Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 4 No 3 Oktober 2016 MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENGAPLIKASIKAN RUMUS FISIKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROBLEM SOLVING DALAM SINTAKS PENGAJARAN LANGSUNG PADA SISWA KELAS VIIB SMP MUHAMMADIYAH 1 BANJARMASIN Nurul Atqiya, M. Arifuddin Jamal, dan Andi Ichsan Mahardika Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin [email protected] ABSTRACT: The students’s low ability in applying physics formula at class VII-B SMP Muhammadiyah 1 Banjarmasin will obstruct student in learning physics and give negative effect on learning outcome especially for material that includes formula. Therefore, this study was conducted to improve the students’s ability in applying physics formula by using problem solving method in direct instruction model at class VII-B SMP Muhammadiyah 1 Banjarmasin. This study utilized Hopkin’s model of classroom action research which consisted of 2 cycles, each cycle included plan, action/ observation, and reflection. The data were obtained from observation and test. The data were analyzed in descriptive qualitative and quantitative. The findings from first cycles to second cycles of this research were as follows: (1) The fidelity of lesson plans as a whole increased from 76,86% to 94,47%, (2) the student’s skill procedure classicaly increased from 86,37% to 100%, (3) the students’s ability in applying physics formula increased from 59,09% to 95,94%, (4) the student’s learning outcome classicaly increased from 59,09% to 95,94%. So, it can be concluded that problem solving method in direct instruction model can improve the students’s ability in applying physics formula in class VIIB SMP Muhammadiyah 1 Banjarmasin. Keywords: applying physics formula ability, problem solving, direct instruction. PENDAHULUAN Ada enam tingkatan tujuan belajar Pelajaran IPA merupakan salah satu pada dimensi proses kognitif dalam revisi mata pelajaran yang wajib diikuti oleh taksonomi siswa di sekolah pada jenjang pendidikan memahami, menerapkan/ meng- dasar dan menengah.Pada tingkat SMP, aplikasikan, menganalisis, meng- materi fisika mengandung rumus-rumus evaluasi, dan menciptakan (Siregar, dkk, dan diperlukan perhi-tungan matematis 2014). Dimensi proses kognitif tersebut dalam menyelesaikan soal. Siswa yang berurut dari yang paling rendah sampai tidak dasar ke paling tinggi. Artinya kemampuan kognitif yang memadai akan mengalami pada tingkat yang lebih tinggi tidak akan kesulitan dalam mempelajari fisika. dapat memiliki kemampuan antara dicapai lain apabila mengingat, kemampuan sebelumnya tidak dimiliki oleh siswa. 237 Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 4 No 3 Oktober 2016 Kemampuan siswa kelas VIIB SMP pelaksanaan metode problem solving Muhammadiyah 1 Banjarrmasin dalam dalam sintaks pengajaran langsung? mengaplikasikan rumus masih sangat rendah, hal ini tampak Tujuan penelitian ini secara umum selama ialah untuk mendeskripsikan cara pembelajaran fisika berlangsung, serta meningkatkan kemampuan siswa dalam rendahnya hasil belajar dan tes yang mengaplikasikan rumus fisika dengan berisi soal berstandar C3 yang diberikan menggunakan metode problem solving peneliti pada siswa di kelas tersebut. dalam sintaks pengajaran langsung. Rendahnya Secara khusus penelitian ini bertujuan kemampuan dalam rumus akan mengaplikasikan untuk mendeskripsikan rencana menghambat siswa dalam memahami pelaksanaan pembelajaran, keterampilan pelajaran itu, prosedural, kemampuan aplikasi dan untuk hasil belajar