POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) INDUSTRI PAVING BLOK BANK INDONESIA Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Telepon : (021) 3818043 Fax: (021) 3518951, Email : [email protected] DAFTAR ISI 1. Pendahuluan ................................ ................................ ............... 2 2. Profil Usaha dan Pola Pengembangan ................................ .......... 4 a. Profil Usaha ................................ ................................ ............... 4 b. Pola Pembiayaan ................................ ................................ ........ 6 3. Aspek Pemasaran................................ ................................ ........ 8 a. Permintaan & Penawaran ................................ ............................. 8 b. Persaingan & Peluang ................................ ................................ 10 c. Harga................................ ................................ ...................... 13 d. Jalur Pemasaran ................................ ................................ ....... 14 e. Kendala Pemasaran ................................ ................................ ... 14 4. Aspek Produksi ................................ ................................ .......... 16 a. Lokasi Usaha ................................ ................................ ............ 16 b. Fasilitas Produksi ................................ ................................ ...... 17 c. Bahan Baku ................................ ................................ ............. 23 d. Tenaga Kerja ................................ ................................ ........... 25 e. Teknologi................................ ................................ ................. 25 f. Proses Produksi ................................ ................................ ......... 26 g. Jenis dan Mutu Produksi................................ ............................. 29 h. Produksi Optimum ................................ ................................ .... 31 i. Kendala Produksi ................................ ................................ ....... 31 5. Aspek Keuangan ................................ ................................ ........ 32 a. Pemilihan Pola Usaha................................ ................................ . 32 b. Asumsi ................................ ................................ .................... 32 c. Biaya Investasi dan Operasional ................................ .................. 34 d. Kebutuhan Investasi dan Modal Kerja................................ ........... 36 e. Produksi & Pendapatan ................................ .............................. 38 f. Proyeksi Laba Rugi dan Break Even Point ................................ ...... 39 g. Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Proyek ................................ ...... 41 h. Analisis Sensitivitas ................................ ................................ ... 42 6. Aspek Sosial Ekonomi dan Dampak Lingkungan .......................... 45 a. Aspek Sosial Ekonomi ................................ ................................ 45 b. Dampak Lingkungan ................................ ................................ .. 45 7. Penutup ................................ ................................ ..................... 46 a. Kesimpulan ................................ ................................ .............. 46 b. Saran ................................ ................................ ..................... 47 LAMPIRAN ................................ ................................ ..................... 48 Bank Indonesia – Industri Paving Blok 1 1. Pendahuluan Paving blok merupakan produk bahan bangunan dari semen yang digunakan sebagaisalah satu alternatif penutup atau pengerasan permukaan tanah. Paving blok dikenal juga dengan sebutan bata beton (concrete block)atau cone blok. Berdasarkan SNI 03-0691-1996 paving blok (bata beton) adalah suatu komposisi bahan bangunan yang dibuat dari campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis sejenisnya, air dan agregat dengan atau tanpa bahan lainnya yang tidak mengurangi mutu bata beton. Sebagai bahan penutup dan pengerasan permukaan tanah, paving blok sangat luas penggunaannya untuk berbagai keperluan, mulai dari keperluan yang sederhana sampai penggunaan yang memerlukan spesifikasi khusus. Paving blok dapat digunakan untuk pengerasan dan memperindah trotoar jalan di kota-kota, pengerasan jalan di komplek perumahan atau kawasan pemukiman, memperindah taman, pekarangan dan halaman rumah, pengerasan areal parkir, areal perkantoran, pabrik, taman dan halaman sekolah, serta di kawasan hotel dan restoran. Paving blok bahkan dapat digunakan pada areal khusus seperti pada pelabuhan peti kemas, bandar udara, terminal bis dan stasiun kereta. Di Indonesia penggunaan paving blok sudah banyak dijumpai, seperti pada trotoar jalan dan alun-alun di ibukota provinsi atau kabupaten terlihat menggunakan paving blok. Diantara berbagai macam alternatif penutup permukaan tanah, paving blok lebih memiliki banyak variasi baik dari segi bentuk, ukuran, warna, corak dan tekstur permukaan, serta kekuatan. Penggunaan paving blok juga dapat divariasikan dengan jenis paving atau bahan bangunan penutup tanah lainnya. Proses pembuatan paving blok relatif mudah untuk dilakukan dan tidak memerlukan persyaratan khusus lokasi. Karena itu untuk melakukan usaha pembuatan paving blok hampir merata dapat di lakukan di seluruh wilayah Indonesia yang memiliki sumber bahan baku. Daerah Purwokerto di Kabupaten Banyumas, merupakan salah satu daerah yang menghasilkan paving blok. Dilihat dari potensi dan daya dukung sumber daya alamnya cukup mudah untuk mendapatkan bahan baku pembuatan paving blok. Kabupaten Banyumas merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi pasir di Provinsi Jawa Tengah. Daerahnya yang dekat dengan pabrik Semen Nusantara di Cilacap (53 km) memiliki akses yang mudah untuk memperoleh semen. Secara geografis Kabupaten Banyumas terletak pada kisaran 25 - 500 m diatas permukaan laut, dimana lebih dari 45% merupakan daerah dataran. Luas wilayahnya mencapai 132.759 ha dimana 18.627 ha (18,65%) merupakan lahan untuk bangunan dan Bank Indonesia – Industri Paving Blok 2 pekarangan. Suhu udara rata-rata sekitar 26,3oC dengan suhu minimum 24,4oC dan suhu maksimum 30,9oC. Penyusunan Pola Pembiayaan paving blok didasarkan pada data/Informasi teknis dan finansial serta kondisi pengusaha paving blok di daerah Purwokerto, Kabupaten Banyumas Provinsi Jawa Tengah. Gambaran tentang industri paving blok yang disajikan dalam buku pola pembiayaan ini meliputi profil usaha dan pola pembiayaan, aspek pasar dan pemasaran, aspek produksi, aspek keuangan, aspek ekonomi, sosial dan aspek dampak lingkungan. Bank Indonesia – Industri Paving Blok 3 2. Profil Usaha dan Pola Pengembangan a. Profil Usaha Usaha paving blok di wilayah Purwokerto Kabupaten Banyumas sudah mulai dijalankan sejak tahun 1990. Sampai dengan tahun 2004 jumlah usaha paving blok di Purwokerto berjumlah 23 unit usaha dengan menyerap sebayak 160 tenaga kerja. Usaha paving blok umumnya dilakukan sebagai usaha perorangan dan dilakukan secara bersamaan pengelolaannya dengan kegiatan usaha lainnya seperti usaha tegel, eternit, dan usaha perdagangan bahan bangunan. Pengusaha paving blok di daerah Purwokerto termasuk dalam golongan pengusaha kecil dan menengah, yang sebagian besar merupakan penduduk asli setempat. Rata-rata pengusaha paving blok masih tergolong usia produktif (29-54 tahun), memiliki jenjang pendidikan SLTP sampai perguruan tinggi. Keterampilan membuat paving blok diperoleh dengan belajar sendiri dari teman, pengusaha lainnya atau mengikuti pelatihan yang diadakan oleh lembaga dan instansi terkait. Beberapa alasan pengusaha paving blok menekuni usahanya antara lain adalah tersedianya sumber bahan baku, tersedianya sumberdaya manusia (tenaga kerja), menguasai keterampilan teknis usaha, serta adanya peluang pasar. Selain itu ada juga pengusaha yang menyatakan melakukan usaha ini karena melanjutkan usaha keluarga. Beberapa pengusaha paving blok di daerah Purwokerto sebelumnya merupakan pengusaha tegel. Usaha paving blok muncul setelah keberadaan bisnis tegel mulai sepi karena masuknya produk keramik sebagai pesaing tegel. Sebagian pengusaha mengurangi produksi tegelnya dan bahkan ada yang sama sekali tidak memproduksi tegel lagi dan beralih sebagai pengusaha paving. Dilihat dari kepemilikan usaha, umumnya merupakan usaha milik sendiri, dan berbentuk usaha dagang atau telah berbadan hukum. Perizinan dan kelengkapan legalitas usaha yang dimiliki antara lain adalahSIUP, TDP, HO, Surat Tanda Pendaftaran Industri Kecil (STPIK), dan NPWP. Pengelolaan usaha dilakukan sendiri oleh pemiliknya dengan menggunakan tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga dan luar keluarga. Tenaga kerja dari dalam keluarga umumnya membantu dalam pengelolaan usaha dan tenaga pemasaran. Tenaga kerja dari luar keluarga merupakan tenaga kerja untuk produksi dengan sistem upah harian atau borongan berdasarkan satuan unit produksi. Kegiatan usaha ini dilakukan masing-masing secara terpisah, tidak dalam satu kelompok, serta belum pernah dilakukan kemitraan dengan pihak lain. Bank Indonesia – Industri Paving Blok 4 Usaha paving blok yang dijalankan ditunjang dengan pembukuan sederhana, namun tidak jarang yang tidak memiliki pembukuan, hanya mengandalkan pada nota pembelian bahan dan nota penjualan sebagai alat kontrol dalam pengelolaan usaha. Berdasarkan informasi dari pejabat Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Banyumas di Purwokerto, keberadaan usaha paving blok di daerah ini didukung oleh adanya ketersediaan bahan baku, ketersediaan SDM, teknologi yang mudah dikuasai, mudah dalam penanganannya, serta harga dan pemasarannya cukup baik. Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Banyumas tahun 2004 usaha paving blok di daerah ini berjumlah sekitar 23 unit usaha yang tersebar di delapan kecamatan. Nilai investasi per unit usaha berkisar antara Rp 35 - 75 juta, kapasitas produksi terpasang berkisar antara 8.000 m2 - 14.000 m2 paving blok per tahun, dan penggunaan tenaga kerja per unit usaha antara 6 - 12 tenaga kerja. Pada Tabel 2.1 diperlihatkan jumlah dan penyebaran usaha paving blok di Kabupaten Banyumas Tahun 2004/2005. Tabel 2.1. Jumlah dan Penyebaran Usaha Paving Blok di Kabupaten Banyumas Tahun 2004/2005 Kecamatan Kapasitas Per Tahun Jumlah Usaha Unit (000) Perkiraan m2 Tenaga Kerja Nilai Investasi (Rp juta) Purwokerto Timur 2 600 16.667 15 100 Purwokerto Barat 7 2.800 77.778 42 280 Kembaran 2 624 17.333 20 85 Banyumas 2 700 19.444 12 120 Purwokerto Selatan 1 500 13.889 10 60 Karang Lewas 2 600 16.667 15 70 Cilongok 6 3.000 83.333 36 300 Purwokerto Utara 1 400 11.111 12 75 23 9.224 256.222 162 1.090 Jumlah Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Banyumas 2005 Data jumlah dan penyebaran usaha paving blok secara nasional belum tersedia, namun berdasarkan data dari direktori industri pengolahan yang Bank Indonesia – Industri Paving Blok 5 dikeluarkan BPS (2004) terdapat paling kurang sebanyak 24 perusahaan besar dan sedang yang memproduksi paving blok. Beberapa daerah yang tercatat memiliki perusahaan paving blok adalah Sumatera Utara, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara. b. Pola Pembiayaan Dalam memenuhi kebutuhan modal usaha pembuatan paving blok, selain memiliki modal sendiri sebagian pengusaha juga ada yang memanfaatkan fasilitas kredit yang disediakan oleh perbankan. Diantara bank yang beroperasi di wilayah Purwokerto, terdapat beberapa bank yang memberikan pinjaman terhadap usaha kecil paving blok. Bank pemberi kredit ada yang berstatus sebagai kantor cabang dan ada yang menyalurkan melalui kantor unit. Berdasarkan informasi dari salah satu bank yang menyalurkan kredit usaha kecil, pemberian kredit untuk usaha paving blok baru disalurkan kepada satu nasabah dengan akad kredit yang terkait juga dengan usaha eternit. Penyaluran kredit kepada usaha ini didasarkan pada informasi dari nasabah sendiri yang datang ke bank. Motivasi bank dalam membiayai usaha ini karena usaha ini merupakan usaha yang layak dibiayai dan menguntungkan. Pembiayaan yang dilakukan bank sudah berlangsung sejak tahun 2002 melalui skim kredit usaha kecil (KUK). Sumber dana untuk penyaluran kredit bagi pengusaha paving blok ini berasal dari dana komersial. Jenis kredit yang dibiayai adalah kredit modal kerja dengan plafond kredit yang disalurkan sebesar Rp 100 juta. Berdasarkan penilaian bank terhadap usaha paving blok yang dibiayai, bank menilai kinerja pengembalian kredit usaha ini berlangsung lancar, usaha yang dijalankan dinilai masih prospektif dengan pertimbangan masih adanya pasar dan permintaan untuk produk paving blok. Prosedur untuk memperoleh kredit sebenarnya cukup mudah, yaitu calon debitur membuat permohonan rencana pembiayaan kepada bank, dengan melampirkan identitas usaha secara jelas, perizinan usaha, dan laporan keuangan, beserta jaminan tambahan. Selanjutnya bank akan melakukan survei lokasi usaha dan memberikan penilaian. Apabila perbankan menilai semua persyaratan sudah terpenuhi maka dalam jangka waktu sekitar 9 hari kerja kredit sudah dapat dicairkan. Dalam menyalurkan kredit kepada nasabah, penilaian bank mengacu kepada kriteria 5 C yaitu: Character (watak calon debitur), Capacity (kemampuan), Capital (permodalan), Collateral (jaminan), dan Condition (kondisi). Persyaratan kredit meliputi, suku bunga kredit modal kerja sebesar 15,75%, jangka waktu pengembalian 1 tahun, jaminan pokok berupa usaha yang dibiayai, jaminan tambahan berupa sertifikat tanah/bangunan tempat usaha Bank Indonesia – Industri Paving Blok 6 serta tidak sedang menerima kredit dari bank lain. Pada awal pengajuan kredit juga ada tambahan biaya provisi dan biaya administrasi. Diantara pengusaha paving blok juga terdapat dua pengusaha yang menerima fasilitas kredit KUPEDES, yaitu fasilitas kredit yang disediakan oleh BRI unit untuk meningkatkan atau mengembangkan usaha kecil. Pengusaha paving blok yang memanfaatkan KUPEDES mendapatkan pinjaman dana masing-masing untuk modal kerja sebesar Rp 15 juta dengan suku bunga 24% pertahun dengan jangka waktu 24 bulan. Fasilitas kredit KUPEDES menyediakan jenis kredit modal kerja dan kredit investasi. Sektor yang dibiayai meliputi sektor pertanian, perindustrian, perdagangan, jasa lainnya dan golongan berpenghasilan tetap. Persyaratan KUPEDES yaitu plafond maksimum Rp 25 juta yang dapat diberikan untuk kedua jenis kredit sekaligus, selama belum mencapai plafond maksimum. Jangka waktu angsuran minimal 3 bulan dan maksimum 24 bulan untuk modal kerja dan 36 bulan untuk kredit investasi. Pola angsuran secara bulanan atau dengan grace period 3, 4 dan 6 bulan. Persyaratan lainnya adalah menyediakan agunan yang cukup menutup jumlah kredit yang diterima. Keistimewaan KUPEDES yaitu diberikannya IPTW (insentif pembayaran tepat waktu) bagi nasabah yang tertib mengangsur pinjaman secara tepat waktu selama periode tertentu. Bank Indonesia – Industri Paving Blok 7 3. Aspek Pemasaran a. Permintaan & Penawaran 1. Permintaan Permintaan produk paving blok di wilayah Purwokerto Kabupaten Banyumas dapat terlihat dari volume panjualan pengusaha paving blok di daerah ini. Berdasarkan volume penjualan empat pengusaha paving di daerah ini, permintaan paving blok mencapai 55.000 m2 pertahun dengan omset berkisar antara Rp 166.500.000 sampai Rp 342.000.000. Secara nasional tidak tersedia data mengenai besarnya permintaan untuk produk paving blok. Dilihat dari penggunanya, paving banyak digunakan untuk keperluan penutupan tanah seperti trotoar jalan, halaman rumah, halaman kantor, swalayan dan supermarket, areal parkir, areal penumpukan peti kemas di pelabuhan, areal taman, garasi, jalan desa dan jalan-jalan di komplek perumahan. Persentase rumah tangga yang jalan pemukimannya menggunakan paving blok mengalami peningkatan dari sebesar 16,27% pada tahun 2001 menjadi 18,90% pada tahun 2004. Sebagai gambaran jumlah penggunaan paving blok untuk permukaan jalan di daerah perumahan dibanding dengan penggunaan permukaan jalan lainnya adalah seperti dapat dilihat pada Tabel 3.1 Tabel 3.1. Persebaran Jumlah Rumah Tangga di Indonesia Yang Bertempat Tinggal Menurut Permukaan Jalan Jenis Permukaan Jalan 2001 KK 2004 % KK % Aspal 17.449.142 34,77 19.727.453 34,84 Semen/Paving blok 7.965.197 16,27 10.701.747 18,90 Kerikil/diperkeras 10.719.371 19,67 10.345.022 18,27 Kayu/bambu 297.561 311.427 Tanah/pasir 14.762.865 28,31 15.242.912 26,92 Lainnya 178.518 294.440 Jumlah 51.372.654 100,00 0,63 0,36 0,55 0,52 56.623.000 100,00 Sumber: Statistik Perumahan dan Pemukiman, Tahun 2001 dan 2004 Penggunaan paving untuk jalan di areal perumahan sampai saat ini masih diminati, sebagai contoh pemerintah Kabupaten Batang memberikan bantuan Bank Indonesia – Industri Paving Blok 8 untuk peningkatan jalan di lingkungan perumahan Warga RT 01 dan RT 04 RW 01 Perumnas Kalisalak, antara lain menggunakan paving blok seluas 7.910 meter persegi senilai Rp 189.840.000 (Suara Merdeka, 16 Mei 2005). Selain sebagai penutup/pengerasan jalan atau trotoar jalan, paving blok juga digunakan di pelabuhan. Berdasarkan data unit terminal peti kemas (UTPK) Pelabuhan Belawan, dalam pengembangan terminal peti kemas Belawan tahap I (2005) antara lain meliputi pembangunan seluas 60.000 m 2 lapangan penumpukan peti kemas dengan konstruksi/perkerasan menggunakan paving blok (http://utpk.inaport1.co.id/tahap1.html) Di daerah Purwokerto dan beberapa daerah di Pulau Jawa, permintaan paving blok dan bahan bangunan lainnya relatif menurun pada bulan-bulan Muharam (tahun baru Hijriyah) dan pada bulan Ramadhan. Hal ini dipengaruhi oleh kebiasaan di lingkungan masyarakat di Jawa yang cenderung tidak melakukan pembangunan pada bulan-bulan tersebut, sedangkan pada bulan lainnya permintaan paving blok biasanya normal kembali. Permintaan paving dirasakan mengalami peningkatan dengan datangnya tahun anggaran baru/adanya proyek baru pada instansi–instansi pemerintah. 2. Penawaran Usaha pembuatan paving blok dapat dikatakan hampir tersebar di seluruh Indonesia. Hal ini mengingat pembuatan paving blok relatif mudah untuk dilakukan dan tidak ekonomis bila didatangkan dari tempat yang jauh. Disamping itu bahan bakunya berupa semen dan pasir relatif mudah didapat hampir di seluruh Indonesia. Di Kabupaten Banyumas terdapat 23 unit usaha paving blok yang telah terdaftar dengan kapasitas potensial sebesar 7.974.000 unit (221.500 m2) pada tahun 2002 dan meningkat menjadi 9.224.000 unit (256.222 m2) pada tahun 2004. Perkembangan jumlah produksi paving blok secara nasional berdasarkan produksi dari industri besar dan sedang tahun 1999-2002 dapat dilihat pada Tabel 3.2. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa produksi paving blok memiliki kecenderungan yang meningkat setiap tahun. Tabel 3.2. Jumlah dan Nilai Produksi Paving Blok Tahun 1999-2002 Tahun 1999 2000 Satuan Produksi Paving Blok dalam Satuan Buah m2 Unit 9.356.881 - Nilai (Rp 000) 5.438.194 - 14.289.228 63.610 6.709.774 938.693 Unit Nilai (Rp 000) Bank Indonesia – Industri Paving Blok 9 2001 2002 Unit 16.648.628 1.162.115 Nilai (Rp 000) 18.514.124 24.804.306 Unit 20.856.498 1.299.254 Nilai (Rp 000) 16.246.782 24.043.679 Sumber: Statistik Produksi Industri Besar dan Sedang, BPS tahun 1999-2002 Dilihat dari proses pembuatannya, jenis paving blok yang tersedia di pasaran terdiri dari paving blok yang dibuat secara manual dan paving pres. Paving yang dibuat secara manual biasanya digunakan untuk penutupan/perkerasan pada areal yang tidak terkena tekanan beban terlalu berat, seperti untuk halaman rumah, trotoar jalan/jalur pedestrian, areal taman, dan sebagainya. Paving pres biasanya lebih kuat, karena pada proses pembuatannya dengan pemberian tekanan tertentu dan terukur. Penggunaannya biasanya diperuntukkan untuk dapat menahan beban yang lebih berat seperti kendaraan bermotor. Karena itu jenis paving pres dapat digunakan untuk keperluan pengerasan jalan di perumahan, car port, area pelabuhan, areal parkir dan halaman perkantoran yang biasa dilalui kendaraan. b. Persaingan & Peluang 1. Persaingan Persaingan dalam dunia usaha merupakan hal yang lumrah terjadi, termasuk dalam kegiatan usaha paving blok. Persaingan dapat terjadi antara usaha sejenis maupun persaingan dengan produk yang menjadi substitusinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing suatu usaha maupun produk adalah tingkat harga, mutu, dan kemudahan akses terhadap sumber daya yang ada serta keunggulan komparatif yang dimiliki. Persaingan antara industri sejenis terjadi secara sehat dan terbuka antara pengusaha paving blok di Purwokerto. Jumlah industri sejenis di Purwokerto yang telah terdaftar mencapai 23 unit pada tahun 2004, dan diperkirakan terdapat 10 unit lainnya yang belum terdaftar sebagai penghasil paving yang umumnya adalah pengusaha yang beralih dari produksi tegel ke paving. Perkembangan jumlah industri paving blok di Kabupaten Banyumas dapat dilihat pada Tabel 3.3. Bank Indonesia – Industri Paving Blok 10 Tabel 3.3. Perkembangan Usaha Industri Paving Blok di Kabupaten Banyumas Selama 5 Tahun Terakhir Jumlah Usaha Tahun Kapasitas (Unit) Perkiraan m2 2000 19 7.200.000 200.000 2001 19 7.454.000 207.056 2002 20 7.974.000 221.500 2003 21 8.624.000 239.556 2004 23 9.224.000 256.222 Sumber: Data Primer Instansi Terkait, 2005 Dalam menghadapi persaingan khususnya dalam upaya merebut pasar, pengusaha paving blok berusaha untuk menjaga mutu dan meningkatkan pelayanan penjualan. Selain itu bila pasaran sedang sepi, sistem pembayaran dilakukan secara tunda dalam tempo satu minggu sampai satu bulan. Cara lain yang dilakukan dalam mengatasi persaingan adalah secara aktif mencari pasar dengan melakukan pendekatan kepada kontraktor. Promosi produk dilakukan dengan menempatkan contoh produk di toko-toko bahan bangunan dan berani memberikan garansi atas kerusakan produk. Salah satu pengusaha paving pres bersedia memberikan garansi sampai dengan tiga tahun. Produk paving blok relatif mudah untuk ditiru sehingga inisiatif untuk memunculkan model baru meskipun dapat meningkatkan atau merebut peluang pasar, namun hanya bertahan dalam jangka waktu yang tidak lama. Hal ini dikarenakan bila salah satu pengusaha memunculkan model baru, dalam waktu singkat pengusaha lain dapat membuat dengan model yang sama dengan perubahan warna atau ukuran saja. Kenyataannya pengusaha paving blok di wilayah Purwokerto lebih memilih untuk memproduksi model paving yang sudah trend dipasaran saja. Produk lainnya yang menjadi pesaing dari paving blok adalah produk yang menjadi substitusi untuk penutup/perkerasan tanah seperti paving stone/cone stone atau batu hias dan produk lainnya seperti grass block, coran semen serta aspal. Daya saing yang dimiliki produk paving blok adalah memiliki harga jual yang relatif lebih murah dibanding dengan produk batu hias serta potensi penggunaannya yang lebih luas, variasi model lebih banyak, kesesuaian ukuran lebih akurat, dan dapat dimodifikasi dengan jenis paving lainnya. Selain itu sebagai penutup tanah, paving blok memiliki keunggulan yaitu bersifat ramah lingkungan karena tidak merusak penyerapan air hujan ke tanah. Penggunaan paving blok sebagai penutup tanah masih memungkinkan penyerapan air ke dalam tanah hingga 30%. Penggunaan paving blok juga lebih mudah dalam hal pemasangan maupun Bank Indonesia – Industri Paving Blok 11 pergantian apabila terjadi kerusakan, serta mudah dalam pembongkaran kembali bila diperlukan. Menurut the Precast Concrete Paving and Kerb Association (2005), menyebutkan bahwa penggunaan paving dengan konsep CBBPS (Concrete block permeable pavment consept) memiliki keuntungan ekonomis yaitu dapat meminimalkan biaya pemeliharaan drainase karena dapat mengurangi beban kerja permukaan drainase, mengurangi aliran air limpasan pada jalan, serta mengoptimalkan penggunaan lahan karena masih menyimpan persediaan air tanah (www.paving.org.uk: World wide progres in sustainable paving). Bila dilihat menurut daerahnya, produk paving blok memiliki daya saing yang terbatas, mengingat mahalnya biaya transportasi bila diangkut ke tempat yang jauh. Hal ini menyebabkan pula usaha paving blok dapat berkembang di daerah-daerah yang memiliki sumber daya pasir dan ketersediaan semen tanpa harus takut tersaingi dengan produk sejenis dari daerah lain. 2. Peluang pasar Luasnya penggunaan paving blok pada berbagai keperluan dan tujuan, serta dengan berbagai kemudahan dan keunggulan yang dimiliki, menyebabkan paving blok masih menjadi salah satu pilihan sebagai bahan penutup tanah yang estetik. Peluang pasar untuk produk paving blok masih tersedia khususnya dalam memenuhi permintaan terhadap pengembangan baru ataupun renovasi pada areal seperti: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Halaman, taman rumah, car port dan garasi mobil, Halaman perkantoran dan tempat parkir, Halaman sekolah dan rumah sakit, Pelataran peti kemas di pelabuhan Dekorasi pada taman hiburan Trotoar atau jalur pedestrian pada jalan-jalan di perkotaan Perkerasan jalan lingkungan pemukiman dan jalan desa Sekitar areal pabrik, hotel, swalayan dan restoran Meskipun data penggunaan paving blok secara kuantitatif belum tersedia, namun perluasan dan renovasi pada areal-areal tersebut masih terus dilakukan, dan ini menjadi peluang pasar bagi produk sejenis paving blok. Potensi pasar untuk paving blok antara lain dapat dilihat berdasarkan penggunaannya untuk lingkungan perumahan. Berdasarkan data pada Tabel 3.1. persentase rumah tangga (RT) yang bertempat tinggal dekat jalan dengan perkerasan menggunakan paving blok mengalami peningkatan sebesar 2,63% selama tiga tahun, atau meningkat 0,88% pertahun. Berdasarkan jumlah rumah tangga tahun 2004 yang jalan pemukimannya Bank Indonesia – Industri Paving Blok 12 diperkeras dengan paving blok sebanyak 10.701.747 RT, maka pertambahan pertahunnya diperkirakan sekitar 94.000 RT. Bila diasumsikan dalam satu rumah tangga setara dengan kebutuhan sekitar 20 m2 paving, maka dalam setahun dibutuhkan sekitar 1.880.000 m2 paving blok untuk pemasangan baru. Selain di areal perumahan, potensi penggunan paving sebagai trotoar jalan dapat dilihat dari peningkatan permukaan jalan. Berdasarkan statistik perhubungan (2003), perkembangan jalan yang diaspal meningkat 3,14% pertahun. Panjang jalan yang diaspal pada tahun 2003 mencapai 216.109 km. Bila diasumsikan sekitar 5% jalan yang diaspal tersebut menggunakan paving blok sebagai trotoar jalan dengan lebar 1,5 m, maka pada setiap tahunnya dibutuhkan sekitar 1.000.000 m2 paving blok. c. Harga Perkembangan harga paving blok terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Kenaikan harga paving blok dikarenakan pengaruh inflasi dan meningkatnya harga bahan baku berupa semen dan pasir. Di Kabupaten Banyumas, harga paving blok per m2 mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya harga bahan bakunya seperti terlihat pada Tabel 3.4. Tabel 3.4. Perkembangan Harga Paving Blok dan Bahan Baku Uraian Tahun Satuan 2 2001 2002 2003 2004 2005 Paving manual Rp/m 15.000 16.000 17.000 18.000 19.000 Paving pres Rp/m2 - - - 21.000 22.000 Semen Tigaroda Rp/zak 21.765,26 24.656,44 27.677,04 28.000 28.750 Semen Nusantara Rp/zak 19.273,38 21.452,63 21.463,75 26.000 27.500 Pasir Rp/m3 21.375 30.625 33.500 36.750 37.000 Sumber: Harga semen dan pasir : Statistik harga konsumen pedesaan di Indonesia Harga paving blok : Data primer pengusaha paving blok, 2005 Harga paving blok tersebut di atas merupakan harga ditingkat produsen. Kebanyakan dari pengusaha paving menetapkan harga jual produk atas dasar franko produsen (80%). Harga sampai konsumen ditambah dengan biaya transpor sekitar Rp1000 – 2000 per m2 menurut jauh dekatnya jarak daerah pemasaran. Harga untuk penjualan ke toko biasanya lebih murah dibandingkan harga ke konsumen langsung. Bank Indonesia – Industri Paving Blok 13 d. Jalur Pemasaran Rantai tataniaga paving blok sangat ringkas, biasanya produsen menjual produknya sendiri ke konsumen (65%) atau menjual ke pedagang bahan bangunan (35%). Hal ini menyebabkan perbedaan harga antara harga diprodusen sampai ke konsumen sangat kecil, sehingga harga produk yang dapat diterima oleh produsen mencapai sekitar 90-95%. Gambar 3.1. Skema Jalur Pemasaran Paving Blok di Purwokerto Produk paving blok yang dihasilkan dipasarkan di dalam Kabupaten Banyumas rata-rata sebanyak 45% (dalam kecamatan 20% dan luar kecamatan 25%) dan sebagian lainnya (55%) dipasarkan ke kabupaten lain yang berdekatan seperti ke Kabupaten Brebes, Cilacap, Pekalongan, dan Purbalingga. Berdasarkan jenis pembelinya, pengusaha paving blok di Purwokerto menjual kepada kelompok konsumen rumah tangga, perusahaan dan kontraktor, pedagang serta instansi pemerintah, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3.5. Cara pembayaran oleh konsumen kebanyakan adalah dengan cara cash and carry (60%) dan pembayaran dengan cara tunda (40%) antara 7 hari sampai 30 hari. Tabel 3.5. Persentase Penjualan Paving Blok Menurut Jenis Pembeli di Purwokerto Jenis Pembeli Persentase Rumah tangga/perorangan 35 Perusahaan atau kontraktor 25 Pedagang 35 Instansi Pemerintah/BUMN 5 Sumber: Data Primer Pengusaha Paving Blok, 2005 e. Kendala Pemasaran Rata-rata pengusaha paving blok mengaku bahwa beberapa bulan terakhir mengalami penurunan omset penjualan usaha sekitar 40%. Hal ini disebabkan setelah adanya kenaikan bahan bakar minyak (BBM). Namun pengusaha paving blok menganggap usaha yang dijalankan masih memiliki prospek, dengan alasan bahwa dari pengalaman tahun sebelumnya produk Bank Indonesia – Industri Paving Blok 14 paving yang dihasilkan dapat terjual habis meskipun dalam setiap bulannya mengalami fluktuasi. Beberapa pengusaha menyatakan pesanan untuk paving masih tetap cerah. Masuknya aneka produk keramik juga ikut meningkatkan peluang pasar paving blok, dikarenakan pemasangan keramik di bagian teras rumah secara artistik sepadan dengan penggunaan paving sebagai penutup halaman. Bank Indonesia – Industri Paving Blok 15 4. Aspek Produksi a. Lokasi Usaha Usaha pembuatan paving blok tidak memerlukan persyaratan khusus, namun demikian dalam upaya meningkatkan efisiensi dan efektivitas usaha beberapa hal yang perlu menjadi pertimbangan dalam pemilihan lokasi adalah: 1. Kemudahan akses terhadap sumber bahan baku, dalam hal ini sedapat mungkin dipilih daerah yang dekat dengan penyediaan pasir sungai dan mudah mendapatkan semen. 