FISIKA MATEMATIKA I MATRIKS Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisika Matematika I Anggota Kelompok : ANIQ RIF’ATUN NAJIHAH (1101135001) NUR FAISIL NADHIROH (1101135017) ROHIMATUL JANNAH (1101136018) SANTIKA DEWI PURNAMA (1101135019) TIKA SURYANI (1101135022) PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR.HAMKA 2013 MATRIKS A. DEFINISI DAN NOTASI Definisi matriks yang lebih pasti dan umum adalah sebagai berikut Definisi Sebuah matriks A berukuran (m x n) adalah suatu susunan petak bilanganyang memiliki m baris dan n kolom, dengan elemen pada baris ke-I dan kolom ke-j, atau petak (i, j), dilambangkan dengan aij, yakni: Kolom j A= baris i Matriks adalah suatu kumpulan besaran (variabel dan konstanta) yang dapat dirujuk melalui indeknya, yang menyatakan posisinya dalam representasi umum yang digunakan, yaitu sebuah tabel persegipanjang. Matriks merupakan suatu cara Matriks adalah sekumpulan bilangan yang disusun secara baris dan kolom dan ditempatkan pada kurung biasa atau kurung siku. Penulisan matriks: atau Ordo suatu matriks adalah bilangan yang menunjukkan banyaknya baris (m) dan banyaknya kolom (n). Matriks di atas berordo 3x2 Indeks i berjalan dari i= 1 hingga m; sedangkan j dari 1 hingga n. Bila banyaknya baris dan kolom sebuah matriks adalah sama, n misalnya, matriks tersebut disebut matriks bujur sangkar berukuran n x n, atau berorde n. matriks yang hanya terdiri dari satu baris, berukuran (1 x n), disebut matriks baris; sedangkan yang terdiri dari hanya satu kolom, berukuran (n x 1) disebut matriks kolom Sebuah matriks A berukuran m x n dengan elemen aij seringkali diringkas sebagai berikut: A= (aij). Untuk matriks bujur sangkar, elemen-elemen aij, dengan (I = j), disebut elemen diagonal. Berikut adalah beberapa matriks istimewa. Matriks bujur sangkar A yang semua elemen takdiagonalnya nol, jadi aij = 0, untuk i≠ j, disebut matriks diagonal. Matriks diagonal ini, seringkali diringkas penulisannya dengan pernyataan: A = diag [ a11 a22…. a33]. Matriks diagonal istimewa yang semua elemen diagonalnya bernilai satu, disebut matriks satuan, yang lazimnya dinotasikan dengan I. jadi I = diag [1 1 … 1]. Terakhir, matriks yang semua elemennya nol, aij = 0, untuk semua I dan j, disebut matriks nol, dan dilambangkan dengan O. ukuran matriks nol O disesuaikan, misalnya dalam suatu hubungan aljabar, agar taat asas dengan pernyataan aljabarnya Contoh 1.1 A= = diag (2 -1 3), i= Berturut-turut matriks diagonal, dan satuan berorde-3 B. ALJABAR MATRIKS a. Kesamaan Matriks 2 matriks dikatakan sama jika ordonya sama dan elemen yang seletak sama. Contoh: Tentukan nilai 2x-y+5z! Jawab: maka maka maka Dua buah matriks adalah sama, jika dan hanya jika mereka memiliki ukuran yang sama dan setiap elemennya yang bersangkutan adalah sama pula, jadi, jika A = (aij), dan B = (bij) adalah dua buah matriks dengan ukuran sama, maka A = B, jika dan hanya jika aij = b ij , untuk semua i dan j. Contoh 2.1 = Jika dan hanya jika a11 = 1, a12 = 2, a13 = -1 a21 = 3, a22 = 1, a23 = 0 b. Penjumlahan / pengurangan matriks Dua buah matriks A dan B berukuran sama dapat dijumlahkan / dikurangkan dengan hasil sebuah matriks baru C berukuran sama pula, yang elemennya merupakan hasil jumlah/selisih elemen matriks A dan B yang bersesuaian. Jadi, misalkan A = (aij), dan B = (bij) bersamasama berukuran (m x n). maka, A ± B = C, dengan cij = aij + bij Contoh 2.2 + = Penjumlahan dan pengurangan matriks dapat dilakukan dengan mengoperasikan komponen matriks pada letak yang sama, atau dilambangkan dengan atau dalam representasi dekoratfinya c. Perkalian dengan sebuah bilangan Perkalian sebuah matriks A dengan sebuah bilangan c, menghasilkan sebuah matriks baru B dengan ukuran yang sama dan elemennya sama denga hasilkali elemen matriks A dengan c. Misalkan A = (aij) berukuran (m x n), maka cA = B. matriks B = (bij) juga berukuran (m x n) dengan bij = caij Contoh 2.3 (5) = = d. Perkalian Matriks Sebuah matriks A (m x n) dapat mengalikan sebuah matriks B (n x p) dari kiri, yang member hasil sebuah matriks C = AB berukuran (m x p). elemen dalam baris ke-i dan kolom ke-j dari C adalah jumlah : cij = ailbij + ai2bnj + . . . .ainbnj = . . . . . . . . . . . . . . . . . (1) Perhatian: definisi perkalian matriks (1) mensyaratkan jumlah elemen beris matriks pertama (A) haruslah sama banyak dengan jumlah elemen kolom matriks kedua (B). Dalam kalimat, persamaan (1) mengatakan “elemen i dan j dari matriks hasil kali AB = C, diberikan oleh jumlah hasilkali setiap elemen A dalam baris i, satu per satu, secara berurutan dari kiri ke kanan, dengan elemen bersesuaian B dalam kolom j, dari atas ke bawah”. Kita dapat pula mengatakan bahwa matriks B mengalikan A dari kanan. Contoh 2.4 , misalkan A= , dan B = , maka AB = C, dengan C= = Perhatian : berbeda dari aljabar bilangan biasa, hasilkali dua buah matriks, pada umumnya, tidaklah komut, yakni AB ≠ BA e. Operasi Transpos Dalam berbagai penerapan matriks, seringkali kita ingin memperoleh sebuah matriks baru dari matriks A dengan cara mempertukarkan baris dan kolomnya. Operasi pertukaran baris dan matriks transposisinya disebut matriks transpose dari S, atau A transpose, yang lazim dilambangkan dengan A. jadi, jika maka AT = (aji) A = (aij), Dengan demikian, jika matriks A berukuran (m x n), maka A T berukuran (n x m). Contoh 2.5 A= , berukuran (2 x 3) Maka AT = , berukuran (3 x 2) Jadi, transpose sebuah matriks baris adalah matriks kolom, dan sebaliknya TEOREMA 1) (AT) = A Jika A dan B adalah matriks berorde sama, maka 2) (A+B)T = AT + BT 3) (AB)T = BTAT C. MATRIKS SIMETRIS, ANTISIMETRIS, DAN ORTOGONAL Sebuah matriks bujur sangkar A disenut: 1) Simetris, jika dipenuhi sifat: AT = A. 2) Antisimetris, jika dipenuhi sifat: AT = -A 3) Ortogonal, jika dipenuhi sifat: ATA = AAT = I Dengan demikian, untuk sebarang matriks bujur sangkar B, matriks jumlah (B + BT) simetris; sedangkan (B – BT) antisimetris D. MATRIKS KOMPLEKS Misalkan C adalah suatu matriks ukuran (m x n) yang elemenelemen cij nya adalah kompleks. Sebagai contoh, C= . . . . . . . . . . . . . . . (2) sebuah matriks komplek berukuran (2x3) Pada himpunan matriks kompleks berlaku semua aturan aljabar matriks seperti pada matriks real. Khusus bagi matriks kompleks, jika kita dfinisikan pula dua operasi tambahan berikut 1) Konyugat Kompleks Operasi konyugat kompleks pada sebuah matriks kompleks C, yang dilambangkan dengan (C)*, menghasilkan suatu matriks baru D, yang semua elemennya adalah konyugat kompleks dari matriks semula C, jadi D = (dij) = (c*ij). Matriks D ini kita tulis C* yang disebut matriks konyugat kompleks dari C. 2) Konyugat Hermit Operasi konyugar hermit pada sebuah matriks kompleks C, adalah gabungan operasi konyugat kompleks