siswa kelas VIIB SMP meningkatkan kemampuan siswa dalam Muhammadiyah 1 Banjarmasin terhadap mengaplikasikan pelaksanaan metode problem solving fisika. diperlukan Oleh suatu karena metode rumus. Salah satu dalam sintaks pengajaran langsung. metode yang dapat digunakan ialah metode problem solving dalam sintaks KAJIAN PUSTAKA pengajaran langsung. Kemampuan kognitif tingkat aplikasi Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah penelitian Kemampuan secara tingkat kemampuan untuk umum sebagai berikut: “Bagaimanakah aplikasi cara meningkatkan kemampuan siswa menggunakan dalam mengaplikasikan rumus fisika informasi yang telah diketahui ke dalam dengan menggunakan metode problem situasi atau konteks baru (Hosnan, 2014: solving 10). Ratumanan dan Laurens (2003) dalam sintaks pengajaran adalah kognitif atau menerapkan langsung pada siswa kelas VIIB SMP mengemukakan Muhammadiyah Banjarmasin?” menggunakan materi yang dipelajari Rumusan masalah penelitian secara dalam situasi baru dan konkrit dapat khusus yaitu bagaimanakan rencana meliputi aplikasi dari kaidah-kaidah pelaksanaan pembelajaran, keterampilan metode-metode, prinsip-prinsip, konsep- prosedural, kemampuan aplikasi dan konsep, hukum-hukum, dan teori-teori. hasil belajar siswa kelas VIIB SMP Kemampuan Muhammadiyah 1 Banjarmasin terhadap akan dapat dikuasai siswa apabila siswa 1 238 kemampuan mengaplikasikan rumus Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 4 No 3 Oktober 2016 memiliki kemampuan dasar kognitif keterampilan.” Metode problem solving mengingat dan memahami. Misalnya merupakan metode yang termasuk dalam siswa sudah mengetahui rumus Hukum II pendekatan Newton dan memahami variabel dan masalah. satuan di dalam rumus tersebut, maka Inti siswa akan dapat dengan mudah berpikir dari dan berbasis pembelajaran yang menerapkan metode problem solving mengaplikasikan rumus tersebut dalam adalah mengerjakan soal. Mempraktikkan Daryanto (2007) mengemukakan praktik (Huda, 2014). langkah-langkah pemecahan masalah yang telah diajarkan bahwa pengukuran kemampuan aplikasi oleh umumnya pendekatan memahami pemecahan masalah (problem solving). mendalam. Melalui pendekatan ini siswa dihadapkan diungkapkan oleh Confucius (Hosnan, dengan 2014) yaitu apa yang saya kerjakan, saya menggunakan suatu dipecahkan masalah dengan yang perlu menggunakan guru dapat membantu pelajaran dengan Sebagaimana siswa lebih yang mengerti. pengetahuan yang telah dimilikinya. Guru sebaiknya mendorong siswa Bentuk soal yang sesuai untuk mengukur melakukan praktik terhadap apa yang aspek penerapan antara lain pilihan telah diajarkan dengan cara memberikan ganda dan uraian. Rumusan kata kerja latihan-latihan agar siswa terlibat secara operasional langsung aplikasi untuk antara domain lain: mendemonstrasikan, kognitif menghitung, menyelesaikan latihan. Klipple, seorang soal-soal professor mengungkapkan, pendidikan bahasa inggris di Universitas mengerjakan dengan teliti, menjalankan, Ludwig Maximilians mengatakan bahwa menghubungkan, belajar lebih efektif apabila peserta didik memecahkan, menunjukkan, menggunakan, dan secara aktif terlibat di dalam proses sebagainya (Arifin, 2013). belajar Metode Problem Solving (Suprihatiningrum, 2013) seorang tokoh Pepkin 2014). Thorndike 2014) behaviorisme mengemukakan salah satu mengemukakan problem solving adalah hukum belajar bahwa semakin sering “suatu suatu metode (Shoimin, (Hosnan, pembelajaran yang tingkah laku dilatih, maka melakukan pemusatan pada pengajaran responnya akan semakin kuat (law of dan keterampilan pemecahan