2. Ketersediaan tenaga kerja 3. Kemudahan dalam pemasaran hasil produksi. Umumnya lokasi usaha pembuatan paving yang ditemui berada di pinggir jalan raya, karena hal ini memudahkan dalam hal pengadaan bahan baku dan pemasaran produk. Foto 4.1. Salah Satu Lokasi Usaha Paving Blok. Bank Indonesia – Industri Paving Blok 16 b. Fasilitas Produksi 1. Kebutuhan Lahan Usaha dan Bangunan Fasilitas produksi yang diperlukan untuk memulai usaha pembuatan paving blok adalah: 1. Lahan usaha sebagai tempat kegiatan produksi, penyimpanan/ pengumpulan hasil produksi dan sekaligus sebagai tempat penjualan produk. Luas lahan yang diperlukan disesuaikan dengan kapasitas produksi. 2. Rumah produksi atau bangunan tempat kegiatan pembuatan paving blok. Biasanya berbentuk naungan dengan dinding terbuka. Konstruksi tiang terbuat dari bambu atau kayu dengan atap berupa genteng atau seng. 3. Gudang tempat penyimpanan bahan dan peralatan produksi 4. Rumah jaga atau ruangan jaga yang juga berfungsi sebagai kantor usaha Rincian kebutuhan tanah dan bangunan untuk unit usaha paving blok dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Kebutuhan Lahan Usaha dan Bangunan No 1 2 3 4 Uraian Ukuran Bangunan tempat produksi 6x5 Gudang 4x3 Ruang jaga dan kantor Lahan terbuka Total lahan usaha 4x2 10 x 10 10 x 15 Satuan Jumlah m 2 30 m 2 12 m 2 8 m 2 100 m 2 150 Sumber:Hasil Pengolahan Data Primer (2005) 2. Mesin/Peralatan Produksi Mesin dan Peralatan yang diperlukan dalam pembuatan paving blok meliputi peralatan untuk penyiapan bahan, peralatan untuk pembuatan/pencampuran adukan semen dan pasir, serta peralatan untuk mencetak paving blok. a. Peralatan untuk penyiapan bahan terdiri dari: 1. Ember, yang juga berfungsi sebagai alat untuk mengukur takaran perbandingan penggunaan semen dan pasir. Umumnya menggunakan ember plastik dengan volume 14 liter. 2. Ayakan pasir, terbuat dari kawat kassa dengan ukuran lubang 0,5 cm yang diberi bingkai dan pegangan dari kayu. Ayakan pasir biasanya Bank Indonesia – Industri Paving Blok 17 digunakan untuk memperoleh pasir halus sebagai bahan campuran bagian atas paving. b. Peralatan untuk pembuatan campuran/adukan semen dan pasir. >Pembuatan bahan campuran/adukan semen dan pasir dilakukan secara sederhana (manual) dengan menggunakan cangkul dan skop. Apabila pencampuran bahan dalam kapasitas besar, dapat dilakukan dengan menggunakan mesin pencampur atau molen. c. Peralatan cetakan pembuatan paving. Pembuatan paving dapat dilakukan dengan cara manual dan dengan menggunakan mesin pres. Pembuatan paving dengan cara manual menggunakan peralatan sebagai berikut: 1. Alat cetakan/pembuat paving manual terbuat dari besi plat setebal lebih kurang 0,5 cm dengan tinggi 6 – 8 cm. Bentuk cetakan beraneka macam disesuaikan dengan jenis paving yang akan dibuat. Bentuk yang umum ditemui adalah bentuk persegi (10 x 20 x 6 cm), bentuk hexagonal dengan diameter 17 cm dan 20 cm, serta bentuk antik. Cetakan dapat diperoleh dari pedagang peralatan bangunan lokal. Cetakan terdiri dari dua bagian, yaitu bagian dasar yang terbuat dari lempengan baja yang diberi motif dan dapat dilepas dan diganti, yang berfungsi untuk memberikan motif bagian atas paving. Bagian atas cetakan berfungsi untuk membentuk bagian dasar dan ketebalan paving serta juga berfungsi untuk tempat pegangan tangan saat pencetakan dilakukan. Gambar 4.1. Diagram Cetakan Paving Blok Bentuk Hexagonal Bank Indonesia – Industri Paving Blok 18 1. Alat pemukul/pemadatan campuran dalam cetakan. Alat ini berfungsi untuk memadatkan campuran beton yang telah dituangkan ke dalam cetakan. Alat ini berbentuk besi plat selebar 30 x 30 cm yang diberi pegangan dari kayu atau besi. 3. Alas sebagai tempat kerja pencetakan paving, terbuat dari coran semen berukuran 30 x 30 cm setinggi 10 cm diatas permukaan tanah. Pembuatan paving blok dengan menggunakan mesin pres memerlukan peralatan sebagai berikut: 1. Satu unit mesin pres hidrolik untuk pembuatan paving yang terdiri dari motor penggerak , pompa hidrolik dan meja tempat cetakan. 2. Alat cetakan/pembuat paving yang bentuknya mirip dengan cetakan manual, namun dengan ukuran plat yang lebih tebal (0,75 cm) dan dirancang sesuai dengan mesin pres. Terdapat berbagai jenis mesin pres yang dapat digunakan, antara lain mesin pres hidrolik otomatis seperti tampak pada Gambar 4.2 Bank Indonesia – Industri Paving Blok 19 Bank Indonesia – Industri Paving Blok 20 A. Single Block B. Multi Block Gambar 4.2. Contoh Mesin Pres Hidrolik untuk Produksi Paving Blok d. Peralatan pembantu yang digunakan untuk memperlancar dalam proses pembuatan paving terdiri dari cangkul, sekop, sendok semen, ember, tatakan paving, rak dan kendaraan sebagai alat angkut. Kendaraan digunakan untuk keperluan pengangkutan bahan baku dan pendistribusian produk. Bank Indonesia – Industri Paving Blok 21 Foto 4.2. Beberapa Peralatan Produksi Paving Blok Berdasarkan penggunaan peralatan untuk mencetak paving blok, cara produksi yang dilakukan oleh pengusaha di Purwokerto dapat dibagi menjadi dua pola, yaitu pola manual dan pola kombinasi. Pada Pola manual produk yang dihasilkan seluruhnya berupa paving blok yang dicetak dengan cetakan manual. Pada pola kombinasi dihasilkan dua jenis paving blok, yaitu paving blok yang dicetak dengan cara manual dan paving blok yang dicetak menggunakan mesin pres. Rincian kebutuhan mesin dan peralatan yang digunakan pada kedua pola tersebut untuk meproduksi paving blok dengan kapasitas 60 m2 per hari adalah sebagaimana pada Tabel 4.2. Tabel. 4.2. Fasilitas Produksi dan Peralatan Usaha Pembuatan Paving Blok Jumlah No Nama Alat/Mesin Spesifikasi Satuan Pola Pola Kombinasi Manual 1 Ayakan pasir ukuran 0,5 Unit 1 1 2 Mesin pres hidrolik 180 pav/jam satu set 1 - 3 Mesin diesel/motor Inda S1115 Unit penggerak 24HP/2200rpm 1 - 4 Cetakan untuk pres paving 5 Cetakan manual paving 6 Tinggi 6-8 cm Unit 5 - Tinggi 6-8 cm Unit 6 10 Palu pemukul dari 30 x 30 cm besi plat (manual) Unit 3 6 7 Tempat/alas cetakan 30 x 30 cm Unit 3 6 8 Cangkul - Unit 3 3 9 Sekop - Unit 3 3 - Unit 6 6 sendok takar/mangkuk takar Unit 3 3 10 Sendok semen 11 12 Ember plastik - Unit 3 3 13 Tatakan paving 25 x 25 cm Unit 3.000 3.000 14 Rak Rangka kayu Unit 15 15 15 Kendaraan Bak terbuka Unit 1 1 Sumber: Data Primer 2005, diolah Bank Indonesia – Industri Paving Blok 22 c. Bahan Baku Bahan baku utama pembuatan paving blok adalah semen dan pasir sungai. Semen yang digunakan adalah semen portland sebagaimana yang biasa digunakan untuk bangunan umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus. Pasir yang digunakan merupakan pasir sungai yang masih kasar dan mengandung batuan-batuan kecil. Selain semen dan pasir juga dapat menggunakan abu batu untuk tambahan campuran bagian atas paving blok. Foto 4.3. Pasir sebagai Bahan Baku Pembuatan Paving Blok Kebutuhan bahan baku untuk memproduksi paving blok dengan jumlah produksi perbulan 1.500 m2 paving dengan tinggi 6 cm adalah sebagai berikut: Bank Indonesia – Industri Paving Blok 23 Tabel 4.3. Kebutuhan Bahan untuk Pembuatan Paving Blok No Bahan Jumlah Penggunaan Satuan Pola Kombinasi Pola Manual 1 Semen kg 22.892 21.802 2 Pasir m3 86,8 82,6 9,2 8,7 3 Abu batu m 3 Data Primer (2005), diolah Sumber bahan baku, khususnya pasir diperoleh dari penambang pasir di sungai atau dari pengumpul pasir. Menurut Dinas Pertambangan Kabupaten Banyumas, terdapat beberapa sungai sebagai sumber penambangan pasir yang potensinya masih sangat berlimpah yaitu Sungai Serayu, Sungai Klawing, dan Kali Tajum. Selain itu masyarakat di sekitar Purwokerto juga mencari pasir dari Sungai Legowo dan Sungai Mangaji. Berdasarkan data yang tercatat pada tahun 2001, potensi pasir di Banyumas diperkirakan sebanyak 5.877.865,57 ton dengan jumlah penggunaan hanya sebesar 45.350 ton. Secara lengkap daerah penghasil pasir di Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada Tabel 4.4. Kebutuhan semen diperoleh dari perwakilan supplier semen di daerah atau pedagang semen yang dapat ditemui di pasar lokal. Abu batu dapat diperoleh dari tempat penggilingan batu atau melalui pedagang bahan bangunan. Tabel 4.4. Daerah Penghasil Pasir di Jawa Tengah Produksi Pasir dan Sirtu Kabupaten/Kota Jumlah SIPD Produksi (m3) Tahun 2003 Luas areal (Ha) Cilacap 26 11 10.158 Banyumas 40 8 24.881 Magelang 1 7 205.906 Klaten 3 29 504.000 Sukojarjo 1 1 6.840 Pati 34 26 - Batang 1 2 8.904 Tegal 11 10 - Brebes 71 50 61.920 Total 188 143 822.609 Sumber: Jawa Tengah Dalam Angka, 2003 Bank Indonesia – Industri Paving Blok 24 d. Tenaga Kerja Kebutuhan tenaga kerja pada industri paving blok meliputi tenaga sebagai pengelola usaha dan tenaga kerja untuk produksi. Sebagai tenaga pengelola usaha biasanya dilakukan sendiri oleh pemilik usaha atau menggunakan tenaga kerja dari dalam keluarga, sedangkan tenaga kerja untuk produksi umumnya berasal dari luar keluarga. Tenaga kerja untuk pengelola usaha tidak memerlukan keahlian khusus dengan latar belakang pendidikan tertentu, namun diperlukan tenaga kerja yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola usaha, serta mengetahui proses pembuatan paving secara umum. Untuk kegiatan produksi diperlukan tenaga kerja yang memiliki keterampilan dalam pembuatan paving tanpa keahlian khusus. Jumlah kebutuhan tenaga kerja produksi disesuaikan dengan kapasitas produksi. Rata-rata untuk pengerjaan manual satu orang tenaga kerja dapat membuat sekitar 300 - 360 buah