BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Definisi Pemasaran Menurut Kotler ( 2011, p5 ) Pemasaran adalah Proses dimana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan dengan tujuan untuk menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah Suatu proses memperkenalkan produk kepada konsumen ,agar konsumen mengetahui ada sebuah produk yang berguna untuk dirinya dengan upaya meningkatkan keuntungan agar maksimal. 2.1.2 Definisi Jasa Lovelock et al (2004) mengemukakan perspektif “service” sebagai sebuah system. Dalam perspektif ini setiap bisnis jasa dipandang sebuah system yang terdiri atas dua komponen utama: (1) operasi jasa ( service operations ), dimana masukan (input ) diproses dan elemen-elemen produk jasa diciptakan ; dan (2) penyampaian jasa ( service delivery ), dimana elemen-elemen produk jasa tersebut dirakit, dirampungkan dan disampaikan kepada pelanggan. Sebagaian dari system ini tampak ( visible ) atau diketahui pelanggan ( sering disebut pula front office atau frontstage ), sementara sebagian lainnya tidak tampak atau bahkan tidak diketahui keberadaannya oleh pelanggan ( back office atau backstage ). Tjiptono (2005;16) mendefinisikan “Jasa sebagai tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak memiliki kepemilikan sesuatu”. Menurut Kotler ( 2011, p224 ) Service is An activity, benefit, or satisfaction offered for sale that is essentially intangible and does not result in the ownership of anything. Artinya Jasa adalah Suatu kegiatan, manfaat, atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak menimbulkan kepemilikan sesuatu. Berdasarkan definisi diatas, pada dasarnya jasa tidak berwujud, tidak menghasilkan kepemilikan, dapat memberikan kepuasan serta untuk menghasilkan tersebut mungkin perlu atau tidak perlu juga memerlukan penggunaan benda nyata. 2.1.3 Klasifikasi Jasa Secara garis besar, klasifikasi jasa dapat dilakukan berdasarkan 7 kriteria pokok : 1. Segmen Pasar Berdasarkan segemne pasar, jasa dapat dibedakan menjadi jasa yang ditujukan pada konsumen akhir ( misalnya taksi, asuransi jiwa, catering, jasa tabungan dan pendidikan ) dan jasa bagi konsumen organisasional ( misalnya biro periklanan, jasa akuntansi dan perpajakan , dan jasa konsultasi manajemen ). 2. Tingkat keberwujudan Kriteria ini berhubungan dengan tingkat keterlibatan produk fisik dengan konsumen. Berdasarkan kriteria ini, jasa dapat dibedakan menjadi tiga macam: a. Rented-goods services : Dalam tipe ini, konsumen menyewa dan menggunakan produk tertentu berdasarkan tarif yang disepakati selama jangka waktu spesifik. Contoh : Penyewaan mobil b. Owned-goods services : Pada tipe ini, produk-produk yang dimiliki konsumen direparasi, dikembangkan atau ditingkatkan untuk kerjanya, atau dipelihara/dirawat oleh perusahaan jasa. Contoh : Jasa reparasi ( Komputer, AC, kulkas, dsb ) c. Non-goods services : Karakteristik khusus pada jenis ini adalah jasa personal bersifat intangible ( Tidak berbentuk fisik ) ditawarkan kepada para pelanggan. Contoh : supir , dosen, piñata rias, dsb. 3. Keterampilan penyedia jasa Berdasarkan tingkat ketrampilan penyedia jasa terdapat dua tipe pokok jasa : a. Professional services ( seperti dosen, konsultan manajemen, konsultan hukum, pengacara dsb ) b. Non-professional services ( seperti jasa supir taksi, tukang parker, pengantar surat dsb ) 4. Tujuan Organisasi Jasa Berdasarkan tujuan organisasi , jasa dapat diklasifikasikan menjadi commercial services atau profit services ( misalnya jasa penerbangan , bank, penyewaan mobil dsb ) dan nonprofit services ( Seperti sekolah, yayasan dana bantuan, panti asuhan dsb ) 5. Regulasi Dari aspek regulasi, jasa dapat dibagi menjadi regulated services ( misalnya angkutan umum, media massa dan perbankan ) dan non-regulated services ( seperti jasa makelar, catering, dan asrama ). 