan Publik, untuk Laporan Keuangan Publikasi posisi akhir bulan Desember, selain wajib memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga wajib mencantumkan nama Akuntan Publik yang bertanggung jawab dalam audit dan nama Kantor Akuntan Publik yang mengaudit Laporan Keuangan Tahunan. BPRS wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia: a. guntingan surat kabar yang berisikan Laporan Keuangan Publikasi atau fotokopi Laporan Keuangan Publikasi yang ditempelkan pada papan pengumuman, selambat‐lambatnya 2 (dua) minggu sejak tanggal pengumuman; b. disket yang berisi Laporan Keuangan Publikasi. 104 Likuiditas Rupiah Paragraf 91 92 Sumber Regulasi SE 7/52/DPbS 2005 Romawi V Pasal 11 7/47/PBI/2005 BAB IV Pasal 12 7/47/PBI/2005 Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan Alamat Penyampaian Laporan Laporan Keuangan Tahunan, serta guntingan surat kabar yang berisikan Laporan Keuangan Publikasi atau fotokopi Laporan Keuangan Publikasi yang ditempelkan pada papan pengumuman serta disket yang berisi Laporan Keuangan Publikasi disampaikan kepada Bank Indonesia dengan alamat : a. Direktorat Perbankan Syariah, Jl. M.H. Thamrin No.2 Jakarta 10110, bagi BPRS yang berkantor pusat di wilayah kerja kantor pusat Bank Indonesia; atau b. Kantor Bank Indonesia setempat, bagi BPRS yang berkantor pusat di luar wilayah kerja kantor pusat Bank Indonesia. (1) BPRS dianggap terlambat mengumumkan atau menyampaikan Laporan Keuangan Publikasi kepada Bank Indonesia, apabila BPRS mengumumkan atau menyampaikan Laporan Keuangan Publikasi melampaui batas akhir waktu pengumuman atau penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) dan Pasal 10 (Paragraf 88 ayat (2) dan Paragraf 90 dalam kodifikasi ini), tetapi tidak melampaui 1 (satu) bulan sejak batas akhir waktu pengumuman. (2) BPRS dianggap tidak mengumumkan atau menyampaikan Laporan Keuangan Publikasi, apabila BPRS belum mengumumkan atau menyampaikan Laporan Keuangan Publikasi dalam batas waktu keterlambatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Hubungan antara BPRS, Akuntan Publik, Dewan Pengawas Syariah dan Bank Indonesia (1) BPRS dalam memberikan penugasan audit wajib menunjuk Kantor Akuntan Publik dan Akuntan Publik yang telah terdaftar di Bank Indonesia. (2) Akuntan Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki pengetahuan dan atau pengalaman di bidang perbankan syariah. Memiliki pengetahuan perbankan syariah dibuktikan dengan telah mengikuti pendidikan/pelatihan tentang perbankan syariah antara lain tentang sistem operasional perbankan syariah, produk dan akuntansi syariah. (3) Penugasan atau Penunjukan Akuntan Publik dan atau Kantor Akuntan Publik yang sama oleh BPRS paling lama dilakukan untuk periode audit 5 (lima) tahun buku berturut‐turut. Pengaturan ini dimaksudkan agar terdapat penilaian dari pihak yang berbeda dalam rangka meningkatkan independensi profesi Akuntan Publik. Perhitungan jangka waktu 5 (lima) dimulai sejak berlakunya Peraturan Bank Indonesia ini 105 Likuiditas Rupiah Paragraf 93 Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Sumber Regulasi Ketentuan Pasal 13 (1) Penunjukan Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik dalam rangka 7/47/PBI/2005 audit Laporan Keuangan Tahunan BPRS wajib didasarkan pada perjanjian kerja. (2) Perjanjian kerja antara BPRS dan Kantor Akuntan Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit mencakup: a. nama Kantor Akuntan Publik; b. Akuntan Publik yang bertanggung jawab terhadap audit (partner in charge); c. kewajiban Akuntan Publik untuk melaksanakan audit sesuai Standar Profesional Akuntan Publik; d. ruang lingkup audit; e. jangka waktu penyelesaian audit; f. pernyataan dari BPRS mengenai izin kepada Kantor Akuntan Publik dan kewajiban Kantor Akuntan Publik untuk menyampaikan pula secara langsung kepada Bank Indonesia: 1. laporan hasil audit; 2. Surat Komentar (Management Letter); 3. informasi lainnya yang dibutuhkan oleh Bank Indonesia dari Akuntan Publik yang dilakukan setiap saat apabila diperlukan; 4. informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf b (Paragraf 95 huruf b dalam kodifikasi ini); g. kewajiban Akuntan Publik untuk memberitahukan kepada Bank Indonesia sebelum pelaksanaan audit. (3) Laporan hasil audit dan Surat Komentar (Management Letter) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf f angka 1 dan angka 2 wajib disampaikan kepada Bank Indonesia paling lambat 4 (empat) bulan setelah tahun buku. (4) Ruang lingkup audit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d, paling sedikit mencakup: a. penggolongan kualitas aktiva produktif dan kecukupan penyisihan penghapusan aktiva produktif yang dibentuk BPRS; b. penilaian terhadap rupa‐rupa aktiva termasuk namun tidak terbatas pada agunan yang diambil alih BPRS; c. hal‐hal lain yang diatur dalam standar akuntansi keuangan yang berlaku dan Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia, termasuk catatan atas Laporan Keuangan; d. pendapat terhadap kewajaran atas transaksi dengan pihak‐pihak yang mempunyai hubungan istimewa maupun transaksi yang dilakukan dengan perlakuan khusus; Pihak‐pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah pihak‐ pihak sebagaimana dimaksud dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. e. jumlah dan kualitas penyediaan dana kepada pihak terkait; f. rincian pelanggaran batas maksimum pemberian kredit yang meliputi nama nasabah, kualitas penyediaan dana, persentase dan jumlah pelanggaran batas maksimum pemberian kredit; g. perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum; 106 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan h. keandalan sistem pelaporan BPRS kepada Bank Indonesia dan pengujian terhadap keandalan laporan‐laporan yang disampaikan oleh BPRS kepada Bank Indonesia. Pengujian terhadap keandalan laporan termasuk penilaian Akuntan Publik mengenai laporan yang disampaikan ke Bank Indonesia telah disusun dan sesuai dengan data yang ada di BPRS. Laporan sebagaimana dimaksud dalam huruf ini termasuk namun tidak terbatas pada Laporan Bulanan BPRS, Laporan Batas Maksimum Pemberian Kredit. 94 Pasal 14 7/47/PBI/2005 95 Pasal 15 7/47/PBI/2005 (1) Bank Indonesia dapat menyatakan keberatan atas penunjukan Akuntan Publik tertentu oleh BPRS. Yang dimaksud dengan “keberatan” pada ayat ini, apabila selama penugasan audit Bank Indonesia memiliki informasi tentang Akuntan Publik yang bersangkutan yang bisa berpengaruh tidak baik terhadap kelancaran dan pelaksanaan tugasnya, seperti track record yang tidak baik. (2) Bank Indonesia memiliki akses informasi langsung terhadap Akuntan Publik dalam hal Bank Indonesia menganggap hal tersebut adalah dalam rangka melindungi integritas keuangan BPRS dan atau dalam keadaan lain yang dianggap perlu dalam rangka pengawasan. Akuntan Publik yang melakukan audit terhadap Laporan Keuangan Tahunan BPRS wajib: a. melakukan audit sesuai dengan standar profesional akuntan publik, serta perjanjian kerja dan ruang lingkup audit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 (Paragraf 93 dalam kodifikasi ini); dan b. memberitahukan ke Bank Indonesia selambat‐lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak ditemukannya: 1. pelanggaran peraturan perundang‐undangan yang berlaku di bidang keuangan dan perbankan; dan 2. keadaaan dan perkiraan keadaan yang dapat membahayakan kelangsungan usaha BPRS. Yang dimaksud dengan keadaan dan atau perkiraan yang dapat membayakan kelangsungan usaha BPRS, antara lain: a. Kekurangan kewajiban penyediaan modal minimum; b. Kekurangan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif yang material; c. Pelanggaran batas maksimum pemberian kredit; d. Kecurangan (fraud) yang bernilai material. c. menyampaikan laporan hasil audit dan Management Letter kepada Bank Indonesia. d. memenuhi ketentuan rahasia Bank sebagaimana diatur dalam Undang‐undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan 107 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi e. Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan sebagaimana telah diubah dengan Undang‐undang Nomor 10 Tahun 1998. memperoleh pendapat dari Dewan Pengawas Syariah mengenai ketaatan BPRS terhadap pelaksanaan prinsip syariah, sebelum menerbitkan Laporan Audit atas Laporan Keuangan BPRS. Dalam mengeluarkan pendapat mengenai ketaatan BPRS terhadap prinsip syariah, Dewan Pengawas Syariah harus mengacu kepada ketentuan Bank Indonesia tentang tugas dan peran Dewan Pengawas Syariah. Pendapat dari Dewan Pengawas Syariah ini merupakan bukti audit dan tidak mempengaruhi pendapat Akuntan Publik dalam memberikan pendapat. BAB V Laporan Keuangan Konsolidasian 96 Pasal 16 7/47/PBI/2005 97 Pasal 17 7/47/PBI/2005 (1) BPRS yang merupakan bagian dari suatu kelompok usaha dan atau BPRS yang memiliki perusahaan anak, wajib menyusun laporan keuangan konsolidasi berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Yang dimaksud dengan perusahaan anak adalah badan hukum yang dimiliki atau dikendalikan oleh BPRS, baik langsung maupun tidak langsung. (2) Penyertaan BPRS yang mengakibatkan timbulnya pengendalian namun hanya bersifat sementara dapat dikecualikan dari penyusunan laporan keuangan konsolidasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Yang dimaksud dengan bersifat sementara antara lain pengendalian yang akan dilepaskan dalam jangka waktu selambat‐lambatnya 12 bulan sejak akhir posisi laporan keuangan pada tahun perolehan pengendalian atau penyertaan modal sementara dalam rangka restrukturisasi. Laporan Keuangan konsolidasi wajib disusun secara konsolidasi untuk Laporan Keuangan Tahunan maupun Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan 98 99 BAB VI Tanggung Jawab Laporan Keuangan Pasal 18 7/47/PBI/2005 BAB VII Laporan Keuangan Tahunan dan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan sepenuhnya menjadi tanggung jawab Direksi BPRS. Pasal 19 7/47/PBI/2005 BPRS wajib melakukan pencatatan atas kegiatan usahanya berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan dan Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia yang berlaku bagi Perbankan Syariah. Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah 108 Likuiditas Rupiah Paragraf 100 Sumber Regulasi BAB VIII Sanksi Laporan Tahunan Pasal 20 7/47/PBI/2005 Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan (1) BPRS yang terlambat menyampaikan Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) (Paragraf 86 ayat (1) dalam kodifikasi ini), dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) per hari kerja keterlambatan. (2) BPRS yang tidak menyampaikan Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) (Paragraf 86 ayat (2) dalam kodifikasi ini), dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah). 101 Pasal 21 7/47/PBI/2005 (1) Apabila isi Laporan Tahunan secara material tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya dan atau tidak disajikan sesuai ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia ini dan atau Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku, maka: a. setelah diberi peringatan 2 (dua) kali surat teguran oleh Bank Indonesia dengan tenggang waktu 2 (dua) minggu untuk setiap teguran, BPRS tidak memperbaiki laporan dimaksud, dikenakan sanksi berupa kewajiban membayar sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah); dan b. dapat dikenakan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 Undang‐undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang‐undang Nomor 10 Tahun 1998, antara lain berupa: 1. penurunan nilai kredit dalam perhitungan tingkat kesehatan; 2. pencantuman anggota pengurus, pegawai BPRS, pemegang saham dalam daftar orang‐orang yang dilarang menjadi pengurus dan pemilik BPRS; 3. pemberhentian pengurus BPRS dan selanjutnya Bank Indonesia menunjuk dan mengangkat pengganti sementara. Dalam hal materi kesalahan yang sama telah dikenakan sanksi dalam Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan maka BPRS tidak dikenakan sanksi dalam ayat ini. (2) Apabila berdasarkan penilaian Bank Indonesia, Laporan Tahunan BPRS secara material tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya dan atau tidak disajikan sesuai ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia ini dan atau Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku, selain dikenai sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terhadap Dewan Komisaris, Direksi, pegawai BPRS maupun pihak terafiliasi lainnya dapat dikenakan sanksi pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (1) dan Pasal 50 Undang‐undang Nomor 10 Tahun 1998. 102 Laporan Keuangan Publikasi Pasal 22 7/47/PBI/2005 (1) BPRS yang terlambat mengumumkan atau terlambat menyampaikan Laporan Keuangan Publikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) (Paragraf 91 ayat (1) dalam kodifikasi ini), dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) per hari kerja keterlambatan. 109 Likuiditas Rupiah Paragraf 103 Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Sumber Regulasi Ketentuan (2) BPRS yang tidak mengumumkan atau tidak menyampaikan Laporan Keuangan Publikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) (Paragraf 91 ayat (1) dalam kodifikasi ini), dikenakan sanksi kewajiban membayar setinggi‐tingginya sebesar Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah). (3) Apabila menurut penilaian Bank Indonesia Laporan Keuangan Publikasi secara material tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya dan atau Penyataan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku, maka: a. setelah diberi peringatan 2 (dua) kali surat teguran oleh Bank Indonesia dengan tenggang waktu 2 (dua) minggu untuk setiap teguran, BPRS tidak memperbaiki dan atau mengumumkan kembali laporan dimaksud, dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah); dan b. dapat dikenakan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 Undang ‐undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang‐undang Nomor 10 Tahun 1998, antara lain berupa: 1. teguran tertulis; 2. penurunan nilai kredit dalam perhitungan tingkat kesehatan. (4) Apabila berdasarkan penilaian Bank Indonesia, Laporan Tahunan BPRS secara material tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya dan atau tidak disajikan sesuai ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia ini dan atau Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku, selain dikenai sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (3), terhadap Dewan Komisaris, Direksi, pegawai BPRS maupun pihak terafiliasi lainnya dapat dikenakan sanksi pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (1) dan Pasal 50 Undang‐undang Nomor 10 Tahun 1998. Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik Pasal 23 7/47/PBI/2005 (1) Akuntan Publik atau Kantor Akuntan Publik yang secara material melanggar ketententuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 (Paragraf 95 dalam kodifikasi ini) dikenakan sanksi administratif sebagaimana tercantum dalam Pasal 53 Undang‐undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana diubah dengan Undang‐undang Nomor 10 Tahun 1998, berupa: a. penghapusan nama Akuntan Publik dari daftar Akuntan Publik di Bank Indonesia; b. penghapusan Kantor Akuntan Publik dari daftar Kantor Akuntan Publik di BI, apabila pelanggaran dilakukan oleh 2 (dua) orang Akuntan Publik yang bertanggung jawab (partner in charge) dalam audit BPRS dari Kantor Akuntan Publik yang sama; c. penyampaian usulan kepada instansi yang berwenang untuk mencabut atau membatalkan izin usaha sebagai pemberi jasa bagi Bank sesuai dengan ketentuan atau kode etik yang berlaku. (2) Akuntan Publik yang tidak memenuhi ketentuan rahasia bank sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf d (Paragraf 95 huruf d dalam kodifikasi ini), selain dikenakan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), juga dapat dikenakan sanksi 110 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (2) Undang‐ undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang‐undang Nomor 10 Tahun 1998. BAB IX Lain‐Lain 104 Pasal 24 7/47/PBI/2005 105 Pasal 25 7/47/PBI/2005 SE 7/52/DPbS 2005 Romawi IV BPRS yang telah dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, Pasal 21 ayat, dan Pasal 22 (Paragraf 100, Paragraf 101 dan Paragraf 102 dalam kodifikasi ini) tetap diwajibkan untuk menyampaikan Laporan dimaksud. (1) Pembebanan sanksi kewajiban membayar sebagaimana dimaksud dalam dalam Pasal 20, Pasal 21 ayat (1), dan Pasal 22 (Paragraf 100, Paragraf 101 ayat (1), dan Paragraf 102 dalam kodifikasi ini), dilakukan dengan cara transfer ke rekening Bank Indonesia. (2) Tatacara transfer ke rekening Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dalam Surat Edaran Bank Indonesia. Tata Cara Pembayaran Sanksi Kewajiban Membayar 1. Pembayaran sanksi kewajiban membayar ke Bank Indonesia dilakukan dengan cara transfer ke rekening Bank Indonesia. Transfer dimaksud dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu : a. Kliring Transfer ditujukan ke rekening nomor 566.000.446 – Rekening penerimaan sanksi administratif BPRS, dan pada kolom keterangan dicantumkan pembayaran sanksi kewajiban membayar. b. BI‐RTGS Transfer ditujukan ke rekening nomor 566.000446 – Rekening penerimaan sanksi administratif BPRS dengan mencantumkan Transaction Reference Number (TRN) BIRBK566 dan pada keterangan dicantumkan pembayaran sanksi kewajiban membayar. 2. Fotokopi bukti pembayaran sanksi kewajiban membayar sebagaimana dimaksud dalam angka 1 disampaikan kepada Bank Indonesia dengan alamat : a. Direktorat Perbankan Syariah, Jl.M.H.Thamrin Nomor 2 Jakarta 10010, Telp. 381‐8778, 381‐8513, atau melalui Fax Nomor 350‐1990, bagi BPRS Pelapor yang berkedudukan di wilayah DKI Jakarta Raya, Banten, Bogor, Depok, Karawang, dan Bekasi. b. Kantor Bank Indonesia setempat bagi BPRS Pelapor yang berkedudukan diluar wilayah sebagaimana dimaksud dalam huruf a. 106 BAB XI Keadaan Memaksa (Force Majeure) Pasal 26 7/47/PBI/2005 (1) BPRS yang mengalami keadaan memaksa (force majeure) selama lebih dari satu bulan dalam periode di bulan yang terakhir seharusnya mengumumkan dan atau menyampaikan laporan, 111 Likuiditas Rupiah Paragraf Sumber Regulasi Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Ketentuan dikecualikan dari kewajiban menyampaikan Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1), Pasal 5 ayat (2), Pasal 8 ayat (2), dan Pasal 10 (Paragraf 85 ayat (1), Paragraf 85 ayat (2), Paragraf 88 ayat (2), dan Paragraf 90 dalam kodifikasi ini). Yang dimaksud dengan keadaan memaksa (force majeure) adalah keadaan yang secara nyata‐nyata menyebabkan BPRS tidak dapat mengumumkan dan/atau menyampaikan laporan, antara lain kebakaran, kerusuhan massa, perang, sabotase, serta bencana alam seperti gempa bumi dan banjir, yang dibenarkan oleh penguasa atau pejabat dari instansi terkait di daerah setempat. (2) BPRS yang mengalami keadaan memaksa (force majeure), wajib menyampaikan permohonan untuk memperoleh pengecualian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara tertulis kepada Bank Indonesia, dengan disertai penjelasan mengenai keadaan memaksa yang dialami. (3) BPRS yang memperoleh pengecualian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib mengumumkan dan atau menyampaikan Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1), Pasal 5 ayat (2), Pasal 8 ayat (2) dan Pasal 10 (Paragraf 85 ayat (1), Paragraf 85 ayat (2), Paragraf 88 ayat (2) dan Paragraf 90 dalam kodifikasi ini), setelah BPRS kembali melakukan kegiatan operasional secara normal. 112 Lampiran 1 LAMPIRAN SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 15/26/DPbS TANGGAL 10 JULI 2013 PERIHAL PELAKSANAAN PEDOMAN AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH INDONESIA PEDOMAN AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH INDONESIA TAHUN 2013 113 Lanjutan Lampiran 1 BAGIAN I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG 01. Tujuan Laporan Keuangan entitas perbankan syariah (untuk selanjutnya disebut “Bank”) adalah untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas dari aktivitas Bank yang bermanfaat dalam pengambilan putusan. Selain itu, Laporan Keuangan merupakan hasil pertanggungjawaban manajemen atas amanah sumber daya yang dipercayakan. 02. Suatu Laporan Keuangan bermanfaat apabila informasi yang disajikan dalam Laporan Keuangan tersebut dapat dipahami, relevan, andal, dan dapat diperbandingkan. Akan tetapi, perlu disadari pula bahwa Laporan Keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan Bank karena secara umum Laporan Keuangan hanya menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu. Namun dalam beberapa hal, Bank perlu menyediakan informasi yang mempunyai pengaruh keuangan masa depan. 03. Bank memiliki fungsi sebagai: a. Manajer investasi. Bank dapat mengelola investasi atas dana nasabah dengan menggunakan akad mudharabah dan wadiah. b. Agen investasi. Bank dapat mengelola investasi atas dana nasabah dengan menggunakan akad wakalah. c. Investor. Bank dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya dan dana nasabah yang dipercayakan kepadanya dengan menggunakan instrumen investasi yang sesuai dengan prinsip Syariah. Keuntungan yang diperoleh dibagihasilkan sesuai nisbah yang disepakati antara Bank dan nasabah. 1.1 114 Lanjutan Lampiran 1 d. Penyedia jasa keuangan. Bank dapat melakukan kegiatan jasa-jasa layanan Perbankan Syariah dengan mengacu kepada UndangUndang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. e. Pengemban fungsi sosial. Berdasarkan tentang Undang-Undang Perbankan Syariah Nomor Pasal 4 21 Tahun Ayat 2 2008 dan 3, menjelaskan: i. Bank dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul maal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat; dan ii. Bank dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (wakif). 04. Bank sebagai investor pada dasarnya melakukan fungsi intermediari penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan yang meliputi, antara lain transaksi investasi untuk mendapatkan bagi hasil, transaksi atas dasar jual beli aset untuk mendapatkan keuntungan, dan atau pemberian layanan jasa untuk mendapatkan imbalan. 1.2 115 Lanjutan Lampiran 1 I.2 ASAS DAN KARAKTERISTIK TRANSAKSI SYARIAH A. Asas Transaksi Syariah 01. Transaksi Syariah berasaskan keadilan (ukhuwah), pada (‘adalah), prinsip persaudaraan kemaslahatan (maslahah), keseimbangan (tawazun), dan universalisme (syumuliyah). 02. Prinsip persaudaraan (ukhuwah) esensinya merupakan nilai universal yang menata interaksi sosial dan harmonisasi kepentingan para pihak untuk kemanfaatan secara umum dengan semangat menjunjung tinggi saling nilai menolong. kebersamaan Transaksi dalam Syariah memperoleh manfaat (sharing economics) sehingga seseorang tidak boleh mendapat keuntungan di atas kerugian orang lain. Ukhuwah dalam transaksi Syariah berdasarkan prinsip saling mengenal (ta’aruf), saling memahami (tafahum), saling menolong (ta’awun), saling menjamin (takaful), saling bersinergi dan beraliansi (tahaluf). 03. Prinsip keadilan (‘adalah) esensinya menempatkan sesuatu hanya pada tempatnya dan memberikan sesuatu hanya pada yang berhak serta memperlakukan sesuatu sesuai posisinya. Implementasi keadilan dalam kegiatan usaha berupa aturan prinsip muamalah yang melarang adanya unsur: a. Unsur bunga dalam segala bentuk dan jenisnya, baik riba nasiah maupun riba fadhl (riba). Esensi riba adalah setiap tambahan pada jumlah piutang yang dipersyaratkan dalam transaksi pinjam-meminjam uang serta derivasinya dan transaksi tidak tunai lainnya, seperti murabahah tangguh; dan setiap tambahan yang dipersyaratkan dalam transaksi pertukaran antar barang ribawi termasuk pertukaran uang (money exchange) yang sejenis secara tunai maupun tangguh dan yang tidak sejenis secara tidak tunai. b. Unsur yang merugikan diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan (zalim). Esensi zalim (dzulm) adalah menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya, memberikan sesuatu tidak sesuai ukuran, kualitas dan temponya, mengambil sesuatu yang bukan haknya dan 1.3 116 Lanjutan Lampiran 1 memperlakukan sesuatu tidak sesuai posisinya. Kezaliman dapat menimbulkan kemudharatan bagi masyarakat secara keseluruhan, bukan hanya sebagian; atau membawa kemudharatan bagi salah satu pihak atau pihak-pihak yang melakukan transaksi. c. Unsur judi dan sikap spekulatif (maysir). Esensi maysir adalah setiap transaksi yang bersifat spekulatif dan tidak berkaitan dengan produktivitas serta bersifat perjudian (gambling). d. Unsur ketidakjelasan (gharar). Esensi gharar adalah setiap transaksi yang berpotensi merugikan salah satu pihak karena mengandung unsur ketidakjelasan, manipulasi dan eksploitasi informasi serta tidak adanya kepastian pelaksanaan akad. Bentuk-bentuk gharar antara lain: i. tidak adanya kepastian penjual untuk menyerahkan obyek akad pada waktu terjadi akad, baik obyek akad itu sudah ada maupun belum ada; ii. menjual sesuatu yang belum berada di bawah penguasaan penjual; iii. tidak adanya kepastian kriteria kualitas dan kuantitas barang/jasa; iv. tidak adanya kepastian jumlah harga yang harus dibayar dan alat pembayaran; v. tidak adanya ketegasan jenis dan obyek akad; vi. kondisi obyek akad tidak dapat dijamin kesesuaiannya dengan yang ditentukan dalam transaksi; vii. adanya unsur eksploitasi salah satu pihak karena informasi yang ketidaktahuan kurang atau dimanipulasi atau ketidakpahaman dan yang ditransaksikan. e. Unsur haram baik dalam barang maupun jasa serta aktivitas operasional yang terkait (haram). Esensi haram adalah segala unsur yang dilarang secara tegas dalam Al Quran dan As Sunah. 04. Prinsip kemaslahatan (mashlahah) esensinya merupakan segala bentuk kebaikan dan manfaat yang berdimensi duniawi dan 1.4 117 Lanjutan Lampiran 1 ukhrawi, material dan spiritual, serta individual dan kolektif. Kemaslahatan yang diakui harus memenuhi dua unsur yakni kepatuhan Syariah (halal) serta bermanfaat dan membawa kebaikan (thayib) dalam semua aspek secara keseluruhan yang tidak menimbulkan kemudharatan. Transaksi Syariah yang dianggap bermaslahat harus memenuhi secara keseluruhan unsur-unsur yang menjadi tujuan ketetapan Syariah (maqasid syariah) yaitu berupa pemeliharaan terhadap: a. akidah, keimanan dan ketakwaan (dien); b. akal (‘aql); c. keturunan (nasl); d. jiwa dan keselamatan (nafs); dan e. harta benda (mal). 05. Prinsip keseimbangan (tawazun) esensinya meliputi keseimbangan aspek material dan spiritual, aspek privat dan publik, sektor keuangan dan sektor riil, bisnis dan sosial, dan keseimbangan aspek pemanfaatan dan pelestarian. Transaksi Syariah tidak hanya menekankan pada maksimalisasi keuntungan perusahaan semata untuk kepentingan pemilik (shareholder). Sehingga manfaat yang didapatkan tidak hanya difokuskan pada pemegang saham, akan tetapi pada semua pihak yang dapat merasakan manfaat adanya suatu kegiatan ekonomi. 06. Prinsip universalisme (syumuliyah) esensinya dapat dilakukan oleh, dengan, dan untuk semua pihak yang berkepentingan (stakeholder) golongan, tanpa sesuai membedakan dengan suku, semangat agama, kerahmatan ras dan semesta (rahmatan lil alamin). 07. Transaksi Syariah terikat dengan nilai-nilai etis meliputi aktivitas sektor keuangan dan sektor riil yang dilakukan secara koheren tanpa dikotomi sehingga keberadaan dan nilai uang merupakan cerminan aktivitas investasi dan perdagangan. 1.5 118 Lanjutan Lampiran 1 B. Karakteristik Transaksi Syariah 01. Implementasi transaksi yang sesuai dengan paradigma dan asas transaksi Syariah harus memenuhi karakteristik dan persyaratan sebagai berikut: a. Transaksi hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham dan saling ridha; b. Prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objeknya halal dan baik (thayib); c. Uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai, bukan sebagai komoditas; d. Tidak mengandung unsur riba; e. Tidak mengandung unsur kezaliman; f. Tidak mengandung unsur maysir; g. Tidak mengandung unsur gharar; h. Tidak mengandung unsur haram; i. Tidak menganut prinsip nilai waktu dari uang (time value of money) karena keuntungan yang didapat dalam kegiatan usaha terkait dengan risiko yang melekat pada kegiatan usaha tersebut sesuai dengan prinsip al-ghunmu bil ghurmi (no gain without accompanying risk); j. Transaksi dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas dan benar serta untuk keuntungan semua pihak tanpa merugikan pihak lain sehingga tidak diperkenankan menggunakan standar ganda harga untuk satu akad serta tidak menggunakan dua transaksi bersamaan yang berkaitan (ta’alluq) dalam satu akad; k. Tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan (najasy), maupun melalui rekayasa penawaran (ihtikar); dan l. Tidak mengandung unsur kolusi dengan suap menyuap (risywah). 02. Transaksi Syariah dapat berupa aktivitas bisnis yang bersifat komersial maupun aktivitas sosial yang bersifat nonkomersial. Transaksi Syariah komersial dilakukan, antara lain, berupa investasi untuk mendapatkan bagi hasil, jual beli barang untuk mendapatkan laba, dan atau pemberian layanan jasa untuk mendapatkan imbalan. 1.6 119 Lanjutan Lampiran 1 03. Transaksi Syariah nonkomersial dilakukan, antara lain, berupa pemberian dana pinjaman atau talangan (qardh) serta penghimpunan dan penyaluran dana sosial, seperti zakat, infak, sedekah, wakaf dan hibah. I.3 TUJUAN DAN RUANG LlNGKUP A. Tujuan 01. Tujuan dari penyusunan Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (untuk selanjutnya disebut “Pedoman”) antara lain: a. Membantu Bank menyusun Laporan Keuangan supaya sesuai dengan tujuan Laporan Keuangan. b. Menciptakan keseragaman penerapan perlakuan akuntansi dan penyajian Laporan Keuangan sehingga meningkatkan daya banding antara Laporan Keuangan Bank. c. Menjadi acuan minimum yang harus dipenuhi oleh Bank dalam menyusun Laporan Keuangan. Namun, keseragaman penyajian sebagaimana diatur dalam Pedoman ini tidak menghalangi masing-masing Bank untuk memberikan informasi yang relevan bagi pengguna laporan sesuai kondisi masing-masing Bank. 1.7 120 Lanjutan Lampiran 1 B. Ruang Lingkup 01. Pedoman ini berlaku untuk Bank yang menjalankan fungsi sebagai: a. Bank Umum Syariah; dan b. Bank umum konvensional yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip Syariah (Unit Usaha Syariah). I.4 ACUAN PENYUSUNAN 01. Acuan yang digunakan dalam menyusun Pedoman ini didasarkan pada referensi yang relevan. Adapun referensi yang digunakan adalah: a. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah dan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Syariah; b. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan dan Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip Syariah; c. Ketentuan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia; d. Fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia; e. Financial Accounting Standard (Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions/AAOIFI); f. International Financial Reporting Standards (International Accounting Standards Board/IASB) sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip Syariah; g. Peraturan perundang-undangan yang relevan dengan Laporan Keuangan; dan h. Praktik-praktik akuntansi yang berlaku umum, sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip Syariah. 02. Berdasarkan referensi di atas diadopsi ketentuan yang relevan dan sesuai dengan kondisi lingkungan usaha berdasarkan prinsip Syariah di Indonesia yang kemudian dikodifikasi dalam Pedoman ini. Selanjutnya sebagai dasar pengaturan penyusunan Laporan Keuangan Bank digunakan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Pedoman ini. 1.8 121 Lanjutan Lampiran 1 I.5 KETENTUAN LAIN 01. Ilustrasi jurnal yang digunakan dalam Pedoman ini hanya merupakan ilustrasi dan tidak bersifat mengikat. Bank dapat mengembangkan metode pencatatan dan pengakuan sesuai sistem masing-masing sepanjang memberikan hasil yang tidak berbeda. Ilustrasi jurnal yang dicantumkan dalam Pedoman ini menggambarkan pencatatan akuntansi secara manual. 02. Transaksi yang dicantumkan pada Pedoman ini diprioritaskan pada transaksi yang umum terjadi pada setiap Bank. 03. Pedoman ini secara periodik akan dievaluasi dan disesuaikan dengan perkembangan bisnis dan produk perbankan syariah, ketentuan SAK, ketentuan Bank Syariah Indonesia, dan ketentuan lainnya yang terkait dengan industri perbankan syariah. 1.9 122 Lanjutan Lampiran 1 BAGIAN II LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH II.1 KETENTUAN UMUM LAPORAN KEUANGAN A. Tujuan Laporan Keuangan 01. Memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan perubahan posisi keuangan yang bermanfaat bagi pengguna Laporan Keuangan dalam membuat keputusan ekonomi; 02. Sarana pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada manajemen; 03. Meningkatkan kepatuhan terhadap pemenuhan prinsip Syariah dalam semua transaksi dan kegiatan usaha; 04. Memberikan informasi kepatuhan terhadap pemenuhan prinsip Syariah, serta informasi aset, liabilitas, pendapatan dan beban yang tidak sesuai dengan prinsip Syariah, bila ada, dan bagaimana perolehan dan penggunaannya; 05. Memberikan informasi mengenai pemenuhan tanggung jawab manajemen terhadap amanah dalam mengamankan dana, menginvestasikannya pada tingkat keuntungan yang layak; 06. Memberikan informasi tingkat keuntungan investasi yang diperoleh penanam modal dan pemilik dana syirkah temporer; dan 07. Memberikan informasi pemenuhan kewajiban fungsi sosial, termasuk penerimaan dan penyaluran dana zakat, dan juga pengelolaan dana infak, sedekah, dan wakaf. B. Tanggung Jawab Atas Laporan Keuangan Manajemen Bank bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan. C. Komponen Laporan Keuangan 01. Laporan Posisi Keuangan; 02. Laporan Laba Rugi Komprehensif; 03. Laporan Perubahan Ekuitas; 04. Laporan Arus Kas; 2.1 123 Lanjutan Lampiran 1 D. 05. Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi Hasil; 06. Laporan Sumber dan Penyaluran Dana Zakat; 07. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan; dan 08. Catatan Atas Laporan Keuangan. Bahasa Laporan Keuangan 01. Laporan Keuangan harus disusun dalam bahasa Indonesia. Jika Laporan Keuangan juga disusun dalam bahasa lain selain dari bahasa Indonesia, maka Laporan Keuangan dalam bahasa lain tersebut harus memuat informasi yang sama dan waktu yang sama (tanggal posisi dan cakupan periode). 02. Selanjutnya, Laporan Keuangan dalam bahasa lain tersebut harus diterbitkan dalam waktu yang sama seperti Laporan Keuangan dalam inkonsistensi bahasa dalam Indonesia. penyajian Dalam laporan, hal maka terjadi yang dipergunakan sebagai rujukan adalah dalam bahasa Indonesia. E. Mata Uang Fungsional Dan Pelaporan 01. Mata uang fungsional dan mata uang pelaporan adalah Rupiah. Apabila transaksi Bank menggunakan mata uang selain Rupiah, maka harus dijabarkan dalam mata uang Rupiah dengan menggunakan kurs laporan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 02. Keuntungan atau kerugian dalam periode berjalan yang terkait dengan transaksi dalam mata uang asing dinilai dengan menggunakan kurs laporan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. F. Kebijakan Akuntansi 01. Kebijakan Akuntansi harus mencerminkan prinsip kehati-hatian dan mencakup semua informasi yang material dan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku. 02. Apabila PSAK Syariah belum mengatur masalah pengakuan, pengukuran, penyajian atau pengungkapan dari suatu transaksi atau peristiwa, maka harus ditetapkan kebijakan agar Laporan Keuangan yang disajikan memuat informasi yang dapat 2.2 124 Lanjutan Lampiran 1 diandalkan dan relevan dengan kebutuhan para pengguna Laporan Keuangan untuk pengambilan keputusan. 03. Dalam menetapkan kebijakan akuntansi, manajemen harus memperhatikan sumber dengan urutan sebagai berikut: a. Definisi, kriteria pengakuan, dan konsep pengukuran untuk aset, liabilitas, penghasilan, dan dana syirkah beban temporer, dalam ekuitas, Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah. b. Persyaratan dan panduan dalam SAK umum yang sesuai dengan SAK Syariah, yang berhubungan dengan masalah serupa dan terkait. c. Standar akuntansi terkini yang dikeluarkan oleh badan penyusun standar akuntansi lain yang menggunakan kerangka dasar yang sama untuk mengembangkan standar akuntansi, literatur akuntansi lain, dan praktik akuntansi industri yang berlaku, sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip Syariah. G. Penyajian 01. Laporan Keuangan harus menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, dan perubahan posisi keuangan disertai pengungkapan yang diharuskan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 02. Aset disajikan berdasarkan karakteristiknya menurut urutan likuiditas, liabilitas disajikan menurut urutan jatuh temponya, dan dana syirkah temporer disajikan dalam unsur tersendiri. 03. Saldo transaksi sehubungan dengan kegiatan operasi normal Bank disajikan dan diungkapkan secara terpisah antara pihakpihak berelasi dan pihak-pihak tidak berelasi. Dalam hal ini yang dimaksud dengan pihak yang berelasi adalah termasuk pihak-pihak terkait sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. 04. Disamping hal-hal di atas, penyajian Laporan Keuangan bagi Bank wajib mengikuti ketentuan yang dikeluarkan Bank Indonesia, sedangkan bagi Bank yang telah go public wajib pula mengikuti ketentuan yang dikeluarkan oleh otoritas pasar modal. 2.3 125 Lanjutan Lampiran 1 H. Konsistensi Penyajian 01. Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam Laporan Keuangan antar periode harus konsisten, kecuali: a. setelah terjadi perubahan yang signifikan terhadap sifat operasi perbankan Syariah atau kaji-ulang atas Laporan Keuangan, terlihat secara jelas bahwa penyajian atau klasifikasi lain akan lebih tepat untuk digunakan, dengan mempertimbangkan kriteria dalam penentuan dan penerapan kebijakan akuntansi; atau b. perubahan tersebut diperkenankan oleh suatu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). 02. Apabila penyajian atau klasifikasi pos-pos dalam Laporan Keuangan diubah, maka penyajian periode sebelumnya perlu direklasifikasi untuk memastikan daya banding, sifat, jumlah dan alasan reklasifikasi tersebut juga harus diungkapkan. Dalam hal reklasifikasi dianggap tidak praktis maka cukup diungkapkan alasannya. I. Materialitas dan Agregasi 01. Penyajian Laporan Keuangan didasarkan pada konsep materialitas. 02. Pos-pos yang jumlahnya material disajikan tersendiri dalam Laporan Keuangan, sedangkan yang jumlahnya tidak material dapat digabungkan sepanjang memiliki sifat atau fungsi yang sejenis. 03. Informasi dianggap material apabila kelalaian untuk mencantumkan (ommission) atau kesalahan dalam mencatat (misstatement) informasi tersebut dapat mempengaruhi pengguna laporan dalam pengambilan keputusan ekonomi. J. Saling Hapus Pos-pos aset, liabilitas, dan dana syirkah temporer serta pendapatan dan beban tidak boleh disaling-hapuskan, kecuali disyaratkan atau diizinkan oleh suatu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). 2.4 126 Lanjutan Lampiran 1 K. Periode Pelaporan 01. Laporan Keuangan wajib disajikan secara tahunan berdasarkan tahun takwim. 02. Dalam hal Bank baru berdiri, Laporan Keuangan dapat disajikan untuk periode yang lebih pendek dari satu tahun takwim. Selain itu, untuk kepentingan pihak lainnya, Bank dapat membuat dua laporan yaitu dalam tahun takwim dan periode efektif dengan mencantumkan: a. Alasan penggunaan periode pelaporan selain periode satu tahunan; b. Fakta bahwa jumlah yang tercantum dalam Laporan Posisi Keuangan, Laporan Laba Rugi Komprehensif, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi Hasil, Laporan Sumber dan Penyaluran Dana Zakat, Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan, dan Catatan Atas Laporan Keuangan tidak dapat dibandingkan. L. Informasi Komparatif 01. Laporan Posisi Keuangan tahunan dan interim harus disajikan secara komparatif dengan periode akhir pada tahun sebelumnya. Sedangkan untuk Laporan Laba Rugi Komprehensif interim harus mencakup periode sejak awal tahun buku sampai dengan akhir periode interim yang dilaporkan. 02. Informasi komparatif yang bersifat naratif dan deskriptif dari Laporan Keuangan periode sebelumnya wajib diungkapkan kembali apabila relevan untuk pemahaman Laporan Keuangan periode berjalan. 03. Tambahan Laporan Posisi Keuangan harus disajikan untuk posisi awal periode sajian, jika: a. Menerapkan kebijakan akuntansi secara retrospektif; b. Membuat penyajian kembali secara retrospektif akibat koreksi kesalahan; atau c. Membuat reklasifikasi pos-pos dalam Laporan Keuangan. 2.5 127 Lanjutan Lampiran 1 M. Laporan Keuangan Interim 01. Laporan Keuangan interim adalah Laporan Keuangan yang diterbitkan di antara dua laporan tahunan dan harus dipandang sebagai bagian integral dari laporan periode tahunan. Penyusunan Laporan Keuangan interim dapat dilakukan secara bulanan, triwulan atau periode yang lain yang kurang dari satu tahun. 02. Laporan Keuangan interim memuat komponen yang sama seperti Laporan Keuangan tahunan. 03. Ilustrasi periode komparatif Laporan Keuangan interim: Periode interim Periode komparatif 30 Jun 2013 31 Des 2012 Untuk periode 6 bulan 1 Jan s.d. 30 Jun 1 Jan s.d. 30 Jun Untuk periode 3 bulan 2013 2012 1 Apr s.d 30 Jun 1 Apr s.d 30 Jun 2013 2012 1 Jan s.d. 30 Jun 1 Jan s.d. 30 Jun 2013 2012 1 Jan s.d. 30 Jun 1 Jan s.d. 30 Jun 2013 2012 Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi 1 Jan s.d. 30 Jun 1 Jan s.d. 30 Jun Hasil 2013 2012 Laporan Sumber dan Penyaluran Dana 1 Jan s.d. 30 Jun 1 Jan s.d. 30 Jun Zakat 2013 2012 Laporan Sumber dan Penggunaan Dana 1 Jan s.d. 30 Jun 1 Jan s.d. 30 Jun Kebajikan 2013 2012 Laporan Posisi Keuangan Laporan Laba Rugi Komprehensif Laporan Perubahan Ekuitas Laporan Arus Kas N. Laporan Keuangan Konsolidasian 01. Laporan Keuangan Konsolidasian adalah Laporan Keuangan suatu kelompok usaha yang disajikan sebagai suatu entitas ekonomi tunggal. 02. Agar Laporan Keuangan Konsolidasian dapat menyajikan informasi keuangan dari kelompok usaha tersebut sebagai satu kesatuan ekonomi, maka perlu dilakukan hal-hal berikut ini: a. Transaksi dan saldo resiprokal antara Bank (entitas induk) dan entitas anak harus dieliminasi. b. Keuntungan dan kerugian yang belum direalisasi, yang timbul dari transaksi antara Bank dan entitas anak harus dieliminasi. 2.6 128 Lanjutan Lampiran 1 c. Laporan Keuangan Bank dan entitas anak harus disusun dengan tanggal yang sama. Jika tanggal menyusun Laporan Keuangan tersebut berbeda, maka: i. Entitas anak menyusun Laporan Keuangan tambahan untuk tujuan konsolidasi dengan tanggal yang sama dengan entitas induk. ii. Jika tidak praktis, Laporan Keuangan entitas anak disusun dengan tanggal berbeda dengan entitas induk sepanjang perbedaan tanggal tersebut tidak melebihi tiga bulan, lamanya periode pelaporan dan perbedaan antar akhir periode pelaporan adalah sama dari periode ke periode, dan dilakukan atas dampak signifikan yang terjadi Keuangan entitas anak dilakukan transaksi penyesuaian atau peristiwa antara tanggal Laporan dengan tanggal Laporan disusun dengan Keuangan Bank. d. Laporan Keuangan Konsolidasian menggunakan kebijakan akuntansi yang sama untuk transaksi, peristiwa dan keadaan yang sama atau sejenis. e. Kepentingan non-pengendali disajikan dalam ekuitas secara terpisah dari kepentingan Bank sebagai entitas induk. 2.7 129 Lanjutan Lampiran 1 II.2 KETERBATASAN LAPORAN KEUANGAN Laporan Keuangan memiliki keterbatasan, antara lain: 01. Bersifat historis yang menunjukkan transaksi dan peristiwa yang telah lampau. 02. Bersifat umum, baik dari sisi informasi maupun manfaat bagi pihak pengguna. Biasanya informasi khusus yang dibutuhkan oleh pihak tertentu tidak dapat secara langsung dipenuhi semata-mata dari Laporan Keuangan saja. 03. Tidak luput dari penggunaan berbagai pertimbangan dan taksiran. 04. Hanya melaporkan informasi yang material. 05. Bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian. Apabila terdapat beberapa kemungkinan yang tidak pasti mengenai penilaian suatu pos, maka dipilih alternatif yang menghasilkan laba bersih atau nilai aset yang paling kecil. 06. Lebih menekankan pada penyajian suatu peristiwa atau transaksi sesuai substansi dan realitas ekonomi daripada bentuk hukumnya (formalitas). 07. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan sehingga, menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber daya ekonomi dan tingkat kesuksesan antar bank. 2.8 130 Lanjutan Lampiran 1 II.3 METODE PENCATATAN TRANSAKSI MATA UANG ASING 01. Transaksi dalam mata uang asing dijabarkan ke dalam Rupiah dengan menggunakan kurs laporan (penutupan) yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, yaitu kurs tengah yang merupakan ratarata kurs beli dan kurs jual berdasarkan Reuters pada pukul 16.00 WIB setiap hari. 02. Dalam melakukan pencatatan transaksi mata uang asing terdapat dua metode yangdapat digunakan yaitu: a. Single currency (satu jenis mata uang). b. Multi currency (lebih dari satu jenis mata uang). 03. Single currency adalah pencatatan transaksi mata uang asing dengan membukukan langsung ke dalam mata uang dasar (base currency) yang digunakan yaitu mata uang Rupiah/Indonesian Rupiah (IDR). Karakteristik dari single currency adalah sebagai berikut: a. Laporan Posisi Keuangan yang diterbitkan hanya dalam mata uang Rupiah; b. Saldo pos dalam mata uang asing dicatat secara extracomptable; c. Penjurnalan tidak menggunakan pos-pos perantara mata uang asing; d. Penjabaran (revaluasi) saldo pos mata uang asing dilakukan langsung per pos yang bersangkutan. 04. Multi currency adalah pencatatan transaksi mata uang asing dengan membukukan langsung ke dalam mata uang asing asal (original currency) yang digunakan pada transaksi tersebut. Karakteristik dari multi currency adalah sebagai berikut: a. Laporan Posisi Keuangan dapat diterbitkan dalam setiap mata uang asing asal (original currency) yang digunakan; b. Untuk mengetahui posisi keuangan gabungan seluruh mata uang, diterbitkan Laporan Posisi Keuangan dalam mata uang dasar (base currency); c. Penjurnalan menggunakan pos perantara; dan d. Penjabaran (revaluasi) saldo pos mata uang asing dilakukan melalui pos perantara mata uang asing. Penjabaran ekuivalen Rupiah dari pos-pos tersebut hanya dilakukan 2.9 131 Lanjutan Lampiran 1 dalam rangka pelaporan Laporan Posisi Keuangan. 05. Pencatatan beban dan pendapatan mata uang asing dilakukan sebagai berikut: a. Jika menggunakan single currency Seluruh beban dan pendapatan mata uang asing dicatat dalam Rupiah. b. Jika menggunakan multi currency i. Seluruh beban dan pendapatan mata uang asing dicatat dalam mata uang asal. ii. Agar saldo beban dan pendapatan mata uang asing tidak menimbulkan selisih kurs maka pada setiap akhir hari, saldo pos beban dan pendapatan mata uang asing tersebut dipindahbukukan ke pos beban dan pendapatan Rupiah. 06. Contoh transaksi valuta asing yang pencatatannya dilakukan dengan dua sistem, yaitu single currency dan multi currency. a. Bank melakukan beberapa transaksi valuta asing sebagai berikut: i. Pembelian bank notes USD sebesar USD200, pembayaran dilakukan secara tunai/kas. ii. Nasabah setor Rupiah/tunai untuk keuntungan rekening giro USD sebesar USD200. iii. Pembelian bank notes SGD sebesar SGD1.000, pembayaran dilakukan atas keuntungan rekening giro Rupiah nasabah. iv. Pembelian bank notes HKD sebesar HKD1.000, pembayaran dilakukan atas keuntungan rekening giro Rupiah nasabah. v. Penjualan bank notes USD sebesar USD100, disetor atas beban rekening tabungan nasabah. b. Catatan kurs yang terjadi adalah sebagai berikut: Mata uang asing Kurs beli Bank Kurs jual Bank Kurs tengah BI USD1 Rp8.000 Rp8.500 Rp8.300 SGD1 Rp4.900 Rp5.100 Rp5.000 HKD1 Rp1.080 Rp1.090 Rp1.085 2.10 132 Lanjutan Lampiran 1 c. Catatan kurs untuk penilaian/revaluasi valuta asing sesuai dengan kurs yang ditetapkan oleh Bank Indonesia adalah: Mata uang asing Kurs revaluasi USD1 Rp8.400 SGD1 Rp5.100 HKD1 Rp1.084 07. Kurs pembukuan menggunakan kurs tengah yang ditetapkan Bank Indonesia a. i. Menggunakan sistem single currency Db Bank notes (USD200 x Rp8.300) Kr Kas Rupiah (USD200 x Rp8.000) Rp1.600.000 Kr Pendapatan Rp60.000 selisih Rp1.660.000 kurs transaksi ii. Db Kas Rupiah (USD200 x 8.500) Kr Giro USD (USD200 x 8.300) Kr Pendapatan selisih Rp1.700.000 Rp1.660.000 kurs Rp40.000 transaksi iii. Db Bank notes SGD (SGD1.000 x Rp5.000.000 5.000) Kr Giro Rupiah (SGD1.000 x 4.900) Rp4.900.000 Kr Pendapatan Rp100.000 selisih kurs transaksi iv. Db Bank notes HKD (HKD1.000 x Rp1.085.000 1.085) Kr Giro Rupiah (HKD1.000 x 1.080) Rp1.080.000 Kr Pendapatan Rp5.000 selisih kurs transaksi v. Db Tabungan (USD100 x 8.500) Kr Bank notes USD Rp850.000 (USD100 x Rp830.000 8.300) Kr Pendapatan selisih kurs Rp20.000 transaksi 2.11 133 Lanjutan Lampiran 1 b. i. Menggunakan system multi currency Db Bank notes USD200 Kr Rekening Perantara USD Db Rekening Perantara Rupiah Kr Kas Rupiah Kr Pendapatan USD200 Rp1.660.000 Rp1.600.000 selisih kurs Rp60.000 transaksi ii. Db Kas Rupiah Rp1.700.000 Kr Rekening Perantara Rupiah Kr Pendapatan selisih Rp1.660.000 kurs Rp40.000 transaksi iii. Db Rekening Perantara USD Kr Giro USD Db Bank notes SGD Kr Rekening Perantara SGD Db Rekening Perantara Rupiah Kr Giro Rupiah Kr Pendapatan USD.200 USD.200 SGD.1.000 SGD.1.000 Rp5.000.000 Rp4.900.000 selisih kurs Rp100.000 transaksi iv. Db Bank notes HKD HKD1.000 Kr Rekening Perantara HKD Db Rekening Perantara Rupiah Kr Giro Rupiah Kr Pendapatan HKD1.000 Rp1.085.000 Rp1.080.000 selisih kurs Rp5.000 transaksi v. Db Tabungan Rp850.000 Kr Rekening Perantara Rupiah Kr Pendapatan selisih Rp830.000 kurs Rp20.000 transaksi Db Rekening Perantara USD Kr Bank notes USD USD100 USD100 2.12 134 Lanjutan Lampiran 1 08. Kurs pembukuan menggunakan kurs transaksi Bank a. i. ii. iii. Menggunakan sistem single currency Db Bank notes (USD200 x 8.000) Rp1.600.000 Kr Kas Rupiah Db Kas Rupiah Kr Giro USD (USD200 x 8.500) Db Bank notes SGD (SGD1.000 x Rp4.900.000 Rp1.600.000 Rp1.700.000 Rp1.700.000 4.900) iv. Kr Giro Rupiah Rp4.900.000 Db Bank notes HKD (HKD1000 x Rp1.080.000 1.080) v. Kr Giro Rupiah Db Tabungan Kr Bank notes USD (USD1.000 x Rp1.080.000 Rp850.000 Rp850.000 8.500) b. i. ii. iii. iv. Menggunakan sistem multi currency Db Bank notes USD Kr Rekening Perantara USD Db Rekening Perantara Rupiah Kr Kas Rupiah Db Kas Rupiah Kr Rekening Perantara Rupiah Db Rekening Perantara USD Kr Giro USD Db Bank notes SGD Kr Rekening Perantara SGD Db Rekening Perantara Rupiah Kr Giro Rupiah Db Bank notes HKD Kr Rekening Perantara HKD Db Rekening Perantara Rupiah Kr Giro Rupiah USD200 USD200 Rp1.600.000 Rp1.600.000 Rp1.700.000 Rp1.700.000 USD200 USD200 SGD1.000 SGD1.000 Rp4.900.000 Rp4.900.000 HKD1.000 HKD1.000 Rp.1.080.000 Rp.1.080.000 2.13 135 Lanjutan Lampiran 1 v. Db Tabungan Rp850.000 Kr Rekening Perantara Rupiah Db Rekening Perantara USD Kr Bank notes USD Rp850.000 USD100 USD100 09. Jurnal pembukuan penilaian/revaluasi valuta asing a. Kurs pembukuan menggunakan kurs tengah yang ditetapkan Bank Indonesia i. Menggunakan sistem single currency 1) Posisi saldo rekening valuta asing adalah sebagai berikut: Bank notes USD sebesar USD100 = Rp Bank notes 830.000 SGD sebesar = Rp 5.000.000 HKD sebesar = Rp 1.085.000 SGD1.000 Bank notes HKD1.000 Giro USD sebesar USD.200 2) = Rp 1.660.000 Jurnal pembukuan penilaian: a) Db Bank notes USD100 Bank notes USD (USD100 x Rp 840.000 8.400) Kr Bank notes USD Rp 830.000 Kr Keuntungan selisih kurs Rp 10.000 b) Db Bank notes SGD1.000 Bank notes SGD (SGD1.000 x Rp 5.100.000 5.100) Kr Bank notes SGD Rp 5.000.000 Kr Keuntungan selisih kurs Rp c) Db 100.000 Bank notes HKD1.000 Bank notes HKD (HKD.1000 x Rp 1.084.000 1.084) Db Kerugian selisih kurs Rp Kr Bank notes HKD Rp 1.085.000 d) 1.000 Giro USD200 Db Giro USD Rp 1.660.000 Db Kerugian selisih kurs Rp Kr Giro USD (USD200 x 8.400) Rp 1.680.000 20.000 2.14 136 Lanjutan Lampiran 1 ii. Menggunakan sistem multi currency 1) Saldo rekening posisi valuta asing, tergambar dalam tabel berikut: Mata Saldo posisi uang Rupiah Rupiah lama baru Laba rugi USD 100 D 830.000 D 840.000 D 10.000 R SGD 1.000 K 5.000.000 K 5.100.000 K 100.000 L HKD 1.000 K 1.085.000 K 1.084.000 K 1.000 R 5.255.000 D 5.255.000 D 5.255.000 D IDR 89.000 D 2) b. 0 89.000 L Jurnal pembukuan penilaian: Db Posisi Rupiah Rp 89.000 Kr Keuntungan selisih kurs Rp 89.000 Kurs pembukuan menggunakan kurs transaksi Bank i. Menggunakan sistem single currency 1) Posisi saldo rekening valuta asing adalah sebagai berikut: Bank notes USD sebesar USD100 = Rp Bank notes 750.000 SGD sebesar = Rp 4.900.000 HKD sebesar = Rp 1.080.000 SGD1.000 Bank notes HKD1.000 Giro USD sebesar USD200 2) = Rp 1.700.000 Jurnal pembukuan penilaian: a) Db Bank notes USD100 Bank notes USD (USD100 x Rp 840.000 8.400) Kr Bank notes USD Rp 750.000 Kr Keuntungan selisih kurs Rp 90.000 b) Db Bank notes SGD1.000 Bank notes SGD (SGD1.000 x Rp 5.100.000 5.100) Kr Bank notes SGD Rp 4.900.000 Kr Keuntungan selisih kurs Rp 200.000 2.15 137 Lanjutan Lampiran 1 c) Db Bank notes HKD1.000 Bank notes HKD (HKD1.000 x Rp 1.084.000 1.084) Kr Keuntungan selisih kurs Rp Kr Bank notes HKD Rp 1.080.000 d) ii. 4.000 Giro USD200 Db Giro USD Rp 1.700.000 Kr Keuntungan selisih kurs Rp Kr Giro USD (USD200 x 8.400) Rp 1.680.000 20.000 Menggunakan sistem multi currency 1) Saldo rekening posisi valuta asing, tergambar dalam tabel sebagai berikut: Mata uang Rupiah Rupiah lama baru Laba rugi USD 100 D 950.000 D 840.000 D 110.000L SGD 1.000 K 4.900.000 K 5.100.000 K 200.000L HKD 1.000 K 1.080.000 K 1.084.000 K 4.000L 5.030.000 D 5.030.000 D 5.030.000 D 0 0 314.000 D 314.000L IDR 2) Saldo posisi Jurnal pembukuan revaluasi Db Posisi Rupiah Rp 314.000 Kr Keuntungan selisih kurs Rp 314.000 2.16 138 Lanjutan Lampiran 1 BAGIAN III KETERTERAPAN PSAK 50, 55, DAN 60 III.1 DEFINISI INSTRUMEN KEUANGAN 01. Instrumen keuangan adalah setiap kontrak yang menambah nilai aset keuangan dan liabilitas keuangan entitas atau instrumen ekuitas entitas lain. 02. Aset keuangan adalah setiap aset yang berbentuk: a. Kas. b. Instrumen ekuitas yang diterbitkan oleh entitas lain. c. Hak kontraktual untuk: i. menerima kas atau aset keuangan lainnya dari entitas lain, atau ii. mempertukarkan aset keuangan atau liabilitas keuangan dengan entitas lain dengan kondisi yang berpotensi menguntungkan. d. Kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dengan menggunakan instrumen ekuitas yang diterbitkan oleh entitas dan merupakan: i. non-derivatif di mana entitas harus atau mungkin diwajibkan untuk menerima suatu jumlah yang bervariasi dari instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas; atau ii. derivatif yang akan atau mungkin diselesaikan selain dengan mempertukarkan sejumlah tertentu kas atau aset keuangan lain dengan sejumlah tertentu instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas. 03. Liabilitas keuangan adalah setiap liabilitas yang berupa: a. Kewajiban kontraktual: i. untuk menyerahkan kas atau aset keuangan lain kepada entitas lain; atau ii. untuk mempertukarkan aset keuangan atau liabilitas keuangan dengan entitas lain dengan kondisi yang berpotensi merugikan entitas tersebut. b. Kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dengan menggunakan instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas dan merupakan suatu: 3.1 139 Lanjutan Lampiran 1 i. non-derivatif di mana diwajibkan untuk entitas harus menyerahkan suatu atau mungkin jumlah yang bervariasi dari instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas; atau ii. derivatif yang akan atau mungkin diselesaikan selain dengan mempertukarkan sejumlah tertentu kas atau aset keuangan lain dengan sejumlah tertentu instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas. 04. Instrumen ekuitas adalah setiap kontrak yang memberikan hak residual atas aset suatu entitas setelah dikurangi dengan seluruh liabilitasnya. 3.2 140 Lanjutan Lampiran 1 III.2 KLASIFIKASI A. Aset Keuangan Aset keuangan selain sukuk dapat diklasifikasikan ke dalam empat kategori sebagai berikut: 01. Diukur pada nilai wajar melalui laba rugi. Persyaratannya adalah: a. Aset keuangan untuk tujuan diperdagangkan (trading); atau b. Aset keuangan yang pada saat pengakuan awal telah ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui laba rugi (fair value option). Contoh aset keuangan yang dimiliki Bank dalam kategori ini antara lain reksadana Syariah dan forward. 02. Dimiliki hingga jatuh tempo. Persyaratannya adalah: a. Aset keuangan non-derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan, dan jatuh temponya telah ditetapkan; dan b. Entitas mempunyai intensi positif dan kemampuan untuk memiliki aset keuangan tersebut hingga jatuh tempo. 03. Pinjaman yang diberikan dan piutang. Persyaratannya adalah: a. Aset keuangan non-derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan; dan b. Tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif. Contoh aset keuangan yang dimiliki Bank dalam kategori ini antara lain pembiayaan murabahah yang menggunakan metode anuitas dan tagihan reverse repo Syariah. 04. Tersedia untuk dijual. Persyaratannya adalah: a. Aset keuangan non-derivatif yang ditetapkan sebagai tersedia untuk dijual; atau b. Aset keuangan non-derivatif yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai diukur pada nilai wajar melalui laba rugi, dimiliki hingga jatuh tempo, atau pinjaman yang diberikan dan piutang. 3.3 141 Lanjutan Lampiran 1 Contoh aset keuangan yang dimiliki Bank dalam kategori ini antara lain reksadana Syariah dan penyertaan. B. Liabilitas Keuangan Liabilitas keuangan selain sukuk dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori sebagai berikut: 01. Diukur pada nilai wajar melalui laba rugi. Persyaratannya adalah: a. Liabilitas keuangan untuk tujuan diperdagangkan (trading); atau b. Liabilitas keuangan yang pada saat pengakuan awal telah ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui laba rugi (fair value option). Contoh liabilitas keuangan yang dimiliki Bank dalam kategori ini antara lain forward yang diterbitkan. 02. Diukur pada biaya perolehan diamortisasi. Persyaratannya adalah liabilitas keuangan yang tidak termasuk dalam kategori diukur pada nilai wajar melalui laba rugi. Contoh liabilitas keuangan yang dimiliki Bank dalam kategori ini antara lain kewajiban segera. 3.4 142 Lanjutan Lampiran 1 III.3 PENGAKUAN DAN PENGUKURAN A. Pengakuan dan Penghentian-Pengakuan 01. Aset keuangan diakui pada saat Bank terikat dengan ketentuan dalam perjanjian. Khusus untuk aset keuangan yang diperoleh di pasar reguler diakui pada tanggal perdagangan (trading date). 02. Aset keuangan dihentikan-pengakuannya jika: a. hak kontraktual atas arus kas yang berasal dari aset keuangan tersebut telah berakhir; atau b. telah ditransfer dan transfer tersebut memenuhi kriteria penghentian pengakuan. 03. Liabilitas keuangan diakui pada saat Bank terikat dengan ketentuan dalam perjanjian. 04. Liabilitas keuangan dihentikan-pengakuannya ketika liabilitas keuangan berakhir, yaitu diselesaikan, dilepaskan, dibatalkan, atau kadaluarsa. B. Pengukuran 01. Aset keuangan dalam kategori ‘diukur pada nilai wajar melalui laba rugi’. a. Pada saat pengakuan awal, aset keuangan diukur pada nilai wajar, dimana biaya transaksi yang terjadi diakui sebagai beban. b. Pada pengukuran selanjutnya, aset keuangan tersebut diukur pada nilai wajar dimana perubahannya diakui di laba rugi. 02. Aset keuangan dalam kategori ‘tersedia untuk dijual’. a. Pada saat pengakuan awal, aset keuangan diukur pada nilai wajar ditambah biaya transaksi. b. Pada pengukuran selanjutnya, aset keuangan tersebut diukur pada nilai wajar dimana perubahannya diakui di penghasilan komprehensif lain. 03. Aset keuangan dalam kategori ‘dimiliki hingga jatuh tempo’. a. Pada saat pengakuan awal, aset keuangan diukur pada nilai wajar ditambah biaya transaksi. 3.5 143 Lanjutan Lampiran 1 b. Pada pengukuran selanjutnya, aset keuangan tersebut diukur pada biaya perolehan yang diamortisasi dengan menggunakan effective rate. 04. Aset keuangan dalam kategori ‘pinjaman yang diberikan dan piutang’. a. Pada saat pengakuan awal, aset keuangan diukur pada nilai wajar ditambah biaya transaksi. b. Pada pengukuran selanjutnya, aset keuangan tersebut diukur pada biaya perolehan yang diamortisasi dengan menggunakan effective rate. 05. Liabilitas keuangan dalam kategori ‘diukur pada nilai wajar melalui laba rugi’. a. Pada saat pengakuan awal, liabilitas keuangan diukur pada nilai wajar, dimana biaya transaksi yang terjadi diakui sebagai beban. b. Pada pengukuran selanjutnya, liabilitas keuangan tersebut diukur pada nilai wajar dimana perubahannya diakui di laba rugi. 06. Liabilitas keuangan dalam kategori ‘diukur pada biaya perolehan diamortisasi’. a. Pada saat pengakuan awal, liabilitas keuangan diukur pada nilai wajar ditambah biaya transaksi. b. Pada pengukuran selanjutnya, liabilitas keuangan tersebut diukur pada biaya perolehan yang diamortisasi dengan menggunakan effective rate. C. Penurunan Nilai 01. Penurunan nilai adalah suatu kondisi dimana terdapat bukti obyektif terjadinya peristiwa yang merugikan sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa yang terjadi setelah pengakuan awal aset keuangan. Peristiwa yang merugikan tersebut berdampak pada estimasi arus kas masa datang. 02. Peristiwa-peristiwa yang merugikan antara lain: a. Kesulitan keuangan signifikan yang dialami penerbit atau pihak peminjam (nasabah). 3.6 144 Lanjutan Lampiran 1 b. Pelanggaran kontrak, seperti terjadinya wanprestasi atau tunggakan pembayaran pokok atau bagi hasil/marjin/ujrah. c. Pemberian keringanan pada pihak peminjam (nasabah) yang tidak mungkin diberikan jika pihak peminjam (nasabah) tidak mengalami kesulitan. d. Terdapat kemungkinan pihak peminjam (nasabah) akan dinyatakan pailit atau melakukan reorganisasi keuangan lain. e. Hilangnya pasar aktif dari aset keuangan akibat kesulitan keuangan. f. Data yang dapat diobservasi mengindikasikan adanya penurunan estimasi arus kas masa depan dari kelompok aset keuangan, meskipun belum dapat diidentifikasi secara individual, termasuk: i. memburuknya status pembayaran pihak peminjam (nasabah) dalam kelompok. ii. kondisi ekonomi nasional atau lokal yang berkorelasi dengan wanprestasi atas aset dalam kelompok. 03. Aset keuangan dalam kategori ‘diukur pada nilai wajar melalui laba rugi’ tidak diterapkan ketentuan penurunan nilai. Sedangkan aset keuangan dalam kategori ‘tersedia untuk dijual, dimiliki hingga jatuh tempo, pinjaman yang diberikan dan piutang’ diterapkan ketentuan penurunan nilai. 04. Penurunan nilai diakui di laba rugi. Untuk pembalikan dari penurunan nilai diakui juga di laba rugi, kecuali untuk instrumen ekuitas pembalikan tersebut diakui di penghasilan komprehensif lain. D. Nilai Wajar 01. Nilai wajar ditentukan dengan hirarki sebagai berikut: a. Kuotasi harga di pasar aktif dimana harga kuotasi tersedia sewaktu-waktu dan dapat diperoleh secara rutin, dan harga tersebut mencerminkan transaksi pasar yang aktual dan rutin dalam suatu transaksi yang wajar. 3.7 145 Lanjutan Lampiran 1 b. Teknik penilaian yang meliputi penggunaan harga transaksitransaksi wajar yang paling kini dan referensi nilai wajar instrumen lain yang secara substansi sama. 3.8 146 Lanjutan Lampiran 1 III.4 ESTIMASI PENURUNAN NILAI KOLEKTIF DENGAN KETERBATASAN PENGALAMAN KERUGIAN SPESIFIK A. Cakupan 01. Penerapan estimasi ini hanya berlaku untuk penurunan nilai aset keuangan dalam bentuk Pembiayaan dalam yang dilakukan secara kolektif (collective impairment). 02. Penerapan estimasi ini hanya dapat dilakukan oleh Bank-Bank tertentu yang memiliki kondisi keterbatasan sebagaimana pada huruf C. B. Penerapan 01. Evaluasi penurunan nilai harus dilakukan berdasarkan suatu proses estimasi yang dapat menghasilkan satu nilai kerugian atau kisaran nilai kerugian terbaik yang mungkin terjadi. Estimasi penurunan nilai secara kolektif terhadap kelompok aset keuangan dimaksud didasarkan pada kerugian historis yang pernah dialami aset keuangan yang memiliki karakteristik risiko kredit yang serupa dengan karakteristik risiko kredit kelompok aset keuangan tersebut. Jika Bank tidak atau kurang memiliki pengalaman kerugian yang spesifik, maka Bank juga dapat menggunakan pengalaman peer group atas kelompok aset keuangan yang sebanding. 02. Dalam hal Bank belum dapat melakukan proses estimasi yang memadai dan belum memiliki data kerugian historis yang memadai untuk menentukan besarnya penurunan nilai atas Pembiayaan secara kolektif sesuai persyaratan dalam PSAK 55, termasuk pedoman pelaksanaannya dan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI), maka pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) dapat menggunakan estimasi yang didasarkan pada ketentuan Bank Indonesia yang berlaku mengenai Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum Syariah. Acuan pada ketentuan Bank Indonesia dilakukan dengan pertimbangan bahwa penyusunan ketentuan tersebut telah didasarkan pada analisis kondisi perbankan di Indonesia mengenai estimasi 3.9 147 Lanjutan Lampiran 1 besarnya kebutuhan pencadangan yang didasarkan pada probability of default dan kerugian historis. 03. Penerapan estimasi ini dilakukan setelah Bank melakukan proses sebagai berikut: a. Bank harus mengklasifikasikan Pembiayaan yang akan dievaluasi secara kolektif; dan b. Bank harus mengevaluasi terdapatnya bukti obyektif mengenai penurunan nilai secara periodik atas Pembiayaan yang dinilai secara kolektif tersebut. 04. Pembentukan CKPN atas Pembiayaan secara kolektif sebagaimana dimaksud pada angka 02. di atas dilakukan dengan mengacu pada pembentukan cadangan umum dan cadangan khusus sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum Syariah, yaitu sebagai berikut: a. 1% atas Pembiayaan yang memenuhi kualitas Lancar, kecuali untuk bagian Pembiayaan yang dijamin dengan agunan tunai sesuai ketentuan Bank Indonesia dimaksud; b. 5% atas Pembiayaan yang memenuhi kualitas Dalam Perhatian Khusus setelah dikurangi nilai agunan sesuai ketentuan Bank Indonesia dimaksud; c. 15% atas Pembiayaan yang memenuhi kualitas Kurang Lancar setelah dikurangi nilai agunan sesuai ketentuan Bank Indonesia dimaksud; d. 50% atas Pembiayaan yang memenuhi kualitas Diragukan setelah dikurangi nilai agunan sesuai ketentuan Bank Indonesia dimaksud; dan/atau e. 100% atas Pembiayaan yang memenuhi kualitas Macet setelah dikurangi nilai agunan sesuai ketentuan Bank Indonesia dimaksud. 05. Perhitungan CKPN sebagaimana pada angka 04. di atas dihitung atas dasar jumlah tercatat berdasarkan biaya perolehan diamortisasi. 3.10 148 Lanjutan Lampiran 1 C. Kondisi Keterbatasan 01. Bank dapat menerapkan estimasi penurunan nilai Pembiayaan secara kolektif sebagaimana pada huruf B angka 04. di atas sepanjang berada dalam kondisi berikut: a. Bank tidak atau kurang memiliki data tentang pengalaman kerugian yang spesifik dan andal untuk menentukan besarnya penurunan nilai Pembiayaan secara kolektif; dan b. Tidak terdapat data pengalaman kerugian historis dari peer group atas kelompok Pembiayaan yang sebanding sebagai dasar untuk menentukan besarnya penurunan nilai atas Pembiayaan secara kolektif. 02. Bank yang tidak menghadapi kondisi sebagaimana pada angka 01. di atas, tidak diperkenankan untuk menggunakan estimasi penurunan nilai Pembiayaan secara kolektif sebagaimana pada huruf B. angka 04. di atas. 03. Bank harus melakukan penilaian sendiri (self assessment) atas terdapat atau tidaknya kondisi sebagaimana pada angka 01. di atas yang memungkinkan Bank menerapkan estimasi penurunan nilai Pembiayaan secara kolektif sebagaimana pada huruf B. angka 04. 04. Bank harus menyusun dan mendokumentasikan hal-hal berikut: a. Hasil self-assessment sebagaimana dimaksud pada angka 03. untuk menerapkan estimasi penurunan nilai Pembiayaan secara kolektif; b. Rencana tindak (action plan) yang memuat langkah-langkah yang akan dilakukan untuk memperoleh data tentang pengalaman kerugian spesifik atau kerugian historis dari peer group atas Pembiayaan secara kolektif dengan memperhatikan batas waktu sebagaimana pada huruf D.; dan c. Progres pemenuhan rencana tindak paling kurang secara triwulanan. 3.11 149 Lanjutan Lampiran 1 D. Periode Penerapan Estimasi Estimasi penurunan nilai Pembiayaan secara kolektif sebagaimana pada huruf B. angka 04. dapat diterapkan paling lambat sampai dengan 31 Desember 2014. Terhitung sejak 1 Januari 2015, Bank harus mengukur penurunan nilai dan membentuk CKPN atas Pembiayaan secara kolektif dengan menggunakan data pengalaman kerugian spesifik atau kerugian historis dari peer group. E. Pengungkapan Bank yang menerapkan estimasi penurunan nilai Pembiayaan secara kolektif sebagaimana pada huruf B. harus mengungkapkan hal tesebut dalam kebijakan akuntansi pada Catatan Atas Laporan Keuangan. 3.12 150 Lanjutan Lampiran 1 BAGIAN IV AKAD JUAL BELI IV.1 MURABAHAH A. Definisi 01. Murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar beban perolehan ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan beban perolehan barang tersebut kepada pembeli. 02. Pembiayaan Murabahah, adalah Penyediaan dana dari Bank kepada nasabah untuk membeli barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli (nasabah) dan pembeli (nasabah) membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan Bank yang disepakati. 03. Aset Murabahah adalah aset yang diperoleh dengan tujuan untuk dijual kembali dengan menggunakan akad Murabahah. 04. Diskon harga beli adalah pengurangan harga atau penerimaan dalam bentuk apapun yang diperoleh pihak pembeli (nasabah) dari pemasok. 05. Harga perolehan adalah harga beli barang oleh Bank sebelum dikurangi uang muka dari nasabah. 06. Potongan piutang Murabahah adalah pengurangan kewajiban pembeli (nasabah) yang diberikan oleh pihak penjual (Bank). 07. Uang muka (urbun) adalah jumlah yang dibayar oleh pembeli (nasabah) kepada penjual sebagai bukti komitmen untuk membeli barang dari penjual. B. Dasar Pengaturan 01. PSAK 102 tentang Akuntansi Murabahah. 02. PSAK 55 (2011) tentang Instrumen Keuangan : Pengakuan dan Pengukuran. 03. PSAK 50 (2010) tentang Instrumen Keuangan : Penyajian. 04. PSAK 60 tentang Instrumen Keuangan : Pengungkapan. C. Penjelasan 01. Bagian ini membahas transaksi Murabahah secara normal, tidak termasuk transaksi Murabahah yang direstrukturisasi. 4.1 151 Lanjutan Lampiran 1 02. Aset yang akan dijual Bank dalam transaksi Murabahah pada prinsipnya harus dimiliki Bank sebelum akad Murabahah disepakati. Cara memperoleh aset Murabahah dapat dilakukan secara langsung oleh Bank atau diwakilkan kepada pihak lain termasuk nasabah. 03. Dalam hal Bank diwakilkan kepada pihak lain, pihak yang mewakili hanya sebatas pada pencarian informasi barang sesuai spesifikasi yang diinginkan nasabah. Sedangkan penentuan atas pembelian aset dari pemasok menjadi kewenangan Bank. 04. Harga perolehan aset Murabahah harus diberitahukan Bank kepada nasabah. 05. Harga jual Murabahah adalah harga perolehan aset Murabahah sebelum dikurangi uang muka ditambah dengan marjin yang disepakati. 06. Murabahah yang dilakukan oleh Bank harus berdasarkan pesanan nasabah yang bersifat mengikat. 07. Dalam praktik penyaluran pembiayaan Murabahah, Bank sering kali menerima pendapatan di luar marjin keuntungan seperti pendapatan administrasi, dan beban lain yang terkait langsung dengan pembiayaan Murabahah seperti beban komisi, beban survei, dan beban lain. Pendapatan dan beban yang terkait langsung dengan transaksi Murabahah tersebut diakui selaras dengan pengakuan pendapatan Murabahah secara proporsional sepanjang masa akad. 08. Keuntungan Murabahah secara tunai diakui pada saat penyerahan barang. 09. Pengakuan pendapatan Murabahah secara non-tunai dapat menggunakan metode anuitas (efektif) atau metode proporsional (flat). a. Penggunaan metode anuitas (efektif) didasarkan pada asumsi bahwa substansi pembiayaan pembiayaan (financing) sehingga Murabahah pencatatan merupakan transaksi Murabahah dengan metode anuitas (efektif) wajib menggunakan PSAK 55 (2011) tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran, PSAK 50 (2010) tentang Instrumen Keuangan: Penyajian, PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan dan PSAK lain yang relevan, sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip Syariah. 4.2 152 Lanjutan Lampiran 1 b. Dalam hal Bank memilih untuk menggunakan metode proporsional (flat) maka pencatatan transaksi Murabahah wajib menggunakan PSAK 102 tentang Akuntansi Murabahah. 10. Ilustrasi pengakuan pendapatan Murabahah: Bank melakukan transaksi Murabahah dengan nasabah atas aset Murabahah seharga Rp1.000 dan marjin keuntungan yang disepakati sebesar Rp200. Pendapatan dan beban lain yang terkait langsung dengan penyaluran pembiayaan Murabahah masing-masing sebesar Rp12 dan Rp5. Pembayaran angsuran oleh nasabah dilakukan selama 12 periode yang besarnya tidak sama setiap periode. a. Metode anuitas Pendapatan pembiayaan dan beban Murabahah yang terkait langsung dikapitalisasi dengan dengan nilai pembiayaan Murabahah sehingga diperoleh nilai efektif yang berbeda dengan nilai kontrak pembiayaan. Perbedaan nilai efektif dengan nilai kontrak Murabahah diamortisasi sesuai jangka waktu akad dengan menggunakan metode effective rate. Pendapatan marjin Murabahah yang diakui tidak boleh melampaui marjin Murabahah yang telah disepakati pada akad. Perlakuan akuntansi untuk transaksi Murabahah yang menggunakan metode anuitas mengacu pada pengaturan akuntansi pada PSAK 50, 55 dan 60 serta Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip Syariah. 4.3 153 Lanjutan Lampiran 1 No Tahun Estimasi Arus Kas Saldo Awal Arus kas Tingkat Imbalan Efektif Angsuran Pokok Saldo Pokok Tagihan Imbalan Amortisas Angsura Saldo Akhir i dengan n Pokok Arus Kas EIR Efektif Kredit A B C D E = D X EIR F G H =G xi 1 1-Jan (993.00) 2 31-Jan 50.00 993.00 25.19 25.60 974.40 (24.40) 0.79 24.81 968.19 3 28-Feb 50.00 968.19 24.56 26.23 948.17 (23.77) 0.79 25.44 942.75 4 31-Mar 60.00 942.75 23.91 36.87 911.30 (23.13) 0.78 36.09 906.66 5 30-Apr 70.00 906.66 23.00 47.77 863.54 (22.23) 0.77 47.00 859.66 6 31-May 100.00 859.66 21.81 78.93 784.60 (21.07) 0.74 78.19 781.47 7 30-Jun 100.00 781.47 19.82 80.86 703.75 (19.14) 0.68 80.18 701.29 8 31-Jul 100.00 701.29 17.79 82.83 620.91 (17.17) 0.62 82.21 619.08 9 31-Aug 100.00 619.08 15.70 84.85 536.06 (15.15) 0.56 84.30 534.78 10 30-Sep 130.00 534.78 13.57 116.92 419.14 (13.08) 0.49 116.43 418.35 11 31-Oct 140.00 418.35 10.61 129.77 289.37 (10.23) 0.39 129.39 288.96 12 30-Nov 150.00 288.96 7.33 142.94 146.43 (7.06) 0.27 142.67 146.29 13 31-Dec 150.00 146.29 3.71 146.43 (3.57) 0.14 146.29 (200.00) 7.00 I =E-H J =C -E K = D+E-F+I 1,000.00 1,200.00 207.00 993.00 (0.00) (0.00) b. Metode proporsional Pendapatan dan beban yang terkait langsung dengan pembiayaan Murabahah tidak dikapitalisasi dengan nilai pembiayaan Murabahah. Pendapatan dan beban yang terkait langsung dengan pembiayaan Murabahah diakui selama jangka waktu akad dengan menggunakan metode yang sama dengan pengakuan pendapatan Murabahah. Bank mengakui pendapatan marjin Murabahah sesuai dengan proporsi atau perbandingan antara nilai pokok Murabahah dan marjin Murabahah yang tercantum pada akad Murabahah. Periode Angsuran Awal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 50 50 60 70 100 100 100 100 130 140 150 150 Porsi Pokok Margin 42 42 50 58 83 83 83 83 108 117 125 125 8 8 10 12 17 17 17 17 22 23 25 25 Saldo Pokok Margin 1000 200 958 192 917 183 867 173 808 162 725 145 642 128 558 112 475 95 367 73 250 50 125 25 0 0 11. Akad Murabahah memperkenankan penawaran harga yang berbeda untuk cara pembayaran yang berbeda sebelum akad Murabahah 4.4 154 Lanjutan Lampiran 1 dilakukan. Namun jika akad tersebut telah disepakati, maka hanya ada satu harga (harga dalam akad) yang digunakan. Sedangkan besarnya angsuran dapat disesuaikan berdasarkan kesepakatan Bank dengan nasabah. Diskon harga beli 12. Apabila setelah akad Murabahah pemasok memberikan diskon harga atas barang yang dibeli, maka diskon harga tersebut dibagi berdasarkan perjanjian atau persetujuan yang dimuat dalam akad. Oleh karena itu, klausul pembagian diskon harga tersebut harus diperjanjikan dalam akad. Apabila tidak diatur dalam akad, maka diskon tersebut menjadi hak Bank dan diakui sebagai pendapatan operasi lainnya. 13. Diskon yang terkait dengan pembelian barang, antara lain: a. diskon dalam bentuk apapun dari pemasok atas pembelian barang; b. diskon beban asuransi dari perusahaan asuransi dalam rangka pembelian barang; c. komisi dalam bentuk apapun yang diterima terkait dengan pembelian barang. Uang muka 14. Bank dapat meminta uang muka kepada nasabah sebagai bukti komitmen pembelian aset Murabahah sebelum akad disepakati. a. Apabila akad Murabahah disepakati, maka uang muka menjadi bagian pelunasan piutang Murabahah. b. Apabila akad Murabahah batal, maka uang muka dikembalikan kepada nasabah setelah dikurangi kerugian riil yang ditanggung oleh Bank. c. Apabila uang muka itu lebih kecil dari kerugian, maka Bank dapat meminta tambahan dari nasabah. 15. Keuntungan Murabahah yang diterima Bank dihitung berdasarkan harga perolehan aset Murabahah setelah memperhitungkan uang muka yang diserahkan oleh nasabah. Potongan piutang Murabahah 16. Bank dapat memberikan potongan pada saat pelunasan piutang Murabahah, apabila nasabah: a. melakukan pelunasan pembayaran secara tepat waktu; atau 4.5 155 Lanjutan Lampiran 1 b. melakukan pelunasan pembayaran lebih cepat dari waktu yang telah disepakati; dengan syarat tidak diperjanjikan dalam akad dan besarnya potongan diserahkan pada kebijakan Bank. 17. Pemberian potongan pelunasan piutang Murabahah dapat dilakukan dengan menggunakan salah satu metode berikut: a. diberikan pada saat pelunasan, yaitu Bank mengurangi piutang Murabahah dan hanya membayar keuntungan Murabahah, sehingga nasabah sebesar selisih antara piutang dengan potongan pelunasan; atau b. diberikan setelah pelunasan, yaitu Bank menerima pelunasan piutang dari nasabah dan kemudian membayarkan potongan pelunasannya kepada nasabah. 18. Bank dapat memberikan potongan dari total piutang Murabahah yang belum dilunasi apabila nasabah: a. melakukan pembayaran cicilan tepat waktu; dan atau b. mengalami penurunan kemampuan pembayaran; dengan syarat tidak diperjanjikan dalam akad dan besarnya potongan diserahkan pada kebijakan Bank. 19. Bank harus memiliki kebijakan dan kriteria mengenai nasabah yang membayar cicilan tepat waktu. 20. Pemberian potongan pembayaran cicilan harus dapat dibuktikan dengan adanya penurunan kemampuan membayar dari nasabah. 21. Kriteria penurunan kemampuan membayar nasabah, antara lain adalah menurunnya kondisi keuangan nasabah untuk melakukan kewajiban pembayaran angsuran, baik yang disebabkan karena faktor mikro, misalnya persaingan industri nasabah maupun faktor makro, misalnya krisis keuangan. 22. Dalam hal nasabah mengalami tunggakan pembayaran angsuran, Bank wajib membentuk Cadangan Kerugian Penurunan Nilai untuk piutang Murabahah sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam PSAK yang terkait. Denda 23. Bank dapat mengenakan denda kepada nasabah yang tidak dapat melakukan pembayaran angsuran piutang Murabahah, dengan indikasi antara lain: 4.6 156 Lanjutan Lampiran 1 a. adanya unsur kesengajaan, yaitu nasabah mempunyai dana tetapi tidak melakukan pembayaran piutang Murabahah; dan b. adanya unsur penyalahgunaan dana, yaitu nasabah mempunyai dana tetapi digunakan terlebih dahulu untuk hal lain. 24. Denda tidak dapat dikenakan kepada nasabah yang tidak/belum mampu melunasi disebabkan oleh force majeur, jika dapat dibuktikan. 25. Denda kepada nasabah didasarkan pada pendekatan ta’zir, yaitu untuk membuat nasabah lebih disiplin terhadap kewajibannya. 26. Denda yang dikenakan atas nasabah yang lalai merupakan sumber bagi dana kebajikan. D. Perlakuan Akuntansi D.1 Pengakuan dan Pengukuran 01. Uang muka a. Uang muka yang diterima Bank dari nasabah diakui sebagai uang muka Murabahah dari pembeli sebesar jumlah yang diterima Bank. b. Jika transaksi Murabahah dilaksanakan, maka uang muka tersebut diakui sebagai bagian dari pembayaran piutang Murabahah (merupakan bagian pokok). c. Jika transaksi Murabahah tidak dilaksanakan, maka : i. uang muka dikembalikan kepada nasabah sebesar selisih antara uang muka dengan beban riil dan kerugian atas pembatalan barang tersebut, apabila uang muka nasabah lebih besar dari beban-beban riil yang telah dikeluarkan Bank dan kerugian atas pembatalan, jika ada; atau ii. Bank mengakui tagihan kepada nasabah sebesar selisih antara beban riil dengan uang muka dan kerugian atas pembatalan barang tersebut, apabila uang muka nasabah lebih kecil dari beban-beban riil yang telah dikeluarkan Bank dan kerugian atas pembatalan, jika ada. 02. Diskon harga beli dari pemasok dan pihak lain a. Sebelum akad Murabahah ditandatangani maka diskon harga beli tersebut diakui sebagai pengurang harga perolehan aset Murabahah; b. Setelah akad Murabahah ditandatangani dan: 4.7 157 Lanjutan Lampiran 1 i. diperjanjikan dalam akad, maka bagian diskon harga beli yang menjadi hak nasabah diakui sebagai kewajiban kepada nasabah dan bagian diskon yang menjadi hak Bank diakui sebagai tambahan keuntungan Murabahah. ii. tidak diperjanjikan dalam akad, maka diakui sebagai pendapatan operasi lain. 03. Piutang Murabahah diakui pada saat akad transaksi Murabahah, sebesar harga perolehan ditambah keuntungan (marjin) yang disepakati. Dalam hal Bank menggunakan metode anuitas, maka piutang Murabahah yang diakui termasuk pendapatan dan beban yang belum diamortisasi. 04. Pendapatan dan beban yang terkait langsung dengan transaksi Murabahah: a. Metode anuitas, i. Pendapatan dan beban yang terkait langsung dengan transaksi Murabahah diakui sebagai bagian dari piutang Murabahah sebesar pendapatan yang diterima dan beban yang dikeluarkan. ii. Pendapatan dan beban tersebut diamortisasi dengan menggunakan metode effective rate sepanjang masa akad. b. Metode proporsional, i. Pendapatan dan beban yang terkait langsung dengan transaksi Murabahah diakui secara terpisah dari piutang Murabahah sebesar pendapatan yang diterima dan beban yang dikeluarkan. ii. Pendapatan dan beban tersebut diamortisasi dengan menggunakan metode yang sama dengan metode pengakuan pendapatan Murabahah sepanjang masa akad. 05. Dalam hal transaksi Murabahah dilakukan secara tunai, maka pendapatan Murabahah diakui pada saat penyerahan aset Murabahah kepada nasabah. 06. Dalam hal transaksi Murabahah dilakukan secara non – tunai, maka pengakuan pendapatan Murabahah diakui sebagai berikut: a. Metode anuitas i. Pendapatan Murabahah diakui sebesar saldo efektif Murabahah yang dikalikan dengan effective rate. 4.8 158 Lanjutan Lampiran 1 ii. Pendapatan Murabahah yang diakui tidak boleh melebihi piutang Murabahah yang disepakati dalam akad Murabahah. b. Metode proporsional Pendapatan Murabahah diakui berdasarkan jumlah pembayaran angsuran oleh nasabah secara proporsional berdasarkan porsi marjin Murabahah terhadap piutang Murabahah pada saat akad ditandatangani. 07. Potongan piutang Murabahah a. Potongan pelunasan piutang Murabahah diakui sebagai pengurang pendapatan Murabahah pada saat pelunasan sebesar jumlah yang diberikan. b. Jika potongan pembayaran cicilan piutang Murabahah diberikan kepada nasabah karena: i. membayar cicilan tepat waktu, maka potongan pembayaran diakui sebagai pengurang pendapatan Murabahah; dan atau ii. adanya penurunan kemampuan pembayaran oleh nasabah, maka potongan pembayaran diakui sebagai beban Bank. 08. Denda (ta’zir) atas nasabah yang lalai diakui sebagai sumber dana kebajikan sebesar dana yang diterima Bank. D.2 Penyajian 01. Uang muka Murabahah dari pembeli disajikan sebagai liabilitas lainnya. 02. Tagihan kepada nasabah atas pembatalan transaksi Murabahah dimana uang muka nasabah lebih kecil dari beban riil yang dikeluarkan nasabah disajikan sebagai piutang qardh. 03. Piutang Murabahah disajikan sebesar saldo pembiayaan Murabahah nasabah kepada Bank. 04. Marjin Murabahah ditangguhkan disajikan sebagai pos lawan piutang Murabahah. 05. Beban potongan pelunasan / angsuran Murabahah sebagai pos lawan pendapatan marjin Murabahah. 06. Dalam hal Bank menggunakan metode proporsional, pendapatan dan beban yang terkait langsung dengan transaksi Murabahah yang belum diamortisasi, disajikan sebagai liabilitas lainnya dan aset lainnya. 4.9 159 Lanjutan Lampiran 1 07. Pendapatan marjin Murabahah yang akan diterima disajikan sebagai bagian dari aset lainnya pada saat nasabah tergolong performing. Sedangkan, apabila nasabah tergolong non-performing maka pendapatan marjin Murabahah yang akan diterima disajikan pada rekening administratif. 08. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Murabahah disajikan sebagai pos lawan (contra account) piutang Murabahah. 