1. pendahuluan - IPB Repository

advertisement
1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Olahraga adalah aktivitas yang memerlukan energi lebih dibandingkan
aktivitas normal lainnya. Metabolisme pembentukan energi berupa ATP berkaitan
dengan keberadaan oksigen (O2). Konsumsi oksigen saat istirahat pada orang dewasa
adalah sekitar 250 mL/menit dan dapat meningkat hingga >4000 mL/menit saat
olahraga berat, sementara kapasitas paru-paru manusia terbatas untuk menyimpan
oksigen (Ward et al 2007). Hal tersebut menyebabkan adanya pernafasan secara
aerob (memerlukan oksigen) maupun secara anaerob (tanpa oksigen) pada saat
berolahraga. Penambahan oksigen dalam tubuh melalui konsumsi air minum
beroksigen pada responden yang gemar berolahraga menarik untuk dikaji lebih lanjut,
karena pernafasan anaerob pada saat berolahraga menghasilkan asam laktat yang
dapat memicu kelelahan. Oksigen dari minuman yang dikonsumsi diharapkan dapat
meningkatkan performa saat berolahraga.
Penelitian manfaat minuman beroksigen terhadap performa saat berolahraga
telah banyak dikaji secara internasional, disamping beberapa penelitian terhadap
keamanan minuman beroksigen. Minuman beroksigen dapat mempengaruhi performa
saat berolahraga, namun beberapa penelitian menunjukkan hasil bahwa minuman
beroksigen tidak memberikan pengaruh pada performa olahraga. Studi yang ada juga
menunjukkan bahwa minuman beroksigen tidak berisiko menimbulkan radikal bebas
dan tidak menimbulkan kerusakan pada hati, sel darah, sel imun maupun DNA
(Schoenberg et al 2002, Speit et al 2002, Gruber et al 2004, Fitriany 2005). Adapun
peran oksigen terkait pembentukan energi (ATP) telah diteliti oleh Cyntia (2005)
dengan NADP sebagai parameter uji, sehingga menjadi menarik untuk dikaji
pengaruh oksigen terhadap parameter yang terlibat dalam metabolisme pembentukan
ATP seperti profil lipid dan glukosa sebagai sumber energi maupun kesehatan hati.
Hati adalah organ yang terlibat dalam metabolisme pembentukan ATP dan tepapar
langsung oleh oksigen dari minuman beroksigen yang diserap oleh usus dalam
saluran pencernaan.
Penelitian manfaat pemberian minuman beroksigen yang beredar di pasaran
Indonesia pada responden yang gemar berolahraga belum banyak dilakukan.
Pengaruh konsumsi minuman beroksigen selama jangka pendek (sesaat setelah
minum) maupun intervensi dalam jangka panjang terhadap parameter performa saat
berolahraga, kadar saturasi oksigen (SpO2) maupun parameter yang berhubungan
dengan metabolisme energi saat berolahraga sangat menarik untuk dikaji. SpO2
adalah persentase hemoglobin yang mengikat oksigen dalam aliran darah. Pada
penelitian yang melibatkan mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) yang gemar
berolahraga ini, parameter jangka pendek yang dikaji adalah: (1) performa saat
berolahraga, meliputi VO2 max, waktu untuk mencapai ambang anaerobik (Anaerobic
Threshold/AT) maupun waktu untuk mencapai kelelahan, dan (2) kadar saturasi
oksigen (SpO2). Ambang anaerobik (AT) adalah kondisi titik permulaan dari
akumulasi asam laktat. Adapun parameter jangka panjang, meliputi (1) profil lipid,
2
(2) glukosa darah dan (3) kesehatan hati (SGOT/SGPT). Ketiga parameter jangka
panjang tersebut pada subyek berolahraga belum pernah diteliti.