6. Tingkat intensitas karyawan Berdasarkan tingkat intensitas karyawan ( keterlibatan tenaga kerja ), jasa dapat dikelompokkan menjadi 2 macam : a. Equipment-based services : seperti cuci mobil otomatis, jasa sambungan telepon interlokal dan internasional , mesin ATM ( Anjungan Tunai Mandiri ) , Internet banking , Vending Machines , dan binatu. b. People based services : seperti pelatih sepakbola , satpam, akuntan, konsultan hukum, bidan dan dokter anak-anak ) 7. Tingkat kontak penyedia jasa Berdasarkan tingkat kontak ini, secara umum jasa dapat dikelompokkan menjadi high contact services ( seperti Universitas dan Bank ) dan Low contact services ( seperti jasa PLN dan telekomunikasi ). Dalam jasa kontak rendah atau Low contact services , pelanggan jarang melihat pabrik jasa sewaktu jasa di laksanakan. Tidak semua orang merasa nyaman dan suka dengan jasa kontak rendah, karena itu semakin banyak penyedia jasa yang menawarkan pilihan berupa transaksi langsung dengan teller bank, internet banking, phone banking dan penggunaan ATM. 2.1.4 Karakteristik Jasa ( Service Characteristics ) Berdasarkan berbagai riset dan literatur manajemen dan pemasaran jasa mengungkapkan bahwa jasa mempunyai empat karakteristik yang unik. Lovelock dan Gummeson (2004) merumuskannya kedalam Paradigma IHIP : Intagibility, Heterogeneity/Variability/Inconsitensy, Insperability, dan Perishability, antara lain : 1. Intangibility (tidak berwujud) Jasa bersifat intangible dimaknai sebagai sesuatu yang tidak dapat dilihat, dirasa, dicium, didengar atau dirasa sebelum dibeli atau dikonsumsi. Jika barang merupakan suatu obyek, alat, material atau benda, maka jasa merupakan perbuatan, tindakan, pengalaman, kinerja, proses atau usaha (Berry, 1980, dalam Tjiptono dan Chandra, 2005 ,p22). Dengan pemahaman ini, maka jasa hanya bisa dikonsumsi, tidak seperti halnya barang yang selain bisa dikonsumsi juga sekaligus bisa dimiliki. Walaupun ketika jasa tersebut dikonsumsi, seringkali didukung dan berkaitan dengan produk fisik. Sebagai contoh, kendaraan bermotor, kapal laut, dan pesawat udara dalam jasa transportasi (Tjiptono dan Chandra, 2005 , p22). 2. Heterogeneity / variability Karakteristik ini memberi pemahaman bahwa jasa bersifat sangat variable karena tidak ada standarisasi ouput, tergantung siapa, kapan dan dimana jasa tersebut diproduksi. Dengan demikian akan banyak sekali terdapat variasi bentuk, jenis dan kualitas jasa yang diproduksi. Hal ini bisa terjadi karena jasa melibatkan unsur manusia dalam proses produksi dan konsumsinya. Berbeda dengan unsur mesin , manusia biasanya tidak bisa diprediksi dan cenderung tidak konsisten dalam hal sikap dan perilakunya. Menurut Bovee et al ( 1995 ) dalam Tjiptono dan Chandra ( 2005 ,p24 ), variabilitas kualitas jasa disebabkan oleh tiga factor, yaitu : (1) kerjasama atau partisipasi pelanggan selama penyampaian jasa ; (2) moral/motivasi karyawan dalam melayani pelanggan ; dan (3) beban kerja perusahaan. 3. Inseparability Berbeda dengan produk fisik, untuk jasa, tidak ada keterpisahan waktu antara saat jasa itu diproduksi dan saat jasa itu dikonsumsi. Untuk produk berbentuk fisik biasanya diproduksi terlebih dahulu, kemudian dijual, lalu baru dikonsumsi. Sedangkan jasa umumnya dijual terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan. Interaksi antara penyedia jasa dan pelanggan merupakan ciri khusus dalam pemasaran jasa. Dalam hubungan kedua pihak ini, efektifitas individu yang menyampaikan jasa merupakan unsur penting. Oleh karena itu, keberhasilan bisnis jasa terletak pada keberhasilan proses rekrutmen, kompensasi, dan pengembangan karyawannya (Tjiptono dan Chandra, 2005 , p26). 