09. Denda (ta’zir) disajikan sebagai komponen dari sumber dana kebajikan (qardhul hasan). E. Ilustrasi Jurnal 01. Penerimaan uang muka dari nasabah Db. Kas/rekening Kr. Liabilitas lainnya - uang muka Murabahah dari pembeli 02. Pada saat timbul beban lain yang dikeluarkan oleh Bank Db. Beban lain yang terkait Kr. Kas/rekening 03. Pada saat perolehan aset Murabahah Db. Persediaan/aset Murabahah Kr. Kas/rekening pemasok/kliring 04. Pada saat penyaluran pembiayaan Murabahah kepada nasabah (pembayaran secara non-tunai): A. Metode Anuitas a. Transaksi penjualan Db. Piutang Murabahah Kr. Marjin Murabahah ditangguhkan Kr. Persediaan/Aset Murabahah b. Pengakuan pendapatan yang terkait langsung dengan transaksi Murabahah Db. Kas Kr. Piutang Murabahah - pendapatan yang terkait langsung c. Pengakuan beban yang terkait langsung dengan transaksi Murabahah Db. Piutang Murabahah - beban yang terkait langsung Kr. Kas 4.10 160 Lanjutan Lampiran 1 d. Uang muka nasabah diakui sebagai pembayaran piutang Db. Liabilitas lainnya - uang muka Murabahah dari pembeli Kr. Piutang Murabahah – porsi pokok B. Metode Proporsional a. Transaksi penjualan Db. Piutang Murabahah Kr. Marjin Murabahah ditangguhkan Kr. Persediaan/Aset Murabahah b. Pengakuan pendapatan yang terkait langsung dengan transaksi Murabahah Db. Kas Kr. Liabilitas lainnya – Pendapatan yang ditangguhkan c. Pengakuan beban yang terkait langsung dengan transaksi Murabahah Db. Aset lainnya – Beban yang ditangguhkan Kr. Kas d. Uang muka nasabah diakui sebagai pembayaran piutang Db. Liabilitas lainnya - uang muka Murabahah dari pembeli Kr. Piutang Murabahah – porsi pokok 05. Apabila pesanan nasabah dibatalkan a. Uang muka lebih besar daripada kerugian dan beban lain yang dikeluarkan oleh Bank Db. Liabilitas lainnya - uang muka Murabahah dari pembeli Kr. Kerugian penjualan barang pesanan Kr. Beban lain yang terkait Kr. Kas/Rekening b. Uang muka sama dengan kerugian dan beban lain yang dikeluarkan oleh Bank Db. Liabilitas lainnya - uang muka Murabahah dari pembeli Kr. Kerugian penjualan barang pesanan Kr. Beban lain yang terkait c. Apabila uang muka lebih kecil daripada kerugian dan beban lain yang dikeluarkan oleh Bank Db. Tagihan kepada nasabah Db. Liabilitas lainnya – uang muka Murabahah dari pembeli Kr. Kerugian penjualan barang pesanan Kr. Beban lain yang terkait 4.11 161 Lanjutan Lampiran 1 06. Pada saat pengakuan pendapatan diakhir periode pelaporan (akru) A. Metode Anuitas Db. Pendapatan marjin Murabahah yang akan diterima Db/Kr.Piutang Murabahah Kr. Pendapatan marjin Murabahah B. Metode Proporsional a. Pengakuan pendapatan marjin Murabahah Db. Pendapatan marjin Murabahah yang akan diterima Kr. Pendapatan marjin Murabahah b. Pengakuan pendapatan yang terkait langsung dengan transaksi Murabahah Db. Liabilitas lainnya - Pendapatan yang ditangguhkan Kr. Pendapatan c. Pengakuan beban yang terkait langsung dengan transaksi Murabahah Db. Beban Kr. Aset lainnya - Beban yang ditangguhkan 07. Pada saat penerimaan angsuran dari nasabah (pokok dan marjin) A. Metode Anuitas Db. Kas/rekening nasabah Kr. Piutang Murabahah Db. Marjin Murabahah yang ditangguhkan Db/Kr.Piutang Murabahah Kr. Pendapatan marjin Murabahah B. Metode Proporsional Db. Kas/rekening nasabah Kr. Piutang Murabahah Db. Marjin Murabahah yang ditangguhkan Kr. Pendapatan marjin Murabahah 08. Pemberian potongan angsuran piutang Murabahah: a. Angsuran tepat waktu i. Pada saat penerimaan angsuran: Db. Kas/rekening nasabah Kr. Piutang Murabahah 4.12 162 Lanjutan Lampiran 1 Db. Marjin Murabahah ditangguhkan (jika masih ada) Kr. Pendapatan marjin Murabahah ii. Pada saat pemberian potongan angsuran Db. Beban potongan angsuran Murabahah Kr. Kas/rekening nasabah b. Penurunan kemampuan pembayaran i. Pada saat penerimaan angsuran Db. Kas/rekening nasabah Kr. Piutang Murabahah Db. Marjin Murabahah ditangguhkan (jika masih ada) Kr. Pendapatan marjin Murabahah ii. Pada saat pemberian potongan angsuran Db. Beban operasional Kr. Kas/rekening nasabah 09. Pemberian potongan pelunasan dini: a. Jika pada saat penyelesaian Bank mengurangi piutang Murabahah dan keuntungan Murabahah: i. Pada saat pemberian potongan pelunasan: Db. Beban potongan angsuran Murabahah Kr. Piutang Murabahah ii. Pada saat penerimaan pelunasan: Db. Kas/rekening nasabah Kr. Piutang Murabahah Db. Marjin Murabahah ditangguhkan (jika masih ada) Kr. Pendapatan marjin Murabahah b. Jika setelah penyelesaian, Bank terlebih dulu menerima pelunasan piutang Murabahah dari nasabah, kemudian Bank membayar potongan pelunasan dini Murabahah kepada nasabah dengan mengurangi pendapatan Murabahah: i. Pada saat penerimaan pelunasan: Db. Kas/rekening nasabah Kr. Piutang Murabahah 4.13 163 Lanjutan Lampiran 1 Db. Marjin Murabahah ditangguhkan Kr. Pendapatan marjin Murabahah ii. Pada saat memberi potongan pelunasan Db. Beban potongan pelunasan Kr. Kas/rekening nasabah 10. Pada saat penyelesaian piutang Murabahah melalui eksekusi agunan a. Pada saat eksekusi agunan Db. Aset Yang Diambil Alih Kr. Piutang Murabahah Db. Marjin Murabahah yang ditangguhkan Kr. Pendapatan yang ditangguhkan b. Pada saat penjualan agunan i. Apabila hasil penjualan agunan lebih besar dari kewajiban nasabah Db. Kas/rekening Kr. Aset Yang Diambil Alih Kr. Rekening nasabah Db. Pendapatan yang ditangguhkan Kr. Pendapatan Murabahah ii. Apabila hasil penjualan agunan lebih kecil dari kewajiban nasabah Db. Kas/rekening Db. Tagihan kepada nasabah Kr. Aset Yang Diambil Alih Db. Pendapatan yang ditangguhkan Kr. Pendapatan Murabahah 11. Penerimaan denda dari nasabah Db. Kas/rekening Kr. Rekening Dana Kebajikan F. Pengungkapan Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: 4.14 164 Lanjutan Lampiran 1 01. Rincian piutang Murabahah berdasarkan jumlah, jangka waktu, jenis valuta, kualitas piutang, jenis penggunaan, sektor ekonomi dan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai. 02. Jumlah piutang Murabahah yang diberikan kepada pihak yang berelasi. 03. Kebijakan dan metode akuntansi untuk pengakuan pendapatan, Cadangan Kerugian Penurunan Nilai, penghapusan dan penanganan piutang Murabahah yang bermasalah. 04. Besarnya piutang Murabahah baik yang dibebani sendiri oleh Bank maupun secara bersama-sama dengan pihak lain sebesar bagian pembiayaan Bank. 4.15 165 Lanjutan Lampiran 1 IV.2 ISTISHNA A. Definisi 01. Istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli/ mustashni') dan penjual (pembuat/shani'). 02. Istishna paralel adalah suatu bentuk akad Istishna’ antara pemesan (pembeli/mustashni’) dengan penjual (pembuat/shani’), kemudian untuk memenuhi kewajibannya kepada mustashni’, penjual memerlukan pihak lain sebagai shani’. 03. Pembiayaan Istishna adalah Penyediaan dana dari Bank kepada nasabah untuk membeli barang sesuai dengan pesanan nasabah yang menegaskan harga belinya kepada pembeli (nasabah) dan pembeli (nasabah) membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan Bank yang disepakati. B. Dasar Pengaturan 01. PSAK 104 tentang Akuntansi Istishna. C. Penjelasan 01. Spesifikasi dan harga barang pesanan dalam Istishna disepakati oleh pembeli dan penjual di awal akad. Pada dasarnya harga barang tidak dapat berubah selama jangka waktu akad, kecuali disepakati oleh kedua belah pihak. 02. Barang pesanan harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi: jenis, macam, kualitas dan kuantitasnya. Barang pesanan harus sesuai dengan karakteristik yang telah disepakati antara pembeli dan penjual. Jika barang pesanan yang dikirimkan salah atau cacat maka penjual harus bertanggung jawab atas kelalaiannya. 03. Jika nasabah dalam akad Istishna tidak mewajibkan Bank untuk membuat sendiri barang pesanan, maka untuk memenuhi kewajiban pada akad pertama, Bank dapat mengadakan akad Istishna kedua dengan pihak ketiga (pemasok). Akad Istishna kedua ini disebut 4.16 166 Lanjutan Lampiran 1 Istishna paralel. Dalam konteks Bank, piutang Istishna timbul dari Istishna paralel. 04. Pada dasarnya akad Istishna tidak dapat dibatalkan, kecuali memenuhi kondisi: a. kedua belah pihak setuju untuk menghentikannya; dan b. akad batal demi hukum karena timbul kondisi hukum yang dapat menghalangi pelaksanaan atau penyelesaian akad. 05. Mekanisme pembayaran Istishna harus disepakati dalam akad dan dapat dilakukan dengan cara: a. Pembayaran dimuka secara keseluruhan atau sebagian setelah akad namun sebelum pembuatan barang. b. Pembayaran saat penyerahan barang atau selama dalam proses pembuatan barang. Cara pembayaran ini dimungkinkan adanya pembayaran termin sesuai dengan progres pembuatan aset Istishna. c. Pembayaran ditangguhkan setelah penyerahan barang. d. Kombinasi dari cara pembayaran di atas. 06. Metode pengakuan pendapatan Istishna dapat dilakukan dengan menggunakan metode persentase penyelesaian dan metode akad selesai. Pada metode persentase penyelesaian, Bank dapat mengakui pendapatan Istishna sebesar proporsi penyelesaian barang pesanan. Sedangkan, pada metode akad selesai, Bank akan mengakui pendapatan Istishna pada saat barang telah diserahkan kepada nasabah. 07. Jika estimasi penyelesaian akad dan biaya untuk penyelesaiannya tidak dapat ditentukan secara rasional pada akhir periode Laporan Keuangan, maka digunakan metode akad selesai dengan ketentuan sebagai berikut: a. tidak ada pendapatan Istishna yang diakui sampai dengan pekerjaan tersebut selesai; b. tidak ada harga pokok Istishna yang diakui sampai dengan pekerjaan tersebut selesai; c. tidak ada bagian keuntungan yang diakui dalam Aktiva Istishna Dalam Penyelesaian sampai dengan pekerjaan tersebut selesai; dan d. pengakuan pendapatan Istishna, harga pokok Istishna, dan keuntungan dilakukan hanya pada saat penyelesaian pekerjaan. 4.17 167 Lanjutan Lampiran 1 08. Pada pembiayaan Istishna, Bank melakukan pesanan barang kepada supplier atas pesanan dari nasabah. Pendapatan yang diperoleh Bank lebih disebabkan untuk aktivitas penyediaan fasilitas pendanaan kepada nasabah, bukan dari aktivitas pembuatan barang pesanan. 09. Nasabah dapat membayar uang muka barang pesanan kepada Bank sebelum barang diserahkan kepada nasabah dan Bank juga dapat membayar uang muka barang pesanan kepada supplier. 10. Bank dapat menagih kepada nasabah atas barang pesanan yang telah diserahkan dan supplier dapat menagih kepada Bank atas barang pesanan yang telah diserahkan. 11. Selama barang pesanan masih dibuat, Bank akan menggunakan rekening Aktiva Istishna Dalam Penyelesaian ketika melakukan pembayaran kepada supplier dan menggunakan rekening Termin Istishna ketika melakukan penagihan kepada nasabah. 12. Pengakuan pendapatan untuk transaksi Istishna menggunakan metode sebagaimana pengakuan pendapatan pada transaksi murabahah. 13. Dalam hal nasabah mengalami tunggakan pembayaran angsuran, Bank wajib membentuk Cadangan Kerugian Penurunan Nilai untuk piutang Istishna sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam PSAK yang terkait. D. Perlakuan Akuntansi D1. Pengakuan dan Pengukuran 01. Uang muka pesanan nasabah yang diterima Bank diakui sebagai uang muka Istishna sebesar uang yang diterima. 02. Uang muka yang dibayarkan Bank kepada supplier diakui sebagai uang muka kepada pemasok sebesar uang yang diberikan dan diakui sebagai Aktiva Istishna Dalam Penyelesaian pada saat barang diserahkan oleh supplier. 03. Tagihan Bank kepada nasabah atas sebagian barang pesanan yang telah diserahkan diakui sebagai piutang Istishna sebesar persentase harga jual yang telah diselesaikan dan diakui sebagai Termin Istishna sebesar persentase harga pokok yang telah diselesaikan. 04. Tagihan supplier kepada Bank atas sebagian barang pesanan yang telah diselesaikan diakui sebagai Aktiva Istishna Dalam Penyelesaian dan utang Istishna sebesar tagihan supplier. 4.18 168 Lanjutan Lampiran 1 05. Dalam hal Bank menggunakan metode persentase penyelesaian maka Bank dapat mengakui pendapatan Istishna atas pembayaran yang telah dilakukan nasabah sebesar persentase penyelesaian. 06. Pada saat barang pesanan telah diserahkan kepada nasabah, Bank melakukan jurnal balik atas rekening Aktiva Istishna Dalam Penyelesaian dan Termin Istishna. 07. Utang Istishna yang berasal dari transaksi Istishna yang pembayarannya bersamaan dengan proses pembuatan aset Istishna: a. diakui pada saat diterima tagihan dari supplier kepada Bank sebesar nilai tagihan. b. dihentikan-pengakuannya dari Laporan Keuangan pada saat dilakukan pembayaran sebesar jumlah yang dibayar. 08. Uang muka Istishna yang berasal dari transaksi Istishna yang pembayarannya dilakukan di muka secara penuh: a. diakui pada saat pembayaran harga barang diterima dari nasabah sebesar jumlah yang diterima. b. dihentikan-pengakuannya dari Laporan Keuangan pada saat dilakukan penyerahan barang kepada nasabah sebesar nilai kontrak. 09. Jika nasabah membayar uang muka kepada Bank dalam proses pembuatan aset Istishna maka penerimaan uang muka tersebut diperlakukan sebagai pembayaran termin sebesar jumlah uang muka yang dibayarkan. D2. Penyajian 01. Uang muka Istishna disajikan sebagai liabilitas lainnya. 02. Uang muka kepada pemasok disajikan sebagai aset lainnya. 03. Utang Istishna disajikan sebesar tagihan dari pemasok yang belum dilunasi. 04. Aktiva Istishna Dalam Penyelesaian disajikan sebesar dana yang dibayarkan Bank kepada supplier. 05. Termin Istishna disajikan sebesar jumlah tagihan termin Bank kepada nasabah. 06. Piutang Istishna disajikan sebesar jumlah yang belum dilunasi oleh pembeli akhir. 07. Marjin Istishna ditangguhkan disajikan sebagai pos lawan piutang murabahah. 4.19 169 Lanjutan Lampiran 1 08. Pendapatan marjin Istishna yang akan diterima disajikan sebagai bagian dari aset lainnya pada saat nasabah tergolong performing. Sedangkan, apabila nasabah tergolong non-performing maka pendapatan marjin Istishna yang akan diterima disajikan pada rekening administratif. 09. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Istishna disajikan sebagai pos lawan (contra account) piutang Istishna. E. Ilustrasi Jurnal 01. Penerimaan uang muka pesanan dari nasabah Db. Kas/rekening Kr. Uang muka Istishna 02. Penerimaan barang dari pemasok a. Mekanisme uang muka i. Pemberian uang muka Db. Uang muka kepada pemasok Kr. Kas/rekening ii.Penerimaan sebagian barang pesanan dari pemasok Db. Aset Istishna Dalam Penyelesaian Kr. Uang Muka kepada pemasok b. Mekanisme tagihan dari pemasok i. Menerima tagihan dari pemasok Db. Aset Istishna Dalam Penyelesaian Kr. Utang Istishna ii.Pembayaran kepada pemasok Db. Utang Istishna Kr. Kas/rekening 03. Penagihan termin kepada nasabah Db. Piutang Istishna Kr. Marjin Istishna ditangguhkan Kr. Termin Istishna 04. Pembayaran oleh nasabah Db. Kas Kr. Piutang Istishna Db. Marjin Istishna ditangguhkan Kr. Pendapatan Istishna 4.20 170 Lanjutan Lampiran 1 05. Penyerahan barang kepada nasabah Db. Termin Istishna Kr. Aset Istishna Dalam Penyelesaian 06. Pada saat pengakuan pendapatan diakhir periode pelaporan (akru) Db.Pendapatan marjin murabahah yang akan diterima Kr. Pendapatan marjin murabahah F. Pengungkapan Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: 01. Rincian piutang Istishna berdasarkan jumlah, jangka waktu, jenis valuta dan kualitas piutang dan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai piutang Istishna. 02. Jumlah piutang murabahah yang diberikan kepada pihak yang berelasi. 03. Kebijakan akuntansi yang dipergunakan dalam pengakuan pendapatan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai, penghapusan dan penanganan piutang Istishna yang bermasalah. 04. Besarnya piutang Istishna baik yang dibiayai sendiri oleh Bank maupun secara bersama-sama dengan pihak lain sebesar bagian pembiayaan Bank. 05. Jumlah akumulasi biaya atas kontrak berjalan serta pendapatan dan keuntungan sampai dengan akhir periode berjalan. 06. Jumlah sisa kontrak yang belum selesai menurut spesifikasi dan syarat kontrak. 07. Klaim tambahan yang belum selesai dan semua denda yang bersifat kontinjen sebagai akibat keterlambatan pengiriman barang. 08. Nilai kontrak Istishna paralel yang sedang berjalan serta rentang periode pelaksanaannya. 09. Nilai kontrak Istishna yang telah ditandatangani Bank selama periode berjalan tetapi belum dilaksanakan dan rentang periode pelaksanaannya. 10. Rincian utang Istishna berdasarkan jumlah, tujuan (pemasok atau nasabah), jangka waktu dan jenis mata uang. 11. Utang Istishna kepada nasabah yang merupakan pihak berelasi. 12. Jenis dan kuantitas barang pesanan. 4.21 171 Lanjutan Lampiran 1 IV.3. SALAM A. Definisi Salam adalah akad jual beli barang pesanan (muslam fiih) dengan pengiriman barang di kemudian hari oleh penjual (muslam illaihi) dan pelunasannya dilakukan oleh pembeli pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-syarat tertentu. B. Dasar Pengaturan 01. C. PSAK 103 tentang Akuntansi Salam. Penjelasan 01. Bank dapat bertindak sebagai pembeli dan atau penjual dalam suatu transaksi Salam. Jika Bank bertindak sebagai pembeli maka Bank melakukan transaksi Salam, dan jika Bank bertindak sebagai penjual maka Bank akan memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan dalam Salam paralel. 02. Salam paralel dapat dilakukan dengan syarat: a. Akad kedua antara Bank dan pemasok terpisah dari akad pertama antara Bank dan pembeli akhir; dan b. 03. Akad kedua dilakukan setelah akad pertama sah. Dalam hal Bank bertindak sebagai pembeli, Bank dapat meminta jaminan kepada pemasok untuk menghindari risiko yang merugikan Bank. 04. Piutang Salam merupakan tagihan Bank kepada pemasok yang harus diselesaikan dalam bentuk penyerahan barang, bukan penerimaan dalam bentuk uang tunai. Piutang Salam timbul dari penyerahan uang kepada pemasok senilai barang yang dipesan. 05. Utang Salam merupakan kewajiban Bank yang harus diselesaikan dalam bentuk penyerahan barang bukan pembayaran dalam bentuk uang tunai kepada nasabah. 06. Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati di awal akad oleh nasabah dan Bank pada akad pertama atau Bank dengan pemasok pada akad kedua. Ketentuan harga barang pesanan tidak dapat berubah selama jangka waktu akad. 07. Barang pesanan harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi: jenis, macam, kualitas dan kuantitasnya. 4.22 172 Lanjutan Lampiran 1 08. Barang pesanan harus sesuai dengan karakteristik yang telah disepakati antara nasabah dan Bank atau Bank dan pemasok. Jika barang pesanan yang dikirim salah atau cacat maka Bank atau pemasok harus bertanggung jawab atas kelalaiannya. 09. Jika Bank tidak menerima sebagian atau seluruh barang pesanan pada tanggal jatuh tempo pengiriman, maka: a. Tanggal jatuh tempo pengiriman dapat diperpanjang; b. Akad Salam dapat dibatalkan sebagian atau seluruhnya; atau c. 10. Jaminan atas barang pesanan dapat dieksekusi. Bank dapat mengenakan denda kepada pemasok. Denda hanya boleh dikenakan kepada pemasok yang mampu menyelesaikan kewajibannya, tetapi sengaja tidak melakukannya. Hal ini tidak berlaku bagi pemasok yang tidak mampu menunaikan kewajibannya karena force majeur. Denda dikenakan jika pemasok lalai dalam melakukan kewajibannya sesuai dengan akad, dan denda yang diterima diakui sebagai bagian dana kebajikan. 11. Pendapatan Salam diperoleh dari selisih harga jual kepada nasabah dan harga beli dari pemasok. D. Perlakuan Akuntansi D1. Pengakuan dan Pengukuran 01. Piutang Salam diakui pada saat penyerahan uang kepada pemasok sebesar jumlah yang dibayarkan. 02. Utang Salam diakui pada saat penerimaan uang dari nasabah sebesar jumlah yang diterima. 03. Dalam hal dilakukan perpanjangan jangka waktu pengiriman maka nilai tercatat piutang Salam dicatat sebesar bagian yang belum dipenuhi sesuai dengan nilai yang tercantum dalam akad. 04. Dalam hal dilakukan pembatalan sebagian atau seluruh akad Salam, maka piutang Salam berubah menjadi piutang qardh oleh pemasok sebesar bagian yang tidak dapat dipenuhi. 05. Dalam hal dilakukan eksekusi jaminan maka selisih antara nilai tercatat piutang Salam dan hasil penjualan jaminan tersebut diakui sebagai piutang kepada pemasok. Sebaliknya, jika hasil penjualan jaminan tersebut lebih besar dari nilai tercatat piutang Salam maka selisihnya menjadi hak pemasok. 4.23 173 Lanjutan Lampiran 1 06. Pendapatan Salam diakui pada saat barang diserahkan kepada nasabah sebesar selisih antara harga jual kepada nasabah dengan harga beli dari pemasok. D2. Penyajian 01. Piutang Salam disajikan sebesar jumlah tercatat. 02. Piutang Salam yang tidak dapat dipenuhi oleh pemasok dan pemasok menyatakan tidak dapat memenuhi kewajibannya disajikan sebagai piutang qardh. 03. Utang Salam disajikan sebesar jumlah tercatat. E. Ilustrasi Jurnal E1. Bank Sebagai Pembeli 01. Pada saat Bank menyerahkan uang kepada pemasok Db. Piutang Salam Kr. Kas/Rekening pemasok 02. Pada saat Bank menerima barang dari pemasok Db. Persediaan/aset Salam Kr. Piutang Salam 03. Pada saat pemasok tidak memenuhi kewajibannya Db. Piutang qardh dari pemasok Kr. Piutang Salam 04. Jika Bank mengeksekusi jaminan atas akad Salam a. Penjualan jaminan dengan hasil lebih kecil dari piutang Salam Db. Kas/kliring Db. Piutang qardh (pemasok) Kr. Piutang Salam b. Penjualan jaminan dengan hasil lebih besar dari piutang Salam Db. Kas/kliring Kr. Rekening pemasok Kr. Piutang Salam 05. Pada saat pengenaan denda kepada pemasok Db. Kas/Rekening Kr. Rekening Dana Kebajikan E2. Bank Sebagai Penjual 01. Pada saat Bank menerima uang dari nasabah Db. Kas/rekening nasabah Kr. Utang Salam 4.24 174 Lanjutan Lampiran 1 02. Pada saat Bank menyerahkan barang kepada nasabah Db. Utang Salam Kr. Persediaan/aset Salam Kr. Pendapatan Salam F. Pengungkapan Hal-hal yang harus diungkapkan, antara lain: 01. Rincian piutang Salam dan utang Salam berdasarkan jumlah, jangka waktu, jenis valuta, jenis, dan kuantitas barang pesanan. 02. Piutang Salam dari pemasok dan utang Salam kepada nasabah yang merupakan pihak berelasi. 4.25 175 Lanjutan Lampiran 1 IV.4. A. PERSEDIAAN Definisi 01. Persediaan adalah aset yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa dan: a. dijual dengan akad murabahah; b. disalurkan dalam akad salam atau salam paralel; dan/atau c. aset istishna yang telah selesai tetapi belum diserahkan Bank kepada pembeli akhir. B. Dasar Pengaturan 01. C. PSAK 14 tentang Persediaan. Penjelasan 01. Bank memperoleh persediaan dengan akad murabahah, salam, istishna dan atau akad lainnya. 02. 03. Aset yang tidak termasuk dalam pengertian persediaan, adalah: a. Aset Istishna Dalam Penyelesaian; b. Aset tetap yang digunakan oleh Bank; c. Aset ijarah. Termasuk dalam definisi persediaan adalah persediaan dalam perjalanan yang memenuhi kriteria berikut: a. dalam transaksi pembelian dengan syarat penyerahan FOB Shipping Point (franco gudang penjual). b. dalam transaksi penjualan dengan syarat penyerahan FOB Destination Point (franco gudang pembeli). 04. Biaya perolehan meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dijual atau dipakai. 05. Persediaan diukur dengan menggunakan nilai terendah antara biaya perolehan dan nilai realisasi neto. Nilai realisasi neto adalah estimasi harga jual dalam kegiatan usaha dikurangi estimasi biaya yang diperlukan untuk melakukan penjualan. 4.26 176 Lanjutan Lampiran 1 D. Perlakuan Akuntansi D1. Pengakuan dan Pengukuran 01. Pada saat pengakuan awal persediaan diakui sebesar biaya perolehan. 02. Pada akhir periode pelaporan persediaan diukur sebesar biaya perolehan dan nilai realisasi neto, mana yang lebih rendah. D2. Penyajian Persediaan disajikan sebesar biaya perolehan atau nilai realisasi neto, mana yang lebih rendah. E. Ilustrasi Jurnal 01. Pada saat perolehan: Db. Persediaan Kr. Kas/rekening pemasok/kliring 02. Pada saat penurunan nilai: Db. Kerugian penurunan nilai Kr. Persediaan 03. Pada saat pemulihan nilai: Db. Persediaan Kr. Keuntungan pemulihan nilai F. Pengungkapan Hal-hal yang perlu diungkapkan, antara lain: 01. Rincian saldo persediaan berdasarkan harga perolehan dan nilai realisasi neto. 02. Jumlah dari setiap pemulihan nilai persediaan dari setiap penurunan nilai persediaan yang diakui sebagai penghasilan selama periode pemulihan tersebut. 03. Kondisi atau peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai persediaan. 4.27 177 Lanjutan Lampiran 1 BAGIAN V AKAD BAGI HASIL V.1 PEMBIAYAAN MUDHARABAH A. Definisi 01. Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola dana) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan dibagi di antara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian finansial hanya ditanggung oleh pemilik dana. 02. Mudharabah muthlaqah adalah mudharabah dimana pemilik dana memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan investasinya. 03. Mudharabah muqayyadah adalah mudharabah dimana pemilik dana memberikan batasan kepada pengelola dana, antara lain mengenai tempat, cara dan atau obyek investasi. 04. Mudharabah musytarakah adalah bentuk mudharabah dimana pengelola dana menyertakan modal atau dananya dalam kerjasama investasi. B. Dasar Pengaturan 01. PSAK 105 tentang Akuntansi Mudharabah. C. Penjelasan 01. Mudharabah terdiri dari dua jenis, yaitu Mudharabah muthlaqah dan Mudharabah muqayyadah. Bagian ini membahas Bank sebagai shahibul maal (pemilik dana) dalam pembiayaan Mudharabah baik bersifat mutlaqah maupun muqayyadah. 02. Investasi Mudharabah yang dilakukan oleh Bank disebut pembiayaan Mudharabah. Pada umumnya pembiayaan Mudharabah yang dilakukan oleh Bank diberikan dalam bentuk kas yang dilakukan secara bertahap atau sekaligus. 03. Pengembalian pembiayaan Mudharabah dapat dilakukan bersamaan dengan distribusi bagi hasil atau pada saat diakhirinya akad Mudharabah. 04. Bagi hasil Mudharabah dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode, yaitu bagi laba (profit sharing) atau bagi hasil (gross profit 5.1 178 Lanjutan Lampiran 1 margin atau dalam fatwa disebut net revenue sharing). Bagi laba dihitung dari pendapatan setelah dikurangi dengan harga pokok dan beban yang berkaitan dengan pengelolaan dana Mudharabah. Sedangkan bagi hasil, dihitung dari pendapatan pengelolaan Mudharabah dikurangi harga pokok. Sebagai ilustrasi: Penjualan xxx Beban pokok penjualan (xxx) Pendapatan Beban pengelolaan Laba xxx (gross profit margin/net revenue sharing) (xxx) xxx (profit sharing) 05. Dalam hal terjadi kerugian dalam usaha nasabah (pengelola dana), Bank sebagai pemilik dana akan menanggung semua kerugian sepanjang kerugian tersebut bukan disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan nasabah (pengelola dana). 06. Kelalaian atau kesalahan pengelola dana antara lain ditunjukkan oleh: a. Tidak dipenuhinya persyaratan yang ditentukan di dalam akad; b. Tidak terdapat kondisi di luar kemampuan (force majeur) yang lazim dan/atau yang telah ditentukan di dalam akad; atau c. Hasil putusan dari badan arbitrase atau pengadilan. 07. Pada prinsipnya, dalam pembiayaan mudharabah tidak dipersyaratkan adanya jaminan, namun agar tidak terjadi moral hazard berupa penyimpangan oleh pengelola dana, pemilik dana dapat meminta jaminan dari pengelola dana atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila pengelola dana terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad. 08. Pengakuan penghasilan usaha Mudharabah dalam praktik dapat diketahui berdasarkan laporan bagi hasil atas penghasilan usaha dari pengelola dana. Tidak diperkenankan mengakui pendapatan dari proyeksi hasil usaha. 5.2 179 Lanjutan Lampiran 1 D. Perlakuan Akuntansi D.1 Pengakuan dan Pengukuran 01. Pembiayaan Mudharabah dalam bentuk kas diakui pada saat pencairan sebesar jumlah uang yang diberikan Bank kepada pengelola dana (nasabah). 02. Pembiayaan Mudharabah yang diberikan secara bertahap diakui pada setiap tahap pembayaran. 03. Pembayaran kembali pembiayaan Mudharabah oleh pengelola dana (nasabah) akan mengurangi pembiayaan Mudharabah. 04. Kerugian pembiayaan Mudharabah yang terjadi selama masa akad diakui sebagai Cadangan Kerugian Penurunan Nilai pembiayaan Mudharabah. 05. Keuntungan yang dihasilkan dari pembiayaan Mudharabah diakui pada periode terjadinya hak bagi hasil berdasarkan laporan hasil usaha yang disampaikan nasabah sesuai dengan nisbah yang disepakati. 06. Keuntungan pembiayaan Mudharabah yang telah menjadi hak Bank dan belum dibayarkan oleh nasabah diakui sebagai piutang bagi hasil. 07. Pembiayaan Mudharabah yang diakhiri sebelum jatuh tempo atau sudah berakhir dan belum diselesaikan oleh nasabah maka saldo pembiayaan Mudharabah tetap diakui sebagai pembiayaan Mudharabah yang wajib diselesaikan oleh mudharib. D.2 Penyajian 01. Pembiayaan Mudharabah disajikan sebesar saldo pembiayaan Mudharabah nasabah kepada Bank. 02. Piutang bagi hasil disajikan sebagai bagian dari aset lainnya pada saat nasabah tergolong performing. Sedangkan, apabila nasabah tergolong non-performing maka piutang bagi hasil disajikan pada rekening administratif. 03. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai pembiayaan Mudharabah disajikan sebagai pos lawan (contra account) pembiayaan Mudharabah. 04. Pembiayaan Mudharabah yang diakhiri sebelum jatuh tempo atau sudah berakhir dan belum diselesaikan oleh nasabah tetap disajikan sebagai bagian dari pembiayaan Mudharabah. 5.3 180 Lanjutan Lampiran 1 E. Ilustrasi Jurnal 01. Pada saat pemberiaan pembiayaan Mudharabah kepada mudharib Db. Pembiayaan Mudharabah Kr. Kas/rekening/kliring 02. Pada saat pengakuan keuntungan Mudharabah Db. Piutang bagi hasil Kr. Pendapatan Mudharabah 03. Pada saat penerimaan keuntungan Mudharabah Db. Kas/rekening/kliring Kr. Piutang bagi hasil 04. Pada saat pengakuan kerugian Mudharabah Db. Beban Kerugian Penurunan Nilai pembiayaan Mudharabah Kr. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai - pembiayaan Mudharabah 05. Pada saat pembayaran angsuran pokok Db. Kas/rekening/kliring Kr. Pembiayaan Mudharabah 06. Pada saat pelunasan pembiayaan Mudharabah Db. Kas/rekening/kliring Kr. Pembiayaan Mudharabah F. Pengungkapan Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: 01. Rincian jumlah pembiayaan Mudharabah berdasarkan sifat akad (Mudharabah mutlaqah atau Mudharabah muqayadah), jenis penggunaan dan sektor ekonomi. 02. Klasifikasi pembiayaan mudharabah menurut jangka waktu (masa akad), kualitas pembiayaan, valuta, Cadangan Kerugian Penurunan Nilai dan tingkat bagi hasil rata-rata. 03. Jumlah dan persentase pembiayaan Mudharabah yang diberikan kepada pihak-pihak berelasi. 04. Jumlah pembiayaan Mudharabah yang telah direstrukturisasi dan informasi lain tentang pembiayaan Mudharabah yang dire- pengendalian risiko strukturisasi selama periode berjalan. 05. Kebijakan manajemen dalam pelaksanaan portofolio pembiayaan Mudharabah. 06. Besarnya pembiayaan Mudharabah bermasalah dan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai untuk setiap sektor ekonomi. 5.4 181 Lanjutan Lampiran 1 07. Kebijakan dan metode yang dipergunakan dalam penanganan Mudharabah bermasalah. 08. Ikhtisar pembiayaan Mudharabah yang dihapus buku yang menunjukkan saldo awal, penghapusan selama tahun berjalan, penerimaan atas dihapusbukukan pembiayaan dan pembiayaan Mudharabah Mudharabah yang yang telah telah dihapustagih dan saldo akhir pembiayaan Mudharabah yang dihapus buku. 5.5 182 Lanjutan Lampiran 1 V.2 PEMBIAYAAN MUSYARAKAH A. Definisi 01. Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan porsi kontribusi dana berupa kas maupun aset non-kas yang diperkenankan oleh Syariah. 02. Musyarakah permanen adalah Musyarakah dengan ketentuan bagian dana setiap mitra ditentukan sesuai akad dan jumlahnya tetap hingga akhir masa akad. 03. Musyarakah menurun (Musyarakah muttanaqisah) adalah Musyarakah dengan ketentuan bagian dana pihak pertama akan dialihkan secara bertahap kepada pihak kedua sehingga bagian dana pihak pertama akan menurun dan pada akhir masa akad pihak kedua tersebut akan menjadi pemilik penuh usaha tersebut. 04. Mitra aktif adalah mitra yang mengelola usaha Musyarakah, baik mengelola sendiri atau menunjuk pihak lain atas nama mitra tersebut. 05. Mitra pasif adalah mitra yang tidak ikut mengelola usaha Musyarakah. B. Dasar Pengaturan 01. PSAK 106 tentang Akuntansi Musyarakah. C. Penjelasan 01. Musyarakah dapat berupa Musyarakah permanen dan Musyarakah menurun (Musyarakah muttanaqisah). 02. Bank dapat bertindak sebagai mitra aktif dan mitra pasif. Untuk pembahasan ini Bank masih berperan sebagai mitra pasif. 03. Pada umumnya pembiayaan Musyarakah yang diberikan oleh Bank dalam bentuk kas yang dilakukan secara bertahap atau sekaligus. 04. Keuntungan atau pendapatan Musyarakah dibagi di antara mitra berdasarkan nisbah yang disepakati, sedangkan kerugian Musyarakah dibagi diantara mitra secara proporsional dengan modal yang disetor. 5.6 183 Lanjutan Lampiran 1 05. Pengakuan penghasilan usaha Musyarakah dalam praktik dapat diketahui berdasarkan laporan bagi hasil atas penghasilan usaha dari mitra aktif. Tidak diperkenankan mengakui pendapatan dari proyeksi hasil usaha. 06. Dalam pembiayaan Musyarakah setiap mitra tidak dapat menjamin modal mitra lain, namun setiap mitra dapat meminta mitra lain untuk menyediakan jaminan atas kelalaian atau kesalahan yang disengaja. 07. Kelalaian atau kesalahan pengelola dana antara lain ditunjukkan oleh: a. Tidak dipenuhinya persyaratan yang ditentukan di dalam akad. b. Tidak terdapat kondisi di luar kemampuan (force majeur) yang lazim dan/atau yang telah ditentukan di dalam akad. c. Hasil putusan dari badan arbitrase atau pengadilan. 08. Dalam pembiayaan Musyarakah muttanaqisah, mitra dapat menyewa aset yang menjadi dasar (underlying) pembiayaan Musyarakah. Hasil sewa dari aset tersebut dibagihasilkan di antara mitra berdasarkan nisbah yang disepakati. D. Perlakuan Akuntansi D.1 Pengakuan dan Pengukuran 01. Pembiayaan Musyarakah dalam bentuk kas diakui pada saat pencairan sebesar jumlah uang yang diberikan Bank. 02. Pembiayaan Musyarakah yang diberikan secara bertahap diakui pada setiap tahap pembayaran. 03. Kerugian pembiayaan Musyarakah yang terjadi selama masa akad diakui pada periode terjadinya secara proporsional sesuai dengan kontribusi modal sebagai Cadangan Kerugian Penurunan Nilai pembiayaan Musyarakah. 04. Keuntungan pembiayaan Musyarakah diakui pada periode terjadinya hak bagi hasil berdasarkan laporan hasil usaha yang disampaikan nasabah sesuai dengan nisbah yang disepakati. 05. Apabila dalam pembiayaan Musyarakah mengalami kerugian pada periode sebelumnya, maka keuntungan yang diperoleh pada periode tersebut harus dialokasikan terlebih dahulu untuk mengurangi Cadangan Kerugian Penurunan Nilai pembiayaan Musyarakah untuk 5.7 184 Lanjutan Lampiran 1 memulihkan jumlah tercatat pembiayaan Musyarakah sampai dengan nilai pembiayaan Musyarakah awal. 06. Keuntungan pembiayaan Musyarakah yang telah menjadi hak Bank dan belum dibayarkan oleh nasabah diakui sebagai piutang bagi hasil. 07. Apabila terjadi kerugian dalam Musyarakah akibat kelalaian atau penyimpangan mitra Musyarakah, mitra yang melakukan kelalaian tersebut menanggung beban kerugian tersebut. Kerugian Bank yang diakibatkan kelalaian atau penyimpangan mitra aktif (nasabah) tetap diakui sebagai pembiayaan Musyarakah. 08. Pembiayaan Musyarakah yang sudah berakhir dan belum diselesaikan oleh mitra aktif (nasabah) maka saldo pembiayaan Musyarakah tetap diakui sebagai pembiayaan Musyarakah yang wajib diselesaikan oleh mitra aktif. D.2 Penyajian 01. Pembiayaan Musyarakah disajikan sebesar saldo pembiayaan Musyarakah nasabah kepada Bank. 02. Piutang bagi hasil disajikan sebagai bagian dari aset lainnya pada saat nasabah tergolong performing. Sedangkan, apabila nasabah tergolong non-performing maka piutang bagi hasil disajikan pada rekening administratif. 03. Cadangan disajikan Kerugian sebagai Penurunan pos lawan Nilai pembiayaan (contra account) Musyarakah pembiayaan Musyarakah. 04. Tagihan kepada mitra aktif yang disebabkan akibat kelalaian atau penyimpangan mitra aktif (nasabah) disajikan sebagai bagian dari pembiayaan Musyarakah. 05. Pembiayaan Musyarakah yang diakhiri sebelum jatuh tempo atau sudah berakhir dan belum diselesaikan oleh nasabah tetap disajikan sebagai bagian dari pembiayaan Musyarakah. E. Ilustrasi Jurnal 01. Pada saat Bank membayarkan modal tunai kepada mitra (nasabah) Db. Pembiayaan Musyarakah Kr. Kas/rekening/kliring 02. Pada saat pengakuan keuntungan Musyarakah Db. Piutang bagi hasil 5.8 185 Lanjutan Lampiran 1 Kr. Pendapatan Musyarakah 03. Pada saat penerimaan keuntungan Musyarakah Db. Kas/rekening/kliring Kr. Piutang bagi hasil 04. Pada saat pengakuan kerugian Musyarakah Db. Beban Kerugian Penurunan Nilai pembiayaan Musyarakah Kr. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai - pembiayaan Musyarakah 05. Pada saat pengakuan keuntungan setelah terjadi kerugian pada periode sebelumnya a. Memulihkan kerugian periode sebelumnya Db. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai pembiayaan - Musyarakah Kr. Beban Kerugian Penurunan Nilai pembiayaan Musyarakah b. Pengakuan kelebihan keuntungan atas kerugian Db. Piutang bagi hasil Kr. Pendapatan Musyarakah 06. Pada saat pembayaran angsuran pokok untuk Musyarakah muttanaqisah Db. Kas/rekening/kliring Kr. Pembiayaan Musyarakah 07. Pada saat terjadi kerugian yang disebabkan kelalaian atau penyimpangan mitra aktif (nasabah) Db. Piutang kepada mitra aktif (nasabah) Kr. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai - pembiayaan Musyarakah 08. Pada saat pengalihan modal kepada mitra aktif (nasabah) Db. Kas/rekening Kr. Pembiayaan Musyarakah F. Pengungkapan Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: 01. Rincian jumlah pembiayaan Musyarakah berdasarkan modal mitra, jenis valuta, jenis penggunaan, sektor ekonomi, status bank dalam pembiayaan Musyarakah (mitra pasif), dan mitra aktif (jika mitra aktif bukan berasal dari salah satu mitra Musyarakah). 02. Klasifikasi pembiayaan Musyarakah menurut jangka waktu akad pembiayaan, kualitas pembiayaan, dan tingkat bagi hasil rata-rata. 5.9 186 Lanjutan Lampiran 1 03. Jumlah dan persentase pembiayaan Musyarakah yang diberikan kepada pihak-pihak berelasi. 04. Jumlah dan persentase pembiayaan Musyarakah yang telah direstrukturisasi dan informasi lain tentang pembiayaan Musyarakah yang direstrukturisasi selama periode berjalan. 05. Kebijakan manajemen dalam pelaksanaan pengendalian risiko portofolio pembiayaan Musyarakah. 06. Besarnya pembiayaan Musyarakah bermasalah dan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai untuk setiap sektor ekonomi. 07. Kebijakan dan metode yang dipergunakan dalam penanganan Musyarakah bermasalah. 08. Ikhtisar pembiayaan Musyarakah yang dihapus buku yang menunjukkan saldo awal, penghapusan selama tahun berjalan, penerimaan atas dihapusbukukan pembiayaan dan pembiayaan Musyarakah Musyarakah yang yang telah telah dihapustagih dan saldo akhir pembiayaan Musyarakah yang dihapus buku. 5.10 187 Lanjutan Lampiran 1 V.3 DANA SYIRKAH TEMPORER A. Definisi Dana syirkah temporer adalah dana yang diterima sebagai investasi dengan jangka waktu tertentu dari individu dan pihak lain dimana bank mempunyai hak untuk mengelola dan menginvestasikan dana tersebut dengan pembagian hasil investasi berdasarkan kesepakatan. B. Dasar Pengaturan 01. PSAK 105 tentang Akuntansi Mudharabah. 02. PSAK 106 tentang Akuntansi Musyarakah. C. Penjelasan 01. Dana syirkah temporer adalah dana yang diterima oleh Bank dimana Bank mempunyai hak untuk mengelola dan menginvestasikan dana, baik sesuai dengan kebijakan Bank atau kebijakan pembatasan dari pemilik dana, kesepakatan. disebabkan dengan Dalam kerugian keuntungan hal dana normal dibagikan syirkah yang bukan sesuai temporer akibat dengan berkurang dari unsur kesalahan yang disengaja, kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan, maka Bank tidak berkewajiban atau menutup kerugian atau kekurangan dana tersebut. 02. Contoh dari dana syirkah temporer adalah penerimaan dana dari investasi mudharabah muthlaqah, mudharabah muqayyadah, musyarakah, dan akun lain yang sejenis. 03. Hubungan antara Bank dan pemilik dana merupakan hubungan kemitraan berdasarkan akad mudharabah muthlaqah, mudharabah muqayyadah atau musyarakah. Bank mempunyai hak untuk mengelola dan menginvestasikan dana yang diterima dengan atau tanpa batasan seperti mengenai tempat, cara, atau obyek investasi. 04. Pemilik dana memperoleh bagian atas keuntungan sesuai kesepakatan dan menerima kerugian berdasarkan jumlah dana dari masing-masing pihak. Pembagian hasil dana syirkah temporer dapat dilakukan dengan: a. Konsep bagi laba (profit sharing), atau b. Konsep bagi hasil (gross profit margin atau dalam fatwa disebut net revenue sharing). 5.11 188 Lanjutan Lampiran 1 05. Untuk Bank yang menggunakan metode bagi laba (profit sharing) dalam akad mudharabah, jika usaha Bank atas pengelolaan dana nasabah (pemilik dana, shahibul maal) mengalami kerugian maka seluruh kerugian ditanggung oleh nasabah (pemilik dana, shahibul maal), kecuali jika ditemukan adanya kelalaian atau kesalahan Bank sebagai pengelola dana (mudharib). 06. Untuk Bank yang menggunakan metode bagi hasil (gross profit margin atau dalam fatwa disebut net revenue sharing), maka nasabah (pemilik dana, shahibul maal) tidak akan kehilangan nilai awal investasinya, kecuali Bank dilikuidasi dengan kondisi realisasi aset lebih kecil dari liabilitas. 07. Kelalaian atau kesalahan Bank sebagai pengelola dana, antara lain, ditunjukkan oleh: a. Tidak dipenuhinya persyaratan yang ditentukan di dalam akad; b. Tidak terdapat kondisi di luar kemampuan (force majeur) yang lazim dan/atau yang telah ditentukan di dalam akad; atau c. Hasil putusan dari badan arbitrase atau pengadilan 08. Dana syirkah temporer terdiri dari dana mudharabah dalam hal Bank sebagai pengelola dana (mudharib) dan musyarakah dalam hal Bank sebagai mitra aktif. 09. Mudharabah dibedakan berdasarkan pembatasan penggunaan dana menjadi mudharabah mutlaqah dan mudharabah muqayadah. 10. Jenis produk penghimpunan dana mudharabah, antara lain: a. Tabungan mudharabah adalah dana mudharabah pada Bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati. b. Deposito mudharabah adalah dana mudharabah pada Bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu dengan pembagian hasil sesuai dengan nisbah yang telah disepakati di muka antara nasabah (pemilik dana, shahibul maal) dengan Bank yang bersangkutan. D. Perlakuan Akuntansi D.1 Pengakuan dan Pengukuran 01. Dana mudharabah dari pemilik dana diakui pada saat diterima sebesar jumlah yang diterima. 5.12 189 Lanjutan Lampiran 1 02. Bagi hasil dana mudharabah diberikan sesuai nisbah yang disepakati pada awal akad. 03. Dana musyarakah dari nasabah (mitra pasif) diakui pada saat diterima sebesar jumlah yang diterima. 04. Bagi hasil dana musyarakah diberikan sesuai nisbah yang disepakati pada awal akad. D.2 Penyajian 01. Dana mudharabah disajikan sebagai dana syirkah temporer dengan memisahkan antara: a. dana mudharabah yang berasal dari Bank; b. dana mudharabah yang berasal dari bukan Bank. 02. Bagi hasil dana mudharabah yang sudah diperhitungkan dan telah jatuh tempo tetapi belum diserahkan kepada nasabah disajikan dalam pos kewajiban segera. 03. Bagi hasil dana mudharabah yang sudah diperhitungkan pada akhir periode tetapi belum jatuh tempo disajikan dalam pos bagi hasil yang belum dibagikan. 04. Dana musyarakah disajikan sebagai dana syirkah temporer dalam neraca dengan memisahkan antara: a. dana musyarakah yang berasal dari Bank; b. dana musyarakah yang berasal dari bukan Bank. 05. Bagi hasil dana musyarakah yang sudah diperhitungkan dan telah jatuh tempo tetapi belum diserahkan kepada nasabah disajikan dalam pos kewajiban segera. 06. Bagi hasil dana musyarakah yang sudah diperhitungkan pada akhir periode tetapi belum jatuh tempo disajikan dalam pos bagi hasil yang belum dibagikan. E. Ilustrasi Jurnal 01. Pada saat penerimaan setoran: Db. Kas/kliring Kr. Dana syirkah temporer-tabungan/deposito mudharabah 02. Pada saat penarikan tabungan: Db. Dana syirkah temporer-tabungan/deposito mudharabah Kr. Kas/pemindahbukuan/kliring 03. Pada saat dilakukan perhitungan bagi hasil: Db. Bagian pihak ketiga atas pendapatan 5.13 190 Lanjutan Lampiran 1 Kr. Bagi hasil yang belum dibagikan 04. Pada saat pembayaran bagi hasil: Db. Bagi hasil yang belum dibagikan Kr. Kas/rekening/kliring 05. Pada saat deposito mudharabah jatuh tempo: Db. Dana syirkah temporer-deposito mudharabah Kr. Kas/rekening/kliring F. Pengungkapan Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: 01. Isi kesepakatan utama akad mudharabah: a. porsi dana; b. pembagian hasil usaha. 02. Rincian dana mudharabah yang diterima berdasarkan: a. b. c. Jenis mudharabah i. mudharabah mutlaqah; ii. mudharabah muqayadah. Pemilik dana mudharabah i. Bank; ii. bukan Bank. Jenis mata uang dana mudharabah: i. Rupiah; ii. valuta asing. 03. Rincian dana mudharabah yang disalurkan berdasarkan: a. b. c. Sumber dana mudharabah yang berasal dari: i. mudharabah mutlaqah; ii. mudharabah muqayadah. Penerima dana mudharabah: i. Bank; ii. bukan Bank Syariah. Jenis mata uang yang digunakan: i. Rupiah; ii. valuta asing. 04. Penjelasan mengenai kebijakan penyaluran dana mudharabah. 05. Pihak-pihak yang berelasi, baik nasabah (pemilik dana, shahibul maal) atau nasabah penerima penyaluran dana mudharabah. 5.14 191 Lanjutan Lampiran 1 06. Jumlah simpanan yang diblokir untuk tujuan tertentu antara lain sebagai jaminan pembiayaan dan atau transaksi perbankan syariah lainnya. 5.15 192 Lanjutan Lampiran 1 BAGIAN VI AKAD SEWA VI.1 IJARAH ATAS ASET BERWUJUD A. Definisi 01. Ijarah adalah akad pemindahan hak guna/manfaat atas suatu aset dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah) tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan aset itu sendiri. 02. Ijarah muntahiyah bittamlik adalah Ijarah dengan wa’ad perpindahan kepemilikan obyek Ijarah pada saat tertentu. 03. Obyek Ijarah adalah manfaat dari penggunaan aset berwujud atau aset tidak berwujud. 04. Umur manfaat adalah suatu periode dimana aset diharapkan akan digunakan atau jumlah produksi/unit serupa yang diharapkan akan diperoleh dari aset. 05. Wa’ad adalah janji dari satu pihak kepada pihak lain untuk melaksanakan suatu transaksi. B. Dasar Pengaturan 01. PSAK 107 tentang Akuntansi Ijarah. 02. PSAK 16 tentang Aset Tetap. 03. PSAK 48 tentang Penurunan Nilai Aset. C. Penjelasan 01. Ijarah merupakan akad sewa-menyewa suatu aset Ijarah tanpa adanya perpindahan risiko dan manfaat yang signifikan terkait kepemilikan aset tersebut, dengan atau tanpa adanya opsi untuk memindahkan kepemilikan dari pemilik (Bank) kepada penyewa/nasabah pada saat tertentu. 02. Pada umumnya transaksi Ijarah muntahiyah bittamlik muncul karena adanya kebutuhan untuk memiliki aset tertentu, dimana pemenuhan kebutuhan atas aset tersebut dipenuhi melalui akad Ijarah. 03. Bank dapat meminta penyewa/nasabah untuk menyerahkan jaminan atas Ijarah untuk menghindari risiko kerugian. 04. Jumlah, ukuran, dan jenis aset Ijarah harus jelas diketahui dan tercantum dalam akad. 6.1 193 Lanjutan Lampiran 1 05. Biaya perbaikan aset Ijarah merupakan tanggungan pemilik. Perbaikan tersebut dapat dilakukan oleh pemilik secara langsung atau dilakukan oleh penyewa atas persetujuan pemilik. 06. Dalam transaksi Ijarah muntahiyah bittamlik, perpindahan kepemilikan suatu aset dari Bank kepada nasabah dapat dilakukan jika aktivitas penyewaan telah berakhir atau diakhiri dan aset Ijarah telah diserahkan kepada nasabah dengan membuat akad terpisah secara: a. hibah; b. penjualan sebelum akad berakhir; c. penjualan pada akhir masa Ijarah; d. Penjualan secara bertahap apabila objeknya bisa dipindahkan secara bertahap. 07. Dalam transaksi jual dan Ijarah-balik (sale and leaseback) harus merupakan transaksi yang terpisah dan tidak saling bergantung (ta’alluq) sehingga harga jual harus dilakukan pada nilai wajar. 08. Dalam transaksi Ijarah dan Ijarah-lanjut (lease and sublease), pembayaran untuk sewa di muka merupakan aset Ijarah. 09. Biaya perolehan aset Ijarah mengacu pada ketentuan biaya perolehan aset tetap di PSAK 16 tentang Aset Tetap. 10. Metode penyusutan, umur manfaat, dan nilai residu dari aset Ijarah mengacu pada penyusutan aset tetap yang serupa sebagaimana diatur di PSAK 16 tentang Aset tetap. Umur manfaat aset Ijarah pada Ijarah muntahiyah bittamlik sesuai dengan masa akad Ijarah. 11. Kebijakan penyusutan mencerminkan pola atau konsumsi amortisasi yang yang diharapkan dipilih dari harus manfaat ekonomi di masa depan dari obyek Ijarah. Umur ekomonis dapat berbeda dengan umur teknis. Misalnya, mobil yang dapat dipakai selama 10 tahun diijarahkan dengan akad ijarah muntahiyah bittamlik selama 5 tahun. Dengan demikian umur ekonomisnya adalah 5 tahun. 12. Bank harus melakukan uji penurunan nilai atas aset Ijarah yang dimiliki secara periodik berdasarkan nilai wajar. Dalam hal terjadi penurunan nilai, maka Bank wajib membentuk cadangan kerugian nilai atas aset Ijarah. 13. Apabila terdapat pemulihan nilai atas aset Ijarah yang telah mengalami penurunan nilai, maka Bank dapat memulihkan aset 6.2 194 Lanjutan Lampiran 1 Ijarah pada nilai bukunya atau nilai yang dapat diperoleh kembali (recoverable amount), yaitu jumlah yang dapat diperoleh dari penjualan aset dalam transaksi antarpihak yang bebas (arm’s length transaction), setelah dikurangi biaya yang terkait (net selling price). 14. Piutang pendapatan sewa atas porsi pokok dibentuk Cadangan Kerugian Penurunan Nilai sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam PSAK yang terkait. 15. Dalam bagian ini hanya mencakup Bank sebagai pemilik obyek sewa (lessor) dalam transaksi beli dan Ijarah, beli dan Ijarah-balik, dan Ijarah dan Ijarah-lanjut. D. Perlakuan Akuntansi D.1 Pengakuan dan Pengukuran 01. Aset Ijarah diakui pada saat diperoleh sebesar biaya perolehan. 02. Pendapatan sewa diakui selama masa akad Bank dengan nasabah. 03. Aset Ijarah disusutkan sesuai kebijakan penyusutan aktiva sejenis sedangkan aset Ijarah dalam Ijarah muntahiyah bittamlik disusutkan sesuai masa sewa. 04. Biaya perbaikan aset Ijarah, baik yang dilakukan oleh pemilik maupun yang dilakukan oleh nasabah dengan persetujuan pemilik dan biaya tersebut dibebankan kepada pemilik, diakui sebagai beban Ijarah. 05. Biaya perbaikan aset Ijarah muntahiyah bittamlik melalui penjualan secara bertahap sebanding dengan bagian kepemilikan masingmasing. 06. Pada saat terjadi penurunan nilai aset Ijarah, Bank mengakui sebagai kerugian penurunan nilai aset sebesar selisih antara nilai buku dengan nilai wajar aset Ijarah. 07. Jika berdasarkan evaluasi secara periodik diketahui bahwa jumlah penurunan nilai berkurang, maka Bank dapat memulihkan kerugian penurunan nilai yang telah diakui, paling tinggi sebesar Cadangan Kerugian Penurunan Nilai yang telah dibentuk. 08. Perpindahan kepemilikan aset Ijarah dari Bank kepada nasabah, dalam Ijarah muntahiyah bittamlik dengan cara: a. hibah, maka jumlah tercatat aset Ijarah yang dihibahkan diakui sebagai beban. 6.3 195 Lanjutan Lampiran 1 b. penjualan sebelum berakhirnya masa Ijarah, maka selisih antara harga jual dan jumlah tercatat aset Ijarah diakui sebagai keuntungan atau kerugian. c. penjualan setelah selesainya masa Ijarah, maka selisih antara harga jual dan jumlah tercatat Ijarah diakui sebagai keuntungan atau kerugian. d. penjualan secara bertahap, maka: i. selisih antara harga jual dan jumlah tercatat sebagian objek Ijarah yang telah dijual diakui sebagai keuntungan atau kerugian; sedangkan ii. bagian objek Ijarah yang tidak dibeli penyewa diakui sebagai aset tidak lancar atau aset lancar sesuai dengan tujuan penggunaan aset tersebut. 09. Dalam hal Bank melakukan transaksi Ijarah-lanjut, maka aset Ijarah diamortisasi selama masa Ijarah antara Bank dengan pemilik aset. 10. Bank wajib membentuk Cadangan Kerugian Penurunan Nilai untuk piutang pendapatan sewa sebesar porsi pokok sewa yang tertunda sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam PSAK yang terkait. D.2 Penyajian 01. Objek sewa yang diperoleh Bank disajikan sebagai aset Ijarah. 02. Akumulasi penyusutan/amortisasi dan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai dari aset Ijarah disajikan sebagai pos lawan aset Ijarah. 03. Porsi pokok atas pendapatan sewa yang belum dibayar disajikan sebagai piutang sewa. 04. Porsi ujrah atas pendapatan sewa yang belum dibayar disajikan sebagai pendapatan sewa yang akan diterima yang merupakan bagian dari aset lainnya pada saat nasabah tergolong performing. Sedangkan, apabila nasabah tergolong non-performing maka pendapatan sewa yang akan diterima disajikan pada rekening administratif. 05. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai atas piutang sewa disajikan sebagai pos lawan (contra account) piutang Ijarah. 06. Beban penyusutan/amortisasi aset Ijarah disajikan sebagai pengurang pendapatan Ijarah pada laporan laba rugi. 6.4 196 Lanjutan Lampiran 1 E. Ilustrasi Jurnal 01. Pada saat perolehan aset Ijarah Db. Aset Ijarah Kr. Kas/rekening 02. Pada saat pengakuan pendapatan Ijarah pada tanggal laporan Db. Piutang sewa (porsi pokok) Db. Piutang pendapatan sewa (porsi ujrah) Kr. Pendapatan Ijarah 03. Pada saat pengakuan penyusutan/amortisasi pada tanggal laporan Db. Beban penyusutan Kr. Akumulasi penyusutan 04. Pada saat penerimaan sewa dari nasabah Dr. Kas/rekening Kr. Piutang sewa (porsi pokok) Kr. Piutang pendapatan sewa (porsi ujrah) 05. Pada saat terjadi biaya perbaikan Db. Beban perbaikan Kr. Kas/rekening 06. Pada saat terjadi tunggakan pembayaran sewa a. nasabah masih tergolong performing Db. Piutang sewa (porsi pokok) Db. Piutang pendapatan sewa (porsi ujrah) Kr. Pendapatan Ijarah b. nasabah tergolong non-performing i. dilakukan jurnal balik pendapatan sewa Db. Pendapatan Ijarah Kr. Piutang pendapatan sewa (porsi ujrah) ii. pengakuan atas porsi pokok sewa Db. Piutang sewa (porsi pokok) Kr. Pendapatan Ijarah 07. Pada saat pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai atas piutang sewa Db. Beban kerugian penurunan nilai aset keuangan – piutang sewa Kr. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai aset keuangan – piutang sewa 6.5 197 Lanjutan Lampiran 1 08. Pada saat pemulihan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai atas piutang sewa Db. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai aset keuangan – piutang sewa Kr. Beban kerugian penurunan nilai aset keuangan – piutang sewa / Keuntungan pemulihan nilai – piutang sewa 09. Pada saat terjadi penurunan nilai aset Ijarah Db. Beban kerugian penurunan nilai aset Ijarah Kr. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai aset Ijarah 10. Pada saat terjadi pemulihan nilai aset Ijarah Db. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai aset Ijarah Kr. Beban kerugian penurunan nilai aset Ijarah/ Keuntungan pemulihan nilai aset Ijarah 11. Pada saat pengalihan aset Ijarah a. Melalui hibah Db. Akumulasi penyusutan/amortisasi Db. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai aset Ijarah Db. Beban kerugian Kr. Aset Ijarah b. F. Melalui penjualan Db. Kas/rekening Db. Akumulasi penyusutan/amortisasi Db. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai aset Ijarah Db/Kr. Kerugian/keuntungan Kr. Aset Ijarah Pengungkapan Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: 01. Sumber dana yang digunakan dalam pembiayaan Ijarah. 02. Jumlah piutang cicilan Ijarah yang akan jatuh tempo hingga dua tahun terakhir. 03. Jumlah obyek sewa berdasarkan jenis transaksi (Ijarah dan Ijarah muntahiyah bittamlik), jenis aset dan akumulasi penyusutannya serta Cadangan Kerugian Penurunan Nilai jika ada, apabila Bank sebagai pemilik obyek sewa. 6.6 198 Lanjutan Lampiran 1 04. Komitmen yang berhubungan dengan perjanjian Ijarah muntahiyah bittamlik yang berlaku efektif pada periode Laporan Keuangan berikutnya. 05. Kebijakan akuntansi yang digunakan atas transaksi Ijarah dan Ijarah muntahiyyah bittamlik. 06. Transaksi dan saldo dengan pihak-pihak yang berelasi. 6.7 199 Lanjutan Lampiran 1 VI.2 IJARAH ATAS JASA A. Definisi Ijarah atas jasa adalah Ijarah dimana obyek Ijarah adalah manfaat yang bukan berasal dari aset berwujud. B. Dasar Pengaturan 01. PSAK 107 tentang Akuntansi Ijarah. C. Penjelasan 01. Transaksi Ijarah atas jasa dikenal dengan istilah pembiayaan multijasa. 02. Manfaat (jasa) yang bisa di-Ijarah-kan, antara lain, jasa pendidikan, jasa kesehatan, dan jasa pariwisata rohani. 03. Dalam melakukan transaksi multijasa, Bank melakukan akad Ijarah dengan pihak pemasok dan kemudian melakukan akad Ijarah lebih lanjut dengan nasabah. 04. Perolehan aset Ijarah atas jasa diamortisasi sesuai dengan jangka waktu akad Ijarah Bank dengan pemasok. 05. Perlakuan akuntansi transaksi multijasa mengikuti akuntansi untuk Ijarah dengan skema sewa dan sewa-lanjut. D. Perlakuan Akuntansi D.1 Pengakuan dan Pengukuran 01. Perolehan aset Ijarah atas jasa diakui sebagai aset Ijarah pada saat perolehan hak atas jasa sebesar biaya yang terjadi. 02. Pendapatan Ijarah diakui selama masa akad Bank dengan nasabah. 03. Amortisasi atas perolehan aset Ijarah diakui sebagai beban Ijarah. 04. Bank wajib membentuk Cadangan Kerugian Penurunan Nilai untuk piutang pendapatan multijasa sebesar porsi pokok sewa yang tertunda sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam PSAK yang terkait. D.2 Penyajian 01. Perolehan atas jasa disajikan sebagai bagian aset Ijarah dan disajikan terpisah dari aset Ijarah lain. 02. Amortisasi atas perolehan aset Ijarah disajikan sebagai pos lawan dari aset Ijarah. 6.8 200 Lanjutan Lampiran 1 03. Porsi pokok atas pendapatan sewa multijasa yang belum dibayar disajikan sebagai piutang sewa. 04. Porsi ujrah atas pendapatan sewa multijasa yang belum dibayar disajikan sebagai pendapatan sewa multijasa yang akan diterima yang merupakan bagian dari aset lainnya pada saat nasabah tergolong performing. Sedangkan, apabila nasabah tergolong nonperforming maka pendapatan sewa multijasa yang akan diterima disajikan pada rekening administratif. 05. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai atas piutang sewa disajikan sebagai pos lawan (contra account) piutang sewa. 06. Beban amortisasi aset Ijarah disajikan sebagai pengurang pendapatan Ijarah pada laporan laba rugi. E. Ilustrasi Jurnal 01. Pada saat perolehan jasa Db. Aset Ijarah Kr. Kas/rekening 02. Pada saat pengakuan pendapatan Ijarah pada tanggal laporan Db. Piutang sewa (porsi pokok) Db. Piutang pendapatan sewa multijasa (porsi ujrah) Kr. Pendapatan Ijarah 03. Pada saat pengakuan amortisasi pada tanggal laporan Db. Beban amortisasi Kr. Akumulasi amortisasi 04. Pada saat penerimaan sewa dari nasabah Dr. Kas/rekening Kr. Piutang sewa (porsi pokok) Kr. Piutang pendapatan sewa multijasa (porsi ujrah) 05. Pada saat penerimaan sewa dari nasabah Dr. Kas/rekening Kr. Piutang sewa (porsi pokok) Kr. Piutang pendapatan sewa multijasa (porsi ujrah) 06. Pada saat terjadi tunggakan pembayaran sewa a. nasabah masih tergolong performing Db. Piutang sewa (porsi pokok) Db. Piutang pendapatan sewa multijasa (porsi ujrah) Kr. Pendapatan Ijarah 6.9 201 Lanjutan Lampiran 1 b. nasabah tergolong non-performing i. dilakukan jurnal balik pendapatan sewa Db. Pendapatan Ijarah Kr. Piutang pendapatan sewa multijasa (porsi ujrah) ii. pengakuan atas porsi pokok sewa Db. Piutang sewa (porsi pokok) Kr. Pendapatan Ijarah 07. Pada saat pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai atas piutang sewa Db. Beban kerugian penurunan nilai aset keuangan – piutang sewa Kr. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai aset keuangan – piutang sewa 08. Pada saat pemulihan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai atas piutang sewa Db. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai aset keuangan – piutang sewa Kr. Beban kerugian penurunan nilai aset keuangan – piutang sewa / Keuntungan pemulihan nilai – piutang sewa F. Pengungkapan Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: 01. Sumber dana yang digunakan dalam pembiayaan Ijarah. 02. Rincian perolehan atas jasa berdasarkan jenis. 03. Jumlah piutang cicilan Ijarah yang akan jatuh tempo hingga dua tahun terakhir. 04. Transaksi dan saldo dengan pihak-pihak yang berelasi. 6.10 202 Lanjutan Lampiran 1 BAGIAN VII AKAD PINJAMAN QARDH VII.1 A. PINJAMAN QARDH YANG DIBERIKAN Definisi Pinjaman Qardh yang diberikan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara peminjam dan pihak yang meminjamkan yang mewajibkan peminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu. B. Dasar Pengaturan 01. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah. C. Penjelasan 01. Pinjaman Qardh yang diberikan merupakan pinjaman yang tidak mempersyaratkan adanya imbalan. 02. Akad Qardh dalam Lembaga Keuangan Syariah terdiri dari dua macam: a. Akad Qardh yang berdiri sendiri untuk tujuan sosial semata sebagaimana dimaksud dalam Fatwa DSN-MUI Nomor: 19/DSNMUI/IV/2001 tentang al-Qardh, bukan sebagai sarana atau kelengkapan bagi transaksi lain dalam produk yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan; b. Akad Qardh yang dilakukan sebagai sarana atau kelengkapan bagi transaksi lain yang menggunakan akad-akad mu’awadhah (pertukaran dan dapat bersifat komersial) dalam produk yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. Penggunaan dana dari pihak ketiga hanya diperbolehkan untuk tujuan komersial antara lain seperti produk Rahn Emas, Pembiayaan Pengurusan Haji Lembaga Keuangan Syariah, Pengalihan Utang, Syariah Charge Card, Syariah Card, dan Anjak Piutang. 03. Bank dapat meminta jaminan atas pemberian Qardh. 04. Bank hanya boleh mengenakan biaya administrasi atas pinjaman Qardh. 7.1 203 Lanjutan Lampiran 1 05. Pendapatan yang berasal dari biaya administrasi dalam pinjaman Qardh yang dananya berasal dari dana pihak ketiga akan dibagihasilkan, sedangkan untuk pinjaman Qardh yang dananya berasal dari modal Bank tidak dibagi-hasilkan. 06. Ujrah dari akad ijarah atau akad lain yang dilakukan bersamaan dengan pemberian pinjaman Qardh (untuk rahn, talangan haji, dan pengalihan utang) yang dananya berasal dari dana pihak ketiga maka pendapatan yang diperoleh akan dibagi-hasilkan, sedangkan apabila dananya berasal selain dari dana pihak ketiga pendapatan yang diperoleh tidak dibagi-hasilkan. 07. Dalam hal nasabah mengalami tunggakan pembayaran angsuran, Bank membentuk Cadangan Kerugian Penurunan Nilai untuk pinjaman Qardh sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam PSAK yang terkait. D. Perlakuan Akuntansi D.1 Pengakuan dan Pengukuran 01. Pinjaman Qardh diakui sebesar jumlah yang dipinjamkan pada saat terjadinya. 02. Biaya administrasi, bonus, ujrah yang dananya bersumber dari dana intern diakui sebagai pendapatan operasi lain sebesar jumlah yang diterima. 03. Biaya administrasi, bonus, ujrah yang dananya bersumber dari dana pihak ketiga diakui sebagai pendapatan utama lain dan dibagihasilkan sebesar jumlah yang diterima. D.2 Penyajian 01. Pinjaman Qardh yang bersumber dari intern Bank dan dana pihak ketiga disajikan pada pos pinjaman Qardh. 02. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai pinjaman Qardh disajikan sebagai pos lawan (contra account) pinjaman Qardh. E. Ilustrasi Jurnal 01. Pada saat pinjaman Qardh diberikan Db. Pinjaman Qardh Kr. Kas/rekening/kliring 02. Pada saat penerimaan biaya administrasi/bonus/imbalan Db. Kas 7.2 204 Lanjutan Lampiran 1 Kr. Pendapatan utama lain/pendapatan operasional lain 03. Pada saat pelunasan/cicilan Db. Kas/rekening/kliring Kr. Pinjaman Qardh 04. Pada saat pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai atas pinjaman Qardh Db. Beban kerugian penurunan nilai aset keuangan – pinjaman Qardh Kr. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai aset keuangan – pinjaman Qardh 05. Pada saat pemulihan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai atas pinjaman Qardh Db. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai aset keuangan – pinjaman Qardh Kr. Beban kerugian penurunan nilai aset keuangan – pinjaman Qardh/ Keuntungan pemulihan nilai – pinjaman Qardh F. Pengungkapan Hal-hal yang harus diungkapkan, antara lain: 01. Rincian jumlah pinjaman Qardh berdasarkan sumber dana, jenis penggunaan dan sektor ekonomi. 02. Jumlah pinjaman Qardh yang diberikan kepada pihak yang berelasi. 03. Kebijakan manajemen dalam pelaksanaan pengendalian risiko pinjaman Qardh. 04. Ikhtisar pinjaman Qardh yang dihapus buku yang menunjukkan saldo awal, penghapusan selama tahun berjalan, penerimaan atas pinjaman Qardh yang telah dihapusbukukan dan pinjaman Qardh yang telah dihapus tagih dan saldo akhir pinjaman Qardh yang dihapus buku. 7.3 205 Lanjutan Lampiran 1 VII.2 A. PINJAMAN QARDH YANG DITERIMA Definisi Pinjaman Qardh yang diterima adalah penerimaan dana berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara peminjam dan pihak yang meminjamkan yang mewajibkan peminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu. B. Dasar Pengaturan 01. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah. C. Penjelasan 01. Pinjaman Qardh yang diterima merupakan pinjaman yang tidak mempersyaratkan adanya imbalan. Namun demikian, Bank diperkenankan untuk memberikan imbalan (bonus). 02. D. Bank dapat memberikan jaminan atas penerimaan Qardh. Perlakuan Akuntansi D.1 Pengakuan dan Pengukuran 01. Pinjaman Qardh yang diterima diakui sebesar jumlah dana yang diterima pada saat terjadinya. 02. Imbalan yang diberikan kepada pemberi pinjaman Qardh diakui sebagai beban operasional. D.2 Penyajian Pinjaman yang diterima disajikan sebesar jumlah nominal yang harus diselesaikan. E. Ilustrasi Jurnal 01. Pada saat pinjaman Qardh diterima Db. Kas/rekening/kliring Kr. Pinjaman yang diterima 02. Pada saat pembayaran imbalan Db. Imbalan Qardh (beban operasional) Kr. Kas/rekening/kliring 7.4 206 Lanjutan Lampiran 1 03. Pada saat pelunasan/cicilan Db. Pinjaman yang diterima Kr. Kas/rekening/kliring F. Pengungkapan Hal-hal yang harus diungkapkan, antara lain: 01. Rincian pinjaman yang diterima dari pihak berelasi dan pihak tidak berelasi. 02. Uraian mengenai isi ketentuan penting dalam akad pinjaman yang diterima. 03. Pengungkapan lain. 7.5 207 Lanjutan Lampiran 1 BAGIAN VIII VIII.1 A. SURAT BERHARGA INVESTASI PADA SURAT BERHARGA Definisi Investasi pada surat berharga adalah investasi yang ditanamkan pada surat berharga Syariah komersial, seperti sukuk dan surat berharga lainnya, antara lain: Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank (SIMA), Surat Investasi Komoditas Antar Bank (SIKA), unit penyertaan Syariah atau kontrak investasi kolektif (reksadana), reverse repo sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip Syariah. B. Dasar Pengaturan 01. PSAK 110 tentang Akuntansi Sukuk. 02. PSAK 50 tentang Instrumen Keuangan: Penyajian. 03. PSAK 55 tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran. 04. PSAK 60 tentang Instrumen Keuangan: Pengungkapan. C. Penjelasan 01. Investasi pada diperbolehkan surat berharga sepanjang terdapat yang fatwa dilakukan dari oleh Dewan Bank Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia dan diperkenankan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 02. Investasi pada surat berharga hanya dapat dilakukan pada surat berharga yang diterbitkan oleh emiten yang jenis kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan prinsip Syariah. 03. Pada bagian surat berharga ini transaksi investasi yang dibahas meliputi, investasi pada sukuk dan surat berharga lain yang sejenis, investasi reksadana Syariah, dan reverse repo Syariah. C.1 Investasi pada Sukuk dan Surat Berharga Lain yang Sejenis 01. Investasi pada sukuk dan surat berharga lain yang sejenis diklasifikasikan menjadi: a. Diukur pada nilai wajar; dan b. Diukur pada biaya perolehan. 02. Basis pengklasifikasian tersebut ditentukan oleh model usaha yang digunakan Bank. 8.1 208 Lanjutan Lampiran 1 a. Jika model usahanya bertujuan tidak untuk memperoleh arus kas kontraktual atau persyaratan kontraktual tidak menentukan tanggal tertentu dan/atau bagi hasil (mudharabah) atau imbalan (ijarah), maka investasi tersebut diukur pada nilai wajar. b. Jika model usahanya bertujuan untuk memperoleh arus kas kontraktual dan persyaratan kontraktual menentukan tanggal tertentu dan/atau bagi hasil (mudharabah) atau imbalan (ijarah), maka investasi tersebut diukur pada biaya perolehan. Model usaha dimaksud harus ditetapkan oleh Manajemen Bank dan tidak diterapkan pada setiap surat berharga secara individual, tetapi pada level portofolio. 03. Model usaha yang bertujuan untuk memperoleh arus kas kontraktual tidak mengharuskan Bank untuk memiliki sukuk hingga jatuh tempo. Penjualan sukuk sebelum jatuh tempo dapat dilakukan jika: a. Sukuk tidak lagi sesuai dengan kebijakan investasi Bank, misalnya penurunan peringkat sukuk di bawah peringkat yang menjadi kebijakan Bank; b. Bank membutuhkan dana modal (capital expenditure). Akan tetapi, jika penjualan sukuk yang melebihi jumlah penjualan yang tidak sering (infrequent), maka Bank harus melakukan penilaian apakah dan bagaimana penjualan tersebut konsisten dengan tujuan untuk memperoleh arus kas kontraktual. 04. Jika Bank mengelola kinerja portofolio sukuk dengan tujuan merealisasikan arus kas melalui penjualan, maka sukuk harus diklasifikasikan untuk diukur pada nilai wajar. 05. Jika Bank mengelola dan menilai kinerja portofolio sukuk dengan basis nilai wajar, maka harus diklasifikasikan untuk diukur pada nilai wajar. 06. Jika Bank memiliki portofolio sukuk untuk tujuan diperdagangkan (trading), maka harus diklasifikasikan untuk diukur pada nilai wajar. 07. Sukuk dalam kelompok diukur pada nilai wajar tidak dapat direklasifikasikan ke kelompok diukur pada biaya perolehan, kecuali terjadi perubahan model usaha sebagaimana dijelaskan di atas. 8.2 209 Lanjutan Lampiran 1 08. Sukuk dapat direklasifikasi dari diukur pada nilai wajar ke diukur pada biaya perolehan atau sebaliknya jika terdapat perubahan model usaha. 09. Nilai wajar yang digunakan mengacu pada urutan sebagai berikut: a. Kuotasi harga di pasar aktif; b. Harga dari transaksi terkini; c. Nilai wajar dari instrumen sejenis. 10. Sukuk yang dikelompokkan dalam diukur pada biaya perolehan, jika terdapat indikasi penurunan nilai, dihitung jumlah terpulihkannya yaitu jumlah yang akan diperoleh dari pengembalian pokok tanpa memperhitungkan nilai kininya. C.2 Investasi pada Reksadana Syariah 01. Investasi pada Reksadana Syariah diklasifikasikan menjadi: a. Diukur pada nilai wajar melalui laba rugi (fair value through profit or loss/FVTPL). b. Tersedia untuk dijual (available for sale/AFS). 02. Nilai wajar reksa dana ditentukan berdasarkan nilai aset bersih (NAB). 03. Reksadana yang dikelompokkan dalam klasifikasi tersedia untuk dijual, jika terdapat indikasi penurunan nilai maka Bank mengakui kerugian penurunan nilai. Selanjutnya apabila terdapat pemulihan nilai maka jumlah terpulihkannya yaitu jumlah yang akan diperoleh dari pengembalian pokok tanpa memperhitungkan nilai kininya. C.3 Tagihan Reverse Repo Syariah 01. Transaksi reverse repo SBSN adalah transaksi pembelian SBSN oleh Bank dari Bank Indonesia, dengan janji penjualan kembali oleh Bank sesuai dengan harga dan jangka waktu yang disepakati. 02. Transaksi reverse repo SBSN merupakan transaksi yang dilakukan oleh Bank Indonesia dalam rangka pengurangan likuiditas Bank atau kontraksi moneter. 03. Transaksi reverse repo SBSN dilakukan dengan menggunakan akad al bai’ (jual beli) yang disertai dengan al wa’ad (janji) oleh Bank kepada Bank Indonesia, dalam dokumen terpisah, untuk menjual kembali SBSN dalam jangka waktu dan harga tertentu yang disepakati. 04. Jangka waktu transaksi reverse repo SBSN paling singkat satu hari dan paling lama dua belas bulan yang dinyatakan dalam hari yang 8.3 210 Lanjutan Lampiran 1 dihitung sejak satu hari setelah tanggal setelmen sampai dengan tanggal jatuh waktu. 05. Harga SBSN ditetapkan dan diumumkan oleh Bank Indonesia di BISSSS dan/atau sarana lainnya dengan mempertimbangkan antara lain harga pasar masing-masing jenis dan seri SBSN. 06. SBSN yang dapat di-reverse repo-kan terdiri dari SBSN jangka panjang dan SBSN jangka pendek. D. Perlakuan Akuntansi D.1 Pengakuan dan Pengukuran 01. Sukuk dan Surat Berharga Lain yang Sejenis a. Kategori ‘diukur pada nilai wajar’ i. Pada pengakuan awal, sukuk diukur pada biaya perolehan yaitu nilai wajarnya sedangkan untuk biaya transaksi diakui secara terpisah sebagai biaya investasi. ii. Setelah pengakuan awal, sukuk diukur pada nilai wajar dan perubahan nilai wajar diakui dalam laba rugi. b. Kategori ‘diukur pada biaya perolehan’ i. Pada pengakuan awal, sukuk diukur pada biaya perolehan yaitu nilai wajar ditambah biaya transaksi. ii. Setelah pengakuan awal, selisih antara biaya perolehan dan nilai nominal diamortisasi secara garis lurus selama jangka waktu sukuk. iii. Kerugian penurunan nilai diakui dalam laba rugi tahun berjalan. 02. Reksadana Syariah a. Kategori ‘diukur pada nilai wajar melalui laba rugi’ i. Pada pengakuan awal, reksadana Syariah diukur pada biaya perolehan yaitu nilai wajarnya. ii. Setelah pengakuan awal, reksadana Syariah diukur pada nilai wajar dan perubahan nilai wajar diakui dalam laba rugi. b. Kategori ‘tersedia untuk dijual’ i. Pada pengakuan awal, reksadana Syariah diukur pada biaya perolehan yaitu nilai wajar ditambah biaya transaksi. 8.4 211 Lanjutan Lampiran 1 ii. Setelah pengakuan awal, reksadana Syariah diukur pada nilai dan perubahan nilai wajar diakui dalam penghasilan komprehensif lain. iii. Kerugian penurunan nilai diakui dalam laba rugi tahun berjalan 03. Tagihan reverse repo Syariah a. Pada saat pengakuan awal, tagihan reverse repo Syariah diukur sebesar jumlah yang dibayarkan. b. Setelah pengakuan awal, selisih antara jumlah yang dibayarkan dan nilai jatuh tempo diamortisasi secara garis lurus sampai dengan jatuh tempo dan diakui sebagai pendapatan. D.2 Penyajian 01. Sukuk dalam kategori ‘diukur pada nilai wajar’ disajikan sebesar nilai wajar, dengan selisih nilai wajar disajikan dalam laba rugi. 02. Sukuk dalam kategori ‘diukur biaya perolehan’ disajikan sebesar biaya perolehan setelah amortisasi. 03. Reksadana Syariah dalam kategori ‘diukur pada nilai wajar melalui laba rugi’ disajikan sebesar nilai wajar, dengan selisih nilai wajar disajikan dalam laba rugi. 04. Reksadana Syariah dalam kategori ‘tersedia untuk dijual’ disajikan sebesar nilai wajar, dengan selisih nilai wajar disajikan dalam penghasilan komprehensif lain. 05. Tagihan reverse repo Syariah disajikan sebesar biaya perolehan yang diamortisasi. 06. Kerugian penurunan nilai disajikan sebagai pos lawan dari investasi pada surat berharga. E. Ilustrasi Jurnal E.1 Sukuk dalam kategori ‘diukur pada nilai wajar’ 01. Pada saat pengakuan awal Db. Investasi pada surat berharga Db. Beban investasi Kr. Kliring 02. Pada akhir periode pelaporan a. Pengakuan bagi hasil/imbalan Db. Piutang bagi hasil/imbalan Kr. Pendapatan investasi 8.5 212 Lanjutan Lampiran 1 b. Jika nilai wajar lebih besar dari nilai tercatat Db. Investasi pada surat berharga Kr. Penyesuaian nilai wajar c. Jika nilai wajar lebih kecil dari nilai tercatat Db. Penyesuaian nilai wajar Kr. Investasi pada surat berharga 03. Pada saat penjualan Db. Kliring Db/Kr. Kerugian/keuntungan Kr. Investasi pada surat berharga E.2 Sukuk dalam kategori ‘biaya perolehan’ 01. Pada saat pengakuan awal a. Untuk transaksi premium Db. Investasi pada surat berharga – nominal Db. Investasi pada surat berharga – premium dan biaya transaksi Kr. Kliring b. Untuk transaksi diskonto Db. Investasi pada surat berharga – nominal Kr. Investasi pada surat berharga – diskonto Kr. Kliring 02. Pada akhir periode pelaporan a. Pengakuan bagi hasil/imbalan Db. Piutang bagi hasil/imbalan Kr. Pendapatan investasi b. Amortisasi premium Db. Piutang bagi hasil/imbalan Kr. Investasi pada surat berharga – premium dan biaya transaksi Kr. Pendapatan investasi c. Amortisasi diskonto Db. Piutang bagi hasil/imbalan Db. Investasi pada surat berharga – diskonto Kr. Pendapatan investasi 03. Pada saat terjadi penurunan nilai Db. Kerugian penurunan nilai 8.6 213 Lanjutan Lampiran 1 Kr. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai 04. Pada saat terjadi pemulihan penurunan nilai Db. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Kr. Kerugian penurunan nilai 05. Pada saat jatuh tempo Db. Kliring Kr. Investasi pada surat berharga – nominal E.3 Reksadana Syariah dalam kategori ‘diukur pada nilai wajar melalui laba rugi’ 01. Pada saat pengakuan awal Db. Investasi pada surat berharga Db. Beban investasi Kr. Kliring 02. Pada akhir periode pelaporan a. Jika nilai wajar lebih besar dari nilai tercatat Db. Investasi pada surat berharga Kr. Keuntungan b. Jika nilai wajar lebih kecil dari nilai tercatat Db. Kerugian Kr. Investasi pada surat berharga 03. Pada saat penjualan Db. Kliring Db/Kr. Kerugian/keuntungan Kr. Investasi pada surat berharga E.4 Reksadana Syariah dalam kategori ‘tersedia untuk dijual’ 01. Pada saat pengakuan awal Db. Investasi pada surat berharga Kr. Kliring 02. Pada akhir periode pelaporan a. Jika nilai wajar lebih besar dari nilai tercatat Db. Investasi pada surat berharga Kr. Penghasilan komprehensif lain b. Jika nilai wajar lebih kecil dari nilai tercatat Db. Penghasilan komprehensif lain Kr. Investasi pada surat berharga 8.7 214 Lanjutan Lampiran 1 03. Pada saat penjualan Db. Kliring Db/Kr. Penghasilan komprehensif lain Db/Kr. Kerugian/keuntungan Kr. Investasi pada surat berharga E.5 Tagihan Reverse Repo Syariah 01. Pada awal transaksi tagihan Reverse Repo Syariah Db. Tagihan Reverse Repo Syariah Kr. Tagihan Reverse Repo Syariah – diskonto Kr. Giro BI 02. Pada saat amortisasi diskonto Db. Tagihan Reverse Repo Syariah – diskonto Kr. Pendapatan tagihan Reverse Repo Syariah 03. Pada saat jatuh tempo Db. Giro BI Kr. Tagihan Reverse Repo Syariah F. Pengungkapan Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: 01. Sukuk dan Surat Berharga Lain yang Sejenis a. Klasifikasi berdasarkan jumlah; b. Tujuan model usaha yang digunakan; c. Jumlah yang direklasifikasi, jika ada, dan penyebabnya; dan d. Nilai wajar untuk investasi yang diukur pada biaya perolehan. 02. Reksadana Syariah a. Ikhtisar kebijakan akuntansi yang penting b. Kategorisasi dan jumlah tercatat surat berharga, yaitu ‘diukur pada nilai wajar melalui laba rugi’ dan ‘tersedia untuk dijual’. c. Perubahan nilai wajar yang ‘diukur pada nilai wajar melalui laba rugi’. d. Informasi yang memungkinkan pengguna Laporan Keuangan mengevaluasi jenis dan besarnya resiko yang timbul dari aktivitas surat berharga sebagaimana pada huruf e sampai f di bawah. e. Tujuan, kebijakan, dan proses pengelolaan risiko dan metode pengukuran risiko surat berharga dan perubahan dari periode sebelumnya (jika ada). 8.8 215 Lanjutan Lampiran 1 f. Analisis terhadap surat berharga berdasarkan kategori surat berharga yang memiliki karakteristik ekonomi yang sama. Analisis tersebut mencakup: i. Jumlah yang mencerminkan eksposur risiko surat berharga pada tanggal laporan tanpa memperhitungkan agunan atau bentuk mitigasi risiko lainnya; ii. Jenis dan jumlah agunan serta bentuk mitigasi risiko lainnya atas eksposur surat berharga sebagaimana pada butir i diatas. g. Jumlah surat berharga yang diterbitkan oleh pihak yang berelasi. 03. Tagihan reverse repo Syariah a. Jangka waktu atau jatuh tempo tagihan reverse repo Syariah. b. Tingkat potongan atau diskonto. 8.9 216 Lanjutan Lampiran 1 VIII.2 A. PENYERTAAN Definisi 01. Penyertaan adalah penanaman dana Bank dalam bentuk saham baik dalam Rupiah maupun valuta asing pada bank atau perusahaan lembaga keuangan bukan bank untuk tujuan investasi jangka panjang dan tidak untuk diperjualbelikan. Termasuk dalam cakupan penyertaan adalah penyertaan modal sementara. 02. Penyertaan Modal Sementara adalah penyertaan oleh Bank dalam perusahaan debitur untuk mengatasi kegagalan pembiayaan sebagaimana yang dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku. 03. Entitas asosiasi adalah suatu entitas, termasuk entitas nonkorporasi seperti persekutuan, dimana Bank mempunyai pengaruh signifikan dan bukan merupakan entitas anak ataupun bagian partisipasi dalam ventura bersama. 04. Pengendalian bersama entitas adalah suatu entitas dimana Bank memiliki pengendalian bersama dengan venturer lain atas entitas tersebut. B. Dasar Pengaturan 01. PSAK 12 tentang Bagian Partisipasi dalam Ventura Bersama. 02. PSAK 15 tentang Investasi pada Entitas Asosiasi. C. Penjelasan 01. Pengaruh Signifikan a. Bank dianggap mempunyai pengaruh signifikan jika mempunyai secara langsung maupun tidak langsung (melalui entitas anak) 20%-50% hak suara investee, kecuali dapat dibuktikan dengan jelas bahwa Bank tidak mempunyai pengaruh signifikan. b. Bank dianggap tidak mempunyai pengaruh signifikan jika Bank mempunyai secara langsung maupun tidak langsung (melalui entitas anak) kurang dari 20% hak suara investee, kecuali dapat dibuktikan dengan jelas bahwa Bank mempunyai pengaruh signifikan. c. Bukti adanya pengaruh signifikan: 8.10 217 Lanjutan Lampiran 1 i. Keterwakilan dalam Dewan Direksi dan Dewan Komisaris atau organ setara di investee. ii. Partisipasi dalam proses pembuatan kebijakan, termasuk partisipasi dalam pengambilan keputusan tentang dividen atau distribusi lain. d. iii. Adanya transaksi material antara Bank dengan investee. iv. Pertukaran personel manajerial. v. Penyediaan informasi teknis pokok. Dalam menilai keberadaan pengaruh signifikan, hak suara potensial yang dimiliki Bank dan investor lain harus dipertimbangkan. 02. Pengendalian Bersama Pengendalian Bersama harus didukung oleh suatu perjanjian kontraktual. 03. Pengendalian a. Pengendalian dianggap ada ketika Bank memiliki secara langsung atau tidak langsung melalui entitas anak lebih dari setengah kekuasaan suara suatu entitas, kecuali dalam keadaan yang jarang dapat ditunjukkan secara jelas bahwa kepemilikan tersebut tidak diikuti dengan pengendalian. b. Pengendalian juga ada ketika Bank memiliki setengah atau kurang kekuasaan suara suatu entitas jika terdapat: i. kekuasaan yang melebihi setengah hak suara sesuai perjanjian dengan investor lain; ii. kekuasaan untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasional entitas berdasarkan anggaran dasar atau perjanjian; iii. kekuasaan untuk menunjuk atau mengganti sebagian besar Dewan Direksi dan Dewan Komisaris atau organ pengatur setara dan mengendalikan entitas melalui Dewan atau organ tersebut; atau iv. kekuasaan untuk memberikan suara mayoritas pada rapat Dewan Direksi dan Dewan Komisaris atau organ pengatur setara dan mengendalikan entitas melalui Dewan Direksi dan Dewan Komisaris atau organ tersebut. 04. Penyertaan diperlakukan sebagai: 8.11 218 Lanjutan Lampiran 1 a. Investasi pada aset keuangan jika Bank tidak memiliki pengaruh signifikan, pengendalian bersama, atau pengendalian atas investee. Ketentuan akuntansi untuk investasi pada instrumen keuangan mengacu ke investasi pada reksadana. b. Investasi pada entitas asosiasi jika Bank memiliki pengaruh signifikan. Investasi pada entitas asosiasi dicatat dengan menggunakan metode ekuitas. c. Investasi pada ventura bersama, jika Bank memiliki pengendalian bersama. Investasi pada ventura bersama dicatat dengan menggunakan metode ekuitas. d. Investasi pada entitas anak jika Bank memiliki pengendalian. Entitas anak harus dikonsolidasi. 05. Dalam bagian ini hanya dijelaskan mengenai pencatatan dengan menggunakan metode ekuitas. D. Perlakuan Akuntansi D.1 Pengakuan dan pengukuran 01. Penyertaan pada awalnya diakui sebesar biaya perolehan. 02. Laba rugi investee diakui sebesar bagian investor atas laba atau rugi tersebut sebagai pendapatan/beban dan penambah/pengurang jumlah tercatat penyertaan. 03. Penghasilan komprehensif lain investee diakui sebesar bagian investor atas penghasilan komprehensif lain tersebut sebagai penghasilan komprehensif lain dan penambah/pengurang jumlah tercatat penyertaan. 04. Dividen tunai diakui sebagai pengurang jumlah tercatat penyertaan. 05. Akumulasi kerugian yang diakui tidak boleh mengakibatkan nilai investasi menjadi negatif. D.2 Penyajian Penyertaan disajikan sebesar jumlah tercatat. E. Ilustrasi Jurnal 01. Pada saat penyertaan Db. Penyertaan Kr. Rekening 02. Pada saat pengakuan bagian laba Db. Penyertaan 8.12 219 Lanjutan Lampiran 1 Kr. Bagian laba 03. Pada saat pengakuan bagian rugi Db. Bagian rugi Kr. Penyertaan 04. Pada saat pengakuan dividen Db. Rekening/piutang dividen Kr. Penyertaan 05. Pada saat pelepasan Db. Rekening Db/Kr. Penghasilan komprehensif lain Db/Kr. Kerugian/keuntungan Kr. F. Penyertaan Pengungkapan 01. Investasi pada entitas asosiasi Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: a. Nilai wajar investasi pada entitas asosiasi yang tersedia kuotasi harga yang dipublikasikan. b. Ringkasan informasi keuangan entitas asosiasi. c. Alasan mengapa mempunyai pengaruh signifikan, namun Bank memiliki kurang dari 20% hak investee. d. Alasan mengapa tidak mempunyai pengaruh signifikan, namun Bank memiliki lebih dari 20% hak investee. e. Sifat dan tingkatan pembatasan signifikan atas kemampuan entitas asosiasi mentransfer dana kepada Bank dalam bentuk dividen tunai. f. Bagian rugi entitas asosiasi yang tidak diakui apabila kerugian telah melewati nilai investasi. 02. Investasi pada ventura bersama Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: a. Jumlah liabilitas kontijensi (jika ada) yang ditanggung venturer sendiri dan para venturer, bagian liabilitas kontijensi ventura bersama, dan liabilitas kontijensi atas venturer lain. b. Komitmen modal venturer sendiri dan para venturer, dan bagian komitmen modal ventura bersama. 8.13 220 Lanjutan Lampiran 1 c. Daftar dan penjelasan bagian partisipasi dalam ventura bersama yang signifikan dan bagian partisipasi kepemilikan dalam pengendalian bersama entitas. d. Jumlah agregat aset, liabilitas, penghasilan dan beban yang terkait dengan partisipasinya dalam ventura bersama. 8.14 221 Lanjutan Lampiran 1 VIII.3 A. SURAT BERHARGA YANG DITERBITKAN Definisi Surat berharga yang diterbitkan adalah surat berharga Syariah yang diterbitkan oleh Bank seperti sukuk, sertifikat investasi komoditas antar bank (SIKA), dan surat berharga lain. B. Dasar Pengaturan 01. PSAK 110 tentang Akuntansi Sukuk. C. Penjelasan 01. Surat berharga yang diterbitkan oleh Bank antara lain menggunakan akad ijarah, mudharabah, dan akad Syariah lain. 02. Dalam hal penerbitan surat berharga, khususnya sukuk umumnya tidak hanya menggunakan satu akad (seperti ijarah dan mudharabah) tetapi dapat dikombinasikan dengan akad lain. Semua akad tersebut diperlakukan sebagai satu kesatuan akad dalam penerbitan surat berharga. D. Perlakuan Akuntansi D.1 Pengakuan dan Pengukuran 01. Surat berharga dengan akad ijarah dan akad yang lain. a. Surat berharga diakui sebesar: i. nilai nominal dikurangi diskonto dan biaya yang terkait dengan penerbitan surat berharga (biaya transaksi); ii. nilai nominal ditambah premium dan dikurangi biaya transaksi. b. Selisih antara jumlah tercatat dan nilai nominal diamortisasi secara garis lurus selama jangka waktu akad dan diakui sebagai beban penerbitan surat berharga. c. Imbalan atau bentuk lain yang dibayarkan kepada pemegang surat berharga diakui sebagai beban surat berharga. 02. Surat berharga dengan akad mudharabah dan musyarakah. a. Surat berharga diakui sebesar nilai nominal. b. Biaya transaksi diakui sebagai beban ditangguhkan dan diamortisasi selama masa akad sebagai beban penerbitan surat berharga. 8.15 222 Lanjutan Lampiran 1 c. Bagi hasil yang menjadi hak pemilik surat berharga diakui sebagai pengurang pendapatan, bukan sebagai beban surat berharga. D.2 Penyajian 01. Surat berharga dengan akad ijarah dan akad yang lain disajikan sebagai liabilitas sebesar nilai nominal dikurangi setelah premium atau diskonto dan biaya transaksi yang belum diamortisasi. 