pola pembiayaan usaha kecil (ppuk) industri paving blok bank

advertisement
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK)
INDUSTRI PAVING BLOK
BANK INDONESIA
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM
Telepon : (021) 3818043 Fax: (021) 3518951, Email : [email protected]
DAFTAR ISI
1. Pendahuluan ................................ ................................ ............... 2
2. Profil Usaha dan Pola Pengembangan ................................ .......... 4
a. Profil Usaha ................................ ................................ ............... 4
b. Pola Pembiayaan ................................ ................................ ........ 6
3. Aspek Pemasaran................................ ................................ ........ 8
a. Permintaan & Penawaran ................................ ............................. 8
b. Persaingan & Peluang ................................ ................................ 10
c. Harga................................ ................................ ...................... 13
d. Jalur Pemasaran ................................ ................................ ....... 14
e. Kendala Pemasaran ................................ ................................ ... 14
4. Aspek Produksi ................................ ................................ .......... 16
a. Lokasi Usaha ................................ ................................ ............ 16
b. Fasilitas Produksi ................................ ................................ ...... 17
c. Bahan Baku ................................ ................................ ............. 23
d. Tenaga Kerja ................................ ................................ ........... 25
e. Teknologi................................ ................................ ................. 25
f. Proses Produksi ................................ ................................ ......... 26
g. Jenis dan Mutu Produksi................................ ............................. 29
h. Produksi Optimum ................................ ................................ .... 31
i. Kendala Produksi ................................ ................................ ....... 31
5. Aspek Keuangan ................................ ................................ ........ 32
a. Pemilihan Pola Usaha................................ ................................ . 32
b. Asumsi ................................ ................................ .................... 32
c. Biaya Investasi dan Operasional ................................ .................. 34
d. Kebutuhan Investasi dan Modal Kerja................................ ........... 36
e. Produksi & Pendapatan ................................ .............................. 38
f. Proyeksi Laba Rugi dan Break Even Point ................................ ...... 39
g. Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Proyek ................................ ...... 41
h. Analisis Sensitivitas ................................ ................................ ... 42
6. Aspek Sosial Ekonomi dan Dampak Lingkungan .......................... 45
a. Aspek Sosial Ekonomi ................................ ................................ 45
b. Dampak Lingkungan ................................ ................................ .. 45
7. Penutup ................................ ................................ ..................... 46
a. Kesimpulan ................................ ................................ .............. 46
b. Saran ................................ ................................ ..................... 47
LAMPIRAN ................................ ................................ ..................... 48
Bank Indonesia – Industri Paving Blok
1
1. Pendahuluan
Paving blok merupakan produk bahan bangunan dari semen yang digunakan
sebagaisalah satu alternatif penutup atau pengerasan permukaan
tanah. Paving blok dikenal juga dengan sebutan bata beton (concrete
block)atau cone blok.
Berdasarkan SNI 03-0691-1996 paving blok (bata beton) adalah suatu
komposisi bahan bangunan yang dibuat dari campuran semen portland atau
bahan perekat hidrolis sejenisnya, air dan agregat dengan atau tanpa bahan
lainnya yang tidak mengurangi mutu bata beton.
Sebagai bahan penutup dan pengerasan permukaan tanah, paving blok
sangat luas penggunaannya untuk berbagai keperluan, mulai dari keperluan
yang sederhana sampai penggunaan yang memerlukan spesifikasi khusus.
Paving blok dapat digunakan untuk pengerasan dan memperindah trotoar
jalan di kota-kota, pengerasan jalan di komplek perumahan atau kawasan
pemukiman, memperindah taman, pekarangan dan halaman rumah,
pengerasan areal parkir, areal perkantoran, pabrik, taman dan halaman
sekolah, serta di kawasan hotel dan restoran. Paving blok bahkan dapat
digunakan pada areal khusus seperti pada pelabuhan peti kemas, bandar
udara, terminal bis dan stasiun kereta. Di Indonesia penggunaan paving
blok sudah banyak dijumpai, seperti pada trotoar jalan dan alun-alun di
ibukota provinsi atau kabupaten terlihat menggunakan paving blok.
Diantara berbagai macam alternatif penutup permukaan tanah, paving blok
lebih memiliki banyak variasi baik dari segi bentuk, ukuran, warna, corak dan
tekstur permukaan, serta kekuatan. Penggunaan paving blok juga dapat
divariasikan dengan jenis paving atau bahan bangunan penutup tanah
lainnya.
Proses pembuatan paving blok relatif mudah untuk dilakukan dan tidak
memerlukan persyaratan khusus lokasi. Karena itu untuk melakukan usaha
pembuatan paving blok hampir merata dapat di lakukan di seluruh wilayah
Indonesia yang memiliki sumber bahan baku.
Daerah Purwokerto di Kabupaten Banyumas, merupakan salah satu daerah
yang menghasilkan paving blok. Dilihat dari potensi dan daya dukung
sumber daya alamnya cukup mudah untuk mendapatkan bahan baku
pembuatan paving blok. Kabupaten Banyumas merupakan salah satu daerah
yang memiliki potensi pasir di Provinsi Jawa Tengah. Daerahnya yang dekat
dengan pabrik Semen Nusantara di Cilacap (53 km) memiliki akses yang
mudah untuk memperoleh semen. Secara geografis Kabupaten Banyumas
terletak pada kisaran 25 - 500 m diatas permukaan laut, dimana lebih dari
45% merupakan daerah dataran. Luas wilayahnya mencapai 132.759 ha
dimana 18.627 ha (18,65%) merupakan lahan untuk bangunan dan
Bank Indonesia – Industri Paving Blok
2
pekarangan. Suhu udara rata-rata sekitar 26,3oC dengan suhu minimum
24,4oC dan suhu maksimum 30,9oC.
Penyusunan Pola Pembiayaan paving blok didasarkan pada data/Informasi
teknis dan finansial serta kondisi pengusaha paving blok di daerah
Purwokerto, Kabupaten Banyumas Provinsi Jawa Tengah.
Gambaran tentang industri paving blok yang disajikan dalam buku pola
pembiayaan ini meliputi profil usaha dan pola pembiayaan, aspek pasar dan
pemasaran, aspek produksi, aspek keuangan, aspek ekonomi, sosial dan
aspek dampak lingkungan.
Bank Indonesia – Industri Paving Blok
3
2. Profil Usaha dan Pola Pengembangan
a. Profil Usaha
Usaha paving blok di wilayah Purwokerto Kabupaten Banyumas sudah mulai
dijalankan sejak tahun 1990. Sampai dengan tahun 2004 jumlah usaha
paving blok di Purwokerto berjumlah 23 unit usaha dengan menyerap
sebayak 160 tenaga kerja. Usaha paving blok umumnya dilakukan sebagai
usaha perorangan dan dilakukan secara bersamaan pengelolaannya dengan
kegiatan usaha lainnya seperti usaha tegel, eternit, dan usaha perdagangan
bahan bangunan.
Pengusaha paving blok di daerah Purwokerto termasuk dalam golongan
pengusaha kecil dan menengah, yang sebagian besar merupakan penduduk
asli setempat. Rata-rata pengusaha paving blok masih tergolong usia
produktif (29-54 tahun), memiliki jenjang pendidikan SLTP sampai perguruan
tinggi. Keterampilan membuat paving blok diperoleh dengan belajar sendiri
dari teman, pengusaha lainnya atau mengikuti pelatihan yang diadakan oleh
lembaga dan instansi terkait.
Beberapa alasan pengusaha paving blok menekuni usahanya antara lain
adalah tersedianya sumber bahan baku, tersedianya sumberdaya manusia
(tenaga kerja), menguasai keterampilan teknis usaha, serta adanya peluang
pasar. Selain itu ada juga pengusaha yang menyatakan melakukan usaha ini
karena melanjutkan usaha keluarga.
Beberapa pengusaha paving blok di daerah Purwokerto sebelumnya
merupakan pengusaha tegel. Usaha paving blok muncul setelah keberadaan
bisnis tegel mulai sepi karena masuknya produk keramik sebagai pesaing
tegel. Sebagian pengusaha mengurangi produksi tegelnya dan bahkan ada
yang sama sekali tidak memproduksi tegel lagi dan beralih sebagai
pengusaha paving.
Dilihat dari kepemilikan usaha, umumnya merupakan usaha milik sendiri,
dan berbentuk usaha dagang atau telah berbadan hukum. Perizinan dan
kelengkapan legalitas usaha yang dimiliki antara lain adalahSIUP, TDP, HO,
Surat Tanda Pendaftaran Industri Kecil (STPIK), dan NPWP.
Pengelolaan usaha dilakukan sendiri oleh pemiliknya dengan menggunakan
tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga dan luar keluarga. Tenaga
kerja dari dalam keluarga umumnya membantu dalam pengelolaan usaha
dan tenaga pemasaran. Tenaga kerja dari luar keluarga merupakan tenaga
kerja untuk produksi dengan sistem upah harian atau borongan berdasarkan
satuan unit produksi. Kegiatan usaha ini dilakukan masing-masing secara
terpisah, tidak dalam satu kelompok, serta belum pernah dilakukan
kemitraan dengan pihak lain.
Bank Indonesia – Industri Paving Blok
4
Usaha paving blok yang dijalankan ditunjang dengan pembukuan sederhana,
namun tidak jarang yang tidak memiliki pembukuan, hanya mengandalkan
pada nota pembelian bahan dan nota penjualan sebagai alat kontrol dalam
pengelolaan usaha.
Berdasarkan informasi dari pejabat Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Banyumas di Purwokerto, keberadaan usaha paving blok di
daerah ini didukung oleh adanya ketersediaan bahan baku, ketersediaan
SDM, teknologi yang mudah dikuasai, mudah dalam penanganannya, serta
harga dan pemasarannya cukup baik. Berdasarkan data dari Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Banyumas tahun 2004 usaha
paving blok di daerah ini berjumlah sekitar 23 unit usaha yang tersebar di
delapan kecamatan. Nilai investasi per unit usaha berkisar antara Rp 35 - 75
juta, kapasitas produksi terpasang berkisar antara 8.000 m2 - 14.000 m2
paving blok per tahun, dan penggunaan tenaga kerja per unit usaha antara 6
- 12 tenaga kerja. Pada Tabel 2.1 diperlihatkan jumlah dan penyebaran
usaha paving blok di Kabupaten Banyumas Tahun 2004/2005.
Tabel 2.1.
Jumlah dan Penyebaran Usaha Paving Blok di Kabupaten Banyumas Tahun
2004/2005
Kecamatan
Kapasitas Per
Tahun
Jumlah
Usaha Unit
(000)
Perkiraan
m2
Tenaga
Kerja
Nilai
Investasi
(Rp juta)
Purwokerto
Timur
2
600
16.667
15
100
Purwokerto
Barat
7
2.800
77.778
42
280
Kembaran
2
624
17.333
20
85
Banyumas
2
700
19.444
12
120
Purwokerto
Selatan
1
500
13.889
10
60
Karang Lewas
2
600
16.667
15
70
Cilongok
6
3.000
83.333
36
300
Purwokerto
Utara
1
400
11.111
12
75
23
9.224
256.222
162
1.090
Jumlah
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Banyumas 2005
Data jumlah dan penyebaran usaha paving blok secara nasional belum
tersedia, namun berdasarkan data dari direktori industri pengolahan yang
Bank Indonesia – Industri Paving Blok
5
dikeluarkan BPS (2004) terdapat paling kurang sebanyak 24 perusahaan
besar dan sedang yang memproduksi paving blok. Beberapa daerah yang
tercatat memiliki perusahaan paving blok adalah Sumatera Utara, Lampung,
Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, Sulawesi Selatan
dan Sulawesi Utara.
b. Pola Pembiayaan
Dalam memenuhi kebutuhan modal usaha pembuatan paving blok, selain
memiliki modal sendiri sebagian pengusaha juga ada yang memanfaatkan
fasilitas kredit yang disediakan oleh perbankan. Diantara bank yang
beroperasi di wilayah Purwokerto, terdapat beberapa bank yang memberikan
pinjaman terhadap usaha kecil paving blok. Bank pemberi kredit ada yang
berstatus sebagai kantor cabang dan ada yang menyalurkan melalui kantor
unit.