dan transpose, yang menghasilkan suatu matriks baru D, yakni D = (C*). Elemen-elemennya, dinyatakan dalam elemen matriks C, adalah: (dij) = (c*ij). Matriks D ini ditulis C+ yang disebut matriks konyugat Hermit dari C Contoh Tinjau kembali matriks kompleks C per (2). Operasi konyugat kompleks padanya menghasilkan matriks: C* = Sedangkan operasi konyugat Hermit menghasilkan matriks C= TEOREMA 1) (A+)+ = A Jika A dan B adalah matriks berorde sama, maka: 2) (A+B)+ = A+ + B+ 3) (AB)+ = B+A+ E. MATRIKS DAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR. REDUKSI BARIS Tinjau system persamaan linear dalam variable x,y,z berikut 2x + y – z = 2 X–y+z=7 2x + 2y + z = 4 System persamaan ini dapat ditulis ulang dalam bentuk matriks sebagai berikut: AX = B . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(3) Dengan A= ; = y ; dan B = . . . . . . . . . . . . . (4) Matriks A sering kali disebut matriks koefesien. Berikut kita akan bahas langkah pemecahan system persamaan linear, yaitu dengan mengalihkannya, langkah demi langkah, ke suatu system persamaan setara sederhana berbentuk: x =3 y = -2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(5) z =2 yang darinya terbaca langsung pemecahannya. Untuk itu kita akan menerapkan metode reduksi baris (RB) pada matriksnya, pers (3), mengikuti langkah-langkah berikut. persamaan Langkah 4. Jumlahkan baris 3 dengan (-2) kali baris 1. Langkah 5. Jumlahkan baris 3 (langkah 4) dengan -3 kali baris 2 (langkah 2 dan 3). Hasil langkah 4 dan 5 adalah: Langkah 6. Kalikan baris 3 dengan (-1/9): Matriks perluasan terakhir ini telah berada dalam bentuk eselon baris, yaitu bentuk matriks dengan elemen taknol pertama pada setiap baris terletak pada kolom berikut dari elemen taknolm pertama baris sebelumnya. Kita dapat menyederhanakan lebih lanjut, ke bentuk yang semua suku matriks koefesiennya setelah elemen taknol, 1 dalam hal ini, sama dengan nol. Untuk itu kita terapkan operasi RB berikut. Langkah 7. Jumlahkan baris 1 dengan baris 2, kemudian Langkah 8. Jumlahkan baris 1 dengan -3 kali baris 3 Ini menggambarkan system persamaan linear (5), yang memiliki pemecahan x = 3, y = -2, dan z = 2. CATATAN: untuk menghemat ruang, dan memprjelas operasi reduksi baris ini, disarankan menggunakan notasi aljabar berikut di atas tanda panah ( ) antara metrics semula dan matriks hasil. Yaitu, (dibaca: baris p dikalikan dengan a kemudian dijumlahkan atau dikurangkan dengan b kali baris q), seperti diperlihatkan pada contoh 3.1 (R singkatan dari row, istilah inggris untuk baris). F. RANK MATRIKS Penerapan matriks pada pemecahan persamaan linear seringkali memerlukan pengertian rank matriks. Definisinya sebagai berikut Definisi : sebuah matriks A (m x n) dikatakan memiliki rank r ≤ m, jika matriks hasil reduksi baris ke bentuk eselon baris memiliki paling sedikit r buah yang taknol. Contoh 3.1 selidiki rank dari matriks M= Pemecahan: untuk mengalihkan matriks M ke bentuk eselon baris, kita lakukan operasi reduksi beris berikut: Karena dalam bentuk eselon ini terdapat dua baris yang taknol, maka rank matriks M adalah r = 2 G. DETERMINAN Matriks ordo 2x2 Misalkan: maka Determinan A (ditulis ) adalah: Matriks ordo 3x3 Cara Sarrus Misalkan: Jika maka tentukan ! Penghitungan matriks dilakukan dengan cara menambahkan elemen dari kiri atas ke kanan bawah (mulai dari a → e → i, b → f → g, dan c → d → h) lalu dikurangi dengan elemen dari kanan atas ke kiri bawah (mulai dari c → e → g, a → f → h, dan b → d → i) sehingga menjadi: Contoh: maka tentukan ! Untuk setiap matriks bujur sangkar A berorde n kita kaitkan sebuah bilangan det(A) atau ∣aij∣ yang disebut determinan A, yang dihitung dari elemen matriks A sebagai berikut. Untuk n = 1 dan n = 2, kita definisikan: Det a11] = a11 …………………………(4.1) Det = = a11a22 - a12a21……. (4.2) Sedangkan untuk matriks berukuran n = 3, kita definisikan: Det = (a11a22a33 a12a23a31+A13A21A32) + - (a31a22a13+a32a23a11+a33a21a12) …………… (4.3) Dengan menyusun kembali suku-sukunya, ruas kanan pers (4.3) dapat ditulis sebagi berikut: a11(a22a33 _ a32a23) –a12(a21a33 – a31a23) + a13(a21a32 – a31a22) atau a11 - a12 + a13 …….. (4.4) ketiga determinan pada pers (4.5) dapat diperoleh dari determinan semula dengan mengabaikan baris dan kolom tertentu. Definisi (4.4) untuk determinan matriks berorde 3 ini memperlihatkan suatu pola perhitungan determinan yang diturunkan dari definisi umum determinan matriks berorde n > 3. Untuk memahami rumusan pola umumnya, kita perlu menelaah terlebih dahulu kedua besaran berikut. H. MINOR Determinan orde dua pada pers (4.4) disebut minor (determinan minor) dari elemen bersangkutan yang dikalikan. Jadi, adalah minor dari a11 adalah minor dari a12 dan sterusnya Secara umum, minor dari elemen aij sebuah matriks A didefinisikan sebagai determinan matriks yang tertinggal setelah baris ke-I dan kolom ke-j mengandung elemen aij dihapus. I. KOFAKTOR Kofaktor dari elemen aij adalah determinan Kij, yaitu Kij = (-1)i+j x (minor dari aij) Jadi, untuk matriks (3 x 3) pada pers (4.3) : K11 = (-1)1+1 = K12 = (-1)1+2 =- Jadi, pers (4.4) dapat dituliskan sebagai Det (A) = a11k11 + a12k12 + a13k13 Secara umum, determinan matriks A diberikan oleh definisi sebagai berikut: Definisi (4.1) determinan suatu matriks A sama dengan jumlah hasilkali setiap elemen sebarang baris atau kolom dengan kofaktornya Contoh 4.1 : hitunglah determinan matriks berikut A= Dengan menggunakan kofaktor dari elemen-elemen kolom ketiga Pemecahan : kofaktor dari elemen ketiga, -1, 1 dan 1, berturut-turut dinyatakan dalam a13k13 + a23k23 + a33k33 K13 = (-1)1+3 = (-1) (2 – 2) = 4 K23 = (-1)2+3 K33 = (-1)3+3 = (-1) (4 – 2) = -2 = (1) (-2 –1 ) = - 3 = (-1)(4) + (1)(-2) + (1)(-3) = -9 J. Matriks Identitas (I) Matriks identitas (I)adalah matriks yang nilai-nilai elemen pada diagonal utama selalu 1. K. Matriks Transpose (At) Matriks transpose adalah matriks yang mengalami pertukaran elemen dari baris menjadi kolom dan sebaliknya. Contoh: maka matriks transposenya (At) adalah L. NILAI EIGEN dan FAKTOR EIGEN Misalkan : tentukan sebuah titik (x,y), kemudian ditarik dengan kondisi sumbu (x,y) tetap dan arah dijaga sama dengan arah sehingga titik (x,y) berubah letak menjadi titik (x,y). = M …….(5.1) dimana M=nmatriks deformasi (matriks dari SPL) ……..(5.2) = (vector eigen) nilainya sama dengan Jadi: =M atau =M M M (M Ket : = - =0 (M - =0 = disebut nilai eigen atau nilai karakteristik dan =vektor eigen atau vector karakteristik Secara umum dinyatakan Contoh 5.1 Carilah nilai eigen dan vector eigen dari persamaan linear X=X+Y Y = 4X + Y Jawab : a. = M= =0 (1 –λ) – 4.1 = 0 - 2λ – 3 = 0 (λ – 3) = 0 Jadi nilai eigen λ1 = -1 λ2 = 3 b. =λ x + y = λx 4x + y = λy Untuk λ1 = -1 x + y = -x Y = -x-x = -2x 4x + y = -y 4x + (-2x) = - (-2x) 2x = 2x X=1 Untuk λ2 = 3 x + y = 3y y = 3x – x = 2x 4x + y = 3y 4x + (2x) = 3(2x) 6x = 6x x=1 Vektor Eigen : λ1 = -1 x = 1 & y = -2 λ2 = 3 x=1&y=2 LATIHAN 1 1. 