PR R I Tim Kerja Analisa Pendapatan dan Belanja Negara Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia : 01 / 06-07 / 2006 Jenis : Analisa Pendapatan dan Belanja Negara Thema : Analisa Kebijakan Pendanaan dan Utang Luar Negeri Sumber Data : 1. Bidang Pendanaan Pembangunan SE Deputi TJ EN D No. Analisa Badan Direktur Pengelolaan Utang Negara Direktorat AP 2. BN – Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) KS AN AA N Perbendaharaan Negara Departemen Keuangan Biro Pusat Statistik (BPS) 4. Beberapa Literatur dan Sumber-sumber lain. PE LA 3. 2 Juni – 23 Juli 2006 AN : BI R O AN AL IS A AN G G AR AN D Waktu Kegiatan _____________________________________________________________ Page 1 of 13 Analisa Kebijakan Utang Luar Negeri: PR R I Pendanaan Program-Program Pembangunan Prioritas Diantara Kewajiban Pembayaran Bunga dan Cicilan Utang Luar Negeri TJ EN D Abstraksi BI R O AN AL IS A AN G G AR AN D AN PE LA KS AN AA N AP BN – SE Total repayments on government loans (domestic and foreign) for 2000, 2001, 2002 and 2003 amount to US$ 8.8 billion, US$ 12.9 billion, and US$ 15.6 billion, 14.4 billion respectively. Total debt repayment will absorb around 36 percent of government revenues (compared to just 24 percent in the past). However in 2004 until 2006, loan repayments will take up at least 30% to 40% of government revenues. There are at least three problems related to this massive debt burden: 1, loan repayments will increase as the rupiah continues to depreciate (compared to the pre-crisis situation). This pressure on the rupiah will mean people have to work much harder since foreign debts are in foreign currency, while debt repayments by the people (tax) are in rupiah. 2, the ability to pay will decline as the debt service ratio (DSR).In the medium term, this ability to repay debt will depend on exports; and exports are greatly dependent on a still depressed demand and supply. On the demand side, the still depressed Asian region accounts of 64 percent of the Indonesian market. On the supply side, the real sector is as yet unable to operate due to the debt repayment problem and lack of recapitalisation. 3,the required loan repayment is so large, the potential and funds to stimulate the economy are lacking. The debt stock could exacerbate adverse public perception and expectations, making Indonesia susceptible to external shock. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN _____________________________________________________________ Page 2 of 13 Jika membuat perbandingan ukuran besaran hutang negara-negara berkembang, posisi/stok utang luar negeri Indonesia termasuk tinggi. Setidaknya pada akhir tahun 2003 saja mencapai US$ PR R I 80,91 miliar. Jika digabungkan dengan utang swasta, total utang D luar negeri pada akhir tahun 2003 mencapai 55% dari PDB. Lama pada tahun 1960mewariskan utang EN Orde luar TJ Pemerintahan 2.211,8 juta, sedangkan jumlah ekspor pada SE negeri sejumlah US$ – tahun 1966 hanya sebesar US$ 679 juta dan impor mencapai US$ tersebut, melakukan kebijakan telaah untuk pada melakukan kondisi tahun-tahun BN Jika AP juta. pinjaman luar negeri KS AN AA N 527 merupakan alternatif terbaik untuk meningkatkan perekonomian. Mengingat perekonomian saat itu sangat terbatas sumber daya dan LA potensinya. dan gas bumi, perekonomian AN minyak PE Menginjak tahun 1970-1980, melalui penerimaan pemerintah dari Indonesia mulai mengalami negeri masih merupakan pilihan utama mengingat sektor AR luar AN D peningkatan. Untuk mengejar target pertumbuhan saat itu, utang AN G G domestik lainya belum begitu disa