Berdasarkan informasi dari salah satu bank yang menyalurkan kredit usaha
kecil, pemberian kredit untuk usaha paving blok baru disalurkan kepada satu
nasabah dengan akad kredit yang terkait juga dengan usaha eternit.
Penyaluran kredit kepada usaha ini didasarkan pada informasi dari nasabah
sendiri yang datang ke bank. Motivasi bank dalam membiayai usaha ini
karena usaha ini merupakan usaha yang layak dibiayai dan menguntungkan.
Pembiayaan yang dilakukan bank sudah berlangsung sejak tahun 2002
melalui skim kredit usaha kecil (KUK). Sumber dana untuk penyaluran kredit
bagi pengusaha paving blok ini berasal dari dana komersial. Jenis kredit yang
dibiayai adalah kredit modal kerja dengan plafond kredit yang disalurkan
sebesar Rp 100 juta.
Berdasarkan penilaian bank terhadap usaha paving blok yang dibiayai, bank
menilai kinerja pengembalian kredit usaha ini berlangsung lancar, usaha
yang dijalankan dinilai masih prospektif dengan pertimbangan masih adanya
pasar dan permintaan untuk produk paving blok.
Prosedur untuk memperoleh kredit sebenarnya cukup mudah, yaitu calon
debitur membuat permohonan rencana pembiayaan kepada bank, dengan
melampirkan identitas usaha secara jelas, perizinan usaha, dan laporan
keuangan, beserta jaminan tambahan. Selanjutnya bank akan melakukan
survei lokasi usaha dan memberikan penilaian. Apabila perbankan menilai
semua persyaratan sudah terpenuhi maka dalam jangka waktu sekitar 9 hari
kerja kredit sudah dapat dicairkan. Dalam menyalurkan kredit kepada
nasabah, penilaian bank mengacu kepada kriteria 5 C yaitu: Character
(watak calon debitur), Capacity (kemampuan), Capital (permodalan),
Collateral (jaminan), dan Condition (kondisi).
Persyaratan kredit meliputi, suku bunga kredit modal kerja sebesar 15,75%,
jangka waktu pengembalian 1 tahun, jaminan pokok berupa usaha yang
dibiayai, jaminan tambahan berupa sertifikat tanah/bangunan tempat usaha
Bank Indonesia – Industri Paving Blok
6
serta tidak sedang menerima kredit dari bank lain. Pada awal pengajuan
kredit juga ada tambahan biaya provisi dan biaya administrasi.
Diantara pengusaha paving blok juga terdapat dua pengusaha yang
menerima fasilitas kredit KUPEDES, yaitu fasilitas kredit yang disediakan oleh
BRI unit untuk meningkatkan atau mengembangkan usaha kecil. Pengusaha
paving blok yang memanfaatkan KUPEDES mendapatkan pinjaman dana
masing-masing untuk modal kerja sebesar Rp 15 juta dengan suku bunga
24% pertahun dengan jangka waktu 24 bulan.
Fasilitas kredit KUPEDES menyediakan jenis kredit modal kerja dan kredit
investasi. Sektor yang dibiayai meliputi sektor pertanian, perindustrian,
perdagangan, jasa lainnya dan golongan berpenghasilan tetap. Persyaratan
KUPEDES yaitu plafond maksimum Rp 25 juta yang dapat diberikan untuk
kedua jenis kredit sekaligus, selama belum mencapai plafond maksimum.
Jangka waktu angsuran minimal 3 bulan dan maksimum 24 bulan untuk
modal kerja dan 36 bulan untuk kredit investasi. Pola angsuran secara
bulanan atau dengan grace period 3, 4 dan 6 bulan. Persyaratan lainnya
adalah menyediakan agunan yang cukup menutup jumlah kredit yang
diterima. Keistimewaan KUPEDES yaitu diberikannya IPTW (insentif
pembayaran tepat waktu) bagi nasabah yang tertib mengangsur pinjaman
secara tepat waktu selama periode tertentu.
Bank Indonesia – Industri Paving Blok
7
3. Aspek Pemasaran
a. Permintaan & Penawaran
1. Permintaan
Permintaan produk paving blok di wilayah Purwokerto Kabupaten Banyumas
dapat terlihat dari volume panjualan pengusaha paving blok di daerah ini.
Berdasarkan volume penjualan empat pengusaha paving di daerah ini,
permintaan paving blok mencapai 55.000 m2 pertahun dengan omset
berkisar antara Rp 166.500.000 sampai Rp 342.000.000.
Secara nasional tidak tersedia data mengenai besarnya permintaan untuk
produk paving blok. Dilihat dari penggunanya, paving banyak digunakan
untuk keperluan penutupan tanah seperti trotoar jalan, halaman rumah,
halaman kantor, swalayan dan supermarket, areal parkir, areal penumpukan
peti kemas di pelabuhan, areal taman, garasi, jalan desa dan jalan-jalan di
komplek perumahan.
Persentase rumah tangga yang jalan pemukimannya menggunakan paving
blok mengalami peningkatan dari sebesar 16,27% pada tahun 2001 menjadi
18,90% pada tahun 2004. Sebagai gambaran jumlah penggunaan paving
blok untuk permukaan jalan di daerah perumahan dibanding dengan
penggunaan permukaan jalan lainnya adalah seperti dapat dilihat pada Tabel
3.1
Tabel 3.1.
Persebaran Jumlah Rumah Tangga di Indonesia
Yang Bertempat Tinggal Menurut Permukaan Jalan
Jenis
Permukaan
Jalan
2001
KK
2004
%
KK
%
Aspal
17.449.142 34,77
19.727.453 34,84
Semen/Paving
blok
7.965.197
16,27
10.701.747 18,90
Kerikil/diperkeras
10.719.371 19,67
10.345.022 18,27
Kayu/bambu
297.561
311.427
Tanah/pasir
14.762.865 28,31
15.242.912 26,92
Lainnya
178.518
294.440
Jumlah
51.372.654 100,00
0,63
0,36
0,55
0,52
56.623.000 100,00
Sumber: Statistik Perumahan dan Pemukiman, Tahun 2001 dan 2004
Penggunaan paving untuk jalan di areal perumahan sampai saat ini masih
diminati, sebagai contoh pemerintah Kabupaten Batang memberikan bantuan
Bank Indonesia – Industri Paving Blok
8
untuk peningkatan jalan di lingkungan perumahan Warga RT 01 dan RT 04
RW 01 Perumnas Kalisalak, antara lain menggunakan paving blok seluas
7.910 meter persegi senilai Rp 189.840.000 (Suara Merdeka, 16 Mei 2005).
Selain sebagai penutup/pengerasan jalan atau trotoar jalan, paving blok juga
digunakan di pelabuhan. Berdasarkan data unit terminal peti kemas (UTPK)
Pelabuhan Belawan, dalam pengembangan terminal peti kemas Belawan
tahap I (2005) antara lain meliputi pembangunan seluas 60.000 m 2 lapangan
penumpukan peti kemas dengan konstruksi/perkerasan menggunakan paving
blok (http://utpk.inaport1.co.id/tahap1.html)
Di daerah Purwokerto dan beberapa daerah di Pulau Jawa, permintaan
paving blok dan bahan bangunan lainnya relatif menurun pada bulan-bulan
Muharam (tahun baru Hijriyah) dan pada bulan Ramadhan. Hal ini
dipengaruhi oleh kebiasaan di lingkungan masyarakat di Jawa yang
cenderung tidak melakukan pembangunan pada bulan-bulan tersebut,
sedangkan pada bulan lainnya permintaan paving blok biasanya normal
kembali. Permintaan paving dirasakan mengalami peningkatan dengan
datangnya tahun anggaran baru/adanya proyek baru pada instansi–instansi
pemerintah.
2. Penawaran
Usaha pembuatan paving blok dapat dikatakan hampir tersebar di seluruh
Indonesia. Hal ini mengingat pembuatan paving blok relatif mudah untuk
dilakukan dan tidak ekonomis bila didatangkan dari tempat yang jauh.
Disamping itu bahan bakunya berupa semen dan pasir relatif mudah didapat
hampir di seluruh Indonesia.
Di Kabupaten Banyumas terdapat 23 unit usaha paving blok yang telah
terdaftar dengan kapasitas potensial sebesar 7.974.000 unit (221.500 m2)
pada tahun 2002 dan meningkat menjadi 9.224.000 unit (256.222 m2) pada
tahun 2004. Perkembangan jumlah produksi paving blok secara nasional
berdasarkan produksi dari industri besar dan sedang tahun 1999-2002 dapat
dilihat pada Tabel 3.2. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa produksi
paving blok memiliki kecenderungan yang meningkat setiap tahun.
Tabel 3.2.
Jumlah dan Nilai Produksi Paving Blok Tahun 1999-2002
Tahun
1999
2000
Satuan
Produksi Paving Blok dalam Satuan
Buah
m2
Unit
9.356.881
-
Nilai (Rp 000)
5.438.194
-
14.289.228
63.610
6.709.774
938.693
Unit
Nilai (Rp 000)
Bank Indonesia – Industri Paving Blok
9
2001
2002
Unit
16.648.628
1.162.115
Nilai (Rp 000)
18.514.124
24.804.306
Unit
20.856.498
1.299.254
Nilai (Rp 000)
16.246.782
24.043.679
Sumber: Statistik Produksi Industri Besar dan Sedang, BPS tahun 1999-2002
Dilihat dari proses pembuatannya, jenis paving blok yang tersedia di pasaran
terdiri dari paving blok yang dibuat secara manual dan paving pres. Paving
yang dibuat secara manual biasanya digunakan untuk penutupan/perkerasan
pada areal yang tidak terkena tekanan beban terlalu berat, seperti untuk
halaman rumah, trotoar jalan/jalur pedestrian, areal taman, dan sebagainya.
Paving pres biasanya lebih kuat, karena pada proses pembuatannya dengan
pemberian tekanan tertentu dan terukur. Penggunaannya biasanya
diperuntukkan untuk dapat menahan beban yang lebih berat seperti
kendaraan bermotor. Karena itu jenis paving pres dapat digunakan untuk
keperluan pengerasan jalan di perumahan, car port, area pelabuhan, areal
parkir dan halaman perkantoran yang biasa dilalui kendaraan.
b. Persaingan & Peluang
1. Persaingan
Persaingan dalam dunia usaha merupakan hal yang lumrah terjadi, termasuk
dalam kegiatan usaha paving blok. Persaingan dapat terjadi antara usaha
sejenis maupun persaingan dengan produk yang menjadi substitusinya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing suatu usaha maupun produk
adalah tingkat harga, mutu, dan kemudahan akses terhadap sumber daya
yang ada serta keunggulan komparatif yang dimiliki.
Persaingan antara industri sejenis terjadi secara sehat dan terbuka antara
pengusaha paving blok di Purwokerto. Jumlah industri sejenis di Purwokerto
yang telah terdaftar mencapai 23 unit pada tahun 2004, dan diperkirakan
terdapat 10 unit lainnya yang belum terdaftar sebagai penghasil paving yang
umumnya adalah pengusaha yang beralih dari produksi tegel ke paving.
Perkembangan jumlah industri paving blok di Kabupaten Banyumas dapat
dilihat pada Tabel 3.3.
Bank Indonesia – Industri Paving Blok
10
Tabel 3.3.
Perkembangan Usaha Industri Paving Blok di Kabupaten Banyumas
Selama 5 Tahun Terakhir
Jumlah
Usaha
Tahun
Kapasitas
(Unit)
Perkiraan
m2
2000
19
7.200.000
200.000
2001
19
7.454.000
207.056
2002
20
7.974.000
221.500
2003
21
8.624.000
239.556
2004
23
9.224.000
256.222
Sumber: Data Primer Instansi Terkait, 2005
Dalam menghadapi persaingan khususnya dalam upaya merebut pasar,
pengusaha paving blok berusaha untuk menjaga mutu dan meningkatkan
pelayanan penjualan. Selain itu bila pasaran sedang sepi, sistem
pembayaran dilakukan secara tunda dalam tempo satu minggu sampai satu
bulan. Cara lain yang dilakukan dalam mengatasi persaingan adalah secara
aktif mencari pasar dengan melakukan pendekatan kepada kontraktor.