02. Surat berharga dengan akad mudharabah dan musyarakah disajikan sebagai dana penerbitan syirkah surat temporer berharga sebesar tersebut nilai disajikan nominal. Biaya sebagai beban tangguhan. E. Ilustrasi Jurnal E.1 Surat berharga dengan akad ijarah dan akad lain 01. Pada saat penerbitan: a. Diterbitkan pada nominal Db. Kas/rekening/kliring Db. Surat berharga – biaya transaksi Kr. Surat berharga b. Diterbitkan pada premium Db. Kas/rekening/kliring Db. Surat berharga – biaya transaksi Kr. Surat berharga Kr. Surat berharga – premium c. Diterbitkan pada diskonto Db. Kas/rekening/kliring Db. Surat berharga – diskonto Db. Surat berharga – biaya transaksi Kr. Surat berharga 02. Pada saat amortisasi: a. Diterbitkan pada nominal Db. Beban penerbitan Kr. Surat berharga – biaya transaksi Db. Beban surat berharga Kr. Utang imbalan surat berharga b. Diterbitkan pada premium Db. Beban penerbitan 8.16 223 Lanjutan Lampiran 1 Db. Surat berharga – premium Kr. Surat berharga – biaya transaksi Db. Beban surat berharga Kr. Utang imbalan surat berharga c. Diterbitkan pada diskonto Db. Beban penerbitan Kr. Surat berharga – diskonto Kr. Surat berharga – biaya transaksi Db. Beban surat berharga Kr. Utang imbalan surat berharga 03. Pada saat pembayaran imbalan: Db. Utang imbalan surat berharga Kr. Kas/rekening/kliring 04. Pada saat jatuh tempo: Db. Surat berharga Kr. Kas/rekening/kliring E.2 Surat berharga dengan akad mudharabah dan musyarakah 05. Pada saat penerbitan: Db. Kas/rekening/kliring Db. Beban ditangguhkan Kr. Surat berharga 06. Pada saat amortisasi: Db. Beban penerbitan Kr. Beban ditangguhkan 07. Pada saat pengakuan pendapatan bagi hasil: Db. Kas/rekening/kliring Kr. Pendapatan yang terkait Kr. Utang bagi hasil surat berharga 08. Pada saat pembayaran bagi hasil: Db. Utang bagi hasil surat berharga Kr. Kas/rekening/kliring 09. Pada saat jatuh tempo: Db. Surat berharga Kr. Kas/rekening/kliring 8.17 224 Lanjutan Lampiran 1 F. Pengungkapan Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: 01. Uraian tentang persyaratan utama dalam penerbitan surat berharga, termasuk: a. ringkasan akad Syariah yang digunakan; b. aset atau manfaat, atau aktivitas yang mendasari; c. besaran imbalan, atau prinsip pembagian hasil usaha, dasar bagi hasil, dan besaran nisbah bagi hasil; d. nilai nominal; e. jangka waktu; f. persyaratan penting lain. 02. Penjelasan mengenai aset atau manfaat yang mendasari penerbitan surat berharga dengan akad ijarah, termasuk jenis dan umur ekonomis. 03. Penjelasan mengenai aktivitas yang mendasari penerbitan surat berharga dengan akad mudharabah, termasuk jenis usaha, kecenderungan (tren) usaha, pihak yang mengelola usaha (jika dilakukan pihak lain). 04. Pengungkapan lain. 8.18 225 Lanjutan Lampiran 1 BAGIAN IX BANK LAIN PENEMPATAN PADA BANK INDONESIA DAN IX.1. KAS A. Definisi Kas adalah mata uang kertas dan logam baik Rupiah maupun valuta asing yang masih berlaku sebagai alat pembayaran yang sah. B. C. Dasar Pengaturan 01. PSAK 50 tentang Instrumen Keuangan: Penyajian. 02. PSAK 55 tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran. 03. PSAK 60 tentang Instrumen Keuangan: Pengungkapan. Penjelasan 01. Dalam pengertian kas termasuk mata uang Rupiah dan valuta asing yang ditarik dari peredaran dan yang masih dalam tenggang waktu penukaran ke Bank Indonesia atau Bank Sentral negara yang bersangkutan. Kas termasuk kas besar, kas kecil, kas ATM dan kas dalam perjalanan. Kas tidak termasuk emas batangan dan uang logam yang diterbitkan untuk memperingati peristiwa nasional (commemorative coin), mata uang emas, logam asing dan kertas asing yang sudah tidak berlaku. 02. Saldo mata uang kertas dan logam asing yang ditarik dari peredaran disajikan dalam rekening ”aset lainnya” sebesar nilai nominal dikurangi dengan taksiran biaya repatriasi. 03. Dalam rangka penyusunan Laporan Arus Kas, yang dimaksud dengan kas dan setara kas adalah: 04. a. Kas; b. Giro pada Bank Indonesia; dan c. Giro pada Bank lain Kas merupakan aset keuangan yang diklasifikasikan sebagai “pinjaman yang diberikan dan piutang (loans and receivables)”, yang dicatat pada nilai nominal dan tidak ada penurunan nilai. 9.1 226 Lanjutan Lampiran 1 D. Perlakuan Akuntansi D1. Pengakuan dan Pengukuran Transaksi kas diakui sebesar nilai nominal. D2. Penyajian Kas disajikan pada urutan pertama dalam aset. E. Ilustrasi Jurnal 01. Kas Rupiah a. Penerimaan setoran: Db. Kas Rupiah Kr. Rekening yang dituju b. Penarikan: Db. Rekening yang ditarik Kr. Kas Rupiah 02. Kas mata uang asing Lihat penjelasan pada Bagian II.C Metode Pencatatan Transaksi Mata Uang Asing. F. Pengungkapan Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: 01. Klasifikasi kas sebagai “pinjaman yang diberikan dan piutang”; 02. Kas dalam mesin ATM jika jumlahnya material. 9.2 227 Lanjutan Lampiran 1 IX.2. PENEMPATAN PADA BANK INDONESIA A. Definisi Penempatan pada Bank Indonesia adalah penempatan/tagihan Bank baik dalam Rupiah maupun valuta asing kepada Bank Indonesia. B. C. Dasar Pengaturan 01. PSAK 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah. 02. PSAK 50 tentang Instrumen Keuangan: Penyajian. 03. PSAK 55 tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran. 04. PSAK 60 tentang Instrumen Keuangan: Pengungkapan. Penjelasan 01. Penempatan pada Bank Indonesia terdiri dari: a. Giro pada Bank Indonesia, yaitu saldo rekening giro Bank di Bank Indonesia, baik dalam Rupiah maupun mata uang asing; b. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), yaitu surat berharga dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia berjangka waktu pendek berdasarkan prinsip Syariah; dan c. Fasilitas Simpanan Bank Indonesia Syariah (FASBIS), yaitu fasilitas simpanan dalam Rupiah yang disediakan oleh Bank Indonesia kepada Bank untuk menempatkan dananya di Bank Indonesia dalam rangka standing facilities berdasakan prinsip Syariah. 02. Giro pada Bank Indonesia merupakan salah satu alat likuid dan tidak dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. 03. Giro pada Bank Indonesia merupakan aset keuangan yang diklasifikasikan sebagai “pinjaman yang diberikan dan piutang (loans and receivables)”, yang dicatat pada biaya perolehan yang diamortisasi. Namun mengingat tidak ada biaya transaksi yang timbul maka Giro pada Bank Indonesia dicatat pada biaya perolehan dan tidak ada penurunan nilai. 04. Jika Bank mendapat fasilitas dari Bank Indonesia untuk menutup kekurangan giro pada Bank Indonesia maka fasilitas tersebut disajikan sebagai liabilitas kepada Bank Indonesia. 9.3 228 Lanjutan Lampiran 1 05. SBIS menggunakan akad ju’alah dan merupakan instrumen moneter yang tidak dapat diperjualbelikan (non-tradeable) atau dipindahtangankan, dan bukan merupakan bagian dari portofolio investasi Bank. 06. FASBIS menggunakan akad wa’diah dengan jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari kalender dihitung dari tanggal penyelesaian transaksi sampai dengan tanggal jatuh tempo. 07. FASBIS tidak dapat diperdagangkan, tidak dapat diagunkan, dan tidak dapat dicairkan sebelum jatuh tempo. D. Perlakuan Akuntansi D1. Pengakuan dan Pengukuran 01. Penempatan pada Bank Indonesia diakui sebesar biaya perolehan (nilai nominal). 02. Beban yang dikenakan atas denda kekurangan GWM diakui pada saat dikenakan denda oleh Bank Indonesia sebagai beban operasi lainnya. 03. Imbalan atas SBIS diakui secara akrual. 04. Bonus atas FASBIS diakui pada saat jatuh tempo. D2. Penyajian Saldo rekening giro pada Bank Indonesia tidak boleh dikurangi/dikompensasi (saling hapus) dengan saldo fasilitas likuiditas yang diterima Bank dari Bank Indonesia dan fasilitas pendanaan jangka pendek Syariah. E. Ilustrasi Jurnal 01. Pada saat penempatan: a. Giro pada Bank Indonesia Db. Giro pada Bank Indonesia Kr. Kas/kliring b. Sertifikat Bank Indonesia Syariah Db. SBIS Kr. Giro pada Bank Indonesia c. Fasilitas Simpanan Bank Indonesia Syariah Db. FASBIS Kr. Giro pada Bank Indonesia 9.4 229 Lanjutan Lampiran 1 02. Pada saat pengakuan bonus atau imbalan a. Bonus atas FASBIS yang diakui pada saat jatuh tempo Db. Giro pada Bank Indonesia Kr. Pendapatan dari penempatan pada BI - Pendapatan operasi utama lainnya b. Imbalan atas SBIS yang diakui secara akrual i. Pada saat pengakuan pendapatan imbalan Db. Pendapatan imbalan pada SBIS yang akan diterima Kr. Pendapatan operasi utama lainnya ii. Pada saat menerima pembayaran imbalan Db. Giro pada Bank Indonesia Kr. Pendapatan imbalan pada SBIS yang akan diterima 03. Pada saat pengakuan beban denda untuk masuk ke kewajiban pada BI: Db. Beban operasional Kr. Giro pada Bank Indonesia 04. Pada saat penarikan: Db. Kas/kliring Kr. Giro pada Bank Indonesia 05. Pada saat jatuh tempo: a. Sertifikat Bank Indonesia Syariah Db. Giro pada Bank Indonesia Kr. SBIS b. Fasilitas Simpanan Bank Indonesia Syariah Db. Giro pada Bank Indonesia Kr. FASBIS 06. Pada saat mendapat fasilitas pendanaan (kewajiban pada Bank Indonesia): Db. Giro pada Bank Indonesia Kr. Liabilitas kepada Bank Indonesia F. Pengungkapan Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: 01. Rincian jumlah penempatan pada Bank Indonesia menurut jenis, jangka waktu dan jenis mata uang. 9.5 230 Lanjutan Lampiran 1 IX.3. PENEMPATAN PADA BANK LAIN A. Definisi Penempatan pada Bank Lain adalah penempatan/tagihan atau simpanan milik Bank dalam Rupiah dan atau valuta asing pada Bank Lain, baik yang melakukan kegiatan operasional di Indonesia maupun diluar Indonesia baik untuk menunjang kelancaran transaksi antar bank maupun sebagai secondary reserve dengan maksud untuk memperoleh penghasilan. B. C. Dasar Pengaturan 01. PSAK 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah. 02. PSAK 50 tentang Instrumen Keuangan: Penyajian. 03. PSAK 55 tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran. 04. PSAK 60 tentang Instrumen Keuangan: Pengungkapan. Penjelasan 01. Penempatan pada Bank Lain adalah penempatan dalam bentuk giro, tabungan dan deposito pada Bank lain, dan giro dan tabungan pada bank konvensional. 02. Pada dasarnya Bank harus melakukan penempatan pada Bank lain. Dalam hal terdapat penempatan pada bank konvensional, maka pendapatan bunga dan jasa giro yang diterima dari bank konvensional, diakui sebagai sumber dana kebajikan. 03. Bagi hasil dan bonus yang diterima dari Bank lain dibagihasilkan kepada nasabah. 04. Penempatan pada bank lain merupakan aset keuangan yang diklasifikasikan sebagai “pinjaman yang diberikan dan piutang (loans and receivables)”, yang dicatat pada biaya perolehan yang diamortisasi. Namun mengingat tidak ada biaya transaksi yang timbul maka penempatan pada bank konvensional dicatat pada biaya perolehan. D. Perlakuan Akuntansi D1. Pengakuan dan Pengukuran 01. Penempatan pada Bank lain 9.6 231 Lanjutan Lampiran 1 a. Transaksi penempatan pada Bank lain diakui sebesar nilai nominal. b. Bonus dan/atau bagi hasil dari Bank lain diakui sebesar nilai nominal yang diterima pada saat diterima. c. Penempatan pada Bank lain dibentuk Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam PSAK yang terkait. 02. Penempatan pada Bank Konvensional a. Transaksi penempatan pada bank konvensional diakui sebesar nilai nominal. b. Pendapatan bunga dari bank konvensional diakui sebagai penerimaan dana kebajikan pada pos pendapatan non halal sebesar nilai nominal yang diterima. c. Penempatan pada bank konvensional dibentuk Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam PSAK yang terkait. D2 Penyajian 01. Saldo penempatan pada bank lain tidak boleh saling hapus (offsetting) dengan saldo kewajiban kepada bank lain tersebut. 02. Saldo CKPN dari penempatan pada bank lain disajikan sebagai pos lawan (contra account) dari penempatan pada bank lain tersebut. E. Ilustrasi Jurnal 01. Penempatan pada Bank lain a. Pada saat penempatan: Db. Penempatan pada Bank lain Kr. Kas/kliring b. Pada saat penerimaan pendapatan: Db. Penempatan pada Bank lain Kr. Pendapatan bagi hasil/bonus c. Pada saat pembentukan CKPN: Db. Beban CKPN Kr. CKPN d. Pada saat penarikan/jatuh tempo: Db. Kas /kliring Kr. Penempatan pada Bank lain 9.7 232 Lanjutan Lampiran 1 02. Penempatan pada bank konvensional a. Pada saat penempatan: Db. Penempatan pada bank konvensional Kr. Kas/kliring b. Pada saat penerimaan pendapatan: Db. Penempatan pada bank konvensional Kr. Rekening Dana Kebajikan c. Pada saat pembentukan CKPN: Db. Beban CKPN Kr. CKPN d. Pada saat penarikan/jatuh tempo: Db. Kas/kliring Kr. Penempatan pada bank konvensional F. Pengungkapan Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: 01. Penempatan pada Bank lain dengan akad Wadiah a. Jenis penempatan (giro wadiah, tabungan wadiah, dan lain yang sejenis), 02. b. Kualitas giro; c. Jenis mata uang; d. Pihak berelasi; e. Jumlah giro yang diblokir dan alasannya; dan f. Jumlah yang tidak dapat dicairkan pada bank bermasalah. Penempatan pada Bank lain dengan akad Mudharabah a. Jenis penempatan (tabungan mudharabah, deposito mudharabah, dan lain-lain yang sejenis), b. Jumlah penempatan; c. Jenis mata uang; d. Jangka waktu (rata-rata atau per kelompok); e. Kualitas penempatan; f. Tingkat bagi hasil/bonus; g. Pihak berelasi; h. Jumlah dana yang diblokir dan alasannya; dan i. Jumlah dana yang tidak dapat dicairkan pada bank bermasalah, bank beku operasi atau likuidasi termasuk tingkat 9.8 233 Lanjutan Lampiran 1 kemungkinan diterimanya kembali dana tersebut berdasarkan konfirmasi dari otoritas yang berwenang. 9.9 234 Lanjutan Lampiran 1 IX.4. SIMPANAN DARl BANK LAIN A. Definisi 01. Simpanan dari bank lain adalah kewajiban Bank kepada bank lain baik di dalam negeri maupun di luar negeri dalam bentuk antara lain giro Wadiah, tabungan Wadiah. 02. Wadiah adalah titipan bank lain yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat bila bank penitip menghendaki dananya kembali. Bank yang menerima titipan bertanggung jawab atas pengembalian titipan tersebut. B. Dasar Pengaturan 01. PSAK 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah. 02. PSAK 50 tentang Instrumen Keuangan: Penyajian. 03. PSAK 55 tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran. 04. PSAK 60 tentang Instrumen Keuangan: Pengungkapan. C. Penjelasan 01. Giro Wadiah adalah titipan bank lain pada Bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan. Termasuk didalamnya giro Wadiah yang diblokir untuk tujuan tertentu misalnya dalam rangka escrow account, giro yang diblokir oleh yang berwajib karena suatu perkara. 02. Tabungan Wadiah adalah titipan bank lain pada Bank yang penarikannya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati dengan kuitansi, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan. D. Perlakuan Akuntansi D1. Pengakuan dan pengukuran 01. Giro Wadiah a. Giro Wadiah diakui sebesar nominal penyetoran atau penarikan yang dilakukan oleh pemilik rekening. 9.10 235 Lanjutan Lampiran 1 b. Setoran giro Wadiah yang diterima secara tunai diakui pada saat uang diterima. Setoran giro Wadiah melalui kliring diakui setelah efektif diterima. 02. Tabungan Wadiah a. Tabungan Wadiah diakui sebesar nominal penyetoran atau penarikan yang dilakukan oleh pemilik rekening. b. Setoran tabungan Wadiah yang diterima secara tunai diakui pada saat uang diterima. Setoran tabungan Wadiah melalui kliring diakui setelah efektif diterima. 03. Pemberian bonus atas simpanan kepada nasabah diakui sebagai beban pada saat terjadinya. D2. Penyajian Saldo simpanan Wadiah bank lain disajikan sebesar jumlah nominalnya untuk masing-masing bentuk simpanan. E. llustrasi Jurnal 01. Pada saat penerimaan titipan Db. Kas/kliring/pemindahbukuan Kr. Giro/tabungan Wadiah bank lain 02. Pada saat penarikan Db. Giro/tabungan Wadiah bank lain Kr. Kas/kliring/pemindahbukuan 03. Pembayaran bonus giro/tabungan Wadiah bank lain Db. Beban bonus giro/tabungan Wadiah bank lain Kr. Giro/tabungan Wadiah bank lain F. Pengungkapan Hal-hal yang harus diungkapkan, antara lain: 01. 02. Rincian simpanan mengenai: a. Jumlah dan jenis simpanan, termasuk pihak berelasi. b. Jumlah simpanan yang diblokir untuk tujuan tertentu. Pemberian fasilitas istimewa kepada penyimpan. 9.11 236 Lanjutan Lampiran 1 BAGIAN X ASET TETAP, ASET TIDAK BERWUJUD, DAN ASET YANG DIAMBIL-ALIH X.1 ASET TETAP A. Definisi Aset Tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam penyediaan jasa, disewakan kepada pihak lain dalam kegiatan usaha sehari-hari, atau tujuan administratif, dan digunakan selama lebih dari satu periode. B. Dasar Pengaturan 01. PSAK 16 tentang Aset Tetap. 02. PSAK 30 tentang Sewa. 03. PSAK 48 tentang Penurunan Nilai Aset. 04. ISAK 8 tentang Penentuan Apakah Suatu Perjanjian Mengandung Suatu Sewa. 05. ISAK 25 tentang Hak atas Tanah. C. Penjelasan 01. Aset Tetap dapat diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun terlebih dahulu sampai siap pakai, atau dari transaksi sewa pembiayaan. 02. Aset Tetap, antara lain, meliputi tanah, bangunan, alat angkut, inventaris. Khusus untuk inventaris, perlakuan akuntansinya tergantung dari kebijakan materialitas. 03. Aset Tetap yang diperoleh untuk tujuan keamanan, mungkin tidak menambah masa manfaat tetapi diperlukan bagi Bank untuk memperoleh manfaat ekonomi dari Aset Tetap yang lain. Perolehan Aset Tetap semacam itu diakui sebagai Aset Tetap. 04. Biaya perolehan untuk Aset Tetap yang diperoleh melalui pembelian atau dibangun sendiri meliputi: a. Harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan lain; 10.1 237 Lanjutan Lampiran 1 b. Biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa Aset Tetap ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar Aset Tetap siap digunakan sesuai dengan keinginan dan maksud manajemen; dan c. Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan Aset Tetap dan restorasi lokasi aset. 05. Biaya yang dapat diatribusikan secara langsung, antara lain adalah: a. Biaya imbalan kerja yang timbul secara langsung dari pembangunan atau perolehan Aset Tetap; b. Biaya penyiapan lahan untuk usaha; c. Biaya handling dan penyerahan awal; d. Biaya perakitan dan instalasi. e. Biaya pengujian Aset Tetap apakah Aset Tetap berfungsi dengan baik. f. Komisi profesional, misalnya biaya arsitek. g. Biaya pengurusan awal hak legal atas tanah. 06. Biaya yang bukan merupakan biaya perolehan Aset Tetap, antara lain: a. Biaya pembukaan fasilitas baru; b. Biaya pengenalan produk baru, termasuk biaya iklan dan aktivitas promosi; c. Biaya penyelenggaraan bisnis di lokasi baru atau kelompok pelanggan baru, termasuk biaya pelatihan staf; d. Administrasi dan biaya overhead umum lain. 07. Untuk Aset Tetap yang diperoleh secara gabungan, biaya perolehan dari masing-masing Aset Tetap dilakukan secara proporsional atas nilai wajar dari masing-masing Aset Tetap. 08. Untuk bagian-bagian Aset Tetap yang diganti secara periodik, namun tidak sering dilakukan atau tidak berulang, biaya perolehan bagian Aset Tetap yang diganti dihentikan- pengakuannya, dan bagian Aset Tetap penggantinya diakui sebagai bagian Aset Tetap sepanjang memenuhi kriteria untuk diakui sebagai bagian dari Aset Tetap. 09. Suatu bagian yang signifikan dari Aset Tetap mungkin memiliki umur manfaat dan metode penyusutan yang sama dengan umur 10.2 238 Lanjutan Lampiran 1 manfaat dan metode penyusutan bagian yang signifikan lain dari aset tersebut. Bagian-bagian tersebut dapat dikelompokkan menjadi satu dalam menentukan beban penyusutan. 10. Sewa pembiayaan a. Aset Tetap yang diperoleh melalui sewa pembiayaan berasal dari perjanjian sewa dan perjanjian selain sewa tetapi mengandung sewa. b. Perjanjian yang mengandung sewa i. Perjanjian yang mengandung sewa adalah suatu perjanjian antara pihak lain dengan Bank yang secara legal bukan perjanjian sewa, tetapi memberikan hak kepada Bank untuk menggunakan suatu aset dan sebagai akibatnya Bank membayarkan suatu imbalan kepada pihak lain tersebut; ii. Suatu perjanjian mengandung sewa jika (1) pemenuhan perjanjian tergantung pada penggunaan aset tertentu; dan (2) Bank mempunyai kemampuan atau hak untuk mengoperasikan aset atau mengarahkan pihak lain untuk mengoperasikan aset, mempunyai kemampuan atau hak untuk mengendalikan aset fisik terhadap aset, atau kecil kemungkinan pihak lain akan mengambil manfaat dari aset dalam jumlah yang lebih dari tidak signifikan dan harga yang dibayar Bank bukan harga tetap atau harga pasar. c. Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan jika sewa mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset. d. Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa operasi jika sewa tidak mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset. e. Klasifikasi sewa sebagai sewa pembiayaan atau sewa operasi didasarkan pada substansi transaksi dan bukan pada bentuk formal kontraknya. f. Kriteria utama yang mengarah pada sewa pembiayaan adalah: 10.3 239 Lanjutan Lampiran 1 i. Sewa mengalihkan kepemilikan aset kepada Bank pada akhir masa sewa. ii. Bank mempunyai opsi untuk membeli aset pada harga yang cukup rendah dibanding nilai wajar pada tanggal opsi mulai dapat dilaksanakan. Sehingga pada awal sewa dapat dipastikan bahwa opsi memang akan dilaksanakan. iii. Masa sewa adalah untuk sebagian besar umur ekonomis aset, meskipun hak milik tidak dialihkan; iv. Pada awal sewa, nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum secara subtansial mendekati nilai wajar aset yang disewa; v. Aset yang disewa memiliki karakteristik khusus dimana hanya Bank yang dapat menggunakannya tanpa perlu dimodifikasi secara material. g. Kriteria tambahan yang mengarah pada sewa pembiayaan adalah: i. Jika Bank dapat membatalkan sewa, kerugian lessor yang terkait dengan pembatalan ditanggung oleh Bank. ii. Keuntungan atau kerugian dari fluktuasi nilai wajar residu dibebankan kepada Bank, misalnya, dalam bentuk potongan harga sewa yang setara dengan sebagian besar hasil penjualan residu pada akhir sewa; iii. Bank memiliki kemampuan untuk melanjutkan sewa pada periode kedua dengan nilai sewa yang secara substansial lebih rendah dari nilai sewa pasar. h. Kriteria di atas tidak selalu harus konklusif bahwa suatu sewa adalah sewa pembiayaan. Jika jelas dari fitur lainnya menunjukkan sewa tidak mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan, maka sewa tersebut diklasifikasikan sebagai sewa operasi. Misalnya, besarnya pembayaran atas kepemilikan aset yang dialihkan pada akhir sewa bersifat variabel dan setara dengan nilai wajarnya, atau jika terdapat sewa kontinjen. 10.4 240 Lanjutan Lampiran 1 11. Model pengukuran a. Model Biaya Aset Tetap dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset. b. Model Revaluasi i. Aset Tetap diukur pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi. ii. Revaluasi dilakukan dengan keteraturan yang cukup reguler sehingga jumlah tercatat Aset Tetap tidak berbeda secara signifikan dengan nilai wajar. iii. Revaluasi dilakukan sekurang-kurangnya setiap tiga atau lima tahun. iv. Jika suatu Aset Tetap direvaluasi, maka seluruh Aset Tetap dalam kelompok yang sama harus direvaluasi. v. Kerugian penurunan nilai akibat revaluasi diakui dalam laba rugi. Jika sebelumnya terdapat surplus revaluasi, maka kerugian penurunan nilai tersebut terlebih dahulu diakui sebagai pengurang surplus revaluasi maksimal sebesar saldo surplus revaluasi. vi. Kenaikan nilai akibat revaluasi (surplus revaluasi) diakui dalam penghasilan komprehensif lain. Jika sebelumnya terjadi penurunan nilai yang telah diakui dalam laba rugi maka surplus revaluasi diakui dalam laba rugi maksimal sebesar jumlah penurunan nilai yang telah diakui. vii. Surplus revaluasi dalam penghasilan komprehensif lain dapat dipindahkan dalam saldo laba melalui Laporan Perubahan Ekuitas ketika Aset Tetap dihentikan pengakuannya, atau dipindahkan dalam saldo laba melalui Laporan Perubahan Ekuitas seiring penyusutan Aset Tetap. viii. Jika Aset Tetap penyusutan pada direvaluasi, tanggal maka revaluasi akumulasi diperlakukan 10.5 241 Lanjutan Lampiran 1 dengan cara disajikan kembali secara proporsional dengan perubahan dalam jumlah tercatat bruto aset sehingga jumlah tercatat aset setelah revaluasi sama dengan jumlah revaluasiannya. 12. Penyusutan a. Bank harus memilih metode penyusutan yang paling mencerminkan ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomis masa depan dari aset tersebut. b. Bank harus melakukan review minimum setiap akhir tahun atas metode penyusutan, umur manfaat, dan nilai residu dari Aset Tetap. c. Perubahan metode penyusutan, umur manfaat, dan nilai residu diterapkan secara prospektif. d. Aset Tetap tanah tidak disusutkan, kecuali: i. Kondisi kualitas tanah tidak layak lagi untuk digunakan dalam operasi utama. ii. Prediksi manajemen perpanjangan atau atau pembaruan kepastian hak bahwa kemungkinan besar atau pasti tidak diperoleh. e. Tanah dan bangunan merupakan aset yang berbeda dan harus diperlakukan sebagai aset yang terpisah, meskipun diperoleh sekaligus. Bangunan memiliki umur manfaat yang terbatas, oleh karenanya harus disusutkan. Peningkatan nilai tanah dimana di atasnya didirikan bangunan tidak mempengaruhi penentuan jumlah yang dapat disusutkan dari bangunan tersebut. 13. Penurunan nilai a. Pada setiap tanggal pelaporan Bank harus me-review ada atau tidaknya indikasi penurunan nilai aset. Jika terdapat indikasi penurunan nilai aset, maka Bank harus menaksir jumlah terpulihkan, yaitu nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual. b. Indikasi terjadi penurunan nilai antara lain: i. Penurunan nilai pasar Aset Tetap secara signifikan melebihi penurunan akibat proses normal depresiasi selama periode tertentu. 10.6 242 Lanjutan Lampiran 1 ii. Perubahan teknologi, pasar, ekonomi, atau lingkup hukum tempat beroperasi, atau dalam pasar jasa yang dihasilkan dari aset tersebut secara signifikan selama periode tertentu, atau diprediksikan akan terjadi dalam waktu dekat; iii. Terdapat bukti mengenai keusangan atau kerusakan fisik aset; iv. Telah terjadi atau akan terjadi dalam waktu dekat perubahan signifikan yang bersifat merugikan sehubungan dengan cara penggunaan aset; v. Terdapat bukti menunjukkan dari bahwa pelaporan kinerja internal ekonomi aset yang tidak memenuhi harapan atau akan lebih buruk dari yang diperkirakan. 14. Penghentian pengakuan: a. Aset Tetap dihentikan pengakuannya pada saat dilepaskan, atau tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang diperkirakan dari penggunaan dan pelepasan atas Aset Tetap tersebut. b. Aset Tetap dihentikan pengakuannya pada saat direklasifikasi menjadi aset dimiliki untuk dijual atau direklasifikasi ke pos aset lain. D. Perlakuan Akuntansi D.1 Pengakuan dan Pengukuran 01. Pada saat perolehan, Bank mengakui Aset Tetap sebesar biaya perolehan. 02. Setelah pengakuan awal, Bank dapat mengakui dan mengukur Aset Tetap dengan menggunakan: a. Model biaya Aset Tetap dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai. b. Model revaluasi i. Aset Tetap dicatat sebesar jumlah revaluasian. 10.7 243 Lanjutan Lampiran 1 ii. Peningkatan jumlah tercatat aset diakui dalam penghasilan komprehensif lain pada bagian surplus revaluasi. iii. Penurunan jumlah tercatat aset diakui dalam laba rugi. 03. Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian pengakuan Aset Tetap harus diakui dalam laba rugi. D.2 Penyajian 01. Aset Tetap disajikan sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan kerugian penurunan nilai jika menggunakan model biaya. 02. Aset Tetap disajikan sebesar jumlah revaluasian dikurangi akumulasi penyusutan dan kerugian penurunan nilai jika menggunakan model revaluasi. E. Ilustrasi Jurnal 01. Pada saat perolehan Db. Aset Tetap Kr. Kas/rekening 02. Model Biaya a. Pengakuan beban penyusutan Db. Beban penyusutan Kr. Akumulasi penyusutan b. Terjadi penurunan nilai (jika ada) Db. Kerugian penurunan nilai Kr. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai 03. Model Revaluasi a. Pengakuan beban penyusutan Db. Beban penyusutan Kr. Akumulasi penyusutan b. Peningkatan nilai wajar Db. Aset Tetap Kr. Surplus revaluasi c. Penurunan nilai wajar Db. Kerugian penurunan nilai Kr. Aset Tetap 10.8 244 Lanjutan Lampiran 1 d. Pemindahan surplus revaluasi Db. Surplus revaluasi Kr. Saldo laba 04. Pada saat penghentian pengakuan F. Db. Kas/rekening Db. Akumulasi penyusutan Db/Kr. Kerugian/keuntungan Kr. Aset Tetap Pengungkapan Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: 01. Ikhtisar kebijakan akuntansi yang signifikan 02. Untuk setiap kelompok Aset Tetap perlu diungkapkan: a. Dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan jumlah tercatat bruto. b. Metode penyusutan yang digunakan. c. Umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan. d. Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (dijumlahkan dengan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai) pada awal dan akhir periode. e. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan: i. penambahan; ii. Aset Tetap yang direklasifikasi ke aset dimiliki untuk dijual; iii. perolehan melalui kombinasi bisnis; iv. peningkatan atau penurunan akibat dari revaluasi serta dari kerugian penurunan nilai yang diakui dalam penghasilan komprehensif lain; v. kerugian penurunan nilai yang diakui dalam laba rugi; vi. kerugian penurunan nilai yang dijurnal balik dalam laba rugi, jika ada; vii. penyusutan; viii. selisih nilai tukar neto yang timbul dalam penjabaran Laporan Keuangan dari mata uang fungsional menjadi mata uang pelaporan yang berbeda; dan 10.9 245 Lanjutan Lampiran 1 ix. perubahan lain. 03. Keberadaan dan jumlah restriksi atas hak milik, dan Aset Tetap yang dijaminkan untuk utang. 04. Jumlah pengeluaran yang diakui dalam jumlah tercatat Aset Tetap yang sedang dalam pembangunan. 05. Jumlah komitmen kontraktual dalam perolehan Aset Tetap. 06. Jumlah kompensasi dari pihak ketiga untuk Aset Tetap yang mengalami penurunan nilai, hilang atau dihentikan yang dimasukkan dalam laba rugi, jika tidak diungkapkan secara terpisah pada Laporan Laba Rugi Komprehensif. 07. Sifat dan dampak perubahan estimasi akuntansi yang berdampak material pada periode berjalan atau diperkirakan berdampak material pada periode berikutnya: a. nilai residu; b. estimasi biaya pembongkaran, pemindahan atau restorasi suatu Aset Tetap; c. umur manfaat; dan d. metode penyusutan. 08. Jika Aset Tetap disajikan pada jumlah revaluasian, diungkapkan hal berikut: a. Tanggal efektif revaluasi. b. Apakah penilai independen dilibatkan. c. Metode dan asumsi signifikan yang digunakan dalam mengestimasi nilai wajar aset. d. Penjelasan mengenai nilai wajar aset yang ditentukan secara langsung berdasarkan harga yang dapat diobservasi dalam suatu pasar aktif atau transaksi pasar terakhir yang wajar atau diestimasi menggunakan teknik penilaian lain. e. Untuk setiap kelompok Aset Tetap, jumlah tercatat aset seandainya aset tersebut dicatat dengan model biaya. f. Surplus revaluasi, yang menunjukkan perubahan selama periode dan pembatasan-pembatasan distribusi kepada pemegang saham. Hal-hal yang dianjurkan untuk diungkapkan antara lain: 01. Jumlah tercatat Aset Tetap yang tidak dipakai sementara. 10.10 246 Lanjutan Lampiran 1 02. Jumlah tercatat bruto dari setiap Aset Tetap yang telah disusutkan penuh dan masih digunakan. 03. Jumlah tercatat Aset Tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif dan tidak diklasifikasikan sebagai Aset Tetap tersedia untuk dijual. 04. Jika model biaya digunakan, nilai wajar Aset Tetap apabila berbeda secara material dari jumlah tercatat. 10.11 247 Lanjutan Lampiran 1 X.2 ASET TIDAK BERWUJUD A. Definisi Aset Tidak Berwujud adalah aset nonmoneter yang dapat diidentifikasikan dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif. B. Dasar Pengaturan 01. PSAK 19 tentang Aset Tidak Berwujud. 02. PSAK 48 tentang Penurunan Nilai Aset. C. Penjelasan 01. Aset Tidak Berwujud harus memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Keteridentifikasian; b. Adanya pengendalian sumber daya; c. Adanya manfaat ekonomi di masa depan. 02. Pengeluaran untuk penelitian diakui sebagai beban. 03. Pengeluaran untuk pengembangan diakui sebagai Aset Tidak Berwujud sepanjang memenuhi semua kriteria berikut: a. Kelayakan teknis penyelesaian Aset Tidak Berwujud sehingga aset tersebut dapat digunakan atau dijual. b. Niat untuk menyelesaikan Aset Tidak Berwujud tersebut dan menggunakannya atau menjualnya. c. Bagaimana Aset Tidak Berwujud akan menghasilkan kemungkinan besar manfaat ekonomi masa depan. Antara lain Bank mampu menunjukkan adanya pasar bagi keluaran Aset Tidak Berwujud itu sendiri, atau, jika Aset Tidak Berwujud itu akan digunakan secara internal, Bank mampu menunjukkan kegunaan Aset Tidak Berwujud tersebut. d. Tersedianya kecukupan sumber daya teknis, keuangan, dan sumber daya lain untuk menyelesaikan pengembangan aset 10.12 248 Lanjutan Lampiran 1 tidak berwujud dan untuk menggunakan atau menjual aset tersebut. e. Kemampuan untuk mengukur secara andal pengeluaran yang terkait dengan aset tidak berwujud selama pengembangannya. 04. Beban pengurusan perpanjangan atau pembaruan hak atas tanah diakui sebagai aset tidak berwujud. Beban tersebut diamortisasi selama, mana yang lebih pendek antara umur legal hak atau umur ekonomi tanah. Jika beban pengurusan perpanjangan atau pembaruan hak atas tanah tidak material, maka dibebankan pada periode berjalan. 05. Penjelasan mengenai amortisasi, penurunan nilai, dan penghentian-pengakuan Aset Tidak Berwujud mengacu pada penjelasan di Bagian X.1 tentang Aset Tetap. D. Perlakuan Akuntansi Perlakuan akuntansi mengacu pada Bagian X.1 tentang Aset Tetap. E. Ilustrasi Jurnal Ilustrasi jurnal mengacu pada Bagian X.1 tentang Aset Tetap. F. Pengungkapan Hal-hal yang harus diungkapkan untuk setiap kelompok Aset Tidak Berwujud dengan memisahkan Aset Tidak Berwujud yang dihasilkan secara internal dan Aset Tidak Berwujud yang lain: 01. Umur manfaat tidak terbatas atau terbatas dan, jika umur manfaat terbatas, umur manfaat atau tarif amortisasi yang digunakan. 02. Metode amortisasi yang digunakan untuk Aset Tidak Berwujud dengan umur manfaat terbatas. 03. Jumlah tercatat bruto dan akumulasi amortisasi (secara agregat dengan akumulasi rugi penurunan nilai) pada awal dan akhir periode. 04. Pos dalam Laporan Laba Rugi Komprehensif yang terdapat amortisasi Aset Tidak Berwujud. 10.13 249 Lanjutan Lampiran 1 05. Rekonsiliasi atas jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan: a. Penambahan, yang secara terpisah mengindikasikan Aset Tidak Berwujud dari pengembangan internal, diperoleh secara terpisah, dan diperoleh melalui kombinasi bisnis. b. Aset yang dikelompokkan sebagai aset yang dimiliki untuk dijual atau termasuk dalam kelompok aset lepasan yang dikelompokkan sebagai dimiliki untuk dijual dan pelepasan lain. c. Peningkatan atau penurunan selama periode yang berasal dari revaluasi dan dari pengakuan rugi penurunan nilai atau pembalikan di pendapatan komprehensif lain (jika ada). d. Rugi penurunan nilai yang diakui dalam laba rugi. e. Rugi penurunan nilai yang dibalik dalam laba rugi. f. Setiap amortisasi yang diakui. g. Selisih kurs neto yang timbul dari penjabaran Laporan Keuangan ke mata uang penyajian. h. Perubahaan lain. 06. Untuk Aset Tidak Berwujud yang dinilai dengan umur manfaat tidak terbatas, jumlah tercatat aset dan alasan yang mendukung penilaian umur manfaat tidak terbatas tersebut. 07. Penjelasan, jumlah tercatat, dan sisa periode amortisasi dari setiap Aset Tidak Berwujud yang material terhadap Laporan Keuangan entitas. 08. Untuk Aset Tidak Berwujud yang diperoleh melalui hibah pemerintah dan awalnya diakui pada nilai wajar: a. nilai wajar pada pengakuan awal atas aset tersebut; b. jumlah tercatatnya; dan c. setelah pengakuan awal aset tersebut diukur dengan model biaya atau model revaluasi. 09. Keberadaan dan jumlah tercatat Aset Tidak Berwujud yang kepemilikannya dibatasi dan jumlah tercatat Aset Tidak Berwujud yang menjadi jaminan untuk liabilitas. 10. Nilai komitmen kontraktual untuk akuisisi Aset Tidak Berwujud. 10.14 250 Lanjutan Lampiran 1 Jika menggunakan model revaluasi, maka harus diungkapkan halhal berikut: 01. Berdasarkan kelompok Aset Tidak Berwujud: a. tanggal efektif revaluasi; b. jumlah tercatat Aset Tidak Berwujud yang direvaluasi; dan c. jumlah tercatat yang akan diakui jika Aset Tidak Berwujud diukur dengan model biaya. 02. Jumlah surplus revaluasi Aset Tidak Berwujud pada awal dan akhir periode, mengindikasikan perubahan selama periode dan pembatasan apa pun dalam pendistribusian saldo (surplus) kepada pemegang saham; dan 03. Metode dan asumsi signifikan dalam mengestimasi nilai wajar aset tersebut. 10.15 251 Lanjutan Lampiran 1 X.3 ASET YANG DIAMBIL-ALIH A. Definisi Aset yang diambil-alih (AYDA) adalah aset yang diperoleh Bank, baik melalui pelelangan maupun di luar pelelangan berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh pemilik agunan atau berdasarkan kuasa untuk menjual di luar lelang dari pemilik agunan dalam hal nasabah tidak memenuhi kewajibannya kepada Bank. B. Dasar Pengaturan PSAK 58 tentang Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan. C. Penjelasan Bank wajib melakukan upaya penyelesaian terhadap AYDA yang dimiliki yaitu mengupayakan penjualan dengan segera serta mendokumentasikan upaya penyelesaian tersebut. D. Perlakuan Akuntansi D.1 Pengakuan dan Pengukuran 01. Pada saat pengakuan awal, AYDA dicatat pada nilai wajar setelah dikurangi biaya untuk menjualnya yaitu maksimum sebesar kewajiban nasabah. Bank tidak dapat mengakui keuntungan pada saat pengambilalihan aset. 02. Setelah pengakuan awal, AYDA dicatat sebesar nilai yang lebih rendah antara nilai tercatat dengan nilai wajarnya setelah dikurangi biaya untuk menjualnya. 03. Jika AYDA mengalami penurunan nilai, maka Bank mengakui kerugian. 04. Jika AYDA mengalami pemulihan penurunan nilai, maka Bank mengakui pemulihan penurunan nilai tersebut maksimum sebesar kerugian penurunan nilai yang telah diakui. 05. AYDA tidak disusutkan. 06. Pada saat penjualan, selisih antara nilai AYDA yang dibukukan dan hasil penjualannya diakui sebagai keuntungan atau kerugian. 10.16 252 Lanjutan Lampiran 1 D.2 Penyajian AYDA disajikan secara terpisah dari aset lain. E. Ilustrasi Jurnal 01. Pada saat perolehan Db. Aset yang diambil alih Db. Kerugian (jika ada) Kr. Pembiayaan terkait 02. Pada akhir periode a. Jika terdapat penurunan nilai Db. Kerugian Kr. Aset yang diambil alih b. Jika terdapat peningkatan nilai Tidak ada jurnal c. Jika terdapat peningkatan nilai dan sebelumnya mengalami penurunan nilai Db. Aset yang diambil alih Kr. Keuntungan 03. Pada saat penjualan F. Db. Kas/rekening Db/Kr. Kerugian/keuntungan Kr. Aset yang diambil alih Pengungkapan Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: 01. Deskripsi AYDA. 02. Nilai wajar AYDA. 03. Metode dan asumsi signifikan yang diterapkan dalam menentukan nilai wajar dari AYDA, yang mencakup penyataan apakah penentuan nilai wajar tersebut didukung oleh bukti pasar atau lebih banyak berdasarkan faktor lain (yang harus diungkapkan oleh Bank) karena sifat AYDA tersebut dan keterbatasan data pasar yang dapat diperbandingkan. 04. Upaya penjualan yang dilakukan oleh Bank. 05. Kerugian penurunan nilai AYDA. 06. Keuntungan atau kerugian yang diakui dari penjualan AYDA. 10.17 253 Lanjutan Lampiran 1 07. Segmen dari AYDA, jika dapat diterapkan. 10.18 254 Lanjutan Lampiran 1 BAGIAN XI LIABILITAS LAIN XI.1 SIMPANAN A. Definisi 01. Simpanan adalah kewajiban Bank kepada pihak ketiga (bukan bank) berupa giro dan tabungan yang mempergunakan prinsip Wadiah. 02. Wadiah adalah titipan nasabah yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat bila nasabah yang bersangkutan menghendaki. bertanggungjawab Bank atas pengembalian titipan dana tersebut. B. Dasar Pengaturan 01. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah. C. Penjelasan 01. Giro Wadiah adalah titipan pihak ketiga pada Bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, kartu ATM, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan. Termasuk di dalamnya giro Wadiah yang diblokir untuk tujuan tertentu misalnya dalam rangka escrow account, giro yang diblokir oleh yang berwajib karena suatu perkara. 02. Tabungan Wadiah adalah titipan pihak ketiga pada Bank yang penarikannya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati dengan kuitansi, kartu ATM, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan. D. Perlakuan Akuntansi D.1 Pengakuan dan pengukuran 01. Giro Wadiah a. Giro Wadiah diakui sebesar nominal penyetoran atau penarikan yang dilakukan oleh pemilik rekening. 11.1 255 Lanjutan Lampiran 1 b. Setoran giro Wadiah yang diterima secara tunai diakui pada saat uang diterima. Setoran giro Wadiah melalui kliring diakui setelah efektif diterima. 02. Tabungan Wadiah a. Tabungan Wadiah diakui sebesar nominal penyetoran atau penarikan yang dilakukan oleh pemilik rekening. b. Setoran tabungan Wadiah yang diterima secara tunai diakui pada saat uang diterima. Setoran tabungan Wadiah melalui kliring diakui setelah efektif diterima. 03. Pemberian bonus atas simpanan kepada nasabah diakui sebagai beban pada saat terjadinya. D.2 Penyajian Saldo simpanan Wadiah disajikan sebesar jumlah nominalnya untuk masing-masing bentuk simpanan. E. llustrasi Jurnal 01. Pada saat penerimaan titipan Db. Kas/kliring/pemindahbukuan Kr. Giro/tabungan Wadiah 02. Pada saat penarikan Db. Giro/tabungan Wadiah Kr. Kas/kliring/pemindahbukuan 03. Pembayaran bonus giro/tabungan Wadiah Db. Beban bonus giro/tabungan Wadiah Kr. Giro/tabungan Wadiah Kr. Kewajiban pajak penghasilan F. Pengungkapan Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: 01. Rincian simpanan mengenai: a. Jumlah dan jenis simpanan, termasuk pihak berelasi. b. Jumlah simpanan yang diblokir untuk tujuan tertentu. 02. Pemberian fasilitas istimewa kepada penyimpan. 11.2 256 Lanjutan Lampiran 1 XI.2 LIABILITAS SEGERA A. Definisi Liabilitas segera adalah kewajiban Bank kepada pihak lain yang sifatnya wajib segera dibayarkan sesuai dengan perintah pemberi amanat atau perjanjian yang ditetapkan sebelumnya. B. Dasar Pengaturan 01. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah. C. Penjelasan Liabilitas segera antara lain terdiri dari: 01. Penerimaan pajak termasuk potongan pajak yang masih harus disetor. Kewajiban pajak untuk transaksi mata uang asing dibukukan dalam Rupiah dengan menggunakan kurs yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan pada saat pemotongan (pajak terutang). 02. Liabilitas yang sudah jatuh tempo namun belum ditarik seperti deposito mudharabah, setoran jaminan, bagi hasil yang belum diambil shahibul maal. 03. Dana transfer/kiriman uang masuk/keluar. 04. Saldo rekening tabungan dan giro yang sudah ditutup namun belum diambil oleh pemilik rekening. 05. Komponen-komponen di atas apabila jumlahnya material dapat dikelompokkan dalam pos tersendiri. D. Perlakuan Akuntansi D.1 Pengakuan dan Pengukuran Liabilitas segera diakui pada saat timbulnya kewajiban; atau diterima perintah dari pemberi amanat, baik dari nasabah maupun dari bank lain. D.2 Penyajian Liabilitas segera disajikan sebesar jumlah liabilitas Bank yang wajib segera dibayarkan. 11.3 257 Lanjutan Lampiran 1 E. Ilustrasi Jurnal 01. Transfer kiriman uang: a. Pada saat diterima dana untuk kiriman uang ke pihak lain Db. Kas/rekening nasabah/kliring Kr. Liabilitas segera-kiriman uang b. Pada saat dilakukan pembayaran kiriman uang Db. Liabilitas segera-kiriman uang Kr. Kas/rekening nasabah/kliring 02. Titipan pajak nasabah a. Pada saat diterima dana untuk penyetoran pajak ke rekening penerimaan negara (bila Bank sebagai bank persepsi) atau dikirim kembali ke bank lain melalui kliring: Db. Kas/rekening nasabah/kliring Kr. Liabilitas segera-setoran pajak nasabah b. Pada saat kewajiban pajak disetor ke rekening penerimaan negara Db. Liabilitas segera-setoran pajak nasabah Kr. Kas/rekening nasabah/kliring 03. Bagi hasil deposito yang belum diambil shahibul maal a. Pada saat bagi hasil deposito yang jatuh tempo dikeluarkan namun belum diambil oleh shahibul maal Db. Beban bagi hasil deposito mudharabah Kr. Liabilitas segera-bagi hasil deposito mudharabah jatuh tempo b. Pada saat bagi hasil deposito mudharabah jatuh tempo diambil oleh shahibul maal Db. Liabilitas segera-bagi hasil deposito mudharabah jatuh tempo Kr. Kas/rekening nasabah/kliring Kr. Liabilitas segera-pajak nasabah 04. Penutupan rekening giro wadiah/tabungan mudharabah a. Penutupan rekening giro wadiah/tabungan mudharabah oleh nasabah atau bank Dr. Giro wadiah/tabungan mudharabah Kr. Liabilitas segera-penutupan rekening b. Pada saat penyelesaian rekening yang ditutup 11.4 258 Lanjutan Lampiran 1 Dr. Liabilitas segera-penutupan rekening Kr. Kas/rekening nasabah/kliring F. Pengungkapan Bank perlu mengungkapkan hal-hal yang material seperti: kiriman uang yang belum diambil oleh nasabah dan penutupan rekening. 11.5 259 Lanjutan Lampiran 1 XI.3 LIABILITAS LAINNYA A. Definisi Liabilitas Lainnya adalah semua kewajiban kepada pihak lain atas kegiatan utama Bank yang tidak dapat digolongkan ke dalam hutang salam dan hutang istishna. B. Dasar Pengaturan 01. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah. C. Penjelasan 01. Liabilitas merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi. 02. Karakteristik esensial liabilitas adalah bahwa perusahaan mempunyai kewajiban masa kini. Kewajiban adalah suatu tugas atau tanggung jawab untuk bertindak atau untuk melaksanakan sesuatu dengan cara tertentu. Kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai konsekuensi dari kontrak mengikat atau peraturan perundangan. 03. Termasuk dalam pos Liabilitas lainnya, antara lain: a. Setoran jaminan/margin deposit untuk L/C dan bank garansi; D. b. Pendapatan fee (ujrah) diterima di muka; dan c. Kewajiban pajak tangguhan. Perlakuan Akuntansi D1. Pengakuan dan Pengukuran Liabilitas lainnya berupa: 01. Setoran jaminan/margin deposit diakui sebesar jumlah dana yang diterima sebagai jaminan untuk penerbitan bank garansi, pembukaan L/C atau penyewaan safe deposit box. 02. Pendapatan fee (ujrah) diterima di muka diakui sebesar jumlah dana yang diterima yang belum diakui sebagai pendapatan. 11.6 260 Lanjutan Lampiran 1 03. Kewajiban pajak tangguhan diakui sebesar selisih antara jumlah pajak terhutang dikurangi jumlah pajak yang telah dibayar untuk periode berjalan dan periode-periode sebelumnya. D2. Penyajian Liabilitas lainnya disajikan secara gabungan, kecuali nilainya material maka wajib disajikan tersendiri dalam Laporan Posisi Keuangan. E. Ilustrasi Jurnal 01. Setoran jaminan a. Pada saat menerima setoran jaminan Dr. Kas/kliring Kr. Setoran jaminan b. Pada saat setoran jaminan jatuh tempo dan diambil oleh nasabah Dr. Setoran jaminan Kr. Kas/kliring 02. Pada saat penerimaan fee (ujrah) Db. Kas Kr. Pendapatan fee (ujrah) diterima di muka 03. Pada saat pengakuan pendapatan fee (ujrah) diterima di muka Db. Pendapatan fee (ujrah) diterima dimuka Kr. Pendapatan fee (ujrah) 04. Kewajiban pajak tangguhan, pada saat pengakuan kewajiban pajak tangguhan Db. Beban pajak tangguhan Kr. Kewajiban pajak tangguhan F. Pengungkapan Hal-hal yang harus diungkapkan, antara lain: 01. Rincian Liabilitas lainnya; 02. Kebijakan akuntansi; dan 03. Metode amortisasi dan masa manfaat. 11.7 261 Lanjutan Lampiran 1 XI.4. HUTANG PAJAK A. Definisi Hutang pajak adalah pajak badan usaha yang harus disetorkan ke kas negara oleh Bank berdasarkan ketentuan yang berlaku. B. Dasar Pengaturan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah. C. Penjelasan 01. Hutang pajak badan usaha harus dibayar dan disetorkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan. 02. Besarnya hutang pajak pada akhir periode perhitungan final (berdasarkan SPT tahunan) ditentukan setelah dikurangi dengan uang muka pajak yang dibayarkan setiap bulan. 03. Pajak yang dipungut dan atau dipotong oleh Bank sebagai wajib pungut disajikan dalam kewajiban segera, dan harus disetorkan serta dilaporkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan. 04. Hutang Pajak Bumi dan Bangunan disajikan sebagai kewajiban segera. D. Perlakuan Akuntansi D1. Pengakuan dan Pengukuran 01. Hutang pajak diakui pada saat terjadinya transaksi atau kejadian yang membayar/menyetor telah pajak mewajibkan kepada negara Bank sebesar untuk pajak terhutang. 02. Hutang pajak berkurang pada saat disetorkan ke rekening penerimaan negara. D2. Penyajian Pajak yang terhutang disajikan dalam pos hutang pajak sebesar jumlah yang harus dibayarkan ke kas negara. 11.8 262 Lanjutan Lampiran 1 E. Ilustrasi Jurnal 01. Pada saat membayar uang muka pajak Db. Uang Muka PPh Pasal 25 Kr. Kas/kliring 02. Pada saat pengakuan hutang pajak untuk PPh Pasal 29 Db. Pajak PPh Badan Kr. Uang Muka PPh Pasal 25 Kr. Hutang PPh Pasal 29 03. Pada saat pembayaran/penyetoran PPh Pasal 29 Db. Hutang PPh Pasal 29 Kr. Kas/kliring F. Pengungkapan Bank harus mengungkapkan rincian hutang pajak berdasarkan jenis pajak yang dipungut dan dibayar/disetorkan ke rekening penerimaan negara. 11.9 263 Lanjutan Lampiran 1 XI.5. ESTlMASl KERUGIAN KOMITMEN DAN KONTINJENSI A. Definisi Estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi adalah taksiran kerugian akibat tidak dipenuhinya komitmen dan kontinjensi oleh nasabah. B. Dasar Pengaturan 01. PSAK 57 tentang Kewajiban Diestimasi, Kewajiban Kontinjensi dan Aset Kontinjensi. C. Penjelasan 01. Bank terkadang mengadakan transaksi yang tidak berakibat pada pengakuan aset dan liabilitas pada Laporan Posisi Keuangan, tetapi berakibat pada timbulnya komitmen dan kontinjensi. Transaksi seperti itu seringkali merupakan bagian yang penting dari kegiatan usaha suatu Bank dan dapat berdampak signifikan terhadap tingkat risiko yang dihadapi Bank tersebut. 02. Pada umumnya komitmen dan kontinjensi yang mempunyai risiko kredit digolongkan dalam kualitas lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. 03. Pada umumnya komitmen dan kontinjensi yang telah jatuh tempo dan nasabah tidak dapat memenuhi kewajibannya dialihkan menjadi pembiayaan. Selanjutnya perlakuan akuntansi untuk komitmen dan kontinjensi yang telah dialihkan tersebut mengikuti akuntansi untuk pembiayaan. D. Perlakuan Akuntansi D1. Pengakuan dan Pengukuran 01. Estimasi kerugian komitmen dan kontijensi menjadi provisi diakui jika: a. Bank memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum maupun bersifat konstruktif) sebagai akibat peristiwa masa lalu; 11.10 264 Lanjutan Lampiran 1 b. Kemungkinan besar penyelesaian kewajiban tersebut mengakibatkan arus keluar sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi; dan c. Estimasi yang handal mengenai jumlah kewajiban tersebut dapat dibuat Jika kondisi diatas tidak terpenuhi, maka komitmen dan kontijensi tidak dapat diakui dan diungkapkan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan. 02. Besarnya estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi dibentuk minimal sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan diakui sebagai beban pada periode berjalan. 03. Estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi dapat dilakukan setiap saat atau pada setiap tanggal Laporan Keuangan. 04. Jika terjadi perubahan kualitas komitmen dan kontinjensi setelah tanggal Laporan Posisi Keuangan tetapi sebelum pemeriksaan lapangan oleh auditor eksternal selesai dilakukan, maka perubahan tersebut dianggap sebagai peristiwa setelah tanggal Laporan Posisi Keuangan yang mempengaruhi tanggal Laporan Posisi Keuangan (subsequent event) dan diakui sebagai koreksi saldo laba. 05. Jika perubahan kualitas komitmen dan kontinjensi terjadi setelah tanggal Laporan Posisi Keuangan dan pemeriksaan lapangan oleh auditor eksternal telah selesai dilakukan, maka perubahan tersebut dianggap sebagai perubahan estimasi dan diakui sebagai koreksi dalam Laporan Laba Rugi tahun berjalan. D2. Penyajian Estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi yang telah menjadi provisi disajikan pada Laporan Posisi Keuangan sebagai liabilitas. E. llustrasi Jurnal 01. Pembentukan estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi Db. Beban estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi Kr. Estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi 02. Koreksi kelebihan estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi a. Jika diketahui pada masa subsequent event: Db. Estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi 11.11 265 Lanjutan Lampiran 1 Kr. Saldo laba b. Jika diketahui setelah masa subsequent event: Db. Estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi Kr. Pendapatan estimasi kerugian komitmen dan kerugian komitmen dan kontinjensi 03. Koreksi kekurangan estimasi kontinjensi a. jika diketahui pada masa subsequent event: Db. Saldo laba Kr. Estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi b. jika diketahui setelah masa subsequent event: Db. Beban estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi Kr. Estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi F. Pengungkapan Hal-hal yang harus diungkapkan, antara lain: 01. Ikhtisar perubahan estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi dalam tahun bersangkutan: a. Saldo awal tahun (1) b. Selisih kurs penjabaran untuk estimasi dalam mata uang asing (2) c. Pembentukan estimasi selama tahun berjalan (3) d. Pengurangan pembentukan estimasi selama tahun berjalan (4) e. Koreksi karena pengalihan komitmen dan kontinjensi ke dalam Laporan Posisi Keuangan (5) f. Saldo akhir tahun (1) + (2) + (3) - (4) - (5). 02. Kebijakan dan metode yang digunakan untuk menentukan estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi. G. Ketentuan Lain-lain Komitmen dan kontinjensi dalam mata uang asing wajib dibentuk estimasi kerugian dalam mata uang asing yang sama. 11.12 266 Lanjutan Lampiran 1 XI.6 PINJAMAN SUBORDlNASl A. Definisi Pinjaman subordinasi adalah pinjaman yang berdasarkan suatu perjanjian hanya dapat dilunasi apabila Bank telah memenuhi kewajiban tertentu dan dalam hal terjadi likuidasi hak tagihnya berlaku paling akhir dari semua kewajiban dan investasi tidak terikat. B. Dasar Pengaturan 01. Kerangka Dasar Penyajian dan Penyusunan Laporan Keuangan Syariah. C. Penjelasan 02. Tujuan adanya pinjaman subordinasi: a. Mengumpulkan dana untuk menambah setoran modal. b. Memenuhi kebutuhan dana di Bank dari pemilik atau pemegang saham. c. 03. Memperkuat permodalan Bank. Prinsip Syariah yang dapat digunakan untuk pinjaman subordinasi adalah Qardh atau Mudharabah Muqayyadah. 04. Qardh merupakan pinjaman tanpa imbalan yang memungkinkan peminjam untuk menggunakan dana tersebut selama jangka waktu tertentu dan wajib mengembalikannya dalam jumlah yang sama pada akhir periode yang disepakati. 05. Pinjaman subordinasi yang menggunakan prinsip Qardh harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. Adanya akad tertulis antara Bank dan pemberi pinjaman; b. Pemilik dana dilarang meminta tambahan yang ditetapkan di muka; c. Bank dapat memberikan hadiah/bonus berdasarkan kemauan sendiri; d. Mendapat persetujuan dari Bank Indonesia; e. Tidak dijamin oleh Bank yang bersangkutan dan disetor penuh; f. Minimal berjangka waktu lima tahun; 11.13 267 Lanjutan Lampiran 1 g. Pelunasan persetujuan sebelum jatuh tempo Bank Indonesia dan harus mendapat dengan pelunasan tersebut permodalan Bank tetap sehat; dan h. Hak tagihnya dalam hal likuidasi berlaku paling akhir (jika ada sisa hasil likuidasi). 06. Mudharabah Muqayyadah adalah akad mudharabah dimana shahibul maal memberikan batasan kepada mudharib mengenai tempat, cara dan obyek investasi. 07. Pinjaman subordinasi yang menggunakan prinsip Mudharabah Muqayyadah harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. Adanya akad tertulis antara Bank dan pemberi pinjaman; b. Pemilik dana memperoleh nisbah bagi hasil sesuai kesepakatan; c. Mendapat persetujuan dari Bank Indonesia; d. Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan disetor penuh; e. Minimal berjangka waktu lima tahun; f. Pelunasan persetujuan sebelum jatuh tempo Bank Indonesia dan harus mendapat dengan pelunasan tersebut permodalan Bank tetap sehat; dan g. Hak tagihnya dalam hal likuidasi berlaku paling akhir (jika ada sisa hasil likuidasi). 08. Pinjaman subordinasi yang dapat dijadikan komponen modal pelengkap ditetapkan berdasarkan ketentuan yang berlaku. D. Perlakuan Akuntansi D1. Pengakuan dan Pengukuran Pinjaman subordinasi diakui pada saat dana diterima sebesar jumlah yang disepakati. D2. Penyajian Pinjaman subordinasi disajikan di Laporan Posisi Keuangan sebesar saldo pinjaman subordinasi yang belum dilunasi pada tanggal laporan. E. llustrasi Jurnal 01. Pada saat pinjaman subordinasi ditandatangani 11.14 268 Lanjutan Lampiran 1 Dr. Tagihan komitmen-pinjaman subordinasi Kr. Rekening lawan-tagihan komitmen 02. Pada saat pinjaman subordinasi diterima Dr. Rekening lawan-tagihan komitmen Kr. Tagihan komitmen-pinjaman subordinasi Dr. Kas/kliring/rekening Kr. Pinjaman subordinasi 03. Pada saat pengakuan beban bagi hasil/bonus Db. Beban bagi hasil/bonus Kr. Liabilitas segera-bagi hasil Mudharabah Muqayyadah /bonus Qardh 04. Pada saat bagi hasil/bonus dibayarkan Db. Liabilitas segera-bagi hasil Mudharabah Muqayyadah /bonus Qardh Kr. Kas/kliring/rekening 05. Pada saat penyelesaian pinjaman subordinasi a. Pelunasan Dr. Pinjaman subordinasi Kr. Kas/kliring/rekening b. Dialihkan menjadi setoran modal Dr. Pinjaman subordinasi Kr. Modal disetor F. Pengungkapan Hal-hal yang harus diungkapkan, antara lain: 01. Sumber dana pinjaman subordinasi; 02. Nisbah bagi hasil, jangka waktu dan jatuh tempo; 03. Jenis valuta (Rupiah dan valuta asing); dan 04. Akad yang dipergunakan. G. Ketentuan Lain-lain Pengalihan pinjaman subordinasi menjadi setoran modal hanya dapat dilakukan berdasarkan ketentuan Bank Indonesia. 11.15 269 Lanjutan Lampiran 1 BAGIAN XII EKSPOR DAN IMPOR XII.1 TAGIHAN DAN KEWAJIBAN AKSEPTASI A. Definisi 01. Letter of Credit (L/C) adalah suatu akad yang diterbitkan Opening Bank atas permintaan importir (applicant) dimana Bank berjanji akan melaksanakan pembayaran kepada eksportir (beneficiary) selama memenuhi syarat-syarat yang diminta dalam L/C. 02. Wesel adalah alat penarikan pembayaran yang diterbitkan oleh eksportir atas dasar suatu L/C. 03. Ekspor adalah perdagangan dengan cara mengeluarkan barang dari wilayah pabean Indonesia sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. 04. Impor adalah perdagangan dengan cara memasukkan barang dari luar daerah pabean ke dalam wilayah pabean Indonesia sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. 05. Beneficiary adalah eksportir yaitu pihak kepada siapa L/C dibuka (penerima L/C). 06. Importir adalah pembeli yaitu pihak yang memberi amanat kepada issuing bank untuk membuka L/C. 07. Issuing Bank adalah Bank penerbit L/C. 08. Advising Bank adalah Bank yang diminta oleh Issuing Bank untuk menyampaikan L/C kepada beneficiary. 09. Paying Bank adalah Bank yang melakukan pembayaran Sight L/C atau Deferred Payment L/C. 10. Confirming Bank adalah Bank yang ikut menjamin pembayaran L/C kepada beneficiary atas penyerahan dokumen-dokumen yang sesuai syarat L/C dengan membubuhkan konfirmasinya pada L/C yang bersangkutan. 11. Accepting Bank adalah Bank yang menjamin pembayaran wesel ekspor berjangka yang diterbitkan atas dasar usance L/C dengan melakukan akseptasi pada wesel yang bersangkutan. 12. Negotiating Bank adalah Bank yang melakukan pembayaran kepada eksportir dan mengajukan reimbursement claim kepada Issuing Bank atau Paying Bank atau Reimbursing Bank. 12.1 270 Lanjutan Lampiran 1 13. Reimbursing Bank adalah Bank yang telah mendapat otorisasi dari Issuing Bank untuk membayar reimbursement claim dari Negotiating Bank. 14. Revocable L/C adalah L/C yang dapat diubah atau dibatalkan sepihak oleh Issuing Bank tanpa perlu memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari beneficiary dan pihak-pihak terkait lainnya. 15. Irrevocable L/C adalah L/C yang tidak dapat diubah atau dibatalkan tanpa persetujuan terlebih dahulu dari beneficiary dan pihak-pihak terkait lainnya. 16. Sight L/C adalah L/C yang pembayarannya kepada beneficiary dilakukan pada saat dokumen-dokumen L/C diajukan kepada Bank. 17. Deferred Payment L/C adalah L/C yang pembayarannya kepada beneficiary dilakukan pada waktu yang ditentukan setelah tanggal pengajuan dokumen-dokumen yang disyaratkan L/C. 18. Acceptance L/C adalah L/C yang mengharuskan wesel yang ditarik oleh beneficiary diaksep oleh Accepting Bank yang akseptasinya dilakukan sepanjang dokumen-dokumen yang diajukan telah memenuhi syarat L/C. 19. Negotiation L/C adalah L/C yang pembayarannya kepada beneficiary dilakukan pada saat pengajuan dokumen-dokumen yang disyaratkan L/C dan pembayaran tersebut terlebih dahulu atas beban dana Negotiating Bank. B. Dasar Pengaturan 01. PSAK 50 tentang Instrumen Keuangan: Penyajian dan PSAK 55 tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran, sepanjang tidak bertentangan dengan KDPPLKS. 02. Entitas syariah, sepanjang praktis, menyajikan Catatan Atas Laporan Keuangan secara sistematis. Entitas syariah membuat referensi silang atas setiap pos dalam Laporan Posisi Keuangan, Laporan Laba Rugi Komprehensif, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat, dan Laporan Pengunaan Dana Kebijakan untuk informasi yang berhubungan dalam catatan atas laporan keuangan. (PSAK 101 Revisi 2011, paragraf 120) 12.2 271 Lanjutan Lampiran 1 03. Untuk membantu pengguna Laporan Keuangan memahami dan membandingkan dengan Laporan Keuangan entitas lain, entitas syariah biasanya menyajikan Catatan Atas Laporan Keuangan dengan urutan sebagai berikut: (a) pernyataan atas kepatuhan terhadap SAK (lihat paragraf 19); (b) ringkasan kebijakan akuntansi signifikan yang diterapkan (lihat paragraf 125); (c) informasi tambahan untuk pos-pos yang disajikan dalam Laporan Perubahan Posisi Keuangan, Laporan Laba Rugi Komprehensif, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat, dan Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Lebajikan sesuai dengan urutan penyajian laporan dan penyajian masing-masing pos; dan (d) pengungkapan lain, termasuk: (i) liabilitas kontinjensi (lihat PSAK 57: Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi) dan komitmen kontraktual yang belum diakui; dan (ii) pengungkapan informasi nonkeuangan, misalnya tujuan dan kebijakan manajemen risiko keuangan (lihat PSAK 60 tentang Instrumen Keuangan: Pengungkapan) (PSAK 101 Revisi 2011, Paragraf 121) 04. Aset diakui dalam Laporan Posisi Keuangan kalau besar kemungkinan bahwa manfaat ekonominya di masa depan diperoleh entitas syariah dan aset tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. (KDPPLKS: paragraf 116) 05. Liabilitas diakui dalam Laporan Posisi Keuangan kalau besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban (obligation) masa kini dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur dengan andal. Dalam praktek, kewajiban (obligation) menurut kontrak yang belum dilaksanakan oleh kedua belah pihak (misalnya, liabilitas atas pesanan persediaan yang belum diterima) pada umumnya tidak diakui sebagai liabilitas dalam Laporan Keuangan. Namun demikian, kewajiban (obligation) semacam itu dapat memenuhi definisi liabilitas dan, kalau dalam keadaan tertentu kriteria pengakuan terpenuhi, maka kewajiban (obligation) tersebut 12.3 272 Lanjutan Lampiran 1 dapat dianggap memenuhi syarat pengakuan. Dalam kasus ini, pengakuan liabilitas mengakibatkan pengakuan aset atau beban yang bersangkutan (KDPPLKS: paragraf 118). 06. Penghasilan diakui dalam Laporan Laba Rugi Komprehensif kalau kenaikan manfaat ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan peningkatan aset atau penurunan liabilitas telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Ini berarti pengakuan penghasilan terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan aset atau penurunan liabilitas (misalnya, kenaikan bersih aset yang timbul dari penjualan barang atau jasa atau penurunan liabilitas yang timbul dari pembebasan pinjaman yang masih harus dibayar) (KDPPLKS: paragraf 120). 07. Beban diakui dalam Laporan Laba Rugi Komprehensif kalau penurunan manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan aset atau peningkatan liabilitas telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Ini berarti pengakuan beban terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan liabilitas atau penurunan aset (misalnya, akrual hak karyawan atau penyusutan aset tetap) (KDPPLKS: paragraf 122) 08. Provisi diakui jika: (a) entitas memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum maupun bersifat konstruktif) sebagai akibat peristiwa masa lalu; (b) kemungkinan besar penyelesaian kewajiban tersebut mengakibatkan arus keluar sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi; dan (c) estimasi yang andal mengenai jumlah kewajiban tersebut dapat dibuat. Jika kondisi di atas tidak terpenuhi, maka provisi tidak diakui. (PSAK 57: paragraf 14). 09. Entitas tidak diperkenankan mengakui liabilitas kontinjensi. (PSAK 57: paragraf 27) C. Penjelasan 01. Letter of Credit (L/C) Impor Syariah adalah surat pernyataan akan membayar kepada Eksportir yang diterbitkan oleh Bank untuk 12.4 273 Lanjutan Lampiran 1 kepentingan Importir dengan pemenuhan persyaratan tertentu sesuai dengan prinsip Syariah. Akad untuk L/C terkait transaksi Impor yang sesuai dengan Syariah dapat digunakan beberapa bentuk: a. Akad Wakalah bil Ujrah dengan ketentuan: i. Importir harus memiliki dana pada Bank sebesar harga pembayaran barang yang diimpor; ii. Importir pada Bank melakukan akad Wakalah bil Ujrah untuk pengurusan dokumen-dokumen transaksi impor; iii. Besar ujrah harus disepakati diawal dan dinyatakan dalam bentuk nominal, bukan dalam bentuk prosentase. b. Akad Wakalah bil Ujrah dan Qardh dengan ketentuan: i. Importir tidak memiliki dana cukup pada Bank untuk pembayaran harga barang yang diimpor; ii. Importir dan Bank melakukan akad Wakalah bil Ujrah untuk pengurusan dokumen-dokumen transaksi impor; iii. Besar ujrah harus disepakati diawal dan dinyatakan dalam bentuk nominal, bukan dalam bentuk prosentase; iv. Bank memberikan dana talangan (qardh) kepada importir untuk pelunasan pembayaran barang impor. c. Akad Murabahah dengan ketentuan: i. Bank bertindak selaku pembeli yang mewakili kepada importir untuk melakukan transaksi dengan eksportir ii. Pengurusan dokumen dan pembayaran dilakukan oleh Bank saat dokumen diterima (at sight) dan/atau tangguh sampai dengan jatuh tempo (usance); iii. Bank menjual barang secara murabahah kepada importir, baik dengan pembayaran tunai maupun cicilan. iv. Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh Bank akan diperhitungkan sebagai harga perolehan barang. 02. Akad untuk L/C terkait transaksi Ekspor yang sesuai dengan prinsip Syariah dapat berupa: a. Akad Wakalah bil Ujrah dengan ketentuan: i. Bank melakukan pengurusan dokumen-dokumen ekspor; 12.5 274 Lanjutan Lampiran 1 ii. Bank melakukan penagihan (collection) kepada bank penerbit L/C (issuing bank), selanjutnya dibayarkan kepada eksportir setelah dikurangi ujrah; iii. Besar ujrah harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal, bukan dalam prosentase. b. Akad Wakalah bil Ujrah dan Qardh dengan ketentuan: i. Bank melakukan pengurusan dokumen-dokumen ekspor; ii. Bank melakukan penagihan (collection) kepada bank penerbit L/C (issuing bank); iii. Bank memberikan dana talangan (Qardh) kepada nasabah eksportir sebesar harga barang ekspor; iv. Besar ujrah harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal, bukan dalam bentuk prosentase. v. Pembayaran ujrah dapat diambil dari dana talangan sesuai kesepakatan dalam akad. vi. Antara akad Wakalah bil Ujrah dan akad Qardh, tidak diperbolehkan adanya keterkaitan (ta’alluq). c. Akad Wakalah Bil Ujrah dan Mudharabah dengan ketentuan: i. Bank memberikan kepada eksportir seluruh dana yang dibutuhkan dalam proses produksi barang ekspor yang dipesan oleh importir; ii. Bank melakukan pengurusan dokumen-dokumen ekspor; iii. Bank melakukan penagihan (collection) kepada bank penerbit L/C (Issuing Bank); iv. Pembayaran oleh bank penerbit L/C dapat dilakukan pada saat dokumen diterima (at sight) atau pada saat jatuh tempo (usance); v. Pembayaran dari bank penerbit L/C (Issuing Bank) dapat digunakan untuk: 1) Pembayaran ujrah; 2) Pengembalian dana mudharabah; 3) Pembayaran bagi hasil. vi. Besar ujrah harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal, bukan dalam bentuk prosentase. 03. Mekanisme transaksi Ekspor dan Impor 12.6 275 Lanjutan Lampiran 1 a. Sight LC/SKBDN Langkah 1 Tindakan Importir (applicant) dan eksportir (beneficiary) menandatangani sales contract 2 Applicant mengajukan permohonan pembukaan sight LC kepada issuing bank 3 Issuing bank menerbitkan sight LC kepada beneficiary melalui perantaraan advising bank 4 Advising bank meneruskan sight LC kepada beneficiary 5 Beneficiary melakukan pengiriman barang dan mempersiapkan dokumen-dokumen yang disyaratkan dalam LC 6 Beneficiary mempresentasikan dokumen-dokumen ke negotiating bank 7 Apabila dokumen sesuai dengan syarat dan kondisi LC, negotiating bank akan melakukan pembayaran terlebih dahulu kepada beneficiary dengan hak recourse. Proses ini dikenal dengan istilah negosiasi 8 Negotiating bank akan mengirimkan dokumen- dokumen tersebut ke issuing bank 9 Issuing bank akan memeriksa dokumen. Apabila dokumen clean, issuing bank akan melakukan pembayaran ke negotiating bank 10 & 11 Applicant melakukan pelunasan ke issuing bank dan mengambil dokumen untuk keperluan pengeluaran 12.7 276 Lanjutan Lampiran 1 barang b. Usance LC/SKBDN Langkah Tindakan 1 Pihak importir (applicant) dan eksportir (Beneficiary) menandatangani kontrak penjualan 2 Applicant mengajukan permohonan pembukaan usance LC kepada issuing bank 3 Issuing bank menerbitkan usance LC kepada Beneficiary melalui perantaraan advising bank 4 Advising bank meneruskan usance LC kepada Beneficiary 5 Beneficiary melakukan pengiriman barang dan mempersiapkan dokumen-dokumen yang diisyaratkan dalam LC 6 Beneficiary mempresentasikan dokumen-dokumen ke negotiating bank 7 Apabila dokumen sesuai dengan syarat dan kondisi LC, negotiating bank dapat melakukan pembayaran di muka kepada Beneficiary sebesar nilai dokumen dikurangi diskon/bunga. Proses ini dikenal dengan istilah diskonto 8 Negotiating bank akan mengirimkan dokumen- dokumen tersebut ke issuing bank 12.8 277 Lanjutan Lampiran 1 9 Issuing bank akan memeriksa dokumen. Apabila dokumen clean, issuing bank akan mengirimkan teleks akseptasi ke negotiating bank 10 Applicant menyerahkan surat aksep ke issuing bank dan mengambil dokumen untuk keperluan pengeluaran barang 11 Applicant melakukan pelunasan ke issuing bank pada saat jatuh tempo 12 Issuing bank akan melakukan pembayaran ke negotiating bank c. Sight/usance LC/SKBDN dengan pelunasan melalui reimbursing bank dimana advising bank bukan negotiating bank Langkah Tindakan 1 Pihak importir (applicant) dan eksportir (beneficiary) menandatangani kontrak penjualan 2 Applicant mengajukan permohonan pembukaan LC/SKBDN kepada issuing bank 3a Issuing bank menerbitkan LC/SKBDN kepada beneficiary melalui perantaraan advising bank 3b Issuing bank memberikan reimbursement authorization kepada reimbursing bank 4 Advising bank meneruskan LC/SKBDN kepada 12.9 278 Lanjutan Lampiran 1 beneficiary 5 Beneficiary mengirimkan/mengapalkan barang sesuai permintaan dalam LC/SKBDN 6 Beneficiary mempresentasikan dokumen-dokumen ke negotiating bank 7a Negotiating bank mengirimkan dokumen kepada issuing bank 7b Negotiating bank melakukan claim kepada reimbursing bank untuk melakukan pembayaran. 8 Reimbursing melakukan pembayaran kepada negotiating bank (claiming bank) 9 Negotiating bank melakukan pembayaran kepada beneficiary 10 Issuing bank melakukan pembayaran kepada reimbursing bank 11 Applicant melakukan pelunasan LC/SKBDN kepada issuing bank 12 Issuing Bank menyerahkan dokumen kepada applicant untuk menebus/mengambil barang 04. Dalam transaksi ekspor impor terdapat 2 perlakuan akuntansi, yaitu: a. Akuntansi yang terkait dengan aset dan kewajiban keuangan yang berasal dari hak dan kewajiban kontraktual, antara lain untuk tagihan dan kewajiban akseptasi serta wesel ekspor yang diambil alih Bank. Wesel ekspor lebih lanjut dapat dilihat pada Bab mengenai surat berharga; b. Akuntansi yang terkait dengan kewajiban kontinjensi dan kewajiban diestimasi, antara lain untuk jaminan keuangan (financial guarantee) seperti shipping guarantee. 05. Pendapatan/biaya dalam transaksi ekspor-impor mencakup komisi akseptasi, komisi pembukaan LC/SKBDN, biaya pengiriman dokumen, dan komisi negosiasi dokumen. 06. Tagihan akseptasi termasuk dalam kategori Pinjaman yang Diberikan dan Piutang. 07. Kewajiban akseptasi termasuk dalam kategori kewajiban lainnya yang dicatat pada biaya perolehan diamortisasi. 12.10 279 Lanjutan Lampiran 1 08. Berdasarkan cara penyelesaian pembayarannya, LC/SKBDN dibedakan menjadi: a. LC/SKBDN atas unjuk (sight payment); b. LC dengan pembayaran kemudian (deffered payment); c. LC/SKBDN dengan akseptasi (acceptance); d. LC/SKBDN dengan negosiasi (negotiation). 09. LC/SKBDN diterbitkan oleh issuing bank atas permintaan pemohon (applicant). LC/SKBDN memberi hak kepada Beneficiary untuk meminta pembayaran korespondennya kepada berdasarkan issuing bank pemenuhan melalui bank persyaratan yang tercantum dalam LC/SKBDN. SKBDN tunduk pada Peraturan Bank Indonesia sedangkan LC tunduk pada Uniform Customs and Practice for Documentary Credits/UCPDC. 10. Setelah menerima LC/SKBDN dari issuing bank, advising bank meneruskannya L/C tersebut kepada beneficiary. 11. Pada saat bank menerima dokumen-dokumen dari beneficiary, Bank melakukan pemeriksaan dokumen sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan selanjutnya melakukan kegiatan sebagai berikut, sesuai dengan jenis LC/SKBDN: a. LC/SKBDN atas unjuk (Sight LC/SKBDN) Bank pembayar melakukan pembayaran kepada beneficiary (atas beban issuing bank) sesuai dengan persyaratan LC/SKBDN dan kemudian meneruskan dokumen-dokumen yang diterima kepada issuing bank. b. LC/SKBDN berjangka (Usance LC/SKBDN) Bank meneruskan dokumen-dokumen yang diterima kepada issuing bank untuk dimintakan akseptasi dari accepting bank. c. LC/SKBDN yang ditagih dengan collection Remitting bank mengirim dokumen-dokumen kepada issuing bank untuk ditagihkan pembayarannya tanpa terlebih dahulu melakukan pembayaran kepada beneficiary. LC/SKBDN dengan pembayaran seperti ini terjadi karena antara lain: i. dokumen yang diajukan terdapat penyimpangan (discrepancy/ies); atau 12.11 280 Lanjutan Lampiran 1 ii. tidak ada Bank yang bersedia sebagai negotiating bank 12. Penerimaan dari transaksi akseptasi dianggap sebagai fee base income dari Bank dan tidak dibagi-hasilkan. 13. Jika LC mengalami default, maka fasilitas tersebut akan menjadi pembiayaan dan bagi hasil yang diterima akan dilaporkan dalam bagi hasil kepada nasabah. D. Perlakuan Akuntansi D1. Pengakuan dan Pengukuran Transaksi Ekspor 01. Pada saat menerima L/C dari issuing bank, tidak diakui sebagai tagihan komitmen atau kontinjensi. Dalam hal Bank penerus L/C menambahkan konfirmasi untuk menjamin pembayaran L/C maka Bank mengakui kewajiban komitmen kepada beneficiary dan pada saat yang sama Bank mengakui tagihan komitmen kepada issuing bank. 02. Pada saat Bank meneruskan dan/atau mengkonfirmasi L/C yang diterimanya dari bank penerbit maka Bank mengakui pendapatan provisi (advising fee dan/atau confirming fee) yang dipungut. 03. Sight L/C Pada saat pembayaran dokumen-dokumen yang diajukan beneficiary, bank pembayar mengakui sebagai tagihan kepada issuing bank dalam akun tagihan lainnya-wesel ekspor atau nostro. 04. Usance (Deferred Payment) L/C a. Pada saat Bank menerima wesel berjangka yang telah diaksep dari accepting bank, Bank mengakui tagihan kepada accepting bank sebagai akun tagihan akseptasi dan kewajiban kepada beneficiary sebesar nilai L/C. b. Apabila sebelum jatuh tempo Bank melakukan negosiasi/pengambil-alihan atas tagihan Usance L/C (deferred payment L/C) maka Bank melakukan pembayaran kepada beneficiary sebesar nilai L/C dan mengakui tagihan kepada bank penerbit sebesar nilai L/C dalam akun tagihan lainnya-wesel ekspor berjangka. c. Bank diperkenankan meminta fee negosiasi/pengambil-alihan wesel berjangka tersebut namun tidak diperkenankan melakukan diskonto. 12.12 281 Lanjutan Lampiran 1 d. Apabila Bank pembayar menerima pembayaran dari Issuing bank/Accepting bank pada saat jatuh tempo atas tagihan Usance/deferred payment L/C maka dilakukan penyelesaian atas tagihan lainnya - wesel ekspor berjangka. 05. Untuk pembayaran dimuka selain untuk L/C dengan negosiasi dapat juga dilakukan untuk L/C dengan pembayaran kemudian (deferred payment L/C) dan L/C dengan akseptasi (acceptance L/C). Perlakuan akuntansinya mengikuti ketentuan dalam butir 6). Transaksi Impor 01. Pada saat membuka L/C, Bank mencatat ke dalam akun: a. kewajiban komitmen (irrevocable L/C) dalam mata uang asing sebesar nilai L/C; b. setoran jaminan impor (jika ada) sesuai mata uang asing dalam L/C sebesar setoran yang diterima; c. pendapatan provisi penerbitan L/C sebesar provisi yang diterima. 02. Pendapatan provisi penerbitan L/C yang diterima diakui sebagai pendapatan pada saat diterima (basis kas). 03. Sight L/C a. Pada saat penerimaan dokumen dari bank koresponden dan selama masa pemeriksaan (maksimal 7 hari kerja perbankan setelah diterimanya dokumen) tidak dilakukan penjurnalan (no journal entry). b. Setelah pemeriksaan selesai dan dokumen pengapalan (shipping documents) tidak terdapat penyimpangan (discrepancy/ies) atau terdapat penyimpangan (discrepancy/ies) tetapi diterima oleh applicant, maka Bank penerbit L/C mengakui kewajiban dan melakukan pembayaran kepada bank koresponden sebesar nilai L/C atau nilai realisasi L/C dan pada saat yang sama mengakui tagihan kepada applicant sebesar nilai yang sama pada akun tagihan lainnya. c. Apabila dokumen termasuk bill of lading belum diterima dari bank koresponden dan applicant meminta Bank untuk menerbitkan shipping guarantee, maka Bank penerbit L/C mengakui kewajiban kepada bank koresponden sebesar nilai L/C atau nilai realisasi L/C pada akun kewajiban lain-lain dan mengakui tagihan kepada applicant sebesar nilai yang sama pada akun tagihan lainnya. 12.13 282 Lanjutan Lampiran 1 Pada saat yang sama Bank mengakui tagihan kontinjensi shipping guarantee kepada applicant dan kewajiban kontinjensi kepada maskapai pelayaran. d. Pada saat yang sama dengan transaksi pada butir b) dan c), Bank penerbit melakukan reversal pencatatan komitmen/kontinjensi pembukuan L/C sebesar nilai L/C atau nilai realisasi L/C. e. Pada saat dokumen termasuk bill of lading diterima dari bank koresponden dan pemeriksaan telah dilakukan (untuk kondisi butir c). maka perlakuan akuntansi mengikuti butir b). Pada saat yang sama me-reverse tagihan dan kewajiban kontinjensi dari penerbitan shipping guarantee. f. Penyelesaian tagihan Issuing bank (bank penerbit) oleh applicant/importir dapat dilakukan sebagai berikut: i. Applicant menebus dokumen pengapalan (menyelesaikan kewajibannya) secara tunai setelah dikurangi dengan setoran jaminan (jika ada). ii. Applicant menebus dokumen pengapalan (menyelesaikan kewajibannya) dengan menggunakan fasilitas pembiayaan mudharabah/musyarakah/murabahah dari bank penerbit setelah dikurangi dengan setoran jaminan (jika ada). 04. L/C dengan pembayaran kemudian (Deferred Payment L/C). a. Dalam hal Bank menerima promes yang diterbitkan oleh pemohon (applicant) untuk beneficiary sebesar nilai L/C atau nilai realisasi L/C, maka Bank penerbit tidak mengakui kewajiban kepada beneficiary atas penerbitan promes tersebut. b. i. Dalam hal promes dijamin (aval) oleh bank penerbit maka bank penerbit sebagai penjamin (avalis) mengakui tagihan dan kewajiban promes. Pada komitmen-penerbitan saat yang sama efek sebesar jumlah nilai kewajiban komitmen/kontinjensi L/C impor dikurangi sebesar nilai promes. ii. Apabila applicant (pemohon aval) wanprestasi atas penerbitan promes tersebut maka bank penerbit sebagai penjamin (avalis) mengakui kewajiban lainnya-realisasi aval kepada beneficiary c.q. correspondent bank sebesar nilai promes dan mengakui tagihan lainnya kepada pemohon aval/applicant 12.14 283 Lanjutan Lampiran 1 sebesar nilai yang sama. Pada saat yang sama mereverse tagihan dan kewajiban komitmen-penerbitan efek. c. i. Dalam hal promes dijamin (aval) oleh bukan bank penerbit maka bank penjamin (avalis) mengakui tagihan/kewajiban komitmen-penerbitan efek sebesar nilai promes. Pada saat yang sama bank penerbit L/C me-reversal kewajiban komitmen/kontinjensi L/C impor sebesar nilai L/C atau nilai realisasi L/C. ii. Apabila applicant (pemohon aval) wanprestasi atas penerbitan promes tersebut maka bank penjamin sebagai penjamin (avalis) mengakui kewajiban lainnya-realisasi aval kepada beneficiary melalui bank koresponden sebesar nilai promes dan mengakui tagihan lainnya kepada pemohon aval/applicant sebesar nilai yang sama. Pada saat yang sama me-reverse tagihan dan kewajiban komitmen-penerbitan efek. 05. L/C dengan akseptasi (Acceptance L/C). a. Bank pengaksep adalah Bank penerbit i. Pada saat Bank melakukan akseptasi atas wesel berjangka yang diterbitkan beneficiary, maka Bank pengaksep mengakui kewajiban kepada beneficiary sebesar nilai wesel yang diaksep sebagai akun kewajiban akseptasi dan mengakui tagihan kepada applicant sebesar nilai yang sama sebagai akun tagihan akseptasi. ii. Pada saat yang sama jumlah kewajiban komitmen/kontinjensi L/C impor dikurangi sebesar nilai L/C atau nilai realisasi L/C. iii. Apabila beneficiary melakukan pendiskontoan wesel berjangka kepada bank pendiskonto maka kewajiban bank pengaksep beralih dari kewajiban kepada beneficiary menjadi kewajiban kepada bank pendiskonto. Bank pendiskonto dapat melakukan pendiskontoan ulang kepada pihak lainnya sehingga kewajiban bank pengaksep beralih kepada bonafide holder. b. Bank pengaksep adalah bukan Bank penerbit i. Dalam hal bank pengaksep melakukan akseptasi atas wesel berjangka yang diterbitkan beneficiary, maka: 12.15 284 Lanjutan Lampiran 1 1) Bank pengaksep mengakui kewajiban kepada beneficiary sebesar nilai wesel yang diaksep sebagai akun kewajiban akseptasi dan mengakui tagihan kepada bank penerbit (issuing bank) sebesar nilai yang sama sebagai akun tagihan akseptasi. 2) Apabila beneficiary melakukan pendiskontoan wesel berjangka kepada bank pendiskonto maka kewajiban bank pengaksep beralih dari kewajiban kepada beneficiary menjadi kewajiban kepada bank pendiskonto. Bank pendiskonto dapat melakukan pendiskontoan ulang kepada pihak lainnya sehingga kewajiban bank pengaksep beralih kepada bonafide holder. ii. Bank penerbit mengakui kewajiban kepada bank pengaksep (bank pengaksep ditunjuk oleh bank penerbit) sebesar nilai wesel yang diaksep sebagai akun kewajiban akseptasi dan mempunyai tagihan pada applicant sebesar nilai yang sama sebagai akun tagihan akseptasi. iii. Pada saat yang sama jumlah kewajiban komitmen/kontinjensi L/C impor dikurangi sebesar nilai L/C atau nilai realisasi L/C. 06. L/C dengan negosiasi (Negotiation L/C). a. Dalam hal bank penegosiasi menegosiasi wesel unjuk (sight L/C) maka bank penerbit mengakui kewajiban kepada bank penegosiasi sebagai akun kewajiban lainnya dan pada saat yang sama mengakui tagihan kepada applicant dengan nilai yang sama sebagai akun tagihan lainnya. b. Dalam hal bank penegosiasi menegosiasi wesel berjangka yang diaksep oleh bank lain maka bank penerbit mengakui kewajiban kepada bank pengaksep dalam akun kewajiban akseptasi. Dan pada saat yang sama mengakui tagihan kepada applicant dalam akun tagihan akseptasi. c. Dalam hal bank penegosiasi menegosiasi wesel berjangka yang diaksep oleh bank penerbit maka bank penerbit mengakui kewajiban kepada bank penegosiasi dalam akun kewajiban akseptasi. Dan pada saat yang sama mengakui tagihan kepada applicant dalam akun tagihan akseptasi. 12.16 285 Lanjutan Lampiran 1 D2. Penyajian Transaksi Ekspor 01. Tagihan akseptasi kepada bank koresponden disajikan di Laporan Posisi Keuangan (on balance sheet) sebesar nilai bruto tagihan bank. Jika berasal dari valuta asing dijabarkan ke dalam mata uang Rupiah dengan menggunakan kurs yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 02. Tagihan lainnya kepada bank koresponden disajikan di Laporan Posisi Keuangan (on balance sheet) sebesar nilai bruto tagihan bank. Jika berasal dari valuta asing dijabarkan ke dalam mata uang Rupiah dengan menggunakan kurs yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 03. Kewajiban akseptasi kepada beneficiary disajikan di Laporan Posisi Keuangan (on balance sheet) sebesar nilai bruto kewajiban bank. Jika berasal dari valuta asing dijabarkan ke dalam mata uang Rupiah dengan menggunakan kurs yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 04. Kewajiban lain-lain kepada beneficiary disajikan di Laporan Posisi Keuangan (on balance sheet) sebesar nilai bruto kewajiban bank. Jika berasal dari valuta asing dijabarkan ke dalam mata uang Rupiah dengan menggunakan kurs yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 05. Pendapatan diskonto yang ditangguhkan - uang muka/wesel ekspor berjangka disajikan sebagai offsetting account dari tagihan lainnya uang muka/wesel ekspor berjangka. Transaksi Impor 01. Kewajiban komitmen/kontinjensi atas penerbitan L/C diungkapkan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan sebesar jumlah penerbitan L/C. Jika berasal dari valuta asing dijabarkan ke dalam mata uang Rupiah dengan menggunakan kurs yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 02. Kewajiban komitmen atas penjaminan penerbitan efek diungkapkan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan. 03. Setoran jaminan impor disajikan di Laporan Posisi Keuangan (on balance sheet) sebesar jumlah setoran jaminan. Jika berasal dari valuta asing dijabarkan ke dalam mata uang Rupiah dengan menggunakan kurs yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 04. Tagihan akseptasi kepada applicant disajikan di Laporan Posisi Keuangan (on balance sheet) sebesar nilai bruto tagihan bank. Jika 12.17 286 Lanjutan Lampiran 1 berasal dari valuta asing dijabarkan ke dalam mata uang Rupiah dengan menggunakan kurs yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 05. Kewajiban akseptasi kepada bank koresponden disajikan di Laporan Posisi Keuangan (on balance sheet) sebesar nilai bruto kewajiban bank. Jika berasal dari valuta asing dijabarkan ke dalam mata uang Rupiah dengan menggunakan kurs yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 06. Tagihan lainnya kepada applicant disajikan di Laporan Posisi Keuangan (on balance sheet) sebesar nilai bruto tagihan bank. Jika berasal dari valuta asing dijabarkan ke dalam mata uang Rupiah dengan menggunakan kurs yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 07. Kewajiban lainnya kepada bank koresponden disajikan di Laporan Posisi Keuangan (on balance sheet) sebesar nilai bruto kewajiban bank. Jika berasal dari valuta asing dijabarkan ke dalam mata uang Rupiah dengan menggunakan kurs yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. E. Ilustrasi Jurnal Transaksi Ekspor 01. Saat menerima L/C Tidak dilakukan pembukuan, cukup diregistrasi. Apabila terhadap penerusan L/C kepada eksportir dikenakan provisi (advising commision), maka dilakukan: Db. Kas/rekening/kliring Kr. Pendapatan advising commision 02. Saat mengirim dokumen Tidak dilakukan jurnal. 