paving dalam satu hari kerja dengan jam kerja antara 7-8 jam sehari. Apabila menggunakan mesin pres diperlukan satu atau dua pasang tenaga kerja untuk mengoperasikan dengan kapasitas 120-180 unit/jam. Sistem upah yang diterapkan dalam usaha paving blok adalah sistem harian dan borongan. Sistem upah harian diberikan kepada tenaga kerja yang bertanggung jawab dalam pengangkutan, pengadaan bahan baku dan pemasaran. Sistem upah borongan diberikan kepada tenaga kerja produksi dan bongkar muat. Besarnya upah harian berkisar antara Rp 12.000 sampai Rp 15.000 per hari/orang dan upah borongan sebesar Rp 50 - 60 per unit paving yang dihasilkan. Upah borongan pengerjaan paving dengan mesin pres sebesar Rp 100 Rp 110 per unit paving. e. Teknologi Teknologi proses produksi pembuatan paving blok dibedakan menurut peralatan produksi yang digunakan. Proses produksi ada yang dilakukan secara manual ada pula yang dilakukan dengan menggunakan alat bantu mesin. Penggunaan mesin biasanya dilakukan pada tahapan pencampuran adonan semen dan pasir dengan kapasitas besar, serta pada tahapan pencetakan paving yang menggunakan mesin pres. Secara umum proses produksi pembuatan paving blok seperti pada Gambar 4.3. Bank Indonesia – Industri Paving Blok 25 Gambar 4.3. Diagram Alir Proses Pembuatan Paving Blok f. Proses Produksi 1. Penyiapan bahan Penyiapan bahan dilakukan dalam dua bagian, yaitu untuk bagian atas (kepala paving) dan untuk bagian bawah. Khusus untuk pasir yang akan digunakan untuk campuran bagian atas terlebih dahulu diayak menggunakan ayakan pasir dengan ukuran lubang ayakan 0,5 cm x 0,5 cm. Pasir dan semen ditakar dalam ember sesuai dengan komposisi campuran masingmasing. Takaran untuk bagian bawah terdiri dari satu bagian semen dan 8 bagian pasir (1:8), sedangkan takaran untuk bagian atas adalah 1 bagian semen dan 2 bagian pasir atau bila ada tambahan abu batu campuran yang digunakan masing-masing adalah satu bagian (1:1:1). Bank Indonesia – Industri Paving Blok 26 Semen Pasir Foto 4.4. Penyiapan Bahan 2. Pencampuran/pengadukan Pencampuran bahan (pasir dan semen) untuk bagian utama dilakukan dalam dua tahap, pertama pencampuran dalam keadaan kering dan setelah campuran merata kemudian dilakukan pencampuran dengan menambahkan sedikit air sampai adukan homogen dengan kondisi campuran tidak terlalu basah dan tidak terlalu kering. Foto 4.5. Pencampuran Bahan Bank Indonesia – Industri Paving Blok 27 3. Pencetakan Adukan pasir dan semen untuk bagian atas dimasukkan terlebih dahulu ke dalam cetakan dengan ketebalan 1-1,5 cm, selanjutnya dimasukkan adukan pasir dan semen bagian utama sampai penuh membumbung (lebih kurang 1,25 volume cetakan). Selanjutnya dilakukan pengepresan. Pengepresan secara manual dilakukan dengan memadatkan adukan dalam cetakan menggunakan plat besi yang dipukul-pukulkan di atas permukaan cetakan. Pengepresan menggunakan mesin dilakukan dengan menempatkan cetakan di atas meja kerja tepat di bawah alat penekan, selanjutnya diberi tekanan dengan pengepres hidrolik dengan kekuatan tekan sekitar 100 – 125 kg/cm2. Paving blok yang terbentuk di dalam cetakan selanjutnya dikeluarkan dari cetakan sambil ditempatkan di atas tatakan kemudian diletakkan dan disusun di tempat yang teduh. Foto 4.6. Pencetakan Paving Blok Secara Manual 4. Pengeringan dan Pengerasan Proses pengeringan berlangsung perlahan di tempat teduh, dan bila sudah mulai mengeras paving dipindahkan dari tatakan. Sambil menunggu proses pengerasan secara sempurna dilakukan penyiraman dengan air tiga kali sehari selama 3-4 hari. Selanjutnya paving siap untuk dijual. Proses pengerasan paving berlangsung secara sempurna setelah 28 hari. Bank Indonesia – Industri Paving Blok 28 AB Pengeringan awal (A. penyusunan berlapis dan B. menggunakan rak) C. Pengerasan 3-4 hari D. Produk siap jual Foto 4.7. Proses Pengeringan dan Pengerasan Paving Blok g. Jenis dan Mutu Produksi Jumlah produk yang dihasilkan sesuai dengan kapasitas produksi sekitar 60m2/hari atau sebanyak 1500 m2/bulan. Pada usaha dengan pola kombinasi, jenis produk yang dihasilkan per hari terdiri dari paving pres sebanyak 40 m2 dan paving dengan pengerjaan manual 20 m2. Bentuk produk paving terdiri dari bentuk persegi, hexagonal dan antik. Setiap bentuk memiliki ukuran tertentu, sehingga jumlah unit per meter persegi berbeda-beda seperti tertera pada Tabel 4.5. Bank Indonesia – Industri Paving Blok 29 Tabel 4.5. Beberapa Bentuk Paving Blok Hasil Produksi Jumlah Unit/m2 Bentuk Paving Ukuran Penampakan Persegi panjang 20 cm x 20 cm 50 Hexagonal kecil Diameter = 17 cm 36 Hexagonal besar Diameter = 21 cm 27 Berdasarkan SNI 03-0691-1996 klasifikasi paving blok dibedakan menurut kelas penggunaannya sebagai berikut: Bata Bata Bata Bata beton beton beton beton mutu mutu mutu mutu (bata beton) A : digunakan untuk jalan B : digunakan untuk pelataran parkir C : digunakan untuk pejalan kaki D : digunakan untuk taman dan pengguna lain Persyaratan mutu untuk masing-masing jenis dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel 4.6. Persyaratan Mutu Setiap Jenis Bata Beton Menurut SNI 03-0691-1996 Kuat Tekan (mPa*) Jenis Ketahanan Aus Penyerapan air Ratarata Minimum Ratarata Minimum (Rata2 max) A 40 35 0,090 0,103 3 B 20 17 0,130 0,149 6 C 15 12,5 0,160 0,184 8 D 10 8,5 0,219 0,251 10 Ketahanan terhadap natrium sulfat tidak boleh cacat dan kehilangan berat yang diperkenankan maksimum 1,1 Keterangan : * mPa = mega pascal, 1 mPa = 10 kg/cm2 Sumber : SNI 03-0691-1996 Paving blok yang diproduksi secara manual biasanya termasuk dalam mutu beton kelas D atau C yaitu untuk tujuan pemakaian non struktural, seperti untuk taman dan penggunaan lain yang tidak diperlukan untuk menahan Bank Indonesia – Industri Paving Blok 30 beban berat di atasnya. Mutu paving blok yang pengerjaannya dengan menggunakan mesin pres dapat dikategorikan ke dalam mutu beton kelas C sampai A dengan kuat tekan diatas 125 kg/cm2 bergantung pada perbandingan campuran bahan yang digunakan. Ada keharusan melakukan pemeriksaan kekuatan paving secara kontinue/berkala untuk paving yang diproduksi dengan spesifikasi khusus. Penampakan antara paving blok yang diproduksi dengan cara manual dan paving blok pres mesin secara kasat mata relatif hampir sama, namun permukaan paving yang diproduksi dengan mesin pres terlihat lebih rapat dibanding yang dibuat secara manual. h. Produksi Optimum Produksi optimum untuk kedua pola usaha paving blok adalah 60 m22 produk per hari. Pada pola manual, produksi optimum didasarkan pada hasil produksi yang dapat dicapai oleh 6 orang tenaga kerja dengan kapasitas produksi per tenaga kerja per hari (8 jam) sebanyak 360 unit atau setara 10 m2 paving blok. Pada pola kombinasi, produksi optimum disesuaikan dengan kapasitas optimum mesin sebesar 180 unit per jam dan pengggunaan 2 tenaga kerja manual. Pencapaian produksi optimum dapat dilihat dari upaya pencapaian target produksi dan pencapaian mutu yang diharapkan. Dalam upaya pencapaian target produksi, faktor yang mempengaruhi pencapaian produksi optimum antara lain adalah: 1. Keterampilan tenaga kerja 2. Efektifitas penggunaan mesin dan peralatan sesuai dengan kapasitas terpasang. 3. Kedisiplinan jam kerja karyawan Dari segi mutu produk, faktor yang mempengaruhi tercapainya mutu produk sebagaimana diharapkan adalah: 1. Penggunaan jenis bahan baku 2. >Perbandingan penggunaan campuran semen dan pasir 3. Proses pencampuran dan proses pencetakan i. Kendala Produksi Menurut pendapat pengusaha, faktor yang dapat menjadi kendala dalam produksi paving blok adalah bila terjadi kelangkaan semen dipasaran, sedangkan pada aspek teknis produksi lainnya relatif tidak ditemukan adanya kendala. Bank Indonesia – Industri Paving Blok 31 5. Aspek Keuangan a. Pemilihan Pola Usaha Analisis aspek keuangan diperlukan untuk mengetahui kelayakan usaha dari sisi keuangan, terutama kemampuan pengusaha untuk mengembalikan kredit yang diperoleh dari bank. Analisis keuangan ini juga dapat dimanfaatkan pengusaha dalam perencanaan dan pengelolaan usaha industri paving blok Pembuatan paving blok dapat dilakukan dengan cara menggunakan peralatan secara manual, atau dilakukan dengan menggunakan alat bantu mesin. Penggunaan mesin biasa digunakan pada proses pencampuran bahan dan proses pengepresan paving dengan mesin pres. Berdasarkan cara produksi yang dilakukan oleh pengusaha di Purwokerto, pembuatan paving dapat dibagi menjadi 2 yaitu: pengerjaan produksi secara manual dan pola kombinasi. Pola kombinasi yaitu dalam proses produksi dihasilkan dua jenis paving blok, yaitu paving blok yang dicetak dengan cara manual dan paving blok yang dicetak menggunakan mesin pres. Pembuatan paving secara manual menghasilkan paving dengan mutu relatif beragam, sedangkan dengan menggunakan mesin pres mutu paving blok yang dihasilkan lebih seragam. Dalam pola pembiayaan ini analisis keuangan dilakukan terhadap kedua pola usaha, yaitu pola usaha secara manual dan pola usaha kombinasi. Pemilihan kedua pola ini dengan pertimbangan bahwa kebanyakan di daerah survei pengusaha paving blok menggunakan cara manual dalam proses produksinya, serta investasi yang dibutuhkan relatif lebih kecil. Sedangkan pola kombinasi perlu dikaji mengingat bahwa masih sedikitnya pengusaha yang memproduksi menggunakan mesin pres, sehingga peluang pasar untuk paving pres masih terbuka, serta mutu paving blok yang dihasilkan juga lebih baik. Kapasitas produksi paving blok sebesar 60 m2 per hari atau sebesar 1.500 m2 per bulan. Pada pola kombinasi dihasilkan paving pres mesin sebesar 40 m2 per hari serta produksi paving dengan pengerjaan manual sebanyak 20 m2 per hari. Perbandingan produksi paving pres mesin dan pengerjaan manual tersebut didasarkan pada pertimbangan mengoptimalkan penggunaan mesin dalam kapasitas maksimum b. Asumsi Dalam penyusunananalisis kelayakan usaha diperlukan adanya beberapa asumsi mengenaiparameter teknologi proses maupun biaya. Asumsi didasarkan pada kajianterhadap industri paving blok di Purwokerto, masukan