Promosi produk dilakukan dengan menempatkan contoh produk di toko-toko
bahan bangunan dan berani memberikan garansi atas kerusakan produk.
Salah satu pengusaha paving pres bersedia memberikan garansi sampai
dengan tiga tahun.
Produk paving blok relatif mudah untuk ditiru sehingga inisiatif untuk
memunculkan model baru meskipun dapat meningkatkan atau merebut
peluang pasar, namun hanya bertahan dalam jangka waktu yang tidak lama.
Hal ini dikarenakan bila salah satu pengusaha memunculkan model baru,
dalam waktu singkat pengusaha lain dapat membuat dengan model yang
sama dengan perubahan warna atau ukuran saja. Kenyataannya pengusaha
paving blok di wilayah Purwokerto lebih memilih untuk memproduksi model
paving yang sudah trend dipasaran saja.
Produk lainnya yang menjadi pesaing dari paving blok adalah produk yang
menjadi substitusi untuk penutup/perkerasan tanah seperti paving
stone/cone stone atau batu hias dan produk lainnya seperti grass block,
coran semen serta aspal. Daya saing yang dimiliki produk paving blok adalah
memiliki harga jual yang relatif lebih murah dibanding dengan produk batu
hias serta potensi penggunaannya yang lebih luas, variasi model lebih
banyak, kesesuaian ukuran lebih akurat, dan dapat dimodifikasi dengan jenis
paving lainnya. Selain itu sebagai penutup tanah, paving blok memiliki
keunggulan yaitu bersifat ramah lingkungan karena tidak merusak
penyerapan air hujan ke tanah. Penggunaan paving blok sebagai penutup
tanah masih memungkinkan penyerapan air ke dalam tanah hingga 30%.
Penggunaan paving blok juga lebih mudah dalam hal pemasangan maupun
Bank Indonesia – Industri Paving Blok
11
pergantian apabila terjadi kerusakan, serta mudah dalam pembongkaran
kembali bila diperlukan.
Menurut the Precast Concrete Paving and Kerb Association (2005),
menyebutkan bahwa penggunaan paving dengan konsep CBBPS (Concrete
block permeable pavment consept) memiliki keuntungan ekonomis yaitu
dapat meminimalkan biaya pemeliharaan drainase karena dapat mengurangi
beban kerja permukaan drainase, mengurangi aliran air limpasan pada jalan,
serta mengoptimalkan penggunaan lahan karena masih menyimpan
persediaan air tanah (www.paving.org.uk: World wide progres in sustainable
paving).
Bila dilihat menurut daerahnya, produk paving blok memiliki daya saing yang
terbatas, mengingat mahalnya biaya transportasi bila diangkut ke tempat
yang jauh. Hal ini menyebabkan pula usaha paving blok dapat berkembang
di daerah-daerah yang memiliki sumber daya pasir dan ketersediaan semen
tanpa harus takut tersaingi dengan produk sejenis dari daerah lain.
2. Peluang pasar
Luasnya penggunaan paving blok pada berbagai keperluan dan tujuan, serta
dengan berbagai kemudahan dan keunggulan yang dimiliki, menyebabkan
paving blok masih menjadi salah satu pilihan sebagai bahan penutup tanah
yang estetik. Peluang pasar untuk produk paving blok masih tersedia
khususnya dalam memenuhi permintaan terhadap pengembangan baru
ataupun renovasi pada areal seperti:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Halaman, taman rumah, car port dan garasi mobil,
Halaman perkantoran dan tempat parkir,
Halaman sekolah dan rumah sakit,
Pelataran peti kemas di pelabuhan
Dekorasi pada taman hiburan
Trotoar atau jalur pedestrian pada jalan-jalan di perkotaan
Perkerasan jalan lingkungan pemukiman dan jalan desa
Sekitar areal pabrik, hotel, swalayan dan restoran
Meskipun data penggunaan paving blok secara kuantitatif belum tersedia,
namun perluasan dan renovasi pada areal-areal tersebut masih terus
dilakukan, dan ini menjadi peluang pasar bagi produk sejenis paving blok.
Potensi pasar untuk paving blok antara lain dapat dilihat berdasarkan
penggunaannya untuk lingkungan perumahan. Berdasarkan data pada Tabel
3.1. persentase rumah tangga (RT) yang bertempat tinggal dekat jalan
dengan perkerasan menggunakan paving blok mengalami peningkatan
sebesar 2,63% selama tiga tahun, atau meningkat 0,88% pertahun.
Berdasarkan jumlah rumah tangga tahun 2004 yang jalan pemukimannya
Bank Indonesia – Industri Paving Blok
12
diperkeras dengan paving blok sebanyak 10.701.747 RT, maka pertambahan
pertahunnya diperkirakan sekitar 94.000 RT. Bila diasumsikan dalam satu
rumah tangga setara dengan kebutuhan sekitar 20 m2 paving, maka dalam
setahun dibutuhkan sekitar 1.880.000 m2 paving blok untuk pemasangan
baru.
Selain di areal perumahan, potensi penggunan paving sebagai trotoar jalan
dapat dilihat dari peningkatan permukaan jalan. Berdasarkan statistik
perhubungan (2003), perkembangan jalan yang diaspal meningkat 3,14%
pertahun. Panjang jalan yang diaspal pada tahun 2003 mencapai 216.109
km. Bila diasumsikan sekitar 5% jalan yang diaspal tersebut menggunakan
paving blok sebagai trotoar jalan dengan lebar 1,5 m, maka pada setiap
tahunnya dibutuhkan sekitar 1.000.000 m2 paving blok.
c. Harga
Perkembangan harga paving blok terus mengalami peningkatan dari tahun
ke tahun. Kenaikan harga paving blok dikarenakan pengaruh inflasi dan
meningkatnya harga bahan baku berupa semen dan pasir. Di Kabupaten
Banyumas, harga paving blok per m2 mengalami peningkatan seiring dengan
meningkatnya harga bahan bakunya seperti terlihat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4.
Perkembangan Harga Paving Blok dan Bahan Baku
Uraian
Tahun
Satuan
2
2001
2002
2003
2004
2005
Paving manual
Rp/m
15.000
16.000
17.000
18.000 19.000
Paving pres
Rp/m2
-
-
-
21.000 22.000
Semen Tigaroda
Rp/zak 21.765,26 24.656,44 27.677,04 28.000 28.750
Semen Nusantara Rp/zak 19.273,38 21.452,63 21.463,75 26.000 27.500
Pasir
Rp/m3
21.375
30.625
33.500
36.750 37.000
Sumber: Harga semen dan pasir : Statistik harga konsumen pedesaan di
Indonesia
Harga paving blok : Data primer pengusaha paving blok, 2005
Harga paving blok tersebut di atas merupakan harga ditingkat produsen.
Kebanyakan dari pengusaha paving menetapkan harga jual produk atas
dasar franko produsen (80%). Harga sampai konsumen ditambah dengan
biaya transpor sekitar Rp1000 – 2000 per m2 menurut jauh dekatnya jarak
daerah pemasaran. Harga untuk penjualan ke toko biasanya lebih murah
dibandingkan harga ke konsumen langsung.
Bank Indonesia – Industri Paving Blok
13
d. Jalur Pemasaran
Rantai tataniaga paving blok sangat ringkas, biasanya produsen menjual
produknya sendiri ke konsumen (65%) atau menjual ke pedagang bahan
bangunan (35%). Hal ini menyebabkan perbedaan harga antara harga
diprodusen sampai ke konsumen sangat kecil, sehingga harga produk yang
dapat diterima oleh produsen mencapai sekitar 90-95%.
Gambar 3.1.
Skema Jalur Pemasaran Paving Blok di Purwokerto
Produk paving blok yang dihasilkan dipasarkan di dalam Kabupaten
Banyumas rata-rata sebanyak 45% (dalam kecamatan 20% dan luar
kecamatan 25%) dan sebagian lainnya (55%) dipasarkan ke kabupaten lain
yang berdekatan seperti ke Kabupaten Brebes, Cilacap, Pekalongan, dan
Purbalingga. Berdasarkan jenis pembelinya, pengusaha paving blok di
Purwokerto menjual kepada kelompok konsumen rumah tangga, perusahaan
dan kontraktor, pedagang serta instansi pemerintah, sebagaimana dapat
dilihat pada Tabel 3.5. Cara pembayaran oleh konsumen kebanyakan adalah
dengan cara cash and carry (60%) dan pembayaran dengan cara tunda
(40%) antara 7 hari sampai 30 hari.
Tabel 3.5.
Persentase Penjualan Paving Blok Menurut Jenis Pembeli di Purwokerto
Jenis Pembeli
Persentase
Rumah tangga/perorangan
35
Perusahaan atau kontraktor
25
Pedagang
35
Instansi Pemerintah/BUMN
5
Sumber: Data Primer Pengusaha Paving Blok, 2005
e. Kendala Pemasaran
Rata-rata pengusaha paving blok mengaku bahwa beberapa bulan terakhir
mengalami penurunan omset penjualan usaha sekitar 40%. Hal ini
disebabkan setelah adanya kenaikan bahan bakar minyak (BBM). Namun
pengusaha paving blok menganggap usaha yang dijalankan masih memiliki
prospek, dengan alasan bahwa dari pengalaman tahun sebelumnya produk
Bank Indonesia – Industri Paving Blok
14
paving yang dihasilkan dapat terjual habis meskipun dalam setiap bulannya
mengalami fluktuasi. Beberapa pengusaha menyatakan pesanan untuk
paving masih tetap cerah. Masuknya aneka produk keramik juga ikut
meningkatkan peluang pasar paving blok, dikarenakan pemasangan keramik
di bagian teras rumah secara artistik sepadan dengan penggunaan paving
sebagai penutup halaman.
Bank Indonesia – Industri Paving Blok
15
4. Aspek Produksi
a. Lokasi Usaha
Usaha pembuatan paving blok tidak memerlukan persyaratan khusus, namun
demikian dalam upaya meningkatkan efisiensi dan efektivitas usaha
beberapa hal yang perlu menjadi pertimbangan dalam pemilihan lokasi
adalah:
1. Kemudahan akses terhadap sumber bahan baku, dalam hal ini sedapat
mungkin dipilih daerah yang dekat dengan penyediaan pasir sungai
dan mudah mendapatkan semen.
2. Ketersediaan tenaga kerja
3. Kemudahan dalam pemasaran hasil produksi.
Umumnya lokasi usaha pembuatan paving yang ditemui berada di pinggir
jalan raya, karena hal ini memudahkan dalam hal pengadaan bahan baku
dan pemasaran produk.
Foto 4.1. Salah Satu Lokasi Usaha Paving Blok.
Bank Indonesia – Industri Paving Blok
16
b. Fasilitas Produksi
1. Kebutuhan Lahan Usaha dan Bangunan
Fasilitas produksi yang diperlukan untuk memulai usaha pembuatan paving
blok adalah:
1. Lahan usaha sebagai tempat kegiatan produksi, penyimpanan/
pengumpulan hasil produksi dan sekaligus sebagai tempat penjualan
produk. Luas lahan yang diperlukan disesuaikan dengan kapasitas
produksi.
2. Rumah produksi atau bangunan tempat kegiatan pembuatan paving
blok. Biasanya berbentuk naungan dengan dinding terbuka. Konstruksi
tiang terbuat dari bambu atau kayu dengan atap berupa genteng atau
seng.
3. Gudang tempat penyimpanan bahan dan peralatan produksi
4. Rumah jaga atau ruangan jaga yang juga berfungsi sebagai kantor
usaha
Rincian kebutuhan tanah dan bangunan untuk unit usaha paving blok dapat
dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1.