03. Saat menerima akseptasi Db. Tagihan Akseptasi kepada Bank Pengaksep Kr. Kewajiban Akseptasi kepada beneficiary 04. Saat pembayaran kepada eksportir a. L/C atas unjuk (Sight payment L/C) Db. Nostro/tagihan lainnya-wesel ekspor Kr. Nasabah/Eksportir Kr. Pendapatan negosiasi wesel ekspor 12.18 287 Lanjutan Lampiran 1 Kr. Kewajiban segera - titipan pajak nasabah Kr. Pendapatan lain-lain b. L/C dengan pembayaran kemudian (Deferred payment L/C) i. Jika dibayar sebelum jatuh tempo Db. Tagihan Lainnya Kr. Nasabah/Eksportir Kr. Pendapatan diskonto wesel ekspor yang ditangguhkan Kr. Pendapatan negosiasi wesel ekspor Kr. Kewajiban segera - titipan pajak nasabah Kr. Pendapatan lain-lain ii. Jika dibayar saat jatuh tempo 1) Bank Pembayar telah menerima pembayaran tetapi belum dibayarkan kepada eksportir Db. Nostro Kr. Kewajiban lainnya Selanjutnya pada saat membayar kepada eksportir: Db. Kewajiban lainnya Kr. Nasabah/Eksportir Kr. Pendapatan negosiasi wesel ekspor Kr. Kewajiban segera - titipan pajak nasabah Kr. Pendapatan lain-lain 2) Bank Pembayar telah menerima pembayaran dan dilakukan pembayaran kepada eksportir Db. Nostro Kr. Nasabah/Eksportir Kr. Pendapatan negosiasi wesel ekspor Kr. Kewajiban segera - titipan pajak nasabah Kr. Pendapatan lain-lain 3) Bank Pembayar belum menerima pembayaran dan dilakukan pembayaran kepada eksportir Db. Tagihan lainnya-wesel ekspor Kr. Nasabah/Eksportir Kr. Pendapatan negosiasi wesel ekspor Kr. Kewajiban segera - titipan pajak nasabah Kr. Pendapatan lain-lain c. L/C dengan akseptasi (Acceptance L/C) 12.19 288 Lanjutan Lampiran 1 i. Jika dibayar sebelum jatuh tempo Db. Kewajiban akseptasi kepada nasabah Kr. Nasabah/Eksportir Kr. Pendapatan diskonto wesel ekspor Kr. Pendapatan negosiasi wesel ekspor yang ditangguhkan Kr. Kewajiban segera - titipan pajak nasabah Kr. Pendapatan lain-lain ii. Jika dibayar saat jatuh tempo Db. Kewajiban akseptasi kepada nasabah Kr. Nasabah/Eksportir Kr. Pendapatan negosiasi wesel ekspor Kr. Kewajiban segera - titipan pajak nasabah Kr. Pendapatan lain-lain d. L/C dengan negosiasi (Negotiation L/C) i. Jika menegosiasi L/C atas unjuk ((jurnal pembukuan sama seperti butir a). di atas) ii. Jika menegosiasi L/C berjangka 1) Jika dibayar sebelum jatuh tempo (a) Akseptasi telah dilakukan Db. Kewajiban akseptasi Kr. Nasabah/Eksportir Kr. Pendapatan diskonto wesel ekspor yang di tangguhkan Kr. Pendapatan negosiasi wesel ekspor Kr. Kewajiban segera - titipan pajak nasabah Kr. Pendapatan lain-lain Pada saat bersamaan: Db. Wesel ekspor Kr. Tagihan akseptasi (b) Akseptasi belum dilakukan Db. Tagihan lainnya-uang muka Kr. Nasabah/Eksportir Kr. Pendapatan yang ditangguhkan lainnya Kr. Pendapatan negosiasi wesel ekspor Kr. Kewajiban segera - titipan pajak nasabah Kr. Pendapatan lain-lain 12.20 289 Lanjutan Lampiran 1 Pada saat wesel diakseptasi: Db. Tagihan akseptasi Kr. Kewajiban akseptasi Pada saat yang bersamaan Db. Wesel ekspor Kr. Tagihan akseptasi Db. Kewajiban akspetasi Kr. Tagihan lainnya (uang muka) Db. Pendapatan yang ditangguhkan lainnya Kr. Pendapatan diskonto wesel ekspor yang ditangguhkan 2) Jika dibayar saat jatuh tempo Db. Nostro Kr. Nasabah/Eksportir Kr. Pendapatan negosiasi wesel ekspor Kr. Kewajiban segera - titipan pajak nasabah Kr. Pendapatan lain-lain e. Saat melakukan amortisasi diskonto WEB Db. Pendapatan diskonto wesel ekspor yang di tangguhkan Kr. Pendapatan diskonto wesel ekspor f. Saat menerima pembayaran (nota kredit) dari issuing bank i. L/C atas unjuk (Sight Payment L/C) Db. Nostro Kr. Tagihan lainnya-wesel ekspor Catatan: jika pada saat pembayaran bank sudah membukukan langsung ke nostro maka nota kredit yang diterima dari issuing bank tidak dibukukan lagi (hanya sebagai konfirmasi) terkecuali ada biaya-biaya luar negeri. ii. L/C dengan pembayaran kemudian (Deferred Payment L/C) Db. Nostro Kr. Tagihan lainnya-wesel ekspor Catatan: jika pada saat pembayaran bank sudah membukukan langsung ke nostro maka nota kredit yang diterima dari issuing bank tidak dibukukan lagi (hanya 12.21 290 Lanjutan Lampiran 1 sebagai konfirmasi) terkecuali ada biaya-biaya luar negeri. L/C dengan pembayaran kemudian (Deferred Payment L/C). iii. L/C dengan akseptasi (acceptance L/C) Db. Nostro Kr. Tagihan akseptasi kepada bank koresponden iv. L/C dengan negosiasi (negotiation L/C) 1) Jika menegosiasi L/C atas unjuk Db. Nostro Kr. Tagihan lainnya-wesel ekspor Catatan: jika pada saat pembayaran Bank sudah membukukan langsung ke nostro maka nota kredit yang diterima dari issuing bank tidak dibukukan lagi (hanya sebagai konfirmasi) terkecuali ada biaya-biaya luar negeri. 2) Jika menegosiasi L/C berjangka Db. Nostro Kr. Tagihan akseptasi kepada koresponden a. Dalam hal bank koresponden tidak melakukan pembayaran, maka jurnal no.6 di atas untuk setiap akun nostro dapat diganti dengan akun tagihan lainnya-wesel ekspor yang ditolak atau tetap dibukukan pada akun tagihan lainnya-wesel ekspor. b. Jurnal penyelesaian tagihan lainnya-wesel ekspor yang ditolak. Db. Kas/rekening/kliring Kr. Tagihan lainnya-wesel ekspor yang ditolak Transaksi Impor 01. Pada saat membuka L/C Impor a. L/C Irrevocable Db. Tagihan komitmen L/C kepada applicant Kr. Kewajiban Komitmen L/C impor kepada depository correspondent bank b. L/C Revocable Db. Tagihan kontinjensi L/C kepada applicant Kr. Kewajiban Kontinjensi L/C impor kepada depository correspondent bank c. Membukukan provisi pembuka L/C Db. Kas/nasabah/kliring 12.22 291 Lanjutan Lampiran 1 Kr. Pendapatan Provisi pembukaan L/C Impor Kr. Pendapatan lain-lain 02. Pada saat menerima setoran jaminan L/C Impor Db. Kas/nasabah/kliring Kr. Setoran Jaminan Impor Catatan: Apabila dana setoran jaminan impor berupa rekening giro, deposito yang diblokir, maka atas dana tersebut cukup diblokir. 03. Penerimaan Pembayaran/Promes dari Importir sementara Dokumen Impor belum diterima oleh Bank Penerbit a. L/C Atas Unjuk (Sight Payment L/C) i. Nasabah mengeluarkan barang menggunakan copy dokumen dengan cara Endorsemen B/L Db. Setoran Jaminan L/C Impor Kr. Rekening Nasabah/Importir (Pengembalian setoran jaminan, bila ada) Db. Rekening Nasabah/Importir Kr. Kewajiban L/C Impor sight kepada Bank Koresponden (sebesar Nilai Dokumen, KL diselesaikan pada saat rekening Nostro telah didebet) Kr. Pendapatan Komisi L/C Impor (Komisi endorsemen, bila ada) Penerimaan setoran pajak impor (bila ada) Db. Rekening Nasabah/Importir Kr. Pendapatan Komisi LC Impor (Komisi atas PIUD) Kr. Kewajiban Segera Lainnya - Pajak - pajak Impor Me-reverse pencatatan komitmen/kontijensi: 1) L/C Irrevocable Db. Kewajiban Komitmen L/C impor kepada depository correspondent bank Kr. Tagihan komitmen L/C kepada applicant 2) L/C Revocable Db. Kewajiban Kontinjensi L/C Impor kepada depository correspondent bank Kr. Tagihan kontinjensi L/C kepada applicant 12.23 292 Lanjutan Lampiran 1 ii. Nasabah mengeluarkan barang dengan Shipping guarantee Db. Setoran Jaminan L/C Impor Kr. Rekening Nasabah/Importir (Pengembalian setoran jaminan, bila ada) Db. Rekening Nasabah/Importir Kr. Kewajiban L/C Impor Sight kepada Bank Koresponden (sebesar Nilai Dokumen, KL diselesaikan pada saat rekening Nostro telah di debet) Kr. Pendapatan Komisi L/C Impor (Komisi endorsemen, bila ada) Penerimaan Setoran Pajak Impor (bila ada) Db. Rekening Nasabah/Importir Kr. Pendapatan Komisi L/C Impor (Komisi atas PIUD) Kr. Kewajiban Segera Lainnya - Pajak - pajak Impor Pencatatan Kontinjensi: Db. Tagihan kontijensi-Shipping guarantee kepada applicant Kewajiban Kr. kontijensi Shipping guarantee kepada perusahaan ekspedisi Me-reverse pencatatan kewajiban komitmen/kontijensi: 1) L/C Irrevocable Db. Kewajiban Komitmen L/C impor kepada depository correspondent bank Kr. Tagihan komitmen L/C kepada applicant 2) L/C Revocable Db. Kewajiban Kontinjensi L/C Impor kepada depository correspondent bank Kr. Tagihan kontinjensi L/C kepada applicant b. L/C dengan Pembayaran Kemudian (Deferred Payment L/C) i. Nasabah mengeluarkan barang menggunakan copy dokumen dengan cara Endorsemen B/L. Db. Rekening Nasabah/Importir Kr. Pendapatan Komisi L/C Impor (Komisi Endorsemen, bila ada) Penerimaan Setoran Pajak Impor (bila ada) 12.24 293 Lanjutan Lampiran 1 Db. Rekening Nasabah/Importir Kr. Pendapatan Komisi L/C Impor (Komisi atas PIUD) Kr. Kewajiban segera lainnya - Pajak - pajak Impor Pencatatan Komitmen: Db. Tagihan komitmen L/C Impor Usance endorsement kepada Nasabah Kr.Kewajiban komitmen L/C Impor Usance endorsement kepada Depository Correspondent Bank Me-reverse pencatatan kewajiban komitmen/kontijensi: 1) L/C Irrevocable Db. Kewajiban Komitmen L/C outstanding kepada depository correspondent bank Kr. Tagihan komitmen L/C outstanding kepada applicant 2) L/C Revocable Db. Kewajiban Kontinjensi L/C outstanding kepada depository correspondent bank Kr. Tagihan kontinjensi L/C outstanding kepada applicant ii. Nasabah mengeluarkan barang dengan Shipping guarantee Db. Rekening Nasabah/Importir Kr. Pendapatan Komisi L/C Impor (Komisi Shipping guarantee, bila ada) Penerimaan Setoran Pajak Impor (bila ada) Db. Rekening Nasabah/Importir Kr. Pendapatan Komisi L/C Impor (Komisi atas PIUD) Kr. Kewajiban Segera Lainnya - Pajak - pajak Impor Pencatatan Kontijensi: Db. Tagihan kontinjensi-Shipping guarantee kepada Applicant Kr. Kewajiban kontijensi-Shipping guarantee kepada perusahaan ekspedisi Me-reverse pencatatan kewajiban komitmen/kontijensi: 1) L/C Irrevocable Db. Kewajiban Komitmen L/C outstanding kepada depository correspondent bank Kr. Tagihan komitmen L/C outstanding kepada applicant 2) L/C Revocable 12.25 294 Lanjutan Lampiran 1 Db. Kewajiban Kontinjensi L/C outstanding kepada depository correspondent bank Kr. Tagihan kontinjensi L/C outstanding kepada applicant c. L/C dengan Akseptasi (Acceptance L/C) i. Nasabah mengeluarkan barang dengan Endorsemen B/L asli Db. Rekening Nasabah/Importir Kr. Pendapatan Komisi L/C Impor (Komisi Endorsemen, bila ada) Penerimaan Setoran Pajak Impor (bila ada) Db. Rekening Nasabah/Importir Kr. Pendapatan Komisi L/C Impor (Komisi atas PIUD) Kr. Kewajiban Segera Lainnya - Pajak - pajak Impor ii. Nasabah mengeluarkan barang dengan Shipping guarantee Db. Rekening Nasabah/Importir Kr. Pendapatan Komisi L/C Impor (Komisi Shipping guarantee, bila ada) Penerimaan Setoran Pajak Impor (bila ada) Db. Rekening Nasabah/Importir Kr. Pendapatan Komisi L/C Impor (Komisi atas PIUD) Kr. Kewajiban Segera Lainnya - Pajak - pajak Impor Pencatatan Kontinjensi: Db. Tagihan kontinjensi Shipping guarantee kepada Applicant Kr. Kewajiban kontijensi Shipping guarantee kepada perusahaan ekspedisi Me-reverse kewajiban komitmen/kontijensi L/C 1) L/C Irrevocable Db. Kewajiban Komitmen L/C impor kepada depository correspondent bank Kr. Tagihan komitmen L/C kepada applicant 2) L/C Revocable Db. Kewajiban Kontinjensi L/C Impor kepada depository correspondent bank Kr. Tagihan kontinjensi L/C kepada applicant d. L/C dengan Negosiasi (Negotiation L/C) i. Nasabah mengeluarkan barang menggunakan copy dokumen dengan cara Endorsemen B/L- L/C Atas Unjuk (Sight) 12.26 295 Lanjutan Lampiran 1 Db. Setoran Jaminan L/C Impor Kr. Rekening Nasabah/Importir (Pengembalian setoran jaminan, bila ada) Db. Rekening Nasabah/Importir Kr. Kewajiban L/C Impor Sight kepada Bank Koresponden (sebesar Nilai Dokumen, KL diselesaikan pada saat rekening Nostro telah di debet) Kr. Pendapatan Komisi L/C Impor (Komisi Endorsemen, bila ada) Penerimaan Setoran Pajak Impor (bila ada) Db. Rekening Nasabah/Importir Kr. Pendapatan Komisi LC Import (Komisi atas PIUD) Kr. Kewajiban Segera Lainnya - Pajak - pajak Impor ii. Nasabah mengeluarkan barang dengan Shipping guaranteeL/C Atas Unjuk (Sight) Db. Setoran Jaminan L/C Impor Kr. Rekening Nasabah/Importir (Pengembalian setoran jaminan, bila ada) Db. Rekening Nasabah/Importir Kr. Kewajiban L/C Impor Sight kepada Bank Koresponden (sebesar Nilai Dokumen, KL diselesaikan pada saat rekening Nostro telah di debet) Kr. Pendapatan Komisi L/C Impor (Komisi Shipping guarantee, bila ada) Penerimaan Setoran Pajak Impor (bila ada) Db. Rekening Nasabah/Importir Kr. Pendapatan Komisi L/C Impor (Komisi atas PIUD) Kr. Kewajiban Segera Lainnya - Pajak - pajak Impor Pencatatan Kontinjensi: Db. Tagihan kontijensi-Shipping guarantee kepada applicant Kr. Kewajiban kontijensi-Shipping guarantee kepada perusahaan ekspedisi Me-reverse kewajiban komitmen/kontijensi L/C 1) L/C Irrevocable 12.27 296 Lanjutan Lampiran 1 Db. Kewajiban Komitmen L/C impor kepada depository correspondent bank Kr. Tagihan komitmen L/C kepada applicant 2) L/C Revocable Db. Kewajiban Kontinjensi L/C Impor kepada depository correspondent bank Kr. Tagihan kontinjensi L/C kepada applicant iii. Nasabah mengeluarkan barang menggunakan copy dokumen dengan cara Endorsemen B/L-L/C Berjangka (Deferred Payment/Usance L/C) Db. Rekening Nasabah/Importir Kr. Pendapatan Komisi L/C Impor (Komisi Endorsemen, bila ada) Penerimaan Setoran Pajak Impor (bila ada) Db. Rekening Nasabah/Importir Kr. Pendapatan Komisi L/C Impor (Komisi atas PIUD) Kr. Kewajiban Segera Lainnya - Pajak - pajak Impor Pencatatan Komitmen: Db. Tagihan komitmen L/C Impor Usance kepada Nasabah Kr. Kewajiban komitmen L/C Impor Usance kepada Depository Correspondent Bank iv. Nasabah mengeluarkan barang dengan Shipping guarantee L/C Berjangka (Deferred Payment/Usance L/C) Db. Rekening Nasabah/Importir Kr. Pendapatan Komisi L/C Impor (Komisi Shipping guarantee, bila ada) Penerimaan Setoran Pajak Impor (bila ada) Db. Rekening Nasabah/Importir Kr. Pendapatan Komisi L/C Impor (Komisi atas PIUD) Kr. Kewajiban Segera Lainnya - Pajak - pajak Impor Pencatatan Komitmen: Db. Tagihan Komitmen L/C Impor Usance kepada Nasabah Kr. Kewajiban komitmen L/C Impor Usance kepada Depository Correspondent Bank Pencatatan Kontijensi: 12.28 297 Lanjutan Lampiran 1 Db. Tagihan kontinjensi-Shipping guarantee kepada Applicant Kr. Kewajiban kontinjensi-Shipping guarantee kepada perusahaan ekspedisi Me-reverse kewajiban komitmen/kontinjensi L/C 1) L/C Irrevocable Db. Kewajiban Komitmen L/C impor kepada depository correspondent bank Kr. Tagihan komitmen L/C kepada applicant 2) L/C Revocable Db. Kewajiban Kontinjensi L/C Impor kepada depository correspondent bank Kr. Tagihan kontinjensi L/C kepada applicant 04. Penerimaan Dokumen Impor dan Pelunasan Kewajiban kepada Bank Koresponden a. L/C Atas Unjuk (Sight Payment L/C) i. Terima Dokumen Impor, rekening nostro belum didebet dan nasabah belum bayar sebelumnya. 1) Penerimaan Dokumen (a) Reversal Kewajiban Komitmen Db.Irrevocable L/C LN Masih Berjalan Kr. Rekening Lawan-Irrevocable L/C LN Masih Berjalan (b) Pengakuan atas Tagihan dan Kewajiban: Db. Tagihan L/C Impor Sight kepada Nasabah Kr. Kewajiban L/C Impor Sight kepada Bank Koresponden 2) Penerimaan Pembayaran dari Nasabah Db. Setoran Jaminan L/C Impor Kr. Rekening Nasabah/Importir (Pengembalian setoran jaminan, bila ada) Db. Rekening Nasabah/Importir Kr. Tagihan L/C Impor Sight kepada Nasabah Penerimaan Setoran Pajak Impor (bila ada) Db. Rekening Nasabah/Importir Kr. Pendapatan Komisi L/C Impor (Komisi atas PIUD) Kr. Kewajiban Segera Lainnya - Pajak - pajak Impor 3) Pembayaran kepada Bank Koresponden 12.29 298 Lanjutan Lampiran 1 Db. Kewajiban L/C Impor Sight kepada Bank Koresponden Kr. Nostro ii. Terima Dokumen Impor, rekening nostro sudah didebet dan nasabah belum bayar sebelumnya. 1) Penerimaan Dokumen 2) Reversal Kewajiban Komitmen Db. Irrevocable L/C LN Masih Berjalan Kr. Rekening Lawan - Irrevocable L/C LN Masih Berjalan Db. Tagihan L/C Impor Sight kepada Nasabah Kr. Nostro 3) Penerimaan Pembayaran dari Nasabah Db. Setoran Jaminan L/C Impor Kr. Rekening Nasabah/Importir (Pengembalian setoran jaminan, bila ada) Db. Rekening nasabah/importir Kr. Tagihan L/C Impor Sight kepada Nasabah Kr. Pendapatan ujrah (Transit Time Interest - bila ada) 4) Penerimaan Setoran Pajak Impor (bila ada) Db. Rekening Nasabah/Impor Kr. Pendapatan Komisi L/C Impor (Komisi atas PIUD) Kr. Kewajiban Segera Lainnya – Pajak - pajak Impor iii. Terima Dokumen Impor Ex-Endorsement B/L, nasabah sudah bayar sebelumnya 1) Penerimaan Dokumen 2) Reversal Kewajiban Komitmen Db. Irrevocable L/C LN Masih Berjalan Kr. Rekening Lawan-Irrevocable L/C LN Masih Berjalan. Db. Kewajiban Lain L/C Impor Sight kepada Bank Koresponden Kr. Nostro iv. Terima Dokumen Impor Ex-Shipping guarantee nasabah sudah bayar sebelumnya 1) Penerimaan Dokumen 2) Reversal Kewajiban Komitmen 12.30 299 Lanjutan Lampiran 1 Db. Irrevocable L/C LN Masih Berjalan Kr. Rekening Lawan-Irrevocable L/C LN Masih Berjalan Db. Kewajiban Lain L/C Impor Sight kepada Bank Koresponden Kr. Nostro Catatan: Penyelesaian Shipping guarantee dilakukan 14 hari setelah jatuh tempo atau Shipping guarantee dikembalikan 3) Reversal Kewajiban Kontinjen: Db. Shipping guarantee Berjalan Kr. Rekening Lawan-Shipping guarantee Berjalan (Nilai dokumen) b. L/C dengan Pembayaran Kemudian (Deferred Payment L/C) Terima Dokumen Impor tanpa penyimpangan atau Dokumen ExEndorsement atau Dokumen Ex-Shipping guarantee i. Penerimaan Dokumen 1) Reversal Kewajiban Komitmen Db. Irrevocable L/C LN Masih Berjalan L/C Impor Usance Kr. Rekening Lawan-Irrevocable L/C LN Masih BerjalanL/C Impor Usance 2) Tagihan Komitmen: Db. Rekening Lawan-Tagihan Pre Aksep L/C Impor Usance kepada Nasabah Kr. Tagihan Pre Aksep L/C Impor Usance kepada Nasabah 3) Pengakuan atas Tagihan dan Kewajiban: Db. Tagihan L/C Impor Usance kepada Nasabah Kr. Kewajiban L/C Impor Usance kepada Bank Koresponden ii. Pada saat Jatuh Tempo Wesel Db. Setoran Jaminan L/C Impor Kr. Rekening Nasabah/Importir (Pengembalian setoran jaminan, bila ada) Db. Rekening nasabah/Importir Kr. Tagihan L/C Impor Usance kepada Nasabah 12.31 300 Lanjutan Lampiran 1 Db. Kewajiban L/C Impor Usance kepada Bank Koresponden Kr. Nostro c. L/C dengan Akseptasi (Acceptance L/C) Terima Dokumen Impor tanpa penyimpangan atau Dokumen ExEndorsement atau Dokumen Ex-Shipping guarantee Penerimaan Dokumen i. Reversal Kewajiban Komitmen Db. Irrevocable L/C LN Masih Berjalan-L/C Impor Usance Kr. Rekening Lawan-Irrevocable L/C LN Masih Berjalan-L/C Impor Usance ii. Pada saat Akseptasi Db. Rekening Nasabah/Importir Kr. Pendapatan Komisi L/C Impor (Komisi Akseptasi) iii. Tagihan Komitmen: Db. Rekening Lawan-Tagihan Pre Aksep L/C Impor Usance kepada Nasabah Kr. Tagihan Pre Aksep L/C Impor Usance kepada Nasabah iv. Pengakuan atas Tagihan dan Kewajiban: Db. Tagihan L/C Impor Usance kepada Nasabah Kr. Kewajiban L/C Impor Usance kepada Bank Koresponden v. Pada saat dibebankan biaya akseptasi oleh Accepting bank Db. Biaya Operasional Lain-Akseptasi Usance L/C Impor Kr. Nostro vi. Pada saat Jatuh Tempo Wesel Db. Setoran Jaminan L/C Impor Kr. Rekening Nasabah/Importir (Pengembalian setoran jaminan, bila ada) Db. Rekening nasabah/importir Kr. Tagihan L/C Impor Usance kepada Nasabah Db. Kewajiban L/C Impor Usance kepada Bank Koresponden Kr. Nostro d. L/C dengan Negosiasi (Negotiation L/C) i. Terima Dokumen Impor, rekening nostro belum didebet dan nasabah belum bayar sebelumnya-L/C Atas Unjuk (Sight) 12.32 301 Lanjutan Lampiran 1 1) Penerimaan Dokumen (a) Reversal Kewajiban Komitmen Db.Irrevocable L/C LN Masih Berjalan Kr. Rekening Lawan-Irrevocable L/C LN Masih Berjalan (b) Pengakuan atas Tagihan dan Kewajiban: Db. Tagihan L/C Impor Sight kepada Nasabah Kr. Kewajiban L/C Impor Sight kepada Bank Koresponden 2) Penerimaan Pembayaran dari Nasabah Db. Setoran Jaminan L/C Impor Kr. Rekening Nasabah/Importir (Pengembalian setoran jaminan, bila ada) Db. Rekening Nasabah/Importir Kr. Tagihan L/C Impor Sight kepada Nasabah Penerimaan Setoran Pajak Impor (bila ada) Db. Rekening Nasabah/Importir Kr. Pendapatan Komisi L/C Impor (Komisi atas PIUD) Kr. Kewajiban Segera Lainnya – Pajak - pajak Impor 3) Pembayaran kepada Bank Koresponden Db. Kewajiban L/C Impor Sight kepada Bank Koresponden Kr. Nostro ii. Terima Dokumen Impor, rekening nostro sudah didebet dan nasabah belum bayar sebelumnya. 1) Penerimaan Dokumen 2) Reversal Kewajiban Komitmen Db. Irrevocable L/C LN Masih Berjalan Kr. Rekening Lawan-Irrevocable L/C LN Masih Berjalan Db. Tagihan L/C Impor Sight kepada Nasabah Kr. Nostro 3) Penerimaan Pembayaran dari Nasabah Db. Setoran Jaminan L/C Impor Kr. Rekening Nasabah/Importir (Pengembalian setoran jaminan, bila ada) 12.33 302 Lanjutan Lampiran 1 Db. Rekening Nasabah/Importir Kr. Tagihan L/C Impor Sight kepada Nasabah Kr. Pendapatan ujrah (Transit Time Interest - bila ada) Penerimaan Setoran Pajak Impor (bila ada) Db. Rekening Nasabah/Importir Kr. Pendapatan Komisi L/C Impor (Komisi atas PIUD) Kr. Kewajiban Segera Lainnya – Pajak - pajak Impor iii. Terima Dokumen Impor Ex-Endorsement B/L, nasabah sudah bayar sebelumnya 1) Penerimaan Dokumen 2) Reversal Kewajiban Komitmen Db. Irrevocable L/C LN Masih Berjalan Kr. Rekening Lawan - Irrevocable L/C LN Masih Berjalan Db. Kewajiban Lain L/C Impor Sight kepada Bank Koresponden Kr. Nostro iv. Terima Dokumen Impor Ex-Shipping guarantee nasabah sudah bayar sebelumnya 1) Penerimaan Dokumen 2) Reversal Kewajiban Komitmen Db. Irrevocable L/C LN Masih Berjalan Kr. Rekening Lawan - Irrevocable L/C LN Masih Berjalan Db. Kewajiban Lain L/C Impor Sight kepada Bank Koresponden Kr. Nostro Catatan: Penyelesaian Shipping guarantee dilakukan 14 hari setelah jatuh tempo atau Shipping guarantee dikembalikan 3) Reversal Kewajiban Kontinjen: Db. Shipping guarantee Berjalan Kr. Rekening Lawan - Shipping guarantee Berjalan (Nilai dokumen) 12.34 303 Lanjutan Lampiran 1 v. Terima Dokumen Impor tanpa penyimpangan atau Dokumen Ex-Endorsement atau Dokumen Ex-Shipping guarantee - L/C Berjangka (Usance) 1) Penerimaan Dokumen 2) Reversal Kewajiban Komitmen Db. Irrevocable L/C LN Masih Berjalan Kr. Rekening Lawan - Irrevocable L/C LN Masih Berjalan L/C Impor Usance 3) Pada saat Akseptasi Db. Rekening Nasabah/Importir Kr. Pendapatan Komisi L/C Impor (Komisi Akseptasi) 4) Tagihan Komitmen: Db. Rekening Lawan - Tagihan Pre Aksep L/C Impor Usance kepada Nasabah Kr. Tagihan Pre Aksep L/C Impor Usance kepada Nasabah 5) Pengakuan atas Tagihan dan Kewajiban: Db. Tagihan L/C Impor Usance kepada Nasabah Kr. Kewajiban L/C Impor Usance kepada Bank Koresponden 6) Pada saat dibebankan biaya akseptasi oleh Accepting bank Db. Biaya Operasional Lain - Akseptasi Usance L/C Impor Kr. Nostro 7) Pada saat Jatuh Tempo Wesel Db. Setoran Jaminan L/C Impor Kr. Rekening Nasabah/Importir (Pengembalian setoran jaminan, bila ada) Db. Rekening nasabah/importir Kr. Tagihan L/C Impor Usance kepada Nasabah Db. Kewajiban L/C Impor Usance kepada Bank Koresponden Kr. Nostro F. Pengungkapan Hal-hal yang harus diungkapkan, antara lain: 01. Nilai L/C yang dikonfirm dalam hal bank bertindak sebagai confirming bank. 12.35 304 Lanjutan Lampiran 1 02. Kewajiban komitmen/kontinjensi L/C kepada corespondent bank diungkapkan sebesar jumlah bruto kewajiban komitmen/kontinjensi (tanpa memperhitungkan setoran jaminan impor) dan dijabarkan dalam Rupiah dengan menggunakan kurs yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 03. Dalam transaksi ekspor: a. Tagihan dan kewajiban akseptasi transaksi ekspor dengan Acceptance L/C dan jangka waktu, dan counterparty. b. Kualitas dan besar penyisihan kerugian yang dibentuk. c. Fasilitas diskonto wesel ekspor yang diberikan kepada eksportir dan rata-rata tarif imbalannya. 04. Dalam transaksi impor a. Tagihan dan kewajiban akseptasi transaksi impor dengan Acceptance L/C dan jangka waktu, dan counterparty. b. Fasilitas pembiayaan Impor yang diberikan. c. Tagihan Wesel Impor yang belum diselesaikan oleh Importir. d. Kualitas dan besar penyisihan kerugian yang dibentuk. G. Ketentuan Lain-lain Terhadap tagihan karena transaksi Ekspor dan Impor, serta sisa jumlah L/C yang diterbitkan harus dibentuk penyisihan kerugiannya. 12.36 305 Lanjutan Lampiran 1 BAGIAN XIII XIII.1 EKUITAS EKUITAS 01. Ekuitas adalah hak residual atas aset Bank setelah dikurangi semua liabilitas. 02. Instrumen ekuitas adalah setiap kontrak yang memberikan hak residual atas aset suatu entitas setelah dikurangi dengan seluruh liabilitasnya. 03. Instrumen keuangan yang diterbitkan Bank merupakan instrumen ekuitas jika tidak memiliki kewajiban kontraktual untuk menyerahkan kas atau aset keuangan lain kepada entitas lain, atau untuk mempertukarkan aset keuangan atau liabilitas keuangan dengan entitas lain dengan kondisi yang berpotensi tidak lagi menguntungkan Bank; dan 04. Pos-pos yang termasuk dalam komponen ekuitas, antara lain: a. Modal Disetor. b. Tambahan Modal Disetor. c. Penghasilan Komprehensif Lain. d. Saldo Laba. 13.1 306 Lanjutan Lampiran 1 XIII.2 A. MODAL DISETOR Definisi 01. Modal Dasar adalah seluruh nilai nominal saham sesuai dengan anggaran dasar. 02. Modal Disetor adalah modal yang telah efektif diterima bank sebesar nilai nominal saham. B. Dasar Pengaturan 01. PSAK 50 tentang Instrumen Keuangan: Penyajian. 02. Undang Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. C. Penjelasan 01. Saham yang dikeluarkan oleh Bank dapat berupa saham biasa dan saham lainnya. 02. Bukti penyetoran yang sah antara lain bukti setoran pemegang saham ke dalam rekening bank atas nama Bank, data dari Laporan Keuangan yang telah diaudit oleh akuntan, atau Laporan Posisi Keuangan Bank yang ditandatangani oleh Direksi dan Dewan Komisaris. 03. Jika waran menyertai penerbitan saham, maka dana perolehan penerbitan saham tersebut seluruhnya diakui sebagai modal disetor dan agio saham (jika ada). 04. Dana setoran modal tidak memenuhi kriteria ekuitas disebabkan masih terdapat unsur ketidakpastian dimana Bank tetap memiliki kewajiban kontraktual untuk mengembalikan dana tersebut ketika tidak memenuhi ketentuan Bank Indonesia sebagai modal disetor. 13.2 307 Lanjutan Lampiran 1 D. Perlakuan Akuntansi D.1 Pengakuan dan Pengukuran 01. Penambahan modal disetor dicatat berdasarkan: a. Jumlah uang yang diterima dan jika dalam bentuk mata uang asing dinilai dengan kurs yang berlaku pada tanggal setoran. b. Besarnya tagihan atau utang yang dikonversi menjadi modal. c. Setoran saham dalam dividen saham dilakukan dengan harga wajar saham, yaitu harga pasar tanggal transaksi untuk Bank yang sahamnya terdaftar di pasar modal, atau nilai wajar yang disepakati rapat umum pemegang saham untuk saham yang tidak ada harga pasarnya. d. Nilai wajar aset nonkas yang diterima. 02. Pengurangan modal disetor dicatat berdasarkan: a. Jumlah uang yang dibayarkan. b. Besarnya hutang yang timbul. c. Nilai wajar aset nonkas yang diserahkan. 03. Pengeluaran saham dicatat sebesar nilai nominal yang bersangkutan. Jika jumlah yang diterima dari pengeluaran saham tersebut lebih besar dari pada nilai nominalnya selisih yang terjadi dibukukan pada pos agio saham. D.2 Penyajian 01. Penyajian modal dalam Laporan Posisi Keuangan harus dilakukan sesuai dengan ketentuan pada anggaran dasar Bank dan peraturan yang berlaku serta menggambarkan hubungan keuangan yang ada. 02. Modal Dasar, modal yang ditempatkan dan modal yang disetor, nilai nominal dan banyaknya saham untuk setiap jenis saham harus disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan. 03. Jika terdapat lebih dari satu jenis saham, hak preferen dari suatu golongan saham atas dividen dan pelunasan modal pada jenis saham harus dinyatakan dalam Laporan Posisi Keuangan. 04. Bila terdapat tunggakan dividen atas saham lainnya dengan hak dividen kumulatif, jumlah tunggakan tiap saham dan 13.3 308 Lanjutan Lampiran 1 keseluruhan dividen periode sebelumnya harus diungkapkan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan. E. Ilustrasi Jurnal 01. Pada saat penyetoran awal modal secara tunai sebesar nilai nominal Db. Kas Kr. Modal disetor 02. Pada saat penyetoran awal modal secara tunai di atas nilai nominal Db. Kas Kr. Modal disetor Kr. Agio saham 03. Penyetoran modal dalam bentuk barang Db. Aset yang diterima (nilai wajar) Kr. Modal disetor 04. Perolehan dana dari penerbitan saham yang disertai waran Db. Kas Kr. Modal disetor Kr. Agio saham (jika ada) F. Pengungkapan Hal-hal yang harus diungkapkan, antara lain: 01. Hal dan keistimewaan dari suatu golongan saham atas dividen dan pelunasan modal pada saat likuidasi, dalam hal terdapat lebih dari satu jenis saham. 02. Pembatasan yang melekat pada setiap jenis saham, termasuk pembatasan atas dividen dan pembayaran kembali atas modal. 03. Jumlah tunggakan dividen atas saham preferen dengan hak dividen kumulatif dan jumlah keseluruhan dividen periode sebelumnya. 04. Perubahan atas modal yang ditanam dalam tahun berjalan. 05. Saham beredar yang diperoleh kembali. 06. Saham yang dikuasai oleh entitas anak atau entitas asosiasi. 07. Saham yang dicadangkan untuk hak opsi dan kontrak penjualan termasuk nilai dan persyaratan. 13.4 309 Lanjutan Lampiran 1 08. Pengungkapan untuk waran: a. Dasar penentuan nilai wajar waran. b. Nilai waran yang belum dilaksanakan dan nilai waran yang tidak dilaksanakan (kedaluarsa). c. Jumlah waran yang diterbitkan dan beredar serta dampak dilusinya. d. Ikatan-ikatan yang terkait dengan penerbitan waran. 09. Pengungkapan lain. G. Ketentuan Lain-lain 01. Pembelian kembali saham yang telah dikeluarkan oleh Bank wajib mendapat Indonesia dan persetujuan dilaksanakan terlebih sesuai dahulu dengan dari Bank peraturan perundang-undangan yang berlaku. 02. Ketentuan Bank Indonesia mengenai Bank. 03. Ketentuan Bank Indonesia mengenai kewajiban penyediaan modal minimum. 04. Ketentuan Bank Indonesia mengenai pinjaman luar negeri. 05. Ketentuan Bank Indonesia mengenai jumlah modal inti minimum Bank. 13.5 310 Lanjutan Lampiran 1 XIII.3 A. TAMBAHAN MODAL DISETOR Definisi Tambahan modal disetor terdiri dari berbagai macam unsur penambah modal, seperti agio saham, selisih modal dari transaksi saham tresuri, selisih kurs modal disetor, selisih transaksi dengan pihak non-pengendali, dan selisih kombinasi dan pelepasan bisnis entitas sepengendali. B. Dasar Pengaturan 01. PSAK 4 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri. 02. PSAK 38 tentang Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali. 03. PSAK 50 tentang Instrumen Keuangan: Penyajian. 04. PSAK 53 tentang Pembayaran Berbasis Saham. 05. Undang Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. C. Penjelasan 01. Agio saham yaitu selisih lebih setoran modal yang diterima oleh Bank sebagai akibat harga saham yang melebihi nilai nominalnya. 02. Pembayaran berbasis saham a. Dividen atau setara yang dibayarkan kepada karyawan atas bagian dari kompensasi saham atau instrumen ekuitas lain yang menjadi hak karyawan dibebankan ke Saldo Laba. b. Beban kompensasi program pemberian instrumen ekuitas kepada karyawan diakui selama masa bakti karyawan, yaitu dengan mengakui beban kompensasi dan mengkredit tambahan modal disetor jika kompensasi tersebut untuk jasa masa depan. Jika masa bakti karyawan tidak ditentukan, maka masa bakti karyawan dianggap sama dengan periode dari tanggal pemberian kompensasi sampai dengan tanggal saat kompensasi tersebut menjadi hak karyawan, dan eksekusinya tidak lagi bergantung pada berlanjut atau tidaknya masa bakti karyawan. Jika program 13.6 311 Lanjutan Lampiran 1 kompensasi diperuntukkan untuk jasa masa lalu, maka beban kompensasi diakui pada periode pemberian kompensasi. c. Jumlah kas atau aset lain yang dibayarkan (atau kewajiban yang timbul) untuk memperoleh kembali instrumen ekuitas yang telah menjadi hak karyawan dibebankan ke ekuitas, dengan syarat jumlah pembayaran tersebut tidak melebihi nilai instrumen yang diperoleh kembali. 03. Selisih transaksi dengan pihak nonpengendali a. Selisih transaki dengan pihak nonpengendali timbul dari transaksi pelepasan kepemilikan Bank pada entitas anak. b. Jika pelepasan sebagian kepemilikan Bank pada entitas anak kepada pihak lain yang menyebabkan Bank kehilangan kendali, maka selisih antara harga pelepasan dan jumlah tercatat kepemilikan yang dilepas diakui sebagai keuntungan atau kerugian di laba rugi. c. Jika pelepasan sebagian kepemilikan Bank pada entitas anak kepada pihak lain tetapi tidak menyebabkan Bank kehilangan kendali, maka selisih antara harga pelepasan dan jumlah tercatat kepemilikan yang dilepas diakui di ekuitas. 04. Selisih kombinasi dan pelepasan bisnis entitas sepengendali a. Selisih kombinasi dan pelepasan bisnis entitas sepengendali timbul dari transaksi perolehan bisnis dari, atau pelepasan bisnis kepada, entitas sepengendali. b. Selisih antara jumlah yang dibayarkan dan nilai buku bisnis yang diperoleh dari entitas sepengendali diakui di ekuitas. c. Selisih antara jumlah yang diterima dan nilai buku bisnis yang dilepas kepada entitas sepengendali diakui di ekuitas. d. Biaya yang timbul dari transaksi tersebut diakui sebagai beban, kecuali biaya terkait dengan penerbitan efek ekuitas dan efek utang. 13.7 312 Lanjutan Lampiran 1 D. Perlakuan Akuntansi D.1 Pengakuan dan Pengukuran 01. Pos Tambahan Modal Disetor tidak boleh didebit atau dikredit dengan pos laba rugi. 02. Konversi agio menjadi saham digolongkan sebagai modal disetor sebesar nilai nominal. Konversi agio menjadi saham tidak boleh digolongkan sebagai pembagian dividen. 03. Agio saham diakui sebesar jumlah neto yang diterima setelah biaya penerbitan saham dan nilai nominal. 04. Selisih modal dari transaksi saham tresuri diakui sebesar jumlah neto yang dikeluarkan dan nilai yang diperoleh dari penerbitan saham, atau jumlah neto yang diterima dan nilai perolehan dari saham yang dibeli kembali. 05. Selisih kurs modal disetor diakui sebesar kurs ketika modal disetor diakui dan kurs ketika modal disetor diterima. 06. Selisih transaksi dengan pihak nonpengendali diakui sebesar hasil pelepasan entitas anak yang tidak menyebabkan hilang pengendalian dan jumlah tercatat bagian kepemilikan pada entitas anak yang dilepas. 07. Selisih kombinasi dan pelepasan bisnis entitas sepengendali diakui sebesar jumlah pembayaran yang diberikan/diterima dan nilai buku bisnis yang diperoleh/dilepas. D.2 Penyajian 01. Saham tresuri disajikan sebagai pengurang modal disetor. 02. Pos-pos yang membentuk tambahan modal disetor disajikan terpisah. E. Ilustrasi Jurnal 01. Agio saham Db. Kas/rekening/kliring Kr. Modal disetor Kr. Agio saham 02. Saham tresuri a. Pembelian saham tresuri Db. Saham tresuri Kr. Kas/rekening/kliring 13.8 313 Lanjutan Lampiran 1 b. Penjualan saham tresuri Db. Kas/rekening/kliring Kr. Saham tresuri Kr. Selisih pelepasan saham tresuri 03. Selisih transaksi dengan pihak nonpengendali Db. Kas/rekening/kliring Db/Kr. Selisih transaksi dengan pihak nonpengendali Kr. Penyertaan pada entitas anak/aset neto entitas anak yang dilepas 04. Selisih kombinasi bisnis entitas sepengendali Db. Aset neto bisnis yang diperoleh (nilai buku) Db/Kr. Selisih kombinasi bisnis entitas sepengendali Kr. Kas/rekening/kliring/saham 05. Selisih pelepasan bisnis entitas sepengendali F. Db. Kas/rekening/kliring/saham Db/Kr. Selisih pelepasan bisnis entitas sepengendali Kr. Aset neto bisnis yang diperoleh (nilai buku) Pengungkapan Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: 01. Rincian pos tambahan modal disetor. 02. Jumlah lembar saham yang diperoleh kembali dan dipegang Bank (saham tresuri). 03. Informasi opsi saham berikut ini diungkapkan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan: a. Jumlah dan rata-rata tertimbang harga eksekusi opsi untuk setiap kelompok opsi. b. Rata-rata tertimbang nilai wajar opsi pada tanggal pemberian kompensasi yang diberikan dalam suatu periode. c. Jumlah dan rata-rata tertimbang nilai wajar pada tanggal pemberian kompensasi dari instrumen ekuitas selain opsi, seperti saham tanpa hak, yang diberikan dalam suatu periode. d. Penjelasan mengenai metode dan asumsi signifikan yang digunakan dalam suatu periode untuk mengestimasi nilai wajar opsi. 13.9 314 Lanjutan Lampiran 1 e. Jumlah beban kompensasi yang diakui dalam program kompensasi berbasis saham. f. Perubahan persyaratan signifikan dari program kompensasi yang sedang berjalan. 04. Rincian yang menunjukan dampak setiap perubahan bagian kepemilikan Bank /entitas induk pada entitas anak yang tidak mengakibatkan hilangnya pengendalian atas ekuitas yang dapat diatribusikan pada pemilik entitas induk. 05. Kombinasi bisnis dan pelepasan bisnis entitas sepengendali a. Nama dan penjelasan tentang entitas atau bisnis yang berkombinasi. b. Penjelasan mengenai hubungan kesepengendalian dari entitas-entitas yang bertransaksi dan bahwa hubungan tersebut tidak bersifat sementara. c. Tanggal efektif transaksi. d. Operasi atau kegiatan bisnis yang telah diputuskan untuk dijual atau dihentikan akibat kombinasi bisnis tersebut. e. Kepemilikan entitas atau bisnis yang dialihkan serta jenis dan jumlah imbalan yang terjadi. f. Jumlah tercatat bisnis yang dikombinasikan atau yang dilepas serta selisih antara jumlah tercatat bisnis tersebut dan jumlah imbalan yang dialihkan atau imbalan yang diterima. g. Pengungkapan mengenai penyajian kembali Laporan Keuangan yang dapat memberikan informasi minimal meliputi: i. ikhtisar angka-angka Laporan Keuangan yang telah dilaporkan sebelumnya untuk periode yang disajikan kembali; ii. ikhtisar jumlah tercatat aset dan liabilitas entitas atau bisnis yang dikombinasikan; iii. dampak penyesuaian kebijakan akuntansi; iv. ikhtisar angka-angka Laporan Keuangan setelah disajikan kembali. 06. Pengungkapan lain. 13.10 315 Lanjutan Lampiran 1 XIII.4 A. PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN Definisi Penghasilan komprehensif lain adalah pendapatan dan beban termasuk penyesuaian reklasifikasi yang tidak diakui dalam bagian laba rugi. B. Dasar Pengaturan 01. PSAK 10 tentang Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing. 02. PSAK 16 tentang Aset Tetap. 03. PSAK 19 tentang Aset Tak berwujud. 04. PSAK 24 tentang Imbalan Kerja. 05. PSAK 55 tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran. C. Penjelasan 01. Penghasilan komprehensif lain terdiri dari: a. Perubahan dalam surplus revaluasi aset tetap dan aset tidak berwujud. b. Keuntungan dan kerugian aktuaria dalam program pascakerja imbalan pasti. c. Penyesuaian nilai wajar aset keuangan dalam kategori ‘tersedia untuk dijual’. d. Keuntungan atau kerugian yang timbul dari selisih kurs karena penjabaran Laporan Keuangan operasi entitas asing. 02. Penjelasan lebih rinci untuk masing-masing pos penghasilan komprehensif lain terdapat dalam Bagian XIV: Laporan Laba Rugi Komprehensif. D. Perlakuan Akuntansi Penjelasan perlakuan akuntansi untuk masing-masing pos penghasilan komprehensif lain terdapat dalam Bagian XIV: Laporan Laba Rugi Komprehensif. 13.11 316 Lanjutan Lampiran 1 E. Ilustrasi Jurnal Ilustrasi jurnal untuk masing-masing pos penghasilan komprehensif lain terdapat dalam Bagian XIV: Laporan Laba Rugi Komprehensif. Db. Penghasilan komprehensif lain terkait (Laporan Laba Rugi Komprehensif) Kr. Saldo penghasilan komprehensif lain terkait (ekuitas) Db. Saldo penghasilan komprehensif lain terkait (ekuitas) Kr. Penghasilan komprehensif terkait (Laporan Laba Rugi Komprehensif) F. Pengungkapan Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain rincian penghasilan komprehensif lain. 13.12 317 Lanjutan Lampiran 1 XIII.5 A. SALDO LABA Definisi Saldo Laba adalah akumulasi hasil usaha periodik setelah memperhitungkan pembagian dividen dan koreksi laba rugi periode lalu. B. Dasar Pengaturan 01. PSAK 1 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah. 02. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. C. Penjelasan 01. Saldo Laba dikelompokkan menjadi: a. Cadangan tujuan adalah cadangan yang dibentuk dari laba bersih setelah pajak yang tujuan penggunaannya telah ditetapkan. b. Cadangan umum adalah cadangan yang dibentuk dari laba bersih setelah pajak yang dimaksudkan untuk memperkuat modal. c. Sisa laba yang belum dicadangkan terdiri dari: i. laba rugi periode lalu yang belum ditetapkan penggunaannya; dan ii. laba rugi periode berjalan. 02. Pos Saldo Laba harus dinyatakan secara terpisah dari pos modal saham. Seluruh Saldo Laba dianggap bebas untuk dibagikan sebagai dividen, kecuali jika diberikan indikasi mengenai pembatasan terhadap Saldo Laba, misalnya dicadangkan untuk tujuan tertentu, atau untuk memenuhi ketentuan undangundang atau ikatan tertentu. 03. Saldo Laba yang tidak tersedia untuk dibagikan sebagai dividen karena pembatasan – pembatasan tersebut dilaporkan dalam pos tersendiri yang menggambarkan tujuan pencadangan yang dimaksud. 13.13 318 Lanjutan Lampiran 1 D. Perlakuan Akuntansi 01. Saldo Laba tidak boleh dibebani atau dikredit dengan pos-pos yang seharusnya diperhitungkan pada laba rugi tahun berjalan. 02. Kewajiban pembagian dividen timbul pada saat deklarasi dividen dan dengan demikian pada saat tersebut Saldo Laba akan dibebani dengan jumlah dividen tersebut. 03. Jika dividen dibagikan dalam bentuk saham maka Saldo Laba akan didebit dideklarasikan, sebesar nilai wajar saham saat dividen modal saham akan dikredit sebesar nilai nominal sedangkan selisih antara nilai wajar dengan nilai nominal saham diakui sebagai agio/disagio saham. E. Ilustrasi Jurnal 01. Pemindahan laba tahun berjalan ke Saldo Laba Db. Ikhtisar laba rugi Kr. Saldo Laba 02. Pemindahan rugi tahun berjalan ke Saldo Laba Db. Saldo Laba Kr. Ikhtisar laba rugi 03. Pembagian dividen tunai a. Pada saat diumumkan Db. Saldo Laba Kr. Utang dividen b. Pada saat dibayar Db. Utang dividen Kr. Kas/rekening 04. Pembagian dividen saham Db. Saldo Laba Kr. Modal saham Kr. Agio saham F. Pengungkapan Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: 01. Penjatahan (apropriasi) dan pemisahan Saldo Laba, penjelasan jenis penjatahan dan pemisahan, tujuan penjatahan dan 13.14 319 Lanjutan Lampiran 1 pemisahan Saldo Laba, serta jumlahnya, termasuk perubahan akun-akun penjatahan atau pemisahan Saldo Laba. 02. Peraturan, perikatan, pembatasan dan jumlah pembatasan Saldo Laba. 03. Koreksi periode lalu, baik bruto maupun neto setelah pajak, dengan menjelaskan bentuk kesalahan Laporan Keuangan terdahulu, dampak koreksi terhadap laba rugi dan nilai saham per lembar. 04. Jumlah dividen dan dividen per lembar saham, termasuk keterbatasan Saldo Laba tersedia bagi dividen. 05. Tunggakan dividen, baik jumlah maupun tunggakan per lembar saham. 06. Pengungkapan deklarasi dividen setelah periode pelaporan, sebelum Laporan Keuangan diotorisasi untuk terbit. 07. Dividen saham dan pecah saham, termasuk jumlah yang dikapitalisasi dan saji ulang laba per saham agar Laporan Keuangan berdaya banding. 08. Pengungkapan lain. 13.15 320 Lanjutan Lampiran 1 BAGIAN XIV LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF XIV.1 PENGERTIAN 01. Laporan Laba Rugi Komprehensif adalah laporan yang menyajikan seluruh pos penghasilan dan beban yang diakui dalam suatu periode yang menunjukkan komponen laba rugi dan komponen penghasilan komprehensif lain. 02. Laba Komprehensif adalah perubahan ekuitas selama suatu periode yang dihasilkan dari transaksi dan peristiwa lain selain perubahan yang dihasilkan dari transaksi ekuitas yaitu transaksi dengan pemegang saham dalam kapasitasnya sebagai pemilik. 03. Pendapatan adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode pelaporan dalam bentuk arus masuk atau penambahan aset atau penurunan liabilitas yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi pemegang saham. 04. Keuntungan adalah pos pendapatan lain yang mungkin timbul atau mungkin tidak timbul dalam pelaksanaan aktivitas Bank. 05. Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode pelaporan dalam bentuk arus keluar atau penurunan aset atau kenaikan liabilitas yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut distribusi kepada pemegang saham. 06. Kerugian adalah pos beban lain yang mungkin timbul atau mungkin tidak timbul dalam pelaksanaan aktivitas Bank. 07. Pendapatan dan beban operasional adalah pendapatan dan beban dari kegiatan usaha Bank. 08. Pendapatan dan beban nonoperasional adalah pendapatan dan beban di luar kegiatan usaha Bank. 09. Laporan Laba Rugi Komprehensif menyajikan pos-pos berikut: a. Pendapatan pengelolaan dana oleh Bank sebagai mudharib: i. pendapatan dari jual beli; ii. pendapatan dari sewa; iii. pendapatan dari bagi hasil; iv. pendapatan usaha utama lain. 14.1 321 Lanjutan Lampiran 1 b. Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer. c. Pendapatan usaha lain. d. Beban usaha. e. Laba usaha. f. Pendapatan non usaha. g. Beban non usaha. h. Beban pajak penghasilan. i. Laba neto. j. Penghasilan komprehensif lain. k. Laba komprehensif. 14.2 322 Lanjutan Lampiran 1 XIV.2 A. KOMPONEN LABA RUGI Definisi Laba Rugi adalah total pendapatan dikurangi beban, tidak termasuk komponen penghasilan komprehensif lain. B. Dasar Pengaturan 01. PSAK 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah. 02. PSAK 102 tentang Akuntansi Murabahah. 03. PSAK 103 tentang Akuntansi Salam. 04. PSAK 104 tentang Akuntansi Istishna. 05. PSAK 105 tentang Akuntansi Mudharabah. 06. PSAK 106 tentang Akuntansi Musyarakah. 07. PSAK 107 tentang Akuntansi Ijarah. 08. PSAK 110 tentang Akuntansi Sukuk. 09. PSAK 12 tentang Bagian Partisipasi dalam Ventura Bersama. 10. PSAK 15 tentang Investasi pada Entitas Asosiasi. 11. PSAK 23 tentang Pendapatan. 12. PSAK 55 tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran. 13. SAK lain yang relevan. C. Penjelasan 01. Penyusunan Laporan Laba Rugi Komprehensif didasarkan pada pendapatan dan beban yang diakui dengan menggunakan dasar akrual sedangkan perhitungan distribusi pendapatan/hasil usaha menggunakan dasar kas. Oleh karena itu, Bank harus mampu membedakan pendapatan akrual dan pendapatan yang kasnya sudah diterima. 02. Pendapatan usaha utama (pendapatan Bank sebagai mudharib) terdiri dari pendapatan dari jual beli, sewa, bagi hasil, dan pendapatan utama lain. 03. Hak pihak ketiga atas bagi hasil merupakan bagian bagi hasil milik pihak ketiga (misalnya nasabah penyimpan dalam tabungan dan deposito yang didasarkan pada akad mudharabah 14.3 323 Lanjutan Lampiran 1 dan musyarakah) atas hasil pengelolaan dana syirkah temporer oleh Bank. 04. Pendapatan usaha lain antara lain terdiri dari: a. Pendapatan penyelenggaraan jasa Perbankan Syariah berbasis imbalan, terdiri dari: i. Pendapatan fee wakalah; ii. Pendapatan fee kafalah; iii. Pendapatan fee hiwalah; iv. Pendapatan fee dana investasi terikat; v. Pendapatan administrasi; vi. Pendapatan lainnya. b. Pendapatan bonus giro pada Bank Syariah lain. c. Keuntungan transaksi valuta asing. 05. Beban usaha antara lain terdiri dari: a. Beban bonus simpanan masyarakat berdasarkan prinsip wadiah. b. Beban kerugian penurunan nilai piutang. c. Beban penyusutan. d. Beban amortisasi. e. Beban/kerugian transaksi valuta asing. f. Beban premi dalam rangka penjaminan. g. Beban sewa aset yang digunakan sendiri. h. Beban promosi. i. Beban personalia. j. Beban administrasi dan umum. 06. Pendapatan non usaha antara lain terdiri dari: a. Keuntungan pelepasan aset tetap. b. Pendapatan hibah. c. Pendapatan lain. 07. Beban non usaha antara lain terdiri dari: a. Kerugian penurunan nilai aset tetap. b. Kerugian pelepasan aset tetap. c. Beban lain. 14.4 324 Lanjutan Lampiran 1 D. Perlakuan Akuntansi 01. Pendapatan margin murabahah a. Untuk transaksi yang dilakukan secara non-tunai, maka keuntungan diakui secara proporsional sesuai angsuran yang jatuh tempo selama masa akad, atau keuntungan diakui dengan menggunakan metode effective rate of return (anuitas). b. Biaya transaksi diakui selaras dengan pengakuan keuntungan murabahah. 02. Pendapatan neto salam paralel Pendapatan neto salam paralel diakui pada saat penyerahan barang kepada nasabah sebesar selisih antara jumlah kas yang diserahkan kepada pemasok dan jumlah kas yang diterima dari nasabah. 03. Pendapatan neto istishna paralel Selisih antara nilai akad dan nilai pemesanan barang yang diakui secara proporsional selama masa akad, termasuk biaya transaksinya. 04. Penghasilan dari sewa a. Pendapatan sewa diakui selama masa akad pada saat manfaat atas aset telah diserahkan kepada nasabah. b. Keuntungan atau kerugian dari pelepasan aset ijarah diakui pada saat pelepasan sebesar selisih harga jual dan nilai tercatat aset ijarah. c. Beban yang terkait dengan pengelolaan aset ijarah, antara lain beban penyusutan dan amortisasi, beban pemeliharaan, dan beban sewa ijarah (transaksi ijarahlanjut), diakui sebagai pengurang penghasilan dari sewa. 05. Pendapatan dari bagi hasil Pendapatan bagi hasil diakui pada saat Bank menerima laporan periodik atas usaha yang telah dilakukan oleh nasabah, baik keuntungan maupun kerugian. 06. Pendapatan usaha utama lain a. Pendapatan dari pinjaman qardh diakui pada saat diterima dari nasabah. 14.5 325 Lanjutan Lampiran 1 b. Pendapatan investasi pada surat berharga berupa imbal hasil (dividen, kupon, amortisasi atas premium, diskonto, dan biaya transaksi, dan keuntungan atau kerugian pelepasan surat berharga). c. Pendapatan lain. 07. Hak pihak ketiga atas bagi hasil Hak pihak ketiga atas bagi hasil diakui sebagai pengurang pendapatan yang merupakan porsi Bank sebagai mudharib. E. Ilustrasi Jurnal Ilustrasi jurnal mengacu pada ilustrasi jurnal di setiap pos pendapatan dan beban yang terkait. F. Pengungkapan Pengungkapan mengacu pada pengungkapan di masing-masing pos pendapatan dan beban yang terkait. 14.6 326 Lanjutan Lampiran 1 XIV.3 A. KOMPONEN PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN Definisi Penghasilan komprehensif lain berisi pos pendapatan dan beban, termasuk penyesuaian reklasifikasi, yang tidak diakui dalam laba rugi sebagaimana disyaratkan oleh SAK. B. Dasar Pengaturan 01. PSAK 1 tentang Penyajian Laporan Keuangan. 02. PSAK 10 tentang Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing. 03. PSAK 12 tentang Bagian Partisipasi dalam Ventura Bersama. 04. PSAK 15 tentang Investasi pada Entitas Asosiasi. 05. PSAK 24 tentang Imbalan Kerja. 06. PSAK 55 tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran. C. Penjelasan 01. Penghasilan komprehensif lain terdiri dari: a. Perubahan surplus revaluasi dari aset tetap dan aset tidak berwujud. b. Keuntungan dan kerugian aktuarial atas program imbalan pasti. c. Selisih kurs dari penjabaran Laporan Keuangan dari entitas asing. d. Penyesuaian nilai wajar dari aset keuangan dalam kategori ‘tersedia untuk dijual’. e. Bagian penghasilan komprehensif lain dari entitas asosiasi dan pengendalian bersama entitas. 02. Surplus revaluasi aset tetap dan aset tidak berwujud muncul dari penerapan model revaluasi atas aset tetap atau aset tidak berwujud yang dimiliki Bank. 03. Keuntungan atau kerugian aktuaria merupakan perubahan dalam nilai kini kewajiban imbalan pasti yang berasal dari experience adjustments (dampak perbedaan antara asumsi 14.7 327 Lanjutan Lampiran 1 aktuarial sebelumnya dan kejadian aktual yang terjadi) dan dampak perubahan asumsi aktuarial. 04. Selisih kurs dari penjabaran Laporan Keuangan dari entitas asing merupakan selisih kurs yang timbul dari penjabaran Laporan Keuangan entitas anak, entitas asosiasi, ventura bersama, atau cabang di luar negeri dengan mata uang fungsional yang berbeda dengan Bank. 05. Penyesuaian nilai wajar dari aset keuangan dalam kategori ‘tersedia untuk dijual’ muncul dari penyesuaian nilai wajar atas investasi pada saham, reksadana, dan penyertaan dalam kategori ‘tersedia untuk dijual’. 06. Bagian penghasilan komprehensif lain dari entitas asosiasi dan pengendalian bersama komprehensif lain entitas yang muncul dimiliki dari entitas penghasilan asosiasi atau pengendalian bersama entitas yang dimiliki Bank dan dicatat dengan menggunakan metode ekuitas. 07. Termasuk dalam penghasilan komprehensif lain adalah penyesuaian reklasifikasi, yaitu jumlah yang direklasifikasi dari penghasilan komprehensif lain ke laba rugi. Misalnya, jumlah penyesuaian nilai wajar aset keuangan ‘tersedia untuk dijual’ yang sebelumnya diakui di penghasilan komprehensif lain yang direklasifikasi ke laba rugi ketika terjadi penjualan aset keuangan tersebut. D. Perlakuan Akuntansi 01. Perlakuan akuntansi untuk surplus revaluasi aset tetap dan aset tidak berwujud mengacu pada Bagian X tentang Aset Tetap dan Aset Tidak Berwujud. 02. Keuntungan atau kerugian aktuarial dari program pasca kerja imbalan pasti diakui dalam penghasilan komprehensif lain sebesar hasil perhitungan aktuarial. 03. Selisih kurs dari penjabaran Laporan Keuangan dari entitas asing diakui pada saat penjabaran pos-pos aset, liabilitas, pendapatan, dan beban dari entitas asing yang menggunakan mata uang fungsional selain Rupiah ke dalam Laporan 14.8 328 Lanjutan Lampiran 1 Keuangan Bank yang menggunakan mata uang fungsional Rupiah. 04. Perlakuan akuntansi untuk selisih penilaian (penyesuaian nilai wajar) dari aset keuangan dalam kategori ‘tersedia untuk dijual’ mengacu pada Bagian VIII tentang Surat Berharga terkait dengan investasi saham, reksadana, dan penyertaan. 05. Perlakuan akuntansi untuk bagian atas penghasilan komprehensif lain dari asosiasi dan pengendalian bersama entitas mengacu pada Bagian VIII tentang Surat Berharga terkait dengan penyertaan. E. Ilustrasi Jurnal 01. Surplus revaluasi aset tetap dan aset tidak berwujud a. Aset tetap Db. Aset tetap Kr. Akumulasi penyusutan Kr. Surplus revaluasi b. Aset tidak berwujud Db. Aset tidak berwujud Kr. Akumulasi amortisasi Kr. Surplus revaluasi 02. Keuntungan atau kerugian aktuaria dari liabilitas pascakerja imbalan pasti. a. Keuntungan aktuaria dari aset program Db. Aset program Kr. Keuntungan aktuaria b. Kerugian aktuaria dari aset program Db. Kerugian aktuaria Kr. Aset program c. Keuntungan aktuaria dari kewajiban program Db. Liabilitas pascakerja Kr. Keuntungan aktuaria d. Kerugian aktuaria dari kewajiban program Db. Kerugian aktuaria Kr. Liabilitas pascakerja 14.9 329 Lanjutan Lampiran 1 03. Selisih kurs penjabaran Laporan Keuangan Db. Beban yang terkait Db. Aset yang terkait Db/Kr. Selisih kurs penjabaran Kr. Pendapatan yang terkait Kr. Liabilitas yang terkait 04. Penyesuaian nilai wajar dari aset keuangan dalam kategori AFS. Db/Kr. Pos investasi yang terkait Kr/Db. Penyesuaian nilai wajar 05. Bagian atas penghasilan komprehensif lain dari entitas asosiasi dan ventura bersama. a. Jika penghasilan komprehensif lain dari entitas asosiasi dan ventura bersama bersaldo kredit (positif). Db. Investasi entitas asosiasi/pengendalian bersama entitas Kr. Bagian atas penghasilan komprehensif lain b. Jika penghasilan komprehensif lain dari entitas asosiasi dan ventura bersama bersaldo debit (negatif). Db. Bagian atas penghasilan komprehensif lain Kr. Investasi pada entitas asosiasi/pengendalian bersama entitas F. Pengungkapan Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: 01. Rincian penghasilan komprehensif lain. 02. Jumlah pajak penghasilan terkait. 03. Penyesuaian reklasifikasi terkait penghasilan komprehensif lain. 04. Pengungkapan lain. 14.10 330 Lanjutan Lampiran 1 BAGIAN XV A. LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS Definisi Laporan Perubahan Ekuitas adalah laporan yang menunjukkan perubahan ekuitas Bank yang menggambarkan peningkatan atau penurunan aset neto atau kekayaan selama periode pelaporan. B. Dasar Pengaturan 01. PSAK 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah. 02. SAK lain yang relevan. C. Penjelasan 01. Perubahan ekuitas menggambarkan peningkatan atau penurunan aset neto selama suatu periode berdasarkan prinsip pengukuran tertentu yang dianut dan harus diungkapkan dalam Laporan Keuangan. 02. Laporan Perubahan Ekuitas, kecuali untuk perubahan yang berasal dari transaksi ekuitas yaitu transaksi dengan pemegang saham dalam kapasitasnya sebagai pemilik seperti setoran modal dan pembayaran dividen, menggambarkan jumlah penghasilan dan beban yang berasal dari kegiatan Bank selama periode yang bersangkutan. 03. Bank menyajikan, baik dalam Laporan Perubahan Ekuitas atau Catatan Atas Laporan Keuangan, jumlah dividen yang diakui sebagai distribusi kepada pemegang saham, dan nilai dividen per saham. 04. Perubahan ekuitas antara awal dan akhir periode pelaporan menggambarkan peningkatan dan penurunan aset neto atau kekayaan selama periode bersangkutan berdasarkan prinsip pengukuran tertentu yang dianut dan harus diungkapkan dalam Laporan Keuangan. 05. Laporan Perubahan Ekuitas, kecuali untuk perubahan yang berasal dari transaksi ekuitas, menggambarkan jumlah keuntungan dan kerugian yang berasal dari kegiatan Bank selama suatu periode. 15.1 331 Lanjutan Lampiran 1 06. Laporan Perubahan Ekuitas menunjukkan: a. Total laba komprehensif i. Jumlah yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk; ii. Jumlah yang dapat diatribusikan kepada kepentingan nonpengendali. b. Untuk setiap komponen ekuitas, dampak penerapan retrospektif atau penyajian kembali secara retrospektif yang diakui sesuai dengan PSAK terkait. c. Untuk setiap komponen ekuitas, rekonsiliasi antara jumlah tercatat pada awal dan akhir periode, secara terpisah mengungkapkan setiap perubahan yang timbul dari: i. laba rugi; ii. setiap pos penghasilan komprehensif lain; iii. transaksi ekuitas yang menunjukkan secara terpisah konstribusi dari pemegang saham dan distribusi kepada pemegang saham dan perubahan kepemilikan pada entitas anak yang tidak menyebabkan hilang pengendalian. 15.2 332 Lanjutan Lampiran 1 BAGIAN XVI A. LAPORAN ARUS KAS Definisi Laporan Arus Kas adalah Laporan Keuangan yang menunjukan penerimaan dan pengeluaran kas dan setara kas pada Bank selama periode tertentu yang dikelompokkan dalam aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. B. Dasar Pengaturan 01. PSAK 2 tentang Laporan Arus Kas. 02. SAK lain yang relevan. C. Penjelasan 01. Kas terdiri dari saldo kas dan rekening giro. 02. Setara kas adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek, dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah yang dapat ditentukan dan memiliki risiko perubahan nilai yang tidak signifikan. 03. Informasi tentang arus kas berguna bagi para pengguna Laporan Keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan Bank dalam menghasilkan kas dan setara kas serta menilai kebutuhan penggunaan arus kas tersebut. 04. Dalam mengambil keputusan ekonomi, para pengguna Laporan Keuangan perlu melakukan evaluasi terhadap kemampuan Bank dalam menghasilkan kas dan setara kas serta kepastian perolehannya. Evaluasi tersebut untuk mengetahui bagaimana Bank menghasilkan dan menggunakan kas dan setara kas, serta kebutuhan kas dan setara kas untuk melaksanakan usaha, melunasi liabilitas, dan membagikan bagi hasil kepada pemilik dana/deposan dan dividen kepada pemegang saham. 05. Laporan Arus Kas memberikan informasi historis mengenai perubahan kas dan setara kas dengan mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan selama suatu periode akuntansi. 16.1 333 Lanjutan Lampiran 1 06. Suatu transaksi tertentu dapat meliputi arus kas yang diklasifikasikan ke dalam lebih dari satu aktivitas. Sebagai contoh: a. Pelunasan atas pembiayaan yang diterima oleh Bank meliputi pokok pembiayaan dan bagi hasil. Bagi hasil merupakan unsur yang dapat diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi dan pokok pembiayaan merupakan unsur yang diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan. b. Pinjaman qardh yang diterima oleh Bank meliputi pokok pinjaman dan imbalan yang diberikan (jika ada dan tidak diperjanjikan di muka). Imbalan merupakan unsur yang dapat diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi dan pokok pinjaman merupakan unsur yang diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan. 07. Arus kas dari aktivitas operasi a. Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. b. Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan. Oleh karena itu, arus kas tersebut pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi laba rugi komprehensif. c. Beberapa contoh arus kas dari aktivitas operasi adalah: i. Penerimaan angsuran/pelunasan pembiayaan dari nasabah. ii. Pencairan pembiayaan kepada nasabah. iii. Penerimaan kas dari penabung/deposan. iv. Pembayaran kas kepada penabung/deposan. v. Pembayaran kas kepada dan untuk kepentingan karyawan. vi. Pembayaran kas kepada dan penerimaan kas dari pemasok. vii. Pembayaran kas atau restitusi pajak penghasilan, kecuali jika dapat diidentifikasikan secara spesifik sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi. 16.2 334 Lanjutan Lampiran 1 d. Arus kas operasi disajikan dengan menggunakan metode langsung. 08. Arus kas aktivitas investasi a. Aktivitas investasi adalah aktivitas perolehan dan pelepasan aset jangka panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas. b. Beberapa contoh arus kas dari aktivitas investasi adalah: i. Pembayaran kas untuk membeli sukuk, efek ekuitas, dan reksadana. ii. Penerimaan kas dari penjualan sukuk, efek ekuitas, dan reksadana. iii. Pembayaran kas untuk membeli aset tetap, aset tak berwujud, dan aset tidak lancar lain. iv. Penerimaan kas dari penjualan aset tetap, aset tak berwujud, dan aset tidak lancar lain. c. Termasuk arus kas dari pelepasan kepemilikan pada entitas anak yang menyebabkan hilangnya pengendalian. d. Untuk investasi pada entitas asosiasi dan ventura bersama yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas, Bank membatasi hanya pada arus kas yang terjadi antara perusahaan dan entitas asosiasi/ventura bersama. 09. Arus kas aktivitas pendanaan a. Aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah komposisi kontribusi modal dan pinjaman. b. Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan adalah: i. Penerimaan kas dari penerbitan saham. ii. Pembayaran kas kepada pemilik untuk menarik atau menebus saham. iii. Penerimaan kas dari penerbitan sukuk, pinjaman, dan utang lain. iv. Pembayaran kas untuk melunasi sukuk, pinjaman, dan utang lain. c. Termasuk arus kas dari pelepasan kepemilikan pada entitas anak yang tidak menyebabkan hilangnya pengendalian. 16.3 335 Lanjutan Lampiran 1 d. Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan adalah penting karena berguna untuk memprediksi klaim atas arus masa depan oleh para penyedia modal perseroan. 10. Mata uang asing a. Arus kas dalam mata uang asing diperkenankan menggunakan kurs yang mendekati kurs sebenarnya. Sebagai contoh, bersangkutan kurs dapat rata-rata untuk periode yang digunakan untuk membukukan transaksi dalam mata uang asing. b. Keuntungan dan kerugian yang belum direalisasi yang timbul akibat perubahan kurs bukan merupakan arus kas. c. Pengaruh perubahan kurs terhadap kas dan setara kas dalam valuta asing dilaporkan dalam Laporan Arus Kas untuk merekonsiliasi saldo awal dan akhir kas dan setara kas. Jumlah selisih kurs tersebut disajikan terpisah dari arus kas aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. 11. Pajak penghasilan a. Pajak penghasilan atas pendapatan yang diterima dapat diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi, investasi, atau pendanaan. b. Pajak penghasilan biasanya diklasifikasikan sebagai arus kas dari aktivitas operasi. c. Apabila arus kas pajak dialokasikan pada lebih satu jenis aktivitas, maka jumlah keseluruhan pajak yang dibayar harus diungkapkan. 16.4 336 Lanjutan Lampiran 1 BAGIAN XVII BAGI HASIL A. LAPORAN REKONSILIASI PENDAPATAN DAN Definisi Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi Hasil adalah laporan yang menyajikan rekonsiliasi antara pendapatan Bank yang menggunakan dasar akrual dengan pendapatan dibagihasilkan kepada pemilik dana yang menggunakan dasar kas. B. Dasar Pengaturan 01. PSAK 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah. C. Penjelasan 01. Bank menyajikan Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi Hasil yang merupakan rekonsiliasi pendapatan Bank, yang menggunakan dasar akrual, dan pendapatan yang dibagihasilkan kepada pemilik dana yang menggunakan dasar kas. 02. Selain untuk menyampaikan informasi mengenai pendapatan usaha utama dan bagi hasil untuk pemilik dana, Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi Hasil dapat digunakan untuk mengetahui arus kas dari pendapatan usaha utama. 03. Perbedaan dasar pengakuan antara pendapatan yang diterima Bank dengan pendapatan yang dibagihasilkan, mengharuskan Bank menyajikan Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi Hasil sebagai bagian komponen utama Laporan Keuangan. 04. Dalam Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi Hasil, Bank menyajikan: a. pendapatan usaha utama, dasar akrual; b. penyesuaian atas: i. dikurangi dengan pendapatan usaha utama periode berjalan yang kas atau setara kasnya belum diterima; ii. ditambah dengan pendapatan usaha utama periode sebelumnya yang kas atau setara kasnya diterima di periode berjalan; c. pendapatan yang tersedia untuk bagi hasil. 17.1 337 Lanjutan Lampiran 1 d. bagian Bank atas pendapatan yang tersedia untuk bagi hasil; e. bagian pemilik dana atas pendapatan yang tersedia untuk bagi hasil. 05. Formula perhitungan pendapatan yang tersedia untuk bagi hasil adalah: Pendapatan usaha utama periode berjalan + pendapatan usaha pendapatan usaha utama periode utama periode sebelumnya yang kas atau setara kasnya - berjalan yang kas atau setara diterima di periode kasnya belum berjalan diterima 06. Penyesuaian atas pendapatan usaha utama dilakukan untuk menentukan pendapatan usaha utama yang sudah terealisasi dalam kas atau setara kas (pendapatan yang tersedia untuk bagi hasil). 07. Penentuan hak pihak ketiga/nasabah penyimpan atas bagi hasil dana syirkah temporer, adalah sebagai berikut: a. Penentuan “porsi pendapatan usaha utama” yang telah diterima kasnya (dasar kas) yang didanai dari simpanan nasabah penyimpan berdasarkan akad mudharabah dan musyarakah dan dari dana lain, yang meliputi: i. Jumlah simpanan nasabah yang berhasil dihimpun selama periode berjalan; ii. Jumlah dana yang berhasil disalurkan oleh Bank; iii. Hasil penyaluran dana (pendapatan usaha utama) dasar kas yang diterima Bank; dan iv. Jumlah hasil penyaluran dana (pendapatan usaha utama) dasar kas yang harus dibagihasilkan antara Bank dan nasabah penyimpan. 17.2 338 Lanjutan Lampiran 1 No Penghimpunan dana 1 150.000 150.000 325 Pendapatan yang dibagihasilkan 325 2 150.000 175.000 350 300 3 150.000 125.000 275 275 b. Penyaluran dana Pendapatan penyaluran Keterangan Semua pendapatan dibagihasilkan untuk Bank dan nasabah 300=150.000/175.000 x 350 (pendapatan dibagi-hasil sebesar proporsi penghimpunan dana) - Semua pendapatan dibagihasilkan - Ada dana yang belum disalurkan Penentuan “hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer” dengan menyusun tabel penyaluran revenue/profit yang meliputi: i. Jenis produk yang dijadikan sarana penghimpunan dana nasabah; ii. Saldo dana rata-rata selama satu periode untuk setiap jenis produk penghimpunan dana nasabah dan total saldo dana rata-rata untuk seluruh jenis produk penghimpunan dana nasabah; iii. Jumlah pendapatan penghimpunan untuk dana setiap nasabah jenis produk yang akan dibagihasilkan antara nasabah penyimpan dan Bank dan total pendapatan yang akan dibagihasilkan untuk seluruh jenis produk penghimpunan dana nasabah; iv. Jumlah porsi bagi hasil secara agregat untuk nasabah pada setiap jenis produk penghimpunan dana nasabah dan total bagi hasil untuk nasabah dari seluruh jenis produk penghimpunan dana nasabah; dan v. Jumlah porsi bagi hasil secara agregat untuk Bank dari setiap jenis produk penghimpunan dana nasabah dan total porsi bagi hasil untuk Bank dari seluruh jenis produk penghimpunan dana nasabah. Jenis Penghimpunan Giro mudharabah Tabungan mudharabah Deposito mudharabah 1 bulan 3 bulan 6 bulan 12 bulan Total Saldo rata-rata A A1 A2 Pendapatan yang harus dibagi hasil B B1 B2 A3 A4 A5 A6 A B3 B4 B5 B6 B Porsi pemilik dana Nisbah Jumlah Porsi pengelola dana Nisbah Jumlah C 0,25 0,55 D D1 D2 E 0,75 0,45 F F1 F2 0,60 0,65 0,67 0,70 C D3 D4 D5 D6 D 0,40 0,35 0,33 0,3 E F3 F4 F5 F6 F 17.3 339 Lanjutan Lampiran 1 D. Pengungkapan Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: 01. Rincian pendapatan usaha utama periode sebelumnya yang diterima di periode berjalan. 02. Rincian pendapatan usaha utama periode berjalan yang belum diterima kas atau setara kasnya. 03. Rincian pendapatan yang tersedia untuk bagi hasil yang belum didistribusikan ke pemilik dana. 04. Pengungkapan lain. 17.4 340 Lanjutan Lampiran 1 BAGIAN XVIII LAPORAN SUMBER DAN PENYALURAN DANA ZAKAT A. Definisi 01. Laporan Sumber dan Penyaluran Dana Zakat merupakan laporan yang menunjukkan sumber dan penyaluran dana zakat kepada entitas pengelola zakat selama suatu jangka waktu tertentu, serta saldo dana zakat yang belum disalurkan pada tanggal tertentu. 02. Zakat merupakan kewajiban Syariah yang harus diserahkan oleh wajib zakat (muzaki) kepada penerima zakat (mustahiq), baik melalui amil maupun secara langsung. B. Dasar Pengaturan 01. PSAK 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah. C. Penjelasan 01. Pembayaran zakat dilakukan apabila nisab dan haulnya terpenuhi dari harta yang memenuhi kriteria wajib zakat. 02. Bank menyajikan Laporan Sumber dan Penyaluran Dana Zakat sebagai komponen utama Laporan Keuangan dengan menyajikan: a. b. Dana zakat yang berasal dari: i. internal Bank; ii. eksternal Bank. Penyaluran dana zakat kepada entitas pengelola zakat sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. c. Kenaikan atau penurunan dana zakat. d. Saldo awal dana zakat. e. Saldo akhir dana zakat. 03. Sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku, Bank hanya dapat menyalurkan dana zakat yang diterima kepada lembaga amil zakat atau badan amil zakat. 04. Sumber dana zakat dari eksternal Bank antara lain: 18.1 341 Lanjutan Lampiran 1 a. Dana yang disetor atau dipotong dari rekening nasabah atas perintah nasabah tersebut. b. Zakat masyarakat bukan nasabah Bank yang disetor melalui Bank. 05. Dalam penyaluran dana zakat kepada entitas pengelola zakat, Bank cukup menyebutkan nama lembaga amil zakat dan badan amil zakat. D. Perlakuan Akuntansi 01. Sumber dana zakat yang berasal dari pemilik Bank diperhitungkan dari laba neto sebelum pajak selama periode satu tahun. 02. Penerimaan dana zakat diakui sebagai liabilitas dan diakui sebagai pengurang liabilitas ketika disalurkan. 03. Dana zakat disajikan sebagai liabilitas paling likuid. E. Ilustrasi Jurnal 01. Pada saat penerimaan dari internal Bank a. Zakat Bank Dr. Beban zakat Kr. Rekening Dana Zakat b. Zakat pemilik Bank Dr. Kas/rekening Kr. Rekening Dana Zakat 02. Penerimaan zakat dari eksternal Bank Dr. Kas/rekening Kr. Rekening Dana Zakat 03. Pada saat penyaluran zakat Dr. Rekening Dana Zakat Kr. Kas/rekening F. Pengungkapan Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: 01. Sumber dana zakat yang berasal dari internal Bank. 02. Sumber dana zakat yang berasal dari eksternal Bank. 03. Kebijakan penyaluran zakat. 18.2 342 Lanjutan Lampiran 1 04. Proporsi dana yang disalurkan untuk masing-masing entitas pengelola zakat yang diklasifikasikan menjadi pihak berelasi dan pihak ketiga. 05. Pengungkapan lain. 18.3 343 Lanjutan Lampiran 1 BAGIAN XIX KEBAJIKAN A. LAPORAN SUMBER DAN PENGGUNAAN DANA Definisi 01. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan merupakan laporan yang menunjukkan sumber dan penggunaan dana kebajikan selama suatu jangka waktu tertentu, serta saldo dana kebajikan yang menunjukkan dana kebajikan yang belum disalurkan pada tanggal tertentu. 02. Penerimaan nonhalal adalah semua penerimaan dari kegiatan yang tidak sesuai dengan prinsip Syariah, antara lain penerimaan jasa giro atau bunga yang berasal dari bank umum konvensional. B. Dasar Pengaturan 01. PSAK 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah. C. Penjelasan 01. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan adalah salah satu komponen Laporan Keuangan yang mencerminkan kegiatan sosial Bank. 02. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan merupakan laporan yang memberikan informasi agar para pemakai dapat mengevaluasi aktivitas Bank dalam mengelola dana kebajikan. 03. Bank menyajikan Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan sebagai komponen utama Laporan Keuangan, yang menunjukkan: a. Sumber dana kebajikan yang berasal dari penerimaan, antara lain: b. i. infak; ii. sedekah; iii. pengembalian dana kebajikan produktif; iv. denda; dan v. penerimaan nonhalal. Penggunaan dana kebajikan untuk: i. dana kebajikan produktif; 19.1 344 Lanjutan Lampiran 1 ii. sumbangan; dan iii. penggunaan lainnya untuk kepentingan umum. c. Kenaikan atau penurunan sumber dana kebajikan. d. Saldo awal dana kebajikan. e. Saldo akhir dana kebajikan. 04. Dana kebajikan merupakan liabilitas yang paling likuid atau menjadi prioritas yang pertama untuk segera diselesaikan. 05. Infak dan sedekah adalah dana yang diterima dari eksternal Bank atau dari rekening nasabah atas perintah nasabah tersebut. 06. Denda adalah penerimaan dari nasabah atas kelalaian atau kesengajaan yang mengakibatkan tidak terpenuhinya kewajiban nasabah sesuai dengan akad, seperti akad murabahah atau istishna. 07. Penerimaan nonhalal berasal dari penerimaan jasa giro dari bank konvensional atau penerimaan lainnya yang tidak dapat dihindari dalam kegiatan operasional Bank. 08. Penerimaan nonhalal pada umumnya terjadi dalam kondisi darurat atau kondisi yang tidak diinginkan oleh Bank karena secara prinsip dilarang. 09. Penerimaan nonhalal bukan bagian dari pendapatan Bank sehingga tidak disajikan di Laporan Laba Rugi Komprehensif, tetapi sebagai bagian dari sumber dana kebajikan. 10. Dana kebajikan dapat disalurkan sebagai dana bergulir untuk pinjaman sosial/dana kebajikan produktif, sumbangan, atau kepentingan umum lain. D. Perlakuan Akuntansi 01. Penerimaan dana kebajikan diakui sebagai liabilitas dan diakui sebagai pengurang liabilitas ketika disalurkan. 02. Dana kebajikan disajikan sebagai liabilitas paling likuid. E. Ilustrasi Jurnal 01. Pada saat penerimaan dana kebajikan Db. Kas/rekening Kr. Rekening Dana Kebajikan 19.2 345 Lanjutan Lampiran 1 02. Pada saat penyaluran dana kebajikan Db. Rekening Dana Kebajikan Kr. Kas/rekening 03. Pada saat pengembalian dana kebajikan Db. Kas/rekening Kr. Rekening Dana Kebajikan F. Pengungkapan Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: 01. Sumber dana kebajikan. 02. Kebijakan penyaluran dana kebajikan kepada masing-masing penerima. 03. Proporsi dana yang disalurkan untuk masing-masing penerima dana kebajikan yaitu pihak berelasi dan pihak ketiga. 04. Alasan terjadinya dan penggunaan atas penerimaan nonhalal. 05. Pengungkapan lain. 19.3 346 Lanjutan Lampiran 1 BAGIAN XX A. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Definisi Catatan Atas Laporan Keuangan merupakan komponen Laporan Keuangan yang memberikan penjelasan mengenai gambaran umum Bank, ikhtisar kebijakan akuntansi, penjelasan pos-pos Laporan Keuangan, dan informasi penting lain. B. Dasar pengaturan 01. PSAK 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah. 02. SAK lain yang relevan. C. Penjelasan 01. Catatan Atas Laporan Keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam Laporan Posisi Keuangan, Laporan Laba Rugi Komprehensif, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi Hasil, Laporan Sumber dan Penyaluran Dana Zakat, dan Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan harus berkaitan dengan informasi yang ada dalam Catatan Atas Laporan Keuangan. 02. Catatan Atas Laporan Keuangan harus menyajikan pernyataan yang eksplisit bahwa Laporan Keuangan telah patuh terhadap SAK. Bank tidak boleh menyebutkan bahwa Laporan Keuangan telah patuh terhadap SAK, kecuali Laporan Keuangan tersebut telah mematuhi semua ketentuan dalam SAK. 03. Catatan Atas Laporan Keuangan, khususnya pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan, tidak dapat memperbaiki kebijakan akuntansi yang tidak tepat tanpa melakukan perbaikan atas kebijakan akuntansi yang tidak tepat tersebut. 04. Catatan Atas Laporan Keuangan mengungkapkan: a. Informasi tentang dasar penyusunan Laporan Keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting; b. informasi yang diwajibkan dalam PSAK tetapi tidak disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan, Laporan Laba 20.1 347 Lanjutan Lampiran 1 Rugi Komprehensif, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi Hasil, Laporan Sumber dan Penyaluran Dana Zakat, dan Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan; c. informasi tambahan yang tidak disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan, Laporan Laba Rugi Komprehensif, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi Hasil, Laporan Sumber dan Penyaluran Dana Zakat, dan Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan, tetapi informasi tersebut diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar; d. informasi tentang asumsi yang dibuat mengenai masa depan, dan sumber utama dari estimasi ketidakpastian lain pada akhir signifikan periode yang pelaporan, mengakibatkan yang memiliki penyesuaian risiko material terhadap jumlah tercatat aset dan liabilitas dalam periode pelaporan berikutnya; e. informasi yang memungkinkan pengguna Laporan Keuangan untuk mengevaluasi tujuan, kebijakan, dan proses Bank dalam mengelola pemodalannya. 05. Untuk pos-pos yang nilainya material, harus dirinci dan dijelaskan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan. Sedangkan untuk pos-pos yang bersifat khusus harus dirinci dan dijelaskan pada Catatan Atas Laporan Keuangan tanpa mempertimbangkan materialitasnya. 06. Untuk pos yang merupakan hasil penggabungan beberapa akun sejenis harus dirinci dan dijelaskan sifat dari unsur utamanya dalam Catatan Atas Laporan Keuangan. 07. Catatan Atas Laporan Keuangan harus menunjukkan secara terpisah jumlah dari setiap jenis transaksi dan saldo dengan pihak berelasi dan pihak ketiga. 08. Pada beberapa kasus, informasi naratif yang disajikan dalam Laporan Keuangan periode sebelumnya masih tetap relevan untuk diungkapkan pada periode berjalan. Misalnya, rincian tentang sengketa hukum yang dihadapi dengan hasil akhirnya belum diketahui secara pasti pada periode sebelumnya dan 20.2 348 Lanjutan Lampiran 1 masih dalam proses penyelesaian, perlu diungkapkan kembali pada periode berjalan. Peningkatan daya banding informasi antar periode membantu pengguna dalam membuat keputusan ekonomi, khususnya memungkinkan penilaian atas kecenderungan informasi keuangan untuk tujuan prediksi. 09. Rincian subklasifikasi bergantung pada ketentuan SAK, serta ukuran dan fungsi jumlah yang terkait. Pertimbangan apakah pos-pos tambahan disajikan secara terpisah didasarkan pada penilaian dari jumlah, fungsi, dan likuiditas atau jangka waktu dari aset dan liabilitas. 10. Catatan Atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian jumlah yang tertera dalam Laporan Keuangan, serta informasi tambahan seperti liabilitas kontijensi dan komitmen. Catatan Atas Laporan Keuangan juga mencakup informasi yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan dalam PSAK serta pengungkapan-pengungkapan lain yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian Laporan Keuangan secara wajar. 11. Bank menyajikan Catatan Atas Laporan Keuangan dengan urutan sebagai berikut: a. Pernyataan kepatuhan terhadap SAK. b. Pengungkapan mengenai dasar pengukuran dan kebijakan akuntansi yang diterapkan. c. Informasi pendukung pos-pos Laporan Keuangan sesuai urutan sebagaimana pos-pos tersebut disajikan dalam Laporan Keuangan dan urutan penyajian komponen Laporan Keuangan. d. Pengungkapan lain termasuk kontinjensi, komitmen, dan pengungkapan keuangan lainnya dan nonkeuangan. 12. Hal yang penting untuk menginformasikan kepada pengguna mengenai dasar pengukuran yang digunakan dalam Laporan Keuangan (misalnya, biaya historis, biaya perolehan kini, nilai realisasi neto, nilai wajar atau jumlah terpulihkan). 13. Dalam memutuskan apakah kebijakan akuntansi tertentu diungkapkan, pengungkapan manajemen tersebut akan mempertimbangkan membantu pengguna apakah untuk memahami bagaimana transaksi, peristiwa lain dan kondisi yang 20.3 349 Lanjutan Lampiran 1 tercermin dalam Laporan Posisi Keuangan dan Laporan Kinerja Keuangan. 14. Bank mengungkapkan sumber estimasi ketidakpastian dalam satu cara yang dapat membantu pengguna Laporan Keuangan untuk memahami pertimbangan yang dibuat manajemen tentang masa depan dan sumber estimasi ketidakpastian lain. 15. Bank mengungkapkan informasi yang memungkinkan pengguna Laporan Keuangan mengevaluasi tujuan, kebijakan, dan proses dalam mengelola permodalannya. Bank Indonesia, Halim Alamsyah Deputi Gubernur 20.4 350 1 Lampiran 2 LAMPIRAN SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 35 /DPNP TANGGAL 10 DESEMBER 2012 PERIHAL LAPORAN TAHUNAN BANK UMUM DAN LAPORAN TAHUNAN TERTENTU YANG DISAMPAIKAN KEPADA BANK INDONESIA PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN TAHUNAN BANK UMUM DAN LAPORAN TAHUNAN TERTENTU YANG DISAMPAIKAN KEPADA BANK INDONESIA BANK INDONESIA 351 2 Lanjutan Lampiran 2 PEDOMAN PENGISIAN PENGUNGKAPAN PERMODALAN SERTA PENGUNGKAPAN EKSPOSUR RISIKO DAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BANK A. Petunjuk Umum 1. Angka-angka dalam pengungkapan permodalan serta pengungkapan eksposur risiko dan penerapan manajemen risiko Bank wajib disajikan dalam mata uang rupiah. 2. Cakupan pengungkapan yang diatur dalam pengungkapan permodalan serta pengungkapan eksposur risiko dan penerapan manajemen risiko merupakan standar minimum informasi yang harus disampaikan Bank. Bank dimungkinkan untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas dalam menggambarkan kecukupan permodalan yang dimiliki, dan eksposur risiko, praktek manajemen risiko. 3. Pengungkapan permodalan serta pengungkapan eksposur risiko dan penerapan manajemen risiko Bank terdiri dari pengungkapan untuk Bank secara individual dan pengungkapan untuk Bank secara konsolidasi dengan perusahaan anak. 4. Bank yang tidak memiliki perusahaan anak, hanya mencantumkan pengungkapan permodalan serta pengungkapan eksposur risiko dan penerapan manajemen risiko Bank secara individual. 5. Bank yang tidak memiliki eksposur tertentu sesuai dengan persyaratan pengungkapan minimum permodalan serta pengungkapan eksposur risiko dan penerapan manajemen risiko, tidak perlu mencantumkan tabel yang terkait dengan pengungkapan eksposur tersebut. Bank hanya perlu mencantumkan penjelasan bahwa Bank tidak memiliki eksposur pada pengungkapan terkait. Misalnya: Bank yang tidak memiliki eksposur sekuritisasi aset hanya mencantumkan penjelasan bahwa Bank tidak memiliki ekposur sekuritisasi aset di bagian pengungkapan sekuritisasi aset. 352 3 Lanjutan Lampiran 2 6. Pengungkapan kualitatif terkait dengan penerapan manajemen risiko mengacu pada ketentuan Bank Indonesia mengenai penerapan manajemen risiko bagi bank umum. 7. Pengungkapan permodalan serta pengungkapan eksposur risiko dan penerapan manajemen risiko Bank tidak dipersyaratkan untuk diaudit oleh akuntan publik. Namun demikian, Bank harus melakukan semua upaya yang diperlukan untuk menjamin keakuratan dari seluruh pengungkapan yang disyaratkan. 8. Pengungkapan permodalan serta pengun gkapan eksposur risiko dan penerapan manajemen risiko Bank yang bersifat kuantitatif wajib disajikan dalam bentuk perbandingan dengan laporan periode yang sama tahun sebelumnya. Khusus untuk penerapan di tahun pertama, Bank tidak perlu melakukan perbandingan dengan tahun sebelumnya. 353 Lanjutan Lampiran 2 4 B. Petunjuk Khusus 1. Pedoman Pengisian Pengungkapan Struktur Permodalan Pengungkapan struktur permodalan diisi sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia mengenai laporan keuangan publikasi triwulanan dan bulanan bank umum serta laporan tertentu yang disampaikan kepada Bank Indonesia. Tabel 1.a Pengungkapan Kuantitatif Struktur Permodalan Bank Umum KOMPONEN MODAL (1) I (2) Posisi Tanggal Laporan (dalam jutaan rupiah) Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya Bank Konsolidasi Bank Konsolidasi (3) (4) (5) (6) KOMPONEN MODAL A Modal Inti 1 Modal disetor 2 Cadangan Tambahan Modal 3 Modal Inovatif 4 Faktor Pengurang Modal Inti 5 Kepentingan Non Pengendali B Modal Pelengkap 1 Level Atas (Upper Tier 2) 2 Level Bawah (Lower Tier 2) maksimum 50% Modal Inti 3 Faktor Pengurang Modal Pelengkap C Faktor Pengurang Modal Inti dan Modal Pelengkap Eksposur Sekuritisasi D Modal Pelengkap Tambahan Yang Memenuhi Persyaratan (Tier 3) E MODAL PELENGKAP TAMBAHAN YANG DIALOKASIKAN UNTUK MENGANTISIPASI RISIKO PASAR II III TOTAL MODAL INTI DAN MODAL PELENGKAP (A + B - C) TOTAL MODAL INTI, MODAL PELENGKAP,DAN MODAL PELENGKAP TAMBAHAN YANG DIALOKASIKAN UNTUK MENGANTISIPASI RISIKO PASAR (A + B - C + E) IV ASET TERTIMBANG MENURUT RISIKO (ATMR) UNTUK RISIKO KREDIT V ASET TERTIMBANG MENURUT RISIKO (ATMR) UNTUK RISIKO OPERASIONAL VI ASET TERTIMBANG MENURUT RISIKO (ATMR) UNTUK RISIKO PASAR A Metode Standar B Model Internal VII RASIO KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM UNTUK RISIKO KREDIT, RISIKO OPERASIONAL DAN RISIKO PASAR [III : (IV + V + VI)] 354 Lanjutan Lampiran 2 5 Tabel 1.b Pengungkapan Kuantitatif Struktur Permodalan Bank Asing (dalam jutaan rupiah) KOMPONEN MODAL (1) I (2) Posisi Tanggal Laporan Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya (3) (4) KOMPONEN MODAL A Dana Usaha 1 B Dana Usaha 2 Modal disetor Cadangan 1 Cadangan umum C 2 Cadangan tujuan Laba (rugi) tahun-tahun lalu yang dapat diperhitungkan (100%) D Laba (rugi) tahun berjalan yang dapat diperhitungkan (50%) E Dana setoran modal H Pendapatan komprehensif lainnya: kerugian berasal dari penurunan penyertaan dalam kelompok tersedia untuk dijual (100%) Pendapatan komprehensif lainnya: keuntungan berasal dari peningkatan penyertaan dalam kelompok tersedia untuk dijual (45%) Revaluasi aset tetap (45%) I Selisih kurang antara PPA dan cadangan kerugian penurunan nilai atas aset produktif J Penyisihan Penghapusan Aset (PPA) atas aset non produktif yang wajib dihitung F G K Selisih kurang jumlah penyesuaian nilai wajar dari instrumen keuangan dalam trading book L Cadangan umum aset produktif (maks. 1,25% dari ATMR) M Faktor pengurang modal Eksposur sekuritisasi II MODAL BANK ASING (Jumlah A s.d L - M) III ASET TERTIMBANG MENURUT RISIKO (ATMR) UNTUK RISIKO KREDIT IV ASET TERTIMBANG MENURUT RISIKO (ATMR) UNTUK RISIKO OPERASIONAL V ASET TERTIMBANG MENURUT RISIKO (ATMR) UNTUK RISIKO PASAR A VI Metode Standar Model Internal B RASIO KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM UNTUK RISIKO KREDIT, RISIKO OPERASIONAL DAN RISIKO PASAR [II : (III + IV + V)] 355 6 Lanjutan Lampiran 2 2. Pedoman Pengisian Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah a. Pengungkapan tagihan bersih dilakukan untuk eksposur aset dalam neraca, eksposur pada transaksi rekening administratif (TRA) dan eksposur yang menimbulkan risiko kredit akibat kegagalan pihak lawan (counterparty credit risk). b. Penetapan kategori portofolio dan perhitungan tagihan bersih mengacu pada ketentuan Bank Indonesia mengenai perhitungan aset tertimbang menurut risiko untuk risiko kredit dengan menggunakan pendekatan standar. Untuk eksposur di unit usaha syariah mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang berlaku untuk Bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. c. Pembagian wilayah dilakukan berdasarkan kebijakan masing-masing Bank, sesuai laporan manajemen. Pembagian wilayah ditetapkan minimum 3 wilayah. Bank harus mengungkapkan dalam laporan, rincian dari masing-masing pembagian wilayah. d. Penentuan wilayah dilakukan berdasarkan lokasi proyek dari debitur. 