4. Perishability Ini berarti bahwa jasa merupakan produk yang tidak tahan lama, tidak dapat disimpan untuk pemakaian ulang diwaktu datang, tidak dapat dijual kembali atau tidak dapat dikembalikan (Edget dan Parkinson, 1993; Zeithaml dan Bitner, 2003 dalam Tjiptono dan Chandra, 2005 , p26). Dengan memahami berbagai karakteristik khusus dan unik pada jasa, serta permasalahanpermasalahan yang terkait dengan karateristik tersebut, maka setiap tindakan yang diambil oleh penyedia jasa, harus selalu mengacu pada karakteristik dan permasalahan tersebut, sehingga upaya pemenuhan kepuasan dan loyalitas pelanggan akan selalu dapat tercapai. 2.1.5 Problematika Bisnis Jasa Karakteristik utama jasa berdasarkan paradigm IHIP yang terdiri atas intagibility,heterogeneity, inseparability dan perishability. Keempat karakteristik ini berdampak strategik pada sejumlah masalah utama ( Zeithaml et al, 1985 ) : 1. Masalah-masalah berkaitan dengan karakteristik intangibility : - Jasa tidak bisa disimpan - Jasa tidak dapat dilindungi dengan hak paten - Organisasi jasa tidak dapat dengan mudah dan cepat menunjukkan atau mengkomunikasikan suatu jasa - Harga jasa sukar ditetapkan 2. Masalah – masalah berkaitan dengan karakteristik inseparability : - Konsumen terlibat dalam aktivitas produksi jasa - Aktivitas pemasaran dan produksi jasa sangat interaktif - Produksi massa yang terpusat sangat sukar didalam jasa 3. Masalah berkaitan dengan karakteristik variability : - Sangat sulit melakukan standarisasi dan pengendalian kualitas jasa 4. Masalah berhubungan dengan karakteristik perishability : - Jasa tidak dapat disimpan 2.1.6 Strategi Mengatasi Masalah Berkenaan dengan Karakteristik Jasa Dengan mempertimbangkan berbagai karakteristik khusus dan unik pada jasa, serta permasalahan-permasalahan yang relevan, ada beberapa stretegi yang dapat diterapkan organisasi jasa , diantaranya : 1. Strategi mengatasi masalah-masalah berkenaan dengan karakteristik intangibility : - Menekankan petunjuk-petunjuk fisik ( tangible cues ) , seperti tempat ( desain interior dan eksterior ), sumber daya manusia ( berperilaku santun, responsive, ramah, berbusana rapih ), peralatan dan fasilitas penunjang ( computer ,mebel, lift, escalator dan lain-lain ), simbol dan logo perusahaan. - Menggunakan sumberdaya personal lebih banyak dibandingkan sumber daya lainnya. - Menciptakan citra organisasi yang kuat melalui iklan, logo/symbol, perilaku manajemen dan karyawan yang positif ( responsive, etis, peduli akan lingkungan dan isu-isu sosial , terpercaya), dan seterusnya. 2. Strategi megatasi masalah-masalah berkenaan dengan karakteristik heterogeneity : - Mengindustrialisasikan jasa melalui pemanfaatan teknologi dan standarisasi proses operasi jasa. 3. Strategi mengatasi masalah-masalah berkenaan dengan karakteristik inseparability : - Melakukan seleksi dan pelatihan secara cermat terhadap public contact personnel, yaitu setiap karyawan yang berinteraksi langsung dengan orang banyak. Kriteria yang perlu ditekankan antara lain kemampuan berkomunikasi secara efektif , pemahaman terhadap produk/jasa , kecerdasan emosisonal, sikap dan perilaku setiap karyawan. - Mengelola konsumen ( manage customers ), misalnya mengkomunikasikan script ( scenario ) yang jelas menyangkut peran dan kewajiban setiap pelanggan selama proses penyampaian jasa. - Menggunakan beberapa lokasi jasa ( multisite locations ) , artinya jasa tidak terpusat di satu tempat saja dan karenanya mudah diakses dan relative murah didatangi pelanggan. 