Kebutuhan Lahan Usaha dan Bangunan
No
1
2
3
4
Uraian
Ukuran
Bangunan tempat produksi
6x5
Gudang
4x3
Ruang jaga dan kantor
Lahan terbuka
Total lahan usaha
4x2
10 x 10
10 x 15
Satuan
Jumlah
m
2
30
m
2
12
m
2
8
m
2
100
m
2
150
Sumber:Hasil Pengolahan Data Primer (2005)
2. Mesin/Peralatan Produksi
Mesin dan Peralatan yang diperlukan dalam pembuatan paving blok meliputi
peralatan untuk penyiapan bahan, peralatan untuk pembuatan/pencampuran
adukan semen dan pasir, serta peralatan untuk mencetak paving blok.
a. Peralatan untuk penyiapan bahan terdiri dari:
1. Ember, yang juga berfungsi sebagai alat untuk mengukur takaran
perbandingan penggunaan semen dan pasir. Umumnya menggunakan
ember plastik dengan volume 14 liter.
2. Ayakan pasir, terbuat dari kawat kassa dengan ukuran lubang 0,5 cm
yang diberi bingkai dan pegangan dari kayu. Ayakan pasir biasanya
Bank Indonesia – Industri Paving Blok
17
digunakan untuk memperoleh pasir halus sebagai bahan campuran
bagian atas paving.
b. Peralatan untuk pembuatan campuran/adukan semen dan pasir.
>Pembuatan bahan campuran/adukan semen dan pasir dilakukan secara
sederhana (manual) dengan menggunakan cangkul dan skop. Apabila
pencampuran bahan dalam kapasitas besar, dapat dilakukan dengan
menggunakan mesin pencampur atau molen.
c. Peralatan cetakan pembuatan paving.
Pembuatan paving dapat dilakukan dengan cara manual dan dengan
menggunakan mesin pres. Pembuatan paving dengan cara manual
menggunakan peralatan sebagai berikut:
1. Alat cetakan/pembuat paving manual terbuat dari besi plat setebal
lebih kurang 0,5 cm dengan tinggi 6 – 8 cm. Bentuk cetakan beraneka
macam disesuaikan dengan jenis paving yang akan dibuat. Bentuk
yang umum ditemui adalah bentuk persegi (10 x 20 x 6 cm), bentuk
hexagonal dengan diameter 17 cm dan 20 cm, serta bentuk antik.
Cetakan dapat diperoleh dari pedagang peralatan bangunan lokal.
Cetakan terdiri dari dua bagian, yaitu bagian dasar yang terbuat dari
lempengan baja yang diberi motif dan dapat dilepas dan diganti, yang
berfungsi untuk memberikan motif bagian atas paving. Bagian atas cetakan
berfungsi untuk membentuk bagian dasar dan ketebalan paving serta juga
berfungsi untuk tempat pegangan tangan saat pencetakan dilakukan.
Gambar 4.1. Diagram Cetakan Paving Blok Bentuk Hexagonal
Bank Indonesia – Industri Paving Blok
18
1. Alat pemukul/pemadatan campuran dalam cetakan. Alat ini berfungsi
untuk memadatkan campuran beton yang telah dituangkan ke dalam
cetakan. Alat ini berbentuk besi plat selebar 30 x 30 cm yang diberi
pegangan dari kayu atau besi.
3. Alas sebagai tempat kerja pencetakan paving, terbuat dari coran
semen berukuran 30 x 30 cm setinggi 10 cm diatas permukaan tanah.
Pembuatan paving blok dengan menggunakan mesin pres memerlukan
peralatan sebagai berikut:
1. Satu unit mesin pres hidrolik untuk pembuatan paving yang terdiri dari
motor penggerak , pompa hidrolik dan meja tempat cetakan.
2. Alat cetakan/pembuat paving yang bentuknya mirip dengan cetakan
manual, namun dengan ukuran plat yang lebih tebal (0,75 cm) dan
dirancang sesuai dengan mesin pres.
Terdapat berbagai jenis mesin pres yang dapat digunakan, antara lain mesin
pres hidrolik otomatis seperti tampak pada Gambar 4.2
Bank Indonesia – Industri Paving Blok
19
Bank Indonesia – Industri Paving Blok
20
A. Single Block B. Multi Block
Gambar 4.2. Contoh Mesin Pres Hidrolik untuk Produksi Paving Blok
d. Peralatan pembantu yang digunakan untuk memperlancar dalam proses
pembuatan paving terdiri dari cangkul, sekop, sendok semen, ember,
tatakan paving, rak dan kendaraan sebagai alat angkut. Kendaraan
digunakan untuk keperluan pengangkutan bahan baku dan pendistribusian
produk.
Bank Indonesia – Industri Paving Blok
21
Foto 4.2. Beberapa Peralatan Produksi Paving Blok
Berdasarkan penggunaan peralatan untuk mencetak paving blok, cara
produksi yang dilakukan oleh pengusaha di Purwokerto dapat dibagi menjadi
dua pola, yaitu pola manual dan pola kombinasi. Pada Pola manual produk
yang dihasilkan seluruhnya berupa paving blok yang dicetak dengan cetakan
manual. Pada pola kombinasi dihasilkan dua jenis paving blok, yaitu paving
blok yang dicetak dengan cara manual dan paving blok yang dicetak
menggunakan mesin pres. Rincian kebutuhan mesin dan peralatan yang
digunakan pada kedua pola tersebut untuk meproduksi paving blok dengan
kapasitas 60 m2 per hari adalah sebagaimana pada Tabel 4.2.
Tabel. 4.2. Fasilitas Produksi dan Peralatan Usaha Pembuatan Paving Blok
Jumlah
No
Nama Alat/Mesin
Spesifikasi
Satuan
Pola
Pola
Kombinasi Manual
1
Ayakan pasir
ukuran 0,5
Unit
1
1
2
Mesin pres hidrolik
180 pav/jam
satu set
1
-
3
Mesin
diesel/motor Inda
S1115
Unit
penggerak
24HP/2200rpm
1
-
4
Cetakan
untuk pres
paving
5
Cetakan
manual
paving
6
Tinggi 6-8 cm
Unit
5
-
Tinggi 6-8 cm
Unit
6
10
Palu pemukul dari
30 x 30 cm
besi plat (manual)
Unit
3
6
7
Tempat/alas cetakan 30 x 30 cm
Unit
3
6
8
Cangkul
-
Unit
3
3
9
Sekop
-
Unit
3
3
-
Unit
6
6
sendok
takar/mangkuk takar
Unit
3
3
10 Sendok semen
11
12 Ember plastik
-
Unit
3
3
13 Tatakan paving
25 x 25 cm
Unit
3.000
3.000
14 Rak
Rangka kayu
Unit
15
15
15 Kendaraan
Bak terbuka
Unit
1
1
Sumber: Data Primer 2005, diolah
Bank Indonesia – Industri Paving Blok
22
c. Bahan Baku
Bahan baku utama pembuatan paving blok adalah semen dan pasir sungai.
Semen yang digunakan adalah semen portland sebagaimana yang biasa
digunakan untuk bangunan umum yang tidak memerlukan persyaratan
khusus. Pasir yang digunakan merupakan pasir sungai yang masih kasar dan
mengandung batuan-batuan kecil. Selain semen dan pasir juga dapat
menggunakan abu batu untuk tambahan campuran bagian atas paving blok.
Foto 4.3. Pasir sebagai Bahan Baku Pembuatan Paving Blok
Kebutuhan bahan baku untuk memproduksi paving blok dengan jumlah
produksi perbulan 1.500 m2 paving dengan tinggi 6 cm adalah sebagai
berikut:
Bank Indonesia – Industri Paving Blok
23
Tabel 4.3.
Kebutuhan Bahan untuk Pembuatan Paving Blok
No
Bahan
Jumlah Penggunaan
Satuan
Pola Kombinasi
Pola Manual
1
Semen
kg
22.892
21.802
2
Pasir
m3
86,8
82,6
9,2
8,7
3
Abu batu
m
3
Data Primer (2005), diolah
Sumber bahan baku, khususnya pasir diperoleh dari penambang pasir di
sungai atau dari pengumpul pasir. Menurut Dinas Pertambangan Kabupaten
Banyumas, terdapat beberapa sungai sebagai sumber penambangan pasir
yang potensinya masih sangat berlimpah yaitu Sungai Serayu, Sungai
Klawing, dan Kali Tajum. Selain itu masyarakat di sekitar Purwokerto juga
mencari pasir dari Sungai Legowo dan Sungai Mangaji. Berdasarkan data
yang tercatat pada tahun 2001, potensi pasir di Banyumas diperkirakan
sebanyak 5.877.865,57 ton dengan jumlah penggunaan hanya sebesar
45.350 ton. Secara lengkap daerah penghasil pasir di Provinsi Jawa Tengah
dapat dilihat pada Tabel 4.4. Kebutuhan semen diperoleh dari perwakilan
supplier semen di daerah atau pedagang semen yang dapat ditemui di pasar
lokal. Abu batu dapat diperoleh dari tempat penggilingan batu atau melalui
pedagang bahan bangunan.
Tabel 4.4.
Daerah Penghasil Pasir di Jawa Tengah
Produksi Pasir dan Sirtu
Kabupaten/Kota
Jumlah
SIPD
Produksi (m3)
Tahun 2003
Luas areal
(Ha)
Cilacap
26
11
10.158
Banyumas
40
8
24.881
Magelang
1
7
205.906
Klaten
3
29
504.000
Sukojarjo
1
1
6.840
Pati
34
26
-
Batang
1
2
8.904
Tegal
11
10
-
Brebes
71
50
61.920
Total
188
143
822.609
Sumber: Jawa Tengah Dalam Angka, 2003
Bank Indonesia – Industri Paving Blok
24
d. Tenaga Kerja
Kebutuhan tenaga kerja pada industri paving blok meliputi tenaga sebagai
pengelola usaha dan tenaga kerja untuk produksi. Sebagai tenaga pengelola
usaha biasanya dilakukan sendiri oleh pemilik usaha atau menggunakan
tenaga kerja dari dalam keluarga, sedangkan tenaga kerja untuk produksi
umumnya berasal dari luar keluarga.
Tenaga kerja untuk pengelola usaha tidak memerlukan keahlian khusus
dengan latar belakang pendidikan tertentu, namun diperlukan tenaga kerja
yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola usaha, serta
mengetahui proses pembuatan paving secara umum. Untuk kegiatan
produksi diperlukan tenaga kerja yang memiliki keterampilan dalam
pembuatan paving tanpa keahlian khusus.
Jumlah kebutuhan tenaga kerja produksi disesuaikan dengan kapasitas
produksi. Rata-rata untuk pengerjaan manual satu orang tenaga kerja dapat
membuat sekitar 300 - 360 buah paving dalam satu hari kerja dengan jam
kerja antara 7-8 jam sehari. Apabila menggunakan mesin pres diperlukan
satu atau dua pasang tenaga kerja untuk mengoperasikan dengan kapasitas
120-180 unit/jam.
Sistem upah yang diterapkan dalam usaha paving blok adalah sistem harian
dan borongan. Sistem upah harian diberikan kepada tenaga kerja yang
bertanggung jawab dalam pengangkutan, pengadaan bahan baku dan
pemasaran. Sistem upah borongan diberikan kepada tenaga kerja produksi
dan bongkar muat. Besarnya upah harian berkisar antara Rp 12.000 sampai
Rp 15.000 per hari/orang dan upah borongan sebesar Rp 50 - 60 per unit
paving yang dihasilkan. Upah borongan pengerjaan paving dengan mesin
pres sebesar Rp 100 Rp 110 per unit paving.
e. Teknologi
Teknologi proses produksi pembuatan paving blok dibedakan menurut
peralatan produksi yang digunakan. Proses produksi ada yang dilakukan
secara manual ada pula yang dilakukan dengan menggunakan alat bantu
mesin. Penggunaan mesin biasanya dilakukan pada tahapan pencampuran
adonan semen dan pasir dengan kapasitas besar, serta pada tahapan
pencetakan paving yang menggunakan mesin pres. Secara umum proses
produksi pembuatan paving blok seperti pada Gambar 4.3.