diandalkan. Pada saat terjadi resesi tahun 1980 Indonesia memperkuat basis domestik IS A pendapatan non-migas, seperti perpajakan untuk AN AL mengurangi ketergantungan dari perekonomian dunia. O Memasuki dekade 1990-an, terjadi perkembangan pesat kegiatan BI R investasi politik domestik di dan Indonesia. keamanan, dengan pasar Hal semakin modal ini didorong oleh terintegrasinya internasional, stabilitas pasar dan modal semakin kondusifnya iklim investasi domestik. Pesatnya investasi juga didorong oleh peningkatan pinjaman luar negeri swasta. Pinjaman _____________________________________________________________ Page 3 of 13 luar negeri swasta terus menerus meningkat dari US$ 17,7 miliar pada tahun 1990 menjadi US$ 80,9 miliar pada tahun 1997. Saat itu pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tinggi telah PR R I meningkatkan keyakinan investor asing sehingga mendorong mereka D menanamkan modalnya di Indonesia. Tingginya bunga dalam negeri EN mendorong sejumlah pengusaha Indonesia melakukan pinjaman ke SE TJ luar negeri untuk membiayai investasi mereka. – Pada saat yang sama, pemerintah berusaha mempercepat pembayaran negeri khususnya utang-utang komersial melalui BN luar AP utang KS AN AA N penciptaan surplus anggaran. DASAR TEORITIS LA Pada berbagai negara terjadinya utang publik umumnya, antara AN menjamin ketersediaan dana yang dibutuhkan oleh D (1) PE lain ditujukan untuk : Untuk melakukan kegiatan pembangunan dan G (2) AR AN perekonomian suatu negara. AN G keberlangsungan fiskal. O BI R (5) Pembayaran kembali utang publik yang berbiaya ataupun AL AN (4) Pembayaran kembali utang publik yang telah jatuh tempo. IS A (3) beresiko tinggi. Melakukan moneter penjagaan dan fiskal dan pengelolaan (refinancing terhadap risk) daN resiko fluktuasi KURS Analisis _____________________________________________________________ Page 4 of 13 KONDISI UTANG LUAR NEGERI Posisi utang Indonesia dibandingkan dengan negara-negara yang berkembang, masih cukup tinggi. Hali ini bila negara-negara Cooperation and dalam Development Organization for PR Economic dengan (OECD) yang D dibandingkan R I sedang secara TJ EN keseluruhan memiliki utang hampir US$ 14 triliun sementara 131 SE negara berkembang memiliki utang luar negeri sedikit di atas BN – US$ 2 triliun.(tahun 1999) AP Bila dilihat dari berbagai indikator, hingga tahun 2005, jumlah Rasio pembayaran KS AN AA N utang luar negeri Indonesia belum mencapai taraf yang aman. pinjaman terhadap ekspor (Debt Service Ratio/DSR), rasio stok utang terhadap PDB, dan rasio stok utang ekspor masih menunjukkan besarnya beban dan LA terhadap PE ketergantungan terhadap utang luar negeri.. D AN beban pemerintah dalam hal pembayaran bunga dan cicilan utang AN luar negeri semakin berat. Hal ini membawa pengaruh yang cukup AR besar pada struktur APBN dikarenakan sebagian besar penerimaan AN G G pemerintah digunakan untuk pembayaran bunga dan pokok pinjaman. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah telah melaksanakan IS A berbagai langkah restrukturisasi utang luar negeri, termasuk AN AL mengajukan penjadwalan kembali utang luar negeri melalui forum O Paris Club. Pada Paris Club I (restrukturisasi senilai US$ 4,67 BI R miliar), pada Paris Club II (restrukturisasi senilai US$ 5,8 miliar), pada Paris Club III (reschedulling senilai US$ 5,4 miliar). PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI _____________________________________________________________ Page 5 of 13 Saat ini pengelolaan utang luar negeri dilakukan secara terpisah dari utang dalam negeri. Di banyak negara pengelolaan pemerintah