4. Strategi mengatasi masalah-masalah berkenaan dengan karakteristik perishability: - Menggunakan sejumlah ancangan untuk mengatasi fluktuasi permintaan ( Manajemen Permintaan Jasa ), misalnya : Menerapkan system antrian yang efektif dan menawarkan jasa komplementer. 2.1.7 Definisi Manfaat Hubungan ( Relational Benefit ) Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kinard dan Capella, (2006) "Relationship marketing: the influence of consumer involvement on perceived service benefits", Journal of Services Marketing, Vol. 20 Iss: 6, pp.359 – 368 mengatakan bahwa : Manfaat Relasional didefinisikan sebagai manfaat yang diterima pelanggan dari hubungan jangka panjang dan diluar inti kinerja pelayanan ( Gwinner et al., 1998 ). Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh Arturo et al ( 2007 ) ” Relational Benefits and Customer Satisfaction in Retail Banking”, International Journal of Bank Marketing, Vol. 25 pp 253-271 mengatakan bahwa : Manfaat Relasional didefinisikan sebagai manfaat yang cenderung diterima pelanggan sebagai hasil dari keterlibatan dalam hubungan jangka panjang dengan penyedia layanan. 2.1.8 Indikator Manfaat Hubungan ( Relational Benefit ) Secara khusus, Gwinner et al. ( 1998 ) menunjukkan bahwa manfaat relasional ini adalah hasil dari keterlibatan pertukaran relasional dalam jangka panjang dengan perusahaan jasa dan dapat dikategorikan menjadi tiga jenis manfaat yang berbeda yakni : 1. Confidence Manfaat Confidence dianggap paling penting karena mereka mengurangi tingkat kecemasan yang terkait dengan layanan penawaran, mengurangi risiko persepsi buruk, dan meningkatkan pengetahuan tentang harapan pelayanan (misalnya Berry, 1995; Bitner, 1995; Hennig-Thurauetal,2002 ). 2. Social Konsumen juga dapat merasakan manfaat sosial ( Social ) dari menempa hubungan jangka panjang dengan penyedia layanan, seperti pengakuan pribadi oleh karyawan,keakraban pelanggan, dan perkembangan persahabatan dengan penyedia layanan (Berry,1995; Gremler dan Gwinner,2000). 3. Special Treatment Pada akhirnya, konsumen bisa mencapai perlakuan khusus ( special treatment ) manfaat dari hubungan lama, seperti ekonomi atau kustomisasi manfaat dari penyedia layanan lain yang gagal berdasarkan penelaahan literature sekitarnya tentang manfaat relational. 2.1.9 Definisi Word Of Mouth Menurut Hasan ( 2010, p32 ) Word of Mouth adalah upaya untuk memberikan alasan agar orang berbicara tentang merek, produk maupun jasa dan membuat berlangsungnya pembicaraan itu lebih mudah. Perusahaan memicu minat konsumen dengan cara menyebabkan konsumen berbagi pengalaman dengan orang lain. Agar prosesnya dapat berjalan dengan sempurna marketer perlu mencari orang-orang yang sangat terkesan dan sangat puas atau bahagia karena produk, atau jasa yang ia terima, orang semacam ini akan menjadi rekomender yang besar pengaruhnya terhadap orang lain. Pelanggan yang telah memiliki pengalaman unik tentang produk, jasa dan merek dari perusahaan tertentu ini, cenderung akan memasukkan produk, jasa dan merek itu kedalam daftar percakapan. Mereka secara sadar atau tanpa sadar mengungkapkannya kepada orang lain secara lisan ( word of mouth ) dalam berbagai kesempatan. Word of Mouth juga dikenal sebagai alat yang kuat untuk memasarkan atau mempromosikan produk atau perusahaan tanpa biaya ataupun biayanya sangat kecil. Word of Mouth merupakan kekuatan yang paling kuat dalam pasar, dan marketing yang paling murah serta efektif yang dapat digunakan didunia bisnis. Dari berbagai kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa Word of Mouth pada dasarnya adalah pesan tentang produk atau jasa perusahaan , ataupun tentang perusahaan itu sendiri, dalam bentuk komentar tentang kinerja produk, keramahan, kejujuran, kecepatan pelayanan dan hal lainnya yang disarankan dan dialami oleh seseorang yang disampaikan kepada oranglain. Berdasarkan pendapat Hasan ( 2010, p264 ), Word of Mouth terdiri atas dua jenis yaitu : - Organis Word of Mouth Terjadi ketika seseorang konsumen merasa sangat puas dengan kinerja dari produk ataupun layanan sehingga berkeinginan untuk berbagi pengalaman dan informasi kepada keluarga dan teman-temannya. Ini menandakan pentingnya kepuasan pelanggan ( customer satisfaction ). - Amplified Word of Mouth Pembicaraan yang dimulai oleh kampanye yang disengajakan untuk membuat orangorang untuk berbicara. Beberapa hal yang membuat WOM menjadi sangat penting saat ini adalah ( dalam : http://nustaffsite.gunadarma.ac.id/blog/titi_n/2008/07/19/word-of-mouth-marketing/ ) : 1. Noise. Hal ini merujuk pada kenyataan bahwa konsumen saat ini sulit menentukan pilihan karena banyaknya iklan yang dilihat melalui media setiap hari. konsumen menjadi bingung dalam menentukan satu pilihan produk yang diinginkan. Sehingga mereka lebih tertarik untuk mendengarkan rekomendasi produk dari orang -orang lain atau sekelompok teman. 2. Skepticism. Dalam konteks ini , konsumen pada umumnya meragukan ( skeptis) terhadap kebenaran dari informasi yang diterimanya.Hal ini terjadi karena konsumen pernah mengalami suatu kekecewaan terhadap suatu produk tertentu.Kemudian konsumen tersebut mencoba berpaling ke produk yang lain dengan mencari informasi melalui sekelompok teman tentang beberapa produk yang direkomendasikan sesuai yang mereka butuhkan. 3. Connectivity. Konsumen selalu melakukan interaksi dan berkomunikasi satu sama lain hampir setiap hari dan akhirnya saling berkomentar tentang suatu pengalaman-pengalaman mereka terhadap penggunaan suatu produk atau jasa. Berdasarkan beberapa hal tersebut, perlunya influencer yang mampu mempengaruhi konsumen dalam pemilihan suatu produk.Melalui influencer inilah , WOM diarapkan dapat dilakukan secara efektif. 2.1.10 Indikator dari Word Of Mouth Kinard dan Capella, (2006) "Relationship marketing: the influence of consumer involvement on perceived service benefits", Journal of Services Marketing, Vol. 20 Iss: 6, pp.359 – 368 pada penelitiannya mengukur Word Of Mouth dengan indicator sebagai berikut : - Would recommend to someone who seeks my advice - Say positive things about this to others - Recommend this to others - Told others about positive experiences with this 2.1.11 Pengertian Jaminan Sosial Tenaga Kerja Jaminan sosial tenaga kerja pada hakekatnya merupakan program public yang memberikan perlindungan bagi tenaga kerja dalam menghadapi resiko-resiko sosial ekonomi tertentu. Unsur-unsur utama dalam pengertian ini menyangkut : 1. Program Publik Jaminan sosial merupakan program public yaitu program yang memberikan hak dan kewajiban secara pasti ( compulsory ) bagi pengusaha dan tenaga kerja berdasarkan Undang-Undang No. 3 Tahun 1992. Hak yang diberikan berupa santunan tunai dan pelayanan medis bagi tenaga kerja dan keluarganya, sedang kewajibannya berupa kepesertaan dan pembiayaan dalam program ini. 2. Perlindungan Jaminan sosial memberikan perlindungan yang sifatnya dasar dengan maksud untuk menjaga harkat dan martabat manusia jika mengalami resiko-resiko sosial ekonomi dengan pembiayaan yang dapat dijangkau oleh setiap pengusaha dan tenaga kerja sendiri. 