Bank Indonesia – Industri Paving Blok
25
Gambar 4.3. Diagram Alir Proses Pembuatan Paving Blok
f. Proses Produksi
1. Penyiapan bahan
Penyiapan bahan dilakukan dalam dua bagian, yaitu untuk bagian atas
(kepala paving) dan untuk bagian bawah. Khusus untuk pasir yang akan
digunakan untuk campuran bagian atas terlebih dahulu diayak menggunakan
ayakan pasir dengan ukuran lubang ayakan 0,5 cm x 0,5 cm. Pasir dan
semen ditakar dalam ember sesuai dengan komposisi campuran masingmasing. Takaran untuk bagian bawah terdiri dari satu bagian semen dan 8
bagian pasir (1:8), sedangkan takaran untuk bagian atas adalah 1 bagian
semen dan 2 bagian pasir atau bila ada tambahan abu batu campuran yang
digunakan masing-masing adalah satu bagian (1:1:1).
Bank Indonesia – Industri Paving Blok
26
Semen Pasir
Foto 4.4. Penyiapan Bahan
2. Pencampuran/pengadukan
Pencampuran bahan (pasir dan semen) untuk bagian utama dilakukan dalam
dua tahap, pertama pencampuran dalam keadaan kering dan setelah
campuran merata kemudian dilakukan pencampuran dengan menambahkan
sedikit air sampai adukan homogen dengan kondisi campuran tidak terlalu
basah dan tidak terlalu kering.
Foto 4.5. Pencampuran Bahan
Bank Indonesia – Industri Paving Blok
27
3. Pencetakan
Adukan pasir dan semen untuk bagian atas dimasukkan terlebih dahulu ke
dalam cetakan dengan ketebalan 1-1,5 cm, selanjutnya dimasukkan adukan
pasir dan semen bagian utama sampai penuh membumbung (lebih kurang
1,25 volume cetakan). Selanjutnya dilakukan pengepresan. Pengepresan
secara manual dilakukan dengan memadatkan adukan dalam cetakan
menggunakan plat besi yang dipukul-pukulkan di atas permukaan cetakan.
Pengepresan menggunakan mesin dilakukan dengan menempatkan cetakan
di atas meja kerja tepat di bawah alat penekan, selanjutnya diberi tekanan
dengan pengepres hidrolik dengan kekuatan tekan sekitar 100 – 125 kg/cm2.
Paving blok yang terbentuk di dalam cetakan selanjutnya dikeluarkan dari
cetakan sambil ditempatkan di atas tatakan kemudian diletakkan dan
disusun di tempat yang teduh.
Foto 4.6. Pencetakan Paving Blok Secara Manual
4. Pengeringan dan Pengerasan
Proses pengeringan berlangsung perlahan di tempat teduh, dan bila sudah
mulai mengeras paving dipindahkan dari tatakan. Sambil menunggu proses
pengerasan secara sempurna dilakukan penyiraman dengan air tiga kali
sehari selama 3-4 hari. Selanjutnya paving siap untuk dijual. Proses
pengerasan paving berlangsung secara sempurna setelah 28 hari.
Bank Indonesia – Industri Paving Blok
28
AB
Pengeringan awal
(A. penyusunan berlapis dan B. menggunakan rak)
C. Pengerasan 3-4 hari D. Produk siap jual
Foto 4.7. Proses Pengeringan dan Pengerasan Paving Blok
g. Jenis dan Mutu Produksi
Jumlah produk yang dihasilkan sesuai dengan kapasitas produksi sekitar
60m2/hari atau sebanyak 1500 m2/bulan. Pada usaha dengan pola
kombinasi, jenis produk yang dihasilkan per hari terdiri dari paving pres
sebanyak 40 m2 dan paving dengan pengerjaan manual 20 m2. Bentuk
produk paving terdiri dari bentuk persegi, hexagonal dan antik. Setiap
bentuk memiliki ukuran tertentu, sehingga jumlah unit per meter persegi
berbeda-beda seperti tertera pada Tabel 4.5.
Bank Indonesia – Industri Paving Blok
29
Tabel 4.5.
Beberapa Bentuk Paving Blok Hasil Produksi
Jumlah
Unit/m2
Bentuk Paving
Ukuran
Penampakan
Persegi panjang
20 cm x 20 cm
50
Hexagonal kecil
Diameter = 17
cm
36
Hexagonal
besar
Diameter = 21
cm
27
Berdasarkan SNI 03-0691-1996 klasifikasi paving blok
dibedakan menurut kelas penggunaannya sebagai berikut:
Bata
Bata
Bata
Bata
beton
beton
beton
beton
mutu
mutu
mutu
mutu
(bata
beton)
A : digunakan untuk jalan
B : digunakan untuk pelataran parkir
C : digunakan untuk pejalan kaki
D : digunakan untuk taman dan pengguna lain
Persyaratan mutu untuk masing-masing jenis dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6.
Persyaratan Mutu Setiap Jenis Bata Beton Menurut SNI 03-0691-1996
Kuat Tekan (mPa*)
Jenis
Ketahanan Aus
Penyerapan
air
Ratarata
Minimum
Ratarata
Minimum
(Rata2 max)
A
40
35
0,090
0,103
3
B
20
17
0,130
0,149
6
C
15
12,5
0,160
0,184
8
D
10
8,5
0,219
0,251
10
Ketahanan terhadap natrium sulfat tidak boleh cacat dan kehilangan berat
yang diperkenankan maksimum 1,1
Keterangan : * mPa = mega pascal, 1 mPa = 10 kg/cm2
Sumber : SNI 03-0691-1996
Paving blok yang diproduksi secara manual biasanya termasuk dalam mutu
beton kelas D atau C yaitu untuk tujuan pemakaian non struktural, seperti
untuk taman dan penggunaan lain yang tidak diperlukan untuk menahan
Bank Indonesia – Industri Paving Blok
30
beban berat di atasnya. Mutu paving blok yang pengerjaannya dengan
menggunakan mesin pres dapat dikategorikan ke dalam mutu beton kelas C
sampai A dengan kuat tekan diatas 125 kg/cm2 bergantung pada
perbandingan campuran bahan yang digunakan. Ada keharusan melakukan
pemeriksaan kekuatan paving secara kontinue/berkala untuk paving yang
diproduksi dengan spesifikasi khusus.
Penampakan antara paving blok yang diproduksi dengan cara manual dan
paving blok pres mesin secara kasat mata relatif hampir sama, namun
permukaan paving yang diproduksi dengan mesin pres terlihat lebih rapat
dibanding yang dibuat secara manual.
h. Produksi Optimum
Produksi optimum untuk kedua pola usaha paving blok adalah 60 m22 produk
per hari. Pada pola manual, produksi optimum didasarkan pada hasil
produksi yang dapat dicapai oleh 6 orang tenaga kerja dengan kapasitas
produksi per tenaga kerja per hari (8 jam) sebanyak 360 unit atau setara 10
m2 paving blok. Pada pola kombinasi, produksi optimum disesuaikan dengan
kapasitas optimum mesin sebesar 180 unit per jam dan pengggunaan 2
tenaga kerja manual. Pencapaian produksi optimum dapat dilihat dari upaya
pencapaian target produksi dan pencapaian mutu yang diharapkan. Dalam
upaya pencapaian target produksi, faktor yang mempengaruhi pencapaian
produksi optimum antara lain adalah:
1. Keterampilan tenaga kerja
2. Efektifitas penggunaan mesin dan peralatan sesuai dengan kapasitas
terpasang.
3. Kedisiplinan jam kerja karyawan
Dari segi mutu produk, faktor yang mempengaruhi tercapainya mutu produk
sebagaimana diharapkan adalah:
1. Penggunaan jenis bahan baku
2. >Perbandingan penggunaan campuran semen dan pasir
3. Proses pencampuran dan proses pencetakan
i. Kendala Produksi
Menurut pendapat pengusaha, faktor yang dapat menjadi kendala dalam
produksi paving blok adalah bila terjadi kelangkaan semen dipasaran,
sedangkan pada aspek teknis produksi lainnya relatif tidak ditemukan adanya
kendala.
Bank Indonesia – Industri Paving Blok
31
5. Aspek Keuangan
a. Pemilihan Pola Usaha
Analisis aspek keuangan diperlukan untuk mengetahui kelayakan usaha dari
sisi keuangan, terutama kemampuan pengusaha untuk mengembalikan
kredit yang diperoleh dari bank. Analisis keuangan ini juga dapat
dimanfaatkan pengusaha dalam perencanaan dan pengelolaan usaha industri
paving blok
Pembuatan paving blok dapat dilakukan dengan cara menggunakan
peralatan secara manual, atau dilakukan dengan menggunakan alat bantu
mesin. Penggunaan mesin biasa digunakan pada proses pencampuran bahan
dan proses pengepresan paving dengan mesin pres. Berdasarkan cara
produksi yang dilakukan oleh pengusaha di Purwokerto, pembuatan paving
dapat dibagi menjadi 2 yaitu: pengerjaan produksi secara manual dan pola
kombinasi. Pola kombinasi yaitu dalam proses produksi dihasilkan dua jenis
paving blok, yaitu paving blok yang dicetak dengan cara manual dan paving
blok yang dicetak menggunakan mesin pres.
Pembuatan paving secara manual menghasilkan paving dengan mutu relatif
beragam, sedangkan dengan menggunakan mesin pres mutu paving blok
yang dihasilkan lebih seragam. Dalam pola pembiayaan ini analisis keuangan
dilakukan terhadap kedua pola usaha, yaitu pola usaha secara manual dan
pola usaha kombinasi.
Pemilihan kedua pola ini dengan pertimbangan bahwa kebanyakan di daerah
survei pengusaha paving blok menggunakan cara manual dalam proses
produksinya, serta investasi yang dibutuhkan relatif lebih kecil. Sedangkan
pola kombinasi perlu dikaji mengingat bahwa masih sedikitnya pengusaha
yang memproduksi menggunakan mesin pres, sehingga peluang pasar untuk
paving pres masih terbuka, serta mutu paving blok yang dihasilkan juga
lebih baik.
Kapasitas produksi paving blok sebesar 60 m2 per hari atau sebesar 1.500
m2 per bulan. Pada pola kombinasi dihasilkan paving pres mesin sebesar 40
m2 per hari serta produksi paving dengan pengerjaan manual sebanyak 20
m2 per hari. Perbandingan produksi paving pres mesin dan pengerjaan
manual
tersebut
didasarkan
pada
pertimbangan
mengoptimalkan
penggunaan mesin dalam kapasitas maksimum
b. Asumsi
Dalam penyusunananalisis kelayakan usaha diperlukan adanya beberapa
asumsi mengenaiparameter teknologi proses maupun biaya. Asumsi
didasarkan pada kajianterhadap industri paving blok di Purwokerto, masukan
Bank Indonesia – Industri Paving Blok
32
dari hasilpembahasan dengan pakar dan pustaka yang mendukung seperti
disajikanpada Tabel 5.1.
Tabel 5.1.
Asumsi Parameter Teknis dan Keuangan
Bulan kerja efektif per tahun
No
1
Asumsi
Periode proyek
2
3
4
Bulan
Hari kerja per bulan
Produksi paving per hari
6
7
8
Tahun
4
10
Hari
25
2
60
%
80;90;100
Campuran semen: pasir (bagian bawah
paving)
Bagian
1:8
Campuran semen: pasir (bagian bawah
paving)
Bagian
1:1:1
Perbandingan volume bagaian atas dan
bawah
%
25 : 75
orang
8
Upah paving heksagonal pres mesin, ø = 17
cm
Rp/unit
85
Upah paving heksagonal manual, ø= 17 cm
Rp/unit
75
a. Pasir sungai (harga di produsen)
Rp/m3
22.000
b. Semen
Rp/kg
575
c. Abu batu
Rp/m3
35.000
Rp/m2
19.000
2
22.000
Perbandingan penggunaan bahan baku
Tenaga Kerja
Harga bahan baku
Harga Produk
Paving pengerjaan manual
Paving pres mesin
9
Nilai/Jumlah
>m /hari
Tingkat produksi tahun ke 1, ke 2, dan ke 3
5
Satuan
Proporsi modal dari kredit dan modal sendiri
Rp/m
i%
60 : 40
%
16
11 Jangka waktur kredit investasi
Tahun
3
12 Jangka waktu kredit modal investasi
Tahun
1
10 Bunga kredit investasi dan modal kerja
Pemilihan periode proyek selama 4 tahun didasarkan pada umur ekonomis
beberapa peralatan yang digunakan dalam proses produksi. Bulan kerja
Bank Indonesia – Industri Paving Blok
33
efektif ditetapkan selama 10 bulan dalam setahun dengan pertimbangan
bahwa kenyataan di lapangan bila musim panen atau saat pasaran sedang
sepi sebagian tenaga kerja meliburkan diri. Jumlah hari kerja atau kegiatan
produksi dalam satu bulan diasumsikan selama 25 hari. Volume produksi
paving blok adalah sebesar 60 m2 per hari atau sebesar 1.500 m2 per bulan.