Bank Indonesia – Industri Paving Blok 32 dari hasilpembahasan dengan pakar dan pustaka yang mendukung seperti disajikanpada Tabel 5.1. Tabel 5.1. Asumsi Parameter Teknis dan Keuangan Bulan kerja efektif per tahun No 1 Asumsi Periode proyek 2 3 4 Bulan Hari kerja per bulan Produksi paving per hari 6 7 8 Tahun 4 10 Hari 25 2 60 % 80;90;100 Campuran semen: pasir (bagian bawah paving) Bagian 1:8 Campuran semen: pasir (bagian bawah paving) Bagian 1:1:1 Perbandingan volume bagaian atas dan bawah % 25 : 75 orang 8 Upah paving heksagonal pres mesin, ø = 17 cm Rp/unit 85 Upah paving heksagonal manual, ø= 17 cm Rp/unit 75 a. Pasir sungai (harga di produsen) Rp/m3 22.000 b. Semen Rp/kg 575 c. Abu batu Rp/m3 35.000 Rp/m2 19.000 2 22.000 Perbandingan penggunaan bahan baku Tenaga Kerja Harga bahan baku Harga Produk Paving pengerjaan manual Paving pres mesin 9 Nilai/Jumlah >m /hari Tingkat produksi tahun ke 1, ke 2, dan ke 3 5 Satuan Proporsi modal dari kredit dan modal sendiri Rp/m i% 60 : 40 % 16 11 Jangka waktur kredit investasi Tahun 3 12 Jangka waktu kredit modal investasi Tahun 1 10 Bunga kredit investasi dan modal kerja Pemilihan periode proyek selama 4 tahun didasarkan pada umur ekonomis beberapa peralatan yang digunakan dalam proses produksi. Bulan kerja Bank Indonesia – Industri Paving Blok 33 efektif ditetapkan selama 10 bulan dalam setahun dengan pertimbangan bahwa kenyataan di lapangan bila musim panen atau saat pasaran sedang sepi sebagian tenaga kerja meliburkan diri. Jumlah hari kerja atau kegiatan produksi dalam satu bulan diasumsikan selama 25 hari. Volume produksi paving blok adalah sebesar 60 m2 per hari atau sebesar 1.500 m2 per bulan. Pada tahun pertama kapasitas produksi sebesar 80%, tahun kedua 90% dan mulai tahun ketiga beroperasi penuh100%. Pada proses pembuatannya paving blok terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan bawah setebal 4,5 cm (75%) dan lapisan atas (permukaan/kepala) dengan ketebalan 1,5 cm (25%). Lapisan bawah menggunakan bahan baku berupa semen dan pasir dengan perbandingan 1:8 serta untuk bagian atas menggunakan semen, pasir dan abu batu masing-masing satu bagian (perbandingan 1:1:1). Dalam perhitungan juga digunakan asumsi berdasarkan pengamatan di lapangan, bahwa proses pemadatan dengan cara manual diperoleh hasil paving blok sekitar 86% dari volume bahan awal dan 80% bila menggunakan mesin pres. Efektifitas penggunaan pasir sebesar 95% karena sebagian kecil kandungan batu dalam pasir yang berukuran relatif besar tidak terpakai dan dijual sebagai hasil samping. Asumsi harga pasir sebesar Rp 22.000 didasarkan pada harga pasir di produsen pasir dengan membeli langsung ke lokasi penambangan. Asumsi upah harian sebesar Rp 20.000 dan upah pengerjaan manual sebesar Rp 75/unit didasarkan pada pertimbangan untuk meningkatkan upah tenaga kerja, dibanding yang sudah berlaku saat ini, sementara upah borongan pengerjaan dengan mesin pres disesuaikan menjadi Rp 85/unit. Harga penjualan paving blok dengan pengerjaan manual adalah Rp 19.000/m2 dan paving blok pres mesin Rp 22.000/m2. Asumsi dan parameter keuangan secara lebih rinci terdapat pada Lampiran 1.1 untuk pola kombinasi dan pada Lampiran 2.1 untuk pola manual. c. Biaya Investasi dan Operasional Biaya yang diperlukan untuk memulai usaha industri paving blok terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi merupakan biaya awal yang harus dikeluarkan sebelum kegiatan operasional dilakukan, sedangkan biaya operasional diperlukan pada saat proses produksi mulai dilakukan. 1. Biaya Investasi Biaya investasi yang dibutuhkan untuk membangun industri paving blok meliputi biaya untuk perizinan, pengadaan tanah dan bangunan serta mesin dan peralatan. Biaya investasi ini harus dikeluarkan pada tahun ke-0 sebelum melakukan kegiatan usaha. Total investasi yang diperlukan untuk usaha dengan pola kombinasi adalah sebesar Rp 127.975.000. dan untuk pola manual sebesar Rp 108.700.000. Rekapitulasi kebutuhan biaya investasi Bank Indonesia – Industri Paving Blok 34 untuk kedua pola usaha tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.2. dan perincian masing-masing pola dapat dilihat pada Lampiran 1.2 dan Lampiran 2.2. Porsi terbesar biaya investasi adalah untuk pembelian mesin, peralatan dan kendaraan yang besarnya mencapai 75% dari kebutuhan biaya investasi pada pola manual dan 78% pada pola kombinasi. Tabel 5.2. Kebutuhan Biaya Investasi No Uraian 1 Perizinan 2 Tanah dan bangunan 3 Mesin pres & diesel 4 Peralatan 5 Kendaraan TOTAL INVESTASI Pola Kombinasi Rp 5.100.000 % 4,0 Pola Manual Rp % 5.100.000 22.000.000 17,2 22.000.000 18.000.000 14,1 - 7.875.000 75.000.000 127.975.000 6,2 58,6 100,0 6.600.000 75.000.000 108.700.000 4,7 20,2 6,1 69,0 100,0 2. Biaya Operasional/Produksi Komponen biaya operasional meliputi biaya variabel dan biaya tetap (overhead). Biaya variabel terdiri dari biaya bahan baku, biaya bahan pembantu, dan biaya tenaga kerja tidak tetap. Adapun biaya overhead meliputi biaya tenaga kerja tetap, listrik, telepon, perawatan mesin dan peralatan serta biaya lainnya sebesar 10% dari biaya tetap. Biaya lain-lain ini meliputi biaya parkir, biaya iuran kebersihan, PBB, biaya kesehatan/kecelakaan kerja karyawan dan biaya untuk sumbangan lainnya. Total biaya produksi yang dibutuhkan per tahun untuk pola usaha kombinasi adalah sebesar Rp 242.581.750 yang terdiri dari biaya variabel sebesar Rp. 225.331.550 dan biaya tetap sebesar Rp. 17.250.200. Perincian biaya variabel dan biaya tetap per tahun untuk pola usaha kombinasi dapat dilihat pada Lampiran 1.4 dan 1.5. Total biaya produksi yang dibutuhkan per tahun untuk pola pengerjaan manual adalah sebesar Rp 225.434.952 yang terdiri dari biaya variabel sebesar Rp. 208.626.952 dan biaya tetap sebesar Rp. 16.808.000. Perincian biaya variabel dan biaya tetap per tahun untuk pola usaha ini dapat dilihat pada Lampiran 2.4 dan 2.5. Kebutuhan modal kerja awal untuk usaha paving blok adalah sebesar kebutuhan dana operasional untuk 2 bulan kerja, yaitu sebesar Rp. Bank Indonesia – Industri Paving Blok 35 48.528.010 pada pola kombinasi dan sebesar Rp 45.113.390 pada pola manual. Komponen terbesar dari biaya operasional digunakan untuk pembelian bahan baku, khususnya semen yang mencapai 55% dari seluruh biaya operasional. Perincian kebutuhan modal kerja awal untuk kedua pola usaha ini dapat dilihat pada Tabel 5.3. Tabel 5.3. Kebutuhan Modal Kerja Awal Industri Paving Blok No Komponen Biaya Pola Kombinasi (Rp) Pola Manual (Rp) A Biaya Variabel 22.533.155 20.862.695 1 Bahan baku 15.392.155 14.659.195 2 Bahan pembantu 1.281.000 703.500 3 Tenaga kerja tidak tetap 5.860.000 5.500.000 1.730.850 1.694.000 B Biaya Tetap 1 Tenaga kerja tetap 800.000 800.000 2 Listrik dan telpon 320.000 320.000 3 Perawatan mesin dan kendaraan 133.500 100.000 4 Peralatan terpakai setahun 320.000 320.000 5 Biaya lainnya (10%) 157.350 154.000 TOTAL 24.264.005 22.556.695 Modal Kerja 2 Bulan 48.528.010 45.113.390 d. Kebutuhan Investasi dan Modal Kerja Kebutuhan dana untuk industri paving blok terdiri dari modal investasi dan modal kerja yang diperoleh dari pinjaman bank dan modal sendiri dengan perbandingan kredit dan modal sendiri adalah 60% : 40%. Secara keseluruhan, besarnya dana untuk investasi dan modal kerja pada industri paving blok dengan pola kombinasi mencapai Rp 176.503.010. Dari kebutuhan dana tersebut, yang bersumber dari kredit sebesar Rp 105.901.806 dan modal sendiri Rp 70.601.204. Pada industri paving blok dengan pola manual total biaya yang dibutuhkan sebesar Rp 153.813.390 yaitu bersumber dari kredit Rp 92.288.034 dan dari modal sendiri Rp 61.525.356. Pada Tabel 5.4 diperlihatkan rekapitulasi sumber dana industri paving blok untuk kedua pola usaha. Berdasarkan Tabel 5.4 tersebut diperlihatkan kebutuhan biaya investasi untuk industri paving blok pola kombinasi sebesar Rp 127.975.000 yang bersumber dari kredit Rp 76.785.000 dan dana sendiri Rp 51.190.000. Bank Indonesia – Industri Paving Blok 36 Sedangkan untuk modal kerja dibutuhkan sebesar Rp 48.528.010, yaitu bersumber dari kredit Rp 29.116.806 dan dana sendiri Rp 19.411.204. Pada industri paving blok pola manual, kebutuhan biaya investasi sebesar 108.700.000 yang bersumber dari kredit Rp 65.220.000 dan dana sendiri 43.480.000. Sedangkan untuk Modal kerja dibutuhkan sebesar 45.113.390, yaitu bersumber dari kredit Rp 27.068.034 dan dana sendiri 18.045.356. Rp Rp Rp Rp Tabel 5.4. Komponen dan Struktur Biaya Proyek No 1 2 3 Komponen Biaya Persentase Biaya Investasi Pola Kombinasi (Rp) Pola Manual (Rp) 127.975.000 108.700.000 - Bersumber dari kredit 60% 76.785.000 65.220.000 - dari dana sendiri 40% 51.190.000 43.480.000 48.528.010 45.113.390 Biaya Modal Kerja - Bersumber dari kredit 60% 29.116.806 27.068.034 - dari dana sendiri 40% 19.411.204 18.045.356 - Bersumber dari kredit 60% 105.901.806 92.288.034 - dari dana sendiri 40% 70.601.204 61.525.356 176.503.010 153.813.390 Total Dana Proyek Jumlah dana proyek Kredit investasi seluruhnya diterima pada tahun ke nol proyek (masa konstruksi) dengan masa pinjaman selama 3 tahun dan suku bunga 16% per tahun, sedangkan kredit modal kerja diberikan untuk jangka waktu 1 tahun dengan suku bunga yang sama (16%). Angsuran pokok dan angsuran bunga dilakukan setiap bulan selama jangka waktu 3 tahun untuk investasi dan 1 tahun untuk modal kerja. Secara keseluruhan jumlah angsuran pokok dan bunga setiap tahun untuk pola usaha kombinasi dapat dilihat pada Tabel 5.5. dan untuk pola usaha manual dapat dilihat pada Tabel 5.6. Bank Indonesia – Industri Paving Blok 37 Tabel 5.5. Perhitungan Angsuran Kredit Industri Paving Blok Pola Kombinasi Tahun Angsuran Pokok Angsuran Bunga Total Saldo Awal Saldo Akhir Angsuran Tahun-0 105.901.806 105.901.806 Tahun-1 54.711.806 12.932.090 67.643.896 105.901.806 51.190.000 Tahun-2 25.595.000 5.630.900 31.225.900 51.190.000 25.595.000 Tahun-3 25.595.000 2.218.233 27.813.233 25.595.000 0 Tabel 5.6. Perhitungan Angsuran Kredit Industri Paving Blok Pola Manual Tahun Angsuran