4x + 4y = x 4x – 2 y = y carilah nilai dan vector eigen Jawab: = M= =0 (4 – λ) (- 2 – λ) – 4.4 = 0 12 x 2, 8x4 6 x 4 λ² - 2λ – 24 = 0 (λ + 4) (λ – 6) = 0 λ1 = -4 λ2 = 6 vektor eigen = 4x + 4y = λx 4x – 2y = λy Untuk λ1 = -4 4x + 4y = -4x 4y = -4x – 4x 4x – 2y = -4y y= 4x –2y = - 4y Y = -2x 4x-(-2x)=-4(-2x) 6x = 8x x= Untuk λ2 = 6 4x + 4y = 6x 4x – 2y = 6y 4y = 6x – 4x y= Y= x 4x –2y = 6y 4x-( x)=6( x) x = 3x x= vector eigen λ1 = -4 x = 4/3, y = -2 λ2 = 6 x= ½, y = 6/7, = = M. Nilai Eigen Matriks Diberikan sebuah matriks A, untuk menentukan sebuah skalar dan matriks kolom tak nol x yang secara simultan memenuhi persamaan Ax = x (1.1) disebut sebagai persamaan nilai eigen (eigen dalam bahasa Jerman yang berarti proper- Inggris atau sebenarnya). Solusi dari persamaan ini berkaitan erat dengan pertanyaan apakah matriks tersebut dapat ditransformasikan dalam bentuk diagonal. Persamaan nilai eigen banyak sekali dijumpai dalam aplikasi di bidang teknik seperti vibrasi mekanik, arus bolak-balik, dan dinamika benda tegar. Hal ini juga sangat penting dalam_sika modern. Semua struktur dalam mekanika kuantum berdasarkan pada diagonalisasi dari beberapa jenis matriks. 1.1 Nilai Eigen dan Vektor Eigen 1.1.1 Persamaan Sekular Dalam persamaan nilai eigen, nilai disebut sebagai nilai eigen (nilai karakteristik) dan matriks kolom x yang berkaitan dengan ini disebut sebagai vektor eigen (vector karakteristik). Jika A adalah matriks n x n (1.1) diberikan oleh dengan I adalah matriks satuan, kita dapat menuliskan (1.1) sebagai Persamaan ini memiliki solusi nontrivial jika dan hanya jika determinan dari matriks koefsien hilang (bernilai nol): Ekspansi dari determinan ini menghasilkan polinomial berderajat n, yang disebut sebagai polinomial karakteristik P( ). Persamaan Disebut sebagai persamaan karakteristik (persamaan sekular). Akarakarnya sejumlah n adalah nilai eigen dan akan dinyatakan dengan 1, 2, … n. Nilainya dapat berupa bilangan riil dan juga kompleks. Ketika salah satu nilai eigen dimasukkan ulang pada (1.2), vector eigen x(x1,x2… xn) dapat dicari. Perhatikan bahwa vektor eigen dapat dikalikan dengan konstanta dan akan tetap menjadi solusi dari persamaan. Kita akan menuliskan xi sebagai vektor eigen untuk nilai eigen _i. Yaitu, jika Jika semua nilai eigen yang berjumlah n berbeda, maka kita akan memiliki n vektor eigen yang berbeda. Jika dua atau lebih nilai eigen sama, kita menyebutnya berdegenerasi. Dalam persoalan yang sama, sebuah nilai eigen yang berdegenerasi bisa memiliki satu buah vector eigen. Di lain pihak, sebuah nilai eigen yang berdegenerasi juga bisa memiliki vektor eigen yang berbeda. Contoh 1.1.1. Carilah nilai eigen dan vektor eigen dari A, jika Solusi 1.1.1. Polinomial karakteristik dari A adalah dan persamaan sekularnya Sehingga nilai eigennya adalah Jika kita pilih vektor eigen x1 berkaitan dengan nilai eigen 1 = -1 adalah , maka x1 haruslah memenuhi: Sehingga bisa direduksi menjadi Sehingga vektor eigennya x11 = -x12, yaitu x11 : x12 = -1 : 1. Sehingga vektor eigennya dapat dituliskan Sebuah konstanta, baik positif atau negatif, yang dikalikan dengan vektor eigen ini akan tetap merupakan solusi, namun kita