masalah exercise). yang diikuti dengan penguatan 239 Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 4 No 3 Oktober 2016 Hanlie Murray, dkk (Huda, 2014) menjelaskan bahwa dirancang untuk mengembangkan pembelajaran pengetahuan deklaratif dan pengetahuan pemecahan masalah (problem solving prosedural siswa yang diajarkan dengan learning) merupakan salah satu dasar pola kegiatan yang bertahap, selangkah teoritis strategi demi selangkah (Suhana, 2014). Dengan pembelajaran yang menjadikan masalah demikian, pengajaran langsung adalah sebagai isu utamanya. Langkah-langkah model pembelajaran yang mengajarkan dalam problem solving menurut Polya siswa (Dewi, pengetahuan prosedural yang terstruktur dari dkk, berbagai 2015) adalah sebagai pengetahuan deklaratif berikut: (a) memahami masalah, yakni dan berorientasi pada tujuan. mencari tahu apa yang diketahui dan apa Suprijono (2012) dan mengemukakan yang ditanyakan, (b) merencanakan tahapan model pengajaran langsung: (1) pemecahannya, yakni menentukan cara Menyampaikan menyelesaikan dan mencari hubungan mempersiapkan antara data yang diketahui dan apa yang Mendemonstrasikan pengetahuan atau ditanyakan, keterampilan; dapatkah dipecahkan tujuan peserta (3) didik; dan (2) Membimbing menjadi masalah yang lebih sederhana, pelatihan; (4) Mengecek pemahaman dan (c) menyelesaikan rencana langkah melaksanakan masalah sesuai memberi umpan balik; (5) Memberikan kedua, yakni kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan rencana dengan penerapan. melaksanakan prosedur dalam mencari Teori pendukung pembelajaran solusi, (d) memeriksa kembali hasil yang langsung adalah teori behaviorisme dan diperoleh (looking back), yakni melihat teori belajar sosial (Suprijono, 2012). kembali jawaban atau solusi yang telah Teori behaviorisme menyatakan bahwa ditemukan. perubahan tingkah laku merupakan hasil Model Pengajaaran Langsung interaksi stimulus dan respons. Tingkah Pengajaran langsung adalah sebuah pendekatan mengajarkan lingkungan dan hasil belajar, lingkungan keterampilan-keterampilan dasar untuk belajar merupakan stimulus yang dapat pelajaran yang sangat berorientasi pada dikondisikan oleh guru agar diperoleh tujuan dan lingkungan pembelajaran perilaku siswa yang diharapkan. Adapun yang terstruktur secara ketat (Nur, 2008). teori belajar sosial menurut Bandura Model yang laku siswa merupakan reaksi terhadap pengajaran langsung khusus 240 Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 4 No 3 Oktober 2016 yaitu seseorang dapat belajarmelalui Keterangan: K = Persentase keterlaksanaan ΣK = Skor rata-rata perfase ΣN=Skor rata-rata maksimum keterlaksanaan RPP proses imitasi dan modeling. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom Tabel 1. Kriteria keterlaksanaan skenario pembelajaran No Persentase Kriteria 1 0 – 25 Tidak baik 2 26 – 50 Kurang baik 3 51 – 75 Baik 4 76 – 100 Sangat baik action research) terdiri dari 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIIB SMP Muhammadiyah 1 Banjarmasin yang berjumlah 22 orang sedangkan objek kemampuan penelitian Ketuntasan ialah siswa prosedural siswa secara individu dalam dihitung dengan rumus: mengaplikasikan rumus fisika. Prosedur š (š)š = ( ) ×100% penelitian mengikuti model Hopkin yang terdiri dari tahap keterampilan (2) šš perencanaan, keterampilan prosedural, kemampuan Keterangan: (š)š =proporsi ketuntasan keterampilan prosedural per individu (%) T = skor yang diperoleh tiap siswa Ti = skor total dalam mengaplikasikan rumus, dan hasil Tabel pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Ada