dikelola secara terintegrasi, suatu lembaga khusus yang utang ini dilakukan R melakukan totally debt D oleh utang I domestik maupun luar negeri. Pengelolaan baik PR utang TJ EN management. SE Sampai saat ini, Indonesia belum memiliki cetak biru strategi – pengelolaan utang dalam jangka menengah dan panjang.Cetak biru AP BN ini hendaknya memuat rambu-rambu dan strategi umum pengelolaan KS AN AA N utang pemerintah menjadi sangat penting untuk d adikan acuan bagi pemerintahan. dan tahun ekonomi yang 1997 memaksa menimpa Indonesia Indonesia bekerjasama sejak dengan D pertengahan PE moneter AN Krisis LA PINJAMAN IMF AR AN badan ekonomi dunia IMF (International Monetary Fund) dengan tersebut AN G Kerjasama G tujuan memperbaiki perekonomian. dalam bentuk pinjaman yang hanya bisa kekurangan pembiayaan APBN. Pinjaman IMF ini AL menutupi IS A ditempatkan dalam cadangan devisa Bank Indonesia, bukan untuk AN dimaksudkan agar tercipta kepercayaan yang lebih besar kepada BI R O kemampuan negara untuk menghadapi berbagai kewajiban pembayaran ke luar negeri, termasuk untuk impor. Ada beberapa catatan penting mengenai kerjasama dengan IMF yang berlangsung selama lebih dari 6 (enam) tahun: _____________________________________________________________ Page 6 of 13 Pinjaman dari IMF baru dapat digunakan jika cadangan devisa telah habis. Posisi cadangan devisa Indonesia secara bertahap R I mengalami peningkatan sehingga pinjaman dari IMF sama sekali menyatakan “confidence” investor D kalangan tidak EN Beberapa PR tidak pernah digunakan. TJ hanya terkait dengan cadangan devisa. Hal ini dapat dipahami SE melalui terjadinya fluktuasi Nilai tukar dan IHSG (Indeks BN – Harga Saham Gabungan) walaupun cadangan devisa meningkat. AP Bebarapa policy matrix dan loan agreement dari IMF tidak cukup parahnya perekonomian keadaan. Tahun hambatan dalam implementasi kebijakan dan komunikasi PE adanya 2004, Independent Evaluation Office (IEO) menyebut LA Pada KS AN AA N tepat dalam menangani krisis di Indonesia yang mengakibatkan AN selama periode gejolak politik akhir tahun 1997 dan 1998 serta kebijakan yang AN satu D ada beberapa kebijakan yang mestinya ditangani berbeda. Salah keliru tersebut adalah "Legalisasi" G AR penyaluran Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) merupakan AN G salah satu kekeliruan yang hampir membangkrutkan sistem moneter itu sewajarnya kemudian IMF dapat mengajukan remedial AL Untuk IS A kita. AN actions karena sampai saat ini Indonesia masih harus menanggung O akibat dari kekeliruan rekomendasi tersebut. Setidaknya, IMF BI R memprakarsai reschedulling cicilan utang agar tersedia lebih banyak dana untuk pembangunan. PEMBAYARAN UTANG LUAR NEGERI _____________________________________________________________ Page 7 of 13 Pada tahun 2006, persediaan devisa negara (sekitar 34 miliar dollar US). Hal tersebut jauh lebih baik dibanding kondisi pada tahun 1997 ketika terjadi krisis. cadangan devisa Indonesia ini pendek maupun jangka panjang, yang jatuh tempo pada D jangka PR R I cukup dalam mengantisipasi pembayaran utang luar negeri, baik ketergantungan negeri, dana meskipun telah lepas TJ luar dari SE hutang moneter internasional (international – membayar EN tahun 2006. Oleh sebab itu cukup aman bagi Indonesia dalam KS AN AA N AP BN Monetary Fund-IMF). KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Mengingat kompleksitasnya, pengelolaan utang luar negeri maupun LA dalam negeri hendaknya dapat dikelola dengan lebih serius oleh PE suatu lembaga khusus. Pengelolaan ini antara lain dapat dengan untuk menurunkan biaya utang