tidak akan menganggapnya sebagai vektor eigen yang berbeda. Dengan prosedur yang serupa, kita bisa menghitung vektor eigen untuk 2 = 3 yaitu Contoh 1.1.2. Carilah nilai eigen dan vektor eigen dari A, jika Solusi 1.1.2. Polinomial karakteristik dari A adalah dan persamaan sekularnya Nilai eigennya adalah Jika 1 = 1 + i dan vektor eigennya x1 adalah memenuhi yang memberikan Persamaan pertama memberikan , maka x1 harus yang juga merupakan hasil yang sama dari persamaan kedua, seperti sudah seharusnya. Sehingga x1 dapat ditulis sebagai Dengan cara yang sama, untuk = 2 = 1 - i vektor eigen x2 diberikan oleh Sehingga kita telah memiliki sebuah contoh untuk matriks riil dengan nilai eigen dan vector eigen kompleks. Contoh 1.1.3. Carilah nilai eigen dan vektor eigen dari A, jika Solusi 1.1.3. Polinomial karakteristik dari A adalah dan persamaan sekularnya Persamaan ini memiliki sebuah akar 5 dan dua akar yang sama -3 Vektor eigen yang dimiliki oleh nilai eigen 1 haruslah memenuhi persamaan Dengan metode eliminasi Gauss, persamaan ini dapat dituliskan yang berarti Dengan memilih x13 = 1 maka x12 = -2 dan x11 = -1. Sehingga untuk nilai eigen 1 = 5, vektor eigennya x1 adalah Karena nilai eigen -3 berdegenerasi sebanyak 2, maka vektor eigen yang kita punyai bisa atau dua buah. Marilah kita nyatakan vektor eigennya sebagai Vektor eigen ini haruslah memenuhi persamaan Dengan metode eliminasi Gauss, persamaan ini dapat dituliskan yang berarti Kita dapat menyatakan x1 dalam x2 dan x3 dan tidak terdapat batasan untuk x2 dan x3. Ambil x2 = c2 dan x3 = c3 sehingga x1 = -2c2 + 3x3, sehingga kita dapat menuliskan Karena c2 dan c3 sebarang, pertama kita bisa memilih c3 = 0 dan mendapatkan satu vector eigen, kemudian yang kedus, kita memilih c2 = 0 untuk memperoleh vektor eigen yang lain. Sehingga berkaitan dengan nilai eigen = -3 yang berdegenerasi ini, terdapat dua buah vektor eigen Dalam contoh ini, kita hanya memiliki dua buah nilai eigen berbeda, tetapi kita tetap memiliki tiga buah vektor eigen yang berbeda. Contoh 1.1.4. Carilah nilai eigen dan vektor eigen dari A, jika Solusi 1.1.4. Polinomial karakteristik dari A adalah dan persamaan sekularnya Tiga buah nilai eigennya Dari persamaan untuk vektor eigen x1 yang dimiliki oleh nilai eigen 1 kita memperoleh solusi Vektor eigen berdegenerasi, yang dimiliki oleh dua buah nilai eigen memenuhi persamaan Dengan menggunakan metode eliminasi Gauss, kita dapat menunjukkan bahwa persamaan ini ekivalen dengan yang berarti Jika kita memilih x3 = -2, maka x2 = 1 dan x1 = 3, sehingga Dua buah persamaan di atas tidak mengijinkan adanya vektor eigen yang merupakan perkalian dengan sebuah konstanta dikalikan x2. Sehingga untuk matriks 3 x 3 ini, hanya terdapat dua buah vektor eigen yang berbeda. 1.1.2 Sifat-sifat dari Polinomial Karakteristik Polinomial karakteristik memiliki banyak sifat yang berguna. Untuk mengelaborasinya, pertama kita perhatikan kasus n = 3. Sekarang jika = 0. Karena P ( λ ) adalah polinomial orde 3 maka, P( ) - )=0 Dengan mengekspansikan polinomial karakteristik P(λ)= Bandingkan dengan (1.5 ) A Hal ini berarti jumlah nilai eigen sama dengan trace dari A. Hubungan ini sangat berguna untuk mengecek apakah nilai eigen yang kita hitung benar. Selanjutnya yang merupakan jumlah dari minor utama (principal minor) atau minor dari elemen diagonal,dan = Hal ini berarti perkalian