empat karakteristik yang diamati antara lain keterlaksanaan RPP, 2. belajar siswa. Data keterlaksanaan RPP dan keterampilan diamati prosedural selama siswa No 1 2 3 4 5 pelaksanaan pembelajaran, dilakukan oleh dua orang pengamat pada lembar pengamatan. Data kemampuan siswa dalam Persentase 0 – 20 21 – 40 41 – 60 61 – 80 81 – 100 mengaplikasikan rumus dan hasil belajar Kriteria Tidak terampil Kurang Cukup terampil Terampil terampil Sangat (Ratumanan,terampil 2003:106) diperoleh dari tes. Persentase Kriteria keterampilan prosedural siswa Ketuntasan keterlaksanaan RPP prosedural dihitung dengan rumus: ļK Kļ½ ļ“ 100 % ļN siswa keterampilan secara klasikal dihitung dengan rumus: (1) Kļ½ 241 ļK ļ“ 100 % ļN (3) Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 4 No 3 Oktober 2016 Keterangan: K = Persentase keterampilan prosedural ΣK = Skor rata-rata keterampilan prosedural yang diperoleh siswa ΣN = Skor rata-rata maksimum keterampilan prosedural Keterangan: (p)k = proporsi ketuntasan kemampuan aplikasi secara klasikal (%) N= banyaknya siswa yang mencapai ketuntasan (p)i Ni = banyaknya siswa dalam kelas Penelitian tindakan Ketuntasan kemampuan siswa berhasil jika: dalam mengaplikasikan rumus dan 1) Keterlaksanaan RPP hasil belajar secara individu dihitung 2) Keterampilan prosedural siswa yang Agustina, 2011): š šš berkategori 3) Persentase siswa yang mampu 70% 4) Ketuntasan klasikal dari tes hasil belajar minimal mencapai 70% HASIL DAN PEMBAHASAN siswa secara klasikal dihitung dengan Keterlaksanaan RPP rumus (adaptasi Depdikbud dalam Berikut Agustina, 2011: 33): ši terampil mengaplikasikan rumus minimal Ketuntasan kemampuan aplikasi (p)k = ( ) ×100% minimal berjumlah minimal 70% (4) Keterangan: (š)š =proporsi ketuntasan kemampuan aplikasi secara individu (%) T = skor yang diperoleh tiap siswa Ti = skor total š berkategori minimal baik dengan rumus (Depdikbud dalam (š)š = ( ) ×100 ini dianggap rekapitulasi data keterlaksanaan RPP dari pertemuan 1 siklus I hingga pertemuan 2 siklus II (5) dapat dilihat pada Gambar 1. 242 Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 4 No 3 Oktober 2016 Data keterlaksanaan RPP persentase 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% Pert 1 Siklus I Pert 2 Siklus I Pert 1 Siklus II Pert 2 Siklus II Fase 1 100% 97,50% 100% 100% Fase 2 74,40% 94,64% 98,44% 98,33% Fase 3 74,17% 87,50% 100% 100% Fase 4 47,92% 46,88% 75% 81,25% Fase 5 100% 100% 100% 91,67% Gambar 1. Rekapitulasi data keterlaksanaan RPP Gambar 1 di atas menunjukkan bahwa keterlaksanaan setiap terjadi peningkatan pada siklus II hingga fase mencapai indikator. mengalami fluktuasi selama dua siklus. Keterampilan prosedural siswa Fase 1, 2, 3 dan 5 dari awal siklus telah Adapun hasil keterampilan procedural memenuhi siswa dapat dilihat pada gambar 2 di indikator keberhasilan sedangkan fase 4 pada siklus I belum bawah ini. memenuhi indikator keberhasilan namun 100% 80% 60% 40% 72,73% 100% 100% 100% Pert 2 Siklus I Pert 1 Siklus II Pert 2 Siklus II 20% 0% Pert 1 Siklus I Gambar 2. Rekapitulasi data keterampilan prosedural siswa Gambar 2 di atas menunjukkan mengalami peningkatan dan dari awal bahwa ketrampilan prosedural siswa siklus 243 telah memenuhi indikator Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 4 No 3 Oktober 2016 keberhasilan. Dengan demikian, metode deklaratif problem prosedural siswa (Suhana, 2014). solving dalam sintaks dan keterampilan pengajaran langsung dapat meningkatkan Kemampuan keterampilanprosedural siswa. Hal ini mengaplikasikan rumus fisika dan sesuai dengan teori bahwa model hasil belajar pengajaran dapat Adapun hasil kemampuan siswa dalam pengetahuan mengaplikasikan rumus fisika serta hasil langsung mengembangkan siswa dalam belajar siswa dapat dilihat pada gambar 3. 