khususnya yang AN pemerintah, D AN tujuan: (i) Mengembangkan pasar primer dan sekunder obligasi G diharapkan AN G pemerintah AR bersumber dari luar negeri, (ii) Berkembangnya pasar obligasi dapat mendorong perkembangan pasar obligasi swasta; dan (iii) Suku bunga utang pemerintah dapat sebagai IS A digunakan benchmark bagi keb akan moneter sehingga AN AL tercipta konsistensi antara keb akan moneter dan fiskal. BI R O Pengelolaan utang ini meliputi juga hal-hal sebagai berikut : (1) melakukan pemantauan (monitoring) dan kajian (assesment) terhadap risiko yang terkandung dalam struktur utang yang ada, dan merekomendasikan perbaikan dalam struktur utang di masa yang akan datang. Secara umum. _____________________________________________________________ Page 8 of 13 (2) Mengelola risiko yang berasosiasi dengan utang dalam mata uang luar negeri dan dalam jangka pendek. Utang dan risiko tersebut diharapkan sesuai dengan arus kas untuk Menjaga transparansi dan akuntabilitas publik. D (3) PR R I menghindari risiko kegagalan dalam memenuhi kewajiban. Untuk TJ EN menjamin adanya transparansi dan akuntabilitas publik, utang dan informasi mengenai kondisi – pengelolaan SE harus ada keterbukaan atas aspek-aspek penting operasi AP BN keuangan pemerintah, aset dan kewajiban pemerintah, dan KS AN AA N audit atas seluruh aktivitas pengelolaan utang. Catatan : LA Pada pertengahan tahun 2006 ini, Pemerintah telah melakukan dua pembayaran sebagian pokok utang luar negeri D 1. Melakukan AN PE langkah dalam manajemen utang antara lain : AR AN dari IMF. G 2. Melakukan penerbitan Obligasi Ritel Indonesia (ORI) untuk BI R O AN AL IS A AN G menjaring potensi pembiayaan keuangan domestik. _____________________________________________________________ Page 9 of 13 I R TJ EN D PR Tim Kerja Analisa Pendapatan dan Belanja Negara Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia : 01 / 06-07 / 2006 Jenis : Lampiran Analisis Thema : Analisa Kebijakan Pendanaan dan Utang Luar Negeri Daftar Isi : BI R O AN AL IS A AN G G AR AN D AN PE LA KS AN AA N AP BN – SE No. Analisa _____________________________________________________________ Page 10 of 13 pengelolaan utang pemerintah adalah melepaskan R I 1. Amanat Keb akan dilakukan dengan menerapkan berbagai macam EN ini D PR ketergantungan terhadap utang luar negeri secara bertahap. Dalam jangka panjang hal ini akan SE berkurang. TJ strategi sehingga jumlah utang yang akan diambil menjadi mengurangi BN – beban pembayaran pokok dan bunga utang yang jatuh tempo. AP 2. Adanya integrasi pengelolaan utang luar negeri dan utang KS AN AA N dalam negeri. Integrasi ini akan memudahkan proses swap dari utang luar negeri ke utang dalam negeri dan begitu pula sebaliknya. Dengan mekanisme arbitrase yang ada maka PE LA pilihan-pilihan untuk mempertahankan biaya dan risiko yang daya serap (absorptive D 3. Peningkatan AN terendah akan semakin terbuka. capacity) menjadi AR AN prioritas dalam mengefisienkan pengelolaan utang. Hal ini dengan melakukan revitalisasi prinsip-prinsip G dimulai AN G negosiasi, conditionality, maupun delivery proyek/program, pada tahap persiapan, pelaksanaan maupun pasca IS A baik AL program/proyek. AN 4. Pengelolaan utang memerlukan payung hukum setingkat undang- BI R O undang dengan yang mengikat utang luar berbagai peraturan negeri. Keberadaan yang berkaitan Undang-Undang No.25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Surat Keputusan Bersama (SKB) No.185/KMK03/1995 dan No. KEP.031/KET/5/1995, UU No.17/2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara, UU No 3/2004 _____________________________________________________________ Page 11 of 13 dan UU No.23/1999 tentang Bank Indonesia, UU No.33/2004 mengenai Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, UU N0. 