Pada tahun pertama kapasitas produksi sebesar 80%, tahun kedua 90% dan
mulai tahun ketiga beroperasi penuh100%.
Pada proses pembuatannya paving blok terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan
bawah setebal 4,5 cm (75%) dan lapisan atas (permukaan/kepala) dengan
ketebalan 1,5 cm (25%). Lapisan bawah menggunakan bahan baku berupa
semen dan pasir dengan perbandingan 1:8 serta untuk bagian atas
menggunakan semen, pasir dan abu batu masing-masing satu bagian
(perbandingan 1:1:1).
Dalam perhitungan juga digunakan asumsi berdasarkan pengamatan di
lapangan, bahwa proses pemadatan dengan cara manual diperoleh hasil
paving blok sekitar 86% dari volume bahan awal dan 80% bila menggunakan
mesin pres. Efektifitas penggunaan pasir sebesar 95% karena sebagian kecil
kandungan batu dalam pasir yang berukuran relatif besar tidak terpakai dan
dijual sebagai hasil samping.
Asumsi harga pasir sebesar Rp 22.000 didasarkan pada harga pasir di
produsen pasir dengan membeli langsung ke lokasi penambangan. Asumsi
upah harian sebesar Rp 20.000 dan upah pengerjaan manual sebesar Rp
75/unit didasarkan pada pertimbangan untuk meningkatkan upah tenaga
kerja, dibanding yang sudah berlaku saat ini, sementara upah borongan
pengerjaan dengan mesin pres disesuaikan menjadi Rp 85/unit. Harga
penjualan paving blok dengan pengerjaan manual adalah Rp 19.000/m2 dan
paving blok pres mesin Rp 22.000/m2. Asumsi dan parameter keuangan
secara lebih rinci terdapat pada Lampiran 1.1 untuk pola kombinasi dan pada
Lampiran 2.1 untuk pola manual.
c. Biaya Investasi dan Operasional
Biaya yang diperlukan untuk memulai usaha industri paving blok terdiri dari
biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi merupakan biaya awal
yang harus dikeluarkan sebelum kegiatan operasional dilakukan, sedangkan
biaya operasional diperlukan pada saat proses produksi mulai dilakukan.
1. Biaya Investasi
Biaya investasi yang dibutuhkan untuk membangun industri paving blok
meliputi biaya untuk perizinan, pengadaan tanah dan bangunan serta mesin
dan peralatan. Biaya investasi ini harus dikeluarkan pada tahun ke-0
sebelum melakukan kegiatan usaha. Total investasi yang diperlukan untuk
usaha dengan pola kombinasi adalah sebesar Rp 127.975.000. dan untuk
pola manual sebesar Rp 108.700.000. Rekapitulasi kebutuhan biaya investasi
Bank Indonesia – Industri Paving Blok
34
untuk kedua pola usaha tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.2. dan perincian
masing-masing pola dapat dilihat pada Lampiran 1.2 dan Lampiran 2.2.
Porsi terbesar biaya investasi adalah untuk pembelian mesin, peralatan dan
kendaraan yang besarnya mencapai 75% dari kebutuhan biaya investasi
pada pola manual dan 78% pada pola kombinasi.
Tabel 5.2.
Kebutuhan Biaya Investasi
No
Uraian
1 Perizinan
2
Tanah dan
bangunan
3 Mesin pres & diesel
4 Peralatan
5 Kendaraan
TOTAL INVESTASI
Pola Kombinasi
Rp
5.100.000
%
4,0
Pola Manual
Rp
%
5.100.000
22.000.000
17,2
22.000.000
18.000.000
14,1
-
7.875.000
75.000.000
127.975.000
6,2
58,6
100,0
6.600.000
75.000.000
108.700.000
4,7
20,2
6,1
69,0
100,0
2. Biaya Operasional/Produksi
Komponen biaya operasional meliputi biaya variabel dan biaya tetap
(overhead). Biaya variabel terdiri dari biaya bahan baku, biaya bahan
pembantu, dan biaya tenaga kerja tidak tetap. Adapun biaya overhead
meliputi biaya tenaga kerja tetap, listrik, telepon, perawatan mesin dan
peralatan serta biaya lainnya sebesar 10% dari biaya tetap. Biaya lain-lain ini
meliputi
biaya
parkir,
biaya
iuran
kebersihan,
PBB,
biaya
kesehatan/kecelakaan kerja karyawan dan biaya untuk sumbangan lainnya.
Total biaya produksi yang dibutuhkan per tahun untuk pola usaha kombinasi
adalah sebesar Rp 242.581.750 yang terdiri dari biaya variabel sebesar Rp.
225.331.550 dan biaya tetap sebesar Rp. 17.250.200. Perincian biaya
variabel dan biaya tetap per tahun untuk pola usaha kombinasi dapat dilihat
pada Lampiran 1.4 dan 1.5.
Total biaya produksi yang dibutuhkan per tahun untuk pola pengerjaan
manual adalah sebesar Rp 225.434.952 yang terdiri dari biaya variabel
sebesar Rp. 208.626.952 dan biaya tetap sebesar Rp. 16.808.000. Perincian
biaya variabel dan biaya tetap per tahun untuk pola usaha ini dapat dilihat
pada Lampiran 2.4 dan 2.5.
Kebutuhan modal kerja awal untuk usaha paving blok adalah sebesar
kebutuhan dana operasional untuk 2 bulan kerja, yaitu sebesar Rp.
Bank Indonesia – Industri Paving Blok
35
48.528.010 pada pola kombinasi dan sebesar Rp 45.113.390 pada pola
manual. Komponen terbesar dari biaya operasional digunakan untuk
pembelian bahan baku, khususnya semen yang mencapai 55% dari seluruh
biaya operasional. Perincian kebutuhan modal kerja awal untuk kedua pola
usaha ini dapat dilihat pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3.
Kebutuhan Modal Kerja Awal Industri Paving Blok
No
Komponen Biaya
Pola
Kombinasi
(Rp)
Pola Manual
(Rp)
A
Biaya Variabel
22.533.155
20.862.695
1
Bahan baku
15.392.155
14.659.195
2
Bahan pembantu
1.281.000
703.500
3
Tenaga kerja tidak tetap
5.860.000
5.500.000
1.730.850
1.694.000
B Biaya Tetap
1
Tenaga kerja tetap
800.000
800.000
2
Listrik dan telpon
320.000
320.000
3
Perawatan mesin dan kendaraan
133.500
100.000
4
Peralatan terpakai setahun
320.000
320.000
5
Biaya lainnya (10%)
157.350
154.000
TOTAL
24.264.005
22.556.695
Modal Kerja 2 Bulan
48.528.010
45.113.390
d. Kebutuhan Investasi dan Modal Kerja
Kebutuhan dana untuk industri paving blok terdiri dari modal investasi dan
modal kerja yang diperoleh dari pinjaman bank dan modal sendiri dengan
perbandingan kredit dan modal sendiri adalah 60% : 40%. Secara
keseluruhan, besarnya dana untuk investasi dan modal kerja pada industri
paving blok dengan pola kombinasi mencapai Rp 176.503.010. Dari
kebutuhan dana tersebut, yang bersumber dari kredit sebesar Rp
105.901.806 dan modal sendiri Rp 70.601.204. Pada industri paving blok
dengan pola manual total biaya yang dibutuhkan sebesar Rp 153.813.390
yaitu bersumber dari kredit Rp 92.288.034 dan dari modal sendiri Rp
61.525.356. Pada Tabel 5.4 diperlihatkan rekapitulasi sumber dana industri
paving blok untuk kedua pola usaha.
Berdasarkan Tabel 5.4 tersebut diperlihatkan kebutuhan biaya investasi
untuk industri paving blok pola kombinasi sebesar Rp 127.975.000 yang
bersumber dari kredit Rp 76.785.000 dan dana sendiri Rp 51.190.000.
Bank Indonesia – Industri Paving Blok
36
Sedangkan untuk modal kerja dibutuhkan sebesar Rp 48.528.010, yaitu
bersumber dari kredit Rp 29.116.806 dan dana sendiri Rp 19.411.204.
Pada industri paving blok pola manual, kebutuhan biaya investasi sebesar
108.700.000 yang bersumber dari kredit Rp 65.220.000 dan dana sendiri
43.480.000. Sedangkan untuk Modal kerja dibutuhkan sebesar
45.113.390, yaitu bersumber dari kredit Rp 27.068.034 dan dana sendiri
18.045.356.
Rp
Rp
Rp
Rp
Tabel 5.4.
Komponen dan Struktur Biaya Proyek
No
1
2
3
Komponen Biaya
Persentase
Biaya Investasi
Pola
Kombinasi
(Rp)
Pola Manual
(Rp)
127.975.000
108.700.000
- Bersumber dari kredit
60%
76.785.000
65.220.000
- dari dana sendiri
40%
51.190.000
43.480.000
48.528.010
45.113.390
Biaya Modal Kerja
- Bersumber dari kredit
60%
29.116.806
27.068.034
- dari dana sendiri
40%
19.411.204
18.045.356
- Bersumber dari kredit
60%
105.901.806
92.288.034
- dari dana sendiri
40%
70.601.204
61.525.356
176.503.010
153.813.390
Total Dana Proyek
Jumlah dana proyek
Kredit investasi seluruhnya diterima pada tahun ke nol proyek (masa
konstruksi) dengan masa pinjaman selama 3 tahun dan suku bunga 16% per
tahun, sedangkan kredit modal kerja diberikan untuk jangka waktu 1 tahun
dengan suku bunga yang sama (16%). Angsuran pokok dan angsuran bunga
dilakukan setiap bulan selama jangka waktu 3 tahun untuk investasi dan 1
tahun untuk modal kerja. Secara keseluruhan jumlah angsuran pokok dan
bunga setiap tahun untuk pola usaha kombinasi dapat dilihat pada Tabel 5.5.
dan untuk pola usaha manual dapat dilihat pada Tabel 5.6.
Bank Indonesia – Industri Paving Blok
37
Tabel
5.5. Perhitungan Angsuran Kredit Industri Paving Blok Pola Kombinasi
Tahun
Angsuran
Pokok
Angsuran
Bunga
Total
Saldo Awal Saldo Akhir
Angsuran
Tahun-0
105.901.806 105.901.806
Tahun-1 54.711.806 12.932.090 67.643.896 105.901.806
51.190.000
Tahun-2 25.595.000 5.630.900
31.225.900 51.190.000
25.595.000
Tahun-3 25.595.000 2.218.233
27.813.233 25.595.000
0
Tabel 5.6.
Perhitungan Angsuran Kredit Industri Paving Blok Pola Manual
Tahun
Angsuran
Pokok
Angsuran
Bunga
Tahun-0
Total
Angsuran
Saldo Awal Saldo Akhir
92.288.034
92.288.034
Tahun-1 48.808.034 11.186.830
59.994.864 92.288.034
43.480.000
Tahun-2 21.740.000 5.362.533
27.102.533 43.480.000
21.740.000
Tahun-3 21.740.000 1.884.133
23.624.133 21.740.000
0
Pada industri paving blok pola kombinasi (Tabel 5.5) angsuran pokok pada
tahun ke-1 besarnya mencapai Rp 54.711.806, berasal dari angsuran kredit
investasi sebesar Rp 25.595.000 dan kredit modal kerja sebesar Rp
29.116.806. Sementara untuk tahun ke-2 dan ke-3 angsuran hanya berasal
dari kredit investasi. Secara lebih rinci pembayaran kredit investasi dan
kredit modal kerja untuk pola usaha kombinasi dapat dilihat pada Lampiran
1.7 dan Lampiran 1.8.