100% 80% 60% 95,45% 40% 59,09% 20% 0% Siklus I Siklus II Gambar 3. Kemampuan siswa dalam mengaplikasikan rumus fisika dan hasil belajar Ketuntasan kemampuan siswa Majid (2014) juga mengungkapkan dalam mengaplikasikan rumus dan hasil bahwa hadiah merupakan alat pendorong belajar pada siklus I belum memenuhi untuk belajar lebih aktif. Motivasi dalam indikator keberhasilan dengan persentase bentuk hadiah ini dapat membuahkan siswa yang tuntas secara klasikal sebesar semangat belajar dalam mempelajari 59,09%. Setelah diperoleh tes hasil materi-materi pelajaran. Sesuai dengan belajar segera hukum akibat (law of effect) yang tersebut menyatakan bahwa suatu perbuatan yang siklus membagikan I, hasil peneliti belajar kepada siswa, memberikan balikan dan disertai penguatan, serta memberikan hadiah cenderung dipertahankan dan diulangi. kepada Sedangkan memberikan balikan dan siswa Memberitahukan yang hasil tuntas. belajar dan akibat penguatan menyenangkan dimaksudkan agar akan siswa memberikan penghargaan berupa hadiah mengetahui dan ingat mana langkah yang atau pujian merupakan upaya dalam benar dan mana langkah yang salah, meningkatkan motivasi (Hosnan, 2014). 244 Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 4 No 3 Oktober 2016 sehingga pada siklus II kesalahan yang penyajian contoh perilaku (modeling) sama tidak terulang kembali. (Mahmud, 2010). Penelitian kemudian dilanjutkan ke Peneliti mengecek pemahaman dan siklus II. Pada fase 1 model pengajaran memberi umpan balik kepada siswa pada langsung, peneliti menyampaikan tujuan fase 4. Pada fase ini, peneliti memberikan dan didik. soal tugas yang tingkat kesulitan soalnya Peneliti juga menyampaikan garis besar melebihi contoh soal dan latihan. Hal ini mempersiapkan peserta materi yang akan dipelajari dan membuat yel-yel dengan meminta dilakukan untuk mengecek pemahaman siswa siswa. Peneliti kemudian memberikan mengucapkan kalimat “Aku pasti bisa!” umpan balik, hal ini dilakukan bersama Hal ini dilakukan untuk memberikan dengan siswa mencocokkan jawaban semangat dan membangun sugesti dalam siswa dengan kunci jawaban serta diri siswa agar mereka yakin bahwa setelah selesai pembelajaran mereka pasti memberikan bisa jawaban siswa. Sesuai pernyataan Davies mencapai hasil belajar yang penguatan terhadap (Hosnan, 2014) bahwa siswa akan belajar diharapkan sesuai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kemudian dilanjutkan lebih banyak bilamana setiap langkah fase peneliti segera diberikan penguatan. Fase yang mengajarkan cara menyelesaikan soal terakhir yaitu memberikan kesempatan melalui metode problem solving menurut untuk pelatihan lanjutan dan penerapan Polya. Peneliti memberikan penekanan (fase 5). Peneliti memberikan pekerjaan disertai gerakan anggota badan, dan rumah kepada siswa dan menyimpulkan ke 2. Pada fase 2 mengajarkan perkalian angka desimal pelajaran. pada siklus II. Setelah Berdasarkan data pada Tabel 4.14 langkah-langkah hasil belajar siswa pada siklus II penyelesaian soal diajarkan, peneliti meningkat menjadi 95,45%. dengan membimbing pelatihan kepada siswa demikian, pada fase 3 model pengajaran langsung. solving Pada fase ini, siswa belajar menirukan langsung langkah-langkah yang telah diajarkan pengajaran meningkatkan (2013) dan Wulandari Bandura bahwa siswa dapat belajar (imitation) dapat sintaks problem hasil