356 Lanjutan Lampiran 2 7 Tabel 2.1.a Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah - Bank secara Individual (dalam jutaan rupiah) No. Kategori Portofolio (1) 1 (2) Posisi Tanggal Laporan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah Wilayah 1 Wilayah 2 Wilayah 3 dst. Total (3) (4) (5) (6) (7) Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah Wilayah 1 Wilayah 2 Wilayah 3 dst. Total (8) (9) (10) (11) (12) Tagihan Kepada Pemerintah 2 Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik 3 Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional 4 Tagihan Kepada Bank 5 Kredit Beragun Rumah Tinggal 6 Kredit Beragun Properti Komersial 7 Kredit Pegawai/Pensiunan 8 Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel 9 Tagihan kepada Korporasi 10 Tagihan yang Telah Jatuh Tempo 11 Aset Lainnya 12 Eksposur di Unit Usaha Syariah (apabila ada) Total Tabel 2.1.b Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah - Bank secara Konsolidasi dengan Perusahaan Anak (dalam jutaan rupiah) No. Kategori Portofolio (1) 1 (2) Posisi Tanggal Laporan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah Wilayah 1 Wilayah 2 Wilayah 3 dst. Total (3) (4) (5) (6) (7) Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah Wilayah 1 Wilayah 2 Wilayah 3 dst. Total (8) (9) (10) (11) (12) Tagihan Kepada Pemerintah 2 Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik 3 Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional 4 Tagihan Kepada Bank 5 Kredit Beragun Rumah Tinggal 6 Kredit Beragun Properti Komersial 7 Kredit Pegawai/Pensiunan 8 Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel 9 Tagihan kepada Korporasi 10 Tagihan yang Telah Jatuh Tempo 11 Aset Lainnya 12 Eksposur di Unit Usaha Syariah (apabila ada) Total 357 8 Lanjutan Lampiran 2 3. Pedoman Pengisian Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Sisa Jangka Waktu Kontrak a. Pengungkapan tagihan bersih dilakukan untuk eksposur aset dalam neraca, eksposur pada transaksi rekening administratif (TRA) dan eksposur yang menimbulkan risiko kredit akibat kegagalan pihak lawan (counterparty credit risk). b. Penetapan kategori portofolio dan perhitungan tagihan bersih mengacu pada ketentuan Bank Indonesia mengenai perhitungan aset tertimbang menurut risiko untuk risiko kredit dengan menggunakan pendekatan standar. Untuk eksposur di unit usaha syariah mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang berlaku untuk Bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. c. Pemetaan kedalam skala waktu dilakukan berdasarkan sisa waktu sampai dengan jatuh tempo sesuai kontrak untuk pos neraca, TRA dan eksposur yang menimbulkan risiko kredit akibat kegagalan pihak lawan yang memiliki jatuh tempo kontraktual. Untuk pos neraca, TRA dan eksposur yang menimbulkan risiko kredit akibat kegagalan pihak lawan yang tidak memiliki jatuh tempo kontraktual (non maturity items) dimasukkan ke dalam kolom non-kontraktual. 358 Lanjutan Lampiran 2 9 Tabel 2.2.a. Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Sisa Jangka Waktu Kontrak - Bank secara Individual (dalam jutaan rupiah) No. Kategori Portofolio (1) (2) < 1 tahun (3) Posisi Tanggal Laporan Tagihan bersih berdasarkan sisa jangka waktu kontrak >1 thn s.d. 3 thn >3 thn s.d. 5 thn > 5 thn Non-Kontraktual (4) (5) (6) (7) Total < 1 tahun (8) (9) Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya Tagihan bersih berdasarkan sisa jangka waktu kontrak >1 thn s.d. 3 thn >3 thn s.d. 5 thn > 5 thn Non-Kontraktual (10) (11) (12) (13) Total (14) 1 Tagihan Kepada Pemerintah 2 Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik 3 Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional 4 Tagihan Kepada Bank 5 Kredit Beragun Rumah Tinggal 6 Kredit Beragun Properti Komersial 7 Kredit Pegawai/Pensiunan 8 Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel 9 Tagihan kepada Korporasi 10 Tagihan yang Telah Jatuh Tempo 11 Aset Lainnya 12 Eksposur di Unit Usaha Syariah (apabila ada) Total Tabel 2.2.b. Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Sisa Jangka Waktu Kontrak - Bank secara Konsolidasi dengan Perusahaan Anak (dalam jutaan rupiah) No. Kategori Portofolio (1) (2) < 1 tahun (3) Posisi Tanggal Laporan Tagihan bersih berdasarkan sisa jangka waktu kontrak >1 thn s.d. 3 thn >3 thn s.d. 5 thn > 5 thn Non-Kontraktual (4) (5) (6) (7) Total < 1 tahun (8) (9) Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya Tagihan bersih berdasarkan sisa jangka waktu kontrak >1 thn s.d. 3 thn >3 thn s.d. 5 thn > 5 thn Non-Kontraktual (10) (11) (12) (13) Total (14) 1 Tagihan Kepada Pemerintah 2 Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik 3 Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional 4 Tagihan Kepada Bank 5 Kredit Beragun Rumah Tinggal 6 Kredit Beragun Properti Komersial 7 Kredit Pegawai/Pensiunan 8 Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel 9 Tagihan kepada Korporasi 10 Tagihan yang Telah Jatuh Tempo 11 Aset Lainnya 12 Eksposur di Unit Usaha Syariah (apabila ada) Total 359 10 Lanjutan Lampiran 2 4. Pedoman Pengisian Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Sektor Ekonomi a. Pengungkapan tagihan bersih dilakukan untuk eksposur aset dalam neraca, eksposur pada transaksi rekening administratif (TRA) dan eksposur yang menimbulkan risiko kredit akibat kegagalan pihak lawan (counterparty credit risk). b. Penetapan kategori portofolio dan perhitungan tagihan bersih mengacu pada ketentuan Bank Indonesia mengenai perhitungan aset tertimbang menurut risiko untuk risiko kredit dengan menggunakan pendekatan standar. Untuk eksposur di unit usaha syariah mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang berlaku untuk Bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. c. Pembagian sektor ekonomi mengacu pada sektor ekonomi yang tercantum dalam Laporan Bulanan Bank Umum (LBU), dengan tambahan sektor Lainnya untuk sektor ekonomi dari tagihan bersih yang tidak dapat digolongkan dalam salah satu sektor yang ada. 360 Lanjutan Lampiran 2 11 Tabel 2.3.a. Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Sektor Ekonomi - Bank secara Individual (dalam jutaan rupiah) Sektor Ekonomi No. (1) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 (2) Tagihan Kepada Bank Tagihan Kepada Tagihan Kepada Pembangunan Multilateral Tagihan Kepada Kredit Beragun Entitas Sektor Pemerintah dan Lembaga Bank Rumah Tinggal Publik Internasional (3) (4) (5) (6) (7) Tagihan Kepada Kredit Beragun Kredit Usaha Mikro, Tagihan kepada Properti Pegawai/Pensi Usaha Kecil dan Korporasi Komersial unan Portofolio Ritel (8) (9) (10) (11) Tagihan yang Telah Jatuh Tempo Aset Lainnya Eksposur di Unit Usaha Syariah (apabila ada) (12) (13) (14) Posisi Tanggal Laporan Pertanian, perburuan dan Kehutanan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri pengolahan Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdagangan besar dan eceran Penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum Transportasi, pergudangan dan komunikasi Perantara keuangan Real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan Administrasi Pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib Jasa pendidikan Jasa kesehatan dan kegiatan sosial Jasa kemasyarakatan, sosial budaya, hiburan dan perorangan lainnya Jasa perorangan yang melayani rumah tangga Badan internasional dan badan ekstra internasional lainnya Kegiatan yang belum jelas batasannya Bukan Lapangan Usaha Lainnya Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya Pertanian, perburuan dan Kehutanan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri pengolahan Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdagangan besar dan eceran Penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum Transportasi, pergudangan dan komunikasi Perantara keuangan Real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan Administrasi Pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib Jasa pendidikan Jasa kesehatan dan kegiatan sosial Jasa kemasyarakatan, sosial budaya, hiburan dan perorangan lainnya Jasa perorangan yang melayani rumah tangga Badan internasional dan badan ekstra internasional lainnya Kegiatan yang belum jelas batasannya Bukan Lapangan Usaha Lainnya Total 361 Lanjutan Lampiran 2 12 Tabel 2.3.b. Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Sektor Ekonomi - Bank secara Konsolidasi dengan Perusahaan Anak (dalam jutaan rupiah) No. Sektor Ekonomi (1) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 (2) Tagihan Kepada Bank Tagihan Kepada Tagihan Kepada Pembangunan Multilateral Tagihan Kepada Kredit Beragun Entitas Sektor Pemerintah dan Lembaga Bank Rumah Tinggal Publik Internasional (3) (4) (5) (6) (7) Tagihan Kepada Kredit Beragun Kredit Usaha Mikro, Tagihan kepada Properti Pegawai/Pensi Usaha Kecil dan Korporasi Komersial unan Portofolio Ritel (8) (9) (10) (11) Tagihan yang Telah Jatuh Tempo Aset Lainnya Eksposur di Unit Usaha Syariah (apabila ada) (12) (13) (14) Posisi Tanggal Laporan Pertanian, perburuan dan Kehutanan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri pengolahan Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdagangan besar dan eceran Penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum Transportasi, pergudangan dan komunikasi Perantara keuangan Real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan Administrasi Pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib Jasa pendidikan Jasa kesehatan dan kegiatan sosial Jasa kemasyarakatan, sosial budaya, hiburan dan perorangan lainnya Jasa perorangan yang melayani rumah tangga Badan internasional dan badan ekstra internasional lainnya Kegiatan yang belum jelas batasannya Bukan Lapangan Usaha Lainnya Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya Pertanian, perburuan dan Kehutanan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri pengolahan Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdagangan besar dan eceran Penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum Transportasi, pergudangan dan komunikasi Perantara keuangan Real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan Administrasi Pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib Jasa pendidikan Jasa kesehatan dan kegiatan sosial Jasa kemasyarakatan, sosial budaya, hiburan dan perorangan lainnya Jasa perorangan yang melayani rumah tangga Badan internasional dan badan ekstra internasional lainnya Kegiatan yang belum jelas batasannya Bukan Lapangan Usaha Lainnya Total 362 Lanjutan Lampiran 2 13 5. Pedoman Pengisian Pengungkapan Tagihan dan Pencadangan Berdasarkan Wilayah a. Tagihan adalah nilai tercatat aset keuangan dalam laporan posisi keuangan (neraca) sebelum dikurangi CKPN (gross). b. Definisi penurunan nilai dan perhitungan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) aset keuangan mengacu pada standar akuntansi keuangan yang berlaku. c. Pembagian wilayah dilakukan berdasarkan kebijakan masing-masing Bank, sesuai laporan manajemen. Pembagian wilayah ditetapkan minimum 3 wilayah. Bank harus mengungkapkan dalam laporan, rincian dari masing-masing pembagian wilayah. d. Penentuan wilayah dilakukan berdasarkan lokasi proyek dari debitur. e. Tagihan yang telah jatuh tempo mengacu pada definisi kategori portofolio Tagihan yang telah Jatuh Tempo dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai perhitungan aset tertimbang menurut risiko untuk risiko kredit dengan menggunakan pendekatan standar. f. Tagihan yang dihapus buku merupakan tagihan yang telah dihapus buku selama periode berjalan. Tabel 2.4.a. Pengungkapan Tagihan dan Pencadangan Berdasarkan Wilayah - Bank secara Individual No. Keterangan (1) (2) Posisi Tanggal Laporan Wilayah Wilayah 1 Wilayah 2 Wilayah 3 dst. (3) (4) (5) (6) Total (7) (dalam jutaan rupiah) Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya Wilayah Wilayah 1 Wilayah 2 Wilayah 3 dst. Total (8) (9) (10) (11) (12) 1 Tagihan 2 Tagihan yang mengalami penurunan nilai (impaired ) a. Belum jatuh tempo b. Telah jatuh tempo 3 Cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) - Individual 4 Cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) - Kolektif 5 Tagihan yang dihapus buku 363 Lanjutan Lampiran 2 14 Tabel 2.4.b. Pengungkapan Tagihan dan Pencadangan Berdasarkan Wilayah - Bank secara Konsolidasi dengan Perusahaan Anak No. Keterangan (1) (2) Posisi Tanggal Laporan Wilayah Wilayah 1 Wilayah 2 Wilayah 3 dst. (3) (4) (5) (6) Total (7) (dalam jutaan rupiah) Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya Wilayah Wilayah 1 Wilayah 2 Wilayah 3 dst. Total (8) (9) (10) (11) (12) 1 Tagihan 2 Tagihan yang mengalami penurunan nilai (impaired ) a. Belum jatuh tempo b. Telah jatuh tempo 3 Cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) - Individual 4 Cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) - Kolektif 5 Tagihan yang dihapus buku 6. Pedoman Pengisian Pengungkapan Tagihan dan Pencadangan Berdasarkan Sektor Ekonomi a. Tagihan adalah nilai tercatat aset keuangan dalam laporan posisi keuangan (neraca) sebelum dikurangi CKPN (gross). b. Definisi penurunan nilai dan perhitungan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) aset keuangan mengacu pada standar akuntansi keuangan yang berlaku. c. Pembagian sektor ekonomi mengacu pada sektor ekonomi yang tercantum dalam Laporan Bulanan Bank Umum (LBU), dengan tambahan sektor Lainnya untuk sektor ekonomi dari tagihan yang tidak dapat digolongkan dalam salah satu sektor yang ada. d. Tagihan yang telah jatuh tempo mengacu pada definisi kategori portofolio Tagihan yang telah Jatuh Tempo dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai perhitungan aset tertimbang menurut risiko untuk risiko kredit dengan menggunakan pendekatan standar. e. Tagihan yang dihapus buku merupakan tagihan yang telah dihapus buku selama periode berjalan. 364 Lanjutan Lampiran 2 15 Tabel 2.5.a. Pengungkapan Tagihan dan Pencadangan Berdasarkan Sektor Ekonomi - Bank secara Individual (dalam jutaan rupiah) Tagihan yang Mengalami Penurunan Nilai No. (1) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Sektor Ekonomi (2) Tagihan (3) Belum Jatuh Tempo Telah jatuh tempo (4) (5) Cadangan kerugian Cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) penurunan nilai Individual (CKPN) - Kolektif (6) (7) Tagihan yang dihapus buku (8) Posisi Tanggal Laporan Pertanian, perburuan dan Kehutanan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri pengolahan Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdagangan besar dan eceran Penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum Transportasi, pergudangan dan komunikasi Perantara keuangan Real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan Administrasi Pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib Jasa pendidikan Jasa kesehatan dan kegiatan sosial Jasa kemasyarakatan, sosial budaya, hiburan dan perorangan lainnya Jasa perorangan yang melayani rumah tangga Badan internasional dan badan ekstra internasional lainnya Kegiatan yang belum jelas batasannya Bukan Lapangan Usaha Lainnya Total Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya Pertanian, perburuan dan Kehutanan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri pengolahan Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdagangan besar dan eceran Penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum Transportasi, pergudangan dan komunikasi Perantara keuangan Real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan Administrasi Pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib Jasa pendidikan Jasa kesehatan dan kegiatan sosial Jasa kemasyarakatan, sosial budaya, hiburan dan perorangan lainnya Jasa perorangan yang melayani rumah tangga Badan internasional dan badan ekstra internasional lainnya Kegiatan yang belum jelas batasannya Bukan Lapangan Usaha Lainnya Total 365 Lanjutan Lampiran 2 16 Tabel 2.5.b. Pengungkapan Tagihan dan Pencadangan Berdasarkan Sektor Ekonomi - Bank secara Konsolidasi dengan Perusahaan Anak (dalam jutaan rupiah) Tagihan yang Mengalami Penurunan Nilai No. (1) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Sektor Ekonomi (2) Posisi Tanggal Laporan Pertanian, perburuan dan Kehutanan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri pengolahan Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdagangan besar dan eceran Penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum Transportasi, pergudangan dan komunikasi Perantara keuangan Real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan Administrasi Pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib Jasa pendidikan Jasa kesehatan dan kegiatan sosial Jasa kemasyarakatan, sosial budaya, hiburan dan perorangan lainnya Jasa perorangan yang melayani rumah tangga Badan internasional dan badan ekstra internasional lainnya Kegiatan yang belum jelas batasannya Bukan Lapangan Usaha Lainnya Total Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya Pertanian, perburuan dan Kehutanan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri pengolahan Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdagangan besar dan eceran Penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum Transportasi, pergudangan dan komunikasi Perantara keuangan Real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan Administrasi Pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib Jasa pendidikan Jasa kesehatan dan kegiatan sosial Jasa kemasyarakatan, sosial budaya, hiburan dan perorangan lainnya Jasa perorangan yang melayani rumah tangga Badan internasional dan badan ekstra internasional lainnya Kegiatan yang belum jelas batasannya Bukan Lapangan Usaha Lainnya Total Tagihan (3) Belum Jatuh Tempo Telah jatuh tempo (4) (5) Cadangan kerugian Cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) - penurunan nilai Individual (CKPN) - Kolektif (6) (7) Tagihan yang dihapus buku (8) 366 Lanjutan Lampiran 2 17 7. Pedoman Pengisian Pengungkapan Rincian Mutasi Cadangan Kerugian Penurunan Nilai a. Definisi penurunan nilai dan perhitungan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) aset keuangan mengacu pada standar akuntansi keuangan yang berlaku. b. CKPN Individual adalah penyisihan yang dibentuk untuk aset keuangan yang penurunan nilainya dievaluasi secara individual. c. CKPN Kolektif adalah penyisihan yang dibentuk untuk aset keuangan yang penurunan nilainya dievaluasi secara kolektif, yaitu aset keuangan yang penurunan nilainya tidak dievaluasi secara individual dan/atau dievaluasi secara individual namun tidak terdapat bukti obyektif penurunan nilai. d. Pembentukan (pemulihan) lainnya dilaporkan antara lain untuk selisih penjabaran valuta asing. Tabel 2.6.a. Pengungkapan Rincian Mutasi Cadangan Kerugian Penurunan Nilai - Bank secara Individual No. Keterangan (1) (2) 1 Saldo awal CKPN 2 Pembentukan (pemulihan) CKPN pada periode berjalan (Net) Posisi Tanggal Laporan CKPN Individual CKPN Kolektif (3) (4) (dalam jutaan rupiah) Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya CKPN Individual CKPN Kolektif (5) (6) 2.a Pembentukan CKPN pada periode berjalan 2.b Pemulihan CKPN pada periode berjalan 3 CKPN yang digunakan untuk melakukan hapus buku atas tagihan pada peride berjalan 4 Pembentukan (pemulihan) lainnya pada periode berjalan Saldo akhir CKPN 367 Lanjutan Lampiran 2 18 Tabel 2.6.b. Pengungkapan Rincian Mutasi Cadangan Kerugian Penurunan Nilai - Bank secara Konsolidasi dengan Perusahaan Anak No. Keterangan (1) (2) 1 Saldo awal CKPN 2 Pembentukan (pemulihan) CKPN pada periode berjalan (Net) Posisi Tanggal Laporan CKPN Individual CKPN Kolektif (3) (4) (dalam jutaan rupiah) Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya CKPN Individual CKPN Kolektif (5) (6) 2.a Pembentukan CKPN pada periode berjalan 2.b Pemulihan CKPN pada periode berjalan 3 CKPN yang digunakan untuk melakukan hapus buku atas tagihan pada peride berjalan 4 Pembentukan (pemulihan) lainnya pada periode berjalan Saldo akhir CKPN 8. Pedoman Pengisian Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Kategori Portofolio dan Skala Peringkat a. Pengungkapan tagihan bersih dilakukan untuk eksposur aset dalam neraca, eksposur pada transaksi rekening administratif (TRA) dan eksposur yang menimbulkan risiko kredit akibat kegagalan pihak lawan (counterparty credit risk). b. Penetapan kategori portofolio dan perhitungan tagihan bersih mengacu pada ketentuan Bank Indonesia mengenai perhitungan aset tertimbang menurut risiko untuk risiko kredit dengan menggunakan pendekatan standar. Untuk eksposur di unit usaha syariah mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang berlaku untuk Bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. c. Lembaga pemeringkat yang diakui dan skala peringkat mengacu pada ketentuan Bank Indonesia mengenai lembaga pemeringkat dan peringkat yang diakui Bank Indonesia. 368 Lanjutan Lampiran 2 19 Tabel 3.1.a. Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Kategori Portofolio dan Skala Peringkat - Bank secara Individual (dalam jutaan rupiah) Posisi Tanggal Laporan Tagihan Bersih Kategori Portofolio (1) (2) Lembaga Pemeringkat Standard and Poor's Fitch Rating Moody's PT. Fitch Ratings Indonesia PT ICRA Indonesia PT Pemeringkat Efek Indonesia (3) AAA AAA Aaa AAA (idn) [Idr]AAA idAAA AA+ s.d AAAA+ s.d AAAa1 s.d Aa3 AA+(idn) s.d AA-(idn) [Idr]AA+ s.d [Idr]AAidAA+ s.d idAA- A+ s.d AA+ s.d AA1 s.d A3 A+(idn) s.d. A-(idn) [Idr]A+ s.d [Idr]AidA+ s.d id A- (4) (5) (6) Peringkat Jangka panjang BBB+ s.d BBBBB+ s.d BBBBB+ s.d BBBBB+ s.d BBBaa1 s.d Baa3 Ba1 s.d Ba3 BBB+(idn) s.d BBB-(idn) BB+(idn) s.d BB-(idn) [Idr]BBB+ s.d [Idr]BBB- [Idr]BB+ s.d [Idr]BBid BBB+ s.d id BBBid BB+ s.d id BB(7) (8) B+ s.d BB+ s.d BB1 s.d B3 B+(idn) s.d B-(idn) [Idr]B+ s.d [Idr]Bid B+ s.d id B- Kurang dari BKurang dari BKurang dari B3 Kurang dari B-(idn) Kurang dari [Idr]BKurang dari idB- (9) (10) Peringkat Jangka Pendek A-1 A-2 A-3 F1+ s.d F1 F2 F3 P-1 P-2 P-3 F1+(idn) s.d F1(idn) F2(idn) F3(idn) [Idr]A1+ s.d [Idr]A1 [Idr]A2+ s.d [Idr]A2 [Idr]A3+ s.d [Idr] A3 idA1 idA2 idA3 s.d id A4 (11) (12) (13) Kurang dari A-3 Kurang dari F3 Kurang dari P-3 Kurang dari F3(idn) Kurang dari [Idr]A3 Kurang dari idA4 (14) Tanpa Peringkat Total (15) (16) Tanpa Peringkat Total (15) (16) 1 Tagihan Kepada Pemerintah 2 Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik Tagihan Kepada Bank Pembangunan 3 Multilateral dan Lembaga Internasional 4 Tagihan Kepada Bank 5 Kredit Beragun Rumah Tinggal 6 Kredit Beragun Properti Komersial 7 Kredit Pegawai/Pensiunan Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha 8 Kecil dan Portofolio Ritel 9 Tagihan kepada Korporasi 10 Tagihan yang Telah Jatuh Tempo 11 Aset Lainnya Eksposur di Unit Usaha Syariah (apabila 12 ada) TOTAL Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya Tagihan Bersih Kategori Portofolio (1) (2) Lembaga Pemeringkat Standard and Poor's Fitch Rating Moody's PT. Fitch Ratings Indonesia PT ICRA Indonesia PT Pemeringkat Efek Indonesia (3) AAA AAA Aaa AAA (idn) [Idr]AAA idAAA AA+ s.d AAAA+ s.d AAAa1 s.d Aa3 AA+(idn) s.d AA-(idn) [Idr]AA+ s.d [Idr]AAidAA+ s.d idAA- A+ s.d AA+ s.d AA1 s.d A3 A+(idn) s.d. A-(idn) [Idr]A+ s.d [Idr]AidA+ s.d id A- (4) (5) (6) Peringkat Jangka panjang BBB+ s.d BBBBB+ s.d BBBBB+ s.d BBBBB+ s.d BBBaa1 s.d Baa3 Ba1 s.d Ba3 BBB+(idn) s.d BBB-(idn) BB+(idn) s.d BB-(idn) [Idr]BBB+ s.d [Idr]BBB- [Idr]BB+ s.d [Idr]BBid BBB+ s.d id BBBid BB+ s.d id BB(7) (8) B+ s.d BB+ s.d BB1 s.d B3 B+(idn) s.d B-(idn) [Idr]B+ s.d [Idr]Bid B+ s.d id B- Kurang dari BKurang dari BKurang dari B3 Kurang dari B-(idn) Kurang dari [Idr]BKurang dari idB- (9) (10) Peringkat Jangka Pendek A-1 A-2 A-3 F1+ s.d F1 F2 F3 P-1 P-2 P-3 F1+(idn) s.d F1(idn) F2(idn) F3(idn) [Idr]A1+ s.d [Idr]A1 [Idr]A2+ s.d [Idr]A2 [Idr]A3+ s.d [Idr] A3 idA1 idA2 idA3 s.d id A4 (11) (12) (13) Kurang dari A-3 Kurang dari F3 Kurang dari P-3 Kurang dari F3(idn) Kurang dari [Idr]A3 Kurang dari idA4 (14) 1 Tagihan Kepada Pemerintah 2 Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik Tagihan Kepada Bank Pembangunan 3 Multilateral dan Lembaga Internasional 4 Tagihan Kepada Bank 5 Kredit Beragun Rumah Tinggal 6 Kredit Beragun Properti Komersial 7 Kredit Pegawai/Pensiunan Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha 8 Kecil dan Portofolio Ritel 9 Tagihan kepada Korporasi 10 Tagihan yang Telah Jatuh Tempo 11 Aset Lainnya Eksposur di Unit Usaha Syariah (apabila 12 ada) TOTAL 369 Lanjutan Lampiran 2 20 Tabel 3.1.b. Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Kategori Portofolio dan Skala Peringkat - Bank secara Konsolidasi dengan Perusahaan Anak (dalam jutaan rupiah) Posisi Tanggal Laporan Tagihan Bersih Kategori Portofolio (1) (2) Lembaga Pemeringkat Standard and Poor's Fitch Rating Moody's PT. Fitch Ratings Indonesia PT ICRA Indonesia PT Pemeringkat Efek Indonesia (3) AAA AAA Aaa AAA (idn) [Idr]AAA idAAA AA+ s.d AAAA+ s.d AAAa1 s.d Aa3 AA+(idn) s.d AA-(idn) [Idr]AA+ s.d [Idr]AAidAA+ s.d idAA- A+ s.d AA+ s.d AA1 s.d A3 A+(idn) s.d. A-(idn) [Idr]A+ s.d [Idr]AidA+ s.d id A- (4) (5) (6) Peringkat Jangka panjang BBB+ s.d BBBBB+ s.d BBBBB+ s.d BBBBB+ s.d BBBaa1 s.d Baa3 Ba1 s.d Ba3 BBB+(idn) s.d BBB-(idn) BB+(idn) s.d BB-(idn) [Idr]BBB+ s.d [Idr]BBB- [Idr]BB+ s.d [Idr]BBid BBB+ s.d id BBBid BB+ s.d id BB(7) (8) B+ s.d BB+ s.d BB1 s.d B3 B+(idn) s.d B-(idn) [Idr]B+ s.d [Idr]Bid B+ s.d id B- Kurang dari BKurang dari BKurang dari B3 Kurang dari B-(idn) Kurang dari [Idr]BKurang dari idB- (9) (10) Peringkat Jangka Pendek A-1 A-2 A-3 F1+ s.d F1 F2 F3 P-1 P-2 P-3 F1+(idn) s.d F1(idn) F2(idn) F3(idn) [Idr]A1+ s.d [Idr]A1 [Idr]A2+ s.d [Idr]A2 [Idr]A3+ s.d [Idr] A3 idA1 idA2 idA3 s.d id A4 (11) (12) (13) Kurang dari A-3 Kurang dari F3 Kurang dari P-3 Kurang dari F3(idn) Kurang dari [Idr]A3 Kurang dari idA4 (14) Tanpa Peringkat Total (15) (16) Tanpa Peringkat Total (15) (16) 1 Tagihan Kepada Pemerintah 2 Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik Tagihan Kepada Bank Pembangunan 3 Multilateral dan Lembaga Internasional 4 Tagihan Kepada Bank 5 Kredit Beragun Rumah Tinggal 6 Kredit Beragun Properti Komersial 7 Kredit Pegawai/Pensiunan Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha 8 Kecil dan Portofolio Ritel 9 Tagihan kepada Korporasi 10 Tagihan yang Telah Jatuh Tempo 11 Aset Lainnya Eksposur di Unit Usaha Syariah (apabila 12 ada) TOTAL Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya Tagihan Bersih Kategori Portofolio (1) (2) Lembaga Pemeringkat Standard and Poor's Fitch Rating Moody's PT. Fitch Ratings Indonesia PT ICRA Indonesia PT Pemeringkat Efek Indonesia (3) AAA AAA Aaa AAA (idn) [Idr]AAA idAAA AA+ s.d AAAA+ s.d AAAa1 s.d Aa3 AA+(idn) s.d AA-(idn) [Idr]AA+ s.d [Idr]AAidAA+ s.d idAA- A+ s.d AA+ s.d AA1 s.d A3 A+(idn) s.d. A-(idn) [Idr]A+ s.d [Idr]AidA+ s.d id A- (4) (5) (6) Peringkat Jangka panjang BBB+ s.d BBBBB+ s.d BBBBB+ s.d BBBBB+ s.d BBBaa1 s.d Baa3 Ba1 s.d Ba3 BBB+(idn) s.d BBB-(idn) BB+(idn) s.d BB-(idn) [Idr]BBB+ s.d [Idr]BBB- [Idr]BB+ s.d [Idr]BBid BBB+ s.d id BBBid BB+ s.d id BB(7) (8) B+ s.d BB+ s.d BB1 s.d B3 B+(idn) s.d B-(idn) [Idr]B+ s.d [Idr]Bid B+ s.d id B- Kurang dari BKurang dari BKurang dari B3 Kurang dari B-(idn) Kurang dari [Idr]BKurang dari idB- (9) (10) Peringkat Jangka Pendek A-1 A-2 A-3 F1+ s.d F1 F2 F3 P-1 P-2 P-3 F1+(idn) s.d F1(idn) F2(idn) F3(idn) [Idr]A1+ s.d [Idr]A1 [Idr]A2+ s.d [Idr]A2 [Idr]A3+ s.d [Idr] A3 idA1 idA2 idA3 s.d id A4 (11) (12) (13) Kurang dari A-3 Kurang dari F3 Kurang dari P-3 Kurang dari F3(idn) Kurang dari [Idr]A3 Kurang dari idA4 (14) 1 Tagihan Kepada Pemerintah 2 Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik Tagihan Kepada Bank Pembangunan 3 Multilateral dan Lembaga Internasional 4 Tagihan Kepada Bank 5 Kredit Beragun Rumah Tinggal 6 Kredit Beragun Properti Komersial 7 Kredit Pegawai/Pensiunan Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha 8 Kecil dan Portofolio Ritel 9 Tagihan kepada Korporasi 10 Tagihan yang Telah Jatuh Tempo 11 Aset Lainnya Eksposur di Unit Usaha Syariah (apabila 12 ada) TOTAL 370 Lanjutan Lampiran 2 21 9. Pedoman Pengisian Pengungkapan Risiko Kredit Pihak Lawan (Counterparty Credit Risk) a. Risiko kredit akibat kegagalan pihak lawan, antara lain timbul dari transaksi derivative over the counter (OTC) dan transaksi repo/reverse repo, baik atas posisi Trading Book maupun Banking Book. b. Perhitungan risiko kredit akibat kegagalan pihak lawan mengacu pada ketentuan Bank Indonesia mengenai perhitungan aset tertimbang menurut risiko untuk risiko kredit dengan menggunakan pendekatan standar. Tabel 3.2.a. Pengungkapan Risiko Kredit Pihak Lawan: Transaksi Derivatif (dalam jutaan rupiah) Posisi Tanggal Laporan Notional Amount No Variabel yang Mendasari Tagihan Kewajiban > 1 Tahun < 1 Tahun > 5 Tahun Derivatif Derivatif < 5 Tahun Tagihan Bersih sebelum MRK MRK Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya Tagihan Tagihan Notional Amount Tagihan Kewajiban Bersih Bersih MRK > 1 Tahun > 5 Tahun Derivatif Derivatif sebelum setelah < 1 Tahun < 5 Tahun MRK MRK Tagihan Bersih setelah MRK BANK SECARA INDIVIDUAL 1 Suku Bunga 2 Nilai Tukar 3 Lainnya TOTAL BANK SECARA KONSOLIDASI 1 Suku Bunga 2 Nilai Tukar 3 Saham 4 Emas 5 Logam selain Emas 6 Lainnya TOTAL 371 Lanjutan Lampiran 2 22 Tabel 3.2.b.1. Pengungkapan Risiko Kredit Pihak Lawan: Transaksi Repo - Bank secara Individual (dalam jutaan rupiah) Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya Posisi Tanggal Laporan Kategori Portofolio No. (1) (2) 1 Tagihan Kepada Pemerintah 2 Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral 3 dan Lembaga Internasional 4 Tagihan Kepada Bank Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan 5 Portofolio Ritel 6 Tagihan kepada Korporasi 7 Eksposur di Unit Usaha Syariah (apabila ada) Nilai Wajar SSB Repo Kewajiban Repo Tagihan Bersih ATMR Nilai Wajar SSB Repo Kewajiban Repo Tagihan Bersih ATMR (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Total Tabel 3.2.b.2. Pengungkapan Risiko Kredit Pihak Lawan: Transaksi Repo - Bank secara Konsolidasi dengan Perusahaan Anak (dalam jutaan rupiah) Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya Posisi Tanggal Laporan Kategori Portofolio No. (1) (2) 1 Tagihan Kepada Pemerintah 2 Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral 3 dan Lembaga Internasional 4 Tagihan Kepada Bank Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan 5 Portofolio Ritel 6 Tagihan kepada Korporasi 7 Eksposur di Unit Usaha Syariah (apabila ada) Nilai Wajar SSB Repo Kewajiban Repo Tagihan Bersih ATMR Nilai Wajar SSB Repo Kewajiban Repo Tagihan Bersih ATMR (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Total 372 Lanjutan Lampiran 2 23 Tabel 3.2.c.1. Pengungkapan Risiko Kredit Pihak Lawan: Transaksi Reverse Repo - Bank secara Individual (dalam jutaan rupiah) Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya Posisi Tanggal Laporan Kategori Portofolio No. (1) (2) Tagihan Bersih Nilai MRK (3) (4) Tagihan Bersih ATMR setelah setelah MRK MRK (5) (6) Tagihan Bersih Nilai MRK Tagihan Bersih setelah MRK ATMR setelah MRK (7) (8) (9) (10) 1 Tagihan Kepada Pemerintah 2 Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik 3 4 5 6 7 Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional Tagihan Kepada Bank Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel Tagihan kepada Korporasi Eksposur di Unit Usaha Syariah (apabila ada) Total Tabel 3.2.c.2. Pengungkapan Risiko Kredit Pihak Lawan: Transaksi Reverse Repo - Bank secara Konsolidasi dengan Perusahaan Anak (dalam jutaan rupiah) Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya Posisi Tanggal Laporan Kategori Portofolio No. (1) (2) Tagihan Bersih Nilai MRK (3) (4) Tagihan Bersih ATMR setelah setelah MRK MRK (5) (6) Tagihan Bersih Nilai MRK Tagihan Bersih setelah MRK ATMR setelah MRK (7) (8) (9) (10) 1 Tagihan Kepada Pemerintah 2 Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik 3 4 5 6 7 Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional Tagihan Kepada Bank Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel Tagihan kepada Korporasi Eksposur di Unit Usaha Syariah (apabila ada) Total 373 24 Lanjutan Lampiran 2 10. Pedoman Pengisian Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Bobot Risiko setelah Memperhitungkan Dampak Mitigasi Risiko Kredit a. Pengungkapan tagihan bersih dilakukan untuk eksposur aset dalam neraca, eksposur pada transaksi rekening administratif (TRA), dan eksposur yang menimbulkan risiko kredit akibat kegagalan pihak lawan (counterparty credit risk). b. Penetapan kategori portofolio, perhitungan tagihan bersih, dan perhitungan dampak mitigasi risiko kredit (MRK) mengacu pada ketentuan Bank Indonesia mengenai perhitungan aset tertimbang menurut risiko untuk risiko kredit dengan menggunakan pendekatan standar. Untuk eksposur di unit usaha syariah mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang berlaku untuk Bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. c. Khusus untuk eksposur di unit usaha syariah, apabila tidak dapat digolongkan ke dalam kolom bobot risiko yang tersedia maka dimasukkan ke dalam kolom Lainnya. d. Beban modal adalah hasil perkalian ATMR dengan rasio minimum KPMM sesuai ketentuan Bank Indonesia mengenai kewajiban penyediaan modal minimum. e. Contoh pengisian: Bank memiliki tagihan yang tergolong dalam kategori portofolio Tagihan kepada Korporasi sebesar Rp100 miliar. Tagihan tidak memiliki peringkat sehingga dikenakan bobot risiko sebesar 100%. Sebagian dari tagihan dimaksud (Rp30 miliar) dijamin dengan agunan tunai (cash collateral) yang memiliki bobot risiko 0%. Pengisian pada baris Tagihan kepada Korporasi dilakukan sebagai berikut: Rp70 miliar dimasukkan dalam kolom bobot risiko 100%, dan Rp30 miliar dimasukkan dalam kolom bobot risiko 0%. 374 Lanjutan Lampiran 2 25 Tabel 4.1.a. Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Bobot Risiko Setelah Memperhitungkan Dampak Mitigasi Risiko Kredit - Bank secara Individual (dalam jutaan rupiah) Posisi Tanggal Laporan No. Kategori Portofolio (1) (2) Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya Tagihan Bersih Setelah Memperhitungkan Dampak Mitigasi Risiko Kredit 0% 20% 35% 40% 45% 50% (3) (4) (5) (6) (7) (8) ATMR Beban Modal (13) (14) 75% 100% 150% Lainnya (9) (10) (11) (12) Tagihan Bersih Setelah Memperhitungkan Dampak Mitigasi Risiko Kredit 0% 20% 35% 40% 45% 50% (15) (16) (17) (18) (19) (20) ATMR Beban Modal (25) (26) 75% 100% 150% Lainnya (21) (22) (23) (24) A Eksposur Neraca 1 Tagihan Kepada Pemerintah 2 Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik 3 Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional 4 Tagihan Kepada Bank 5 Kredit Beragun Rumah Tinggal 6 Kredit Beragun Properti Komersial 7 Kredit Pegawai/Pensiunan 8 Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel 9 Tagihan kepada Korporasi 10 Tagihan yang Telah Jatuh Tempo 11 Aset Lainnya 12 Eksposur di Unit Usaha Syariah (apabila ada) B 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 C 1 2 3 4 5 6 7 Total Eksposur Neraca Eksposur Kewajiban Komitmen/Kontinjensi pd Transaksi Rekening Administratif Tagihan Kepada Pemerintah Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional Tagihan Kepada Bank Kredit Beragun Rumah Tinggal Kredit Beragun Properti Komersial Kredit Pegawai/Pensiunan Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel Tagihan kepada Korporasi Tagihan yang Telah Jatuh Tempo Eksposur di Unit Usaha Syariah (apabila ada) Total Eksposur TRA Eksposur akibat Kegagalan Pihak Lawan (Counterparty Credit Risk) Tagihan Kepada Pemerintah Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional Tagihan Kepada Bank Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel Tagihan kepada Korporasi Eksposur di Unit Usaha Syariah (apabila ada) Total Eksposur Counterparty Credit Risk 375 Lanjutan Lampiran 2 26 Tabel 4.1.b. Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Bobot Risiko Setelah Memperhitungkan Dampak Mitigasi Risiko Kredit - Bank secara Konsolidasi dengan Perusahaan Anak (dalam jutaan rupiah) Posisi Tanggal Laporan No. Kategori Portofolio (1) (2) Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya Tagihan Bersih Setelah Memperhitungkan Dampak Mitigasi Risiko Kredit 0% 20% 35% 40% 45% 50% (3) (4) (5) (6) (7) (8) ATMR Beban Modal (13) (14) 75% 100% 150% Lainnya (9) (10) (11) (12) Tagihan Bersih Setelah Memperhitungkan Dampak Mitigasi Risiko Kredit 0% 20% 35% 40% 45% 50% (15) (16) (17) (18) (19) (20) ATMR Beban Modal (25) (26) 75% 100% 150% Lainnya (21) (22) (23) (24) A Eksposur Neraca 1 Tagihan Kepada Pemerintah 2 Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik 3 Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional 4 Tagihan Kepada Bank 5 Kredit Beragun Rumah Tinggal 6 Kredit Beragun Properti Komersial 7 Kredit Pegawai/Pensiunan 8 Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel 9 Tagihan kepada Korporasi 10 Tagihan yang Telah Jatuh Tempo 11 Aset Lainnya 12 Eksposur di Unit Usaha Syariah (apabila ada) B 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 C 1 2 3 4 5 6 7 Total Eksposur Neraca Eksposur Kewajiban Komitmen/Kontinjensi pd Transaksi Rekening Administratif Tagihan Kepada Pemerintah Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional Tagihan Kepada Bank Kredit Beragun Rumah Tinggal Kredit Beragun Properti Komersial Kredit Pegawai/Pensiunan Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel Tagihan kepada Korporasi Tagihan yang Telah Jatuh Tempo Eksposur di Unit Usaha Syariah (apabila ada) Total Eksposur TRA Eksposur akibat Kegagalan Pihak Lawan (Counterparty Credit Risk) Tagihan Kepada Pemerintah Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional Tagihan Kepada Bank Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel Tagihan kepada Korporasi Eksposur di Unit Usaha Syariah (apabila ada) Total Eksposur Counterparty Credit Risk 376 27 Lanjutan Lampiran 2 11. Pedoman Pengisian Pengungkapan Tagihan Bersih dan Teknik Mitigasi Risiko Kredit a. Penetapan kategori portofolio, perhitungan tagihan bersih dan kriteria teknik mitigasi risiko kredit yang dapat digunakan mengacu pada ketentuan Bank Indonesia mengenai perhitungan aset tertimbang menurut risiko untuk risiko kredit dengan menggunakan pendekatan standar. Untuk eksposur di unit usaha syariah mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang berlaku untuk Bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. b. Khusus untuk eksposur di unit usaha syariah, apabila tidak dapat digolongkan ke dalam kolom teknik mitigasi risiko yang tersedia maka dimasukkan ke dalam kolom Lainnya. c. Contoh pengisian: Bank memiliki tagihan yang tergolong dalam kategori portofolio Tagihan kepada Korporasi sebesar Rp100 miliar. Sebagian dari tagihan dimaksud (Rp30 miliar) dijamin dengan agunan tunai (cash collateral) dan sebagian tagihan (Rp50 miliar) dijamin dengan garansi dari penerbit yang diakui sesuai ketentuan Bank Indonesia. Maka sejumlah Rp30 miliar diisi dalam kolom Bagian yang Dijamin dengan Agunan, Rp50 miliar diisi dalam kolom Bagian yang Dijamin dengan Garansi, dan Rp20 miliar diisi dalam kolom Bagian yang Tidak Dijamin. 377 Lanjutan Lampiran 2 28 Tabel 4.2.a. Pengungkapan Tagihan Bersih dan Teknik Mitigasi Risiko Kredit - Bank secara Individual (dalam jutaan rupiah) No. Kategori Portofolio (1) (2) A 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Eksposur Neraca Tagihan Kepada Pemerintah Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional Tagihan Kepada Bank Kredit Beragun Rumah Tinggal Kredit Beragun Properti Komersial Kredit Pegawai/Pensiunan Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel Tagihan kepada Korporasi Tagihan yang Telah Jatuh Tempo Aset Lainnya Eksposur di Unit Usaha Syariah (apabila ada) Total Eksposur Neraca B 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Eksposur Rekening Adminsitratif Tagihan Kepada Pemerintah Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional Tagihan Kepada Bank Kredit Beragun Rumah Tinggal Kredit Beragun Properti Komersial Kredit Pegawai/Pensiunan Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel Tagihan kepada Korporasi Tagihan yang Telah Jatuh Tempo Eksposur di Unit Usaha Syariah (apabila ada) Total Eksposur Rekening Administratif C 1 2 3 4 5 6 7 Eksposur Counterparty Credit Risk Tagihan Kepada Pemerintah Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional Tagihan Kepada Bank Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel Tagihan kepada Korporasi Eksposur di Unit Usaha Syariah (apabila ada) Total Eksposure Counterparty Credit Risk Tagihan Bersih Agunan (3) (4) Posisi Tanggal Laporan Bagian Yang Dijamin Dengan Asuransi Garansi Kredit (5) (6) Lainnya Bagian Yang Tidak Dijamin Tagihan Bersih (7) (8) = (3)-[(4)+(5)+(6)+(7)] (9) Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya Bagian Yang Dijamin Dengan Asuransi Agunan Garansi Lainnya Kredit (10) (11) (12) (13) Bagian Yang Tidak Dijamin (14) = (9)-[(10)+(11)+(12)+(13)] Total (A+B+C) 378 Lanjutan Lampiran 2 29 Tabel 4.2.b. Pengungkapan Tagihan Bersih dan Teknik Mitigasi Risiko Kredit - Bank secara Konsolidasi dengan Perusahaan Anak (dalam jutaan rupiah) No. Kategori Portofolio (1) (2) A 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Eksposur Neraca Tagihan Kepada Pemerintah Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional Tagihan Kepada Bank Kredit Beragun Rumah Tinggal Kredit Beragun Properti Komersial Kredit Pegawai/Pensiunan Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel Tagihan kepada Korporasi Tagihan yang Telah Jatuh Tempo Aset Lainnya Eksposur di Unit Usaha Syariah (apabila ada) Total Eksposur Neraca B 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Eksposur Rekening Adminsitratif Tagihan Kepada Pemerintah Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional Tagihan Kepada Bank Kredit Beragun Rumah Tinggal Kredit Beragun Properti Komersial Kredit Pegawai/Pensiunan Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel Tagihan kepada Korporasi Tagihan yang Telah Jatuh Tempo Eksposur di Unit Usaha Syariah (apabila ada) Total Eksposur Rekening Administratif C 1 2 3 4 5 6 7 Eksposur Counterparty Credit Risk Tagihan Kepada Pemerintah Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional Tagihan Kepada Bank Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel Tagihan kepada Korporasi Eksposur di Unit Usaha Syariah (apabila ada) Total Eksposure Counterparty Credit Risk Tagihan Bersih Agunan (3) (4) Posisi Tanggal Laporan Bagian Yang Dijamin Dengan Asuransi Garansi Kredit (5) (6) Lainnya Bagian Yang Tidak Dijamin Tagihan Bersih (7) (8) = (3)-[(4)+(5)+(6)+(7)] (9) Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya Bagian Yang Dijamin Dengan Asuransi Agunan Garansi Lainnya Kredit (10) (11) (12) (13) Bagian Yang Tidak Dijamin (14) = (9)-[(10)+(11)+(12)+(13)] Total (A+B+C) 379 Lanjutan Lampiran 2 30 12. Pedoman Pengisian Pengungkapan Transaksi Sekuritisasi Perhitungan bobot risiko dan/atau faktor pengurang modal terhadap eksposur sekuritisasi mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai prinsip kehati-hatian dalam aktivitas sekuritisasi aset bagi bank umum. Untuk tagihan eksposur sekuritisasi selain yang diatur dalam ketentuan tersebut, penetapan bobot risiko mengacu pada ketentuan Bank Indonesia mengenai perhitungan aset tertimbang menurut risiko untuk risiko kredit dengan menggunakan pendekatan standar. Tabel 5.1.a. Pengungkapan Transaksi Sekuritisasi - Bank secara Individual (dalam jutaan rupiah) No. Eksposur Sekuritisasi Nilai aset yg disekuritisasi (1) (2) (3) Posisi Tanggal Laporan Nilai aset yang disekuritisasi yang Laba/Rugi dari mengalami penurunan nilai aktivitas Telah jatuh Belum Jatuh sekuritisasi tempo Tempo (4) (5) (6) ATMR Pengurang Modal Nilai aset yg disekuritisasi (7) (8) (9) Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya Nilai aset yang disekuritisasi yang Laba/Rugi dari mengalami penurunan nilai aktivitas ATMR Telah jatuh Belum Jatuh sekuritisasi tempo Tempo (10) (11) (12) (13) Pengurang Modal (14) 1 Bank bertindak sebagai Kreditur Asal - Jenis eksposur (contoh: tagihan beragun rumah tinggal) 2 Bank bertindak sebagai Penyedia Kredit Pendukung a. Fasilitas penanggung risiko pertama - Jenis eksposur (contoh: tagihan beragun rumah tinggal) b. Fasilitas penanggung risiko kedua - Jenis eksposur (contoh: tagihan beragun rumah tinggal) 3 Bank bertindak sebagai Penyedia Fasilitas Likuiditas - Jenis eksposur (contoh: tagihan beragun rumah tinggal) 4 Bank bertindak sebagai Penyedia Jasa - Jenis eksposur (contoh: tagihan beragun rumah tinggal) 5 Bank bertindak sebagai Bank Kostudian - Jenis eksposur (contoh: tagihan beragun rumah tinggal) 6 Bank bertindak sebagai Pemodal a. Senior tranche - Jenis eksposur (contoh: tagihan beragun rumah tinggal) b. Junior tranche - Jenis eksposur (contoh: tagihan beragun rumah tinggal) 380 Lanjutan Lampiran 2 31 Tabel 5.1.b. Pengungkapan Transaksi Sekuritisasi - Bank secara Konsolidasi dengan Perusahaan Anak (dalam jutaan rupiah) No. Eksposur Sekuritisasi Nilai aset yg disekuritisasi (1) (2) (3) Posisi Tanggal Laporan Nilai aset yang disekuritisasi yang Laba/Rugi dari mengalami penurunan nilai aktivitas Telah jatuh Belum Jatuh sekuritisasi tempo Tempo (4) (5) (6) ATMR Pengurang Modal Nilai aset yg disekuritisasi (7) (8) (9) Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya Nilai aset yang disekuritisasi yang Laba/Rugi dari mengalami penurunan nilai aktivitas ATMR Telah jatuh Belum Jatuh sekuritisasi tempo Tempo (10) (11) (12) (13) Pengurang Modal (14) 1 Bank bertindak sebagai Kreditur Asal - Jenis eksposur (contoh: tagihan beragun rumah tinggal) 2 Bank bertindak sebagai Penyedia Kredit Pendukung a. Fasilitas penanggung risiko pertama - Jenis eksposur (contoh: tagihan beragun rumah tinggal) b. Fasilitas penanggung risiko kedua - Jenis eksposur (contoh: tagihan beragun rumah tinggal) 3 Bank bertindak sebagai Penyedia Fasilitas Likuiditas - Jenis eksposur (contoh: tagihan beragun rumah tinggal) 4 Bank bertindak sebagai Penyedia Jasa - Jenis eksposur (contoh: tagihan beragun rumah tinggal) 5 Bank bertindak sebagai Bank Kostudian - Jenis eksposur (contoh: tagihan beragun rumah tinggal) 6 Bank bertindak sebagai Pemodal a. Senior tranche - Jenis eksposur (contoh: tagihan beragun rumah tinggal) b. Junior tranche - Jenis eksposur (contoh: tagihan beragun rumah tinggal) 13. Pedoman Pengisian Pengungkapan Ringkasan Aktivitas Transaksi Sekuritisasi dimana Bank Bertindak sebagai Kreditur Asal a. Penetapan kategori portofolio mengacu pada ketentuan Bank Indonesia mengenai perhitungan aset tertimbang menurut risiko untuk risiko kredit dengan menggunakan pendekatan standar. Untuk eksposur di unit usaha syariah mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang berlaku untuk Bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. 381 Lanjutan Lampiran 2 32 b. Transaksi sekuritisasi dimana Bank bertindak sebagai kreditur asal mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai prinsip kehati-hatian dalam aktivitas sekuritisasi aset bagi bank umum. Kolom Nilai Aset yang Disekuritisasi diisi dengan nilai aset yang dialihkan sebesar nilai tercatat aset di neraca pada tanggal pengalihan. Kolom Keuntungan (Kerugian) Penjualan diisi dengan selisih antara nilai pengalihan dengan nilai tercatat aset di neraca. Tabel 5.2.a. Pengungkapan Ringkasan Aktivitas Transaksi Sekuritisasi Bank Bertindak Sebagai Kreditur Asal - Bank secara Individual (dalam jutaan rupiah) Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya Posisi Tanggal Laporan No. (1) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Underlying Asset Nilai Aset Yang Disekuritisasi Keuntungan (Kerugian) Penjualan Nilai Aset Yang Disekuritisasi Keuntungan (Kerugian) Penjualan (2) (3) (4) (5) (6) Tagihan Kepada Pemerintah Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional Tagihan Kepada Bank Kredit Beragun Rumah Tinggal Kredit Beragun Properti Komersial Kredit Pegawai/Pensiunan Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel Tagihan kepada Korporasi Aset Lainnya Eksposur di Unit Usaha Syariah (apabila ada) Total 382 Lanjutan Lampiran 2 33 Tabel 5.2.b. Pengungkapan Ringkasan Aktivitas Transaksi Sekuritisasi Bank Bertindak Sebagai Kreditur Asal - Bank secara Konsolidasi dengan Perusahaan Anak (dalam jutaan rupiah) Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya Posisi Tanggal Laporan No. (1) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Underlying Asset Nilai Aset Yang Disekuritisasi Keuntungan (Kerugian) Penjualan Nilai Aset Yang Disekuritisasi Keuntungan (Kerugian) Penjualan (2) (3) (4) (5) (6) Tagihan Kepada Pemerintah Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional Tagihan Kepada Bank Kredit Beragun Rumah Tinggal Kredit Beragun Properti Komersial Kredit Pegawai/Pensiunan Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel Tagihan kepada Korporasi Aset Lainnya Eksposur di Unit Usaha Syariah (apabila ada) Total 14. Pedoman Pengisian Pengungkapan Perhitungan ATMR Risiko Kredit dengan Menggunakan Pendekatan Standar Perhitungan ATMR risiko kredit mengacu pada ketentuan Bank Indonesia mengenai perhitungan aset tertimbang menurut risiko untuk risiko kredit dengan menggunakan pendekatan standar. 383 Lanjutan Lampiran 2 34 Perhitungan ATMR Risiko Kredit Pendekatan Standar - Bank secara Individual Tabel 6.1.1. Pengungkapan Eksposur Aset di Neraca (dalam jutaan rupiah) Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya Posisi Tanggal Laporan Kategori Portofolio No (1) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. (2) Tagihan Kepada Pemerintah Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional Tagihan Kepada Bank Kredit Beragun Rumah Tinggal Kredit Beragun Properti Komersial Kredit Pegawai/Pensiunan Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel Tagihan Kepada Korporasi Tagihan Yang Telah Jatuh Tempo Aset Lainnya Tagihan Bersih ATMR Sebelum MRK ATMR Setelah MRK Tagihan Bersih ATMR Sebelum MRK ATMR Setelah MRK (3) (4) (5) (6) (7) (8) TOTAL Tabel 6.1.2. Pengungkapan Eksposur Kewajiban Komitmen/Kontinjensi pada Transaksi Rekening Administratif (dalam jutaan rupiah) Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya Posisi Tanggal Laporan Kategori Portofolio No (1) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. (2) Tagihan Kepada Pemerintah Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik Tagihan kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional Tagihan kepada Bank Kredit Beragun Rumah Tinggal Kredit Beragun Properti Komersial Kredit Pegawai/Pensiunan Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel Tagihan Kepada Korporasi Tagihan Yang Telah Jatuh Tempo Tagihan Bersih ATMR Sebelum MRK ATMR Setelah MRK Tagihan Bersih ATMR Sebelum MRK ATMR Setelah MRK (3) (4) (5) (6) (7) (8) TOTAL 384 Lanjutan Lampiran 2 35 Tabel 6.1.3. Pengungkapan Eksposur yang Menimbulkan Risiko Kredit akibat Kegagalan Pihak Lawan (Counterparty Credit Risk) (dalam jutaan rupiah) Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya Posisi Tanggal Laporan No Kategori Portofolio (2) (1) 1. Tagihan Kepada Pemerintah 2. Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik 3. Tagihan kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional 4. Tagihan kepada Bank 5. Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel 6. Tagihan Kepada Korporasi TOTAL Tagihan Bersih ATMR Sebelum MRK ATMR Setelah MRK Tagihan Bersih ATMR Sebelum MRK ATMR Setelah MRK (3) (4) (5) (6) (7) (8) Tabel 6.1.4. Pengungkapan Eksposur yang Menimbulkan Risiko Kredit akibat Kegagalan Setelmen (settlement risk) (dalam jutaan rupiah) Posisi Tanggal Laporan No Jenis Transaksi (2) (1) 1. Delivery versus payment a. Beban Modal 8% (5-15 hari) b. Beban Modal 50% (16-30 hari) c. Beban Modal 75% (31-45 hari) d. Beban Modal 100% (lebih dari 45 hari) 2. Non-delivery versus payment Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya Nilai Eksposur Faktor Pengurang Modal ATMR Setelah MRK Nilai Eksposur Faktor Pengurang Modal ATMR Setelah MRK (3) (4) (5) (6) (7) (8) TOTAL 385 Lanjutan Lampiran 2 36 Tabel 6.1.5. Pengungkapan Eksposur Sekuritisasi Posisi Tanggal Laporan Jenis Transaksi No (1) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. (2) Fasilitas Kredit Pendukung yang memenuhi persyaratan Fasilitas Kredit Pendukung yang tidak memenuhi persyaratan Fasilitas Likuiditas yang memenuhi persyaratan Fasilitas Likuiditas yang tidak memenuhi persyaratan Pembelian Efek Beragun Aset yang memenuhi persyaratan Pembelian Efek Beragun Aset yang tidak memenuhi persyaratan Faktor Pengurang Modal (3) ATMR (4) (dalam jutaan rupiah) Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya Faktor Pengurang ATMR Modal (5) (6) Eksposur Sekuritisasi yang tidak tercakup dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai prinsipprinsip kehati-hatian dalam aktivitas sekuritisasi aset bagi bank umum. TOTAL Tabel 6.1.6. Pengungkapan Eksposur di Unit Usaha Syariah (apabila ada) Posisi Tanggal Laporan No (1) 1. Total Eksposur (dalam jutaan rupiah) Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya Jenis Transaksi Faktor Pengurang Modal ATMR Faktor Pengurang Modal ATMR (2) (3) (4) (5) (6) Tabel 6.1.7. Pengungkapan Total Pengukuran Risiko Kredit Posisi Tanggal Laporan (dalam jutaan rupiah) Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya TOTAL ATMR RISIKO KREDIT TOTAL FAKTOR PENGURANG MODAL 386 Lanjutan Lampiran 2 37 Perhitungan ATMR Risiko Kredit Pendekatan Standar - Bank secara Konsolidasi dengan Perusahaan Anak Tabel 6.2.1. Pengungkapan Eksposur Aset di Neraca (dalam jutaan rupiah) Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya Posisi Tanggal Laporan Kategori Portofolio No (1) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. (2) Tagihan Kepada Pemerintah Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional Tagihan Kepada Bank Kredit Beragun Rumah Tinggal Kredit Beragun Properti Komersial Kredit Pegawai/Pensiunan Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel Tagihan Kepada Korporasi Tagihan Yang Telah Jatuh Tempo Aset Lainnya Tagihan Bersih ATMR Sebelum MRK ATMR Setelah MRK Tagihan Bersih ATMR Sebelum MRK ATMR Setelah MRK (3) (4) (5) (6) (7) (8) TOTAL Tabel 6.2.2. Pengungkapan Eksposur Kewajiban Komitmen/Kontinjensi pada Transaksi Rekening Administratif (dalam jutaan rupiah) Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya Posisi Tanggal Laporan Kategori Portofolio No (1) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. (2) Tagihan Kepada Pemerintah Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik Tagihan kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional Tagihan kepada Bank Kredit Beragun Rumah Tinggal Kredit Beragun Properti Komersial Kredit Pegawai/Pensiunan Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel Tagihan Kepada Korporasi Tagihan Yang Telah Jatuh Tempo Tagihan Bersih ATMR Sebelum MRK ATMR Setelah MRK Tagihan Bersih ATMR Sebelum MRK ATMR Setelah MRK (3) (4) (5) (6) (7) (8) TOTAL 387 Lanjutan Lampiran 2 38 Tabel 6.2.3. Pengungkapan Eksposur yang Menimbulkan Risiko Kredit akibat Kegagalan Pihak Lawan (Counterparty Credit Risk) (dalam jutaan rupiah) Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya Posisi Tanggal Laporan No Kategori Portofolio (2) (1) 1. Tagihan Kepada Pemerintah 2. Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik 3. Tagihan kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional 4. Tagihan kepada Bank 5. Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel 6. Tagihan Kepada Korporasi TOTAL Tagihan Bersih ATMR Sebelum MRK ATMR Setelah MRK Tagihan Bersih ATMR Sebelum MRK ATMR Setelah MRK (3) (4) (5) (6) (7) (8) Tabel 6.2.4. Pengungkapan Eksposur yang Menimbulkan Risiko Kredit akibat Kegagalan Setelmen (settlement risk) (dalam jutaan rupiah) Posisi Tanggal Laporan No Jenis Transaksi (2) (1) 1. Delivery versus payment a. Beban Modal 8% (5-15 hari) b. Beban Modal 50% (16-30 hari) c. Beban Modal 75% (31-45 hari) d. Beban Modal 100% (lebih dari 45 hari) 2. Non-delivery versus payment Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya Nilai Eksposur Faktor Pengurang Modal ATMR Setelah MRK Nilai Eksposur Faktor Pengurang Modal ATMR Setelah MRK (3) (4) (5) (6) (7) (8) TOTAL 388 Lanjutan Lampiran 2 39 Tabel 6.2.5. Pengungkapan Eksposur Sekuritisasi Posisi Tanggal Laporan Jenis Transaksi No (1) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. (2) Fasilitas Kredit Pendukung yang memenuhi persyaratan Fasilitas Kredit Pendukung yang tidak memenuhi persyaratan Fasilitas Likuiditas yang memenuhi persyaratan Fasilitas Likuiditas yang tidak memenuhi persyaratan Pembelian Efek Beragun Aset yang memenuhi persyaratan Pembelian Efek Beragun Aset yang tidak memenuhi persyaratan Faktor Pengurang Modal (3) ATMR (4) (dalam jutaan rupiah) Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya Faktor Pengurang ATMR Modal (5) (6) Eksposur Sekuritisasi yang tidak tercakup dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai prinsipprinsip kehati-hatian dalam aktivitas sekuritisasi aset bagi bank umum. TOTAL Tabel 6.2.6. Pengungkapan Eksposur di Unit Usaha Syariah dan/atau Perusahaan Anak yang Melakukan Kegiatan Usaha berdasarkan Prinsip Syariah (apabila ada) Posisi Tanggal Laporan No (1) 1. Total Eksposur Jenis Transaksi Faktor Pengurang Modal ATMR (2) (3) (4) (dalam jutaan rupiah) Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya Faktor Pengurang Modal (5) ATMR (6) Tabel 6.2.7. Pengungkapan Total Pengukuran Risiko Kredit Posisi Tanggal Laporan (dalam jutaan rupiah) Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya TOTAL ATMR RISIKO KREDIT TOTAL FAKTOR PENGURANG MODAL 389 Lanjutan Lampiran 2 40 15. Pedoman Pengisian Pengungkapan Risiko Pasar menggunakan Metode Standar Perhitungan risiko pasar mengacu pada ketentuan Bank Indonesia mengenai penggunaan metode standar dalam perhitungan KPMM bank umum dengan memperhitungkan risiko pasar. Tabel 7.1. Pengungkapan Risiko Pasar Dengan Menggunakan Metode Standar (dalam jutaan rupiah) No. Jenis Risiko (1) (2) Posisi Tanggal Laporan Bank Konsolidasi Beban Modal ATMR Beban Modal ATMR (3) (4) (5) (6) Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya Konsolidasi Bank Beban Modal ATMR Beban Modal ATMR (7) (8) (9) (10) 1 Risiko Suku Bunga a. Risiko Spesifik b. Risiko Umum 2 Risiko Nilai Tukar 3 Risiko Ekuitas *) 4 Risiko Komoditas *) 5 Risiko Option Total *) Untuk bank yang memiliki perusahaan anak yang memiliki eksposur risiko dimaksud 16. Pedoman Pengisian Pengungkapan Risiko Pasar dengan Model Internal (Value at Risk/VaR) a. Perhitungan risiko pasar mengacu pada ketentuan Bank Indonesia mengenai penggunaan model internal dalam perhitungan KPMM bank umum dengan memperhitungkan risiko pasar. b. Rata-rata VaR merupakan perhitungan rata-rata VaR harian selama periode laporan. c. Maksimum VaR merupakan angka VaR tertinggi selama periode laporan. d. Minimum VaR merupakan angka VaR terendah selama periode laporan. e. VaR akhir periode merupakan angka VaR pada akhir periode laporan. 390 Lanjutan Lampiran 2 41 Tabel 7.2.a Pengungkapan Risiko Pasar Dengan Menggunakan Model Internal (Value at Risk/VaR) - Bank secara Individual (dalam jutaan rupiah) No. (1) 1 2 3 Jenis Risiko VaR RataRata (2) (3) Posisi Tanggal Laporan VaR VaR Maksimum Minimum (4) (5) VaR Akhir Periode (6) Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya VaR RataVaR VaR VaR Akhir Rata Maksimum Minimum Periode (8) (9) (10) (11) Risiko Suku Bunga Risiko Nilai Tukar Risiko Option Total Tabel 7.2.b Pengungkapan Risiko Pasar Dengan Menggunakan Model Internal (Value at Risk/VaR) - Bank secara Konsolidasi dengan Perusahaan Anak (dalam jutaan rupiah) No. (1) 1 2 3 4 5 Jenis Risiko VaR RataRata (2) (3) Posisi Tanggal Laporan VaR VaR Maksimum Minimum (4) (5) VaR Akhir Periode (6) Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya VaR RataVaR VaR VaR Akhir Rata Maksimum Minimum Periode (8) (9) (10) (11) Risiko Suku Bunga Risiko Nilai Tukar Risiko Ekuitas Risiko Komoditas Risiko Option Total 391 Lanjutan Lampiran 2 42 17. Pedoman Pengisian Pengungkapan Risiko Operasional Perhitungan risiko operasional mengacu pada ketentuan Bank Indonesia mengenai perhitungan ATMR untuk risiko operasional dengan menggunakan pendekatan indikator dasar (PID). Tabel 8.1.a. Pengungkapan Kuantitatif Risiko Operasional - Bank secara Individual No. Pendekatan Yang Digunakan (1) (2) Posisi Tanggal Laporan Pendapatan Bruto (Rata-rata 3 Beban Modal tahun terakhir) (3) (4) ATMR (5) (dalam jutaan rupiah) Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya Pendapatan Bruto (Rata-rata 3 Beban Modal ATMR tahun terakhir) (6) (7) (8) 1 Pendekatan Indikator Dasar Total Tabel 8.1.b. Pengungkapan Kuantitatif Risiko Operasional - Bank secara Konsolidasi dengan Perusahaan Anak No. Pendekatan Yang Digunakan (1) (2) Posisi Tanggal Laporan Pendapatan Bruto (Rata-rata 3 Beban Modal tahun terakhir) (3) (4) ATMR (5) (dalam jutaan rupiah) Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya Pendapatan Bruto (Rata-rata 3 Beban Modal ATMR tahun terakhir) (6) (7) (8) 1 Pendekatan Indikator Dasar Total 392 Lanjutan Lampiran 2 43 18. Pedoman Pengisian Pengungkapan Profil Maturitas Rupiah dan Valas Pengungkapan profil maturitas rupiah dan valas mengacu pada ketentuan Bank Indonesia mengenai penerapan manajemen risiko bagi bank umum dan ketentuan Bank Indonesia mengenai laporan berkala bank umum. Tabel 9.1.a. Pengungkapan Profil Maturitas Rupiah - Bank secara Individual (dalam jutaan rupiah) Posisi Tanggal Laporan Jatuh Tempo No. Pos-pos (2) (1) I NERACA A Aset 1. Kas 2. Penempatan pada Bank Indonesia 3. Penempatan pada bank lain 4. Surat Berharga 5. Kredit yang diberikan 6. Tagihan lainnya 7. Lain-lain Total Aset Saldo (3) < 1 bulan (4) > 1 bln s.d. 3 > 3 bln s.d. 6 bln bln (5) (6) Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya Jatuh Tempo > 6 bln s.d. 12 bln > 12 bulan (7) (8) Saldo (9) < 1 bulan (10) > 1 bln s.d. 3 > 3 bln s.d. 6 bln bln (11) (12) > 6 bln s.d. 12 bln > 12 bulan (13) (14) B. Kewajiban 1. Dana Pihak Ketiga 2. Kewajiban pada Bank Indonesia 3. Kewajiban pada bank lain 4. Surat Berharga yang Diterbitkan 5. Pinjaman yang Diterima 6. Kewajiban lainnya 7. Lain-lain Total Kewajiban Selisih Aset dengan Kewajiban dalam Neraca II REKENING ADMINISTRATIF A. Tagihan Rekening Administratif 1. Komitmen 2. Kontijensi Total Tagihan Rekening Administratif B. Kewajiban Rekening Administratif 1. Komitmen 2. Kontijensi Total Kewajiban Rekening Administratif Selisih Tagihan dan Kewajiban dalam Rekening Administratif Selisih [(IA-IB)+(IIA-IIB)] Selisih Kumulatif 393 Lanjutan Lampiran 2 44 Tabel 9.1.b. Pengungkapan Profil Maturitas Rupiah - Bank secara Konsolidasi dengan Perusahaan Anak (dalam jutaan rupiah) Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya Posisi Tanggal Laporan Maturitas Valas - Bank secara IndividualJatuh Tempo Tabel 9.2.a. Pengungkapan Kuantitatif Profil Jatuh Tempo No. Pos-pos (2) (1) I NERACA A Aset 1. Kas 2. Penempatan pada Bank Indonesia 3. Penempatan pada bank lain 4. Surat Berharga 5. Kredit yang diberikan 6. Tagihan lainnya 7. Lain-lain Total Aset Saldo (3) < 1 bulan (4) > 1 bln s.d. 3 > 3 bln s.d. 6 bln bln (5) (6) > 6 bln s.d. 12 bln > 12 bulan (7) (8) Saldo (9) < 1 bulan (10) > 1 bln s.d. 3 > 3 bln s.d. 6 bln bln (11) (12) > 6 bln s.d. 12 bln > 12 bulan (13) (14) B. Kewajiban 1. Dana Pihak Ketiga 2. Kewajiban pada Bank Indonesia 3. Kewajiban pada bank lain 4. Surat Berharga yang Diterbitkan 5. Pinjaman yang Diterima 6. Kewajiban lainnya 7. Lain-lain Total Kewajiban Selisih Aset dengan Kewajiban dalam Neraca II REKENING ADMINISTRATIF A. Tagihan Rekening Administratif 1. Komitmen 2. Kontijensi Total Tagihan Rekening Administratif B. Kewajiban Rekening Administratif 1. Komitmen 2. Kontijensi Total Kewajiban Rekening Administratif Selisih Tagihan dan Kewajiban dalam Rekening Administratif Selisih [(IA-IB)+(IIA-IIB)] Selisih Kumulatif 394 Lanjutan Lampiran 2 45 Tabel 9.2.a. Pengungkapan Profil Maturitas Valas - Bank secara Individual (dalam jutaan rupiah) Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya Jatuh Tempo Posisi Tanggal Laporan Jatuh Tempo No. Pos-pos (2) (1) I NERACA A Aset 1. Kas 2. Penempatan pada Bank Indonesia 3. Penempatan pada bank lain 4. Surat Berharga 5. Kredit yang diberikan 6. Tagihan lainnya 7. Lain-lain Total Aset Saldo (3) < 1 bulan (4) > 1 bln s.d. 3 > 3 bln s.d. 6 bln bln (5) (6) > 6 bln s.d. 12 bln > 12 bulan (7) (8) Saldo (9) < 1 bulan (10) > 1 bln s.d. 3 > 3 bln s.d. 6 bln bln (11) (12) > 6 bln s.d. 12 bln > 12 bulan (13) (14) B. Kewajiban 1. Dana Pihak Ketiga 2. Kewajiban pada Bank Indonesia 3. Kewajiban pada bank lain 4. Surat Berharga yang Diterbitkan 5. Pinjaman yang Diterima 6. Kewajiban lainnya 7. Lain-lain Total Kewajiban Selisih Aset dengan Kewajiban dalam Neraca II REKENING ADMINISTRATIF A. Tagihan Rekening Administratif 1. Komitmen 2. Kontijensi Total Tagihan Rekening Administratif B. Kewajiban Rekening Administratif 1. Komitmen 2. Kontijensi Total Kewajiban Rekening Administratif Selisih Tagihan dan Kewajiban dalam Rekening Administratif Selisih [(IA-IB)+(IIA-IIB)] Selisih Kumulatif 395 Lanjutan Lampiran 2 46 Tabel 9.2.b. Pengungkapan Profil Maturitas Valas - Bank secara Konsolidasi dengan Perusahaan Anak (dalam jutaan rupiah) Posisi Tanggal Laporan Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya Jatuh Tempo Jatuh Tempo No. Pos-pos (2) (1) I NERACA A Aset 1. Kas 2. Penempatan pada Bank Indonesia 3. Penempatan pada bank lain 4. Surat Berharga 5. Kredit yang diberikan 6. Tagihan lainnya 7. Lain-lain Total Aset Saldo (3) < 1 bulan (4) > 1 bln s.d. 3 > 3 bln s.d. 6 bln bln (5) (6) > 6 bln s.d. 12 bln > 12 bulan (7) (8) Saldo (9) < 1 bulan (10) > 1 bln s.d. 3 > 3 bln s.d. 6 bln bln (11) (12) > 6 bln s.d. 12 bln > 12 bulan (13) (14) B. Kewajiban 1. Dana Pihak Ketiga 2. Kewajiban pada Bank Indonesia 3. Kewajiban pada bank lain 4. Surat Berharga yang Diterbitkan 5. Pinjaman yang Diterima 6. Kewajiban lainnya 7. Lain-lain Total Kewajiban Selisih Aset dengan Kewajiban dalam Neraca II REKENING ADMINISTRATIF A. Tagihan Rekening Administratif 1. Komitmen 2. Kontijensi Total Tagihan Rekening Administratif B. Kewajiban Rekening Administratif 1. Komitmen 2. Kontijensi Total Kewajiban Rekening Administratif Selisih Tagihan dan Kewajiban dalam Rekening Administratif Selisih [(IA-IB)+(IIA-IIB)] Selisih Kumulatif KEPALA DEPARTEMEN PENELITIAN DAN PENGATURAN PERBANKAN MULYA E. SIREGAR 396 Lampiran 3 397 Lanjutan Lampiran 3 398 Lampiran 3a Lampiran 1a Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 LAPORAN POSISI KEUANGAN/NERACA BULANAN Bank : Tanggal : (dalam jutaan rupiah) No. POS - POS BANK Posisi Tgl. Laporan ASET 1. Kas 2. Penempatan pada Bank Indonesia 3. Penempatan pada bank lain 4. Tagihan spot dan derivatif 5. Surat berharga a. Diukur pada nilai wajar melalui laporan laba/rugi b. Tersedia untuk dijual c. Dimiliki hingga jatuh tempo d. Pinjaman yang diberikan dan piutang 6. Surat berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali (repo ) 7. Tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repo ) 8. Tagihan akseptasi 9. Kredit a. Diukur pada nilai wajar melalui laporan laba/rugi b. Tersedia untuk dijual c. Dimiliki hingga jatuh tempo d. Pinjaman yang diberikan dan piutang 10. Pembiayaan syariah 1) 11. Penyertaan 12. Cadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan -/a. Surat berharga b. Kredit c. Lainnya 13. Aset tidak berwujud Akumulasi amortisasi aset tidak berwujud -/14. Aset tetap dan inventaris Akumulasi penyusutan aset tetap dan inventaris -/15. Aset non produktif a. Properti terbengkalai b. Aset yang diambil alih c. Rekening tunda d. Aset antar kantor 2) i. Melakukan kegiatan operasional di Indonesia ii. Melakukan kegiatan operasional di luar Indonesia 16. Cadangan kerugian penurunan nilai aset non keuangan -/17. Sewa pembiayaan 1) 18. Aset pajak tangguhan 19. Aset lainnya TOTAL ASET LIABILITAS DAN EKUITAS LIABILITAS 1. Giro 2. Tabungan 3. Simpanan berjangka 4. Dana investasi revenue sharing 1) 5. Pinjaman dari Bank Indonesia 6. Pinjaman dari bank lain 7. Liabilitas spot dan derivatif 8. Utang atas surat berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali (repo ) 9. Utang akseptasi 10. Surat berharga yang diterbitkan 399 1 Lanjutan Lampiran 3a Lampiran 1a Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 LAPORAN POSISI KEUANGAN/NERACA BULANAN Bank : Tanggal : (dalam jutaan rupiah) No. BANK Posisi Tgl. Laporan POS - POS 11. Pinjaman yang diterima 12. Setoran jaminan 13. Liabilitas antar kantor 2) a. Melakukan kegiatan operasional di Indonesia b. Melakukan kegiatan operasional di luar Indonesia 14. Liabilitas pajak tangguhan 15. Liabilitas lainnya 16. Dana investasi profit sharing 1) TOTAL LIABILITAS EKUITAS 17. Modal disetor a. Modal dasar b. Modal yang belum disetor -/c. Saham yang dibeli kembali (treasury stock ) -/18. Tambahan modal disetor a. Agio b. Disagio -/c. Modal sumbangan d. Dana setoran modal e. Lainnya 19. Pendapatan (kerugian) komprehensif lainnya a. Penyesuaian akibat penjabaran laporan keuangan dalam mata uang asing 20. 21. 22. 23. 24. b. Selisih penilaian kembali aset tetap c. Lainnya Selisih kuasi reorganisasi 3) Selisih restrukturisasi entitas sepengendali Modal pinjaman Cadangan a. Cadangan umum b. Cadangan tujuan Laba/rugi a. Tahun-tahun lalu b. Tahun berjalan TOTAL EKUITAS TOTAL LIABILITAS DAN EKUITAS Keterangan : 1) : Diisi bagi Bank yang memiliki UUS (Unit Usaha Syariah) Pembiayaan syariah antara lain meliputi Murabahah - net, Salam, Istishna - net, Qardh, Pembiayaan, Ijarah - net, Transaksi multijasa - net. 2) : Aset antarkantor dan Liabilitas antarkantor disajikan secara netto dalam Neraca. 3) : Disi hanya sampai PSAK yang terkait berlaku DIREKTUR PENELITIAN DAN PENGATURAN PERBANKAN, WIMBOH SANTOSO 400 2 Lampiran 4 401 Lanjutan Lampiran 4 402 Lampiran 2a Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 Lampiran 4a LAPORAN LABA RUGI BULANAN Bank : Periode : (dalam jutaan rupiah) No. POS-POS BANK Periode Laporan PENDAPATAN DAN BEBAN OPERASIONAL A. Pendapatan dan Beban Bunga 1. Pendapatan Bunga a. Rupiah b. Valuta asing 2. Beban Bunga a. Rupiah b. Valuta asing Pendapatan (Beban) Bunga bersih B. Pendapatan dan Beban Operasional selain Bunga 1. a. Peningkatan nilai wajar aset keuangan i. Surat berharga ii. Kredit iii. Spot dan derivatif iv. Aset keuangan lainnya b. Penurunan nilai wajar liabilitas keuangan c. Keuntungan penjualan aset keuangan i. Surat berharga ii. Kredit iii. Aset keuangan lainnya d. Keuntungan transaksi spot dan derivatif (realised ) e. Keuntungan dari penyertaan dengan equity method f. Dividen g. Komisi/provisi/fee dan administrasi h. Pemulihan atas cadangan kerugian penurunan nilai i. Pendapatan lainnya 2. Beban Operasional Selain Bunga a. Penurunan nilai wajar aset keuangan (mark to market ) i. Surat berharga ii. Kredit iii. Spot dan derivatif iv. Aset keuangan lainnya b. Peningkatan nilai wajar kewajiban keuangan (mark to market ) c. Kerugian penjualan aset keuangan i. Surat berharga ii. Kredit iii. Aset keuangan lainnya d. Kerugian transaksi spot dan derivatif (realised ) e. Kerugian penurunan nilai aset keuangan (impairment ) i. Surat berharga ii. Kredit iii. Pembiayaan syariah iv. Aset keuangan lainnya 403 1 Lanjutan Lampiran 4a Lampiran 2a Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 LAPORAN LABA RUGI BULANAN Bank : Periode : (dalam jutaan rupiah) No. POS-POS BANK Periode Laporan f. Kerugian terkait risiko operasional *) g. Kerugian dari penyertaan dengan equity method h. komisi/provisi/fee dan administrasi i. Kerugian penurunan nilai aset lainnya (non keuangan) j. Beban tenaga kerja k. Beban promosi l. Beban lainnya Pendapatan (Beban) Operasional Selain Bunga Bersih LABA (RUGI) OPERASIONAL PENDAPATAN (BEBAN) NON OPERASIONAL 1. Keuntungan (kerugian) penjualan aset tetap dan inventaris 2. Keuntungan (kerugian) penjabaran transaksi valuta asing 3. Pendapatan (beban) non operasional lainnya LABA (RUGI) NON OPERASIONAL LABA (RUGI) TAHUN BERJALAN Pajak Penghasilan a. Taksiran pajak tahun berjalan b. Pendapatan (beban) pajak tangguhan LABA (RUGI) BERSIH TRANSFER LABA (RUGI) KE KANTOR PUSAT **) *) Diisi untuk kerugian yang sudah terjadi maupun pasti akan terjadi loss dalam jumlah tertentu **) Diisi hanya untuk Kantor Cabang Bank Asing, apabila ada DIREKTUR PENELITIAN DAN PENGATURAN PERBANKAN, WIMBOH SANTOSO 404 2 Lampiran 5 LAMPIRAN 3 SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 13/30 /DPNP TANGGAL 16 DESEMBER 2011 PERIHAL PERUBAHAN KETIGA ATAS SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 3/30/DPNP TANGGAL 14 DESEMBER 2001 PERIHAL LAPORAN KEUANGAN PUBLIKASI TRIWULANAN DAN BULANAN BANK UMUM SERTA LAPORAN TERTENTU YANG DISAMPAIKAN KEPADA BANK INDONESIA LAPORAN KOMITMEN DAN KONTINJENSI TRIWULANAN Bank : Tanggal : No. I POS-POS BANK Posisi Posisi 31 Desember Tgl. Laporan Tahun Sebelumnya (dalam jutaan rupiah) KONSOLIDASIAN Posisi Posisi 31 Desember Tgl. Laporan Tahun Sebelumnya TAGIHAN KOMITMEN 1. Fasilitas pinjaman yang belum ditarik a. Rupiah b. Valuta asing 2. Posisi pembelian spot dan derivatif yang masih berjalan 3. Lainnya II KEWAJIBAN KOMITMEN 1. Fasilitas kredit kepada nasabah yang belum ditarik a. BUMN i. Committed - Rupiah - Valuta asing ii. Uncommitted - Rupiah - Valuta asing b. Lainnya i. Committed ii. Uncommitted 2. Fasilitas kredit kepada bank lain yang belum ditarik a. Committed i. Rupiah ii. Valuta asing b. Uncommitted i. Rupiah ii. Valuta asing 3. Irrevocable L/C yang masih berjalan a. L/C luar negeri b. L/C dalam negeri 4. Posisi penjualan spot dan derivatif yang masih berjalan 5. Lainnya III. TAGIHAN KONTINJENSI 1. Garansi yang diterima a. Rupiah b. Valuta asing 2. Pendapatan bunga dalam penyelesaian a. Bunga kredit yang diberikan b. Bunga lainnya 3. Lainnya IV. KEWAJIBAN KONTINJENSI 1. Garansi yang diberikan a. Rupiah b. Valuta asing 2. Lainnya 405 Lampiran 5a Lampiran 3 a Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 LAPORAN KOMITMEN DAN KONTINJENSI BULANAN DONE 28 JAN 2010 Bank : Tanggal : (dalam jutaan rupiah) No. POS-POS BANK Posisi Tgl. Laporan I TAGIHAN KOMITMEN 1. Fasilitas pinjaman yang belum ditarik a. Rupiah b. Valuta asing 2. Posisi pembelian spot dan derivatif yang masih berjalan 3. Lainnya II KEWAJIBAN KOMITMEN 1. Fasilitas kredit kepada nasabah yang belum ditarik a. BUMN i. Committed - Rupiah - Valuta asing ii. Uncommitted - Rupiah - Valuta asing b. Lainnya i. Committed ii. Uncommitted 2. Fasilitas kredit kepada bank lain yang belum ditarik a. Committed i. Rupiah ii. Valuta asing b. Uncommitted i. Rupiah ii. Valuta asing 3. Irrevocable L/C yang masih berjalan a. L/C luar negeri b. L/C dalam negeri 4. Posisi penjualan spot dan derivatif yang masih berjalan 5. Lainnya 406 1 Lanjutan Lampiran 5a Lampiran 3 a Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 LAPORAN KOMITMEN DAN KONTINJENSI BULANAN DONE 28 JAN 2010 Bank : Tanggal : (dalam jutaan rupiah) No. POS-POS BANK Posisi Tgl. Laporan III. TAGIHAN KONTINJENSI 1. Garansi yang diterima a. Rupiah b. Valuta asing 2. Pendapatan bunga dalam penyelesaian a. Bunga kredit yang diberikan b. Bunga lainnya 3. Lainnya IV. KEWAJIBAN KONTINJENSI 1. Garansi yang diberikan a. Rupiah b. Valuta asing 2. Lainnya DIREKTUR PENELITIAN DAN PENGATURAN PERBANKAN, WIMBOH SANTOSO 407 2 Lampiran 6 LAMPIRAN 4 SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 13/30/DPNP TANGGAL 16 DESEMBER 2011 PERIHAL PERUBAHAN KETIGA ATAS SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 3/30/DPNP TANGGAL 14 DESEMBER 2001 PERIHAL LAPORAN KEUANGAN PUBLIKASI TRIWULANAN DAN BULANAN BANK UMUM SERTA LAPORAN TERTENTU YANG DISAMPAIKAN KEPADA BANK INDONESIA LAPORAN TRANSAKSI SPOT DAN DERIVATIF TRIWULANAN Bank : Tanggal : (dalam jutaan rupiah) BANK TRANSAKSI NO. Nilai Notional Tujuan Trading Hedging Tagihan dan Liabilitas Derivatif Tagihan Liabilitas A. Terkait dengan Nilai Tukar 1 Spot 2 Forward 3 Option a. Jual b. Beli 4 Future 5 Swap 6 Lainnya B. Terkait dengan Suku Bunga 1 Forward 2 Option a. Jual b. Beli 3 Future 4 Swap 5 Lainnya C. Lainnya JUMLAH DIREKTUR PENELITIAN DAN PENGATURAN PERBANKAN, WIMBOH SANTOSO 408 Lampiran 7 LAMPIRAN 5 SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 13/30 /DPNP TANGGAL 16 DESEMBER 2011 PERIHAL PERUBAHAN KETIGA ATAS SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 3/30/DPNP TANGGAL 14 DESEMBER 2001 PERIHAL LAPORAN KEUANGAN PUBLIKASI TRIWULANAN DAN BULANAN BANK UMUM SERTA LAPORAN TERTENTU YANG DISAMPAIKAN KEPADA BANK INDONESIA LAPORAN KUALITAS ASET PRODUKTIF DAN INFORMASI LAINNYA TRIWULANAN Bank : Tanggal : (dalam jutaan rupiah) BANK No. POS-POS L DPK Posisi Tanggal Laporan KL D M Jumlah L Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya DPK KL D M Jumlah I. PIHAK TERKAIT 1. Penempatan pada bank lain a. Rupiah b. Valuta asing 2. Tagihan spot dan derivatif a. Rupiah b. Valuta asing 3. Surat berharga a. Rupiah b. Valuta asing 4. Surat berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali (Repo ) a. Rupiah b. Valuta asing 5. Tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (Reverse Repo ) a. Rupiah b. Valuta asing 6. Tagihan akseptasi 7. Kredit a. Debitur Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) i. Rupiah ii. Valuta asing b. Bukan debitur UMKM i. Rupiah ii. Valuta asing c. Kredit yang direstrukturisasi i. Rupiah ii. Valuta asing d. Kredit properti 8. Penyertaan 9. Penyertaan modal sementara 10. Komitmen dan kontinjens a. Rupiah b. Valuta asing 11. Aset yang diambil alih II PIHAK TIDAK TERKAIT 1. Penempatan pada bank lain a. Rupiah b. Valuta asing 2. Tagihan spot dan derivatif a. Rupiah b. Valuta asing 3. Surat berharga a. Rupiah b. Valuta asing 4. Surat berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali (Repo ) a. Rupiah b. Valuta asing 5. Tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (Reverse Repo ) a. Rupiah b. Valuta asing 6. Tagihan Akseptasi 4091 Lanjutan Lampiran 7 LAMPIRAN 5 SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 13/30 /DPNP TANGGAL 16 DESEMBER 2011 PERIHAL PERUBAHAN KETIGA ATAS SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 3/30/DPNP TANGGAL 14 DESEMBER 2001 PERIHAL LAPORAN KEUANGAN PUBLIKASI TRIWULANAN DAN BULANAN BANK UMUM SERTA LAPORAN TERTENTU YANG DISAMPAIKAN KEPADA BANK INDONESIA LAPORAN KUALITAS ASET PRODUKTIF DAN INFORMASI LAINNYA TRIWULANAN Bank : Tanggal : (dalam jutaan rupiah) BANK No. POS-POS L DPK Posisi Tanggal Laporan KL D M Jumlah L Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya DPK KL D M Jumlah 7. Kredit a. Debitur Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) i. Rupiah ii. Valuta asing b. Bukan debitur UMKM i. Rupiah ii. Valuta asing c. Kredit yang direstrukturisasi i. Rupiah ii. Valuta asing d. Kredit properti 8. Penyertaan 9. Penyertaan modal sementara 10. Transaksi rekening administratif a. Rupiah b. Valuta asing 11. Aset yang diambil alih III INFORMASI LAIN 1. Total aset bank yang dijaminkan : a. Pada Bank Indonesia b. Pada pihak lain 2. Total CKPN aset keuangan atas aset produktif 3. Total PPA yang wajib dibentuk atas aset produktif 4. Persentase kredit kepada UMKM terhadap total kredit 5. Persentase kredit kepada Usaha Mikro Kecil (UMK) terhadap total kredit 6. Persentase jumlah debitur UMKM terhadap total debitur 7. Persentase jumlah debitur Usaha Mikro Kecil (UMK) terhadap total debitur 8. Lainnya a. Penerusan kredit b. Penyaluran dana Mudharabah Muqayyadah c. Aset produktif yang dihapus buku d. Aset produktif dihapusbuku yang dipulihkan/berhasil ditagih e. Aset produktif yang dihapus tagih CADANGAN PENYISIHAN KERUGIAN No. POS-POS Posisi Tanggal Laporan CKPN PPA wajib dibentuk Individual Kolektif Umum Khusus Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya CKPN PPA wajib dibentuk Individual Kolektif Umum Khusus 1. Penempatan pada bank lain 2. Tagihan spot dan derivatif 3. Surat berharga 4. Surat berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali (Repo ) 5. Tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (Reverse Repo ) 6. Tagihan akseptasi 7. Kredit 8. Penyertaan 9. Penyertaan modal sementara 10. Transaksi rekening adminitratif 4102 Lampiran 7a Lampiran 5a Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 LAPORAN KUALITAS ASET PRODUKTIF DAN INFORMASI LAINNYA BULANAN Bank : Tanggal : (dalam jutaan rupiah) Bank No. POS-POS L DPK Posisi Tanggal Laporan KL D M Jumlah 1. Penempatan pada bank lain a. Rupiah b. Valuta asing 2. Tagihan spot dan derivatif a. Rupiah b. Valuta asing 3. Surat berharga a. Rupiah b. Valuta asing 4. Surat berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali (Repo ) a. Rupiah b. Valuta asing 5. Tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (Reverse Repo ) a. Rupiah b. Valuta asing 6. Tagihan akseptasi 7. Kredit a. Debitur Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) i. Rupiah ii. Valuta asing b. Bukan debitur UMKM i. Rupiah ii. Valuta asing c. Kredit yang direstrukturisasi i. Rupiah ii. Valuta asing d. Kredit properti 8. Penyertaan 9. Penyertaan modal sementara 10. Komitmen dan kontinjensi a. Rupiah b. Valuta asing 11. Aset yang diambil alih 411 Lampiran 5a Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 Lanjutan Lampiran 7a LAPORAN KUALITAS ASET PRODUKTIF DAN INFORMASI LAINNYA BULANAN Bank : Tanggal : CADANGAN PENYISIHAN KERUGIAN No. POS-POS 1. Penempatan pada bank lain 2. Tagihan spot dan derivatif 3. Surat berharga 4. Surat berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali (Repo ) 5. Tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (Reverse Repo ) 6. Tagihan akseptasi 7. Kredit 8. Penyertaan 9. Penyertaan modal sementara 10. Transaksi rekening administratif Posisi Tanggal Laporan PPA wajib dibentuk CKPN Individual Kolektif Umum Khusus DIREKTUR PENELITIAN DAN PENGATURAN PERBANKAN, WIMBOH SANTOSO 412 Lampiran 8.1 413 Lanjutan Lampiran 8.1 414 Lampiran 8.a.1 415 Lampiran 8.2 416 Lampiran 8.a.2 Lampiran 6.a.2 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/30/DPNP tanggal 1 Desember 2011 LAPORAN PERHITUNGAN KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BULANAN BANK ASING Bank : Tanggal : (dalam jutaan rupiah) Posisi Tanggal Laporan Komponen Modal I. KOMPONEN MODAL 1. Dana Usaha 1.1 Dana usaha 1.2 Modal disetor 2. Cadangan 2.1 Cadangan umum 2.2 Cadangan tujuan 3. Laba (rugi) tahun-tahun lalu yang dapat diperhitungkan (100%) 4. Laba (rugi) tahun berjalan yang dapat diperhitungkan (50%) 5. Dana setoran modal 6. Pendapatan komprehensif lainnya : kerugian berasal dari penurunan penyertaan dalam kelompok tersedia utk dijual (100%) 7. Pendapatan komprehensif lainnya : keuntungan berasal dari peningkatan penyertaan dalam kelompok tersedia utk dijual (45%) 8. Revaluasi aset tetap (45%) 9. Selisih kurang antara PPA dan cadangan kerugian penurunan nilai atas aset produktif 10. Penyisihan Penghapusan Aset (PPA) atas aset non produktif yang wajib dihitung 11. Selisih kurang jumlah penyesuaian nilai wajar dari instrumen keuangan dalam trading book 12. Cadangan umum aset produktif (maks. 1,25% dari ATMR) 13. Faktor pengurang modal Eksposur sekuritisasi II. MODAL BANK ASING ( Jumlah 1 s.d 12 - 13 ) III. IV. V. VI. ASET TERTIMBANG MENURUT RISIKO (ATMR) UNTUK RISIKO KREDIT *) ASET TERTIMBANG MENURUT RISIKO (ATMR) UNTUK RISIKO OPERASIONAL ASET TERTIMBANG MENURUT RISIKO (ATMR) UNTUK RISIKO PASAR RASIO KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM UNTUK RISIKO KREDIT, RISIKO OPERASIONAL DAN RISIKO PASAR [II : (III + IV + V)] *) Setelah dikurangi ATMR untuk Risiko Kredit atas seluruh surat berharga dalam Trading Book yang telah diperhitungkan Risiko Pasar (Risiko Spesifik) untuk posisi Desember 2011 DIREKTUR PENELITIAN DAN PENGATURAN PERBANKAN, WIMBOH SANTOSO 417 Lampiran 9 LAMPIRAN 7 SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 13/30/DPNP TANGGAL 16 DESEMBER 2011 PERIHAL PERUBAHAN KETIGA ATAS SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 3/30/DPNP TANGGAL 14 DESEMBER 2001 PERIHAL LAPORAN KEUANGAN PUBLIKASI TRIWULANAN DAN BULANAN BANK UMUM SERTA LAPORAN TERTENTU YANG DISAMPAIKAN KEPADA BANK INDONESIA LAPORAN RASIO KEUANGAN TRIWULANAN Bank : ………………………………. Posisi : ……………………………… Rasio Posisi Tanggal Laporan (dalam %) Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya Rasio Kinerja 1. Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) 2. Aset produktif bermasalah dan aset non produktif bermasalah terhadap total aset produktif dan aset non produktif 3. Aset produktif bermasalah terhadap total aset produktif 4. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) aset keuangan terhadap aset produktif 5. NPL gross 6. NPL net 7. Return on Asset (ROA) 8. Return on Equity (ROE) 9. Net Interest Margin (NIM) 10. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) 11. Loan to Deposit Ratio (LDR) 1 418 Lanjutan Lampiran 9 LAMPIRAN 7 SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 13/30/DPNP TANGGAL 16 DESEMBER 2011 PERIHAL PERUBAHAN KETIGA ATAS SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 3/30/DPNP TANGGAL 14 DESEMBER 2001 PERIHAL LAPORAN KEUANGAN PUBLIKASI TRIWULANAN DAN BULANAN BANK UMUM SERTA LAPORAN TERTENTU YANG DISAMPAIKAN KEPADA BANK INDONESIA LAPORAN RASIO KEUANGAN TRIWULANAN Bank : ………………………………. Posisi : ……………………………… Rasio Posisi Tanggal Laporan (dalam %) Posisi Tanggal Laporan Tahun Sebelumnya Kepatuhan (Compliance) 1. a. Persentase pelanggaran BMPK i. Pihak terkait ii. Pihak tidak terkait b. Persentase pelampauan BMPK i. Pihak terkait ii. Pihak tidak terkait 2. 3. Giro Wajib Minimum (GWM) a. GWM utama rupiah b. GWM valuta asing Posisi Devisa Neto (PDN) secara keseluruhan DIREKTUR PENELITIAN DAN PENGATURAN PERBANKAN, WIMBOH SANTOSO 2 419 Lampiran 10 420 Lanjutan Lampiran 10 LAMPIRAN 8 SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 13/30/DPNP TANGGAL 16 DESEMBER 2011 PERIHAL PERUBAHAN KETIGA ATAS SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 3/30/DPNP TANGGAL 14 DESEMBER 2001 PERIHAL LAPORAN KEUANGAN PUBLIKASI TRIWULANAN DAN BULANAN BANK UMUM SERTA LAPORAN TERTENTU YANG DISAMPAIKAN KEPADA BANK INDONESIA PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN POSISI KEUANGAN/NERACA TRIWULANAN POS NERACA LAPORAN KEUANGAN PUBLIKASI No. POS NERACA LAPORAN BULANAN BANK UMUM (LBU) Sandi LBU Ekuitas 17. 18. 19. Modal disetor 17. Modal disetor a. Modal dasar a. Modal dasar b. Modal yang belum disetor -/- b. Modal yang belum disetor -/- 422 c. Saham yang dibeli kembali (treasury stock ) -/- c. Saham yang dibeli kembali (treasury stock ) -/- 423 Tambahan modal disetor 18. Tambahan modal disetor a. Agio a. Agio 431 b. Disagio -/- b. Disagio -/- 432 c. Modal sumbangan c. Modal sumbangan 433 d. Dana setoran modal d. Dana setoran modal 455 e. Lainnya e. Lainnya Pendapatan (kerugian) komprehensif lainnya i. Faktor penambah 453 ii. Faktor pengurang -/- 454 19. Pendapatan (kerugian) komprehensif lainnya a. Penyesuaian akibat penjabaran laporan keuangan a. Penyesuaian akibat penjabaran laporan keuangan b. keuntungan (kerugian) dari perubahan nilai aset keuangan dalam i. Faktor penambah 436 ii. Faktor pengurang -/- 437 b. keuntungan (kerugian) dari perubahan nilai aset keuangan dalam diisi oleh Bank (sebagian dari 440 atau 445) kelompok tersedia untuk dijual kelompok tersedia untuk dijual c. lindung nilai arus kas d. Selisih penilaian kembali aset tetap d. Selisih penilaian kembali aset tetap e. bagian pendapatan komprehensif lain dari entitas asosiasi e. bagian pendapatan komprehensif lain dari entitas asosiasi diisi oleh Bank (sebagian dari 440 atau 445) f. keuntungan (kerugian) aktuarial program manfaat pasti f. keuntungan (kerugian) aktuarial program manfaat pasti diisi oleh Bank (sebagian dari 440 atau 445) g. pajak penghasilan terkait dengan laba komprehensif lain g. pajak penghasilan terkait dengan laba komprehensif lain diisi oleh Bank (sebagian dari 440 atau 445) h. lainnya h. Lainnya diisi oleh Bank (sebagian dari 440 atau 445) Selisih kuasi reorganisasi 4) 20. Selisih kuasi reorganisasi 21. Selisih restrukturisasi entitas sepengendali 5) 21. Selisih restrukturisasi entitas sepengendali 22. Ekuitas lainnya 22. Ekuitas lainnya Cadangan 23. Cadangan 24. diisi oleh Bank (sebagian dari 440 atau 445) c. lindung nilai arus kas 20. 23. 421 456 Diisi Bank 457 sebagian dari 410 ***) a. Cadangan umum a. Cadangan umum 451 b. Cadangan tujuan b. Cadangan tujuan 452 Laba/rugi 24. Laba/rugi a. Tahun-tahun lalu a. Tahun-tahun lalu b. Tahun berjalan i. Laba 461 ii. Rugi -/- 462 b. Tahun berjalan i. Laba 465 ii. Rugi -/- 466 TOTAL EKUITAS YANG DAPAT DIATRIBUSIKAN KEPADA BANK 25. Kepentingan non pengendali 6) 25. Kepentingan minoritas (Minority interest) 398 (LBU Konsolidasi) TOTAL EKUITAS TOTAL LIABILITAS DAN EKUITAS TOTAL LIABILITAS DAN EKUITAS 490 Keterangan : 1) : Diisi bagi Bank yang memiliki UUS (Unit Usaha Syariah) Pembiayaan syariah antara lain meliputi Murabahah - net, Salam, Istishna - net, Qardh, Pembiayaan, Ijarah - net, Transaksi multijasa - net. 2) : Aset antarkantor dan Liabilitas antarkantor disajikan secara netto dalam Neraca. 3) : Diisi pada kolom Bank bagi Bank yang memiliki Unit Usaha Syariah (UUS) dan/atau pada kolom konsolidasi dalam hal terdapat perusahaan anak yang melakukan kegiatan sewa guna usaha 4) : Disi hanya sampai PSAK yang terkait berlaku 5) : Diisi hanya pada kolom Bank 6) : Diisi hanya pada kolom konsolidasi *) diisi untuk komponen modal pinjaman yang tidak dapat dimasukkan sebagai pos ekuitas, termasuk bagian dari surat berharga subordinasi yang diterbitkan Bank (surat berharga subordinasi dengan fitur opsi konversi), yang tidak memenuhi kriteria ekuitas sebagaimana diatur dalam PSAK yang berlaku. **) diisi untuk komponen modal pinjaman yang dapat diperhitungkan sebagai modal, antara lain pinjaman subordinasi. ***) diisi untuk komponen modal pinjaman yang dapat dimasukkan sebagai pos ekuitas, termasuk bagian dari surat berharga subordinasi yang diterbitkan Bank (surat berharga subordinasi dengan fitur opsi konversi), yang memenuhi kriteria ekuitas sebagaimana diatur dalam PSAK yang berlaku, dan saham preferen. 2 421 Lampiran 10a Lampiran 8a Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN POSISI KEUANGAN/NERACA BULANAN POS NERACA LAPORAN KEUANGAN PUBLIKASI No. ASET 1. Kas POS NERACA LAPORAN BULANAN BANK UMUM (LBU) ASET 1. Kas Sandi LBU 100 2. Penempatan pada Bank Indonesia 2. Penempatan pada Bank Indonesia 120 3. Penempatan pada bank lain 3. Penempatan pada bank lain 130 4. Tagihan spot dan derivatif 4. Tagihan spot dan derivatif 135 5. Surat berharga 5. Surat berharga a. Diukur pada nilai wajar melalui laporan laba/rugi a. Diukur pada nilai wajar melalui laporan laba/rugi i. Diperdagangkan 138 ii. Ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar 139 b. Tersedia untuk dijual b. Tersedia untuk dijual c. Dimiliki hingga jatuh tempo c. Dimiliki hingga jatuh tempo 143 144 d. Pinjaman yang diberikan dan piutang d. Pinjaman yang diberikan dan piutang 145 ( ) 6. Surat berharga yang dijual dengan janji dibeli kembalirepo 7. Tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repo ) 160 Tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repo ) 8. Tagihan akseptasi 8. Tagihan akseptasi 166 9. Kredit 9. Kredit yang diberikan 6. 7. Surat berharga yang dijual dengan janji dibeli kembalirepo ( ) a. Diukur pada nilai wajar melalui laporan laba/rugi a. Diukur pada nilai wajar melalui laporan laba/rugi i. Diperdagangkan 168 ii. Ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar 169 b. Tersedia untuk dijual b. Tersedia untuk dijual c. Dimiliki hingga jatuh tempo c. Dimiliki hingga jatuh tempo 173 d. Pinjaman yang diberikan dan piutang d. Pinjaman yang diberikan dan piutang 175 10. Pembiayaan syariah 1) 10. Pembiayaan syariah 11. Penyertaan 11. Penyertaan 12. Cadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan -/- 12. Cadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan -/- 200 a. Surat berharga yang dimiliki 201 b. Kredit yang diberikan 202 c. Lainnya 206 Aset tidak berwujud Aset tetap dan inventaris Akumulasi penyusutan aset tetap dan inventaris -/- 15. 174 (LBU Gabungan UUS) a. Surat berharga Akumulasi amortisasi aset tidak berwujud -/14. 172 b. Kredit c. Lainnya 13. 164 Aset non produktif 13. Aset tidak berwujud Akumulasi amortisasi aset tidak berwujud -/14. Aset tetap dan inventaris Akumulasi penyusutan aset tetap dan inventaris -/- 212 213 214 215 15. Aset non produktif a. Properti terbengkalai a. Properti terbengkalai 217 b. Aset yang diambil alih b. Aset yang diambil alih 218 c. Rekening tunda c. Rekening tunda 219 d. Aset antar kantor 2) d. Aset antar kantor i. Melakukan kegiatan operasional di Indonesia i. Melakukan kegiatan operasional di Indonesia ii. Melakukan kegiatan operasional di luar Indonesia ii. Melakukan kegiatan operasional di luar Indonesia 223 224 16. Cadangan kerugian penurunan nilai aset lainnya -/- 16. Cadangan kerugian penurunan nilai aset lainnya -/- 17. Sewa pembiayaan 1) 17. Sewa pembiayaan 18. Aset pajak tangguhan 18. Aset pajak tangguhan 19. Aset Lainnya 19. Rupa-rupa aset 230 TOTAL ASET 290 TOTAL ASET KEWAJIBAN DAN MODAL Diisi Bank (sesuai CKPN pada sandi 225) 227 (LBU Konsolidasi) 228 KEWAJIBAN DAN MODAL 1. Giro 1. Giro 300 2. Tabungan 2. Tabungan 320 3. Simpanan berjangka 3. Simpanan berjangka 4. Dana investasi revenue sharing 1) 4. Dana investasi revenue sharing 330 (LBU Gabungan UUS) a. Giro 320 b. Tabungan 321 c. Simpanan berjangka 322 d. Lainnya 329 5. Pinjaman dari Bank Indonesia 5. Kewajiban kepada Bank Indonesia 6. Pinjaman dari bank lain 6. Kewajiban kepada bank lain 340 350 7. 8. Liabilitas spot dan derivatif 351 Utang atas surat berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali (repo ) 7. Kewajiban spot dan derivatif 8. Kewajiban atas surat berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali (repo ) 9. Utang akseptasi 9. Kewajiban akseptasi 10. Surat berharga yang diterbitkan 10. Surat berharga yang diterbitkan 355 11. Pinjaman yang diterima 11. Pinjaman yang diterima 360 352 353 1 422 Lanjutan Lampiran 10a Lampiran 8a Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN POSISI KEUANGAN/NERACA BULANAN POS NERACA LAPORAN KEUANGAN PUBLIKASI No. POS NERACA LAPORAN BULANAN BANK UMUM (LBU) 12. Setoran jaminan 12. Setoran jaminan 13. Liabilitas antar kantor 2) 13. Kewajiban antarkantor 370 a. Melakukan kegiatan operasional di Indonesia a. Melakukan kegiatan operasional di Indonesia b. Melakukan kegiatan operasional di luar Indonesia b. Melakukan kegiatan operasional di luar Indonesia 14. Liabilitas pajak tangguhan 15. Liabilitas lainnya 15. Rupa-rupa kewajiban 16. Dana investasi profit sharing 1) 16. Dana investasi profit sharing 17. Modal disetor Sandi LBU 393 394 14. Kewajiban pajak tangguhan 396 Diisi bank (sandi 400, tidak termasuk PPA TRA) 401 (LBU Gabungan UUS) Ekuitas 18. 19. 17. Modal disetor a. Modal dasar a. Modal dasar b. Modal yang belum disetor -/- b. Modal yang belum disetor -/- 422 c. Saham yang dibeli kembali t(reasury stock ) -/- c. Saham yang dibeli kembali t(reasury stock ) -/- 423 Tambahan modal disetor 421 18. Tambahan modal disetor a. Agio a. Agio 431 b. Disagio -/- b. Disagio -/- 432 c. Modal sumbangan c. Modal sumbangan 433 d. Dana setoran modal d. Dana setoran modal 455 e. Lainnya e. Lainnya Pendapatan (kerugian) komprehensif lainnya a. Penyesuaian akibat penjabaran laporan keuangan i. Faktor penambah 453 ii. Faktor pengurang -/- 454 19. Pendapatan (kerugian) komprehensif lainnya a. Penyesuaian akibat penjabaran laporan keuangan i. Faktor penambah 436 ii. Faktor pengurang -/- 437 b Selisih penilaian kembali aset tetap b Selisih penilaian kembali aset tetap c Lainnya c keuntungan/kerugian komprehensif lainnya 456 440 atau 445 20. Selisih kuasi reorganisasi 3) 20. Selisih kuasi reorganisasi 21. Selisih restrukturisasi entitas sepengendali 21. Selisih restrukturisasi entitas sepengendali 457 22. Modal pinjaman 22. Modal pinjaman 410 Cadangan 23. Cadangan 23. 24. Diisi Bank a. Cadangan umum a. Cadangan umum 451 b. Cadangan tujuan b. Cadangan tujuan 452 Laba/rugi a. Tahun-tahun lalu b. Tahun berjalan TOTAL LIABILITAS DAN EKUITAS 24. Laba/rugi a. Tahun-tahun lalu i. Laba 461 ii. Rugi -/- 462 b. Tahun berjalan i. Laba 465 ii. Rugi -/- 466 TOTAL KEWAJIBAN DAN MODAL 490 Keterangan : 1) : Diisi bagi Bank yang memiliki UUS (Unit Usaha Syariah) Pembiayaan syariah antara lain meliputi Murabahah - net, Salam, Istishna - net, Qardh, Pembiayaan, Ijarah - net, Transaksi multijasa - net. 2) : Aset antarkantor dan Liabilitas antarkantor disajikan secara netto dalam Neraca. 3) : Disi hanya sampai PSAK yang terkait berlaku DIREKTUR PENELITIAN DAN PENGATURAN PERBANKAN, WIMBOH SANTOSO 2 423 Lampiran 11 424 Lanjutan Lampiran 11 425 Lanjutan Lampiran 11 426 Lanjutan Lampiran 11 427 Lanjutan Lampiran 11 LAMPIRAN 9 SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 13/30/DPNP TANGGAL 16 DESEMBER 2011 PERIHAL PERUBAHAN KETIGA ATAS SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 3/30/DPNP TANGGAL 14 DESEMBER 2001 PERIHAL LAPORAN KEUANGAN PUBLIKASI TRIWULANAN DAN BULANAN BANK UMUM SERTA LAPORAN TERTENTU YANG DISAMPAIKAN KEPADA BANK INDONESIA PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF TRIWULANAN No. POS-POS LKP LBU 2008 Sandi LBU LABA (RUGI) NON OPERASIONAL 4450 atau 4500 LABA (RUGI) TAHUN BERJALAN 4550 atau 4600 Pajak penghasilan a. Taksiran pajak tahun berjalan -/b. Pendapatan (beban) pajak tangguhan LABA (RUGI) BERSIH 4935 4940 atau 4945 4950 atau 5000 PENDAPATAN KOMPREHENSIF LAIN a. Penyesuaian akibat penjabaran laporan keuangan dalam mata uang asing b. keuntungan (kerugian) dari perubahan nilai aset keuangan dalam kelompok tersedia untuk dijual diisi oleh Bank diisi oleh Bank c. lindung nilai arus kas diisi oleh Bank d. keuntungan revaluasi aset tetap diisi oleh Bank e. bagian pendapatan komprehensif lain dari entitas asosiasi diisi oleh Bank f. keuntungan (kerugian) aktuarial program manfaat pasti diisi oleh Bank g. pajak penghasilan terkait dengan laba komprehensif lain diisi oleh Bank h. lainnya diisi oleh Bank Pendapatan komprehensif lain tahun berjalan - net pajak penghasilan terkait TOTAL LABA KOMPREHENSIF TAHUN BERJALAN Laba yang dapat diatribusikan kepada : PEMILIK diisi oleh Bank KEPENTINGAN NON PENGENDALI diisi oleh Bank TOTAL LABA TAHUN BERJALAN Total Laba Komprehensif yang dapat diatribusikan kepada : PEMILIK diisi oleh Bank KEPENTINGAN NON PENGENDALI diisi oleh Bank TOTAL LABA KOMPREHENSIF TAHUN BERJALAN TRANSFER LABA (RUGI) KE KANTOR PUSAT 4850 atau 4900 DIVIDEN LABA BERSIH PER SAHAM *) Diisi untuk kerugian yang kemungkinan besar akan terjadi loss dalam jumlah tertentu 5 428 Lampiran 11a 429 Lanjutan Lampiran 11a 430 Lanjutan Lampiran 11a 431 Lanjutan Lampiran 11a Lampiran 9a Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN LABA RUGI BULANAN No. POS-POS LKP e. Kerugian penurunan nilai aset keuangan (impairment ) LBU 2008 i. Forward 2965 ii. Futures 2970 iii. Swap 2975 iv. Option 2980 v. Spot 2985 vi. Lainnya 3000 e. Kerugian penurunan nilai aset keuangan (impairment ) i. Surat berharga 1) i. Surat berharga 3190 ii. Kredit 1) ii. Kredit 3220 iii.Pembiayaan syariah 2) iii. Pembiayaan syariah iv. Aset keuangan lainnya 1) iv. Aset keuangan lainnya 1) Penempatan dana antar bank f. Kerugian terkait risiko operasional f. i. ii. 3180 3200 4) Tagihan akseptasi 3210 5) Penyertaan 3230 6) Lainnya 3300 Penyisihan kerugian risiko operasional 1) Kecurangan internal 3560 2) Kejahatan eksternal 3561 3) Praktek ketenagakerjaan dan keselamatan tenaga kerja 3562 4) Klien, produk, dan praktek bisnis 3563 5) Kerusakan aset fisik 3564 6) Gangguan aktivitas bisnis dan kegagalan sistem 3565 7) Manajemen eksekusi, pengiriman dan pemrosesan 3570 h. Komisi/provisi/fee dan administrasi i. Komisi/provisi kredit ii. Komisi/provisi dari transaksi derivatif Beban tenaga kerja j. 3020 3030 3040 iv. lainnya 3100 i. Kerugian penurunan nilai aset lainnya (non keuangan) 1) Aset tidak berwujud Diisi Bank (sebagian dari 3420) 2) Aset tetap dan inventaris Diisi Bank (sebagian dari 3430) 3) Properti terbengkalai Diisi Bank (sebagian dari 3440) 4) Aset yang diambil alih Diisi Bank (sebagian dari 3450) 5) Rekening tunda Diisi Bank (sebagian dari 3460) 6) Antar kantor Diisi Bank (sebagian dari 3470) 7) Lainnya Diisi Bank (sebagian dari 3550) Kerugian penurunan nilai rupa-rupa aset Diisi Bank (sebagian dari 3555) Beban tenaga kerja i. Gaji dan upah 3640 ii. Honorarium Komisaris/Dewan Pengawas 3650 iii. Lainnya k. Beban promosi k. Beban promosi l. l. Beban lainnya 3010 iii. Fee atas kredit kelolaan ii. j. 3320 *) Kerugian terkait risiko operasional h. Komisi/provisi/fee dan administrasi i. 3170 3) Tagihan reverse repo g. Kerugian dari penyertaan dengan equity method Kerugian penurunan nilai aset lainnya 3225 (LBU Gabungan UUS) 2) Tagihan derivatif g. Kerugian dari penyertaan dengan equity method i. Sandi LBU i. 3690 3850 Premi asuransi 1) kredit 3110 5 432 Lanjutan Lampiran 11a Lampiran 9a Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN LABA RUGI BULANAN No. POS-POS LKP Sandi LBU LBU 2008 ii. 2) penjaminan dana pihak ketiga 3120 3) kerugian operasional 3130 4) lainnya 3160 Penyusutan dan amortisasi 1) aset tetap dan inventaris 3340 2) aktiva ijarah 3345 (LBU Gabungan UUS) 3) beban yang ditangguhkan 3350 4) aset tidak berwujud 3360 5) lainnya 3400 iii. Kerugian restrukturisasi kredit 3410 iv. Pendidikan dan latihan 3700 v. Penelitian dan pengembangan 3750 vi. Sewa 3800 vii. Pajak-pajak (tidak termasuk pajak penghasilan) 3900 viii. Pemeliharaan dan perbaikan 3950 ix. Barang dan jasa 1) Jasa pengolahan teknologi, sistem dan informasi 4000 x. 2) Lainnya 4010 Lainnya 4050 Pendapatan (beban) Operasional Selain Bunga Bersih 1800 - 2500 LABA (RUGI) OPERASIONAL 4150 atau 4200 PENDAPATAN (BEBAN) NON OPERASIONAL 1. keuntungan (kerugian) penjualan aset tetap dan inventaris 2. keuntungan (kerugian) penjabaran transaksi valuta asing 3. Pendapatan (beban) non operasional lainnya 4220 - 4310 4240 - 4330 Pendapatan (beban) non operasional a. Sewa 4210 b. Penerimaan klaim asuransi kerugian operasional c. Lainnya 4250 4300 - 4400 LABA (RUGI) NON OPERASIONAL 4450 atau 4500 LABA (RUGI) TAHUN BERJALAN 4550 atau 4600 Pajak penghasilan a. Taksiran pajak tahun berjalan -/- 4935 b. Pendapatan (beban) pajak tangguhan 4940 atau 4945 LABA (RUGI) BERSIH 4950 atau 5000 TRANSFER LABA (RUGI) KE KANTOR PUSAT 4850 atau 4900 *) Diisi untuk kerugian yang kemungkinan besar akan terjadi loss dalam jumlah tertentu DIREKTUR PENELITIAN DAN PENGATURAN PERBANKAN, WIMBOH SANTOSO 5 433 Lampiran 12 LAMPIRAN 10 SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 13/30/DPNP TANGGAL 16 DESEMBER 2011 PERIHAL PERUBAHAN KETIGA ATAS SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 3/30/DPNP TANGGAL 14 DESEMBER 2001 PERIHAL LAPORAN KEUANGAN PUBLIKASI TRIWULANAN DAN BULANAN BANK UMUM SERTA LAPORAN TERTENTU YANG DISAMPAIKAN KEPADA BANK INDONESIA PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KOMITMEN DAN KONTINJENSI POS KOMITMEN DAN KONTINJENSI LAPORAN KEUANGAN PUBLIKASI No. I POS KOMITMEN DAN KONTINJENSI LAPORAN BULANAN BANK UMUM Sandi TAGIHAN KOMITMEN TAGIHAN KOMITMEN 1. Fasilitas pinjaman yang belum ditarik 1. Fasilitas pinjaman yang belum ditarik 495 2. Posisi pembelian spot dan derivatif yang masih berjalan 2. Posisi pembelian spot dan derivatif yang masih berjalan 521 3. Lainnya 3. II KEWAJIBAN KOMITMEN 1. Fasilitas kredit kepada nasabah yang belum ditarik Terkait dengan bank 525 b. Tidak terkait dengan bank 529 KEWAJIBAN KOMITMEN 1. a. BUMN i. Lainnya a. Fasilitas kredit kepada nasabah yang belum ditarik a. Committed ii. Uncommitted b. Lainnya i. b. Committed ii. Uncommitted 2. Fasilitas kredit kepada bank lain yang belum ditarik 2. BUMN i. Committed 533 ii. Uncommitted 535 Lainnya i. Committed 536 ii. Uncommitted 538 Fasilitas kredit kepada bank lain yang belum ditarik a. Committed a. Committed 542 b. Uncommitted b. Uncommitted 544 3. Irrevocable L/C yang masih berjalan 3. a. L/C luar negeri b. L/C dalam negeri Irrevocable L/C yang masih berjalan a. L/C luar negeri 561 b. L/C dalam negeri 562 4. Posisi penjualan spot dan derivatif yang masih berjalan 4. Posisi penjualan spot dan derivatif yang masih berjalan 570 5. Lainnya 5. Lainnya 589 III. TAGIHAN KONTINJENSI TAGIHAN KONTINJENSI 1. Garansi yang diterima 1. Garansi yang diterima 2. Pendapatan bunga dalam penyelesaian 2. Pendapatan bunga dalam penyelesaian 591 a. Bunga kredit yang diberikan a. Bunga kredit yang diberikan 592 b. Bunga lainnya b. Bunga lainnya 597 3. Lainnya IV. KEWAJIBAN KONTINJENSI 3. Lainnya 598 KEWAJIBAN KONTINJENSI 1. Garansi yang diberikan 1. Garansi yang diberikan 599 2. Lainnya 2. Lainnya 609 DIREKTUR PENELITIAN DAN PENGATURAN PERBANKAN, WIMBOH SANTOSO 434 Lampiran 13 435 Lanjutan Lampiran 13 436 Lampiran 14 LAMPIRAN 12 SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 13/30/DPNP TANGGAL 16 DESEMBER 2011 PERIHAL PERUBAHAN KETIGA ATAS SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 3/30/DPNP TANGGAL 14 DESEMBER 2001 PERIHAL LAPORAN KEUANGAN PUBLIKASI TRIWULANAN DAN BULANAN BANK UMUM SERTA LAPORAN TERTENTU YANG DISAMPAIKAN KEPADA BANK INDONESIA PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KUALITAS ASET PRODUKTIF DAN INFORMASI LAINNYA 1. Pos-pos Aset Produktif dan Aset Non Produktif disajikan dalam kelompok Pihak Terkait dan Pihak Tidak Terkait. Pihak Terkait adalah pihak terkait dengan bank sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai batas maksimum pemberian kredit. 2. Aset Produktif dan Aset Non Produktif selanjutnya dirinci berdasarkan kualitasnya, yaitu Lancar (L), Dalam Perhatian Khusus (DPK), Kurang Lancar (KL), Diragukan (D), dan Macet (M) sesuai ketentuan Bank Indonesia mengenai penilaian kualitas aset bank umum. 3. Definisi pos-pos neraca dalam Lampiran 5 mengacu pada definisi dalam Laporan Bulanan Bank Umum (LBU). 4. Kredit yang diberikan dibagi dalam 3 bagian, yaitu: a. Debitur Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Yaitu kredit yang diberikan kepada debitur Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Pengertian UMKM mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu saat ini diatur dalam UndangUndang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Dalam pos ini dilaporkan seluruh jenis kredit yang diberikan kepada debitur UMKM, termasuk kredit properti dan/atau kredit yang berada dalam status restrukturisasi. 1 437 Lanjutan Lampiran 14 LAMPIRAN 12 SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 13/30/DPNP TANGGAL 16 DESEMBER 2011 PERIHAL PERUBAHAN KETIGA ATAS SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 3/30/DPNP TANGGAL 14 DESEMBER 2001 PERIHAL LAPORAN KEUANGAN PUBLIKASI TRIWULANAN DAN BULANAN BANK UMUM SERTA LAPORAN TERTENTU YANG DISAMPAIKAN KEPADA BANK INDONESIA b. Bukan Debitur UMKM Yaitu kredit yang diberikan kepada bukan debitur Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Dalam pos ini dilaporkan seluruh jenis kredit yang diberikan kepada bukan debitur UMKM, termasuk kredit properti dan/atau kredit yang berada dalam status restrukturisasi. c. Kredit yang Direstrukturisasi Yaitu total kredit yang berada dalam status restrukturisasi, baik kredit yang diberikan kepada debitur UMKM maupun yang diberikan kepada bukan debitur UMKM, termasuk kredit properti. d. Kredit Properti Kredit properti merupakan seluruh kredit terkait properti yang diberikan kepada debitur UMKM maupun bukan debitur UMKM, termasuk kredit yang berada dalam status restrukturisasi, yang meliputi kredit kepada: 1) Perusahaan real estate, untuk pengadaan tanah dan bangunan termasuk fasilitasnya untuk dijual/ disewakan; 2) Kontraktor, untuk pembangunan gedung, perkantoran, perumahan dan pertokoan; dan 3) Perorangan, untuk pemilikan dan pemugaran rumah. Dalam LBU, kredit properti mencakup : i. Penerima kredit Lapangan Usaha yang terdiri dari pemberian kredit di sektor konstruksi (butir F) dan Real Estate (butir K.1); ii. Penerima kredit Bukan Lapangan Usaha yang terdiri dari rumah tangga untuk pemilikan rumah tinggal, flat atau apartemen, rumah toko atau rumah kantor. 2 438 Lanjutan Lampiran 14 LAMPIRAN 12 SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 13/30/DPNP TANGGAL 16 DESEMBER 2011 PERIHAL PERUBAHAN KETIGA ATAS SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 3/30/DPNP TANGGAL 14 DESEMBER 2001 PERIHAL LAPORAN KEUANGAN PUBLIKASI TRIWULANAN DAN BULANAN BANK UMUM SERTA LAPORAN TERTENTU YANG DISAMPAIKAN KEPADA BANK INDONESIA 5. Komitmen dan Kontinjensi mencakup kewajiban komitmen dan kewajiban kontinjensi dalam Lampiran 3 – Daftar Komitmen dan Kontinjensi. 6. Total aset Bank yang dijaminkan adalah aset Bank yang diikat sebagai agunan atas transaksi tertentu. Dalam aset Bank yang dijaminkan tidak termasuk surat berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali (repo). 7. Penyisihan Penghapusan Aset Produktif dan Penyisihan Penghapusan Aset Non Produktif yang wajib dibentuk mengacu pada ketentuan Bank Indonesia mengenai penilaian kualitas aktiva bank umum. 8. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) adalah cadangan yang wajib dibentuk Bank sesuai ketentuan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) mengenai Instrumen Keuangan dan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI). DIREKTUR PENELITIAN DAN PENGATURAN PERBANKAN, WIMBOH SANTOSO 3 439 Lampiran 15.1 440 Lanjutan Lampiran 15.1 441 Lanjutan Lampiran 15.1 442 Lampiran 15.2 Lampiran 13.2 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 PEDOMAN PERHITUNGAN MODAL BANK ASING Komponen Modal +/- Form Kolom Sandi Sub Sandi Jumlah Keterangan 1. Dana Usaha 1.1 diisi yang terkecil antara Declared Dana Usaha dan Realisasi Dana usaha 1.1.a. Declared Dana Usaha 1.1.b. Realisasi KEWAJIBAN i. Giro ii. Call Money iii. Deposits on call iv. Deposito berjangka v. Sertifikat deposito vi. Surat Berharga vii. Pinjaman yang diterima viii. Beban bunga/bagi hasil yg masih harus dibayar ix. Lainnya ASET i. Giro ii. Call Money iii. Deposits on call iv. Deposito berjangka v. Sertifikat deposito vi. Surat Berharga vii. Kredit viii. Dana Usaha ix. Pendapatan Bunga yang akan diterima x. Lain-lain 1.2. Modal disetor 2. Cadangan 2.1 Cadangan Umum 2.2 Cadangan Tujuan Laba tahun-tahun lalu yang dapat diperhitungkan (100%)[3.1 - (3.2 + 3.3 + 3.4 + 3. 3.5 + 3.6)] x 100% 3.1 Laba tahun-tahun lalu setelah diperhitungkan Pajak 3.2 Perhitungan aset pajak tangguhan 3.3 Saldo selisih nilai revaluasi aset tetap 3.4 Peningkatan nilai wajar aset tetap 3.5 Peningkatan atau Penurunan nilai wajar atas kewajiban keuangan 3.6 Keuntungan penjualan aset dalam transaksi sekuritisasi 4. Rugi tahun-tahun lalu yang dapat diperhitungkan [4.1 - (4.2 + 4.3 + 4.4 + 4.5 + 4.6)] 4.1 Rugi tahun-tahun lalu 4.2 Perhitungan aset pajak tangguhan 4.3 Saldo selisih nilai revaluasi aset tetap 4.4 Peningkatan nilai wajar aset tetap 4.5 Peningkatan atau Penurunan nilai wajar atas kewajiban keuangan 4.6 Keuntungan penjualan aset dalam transaksi sekuritisasi +/+ +/+ +/+ +/+ +/+ +/+ +/+ +/+ +/+ 35 35 35 35 35 35 35 35 35 II II II II II II II II II 010 015 020 025 030 050 060 088+089+090+095 099 000 000 000 000 000 000 000 000 000 -/-/-/-/-/-/-/-/-/-/+/+ 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 38 II II II II II II II II II II III 010 015 025 030 035 050 060 065 088+089+090+095 099 1+3+4+6+7+9 000 dan 999 000 dan 999 000 dan 999 000 dan 999 000 dan 999 000 dan 999 000 dan 999 000 dan 999 +/+ +/+ 01 01 451 452 01 01 461 (228-4940) - (3964945) 000 dan 999 +/+ Laba rugi akumulasi 2820 atau 2075 Aset Pajak Tangguhan (sandi 228) setelah dikurangi pendapatan pajak tangguhan tahun berjalan (sandi 4940), dikurangi dengan Kewajiban Pajak Tangguhan (sandi 396) setelah dikurangi beban pajak tangguhan tahun berjalan (sandi 4945). Jika hasil pengurangan kewajiban pajak tangguhan (396) dikurangi beban pajak tangguhan tahun berjalan (sandi 4945) > Aset Pajak Tangguhan (sandi 228) dikurangi pendapatan pajak tangguhan tahun berjalan (sandi 4940), maka diisi dengan angka 0. Data diperoleh dari saldo selisih nilai revaluasi aset tetap yang merupakan pos dalam modal pada laporan bulan Desember 2007. Data diisi secara manual. Diisi jika Bank mengakui pemulihan kerugian penurunan nilai sebagai keuntungan dalam laporan laba rugi. Data diperoleh dari Laporan L/R tahun lalu. Sandi 2820 digunakan bila terjadi peningkatan nilai wajar atas kewajiban (sebagai faktor pengurang dalam Laporan L/R) , dan sandi 2075 digunakan bila terjadi penurunan nilai wajar atas kewajiban (sebagai faktor penambah dalam Laporan L/R). Data diperoleh dari Laporan L/R tahun lalu, yang termasuk dalam sandi 1830 atau 1870 (untuk surat berharga), dan sandi 1930 atau 1970 (untuk kredit yang diberikan). -/01 01 Laba rugi 462 (228-4940) - (3964945) akumulasi 2820 atau 2075 Aset Pajak Tangguhan (sandi 228) setelah dikurangi pendapatan pajak tangguhan tahun berjalan (sandi 4940), dikurangi dengan Kewajiban Pajak Tangguhan (sandi 396) setelah dikurangi beban pajak tangguhan tahun berjalan (sandi 4945). Jika hasil pengurangan kewajiban pajak tangguhan (396) dikurangi beban pajak tangguhan tahun berjalan (sandi 4945) > Aset Pajak Tangguhan (sandi 228) dikurangi pendapatan pajak tangguhan tahun berjalan (sandi 4940), maka diisi dengan angka 0. Data diperoleh dari saldo selisih nilai revaluasi aset tetap yang merupakan pos dalam modal pada laporan bulan Desember 2007. Data diisi secara manual. Diisi jika Bank mengakui pemulihan kerugian penurunan nilai sebagai keuntungan dalam laporan laba rugi. Data diperoleh dari Laporan L/R tahun lalu. Sandi 2820 digunakan bila terjadi peningkatan nilai wajar atas kewajiban (sebagai faktor pengurang dalam Laporan L/R) , dan sandi 2075 digunakan bila terjadi penurunan nilai wajar atas kewajiban (sebagai faktor penambah dalam Laporan L/R). Data diperoleh dari Laporan L/R tahun lalu, yang termasuk dalam sandi 1830 atau 1870 (untuk surat berharga), dan sandi 1930 atau 1970 (untuk kredit yang diberikan). 443 Lanjutan Lampiran 15.2 Lampiran 13.2 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 PEDOMAN PERHITUNGAN MODAL BANK ASING Komponen Modal 5. Laba tahun berjalan yang dapat diperhitungkan (50%)[5.1 - (5.2 + 5.3 + 5.4 + 5.5)] x 50% 5.1 Laba tahun berjalan setelah diperhitungkan Pajak 5.2 Perhitungan pajak tangguhan 5.3 Peningkatan nilai wajar aset tetap 5.4 Peningkatan atau Penurunan nilai wajar atas kewajiban keuangan 5.5 Keuntungan penjualan aset dalam transaksi sekuritisasi +/- Form Kolom Sandi +/+ Laba rugi Laba rugi Sub Sandi Jumlah Keterangan Dikurangi transfer ke KP (Form Laba rugi sandi 4850) 4950 4940-4945 Pendapatan Pajak Tangguhan (sandi 4940) - Beban Pajak Tangguhan (sandi 4945). Jika Beban Pajak Tangguhan (sandi 4945) > Aset Pajak Tangguhan (sandi 4940) maka diisi dengan angka 0. Diisi jika Bank mengakui pemulihan kerugian penurunan nilai sebagai keuntungan dalam laporan laba rugi. Laba rugi 2820 atau 2075 Sandi 2820 digunakan bila terjadi peningkatan nilai wajar atas kewajiban (sebagai faktor pengurang dalam Laporan L/R) , dan sandi 2075 digunakan bila terjadi penurunan nilai wajar atas kewajiban (sebagai faktor penambah dalam Laporan L/R). Sebagai referensi dapat menggunakan Form L/R sandi 1830 atau 1870 (untuk surat berharga), dan sandi 1930 atau 1970 (untuk kredit yang diberikan). 6. Rugi tahun berjalan yang dapat diperhitungkan (-/-)[6.1 - (6.2 + 6.3 + 6.4 + 6.5)] 6.1 Rugi tahun berjalan 6.2 Perhitungan pajak tangguhan 6.3 Peningkatan nilai wajar aset tetap 6.4 Peningkatan atau Penurunan nilai wajar atas kewajiban keuangan 6.5 Keuntungan penjualan aset dalam transaksi sekuritisasi 7. Dana Setoran Modal 8. Pendapatan Komprehensif Lainnya: Kerugian/ Keuntungan berasal dari peningkatan/penurunan Penyertaan dalam kelompok tersedia utk dijual 8.1 Selisih lebih (+/+) 45% 8.2 Selisih kurang (-/-) 100% 9. Revaluasi Aset Tetap 9.1 Saldo selisih nilai revaluasi aset tetap 9.2 Keuntungan dari peningkatan nilai wajar aset tetap -/02 Laba rugi 5000 4940-4945 Pendapatan Pajak Tangguhan (sandi 4940) - Beban Pajak Tangguhan (sandi 4945). Jika Beban Pajak Tangguhan (sandi 4945) > Aset Pajak Tangguhan (sandi 4940) maka diisi dengan angka 0. Diisi jika Bank mengakui pemulihan kerugian penurunan nilai sebagai keuntungan dalam laporan laba rugi. Laba rugi 2820 atau 2075 Sandi 2820 digunakan bila terjadi peningkatan nilai wajar atas kewajiban (sebagai faktor pengurang dalam Laporan L/R) , dan sandi 2075 digunakan bila terjadi penurunan nilai wajar atas kewajiban (sebagai faktor penambah dalam Laporan L/R). Sebagai referensi dapat menggunakan Form L/R sandi 1830 atau 1870 (untuk surat berharga), dan sandi 1930 atau 1970 (untuk kredit yang diberikan). 45% 45% 10. Selisih kurang antara PPA dan cadangan kerugian penurunan nilai atas aset produktif 11. Penyisihan Penghapusan Aset (PPA) atas aset non produktif yang wajib dihitung 12. Selisih kurang jumlah penyesuaian nilai wajar dari instrumen keuangan dalam trading book 13. Cadangan umum aset produktif (maks. 1,25% dari ATMR) 12.1 Cadangan umum PPA 12.2 Cadangan umum PPA Transaksi Rekening Administratif 14. Faktor Pengurang Modal Eksposur Sekuritisasi 13.1 Penyediaan fasilitas Kredit Pendukung a. Sebagai penanggung risiko utama (first loss ) b. Fasilitas Kredit Pendukung yang tidak memenuhi persyaratan 13.2 Penyediaan Fasilitas Likuiditas yang tidak memenuhi syarat 13.3 Penempatan dalam Efek Beragun Aset (EBA) a. Junior tranche b. Pembelian kembali EBA melebihi batasan 10% dari Nilai Aset Keuangan yang dialihkan 13.4 Penyediaan fasilitas yang melebihi 20% dari Nilai Aset Keuangan yang dialihkan 15. MODAL BANK ASING ( Jumlah 1 s.d 12 - 13 ) +/+ 01 455 +/+ -/- 40 40 07 54 +/+ +/+ 01 456 Diisi oleh Bank. Nilai ini diambil dari angka 3.3, angka 3.4, angka 4.3, angka 4.4, angka 5.3, dan atau angka 6.3 -/-/-/+/+ +/+ -/-/-/-/-/-/- DIREKTUR PENELITIAN DAN PENGATURAN PERBANKAN, WIMBOH SANTOSO 444 Lampiran 16 LAMPIRAN 14 SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 13/30/DPNP TANGGAL 16 DESEMBER 2011 PERIHAL PERUBAHAN KETIGA ATAS SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 3/30/DPNP TANGGAL 14 DESEMBER 2001 PERIHAL LAPORAN KEUANGAN PUBLIKASI TRIWULAN DAN BULANAN BANK UMUM SERTA LAPORAN TERTENTU YANG DISAMPAIKAN KEPADA BANK INDONESIA PEDOMAN PERHITUNGAN RASIO KEUANGAN NO. RASIO Rasio Kinerja 1. Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) 2. Aset produktif bermasalah dan aset non produktif bermasalah terhadap total aset produktif dan aset non produktif FORMULA KETERANGAN Modal • Perhitungan Modal dan Aset Tertimbang Menurut Risiko dilakukan berdasarkan ketentuan Bank Indonesia mengenai kewajiban penyediaan modal minimum. • Perhitungan ATMR untuk Risiko Kredit dan Risiko Pasar didasarkan pada nilai tercatat aset dalam neraca (setelah dikurangi Cadangan Kerugian Penurunan Nilai/CKPN). Aset Tertimbang Menurut Risiko untuk Risiko Kredit, Risiko Operasional, dan Risiko Pasar Aset produktif bermasalah + Aset non produktif bermasalah Total aset produktif + total aset non produktif • Cakupan komponen dan kualitas aset produktif dan aset non produktif sesuai ketentuan Bank Indonesia mengenai penilaian kualitas aset bank umum. • Aset produktif bermasalah dan aset non produktif bermasalah adalah aset dengan kualitas kurang lancar, diragukan, dan macet. • Aset produktif bermasalah dan aset non produktif bermasalah dihitung berdasarkan nilai tercatat dalam neraca, secara gross 1 445 Lanjutan Lampiran 16 NO. 3. RASIO FORMULA KETERANGAN (sebelum dikurangi Cadangan Kerugian Penurunan Nilai/CKPN). • Total aset produktif dan total aset non produktif dihitung berdasarkan nilai tercatat dalam neraca, secara gross (sebelum dikurangi Cadangan Kerugian Penurunan Nilai/CKPN). • Angka dihitung per posisi (tidak disetahunkan). Aset produktif bermasalah terhadap total aset produktif Aset produktif bermasalah (diluar transaksi rekening administratif) • Cakupan komponen dan kualitas aset produktif sesuai ketentuan Bank Indonesia mengenai penilaian kualitas aset bank umum. • Aset produktif bermasalah adalah aset produktif dengan kualitas kurang lancar, diragukan, dan macet. • Aset produktif bermasalah dihitung berdasarkan nilai tercatat dalam neraca, secara gross (sebelum dikurangi CKPN). • Total aset produktif dihitung berdasarkan nilai tercatat dalam neraca, secara gross (sebelum dikurangi CKPN). • Angka dihitung per posisi (tidak disetahunkan). Total aset produktif (diluar transaksi rekening administratif) 4. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) aset keuangan terhadap aset produktif CKPN aset keuangan Total aset produktif (diluar transaksi rekening administratif) • CKPN adalah cadangan yang wajib dibentuk Bank sesuai ketentuan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 2 446 Lanjutan Lampiran 16 NO. 5. RASIO NPL gross FORMULA KETERANGAN (PSAK) mengenai Instrumen Keuangan dan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI), yang mencakup CKPN individual dan CKPN kolektif. • Cakupan komponen aset produktif sesuai ketentuan Bank Indonesia mengenai penilaian kualitas aset bank umum. • Total aset produktif dihitung berdasarkan nilai tercatat dalam neraca sebelum dikurangi CKPN. • Angka dihitung per posisi (tidak disetahunkan). Kredit bermasalah • Kredit adalah kredit sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai penilaian kualitas aset bank umum. • Kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan, dan macet. • Kredit bermasalah dihitung berdasarkan nilai tercatat dalam neraca, secara gross (sebelum dikurangi CKPN). • Total kredit dihitung berdasarkan nilai tercatat dalam neraca, secara gross (sebelum dikurangi CKPN). • Angka dihitung per posisi (tidak disetahunkan). Total kredit 6. NPL net Kredit bermasalah CKPN kredit Total kredit • Kredit adalah kredit sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai penilaian kualitas 3 447 Lanjutan Lampiran 16 NO. RASIO FORMULA • • • • • KETERANGAN aset bank umum. Kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan, dan macet. Kredit bermasalah dihitung berdasarkan nilai tercatat dalam neraca. CKPN kredit adalah cadangan yang wajib dibentuk Bank sesuai ketentuan dalam PSAK mengenai Instrumen Keuangan dan PAPI, yang mencakup CKPN kredit secara individual dan kolektif. Total kredit dihitung berdasarkan nilai tercatat dalam neraca, secara gross (sebelum dikurangi CKPN). Angka dihitung per posisi (tidak disetahunkan). 7. ROA (Return On Assets) Laba sebelum pajak Rata- rata total aset • Yang dimaksud laba sebelum pajak adalah laba tahun berjalan sebelum pajak. • Perhitungan laba sebelum pajak disetahunkan. Contoh: Untuk posisi Juni: (akumulasi laba per posisi Juni dibagi 6) x 12 • Rata-rata total aset: Contoh: Untuk posisi Juni: (penjumlahan total aset posisi Januari sampai dengan Juni) dibagi 6 8. ROE ( Return On Equity) Laba setelah pajak Rata-rata ekuitas • Yang dimaksud laba setelah pajak adalah laba bersih 4 448 Lanjutan Lampiran 16 NO. 9. RASIO NIM (Net Interest Margin) FORMULA KETERANGAN tahun berjalan setelah pajak. • Penghitungan laba setelah pajak disetahunkan. Contoh: Untuk posisi Juni: (akumulasi laba per posisi Juni dibagi 6) x 12 • Rata-rata ekuitas: rata-rata modal inti (tier 1) Contoh: Untuk posisi Juni: (penjumlahan modal inti Januari sampai dengan Juni) dibagi 6 • Perhitungan modal inti dilakukan berdasarkan ketentuan Bank Indonesia mengenai kewajiban penyediaan modal minimum. Pendapatan bunga bersih • Pendapatan bunga bersih: Pendapatan bunga – beban Rata-rata aset produktif bunga • Pendapatan bunga bersih disetahunkan. Contoh: Untuk posisi Juni : (akumulasi pendapatan bunga bersih per posisi Juni dibagi 6) x 12 10. 11. BOPO (Beban operasional terhadap pendapatan operasional) LDR (Kredit terhadap dana pihak ketiga) Total beban operasional Total pendapatan operasional Kredit Dana pihak ketiga Angka dihitung per posisi (tidak disetahunkan). • Kredit adalah kredit sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai penilaian kualitas 5 449 Lanjutan Lampiran 16 NO. RASIO Kepatuhan (Compliance) 1. a. Persentase Pelanggaran BMPK a.1. Pihak Terkait a.2. Pihak Tidak Terkait b. Persentase Pelampauan BMPK b.1. Pihak Terkait b.2. Pihak Tidak Terkait FORMULA KETERANGAN aset bank umum. • Dana pihak ketiga mencakup giro, tabungan, dan deposito (tidak termasuk antar bank). Perhitungan pelanggaran dan pelampauan BMPK dilakukan sesuai ketentuan BMPK yang berlaku. 2. Giro Wajib Minimum (GWM) a. GWM RupiahPrimer b. GWM valuta asing Perhitungan persentase GWM Rupiah-Primer dan GWM Valuta Asing pada posisi laporan dilakukan sesuai ketentuan GWM yang berlaku. 3. Posisi Devisa Neto (PDN) secara keseluruhan Perhitungan persentase PDN pada posisi laporan dilakukan sesuai ketentuan PDN yang berlaku. DIREKTUR PENELITIAN DAN PENGATURAN PERBANKAN, WIMBOH SANTOSO 6 450 Lampiran 17 Lampiran 1 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS tanggal 9 Desember 2005 Lampiran 1 NERACA Bank Tanggal : : (dalam juta rupiah) BANK POS - POS NO. Posisi Tgl Laporan Posisi Tgl Laporan Sebelumnya KONSOLIDASI Posisi Tgl Laporan Posisi Tgl Laporan Sebelumnya AKTIVA 1. Kas 2. Penempatan Pada BI a. Giro Wadiah b. SWBI 3. Penempatan Pada Bank Lain a. Rupiah PPAP -/b. Valuta asing PPAP -/4. Surat Berharga Yang Dimiliki a. Rupiah i. Dimiliki hingga jatuh tempo ii.Lainnya PPAP -/- b. Valuta asing i. Dimiliki hingga jatuh tempo ii. Lainnya PPAP -/5. Piutang Murabaha a.Rupiah a.1. Terkait dengan bank 1. Piutang Murabahah 2. Pendapatan Margin Murabahah yang ditangguhkan -/a.2. Tidak terkait dengan bank 1. Piutang Murabahah 2. Pendapatan Margin Murabahah yang ditangguhkan -/PPAP -/b. Valuta asing b.1. Terkait dengan bank 1.Piutang Murabahah 2.Pendapatan Margin Murabahah yang ditangguhkan -/b.2. Tidak terkait dengan bank 1.Piutang Murabahah 2.Pendapatan Margin Murabahah yang ditangguhkan -/PPAP -/- 6. Piutang Salam 7. Piutang Istishna PPAP -/Pendapatan Margin Istishna yang ditangguhkan -/PPAP -/8. Piutang Qardh 9. Pembiayaan PPAP -/- a. Rupiah a.1.Terkait dengan bank a.2. Tidak terkait dengan bank PPAP -/- b. Valuta asing b.1. Terkait dengan bank b.2. Tidak terkait dengan bank PPAP -/10. Persediaan 11. Ijarah a. Aktiva Ijarah b. Akumulasi Penyusutan/Amortisasi Aktiva Ijarah -/PPAP -/12. Tagihan Lainnya PPAP -/13. Penyertaan PPAP -/14. Aktiva Istishna' dalam penyelesaian 15. Termin Istishna -/16. Pendapatan yang akan diterima 17. Biaya dibayar dimuka 18. Uang muka pajak 19. Aktiva pajak tangguhan 20. Aktiva Tetap dan Inventaris Akumulasi Penyusutan Aktiva tetap dan Inventaris -/21. Agunan yang diambil alih 22. Aktiva lain-lain TOTAL AKTIVA 451 Lampiran 1 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/ /DPbS tanggal Desember 2005 Lanjutan Lampiran 17 Lampiran 1 NERACA Bank : Tanggal : (dalam juta rupiah) BANK POS - POS NO. Posisi Tgl Laporan Posisi Tgl Laporan Sebelumnya KONSOLIDASI Posisi Tgl Laporan Posisi Tgl Laporan Sebelumnya PASIVA 1. Dana Simpanan Wadiah a. Giro Wadiah b. Tabungan Wadiah 2 3 Kewajiban segera lainnya Kewajiban kepada Bank Indonesia a. FPJPS b. Lainnya 4 Kewajiban Kepada Bank Lain 5 Surat Berharga Yang Diterbitkan 6 Pembiayaan/Pinjaman Yang Diterima a. Rupiah i. Terkait dengan bank ii.Tidak terkait dengan bank b. Valuta asing i. Terkait dengan bank ii.Tidak terkait dengan bank 7 Estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi 8 Beban yang masih harus dibayar 9 Taksiran pajak penghasilan 10 Kewajiban pajak tangguhan 11 Kewajiban Lainnya 12 Pinjaman Subordinasi a. Rupiah i. Terkait dengan bank ii.Tidak terkait dengan bank b. Valuta asing i. Terkait dengan bank ii.Tidak terkait dengan bank 13 Rupa-Rupa Pasiva 14 Modal Pinjaman 15 Hak minoritas 16 Dana Investasi Tidak Terikat (Mudharabah Muthlaqah) a. Tabungan Mudharabah b. Deposito Mudharabah b.1. Rupiah b.2. Valas 17 Ekuitas a. Modal disetor b. Agio(disagio) c. Modal Sumbangan d. Dana setoran modal e. Penyesuaian akibat penjabaran laporan keuangan f. Selisih penilaian kembali aktiva tetap g. Saldo laba(rugi) TOTAL PASIVA PENGURUS BANK PEMILIK BANK DEWAN KOMISARIS Presiden Komisaris Komisaris Komisaris dst DIREKSI Direktur Direktur Direktur dst. Nama % Nama % Nama % Nama % Publik % DEWAN PENGAWAS SYARIAH Ketua Anggota Anggota Jakarta, ……………………… Direksi Bank …………… (…………………………………….) (………………………………… 452 Lampiran 1a Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/ 56 /DPbS tanggal 9 Desember 2005 Lampiran 1a Lampiran 17a NERACA PUBLIKASI BULANAN Bank Tanggal : : (dalam jutaan rupiah) BANK POS - POS NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Posisi Tgl Laporan AKTIVA Kas Penempatan Pada BI a. Giro Wadiah b. SWBI Penempatan Pada Bank Lain a. Rupiah PPAP -/b. Valuta asing PPAP -/Surat Berharga Yang Dimiliki a. Rupiah i. Dimiliki hingga jatuh tempo ii.Lainnya PPAP -/b. Valuta asing i. Dimiliki hingga jatuh tempo ii.Lainnya PPAP -/Piutang Murabaha a.Rupiah a.1. Terkait dengan bank 1. Piutang Murabahah 2. Pendapatan Margin Murabahah yang ditangguhkan -/a.2. Tidak terkait dengan bank 1. Piutang Murabahah 2. Pendapatan Margin Murabahah yang ditangguhkan -/PPAP -/b. Valuta asing b.1. Terkait dengan bank 1.Piutang Murabahah 2.Pendapatan Margin Murabahah yang ditangguhkan -/b.2. Tidak terkait dengan bank 1.Piutang Murabahah 2.Pendapatan Margin Murabahah yang ditangguhkan -/PPAP -/Piutang Salam PPAP -/Piutang Istishna Pendapatan Margin Istishna yang ditangguhkan -/PPAP -/Piutang Qardh PPAP -/Pembiayaan a. Rupiah a.1.Terkait dengan bank a.2. Tidak terkait dengan bank PPAP -/- b. Valuta asing 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. b.1. Terkait dengan bank b.2. Tidak terkait dengan bank PPAP -/Persediaan Ijarah a. Aktiva Ijarah b. Akumulasi Penyusutan/Amortisasi Aktiva Ijarah -/PPAP -/Tagihan Lainnya PPAP -/Penyertaan PPAP -/Aktiva Istishna' dalam penyelesaian Termin Istishna -/Pendapatan yang akan diterima Biaya dibayar dimuka Uang muka pajak Aktiva pajak tangguhan Aktiva Tetap dan Inventaris Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap dan Inventaris -/Agunan yang diambil alih Aktiva lain-lain TOTAL AKTIVA 453 Lanjutan Lampiran 17a Lampiran 1a Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/ /DPbS tanggal Desember 2005 Lampiran 1a NERACA PUBLIKASI BULANAN Bank : Tanggal : BANK POS - POS NO. 1. 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Posisi Tgl Laporan PASIVA Dana Simpanan Wadiah a. Giro Wadiah b. Tabungan Wadiah Kewajiban segera lainnya Kewajiban kepada Bank Indonesia a. FPJPS b. Lainnya Kewajiban Kepada Bank Lain Surat Berharga Yang Diterbitkan Pembiayaan/Pinjaman Yang Diterima a. Rupiah i. Terkait dengan bank ii.Tidak terkait dengan bank b. Valuta asing i. Terkait dengan bank ii.Tidak terkait dengan bank Estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi Beban yang masih harus dibayar Taksiran pajak penghasilan Kewajiban pajak tangguhan Kewajiban Lainnya Pinjaman Subordinasi a. Rupiah i. Terkait dengan bank ii.Tidak terkait dengan bank b. Valuta asing i. Terkait dengan bank ii.Tidak terkait dengan bank Rupa-rupa pasiva Modal Pinjaman Hak minoritas Dana Investasi Tidak Terikat (Mudharabah Muthlaqah) a. Tabungan Mudharabah b. Deposito Mudharabah b.1. Rupiah b.2. Valas Ekuitas a. Modal disetor b. Agio (disagio) c. Modal sumbangan d. Dana setoran modal e. Penyesuaian akibat penjabaran laporan keuangan f. Selisih penilaian kembali aktiva tetap g. Saldo laba (rugi) TOTAL PASIVA 454 Lampiran 18 Lampiran 2 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS tanggal 9Desember 2005 Lampiran 2 LAPORAN LABA/RUGI DAN SALDO LABA 1) Bank : Periode : (dalam jutaan rupiah) BANK No Posisi Tgl.Laporan I. II. Pendapatan Operasional setelah distribusi bagi hasil Untuk Investor Dana Investasi Tidak Terikat ( I - II ) IV. Beban (pendapatan) penyisihan penghapusan aktiva V. Beban (pendapatan) estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi VI. Beban Operasional lainnya A. Beban Bonus titipan wadiah B. Beban administrasi dan umum C. Beban personalia D. Beban penurunan nilai surat berharga E. Beban transaksi valuta asing F. Beban promosi G. Beban lainnya Laba (Rugi) Operasional (III - (IV+V+VI)) PENDAPATAN DAN BEBAN NON OPERASIONAL Pendapatan Non Operasional 2) Beban Non Operasional 3) Laba (Rugi) Non Operasional (VIII - IX) Laba (Rugi) Tahun Berjalan (VII + X) Taksiran Pajak Penghasilan Jumlah Laba (Rugi) 4) Hak minoritas -/Saldo Laba (rugi) awal tahun Dividen Lainnya Saldo Laba (rugi) akhir Periode Laba bersih per saham *) VII. Posisi Th.Sebelumnya Posisi Tgl.Laporan Posisi Th.Sebelumnya PENDAPATAN DAN BEBAN OPERASIONAL A. Pendapatan dari Penyaluran Dana 1. Dari Pihak Ketiga Bukan Bank a. Pendapatan Margin Murabahah b. Pendapatan Bersih Salam Paralel c. Pendapatan Bersih Istishna Paralel i. Pendapatan Istishna' ii. Harga Pokok Istishna' -/d. Pendapatan Sewa Ijarah e. Pendapatan bagi hasil Mudharabah f. Pendapatan bagi hasil Musyarakah g. Pendapatan dari penyertaan h. Lainnya 2. Dari Bank Indonesia a. Bonus SWBI b. Lainnya 3. Dari bank-bank lain di Indonesia a. Bonus dari Bank Syariah lain b. Pendapatan bagi hasil Mudharabah i. Tabungan Mudharabah ii. Deposito Mudharabah iii. Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank iv. Lainnya c. Lainnya B. Pendapatan Operasional Lainnya 1. Jasa Investasi Terikat (Mudharabah Muqayyadah ) 2. Jasa layanan 3. Pendapatan dari transaksi valuta asing 4. Koreksi PPAP 5. Koreksi Penyisihan Penghapusan Transaksi Rekening Administratif 6. Lainnya Bagi hasil untuk Investor Dana Investasi Tidak Terikat -/1. Pihak ketiga bukan bank a. Tabungan Mudharabah b. Deposito Mudharabah c. Lainnya 2. Bank Indonesia a. FPJP Syariah b. Lainnya 3. Bank-bank lain di Indonesia dan diluar Indonesia a. Tabungan Mudharabah b. Deposito Mudharabah c. Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank d. Lainnya III. VIII. IX. X. XI. XII. XIII. XIV. XV. XVI. XVII. XVIII. XIX. KONSOLIDASI POS - POS 1) 2) 3) 4) Daftar rincian ini diisi secara akumulatif sejak awal tahun buku bank pelapor sampai dengan tanggal akhir bulan laporan Sub pos "Lainnya" pada Pendapatan Non Operasional harus dirinci pada Form-42 (Rincian Pendapatan Non-Operasional Lainnya) apabila jumlahnya melebihi 25 % dari total Pendapatan Non Operasional Sub pos "Lainnya" pada Beban Non Operasional harus dirinci pada Form-43 (Rincian Beban Non-Operasional Lainnya) apabila jumlahnya melebihi 25 % dari total Beban Non Operasional Jumlah ini harus sama dengan pos 17.b (Laba/Rugi Tahun Berjalan) - Pasiva, Neraca *) Hanya untuk bank yang sudah go public 455 Lampiran 18a Lampiran 2a Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/ 56 /DPbS tanggal 9 Desember 2005 Lampiran 2a LAPORAN LABA/RUGI DAN SALDO LABA - PUBLIKASI BULANAN NO Bank : Periode : POS - POS BANK Posisi Tgl.Laporan I. II. III. IV. PENDAPATAN DAN BEBAN OPERASIONAL A. Pendapatan dari Penyaluran Dana 1. Dari Pihak Ketiga Bukan Bank a. Pendapatan Margin Murabahah b. Pendapatan Bersih Salam Paralel c. Pendapatan Bersih Istishna Paralel i. Pendapatan Istishna' ii. Harga Pokok Istishna' -/d. Pendapatan Sewa Ijarah e. Pendapatan bagi hasil Mudharabah f. Pendapatan bagi hasil Musyarakah g. Pendapatan dari penyertaan h. Lainnya 2. Dari Bank Indonesia a. Bonus SWBI b. Lainnya 3. Dari bank-bank lain di Indonesia a. Bonus dari Bank Syariah lain b. Pendapatan bagi hasil Mudharabah i. Tabungan Mudharabah ii. Deposito Mudharabah iii. Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank iv. Lainnya c. Lainnya B. Pendapatan Operasional Lainnya 1. Jasa Investasi Terikat (Mudharabah Muqayyadah) 2. Jasa layanan 3. Pendapatan dari transaksi valuta asing 4. Koreksi PPAP 5. Koreksi Penyisihan Penghapusan Transaksi Rekening Administratif 6. Lainnya Bagi hasil untuk Investor Dana Investasi Tidak Terikat -/1. Pihak ketiga bukan bank a. Tabungan Mudharabah b. Deposito Mudharabah c. Lainnya 2. Bank Indonesia a. FPJP Syariah b. Lainnya 3. Bank-bank lain di Indonesia dan diluar Indonesia a. Tabungan Mudharabah b. Deposito Mudharabah c. Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank d. Lainnya Pendapatan Operasional setelah distribusi bagi hasil Untuk Investor Dana Investasi Tidak Terikat ( I - II ) Beban (pendapatan) penyisihan penghapusan aktiva V. Beban (pendapatan) estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi VI. Beban Operasional lainnya A. Beban Bonus titipan wadiah B. Beban administrasi dan umum C. Biaya personalia D. Beban penurunan nilai surat berharga E. Beban transaksi valuta asing F. Beban promosi G. Beban lainnya Laba (Rugi) Operasional (III - (IV+V+VI)) PENDAPATAN DAN BEBAN NON OPERASIONAL Pendapatan Non Operasional 2) Beban Non Operasional 3) Laba (Rugi) Non Operasional (VIII - IX) Laba (Rugi) Tahun Berjalan (VII + X) Taksiran Pajak Penghasilan Jumlah Laba (Rugi) 4) VII. VIII. IX. X. XI. XII. XIII. 1) 2) 3) 4) Daftar rincian ini diisi secara akumulatif sejak awal tahun buku bank pelapor sampai dengan tanggal akhir bulan laporan Sub pos "Lainnya" pada Pendapatan Non Operasional harus dirinci pada Form-42 (Rincian Pendapatan Non-Operasional Lainnya) apabila jumlahnya melebihi 25 % dari total Pendapatan Non Operasional Sub pos "Lainnya" pada Beban Non Operasional harus dirinci pada Form-43 (Rincian Beban Non-Operasional Lainnya) apabila jumlahnya melebihi 25 % dari total Beban Non Operasional Jumlah ini harus sama dengan pos 17.b (Laba/Rugi Tahun Berjalan) - Pasiva, Neraca 456 Lampiran 19 Lampiran 3 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/ 56 /DPbS tanggal 9 Desember 2005 Lampiran 3 KOMITMEN DAN KONTINJENSI Bank Tanggal : : (dalam Juta Rupiah) Bank POS - POS No Posisi Tgl.Laporan Posisi Th.Sebelumnya Konsolidasi Posisi Tgl.Laporan Posisi Th.Sebelumnya KOMITMEN 1 2 3 4 1 2 3 4 5 6 7 Tagihan Komitmen Fasilitas Pembiayaan Yang diterima dan belum digunakan Posisi Pembelian Spot Yang Masih Berjalan a. Terkait dengan Bank b. Tidak Terkait dengan Bank Posisi Pembelian Forward Yang Masih Berjalan a. Terkait dengan Bank b. Tidak Terkait dengan Bank Lainnya Jumlah Tagihan Komitmen Kewajiban Komitmen Fasilitas Piutang Qardh yang belum ditarik Fasilitas Pembiayaan kepada nasabah yang belum ditarik a. Pembiayaan Mudharabah b. Pembiayaan Musyarakah Fasilitas Pembiayaan kepada Bank Syariah Lain yang belum ditarik Irrevocable L/C yang masih berjalan Posisi Penjualan Spot Yang Masih Berjalan a. Terkait dengan Bank b. Tidak Terkait dengan Bank Posisi Penjualan Forward Yang Masih Berjalan a. Terkait dengan Bank b. Tidak Terkait dengan Bank Lainnya Jumlah Kewajiban Komitmen JUMLAH KOMITMEN BERSIH 1 2 3 1 2 KONTINJENSI Tagihan Kontinjensi Garansi (Kafalah) Yang Diterima Pendapatan yang akan diterima (non-lancar) a. Terkait dengan bank b. Tidak terkait dengan bank Lainnya Jumlah Tagihan Kontinjensi Kewajiban Kontinjensi Garansi (Kafalah) Yang Diberikan Lainnya Jumlah Kewajiban Kontinjensi JUMLAH KONTINJENSI BERSIH 457 Lampiran 19a Lampiran 3a Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/ 56 /DPbS tanggal 9 Desember 2005 Lampiran 3a KOMITMEN DAN KONTINJENSI PUBLIKASI BULANAN Bank Tanggal : : (dalam jutaan rupiah) No POS - POS BANK Posisi Tgl.Laporan 1 2 3 4 KOMITMEN Tagihan Komitmen Fasilitas Pembiayaan Yang diterima dan belum digunakan Posisi Pembelian Spot Yang Masih Berjalan a. Terkait dengan Bank b. Tidak Terkait dengan Bank Posisi Pembelian Forward Yang Masih Berjalan a. Terkait dengan Bank b. Tidak Terkait dengan Bank Lainnya Jumlah Tagihan Komitmen Kewajiban Komitmen 1 Fasilitas Piutang Qardh yang belum ditarik 2 3 4 5 Fasilitas Pembiayaan kepada nasabah yang belum ditarik Fasilitas Pembiayaan kepada Bank Syariah Lain yang belum ditarik Irrevocable L/C yang masih berjalan Posisi Penjualan Spot Yang Masih Berjalan a. Terkait dengan Bank b. Tidak Terkait dengan Bank Posisi Penjualan Forward Yang Masih Berjalan a. Terkait dengan Bank b. Tidak Terkait dengan Bank Lainnya Jumlah Kewajiban Komitmen JUMLAH KOMITMEN BERSIH KONTINJENSI Tagihan Kontinjensi Garansi (Kafalah) Yang Diterima Pendapatan yang akan diterima (non-lancar) a. Terkait dengan bank b. Tidak terkait dengan bank Lainnya Jumlah Tagihan Kontinjensi Kewajiban Kontinjensi Garansi (Kafalah) Yang Diberikan Lainnya Jumlah Kewajiban Kontinjensi JUMLAH KONTINJENSI BERSIH 6 7 1 2 3 1 2 458 Lampiran 20 Lampiran 4 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/ 56 /DPbS tanggal 9 Desember 2005 Lampiran 4 KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN INFORMASI LAINNYA Bank : Tanggal : Bank No POS - POS L Posisi tanggal laporan DPK KL D M Jumlah L DPK Posisi tahun sebelumnya KL D M Jumlah A Pihak Terkait 1 Penempatan pada Bank Lain 2 Penempatan pada Bank Indonesia 3 Surat-surat Berharga Syariah 4 Piutang a. KUK b. Non-KUK c. Properti i. direstrukturisasi ii. tidak direstrukturisasi d. Non-properti i. direstrukturisasi ii. tidak direstrukturisasi 5 Pembiayaan : a. KUK b. Non-KUK c. Properti i. direstrukturisasi ii. tidak direstrukturisasi d. Non-properti i. direstrukturisasi ii. tidak direstrukturisasi 6 Penyertaan pada pihak ketiga a. Pada perusahaan keuangan non bank b. Dalam rangka restrukturisasi pembiayaan (Lainnya) 7 Ijarah 8 Tagihan Lain kepada pihak ketiga 9 Komitmen dan Kontinjensi kepada pihak ketiga B. Pihak Tidak Terkait 1 Penempatan pada Bank Lain 2 Penempatan pada Bank Indonesia 3 Surat-surat Berharga Syariah 4 Piutang a. KUK b. Non-KUK c. Properti i. direstrukturisasi ii. tidak direstrukturisasi d. Non-properti i. direstrukturisasi ii. tidak direstrukturisasi 5 Pembiayaan : a. KUK b. Non-KUK c. Properti i. direstrukturisasi ii. tidak direstrukturisasi d. Non-properti i. direstrukturisasi ii. tidak direstrukturisasi 6 Penyertaan pada pihak ketiga a. Pada perusahaan keuangan non bank b. Dalam rangka restrukturisasi pembiayaan (Lainnya) 7 Ijarah 8 Tagihan Lain kepada pihak ketiga 9 Komitmen dan Kontinjensi kepada pihak ketiga JUMLAH 10 PPAP yang wajib dibentuk 11 PPAP yang telah dibentuk 459 Lanjutan Lampiran 20 12 Total Asset bank yang dijaminkan a. Pada Bank Indonesia b. Pada Pihak lain 13 Persentase KUK terhadap total piutang dan pembiayaan 14 Persentase Jumlah Debitur KUK terhadap Total Debitur 15 Persentase UMKM terhadap total piutang dan pembiayaan 16 Persentase Jumlah Debitur UMKM terhadap Total Debitur 460 Lampiran 20a Lampiran 4a Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS tanggal 9 Desember 2005 Lampiran 4a KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN INFORMASI LAINNYA - PUBLIKASI BULANAN Bank : Tanggal : No POS - POS L 1 Penempatan pada Bank Lain 2 Penempatan pada Bank Indonesia Bank Posisi tanggal laporan DPK KL D M Jumlah 3 Surat-surat Berharga Syariah 4. Piutang a. KUK b. Non-KUK c. Properti i. direstrukturisasi ii. tidak direstrukturisasi d. Non-properti i. direstrukturisasi ii. tidak direstrukturisasi 5 Pembiayaan : a. KUK b. Non-KUK c. Properti i. direstrukturisasi ii. tidak direstrukturisasi d. Non-properti i. direstrukturisasi ii. tidak direstrukturisasi 6 Penyertaan pada pihak ketiga a. Pada perusahaan keuangan non bank b. Dalam rangka restrukturisasi pembiayaan 7 Ijarah 8 Tagihan Lain kepada pihak ketiga 9 Komitmen dan Kontinjensi kepada pihak ketiga JUMLAH 10 PPAP yang wajib dibentuk 11 PPAP yang telah dibentuk 12 Persentase KUK terhadap total pembiayaan 461 Lampiran 20b Lampiran 4b Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS tanggal 9 Desember 2005 Lampiran 4b KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN INFORMASI LAINNYA Bank : Tanggal : Bank No POS - POS Form Posisi tanggal laporan L DPK KL D Posisi tahun sebelumnya M Jumlah L DPK KL D M Jumlah A Pihak Terkait 1 Penempatan pada Bank Lain 2 Penempatan pada Bank Indonesia 3 Surat-surat Berharga Syariah 4 Piutang*) **) a. KUK b. Non-KUK c. properti 04,Kol.III.(1) 03 05,Kol.III.2(1) 06,Kol.XI(19),Kol.VII.2(1); 07,Kol.VIII(19),Kol.V.2(1); 08,Kol.XI(19),Kol.VII.2(1) ; 09,Kol.XIII(19),Kol.IX.2(1) 06,Kol.XI(20,30),Kol.VII.2(1); 07,Kol.VIII(20,30),Kol.V.2(1); 08,Kol.XI(20,30),Kol.VII.2(1) ; 09,Kol.XIII(20,30),Kol.IX.2(1) i. direstrukturisasi 06,Kol.IV(10,40),Kol.VII.2(1),Kol.III(10);08,Kol.IV(10,40),Kol.III(10),Kol.VII.2(1); 09,Kol.VI(10,40),Kol.III(10),Kol.IX.2(1) ii. tidak direstrukturisasi 06,Kol.IV(10,40),Kol.VII.2(1),Kol.III(20);08,Kol.IV(10,40),Kol.III(20),Kol.VII.2(1); 09,Kol.VI(10,40),Kol.III(20),Kol.IX.2(1) d. non-properti i. direstrukturisasi 06,Kol.III(10),Kol.IV(20,29,50,59,71,72,80,85,89),Kol.VII.2(1);07,Kol.III(10),Kol.V.2(1) 08,Kol.III(10),Kol.IV(20,29,50,59,71,72,80,85,89),Kol.VII.2(1) ; 09,Kol.III(10),Kol.VI(20,29,50,59,71,72,80,85,89),Kol.IX.2(1) ii. tidak direstrukturisasi 5 06,Kol.III(20),Kol.IV(20,29,50,59,71,72,80,85,89),Kol.VII.2(1);07,Kol.III(20),Kol.V.2(1) 08,Kol.III(20),Kol.IV(20,29,50,59,71,72,80,85,89),Kol.VII.2(1) ; 09,Kol.III(20),Kol.VI(20,29,50,59,71,72,80,85,89),Kol.IX.2(1) Pembiayaan **) : a. KUK b. Non-KUK 10,Kol.XIV (19),Kol.IX.2(1) 10,Kol.XIV (20,30),Kol.IX.2(1) c. properti i. direstrukturisasi ii. tidak direstrukturisasi d. non-properti i. direstrukturisasi ii. tidak direstrukturisasi 6. 10,Kol.III (10), Kol.VI(10,40),Kol.IX.2(1) 10,Kol.III(20),Kol.VI(10,40),Kol.IX.2(1) 10,Kol.III(10), Kol.VI (20,29,50,59), Kol.IX.2(1) 10,Kol.III(20), Kol.VI (20,29,50,59), Kol.IX.2(1) Penyertaan a. Pada perusahaan keuangan non bank b. Dalam rangka restrukturisasi pembiayaan (Lainnya) 7 Ijarah 8 Tagihan Lain kepada pihak ketiga 9 Komitmen dan Kontinjensi kepada pihak ketiga 12,Kol.II (10) 12,Kol.II (90) 44,Kol.VII, Kol.XV.2(1) 11,Kol.IV.2 (1) 34,Kol.V.2(1) ; 35,Kol.V.2(1) B. Pihak Tidak Terkait 1 Penempatan pada Bank Lain 2 Penempatan pada Bank Indonesia 3 Surat-surat Berharga Syariah 4. Piutang*) **) a. KUK b. Non-KUK c. Properti 04,Kol.III.2(2) 03 05,Kol.III.2(2) 06,07,08,09 06,Kol.XI(19),Kol.VII.2(2);07,Kol.VIII(19),Kol.V.2(2);08,Kol.XI(19),Kol.VII.2(2) ;09,Kol.XIII(19),Kol.IX.2(2) 06,Kol.XI(20,30),Kol.VII.2(2); 07,Kol.VIII(20,30),Kol.V.2(2); 08,Kol.XI(20,30),Kol.VII.2(2) ; 09,Kol.XIII(20,30),Kol.IX.2(2) i. direstrukturisasi 06,Kol.IV(10,40),Kol.VII.2(2),Kol.III(10);08,Kol.IV(10,40),Kol.III(10),Kol.VII.2(2); 09,Kol.VI(10,40),Kol.III(10),Kol.IX.2(2) ii. tidak direstrukturisasi 06,Kol.IV(10,40),Kol.VII.2(2),Kol.III(20);08,Kol.IV(10,40),Kol.III(20),Kol.VII.2(2); 09,Kol.VI(10,40),Kol.III(20),Kol.IX.2(2) d. Non-properti i. direstrukturisasi 06,Kol.III(10),Kol.IV(20,29,50,59,71,72,80,85,89),Kol.VII.2(2);07,Kol.III(10),Kol.V.2(2) 08,Kol.III(10),Kol.IV(20,29,50,59,71,72,80,85,89),Kol.VII.2(2) ; 09,Kol.III(10),Kol.VI(20,29,50,59,71,72,80,85,89),Kol.IX.2(2) ii. tidak direstrukturisasi 5 06,Kol.III(20),Kol.IV(20,29,50,59,71,72,80,85,89),Kol.VII.2(2);07,Kol.III(20),Kol.V.2(2) 08,Kol.III(20),Kol.IV(20,29,50,59,71,72,80,85,89),Kol.VII.2(2) ; 09,Kol.III(20),Kol.VI(20,29,50,59,71,72,80,85,89),Kol.IX.2(2) Pembiayaan **) : a. KUK b. Non-KUK 10,Kol.XIV (19),Kol.IX.2(2) 10,Kol.XIV (20,30),Kol.IX.2(2) c. Properti i. direstrukturisasi ii. tidak direstrukturisasi d. Non-properti i. direstrukturisasi ii. tidak direstrukturisasi 10,Kol.III (10), Kol.VI(10,40),Kol.IX.2(2) 10,Kol.III(20),Kol.VI(10,40),Kol.IX.2(2) 10,Kol.III(10), Kol.VI (20,29,50,59), Kol.IX.2(2) 10,Kol.III(20), Kol.VI (20,29,50,59), Kol.IX.2(2) 462 Lanjutan Lampiran 20b Lampiran 4b Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS tanggal 9 Desember 2005 Lampiran 4b KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN INFORMASI LAINNYA Bank : Tanggal : Bank No POS - POS Form Posisi tanggal laporan L 6. DPK KL D Posisi tahun sebelumnya M Jumlah L DPK KL D M Jumlah Penyertaan pada pihak ketiga a. Pada perusahaan keuangan non bank b. Dalam rangka restrukturisasi pembiayaan (Lainnya) 7 Ijarah 8 Tagihan Lain kepada pihak ketiga 9 Komitmen dan Kontinjensi kepada pihak ketiga 10 PPAP yang wajib dibentuk 11 12 PPAP yang telah dibentuk Total Asset bank yang dijaminkan 12,Kol.II (10) 12,Kol.II (90) 44,Kol.VII, Kol.XV.2(2) 11,Kol.IV.2 (2) 34,Kol.V.2(2) ; 35,Kol.V.2(2) JUMLAH a. Pada Bank Indonesia Sesuai dengan ketentuan PPAP yang wajib dibentuk 04,05,06,07,08,09,10,11,12,34,35,44 Tidak diisi karena tidak ada input dari LBU b. Pada Pihak lain 13 Persentase KUK terhadap total piutang dan pembiayaan 06,Kol.XI(19),Kol.VII.2(1,2);07,Kol.VIII(19),Kol.V.2(1,2);08,Kol.XI(19),Kol.VII.2(1,2) ;09,Kol.XIII(19),Kol.IX.2(1,2) 10,Kol.XIV (19),Kol.IX.2(1,2) / 06,Kol.XVIII ; 07,Kol.XIII ; 08,Kol.XVII ; 09,Kol.XIX ; 10,Kol.XX 14 Persentase Jumlah Debitur KUK terhadap Total Debitur 15 Persentase UMKM terhadap total piutang dan pembiayaan 06,Kol.XI(19,20),Kol.VII.2(1,2); 07,Kol.VIII(19,20),Kol.V.2(1,2); 08,Kol.XI(19,20),Kol.VII.2(1,2) ; 09,Kol.XIII(19,20),Kol.IX.2(1,2) 10,Kol.XIV (19,20),Kol.IX.2(1,2) / 06,Kol.XVIII ; 07,Kol.XIII ; 08,Kol.XVII ; 09,Kol.XIX ; 10,Kol.XX 16 Persentase Jumlah Debitur UMKM terhadap Total Debitur Tidak diisi karena tidak ada input dari LBU Tidak diisi karena tidak ada input dari LBU Ket : *) Untuk Piutang Murabaha adalah yang "net" , menggunakan angka saldo harga pokok (Form 06, Kol XVI) **) total piutang maupun total pembiayaan, jumlah yang diambil bisa jumlah KUK dengan Non-KUK atau jumlah Properti dengan Non-properti (bukan dengan menjumlah KUK + Non-KUK + Properti + Non-properti) 463 Lampiran 20c Lampiran 4c Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS tanggal 9 Desember 2005 Lampiran 4c PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN INFORMASI LAINNYA 1. Dalam laporan keuangan publikasi ini, pos-pos yang termasuk dalam aktiva produktif disajikan dalam kelompok terkait dan tidak terkait. Pihak terkait adalah pihak-pihak yang terkait dengan bank dan perusahaan dalam kelompok yang sama dengan bank sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan Bank Indonesia tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit. Untuk Laporan Keuangan Publikasi Bulanan, pos-pos tersebut tidak dikelompokkan terkait dan tidak terkait. 2. Komponen Aktiva Produktif dirinci berdasarkan kualitasnya yaitu lancar (L), dalam perhatian khusus (DPK), kurang lancar (KL), diragukan (D) dan macet (M) sesuai ketentuan Bank Indonesia tentang Kualitas Aktiva Produktif bagi Bank Syariah. (lihat di sandi kolektibilitas masing-masing aktiva produktif). 3. Pembiayaan adalah pembiayaan sebagaimana diatur dalam Ketentuan Bank Indonesia tentang Kualitas Aktiva Produktif. Jumlah pos ini sama dengan pos sandi (160, 161 dan 169) neraca LBUS. Pos ini diuraikan lebih lanjut dengan pedoman sebagai berikut : 3.1. Pos KUK adalah pembiayaan yang diberikan sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia tentang Pemberian KUK (Sandi Golongan Pembiayaan 19). 3.2. Pos pembiayaan untuk properti adalah penjumlahan dari jenis penggunaan untuk modal kerja dan investasi dalam Rupiah dan Valuta asing kepada bidang usaha produktif yang kegiatannya meliputi bidang kontruksi dan real estate antara lain pengadaan tanah dan bangunan untuk pembangunan perkantoran, perhotelan, rumah dan pertokoan, mencakup : a. perusahaan real estate untuk pengadaan tanah dan bangunan termasuk fasilitasnya untuk dijual/ disewakan; 464 Lanjutan Lampiran 20c Lampiran 4c Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS tanggal 9 Desember 2005 b. kontraktor untuk pembangunan gedung, perkantoran, perumahan dan pertokoan; dan c. perorangan untuk pemilikan dan pemugaran rumah. Dalam pos ini tidak termasuk Pembiayaan yang tergolong KUK. Pos ini dibagi 2 (dua) yakni dalam rangka restrukturisasi dan bukan dalam rangka restrukturisasi. 3.3. Pos pembiayaan properti dan pembiayaan lainnya yang direstrukturisasi memiliki pengertian restrukturisasi pembiayaan yang berpedoman pada ketentuan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. 4. Ijarah, adalah sama dengan pos sandi 180 dan 185 di Neraca LBUS. 5. Pos penempatan pada bank lain adalah sama dengan pos sandi (130) neraca LBUS, kecuali penempatan pada bank lain dalam bentuk Setoran Jaminan (45), Cek Perjalanan (77), Dana Pelunasan Obligasi (80). 6. Pos penempatan pada Bank Indonesia adalah sama dengan pos sandi (120) neraca LBUS, yang berupa Sertifikat Wadiah Bank Indonesia . 7. Pos surat-surat berharga adalah surat berharga yang dimiliki, berupa wesel ekspor (140-55), wesel SKBDN (140-57), wesel lainnya (140-59), surat berharga pasar keuangan syariah lainnya (140-69), sertifikat reksadana syariah (140-81), obligasi lainnya (140-83), surat berharga pasar modal syariah lainnya (140-89), pada neraca LBUS. 8. Piutang adalah sama dengan sandi 150,151,152,153,154 dan 159 di neraca LBUS. 9. Penyertaan kepada pihak ketiga adalah sama dengan sandi (200) neraca LBUS. 10. Tagihan Lain kepada pihak ketiga adalah sama dengan sandi (190) neraca LBUS. 465 Lanjutan Lampiran 20c Lampiran 4c Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS tanggal 9 Desember 2005 11. Komitmen dan Kontinjensi kepada Pihak Ketiga adalah terdiri dari Irrevocable L/C yang masih berjalan (561 dan 562), garansi yang diberikan (599). 12. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang wajib dibentuk disusun dengan berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia tentang Penilaian Kualitas Aktiva Produktif Bank Syariah . 13. Total Aset yang dijaminkan adalah aset Bank yang diikat sebagai agunan atas transaksi tertentu. 14. Pembiayaan kepada Usaha Mikro,Kecil dan Menengah (UMKM) adalah pembiayaan dengan jumlah sampai dengan Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah). 466 Lampiran 21 Lampiran 5 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS tanggal 9 Desember 2005 Lampiran 5 PERHITUNGAN KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM Bank :................................................................ Tanggal : ......................... KETERANGAN Posisi Tanggal Posisi Tahun Laporan Sebelumnya I. KOMPONEN MODAL A. MODAL INTI 1. 2. Modal Disetor Cadangan Tambahan Modal (Disclosed Reserves) a. Agio Saham b. Disagio (-/-) c. Modal Sumbangan d. Cadangan Umum dan Tujuan e. Laba tahun-tahun lalu setelah diperhitungkan pajak f. Rugi tahun-tahun lalu (-/-) g. Laba tahun berjalan setelah diperhitungkan pajak (50%) h. Rugi tahun berjalan (-/-) i. 3. Selisih penjabaran laporan keuangan Kantor Cabang Luar Negeri 1) Selisih Lebih 2) Selisih Kurang (-/-) j. Dana Setoran Modal k. Penurunan nilai Penyertaan pada portofolio tersedia untuk dijual (-/-) Goodwill (-/-) B. MODAL PELENGKAP C. (Maks. 100% dari Modal Inti) 1. Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap 2. Cadangan Umum Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif/PPAP (maks. 1,25% dari ATMR) 3. Modal Pinjaman 4. Investasi Subordinasi (maks.50% dari Modal Inti) 5. Peningkatan nilai penyertaan pada portofolio tersedia untuk dijual (45%) MODAL PELENGKAP TAMBAHAN 467 Lanjutan Lampiran 21 Lampiran 5 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS tanggal 9 Desember 2005 KETERANGAN Posisi Tanggal Laporan Posisi Tahun Sebelumnya 1. Modal Inti yang dialokasikan untuk Risiko Pasar. 2. Modal Pelengkap yang tidak digunakan untuk Risiko Penyaluran Dana. 3. Investasi Subordinasi untuk Risiko Pasar. 4. Jumlah Modal Pelengkap Tambahan (1 s.d 3) 5. Jumlah Modal Pelengkap Tambahan yang memenuhi kriteria untuk risiko pasar II. TOTAL MODAL INTI DAN MODAL PELENGKAP (A+B) III. TOTAL MODAL INTI,MODAL PELENGKAP, DAN MODAL PELENGKAP TAMBAHAN IV. PENYERTAAN (-/-) V. TOTAL MODAL UNTUK RISIKO KREDIT (II – IV) VI. TOTAL MODAL UNTUK RISIKO KREDIT DAN RISIKO PASAR (III - IV) VII. AKTIVA TERTIMBANG MENURUT RISIKO (ATMR) KREDIT VIII. AKTIVA TERTIMBANG MENURUT RISIKO PASAR IX. AKTIVA TERTIMBANG MENURUT RISIKO KREDIT DAN RISIKO PASAR X. RASIO KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM YANG TERSEDIA UNTUK RISIKO KREDIT (V : VII) XI. RASIO KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM YANG TERSEDIA UNTUK RISIKO KREDIT DAN RISIKO PASAR (VI : IX) XII. RASIO KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM YANG DIWAJIBKAN 468 Lampiran 21a Lampiran 5a Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS tanggal 9 Desember 2005 Lampiran 5a PERHITUNGAN KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM Bank :................................................................ Tanggal : ......................... KETERANGAN Posisi Tanggal Laporan I. KOMPONEN MODAL A. MODAL INTI 1. 2. Modal Disetor Cadangan Tambahan Modal (Disclosed Reserves) a. Agio Saham b. Disagio (-/-) c. Modal Sumbangan d. Cadangan Umum dan Tujuan e. Laba tahun-tahun lalu setelah diperhitungkan pajak f. Rugi tahun-tahun lalu (-/-) g. Laba tahun berjalan setelah diperhitungkan pajak (50%) h. Rugi tahun berjalan (-/-) i. 3. Selisih penjabaran laporan keuangan Kantor Cabang Luar Negeri 1) Selisih Lebih 2) Selisih Kurang (-/-) j. Dana Setoran Modal k. Penurunan nilai Penyertaan pada portofolio tersedia untuk dijual (-/-) Goodwill (-/-) B. MODAL PELENGKAP C. (Maks. 100% dari Modal Inti) 1. Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap 2. Cadangan Umum Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif/PPAP (maks. 1,25% dari ATMR) 3. Modal Pinjaman 4. Investasi Subordinasi (maks.50% dari Modal Inti) 5. Peningkatan nilai penyertaan pada portofolio tersedia untuk dijual (45%) MODAL PELENGKAP TAMBAHAN 1. 2. Modal Inti yang dialokasikan untuk Risiko Pasar Modal Pelengkap yang tidak digunakan untuk Risiko Penyaluran Dana 469 Lanjutan Lampiran 21a Lampiran 5a Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS tanggal 9 Desember 2005 KETERANGAN Posisi Tanggal Laporan 3. 4. 5. Investasi Subordinasi untuk Risiko Pasar Jumlah Modal Pelengkap Tambahan (1 s.d 3) Jumlah Modal Pelengkap Tambahan yang memenuhi kriteria untuk risiko pasar II. TOTAL MODAL INTI DAN MODAL PELENGKAP (A+B) III. TOTAL MODAL INTI,MODAL PELENGKAP, DAN MODAL PELENGKAP TAMBAHAN IV. PENYERTAAN (-/-) V. TOTAL MODAL UNTUK RISIKO KREDIT (II – IV) VI. TOTAL MODAL UNTUK RISIKO KREDIT DAN RISIKO PASAR (III - IV) VII. AKTIVA TERTIMBANG MENURUT RISIKO (ATMR) KREDIT VIII. AKTIVA TERTIMBANG MENURUT RISIKO PASAR IX. AKTIVA TERTIMBANG MENURUT RISIKO KREDIT DAN RISIKO PASAR X. RASIO KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM YANG TERSEDIA UNTUK RISIKO KREDIT (V : VII) XI. RASIO KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM YANG TERSEDIA UNTUK RISIKO KREDIT DAN RISIKO PASAR (VI : IX) XII. RASIO KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM YANG DIWAJIBKAN 470 Lampiran 22 Lampiran 6 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS tanggal 9 Desember 2005 Lampiran 6 TABEL PERHITUNGAN RASIO KEUANGAN Nama Bank : ……………………………………………… NO . RASIO I. 1. Permodalan a. CAR (KPMM) dengan memperhitungkan risiko kredit/ penyaluran dana b. CAR (KPMM) dengan memperhitungkan risiko kredit/ penyaluran dana dan risiko pasar 2. Aktiva tetap terhadap modal II. 1. 2. 4. Aktiva Produktif Aktiva produktif bermasalah (NPA) a. NPF gross b. NPF net PPA produktif terhadap aktiva produktif Pemenuhan PPA produktif III. 1. 2. 3. Rentabilitas ROA ROE NIM/NCOM (Net Core Operational 3. POSISI TGL.LAPORAN POSISI THN.SEBELUMNYA Margin) 4. IV. 1. OER (Operational Efficiency Ratio) (BOPO) Likuiditas Quick Ratio = Aktiva lancar Kewajiban lancar 2. 3. Antar Bank Passiva (SIMA) terhadap DPK Deposan Inti terhadap DPK V. Kepatuhan (Compliance) 1. a. b. 2. 3. Persentase Pelanggaran BMPK a.1. Pihak Terkait a.2. Pihak Tidak Terkait Persentase Pelampauan BMPK b.1. Pihak Terkait b.2. Pihak Tidak Terkait GWM Rupiah PDN 471 Lanjutan Lampiran 22 Lampiran 6 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS tanggal 9 Desember 2005 Lampiran 6 472 Lampiran 23 Lampiran 3 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/11/DPbS tanggal 7 Maret 2006 PEDOMAN PENYUSUNAN NERACA NO. POS-POS LBUS POS-POS L/K PUBLIKASI Sandi LBUS Catatan untuk Laporan Keuangan Publikasi Bulanan AKTIVA 1. 2. Kas Penempatan Pada BI a. Giro Wadiah b. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia Kas Penempatan Pada BI 03) a. Giro Wadiah b. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia c. Lainnya Penempatan Pada Bank Lain a. Rupiah PPAP -/b. Valuta asing PPAP -/- Penempatan Pada Bank lain 04) Dibedakan berdasarkan jenis valuta : 100 120 120(10) 120(20) 120(90) Lainnya masuk ke SWBI 3. 130 Jenis Valuta : sandi rupiah dan valas di Daftar Sandi Jenis Valuta (DSJV) Kol.II DSJV = (036 - 959) Rp=360, Valuta asing=Non 360 Jenis : 1 Simpanan Wadiah a. Giro b. Tabungan c. Lainnya 2 Dana Investasi Tidak Terikat a. Tabungan Mudharabah b. Deposito Mudharabah c. Lainnya 3 Pembiayaan a. Mudharabah b. Musyarakah 4 Piutang a. Al-Qardh b. Lainnya 5 Tagihan akseptasi 130(11) 130(12) 130(19) 130(21) 130(25) 130(30) 130(64) 130(65) 130(67) 130(69) 130(73) Rupiah PPAP -/13) a. Cadangan umum b. Cadangan khusus Valuta asing PPAP -/13) a. Cadangan umum b. Cadangan khusus 4. Surat Berharga Yang Dimiliki a. Rupiah I. Dimiliki hingga jatuh tempo ii. Lainnya PPAP -/b. Valuta asing I. Dimiliki hingga jatuh tempo ii. Lainnya PPAP -/- 205(10) sebagian 207(10) 207(10) sebagian 205(10) 205(10) sebagian 207(10) 207(10) Kol.II DSJV (036 - 959) Rp=360, Valuta asing=Non 360 Tujuan pemilikan : 1. Dimiliki hingga jatuh tempo 2. Lainnya Kol.IV (1) Kol.IV (3), Lainnya termasuk juga bagi "Tersedia untuk dijual" 140(55) 140(57) 140(59) 140(69) 140(81) 140(82) 140(83) 140(89) 140(99) PENEMPATAN PADA BANK LAIN 04) 1 Surat Berharga Pasar Keuangan Syariah a. Dimiliki hingga jatuh tempo i. Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank (IMA) ii. Lainnya b. Lainnya i. Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank (IMA) ii.Lainnya 2 Surat Berharga Pasar Modal Syariah a. Dimiliki hingga jatuh tempo i. Obligasi Syariah Subordinasi ii. Obligasi Syariah Lainnya iii. Lainnya b. Lainnya i. Obligasi Syariah Subordinasi ii. Obligasi Syariah Lainnya iii. Lainnya RUPA-RUPA AKTIVA 17) Penyisihan dalam rangka restrukturisasi Surat berharga yang dimiliki Rupiah PPAP -/13) 1 Surat berharga yang dimiliki a. Cadang umum b. Cadangan khusus 2 Penempatan pada bank lain - surat berharga a. Cadang umum b. Cadangan khusus Valuta asing PPAP -/13) 1 Surat berharga yang dimiliki a. Cadang umum b. Cadangan khusus 2 Penempatan pada bank lain - surat berharga a. Cadang umum b. Cadangan khusus Piutang Murabaha a. Rupiah a.1. Terkait dengan bank 1. Piutang Murabaha 2. Pendapatan MarginMurabaha yang ditangguhkan Total : sebagian 205(10) 140 Surat Berharga Yang Dimiliki 05) Dibedakan sesuai jenis valuta : Jenis valuta : sesuai valuta di Daftar Sandi Jenis Valuta (DSJV) Jenis : 1 Surat Berharga Pasar Keuangan Syariah a. Wesel - Wesel ekspor - SKBDN - Lainnya b. Lainnya 2 Surat Berharga Pasar Modal Syariah a. Sertifikat Reksadana Syariah b. Obligasi - Dalam Rangka Rekapitalisasi Perbankan . Lainnya c. Lainnya 3 Lainnya 5 entry dari : Dibedakan atas jenis valuta : Jenis valuta : sesuai valuta di Daftar Sandi Jenis Valuta (DSJV) 130(51) 130(53) 130(54) 130(57) 130(58) 130(59) 130(60) 130(61) 130(62) 130(63) -/- 230,Kol.I (30) entry dari : 205(20) 207(20) digabung ke Penempatan 205(10) (no. 3) 207(10) entry dari : 205(20) 207(20) 205(10) 207(10) Kol.VI DSJV (036 - 959) -/- Rp = 360, Valas=Non-360 473 Page 1 of 6 Lanjutan Lampiran 23 Lampiran 3 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/11/DPbS tanggal 7 Maret 2006 PEDOMAN PENYUSUNAN NERACA NO. POS-POS LBUS POS-POS L/K PUBLIKASI a.2. Tidak terkait dengan bank 1. Piutang Murabaha 2.Pendapatan margin Murabaha yang ditangguhkan PPAP -/b. Valuta asing a.1. Terkait dengan bank 1. Piutang Murabaha 2. Pendapatan margin Murabaha yang ditangguhkan a.2. Tidak terkait dengan bank 1. Piutang Murabaha 2.Pendapatan margin Murabaha yang ditangguhkan PPAP -/- Sandi LBUS Dibedakan atas hubungan dengan bank : 1. Terkait dengan Bank 2. Tidak terkait dengan Bank 150,Kol.VII.2(1) 150,Kol.VII.2(2) -/Piutang Murabahah 06) Pendapatan Margin Murabahah yang ditangguhkan 150 -/- 06) -/- 230,Kol.I (31) Rupiah PPAP -/13) 1 Piutang yang tidak direstrukturisasi a. Cadangan umum b. Cadangan khusus 2 Piutang yang direstrukturisasi a. Cadangan umum b. Cadangan khusus entry dari : 205(35) 207(31) 205(35) 207(31) Valuta asing PPAP -/13) 1 Piutang yang tidak direstrukturisasi a. Cadangan umum b. Cadangan khusus 2 Piutang yang direstrukturisasi a. Cadangan umum b. Cadangan khusus 7. Piutang Salam PPAP -/- Piutang Istishna' Pendapatan Margin Istishna' yang ditangguhkan PPAP -/- entry dari : 205(35) 207(35) 205(31) 207(31) 07) 152 PPAP -/13) 1 Piutang yang tidak direstrukturisasi a. Cadangan umum b. Cadangan khusus 2 Piutang yang direstrukturisasi a. Cadangan umum b. Cadangan khusus entry dari : Piutang Salam -/- Piutang Istishna 08) Pendapatan margin Istishna' yang ditangguhkan 205(36) 207(36) 205(32) 207(32) 153 -/- PPAP -/13) 1 Piutang yang tidak direstrukturisasi a. Cadangan umum b. Cadangan khusus 2 Piutang yang direstrukturisasi a. Cadangan umum b. Cadangan khusus 8. Piutang Qardh PPAP -/- Pembiayaan : a. Rupiah a.1. Terkait dengan bank a.2. Tidak terkait dengan bank PPAP -/b. Valuta asing b.1. Terkait dengan bank a.2. Tidak terkait dengan bank PPAP -/- 154 entry dari : 205(37) 207(37) 205(33) 207(33) 09) 159 PPAP -/13) 1 Piutang yang tidak direstrukturisasi a. Cadangan umum b. Cadangan khusus 2 Piutang yang direstrukturisasi a. Cadangan umum b. Cadangan khusus entry dari : Piutang Qardh 3 9. 151 -/- RUPA-RUPA AKTIVA 17) Penyisihan dalam rangka restrukturisasi Piutang -/- 6. Catatan untuk Laporan Keuangan Publikasi Bulanan Lainnya (pindahan dari Agunan yang diambil alih) Pembiayaan 10) 205(38) 207(38) 205(34) 207(34) 90 Dibedakan atas jenis valuta : Jenis valuta : sesuai valuta di Daftar Sandi Jenis Valuta (DSJV) Kol.VII DSJV (036 - 959) Rp=360,Valuta asing=Non 360 Hubungan dengan bank : 1. Terkait dengan bank 2. Tidak terkait dengan bank Jenis Pembiayaan : a. Pembiayaan Mudharabah b. Pembiayaan Musyarakah Kol.IX.2. (1) Kol.IX.2. (2) 160 161 Pembiayaan lainnya (169) masuk ke Pembiayaan Mudharabah RUPA-RUPA AKTIVA 17) Penyisihan dalam rangka restrukturisasi Pembiayaan -/- Rupiah PPAP -/13) 1 Pembiayaan yang tidak direstrukturisasi a. Cadangan umum b. Cadangan khusus 2 Pembiayaan yang direstrukturisasi a. Cadangan umum b. Cadangan khusus 230,Kol.I (32) entry dari : 205(56,57,59) 207(56,57,59) 205(51,52,55) 207(51,52,55) 474 Page 2 of 6 Lanjutan Lampiran 23 Lampiran 3 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/11/DPbS tanggal 7 Maret 2006 PEDOMAN PENYUSUNAN NERACA NO. POS-POS LBUS POS-POS L/K PUBLIKASI Valuta asing PPAP -/13) 1 Pembiayaan yang tidak direstrukturisasi a. Cadangan umum b. Cadangan khusus 2 Pembiayaan yang direstrukturisasi a. Cadangan umum b. Cadangan khusus 10. Persediaan Persediaan Ijarah 11. Ijarah a. Aktiva Ijarah b. Akumulasi Penyusutan/Amortisasi Aktiva Ijarah PPAP -/- PPAP -/13) Tagihan lainnya a. Cadangan umum b. Cadangan khusus 13. Penyertaan PPAP 207(51,52,55) 180,Kol.I (10) 180,Kol.I (15) 180,Kol.I (20) 180,Kol.I (25) 180,Kol.I (30) 180,Kol.I (35) 180,Kol.I (40) 180,Kol.I (45) 180,Kol.I (50) 180,Kol.I (55) 180,Kol.I (60) 180,Kol.I (65) 180,Kol.I (99) 190, Kol.II (11) 190,Kol.II (19) 190,Kol.II (20) 190,Kol.II (30) 190,Kol.II (40) 190,Kol.II (50) 190,Kol.II (90) entry dari : 205(45) 207(45) Penyertaan 12) -/- Jenis Perusahaan : 1 Lembaga keuangan bukan bank 2 Lainnya 200,Kol.II (10) Tujuan : 1 Dalam rangka pendirian/kepemilikan anak perusahaan 2 Dalam rangka restrukturisasi piutang/pembiayaan 200,Kol.V (1) PENEMPATAN PADA BANK LAIN Penyertaan 200,Kol.II (90) PPAP -/13) 1 Penempatan pada bank lain - penyertaan a. Cadangan umum b. Cadangan khusus 2 Penyertaan a. Cadangan umum b. Cadangan khusus Aktiva Istishna Dalam Penyelesaian 14) Tujuan : a. Dalam rangka Istishna Paralel b. Lainnya 14. Aktiva Istishna' dalam penyelesaian Termin Istishna -/- 16 Pendapatan Yang Akan Diterima 14) RUPA-RUPA AKTIVA -/- RUPA-RUPA AKTIVA 130(90) 230,Kol.I (33) entry dari : digabung di Penempatan 205(10) (No. 3) 207(10) 205(40) 207(40) 210,Kol.II (1) 210,Kol.II (2) 211,Kol.IX 17) Pendapatan yang akan diterima a. Pendapatan Ijarah yang akan diterima b. Lainnya 17 Biaya dibayar dimuka 200,Kol.V (2) 04) RUPA-RUPA AKTIVA 17) Penyisihan dalam rangka restrukturisasi Penyertaan -/- 15. Termin Istishna' 205(51,52,55) 205(61) 207(61) Tagihan Lainnya 11) Jenis : 1 Dana Talangan a. Dalam rangka pembiayaan transaksi perdagangan s/d 15 hari b. Lainnya 2 Tagihan Akseptasi 3 Piutang kepada pembeli 4 Piutang kepada penjual 5 Piutang kepada mudharib 6 Lainnya -/- 207(56,57,59) 185,Kol.VI PPAP -/13) Ijarah a. Cadangan umum b. Cadangan khusus PPAP 205(56,57,59) 44) Akumulasi Penyusutan/Amortisasi 12. Tagihan Lainnya Catatan untuk Laporan Keuangan Publikasi Bulanan 170 Aktiva Ijarah : 1 Gedung/Ruang kantor 2 Gudang 3 Ruko/Rukan 4 Rumah/Apartemen 5 Hotel 6 Tanah 7 Kendaraan bermotor 8 Mesin 9 Peralatan kantor 10 Kapal laut 11 Pesawat terbang 12 Alat-alat berat (heavy equipment) 13 Lain-lain -/ Sandi LBUS 230,Kol.I (36) 230,Kol.I (39) 17) Beban yang dibayar dimuka Uang Muka Murabahah kepada pemasok 230,Kol.I (50) 230,Kol.I (20) Hasil offsetting debet Uang muka pajak dan Taksiran pajak penghasilan 18 Uang muka pajak RUPA-RUPA AKTIVA 17) 230,Kol.I (40) Uang muka pajak RUPA-RUPA PASIVA 29) Taksiran pajak penghasilan 19 Aktiva pajak tangguhan RUPA-RUPA AKTIVA -/- 17) Aktiva pajak tangguhan 20 Aktiva Tetap dan Inventaris Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap dan Inventaris -/- 400(30) Aktiva Tetap dan Inventaris a. Aktiva Tetap (Tanah, Gedung) dan Inventaris b. Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap (Gedung) dan Inventaris -/- 230,Kol.I (70) 213 + 215 214 + 216 475 Page 3 of 6 Lanjutan Lampiran 23 Lampiran 3 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/11/DPbS tanggal 7 Maret 2006 PEDOMAN PENYUSUNAN NERACA NO. POS-POS LBUS POS-POS L/K PUBLIKASI 21 Agunan yang diambil alih RUPA-RUPA AKTIVA Catatan untuk Laporan Keuangan Publikasi Bulanan 17) Agunan yang diambil alih 22 Aktiva lain-lain Sandi LBUS Rupa-Rupa Aktiva 17) 1 Emas dan mata uang emas 2 Commemorative coin/notes a. Nilai Nominal b. Selisih harga perolehan atas nilai nominal 3 Tagihan inkaso 4 Penyisihan dalam rangka restrukturisasi -/- Lainnya -/5 Beban yang ditangguhkan 6 Talangan dalam rangka program pemerintah 7 Goodwill 8 Lain-lain TAGIHAN LAINNYA 11) Lainnya PENEMPATAN PADA BANK LAIN 04) 1 Travellers' Cheque (Cek Perjalanan) yang dibeli/diambil alih 2 Setoran jaminan dalam rangka transaksi perdagangan 3 Dana Pelunasan Obligasi 4 Lainnya Hasil offsetting debet Antar kantor Aktiva dan Antar kantor Pasiva Antar Kantor Aktiva a. Melakukan kegiatan operasional di Indonesia 15) b. Melakukan kegiatan operasional diluar Indonesia 16) Antar Kantor Pasiva -/a. Melakukan kegiatan operasional di Indonesia 27) b. Melakukan kegiatan operasional diluar Indonesia 28) 230,Kol.I (45) 230,Kol.I (05) 230,Kol.I (10) 230,Kol.I (15) 230,kol.I (25) 230,Kol.I (34) 230,Kol.I (55) 230,Kol.I (65) 230,Kol.I (75) 230,Kol.I (99) 190,Kol.II (90) 130(77) 130(45) 130(80) 130(99) 223 224 393 394 476 Page 4 of 6 Lanjutan Lampiran 23 Lampiran 3 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/11/DPbS tanggal 7 Maret 2006 PEDOMAN PENYUSUNAN NERACA NO. POS-POS LBUS POS-POS L/K PUBLIKASI Sandi LBUS Catatan untuk Laporan Keuangan Publikasi Bulanan PASIVA 1. Dana Simpanan Wadiah a. Giro Wadiah b. Tabungan Wadiah Dana Simpanan Wadiah 18) Jenis : 1 Giro Wadiah 2 Tabungan Wadiah 3 Lainnya 301,Kol.III (10) 302,Kol.III (20) 309,Kol.III (99) Sifat : 1 Dapat ditarik sewaktu-waktu 2 Dalam rangka kustodian 3 Diblokir a. Dalam rangka Escrow Account b. Dalam rangka setoran jaminan c. Lainnya (301,302,309),Kol.II (1) (301,302,309),Kol.II (2) (301,302,309),Kol.II (4) (301,302,309),Kol.II (5) (301,302,309),Kol.II (9) Lainnya masuk ke Tab.Wadiah 2 3 Kewajiban segera lainnya Kewajiban Kepada Bank Indonesia a. FPJPS b. Lainnya KEWAJIBAN LAINNYA 24) 1 Kewajiban kpd pemerintah yg belum dipindahbukukan 2 Bagi hasil yang sudah jatuh tempo 3 Transfer 4 Lainnya Kewajiban Kepada Bank Indonesia 20) 1 Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah (FPJPS) 2 Pembiayaan yang diterima (KLBI dalam rangka KUK) 3 Lainnya 365(10) 365(20) 365(30) 365(99) 340 (10) 340 (40) 340 (99) Lainnya = Pembiayaan yg diterima dan Lainnya 4 5 Kewajiban Kepada Bank Lain Surat Berharga Yang Diterbitkan Kewajiban Kepada Bank Lain 21) 1 Simpanan a. Giro Wadiah b. Tabungan Wadiah c. Lainnya 2 Titipan dalam rangka pembiayaan Mudharabah Muqayyadah 3 Pembiayaan/pinjaman yang diterima a. Mudharabah b. Musyarakah c. Pinjaman Qardh d. Lainnya 4 Kewajiban akseptasi Surat Berharga Yang Diterbitkan 22) Jenis : 1 Surat Berharga Pasar Uang Syariah 2 Surat Berharga Pasar Modal Syariah a. Obligasi Syariah Subordinasi b. Obligasi Syariah lainnya c. Lainnya 3 Cek Perjalanan (TC) yang telah dijual 4 Lain-lain KEWAJIBAN KEPADA BANK LAIN 21) 1 Surat Berharga Pasar Uang Syariah a. Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank (IMA) b. Lainnya 2 Surat Berharga Pasar Modal Syariah a. Obligasi Syariah Subordinasi b. Obligasi Syariah Lainnya c. Lain-lain 6 Pembiayaan/Pinjaman Yang Diterima a. Rupiah i. Terkait dengan bank ii.Tidak terkait dengan bank b. Valuta asing i. Terkait dengan bank ii.Tidak terkait dengan bank Pembiayaan/Pinjaman Yang Diterima 23) Jenis : 1 Pembiayaan Mudharabah 2 Pembiayaan Musyarakah 3 Pinjaman Qardh 4 Lainnya Dibedakan sesuai jenis valuta : Jenis valuta : sesuai valuta di Daftar Sandi Jenis Valuta (DSJV) 350(10) 350(20) 350(29) 350(50) 350(81) 350(82) 350(83) 350(89) 350(95) 355(51) 355(71) 355(72) 355(79) 355(81) 355(99) 350(51) 350(59) 350(61) 350(62) 350(69) 360(10) 360(20) 360(30) 360(99) Kol.III DSJV (036 - 959) Rp=360, Valuta asing= Non 360 Hubungan dengan bank : 1 Terkait dengan bank 2 Tidak terkait dengan bank 7 8 9 Estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi Beban yang masih harus dibayar Taksiran pajak penghasilan RUPA-RUPA PASIVA 29) Penyisihan Penghapusan utk Transaksi Rekening Administratif i. Cadangan Umum ii. Cadangan Khusus 400(80) 400(81) RUPA-RUPA PASIVA 29) Beban bagi hasil yang masih harus dibayar 400(20) Hasil offsetting kredit Taksiran pajak penghasilan dan Uang muka pajak RUPA-RUPA PASIVA 29) Taksiran pajak penghasilan 400(30) RUPA-RUPA AKTIVA 17) -/- Uang muka pajak 10 Kewajiban pajak tangguhan 11 Kewajiban Lainnya Kol.V.2.a(1) Kol.V.2.a(2) 230,Kol.I (40) RUPA-RUPA PASIVA 29) Pasiva pajak tangguhan Kewajiban Lainnya 24) 1 Uang Muka Murabahah dari pembeli 2 Uang Muka Istishna' dari Pembeli 3 Kewajiban akseptasi 4 Hutang Salam 5 Hutang Istishna' kepada produsen 6 Titipan dalam rangka pembiayaan Mudharabah Muqayyadah KEWAJIBAN KEPADA BANK LAIN 21) 1 Setoran jaminan 2 Lain-lain SETORAN JAMINAN 26) Tujuan : 1 Dalam rangka perdagangan Luar Negeri 2 Dalam rangka perdagangan Dalam Negeri 3 Lainnya 400(85) 365(40) 365(45) 365(50) 365(60) 365(70) 365(80) 350(46) 350(99) 370,Kol.I (1) 370,Kol.I (5) 370,Kol.I (9) 477 Page 5 of 6 Lanjutan Lampiran 23 Lampiran 3 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/11/DPbS tanggal 7 Maret 2006 PEDOMAN PENYUSUNAN NERACA NO. POS-POS LBUS POS-POS L/K PUBLIKASI RUPA-RUPA PASIVA 29) 1 Deviden yang belum dibayar 2 Pendapatan yang ditangguhkan (bukan dalam rangka restrukturisasi) i. Pendapatan Istishna' ii. Lainnya 3 Lain-Lain Hasil offsetting kredit Antar kantor Aktiva dan Antar kantor Pasiva Antar Kantor Pasiva a. Melakukan kegiatan operasional di Indonesia 27) b. Melakukan kegiatan operasional diluar Indonesia 28) Antar Kantor Aktiva -/a. Melakukan kegiatan operasional di Indonesia 15) b. Melakukan kegiatan operasional diluar Indonesia 16) 12 Pinjaman Subordinasi a. Rupiah i. Terkait dengan bank ii.Tidak terkait dengan bank b. Valuta asing i. Terkait dengan bank ii.Tidak terkait dengan bank Dibedakan sesuai jenis valuta : Jenis valuta : sesuai valuta di Daftar Sandi Jenis Valuta (DSJV) 400(25) 400(51) 400(59) 400(99) 393 394 223 224 Kol.III DSJV (036 - 959) Pinjaman Subordinasi 25) a. Terkait dengan bank b. Tidak Terkait dengan bank 368,Kol.II.2a(1) 368,Kol.II.2b(2) KEWAJIBAN KEPADA BANK LAIN Pinjaman Subordinasi a. Terkait dengan bank b. Tidak Terkait dengan bank 14 Modal Pinjaman Catatan untuk Laporan Keuangan Publikasi Bulanan Rp=360, Valuta asing= Non 360 KEWAJIBAN KEPADA BANK INDONESIA 20) Pinjaman Subordinasi 13 Rupa-Rupa Pasiva Sandi LBUS Rupa-Rupa Pasiva 29) Pendapatan yang ditangguhkan (dalam rangka restrukturisasi) i. Pendapatan Istishna' ii. Lainnya Modal Pinjaman 340 (30) 21) 350(72) Kol.III.1 (1) Kol.III.1 (2) 400(41) 400(49) 410 30) 15 Hak minoritas (Hanya diisi untuk kolom konsolidasi) 16 Dana investasi Tidak Terikat (Mudharabah Muthlaqah) a. Tabungan Mudharabah b. Deposito Mudharabah b.1. Rupiah b.2. Valuta asing Dibedakan sesuai jenis valuta : Jenis valuta : sesuai valuta di Daftar Sandi Jenis Valuta (DSJV) Kol.III DSJV (036 - 959) Rp=360, Valuta asing= Non 360 Dana Investasi Tidak Terikat Jenis : 1 Tabungan Mudharabah 2 Deposito Mudharabah 3 Lainnya 19) 321 (21) 322 (22) 329(29) Lainnya masuk ke Tab.Mudharabah Kewajiban Kepada Bank Lain 21) Dana Investasi Tidak Terikat a. Tabungan Mudharabah b. Deposito Mudharabah c. Lainnya 17 Ekuitas : a. Modal Disetor b. Agio (disagio) c. Modal Sumbangan d. Dana Setoran Modal e. Penyesuaian akibat penjabaran laporan keuangan f. Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap g. Saldo laba (rugi) Modal Disetor 31) a. Modal dasar b. Modal yang belum disetor -/Perkiraan Tambahan Modal Disetor a. Agio b. Disagio -/c. Modal Sumbangan 32) d. Dana Setoran Modal 33) e. Penyesuaian akibat penjabaran laporan keuangan i. Selisih lebih ii. Selisih kurang -/Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap Saldo laba (rugi) : Cadangan a. Cadangan Umum b. Cadangan Khusus 350(30) 350(35) 350(39) 421 422 431 432 433 434 436 437 445 451 452 Laba/Rugi a. Tahun-Tahun Lalu i. Laba ii. Rugi -/b. Tahun Berjalan 02) i. Laba ii. Rugi -/- 461 462 465 466 478 Page 6 of 6 Lampiran 24 Lampiran 8 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/ 56 /DPbS tanggal 9 Desember 2005 Lampiran 8 PEDOMAN PENYUSUNAN LABA/RUGI DAN PERUBAHAN SALDO LABA POS L/K PUBLIKASI I. PENDAPATAN DAN BEBAN OPERASIONAL A. Pendapatan dari Penyaluran Dana 1. Dari Pihak Ketiga Bukan Bank a. Pendapatan Margin Murabahah b. Pendapatan Bersih Salam Paralel c. Pendapatan Bersih Istishna Paralel i. Pendapatan Istishna' ii. Harga Pokok Istishna' -/d. Pendapatan Sewa Ijarah e. Pendapatan bagi hasil Mudharabah f. Pendapatan bagi hasil Musyarakah g. Pendapatan dari penyertaan h. Lainnya 2. Dari Bank Indonesia a. Bonus SWBI b. Lainnya 3. Dari bank-bank lain di Indonesia a. Bonus dari Bank Syariah lain b. Pendapatan bagi hasil Mudharabah i. Tabungan Mudharabah ii. Deposito Mudharabah iii. Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank iv. Lainnya c. Lainnya LBUS Sandi LBU Pendapatan Operasional A. Pendapatan dari Penyaluran Dana A.1. Penduduk 1. Dari Pihak Ketiga Bukan Bank a. Pendapatan Margin Murabahah b. Pendapatan Bersih Salam Paralel c. Pendapatan Bersih Istishna Paralel i. Pendapatan Istishna' ii. Harga Pokok Istishna' -/d. Pendapatan Sewa Ijarah e. Pendapatan bagi hasil Mudharabah f. Pendapatan bagi hasil Musyarakah g. Pendapatan dari penyertaan h. Lainnya 2. Dari Bank Indonesia a. Bonus SWBI b. Lainnya 3. Dari bank-bank lain di Indonesia a. Bonus dari Bank Syariah lain b. Pendapatan bagi hasil Mudharabah i. Tabungan Mudharabah ii. Deposito Mudharabah iii. Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank iv. Lainnya c. Lainnya 100 101 A.2. Bukan Penduduk 1. Dari Pihak Ketiga Bukan Bank a. Pendapatan Margin Murabahah b. Pendapatan Bersih Salam Paralel c. Pendapatan Bersih Istishna Paralel i. Pendapatan Istishna' ii. Harga Pokok Istishna' -/d. Pendapatan Sewa Ijarah e. Pendapatan bagi hasil Mudharabah f. Pendapatan bagi hasil Musyarakah g. Pendapatan dari penyertaan h. Lainnya 2 Dari bank-bank lain di Indonesia a. Bonus dari Bank Syariah lain b. Pendapatan bagi hasil Mudharabah i. Tabungan Mudharabah ii. Deposito Mudharabah iii. Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank iv. Lainnya c. Lainnya B. Pendapatan Operasional Lainnya 1. Jasa Investasi Terikat (Mudharabah Muqayyadah ) 2. Jasa layanan 3. Pendapatan dari transaksi valuta asing 4. Koreksi PPAP 5. Koreksi Penyisihan Penghapusan Transaksi Rekening Administratif 6. Lainnya 1) B. Pendapatan Operasional Lainnya 1. Jasa Investasi Terikat (Mudharabah Muqayyadah ) 2. Jasa layanan 2.1 Transfer 2.2 Bank garansi 2.3 Inkaso 2.4 Penerbitan L/C 2.5 Lainnya 3. Pendapatan dari transaksi valuta asing 4. Koreksi PPAP 5. Koreksi Penyisihan Penghapusan Transaksi Rekening Administratif 6. Lainnya 102 103 104 105 106 107 108 109 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 143 144 145 146 149 479 Lanjutan Lampiran 24 Lampiran 8 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/ 56 /DPbS tanggal 9 Desember 2005 Lampiran 8 PEDOMAN PENYUSUNAN LABA/RUGI DAN PERUBAHAN SALDO LABA POS L/K PUBLIKASI II. Bagi hasil untuk Investor Dana Investasi Tidak Terikat -/1. Pihak ketiga bukan bank a. Tabungan Mudharabah b. Deposito Mudharabah c. Lainnya 2. Bank Indonesia a. FPJP Syariah b. Lainnya 3. Bank-bank lain di Indonesia dan diluar Indonesia a. Tabungan Mudharabah b. Deposito Mudharabah c. Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank d. Lainnya LBUS Bagi hasil untuk Investor Dana Investasi Tidak Terikat -/A. Penduduk 1. Pihak ketiga bukan bank a. Tabungan Mudharabah b. Deposito Mudharabah c. Lainnya 2. Bank Indonesia a. FPJP Syariah b. Lainnya 3. Bank-bank lain di Indonesia dan diluar Indonesia a. Tabungan Mudharabah b. Deposito Mudharabah c. Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank d. Lainnya B. Bukan penduduk 1. Pihak ketiga bukan bank a. Tabungan Mudharabah b. Deposito Mudharabah c. Lainnya 2 Bank-bank lain di Indonesia dan diluar Indonesia a. Tabungan Mudharabah b. Deposito Mudharabah c. Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank d. Lainnya III. Pendapatan Operasional setelah distribusi bagi hasil Untuk Investor Dana Investasi Tidak Terikat ( I - II ) Pendapatan Operasional setelah distribusi bagi hasil Untuk Investor Dana Investasi Tidak Terikat ( I - II ) A. Surplus B. Defisit IV. Beban (pendapatan) Penyisihan Penghapusan Aktiva Beban operasional Penyusutan/penyisihan/amortisasi/penghapusan 1 Penyusutan/Amortisasi aktiva Ijarah 2 Surat berharga yang dimiliki 3 Penempatan dana antarbank 4 Piutang 4.1. Piutang Murabahah 4.2. Piutang Salam dan Istishna 4.3. Piutang Qardh 5 Tagihan lainnya 6 Pembiayaan 6.1. Pembiayaan Mudharabah 6.2. Pembiayaan Musyarakah 6.3. Lainnya 7 Penyertaan 8 Lainnya V. Beban (pendapatan) estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi Beban operasional Penyusutan/Penyisihan/amortisasi/penghapusan Transaksi Rekening Administratif 1) Sandi LBU 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 163 164 165 167 169 170 171 172 373 374 375 376 377 380 381 382 383 385 386 389 387 VI. Beban Operasional lainnya A. Beban Bonus titipan wadiah Beban operasional Beban Bonus titipan wadiah 1. Penduduk 1.1. Bank Indonesia 1.2. Bank-bank lain di Indonesia 1.3. Pihak ketiga bukan bank 185 186 189 480 Lanjutan Lampiran 24 Lampiran 8 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/ 56 /DPbS tanggal 9 Desember 2005 Lampiran 8 PEDOMAN PENYUSUNAN LABA/RUGI DAN PERUBAHAN SALDO LABA POS L/K PUBLIKASI LBUS 2. Bukan Penduduk 2.1. Bank-bank lain di luar Indonesia 2.2. Pihak ketiga bukan bank B. Beban administrasi dan umum Premi Asuransi Penelitian dan pengembangan Sewa Pajak-Pajak (Tidak termasuk pajak penghasilan) Pemeliharaan dan perbaikan aktiva tetap dan inventaris F. Penyusutan/Penyisihan/amortisasi/penghapusan 1. Penyusutan aktiva tetap dan inventaris 2. Biaya yang ditangguhkan D. Beban penurunan nilai surat berharga E. Beban transaksi valuta asing F. Beban promosi G. Beban lainnya VII. Laba (Rugi) Operasional (III - (IV+V+VI)) PENDAPATAN DAN BEBAN NON OPERASIONAL VIII Pendapatan Non Operasional 2) IX Beban Non Operasional 3) Sandi LBU 190 192 Beban operasional A. B. C. D. E. C. Beban personalia 1) Beban operasional A. Tenaga kerja 1. Gaji dan upah 2. Honorarium Komisaris/Dewan Pengawas Syariah/ Direksi 3. Lainnya B. Pendidikan dan pelatihan 279 320 330 350 360 371 372 301 302 309 310 Beban operasional Penurunan nilai surat berharga 390 Beban operasional Beban transaksi valuta asing 200 Beban operasional Promosi 340 Beban operasional A. Premi dalam rangka Penjaminan Dana Pihak Ketiga B. Lainnya C. Biaya Perbaikan Aktiva Ijarah 272 399 210 Beban non-operasional Kerugian restrukturisasi Penyaluran dana Investasi Tidak Terikat 423 Laba (Rugi) Operasional (III - (IV+V+VI)) Pendapatan Non Operasional A. Keuntungan karena penjualan aktiva tetap dan inventaris B. Keuntungan Pelepasan Aktiva Ijarah C. Hasil offsetting kredit Imbalan antar kantor 1. KP/KC di Indonesia (413) 2. KP/KC di luar Indonesia (414) D. Selisih kurs E. Lainnya 2) 1 Lainnya 2 Pendapatan pajak tangguhan Beban Non Operasional A. Kerugian karena penjualan/kehilangan aktiva tetap dan inventaris B. Kerugian Pelepasan Aktiva Ijarah 410 411 412 (413+414) (426+427) 415 419 447 420 421 422 481 Lanjutan Lampiran 24 Lampiran 8 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/ 56 /DPbS tanggal 9 Desember 2005 Lampiran 8 PEDOMAN PENYUSUNAN LABA/RUGI DAN PERUBAHAN SALDO LABA POS L/K PUBLIKASI LBUS C. Denda-denda/sanksi-sanksi D. Selisih kurs E. Hasil offsetting debet Imbalan antar kantor 1. KP/KC di Indonesia (426) 2. KP/KC di luar Indonesia (427) F. Lainnya 3) X. Laba (Rugi) Non Operasional (VIII - IX) Laba (Rugi) Non Operasional (VIII - IX) XI Laba (Rugi) Tahun Berjalan (VII + X) Laba (Rugi) Tahun Berjalan (VII + X)) XII. Taksiran Pajak Penghasilan XIII. Jumlah Laba (Rugi) 4) XIV. XV. XVI. XVII. XVIII Hak minoritas -/Saldo Laba (rugi) awal tahun Dividen Lainnya Saldo Laba (rugi) akhir Periode Taksiran Pajak Penghasilan - Taksiran pajak penghasilan - Beban pajak tangguhan Jumlah Laba (Rugi) 4) 1) Sandi LBU 424 425 (426+427) (413+414) 429 480 448 Laba = 490 Rugi = 500 Entry Entry Entry Entry (form Neraca) 451+452 461-462 465-466 XIX. Laba bersih per saham *) 1) 2) 4) Daftar rincian ini diisi secara akumulatif sejak awal tahun buku bank pelapor sampai dengan tanggal akhir bulan laporan Sub pos "Lainnya" pada Pendapatan Non Operasional harus dirinci pada Form-42 (Rincian Pendapatan Non-Operasional Lainnya) apabila jumlahnya melebihi 25% dari sandi 410 Sub pos "Lainnya" pada Beban Non Operasional harus dirinci pada Form-43 (Rincian Beban Non-Operasional Lainnya) apabila jumlahnya melebihi 25 % dari sandi 420 Jumlah ini harus sama dengan pos 17.b (Laba/Rugi Tahun Berjalan) - Pasiva, Neraca *) Khusus bank yang sudah go public 3) 482 Lampiran 25 Lampiran 9 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/ 56 /DPbS tanggal 9 Desember 2005 Lampiran 9 PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KOMITMEN DAN KONTINJENSI No 1 2 3 4 POS-POS L/K PUBLIKASI KOMITMEN Tagihan Komitmen Fasilitas Pembiayaan Yang belum diterima dan belum digunakan POS - POS LBUS Sandi LBUS KOMITMEN Tagihan Komitmen Fasilitas Pembiayaan Yang Belum Ditarik dari : a. Bank Indonesia b. Bank di Dalam negeri c. Bank di Luar negeri d. Lainnya 500 505 510 514 Posisi Pembelian Spot Yang masih berjalan a. Terkait dengan Bank b. Tidak terkait dengan Bank Posisi Pembelian Spot Yang Masih Berjalan a. Terkait dengan Bank b. Tidak Terkait dengan Bank 515 520 Posisi Pembelian Forward Yang masih berjalan a. Terkait dengan Bank b. Tidak terkait dengan Bank Posisi Pembelian Forward Yang Masih Berjalan a. Terkait dengan Bank b. Tidak Terkait dengan Bank 521 524 Lainnya Lainnya (Tagihan komitmen selain yang diatas) a. Terkait dengan Bank b. Tidak Terkait dengan Bank 525 529 Kewajiban Komitmen Fasilitas Piutang Qardh yang belum ditarik 9) a. Dalam rangka talangan Ongkos Naik Haji (ONH) b. Dalam rangka talangan atas transaksi perdagangan > 15 hr c. Lainnya 531 532 535 Jumlah Tagihan Komitmen 1 2 Kewajiban Komitmen Fasilitas Piutang Qardh yang belum ditarik Fasilitas Pembiayaan kepada nasabah yang belum ditarik a. Pembiayaan Mudharabah b. Pembiayaan Musyarakah Fasilitas Pembiayaan kepada nasabah yang belum ditarik 10) a. Pembiayaan Mudharabah b. Pembiayaan Musyarakah c. Pembiayaan Lainnya 3 Fasilitas Pembiayaan kepada Bank Syariah Lain yang belum ditarik Fasilitas Pembiayaan kepada Bank Syariah Lain yang belum ditarik 4 Irrevocable L/C Yang Masih berjalan Irrevocable L/C yang masih berjalan 34) a. L/C Luar Negeri b. L/C Dalam Negeri 561 562 Posisi Penjualan Spot Yang Masih Berjalan a. Terkait dengan Bank b. Tidak terkait dengan Bank Posisi Penjualan Spot Yang Masih Berjalan a. Terkait dengan Bank b. Tidak Terkait dengan Bank 571 575 Posisi Penjualan Forward Yang Masih Berjalan a. Terkait dengan Bank b. Tidak terkait dengan Bank Posisi Penjualan Forward Yang Masih Berjalan a. Terkait dengan Bank b. Tidak Terkait dengan Bank 576 579 Lainnya Lainnya (Kewajiban komitmen selain yang diatas) a. Terkait dengan Bank b. Tidak Terkait dengan Bank 580 585 5 6 7 1 2 3 Jumlah Kewajiban Komitmen Jumlah Kewajiban Komitmen JUMLAH KOMITMEN BERSIH JUMLAH KOMITMEN BERSIH KONTINJENSI Tagihan Kontinjensi Garansi (Kafalah) Yang Diterima Pendapatan yang akan diterima (non-lancar) a. Terkait dengan Bank b. Tidak terkait dengan Bank Lainnya KONTINJENSI Tagihan Kontinjensi Garansi (Kafalah) Yang Diterima Pendapatan yang akan diterima (non-lancar) a. Terkait dengan bank i. Pendapatan Sewa Ijarah ii. Lainnya Tidak terkait dengan bank i. Pendapatan Sewa Ijarah ii. Lainnya Lainnya 536 537 539 (Lainnya masuk ke Mudharabah) 540 591 592 594 b. 1 2 Jumlah Tagihan Kontinjensi Jumlah Tagihan Kontinjensi Kewajiban Kontinjensi Garansi (Kafalah) Yang Diberikan Lainnya Kewajiban Kontinjensi Garansi (Kafalah) Yang Diberikan Lainnya Jumlah Kewajiban Kontinjensi Jumlah Kewajiban Kontinjensi JUMLAH KONTINJENSI BERSIH JUMLAH KONTINJENSI BERSIH 595 597 598 35) 599 609 483 Lampiran 26 Lampiran 10 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS tanggal 9 Desember 2005 Lampiran 10 PEDOMAN PERHITUNGAN KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM 1. Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum disusun dengan berpedoman pada ketentuan tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum. 2. Perhitungan komponen Modal hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Di dalam perhitungan laba tidak termasuk pengakuan laba karena penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 46 tentang Akuntansi Pajak Penghasilan, seperti dalam perhitungan laba tahun berjalan harus dikeluarkan pengaruh perhitungan pajak tangguhan (deferred tax) b. Di dalam komponen modal disetor tidak termasuk pengakuan modal yang dipesan yang berasal piutang kepada Pemegang Saham sebagaimana ditetapkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 21 tentang Akuntansi Ekuitas. c. Yang dimaksud dengan Dana Setoran Modal adalah dana yang sudah disetor penuh untuk tujuan penambahan modal namun belum didukung dengan kelengkapan persyaratan untuk dapat digolongkan sebagai modal disetor seperti pelaksanaan rapat umum pemegang saham maupun pengesahan anggaran dasar dari instansi yang berwenang. Untuk dapat diperhitungkan sebagai Dana Setoran Modal maka dana setoran tersebut harus ditempatkan pada rekening khusus (escrow account) dan penggunaannya harus dengan persetujuan Bank Indonesia. Dalam hal dana setoran modal berasal dari calon pemilik Bank maka jika berdasarkan penelitian Bank Indonesia, calon pemilik Bank atau dana tersebut tidak memenuhi syarat sebagai pemegang saham atau modal, maka dana tersebut tidak dapat dianggap sebagai komponen modal, dan dapat ditarik kembali oleh calon pemilik. 484 Lanjutan Lampiran 26 Lampiran 10 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS tanggal 9 Desember 2005 d. Cadangan Revaluasi Aktiva Tetap tidak dapat dikapitalisir kedalam modal disetor dan atau dibagikan sebagai saham bonus dan atau dividen. e. Kekurangan Pembentukan Penyisihan Aktiva Produktif oleh Bank merupakan komponen biaya pada laba tahun berjalan. f. Yang dimasukkan dalam komponen laba tahun-tahun lalu maupun laba tahun berjalan adalah jumlah setelah diperhitungkan taksiran pajak, kecuali apabila Bank diperkenankan untuk dapat mengkompensasi kerugian sesuai ketentuan perpajakan yang berlaku. g. Investasi Investasi Subordinasi subordinasidalam dalamLaporan Laporan bulanan syariah sebagai bulanan bankbank Syariah adalahdisebut Pinjaman Subordinasi Obligasi Syariah Subordinasi, yangjangka memenuhi kriteria sebagai berikut : pinjamandan subordinasi. Investasi Subordinasi panjang yang memenuhi kriteria Bank Indonesia sebagai berikut : 1) Berdasarkan prinsip mudharabah dan musyarakah ; 2) ada perjanjian tertulis antara bank dengan investor ; 3) mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Bank Indonesia, dalam hubungan ini pada saat bank mengajukan permohonan persetujuan, bank harus menyampaikan program pembayaran kembali investasi subordinasi tersebut; 4) tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan telah disetor penuh; 5) minimal berjangka waktu 5 (lima) tahun; 6) pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapat persetujuan dari Bank Indonesia, dan dengan pelunasan tersebut permodalan bank tetap sehat; dan 7) dalam hak tagihnya dalam hal terjadi likuidasi berlaku paling dari segala hal terjadi likuidasi hak tagihnya berlaku paling akhirakhir dari segala pinjaman yang ada (kedudukannya sama dengan modal). pinjaman yang ada (kedudukannya sama dengan modal). Investasi subordinasi yang direstrukturisasi diperhitungkan sebesar nilai wajar setelah restrukturisasi. Dampak restrukturisasi tersebut diakui sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku. h. Peningkatan nilai penyertaan pada portofolio tersedia untuk dijual merupakan selisih antara harga pasar dengan nilai perolehan atas penyertaan Bank pada perusahaan yang sahamnya tercatat di Pasar Modal. 2 485 Lanjutan Lampiran 26 Lampiran 10 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS tanggal 9 Desember 2005 3. Perhitungan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko dan Modal pedoman pada Lampiran 27 10a dan Lampiran mengacu pada 10b. 28 4. Modal pelengkap tambahan dalam perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum ádalah investasi subordinasi jangka pendek yang memenuhi kriteria Bank Indonesia 3 486 Lampiran 27 Lampiran 1 Surat Edaran Bank Indonesia No. 8 /11/ DPbS tanggal 7 Maret 2006 PEDOMAN PERHITUNGAN AKTIVA TERTIMBANG MENURUT RISIKO (ATMR) BERDASARKAN LBUS KOMPONEN BBT. NOM RES. % SANDI NERACA FORM KOLOM Sandi Bank/ Gol. Penerbit/ Gol. Debitur/ Gol. Tertagih Gol. Pemohon Sandi Jenis Gol. Penjamin Tujuan Keterangan AKTIVA TERTIMBANG MENURUT RISIKO A. AKTIVA NERACA (Rupiah & Valas) 1. Kas 0 2. Emas dan Commemorative coins 2.1 Emas dan mata uang emas 2.2 Commemorative coins 0 0 3. 4. Penempatan pada Bank Indonesia 3.1 Giro Wadiah pada Bank Indonesia 3.2 SWBI 3.3 Lainnya Penempatan/Tagihan pada bank lain : 4.1 pada bank sentral negara lain 100 230 17 17 05 10 + 15 03 03 03 10 20 90 120 0 0 0 130 *) 0 04 793 11 s.d. 99 4.2 pada bank lain yang dijamin oleh pemerintah pusat dan bank sentral *) 0 04 Sandi Bank Selain 793 11 s.d. 99 4.3 pada bank lain *) 20 04 Sandi Bank Selain 793 05 891 4* Penyaluran dana(penempatan pada bank lain) berasal dari sumber dana PLS 5. Surat berharga yang dimiliki : 5.1. Surat Berharga Syariah yang diterbitkan oleh pemerintah Negara lain 5.2. Surat Berharga Syariah yang diterbitkan oleh bank sentral negara lain 5.3.1 Yang diterbitkan atau dijamin oleh bank sentral dan pemerintah pusat Yang diterbitkan dan dijamin dengan uang kas,uang kertas asing, emas, emas, serta giro, deposito dan tabungan pada bank yang bersangkutan, sebesar nilai dari jaminan tersebut 5.3.3 Yang diterbitkan atau dijamin oleh bank lain, pemerintah daerah,BUMD, lembaga non departemen di Indonesia, Bank pembangunan Multilateral, IDB 5.3.2 5.3.4 Yang diterbitkan atau dijamin oleh BUMN, dan perusahaan milik pemerintah pusat negara lain 5.3.5. Yang diterbitkan atau dijamin oleh pihak lain swasta lainnya (S&P rating standard atau yg selevel sesuai ketentuan) 5.3.5.1. perusahaan rating AAA s.d AA5.3.5.2. perusahaan rating A+ s.d A5.3.5.3. perusahaan rating BBB+ s.d BBB5.3.5.4. perusahaan rating BB+ s.d B5.3.5.5. perusahaan rating dibawah B5.3.5.6. perusahaan tidak memiliki rating 5* Penyaluran dana(surat berharga yg dimiliki) berasal dari sumber dana PLS 6. Piutang 6.1 Piutang kepada atau dijamin : 793, 891,896,897 794 s.d. 795(prime bank) 001, 801 s.d. 809 sebesar prosentase yang dijamin 11 s.d. 99 kecuali 90 (penyertaan) Selain 001,801 s.d. 809 Hasil perkalian outstanding dengan bobot risiko 99 891 1dan 3 sebesar prosentase yang dijamin 1 *) 0 140 140 sebesar prosentase yg dijamin *) 0 05 793 99 sebesar prosentase yg dijamin 0 05 001,801 s.d 809 55 s.d 99 793,891,896, 897 794 s.d 795 (prime bank) 001,801s.d 809 793,891,896, 897 794 s.d 795 (prime bank) 1 dan 3 *) 1 dan 3 sebesar prosentase yang dijamin *) 0 05 Selain: 801s.d 809,001 55 s.d 99 Sandi Bank 1 dan 3 sebesar prosentase yang dijamin 1 dan 3 sebesar prosentase yang dijamin 891 pelapor ybs *) 20 05 810 s.d 827, 896,897 Sandi Bank 55 s.d 99 *) 20 05 828 s.d. 848 dan 893 55 s.d 99 828 s.d 848,893,801 s.d 809 1 dan 3 dan 893,793,794 s.d 795 sebesar prosentase yang dijamin 05 849, 851 s.d 889, 894,895, 899 55 s.d 99 801 s.d 809,851 s.d 889,891 1 dan 3 793,892,894,895,896,897,899 hasil perkalian dari outstanding dengan bobot risiko dari tiap kelompok rating perusahaan *) 810 s.d. 827,891, 896,897 801s.d 809, selain sandi bank pelapor 793,794 s.d 795 20 50 100 100 150 100 1 150 s.d 154,159 Saldo Harga Pokok 6.1.1 Bank Sentral *) 0 06 s.d 09 001 jenis pengg. 10 s.d. 89 (untuk salam tidak ada) 001, 793 1 dan 9 sebesar prosentase yang dijamin (kecuali salam) 6.1.2 Pemerintah Pusat *) 0 06 s.d 09 801 s.d 809 891 jenis pengg. 10 s.d. 89 (untuk salam tidak ada) 801 s.d 809 891 1 dan 9 sebesar prosentase yang dijamin (kecuali salam) 6.1.3 Uang kas, uang kertas asing, emas, mata uang emas, serta giro, deposito dan tabungan pada bank yang bersangkutan, sebesar nilai dari jaminan tersebut. *) 0 06 s.d 09 Selain : 801 s.d 809,001 891 jenis pengg. 10 s.d. 89 (untuk salam tidak ada) Sandi Bank pelapor ybs 1 dan 9 sebesar prosentase yang dijamin (kecuali salam) 6.1.4 Bank lain, pemerintah daerah, BUMD, lembaga non departemen di Indonesia, Bank Pembangunan Multilateral, IDB *) **) 20 06 s.d 09 810 s.d 827, 896,897 Sandi Bank jenis pengg. 10 s.d. 89 (untuk salam tidak ada) 810 s.d 827,891, 896,897 801 - 809, selain sandi bank pelapor 793,794 s.d 795 1 dan 9 sebesar prosentase yang dijamin (kecuali salam) 6.1.5 BUMN dan perusahaan milik pemerintah pusat negara lain *) **) 20 06 s.d 09 828 s.d. 848 dan 893 jenis pengg. 10 s.d. 89 (untuk salam tidak ada) 828 s.d 848,893,801 s.d 809 1 dan 9 sebesar prosentase yang dijamin dan 893,793,794 s.d 795 (kecuali salam) 06 s.d 09 849, 851 s.d 889, 894,895, 899 jenis pengg. 10 s.d. 89 849 s.d 889,801 s.d 809 1 dan 9 sebesar prosentase yang dijamin 892,894,895, 891, (kecuali 793,794 s.d 795,896,897,899 salam) 851 s.d 889 jenis pengg. 71, 72, 80 6.1.6 Pihak-pihak lainnya 6.1.6.1. perusahaan rating AAA s.d AA6.1.6.2. perusahaan rating A+ s.d A6.1.6.3. perusahaan rating BBB+ s.d BBB6.1.6.4. perusahaan rating BB+ s.d B6.1.6.5. perusahaan rating dibawah B6.1.6.6. perusahaan tidak memiliki rating 6.2. Piutang Pemilikan Rumah yang dijamin oleh hak tanggungan pertama dengan tujuan untuk dihuni. *) 20 50 100 100 150 100 *) 35 150 06 6.3. Piutang kepada usaha kecil *) **) 85 150 s.d 159 06 s.d 09 6.4. Piutang kepada pegawai/pensiunan *) **) 50 150 s.d 159 06 s.d 09 6* Penyaluran dana(piutang, kecuali qardh) berasal dari sumber dana PLS 7. Pembiayaan 7.1 Pembiayaan yang diberikan kepada atau dijamin : 851 s.d 889 sebesar outstanding dikalikan bobot risiko Gol.piutang 19 1 160,161,169 160,161,169 B. Debet 7.1.1 Bank Sentral *) 0 10 001 jenis pengg. 10 s.d. 59 001, 793 1 dan 9 sebesar prosentase yang dijamin 7.1.2 Pemerintah Pusat *) 0 10 801 s.d 809 891 jenis pengg. 10 s.d. 59 801 s.d 809 891 1 dan 9 sebesar prosentase yang dijamin 7.1.3 Uang kas, uang kertas asing, emas, mata uang emas, serta giro, deposito dan tabungan pada bank yang bersangkutan, sebesar nilai dari jaminan tersebut. *) 0 10 Selain : 801 s.d 809,001 891 jenis pengg. 10 s.d. 59 Sandi Bank pelapor ybs 1 dan 9 sebesar prosentase yang dijamin 7.1.4 Bank lain, pemerintah daerah, BUMD, lembaga non departemen di Indonesia, Bank Pembangunan Multilateral, IDB *) **) 20 10 810 s.d 827, 896,897 Sandi Bank jenis pengg. 10 s.d. 59 810 s.d 827,891, 896,897 801 - 809, selain sandi bank pelapor 793,794 s.d 795 1 dan 9 sebesar prosentase yang dijamin 7.1.5 BUMN dan perusahaan milik pemerintah pusat negara lain *) **) 20 10 828 s.d. 848 dan 893 jenis pengg. 10 s.d. 59 828 s.d 848,893,801 s.d 809 1 dan 9 dan 893,793,794 s.d 795 sebesar prosentase yang dijamin 487 Page 1 of 3 Lanjutan Lampiran 27 Lampiran 1 Surat Edaran Bank Indonesia No. 8 /11/ DPbS tanggal 7 Maret 2006 PEDOMAN PERHITUNGAN AKTIVA TERTIMBANG MENURUT RISIKO (ATMR) BERDASARKAN LBUS BBT. NOM RES. % KOMPONEN 7.1.6 Pihak-pihak lainnya *) **) 7.1.6.1. perusahaan rating AAA s.d AA7.1.6.2. perusahaan rating A+ s.d A7.1.6.3. perusahaan rating BBB+ s.d BBB7.1.6.4. perusahaan rating BB+ s.d B7.1.6.5. perusahaan rating dibawah B7.1.6.6. perusahaan tidak memiliki rating 7* KOLOM 10 7.2. Pembiayaan kepada usaha kecil *) **) 85 7.3. Pembiayaan kepada pegawai/pensiunan *) **) 50 Penyaluran dana (pembiayaan) berasal dari sumber dana PLS Sandi Bank/ Gol. Penerbit/ Gol. Debitur/ Gol. Tertagih Gol. Pemohon Sandi Jenis Gol. Penjamin 849, 851 s.d 889, 894,895, 899 jenis pengg. 10 s.d. 59 849 s.d 889,801 s.d 809 891,892,894,895, 899 Tujuan Keterangan 1 dan 9 Hasil perkalian outstanding dengan bobot risiko 160,161,169 10 Gol.pembiayaan KUK 1 150 8 Persediaan 100 9 Ijarah (dikurangi dengan akumulasi penyusutan/amortisasi aktiva ijarah) Aktiva ijarah yang disewakan kepada atau dijamin : 9.1. Bank Sentral FORM 20 50 100 100 150 100 7** Penyaluran dana PLS yg sumber dana dari wadiah,modal sendiri,qardh, MM 9* SANDI NERACA 170 Sandi bank pelapor ybs 180,185 Sandi bank pelapor ybs Nilai Bersih Aktv.Ijarah *) 0 44 001 001, 793 1 dan 9 sebesar prosentase yang dijamin 9.2. Pemerintah Pusat *) 0 44 801 s.d 809 891 801 s.d 809 891 1 dan 9 sebesar prosentase yang dijamin 9.3. Uang kas, uang kertas asing, emas, mata uang emas, serta giro, deposito dan tabungan pada bank yang bersangkutan, sebesar nilai dari jaminan tersebut. *) 0 44 Selain : 801 s.d 809,001 891 Sandi Bank pelapor ybs 1 dan 9 sebesar prosentase yang dijamin 9.4. Bank lain, pemerintah daerah, BUMD, lembaga non departemen di Indonesia, Bank Pembangunan Multilateral, IDB *) 20 44 810 s.d 827, 896,897 Sandi Bank 810 s.d 827,891, 896,897 801 s.d 809, selain sandi bank pelapor 793,794 s.d 795 1 dan 9 sebesar prosentase yang dijamin 9.5. BUMN dan perusahaan milik pemerintah pusat negara lain *) 20 44 828 s.d. 848 dan 893 828 s.d 848,893,801 s.d 809 1 dan 9 dan 893,793,794 s.d 795 sebesar prosentase yang dijamin 9.6. Pihak-pihak lainnya (khusus untuk Ijarah Muntahiyah BiTtamlik/IMBT) 9.6.1. perusahaan rating AAA s.d AA9.6.2. perusahaan rating A+ s.d A9.6.3. perusahaan rating BBB+ s.d BBB9.6.4. perusahaan rating BB+ s.d B9.6.5. perusahaan rating dibawah B9.6.6. perusahaan tidak memiliki rating *) 44 849, 851 s.d 889, 894,895, 899 849 s.d 889,801 s.d 809 1 dan 9 892,894,895, 891, 793,794 s.d 795,896,897,899 Hasil perkalian outstanding dengan bobot risiko 9.7. Untuk usaha kecil *) 85 9.8 Untuk pegawai/pensiunan *) 50 20 50 100 100 150 100 Penyaluran dana (ijarah) berasal dari sumber dana PLS 10 Tagihan lainnya 10.1.Tagihan lainnya kepada atau dijamin : 10.1.1.Bank Sentral 44 1 190 *) 0 11 001 11 s.d. 90 001, 793 sebesar prosentase yang dijamin 10.1.2.Pemerintah Pusat *) 0 11 801 s.d 809 891 11 s.d. 90 801 s.d 809 891 sebesar prosentase yang dijamin 10.1.3.Uang kas, uang kertas asing, emas, mata uang emas, serta giro, deposito dan tabungan pada bank yang bersangkutan, sebesar nilai dari jaminan tersebut. *) 0 11 Selain : 801 s.d 809,001 891 11 s.d. 90 Sandi Bank pelapor ybs sebesar prosentase yang dijamin 10.1.4.Bank lain, pemerintah daerah, BUMD, lembaga non departemen di Indonesia, Bank Pembangunan Multilateral, IDB *) 20 11 810 s.d 827, 896,897 Sandi Bank 11 s.d. 90 810 s.d 827,891, 896,897 801 s.d 809, selain sandi bank pelapor 793,794 s.d 795 sebesar prosentase yang dijamin 10.1.5.BUMN dan perusahaan milik pemerintah pusat negara lain *) 20 11 828 s.d. 848 dan 893 11 s.d. 90 828 s.d 848,893,801 s.d 809 dan 893,793,794 s.d 795 sebesar prosentase yang dijamin 10.1.6.Pihak-pihak lainnya 10.1.6.1. perusahaan rating AAA s.d AA10.1.6.2. perusahaan rating A+ s.d A10.1.6.3. perusahaan rating BBB+ s.d BBB10.1.6.4. perusahaan rating BB+ s.d B10.1.6.5. perusahaan rating dibawah B10.1.6.6. perusahaan tidak memiliki rating *) 849, 851 s.d 889, 894,895, 899 11 s.d. 90 849 s.d 889,801 s.d 809 892,894,895, 891, 793,794 s.d 795,896,897,899 11 10.2.Untuk usaha kecil *) 85 10.3.Untuk pegawai/pensiunan *) 50 10* Penyaluran dana (tagihan lainnya) berasal dari sumber dana PLS 11** Penyaluran dana PLS yg sumber dana dari wadiah,modal sendiri,qardh, MM 12 Aktiva Istishna' dalam penyelesaian 13 Aktiva tetap dan inventaris (nilai buku) 13.1.Tanah dan Gedung +/+ 13.2.Akumulasi penyusutan gedung -/13.3.Inventaris +/+ 13.4.Akumulasi penyusutan inventaris -/- dengan bobot risiko 11 1 10** Penyaluran dana PLS yg sumber dana dari wadiah,modal sendiri,qardh, MM 11 Penyertaan Penyertaan pada anak perusahaan -/(khusus dalam rangka restrukturisasi pembiayaan) 11* Penyaluran dana (penyertaan) berasal dari sumber dana PLS Hasil perkalian outstanding 20 50 100 100 150 100 150 *) 100 200 200 12 12 100 210,211 14 100 213 214 215 216 10,90 10,90 1 dan 9 1 150 -/100 -/- 14 Antar Kantor Aktiva 14.1.Kegiatan operasional di Indonesia (Aktiva) 14.2.Kegiatan operasional di luar Indonesia (Aktiva 100 100 223 224 15 16 15 Rupa-rupa aktiva : 100 230 17 Jumlah sandi bank pelapor ybs 1 dan 9 sandi bank pelapor ybs Jika Pasiva lebih besar maka Antar Kantor = nol Antar kantor DN di net dgn antar kantor LN kecuali 05, (10 + 15), 30 s.d 34, 70 16 Jumlah ATMR aktiva neraca B. REKENING ADMINISTRATIF (Rupiah & Valas) 1. Fasilitas pembiayaan yang belum digunakan yang disediakan s.d. akhir thn takwim berjalan yang disediakan bagi atau dijamin oleh/dengan, atau yg dijamin surat berharga yang diterbitkan oleh : 1.1 Fasilitas Pembiayaan yang diberikan kepada atau dijamin : 1.1.1 Bank Sentral 1.1.2 Pemerintah Pusat Jumlah A.1 s.d. A.16 536,537,539 Kel. Tarik 0 10 001 jenis pengg. 10 s.d. 89 kecuali 71dan 72 001 sebesar prosentase yang dijamin 0 10 801 s.d 809 jenis pengg. 10 s.d. 89 kecuali 71dan 72 Selain : 001 sebesar prosentase yang dijamin 488 Page 2 of 3 Lanjutan Lampiran 27 Lampiran 1 Surat Edaran Bank Indonesia No. 8 /11/ DPbS tanggal 7 Maret 2006 PEDOMAN PERHITUNGAN AKTIVA TERTIMBANG MENURUT RISIKO (ATMR) BERDASARKAN LBUS KOMPONEN BBT. NOM RES. % SANDI NERACA Sandi Bank/ Gol. Penerbit/ Gol. Debitur/ Gol. Tertagih Gol. Pemohon KOLOM Sandi Jenis Gol. Penjamin Tujuan Keterangan 1.1.3 Uang kas, uang kertas asing, emas, mata uang emas, serta giro, deposito dan tabungan pada bank yang bersangkutan, sebesar nilai dari jaminan tersebut. 0 10 Selain : 801 s.d 809 jenis pengg. 10 s.d. 89 kecuali 71dan 72 Sandi Bank pelapor ybs sebesar prosentase yang dijamin 1.1.4 Bank lain, pemerintah daerah, BUMD, lembaga non departemen di Indonesia, Bank Pembangunan Multilateral, IDB 10 10 810 s.d 827, 896, 897 Sandi Bank jenis pengg. 10 s.d. 89 kecuali 71dan 72 810 s.d 827,891, 896,897 801 s.d 809, selain sandi bank pelapor 793,794 s.d 795 sebesar prosentase yang dijamin 1.1.5 BUMN dan perusahaan milik pemerintah pusat negara lain 10 10 828 s.d. 848 dan 893 jenis pengg. 10 s.d. 89 kecuali 71dan 72 828 s.d. 889 891 s.d 895, 899 sebesar prosentase yang dijamin 1.1.6 Pihak-pihak lainnya Yang diterbitkan atau dijamin oleh pihak swasta lainnya (S&P rating standard atau yg selevel sesuai ketentuan) perusahaan rating AAA s.d AAperusahaan rating A+ s.d Aperusahaan rating BBB+ s.d BBBperusahaan rating BB+ s.d Bperusahaan rating dibawah Bperusahaan tidak memiliki rating 10 *) 849, 851 s.d 889, 894,895, 899 jenis pengg. 10 s.d. 89 kecuali 71dan 72 801 s.d 809,849 s.d 889,891 1 dan 3 793,892,894,895,896,897,899 10 25 50 50 75 50 1.1.7 Usaha kecil hasil perkalian dari outstanding dengan bobot risiko dari tiap kelompok rating perusahaan 42,5 1.1.8 Pegawai/Pensiunan 2. FORM 25 Garansi/Jaminan bank 2.1 Dlm rangka pemberian pembiayaan termasuk standby L/C & risk-sharing serta endosemen atau aval atas surat-surat berharga yg diberikan atas permintaan : 2.1.1 Bank Sentral dan pemerintah pusat. *) 0 599 35 001, 801 s.d 809 30, 40, 50,90 001, 801 s.d 809 2.1.2 Bank lain, pemerintah daerah, BUMD, lembaga non departemen, bank pembangunan multilateral, IDB *) 20 599 35 810 s.d 827, 896, 897 Sandi Bank 30, 40, 50,90 810 s.d 827,891, 896,897 801 s.d 809, selain sandi bank pelapor 793,794 s.d 795 2.1.3 BUMN dan perusahaan milik pemerintah pusat negara lain. *) 20 599 35 828 s.d. 848 dan 893 30, 40, 50,90 828 s.d. 889 891 s.d 895, 899 599 35 849, 851 s.d 889, 894,895, 899 30, 40, 50, 90 2.1.4 Pihak-pihak lainnya Yang diterbitkan atau dijamin oleh pihak swasta lainnya (S&P rating standard atau yg selevel sesuai ketentuan) perusahaan rating AAA s.d AAperusahaan rating A+ s.d Aperusahaan rating BBB+ s.d BBBperusahaan rating BB+ s.d Bperusahaan rating dibawah Bperusahaan tidak memiliki rating 801 s.d 809,849 s.d 889,891 1 dan 3 793,892,894,895,896,897,899 hasil perkalian dari outstanding dengan bobot risiko dari tiap kelompok rating perusahaan *) 20 50 100 100 150 100 2.2 Bukan dalam rangka pemberian pembiayaan, seperti bid bonds , performance bonds dan advance payments bonds yang diberikan atas permintaan : 2.2.1 Bank Sentral dan pemerintah pusat *) 0 599 35 001, 801 s.d 809 10 dan 20 001, 801 s.d 809 2.2.2 Bank lain, pemerintah daerah, BUMD, lembaga non departemen, bank pembangunan multilateral, IDB *) 10 599 35 810 - 827, 896, 897 Sandi Bank 10 dan 20 810 s.d 827,891, 896,897 801 s.d 809, selain sandi bank pelapor 793,794 s.d 795 2.2.3 BUMN dan perusahaan milik pemerintah pusat negara lain. *) 10 599 35 828 s.d 849 dan 893 10 dan 20 828 s.d. 889 891 s.d 895, 899 2.2.4 Pihak-pihak lainnya *) 599 35 849, 851 s.d 889, 894,895, 899 10 dan 20 801 s.d 809,849 s.d 889,891 793,892,894,895,896,897,899 perusahaan rating AAA s.d AAperusahaan rating A+ s.d Aperusahaan rating BBB+ s.d BBBperusahaan rating BB+ s.d Bperusahaan rating dibawah Bperusahaan tidak memiliki rating 10 25 50 50 75 50 2.3. L/C yang masih berlaku (tidak termasuk standby L/C) yang diberikan atas permintaan : 2.3.1 Bank Sentral dan pemerintah pusat. 2.3.2 Bank lain, pemerintah daerah, BUMD, lembaga non departemen, bank pembangunan multilateral, IDB 2.3.3 BUMN, dan perusahaan milik pemerintah pusat negara lain. 2.3.4 Pihak-pihak lainnya perusahaan rating AAA s.d AAperusahaan rating A+ s.d Aperusahaan rating BBB+ s.d BBBperusahaan rating BB+ s.d Bperusahaan rating dibawah Bperusahaan tidak memiliki rating *) *) *) 0 599 35 001, 801 s.d 809 60, 65 001, 801 s.d 809 0 561 &562 34 001, 801 s.d 809 11, 15 001, 801 s.d 809 810 s.d 827, 896, 897 Sandi Bank Lain 810 s.d 827, 896, 897 Sandi Bank Lain 60, 65 810 s.d 827, 896, 897 Sandi Bank Lain 810 s.d 827, 896, 897 Sandi Bank Lain 4 599 35 4 561 &562 34 4 599 35 4 561 &562 34 *) 828 s.d 849 dan 893 828 s.d 848 dan 893 11, 15 60, 65 11, 15 828 s.d 849 dan 893 828 s.d 848 dan 893 599 35 849 s.d 889, 891,892,894,895, 899 60, 65 849 s.d 889, 891,892,894,895, 899 561 &562 34 849 s.d 889, 891,892,894,895, 899 11, 15 849 s.d 889, 891,892,894,895, 899 4 10 20 20 30 20 3 Jumlah ATMR rekening administratif C. JUMLAH ATMR ( A.16 + B.3) KETERANGAN : a. Bank Sentral 001 b. Bank Sentral negara lain 793 c. Pemerintah Pusat 801-809 d. Pemerintah Pusat atau Bank Sentral 801-809, 001 e. Negara lain 891 f. Bank lain Seluruh kecuali 001, 793, 801-809 Pemerintah Daerah 828-848, 851-895, 899 BUMD Lembaga non departemen di Indonesia Bank Pembangunan Multilateral g. BUMN 828-848, 891,893 Perusahaan milik pem. Pusat neg. lain h. Uang kas, uang kertas asing, emas, mata Sandi bank pelapor uang emas, giro, deposito dan tabungan I. Swasta lainnya/pihak lainnya Kecuali a, b, c, d, e, f, g, h *) Diisi dengan jumlah nominal setelah dikurangi Cadangan Khusus Penyisihan Penghapusan Aktiva yang telah dibentuk oleh bank **) Diisi dengan jumlah setelah dikurangi dengan Penyisihan dalam rangka restrukturisasi Pembiayaan {sandi 230(332)} untuk pembiayaan, sandi 230(31) untuk piutang dan pendapatan yang ditangguhkan yang berasal dari restrukturisasi {sandi 400(41,49)} j. penyaluran dana yang berasal dari sumber dana berbasis profit & loss sharing diberi bobot risiko 1 % (hanya untuk bentuk-bentuk penyaluran dana yang diperbolehkan menggunakan sumber dana profit & loss sharing sesuai ketentuan yang berlaku) k. MM = Mudharabah Mutlaqah (investasi tidak terikat) revenue sharing l. PLS = Profit and Loss Sharing 489 Page 3 of 3 Lampiran 28 Lampiran 2 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/11/DPbS tanggal 7 Maret 2006 PEDOMAN PERHITUNGAN MODAL KETERANGAN I. Pos- Pos LBUS Sandi LBUS KOMPONEN MODAL A. MODAL INTI 1. 2. Modal Disetor Cadangan Tambahan Modal (Disclosed Reserves) a. Agio Saham b. Disagio (-/-) c. Modal Sumbangan d. Cadangan Umum dan Tujuan e. f. Laba tahun-tahun lalu setelah diperhitungkan pajak Rugi tahun-tahun lalu (-/-) 1) Modal Dasar 2) Modal yang belum disetor -/- 421 Agio Disagio -/Modal Sumbangan 1) Cadangan Umum 2) Cadangan Tujuan Laba tahun-tahun lalu 431 422 432 433 451 452 461 462 Rugi tahun-tahun lalu -/Faktor-faktor adjustment: 1) Dampak pengakuan aktiva pajak 230(70) tangguhan Entry 2) Lainnya g. Laba tahun berjalan setelah diperhitungkan pajak (50%) Laba tahun berjalan Faktor-faktor adjustment: 1) Perhitungan pajak 2) Dampak pengakuan pajak tangguhan - Pendapatan pajak tangguhan - Beban pajak tangguhan 3) Kekurangan pembentukan PPAP 4) Lainnya 465 480 -/- 447 448 *) Entry h. Rugi tahun berjalan (-/-) Rugi tahun berjalan 466 i. Selisih penjabaran laporan keuangan Kantor Cabang Luar Negeri 1) Selisih Lebih 2) Selisih Kurang (-/-) Penyesuaian akibat penjabaran laporan keuangan 1) Selisih lebih 2) Selisih kurang -/- 436 437 1 490 Lanjutan Lampiran 28 Lampiran 2 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/11/DPbS tanggal 7 Maret 2006 KETERANGAN j. k. 3. Dana Setoran Modal Penurunan nilai Penyertaan pada portofolio tersedia untuk dijual (-/-) Goodwill (-/-) Pos- Pos LBUS Dana Setoran Modal Lainnya Selisih kurang Rupa-rupa Aktiva Goodwill B. Sandi LBUS 434 Entry -/230(75) -/- MODAL PELENGKAP (Maks. 100% dari Modal Inti) 1. Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap 2. 3. 4. 5. Cadangan Umum Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif/PPAP (maks. 1,25% dari ATMR) Modal Pinjaman Investasi Subordinasi (maks.50% dari Modal Inti) Peningkatan nilai penyertaan pada portofolio tersedia untuk dijual (45%) C. MODAL PELENGKAP TAMBAHAN 1. Modal Inti yang dialokasikan untuk Risiko Pasar 2. Modal Pelengkap yang tidak digunakan untuk Risiko Penyaluran Dana 3. Investasi Subordinasi untuk Risiko Pasar 4. Jumlah Modal Pelengkap Tambahan (1 s.d 3) 5. Jumlah Modal Pelengkap Tambahan yang memenuhi kriteria untuk risiko pasar Selisih penilaian kembali aktiva tetap Cadangan umum PPAP Aktiva Cadangan Umum PPAP transaksi administratif Modal pinjaman Kewajiban kepada Bank Indonesia Pinjaman Subordinasi 445 205 400(80) 410 340(30) Kewajiban kepada Bank lain Pinjaman Subordinasi Obligasi Syariah Subordinasi 350(72) 350(61) Surat Berharga yang diterbitkan Obligasi Syariah Subordinasi 355(71) Pinjaman Subordinasi 368 Adjustment : amortisasi berdasarkan Entry jangka waktu yang tersisa Entry Lainnya Selisih lebih Entry 2 491 Lanjutan Lampiran 28 Lampiran 2 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/11/DPbS tanggal 7 Maret 2006 KETERANGAN II. III. IV. TOTAL MODAL INTI DAN MODAL PELENGKAP (A+B) TOTAL MODAL INTI, MODAL PELENGKAP, DAN MODAL PELENGKAP TAMBAHAN PENYERTAAN (-/-) Pos- Pos LBUS Sandi LBUS 130(90), 200(10), 200(90) Penyertaan V. TOTAL MODAL UNTUK RISIKO KREDIT (II – IV) VI. TOTAL MODAL UNTUK RISIKO KREDIT DAN RISIKO PASAR (III – IV) VII. AKTIVA TERTIMBANG MENURUT RISIKO (ATMR) KREDIT VIII. AKTIVA TERTIMBANG MENURUT RISIKO PASAR IX. AKTIVA TERTIMBANG MENURUT RISIKO KREDIT DAN RISIKO PASAR X. RASIO KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM YANG TERSEDIA UNTUK RISIKO KREDIT (V : VII) XI. RASIO KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM YANG TERSEDIA UNTUK RISIKO KREDIT DAN RISIKO PASAR (VI : IX) XII. RASIO KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM YANG DIWAJIBKAN *) Selisih kurang PPAP yang telah dibentuk dengan perhitungan PPAP yang wajib dibentuk sesuai data LBU - 3 492 Lampiran 29 Lampiran 11 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS tanggal 9 Desember 2005 Lampiran 11 PEDOMAN PERHITUNGAN RASIO KEUANGAN NO . RASIO I. 1. Permodalan 2. Aktiva tetap terhadap modal FORMULA KETERANGAN Perhitungan Modal dan Aktiva Modal a. CAR dengan Menurut Risiko Menurut Tertimbang memperhitungkan risiko Aktiva Tertimbang dilakukan berdasarkan ketentuan Risiko Kredit/penyaluran dana kredit/penyaluran dana Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Syariah yang berlaku. b. CAR dengan Modal memperhitungkan risiko Aktiva Tertimbang Menurut kredit/penyaluran dana dan Risiko Kredit/penyaluran dana risiko pasar dan ATMR risiko pasar Aktiva tetap dan inventaris Modal • • • II. 1. Aktiva Produktif Aktiva produktif bermasalah Aktiva produktif bermasalah (Aktiva produktif Total aktiva produktf bermasalah terhadap total aktiva produktif) = NPA NPA = NPEA EA • • • • 2. a. NPF (penyediaan dana bermasalah) gross Penyediaan dana bermasalah Total penyediaan dana • • • Perhitungan modal dilakukan berdasarkan ketentuan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum yang berlaku. Termasuk dalam aktiva tetap adalah inventaris dan aktiva sewa guna usaha. Aktiva tetap dan inventaris dihitung secara gross (tidak dikurangi penyusutan). Cakupan komponen dan kualitas aktiva produktif sesuai ketentuan yang berlaku. Aktiva produktif bermasalah merupakan aktiva produktif dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet. Aktiva produktif bermasalah dihitung secara gross (tidak dikurangi PPAP). Angka dihitung per posisi (tidak disetahunkan). Penyediaan/penyaluran dana adalah berupa piutang, pembiayaan dan Ijarah Pembiayaan merupakan pembiayaan yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk pembiayaan kepada bank lain). Penyediaan dana bermasalah adalah penyediaan dana dengan kualitas kurang lancar, diragukan 493 Lanjutan Lampiran 29 Lampiran 11 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS tanggal 9 Desember 2005 Lampiran 11 PEDOMAN PERHITUNGAN RASIO KEUANGAN NO . RASIO FORMULA KETERANGAN • • b. NPF (penyediaan dana Penyediaan dana bermasalah - • bermasalah) net PPAP Total Penyediaan dana 3 PPA produktif terhadap Penyisihan Penghapusan • aktiva produktif Aktiva Produktif yang telah (Penyisihan Penghapusan dibentuk Aktiva produktif terhadap • Total Aktiva Produktif total aktiva produktif) 4. Penyisihan Penghapusan Aktiva • Pemenuhan PPA produktif (Penyisihan Penghapusan produktif yang telah dibentuk Aktiva produktif yang telah dibentuk terhadap Penyisihan Penghapusan Penyisihan Penghapusan Aktiva Aktiva produktif yang wajib Produktif yang wajib dibentuk dibentuk) Rentabilitas ROA Laba sebelum pajak • (Return On Assets) Total aset III. 1. • 2. ROE ( Return On Equity) Laba setelah pajak Modal Disetor • • dan macet. Penyediaan dana bermasalah dihitung secara gross (tidak dikurangi PPAP). Angka dihitung per posisi (tidak disetahunkan). PPAP adalah Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif sesuai ketentuan tentang PPAP yang berlaku bagi bank syariah Cakupan komponen dan kualitas aktiva produktif sesuai ketentuan yang berlaku. Angka dihitung per posisi (tidak disetahunkan). Perhitungan Penyisihan Penghapusan Aktiva produktif yang wajib dibentuk dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku. Penghitungan laba sebelum pajak disetahunkan. Contoh: Untuk posisi Juni: (akumulasi laba per posisi Juni dibagi 6) x 12 Rata-rata total asset,Contoh: Untuk posisi Juni: (penjumlahan total aset posisi Januari sampai dengan Juni) dibagi 6 Penghitungan laba setelah pajak disetahunkan. Contoh: Untuk posisi Juni: (akumulasi laba per posisi Juni dibagi 6) x 12 Rata-rata modal disetor beserta Tambahan modal disetor (sandi 421-422, 431-434, 436,437 di LBUS) Contoh: Untuk posisi Juni: (penjumlahan 494 Lanjutan Lampiran 29 Lampiran 11 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS tanggal 9 Desember 2005 Lampiran 11 PEDOMAN PERHITUNGAN RASIO KEUANGAN NO . RASIO FORMULA KETERANGAN • 3. NIM/NCOM (Net Core Margin) Pendapatan operasional • Operational utama/penyaluran dana – Beban operasional utama/penyaluran dana Rata-rata aktiva produktif • • 4. OER (Operational Ratio) BOPO Total beban operasional Efficiency Total pendapatan operasional modal disetor beserta tambahan modal disetor Januari sampai dengan Juni) dibagi 6 Perhitungan modal disetor dilakukan berdasarkan ketentuan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum yang berlaku. Pendapatan operasional utama/penyaluran dana setelah dikurangi dengan bagi hasil untuk investor dana investasi tidak terikat seperti yang tercantum dalam Laporan Laba/Rugi Bulanan sandi 170,LBUS . Beban operasional utama yaitu beban bonus wadiah, seperti yang tercantum dalam Laporan Laba/Rugi Bulanan (sandi 185 – 192, LBUS) dan biaya perbaikan aktiva ijarah (sandi 210, LBUS) Pendapatan (beban) operasional utama/penyaluran dana disetahunkan. Contoh: Untuk posisi Juni : {akumulasi pendapatan (beban) operasional utama per posisi Juni dibagi 6} x 12 • Angka dihitung per posisi (tidak disetahunkan). • Beban operasional, seperti yang tercantum dalam Laporan Laba/Rugi sandi 180 • Pendapatan operasional setelah dikurangi dengan bagi hasil untuk investor dana investasi tidak terikat seperti yang tercantum dalam Laporan Laba/Rugi Bulanan sandi 170 LBUS, form-02 495 Lanjutan Lampiran 29 Lampiran 11 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS tanggal 9 Desember 2005 Lampiran 11 PEDOMAN PERHITUNGAN RASIO KEUANGAN NO . RASIO FORMULA IV. 1. Likuiditas Quick Ratio 2. Antar Bank Passiva (SIMA) terhadap DPK SIMA DPK 3. Deposan Inti terhadap DPK Deposan Inti DPK V. 1. Kepatuhan (Compliance) a. b. 2. 3. Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Persentase Pelanggaran BMPK a.1. Pihak Terkait a.2. Pihak Tidak Terkait Persentase Pelampauan BMPK b.1. Pihak Terkait b.2. Pihak Tidak Terkait GWM Rupiah (Persentase Giro Minimum Rupiah) PDN (Persentase Neto) Posisi KETERANGAN • Aktiva lancar dan kewajiban lancar adalah aktiva dan kewajiban yang memiliki jangka waktu sampai dengan 3 bulan (lihat maturity profile di LBBU) • SIMA adalah Sertifikat Investasi Mudharabah yg berjangka waktu s.d 3 bln (90 hari) ; lihat di sandi 350,Kol.IV (51) form 21 • Deposan inti adalah 25 deposan terbesar dari Bank • DPK mencakup Giro, Tab, Deposito Perhitungan pelanggaran dan pelampauan BMPK dilakukan sesuai ketentuan BMPK yang berlaku. Wajib Perhitungan persentase GWM pada posisi laporan dilakukan sesuai ketentuan GWM yang berlaku. Devisa Perhitungan persentase PDN pada posisi laporan dilakukan sesuai ketentuan PDN yang berlaku. 496 Lampiran 30 Lampiran 12 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS tanggal 9 Desember 2005 Lampiran 12 LAPORAN SUMBER DAN PENGGUNAAN DANA ZIS Bank : Periode : No URAIAN 1 Sumber dana ZIS pada awal periode 2 Sumber dana ZIS a. Zakat dari Bank b. Zakat dari pihak luar Bank c. Infaq dan shadaqah Total Sumber Dana Penggunaan dana ZIS 2.1. Disalurkan ke lembaga lain a. Dompet Dhuafa Republika b. Baitul Maal Hidayatullah c. Baitul Maal Muamalat d. Bamuis BNI e. Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhid f. LAZIS Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia g. LAZIS Muhammadiyah h. LAZNAS BMT i. LAZNAS BSM Ummat j. LAZNAS Persis k. Pos Keadilan Peduli Ummat (PKPU) l. Rumah Zakat Indonesia (DSUQ) m. Yayasan Amanah Takaful n. Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia o. Yayasan Dana Sosial Al Falah p. Lainnya 2.2. Disalurkan sendiri Total Penggunaan 3 4 Kenaikan (penurunan) sumber atas penggunaan 5. Sumber dana ZIS pada akhir periode Catatan 20x2 20x1 497 Lampiran 31 Lampiran 13 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS tanggal 9 Desember 2005 Lampiran 13 LAPORAN SUMBER DAN PENGGUNAAN DANA QARDH Bank : Periode : NO 1 URAIAN Catatan 20x2 20x1 Sumber Dana Qardh pada awal periode 2 Sumber Dana Qardh a. Infaq dan shadaqah b. Denda c. Sumbangan/Hibah d. Pendapatan non-halal e. Lainnya Total Sumber Dana 3 Penggunaan Dana Qardh a. Pinjaman b. Sumbangan c. Lainnya Total Penggunaan Qardh 4 Kenaikan (penurunan) sumber atas penggunaan 5. Sumber Dana Qardh pada akhir periode 498 Lampiran 32 Lampiran 14 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS tanggal 9 Desember 2005 Lampiran 14 LAPORAN PERUBAHAN DANA INVESTASI TERIKAT *) (Mudharabah Muqayyadah) Bank Periode : : Portfolio A 20x2 Portfolio B 20x1 20x2 TOTAL 20x1 20x2 20x1 INFORMASI AWAL PERIODE Portfolio Pembiayaan(Project) Saldo Awal INFORMASI PERIODE BERJALAN Portfolio Pembiayaan(Project) Penerimaan dana Penarikan dana Keuntungan (rugi) Investasi Beban/biaya Fee/penerimaan bank INFORMASI AKHIR PERIODE Portfolio Pembiayaan(Project) Saldo Akhir *) Untuk bank yang bertindak sebagai agen dalam menyalurkan dana (Channeling agent) 499 Lampiran 33 Lampiran 15 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS tanggal 9 Desember 2005 Lampiran - 15 DISTRIBUSI BAGI HASIL Bank : Periode : Jenis Penghimpunan 1. Giro Wadiah a. Bank b. Non Bank 2. Tabungan Mudharabah a. Bank b. Non Bank 3. Deposito Mudharabah a. Bank - 1 Bulan - 3 Bulan - 6 Bulan - 12 Bulan b. Non Bank - 1 Bulan - 3 Bulan - 6 Bulan - 12 Bulan Saldo Rata-rata Pendapatan yang harus dibagi hasil A A1 B B1 C A2 B2 C2 D2 E2 A3 A4 A5 A6 B3 B4 B5 B6 C3 C4 C5 C6 D3 D4 D5 D6 E3 E4 E5 E6 D E Nisbah A B C TOTAL Ket : A = Entry B = B1+B2+B3+B4+B5+B6 C = Entry, untuk penghimpunan jenis wadiah pada kolom nisbah tidak diisi D = D1+D2+D3+D4+D5+D6 D = B X C , kecuali untuk D1 (tergantung kebijaksanaan bank untuk pemberian bonus wadiah) E = (D/A X 100%) X 12 Porsi Pemilik Dana Jumlah bonus dan bagi hasil D D1 Indikasi Rate of Return E E1 500 Lampiran 34 Lampiran. 16 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS tanggal 9 Desember 2005 INFORMASI KEUANGAN USAHA SYARIAH NERACA No POS - POS A. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 AKTIVA Kas Giro Bank Indonesia Sertifikat Wadiah Bank Indonesia Penempatan Pada Bank Lain PPAP Penempatan Pada Bank Lain -/Surat Berharga Yang Dimiliki PPAP Surat Berharga Yang Dimilki -/Piutang Murabaha PPAP Piutang Murabaha -/Piutang Lainnya PPAP Piutang lainnya -/Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah PPAP Pembiayaan -/Pendapatan Yang Masih Akan Diterima Biaya Dibayar Dimuka Aktiva Tetap Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap -/Aktiva Lain-lain JUMLAH AKTIVA B. 1 2 3 4 5 6 7 PASIVA Dana Simpanan Wadiah Kewajiban Segera Lainnya Kewajiban Kepada Bank Indonesia (FPJPS) Kewajiban Kepada Bank Lain Surat Berharga Yang Diterbitkan Kewajiban Lain-lain Dana Investasi tidak terikat a. Tabungan Mudharabah b. Deposito Mudharabah Saldo Laba (Rugi) JUMLAH PASIVA 8 Posisi Tgl Laporan Posisi Tgl Sebelumnya Posisi Tgl Laporan Posisi Tgl Sebelumnya Posisi Tgl Laporan Posisi Tgl Sebelumnya LABA-RUGI No. POS - POS A. PENDAPATAN OPERASIONAL 1 2 3 4 B. Margin Murabaha Bagi Hasil Mudharabah Bonus Pendapatan Operasional Lainnya JUMLAH PENDAPATAN OPERASIONAL C. Bagi Hasil untuk Investor Dana Investor tdk terikat D. E. F. 1 2 3 4 5 G. a. Bank b. Bukan bank c. Bank Indonesia (FPJPS) JUMLAH BAGI HASIL Pendapatan operasional setelah distribusi bagi hasil untuk investor dana investasi tidak terikat BEBAN Operasional Bonus Wadiah Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Beban Umum & Administrasi Beban Personalia Beban Lainnya JUMLAH BEBAN OPERASIONAL H. PENDAPATAN (BEBAN) OPERASIONAL BERSIH I. J. Pendapatan Non Operasional Beban Non Operasional K. LABA (RUGI) NON OPERASIONAL L. LABA (RUGI) TAHUN BERJALAN KOMITMEN DAN KONTINJENSI 1 2 3 4 Fasilitas pembiayaan kepada nasabah yang belum ditarik Irrevocable L/C yang masih berjalan Garansi (Kafalah) yang diberikan Lainnya ………….. , ………………… Dewan Pengawas Syariah Pimpinan/Kepala Unit Usaha Syairah 501 Lampiran 35 Lampiran 4 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/11/DPbS tanggal 7 Maret 2006 PEDOMAN PENYUSUNAN NERACA - UUS NO. POS-POS LBUS POS-POS L/K PUBLIKASI Sandi LBUS Catatan untuk Laporan Keuangan Publikasi Bulanan AKTIVA 1. 2 3 Kas Giro BI Kas Penempatan Pada BI Giro Wadiah Sertifikat Wadiah Bank Indonesia 100 120 03) 120(10) 120 Penempatan Pada BI 03) a. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia b. Lainnya 120(20) 120(90) Lainnya masuk ke SWBI 4 Penempatan Pada Bank Lain PPAP Penempatan Pada Bank lain 130 04) -/Jenis : 1 Simpanan Wadiah a. Giro b. Tabungan c. Lainnya 2 Dana Investasi Tidak Terikat a. Tabungan Mudharabah b. Deposito Mudharabah c. Lainnya 3 Pembiayaan a. Mudharabah b. Musyarakah 4 Piutang a. Al-Qardh b. Lainnya 5 Tagihan akseptasi 130(11) 130(12) 130(19) 130(21) 130(25) 130(30) 130(64) 130(65) 130(67) 130(69) 130(73) PPAP -/13) a. Cadangan umum b. Cadangan khusus 4. Surat Berharga Yang Dimiliki PPAP entry dari : Total : sebagian 205(10) 205(10) sebagian 207(10) 207(10) 140 Surat Berharga Yang Dimiliki 05) -/Tujuan pemilikan : 1. Dimiliki hingga jatuh tempo 2. Lainnya Kol.IV (1) Kol.IV (3), Lainnya termasuk juga "Tersedia untuk dijual" Jenis : 1 Surat Berharga Pasar Keuangan Syariah a. Wesel - Wesel ekspor - SKBDN - Lainnya b. Lainnya 2 Surat Berharga Pasar Modal Syariah a. Sertifikat Reksadana Syariah b. Obligasi - Dalam Rangka Rekapitalisasi Perbankan . Lainnya c. Lainnya 3 Lainnya 140(55) 140(57) 140(59) 140(69) 140(81) 140(82) 140(83) 140(89) 140(99) PENEMPATAN PADA BANK LAIN 04) 1 Surat Berharga Pasar Keuangan Syariah a. Dimiliki hingga jatuh tempo i. Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank (IMA) ii. Lainnya b. Lainnya i. Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank (IMA) ii.Lainnya 2 Surat Berharga Pasar Modal Syariah a. Dimiliki hingga jatuh tempo i. Obligasi Syariah Subordinasi ii. Obligasi Syariah Lainnya iii. Lainnya b. Lainnya i. Obligasi Syariah Subordinasi ii. Obligasi Syariah Lainnya iii. Lainnya RUPA-RUPA AKTIVA 17) Penyisihan dalam rangka restrukturisasi Surat berharga yang dimiliki PPAP -/13) 1 Surat berharga yang dimiliki a. Cadang umum b. Cadangan khusus 2 Penempatan pada bank lain - surat berharga a. Cadang umum b. Cadangan khusus 5 130(51) 130(53) 130(54) 130(57) 130(58) 130(59) 130(60) 130(61) 130(62) 130(63) -/- 230,Kol.I (30) entry dari : 205(20) 207(20) digabung ke Penempatan (No.3) 205(10) 207(10) Piutang Murabaha Dibedakan atas hubungan dengan bank : 1. Terkait dengan Bank 2. Tidak terkait dengan Bank PPAP 150,Kol.VII.2(1) 150,Kol.VII.2(2) -/Piutang Murabahah 06) Pendapatan Margin Murabahah yang ditangguhkan RUPA-RUPA AKTIVA 17) Penyisihan dalam rangka restrukturisasi Piutang -/- PPAP -/13) 1 Piutang yang tidak direstrukturisasi a. Cadangan umum b. Cadangan khusus 2 Piutang yang direstrukturisasi a. Cadangan umum b. Cadangan khusus 150 -/- 06) 151 230,Kol.I (31) entry dari : 205(35) 207(31) 205(35) 207(31) 502 Page 1 of 5 Lanjutan Lampiran 35 Lampiran 4 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/11/DPbS tanggal 7 Maret 2006 PEDOMAN PENYUSUNAN NERACA - UUS NO. 6 POS-POS LBUS POS-POS L/K PUBLIKASI Sandi LBUS Catatan untuk Laporan Keuangan Publikasi Bulanan Piutang Lain Piutang Lain PPAP a. Piutang Salam b.Piutang Istishna -/- 152 07) 08) 153 c. Pendapatan margin Istishna' yang ditangguhkan d. Piutang Qardh 09) e. Ijarah 44) Aktiva Ijarah : 1 Gedung/Ruang kantor 2 Gudang 3 Ruko/Rukan 4 Rumah/Apartemen 5 Hotel 6 Tanah 7 Kendaraan bermotor 8 Mesin 9 Peralatan kantor 10 Kapal laut 11 Pesawat terbang 12 Alat-alat berat (heavy equipment) 13 Lain-lain -/- Pembiayaan Mudharabah & Musyarakah PPAP 180,Kol.I (10) 180,Kol.I (15) 180,Kol.I (20) 180,Kol.I (25) 180,Kol.I (30) 180,Kol.I (35) 180,Kol.I (40) 180,Kol.I (45) 180,Kol.I (50) 180,Kol.I (55) 180,Kol.I (60) 180,Kol.I (65) 180,Kol.I (99) Akumulasi Penyusutan/Amortisasi 185,Kol.VI PPAP -/13) 1 Piutang yang tidak direstrukturisasi a. Cadangan umum b. Cadangan khusus 2 Piutang yang direstrukturisasi a. Cadangan umum b. Cadangan khusus 3, Lainnya entry dari : PPAP -/13) Ijarah a. Cadangan umum b. Cadangan khusus 7 154 159 205(36, 37, 38) 207(36, 37, 38)) 205(32, 33, 34) 207(32, 33, 34) 90 205(61) 207(61) Pembiayaan 10) -/Jenis Pembiayaan : a. Pembiayaan Mudharabah b. Pembiayaan Musyarakah 160 161 Pembiayaan lainnya (169) masuk Pembiayaan Mudharabah RUPA-RUPA AKTIVA 17) Penyisihan dalam rangka restrukturisasi Pembiayaan -/- PPAP -/13) 1 Pembiayaan yang tidak direstrukturisasi a. Cadangan umum b. Cadangan khusus 2 Pembiayaan yang direstrukturisasi a. Cadangan umum b. Cadangan khusus 8 RUPA-RUPA AKTIVA Pendapatan Yang Akan Diterima RUPA-RUPA AKTIVA Biaya dibayar dimuka 207(56,57,59) 205(51,52,55) 207(51,52,55) 230,Kol.I (36) 230,Kol.I (39) 17) Beban yang dibayar dimuka Uang Muka Murabahah kepada pemasok 10 Aktiva Tetap dan Inventaris Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap dan Inventaris entry dari : 205(56,57,59) 17) Pendapatan yang akan diterima a. Pendapatan Ijarah yang akan diterima b. Lainnya 9 230,Kol.I (32) 230,Kol.I (50) 230,Kol.I (20) Aktiva Tetap dan Inventaris -/- a. Aktiva Tetap (Tanah, Gedung) dan Inventaris b. Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap (Gedung) dan Inventaris -/- 213 + 215 214 + 216 11 Aktiva lain-lain 170 Persediaan Tagihan Lainnya 11) Jenis : 1 Dana Talangan a. Dalam rangka pembiayaan transaksi perdagangan s/d 15 hari b. Lainnya 2 Tagihan Akseptasi 3 Piutang kepada pembeli 4 Piutang kepada penjual 5 Piutang kepada mudharib 6 Lainnya PPAP -/13) Tagihan lainnya a. Cadangan umum b. Cadangan khusus PENYERTAAN 190, Kol.II (11) 190,Kol.II (19) 190,Kol.II (20) 190,Kol.II (30) 190,Kol.II (40) 190,Kol.II (50) 190,Kol.II (90) entry dari : 205(45) 207(45) 12) Jenis Perusahaan : 1 Lembaga keuangan bukan bank 2 Lainnya 200,Kol.II (10) Tujuan : 1 Dalam rangka pendirian/kepemilikan anak perusahaan 2 Dalam rangka restrukturisasi piutang/pembiayaan 200,Kol.V (1) PENEMPATAN PADA BANK LAIN 04) Penyertaan 200,Kol.II (90) 200,Kol.V (2) 130(90) 503 Page 2 of 5 Lanjutan Lampiran 35 Lampiran 4 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/11/DPbS tanggal 7 Maret 2006 PEDOMAN PENYUSUNAN NERACA - UUS NO. POS-POS LBUS POS-POS L/K PUBLIKASI RUPA-RUPA AKTIVA 17) Penyisihan dalam rangka restrukturisasi Penyertaan -/- PPAP -/13) 1 Penempatan pada bank lain - penyertaan a. Cadangan umum b. Cadangan khusus 2 Penyertaan a. Cadangan umum b. Cadangan khusus Aktiva Istishna Dalam Penyelesaian 14) Tujuan : a. Dalam rangka Istishna Paralel b. Lainnya Termin Istishna 14) -/- Sandi LBUS Catatan untuk Laporan Keuangan Publikasi Bulanan 230,Kol.I (33) entry dari : digabung di Penempatan (No.3) 205(10) 207(10) 205(40) 207(40) 210,Kol.II (1) 210,Kol.II (2) 211,Kol.IX Hasil offsetting debet Uang muka pajak dan Taksiran pajak penghasilan RUPA-RUPA AKTIVA 17) Uang muka pajak 230,Kol.I (40) RUPA-RUPA PASIVA 29) Taksiran pajak penghasilan RUPA-RUPA AKTIVA -/- 17) 230,Kol.I (70) Aktiva pajak tangguhan RUPA-RUPA AKTIVA 400(30) 17) Agunan yang diambil alih 230,Kol.I (45) Rupa-Rupa Aktiva 17) 1 Emas dan mata uang emas 2 Commemorative coin/notes a. Nilai Nominal b. Selisih harga perolehan atas nilai nominal 3 Tagihan inkaso 4 Penyisihan dalam rangka restrukturisasi -/- Lainnya -/5 Beban yang ditangguhkan 6 Talangan dalam rangka program pemerintah 7 Goodwill 8 Lain-lain TAGIHAN LAINNYA 11) Lainnya 230,Kol.I (05) 230,Kol.I (10) 230,Kol.I (15) 230,kol.I (25) 230,Kol.I (34) 230,Kol.I (55) 230,Kol.I (65) 230,Kol.I (75) 230,Kol.I (99) 190,Kol.II (90) PENEMPATAN PADA BANK LAIN 04) 1 Travellers' Cheque (Cek Perjalanan) yang dibeli/diambil alih 2 Setoran jaminan dalam rangka transaksi perdagangan 3 Dana Pelunasan Obligasi 4 Lainnya Hasil offsetting debet Antar kantor Aktiva dan Antar kantor Pasiva Antar Kantor Aktiva a. Melakukan kegiatan operasional di Indonesia 15) b. Melakukan kegiatan operasional diluar Indonesia 16) Antar Kantor Pasiva -/a. Melakukan kegiatan operasional di Indonesia 27) b. Melakukan kegiatan operasional diluar Indonesia 28) 130(77) 130(45) 130(80) 130(99) 223 224 393 394 504 Page 3 of 5 Lanjutan Lampiran 35 Lampiran 4 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/11/DPbS tanggal 7 Maret 2006 PEDOMAN PENYUSUNAN NERACA - UUS NO. POS-POS LBUS POS-POS L/K PUBLIKASI Sandi LBUS Catatan untuk Laporan Keuangan Publikasi Bulanan PASIVA 1. Dana Simpanan Wadiah Dana Simpanan Wadiah 18) Jenis : 1 Giro Wadiah 2 Tabungan Wadiah 3 Lainnya 301,Kol.III (10) 302,Kol.III (20) 309,Kol.III (99) Lainnya masuk ke Tab.Wadiah 2 3 Kewajiban segera lainnya Kewajiban Kepada Bank Indonesia (FPJPS) KEWAJIBAN LAINNYA 24) 1 Kewajiban kpd pemerintah yg belum dipindahbukukan 2 Bagi hasil yang sudah jatuh tempo 3 Transfer 4 Lainnya Kewajiban Kepada Bank Indonesia 20) 1 Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah (FPJPS) 2 Pembiayaan yang diterima (KLBI dalam rangka KUK) 3 Lainnya 365(10) 365(20) 365(30) 365(99) 340 (10) 340 (40) 340 (99) Lainnya = Pembiayaan yg diterima dan Lainnya 4 5 Kewajiban Kepada Bank Lain Surat Berharga Yang Diterbitkan Kewajiban Kepada Bank Lain 21) 1 Simpanan a. Giro Wadiah b. Tabungan Wadiah c. Lainnya 2 Titipan dalam rangka pembiayaan Mudharabah Muqayyadah 3 Pembiayaan/pinjaman yang diterima a. Mudharabah b. Musyarakah c. Pinjaman Qardh d. Lainnya 4 Kewajiban akseptasi Surat Berharga Yang Diterbitkan 22) Jenis : 1 Surat Berharga Pasar Uang Syariah 2 Surat Berharga Pasar Modal Syariah a. Obligasi Syariah Subordinasi b. Obligasi Syariah lainnya c. Lainnya 3 Cek Perjalanan (TC) yang telah dijual 4 Lain-lain KEWAJIBAN KEPADA BANK LAIN 21) 1 Surat Berharga Pasar Uang Syariah a. Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank (IMA) b. Lainnya 2 Surat Berharga Pasar Modal Syariah a. Obligasi Syariah Subordinasi b. Obligasi Syariah Lainnya c. Lain-lain 6 Kewajiban Lain-lain Pembiayaan/Pinjaman Yang Diterima 23) Jenis : 1 Pembiayaan Mudharabah 2 Pembiayaan Musyarakah 3 Pinjaman Qardh 4 Lainnya RUPA-RUPA PASIVA 29) Penyisihan Penghapusan utk Transaksi Rekening Administratif i. Cadangan Umum ii. Cadangan Khusus 350(10) 350(20) 350(29) 350(50) 350(81) 350(82) 350(83) 350(89) 350(95) 355(51) 355(71) 355(72) 355(79) 355(81) 355(99) 350(51) 350(59) 350(61) 350(62) 350(69) 360(10) 360(20) 360(30) 360(99) 400(80) 400(81) RUPA-RUPA PASIVA 29) Beban bagi hasil yang masih harus dibayar 400(20) Hasil offsetting kredit Taksiran pajak penghasilan dan Uang muka pajak RUPA-RUPA PASIVA 29) Taksiran pajak penghasilan 400(30) RUPA-RUPA AKTIVA 17) -/- Uang muka pajak 230,Kol.I (40) RUPA-RUPA PASIVA 29) Pasiva pajak tangguhan 400(85) Kewajiban Lainnya 24) 1 Uang Muka Murabahah dari pembeli 2 Uang Muka Istishna' dari Pembeli 3 Kewajiban akseptasi 4 Hutang Salam 5 Hutang Istishna' kepada produsen 6 Titipan dalam rangka pembiayaan Mudharabah Muqayyadah KEWAJIBAN KEPADA BANK LAIN 21) 1 Setoran jaminan 2 Lain-lain SETORAN JAMINAN 26) Tujuan : 1 Dalam rangka perdagangan Luar Negeri 2 Dalam rangka perdagangan Dalam Negeri 3 Lainnya RUPA-RUPA PASIVA 29) 1 Deviden yang belum dibayar 2 Pendapatan yang ditangguhkan (bukan dalam rangka restrukturisasi) i. Pendapatan Istishna' ii. Lainnya 3 Lain-Lain 365(40) 365(45) 365(50) 365(60) 365(70) 365(80) 350(46) 350(99) 370,Kol.I (1) 370,Kol.I (5) 370,Kol.I (9) 400(25) 400(51) 400(59) 400(99) 505 Page 4 of 5 Lanjutan Lampiran 35 Lampiran 4 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/11/DPbS tanggal 7 Maret 2006 PEDOMAN PENYUSUNAN NERACA - UUS NO. POS-POS LBUS POS-POS L/K PUBLIKASI Hasil offsetting kredit Antar kantor Aktiva dan Antar kantor Pasiva Antar Kantor Pasiva a. Melakukan kegiatan operasional di Indonesia 27) b. Melakukan kegiatan operasional diluar Indonesia 28) Antar Kantor Aktiva -/a. Melakukan kegiatan operasional di Indonesia 15) b. Melakukan kegiatan operasional diluar Indonesia 16) Pinjaman Subordinasi 25) a. Terkait dengan bank b. Tidak Terkait dengan bank 394 223 224 340 (30) 21) Rupa-Rupa Pasiva 29) Pendapatan yang ditangguhkan (dalam rangka restrukturisasi) i. Pendapatan Istishna' ii. Lainnya Dana investasi Tidak Terikat (Mudharabah Muthlaqah) a. Tabungan Mudharabah b. Deposito Mudharabah b.1. Rupiah b.2. Valuta asing 393 368,Kol.II.2a(1) KEWAJIBAN KEPADA BANK LAIN Pinjaman Subordinasi a. Terkait dengan bank b. Tidak Terkait dengan bank 7 Catatan untuk Laporan Keuangan Publikasi Bulanan 368,Kol.II.2b(2) KEWAJIBAN KEPADA BANK INDONESIA 20) Pinjaman Subordinasi Modal Pinjaman Sandi LBUS 350(72) Kol.III.1 (1) Kol.III.1 (2) 400(41) 400(49) 410 30) Dibedakan sesuai jenis valuta (untuk deposito) : Jenis valuta : sesuai valuta di Daftar Sandi Jenis Valuta (DSJV) Kol.III DSJV (036 - 959) Rp=360, Valuta asing= Non 360 Dana Investasi Tidak Terikat Jenis : 1 Tabungan Mudharabah 2 Deposito Mudharabah 3 Lainnya 19) 321 (21) 322 (22) 329(29) Lainnya masuk ke Tab.Mudharabah Kewajiban Kepada Bank Lain 21) Dana Investasi Tidak Terikat a. Tabungan Mudharabah b. Deposito Mudharabah c. Lainnya 8 350(30) 350(35) 350(39) Saldo Laba (rugi) Saldo laba (rugi) : Cadangan a. Cadangan Umum b. Cadangan Khusus 451 452 Laba/Rugi a. Tahun-Tahun Lalu i. Laba ii. Rugi -/b. Tahun Berjalan 02) i. Laba ii. Rugi -/- 461 462 465 466 506 Page 5 of 5 Lampiran 36 Lampiran 18 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS tanggal 9 Desember 2005 Lampiran 18 PEDOMAN PENYUSUNAN LABA/RUGI - UUS POS L/K PUBLIKASI A. 1 2 Pendapatan Operasional Marjin Murabaha Bagi Hasil Mudharabah 1) LBUS A. Pendapatan Operasional A.1. Penduduk 1. Dari Pihak Ketiga Bukan Bank a. Pendapatan Margin Murabahah 102 A.2. Bukan Penduduk 1. Dari Pihak Ketiga Bukan Bank a. Pendapatan Margin Murabahah 120 A.1. Penduduk 1. Dari Pihak Ketiga Bukan Bank e. Pendapatan bagi hasil Mudharabah f. Pendapatan bagi hasil Musyarakah 3. Dari bank-bank lain di Indonesia b. Pendapatan bagi hasil Mudharabah i. Tabungan Mudharabah ii. Deposito Mudharabah iii. Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank iv. Lainnya A.2. Bukan Penduduk 1. Dari Pihak Ketiga Bukan Bank e. Pendapatan bagi hasil Mudharabah f. Pendapatan bagi hasil Musyarakah 2 Dari bank-bank lain di Indonesia b. Pendapatan bagi hasil Mudharabah i. Tabungan Mudharabah ii. Deposito Mudharabah iii. Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank iv. Lainnya 3 Bonus A.1. Penduduk 2. Dari Bank Indonesia a. Bonus SWBI 3. Dari bank-bank lain di Indonesia a. Bonus dari Bank Syariah lain A.2. Bukan Penduduk 2 Dari bank-bank lain di Indonesia a. Bonus dari Bank Syariah lain 4 Sandi LBU 107 108 115 116 117 118 125 126 131 132 133 134 112 114 130 Pendapatan Operasional Lainnya A.1. Penduduk 1. Dari Pihak Ketiga Bukan Bank b. Pendapatan Bersih Salam Paralel c. Pendapatan Bersih Istishna Paralel i. Pendapatan Istishna' ii. Harga Pokok Istishna' -/d. Pendapatan Sewa Ijarah g. Pendapatan dari penyertaan h. Lainnya 2. Dari Bank Indonesia b. Lainnya 3. Dari bank-bank lain di Indonesia c. Lainnya A.2. Bukan Penduduk 1. Dari Pihak Ketiga Bukan Bank b. Pendapatan Bersih Salam Paralel 103 104 105 106 109 111 113 119 121 507 Lanjutan Lampiran 36 PEDOMAN PENYUSUNAN LABA/RUGI - UUS POS L/K PUBLIKASI 1) LBUS c. Pendapatan Bersih Istishna Paralel i. Pendapatan Istishna' ii. Harga Pokok Istishna' -/d. Pendapatan Sewa Ijarah g. Pendapatan dari penyertaan h. Lainnya 2 Dari bank-bank lain di Indonesia c. Lainnya B. Pendapatan Operasional Lainnya 1. Jasa Investasi Terikat (Mudharabah Muqayyadah ) 2. Jasa layanan 2.1 Transfer 2.2 Bank garansi 2.3 Inkaso 2.4 Penerbitan L/C 2.5 Lainnya 3. Pendapatan dari transaksi valuta asing 4. Koreksi PPAP 5. Koreksi Penyisihan Penghapusan Transaksi Rekening Administratif 6. Lainnya B. C. JUMLAH PENDAPATAN OPERASIONAL Bagi hasil untuk Investor Dana Investasi Tidak Terikat -/1. Bank 2. Bukan Bank 3. Bank Indonesia Bagi hasil untuk Investor Dana Investasi Tidak Terikat -/A. Penduduk 1 Bank-bank lain di Indonesia dan diluar Indonesia (Bank) a. Tabungan Mudharabah b. Deposito Mudharabah c. Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank d. Lainnya 2 Pihak ketiga bukan bank (Bukan Bank) a. Tabungan Mudharabah b. Deposito Mudharabah c. Lainnya 3 Bank Indonesia a. FPJP Syariah b. Lainnya 2 Pihak ketiga bukan bank (Bukan Bank) a. Tabungan Mudharabah b. Deposito Mudharabah c. Lainnya JUMLAH DISTRIBUSI BAGI HASIL E. Pendapatan Operasional setelah distribusi bagi hasil Untuk Investor Dana Investasi Tidak Terikat ( B - D ) F. Beban Operasional 122 123 124 127 129 135 136 137 138 139 140 141 143 144 145 146 149 ( A. 1 + A. 2 + A. 3 + A. 4) B. Bukan penduduk 1 Bank-bank lain di Indonesia dan diluar Indonesia (Bank) a. Tabungan Mudharabah b. Deposito Mudharabah c. Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank d. Lainnya D. Sandi LBU 156 157 158 159 151 152 153 154 155 164 165 167 169 160 161 163 (C. 1 + C. 2 + C. 3) Pendapatan Operasional setelah distribusi bagi hasil Untuk Investor Dana Investasi Tidak Terikat ( A - B ) A. Surplus B. Defisit 508 Lanjutan Lampiran 36 PEDOMAN PENYUSUNAN LABA/RUGI - UUS POS L/K PUBLIKASI 1 2 Bonus Wadiah 1) LBUS Beban operasional Beban Bonus titipan wadiah 1. Penduduk 1.1. Bank Indonesia 1.2. Bank-bank lain di Indonesia 1.3. Pihak ketiga bukan bank 2. Bukan Penduduk 2.1. Bank-bank lain di luar Indonesia 2.2. Pihak ketiga bukan bank Beban operasional Penyusutan/Penyisihan/amortisasi/penghapusan Transaksi Rekening Administratif Beban administrasi dan umum Premi Asuransi Penelitian dan pengembangan Sewa Pajak-Pajak (Tidak termasuk pajak penghasilan) Pemeliharaan dan perbaikan aktiva tetap dan inventaris F. Penyusutan/Penyisihan/amortisasi/penghapusan 1. Penyusutan aktiva tetap dan inventaris 2. Biaya yang ditangguhkan 5 190 192 Beban personalia 373 374 375 376 377 380 381 382 383 385 386 389 387 Beban operasional A. B. C. D. E. 4 185 186 189 Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Beban operasional Penyusutan/penyisihan/amortisasi/penghapusan 1 Penyusutan/Amortisasi aktiva Ijarah 2 Surat berharga yang dimiliki 3 Penempatan dana antarbank 4 Piutang 4.1. Piutang Murabahah 4.2. Piutang Salam dan Istishna 4.3. Piutang Qardh 5 Tagihan lainnya 6 Pembiayaan 6.1. Pembiayaan Mudharabah 6.2. Pembiayaan Musyarakah 6.3. Lainnya 7 Penyertaan 8 Lainnya 3 Sandi LBU 279 320 330 350 360 371 372 Beban operasional A. Tenaga kerja 1. Gaji dan upah 2. Honorarium Komisaris/Dewan Pengawas Syariah/ Direksi 3. Lainnya B. Pendidikan dan pelatihan 302 309 310 Beban operasional Penurunan nilai surat berharga 390 Beban operasional Beban transaksi valuta asing 200 Beban operasional Promosi 340 301 Beban Lainnya 509 Lanjutan Lampiran 36 PEDOMAN PENYUSUNAN LABA/RUGI - UUS POS L/K PUBLIKASI G. JUMLAH BEBAN OPERASIONAL 1) LBUS Beban operasional A. Premi dalam rangka Penjaminan Dana Pihak Ketiga B. Lainnya C. Biaya Perbaikan Aktiva Ijarah 272 399 210 Beban non-operasional Kerugian restrukturisasi Penyaluran dana Investasi Tidak Terikat 423 (F. 1 + F. 2 + F. 3 + F. 4 + F. 5) H. PENDAPATAN (BEBAN) OPERASIONAL BERSIH (E - G) PENDAPATAN (BEBAN) OPERASIONAL BERSIH (E - G) I. J. Pendapatan Non Operasional Beban Non Operasional 3) Pendapatan Non Operasional A. Keuntungan karena penjualan aktiva tetap dan inventaris B. Keuntungan Pelepasan Aktiva Ijarah C. Hasil offsetting kredit Imbalan antar kantor 1. KP/KC di Indonesia (413) 2. KP/KC di luar Indonesia (414) D. Selisih kurs E. Lainnya 2) 1 Lainnya 2 Pendapatan pajak tangguhan 2) K. Laba (Rugi) Non Operasional (I - J) Beban Non Operasional A. Kerugian karena penjualan/kehilangan aktiva tetap dan inventaris B. Kerugian Pelepasan Aktiva Ijarah C. Denda-denda/sanksi-sanksi D. Selisih kurs E. Hasil offsetting debet Imbalan antar kantor 1. KP/KC di Indonesia (426) 2. KP/KC di luar Indonesia (427) F. Lainnya 3) Laba (Rugi) Non Operasional (I - J) L. Laba (Rugi) Tahun Berjalan (H + K) 4) Laba (Rugi) Tahun Berjalan (H + K) 1) 2) Daftar rincian ini diisi secara akumulatif sejak awal tahun buku bank pelapor sampai dengan tanggal akhir bulan laporan Sub pos "Lainnya" pada Pendapatan Non Operasional harus dirinci pada Form-42 (Rincian Pendapatan Non-Operasional Lainnya) apabila jumlahnya melebihi 25% dari sandi 410 Sub pos "Lainnya" pada Beban Non Operasional harus dirinci pada Form-43 (Rincian Beban Non-Operasional Lainnya) apabila jumlahnya melebihi 25 % dari sandi 420 Jumlah ini harus sama dengan pos 17.b (Laba/Rugi Tahun Berjalan) - Pasiva, Neraca 3) 4) Sandi LBU 410 411 412 (413+414) (426+427) 415 419 447 420 421 422 424 425 (426+427) (413+414) 429 510 Lampiran 37 Lampiran 19 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS tanggal 9 Desember 2005 Lampiran 19 PEDOMAN PENYUSUNAN KOMITMEN DAN KONTINJENSI - UUS No 1 2 3 4 POS-POS L/K PUBLIKASI Fasilitas pembiayaan kepada nasabah yang belum ditarik Irrevocable L/C yang masih berjalan Garansi (Kafalah) yang diberikan POS - POS LBUS Kewajiban Komitmen Fasilitas Pembiayaan kepada nasabah yang belum ditarik 10) a. Pembiayaan Mudharabah b. Pembiayaan Musyarakah c. Pembiayaan Lainnya Sandi LBUS 536 537 539 (Lainnya masuk ke Mudharabah) Kewajiban Komitmen Irrevocable L/C yang masih berjalan 34) a. L/C Luar Negeri b. L/C Dalam Negeri 561 562 Kewajiban Kontinjensi Garansi (Kafalah) Yang Diberikan 599 35) Lainnya Tagihan Komitmen Fasilitas Pembiayaan Yang Belum Ditarik dari : a. Bank Indonesia b. Bank di Dalam negeri c. Bank di Luar negeri d. Lainnya 500 505 510 514 Posisi Pembelian Spot Yang Masih Berjalan a. Terkait dengan Bank b. Tidak Terkait dengan Bank 515 520 Posisi Pembelian Forward Yang Masih Berjalan a. Terkait dengan Bank b. Tidak Terkait dengan Bank 521 524 Lainnya (Tagihan komitmen selain yang diatas) a. Terkait dengan Bank b. Tidak Terkait dengan Bank 525 529 Kewajiban Komitmen Fasilitas Piutang Qardh yang belum ditarik 9) a. Dalam rangka talangan Ongkos Naik Haji (ONH) b. Dalam rangka talangan atas transaksi perdagangan > 15 hr c. Lainnya 531 532 535 Fasilitas Pembiayaan kepada Bank Syariah Lain yang belum ditarik 540 Posisi Penjualan Spot Yang Masih Berjalan a. Terkait dengan Bank b. Tidak Terkait dengan Bank 571 575 Posisi Penjualan Forward Yang Masih Berjalan a. Terkait dengan Bank b. Tidak Terkait dengan Bank 576 579 Lainnya (Kewajiban komitmen selain yang diatas) a. Terkait dengan Bank b. Tidak Terkait dengan Bank 580 585 Jumlah Komitmen Bersih Tagihan Kontinjensi Garansi (Kafalah) Yang Diterima Pendapatan yang akan diterima (non-lancar) a. Terkait dengan bank i. Pendapatan Sewa Ijarah ii. Lainnya b. Tidak terkait dengan bank i. Pendapatan Sewa Ijarah ii. Pendapatan Margin Murabahah iii. Pendapatan dari Istishna Paralel iv. Pendapatan dari Salam Paralel ii. Lainnya Lainnya Kewajiban Kontinjensi Lainnya 591 592 594 595 597 598 609 Jumlah Kontinjensi Bersih 511 Lampiran 38 Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 11/ 33 /DPNP tanggal 8 Desember 2009 PENYESUAIAN PEDOMAN AKUNTANSI PERBANKAN INDONESIA (PAPI) 2008 BAB III : Penjelasan Umum 2. Ketentuan Transisi D. Estimasi Penurunan Nilai Kolektif Dengan Keterbatasan Pengalaman Kerugian Spesifik 1. Cakupan a. Penerapan estimasi ini hanya berlaku untuk penurunan nilai aset keuangan dalam bentuk Kredit dalam: 1) kategori Pinjaman yang Diberikan dan Piutang, 2) kategori Dimiliki Hingga Jatuh Tempo, serta 3) kategori Tersedia Untuk Dijual yang dilakukan secara kolektif (collective impairment). b. Penerapan estimasi ini hanya dapat dilakukan oleh bank-bank tertentu yang memiliki kondisi keterbatasan sebagaimana pada angka 3. 2. Penerapan a. Sebagaimana diatur dalam PSAK 55 (Revisi 2006) paragraf 63 dan Pedoman Aplikasi PSAK 55 (Revisi 2006) paragraf 102-105, evaluasi penurunan nilai harus dilakukan berdasarkan suatu proses estimasi yang dapat menghasilkan satu nilai kerugian atau kisaran (range) nilai kerugian terbaik yang mungkin terjadi. Estimasi penurunan nilai secara kolektif terhadap kelompok aset keuangan dimaksud didasarkan pada kerugian historis yang pernah dialami aset-aset keuangan yang memiliki karakteristik risiko kredit yang serupa dengan karakteristik risiko kredit kelompok aset keuangan tersebut. Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia | 1 512 Lanjutan Lampiran 38 Jika bank tidak atau kurang memiliki pengalaman kerugian yang spesifik, maka bank juga dapat menggunakan pengalaman peer group atas kelompok aset keuangan yang sebanding. b. Dalam hal Bank belum dapat melakukan proses estimasi yang memadai dan belum memiliki data kerugian historis yang memadai untuk menentukan besarnya penurunan nilai atas Kredit secara kolektif sesuai persyaratan dalam PSAK 55 dan PAPI, maka pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) dapat menggunakan estimasi yang didasarkan pada ketentuan Bank Indonesia yang berlaku mengenai Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum. Acuan pada ketentuan Bank Indonesia dilakukan dengan pertimbangan bahwa penyusunan ketentuan tersebut telah didasarkan pada analisis kondisi perbankan di Indonesia mengenai estimasi besarnya kebutuhan pencadangan yang didasarkan pada probability of default dan kerugian historis. c. Penerapan estimasi ini dilakukan setelah bank melakukan proses sebagaimana diatur dalam PSAK 55 (Revisi 2006), yaitu: 1) Bank harus mengklasifikasikan Kredit yang akan dievaluasi secara kolektif; dan 2) Bank harus mengevaluasi terdapatnya bukti obyektif mengenai penurunan nilai secara periodik atas Kredit yang dinilai secara kolektif tersebut. d. Pembentukan CKPN atas Kredit secara kolektif sebagaimana dimaksud pada huruf b di atas dilakukan dengan mengacu pada pembentukan cadangan umum dan cadangan khusus sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum, yaitu sebagai berikut: Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia | 2 513 Lanjutan Lampiran 38 1) 1% atas Kredit yang memenuhi kualitas Lancar, kecuali untuk bagian Kredit yang dijamin dengan agunan tunai sesuai ketentuan Bank Indonesia dimaksud; 2) 5% atas Kredit yang memenuhi kualitas Dalam Perhatian Khusus setelah dikurangi nilai agunan sesuai ketentuan Bank Indonesia dimaksud; 3) 15% atas Kredit yang memenuhi kualitas Kurang Lancar setelah dikurangi nilai agunan sesuai ketentuan Bank Indonesia dimaksud; 4) 50% atas Kredit yang memenuhi kualitas Diragukan setelah dikurangi nilai agunan sesuai ketentuan Bank Indonesia dimaksud; dan/atau 5) 100% atas Kredit yang memenuhi kualitas Macet setelah dikurangi nilai agunan sesuai ketentuan Bank Indonesia dimaksud. e. Perhitungan CKPN sebagaimana pada huruf d di atas dihitung atas dasar nilai tercatat berdasarkan biaya perolehan diamortisasi (amortised cost). 3. Kondisi Keterbatasan a. Mengacu pada PSAK 55 (Revisi 2006), bank dapat menerapkan estimasi penurunan nilai Kredit secara kolektif sebagaimana pada angka 2 huruf d atas sepanjang berada dalam kondisi berikut: 1) Bank tidak atau kurang memiliki data tentang pengalaman kerugian yang spesifik dan andal untuk menentukan besarnya penurunan nilai Kredit secara kolektif; dan 2) Tidak terdapat data pengalaman kerugian historis dari peer group atas kelompok Kredit yang sebanding sebagai dasar untuk menentukan besarnya penurunan nilai atas Kredit secara kolektif. Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia | 3 514 Lanjutan Lampiran 38 b. Bank yang tidak menghadapi kondisi sebagaimana pada huruf a di atas, tidak diperkenankan untuk menggunakan estimasi penurunan nilai Kredit secara kolektif sebagaimana pada angka 2 huruf d di atas. c. Bank harus melakukan penilaian sendiri (self assessment) atas terdapat atau tidaknya kondisi sebagaimana pada huruf a di atas yang memungkinkan bank menerapkan estimasi penurunan nilai Kredit secara kolektif sebagaimana pada angka 2 huruf d di atas. d. Bank harus menyusun dan mendokumentasikan hal-hal berikut: 1) Hasil self-assessment sebagaimana dimaksud pada huruf c untuk menerapkan estimasi penurunan nilai Kredit secara kolektif; 2) rencana tindak (action plan) yang memuat langkahlangkah yang akan dilakukan untuk memperoleh data tentang pengalaman kerugian spesifik atau kerugian historis dari peer group atas Kredit secara kolektif sesuai persyaratan PSAK No. 55 (Revisi 2006), dengan memperhatikan batas waktu sebagaimana pada angka 4; dan 3) progres pemenuhan rencana tindak paling kurang secara triwulanan. 4. Periode Penerapan Estimasi Estimasi penurunan nilai Kredit secara kolektif sebagaimana pada angka 2 huruf d dapat diterapkan paling lambat sampai dengan 31 Desember 2011. Terhitung sejak 1 Januari 2012, bank harus mengukur penurunan nilai dan membentuk CKPN atas Kredit secara kolektif dengan menggunakan data pengalaman kerugian spesifik atau kerugian historis dari peer group atas Kredit secara kolektif, dengan tetap memperhatikan ketentuan dalam Buletin Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia | 4 515 Lanjutan Lampiran 38 Teknis No. 4 mengenai Ketentuan Transisi Penerapan Awal PSAK 50 (Revisi 2006) dan PSAK 55 (Revisi 2006) yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. 5. Pengungkapan (Dislosure) Bank yang menerapkan estimasi penurunan nilai Kredit secara kolektif sebagaimana pada angka 2 di atas harus mengungkapkan hal tesebut dalam kebijakan akuntansi pada Catatan Atas Laporan Keuangan. Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia | 5 516 Lampiran 39a 517 Lanjutan Lampiran 39a 39b 518 Lampiran 39b 519 Lanjutan Lampiran 39b 520 Lampiran 40 521 Lampiran 41a 522 Lanjutan Lampiran 41a 41b 523 Lanjutan Lampiran 41 a 524 Lampiran 41b 525 Lanjutan Lampiran 41b 526 Lampiran 42 527 Lampiran 43A LAMPIRAN IA SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 15/43/DPNP TANGGAL 21 OKTOBER 2013 PERIHAL PERUBAHAN ATAS SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 15/29/DKBU TANGGAL 31 JULI PERIHAL DAN LAPORAN TAHUNAN 2013 LAPORAN KEUANGAN PUBLIKASI BANK PERKREDITAN RAKYAT PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PUBLIKASI 528 Lanjutan Lampiran 43A Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/43 /DPNP tanggal 21 Oktober 2013 --------------------------------------------------------------------------------------------------------- BAB I PENJELASAN UMUM I. Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan Publikasi Penyusunan Laporan Keuangan Publikasi bertujuan untuk meningkatkan Transparansi Kondisi Keuangan dan Kinerja Bank Perkreditan Rakyat melalui penyampaian informasi mengenai laporan keuangan, informasi lainnya, susunan Pengurus dan komposisi Pemegang Pengendali secara Saham triwulanan termasuk kepada Pemegang berbagai Saham pihak yang berkepentingan dengan perkembangan usaha BPR. II. BPR Pelapor BPR Pelapor adalah Kantor Pusat BPR yang menyampaikan laporan untuk BPR secara konsolidasi. III. Penyampaian Pertanyaan Pertanyaan yang berkenaan dengan pelaporan ditujukan kepada Bank Indonesia sebagai berikut: 1. Pertanyaan yang berkaitan dengan aplikasi Laporan Bulanan disampaikan kepada Departemen Perizinan dan Informasi Perbankan (DPIP) Bank Indonesia dengan alamat Jl. M.H. Thamrin No.2 Jakarta 10350. 2. Pertanyaan yang berkaitan dengan Ketentuan Transparansi Kondisi Keuangan Bank Perkreditan Rakyat disampaikan kepada Departemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan (DPNP) Bank Indonesia dengan alamat Jl. M.H. Thamrin No.2 Jakarta 10350. 1 529 Lanjutan Lampiran 43A Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/43 /DPNP tanggal 21 Oktober 2013 --------------------------------------------------------------------------------------------------------- BAB II PEDOMAN PENGISIAN LAPORAN KEUANGAN PUBLIKASI TABEL 1 NERACA PT/PD/KOP *) BANK PERKREDITAN RAKYAT ……… Tanggal ………….. No. 1 2 3 4 5 6 7 8 Pos – Pos Posisi Tanggal laporan Posisi yang sama tahun sebelumnya AKTIVA Kas Sertifikat Bank Indonesia Antarbank Aktiva a. Pada bank umum b. Pada BPR Kredit yang diberikan a. Pihak terkait b. Pihak tidak terkait Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif -/Aktiva dalam valuta asing Aktiva Tetap dan Inventaris a. Tanah dan gedung b. Akumulasi penyusutan gedung -/c. Inventaris d. Akumulasi penyusutan inventaris -/Aktiva Lain-Lain JUMLAH AKTIVA 2 530 Lanjutan Lampiran 43A Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/43 /DPNP tanggal 21 Oktober 2013 --------------------------------------------------------------------------------------------------------- No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pos – Pos Posisi Tanggal laporan Posisi yang sama tahun sebelumnya PASIVA Kewajiban-kewajiban yang segera dapat dibayar Tabungan a. Pihak terkait b. Pihak tidak terkait Deposito berjangka a. Pihak terkait b. Pihak tidak terkait Kewajiban kepada Bank Indonesia Antarbank Pasiva Pinjaman Yang Diterima Pinjaman Subordinasi Rupa-rupa Pasiva Ekuitas a. Modal Dasar b. Modal yang belum disetor -/c. Agio d. Disagio -/e. Modal Sumbangan f. Modal Pinjaman g. Dana Setoran Modal h. Cadangan Revaluasi Aktiva Tetap i. Cadangan Umum j. Cadangan Tujuan k. Laba yang ditahan l. Laba/rugi tahun berjalan JUMLAH PASIVA 3 531 Lanjutan Lampiran 43A Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/43 /DPNP tanggal 21 Oktober 2013 --------------------------------------------------------------------------------------------------------- PENJELASAN POS – POS NERACA AKTIVA 1. Kas Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah sandi 100 Aktiva Neraca yaitu uang kartal yang ada dalam kas berupa uang kertas dan uang logam yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia yang menjadi alat pembayaran yang sah di Indonesia. Commemorative coins/notes milik BPR yang diterbitkan oleh Bank Indonesia dilaporkan pada pos Aktiva Lain-Lain. 2. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah sandi 110 Aktiva Neraca yaitu Sertifikat Bank Indonesia (SBI) atas unjuk dalam rupiah yang diterbitkan dengan sistem diskonto oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan hutang berjangka waktu pendek. SBI tersebut dilaporkan sebesar nilai nominalnya. 3. Antarbank Aktiva (ABA) Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah sandi 120 Aktiva Neraca yaitu semua jenis simpanan/tagihan BPR dalam rupiah kepada bank lain di Indonesia antara lain giro, tabungan, deposito berjangka, sertifikat deposito dan kredit yang diberikan. Khusus untuk sertifikat deposito dilaporkan sebesar nominalnya dikurangi dengan bunga yang belum diamortisasi. Pos ini dibedakan antara ABA pada Bank Umum dan BPR. 4. Kredit yang diberikan Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah sandi 130 Aktiva Neraca yaitu baki debet pemberian kredit oleh BPR kepada pihak ketiga bukan bank, termasuk kredit kepada pengurus dan pegawai BPR. Pos ini dibedakan antara pihak terkait dan pihak tidak terkait dengan bank. 4 532 Lanjutan Lampiran 43A Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/43 /DPNP tanggal 21 Oktober 2013 --------------------------------------------------------------------------------------------------------5. Penyisihan penghapusan aktiva produktif Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah sandi 140 Aktiva Neraca yaitu penyisihan yang dibentuk untuk menutup kemungkinan risiko kerugian yang timbul sebagai akibat dari tidak dapat diterima kembali sebagian atau seluruh kredit yang diberikan maupun dana yang ditempatkan di bank lain selain giro, sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai Kualitas Aktiva Produktif (KAP) dan Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) BPR. Pos ini digunakan juga untuk menampung penerimaan kembali aktiva produktif yang telah dihapusbuku. 6. Aktiva dalam valuta asing Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah sandi 150 Aktiva Neraca yaitu mata uang kertas asing, uang logam asing bukan emas dan travellers cheque yang masih berlaku, milik BPR yang melakukan kegiatan money changer, yang dijabarkan dalam rupiah. Pos ini hanya diisi oleh BPR yang memperoleh izin untuk melakukan kegiatan money changer dari Bank Indonesia. 7. Aktiva tetap dan inventaris Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah penjumlahan dari sandi 161 dan sandi 165 dikurangi sandi 162 dan sandi 166 Aktiva Neraca yaitu penjumlahan aktiva tetap dan inventaris milik BPR dikurangi akumulasi penyusutan gedung dan inventaris. 8. Aktiva Lain-Lain Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah sandi 180 Aktiva Neraca yaitu saldo rekening-rekening aktiva lainnya yang tidak dapat dimasukkan atau digolongkan ke dalam salah satu dari pos 1 sampai dengan 7 di atas. Dalam pos ini dimasukkan pula commemorative coins/notes yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. 5 533 Lanjutan Lampiran 43A Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/43 /DPNP tanggal 21 Oktober 2013 --------------------------------------------------------------------------------------------------------- PASIVA 1. Kewajiban-kewajiban yang segera dapat dibayar Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah sandi 200 Pasiva Neraca yaitu semua kewajiban BPR yang segera dapat ditagih oleh pemiliknya dan harus segera dibayar. Kredit yang diberikan yang bersaldo kredit harus dilaporkan ke dalam pos ini. Termasuk dilaporkan pada pos ini adalah bunga deposito berjangka yang secara efektif telah menjadi kewajiban BPR namun belum dibayar kepada nasabah. 2. Tabungan Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah sandi 210 Pasiva Neraca yaitu simpanan – simpanan dari pihak ketiga bukan bank pada BPR yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan/atau alat yang dipersamakan dengan itu. Pos ini dibedakan atas tabungan milik pihak terkait dan tidak terkait. 3. Deposito berjangka Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah sandi 220 Pasiva Neraca yaitu simpanan milik pihak ketiga bukan bank yang penarikannya dapat dilakukan menurut suatu jangka waktu tertentu sesuai dengan perjanjian. Pos ini dibedakan atas deposito milik pihak terkait dan tidak terkait. 4. Kewajiban kepada Bank Indonesia Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah sandi 230 Pasiva Neraca yaitu kewajiban kepada Bank Indonesia. 5. Antarbank pasiva Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah sandi 240 Pasiva Neraca yaitu semua jenis kewajiban BPR kepada bank lain antara lain tabungan, deposito berjangka dan pinjaman yang diterima. 6 534 Lanjutan Lampiran 43A Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/43 /DPNP tanggal 21 Oktober 2013 --------------------------------------------------------------------------------------------------------- 6. Pinjaman yang diterima Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah penjumlahan dari sandi 256 dan 257 dari sandi Pasiva Neraca yaitu pinjaman dengan jangka waktu sampai dengan 3 bulan dan pinjaman dengan jangka waktu lebih dari 3 bulan. 7. Pinjaman subordinasi Yang dimasukkan ke dalam sub pos ini adalah sandi 251 Pasiva Neraca yaitu pinjaman subordinasi yang diterima oleh BPR. 8. Rupa-rupa pasiva Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah sandi 270 Pasiva Neraca yaitu saldo rekening pasiva lainnya yang tidak dapat dimasukkan atau digolongkan ke dalam salah satu dari pos 1 sampai dengan 7 dan 9. Pada pos ini dimasukkan pula pinjaman yang diterima BPR dari pihak ketiga bukan bank dalam rangka penerusan kredit tetapi belum disalurkan kepada nasabah. 9. Ekuitas a. Modal dasar Yang dimasukkan ke dalam sub pos ini sandi 281 Pasiva Neraca yaitu jumlah modal atau simpanan pokok dan simpanan wajib (bagi BPR yang berbadan hukum koperasi) yang tercantum dalam anggaran dasar Kantor Pusat BPR. b. Modal yang belum disetor Yang dimasukkan ke dalam sub pos ini adalah sandi 282 Pasiva Neraca yaitu jumlah modal atau simpanan pokok dan simpanan wajib yang belum disetor. c. Agio Yang dimasukkan ke dalam sub pos ini adalah sandi 283 Pasiva Neraca yaitu selisih lebih setoran modal yang diterima oleh BPR sebagai akibat harga saham yang melebihi nilai nominalnya. d. Disagio Yang dimasukkan ke dalam sub pos ini adalah sandi 284 Pasiva Neraca yaitu selisih kurang setoran modal yang diterima oleh 7 535 Lanjutan Lampiran 43A Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/43 /DPNP tanggal 21 Oktober 2013 --------------------------------------------------------------------------------------------------------BPR sebagai akibat harga saham yang lebih rendah dari nilai nominalnya. e. Modal sumbangan Yang dimasukkan ke dalam sub pos ini adalah sandi 285 Pasiva Neraca yaitu modal yang diperoleh kembali dari sumbangan saham. Modal yang berasal dari donasi pihak luar yang diterima oleh BPR yang berbentuk hukum koperasi juga termasuk dalam pengertian modal sumbangan. f. Modal pinjaman Yang dimasukkan ke dalam sub pos ini adalah sandi 287 Pasiva Neraca yaitu modal atau pinjaman yang didukung oleh instrumen atau warkat yang memiliki sifat seperti modal atau hutang dengan ciri-ciri sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) BPR. Untuk BPR yang berbadan hukum koperasi, pengertian modal pinjaman sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang No.17 tahun 2012 tentang Koperasi. g. Dana setoran modal Yang dimasukkan ke dalam sub pos ini adalah sandi 288 Pasiva Neraca yaitu dana setoran modal sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai KPMM BPR. h. Cadangan revaluasi aktiva tetap Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah sandi 289 Pasiva Neraca yaitu nilai yang dibentuk sebagai akibat dari selisih penilaian kembali aktiva tetap milik BPR setelah memperoleh persetujuan dari instansi yang berwenang. i. Cadangan umum Yang dimasukkan ke dalam sub pos ini adalah sandi 291 Pasiva Neraca yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang ditahan atau dari laba bersih (setelah dikurangi pajak) yang dimaksudkan untuk memperkuat modal. j. Cadangan tujuan Yang dimasukkan ke dalam sub pos ini adalah sandi 293 Pasiva Neraca yaitu bagian laba bersih (setelah dikurangi pajak) yang disisihkan untuk tujuan tertentu. 8 536 Lanjutan Lampiran 43A Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/43 /DPNP tanggal 21 Oktober 2013 --------------------------------------------------------------------------------------------------------k. Laba yang ditahan Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah penjumlahan dari sandi 295, 302 dan 303 Pasiva Neraca yaitu penjumlahan dari laba yang ditahan dan laba/rugi tahun lalu. l. Laba/rugi tahun berjalan Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah jumlah dari pos laba/rugi tahun berjalan dalam perhitungan laba/rugi pada Lampiran 3. 9 537 Lanjutan Lampiran 43A Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/43 /DPNP tanggal 21 Oktober 2013 --------------------------------------------------------------------------------------------------------- TABEL 2 LAPORAN LABA RUGI PT/PD/KOP *) BANK PERKREDITAN RAKYAT ……… Periode …………….. Periode Tanggal laporan POS – POS Periode yang sama tahun sebelumnya PENDAPATAN Pendapatan Operasional - Bunga - Provisi dan komisi - lainnya Jumlah Pendapatan operasional Pendapatan non Operasional Jumlah Pendapatan BEBAN Beban operasional - beban bunga - beban administrasi dan umum - beban personalia - penyisihan aktiva produktif - beban operasional lainnya Jumlah beban operasional Beban non operasional Jumlah Beban Laba/rugi sebelum Penghasilan (PPh) Taksiran Pajak Penghasilan Laba/rugi tahun berjalan Pajak 10 538 Lanjutan Lampiran 43A Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/43 /DPNP tanggal 21 Oktober 2013 --------------------------------------------------------------------------------------------------------- PENJELASAN LAPORAN LABA RUGI PENDAPATAN 1. Pendapatan Operasional a. Bunga Yang dimasukkan ke dalam pos ini penjumlahan sandi 112,113,114,115,116,120 dan 129 dari sandi rincian Laba-Rugi yaitu pendapatan bunga dari kegiatan usaha BPR, baik dari pihak ketiga bukan bank maupun bank lain. b. Provisi dan Komisi Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah posisi sandi 131 dan 139 dari sandi rincian Laba-Rugi yaitu pendapatan provisi dan komisi yang diterima oleh BPR. c. Lainnya Yang dimasukkan kedalam pos ini adalah sandi 149 yaitu pendapatan operasional lainnya yang tidak dapat digolongkan ke dalam salah satu pos angka 1 dan 2 tersebut di atas. 2. Jumlah pendapatan operasional Merupakan penjumlahan dari angka 1 huruf a, huruf b dan huruf c. 3. Pendapatan non operasional Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah sandi 290 Rincian Laba Rugi yaitu semua pendapatan yang berasal dari kegiatan yang bukan merupakan kegiatan utama BPR. 4. Jumlah Pendapatan Merupakan penjumlahan dari angka 2 dan angka 3. BEBAN 5. Beban Operasional a. Beban bunga yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah penjumlahan sandi 161 sampai dengan 181 Rincian Laba Rugi yaitu beban bunga 11 539 Lanjutan Lampiran 43A Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/43 /DPNP tanggal 21 Oktober 2013 --------------------------------------------------------------------------------------------------------atas dana yang diperoleh BPR, baik dari pihak ketiga bukan bank maupun bank lain. b. Beban administrasi dan umum Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah penjumlahan dari sandi 190, 210, 220, 230, 243, 245 dan 250 Rincian Laba Rugi, yaitu premi asuransi, sewa, pajak-pajak, pemeliharaan dan perbaikan, penyusutan aktiva tetap dan inventaris, beban yang ditangguhkan serta barang dan jasa. c. Beban personalia Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah penjumlahan sandi 201, 206 dan 209 Rincian Laba Rugi yaitu gaji, upah, honorarium, biaya pendidikan dan lainnya. d. Penyisihan aktiva produktif Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah sandi 241 Rincian Laba Rugi yaitu biaya penyisihan penghapusan aktiva produktif. e. Beban operasional lainnya Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah sandi 269 Rincian Laba Rugi yaitu beban operasional selain yang telah dilaporkan diatas. 6. Jumlah beban operasional Merupakan penjumlahan dari angka 1 sampai dengan angka 5. 7. Beban non operasional Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah sandi 300 Rincian Laba Rugi yaitu biaya yang dikeluarkan atas kegiatan yang bukan merupakan kegiatan utama BPR. 8. Jumlah beban Merupakan penjumlahan dari angka 6 dan angka 7. 9. Laba/rugi sebelum Pajak Penghasilan (PPh) Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah sandi 330 atau 340 Rincian Laba Rugi yaitu selisih positif atau selisih negatif dari seluruh pendapatan operasional dan non operasional dikurangi beban operasional dan non operasional. 10. Taksiran pajak penghasilan Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah sandi 350 Rincian Laba Rugi yaitu taksiran pajak penghasilan tahun berjalan sesuai ketentuan yang menjadi beban laba tahun berjalan. 12 540 Lanjutan Lampiran 43A Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/43 /DPNP tanggal 21 Oktober 2013 --------------------------------------------------------------------------------------------------------11. Laba/rugi tahun berjalan Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah sandi 360 atau 370 Rincian Laba/Rugi yaitu laba bersih tahun berjalan (setelah dikurangi taksiran pajak penghasilan) atau rugi tahun berjalan. 13 541 Lanjutan Lampiran 43A Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/43 /DPNP tanggal 21 Oktober 2013 --------------------------------------------------------------------------------------------------------- TABEL 3 LAPORAN KOMITMEN DAN KONTINJENSI PT/PD/KOP *) BANK PERKREDITAN RAKYAT ……… Tanggal ………… POS – POS Posisi tanggal laporan Posisi yang sama tahun sebelumnya KOMITMEN 1. Fasilitas pinjaman yang diterima dan belum ditarik 2. Fasilitas kredit kepada nasabah yang belum ditarik 3. Lain-lain Jumlah Komitmen KONTINJENSI 1. Pendapatan bunga dalam penyelesaian 2. Lain-lain Jumlah Kontinjensi 14 542 Lanjutan Lampiran 43A Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/43 /DPNP tanggal 21 Oktober 2013 --------------------------------------------------------------------------------------------------------- PENJELASAN LAPORAN KOMITMEN DAN KONTINJENSI KOMITMEN 1. Fasilitas pinjaman yang diterima dan belum ditarik Yang dimasukkan ke dalam rekening ini adalah sandi 320 rekeningrekening administratif yaitu fasilitas pinjaman yang diterima dan belum ditarik oleh BPR. 2. Fasilitas kredit kepada nasabah yang belum ditarik Yang dimasukkan ke dalam rekening ini adalah sandi 340 rekeningrekening administratif yaitu fasilitas kredit yang disediakan oleh BPR bagi nasabahnya dan belum ditarik. 3. Lain-lain Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah lain-lain komitmen yang tidak dapat digolongkan ke dalam salah satu pos komitmen angka 1 dan 2 tersebut di atas. KONTINJENSI 1. Pendapatan bunga dalam penyelesaian Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah penjumlahan posisi sandi 331 dan 339 dari sandi rekening-rekening administratif yaitu bunga atas penanaman dana BPR yang kualitasnya tergolong Kurang Lancar, Diragukan atau Macet namun hingga saat pelaporan masih belum diterima pembayarannya. 2. Lain-lain Yang dimasukkan kedalam pos ini adalah lain-lain kontinjensi yang tidak dapat dimasukkan ke dalam pos kontinjensi pada angka 1 di atas. 15 543 Lanjutan Lampiran 43A Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/43 /DPNP tanggal 21 Oktober 2013 --------------------------------------------------------------------------------------------------------- TABEL 4 KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN INFORMASI LAINNYA PT/PD/KOP *) BANK PERKREDITAN RAKYAT ……… Tanggal ………… KETERANGAN L Posisi tanggal laporan KL D M Jumlah 1. Penempatan pada bank lain 2. Kredit yang diberikan a. Kepada pihak terkait b. Kepada pihak tidak terkait 3. Jumlah aktiva produktif 4. NPL net (%) 5. Rasio KPMM (%) 6. Loan to Deposit Ratio/LDR (%) 7. Return on Asset/ROA (%) 8. PPAP (%) 9. BOPO (%) 10. Cash Ratio (%) 16 544 Lanjutan Lampiran 43A Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/43 /DPNP tanggal 21 Oktober 2013 --------------------------------------------------------------------------------------------------------- PENJELASAN FORMULIR KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN INFORMASI LAINNYA 1. Penempatan pada bank lain Yang dimasukkan ke dalam pos ini seluruh penempatan pada bank lain selain giro yang dikelompokkan berdasarkan kualitas penempatan pada bank lain tersebut. 2. Kredit yang diberikan Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah kredit yang diberikan oleh BPR, tidak termasuk yang diberikan kepada bank lain. Pos ini dibedakan atas kredit yang diberikan kepada pihak terkait dan pihak tidak terkait dan dikelompokkan berdasarkan kualitas kredit yang diberikan. 3. Jumlah aktiva produktif Merupakan penjumlahan dari angka 1 dan angka 2. 4. NPL (neto) Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah perbandingan antara kredit yang diberikan (kualitas KL, D dan M) setelah dikurangi PPAP dengan jumlah kredit yang diberikan. 5. KPMM Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah perbandingan antara jumlah modal bank dengan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia mengenai KPMM BPR. 6. LDR Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah perbandingan antara kredit yang diberikan oleh BPR dengan dana yang diterima sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia mengenai Penilaian Tingkat Kesehatan BPR. 7. ROA Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah perbandingan antara laba sebelum pajak dalam 12 (dua belas) bulan terakhir dibandingkan dengan rata-rata Volume Usaha dalam periode yang sama sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia mengenai Penilaian Tingkat Kesehatan BPR. 17 545 Lanjutan Lampiran 43A Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/43 /DPNP tanggal 21 Oktober 2013 --------------------------------------------------------------------------------------------------------- 8. PPAP Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah perbandingan antara Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang telah dibentuk terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang wajib dibentuk. 9. BOPO Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah perbandingan beban operasional terhadap pendapatan operasional yang diperhitungkan per posisi (tidak disetahunkan). 10. Cash Ratio Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah perbandingan antara alat likuid terhadap hutang lancar sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia tentang tata cara penilaian tingkat kesehatan Bank Perkreditan Rakyat. 18 546 Lanjutan Lampiran 43A Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/43 /DPNP tanggal 21 Oktober 2013 --------------------------------------------------------------------------------------------------------- TABEL 5 PENGURUS DAN PEMILIK BPR PENGURUS BANK Dewan Komisaris: 1. ………… 2. ………… 3. dst. Direksi: 1. ………… 2. ………… 3. dst. PEMILIK BANK 1. ………. ………. (…%) 2. ………. ………. (…%) 3. dst. Pemegang Saham Pengendali 1. ………………….. 2. ………………….. 3. dst. Pengisian pengurus dan pemilik BPR sesuai administrasi Bank Indonesia. ………………, ………………. Direksi PT/PD/Kop BPR ……….. ……………… ..…………… 19 547 Lampiran 43 LAMPIRAN I SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 15/29/DKBU TANGGAL 31 JULI 2013 PERIHAL LAPORAN TAHUNAN DAN LAPORAN KEUANGAN PUBLIKASI BANK PERKREDITAN RAKYAT PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PUBLIKASI 548 Lanjutan Lampiran 43 BAB I PENJELASAN UMUM I. Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan Publikasi Penyusunan Laporan Keuangan Publikasi bertujuan untuk meningkatkan Transparansi Kondisi Keuangan dan Kinerja Bank Perkreditan Rakyat melalui penyampaian informasi mengenai laporan keuangan, informasi lainnya, susunan Pengurus dan komposisi Pemegang Pengendali secara Saham triwulanan termasuk kepada Pemegang berbagai Saham pihak yang berkepentingan dengan perkembangan usaha BPR. II. BPR Pelapor BPR Pelapor adalah Kantor Pusat BPR yang menyampaikan laporan untuk BPR secara konsolidasi. III. Penyampaian Pertanyaan Pertanyaan yang berkenaan dengan pelaporan ditujukan kepada Bank Indonesia sebagai berikut: 1. Pertanyaan yang berkaitan dengan aplikasi Laporan Bulanan disampaikan kepada Departemen Perizinan dan Informasi Perbankan (DPIP) Bank Indonesia dengan alamat Jl. M.H. Thamrin No.2 Jakarta 10350. 2. Pertanyaan yang berkaitan dengan Ketentuan Transparansi Kondisi Keuangan Bank Perkreditan Rakyat disampaikan kepada Departemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan (DPNP) Bank Indonesia dengan alamat Jl. M.H. Thamrin No.2 Jakarta 10350. 2 549 Lanjutan Lampiran 43 BAB II PEDOMAN PENGISIAN LAPORAN KEUANGAN PUBLIKASI LAPORAN NERACA POS-POS Posisi Tanggal Laporan Posisi yang sama tahun sebelumnya Posisi Tanggal Laporan Posisi yang sama tahun sebelumnya ASET Kas Kas dalam Valuta Asing Sertifikat Bank Indonesia Pendapatan Bunga yang Akan Diterima Penempatan pada Bank Lain Penyisihan Kerugian -/Jumlah Kredit yang Diberikan a. Kepada BPR b. Kepada Bank Umum c. Kepada non bank – pihak terkait d. Kepada non bank – pihak tidak terkait Penyisihan Kerugian -/Jumlah Agunan yang Diambil Alih Aset Tetap dan Inventaris a. Tanah dan bangunan b. Akumulasi penyusutan bangunan -/c. Inventaris d. Akumulasi penyusutan inventaris -/Aset tidak berwujud Aset Lain-lain Jumlah Aset POS-POS Kewajiban Kewajiban Segera Utang Bunga Utang Pajak Simpanan a. Tabungan b. Deposito Simpanan dari Bank Lain Pinjaman Diterima Dana Setoran Modal – Kewajiban Kewajiban Imbalan Kerja Pinjaman Subordinasi Modal Pinjaman Kewajiban Lain-lain Jumlah Kewajiban 3 550 Lanjutan Lampiran 43 POS-POS Posisi Tanggal Laporan Posisi yang sama tahun sebelumnya EKUITAS Modal Modal Dasar Modal yang Belum Disetor -/Tambahan Modal Disetor (Agio Saham) Modal Sumbangan Jumlah Dana Setoran Modal – Ekuitas Laba/Rugi yang Belum Direalisasi Surplus Revaluasi Aset Tetap Saldo Laba Cadangan Tujuan Cadangan Umum Belum ditentukan tujuannya Total Jumlah Ekuitas JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS 4 551 Lanjutan Lampiran 43 PENJELASAN POS-POS NERACA I. ASET 1. Kas Yang dimasukkan dalam pos ini adalah sandi 100 Aset Neraca yaitu uang kartal yang ada dalam kas berupa uang kertas dan uang logam yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia yang menjadi alat pembayaran yang sah di Indonesia. Termasuk dalam pos ini adalah kas besar, kas dalam mesin Anjungan Tunai Mandiri dan kas dalam perjalanan. 2. Kas dalam Valuta Asing Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah sandi 102 Aset Neraca yaitu mata uang kertas asing, uang logam asing dan travellers cheque yang masih berlaku yang dimiliki BPR dalam kegiatan penukaran sebagai Pedagang Valuta Asing. 3. Sertifikat Bank Indonesia Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah sandi 110 Aset Neraca yaitu Sertifikat Bank Indonesia atas unjuk dalam rupiah yang diterbitkan dengan sistem diskonto oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan hutang berjangka waktu pendek yang dimiliki BPR. Kategori SBI terbagi dua yaitu: a. Dimiliki Hingga Jatuh Tempo dimasukkan sebesar biaya perolehan dikurangi diskonto yang belum diamortisasi dan ditambah biaya transaksi yang belum diamortisasi, b. Tersedia Untuk Dijual dimasukkan sebesar nilai wajar. 4. Pendapatan Bunga yang akan Diterima Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah sandi 120 Aset Neraca yaitu pendapatan bunga dari penempatan pada bank lain dan kredit yang diberikan dengan kualitas lancar (performing) yang telah diakui sebagai pendapatan tetapi belum diterima pembayarannya. 5 552 Lanjutan Lampiran 43 5. Penempatan pada Bank Lain Yang dimasukkan dalam pos ini adalah sandi 130 Aset Neraca yaitu jumlah dana setiap penempatan BPR pada bank umum dalam bentuk giro, tabungan, deposito berjangka dan sertifikat deposito dan pada BPR lain dalam bentuk tabungan dan deposito berjangka. Saldo penempatan pada bank lain tidak dapat disalinghapuskan dengan saldo simpanan atau dana yang diterima dari bank. 6. Penyisihan Kerugian Yang dimasukkan dalam pos ini adalah sandi 131 Aset Neraca yaitu penyisihan penghapusan aset produktif (PPAP) yang telah dibentuk BPR atas penempatan pada bank lain sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia tentang Kualitas Aktiva Produktif dan Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (KAP dan Pembentukan PPAP) BPR. 7. Kredit yang Diberikan Yang dimasukkan dalam pos ini adalah sandi 140 Aset Neraca yaitu kredit yang diberikan oleh BPR pihak ketiga baik kepada bank atau bukan bank sebesar baki debet neto yaitu baki debet dikurangi dengan provisi yang belum diamortisasi dan ditambah dengan biaya transaksi yang belum diamortisasi. Khusus untuk kredit yang direstrukturisasi, dalam hal terdapat pendapatan ditangguhkan dan kerugian restrukturisasi maka nilai yang dimasukkan setelah memperhitungkan pendapatan ditangguhkan dalam rangka restrukturisasi dan cadangan kerugian restrukturisasi. Pos kredit yang diberikan dibedakan untuk kredit kepada BPR, kepada Bank Umum, kepada non Bank – Pihak terkait, dan kepada non Bank – Pihak tidak terkait. Kredit yang diberikan dalam rangka pembiayaan bersama/konsorsium/ sindikasi, baik BPR bertindak sebagai bank induk (arranger) maupun sebagai bank peserta (participant), dimasukkan pada pos ini sebesar porsi tagihan BPR kepada debitur yang bersangkutan. 6 553 Lanjutan Lampiran 43 Kredit yang diberikan dalam rangka channeling dimana BPR tidak memiliki risiko kredit tak tertagih tidak dimasukkan pada pos ini melainkan pada Rekening Administratif. 8. Penyisihan Kerugian Yang dimasukkan dalam pos ini adalah sandi 141 Aset Neraca yaitu PPAP yang telah dibentuk BPR atas kredit yang diberikan sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia tentang Kualitas Aktiva Produktif dan Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (KAP dan Pembentukan PPAP) BPR. 9. Agunan yang Diambil Alih Yang dimasukkan dalam pos ini adalah sandi 200 Aset Neraca yaitu agunan milik debitur yang diambil alih oleh BPR dalam rangka penyelesaian kredit dan bersifat sementara untuk segera diselesaikan melalui pelelangan, atau diluar pelelangan berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh pemilik agunan, atau berdasarkan surat kuasa untuk menjual diluar lelang dari pemilik agunan dalam kewajibannya kepada BPR. hal debitur tidak memenuhi Jumlah yang dimasukkan apabila pada saat perolehan awal adalah nilai wajar setelah dikurangi biaya-biaya penjualan maksimum sebesar baki debet kredit debitur kepada BPR. Adapun untuk periode selanjutnya, nilai yang dimasukkan adalah sebesar nilai wajar setelah dikurangi biaya-biaya penjualan atas AYDA atau nilai tercatat, mana yang lebih rendah. Dalam hal nilai wajar setelah dikurangi biaya-biaya penjualan lebih rendah dari nilai tercatat, maka AYDA disajikan sebesar nilai setelah penurunan. Kerugian atas penurunan nilai dapat dipulihkan kembali maksimal sebesar akumulasi kerugian penurunan nilai yang telah diakui. AYDA yang tidak dapat diselesaikan dalam jangka waktu 1 tahun akan diperhitungkan sebagai pengurang komponen modal dalam perhitungan KPMM, sebagaimana diatur dalam peraturan Bank Indonesia tentang KAP dan Pembentukan PPAP BPR. 7 554 Lanjutan Lampiran 43 10. Aset Tetap dan Inventaris serta Akumulasi Penyusutan a. Aset tetap dan Inventaris Yang dimasukkan dalam pos ini adalah sandi 210 Aset Neraca yaitu aset berwujud fisik yang dimiliki BPR dan digunakan untuk kegiatan operasional, antara lain : 1) Tanah dan bangunan Dimasukkan sebesar biaya perolehan atas aset tetap seperti tanah, gedung, rumah atau bangunan lain milik BPR sampai dengan kondisi aset tetap siap digunakan untuk operasional. Aset tetap dapat dimasukkan sebesar nilai revaluasi yaitu nilai hasil penilaian kembali aset tetap berdasarkan Peraturan Pemerintah yang telah mendapat persetujuan dari instansi yang berwenang. 2) Inventaris Dimasukkan sebesar biaya perolehan atas inventaris seperti perabot dan kendaraan milik BPR sampai dengan kondisi inventaris siap digunakan untuk operasional. Inventaris dapat dimasukkan sebesar nilai revaluasi yaitu nilai hasil penilaian kembali aset tetap berdasarkan Peraturan Pemerintah yang telah mendapat persetujuan dari instansi yang berwenang. Aset dalam bentuk komputer, server dan peralatan sejenis dimasukkan sebesar nilai hardware sedangkan nilai software dimasukkan dalam pos aset tidak berwujud. Tidak termasuk operasional BPR aset yang dan tidak aset digunakan yang dalam dalam masa pembangunan. b. Akumulasi Penyusutan dan Penurunan Nilai Yang dimasukkan dalam pos ini adalah sandi 211 Aset Neraca yaitu jumlah akumulasi penyusutan dan penurunan nilai aset tetap dan inventaris yang dimiliki BPR antara lain : 8 555 Lanjutan Lampiran 43 1) Tanah dan bangunan a) Jumlah akumulasi beban penyusutan atas biaya perolehan atau nilai revaluasi aset tetap milik BPR yang telah dicatat sampai dengan tanggal laporan. b) Jumlah akumulasi penurunan nilai atas biaya perolehan atau nilai revaluasi gedung, rumah atau bangunan lain milik BPR berdasarkan bukti objektif. Kerugian penurunan nilai dapat dipulihkan kembali maksimal sampai dengan biaya perolehan atau nilai revaluasi awal bersih dari penyusutan. 2) Inventaris a) Jumlah akumulasi beban penyusutan atas biaya perolehan atau nilai revaluasi inventaris milik BPR yang telah dicatat sampai dengan tanggal laporan. b) Jumlah akumulasi penurunan nilai atas biaya perolehan atau nilai revaluasi inventaris milik BPR berdasarkan bukti objektif. Kerugian penurunan nilai dapat dipulihkan kembali maksimal sampai dengan biaya perolehan atau nilai revaluasi awal bersih dari penyusutan. 11. Aset Tidak Berwujud a. Aset Tidak Berwujud (Sandi 220) Yang dimasukkan dalam pos ini adalah sandi 220 Aset Neraca yaitu biaya perolehan atas aset tidak berwujud milik BPR sampai dengan kondisi aset tidak berwujud siap digunakan untuk operasional. Termasuk dalam aset tidak berwujud adalah aset non moneter/tidak mempunyai wujud fisik namun dapat diidentifikasi dan digunakan untuk operasional antara lain program aplikasi bisnis (software) yang diperoleh secara eksternal. b. Akumulasi Amortisasi dan Penurunan Nilai (Sandi 221) Yang dimasukkan dalam pos ini adalah sandi 221 Aset Neraca yaitu jumlah akumulasi beban amortisasi atas biaya perolehan yang telah dicatat sampai dengan tanggal laporan melalui alokasi sistematis selama masa manfaat aset. 9 556 Lanjutan Lampiran 43 Termasuk dalam pos ini adalah jumlah akumulasi penurunan nilai atas biaya perolehan aset tak berwujud milik BPR berdasarkan bukti objektif. Kerugian penurunan nilai dapat dipulihkan kembali maksimal sampai dengan biaya perolehan atau nilai revaluasi awal bersih dari amortisasi. 12. Aset Lain-lain Yang dimasukan dalam pos ini adalah sandi 270 Aset Neraca yaitu nilai perolehan aset lainnya yang tidak dapat secara layak digolongkan ke dalam salah satu dari pos aset di atas dan tidak secara material untuk disajikan tersendiri. Termasuk dalam pos ini antara lain pajak/biaya dibayar dimuka, piutang kepada perusahaan asuransi, commemorative coins/notes yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, saldo mata uang rupiah dan asing yang telah ditarik dari peredaran namun masih dalam masa tenggang penukaran, dan lainnya. II. KEWAJIBAN 1. Kewajiban Segera Yang dimasukkan dalam pos ini adalah sandi 300 Kewajiban yaitu kewajiban BPR yang telah jatuh tempo dan atau yang segera dapat ditagih oleh pemiliknya dan harus segera dibayar baik dengan perintah pemberi amanat maupun tidak. 2. Utang Bunga Yang dimasukkan dalam pos ini adalah sandi 310 Pasiva yaitu akrual bunga untuk produk simpanan (tabungan/deposito), pinjaman yang diterima dan pinjaman subordinasi,baik dari bank lain atau pihak ketiga bukan bank. 3. Utang Pajak Yang dimasukkan dalam pos ini adalah sandi 320 Pasiva yaitu pajak badan terutang yang belum dibayarkan oleh BPR , meliputi: Utang pajak atas PPH 29 (PPH Badan) yang dihitung setelah berakhirnya masa pajak tahunan yaitu selisih kurang atas 10 557 Lanjutan Lampiran 43 kewajiban pajak penghasilan BPR setelah memperhitungkan PPH 25 (angsuran pajak / pajak dibayar dimuka). Utang pajak yang telah ditetapkan oleh kantor pajak antara lain melalui hasil pemeriksaan. 4. Simpanan Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat di luar bank umum atau BPR lain kepada BPR berdasarkan perjanjian penyimpanan dana a. Tabungan Yang dimasukkan dalam pos ini adalah sandi 330 Kewajiban Neraca yaitu simpanan milik pihak ketiga bukan bank pada BPR yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau alat yang dipersamakan dengan itu. Nilai yang dimasukkan sebesar saldo tabungan nasabah setelah dikurangi dengan biaya transaksi yang belum diamortisasi. b. Deposito Yang dimasukkan dalam pos ini adalah sandi 340 Kewajiban Neraca yaitu simpanan milik pihak ketiga bukan bank pada BPR yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut suatu jangka waktu tertentu sesuai dengan perjanjian. Nilai yang dimasukkan sebesar saldo tabungan nasabah setelah dikurangi dengan biaya transaksi yang belum diamortisasi. 5. Simpanan dari Bank Lain Yang dimasukkan dalam pos ini adalah sandi 360 Kewajiban Neraca yaitu semua kewajiban BPR berupa tabungan dan deposito kepada bank lain di Indonesia. Nilai yang dimasukkan adalah sebesar saldo atau nilai simpanan kepada bank lain setelah dikurangi dengan biaya simpanan pada transaksi yang belum diamortisasi. Saldo atau nilai bank lain tidak dapat disalinghapuskan dengan saldo pos penempatan pada bank lain. 11 558 Lanjutan Lampiran 43 6. Pinjaman Diterima Yang dimasukkan dalam pos ini adalah sandi 370 Kewajiban Neraca yaitu semua bentuk pinjaman yang diterima oleh BPR baik dari bank lain ataupun pihak ketiga bukan bank. Nilai yang dimasukkan adalah sebesar baki debet kepada bank lain dan pihak ketiga bukan bank setelah dikurangi dengan biaya transaksi yang belum diamortisasi. 7. Dana Setoran Modal - Kewajiban Yang dimasukkan dalam pos ini adalah sandi 400 Kewajiban Neraca yaitu dana yang telah disetor penuh oleh pemegang saham atau calon pemegang saham dan diblokir dalam rangka penambahan modal, namun belum atau tidak dinyatakan memenuhi ketentuan modal yang berlaku oleh Bank Indonesia untuk dapat digolongkan sebagai modal disetor. 8. Kewajiban Imbalan Kerja Yang dimasukkan dalam pos ini adalah sandi 410 Kewajiban Neraca yaitu kewajiban BPR untuk memberikan imbalan atas jasa yang diberikan kepada pekerjanya berupa imbalan kerja jangka pendek, imbalan paska kerja, imbalan kerja jangka panjang lainnya dan pesangon pemutusan kerja. Nilai yang dimasukkan adalah jumlah yang didiskontokan. 9. Pinjaman Subordinasi Yang dimasukkan dalam pos ini adalah sandi 420 Kewajiban Neraca yaitu pinjaman diterima yang dinyatakan memenuhi kriteria subordinasi oleh Bank Indonesia sebagaimana diatur dalam ketentuan mengenai KPMM. Pinjaman Subordinasi bersifat junior atau memiliki kedudukan yang lebih rendah dibandingkan dengan kreditur – kreditur lainnya. Nilai yang dimasukkan adalah sebesar nilai pokok pinjaman setelah dikurangi dengan biaya transaksi yang belum diamortisasi 10. Modal Pinjaman Yang dimasukkan dalam pos ini adalah sandi 430 Kewajiban Neraca yaitu pinjaman yang didukung oleh instrumen atau warkat yang memenuhi persyaratan sebagaimana ketentuan 12 559 Lanjutan Lampiran 43 Bank Indonesia mengenai KPMM. Untuk BPR yang berbadan hukum koperasi, pengertian modal pinjaman sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang No. 17 tahun 2012 tentang Perkoperasian. 11. Kewajiban Lain-lain Yang dimasukkan dalam pos ini adalah sandi 470 Kewajiban Neraca yaitu seluruh kewajiban yang tidak dapat digolongkan ke dalam salah satu dari pos kewajiban tersebut diatas dan tidak cukup material untuk disajikan dalam pos tersendiri. III. EKUITAS 1. Modal; a. Modal Dasar Yang dimasukkan dalam sub-pos ini adalah sandi 501 Ekuitas Neraca yaitu jumlah modal atau simpanan pokok dan simpanan wajib bagi BPR yang berbadan hukum koperasi yang tercantum dalam anggaran dasar Kantor Pusat BPR. b. Modal yang Belum Disetor Yang dimasukkan dalam sub-pos ini adalah sandi 502 Ekuitas Neraca yaitu jumlah modal atau simpanan pokok dan simpanan wajib yang belum disetor. c. Tambahan Modal Disetor (Agio Saham) Yang dimasukkan dalam sub-pos ini adalah sandi 503 Ekuitas Neraca yaitu selisih lebih setoran modal yang diterima oleh BPR sebagai akibat harga saham yang lebih tinggi dari nilai nominalnya. d. Modal Sumbangan Yang dimasukkan dalam sub-pos ini adalah sandi 505 Ekuitas Neraca yaitu modal yang diperoleh kembali dari sumbangan saham atau aset lainnya dari pemilik. Modal yang berasal dari donasi anggota koperasi yang diterima oleh BPR termasuk dalam pengertian modal sumbangan. 2. Dana setoran modal – Ekuitas; Yang dimasukkan dalam pos ini adalah sandi 510 Ekuitas Neraca yaitu dana yang telah disetor penuh oleh pemegang saham atau calon pemegang saham dan diblokir untuk tujuan 13 560 Lanjutan Lampiran 43 penambahan modal serta telah dinyatakan memenuhi ketentuan permodalan yang berlaku oleh Bank Indonesia, namun belum didukung dengan kelengkapan persyaratan untuk dapat digolongkan sebagai modal disetor antara lain Rapat Umum Pemegang Saham atau Rapat Anggota maupun pengesahan anggaran dasar dari instansi yang berwenang. 3. Laba/Rugi yang belum direalisasi; Yang dimasukkan dalam pos ini adalah sandi 520 Ekuitas Neraca yaitu seluruh potensi keuntungan atau kerugian yang berasal dari perubahan nilai wajar surat berharga kategori tersedia untuk dijual dan transaksi lainnya yang berdasarkan standar akuntansi harus diakui sebagai komponen ekuitas yang disajikan secara terpisah. 4. Surplus revaluasi aset tetap; Yang dimasukkan dalam pos ini adalah sandi 530 Ekuitas Neraca yaitu nilai yang dibentuk sebagai akibat adanya selisih antara nilai revaluasi atau penilaian kembali dengan nilai tercatat dari aset tetap dan inventaris milik BPR setelah memperoleh persetujuan dari instansi yang berwenang. 5. Saldo laba. Yang dimasukkan dalam pos ini adalah akumulasi hasil usaha periodik setelah memperhitungkan pembagian dividen, koreksi laba rugi periode lalu dan reklasifikasi surplus revaluasi aset tetap. Pos ini dirinci atas : a. Cadangan Tujuan Yang dimasukkan dalam sub-pos ini adalah sandi 541 Ekuitas Neraca yaitu bagian laba bersih setelah dikurangi pajak, yang disisihkan untuk tujuan tertentu. b. Cadangan Umum Yang dimasukkan dalam sub-pos ini adalah sandi 542 yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang ditahan atau dari laba bersih setelah dikurangi pajak, yang dimaksudkan untuk memperkuat modal. c. Belum Ditentukan Tujuannya Yang dimasukkan dalam sub-pos ini adalah penjumlahan sandi 543 Ekuitas Neraca yaitu laba BPR pada periode tahun-tahun lalu setelah dikurangi pajak yang oleh Rapat 14 561 Lanjutan Lampiran 43 Umum Pemegang Saham atau Rapat Anggota belum diputuskan penggunaannya, sandi 544 Ekuitas Neraca yaitu rugi BPR pada periode tahun-tahun lalu, sandi 545 Ekuitas Neraca yaitu laba tahun berjalan, dan sandi 546 Ekuitas Neraca yaitu rugi tahun berjalan 15 562 Lanjutan Lampiran 43 LAPORAN LABA RUGI Pos-Pos Posisi Tanggal Laporan Posisi yang sama tahun sebelumnya PENDAPATAN DAN BEBAN OPERASIONAL Pendapatan Bunga Bunga kontraktual Amortisasi Provisi Jumlah Pendapatan Bunga Beban Bunga Bunga Kontraktual Amortisasi Biaya Transaksi Jumlah Beban Bunga Jumlah Pendapatan Bunga – Bersih Pendapatan Operasional lainnya JUMLAH PENDAPATAN OPERASIONAL Beban Penyisihan Penghapusan Aset Produktif Beban Pemasaran Beban Penelitian dan Pengembangan Beban Administrasi dan Umum Beban Operasional lainnya JUMLAH BEBAN OPERASIONAL LABA (RUGI) OPERASIONAL PENDAPATAN DAN BEBAN NON OPERASIONAL Pendapatan Non Operasional Beban Non Operasional Kerugian Penjualan Aset Lain-lain PENDAPATAN (BEBAN) NON OPERASIONAL LABA (RUGI) SEBELUM PAJAK PENGHASILAN TAKSIRAN PAJAK PENGHASILAN LABA (RUGI) BERSIH 16 563 Lanjutan Lampiran 43 PENJELASAN LAPORAN LABA/RUGI I. Pendapatan Operasional Yang dimasukkan dalam pendapatan operasional adalah semua pendapatan yang merupakan hasil dari kegiatan yang lazim sebagai usaha utama BPR dan dirinci atas: a. Pendapatan Bunga Yang dimasukkan dalam pos ini adalah pendapatan bunga dari penanaman yang dilakukan oleh BPR dalam bentuk aset produktif antara lain SBI, penempatan pada bank lain dan kredit yang diberikan pada bank dan pihak ketiga bukan bank. Termasuk yang dimasukkan dalam pos ini adalah amortisasi diskonto, provisi dan biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung pada aset produktif. Pendapatan bunga antar kantor tidak dimasukkan ke dalam pos ini, tetapi dimasukkan ke dalam pos pendapatan non operasional. Pendapatan bunga dirinci atas: 1) Bunga Kontraktual Pendapatan bunga yang diterima oleh BPR dengan kontrak dengan pihak lain atas sesuai SBI, penempatan dana / kredit yang diberikan pada bank dan pihak ketiga bukan bank, tidak termasuk amortisasi provisi / biaya transaksi. a) Surat Berharga Adalah amortisasi diskonto SBI yang dimiliki BPR tidak termasuk pendapatan yang diperoleh atas penjualan SBI. b) Penempatan Pada Bank Lain Adalah seluruh pendapatan diskonto yang diterima BPR bunga/amortisasi atas penempatan pada bank lain yang dirinci sesuai dengan jenis berikut: a) Giro b) Tabungan 17 564 Lanjutan Lampiran 43 c) Deposito d) Sertifikat Deposito c) Kredit yang Diberikan Adalah seluruh pendapatan bunga yang diterima BPR atas kredit yang diberikan kepada bank lain dan pihak ketiga bukan bank. Dirinci sebagai berikut: a) Kepada Bank Lain b) Kepada Pihak Ketiga Bukan Bank 2) Amortisasi Provisi Pendapatan yang diterima BPR atas provisi kredit yang diberikan kepada bank dan pihak ketiga bukan bank. Pengakuan provisi kredit dilakukan secara amortisasi sebagaimana diatur dalam prinsip SAK ETAP. Provisi kredit dimasukkan menurut kelompok sebagai berikut: 1. Kepada bank lain Adalah amortisasi atas pendapatan provisi kredit yang diberikan kepada bank lain. 2. Kepada pihak ketiga bukan bank Adalah amortisasi atas pendapatan provisi kredit yang diberikan kepada pihak ketiga bukan bank. b. Beban Bunga Yang dimasukkan dalam pos ini adalah semua beban yang dikeluarkan atas kegiatan yang lazim sebagai usaha BPR, dan dirinci atas: 1) Bunga Kontraktual Yang dimasukkan dalam pos ini adalah beban bunga yang secara kontraktual diperjanjikan oleh BPR kepada bank lain atau pihak ketiga bukan bank. Beban bunga kontraktual tidak termasuk amortisasi biaya transaksi (transaction cost) a) Tabungan Adalah beban bunga atas dana tabungan dari pihak ketiga bukan bank. 18 565 Lanjutan Lampiran 43 b) Deposito Adalah beban bunga atas dana deposito dari pihak ketiga bukan bank. c) Simpanan dari bank lain Adalah beban bunga atas dana tabungan/deposito dari bank lain. d) Pinjaman yang diterima Adalah beban atas pinjaman yang diterima dari Bank Indonesia, bank lain dan pihak ketuga bukan bank. e) Pinjaman Subordinasi Adalah beban bunga atas pinjaman subordinasi dari bank lain atau pihak ketiga bukan bank. f) Lainnya Termasuk dalam pos ini adalah premi penjaminan simpanan. 2) Amortisasi Biaya Transaksi -/Biaya yang dikeluarkan oleh BPR yang terkait secara langsung dengan penempatan dana pada SBI, penempatan dana pada bank lain serta kredit yang diberikan kepada bank lain dan pihak ketiga bukan bank. Pengakuan biaya transaksi dilakukan secara amortisasi sebagaimana diatur dalam prinsip SAK ETAP. a) Surat Berharga Adalah amortisasi atas biaya transaksi perolehan SBI b) Kredit yang Diberikan i. Kepada bank lain Adalah amortisasi atas biaya transaksi kredit yang diberikan kepada bank lain. ii. Kepada pihak ketiga bukan bank Adalah amortisasi atas biaya transaksi kredit yang diberikan kepada pihak ketiga bukan bank. 19 566 Lanjutan Lampiran 43 c. Pendapatan Operasional Lainnya Yang dimasukkan dalam pos ini adalah seluruh pendapatan operasional yang diperoleh BPR selain pendapatan bunga. Pos ini dirinci atas: 1) Pendapatan jasa transaksi Adalah pendapatan jasa dalam rangka peningkatan pelayanan oleh BPR , misalnya payment point dan ATM. 2) Keuntungan penjualan valuta asing Adalah keuntungan yang diperoleh BPR sehubungan dengan kegiatan sebagai pedagang valuta asing. 3) Keuntungan penjualan surat berharga Adalah keuntungan yang diakui atas penjualan surat berharga. Pos ini merupakan pengakuan keuntungan yang belum direalisasi atas surat berharga tersedia untuk dijual yang sebelumnya dimasukkan di ekuitas. 4) Penerimaan aset produktif yang dihapusbuku Adalah pendapatan yang diperoleh atas penerimaan kembali aset produktif yang telah dihapusbuku. 5) Pemulihan penyisihan penghapusan aset produktif Adalah pendapatan yang diperoleh atas penerimaan kembali aset produktif yang telah dihapusbuku. 6) Lainnya Adalah pendapatan operasional selain bunga yang tidak termasuk dalam huruf a s.d. e diatas, misalnya pendapatan atas denda yang diperoleh oleh BPR , dll. II. Beban Operasional Yang dimasukkan dalam pos ini adalah semua beban yang dikeluarkan atas kegiatan yang lazim sebagai usaha BPR, dan dirinci atas: a. Beban Administrasi dan Umum Beban ini terdiri dari: 1) Beban tenaga kerja 20 567 Lanjutan Lampiran 43 a) Gaji dan upah Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah gaji pokok, upah beserta tunjangan-tunjangan yang dibayarkan kepada direksi/pengurus harian bagi BPR berbadan hukum Koperasi dan karyawankaryawan BPR , baik yang berstatus pegawai tetap maupun tidak tetap sebelum dikurangi dengan pajak penghasilan dan potongan-potongan lain. Dalam hal pajak penghasilan ditanggung oleh BPR, jumlahnya harus ditambahkan ke dalam sub pos ini. b) Honorarium Termasuk dalam sub pos ini adalah biaya untuk honorarium komisaris/dewan pengawas BPR. c) Lainnya Yang dimasukkan dalam pos ini adalah semua biaya tenaga kerja di luar gaji, upah, dan honorarium, seperti uang lembur dan perawatan kesehatan. 2) Beban pendidikan dan pelatihan Yang dimasukkan dalam pos ini adalah biaya yang berkaitan dengan pendidikan dan pelatihan yang diikuti oleh pengurus/pegawai baik yang diselenggarakan oleh pihak ketiga maupun intern BPR, termasuk kursus dan seminar. Dalam pos ini termasuk juga biaya perjalanan dan akomodasi yang terkait dengan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan tersebut. 3) Beban sewa a) Gedung kantor Yang dimasukkan dalam pos ini adalah sewa yang dibayar oleh BPR terkait dengan gedung operasional kantor BPR . b) Lainnya Yang dimasukkan dalam pos ini adalah beban sewa yang dibayarkan oleh BPR terkait dengan 21 568 Lanjutan Lampiran 43 beban sewa alat-alat dan sewa perabot, dan beban sewa lainnya terkait dengan operasional BPR . 4) Beban penyusutan/penghapusan atas aset tetap dan inventaris Yang dimasukkan dalam pos ini adalah beban adalah beban penyusutan aset tetap dan inventaris. 5) Beban amortisasi aset tidak berwujud Yang dimasukkan dalam pos ini amortisasi terhadap aset tidak berwujud, antara lain amortisasi atas program aplikasi (software). 6) Beban premi asuransi Yang dimasukkan dalam pos ini adalah beban asuransi pertanggungan atas beban BPR , misalnya asuransi aset tetap dan inventaris, asuransi tenaga kerja, beban asuransi uang kas dll. Apabila premi asuransi dibayar secara dimuka maka jumlah yang belum diamortisasi/dibebankan dimasukkan pada pos aset lain-lain. 7) Beban pemeliharaan dan perbaikan Yang dimasukkan dalam pos ini adalah biaya pemeliharaan dan perbaikan yang dikeluarkan oleh BPR untuk pemeliharaan /perbaikan atas aset tetap dan inventaris yang dimiliki atau disewa oleh BPR . 8) Beban barang dan jasa Yang dimasukkan dalam pos ini adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh BPR penerimaan/pemakaian sehubungan dengan barang-barang/jasa-jasa antara lain biaya penerangan, air, telepon, telegram, alat-alat tulis menulis, biaya percetakan, biaya perjalanan, penginapan, koran dan majalah. 9) Pajak-pajak Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah pajak yang dibayar oleh BPR seperti pajak buni dan bangunan dan pajak kendaran milik BPR (tidak termasuk pajak penghasilan). 22 569 Lanjutan Lampiran 43 b. Beban penyisihan penghapusan aset produktif Yang dimasukkan dalam pos ini adalah biaya penghapusan aset produktif baik berupa kredit yang diberikan lainnya, maupun penempatan sebagaimana Indonesia tentang diatur Kualitas pada dalam aset produktif Peraturan Aktiva Bank Produktif dan Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (KAP dan Pembentukan PPAP) BPR. Pos ini dibagi menjadi: 1) Surat Berharga 2) Penempatan pada bank lain 3) Kredit yang diberikan : a) Kepada bank lain b) Kepada pihak ketiga bukan bank c. Beban Pemasaran Yang dimasukkan dalam pos ini adalah biaya yang berkaitan dengan promosi produk perbankan dari BPR mencakup pula biaya edukasi terhadap masyarakat tentang produk perbankan dari BPR . Dalam pos ini termasuk juga biaya pemberian hadiah yang tidak dapat diatribusikan langsung pada rekening nasabah dan iklan dalam rangka promosi. d. Beban penelitian dan pengembangan Yang dimasukkan dalam pos ini adalah biaya yang berkaitan dengan penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh BPR. Termasuk dalam pos ini adalah biaya perjalanan dan akomodasi yang terkait dengan penyelenggaraan penelitian dan pengembangan tersebut serta biaya penelitian dan pengembangan dalam rangka pendirian dan pembukaan kantor cabang BPR. e. Beban Operasional lainnya Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah beban operasional yang tidak termasuk ke dalam salah satu dari pos a s.d e di atas. Beban ini dibagi menjadi : 1) Kerugian penjualan valuta asing Adalah kerugian yang diperoleh BPR sehubungan dengan kegiatan sebagai pedagang valuta asing. 23 570 Lanjutan Lampiran 43 2) Kerugian penjualan surat berharga Adalah kerugian yang diakui atas penjualan surat berharga. Pos ini merupakan pengakuan kerugian yang belum direalisasi atas surat berharga tersedia untuk dijual yang sebelumnya dimasukkan di ekuitas. 3) Beban kerugian restrukturisasi Yang dimasukkan dalam pos ini adalah amortisasi cadangan kerugian yang timbul atas penurunan nilai kredit akibat diperhitungkan perbaikan adanya dengan kualitas restrukturisasi kelebihan kredit PPAP dalam setelah karena rangka restrukturisasi. 4) Lainnya Adalah beban selain huruf a. dan b. diatas. III. Laba/Rugi Operasional a. Laba Operasional Yang dimasukkan dalam pos ini adalah selisih positif dari pendapatan operasional dikurangi beban operasional. b. Rugi Operasional Yang dimasukkan dalam pos ini adalah selisih negatif dari pendapatan operasional dikurangi dengan beban operasional. IV. Pendapatan Non – Operasional Yang dimasukkan dalam pendapatan non operasional adalah semua pendapatan yang berasal dari kegiatan yang bukan merupakan kegiatan utama BPR yang dirinci atas: a. Keuntungan penjualan Yang dimasukkan dalam pos ini adalah keuntungan karena penjualan aset tetap dan inventaris milik BPR . Dalam pos ini termasuk juga hasil suatu eksekusi/penjualan atas barang-barang jaminan yang diserahkan oleh debitur kepada BPR (AYDA). 24 571 Lanjutan Lampiran 43 b. Pemulihan penurunan nilai Yang dimasukkan dalam pos ini adalah pemulihan nilai wajar atas aset tetap dan inventaris milik BPR yang sebelumnya telah mengalami penurunan nilai. Dalam pos ini termasuk juga pemulihan nilai wajar atas barangbarang jaminan yang diserahkan oleh debitur kepada BPR (AYDA). c. Pendapatan ganti rugi asuransi Yang dimasukkan dalam pos ini adalah pendapatan yang berasal dari penerimaan klaim asuransi. d. Bunga Antar Kantor Yang dimasukkan dalam pos ini adalah pendapatan bunga yang berasal dari transaksi antar kantor. e. Selisih Kurs Yang dimasukkan dalam pos ini adalah keuntungan selisih kurs, yaitu selisih lebih antara nilai tercatat mata uang asing berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal pelaporan dengan nilai tercatat sebelumnya. f. Lainnya Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah pendapatanpendapatan non operasional yang tidak termasuk dalam angka 1 s.d 5 di atas. Termasuk dalam pos ini adalah pendapatan yang diperoleh atas penerimaan kembali aset produktif yang telah dihapustagih V. Beban Non – Operasional Yang dimasukkan ke dalam beban non-operasional adalah biaya yang dikeluarkan atas kegiatan yang bukan merupakan kegiatan utama BPR yang dirinci atas : a. Kerugian Penjualan Aset Yang dimasukkan dalam pos ini adalah kerugian karena penjualan / kehilangan aset tetap dan inventaris milik BPR. Termasuk dalam pos ini adalah penjualan / kehilangan barang-barang jaminan yang diserahkan oleh debitur kepada BPR (AYDA) 25 572 Lanjutan Lampiran 43 b. Lain-lain Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah biaya-biaya non operasional yang tidak termasuk dalam huruf a di atas, misalnya denda/sanksi kewajiban membayar BPR karena suatu pelanggaran, sumbangan yang diberikan BPR dan lain-lain seperti: 1) Kerugian penurunan nilai Yang dimasukkan dalam pos ini adalah kerugian atas penurunan nilai wajar aset tetap dan inventaris milik BPR. Termasuk dalam pos ini penurunan nilai wajar atas barang-barang jaminan yang diserahkan oleh debitur kepada BPR (AYDA). 2) Beban bunga antar kantor Yang dimasukkan dalam pos ini adalah beban bunga atas dana-dana yang berasal dari transaksi antar kantor. 3) Selisih kurs Yang dimasukkan dalam pos ini adalah kerugian selisih kurs, yaitu selisih kurang antara nilai tercatat mata uang asing berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal dengan nilai tercatat sebelumnya. VI. Laba/Rugi Non – Operasional a. Laba non-operasional Adalah selisih positif dari seluruh pendapatan operasional dan non-operasional dikurangi beban operasional dan non-operasional. b. Rugi non-operasional Adalah selisih negatif dari seluruh pendapatan operasional dan non-operasional dikurangi beban operasional dan non-operasional. VII. Taksiran Pajak Penghasilan Yang dimasukkan dalam pos ini adalah taksiran pajak penghasilan tahun berjalan sesuai ketentuan perpajakan yang menjadi beban laba tahun berjalan. 26 573 Lanjutan Lampiran 43 VIII. Laba/Rugi Bersih a. Jumlah Laba Jumlah laba adalah laba bersih tahun berjalan setelah dikurangi taksiran pajak penghasilan. b. Jumlah Rugi Jumlah rugi adalah rugi tahun berjalan. 27 574 Lanjutan Lampiran 43 LAPORAN KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF Keterangan L Posisi tanggal laporan KL D M Jumlah Penempatan pada bank lain Kredit yang diberikan a. Kepada BPR b. Kepada Bank Umum c. Kepada non bank – pihak terkait d. Kepada non bank – pihak tidak terkait Jumlah Aset Produktif Rasio – rasio (%) a. KPMM b. NPL c. PPAP d. ROA e. BOPO f. Cash Ratio g. LDR 28 575 Lanjutan Lampiran 43 PENJELASAN LAPORAN KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF I. Penempatan pada Bank lain Adalah penanaman dana Bank Perkreditan Rakyat pada Bank lain, dalam bentuk giro tabungan, deposito berjangka, sertifikat deposito, kredit yang diberikan dan penanaman dana lainnya yang sejenis. II. Kredit yang diberikan Adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara BPR dengan pihak lain yang mewajibkan pihak Peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Kredit yang diberikan menurut penyalurannya terbagi atas: 1. Kepada BPR Adalah penyaluran kredit kepada BPR lain yang memiliki maupun tidak memiliki keterkaitan dengan BPR tersebut 2. Kepada Bank Umum Adalah penyaluran kredit kepada Bank umum 3. Kepada non Bank – terkait Adalah penyaluran merupakan kredit perseorangan kepada atau pihak non bank perusahaan/badan yang yang mempunyai hubungan kepemilikan, kepengurusan, dan/atau keuangan dengan BPR. 4. Kepada non Bank – tidak terkait Adalah penyaluran kredit kepada pihak non bank yang merupakan perseorangan atau perusahaan/badan yang tidak mempunyai hubungan kepemilikan, kepengurusan, dan/atau keuangan dengan BPR. 29 576 Lanjutan Lampiran 43 III. Kolektibilitas Yang dimaksud dengan kolektibilitas adalah sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai KAP dan Pembentukan PPAP BPR sebagai berikut: 1. Lancar; 2. Kurang Lancar; 3. Diragukan; dan 4. Macet. IV. Rasio –Rasio 1. Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) Adalah rasio yang mengukur kecukupan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Perkreditan Rakyat yang dihitung berdasarkan perhitungan Modal dan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) yang berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia tentang KPMM yang berlaku. 2. Non Performing Loan (NPL) Adalah rasio yang mengukur perbandingan jumlah kredit bermasalah dengan total kredit yang terdapat pada Bank Perkreditan Rakyat tersebut dimana: kredit merupakan kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk kredit kepada Bank lain); kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan, dan macet; kredit bermasalah dihitung secara gross (tidak dikurangi PPAP); angka diperhitungkan per posisi (tidak disetahunkan) 30 577 Lanjutan Lampiran 43 3. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) Adalah rasio yang digunakan untuk mengukur cadangan yang harus dibentuk Bank sebesar persentase tertentu dari baki debet berdasarkan penggolongan kualitas aktiva produktif. 4. Return On Asset (ROA) Adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen Bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan dengan membagi Laba sebelum pajak dengan Ratarata total aset. 5. Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) Adalah rasio yang mengukur tentang perbandingan Beban Operasi terhadap Pendapatan Operasi untuk mengetahui tingkat efisiensi dan kemampuan Bank tersebut dalam menjalankan kegiatan operasionalnya dengan membagi antara Total beban operasional dan Total pendapatan operasional yang dihitung per posisi (tidak disetahunkan). 6. Cash Ratio Adalah rasio yang mengukur perbandingan antara alat likuid terhadap hutang lancar sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia tentang Tatacara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat 7. Loan to Deposit Ratio (LDR) Adalah rasio yang mengukur tentang perbandingan Kredit dengan Dana Pihak Ketiga yang terdapat di Bank Perkreditan Rakyat dimana Kredit merupakan total kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk kredit dengan Bank lain) dan Dana Pihak Ketiga mencakup giro, tabungan, dan deposito (tidak termasuk antar Bank). 31 578 Lanjutan Lampiran 43 LAPORAN KOMITMEN DAN KONTIJENSI Pos-Pos Posisi Tanggal Laporan Posisi yang sama tahun sebelumnya KOMITMEN 1. Fasilitas pinjaman yang diterima yang belum ditarik 2. Fasilitas kredit kepada nasabah yang belum ditarik 3. Penerusan kredit (Channeling) 4. Lain-lain Jumlah komitmen KONTIJENSI 1. Aset produktif yang dihapus buku 2. Agunan diambil alih dalam rangka proses penyelesaian kredit 3. Pendapatan bunga dalam penyelesaian 4. Lain-lain Jumlah kontijensi 32 579 Lanjutan Lampiran 43 PENJELASAN LAPORAN KOMITMEN & KONTINJENSI I. KOMITMEN 1. Fasilitas pinjaman yang diterima dan belum ditarik Yang dimasukkan dalam pos ini adalah sandi 600 Rekening Administratif yaitu fasilitas pinjaman yang diterima oleh BPR dari bank lain dan/atau dari pihak ketiga yang belum ditarik. 2. Fasilitas kredit kepada nasabah yang belum ditarik Yang dimasukkan dalam pos ini adalah sandi 620 Rekening Administratif yaitu fasilitas kredit yang masih disediakan oleh BPR bagi nasabahnya dan belum ditarik. 3. Penerusan Kredit (Channeling) Yang dimasukkan dalam pos ini adalah sandi 630 Rekening Administratif yaitu penyaluran kredit kepada nasabah yang dananya berasal dari pihak lain, dan atas kredit tersebut BPR tidak menanggung risiko atas penyaluran kredit tersebut. 4. Lain-lain Yang dimasukkan ke dalam pos ini adalah sandi 661 Rekening Administratif yaitu ikatan atau kontrak berupa janji yang tidak dapat dibatalkan secara sepihak dan harus dilaksanakan apabila persyaratan yang disepakati bersama dipenuhi. II. KONTINJENSI 1. Aset produktif yang dihapusbukukan Yang dimasukkan dalam pos ini adalah sandi 640 Rekening Administratif yaitu semua rekening produktif baik kredit yang diberikan maupun rekening produktif lainnya yang telah dihapusbukukan. Untuk rekening produktif yang telah dilakukan hapus tagih tidak dilaporkan lagi pada rekening administratif. 2. Agunan diambil alih dalam rangka proses penyelesaian kredit Yang dimasukkan dalam pos ini adalah semua sandi 650 Rekening Administratif yaitu agunan milik debitur yang masih dalam proses pengambilalihan oleh BPR dalam rangka proses penyelesaian kredit. 33 580 Lanjutan Lampiran 43 3. Pendapatan bunga dalam penyelesaian Yang dimasukkan dalam pos ini adalah sandi 611 dan sandi 619 Rekening Administratif yaitu bunga atas kredit yang diberikan dan bunga penemaptan pada bank lain yang kualitasnya tergolong kurang lancar, diragukan dan macet namun hingga saat pelaporan masih belum diterima pembayarannya. 4. Lain-lain Yang dimasukkan dalam pos ini adalah sandi 662 Rekening Administratif yaitu kondisi atau situasi dengan hasil akhir berupa keuntungan atau kerugian yang baru dapat dikonfirmasikan setelah terjadinya satu peristiwa atau lebih pada masa depan. 34 581 Lanjutan Lampiran 43 LAPORAN INFORMASI LAINNYA PENGURUS BPR DEWAN KOMISARIS 1. 2. 3. dst. DIREKSI 1. 2. 3. dst. PEMILIK BPR 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. PEMILIK SAHAM (……%) (……%) (……%) (……%) (……%) (……%) (……%) (……%) (……%) (……%) (……%) PEMEGANG SAHAM PENGENDALI 1. 2. 3. dst. ULTIMATE SHAREHOLDER 1. 2. 3. dst. *Nama Kantor Akuntan Publik : *Akuntan Publik yang Menandatangani laporan : Catatan: * BPR dengan total asset Rp 10 milyar atau lebih wajib mencantumkan nama Kantor Akuntan Publik dan nama Akuntan Publik yang bertanggungjawab terhadap audit (partner in-charge) ………………, ………………. Direksi PT/PD/Kop BPR ……….. ……………… ..…………… 35 582 Lanjutan Lampiran 43 PENJELASAN INFORMASI LAINNYA I. PENGURUS BANK Adalah pihak-pihak yang terdapat di Bank perkreditan Rakyat yang mempunyai wewenang untuk mewakili badan hukum Bank perkreditan rakyat tersebut seperti Komisaris dan Direksi Bank Perkreditan Rakyat II. PEMILIK BANK & PEMEGANG SAHAM adalah nama Pemegang Saham yang wajib dicantumkan baik perorangan atau perusahaan yang memiliki saham paling sedikit sebesar 10% (sepuluh perseratus) dari modal BPR, termasuk Pemegang Saham Pengendali, sebagai berikut: 1) Dalam hal jumlah Pemegang Saham kurang atau sama dengan 10(sepuluh) orang maka seluruh Pemegang Saham dicantumkan. 2) Dalam hal jumlah Pemegang Saham lebih dari 10 (sepuluh)orang, tidak terdapat Pemegang Saham yang memiliki paling sedikit 10% (sepuluh perseratus) saham dan bukan merupakanPemegang Saham Pengendali, maka yang dicantumkan adalah nama 9 (sembilan) Pemegang Saham dengan kepemilikan terbesar dan selebihnya diisi dengan ”lain-lain” sehingga jumlah keseluruhan 100% (seratus perseratus). KEPALA GRUP PENGEMBANGAN BPR & UMKM, Y. SANTOSO WIBOWO 36 583 Lampiran 44 LAMPIRAN II SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 15/29/DKBU TANGGAL 31 JULI 2013 PERIHAL LAPORAN TAHUNAN DAN LAPORAN KEUANGAN PUBLIKASI BANK PERKREDITAN RAKYAT Contoh Perjanjian Antar BPR Dan Kantor Akuntan Publik PERJANJIAN PEMAKAIAN JASA KANTOR AKUNTAN PUBLIK Pihak-pihak yang bertandatangan dibawah ini : 1. Sdr. ....... : Direktur Utama PT Bank Perkreditan Rakyat ......., bertempat tinggal di ......., dalam hal ini bertindak dalam jabatannya tersebut untuk dan atas nama perseroan berdasarkan Pasal .......... Anggaran Dasar PT PT. Bank Perkreditan Rakyat perubahannya) ........... (beserta (jika telah ada perubahan Anggaran Dasar) (berturutturut) telah dimuat Negara Republik dalam Berita Indonesia tanggal .......... No .........., Tambahan Nomor .......... selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA; 2. Sdr. .......... : Partner pada Kantor Akuntan Publik ....... . . yang beralamat di ......., yang dalam hal ini bertindak dalam jabatan tersebut untuk dan atas nama Kantor Akuntan Publik .............. berdasarkan . . . . dan dengan demikian mewakili 1 584 Lanjutan Lampiran 44 Kantor Akuntan Publik ........., untuk selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA. terlebih dahulu menerangkan hal-hal sebagai berikut : - Bahwa PIHAK PERTAMA dengan surat No. ........, menugaskan PIHAK KEDUA sebagai pihak yang akan melakukan pemeriksaan Laporan Keuangan Tahunan PT. BPR xxxxx untuk posisi tahun .......; - Bahwa PIHAK KEDUA, berdasarkan penugasan PIHAK PERTAMA melalui surat No. ....... tersebut di atas, setuju dan sepakat untuk melakukan pemeriksaan Laporan Keuangan Tahunan BPR XYZ untuk posisi tahun …... sebagaimana ditegaskan PIHAK KEDUA melalui surat No. ......; Selanjutnya, sehubungan dengan hal-hal tesebut di atas, PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat untuk mengadakan Perjanjian Pemakaian Jasa Kantor Akuntan Publik untuk selanjutnya disebut Perjanjian, dengan ketentuan dan syarat-syarat sebagai berikut : RUANG LINGKUP PEKERJAAN Pasal 1 PIHAK PERTAMA memberikan pekerjaan kepada PIHAK KEDUA dan PIHAK KEDUA menerima pekerjaan dari PIHAK PERTAMA untuk melaksanakan pemeriksaan Laporan Keuangan Tahunan BPR XYZ untuk posisi tahun ….. dengan ruang lingkup sebagai berikut : a. Penilaian atas penggolongan kualitas aktiva produktif dan kecukupan penyisihan penghapusan aktiva produktif yang dibentuk Bank Perkreditan Rakyat (BPR); b. Penilaian terhadap aset lain-lain dan agunan yang diambil alih BPR; c. Pendapat mengenai kewajaran atas transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa maupun transaksi yang dilakukan dengan perlakuan khusus; d. Jumlah dan kualitas penyediaan dana kepada pihak terkait; e. Rincian pelanggaran batas maksimum pemberian kredit yang meliputi nama nasabah, kualitas penyediaan dana, persentase dan jumlah pelanggaran batas maksimum pemberian kredit; 2 585 Lanjutan Lampiran 44 f. Rincian pelanggaran batas maksimum pemberian kredit yang meliputi nama nasabah, kualitas penyediaan dana, persentase dan jumlah pelanggaran batas maksimum pemberian kredit; g. Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM); h. Loan to Deposit Ratio (LDR); i. Perbandingan jumlah kredit bermasalah terhadap total kredit yang diberikan serta penyebab utamanya. j. Return on Asset (ROA) dan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO). k. Keandalan sistem pelaporan BPR kepada Bank Indonesia dan pengujian terhadap keandalan laporan-laporan yang disampaikan oleh BPR kepada Bank Indonesia; dan l. Hal-hal lain yang diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku, termasuk catatan atas Laporan Keuangan. PELAKSANA PEKERJAAN Pasal 2 (1) Pekerjaan sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 dilaksanakan oleh 1 (satu) tim yang dibentuk PIHAK KEDUA yang terdiri dari: 1. . . . . selaku partner in charge; 2. . . . . selaku . . . .; 3. . . . . selaku . . . . (2) Dalam hal pelaksana pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengalami perubahan, PIHAK KEDUA menyampaikan pemberitahuan dalam surat penunjukan atau penugasan kepada PIHAK PERTAMA. (3) Surat penunjukan atau penugasan dari PIHAK KEDUA sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan perjanjian ini. 3 586 Lanjutan Lampiran 44 BIAYA JASA Pasal 3 Biaya pelaksanaan pekerjaan dengan ruang lingkup sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 adalah sebagai berikut : (diatur sesuai kesepakatan antara BPR dengan KAP). PAJAK Pasal 4 (1) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10% (sepuluh perseratus) yang menjadi tanggungan PIHAK PERTAMA langsung dibebankan pada setiap pembayaran biaya Pekerjaan yang dilakukan oleh PIHAK PERTAMA. (2) PIHAK KEDUA wajib menyerahkan kepada PIHAK PERTAMA Surat Setoran Pajak (SSP) dan Faktur Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk dikemudian hari dijadikan tanda bukti bahwa atas biaya Pekerjaan tersebut telah dipungut Pajak Pertambahan Nilai (PPN). (3) PIHAK PERTAMA akan menyetorkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebagaimana tersebut di atas ke Rekening Kas Negara untuk dan atas nama PIHAK KEDUA. (4) PIHAK PERTAMA akan menyerahkan kembali kepada PIHAK KEDUA tembusan Surat Setoran Pajak (SSP) yang telah ditandatangani oleh Pejabat PIHAK PERTAMA sebagai bukti bahwa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) tersebut telah disetorkan ke Rekening Kas Negara. (5) PIHAK PERTAMA akan memotong Pajak Penghasilan (PPh) atas biaya-biaya pelaksanaan Pekerjaan yang telah dilakukan oleh PIHAK KEDUA sebesar ........ % (........... perseratus) dari penghasilan bersih (netto) pada setiap pembayaran biaya pekerjaan dan untuk selanjutnya disetorkan oleh PIHAK PERTAMA ke Rekening Kas Negara. (6) Atas pembayaran Pajak Penghasilan (PPh) tersebut, PIHAK PERTAMA sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) akan menyerahkan 4 587 Lanjutan Lampiran 44 tanda bukti pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) kepada PIHAK KEDUA. HAK DAN KEWAJIBAN Kewajiban Pihak Pertama dan Pihak Kedua Pasal 5 (1) PIHAK PERTAMA wajib membayar seluruh biaya pekerjaan kepada PIHAK KEDUA berdasarkan permohonan pembayaran realisasi pekerjaan yang diajukan oleh PIHAK PERTAMA. (2) Untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan oleh PIHAK KEDUA, PIHAK PERTAMA wajib menyediakan data dan informasi yang berkaitan dengan ruang lingkup pekerjaan sebagaimana dimaksud pada Pasal 1. Pasal 6 (1) PIHAK KEDUA dan Akuntan Publik yang bertanggung jawab dalam melakukan pekerjaan wajib melakukan audit sesuai Standar Profesional Akuntan Publik, kode etik profesi dan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai Akuntan Publik. (2) Sebelum melaksanakan pekerjaan, PIHAK KEDUA melalui Akuntan Publik yang bertanggungjawab kepada PIHAK KEDUA dalam melakukan audit wajib melaporkan rencana pelaksanaan pekerjaan dimaksud kepada Bank Indonesia. (3) PIHAK KEDUA wajib menyimpan dan merahasiakan data atau informasi yang diperoleh dalam pelaksanaan pekerjaan kecuali PIHAK PERTAMA memberikan persetujuan bahwa data dan informasi yang diperoleh tersebut dapat diberikan kepada pihak lain sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. (4) PIHAK KEDUA wajib menyampaikan laporan hasil audit dan Surat Komentar (Management Letter) kepada PIHAK PERTAMA dan Bank Indonesia paling lambat 4 (empat) bulan setelah berakhirnya tahun buku yang bersangkutan. 5 588 Lanjutan Lampiran 44 Hak Pihak Pertama dan Pihak Kedua Pasal 7 (1) PIHAK PERTAMA berhak meminta laporan hasil audit dan Surat Komentar (Management Letter) kepada PIHAK KEDUA. (2) PIHAK PERTAMA berhak membatalkan perjanjian ini, apabila PIHAK KEDUA dan Akuntan Publik yang bertanggung jawab serta bertindak selaku Partner in Charge tidak terdaftar di Bank Indonesia. (3) PIHAK PERTAMA berhak menghentikan pembayaran biaya pekerjaan kepada PIHAK KEDUA apabila PIHAK KEDUA dan/atau Akuntan Publik yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan pekerjaan atau selaku Partner in Charge tidak melaksanakan seluruh atau sebagian tahapan pekerjaan sesuai dengan yang diperjanjikan. Pasal 8 (1) PIHAK KEDUA berhak menerima pembayaran seluruh biaya pekerjaan dari PIHAK PERTAMA; (2) PIHAK KEDUA berhak menghentikan pelaksanaan pekerjaan apabila PIHAK PERTAMA tidak pembayaran atas seluruh atau melaksanakan kewajiban sebagian biaya pelaksanaan pekerjaan sesuai yang diperjanjikan. (3) PIHAK KEDUA berhak untuk mengakses data dan informasi yang berkaitan dengan pekerjaan yang dilaksanakan dari PIHAK PERTAMA. JANGKA WAKTU PENYELESAIAN AUDIT DAN BERAKHIRNYA PERJANJIAN Pasal 9 PIHAK KEDUA melaksanakan ruang pekerjaan sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 dalam jangka waktu paling lama selama ...... hari yang dimulai sejak tanggal ..... sampai dengan ....... 6 589 Lanjutan Lampiran 44 Pasal 10 (1) Perjanjian berakhir dengan sendirinya apabila pelaksanaan pekerjaan telah selesai dilakukan yang dibuktikan dengan laporan audit yang telah disampaikan oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA. (2) Apabila PIHAK PERTAMA dan/atau PIHAK KEDUA tidak berniat lagi untuk melanjutkan pelaksanaan perjanjian ini, kedua belah pihak dapat mengakhiri perjanjian sebelum jangka waktu pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 berakhir dengan kesepakatan tertulis antara PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA. (3) Dalam hal para pihak akan mengakhiri perjanjian dengan cara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pihak yang akan mengakhiri menyampaikan pemberitahuan terlebih dahulu untuk perjanjian memperoleh persetujuan dari pihak lainnya. PERSELISIHAN DAN DOMISILI HUKUM Pasal 11 (1) Apabila dalam pelaksanaan Perjanjian ini timbul perbedaan pendapat atau perselisihan, para pihak sepakat untuk menyelesaikannya secara musyawarah lebih dahulu. (2) Dalam hal perbedaan pendapat atau perselisihan sebagaimana dimaksud pada musyawarah, ayat (1) tidak dapat diselesaikan secara PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat memilih penyelesaian melalui pengadilan dan untuk itu kedua pihak memilih domisili hukum di wilayah Pengadilan Negeri ..........xxxx. LAIN-LAIN Pasal 12 (1) Untuk kepentingan pengawasan oleh Bank Indonesia, PIHAK PERTAMA mengizinkan PIHAK KEDUA untuk menyampaikan secara langsung kepada Bank Indonesia hal-hal sebagai berikut: 7 590 Lanjutan Lampiran 44 a. Laporan hasil audit; b. Surat Komentar (Management Letter); c. Informasi yang dibutuhkan oleh Bank Indonesia setiap saat apabila diperlukan, meskipun perjanjian telah berakhir; dan d. Informasi mengenai temuan audit terkait dengan pelanggaran terhadap ketentuan perundang-undangan di bidang keuangan dan/atau perbankan yang dapat membahayakan kelangsungan usaha BPR. (2) Laporan hasil audit dan Surat Komentar (Management Letter) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan b disampaikan kepada Bank Indonesia paling lambat 4 (empat) bulan setelah berakhirnya tahun buku yang bersangkutan. Pasal 13 (1) Hal-hal lain yang belum atau belum cukup diatur dan perubahanperubahan dalam Perjanjian ini akan diatur kemudian atas dasar permufakatan kedua belah pihak yang akan dituangkan dalam bentuk surat atau perjanjian tambahan (addendum), yang merupakan kesatuan dan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari Perjanjian ini. (2) Semua pemberitahuan dan atau surat menyurat antara kedua belah pihak sehubungan dengan Perjanjian ini dilakukan secara tertulis dan dianggap telah disampaikan kepada yang bersangkutan bilamana ada tanda terima tertulis. (3) Pemberitahuan dan atau surat menyurat berkaitan dengan Perjanjian ini dialamatkan kepada : PIHAK PERTAMA : PT BPR ....................... ........................... ........................... PIHAK KEDUA : Kantor Akuntan Publik ..................... ................................ ................................ 8 591 Lanjutan Lampiran 44 Pasal 14 PENUTUP Perjanjian ini dibuat dan ditandatangani rangkap 2 (dua) masing- masing bermeterai cukup dan mempunyai kekuatan hukum yang sama untuk keperluan masing-masing pihak. Demikianlah surat Perjanjian ini dibuat dan ditandatangani di ……. pada hari ....................tanggal ....... bulan ...... tahun ............. PIHAK PERTAMA, PIHAK KEDUA, PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT KANTOR AKUNTAN PUBLIK ............................ .............................. Direktur Utama KEPALA GRUP PENGEMBANGAN BPR & UMKM, Y. SANTOSO WIBOWO 9 592 Lampiran 45 Lampiran 1. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/52/ DPbS tanggal 22 November 2005 NERACA BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH ………….. Tanggal ………….. No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 15. Pos - Pos 9. Posisi yang sama th.sebelumnya Posisi Tgl.laporan Posisi yang sama th.sebelumnya AKTIVA Kas Penempatan Pada Bank Indonesia Penempatan Pada bank lain Piutang Murabaha Piutang Salam Piutang Istishna Pembiayaan Mudharabah Pembiayaan Musyarakah Ijarah Qardh Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif -/Aktiva Istishna Persediaan Aktiva Tetap dan Inventaris Akumulasi penghapusan aktiva tetap Aktiva lain-lain JUMLAH AKTIVA No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Posisi Tgl.laporan Pos - Pos PASIVA Kewajiban Segera Tabungan Wadiah Kewajiban Kepada Bank Indonesia Kewajiban Lain-lain Pembiayaan/Pinjaman Yang Diterima Pinjaman Subordinasi Modal Pinjaman Dana Investasi Tidak Terikat a. Tabungan Mudharabah b. Deposito Mudharabah Ekuitas a. Modal Disetor b. Tambahan Modal Disetor c. Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap d. Cadangan e. Saldo Laba (Rugi) J UM L A H P A S I V A …………….., ………………. Direksi, ………………………….. Dewan Pengawas Syariah …………………………. 593 Lampiran 46 Lampiran 2. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/52/ DPbS tanggal 22 November 2005 PERHITUNGAN LABA RUGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH………….. Periode …………….. POS - POS Periode tgl.laporan Periode yang sama th.sebelumnya Periode tgl.laporan Periode yang sama th.sebelumnya Periode tgl.laporan Periode yang sama th.sebelumnya I. Pendapatan Operasional A. Pendapatan Operasional dari Penyaluran Dana 1. Dari Pihak Ketiga Bukan Bank 2. Dari Bank Indonesia 3. Dari bank-bank lain di Indonesia B. Pendapatan Operasional Lainnya POS - POS II. Bagi hasil kepada Pemilik Dana A. Pihak ketiga bukan bank 1. Tabungan Mudharabah 2. Deposito Mudharabah 3. Lainnya B. Bank Indonesia C. Bank – bank lain -/- III. Pendapatan Operasional setelah distribusi bagi hasil (I – II) IV. Beban Operasional A. Bonus titipan wadiah B. Beban administrasi dan umum C. Beban personalia D. Beban penyisihan penghapusan aktiva produktif E. Lainnya POS - POS V. Laba (Rugi) Operasional (III – IV) VI. Pendapatan Non Operasional VII. Beban Non Operasional VIII. Laba (Rugi) Sebelum Pajak IX. Zakat X. Taksiran Pajak Penghasilan XI. Laba (Rugi) Tahun Berjalan 594 Lampiran 47 Lampiran 3. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/52/ DPbS tanggal 22 November 2005 DAFTAR KOMITMEN DAN KONTINJENSI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH ……………... Tanggal ………… POS – POS Periode tgl.laporan Periode yang sama th.sebelumnya I. Tagihan Komitmen 1. Fasilitas Pembiayaan Yang diterima dan Belum Ditarik 2. Lainnya II. Kewajiban Komitmen 1. Fasilitas Pembiayaan Yang belum ditarik 2. Lainnya III. Tagihan Kontinjensi 1. Garansi (Kafalah) Yang Diterima 2. Pendapatan yang akan diterima 3. Lainnya IV. Kewajiban Kontinjensi V . Aktiva Produktif yang Dihapusbuku pd Tgl Laporan VI. Penerusan Dana Mudharabah Muqayyadah (Channeling) 595 Lampiran 48 Lampiran 4. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/52/DPbS tanggal 22 November 2005 KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF & INFORMASI LAINNYA PUBLIKASI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH … … … Periode … … … Bank KETERANGAN L KL Posisi tanggal laporan D M Jumlah 1. Penempatan pada bank lain 2. Piutang a. Piutang Murabahah b. Piutang Salam c. Piutang Istishna d. Qardh 3. Pembiayaan Mudharabah & Musyarakah a. Mudharabah b. Musyarakah 4. Ijarah 5. Jumlah Aktiva Produktif 6. Aktiva Produktif kepada Pihak Terkait 7. Rasio Non Performing Financing (NPF) (%) 8. PPAP yang wajib dibentuk 9. PPAP yang telah dibentuk PEMILIK No Nama Kepemilikan DIREKSI No 1 1 2 2 3 3 DEWAN KOMISARIS No. Nama Jabatan Nama DEWAN PENGAWAS SYARIAH No. Nama 1 1 2 2 Jabatan Jabatan ............, .................... Direksi .................................... 596 Lampiran 49 Lampiran 5. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/52/ DPbS tanggal 22 November 2005 LAPORAN SUMBER DAN PENGGUNAAN ZIS Bank : Periode : No URAIAN 1. Sumber dana ZIS pada awal periode 2. Sumber dana ZIS a. Zakat dari Bank b. Zakat dari pihak luar Bank c. Infaq dan shadaqah 3. Catatan 20x2 20x1 Total Sumber Dana Penggunaan dana ZIS 2.1. Disalurkan ke lembaga/pihak lain *) 2.2. Disalurkan sendiri Total Penggunaan 4. Kenaikan (penurunan) sumber atas penggunaan 5. Sumber dana ZIS pada akhir periode *) Disebutkan nama lembaga/pihak - nya seperti : Dompet Dhuafa Republika, Pos Keadilan Peduli Ummat (PKPU), Yayasan, dll 597 Lampiran 50 Lampiran 6. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/52/ DPbS tanggal 22 November 2005 LAPORAN SUMBER DAN PENGGUNAAN QARDH Bank : Periode : NO URAIAN 1. Sumber Dana Qardh pada awal periode 2. Sumber Dana Qardh a. Infaq dan shadaqah b. Denda c. Sumbangan/Hibah d. Pendapatan non-halal e. Lainnya Catatan 20x2 20x1 Total Sumber Dana 3. Penggunaan Dana Qardh a. Pinjaman b. Sumbangan c. Lainnya Total Penggunaan Qardh 4. Kenaikan (penurunan) sumber atas penggunaan 5. Sumber Dana Qardh pada akhir periode 598 Lampiran 51 Lampiran 7 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/52/DPbS tanggal 22 November 2005 TABEL D I S T R I B U S I BAGI HASIL Bank : Periode : Jenis Penghimpunan Saldo Rata-rata Pendapatan yang harus dibagi hasil Nisbah C Porsi Pemilik Dana Jumlah bonus dan bagi hasil D Indikasi Rate of Return E A B Giro Wadiah A1 B1 C1 D1 E1 Tabungan Mudharabah A2 B2 C2 D2 E2 - 1 Bulan A3 B3 C3 D3 E3 - 3 Bulan A4 B4 C4 D4 E4 - 6 Bulan A5 B5 C5 D5 E5 - 12 Bulan A6 B6 C6 D6 E6 TOTAL A B C D Ket : A = Entry B = B1+B2+B3+B4+B5+B6 D = D1+D2+D3+D4+D5+D6 C = Entry D = B X C , kecuali untuk D1 (tergantung kebijaksanaan bank untuk pemberian bonus wadiah) E2 = (D2/A2 X 100%) X 12 E Deposito Mudharabah 599 Lampiran 52 Lampiran 8 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/52/DPbS tanggal 22 November 2005 LAPORAN PERUBAHAN DANA INVESTASI TERIKAT *) (Mudharabah Muqayyadah) Bank : Periode : Portofolio A 20x2 20x1 Portofolio B 20x2 20x1 TOTAL 20x2 20x1 INFORMASI AWAL PERIODE Saldo awal INFORMASI PERIODE BERJALAN Penerimaan dana Penarikan dana Keuntungan (rugi) Investasi Beban/biaya Fee/Penerimaan bank -/-/-/- INFORMASI AKHIR PERIODE Saldo akhir *) Untuk bank yang bertindak sebagai agen dalam menyalurkan dana (Channeling agent) 600