Pada industri paving blok pola manual (Tabel 5.6) angsuran pokok pada
tahun ke-1 besarnya mencapai Rp 48.808.034, berasal dari angsuran kredit
investasi sebesar Rp 21.740.000 dan kredit modal kerja sebesar Rp
27.068.034. Sementara untuk tahun ke-2 dan ke-3 angsuran hanya berasal
dari kredit investasi. Secara lebih rinci pembayaran kredit investasi dan
kredit modal kerja untuk untuk pola usaha manual dapat dilihat pada
Lampiran 2.7 dan Lampiran 2.8.
e. Produksi & Pendapatan
Produksi paving blok per bulan adalah sebesar 1.500 m2 paving dengan jenis
produksi berupa paving pengerjaan manual 500 m2 dan paving pres sebesar
1000 m2. Selain itu batu dari sisa penggunaan pasir juga dapat dijual dan
menambah pendapatan usaha. Harga penjualan paving pres per meter
persegi adalah sebesar Rp 22.000 dan harga paving dengan pengerjaan
manual sebesar Rp 19.000. Berdasarkan harga penjualan tersebut,
pendapatan usaha untuk pola kombinasi pada tahun pertama sebesar Rp
Bank Indonesia – Industri Paving Blok
38
253.214.504, pada tahun ke-2 sebesar Rp 284.866.317 dan pada tahun ke-3
dan 4 sebesar Rp 316.518.130. Proyeksi pendapatan untuk pola manual
pada tahun pertama sebesar Rp 229.156.671, pada tahun ke-2 sebesar Rp
257.801.255 dan pada tahun ke-3 dan ke-4 sebesar RP 286.445.838. Rincian
jumlah dan harga penjualan serta total penerimaan industri paving blok per
bulan berdasarkan pola usaha yang dijalankan dapat dilihat pada Tabel 5.7.
Tabel 5.7.
Produksi dan Penjualan Paving Blok Per Bulan
pola Kombinasi
No
Jenis Produk
1
Paving
manual
2
3
pengerjaan
Harga
Volume
Pola Manual
Nilai
Nilai
Volume
Penjualan
Penjualan
19.000 500
9.500.000
Paving Pres
22.000 1.000
22.000.000 -
-
Batu kali (krosok)
35.000 4,34
151.813
144.584
TOTAL
1.504
1.500
4,13
31.651.813 1.504
28.500.000
28.644.584
f. Proyeksi Laba Rugi dan Break Even Point
Hasil proyeksi rugi laba menunjukkan usaha paving blok untuk ke dua jenis
pola usaha dapat menghasilkan laba pada tahun pertama dengan kapasitas
produksi 80%. Pada pola kombinasi, laba pada tahun pertama sebesar Rp
24.393.491, dengan nilai profit on sales 9,63%. Dengan memperhitungkan
hasil penjualan, biaya variabel, dan biaya tetap industri paving blok tahun
pertama diperoleh BEP pada pola kombinasi adalah sebesar Rp 153.599.974
atau setara dengan 7.300 m2 paving blok.
Pada tahun ke 2 dengan kapasitas 90% laba yang diperoleh adalah Rp
38.350.362 dengan nilai profit on sales 13,46%, dan BEP Rp 128.256.783
(6.096 m2). Pada tahun ke 3 kapasitas 100% diperoleh laba usaha Rp
49.001.988, dengan nilai profit on sales 15,48% dan BEP Rp 116.411.061
(5.533 m2). Pada tahun ke 4 dimana tidak ada lagi angsuran pokok dan
bunga kredit, diperoleh laba usaha Rp 50.887.486, dengan nilai profit on
sales 16,08% dan BEP Rp 108.711.342 (5.167 m2).
Rata-rata laba usaha paving blok pola kombinasi selama 4 tahun periode
proyek adalah Rp 40.658.331, rata-rata profit on sales adalah 13,66%, ratarata BEP adalah Rp 126.744.790 atau setara dengan 6.024 m2 paving blok.
Berdasarkan informasi yang disajikan pada Lampiran 1.9 secara garis besar
proyeksi laba rugi dan BEP usaha paving blok pola kombinasi dapat dilihat
pada Tabel 5.8.
Bank Indonesia – Industri Paving Blok
39
Tabel 5.8.
Proyeksi Rugi Laba Usaha Industri Paving Blok Pola Kombinasi
Uraian
Total
Penjualan
Tahun
1
2
3
4
Rata-Rata
253.214.504 284.866.317 316.518.130 316.518.130 292.779.271
Total
224.516.280 239.748.245 258.868.733 256.650.500 244.945.939
Pengeluaran
R/L
Sebelum
Pajak
Pajak
(15%)
R/L Setelah
Pajak
Profit On
Sale
28.698.225
45.118.072
57.649.397
59.867.630
47.833.331
4.304.734
6.767.711
8.647.410
8.980.145
7.175.000
24.393.491
38.350.362
49.001.988
50.887.486
40.658.331
9,63%
13,46%
15,48%
16,08%
13,66%
BEP: Rupiah 153.599.974 128.256.783 116.411.061 108.711.342 126.744.790
Unit
Produksi
(m2)
7.300
6.096
5.533
5.167
6.024
Pada pola usaha manual, laba yang dihasilkan pada tahun pertama adalah
sebesar Rp 18.921.237, dengan nilai profit on sales 8,26%. Titik impas
produksi atau BEP tahun pertama diperoleh pada saat biaya produksi sebesar
Rp 147.218.151 atau setara dengan 7.730 m2 paving blok. Pada tahun ke 2
dengan kapasitas 90% laba yang diperoleh adalah Rp 30.486.495 dengan
nilai profit on sales 11,83%, dan BEP Rp 125.779.326 (6.605 m2).
Pada tahun ke 3 kapasitas 100% diperoleh laba usaha Rp 40.057.740,
dengan nilai profit on sales 13,98% dan BEP Rp 112.975.581 (5.932 m22).
Pada tahun ke 4 dimana tidak ada lagi angsuran pokok dan bunga kredit,
diperoleh laba usaha Rp 41.659.253, dengan nilai profit on sales 14,54% dan
BEP Rp 106.040.219 (5.568 m22).
Rata-rata laba usaha paving blok pola manual selama 4 tahun periode proyek
adalah Rp 32.781.181, rata-rata profit on sales adalah 12,15%, rata-rata
BEP adalah Rp 123.003.319 atau setara dengan 6.459 m2 paving blok.
Berdasarkan informasi yang disajikan pada Lampiran 2.9 secara garis besar
proyeksi laba rugi dan BEP usaha paving blok pola manual dapat dilihat pada
Tabel 5.9.
Tabel 5.9.Proyeksi Rugi Laba Usaha Industri Paving Blok Pola Manual
Bank Indonesia – Industri Paving Blok
40
Uraian
Total
Penjualan
Tahun
1
2
3
4
Rata-Rata
229.156.671 257.801.255 286.445.838 286.445.838 264.962.401
Total
206.896.391 221.934.790 239.319.086 237.434.952 226.396.305
Pengeluaran
R/L
Sebelum
Pajak
Pajak
(15%)
R/L Setelah
Pajak
Profit On
Sale
22.260.279
35.566.464
47.126.753
49.010.886
38.566.096
3.339.042
5.379.970
7.069.013
7.351.633
5.784.914
18.921.237
30.486.495
40.057.740
41.659.253
32.781.181
8,26%
11,83%
13,98%
14,54%
12,15%
BEP: Rupiah 147.218.151 125.779.326 112.975.581 106.040.219 123.003.319
Unit
Produksi
(m2)
7.730
6.605
5.632
5.568
6.459
g. Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Proyek
Proyeksi arus kas dan perhitungan kriteria kelayakan digunakan untuk
menganalisis kelayakan suatu usaha dari segi keuangan. Usaha dikatakan
layak jika dapat memenuhi kewajiban finansial serta dapat mendatangkan
keuntungan yang layak bagi perusahaan. Untuk mengkaji kemampuan usaha
industri paving blok memenuhi kewajiban finansialnya disusun proyeksi arus
kas yang dapat dilihat pada Lampiran 1.10. dan Lampiran 2.10. Analisis
kelayakan finansial dilakukan dengan menilai kriteria investasi untuk
mengukur kelayakan pendirian industri paving blok yaitu NPV (Net Present
Value), IRR (Internal Rate of Return), dan Net B/C (Net Benefit-Cost Ratio)
sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 5.10.
Bank Indonesia – Industri Paving Blok
41
Tabel 5.10.
Kelayakan Investasi Industri Paving Blok
Kriteria
Kelayakan
Pola Kombinasi
Pola Manual
Justifikasi
Kelayakan
NPV
72.704.454
56.809.032
>0
IRR
38,05%
36,37%
> 16%
Net B-C Ratio
1,57
1,52
>1
PBP (bulan)
35,79
36,57
<= 48 bulan
Berdasarkan tabel 5.10 terlihat bahwa industri paving blok merupakan usaha
yang menguntungkan secara finansial, karena pada tingkat suku bunga 16%
per tahun selama 4 tahun (48 bulan) periode proyek menghasilkan NPV yang
posistif (>0), yaitu sebesar Rp 72.704.454 pada pola kombinasi dan Rp
56.809.032 pada pola manual. Nilai IRR yang lebih tinggi dari suku bunga
bank pada kedua pola usaha dan Net B-C ratio yang lebih besar dari satu (>
1) serta lama pengembalian modal (Pay Back Period) yang lebih cepat dari
periode proyek, menunjukkan usaha paving blok layak untuk dilaksanakan.
h. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat seberapa jauh suatu usaha
dapat dijalankan mengikuti perubahan harga input dan output ataupun
kelemahan estimasi hasil produksi berdasarkan asumsi-asumsi yang
dikemukakan sebelumnya. Untuk menguji sensitivitas kelayakan usaha
terhadap perubahan asumsi, digunakan tiga skenario, yaitu 1) penurunan
pendapatan, 2) kenaikan biaya variabel produksi dan 3) penurunan
pendapatan dan kenaikan biaya variabel produksi secara bersamaan.
Skenario 1. Usaha mengalami penurunan pendapatan sedangkan biayabiaya dan komponen lain tetap. Penerimaan berkurang jika terjadi
penurunan volume penjualan atau penurunan harga jual produk. Hasil
analisis sensitivitas terhadap penurunan pendapatan untuk kedua pola usaha
industri paving blok disajikan pada tabel 5.11.
Tabel 5.11.
Hasil Analisis Sensitivitas Industri Paving Blok Skenario 1
Kriteria Kelayakan
Pola Kombinasi
Pola Manual
Pendapatan Turun
Pendapatan Turun
9%
10%
7%
8%
NPV
22.222
(8.053.582) 5.649.364 (1.659.160)
IRR
16,01%
13,44%
18,09%
15,38%
Net B-C Ratio
1,00
0,94
1,05
0,98
PBP (bulan)
48
50
47
49
Bank Indonesia – Industri Paving Blok
42
Berdasarkan Tabel 5.11 tampak bahwa pada skenario 1 dengan asumsi
terjadi penurunan penerimaan/pendapatan sebesar 9% pada pola kombinasi
dan 7% pada pola manual, industri paving blok masih layak untuk
dilaksanakan. Hal ini ditandai oleh nilai NPV yang positif, IRR lebih besar dari
suku bunga dan nilai Net B-C ratio lebih dari satu. Pada saat pendapatan
turun sampai 10% pada pola kombinasi dan 8% pada pola manual, nilai NPV
menjadi negatif, IRR lebih kecil dari suku bunga, Net B-C ratio lebih kecil dari
satu dan PBP lebih kecil atau sama dengan umur proyek. Hal ini
menggambarkan usaha ini menjadi tidak layak untuk dilaksanakan. Secara
lebih rinci analisis sensitivitas dengan skenario penurunan pendapatan untuk
usaha pola kombinasi dapat dilihat pada Lampiran 1.11 dan 1.12 serta untuk
usaha pola manual pada Lampiran 2.11 dan 2.12.