diungkapkan oleh Tampubolon, dkk social learning yang dikemukakan Albert peniruan dalam metode belajar siswa. Hal ini sesuai dengan yang peneliti (imitation). Hal ini sesuai teori melalui dengan (2011) bahwa pembelajaran problem solving dapat dan meningkatkan hasil belajar siswa. Selain 245 Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 4 No 3 Oktober 2016 itu, Djariyo, dkk (2012) juga siswa mengerjakan latihan pada fase mengemukakan bahwa model pengajaran langsung dapat meningkatkan 3. hasil (4) Pengajar memberikan balikan dan belajar siswa. penguatan setelah siswa mengerjakan tugas pada fase 4. (5) Pengajar segera membagikan hasil SIMPULAN Berdasarkan hasil belajar penelitian, dan memberikan dapat disimpulkan bahwa cara yang penghargaan berupa hadiah kepada dapat digunakan untuk meningkatkan siswa yang tuntas. kemampuan siswa dalam mengaplikasikan rumus dan hasil belajar DAFTAR PUSTAKA siswa dengan menggunakan metode problem solving dalam sintaks Arifin, Z. (2013). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. pengajaran langsung pada siswa kelas VIIB SMP Muhammadiyah 1 Daryanto. (2007). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Banjarmasin adalah: (1) Pengajar menyampaikan garis besar Dewi, R. A., dkk. (2015). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Problem Solving untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi pada Mata Pelajaran Fisika SMAN 3 Purworejo Kelas XI Tahun Pelajaran 2014/2015. Jurnal Radiasi .Volume 06 No.1, April 2015. materi yang akan dipelajari dan membuat yel-yel dengan meminta siswa mengucapkan kalimat “Aku pasti bisa!” pada fase 1 model pengajaran langsung. (2) Pengajar memberikan penekanan disertai dengan gerakan anggota Hosnan. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Jakarta: Ghalia Indonesia. badan dan mengajarkan perhitungan matematis untuk perkalian angka desimal pada pengajaran menjelaskan fase 2 model langsung saat penyelesaian soal Huda, M. (2014). Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Malang: Pustaka Pelajar. dengan metode problem solving. Mahmud. (2010). Psikologi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia. (3) Pengajar mengajarkan perhitungan matematis untuk perkalian angka Majid, A. (2014). Strategi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. desimal pada saat membimbing 246 Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 4 No 3 Oktober 2016 Nur, M. (2008). Model Pengajaran Langsung. Surabaya: Unesa University Press. Suprihatiningrum, J. (2013). Strategi Pembelajaran: Teori & Aplikasi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Ratumanan, T. G. & T. Laurens. (2003). Evaluasi Hasil Belajar yang Relevan dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Surabaya: Unesa University Press. Suprijono, A. (2012). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Tampubolon, T. & S. F. Sitindaon. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Problem Solving Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 7 Medan. Jurnal INPAFI. Volume 1, Nomor 3, Oktober 2013. Shoimin, A. (2014). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum2013. Yogyakarta: ArRuzz Media. Siregar, E. & H. Nara. (2014). Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor : Ghalia Indonesia. Wulandari, G. S.. (2011). Penerapan model problem solving untuk meningkatkan hasil belajar IPA kelas V SDN Tulusrejo 02 Malang. Skripsi Sarjana. Universitas Negeri Malang. Tidak Dipublikasikan. Suhana, C. (2014). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika Aditama. 247