Perumusan Masalah
Pada kondisi berolahraga, kebutuhan energi dalam bentuk ATP meningkat
untuk menggerakkan otot-otot tubuh. Oksigen berperan dalam pembentukan ATP,
yaitu sebagai penerima elektron terakhir. Ketiadaan oksigen menyebabkan respirasi
yang seharusnya secara aerob akan berlangsung secara anaerob. Respirasi anaerob
hanya terdiri dari 2 tahapan, yaitu proses glikolisis dan fermentasi asam laktat. Hasil
akhir fermentasi ini hanya menghasilkan 2 molekul ATP dari satu molekul glukosa
yang diuraikan. Jumlah ini kecil jika dibandingkan dengan respirasi aerob yang
menghasilkan 38 ATP. Persediaan oksigen yang terbatas mengakibatkan asam laktat
yang terbentuk semakin menumpuk. Timbunan ini akan berpengaruh terhadap
penurunan pH otot sehingga membuat tubuh semakin lama akan menjadi pegal, terasa
lelah, dan sakit, serta napas akan terengah-engah untuk mendapatkan tambahan
oksigen. Oksigen dari minuman beroksigen yang diserap oleh usus diharapkan dapat
memperbaiki kondisi yang dapat menurunkan performa saat berolahraga tersebut.
Performa saat berolahraga dapat diamati dari parameter VO2 max, waktu untuk
mencapai ambang anaerobik maupun waktu untuk mencapai kelelahan yang dikaji
pada penelitian ini.
Pembentukan energi dalam bentuk ATP merupakan rangkaian proses yang
membutuhkan sumber energi seperti glukosa dan lipid di dalam tubuh serta
melibatkan organ hati dalam metabolisme tersebut. Oleh karena itu dalam penelitian
ini selain pengaruh konsumsi minuman beroksigen jangka pendek terhadap performa
saat berolahraga dan SpO2, juga diteliti pengaruh pemberian minuman beroksigen
terhadap profil lipid (kolesterol, trigliserida, LDL, HDL), glukosa darah, dan
kesehatan hati (SGOT/SGPT) pada responden mahasiswa IPB yang gemar
berolahraga.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh konsumsi minuman
beroksigen terhadap responden mahasiswa IPB yang gemar berolahraga, pada:
-
Parameter SPO2 dan performa berolahraga, seperti VO2 max, waktu untuk
mencapai ambang anaerobik (AT) maupun waktu untuk mencapai kelelahan, baik
jangka pendek (sesaat setelah minum) dengan berbagai konsentrasi (50, 80 dan
130 ppm) maupun intervensi jangka panjang (100 ppm, dua kali sehari, 21 hari).
-
Parameter yang berkaitan dengan pembentukan ATP, seperti profil lipid
(kolesterol, trigliserida, LDL, HDL), dan glukosa darah selama intervensi jangka
panjang (100 ppm, dua kali sehari, 21 hari).
-
Parameter kesehatan hati (SGOT/SGPT) selama intervensi jangka panjang (100
ppm, dua kali sehari, 21 hari).
3
Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah dengan pemberian minuman beroksigen baik
jangka pendek (sesaat setelah minum) pada berbagai konsentrasi (50, 80 dan 130
ppm) maupun intervensi jangka panjang (100 ppm, dua kali sehari) terhadap
responden mahasiswa IPB yang gemar berolahraga dapat mempengaruhi SPO2 dan
parameter performa saat berolahraga (VO2 max, waktu untuk mencapai ambang
anaerobik maupun waktu untuk mencapai kelelahan). Semakin tinggi konsentrasi
minuman beroksigen yang diberikan dan semakin lama waktu konsumsi diduga
semakin baik penyerapan O2 oleh tubuh sehingga kadar SPO2 akan meningkat.
Penyerapan O2 yang lebih baik akan meningkatkan metabolisme pembentukan ATP
sehingga memperbaiki performa saat berolahraga, seperti:
-
VO2 max semakin meningkat
-
Waktu untuk mencapai ambang anaerobik (AT) semakin meningkat atau dengan
kata lain semakin lama dapat mempertahankan pernafasan aerobik.
-
Waktu untuk mencapai kelelahan semakin meningkat
Adapun pada intervensi jangka panjang, diduga dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
-
Profil lipid semakin membaik (penurunan trigliserida, kolesterol, LDL dan
kenaikan HDL serta rasio kolesterol : HDL yang membaik dalam batas normal).
-
Glukosa darah semakin membaik yang ditandai dengan penurunan kadar Gula
Darah Puasa (GDP) dalam batas normal.
-
Kesehatan hati tidak terganggu, yang ditandai dengan SGOT/SGPT tidak
mengalami peningkatan diluar batas normal.
Download