32/2004 mengenai Pemerintah PR R I Daerah, UU No.24/1999 mengenai Lalu Lintas Devisa dan Sistem Dengan adanya utang EN perekonomian. keb akan luar negeri bagi mengenai utang TJ keadaan undang-undang SE perkembangan D Nilai Tukar, selama ini dirasakan masih kurang mengikuti – luar negeri, perspektif pengelolaan utang mengarah kepada AP BN dimensi pemikiran jangka panjang, tidak berjangka pendek. dan proyek yang dapat KS AN AA N 5. Utang luar negeri hanya digunakan untuk membiayai program memperluas kesempatan kerja dan mempercepat pertumbuhan ekonomi secara langsung maupun tidak LA langsung dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. PE 6. Pengelolaan utang pemerintah harus dilakukan oleh lembaga konflik moneter sehingga kepentingan meminimalkan antara pengelola risiko utang AR kemungkinan dan D fiskal AN keb akan AN yang memiliki kewenangan dalam melakukan koordinasi antara AN G G dengan pengambil keb akan fiskal maupun moneter. 7. Pengelola utang pemerintah harus terdiri dari fungsi front IS A office, middle office serta back office yang disertai oleh AN AL pemisahan fungsi dan tugas secara tegas pada masingmasing O fungsi tersebut. BI R efisiensi serta Pembagian efektifitas tugas tersebut pengelolaan dalam utang, rangka disamping tentunya menjaga intervensi dari keb akan moneter dan fiskal yang terlalu besar dalam setiap keputusan yang dihasilkan. 8. Strategi pengelolaan utang ditekankan pada perencanaan yang matang dengan memasukkan risiko dalam struktur utang yang _____________________________________________________________ Page 12 of 13 ada. Dalam menjaga hal ini kondisi mitigasi keuangan risiko dalam amat posisi penting yang aman dalam (fiscal sustainablity) dan memberikan sinyal akan setiap keputusan PR R I yang diambil (early warning system) sehingga kegagalan dalam refinancing, risiko likuiditas, risiko EN risiko D membayar tidak terjadi. Risiko tersebut diantaranya yaitu default, SE TJ risiko suku bunga, risiko pertumbuhan ekonomi rendah, risiko – kinerja ekspor rendah dan risiko nilai tukar. dan akuntabilitas sehingga semua proses KS AN AA N transparansi AP BN 9. Pengelolaan utang pemerintah tetap mengedepankan semangat pengelolaan utang berada dalam kerangka pelaksanaan prinsipprinsip good governance. Tuntutan semacam ini akan membuat LA kepercayaan masyarakat luas terhadap pengelola utang semakin pasar domestik AN 10. Pengembangan PE besar. untuk memperkuat daya dukung AN D pembiayaan domestik sehingga mampu mengurangi ketergantungan AR terhadap utang luar negeri. Dengan melakukakan diversifikasi maupun produk maka dapat memperluas basis pasar G peserta pada akhirnya IS A ini AN G sehingga pengembangan pasar sekunder menjadi lebih baik. Hal pasar domestik meningkatkan menjadi likuiditas alternatif obligasi terbaik dalam AL sehingga akan AN mengurangi ketergantungan terhadap utang luar negeri. pengelolaan utang pemerintah pusat dan daerah BI R O 11. Integrasi harus melalui keb akan satu pintu sehingga terdapat sinergi antara keb akan pembangunan daerah dan pengelolaan makroekonomi. _____________________________________________________________ Page 13 of 13 I R PR D EN TJ SE – BN AP KS AN AA N LA BI R O AN AL IS A AN G G AR AN D AN PE This document was created with Win2PDF available at http://www.win2pdf.com. The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only. This page will not be added after purchasing Win2PDF.