Skenario 2. Biaya variabel produksi mengalami kenaikan yang mungkin
dapat terjadi karena kenaikan harga bahan baku dan biaya tenaga kerja
produksi. Pada kondisi ini diasumsikan komponen biaya lainnya dan
pendapatan adalah tetap. Hasil analisis sensitivitas terhadap kenaikan biaya
variabel produksi untuk kedua pola usaha industri paving blok disajikan pada
Tabel 5.12.
Tabel 5.12.
Hasil Analisis Sensitivitas Industri Paving Blok Skenario 2
Kriteria
Kelayakan
Pola kombinasi
Pola Manual
Biaya Variabel Naik
Biaya Variabel Naik
12%
13%
10%
11%
NPV
3.713.777 (2.035.446) 3.578.897 (1.744.117)
IRR
17,17%
15,36%
17,33%
15,35%
Net B-C Ratio
1,03
0,98
1,03
0,98
PBP (bulan)
48
49
48
48
Berdasarkan Tabel 5.12, analisis sensitivitas dengan skenario 2 menunjukkan
bahwa usaha paving blok masih layak dilaksanakan dengan kenaikan biaya
variabel sebesar 12% pada pola kombinasi dan 10% pada pola manual.
Usaha menjadi tidak layak dilaksanakan bila terjadi kenaikan biaya variabel
sebesar 13% pada pola kombinasi dan 11% pada pola manual. Secara lebih
rinci arus kas dan kriteria kelayakan berdasarkan analisis sensitivitas dengan
skenario kenaikan biaya variabel untuk usaha pola kombinasi dapat dilihat
pada Lampiran 1.13 dan 1.14 serta untuk usaha pola manual pada Lampiran
2.13 dan 2.14.
Skenario 3. Usaha mengalami penurunan pendapatan dan kenaikan biaya
operasional (biaya variabel) secara bersama-sama yang mungkin dapat
terjadi karena penurunan harga jual produk dan diikuti oleh kenaikan harga
Bank Indonesia – Industri Paving Blok
43
bahan baku. Hasil analisis sensitivitas terhadap penurunan pendapatan dan
kenaikan biaya operasional untuk kedua pola usaha industri paving blok
disajikan pada Tabel 5.13.
Tabel 5.13.
Hasil Analisis Sensitivitas Industri Paving Blok Skenario 3
Pola kombinasi
Pola Manual
Kriteria
Pendapatan Turun & Biaya
Kelayakan
Variabel Naik
5%
Pendapatan Turun &
Biaya Variabel Naik
6%
4%
5%
NPV
3.579.321
(10.245.706)
6.282.882
(6.348.655)
IRR
17,13%
12,74%
18,33%
13,62%
1,03
0,92
1,06
0,94
48
51
47
50
Net
Ratio
B-C
PBP (bulan)
Berdasarkan Tabel 5.13, analisis sensitivitas dengan skenario 3
menggambarkan bahwa industri paving blok dapat bertahan dengan adanya
penurunan pendapatan dan kenaikan biaya variabel secara bersamaan
sebesar 5% pada pola kombinasi dan 4% pada pola manual. Bila terjadi
perubahan kedua komponen biaya tersebut secara bersamaan masingmasing sebesar 6% pada pola kombinasi dan 5% pada pola manual
mengindikasikan usaha ini tidak layak diusahakan. Secara lebih rinci arus kas
dan kriteria kelayakan berdasarkan analisis sensitivitas dengan skenario
penurunan pendapatan dan kenaikan biaya variabel untuk usaha pola
kombinasi dapat dilihat pada Lampiran 1.15 dan 1.16 serta untuk usaha pola
manual pada Lampiran 2.15 dan 2.16.
Berdasarkan analisis sensitivitas terlihat bahwa kedua pola usaha relatif lebih
sensitif terhadap terjadinya penurunan pendapatan atau penurunan harga
produk dibanding perubahan biaya variabel. Dari kedua pola usaha, pola
kombinasi relatif lebih mampu bertahan dalam menghadapi kenaikan
komponen biaya atau terjadi penurunan pendapatan.
Bank Indonesia – Industri Paving Blok
44
6. Aspek Sosial Ekonomi dan Dampak Lingkungan
a. Aspek Sosial Ekonomi
Dilihat dari aspek ekonomi, industri paving blok dapat meningkatkan
pendapatan pengusaha. Pendapatan yang diperoleh dari penjualan dapat
disisihkan untuk menabung di bank atau membeli tanah.
Manfaat yang dirasakan dengan adanya usaha paving blok, antara lain
adalah bagi pengusaha sendiri dapat menghidupi keluarga, memenuhi biaya
pendidikan, serta mampu menambah peralatan produksi seperti membeli
mobil. Adapun manfaat usaha ini untuk masyarakat sekitar antara lain dapat
menyerap tenaga kerja, menjadi tempat praktek kerja siswa, dan dapat
menampung hasil tambang pasir dari masyarakat penambang pasir sekitar
aliran sungai.
Berdasarkan penyerapan tenaga kerja, usaha paving blok dengan kapasitas
60 m2 per hari mampu menyerap 9 tenaga kerja, baik yang berasal dari
dalam keluarga maupun dari luar keluarga. Pendapatan untuk tenaga kerja
produksi berkisar antara Rp 675.000 sampai Rp 765.000 per orang/bulan,
sudah jauh diatas UMR yang berlaku di Kabupaten Banyumas (Rp
400.000/bulan). Berdasarkan kebutuhan terhadap pasir, usaha ini mampu
menampung 4 m3 pasir per hari. Bila diasumsikan di sekitar lokasi terdapat
penambangan pasir di sungai dengan kapasitas penambangan per orang
0,75 m3/hari, maka usaha ini telah ikut memberi tambahan pendapatan
kepada 5 penambang per hari. Sumbangan usaha ini terhadap pendapatan
daerah melalui pajak berkisar Rp 3,3 juta - Rp 8,9 juta per tahun, disamping
tambahan melalui biaya retribusi lainnya yang berlaku.
b. Dampak Lingkungan
Dari sisi dampak terhadap lingkungan, usaha paving blok tidak menimbulkan
limbah yang berbahaya. Beberapa hasil samping yang dihasilkan seperti batu
pasir dapat dimanfaatkan untuk batu cor dalam pembuatan bahan bangunan
lainnya, atau dijual kembali. Bekas kantong semen dikumpulkan dan dapat
dijual kembali. Hasil paving yang rusak terkadang dimanfaatkan untuk
campuran pasir halus.
Dampak lingkungan secara tidak langsung dari usaha ini adalah
meningkatnya penambangan pasir di sungai karena meningkatnya
permintaan pasir. Meningkatnya aktivitas penambangan pasir di sungai
selama tidak melampaui potensi yang ada tidak berdampak negatif terhadap
lingkungan. Berdasarkan data statistik tahun 2001 penggunaan pasir di
Kabupaten Banyumas masih jauh di bawah potensi yang tersedia, yaitu
hanya 1%. Pemerintah Kabupaten Banyumas juga melakukan pemantauan
dan pembinaan kepada masyarakat agar aktivitas penambangan tidak
sampai merusak lingkungan.
Bank Indonesia – Industri Paving Blok
45
7. Penutup
a. Kesimpulan
1. Industri paving blok merupakan industri penunjang bahan bangunan
yang dapat diusahakan hampir di seluruh lokasi yang memiliki sumber
daya bahan baku berupa pasir dan mudah untuk mendapatkan semen.
Di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, terdapat sekitar 24 unit usaha
paving blok yang dapat menyerap 162 tenaga kerja.
2. Penggunaan paving blok dapat diaplikasikan pada berbagai macam
keperluan penutup tanah, serta kemudahan dalam memasang,
membongkar atau merenovasi kembali. Hal ini menjadikan paving blok
merupakan
salah
satu
alternatif
pilihan
sebagai
bahan
penutup/perkerasan tanah.
3. Penggunaan paving blok sebagai bahan penutup dan perkerasan tanah
memiliki keunggulan dibanding produk sejenis, antara lain bersifat
ramah lingkungan yaitu mampu menyerap air permukaan sekitar 30%.
Selain itu juga bentuk dan variasinya yang sangat beragam, ukuran
lebih akurat, serta harga relatif lebih murah.
4. Pola usaha paving blok dapat dijalankan dengan menggunakan
peralatan manual dan dapat pula dengan menggunakan bantuan
mesin. Selain itu dapat pula dilakukan dengan menggabungkan
keduanya yaitu menggunakan peralatan secara manual dan juga
menggunakan bantuan mesin, khususnya mesin pres paving (pola
kombinasi).
5. Total biaya investasi yang dibutuhkan untuk industri paving blok
dengan pola kombinasi berkapasitas 1.000 m2/bulan paving pres dan
500 m2 paving manual sebesar Rp. 127.975.000. Sumber dana
investasi berasal dari pinjaman kredit 60% (Rp.76.785.000) dan biaya
sendiri 40% (Rp. 51.190.000), dengan bunga pinjaman 16% dan
jangka waktu kredit investasi selama 3 tahun. Modal kerja dibutuhkan
sebesar Rp 48.528.010 yang dibiayai dari pinjaman kredit 60% (Rp
29.116.806) dan biaya sendiri 40% (Rp 19.411.204), dengan bunga
pinjaman 16% dan jangka waktu kredit selama 1 tahun.
6. Industri paving blok pola manual dengan kapasitas 1.500 m2/bulan
paving membutuhkan investasi sebesar Rp 108.700.000. Sumber dana
investasi berasal dari pinjaman kredit 60% (Rp 65.220.000) dan biaya
sendiri 40% (Rp 43.480.000), dengan bunga pinjaman 16% dan
jangka waktu kredit investasi selama 3 tahun. Biaya modal kerja
adalah sebesar Rp 45.113.390 yang dibiayai dari pinjaman kredit 60%
(Rp 27.068.034) dan biaya sendiri 40% (Rp 18.045.356), dengan
bunga pinjaman 16% dan jangka waktu kredit selama 1 tahun.
7. Secara finansial industri paving blok pola kombinasi dinilai layak
dilaksanakan dengan kriteria NPV Rp 72.704.454, IRR 38,05%, Net BC ratio 1,57 dan PBP 36 bulan (2,98 tahun). Demikian juga dengan
Bank Indonesia – Industri Paving Blok
46
industri paving blok pola manual dinilai layak dilaksanakan dengan
kriteria NPV Rp 56.809.032, IRR 36,37%, Net B-C ratio 1,52 dan PBP
37 bulan (3,05 tahun).
8. Analisis sensitivitas menunjukkan industri paving blok lebih sensitif
terhadap penurunan pendapatan dibandingkan dengan kenaikan biaya
produksi. Pada pola kombinasi, penurunan pendapatan sampai 9%
atau kenaikan biaya variabel produksi sebesar 12%, usaha ini masih
layak dijalankan. Usaha ini juga masih layak bila terjadi penurunan
pendapatan dan kenaikan biaya variabel produksi secara bersamaan
dengan perubahan sampai 5%.
9. Analisis sensitivitas pada pola manual, menunjukkan usaha masih
layak dijalankan dengan penurunan pendapatan sampai 7% atau
kenaikan biaya variabel produksi sebesar 10%. Usaha ini juga masih
layak bila terjadi penurunan pendapatan dan kenaikan biaya variabel
secara bersamaan dengan perubahan sampai 4%.
10.Pengembangan industri paving blok memberikan manfaat yang positif
dari aspek sosial ekonomi, antara lain tersedianya lapangan kerja
serta peningkatan pendapatan masyarakat, sumber pendapatan
daerah, serta usaha ini tidak menimbulkan dampak negatif terhadap
lingkungan.
b. Saran
1. Berdasarkan potensi bahan baku, prospek pasar, tingkat teknologi
proses, dan aspek finansial, industri paving blok layak untuk dibiayai.
2. Untuk menjamin kelancaran usaha, pihak instansi terkait dan
perbankan juga turut berpartisipasi dalam pembinaan usaha ini pada
lingkup masing-masing instansi. Pembinaan yang perlu diperhatikan
adalah pada aspek pemasaran, antara lain dalam bentuk dukungan
informasi untuk perluasan pasar, serta dukungan permodalan.
Bank Indonesia – Industri Paving Blok
47
LAMPIRAN
Bank Indonesia – Industri Paving Blok
48
Download