Pokok Angsuran Bunga Tahun-0 Total Angsuran Saldo Awal Saldo Akhir 92.288.034 92.288.034 Tahun-1 48.808.034 11.186.830 59.994.864 92.288.034 43.480.000 Tahun-2 21.740.000 5.362.533 27.102.533 43.480.000 21.740.000 Tahun-3 21.740.000 1.884.133 23.624.133 21.740.000 0 Pada industri paving blok pola kombinasi (Tabel 5.5) angsuran pokok pada tahun ke-1 besarnya mencapai Rp 54.711.806, berasal dari angsuran kredit investasi sebesar Rp 25.595.000 dan kredit modal kerja sebesar Rp 29.116.806. Sementara untuk tahun ke-2 dan ke-3 angsuran hanya berasal dari kredit investasi. Secara lebih rinci pembayaran kredit investasi dan kredit modal kerja untuk pola usaha kombinasi dapat dilihat pada Lampiran 1.7 dan Lampiran 1.8. Pada industri paving blok pola manual (Tabel 5.6) angsuran pokok pada tahun ke-1 besarnya mencapai Rp 48.808.034, berasal dari angsuran kredit investasi sebesar Rp 21.740.000 dan kredit modal kerja sebesar Rp 27.068.034. Sementara untuk tahun ke-2 dan ke-3 angsuran hanya berasal dari kredit investasi. Secara lebih rinci pembayaran kredit investasi dan kredit modal kerja untuk untuk pola usaha manual dapat dilihat pada Lampiran 2.7 dan Lampiran 2.8. e. Produksi & Pendapatan Produksi paving blok per bulan adalah sebesar 1.500 m2 paving dengan jenis produksi berupa paving pengerjaan manual 500 m2 dan paving pres sebesar 1000 m2. Selain itu batu dari sisa penggunaan pasir juga dapat dijual dan menambah pendapatan usaha. Harga penjualan paving pres per meter persegi adalah sebesar Rp 22.000 dan harga paving dengan pengerjaan manual sebesar Rp 19.000. Berdasarkan harga penjualan tersebut, pendapatan usaha untuk pola kombinasi pada tahun pertama sebesar Rp Bank Indonesia – Industri Paving Blok 38 253.214.504, pada tahun ke-2 sebesar Rp 284.866.317 dan pada tahun ke-3 dan 4 sebesar Rp 316.518.130. Proyeksi pendapatan untuk pola manual pada tahun pertama sebesar Rp 229.156.671, pada tahun ke-2 sebesar Rp 257.801.255 dan pada tahun ke-3 dan ke-4 sebesar RP 286.445.838. Rincian jumlah dan harga penjualan serta total penerimaan industri paving blok per bulan berdasarkan pola usaha yang dijalankan dapat dilihat pada Tabel 5.7. Tabel 5.7. Produksi dan Penjualan Paving Blok Per Bulan pola Kombinasi No Jenis Produk 1 Paving manual 2 3 pengerjaan Harga Volume Pola Manual Nilai Nilai Volume Penjualan Penjualan 19.000 500 9.500.000 Paving Pres 22.000 1.000 22.000.000 - - Batu kali (krosok) 35.000 4,34 151.813 144.584 TOTAL 1.504 1.500 4,13 31.651.813 1.504 28.500.000 28.644.584 f. Proyeksi Laba Rugi dan Break Even Point Hasil proyeksi rugi laba menunjukkan usaha paving blok untuk ke dua jenis pola usaha dapat menghasilkan laba pada tahun pertama dengan kapasitas produksi 80%. Pada pola kombinasi, laba pada tahun pertama sebesar Rp 24.393.491, dengan nilai profit on sales 9,63%. Dengan memperhitungkan hasil penjualan, biaya variabel, dan biaya tetap industri paving blok tahun pertama diperoleh BEP pada pola kombinasi adalah sebesar Rp 153.599.974 atau setara dengan 7.300 m2 paving blok. Pada tahun ke 2 dengan kapasitas 90% laba yang diperoleh adalah Rp 38.350.362 dengan nilai profit on sales 13,46%, dan BEP Rp 128.256.783 (6.096 m2). Pada tahun ke 3 kapasitas 100% diperoleh laba usaha Rp 49.001.988, dengan nilai profit on sales 15,48% dan BEP Rp 116.411.061 (5.533 m2). Pada tahun ke 4 dimana tidak ada lagi angsuran pokok dan bunga kredit, diperoleh laba usaha Rp 50.887.486, dengan nilai profit on sales 16,08% dan BEP Rp 108.711.342 (5.167 m2). Rata-rata laba usaha paving blok pola kombinasi selama 4 tahun periode proyek adalah Rp 40.658.331, rata-rata profit on sales adalah 13,66%, ratarata BEP adalah Rp 126.744.790 atau setara dengan 6.024 m2 paving blok. Berdasarkan informasi yang disajikan pada Lampiran 1.9 secara garis besar proyeksi laba rugi dan BEP usaha paving blok pola kombinasi dapat dilihat pada Tabel 5.8. Bank Indonesia – Industri Paving Blok 39 Tabel 5.8. Proyeksi Rugi Laba Usaha Industri Paving Blok Pola Kombinasi Uraian Total Penjualan Tahun 1 2 3 4 Rata-Rata 253.214.504 284.866.317 316.518.130 316.518.130 292.779.271 Total 224.516.280 239.748.245 258.868.733 256.650.500 244.945.939 Pengeluaran R/L Sebelum Pajak Pajak (15%) R/L Setelah Pajak Profit On Sale 28.698.225 45.118.072 57.649.397 59.867.630 47.833.331 4.304.734 6.767.711 8.647.410 8.980.145 7.175.000 24.393.491 38.350.362 49.001.988 50.887.486 40.658.331 9,63% 13,46% 15,48% 16,08% 13,66% BEP: Rupiah 153.599.974 128.256.783 116.411.061 108.711.342 126.744.790 Unit Produksi (m2) 7.300 6.096 5.533 5.167 6.024 Pada pola usaha manual, laba yang dihasilkan pada tahun pertama adalah sebesar Rp 18.921.237, dengan nilai profit on sales 8,26%. Titik impas produksi atau BEP tahun pertama diperoleh pada saat biaya produksi sebesar Rp 147.218.151 atau setara dengan 7.730 m2 paving blok. Pada tahun ke 2 dengan kapasitas 90% laba yang diperoleh adalah Rp 30.486.495 dengan nilai profit on sales 11,83%, dan BEP Rp 125.779.326 (6.605 m2). Pada tahun ke 3 kapasitas 100% diperoleh laba usaha Rp 40.057.740, dengan nilai profit on sales 13,98% dan BEP Rp 112.975.581 (5.932 m22). Pada tahun ke 4 dimana tidak ada lagi angsuran pokok dan bunga kredit, diperoleh laba usaha Rp 41.659.253, dengan nilai profit on sales 14,54% dan BEP Rp 106.040.219 (5.568 m22). Rata-rata laba usaha paving blok pola manual selama 4 tahun periode proyek adalah Rp 32.781.181, rata-rata profit on sales adalah 12,15%, rata-rata BEP adalah Rp 123.003.319 atau setara dengan 6.459 m2 paving blok. Berdasarkan informasi yang disajikan pada Lampiran 2.9 secara garis besar proyeksi laba rugi dan BEP usaha paving blok pola manual dapat dilihat pada Tabel 5.9. Tabel 5.9.Proyeksi Rugi Laba Usaha Industri Paving Blok Pola Manual Bank Indonesia – Industri Paving Blok 40 Uraian Total Penjualan Tahun 1 2 3 4 Rata-Rata 229.156.671 257.801.255 286.445.838 286.445.838 264.962.401 Total 206.896.391 221.934.790 239.319.086 237.434.952 226.396.305 Pengeluaran R/L Sebelum Pajak Pajak (15%) R/L Setelah Pajak Profit On Sale 22.260.279 35.566.464 47.126.753 49.010.886 38.566.096 3.339.042 5.379.970 7.069.013 7.351.633 5.784.914 18.921.237 30.486.495 40.057.740 41.659.253 32.781.181 8,26% 11,83% 13,98% 14,54% 12,15% BEP: Rupiah 147.218.151 125.779.326 112.975.581 106.040.219 123.003.319 Unit Produksi (m2) 7.730 6.605 5.632 5.568 6.459 g. Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Proyek Proyeksi arus kas dan perhitungan kriteria kelayakan digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu usaha dari segi keuangan. Usaha dikatakan layak jika dapat memenuhi kewajiban finansial serta dapat mendatangkan keuntungan yang layak bagi perusahaan. Untuk mengkaji kemampuan usaha industri paving blok memenuhi kewajiban finansialnya disusun proyeksi arus kas yang dapat dilihat pada Lampiran 1.10. dan Lampiran 2.10. Analisis kelayakan finansial dilakukan dengan menilai kriteria investasi untuk mengukur kelayakan pendirian industri paving blok yaitu NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), dan Net B/C (Net Benefit-Cost Ratio) sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 5.10. Bank Indonesia – Industri Paving Blok 41 Tabel 5.10. Kelayakan Investasi Industri Paving Blok Kriteria Kelayakan Pola Kombinasi Pola Manual Justifikasi Kelayakan NPV 72.704.454 56.809.032 >0 IRR 38,05% 36,37% > 16% Net B-C Ratio 1,57 1,52 >1 PBP (bulan) 35,79 36,57 <= 48 bulan Berdasarkan tabel 5.10 terlihat bahwa industri paving blok merupakan usaha yang menguntungkan secara finansial, karena pada tingkat suku bunga 16% per tahun selama 4 tahun (48 bulan) periode proyek menghasilkan NPV yang posistif (>0), yaitu sebesar Rp 72.704.454 pada pola kombinasi dan Rp 56.809.032 pada pola manual. Nilai IRR yang lebih tinggi dari suku bunga bank pada kedua pola usaha dan Net B-C ratio yang lebih besar dari satu (> 1) serta lama pengembalian modal (Pay Back Period) yang lebih cepat dari periode proyek, menunjukkan usaha paving blok layak untuk dilaksanakan. h. Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat seberapa jauh suatu usaha dapat dijalankan mengikuti perubahan harga input dan output ataupun kelemahan estimasi hasil produksi berdasarkan asumsi-asumsi yang dikemukakan sebelumnya. Untuk menguji sensitivitas kelayakan usaha terhadap perubahan asumsi, digunakan tiga skenario, yaitu 1) penurunan pendapatan, 2) kenaikan biaya variabel produksi dan 3) penurunan pendapatan dan kenaikan biaya variabel produksi secara bersamaan. Skenario 1. Usaha mengalami penurunan pendapatan sedangkan biayabiaya dan komponen lain tetap. Penerimaan berkurang jika terjadi penurunan volume penjualan atau penurunan harga jual produk. Hasil analisis sensitivitas terhadap penurunan pendapatan untuk kedua pola usaha industri paving blok disajikan pada tabel 5.11. Tabel 5.11. Hasil Analisis Sensitivitas Industri Paving Blok Skenario 1 Kriteria Kelayakan Pola Kombinasi Pola Manual Pendapatan Turun Pendapatan Turun 9% 10% 7% 8% NPV 22.222 (8.053.582) 5.649.364 (1.659.160) IRR 16,01% 13,44% 18,09% 15,38% Net B-C Ratio 1,00 0,94 1,05 0,98 PBP (bulan) 48 50 47 49 Bank Indonesia – Industri Paving Blok 42 Berdasarkan Tabel 5.11 tampak bahwa pada skenario 1 dengan asumsi terjadi penurunan penerimaan/pendapatan sebesar 9% pada pola kombinasi dan 7% pada pola manual, industri paving blok masih layak untuk dilaksanakan. Hal ini ditandai oleh nilai NPV yang positif, IRR lebih besar dari suku bunga dan nilai Net B-C ratio lebih dari satu. Pada saat pendapatan turun sampai 10% pada pola kombinasi dan 8% pada pola manual, nilai NPV menjadi negatif, IRR lebih kecil dari suku bunga, Net B-C ratio lebih kecil dari satu dan PBP lebih kecil atau sama dengan umur proyek. Hal ini menggambarkan usaha ini menjadi tidak layak untuk dilaksanakan. Secara lebih rinci analisis sensitivitas dengan skenario penurunan pendapatan untuk usaha pola kombinasi dapat dilihat pada Lampiran 1.11 dan 1.12 serta untuk usaha pola manual pada Lampiran 2.11 dan 2.12. Skenario 