3. Resiko sosial ekonomi Resiko-resiko yang ditanggulangi terbatas pada peristiwa-peristiwa kecelakaan, sakit, hamil, bersalin, cacad, hari tua dan meninggal dunia yang mengakibatkan berkurangnya atau terputusnya pengahsilan tenaga kerja dan / atau membutuhkan perawatan medis. 2.1.12 Penelitian Terdahulu 2.1.12.1 Service Characteristics dengan Relational Benefits Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kinard dan Capella, (2006) "Relationship marketing: the influence of consumer involvement on perceived service benefits", Journal of Services Marketing, Vol. 20 Iss: 6, pp.359 – 368 mengatakan bahwa “H1a and H1b testing was instituted using MANOVA, with composite mean scores for each benefit type serving as dependent variables and service type as the independent variable. The means for each benefit set for both service types are listed in Table II. The F tests and related p-values in Table II support H1a and H1b, confirming that consumers engaged in a high contact (i.e. face-to-face interaction), customized service perceive greater relational benefits than do consumers engaged in a standardized, moderate contact service. This also confirms earlier work by Gwinner et al. (1998) that confidence benefits are perceived to be the most important to consumers, and that perceived social (F ¼ 68:49) and special treatment (F ¼ 18:83) benefits vary dramatically according to service type”. H1a dan H1b pengujian dilembagakan menggunakan MANOVA, dengan komposit ratarata skor untuk setiap jenis manfaat yang berfungsi sebagai tergantung variabel dan jenis layanan sebagai independen variabel. Cara untuk setiap set manfaat untuk kedua jenis layanan tercantum dalam Tabel II. Pengujian F dan terkait hal-nilai dalam Tabe lII dukungan H1a dan H1b, membenarkan bahwa konsumen terlibat dalam kontak tinggi (yaitu tatap muka interaksi), disesuaikan layanan merasakan manfaat relasional yang lebih besar daripada konsumen terlibat dalam pelayanan, kontak standar moderat. Ini juga menegaskan karya sebelumnya oleh Gwinner et al. (1998) bahwa manfaat kepercayaan dianggap sebagai yang paling penting untuk konsumen, dan yang dirasakan sosial (F ¼ 68:49) dan khusus perlakuan (F ¼ 18:83) manfaat bervariasi secara dramatis sesuai dengan jenis layanan. H1a : Services requiring greater (less) face-to-face personal interaction are more (less) likely to exhibit relational benefits to consumers. H1b : Service providers that offer a more (less) customized service are more (less) likely to exhibit relational benefits to consumers 2.1.12.2 Relational Benefits terhadap Word of Mouth Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kinard dan Capella, (2006) "Relationship marketing: the influence of consumer involvement on perceived service benefits", Journal of Services Marketing, Vol. 20 Iss: 6, pp.359 – 368 mengatakan bahwa pentingnya manfaat hubungan dalam perusahaan jasa sehingga dapat menghasilkan pengaruh positif terhadap loyalitas, Word of Mouth ,dan tingkat kepuasan. 2.1.12.3 Relational Benefits terhadap Word of Mouth ( 2 ) Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dimitriadis, (2010) "Testing perceived relational benefits as satisfaction and behavioral outcomes drivers", International Journal of Bank Marketing, Vol. 28 Iss: 4, pp.297 – 313 mengatakan bahwa Makalah ini bertujuan untuk menyelidiki berbagai jenis manfaat relasional yang dirasakan dalam hubungan pelanggan bank ritel. Lebih lanjut berusaha untuk menilai pengaruh manfaat hubungan pada tiga hasil perilaku, Word of Mouth, niat untuk melanjutkan hubungan dan lintas-beli ( pembelian ). 