BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi diartikan sebagai hasil yang dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya (kamus besar bahasa Indonesia, 2005:895). Tri Anni (2006:5) berpendapat bahwa prestasi atau hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktifitas belajar. Gagne dalam Sunarto (2009:40) menyatakan prestasi belajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap dan keterampilan. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Gagne dalam Rifa’i (2009:82) belajar merupakan perubahan kecakapan manusia yang berlangsung selama periode waktu tertentu, dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan. Slavin dalam Rifa’i (2009:82) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman. Traves dalam Suprijono (2009:2) mengemukakan bahwa belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku. Pendapat Cronbach dalam Suprijono (2009:2) belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil pengalaman. Lebih rinci pendapat Harold Spears dalam Suprijono (2009:2) bahwa belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu. Jerome Brunner dalam Melsilberman (2005:9) mengemukakan tentang sisi sosial yang lain dari belajar adalah suatu kebutuhan manusia yang dalam untuk merespon yang lain dan secara bersama-sama terlibat dalam mencapai tujuan. Belajar adalah kegiatan seumur hidup yang dilakukan dengan menyenangkan dan berhasil (De Porter 2003:8). Berdasarkan pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa konsep tentang belajar mengandung 3 (tiga) unsur utama, yaitu: a. Belajar berkaitan dengan perubahan perilaku. b. Perubahan perilaku itu terjadi karena didahului oleh proses pengalaman. c. Perubahan perilaku karena belajar bersifat relatif permanen. 6 7 Adapun pendapat Purwadarminto dalam Adinugroho (2008:767) prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik-baiknya menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap hal-hal yang dikerjakan atau dilakukan. Menurut Winkel dalam Sunarto (2009:162) prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapai. S. Nasution dalam Sunarto (2009:17) mengemukakan prestasi belajar merupakan kesempurnaan yang dicapai seorang dalam berfikir, berasa, dan berbuat. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa perstasi belajar merupakan tingkat yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak, dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam kegiatan belajar mengajar prestasi belajar dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Menurut Sunarto (2009) adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah : a. Faktot intern yaitu faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, meliputi kecerdasan, bakat, minat, dan motivasi. b. Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar siswa meliputi beberapa pengalaman, keadaan keluarga, keadaan sekolah, dan lingkungan masyarakat Prinsip-prinsip penilaian prestasi belajar : a. Valid: artinya dapat mengukur pencapaian kompetensi yang ditetapkan. b. Mendidik: untuk memotivasi siswa, meningkatkan kualitas belajar agar tumbuh dan berkembang secara optimal. c. Objektif : Untuk mengukur potensi siswa yang sesungguhnya d. Transparan : terbuka bagi semua pihak e. Berkesinambungan :terencana, bertahap, dan terus menerus. f. Menyeluruh : mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik g. Bermakna : mempunyai arti bagi siswa, guru dan orang tua h. Reliabel : petunjuk pelaksanaan dan pensekoran harus jelas. i. Ketuntasan belajar : mencapai ketuntasan belajar rata-rata (Depdiknas, 2006:4) 8 2.2. Pembelajaran IPS di SD. Dalam pembelajaran IPS di SD, seorang guru IPS hendaknya menguasai perbedaan konsep-konsep esensial ilmu sosial dengan ilmu pengetahuan sosial atau studi sosial sehingga upaya membentuk subjek didik sesuai tujuan pembelajaran IPS dapat tercapai. Perbedaan antara ilmu sosial dengan ilmu pengetahuan sosial/studi sosial, antara lain terletak pada hal-hal berikut ini. Modul Kurikulum IPS SD (http://www.materi rangkuman IPS SD. net/puslata diakses tanggal 10 Oktober 2012 pukul 21.25 WIB) a) Pengertian Pengertian IPS adalah bidang studi yang mempelajari dan menelaah serta menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat ditinjau dari berbagai aspek kehidupan secara terpadu, sedangkan pengertian ilmu sosial adalah semua bidang ilmu yang berkenaan dengan manusia dalam konteks sosialnya atau semua bidang ilmu yang mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat. b) Tujuan Pembelajaran Pembelajaran IPS bertujuan membentuk warga negara yang berkemampuan sosial dan yakin akan kehidupannya sendiri di tengah-tengah kekuatan fisik dan sosial, yang pada gilirannya akan menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab. Sedangkan ilmu sosial bertujuan menciptakan tenaga ahli pada bidang ilmu sosial. c) Pendekatannya IPS menggunakan pendekatan interdisipliner atau multi disipliner dan lintas sektoral, sedangkan ilmu sosial menggunakan pendekatan disipliner. d) Tempat Pembelajaran IPS diajarkan pada tingkat rendah sampai tingkat tinggi yaitu diajarkan mulai kelas I SD sampai Perguruan Tinggi, sedangkan ilmu sosial dipelajari dan dikembangkan pada tingkat Perguruan Tinggi. IPS sebagai pendidikan, bukan hanya semata – mata membekali anak didik dengan pengetahuan yang membebani mereka, melainkan membekali mereka dengan pengetahuan sosial yang berguna dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 9 Selanjutnya pendidikan IPS juga berfungsi mengembangkan keterampilan, terutama keterampilan sosial dan keterampilan intelektual. Keterampilan sosial, yaitu keterampilan melakukan sesuatu yang berhubungan dengan kepentingan hidup bermasyarakat, seperti bekerja sama, bergotong royong, menolong orang lain yang memerlukan, dan melakukan tindakan secara cepat dalam memecahkan persoalan sosial di masyarakat. Sedangakan