2. Biaya variabel produksi mengalami kenaikan yang mungkin dapat terjadi karena kenaikan harga bahan baku dan biaya tenaga kerja produksi. Pada kondisi ini diasumsikan komponen biaya lainnya dan pendapatan adalah tetap. Hasil analisis sensitivitas terhadap kenaikan biaya variabel produksi untuk kedua pola usaha industri paving blok disajikan pada Tabel 5.12. Tabel 5.12. Hasil Analisis Sensitivitas Industri Paving Blok Skenario 2 Kriteria Kelayakan Pola kombinasi Pola Manual Biaya Variabel Naik Biaya Variabel Naik 12% 13% 10% 11% NPV 3.713.777 (2.035.446) 3.578.897 (1.744.117) IRR 17,17% 15,36% 17,33% 15,35% Net B-C Ratio 1,03 0,98 1,03 0,98 PBP (bulan) 48 49 48 48 Berdasarkan Tabel 5.12, analisis sensitivitas dengan skenario 2 menunjukkan bahwa usaha paving blok masih layak dilaksanakan dengan kenaikan biaya variabel sebesar 12% pada pola kombinasi dan 10% pada pola manual. Usaha menjadi tidak layak dilaksanakan bila terjadi kenaikan biaya variabel sebesar 13% pada pola kombinasi dan 11% pada pola manual. Secara lebih rinci arus kas dan kriteria kelayakan berdasarkan analisis sensitivitas dengan skenario kenaikan biaya variabel untuk usaha pola kombinasi dapat dilihat pada Lampiran 1.13 dan 1.14 serta untuk usaha pola manual pada Lampiran 2.13 dan 2.14. Skenario 3. Usaha mengalami penurunan pendapatan dan kenaikan biaya operasional (biaya variabel) secara bersama-sama yang mungkin dapat terjadi karena penurunan harga jual produk dan diikuti oleh kenaikan harga Bank Indonesia – Industri Paving Blok 43 bahan baku. Hasil analisis sensitivitas terhadap penurunan pendapatan dan kenaikan biaya operasional untuk kedua pola usaha industri paving blok disajikan pada Tabel 5.13. Tabel 5.13. Hasil Analisis Sensitivitas Industri Paving Blok Skenario 3 Pola kombinasi Pola Manual Kriteria Pendapatan Turun & Biaya Kelayakan Variabel Naik 5% Pendapatan Turun & Biaya Variabel Naik 6% 4% 5% NPV 3.579.321 (10.245.706) 6.282.882 (6.348.655) IRR 17,13% 12,74% 18,33% 13,62% 1,03 0,92 1,06 0,94 48 51 47 50 Net Ratio B-C PBP (bulan) Berdasarkan Tabel 5.13, analisis sensitivitas dengan skenario 3 menggambarkan bahwa industri paving blok dapat bertahan dengan adanya penurunan pendapatan dan kenaikan biaya variabel secara bersamaan sebesar 5% pada pola kombinasi dan 4% pada pola manual. Bila terjadi perubahan kedua komponen biaya tersebut secara bersamaan masingmasing sebesar 6% pada pola kombinasi dan 5% pada pola manual mengindikasikan usaha ini tidak layak diusahakan. Secara lebih rinci arus kas dan kriteria kelayakan berdasarkan analisis sensitivitas dengan skenario penurunan pendapatan dan kenaikan biaya variabel untuk usaha pola kombinasi dapat dilihat pada Lampiran 1.15 dan 1.16 serta untuk usaha pola manual pada Lampiran 2.15 dan 2.16. Berdasarkan analisis sensitivitas terlihat bahwa kedua pola usaha relatif lebih sensitif terhadap terjadinya penurunan pendapatan atau penurunan harga produk dibanding perubahan biaya variabel. Dari kedua pola usaha, pola kombinasi relatif lebih mampu bertahan dalam menghadapi kenaikan komponen biaya atau terjadi penurunan pendapatan. Bank Indonesia – Industri Paving Blok 44 6. Aspek Sosial Ekonomi dan Dampak Lingkungan a. Aspek Sosial Ekonomi Dilihat dari aspek ekonomi, industri paving blok dapat meningkatkan pendapatan pengusaha. Pendapatan yang diperoleh dari penjualan dapat disisihkan untuk menabung di bank atau membeli tanah. Manfaat yang dirasakan dengan adanya usaha paving blok, antara lain adalah bagi pengusaha sendiri dapat menghidupi keluarga, memenuhi biaya pendidikan, serta mampu menambah peralatan produksi seperti membeli mobil. Adapun manfaat usaha ini untuk masyarakat sekitar antara lain dapat menyerap tenaga kerja, menjadi tempat praktek kerja siswa, dan dapat menampung hasil tambang pasir dari masyarakat penambang pasir sekitar aliran sungai. Berdasarkan penyerapan tenaga kerja, usaha paving blok dengan kapasitas 60 m2 per hari mampu menyerap 9 tenaga kerja, baik yang berasal dari dalam keluarga maupun dari luar keluarga. Pendapatan untuk tenaga kerja produksi berkisar antara Rp 675.000 sampai Rp 765.000 per orang/bulan, sudah jauh diatas UMR yang berlaku di Kabupaten Banyumas (Rp 400.000/bulan). Berdasarkan kebutuhan terhadap pasir, usaha ini mampu menampung 4 m3 pasir per hari. Bila diasumsikan di sekitar lokasi terdapat penambangan pasir di sungai dengan kapasitas penambangan per orang 0,75 m3/hari, maka usaha ini telah ikut memberi tambahan pendapatan kepada 5 penambang per hari. Sumbangan usaha ini terhadap pendapatan daerah melalui pajak berkisar Rp 3,3 juta - Rp 8,9 juta per tahun, disamping tambahan melalui biaya retribusi lainnya yang berlaku. b. Dampak Lingkungan Dari sisi dampak terhadap lingkungan, usaha paving blok tidak menimbulkan limbah yang berbahaya. Beberapa hasil samping yang dihasilkan seperti batu pasir dapat dimanfaatkan untuk batu cor dalam pembuatan bahan bangunan lainnya, atau dijual kembali. Bekas kantong semen dikumpulkan dan dapat dijual kembali. Hasil paving yang rusak terkadang dimanfaatkan untuk campuran pasir halus. Dampak lingkungan secara tidak langsung dari usaha ini adalah meningkatnya penambangan pasir di sungai karena meningkatnya permintaan pasir. Meningkatnya aktivitas penambangan pasir di sungai selama tidak melampaui potensi yang ada tidak berdampak negatif terhadap lingkungan. Berdasarkan data statistik tahun 2001 penggunaan pasir di Kabupaten Banyumas masih jauh di bawah potensi yang tersedia, yaitu hanya 1%. Pemerintah Kabupaten Banyumas juga melakukan pemantauan dan pembinaan kepada masyarakat agar aktivitas penambangan tidak sampai merusak lingkungan. Bank Indonesia – Industri Paving Blok 45 7. Penutup a. Kesimpulan 1. Industri paving blok merupakan industri penunjang bahan bangunan yang dapat diusahakan hampir di seluruh lokasi yang memiliki sumber daya bahan baku berupa pasir dan mudah untuk mendapatkan semen. Di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, terdapat sekitar 24 unit usaha paving blok yang dapat menyerap 162 tenaga kerja. 2. Penggunaan paving blok dapat diaplikasikan pada berbagai macam keperluan penutup tanah, serta kemudahan dalam memasang, membongkar atau merenovasi kembali. Hal ini menjadikan paving blok merupakan salah satu alternatif pilihan sebagai bahan penutup/perkerasan tanah. 3. Penggunaan paving blok sebagai bahan penutup dan perkerasan tanah memiliki keunggulan dibanding produk sejenis, antara lain bersifat ramah lingkungan yaitu mampu menyerap air permukaan sekitar 30%. Selain itu juga bentuk dan variasinya yang sangat beragam, ukuran lebih akurat, serta harga relatif lebih murah. 4. Pola usaha paving blok dapat dijalankan dengan menggunakan peralatan manual dan dapat pula dengan menggunakan bantuan mesin. Selain itu dapat pula dilakukan dengan menggabungkan keduanya yaitu menggunakan peralatan secara manual dan juga menggunakan bantuan mesin, khususnya mesin pres paving (pola kombinasi). 5. Total biaya investasi yang dibutuhkan untuk industri paving blok dengan pola kombinasi berkapasitas 1.000 m2/bulan paving pres dan 500 m2 paving manual sebesar Rp. 127.975.000. Sumber dana investasi berasal dari pinjaman kredit 60% (Rp.76.785.000) dan biaya sendiri 40% (Rp. 51.190.000), dengan bunga pinjaman 16% dan jangka waktu kredit investasi selama 3 tahun. Modal kerja dibutuhkan sebesar Rp 48.528.010 yang dibiayai dari pinjaman kredit 60% (Rp 29.116.806) dan biaya sendiri 40% (Rp 19.411.204), dengan bunga pinjaman 16% dan jangka waktu kredit selama 1 tahun. 6. Industri paving blok pola manual dengan kapasitas 1.500 m2/bulan paving membutuhkan investasi sebesar Rp 108.700.000. Sumber dana investasi berasal dari pinjaman kredit 60% (Rp 65.220.000) dan biaya sendiri 40% (Rp 43.480.000), dengan bunga pinjaman 16% dan jangka waktu kredit investasi selama 3 tahun. Biaya modal kerja adalah sebesar Rp 45.113.390 yang dibiayai dari pinjaman kredit 60% (Rp 27.068.034) dan biaya sendiri 40% (Rp 18.045.356), dengan bunga pinjaman 16% dan jangka waktu kredit selama 1 tahun. 7. Secara finansial industri paving blok pola kombinasi dinilai layak dilaksanakan dengan kriteria NPV Rp 72.704.454, IRR 38,05%, Net BC ratio 1,57 dan PBP 36 bulan (2,98 tahun). Demikian juga dengan Bank Indonesia – Industri Paving Blok 46 industri paving blok pola manual dinilai layak dilaksanakan dengan kriteria NPV Rp 56.809.032, IRR 36,37%, Net B-C ratio 1,52 dan PBP 37 bulan (3,05 tahun). 8. Analisis sensitivitas menunjukkan industri paving blok lebih sensitif terhadap penurunan pendapatan dibandingkan dengan kenaikan biaya produksi. Pada pola kombinasi, penurunan pendapatan sampai 9% atau kenaikan biaya variabel produksi sebesar 12%, usaha ini masih layak dijalankan. Usaha ini juga masih layak bila terjadi penurunan pendapatan dan kenaikan biaya variabel produksi secara bersamaan dengan perubahan sampai 5%. 9. Analisis sensitivitas pada pola manual, menunjukkan usaha masih layak dijalankan dengan penurunan pendapatan sampai 7% atau kenaikan biaya variabel produksi sebesar 10%. Usaha ini juga masih layak bila terjadi penurunan pendapatan dan kenaikan biaya variabel secara bersamaan dengan perubahan sampai 4%. 10.Pengembangan industri paving blok memberikan manfaat yang positif dari aspek sosial ekonomi, antara lain tersedianya lapangan kerja serta peningkatan pendapatan masyarakat, sumber pendapatan daerah, serta usaha ini tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. b. Saran 1. Berdasarkan potensi bahan baku, prospek pasar, tingkat teknologi proses, dan aspek finansial, industri paving blok layak untuk dibiayai. 2. Untuk menjamin kelancaran usaha, pihak instansi terkait dan perbankan juga turut berpartisipasi dalam pembinaan usaha ini pada lingkup masing-masing instansi. Pembinaan yang perlu diperhatikan adalah pada aspek pemasaran, antara lain dalam bentuk dukungan informasi untuk perluasan pasar, serta dukungan permodalan. Bank Indonesia – Industri Paving Blok 47 LAMPIRAN Bank Indonesia – Industri Paving Blok 48