semua nilai eigen tidak lain adalah determinan dari A yang juga merupakan hubungan yang sangat berguna. Jika A adalah matriks singular = 0 maka paling tidak salah satu nilai eigen adalah nol. Dari sini berarti jika matriks tersebut memiliki invers, maka tidak ada nilai eigen yang nol. Perhitungan yang sama bisa digunakan untuk mengeneralisasi hubunganhubungan ini untuk matriks dengan orde yang lebih tinggi Contoh 1.1.5. Carilah nilai eigen dan matriks eigen dari matriks A jika A= Solusi 1.1.5. P - Sehingga tiga buah nilai eigennya adalah Sebagai pengecekan, jumlah nilai eigen =1+2+3=6 yang sama dengan trace A A=5+4-3=6 Selanjutnya hasil kali nilai eigen =6 yang juga determinan dari A =6 Misalkan adalah vektor eigen berkaitan dengan nilai eigen maka = =0 Dengan menggunakan metode eliminasi Gauss, dengan mudah dapat ditunjukkan Hanya satu dari tiga buah bilangan yang tak diketahui dapat kita pilih sebarang. Sebagai contoh, pilih eigen = 3 maka = 1 dan = 2. Sehingga untuk nilai = 1, vector eigennya Dengan cara yang sama, untuk bersesuaian adalah = 2 dan = 3, vektor eigen yang 1.1.3 Sifat-sifat Nilai Eigen Terdapat beberapa sifat nilai eigen yang sangat berguna dalam aplikasi matriks. Sifat-sifat ini berdiri sendiri tetapi bisa digunakan secara bersamaan • Matriks transpos atau ( Nilai eigen A dan adalah solusi dari Karena ) memiliki nilai eigen yang sama dengan A. dan ( dan determinan sebuah matriks sama dengan determinan transposnya.. persamaan sekular untuk A dan (A identik. Maka A dan (A memiliki nilai eigen yang sama. • Jika A adalah matriks segitiga baik yang atas maupun bawah, maka nilai eigennya adalah elemen diagonal. Jika adalah =( jelas bahwa ⋋= • Jika ⋋= , ⋋= . adalah nilai eigen dari matriks A, maka nilai eigen dari matriks invers dari kiri dengan adalah 1/ 1/ 1/ Kalikan persamaan Ax = ⋋x dan menggunakan • Jika dari matriks kita memiliki Maka adalah nilai eigen dari matriks A, maka nilai eigen Karena Ax = ⋋x, maka adalah Dengan cara yang sama 1.2. Beberapa terminology Tekah kita lihat untuk matriks persegi n x n, nilai eigennya dapat berupa bilangan riil maupun imajiner. Jika nilai eigennya berdegenerasi, kita bias memiliki atau tidak sejumlah n vector eigen yang berbeda. Bagaimanapun, terdapat jenis matriks yang disebut sebagai matriks hermitan, nilai eigennya selalu riil. Sebuah matriks hermitan n x n akan selalu memiliki n buah vector eigen yang berbeda. Untuk memfasilitasi pembahasan kita tentang matriks ini dan juga sifatsifatnya. Pertama marilah kita perkenalkan beberapa terminology berikut 1.2.1. Konjugasi Hermitan Konjugasi kompleks Jika A = (aij)mxn merupakan sebuah matriks sebarang, yang elemennya dapat berupa bilangan kompleks, konjugasi matriks tersebut dinotasikan dengan A* juga berupa sebuah matriks dengan orde m x n dengan tiap elemennya adalah kompleks konjugat dari elemen pada matriks A dalam artian (A*)ij = a*ij. Jelaslah bahwa (cA*) = c*A*. Konjugasi Hermitan Ketika dua buah operasi dari konjugasi kompleks dan transpose dikerjakan berurutan satu dengan yang lainnya pada sebuah matriks, hasil matriksnya disebut sebagai konjugasi hermitian dari matriks asalnya dan dinotasikan sebagai Aϯ, dinamakan A dagger. Orang metematik menyebut Aϯ sebagai matriks adjoin. Urutan operasi tidak penting. Yaitu Aϯ = (A*)T = ( )*. (1.6) Sebagai contoh, jika A= (1.7) Maka Aϯ = (A*)T = T = (1.8) Aϯ = ( )* = = (1.9) Konjugasi Hermitan dari Perkalian Matriks Seperti yang telah dipelajari sebelumnya bahwa transpose dari hasil kali dua matriks adalah sama dengan perkalian dua buah transpose matriks dengan urutan yang dibalik. Dari sini kita bias memperoleh (AB)ϯ = BϯAϯ, Karena (AB)ϯ = (A*B*)T = * * = BϯAϯ. (1.10) 1.2.2 Ortogonalitas Inner Product Jika a dan b merupakan vektor kolom dengan orde yang sama n, inner product atau perkalian skalar didefinisikan . Konjugasi hermitian sebuah vektor kolom adalah vektor baris = =( ), sehingga hasil inner product adalah sebuah bilangan =( ) = Terdapat dua buah lagi notasi yang biasa digunakan untuk inner product. Notasi yang paling sering digunakan dalam mekanika kuantum adalah notasi bracket yang diperkenalkan Dirac. Vektor baris dinyatakan sebagai bra, sedangkan vektor kolom dinyatakan sebagi ket. Kita dapat menuliskan vektor kolom sebagai , sebagai vektor ket dan vektor baris = <a| sebagai vektor bra. Inner product dari dua vektor ini biasanya dinyatakan sebagai <a|b = Perhatikan untuk sebarang skalar, c, ‹a|cb⟩ = c ‹a|b⟩, Sedangkan ‹ca|b⟩ = ‹a|b⟩ Notasi lain yang digunakan adalah tanda kurung: (a,b) = = ‹a|b⟩ Jika A adalah sebuah matriks (a,Ab) = ( a,b) merupakan sebuah identitas, karena ( a,b) = ( a b= ( b= Ab = (a,Ab). Sehingga jika (a,Ab) = (Aa,b) , maka A hermitian. Orang matematika menyebut hubungan =A sebagai self-adjoint. Ortogonalitas Dua buah vektor a dan b dikatakan ortogonal jika dan hanya jika =0 Perhatikan bahwa dalam ruang 3 dimensi riil hanyalah perkalian dot (titik) dari a dan b. Dalam analisis vektor, jika perkalian dot dari dua buah vektor sama dengan nol, maka dua vektor tersebut tegak lurus. Panjang sebuah Vektor Kompleks Jika kita mengadopsi definisi ini untuk perkalian skalar dua buah vektor kompleks, maka kita mempunyai definisi alami panjang sebuah vektor kompleks dalam ruang berdimensi-n. Panjang sebuah vektor kompleks ||x|| dari sebuah vektor x adalah 1.2.3 Proses Gram Schmidt Bebas Linier Himpunan vektor x1; x2; : : : ; xn dikatakan bebas linier jika dan hanya jika aixi = 0 yang mengimplikasikan ai = 0. Jika tidak maka himpunan tersebut saling bergantung linier. Pertama marilah kita uji tiga buah vektor untuk bebas linier. Pertanyaannya apakah kita dapat mencari himpunan ai yang tidak nol semua sehingga Jelas ini mensyaratkan a1 = 0, a2 = 0 dan a3 = 0. Sehingga tiga buah vektor ini bebas linier. Perhatikan bahwa bebas atau bergantung linier adalah sifat dari semua anggota, bukan hanya masing-masing vektor. Jelas jika x1; x2; x3 merepresentasikan vektor tiga dimensi yang noncoplannar (tak sebidang),maka vektor tersebut bebas linier. Proses Gram-Schmidt Diberikan sejumlah n vektor bebas linier, kita dapat membangun dari kombinasi liniernya sebuah himpunan dari n buah vektor satuan yang saling ortogonal. Misalkan vektor yang bebas linier x1; x2; : : : ; xn. Definikan : sebagai vektor satuan pertama. Sekarang definisikan Perkalian skalar u’2 dan u2 sama dengan 0 Karena (u1,u1) = 1. Hal ini menunjukan u’2 ortogonal terhadap u1 . Kita dapat melanjutkan proses ini secara berulang dengan mendefinisikan Dan Ketika semua xk telah digunakan, kita memiliki sejumlah n vektor satuan u1,u 2,......uk yang saling ortogonal. Himpunan ini dinamakan himpunan ortonormal. Prosedur ini disebut sebagai proses Gram-Schmidt. LATIHAN DAN PEMBAHASAN