keterampilan intelektual, yaitu keterampilan berpikir, kecekatan dan kecepatan memanfaatkan pikiran, cepat tanggap dalam menghadapi permasalahan sosial di masyarakat. Hal lain dari fungsi IPS sebagai pendidikan, yaitu mengembangkan perhatian dan kepedulian sosial anak didik terhadap kehidupan di masyarakat dan bermasyarakat. Dengan pengetahuan sosial yang berguna, keterampilan sosial dan intelektual serta perhatian dan kepedulian sosial, dapat diharapkan terbinanya sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang akan datang yang berpengetahuan, terampil, cendekia dan mempunyai tanggung jawab sosial yang tinggi yang mampu merealisasikan tujuan nasional menciptakan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945 (Nursid Sumaatmadja, 2004 : 1.10). Adapun materi pembelajaran IPS kelas III tentang kerjasama adalah sebagai berikut: 1. Kerja sama adalah melakukan suatu pekerjaan atau kegiatan secara bersamasama di antara beberapa orang. 2. 3. Manfaat kerja sama, antara lain, sebagai berikut: a. tergalangnya persatuan dan kebersamaan, b. meringankan beban pekerjaan, c. mempercepat penyelesaian pekerjaan, dan d. meringankan beban biaya yang ditanggung. Kerja sama di rumah dapat dilakukan dalam beberapa kegiatan sebagai berikut: a. membersihkan dan merapikan rumah, b. membuat kandang hewan ternak, c. mempersiapkan acara ulang tahun, serta d. mempersiapkan tamasya untuk mengisi liburan. 10 4. 5. Kerja sama di sekolah dapat dilakukan dalam beberapa kegiatan sebagai berikut: a. melaksanakan piket kelas, b. menyelenggarakan pertandingan c. mempersiapkan acara kemah, d. kerja bakti membersihkan halaman sekolah, dan e. mengerjakan tugas kelompok dari guru. Kerja sama di kelurahan atau desa dapat dilakukan dalam bentuk kegiatankegiatan sebagai berikut: a. membersihkan dan merapikan jalan, b. menjaga kemanan dan ketertiban lingkungan, c. mendirikan gapura kampung, d. membantu warga yang sedang hajatan, e. memperbaiki jembatan yang rusak, serta f. menanggulangi bencana banjir 2.3. Pembelajaran kooperatif Make A Match Metode Make A Match atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapan pada siswa. Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartu diberi poin. Metode Make A Match dikembangkan oleh Lorna Curran dalam (Depdiknas, 2005) Langkah- langkah penerapan metode Make A Match : a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban. b. Setiap siswa mendapat satu buah kartu. c. Setiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang. d. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban). e. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. 11 f. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya g. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok . h. Bersama-sama dengan siswa guru menyimpulkan materi kesimpulan/ penutup. Keunggulan metode Make A Match a. Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran (Let them move). b. Kerjasama antar sesama siswa terwujud dengan dinamis. c. Munculnya dinamika gotong royong yang merata di seluruh siswa. Kelemahan metode Make A Match: a. Jika kelas terlalu gemuk akan muncul suasana yang ramai yang dapat mengganggu ketenangan belajar kelas lainnya. b. Guru harus menyiapkan beberapa kartu-kartu untuk pembelajaran. 2.4. Penelitian Yang Relevan Widyaningsih (2008) hasil penelitiannya diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif Make A Match mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV. Pada tes awal rata-rata hasil belajar siswa mencapai 55%, siklus I rata-rata dari 63,08%, siklus II rata-rata 75,08% dan tes akhir 80,73%. Seri Ningsih (2010) hasil penelitiannya diperoleh kesimpulan bahwa prestasi belajar matematika siswa dengan mengunakan metode pembelajaran kooperatif teknik Make A Match lebih baik daripada menggunakan metode pembelajaran Direct Intruction pada materi luas bangun datar (trapesium dan layang-layang). Jumiati (2009) hasil penelitiannya diperoleh kesimpulan bahwa Pembelajaran kooperatif Make A Match mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Pada tes awal rata-rata hasil belajar siswa hanya mencapai 50%. Siklus I nilai rata-rata 64,59 dengan persentase 43%, siklus II nilai rata-rata 70,45 dengan persentase 54,1% dan siklus III nilai rata-rata 80,40 dengan persentase73%. 12 Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa melalui metode pembelajaran Make A Match, rata–rata dari siklus I, dan II mengalami peningkatan 20% sampai 30%, sehingga peneliti perlu untuk mengem-bangkan metode ini pada mata pelajaran yang lain agar hasil belajar dapat meningkat. 2.5. Kerangka Berfikir Berdasarkan latar belakang masalah dapat diketahui bahwa dalam pembelajaran IPS khususnya tentang materi kerjasama pada semester I tahun ajaran 2011/2012 pada siswa kelas III SDN Ngurenrejo prestasi belajar IPS siswa masih sangat rendah karena siswa yang mencapai KKM (nilai ≥ 65) hanya 46,66%, dan dalam pembelajaran terasa kurang menyenangkan dan membosankan. Hal ini dikarenakan guru masih mendominasi siswa, metode pembelajaran belum inovatif, metode yang digunakan hanya metode ceramah dan penugasan sehingga siswa pasif dan kurang bersemangat selama proses pembelajaran IPS serta kurangnya penggunaan media karena penggunaan media yang tepat sangat menentukan hasil pembelajaran. Berdasarkan beberapa masalah di atas peneliti berusaha mencari pemecahan masalahnya yaitu menerapkan metode pembelajaran Make A Match untuk meningkatkan prestasi belajar IPS serta menjelaskan langkah-langkahnya. 2.6. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir yang telah dijabarkan di atas, dapat diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut: “Pembelajaran IPS dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif Make A Match dapat meningkatkan prestasi belajar IPS materi kerjasama pada siswa kelas III SD Negeri Ngurenrejo Wedarijaksa.”