2.2 Kerangka Pemikiran Relational Benefits ( Y ) : Service Characteristics ( X ): - Confidence - Social - Special Treatment - Intangibility - Heterogeneity - Inseparability - Perishability Word of Mouth ( Z ) : - Would recommend to someone who seeks my advice - Say positive things about this to others - Recommend this to others - Told others about positive experiences with this - Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Service Characteristics terhadap Relational Benefits pada peserta Jamsostek Kantor Cabang Tangerang I. - Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Relational Benefits terhadap Word of Mouth pada peserta Jamsostek Kantor Cabang Tangerang I. - Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Service Characteristics terhadap Word of Mouth pada peserta Jamsostek Kantor Cabang Tangerang I. Sumber : Penulis Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Keterangan : Dari gambar kerangka pemikiran diatas, dapat disimpulkan bahwa variable Service Characteristics dengan dimensinya adalah Intangibility, Heterogeneity, Inseparablity,dan Perishability mempunyai kaitan dengan Relational Benefit dengan dimensinya adalah : Confidence, Social and Special Treatments. Dan memberikan dampak terhadap Word of Mouth dengan dimensinya adalah : Would Recommend to someone who seeks my advice, Say positive things about this to others , Recommend this to others dan Told others about positive experiences with this. 2.3 Hipotesis Definisi Hipotesis ( dalam : http://lenterakecil.com/pengertian-hipotesis-dalam- penelitian/ )Hipotesa berasal dari penggalan kata ”hypo” yang artinya ”di bawah” dan “thesa” yang artinya ”kebenaran”, jadi hipotesa yang kemudian cara menulisnya disesuaikan dengan ejaan Bahasa Indonesia menjadi hipotesa dan berkembangan menjadi Hipotesa. Pengertian Hipotesa menurut Sutrisno Hadi adalah tentang pemecahan masalah. Sering kali peneliti tidak dapat memecahkan permasalahannya hanya dengan sekali jalan. Permasalahan itu akan diselesaikan segi demi segi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk tiap-tiap segi, dan mencari jawaban melalui penelitian yang dilakukan. Dari kedua pernyataan tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis adalah suatu dugaan yang perlu diketahui kebenarannya yang berarti dugaan itu mungkin benar mungkin salah. Ha : Terdapat Pengaruh atau hubungan antar variabel Ho : Tidak terdapat pengaruh atau hubungan antar variable Hipotesis untuk penelitian ini berdasarkan identifikasi masalah yang ada adalah sebagai berikut : Tujuan Pertama : T-1 : Untuk mengetahui apakah ada pengaruh Service Characteristics terhadap Relational Benefits pada peserta PT Jamsostek ( Persero ) cabang Tangerang I. Ha : Ada pengaruh Service Characteristics terhadap Relational Benefits pada peserta PT Jamsostek ( Persero ) cabang Tangerang I. Ho : Tidak ada pengaruh Service Characteristisc terhadap Relational Benefits pada peserta PT Jamsostek ( Persero ) cabang Tangerang I. Tujuan Kedua : T-2 : Untuk mengetahui apakah ada pengaruh Relational Benefits terhadap Word of Mouth pada peserta PT Jamsostek ( Persero ) cabang Tangerang I. Ha : Ada pengaruh Relational Benefits terhadap Word of Mouth pada peserta PT Jamsostek ( Persero ) cabang Tangerang I. Ho : Tidak ada pengaruh Relational Benefits terhadap Word of Mouth pada peserta PT Jamsostek ( Persero ) cabang Tangerang I. Tujuan Ketiga : T-3 : Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Service Characteristics terhadap Word of Mouth pada peserta Jamsostek Kantor Cabang Tangerang I ? Ha : Ada pengaruh Service Characteristics terhadap Word of Mouth pada peserta PT Jamsostek ( Persero ) cabang Tangerang I. Ho : Tidak ada pengaruh Service Characteristisc terhadap Word of Mouth pada peserta PT Jamsostek ( Persero ) cabang Tangerang I.